ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006
PEMERINTAHAN YANG BERSIH
Agus Razikin Dosen Politeknik Pratama Mulia Surakarta
ABSTRAK Berawal dari tumbangnya sebuah rezim yaitu Orde Barn di negeri yang sekian lama membelenggu dan mencengkeram bangsa ini yang mengakibatkan kerusakan disegala sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, kepemimpinan, politik, budaya, agama bahkan Hak Azasi Mansusia, sehingga melemahkan posisi tawar masyarakat untuk melakukan kritik dan kontrol terhadap pemerintah, yang dijadikan oleh pihak-pihak tertentu untuk memanfaatkan dari kelemahan tersebut. Namun setelah sadar akan keterpurukannya mulailah masyarakat mendambakan suatu pemerintahan yang bersih yang terbebas dari KKN. Dengan jalan melakukan cek and balances untuk melaksanakan kontrol terhadap kinerja Pemerintah. Dari sekian lembaga yang menjadi pengawas dan pengontrol diharapkan ombusdman bisa menjawab harapan besar dari masyarakat untuk menuju terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa I. PENDAHULUAN
Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan,
Bukan hal yang mudah sebagai sebuah
yaitu di bidang : ekonomi, pendidikan, sumber
bangsa seperti Indonesia untuk bangkit dari
daya alam, kesehatan, kepemimpinan, politik,
sebuah keterpurukan guna membangun
budaya, agama dan HAM. Rezim ini ditandai
fondasinya kembali yang telah terporak
praktek KKN yang telah mengakar dan
porandakan oleh sebuah sistem yang
menjalar dalam semua lini dan sektor
membelenggu dan membungkamnya, menjadi
pemerintahan. Sehingga tidaklah mudah untuk
sebuah bangsa yang demokratis.
begitu saja membangun kembali akibat dari
Selama empat dekade pemerintahan
keterpurukan itu tanpa adanya sebuah
rezim orde baru bukan waktu yang singkat bagi
kesadaran utuh dari bangsa Indonesia untuk
sebuah rezim menancapkan kekuasaannya
bangkit.
secara otoriter, sentralistik dan anti demokrasi
Praktek KKN yang mengakibatkan
yang telah mengakibatkan keterpurukan bangsa
keterpurukan bangsa ini antara lain disebabkan
Agus Razikin “Pemerintahan Yang Bersih”
123
Jurnal Sosiologi DILEMA karena : lemahnya posisi tawar (bargaining po-
budaya. Situasi yang sudah lama berlangsung
sition) masyarakat dalam melakukan kritik dan
ini perlu untuk segera di cari jalan keluarnya
kontrol bersamaan dengan semakin melemahnya peran kontrol lembaga-lembaga politik perwakilan rakyat (DPR). Melemahnya peran DPR dalam mengartikulasikan kepentingan rakyat yang diwakilinya, semakin menempatkan rakyat jauh dari harapan untuk mendapatkan hak-hak yang seharusnya diterimanya secara optimal dari pemerintah, termasuk dalam memperoleh pelayanan publik yang baik Dalam banyak hal masyarakat selalu diposisikan menjadi penonton dari praktek penyimpangan yang dilakukan para pejabat publik. Apalagi pada saat yang bersamaan berada pada kondisi yang mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Situasi seperti inilah yang menjadikan masyarakat apatis terhadap pemerintah (penguasa). Sikap apatis yang telah meluas dikalangan masyarakat ini menyebabkan melemahnya kontrol publik terhadap kinerja pemerintah. Akibatnya kinerja pemerintah semakin menguntungkan pihakpihak tertentu saja, sedang masyarakat bawah tidak memperoleh perlindungan hukum dan politik. Terjadilah diskriminasi dalam pelayanan publik. Dampak dari sistem pemerintahan yang demikian tersebut bisa kita lihat pada banyaknya pengabaian hak-hak rakyat termasuk dibidang HAM, ekonomi, sosial dan 124
II. PEMBAHASAN Tidak berlebihan jika masyarakat mendambakan sebuah pemerintahan yang bersih dari KKN, serta berorientasi pada pemihakan terhadap kepentingan publik. Gambaran suatu pemerintahan yang dikatakan baik dan bersih adalah apabila memenuhi azas umum pemerintahan yang baik yaitu : 1. Azas kecermatan formal yaitu cermat dalam mempersiapkan serta mengeluarkan keputusan institusi yang bersangkutan bersikap jujur dengan mempertimbangkan semua fakta yang relevan kepentingan para pihak termasuk pihak ketiga. 2. Azas fairplay yang mengeluarkan keputusan tidak bersikap menghalanghalangi kesempatan orang yang berkepentingan untuk memperoleh keputusan yang menguntungkan baginya. 3. Azas pertimbangan berarti bahwa keputusan pejabat publik harus disertai dengan pertimbangan yang memadai. Pertimbangan yang didukung oleh faktafakta yang benar dan revelan. Pertimbangan putusan tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang telah dipublikasikan, tidak bersifat umum maupun konkrit.
Agus Razikin “Pemerintahan Yang Bersih”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 4. Azas kepastian hukum formal, artinya
1. Pasal 2 Tap MPR No VII/MPR/2001
mengandung kejelasan dan tidak samar-
tentang rekomendasi arah kebijakan
samar
Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.
5. Azas kepastian hukum material, artinya
2. UU No 26 th 1999 tentang
keputusan dari pejabat publik yang bersifat membebani tidak boleh
penyelenggaraan Negara yang bersih
diberlakukan secara surut
dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
6. Azas kepercayaan, apabila suatu keputusan telah menimbulkan harapan-harapan
Gambaran pemerintahan yang bersih di
dengan janji/rencana maka janji semacam
atas perlu segera dilembagakan secara formal.
itu tidak boleh diingkari. Kepercayaan dapat
Namun sesuai dengan asas Negara yang
ditimbulkan dengan pemberlakuan
berdasarkan hukum (rechtsaat), maka
kebijakan yang sama dalam kurun waktu
diperlukan suatu mekanisme yang menjamin
yang cukup lama
berfungsinya prinsip chek and balances prinsip
7. Azas persamaan, hal atau keadaan yang sama diperlukan secara sama pula. Keadaan tersebut harns sama relevansinya artinya relevan dari segi kepentingan yang akan diperhatikan dengan pengeluaran keputusan yang bersangkutan 8. Azas kecermatan material artinya bahwa kerugian yang ditimbulkan tidak melebihi keuntungan/manfaat yang diperoleh dengan adanya keputusan pejabat publik yang bersangkutan. 9. Azas keseimbangan, ada keseimbangan antara sanksi yang diterapkan dengan bobot pelanggaran yang dilakukan landasan yuridis mengenai pemerintahan yang bersih terdapat pada :
Agus Razikin “Pemerintahan Yang Bersih”
ini dapat diembankan pada suatu lembaga yang relative baru yaitu Lembaga Ombudsman yang merupakan perwakilan kepentingan rakyat yang dipercayakan terhadap pejabat lembaga ini Adanya kontrol terhadap kinerja pemerintahan amat dibutuhkan dan bernilai amat penting. Karena dari pengalaman selama ini pemerintah sebagai penerima amanat dari rakyat dan sebagai pelayan rakyat justru mengabaikan hal tersebut. Yang terjadi adalah penyelenggaraan pemerintahan berjalan sesuai dengan kemauan penguasa. Kenyataan itulah yang menempatkan kontrol sebagai sesuatu yang sangat strategis berdasarkan beberapa alasan. Pertama, kontrol
125
Jurnal Sosiologi DILEMA memungkinkan partisipasi langsung rakyat
ekstemal yang independent dan bebas dari
dalam setiap tahap penyelenggaraan
campur tangan kepentingan pihak mana pun.
kekuasaan. Kedua, kontrol memungkinkan
Tetapi mempunyai akses serta berpengaruh
rakyat untuk mencegah segala kemungkinan
terhadap struktur birokrasi pemerintahan juga
buruk yang menyimpang dari aspirasi rakyat.
lembaga kenegaraan. Lembaga ini memiliki
Ketiga, kontrol memungkinkan rakyat untuk
kewenangan mewujudkan pemerintahan yang
memastikan bahwa jalannya pemerintahan
baik dan bersih. Lembaga ini bemama
sesuai dengan prinsip dan akan mencapai
Ombusdman yang memiliki fungsi :
maksud sebagaimana yang dikehendaki oleh
a. Menegakkan hukum secara konsisten untuk
rakyat. Tanpa adanya kontrol, maka penguasa
lebih menjamin kepastian hukum, keadilan
akan cenderung lalai dan korup.
dan kebenaran supremasi hukum serta
Dengan adanya reformasi sekarang ini,
menghormati HAM
sesungguhnya posisi lembaga-Iembaga Negara
b. Meningkatkan integritas moral dari
sedang menguat, demikian juga dengan posisi
Keprofesionalan aparat penegak hukum
rakyat, Namun yang amat disayangkan
termasuk kepolisian RI
menguatnya posisi-posisi tersebut tidak diikuti
c. Menyelenggarakan proses peradilan secara
oleh kualitas dan kapasitas dari anggota
cepat, mudah, murah dan terbuka, serta
lembaga-Iembaga Negara. Justru banyak kita
bebas korupsi, kolusi dan nepotisme
lihat berbagai kasus yang melibatkan anggota
dengan tetap menjunjung tinggi azas
lembaga Negara tersebut, sehingga berakibat
keadilan dan kebenaran.
menempatkannya pada posisi legitimasi yang terendah, sebagai contoh : kasus pembangunan gedung JEC, Asuransi Gate dikalangan sejumlah anggota DPRD DIY selain kasus pesangon sebagai rekayasa kekuasaan untuk kepentingan sesaat Kurang optimalnya fungsi pengawasan yang selama ini dilakukan oleh lembagalembaga pengawasan yang telah ada kemudian mengilhami pembentukan lembaga pengawas
126
III. KESIMPULAN Dari uraian singkat di atas yang urgen dewasa ini adalah bagaimana menyiapkan infra dan supra struktur pemerintahan yang bebas dari beban masa lalu. Yaitu pemerintahan yang memiliki sistem birokrasi yang transparan, terkontrol, dan berpihak pada spirit keadilan. Keberpihakan pada spirit keadilan ini lebih difokuskan pada penciptaan mekanisme
Agus Razikin “Pemerintahan Yang Bersih”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 perlindungan hak-hak rakyat termasuk hak
DAFTARPUSTAKA
untuk memperoleh pelayanan publik yang baik, bersih dan tidak diskriminatif. Dalam kerangka inilah Lembaga Ombusdman penting diletakkan dalam kerangka pemikiran diatas yang mampu menjalankan fungsi kontrol secara persuasif aktif terhadap jalannya pemerintahan agar tetap berada dalam sistem dan mekanisme yang transparan dengan spirit pengabdian pada penghormatan atas hak -hak rakyat.
Agus Razikin “Pemerintahan Yang Bersih”
Laode Ida (2000), Otonomi Daerah, Demokrasi Lokal dan Clean Goverment, Pusat Studi Pengembangan Kawasan, (Jakarta) Ahmad Syahrizal, SH,MH (2006), Peradilan Konstitusi di Sepuluh Negara, Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi, Jakarta Drs Musni Umar, SH, M.Si (2004) Korupsi Musuh Bersama, Lembaga Pencegah Korupsi Jimly Asshiddiqie (2004), Menjaga Denyut Konstitusi, Konstitusi Press
127
Jurnal Sosiologi DILEMA
128