JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 10 No. 2, Oktober 2010 : 140 - 148
Evaluasi Penerapan Metode Job Order Costing Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus Pada PT Organ Jaya) Oleh * Hendra Setiawan, * Tarida Marlin S. Manurung dan Yunita * Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor
ABSTRACT In a condition of very tight market, the strength of the company is absolutely required to be able to survive. The company can reach this by producing product which have good quality so those products can compete with the imported products. One way for the company to be able to win the market is to keep the basic cost of producing goods down in order to be able to keep the prices of the goods down and the quality of the goods satisfies consumers. Product Cost is the basis for the management to determine the selling price of the product. For the company which produces various sort of product’s according to the order specification like the ones at PT. Organ Jaya, the correct product cost calculation is using job order costing method. By using this method the company can calculate the production costs on each order, because by using this method the production cost on each product can be separated clearly. Hence, cost of goods manufactured can be calculated according to the customer order specification. The purpose of research is to find out and evaluate how the job order costing method is determined to be used at PT. Organ Jaya in the calculation of cost of goods manufactured. The evaluation is conducted to know whether the calculation of cost of goods manufactured in the making of hook and eye tape conducted by PT. Organ Jaya has been reckoned accurately. The research conducted by the writer is in PT. Organ Jaya which is location in Jl. Ashari Jaya II No. 20 Ciawi - Bogor. Information for this research is obtained by interview with management, observation, and reading and also studying books related to the problem. According to the evaluation result the writer has made, it can be concluded that PT. Organ Jaya still has not applied job order costing method yet as a whole. For the direct labor cost and factory overhead cost, PT. Organ Jaya still calculates pursuant to the rate, so that result of calculation makes production cost inefficient and incalculable specifically to the product yielded. By the calculation of cost of goods manufactured matching with job order costing method, it will improve production cost efficiency, initially the percentage of margin profit equal’s 31% increases 39%, This can be reached if the company calculates cost of goods manufactured by using media and method matching with job order costing method, so that profit yielded by company earn more maximal. Keywords : job order costing, cost of goods manufactured
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010
PENDAHULUAN Perhitungan dan pencatatan harga pokok produksi yang tidak dilakukan dengan metode yang tepat akan menimbulkan masalah yaitu perusahaan akan menderita kerugian yang tidak diharapkan, dan akan menghambat perkembangan perusahaan sehingga kelangsungan hidup perusahaan tidak dapat dipertahankan lagi. Penentuan metode job order costing sangatlah penting dalam pengambilan keputusan bagi manajemen, dimulai dengan diterimanya purchase order (PO) dari pelanggan maka perusahaan harus segera menghitung harga pokok produksi dengan cermat dan akurat untuk menentukan harga jual produk tersebut. Setelah harga jual ditetapkan maka langkah selanjutnya yaitu melakukan negosiasi dengan pembeli sehingga terdapat kesepakatan harga diantara kedua belah pihak, dan setelah harga jual produk tersebut disepakati maka pesanan tersebut dapat langsung diproduksi. Dengan menggunakan metode job order costing maka perusahaan dapat menghitung dan mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan untuk suatu pesanan setiap saat, karena metode job order costing ini maka biaya produksi masingmasing produk dipisahkan secara jelas sehingga dapat dihitung harga pokok produksi tiap pesanan dengan mudah. Untuk menghitung biaya berdasarkan pesanan secara efektif, maka pesanan harus dapat diidentifikasi secara terpisah tiap pesanan. Maka dari itu dalam perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pesanan sangat dibutuhkan kecermatan dan ketepatan yang tinggi agar perusahaan dapat menghindari kerugian dari hasil produksi tersebut. Peningkatan keakuratan pembebanan biaya menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi, yang dapat digunakan manajemen untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam penetapan harga pokok produksi.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang bertujuan mengumpulkan, menyusun, menyajikan, dan menganalisis data sehingga
dapat diperoleh gambaran yang jelas atas objek yang diteliti. Jenis penelitiannya yaitu dengan cara studi kasus, yaitu melakukan riset mengenai penerapan metode job order costing pada perusahaan manufaktur yang dijadikan objek penelitian. Untuk memperoleh data serta informasi yang relevan dengan pembahasan maka penulis dalam hal ini menggunakan metode observasi atau peninjauan langsung kepada objek penelitian. Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu dengan melakukan perbandingan antara landasaran teoritis dengan penerapan yang dilaksanakan pada objek penelitian. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan, penulis melakukan evaluasi perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh perusahaan, untuk menganalisa apakah metode yang digunakan sudah sesuai dengan metode job order costing.
HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan aktivitas produksinya, selain itu biaya produksi merupakan faktor utama didalam menentukan harga pokok produksi produk yang dihasilkan. Dalam perusahaan manufaktur, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang dimasukan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang digunakan untuk produksi, serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produksi. Biaya produk terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, perhitungan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasikan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang dibebankan pada setiap pesanan. 1. Biaya Bahan Baku PT. Organ Jaya memiliki bahan baku yaitu kain tricot, kain garuk, kain keras, hook and button dan benang. Dalam pengertiannya bahan baku adalah bahan dasar yang diolah menjadi produk selesai, bahan baku ini dapat dibagi menjadi bahan baku langsung dan bahan baku 141
SETIAWAN, MANURUNG dan YUNITA, Evaluasi Penerapan Metode Job Order Costing
tidak langsung. Bahan baku langsung ini mempunyai ciri-ciri mudah ditelusuri ke produk selesai, merupakan bahan utama produk selesai, dapat diidentifikasi langsung ke proses produksi setiap produk. PT. Organ Jaya menghitung jumlah pemakaian bahan baku sesuai dengan rumusan perhitungan yang diterapkan untuk pemakaian bahan baku hal ini dilakukan agar PT. Organ Jaya dapat mengefisiensikan perhitungan harga pokok perusahaan. Dapat dilihat bahwa dalam membuat 100 dz kancing bra berukuran 3/4x2x6 maka dibutuhkan bahan baku seperti yang tertera pada tabel 1. Perhitungan tersebut telah sesuai dengan perhitungan standar perusahaan. Biaya bahan baku langsung dibebankan ke pekerjaan dengan menggunakan dokumen sumber yang disebut formulir permintaan bahan baku. Dari data yang diperoleh pemakaian bahan baku pada perusahaan dapat dilihat pada tabel 2. Dari kedua perhitungan tersebut maka terdapat selisih antara biaya sesungguhnya dan biaya standar sebesar 17% selisih tersebut dikarenakan untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan baku akibat penyusutan kain pada proses pencelupan maka didalam nota pemakaian bahan baku jumlah permintaan bahan baku selalu lebih dari perhitungan yang sebenarnya. Maka dari itu untuk menghitung biaya bahan baku PT. Organ Jaya tetap menggunakan biaya bahan baku berdasarkan standar pemakaian bahan baku, karena selisih tersebut telah dibebankan pada biaya susut. 1.1 Akuntansi Bahan Baku Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan menufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari pengolahan sendiri sama halnya dengan bahan baku yang diolah oleh PT. Organ Jaya. Terdapat dua tahapan dalam pencatatan bahan baku yaitu saat pembelian dan saat pemakaian. Prosedur yang digunakan dalam pembelian dan pengeluaran bahan baku
142
ini diantara perusahaan bisa berbeda-beda. Prosedur pembelian bahan baku yang dilakukan oleh PT. Organ Jaya yaitu sebelum tanggal produksi kancing bra dimulai, bagian gudang yang bertanggung jawab penyediaan bahan baku produksi memberi informasi kepada bagian pembelian dengan menggunakan formulir permintaan pembelian mengenai bahan yang dibutuhkan, dan kemudian bagian pembelian selanjutnya akan mengeluarkan order pembelian yang ditujukan ke pemasok. Maka jurnal yang akan dibuat oleh bagian akuntansi yaitu dengan mendebit bahan baku dan mengkredit utang usaha. Sebagai contoh untuk pesanan PT. Golden Persada Multitex PT. Organ Jaya membutuhkan 2 cones benang berwarna brown, maka jurnal pembelian bahan baku yaitu : Jurnal : Pembelian Bahan Baku Bahan Baku (Benang) Rp. 26.000,00 Utang Dagang Rp. 26.000,00
Dalam penentuan biaya pesanan terjadi pemisahan penggunaan bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku langsung didebit ke produk dalam proses, dikredit bahan baku sedangkan bahan baku tidak langsung didebit pengendalian overhead pabrik dan dikredit biaya bahan baku. Penggunaan biaya bahan baku langsung untuk pesanan PT. Golden Persada Multitex yaitu sejumlah Rp.314.019,30 (per 100dz) maka dijurnal sebagai berikut: Jurnal: Penggunaan Bahan Baku Langsung Barang Dalam Proses Rp. 134.019,30 Bahan Baku Rp. 134.019,30
Bahan baku langsung untuk setiap pesanan dikeluarkan dari gudang berdasarkan formulir permintaan bahan baku (materials requisition), yang merupakan dokumen yang disiapkan oleh pembuat jadwal produksi, yang memberikan spesifikasi nomor pesanan dan tipe bahan baku yang dibutuhkan.
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010
Tabel 1. Bahan Baku Standar Untuk 1 dozen kancing bra No 1 2 3 4 5 6
Nama Bahan Baku Satuan Quantity Kain Tricot Yard 6,25 Kain Garuk Meter 5,55 Kain Keras Yard 4,55 Benang Cones 2 Hook Button Kg 0,43 Eye Button Kg 0,72 Biaya bahan baku 100 dozen Biaya bahan baku per dozen Sumber data : PT. Organ Jaya
Harga/ Satuan Rp. 11.000,00 Rp. 20.226,00 Rp. 3.300,00 Rp. 13.000,00 Rp. 80.000,00 Rp. 80.000,00
Total Rp. 68.750,00 Rp. 112.254,30 Rp. 15.015,00 Rp. 26.000,00 Rp. 34.400,00 Rp. 57.600,00 Rp. 314.019,30 Rp. 3.140,19
Tabel 2. Bahan Baku Aktual Untuk 1 dozen kancing bra No 1 2 3 4 5 6
Nama Bahan Baku Satuan Quantity Kain Tricot Yard 8 Kain Garuk Meter 7,20 Kain Keras Yard 4,55 Benang Cones 2 Hook Button Kg 0,50 Eye Button Kg 0,80 Biaya bahan baku 100 dozen Biaya Bahan Baku per dozen Sumber data : PT. Organ Jaya
Harga/ Satuan Rp. 11.000,00 Rp. 20.226,00 Rp. 3.300,00 Rp. 13.000,00 Rp. 80.000,00 Rp. 80.000,00
FORMULIR PERMINTAAN BAHAN BAKU Nomor Pesanan 40/GPM/II/2009 TanggaL Departemen Penjahitan Diterima oleh Di otorisasi oleh Tarmo Dikeluarkan Oleh
Total Rp. 88.000,00 Rp. 145.627,20 Rp. 15.015,00 Rp. 26.000,00 Rp. 40.000,00 Rp. 64.000,00 Rp. 378.642,20 Rp. 3.786,42
No. 0021 13 Maret 2009 Irawati Aep
Nomor
Keterangan
Kuantitas
Biaya per unit
Biaya Total
4426 21201 km015 876
Kain Tricot PHS Evs Kain Garuk Kain Keras Benang Gunze Hook Button Eye Button
6,25 yard 5,55 yard 4,55 yard 2 cones 0,43 Kg 0,72 Kg
Rp. 11.000,00 Rp. 20.226,00 Rp. 3.300,00 Rp. 13.000,00 Rp. 80.000,00 Rp. 80.000,00
Rp. 68.750,00 Rp. 112.254,30 Rp. 15.015,00 Rp. 26.000,00 Rp. 34.400,00 Rp. 57.600,00
Total Biaya Bahan Baku
Rp. 314.019,30
Gambar 1. Formulir Permintaan Bahan Baku 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara upah tenaga kerja langsung dengan upah tenaga kerja tidak langsung. Pada PT. Organ Jaya mesin absensi mencatat data setiap karyawan pada kartu absen individual yang berisi kapan karyawan datang dan kapan
karyawan pulang. Dengan demikian maka kartu absensi menunjukan jumlah waktu kerja dan digunakan untuk menghitung penghasilan dari karyawan dengan upah perhari. PT. Organ Jaya seharusnya melakukan identifikasi biaya tenaga kerja langsung setiap karyawan dengan membuat satu atau lebih kartu jam kerja setiap 143
SETIAWAN, MANURUNG dan YUNITA, Evaluasi Penerapan Metode Job Order Costing
hari. Kartu jam kerja merupakan dokumen yang digunakan untuk membebankan biaya tenaga kerja langsung pada setiap pekerjaan. PT. Organ Jaya menghitung besarnya upah langsung berdasarkan tarif yaitu sebesar Rp. 250/dozen maka untuk pesanan PT. Golden Persada Multitex sebanyak 100 dozen, maka upah langsung yang terserap yaitu sebesar Rp. 25.000,00. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara maka penulis dapat menghitung besarnya upah langsung yang terserap berdasarkan pada jam kerja pembuatan pesanan PT. GPM tersebut dengan rincian seperti tertera pada tabel 3. Dari perhitungan upah tenaga kerja langsung berdasarkan jam mesin maka terdapat selisih sebesar 12,46%. Maka dari itu dari hasil perbandingan tersebut maka PT. Organ Jaya dapat lebih efisiensi apabila menggunakan metode perhitungan berdasarkan jam kerja langsung. Selain hasil dari perhitungan tersebut lebih akurat biaya tenaga kerja langsung yang terserap oleh suatu pesanan dapat dihitung lebih rinci, karena dengan perhitungan berdasarkan tarif maka PT. Organ Jaya menyamaratakan semua ukuran, sebab yang menjadi dasar perhitungannya yaitu jumlah unit yang dihasilkan sehingga kurang efisien.
2.1 Akuntansi Tenaga Kerja Prosedur pencatatan biaya tenaga kerja, meliputi perhitungan gaji dan pendistribusian ke masing-masing bagian. Proses pencatatan terjadinya gaji dengan mendebit beban gaji, dan mengkredit utang beban gaji, sedangkan untuk pendistribusian gaji ke masing-masing bagian yang berhubungan dengan biaya pabrikasi, dengan mendebit produk dalam proses, pengendalian overhead pabrik dan mengkredit beban gaji. Jurnal: Biaya Tenaga Kerja yang terjadi: Beban Gaji Rp 21.883,82 Beban gaji yang masih harus dibayar
Rp 21.883,82
Distribusi Tenaga Kerja : Barang Dalam Proses Beban Gaji
Rp 21.883,82
Rp 21.883,82
Biaya bahan langsung dalam kartu biaya pesanan dengan menggunakan kartu waktu (time ticket) yang disiapkan setiap hari untuk setiap karyawan. Kartu waktu (time ticket) menunjukan waktu karyawan yang digunakan untuk setiap pesanan, tarif gaji, dan biaya total yang dibebankan pada setiap pesanan. PT. Organ Jaya sebaiknya mulai menerapkan penggunaan kartu waktu karena selain memudahkan didalam perhitungan biaya tenaga kerja langsung, dengan kartu waktu maka kecepatan kerja pegawai dapat diukur agar waktu kerja pegawai dapat lebih efisien didalam bekerja.
Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung No Keterangan Jam Upah/ Jam 1 Bagian Pemotongan Kain 0,50 Rp. 2.363,33 2 Bagian Laborate 1,50 Rp. 3.130,83 3 Bagian Pencelupan 4 Rp. 2.466,25 4 Bagian Penjahitan 1 Rp. 2.027,22 5 Bagian Pemotongan Hasil 0.50 Rp. 1.697,33 6 Bagian Pengendalian Muttu 1,50 Rp. 2.176,67 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Jam kerja langsung)per 100dz Biaya Tenaga Kerja Langsung ( Satuan produk) per 100dz Selisih efisiensi
144
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Total 1.181,67 4.696,25 9.865,00 2.027,22 848,67 3.265,01 21.883,82 25.000,00 12,46%
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010
TIME TICKET Nomor Karyawan Nama Karyawan Operasi Mulai 8.00 a.m.
S12
Tanggal
25 Februari 09
Sutrisno Dyeing
Nomor Pesanan Disetujui Oleh
40/GPM/II/09 IIn Inayah
Selesai 12.00 a.m
Jam Kerja Tarif 4 jam Rp. 2.466,25 Total Cost Gambar 2. Kartu Waktu
3. Biaya Overhead Pabrik Biaya produksi terdiri dari tiga elemen biaya yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Pembebanan biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung kepada produk tidak terlalu sulit diperhitungkan karena biaya tersebut dapat secara langsung ditelusuri kepada produk selesai, sebaliknya pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk sulit diperhitungkan karena biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung secara langsung kepada produk selesai. Meskipun demikian biaya overhead pabrik juga merupakan bagian dari biaya yang diperhitungkan atau dibebankan kepada produk.. Penggunaan bahan baku tidak langsung dalam hal ini bahan yang digunakan untuk proses celup seharusnya dijadikan sebagai bahan baku tidak langsung, karena bukan merupakan bahan utama produk selesai dan sulit ditelusuri ke produk selesai maka untuk bahan baku tak langsung tersebut di jurnal sebagai berikut : Jurnal : Penggunaan Bahan Baku Tidak Langsung Pengendalian Overhead Pabrik Rp. 10.760, 47 Bahan Baku Celupan Rp. 10.760,47
Berikut rincian perhitungan biaya overhead dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4. Biaya Overhead Pabrik Aktual No Biaya Overhead Total 1 Biaya Celup Rp. 10.760,47 2 Kain Susut Rp. 24.975,43 3 Bahan Pembantu Rp. 31.401,93 4 Biaya Sisa Hasil Rp. 15.700,97 5 Biaya Overhead Rp. 77.027,04 TOTAL Rp. 159.865,84 Sumber : PT. Organ Jaya
Biaya Rp. 9.865,00 Rp. 9.865,00
Dari perhitungan aktual diatas maka dapat dibandingkan dengan perhitungan standar PT. Organ Jaya yang berdasarkan pada satuan unit produk, dan pembebanan biaya yang berganda maka setelah dibandingkan terdapat efisiensi biaya sebesar 29,29% dengan rincian yang tertera pada tabel 5. 3.1 Akuntansi Biaya Overhead Pabrik Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dapat diidentifikasi langsung ke setiap pesanan dan dapat diukur dengan tepat. Sedangkan untuk biaya overhead pabrik agak sulit, karena memerlukan perhitungan yang agak rumit, mengingat jenis biaya ini sangat beragam yaitu semua yang berhubungan dengan proses pabrikasi. Untuk itu maka perhitungan dan pembebanan ke pesanan tertentu memerlukan dasar tersendiri seperti jam kerja langsung, jam kerja mesin, biaya tenaga kerja, biaya bahan baku langsung dan unit produksi. Dalam perhitungan pembebanan overhead pabrik PT. Organ Jaya menghitung berdasarkan pada unit produksi. Pencatatan untuk biaya overhead pabrik dapat dilakukan dengan dua langkah yaitu saat terjadi overhead pabrik aktual dengan mendebit pengendalian overhead pabrik dan mengkredit ke akun setiap jenis biaya, dan yang kedua pada saat pembebanan overhead pabrik ke pesanan, dengan mendebit produk dalam proses dan mengkredit overhead pabrik dibebankan. Saat pembebanan biaya overhead pabrik : BDP - FOH Rp 226.078,33 Overhead Pabrik di bebankan Rp. 226.078,33 Saat selisih lebih FOH aktual. Selisih Overhead Pabrik Rp. 66.212,49 Barang Dalam Proses - FOH Rp. 66.212,49
145
SETIAWAN, MANURUNG dan YUNITA, Evaluasi Penerapan Metode Job Order Costing Overhead Pabrik di bebankan Rp. 66.212,49 Selisih Overhead Pabrik Rp. 66.212,49 Overhead Pabrik dibebankan Rp. 159.865,84 Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp. 159.865,84
4. Harga Pokok Produksi Dari perhitungan harga pokok dapat dilihat terdapat selisih laba sebesar 8% antara perhitungan standar PT. Organ Jaya dengan perhitungan hasil evaluasi dari penulis. Selisih tersebut tidak terlepas dari efisiensi biaya produksi. Dengan perhitungan biaya produksi secara benar sesuai dengan teori yang
diperoleh maka akan mempengaruhi harga pokok produksi yang selanjutnya akan berdampak pada pendapatan laba perusahaan. Dari evaluasi tersebut dapat dilihat bahwa ternyata PT. Organ Jaya memiliki laba yang lebih dari pada yang diperhitungkan sebelumnya. Dengan perhitungan secara rinci maka perusahaan dapat lebih mudah menghitung harga pokok produksi tiap pesanan dengan menggunakan media time ticket dan job order cost sheet.
Tabel 5. Selisih Biaya Overhead Pabrik No 1 2 3 4 5
Biaya Overhead Biaya Standar Biaya Aktual Biaya Celup Rp. 59.000,00 Rp. 10.760,47 Kain Susut Rp. 24.975,43 Rp. 24.975,43 Bahan Pembantu Rp. 31.401,93 Rp. 31.401,93 Biaya Sisa Hasil Rp. 15.700,97 Rp. 15.700,97 Biaya Overhead Rp. 95.000,00 Rp. 77.027,04 TOTAL Rp. 226.078,33 Rp.159.865,84 Persentase selisih biaya standar dan biaya aktual
Selisih Biaya Rp. 48.239,53 Rp. 17.972,96 Rp. 66.212,49 29,29%
Tabel 6. Perbandingan Harga pokok produksi Keterangan Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi /dz Harga Jual Per Dozen Laba Penjualan Persentase Profit Margin
Perhitungan berdasarkan data empiris Rp. 565.097,63 Rp. 5.650,98 Rp. 8.145,00 Rp. 2.494,02 31%
KESIMPULAN Setelah penulis mengadakan evaluasi di PT. Organ Jaya mengenai peranan metode job order costing dalam perhitungan harga pokok produksi, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut : 1. PT. Organ Jaya merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur. PT. Organ Jaya memproduksi produk berdasarkan pesanan yang diterima dari pelanggan, maka dari itu dalam menentukan harga pokok produksi PT. Organ Jaya menggunakan metode job order costing. Tetapi dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis banyak menemukan kekeliruan dalam perhitungan harga pokok 146
Hasil Evaluasi Rp. 495.768,94 Rp. 4.957,69 Rp. 8.145,00 Rp. 3.187,31 39%
produksi. contohnya seperti dalam pembebanan biaya tenaga kerja langsung kedalam harga pokok produksi ditetapkan berdasarkan pada unit output yang dihasilkan, hal tersebut dapat dilakukan tetapi pada perusahaan yang memproduksi barang tidak bervariasi baik bentuk maupun volumenya. 2. Dengan metode job order costing maka perusahaan dalam hal ini PT. Organ Jaya dapat mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi kancing bra yang nantinya akan dibebankan kepada pemesan, dan metode job order costing sangat tepat apabila digunakan oleh PT. Organ Jaya karena metode ini sangat baik digunakan pada perusahaan yang proses pengolahannya dilakukan secara terputus-
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010
putus dan mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Dengan metode job order costing PT. Organ Jaya dapat meningkatkan tingkat efisiensi pada biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan karena dengan metode ini dapat digunakan untuk menghitung dan mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pesanan setiap saat, karena biaya produksi masing-masing produk dipisahkan secara jelas sehingga dapat dihitung harga pokok produk untuk masing-masing produk 3. Biaya produksi terdiri dari tiga unsur yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dalam perhitungan biaya bahan baku PT. Organ Jaya telah menghitung berdasarkan tarif yang ditentukan. Sebelum dijadikan bahan baku yang siap untuk diproduksi, bahan baku tersebut dicelup terlebih dahulu untuk menghasilkan warna maka selain menggunakan bahan baku langsung PT. Organ Jaya juga menggunakan bahan baku tidak langsung berupa bahan kimia untuk pewarna kain. Maka dari itu semula PT. Organ Jaya menetapkan biaya untuk menghasilkan kain yang siap untuk diproduksi berdasarkan tarif yaitu Rp. 30.000,00 per kilogram, dalam biaya celup itu sendiri nilai Rp. 30.000,00 ini mengandung unsur bahan baku, biaya overhead, dan biaya tenaga kerja langsung. Setelah evaluasi dilakukan oleh penulis maka penulis menyimpulkan bahwa biaya celup seharusnya terdiri dari bahan baku yang digunakan saja, hal tersebut dilakukan karena untuk biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead untuk pencelupan terdapat perhitungan 2 kali apabila dihitung dengan tarif tersebut yaitu baik pada perhitungan harga pokok produksi maupun pada biaya pencelupan sehingga tidak efisien. 4. Dalam menghitung harga pokok produksi tidak lepas dengan adanya peran serta biaya tenaga kerja. PT. Organ Jaya menghitung besarnya biaya tenaga kerja hanya berdasarkan pada tarif yang dihitung dari satuan output yang dihasilkan, perhitungan seperti yang dilakukan oleh PT. Organ Jaya sangat pas apabila perusahaan tersebut memproduksi produknya secara masal dan
tidak bervariasi, maka dari itu dari evaluasi penulis maka untuk perusahaan yang memproduksi produknya berdasarkan pesanan sebaiknya menggunakan kartu waktu sebagai dasar dalam perhitungan harga pokok produksi. Dari hasil evaluasi diketahui bahwa biaya tenaga kerja yang dihitung dengan menggunakan kartu waktu dan berdasarkan jam kerja jauh lebih efisien dibandingkan dengan tarif sebelumnya. 5. Biaya overhead merupakan biaya produksi yang tidak termasuk kepada biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. PT. Organ Jaya menghitung biaya overhead dengan berbagai tarif seperti untuk biaya susut, bahan pembantu, biaya sisa yaitu dihitung berdasarkan tarif pemakaian bahan baku. Untuk biaya overhead lainnya dihitung berdasarkan pada tarif yang ditentukan berdasarkan satuan output yang dihasilkan. Sama seperti biaya tenaga kerja langsung bahwa tarif yang dihitung berdasarkan satuan output kurang pas apabila digunakan untuk perhitungan harga pokok berdasarkan pesanan, maka dari itu penulis mencoba mengevaluasi dan membandingkan dengan harga pokok produksi yang dihitung berdasarkan jam kerja langsung ternyata perhitungan tersebut lebih efisien selain itu lebih akurat. 6. Harga pokok produksi yang diperhitungkan oleh PT. Organ Jaya terlalu sederhana sehingga hasilnya kurang akurat. PT. Organ Jaya dapat menggunakan metode jam kerja langsung untuk perhitungan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang didukung dengan penggunaan kartu waktu agar memudahkan didalam perhitungan biaya tenaga kerja langsung. Dalam perhitungan harga pokok produksi PT. Organ Jaya tidak memiliki persediaan bahan baku karena barang yang dibeli langsung digunakan untuk proses produksi. Dengan menghitung harga pokok secara benar akan berdampak pada harga jual, seperti hasil evaluasi penulis bahwa dengan menggunakan metode jam kerja langsung maka harga pokok produksi dapat lebih rendah sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih maksimal.
147
SETIAWAN, MANURUNG dan YUNITA, Evaluasi Penerapan Metode Job Order Costing
DAFTAR PUSTAKA Armanto Witjaksono. 2006. Akuntansi Biaya. Graha Ilmu. Yogyakarta. A.O Simangunsong, Parulian Simangunsong, Johanes Rindang. 2004. Akuntansi Biaya (Akuntansi Biaya I). Lembaga Penerbit FE UI. Jakarta Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro. 2008. Akuntansi Manajemen. Mitra Wacana Media. Jakarta Barfield, Jesse T, Cecily A. Raiborn, Michael R. Kinney. 2001. Cost Accounting Traditions and innovations. Thomson Learning. United States of America. Bastian Bustami, Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi. Edisi pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta Blocher, Edward J., Kung H. Chen., Thomas W. Lin. 2001. Manajemen Biaya dengan Tekanan Stratejik jilid 2. diterjemahkan oleh Susty Ambarriani. Salemba Empat. Jakarta Carter, William k., Milton F. Usry. 2004. Akuntansi Biaya edisi 13 buku 1. Salemba 4. Jakarta. Darsono Prawironegoro. 2005. Akuntansi Manajemen Kajian Pengambilan Keputusan Berdasarkan Informasi Akuntansi. Diadit Media. Jakarta Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, Peter C. Brewer. 2006. Akuntansi Manajerial edisi 11. Salemba Empat. Jakarta
148
Hansen, Don R., Maryanne M. Mowen. 2004. Akuntansi Manajemen edisi 7. Salemba Empat. Jakarta. Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, George Foster. 2008. Akuntansi Biaya Dengan Penekanan Manajerial Edisi 12 Alih Bahasa P.A Lestari. Erlangga. Jakarta. Lili M. Sadeli dan Bedjo Siswanto. 2004. Akuntansi Manajemen Sistem, Proses, dan Pemecahan Soal. PT. Bumi Aksara. Jakarta Mahfud Sholihin. 2004. Akuntansi Manajemen Ikhtisar Materi, Soal Latihan dan Contoh Kasus. BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya edisi 5 cetakan ke 8. Aditya Media. Yogyakarta. Oxford University Press. Oxford advanced Learner’s Dictionary.7th Edition. 2005 Ronald W. Hilton. 2005. Managerial accounting Creating Value In A Dynamic Business Evironment 6th edition. The Mc Graw – Hill Companies, Inc. North America. Rudianto. 2006. Akuntansi Manajemen Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen. PT. Grasindo. Jakarta Soemarso S.R. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar Buku 1. Salemba Empat. Jakarta Warren Carl S, Reeve James M, and Fess Philip E. 2002. Accounting 20th edition. South Western of Thomson Learning. Weygandt, Kieso, Kimmer. 2002. Accounting Principle 6th edition. Jo hn Wiley& Sons. Inc. Canada.
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010
149