Pembuatan dan Karakterisasi Radioisotop Tulium-170 (170Tm) (Azmairit Aziz)
ISSN 1411 – 3481
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI RADIOISOTOP TULIUM-170 (170Tm) Azmairit Aziz, Muhamad Basit Febrian, Marlina Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri – BATAN Jl. Tamansari 71 Bandung, 40132 E-mail :
[email protected]
ABSTRAK PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI RADIOISOTOP TULIUM-170 (170Tm). Tulium170 ( Tm) merupakan radioisotop pemancar β yang memiliki T1/2 = 128,4 hari dan Eβ (maksimum) sebesar 0,968 MeV. Radioisotop 170Tm selain pemancar β juga memancarkan sinar γ dengan energi sebesar 84 keV (3,26%) yang dapat digunakan untuk penyidikan (imaging) selama terapi berlangsung. Berdasarkan sifat radionuklidanya, 170Tm dapat digunakan sebagai radioisotop alternatif dalam pembuatan radiofarmaka untuk paliatif pengganti 89SrCl2. Pembuatan radioisotop 170Tm telah dilakukan menggunakan sasaran tulium oksida (Tm2O3) alam yang diiradiasi di fasilitas iradiasi RSG-G.A. Siwabessy – Serpong. Bahan sasaran dilarutkan dengan larutan HCl 1 N sambil dikisatkan perlahan-lahan sampai hampir kering, kemudian dilarutkan kembali dengan akuabides steril. Larutan 170TmCl3 diuji melalui pemeriksaan kemurnian radiokimia dengan cara kromatografi kertas dan elektroforesis kertas. Aktivitas dan kemurnian radionuklida larutan 170TmCl3 ditentukan dengan menggunakan alat cacah spektrometer γ saluran ganda. Larutan radioisotop 170TmCl3 yang diperoleh mempunyai pH antara 1,5 – 2, terlihat jernih, mempunyai aktivitas jenis dan konsentrasi radioaktif masing-masing sebesar 1,9 – 2,7 mCi/mg dan 17 - 24 mCi/mL pada saat end of irradiation (EOI). Larutan 170TmCl3 mempunyai kemurnian radiokimia sebesar 99,14 ± 0,42% dan kemurnian radionuklida sebesar 100%. Hasil uji stabilitas larutan radioisotop 170TmCl3 terhadap waktu penyimpanan menunjukkan bahwa setelah disimpan selama 30 hari pada temperatur kamar, larutan masih stabil dengan kemurnian radiokimia sebesar 99,43 ± 0,56%. 170
Kata kunci: tulium-170 (170Tm), paliatif, aktivitas jenis, kemurnian radiokimia, kemurnian radionuklida.
ABSTRACT THE PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF THULIUM-170 (170Tm). Thulium170 ( Tm) is a beta emitter radionuclide with the half life of 128.4 days and Eβ (max) of 0.968 MeV. The 170Tm radionuclide also emits γ rays of 84 keV (3.26%) which is suitable for imaging during therapeutic applications. Based on its radiation properties, 170Tm can be used as an alternative radionuclide for bone pain palliation radiopharmaceutical instead of 89SrCl2. The preparation of 170Tm has been carried out by irradiation of natural thulium oxide (Tm2O3) target at RSG – G.A. Siwabessy – Serpong. The irradiated target was dissolved in 1 N HCl solution by gentle warming and evaporated to near dryness then reconstituted in sterile aquabidest. The radiochemical purity of 170TmCl3 was determined by paper chromatography and paper electrophoresis techniques. The activity of 170TmCl3 as well as its radionuclide purity were determined by multichannel γ ray spectrometer (MCA). The solution of 170TmCl3 obtained was in the pH of 1.5 - 2, clear, with the specific activity and radioactive concentration of 1.7 – 2.4 mCi/mg and 17 – 24 mCi/mL, respectively. The solution has the radiochemical purity of 99.14 ± 0.42% and the radionuclide purity of 100%. The stability test result of 170TmCl3 solution showed that the solution was still stable until 30 days at room temperature with the radiochemical purity of 99.43 ± 0.56%. 170
Keywords: thulium-170 (170Tm), palliative, specific activity, radiochemical purity, radionuclide purity.
63
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. XII, No. 2, Agustus 2011; 63-74
dipancarkan), tetapi juga berdasarkan pada
1. PENDAHULUAN Dalam utama
bidang
yang
onkologi,
dihadapi
masalah
pasien
adalah
merasakan sakit yang sangat mengganggu akibat
terjadinya
metastase
kanker
ke
tulang, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Hal ini sering terlihat pada pasien yang menderita kanker prostat, payudara dan paru-paru. Jika obat-obat analgesik (narkotik) sudah tidak mampu untuk menghilangkan rasa sakit, maka dokter melakukan gabungan berbagai cara, seperti
ISSN 1411 - 3481
radioterapi,
kemoterapi,
terapi
hormon, dan bahkan dengan cara operasi
lokasinya yang spesifik, farmakokinetik dan aktivitas jenisnya yang memadai untuk terapi (4-8). Radioisotop secara
untuk
in-vivo
yang terapi
digunakan di
bidang
kedokteran nuklir harus memperhatikan tiga syarat utama, yaitu memiliki kemurnian radionuklida dan kemurnian radiokimia yang tinggi serta aktivitas jenis yang memadai (4). Radioisotop dengan aktivitas jenis rendah dapat
digunakan
untuk
pembuatan
radiofarmaka partikulat. Radioisotop dengan aktivitas jenis sedang dan tinggi diperlukan jika radioisotop tersebut digunakan sebagai ion anorganik atau dalam bentuk kompleks
(1,2). Penggunaan zat radioaktif sumber terbuka berupa radiofarmaka untuk terapi sangat
ideal
radiofarmaka pemberian
untuk
tujuan
selain
berfungsi
sebagai
(seperti
dalam
sistemik
ini,
karena
kemoterapi), juga dapat masuk ke organ sasaran secara selektif (2). Keuntungan lain yang
lebih
utama
dalam
penggunaan
radionuklida untuk terapi adalah mudah dalam pemberian, harga lebih ekonomis dan memungkinkan untuk menghilangkan rasa sakit akibat metastase kanker ke tulang. Rasa sakit yang diderita pasien dapat berkurang
antara
menggunakan
89
Sr,
70 32
-
P,
80%
153
Sm dan
dengan 186/188
Re
dengan molekul khelat. Radioisotop dengan aktivitas jenis tinggi sekali sangat diperlukan dalam pembuatan peptida dan antibodi bertanda (4). Persyaratan
kemurnian
radiokimia
dan kemurnian radionuklida dari larutan radioisotop
yang
digunakan
dalam
pembuatan radiofarmaka juga berbeda-beda bergantung
pada
aplikasi
radiofarmaka
tersebut. Radioisotop dengan kemurnian radiokimia yang
sangat tinggi diperlukan
dalam pembuatan antibodi dan peptida bertanda. Selain itu, radioisotop tersebut juga harus bebas dari kontaminan logam lain,
khususnya
jika
digunakan
untuk
penandaan peptida dan antibodi (4).
(2,3).
Beberapa
Radioisotop merupakan bagian yang penting
dalam
pembuatan
suatu
radiofarmaka. Pemilihan radioisotop yang cocok untuk keperluan terapi tidak hanya
radiofarmaka
untuk
keperluan terapi yang ditandai dengan radioisotop pemancar β, seperti
89
153
117m
Sm-EDTMP,
186
Re-HEDP dan
SrCl2, Sn-
berdasarkan pada sifat-sifat fisikanya (waktu
DTPA telah digunakan di bidang kedokteran
paro atau T½, karakteristik peluruhan, jarak
nuklir sebagai radiofarmaka penghilang rasa
tembus
sakit akibat metastase kanker ke tulang
dan
energi
dari
partikel
yang
(3,4,8-13).
Akan
tetapi,
radiofarmaka 64
Pembuatan dan Karakterisasi Radioisotop Tulium-170 (170Tm) (Azmairit Aziz) 89
SrCl2
153
dan
Sm-EDTMP lebih banyak
ISSN 1411 – 3481
yang memadai. Akan tetapi, radioisotop
digunakan dibanding radiofarmaka lainnya
153
(13).
pendek yaitu selama 1,96 hari, sehingga 89
SrCl2
Radiofarmaka
keunggulan karena waktu
memiliki
paronya yang
Sm memiliki waktu paro yang relatif lebih 153
radiofarmaka
Sm-EDTMP
memungkinkan
untuk
hanya
disediakan
pada
relatif lebih panjang yaitu selama 50,5 hari,
rumah sakit yang letaknya dekat dengan
sehingga
memungkinkan
tempat produksi (13).
menyediakan
radiofarmaka
untuk
tersebut
ke
(170Tm)
Tulium-170
merupakan
seluruh dunia tanpa banyak kehilangan
radioisotop dari golongan lantanida yang
radioaktivitasnya akibat peluruhan selama di
dapat
perjalanan.
merupakan pemancar β yang memiliki T1/2
89
SrCl2
Akan
tetapi,
radiofarmaka
memiliki kekurangan, yaitu biaya
digunakan
untuk
terapi
selama 128,4 hari dan Eβ(maks)
karena
sebesar
produksi yang lebih tinggi dan kapasitas
0,968 MeV. Selain itu, radioisotop
produksi terbatas. Selain itu, radionuklida
juga memancarkan sinar γ dengan energi
89
Sr memiliki energi partikel β lebih besar
(Eβmaks =
1,49
MeV),
sehingga
dapat
memberikan dosis yang tinggi pada sumsum darah.
Hal
ini
mengakibatkan
selama terapi berlangsung (Eγ = 84 keV; 3,26%) (13,17). Radioisotop sehingga
leukosit dalam darah (13-16).
menyediakan
unggul dibanding yang
153
Sm-EDTMP
lebih
89
SrCl2 karena sifat fisika
dimiliki
radioisotop
Dibandingkan radioisotop
153
Sm.
89
Sr, radioisotop
153
Sm memiliki energi partikel β lebih rendah
(Eβ
maks
= 0,81 MeV) sehingga dapat
sumsum tulang. Selain itu, radiofarmaka Sm-EDTMP
memungkinkan
untuk
diinjeksikan dengan aktivitas yang lebih
Tm memiliki waktu 89
Sr,
memungkinkan radioisotop
untuk
tersebut
pada
rumah sakit yang letaknya jauh dari tempat produksi.
Radioisotop
170
Tm
memiliki
Eβ(maks) yang lebih rendah dibanding sehingga
dosis
yang
diberikan
89
Sr,
pada
sumsum tulang akan menjadi lebih rendah (13).
memberikan dosis yang lebih rendah pada 153
170
paro yang lebih panjang dibanding
terjadinya penurunan jumlah trombosit dan Radiofarmaka
Tm
yang sesuai untuk penyidikan (imaging)
tulang dan akhirnya menekan pembentukan sel-sel
170
Radioisotop reaktor
nuklir
170
Tm dapat dibuat di
dengan
menggunakan
sasaran tulium melalui reaksi inti (n,γ) seperti pada reaksi [1] (17).
besar untuk mendapatkan dosis radiasi yang optimal pada jaringan kanker tanpa mengakibatkan toksisitas pada sumsum tulang. Radioisotop
153
Sm dapat diproduksi
dengan menggunakan reaktor riset yang memiliki fluks neutron menengah dengan cara yang mudah dan diperoleh aktivitas yang cukup tinggi dengan aktivitas jenis
169
−
(n,γ ) β 170 Tm ⎯⎯⎯ → 170 Tm ⎯⎯→ Yb (stabil)
Radioisotop dengan
cara
[1]
170
Tm dapat diproduksi
yang
relatif
mudah
menggunakan bahan sasaran tulium oksida alam dan diiradiasi di reaktor riset memiliki
fluks
pembuatan
neutron radioisotop
sedang. 170
Tm
yang Dalam tidak 65
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. XII, No. 2, Agustus 2011; 63-74
dibutuhkan sasaran yang diperkaya karena
ISSN 1411 - 3481
2.1. Iradiasi tulium oksida (Tm2O3)
169
Tm memiliki kelimpahan isotop di
isotop
alam sangat tinggi, yaitu sebesar 100%, 170
mg serbuk Tm2O3
Sebanyak 50
dimasukkan ke dalam tabung kuarsa, lalu
Tm yang dihasilkan
ditutup dengan cara pengelasan. Tabung
radionuklida
yang
kuarsa dimasukkan ke dalam inner capsule
Tm memiliki
yang terbuat dari bahan aluminium nuclear
penampang lintang yang cukup besar, yaitu
grade, lalu ditutup dengan cara pengelasan.
sebesar 105 barn, sehingga memungkinkan
Uji kebocoran dilakukan terhadap inner
sehingga radioisotop memiliki
kemurnian
169
sangat tinggi. Selain itu,
170
Tm
capsule dengan metode gelembung dalam
memadai.
media air sampai tekanan 30 inci Hg.
radionuklidanya,
Setelah lolos uji kebocoran, kemudian inner
Tm lebih unggul dibanding
capsule dimasukkan ke dalam outer capsule
dan dapat digunakan sebagai
untuk diiradiasi. Iradiasi dilakukan di RSG –
radioisotop alternatif dalam pengembangan
G.A. Siwabessy Serpong selama ± 5 hari
radiofarmaka baru untuk paliatif (13).
pada posisi iradiasi CIP dengan fluks
untuk
memperoleh
dengan
aktivitas
Berdasarkan radioisotop 89
SrCl2
radioisotop
jenis
yang
sifat 170
Melalui
penelitian
ini
dipelajari
neutron termal sebesar 1,3 x 1014n.cm-2det-1.
pembuatan dan karakteristik radioisotop 170
Tm,
dan
diharapkan
karakteristik
radioisotop ini dapat memenuhi persyaratan untuk pembuatan senyawa bertanda.
2.2. Preparasi larutan radioisotop 170 TmCl3 Sebanyak 50 mg serbuk Tm2O3 hasil iradiasi dimasukkan ke dalam gelas beker 100 mL, kemudian dilarutkan dalam 5 mL
2. BAHAN DAN TATA KERJA
larutan
HCl
1
N
sambil
dipanaskan
Bahan utama yang digunakan adalah
perlahan-lahan sampai hampir kering, lalu
tulium oksida (Tm2O3) alam buatan Aldrich,
dilarutkan kembali dalam 5 mL akuabides
asam klorida, dinatrium hidrogen fosfat,
steril.
natrium dihidrogen fosfat, asam asetat, asam nitrat, amoniak, metanol dan aseton buatan E.Merck, serta akuabides steril dan
2.3. Pemeriksaan kejernihan Kejernihan
larutan
radioisotop
170
TmCl3 ditentukan dengan meletakkan
NaCl fisiologis (0,9%) buatan IPHA. Peralatan yang digunakan terdiri dari
larutan
170
seperangkat alat kromatografi lapisan tipis
terang
dengan
dan kromatografi kertas, peralatan gelas,
Pengamatan dilakukan secara visual untuk
alat pemanas (Nuova), pencacah γ saluran
memeriksa
tunggal, alat cacah spektrometer γ saluran ganda
(Aptec)
dan
seperangkat
alat
elektroforesis kertas. Untuk iradiasi Tm2O3 digunakan fasilitas RSG–G.A. Siwabessy.
larutan
TmCl3 di depan lampu yang latar
keberadaan
belakang
gelap.
partikel
dalam
170
TmCl3.
2.4. Pemeriksaan pH Besarnya
pH
larutan
170
TmCl3
ditentukan dengan menggunakan kertas indikator pH. Larutan radioisotop
170
TmCl3 66
Pembuatan dan Karakterisasi Radioisotop Tulium-170 (170Tm) (Azmairit Aziz)
diteteskan
pada
kemudian
pH
kertas
indikator
pH,
ISSN 1411 – 3481
kromatografi
lapisan
tipis
(KLT),
dengan
kromatografi kertas dan elektroforesis kertas
membandingkan perubahan warna yang
(13,18). Penentuan kemurnian radiokimia
terjadi pada kertas pH dengan warna yang
larutan
tertera pada kotak kertas indikator pH.
dilakukan dengan menggunakan pelat silika
diamati
170
TmCl3
dengan
metode
KLT
gel 60 F254 (2 cm x 10 cm) sebagai fase 2.5. Pemeriksaan konsentrasi radioaktif dan aktivitas jenis
diam dan aseton serta larutan campuran asam nitrat: aseton (1:10) sebagai fase
Konsentrasi radioaktif dan aktivitas 170
TmCl3 ditentukan dengan
jenis larutan
gerak
(19).
radiokimia
Pemeriksaan
dengan
kemurnian
metode
kromatografi
menggunakan alat pencacah spektrometer γ
kertas
saluran ganda (MCA). Sebanyak 5 μL
kertas kromatografi Whatman 3 MM (2 cm x
larutan
170
dilakukan
dengan
menggunakan
TmCl3 yang sudah diencerkan
10 cm) dan Whatman 1 (2 cm x 25 cm)
dimasukkan ke dalam vial 5 mL, kemudian
sebagai fase diam dan larutan NaCl (0,9%),
vial ditutup dengan tutup karet dan tutup
asam asetat 50%, serta larutan campuran
aluminium. Selanjutnya dicacah dengan alat
amoniak : metanol : air (1:10:20) sebagai
spektrometer γ saluran ganda selama 600
fase gerak (8,13,19). Penentuan kemurnian
detik.
radiokimia
Konsentrasi radioisotop (mCi/mL) 170
merupakan aktivitas radioisotop
Tm per
170
muatan
elektroforesis
listrik
dengan
kertas
dilakukan
sedangkan
dengan menggunakan kertas kromatografi
aktivitas jenis (mCi/mg) merupakan aktivitas
Whatman 3 MM (2 cm x 38 cm) dan larutan
volume
larutan
radioisotop
TmCl3,
metode
dan
170
Tm per berat isotop
169
Tm
dalam bahan sasaran Tm2O3.
elektrolitnya, pemisahan dilakukan selama 1
2.6. Pemeriksaan kemurnian radionuklida Sebanyak 5 μL larutan
170
TmCl3 yang
sudah diencerkan dimasukkan ke dalam vial 5 mL, lalu vial ditutup dengan tutup karet dan
tutup
aluminium.
Larutan
dicacah
dengan alat spektrometer γ saluran ganda selama 600 detik. Kemurnian radionuklida merupakan persentase aktivitas radioisotop 170
Tm terhadap aktivitas total (aktivitas
radioisotop
dapar fosfat 0,02 M pH 7,5 sebagai larutan
170
Tm dan radioisotop lain) yang
ada di dalam larutan 170TmCl3.
jam pada tegangan 350 Volt (8,13). Kertas kromatografi
dan
kertas
elektroforesis
dikeringkan, dipotong-potong dan dicacah dengan
pencacah
Kemurnian
γ
saluran
radiokimia
tunggal.
merupakan
persentase distribusi radioaktivitas senyawa 170
TmCl3
terhadap
(radioaktivitas
radioaktivitas
total
170
dan
senyawa
senyawa lain dari radioisotop
TmCl3 170
Tm, yaitu
170
Tm(OH)3) yang ada di dalam larutan
170
TmCl3. Muatan listrik senyawa
dan
senyawa
lain
sebagai
170
TmCl3
pengotor
radiokimia yang mungkin ada di dalam 2.7.Pemeriksaan kemurnian radiokimia dan muatan listrik Kemurnian 170
TmCl3
radiokimia
ditentukan
dengan
larutan metode
larutan radioisotop yang diperoleh diketahui berdasarkan pergerakan senyawa tersebut ke arah anoda (apabila senyawa bermuatan 67
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. XII, No. 2, Agustus 2011; 63-74
ISSN 1411 - 3481
senyawa
170
bermuatan positif) atau tetap berada pada
170
titik nol (apabila senyawa tidak bermuatan).
menggunakan berbagai sistem kromatografi
negatif),
katoda
(apabila
2.8. Penentuan stabilitas larutan 170TmCl3 Kestabilan larutan
Tm(OH)3. Hasil pemisahan TmCl3
dengan melihat kemurnian radiokimia setiap hari selama 30 hari. Kemurnian radiokimia ditentukan dengan metode kromatografi kertas menggunakan kertas Whatman 3 MM (2 cm x 10 cm) sebagai fase diam dan asam asetat 50% sebagai fase gerak,
serta
metode elektroforesis kertas dengan cara seperti pada bagian 2.7.
pengotor
radiokimianya
dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa sistem
170
TmCl3 diamati
dan
senyawa
kromatografi nomor 1 dan 2 tidak dapat digunakan karena tidak dapat memisahkan 170
TmCl3
senyawa
dengan
senyawa
170
Tm(OH)3. Sistem kromatografi nomor 3
juga tidak dapat digunakan, pemisahan yang dihasilkan kurang sempurna karena berekor (tailing). Dengan demikian, sistem kromatografi yang dapat digunakan adalah sistem
kromatografi
kertas
dengan
menggunakan kertas kromatografi Whatman 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
1 sebagai fase diam dan NaCl 0,9% sebagai yang
fase gerak (sistem nomor 4) dan sistem
diharapkan berupa larutan jernih, memiliki
kromatografi kertas dengan menggunakan
pH sekitar 1,5 – 2 dalam bentuk senyawa
kertas kromatografi Whatman 3 MM sebagai
Produk
akhir
radioisotop
170
TmCl3 (13,17). Nilai pH larutan
fase diam dan asam asetat 50% sebagai
TmCl3 mendekati hasil yang diperoleh
fase gerak (sistem nomor 5). Kedua sistem
kimia 170
peneliti sebelumnya, yaitu sekitar pH 1 (17).
tersebut
Senyawa lain sebagai pengotor radiokimia
170
yang
Rf = 0,6 – 0,8 dan Rf = 0,8 – 0,9.
mungkin
ada
di
dalam
larutan
dapat
memisahkan
senyawa
TmCl3 dengan baik masing-masing pada
radioisotop yang diperoleh adalah senyawa Tabel 1. Nilai Rf senyawa 170TmCl3 dengan berbagai sistem kromatografi kertas dan kromatografi lapisan tipis.
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Sistem kromatografi Fase diam Kertas kromatografi Whatman 3 MM (2 cm x 10 cm ) TLC SG 60 F254 (2 cm x 10 cm ) TLC SG 60 F254 (2 cm x 10 cm ) Kertas kromatografi Whatman 1 (2 cm x 25 cm) Kertas kromatografi Whatman 3 MM (2 cm x 10 cm)
Fase gerak Amoniak : metanol : air (1 : 10 : 20)
Rf 170
TmCl3
170
Tm(OH)3
Waktu elusi (menit)
Keterangan tidak dapat digunakan
0
0
30
0
0
30
HNO3 : Aseton 1 : 10
0,6 – 0,9
0 – 0,6
40
NaCl 0,9%
0,6 – 0,8
0
110
dapat digunakan
Asam asetat 50%
0,8 – 0,9
0
45
dapat digunakan
Aseton
tidak dapat digunakan tidak dapat digunakan
68
Pembuatan dan Karakterisasi Radioisotop Tulium-170 (170Tm) (Azmairit Aziz)
ISSN 1411 – 3481
berada dalam bentuk senyawa
Sistem kromatografi nomor 5 lebih
170
TmCl3.
170
TmCl3 menggunakan
unggul dibanding nomor 4 karena memiliki
Hasil kromatogram
waktu elusi yang lebih singkat. Nilai Rf yang
fase gerak asam asetat 50% diperlihatkan
diperoleh pada sistem kromatografi nomor 5
pada Gambar 1.
sesuai dengan yang dikemukakan oleh peneliti
sebelumnya
radioisotop
pada
Gambar 1 memperlihatkan bahwa
pembuatan
175
YbCl3, yaitu senyawa
senyawa
175
YbCl3
170
TmCl3 bergerak ke arah aliran
fase gerak dengan Rf = 0,8–0,9 sedangkan
bergerak ke arah aliran fase gerak dengan
pengotor
Rf = 0,8 – 0,9 (8). Pada kedua sistem
Tm(OH)3 tetap berada pada titik nol dengan
tersebut diperoleh radioisotop
170
Tm hanya
radiokimianya,
yaitu
senyawa
Rf=0 (8).
350000 170
TmCl3
Cacahan (cps)
300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 -2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jarak migrasi (cm) Gambar 1. Hasil kromatografi kertas senyawa 170TmCl3 menggunakan kertas kromatografi Whatman 3 MM sebagai fase diam dan asam asetat 50% sebagai fase gerak.
350000 170
Cacahan (cps)
300000
TmCl3
250000 200000 150000 100000 50000 0 -12 -10 -8 -6 -4 -2 0
2
4
6
8 10 12 14 16 18 20
Jarak migrasi (cm) Gambar 2. Hasil elektroforesis kertas senyawa 170TmCl3.
69
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. XII, No. 2, Agustus 2011; 63-74
Pemisahan
senyawa
170
TmCl3
ISSN 1411 - 3481
fluks
neutron
yang
tidak
stabil,
serta
menggunakan metode elektroforesis kertas,
kerusakan pada bahan sasaran selama
dengan
iradiasi.
pelat
pendukung
kertas
kromatografi Whatman 3 MM (2 cm x 38 cm) dan larutan dapar fosfat 0,02 M pH 7,5
170 Tabel 2. Aktivitas larutan TmCl3 pada saat end of irradiation (EOI).
sebagai larutan elektrolitnya, menghasilkan 170
TmCl3 tidak bermuatan dan
senyawa
tetap berada pada titik nol (Rf = 0). Hasil yang
diperoleh
sesuai
dengan
yang
dikemukakan oleh Tapas Das dkk, yaitu
1. 2. 3. 4. 5.
Aktivitas (mCi) 119,93 88,16 119,78 85,66 13,42
170
TmCl3 tidak bermuatan dan
senyawa
Pada iradiasi ke 5 dengan waktu
tetap berada pada titik nol dengan Rf=0 (13).
Waktu iradiasi (hari) 4,64 4,09 3,91 4,96 4,96
No.
Hasil
elektroforesis
170
TmCl3
nilai aktivitas yang lebih rendah. Hal ini
ditunjukkan pada Gambar 2. Hasil
pemisahan
iradiasi sama dengan iradiasi ke 4 diperoleh
dengan
kemungkinan
disebabkan
selama
proses
aktivitas
dan elektroforesis kertas digunakan untuk
pemotongan ampul kuarsa berisi bahan
menentukan kemurnian radiokimia senyawa
sasaran Tm2O3 yang telah diiradiasi.
TmCl3.
Berdasarkan
kedua
Pada Tabel 2 terlihat bahwa larutan
metode
tersebut, diperoleh kemurnian radiokimia
hilang
adanya
menggunakan metode kromatografi kertas
170
yang
oleh
170
TmCl3 dapat dibuat dengan cara iradiasi
sebesar
sasaran Tm2O3 selama ± 5 hari pada fluks
99,14±0,42%. Kemurnian radiokimia yang
neutron termal sekitar 1,3x1014 n.cm-2.det-1.
diperoleh mirip dengan yang diperoleh
Dengan menggunakan data aktivitas pada
Tapas Das dkk (13), yaitu lebih besar dari
Tabel 2 dihitung nilai aktivitas jenis dan
99%.
konsentrasi radioisotop (aktivitas radioisotop
larutan
radioisotop
170
TmCl3
Aktivitas larutan radioisotop
170
TmCl3
yang diperoleh dari hasil iradiasi 50 mg bahan sasaran Tm2O3 pada fluks neutron
pada Tabel 2 per satuan volume larutan 170
TmCl3) yang dihasilkan. Nilai aktivitas
jenis
dihitung
dengan
Persamaan
[2]
169
Tm dalam sasaran
termal 1,3 x 1014n.cm-2det-1 dengan waktu
dengan berat isotop
iradiasi
hari
Tm2O3 dihitung menggunakan Persamaan
diperlihatkan pada Tabel 2. Nilai aktivitas
[3]. Pada Persamaan [3] BA (berat atom)
yang diperoleh seharusnya berbanding lurus
Tm = 168,934 g; BM (berat molekul) Tm2O3
terhadap waktu iradiasi, namun pada hasil
= 385,868 g/mol, dan berat sasaran Tm2O3
iradiasi ke 3 dengan waktu iradiasi lebih
= 50 mg.
selama
lebih
kurang
5
singkat dibanding iradiasi ke 4 (Tabel 2)
Dari
hasil
perhitungan
diperoleh
diperoleh nilai aktivitas yang lebih tinggi. Hal
aktivitas jenis dan konsentrasi radioisotop
ini dapat disebabkan oleh efek kumulatif dari
masing-masing adalah 1,9 – 2,7 mCi/mg
beberapa faktor, seperti efek shelf shielding
dan 17 – 24 mCi/mL. Aktivitas jenis yang
dalam bahan sasaran, daya reaktor dan
diperoleh cukup memadai untuk tujuan 70
Pembuatan dan Karakterisasi Radioisotop Tulium-170 (170Tm) (Azmairit Aziz)
paliatif dalam bentuk radiofarmaka
170
EDTMP.
170
Aktivitas
dengan radiofarmaka
TmTm-
radiofarmaka
ISSN 1411 – 3481 89
SrCl2, yaitu sebesar
4 - 5 mCi (13).
EDTMP yang dibutuhkan diperkirakan mirip
170
aktivitas
Aktivitas jenis (mCi/mg) = Berat
169
Tm
[2]
Tm dalam sasaran Tm 2 O3
Berat isotop 169Tm dalam sasaran Tm2O3 =
(2 × BA Tm) × berat Tm 2 O3 BM Tm 2 O3
=
(2 × 168,934) × 50mg = 43,78mg 385,868
[3]
Gambar 3. Spektrum sinar γ radionuklida 170Tm dalam larutan radioisotop 170 TmCl3 setelah pendinginan selama 2 hari.
Kemurnian radiokimia (%)
105
100
95
90
85
80 0
5
10
15
20
25
30
35
Hari ke -
Gambar 4. Kestabilan larutan radioisotop 170TmCl3 pada temperatur kamar
71
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. XII, No. 2, Agustus 2011; 63-74
Keberadaan diketahui
170
radioisotop
dengan
TmCl3
mencacah
ISSN 1411 - 3481
larutan
radioisotop
diamati
setiap
hari
larutan
selama 30 hari pada temperatur kamar.
menggunakan alat spektrometer γ multi
Pada Gambar 4 terlihat bahwa larutan
saluran setelah pendinginan selama 2 hari.
radioisotop 170TmCl3 cukup stabil selama 30
Spektrum sinar γ dari radionuklida yang
hari
diperoleh dapat dilihat pada Gambar 3.
radiokimia masih di atas 95% (99,43 ±
Puncak utama dari spektrum yang diperoleh terlihat pada energi 84 keV, yaitu
penyimpanan
dengan
kemurnian
0.56%). Berdasarkan pengamatan secara visual, larutan tersebut masih terlihat jernih.
merupakan energi sinar γ dari radioisotop 170
Tm. Di samping itu, pada spektrum juga
4. KESIMPULAN
diperoleh dua buah puncak pada energi 52
Radioisotop
170
Tm
dapat
dibuat
dan 59 keV yang merupakan puncak-
dengan menggunakan sasaran Tm2O3 alam
puncak sinar x hasil peluruhan radioisotop
yang diiradiasi di RSG G.A. Siwabessy pada
170
fluks neutron termal 1,3 x 1014 n.cm-2.det-1
Berdasarkan hasil analisis spektrum sinar γ,
selama ± 5 hari dengan aktivitas yang cukup
Tm (13). Tm
memadai untuk terapi, yaitu dengan aktivitas
sebagai pengotor radionuklida di dalam
jenis sebesar 1,9 – 2,7 mCi/mg dan
tidak diperoleh radionuklida lain selain larutan
radioisotop
170
TmCl3.
disebabkan karena bahan sasaran
170
Hal
ini
169
Tm2O3
konsentrasi radioaktif mCi/mL.
Radioisotop
sebesar 17 – 24 170
TmCl3
yang
Tm di alam
diperoleh berupa larutan jernih, mempunyai
sangat tinggi, yaitu sebesar 100%. Selain
pH berkisar antara 1,5 – 2, kemurnian
itu, bahan sasaran yang digunakan juga
radiokimia sebesar 99,14 ± 0,42% dan
memiliki
kemurnian
radionuklida
(99,9%), sehingga tidak mengandung unsur
Radioisotop
170
lain
dapat
disimpan selama 30 hari pada temperatur
mengalami aktivasi melalui reaksi inti (n, γ)
kamar dengan tingkat kemurnian radiokimia
di reaktor nuklir. Kemurnian radionuklida
sebesar 99,43 ± 0,56%. Berdasarkan hasil
yang diperoleh mirip dengan yang diperoleh
yang diperoleh, radioisotop
Tapas Das, dkk (13).
diharapkan
memiliki kelimpahan isotop
tingkat
(selain
Larutan digunakan
169
kemurnian
unsur
tulium)
radioisotop dalam
yang yang
tinggi
yang
akan
pembuatan
suatu
radiofarmaka untuk terapi selain harus jernih, mempunyai aktivitas yang memadai,
sebesar
100%.
TmCl3 masih stabil setelah
memenuhi
170
TmCl3 ini
syarat
untuk
pembuatan senyawa bertanda.
5. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih
kemurnian
kepada Sdr. Hotman Lubis dan Sdr. Abidin
radiokimia yang tinggi, larutan tersebut juga
dari PRR-BATAN yang telah membantu
harus stabil. Pengamatan kestabilan larutan
dalam persiapan iradiasi bahan sasaran di
radioisotop terhadap lamanya penyimpanan
reaktor
diperlihatkan pada Gambar 4. Stabilitas
Serpong. Penulis juga mengucapkan terima
kemurnian
radionuklida
dan
Serba
Guna
G.A.
Siwabessy
72
Pembuatan dan Karakterisasi Radioisotop Tulium-170 (170Tm) (Azmairit Aziz)
Isot 2002;57:295-301.
kasih kepada Sdr. Yusran Latief, Sdr. Nana Suherman dan Sdri. Syukria yang telah
ISSN 1411 – 3481
8.
Neves M, Kling A, Lambrecht RM. Radionuclide production for therapy
membantu penulis di dalam penelitian ini.
radiopharmaceuticals. J Appl Radiat Isot 2002;57(5):657-64.
6. DAFTAR PUSTAKA 1.
1.
Serafini AN. Therapy of metastatic
9.
bone pain. J Nucl Med 2001;
DTPA, DMSA and EDTA labeled with
42(6):895-906.
holmium-166. In: Therapeutic
International Atomic Energy Agency.
applications of radiopharmaceuticals.
Therapeutic applications of
IAEA-TECDOC-1228. Vienna: IAEA;
radiopharmaceuticals. IAEA-TECDOC-
2001. p 118-24.
1228. Vienna: IAEA; 2001. p 1-6. 2.
3.
10. Riccabona G, Naveda RM,
Fischer M. New aspects of radionuclide
Oberlandstatter M, Donnemiller E,
therapy of bone and joint diseases. In:
Kendler D. Trial to optimize dosimetry
Therapeutic applications of
for 153Sm-EDTMP therapy to improve
radiopharmaceuticals. IAEA-TECDOC-
therapeutic effect. In: Therapeutic
1228. Vienna: IAEA; 2001. p.18-22.
applications of radiopharmaceuticals.
Unni PR, Kothari K, Pillai MRA.
IAEA-TECDOC-1228. Vienna: IAEA; 2001. p 112-7.
Radiochemical processing of radionuclides( and
4.
5.
105
Rh,
166
Ho,
153
Sm,
186
Re
188
Re) for targeted radiotherapy.
7.
11. Taskar NP, Batraki M, Divgi CR. Radiopharmaceuticals therapy for
In:Therapeutic applications of
palliation of bone pain from osseous
radiopharmaceuticals. IAEA-TECDOC-
metastases. J Nucl Med
1228. Vienna: IAEA; 2001. p 90-8.
2004;45(8)1358-65.
Atkins HL. Overview of nuclides for
12. Das T, Chakaborty S, Sarma HD,
bone pain palliation, J Appl Radiat Isot
Tandon P, Banerjee S, Venkatesh M, et
1998;49(4):277-83.
al. 170Tm-EDTMP: a potential cost-
Ehrhardt GJ, Ketring AR, Ayers LM.
effective alternative to 89SrCl2 for bone
Reactor produced radionuclides at the
pain palliation. J Nucl Med Biol
University of Missouri Research
2009;36:561-8.
Reactor. J Appl Radiat Isot 6.
Rahman M. Radiopharmaceuticals of
13. Washiyama K, Amano R, Sasaki J,
1998;49:295-7.
Kinuya S, Tonami N, Shiokawa Y, et al.
Volkert WA, Hoffman TJ, Therapeutic
227
radiopharmaceuticals. Chem
agent for bone metastasis. J Nucl Med
Rev1999;99:2269-92.
Biol 2004;31(7):901-8.
Chakraborty S, Unni PR, Venkatesh M, Pillai MRA. Feasibility study for production of
175
Yb: A promising
therapeutic radionuclide. J Appl Radiat
Th-EDTMP : A potential therapeutic
14. Das T, Chakraborty S, Unni PR, Banarjee S, Samuel G, Sarma HD, et al. 177Lu-labeled cyclic polyaminophosphonates as potentian
73
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. XII, No. 2, Agustus 2011; 63-74
agents for bone pain palliation. J Appl Radiat Isot 2002;57(2):177-84. 15. Mathew B, Chakraborty S, Das T, Sarma HD, Banerjee S, Samuel G, et al.
175
Yb labeled
ISSN 1411 - 3481
17. World Health Organization. Radiopharmaceuticals. WHODocument QAS 08262; 2008.p.1-17. 18. Chiotellis E, Pirmettis I, Bouziotis P, Varvarigou A. Synthesis and
polyaminophosphonates as potential
radiolabelling with 153Sm and 186Re of
agents for bone pain palliation. J Appl
bone seeking agents as therapeutic
Radiat Isot 2004;60(5):635-42.
radiopharmaceuticals. IAEA-TECDOC-
16. Ananthakrishnan M. Manual for reactor
1114. Vienna: IAEA; 1999. p 45-52.
produceed radioiostopes, IAEATECDOC-1340. Vienna: IAEA; 2003. p.224-5.
74