Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
PEMODELAN MEKANISME PEMBELIAN MELALUI AGEN PURCHASING CONSORTIUM UNTUK MENGOPTIMALKAN TOTAL BIAYA PEMBELIAN SISTEM Sinta Dewi1), Imam Baihaqi2), Erwin Widodo3) 1) Program Pascasarjana Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 1) email:
[email protected] 2,3) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK Consortium purchasing merupakan istilah kerja sama dalam melakukan pembelian untuk sektor industri yang anggotanya bersifat independen. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa penerapan sistem purchasing consortium (PC) dalam pembelian terbukti dapat memberikan keuntungan lebih pada para anggotanya. Meskipun penelitian secara kuantitatif yang menunjukkan bahwa biaya pembelian setelah menerapkan PC telah dilakukan sebelumnya, namun penelitian yang dengan khusus memodelkan mekanisme pembelian dalam PC belum pernah dilakukan. Dalam penelitian ini akan diusulkan suatu model matematis mekanisme pembelian dalam PC dimana ada beberapa anggota yang memiliki kebutuhan yang sama terhadap suatu barang menggabungkan kebutuhannya dan mengkonsolidasikan proses negosiasi harga dengan supplier dan proses administratif pembeliannya di bawah satu nama yaitu agen PC. Pemodelam dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas-aktivitas dalam proses pembelian yang dapat memicu biaya. Model matematis yang diusulkan dalam penelitian ini melibatkan biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya pengiriman, biaya penyimpanan, biaya kekurangan, dan biaya pengelolaan PC. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat perilaku output dari model terhadap perubahan kondisi parameter dari PC. Dari hasil percobaan numerik dapat diketahui bahwa model yang dikembangkan telah mampu merepresentasikan kondisi PC. Parameter yang harus selalu dikontrol ketika akan menerapkan model ini adalah parameter jumlah permintaan karena nialai total biaya pembelian sistem sangat sensitive terhadap perubahan nilai parameter tersebut. Kata kunci: purchasing consortium, mekanisme pembelian, biaya pembelian
PENDAHULUAN Bentuk kerja sama yang paling banyak dilakukan dalam meningkatkan efisiensi pembelian adalah kerja sama dengan perusahaan pemasok atau vertical integration. Kerjasama horizontal dengan sesama pembeli belum menjadi fokus utama yang diminati oleh kalangan industri (Essig, 2000). Salah satu bentuk horizontal integration adalah dengan menerapkan sistem pembelian bersama atau purchasing consortium. Berdasarkan Essig (2000) consortium purchasing merupakan istilah kerja sama dalam melakukan pembelian untuk sektor industri yang anggotanya bersifat independen. Schotanus (2007) mengidentifikasi terdapat 171 istilah untuk menyebut bentuk kerja sama pembelian ini dalam berbagai referensi, namun istilah yang digunakan dalam penelitianya mengacu pada istilah ISBN: 978-602-70604-2-5 A-10-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
yang digunakan pada Schotanus dan Telgen (2007) yaitu cooperative purchasing yang didefinisikan sebagai kerja sama dalam proses pembelian atara dua organisasi atau lebih dalam suatu purchasing group melalui pembagian dan atau penyatuan kuantitas, informasi, dan atau sumber daya pembelian yang mereka miliki. Beberapa penelitian terdahulu telah mengidentifiksi keuntungan, kelemahan, dan faktor kritis PC yang menjadi alasan bagi perusahaan untuk melakukan aktivitas pembelian melalui PC, seperti penelitian yang dilakukan oleh Essig (2000), Kauffman dan Wang (2002), Heijboer (2002), Scigliano (2002), Heijboer (2003), Aylesworth (2003), Nollet dan Beaulieu (2003), Bloch, dkk. (2006), dan Schotanus dan Telgen (2007). Salah satu faktor kritis sekaligus daya tarik utama bagi perusahaan untuk bergabung dalam PC adalah besarnya keuntungan yang akan diperoleh ketika bergabung dengan PC jika dibandingkan dengan melakukan pembelian secara individu, Nollet dan Beaulieu (2003) menyebutnya sebagai nature of benefit. Penelitian yang memaparkan mengenai keuntungan ekonomis pembelian melalui PC jika dibandingkan dengan pembelian secara individual telah dilakukan oleh Scigliano (2002), Ghaderi dan Leman (2013), Aisyah (2013), dan Pradipta (2013). Topik lain dalam PC yang banyak diteliti adalah framework untuk memetakan serta memilih jenis interaksi dan bentuk organisasi pengelola PC. Penelitian terkait pemilihan model organisasi dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yaitu melalui survey langsung kepada pelaku PC untuk mengetahui bentuk pengelolaan organisasi yang digunakan dan membangun suatu framework untuk mengklasifikasikan bentuk interaksi didalam organisasi PC berdasarkan teori-teori pada penelitian sebelumnya. Penelitian terkait struktur interaksi antar anggota PC dapat ditinjau lebih jauh pada Schotanus dan Telgen (2005), Waltmans, dkk. (2006), Bakker, dkk. (2006), Schotanus dan Telgen (2007), dan Bakker, dkk. (2008). Pemilihan bentuk organisasi pengelola PC yang tepat dinilai sangat penting untuk ditentukan di awal karena hal ini akan menentukan keunggulan dan kelemahan serta kriteria kesuksesan dari suatu PC (Schotanus and Telgen, 2007). Meningkatnya jumlah penelitian mengenai PC dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa topik ini cukup penting dan masih memerlukan banyak pengembangan terutama dalam hal strategis seperti upaya peningkatan nature of benefit dalam PC. Berdasarkan Nollet and Beaulieu (2003), seiring pertumbuhannya dari fase pembentukan (birth) hingga fase konsentrasi (concentration) dan tuntutan dari lingkungan usaha yang kompetitif, nature of benefit yang ingin dicapai oleh anggota PC juga berkembang dari penurunan harga beli hingga penurunan biaya operasional. Konsep strategi untuk memaksimalkan nature of benefit pada PC melalui pemodelan mekanisme pembelian dalam PC untuk meminimumkan total biaya pembelian belum pernah diteliti sebelumnya. Berdasarkan gap penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktifitas pembelian dalam PC dan biaya-biaya yang terlibat di dalamnya sehingga dapat disusun suatu model biaya yang dapat merepresentasikan mekanisme pembelian dalam suatu PC. Penurunan harga beli yang diperoleh melalui kerja sama dalam aktivitas negosiasi akan dimodelkan dalam penelitian ini. Faktor kondisi yang dinamis pada PC seperti fluktuasi jumlah permintaan, fluktuasi jumlah anggota, perubahan lokasi anggota, dan perubahan fraksi diskon digunakan untuk mengetahui sensitivitas model terhadap perubahan parameter PC. METODE Secara garis besar penelitian ini dilakukan melalui empat tahap sebagai berikut.
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-10-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Penyusunan Model Konseptual Langkah pertama dilakukan dalam penelitian ini adalah menyusun model konseptual aktivitas pembelian dalam PC. Model konseptual disusun melaui identifikasi aktivitasaktivitas pemicu biaya dalam proses pembelian dan entitas-entitas yang ada dalam sistem PC yang akan dimodelkan. Beberapa aktivitas pembelian pada level operasional diilustrasikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Ilustrasi Aktivitas Pembelian
Dari Gambar 1 di atas dapat dijelaskan bahwa aktivitas operasional dalam pembelian terdiri dari aktivitas negosiasi dengan supplier, pemesanan, pengiriman, dan penyimpanan. Aktivitas negosiasi antara buyer dengan supplier menghasilkan kontrak atau kesepakatan mengenai harga dan atau mekanisme diskon yang akan diberlakukan atas kegiatan transaksi antara pihak buyer dan supplier. Berdasarkan hasil negosiasi dan perhitungan skala ekonomis, buyer akan melakukan pemesanan kepada supplier dengan order quantity yang dapat meminimumkan total biaya pembeliannya. Selanjutnya supplier akan memproses order yang diterima dari buyer hingga barang yang diorder siap untuk dikirim. Proses pengiriman barang dari gudang supplier ke gudang buyer dapat dilakukan oleh supplier maupun buyer. Setelah barang sampai ke tangan buyer, buyer akan melakukan aktivitas penyimpanan jika barang tersebut tidak habis dikonsumsi pada hari itu juga.
Gambar 2 Skema Hubungan antar Entitas dalam PC
Suatu agen PC akan menggabungkan jumlah permintaan dari beberapa perusahaan atau unit usaha yang menjadi anggotanya dan mewakili anggotanya dalam melakukan aktivitas pembelian kepada supplier dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomis atas mekanisme diskon yang ditetapkan oleh supplier besar sehingga bisa memperoleh harga yang lebih murah. Ilustrasi hubungan antara anggota PC, agen PC, dan supplier terdapat pada Gambar 2. dimana aktivitas pembelian antara anggota PC dan supplier harus melalui satu pintu yaitu Agen PC. ISBN: 978-602-70604-2-5 A-10-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Formulasi Model Formulasi model dilakukan dengan mengidentifikasi komponen biaya yang terlibat dalam masing-masing aktivitas pembelian dalam PC. Penyusunan model matematis untuk masing-masing strategi dilakukan dengan cara menentukan fungsi tujuan terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan menentukan konstrain atau batasan dari fungsi tujuan tersebut. Fungsi tujuan yang digunakan dalam formulasi strategi pembelian adalah untuk meminimumkan total biaya pembelian yang terdiri atas biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, biaya transportasi, biaya kekurangan, dan biaya operasional PC. Untuk menyusun model biaya tersebut digunakan beberapa notasi dan asumsi berikut ini. Notasi Indeks untuk buyer yang terdiri atas anggota-anggota PC, dimana ; ;
Cp
Biaya pemrosesan order (orderpreparation cost) yang ditetapkan oleh PC c Biaya operasional Agen PC S Biaya tetap untuk sewa kendaraan Qi Order quantity untuk anggota i Hb Biaya penyimpanan per unit per tahun pada gudang anggota Doi Jarak antara supplier dengan anggota i Lo Lead time pemrosesan order ke supplier Li Lead time pemrosesan order ke PC S Rate biaya variabel pengiriman P Harga per unit produk 1-β Service level anggota i B Biaya per unit backorder E(X-r)+ Ekspektasi kekurangan persediaan per siklus
Indeks untuk supplier Jumlah anggota PC Jumlah permintaan anggota i dalam satu tahun Rata-rata permintaan dalam satu satuan waktu Standar deviasi permintaan anggota i dalam satu tahun Po Harga dasar per unit produk Pmin Harga minimum per unit produk yang bisa diberikan oleh supplier p Rate diskonyang ditetapkan oleh supplier Co Biaya pemrosesan order (orderpreparation cost) yang ditetapkan oleh supplier Selain notasi, beberapa asumsi yang digunakan pada model yaitu: 1. Terdapat satu supplier yang memasok suatu jenis produk kepada beberapa buyer yang tergabung dalam suatu PC. 2. Pemesanan ke supplier dilakukan satu pintu (Agen PC) sehingga lead time ( ) pemrosesan order merupaka waktu total pemrosesan order di PC dan di supplier. 3. Mekanisme diskon yang dimodelkan dalam penelitian ini diasumsikan mengikuti mengikuti konsep Fazel, dkk. (1998) dalam Krichen, dkk. (2011) berikut ini. dimana
.
(1)
4. Permintaan selama waktu lead time diasumsikan berdistribusi normal dengan rata-rata permintaan ( ) dan standar deviasi ( ). 5. Buyer (PC) melakukan pemesanan kepada supplier sebesar ketika posisi persediaan berada pada titik pemesanan kembali (reorder point). Reorder point r = ekspektasi permintaan selama lead time + safety stock Dalam Simchi Levi (1999) safety stock , dengan sebagai faktor pengaman yang memenuhi probabilitas , dimana merupakan probability kekurangan yang diijinkan ISBN: 978-602-70604-2-5 A-10-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
selama lead time (Priyan dan Uthayakumar, 2015; Arkan dan Hejazi, 2012; Sakar dkk., 2014) 6. Backorder diijinkan. 7. Buyer membeli barang dengan sistem free on board (FOB). 8. Pengiriman dilakukan dari supplier langsung ke masing-masing anggota. Tujuan utama dari penyusunan model matematis mekanisme pembelian dalam PC ini adalah untuk meminimasi ekspektasi total biaya pembelian sistem (TC), yang terdiri dari lima komponen biaya. Komponen biaya yang terlibat dalam aktivitas pembelian PC dapat dikelompokkan menjadi Biaya Pembelian (BB), Biaya Pemesanan (BP), Biaya Pengiriman (BD), Biaya Penyimpanan (BS), Biaya Kekurangan (BK), Biaya Penalti Keterlambatan (BL) dan Biaya Operasional PC (BO). Biaya Pembelian merupakan komponen biaya utama yang terlibat dalam aktivitas pembelian. Besarnya biaya ini bersifat dependent terhadap quantity item yang dipesan dan model diskon yang ditawarkan oleh supplier. Biaya pembelian untuk buyer ke- dapat dirumuskan sebagai berikut: o Untuk : (2) o Untuk : (3) Sistem pembelian satu pintu yang diterapkan dalam PC menimbulkan dua macam biaya pemesanan, yaitu biaya pemesanan anggota ke PC (Cp) dan biaya pemesanan PC ke supplier (Co). Sehingga biaya pemesanan per tahun untuk anggota ke- secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: (4) Biaya pengiriman terdiri dari dua elemen biaya yaitu biaya tetap terkait sewa kendaraan ( ) sekaligus sopir dan biaya variabel ( ) yang merupakan representasi dari konsumsi bahan bakar yang diasumsikan linier dengan jarak pengiriman ( ) yang ditempuh. Setiap kendaraan yang melakukan pengiriman dari titik awal ke titik tujuan diasumsikan kembali lagi ke titik awal sehingga jarak tempuh antara titik dan titik dihitung dua kali. Jika merupakan jarak antara supplier ke anggota i, biaya pengiriman dinyatakan sebagai: (5) Biaya penyimpanan pertahun dan biaya backorder untuk anggota i yang melibatkan lead time pemrosesan order di PC dan di supplier dapat dituliskan sebagai: (6) (7) Biaya tetap PC merupakan biaya yang rutin dikeluarkan untuk mengelola PC yang besarnya tetap dan tidak dependen terhadap frekuensi order maupun jumlah permintaan dari anggota. Contoh biaya tetap PC adalah gaji agen PC. Dalam model ini besarnya biaya tetap PC dinotasikan sebagai (c) dan dibebankan satu kali dalam satu tahun proporsional kepada masing-masing anggota dan dinyatakan sebagai: (8) Variabel keputusan yang dicari untuk mencapai tujuan dari model ini adalah order quantity yang optimal (Q). Nilai variable keputusan yang optimum didapat dari hasil turunan pertama fungsi tujuan terhadap variabel keputusan yang dicari. Fungsi tujuan yang ingin dioptimalkan dalam penelitian ini adalah: o Untuk : ISBN: 978-602-70604-2-5 A-10-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
(9) o Untuk
: (10)
Sedangkan order quantity optimum dapat dihitung dengan melakukan turunan parsial dari fungsi tujuan terhadap dimana sehingga diperoleh: Untuk
(11)
dan Untuk
(12)
Setelah diketahui quantity order optimal dan total biaya pembelian pada masingmasing anggota, total biaya sistem dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: (13) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan parameter terhadap output dari model. Parameter yang digunakan untuk mengetahui sensitivitas dari model yang diusulkan adalah jumlah permintaan anggota (Ri), jumlah anggota (n), lokasi atau persebaran anggota (d), dan fraksi diskon dari supplier (p) karena parameter tersebut merupakan parameter terkontrol yang dapat mempengaruhi keputusan dalam sistem. Nilai perubahan yang digunakan dalam analisis kondisi ini adalah antara 50% hingga 150% dari baseline atau nilai parameter awal yang digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan numerik dilakukan dengan memasukkan nilai parameter awal pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini ke dalam model. Tabel 1 PC Member Data Members Demand Position 1- βp Qi
(i) Ri σi x y
1 489 15 3 6 88% 234
2 381 9 44 4 75% 248
3 1,139 9 16 41 80% 412
4 1,602 7 3 9 75% 522
5 1,560 4 0 14 77% 389
6 747 12 16 23 65% 506
7 184 13 13 27 90% 121
8 1,235 13 24 23 88% 386
9 980 13 11 29 85% 374
10 913 5 5 26 79% 287
11 482 8 10 32 94% 140
12 1,265 14 13 9 73% 638
13 1,064 9 22 45 94% 233
14 1,634 15 7 11 95% 331
Tabel 2 Model Parameter Data Parameter Value
Po 17
Adapun nilai parameter Po,
P min p 12 0,0005
Co 3
Cp 2
c 1.500
B 125
S 30
s 0,1
n 14
Lo 3
Li 1
Hb 5,1
1- βp l 97% 5.500
yang menjadi batasan dalam model dapat dihitung dengan memasukkan Pmin, dan p ke dalam persamaan (1) sehingga diperoleh
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-10-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
sehingga didapatkan hasil yang ada pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Perhitungan Total Biaya Pembelian Sistem pada Strategi 1 i
Ri
σi
Qi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
489 381 1139 1602 1560 747 184 1235 980 913 482 1265 1064 1634 Jumlah
15 9 9 7 4 12 13 13 13 5 8 14 9 15
234 248 412 522 389 506 121 386 374 287 140 638 233 331 4.820
BB 8.256 6.430 19.128 26.816 26.217 12.510 3.117 20.756 16.477 15.390 8.160 21.102 17.964 27.508 229.830
BO 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 1.500
BP 10 8 14 15 20 7 8 16 13 16 17 10 23 25 202
TC BD 66 60 107 98 132 53 55 117 95 112 127 66 183 161 1.430
BS 776 697 1.132 1.383 1.022 1.342 481 1.143 1.091 778 484 1.718 737 1.098 13.883
BK 463 517 695 800 537 1.042 234 613 662 473 178 1.147 265 387 8.014
Total 9.678 7.819 21.183 29.219 28.034 15.062 4.002 22.753 18.445 16.876 9.073 24.149 19.279 29.286 254.859
Berdasarkan hasil perhitungan yang terangkum dalam Tabel 3, dapat diketahui bahwa Dengan menerapkan model ini jumlah order tiap anggota bisa berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena masing-masing anggota bebas menentukan jumlah dan waktu ordernya sehingga langkah optimasi untuk menentukan dapat dilakukan secara independen. Dilihat dari jumlah order optimal pada masing-masing anggota, model total biaya pembelian strategi 1 yang feasible untuk digunakan adalah model strategi dengan range order quantity 0 < Q ≤ Qmax. Biaya pembelian (BB) bersarnya cukup bervariasi. BB terbesar 27.508 terjadi pada anggota ke-14. Sedangkan, BB terkecil 3.117 terjadi pada anggota ke-7. Hal ini terjadi karena BB sangat bergantung jumlah permintaan dan tingkat harga yang berlaku pada masingmasing anggota. Biaya operasional PC (BO) bersarnya sama yakni sebesar 1500 karena biaya ini dibebankan secara merata ke seluruh anggota. Jika dilihat dari biaya pemesanan (BP), BP terbesar 25 terjadi pada anggota ke-14. Sedangkan, BP terkecil 7 terjadi pada anggota ke-6. Besarnya biaya pemesanan bergantung pada frekuensi replenishment yang dilakukan oleh masing-masing anggota. Biaya pengiriman (BD) terbesar 183 terjadi pada anggota ke-13. Sedangkan, BD terkecil 53 terjadi pada anggota ke-6. Besarnya biaya pengiriman bergantung pada jarak antara supplier dengan lokasi anggota PC dan frekuensi replenishment. Selanjutnya adalah biaya penyimpanan (BS). BS terbesar 1718 terjadi pada anggota ke-12, sedangkan BS terkecil 481 terjadi pada anggota ke-7. Besar kecilnya BS sangat ditentukan oleh order quantity masing-masing anggota. Makin besar quantity-nya makin besar pula biaya penyimpanannya. Jika dilihat dari biaya kekurangan (BK), maka BK terbesar 1.147 terjadi pada anggota ke-12. Sedangkan, BK terkecil 178 terjadi pada anggota ke-11. BK sangat dipengaruhi oleh service level pada masing-masing anggota. Hasil optimasi total biaya pembelian cukup bervariasi. Total biaya terbesar 29.286 terjadi pada anggota ke-14. Total biaya terkecil 4.002 terjadi pada anggota ke-7. Sedangkan total biaya pembelian sistem adalah sebesar 254.859. Selain itu, dengan membuat beberapa perubahan pada parameter PC, dalam hal ini mengvariasikan jumlah permintaan, dispersi anggota, jumlah anggota, dan fraksi diskon dapat diketahui bahwa total biaya dalam sistem PC yang dimodelkan sangat sensitif terhadap ISBN: 978-602-70604-2-5 A-10-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
perubahan permintaan dari anggota. Semakin tinggi permintaan TC akan semakin meningkat. Sedangkan perubahan parameter lainya yaitu dispersi anggota, jumlah anggota, dan fraksi diskon tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap model. Hasil analisis sensitivitas output model terhadap perubahan parameter ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3 Sensitivitas TC terhadap Perubahan Parameter
KESIMPULAN DAN SARAN Model yang disusun dalam penelitian ini telah mampu merepresentasikan kondisi dalam suatu purchasing consortium (PC). Kondisi purchasing consortium yang tercakup dalam model ini antara lain: keberadaan jumlah anggota purchasing consortium yang lebih dari satu (n) dengan persebaran lokasi (d) dan jumlah permintaan (Ri) yang beragam dari masing-masing anggota. Selain itu adanya biaya tambahan berupa biaya variabel (Cp) yang dibebankan kepada anggota untuk setiap kali pemesanan dan biaya tetap (c/n) yang digunakan untuk membiayai aktivitas operasional dalam PC. Selain itu dalam model yang disusun juga telah mempertimbangkan adanya tambahan lead time pemrosesan pembelian (Li) untuk pembelian melalui PC selain lead time yang ditelah ditetapkan oleh supplier (Lo). Mekanisme pembelian melalui PC yang diusulkan menggambarkan adanya konsolidasi fraksi diskon antar member (p). Proses konsolidasi yang terjadi pada strategi ini dilakukan pada saat proses negosiasi dengan supplier besar. Akumulasi permintaan anggota yang tergabung dalam PC meningkatkan economicof scale dalam pembelian sehingga anggota PC dapat membeli di supplier besar dengan harga yang lebih rendah karena adanya fraksi diskon yang diberikan oleh supplier tersebut. Parameter utama yang harus diperhatikan untuk mempertahankan nature of benefit PC adalah jumlah permintaan anggota. Selain itu perlu diperhatikan pula tren kenaikan jumlah anggota, pemilihan supplier dan tingkat diskon yang diberikan, dan keterbukaan masing-masing anggota terkait informasi yang dibutuhkan dalam PC. Penelitian lanjutan yang dapat akan dilakukan sebagai draw back dari penelitian ini adalah memodelkan mekanisme pembelian dalam PC dengan melobatkan lebih dari satu konsolidasi dalam aktivitas pembelian, seperti konsolidasi waktu pembelian, konsolidasi pemakaian kendaraan, dan konsolidasi pemakaian gudang bersama. Setelah dimodelkan, output dari masing-masing mekanisme pembelian tersebut dapat saling dibandingkan untuk mengetahui kapan mekanisme tersebut dapat bekerja secara optimal. DAFTAR PUSTAKA Aisyah. 2013. Pengembangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Purchasing Consortium untuk Sentra UMKM Seruni, Sidoarjo Bachelor, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. ISBN: 978-602-70604-2-5 A-10-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Aylesworth, M. Purchasing consortia in the public sector, models and methods for success. International Supply Management Conference and Educational Exhibit, 2003. Bakker, E., Walker, H. & Harland, C. 2006. Organising for collaborative procurement: an initial conceptual framework. Advancing Public Procurement: Practices, Innovation and Knowledgesharing, PrAcdemics Press, Florida, 14-44. Bakker, E., Walker, H., Schotanus, F. & Harland, C. 2008. Choosing an organisational form: the case of collaborative procurement initiatives. International journal of procurement management, 1, 297-317. Bloch, R., Perlman, S. & Brown, J. 2006. An analysis of group purchasing organizations’ contracting practices under the Antitrust Laws: Myth and Reality. White Paper. Mayer, Brown, Rowe & Maw. Essig, M. 2000. Purchasing consortia as symbiotic relationships: developing the concept of “consortium sourcing”. European Journal of Purchasing & Supply Management, 6, 13-22. Ghaderi, H. & Leman, Z. 2013. Horizontal collaboration in purchasing: A successful case from small and medium enterprises (SMEs). African Journal of Business Management, 7, 750-753. Heijboer, G. 2002. Allocating savings in purchasing consortia; analysing solutions from a game theoretic perspective. Heijboer, G. J. 2003. Quantitative analysis of strategic and tactical purchasing decisions, Twente University Press. Kauffman, R. J. & Wang, B. 2002. Bid together, buy together: On the efficacy of groupbuying business models in Internet-based selling. CRC Press Boca Raton, FL. Krichen, S., Laabidi, A. & Abdelaziz, F. B. 2011. Single supplier multiple cooperative retailers inventory model with quantity discount and permissible delay in payments. Computers & Industrial Engineering, 60, 164-172. Nollet, J. & Beaulieu, M. 2003. The development of group purchasing: an empirical study in the healthcare sector. Journal of Purchasing and Supply Management, 9, 3-10. Pradipta, D. H. 2013. Perancangan Sistem Buying Consortium Untuk Meningkatkan Daya Saing (Studi Kasus : Sentra UMKM Alas Kaki Seruni - Sidoarjo) Bachelor Degree TA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Schotanus, F. 2007. Horizontal cooperative purchasing, University of Twente. Schotanus, F. & Telgen, J. 2005. Implications of a classification of forms of cooperative purchasing. Schotanus, F. & Telgen, J. 2007. Developing a typology of organisational forms of cooperative purchasing. Journal of Purchasing and Supply Management, 13, 53-68. Scigliano, M. 2002. Consortium purchases: case study for a cost-benefit analysis. The journal of academic librarianship, 28, 393-399. Waltmans, B., Reunis, M. R., Schotanus, F. & Santema, S. C. 2006. Group purchasing classification: Symbiotic relationships in horizontal purchasing cooperation.
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-10-9