Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011
PEMODELAN KEPUTUSAN PENJUALAN KOMPONEN HASIL PEMBONGKARAN KAPAL BEKAS DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KOMPONEN YANG DAPAT DIMANFAATKAN ULANG Dini Retnowati, Maria Anityasari, Ahmad Rusdiansyah Manajemen Kinerja Strategi, Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Sejauh ini sangat sedikit penelitian yang membahas mengenai reverse logistic dari material hasil pembongkaran kapal. Salah satu penelitian tentang reverse logistic pembongkaran kapal hanya mempertimbangkan besi dan baja sebagai material hasil pembongkaran kapal. Sedangkan pada kenyataannya, material hasil pembongkaran kapal bekas tidak hanya berupa besi tua saja namun ada juga komponen- komponen lainnya seperti jangkar, rantai, mesin dan lain-lain. Penjualan komponen hasil pembongkaran kapal untuk proses reuse, repair, remanufacture ataupun recycle dapat menambah keuntungan bagi pengusaha pembongkaran kapal serta mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan dengan berkurangnya energi yang dibutuhkan untuk memproduksi produk baru. Namun tetap saja ada sejumlah energi yang digunakan untuk melakukan proses reuse, repair, remanufacture ataupun recycle tersebut yang mempengaruhi sustainabilitas lingkungan. Dalam studi ini dilakukan optimasi profit pengusaha pembongkaran kapal dengan memperhatikan keputusan penjualan komponen hasil pembongkaran kapal serta biayabiaya yang muncul pada aktivitas pembongkaran kapal maupun dalam proses penjualannya. Hasil eksperimen numerik antara model dasar dengan kondisi riil menghasilkan keputusan penjualan yang berbeda serta keuntungan yang diperoleh saat eksperimen numerik kondisi riil lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh saat eksperimen numerik untuk model dasar karena suku bunga hanya dikenakan pada modal pinjaman sehingga nilai uang dari waktu ke waktu dianggap sama. Kata kunci: Industri pembongkaran kapal, optimasi profit, reverse logistics
PENDAHULUAN Pembongkaran kapal adalah proses pembongkaran struktur sebuah kapal usang untuk dipotong-potong (scrapping) atau dibuang (disposal). Suatu proses yang dilakukan di sebuah dermaga kapal atau dok yang mencakup berbagai kegiatan, termasuk mengangkat semua gigi transmisi dan peralatan sehingga bisa dilakukan pemotongan infrastruktur kapal (OSHA, 2001). Kapal dibongkar di pembongkaran kapal ketika secara teknik dan ekonomis telah habis masa operasionalnya (Mellisen dan Molemaker, 2005). Industri pembongkaran kapal merupakan segmen yang penting dari sektor kelautan serta sebagai pemasok utama bahan baku bagi industri besi dan baja (Nesser et al., 2008). Dari sudut pandang ekonomi suatu negara, industri pembongkaran kapal menyediakan sejumlah besar lapangan kerja karena prosesnya berbasis manual sehingga mampu menjadi katalis bagi perekonomian (Hossain dan Islam, 2006).
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011
Penjualan besi dan baja hasil pembongkaran kapal bekas ke industri besi dan baja merupakan salah satu rangkaian reverse logistics. Rangkaian ini dimulai dari aktivitas pengadaan kapal bekas, pembongkaran kapal bekas hingga proses re-distribusi material hasil pembongkaran kapal bekas ke konsumen akhir seperti perusahaan peleburan besi dan baja. Pembongkaran kapal menyediakan bahan baku untuk industri besi dan baja serta industri logam lainnya. Dari sudut pandang sustainable production, industri pembongkaran kapal mengurangi kebutuhan akan penambangan bahan mentah yang berpolusi tinggi (Yanmaz, 2005). Komponen kapal yang masih bagus bisa dilakukan reuse, yang mengalami kerusakan bisa dilakukan proses repair ataupun remanufacture sehingga dapat dipergunakan kembali sedangkan komponen kapal yang memiliki kondisi yang buruk dilakukan proses daur ulang atau recycle. Penelitian tentang pembongkaran kapal selama ini mayoritas membahas mengenai aspek keselamatan dan kesehatan pekerja pembongkaran kapal (Andersen et al., 2001; Lauridsen et al., 2003; Nesser et al., 2008) , dampak negatif proses pembongkaran kapal yang menghasilkan beberapa limbah berbahaya (Reddy et al., 2003; Hossain dan Islam, 2006; Nesser et al., 2008) serta jenis-jenis material yang dihasilkan oleh aktivitas pembongkaran kapal (Andersen et al., 2001; Hess et al., 2001; Lauridsen et al., 2003). Sejauh ini sangat sedikit penelitian yang membahas mengenai reverse logistic dari material hasil pembongkaran kapal. Salah satu penelitian tentang reverse logistic seperti perusahaan peleburan besi dan baja. Pembongkaran kapal menyediakan bahan baku untuk industri besi dan baja serta industri logam lainnya. Dari sudut pandang sustainable production, industri pembongkaran kapal mengurangi kebutuhan akan penambangan bahan mentah yang berpolusi tinggi (Yanmaz, 2005). Komponen kapal yang masih bagus bisa dilakukan reuse, yang mengalami kerusakan bisa dilakukan proses repair ataupun remanufacture sehingga dapat dipergunakan kembali sedangkan komponen kapal yang memiliki kondisi yang buruk dilakukan proses daur ulang atau recycle. Penelitian tentang pembongkaran kapal selama ini mayoritas membahas mengenai aspek keselamatan dan kesehatan pekerja pembongkaran kapal (Andersen et al., 2001; Lauridsen et al., 2003; Nesser et al., 2008) , dampak negatif proses pembongkaran kapal yang menghasilkan beberapa limbah berbahaya (Reddy et al., 2003; Hossain dan Islam, 2006; Nesser et al., 2008) serta jenis-jenis material yang dihasilkan oleh aktivitas pembongkaran kapal (Andersen et al., 2001; Hess et al., 2001; Lauridsen et al., 2003). Sejauh ini sangat sedikit penelitian yang membahas mengenai reverse logistic dari material hasil pembongkaran kapal. Salah satu penelitian tentang reverse logistic pembongkaran kapal adalah penelitian yang dilakukan oleh Ningdyah (2010). Di dalam penelitiannya material yang dijadikan obyek spesifik adalah besi dan baja. Ningdyah (2010) membuat model jaringan logistik untuk aktivitas pembongkaran kapal bekas (ship dismantling), dimulai dari proses pengadaan kapal hingga proses re-distribusi ke perusahaan manufaktur baja sebagai konsumen akhir dari bisnis ini. Model yang dikembangkan bertujuan untuk mengoptimalkan profit yang didapatkan oleh pengusaha besi tua mengingat fluktuasi dan sensitifitas harga yang sangat berpengaruh terhadap keuntungan pengusaha. Pada proses yang selama ini dilakukan, material hasil pembongkaran kapal bekas tidak hanya berupa besi tua saja namun ada juga komponen- komponen lainnya seperti jangkar, rantai, mesin dan lain-lain (Nesser et al., 2008; Lauridsen et al., 2003; Hess et al., 2001). Setiap komponen ini memiliki kemungkinan untuk dijual sebagai produk reuse, repair, remanufacture ataupun recycle berdasarkan kondisi produk.
ISBN : 978-602-97491-3-7 A-19-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011
Setiap produk ini memiliki standar harga tersendiri, terutama untuk kategori produk recycle yang memiliki fluktuasi dan sensitifitas harga jual yang tinggi. Penjualan komponen hasil pembongkaran kapal untuk proses reuse, repair, remanufacture ataupun recycle dapat menambah keuntungan bagi pengusaha pembongkaran kapal serta mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan dengan berkurangnya energi yang dibutuhkan untuk memproduksi produk baru. Namun tetap saja ada sejumlah energi yang digunakan untuk melakukan proses reuse, repair, remanufacture ataupun recycle tersebut yang mempengaruhi sustainabilitas lingkungan. Berdasarkan permasalahan di atas maka pada penelitian ini akan dilakukan optimasi profit pengusaha pembongkaran kapal dengan memperhatikan keputusan penjualan komponen hasil pembongkaran kapal serta biaya-biaya yang muncul pada aktivitas pembongkaran kapal maupun dalam proses penjualannya. MODEL MATEMATIS Pengusaha pembongkaran kapal ada yang memiliki modal besar sehingga tidak perlu melakukan peminjaman uang, namun bila pengusaha itu hanya memiliki modal yang sedikit maka selain untuk proses pembelian kapal, pinjaman modal juga diperuntukkan untuk biaya pembongkaran kapal. Uang yang berasal dari peminjaman di bank ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengusaha pembongkaran kapal lekas menjual barang-barangnya karena pengusaha tersebut membutuhkan uang secepatnya untuk membayar hutang modal pinjaman.
Gambar 1. Ilustrasi rangkaian reverse logistics industri pembongkaran kapal bekas
Ada beberapa komponen biaya yang muncul pada rangkaian reverse logistics industri pembongkaran kapal, yaitu : 1. Biaya pembelian kapal bekas 2. Biaya pengiriman kapal bekas 3. Biaya tambat 4. Biaya tenaga kerja pembongkaran kapal bekas 5. Biaya operasional proses pembongkaran kapal bekas 6. Biaya inventory 7. Biaya pengiriman material hasil pembongkaran kapal bekas menuju ke proses reuse, repair, remanufacture atau recycle 8. Biaya efek lingkungan pada proses reuse, repair, remanufacture atau recycle kapal bekas 9. Biaya pemeliharaan komponen Biaya pembelian kapal bekas / harga kapal bekas bergantung pada berat besi yang dikandungnya / Light weight Ton (LWT). LWT adalah berat baja kapal dan mesin atau bobot mati kapal hasil dari perhitungan pada saat kapal kosong (Suhardjito, 2010).
ISBN : 978-602-97491-3-7 A-19-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Imron, komposisi besi yang dikandung kapal pada umumnya diestimasikan sebesar 30% dari berat total kapal. Komposisi ini nantinya akan mempengaruhi harga beli kapal bekas karena harga beli kapal bekas diperoleh melalui perhitungan 30% x berat total kapal x harga besi tua saat terjadinya pembelian. Kapal jenis tug boat digunakan untuk menarik kapal bekas yang akan dibongkar dan membawanya menuju ke tempat pembongkaran kapal. Kapal tug boat ini disewa oleh pengusaha pembongkaran kapal, dimana uang sewa kapal tug boat inilah yang disebut komponen biaya pengiriman kapal. Ketika kapal sudah berada di lokasi pembongkaran kapal maka muncul komponen biaya tambat atau bisa juga disebut biaya sewa tempat pembongkaran kapal bekas. Hal ini dikarenakan fasilitas tempat pembongkaran kapal bekas bukanlah milik pengusaha pembongkaran kapal tetapi milik pemerintah daerah dimana lokasi pembongkaran tersebut berada. Biaya tenaga kerja muncul pada saat proses pembongkaran kapal. Tenaga kerja untuk membongkar kapal biasanya digaji secara borongan. Untuk 1 kilo besi yang dihasilkan, tenaga kerja tersebut mendapat upah sebesar Rp. 75,-. Sedangkan biaya operasional disini meliputi biaya pemakaian elpiji dan oksigen yang digunakan untuk membongkar dan memotong bagian-bagian kapal. Material yang dihasilkan dari proses pembongkaran ini, untuk selanjutnya akan dibawa menuju ke gudang penyimpanan dan disimpan disana sampai pada masa jualnya. Oleh karena itu, disini muncul komponen biaya inventory dan biaya pemeliharaan. Biaya pemeliharaan diperlukan untuk menjaga supaya kondisi barang seperti ketika setelah selesai dibongkar. Material hasil pembongkaran kapal bekas ini akan dijual ke tempat-tempat dilakukannya proses reuse, repair, remanufacture atau recycle seperti perusahaan peleburan besi dan baja, pasar barang bekas ataupun bengkel mesin. Proses reuse, repair, remanufacture atau recycle ini akan menimbulkan suatu biaya lingkungan. Keempat proses tersebut memang mampu memperpanjang masa hidup material hasil pembongkaran kapal, namun tetap saja ada energi yang dikeluarkan untuk melakukan proses tersebut sehingga akan tetap memiliki dampak bagi sustainabilitas lingkungan. Permasalahan tersebut dapat diformulasikan dalam bentuk model matematis sebagai berikut. Indeks : i index komponen (besi, jangkar, kemudi, dsb), i = 1,2, ...,32 j index proses (reuse, repair, remanufacture, recycle), j = 1,...,4 t indeks waktu, t = 1,2,....,48 Parameter : Pijt harga komponen i dengan proses j yang dijual pada waktu t Wi jumlah komponen i A biaya pembelian kapal bekas B biaya pengiriman kapal C biaya tambat kapal D biaya tenaga kerja pembongkaran kapal a bunga Uo Jumlah uang yang dipinjam di bank untuk pembongkaran kapal Up Jumlah uang yang berasal dari modal pribadi untuk pembongkaran kapal Ei biaya operasional untuk setiap komponen i Gi biaya inventory untuk komponen i
ISBN : 978-602-97491-3-7 A-19-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011
Mi Hij Lij Qij Oij
biaya pemeliharaan untuk komponen i biaya pengiriman komponen i untuk menuju ke proses j biaya efek lingkungan komponen i pada proses j komponen i dapat diproses di j Konversi satuan komponen i untuk menuju ke proses j (untuk j = 4, dimana komponen i akan dijual untuk proses recycle, semua satuan dikonversi ke satuan berat) BSi waktu start pembongkaran untuk komponen i KSi lama pembongkaran untuk komponen i Tijt waktu penjualan komponen i untuk proses j pada waktu t (t=1…48) Variabel keputusan yang digunakan adalah: 1, jika komponen i untuk proses j terjual pada periode t t Yij = 0, jika tidak Fungsi tujuan dari model adalah untuk memaksimumkan profit pengusaha pembongkaran kapal. Rumusan fungsi tujuan adalah sebagai berikut :
32
4
48
Max Z=
Pijt Yijt Oij Wi . i=1
j=1 t=1
1 (1+a)
-[Uo.(1 + a) ]-[Up.(1 + a) ] 32
− .
∑
(
∑
)
i=1
⎛ Gi .Wi . ⎝
(1+a)
.
.
(
∑
)
Mi .Wi . ∑
Tijt -(BSi +KSi ) .Yijt
a
1
(1+a)(BSi +KSi )
∑4 ∑48 Y T (1+a) j=1 t=1 ijt. ijt
1
4 48 − ∑32 i=1 ∑j=1 ∑t=1 Lij . Wi .Yijt .
∑4 ∑48 Y T (1+a) j=1 t=1 ijt. ijt
48 ∑4 j=1 ∑t=1
(1+a)
Tijt - BSi +KSi
.
ISBN : 978-602-97491-3-7 A-19-5
a
Yijt. Tijt
- ∑32 i=1 Ei .W.i . (1 + a)
1
4 48 − ∑32 i=1 ∑j=1 ∑t=1 Hij . Oi4 .Wi .Yijt .
− ∑32 i=1
∑4j=1 ∑48 t=1
∑4j=1 ∑48 t=1
.Yijt
-1
-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011
Kendala yang menyatakan, bahwa waktu penjualan komponen minimal sama dengan selesainya pembongkaran komponen : ∑4j=1 ∑48 ∀i (2) t=1 Yijt . Tijt ≥[BSi +KSi ] Kendala yang menyatakan bahwa waktu penjualan komponen hasil pembongkaran kapal maksimum selesai pada minggu ke 48 : ∑4j=1 ∑48 t=1 Yijt . T ≤ [48] ijt
∀i
(3)
Kendala yang menyatakan bahwa semua komponen hasil pembongkaran kapal terjual : ∑4j=1 ∑48 t=1 Qij .Y =1 ∀i
(4)
∑4j=1 ∑48 t=1 Yijt <=1 ∀i
(5)
ijt
Kendala yang menyatakan bahwa setiap komponen hasil pembongkaran kapal dijual hanya pada satu jenis proses :
EVALUASI HASIL Analisis Validasi Model Dasar Hasil running model dasar menghasilkan keputusan penjualan yang dapat memberikan keuntungan bagi pengusaha pembongkaran kapal bekas. Pada keputusan penjualan tersebut ada lima komponen yang mengalami penundaan penjualan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil komputasi dengan menggunakan software Lingo
Indeks Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Tujuan Waktu Penjualan Penjualan 1 2 1 2 1 2 1 2 1 3 1 3 1 3 1 4 1 4 1 4 1 5 1 6 1 6 1 7 1 7 1 7
ISBN : 978-602-97491-3-7 A-19-6
Indeks Tujuan Waktu Komponen Penjualan Penjualan 17 1 7 18 1 8 19 1 8 20 1 9 21 1 9 22 1 10 23 1 10 24 4 17 25 4 17 26 4 17 27 4 33 28 4 33 29 4 25 30 4 48 31 4 17 32 4 48
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011
Keterangan : Tujuan penjualan : (1) Dijual untuk proses reuse, (2) Dijual untuk proses repair, (3) Dijual untuk proses remanufacture, (4) Dijual untuk proses recycle. Penundaan penjualan komponen dilakukan hingga periode tertentu dimana pada periode tersebut diperoleh selisih yang terbesar antara pendapatan dan pengeluaran. Periode waktu penjualan dimana harga jual komponen paling tinggi bukan merupakan jaminan bahwa komponen akan dijual pada periode tersebut. Komponen besi grade A, B, C dan kuningan memiliki harga jual tertinggi pada minggu ke 44, 32 dan 48 namun hasil running model dasar menunjukkan bahwa keempat komponen ini tidak dijual saat periode harga jual tertinggi, namun keempat komponen ini mengalami percepatan penjualan menjadi dijual pada minggu ke 33, 25 dan 17. Hal ini dikarenakan selisih terbesar antara pendapatan hasil penjualan komponen dengan total pengeluaran biaya terletak pada minggu ke 33, 25 dan 17 sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 3.1. Oleh karena itu, bila keempat komponen dijual pada minggu ke 33, 25 dan 17 akan lebih menguntungkan daripada dijual pada periode harga jual tertinggi
Gambar 2. Grafik perbandingan selisih antara pendapatan dan pengeluaran untuk periode hasil running model dasar dan periode harga tertinggi
Analisis Kondisi Riil Pada kondisi riil, hanya modal pinjaman yang dikenakan suku bunga kredit karena modal tersebut dipinjam dari pihak tertentu dengan bunga sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat. Sedangkan biaya – biaya yang dikeluarkan pengusaha selama masa pembongkaran dan penjualan komponen dibayar dari hasil penjualan komponen sehingga tidak dikenakan suku bunga kredit. Begitu juga dengan modal yang berasal dari uang pribadi pengusaha. Eksperimen numerik untuk kondisi riil menghasilkan keputusan penjualan yang berbeda dengan eksperimen numerik model dasar. Komponen ke 31, kuningan pada eksperimen numerik model dasar dijual pada minggu ke 17 tetapi pada eksperimen numerik ini, kuningan mengalami penundaan penjualan menjadi dijual pada minggu ke 48. Hal ini dikarenakan bunga hanya dikenakan pada modal pinjaman sehingga besarnya biaya yang dikeluarkan dan harga jual komponen dimasa mendatang bila ditinjau dari masa kini, sama. Sehingga pengusaha tidak perlu lekas menjual komponen hasil pembongkaran kapal bekas. Keputusan penjualan yang berbeda menghasilkan keuntungan yang berbeda pula. Eksperimen numeric kondisi riil memiliki keuntungan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan eksperimen numerik model dasar. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor bunga yang hanya dikenakan pada modal pinjaman sehingga besarnya pengeluaran lebih kecil dan pendapatan yang diperoleh juga lebih besar bila dibandingkan dengan eksperimen numerik model dasar. Berikut ini merupakan perbandingan keuntungan yang diperoleh antara eksperimen numerik kondisi riil dengan eksperimen numerik model dasar. ISBN : 978-602-97491-3-7 A-19-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011
Gambar 3. Grafik perbandingan keuntungan antara eksperimen numerik kondisi riil dan model dasar
KESIMPULAN Eksperimen numerik model dasar dan kondisi riil menghasilkan keputusan penjualan yang sama untuk tujuan penjualan dan berbeda untuk waktu penjualan. Tujuan penjualan dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan untuk proses pembongkaran maupun proses penjualan. Sebagian besar komponen dijual pada proses reuse karena proses ini membutuhkan biaya yang paling sedikit. Sedangkan untuk keputusan waktu penjualan dipengaruhi oleh selisih terbesar antara pendapatan dan pengeluaran. Periode waktu penjualan komponen adalah periode dimana selisih antara pendapatan dan pengeluaran merupakan selisih terbesar sehingga keuntungan terbesar akan diperoleh jika komponen dijual pada periode tersebut. Selain itu, faktor suku bunga juga mempengaruhi keputusan penjualan dan besarnya keuntungan yang diperoleh DAFTAR PUSTAKA Andersen, A. B. 2001. Working Safety In The Ship-Breaking Industries. Working Report No. 167 Hess, R. W., Hynes, M. V., Peters, J. E. and Rushworth, D. 2001. Disposal Option for Ship Hossain, M. M. and Islam, M. M. 2006. Ship Breaking Activities and Its Impact on The Coastal Zone of Chittagong, Bangladesh: Towards Sustainable Management. Research Report by Young Power in Social Action (YPSA) Lauridsen, F. K., Kristensen, N., Skaarup, J. 2003. Shipbreaking in OECD. Working Report No. 18 Melissen, P and Molemaker, R. J. 2005. The Ship Recycling Fund (Financing Environmentally Sound Scrapping and Recycling of Sea-going Ships. Final Paper Neser, G., Unsalan, D., Tekogul, N. and Lauridsen, F. 2008. The Shipbreaking Industry in Turkey : Environmental, Safety and Health Issues. Journal of Cleaner Production, Vol. 16
ISBN : 978-602-97491-3-7 A-19-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011
Ningdyah, W. K. 2010. Pemodelan Pengambilan Keputusan dalam Jaringan Reverse Logistics untuk Industri Pembongkaran Kapal Bekas. Thesis. Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya OSHA. 2001. Ship Breaking Fact Sheet. U.S. Department of Labor : Occupational Safety and Health Administration. Tersedia online di www.osha.gov. Terakhir diakses tanggal 5 Januari 2011 Private Communication. Imron. 2010 Reddy, M. S., Basha, S., Kumar, V. G., Joshi, H. V., Gosh, P. K. 2003. Quantification and classification of ship scraping wasteat Alang –Sosiya, India. Marine Pollution Bulletin, Vol 46, 1609–1614 Suhardjito, G. 2010. Geometri Kapal. Tersedia online di www.scribd.com/doc/.../Gaguk-Suhardjito-Geometri-Kapal. Terakhir diakses tanggal 27 Januari 2011 Yanmaz, M. 2005. The Effects of Climate Change and EU Accession Process on The Iron and Steel Sector. Presentation by The Erdemir Group on Sustainable Steel IndustryApte, U. M., & Viswanathan, S. (2002). Strategic and technological innovations in supply chain management. International Journal of Manufacturing Technology and Management, 4 (¾) 264–282.
ISBN : 978-602-97491-3-7 A-19-9