Rancang Bangun Sistem Informasi Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode Job Order Costing Pada PT. Budi Jaya Bayu Rizaldi1) S-1 jurusan Sistem Informasi, STIKOM Surabaya, email :
[email protected]
Abstract : In the production process orders every type of product produced would require treatment or uniqueness that each product uses a different resource. PT. Budi Jaya is one of the companies that manufacture the products based on orders from customers. So far, the company determines the cost of production by adding overall value raw materials used plus the value of the costs and dividing by the quantity of production. Yet in scoring no cost basis for the clear because the value of the cost can be charged by any charge accounts and with any nominal. As a result the company is difficult to know the value of a definite advantage gained from a product order precisely because the calculation method used can not produce the exact cost of production. Based on the above issues then be made to the information system of determining the cost of production by using job order costing. Implementation of information systems can be used to calculate the cost of production with more appropriate because it takes into account any costs incurred in the production process. Of the implementation process and evaluation, information systems developed to calculate and display the cost of production with more appropriate than the old method used by the company Key words: Cost Of Production, Job Order Costing.
Dalam proses produksi pesanan setiap jenis produk yang dihasilkan memerlukan perlakuan atau kekhasan tersendiri sehingga masing-masing produk menggunakan sumber daya yang berbeda pula. PT. Budi jaya merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi suatu produk berdasarkan pada pesanan dari pelanggan. Selama ini perusahaan menentukan harga pokok produksi dengan menjumlahkan nilai keseluruhan bahan baku yang dipakai ditambah nilai biaya dan membaginya dengan quantity hasil produksi. Namun didalam pemberian nilai biaya tidak ada dasar pemberian yang jelas karena nilai biaya dapat diisi oleh akun biaya apapun dan dengan nominal berapapun. Akibatnya perusahaan sulit mengetahui nilai keuntungan pasti yang didapatkan dari suatu pemesanan produk secara tepat karena cara perhitungan yang
digunakan tidak dapat menghasilkan harga pokok produksi yang tepat dan aktual. Berdasarkan permasalahan diatas maka dibuatlah sistem informasi penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode job order costing. Penerapan sistem informasi ini dapat digunakan untuk menghitung harga pokok produksi dengan lebih tepat karena memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi setiap produk dengan jelas dan aktual. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: “ Bagaimana merancang bangun sistem informasi penentuan harga pokok produksi dengan metode job order costing pada PT. Budi Jaya “ 1
LANDASAN TEORI A. Perusahaan Industri Menurut Kansil (2001:2) definisi atau pengertian perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Sedangkan Menurut pendapat Swastha dan Sukotjo (2002:12) definisi atau pengertian perusahaan adalah adalah suatu organisasi produksi yang menggunakan dan mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Jadi dapat kita simpulkan perusahaan industri adalah suatu badan usaha yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan pengolahan bahan mentah, bahan setengah jadi ataupun barang jadi menjadi barang yang lebih tinggi nilai penggunaanya B.
Biaya Produksi Menurut Mulyadi (1993:8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dari definisi biaya tersebut maka ada 4 unsur pokok dalam biaya yaitu :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Biaya diukur dengan satuan mata uang 3. Yang telah terjadi ataupun yang akan terjadi 4. Pengorbanan untuk tujuan tertentu Biaya produksi adalah biaya-biaya yang yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost). B.1 Biaya Bahan Baku Menurut Lesmono (1998:2) biaya bahan baku adalah biaya yang timbul karena pemakaian bahan. Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam proses membuat barang. B.2 Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik disebut juga biaya produk tidak langsung, yaitu kumpulan dari semua biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku langsung dan tidak langsung. Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung, dan bahan pabrik lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan produk atau tujuan akhir biaya. Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya overhead tetap dan biaya overhead variabel. Biaya overhead tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu, biaya overhead variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 2
B.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung Menurut Lesmono (1998:2) biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang timbul karena pemakaian tenaga kerja yang digunakan dalam mengolah bahan menjadi produk jadi. C.
Variable Costing Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Variable costing beranggapan bahwa biaya overhead pabrik tetap tadi tidak secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya overhead tetap dimasukkan dalam kelompok period cost (biaya periode). Supyono (1992:32) biaya variabel memiliki karakteristik : a) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi kegiatan semakin tinggi tinggi jumlah total biaya variable dan sebaliknya. b) Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan. D.
Job Order Costing Produksi atau pembuatan pesanan spesifik dikenal dengan job order system. Supyono (1992:36) dalam buku Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan HPP, memberikan definisi sebagai berikut : “Metode Harga Pokok Pesanan adalah Metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan
untuk setiap pemesanan atau kontrak jasa secara terpisah, dan setiap kontrak pesanan dapat dipisahkan identitasnya” Dalam kalkulasi biaya job order , setiap job adalah suatu satuan akuntansi yang dibebankan biaya upah, bahan, dan overhead dengan menggunakan nomer order, biaya yang digunakan untuk setiap pesanan pelanggan tertentu dicatat dalam suatu kartu biaya Job Order (Job Order Cost Sheet). Mulyadi (1993:24) dalam bukunya Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, mengemukakan syarat-syarat penggunaan metode job order costing sebagai berikut : 1. Bahwa masing-masing pesanan pekerjaan atau produk dapat dipisahkan identitasnya secara jelas dan perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individual. 2. Bahwa biaya produksi harus dipisahkan kedalam dua golongan yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, sedangkan biaya produksi tidak langsung terdiri dari biaya – biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya kerja langsung. 3. Bahwa biaya bahan baku dan biaya kerja langsung dibebankan atau diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan bersangkutan, sedangkan biaya produksi tidak langsung (overhead) dibebankan pada pesanan tertentu atas dasar tarif yang ditentukan dimuka (predetermined rate). 4. Bahwa harga pokok tiap-tiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai. 3
Bahwa harga pokok persatuan produk dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan bersangkutan D.1 Karakteristik Job Order Costing Method Menurut Mulyadi (1993:41) pengumpulan biaya produksi dengan metode job order costing yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual. 2. Biaya pokok produksi harus digolongkan berdasarka hubungan dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. 3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah overhead pabrik. 4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya sesungguhnya ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif unit yang ditentukan dimuka. Harga pokok produksi perunit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pemesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
D.2 Manfaat Method
Job
Order
Costing
Dalam perusahaan yang produksinya berdasar pesanan, Mulyadi (1993:41) dalam bukunya akuntansi biaya menyatakan bahwa informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk : 1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan 2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan. 3. Memantau realisasi biaya produksi. 4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan 5. Menentukan harga pokok persedian produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Jadi, dalam penentuan perhitungan harga pokok secara pesanan perusahaan perlu memperhatikan penggunaan sumber daya untuk masing-masing pesanan D.3 Keuntungan Job Order Costing Method Menurut Mulyadi (1993:48), Job Order Costing Method akan memberikan keuntungan sebagai berikut : 1. Memberikan struktur yang lengkap dalam hal ini terbatas, terbatas pada direct cost yaitu direct material dan direct labour 2. Tepat, lengkap, historis sederhana dan mampu diperbandingkan. Ketepatan dihasilkan karena direct cost diidentifikasikan pada masingmasing order, kelengkapan dihasilkan dari semua biaya-biaya, dibebankan kepada cost of sales job order cost memberikan catatan historis dengan mengkalkulasikan semua biaya-biaya yang terjadi dalam memproduksi suatu pesanan spesifik sederhana dihasilkan 4
dari kenyataan, bahwa pencatatan direct material dan direct labour hours adalah dengan mengikuti sistem pelaporan yang telah ada yaitu planning production dan scheduling purposes. Sistem ini juga menyediakan dasar untuk membandingkan suatu job cost dengan yang lain atau dengan cost estimate. 3. Meningkatkan kemampuan untuk mengatur dan mengevaluasi prestasi historis dari bagian-bagian operasi, product lines, departemen fungsional dan staf manajemen dalam organisasi. 4. Kemampuan untuk mengendalikan opeasi berjalan dengan mendeteksi dan menganalisa penyimpanganpenyimpangan atas kecendrungan bistoris dalam pola biaya. 5. Penambahan kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan dimasa yang akan dating dalam organisasi. Sedangkan kerugian dari job order costing method adalah timbulnya pemborosan yang terjadi dalam memproduksi suatu pesanan atau kelompok pesanan dibebankan dalam job cost-nya , pemborosan ini tidak dipisahkan sehingga tidak memungkinkan suatu perbandingan dengan biaya-biaya yang seharusnya terjadi. Dengan kata lain biaya-biaya tidak dapat dipisahkan dengan suatu produk atau kelompok lain. Metode akumulasi job order biasanya paralel dengan metode yang digunakan, yaitu proses produksi pesanan diurutkan menurut lay out pabrik oleh perencana produksi. Data biaya yang harus dilaporkan meliputi direct material dan direct labor (bahan langusng dan tenaga kerja langsung). Hal yang dilakukan pertama kali adalah membuat job order.
Number atau pesanan dilakukan oleh perencana produksi sebagai perintahperintah produski. Produksi dimulai dengan : 1. Diterima order 2. Dikeluarkan perintah produksi Setelah perusahaan menerima order dari pemesan yang berisi jenis produk dengan spesifikasi yang dikehendaki pemesan, maka kemudian dibuat perintah produksi untuk membuat produk sesuai dengan apa yang dikehendaki pemesan. Order produksi diberi nomer identitas untuk mempermudah identifikasi biayabiaya produksi yang terjadi dalam hubungan dengan proses produksi atau pembuatan produk yang dipesan tersebut. Nomer itu harus dicantumkan pada setiap laporan biaya dari pemesan. Dalam hal ini digunakan job order cost sheet untuk mengumpulkan biaya-biaya produksi PERANCANGAN SISTEM Diagram Proses
Gambar 1 Diagram proses penentuan harga pokok produksi
5
1.7
Data Flow Diagram (DFD)
Transformasi Customer
[Data Customer Integrated]
22
[Data Customer]
M CUSTOMER
Data Rencana Kerja Buruh [Data Stock]
1
M STOCK
Data Rencana Pakai Mesin Data Stock
BAGIAN KEUANGAN
Data Rencana Pakai Listrik
1.1 1.2 SI INTEGRAT ED Transformasi Stock [Data Barang]
SI INTEGRATED
[Data BOM]
1.3 4
[Data Rencana Kerja Buruh]
0
[Data Gaji Buruh]
Data Nilai Mesin
1.4 [Data Rencana Kerja Pegawai]
Data Gaji Buruh
Data PR Data SO
Penentuan Tarif Pegawai Perjam
BAGIAN KEUANGAN
[Tarif Pegawai Perjam]
[Data Gaji Pegawai]
Data Gaji Pegawai
SI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
M SETTING
[Tarif Buruh Perjam] Penentuan Tarif Buruh Perjam
Data Biaya Listrik
1.5
Data Rencana Kerja Pegawai
[Data Rencana Pakai Listrik] Penentuan Tarif Listrik Perjam
Data Barang
[Tarif Listrik Perjam]
[Data Biaya Listrik]
+
Data Customer Integrated
1.6 [Data Rencana Pakai Mesin] Penentuan Tarif Mesin Perjam [Data Nilai Mesin]
MANAGEMENT
5
[Data Mesin]
M MESIN
Gambar 4 Level 1 Sub proses Maintenance
Laporan Produksi
2.1 22
Gambar 2 Context Diagram
M CUSTOM ER
[Data Customer]
[Data SO]
Pada context diagram tampak aliran data yang bergerak dari masing-masing entitas.
10
Pembuatan Surat Perintah Produksi
SPP
[Data Perintah Produksi]
2.2 Data Perintah Produksi
SI INTEGRATED
3
[Data BOM detail]
Perhitung an Bahan Baku
2
[Data BOM ]
[Data Rencana Kerja Buruh]
M BOM DETAIL
M BOM
Rincian Bahan Baku
[Data Rencana Pakai Listrik] [Data Rencana Kerja Pegawai]
BAGIAN KEUANGAN
2.3 [Data Rencana Pakai Mesin]
1
[Data Stock] [Data PR]
1
M CUSTOMER
1
M STOCK
Data Kondisi Stock
Data Stock
[Data Gaji Buruh]
2.4
2
M BOM
3
M BOM DETAIL
5
M MESIN
Data BOM
MAINTENANCE DATA
2.5
[Data Gaji Pegawai] Data BOM Detail [Data Nilai Mesin]
22
M STOCK
Peng ecekan Bahan Baku
Data Customer
[Data Biaya Listrik ]
Tidak ada
Pembuatan PR
[Data Customer Integrated]
+
ada
Pembuatan Surat Peng ambilan Bahan
Data Mesin
Tarif Listrik Perjam 4
M SETTING
Tarif Buruh Perjam [Harga Pokok Produksi]
Tarif Pegawai Perjam
SI INTEGRATED
[Data Peng ambilan Bahan Detail] [Data PR]
[Data Peng ambilan Bahan]
Data Stock 1
[Data Barang]
M STOCK
[Data PR Detail]
8
7
PR
Peng ambilan Bahan Detail
2 Data Stock
[Data PR] [Data SO]
Data Customer 22
Data Perintah Produksi
M CUSTOMER
6
2
M BOM
3
M BOM DETAIL
Data BOM 10
SPP
Data Perintah Produksi
9
PENYIAPAN BAHAN 3
6
Tarif Buruh Perjam
Data Pengambilan Bahan
Pengambilan Bahan
22
1
M STOCK
7
Pengambilan Bahan Detail
2.6
Data Pengambilan Bahan Data PR Data Pengambilan Bahan Detail
5
8
PR
Penerimaan Bahan
+ Data PR Detail
Tarif Pegawai Perjam
Data Peng ambilan Bahan Detail Data Peng ambilan Bahan
M CUSTOMER
Data Customer
M SETTING Tarif Listrik Perjam
Peng ambilan Bahan
PR Detail
Data BOM detail
4
3
M BOM DETAIL
2
M BOM
[Data BOM Detail] Pembuatan Master BOM
Harga Pokok Produksi
9
PR Detail
[Data Stock]
Data Pengambilan Bahan Detail
PROSES PRODUKSI
Gambar 5 Level 1 Sub proses Penyiapan Bahan
M MESIN Data Mesin
+
Data Produksi
4 12
PHP [Laporan Produksi] Data Produksi
PEMBUATAN LAPORAN
MANAGEMENT
Gambar 3 Level 0 Dari pembuatan context diagram maka dapat dilakukan proses breakdown yang biasa disebut data flow diagram (DFD) level 0
6
[Data Pengambilan Bahan Detail]
Pengambilan Bahan Detail
7
Pengambilan Bahan
6
[Data Pengambilan Bahan]
22
M CUSTOMER
10
Sebuah CDM menggambarkan secara keseluruhan konsep struktur basis data yang dirancang untuk suatu program atau aplikasi. Pada CDM belum tergambar jelas bentuk tabel-tabel penyusun basis data beserta fieldfield yang terdapat pada setiap tabel. Tabeltabel tersebut sudah mengalami relationship tetapi tidak terlihat pada kolom yang mana hubungan antar tabel tersebut. Pada CDM telah didefinisikan kolom mana yang menjadi primary key.
SPP
3.1
[Data Customer]
[Data Perintah Produksi] Data Bahan Baku 15 5
P Bahan
M MESIN
Data Bahan Baku
Pembuatan Control Produksi
Data Control Produksi
Data Bahan Baku 3.2 14
P Mesin
Data Pemakaian Mesin 17 Control Produksi Data Control Produksi
Pengisian Control Produksi Data Jam Kerja
Data Control Produksi
data Pakai Mesin 3.3 Data Jam Kerja
3.6
16
Data Jam Kerja
Jadwal Kerja
Perhitungan Biaya Bahan Baku
Penerimaan Hasil Produksi
3.8
3.7
[Data Produksi]
Perhitungan Overhead
Perhitungan PTKL [Data Mesin]
BOP 12
PHP
Data Hasil Produksi [Tarif Buruh Perjam]
4
M SETTING
[Tarif Pegawai Perjam] JENIS_BARANG KD_JENIS varchar(3) NM_JENIS varchar(50) J_PRODUKSI integer J_JAHIT integer J_PRESSING integer J_PACKING integer
[Tarif Listrik Perjam] 3.9
M_MESIND TAHUN integer KD_MESIN varchar(10) NILAI numeric(8,2) JAM_KERJA decimal TARIF_PERJAM numeric(8,2)
KD_MESIN = KD_MESIN
Data Produksi BTKL
KD_ST OCK = KD_STOCK KD_JENIS = KD_JENIS
Perhitungan Harga Pokok Produksi
Biaya Bahan Baku
M_STOCK
SI INTEGRATED
[Harga Pokok Produksi]
M_CUSTOMER KD_CUST varchar(20) NM_CUST varchar(150)
Gambar 6 Level 1 Sub proses Proses Produksi Dari break down level 0 dapat dilakukan proses breakdown lagi untuk setiap proses kedalam sub proses yang lebih detail yang biasa disebut data flow diagram (DFD) level 1.
KD_STOCK KD_JENIS NM_STOCK SATUAN QTY HPP H_POK_P H_JUAL_MINIMAL H_JUAL_TERAKHIR B_BELI B_JUAL
varchar(20) varchar(3) varchar(100) varchar(50) decimal numeric(8,2) numeric(8,2) numeric(8,2) numeric(8,2) integer integer
Relation_31
JENIS_BARANG KD_JENIS NM_JENIS J_PRODUKSI J_JAHIT J_PRESSING J_PACKING
Relation_41
M_BOM KD_BOMH SATUAN QTY KETERANGAN PRINT
M_MESIND TAHUN NILAI JAM_KERJA TARIF_PERJAM
Relation_76
Relation_163
M_CUSTOMER KD_CUST NM_CUST
Relation_162
SPP NO_SPP NO_SO TGL_SPP TGL_SELESAI TGL_KIRIM QTY SATUAN KETERANGAN
Relation_247
KD_CUST = KD_CUST
Relation_262
PENGAMBILAN_BAHAN NO_PENGAMBILAN TGL_AMBIL STS_DITERIMA NO_PENERIMAAN TGL_TERIMA PENERIMA_GUDANG
SETTING
KD_ST OCK = KD_STOCK KD_BOMH = KD_BOMH
varchar(20) date varchar(20)
NO_SPP = NO_SPP NO_PR = NO_PR
PENGAMBILAN_BAHAND KD_STOCK varchar(20) KD_BOMH varchar(20) NO_PENGAMBILAN varchar(20) SATUAN varchar decimal HPP decimal
NO_PENGAMBILAN = NO_PENGAMBILAN QTY
NO_PENGAMBILAN = NO_PENGAMBILAN
varchar(20) varchar NO_CONTROL = date int time time decimal decimal
CONTROL_PRODUKSI NO_CONTROL varchar(20) NO_PENGAMBILAN varchar(20) STS_SELESAI integer TGL_SELESAI date QTY_HASIL decimal NO_CONTROL TAHUN_SETTING integer
integer numeric(8,2) numeric(8,2) numeric(8,2) integer integer integer numeric(8,2) numeric(8,2) numeric(8,2)
PR_DETAIL NO_PR varchar KD_STOCK varchar(20) KD_BOMH varchar(20) QTY decimal SATUAN varchar
NO_SPP = NO_SPP
PENGAMBILAN_BAHAN NO_PENGAMBILAN varchar(20) NO_SPP varchar(20) TGL_AMBIL date STS_DITERIMA integer NO_PENERIMAAN varchar(20) TGL_TERIMA date PENERIMA_GUDANG varchar(150)
TAHUN_SETTING GJ_PTKL BY_GAJIPEGAWAI BY_LISTRIK JK_PTKL JK_PEGAWAI JP_LISTRIK TRF_PTKL TRF_PEGAWAI TRF_LISTRIK
KD_MESIN = KD_MESIN
PR NO_PR TGL_PR NO_SPP KETERANGAN
M_MESIN KD_MESIN varchar(10) NM_MESIN varchar(50) THN_BELI integer NILAI_BELI numeric(8,2) PERSEN_SUSUT numeric(8,2) NILAI_SUSUT numeric(8,2) NILAI_JAMK decimal STS_AKTIF integer
NO_CONTROL = NO_CONTROL
PEMAKAIAN_BAHAN NO_CONTROL varchar(20) KD_STOCK varchar(20) KD_BOMH varchar(20) SATUAN varchar QTY decimal QTY_SISA decimal HPP decimal
PEMAKAIAN_MESIN NO_CONTROL varchar(20) KD_MESIN varchar(10) TAHUN int TGL_PAKAI date JAMMULAI time JAMSELESAI time LAMA decimal ISTIRAHAT decimal
TAHUN_SET TING = TAHUN_SETT ING
NO_CONTROL = NO_CONTROL
PHP NO_PHP NO_CONTROL TGL_PENERIMAAN QTY_DITERIMA NIL_BAHANBAKU NIL_TKL NIL_OVERHEAD TOTAL_NIL HARGAPOKOK_P
varchar(20) varchar(20) date integer numeric(8,2) numeric(8,2) numeric(8,2) decimal numeric(8,2)
Gambar 8 Phicycal Data Model (PDM) Dari suatu CDM dapat di-generate kedalam Phicycal Data Model (PDM) yang menggambarkan secara detil konsep rancangan struktur basis data yang dirancang untuk suatu program aplikasi.
PR NO_PR TGL_PR KETERANGAN
Relation_233
SETTING TAHUN_SETTING GJ_PTKL BY_GAJIPEGAWAI BY_LISTRIK JK_PTKL JK_PEGAWAI JP_LISTRIK TRF_PTKL TRF_PEGAWAI TRF_LISTRIK
KD_ST OCK = KD_STOCK KD_BOMH = KD_BOMH
KD_BOMH = KD_BOMH
NO_CONTROL = NO_CONTROL
M_MESIN KD_MESIN NM_MESIN THN_BELI NILAI_BELI PERSEN_SUSUT NILAI_SUSUT NILAI_JAMK STS_AKTIF
M_BOMD KD_STOCK varchar(20) KD_BOMH varchar(20) SATUAN varchar QTY decimal JENIS varchar
SPP NO_SPP varchar(20) KD_CUST varchar(20) NO_SO varchar(20) TGL_SPP date TGL_SELESAI date TGL_KIRIM date KETERANGAN KD_BOMH varchar(20) QTY decimal SATUAN varchar(50)
JADWAL_KERJA
M_STOCK KD_STOCK NM_STOCK SATUAN QTY HPP H_POK_P H_JUAL_MINIMAL H_JUAL_TERAKHIR B_BELI B_JUAL
KD_BOMH = KD_BOMH
KD_ST OCK = KD_STOCK KD_BOMH = KD_BOMH
NO_CONTROL KODE_BAGIAN TGL_KERJA JML_PEKERJA JMMULAI JMSELESAI LAMA ISTIRAHAT
Entity Relational Data (ERD)
M_BOM KD_BOMH varchar(20) SATUAN varchar(50) QTY decimal KETERANGAN PRINT integer
PHP NO_PHP TGL_PENERIMAAN QTY_DITERIMA NIL_BAHANBAKU NIL_TKL NIL_OVERHEAD HARGAPOKOK_P
Relation_257
CONTROL_PRODUKSI NO_CONTROL STS_SELESAI TGL_SELESAI QTY_HASIL
Relation_263
Relation_259
Gambar 7 Conceptual Data Model (CDM) 7
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Form BOM
D.
Surat Perintah Produksi
Gambar 12 Form Surat Perintah Produksi Gambar 9 Form Menu BOM Digunakan dalam menyusun bill of material (BOM) dari suatu produk.
Digunakan untuk membuat perintah produksi berdasarkan suatu pesanan. E.
B.
Permintaan Pengadaan
Setting Awal
Gambar 13 Form Permintaan Pengadaan Gambar 10 Form Menu Setting Awal Digunakan untuk men-setting tarif listrik perjam, tenaga kerja langsung perjam dan tenaga kerja tidak langsung perjam. C.
Digunakan untuk membuat permintaan pengadaan bahan baku untuk proses produksi. F.
Pengambilan Bahan
Master Mesin
Gambar 14 Form Pengambilan Bahan Gambar 11 Form Menu Master Mesin Digunakan untuk men-setting tarif mesin perjam.
Digunakan untuk pengambilan bahan baku.
melakukan
8
G.
Penerimaan Bahan
J.
Laporan Produksi
Gambar 18 Form Laporan Produksi Gambar 15 Form Penerimaan Bahan Digunakan untuk melakukan memvalidasi bahan baku yang diterima. H.
Control Produksi
Gambar 16 Form Control Produksi Digunakan untuk mencatat semua sumber daya yang dipakai dalam proses produksi. I.
Penerimaan Hasil Produksi
Gambar 17 Form Penerimaan Hasil Produksi Digunakan untuk mem-validasi barang hasil produksi dan menghitung harga pokok produksi dari barang tersebut.
Digunakan membuat produksi dari suatu produk.
laporan
KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil evaluasi sistem informasi penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode job order costing pada PT. Budi Jaya, dapat disimpulkan bahwa sistem telah berhasil berfungsi sebagai alat bantu perhitungan harga pokok produksi yang kompetitif. Seperti yang ditunjukan pada table 4.1 dan table 4.2 bahwa aplikasi telah berjalan dengan baik dan tidak terdapat error serta dapat menghasilkan output yang sesuai dengan cara penghitungan metode job order costing secara manual seperti ditunjukan pada table 4.8 dan 4.9. Selain itu dengan menggunakan metode job order costing perusahaan bisa mengetahui harga pokok produksi dengan hasil yang lebih tepat karena metode ini memperhitungkan setiap komponen biaya yang dipakai dalam proses produksi secara aktual dan lebih terperinci. Seperti ditunjukan pada perbandingan table 4.9 dan table 4.10 dimana terdapat perbedaan harga pokok produksi satuan sebesar Rp. 408,00 dalam memproduksi produk CL00247S004-L sejumlah 1.000 unit.
9
Saran Adapun saran-saran yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi yang telah dibuat adalah sebagai berikut: 1. Sistem ini selanjutnya bisa dikembangkan menjadi sistem pendukung keputusan dalam penetuan harga jual produk. 2. Sistem ini lebih baik dikembangkan terintegrasi dengan sistem informasi akuntansi secara keseluruhan pada perusahaan.
Penentuan Harga Pokok, edisi kedua , BPFE-UGM, Yogyakarta. Swasta, Basu dan Sukojo , Ibnu, 2002, Pengantar Bisnis Modern, cetakan ketiga, Liberty, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri,
Softjan, 2004 , Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi , Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Hartono , Jogiyanto, 1999, Analisis & Desain Sistem Informasi, edisi ke tiga, Penerbit Andi, Yogyakarta. Herlambang, Soendoro dan Tanuwijaya, Haryanto, 2005, Sistem Informasi: Konsep, Teknologi, dan Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 1999. Standar Akuntansi Keuangan. PSAK. No. 17, Cetakan Keempat, Buku Satu, Salemba Empat,.Jakarta. Lesmono, Tresno , 1998, Akuntansi Biaya, Akademia Akuntansi YKPN, Yogyakarta. Mulyadi, 1993, Akuntansi Biaya : Pengendalian Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, Edisi kelima, STIE YKPN, Yogyakarta. Ramakrishnan, R. dan Gehrke, J., 2003, Sistem Manajemen Database, edisi ke tiga, Penerbit Andi, Yogyakarta. Supyono R. A., 1992, Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan 10