PEMETAAN WILAYAH JAWA TIMUR BERDASARKAN AKSES SANITASI DAN AIR BERSIH YANG LAYAK 1
Vita Oktaviyanti, dan 2Sri Pingit Wulandari Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Abstrak Sanitasi dan air bersih merupakan infrastruktur dasar yang seharusnya memperoleh perhatian khusus dari pemerintah Indonesia. Meskipun telah banyak prioritas pembangunan daerah dengan kebijakan peningkatan kualitas sanitasi dan air bersih melalui pemberdayaan masyarakat, tetapi sebagian besar pemerintah kabupaten dan kota belum menganggap sanitasi sebagai prioritas pembangunan di daerahnya. Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian ini akan dilakukan pengelompokkan kabupaten dan kota di Jawa Timur untuk mengetahui kabupaten dan kota mana yang perlu mendapatkan penyediaan akses sanitasi dan air bersih yang layak serta mencari variabel pembeda dan mengetahui ketepatan klasifikasinya. Hasil analisis kelompok hirarki dengan metode terbaik yaitu metode kuadrat jumlah kesalahan (Ward’s Method) menghasilkan 3 kelompok. Untuk sanitasi, kelompok 1 sebanyak 17 daerah, kelompok 2 sebanyak 8 daerah dan kelompok 3 sebanyak 13 daerah, sedangkan air bersih, kelompok 1 sebanyak 8 daerah, kelompok 2 sebanyak 16 daerah dan kelompok 3 sebanyak 14 daerah. Variabel pembeda sanitasi adalah jarak mata air ke tempat penampungan tinja terdekat lebih dari 10 meter (X1) dan tangki sebagai tempat akhir pembuangan tinja (X4) sedangkan untuk air bersih adalah fasilitas air minum yang dimiliki sendiri (X5) dan cara memperoleh air bersih dengan membeli yaitu air kemasan dan leding (X6) dengan ketepatan klasifikasi sama sebesar 92,1%. Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang dan Kota Probolinggo merupakan daerah yang salah dikelompokkan untuk akses sanitasi serta Kabupaten Tuban, Kota Kediri dan Kota Blitar untuk akses air bersih. Kata Kunci : sanitasi, air bersih, analisis kelompok, analisis diskriminan.
1. Pendahuluan Derajat kesejahteraan masyarakat akan meningkat menuju hidup yang bersih dan berkualitas jika akses dalam pemenuhan kebutuhan terhadap sanitasi dan air bersih dapat terlaksana dengan baik, dalam hal ini yaitu sanitasi dan penyediaan air bersih yang aman, terjangkau, berkesinambungan dan efektif melalui partisipasi masyarakat. Sanitasi dan air bersih merupakan infrastruktur dasar yang seharusnya memperoleh perhatian khusus dari pemerintah Indonesia karena akses sanitasi dan air bersih belum mencakup ke berbagai wilayah, meskipun saat ini telah banyak prioritas pembangunan daerah dengan kebijakan peningkatan kualitas sanitasi dan air bersih melalui pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan. Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Sedangkan air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah Indonesia. Menurut hasil seminar “Diskusi Prakarsa Strategis Percepatan Pencapaian Target MDGs” pada 23 Juni 2009 diperoleh bahwa akses sanitasi yang layak mencapai 49,13% dan akses air minum yang layak 78,91%, sehingga masih ditemui pelaksanaan kegiatan bidang sanitasi tertinggal dibanding dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan air bersih (Riskesdas, 2007). Sanitasi adalah sektor prasarana yang tanggung jawab pengadaan sarananya sudah diserahkan ke pemerintah kabupaten dan kota. Akan tetapi sebagian besar pemerintahan kabupaten dan kota belum menganggap sanitasi sebagai prioritas pembangunan di daerahnya. Para walikota dan bupati tidak merasa bahwa sanitasi dan air bersih merupakan hal yang mendesak, dibandingkan misalnya dengan masalah kemiskinan atau ketenagakerjaan (Ris, 2009). Berdasarkan kondisi tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan pengelompokkan kabupaten dan kota di Jawa Timur untuk mengetahui kabupaten dan kota mana saja yang perlu mendapatkan penanganan/perbaikan penyediaan akses sanitasi dan air bersih yang layak. Analisis yang digunakan adalah analisis kelompok hirarki dengan
1
jarak Euclidean dengan metode dipilih yang terbaik. Tujuan dalam penelitian ini yaitu: 1. Mengelompokkan kabupaten dan kota berdasarkan akses sanitasi dan air bersih yang layak di Jawa Timur, 2. Mengetahui kondisi geagrafis Jawa Timur untuk akses sanitasi dan air bersih yang layak berdasarkan peta tematik dari hasil pengelompokkan, 3. Mencari variabel pembeda dari akses sanitasi dan air bersih yang layak di Jawa Timur dan mengetahui hasil ketepatan klasifikasinya. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Analisis Multivariat Suatu data dikatakan multivariat jika data tersebut diperoleh dari hasil pengukuran lebih dari satu variabel karakteristik atau kriteria pada setiap individu anggota sampel dan pengolahannya menggunakan Analisis Multivariat (Johnson & Wichern, 2007). 2.2 Distribusi Normal Multivariat Pengujian distribusi normal multivariat dilakukan untuk memperkuat dugaan bahwa data sudah berdistribusi normal multivariat dan sebagai asumsi dasar yang harus dipenuhi sebelum menguji lainnya. Kemultinormalan data diuji dengan menghitung jarak kuadrat untuk setiap pengamatan (Johnson & Wichern, 2007). Hipotesis: H0 : Data berdistribusi normal multivariat H1 : Data tidak berdistribusi normal multivariat Menggunakan statistik uji: 2 −1 (2) d j = ( x kj − x k )' S ( x kj − x k ) , j = 1, 2,..., n
~
~
~
~
H0 diterima apabila lebih dari 50 % nilai d 2j ≤ χ2(p;0,5) dimana χ2(p;0,5) didapat dari tabel χ2. 2.3 Analisis Kelompok Analisis kelompok merupakan metode analisis multivariat yang bertujuan untuk memisahkan sekumpulan individu atau pengamatan kedalam beberapa kelompok berdasarkan ukuran kedekatan (Dillon & Goldstein, 1984). Ukuran kemiripan yang sering digunakan adalah jarak Ecluidean antar dua obyek. Jika ada dua obyek xi dan xj yang masing-masing mempunyai p variabel, maka jarak Ecluidean antara xi dan xj dihitung dengan rumus sebagai berikut (Dillon & Goldstein, 1984):
d (x i , x j ) =
∑ (x p
k =1
− x kj )
2
ki
(3)
Di dalam multivariat ada dua metode pengelompokkan yaitu hirarki dan non hirarki. Pada penelitian ini digunakan metode pengelompokan hirarki. Metode ini digunakan bila banyaknya kelompok yang muncul tidak diketahui terlebih dahulu. Metode-metode yang dapat digunakan untuk menghitung jarak antar kelompok yaitu (Johnson & Wichern, 2007): a. Metode Pautan Tunggal (Single Linkage atau Nearest-Neighboor Method) d (UV),W = min {dU,W , dV,W} (4) b. Metode Pautan Lengkap (Complete Linkage atau Furthest Neighboor Method) d (UV),W = max {dU,W , dV,W} (5) c. Metode Pautan Rataan (Average Linkage atau Between Group Linkage Method)
n n ∑∑ d ij i =1 j =1 d (UV),W = n(UV ) nW
[
]
(6)
d. Metode Kuadrat Jumlah Kesalahan (Error Sum of Square Method/Ward’s Method)
N (UV ) N W
T ( X (UV ) − X W ) (X (UV ) − X W ) (N (UV ) + N W )
d (UV),W =
2
(7)
2.4 Kehomogenan Matriks Varians-Kovarians Beberapa analisis statistika multivariate seperti discriminant analysis dan MANOVA membutuhkan syarat matriks varians-kovarians yang homogen. Untuk menguji syarat ini dapat dipergunakan statistik uji Box’M. Hipotesis dan statistik uji Box’M adalah: Hipotesis: H0 : Σ1 = Σ 2 = ... = Σ g = Σ H1 : minimal ada satu Σ j yang berbeda untuk i ≠ j Statistik uji: u = −2(1 − c1 ) ln M
(8)
Dimana: g
S pooled =
∑v S l
l =1 g
∑v l =1
l
ln M =
1 g 1 g v ln S − v l ln S pooled ∑ l l 2 ∑ 2 l =1 l =1
l
dengan g 1 1 2 p 2 + 3 p − 1 v l = nl − 1 c1 = ∑ − g l =1 v l 6( p + 1)( g − 1) vl ∑ l =1 2 H0 diterima jika u ≤ χ 1 yang berarti matriks varians-kovarians bersifat homogen. α ; ( g −1) p ( p +1) 2
2.5 Uji Perbandingan Rata-Rata untuk k Kelompok Uji yang digunakan untuk membandingkan rata-rata untuk k kelompok yaitu uji MANOVA (Multivariate Analyze of Variance). Model MANOVA untuk membandingkan vektor rata-rata adalah sebagai berikut:
x lkj = µ l + ε lkj ; j = 1, 2, ... n ; k = 1, 2, ..., p; l = 1, 2, ... g l ~ ~ ~
(9)
H0: µ1 = µ 2 = ........ = µ g = µ (semua vektor rata-rata kelompok adalah sama)
Hipotesis:
~
~
~
~
H1: minimal ada satu µ l yang berbeda (vektor rata-rata kelompok tidak sama)
~
l = 1, 2, ..... , g Statistik uji:
Λ* =
W
(10)
B +W
H0 diterima jika ∧ * lebih kecil dari Ftabel, maka λ memiliki distribusi Wilk’s Lambda:
,
g
λ ~ λα , p , v
B , vW
dimana vB = g–1 dan
vW = ∑ nl − g l =1
Jika didekati dengan statistik uji F diperoleh bentuknya sebagai berikut (Rencher, 2002):
1 − Λ1/ t df 2 Λ1/ t df1 dimana df 1 = pv B dan F=
(11)
1 ( pv B − 2) 2 2 2 p vB − 4 1 dengan w = vW + v B − ( p + v B + 1) dan t = 2 p 2 + v B2 − 5 df 2 = wt −
Akibat adanya kasus matriks varian-kovarian tidak sama, maka statistik uji (11) tidak tepat untuk uji kesamaan vektor rata-rata untuk k kelompok. Pembilang pada persamaan (10) merupakan penduga
3
matrik varian kovarian gabungan. Pada kasus matrik varian kovarian antar kelompok berbeda, maka penduga matrik varian kovarian gabungan ini tidak tepat lagi.
ˆ χ2 Bentuk x lkj − x l x lkj − x l ' pada pembilang persamaan (10) akan berdistribusi Σ (l ) v( l )W ~
~ ~
v(l )W = nl − 1
dengan
.
~
Jika
dimisalkan
v=
g
p
∑∑ x~
lkj
l =1 k =1
− x l x lkj − x l ' ~ ~ ~
dengan
x lkj − x l x lkj − x l ' dan x l*kj − x l* x l*kj − x l* ' saling bebas (l ≠ l *) , maka v berdistribusi ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ chi-square. Jika dimisalkan distribusi chi-square dari v dengan cχ f , yaitu berdistribusi chi-square 2
dengan derajat bebas f dan dikalikan dengan suatu konstanta. Dengan demikian diperoleh: g
ˆ = cf dan E (v ) = ∑ (nl − 1) Σ (l )
(12)
l =1
g
ˆ var(v ) = 2∑ (nl − 1) Σ (l )
2
= 2c 2 f
(13)
l =1
Persamaan (12) dan (13) dapat diselesaikan menjadi: g
c=
∑ (nl − 1) Σˆ (l ) l =1 g
∑ (n l =1
l
2
dan
ˆ − 1) Σ (l )
g ˆ ∑ (nl − 1) Σ (l ) l =1 f = g ∑ (nl − 1) Σˆ (l )
2
(14)
2
l =1
Dengan S l adalah penduga tak bias dari Σ (l ) dengan rumus sebagai berikut:
x lkj − µ l x lkj − µ l ' ~ ~ ~ ~ Sl = nl − 1 statistik uji (13) pada kasus matriks varian-kovarian tidak sama akan menjadi: 1t 1 − Λ df 2 F* = Λ1 t df1 dimana df 1 = pv B
1 ( pv B − 2) 2 1 w = f + v B − ( p + v B + 1) 2
df 2 = wt −
p vB − 4 p 2 + v B2 − 5 2
t=
2
atau df2 dapat dirumuskan:
2 2 1 p v B − 4 1 df 2 = f + v B − ( p + v B + 1) − ( pv B − 2) 2 2 2 p + v B − 5 2
4
dengan f seperti persamaan (14). Pada kasus matriks varian-kovarian tidak sama, maka F* akan sama dengan F. 2.6 Analisis Diskriminan Analisis diskriminan merupakan metode statistika untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan sejumlah obyek kedalam beberapa kelompok berdasarkan beberapa variabel. Setiap obyek yang diklasifikasikan akan menjadi anggota dari salah satu kelompok dan tidak ada obyek yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok (Johnson & Wichern, 2007). Secara umum fungsi diskriminan dinyatakan sebagai berikut:
Ymj = a 1 x 1 j + a 2 x 2 j + K + a k x kj + K + a p x pj
(13)
Fungsi diskriminan dapat digunakan untuk mengklasifikasikan obyek. Klasifikasi obyek dengan menggunakan fungsi diskriminan Fisher adalah sebagai berikut.
( )
Alokasikan x ke kelompok ke-g π g jika
∑ (y r
m =1
− y gm )
2
m
2
r T T = ∑ a x − x g ≤ ∑ a x − x g ~ m ~ ~ ~ m ~ ~ m =1 m =1 r
2
l dan g adalah identitas kelompok, untuk semua l ≠ g. 2.7 Evaluasi Fungsi Klasifikasi (APER) Perhitungan peluang kesalahan klasifikasi ukuran yang dinamakan Apparent Error Rates (APER), didefinisikan dengan fraksi (proporsi) pengamatan pada sampel yang salah diklasifikasikan oleh fungsi klasifikasi. Tabel 3.2 Klasifikasi Actual & Predicted Group Predicted Group Actual Group 1 2 3 1
n 11
n 12
n 13
2
n 21 n 31
n 22 n 32
n 23
3
n 33
Sumber: Rencher, 2002.
APER =
n 12 + n 13 + n 21 + n 23 + n 31 + n 32 n1 + n 2 + n 3
2.8 Tinjauan non Statistik a. Sanitasi Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Musadad, 1993). Salah satu perilaku masyarakat tentang sanitasi yang dapat dijadikan sebagai indikator kepedulian masyarakat terhadap kesehatan lingkungan adalah kepemilikan fasilitas tempat buang air besar. b. Air Bersih Berdasarkan hasil Susenas tahun 2007 Provinsi Jawa Timur, kategori untuk sumber air minum adalah (BPS, 2008): 1. Air dalam kemasan adalah air yang diproduksi dan didistribusikan oleh suatu perusahaan dalam kemasan gelas, botol dan gallon, termasuk juga air isi ulang. 2. Air leding adalah air berasal dari air yang telah diproses menjadi jernih/bersih sebelum dialirkan kepada kosumen melalui suatu instalasi berupa saluran air. Sumber air ini diusahakan oleh PAM/PDAM/BPAM. 3. Air pompa adalah air tanah yang cara pengambilan airnya dengan menggunakan pompa tangan/pompa listrik.
5
(14)
4. Air sumur/perigi adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali, cara pengambilannya dengan menggunakan gayung atau ember baik dengan atau tanpa katrol. 5. Mata air adalah sumber air permukaan tanah yang timbul dengan sendirinya. Sarana sumber air yang improved (berkualitas baik) menurut WHO/Unicef adalah sumber air jenis perpipaan/ledeng, sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, dan air hujan; selain dari itu dikategorikan not improved (Riskesdas, 2007). c. Definisi Variabel Sanitasi dan Air Bersih Dalam Susenas Berdasarkan hasil Susenas Tahun 2007, variabel-variabel yang berhubungan dengan sanitasi dalam penelitian ini, mempunyai beberapa kategori diantaranya (BPS, 2008): 1. Pada variabel X1 (jarak mata air ke tempat penampungan tinja terdekat) terdapat dua kategori yaitu jarak yang kurang dari sama dengan 10 meter dengan kategori 1 dan jarak yang lebih dari 10 meter dengan kategori 2. 2. Variabel penggunaan fasilitas tempat buang air besar (X2) dikategorikan menjadi dua yaitu: 1. Sendiri, berarti bahwa penggunaan fasilitas tempat buang air besar hanya digunakan oleh rumah tangga responden saja. 2. Dengan keluarga lain, terdiri dari dua kategori pendukung sebagai berikut: a. Bersama, adalah penggunaan fasilitas tempat buang air besar yang digunakan oleh rumah tangga bersama dengan beberapa rumah tangga tertentu. b. Umum, merupakan penggunaan fasilitas tempat buang air besar yang digunakan oleh setiap rumah tangga. 3. Variabel Sistem Kloset (X3) yang digunakan oleh rumah tangga dikategorikan menjadi empat kategori yaitu: 1. Leher Angsa, merupakan sistem kloset yang memiliki leher lubang kloset yang berbentuk lengkungan dan selalu terisi air. 2. Plengsengan yaitu sistem jamban tanpa leher angsa, salurannya miring ke tempat pembuangan kotoran. 3. Cemplung/cubluk adalah sistem jamban yang biasanya terletak di lahan dan tertutup (memiliki dinding). Tempat penampungan tinjanya dibangun dekat dibawah injakan/dibawah bangunan jamban. 4. Tidak pakai. 4. Pada variabel X4 (tempat pembuangan akhir tinja) dikategorikan menjadi dua kategori yaitu: 1. Tangki/Septic Tank. 2. Non Tangki yang terdiri dari beberapa kategori sebagai berikut: a. Kolam/sawah b. Sungai/danau/laut c. Lubang tanah d. Pantai/tanah lapang/kebun e. Lainnya. Sedangkan untuk variabel-variabel yang berhubungan dengan air bersih dalam penelitian ini berdasarkan hasil Susenas Tahun 2007, mempunyai beberapa kategori diantaranya (BPS, 2008): 1. Variabel penggunaan fasilitas air minum (X5) dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu: 1. Sendiri, berarti bahwa penggunaan fasilitas air minum hanya digunakan oleh rumah tangga responden saja. 2. Bersama, adalah penggunaan fasilitas air minum yang digunakan oleh rumah tangga bersama dengan beberapa rumah tangga tertentu. 3. Umum, merupakan penggunaan fasilitas air minum yang dapat digunakan oleh setiap rumah tangga. Pada variabel X6 (cara memperoleh air minum) bersifat biner 1 dan 2 dimana kategori 1 jika cara memperoleh air minumnya dengan membeli dan kategori 2 jika memperoleh air minumnya dengan cara tidak membeli. d. Peta Tematik Peta tematik adalah peta yang menyajikan unsur-unsur tertentu dari permukaan bumi sesuai dengan topik atau tema dari peta bersangkutan. Umumnya peta ini digunakan sebagai data analisis dari
6
beberapa unsur permukaan bumi didalam pengambilan suatu keputusan untuk pembangunan (Robinson, 1995). 2.9 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian tentang pengelompokkan wilayah diantaranya analisis diskriminan pada faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk balita di Jawa Timur menggunakan analisis kelompok dan analisis diskriminan oleh Hayati (2009), pengelompokkan kabupaten dan kota di Jawa Timur berdasarkan tingkat partisipasi pendidikan menggunakan analisis kelompok dan analisis diskriminan oleh Nugrahani (2009), dan klasifikasi kabupaten dan kota di Jawa Timur berdasarkan penyandang masalah kesejahteraan sosial menggunakan analisis kelompok dan analisis regresi logistik oleh Pertiwi (2007). Astuti (2008) menyatakan program TSSM (Total Sanitation and Sanitation Marketing) di Desa Bukek dan Terrak (Kabupaten Pamekasan) masih belum efektif berdasarkan perubahan kualitas jamban dengan metode regresi logistik ordinal. Kustantina (2008) pola kecenderungan perilaku sanitasi di desa sasaran TSSM yaitu Desa Bukek dan Terrak (Kabupaten Pamekasan) dengan analisis deskriptif, analisis korespondensi dan analisis model log linier. 3. Metodologi Penelitian Data yang digunakan merupakan data sekunder tentang indikator kesejahteraan rakyat dalam bidang perumahan dan lingkungan di propinsi Jawa Timur tahun 2007 dari hasil pendataan Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Badan Pusat Statistik (BPS). a. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel yang diduga berpengaruh terhadap akses sanitasi dan air bersih yang layak menurut BPS. Menurut Joint Monitoring Program WHO/Unicef, akses sanitasi disebut layak bila rumah tangga menggunakan sarana pembuangan kotoran sendiri dengan sistem jamban leher angsa (Riskesdas, 2007). Berikut ini merupakan variabel berdasarkan akses sanitasi yang layak: X1 = Proporsi Jarak Mata Air Ke Tempat Penampungan Tinja Terdekat Lebih Dari 10 Meter X2 = Proporsi Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Sendiri X3 = Proporsi Sistem Kloset Leher Angsa X4 = Proporsi Tangki Sebagai Tempat Pembuangan Akhir Tinja Sedangkan variabel berdasarkan akses air bersih yang layak yaitu: X5 = Proporsi Penggunaan Fasilitas Air Minum Sendiri X6 = Proporsi Cara Memperoleh Air Bersih Dengan Membeli b. Langkah-Langkah Analisis Data Langkah-langkah analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Mengkaji karakteristik wilayah kabupaten dan kota di Jawa Timur berdasarkan sanitasi dan air bersih menggunakan analisis statistik deskriptif. 2. Mengelompokkan kabupaten dan kota berdasarkan akses sanitasi dan air bersih di Jawa Timur menggunakan analisis kelompok. 3. Berdasarkan kelompok yang telah terbentuk kemudian dibuat peta tematik. Peta tematik merupakan visualisasi gambar peta Jawa Timur yang mencakup banyaknya kelompok yang terbentuk dengan warna sebagai pembeda kelompok. Software yang digunakan untuk membuat peta tematik adalah Arcview. 4. Menguji kehomogenan matrik varian kovarian untuk masing-masing kelompok-kelompok yang terbentuk dari akses sanitasi yang layak dan akses air bersih yang layak di Jawa Timur. 5. Menaksir perbedaan rata-rata diantara dua atau lebih kelompok serta untuk menyelidiki apakah vektor rata-rata antar kelompok sama atau tidak menggunakan uji MANOVA. Bila tidak sama, maka akan dicari komponen mana yang berbeda. 6. Mencari variabel pembeda dari akses sanitasi dan air bersih yang layak di Jawa Timur berdasarkan variabel yang signifikan masuk dalam fungsi diskriminan. 7. Menghitung hasil ketepatan klasifikasi berdasarkan tabel klasifikasi menggunakan analisis diskriminan.
7
8. Menghitung peluang kesalahan klasifikasi menggunakan APER sehingga diketahui daerah yang salah diklasifikasikan. 4. Analisis Data dan Pembahasan 4.1 Deskripsi Akses Sanitasi yang Layak Di Jawa Timur Deskripsi mengenai karakteristik kabupaten dan kota di Jawa Timur yang menjelaskan rata-rata, simpangan baku, minimum dan maksimum berdasarkan variabel akses sanitasi yang layak sesuai dengan data Susenas tahun 2007 yaitu: Tabel 4.1 Statistika Deskriptif Berdasarkan Variabel Akses Sanitasi yang Layak Di Jawa Timur (%) Rata- Simpangan Variabel Minimum Maksimum Rata Baku Jarak > 10 m (X1) 57,63 13,77 23,07 80,95 FBAB sendiri (X2)
59,55
16,26
19,96
85,54
Leher Angsa (X3)
67,39
19,25
24,29
97,43
12,35
90,54
Tangki (X4) 48,82 23,22 Sumber: diolah menggunakan Minitab, 2010.
Tabel 4.1 menjelaskan tentang statistika deskriptif akses sanitasi yang layak di Jawa Timur. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jarak mata air ke tempat penampungan tinja terdekat lebih dari 10 meter mempunyai rata-rata 57,63% dengan nilai sebaran data menurut simpangan baku sebesar 13,77%, nilai terendah adalah Kota Surabaya dan nilai tertinggi adalah Kabupaten Sampang, variabel penggunaan fasilitas tempat buang air besar sendiri nilai rataratanya sebesar 59,55%, mempunyai nilai sebaran data menurut simpangan baku sebesar 16,26% dengan nilai terendah yaitu Kabupaten Bondowoso sedangkan nilai tertinggi yaitu Kota Batu. Menurut variabel sistem kloset leher angsa yang mempunyai rata-rata 67,39%, sebaran data menurut simpangan baku sebesar 19,25%, nilai terendah adalah Kabupaten Bangkalan serta nilai
tertinggi dimiliki Kabupaten Sidoarjo, untuk variabel tangki sebagai tempat pembuangan akhir tinja memiliki rata-rata 48,82%, sebaran data menurut simpangan baku sebesar 23,22%, nilai terendah yaitu Kabupaten Sumenep sedangkan nilai tertinggi adalah Kota Surabaya. 4.2 Deskripsi Akses Air Bersih yang Layak Di Jawa Timur Karakteristik kabupaten dan kota di Jawa Timur yang menjelaskan rata-rata, simpangan baku, minimum dan maksimum berdasarkan variabel akses air bersih yang layak sesuai dengan data Susenas tahun 2007 yaitu: Tabel 4.2 Statistika Deskriptif Berdasarkan Variabel Akses Air Bersih yang Layak Di Jawa Timur (%) Rata- Simpangan Variabel Minimum Maksimum Rata Baku FAM sendiri (X5) 60,87 19,54 12,29 88,77 Membeli Air Bersih (X6) 22,76 20,13 Sumber: diolah menggunakan Minitab, 2010.
4,08
98,84
Tabel 4.2 menjelaskan tentang statistika deskriptif akses air bersih yang layak di Jawa Timur. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui untuk variabel penggunaan fasilitas air minum sendiri mempunyai rata-rata 60,87%, sebaran data menurut simpangan baku sebesar 19,54% dengan nilai terendah adalah Kabupaten Sampang dan nilai tertinggi yaitu Kota Pasuruan, sedangkan untuk variabel cara memperoleh air bersih dengan membeli (air kemasan dan leding) rata-ratanya sebesar 22,76%, sebaran data menurut simpangan baku sebesar 20,13%, nilai terendah adalah Kabupaten Kediri sedangkan nilai tertinggi dimiliki Kota Surabaya. 4.3 Pemeriksaan Distribusi Normal Multivariat Kemultinormalan data diuji dengan menghitung jarak kuadrat untuk setiap pengamatan (Johnson & Wichern, 2007).
8
a. Akses Sanitasi yang Layak Jumlah nilai d2j yang kurang dari 3,35669 ada sebanyak 55,26%, dimana nilai 3,35669 merupakan nilai tabel χ (4 ); 0,5 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa data telah mengikuti distribusi normal multivariat sehingga dapat dilanjutkan dengan analisis berikutnya. b. Akses Air Bersih yang Layak Jumlah nilai d2j yang kurang dari 1,38629 ada sebanyak 55,26%, dimana nilai 1,38629 2
merupakan nilai tabel χ (2 ); 0,5 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa data telah mengikuti distribusi normal multivariat sehingga dapat dilanjutkan dengan analisis berikutnya. 4.4 Analisis Kelompok Analisis kelompok bertujuan untuk mengelompokkan wilayah berdasarkan variabel yang berhubungan dengan akses sanitasi dan air bersih yang layak di Jawa Timur sesuai dengan ukuran kedekatan. a. Perbandingan Metode Revisi Jarak Metode yang terbaik dipilih dengan kriteria diantaranya: 1. Sebaran anggota antar kelompok merata (jika ada kelompok mempunyai jumlah anggota terlalu sedikit dibandingkan kelompok lainnya maka tidak dipilih karena sebaran tidak merata). 2. Metode yang dapat menyebabkan variansi dalam kelompok kecil sedangkan variansi antar kelompok yang besar berdasarkan nilai F terbesar. 3. Memenuhi uji MANOVA (nilai p_value signifikan). 4. Hasil ketepatan klasifikasi yang besar. i. Metode Revisi Jarak Akses Sanitasi yang Layak Selanjutnya untuk akses sanitasi yang layak akan dilakukan perbandingan revisi jarak, sehingga metode terbaik yang terpilih akan digunakan untuk mengelompokkan kabupaten dan kota. 2
Tabel 4.3 Perbandingan Metode Revisi Jarak Sanitasi yang Layak Kelompok I II III
Metode Revisi Jarak
F
p_value
Klasifikasi
1.Metode Pautan Tunggal (Single Linkage)
1
36
1
4,525
0,000
100%
2.Metode Pautan Lengkap (Complete Linkage)
7
21
10
12,862
0,000
84,2%
3.Metode Pautan Rataan (Within Group Linkage Method)
2
24
12
11,914
0,000
92,1%
4.Metode Pautan Rataan (Between Group Linkage Method)
16
13
9
16,120
0,000
89,5%
5.Metode Kuadrat Jumlah Kesalahan (Ward’s Method)
17
8
13
16,182
0,000
92,1%
Sumber: diolah menggunakan SPSS, 2010.
Tabel 4.3 menunjukkan adanya perbedaan dalam metode revisi jarak yang akan digunakan untuk mengelompokkan kabupaten dan kota di Jawa Timur berdasarkan akses sanitasi yang layak. Terlihat bahwa metode yang memenuhi semua kriteria yang disebutkan sebelumnya adalah Metode Pautan Rataan (Between Group Linkage Method) dan Metode Kuadrat Jumlah Kesalahan (Ward’s Method). Tetapi jika dilihat nilai F dan hasil ketepatan klasifikasinya terbesar adalah Metode Kuadrat Jumlah Kesalaan (Ward’s Method) sehingga metode ini merupakan metode revisi jarak yang terbaik dan digunakan sebagai metode pengelompokkan.
9
ii. Metode Revisi Jarak Akses Air Bersih yang Layak Berikutnya untuk akses air bersih yang layak akan dilakukan perbandingan revisi jarak yaitu: Tabel 4.4 Perbandingan Metode Revisi Jarak Air Bersih yang Layak Kelompok I II III
Metode Revisi Jarak
F
p_value
Klasifikasi
1. Metode Pautan Tunggal (Single Linkage)
35
2
1
6,745
0,000
78,9%
2. Metode Pautan Lengkap (Complete Linkage)
8
29
1
20,683
0,000
94,7%
3. Metode Pautan Rataan (Within Group Linkage Method)
8
29
1
20,683
0,000
94,7%
4. Metode Pautan Rataan (Between Group Linkage Method)
31
6
1
24,612
0,000
94,7%
5. Metode Kuadrat Jumlah Kesalahan (Ward’s Method)
8
16
14
28,739
0,000
92,1%
Sumber: diolah menggunakan SPSS, 2010.
Tabel 4.4 menunjukkan adanya perbedaan dalam metode revisi jarak yang akan digunakan untuk mengelompokkan kabupaten dan kota di Jawa Timur berdasarkan akses air bersih yang layak. Terlihat bahwa metode yang memenuhi semua kriteria yang disebutkan sebelumnya adalah Metode Kuadrat Jumlah Kesalahan (Ward’s Method) sehingga metode ini merupakan metode revisi jarak yang terbaik dan digunakan sebagai metode pengelompokkan. b. Pengelompokkan Akses Sanitasi yang Layak Berikut ini adalah tabel pengelompokkan kabupaten dan kota di Jawa Timur untuk akses sanitasi yang layak dengan hasil yaitu kelompok I, kelompok II dan kelompok III. Tabel 4.5 Rata-Rata Variabel Akses Sanitasi yang Layak (%) Rata-Rata Rata-rata Variabel Seluruh Kelompok I Kelompok II Kelompok III Daerah (n1 = 17) (n2 = 8) (n3 = 13) Jarak > 10 m (X1) 60,03 67,08 48,67 57.63 FBAB sendiri (X2)
47,33
67,34
70,73
59.55
Leher Angsa (X3)
53,06
64,43
87,95
67.39
Tangki (X4) 27,06 52,71 Sumber: diolah menggunakan Microsoft Excel, 2010.
74,87
48.82
Tabel 4.5 memberikan informasi bahwa kelompok III merupakan kelompok dengan kategori tinggi untuk akses sanitasi dan air bersih yang layak, diketahui dari nilai rata-ratanya lebih besar dari nilai rata-rata seluruh daerah, sedangkan kelompok I merupakan kelompok dengan kategori rendah untuk akses sanitasi dan air bersih yang layak. Berdasarkan analisis kelompok yang terbentuk, Kabupaten Probolinggo merupakan daerah dengan rata-rata paling rendah sebesar 34,84% dalam penyediaan akses sanitasi yang layak sedangkan Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah dengan ratarata tertinggi sebesar 77,8%. c. Peta Tematik Akses Sanitasi yang Layak Berikut ini merupakan peta tematik yang menunjukkan pengelompokkan kabupaten dan kota di Jawa Timur berdasarkan akses sanitasi yang layak secara visual.
10
Gambar 4.1 Peta Tematik Akses Sanitasi yang Layak
Berdasarkan Gambar 4.1 merupakan peta tematik yang menggambarkan kondisi geografis Jawa Timur, terlihat meskipun kabupaten dan kota di Jawa Timur letaknya saling berdekatan tetapi ternyata mempunyai akses penyediaan sanitasi layak berbeda-beda. Daerah yang berbatasan dengan pantai (daerah tapal kuda) terbagi menjadi dua kelompok, kelompok I dengan rata-rata penyediaan akses sanitasi layak masih rendah diantaranya seluruh kabupaten di Pulau Madura, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Pasuruan, daerah lainnya yaitu Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik termasuk dalam kelompok III dengan rata-rata penyediaan akses sanitasi layak tinggi. Sedangkan kelompok II dengan rata-rata penyediaan akses sanitasi layak sedang beranggotakan Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Kediri yang letak daerahnya jauh dari pantai atau laut. d. Pengelompokkan Akses Air Bersih yang Layak Rata-rata antar variabel akses air bersih yang layak untuk masing-masing kelompok dan rata-rata seluruh daerah, ditampilkan pada Tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6 Rata-Rata Variabel Akses Air Bersih yang Layak (%) Variabel FAM sendiri (X5)
Kelompok I (n1 = 8) 30,72
Rata-rata Kelompok II (n2 = 16) 64,21
Membeli Air Bersih (X6) 11,12 10,70 Sumber: diolah menggunakan Microsoft Excel, 2010.
Kelompok III (n3 = 14) 74,29 43,20
Rata-Rata Seluruh Daerah 60,87 22,76
Tabel 4.6 tentang rata-rata variabel air bersih yang layak untuk kabupaten dan kota di Jawa Timur berdasarkan akses sanitasi yang layak diperoleh hasil yaitu kelompok I, kelompok II dan kelompok III. Kelompok I merupakan kabupaten-kabupaten dimana penyediaan sarana untuk akses air bersih yang layak masih rendah. Hal ini diketahui karena rata-rata variabel akses air bersih yang layak nilainya lebih rendah daripada rata-rata seluruh daerah. Kelompok II merupakan kabupaten-kabupaten dimana penyediaan sarana untuk akses air bersih yang layak dapat dikatakan sedang, meskipun nilai rata-rata persentase cara memperoleh air bersih dengan membeli (air kemasan dan leding) lebih rendah dari kelompok 1 dan rata-rata seluruh kabupaten dan kota dengan nilai 10,7% tetapi rata-rata untuk variabel fasilitas air minum yang dimiliki sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok I dan rata-rata seluruh kabupaten dan kota dengan nilai 64,21%. Kelompok III merupakan kabupaten dan kota dimana penyediaan sarana untuk air bersih yang layak dapat dikatakan baik (tinggi) dengan persentase yang besar untuk anggota kelompoknya, dapat dilihat bahwa rata-rata pada kelompok III lebih besar daripada rata-rata seluruh kabupaten dan kota. e. Peta Tematik Akses Air Bersih yang Layak Berikut ini merupakan peta tematik yang menunjukkan pengelompokkan kabupaten dan kota di Jawa Timur berdasarkan akses air bersih yang layak secara visual.
11
Gambar 4.2 Peta Tematik Akses Air Bersih yang Layak
Berdasarkan Gambar 4.2 merupakan peta tematik yang menggambarkan kondisi geografis Jawa Timur, daerah yang berbatasan dengan pantai (daerah tapal kuda) terbagi menjadi dua kelompok, kelompok I dengan rata-rata penyediaan akses air bersih layak masih rendah diantaranya seluruh kabupaten di Pulau Madura, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo, sedangkan kelompok III dengan rata-rata penyediaan akses sanitasi layak tinggi (baik) yaitu Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Sedangkan kelompok II dengan rata-rata yang sedang untuk penyediaan akses air bersih layak beranggotakan daerah dekat pantai diantaranya Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Pasuruan. 4.5 Uji Kehomogenan Varians Kovarians Berikut ini akan dilakukan uji kehomogenan matriks varians-kovarians menggunakan statistik uji Box’M untuk akses sanitasi dan air bersih di Jawa Timur. a. Akses Sanitasi yang Layak Uji kehomogenan matriks varians-kovarians menggunakan statistik uji Box’M untuk akses sanitasi yang layak di Jawa Timur sebagai berikut: Hipotesis: H0 : Σ 1 = Σ 2 = Σ 3 = Σ H1 : minimal ada satu Σ j yang berbeda 2 2 2 Nilai χ hitung atau nilai Box’M diperoleh keputusan adalah H0 ditolak karena χ hitung < χ
(α ), 1 ( 3−1) 4 ( 4 +1) 2
(11,267 < 31,4104), berarti bahwa matriks varians kovarians antar 3 kelompok untuk akses sanitasi yang layak di Jawa Timur homogen. b. Akses Air Bersih yang Layak Uji kehomogenan matriks varians-kovarians menggunakan statistik uji Box’M untuk akses air bersih yang layak di Jawa Timur sebagai berikut: Hipotesis: H0 : Σ 1 = Σ 2 = Σ 3 = Σ H1 : minimal ada satu Σ j yang berbeda Nilai χ
χ2
2 hitung
(α ), 1 ( 3−1) 2 ( 2 +1)
2 atau nilai Box’M diperoleh keputusan adalah H0 diterima karena χ hitung >
(42,74 > 12,5916), berarti bahwa matriks varians kovarians antar 3 kelompok untuk
2
akses air bersih yang layak di Jawa Timur tidak homogen. Sehingga untuk uji MANOVA selanjutnya statistik uji F tidak sesuai lagi maka diganti dengan F*. 4.6 Uji Perbandingan Rata-Rata untuk 3 Kelompok a. Akses Sanitasi yang Layak Selanjutnya akan dilakukan pengujian MANOVA untuk mengetahui apakah vektor rata-rata sama atau tidak diantara tiga kelompok berdasarkan akses sanitasi yang layak di Jawa Timur. Hipotesis: H0: µ1 = µ 2 = µ 3 = µ
~
~
~
~
12
H1: minimal ada satu µ l yang berbeda
~
Statistik uji yang digunakan Wilk’s Lambda dengan nilai F sebesar 16,182 sehingga mempunyai keputusan H0 ditolak karena nilai tersebut lebih dari Ftabel = F(0, 05 ) , 2, 35 sebesar 3,26742. Hal tersebut berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara 3 kelompok yang telah terbentuk berdasarkan akses sanitasi yang layak di Jawa Timur. b. Akses Air Bersih yang Layak Selanjutnya akan dilakukan pengujian MANOVA untuk mengetahui apakah vektor rata-rata sama atau tidak diantara tiga kelompok berdasarkan akses air bersih yang layak di Jawa Timur. Hipotesis: H0: µ1 = µ 2 = µ 3 = µ
~
~
~
~
H1: minimal ada satu µ l yang berbeda
~
Hasil uji kehomogenan varian kovarian akses air bersih yang layak di Jawa Timur diketahui matrik varians kovarians antar 3 kelompok tidak homogen sehingga pada uji MANOVA berikut ini akan dilakukan pengujian vektor rata-rata 3 kelompok dengan matrik varian dan kovarian tidak homogen.
F* =
1 − Λ1 t df 2 Λ1 t df1
df 2 = wt −
df1 = pvB = 2 x2 = 4
1 ( pvB − 2) 2
Sebelum memperoleh nilai w pada rumus df2 maka terlebih dahulu dihitung nilai f sebagai berikut:
g ˆ ∑ (nl − 1) Σ (l ) l =1 f = g ∑ (nl − 1) Σˆ (l )
2
= 2
{[(8 − 1)x 1,1193x10 ] + [(16 − 1)x 1,2881x10 ] + [(14 − 1)x 7,7178x10 ]}2 2 2 2 (8 − 1)x[1,1193x10 ] + (16 − 1)x[1,2881x10 ] + (14 − 1)x[7,7178x10 ] 3
3
3
3
4
4
=
1,06187 x1012 7,7467 x1010
l =1
w = f + vB −
1 ( p + v B + 1) = 13,707 + 2 − 2,5 = 13,207 2
Nilai vB pada perhitungan w diperoleh dari derajat bebas kelompok (cluster) pada uji MANOVA. Setelah mendapatkan nilai w maka langkah selanjutnya menghitung nilai t yaitu:
t=
p 2 v B2 − 4 = p 2 + v B2 − 5
(2
)
x2 2 − 4 =2 22 + 22 − 5 2
diperoleh nilai df2 sebesar
df 2 = wt −
1 ( pvB − 2) = (13,207x2) − 1 (2 x2 − 2) = 25,414 ≈ 26 2 2
Sehingga perhitungan F* yaitu: 1
1 − Λ1 t df 2 1 − 0,138 2 26 F* = = x = 10,997 1 4 Λ1 t df1 0,138 2 dengan nilai Ftabel = F0,05; 4; 26 = 2,74259. Hasil pengujian MANOVA diperoleh keputusan H0 ditolak karena nilai F* > F0, 05; 4; 26 . Hal tersebut berarti bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara 3 kelompok yang telah terbentuk berdasarkan akses air bersih yang layak di Jawa Timur.
4.7 Analisis Diskriminan Fungsi analisis diskriminan selain mengklasifikasikan obyek yang melibatkan banyak variabel kedalam suatu kelompok, dapat juga digunakan untuk mengetahui ketepatan hasil klasifikasi berdasarkan kelompok yang terbentuk.
13
= 13,707
a. Akses Sanitasi yang Layak Berikut merupakan fungsi diskriminan yang terbentuk untuk akses sanitasi yang layak yaitu:
Fungsi1 = −6,683 + 0,019 X1 + 0,115 X 4 Fungsi 2 = −5,816 + 0,086 X1 + 0,017 X 4 Pada persamaan fungsi diskriminan dapat diketahui bahwa ada dua variabel yang signifikan yaitu mempunyai nilai p_value < α dengan nilai α = 0,05 sehingga disebut sebagai variabel pembeda. Variabel tersebut diantaranya jarak mata air ke tempat penampungan tinja terdekat lebih dari 10 meter (X1) dan tangki sebagai tempat akhir pembuangan tinja (X4). Tabel 4.7 Fungsi Diskriminan yang Distandarisasi Fungsi 1 Fungsi 2 Variabel X1
0,225
Tabel 4.8 Fungsi Pada Kelompok Centroid Kelompok Fungsi 1 Fungsi 2
1,046
X4 1,057 0,161 Sumber: diolah menggunakan SPSS, 2010.
1
-2,458
-0,173
2
0,623
0,882
3 2,831 -0,316 Sumber: diolah menggunakan SPSS, 2010.
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa fungsi pertama beranggotakan X4 dan fungsi kedua beranggotakan X1. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa penyediaan akses sanitasi yang layak untuk kelompok 1 dan kelompok 3 dipengaruhi oleh tangki sebagai tempat akhir pembuangan tinja. Penyediaan akses sanitasi yang layak untuk kelompok 2 dipengaruhi oleh jarak mata air ke tempat penampungan tinja terdekat lebih dari 10 meter. Tabel klasifikasi menunjukkan bahwa tingkat ketepatan klasifikasi dari pengelompokkan kabupaten dan kota di Jawa Timur berdasarkan akses sanitasi yang layak sebesar 92,1%. b. Akses Air Bersih yang Layak Berikut merupakan fungsi diskriminan yang terbentuk untuk akses air bersih yang layak yaitu:
Fungsi1 = −5,448 + 0,073X 5 + 0,043 X 6 Fungsi 2 = 1,884 − 0,055 X 5 + 0,065X 6 Berdasaran persamaan fungsi diskriminan dapat diketahui bahwa ada dua variabel yang signifikan yaitu mempunyai nilai p_value < α dengan nilai α = 0,05 sehingga disebut sebagai variabel pembeda. Variabel tersebut diantaranya fasilitas air minum yang dimiliki sendiri (X5) dan cara memperoleh air bersih dengan membeli yaitu air kemasan dan leding (X6). Tabel 4.9 Fungsi Diskriminan yang Distandarisasi Fungsi 1 Fungsi 2 Variabel X5
0,8
Tabel 4.10 Fungsi Pada Kelompok Centroid Kelompok Fungsi 1 Fungsi 2
-0,603
X6 0,553 0,836 Sumber: diolah menggunakan SPSS, 2010.
1
-2,715
0,909
2
-0,276
-0,972
3 1,867 0,591 Sumber: diolah menggunakan SPSS, 2010.
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa fungsi pertama beranggotakan X5 dan fungsi kedua beranggotakan X6. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa penyediaan akses air bersih yang layak untuk kelompok 1 dan kelompok 3 dipengaruhi oleh fasilitas air minum yang dimiliki. Penyediaan akses sanitasi yang layak untuk kelompok 2 dipengaruhi oleh cara memperoleh air bersih dengan membeli yaitu air kemasan dan leding. Tabel klasifikasi menunjukkan bahwa tingkat ketepatan klasifikasi dari pengelompokkan kabupaten dan kota di Jawa Timur berdasarkan akses air bersih yang layak sebesar 92,1%. 4.8 Evaluasi Fungsi Klasifikasi Berikut ini perhitungan peluang kesalahan klasifikasi ukuran yang dinamakan Apparent Error Rates (APER) untuk akses sanitasi dan air bersih yang layak di Jawa Timur.
14
a. Akses Sanitasi yang Layak Evaluasi fungsi klasifikasi untuk akses sanitasi yang layak di Jawa Timur adalah: Tabel 4.11 Hasil Klasifikasi Akses Sanitasi yang Layak Predicted Group Membership Actual Group Membership 1 2 3 1
17
0
0
2
0
8
0
3 0 3 Sumber: diolah menggunakan SPSS, 2010.
APER =
3 = 0,0789474 38
10
Tabel 4.11 memperlihatkan hasil klasifikasi bahwa terjadi kesalahan pengelompokkan yaitu tiga daerah yang seharusnya di kelompok III tetapi ditempatkan di kelompok II dengan nilai kesalahan pengelompokkan sebesar 0,0789474. Daerah tersebut diantaranya Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang dan Kota Probolinggo. b. Akses Air Bersih yang Layak Evaluasi fungsi klasifikasi untuk akses air bersih yang layak di Jawa Timur adalah: Tabel 4.12 Hasil Klasifikasi Akses Air Bersih yang Layak Predicted Group Membership Actual Group Membership 1 2 3 1
8
0
0
2
0
16
0
APER =
3 = 0,0789474 38
3 1 2 11 Sumber: diolah menggunakan SPSS, 2010.
Tabel 4.12 memperlihatkan hasil klasifikasi bahwa terjadi kesalahan pengelompokkan yaitu satu daerah yang seharusnya di kelompok III tetapi ditempatkan di kelompok I dan dua daerah yang seharusnya di kelompok III tetapi ditempatkan di kelompok II dengan nilai kesalahan pengelompokkan sebesar 0,0789474. Daerah yang seharusnya di kelompok III tetapi ditempatkan di kelompok I adalah Kabupaten Tuban, sedangkan daerah yang seharusnya di kelompok III tetapi ditempatkan di kelompok II adalah Kota Kediri dan Kota Blitar. 5. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengelompokkan diketahui menghasilkan 3 kelompok. Kelompok I merupakan daerah-daerah dimana rata-rata penyediaan sarana untuk akses sanitasi dan air bersih layak masih rendah. a. Akses sanitasi yang layak sebanyak 17 daerah yaitu Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Tuban, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep. b. Akses air bersih yang layak sebanyak 8 daerah yaitu Kabupaten Pacitan, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep. Kelompok II dimana rata-rata penyediaan sarana untuk akses sanitasi dan air bersih layak dapat dikatakan sedang. a. Akses sanitasi yang layak sebanyak 8 daerah adalah Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Lamongan.
15
b. Akses air bersih yang layak sebanyak 16 daerah adalah Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Bojonegoro. Kelompok III merupakan daerah-daerah yang mempunyai rata-rata penyediaan sarana untuk akses sanitasi dan air bersih layak dapat dikatakan baik (tinggi). Sebagian besar anggota dari kelompok III yaitu wilayah perkotaan. a. Akses sanitasi yang layak sebanyak 13 daerah diantaranya Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Gresik, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, Kota Surabaya dan Kota Batu. b. Akses air bersih yang layak sebanyak 14 daerah diantaranya Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, Kota Surabaya dan Kota Batu. 2. Peta tematik yang menggambarkan kondisi geografis Jawa Timur yaitu: a. Untuk akses sanitasi layak, meskipun kabupaten dan kota di Jawa Timur letaknya saling berdekatan tetapi ternyata mempunyai akses penyediaan sanitasi layak berbeda-beda. Misalnya daerah yang berbatasan dengan pantai (daerah tapal kuda) terbagi menjadi dua kelompok, kelompok I dengan rata-rata penyediaan akses sanitasi layak masih rendah diantaranya seluruh kabupaten di Pulau Madura, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Pasuruan, sedangkan daerah lainnya yaitu Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik termasuk dalam kelompok III dengan rata-rata penyediaan akses sanitasi layak tinggi (baik). Kelompok II merupakan rata-rata penyediaan akses sanitasi layak bernilai sedang beranggotakan Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Kediri yang daerahnya letaknya jauh dari pantai atau laut. b. Untuk akses air bersih layak, meskipun kabupaten dan kota di Jawa Timur letaknya saling berdekatan tetapi ternyata mempunyai akses penyediaan air bersih layak berbeda-beda. Misalnya daerah yang berbatasan dengan pantai (daerah tapal kuda) terbagi menjadi dua kelompok, kelompok I adalah rata-rata penyediaan akses air bersih layak masih rendah diantaranya seluruh kabupaten di Pulau Madura, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo. Kelompok III yaitu rata-rata penyediaan akses sanitasi layak tinggi (baik) diantaranya Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Sedangkan kelompok II yakni rata-rata bernilai sedang untuk penyediaan akses air bersih layak beranggotakan daerah dekat pantai diantaranya Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Pasuruan. 3. Variabel pembeda sanitasi adalah jarak mata air ke tempat penampungan tinja terdekat lebih dari 10 meter (X1) dan tangki sebagai tempat akhir pembuangan tinja (X4) sedangkan untuk air bersih adalah fasilitas air minum yang dimiliki sendiri (X5) serta cara memperoleh air bersih dengan membeli yakni air kemasan dan leding (X6) dengan ketepatan klasifikasi sama sebesar 92,1%. Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang dan Kota Probolinggo merupakan daerah yang salah dikelompokkan untuk akses sanitasi layak serta Kabupaten Tuban, Kota Kediri dan Kota Blitar untuk akses air bersih layak. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian yang telah dilakukan yaitu hendaknya pemerintah daerah memberikan perhatian khusus terhadap lingkungan bersih dan sehat khususnya masalah sanitasi dan air bersih agar seluruh lapisan masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan untuk mewujudkan Jawa Timur yang bersih dan sehat. Agar lebih maksimal, untuk penelitian selanjutnya dapat membandingkan hasil Susenas tahun 2007 dengan Susenas tahun 2008 ataupun tahun-tahun berikutnya.
16
Daftar Pustaka Astuti, N. D. (2008). Analisis efektivitas program Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) dalam merubah perilaku sanitasi (studi kasus di Desa Bukek dan Desa Terrak Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan). (Tugas akhir tidak dipublikasikan). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. BPS. (2008). Laporan Eksekutif, Perumahan dan Konsumsi Rumah Tangga Di Jawa Timur Berdasarkan Data Susenas Tahun 2006-2007. Surabaya: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Dillon, W. R., dan Goldstein, M. (1984). Multivariate analysis methods and applications. New York: John Wiley & Sons. Hayati, M. (2009). Analisis Diskriminan Pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Buruk Balita Di Jawa Timur. (Tugas akhir tidak dipublikasikan). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Johnson, R. A., dan Wichern, D. W. (2007). Applied multivariate statistical analysis. New Jersey: Prentice Hall Inc,. Kustantina, D. A. (2008). Analisis statistika perilaku sanitasi masyarakat di desa sasaran TSSM (studi kasus Desa Bukek dan Terrak Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan). (Tugas akhir tidak dipublikasikan). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Musadad. (1993). Sanitasi Rumah Sakit sebagai Investasi. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Nugrahani, P. (2009). Pengelompokkan Kabupaten/Kota Jawa Timur Berdasarkan Tingkat Partisipasi Pendidikan. (Tugas akhir tidak dipublikasikan). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Pertiwi, A. S. (2007). Klasifikasi Kabupaten Dan Kota Di Jawa Timur Berdasarkan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. (Tugas akhir tidak dipublikasikan). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Purwaningsih, H. (2009). Analisis hubungan antara kondisi sanitasi, air bersih dan penderita diare di Jawa Timur. (Tugas akhir tidak dipublikasikan). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Rencher, A. C. (2002). Methods of Multivariate Analysis, second edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Ris, S. (2009). Sanitasi Dasar, Kapan Bebas BAB Sembarangan?. Available: [http://sosbud.kompasiana.com/] Riskesdas. (2007). Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 Provinsi Jawa Timur. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Robinson, A. H. (1995). Elements of Cartography 6th Edition. New York: John Wiley & Sons Inc.
17