PEMBUATAN NERACA FISKAL (PSAK No. 46) BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL (Studi Kasus Pada PT Razaaqi Selaras Persada Jakarta) Hilda Amril Dr. Gustian Djuanda, S.E., M.M. Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530, Indonesia Telp: (62-21) 534 5830/ email:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui prosedur dan perlakuan Akuntansi Pajak Penghasilan Badan terkait Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sesuai dengan PSAK No. 46 yang memiliki perbedaan dengan peraturan perpajakan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak (PKP) serta mengetahui dampak penerapannya terhadap penyajian laporan keuangan PT Razaaqi Selaras Persada. PSAK No. 46 mengharuskan perusahaan mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak tidak hanya pada periode berjalan, tetapi juga pada periode mendatang dengan mengakui aset (liabilitas) pajak tangguhan. Analisis penerapan PSAK No. 46 dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif komparatif, yaitu menjelaskan perlakuan akuntansi sesuai dengan PSAK No. 46 yang berpengaruh terhadap laporan keuangan, serta membandingkan laporan keuangan sebelum dan sesudah penerapan PSAK No. 46. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT RSP belum menerapkan pencatatan dan pelaporan keuangan berdasarkan PSAK No. 46 pada laporan keuangannya. Setelah diterapkannya PSAK No. 46 ini, mengakibatkan timbulnya kewajiban/hitung pajak tangguhan serta hutang pajak kini pada neraca karena ada beda waktu yang berasal dari perbedaan metode penyusutan aktiva tetap dan tarif yang digunakan antara perusahaan dengan peraturan perpajakan. (HA) Kata Kunci: perbedaan temporer, perbedaan permanen, PSAK No. 46
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the procedures and treatments related to Corporate Income Tax Accounting Financial Accounting Standard (IFRS) in accordance with IAS No. 46 which has a difference with the tax regulations in calculating the taxable income (PKP) and determine the impact of its application to the financial statement presentation PT Razaaqi Selaras Persada. IAS No. 46 requires companies to account for the tax consequences not only in the current period, but also in the future by recognizing the assets (liabilities) Deferred tax. Analysis of the application of IAS No. 46 performed by using a comparative descriptive study, which explains the accounting treatment in accordance with SFAS
No. 46 that affect the financial statements, as well as compare the financial statements before and after the application of IAS No. 46. The results showed that the PT RSP have yet to implement the registration and financial reporting based on IAS No. 46 on its financial statements. After the application of IAS No. 46, resulted in the emergence liabilities / deferred tax calculated and payable current tax on the balance sheet because there are timing differences originating from differences in the method of depreciation of fixed assets and rates used between the company and tax regulations. (HA) Key words : Temporary Difference, Permanent Difference, IAS No. 46
PENDAHULUAN Negara Indonesia seringkali dihadapkan dengan permasalahan dan persoalan khususnya dalam bidang ekonomi, yang terkadang berpengaruh terhadap jalannya pembangunan nasional. Oleh karena itu, demi kelancaran pembangunan nasional begitu banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan sumber penerimaan negara khususnya yang berasal dari sektor pajak. Salah satu unsur pajak yaitu dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan, “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dalam undang-undang.” Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 1 menjelaskan tentang pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dnegan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang ini disebut sebagai Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak. Laba komersial dan laba fiskal seringkali berbeda diakibatkan adanya perbedaan pengakuan antara penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dengan peraturan perpajakan. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dikelompokkan menjadi beda tetap atau permanen (permanent differences) dan beda waktu atau sementara (temporary differences). Beda waktu mengakibatkan konsekuensi pajak di masa yang akan datang, yakni berkaitan dengan pengakuan beban pajak tahun berjalan yang berbeda dengan pengakuan hutang pajak. Dari permasalahan ini, maka Ikatan Akuntan Indonesia memberlakukan PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan yang membahas mengenai perbedaan tersebut terutama yang berhubungan dengan beda waktu atau sementara (temporary differences). PSAK No. 46 mengharuskan perusahaan untuk menghitung dan mengakui adanya pajak tangguhan (deferred tax) atas “future tax effects” dengan menggunakan “balance sheet liability method” atau “asset/liability method”. Penggunaan metode ini merupakan suatu hal yang baru dalam standar akuntansi, mengingat selama ini yang lazim diterapkan di berbagai negara adalah pengakuan pajak tangguhan (deferred tax) dengan menggunakan “income statement liability method”. Untuk dapat menghitung dan mengakui pajak tangguhan berdasarkan “balance sheet liability method” sebagaimana di adopsi oleh PSAK No. 46, maka hal utama yg perlu dipahami adalah konsep tentang beda waktu atau sementara - temporary differences. Beda waktu merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan yang sifatnya temporer. Artinya, secara keseluruhan beban atau pendapatan menurut akuntansi maupun menurut perpajakan sebenarnya sama, tetapi hanya berbeda alokasi setiap tahunnya. PSAK No. 46 ini bukan merupakan ketentuan perpajakan untuk menghitung besarnya pajak penghasilan, namun hanya berupa aturan akuntansi untuk mengatur bagaimana seharusnya suatu laporan keuangan yang berkaitan dengan pajak penghasilan disajikan. PSAK No. 46 disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sejak 23 Desember 1997 dan telah berlaku efektif pada tanggal 1 Januari
1999 bagi perusahaan “go public”, sementara untuk perusahaan yang belum “go public” berlaku sejak 1 Januari 2001. Meskipun sudah berlaku efektif sejak beberapa tahun lalu, namun dalam penerapannya masih ditemui banyak kendala bagi perusahaan. Permasalahannya seringkali karena kurangnya sosialisasi atau pembinaan terhadap Wajib Pajak mengenai pengetahuan tentang penerapan PSAK No. 46 ini. Hal-hal tersebut menambah kompleksitas permasalahan dalam perhitungan dan penyajian pajak tangguhan (deferred tax).
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui dan menganalisa apakah prosedur dan perlakuan Akuntansi Pajak Penghasilan Badan pada laporan keuangan PT. RSP telah sesuai dengan PSAK No. 46. 2. Untuk mengetahui dampak penerapan PSAK No. 46 terhadap kualitas penyajian laporan keuangan PT. RSP.
METODE PENELITIAN Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian atas permasalahan yang terjadi berkaitan dengan tax planning, penyebab permasalahan dan akibat yang ditimbulkan serta berusaha menawarkan alternative penyelesaian. Ada beberapa metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk membantu proses penyusunan skripsi ini. Metode-metode penelitian tersebut adalah : Metode-metode penelitian tersebut adalah : 1. Studi Lapangan (Field Research) Penelitian dapat dilakukan dengan mengadakan kunjungan langsung ke perusahaan/instansi yang terkait untuk memperoleh data dengan cara : a. Wawancara (Interview) Melakukan wawancara langsung dengan Pimpinan atau Direktur perusahaan atau pihak yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas oleh penulis b. Dokumentasi (Observation) Mengumpulkan data dan keterangan-keterangan yang diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan yang terkait dengan PSAK 46 dengan mencatat data yang diperlukan untuk mendukung penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Studi Literatur (Literature Research) Berdasarkan data yang diperoleh melalui studi lapangan, kemudian melakukan penelitian kepustakaan dnegan mengumpulkan, membaca, dan menelaah bukubuku literature dan beberapa halaman web yang mendukung danterkait dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian penulis melakukan pengolahan data untuk menganalisis dengan cara menghitung kembali. Langkah - langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menghitung pencadangan aset pajak tangguhan atau liabilitas pajak tangguhan, lalu menghitung nilai ukuran perusahaan, dan menghitung rasio profitabilitas yang merupakan variabel independen dalam penelitian ini.
Laba Komersial Koreksi Fiskal : Pengadaan Perlengkapan latih Pasusla Pengadaan Perlengkapan IPP Set Pasusla Biaya Pajak Pendapatan Bunga, Jasa dan Giro Pajak Jasa dan Giro
Rp166.380.775,-
Rp 42.250.056,Rp 28.423.738,Rp 755.250,Rp 2.099.592,Rp 419.585,-
Jumlah Koreksi
Rp 73.948.221,-
Laba Fiskal
Rp240.328.996,-
Pajak (PPh 29) 25% x 240.328.996
Rp 60.082.249,-
Berdasarkan perhitungan beban pajak kini, maka dapat diketahui utang pajak yang masih harus dibayar oleh perusahaan dengan menggunakan PPh 25 masa yang telah dibayar sebelumnya, sehingga: Rp 60.082.249,Utang Pajak PPh 29 Rp 66.359.250,PPh 25 (angsuran) Rp 6.227.001,Utang PPh yang lebih bayar Didalam laporan keuangan terdapat selisih antara aset dan kewajiban, yaitu sebesar Rp733,766,339 sehingga dimasukkan ke dalam akun aktiva pajak kini dan akun kewajiban pajak tangguhan dengan nilai yang sama.
PT. RAZAAQ I SELARAS PERSADA NERACA PER 31 DESEMBER 2013
ASET
JUMLAH
JUMLAH
(Dalam Rupiah)
(Dalam Rupiah)
ASET LANCAR Kas dan Setara Kas
Rp
274.701.646,-
Piutang Pemegang Saham
Rp
3.081.625.579,-
Piutang Lain-lain
Rp
1.146.760.346,-
Persediaan
Rp
397.578.860,-
Pajak Dibayar Dimuka
Rp
14.740.117,-
Jumlah Aset Lancar
Rp
4.915.406.549,-
Aktiva Pajak Kini
Rp
733.766.339,-
Jumlah Nilai Buku Aset Tetap
Rp
10.054.626,-
TOTAL ASET
Rp
5.659.227.513,-
Rp
852.475.250,-
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
Rp
3.339.219.585,-
Kewajiban pajak tangguhan
Rp
733.766.339,-
Jumlah Kewajiban
Rp
4.925.461.174,-
ASET TETAP Inventaris Kantor
Rp
146.605.070,-
Peralatan Kantor
Rp
71.664.200,-
Kendaraan
Rp
15.050.000,-
Harga Perolehan
Rp
233.319.270,-
Akumulasi Penyusutan
Rp
(223.264.644),-
KEWAJIBAN & EKUITAS
KEWAJIBAN Kewajiban Jangka Pendek
Hutang Lain-lain
Rp
786.116.000,-
Hutang Pajak
Rp
66.359.250,-
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang
Hutang Bank
Rp
3.339.219.585,-
EKUITAS Modal Saham
Rp
500.000.000,-
Laba (Rugi) Tahun Lalu
Rp
82.757.313,-
Laba (Rugi) Tahun Berjalan
Rp
151.009.026,-
Jumlah Ekuitas
Rp
733.766.339,-
TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS
Rp
5.659.227.513,-
Simpulan dan Saran Simpulan 1. 2. 3.
1.
2.
3.
Simpulan dari penelitian pada PT RAZAAQI SELARAS PERSADA adalah sebagai berikut : PT RSP belum menerapkan PSAK 46 pada laporan keuangannya Terdapat akun Kewajiban Pajak Tangguhan serta Aktiva Pajak Kini dalam pembuatan neraca fiskal pajak tangguhan berdasarkan PSAK No. 46 dengan nilai Rp 733.766.339,Perlakuan akuntansi yang dilakukan PT RSP belum mengakui konsekuensi pajak sebagaimana di standarkan dalam PSAK No 46. Hal ini terbukti dengan tidak diterapkannya PSAK No. 46 pada perusahaan. Karena PT RSP belum go-public, maka belum ada manfaat yang dapat diambil dari pembuatan neraca fiskal pada PT RSP. Adapun keterbatasan penelitian yang dapat diungkapkan oleh penulis antara lain : Penelitian ini terbatas hanya pada perhitungan dan penyajian pada laporan keuangan PT RSP untuk tahun 2013 saja. Jadi dalam hal ini pembahasan yang dilakukan hanya terbatas pada perhitungan dan penyajian pada laporan keuangan PT RSP untuk tahun 2013. Peneliti juga hanya mendapatkan daftar aktiva tetap dan penyusutannya sehingga peneliti tidak dapat melakukan perhitungan penyusutan dikarenakan tidak adanya rincian dari masing-masing aktiva tersebut. Keterbatasan untuk mendapatkan informasi mengenai kejelasan laporan keuangan yang kurang jelas kepada pegawai bagian keuangan yang setiap tahunnya berganti-ganti.
Saran Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil yang lebih baik. Beberapa masukan atau saran untuk peneliti yang akan datang adalah: 1. Berdasarkan kesimpulan hasil analisis, perusahaan disarankan untuk melakukan jurnal penyesuaian dalam rangka mengakui kosekuensi perhitungan perpajakan. 2. Untuk selanjutnya, agar perusahaan dapat menghitung PSAK No 46 sebagai pajak tangguhan dalam Pajak Penghasilan Badan. 3. Agar perusahaan menerapkan pengaturan menurut PSAK No. 46 sebagai dasar perhitungan pajak sehingga dapat ditentukan besarnya pajak tangguhan
REFERENSI Ikatan Akuntan Indonesia. (1998). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 Tahun 1999 tentang “Akuntansi Pajak Penghasilan”. Jakarta: IAI. Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juni 2012. Jakarta: IAI. Jurnal Akuntansi Keuangan. (2012). Cara Menghitung dan Menjurnal Pajak Tngguhan (Bagian Pertama). Diakses tanggal 16 Juni 2015 dari http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/03/caramenghitung-dan-menjurnal-pajak-tangguhan-bagian-pertama/
Mansyur, W.N. (2012). Analisis Penerapan PSAK No. 46 Pada Laporan Keuangan PT. Prima Karya Manunggal. Skripsi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar: diterbitkan. Martani, Dwi. (2015). PSAK 46 Akuntansi Pajak dan Penghasilan (Revisi 2014). Diakses tanggal 24 Juni 2015 dari http://staff.blog.ui.ac.id/martani/pendidikan/slide-psak/ Suandy, Erly. (2013). Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 & Peraturan Pemerintah RI Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, 2009. Citra Umbara, Bandung. Waluyo. (2012). Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat. www.pajak.go.id
RIWAYAT PENULIS Hilda Amril lahir di kota Pekanbaru pada tanggal 25 November 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2015.