Peningkatan Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Strategi Pikir Plus Budi Prasetiyo
Abstract: This research is based on the low competence of 2nd grade students of SMP Negeri 3 Pasir Belengkong on writing poem. This matter is caused by uneffective learning. The uneffective learning is predictably because of the inaccurate choice of write poem learning. Pikir Plus Strategy can be used to increase writing poem learning because this strategy gives advantage on students to find and start the activity of writing poem. Result of the research is done by showing increment of writing poem learning. The increment then increase students competency on writing poem, seen from every aspect and from the whole piece of poem made by students. Key words: learning increment, writing poem, pikir plus
Menulis kreatif puisi merupakan salah satu keterampilan bidang apresiasi sastra yang harus dikuasai oleh siswa SMP. Di dalam kurikulum bahasa Indonesia, materi menulis kreatif puisi terdapat pada pembelajaran yang diajarkan di kelas VIII, yakni menuliskan pengalaman pribadi yang paling menarik dalam bentuk puisi atau cerita pendek. Akan tetapi, pada kenyataannya pembelajaran menulis puisi di sekolah masih banyak kendala dan cenderung untuk dihindari. Pembelajaran menulis puisi di SMP dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Hal itu berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup. Seperti yang diungkapkan Pradopo (1987) bahwa puisi adalah ekspresi kreatif, yaitu ekspresi dari aktivitas jiwa yang memusatkan kesan-kesan (kondensasi). Kesan-kesan dapat diperoleh melalui pengalaman dan lingkungan. Oleh karena itu, anggapan bahwa menulis puisi sebagai aktivitas yang sulit sudah seharusnya dihilangkan, khususnya siswa SMP, karena mereka merupakan siswa yang ratarata berusia 13-14 tahun. Anak pada usia tersebut
sudah dapat berpikir refleksif dan menyatakan operasi mentalnya dengan simbol-simbol (Piaget dalam Dahar, 1988). Artinya, mereka bisa mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada dirinya dalam bentuk puisi. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum mampu melaksanakan kegiatan tersebut secara optimal. Dari hasil refleksi awal di kelas VIII SMP Negeri 3 Pasir Belengkong diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi masih rendah. Siswa mengalami kesulitan menuangkan pikiran dan perasaannya dalam bentuk puisi. Kesulitan yang dihadapi siswa itu ditandai dengan beberapa hal seperti siswa kesulitan menemukan ide, menemukan kata pertama dalam puisinya, mengembangkan ide menjadi puisi karena minimnya penguasaan kosakata, dan menulis puisi karena tidak terbiasa mengemukakan perasaan, pemikiran, dan imajinasinya ke dalam puisi. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi tersebut disebabkan kurang efektifnya pembelajaran yang diciptakan guru. Ketidakefektifan itu disebabkan oleh kurang tepatnya strategi yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Strategi yang
Budi Prasetiyo adalah Guru Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP Negeri 3 Pasir Belengkong Kabupaten Pasir 57
58
JURNAL PENDIDIKAN INOVATIF VOLUME 2, NOMOR 2, MARET 2007
dipakai guru tidak dapat mengembangkan potensipotensi yang ada pada diri siswa agar secara leluasa dapat mengekspresikan perasaannya. Pembelajaran menulis kreatif puisi cenderung bersifat teoritis informatif, bukan apresiatif produktif. Belajar yang diciptakan guru di dalam kelas hanya sebatas memberikan informasi pengetahuan tentang sastra sehingga kemampuan mengapresiasi dan kemampuan mencipta kurang mendapat perhatian. Yang terjadi adalah proses transfer pengetahuan tentang sastra dari guru kepada siswa. Siswa kurang mendapat kesempatan untuk melakukan konstruksi pengetahuan dan melakukan pengembangan pengetahuan itu menjadi sebuah produk pengetahuan baru. Apalagi, di dalam belajar hanya ada satu sumber belajar yang dari tahun ke tahun dianggap sakti mandraguna, yaitu buku pelajaran. Kondisi demikian, hampir dihadapi oleh guru yang mengajarkan sastra. Namun demikian, hal itu bukannya tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pembelajaran menulis kreatif puisi tidak dapat dilakukan dengan baik. Pertama, tidak semua guru bahasa memiliki kegemaran terhadap materi menulis kreatif puisi. Hal ini membuat motivasi guru dalam mengajarkan materi menulis kreatif puisi tidak muncul sehingga ada perasaan keragu-raguan dalam mengajarkannya. Kedua, mengajarkan menulis puisi bukan hanya berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa, tetapi juga berhubungan dengan penggalian perasaan, norma, dan nilai-nilai estetika dalam bentuk media bahasa. Ketiga, sikap berpikir inovatif dan kreatif yang belum tumbuh pada guru sebagai upaya untuk mengembangkan diri. Akibatnya, proses belajar mengajar menulis kreatif puisi yang diciptakan monoton dan menjenuhkan. Guru belum berpikir lebih jauh untuk mengembangkan dan menciptakan suasana belajar yang menarik, bermakna, dan kontekstual. Pembelajaran menulis puisi dapat terjadi dengan efektif jika guru dapat menerapkan strategistrategi pembelajaran yang dapat memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Strategi tersebut diharapkan dapat membuat siswa mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu belajar, yang dapat memanfaatkan potensi siswa seluas-luasnya. Salah satu strategi pembelajaran yang meng-
acu pada pembelajaran menulis kreatif adalah strategi Pikir Plus. Pikir Plus merupakan rangkaian kegiatan dalam belajar menulis puisi yang memberikan kesempatan lebih besar kepada siswa untuk melakukan proses penulisan, sejak proses penemuan objek tulisan sampai pemublikasian. Istilah Pikir Plus itu sendiri merupakan bentuk akronim dari enam langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menulis puisi. Keenam langkah yang dimaksud antara lain: (1) pemilihan objek yang diingini atau disenangi, (2) imajinasikan objek tersebut, (3) kreasikan imajinasimu dengan kata-kata, (4) ringkas dan kembangkan kata menjadi sebuah larik, (5) padukan dan olah larik-larik menjadi bait-bait puisi, dan (6) publikasikan puisimu. Dilihat dari ciri dan karakteristiknya, strategi pembelajaran menulis puisi Pikir Plus tersebut merupakan suatu pembelajaran yang berbasis kontekstual. Pembelajaran yang berbasis kontekstual merupakan alternatif untuk dapat menciptakan pembelajaran menulis kreatif puisi yang inovatif. Sebab, dengan pendekatan kontekstual peluang keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat dominan. Dengan memanfaatkan 7 elemen pada pembelajaran kontekstual, proses kreatif siswa dalam menulis puisi dapat digali dan ditumbuhkan dengan baik. Ketujuh elemen pembelajaran kontekstual itu adalah konstruktivisme (constructivism), masyarakat belajar (learning community), penemuan (inquiry), bertanya (questioning), penilaian autentik (authentic assessment), pemodelan (modeling), dan refleksi (reflection). Mengingat pentingnya kemampuan menulis puisi bagi siswa, maka penulis berusaha mengungkap seberapa besar peningkatan pembelajaran menulis kreatif puisi dengan strategi Pikir Plus jika dilihat dari sudut pandang perencanaan, pelaksanaan, dan proses penilaian pembelajaran melalui suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi guru dalam mencari strategi alternatif untuk meningkatkan pembelajaran menulis kreatif puisi. Hasil penelitian ini juga bermanfaat sebagai sarana pengembangan profesi keguruan untuk kenaikan pangkat/ golongan. Bagi siswa, dapat memberikan manfaat dalam menciptakan kegiatan belajar yang lebih menyenangkan, kontekstual, dan menarik.
Prasetiyo, Peningkatan Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Strategi Pikir Plus
METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Rancangan ini sesuai dengan latar permasalahan dan karakteristik penelitian yang dilakukan, yakni (1) masalah penelitian berasal dari persoalan yang terjadi dalam praktik pembelajaran di kelas, yakni kemampuan siswa dalam menulis puisi yang masih rendah, (2) adanya tindakan untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran, yaitu melalui penerapan strategi Pikir Plus, (3) adanya kolaborasi dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta (4) adanya kegiatan untuk melakukan evaluasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama dua siklus. Setiap siklus dilakukan dalam dua kali tatap muka. Setiap tatap muka berlangsung selama 345 menit. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 6 dan 8 Maret 2006. Sementara itu, siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 27 dan 29 Maret 2006. Penelitian dilaksanakan berdasarkan model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis & McTaggart (1992), yang meliputi: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Alur pelaksanaan tindakan disajikan pada gambar 1 berikut.
59
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pasir Belengkong tahun ajaran 2005/2006 sebanyak 30 siswa. Pemilihan subjek ini didasari pertimbangan bahwa subjek adalah siswa peneliti dan mayoritas siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis puisi adalah siswa kelas VIII. Media utama yang digunakan adalah gambar atau benda, baik yang dibawa oleh siswa dan guru maupun yang ada di sekitar siswa atau di sekitar lingkungan sekolah. Adapun alat-alat yang digunakan untuk menjaring data keberhasilan belajar siswa adalah format observasi, LKS, dan rubrik penilaian kemampuan menulis puisi. Untuk menentukan kualifikasi keberhasilan tindakan penelitian diperlukan rambu-rambu. Indikator pada penelitian ini dibuat untuk mendekripsikan tiga permasalahan penelitian. Ketiga permasalahan itu, yakni permasalahan penelitian tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Indikator untuk menentukan keberhasilan perencanaan pembelajaran difokuskan pada empat aspek. Keempat aspek yang dimaksud adalah (1) perumusan tujuan, (2) pengorganisasian materi, media, dan sumber belajar, (3) penyusunan skenario pembelajaran, dan (4) penilaian. Penentuan keber-
Studi pendahuluan
Kesimpulan
Analisi dan Refleksi Temuan Kemampuan siswa dalam menulis puisi masih rendah
Analisi dan Refleksi Siklus II
Perencanaan Tindakan Membuat rancangan tindakan, panduan, dan instrumen
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I
Analisis dan Refleksi Siklus I
Gambar 1 Alur Penelitian Tindakan Diadaptasi dari Model Kemmis dan Taggart
60
JURNAL PENDIDIKAN INOVATIF VOLUME 2, NOMOR 2, MARET 2007
hasilan perencanaan yang dibuat dilakukan dengan mengacu pada panduan pembuatan rencana pembelajaran menulis puisi dengan strategi Pikir Plus. Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran difokuskan pada dua aspek, yakni aspek proses dan aspek hasil. Aspek proses ditujukan pada aktivitas proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan guru dilihat dari kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan perencanaan yang telah dibuat. Sementara itu, keberhasilan proses pembelajaran siswa dilihat dengan menggunakan panduan observasi pelaksanaan pembelajaran. Pada aspek ini yang diperhatikan adalah keaktifan, kerjasama, dan kreativitas. Penentuan keberhasilan pembelajaran pada aspek hasil dilakukan dengan melihat hasil karya puisi yang dibuat siswa. Untuk menentukan keberhasilan itu digunakan panduan penilaian hasil menulis puisi. Adapun indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tahap penilaian difokuskan kegiatan guru dalam melakukan penilaian. Penilaian difokuskan pada dua hal, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian hasil belajar dilakukan dengan menggunakan panduan penilaian hasil puisi. Penilaian terhadap hasil belajar dilakukan terhadap empat komponen, yaitu komponen isi, tipografi, pengimajinasian, dan keotentikan. Keberhasilan seluruh komponen ditentukan dengan kualifikasi sangat baik, baik, cukup, dan kurang. Penentuan kualifikasi itu didasarkan pada indikator pencapaian yang diperoleh siswa untuk setiap komponen. Sementara itu, penentuan kualifikasi keberhasilan terhadap tulisan siswa ditentukan oleh jumlah skor yang diperoleh siswa pada seluruh komponen. Kualifikasi sangat baik jika siswa memperoleh skor 80 sampai 100. Kualifikasi baik jika siswa memperoleh skor antara 60 sampai 79. Kualifikasi cukup jika siswa memperoleh skor antara 40 sampai 59. Sementara itu, kualifikasi kurang jika siswa memperoleh skor 10 sampai 39. Tema yang dipilih dalam rencana pembelajaran adalah lingkungan. Tema ini sesuai dengan kegiatan dan strategi belajar yang akan dilakukan. Adapun media dan sumber belajar utama yang digunakan adalah benda-benda atau objek, baik yang dibawa oleh siswa atau guru, maupun yang ada di sekitar kelas atau sekolah. Sementara itu, media
dan sumber belajar tambahan yang digunakan adalah karton, kertas HVS, spidol, lem kertas, buku antologi puisi, kamus besar bahasa Indonesia, dan model puisi.
HASIL Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan kegiatan curah pendapat. Curah pendapat dimaksudkan untuk membangkitkan skemata siswa tentang tema dan objek yang akan ditulisnya ke dalam bentuk puisi. Selain itu, kegiatan yang dilakukan adalah pemajangan model puisi yang ditulis dengan strategi Pikir Plus. Pemberian model ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada siswa tentang produk sastra yang berbentuk puisi. Dengan demikian, siswa memiliki pengetahuan dan konsep yang jelas tentang puisi. Pembelajaran dilakukan dengan terlebih dahulu meminta siswa untuk mencari dan menentukan objek yang akan ditulisnya menjadi sebuah puisi. Untuk menentukan objek itu, guru sebelumnya telah menyiapkan berbagai gambar dan benda untuk dipilih siswa. Akan tetapi, siswa juga diberi kebebasan untuk mencari dan memilih sendiri objek, terutama yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara kooperatif. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kepekaan sosial dan sikap kerja sama antarsesama siswa. Pembentukan kelompok kooperatif dilakukan dengan memperhatikan heterogenitas anggotanya. Setiap kelompok memilih objek sesuai kesepakatan kelompok masing-masing. Ada kelompok yang memilih objek yang dibawa oleh guru ada juga yang memilih sendiri objek yang ada di lingkungan sekolah. Objek-objek yang dipilih di antaranya, pesawat terbang, bunga, capung, dan sebagainya. Objek yang telah dipilih oleh kelompok digambar pada bagian tengah kertas. Kegiatan pokok kedua adalah tahap mengimajinasikan objek. Pada tahap ini, siswa dipandu untuk dapat mengimajinasikan objek yang ada dengan berbagai kemungkinan. Siswa pada umumnya mempersonifikasikan objek yang telah dipilihnya. Namun, ada juga siswa yang mengimajinasikan dengan cara membuat pengandaian. Pengimajinasian yang dibuat siswa misalnya sebagai berikut:
Prasetiyo, Peningkatan Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Strategi Pikir Plus
Andai aku seperti pohon akasia Cantiknya kupu-kupu yang berwarna-warni Sawit lambang kehidupan Guru membimbing siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan yang dapat menggali imajinasi, citraan, dan ide kreatif siswa. Siswa pun saling berbagi melalui diskusi untuk memunculkan pengimajinasian yang berhubungan dengan objek. Kegiatan selanjutnya adalah tahap mengreasikan hasil imajinasi dengan kata yang bermakna. Pada tahap ini siswa diminta menuliskan sebanyakbanyaknya kata atau kelompok kata yang memiliki makna berkaitan dengan hasil imajinasinya terhadap objek. Siswa juga diminta menuliskan kata-kata yang berhubungan dengan tanggapan, perasaan, citraan, dan pengamatannya terhadap objek. Katakata yang berhubungan dengan sifat positif (kelebihan, kebaikan, kehebatan) dituliskan pada bagian kiri karton manila. Adapun kata-kata yang berhubungan dengan sifat negatif (kelemahan, kekurangan, keburukan) ditulis pada bagian kanan karton.
hijau kokoh minyak rindang
S A W I T
tajam berduri banyak semut
untuk pupuk
Gambar 1 Pengelompokan Kata
Setelah siswa menuliskan sebanyak-banyaknya kata yang berhubungan dengan objek, kegiatan berikutnya adalah tahap merangkum dan mengembangkan kata menjadi larik. Pada tahap ini memilih kata-kata yang paling berkesan. Kata-kata tersebut kemudian dirangkum dan dikembangkan dengan menambah kata lain sehingga menjadi kalimat-kalimat. Kalimat-kalimat tersebut akan menjadi lariklarik dalam puisi. Tahapan selanjutnya adalah memadukan dan mengolah larik-larik yang telah dibuat sehingga menjadi bait-bait puisi. Pada tahap ini, siswa saling berdiskusi untuk membuat draf puisi dengan cara
61
memadukan, menyusun, dan merangkai larik-larik yang dibuat agar menjadi bait yang padu. Siswa membuat beberapa bait, setiap bait tersebut lalu ditata sehingga tersusun menjadi sebuah puisi. Setelah siswa menyelesaikan sebuah puisi, tahap selanjutnya adalah tahap memublikasikan hasil karya. Setiap siswa memberi ilustrasi pada karyanya semenarik mungkin dan memampangkan hasil karyanya di dinding kelas sesuai kelompoknya. Setiap kelompok diminta untuk mencermati dan menilai hasil karya kelompok lain. Mereka memilih sebuah karya yang menurutnya terbaik serta diminta mengemukakan alasan mengapa memilih puisi tersebut. Kesempatan ini juga digunakan untuk melakukan penilaian terhadap karya temannya (peer assessment). Aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa berjalan dengan baik. Siswa lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok. Belajar yang dilakukan dengan santai dan bermakna membuat motivasi dan minat siswa dalam melakukan aktivitas belajar sangat tinggi. Siswa lebih giat dan antusias dalam belajar, sejak melakukan kegiatan curah pendapat, membuat imajinasi, membuat puisi sampai memublikasikannya. Penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Untuk melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran digunakan teknik observasi, penilaian sejawat, dan portofolio. Sementara penilaian hasil dilakukan terhadap hasil akhir puisi yang dihasilkan siswa. Teknik observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa berupa kreativitas, keaktifan, dan kerjasama. Hasil penilaian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar yang dilakukan siswa. Penilaian sejawat digunakan dalam pembelajaran ketika guru meminta siswa untuk memberikan komentar dan tanggapan terhadap puisi siswa lain pada saat dipublikasikan, baik pada saat dibacakan maupun ketika dipajang di dinding kelas. Teknik penilaian sejawat ini digunakan untuk menumbuhkan keberanian dalam memberi dan menerima saran dari siswa lain. Adapun teknik portofolio dipakai untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa pada setiap tahap. Penilaian dilakukan dengan mengumpulkan hasil unjuk kerja yang dihasilkan siswa. Untuk menentukan kualifikasi kemampuan
62
JURNAL PENDIDIKAN INOVATIF VOLUME 2, NOMOR 2, MARET 2007
menulis puisi, penilaian dilakukan dengan menggunakan panduan penilaian puisi. Berdasarkan panduan itu ada empat komponen yang menjadi fokus penilaian. keempat komponen yang dimaksud adalah komponen isi (I), tipografi (T), pengimajinasian (P), dan keotentikan (O). Hasil penilaian yang dilakukan terhadap puisi yang dihasilkan siswa pada siklus I menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi pada komponen I, T, dan P masih pada taraf cukup. Rata-rata kualifikasi baik hanya dicapai siswa pada komponen O. Sementara itu pada siklus II, kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan. Peningkatan itu dilihat dari empat komponen penilaian puisi siswa. Dari empat komponen tersebut, komponen I, P, dan O rata-rata dicapai siswa dengan kualifikasi baik. Kualifikasi cukup hanya terjadi pada komponen T. Sementara itu, kemampuan siswa dalam menulis puisi secara keseluruhan pada siklus II mengalami peningkatan. Dari 30 siswa, 5 siswa memperoleh nilai dengan kualifikasi sangat baik, 17 siswa berkualifikasi baik, 6 siswa berkualifikasi cukup, dan hanya 2 siswa masih memperoleh nilai dengan kualifikasi kurang. Namun demikian, selain memberikan penilaian hasil akhir dalam bentuk angka, guru juga memberikan penilaian-penilaian yang bersifat memberikan penguatan. Hal itu dilakukan dengan memberikan komentar pada semua puisi yang dihasilkan siswa pada bagian belakang. Komentar yang diberikan guru lebih bersifat mendidik dan memacu semangat belajar siswa. Dari hasil penilaian yang dilakukan terhadap draf akhir puisi yang dihasilkan siswa menggambarkan keberhasilan yang cukup baik. Dari 30 siswa, 5 siswa (16,6%) berkualifikasi sangat baik, 17 siswa (56,7%) berkualifikasi baik, 6 siswa (20%) berkualifikasi cukup, dan 2 siswa (6,7%) berkualifikasi kurang.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil tindakan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis puisi di kelas VIII SMP Negeri 3 Pasir Belengkong mengalami peningkatan. Hal itu dapat dilihat dari meningkatnya kemampuan siswa dalam menulis puisi. Peningkatan ini tentu saja merupakan implikasi langsung dari serangkaian perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian pembelajaran yang telah disusun peneliti. Tahap perencanaan lebih difokuskan pada proses pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penyusunan RPP ini dinilai lebih baik dan efektif. Hal itu dilihat dari beberapa hal meliputi: (1) perencanaan disusun secara sistematis dan terorganisasi dengan baik, (2) indikator dirumuskan secara jelas dan operasional, (3) pengorganisasian materi, media, dan sumber belajar dirumuskan secara jelas dengan memanfaatkan lingkungan, (4) langkah-langkah pembelajaran dijabarkan secara detil dan lengkap, serta (5) penilaian pembelajaran dilengkapi dengan alat dan tekniknya secara jelas dan lengkap. Tahap pelaksanaan difokuskan pada aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Penerapan strategi Pikir Plus dalam pembelajaran membuat aktivitas dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran semakin baik. Guru dapat menciptakan kondisi belajar yang memberi peluang lebih besar kepada siswa untuk terlibat aktif, dari tahap menumbuhkan ide puisi sampai tahap pemublikasian. Sementara itu, peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari intensitas keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran yang menerapkan strategi Pikir Plus, siswa dapat mencari ide tulisan puisi secara mudah, detil, dan imajinatif. Siswa juga dapat langsung memanfaatkan penginderaannya yang dimilikinya untuk mengumpulkan bahan tulisan sebanyak mungkin dan mengkonstruksinya menjadi larik dan bait-bait puisi. Tahap penilaian difokuskan pada aktivitas guru dan siswa dalam proses penilaian pembelajaran. Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya pada karya puisi, tetapi juga pada proses menulis puisi yang dilakukan siswa. Teknik penilaian sejawat yang diterapkan guru telah menciptakan peluang keterlibatan siswa dalam proses penilaian. Artinya, siswa memiliki kesempatan untuk melakukan penilaian terhadap puisi siswa atau kelompok lain. Hal itu semua berdampak pada hasil karya puisi siswa. Dari hasil tulisan siswa menunjukkan bahwa kemampuan menulis puisi siswa baik.
SARAN Pikir Plus merupakan salah satu upaya meningkatkan pembelajaran menulis puisi. Strategi ini
Prasetiyo, Peningkatan Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Strategi Pikir Plus
diharapkan dapat diterapkan tidak hanya dalam tahap perencanaan pembelajaran melainkan juga pada tahan perencanaan dan penilaian. Tentu saja penilaian yang dimaksud meliputi penilaian proses dan hasil. Strategi ini bisa diterapkan pada pembelajaran sastra yang lain sehingga peran kepala sekolah dalam membuka peluang kepada untuk menerapkan strategi Pikir Plus sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, R. H. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali. Dahar, R. W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud. Depdikbud. 1993. Kurikulum SMP 1994 Mata Pelajaran bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Dick, W. & Lou C.. 1990. The Sistematic Design of Onstructional (Third Edition). Florida: Harper Collins Publisher. Endraswara, S. 2003. Membaca, Menulis, dan Mengajarkan Sastra yang Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Kota Kembang. Gani, R. 1980. Pengajaran Apresiasi Puisi. Ende:
63
Nusa Indah. Goodman, K. 1986. What’s Whole in Language. Heineman: Portsmouth, N.H Kemmis, S. & Mc. Taggart, R.. 1992. The Action Research Planer. Victoria: Deakin University. Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang. Nurhadi & Senduk, G.. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Pradopo, R. D. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Puhl, C. B. 1997. Develop Not Judge, Continous Assessment in The ESL Classroom. English Teaching Forum, April 1997, pp 2-9. Rustana, C.E. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas. Tarigan, Henry Guntur. 2000. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Temple, C., Nathan, R., Burris, N., & Temple, F.. 1988. The Beginnings of Writing. Boston, Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc. Tompkins, Gael E. 1994. Teaching Writing Balancing Process and Product. New York: Mcmillan Publishing.