Membangun Dengan Hati
EDISI 9 | APRIL - JUNI 2014
BERDAYAKAN
PEMUDA BPWS Latih Ribuan Pemuda Madura
Adrenalin di Gua Aeng Gili Iyang www.bpws.go.id
Berangkat Modal Nekad, Kini Buka Konveksi
Bisnis Gurih Renginang Lorjuk
Foto-foto: Bhakti Phundowo
Sekelompok nelayan bekerjasama memperbaiki pukat di sela istirahat dari melaut.
Nelayan memperbaiki kapal agar kembali prima saat berburu.
Sekeranjang rumput laut baru saja dipanen dari karamba. Petani rumput laut sedang memanen hasil jerih payahnya.
salam redaksi
Memilih I
ni tentu tidak ada kaitannya dengan pemilu legislatif, apalagi pemilu presiden yang lagi menceracau di seantero negeri. Ya, sama sekali tidak, ini tentang sebuah pulau eksotis nan potensial bernama Madura. Dan memilih di sini adalah diksi tentang sebuah opsi penting yang harus kita ambil sebagai sebuah sikap. Ya, sikap tentang Madura. Demikian pula dalam memilih masa depan Madura. Memilih untuk Madura Maju adalah langkah positif yang menuntut konsekwensi. Yakni, kerja keras dan saling mendukung. Pun demikian yang dilakukan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) dalam membangun Madura. Seluruh jajaran dan stakeholder yang ada, telah memilih langkah untuk bergerak bersama menuju Madura Maju. Madura Maju bukanlah kata kiasan fiksi bak pentas drama Menunggu Godot karya Samuel Beckett. Bukan pula janji manis bak angin surga. Tetapi sebuah tujuan nyata yang sangat mungkin bisa diraih bersama.Tentu dengan kerja keras dan dukungan semua pihak, Madura Maju adalah nyata. Meski harus diakui, di sejumlah titik masih ada hambatan, namun itu kembali pada pilihan. Bahwa memilih adalah sebuah sikap yang harus diambil, maka kita harus memilih jalan terbaik, jalan kebersamaan dan jalan kerja keras untuk Madura Maju. Dalam konteks kebersamaan, memilih telah menjelma menjadi semangat yang mengejawantahkan keinginan semua pihak demi kebaikan. Eksistensi BPWS di Madura, jelas bukan untuk mendekonstruksi, justru sebaliknya, dengan kebersamaan, BPWS memilih jalan untuk bekerja keras bersama seluruh stakeholder, melepas kepentingan pribadi dan golongan, lalu memilih bersama membangun Madura. Bukan memilih untuk diam dan membiarkan keterpurukan. Bergerak maju adalah keharusan, sebab, Madura Maju bukanlah kiasan. Pilihan itu ada di diri kita!!
Sampul Suramadu Edisi April - Juni 2014 Cover Depan: Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat. Foto: Bhakti Phundowo Cover Belakang: Menjelang Sunset di Pantai Lombang Sumenep Madura Foto: Bhakti Phundowo Desain: Ary Sulistyo
susunan redaksi Penerbit : BPWS Pengarah : Kepala BP BPWS Waka BP BPWS Deputi Perencanaan Deputi Pengendalian Penanggungjawab : Sekretaris BPWS Pemimpin Redaksi : Tadjus Subki
Redaktur Pelaksana Redaktur Reporter Fotografer Desain & Layout Alamat Redaksi
: Faisal Y.A. : Azhari. : M. Ali Mustofa, Abu Tholib Adita Puteri, Dewi Kurniawati, M. Rahmat S. : M. Baidhowi : Ary Sulistyo : Jl. Tambak Wedi No. 1 Surabaya
daftar isi
8
tokoh kita 6
Muhlis Hidayat, Pelopor Naga di Lahan Kritis
6
fokus 10 BPWS Serius Garap SDM Madura 12
Pakde Karwo: Berdayakan Ekonomi Kerakyatan
14
Wabup Sampang: Keberadaan BPWS Dibutuhkan
15
Mochammad Anwar: Harus Ada Monitoring dan Evaluasi
unika 16
Tradisi Unik di Madura: Lelap Berpasir Masyarakat Pesisir teras
21
6
18 BPWS Latih Pelaku Wisata Madura len-jelenan 20
Adrenalin di Gua Aeng Gili Iyang
jendela surabaya 22
Jatim - Polandia Bahas Kerjasama Ekonomi: Lirik Potensi Madura
jendela madura 24
4 Suramadu APRIL - JUNI 2014
Trigana Air Siap Landing di Bandara Trunojoyo: Ada Rute Sumenep-Kangean
apa kabar 26
Berangkat Modal Nekad, Kini Buka Konveksi
oase 28
Mengenal Kucing Pulau Ra’as Madura: Ras Terbaik Indonesia, Layak Mendunia
lentera 30
Mereka Yang Sia-sia
jejak santri 32
Perahu untuk Fakir Miskin
26
info sehat 34
Mencecap Manfaat Cabe Jamu
kolom 36 Mengawinkan Potensi Wisata dengan Kearifan Kultural ritme 38
Madura Maju Bukan Mimpi: BPWS Teken MoU Dengan Tiga Kabupaten
usaha kita 46
Bisnis Gurih Rengginang Lorjuk
cerpen 48
Amira
30 38
Suramadu 5 APRIL - JUNI 2014
tokoh kita
Foto: Bhakti Phundowo
Lebih Dekat dengan Muhlis Hidayat
Naga di Lahan Kritis Siang itu, di beranda rumahnya, Kepala Desa Rombesen, Muhlis (kini mantan, Red) terlihat tercenung menatap lahan gersang menghampar di depan rumahnya. Jauh di sana, laut selat Madura membiru Indah. Mengajak pikirannya untuk bergerak, membangkitkan perekonomian rakyatnya. Oleh : Faisal Yasir Arifin
P
erkenalannya dengan seorang asing asal Taiwan Lin Ming Yee pada 2006 silam di Probolinggo, membuat semengatnya bergelegak. Ya, mualaf asal Taiwan itu mengajarinya tentang pemanfaatan lahan kritis dengan budidaya buah naga yang memiliki nilai ekonomis tinggi. ” Saat itu tanaman tembakau yang menjadi primadona mulai membuat petani mengalami rugi besar. Setiap musim panen tembakau, petani ketar-ketir. Sebab, harga sudah tidak setinggi dulu dan cenderung merugikan petani,” ujar Muhlis saat ditemui Suramadu di kediamannya. Tak mudah bagi dia untuk mengajak rakyat yang dipimpinnya memulai budidaya
6 Suramadu APRIL - JUNI 2014
buah naga ini. Ada dua hambatan utama, yakni lahan dan persepsi masyarakat yang masih awam. Maklum, saat itu, meski sudah mulai turun pamor namun masyarakat masih berharap banyak pada tanaman tembakau. “Bagi masyarakat, tembakau masih jadi primadona. Padahal harganya sudah jatuh dan jadi permainan tengkulak,”ujarnya. Namun, semangatnya pantang kendur. Ia hanya bertekad bahwa upayanya kelak bisa turut mensejahterakan masyarakat sekitarnya. Kondisi alam di desanya yang cukup sulit, justru menantang keberaniannya untuk mencoba. ”Di sini bukan tanah berbatu, melainkan batu bertanah.
Sebab, lebih banyak batu daripada tanah,”ungkapnya sambil menunjuk lahan di depan rumahnya yang ada di daerah berbukit di Sumenep. Kondisi lahan kritis itulah yang kemudian ceritakan pada Lin Ming Yee. ”Mister Lin kemudian memperkenalkan buah naga pada saya,”tandasnya. ”Saya tertarik. Saya pikir, kalau berhasil, ini bisa mengangkat perekonomian masyarakat. Apalagi mister Lin yang akan membiayai penanaman untuk percobaan buah naga, saat saya bilang tidak punya modal. Saya hanya menyediakan lahan dan membayar biaya transportasi bahan-bahan,” paparnya. Sambil terus berkomunikasi
tokoh kita
Muhlis Naga Yang Tak Pelit Ilmu
J
iwa pemberdayaan dan kekeluargaan Muhlis Naga sedemikian dominan. Ini terlihat dari upayanya menyebarkan ilmu pertanian buah naga. Ia bahkan tidak memungut biaya sedikitpun terhadap orang yang ingin menimba ilmu budi daya buah naga. Warga desa pun mengakui jika Muhlis tak pelit berbagi ilmu, buah bahkan bibit buah naga pada warganya.
Muhlis Naga di hamparan kebun naga miliknya.
dengan Mister Lin, Muhlis terus mempelajari tanaman buah naga. Tak ada yang tertarik mengikuti Muhlis menanam buah naga. Hingga enam bulan kemudian tanaman buah naga itu mulai berbuah. ”Saat itu musim hujan tiba dan buah naga saya mulai berbuah. Tidak berbuah sekaligus semuanya. Semuanya berbuah sepanjang musim hujan,”tuturnya. “Nilai jual yang tinggi akhirnya membuat masyarakat mulai tertarik. Mulai dari situlah kemudian perlahan tapi pasti banyak masyarakat yang turut menanam. Alhamdulillah, sekarang Desa Rombesen jadi sentra buah naga,”ujarnya.
“Jiwa sosialnya tinggi. Bahkan, warga yang mau ikut membudidayakan buah naga, dibantu penuh. Ilmu dan bibitnya dikasih,”ujar Badrul Akhmadi, tokoh pemuda setempat. Bahkan, Muhlis naga saat ini sering diminta menjadi penyuluh pertanian. Kepeloporannya juga sampai ke telinga pemerintah pusat hingga pada 29 Mei 2009 Menteri Pertanian Dr. Ir. H. Anton Apriyantono, MS. juga berkunjung dan mengapresiasi usaha Muhlis Naga. ”Kami cukup gembira dengan eksistensi buah naga di sini. Sebab, ketika orang menanyakan dimana sentra buah naga di Sumenep? Orang pasti menjawab di Desa Rombesen, Kecamatan Pragaan ini. Meski demikian ada juga yang menanam buah naga di Kecamatan Saronggi, Gapura dan Slopeng,”papar Muhlis.
Pemasaran buah naga di Desa Rombesen saat ini masih konvensional. Muhlis tidak menjualnya ke supermarket atau pasar buah. Dia manfaatkan tenaga lokal. Dia membuatkan warganya yang ingin berjualan buah naga tanpa modal. Buah naga dijual di pinggirpinggir jalan dari Desa Rombesen yang ada di antara Pamekasan dan Sumenep. Ada juga warga desa yang berkeliling berjualan buah naga sampai Sampang dan Bangkalan. ”Alhamdulillah, ekonomi warga yang sebelumnya menganggur mulai terangkat. Saya suplai buah untuk dijual tanpa modal, asal punya semangat, sportif dan jujur,” tuturnya. Kepada Suramadu Muhlis Naga mengungkapkan cita-citanya untuk menjadikan desanya sebagai pusat agrowisata Madura. ”Dengan pola tanam yang diajarkan mister Lin, saya yakin desa ini bisa menjadi kawasan agrowisata yang menarik. Saya yakin tanaman dataran tinggi, dataran rendah bisa tumbuh subur. Saya sudah sering diskusi dengan warga desa dan mereka setuju,”ungkapnya. Muhlis berharap pemerintah yang bisa membantunya mewujudkan impian dan citacitanya mengembangkan agrowisata di desanya. (coy) Sang Naga: Sedang merawat buah naga sebelum masak.
Kiprah kepeloporannya inilah yang kemudian membuatnya dijuluki ‘Muhlis Naga’. Kini dia memiliki 3 hektar lahan yang ditanami buah naga. “Sekarang, sekali panen bisa mencapai ratusan juta. Nilai ekonomisnya jauh lebih besar dari tembakau. Selain itu, ini lebih menyehatkan,” pungkasnya (*)
Suramadu 7 APRIL - JUNI 2014
fokus
Para santriwati mengikuti pelatihan peningkatan kualias SDM bidang digital printing.
8 Suramadu APRIL - JUNI 2014
Suramadu 9 APRIL - JUNI 2014
fokus
Selain fasilitasi dan stimulasi infrastruktur Madura, komitmen Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) untuk melatih Sumber Daya Manusia (SDM) dalam upaya memajukan Madura terus digarap serius bersama pemerintah daerah. Bahkan, hingga 2024 nanti, ditargetkan sudah melatih 71.400 orang dari total kebutuhan 238.000 SDM terlatih di Madura. Oleh : Faisal Yasir Arifin
BPWS Latih Ribuan SDM Madura B
aju terusan biru itu terlihat pas di tubuhnya. Seperangkat alat las, lengkap dengan cover wajah full face, menjadi kelengkapan safetynya. Ya, dialah Adi, salah satu peserta pelatihan SDM yang digelar BPWS tahun lalu. Kini, ia sudah meraih hasil dari apa yang dipelajarinya dengan terserap di dunia kerja. Pada 2014 ini, BPWS kembali melakukan pelatihan dalam upaya peningkatan SDM terlatih di Madura. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Divisi Hubungan Kelembagaan dan Komunitas Masyarakat (HKKM) dan Divisi Pengendalian Pembangunan BPWS ini memang bertujuan untuk menyiapkan dan meningkatkan kualitas SDM masyarakat Madura untuk menyongsong era Madura maju. Di Divisi HHKM sendiri pemberdayaan SDM ini dikaver di kegiatan pemberdayaan dalam bidang pengembangan pariwisata, peningkatan pemberdayaan ternak sapi, peningkatan pemberdayaan perikanan, intensifikasi komunikasi dan pelatihan pembuatan souvenir. “Total yang dilatih di HKKM ada 528 orang. Itu belum termasuk
10 Suramadu APRIL - JUNI 2014
fokus
ratusan yang turut serta dalam program kerjasama dalam kegiatan Pamekasan Young Entrepreneurship,” ujar Kepala Divisi HKKM, Drs Tadjus Subki. Sementara di Divisi Pengendalian Pembangunan terdapat kegiatan pemberdayaan SDM Madura berbasis kompetensi yang meliputi las, otomotis bersertifikasi, sanitasi air, teknologi pengolahan pangan, bidang IT, kerajinan dan produksi batik, mesin dan kelistrikan serta pariwisata,perhotelan dan Bahasa Inggris. Pesertanya ditargetkan untuk tahun ini mencapai 577 orang. “Ini bagian dari langkah besar BPWS untuk menyiapkan kualitas SDM Madura yang memiliki daya saing di era global,”ujar Kepala Divisi Pengendalian Pembangunan Ir Moch. Anwar MM. Dalam takaran rencana strategis pada 2014 sendiri, diprediksi kebutuhan SDM terlatih pada saat itu mencapai
238.000 personel dengan asumsi pertumbuhan ekonomi saat itu mencapai 8 persen dari angka saat ini yang berada di kisaran 4,5 – 5 persen. Dari kebutuhan itu, BPWS menargetkan bisa melatih SDM terampil mencapai 71.400 orang. “Saya punya mimpi, kelak ketika orang menyebut Madura, yang ada di mindset mereka adalah SDM dengan kemampuan IT, otomotif, pengelolaan pangan dan lain sebagainya. Ini bukan mimpi yang mustahil dijalankan. Dengan kemauan keras, semangat dan keinginan untuk rakyat, ini pasti tercapai,” ujar Kepala Bapel BPWS Mohamad Irian dalam berbagai kesempatan saat membicarakan rencana pengembangan SDM Madura. Sementara itu, dari pengamatan di lapangan menunjukkan, antusiasme peserta pelatihan terlihat sangat menggembirakan. Mereka tampak giat berlatih dan aktif
berkonsultasi dengan pelatih. Seperti yang terlihat dalam kegiatan workshop Intensifikasi Komunikasi. “Bagaimana caranya jika kami ingin berlatih lebih intensif ? Apakah BPWS bisa memfasilitasi? Minimal memberi bimbingan,”ujar Badrul Akhmadi, salah satu peserta dari Sumenep. Hal yang sama terjadi dalam pelatihan pariwisata. Para peserta sangat aktif, bahkan berharap ada kesinambungan. Sehingga, mereka bisa secepatnya berkembang. “Kami melakukan monitoring paska kegiatan ini sebagai salah satu upaya serius kami untuk mengembangkan SDM Madura. Mereka-mereka yang potensial, akan kami bina untuk terus dikembangkan,”ujar Kepala Subdiv Humas, Faisal Yasir Arifin saat mendampingi Kadiv HKKM Tadjus Subki di sela acara pelatihan di Sumenep. (*)
Suramadu 11 APRIL - JUNI 2014
Foto: Ist.
fokus
Pakde Karwo:
Berdayakan Ekonomi Kerakyatan 12 Suramadu APRIL - JUNI 2014
“
Tingkatkan terus kerjasama dengan daerah dan tingkatkan SDM Madura. Tentu dengan pola yang positif, memberdayakan dan nguwongke, sehingga tidak memicu konflik dan semakin meningkatkan daya saing. Salah satunya adalah upaya-upaya yang berbasis pada ekonomi kerakyatan,” ujarnya saat ditemui wartawan Majalah Suramadu di sela-sela sebagai pembicara dalam Seminar Ekonomi Kerakyatan yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UGM Yogyakarta, di Gedung Megister Managemen UGM, akhir Maret silam. Dikatakannya, Madura sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar yang mampu mendongkrak pertumbuhan perekonomian
fokus
Gubernur Jatim Soekarwo turut mengapresiasi apa yang dilakukan BPWS dengan memberdayakan SDM masyarakat Madura. Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo ini menegaskan pentingnya memberdayakan skill SDM Madura berbasis pada ekonomian kerakyatan di Madura untuk meningkatkan daya saing.
nasional dan mensejahterakan rakyatnya. Untuk itulah, di Pemprop Jatim pihaknya mengeluarkan kebijakankebijakan konstruktif untuk kemajuan Madura. Diantaranya rencana pengembangan tebu, jagung, pembuatan embung geo membran, peningkatan perekonomian petani garam, air bersih dan berbagai sektor yang bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat. “Termasuk saat ini kita juga mendorong pengembangan wisata Madura yang berbasis kultural di Madura. Seperti halnya Pulau Gili Iyang yang fenomenal. BPWS kami minta untuk turut mengembangkan. Dampak positifnya bagi masyarakat Madura sangat besar karena memiliki multiplier effect yang
bagus,” tegas anggota Dewan Pengarah BPWS ini. Ditegaskannya, dirinya bersama Wagub Jatim Gus Ipul selalu memberi porsi besar pada upaya peningkatan kesejahteraaan rakyat. Ini merupakan bagian dari mainstream utama kebijakan yang diembannya. “Ada empat program utama yang kami dilakukan, yakni pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment. Ketika dijabarkan di tingkatan aplikatif di Jatim, itu terdiri dari adanya granulator, chpper, lantai jemur, mini feedmill, Jamkrida, infrastruktur wilayah (Jalur Lintas Selatan, Puspa Agro dan Resi Gudang), revitalisasi Balai Latihan Kerja, sekolah lapang
pertanian, dan market job fair, pemagangan, pembangunan SMK mini, koperasi wanita, Jalan Lain Menuju Kesejahteraan (Jalin Kesra) bantuan RTSM, Bosda Madin, Jamkesda, penghijauan jalan provinsi, rumah hijau, renovasi Rumah Tak Layak Huni, rehabilitasi lahan kritis dan lain sebagainya,” tandasnya. Pihaknya yakin jika seluruh elemen di Madura mau bergerak dalam aras yang sama untuk kepentingan bersama, Madura Maju dan memiliki daya saing, bakal terwujud. “Insyaaallah, kami sangat yakin akan hal itu,” pungkasnya. (coy)
Suramadu 13 APRIL - JUNI 2014
fokus
Wabup Sampang:
Keberadaan BPWS Dibutuhkan? Foto: Bhakti Phundowo
K
egiatan yang dilakukan BPWS dengan melakukan pelatihan pemberdayaan masyarakat, mendapat dukungan penuh Wakil Bupati Sampang, Fadhillah Boediono. Hadir dalam kegiatan intensifikasi komunikasi masyarakat dan sejumlah pelatihan lainnya, Fadhillah menegaskan pentingnya peningkatan sumber daya manusia Madura untuk menjawab tantangan zaman sekaligus meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. “Untuk itu, apa yang dilakukan BPWS dengan melatih SDM Madura ini kami sangat berterimakasih dan mendukung penuh. Dengan fakta-fakta seperti ini, tentu eksistensi BPWS sangat diperlukan di Madura untuk mendukung peningkatan mutu dan kualitas Madura. Tentu dengan tetap bersinergi dengan Pemerintah Daerah,” tegasnya. Pada kesempatan itu, Wabup yang dikenal ramah ini menambahkan, pihaknya berharap pemuda-pemuda Madura bisa mengambil ilmu yang disampaikan untuk kemudian diterapkan dalam tataran
14 Suramadu APRIL - JUNI 2014
aplikatif yang bisa meningkatkan perekonomian. “Kemajuan Madura ada di tangan pemudanya. Untuk itu kami mengajak semua elemen pemuda ini untuk bergerak bersama memajukan Madura,” tegasnya yang disambut riuh tepuk tangan peserta pelatihan yang hadir di Hotel Camplong Sampang. Ia menambahkan, Madura maju bukan hanya isapan jempol belaka. Namun hal itu akan terwujud jika semua elemen mau bergandengan tangan untuk satu tujuan demi kemajuan Madura. “Pemudanya jangan hanya berpangku tangan,” ujarnya dalam sambutan pemberdayan Intesifikasi Masyarakat yang diisi dengan workshop pembuatan mug dan pin yang diadakan BPWS ini. Namun demikian, pihaknya juga berpesan kepada BPWS untuk bukan hanya melatih skill ekonomi kreatif, namun juga membantu membuka jaringan pemasaran. Sebab, hal itu menjadi sangat vital bagi keberlangsungan dari kegiatan pemberdayaan SDM ini.
“Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini sebagai langkah maju. Namun kami berharap BPWS juga membuka ruang pasar, sehingga apa yang dilatihkan ini benar-benar bisa membuat ekonomi mereka bergerak. Dampaknya bisa membantu mengentaskan kemiskinan dan pengangguran,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Hubungan Kelembagaan dan Komunitas Masyarakat, Drs Tadjus Subki menyambut baik harapan itu. Menurutnya, saat ini divisinya sudah mengumpulkan database dari peserta yang turut kegiatan tersebut. Tujuannya, ada keberlangsungan dan pemantauan dari hasil pelatihan tersebut. “Yang potensial memang kami dorong untuk terus maju. Bahkan, beberapa diantara mereka yang dilatih, telah membuka usaha di bidang yang kita latihkan. Ini tentu perkembangan menggembirakan yang kami harapkan bisa menularkan virus positif bagi yang lain,” ujarnya yang disambut tepuk tangan dari Fadhillah Boediono dan peserta pelatihan. (coy)
fokus
Mochammad Anwar:
Harus Ada Monitoring dan Evaluasi
S
ebanyak apapun pelatihan peningkatan SDM yang dilakukan, tanpa monitoring dan evaluasi maka hasilnya tidak akan maksimal. Ini diyakini Kepala Divisi Pengendalian Pembangunan, Ir Moch Anwar MM. Untuk itulah, dirinya terus melalukan evaluasi dan monitoring terhadap kegiatan penguatan SDM yang dilakukan. “Kami pantau sejauh mana penyerapannya, kemudian tataran aplikatif paska kegiatan. Sehingga kami bisa menentukan langkah kelanjutan agar apa yang dilatihkan bisa berdampak positif yang maksimal,”ujarnya. Dari monitoring itulah pihaknya berencana akan melakukan pameran terhadap produk dari kegiatan pelatihan yang telah dilakukan.
“Misalnya, dari kerajinan produknya apa? Dari pengolahan pangan produknya apa? Dari pariwisata? IT dan lain sebagainya. Lalu kita kumpulkan yang terbaik terus kita pamerkan,”ujarnya. Langkah itu akan merangsang pihak lain untuk ikut maju bersama. “Ini akan mengedukasi dan mengevokasi yang lainnya untuk ikut maju. Sehingga, kelak mereka yang menghambat dan enggan maju, akan malu sendiri . Kemudian malah bisa ikut dalam aras yang sama dalam upaya membangun Madura,”ujarnya. Selain monitoring, Anwar juga menerapkan evaluasi pra maupun paska kegiatan. Evaluasi ini penting dilakukan agar kegiatan yang dijalankan berjalan baik dan bisa meningkatkan kualitas kegiatan di kemudian hari. “Dari evaluasi itu pula kita bisa tahu mana yang potensial. Selain itu, kegiatan selanjutnya bisa semakin ditingkatkan kualitasnya,”tegasnya. Dari hasil monitoring dan evaluasi itulah, dirinya menyimpulkan bahwa kualitas personal masyarakat Madura itu luar biasa. “Semangat tinggi dan mudah menyerap ilmu. Bahkan, kelompok difabel yang ikut pelatihan pun mampu menghasilkan produk yang bagus,”pungkasnya. (coy)
Foto: Bhakti Phundowo
Suramadu 15 APRIL - JUNI 2014
etnika
Foto: Bhakti Phundowo
Tradisi Unik di Madura
Lelap Berpasir Masyarakat Pesisir Di era serba digital saat ini, mungkin terasa aneh ketika kita mendengar masih ada orang tidur beralaskan pasir bukan? Namun itulah yang terjadi di sebuah pesisir di Sumenep Madura. Sebuah keunikan kultur yang mungkin hanya ada satu-satunya di dunia. Oleh : Faisal Yasir Arifin
S
iang terik itu, tiga perempuan setengah baya meriung di atas hamparan pasir yang membentuk ranjang di ruang tamu. Seorang terlihat tengkurap berbaring dengan kepala mendongak, seorang lagi sembari menyuapi anak yang digendong terlihat asyik ngerumpi dengan teman sebelahnya. Riang tanpa risih meski sejumlah pasir menempel di lengan dan badannya. Itulah salah satu tradisi unik di Madura, bahkan mungkin hanya ada satu-satunya di seantero jagad raya. Ya, itulah keunikan Desa
16 Suramadu APRIL - JUNI 2014
Legung Timur, Desa Legung Barat, dan Desa Dapenda, Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Masyarakat setempat memiliki kebiasaan dan rutinitas yang cukup unik. Yakni tidur di atas pasir. Menariknya, tradisi ini tidak mengenal strata sosial ekonomi, hampir seluruh masyarakatnya selalu menyediakan springbed pasir ini di rumah. Sekaya apapun mereka pasti di setiap rumah ada suatu ruangan yang terdapat kasur pasir . Di desa yang letaknya di pesisir utara Sumenep ini, di rumah-rumah penduduk yang sudah permanen atau rumah
etnika Tidak hanya tidur, aktivitas lainnya juga dilakukan diatas pasir seperti di ruangan keluarga, bermain, bahkan tak sedikit wanita yang memilih melahirkan diatas pasir daripada di bed empuk.
“Ini sudah tradisi nenek moyang yang tidak jelas ada asal usulnya. Namun, sudah ada kepercayaan bagi penduduk bahwa tidur di pasir lebih enak daripada tidur di tempat lain,” tuturnya.
“Ini menjadi salah satu daya tarik madura, kekayaaan khasanah budaya Madura yang bisa kita angkat menjadi nilai pariwisata dunia. Sebab, mungkin hanya ada satu di dunia,” ujar Wabup Sumenep, Soengkono Sidik ketika diwawancarai Majalah Suramadu.
Ada pula kepercayaan bagi masyarakat setempat, ketika sakit dan dirawat di rumah sakit, orang yang sakit tidak bisa lelap tidurnya sebelum tubuhnya dilumuri pasir. Setelah dilumuri pasir, pasien itu bisa lelap tidurnya.
Muhammad, warga Desa Legung Timur, mengaku, tidur di pasir sudah menjadi adat sejak leluhur mereka. Bahkan, warga setempat tidak ada yang tidur menggunakan kasur. Kasur dipakai ketika malam pertama pengantin saja. Sehabis malam pertama pengantin, kasurnya digulung dan berganti tidur di pasir. kayu, dipastikan tersedia petak berukuran 2 x 3 meter persegi dengan ketinggian 15 cm, yang dibatasi dengan semen. Tradisi tidur di atas pasir sudah berjalan sejak lama, konon sudah berusia ratusan tahun sejak zaman leluhur mereka . Pasir yang digunakan ialah pasir pantai, dan digunakan pasir yang paling bersih dan paling halus partikelnya. Pasir dibersihkan dengan cara diayak secara rutin, dan setiap tahunnya selalu mengganti pasirnya dengan yang baru.
“Kalau ada anggota keluarga yang sakit, masyarakat di sini selalu membawa pasir yang biasa dipakai di kamarnya,” kata Junaidi.
“Kalau tidur di kasur justru setelah bangun badan ini terasa kaku semua. Namun, kalau tidur di pasir, bisa nyenyak,” kata Junaidi.
Selain itu, bayi yang baru lahir pun juga langsung ditempatkan di pasir sebelum dimandikan. Setelah ditidurkan di pasir, baru bayi tersebut dimandikan. Kepercayaan lainnya, ketika nelayan hendak melaut, sebelum naik ke atas kapalnya, para nelayan masih melumuri beberapa anggota tubuhnya dengan pasir.
Junaidi menceritakan, tidak ada pasir pilihan untuk dijadikan kasur. Pasir dipilih di depan rumah warga masing-masing, dengan disaring terlebih dahulu sebelum ditempatkan di dalam kamar. Pasir yang sudah lama dipakai biasanya diganti dengan pasir baru dengan membuang kotorannya saja.
Harapannya, mereka bisa mendapat restu bumi dan bisa kembali ke rumahnya dengan hasil tangkapan yang banyak. “Tradisi ini tampak aneh bagi sebagian masyarakat. Namun, bagi kami di sini, pasir sudah menjadi bagian dari sistem kehidupan yang turun-temurun,” tutur Junaidi. (*)
Menurut masyarakat setempat, tidur diatas pasir dipercayai dapat menyehatkan tubuh. Benarkah ? Tidak ada yang tahu secara pasti akan hal ini. Namun dalam dimensi transedental dan sinkretisme, tidur di atas pasir ini umum diketahui bisa menangkal santet dan ilmu hitam. Salah satu yang membuat tradisi ini tetap terjaga ialah pasir tersebut memiliki fungsi menjadi pendingin saat cuaca sedang panas atau musim kemarau. Sedangkan saat musim hujan atau saat cuaca dingin pasir ini dapat menjadi penghangat.
Suramadu 17 APRIL - JUNI 2014
teras
BPWS Latih Pelaku L Wisata Madura
angkah ini ditempuh untuk menyiapkan SDM prawisata yang memiliki pengetahuan dan standar mutu dalam menjalankan sektor wisata.
Selaras dengan rencana BPWS untuk melakukan integrasi pariwisata Madura berbasis Syariah sebagai bagian dari upaya mendongkrak perekonomian sektor wisata, BPWS melatih para pelaku wisata di empat Kabupaten di Madura.
Kegiatan ini melibatkan 26 pelaku wisata yang terdiri dari perwakilan objek wisata, usaha pariwisata, organisasi pemuda dan penggiat pariwisata di masing-masing kabpuaten, yakni Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Bangkalan. Kegiatan ini dijalankan selama empat bulan dengan masing-masing pelatihan berlangsung selama dua hari di Kabupaten Pamekasan. Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Dr. Alwi, M.Hum dalam sambutannya menyampaikan, faktanya saat ini
Foto: Afif Nurrohman
Pelaku wisata Madura dalam pelatihan di Sumenep dan Pamekasan
18 Suramadu APRIL - JUNI 2014
teras belum banyak yang bisa dilakukan untuk pembangunan pariwisata di Kabupaten Pamekasan, walaupun dalam beberapa perencanaan dan pembangunan objek pariwisata telah dilakukan. Pada kesempatan itu, Alwi banyak berharap penyelenggaraan pelatihan yang diselenggarakan BPWS ini berdampak positif bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Pamekasan. “Melalui forum ini, kita bisa saling membangun kesepahaman untuk membangun impian-impian besar tersebut, menggerakkan roda perekonomian masyarakat melalui pembangunan pariwisata” jelasnya. Ditambahkan, sektor pariwisata terbukti mampu menggerakkan perekonomian
suatu daerah secara masif dan lebih merata. “Contohnya Jogjakarta, Bali, Bandung dan lain sebagainya. Madura dengan segala potensinya, tentu bukan mustahil untuk mengarah pada titik itu. Hanya harus dipahami bahwa pariwisata di Madura tetap harus selaras dengan konstruksi kultur Madura,”ujarnya. Sementara, Wakil Kepala BPWS, Drs. Herman Hidayat, SH MM dalam sambutannya mengatakan, BPWS mendorong munculnya pelaku-pelaku pariwisata. Baik sebagai pemandu atau pemilik tours and travel. “Madura itu memiliki potensi pariwisata yang banyak. Sekarang tinggal bagaimana kita mengemas dan menjualnya. Karena inti pariwisata itu terletak pada masyarakat. Masyarakat harus memiliki sense of belonging dan sense of responsibility”, tutur pria kelahiran Sumenep ini dengan penuh semangat. Dalam pelatihan ini, peserta diberi beberapa materi, seperti potensi pengembangan pariwisata Kabupaten Pamekasan, teknik
pemanduan, penyusunan paket wisata dan blog pariwisata. Untuk memaksimalkan kegiatan ini, BPWS sengaja menghadirkan pembicara yang berkompeten dan berpengalaman, yaitu Drs. Ec. AM Yuliyanto, MM. dari Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pamekasan, T. Anita Sonya Lestari, SS, praktisi pramuwisata Propinsi Jawa Timur, dan Jhonny J. Koraag, SE, dari praktisi sekaligus owner SPARTA Tour and Travel Surabaya serta Primatar Kuswiradyo,ST, MT, akademisi dari Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Malang. Selama berlangsungnya acara, para peserta nampak begitu bersemangat dalam mengikuti serangkaian pelatihan ini. Kemudian di akhir kegiatan, dibentuk dan dipilih koordinator Forum Pariwisata Madura untuk wilayah Pamekasan. Dengan besar harapan, forum ini dapat menjadi wadah berhimpun dan berkomunikasi bagi pelaku-pelaku pariwisata dalam mempercepat pembangunan pariwisata di Kabupaten Pamekasan. (abu/coy)
Suramadu 19 APRIL - JUNI 2014
len-jelenan
Pacu Adrenalin di Gua Aeng-Gili Iyang Pulau Gili Iyang memang menyimpan ragam pesona. Selain memiliki kemurnian O2 yang menyehatkan, pulau ini teryata juga menyimpan kekayaan pesona gua karst ( batuan kapur). Tidak tanggungtanggung, ada tiga spot yang layak dikunjungi. Seperti apa? Oleh : Fajar Firmansyah
W
ajah sepasang pengantin baru asal Jogjakarta itu terlihat sumringah ketika kapal yang membawanya ke Gili Iyang hampir mendarat. Pasangan bernama Toro dan Annisa itu memang memiliki jiwa petualang, sehingga ketika ia mendengar tentang kisah Gili Iyang, ia pun bertekad menjelajahnya. “Ternyata benar kata berita itu, suasananya segar karena kadar oksigennya memang tinggi. Namun saya di sini ingin menjelajah Gua Aeng yang konon masih perawan,” ujarnya didampingi sang istri dan Kokoh Yulistio, petualang freelancer asal Malang. Sejenak beristirahat di rumah Klebun Ban Raas, Haji Pa’ong, ketiganya segera berangkat ke Gua Aeng di sisi timur pulau yang masuk Desa Bancaramara. Didampingi sejumlah pemuda
20 Suramadu APRIL - JUNI 2014
desa, mereka menjelajah masuk. Suara ratusan kelelawar mencuit riuh di langit-langit gua. Membuat ciut nyali. “Ini menandakan gua ada oksigennya dan aman untuk disusuri,” ujar Toro. Gua yang gelap pekat itupun mendadak terang dengan lampu HID yang dibawanya. Stalagmit dan stalagtit terlukis indah di kanan kiri jalur penyusuran. Sekira 200 meter dari mulut gua, jalanan bercabang ke kiri. Kami pun memutuskan untuk mengambil jalan lurus. Jalanan tiba-tiba menurun tajam. Curam dan seram. Bagi yang tidak pengalaman, memang sedikit mengerikan, namun bagi mereka yang suka berpetualang, jalur ini justru memacu adrenalin. Usai jalan curam itu, pemandangan indah menghampar.
Di depan kami, air menghampar tenang dan bening dengan stalagmit dan stalagtit indah. Sayangnya, karena peralatan terbatas, mustahil menyusuri Gua Aeng hingga ujung. “Ini idealnya harus disusuri dengan kano. Berdasarkan pengalaman, gua ini menyimpan keindahan di loronglorong airnya. Kapan-kapan saya akan kembali,” ujarnya. Kami pun memutuskan untuk kembali ke atas. Setelah sejenak beristirahat, oleh para pemuda desa kami diarahkan untuk menuju Batu Canggah. Sekira 500 meter berjalan, kami sampai di semacam perbukitan yang di depannya menghampar laut dalam. Jalanan pun menurun tajam di kemiringan kisaran 80 derajat. Kanan kiri jalur terdapat karang tajam. Namun, kondisi itu terbayar dengan pemandangan
indah. Sebuah batu karang menyangga langit-langit bak balkon alam menjulur ke laut dalam. Di depannya, laut dalam dengan dihiasi bayangan Pulau Sapudi. “Ini benar-benar luar biasa. Di sini bisa dipakai untuk spot mancing bagi yang suka. Tempat yang teduh, laut dalam dan angin yang bersahabat. Istimewa,” ujar Kokoh Yulistio yang juga penghobi mancing di laut lepas ini.
Keindahan di Goa Aeng
Foto: Bhakti Phundowo
Ya, Gili Iyang masih menyimpan sejuta pesona. Kabar terbaru, di desa Ban Raas juga ditemukan gua karst yang sangat indah sepanjang kurang lebih 400 meter. Hingga kini, gua itu masih direstorasi oleh Kepala Desa Ban Raas.(coy) “Kita sedang bersihkan, dan kita upayakan untuk direstorasi sebagai destinasi wisata,” ujar Haji Pa’ong. (*)
Suramadu 21 APRIL - JUNI 2014
jendela surabaya
West Madura offshore
Jalan lintas utara Madura
UMKM Batik
Jatim - Polandia Bahas Kerjasama Ekonomi
Lirik Potensi Madura Pemerintah Propinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Polandia membahas dan memperluas kerjasama di berbagai bidang khususnya ekonomi, investasi, perdagangan, pariwisata, kebudayaan dan pendidikan. Khusus di bidang investasi Jawa Timur menawarkan Polandia agar menanamkan modalnya di sektor energi mineral dan batubara.
22 Suramadu APRIL - JUNI 2014
I
ni diungkapkan Gubernur Jawa Timur Soekarwo saat menerima Duta Besar Republik Polandia untuk Indonesia H.E Tadeusz Szumowski di Gedung Negara Grahadi Mei lalu. Gubernut mengatakan, dalam perkembangan global menginginkan hubungan pemerintah Polandia dengan Indonesia khususnya dengan Jawa Timur terus ditingkatkan dan memprioritaskan dibidang perdagangan, investasi dan pariwisata. Diharapkan kerjasa di tiga bidang bisa berjalan dan saling menguntungkan. Jawa Timur sebagai penyuplai berbagai kebutuhan di Indonesia Timur masih kekurangan investor untuk berinvestasi di daerahnya. Oleh sebab itu Jawa Timur mengundang para investor Polandia untuk berinvestasi di Jawa Timur. Selain itu sampai saat ini menurut data dari Badan Penanaman Modal investor Polandia belum ada yang masuk ke Jawa Timur.
UMKM jamur tiram
Dubes Polandia bersama Gubernur Jatim Jawa . Jumlah penduduk pada 2014 sekitar 38 juta orang atau paling banyak ke dua di Indonesia sehinga dengan kepadatan penduduk 800 orang per kilo meter persegi. Provinsi Jawa Timur terus berkembang dan saat ini menjadi pusat logistik dan perdagangan untuk Indonesia Timur.
“Termasuk madura yang amat potensial di berbagai bidang. Kerjasama ini tentu bisa mendongkrak perekonomian Madura dan Jawa Timur,”tegasnya. Gubernur Soekarwo menawarkan kepada Polandaia agar berinvestasi disektor pengolahan energi mineral dan batubara (Minerba), karena mulai 12 Januari 2014, UU Minerba mulai diberlakukan. Secara umum, UU ini menetapkan bahwa mineral harus diproses di dalam negeri sebelum diekspor. Karena dengan diolahnya Minerba terlebih dahulu sebelum diekspor akan mempunyai nilai tambah bagi perekonomian Indonesia khususnya Jawa Timur. Sekedar diketahui luas Jawa Timur saat ini 47 ribu kilo meter persegi atau merupakan salah satu provinsi paling luas di Pulau
Ekonomi Jawa Timur terus berkembang cukup baik. Pada 2012 pertumbuhan ekonomi mencapai 7,22 persen kemudian 2013 tumbuh 6,55 persen dan pada 2014 ditargetkan bisa menembus 6,7 hingga sampai 6,9 persen. Secara nasional Jawa Timur menyumbang sekitar 15 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia atau nomor dua setelah DKI Jakarta. Di bidang Perdagangan, Kata Soekarwo, antara Jawa Timur dengan Polandia sudah berjalan cukup lama. Pada 2011 sampai 2013 ekspor Jawa Timur ke Polandia mencapai 37,76 juta dollar AS sedangkan impornya hanya 31,88 juta dollar atau surplus 5,88 juta dollar untuk Jawa Timur. Duta Besar (Dubes) Republik Polandia untuk Indonesia, H.E Tadeusz Szumowski, mengatakan, kunjungannya ke Jawa Timur merupakan tidak lanjut kunjungan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ke Warsawa Polandia pada September 2013. Pada kunjungan tersebut Presiden RI telah melakukan menandatangan
kesepahaman kerja sama MoU antara Kadin Indonesia dengan Kamar Dagang Polandia. Kata Dubes Polandia, Provinsi Jawa Timur dipandaang perupakan wilayah provinsi yang menarik bagi peningkatan hubungan kerja sama di berbagai bidang. Menurutnya, potensi kerjasama investasi dan perdagangan dengan Jawa Timur diantaranya perkapalan, pelabuhan, permesianan berat, galangan kapal, mesin kontruksi, pelistrikan, sistem pengairan, pemanfaatan limbah serta pariwisata. Oleh sebab itu melalui pertemuan ini diharapkan kedua belah pihak dapat saling bertukar informasi mengenai berbagai prosfek serta potensi peningkatan kerjasama. Selain itu Polandia menawarkan Peningkatkan kerjasama bidang khususnya bidang pertanian, perikanan, infrastruktur, perkapalan dan pendidikan. Polandia juga menawarkan kerjasama teknologi dan pertukaran pelajar. Dalam acara tersebut juga telah dilakukan tukar menukar cinderamata antara Dubes Republik Polandia dengan Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Saling tukar cendra mata tersebut untuk meningkatkan dan mempererat hungunan antara ke Jawa Timur dengan Polandia.(Pip)
Suramadu 23 APRIL - JUNI 2014
Trigana Air Siap Landing di Bandara Trunojoyo
Ada Rute Sumenep-Kangean
Sumenep – Setelah sekian lama, iImpian warga Madura untuk menikmati penerbangan komersial di Madura bakal tercapai. Sebab, Pesawat Trigana Air dalam waktu dekat akan bersiap landing di Bandara Trunojoyo Sumenep.
I
ni setelah Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim membuat kesepakatan dengan pihak Trigana Air selaku perusahaan penerbangan yang akan mengelola Bandara Trunojoyo. Kesepakatan tersebut tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani kedua belah pihak, Sabtu (26/4) Penanda tanganan MoU tersebut dilakukan diruang rapat Graha Arya Wiraraja lantai II Pemkab Sumenep. Di tempat tersebut disepakati penerbangan akan dilakukan mulai Juli mendatang. Kedua belah pihak sepakat untuk segera mengkomersialkan satu-satunya bandara di Madura tesebut.
24 Suramadu APRIL - JUNI 2014
Untuk mendukung operasional bandara tersebut, pemkab diminta untuk membantu mencarikan penumpang. Bak gayung bersambut Bupati KH Busyro Karim ternyata tidak setengah – setengah dalam mewujudkan impian warga Madura, khususnya Sumenep. “Ini demi Madura, makanya kami tidak mau setengahsetengah,”tandasnya. Bahkan Bupati mengatakan, pemkab sudah melakukan koordinasi dengan beberapa pihak termasuk pengusaha dan perbankan.Dia mengungkapkan,saat ini sudah ada pengusaha yang akan menjadi penumpang rutin.
Ada pengusaha yang sudah siap menanggung dua hingga tiga kursi tiap harinya. Termasuk juga dari pihak perbankan, sudah ada kesiapan. “Kita optimistis pengoperasian penerbangan akan lancar,” kata Bupati Busyro. Terkait kesiapan Pemkab, Bupati menilai sudah tidak ada persoalan. Trigana Air sendiri sudah menyatakan Bandara Trunojoyo sangat layak untuk melakukan penerbangan komersial Hanya saja lanjut
jendela madura dia, akan ada perbaikan pada landasan pesawat yang masih butuh ditambal. Selain itu, akan ada perbaikan landasan pacu di Kangean. ”Kita suda siap semua.Tinggal di bandara Kangean kita akan perbaiki. Ditempat yang sama, Commersial Director Trigana Air Service Daniel S.Kurniawan menjelaskan pesawat yang akan digunakan nanti adalah pesawat
model ATR 72. Dia mengatakan, sebelummnya memang direncanakan menggunakan ATR 42. Namun karena belum ada pesawat yang bisa digunakan dialihkan ke pesawat model ATR 72. Dikatakan kelengkapan keamanan dan keselamatan Bandara Trunojoyo sudah terpenuhi semua. “Artinya, Bandara Trunojoyo sudah sangat layak untuk dioperasikan. Hanya saja, apabila mengguankan ATR 72 harus ada perpanjangan landasan dan itu sudah ditemukan solusinya,” tandasnya.
Untuk jadwal penerbangan perdana akan dilakukan rute Sumenep- Surabaya. Kemudian rute Sumenep-Bali dan Rute Sumenep-Kangean. Dua rute terakhir diprediksi untuk sementara tidak melayani setiap hari. “Mungkin tiga kali seminggu. Kita akan menyesuaikan dengan kondisi,”Kata Daniel S Kurniawan. Sementara untuk harga tiket,perusahaan belum memastikan besarannya. Hal itu karena pihaknya masih melakukan kajian.”Kami masih belum menghitung semua. Tapi kami optimistis potensi penumpang di Sumenep bisa mencapai 100 persen,” pungkas Daniel (coy).
Suramadu 25 APRIL - JUNI 2014
apa kabar
Berangkat Modal Nekad, A Kini Buka Konveksi Pertengahan 2013 silam, mungkin menjadi titik tolak yang krusial bagi Amiruddin (27) dan temannya, Junaidi (26). Usai menjadi peserta pelatihan yang dilakukan BPWS, mereka kini membuka usaha bidang konveksi. Keduanya adalah sebagian kecil dari mereka yang berhasil mandiri dalam program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan BPWS. Oleh : Faisal Yasir Arifin
miruddin merupakan satu dari sekian kisah sukses dari ratusan peserta pelatihan yang telah berhasil mendirikan usaha sendiri di Madura. Hal ini menunjukkan pelatihan pemberdayaan yang dilakukan BPWS di Madura, menunjukkan hasil positif. Dimana mereka yang telah dilatih, telah terserap oleh dunia kerja dan sebagian membuka usaha mandiri, seperti yang dilakukan Amiruddin. Awalnya, pria sederhana lulusan SMA ini hanyalah pemuda pengangguran di desanya. “Yaaah, kerja apa saja,” ujar pemuda asal Ketapang, Sampang ini mengisahkan. Suatu ketika ia mendengar dari temannya ada kegiatan intensifikasi komunikasi yang diisi dengan pelatihan berbasis digital printing dan cetakan yakni pembuatan sablon kaos dan mug. Ia melihat peluang dimana saat ini di Madura, usaha konveksi masih sangat minim. “Saya lalu cari informasinya ke BPWS langsung dan mendaftar untuk ikut. Alhamdulillah, sudah dikasih ilmu gratis masih dikasih uang saku,” ujarnya polos. Dalam pelatihan tersebut, ia mengaku termotivasi. Apalagi pelatihnya memompa motivasi peserta dengan menceritakan riwayat usahanya yang dimulai dari minus. “Bukan dari nol lagi, tetapi dari minus. Kalau orang lain bisa, kita pasti bisa,” ujarnya.
Foto: Bhakti Phundowo
Usai pelatihan, ia bersama Junaidi asal Pamekasan, langsung merancang rencana usaha. Bahkan, dengan modal nekad, dia bersama tiga temannya berangkat ke Jogjakarta degan naik sepeda motor untuk berguru langsung ke pelatih di workhshop milik Hartoro di Monster Digital Art Jogjakarta.
“...itu merupakan langkah strategis untuk meningkatkan mutu dan kualitas diri.” 26 Suramadu APRIL - JUNI 2014
“Kami difasilitasi Divisi Hubungan Kelembagaan dan Komunitas Masyarakat BPWS untuk berangkat ke Jogjakarta. Sebulan belajar di Jogja gratis, sama pemilik Monster Art ndak boleh bayar. Modal nekad, pulang bikin usaha, hahahaha,” ujarnya.
apa kabar Bersama temannya, Junaidi, ia kini mendirikan usaha konveksi dan cetakan di Sampang. Meskipun mengaku belum besar, namun ia yakin prospeknya sangat bagus di Madura. “Usaha konveksi dan cetakan berbasis digital printing masih jarang di Madura. Saat ini kami masih merangkak, namun progresnya positif. Kami berharap, ada bantuan pemerintah. Entah dalam permodalan, misalnya kredit lunak,” ujarnya. Senada dengan Amir, peserta pelatihan asal Bangkalan, Khoirul Anam dan Djunaidi mengambil langkah yang sama. Khoirul yang saat itu turut serta bersama Amir berguru ke Madura, kini juga membuka usaha sejenis di Bangkalan. “Kami berterimakasih telah dilatih BPWS. Dengan demikian, ini menjadi salah satu upaya untuk menggerus pengangguran,” ujar mahasiswa PTN di Bangkalan, Madura ini. Sementara itu, Djunaidi Ahmad (25) peserta pelatihan yang lain kini telah mendirikan Ianah Digital Collection yang bergerak dalam bidang usaha cetakan berbasis digital printing. “Yaaah, seperti pelatihan yang dilakukan BWPS kemarin. Kami buka usaha di bidang printing, seperti pembuatan mug, pin, ID Card, souvenir cetak, resin dan lain sebagainya yang berbasis pada cetakan,” ujarnya.
Tadjus Subki:
Sebab...,Madura Bisa! M
enyikapi hasil dari kegiatan peningkatan SDM Madura, Kepala Divisi Hubungan Kelembagaan dan Komunitas Masyarakat (HKKM) BPWS, Drs Tadjus Subki MM mengatakan, sebenarnya sangat banyak peserta pelatihan yang telah mandiri dan terserap oleh dunia kerja. Hal itu menunjukkan BPWS tidak hanya diam, melainkan terus melakukan langkah pro aktif untuk memajukan Madura. “BPWS telah malatih lebih dari 6000 masyarakat Madura dalam peningkatan kualitas SDM. Baik di bidang kemasan, makanan, handycraft, digital printing, konveksi, servis motor, teknisi IT dan komputer dan banyak lagi. Dari angka itu, mayoritas dari mereka telah terserap pasar dan sebagian lagi membuka usaha mandiri,” tandasnya.
“Sebab, itu menjadi amanat yang diemban BPWS,” tandasnya. Menurutnya, pihaknya yakin jika SDM Madura bisa memiliki daya saing. Sebab, potensi SDM nya sendiri sebenarnya mudah dibina dan memiliki karakter pekerja keras. Hal ini menjadi modal dominan yang mutlak diperlukan. “Yang diperlukan adalah SDM tersebut terus diasah dan dibina. BPWS yakin SDM Madura mampu memiliki daya saing. Sebab..., Madura Bisa,”tegasnya (coy)
Untuk itu, lanjutnya, BPWS akan terus melakukan terobosan-terobosan dan langkah yang tepat dalam meningkatkan kualitas SDM Madura.
Djunaidi bertekad, dirinya akan melebarkan ranah usahanya ke sejumlah bidang yang berbasis cetakan. Ia mengaku, banyak mendapat manfaat dari pelatihan yang digelar BPWS. Untuk itu, pihaknya mendukung penuh langkah BPWS dalam membangun Sumber daya Manusia Madura (SDM). “Makanya, saya selalu ikut program pelatihan pemberdayaan masyarakat yang digelar BPWS. Sebab, itu merupakan langkah strategis untuk meningkatkan mutu dan kualitas diri,” tandasnya. (*)
Suramadu 27 APRIL - JUNI 2014
Mengenal Kucing Pulau Ra’as Madura
Ras Terbaik Indonesia, Layak Mendunia Acapkali kita lebih fasih menyebut kucing ras-ras unggulan semacam Kucing Anggora, Persia, Siam, Norwegian Forest Cat atau yang lainnya. Padahal Indonesia, tepatnya Madura, memiliki salah satu kucing ras unggulan yang namanya justru mulai mendunia. Yakni Kucing Ra’as dari Pulau Ra’as Sumenep. Seperti apa? oleh : Faisal Yasir Arifin
28 Suramadu APRIL - JUNI 2014
P
osturnya cenderung gelap dengan mata tajam dan bentuk kepala mirip Puma ataupun Leopard. Perawakan tegasnya memancarkan aura tersendiri. Itulah kucing Raás yang legendaris, banyak dicari namun sulit ditemukan. Ras kucing yang hidup disebuah pulau kecil itu perkembangbiakannya berlangsung terus menerus dan kemurnian genetiknya secara alami tanpa campuran gen dari kucing-kucing lain. Kucing ini bukan ras “kampung” yang sering berkeliaran di pasar-pasar. Bukan juga ras Javanese atau Balinese yang menggunakan nama
pulau di negara kita. Ras kucing asli Indonesia ini, hidup dan berkembang biak di Madura. Seperti halnya ras anjing Kintamani yang awalnya hanya berkembangbiak di pulau Bali, kucing Madura juga berkembang biak di sebuah pulau kecil bernama Raas yang terletak di sebelah timur pulau Madura. Kucing Raas ini mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai leopard. Saat ini telah diketahui dua warna yang sering terdapat pada kucing raas, yaitu : buso dan kecubung. Buso adalah bahasa setempat untuk warna abu-abu (blue) seperti yang terdapat pada ras rusian blue atau british shorthair. Sedangkan
oase kecubung adalah istilah setempat yang diberikan bagi kucing yang berwarna coklat. Menariknya, keberadaan Kucing Raas telah menarik perhatian dua klub penggemar kucing yang ada di Indonesia. Masing-masing klub ini menginginkan agar kelestarian kucing tersebut tetap terjaga dan menjadikan kucing Raas sebagai ras kucing yang diakui masyarakat perkucingan dunia. Diperlukan program pengembangbiakan kucing yang ketat dan terencana untuk menghilangkan atau meminimalkan cacat genetik sekaligus menstabilkan sifat-sifat genetik yang merupakan ciri khas. Sebenarnya, adat istiadat dan kepercayaan setempat sudah mendukung kemurnian ras kucing ini. Eksistensi kucing ini sendiri ternyata merupakan komoditi penting bagi pejabat maupun pemuka di daerah, karena mempunyai arti dan nilai khusus. Seorang pejabat tinggi militer di Jawa Timur yang dikenal baik oleh wartawan SURAMADU bahkan mengaku memelihara Kucing Raas ini. “Konon kucing ini membawa aura positif dan kewibawaan. Dan menariknya, kucing ini termasuk langka dan susah dikembangbiakkan,”ujarnya suatu ketika saat di rumahnya. Memang, saat ini perkembangbiakannya hanya terjadi di Pulau Raas dan sangat dilindungi penduduk setempat. Hanya kucing jantan yang telah dikebiri yang diizinkan untuk dibawa keluar pulau. Kelahiran anak kucing warna abu-abu selalu dinantikan untuk diberikan sebagai hadiah kepada orang-orang tertentu ataupun penyayang kucing karena memang sangat diminati. Dengan adanya perlakuan khusus dari penduduk setempat dalam hal penyebarannya keluar Pulau Raas, kemungkinan besar tidak akan terjadi perkembangbiakannya atau persilangan dengan kucing lain ditempat yang baru. Kucing Raas sendiri saat ini tidak lepas dengan cerita mitosmitos yang dieprcaya masyarakat. Konon kucing ini memiliki
indra keenam serta hanya orangorang tertentu saja (seperti kyai, pejabat dan tokoh masyarakat) yang dapat memeliharanya. Kucing ini menurut cerita konon apabila kucing tersebut dibawa keluar pulau oleh orang yang “tidak berjodoh”, maka perahu yang ditumpanginya akan tenggelam. Untuk mencapai pulau tersebut terlebih dahulu kita harus menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dari kota Sumenep menuju pelabuhan. Perjalanan harus dilanjutkan dengan perahu Madura yang berukuran relatif kecil selama minimal 6 jam dengan catatan cuaca dalam keadaan cukup baik. Sebelum mencapai Pulau Ra’as, perjalanan dengan perahu ini melewati pulau Sapudi yang terkenal dengan Sapi Madura dan Domba Ekor Gemuknya.
warna kecubung tergolong warna resesif yang jarang muncul. Warna kecubung ini diakibatkan oleh gen cb yang berpasangan dalam keadaan homosigot. Kucing berwarna kecubung ini biasanya memiliki warna mata biru Warna abu kebiruan muncul akibat adanya gen d (dilusi yang bersifat resesif). Jika gen ini dalam keadaan homosigot, maka gen ini mampu mendulusi warna hitam menjadi warna abu kebiruan. “Tidak pelak lagi, kucing Madura dengan warna umum Buso dan Kecubung memiliki ciri khas dan daya tarik tersendiri. Apabila pelestariannya dirancang secara serius, maka bukan tidak mungkin kucing ini dapat didaftarkan sebagai salah satu ras exotic baru yang sangat unik,”ujarnya dalam sejumlah tulisan terkait tentang kucing.
Beberapa pecinta kucing dan ilmuwan bahkan berharap Kucing Raás ini berpotensi untuk dimurnikan sehingga menjadi ras tersendiri, sehingga bisa dijadikan kebanggaan nasional. Pulau Madura tidak saja terkenal dengan sapi Maduranya, akan tetapi juga akan terkenal dengan kucing Maduranya yang sangat unik. Diperkirakan saat ini tidak lebih dari 100 ekor kucing yang masih ada di Raas dan termasuk y sudah langka. Kelangkaan ini disebabkan karena banyak kucing Madura ini di bawa keluar pulau. Disamping itu, berdasarkan data yang ada ternyata tingkat kematian kucing ini cukup tinggi baik jika berada di Pulau Ra’as atau di luar pulau. Prof. Ronny Rachman Noor, Guru Besar Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan IPB yang pernah menelisik kucing ini mengaku bahwa kucing ini merupakan kucing unggulan, sayangnya tingkat kematiannya cukup tinggi. Faktanya Kucing Ra’as ini memiliki variasi genetic yang masih tinggi dan tergolong langka. Apabila tidak diambil langkah-langkah pelestarian, maka dapat dipastikan kucing ini akan segera punah. Ditinjau dari ilmu genetika, warna Buso (abu kebiruan) dan
Sifat kepemilikan kucing Madura yang masih menghubungkannya dengan mitos dan status Sosial akan sangat membantu usaha pelestarian dan pemurnian Kucing Madura. Konsep pelestarian kucing Madura ini harus diselaraskan dengan budaya setempat dan dilakukan di pulau Madura dan pulau Ra’as. Sudah lama sekali kita mengidam-idamkan munculnya ras kucing asli Indonesia yang diakui secara internasional. Akankah kucing Madura menyandang kehormatan ini sebagai salah satu ras khusus yang dipertandingkan di tingkat internasional keindahannya ? Kami sangat yakin bahwa dengan usaha sangat keras, cita-cita ini dapat segera terwujud”,”pungkasnya. (*)
Suramadu 29 APRIL - JUNI 2014
lentera
Mereka Yang Sia-sia Diadopsi dari: Muhammad Abduh Tuasikal
Di bulan Ramadhan ini setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjalankan puasa dengan menahan lapar dan dahaga mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari. Namun ada di antara kaum muslimin yang melakukan puasa, dia tidaklah mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja yang menghinggapi tenggorokannya.
I
nilah yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jujur lagi membawa berita yang benar, XXXXXXXXXX “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”(HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya
tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi -yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya-) Apa di balik ini semua? Mengapa amalan puasa orang tersebut tidak teranggap, padahal dia telah susah payah menahan dahaga mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari?Apa saja yang membuat Ramadhan kita sia-sia belaka? 1. Perkataan Dusta (az zuur) Inilah perkataan yang membuat puasa seorang muslim bisa sia-sia, hanya merasakan lapar dan dahaga.
30 Suramadu APRIL - JUNI 2014
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, XXXXXXXXXXX
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903) Apa yang dimaksud dengan az zuur? As Suyuthi mengatakan bahwa az zuur adalah berkata dusta dan menfitnah (buhtan). Sedangkan mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan konsekuensinya yang telah Allah larang. 2. Perkataan lagwu (sia-sia) dan rofats (kata-kata porno) Amalan yang kedua yang membuat amalan puasa seseorang menjadi sia-sia adalah perkataan lagwu dan rofats. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
lentera sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia larang yaitu dusta, perbuatan zholim, permusuhan di antara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan.” (Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah) Jabir bin ‘Abdillah menyampaikan petuah yang sangat bagus: “Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga.Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu.Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.” (Lihat Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah) Itulah sejelek-jelek puasa yaitu hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat masih terus dilakukan.Hendaknya seseorang menahan anggota badan lainnya dari berbuat maksiat. Ibnu Rojab mengatakan, XXXXXXXXX
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats.Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim) 3. Berbuat Maksiat Ingatlah bahwa puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga saja, namun hendaknya seorang yang berpuasa juga menjauhi perbuatan yang haram. Perhatikanlah saudaraku petuah yang sangat bagus dari Ibnu Rojab Al Hambali berikut: “Ketahuilah, amalan taqarrub (mendekatkan diri) pada Allah ta’ala dengan meninggalkan berbagai syahwat yang mubah ketika di luar puasa (seperti makan atau berhubungan badan dengan istri, -pen) tidak akan
“Tingkatan puasa yang paling rendah hanya meninggalkan minum dan makan saja.” Itulah puasa kebanyakan orang saat ini. Ketika ramadhan dan di luar ramadhan, kondisinya sama saja. Maksiat masih tetap jalan.Betapa banyak kita lihat para pemuda-pemudi yang tidak berstatus sebagai suami-istri masih saja berjalan berduaan. Bahkan ajang berbuka puasa dan sahur, menjadi ajang untuk jalan-jalan dan çuci mata’dengan mereka yang bukan muhrimnya. Padahal berduaan seperti ini telah dilarang dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun hal ini tidak diketahui dan diacuhkan begitu saja oleh mereka. Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
seorang wanita kecuali jika bersama mahramnya.” (HR. Bukhari, no. 5233) Apakah Dengan Berkata Dusta dan Melakukan Maksiat, Puasa Seseorang Menjadi Batal? Untuk menjelaskan hal ini, perhatikanlah perkataan Ibnu Rojab berikut, “Mendekatkan diri pada Allah ta’ala dengan meninggalkan perkara yang mubah tidaklah akan sempurna sampai seseorang menyempurnakannya dengan meninggalkan perbuatan haram. Barangsiapa yang melakukan yang haram (seperti berdusta) lalu dia mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan yang mubah (seperti makan di bulan Ramadhan), maka ini sama halnya dengan seseorang meninggalkan yang wajib lalu dia mengerjakan yang sunnah. Walaupun puasa orang semacam ini tetap dianggap sah menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama) yaitu orang yang melakukan semacam ini tidak diperintahkan untuk mengulangi (mengqodho’) puasanya.Alasannya karena amalan itu batal jika seseorang melakukan perbuatan yang dilarang karena sebab khusus dan tidaklah batal jika melakukan perbuatan yang dilarang yang bukan karena sebab khusus.Inilah pendapat mayoritas ulama.” Kesimpulannya: Seseorang yang masih gemar melakukan maksiat di bulan Ramadhan seperti berkata dusta, memfitnah, dan bentuk maksiat lainnya yang bukan pembatal puasa, maka puasanya tetap sah, namun dia tidak mendapatkan ganjaran yang sempurna di sisi Allah. –Semoga kita dijauhkan dari melakukan hal-hal semacam iniAlhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan
Suramadu 31 APRIL - JUNI 2014
jejak santri
Bahtera Nuh dari Puncak Bukit
Akhir Maret 2014 lalu, warga Sumenep dan Madura dikejutkan hasil ide KH Abdurrahman atau lebih dikenal dengan nama Ki Bajigur. Yakni, sebuah perahu yang dibuatnya di atas kawasan bukit Dusun Neggara, Desa Tenunan, Kecamatan Manding. Oleh : Muhammad Baidhowi
M
embuat perahu itu murni merupakan idenya yang dibawa pulang dari Mekkah usai melaksanakan umrah. Pria sepuh yang sehari-hari dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Bajigur itu sesunnguhnya sudah populer sejak lama. Tapi, perahu yang dibuatnya di atas bukit itu makin membuatnya banyak dikenal. Dia kian dikenal karena peluncuran perahu yang
32 Suramadu APRIL - JUNI 2014
dibuatnya di atas bukit itu banyak diliput media. Sebelumnya, sang kiai dikenal laiknya ulama pada umumnya. Dia rendah hati, menerima siapa saja yang bertamu ke pondoknya untuk sekadar sowan atau belajar agama. Ceritanya, tepatnya empat tahun yang lalu Ki Bajigur menjalankan ibadah umrah untuk yang kedua kalinya. Ide membuat perahu di atas bukit itu
datang seleah dia melaksanakan tawaf. ”Saya merasa Masjidil Haram dikelilingi lautan. Saya lalu berpikir untuk membuat perahu lengkap dengan jaring dan penyimpanan ikan untuk orang miskin,” ungkap Ki Bajigur ditemui. Apa yang dipikirkan Ki Bajigur dibawanya hingga ke tanah air. Tapi, idenya itu disimpan sekian lama hingga akhirnya direalisasikannya pada akhir 2013 lalu. Dia tak berpikir jauh tentang tempat membuat perahu itu. Maka dibuatlah perahu itu tepat di halaman rumahnya yang juga berdekatan dengan masjid. Lokasinya memang di atas bukit. “Membuat perahu itu tidak ada maksud apa-apa. Saya juga bingung kok banyak sekali
jejak santri
Launching kapal menuju laut
KH. Abdurrakhman/Ki Bajigur bersama masyarakat.
orang bertanya, ujarnya. Dia, menyatakan, bukan bermaksud menyamai Nabi Nuh yang membuat bahtera di atas gunung. Namun, mengingatkan orang tentang sejarah Nabi Nuh adalah salah satu niatnya.
pada warga desanya. Warga pun bergotong royong memindahkan perahu itu sejengkal demi sejengkal menuruni bukit. Jarak terdekat dari lokasi pembuatan perahu ke pantai adalah 20 kilometer (km).
Dia mengungkapkan, selama proses pembuatan perahu itu, banyak cibiran dan cercaan. Tapi, Ki Bajigur tetap membaut perahu itu hingga selesai dengan dana mencapai Rp 400 juta.
Sementara warga berupaya menurunkan perahu itu dari bukit, Ki Bajigur berdoa di ponpesnya agar perahu itu bisa bermanfaat. Setelah berhasil diturunkan dari bukit, perahu itu diangkut truk ke kawasan Pantai Slopeng. “Maunya dibawa pakai helikopter, saya sudah telepon teman. Tapi katanya terlalu berat,” katanya.
Diceritakan, akhir Maret lalu dia sempat kebingungan saat perahunya selesai dibuat. “Saya juga berpikir bagaimana caranya perahu itu bisa sampai ke laut,” katanya lantas tersenyum. Ki Bajigur kemudian memasrahkan perahunya itu
Awal April lalu, perahu itu akhirnya benar-benar berlayar. Ratusan warga turut menyaksikan pelayaran pertama perahu yang
Foto: Ist.
KH. Abdurrakhman/Ki Bajigur
dberi nama Rafa’tut Thoir itu. Perahu itu membawa sekitar 30 awak. Terdiri dari santri dan anggota Ikatan Keluarga Al Bajigur (Ikbar). Perahu tersebut berangkat setelah serangkaian doa dibacakan. Rencananya, Ki Bajigur akan keliling Madura dengan perahu itu untuk bersilaturahmi dengan warga dan menggelar istigotsah bersama warga serta menyantuni anak-anak yatim piatu di perjalanannya. ”Kami bergerak untuk fakir miskin dan anak yatim. Perahu ini diperuntukkan untuk memperjuangkan dan melayani kaum dhuafa dan anak-anak yatim piatu,” tutur Ki Bajigur saat perahu hendak diberangkatkan. (*)
Suramadu 33 APRIL - JUNI 2014
info sehat
Jika Anda menyusuri selasar jalur utama dari Pamekasan menuju Sumenep, cobalah tengok kanankiri jalan. Di sela-sela rimbun pohon Siwalan, berjajar pohon cabe Jamu yang merambat seperti sirih di pohon kelor. Tanaman bernama latin pepper retrofractum ternyata memiliki khasiat kesehatan luar biasa. Silakan disimak. Oleh : Faisal Yasir Arifin
P
etani penghasil cabai jamu di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, saat ini sedang sumringah. Pasalnya, buah dari tanaman cabe jamu itu, saat ini tengah memiliki nilai ekonomis tinggi. Pada masa panen sejak pertengahan bulan Februari hingga pekan pertama Maret, untuk cabai jamu kering, harga perkilonya di atas Rp 80 ribu. Sedangkan untuk cabai jamu basah, dihargai hingga Rp 25 ribu per kilonya. Ini tentu merupakan potensi ekonomi yang prospektif untuk dikembangkan di Madura, khususnya Sumenep. Namun, terlepas dari itu tanaman yang bisa jadi tanaman pokok atau bisa juga dijadikan tanaman sela ini berkhasiat
34 Suramadu APRIL - JUNI 2014
obat. Rasa hangat yang dimiliki tanaman ini, membuatnya menjadi salah satu bahan untuk ramuan jamu. Cabe jamu, atau di kawasan Jawa dikenal sebagai cabe alas, cabe sulah, atau cabe jawa ini, walaupun memiliki rasa pedas yang sama dengan jenis cabe lainnya, namun tidak biasa digunakan sebagai bumbu masak. Berbeda dengan cabe yang biasa digunakan, cabe jamu yang termasuk famili Piperaceae. Di banyak tempat, cabe jamu hampir tidak pernah ditanam secara sengaja, karena banyak tumbuh di tegalan, pekarangan bahkan hutan. Tumbuh merambat pada penyangga atau inangnya. Cabe jamu memiliki bulir-
bulir buah, berbentuk panjang bulat menyerupai tabung yang panjangnya empat centimeter. Awalnya cabe ini berwarna hijau dan keras, tetapi berangsurangsur berubah warna menjadi kuning sampai kemudian menjadi merah dan lunak. Selama ini, pemasaran cabe jamu hanya terbatas di kalangan produsen jamu, atau obat-obatan tradisional. Produksinya pun, masih produksi rumahan, yang sangat tidak memikirkan masalah kualitas dan kuantitas. Dari beberapa literature disebutkan bahwa manfaat terbesar ada pada buahnya. Senyawa kimia yang terkandung dalam cabe jamu ini adalah zat pedas piperine, chavicine, asam palmilat, tetrahidropiperic acids, 1-undecylenyl-3, dan minyak atsiri. Berikut beberapa manfaat cabe jamu yang dirangkum dari beberap literature :” 1. Berhasiat mengatasi gejala kejang perut, mulas, susah buang air besar, sakit kepala, batuk, demam, hidung berlendir, sukar melahirkan, tekanan darah rendah, dan meningkatkan vitalitas pria.
Mencecap Manfaat
2. Membersihkan rahim sehabis melahirkan 3. Menguatkan paru-paru, lambung, dan jantung. 4. Menguatkan Liver. 5. Sakit gigi 6. Buah cabe jawa yang dikeringkan dan dijadikan bubuk, bila dicampur dengan air matang dan diminum, dapat untuk mengobati sakit ulu hati, muntah, diare, disentri dll. 7. Untuk kebutuhan pabrik kosmetika Manfaat Ekonomis Selain memiliki manfaat kesehatan, cabe jamu ternyata dibudiyakan dengan sengaja di Sumenep dan mendatangkan manfaat ekonomis yang tinggi. Seorang petani asal Desa Ambunten, Salam, mengaku bisa menggantungkan hidupd ari bertani cabe jamu. “Panen awal tahun 2012 lalu, harga cabe jamu sempat dibuka pada angka 90 ribu rupiah perkilonya, sekarang agak turun namun harga panen awal tahun ini masih memberikan keuntungan besar,” ujarnya sumringah, Minggu (10/3).
dadap, kajaran, dan pohon kelor. Dari lahan itu, diakuinya, bisa didapatkan 100 kuintal cabai jamu kering. Naik turunnya harga cabai jamu, diakuinya, memang kerap terjadi. Di awal booming-nya di era tahun 90-an, kata dia, harga cabai sempat menembus kisaran Rp 100 ribu perkilonya. “Setelah itu, harganya fluktuatif di kisaran 60 ribu hingga 90 ribu per kilo kering,” jelasnya. Tapi lantaran selama tiga tahun terakhir harga cabai jamu selalu bagus, diakui Salam, membuat para petani antusias memelihara dan membudidaya cabai jamu. Apalagi sejak dibukanya pasar expor pada tahun 2011 lalu. Sementara itu, Anggota Komisi B DPRD Sumenep, Jauhari, berharap instansi terkait bisa menangkap peluang pasar dengan memberdayakan para petani, agar kwalitas cabe jamu terus bisa ditingkatkan.
mengantikan tanaman tembakau yang harganya terus menerus anjlok. “Jika cabai jamu dibudidayakan dengan terencana, pola tanam yang sehat dan terarah, maka cabe jamu akan menjadi komoditas andalan para petani. Terlebih, kualitas cabe jamu di Sumenep merupakan terbaik se Jawa Timur,” bebernya. Dipaparkan Jauhari, komoditas cabai jamu di Kabupaten Sumenep tersebar di Kecamatan Bluto, Lenteng, Ganding, Rubaru, dan Batu Putih dengan luas area hampir mencapai 300 Ha. Tingginya harga komoditas cabai jamu, jelasnya, karena bukan untuk konsumsi rumah tangga. Tapi, cabai itu ternyata banyak dipesan kalangan industri jamu dan kosmetik. Alhasil, permintaan pasokan cabai jamu cukup konstan saban tahunnya. (*)
Membaiknya harga cabai jamu, menurutnya, untuk sementara waktu bisa
Dijelaskannya, komoditas cabai jamu merupakan tanaman tahunan. Artinya, tanaman yang dia tanam sejak tahun 1995 itu, hingga sekarang masih belum perlu penanam bibit baru. Salam sendiri punya kebun seluas 8.000 m2. Di atas lahan itu, dia menanam 300 cabai jamu yang dirambatkan pada pohon
Suramadu 35 APRIL - JUNI 2014
kolom
Mengawinkan Potensi Wisata dengan Kearifan Kultural
D
alam rangkaian kepulauan Indonesia, Madura mungkin hanyalah sekerat organ yang menunjang system tubuh Indonesia. Meskipun sekerat namun Madura tidak hanya memanjang dari barat sampai timur, dari Sambilang sampai ke jajaran kepulauan Sakala lengkap dengan karakteristiknya.
Moh. Rachmad Saleh Aditama, ST Kasubdiv. Promosi BPWS
Orang menyebut Aceh sebagai serambi Mekah, selayaknyalah Madura juga mendapat julukan sebagai serambi Madinah sebab tingkat religiusitas penduduknya bisa dianggap sama dengan Aceh. Madura merupakan pulau seribu pesantren. Nyaris setiap desa di Madura berdiri pesantren-pesantren. Eksotika kultural relijius yang menjadikan kekhas-an Madura.
36 Suramadu APRIL - JUNI 2014
Selama ini orang mengenal Madura hanya tentang carok dan Kerapan Sapi. Namun sebenarnya masih banyak potensi tersimpan yang belum dimunculkan. Seperti kesenian pantil, gambus, hadrah, pencak silat, topeng gentang, pesta kesenian potong padi yang disebut “Pangkak” yang hanya ada di pulau Kangean dan keunikan-keunikan budaya yang ada di pulau-pulau kecil tersebut. Selain itu sebut saja kerajinan ukiran kayu khas Madura yang katanya pengamat berciri kaku, kasar tapi manis dan pengrajin ukiran tersebut sampai sekarang masih bertahan di Madura seperti di Desa Karduluk Kecamatan Pragaan. Kerajinan batik khas Madura yang terkenal sampai ke manca Negara yang berciri khas unik seperti di Tanjungbumi, Pamekasan, Pakandangan Sumenep yang masing-masing memiliki kekhasannya tersendiri. Kenekaragaman hayati yang melimpah, tempat diving, kekayaan kelautan, bahkan KUCING RAAS yang kini menarik perhatian pemerhati genetika hewan.
Yang tak kalah mahalnya juga potensi alamnya. Madura tidak hanya identik dengan Pantai Slopeng, Lombang, Pantai Nepa, Jumiang dan lainnya. Seperti potensi alam bawah laut di Pulau Kangean dengan panorama alam bawah laut yang indah serta masih belum terusik tangan kotor manusia. Kono tidak kalah dengan keindahan bawah laut taman “Bunaken”. Potensi budaya bernuansa agamis, yang bisa dikembangkan seperti Pasarean KH.Kholil Bangkalan, Pasarean di Batuputih, Pasarean Syeh Yusuf Di Poteran, Pesarean Asta tinggi di kota sumenep, Pasaean Adi poday di Sepudi. Hanya sayangnya dalam dekade terakhir ini banyak sekali keunikan-keunikan budaya Madura yang digusur oleh orang Maduara sendiri, seperti arsitektur atau model rumah orang Madura yang berkarakter dan spesifik diganti dengan model spayol dan lainnya. Jika ini tidak ada greget untuk melestarikan, kelak madura tidak punya identitas arsitektur. Budaya “Tanean Lanjang” yang juga salah satu ciri khas budaya Madura sampai saat ini bisa dibilang sudah punah kecuali mungkin masih saya temui di ujung timur utara sumenep seperti di Batang-batang. Beda dengan orang Bali, orang Pulau Nias meskipun benturan dengan
Foto-foto: Ist.
nilai-nilai budaya luar sangat kuat tetapi mereka tetap sangat kuat mempertahankan nilai budaya nenek moyangnya. Padahal, ini memiliki nilai kultur yang sangat tinggi dan layak jual sebagai sebuah produk wisata kultural yang bisa mneningkatkan perekonomian masyarakat Madura. Potensi-potensi tersebut perlu dikemas lebih professional, sistemik dan massif agar para wisatawan bisa tertarik untuk datang ke Madura. Penanganan yang kurang professional dalam mengelola obyek wisata hanya akan menghasilkan hasil yang tidak maksimal dan setengahsetengah. Profesionalisme tentu identik dengan dana atau modal. Oleh karena itu dibutuhkan investor yang punya komitmen tinggi bagi pengembangan wisata di Madura. Tentu ini menjadi tanggung jawab orang Madura sendiri, siapa lagi kalau bukan kita. Tetapi kalaupun orang Madura tidak ada yang sanggup menanganinya, maka perlu joint dengan investor dari luar bahkan bisa dari manca negara untuk menggarap Pulau Madura supaya menjadi pulau pariwisata seperti Bali, tentu dengan tetap mempertahankan IDENTITAS MADURA yang relijius.. Pikiran untuk menjadikan
Madura sebagai pulau wisata bukan sesuatu yang mustahil, apalagi jembatan “Saramadu” telah menyambungkan Jawa dengan Madura. Ditambah dengan program strategis untuk menjadikan kawasan jembatan sebagai kawasan industry strategis berskala nasional dan intenasional, seperti di Manhattan di Amerika Serikat. Hanya yang menjadi pertanyaan besar sekarang adalah bagaimana nantinya Madura tetap beridentitas kemaduraannya dan bagaimana orang Madura tidak tercerabut dari akar budayanya. Karena mau tidak mau pasti dampak negatifnya harus diantisipasi bersama oleh seluruh stakeholder yang ada. Artinya, pariwisata Madura tetap digarap dalam koridor besar penguatan eksistensi kultural Madura yang relijius dan berkaratkter. Sebab, Madura dengan segenap kearifan kultural pun menjadi harga mati dalam konteks moralitas. Namun, bisa diselaraskan. Konsepsi wisata berbasis syariah yang digagas BPWS bersama stake holder di madura layak dilirik. Artinya, potensi wisata Madura yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi, bisa dijalankan dengan mengawinkan konsepsi karakteristik kultur Madura yang relijius. Hal itu bukan mustahil. Seperti halnya di Bali dan di Jogjakarta yang diselaraskan dengan nilai
budaya setempat. Bahkan menjadi keunikan yang bisa memiliki nilai jual tinggi. Di Jogjakarta, turis dari manapun ketika memasuki Keraton Jogjakarta, dia harus tunduk dengan kultur budaya keraton dengan mengenakan beskap, blangkon dan untuk wanita harus menggunakan kemben. Itu menjadi contoh bagaimana nilai kultur tidak boleh kalah oleh kepentingan wisata. Justru kemudian, hal itu yang menjadi daya tarik wisatawan asing. Bahkan, di Jogjakarta, wisatawan asing bersedia membayar Rp 2,5 juta per orang hanya untuk merasakan kaerifan lokal masyarakat petani yang membajak sawah dengan kerbau!!!! Bisa dibayangkan kelak di madura wisman ingin menikmati langsung tarian, acara petik tembakau, mendaras siwalan atau petik laut yang khas di Madura. Tentu ini menjadi nilai lebih yang dapat menopang dan memajukan perekonomian Madura dari sektor wisata yang diselaraskan dengan karakteristik kultur Madura. Untuk menuju hal tersebut, perlu upaya dengan cara melakukan studi kelayakan, penelitian dan kajian yang didasari niat semata-mata untuk mengakat harkat masyarakat Madura dalam berbagai sektor kehidupan khususnya dari potensi pariwisata. Semoga ! (*)
Suramadu 37 APRIL - JUNI 2014
ritme
Kabapel dan Wakabapel BPWS mendampingi Bupati Sumenep meninjau maket rencana pembangunan Madura di kantor BPWS.
Madura - Badan pengembangan Wilayah Suramadu (BWPS) terus melakukan langkah konkrit membangun Madura dengan mempererat kerjasama dengan Pemkabpemkab di Madura. Setelah sinergi dengan Pemkab Sumenep, kini BPWS meneken MoU dengan Pemkab Sampang dan Pemkab Pamekasan.
P
enandatanganan nota kesepahaman ini merupakan langkah maju ntuk membangun Madura. “Kami bersyukur dengan adanya BPWS ini sangat membantu daerah. ke depan, kami berharap kerjasama yang dibangun ini akan memberi manfaat bagi masyarakat Madura secara luas,”ujar Bupati Sampang, Fanan hasib. Sementara itu, dalam pelaksanaan MoU dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, Bupati Pamekasan menyatakan dukungan penuh terhadap Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) di Madura. Pernyataan dukungan tersebut disampaikan oleh Bupati Pemekasan Ach. Syafi’i setelah penandatanganan MoU kerjasama antara BPWS dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan di Aula Ringgitan
38 Suramadu APRIL - JUNI 2014
Bupati dan Wabup Sam pang bersama Kabape l BP WS meninjau ren pembangunan Polter cana a di Sampang.
Pendapa Ronggosukowati Pamekasan kemarin (14/2) MoU tersebut ditandatangani langsung oleh kepala BPWS Ir. Mohamad Irian M.Eng, Sc. dengan Bupati Pemekasan Ach. Syafi’i disaksikan pejabat tinggi di kedua belah pihak. Selain kepala, BPWS hadir pula Wakil Kepala Drs. Herman Hidayat MM, Deputi Pengendalian Dr. Ir. Agus Wahyudi SE. MM dan beberapa rombongan lain. Sementara dari pemkab Pamekasan hadir beberapa Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan ketua komisi D DPRD pemekasan Hinsnan Achmadi. Bupati Pamekasan Ach. Syafi’i mengatakan, mendukung sepenuhnya program pengembangan Madura yang dilakukan oleh BPWS. Hal itu sebagai salah satu langkah menunjang kemajuan pembangunan Madura demi kes-
ejahrteraan masyarakat. Apalagi dengan peran BPWS, Madura kedepan diproyeksikan menjadi pusat ekonomi Indonesia di Timur. ”Perlu saya tegaskan disini, pemerintah dan masyarakat Kabupaten Pamekasan mendukung keberadaan BPWS,” ucapnya. Syafi’i mengatakan, bahwa pembangunan jembatan Suramadu tidak hanya menjadi sarana penyebarangan saja. Akan tetapi pembangunan jembatan terpanjang ke dua di Indonesia tersebut dibarengi dengan pembangunan berbagai sektor yang berkelanjutan. Hal itu sudah tercantum dalam program yang direncanakan oleh BPWS. ”Rencana pemerintah pusat dan program BPWS sinergi dengan harapan dengan masyarakat Madura, dan dapat di laksanakan bersama sama. Keberadaan BPWS dapat termanfaatkan oleh masyarakat Madura,” lanjutnya. Setelah Sampang dan pamekasan, Sumenep pun tak mau ketinggalan untuk memajukan
ritme
Madura Maju Bukan Mimpi BPWS Teken MoU Dengan Tiga Kabupaten
Madura bersama-sama. Bahkan, Pemkab Sumenep melakukan penandatanganan MoU pada Jumat (28/2) di kantor BPWS, Jl Tambak Wedi No 1 Surabaya ini. Ini merupakan salah satu tonggak bersejarah yang membuktikan semakin diterimanya BPWS di mayoritas masyarakat Madura. Hadir dalam penandatanganan MoU tersebut Bupati Sumenep, KH Busyro A Karim beserta jajaran SKPD Pemkab Sumenep dan Kepala Bapel BPWS beserta seluruh ajjaran. Dalam acara yang berlangsung hangat tersebut, turut dipaparkan rencana pengembangan Madura ke depan, khususnya di wilayah Kabupaten Sumenep. Kepala Bapel BPWS Ir Mohamad Irian M Eng Sc mengatakan, penandatanganan MoU dengan Pemkab Sumenep ini merupakan salah satu titik tolak yang sangat penting dalam rencana pengembangan Madura ke depan. Sebab, dalam penugasan yang diemban sesuai amanat Perpres, BPWS tidak bisa membangun suatu daerah dalam wilayah tugasnya jika daerah tersebut tidak meminta.
“BPWS dan Pemkab Sumenep meyakini, bahwa langkah ini merupakan salah satu upaya untuk memajukan Madura dan menyejahterakan rakyatnya,” lanjutnya. Mengenai potensi Sumenep sendiri, Mohammad Irian menjelaskan, Kabupaten paling timur Madura ini sangat kaya akan potensi wisata. Rencana BPWS yang bekerjasama dengan Pemkab Sumenep, potensi wisata ini nantinya akan dikembangkan lebih lanjut dan terintegrasi, salah satunya rencana pengembangan wisata berbasis nilai islam. “Sebab, potensi pangsa pasar wisata syariah ini terbesar kedua di dunia. Bahkan, Singapura dan Thailand yang notabene bukan Negara islam, justru membidik segmen ini. Nah, Madura yang kaya akan potensi ini dan masyarakatnya relijius, tentu harus melihat ini sebagai peluang,”tandasnya.(coy)
Kepala Bapel BPWS menandatangani MoU disaksikan Bupati Pamekasan di pendopo Kab. Pamekasan Jumat (14/2)
Kepala Bapel BPWS menandatangani MoU disaksikan Bupati Sampang di pendopo Kab. sampang, Kamis (13/2)
Untuk itu, setelah tiga kabupaten di Madura, yakni Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep melakukan penandatanganan MoU tersebut, BPWS yakin pembangunan Madura akan semakin berjalan sesuai rencana pengembangan.
Foto: Faisal
“Alhamdulillah, ini menjadi unsur penting dan vital dalam pembangunan Madura ke depan. Kami berterimakasih kepada Bupati Sumenep, KH Busyro A Karim beserta seluruh jajaran. Sebab, pada prinsipnya, tugas kami adalah membantu daerah dalam mengembangkan Madura. Pada posisi ini, BPWS tidak bisa melakukan jika daerah sendiri tidak menghendaki,” ujarnya.
Bupati Sumenep berjabat tangan dengan Kabapel BPWS usai penandatanganan MoU di kantor BPWS.
Suramadu 39 APRIL - JUNI 2014
ritme
Sosialisasi BPWS dengan masyarakat di sekitar Srepang
Bangun Jembatan Srepang,
Bangun Ekonomi Rakyat Langkah BPWS untuk membangun Madura terus dilakukan dengan bekerjasama dengan pemerintah Daerah. Yang terbaru, kini BPWS tengah menjajaki rencana pembangunan jembatan yang menghubungkan Sreseh - Pangarengan.
S
aat ini rencana tersebut sudah memasuki tahap rencana pengadaan lahan. Bupati Sampang KH Fanan Hasib kepada BPWS meminta untuk berperan dalam pembangunan jalan dan jembatan ruas jalan Sreseh-Pangarengan di Kabupaten Sampang Tahun Anggaran 2014. “Ini adalah suatu awal yang baik bagi kerja sama antara Pemkab sampang Sampang dengan BPWS untuk mencapai percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah,” ujar Bupati Fanan.
Deputi Pengendalian BPWS, Dr Agus Wahyudi.
Ini merupakan salah satu kepedulian Bupati dan BPWS terkait kepentingan masyarakat. Sebab, faktanya selama ini masyarakat di desa Marparan dan Disanah, seakan-akan terisolasi dengan wilayah utara Kabupaten Sampang karena belum adanya infrastruktur jalan yang layak yang menghubungkan keempat desa itu.
Untuk mewujudkan kerja sama pembangunan tersebut, Pada tanggal 5 Maret 2014 lalu dilakukan pembahasan rencana pengadaan tanah bagi pembangunan jalan dan jembatan pada ruas jalan Sreseh-Pangarengan bersama Pemerintah Kabupaten Sampang. Hadir dalam kegiatan itu pimpinan BPWS, Sekda Kabupaten Sampang, Bappeda Sampang, Asisten I Sampang, Dinas PU Bina Marga Sampang, Kepala Bagian Pembangunan Sampang, Kepala Bagian Tata Pemerintahan Sampang, BPN, Camat Sreseh dan Pangarengan, serta konsultan perencanaan studi kelayakan jembatan Srepang. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan Rencana Pengadaan Tanah untuk trase sepanjang 12 km seluas 28,8 Ha dari dana BPWS dan sepanjang 2,623 km diambilkan dari ana Kabupaten Sampang.
“Dengan ini, kita berharap bisa meendorong berjalannya sektor ekonomi dan menaikkan kesejahteraan masyarakat,” ujar
BPWS mengidentifikasikan wilayah Sreseh, Pangarengan dan Camplong sebagai kawasan klaster X yang memiliki potensi
40 Suramadu APRIL - JUNI 2014
unggulan dibidang garam, kerajinan dan pariwisata. Kawasan klaster X ini berpotensi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal, namun perlu dukungan pembangunan infrstruktur termasuk pembangunan jalan dan jembatan baik untuk akses produksi, perdagangan maupun transportasi. Tim Persiapan Pengadaan Tanah yang dipimpin Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur yang didukung BPWS telah berusaha bekerja dengan baik melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui sosialisasi yang dilaksanakan dari tanggal 13 Juni 2014 di Desa Noreh dan Labuhan. Pada 16 Juni 2014 di Desa Marparan dan Disanah, Kecamatan Sreseh dilakukan sosialisasi kepada masyarakat sebagai bentuk upaya persuasif. Diharapkan dalam pelaksanaan pembangunan fisik nanti mendapatkan dukungan masyarakat Sreseh-Pangarengan pada khususnya dan masyarakat Sampang pada umumnya. Sehingga wilayah Klaster X ini terbuka dari isolasi transportasi dan mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Jika Jembatan Srepang ini sudah tersambung, maka dampaknya mengatasi kemacetan pada Pasar Blega, kemudian mengatasi terjadinya banjir di Blega dan mempersingkat jarak tempuh warga empat desa ke Sampang. (dan/coy)
ritme
Madura Simpan Potensi
Tebu 250.000 Hektar Potensi Madura dalam bidang perkebunan, khususnya tebu ternyata luar biasa. Ini bisa menjadi alternatif dari tembakau yang sempat jadi primadona namun kini meredup.
I
ni dikatakan Bupati Sampang KH Fanan Hasib dalam suatu pertemuan dengan BPWS beberapa waktu silam. Didampingi Wabup Sampang, Fadhilah Boediono, Bupati Sampang mengutip data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) menyebutkan bahwa wilayah Pulau Madura, Jawa Timur, memiliki sekitar 250.000 hektare lahan yang cukup potensial untuk pengembangan budidaya tanaman tebu. “Ini tentu potensi besar yang bisa untuk menggairahkan perekonomian rakyat dan bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. Mungkin dengan kerjasama dengan BPWS, bisa memfasilitasi budidaya,” ujarnya. Pulau Madura memang dikenal sebagai penghasil garam dan tembakau karena wilayahnya yang panas dan terik, padahal sebenarnya Madura menyimpan potensi besar sebagai penghasil gula. Bahkan, Madura berpotensi bisa menghasilkan tebu berkisar 60-90 ton per hektare. Besarnya potensi areal itu bisa mendukung pasokan tebu untuk pembangunan 10 pabrik gula baru dengan kapasitas giling masingmasing 10.000 ton tebu per hari (TCD). Sebagai pembanding,
total areal tebu di wilayah Jatim saat ini sekitar 200.000 hektar dengan 31 unit pabrik gula yang menghasilkan lebih kurang 1,2 juta ton gula per tahun. Selain bisa menjadi tumpuan produksi gula, potensi areal tebu yang sangat masif di Madura juga sangat prospektif dikelola sebagai industri gula terpadu dan terintegrasi dengan industri berbasis tebu, seperti bioetanol, listrik, kertas, pakan ternak, dan pupuk organik. Industri gula terintegrasi semacam itu sulit dikembangkan di Jawa, mengingat rata-rata kapasitas giling pabrik gula yang hanya 3.500 TCD, sehingga hilirisasi produk turunan tebu sulit memenuhi skala keekonomian. Data dari P3GI mencatat jika saat ini areal tebu di wilayah Madura baru sekitar 1.500 hektare yang sebagian besar berada di Kabupaten Sampang dan Bangkalan. Pada 2014, areal tebu di Madura kemungkinan meningkat menjadi sekitar 4.000 hektare seiring adanya program pengembangan areal yang didanai APBN sehingga dua tahun ke depan saat pabrik gula baru mulai
dibangun, areal budidaya tebu diperkirakan sudah mencapai 10.000 hektare. Bila dibandingkan dengan potensi areal tebu di luar Jawa, wilayah Madura jauh lebih menjanjikan karena dukungan infrastruktur sangat memadai, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, jaringan listrik, dan tenaga kerja. Kendati potensi Madura sangat besar, harus diakui jika pengembangan tebu di daerah tersebut tidak mudah dan menghadapi berbagai tantangan, antara lain dari sisi budidaya dan minat petani Madura yang selama ini terbiasa dengan tanaman berumur pendek. Namun, secara perlahan tantangan itu sudah bisa dikelola menjadi peluang. Buktinya, kini makin banyak investor yang melirik Madura sebagai penghasil gula dan luas areal budidaya tebu juga terus bertambah. Berdasarkan road map awal, untuk swasembada gula pada 2014, kebutuhan total gula baik Gula Kristal Putih (GKP) dan Gula Kristal Rafinasi (GKR) adalah sekitar 5,7 juta ton. Asumsinya, harus ada perluasan 350ribu hektare sejak 2010, dan revitalisasi pabrik gula yang ada sambil melakukan penambahan pabrik gula baru 10-15 unit. Namun kenyataannya sampai saat ini realisasi itu belum terjadi. (coy)
Suramadu 41 APRIL - JUNI 2014
Foto: Dok. BPWS
ritme
a r u d a M i d r u e n re p BPWS Dukung Entre
a d u M a h a s u g n e P a r a P a y n r i h a L Dorong
P
amekasan - BPWS mendukung penuh untuk kemajuan pengembangan sumber daya manusia di wilayah Madura, khususnya Kabupaten Pamekasan. Salah satunya di tunjukkan dengan diadakannya acara berjudul “ Pamekasan Young Entrepreneur Competition 2014” yang bertempat di Pendopo Kabupaten Pamekasan (8/4). Kompetisi wirausaha yang ditujukan bagi pemuda di wilayah Kabupaten Pamekasan ini , adalah suatu acara untuk mengasah kejelian untuk menjadi seorang entrepreneur di Madura. Acara ini didukung juga oleh Ciputra grup, PIES Power Training Centre, Pemkab Pamekasan.
Islam Madura , Universitas Madura , Universitas Ciputra , Radar Pamekasan dan beberapa Perusahaaan yang ada di Madura. Dalam sambutannya sekretaris Daerah Kabupaten Pamekasan, menyampaiakan, Keberadaan even ini mampu menambah wawasan bagi seluruh peserta serta dapat melahirkan embrio baru kususnya kaum muda untuk mau merubah mindset mereka yang umumnya masih dipengaruhi oleh paradigma pasif menjadi paradigma yang aktif, kreatif dan mampu mengembangkan jati diri dengan selalu berkarya nyata / baik untuk pribadi maupun masyarakat di sekitarnya.
Dengan mengusung tema “muda bergaya, yang muda yang kaya, saatnya menjadi pengusaha yang sukses”, acara ini diikuti 498 peserta yang berasal dari 13 kecamatan di Kota Pamekasan dan didukung oleh beberapa Universitas diantaranya univesitas
Dalam kesempatan yang baik itu, Kepala BPWS, Moh. Irian turut juga memberikan semangat kepada pemuda – pemudi guna membangun masyarakat Madura yang lebih aktif berwirausaha, khususnya di Kabupaten Pamekasan.
42 Suramadu APRIL - JUNI 2014
Beliau juga berpesan. Agar kaum muda kelak harus memiliki prinsip yang lebih visioner , tidak hanya berpikir pada saat ini saja, akan tetapi harus lebih memikirkan bagaimana dalam kurun waktu yang akan datang dirinya bisa menjadi orang yang sukses membangun daerahnya yang lebih maju dari sekarang”. “Dengan visi dan misi yang dimiliki, BPWS akan terus membangun sumber daya manusia yang ada di Pulau Madura,” tandasnya. Dalam pelaksanaan nanti, peserta yang lolos akan mendapatkan praktek dilapangan dan didampingi oleh para mentor serta coching dari universitas pendamping dan juga beberapa perusahaaan pendukung lainnya. (pip)
ekstra
Di Batas Cakrawala K
eindahan panorama pantai di Madura benar-benar bukan hanya bahasa hiperbolis semata. Namun benarbenar nyata ada. Salah satunya adalah Pantai Lombang Sumenep yang memiliki beragam keunikan dan kelebihan. Pasir pantai yang halus namun tidak lengket, vegetasi endemik yang khas berupa cemara udang, ombak yang bersahabat dan panorama sunset yang indah. Ini pula yang menarik decak kagum Aprilia Wulandari SE. Menurutnya, keindahan pantaipantai Madura sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obyek pariwisata berkelas internasional.
“Ketika sunset, kita lihat di batas cakrawala, langit warna lembayung sangat indah. Memberi perasaan damai yang luar biasa. Amazing Madura,” ujarnya. Namun demikian, dalam pengembangan pariwisata Madura ke depan, dirinya sepakat untuk tetap mempertahankan karakteristik kultur masyarakat Madura. Sebab, keunikan kultur itu sendiri bisa menjadi nilai positif yang menarik minta wisatawan manca negara sekalipun. Sehingga, kelak dari sektor pariwisata, roda perekonomian Madura semakin bisa bergerak dinamis. “Artinya, konsep pariwisata yang dikembangkan harus tetap
Kekuatan “ Pemuda
Beri aku sepuluh pemuda, maka akan aku goncangkan dunia,”
Kalimat heroik dari Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno itu menjadi kalimat abadi yang penuh gelora. Ada makna yang tegas tersirat dari kalimat tersebut. Yakni, keyakinan akan kekuatan pemuda. Ya, di tangan pemuda lah masa depan bangsa ini tertambat. Pun demikian dengan kemajuan Madura. Ini pula yang diyakini Nina Rooswanty. Menurutnya, eksistensi pemuda menjadi salah satu kunci dari keberhasilan sebuah peradaban. Sehingga, pemuda dituntut untuk bergerak menyingsingkan lengan baju untuk meraih keberhasilan. “Dan saya yakin, potensi pemuda Madura ini luar biasa. Karakter kerja keras yang dimiliki
selaras dengan nilai-nilai yang dipegang masyarakat Madura. Ini seperti rencana integrasi wisata Madura berbasis syariah yang sedang digagas BPWS dengan pemerintah daerah. Tentu ini langkah yang perlu didukung semua pihak,” pungkasnya. (coy)
pemuda - pemudi Madura ini harus dikonversi sebagai kekuatan kemajuan. Ini mutlak jika ingin Madura maju dan berdaya saing,” ujarnya. untuk itu, ia berharap agar pemuda-pemudi Madura terus meningkatkan daya saingnya dengan meningkatkan Sumber Daya Manusianya. “Dengan cara apa? Dengan pendidikan dan semangat pantang menyerah. Untuk itu apa yang dilakukan BPWs dengan program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kualitas SDM, patut dilakukan secara berkesinambungan,” ujarnya. Gadis asli kelahiran Sumenep, 28 Mei 1988 silam ini ini menyesalkan adanya sejumlah pihak yang masih mempermasalahkan eksistensi BPWS. “Bukankah hasilnya nyata? Jika memberi dampak positif, kenapa mesti dipersoalkan?” tegasnya memungkasi. (coy)
Suramadu 43 APRIL - JUNI 2014
mata lensa
Bermain Siluet di Pantai Lombang
Matahari perlahan turun di ufuk barat Ombak menderu pelan, burung pun bercuit lirih Di Lombang, angin mengajak siang beranjak pulang Di Lombang, secuil cahaya melukis siluet Saat mata lensa merekam keindahan alam temaram Di Lombang, mencecap damai alam damai semesta
44 Suramadu APRIL - JUNI 2014
Foto-foto: Bhakti Phundowo
Suramadu 45 APRIL - JUNI 2014
Foto-foto: Bhakti Phundowo
Tumpuan: H. Ahmad sedang menata rengginang untuk dijemur
Bisnis Gurih
Rengginang Lorjuk Salah satu makanan khas Madura yang memiliki citarasa unik adalah rengginan lorjuk (jenis hewan laut, Red). Rasa gurih penganan ini seperti gurih bisnisnya dalam mendulang rupiah. Salah satunya Rengginang Tiga Putri milik Haji Ahmad Hamdi. Seperti apa kisahnya? Oleh : M Ali Musthofa SH 46 Suramadu APRIL - JUNI 2014
D
i kediamannya di Kecamatan prenduan, Sumenep, Haji Ahmad Hamdi menerawang ke jejak hidupnya puluhan tahun silam. Pada 1982, itulah titik tolak dari jerih keringat yang kini diperoleh dari bisnis rengginan lorjuk miliknya. “Pada 1982 itu, saya dilatih Dinas Pariwisata Sumenep. Kemudian diberi modal pinjaman lunak Rp 2 juta. Dari itulah cerita usaha saya dimulai,” tuturnya. Awalnya dirinya hanya membuat beberapa kilogram saja. Itupun pemasarannya sulit dan jarang mendapat untung. Namun, kegigihannya tak pernah kendur. “Karena saya yakin dengan usaha ini. Apapun hambatannya, saya tetap menolak untuk mundur,”ujar sosok yang memilih pensiun dari PNS lalu memilih
Proses pembuatan
rengginang
istimewa dibanding lainnya. Gurih dan berasa lebih kress namun tidak alot di gigi. Tak pelak, rengginang lorjuk pun menjadi oleholeh khas yang dicari dari Madura. Kembali pada kisah bisnis Hamdi. Menurutnya, bisnisnya tidak serta merta menghasilkan rupiah yang renyah. Bahkan, dirinya mengaku pernah nyaris bangkurt ketika ditipu koleganya.
usaha rengginang ini. Beruntung, sang istri Hj Nur Siami mendukung penuh usaha tersebut. Salah satu yang menginsipirasi usahanya adalah kehadiran ketiga buah hatinya. Pasangan yang dikaruniai tiga putri ini mengaku anak-anaknyalah yang membuatnya semangat menekuni bisnis ini. “Makanya, merk yang saya gunakan adalah tiga putri, merujuk pada ketiga anak perempuan saya,”ujarnya. Rengginang Lorjuk sendiri memiliki kekhasan rasa dibandingkan rengginang dari daerah lain, seperti Jogja, Solo, Malang Kediri, Jember dan lain sebagainya. Komposisi penganan yang ditambahi dengan lorjuk, ikan teri nasi, petis, dan kerang membuat rasa rengginang lorjuk menjadi lebih
“Puluhan ton tidak dibayar dan orangnya menghilang. Ya sudah, saya ikhlaskan. Waktu itu saya nyaris bangkrut, tetapi saya berfikir bahwa ini adalah ujian dari Allah Swt. Saya diuji untuk bangkit. Akhirnya saya memilih bangkit daripada menyerah. Pernah pula memproduksi 7 kwintal hancur semua,”ujarnya. Kini, dari semula merintis hanya puluhan kilogram per bulan, Hamdi telah meraih manis bisnisnya. Saat ini, dengan pekerja yang mencapai 30 orang, Hamdi mampu memproduksi lebih dari 60 ton per bulan dengan keuntungan bersih bisa mencapai angka Rp 6 juta lebih per hari. Bahkan, saat ini dirinya berencana memeprbesar produksi. Sebab, saat ini dia masih kesulitan memenuhi orderan yang menembus Jakarta, Jogjakarta, Kalimantan, Sumatera bahkan hingga Malaysia. Äpalagi kalau bulan puasa, saya biasanya memproduksi tiga kali lipat dari biasanya, namun
tetap saja tidak bisa memenuhi semua orderan,”tandasnya. Ditanya apa saja hambatannya, Hamdi mengatakan salah satu hambatan utama adalah cuaca dan ketersedian ikan teri nasi. Ketika musim hujan, produksi bisa turun drastis. Bahkan penurunannya bisa mencapai 60 persen. Sebab, rengginang yang enak butuh pengeringan yang sempurna. Ketika musim hujan, minimnya panas menjadi hambatan utama. “Sedangkan, ketersediaan teri nasi menjadi vital. Sebab, tanpa teri nasi, rasanya menjadi berkurang. Sementara, jika teri nasi sedang tidak musim, saya harus ambil di Lamongan yang harganya jauh lebih mahal,”ujarnya. Untuk itu, ia berharap pemerintah bisa membantu para pengusaha rengginang yang banyak di Sumenep. “Mungkin dibantu penyedian tehnologi pemanas,” ujarnya. Selain itu, menurutnya, pihaknya berharap ada pelatihan tentang teknik branding dan kemasan.’ Ägar produk-produk tersebut bisa bersaing di level yang lebih baik. “Misalnya bisa dipajang di swalayan dan bersaing dengan produk pabrikan lainnya. Sehingga, bisa mengangkat eknomi kerakyatan dalam level yang lebih baik,” pungkasnya. (*)
Suramadu 47 APRIL - JUNI 2014
cerpen
Amira Oleh: Kangcoy
Sore itu, 21 Mei 1943, rangkaian kereta melaju ngos-ngosan dari Syu (Karesidenan) Bojonegoro menuju Surabaya. Peluitnya menjerit-jerit lara menyuarakan derita para Romusha. Langit terdiam dalam kesaksian menipisnya harapan. Angin sepoi, begitu hening erat memeluk kebekuan dari wajah-wajah tanpa harapan yang turun dari kereta.
T
ulang berbalut kulit menyembul dari wajah-wajah romusha itu. Sebagian yang terkapar jadi mayat, dilempar begitu saja oleh tentara Nippon yang terkekeh congkak. Di balik pohon kamboja, perempuan muda itu masih berdiri dengan mata menelisik setiap rangkaian kereta yang berhenti. Dialah Anjali yang menanti serpihan hatinya yang tak kunjung pulang ketika suatu malam diseret paksa oleh belasan tentara Jepang. Tatapannya memperhatikan setiap pintu yang terbuka. “Dia tak datang lagi” bisiknya
48 Suramadu APRIL - JUNI 2014
merunduk. Ia pun mengusap perut buncitnya sembari berbisik. “Sabarlah kau, Nak,” bisiknya lirih menyungging senyum yang dipaksakan. Entah ini minggu ke berapa berulang untuk sebuah penantian yang terasa begitu panjang dan tak pernah habis. Kembali ia berjalan, menyusuri lengang di peluknya, tubuhnya sendiri untuk sedikit menghilangkan rasa dingin yang mengigit “Semoga esok kau datang .” bisiknya dalam. Doanya kembali berulang ditebarkan dalam gelap. ***
cerpen Pagi buta sirine itu meraung membangunkan setiap jiwa yang lelah. Suara serdadu Jepang berlarian sembari berteriak. Desingan peluru menembus fajar yang masih mengintip. Anjali terhenyak lalu merangkak mencari tahu. Sekira dua ratus meter dari tempatnya bersembunyi, ia melihat orang – orang berkelebat. Ternyata, serangan mendadak dari secuil pemuda pejuang yang demikian menggelora memecah kesunyian. “Serbuuuuuuuu....,” teriak pemuda di seberang jalan utama menuju tangsi Jepang. Sekelabat ia berlari sembari memuntahkan peluru dari senapan rampasan. Lalu,” aaaakh...Allohu Akbar,” ia terkapar. Dadanya tertembus peluru Jepang yang berlindung dari barikade pasir. Anjali tertegun tanpa tangis. Tiba-tiba, sebuah suara yang amat dia kenal memaggilnya berbisik di balik dinding gedhek rumahnya. “ssst...Anjali. Ini aku, Bagas,” bisiknya setengah berteriak. Ia terhenyak, antara bahagia dan takut. Sementara, Bagas menatapnya dengan menunduk bertumpu pada satu lututnya. Tangannya memegang senapan rampasan, sementara di pinggangnya, sebuah Katana rampasan terselip rapi. Wajahnya kumal dan lelah, namun matanya menyiratkan semangat, keberanian sekaligus rindu. “Kangmas Bagas,” bisiknya merajuk lalu luruh dalam rengkuhan Bagas. “Aku dan anakmu ini merindukanmu. Sangat,” tutur Anjali. “Iya sayangku,” jawab Bagas. “Aku pikir engkau telah tewas bersama para romusha. Terakhir aku melihatmu ketika kangmas diseret bersama Kang Anom masuk ke kereta lalu dibawa entah kemana. Aku mendapat kabar, kangmas ada di Bojonegoro,’ ujarnya bertubitubi.
“Aku dan enam belas pemuda melarikan diri dari tangsi Jepang di Bojonegoro. Lima orang tertangkap lalu dieksekusi. Kami sebelas orang berhasil lolos setelah menyandera Junichi Kazuo, komandan nippon di Bojonegoro. Lalu kami berjalan menyusuri hutan, bergabung dengan pasukan pejuang di Surabaya,” ujarnya. “Malam ini, empat puluh pemuda bersiap menyerbu untuk merebut persenjataan mereka. Indonesia Merdeka adalah harga mati, Anjali,” ujarnya. Anjali mengangguk. Namun hatinya bergejolak. Antara rasa kebenciannya terhadap penjajah, dan ketakutannya kehilangan Bagas. “Jikalau takdir berkehendak lain, aku titip anakku. Jika perempuan, namakan Amira yang berarti ratu. Jika laki-laki, namakan Aruna,” bisik Bagas. Anjali merasakan firasat kematian di balik pesan Bagas. Namun ia tak mampu berkatakata selain memeluk dan menahan tangis. “Jangan menangis Anjaliku. Aku akan akan memutar di belakang tangsi, lalu membunuh komandan tentara penjajah itu dengan Katana yang aku rampas dari Junichi Kazuo ini,” ujar Bagas menyebut nama pentolan tentara Nippon yang berhasil dibunuhnya dalam pelarian. Anjali terpejam merasakan kehangatan sekaligus kahadiran maut tatkala Bagas mencium keningnya. “Kangmas...,” lirih. ######## Siang itu, sisa pertempuran bagi buta telah menghilang. Kabar dari beberapa orang menyebut, pemuda berhasil merebut senjata di gudang Jepang . Tujuh pejuang gugur, sementara enam belas tentara Jepang tewas. Termasuk komandan peleton Jepang. “Tetapi, Bagas menjadi salah satu yang gugur Anjali,” ujar tetangganya. Anjali terdiam. Ia sudah merasakan isyarat kematian pagi
tadi. Ia merelakan Bagas dalam pangkuan bumi. Tak ada tangis sedikitpun. “Ayahmu seorang pemberani. Takdirnya terukir dalam nama Indonesia,” bisiknya pada perut yang berisi. ######### Sore itu, pertengahan Agustus tahun 1979 mendung tak rata menghiasi langit. Matahari tampak malu mengintip. Enggan menyengat dengan panasnya yang biasanya melumat. Seorang perempuan tua, terlihat digandeng hati-hati seorang perempuan muda yang terlihat cantik tinggi semampai. Tampilannya elegan dan terlihat sosok yang tanggung dan cerdas. Berdua mereka berjalan menuju gerbang Taman makam pahlawan di Jl Kusuma Bangsa Surabaya. Melangkah hingga di sebuah pusara pahlawan yang terletak di sisi kanan ujung utara. Tertulis jelas di nisan itu, Bagas bin Kartomihardjo. “Aku datang lagi kangmas, bersama Amira. Ia membawa kabar baik,” ujar ibu tua itu bersimpuh mencium pusara. Bibirnya menyungging senyum. Ya, dia lah Anjali bersama sang putri, Amira. Anjali menjaga wasiat Amira dan kesetiaan cintanya pada sang pejuang itu. “Aku Amira ayah. Seminggu lalu, aku telah menjadi CEO perusahaan yang membawahi pekerja-pekerja dari Jepang. Aku ingin mengabarkan ini agar ayah bangga. Aku merindukan ayah,’ ujar Amira. Seolah berdialog dengan sebuah kehidupan dalam dimensi trandsenden. Bunga kamboja jatuh tepat di pusara. Putih berbalut semburat kekuningan. Amira menyelipkan di sela kuping ibunya. Dan matahari pun luruh dalam peraduan. Tatkala jejak bangsa ini kembali bergulir. Anjali beranjak dari pusara. Dengan senyum, ia menggandeng kesetian cintanya dan Amira.
Suramadu 49 APRIL - JUNI 2014
waka-waka
Diasuh Oleh Faisal Kangcoy
Dasar Cewek Matre
S
uatu ketika, sepasang sejoli sedang bertengkar hebat. Si cewek yang gak betah karena cowoknya melarat, dengann lantang minta putus. cewek : mas... kita putus !!! cowok : wah sayang.. padahal aku baru aja beli mobil baru buat kita jalan biar gak kepanasan lagi. Aku juga sudah beli rumah baru tuh!! cewek : Masa? ( hmmm—waduh saya rugi nih- dalam hati) hehehe, saya cuma becanda doang kok masku sayaaaaang. cowok : Hahaha, aku juga cuma becanda kok say.. cewek : *%)(!!($*#@... *kaleng bata siap lempar.
Panggil Aku Demit
Hasil Penelitian Terbaru
D
i ruang perpustakaan pribadinya, seorang guru sedang terjadi diskusi yang serius dengan salah seorang anak didiknya yang kepingin ikut lomba karya ilmiah remaja. Guru : “Memangnya apa yang bisa kamu sumbangkan untuk LKIR sekolahmu?” Murid : “Sebuah penemuan dari penelitian yang saya lakukan sendiri.” Guru : “Apa itu?” Murid : “Penggabungan (stek) tiga jenis tumbuhan yang sangat berlainan spesiesnya. Dan ternyata berhasil.” Guru : “Apa tiga jenis tumbuhan itu…?” Murid : “Kelapa, singkong, dan tebu.” Guru : (terdiam, sepertinya tidak percaya) “Lalu apa yang terjadi dengan ketiga tumbuhan itu?’
S
uatu hari, Pak Guru Sugiyanto yang mengajar di sekolah dasar favorit di kota Jogjakarta, mendapat murid baru dari sebuah pelosok desa Pak Guru (PG) : Kamu anak baru ? Murid Baru (MB) : Nggih…eh, iya Pak…” PG : Pindahan dari mana? “ MB : Dari mBantul pak… PG : Siapa namamu ?” MB : “Demitri Saklitunov Pak… PG : (hmmm….kereen- dalam hati)..Kamu lahir di Rusia?” MB : Mboten Pak, saya lahir di Sewon… mBantul…”” PG : Hlloh…bapakmu seorang Dubes?” MB : Bukan pak, tukang kayu..” PG : Llaaah…ibumu?” MG : Bakul sego urap” PG: Weladalah..Siapa nama bapak dan ibumu?” MB : Pak Sademi dan Bu Triyani pak”
Murid : “Jadi gethuk”
PG : Llaaah kok namamu kayak orang Rusia?”
Guru : $#$%@&%#$^$#%
MB : Singkatan Pak. Sademi dan Triyani disingkat Demitri….” PG : woooh…lah trus Saklitunov?” MB : Saya lahir Sabtu Kliwon Tujuh November, disingkat Saklitunov…” PG : Terus kamu dipanggil siapa?”
50 Suramadu APRIL - JUNI 2014
MB : Demit pak!!!” PG : @#$#%$#^$#%@
%$ Jaga Aset Nasional
Foto-foto: Prihadi Utomo
Inspeksi dan control rutin terhadap kondisi Jembatan suramadu merupakan langkah yang urgen dan vital. Tim BPWS bersama SHMS Balai V Surabaya dan tim Dir Bintek Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum secara rutin melakukan pengecekans etiap detil jembatan. Ini untuk memastikan Jembatan Suramadu dalam kondisi baik sehingga memebrikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jembatan kebanggan Indonesia ini.
Sejenak melepas penat di puncak tertinggi pilar Suramadu.
Memastikan fungsi
Di kaki kaki jembatan
Lorong pilar
Sunset di Pantai Pasir Putih Lombang Sumenep Madura Foto by: Bhakti Phundowo