PEMODELAN TINGKAT KEBISINGAN DI SD NEGERI 1 LOKTABAT UTARA KOTA BANJARBARU NOISE MODELING IN SD NEGERI 1 LOKTABAT UTARA BANJARBARU CITY Raudhyna Zata Nadhillah1, Rijali Noor2, Nova Annisa3 Program Studi Teknik Lingkungan, Teknik Lingkungan, Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani KM 36,5 Banjarbaru Kalimantan Selatan, Indonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kawasan Jl. A. Yani km 32,5 merupakan salah satu jaringan jalan dengan aktivitas transportasi yang tinggi. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan kualitas fisik lingkungan yaitu dengan timbulnya kebisingan. Sumber kebisingan yang dominan di lingkungan ini adalah berasal dari lalu lintas kendaraan bermotor dengan persentase jumlah kendaraan ringan sebesar 66% dari total seluruh kendaraan. Dampak negatif dari kebisingan ini salah satunya adalah gangguan psikologis seperti kurangnya konsentrasi. Hal ini dirasakan pada siswa-siswi SDN 1 Loktabat Utara Banjarbaru yang mana letak sekolah berada di pinggir JL. A. Yani km 32,5. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kebisingan di sekolah ini mencapai 74,8 dB(A) Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan model prediksi kebisingan dan usaha penanganan yang sesuai menggunakan software Traffic Noise Model (TNM). Data yang diperlukan adalah koordinat eksisting, volume kendaraan, kecepatan kendaraan, batas kebisingan, dan ketinggian pohon atau gedung di sekitar. Hasil data dengan menggunakan TNM berhasil menurunkan tingkat kebisingan menjadi dibawah baku tingkat yang diperbolehkan yaitu sebesar 55 dB(A) dengan menggunakan simulasi bangunan peredam dan juga kombinasi antara bangunan peredam dan tanaman. Kata kunci: tingkat kebisingan, volume kendaraan, Traffic Noise Model ABSTRACT Jl. A. Yani km 32.5 is one of the road network with high transport activity. This causes a change in the physical quality of the environment, noise. The dominant source of noise in this neighborhood is derived from motor vehicle traffic by percentage of total light vehicles of 66% of the total vehicle. The negative impact of noise is one of them is a psychological disorder such as lack of concentration. It was felt the students of SDN 1 Loktabat Utara Banjarbaru is where the school is located on the edge JL. A. Yani km 32.5. based on the results of previous research studies reveal that the noise level in this school to 74,8 dB(A). Object of this research is: applying noise prediction models and business management suite using software Traffic Noise Model (TNM). Used data for the software are existing coordinate, the traffic volume, speed vehicle, the maximum noise, and the height of trees or buildings that is around. The result by using TNM are successfully decrease the noise levels become in the below of allowed levels which is 55 dB(A) using wall barriers and the combination between wall barriers and plants. Kata kunci: the noise level, volume vehicles, Traffic Noise Model
1.
PENDAHULUAN
Menurut data Unit Pelayanan dan Pendapatan Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2014, diketahui jumlah kendaraan roda 2 mencapai 102.305 unit, kendaraan roda 3 mencapai 190 unit, dan kendaraan roda 4 mencapai 20.855 unit. Banyaknya kendaraan yang ada saat ini mengakibatkan bertambahnya beban lalu lintas dan menimbulkan berbagai macam permasalahan. Salah satu permasalahan tersebut adalah polusi suara atau kebisingan. Kebisingan terjadi dikarenakan adanya pengendara yang memacu kendaraannya dengan cepat untuk mengurangi waktu di jalan. Kendaraan tersebut menimbulkan suara-suara seperti, suara mesin kendaraan, suara klakson kendaraan maupun suara yang diakibatkan oleh aktivitas dari mesin kendaraan yang lainnya. Kawasan SDN 1 Loktabat Utara Banjarbaru yang terletak di JL. A. Yani km 32,5 memerlukan lingkungan yang tenang dan jauh dari kebisingan. Tetapi pada kenyataannya untuk daerah perkotaan sulit untuk mendapatkan lokasi belajar mengajar yang tenang. Gangguan belajar seperti kurangnya konsentrasi dan gangguan komunikasi antar guru dan siswa dirasakan oleh warga sekolah. Pembagian kuisioner dilakukan untuk mengetahui seberapa kebisingan dari lalu lintas JL. A. Yani km 32,5 mempengaruhi warga sekolah. Berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 53 Tahun 2007, tingkat kebisingan di lingkungan sekolah yang diperbolehkan adalah 55 dB. Penelitian ini dilakukan untuk melanjutkan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa tingkat kebisingan di sekolah telah mencapai 74,8 dB(A). Perlunya dilakukan penanganan untuk menurunkan tingkat kebisingan agar sesuai dengan tingkat kebisingan yang diperlukan. Peneliti menggunakan software Traffic Noise Model untuk melakukan simulasi penurunan kebisingan di kawasan SD Negeri 1 Loktabat Utara Kota Banjarbaru. 2.
METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pengukuran dan pengambilan data dilakukan di SD Negeri 1 Loktabat Utara Kota Banjarbaru. Lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian Sumber: Google Earth
2.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah clinometer, kamera, meteran, dan software Traffic Noise Model (TNM). 2.3 Pengumpulan Data Kendaraan yang menjadi objek penelitian ini adalah sepeda motor (motorcycle), kendaraan ringan (light vehicle), dan kendaraan berat (heavy vehicle). Data yang dikumpulkan adalah tingkat
kebisingan, volume kendaraan bermotor, kecepatan sesaat, geometrik jalan, ketinggian bangunan, dan ketinggian tanaman 2.4 Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh disajikan dalam tabel dan grafik dan dibahas secara deskriptif. Data simulasi reduksi tingkat kebisingan menggunakan TNM dengan input data hasil pengukuran volume kendaraan, kecepatan kendaraan, kebisingan maksimum yang diperbolehkan, dan ketinggian pohon maupun bangunan yang ada di sekitar. Output yang didapat berupa tabel yang menunjukkan nilai hasil penurunan tingkat kebisingan yang berada di bawah baku mutu 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Lokasi Penelitian Lokasi tempat penelitian berada di kawasan SD Negeri 1 Loktabat Utara yang terletak di Jalan A. Yani km 32,5. Bagian barat sekolah, Jalan Sukarelawan, merupakan jalan lokal menuju perumahan warga. Untuk kondisi lingkungan, kawasan sekolah terdapat beberapa pohon ketapang, pohon glodokan, pohon tanjung, dan pohon buah seperti mangga. Di sekeliling sekolah telah terdapat pagar pembatas dengan ketinggian yang berdeba-beda. Tanaman dan pagar pembatas berfungsi sebagai pemantul dan penyerap bunyi yang diakibatkan oleh arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang melewati kawasan sekolah cukup padat pada jam-jam puncak aktivitas lalu lintas yang terjadi pada pukul 07.00-09.00. Komposisi kendaraan yang beragam melewati titik tersebut dapat mempengaruhi tingkat kebisingan yang dihasilkan. 3.2 Alternatif Pengendalian Kebisingan dengan Menggunakan Traffic Noise Model Prediksi kebisingan dimodelkan dan diskenariokan penanganannya menggunakan software Traffic Noise Model (TNM). Pada Gambar 3.14, digambarkan keadaan awal lokasi penelitian di SD Negeri 1 Loktabat Utara Kota Banjarbaru. Sisi samping gedung sekolah yang berhadapan langsung dengan Jalan Sukarelawan, sisi depan yang langsung berhadapan dengan Jl. A. Yani km 32,5 tidak memiliki pagar tertutup, hanya pagar terbuka setinggi 1,5 meter yang belum dapat mereduksi kebisingan yang berasal dari lalu lintas kendaraan. Untuk pagar samping sekolah yang berhadapan dengan hutan, terdapat pagar tembok setinggi 2 meter yang memiliki panjang 124 meter dari total panjang 134 meter keseluruhan lebar area sekolah bagian yang menghadap ke hutan. I
H G
E
F
D C
A
B
Gambar 3.1 Keadaan Awal Lokasi Penelitian
Keterangan:
A B
: Simbol jalan raya : Simbol pohon : Simbol bangunan peredam : Simbol bangunan : Simbol titik penerima : Unit Kesehatan Sekolah : Perpustakaan
C D E F G H I
: Gedung Kepala Sekolah : Ruang Guru : Ruang Kelas : Ruang Multimedia : Rumah Dinas : Mushola : Ruang Kelas dan Kantin
Simulasi dengan TNM akan dilakukan menjadi tiga macam alternatif pengendalian kebisingan dengan harapan didapatkan hasil akhir tingkat kebisingan telah mencapai dibawah baku tingkat kebisingan yang diperbolehkan. Alternatif solusi yang disimulasikan dengan TNM berjumlah 3 macam. Alternatif pertama dengan menggunakan bangunan peredam setinggi 3 meter yang diletakkan di sebelah barat dan timur sekolah dan juga di depan sekolah, karena menurut Badan Litbang PU (2005), dengan ketinggian minimal 2,75 meter sudah dapat memotong jalur perambatan gelombang suara dari sumber ke titik penerima. Titik penerima dalam penelitian ini adalah setinggi 1,2 meter. Skenario alternatif 1 dapat dilihat pada Gambar 3.15.
Gambar 3.2 Simulasi Alternatif 1 Alternatif kedua adalah dengan memodelkan penambahan tanaman di lingkungan sekolah. Kerimbunan dan kerapatan daun yang cukup merata dari permukaan tanah hingga ketinggian yang diharapkan dapat digunakan sebagai penghalang kebisingan. Untuk itu, pada simulasi alternatif 2 menggunakan ketinggian tanaman setinggi 5 meter sehingga diharapkan efek penghalang menghasilkan reduksi yang optimum. Peletakan tanaman pada alternatif 2 berada pada halaman depan sekolah yang berjarak sekitar 4 meter dari tepi jalan. Simulasi alternatif 2 dapat dilihat pada Gambar 3.16.
Gambar 3.3 Simulasi Alternatif 2 Terakhir, alternatif ketiga merupakan gabungan penggunaan bangunan peredam dan juga penggunaan tanaman, hal ini diharapkan hasil yang didapat lebih maksimal dalam menurunkan tingkat kebisingan. Bangunan peredam pada alternatif 3 disimulasikan sama seperti alternatif 1 yaitu setinggi 3 meter. Untuk kombinasi tanaman pada alternatif 3 menggunakan kombinasi ketinggian 3 dan 5 meter. Tanaman diletakkan pada lokasi yang memungkinkan untuk diletakkan tanaman dan diasumsikan peletakan tersebut dapat berhasil membantu mereduksi tingkat kebisingan yang terjadi. Simulasi alternatif 3 dapat dilihat pada Gambar 3.17.
Gambar 3.4 Simulasi Alternatif 3 Penelitian yang dilakukan selama tiga hari, yaitu Kamis, Sabtu, dan Senin selama 8 jam dari pukul 07.00-15.00, dalam simulasinya dibagi lagi menjadi 3 bagian waktu. Pukul 07.00-08.00 merupakan jam pagi, pukul 08.00-13.00 merupakan jam belajar sekolah, dan pukul 13.00-15.00 adalah jam berakhirnya aktivitas di sekolah. Hal ini dilakukan agar dapat dilihat pada jam berapa tingkat kebisingan tertinggi dan agar dapat diketahui solusi alternatif yang tepat dalam mereduksi tingkat
kebisingan. Pembahasan yang disajikan adalah untuk hari Kamis, karena hasil simulasi untuk hari lain hasilnya tidak jauh beda dengan hari Kamis. 3.2.1 Keadaan Awal dengan Tiga Penerima Keadaan awal simulasi adalah keadaan dimana lokasi penelitian dalam keadaan sama seperti sesungguhnya, belum diberikan simulasi untuk mereduksi kebisingan. Keadaan awal dengan tiga titik penerima pada hari penelitian pertama yaitu hari Kamis dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Keadaan Awal Hari Kamis dengan 3 Titik Penerima 07.00-08.00 Penerima
08.00-13.00
13.00-15.00
Reduksi
Tingkat Kebisingan
Reduksi
Tingkat Kebisingan
Reduksi
Tingkat Kebisingan
dB(A) 0 0 0
dB(A) 68,5 59,6 48,4
dB(A) 0 0 0
dB(A) 69,3 60,2 48,3
dB(A) 0 0 0
dB(A) 67,7 58,6 46,7
1 meter 30 meter 100 meter
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
3.2.2 Keadaan Awal dengan Penerima Tiap Gedung Pada keadaan awal dengan titik penerima di tiap gedung adalah dimana tiga titik penerima yang awal yaitu 1 meter, 30 meter, dan 100 meter dari sumber bising ditambah dengan masing masing titik penerima dari gedung-gedung di sekolah yang dipakai untuk beraktivitas. Tabel 3.2 Keadaan Awal Hari Kamis dengan Titik Penerima tiap Gedung 07.00-08.00 PENERIMA
08.00-13.00
13.00-15.00
RED
TK
RED
TK
RED
TK
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
1 meter
0
67,4
0
67,6
0
67,4
30 meter
0
58,9
0
58,9
0
58,7
100 meter
0
47,3
0
47,3
0
47,2
Perpus
0
58,1
0
58,1
0
57,8
UKS
0
58,6
0
58,2
0
57,8
Ruang Kepsek
0
52,6
0
52,4
0
52,3
Ruang Guru
0
50
0
49,8
0
49,7
Ruang Kelas
0
47,6
0
47,4
0
47,3
Multimedia
0
48
0
47,8
0
47,6
Rumah Dinas
0
53,2
0
52,2
0
51,7
Mushola
0
48,3
0
47,9
0
47,6
Kantin dan Kelas
0
44,2
0
44
0
43,8
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
Keterangan: RED : reduksi kebisingan(dBA)
TK
: tingkat kebisingan (dBA)
3.2.3 Alternatif 1 Pada alternatif 1 yang dapat dilihat pada Gambar 3.15, disimulasikan bangunan peredam di sekeliling sekolah setinggi 3 meter kecuali pada bagian belakang sekolah yang pada awalnya telah terdapat pagar tembok setinggi 2 meter. Simulasi ketinggian pagar belakang sekolah tidak berpengaruh pada hasil reduksi bising sehingga peneliti memutuskan untuk tinggi tembok belakang sekolah tetap 2 meter dan hanya mensimulasikan tinggi peredam yang lain. Hasil simulasi alternatif 1 dapat dilihat pada Tabel 4.13, dengan bangunan peredam setinggi 3 meter telah dapat mereduksi
tingkat kebisingan menjadi dibawah 55 dB(A) kecuali pada titik penerima 1 meter yang memang tidak mengalami reduksi. Hasil reduksi maksimal untuk alternatif 1 semua hari adalah 7,1 dB(A) Tabel 3.3 Alternatif 1 Hari Kamis 07.00-08.00 PENERIMA
08.00-13.00
13.00-15.00
NB
RED
WB
NB
RED
WB
NB
RED
WB
1 meter
dB(A) 68,5
dB(A) 0,1
dB(A) 68,4
dB(A) 69,3
dB(A) 0
dB(A) 69,3
dB(A) 67,7
dB(A) 0,3
dB(A) 67,4
30 meter
59,7
5,5
54,2
60,2
5,4
54,8
58,9
5,6
53,3
100 meter
49,1
3,7
45,4
49
3,6
45,4
48
3,5
44,5
Perpus
59,1
5,2
53,9
60
5,2
54,8
57,9
5,2
52,7
UKS
59,5
6,4
53,1
59,7
6
53,7
57,8
6,1
51,7
Ruang Kepsek
53,5
3,5
50
53,8
3,4
50,4
52,4
3,5
48,9
Ruang Guru
51,2
3,6
47,6
51,3
3,5
47,8
50
3,6
46,4
Ruang Kelas
49,5
3,8
45,7
49,8
3,6
46,2
48,4
3,7
44,7
Multimedia
49,4
3,5
45,9
49,5
3,4
46,1
48,2
3,4
44,8
54
6,9
47,1
52,8
6,2
46,6
51,7
6,3
45,4
Mushola
49,5
3
46,5
48,9
2,9
46
47,8
2,6
45,2
Kantin dan Kelas
45,7
2,5
43,2
45,2
2,4
42,8
44
2
42
Rumah Dinas
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
Keterangan: NB : tingkat kebisingan saat No Barrier (dBA) WB : tingkat kebisingan saat With Barrier (dBA)
RED
: reduksi kebisingan (dBA)
3.2.4 Alternatif 2 Pada alternatif 2 yang dapat dilihat simulasinya Gambar 3.16, penambahan pohon disimulasikan pada jarak 5 meter dari tepi jalan dengan panjang pepohonan 10 meter yang diletakkan pada bagian kanan dan kiri muka sekolah dengan ketinggian pohon 5 meter. Hasil dari simulasi dengan penanaman pohon ini masih belum dapat mereduksi tingkat kebisingan. Hasil simulasi alternatif 2 dapat dilihat pada Tabel 3.4, pada penerima titik 30 meter, gedung UKS dan juga perpustakaan masih di atas baku mutu tingkat kebisingan. Menurut Badan Litbang PU (2005), penghalang dengan tanaman harus cukup tinggi untuk dapat memotong garis perambatan gelombang suara dari sumber ke penerima. Ketebalan tanaman serta persentase kerimbunan daun disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan digunakan untuk penghalang. Pada software TNM, data zona pohon yang diminta hanya berupa koordinat tanaman dan tinggi tanaman saja, persentase kerimbunan daun tidak diperhitungkan dalam software ini. Tabel 3.4 Alternatif 2 Hari Kamis 07.00-08.00 PENERIMA
08.00-13.00
13.00-15.00
NB
RED
WB
NB
RED
WB
NB
RED
WB
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
1 meter
68,5
0
68,5
69,3
0
69,3
67,7
0
67,7
30 meter
59,9
0
59,9
60,4
0
60,4
58,9
0
58,9
100 meter
48,8
0
48,8
48,8
0
48,8
47,3
0
47,3
Perpus
59,3
0
59,3
60
0
60
58,3
0
58,3
UKS
59,5
0
59,5
59,7
0
59,7
58
0
58
Ruang Kepsek
53,6
0
53,6
53,9
0
53,9
52,3
0
52,3
Ruang Guru
51,1
0
51,1
51,2
0
51,2
49,7
0
49,7
07.00-08.00 PENERIMA
08.00-13.00
13.00-15.00
NB
RED
WB
NB
RED
WB
NB
RED
WB
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
Ruang Kelas
48,9
0
48,9
49,4
0
49,4
47,7
0
47,7
Multimedia
49,2
0
49,2
49,3
0
49,3
47,7
0
47,7
54
0
54
52,8
0
52,8
51,2
0
51,2
Mushola
49,5
0
49,5
48,9
0
48,9
47,3
0
47,3
Kantin dan Kelas
45,7
0
45,7
45,3
0
45,3
43,5
0
43,5
Rumah Dinas
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
Keterangan: NB : tingkat kebisingan saat No Barrier (dBA) WB : tingkat kebisingan saat With Barrier (dBA)
RED
: reduksi kebisingan (dBA)
3.2.5 Alternatif 3 Pada alternatif 3 yang dapat dilihat simulasinya pada Gambar 3.17 dan hasil simulasinya dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Alternatif 3 Hari Kamis 07.00-08.00 PENERIMA
08.00-13.00
13.00-15.00
NB
RED
WB
NB
RED
WB
NB
RED
WB
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
1 meter
68,5
0,1
68,4
69,3
0
69,3
67,7
0
67,7
30 meter
59,7
5,5
54,2
60,2
5,4
54,8
58,8
5,6
53,2
100 meter
49,1
3,7
45,4
49
3,6
45,4
47,5
4
43,5
Perpus
59,1
5,1
54
60
5,2
54,8
58,2
5,3
52,9
UKS
59,4
6,4
53
59,6
6
53,6
57,9
6,1
51,8
Ruang Kepsek
53,5
3,5
50
53,8
3,5
50,3
52,2
3,7
48,5
Ruang Guru
51,1
3,5
47,6
51,2
3,5
47,7
49,7
3,9
45,8
Ruang Kelas
49,5
3,8
45,7
49,8
3,6
46,2
48,3
4
44,3
Multimedia
49,4
3,5
45,9
49,5
3,4
46,1
48
3,9
44,1
54
7
47
52,7
6,2
46,5
51,2
6,4
44,8
Rumah Dinas Mushola
49,5
3
46,5
48,9
2,9
46
47,3
3,3
44
Kantin dan Kelas
45,7
2,5
43,2
45,1
2,3
42,8
43,4
2,6
40,8
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
Keterangan: NB : tingkat kebisingan saat No Barrier (dBA) WB : tingkat kebisingan saat With Barrier (dBA)
RED
: reduksi kebisingan (dBA)
Hasil penggunaan alternatif 1 dan 3 berada di bawah baku tingkat kebisingan dan tidak memiliki perbedaan yang jauh, hanya 0,1 dB(A) perbedaan penurunan nilai kebisingannya. Perbedaan hanya terdapat di lokasi UKS yang pada alternatif 1 sebesar 53,9 dB(A) menjadi 54 dB(A) pada alternatif 3, lokasi perpustakaan pada alternatif 1 sebesar 53,1 dB(A) menjadi 53 dB(A), dan pada rumah dinas yang pada alternatif 1 sebesar 47,1 dB(A) menjadi 47 dB(A) pada alternatif 3. Perbedaan yang terjadi hanya 0,1 dB(A) dan tidak mengganggu hasil akhir. Hasil reduksi maksimal alternatif 3 untuk semua hari adalah 7,2 dB(A). Hasil alternatif pada hari dan jam lainnya menghasilkan hasil yang sama dengan hari Kamis. Alternatif 1 dan 3 berhasil menurunkan tingkat kebisingan hingga dibawah baku tingkat kebisingan yang diperbolehkan, tetapi dengan alternatif 3 atau penggunaan
kombinasi antara bangunan peredam dan tanaman lebih banyak mereduksi kebisingan sedangkan dengan penggunaan alternatif 2 sama sekali tidak berhasil menurunkan kebisingan. 4. KESIMPULAN Adapun hasil kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Hasil simulasi menggunakan Traffic Noise Model dengan alternatif 1 berhasil mereduksi kebisingan maksimal sebesar 7,1 dB(A), dengan alternatif 2 tidak berhasil tereduksi, dan dengan alternatif 3 berhasil tereduksi maksimal sebesar 7,2 dB(A). DAFTAR RUJUKAN Anonim1. Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalimantan Selatan. (2007). Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 53 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan Anonim2. Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru. (2016). Kota Banjarbaru dalam Angka 2016 Anonim3. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum (2005). Mitigasi Dampak Kebisingan akibat Lalu Lintas Jalan 4 Anonim . Direktorat Jenderal Bina Marga. (1997). Manual kapasitas jalan Indonesia Anonim5. Menteri Lingkungan Hidup (1996). Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan Anonim6. (2005). User’s Guide: Traffic Noise Model. Texas Department of Transportation Brown, L. (1979). Gangguan Badan Disebabkan Kebisingan Lalu Lintas Jalan Raya. Tesis Program Pascasarjana Program Studi Teknik Arsitektur. University of Queensland. Australia Djalante, S. (2010). Analisis Tingkat Kebisingan di Jalan Raya yang Menggunakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APIL) (Studi kasus: Simpang Ade Swalayan). Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 4. Nopember 2010: 280 - 300. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Uleo. Kendari. Ratri, Dyah., Nurmaningsih, Kusmiyati, dan Riyanto, A. (2014). Pengaruh Aktivitas Kendaraan Bermotor terhadap Kebisingan di Kawasan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Surakarta. Jurnal Ilmu Teknik Vol. 10 No. 2 Fazria, N. (2012). Pengaruh Arus Lalu Lintas terhadap Tingkat Kebisingan di Kawasan SMPN1 Martapura dan Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Pangeran Antasari Martapura. Tugas Akhir Prodi Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Halil, A., Yanis, A., dan Noer, M. (2015). Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas terhadap Konsentrasi Belajar Siswa SMPN 1 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas vol. 4 no. 1. 2015 Hustim, M., Runtulalo, D., dan Ahmad. (2015). Analisis Kebisingan Lalu Lintas pada Ruas Jalan di Kota Makassar. Jurnal Teknik Sipil. Universitas Hasanuddin. Makassar. Huboyo, H. S dan Sumiyati, S., (2008). Buku Ajar Pengendalian Bising dan Bau. Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang Justian, A. (2012). Analisa Pengaruh Kebisingan terhadap Performa Siswa Sekolah Dasar di Ruang Kelas. Skripsi Fakultas Teknik. Universitas Indonesia. Jakarta Khairina, Arisanty, D., dan Adyatma, S. (2014). Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor pada Ruas Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Jurnal Pendidikan Geografi. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin Mediastika, C. E. (2005). Akustika Bangunan: Prinsip-Prinsip dan Penerapannya di Indonesia. Penerbit Erlangga. Jakarta
Sam, F. (2012). Studi Model Hubungan Karakteristik Lalu Lintas dengan Tingkat Kebisingan Kendaraan pada Ruas Jalan Tol Ir. Sutami Makassar. Jurnal Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Makassar Setiawan, A. (2014). Pengaruh Kecepatan dan Jumlah Kendaraan terhadap Kebisingan (Studi Kasus Kawasan Kos Mahasiswa di Jalan Raya Prabumulih-Palembang KM 32 Indralaya Sumatera Selatan). Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 2 No. 4 Desember 2014 Syidiq, M. (2013). Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Kenaikan Tekanan Darah pada Pekerja di PT. Pertani (PERSERO) Cabang Surakarta. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta Triwinarti, D. dan Yudi, A. (2014). Studi Kebisingan Lalu Lintas di Kawasan Universitas Brawijaya Malang. Jurusan Fisika FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang Wardika, I K. Suparsa, I G. P., dan Priyantha, D. M. (2012). Analisa Kebisingan Lalu Lintas pada Ruas Jalan Arteri (Studi Kasus Jalan Prof. Dr. Ib. Mantra pada Km 15 S/D Km 16). Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil. Universitas Udayana. Denpasar