PEMBUKTIAN PERHITUNGAN SCOR MODEL PADA PERUSAHAAN JOB ORDER( STUDI KASUS PT. HUDA RACHMA GROUPINDO)
Bayu Muhammad Silmy Jaenudin Bina Nusantara University, Indonesia,
[email protected]
Haryadi Sarjono (Dosen Pembimbing) Bina Nusantara University, Indonesia,
[email protected]
ABSTRAK PT. Huda Rachma Groupindo adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pembuatan tas untuk instansi atau media promosi suatu perusahaan. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan perhitungan SCOR Model terhadap manajemen rantai pasok pada perusahaan job order dan untuk mengetahui pembuktian penerapan SCOR Model pada perusahaan job order dan hasil dari perbandingan dengan penelitian SCOR Model pada perusahaan distributor dan manufaktur.Hasil dari perhitungan SCOR Model pada PT. Huda Rachma Groupindo menunjukan perfect order fulfillment (POF) sudah mencapai tingkat superior dan cost of good sold (COGS) dari PT. Huda Rachma Groupindo lebih kecil yaitu sebesar 50,25% dari data advantage 56,11% dan menunjukan bahwa kinerja dari perusahaan sudah efektif dan efisien. Hasil perbandingan dengan penelitian lain membuktikan bahwa SCOR Model lebih maksimal jika diterapkan pada perusahaan manufaktur. Kata Kunci : Job order, SCOR Model, PT. Huda Rachma Groupindo ABSTRACT The purpose of this study to determine the calculation of proof on the company SCOR Model job order using the Supply Chain Operations Reference (SCOR) Model dam is used to determine the performance of its products. This research was conducted at PT. Huda Rachma Groupindo on one of the product .Research method is a descriptive study. Based on SCOR Model calculations on the PT. Huda Rachma Groupindo, will be able to prove whether the SCOR model can be applied to a company job order or not based on a comparison of the performance attributes of reliability of supply chain, supply chain responsiveness, supply chain flexibility, supply chain costs and supply chain asset management metrics that have a perfect order fulfillment ( POF), Order Fulfillment Cycle Time (OFCT), Upside Supply Chain Flexibility (USCF), Upside Supply Chain Adaptability (USCA), Downside Supply Chain Adaptability (DSCA), Supply Chain Value at Risk (VAR), Total Cost to Serve (TCTF ), Cash-toCash Cycle Time (CTCCT), Return on Fixed Assets (ROF), and Return on Working Capital (ROW Keyword : SCOR Model, Job Order, Performance Attribute
1
PENDAHULUAN Pada tahun 2015 ini terjadi kenaikan jumlah produksi pada sektor manufaktur. Hal ini diperkuat juga oleh data dari bps.go.id yang menunjukan bahwa kenaikan produksi industri besar dan sedang pada triwulan pertama tahun 2015 naik sebesar 2,45% dari sebelumnya sebesar 120,36% menjadi 122,81%. Pada kenaikan suatu produksi didalamnya terdapat rantai pasok yang saling terintegrasi pada setiap perusahaan dan diatur oleh supply chain management. Supply chain management pada suatu perusahaan adalah suatu jaringan terintegrasi dari pemasok sampai ke tangan terakhir atau pelanggan. Didalam suatu jaringan terintegrasi tersebut didalamnya tidak terlepas dari jaringan rantai pasok atau Supply chain. Supply chain management sendiri memiliki arti yaitu sebuah proses dalam jaringan organisasi yang mengubah bahan mentah atau barang setengah jadi atau barang jadi menjadi sebuah produk kemudian didistribusikan kepada pelanggan (Heizer dan Render : 2010). PT. Huda Rachma Groupindo adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pembuatan tas untuk instansi atau media promosi suatu perusahaan. Proses produksi pada PT. Huda Rachma Groupindo meliputi pembelian material kepada pemasok, pembuatan material menjadi produk, kemudian produk tersebut didistribusikan kepada pelanggan. Proses produksi pada PT. Huda Rachma Groupindo adalah proses job order, karena setiap proses produksi tasnya disesuaikan dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan. Penelitian akan difokuskan kepada metode SCOR Model untuk pengukuran kinerja PT. Huda Rachma Groupindo sebagai penerapan perhitungan kinerja supply chain management. Chopra dan meindl (2013:13) Supply chain management adalah sebuah rantai pasok yang melibatkan pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi permintaan pelanggan. Heizer dan Render (2010:4) menyatakan bahwa supply chain management adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. I Nyoman Pujawan (2010:7) menyatakan bahwa supply chain management merupakan metode atau pendekatan integrative untuk mengelola aliran produk, informasi dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak – pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa – jasa logistik. Turban (2010:289) menyatakan bahwa supply chain management adalah sebuah proses rumit yang membutuhkan koordinasi dari banyak kegiatan sehingga pengiriman barang dan jasa dari pemasok ke pelanggan secara langsung dilakukan dengan efisien dan efektif dengan mempertimbangkan semua pihak. Dapat disimplukan bahwa supply chain management adalah suatu metode pemdekatan integrative jaringan – jaringan distribusidari aktivitas pengadaan bahan sampai barang jadi dan fungsi – fungsi lainnya yang penting antara pemasok dengan perusahaan. John Paul (2014: xii) menyatakan bahwa Model Supply Cyahain Operations Reference (SCOR) adalah sebuah bahasa supply chain, yang dapat digunakan dalam berbagai konteks untuk merancang, mendeskripsikan, mengkonfigurasi dan mengkonfigurasi ulang berbagai jenis aktivitas komersial/bisnis. Jurnal dari Georgise, Thoben dan Seifert (2012) menyatakan bahwa, SCOR Modelmencakup semuakegiatanpemasok, pelanggan, aliran materialdansemua interaksipasar. ModelSCORterdiri dari limaproses dasar, Plan (P), Source (S), Make(M), Deliver(D) dan Return(R).Pendekatan ModelSCORdimulai denganasumsi 2
bahwasetiapprosessupply chaindapat direpresentasikansebagaikombinasi dariPlan (P), Source (S), Make(M), Deliver(D) dan Return(R). Jurnal dari Salazar, Caro dan Cavazos (2012) menyatakan bahwa, SCOR adalah suatu Model yang tidak mempertimbangkan model matematika atau heuristik. Didasarkan pada penggunaan indikator untuk menganalisis, membandingkan, dan mendapatkan strategi terbaik yang bertujuan untuk peningkatan, pedoman atau standar dari suatu perusahaan. Jurnal SCOR Model dari Jaime Palma (2014) menyatakan bahwa, TheSupply ChainCouncil(SCC)mengembangkan modelSCORpada tahun 1996, untuk memahami, menjelaskandan mengevaluasirantai pasokan. Ini menyediakankerangka kerja umum, terminologi standar, metrik yang umum, dan praktik terbaik. Gap analysis dilakukan jika ada gap antara data aktual dengan data benchmark, Gap disini dimaksudkan jika gap itu hasilnya negative yang berarti pemetaan selanjutnya harus dilakukan. Menurut Peter Bolstroff (2012:92) terdapat 3 metode dalam gap analysis, yaitu : • The Lost Opportunity Measure Menghitungpendapatan yang hilangsebelumorder entrykarena kurangnya ketersediaanproduk. • The Canceled Order Measure Menghitungpendapatan yang hilangsesudahorder entrykarena pesanan yang dibatalkanakibat darikinerja pengirimanyang buruk. • The Market Share Measure Upaya untuk memproyeksikan kenaikan pendapatan berdasarkan pada pencapaian keunggulan kompetitif dalam kategori metrikcustomer-facing.
METODE PENELITIAN SCOR Model adalah suatu metode penilaian mandiri dan perbandingan aktivtas - aktivitas dari suatu perusahaan yang bertujuan sebagai suatu standar manajemen rantai suplai pada suatu perusahaan. SCOR Model adalah suatu metode penilaian mandiri dan perbandingan aktivtas - aktivitas dari suatu perusahaan yang bertujuan sebagai suatu standar manajemen rantai suplai pada suatu perusahaan. Didalam SCOR Model juga terdapat 5 proses SCOR, yaitu Plan, Source, Make, Deliver, Returrn. Dan selain itu ada 3 level proses, yaitu level 1 tipe proses, level 2 kofigurasi proses, level 3 elemen proses SCOR. Dari setiap level itu perusahaan bisa mengetahui letak permasalahan yang menghambat kinerja perusahaan.Dalam pemetaan level 1 terdapat lima performance attribute, yaitu supply chain reliability, supply chain responsiveness, supply chain costs dan supply chain asset management. Tabel 1.1 Satuan Tiap Metrik Atribut Kinerja Metrik Data Data Benchmark Level 1 Aktual Superior Advantage Parity Supply Chain Reliability POF % % % % Supply Chain Responsiveness OFCT Hari Hari Hari Hari Supply Chain Flexibility USCF Hari Hari Hari Hari USCA % % % % DSCA % % % % VAR N/A N/A N/A N/A Supply Chain Cost TCTS % % % % 3
Supply Chain Asset Management
CTCCT
Hari
Hari
Hari
Hari
ROF
%
%
%
%
ROW % % % % Sumber : John Paul (2014:148) Pada level 2, model membedakan antara make-to-stock (MTS) produk, maketo-order (MTO) produk, dan Engineered-to-order (ETO) produk. Setiap level 1 proses dibagi menjadi subkategori tergantung pada komoditasnya. The Make process (sM) misalnya dibagi menjadi Make-to-stock (SM1), Make-to-order (SM2), dan Engineered-to-order (SM3). Source dan Deliver mengikuti terminologi yang sama, dengan proses tambahan : Deliver Retail Product (SD4). Proses plan mengandung Plan Supply Chain (SP1) dan satu proses perencanaan untuk masing-masing lain level 1 proses source, make, deliver dan return. Proses return sebenarnya mengandung dua proses : Source return dan Deliver return. Kedua proses diturunkan menjadi tiga sub proses; return of defective product, return of MRO (maintenance, repair dan overhaul) produk, dan return on excess product, jurnal SCOR Model dari Persson, Bartoll, Ganovic, Lidberg, Nilsson, Wibaeus, and Winge (2012). Pada Level 3 adalah kategori proses yang menjelaskan proses yang didasari pemetaan Level 2. Hal ini tersirat oleh model SCOR bahwa Level 3 adalah proses yang umum untuk semua perusahaan. Sebagai contoh level 2 Source stocked product (sS1). Dari situ akan diturunkan ke level 3, sebagai contoh : schedule product deliveries (sS1.1), Receive product (sS1.2), verify product (sS1.3), transfer product (sS1.4), authorize suppliers payment (sS1.5), jurnal SCOR Model dari Persson, Bartoll, Ganovic, Lidberg, Nilsson, Wibaeus, and Winge (2012). Gap analysis dilakukan jika ada gap antara data aktual dengan data benchmark, Gap disini dimaksudkan jika gap itu hasilnya negative yang berarti pemetaan selanjutnya harus dilakukan. Pengukuran gap analysis menggunakan the lost opportunity measure untuk mengetahui gap antara perusahaan dengan para pesaingnya, Peter Bolstroff (2012).
HASIL DAN BAHASAN Tabel 1.2 Perbandingan SCOR Model Job Order dengan Perusahaan Distributor danManufaktur Pembanding
SCOR Model Job order Plan, Source, Make, Deliver, Return
SCOR Model Distributor Plan, Source, Distribution, Deliver, Return
SCOR Model Manufaktur Plan, Source, Make, Deliver, Return
Perfect Order Fulfillment (POF)
Tidak ada jumlah pesanan bermasalah
Jumlah pemesanan bermasah sedikit
Jumlah pemesanan bermasalah banyak
Supply Chain Cost (COGS)
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead
Biaya administrasi dan Biaya promosi
Gap Analysis Opportunity Measurement Pemetaan level 2
tidak ada
ada
Biaya material, Biaya tenaga kerja, Biaya tambahan ada
tidak ada
ada
ada
tidak ada
tidak ada
ada
Pemetaan level 3
tidak ada
tidak ada
Sumber Data
Penulis (2015)
Ian Darma Saputra (2014)
ada Theodorus Zico Utomo Lili (2012)
Proses SCOR Model
4
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa SCOR Model tidak dapat digunakan secara maksimal pada perusahaan job order . Penulis tidak perlu melanjutkan ke pemetaan selanjutnya ,karena terlihat dari perfect order fulfillment (POF) sudah mencapai tingkat superior dan nilai dari cost of good sold(COGS) dari PT. Huda Rachma Groupindo lebih kecil yaitu sebesar 50,25% dari data advantage sebesar 56,11%. Artinya pemenuhan pesanan sampai konsumen menerima barang pesanan sudah tepat waktu dan biaya untuk membuat satu unit barang jadi sudah efisien. Tabel 1.3 Metrik SCOR Model Level 1 Atribut Kinerja
Metrik Level 1 Supply Chain Reliability POF Supply Chain Responsiveness OFCT Supply Chain Flexibility USCF USCA DSCA VAR Supply Chain Cost TCTS Supply Chain Asset CTCCT Management ROF ROW
Data Aktual 100 % 45 hari N/A N/A N/A N/A 50,25 % N/A
Superior 83,84% 60 hari N/A N/A N/A N/A 54,97% N/A
Data Benchmark Advantage 72,98% 40 hari N/A N/A N/A N/A 56,11% N/A
Parity 55,16% 30 Hari N/A N/A N/A N/A 56,64% N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
Dari perhitungan kinerja PT. Huda Rachma Groupindo memberikan hasil yang menyatakan bahwa kinerja dari PT. Huda Rachma Groupindo sudah sangat baik, dilihat dari Perfect Order Fulfillment (POF) yang sudah mencapai superior, Order Fulfillment Cycle Time (OFCT) selama 45 hari, dan Total Cost to Serve (TCTF) sebesar 50,25% yang lebih efisien di banding data benchmark advantage sebesar 56,11%. Jika salah satu metrik sudah mencapai superior dan tidak ada masalah dengan data benchmark maka SCOR model level berikutnya tidak perlu dilakukan kembali. Dari data diatas terlihat bahwa kinerja perusahaan sudah baik, oleh karena itu SCOR Model tidak dapat diterapkan pada perusahaan job order karena tidak perlu melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kinerjanya. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis melanjutkan dengan membandingkan dengan penerapan SCOR Model pada perusahaan lain. Terlihat bahwa penerapan SCOR Model lebih maksimal jika diterapkan pada perusahaan manufaktur, karena didalam perusahaan manufaktur banyak permasalahan yang terjadi dan memiliki cakupan yang lebih luas dari pemasok hingga pelanggan sehingga perlu evaluasi pada perusahaan yang lebih maksimal. Untuk perusahaan sebaiknya melakukan pelatihan SCOR Model agar perusahaan bisa melakukan evaluasi lebih mendalam dari produk pada perusahaan tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan pada PT. Huda Rachma Groupindo, kinerja yang telah dilakukan oleh PT. Huda Rachma Groupindo sudah sangan baik, terlihat dari hasil perhitungan metrik level 1 yaitu, perfect order fulfillment (POF) sudah mencapai tingkat superior, nilai dari cost of good sold(COGS) dari PT. Huda Rachma Groupindo lebih kecil yaitu sebesar 50,25% dari data advantage sebesar 56,11% dan Order Fulfillment Cycle Time (OFCT) pada PT. Huda Rachma Groupindo berjumlah 45 hari dari data benchmark.Kemudian hasil 5
perbandingan penerapan SCOR Model pada perusahaan job order yang dilakukan penulis membuktikan bahwa SCOR Model lebih maksimal diterapkan pada perusahaan manufaktur. Hal ini disebabkan pada pemetaan level 1 data aktual dari PT. Huda Rachma Groupindo sudah mencapai tingkat superior, dan jika salah satu metrik sudah mencapai tingkat superior dan pada metrik selanjutnya tidak terjadi masalah, maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke pemetaan selanjutnya. Begitu juga dengan perusahaan distributor, tidak ada pemetaan selanjutnya yang dapat dilakukan karena kinerja dari perusahaannya sudah baik terlihat dari perfect order fulfillment (POF) yang sudah mencapai tingkat superior. SCOR Model lebih maksimal diterapkan pada perusahaan manufaktur karena pada perusahaan manufaktur terlihat gap pada perfect order fulfillment (POF) yang menunjukan bahwa terjadi masalah pada perfect order fulfillment (POF), oleh sebab itu perlu evaluasi lebih lanjut untuk mengetahui permasalahan dari perusahaan manufaktur tersebut. Saran untuk PT. Huda Rachma Groupindo dalam tingkat pemenuhan pesanan kepada pelanggan perlu dipertahankan agar pelanggan semakin luas cakupannya. Karena pada PT. Huda Rachma Groupindo dalam memenuhi pesanan pelanggannya sudah sangat baik dibanding dengan para pesaingnya. PT. Huda Rachma Groupindo sebaiknya mengikutin seminar SCOR Model baik untuk direktur maupun staff dari PT. Huda Rachma Groupindo. Karena tidak selamanya target pemenuhan pesanan itu terpenuhi oleh sebuah perusahaan dan dengan SCOR Model dapat mengevaluasi seluruh kegiatan dari mulai supplier hingga pelanggan. Salah satu programnya adalah yang dilaksanakan oleh PT. Husin Intelligence Group Executive program, seminar ini membahas mengenai SCOR Model dan membahas semua bagian dari SCOR Model dan bertujuan untuk membantu perusahaan melalui solusi yang ada didalam seminar tersebut.
REFERENSI Adetunji Olefumi.(2014). Vulnerability as a Relevant Supply Chain Attribute for SCOR. South Africa. diakses darihttp://www.google.com . Bhattacharya, Souresh, dkk.(2014). Supply Chain Management in Indian Automotive Industry : Complexities, Challenges, and Way Ahead. Vol. 5. No.2. diakses dari http://www.google.com. Blocker Thorsten, Kersten Wolfgang, dan Ringle Christian M.(2014). Innovative Methods in Logistics and Supply Chain Management. Diakses dari http://www.google.com. Georgise Fasika Bete, Thoben Klaus Dieter, dan Seifert Marcus. (2012). International Journal of Business and Management : Adapting the SCOR Model to Suit the Different Scenarios : A Literature Review & Research Agenda. Vol . 7, No 6. http://www.google.com. Msimangira, A.B Kabossa dan Venkatraman Sitalakshmi.(2014). Operations and Supply Chain Management : Supply Chain Management Integration : Critical Problems and Solutions. Vol. 7. No. 1. Diakses dari http://www.google.com.
6
Palma Jaime. (2014). International Journal of Management : Analytical Hierarchy Process and SCOR Model to Support Supply Chain re – design. Mexico City. Diakses dari http://www.google.com. Pratiwi Ajeng dan Sarjono Haryadi. (2013). Konsep Perbaikan Kinerja Supply Chain Management dengan Pendekatan SCOR Model : Journal of Logistic and Supply Chain Management, Vol. 3, No. 3 Persson Fredrik, dkk.(2012). Supply Chain Dynamics in the SCOR Model – A Simulation Modeling Approach. Diakses dari http://www.google.com. Salazar Fernando, Caro Martha, dan Cavazos Judith.(2012). Journal of Technology innovation in Renewable : Final Review of the Application of the SCOR Model : Supply Chain for Biodiesel Castor – Colombia Case. Vol. 1 : 39 – 47. Diakses dari http://www.google.com. Xia, Laura Xu Xiao. (2006). Supply Chain Modeling and Improvement in Telecom Industry : A Case Study. Singapore. Lili, Theodorous Zico Utomo.(2012). Supply Chain Measurement in PT. XYZ using Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model. Swiss German University. Diakses darihttp://www.sgu.ac.id/library/garuda/read.php?code=1184. Saputra, Ian Darma.(2014). Pembuktian Penerapan SCOR Model Versi 10.0 pada Perusahaan Distributor (PT Surya Pradana Lestari) dengan Perusahaan Produksi. Bina Nusantara University. Diakses dari http://library.binus.ac.id. Bolstorff, Peter., Rosenbaum Robert. (2012). Supply Chain Excellence. USA : AMACOM Div American Mgmt Assn. Chopra,Sunil., Meindl Peter. (2013). Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operations. London : Pearson. Dyck B dan Neubert. (2009). Principles of Management. Canada : South – Western. E, Turban., et al. (2010). Electronic Commerce : A Managerial Perspective. New Jersey : Pearson prentice hall, inc. Heizer Jay, Render Barry. (2010). Manajemen Operasi. Jakarta : Salemba Empat. O’ Brien A, James. (2006). Pengantar Sistem Informasi. Jakarta : Salemba Empat. Paul, John. (2014). Transformasi Rantai Supply Dengan Model SCOR. Jakarta: PPM. Prasetya, Hery dan Fitri Lukiastuti. (2009). Manajemen Operasi. Yogyakarta : Media Pressindo. Pujawan Nyoman, I., Mahendrawati. (2010). Supply Chain Management. Surabaya : Guna Widya.
7
Reid, R. Dan, Nada R. sanders. (2007). Operations Management : An Integrated Approach 3rd edition. San Fransisco : John Wiley & Sons Inc. Robbins, Stephen P, Coulter, Mary.(2012). Management Eleventh Edition. Boston : Pearson Education. Schroeder, Roger G. (2008). Operations Management Contemporary Concepts and Cases Fourth Edition. USA : MC Graw – Hill. Sekaran, Uma. (2007). Research Methods for Business. Jakarta : Salemba Empat. Supply Chain Council. (2010). SCOR Model Version 10.0. Supply Chain Council, inc.
RIWAYAT PENULIS Bayu Muhammad Silmy Jaenudin lahir di Jakarta pada 29 Mei 1993. Penulis penyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara (Binus University), jakarta dalam bidang manajemen, program studi entrepreneurpada tahun 2015.
8