ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA SISWA KELAS IV TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DI SD NEGERI 1 BANJAR BALI I Md. Aditya Dharma1, I Md. Suarjana2, I Kd. Suartama3 1,2
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected] [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis pelaksanaan pembelajaran matematika mengenai soal cerita pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 1 Banjar Bali. 2) Menganalisis kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam matematika pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 1 Banjar Bali. 3) Menganalisis kendala-kendala yang dihadapi siswa menyelesaikan soal cerita dalam matematika dan solusi mengatasi kendala-kendala tersebut. Subjek Dalam Penelitian Adalah seluruh siswa Kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Bali yang berjumlah 32 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, tes, dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian pelaksanaan pembelajaran matematika mengenai soal cerita pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 1 Banjar Bali diperoleh rata-rata guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu 65 dengan kategori cukup. Siswa yang memiliki kemampuan dalam memahami masalah sebanyak 81% dengan kategori baik. Kedua kemampuan merencanakan pemecahan masalah sebanyak 90% dengan kategori sangat baik. Kemampuan ketiga yaitu kemampuan melaksanakan rencana pemecahan masalah sebanyak 69% dengan kategori cukup. Kemampuan keempat yaitu memeriksa kembali upaya yang diperoleh sebesar 38% dengan kategori sangat kurang. Kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal cerita disebabkan oleh pengetahuan awal siswa, faktor guru, dan faktor kurikulum. Kata kunci : Analisis kemampuan, Soal cerita, SD Negeri 1 Banjar Bali Abstract This research aims to Analyze the implementation of 1) learning mathematics about a story on a grade IV year 2015/2016 lessons in SD Negeri 1 Banjar Bali. 2) analyze capabilities solve the story in mathematics at grade IV year 2015/2016 lessons in SDN 1 Banjar in Bali. 3) analyze the constraints faced by the students solve math story in and solutions addressing these constraints. Subjects in the study is the whole grade IV in SD Negeri 1 Banjar Bali totalling 32 people. Data collection methods used in this research is a method of observation, tests, and interviews. Technique of data analysis in this study uses descriptive analysis of quantitative and qualitative descriptive analysis. The results of the research implementation of mathematical learning about story at grade IV year 2015/2016 lessons in SDN 1 Banjar Bali obtained average teachers in implementing the learning that is 65 by category is enough. Students who have the ability to understand the problem as much as 81% with categories either. Both the ability of planning problem solving as much as 90% by category. The third ability, namely the ability of carrying out problem-solving plans as much as 69% by category is enough. The fourth abilities i.e. re-
examine efforts gained 38% of the category with very less. Constraints faced by the student in resolving the problem caused by the story's early knowledge of students, teachers, and curriculum. Key words: analysis capabilities, question the story, SD Negeri 1 Banjar Bali
PENDAHULUAN Memecahkan suatu masalah diperlukan keterampilan berpikir yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan mampu bekerja sama dengan yang lain. Cara berpikir seperti tersebut dapat dikembangkan melalui pembelajaran pendidikan matematika, hal ini terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Permendiknas no 23 tahun 2006 (2006: 22), menyebutkan bahwa “mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama Matematika mampu memberikan bekal dalam penataan nalar dan pembentukan sifat mental. Selain itu, matematika merupakan pengetahuan yang penting untuk dipelajari oleh semua umur dan dalam kehidupan sehari-hari matematika banyak diterapkan dan dibutuhkan. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika dalam KTSP adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh (Depdiknas, 2006: 2). Salah satu fokus dalam pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah. Dengan demikian kurikulum tersebut mengisyaratkan pentingnya mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika. Menurut Polya (dalam Susanto, 2013), pemecahan masalah adalah untuk suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat dicapai. Untuk melakukan pemecahan masalah, diperlukan kemampuan pemecahan masalah. Untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh (Depdiknas, 2006: 1). Sejalan dengan pemikiran Polya (dalam Susanto, 2013), dalam suatu pemecahan masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1) memahami masalah, 2) merencanakan penyelesaiannya, 3) menyelesaikan masalah sesuai rencana, 4) melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan. Agar siswa dapat memiliki keterampilan dalam memahami dan memecahkan masalah matematika, maka materi matematika dapat diberikan dalam bentuk soal cerita yang mengandung pembelajaran matematika. Konsep-konsep matematika merupakan rangkaian sebab akibat. Suatu konsep matematika disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya dan akan menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahpahaman terhadap konsep-konsep selanjutnya. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami betul dan benar sejak dini khusunya konsep yang diberikan dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD). Japa dkk, (2011) menyatakan bahwa pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika. Adapun tujuan pembelajaran matematika disekolah khususnya di sekolah dasar yang diungkapkan oleh (Japa dkk, 2011:2) adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 a) Memahami konsep matematika, mengetahuan keterkaitan antar konsep dan mampu mengaplikasikan konsep; b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi; c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika; d) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
dalam melakukan kegiatan. Kemampuan sangat mempengaruhi terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta mampu atau tidaknya suatu penyelesaian masalah. Hasil wawancara dengan guru matematika di SD Negeri 1 Banjar Bali, diketahui bahwa ternyata masih banyak terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk cerita, memahami bahasa, apa yang ditanyakan dalam soal, dan dalam perhitungan. Selain itu, hasil observasi yang pernah dilakukan di SD Negeri 1 Banjar Bali pada saat Pengembangan Pengalaman Lapangan (PPL) menunjukkan bahwa siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Banjar Bali kecamatan buleleng, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016 mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang masih rendah khususnya dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa merasa kesulitan dalam memahami masalah dalam soal cerita dan menafsirkan ke dalam kalimat matematika. Dalam pelaksanaan pembelajaran, untuk mengetahui keberhasilan siswa maupun proses belajarnya, guru perlu mengadakan penilaian, termasuk penilaian terhadap kemampuan pemecahan masalah. Penilaian ini dapat dilakukan dengan berpadu pada empat langkah Polya dalam pemecahan masalah. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk menganalisis kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika dalam bentuk cerita. Penelitian ini penting dilakukan agar dapat mengetahui kemampuan siswa dan kesalahankesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Penelitian ini mengambil objek penelitian pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Banjar Bali, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Penelitian ini akan menyajikan analisis deskriptif kualitatif tentang kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam matematika.
Soal cerita merupakan permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat bermakna dan mudah dipahami. Matematika merupakan persoalan-persoalan yang terkait dengan permasalahan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dicari penyelesaiannya dengan menggunakan kalimat matematika. Kalimat matematika yang dimaksud dalam penyataan tersebut adalah kalimat matematika yang memuat operasi-operasi hitung bilangan. Abidin (1989: 10) mengemukakan bahwa soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari–hari atau masalah lainnya. Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut. Makin besar bobot masalah yang diungkapkan, memungkinkan panjang cerita yang disajikan. Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya sanggup dan cakap. Seseorang dikatakan mampu apabila bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus dilaksanakannya (KBBI, 2011:182). Robbins dan Timonthy (2015: 35) menyatakan “kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan”. Menurut Susanto (2013) kemampuan merupakan potensi dasar bagi pencapaian hasil belajar yang dibawa sejak lahir. Sehingga, kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 METODE Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan suatu gejala peristiwa atau kejadian secara sistematis sesuai dengan keadaan yang ada di dalam suatu populasi (Dantes, 2012). Agung (2014: 26) menyatakan bahwa penelitian deskriptif bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tehapan-tahapan perkembangan. Sehingga penelitian ini mendeskripsikan kemampuan siswa kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Bali dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Untuk memperoleh data tentang analisis kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika, maka penelitian ini dilakukan pada SD Negeri 1 Banjar Bali, kecamatan buleleng, kabupaten buleleng. Waktu penelitian adalah Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Penentuan tempat dan waktu ini disesuaikan berdasarkan kebutuhan maksud dan tujuan dari penelitian ini. Jenis data yang dikumpulkan dari sampel penelitian adalah data primer. Agung (2014: 90) mengatakan data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama atau yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama. Data ini diperoleh sendiri dari hasil pengukuran, wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh melalui jawaban tes tertulis, wawancara dan observasi yang dilakukan kepada siswa dan guru mengenai kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, tes, dan wawancara. Tes dapat diartikan sebagai suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek tingkah laku dengan penggunaan pengukuran (measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diteliti. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2013:317). Observasi dimaksudkan untuk
melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang di selidiki secara cermat, kemudian dilanjutkan dengan mencatat hal-hal yang dianggap penting untuk memperkuat keakuratan data Instrumen penelitian berkaitan dengan kegiatan pengumpulan dan pengolahan informasi/data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian, pedoman wawancara dan pedoman observasi. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika akan diberikan tes yang berbentuk uraian dengan materi pecahan. Untuk mengetahui kendala kendala-kendala yang dihadapi siswa menyelesaikan soal cerita dalam matematika akan dilakukan wawancara dengan guru dan siswa yang memiliki kategori belum tuntas dalam mengerjakan soal cerita yang telah diberikan. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran matematika mengenai soal cerita pada siswa kelas IV di SDN 1 Banjar Bali akan dilakukan observasi kepada guru mata pelajaran matematika, untuk mengetahui apa saja yang dilakukan guru pada saat mengajarkan matematika di kelas. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah cara pengolahan data dengan jalan menyususn secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan secara umum (Agung, 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini akan mendeskripsikan yang pertama mengenai hasil observasi yang dilakukan sebanyak dua kali di kelas IV SD Negeri 1 Banjar Bali, kedua hasil tes siswa dalam menyelesaikan soal cerita, ketiga hasil wawancara dengan guru kelas serta siswa. Observasi dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran matematika mengenai soal cerita pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Bali. Tes dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Bagaimanakah kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Bali. Wawancara dilakukan untuk mengetahui apa saja kendala-kendala yang dihadapi siswa menyelesaikan soal cerita dalam matematika dan upaya untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Hasil observasi yang telah dilakukan pada guru saat pembelajaran matematika, pada saat observasi standar kompetensi yang sedang diajarkan oleh guru yaitu mengenai operasi hitung pecahan. Guru melakukan pembelajaran operasi hitung pecahan sesuai dengan pedoman observasi yang telah disusun. Seperti menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran yang berkaitan dengan operasi hitung pecahan. Tetapi ada beberapa komponen yang belum dilaksanakan oleh guru saat melaksanakan pembelajaran operasi hitung pecahan. Saat melakukan observasi pertama pada tanggal 31 Maret 2016, Guru hanya menggunakan metode ceramah. Guru menjelaskan mengenai materi operasi penjumlahan pecahan dan menggunakan alat peraga berupa kertas untuk mengajarkan operasi penjumlahan pecahan. Selanjutnya siswa diberikan 3 soal untuk dikerjakan sendiri dan guru membimbing siswa pada saat menjawab soal. Hasil pekerjaan yang telah dijawab oleh siswa ditulis di papan dan dicocokan dengan kunci jawaban serta jawaban dari siswa lain. Pada observasi yang pertama ini, guru tidak ada menyinggung masalah soal cerita dalam matematika, namun guru sudah memberikan permasalahan yang berupa soal cerita untuk dikerjakan siswa. Observasi kedua tanggal 4 April 2016, guru tidak menggunakan alat peraga tetapi guru menggunakan metode diskusi untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. Diskusi dilakukan selama 20 menit dengan menjawab 3 soal cerita yang diberikan. Guru membimbing siswa saat melakukan diskusi dengan kelompok, dengan cara memberikan satu contoh menyelesaikan soal cerita, guru hanya menekankan pada konsep operasi
hitungnya tanpa menghiraukan tahapantahapan penyelesaian soal cerita. Setelah selesai mengerjakan soal yang telah diberikan, guru menyuruh salah satu perwakilan kelompok untuk membacakan hasil yang telah didiskusikan. Setelah selesai melakukan diskusi, siswa kembali duduk di bangku masing-masing dan guru menanyakan soal mana yang dirasa sulit oleh siswa. Di akhir pembelajaran pada observasi pertama dan kedua, guru melakukan refleksi dan menanyakan kembali hal yang belum dipahami oleh siswa dan memberikan 5 soal untuk dikerjakan di rumah. Secara keseluruhan guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan sehingga siswa dapat beristirahat tepat waktu. Setelah dianalisis sesuai dengan pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran matematika mengenai soal cerita pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 banjar bali, diperoleh rata-rata guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu 65 dengan kategori cukup. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, untuk mengatahui kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Bali dilakukan tes menggunakan tes uraian sebanyak 2 soal. Tes uraian dikerjakan oleh responden dimana responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Bali. Berikut ini akan disajikan dalam bentuk tabel hasil dari pekerjaan siswa menyelesaikan soal cerita dalam matematika.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tabel 01 Rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Kemampuan memahami masalah Kemampuan merencanakan pemecahan masalah Melaksanakan rencana pemecahan masalah Memeriksa kembali upaya yang diperoleh
Soal 1 81% 98% 74% 39%
Soal 2 81% 81% 65% 38%
Rata -rata 81% 90% 69% 38%
Kriteria Baik Sangat Baik Cukup Sangat Kurang
pemecahan masalah” yang ada pada soal, namun pada hal ini siswa tidak menuliskan secara langsung perencanaan tersebut sesuai seperti teori yang dikemukakan, akan tetapi siswa menuliskan perencanaan pemecahan masalah tersebut secara langsung menjadi satu dengan kemampuan yang ketiga. Siswa tidak dapat menuliskan secara terpisah hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan siswa yang diberikan oleh guru, guru tidak pernah memberikan contoh yang menunjukan siswa harus mengerjakan soal cerita membuat perencanaan secara terpisah, hampis semua siswa mengerjakan soal cerita dengan membuat perencanaan tersebut secara include didalam kemampuan penyelesaian soal cerita.
Tabel 01 mengenai rekapitulasi pengerjaan tes kemampuan menyelesaikan soal cerita dapat dianalisis sebagai berikut. a) Analisis Kemampuan Memahami Masalah Kemampuan memahami masalah memiliki rata-rata yaitu sebesar 81 persen dengan kriteria baik, ini artinya didalam menyelesaikan soal cerita dari 32 orang responden, sebanyak 81 persen siswa sudah memiliki kemampuan memahami masalah, siswa sudah mampu memahami masalah yang ada pada soal. Berdasarkan data temuan dilapangan, siswa mampu mengerjakan soal dengan menuliskan “apa yang diketahui” dan “apa yang ditanyakan” berdasarkan contoh pada buku, hal inilah yang mampu membuat siswa dapat mengerjakan soal dengan baik, sehingga 81 persen siswa mampu menuliskan “apa yang diketahui” dan “apa yang ditanyakan”.
c) Analisis Kemampuan Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah Kemampuan “melaksanakan rencana pemecahan masalah”, merupakan kemampuan setelah siswa menuliskan perencanaan. Kemampuan “melaksanakan rencana pemecahan masalah” dalam menyelesaiakn soal cerita yang diberikan memiliki rata-rata yaitu sebesar 69 persen dengan kriteria cukup baik, ini artinya didalam menyelesaikan soal cerita dari 32 orang responden, sebanyak 69 persen siswa sudah memiliki kemampuan “melaksanakan rencana pemecahan masalah”, siswa sudah mampu melaksanakan rencana pemecahan masalah yang ada pada soal. Hal ini ditunjukan dengan hasil pengerjaan siswa yang menuliskan pelaksanaan rencana pemecahan masalah.
b) Analisis Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah Setelah siswa sudah mampu “memahami masalah”, selanjutnya siswa merencanakan pemecahan masalah yang dugunakan, jika siswa memiliki kemampuan “memahami masalah” yang rendah akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan yang lainnya. Untuk kemampuan “merencanakan pemecahan masalah” memiliki rata-rata yaitu sebesar 90 persen dengan kriteria sangat baik, ini artinya didalam menyelesaikan soal cerita dari 32 orang responden, sebanyak 90 persen siswa sudah memiliki kemampuan “merencanakan pemecahan masalah”, siswa sudah mampu “merencanakan 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Kemampuan “melaksanakan rencana pemecahan masalah” berkaitan erat dengan konsep matematika yang dimiliki siswa, antara lain konsep penjumlahan pecahan dan pengurangan pecahan, apabila siswa memiliki konsep penjumlahan dan pengurangan yang rendah makan siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita yang diberikan. Hal ini akan berdapak pada rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa. Selain itu, ada siswa yang sudah memiliki kemampuan “melaksanakan rencana pemecahan masalah”, namun pada konsep penjumlahan dan penguranngannya masih rendah. Hal ini dikarenakan sebagian siswa lupa akan cara penyelesaian penjumlahan pecahan, selain itu kurangnya latihan yang diberikan guru menyebabkan siswa lupa terhadap cara penyelesaian operasi penjumlahan pecahan.
buku, latihan diluar sekolah seperti les yang diikuti beberapa siswa diluar jam sekolah. Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Bali khususnya pada materi pecahan diukur berdasarkan 4 indikator. Hasil tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Bali secara individu diperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 28. Untuk rata-rata hasil tes siswa menyelesaikan soal cerita khususnya pada materi pecahan kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Bali secara klasikal diperoleh nilai 70 yang termasuk dalam kriteria baik. Hasil tes diagnosis yang dilakukan pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Bali, diperoleh gambaran secara umum mengenai rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam matematika. Kemampuan menyelesaikan soal cerita yang dilakukan pada keseluruhan 2 butir soal dari hasil penelitian yang dapat divisualisasikan melalui gambar 4.1. Dua butir soal yang dikerjakan merupakan pokok bahasan operasi hitung pecahan yang merupakan pokok bahasan yang harus dikuasai oleh siswa kelas IV semester genap pada Tahun Pelajaran 2015/2016 sebagai berikut. Tes dilakukan sebanyak satu kali yaitu pada tanggal 09 April 2016. Soal yang diberikan tersebut mencakup 4 kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.
d) Analisis Kemampuan Memeriksa Kembali Upaya yang Diperoleh Dalam kemampuan ini siswa diharapkan mampu menyimpulkan atau menulis kembali jawaban yang sudah diperoleh. Namun, kebanyakan siswa lupa akan hal ini, terbukti dari 32 orang responden hanya 38 persen atau hanya 12 orang yang memiliki kemampuan “memeriksa kembali upaya yang diperoleh”, “kemampuan memeriksa kembali upaya yang diperoleh” ini memiliki kriteria sangat kurang dibanding kemampuan menyelesaikan soal cerita lainnya. Siswa yang mampu memeriksa kembali upaya yang diperoleh hanya sebanyak 12 orang dari 32 orang responden, sisanya sebanyak 20 orang tidak memeriksa kembali upaya yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengarahan dari guru untuk menuliskan kesimpulan pada saat mengerjakan soal cerita. Guru hanya mementingkan hasil akhir dari soal cerita yang diberikan, hal inilah yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam “memeriksa kembali upaya yang diperoleh”. Siswa yang sudah mampu “menuliskan kembali upaya yang diperoleh”, didapat dari siswa membaca
memahami masalah merencanakan pemecahan masalah Kemampuan memahami masalah Kemampuan memahami masalah
Gambar 08. Rata-rata Persentase kemampuan menyelesaikan soal cerita Kemampuan dalam “memahami masalah” dengan indikator dapat menuliskan “apa yang diketahui” dan dapat menuliskan “apa yang ditanyakan” dalam
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 soal. Hasil tes yang diperoleh untuk indikator pertama adalah sebesar 29%, hal ini menenunjukkan bahwa sebanyak 29% siswa sudah memiliki kemampuan “memahami masalah” dengan indikator menuliskan “apa yang diketahui” dan “apa yang ditanyakan” pada soal yang telah diberikan. Kemampuan dalam merencanakan pemecahan masalah dengan indikator dapat menunjukan hubungan antara yang diketahui dan yang ditanyakan, dan menentukan strategi atau cara yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hasil tes yang diperoleh untuk kemampuan kedua adalah 32%, ini menunjukkan 32% siswa sudah memiliki kemampuan dalam merencanakan pemecahan masalah. Kemampuan melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan indikator dapat menuliskan rencana yang telah ditetapkan pada tahap merencanakan pemecahan masalah, dan mengecek setiap langkah yang dilakukan. Hasil tes yang diperoleh untuk kemampuan ketiga adalah sebesar 25%, ini menunjukkan sebanyak 25% siswa sudah memiliki kemampuan melaksanakan rencana pemecahan masalah yang terdapat pada soal yang telah diberikan. Kemampuan memeriksa kembali upaya yang diperoleh dengan indikator dapat mengecek atau menguji upaya yang telah diperoleh. Hasil tes yang diperoleh untuk kemampuan keempat adalah 14%, ini menunjukkan sebanyak 14% siswa sudah memiliki kemampuan memeriksa kembali upaya yang diperoleh pada soal yang telah diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjar Bali dalam kemampuan memahami masalah sudah baik, kemampuan dalam merencanakan pemecahan masalah sangat baik, dalam kemampuan melaksanakan rencana pemecahan masalah sudah cukup baik, namun pada memeriksa kembali upaya yang diperoleh masih sangat kurang. Jika dilihat dari hasil tes yang telah diberikan, diproleh hasil kemampuan siswa menyelesaikan operasi hitung khususnya
pada materi pecahan kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Bali baik. Dilihat dari hasil tes secara klasikal rata-rata siswa memperoleh nilai 70. Berikut ini disajikan hasil wawancara dengan narasumber yaitu siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjar Bali. Narasumber yang diwawancarai sebanyak 5 orang siswa. Narasumber ditentukan berdasarkan hasil dari pengerjaan tes kemampuan menyelesaikan soal cerita, pada mata pelajaran matematika yang mendapat nilai tertinggi dan nilai terendah. Hasil wawancara yang disajikan sudah melalui tahap editing, artinya hasil wawancara yang disampaikan sudah diperbaiki namun tidak mengurangi makna yang disampaikan. Contoh, siswa yang menjawab dengan menggunakan bahasa daerah sudah diperbaiki menggunakan bahasa Indonesia. Berikut adalah kesimpulan hasil wawancara dari 5 orang siswa tersebut. Terkait dengan kesenangan siswa dalam belajar matematika, hampir kelima siswa tersebut yang diwawancarai senang dalam belajar matematika. Materi yang disenangi siswa jika sedang belajar matematika bermacam-macam, ada yang menyenangi penjumlahan dan pengurangan, belajar pecahan, ada juga yang senang belajar FPB dan KPK. Respon siswa terhadap cara guru mengajar matematika, ada siswa yang senang diajar oleh guru dan ada juga siswa yang megatakan bahwa guru terlalu cepat menjelaskan. Ada juga siswa mengatakan senang dengan cara guru mengajar, tapi kadang-kadang guru sering marah. Pertanyaan keempat terkait dengan peran orang tua siswa dirumah apakah selalu membantu siswa didalam mengerjakan PR, tanggapan siswa bermacam-macam, mulai dari ada yang dibimbing, ada yang jarang dan bahkan tidak sama sekali. Interaksi siswa dengan temannya saat menghadapi kesulitan dalam menjawab soal, siswa cenderung akan bekerja sama didalam mengerjakan soal yang sulit dikerjakan sendiri. Apabila siswa merasa kesulitan mengerjakan soal siswa ada yang bertanya dengan guru, ada juga malu-malu bertanya kepada guru mata pelajaran matematika, siswa lebih memilih
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 mengerjakan langsung dari pada bertanya dengan guru. Sedangkan, keadaan siswa dirumah, siswa belajar kalau dirumah bermacam-macam dari 1 jam, ada siswa yang belajarnya 30 menit, ada siswa yang hanya belajar jika hanya ada PR saja, dan ada pula siswa yang tidak pernah belajar kalau dirumah. Terkait dengan bimbingan belajar yang diikuti oleh siswa selain disekolah, ada beberapa siswa yang mengikuti bimbingan belajar selain disekolah. Hasil wawancara dengan guru matematika kelas IV terlihat bahwa kendala-kendala yang dihadapi siswa menyelesaikan soal cerita dalam matematika disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. Berdasarkan ringkasan hasil temuan dari wawancara dengan guru matematika kelas IV dapat disimpulkan bahwa pengetahuan awal siswa yang rendah menjadi penyebab banyaknya siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Pengetahuan awal siswa yang kurang dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menerima informasi saat mengikuti mata pelajaran matematika. Hal ini dapat ditunjukkan dengan banyak siswa yang masih bingung mengenai konsep baru yang mereka terima sehingga muncul kendala-kendala yang dihadapi siswa menyelesaikan soal cerita dalam matematika. Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan adanya kendala-kendala yang dihadapi siswa menyelesaikan soal cerita dalam matematika ialah faktor guru dalam membelajarkan metematika, lingkungan sosial, dan kurikulum. Abdurrahman (2012) menyatakan bahwa faktor guru dapat berupa strategi pembelajaran yang keliru seperti persiapan mengajar, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, metode yang kurang bervariasi sehingga pembelajaran matematika menjadi membosankan, kurangnya penggunaan media pembelajaran atau alat peraga serta penguatan yang kurang. Data temuan menunjukan media pembelajaran
yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika terbatas hanya pada bendabenda disekitar ruangan kelas. Faktor kurikulum juga merupakan faktor eksternal yang menyebabkan adanya kendalakendala yang dihadapi siswa menyelesaikan soal cerita dalam matematika, karena kurikulum dapat merubah banyak elemen penting dalam proses pembelajaran yang aktivitas pembelajaran, mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, pemilihan materi pembelajaran, menentukan pendekatan dan strategi/metode, memilih dan menentukan media pembelajaran, menentukan teknik evaluasi, kesemuanya harus berpedoman pada kurikulum. SIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan pembelajaran matematika mengenai soal cerita pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 banjar bali secara umum sudah baik, hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh guru berdasarkan pedoman observasi. Rata-rata yang diperoleh guru dalam melaksanaan pembelajaran matematika mengenai soal cerita 65 dengan kategori cukup baik. Kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam matematika pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Bali dapat dikatakan baik, rata-rata nilai siswa dikelas yaitu 70 dengan kategori baik. Rata-rata siswa yang memiliki kemampuan dalam memahami masalah sebanyak 81 persen dengan kategori baik. Kedua kemampuan merencanakan pemecahan masalah sebanyak 90 persen dengan kategori sangat baik. Kemampuan ketiga yaitu kemampuan melaksanakan rencana pemecahan masalah sebanyak 69 persen dengan kategori cukup. Kemampuan keempat yaitu memeriksa kembali upaya yang diperoleh sebesar 31 dengan kategori sangat kurang. Kendala yang dihadapi siswa menyelesaikan soal cerita dalam matematika berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali kelas meliputi faktor internal yaitu pengetahluan awal siswa yang dalam pembelajaran matematika belumdapat tereksplorasi dengan baik. Hal ini ditunjukan dari siswa yang tidak aktif
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 pada saat pembelajaran di kelas, mereka cenderung tidak mau bertanya pada saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya. Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat menyebabkan kesulitan belajar matematika. Faktor eksternal meliputi faktor guru (strategi pembelajaran guru), dan kurikulum sekolah. Strategi pembelajaran yang dipilih guru belum secara optimal dapat dilakukan. Hal tersebut dapat ditunjukan dengan terbatasnya media yang dipergunakan guru dalam membelajarkan matematika. Selain itu, kurikulum juga dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pemikiran demi meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam pengajaran matematika. Untuk itu diberikan beberapa saran antara lain. Kepada penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian yang mampu menganalisis dan menginterpretasikan kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam matematika pada jenis dan jenjang pendidikan yang lebih luas lagi dengan menggunakan teori yang lebih luas dan mendalam. Kepada guru agar dapat memaksimalkan pembelajaran matematika dengan tidak hanya mengejar target kurikulum terselesaikan, tetapi juga memperhatikan tingkat penguasaan siswanya terhadap materi yang dimaksud. Sebaiknya setiap akhir tatap muka senantiasa dilakukan tes dan juga diberikan pekerjaan rumah yang selalu diperiksa oleh guru sekaligus meminta untuk menjelaskan setiap langkah yang ditempuh dalam mengerjakan soal. Dengan demikian guru dapat mengetahui langkah mana yang belum dikuasai siswa agar dapat melakukan bimbingan secara intensif maupun remedial teaching. Kepada sekolah agar selalu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan lebih optimal dan memperhatikan aspek-aspek penting dalam menunjang pembelajaran bagi guru dan siswa. Kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dan sejenis agar lebih mengembangkan analisis yan lebih mendalam dengan menggunakan kajian model statistik inferensia seperti analisis
regresi untuk mencari signifikansi faktorfaktor yang menyebabkan kesulitan belajar. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih diucapkan untuk bapak Drs.I Made Suarjana, M.Pd dan Bapak I Kadek Suartama, S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing 1 dan pembimbing 2 atas bimbingannya selama penyusunan artikel ilmiah ini. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:Rineka Cipta. Abidin, Zamal. 1989. Studi Tentang Prestasi Siswa Kelas VI SD Negeri di Kodya Banda Aceh dalam Menyelesaikan Soal Hitungan dan Soal Cerita. Tesis. Malang : PPs IKIP Malang Agung,
A. A. Gede. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing.
Japa,
I Gusti Ngurah, dkk. 2011. Pendidikan Matematika.Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Permendiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD dan MI. Jakarta : Depdiknas. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
10