Pemertahanan Nilai-Nilai Budaya Lokal Melalui Pembelajaran Menulis Puisi Vera Krisnawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Jenderal Soedirman Abstrak Pada era globalisasi, keberadaan budaya lokal menghadapi situasi yang mengkhawatirkan. Budaya lokal mulai terkikis keberadaannya. Berbagai cara dilakukan untuk mempertahankan budaya lokal tersebut. Pemertahanan budaya lokal sangat penting karena dapat mewujudkan generasi muda yang memahami keragaman nilai-nilai budaya lokal. Upaya mempertahankan budaya lokal dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran sastra di sekolah, yaitu pembelajaran menulis puisi. Pemertahanan budaya lokal dalam pembelajaran menulis puisi ini diharapkan siswa mampu mengimplementasikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam budaya lokal di kehidupan sehari-hari. Kata kunci: budaya lokal, pembelajaran, menulis puisi
Maintaining the Values of Local Cultures through Poetry Writing Learning Vera Krisnawati Indonesian Language and Cultural Education Jenderal Soedirman University Abstract In globalization era, the existence of local cultures is in a terrible condition. Local cultures have been decreasing overtime. Many efforts are conducted to maintain those local cultures. Maintaining local cultures is extremely essential for young generation to understand the values of local cultural diversity. Efforts to maintain local cultures may be conducted by implanting the values of local cultures in literary learning at school through poetry writing. Maintaining local culture in poetry writing learning is expected to enable the students to implement the cultural values contained in local cultures of our daily life Keywords: local culture, learning, poetry writing
A. PENDAHULUAN Pada era globalisasi ini keberadaan
lengger. Akan tetapi, sekarang kesenian tersebut
sudah
jarang
ditemui
budaya lokal menghadapi situasi yang
keberadaannya. Jarang sekali sekarang
mengkhawatirkan. Budaya lokal mulai
ditemui
terkikis keberadaannya. Keadaan tersebut
menyaksikkan
banyak dirasakan masyarakat, misalnya
Keadaan tersebut merupakan salah satu
saja di daerah Banyumas, dahulu masih
contoh permasalahan budaya lokal yang
sering menyaksikkan kesenian ebeg dan
hampir terkikis.
generasi
muda
kesenian
yang
mau
tradisional.
Tidak dapat dipungkiri hal tersebut
prinsip
penyelenggaraan
Pendidikan
pasti juga terjadi pada budaya lokal di
Nasional di Indonesia. Jadi, nilai-nilai
daerah lain yang ada di Indonesia.
budaya
Berbagai
pendidikan. Pendidikan berbasis budaya
cara
dilakukan
mengatasinya,
untuk
yaitu
dengan
dapat
lokal
ditanamkan
merupakan
melalui
upaya
untuk
mempertahankan budaya lokal tersebut.
mengintegrasikan budaya lokal dalam
Pemertahanan
proses
budaya
lokal
dapat
pendidikan.
Oleh
karena
itu,
dilakukan dengan digunakannya budaya
pendidikan tidak hanya terfokus terhadap
lokal sebagai mata pelajaran di semua
ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga
tingkat pendidikan. Pemertahanan budaya
pada budaya lokal daerah setempat. Setiap
lokal
sangat
penting
karena
dapat
daerah memiliki potensi budaya lokal yang
generasi
muda
yang
berbeda-beda. Keunggulan dari potensi
memahami keragaman nilai-nilai budaya
daerah itu sangatlah beragam. Dengan
lokal.
keberagaman potensi daerah tersebut perlu
mewujudkan
Budaya lokal merupakan budaya
diperhatikan para generasi penerus bangsa
yang dimiliki oleh suatu daerah dan
agar mereka tidak asing dengan budayanya
mencerminkan
sendiri dan memahami nilai-nilai serta
keadaan
sosial
di
daerahnya. Beberapa hal yang termasuk
budaya daerahnya sendiri.
dalam budaya lokal adalah cerita rakyat,
Upaya mempertahankan budaya
kesenian, lagu daerah, ritual kedaerahan,
lokal dapat dilakukan melalui penanaman
dan adat istiadat daerah. Budaya lokal
nilai-nilai
mengandung
pembelajaran
nilai-nilai
yang
dapat
budaya
lokal
sastra
di
dalam sekolah.
dijadikan sebagai sarana pembangunan
Pembelajaran sastra yang dimaksud adalah
karakter bangsa (Muhyidin, 2012)
pembelajaran
Undang-undang
menulis
puisi.
Menurut
Republik
Pradopo (2009:7), puisi adalah rekaan dan
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
interpretasi pengalaman manusia yang
Sistem Pendidikan Nasional Bab III pasal
diubah dalam wujud yang paling berkesan.
4
Pengintegrasian
menjelaskan
pendidikan
yang
budaya
lokal
dalam
diselenggarakan secara demokratis dan
pembelajaran menulis puisi sangat tepat
berkeadilan
diskriminatif
karena dengan puisi, nilai-nilai budaya
dengan menjunjung tinggi hak asasi
lokal akan terkemas ke dalam bentuk
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
tulisan yang penuh makna. Melalui puisi,
dan
nilai-nilai budaya lokal tersebut dikemas
serta
kemajemukan
tidak
bangsa.
Nilai-nilai
tersebut dijadikan sebagai salah satu
dengan
bahasa
yang
dipadatkan,
dipersingkat, dan diberi irama dengan
Kegiatan
menulis
puisi
adalah
bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata
kegiatan
yang
kias (imajinatif). Pemilihan kata sangat
penyair.
Penyair
diperhatikan
kekuatan
kemampuan untuk menuangkan semua
pengucapan. Kata-kata tersebut mewakili
gagasannya, idenya, dan perasaannya ke
makna yang lebih luas dan lebih banyak
dalam bahasa yang penuh makna. Dalam
dengan mencarikan konotasi atau makna
menulis puisi, pengarang harus melibatkan
tambahannya dan berfiguratif.
kecerdasan intelektual dan kecerdasan
agar
memiliki
Pengintegrasian
budaya
ditentukan
kreativitas
harus
mempunyai
lokal
emosionalnya. Puisi merupakan luapan
dalam pembelajaran menawarkan satu
perasaan atau produk imajinasi penyair
alternatif melalui konsep pendidikan yang
yang
berbasis pada pemanfaatan budaya lokal
persepsinya. Bahasa dalam puisi yang
daerah setempat. Dalam hal ini, peserta
diungkapkan
didik tidak hanya memahami pelajaran
menggambarkan,
yang
mengekspresikan
dipelajarinya,
tetapi
untuk
beroperasi
pada
persepsi-
penyair
untuk
membentuk, gagasan,
dan
perasaan,
meningkatkan kesadaran mereka akan
pandangan, dan sikap penyairnya (Sayuti,
pentingnya budaya daerah setempat dan
2010:24).
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Perrine
(1974:559)
menyatakan
Peserta didik juga dapat menerapkan nilai-
“poetry comes to us bringing life and
nilai luhur yang terkandung dalam budaya
therefore pleasure. Moreover, art focus
lokal tersebut.
and so organized experience as to give us
Berdasarkan masalah
yang
uraian
akan
di
dibahas
atas,
a better understanding of it. And to
adalah
understand life is party to be master of it”.
pemertahanan nilai-nilai budaya lokal
Selanjutnya,
melalui
menyatakan“While
pembelajaran
menulis
puisi.
Young poetry
(2003:6) assignments
Adapun metode yang digunakan adalah
have the power to support students in
metode studi pustaka. Studi pustaka adalah
synthesizing knowledge. Writing poetry
metode pengumpulan data baik melalui
about knowledge learned in academic
dokumen
courses creates ways for that knowledge to
tertulis
elektronik.
maupun
dokumen
be in the world and to remake the writer's world based on new information and
B. Kajian Teori
experience”.
1. Menulis Puisi
Puisi
terdiri
atas
unsur-unsur
pembangun. Unsur-unsur tersebut tidak
dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan
penyair mengungkapkan tema yang sama
sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan
dengan perasaan yang berbeda sehingga
satu kesatuan dan unsur yang satu dengan
hasil puisi yang tercipta berbeda pula.
unsur
menunjukkan
Perasaan yang menjiwai puisi dapat berupa
hubungan keterkaitan satu dengan yang
perasaan gembira, sedih, terharu, terasing,
lainnya. Dalam puisi terdapat dua unsur,
sombong, kesepian, takut, dan sebagainya.
yaitu struktur fisik dan struktur batin
Ketiga, nada dan suasana. Nada
yang
lainnya
(Waluyo, 2010:32).
adalah sikap penyair terhadap pembaca.
Ada empat struktur batin puisi,
Bertolak dari sikap penyair itu tercipta
yaitu tema, perasaan, nada dan suasana,
suasana puisi. Suasana merupakan keadaan
serta amanat. Keempat unsur tersebut
jiwa pembaca setelah membaca puisi. Jika
menyatu
penyampaian
kita bicara tentang sikap penyair, maka
bahasa penyair. Pertama, tema. Tema
kita berbicara tentang nada. Jika kita
merupakan
yang
berbicara tentang suasana jiwa pembaca,
dikemukakan penyair melalui puisinya
maka kita berbicara tentang suasana
(Waluyo, 2010:124). Tema mengacu pada
(Waluyo, 2010:144).
dalam
wujud
gagasan
pokok
penyairnya. Pembaca setidaknya harus
Keempat,
amanat.
Amanat
mengetahui latar belakang penyair agar
merupakan hal yang mendorong penyair
tidak salah menafsirkan tema puisinya.
dalam menciptakan puisi tersebut. Amanat
Tema puisi bersifat lugas (tidak dibuat-
tersirat di balik kata-kata yang disusun dan
buat), objektif (bagi semua pnafsir), dan
juga
khusus (penyair). Tema puisi dapat berupa
diungkapkan. Setiap pembaca mempunyai
tema
kemanusiaan,
penafsiran makna yang berbeda dengan
kesetiakawanan, perjuangan, cinta, kritik
yang lain. Cara menyimpulkan amanat
sosial, dan sebagainya (Waluyo, 2002:17).
puisi
ketuhanan,
Kedua, perasaan. Perasaan adalah suasana
perasaan
penyair
yang
Kasnadi
sangat
di
balik
berkaitan
tema
dengan
yang
cara
pandang pembaca terhadap suatu hal (Waluyo, 2010: 151).
diekspresikan dalam puisinya (Waluyo, 2010:140).
berada
Struktur fisik puisi merupakan
(2009:40)
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu antara
mengemukakan bahwa perasaan berkaitan
lain diksi, pencitraan, kata konkret, bahasa
dengan sikap penyair terhadap pokok
figuratif (majas), versifikasi, dan tata
pikiran yang ditampilkan di dalam puisi.
wajah
Lain halnya dengan Kasnadi, Waluyo
merupakan salah satu unsur yang ikut
(2002:40)
membangun
menyatakan
bahwa
setiap
puisi.
Pertama,
keberadaan
diksi.
puisi
Diksi
berarti
pemilihan
kata
yang
oleh
erat hubungannya dengan penggunaan
penyair untuk mengekspresikan gagasan
kiasan dan lambang. Jika penyair mahir
dan perasaan-perasaan yang bergejolak
memperkonkret kata-kata, maka pembaca
dan menggejala dalam dirinya (Sayuti,
seolah-olah
2010:143).
merasa apa yang dilukiskan oleh penyair.
Kata-kata
dilakukan
dalam
puisi
melihat,
mendengar,
atau
hendaknya memiliki kemungkinan makna
Keempat, bahasa figuratif (majas).
yang lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih
Penyair akan menggunakan gaya bahasa
juga harus mempunyai efek keindahan dan
dalam menulis sebuah puisi sehingga
berbeda dari kata-kata yang dipakai dalam
puisinya memiliki makna yang dalam.
kehidupan sehari-hari.
Bahasa figuratif menurut Waluyo (2010:
Kedua,
pencitraan.
Pencitraan
96-98) adalah bahasa yang digunakan
menurut Waluyo (2010: 91) adalah kata
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan
atau
dapat
cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
sensoris,
langsung mengungkapkan makna. Kata
seperti penglihatan, pendengaran, dan
atau bahasanya bermakna kias atau makna
perasaan. Pengimajian ditandai dengan
lambang. Bahasa figuratif terdiri atas
penggunaan kata-kata konkret dan khas.
pengiasan yang menimbulkan makna kias
Imaji yang ditimbulkan ada tiga macam,
dan
yakni imaji visual (penglihatan), imaji
makna lambang.
susunan
mengungkapkan
kata
yang
pengalaman
auditif (pendengaran), dan imaji taktil (cita
pelambangan
Kelima,
yang
versifikasi.
menimbulkan
Versifikasi
rasa). Ketiganya digambarkan dengan
meliputi ritma, rima, dan metrum. Sayuti
bayangan konkret yang dapat dihayati
(2010: 104) menyatakan rima adalah
secara nyata. Dalam melukiskan imaji
kesamaan dan atau kemiripan bunyi
pendengaran (auditif) pembaca seolah-olah
tertentu di dalam di dalam dua kata atau
mendengarkan sesuatu; imaji penglihatan
lebih, baik yang berposisi di akhir kata,
(visual)
melihat
maupun yang berupa perulangan bunyi-
sesuatu yang bergerak-gerak; imaji taktil
bunyi yang sama yang disusun pada jarak
pembaca seolah-olah merasakan sentuhan
atau rentangan tertentu secara teratur.
perasaan.
Ritma berhubungan dengan bunyi dan
pembaca
seolah-olah
Ketiga, kata konkret. Kata konkret
pengulangan
bunyi,
kata,
frasa,
dan
adalah kata-kata yang digunakan oleh
kalimat. Metrum
penyair untuk melukiskan suatu peristiwa
tekanan kata yang tetap yang sifatnya
atau keadaan secara jelas. Waluyo (2010:
statis.
94) menyatakan kata yang diperkonkret
ditentukan. Namun dalam deklamasi dan
Metrum
berupa pengulangan
dalam
puisi
sulit
poetry reading peranannya sangat penting.
sesuai dengan puisi, (13) memilih judul
Suku kata dalam puisi biasanya diberi
puisi yang memikat, (14) memilih kata-
tanda, manakah yang mendapat tekanan
kata yang estetis, padat, dan memikat, (15)
keras dan manakah yang bertekanan
memanfaatkan gaya bahasa, dan (16)
lemah. Tekanan keras diberi tanda (‘) di
memanfaatkan permainan bunyi.
atasnya, sedangkan tekanan lemah diberi tanda (ˇ) (Waluyo, 2010:112).
C. Hasil dan Pembahasan
Keenam, tata wajah (tipografi).
1. Budaya Lokal
Waluyo (2010: 113) menyatakan bahwa tipografi
merupakan
yang
pengetahuan yang secara sosial diwariskan
penting antara puisi dengan prosa dan
dari satu generasi ke generasi berikutnya
drama. Dalam prosa baris-baris kata atau
yang merujuk pada tradisi sopan santun
kalimat membentuk sebuah periodisitas.
dan kesenian (D’Andrade dalam Supardan,
Namun,
dalam puisi
2008:201). Dalam budaya terkandung ilmu
halnya.
Baris-baris
dalam
puisi
pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat,
sebuah
periodisitet
yang
dan kebiasaan yang diperoleh manusia.
membentuk
pembeda
Budaya mengacu pada kumpulan
tidak demikian
disebut bait.
Walaupun ada upaya pewarisan dari generasi ke generasi tidak ada jaminan bahwa suatu budaya akan tetap kukuh. Budaya akan terkikis jika generasi tersebut tidak
2. Langkah-Langkah Menulis Puisi Langkah-langkah
menulis
puisi
berupaya
Budaya
dengan mempertimbangkan berbagai unsur
keunggulan
pembangun yang ada, yaitu (1) memahami
berupa
aliran,
mengandung
memahami
tema,
(3)
dan
mempertahankan budayanya.
dikemukakan oleh Kasnadi (2008:50)
(2)
melestarikan
lokal
budaya
produk
merupakan
daerah
setempat
masa
lalu
yang
nilai-nilai
luhur
yang
memerlukan imajinasi, (4) menemukan
dijadikan pegangan hidup. Budaya lokal
ide, (5) mengeramkan ide (inkubasi), (6)
memiliki ciri khas yang tidak dimiliki
pengucapan yang tepat, (7) sikap yang
daerah lain. Dari waktu ke waktu nilai-
tepat, (8) pemilihan jenis puisi yang tepat
nilai luhur yang terkandung dalam budaya
dengan gaya pengucapan, (9) memilih
lokal kian memudar. Oleh karena itu,
larik-larik yang menarik, (10) penuangan
masyarakat yang tinggal di suatu daerah
aspek sosiologis, (11) penuangan aspek
harus mengetahui dan memaknai budaya
psikologis, (12) memilih tipografi yang
setempat agar budaya tersebut tidak
budaya lokalnya tetapi dapat mengetahui
terkikis.
nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal tersebut.
2. Pemertahanan Nilai-Nilai Budaya Lokal
3. Menulis Puisi sebagai Proses Kreatif
Pemertahanan budaya lokal dapat
Menulis puisi termasuk kegiatan
diintegrasikan dalam pembelajaran sastra
menulis kreatif. Dikatakan kreatif karena
di sekolah. Dalam pembelajaran, guru
memerlukan
mengupayakan untuk memanfaatkan nilai-
imajinatif
nilai
mengungkapkan ide, gagasan, pikiran,
budaya
lokal
sebagai
sumber
kreativitas dalam
daya
menggali
dan
pembelajaran untuk peserta didik. Nilai-
perasaan,
nilai budaya lokal yang ada di daerah
menulis
setempat
dalam
kegiatan yang bersifat aktif dan produktif.
pembelajaran sastra tersebut. Peserta didik
Dikatakan aktif karena dengan menulis
dapat
puisi seseorang telah melakukan proses
diintegrasikan
mengetahui
budaya
lokal
di
dan
dan
puisi
pengalaman. pada
berpikir.
didalamnya.
mengintegrasikan
seseorang dalam menulis puisi akan
budaya lokal ke dalam pembelajaran sastra
menghasilkan sebuah tulisan yang dapat
di sekolah diharapkan budaya lokal tidak
dinikmati orang lain.
terkikis.
karena
Terciptanya sebuah puisi berasal
Salah satu pembelajaran sastra yang
produktif
adalah
daerahnya dan kandungan nilai yang ada Dengan
Dikatakan
dasarnya
Kegiatan
dapat
digunakan
dari
konsepsi
penyair,
penglihatan,
untuk
perasaan, cara pandang hidup, dan dasar
mempertahankan nilai-nilai budaya lokal
pemikiran yang dialami penyair. Setelah
adalah
puisi.
itu, penyair akan berusaha mencipta dan
Pembelajaran menulis puisi merupakan
membentuk sebuah puisi dari pikiran dan
pembelajaran
perasaannya
pembelajaran
yang
menulis
memerlukan
daya
sehingga
menghasilkan
imajinasi dan kreativitas tinggi untuk
sebuah gambaran dalam puisi. Puisi
menuangkan ide, gagasan, dan perasaan
sebagai bentuk karya sastra merupakan
dengan bahasa yang indah dan penuh
suatu
makna. Peserta didik dapat menulis puisi
Fenomena kehidupan yang tidak lepas dari
bertemakan budaya lokal/nilai-nilai yang
nilai-nilai atau norma-norma yang ada di
terkandung di dalamnya. Dari hal tersebut
dalamnya. Melalui puisi, penyair berusaha
peserta didik dapat mengetahui keragaman
menyampaikan
budaya lokalnya. Tidak hanya keragaman
pembaca (Ulya dan Suryanto, 2009:46).
gejala
sosial
pesan
kemasyarakatan.
moral
kepada
Jadi, menulis puisi tidak hanya mengacu
sebagai model untuk latihan menulis,
pada teknik penulisan saja, melainkan
biasanya puisi yang berbentuk bebas dan
interpretasi
dan
estetis
sederhana. Oleh karena itu, dalam menulis
pengarang
terhadap
sosial
puisi bebas ini, siswa dapat melatih daya
pengalaman kondisi
masyarakat.
kreativitasnya dan menyalurkan apa yang sedang menjadi kegelisahan dalam diri siswa tersebut sehingga dapat tercipta
4. Pembelajaran Menulis Puisi
sebuah puisi penuh makna.
Bermuatan Budaya Lokal Menulis merupakan salah satu keterampilan
harus
didik justru lupa akan budaya lokalnya
dikuasai siswa. Menurut de Porter dan
sendiri. Banyak budaya lokal yang tidak
Hernacki
adalah
lagi dikenal oleh peserta didik karena
aktivitas seluruh otak yang menggunakan
mereka lebih menyukai budaya barat yang
emosi dan logika. Yang termasuk bagian
terkenal dan populer. Perbaikan keadaan
emosi
spontanitas,
budaya bangsa adalah tanggung jawab
kegembiran.
bersama, baik keluarga, sekolah, maupun
Sementara itu yang termasuk bagian logika
masyarakat. Salah satu upayanya adalah
adalah
memberikan arahan sejak dini dengan
emosi,
berbahasa
(2007:179),
adalah
yang
Era globalisasi sekarang ini peserta
menulis
semangat,
imajinasi,
dan
perencanaan,
tata
bahasa,
penyuntingan, dan penulisan kembali. Pembelajaran menulis puisi sangat memerlukan
kreativitas
dan
memperkenalkan budayanya sendiri sejak dini. Di sekolah, usaha ini dapat dilakukan
imajinasi
dengan memasukkan unsur-unsur budaya
untuk mengembangkan ide atau gagasan
daerah ke dalam mata pelajaran, salah
menjadi sebuah puisi yang menarik.
satunya adalah ke dalam pembelajaran
Pembelajaran menulis puisi di tingkat
sastra, yaitu menulis puisi.
SMP Kelas VIII dituangkan dalam standar
Menurut Muhyidin (2012) tujuan
kompetensi, yaitu mengungkapkan pikiran
pembelajaran sastra adalah menanamkan
dan
bebas.
nilai-nilai kemanusiaan kepada peserta
Kompetensi dasar yang harus dikuasai
didik. Sastra dapat memengaruhi daya
adalah
emosi,
perasaan
menulis
dalam
puisi
puisi
bebas
dengan
imajinasi,
intelektual
Selain itu, menulis puisi bebas dengan
berkembang secara maksimal. Hal ini
memperhatikan unsur persajakan.
berkaitan dengan salah satu manfaat
Rahmanto
didik
dan
menggunakan pilihan kata yang sesuai.
Menurut
peserta
kreativitas,
sehingga
(dalam
pembelajaran sastra yaitu membentuk
Aritonang, 2009:32), puisi yang cocok
watak peserta didik. Karya sastra memiliki
peran
penting
dalam
kehidupan
tulis yang mengandung unsur budaya
masyarakat karena dalam karya sastra
lokal, yaitu cerita rakyat, kesenian, lagu
terkandung nilai-nilai yang positif bagi
daerah, ritual kedaerahan, dan adat istiadat
pembaca dan berguna bagi masyarakat
daerah. Penerapan budaya lokal dalam
secara luas. Sastra dapat menyampaikan
pembelajaran menulis puisi ini diharapkan
amanat dan nilai-nilai, termasuk nilai-nilai
peserta
pendidikan kepada pembaca. Pesan moral
mengimplementasikan nilai-nilai budaya
dalan sastra sejatinya esensi yang harus
yang terkandung dalam budaya lokal
ditemukan oleh pembaca atau penikmat
dalam kehidupan sehari-hari. Ciri penanda
sastra. Pesan moral dalam karya sastra
puisi bermuatan budaya lokal, yakni puisi
merupakan hal terpenting dalam sastra
yang ditulis peserta didik mengandung
sebagai bahan kontemplasi pembaca dalam
unsur budaya lokal.
merajut nilai-nilai hidup dan melakoni kehidupan yang lebih baik. Salah
satu
didik
mampu
Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu
cara
untuk
secara
profesional
mengajarkan
mata
memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsa
pelajaran yang diajarkannya. Guru harus
adalah dengan memperkenalkan budaya
mampu menanamkan nilai-nilai inti dari
lokal kepada anak didik kita. Nilai-nilai
budaya lokal. Dengan demkian, peserta
budaya
dari
didik dapat mengetahui dan menerapkan
kebudayaan lokal dan menjadi dasar dari
nilai-nilai budaya lokal dalam kehidupan
segenap wujud kebudayaan di daerahnya
sehari-hari. Oleh karena itu, nilai-nilai
(Muhyidin, 2012). Budaya lokal yang
budaya lokal daerah setempat tidak akan
beraneka
terkikis keberadaannya.
lokal
ini
ragam
adalah
jiwa
merupakan
warisan
budaya yang wajib dilestarikan. Beberapa hal yang termasuk budaya lokal misalnya cerita rakyat, ritual kedaerahan, tradisi
D. Penutup Nilai-nilai
kedaerahan, kreativitas, dan keunikan budaya bermuatan
budaya
dapat
ditanamkan melalui pendidikan. Nilai-nilai
masyarakat setempat. Pembelajaran
budaya
menulis lokal
puisi adalah
tersebut
tidak
hanya
perlu
ditanamkan, tetapi dipertahankan agar nilai-nilai
budaya
tidak
terkikis
pembelajaran menuangkan pikiran dan
keberadaannya. Dalam hal ini nilai-nilai
perasaan melalui bahasa yang padat,
budaya yang dipertahankan adalah nilai-
singkat, dan penuh makna ke dalam bahasa
nilai budaya lokal. Alasannya adalah
budaya
lokal
adalah
budaya
daerah
budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari.
setempat, sebelum mempertahankan nilai-
Ciri penanda puisi bermuatan budaya
nilai budaya secara keseluruhan setidaknya
lokal, yakni puisi yang ditulis peserta didik
peserta didik mampu mempertahankan
mengandung unsur budaya lokal.
terlebih dahulu nilai-nilai budaya lokalnya. Pemertahanan
budaya
lokal
dalam
pembelajaran menulis puisi ini diharapkan siswa mampu mengimplementasikan nilainilai budaya yang terkandung dalam
Daftar Pustaka Aritonang, Keke T. 2009. “Pembelajaran Menulis Puisi Bebas Berdasarkan Gambar Berbagai Peristiwa yang Terdapat dalam Surat Kabar”. Jurnal Pendidikan Penabur. 12/8. De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2007. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Mizan Pustaka. Muhyidin, Asep. 2012. “Pemertahanan Nilai-Nilai Budaya Lokal dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah”. www.badanbahasa.com. Diunduh 15 Oktober 2012. Perrine, Laurence. 1974. Literature (Structure, Sound, and Sense). New York, Chicago San Fransisco, Atlanta: Harcourt Brace Jovanovich Inc. Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sayuti, Suminto A. 2010. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media. Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara. Sutedjo dan Kasnadi. 2008. Menulis Kreatif: Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen. Yogyakarta: Nadi Pustaka. Ulya, Chafit dan Edi Suryanto. 2009. “Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Pendekatan Sinektik”. Jurnal Paedagogia. 1/12. hal 42-51. Waluyo, Herman. J. 2002. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia. ___________. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Widya Sari.
Young, Art, dkk. 2003. Poetry Across the Curriculum: Four Disciplinary Perspective. Language Learning Across the Disciplines. 6/2. Pp 14-44.