ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE JOB ORDER COSTING PADA PT. MBG PUTRA MANDIRI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi
Oleh: Sri Retno Budi Ningsih F.3307182
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1
2
BAB I PENDAHULUAN
A.
Gambaran Umum Perusahaan 1.
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. MBG PUTRA MANDIRI Yogyakarta adalah badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang sudah lebih dari 10 tahun berkiprah di bidang jasa manufaktur memproduksi berbagai jenis produk sparepart, konstruksi mesin, jig, mold, dies dan alat lainnya untuk berbagai macam kebutuhan perusahaan seperti perusahaan industri, tekstil, farmasi, seni (art), makanan (food). Perusahaan ini berdiri pada tahun 2000 dengan akte pendirian melalui Keputusan Menteri Kehakiman Nomor 8 tanggal 12 Januari 2000 di depan notaris Sunarto, SH, akte berita acara perubahan Nomor 56 tanggal 14 Desember 2004 di depan notaris Bimo Seno Sanjaya, SH, akte berita acara perubahan Nomor 44 tanggal 25 Agustus 2008 di depan notaris Murlina, SH,
NPWP 01-992398-6-542-000, SIUP
Nomor 503/562/223/PM/V/2006 tanggal 20 Mei 2009 jatuh tempo tanggal 19 Mei 2012, TDP Nomor 120215000450 tanggal 2 Mei 2011, HO/ Ijin Gangguan Manufaktur Nomor 503/2129/HO/2005 tanggal 14 Oktober 2005 jatuh tempo tanggal 14 Oktober 2010, HO/ Ijin Gangguan Jasa Konstruksi Nomor 503/9783/HO/2007 tanggal 30 Maret 2007 jatuh tempo tanggal 30 Maret 2012. Direktur utama PT.
3
MBG PUTRA MANDIRI sejak awal berdirinya dijabat oleh bapak Subagyo. PT. MBG PUTRA MANDIRI terletak di Jalan Ring road barat No. 63, Salakan Trihanggo, Gamping, Sleman – Yogyakarta 55291. Alasan perusahaan memilih lokasi ini adalah: 1.)
Letaknya strategis karena berada di tepi jalan Ring road barat Sleman – Yogyakarta,
2.)
Mudah mendapatkan tenaga kerja,
3.)
Mudah dalam memasarkan produk, karena lokasi ini merupakan pusat industri,
4.)
Mudah dalam mendapatkan bahan baku, dan
5.)
Mudah dijangkau kendaraan umum. Dari tahun ke tahun PT. MBG PUTRA MANDIRI semakin
mendapat kepercayaan dari para relasi/ customer dengan komitmen selalu berusaha meningkatkan pelayanan demi kepuasan konsumen (Customers Satisfaction). Beberapa costumer yang telah bekerjasama dengan PT. MBG PUTRA MANDIRI antara lain: 1.)
KONIMEX – Solo,
2.)
TIGA PILAR SEJAHTERA (TPS) - Grompol, Sragen,
3.)
SIDO MUNCUL - Ungaran, Semarang,
4.)
KIEVIT – Salatiga,
5.)
UNZAVITALIS – Salatiga,
4
6.)
HIT POLYTRON - Sayung, Semarang,
7.)
SAKAFARMA – Semarang,
8.)
MAESINDO INDONESIA - Bantul, Yogyakarta,
9.)
SARI HUSADA (SGM) - Kemudo, Klaten,
10.) TIRTA INVESTAMA (AQUA) - Klaten & Wonosobo, 11.) KARYA HIDUP SENTOSA (QUICK) – Yogyakarta, 12.) KUSUMA HADI SENTOSA - Jaten, Karanganyar, 13.) KERTAS BLABAK - Blabak, Muntilan, 14.) ETI FIRE SYSTEM - Kopeng, Magelang, 15.) ECO TARGET INTERNATIONAL - Kopeng, Magelang. Beberapa relasi yang telah bekerjasama dengan PT. MBG PUTRA MANDIRI antara lain: 1.)
ATMI – Solo,
2.)
YPTI – Yogyakarta,
3.)
SUKSES – Solo,
4.)
BENGKEL KING – Solo,
5.)
APG – Boyolali,
6.)
MULTI PLASSINDO – Semarang,
7.)
BENGKEL LAKSANA – Semarang,
8.)
TRI PILAR – Jakarta,
9.)
EMT – Solo,
10.) HANDAYANI – Yogyakarta, 11.) BLPT – Yogyakarta,
5
12.) UGM – Yogyakarta, 13.) UNIV. SANATA DHARMA – Yogyakarta, 14.) ANINDYA PUROSANI – Yogyakarta, 15.) BHINEKA BAJANAS (BOHLER) – Semarang, 16.) SANDVICK TOOL. Perusahaan
ini
dalam
perkembangannya
mengalami
perubahan modal, fasilitas dan peralatan, tenaga kerja maupun kegiatan produksinya demi memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas kepada konsumen. Perkembangan yang terjadi di PT. MBG PUTRA MANDIRI adalah sebagai berikut: 1.
Masalah Ketenagakerjaan Jumlah karyawan yang bekerja di PT. MBG PUTRA MANDIRI yang dipimpin oleh direktur utama bapak Subagyo sampai saat ini berjumlah sebanyak 31 orang yang meliputi 9 staf kantor, 9 staf bagian/ ka. Bagian dan 13 sub. Bagian/ divisi manufaktur dalam perusahaan. Peraturan kerja yang berlaku di PT. MBG PUTRA MANDIRI yaitu: a. Jam kerja diatur sesuai dengan ijin penyimpangan waktu jam kerja dari Departemen Tenaga Kerja serta dilaksanakan mengikuti jam kerja biasa (dayshift). Jam kerja tiap shift adalah sebagai berikut: 1.)
Shift A Senin - Jumat jam kerja 07.00 – 16.30 WIB,
2.)
Shift B Senin - Jumat jam kerja 16.20 – 24.50 WIB.
6
b. Pekerja setelah bekerja 5 (Lima) hari (Senin – Jumat) berturutturut baik jam kerja biasa maupun jam kerja shift, diberikan istirahat mingguan sekurang-kurangnya 2 (Dua) hari setiap hari sabtu dan minggu. 2.
Lingkup pekerjaan perusahaan dan mesin yang ada Untuk menjalankan jenis usaha jasa manufaktur pembuatan atau produksi berbagai jenis produk sparepart, konstruksi mesin, jig, mold, dies dan alat lainnya, saat ini PT. MBG PUTRA MANDIRI telah memiliki mesin-mesin produksi sebagai berikut: Tabel I.1 Mesin-mesin yang dimiliki oleh PT. MBG PUTRA MANDIRI No Nama Alat Merk Tanggal Perolehan 1 Automotif Machine Sunnen 01/01/2001 (VGS-20 & VR-6500) 2 BW 31/01/2006 3 CNC Miltex 09/12/2005 4 Driling (2) Rongfu 01/04/2005 5 Hobbing Machine Deki 27/11/2001 6 Milling (1) Pao Fong 01/06/2000 7 Milling (2) Matsura 21/11/2001 8 Milling (3) Niigata 01/10/2000 9 Ponch 63 Ton RRT RRT 27/11/2006 10 Ponch 63 Ton Hitachi KHS 02/29/2008 11 Sand Blasting MBG 05/09/2002 12 Slotter Nakabo 01/01/2001 13 Turning (1) Mazak I 01/03/2000 14 Turning (2) Mazak II 08/07/2002 15 Turning (3) C0630 01/01/1999 16 Welding (Mig & Tig) Telwin 01/01/1999 Sumber: Data perusahaan
7
2.
Kegiatan Produksi Perusahaan PT. MBG PUTRA MANDIRI menjalankan jenis usaha jasa manufaktur berdasarkan pesanan baik dari perorangan, perusahaan lokal yang lain, sampai perusahaan interlokal. Pada dasarnya banyak jenis produk yang diproduksi tergantung karakteristik pesanan dari konsumen. Telah disebutkan bahwa jenis produk yang diproduksi PT. MBG PUTRA MANDIRI sangat banyak, antara lain: a. Mesin konstruksi Produk mesin konstruksi adalah produk PT. MBG PUTRA MANDIRI yang berbentuk suatu proyek mesin rekayasa atau suatu mesin untuk pembuatan produk tertentu, contoh produknya antara lain: 1.)
Mesin crusher, yaitu mesin penghancur plastik,
2.)
Mesin
mixer,
yaitu
mesin
pengaduk
yang
biasanya
digunakan/ dipesan oleh perusahaan pembuat saos, sabun, obat dan lain-lain, 3.)
Mesin comveyor, yaitu mesin penghancur batu.
b. Sparepart Produk sparepart adalah produk PT. MBG PUTRA MANDIRI yang berbentuk suatu produk untuk mendukung dalam pembuatan mesin dan proses mesin produksi, contoh produknya antara lain:
8
1.)
Worm wheel (Gigi kuningan) yaitu sparepart mesin cetak obat/ tablet yang berfungsi sebagai penggerak shaft,
2.)
Shaft/ As main compressor roll yaitu sparepart mesin untuk mengepres kemasan obat tablet,
3.)
Valve yaitu sparepart yang dipasang pada pemadam kebakaran, yang biasa ada di ruangan-ruangan, berfungsi untuk membuka tabung pada saat digunakan.
c. Jig Jig adalah produk PT. MBG PUTRA MANDIRI yang dibuat untuk alat bantu dalam mengerjakan produk-produk tertentu/ barang yang tingkat kesulitannya tinggi sehingga dapat dikerjakan dengan mudah, contoh produknya antara lain: Produk shaft, baut, flange. d. Mold Mold atau molding adalah produk PT. MBG PUTRA MANDIRI yang berbentuk suatu produk sparepart untuk mencetak produk yang berhubungan dengan bahan plastik, contoh produknya antara lain: molding untuk membuat chasing handphone, molding untuk membuat toples/ derigen. e. Dies Dies adalah produk PT. MBG PUTRA MANDIRI yang berbentuk suatu produk sparepart untuk membuat berbagai macam produk dalam berbagai bentuk/ sparepart assembly, contoh
9
produknya antara lain: Dies untuk membuat sparepart mesin traktor, sparepart kulkas, sparepart bus/ alat transportasi.
3.
Proses Produksi PT. MBG PUTRA MANDIRI dalam memproduksi berbagai jenis produk konstruksi mesin, sparepart, jig, mold, dies dan alat lainnya, menerapkan proses produksi yang berbeda-beda sesuai dengan spesifikasi pesanan dari konsumen. Perbedaan proses produksi untuk masing-masing jenis produk dipengaruhi oleh: a.)
Jenis dan atau jumlah material yang dibutuhkan untuk setiap produk,
b.)
Proses permesinan yang dilakukan untuk setiap produk,
c.)
Subcount, yaitu proses produksi selanjutnya yang dikerjakan oleh perusahaan lain. Namun secara umum proses produksi dimulai dari aliran
bahan material/ bahan baku sampai produk jadi dapat digambarkan sebagai berikut: Gudang Material
Proses Permesinan
Quality Control
Gudang Barang Jadi
Gambar I.1 Aliran bahan dari material sampai produk jadi
10
1.
Gudang Material Gudang bahan baku menerima barang dari luar, kemudian distafel berdasarkan jenis bahan. Tujuannya adalah untuk mempermudah dan mempercepat proses selanjutnya ketika ada permintaan bahan baku dari bagian produksi. Untuk dapat mengetahui dan mencatat bahan baku yang digunakan dalam setiap pesanan, perusahaan menggunakan dokumen permintaan bahan dan pengeluaran barang gudang yang diisi oleh bagian produksi (manufaktur) untuk diserahkan pada bagian gudang tools. Setelah itu bahan-bahan baku disuplai ke bagian produksi sesuai permintaan dari bagian produksi. Stock bahan baku pada gudang material yang digunakan untuk pembuatan setiap produk sesuai pesanan konsumen sangat banyak dan berbagai jenis.
2.
Proses permesinan Proses permesinan adalah proses produksi dengan menggunakan mesin tertentu yang dimiliki PT. MBG PUTRA MANDIRI sesuai kebutuhan masing-masing produk. Istilah dalam proses permesinan yang digunakan PT. MBG PUTRA MANDIRI sesuai dengan nama alat/ mesin yang digunakan untuk melakukan proses
produksi
sedangkan
untuk
tenaga
kerja
yang
mengerjakannya adalah operator bagian sub. Bagian/ divisi manufaktur yang diberi nama sesuai dengan merk mesin yang
11
digunakan. Proses permesinan yang digunakan PT. MBG PUTRA MANDIRI adalah sebagai berikut: a. Automotif machine (VGS-20 & VR-6500) Automotif machine (VGS-20 & VR-6500) adalah proses machining (permesinan) untuk mengukur tekanan pada kleb motor dengan menggunakan mesin automotif machine (VGS-20 & VR-6500) yang sudah menggunakan program dari komputer. b. BW (Bench Work) BW adalah proses permesinan dengan menggunakan alat-alat BW (Kerja meja bangku), contoh alat BW antara lain: gerinda, kikir, gergaji. c. CNC CNC adalah proses machining (permesinan) untuk membuat sparepart dengan menggunakan mesin CNC yang cara kerjanya sudah menggunakan program dari komputer. d. Drilling (2) Drilling (2) adalah proses machining (permesinan) mengebor dengan menggunakan mesin drilling (2)/ mesin bor. e. Hobbing machine Hobbing machine adalah proses permesinan pembuatan part roda gigi dengan mesin hobbing.
12
f. Milling (1)/ Pao Fong Milling (1) adalah proses machining (permesinan) yang kerjanya sebagian besar untuk meratakan suatu benda kerja, bisa juga untuk mengebor dengan menggunakan mesin milling berkode (1), bermerk pao fong. g. Milling (2)/ Matsura Milling (2) adalah proses machining (permesinan) yang kerjanya sebagian besar untuk meratakan suatu benda kerja, bisa juga untuk mengebor dengan menggunakan mesin milling berkode (2) bermerk matsura. h. Milling (3)/ Nigata Milling (3) adalah proses machining (permesinan) yang kerjanya sebagian besar untuk meratakan suatu benda kerja, bisa juga untuk mengebor dengan menggunakan mesin milling berkode (3), bermerk nigata. i. Ponch 63 Ton RRT Ponch 63 ton RRT adalah proses permesinan yang biasanya
digunakan
untuk
produksi
massal
dengan
menggunakan mesin ponch 63 ton RRT yang menggunakan dies. j. Ponch 63 Ton Hitachi
13
Ponch 63 ton Hitachi adalah proses permesinan yang biasanya
digunakan
untuk
produksi
massal
dengan
menggunakan mesin ponch 63 ton Hitachi. k. Sand blasting Sand blasting adalah proses permesinan untuk membuat kasar permukaan suatu benda kerja dengan pasir blasting (seperti pasir pantai) yang menggunakan mesin sand blasting. l. Slotter Slotter adalah proses machining (permesinan) untuk membuat alur pasak pada roda gigi dengan menggunakan mesin slotter. m. Turning (1)/ Mazak I Turning (1) adalah proses machining (permesinan) yang cara kerjanya untuk membuat diameter dengan berbagai ukuran, bisa juga untuk mengebor dengan menggunakan mesin turning berkode (1)/ mesin bubut (1) bermerk mazak I. n. Turning (2)/ Mazak II Turning (2) adalah proses machining (permesinan) yang cara kerjanya untuk membuat diameter dengan berbagai ukuran, bisa juga untuk mengebor dengan menggunakan mesin turning berkode (2)/ mesin bubut (2) bermerk mazak II. o. Turning (3)
14
Turning (3) adalah proses machining (permesinan) yang cara kerjanya untuk membuat diameter dengan berbagai ukuran, bisa juga untuk mengebor dengan menggunakan mesin turning berkode (3)/ mesin bubut (3). p. Welding (Mig & Tig) Welding (Mig & Tig) adalah proses pengelasan dengan mesin welding yang menggunakan bahan tambah alumunium, stainless steel dan lain-lain. 3.
Quality Control Quality Control adalah proses inspecting (pengecekan). Tujuan dari inspecting adalah untuk mengetahui sejauh mana kualitas produk-produk hasil produksi, untuk mengklasifikasikan jenis produk sesuai standard. Hal ini dimaksudkan agar apabila terdapat produk yang masih kurang memenuhi standard kualitas produksi dapat ditindaklanjuti dengan melakukan pencegahan dan pengecekan penyebab timbulnya hal tersebut, misalnya dengan melakukan pengecekan terhadap mesin maupun operatornya. Proses quality control untuk masing-masing produk berbeda-beda sesuai dengan spesifikasinya, dan proses ini dilakukan oleh tenaga kerja langsung bagian produksi dibawah pengawasan langsung oleh bagian marketing.
15
Berikut ini merupakan contoh pengecekan terhadap produk jenis sparepart yang yang diproduksi PT. MBG PUTRA MANDIRI: a. Mengecek valve (Nama produk sparepart) dengan: 1.) Diberi tekanan udara yang batas minimalnya telah ditentukan yaitu 75 bar, 2.) Spesifikasi yang dituntut antara lain penampilan atau performance produk, 3.) Produk jadi dengan berbagai materialnya tidak boleh bocor, 4.) Dimensi hasil bubutan tidak boleh menyimpang jauh dari gambar/ design. b. Pengecekan terhadap mesin dengan sistem pengecekan random.
4.
Gudang Barang Jadi
Setelah produk-produk hasil produksi melalui proses quality control, maka proses produksi produk PT. MBG PUTRA MANDIRI telah selesai. Proses selanjutnya adalah pengiriman barang ke bagian gudang tools dari bagian produksi disertai data lengkap setiap shift, antara lain: 1) Kode produksi, 2) Jumlah unit dan berat, 3) Laporan pemeriksaan, 4) Surat pengeluaran barang dari bagian produksi ke gudang,
16
5) Tanda terima dari gudang.
4.
Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan Bagi suatu perusahaan, struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting karena struktur organisasi dibentuk untuk memungkinkan terciptanya tujuan perusahaan melalui pengelompokan aktifitas yang saling berhubungan satu sama lain. Deskripsi jabatan pada PT. MBG PUTRA MANDIRI adalah sebagai berikut: a. Direktur Direktur mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1.)
Memimpin jalannya perusahaan,
2.)
Menyusun kebijaksanaan,
3.)
Mengkoordinasi/
membagi
tugas
antar
bawahan
dan
mengadakan penggolongan karyawan sesuai masing-masing bagian, 4.)
Mengawasi
pelaksanaan
tugas
masing-masing
bagian
karyawan perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku, 5.)
Memegang kendali keuangan dan pembukuan akuntansi perusahaan.
b. Marketing/ Pemasaran Bagian ini mempunyai tugas antara lain: 1.)
Bertanggung perusahaan,
jawab
terhadap
omset
yang
dihasilkan
17
2.)
Menjual jasa permesinan dan produk atau proyek,
3.)
Membuat penawaran harga produk atau proyek atau jasa permesinan,
4.)
Membuat perjanjian kontrak kerja suatu pengerjaan produk, proyek dan jasa permesinan,
5.)
Membuat estimasi dan realisasi suatu produk atau proyek yang dikerjakan,
6.)
Mengevaluasi laba rugi,
7.)
Mengawasi proses quality control yang dilakukan oleh bagian produksi.
Bagian marketing membawahi sub bagian, yaitu: 1. Administrasi marketing Sub. Bagian ini mempunyai tugas membantu bagian marketing dan bertanggungjawab kepada direktur mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kearsipan baik pembelian, penjualan, upah, gaji serta hasil usaha. c. Design Bagian ini mempunyai tugas antara lain: 1.)
Membuat gambar kerja (drafting) untuk setiap WO (Work Order) atau order yang memerlukan gambar kerja,
2.)
Membuat gambar kerja untuk pekerjaan yang akan di subcount,
18
3.)
Melakukan evaluasi atas gambar maupun produk yang telah dibuat dan melakukan revisi apabila terjadi kesalahan,
4.)
Melakukan evaluasi atas jam mesin terhadap gambar kerja (efisiensi),
5.)
Melaksanakan dokumentasi atas gambar yang telah dibuat meupun dokumen/ surat lain yang berkaitan dengan tugasnya.
d. Manufaktur/ Produksi Bagian ini mempunyai tugas antara lain: 1.)
Bertanggung jawab penuh atas seluruh divisi yang ada di bagian produksi (manufaktur) yaitu divisi design, divisi mesin CNC, divisi milling, divisi turning, divisi automotif repair sheet metal & maintenance,
2.)
Bertanggung jawab penuh atas kelancaran proses produksi dan mengatasi segala masalah pengerjaan yang ada di bagian produksi (manufaktur),
3.)
Memantau dan menganalisa perkembangan bagian produksi (manufaktur) serta mendengarkan dan menampung aspirasi, usulan, kritik atau saran yang baik dengan dasar realita yang ada secara terbuka dari seluruh karyawan bagian produksi (manufaktur) sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas bagian produksi (manufaktur),
4.)
Bekerjasama dengan seluruh karyawan bagian produksi (manufaktur) dalam rangka mengoptimalkan kinerja dan
19
sistem kerja yang lebih baik guna meningkatkan kualitas hasil produksi, 5.)
Menciptakan suasana kerja yang kondusif agar selalu terbentuk suatu tim kerja (team work) yang solid di bagian produksi (manufaktur),
6.)
Membuat schedule produksi secara periodik,
7.)
Membuat Estimasi Biaya Produksi (EBP) dan Realisasi Biaya Produksi (RBP),
8.)
Mengadakan meeting bersama dengan seluruh karyawan bagian produksi (manufaktur) setiap sebulan sekali (akhir bulan),
9.)
Membuat penilaian prestasi kerja seluruh karyawan bagian produksi (manufaktur) setiap catur wulan secara obyektif berdasarkan data-data yang ada dan pengamatan langsung di lapangan,
10.) Berupaya bekerja dengan hati-hati, teliti, teratur, inisiatif dan kreatif agar tenaga dan waktu yang dikeluarkan tidak sia-sia sehingga tercapai efisiensi kerja yang tinggi, 11.) Bertanggungjawab atas otorisasi surat permintaan bahan baku dan pengeluaran dari bagian gudang ke bagian produksi. Bagian manufaktur membawahi sub bagian/ divisi, yaitu: 1. CNC Sub. Bagian/ divisi ini mempunyai tugas antara lain:
20
a.) Bertanggung jawab penuh atas kelancaran pekerjaan di divisi
mesin
CNC
terutama
proses
pengerjaan
di
permesinan / lapangan, a.) Sebagai programer di divisi mesin CNC, b.) Mengatur schedule pekerjaan terutama di permesinan/ lapangan, c.) Distribusi pekerjaan (job order) ke operator
sekaligus
menyiapkan material maupun tools dan sarana alat pendukung yang tidak ada di divisi mesin CNC, d.) Mengecek kembali gambar kerja yang akan diturunkan ke operator, e.) Mengatasi segala trouble pengerjaan yang ada di divisi mesin CNC dan segera melakukan pengambilan keputusan, f.) Memantau dan menganalisa perkembangan divisi mesin CNC sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas divisi mesin CNC, g.) Bekerjasama dengan operator yang ada di divisi mesin CNC dalam rangka mengoptimalkan kinerja dan sistem kerja yang lebih baik guna meningkatkan kualitas hasil pekerjaan, h.) Berupaya bekerja dengan hati-hati, teliti, teratur, inisiatif dan kreatif agar tenaga dan waktu yang dikeluarkan tidak sia-sia sehingga tercapai efisiensi kerja yang tinggi.
21
2. Milling Sub. Bagian/ divisi ini mempunyai tugas antara lain: a.) Mengkoordinir
operator
di
divisi
milling
dalam
mengerjakan semua pekerjaan (job order) di permesinan / lapangan, b.) Bertanggung jawab penuh terhadap hasil pekerjaan mengenai ukuran, fungsi dan performance benda kerja (produk), c.) Bertanggung jawab penuh atas pemakaian mesin, tools, sarana dan alat pendukung yang ada di divisi milling atau yang pinjam di divisi lain, d.) Membuat laporan jam kerja permesinan / lapangan setiap hari, e.) Membuat laporan secara tertulis apabila mengalami kerusakan benda kerja (produk) maupun kerusakan tools, sarana dan alat pendukung, f.) Mengatasi segala kesulitan yang ada pada waktu proses pengerjaan di permesinan / lapangan, g.) Memantau dan menganalisa perkembangan divisi milling sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas divisi milling, h.) Bekerjasama dengan operator yang ada di divisi milling dalam rangka mengoptimalkan kinerja dan sistem kerja
22
yang lebih baik guna meningkatkan kualitas hasil pekerjaan, i.) Berupaya bekerja dengan hati-hati, teliti, teratur, inisiatif dan kreatif agar tenaga dan waktu yang dikeluarkan tidak sia-sia sehingga tercapai efisiensi kerja yang tinggi. 3. Mesin manual Sub. Bagian/ divisi ini mempunyai tugas antara lain: a.) Bertanggung jawab penuh terhadap hasil pekerjaan mengenai ukuran, fungsi dan performance benda kerja (produk), b.) Bertanggung jawab penuh atas pemakaian mesin, tools, sarana dan alat pendukung yang ada di divisi mesin manual & maintenance atau yang pinjam di divisi lain, c.) Membuat laporan jam kerja permesinan/ lapangan setiap hari, d.) Membuat laporan secara tertulis apabila mengalami kerusakan benda kerja (produk) maupun kerusakan tools, sarana dan alat pendukung, e.) Berupaya mengoptimalkan kinerja dan sistem kerja yang lebih baik guna meningkatkan kualitas hasil pekerjaan, f.) Berupaya bekerja dengan hati-hati, teliti, teratur, inisiatif dan kreatif agar tenaga dan waktu yang dikeluarkan tidak sia-sia sehingga tercapai efisiensi kerja yang tinggi.
23
4. Sheet dan metal Sub. Bagian/ divisi ini mempunyai tugas antara lain: a.) Bertanggung jawab penuh terhadap hasil pekerjaan mengenai ukuran, fungsi dan performance benda kerja (produk), b.) Bertanggung jawab penuh atas pemakaian mesin, tools, sarana dan alat pendukung yang ada di divisi automotif repair sheet metal & maintenance atau yang pinjam di divisi lain, c.) Membuat laporan jam kerja permesinan / lapangan setiap hari, d.) Membuat laporan secara tertulis apabila mengalami kerusakan benda kerja (produk) maupun kerusakan tools, sarana dan alat pendukung, e.) Berupaya mengoptimalkan kinerja dan system kerja yang lebih baik guna meningkatkan kualitas hasil pekerjaan, f.) Berupaya bekerja dengan hati-hati, teliti, teratur, inisiatif dan kreatif agar tenaga dan waktu yang dikeluarkan tidak sia-sia sehingga tercapai efisiensi kerja yang tinggi. 5. Punch Sub. Bagian/ divisi ini mempunyai tugas antara lain: a.) Mengkoordinir operator di divisi punch dalam mengerjakan semua pekerjaan (job order) di permesinan / lapangan,
24
b.) Bertanggung jawab penuh terhadap hasil pekerjaan mengenai ukuran, fungsi dan performance benda kerja (produk), c.) Bertanggung jawab penuh atas pemakaian mesin, tools, sarana dan alat pendukung yang ada di divisi punch atau yang pinjam di divisi lain, d.) Membuat laporan jam kerja permesinan / lapangan setiap hari, e.) Membuat laporan secara tertulis apabila mengalami kerusakan benda kerja (produk) maupun kerusakan tools, sarana dan alat pendukung, f.) Mengatasi segala kesulitan yang ada pada waktu proses pengerjaan di permesinan / lapangan, g.) Memantau dan menganalisa perkembangan divisi punch sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas divisi punch, h.) Bekerjasama dengan operator yang ada di divisi punch dalam rangka mengoptimalkan kinerja dan sistem kerja yang lebih baik guna meningkatkan kualitas hasil pekerjaan, i.) Berupaya bekerja dengan hati-hati, teliti, teratur, inisiatif dan kreatif agar tenaga dan waktu yang dikeluarkan tidak sia-sia sehingga tercapai efisiensi kerja yang tinggi.
25
6. Administrasi produksi Sub. Bagian/ divisi ini mempunyai tugas antara lain: a.) Membuat rekap omset harian, mingguan dan bulanan, b.) Membuat surat jalan dan melakukan pengecekan barang sebelum dikirim, c.) Job conrol list yaitu melaporkan status pekerjaan/ order kepada bagian marketing, d.) Menganalisa estimasi marketing dengan PPIC menyangkut pembelian material dan saran lainnya, e.) Memberikan laporan administrasi kepada bagian marketing dan PPIC, f.) Mendokumentasikan segala bentuk surat/ dokumen yang diperlukan. 7. Perawatan mesin Sub. Bagian/ divisi ini mempunyai tugas antara lain: a.) Mengkoordinir operator di divisi perawatan mesin dalam mengerjakan semua pekerjaan perawatan di permesinan / lapangan, b.) Bertanggung jawab penuh atas perawatan (maintenance) semua mesin dan alat pendukung yang ada di bagian produksi (manufaktur),
26
c.) Pengecekan kondisi mesin dan alat pendukung yang ada di bagian produksi (manufaktur) setiap sebulan sekali dan membuat laporan secara tertulis, d.) Membuat laporan jam kerja permesinan / lapangan setiap hari, e.) Membuat laporan secara tertulis apabila mengalami kerusakan benda kerja (produk) maupun kerusakan tools, sarana dan alat pendukung, f.) Mengatasi segala kesulitan yang ada pada waktu proses pengerjaan di permesinan / lapangan, g.) Memantau dan menganalisa perkembangan divisi automotif repair sheet metal & maintenance sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas divisi milling automotif repair sheet metal & maintenance, h.) Bekerjasama dengan operator yang ada di divisi automotif repair
sheet
metal
&
maintenance
dalam
rangka
mengoptimalkan kinerja dan sistem kerja yang lebih baik guna meningkatkan kualitas hasil pekerjaan, i.) Berupaya bekerja dengan hati-hati, teliti, teratur, inisiatif dan kreatif agar tenaga dan waktu yang dikeluarkan tidak sia-sia sehingga tercapai efisiensi kerja yang tinggi. e. Pembelian PPIC Bagian ini mempunyai tugas antara lain:
27
1.)
Merinci kebutuhan material dan sarana lain dari working order untuk kemudian menyediakan/ membeli kebutuhan tersebut,
2.)
Membuat PO untuk pembelian material dan subcount macihining,
3.)
Membuat laporan pembelian yang bersifat kas maupun kredit,
4.)
Membuat anggaran pembelian kepada bagian keuangan untuk dibelanjakan,
5.)
Menganalisa kebutuhan material dan saran pendukung lainnya untuk stock gudang,
6.)
Memberiakn laporan pembelian kepada bagian marketing,
7.)
Mendokumentasikan segala bentuk surat/ dokumen yang diperlukan.
Bagian PPIC membawahi Sub. Bagian/ divisi, yaitu: 1. Gudang tools Bagian ini mempunyai tugas antara lain: a.) Menerima dan mencatat penerimaan pembelian barang yang kemudian dialokasikan sesuai kebutuhan (confirm ke bagian PPIC dan pembelian), b.) Melaporkan penambahan stock barang sisa ke bagian PPIC, c.) Melaporkan kebutuhan sarana dan alat penunjang ke bagian PPIC,
28
d.) Melaporkan pengeluaran barang material, sarana dan alat penunjang ke bagian PPIC, e.) Merapikan gudang tempat penyimpanan dan daftar barang yang tersedia, f.) Mendokumentasikan
segala
bentuk
surat/
dokumen,
informasi maupun data yang berkaitan dengan tugasnya, g.) Membuat laporan ke bagian akuntansi atas pengeluaran barang dari gudang, h.) Mengelola stock barang sisa. f. HRD dan GA Bagian ini mempunyai tugas antara lain: 1.)
Bertanggung jawab atas rekruitmen karyawan baru,
2.)
Melaksanakan program peningkatan skill karyawan sesuai kebutuhan,
3.)
Menyiapkan laporan berkala ke dinas tenaga kerja dan instansi lain,
4.)
Mendokumentasikan dan meng-up date dokumen perusahaan dan atau legalitas perusahaan,
5.)
Pengelolaan administrasi dan atau file karyawan,
6.)
Mengelola administrasi penggajian karyawan dan tunjangan lain,
7.)
Monitoring absensi karyawan dan personal record,
8.)
Menjalankan peraturan perusahaan sebagimana fungsinya,
29
9.)
Melaksanakan tugas kepersonaliaan secara umum,
10.) Bertanggung jawab atas administrasi dan surat menyurat. g. Akuntansi dan keuangan Bagian ini mempunyai tugas antara lain: 1.)
Melaksanakan koordinasi untuk menyusun program kerja penyusunan anggaran dan perbendaharaan,
2.)
Melaksanakan koordinasi untuk menyusun program kerja di akuntansi dan verifikasi,
2)
Melaksanakan
bimbingan
dan
pelaporan
kegiatan
di
penyusunan anggaran dan perbendaharaan, 3)
Melaksanakaan bimbingan kerja dan pelaporan hasil kerja di mobilisasi dana.
30
DIREKTUR
MARKETING
DESIGN
MANUFAKTUR
PEMBELIAN
HRD & GA
AKUNTANSI & KEUANGAN
ADMIN MARKETING
C.N.C
MILLING
MESIN MANUAL
SHEET & METAL
PUNCH
ADMIN PRODUKSI
PERAWA TAN MESIN
Gambar I.2 Struktur Organisasi PT. MBG PUTRA MANDIRI Tahun 2010
GUDANG TOOLS
31
B.
Latar Belakang Masalah Perusahaan yang telah berdiri tentunya ingin berkembang dan terus menjaga kelangsungan hidupnya, untuk itu pihak manajemen perusahaan perlu membuat kebijakan yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja. Kebijakan tersebut dapat berupa penetapan harga pokok produksi, yaitu dengan cara menekan biaya produksi serendah mungkin dan tetap menjaga kualitas dari barang atau produk yang dihasilkan, sehingga harga pokok produk satuan yang dihasilkan perusahaan lebih rendah dari yang sebelumnya. Kebijakan ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk menetapkan harga jual yang tepat dengan laba yang ingin diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan tersebut dapat bersaing dengan perusahaanperusahaan lain yang memproduksi produk sejenis. Hal ini tentunya tidak terlepas dari tujuan didirikannya perusahaan yaitu agar modal yang ditanamkan dalam perusahaan dapat terus berkembang atau dengan kata lain mendapatkan laba semaksimal mungkin. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana perusahaan secara cermat dan tepat menentukan harga pokok produksi karena persaingan harga yang ketat menentukan eksistensi perseroan tersebut. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kedua kemungkinan
tersebut
dapat
mengakibatkan
keadaan
yang
tidak
menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan harga jual yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan produk yang ditawarkan perusahaan akan sulit bersaing
32
dengan produk sejenis yang ada di pasar, sebaliknya jika harga jual produk terlalu rendah akan mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan kecil. Kedua hal tersebut dapat diatasi dengan penentuan harga pokok produksi dan harga jual yang tepat. PT. MBG PUTRA MANDIRI adalah perusahaan jasa manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk sparepart, konstruksi mesin, jig, mold, dies dan produk lainnya dengan lingkup industri yang menggunakan produk-produk PT. MBG PUTRA MANDIRI sangat luas mulai dari industri tekstil, farmasi, seni (art), makanan (food), terbukti bahwa PT. MBG PUTRA MANDIRI sejak awal pendiriannya sampai sekarang telah memiliki banyak costumer/ konsumen dan relasi. Dari laporan penjualan tahun 2009 pada PT. MBG PUTRA MANDIRI diketahui total penjualan selama satu tahun pada tahun 2009 sebesar Rp. 2.076.273.647,00 dengan total HPP selama satu tahun sebesar Rp. 1.399.303.050,00 sehingga dapat diketahui bahwa laba perusahaan selama satu tahun adalah sebesar Rp. 676.970.597,00. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai masalah bagaimana menentukan harga pokok produksi pada PT. MBG PUTRA MANDIRI dengan mengambil contoh produk jenis sparepart produk jenis sparepart pesanan Valve D 25mm Bare ROP, sejumlah 25 unit yang di pesan oleh PT. Eti Fire Systems (costumer). Alasan penulis menggunakan contoh tersebut karena merupakan pesanan jenis sparepart dengan kuantitas terbanyak pada bulan Januari 2010.
33
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, penulis mengambil judul: “ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE JOB ORDER COSTING PADA PT. MBG PUTRA MANDIRI YOGYAKARTA”.
C.
Perumusan Masalah Berdasarkan judul yang penulis pilih dan melihat latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, maka untuk itu dalam pembahasannya penulis akan membatasi masalah yang akan ditinjau di PT. MBG PUTRA MANDIRI yaitu apakah penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode job order costing pada PT. MBG PUTRA MANDIRI sudah baik.
D.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih jauh penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode job order costing pada PT. MBG PUTRA MANDIRI.
E.
Manfaat Penelitian 1.
Bagi Penulis a.
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai hubungan antara teori perhitungan harga pokok produksi dengan metode job order costing dalam penerapannya di dunia nyata.
34
b.
Mengetahui secara langsung penerapan metode job order costing dalam menentukan harga pokok produksi pada PT. MBG PUTRA MANDIRI.
2.
Bagi Perusahaan a.
Sebagai pertimbangan dan saran mengenai penerapan metode job order costing dalam menentukan harga pokok produksi pada PT. MBG PUTRA MANDIRI agar lebih baik dan efektif di masa yang akan datang.
b.
Meningkatkan kinerja manajemen dan departemen produksi dalam rangka menentukan harga pokok produksi seefisien mungkin.
3.
Bagi Pembaca a.
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai hubungan antara teori perhitungan harga pokok produksi dengan metode job order costing dalam penerapannya di dunia nyata.
b.
Dapat
digunakan
untuk
menambah
wawasan
mengenai
penerapan metode job order costing dalam menentukan harga pokok produksi pada PT. MBG PUTRA MANDIRI.
35
BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
Tinjauan Pustaka 1.
Pengertian Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2009:7) akuntansi biaya adalah proses pencatatan,
penggolongan,
peringkasan
dan
penyajian
biaya
pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Akuntansi biaya bertujuan untuk menentukan harga pokok produksi, mengendalikan biaya, serta membentu proses pengambilan keputusan (Mulyadi, 2009:7).
2.
Pengertian Biaya Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2009:8). Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membuat sejumlah barang atau jasa dalam satu periode (Hanggana, 2008:7). Biaya produksi menurut objek pengeluarannya dibagi menjadi tiga elemen yaitu (Mulyadi, 2009:14): a. Biaya bahan baku, merupakan biaya utama (prime cost).
34
36
b. Biaya tenaga kerja langsung, merupakan biaya utama (prime cost). c. Biaya overhead pabrik dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi/ mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi dibagi menjadi tiga yaitu (Mulyadi, 2009:195): a.) Biaya overhead variabel adalah biaya yang besarnya cenderung berubah sesuai / sebanding dengan volume / besarnya produksi. b.) Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya yang besarnya cenderung tetap meskipun volume produksi atau besarnya produksi berubah. c.) Biaya overhead semi variabel adalah biaya yang berubah dalam pola yang tidak dapat direncanakan.
3.
Metode Pengumpulan dan Penentuan Biaya Produksi Menurut Hanggana (2009:11), metode pengumpulan biaya produksi dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Metode harga pokok proses Metode harga pokok proses adalah sistem pengumpulan biaya produksi, dimana biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik dikelompokkan ke setiap periode dan departemen (Hanggana, 2009:11).
37
b. Metode Harga pokok pesanan Metode
harga
pokok
pesanan
adalah
sistem
pengumpulan biaya produksi dimana biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dikelompokkan ke setiap pesanan dan biaya overhead pabrik dibebankan ke setiap pesanan dengan tarif yang ditentukan dimuka (Hanggana, 2009:11). Metode
penentuan
biaya
produksi
adalah
cara
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi (Mulyadi, 2009:17). Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi terdapat dua pendekatan yaitu: a. Full Costing Full Costing merupakan metode penentuan kos produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap (Mulyadi, 2009:17). Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini: Biaya bahan baku
XX
Biaya tenaga kerja langsung
XX
Biaya overhead pabrik variabel
XX
Biaya overhead pabrik tetap
XX
Kos produksi
XX
38
b. Variable Costing Variable Costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel (Mulyadi, 2009:18). Dengan demikian kos produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:
4.
Biaya bahan baku
XX
Biaya tenaga kerja langsung
XX
Biaya overhead pabrik variabel
XX
Kos produksi
XX
Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi adalah semua biaya yang untuk membuat satu unit barang jadi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (Hanggana, 2008:8). Pengertian lain dari harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan (Horngren et al., 2008:45). Harga pokok produki perlu dihitung lebih dahulu untuk tujuan penetapan harga jual, untuk tujuan penyediaan sumber-sumber keuangan yang dibutuhkan guna melaksanakan produksi atau tujuan pengendalian biaya.
39
5.
Penentuan Harga Pokok Produksi Syarat utama perusahaan yang produksinya berdasarkan sistem pesanan dari luar atau dari dalam perusahaan, karakteristik usaha perusahaan tersebut adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2009:38): a) Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus, jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan dan mulai dengan pesanan berikutnya, b) Produk dihasilkan dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian antara pesanan yang satu dengan pesanan yang lain mempunyai variasi yang berbeda-beda, c) Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di gudang. Perusahaan yang menggunakan sistem harga pokok pesanan, pengelompokan biaya produksi dipisahkan menjadi tiga elemen pokok biaya yaitu: 1. Biaya Bahan Baku Bahan baku adalah bahan yang menempel menjadi satu dengan barang jadi yang mempunyai nilai relatif tinggi dibanding nilai bahan yang lain dalam pembuatan suatu barang jadi (Hanggana, 2009:15). Alokasi biaya-biaya yang berhubungan dengan pembelian seperti biaya angkut masing-masing jenis bahan baku yang dibeli dikapitalisasi dalam nilai bahan baku, maka harga pokok bahan baku dicatat sebesar harga perolehannya.
40
Biaya bahan baku ini dalam sistem harga pokok pesanan dibebankan secara langsung (Hanggana, 2008:146). 2. Biaya Tenaga Kerja Langung Biaya tenaga kerja langsung adalah karyawan bagian produksi yang mempunyai pekerjaan (fungsi) yang berkaitan langsung dengan proses produksi, sehingga jika pekerjaan tersebut tidak dilakukan, maka proses pembuatan barang jadi tidak akan selesai (Hanggana, 2008:50). Biaya tenaga kerja langsung dalam sistem harga pokok pesanan dibebankan secara langsung (Hanggana, 2008:146). 3. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (Hanggana, 2008:57). Biaya overhead pabrik dalam sistem harga pokok pesanan tidak dapat dibebankan secara langsung kepada produk yang bersangkutan, melainkan dibebankan kepada pesanan atau produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka. Alasan yang mendukung biaya overhead pabrik dibebankan dengan tarif, yaitu (Hanggana, 2008:146): a. Biaya
overhead
pabrik
sesungguhnya
untuk
periode
bersangkutan belum diketahui pada saat ada job atau pesanan yang selesai sebelum periode akuntansi berakhir.
41
b. Jumlah unit hasil produksi untuk periode yang bersangkutan belum diketahui pada saat ada pesanan yang selesai sebelum periode akuntansi berakhir. c. Jenis hasil produksi berbeda-beda, sehingga biaya overhead pabrik per unit tidak dapat dihitung dengan membagi biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan jumlah unit hasil produksi. Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk (Mulyadi, 2009:199), yaitu: a. Satuan produk Metode ini adalah yang paling sederhana dan langsung membebankan biaya overhead pabrik kepada produk. Beban biaya overhead pabrik untuk setiap produk dihitung sebagai berikut: Taksiran BOP =
Tarif BOP per satuan
Taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan b. Biaya bahan baku Jika BOP yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku, maka dasar yang dipakai adalah sebagai berikut: Taksiran BOP Prosentase BOP dari Biaya Taksiran Biaya Bahan x 100% = Bahan Baku yang dipakai Baku yang dipakai
42
c. Biaya tenaga kerja Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung, maka dasar yang dipakai adalah sebagai berikut: Taksiran BOP X 100% = Prosentas BOP dari Baiaya Taksiran BTKL Tenaga Kerja yang dipakai d. Jam kerja langsung Karena ada hubungan yang erat antara jumlah upah dengan jumlah jam kerja maka disamping BOPd (Biaya overhead pabrik yang dibebankan) atas dasar upah tenaga kerja, jadi dapat juga dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja langsung. Taksiran BOP dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Taksiran BOP Taksiran jam tenaga kerja langsung
= Tarif BOP per jam tenaga kerja langsung
e. Jam mesin Apabila BOP bervarisi dengan waktu penggunaan mesin, maka dasar yang dapat dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin. Tarif BOP dihitung sebagai berikut ini: Taksiran BOP = Taksiran jam kerja mesin
Tarif BOP per jam mesin
43
6.
Selisih Pembebanan Biaya Setelah pesanan produk selesai dan jumlah biaya overhead pabrik sesungguhnya dapat ditentukan, maka jumlah biaya overhead pabrik dibebankan dibandingkan dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya untuk penentuan selisih pembebanan biaya overhead pabrik. Untuk menentukan jumlah selisih biaya overhead pabrik dibebankan pada produk menggunakan perhitungan sebagai berikut: Biaya overhead pabrik dibebankan
XX
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
XX
Selisih biaya overhead pabrik
XX
Untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik dibebankan pada produk perlu dibuat jurnal sebagai berikut: a. Untuk menutup rekening biaya overhead pabrik dibebankan ke rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya: Biaya overhead pabrik dibebankan
XX
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
XX
b. Untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik dibebankan 1.) Jika muncul selisih biaya overhead pabrik kurang dibebankan (Biaya overhead pabrik dibebankan lebih kecil dari biaya overhead pabrik sesungguhnya): Selisih biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik sesungguhnya
XX XX
44
2.) Jika muncul selisih biaya overhead pabrik lebih dibebankan (Biaya overhead pabrik dibebankan lebih besar dari biaya overhead pabrik sesungguhnya): Biaya overhead pabrik sesungguhnya
XX
Selisih biaya overhead pabrik
XX
Menurut Mulyadi (2009:198) perlakuan terhadap selisih biaya overhead pabrik pada akhir tahun tergantung pada penyebab terjadinya selisih tersebut. Jika selisih tersebut disebabkan karena kesalahan dalam perhitungan tarif biaya overhead pabrik atau keadaan yang berhubungan dengan efisiensi operasi (misalnya karena perubahan harga bahan penolong dan tarif upah tenaga kerja tidak langsung) maka selisih tersebut dibagi rata ke dalam rekening-rekening sebagai akibat harga pokok produksi yang semula berisi biaya overhead
pabrik
yang
diperhitungkan
berdasarkan
taksiran,
disesuaikan menjadi biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi (Mulyadi, 2009:211). Jika
selisih
biaya
overhead
pabrik
disebabkan
ketidakefisienan pabrik/ kegiatan perusahaan di atas atau di bawah kapasitas normal, maka selisih tersebut harus diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening harga pokok penjualan. Menurut Mulyadi (2009:212) metode perlakuan terhadap selisih overhead, seperti berikut ini:
45
a. Selisih biaya overhead pabrik dibagikan kepada rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan 1.)
Apabila selisih lebih dibebankan, jurnalnya sebagai berikut: Selisih biaya overhead pabrik
2.)
XX
Barang dalam proses
XX
Barang jadi
XX
Harga pokok penjualan
XX
Apabila selisih kurang dibebankan Barang dalam proses
XX
Barang jadi
XX
Harga pokok penjualan
XX
Selisih biaya overhead pabrik
XX
b. Selisih biaya overhead pabrik sebagai pengurang atau penambah rekening harga pokok penjualan, jurnalnya sebagai berikut: Harga pokok penjualan Selisih biaya overhead pabrik
7.
XX XX
Kartu Harga Pokok Pesanan Kartu harga pokok (job order cost sheet) merupakan catatan penting dalam metode harga pokok pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan dan mencatat secara rinci biaya produksi tiap jenis pesanan produk. Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung terhadap pesanan tertentu dan biaya produksi tidak langsung
46
dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu. Berikut ini disajikan contoh gambar kartu harga pokok pesanan:
Kartu Harga Pokok Pesanan No. Pesanan
:
Pemesan
:
Jenis Pesanan
:
Jumlah Pesanan
:
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Keterangan
Ket
Total (Rp)
Total Biaya Produksi Biaya Bahan Baku
Jml Orang
Keterangan
Total (Rp)
: :
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Biaya Overhead Pabrik
:
Jumlah Biaya Produksi Hasil Produksi Harga Pokok Produksi/ Uni
: :
Gambar II.1 Contoh Kartu Harga Pokok Pesanan
Total (Rp)
47
B.
Penyajian dan Pembahasan Data 1.
Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksinya PT. MBG PUTRA MANDIRI
menggunakan
pendekatan full costing yaitu penentuan harga pokok pesanan yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang pengumpulan biayanya terdiri dari 6 komponen biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja (produksi), penyusutan mesin manufaktur, biaya subcount, biaya overhead (produksi) dan biaya overhead sesungguhnya (proyek). Pengumpulan biaya produksi dalam metode harga pokok pesanan pada umumnya menggunakan dua macam cost system yaitu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan biaya sesungguhnya, sedangkan biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif. Perhitungan harga pokok produksi oleh perusahaan adalah sebagai berikut: 1.
Biaya bahan baku
XXX
2.
Biaya tenaga kerja (Produksi)
XXX
3.
Penyusutan mesin manufaktur
XXX
4.
Biaya subcount
XXX
5.
Biaya overhead (Produksi)
XXX
6.
Biaya overhead sesungguhnya (Proyek)
XXX
Harga pokok produksi
XXX
48
Harga pokok produksi per satuan
XXX
Perhitungan harga pokok produksi menurut penulis adalah sebagai berikut:
2.
1.
Biaya bahan baku
XXX
2.
Biaya tenaga kerja langsung
XXX
3.
Biaya overhead pabrik
XXX
Harga pokok produksi
XXX
Harga pokok produksi per satuan
XXX
Unsur-unsur Biaya Produksi
Unsur-unsur biaya produksi untuk perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan adalah sebagai berikut: a. Biaya bahan baku Biaya bahan baku adalah biaya semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan dapat dimasukkan langsung dalam perhitungan biaya produk (harga pokok produksi). Komponen biaya yang dimasukkan pada unsur biaya bahan baku oleh PT. MBG PUTRA MANDIRI antara lain: Alumunium, Alumunium Bronze (AB2), VCN, SUS 316L, VCN/HQ7210, AB-2 Dia 120 x 250, frame mild steel, frame by SUS 304, thermoplastic table top chain, compat induction motor, pnumatic system by festo, mini PLC control system, speed adjuster by Inverte, plat MS, platinum 2103 PE, expoxy DNT, DC53 dia 55x120, thiner sikken
49
medium, thiner DTL duper, clear sikken, thiner, isolasi, hexagon 35, as kuningan, kuningan dia 70x3000, kuningan dia 32x3000, kuningan dia 45x1500, BM 1, as stainles dia 8mm, as nylon dia 30, per segitiga. Alokasi
biaya-biaya
yang
berhubungan
dengan
pembelian seperti biaya angkut masing-masing jenis bahan baku yang dibeli dikapitalisasi dalam nilai bahan baku, maka harga pokok bahan baku dicatat sebesar harga perolehannya.
b. Biaya tenaga kerja (Produksi) Biaya tenaga kerja (produksi) adalah biaya tenaga kerja yang jasanya dapat digunakan langsung dalam pembuatan produk tertentu. Komponen biaya yang dimasukkan pada unsur biaya tenaga kerja (Produksi) PT. MBG PUTRA MANDIRI adalah semua tenaga kerja sub. bagian manufaktur, antara lain: 1.)
Tenaga kerja Sub. Bag. Automotif Machine VGS-20 VR-6500 yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Automotif Machine VGS-20 VR-6500.
2.)
Tenaga kerja Sub. Bag. Bench Work yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Bench Work/ BW.
3.)
Tenaga kerja Sub. Bag. CNC Milling, yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin CNC Milling.
4.)
Tenaga kerja Sub. Bag. Drilling Rongfu yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Drilling Rongfu.
50
5.)
Tenaga kerja Sub. Bag. Hobbing Machine yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Hobbing Machine.
6.)
Tenaga kerja Sub. Bag. Milling Paofong, yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Milling Paofong.
7.)
Tenaga kerja Sub. Bag. Milling Matsura, yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Milling Matsura.
8.)
Tenaga kerja Sub. Bag. Milling Niigata, yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Milling Niigata.
9.)
Tenaga kerja Sub. Bag. Ponch 63 Ton RRT, yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Ponch 63 Ton RRT.
10.) Tenaga kerja Sub. Bag. Ponch 63 Ton Hitachi, yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Ponch 63 Ton Hitachi. 11.) Tenaga kerja Sub. Bag. Sand Blasting, yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Sand Blasting. 12.) Tenaga kerja Sub. Bag. Slotter, yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Slotter. 13.) Tenaga kerja Sub. Bag. Turning Mazak I, yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan Turning Mazak I. 14.) Tenaga kerja Sub. Bag. Turning Mazak II, yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan Turning Mazak II.
51
15.) Tenaga kerja Sub. Bag. Turning C0630, yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Turning C0630. 16.) Tenaga kerja Sub. Bag. Welding (Mig & Tig), yaitu tenaga kerja produksi yang mengoprasikan mesin Welding (Mig & Tig). c. Penyusutan mesin manufaktur Penyusutan mesin manufaktur adalah biaya yang dikeluarkan yang berhubungan dengan penurunan umur ekonomis mesin-mesin manufaktur. Komponen biaya yang dimasukkan pada unsur biaya penyusutan mesin manufaktur PT. MBG PUTRA MANDIRI antara lain: 1.)
Penyusutan mesin Automotif Machine VGS-20 VR-6500,
2.)
Penyusutan mesin Bench Work,
3.)
Penyusutan mesin CNC Milling,
4.)
Penyusutan mesin Drilling Rongfu,
5.)
Penyusutan mesin Hobbing Machine,
6.)
Penyusutan mesin Milling Paofong,
7.)
Penyusutan mesin Milling Matsura,
8.)
Penyusutan mesin Milling Niigata,
9.)
Penyusutan mesin Ponch 63 Ton RRT,
10.) Penyusutan mesin Ponch 63 Ton Hitachi, 11.) Penyusutan mesin Sand Blasting, 12.) Penyusutan mesin Slotter,
52
13.) Penyusutan mesin Turning Mazak I, 14.) Penyusutan mesin Turning Mazak II, 15.) Penyusutan mesin Turning C0630, 16.) Penyusutan mesin Welding (Mig & Tig), d. Biaya subcount Biaya subcount adalah biaya yang dikeluarkan yang berhubungan dengan kegiatan/ proses subcount. Subcount adalah proses produksi suatu produk yang selanjutnya memerlukan pengerjaan dari perusahaan lain atau penambahan bahan baku dari perusahaan lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor internal perusahaan, yaitu karena perusahaan tidak memiliki salah satu mesin produksi yang harus dipakai untuk penyelesaian suatu produk produksi atau karena perusahaan tidak memiliki bahan baku yang dibutuhkan. Hanya produk-produk tertentu saja yang memerlukan proses subcount. Beberapa contoh komponen biaya yang dimasukkan pada unsur biaya subcount oleh PT. MBG PUTRA MANDIRI: 1.)
SC gear Helical, yaitu subcount produk sparepart gear Helical yang biasanya disubcount pada YPTI, Yogyakarta,
2.)
Harden gear 18T (236), yaitu pengerasan material untuk pembuatan sparepart Gear 18T (236), yang biasanya disubcount di ATMI, Solo,
53
3.)
Harden rel rantai (469), yaitu pengerasan material untuk pembuatan sparepart rel rantai (469), yang biasanya disubcount di ATMI, Solo,
e. Biaya overhead (Produksi) Biaya
overhead
pabrik/
produksi
adalah
semua
komponen biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik dalam sistem harga pokok pesanan tidak dapat dibebankan secara langsung kepada produk yang bersangkutan, melainkan dibebankan kepada pesanan atau produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka. Taksiran biaya overhead (Produksi) untuk menghitung tarif ditentukan dimuka pada PT. MBG PUTRA MANDIRI berasal dari komponen biaya yang dimasukkan pada biaya overhead sesungguhnya. Komponen biaya overhead sesungguhnya tersebut sebagai berikut: 1.)
Tenaga kerja overhead (9 orang), yaitu: a.) Bagian marketing (1 orang), b.) Bagian manufaktur (5 orang), c.) Bagian design (3 orang).
2.) Tunjangan kesehatan manufaktur, 3.) Tunjangan shift, 4.) Akomodasi & transport marketing, 5.) Listrik 3 phase, 6.) Telepon + Fax,
54
7.) Maintenance Mesin, 8.) Pengadaan sarana & tools, 9.) Lain-lain/ cadangan. Komponen biaya yang kemudian dibebankan dengan tarif tersebut adalah jumlah jam kerja mesin. Komponen biaya overhead (produksi) pada PT. MBG PUTRA MANDIRI adalah sebagai berikut: 1.)
BOP Automotif Machine VGS-20 VR-6500,
2.)
BOP Bench Work,
3.)
BOP CNC Milling,
4.)
BOP Drilling Rongfu,
5.)
BOP Hobbing Machine,
6.)
BOP Milling Paofong,
7.)
BOP Milling Matsura,
8.)
BOP Milling Niigata,
9.)
BOP Ponch 63 Ton RRT,
10.) BOP Ponch 63 Ton Hitachi, 11.) BOP Sand Blasting, 12.) BOP Slotter, 13.) BOP Turning Mazak I, 14.) BOP Turning Mazak II, 15.) BOP Turning C0630, 16.) BOP Welding (Mig & Tig).
55
f. Biaya overhead sesungguhnya (proyek) Biaya overhead sesungguhnya (proyek) pada PT. MBG PUTRA MANDIRI adalah biaya yang langsung mengeluarkan kas dalam proses produksi. Berikut ini beberapa contoh komponen biaya yang dimasukkan pada unsur biaya overhead sesungguhnya (Proyek) oleh PT. MBG PUTRA MANDIRI adalah: 1.) Pemakaian SA, yaitu pemakaian sarana dan alat pendukung lainnya yang digunakan untuk mengerjakan produk yang sifatnya tidak terlihat pada produk tersebut, misalnya pemakaian kawat las dan pemakaian alat-alat lainnya. 2.) Paket invoice, yaitu pembebanan biaya paket dokumendokumen yang berhubungan dengan produk tersebut, misalnya faktur penagihan dan faktur pajak. 3.) Fee marketing, yaitu biaya fee untuk bagian marketing yang dibebankan pada produk tersebut. 4.) Akomodasi dan transportasi, yaitu pembebanan biaya yang dikeluarkan untuk akomodasi dan transportasi yang dibutuhkan untuk setiap produk pesanan. 5.) Lain-lain, yaitu pembebanan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian secara kas bahan penolong yang dibutuhkan untuk setiap produk pesanan. Penulis mengelompokkan unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:
56
a. Biaya bahan baku langsung Biaya bahan baku langsung adalah biaya/ harga bahan utama yang membentuk bagian utama dari produk selesai dan dapat diidentifikasi dan ditelusur ke produk/ pesanan selesai. Komponen biaya yang dimasukkan pada unsur biaya bahan baku oleh penulis adalah sama dengan perusahaan. Alokasi biaya-biaya yang berhubungan dengan pembelian seperti biaya angkut masingmasing jenis bahan baku yang dibeli dikapitalisasi dalam nilai bahan baku, maka harga pokok bahan baku dicatat sebesar harga perolehannya. b. Biaya tenaga kerja langsung Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk balas jasa karyawan yang berhubungan langsung dengan produksi barang. Pada PT. MBG PUTRA MANDIRI selain tenaga kerja Sub. Bag. Manufaktur/ permesinan, penulis juga memasukkan komponen tenaga kerja bagian design ke dalam biaya tenaga kerja langsung. c. Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung selama proses produksi. Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek dan tidak diidentifikasikan pada produk jadi, maka pengumpulan biaya overhead pabrik baru dapat dilaksanakan pada
57
akhir periode. Agar memperoleh pembebanan yang adil dan teliti, maka pembebanan tersebut berdasarkan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka. Dalam pemilihan dan penentuan dasar biaya overhead pabrik harus dilakukan dengan tepat. Karena ketepatan penentuan dasar pembebanan tarif biaya overhead pabrik menentukan ketepatan harga pokok produksi. Dalam memilih dasar pembebanan yang akan dipakai, tujuan utamanya adalah untuk membebankan biaya overhead pabrik yang adil dan teliti.
3
Klasifikasi Biaya Produksi Setiap pesanan yang dikerjakan mempunyai karakteristik dan tingkat kesulitan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini menyebabkan perbedaan komponen biaya produksi untuk masingmasing jenis pesanan. Untuk menunjukkan perhitungan biaya produksi produk untuk tiap-tiap pesanan pada PT. MBG PUTRA MANDIRI, dalam penelitian ini penulis mengambil contoh penghitungan biaya produksi produk jenis sparepart pesanan Valve D 25mm Bare ROP sejumlah 25 unit. Alasan penulis menggunakan contoh tersebut karena merupakan pesanan jenis produk sparepart dengan kuantitas terbanyak pada bulan Januari 2010. a. Klasifikasi biaya produksi untuk contoh produk yang diambil diatas menurut perusahaan adalah sebagai berikut:
58
No 1
2
3
4
5
Tabel II.1 Klasifikasi Biaya Produksi Menurut Perusahaan Pesanan Valve D 25mm Bare ROP, 25 Unit PT. MBG PUTRA MANDIRI Unsur Biaya Klasifikasi Biaya Hexagon 35 Biaya Bahan Baku As kuningan Kuningan dia 70x3000 Kuningan dia 32x3000 Kuningan dia 45x1500 Kuningan dia 70,5x3000 As Stainles dia 8mm As Nylon dia 30 Per segitiga Kuningan dia 40x1500 Kuningan dia 60x3000 Kuningan dia 30x3000 Mazak I Biaya Tenaga Kerja Mazak II Welding Matsura Paofong BW Mazak I Penyusutan Mesin Mazak II Manufaktur Welding Matsura Paofong BW SC WO. 1573_Multitama Biaya Subcount SC Galvanis Per Ball Knop_BLPT Spring + Galvanis SC WO. 1573_Multitama Mazak I Biaya Overhead (Produksi) Mazak II Welding Matsura Paofong BW
59
6
Biaya Overhead Sesungguhnya (Proyek)
Lain-lain: - Baut L Stainless - Oring 007.221.208 - Oring 007 - Oring 104 - Oring 218 - Ring Per - Baut Counter Akomodasi & Transportasi Fee Marketing
Sumber: Data Perusahaan diolah b. Klasifikasi biaya produksi untuk produk Valve D 25mm Bare ROP, berdasarkan contoh produk yang diambil diatas menurut penulis adalah sebagai berikut:
1. Bahan baku yang digunakan pada PT. MBG PUTRA MANDIRI untuk pesanan Valve D 25mm Bare ROP tersebut adalah sebagai berikut: Hexagon 35, as kuningan, kuningan dia 70x3000, kuningan dia 32x3000, kuningan dia 45x1500, kuningan dia 70,5x3000, as stainles dia 8mm, as nylon dia 30, per segitiga, kuningan dia 40x1500, kuningan dia 60x3000, kuningan dia 30x3000. Sama seperti perusahaan penulis juga menggolongkan bahan-bahan tersebut kedalam bahan baku langsung, karena bahan-bahan tersebut merupakan bahan baku utama (primary cost) yang membentuk atau merupakan bagian utama dari produk selesai dapat diidentifikasi dan ditelusur ke produk atau pesanan selesai.
60
2. Biaya tenaga kerja langsung pada PT. MBG PUTRA MANDIRI adalah semua karyawan bagian produksi yang langsung mengoperasikan mesin-mesin produksi/ operator. Pengklasifikasian tenaga kerja langsung pada perusahaan belum tepat, karena tidak memasukkan bagian design yang juga merupakan tenaga kerja yang jasanya dapat digunakan langsung dalam pembuatan produk tertentu. Menurut penulis tenaga kerja langsung pada PT. MBG PUTRA MANDIRI untuk pesanan Valve D 25mm Bare ROP tersebut adalah sebagai berikut: Tabel II.2 Klasifikasi Biaya Tenaga Kerja Langsung Menurut Penulis Pesanan Valve D 25mm Bare ROP, 25 Unit PT. MBG PUTRA MANDIRI Bagian Jumlah Jenis Balas Jenis Gaji/ Karyawan Jasa Upah Mazak I 1 Operator Per Jam Mesin Mazak II 1 Operator Per Jam Mesin Welding 1 Operator Per Jam Mesin Matsura 1 Operator Per Jam Mesin Paofong 1 Operator Per Jam Mesin BW 1 Operator Per Jam Mesin Design 1 Design Produk Per Jam Kerja Sumber: Data Perusahaan diolah 3. Untuk dapat dapat menentukan harga pokok produksi sebuah pesanan,
biaya
berdasarkan
tarif
overhead yang
produksi ditentukan
harus
dibebankan
dimuka
dengan
menggunakan salah satu cara penentuan tarif ditentukan
61
dimuka. Pengklasifikasian biaya overhead produksi pada perusahaan belum tepat, maka penulis mengklasifikasikan biaya overhead pabrik sebagai berikut: Tabel II. 3 Klasifikasi Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya PT. MBG PUTRA MANDIRI Menurut Penulis Tahun 2009 No Biaya Overhead Pabrik Jenis Biaya 1 Biaya tenaga kerja tidak langsung a. Ka.Bag. Manufaktur T (Tetap) b. Bagian marketing T (Tetap) 2 Biaya penyusutan mesin manufaktur T (Tetap) 3 Biaya penyusutan kendaraan T (Tetap) 4 Biaya penyusutan peralatan bengkel T (Tetap) 5 Biaya penyusutan alat-alat pendukung T (Tetap) 6 Biaya penyusutan asuransi T (Tetap) 7 Biaya penyusutan gedung T (Tetap) 8 Biaya penyusutan mebel & ATK T (Tetap) 9 Biaya subcount V (Variabel) 10 Biaya overhead sesungguhnya V (Variabel) Sumber: Data Perusahaan diolah Penulis menggolongkan biaya penyusutan mesin manufaktur, biaya subcount, biaya overhead sesungguhnya kedalam komponen biaya penyusun unsur biaya overhead pabrik. Pada komponen biaya overhead sesungguhnya, penulis tidak memasukkan komponen biaya tenaga kerja overhead bagian design (3 orang), hanya bagian marketing (1 orang) dan bagian manufaktur
(5
orang)
dan
mengelompokkannya
pada
komponen biaya tenaga kerja tidak langsung. Penulis juga memasukkan biaya penyusutan kendaraan, biaya penyusutan
62
peralatan bengkel, biaya penyusutan alat-alat pendukung, biaya penyusutan
asuransi,
biaya
penyusutan
gedung,
biaya
penyusutan mebel & ATK pada unsur biaya overhead pabrik yang menurut perusahaan tidak diperhitungkan.
4
Perhitungan Biaya Produksi PT. MBG PUTRA MANDIRI adalah perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan dari pihak luar, sehingga dalam penentuan harga pokok produksi menggunakan metode job order costing yang dilakukan pada saat pesanan telah selesai dikerjakan. Berdasarkan total biaya produksi akan diketahui harga pokok produksi per unit produk yang dipesan. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah perhitungan harga pokok produksi dengan pesanan Valve D 25mm Bare ROP, 25 unit.
63
a. Perhitungan Biaya Produksi Menurut Perusahaan Tabel II.4 Perhitungan Biaya Produksi Menurut Perusahaan Pesanan Valve D 25mm Bare ROP, 25 Unit PT. MBG PUTRA MANDIRI HARGA POKOK PRODUKSI CUSTOMER
: PT. Eti Fire Systems
Q T Y: 25
Unit
PROYEK
: Valve D 25mm Bare ROP
W O : 09
-1573
PO
: 00005337 ESTIMASI BIAYA
NO.
1
UNSUR BIAYA
Keterangan Qty
Satuan
Hrg/ Tarif Per-Qty (Rp)
2.1
Hexagon 35
18
Kg
66.944
1.205.000
2.2
As kuningan
3,35
Kg
65.015
217.800
2.3
Kuningan dia 70x3000
98
Kg
60.000
5.880.000
2.4
Kuningan dia 32x3000
20
Kg
60.000
1.200.000
2.5
Kuningan dia 45x1500
20
Kg
60.000
1.200.000
2.6
Kuningan dia 70,5x3000
65
Kg
53,254
3.461.500
2.7
As stainles dia 8mm
2
Kg
55.000
110.000
2.8
As nylon dia 30
1
Kg
150.000
150.000
2.9
Per segitiga
25
Pcs
6.000
150.000
2.10
Kuningan dia 40x1500
3
Kg
60,000
180.000
2.11
Kuningan dia 60x3000
1.4
Kg
60,000
84.000
2.12
Kuningan dia 30x3000
5
Kg
60,000
300.000 14.138.300
Biaya Tenaga Kerja (Produksi): 3.1
TK Mazak I
19,5
Jam
5.300
103.350
3.2
TK Mazak II
25,75
Jam
5.300
136.475
3.3
TK Welding
1,5
Jam
5.300
7.950
3.4
TK Matsura
4
Jam
5.300
21.200
3.5
TK Paofong
9,5
Jam
5.300
50.350
3.6
TK BW
1,5
Jam
5.300
7.950
Sub Total (2) 3
(Rp)
Biaya Bahan Baku:
Sub Total (1) 2
Jumlah
327.275
Penyusutan Mesin Manufaktur: 4.1
Msn Mazak I
19,5
Jam
2.500
48.750
4.2
Msn Mazak II
25,75
Jam
2.500
64.375
4.3
Msn Welding
1.5
Jam
1.500
2.250
4.4
Msn Matsura
4
Jam
6.800
27.200
64
4.5
Msn Paofong
9,5
Jam
4.700
44.650
4.6
Msn BW
1,5
Jam
2.500
3.750
Sub Total (3) 4
190.975
Biaya Subcount : 5.1
SC WO. 1573_Multitama
5.2
Teknik/ Benjo SC Galvanis Per
255.000
5.3
SC Ball Knop_BLPT
187.500
5.4
SC Spring + Galvanis
200.000
8.250.000
Sub Total (4) 5
8.892.500
Biaya Overhead (Produksi): 6.1
Msn Mazak I
19,5
Jam
12.200
237.900
6.2
Msn Mazak II
25,75
Jam
12.200
314.150
6.3
Msn Welding
1,5
Jam
12.200
18.300
6.4
Msn Matsura
4
Jam
12.200
48.800
6.5
Msn Paofong
9,5
Jam
12.200
115.900
6.6
Msn BW
1,5
Jam
12.200
18.300
Sub Total (5) 6
753.350
Biaya Overhead Sesungguhnya (Proyek): 7.1
Lain-lain: - Baut L Stainless
100
Pcs
9.750
975.000
- Oring 007.221.208
1
Pcs
132.500
132.500
- Oring 007
40
Pcs
500
20.000
- Oring 104
55
Pcs
500
27.500
- Oring 218
20
Pcs
2.375
47.500
- Ring Per
1
Pcs
20.000
20.000
- Baut Counter
1
Pcs
14.500
14.500
7.2
Akomodasi & Transportasi
295.000
7.3
Fee Marketing Sub Total (6)
975.000 2.507.000
HPP = (1+2+3+4+5+6)
26.809.400
HPP Per- Unit = HPP/ 25 Unit
1.072.376
Harga Jual Per- Unit
1.300.000
Laba yang dihasilkan
227.624
Tingkat Keuntungan
21.23%
Sumber: Data Perusahaan diolah Berdasarkan tabel II.4 dapat diketahui perhitungan komponen biaya oleh perusahaan sebagai berikut:
65
1. Biaya Bahan Baku PT. MBG PUTRA MANDIRI membebankan biaya bahan baku secara langsung dengan cara mengalikan kuantitas bahan baku yang digunakan dengan harga perolehan bahan baku untuk masing-masing pesanan. Berdasarkan tabel II.4 diatas dapat diketahui jumlah biaya bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi Valve D 25mm Rp.
Bare
ROP,
14.138.300,00
sejumlah yang
25
artinya
unit
adalah
sebesar
setiap
unit
pesanan
memerlukan biaya bahan baku sebesar Rp 565.532,00. 2. Biaya Tenaga Kerja (Produksi) PT. MBG PUTRA MANDIRI membebankan biaya tenaga kerja (produksi) berdasarkan biaya yang sesungguhnya dikeluarkan, yaitu tenaga kerja yang terlibat langsung dengan proses produksi dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja (produksi) dengan jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk mengerjakan pesanan dengan tarif upah per jam. Tarif upah per jam dihitung dengan rumus sebagai berikut: Tarif upah per jam = (Jml Gaji x 13: 12) : 173 jam : 13 Tarif upah per jam = (Rp. 11.180.000,00 x 13 : 12) : 173 : 13 Tarif upah per jam = Rp. 12.111.666,67 : 173 : 13 Tarif upah per jam = Rp. 5.385,00 Dibulatkan menjadi = Rp. 5.300,00
66
Keterangan: Jml Gaji
: Jml gaji tenaga kerja sub. Bag. Manufaktur selama 1 bulan (13 orang)
173 jam
: Jumlah jam dalam satu bulan
13
: Jumlah Tenaga kerja Sub. Bag. Manufaktur Berdasarkan tabel II.4 diatas dapat diketahui jumlah biaya
tenaga kerja langsung (produksi) yang diperlukan untuk memproduksi Valve D 25mm Bare ROP, sejumlah 25 unit adalah sebesar Rp. 327.275,00 yang artinya setiap unit pesanan memerlukan biaya tenaga kerja langsung (produksi) sebesar Rp 13.091,00. 3. Penyusutan Mesin Manufaktur PT. MBG PUTRA MANDIRI membebankan biaya penyusutan
mesin
manufaktur
berdasarkan
biaya
yang
sesungguhnya dikeluarkan, yaitu penyusutan mesin produksi yang terlibat langsung dengan proses produksi dengan cara mengalikan tarif per jam mesin dengan jumlah jam kerja mesin yang dibutuhkan untuk mengerjakan pesanan. Tarif per jam dihitung dengan rumus sebagai berikut: Harga perolehan mesin = Tarif/ Jam Estimasi usia pemakaian mesin (dalam bentuk jam) Tabel
berikut
ini
merupakan
perhitungan
permesinan yang dihitung PT. MBG PUTRA MANDIRI:
tarif
67
Tabel II.5 Perhitungan tarif mesin PT. MBG PUTRA MANDIRI Harga Perolehan
Estimasi Jam Kerja
Tarif/ Jam
Pembulatan Tarif
Merk
Tanggal Perolehan
Sunnen
01/01/2001
200,901,700.00
20500
9,800
9,800
-
31/01/2006
69,499,834.00
28500
2,439
2,500
CNC
Miltex
09/12/2005
658,433,905.00
9450
69,676
70,000
4
Driling (2)
Rongfu
01/04/2005
17,492,702.00
0
-
-
5
Deki
27/11/2001
57,962,300.00
8300
6,983
7,000
6 7
Hobbing Machine Milling (1) Milling (2)
Pao Fong 01/06/2000 Matsura 21/11/2001
100039145 89,564,208.96
20000 10000
5,002 8,956
4,700 6,800
8
Milling (3)
No
Nama Alat
1
2
Automotif Machine (VGS-20 & VR-6500) BW
3
9 Ponch 63 Ton RRT 10 Ponch 63 Ton Hitachi 11 Sand Blasting
Niigata
01/10/2000
31,027,500.00
10000
3,103
3,200
RRT
27/11/2006
50,000,000.00
4350
11,494
11,500
KHS
02/29/2008
53,976,661.35
4695
11,497
11,500
MBG
05/09/2002
10,750,000.00
2150
5,000
5,000
12
Slotter
Nakabo
01/01/2001
16,530,000.00
8000
2,066
2,100
13
Turning (1)
Mazak I
01/03/2000
23,868,449.35
10000
2,387
2,500
14
Turning (2)
Mazak II 08/07/2002
25,023,032.25
10000
2,502
2,500
15
Turning (3)
17 Welding (Mig & Tig)
C0630
01/01/1999
5,000,000.00
10000
500
500
Telwin
01/01/1999
18,747,500.00
12500
1,500
1,500
Sumber: Data Perusahaan Berdasarkan tabel II.4 diatas dapat diketahui jumlah biaya penyusutan
mesin
manufaktur
yang
diperlukan
untuk
memproduksi pesanan Valve D 25mm Bare ROP sejumlah 25 unit adalah sebesar Rp. 190.975,00 yang artinya setiap unit
68
pesanan memerlukan biaya penyusutan mesin manufaktur sebesar Rp 7.639,00. 4. Biaya Subcount PT. MBG PUTRA MANDIRI membebankan biaya subcount berdasarkan biaya yang sesungguhnya dikeluarkan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi suatu jenis produk
yang
selanjutnya
memerlukan
pengerjaan
atau
penambahan bahan baku dari perusahaan lain. Tarif subcount ditentukan oleh perusahaan yang ditunjuk/ dipercaya PT. MBG PUTRA MANDIRI untuk proses subcout. Berdasarkan tabel II.4 diatas dapat diketahui jumlah biaya subcount yang diperlukan untuk memproduksi pesanan Valve D 25mm Bare ROP sejumlah 25 unit sebesar Rp. 8.892.500,00 yang artinya setiap unit pesanan memerlukan biaya subcount sebesar Rp 355.700,00. 5. Biaya Overhead (Produksi) PT. MBG PUTRA MANDIRI membebankan biaya overhead (pProduksi) berdasarkan tarif jam kerja yang ditentukan dimuka pada pesanan atau produk. Biaya overhead (produksi) sesungguhnya untuk menghitung tarif jam kerja ditentukan dimuka pada PT. MBG PUTRA MANDIRI berasal dari komponen biaya yang dimasukkan pada biaya overhead sesungguhnya pada tahun sebelumnya untuk menetapkan tarif
69
tahun berikutnya. Tarif upah per jam dihitung dengan rumus sebagai berikut: Tarif upah per jam = Taksiran BOPS : 173 jam : 13 Tarif upah per jam = Rp 25.288.000,00 : 173 jam : 13 Tarif upah per jam = Rp. 11.244.12 Dibulatkan menjadi = Rp 12.200,00 Keterangan: Taksiran BOPS : Taksiran BOPS tahun 2009 173 jam
: Jumlah jam kerja dalam satu bulan
13
: Jumlah TKL (Tenaga kerja Sub. Bag. Manufaktur) Biaya overhead (produksi) kemudian dibebankan dengan
cara mengalikan jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk mengerjakan pesanan dengan tarif upah per jam. Berdasarkan tabel II.4 diatas dapat diketahui jumlah biaya overhead (produksi) yang diperlukan untuk memproduksi pesanan Valve D 25mm Bare ROP sejumlah 25 unit adalah sebesar Rp. 753.350,00 yang artinya setiap unit pesanan memerlukan jumlah biaya overhead (produksi)
sebesar
Rp 30.134,00. 6. Biaya Overhead Sesungguhnya PT. MBG PUTRA MANDIRI membebankan biaya overhead sesungguhnya (proyek) dengan cara menghitung
70
jumlah seluruh biaya overhead yang sesungguhnya dikeluarkan untuk setiap jenis pesanan. Berdasarkan tabel II.4 diatas dapat diketahui jumlah biaya overhead sesungguhnya (proyek) yang diperlukan untuk memproduksi pesanan Valve D 25mm Bare ROP sejumlah 25 unit adalah sebesar Rp. 2.507.000,00 yang artinya setiap unit pesanan
memerlukan
jumlah
jumlah
biaya
overhead
sesungguhnya (proyek) sebesar Rp 100.280,00. 7. Harga Pokok Produksi PT. MBG PUTRA MANDIRI menghitung harga pokok produksi dengan cara menghitung jumlah seluruh komponen biaya yang menyusunnya. Berdasarkan tabel II.4 diatas dapat diketahui jumlah harga pokok produksi yang diperlukan untuk memproduksi pesanan Valve D 25mm Bare ROP sejumlah 25 unit adalah sebesar
Rp. 26.809.400,00 yang artinya setiap unit pesanan
memerlukan jumlah jumlah harga pokok produksi sebesar Rp 1.072.376,00, dengan harga jual per- unit ditetapkan sebesar Rp. 1.300.000,00 maka dapat diketahui tingkat keuntungan perunit yang diharapkan sebesar 21,23 %. b. Perhitungan Biaya Produksi Menurut Penulis 1.
Biaya Bahan Baku Langsung Perhitungan biaya bahan baku langsung menurut penulis ditentukan dengan cara mengalikan jumlah bahan baku
71
yang dipakai dengan harga pokok perolehan bahan. Harga perolehan bahan baku telah termasuk biaya yang berkaitan dengan pembelian bahan baku seperti biaya angkut pembelian. Adapun perhitungan bahan baku menurut penulis adalah sebagai berikut: Tabel II. 6 Perhitungan Biaya Bahan Baku Menurut Penulis Pesanan Valve D 25mm Bare ROP, 25 Unit Jenis
Qty
Satuan
(1) Hexagon 35
Harga Per-
Jumlah
Biaya Per-
Satuan (Rp)
(Rp)
Unit (Rp)
(2)
(3) = (1x2)
(4) = (3) / 25
1.205.000
48.200
18
Kg
66.944
As Kuningan
3
Kg
65.015
217.800
8.712
Kuningan Dia 70x3000
98
Kg
60.000
5.880.000
235.200
Kuningan Dia 32x3000
20
Kg
60.000
1.200.000
48.000
Kuningan Dia 45x1500
20
Kg
60.000
1.200.000
48.000
53.254
3.461.500
138.460
Kg
5 5.000
110.000
4.400
Kuningan Dia 70,5x3000 65 As Stainles Dia 8mm 2
Kg
As Nylon Dia 30
1
Kg
150.000
150.000
6.000
Per segitiga
25
Pcs
6.000
150.000
6.000
Kuningan Dia 40x1500
3
Kg
60.000
180.000
7.200
Kuningan Dia 60x3000
1,4
Kg
60.000
84.000
3.360
Kuningan Dia 30x3000
5
Kg
60.000
300.000
12.000
14.138.300
565.532
Sumber: Data Perusahaan diolah Berdasarkan tabel II.6 dapat diketahui jumlah biaya bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi pesanan Valve D 25mm Bare ROP sejumlah 25 unit menurut perhitungan penulis adalah Rp. 14.138.300,00, yang artinya setiap unit pesanan memerlukan biaya bahan baku sebesar Rp 565.532,00.
72
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Perhitungan biaya tenaga kerja langsung menurut penulis sama seperti perusahaan yang ditentukan dengan cara membebankan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan biaya sesungguhnya dikeluarkan, yaitu tenaga kerja yang terlibat langsung dengan proses produksi dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja langsung dengan jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk mengerjakan pesanan dengan tarif upah per jam. Namun karena perbedaan pengklasifikasian komponen tenaga kerja langsung, yang penulis memasukkan bagian design ke dalam biaya tenaga kerja langsung, mengakibatkan perubahan tarif upah per jam-nya, perhitungan tarif upah per jam menurut penulis adalah sebagai berikut: Tarif upah per jam = (Jml Gaji TKL x 16: 12) : 173 jam : 16 Tarif upah per jam = (Rp. 15.980.000,00 x 13 : 12) : 173 : 16 Tarif upah per jam = Rp. 21.306.667,00 : 173 : 16 Tarif upah per jam = Rp. 9.474,00 Dibulatkan menjadi = Rp. 9.500,00 Keterangan: Jml Gaji TKL : Jml gaji tenaga kerja sub. Bag. Manufaktur (13 orang) + Bag. Design (3 orang) selama 1 bulan 173 jam
: Jumlah jam dalam satu bulan
73
16
: Jumlah tenaga kerja Sub. Bag. Manufaktur (13 orang ) + Bag. Design (3 orang) Adapun perhitungan biaya tenaga kerja langsung menurut
penulis adalah sebagai berikut: Tabel II.7 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja ( Produksi ) Menurut Penulis Pesanan Valve D 25mm Bare ROP, 25 Unit Bagian
Mazak I Mazak II Welding Matsura Paofong BW Design
Jumlah Karyawan -1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah Jam Kerja -2 19,5 25,75 1,5 4 9,5 1,5 100
Tarif/Jam ( Rp ) -3 9.500 9.500 9.500 9.500 9.500 9.500 9.500
Jumlah ( Rp ) (4)=(1x2x)3 185.250 244.625 14.250 38.000 90.250 14.250 950.000 1.536.625
Biaya/ Unit ( Rp ) 5=(4)/ 25 7.410 9.785 570 1.520 3.610 570 3.8000 61.465
Sumber: DataData: Perusahaan diolah Berdasarkan tabel II.7 dapat diketahui jumlah biaya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi pesanan Valve D 25mm Bare ROP sejumlah 25 unit menurut penulis adalah Rp.
1.536.625,00, yang artinya setiap unit
pesanan memerlukan biaya bahan baku sebesar Rp 61.465,00.
3. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung selama proses produksi. Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek dan tidak diidentifikasikan pada
74
produk jadi, sehingga biaya overhead pabrik baru dapat diketahui setelah barang pesanan selesai di produksi, atau dengan kata lain biaya overhead pabrik dibebankan kepada setiap pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Perusahaan harus mampu menentukan dasar tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka secara tepat, agar harga pokok produksi yang dibebankan untuk pesanan-pesanan menjadi tepat. Data yang dapat digunakan untuk membuat tarif biaya overhead pabrik ada dua, yaitu (Hanggana, 2008:154): a. Data masa datang yang diperoleh dari anggaran yang akan dilakukan periode berikutnya, b. Data masa lalu yang diperoleh dari laporan sebelumnya. Penulis menggunakan data masa lalu biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi pada tahun 2009 seperti berikut ini:
No 1
2 3 4 5
Tabel II. 8 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya PT. MBG PUTRA MANDIRI Tahun 2009 Biaya Overhead Pabrik Jenis Biaya Jumlah (Rp) Biaya tenaga kerja tidak langsung a. Ka.Bag. Manufaktur T (Tetap) 8.520.000 b. Bagian marketing T (Tetap) 27.000.000 Biaya penyusutan mesin manufaktur T (Tetap) 173.463.121 Biaya penyusutan kendaraan T (Tetap) 32.676.664 Biaya penyusutan peralatan bengkel T (Tetap) 270.000 Biaya penyusutan alat-alat pendukung T (Tetap) 12.090.348
75
6 Biaya penyusutan asuransi 7 Biaya penyusutan gedung 8 Biaya penyusutan mebel & ATK 9 Biaya subcount Biaya overhead sesungguhnya (-TK 10 overhead)
T (Tetap)
13.362.539
T (Tetap) 25.414.404 T (Tetap) 7.162.030 V (Variabel) 306.678.700 V (Variabel)
Jumlah Sumber: Data Perusahaan diolah
12.375.000 694.012.806
Tabel II.8 diatas menunjukkan bahwa besarnya biaya overhead pabrik sesungguhnya tahun 2009 adalah Rp. 694.012.806,00. Langkah selanjutnya adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil biaya overhead pabrik kepada produk. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah (Mulyadi, 2009:199): a. Harus diperhatikan jenis biaya yang paling dominan jumlahnya dalam departemen produksi, b. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominant tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai. Berdasarkan Tabel II.8 diatas menunjukkan bahwa dari sekian komponen biaya penyusun unsur biaya overhead pabrik, biaya subcount merupakan jumlah yang relatif besar. Karena
76
biaya subcount mempunyai sifat bervariasi jumlahnya dengan harga pokok bahan baku, maka adalah masuk akal jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya bahan baku yang dipakai masing-masing produk. Berikut ini data masa lalu biaya bahan baku yang sesungguhnya terjadi pada tahun 2009, yang akan digunakan sebagai dasar penghitungan tarif biaya overhead pabrik dibebankan dimuka: Tabel II. 9 Biaya Bahan Baku Sesungguhnya PT. MBG PUTRA MANDIRI Tahun 2009 Pemakaian BBB Biaya Bahan Baku Bulan Januari 58.911.285,00 Februari 53.709.929,00 Maret 37.645.100,,00 April 21.714.868,05 Mei 45.060.404,00 Juni 33.186.173,00 Juli 29.030.745,45 Agustus 18.322.381,65 September 31.904.275,00 Oktober 31.131.952,00 November 6.077.685,00 Desember 51.352.277,00 Total BB Th. 2009 418.047.075,15 Sumber: Data Laporan Laba Rugi Perusahaan Tabel II.9 diatas menunjukkan bahwa besarnya biaya bahan baku sesungguhnya tahun 2009 adalah sebesar Rp. 418.047.075,15.
77
Setelah mengetahui biaya overhead pabrik dan biaya bahan baku sesungguhnya terjadi pada tahun 2009 yang dapat dijadikan sebagai taksiran biaya yang dikeluarkan untuk periode/ tahun berikutnya, yaitu tahun 2010, maka dapat dilakukan
penghitungan
tarif
biaya
overhead
pabrik
dibebankan dimuka untuk pesanan tersebut sebagai berikut ini: Prosentase biaya overhead pabrik dari biaya bahan baku yang dipakai adalah: BOP sesungguhnya tahun 2009 X 100 % Pemakaian Bahan Baku tahun 2009 =
Rp. 694.012.806, 00 X 100 % Rp. 418.047.075,15
=
166 % Perhitungan diatas menunjukkan bahwa tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka sebesar 166 %. Setelah mengetahui prosentase dari tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka, maka dapat ditentukan pembebanan biaya overhead pabrik untuk produksi pesanan Valve D 25mm Bare ROP dengan dasar pemakaian bahan baku untuk setiap unit pesanan adalah sebagai berikut:
78
Tabel II. 10 Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Penulis Pesanan Valve D 25mm Bare ROP, 25 Unit PT. MBG PUTRA MANDIRI Biaya Produksi Total Biaya/ Unit Biaya Bahan Baku 14.138.300 565.532 Biaya Tenaga Kerja Langsung 1.536.625 61.465 Biaya Overhead Pabrik Dibebankan 23.469.578 938.783 14.138.300 x 166% Total Biaya Produksi 39.144.503 1.565.780 Unit Pesanan 25 HPPd per-unit 1.565.780 Sumber: Data Perusahaan diolah Tabel II.10 diatas menunjukkan jumlah harga pokok produksi yang diperlukan untuk memproduksi pesanan Valve D 25mm Bare ROP sejumlah 25 unit adalah Rp. 39.144.503,00 yang artinya setiap unit pesanan memerlukan jumlah harga pokok produksi sebesar Rp 1.565.780,00. 5.
Perbandingan Perhitungan Biaya Produksi dan Selisih Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dan dipaparkan, berikut ini dapat dilihat perbandingan perhitungan biaya produksi yang dilakukan oleh perusahaaan dengan perhitungan biaya produksi yang dilakukan oleh penulis:
79
Tabel II.11 Perbandingan Penentuan Harga Pokok Produksi Pesanan Valve D 25mm Bare ROP, 25 Unit PT. MBG PUTRA MANDIRI Menurut Perusahaan Jenis Biaya
Menurut Penulis Jumlah 14.138.300
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja
327.275
Penyusutan Mesin Manufaktur
190.975
Biaya Subcount
Jenis Biaya
Selisih Jumlah
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja
14.138.300 1.536.625
1.209.350
23,469,578
22.716.228
8.892.500
Biaya Overhead (Produksi)
753.350
Biaya Overhead Pabrik (Dibebankan)
(Sesungguhnya)
=
(166%x14.138.300)
Biaya Overhead Sesungguhnya (Proyek)
2,507.000
Total Biaya Produksi Unit Pesanan
26.809.400 25
2.507.000 Total Biaya Produksi Unit Pesanan
39.144.503
(12.335.103)
25
HPPd per-unit
1.072.376
HPPd per-unit
1.565.780
Harga Jual Per- Unit
1.300.000
Harga Jual
1.300.000
Laba yang dihasilkan
227.624
Laba yang dihasilkan
-265.780
Tingkat Keuntungan
21,23%
Tingkat Keuntungan
16,97%
(493.404)
Sumber: Data Perusahaan diolah Pembebanan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka menimbulkan selisih antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya oleh perusahaan dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan oleh penulis, tabel diatas menunjukkan selisih tersebut. Menurut penulis berdasarkan tabel II.11 diatas, selisih biaya overhead pabrik disebabkan karena ketidakefisienan pabrik atau kegiatan perusahaan di atas atau di bawah kapasitas normal, maka selisih tersebut harus diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening harga pokok penjualan. Kapasitas normal merupakan kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya
80
dalam jangka panjang (Mulyadi, 2009:198). PT. MBG PUTRA MANDIRI kemungkinan memproduksi produk jadi di bawah kapasitas normal sehingga biaya overhead pabrik sesungguhnya lebih kecil dibandingkan biaya overhead pabrik dibebankan. Selisih biaya overhead pabrik tersebut harus diperlakukan sebagai pengurang rekening harga pokok penjualan setiap akhir tahun. Penyajian selisih biaya overhead pabrik dalam laporan laba rugi pada akhir tahun 2009 adalah sebagai berikut: Hasil penjualan
Rp. 2.076.273.647,00
Harga pokok penjualan
Rp. 1.399.303.050,00
Selisih biaya overhead pabrik Rp.
22.716.228,00 – Rp 1.376.586.822,00 -
Laba bruto Karena
Rp. 699.686.825,00 selisih
antara
biaya
overhead
pabrik
yang
sesungguhnya oleh perusahaan dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan oleh penulis berdasarkan tabel II.11 diatas, menyebabkan juga terdapat selisih kurang dari penghitungan harga pokok produksi untuk pesanan Valve D 25mm Bare ROP sebanyak 25 unit sebesar Rp. 12.335.103,00 atau selisih dari harga pokok produksi per- unit sebesar Rp. 493.404,00. 6.
Kartu Harga Pokok Pesanan Kartu harga pokok pesanan digunakan untuk mencatat semua total biaya produksi untuk mengerjakan suatu pesanan meliputi biaya
81
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, untuk menentukan harga pokok per- unit. Berikut perhitungan harga pokok produksi dalam kartu harga pokok pesanan menurut penulis.
Kartu Harga Pokok Pesanan Didasarkan Tarif Prosentase Bahan Baku No. Pesanan Pemesan Jenis Pesanan Jumlah Pesanan
: 09-1573 : PT. Eti Fire Systems : Valve D 25mm Bare ROP : 25 Unit
Biaya Bahan Baku
Keterangan Hexagon 35 As Kuningan Kuningan dia 70x3000 Kuningan dia 32x3000 Kuningan dia 45x1500 Kuningan dia 70,5x3000 As stainles dia 8mm As nylon dia 30 Per segitiga Kuningan dia 40x1500 Kuningan dia 60x3000 Kuningan dia 30x3000
Ket 18 Kg 3 Kg 98 Kg 20 Kg 20 Kg 65 Kg 2 Kg 1 Kg 25 Kg 3Kg 1,4 Kg 5 Kg
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Total (Rp) 1.205.000 217.800 5.880.000 1,200,000 1.200.000 3.461.500 110.000 150.000 150.000 180.000 84.000 300.000 14.38.300
Total Biaya Produksi : Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Jumlah Biaya Produksi Hasil Produksi Harga Pokok Produksi/ Unit
Jml TKL 1 1 1 1 1 1 1
Keterangan Mazak I Mazak II Welding Matsura Paofong BW Design
: 14.138.300 : Rp. 2.301.375, 00 : Rp. 23.469.578, 00 Rp. 39.144.503, 00 : 25 Unit : Rp. 39.144.503, 00 25 : Rp. 1.565.780, 00
Gambar II.2 Kartu Harga Pokok Pesanan
Biaya Overhead Pabrik
Total (Rp) Total (Rp) 950.000 23.469.578 244.625 14.250 38.000 90.250 14.250 950.000 BOPd berdasarkan prosentase pemakaian bahan baku 166 % 2.301,.375 23.469.578
82
BAB III TEMUAN
Analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dan dipaparkan pada Bab II menghasilkan beberapa temuan yang dapat dikategorikan sebagai kelebihan dan kelemahan. Penulis menilai masalah penentuan harga pokok produksi pada PT. MBG PUTRA MANDIRI sebagai berikut:
A.
Kelebihan 3.
Perusahaan telah melakukan pengumpulan, perhitungan biaya produksi untuk tujuan perhitungkan harga pokok produksi pada setiap pesanan yang diterima.
4.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi
PT.
MBG
PUTRA
MANDIRI
telah
menggunakan
pendekatan job order costing. 5.
Adanya persediaan bahan baku dan biaya bahan baku dihitung dan dialokasikan sesuai dengan jumlah konsumsi atau kebutuhan setiap jenis produk.
6.
Perhitungan besarnya biaya bahan baku yang dilakukan perusahaan sudah tepat, yaitu mengalikan jumlah kuantitas bahan baku yang digunakan untuk masing-masing pesanan dengan harga perolehan bahan baku. Analisis data yang dilakukan memperoleh temuan bahwa
80
83
jumlah biaya bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi Valve D 25mm Bare ROP, sejumlah 25 unit adalah sebesar Rp. 14.138.300,00. 7.
Perusahaan sudah memperhitungkan tarif ditentukan dimuka untuk biaya overhead pabrik yang perhitungannya berasal dari komponenkomponen biaya yang dimasukkan pada biaya overhead sesungguhnya.
8.
Dalam perhitungkan akuntansinya PT. MBG PUTRA MANDIRI sudah menggunakan software zahir accounting versi 4.0, dan sudah membuat kartu harga pokok pesanan untuk mencatat secara rinci pengumpulan biaya produksi tiap pesanan produk tertentu sesuai kebutuhan perusahaan.
B.
Kelemahan 1.
Pada struktur organisasi PT. MBG PUTRA MANDIRI khususnya job description pada tenaga kerja sub. Bagian/ divisi manufaktur/ produksi, belum ditetapkan tugasnya sesuai dengan job descriptionnya masing-masing, setiap operator/ sub. Bagian/ divisi produksi masih dapat dengan bebas melakukan tugas operator yang lain.
2.
Penentuan harga pokok produksi dan proses produksi berdasarkan metode pesanan (job order costing) pengumpulan unsur-unsur biaya penyusun harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Cara pengumpulan dan perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan PT. MBG PUTRA MANDIRI kurang tepat, karena melakukan
84
pengumpulan unsur-unsur biaya penyusun harga pokok produksi kedalam 6 komponen biaya dalam menghitung harga pokok produksi untuk setiap pesanan sehingga mempegaruhi ketepatan penentuan dan perhitungan harga pokok produksi tiap pesanan. 6 komponen biaya tersebut yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja (produksi), penyusutan mesin manufaktur, biaya subcount, biaya overhead (produksi) dan biaya overhead sesungguhnya (proyek). 3.
Komponen biaya penyusun biaya overhead pabrik (produksi) kurang tepat. Unsur biaya penyusutan mesin manufaktur, biaya subcount dan komponen-komponen pada biaya overhead sesungguhnya seharusnya dimasukan menjadi satu dalam komponen unsur biaya overhead pabrik (produksi). Penggolongan yang kurang tepat menyebabkan penentuan tarif ditentukan di muka biaya overhead pabrik (produksi) masih kurang tepat, karena perhitungannya hanya berasal dari komponenkomponen biaya yang dimasukkan pada biaya overhead sesungguhnya dibagi dengan jumlah jam kerja selama satu bulan dibagi lagi dengan jumlah tenaga kerja bagian manufaktur.
4.
Dalam harga pokok produksi PT. MBG PUTRA MANDIRI tidak memperhitungkan biaya penyusutan kendaraan, biaya penyusutan peralatan bengkel, biaya penyusutan alat-alat pendukung, biaya penyusutan asuransi, biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan mebel & ATK pada unsur biaya overhead pabrik.
85
5.
Pengelompokan komponen biaya lain-lain pada unsur biaya overhead sesungguhnya seharusnya merupakan komponen biaya bahan penolong yang jumlahnya tidak material.
6.
Dari perhitungan yang dilakukan penulis diketahui bahwa perusahaan sebenarnya mengalami tingkat kerugian sebesar 16,97% yaitu sebesar Rp. 265.780,00, untuk penjualan Valve D 25mm Bare ROP setiap unit, jika harga jualnya ditetapkan sebesar Rp 1.300.000,00.
86
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Bab ini merupakan bagian akhir dari hasil tugas akhir yang berjudul
“ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
DENGAN METODE JOB ORDER COSTING PADA PT. MBG PUTRA MANDIRI YOGYAKARTA”. Sesuai dengan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada Bab II, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Penentuan harga pokok produksi dan proses produksinya berdasarkan metode pesanan ( job order costing ). a.
Perusahaan ini dalam memproses produknya sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan pemesan.
b.
Perusahaan telah melakukan pengumpulan unsur-unsur biaya penyusun harga pokok produksi kedalam 6 komponen biaya dalam rangka menghitung harga pokok produksi untuk setiap pesanan, 6 komponen biaya tersebut yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja (produksi), penyusutan mesin manufaktur, biaya subcount, biaya overhead (produksi) dan biaya overhead sesungguhnya (proyek).
c.
Harga bahan baku dalam hal ini untuk pesanan Valve D 25mm Bare ROP sejumlah 25 unit dengan bahan baku hexagon 35, as kuningan, kuningan dia 70x3000, kuningan dia 32x3000, kuningan
80
87
dia 45x1500, kuningan dia 70,5x3000, as stainles dia 8mm, as nylon dia 30, per segitiga, kuningan dia 40x1500, kuningan dia 60x3000, kuningan dia 30x3000 tiap bulannya selalu berubah-ubah tetapi hal tersebut tidak mengubah cara penentuan harga pokok produksi perusahaan. d.
Unsur biaya overhead pabrik yang berupa pengakuan non kas seperti biaya biaya penyusutan kendaraan, Biaya penyusutan peralatan bengkel, biaya penyusutan alat-alat pendukung, biaya penyusutan asuransi, biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan mebel & ATK belum dimasukkan dalam perhitungan, sehingga membuat pembebanan biaya overhead pabrik lebih kecil.
2.
Adanya persediaan bahan baku membantu kelancaran proses produksi untuk periode produksi berikutnya dan mencegah kekurangan bahan baku untuk proses produksi yang sedang berjalan.
B. Rekomendasi Dari hasil analisis yang dilakukan penulis, maka penulis memberikan
rekomendasi
yang
sekiranya
dapat
dijadikan
bahan
pertimbangan oleh perusahaan demi kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang. Adapun rekomendasi yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut : 1.
Perusahaan sebaiknya memperbaiki sistem pada struktur organisasi PT. MBG PUTRA MANDIRI khususnya pada tenaga kerja sub. bagian
88
manufaktur/ produksi agar dapat melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai dengan job descriptionnya. 2.
Perusahaan sebaiknya menganalisis selisih yang terjadi pada tiap-tiap komponen biaya dalam perhitungan harga pokok produksi, sehingga perbedaan yang timbul dapat diketahui penyebab adanya penyimpangan sesuai dengan tujuan pengendalian biaya.
3.
Perusahaan sebaiknya mengelompokkan kembali komponen biaya pada biaya yang terjadi secara lebih spesifik. Pada pengelompokan unsur biaya pada biaya bahan baku, perlu diperhatikan mana yang seharusnya masuk dalam komponen biaya bahan baku atau bahan penolong, juga perlu diperhatikan lagi pengelompokan unsur biaya overhead pabrik. Apabila biaya tersebut dapat dikelompokkan secara tepat akan mempermudah perhitungan anggaran biaya produksi untuk bulan berikutnya khususnya biaya bahan pembantu, begitu juga biaya-biaya yang lain sehingga kemungkinan perusahaan menentukan harga pokok produksi lebih akurat.
4.
Perusahaan sebaiknya mengelompokkan kembali komponen biaya yang termasuk dalam unsur biaya tenaga kerja (Produksi) pada PT. MBG PUTRA MANDIRI dengan memasukkan juga tenaga kerja bagian design ke dalam biaya tenaga kerja (Produksi).
5.
Perusahaan hendaknya mengelompokkan kembali unsur biaya yang merupakan unsur biaya penyusun harga pokok produksi. Unsur biaya penyusutan mesin manufaktur, biaya subcount dan komponen-komponen
89
pada biaya overhead sesungguhnya seharusnya dimasukan menjadi satu dalam komponen unsur biaya overhead pabrik (Produksi) 6.
Perusahaan hendaknya tidak hanya membebankan unsur-unsur biaya overhead pabrik produksi secara per kas saja, tetapi unsur biaya overhead pabrik yang bersifat non kas seperti biaya biaya penyusutan kendaraan, biaya penyusutan peralatan bengkel, biaya penyusutan alatalat pendukung, biaya penyusutan asuransi, biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan mebel & ATK.
7.
Dari perhitungan yang dilakukan penulis diketahui bahwa perusahaan sebenarnya mengalami tingkat kerugian sebesar 16,97% untuk penjualan Valve D 25mm Bare ROP setiap unit, jika harga jualnya ditatapkan sebesar Rp 1.300.000,00. Maka untuk menentukan harga jual dengan tingkat keuntungan seperti yang diharapkan yaitu sebesar 21,23%, perusahaan seharusnya menetapkan harga jual lebih tinggi dari semula, dengan
perhitungan
sebagai
berikut:
Harga Jual = (HPPd per- Unit X % Laba diharapkan) + HPPd per- Unit Harga Jual = (Rp. 1.565.780,00 X 21,23%) + Rp. 1.565.780,00 Harga Jual = Rp. 332.415,09 + Rp. 1.565.780,00 Harga Jual = Rp. 1.898.195,09 Jadi perusahaan seharusnya menetapkan harga jual untuk produk Valve D 25mm Bare ROP setiap unit sebesar Rp. 1.898.195.09.
90
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Ekonomi D3 Akuntansi UNS. 2010. PedomanPenulisan Tugas Akhir, Surakarta. Hanggana, Sri. 2008. Akuntansi Biaya. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Horngren, Charles T, Srikant M. Datar and George Foster. 2008. Akuntansi Biaya dengan Penekanan Manajerial. Edisi Keduabelas, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Ramdhoni, Rizki. 2009. Penentuan Harga Pokok Produksi Karung PLastik Dengan Metode Job Order Costing Pada PT. Bengawantex Karanganyar. Tidak dipublikasikan: Surakarta. Sudaryanto, Rohmat. 2009. Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Job Order Costing Pada Perusahaan Batik Fendi Klaten. Tidak dipublikasikan: Surakarta.