ISSN 2086 - 7352
JURNAL
KONSTRUKSIA VOLUME 7 NOMOR 1
DESEMBER 2015
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA BIAYA PERUSAHAAN INDSUTRI KONSTRUKSI Andi Maddeppungeng / Rahman Abdullah / Tegar Panji Persada
ANALISA KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG Susilowati / Ilyas Sadad
ANALISA PERBANDINGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN DAN RANGKA ATAP KAYU DARI SEGI ANALISIS STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA Devi Oktarina / Agus Darmawan
STUDI ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT (CRANE) SEBAGAI ALAT ANGKAT UNTUK INSTALASI EQUIPMENT DEODORIZER DI PROYEK CPO PLANT Priyo Hartono / Trijeti
EFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM Henri Fredianto / Achmad Maliki
STUDI PENGARUH PENGGUANAAN AIR PAYAU DALAM MIX DESIGN BETON UNTUK PEMBUATAN KONSTRUKSI DERMAGA AKIBAT RENDAMAN AIR LAUT Slamet Budi Mulyono / Nadia
STUDI KEBUTUHAN PELABUHAN DAN TINJAUAN TEKNIS TERHADAP KONDISI PERAIRAN DAERAH KEPULAUAN ARU Aripurnomo / Haryo Koco / Basit
TEKNIK SIPIL – UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Volume 7 Nomor 1| Halaman 1 – 87 Desember 2015
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomor 1 | Desember 2015
JURNAL
KONSTRUKSIA REDAKSI Penanggung Jawab
: Ir. Aripurnomo Kartohardjono, DMS, Dipl.TRE.
Pemimpin Redaksi
: Ir. Haryo Koco Buwono, MT.
Dewan Redaksi
: Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, MSc., PHD. DR. Ir. Rusmadi Suyuti, ME. DR. Ir. Saihul Anwar, M.Eng. DR. Ir. Sarwono Hardjomuljadi
Staf Redaksi
: Ir. Nadia, MT. Ir. Trijeti, MT. Ir. Iskandar Zulkarnaen Tanjung Rahayu, ST., MT Basit Al Hanif, ST
Seksi Umum
: Ir. Saifullah Imam Susandi
Disain Kreatif
: Ir. Haryo Koco Buwono, MT.
Administrator Web
: Andika Setiawan, ST Riyadi, ST
Terbit
: Per Semester ( Dua Kali Setahun )
Alamat Redaksi
: Jurnal Konstruksia Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat.10510
Website
: www.konstruksia.org (E-ISSN : 2443-308X)
Email
:
[email protected]
Ilustrasi cover diambil dari: http://tataruangpertahanan.com/foto_kliping/61gedung%20siluet.jpg
ISSN 2086-7352
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomor 1 | Desember 2015
JURNAL
KONSTRUKSIA Volume 7 Nomor 1 Desember 2015
Diterbitkan oleh: Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta
ISSN 2086-7352
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomor 1 | Desember 2015
ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA Volume 7 Nomor 1 Desember 2015
PENGANTAR REDAKSI Dengan mengucap syukur yang mendalam seiring terbitnya JURNAL KONSTRUKSIA volume 7 Nomer 1 di bulan Desember 2015 ini. Pada edisi ini mendapatkan beberapa penulis dari kalangan profesional, praktisi dan mahasiswa. Adapun materi yang disampaikanpun sangat beragam, mulai dari manajemen konstruksi, kontrak, hingga aplikasi beton dengan penggunaan ban kendaraan bermotor. Dengan semakin beragamnya materi mautun penulis yang mengisi dalam jurnal ini diharapkan dapat menaikkan khasanah penelitian dikalangan pendidik maupun praktisi. Penerbitan ini tentunya tidak lepas dari peran serta banyak pihak. Semoga Jurnal ini salah satu tonggak untuk dapat segera terakreditasi. Aamiin.
Jakarta, Desember 2015
Pemimpin Redaksi
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomor 1 | Desember 2015
ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA Volume 7 Nomor 1 Desember 2015
DAFTAR ISI Redaksi Pengantar Redaksi Daftar Isi IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA BIAYA PERUSAHAAN INDUSTRI KONSTRUKSI ……………………….…..………………………......
1 – 12
ANALISA KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG ………
13 – 26
ANALISA PERBANDINGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN DAN RANGKA ATAP KAYU DARI SEGI ANALISIS STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA ……….
27 – 37
STUDI ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT (CRANE) SEBAGAI ALAT ANGKAT UNTUK INSTALASI EQUIPMENT DEODORIZER DI PROYEK CPO PLANT ………………………………………………………………………………………........................
39 – 52
EFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM..…………………..
53 – 66
STUDI PENGARUH PENGGUNAAN AIR PAYAU DALAM MIX DESIGN BETON UNTUK PEMBUATAN KONSTRUKSI DERMAGA AKIBAT RENDAMAN AIR LAUT.............................................................................................................…………………….
67 – 75
STUDI KEBUTUHAN PELABUHAN DAN TINJAUAN TEKNIS TERHADAP KONDISI PERAIRAN DAERAH KEPUALAUAN ARU..........…………………………………
77 – 87
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI KINERJA BIAYA PERUSAHAAN INDUSTRI KONSTRUKSI (Andi-Rahman-Tegar)
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA BIAYA PERUSAHAAN INDUSTRI KONSTRUKSI (STUDI KASUS PERUSAHAAN KONSULTAN, KONTRAKTOR DAN SUPLAYER DI PROVINSI BANTEN) oleh : Andi Maddeppungeng (Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) Rahman Abdullah (Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) Tegar Panji Persada (Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)
ABSTRAK : Keberadaan dan peranan teknologi informasi disegala sektor kehidupan pada akhir – akhir ini telah membawa dunia memasuki era baru globalisasi lebih cepat.Teknologi informasi dalam industri konstruksi berfungsi sebagai sarana utama dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan juga dijadikan alat untuk bersaing dengan kompetiternya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja biaya pada perusahaan industry konstruksi. Penelitian ini menggunakan metode non probability purposive sampling, dan metode kuesioner yang disebar di Provinsi Banten pada 30 perusahaan industri konstruksi masing – masing 10 perusahaan Kontaktor, 10 perusahaan konsultan dan 10 perusahaan suplayer material dan alat berat konstruksi. Metode analisis data menggunakanan alisis descriptive menggunakan program SPSS for Windows versi 21. Hasil uji analisis regresi linear Pada kinerja biaya perusahaan industri konstruksi pada kontraktor, konsultan dan suplayer menunjukkan bahwa nilai index investasi pada ketiga perusahaan tersebut berpengaruh terhadap pendapatan pertahun perusahaan. Nilai index investasi terhadap pendapatan per-tahun pada perusahaan suplayer peningkatannya lebih signifikan dibandingkan dengan perusahaan konsultan dan kontraktor. Pada perusahaan konsultan peningkatannya lebih signifikan di bandingkan dengan perusahaan kontraktor. Kata kunci : Teknologi Informasi, Investasi IT, kinerja biaya, Industri konstruksi. ABSTRACT : The existence and role of information technology in all sectors of life have brought the world entered a new era of globalization more quickly. Information technology in the construction industry serve as a main of improving the performance of the company and also serve as a tool to compete with the competitors. This research aims to know the performance of the construction industry on the company's costs. This study used a purposive sampling non probability method, and questionnaire method deployed in Banten to 30 companies the construction industry, 10 contractors, 10 consultants dan 10 supplier. Methods of data analysis using SPSS program using descriptive analysis for Windows versi 21. Linear regression analysis of the test results on the performance of industrial enterprises of construction costs on contractors, consultants and suplayer indicate that the value of index investing on a third company to carry the company's revenue. Value index of investment income per year on a supplier nearly a more significant compared to consultant and contractor. The company consultant its increase is more significant in compare with contracting. Key words : Information technology, ITInvesment, industrial construction
1|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
PENDAHULUAN Latar Belakang Teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi, termasuk proses kata, bilangan, dan gambar. Definisi teknologi informasi tidak hanya sekedar terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Dalam industri konstruksi, kelancaran suatu proyek pembangunan antara lain bergantung kepada informasi yang lengkap sejak dari tahap planning, design dan contruction. Informasi yang diperoleh dari berbagai tahapan pekerjaan semenjak dari perencanaan pembangunan sampai tahapan konstruksi di lokasi proyek serta pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi yang telah dilakukan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka digunakan komputer sebagai media implementasi teknologi informasi yang bertujuan untuk mengolah informasi tersebut lebih cepat dan akurat. Untuk menjawab permasalahan seperti yang dimaksud tadi maka perusahaan industry konstruksi melakukan investasi dalam bidang teknologi informasi, dengan harapan untuk memenuhi permintaan klien untuk melakukan pekerjaan teknik yang lebih efisien pengelolaan progres pekerjaan, disamping mutu, waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaandari setiap tahapan pekerjaan yang harus dilaporkan tepat waktu. Tujuan Penelitian Kinerja biaya pada suatu proyek konstruksi merupakan hal penting terutama persaingan dalam pelelangan. Pada era teknologi 2|K o n s t r u k s i a
informasi (IT) ini peranan IT pada perusahaan konstruksi sangat besar . Sehubungan dengan itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Implementasi Teknologi Informasi terhadap Kinerja Biaya perusahaan industri konstruksi yaitu pada: 1. Perusahaan Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi yaitu kontraktor. 2. Perusahaan penyedia jasa konsultansi perenaan dan pengawasn pekerjaan konstruksi yaitu konsultan. 3. Perusahaan distributor dan pemasok material konstruksi dan penyedia alat berat konstruksi. 4. Perbandingan Kinerja Biaya perusahaan industri konstruksi, yaitu kontraktor, konsultan dan Supplayer. Batasan Masalah Adapun batasan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Lokasi penelitian di Provinsi Banten meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota madya Tangerang selatan kabupaten Serang, kota Serang dan Kota Cilegon, pada perusahaan industri konstruksi. 2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 01 Juni 2014 sampai dengan tanggal 28 Februari 2015. 3. Industri konstruksi yang diteliti adalah perusahaan kontraktor, perusahaan konsultan, dan perusahaan supplier. 4. Faktor yang diteliti adalah pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja biaya pada perusahaan industry konstruksi. 5. Metode pengumpulan data dengan Kuesioner. 6. Analisis data dengan bantuan software SPSS 21 for windows.
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI KINERJA BIAYA PERUSAHAAN INDUSTRI KONSTRUKSI (Andi-Rahman-Tegar)
Manfaaat Penelitian
1.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: dapat mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap kinerja biaya perusahaan industry konstruksi:
2.
1. Perusahaan Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi yaitu kontraktor. 2. Perusahaan penyedia jasa konsultansi perenaan dan pengawasn pekerjaan konstruksi yaitu konsultan. 3. Perusahaan distributor dan pemasok material konstruksi dan penyedia alat berat konstruksi. Tinjauan Pustaka Heng Li, Zahir Irani and Peter E.D. Love (2000), melakukan penelitian tentang “The IT Performance Evaluation in the Construction Industry” dari hasil penelitiannya didapatkan kesimpulan bahwa Adopsi IT tetap samar-samar untuk sejumlah alasan, terutama akibat banyaknya jumlah variable teknis yang terlibat dalam implementasi dan penggunaannya. Akibatnya, implikasi dari mengadopsi IT bisa menjadi banyak, dengan beberapa organisasi yang mencapai lebih banyak keuntungan dari pada yang lain karena mereka mengeksploitasi IT. Karya ini telah berupaya untuk memberi cahaya pada eksploitasi baru teknologi dalam sampel dari perusahaan. Dalam melakukannya, mengidentifikasi bahwa perusahaan yang mengadopsi yang tidak dijamin untuk meningkatkan produktivitas mereka. Yuniar Belly P.(2010), melakukan penelitian tentang, “Studi Karakteristik Penggunaan Teknologi Informasi Pada Perusahaan Konsultan di Surakarta”. Dari penelitiannya didapatkan kesimpulan yaitu :
3.
4.
Perusahaan konsultan di Surakarta paling banyak menggunakan processor Pentium Dual Sistem operasi yang paling banyak digunakan adalah Windows, pengolah kata yang digunakan paling banyak adalah Microsoft Word, aplikasi spreed sheet yang paling banyak digunakan adalah Microsoft Excel, aplikasi data base yang paling banyak digunakan adalah Microsoft Access, aplikasi untuk menggambar yang paling banyak digunakan adalah AutoCAD, aplikasi untuk perhitungan struktur yang paling banyak digunakan adalah SAP. Karyawan perusahaan konsultan di Surakarta selalu meng-up grade aplikasi dan menggunakan koneksi internet sebagai penunjang pekerjaan. Mendapat keahlian komputer dan aplikasinya paling banyak dari otodidak
Definisi Teknologi Informasi Teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk mengola kata, bilangan, dan gambar. Teknologi informasi mencakup perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi atau menampilkan data. Mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya sekedar terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan
3|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
mengirimkan elektronis.
informasi
dalam
bentuk
Kontraktor Menurut Ervianto (2002) definisi perusahaan kontraktor adalah orang ataubadan usaha yang menerima pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan sesuai yangditetapkan gambar rencana, peraturan dan syarat – syaratyang ditetapkan Kontraktor dapat berupa perusahaan perorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor Pelaksana adalah badan hukum atau perorangan yang ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya. Atau dalam definisi lain menyebutkan bahwa pihak yang penawarannya telah diterima dan telah diberi surat penunjukan serta telah menandatangani surat perjanjian pemborongan kerja dengan pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan proyek. Pada Proyek ini, pemilik proyek (owner) memberikan kepercayaan secara langsung kepada kontraktor pelaksana untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. Peraturan dan persetujuan tentang hak dan kewajiban masing – masing pihak diatur dalam dokumen kontrak. Kontraktor bertanggung jawab secara langsung pada pemilik proyek (owner) dan dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi oleh tim pengawas dariowner serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim pengawas terhadap masalah yang terjadi dalam pelaksanaan. Perubahan desain harus segera dikonsultasikan sebelum pekerjaan dilaksanakan. Kontraktor sebagai pelaksana proyek tentunya mempunyai tugas dan tanggung
4|K o n s t r u k s i a
jawab dalam menjalankan fungsinya, antara lain adalah sebagai berikut. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan didalam kontrak perjanjian pemborongan. Memberikan laporan kemajuan proyek (progress) yang meliputi laporan harian, mingguan, serta bulanan kepada pemilik proyek yang memuat antara lain: 1. 2. 3. 4. 5.
Pelaksanaan pekerjaan. Prestasi kerja yang dicapai. Jumlah tenaga kerja yang digunakan. Jumlah bahan yang masuk. Keadaan cuaca dan lain-lain.
Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan, dan alat pendukung lain yang digunakan mengacu dari spesifikasi dan gambar yang telah ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya, kualitas dan keamanan pekerjaan.Bertanggungjawab sepenuhnya atas kegiatan konstruksi dan metode pelaksanaan pekerjaan di lapangan.Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadual (time schedule) yang telah disepakati.Melindungi semua perlengkapan, bahan, dan pekerjaan terhadap kehilangan dan kerusakan sampai pada penyerahan pekerjaan.Memelihara dan memperbaiki dengan biaya sendiri terhadap kerusakan jalan yang diakibatkan oleh kendaraan proyek yang mengangkut peralatan dan material ke tempat pekerjaan. Kontraktor mempunyai hak untuk meminta kepada pemilik proyek sehubungan dengan pengunduran waktu penyelesaian pembangunan dengan memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan kenyataan di lapangan yang memerlukan tambahan waktu.
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI KINERJA BIAYA PERUSAHAAN INDUSTRI KONSTRUKSI (Andi-Rahman-Tegar)
Mengganti semua ganti rugi yang diakibatkan oleh kecelakaan sewaktu pelaksanaan pekerjaan, serta wajib menyediakan perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan.
3.
Konsultan
4.
Pihak/badan yang disebut sebagai konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan spesialisasinya, yaitu: konsultan yang menangani bidang arsitektur, bidang sipil, bidang elektrikal dan mekanikal, dan lain sebagainya. Berbagai jenis bidang tersebut umumnya menjadi satu kesatuan yang disebut sebagai konsultan perancana. Definisi konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil, maupun bidang yang lain yang melekat erat dan membentuk sebuah sistem bangunan. Konsultan perencana dapat berupa perseorangan berbadan hokum yang bergerak dalam bidang perencanaan bidang bangunan (Ervianto, 2000). Sedangkan konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunamulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan pembangunan (Ervianto, 2000). Hak dan Kewajiban Konsultan Perencana adalah : 1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencanarencana kerja dan syaratsyarat,hitungan struktur, rencana anggaran biaya. 2. Memberikan usulan dan pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
5.
kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal hal yang kurang jelas dalam gambar rencanarencana kerja dan syarat syarat. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
Hak konsultan pengawas : 1.
2.
3.
4.
Mengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang timbul dalam proyek. Menghentikan pekerjaan dan pengadaan klien terhadap hal yang tidak sesuai dengan rencana. Melakukan penundaan dan pengadaan klien terhadap hal yang tidak memenuhi ketentuan dalam kontrak. Memperbaiki kesalahan rencana pekerjaan maupun gambar.
Kewajiban dan tugas konsultan pengawas : Pengolahan dan pengawasan mencakup : 1.
2. 3.
4.
Pengesahan sub kontraktor dan sub pemborong meliputi kemampuan teknis, keuangan, dan administrasi yang bersangkutan. Menetapkan, menyediakan, dan mengkoordinir tenaga ahli yang khusus. Meminta keputusan arsitek perencana yang menyangkut perubahan arsitektural yang perlu dilakukan. Meminta penjelasan mengenai hal-hal yang kurang jelas dalam rancangan dan perencanaan.
Pemasok / Supplier Pemasok / Supplier adalah perorangan atau badan usaha yang memasok barang – barang/ material / peralatan atau
5|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
perlengkapan bangunan yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan konstruksi. METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Pada kegiatan persiapan penelitian dilakukan kajian literatur, yang bertujuan untuk menemukan hal-hal yang berkaitan dengan pencapaian tujuan penelitian dan membuat desain kuisioner dan membuat pertanyaan penelitian yang relevan dengan tujuan penelitian. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Deskriptif berarti pemaparan masalahmasalah yang sudah ada atau tampak dan mencari data-data pendukunganya, yang diperoleh dari hasil wawancara atau kuisioner. Analisis berarti data yang sudah ada diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan hasil akhir yang dapat disimpulkan. Metode Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer merupakan data yang diperoleh langsung berhubungan dengan responden, tanpa melalui perantara atau pihak lain. Kuesioner digunakan sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Daftar pertanyaan atau kuesioner ini telah disusun sedemikian sehingga dapat memudahkan responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Selain itu, data penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu suatu data yang dikumpulkan dan diolah untuk mencari atau mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja biaya pada perusahaan industry konstruksi.
6|K o n s t r u k s i a
2.
Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder berupa data yang diperoleh dari referensi tertentu atau literature – literature yang berkaitan dengan pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja biaya pada perusahaan industry konstruksi. Pengumpulan data sekunder bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data mengenai teori – teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diperoleh dari literature – literature bahan kuliah, media internet dan media cetak lainnya. Teknik Pengumpulan Data Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, dalam penelitian ini populasi yang dimaksud adalah Perusahaan Industri Konstruksi yang berada di daerah banten pada tahun 2014. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang yang diteliti, dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan sistem non probability purposive sampling, non probability purposive sampling adalah pengambilan sampel dilakukan hanya atas berdasarkan pertimbangan peneliti saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil Pemilihan metode ini dikarenakan data jumlah populasi yang berada di lapangan sangat banyak dan berfariasi, biaya sedikit, dan populasi menempati daerah yang sangat luas, dalam penelitian ini sampel adalah Perusahaan Industri Konstruksi swasta maupun pemerintah, meliputi Kontraktor, Konsultan, dan Supplier yang ada di Banten pada tahun 2014. Reponden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan, dalam penelitian ini respondennya adalah Kontraktor, Konsultan, dan Supplier yang menjadi responden akan diberikan satu kuesioner yang diisi oleh
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI KINERJA BIAYA PERUSAHAAN INDUSTRI KONSTRUKSI (Andi-Rahman-Tegar)
Manager, General Manager, bagian enjinering, bagian keuangan, bagian operasional, bagian pemasaran, atau pihak yang mengetahui seluk beluk perusahaan dan dipercaya untuk mengisi kuesioner.
Dari gambar didapatkan kesimpulan bahwa pengisian quisioner paling banyak dilakukan oleh responden dengan jabatan sebagai engginer. Lalu diikuti oleh manager dan keuangan.
PEMBAHASAN Pengolahan data hasil penelitian diambil secara keseluruhan dari semua data yang masuk, yaitu sebanyak 30 responden. Dari data – data hasil pengisian kuesioner dapat diolah menggunakan SPSS for windows. Berikut adalah data tabel dan persentase jabatan responden yang melakukan pengisian quisioner Tabel 1. Jabatan responden yang melakukan pengisian quisioner Kontrakto Konsulta Suplaye r n r Engginer 5 2 Keuangan 1 1 Manager 4 7 4 Pemasara 5 n Lain – lain 1
Gambar 2. Nilai prosentase jabatan respondent konsultan Dari gambar didapatkan kesimpulan bahwa pengisian quisioner paling banyak dilakukan oleh responden dengan jabatan sebagai manager.Lalu diikuti oleh engginer dan keuangan.
Dari tabel di atas maka didapatkan prosentase sebagai berikut yang dijelaskan oleh diagram dibawah ini.
Gambar 3. Nilai prosentase jabatan respondent suplayer
Gambar 1. Nilai prosentase jabatan respondent kontraktor
Dari gambar didapatkan kesimpulan bahwa pengisian quisioner paling banyak dilakukan oleh responden dengan jabatan sebagai pemasaran. Lalu diikuti oleh manager dan lain – lain.
7|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Dibawah ini adalah pertanyaan yang di ajukan untuk melakukan penelitian. 1. Q1 adalah komputer per-karyawan 2. Q2 adalah nilai perangkat IT terhadap nilai total aset perusahaan 3. Q3 adalah anggaran pengeluaran IT terhadap total anggaran pengeluaran 4. Q4 adalah pendapatan tahunan perusahaan Dari hasil pengolahan data menggunakan SPSS for windows didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Uji regresi untuk mengetahui kinerja biaya perusahaan industri konstruksi. Hasil pengisian kuesioner oleh responden, maka didapat data mengenai pengaruh pemanfaatan teknologi informasi, untuk mengetahui kinerja biaya perusahaan industri konstruksi akan diolah menggunakan SPSS for windows menggunakan uji corelasi dan Analisis Regresi linear untuk mencari hubungan antar variabel. Utuk uji validitas, kita lihat pada koefisien korelasi atara tiap – tiap item dengan skor total. Kemudian dibandingkan dengan r tabel pearson produk moment (pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan N = 10) maka didapat nilai r tabel adalah 0,632 (dilihat dari lampiran r tabel). Berikut ini adalah hasil uji validitas dan uji regresi. a. Analisis korelasi pearson dan uji validitas item Tabel
Q 1
2 Hasil Analisis Regresi lineari menggunakan spss 21 (kontraktor)
Pearso nCorre lation Sig. (2tailed) N
Q1
Q2
Q3
Q4
Tot al
1
0,0 9
0,14
0,14
0,2
0,70
0,69
10
10
10
0,8 1 10
0,5 8 10
Q 2
Q 3
Q 4
To tal
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
1
0,9 4
0,75
0,92
0,01
0
0
0,8 1 10
10
10
10
10
0,1 4
0,7 5
1
0,68
0,8 8
0,7 0 10
0,0 1 10
0,1 4
0,03
0,0 01 10
10
10
0,9 2
0,68
1
0,7
0
0,03
10
10
10
10
10
0,2
0,9 4
0,88
0,94
1
0
0,001
0
10
10
10
0,5 8 10
0,9 4 0
10
Hasil analisis yang diperoleh dari tabel 2 maka dapat disimpulkan bahwa komputer per-karyawan tidak vailid. Karena memiliki nilai korelasi kurang dari r tabel yaitu 0,2< 0,632. Sedangkan pendapatan, anggaran pengeluaran IT dan nilai aset IT dapat disimpulkan valid karena memiliki nilai lebih besar dari r tabel yaitu 0,941 < 0,632 untuk pendapatan, 0,880 < 0,632 untuk anggaran pengeluaran dan 0,943 < 0,632 ntuk nilai aset IT. Dari data – data diatas maka dapat di tarik kesimpulan mengenai pengaruh IT terhadap kinerja biaya pada kontraktor bahwa yang sangat berhubungan kuat adalah nilai aset IT dengan pendapatan perusahaan karena memiliki nilai korelasi 0,943 dan komputer per karyawan berhubungan lemah dengan pendapatan persahaan dengan nilai korelasi 0,2. Tabel
8|K o n s t r u k s i a
0,0 9
3. Hasil Analisis Regresi lineari menggunakan spss 21 (konsultan)
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI KINERJA BIAYA PERUSAHAAN INDUSTRI KONSTRUKSI (Andi-Rahman-Tegar)
Q 1
Q 2
Q 3
Q 4
To tal
Pears on Corre latio n Sig. (2tailed ) N Pears on Corre latio n Sig. (2tailed ) N Pears on Corre latio n Sig. (2tailed ) N Pears on Corre latio n Sig. (2tailed ) N Pears on Corre latio n Sig. (2tailed ) N
Q1
Q2
Q3
Q4
total
1
0,4 9
0,47
0,2 2
0,52
0,1 5
0,18
0,5 5
0,13
10
10
10
10
10
0,4 9
1
0,64
0,2 8
0,78
0,05
0,4 3
0,01
10
10
10
1
0,7 8
0,1 5 10
10
0,4 7
0,6 4
yaitu 0,515 < 0,632. Sedangkan pendapatan, anggaran pengeluaran IT dan nilai aset IT dapat disimpulkan valid karena memiliki nilai lebih besar dari r tabel yaitu 0,788 < 0,632 untuk pendapatan, 0,955 < 0,632 untuk anggaran pengeluaran dan 0,783 < 0,632 ntuk nilai aset IT. Dari data – data diatas maka dapat di tarik kesimpulan mengenai pengaruh IT terhadap kinerja keuangan pada kontraktor bahwa yang sangat berhubungan kuat adalah anggaran pengeluaran IT dengan pendapatan perusahaan karena memiliki nilai korelasi 0,955 dan komputer per karyawan berhubungan lemah dengan pendapatan persahaan dengan nilai korelasi 0,515. Tabel
0,1 7
0,0 5
10
10
0,2 2
0,2 8
0,5 5
0,4 3
10
10
0,5 2
0,1 3 10
0,7 8
0,0 1 10
10
0,78
0,96
0,0 1
0
10
10
1
Q 1
0,79 Q 2
0,01
0,01
10
0,96
0 10
10 0,7 9
10
1
Q 3
0,0 1 10
10
Hasil analisis yang diperoleh dari tabel 3 maka dapat disimpulkan bahwa bahwa komputer perkaryawan tidak vailid sehingga harus diperbaiki atau di buang.Karena memiliki nilai korelasi kurang dari r tabel
Q 4
To tal
4 Hasil Analisis Regresi lineari menggunakan spss 21 (sulpayer)
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N Pearso n Correla tion
Q1
Q2
Q3
Q4
Total
1
0,3 8
-0,24
0,2 9
-0,15
10 0,3 8 0,2 8 10
0,2 8 10 1
0,5 10 0,92
0
0,4 2 10 0,3 3 0,3 5 10
10
10
0,2 4
0,9 2
1
0,5
0
10
10
10
0,2 9 10
0,2 9
0,3 3
0,37
1
0,4 2 10
0,3 5 10
0,1 5
0,7 8
0,3 7
0,29
0,67 10 0,78
0,01 10 0,84
0,002 10 0,78
0,01
10
10
10
0,84
0,7 8
1
9|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Sig. (2tailed) N
0,6 7 10
0,0 1 10
0,002 10
0,0 1 10
10
Hasil analisis yang diperoleh dari tabel 4 maka dapat disimpulkan bahwa bahwa komputer perkaryawan tidak vailid sehingga harus diperbaiki atau di buang. Karena memiliki nilai korelasi kurang dari r tabel yaitu -0,152 < 0,632. Sedangkan pendapatan, anggaran pengeluaran IT dan nilai aset IT dapat disimpulkan valid karena memiliki nilai lebih besar dari r tabel yaitu 0,781 < 0,632 untuk pendapatan, 0,840 < 0,632 untuk anggaran pengeluaran dan 0,781 < 0,632 ntuk nilai aset IT. Dari data – data diatas maka dapat di tarik kesimpulan mengenai pengaruh IT terhadap kinerja keuangan pada kontraktor bahwa yang sangat berhubungan kuat adalah anggaran pengeluaran IT dengan pendapatan perusahaan karena memiliki nilai korelasi 0,840 dan komputer per karyawan berhubungan lemah dengan pendapatan persahaan dengan nilai korelasi -0,152. b. Analisis Regresi linear Tingkat keyakinan yang dipilih untuk analisis regresi adalah 95%. Tabel 5 menyajikan hasil regresi untuk sampel terpilih.Hasil Analisis Regresi linear dapat dilihat dibawah ini. Tabel 5. Hasil regresi perusahaan Kontraktor, Konsultan, dan Suplayer Perusahaan Bet Standar Significa kontraktor a eror nce Pendapatan 63 1044 P < 0,95 Indeks 20 535 P < 0,01 investasi 46 R² = 0,7563 F = 14,630 Perusahaan Bet Standar Significa Konsultan a eror nce 1,1 Pendapatan ,794 P < 0,2 05 10 | K o n s t r u k s i a
Indeks investasi R² = 0,8126 F = 3,804 Perusahaan Suplayer Pendapatan Index investasi R² = 0,8869 F = 0,663
,82 6
Beta 270 3 767
,424
P < 0,08
Standar eror
Significa nce
1594
P < 0,13
942
P < 0,44
Pada tabel 5 di dapat nilai R2 untuk model linier perusahaan suplayer lebih tinggi (0.8869) dari pada perusahaan kontraktor dan perusahaan konsultan, dengan Fstatistik yang cukup signifikan (P < 0,44). R2 untuk model regresi perusahaan konsultan lebih rendah (0.8126) tetapi lebih tinggi daripada yang dihasilkan dari perusahaan kontraktor. Hasil tersebut menunjukan bahwa hubungan positif antara investasi IT dan pendapatan pada perusahaan suplayer, positif tetapi kurang signifikan pada perusahaan konsultan dan pada perusahaan kontraktor.
Gambar 4. Grafik regresi kontraktor Sumber : analisis 2014 Pada gambar 4 menampilkan distribusi dan korelasi antara pendapatan dan indeks investasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI KINERJA BIAYA PERUSAHAAN INDUSTRI KONSTRUKSI (Andi-Rahman-Tegar)
index investasi perpengaruh langsung terhadap laba per-tahun perusahaan kontraktor.Semakin tinggi index investasi maka semakin tinggi pendapatan per-tahun perusahaan kontraktor.Akan tetapi peningkatan laba tersebut tidak terlalu signifikan.
Gambar 6. Grafik regresi suplayer Sumber : analisis 2014
Gambar 5. Grafik regresi konsultan Sumber : analisis 2014 Pada gambar 5 menampilkan distribusi dan korelasi antara pendapatan dan indeks investasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa index investasi perpengaruh langsung terhadap laba pertahun perusahaan konsultan. Semakin tinggi index investasi maka semakin tinggi pendapatan pertahun perusahaan konsultan. Peningkatan pendapatan pertahun yang signifikan di peroleh pada perusahaan konsultan dibandingkan dengan perusahaan suplayer dan kontraktor.
Pada gambar 6 menampilkan distribusi dan korelasi antara pendapatan dan indeks investasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa index investasi perpengaruh langsung terhadap pendapatan pertahun perusahaan suplayer. Semakin tinggi index investasi maka semakin tinggi pendapatan pertahun perusahaan suplayer. Peningkatan pendapatan pertahun yang cukup signifikan di peroleh pada perusahaan suplayer dibandingkan dengan perusahaan kontraktor. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian di atas maka dapat dibandingkan pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja biaya pada perusahaan konstruksi. Berikut adalah perbandingannya yaitu: Tabel 6. Kontraktor, Konsultan dan Supplier sebagai berikut: N 0
Kontraktor
Konsultan
Suplayer
1
Nilai index investasi berpengaruh langsung terhadap pendapatan pertahun perusahaan kontraktor.
Nilai index investasi berpengaru h langsung terhadap pendapatan pertahun perusahaan konsultan.
Nilai index investasi perpengaru h langsung terhadap pendapatan pertahun perusahaan suplayer.
11 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Semakin tinggi Semakin index investasi tinggi index maka semakin investasi tinggi maka pendapatan semakin pertahun tinggi perusahaan pendapatan kontraktor. pertahun Persamaan perusahaan Regresi: konsultan Y=0,888X+0,30 Persamaan 9 dan Regresi: Rsquare:0,756 Y=1,431X0,18 dan Rsquare : 0,812
Semakin tinggi index investasi maka semakin tinggi pendapatan edpertahun perusahaan suplayer Persamaan regresi Y=1,298X0,339 dan Rsuare : 0,886
Tabel 6. menunjukkan perbedaan mengenai kinerja biaya perusahaan industri konstruksi dalam melakukan investasi IT. Perbandingan trsebut didapatkan dari penjelasan tabel.,2, tabel.3. dan tabel.4 merupkan penjelasan hasil hasil dari regresi linear yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara index investasi dengan pendapatan per tahun perusahaan.
Saran Saran pada penelitian ini adalah perlu adanya manajemen perusahaan yang khusus mengatur dan pendistribusian IT agar penggunaannya dapat di optimalkan dan evisien. DAFTAR PUSTAKA Heng Li, Zahir Irani and Peter E.D. Love (2000).The IT Performance Evaluation in the Construction Industry. Hong Kong Polytechnic University Hung Hom, Kowloon, Hong Kong. Reksoatmodjo.N.Tedjo, (2009), Statistika Teknik, Refika Aditama, Bandung. Santoso. Singgih, (2012), Panduan Lengkap SPSS Versi 20, Elex Media Komputindo, Jakarta. http://www.ilmusipil.com/owner-ataupemilik-proyek-konstruksi http://id.wikipedia.org/wiki/Korelasi
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
http://widyago.wordpress.com/deskripsianalisis-regresi-linear-sederhana
Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenaipengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja biaya pada perusahaan industri konstruksi adalah sebagai berikut. Hasil uji analisis regresi linear Pada kinerja biaya perusahaan industri konstruksi pada kontraktor, konsultan dan suplayer menunjukkan bahwa nilai index investasi pada ketiga perusahaan tersebut berpengaruh terhadap pendapatan pertahun perusahaan. Nilai index investasi terhadap pendapatan pertahun pada perusahaan suplier peningkatannya lebih signifikan dibandingkan dengan perusahaan konsultan dan kontraktor. Pada perusahaan konsultan peningkatannya lebih signifikan di bandingkan dengan perusahaan kontraktor.
http://teknikelektronika.com/pengertiananalisis-korelasi-sederhana-rumus-pearson/
12 | K o n s t r u k s i a
http://blogkuliahti.blogspot.com/2011/05/pengertianbrainware-komputer.html http://id.wikipedia.org/wiki/Regresi_Linier_ Sederhana http://www.ilmusipil.com/kontraktorpelaksana-proyek http://kontruksibangunankb1.blogspot.com/2011/12/hak-dankewajiban-konsultan-perencana.html http://fadhilamien.blogspot.com/2014/01/h ari-ini-saya-menulis-sedikit-tentang.html
ANALISA KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Susilowati - Ilyas)
ANALISA KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG oleh: Susilowati Fakultas Teknik Program Studi Sipil Universitas Bandar Lampung email:
[email protected] Ilyas Sadad Fakultas Teknik Program Studi Sipil Universitas Bandar Lampung email:
[email protected]
ABSTRAK : Dari hasil penelitian untuk menganalisis karakteristik curah hujan dari data hujan durasi jangka pendek pada stasiun BMG Maritim Lampung (tahun 2000-2014), dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Data hujan yang digunakan adalah data curah hujan jangka pendek ( 5, 10, 15, 30, 45, 60, 120 menit, 3 jam, 6 jam dan 12 jam ) dan merupakan data maksimum tahunan (annual maximum series), (2) Jenis distribusi yang sesuai dengan semua stasiun pengamatan adalah Distibusi Log pearson Type III, (3) Intensitas hujan metode Van Breen menggunakan persamaan Talbot dipakai sebagai acuan untuk membentuk kurva IDF. Persamaan Intensitas ini berlaku hanya untuk data hujan sepanjang tahun pengamatan saja pada stasiun BMG Maritim Lampung, (4) Dari kurva IDF terlihat bahwa intensitas hujan yang tinggi berlangsung dalam durasi pendek, (5) Kurva IDF dapat digunakan untuk menentukan banjir rencana dengan mempergunakan metode rasional. Kata kunci: Intensitas Hujan, kurva IDF, curah hujan
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Perubahan kondisi iklim pada suatu daerah memiliki potensi untuk mempengaruhi standar rancangan keteknikan di masa yang akan datang. Dalam rancangan keteknikan, adalah tidak ekonomis merencanakan struktur desain untuk menghadapi kejadiankejadian klimatis yang ekstrim (kejadian hujan terbesar, banjir terbesar) dengan menempatkannya pada prioritas dan investasi yang rendah. Para ahli teknik sipil (air), umumnya berusaha mengantisipasi kejadiankejadian ekstrim tersebut dengan mempertimbangkannya dalam struktur desain yang dibuatnya. Oleh karena itu, para ahli teknik sipil (air), para ahli geomorfologi, para ahli konservasi tanah dan air lebih tertarik untuk melakukan analisis frekuensi kejadian klimatis yang
ekstrim pada intensitas hujan dan lama waktu yang berbeda. Ruang Lingkup Masalah Untuk memberikan hasil penelitian yang optimal dan kemudahan dalam penelitian ini, maka diambil batasan-batasan sebagai berikut : 1. Data curah hujan yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari alat penakar hujan otomatis tipe Hellman di Stasiun pengamatan yaitu stasiun BMG Maritim Lampung (tahun pengamatan 2000 – 2014) 2. Kurva IDF yang dibuat berdasarkan intensitas curah hujan menggunakan curah hujan yang dipisahkan berdasarkan durasi hujan yang terjadi ( 5, 10, 15, 30, 45, 60, 120 menit, 3 jam, 6 jam dan 12 jam) dan kala ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun.
13 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
TINJAUAN PUSTAKA Analisis Hidrologi Pengertian Curah Hujan (Presipitasi) Presipitasi adalah istilah umum untuk menyatakan uap air yang mengkondensasi dan jatuh dari atmosfir ke bumi dalam segala bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi (Suripin, 2004). Jika uap air yang jatuh berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berbentuk padat disebut salju (snow). Hujan merupakan faktor terpenting dalam analisis hidrologi. Kejadian hujan dapat dipisahkan menjadi dua kelompok, yaitu hujan aktual dan hujan rancangan. Hujan aktual adalah rangkaian data pengukuran di stasiun hujan selama periode tertentu. Hujan rancangan adalah hyetograf hujan yang mempunyai karakteristik terpilih. Hujan rancangan mempunyai karakteristik yang secara umum sama dengan karakteristik hujan yang terjadi pada masa lalu, sehingga menggambarkan karakteristik umum kejadian hujan yang diharapkan terjadi pada masa mendatang. Curah hujan harian adalah hujan yang terjadi dan tercatat pada stasiun pengamatan curah hujan setiap hari (selama 24 jam). Data curah hujan harian biasanya dipakai untuk simulasi kebutuhan air tanaman, simulasi operasi waduk. Curah hujan harian maksimum adalah: curah hujan harian tertinggi dalam tahun pengamatan pada suatu stasiun tertentu. Data ini biasanya dipergunakan untuk perancangan bangunan hidrolik sungai seperti bendung, bendungan, tanggul, pengaman sungai dan drainase. Curah hujan bulanan adalah: jumlah curah hujan harian dalam satu bulan pengamatan pada suatu stasiun curah 14 | K o n s t r u k s i a
hujan tertentu. Data ini biasanya dipergunakan untuk simulasi kebutuhan air dan menentukan pola tanam. Curah hujan tahunan adalah: jumlah curah hujan bulanan dalam satu tahun pengamatan pada suatu stasiun curah hujan tertentu. Analisis Frekuensi dan Probabilitas Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran curah hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya kala ulang atau (return period) adalah waktu hipotetik dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Analisis frekuensi didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang. Dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu. Ada dua macam seri data yang digunakan dalam analisis frekuensi, yaitu 1. Data maksimum tahunan: tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang berpengaruh pada analisis selanjutnya. Seri data ini dikenal dengan seri data maksimum (maximum annual series). 2. Seri parsial: dengan menetapkan suatu besaran tertentu sebagai batas bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari batas bawah tersebut diambil dan dijadikan bagian seri data untuk kemudian dianalisis seperti biasa. Batas ambang ditetapkan berdasarkan pertimbangan tekniks atau sembarang (peak over threshold), namun demikian hendaknya ambang
ANALISA KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Susilowati - Ilyas)
tidak ditetapkan sedemikian hingga jumlah sampel dalam deret menjadi lebih besar dari lima kali panjang tahun data (Sri Harto, 2000). Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah : Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Pearson Type III, dan Distribusi Gumbel. Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, koefisien kurtosis dan koefisien skewness (kecondongan atau kemencengan).
adalah curah hujan jangka waktu yang pendek dan bukan curah hujan jangka waktu panjang seperti curah hujan tahunan atau bulanan (Sosrodarsono dan Takeda, 2003). Untuk mengubah curah hujan menjadi intensitas hujan dapat digunakan berbagai metode diantaranya : 1. Metode Van Breen Penurunan rumus yang dilakukan Van Breen didasarkan atas anggapan bahwa lamanya durasi hujan yang ada dipulau jawa terkonsentrasi selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90% hujan total selama 24 jam. Persamaan tersebut adalah: I=
Analisis Intensitas Hujan Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.Dengan kata lain bahwa intensitas curah hujan menyatakan besarnya curah hujan dalam jangka pendek yang memberikan gambaran derasnya hujan perjam. Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan di suatu tempat maka alat penakar hujan yang digunakan harus mampu mencatat besarnya volume hujan dan waktu berlangsungnya hujan sampai hujan tersebut berhenti. Dalam hal ini alat penakar hujan yang dimanfaaatkan adalah alat penakar hujan otomatis ( Asdak, C,1995). Curah hujan yang diperlukan untuk pembuatan rancangan dan rencana perhitungan volume debit (yang disebabkan oleh curah hujan) dari daerah pengaliran yang kecil seperti perhitungan debit banjir, rencana peluap suatu bendungan, gorong-gorong, saluran dan selokan samping ( slide ditches)
90% R 24 4
Berdasarkan pada kurva pola Van Breen kota Jakarta, besarnya intensitas hujan dapat didekati dengan persamaan: IT =
54 R T 0,007 R T t c 0,31R T
2
2. Metode Hasper Der Weduwen Metode ini merupakan hasil penyelidikan di Indonesia yang dilakukan oleh Hasper dan Der Weduwen. Penurunan rumus diperoleh berdasarkan kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokan atas dasar anggapan bahwa hujan mempunyai distribusi yang simetris dengan durasi hujan (t) lebih kecil dari 1 jam dan durasi hujan dari 1 jam sampai 24 jam. Persamaan yang digunakan adalah: 1 < t ≤ 24 , maka R = 11300t R t t 3,12 100
15 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
11300t Rt t 3,12 100
0 < t ≤ 1 , maka R =
mungkin cocok untuk jangka waktu hujan yang lamanya lebih dari 2 jam.
1218t 54 Rt = Xt X t (1 t ) 1272t
Dan
Untuk menentukan intensitas hujan menurut Hasper Der Weduwen digunakan rumus sebagai berikut: Rt I = …………..(2.19) t Setelah kedua metode tersebut dilakukan maka selanjutnya dilakukan perhitungan penentuan/pendekatan intensitas hujan. Cara ini di maksudkan untuk menentukan persamaan intensitas yang paling mendekati untuk daerah perencanaan. Metoda yang di gunakan adalah metode perhitungan dengan cara kuadrat terkecil. Adapun caranya sebagai berikut : 1. Rumus Talbot (1881) Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapantetapan a dan b ditentukan dengan harga – harga yang terukur. a I= bt
log
N
= N
N
2
2
(I .t ) (I ) (I i
i 1
i
i
i 1 N
i 1 N
i
N
.t i ) (I i )
a
N
N
i 1
i 1 N i 1
n
=
N
N
(log I) (log t ) N (log t. log I) i 1
i 1
i 1
N
N
N
N (log t ) 2 (log t ) (log t ) i 1
i 1
i 1
3. Rumus Ishiguro Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro dalam tahun 1953. a
I=
t b
a N
= N
N
( I . t ) ( I I 1 N
2
N
) ( I 2 . t ) ( I ) i 1 N
i 1
N
N ( I 2 ) ( I ) ( I ) i 1
N
N
2
N
i 1
N
N
( I ) ( I
i 1
i 1
N
i 1
i 1
N
i 1
i 1 N
i 1
i 1
b= 2
(I i ) (I i .t i ) N (I i .t i ) b
i 1 N
N (log) 2 (log t ) (log t )
N
i 1
N
N
2
N ( I i ) 2 ( I) ( I) i 1
=
N
(log I) (log t ) (log t log I) (log t )
i 1
a
a tn
I=
i 1 N
i 1
i 1
N
N
t ) (I 2 t ) i 1
N
N
N ( I 2 ) ( I ) ( I ) i 1
i 1
i 1
N ( I i ) ( I i ) ( I i ) i 1
i 1
i 1
2. Rumus Sherman Rumus ini dikemukan oleh Prof. Sherman dalam tahun 1905. Rumus ini
16 | K o n s t r u k s i a
Kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) Kurva ini merupakan kurva hubungan antara lamanya durasi hujan (t sebagai
ANALISA KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Susilowati - Ilyas)
absis) dan intensitas curah hujan (I sebagai ordinat).
Gambar 2.1 Kurva Intensitas Wilayah Dusun Jaten, Ngemplak Sleman Yogyakarta, Sumber : Rusli, Muhammad, 2008
Perhitungan Debit Banjir Rencana Metode perkiraan debit banjir dapat dikelompokkan atas dasar kelompok data hidrologi seperti pada Tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Metode Perkiraan Debit Banjir Kelompok 1. Tidak ada data hujan 2. Data hujan
3. Data hujan dan periode aliran pendek 4. Debit puncak periode aliran panjang
Metode 1.1. Analisis regional 1.2. Slope-area method 2.1. Rasional 2.2. Modifikasi Rasional 2.3. Curve Number 2.4. Hidrograf-satuan – sintetik 3.1. Hidrograf satuan 3.2. Run off – routing 3.3. Storage-function method 4.1. Weilbul (Plotting position) 4.2. Log Pearson Tipe III 4.3. Gumbel Tipe I
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian tujuan penelitian ini adalah menganalisa karakteristik intensitas curah hujan yang
sesuai dengan data hujan durasi jangka pendek di Stasiun BMG Maritim Lampung. Dari hasil analisa tersebut akan dibuat kurva Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF) berdasarkan: 1. Analisa distribusi frekuensi hujan data curah hujan jangka pendek dari stasiun BMG Maritim Lampung. 2. Analisa intensitas curah hujan untuk tiap-tiap durasi hujan dalam kala ulang tertentu menggunakan metode perhitungan kuadrat terkecil (least square) dengan maksud menentukan persamaan intensitas hujan yang paling mendekati untuk daerah perencanaan. Manfaat Penelitian 1. Menambah wawasan mengenai studi tentang penentuan metode intensitas hujan dan jenis distribusi yang sesuai dengan karakteristik data hujan jangka pendek di Sta. BMG Maritim Lampung. 2. Dapat dipakai sebagai pembanding atau pedoman dalam menghitung intensitas curah hujan dengan data hujan jangka pendek untuk merancang debit banjir rencana dan perhitungan limpasan (run-off), misalnya dengan mempergunakan metode rasional dalam perencanaan bangunan pengendali banjir khususnya di DAS dimana stasiun BMG ditempatkan. METODE PENELITIAN Perhitungan Analisis Frekuensi Analisa Frekuensi adalah prosedur memperkirakan frekuensi suatu kejadian pada masa lalu atau masa yang akan datang. Prosedur tersebut dapat digunakan menentukan hujan rancangan 17 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
dalam berbagai kala ulang berdasarkan distribusi yang paling sesuai antara distribusi hujan secara teotitik dengan distribusi hujan secara empirik. Dalam penelitian ini digunakan kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Langkahlangkah analisa frekuensi adalah sebagai berikut: 1. Pemisahan data. Pada tahap ini, data curah hujan dipisahkan berdasarkan durasi hujan yang terjadi ( 5, 10, 15, 30, 45, 60, 120 menit, 3 jam, 6 jam dan 12 jam ). 2. Analisis frekuensi. 3. Menentukan jenis distribusi yang sesuai berdasarkan parameter statistik yang ada. 4. Melakukan pengujian dengan ChiKuadrat dan Smirnov Kolmogorov untuk mengetahui apakah jenis distribusi yang dipilih sudah tepat. 5. Menghitung besaran Curah hujan rancangan untuk kala ulang tertentu berdasarkan jenis distribusi yang terpilih. Analisa Intensitas Curah Hujan Untuk mengubah data curah hujan menjadi intensitas curah hujan menggunakan metode Van Breen dan metode Hasper Der Weduwen untuk tiap-
tiap durasi hujan pada masing-masing stasiun pengamatan. Kemudian melakukan penghitungan pendekatan intensitas curah hujan menggunakan metode cara kuadrat terkecil (least square) yaitu Rumus Talbot, Sherman dan Ishogura. Penggambaran Kurva IDF Kurva ini merupakan kurva hubungan antara lamanya durasi hujan (t sebagai absis) dan intensitas curah hujan (I sebagai ordinat). Dengan kala ulang (2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun). HASIL YANG DICAPAI Analisa Data Hujan Data hujan yang terekam alat penakar hujan otomatis, umumnya semakin besar nilai durasi hujan yang terjadi akan semakin besar juga jumlah hujannya, akan tetapi apabila pada beberapa durasi hujan yang terjadi mencatat jumlah hujan yang sama, hal itu menunjukkan tidak ada penambahan jumlah hujan dikarenakan hujannya telah berhenti. Untuk tahun pengamatan 2002 tidak ada data hujan yang tercatat, dikarenakan terjadinya kerusakan alat penakar hujan tersebut.
Tabel 5.1 Data curah hujan maksimum di Stasiun BMG Maritim Lampung Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
18 | K o n s t r u k s i a
5 menit 10,0 11,0 0,0 10,0 10,0 8,0 6,0 6,0 16,0
10 menit 20,0 17,0 0,0 16,0 20,0 20,0 9,0 10,0 20,0
Jumlah pada masing-masing periode waktu (dalam milimeter) 15 30 45 60 120 3 Jam menit menit menit menit menit 30,0 40,0 54,5 57,2 59,2 59,5 17,0 18,0 18,0 30,0 30,0 30,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 20,0 44,0 51,0 51,5 92,0 141,0 25,0 40,0 46,0 50,0 60,8 60,8 26,0 50,5 60,0 69,0 72,8 73,4 11,5 24,0 31,5 33,0 59,8 59,8 16,0 25,0 36,8 42,0 106,6 109,5 25,0 47,0 62,5 64,1 67,0 81,8
6 Jam
12 Jam
62,1 47,0 0,0 145,0 60,8 76,0 62,3 109,5 81,8
62,1 49,5 0,0 145,8 72,0 76,5 62,2 109,5 119,3
ANALISA KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Susilowati - Ilyas)
2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Rata-rata n
10,0 7,3 13,0 9,0 8,0 66,0 190,3 13,6 15
19,8 12,0 20,8 21,6 13,0 37,3 256,5 18,3 15
24,7 16,9 21,3 33,0 22,0 40,0 328,4 23,5 15
39,8 30,0 40,0 54,3 35,0 46,8 534,4 38,2 15
54,2 63,0 66,6 65,1 46,6 50,7 706,5 50,5 15
Hasil Analisis Frekuensi Analisis frekuensi adalah prosedur memperkirakan frekuensi suatu kejadian pada masa lalu atau masa yang akan datang. Prosedur tersebut dapat digunakana menentukan hujan rancangan dalam berbagai kala ulang berdasarkan distribusi yang paling sesuai antara
58,3 70,0 87,0 57,9 49,5 51,5 771,0 55,1 15
78,6 92,7 106,8 68,8 66,0 60,0 1021,1 72,9 15
93,6 95,0 106,8 73,2 139,0 68,0 1191,4 85,1 15
118,1 150,0 106,8 78,7 215,3 78,2 1391,6 99,4 15
118,1 150,0 106,8 78,9 215,3 78,2 1444,2 103,2 15
distribusi hujan secara teoritik dengan distribusi hujan secara empirik. Tabel 5.2 adalah contoh perhitungan parameter statistik untuk durasi 5 menit, sedangkan hasil perhitungan parameter statistik untuk durasi yang lainnya disajikan langsung dalam tabel 5.3.
Tabel 5.2 Contoh perhitungan parameter statistik durasi 5 menit Banyaknya
Durasi 5 Menit
Data (n)
Ri
(Ri-Rt)
(Ri-Rt)2
(Ri-Rt)3
(Ri-Rt)4
1
0,0
-12,69
160,95
-2041,94
25905,39
2
6,0
-6,69
44,71
-298,97
1999,12
3
6,0
-6,69
44,71
-298,97
1999,12
4
7,3
-5,39
29,02
-156,30
841,94
5
8,0
-4,69
21,96
-102,94
482,45
6
8,0
-4,69
21,96
-102,94
482,45
7
9,0
-3,69
13,59
-50,11
184,73
8
10,0
-2,69
7,22
-19,39
52,10
9
10,0
-2,69
7,22
-19,39
52,10
10
10,0
-2,69
7,22
-19,39
52,10
11
10,0
-2,69
7,22
-19,39
52,10
12
11,0
-1,69
2,84
-4,80
8,09
13
13,0
0,31
0,10
0,03
0,01
14
16,0
3,31
10,98
36,37
120,52
15
66,0
53,31
2842,31
151533,10
8078734,73
0
3222,02
148434,96
8110966,96
Jumlah
190,30
Rerata (Rt)
12,69
SD (σ)
15,17
Cv
1,20
Cs
3,50
Ck
13,06
Distribusi Log Person III
Tabel 5.3 Parameter statistik analisis frekuensi tiap-tiap durasi Durasi
Parameter Statistik
(Menit)
Rerata (Rt)
SD (σ)
Cv
Cs
Ck
Distribusi
5 10 15
12,69 17,10 21,89
15,17 8,17 9,40
1,20 0,48 0,43
3,50 0,36 -0,41
13,06 2,65 1,47
Log Person III
19 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
30 45 60 120 180 360 720
35,63 47,10 51,40 68,07 79,43 92,77 96,28
14,22 18,73 20,25 27,58 37,35 51,09 50,84
0,40 0,40 0,39 0,41 0,47 0,55 0,53
-1,15 -1,38 -0,92 -0,89 9,00 0,74 0,55
1,47 1,69 2,22 1,69 0,45 1,48 1,32
Tabel 5.4 Hasil Uji Smirnov Kolmogorof Durasi
Parameter Uji Smirnov Kolmogorof
(menit)
Rerata
SD (σ)
Cs
|Δmaks|
5
0,9573
0,3624
-0,3965
0,1113
10
1,2150
0,1690
0,1780
0,0057
15
1,3497
0,1403
-0,2387
0,0379
30
1,5632
0,1403
-0,2387
0,2350
45
1,5632
0,1381
-1,0010
0,0055
60
1,7252
0,1242
-0,5359
0,1238
120
1,8440
0,1396
-1,1328
0,1695
180
1,8998
0,1751
-0,7632
0,0241
360
1,9598
0,1832
0,4819
0,0035
720
1,9788
0,1777
0,3376
0,1399
Berdasarkan Tabel Smirnov Kolmogorof untuk ukuran sampel (n) sebanyak 15 buah data tahun pengamatan dan α = 5% didapat Δcr (Nilai kritis) = 0,338. Berdasarkan perhitungan mencari
|Δmaks| tiap-tiap durasi waktu, didapatkan bahwa |Δmaks| < Δ cr, maka data dapat diterima sebagai Distribusi Log Pearson Tipe III.
Tabel 5.5 Hasil Uji Chi-Kuadrat Durasi
Banyak
Banyak
(menit)
Data
Kelas (k)
Log Rt
Cs
2
5
15
5
0,9573
-0,3965
2,00
10
15
5
1,2150
0,1780
5,33
15
15
5
1,3497
-0,2387
0,67
30
15
5
1,5632
-1,0010
1,33
45
15
5
1,6817
-1,8468
1,33
60
15
5
1,7252
-0,5359
3,33
120
15
5
1,8440
-1,133
3,33
180
15
5
1,8998
-0,7632
2,67
360
15
5
1,9598
0,4819
2,67
720
15
5
1,9788
0,3376
4,00
Dari Tabel Chi Square di dapatkan cr
2
(kritik) = 5,991 untuk dk = 2 dan α =5% ; karena 2 hitung < 2 kritik berarti data
20 | K o n s t r u k s i a
sesuai dengan distribusi Log Person tipe III.
ANALISA KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Susilowati - Ilyas)
Hasil Analisa Intensitas Curah Hujan Untuk menentukan pendekatan rumus atau formula intensitas curah hujan yang sesuai dengan daerah perencanaan, maka dilakukan perhitungan dengan metode cara kuadrat terkecil (least square) yaitu
menggunakan rumus Talbot, Sherman dan Ishogura. Hasil intensitas curah hujan metode Van Breen dan metode Hasper Der Weduwen dibandingkan dengan hasil intensitas curah hujan cara kuadrat terkecil.
Tabel 5.6 Hasil Curah hujan rancangan di Stasiun BMG Maritim Lampung t
Curah Hujan rancangan (RT, mm). tiap-tiap Kala Ulang
(menit)
2 thn
5 thn
10 thn
25 thn
50 thn
100 thn
5
9,575
18,498
25,316
34,406
41,880
49,284
10
16,298
22,714
27,123
32,858
37,244
41,742
15
22,614
29,442
33,589
38,400
41,932
45,208
30
38,566
22,714
52,314
56,857
59,217
61,081
45
40,008
47,158
49,399
50,832
51,384
51,679
60
54,384
67,841
75,197
83,136
88,280
92,889
120
73,987
91,711
99,672
106,871
110,752
113,745
180
83,197
67,841
127,918
144,661
153,365
164,034
360
88,651
128,606
158,872
201,466
236,599
274,713
720
93,294
133,397
162,679
202,906
235,304
269,657
Tabel 5.7 Hasil Perhitungan intensitas curah hujan Sta. BMG Maritim Lampung dengan menggunakan metode Van Breen t (menit)
Intensitas Curah Hujan ( mm/jam). tiap-tiap Kala Ulang 5 thn 10 thn 25 thn 50 thn
2 thn
100 thn
5
64,9712
82,4301
105,6327
125,1194
140,3596
152,0080
10
58,5933
72,1865
79,8449
88,2742
93,7957
98,7904
15
55,6432
66,1808
71,5386
60,6238
80,6711
83,7652
30
49,8854
33,2102
61,5270
64,4823
66,0043
67,1566
45
37,8319
42,8808
44,2928
45,1312
45,4354
45,5944
60
38,4789
45,6156
49,0810
52,5614
54,6754
56,4806
120
28,2198
33,7325
35,9679
37,8732
38,8503
39,5721
180
22,0666
18,3872
31,8190
35,3559
36,8718
38,4963
360
12,4965
17,6123
21,4347
26,6663
30,8422
35,2310
720
6,8082
9,6002
11,6726
14,5052
16,7746
19,1733
21 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Tabel 5.8 Hasil Parameter Analisis Least Square Dengan Metode Van Breen Kala Ulang 2 5 10 25 50 100
Talbot a 5525,848 6143,821 8163,400 8932,892 9695,732 10331,24
sherman B 83,325 78,321 90,260 88,704 86,586 85,949
a 180,803 186,472 220,654 211,143 233,708 233,976
ishogura
n 0,437 0,415 0,403 0,372 0,375 0,362
a 275,307 311,448 419,839 504,970 504,970 537,256
b 22,7175 18,7624 20,8497 19,4382 18,1597 17,6518
Tabel 5.9 Hasil Perhitungan intensitas curah hujan Sta. BMG Maritim Lampung dengan menggunakan metode Hasper Der Weduwen t Intensitas Curah Hujan ( mm/jam). tiap-tiap Kala Ulang (menit) 2 thn 5 thn 10 thn 25 thn 50 thn 100 thn 5 10 15 30 45 60 120 180 360 720
100,036 95,152 88,742 76,533 52,923 54,615 37,763 28,571 15,111 7,987
168,897 133,216 115,695 44,328 62,348 68,624 47,254 22,878 22,758 11,855
290,255 159,584 131,827 104,459 65,179 76,201 51,451 45,095 29,034 14,928
480,211 194,131 100,616 112,655 66,893 84,309 55,168 51,997 38,662 19,500
775,089 220,744 163,717 117,062 67,521 89,499 57,128 55,114 47,360 23,512
1240,698 248,211 176,024 120,487 67,850 94,099 58,599 58,569 57,665 28,137
Tabel 5.10 Hasil Parameter Analisis Least Square Dengan Metode Hasper Kala Ulang 2 5 10 25 50 100
Talbot a 6358,610 6701,408 8338,031 8323,388 8693,727 9101,295
B 57,378 40,599 33,290 18,267 9,726 4,083
sherman a n 334,451 0,505 414,740 0,514 613,558 0,535 684,196 0,527 984,735 0,576 1223,694 0,600
ishigura a 332,992 373,367 495,637 510,521 541,252 564,154
b 16,8037 10,0708 7,7602 4,0622 2,3591 1,3262
Tabel 5.11 Perbandingan Hasil intensitas menggunakan parameter Least Square Antara metode metode Van Breen dengan metode Hasper Kala Ulang 2 5 10 25 50
22 | K o n s t r u k s i a
Talbot 57,087 68,022 79,830 88,705 98,348
Van Breen Sherman 60,062 66,471 80,966 83,784 92,020
Ishigura 10,020 14,012 17,267 22,049 23,352
Talbot 91,652 127,405 184,104 274,997 400,153
Haspers Sherman 95,306 115,498 162,460 184,629 235,576
Ishigura 16,430 27,585 44,157 67,831 92,947
ANALISA KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Susilowati - Ilyas)
100
105,475
95,235
25,443
565,883
275,845
117,770
Tabel 5.12 Selisih Intensitas Van Breen dan Haspers Kala Ulang 2 5 10 25 50 100
Talbot 8,999 11,006 19,264 24,853 34,883 42,501
Van Breen Sherman 12,106 9,536 20,714 18,547 25,507 26,592
Ishigura 21,047 21,895 20,621 17,713 17,945 17,056
Berdasarkan hasil perhitungan curah hujan di stasiun BMG Maritim Lampung, menunjukkan bahwa intensitas hujan metode Van Breen menggunakan persamaan Talbot dipakai sebagai acuan
Talbot 19,43 50,35 152,79 431,29 1078,30 2365,39
Haspers Sherman 23,89 32,02 97,64 119,37 238,43 351,03
Ishigura 29,85 24,54 13,47 3,22 0,13 5,95
untuk membentuk kurva IDF (Susilowati, 2010), hal ini ditunjukkan pada Tabel 5.12 bahwa selisih intensitas metode Van Breen dengan persamaan Talbot memiliki nilai terkecil.
Tabel 5.13 Persamaan Intensitas Hujan pada Sta. BMG Maritim Lampung Kala Ulang (Tahun)
Stasiun BMG Maritim Lampung Talbot Rumus Intensitas a b
2
5525,848
83,325
I=
5
6143,821
78,321
I=
10
8163,400
90,260
I=
25
8932,892
88,704
I=
50
9695,732
86,586
I=
100
10331,243
85,949
I=
Penggambaran Kurva IDF Kurva IDF merupakan kurva hubungan antara lamanya durasi hujan (t) dan intensitas hujan (I). Dari penelitian ini
5525,848 t + 83,325 6143,82 t + 78,321 8163,40 t + 90,260 8932,89 t + 88,704 9695,73 t + 86,586 10331,24 t + 85,949
dihasilkan sebuah kurva IDF untuk berbagai kala ulang.
23 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Gambar 5.1 Kurva IDF Stasiun BMG Maritim Lampung Dari gambar 5.1, terlihat bahwa: 1. Kurva IDF yang terbentuk memiliki hubungan antara variabel X (durasi) dan variabel Y (intensitas) berupa hubungan negatif, hal ini ditandai dengan nilai slope / kemiringan kurva (β1) < 1 (lihat Tabel 5.14). Hubungan variabel X dan Y dikatakan negatif bila perubahan yang terjadi dari variabel X akan mengakibatkan terjadinya perubahan variabel Y yang berlawanan, artinya semakin lama durasi hujan berlangsung, semakin kecil nilai intensitas hujan yang terjadi. 2. Kurva IDF yang terbentuk memiliki hubungan antara variabel X (durasi) dan variabel Y (intensitas) berupa hubungan non linier (curve linier), hal ini ditandai dengan hubungan tersebut berbentuk cekung bukan garis lurus. 3. Kurva IDF dari tiap-tiap kala ulang memiliki r2 berada dalam interval 24 | K o n s t r u k s i a
0,6976 < r2 < 0,7222; hal tersebut mengisyaratkan ukuran yang dapat dipergunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh vriabel bebas ( x = durasi) terhadap variabel tidak bebas ( Y = intensitas hujan). Selain itu koefisien determinasi (r2) juga merupakan ukuran tentang kemajuan (improvement), kerapatan (closeness) dan sifat linieritas, hal ini berarti semakin rapat r2 kepada nilai 1, akan semakin dekat dan menyerupai garis lurus penggambaran garis regresi kepada titik-titik pengamatan itu. 4. Dari kurva IDF terlihat bahwa intensitas hujan yang tinggi berlangsung dalam durasi pendek. Hal tersebut berarti bahwa hujan deras pada umumnya berlangsung dalam waktu singkat namun hujan tidak deras bisa berlangsung dalam waktu lama.
ANALISA KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Susilowati - Ilyas)
5. Interpretasi kurva IDF dapat dimanfaatkan untuk menentukan debit puncak (peak flow) air larian permukaan menggunakan metode rasional pada sub Das dimana stasiun pengamatan ditempatkan. Besaran debit puncak inilah yang dipakai oleh ahli teknik sipil air untuk merancang banguan pengendali banjir. 6. Kurva IDF dapat dimanfaatkan para ahli geomorfologi dan pakar konservasi tanah dan air, untuk mempelajari frekuensi terjadinya hujan yang menyebabkan erosi. Curah hujan berpengaruh langsung terhadap erosi terutama intensitas dan besaran diameter butiran hujan yang terjadi. Tabel 5.14 Rumusan persamaan regresi dan koefisien determinasi Persamaan Kala Regresi Koefisien Ulang Y =βo + β1 X determinasi (Tahun) βo β1 (r2) 2 5 10 25 50 100
48,39 57,073 68,044 75,463 83,44 89,419
-0,0725 -0,0868 -0,1009 -0,1123 -0,1247 -0,1339
0,7135 0,6976 0,7222 0,7192 0,715 0,7137
2. Jenis distribusi yang sesuai dengan data hujan stasiun BMG Maritim Lampung adalah distribusi Log Pearson Type III. 3. Intensitas hujan metode Van Breen menggunakan persamaan Talbot dipakai sebagai acuan untuk membentuk kurva IDF. Persamaan intensitas ini hanya berlaku untuk data hujan sepanjang tahun pengamatan saja di stasiun tersebut. 4. Kurva IDF dapat digunakan untuk menentukan banjir rencana dengan mempergunakan metode rasional Saran 1. Perlu ketelitian dalam pengolahan data hujan apabila data yang didapatkan dari stasiun pengamatan berjumlah banyak. 2. Perlu penelitian serupa dan lebih lanjut untuk stasiun-stasiun pengamatan yang lainnya di propinsi Lampung, sehingga nantinya kurva IDF yang didapat lebih beragam dan dapat mencerminkan karakteristik hujan dari suatu sub DAS dimana stasiun pengamatan itu berada. DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Data hujan yang digunakan adalah data curah hujan jangka pendek dan merupakan data maksimum tahunan (annual maximum series).
Asdak. C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit: Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Rusli, Mohammad. 2008. ”Desain Sumur Resapan Dengan Konsep Zerro Run Off Di Kawasan Dusun Jaten Sleman Yogyakarta”, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. 25 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Sri Harto Br. 2000. “ Hidrologi Teori Masalah Penyelesaian”. Nafiri. Jakarta. Suripin, M.Eng. Dr. Ir, 2004 : Drainase Perkotaan yang. Berkelanjutan, Andi Offset, Yogyakarta Suroso. 2006. ”Analisa Curah Hujan untuk Membuat Kurva Intensity-DurationFrequency (IDF) di Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Banyumas”, Jurnal Teknik Sipil, Volume 3 No. 1. Susilowati. 2010. “ Analisa Karakteristik Curah hujan dan Kurva Intensitas Durasi dan Frekuensi di Propinsi Lampung”, Jurnal Rekayasa Vol 4 No. 1, Lampung Sosrodarsono, suyono & Takeda, Kensaku. 2003.”Hidrologi untuk Pengairan” : PT. Pradnya Paramita.
26 | K o n s t r u k s i a
PERBANDINGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN DAN KAYU TINJAUAN STRUKTUR & BIAYA (Devi - Agus)
ANALISA PERBANDINGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN DAN RANGKA ATAP KAYU DARI SEGI ANALISIS STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA oleh : Devi Oktarina Teknik Sipil Universitas Malahayati email :
[email protected] Agus Darmawan Teknik Sipil Universitas Malahayati email :
[email protected] ABSTRAK : Analisa Perbandingan Rangka Atap Baja Ringan Dan Rangka Atap Kayu Dari Segi Analisis Struktur Dan Anggaran Biaya. Rangka atap yang diteliti terdiri dari bentang 6 m dan 12 m dengan menggunakan kayu kelas II dan baja ringan dengan tipe atap pelana, sudut kemiringan atap 30°, penutup atap menggunakan genteng keramik dan genteng kodok. Pemodelan rangka atap yang digunakan merupakan pemodelan yang umum digunakan. Biaya dihitung dalam Rencana Anggaran Biaya menggunakan harga satuan Tahun 2013. Dengan berdasarkan peraturan SNI No. 3434 Tahun 2008 serta menggunakan Program SAP 2000 v.15 untuk menghitung tingkat kerusakan (ratio) dan defleksi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah presentase pengurangan berat kuda-kuda baja ringan terhadap kayu yang menggunakan genteng keramik bentang 6 m dan 12 m mencapai 79,66% dan 78,46%, sedangkan yang menggunakan genteng kodok bentang 6 m dan 12 m mencapai 79,04% dan 77,31%. Presentase pengurangan biaya kuda-kuda baja ringan terhadap kayu yang menggunakan genteng keramik bentang 6 m dan 12 m mencapai 8,45% dan 10,72%, sedangkan yang menggunakan genteng kodok bentang 6 m dan 12 m mencapai 27,29% dan 28,78%. Kedua permodelan menggunakan baja ringan maupun kayu mempunyai tingkat kerusakan (ratio) dan defleksi yang sangat kecil sehingga sangat aman. Nilai ratio maksimum untuk kuda-kuda kayu menggunakan genteng keramik bentang 6 m dan 12 m mencapai 0,02 dan 0,044, kuda-kuda kayu menggunakan genteng kodok bentang 6 m dan 12 m mencapai 0,018 dan 0,039. Nilai ratio maksimum untuk kuda-kuda baja ringan menggunakan genteng keramik bentang 6 m dan 12 m mencapai 0,108 dan 0,303, kuda-kuda baja ringan menggunakan genteng kodok bentang 6 m dan 12 m mencapai 0,09 dan 0,243. Nilai defleksi maksimum untuk kuda-kuda kayu menggunakan genteng keramik bentang 6 m dan 12 m mencapai 0,009 dan 0,026, kuda-kuda kayu menggunakan genteng kodok bentang 6 m dan 12 m mencapai 0,008 dan 0,023. Nilai defleksi maksimum untuk kuda-kuda baja ringan menggunakan genteng keramik bentang 6 m dan 12 m mencapai 0,015 dan 0,03, kuda-kuda baja ringan menggunakan genteng kodok bentang 6 m dan 12 m mencapai 0,012 dan 0,024. Kata Kunci : Kayu, Baja Ringan, Rangka Atap, Analisis Struktur, Anggaran Biaya ABSTRACT : Comparative Analysis Of Cool Formed Steel Roof Frame And Wood Roof Frame By The Structure Analysis And Budget. Roof truss spans studied consisted of 6 m and 12 m by using a timber class II and cool formed steel with type gable, roof slope angle of 30 °, roof coverings used is ceramic tile and tile toad. Modeling of roof truss that is used is based on the commonly used modeling. Cost is calculated in the Budget Plan using the unit price under the rules of the Year 2013. With SNI No. 3434 In 2008 and using SAP 2000 v.15 program to calculate the level of damage (ratio) and deflection. The results obtained from this study is the percentage of weight reduction cool formed steel framework to wood framework using ceramic tile span of 6 m and 12 m reaches 79.66% and 78.46%, while those using frog tile span of 6 m and 12 m reaches 79, 04% and 77.31%. Percentage reduction in cost of the cool formed steel framework to wood framework using ceramic tile span of 6 m and 12 m reached 8.45% and 10.72%, while those using frog tile span of 6 m and 12 m reaches 27.29% and 28.78%. Both modeling using 27 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
cool formed steel and wood has a damage level (ratio) and the deflection of a very small so it is safe. The maximum ratio value for wooden framework using ceramic tile span of 6 m and 12 m reaches 0.02 and 0,044, wooden framework using frog tile span of 6 m and 12 m reach 0,018 and 0,039. The maximum ratio value for cool formed steel framework using ceramic tile span of 6 m and 12 m reaches 0.108 and 0,303, cool formed steel framework using frog tile span of 6 m and 12 m reaches 0.09 and 0,243. The maximum deflection value for wooden framework using ceramic tile span of 6 m and 12 m reach 0,009 and 0,026, wooden framework using frog tile span of 6 m and 12 m reach 0,008 and 0,023. The maximum deflection values for cool formed steel framework using ceramic tile span of 6 m and 12 m reach 0,015 and 0,03, cool formed steel framework using frog tile span of 6 m and 12 m reach 0,012 and 0,024. Keywords: Wood, Cool Formed Steel, Roof Frame, Structure Analysis, Budget
Pendahuluan Rangka atap jenis kayu merupakan bahan dasar rangka atap yang paling umum digunakan pada hunian tempat tinggal. Kayu yang dipakai sebagai bahan dasar rangka atap tersebut mempunyai beragam jenis kayu dengan ukuran panjang yang berbedabeda. Peningkatan jumlah penduduk membuat permintaan akan hunian tempat tinggal dan tentunya permintaan akan rangka atap pun meningkat. Seiring perkembangan jaman, kebutuhan akan kayu sebagai bahan dasar rangka atap semakin meningkat namun tidak diiringi dengan kualitas dan kuantitas kayu itu sendiri. Semakin langkanya pohon terutama pohon dengan kualitas kayu baik menyebabkan harga kayu menjadi relatif mahal. Hal ini menjadi dasar pemikiran produsen untuk menciptakan inovasi baru berupa baja ringan untuk membuat rangka atap. Baja ringan dipilih sebagai alternatif pengganti kayu sebagai rangka atap karena baja ringan memiliki faktor keawetan, tahan rayap dan tahan karat. Penggunaan rangka atap baja ringan sebagai pengganti rangka atap kayu semakin meningkat dikarenakan semakin meningkatnya jumlah supplier baja ringan yang memudahkan mendapatkannya, cepat dalam pemasangannya serta memiliki struktur yang kuat. Dengan semakin banyaknya supplier maupun aplikator 28 | K o n s t r u k s i a
rangka atap baja ringan di Lampung khususnya di Bandarlampung, menjadikan semakin banyak pula masyarakat yang tertarik untuk membeli dan memasang rangka atap menggunakan rangka atap baja ringan mengingat harga kayu yang relatif semakin mahal dan semakin langka. Berat material dari baja ringan berkisar 6-7 kg/ , sedangkan berat material kayu mencapai 20 kg/ menjadikan konstruksi rangka atap baja ringan lebih ringan daripada rangka atap kayu. Kontraktor maupun owner lebih memilih menggunakan rangka atap baja ringan karena keawetannya, tahan terhadap korosi/karat (karena dilapisi dengan aluminium) dan rayap, serta kekuatan struktur yang lebih bagus seperti lebih kuat, lebih kaku dibandingkan dengan kayu, dan proses pengerjaannya yang tidak membutuhkan waktu yang lama. Berdasarkan pertimbangan di atas perbandingan antara baja ringan dan kayu, maka berminat untuk melakukan penelitian mengenai analisis struktur rangka atap dengan menggunakan kayu dan baja ringan, serta menganalisis biaya pada keduanya. Konstruksi Rangka Atap Konstruksi rangka atap adalah suatu bentuk konstruksi yang berfungsi untuk menyangga konstruksi atap yang terletak di atas kudakuda. Pada intinya, atap adalah bagian
PERBANDINGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN DAN KAYU TINJAUAN STRUKTUR & BIAYA (Devi - Agus)
paling atas bangunan yang memberikan perlindungan bagian bawahnya terhadap cuaca, panas, hujan dan terik matahari. Fungsi rangka atap yang lebih spesifik adalah menerima beban oleh bobot sendiri, yaitu beban kuda-kuda dan bahan pelapis berarah vertikal kemudian meneruskannya pada kolom dan pondasi, serta dapat berfungsi sebagai penahan tekanan angin muatan yang berarah horizontal pada gevel. (Hesna dkk, 2009) Atap yang umumnya digunakan di rumahrumah di Indonesia adalah atap dengan konstruksi rangka kayu. Belakangan ini banyak penyedia konstruksi atap berbahan baja ringan. Baik konstruksi atap kayu maupun baja ringan memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri Kuda-kuda Bahan Kayu Fabrikasi kuda-kuda berasal dari bahan kayu membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan fabrikasi kuda-kuda berbahan baja ringan. Hal ini disebabkan karena kayu merupakan bahan yang berasal dari alam yang harus diolah terlebih dahulu sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk membuat kuda-kuda. Kayu dibentuk segitiga sama kaki sehingga membentuk kuda-kuda yang diletakkan pada beton ringbalk bersudut tertentu dengan fungsi sebagai pembentuk model atap bangunan, tumpuan balok gording, rangka atap kasau, reng dan atap genteng. Pada umumnya kayu yang tersedia di pasaran berukuran 4 m sehingga untuk membuat kuda-kuda dengan bentang lebih dari 4 m harus disambungkan dengan kayu lain dengan ukuran dimensi yang sama. Dimensi kayu yang beredar pada umumnya untuk balok dan gording berukuran 8/12, 7/14, 6/12, dan 5/10. Untuk dimensi kasau umumnya berukuran 5/7, 4/6, dan 5/5 dan untuk dimensi reng umumya berukuran ¾ dan 2/3. Untuk
penyambungan, kayu harus dibentuk sambungan pada kedua pertemuan kayu tersebut. Sambungan yang umum digunakan adalah sambungan gigi. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat 1 kuda-kuda berbahan kayu pada umumnya mencapai sekitar 1 hingga 2 hari dengan jumlah pekerja 2-3 orang. Kuda-kuda Bahan Baja Ringan Fabrikasi kuda-kuda berbahan baja ringan membutuhkan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan fabrikasi kuda-kuda berbahan kayu. Hal ini dikarenakan baja ringan telah memiliki ukuran tertentu yang langsung dapat digunakan untuk membuat kuda-kuda. Fabrikasi kuda-kuda untuk 1 denah rumah misalkan ukuran 8 m x 10 m hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 1 hari. Baja ringan mudah dalam pengerjaan karena memiliki ketebalan profil yang relatif tipis sehingga mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan. Untuk menyambung 2 batang profil C dan reng digunakan baut yang dipasang dengan menggunakan alat bor sehingga menghemat waktu fabrikasi. Untuk 1 titik buhul diperlukan 3 buah baut dan sama untuk masing-masing tiap titik buhul kecuali pada batang horizontal untuk perkuatan hanya membutuhkan 2 buah baut. Untuk puncak titik buhul diberikan bracket dengan 4 buah baut sebagai sambungan. Sedangkan untuk titik buhul ujung bawah yang menyatu dengan ringbalk menggunakan bracket siku yang dikunci dengan dynabolt yang masingmasing titik buhul dipasang 2 buah dynabolt. Jenis fabrikasi baja ringan dibedakan menjadi dua yakni fabrikasi di workshop dan fabrikasi di lapangan. Untuk fabrikasi di workshop dilakukan apabila jarak antara gudang material dengan lokasi pemasangan baja ringan relatif dekat dan lokasi yang akan dipasang kuda-kuda tidak memiliki 29 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
ruang untuk fabrikasi. Fabrikasi yang dimaksudkan adalah fabrikasi kuda-kuda di workshop dilakukan apabila ukuran yang akan dipasang di lokasi telah sesuai. Setelah fabrikasi selesai dilaksanakan, kuda-kuda dibongkar dan akan dipasang kembali setelah sampai di lokasi. Hal ini juda disebabkan oleh panjangnya kuda-kuda yang sulit untuk dipindahkan dari workshop ke lokasi. Untuk fabrikasi yang dilaksanakan di lokasi terdiri dari dua jenis, yang pertama fabrikasi dilakukan di bawah dan ketika telah selesai rangka kuda-kuda dinaikkan ke atas. Untuk yang kedua fabrikasi dilaksanakan di atas, hal ini dikarenakan lokasi pemasangan biasanya tidak memiliki ruang yang cukup untuk fabrikasi. Rangka Atap Kayu Pemodelan konstruksi rangka atap dengan menggunakan bahan kayu untuk bentang 6 m menggunakan balok kayu mutu kelas II, dengan dimensi balok 8/12, dimensi gording 8/12 dengan jarak gording antara 1 m hingga 2 m, dimensi kasau 5/7 dengan jarak kasau maksimal 0,5 m, dan dimensi reng 2/3 dengan jarak reng disesuaikan dengan jenis penutup atap, pada luas bangunan 6 m x 10 m, menggunakan penutup atap genteng keramik dan genteng biasa/genteng kodok Untuk kuda-kuda bentang 12 m menggunakan dimensi balok, gording, kasau, dan reng yang sama, bentuk kudakuda sama namun untuk jarak kuda-kuda disesuaikan dengan ukuran rumah. Untuk luas bangunan 6 m x 10 m membutuhkan kuda-kuda sebanyak 5 buah dengan jarak kuda-kuda 2,5 m, dan untuk luas bangunan 12 m x 20 m membutuhkan kuda-kuda sebanyak 9 buah dengan jarak kuda-kuda 2,5 m.
30 | K o n s t r u k s i a
Rangka Atap Baja Ringan Baja ringan merupakan baja komponen struktur baja dari lembaran atau pelat baja dengan proses pengerjaan dingin. Baja Ringan A menyuplai bahan baku tidak dalam lembaran (gulungan) melainkan sudah dibentuk menjadi profil C dan reng yang dipesan dari Pulau Jawa. Untuk 1 batang profil C atau reng memiliki panjang 6 m dengan berbagai spesifikasi tergantung daei masing-masing produsen yakni tempat para penyedia jasa memesan baja ringan. Jarak kuda-kuda disesuaikan dengan jenis penutup atap yang digunakan. Jarak kudakuda untuk penutup atap (genteng) maksimal adalah 1,2 m, sedangkan jarak kuda-kuda untuk penutup atap berbahan metal sheet adalah 1,1 m – 1,5 m. Sudut kemiringan atap yang umum digunakan adalah 30°. Nilai Tingkat Kerusakan (Rasio Fy dan Fu) dan defleksi Untuk mengetahui apakah dimensi kayu dan profil baja yang digunakan berada dalam batas aman, perlu diperiksa dengan menggunakan program SAP 2000. Dengan menggunakan program ini akan diketahui nilai tingkat kerusakan (ratio) antara nilai Fy dan Fu yang didefinisikan pada material yang akan digunakan. Untuk mengetahui nilai tingkat kerusakan (ratio) pada profil yang digunakan pada layar akan muncul angka-angka sebagai berikut : 0 = aman sekali (abu-abu) 0-0,5 = sangat aman (biru) 0,5-0,7 = aman (hijau) 0,7-0,9 = masih aman (kuning) 0,9-1 = berbahaya (oranye) >1 = patah (merah) Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Dengan kata lain suatu
PERBANDINGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN DAN KAYU TINJAUAN STRUKTUR & BIAYA (Devi - Agus)
batang yang mengalami pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi. Bagian-bagian dari konstruksi haruslah cukup kuat untuk mencegah terjadinya patahan pada struktur.
bangunan maka dianalisa prosentasi biaya masing-masing bagian dari proyek dan harga bangunan gedung tiap satuan luas. Pemodelan Kuda-kuda baja ringan
Analisa Biaya Konstruksi Analisa biaya konstruksi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam bagian proses konstruksi. Dengan melakukan analisa biaya konstruksi yang baik, seorang kontraktor atau estimator pada khususnya dapat memperkirakan harga yang dibutuhkan dalam melakukan suatu proyek konstruksi. Dalam mempersiapkan analisa biaya konstruksi tersebut setiap kontraktor membutuhkan suatu pedoman agar mereka dapat mengetahui seberapa besar kebutuhan dari suatu bagan atau tenaga kerja dalam menyelesaikan suatu proyek konstruksi. Pedoman tersebut diharapkan memiliki indeks-indeks yang dapat menjadi patokan bagi setiap kontraktor dalam mempersiapkan analisa biaya konstruksi mereka. Biaya konstruksi bangunan adalah semua biaya yang langsung (direct) dan yang tidak langsung (indirect) dalam pekerjaan, yang secara umum diklasifikasikan sebagai biaya pekerjaan, biaya bahan, biaya alat dan peralatan, biaya pekerjaan overhead dan keuntungan. Semua biaya ini dilaporkan ke pihak pemilik untuk pekerjaan yang telah diselesaikan. 1. Merencanakan biaya konstruksi bangunan merupakan suatu teknik dalam menentukan anggaran biaya berbagai elemen dari rencana proyek bangunan. Teknik ini dilakukan oleh tim perencana dengan kerangka biaya yang seimbang agar dapat dihasilkan suatu rancangan yang sempurna. Untuk dapat memperkirakan biaya konstruksi suatu
Gambar 1. Permodelan Konstruksi Rangka Atap Baja ringan untuk Bentang 6 m genteng keramik
Gambar 2. Permodelan Konstruksi Rangka Atap Baja ringan untuk Bentang 12 m genteng keramik
Gambar 3. Permodelan Konstruksi Rangka Atap Baja ringan untuk Bentang 6 m genteng kodok
Gambar 4. Permodelan Konstruksi Rangka Atap Baja ringan untuk Bentang 12 m genteng kodok
31 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Gambar 5. Permodelan Konstruksi Rangka Atap kayu untuk Bentang 6 m genteng keramik
Gambar 6. Permodelan Konstruksi Rangka Atap kayu untuk Bentang 12 m genteng keramik
No
Bentang (m)
Berat Kayu (kg)
Berat Baja Ringan (kg)
Presentase Pengurangan berat terhadap Kayu (%)
1 2
6m 12 m
2299,81 8220,88
467,85 1770,34
79,66% 78,46%
Tabel 2. Perbandingan berat struktur kudakuda yang menggunakan genteng kodok No Bentang Berat Berat Presentase (m) Kayu Baja Pengurangan (kg) Ringan berat (kg) terhadap Kayu (%) 1 6m 2312,91 484,86 79,04% 2 12 m 8263,51 1825,72 77,31%
Gambar 7. Permodelan Konstruksi Rangka Atap kayu untuk Bentang 6 m genteng kodok
Gambar 9. Grafik perbandingan berat struktur rangka atap baja ringan dan rangka atap kayu Gambar 8. Permodelan Konstruksi Rangka Atap kayu untuk Bentang 6 m genteng kodok
Hasil Perhitungan defleksi
Biaya,
Ratio,dan
a. Perhitungan Berat struktur Tabel 1. Perbandingan berat struktur kudakuda yang menggunakan genteng keramik
32 | K o n s t r u k s i a
b.
Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Tabel 3. Persentase Pengurangan harga Struktur Kuda-kuda Kayu dengan Baja Ringan untuk Masing-masing Bentang (Penutup Atap Genteng Keramik) No
Bentang (m)
Harga atap kayu (Rp)
Harga atap baja ringan (Rp)
Presenta se Pengura ngan biaya terhadap kayu (%)
PERBANDINGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN DAN KAYU TINJAUAN STRUKTUR & BIAYA (Devi - Agus)
1
6m
2
12 m
26.863.80 4,04 86.730.89 3,27
24.594.32 8,92 77.429.49 5.5
8,45% 10,72%
Tabel 4. Persentase Pengurangan harga Struktur Kuda-kuda Kayu dengan Baja Ringan untuk Masing-masing Bentang (Penutup Atap Genteng kodok) No
Bentang (m)
1
6m
2
12 m
Harga atap kayu (Rp)
25.571.3 87,24 81.928.6 67,27
Harga atap baja ringan (Rp)
18.592.04 7,6 58.347.76 4,8
Presen tase Pengur angan biaya terhad ap kayu (%) 27,29 % 28,78 %
Gambar 10. Grafik perbandingan biaya struktur rangka atap baja ringan dan rangka atap kayu c.
Perhitungan nilai Ratio dan Defleksi maksimal
Tabel 5. Nilai Ratio Kuda-kuda Baja Ringan Nama Batang
a1 a2
Ratio Bentang 6 m Bentang 12 m Genteng Genteng Genteng Genteng Keramik Kodok Keramik Kodok 0,066 0,054 0,303 0,243 0,108 0,090 0,298 0,240
a3 a4 a5 a6 a7 a8 a9 a10 b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10 d11 d12 d13 d14 d15 d16 Nilai maks
0,081 0,081 0,108 0,066
0,068 0,068 0,090 0,054
0,011 0,009 0,006 0,009 0,011
0,009 0,007 0,005 0,007 0,009
0,002 0,002 0,003 0,001 0,001 0,003 0,002 0,002
0,001 0,002 0,002 0,0005 0,0005 0,002 0,002 0,001
0,108
0,090
0,249 0,212 0,176 0,176 0,212 0,249 0,298 0,303 0,034 0,016 0,014 0,012 0,008 0,012 0,014 0,016 0,034 0,049 0,003 0,022 0,003 0,060 0,005 0,134 0,006 0,006 0,134 0,005 0,060 0,003 0,022 0,003 0,049 0,303
0,201 0,171 0,143 0,143 0,171 0,201 0,240 0,243 0,027 0,013 0,011 0,010 0,007 0,010 0,011 0,013 0,027 0,039 0,002 0,018 0,002 0,048 0,004 0,108 0,005 0,005 0,108 0,004 0,048 0,002 0,018 0,002 0,039 0,243
Tabel 6. Nilai Defleksi Kuda-kuda Baja Ringan Defleksi (mm) Nama Batang Bentang 6 m Bentang 12 m Genteng Genteng Genteng Genteng Keramik Kodok Keramik Kodok a1 0,006 0,005 0,006 0,005 a2 0,015 0,012 0,030 0,024 a3 0,004 0,003 0,020 0,017 a4 0,004 0,003 0,014 0,011 a5 0,015 0,012 0,0005 0,0004 a6 0,006 0,005 0,0005 0,0004 33 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
0,017 0,015 0,028 0,025 0,011 b3 b4 0,019 0,017 0,028 0,025 0,017 0,036 0,032 0,024 b5 b6 0,039 0,035 0,005 d1 0,002 0,002 0,004 0,004 0,014 0,012 0,018 d2 0,007 0,007 0,012 0,011 0,012 0,010 0,012 d3 0,006 0,005 0,009 0,008 0,003 0,002 0,011 d4 0,007 0,007 0,016 0,014 0,002 0,002 0,015 0,013 0,012 0,010 0,007 d5 d6 0,016 0,014 0,014 0,012 0,001 0,009 0,008 0,007 d7 d8 0,012 0,011 0,011 d9 0,004 0,004 0,012 Nilai 0,020 0,018 0,044 0,039 0,018 maks 0,002 0,002 0,010 0,008 0,007 0,006 Tabel 8. Nilai Defleksi Kuda-kuda 0,001 0,001 0,005 Kayu 0,002 0,002 0,011 Nama Defleksi (mm) 0,002 0,002 0,004 Batang Bentang 6 m Bentang 12 m 0,001 0,001 0,011 Genteng Genteng Genteng Genteng Keramik Kodok Keramik Kodok 0,008 0,007 0,001 a1 0,009 0,008 0,026 0,023 0,002 0,002 0,001 a2 0,003 0,003 0,014 0,012 0,001 a3 0,003 0,003 0,004 0,003 0,001 a4 0,009 0,008 0,004 0,003 0,011 a5 0,014 0,012 0,004 a6 0,026 0,023 0,011 b1 0,007 0,006 0,022 0,020 0,005 b2 0,004 0,004 0,015 0,014 0,006 b3 0,004 0,004 0,005 0,005 0,010 b4 0,007 0,006 0,005 0,005 0,015 0,012 0,024 b5 0,015 0,014 b6 0,022 0,020 Tabel 7. Nilai Ratio Kuda-kuda Kayu d1 -0,0005 -0,0005 -0,001 -0,001 Ratio Nama d2 0,003 0,003 0,013 0,012 Batang Bentang 6 m Bentang 12 m d3 0,000 0,000 -0,0007 0,0004 Genteng Genteng Genteng Genteng d4 0,003 0,003 0,005 0,004 Keramik Kodok Keramik Kodok d5 0,0005 0,0005 0,000 0,000 a1 0,020 0,018 0,044 0,039 d6 0,005 0,004 a2 0,017 0,015 0,034 0,031 d7 0,0007 0,0004 a3 0,017 0,015 0,034 0,030 a4 0,020 0,018 0,034 0,030 d8 0,013 0,012 a5 0,034 0,031 d9 0,001 0,001 a6 0,044 0,039 Nilai 0,009 0,008 0,026 0,023 b1 0,019 0,017 0,039 0,035 maks
a7 a8 a9 a10 b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10 d11 d12 d13 d14 d15 d16 Nilai maks
b2
0,014 0,020 0,030 0,006 0,023 0,015 0,014 0,008 0,001 0,008 0,014 0,015 0,023 0,013 0,007 0,006 0,013 0,005 0,014 0,002 0,001 0,001 0,002 0,014 0,005 0,013 0,006 0,007 0,013 0,030
0,017
0,015
34 | K o n s t r u k s i a
0,036
0,032
PERBANDINGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN DAN KAYU TINJAUAN STRUKTUR & BIAYA (Devi - Agus)
b.
Gambar 11. Grafik perbandingan nilai ratio maksimal rangka atap baja ringan dan rangka atap kayu
c.
Gambar 12. Grafik perbandingan nilai defleksi (mm) maksimal rangka atap baja ringan dan rangka atap kayu Kesimpulan a.
Pada perhitungan perbandingan fabrikasi kuda-kuda rangka atap baja ringan dan rangka atap kayu diketahui bahwa panjang bahan yang diperlukan untuk membuat rangka atap kayu lebih banyak daripada rangka atap baja ringan, hal ini dikarenakan rangka atap kayu memerlukan balok kayu lebih banyak untuk bagian kasau dan gording, sedangkan rangka atap baja ringan tidak memerlukan kasau dan gording
d.
karena reng langsung bertumpu pada kuda-kuda. Fabrikasi kuda-kuda baja ringan dan kuda-kuda kayu sangat berbeda. Untuk kuda-kuda baja ringan mengikuti bentuk yang umum digunakan oleh kontraktor baja ringan di pasaran. Baja ringan yang dipakai adalah profil C dengan kode ukuran CT-74 ketebalan 0,5 mm, 0,6 mm dan 0,8 mm. Sedangkan untuk kuda-kuda kayu mengikuti ketentuan menggunakan balok kayu mutu kelas II, dengan dimensi balok 8/12, dimensi gording 8/12, jarak gording 1,5 m hingga 2m, dimensi kasau 5/7 dengan jarak kasau 0,5 m dan dimensi reng 2/3 dengan jarak reng 26,5 cm untuk genteng keramik dan 25 cm untuk genteng kodok. Pada perbandingan berat struktur diketahui bahwa berat struktur rangka atap baja ringan lebih ringan daripada struktur rangka atap kayu. Persentase pengurangan berat struktur kuda-kuda baja ringan terhadap kayu untuk bentang 6 m, dan 12 m masing-masing adalah 79,66% dan 78,46% dengan penutup atap genteng keramik. Untuk persentase struktur menggunakan penutup atap genteng kodok bentang 6 m dan 12 m adalah 79,04% dan 77,31%. Hasil perbandingan anggaran biaya rangka atap kayu dan rangka atap baja ringan menunjukan bahwa dengan memakai rangka atap baja ringan akan mengurangi anggaran biaya yang diperlukan. Untuk persentase pengurangan anggaran biaya dari pemakaian kayu ke pemakaian baja ringan bentang 6 m dan 12 m menggunakan genteng keramik adalah masing-masing 8,45% dan 10,72%. Sedangkan persentase pengurangan anggaran biaya dari pemakaian kayu ke pemakaian baja ringan bentang 6 m dan 35 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
e.
12 m menggunakan genteng kodok adalah masing-masing 27,29% dan 28,78%. Dalam hal keamanan, struktur rangka atap yang telah dimodelkan diketahui bahwa kedua pemodelan yang menggunakan baja ringan maupun kayu berada dalam kategori sangat aman dari segi nilai ratio-nya, serta nilai defleksinya pun sangat kecil. Namun jika dibandingkan struktur atap kayu yang telah dimodelkan diketahui bahwa struktur rangka atap kayu lebih aman karena mempunyai nilai ratio dan defleksi yang lebih kecil daripada struktur rangka atap kayu. Nilai ratio untuk rangka atap baja ringan bentang 6 m dan 12 m menggunakan genteng keramik adalah masing-masing 0,108 dan 0,303 sedangkan yang memakai kayu 0,020 dan 0,044. Nilai ratio untuk rangka atap baja ringan bentang 6 m dan 12 m menggunakan genteng kodok adalah masing-masing 0,090 dan 0,243 sedangkan yang memakai kayu 0,018 dan 0,039. Nilai defleksi untuk rangka atap baja ringan bentang 6 m dan 12 m menggunakan genteng keramik adalah masing-masing 0,015 mm dan 0,30 mm sedangkan yang memakai kayu 0,009 mm dan 0,026 mm. Nilai defleksi untuk rangka atap baja ringan bentang 6 m dan 12 m menggunakan genteng kodok adalah masing-masing 0,012 mm dan 0,24 mm sedangkan yang memakai kayu 0,008 mm dan 0,023 mm.
Daftar Pustaka Awaludin, Ali. 2002. Konstruksi Kayu. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Ervianto, W.I. 2007. Cara Tepat Menghitung Biaya Bangunan. Penerbit Andi. Yogyakarta. 36 | K o n s t r u k s i a
Hesna,
Yevri dkk. 2009. Komparasi Penggunaan Kayu dan Baja Ringan sebagai Konstruksi Rangka Atap. Universitas Andalas. Padang. Khalid, Muhammad HM. 2008. Studi Analisa Harga Satuan Pekerjaan pada Konstruksi Gedung dengan Metode BOW, SNI dan Lapangan. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Makalah Atap. 04 Juli 2011. (http://www.scribd.com/doc/5516 3806/makalah- ATAP) Susanto, Hendri. Konstruksi Rangka Atap Baja Ringan. 02 Maret 2011. (http://www.edselmax.com/rangk a-atap-baja-ringan.html) Tukang Baja Ringan. Pemilihan Bahan CNP dan Reng Truss (Rangka Atap Baja Ringan). 18 Februari 2011. 10 Februari 2014. (http://www.hotfrog.co.id/compan ies/tukang-baja-ringan-) Universitas Malahayati. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Malahayati. Unmal Offset. Bandar Lampung. Wildensyah, Iden. 2010. Rangka Atap Baja Ringan untuk Semua. Alfabeta. Bandung. Roeva, O. (2012). Real-World Applications of Genetic Algorithm. In International Conference on Chemical and Material Engineering (pp. 25–30). Semarang, Indonesia: Department of Chemical Engineering, Diponegoro University Wang, Z., Wang, N. H., & Li, T. (2011). Computational analysis of a twinelectrode DC submerged arc furnace for MgO crystal production. Journal of Materials Processing Technology, 211(3), 388–395.
ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT UNTUK INSTALASI EQUIPMENT DEODORIZER (Priyo - Trijeti)
STUDI ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT (CRANE) SEBAGAI ALAT ANGKAT UNTUK INSTALASI EQUIPMENT DEODORIZER DI PROYEK CPO PLANT oleh : Priyo Hartono Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta Trijeti Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta Email :
[email protected] ABSTRAK : Tingginya permintaan akan produk minyak sawit mentah / Crude palm oil (CPO) dan produk turunannya di pasaran dunia, membuat tinggi harga jual dari miyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya. Sehingga membuat investor asing dan dalam negeri mengivestasikan dananya untuk pengembangan produk minyak sawit mentah (CPO). Equipment Deodorizer Column Parts 822QS merupakan salah satu equipment terpenting dalam sistem proses refinery. Untuk itu pada proses lifting Equipment Deodorizer Column Parts 822QS harus dilakukan perencanaan (lifting plan) yang baik, dari mulai awal kedatangan equipment tersebut, alat berat (crane), alat bantu kerja crane (lifting devices), lokasi kerja, pekerja (man power), biaya pelaksanaan, waktu pelaksanaan, juga keselamatan kerja baik dari equipment tersebut dan keselamatan man power-nya pada saat pelaksanaan pekerjaan lifting. Pada analisa pekerjaan Heavy Lifting, Equipment Deodorizer Column Parts 822QS dapat dilakukan dengan dengan beberapa cara yang tentunya semua bertujuan baik, sesuai dengan spesifikasi teknis dan juga manufaktur, agar equipment tersebut dapat berfungsi dengan baik nantinya pada saat opersional pabrik, dengan memperhatikan dari segi biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja. Pelaksanaan dilakukan dengan metode,Assembling and Lifting Methode, Lifting and Air Rising Methode, atau melakukan kombinasi antara Assembling and Lifting Methode, Lifting and Air Rising Method. Kata kunci : crane, deodorize, lifting
Pendahuluan Alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi dengan skala yang besar. Produktivitas yang kecil dan waktu penyelesaian pekerjaan yang lama akan menyebabkan pembengkakan (over budget) biaya proyek.Kegiatan proyek harus merencanakan kegiatan-kegiatan dimasa yang akan datang, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang berlangsung dan bersikap produktif, tanggap terhadap segala sesuatu yang terjadi didalam proyek maupun dilingkungan sekitarnya.Berbagai macam tujuan dalam pedoman aktivitas manajemen proyek antara lain :Menekan
biaya produksi , Menekan biaya persediaan, Memanfaatkan sebaik mungkin fasilitas proyek. Fungsi dari crane sebagai alat angkat untuk mengangkat suatu equipment dengan dimensi yang cukup besar dan beban yang cukup berat. Dengan memperhatikan kondisi alat berat yang akan disediakan atau ketersedian alat berat di proyek tersebut perlu dipertimbangkan biaya, mutu, waktu, keselamatan kerja dan lingkungan dan hal yang nantinya akan mempengaruhi jalannya pelaksanaan pekerjaan di proyek. Selain fungsi dari alat berat itu sendiri, juga harus di pertimbangkan kapasitas alat berat, cara pengorasian alat berat, pembatasan dari metode yang akan dipakai, nilai ekonomi, 39 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
jenis proyek, lokasi proyek, serta kondisi proyek. Pekerjaan lifting equipment deodorizer column parts 822QS, pada salah satu proyek Crude palm oil (CPO) adalah mencari nilai lebih dari metode instalasi equipment deodorizer column parts 822QSdengan menganalisa dua metode yaitu :Metode kerja bertahap (lifting and air rising), yaitu equipment deodorizer column parts 822QS dibagi menjadi beberapa bagian kemudian diangkat satu persatu dan dirangkai diatas ; Metode instalasi equipment satu kali (ground assembling and lifting) dengan meng-assembly lengkap equipment deodorizer column parts 822QS di laydown area (ground assembling), baru diangkat keseluruhannya dengan crane. Dari kedua metode di atas dapat pula dilakukan dengan melakukan metode kombinasi, dengan melakukan assembly beberapa bagian equipment deodorizer column parts 822QS di laydown area (ground assembling) kemudian diangkat beberapa bagian satu persatu dan dirangkai diatas (lifting and air rising). Landasan Teori Definisi dari pekerjaan lifting, adalah suatu pekerjaan pengakatan equipment dalam suatu pekerjaan konstruksi yang terencana, terkontrol, dengan harus memperhatikan persyaratan dan kualifikasi teknis serta pendekatan pada permintaan owner. Dan juga sesuai dengan regulasi secara umum, regulasi setempat khususnya, dengan mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, termasuk alat, operator dan crew, man power, serta pekerjaan itu sendiri. Beberapa istilah dan ketentuan yang harus diketahui dan dipahami untuk pekerjaan lifting : Liftingplan adalah dokumen yang harus dipersiapkan sebelum melakukan lifting ; Lifting device adalah 40 | K o n s t r u k s i a
suatu unit alat atau mesin yang dipergunakan untuk melakukan lifting suatu beban dengan ketinggian tertentu ; Lifting adalah proses pekerjaan pengangkatan, atau memposisikan suatu equipment, komponen atau material dengan lifting device ; Lifting gear perangkat keras pelengkap yang ditambahkan pada lifting device yang digunakan untuk melakukan pekerjaan lifting ; Hauling adalah suatu proses pekerjaan mobilisasi atau transper heavy equipment, komponen atau material menggunkan wheels transporter/trailer juga termasuk pekerjaan penarikan (towed) dengan menggunakan suatu alat pemindah ; Certified Lifting Engineer Serifikat Lifting Engineer adalah suatu serfikat individu yang dikeluarkan oleh instansi berwenang yang mempunyai otorisasi untuk itu ; Crane operator personal atau individu yang mempunyai kemampuan dan kualifikasi untuk mengoperasikan crane sesuai dengan spesifikasi dari crane yang dioperasikan ; Project rigging engineer adalah personal atau individu yang memiliki kemampuan dan kualifikasi untuk menyiapkan rencana dan metode kerja, perhitungan serta pengawasan dari lifting supervisor dalam melaksanaan pekerjaan lifting atau hauling di suatu proyek ; Lifting supervisor adalah personal atau individu yang memiliki kemampuan dan kualifikasi teknis, melakukan pengawasan serta bertanggungjawab atas pelaksanaan lifting atau hauling di suatu proyek ; Lifting personnel adalah crew atau pekerja yang terlibat dan bertanggungjawab dalam pelaksanaan lifting , hauling, atau moving di suatu proyek ; Ton adalah satuan berat metric ton yang sama dengan 1000 kg atau ekivalen dengan 2205 lbs. Alat berat sebagai alat angkat (crane)adalah alat pengangkutan vertical atau alat pengangkat yang biasa digunakan didalam
ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT UNTUK INSTALASI EQUIPMENT DEODORIZER (Priyo - Trijeti)
proyek konstruksi. Cara kerja crane sebagai alat angkat adalah mengangkat secara vertical material atau equipment yang akan dipindahkan, memindahkan secara horizontal, kemudian menurunkan material di tempat yang diinginkan. Sebenarnya selain pekerjaan pengakatan material atau equipment, crane juga dapat dipakai untuk penggalian dan pemasangan tiang atau suatu material atau equipment yang membutuhkan verticality. Tentu saja untuk kedua pekerjaan ini alat yang di pasangkan akan berbeda.Jenis Alat Pengeraknya : Mobile Crane ;Static crane. Dalam pemilihan alat berat, ada beberapa faktor yang harus di perhatikan sehingga kesalahan dalam pemilihan alat berat dapat dihindari. Faktor-faktor tersebut antara lain :Fungsialat berat ; Kapasitas alat berat ; Cara operasi alat harus disesuaikan arah (horisontal atau vertikal) jarak gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan dan lain sebagainya ; Mobilisasi dan Handling; Nilai ekonomi ; Jenis proyek ; Lokasi proyek ; Kondisi lapangan.Setiap lifting dapat diasumsikan secara umum dan garis besarnya, bahwa kemampuan maksimum crane dalam mengangkat beban adalah 90% dari kapasitas crane tersebut yang tercantum dalam crane’s chart capacity yang dikeluarkan perusahaan produsen crane.Atau total beban yang akan dilifting
:Untuk mesin beroda crawler adalah 75% dari kapasitas alat ; Untuk mesin beroda ban atau juga memiliki outrigger adalah 85% dari kapasitas alat. Untuk pengangkatan beban dengan menggunakan lebih dari satu crane, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan: Ukuran (panjang, lebar) equipment dan berat beban yang akan diangkat Maksimal pemanfaatan crane dalam pekerjaan Untuk kapasitas pekerjaan yang besar, perlu diperhatikan sifat dari pengangkatannya, dari karakteristik equipment yang akan diangkat. Pengangkatan dipastikan disesuaikan dengan sudut pengangkatan. Hampir semua crane dan safety lifting plan, kuat angkat (lifting capacity) crane yang tercantum pada chart capacity harus direduksi dari kemampuan tercatatnya, tidak 100% dari kemampuan aktual tercatatnya. Pembagian beban angkat (load distribution) dapat disesuaikan, jika terdapat dari satu crane yang berbeda kapasitasnya dalam satu pengangatan. Tidak disarankan untuk melakukan swing dan hoisting dalam waktu yang bersamaan. Perhitungan Lifting :
Gbr. 1. Perhitungan Pembagian Beban pada Lifting pertama dengan Dua Crane 41 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Gbr. 2. Perhitungan Pembagian Beban pada Lifting Lanjutan dengan Dua Crane Perhitungan crane utama
Tabel 1. Perhitungan Jarak Crane dengan Equipment dan Radius Lifting (www.heavyliftingspecialist.com/heavey-lift-articles/lifting-pressure-)
Atau dapat disederhanakan menjadi,
42 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT UNTUK INSTALASI EQUIPMENT DEODORIZER (Priyo - Trijeti)
Untuk menentukan perbandingan antara H dengan W di dapat dari, Sudut A yang di dapat dari perbandingan antara H3 dengan W1 ditambah dengan ½ diameter equipment.Tan A = H3 / (w1+ ½ dia equipment).
Untuk mendapatkan W di dapat dari : W = arc Tan A x H ; H = H1 + H2 + H3. Pembahasan Data equimpent yang diperlukan untuk lifting plan adalah
Equipment Column 822QS Dimensi Panjang Diameter Berat
Segmen #1 18 m 4,8 m 67,5 ton
Segmen #2 7m
Segmen #3 13 m
Total 38 m
55 ton
33 ton
156 ton
43 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Tabel 2. Harga Sewa Crane, Konsumsi BBM, dan Operator
44 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT UNTUK INSTALASI EQUIPMENT DEODORIZER (Priyo - Trijeti)
Kalkulasi #1, Ground assembling and lifting
Gbr. 3. Desain Kalkulasi #1, Ground Assembling and Lifting
Gbr. 4. Kalkulasi #1, Ground Assembling and Lifting Nilai didapat dari perhitungan awal, beban yang akan di-lifting, 159,34 ton identik
dengan 160,00 ton, atau setara dengan, 351,28 lbs identik dengan 352,00 lbs
45 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
W = 17,85 m atau setara dengan 58,52 ft identik 59,00 ft, D = 50,85 m atau setara dengan 166,74 ft identik 167,00 ft. crane yang akan digunakan adalah Crane 500 ton, lalu nilai beban, W, dan D, disesuaikan dengan lifting chart crane capacity. Pendekatan yang terdapat dalam lifting chart crane capacity , W = 59,00 ft adalah 60,00 ft, D = 167,00 ft adalah 180,00 ft. D = 180 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari kiri ke kanan, W = 60 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari atas ke bawah, didapat nilaimaksimal beban
yang dapat di-lifting oleh crane tersebut, 480,10 lbs atau setara dengan 217,73 ton. Didapatkan, kemampuan crane lebih besar dari beban rencana,159,34 ton identik dengan 160,00 ton, atau setara dengan, 351,28 lbs identik dengan 352,00 lbs. Crane utama Crane tailing Kapasitas 500 ton Kapasitas 230 ton Manitowoc 2250 MAX- Manitowoc 888 ER (230 ton)
Kalkulasi #2, Lifting and air rising #1 Nilai didapat dari perhitungan awal, beban yang akan di-lifting, 36,84 ton identik dengan 37,00 ton, atau setara dengan, 81,22 lbs identik dengan 82,00 lbs. W = 8,85 m atau setara dengan 29,02 ft identik 30,00 ft, D = 25,21 m atau setara dengan 82,67 ft identik 83,00 ft. crane yang akan digunakan adalah Crane 150 ton, lalu nilai beban, W, dan D, disesuaikan dengan lifting chart crane capacity.
46 | K o n s t r u k s i a
Pendekatan yang terdapat dalam lifting chart crane capacity, W = 30,00 ft adalah 30,00 ft, D = 83,00 ft adalah 90,00 ft. D = 90 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari kiri ke kanan, W = 30 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari atas ke bawah, didapat nilai maksimal beban yang dapat di-lifting oleh crane tersebut, 145,96 lbs atau setara dengan 66,21 ton. Didapatkan, kemampuan crane lebih besar dari beban rencana,36,84 ton identik
ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT UNTUK INSTALASI EQUIPMENT DEODORIZER (Priyo - Trijeti)
dengan 37,00 ton, atau setara dengan, 81,22 lbs identik dengan 82,00 lbs. Crane utama kapasitas 165 ton American HC 165
Crane tailing Kapasitas 75 ton,
Dapat menggunakan semua merk, karena crane di bawah 150 ton cenderung banyak dipasaran rental. Nilai didapat dari perhitungan awal, beban yang akan di-lifting, 58,84 ton identik dengan 59,00 ton, atau setara dengan, 129,72 lbs identik dengan 130,00 lbs. W = 11,29 m atau setara dengan 37,01 ft identik 38,00 ft, D = 32,16 m atau setara dengan 105,44 ft identik 106,00 ft. crane yang akan digunakan adalah Crane 150 ton, lalu nilai beban, W, dan D, disesuaikan dengan lifting chart crane capacity. Pendekatan yang terdapat dalam lifting chart crane capacity, W = 38,00 ft adalah 40,00 ft, D = 106,00 ft adalah 110,00 ft. D = 110 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari kiri ke kanan, W = 40 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari atas ke bawah, didapat nilai maksimal beban yang dapat di-lifting oleh crane tersebut, 157,30 lbs atau setara dengan 71,35 ton. Didapatkan, kemampuan crane lebih besar dari beban rencana, nilai didapat dari perhitungan awal, beban yang akan dilifting, 58,84 ton identik dengan 59,00 ton, atau setara dengan, 129,72 lbs identik dengan 130,00 lbs . Crane utama kapasitas 230 ton Manitowoc 888
Crane tailing Kapasitas 120 ton,
Dapat menggunakan semua merk, karena crane di bawah 150 ton cenderung banyak dipasaran rental. Nilai didapat dari perhitungan awal, beban yang akan dilifting, 71,34 ton identik dengan 72,00 ton,
atau setara dengan, 157,28 lbs identik dengan 158,00 lbs. W = 17,66 m atau setara dengan 57,91 ft identik 58,00 ft, D = 50,32 m atau setara dengan 164,99 ft identik 165,00 ft. crane yang akan digunakan adalah Crane 250 ton, lalu nilai beban, W, dan D, disesuaikan dengan lifting chart crane capacity. Pendekatan yang terdapat dalam lifting chart crane capacity, W = 58,00 ft adalah 60,00 ft, D = 165,00 ft adalah 170,00 ft. D = 170 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari kiri ke kanan, W = 60 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari atas ke bawah, didapat nilai maksimal beban yang dapat di-lifting oleh crane tersebut, 108,50 lbs atau setara dengan 49,23 ton. Didapatkan, kemampuan crane lebih kecil dari beban rencana,71,34 ton identik dengan 72,00 ton, atau setara dengan, 157,28 lbs identik dengan 158,00 lbs. Maka dilakukan perubahan, dengan peningkatan kapasitas crane yang lebih besar kapasitas lifting-nya, crane yang akan digunakan adalah Crane 300 ton, lalu nilai beban, W, dan D, disesuaikan dengan lifting chart crane capacity. Kalkulasi #3, Metode Kombinasi Ground Assembling and Lifting + Lifting and air rising #2 Nilai didapat dari perhitungan awal, beban yang akan di-lifting, 91,84 ton identik dengan 92,00 ton, atau setara dengan, 202,47 lbs identik dengan 203,00 lbs. W = 11,48 m atau setara dengan 37,62 ft identik 38,00 ft, D = 32,69 m atau setara dengan 107,19 ft identik 108,00 ft. crane yang akan digunakan adalah Crane 300 ton, lalu nilai beban, W, dan D, disesuaikan dengan lifting chart crane capacity. Pendekatan yang terdapat dalam lifting chart crane capacity , W = 38,00 ft adalah 40,00 ft, D = 108,00 ft adalah 130,00 ft. D = 130 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari kiri ke kanan, W = 40 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari atas 47 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
ke bawah, didapat nilai maksimal beban yang dapat di-lifting oleh crane tersebut, 298,30 lbs atau setara dengan 135,31 ton. Didapatkan, kemampuan crane lebih besar dari beban rencana,91,84 ton identik dengan 92,00 ton, atau setara dengan, 202,47 lbs identik dengan 203,00 lbs. Crane utama kapasitas 300 ton Manitowoc 2250
Crane tailing Kapasitas 150 ton,
Dapat menggunakan semua merk, karena crane di bawah 150 ton cenderung banyak dipasaran rental. Nilai didapat dari perhitungan awal, beban yang akan dilifting, 71,34 ton identik dengan 72,00 ton, atau setara dengan, 157,28 lbs identik dengan 158,00 lbs. W = 17,66 m atau setara dengan 57,91 ft identik 58,00 ft, D = 50,32 m atau setara dengan 164,99 ft identik 165,00 ft. crane yang akan digunakan adalah Crane 250 ton, lalu nilai beban, W, dan D, disesuaikan dengan lifting chart crane capacity. Pendekatan yang terdapat dalam lifting chart crane capacity , W = 58,00 ft adalah 60,00 ft, D = 165,00 ft adalah 170,00 ft. D = 170 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari kiri ke kanan, W = 60 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari atas ke bawah, didapat nilai maksimal beban yang dapat di-lifting
48 | K o n s t r u k s i a
oleh crane tersebut, 108,50 lbs atau setara dengan 49,23 ton. Didapatkan, kemampuan crane lebih kecil dari beban rencana,71,34 ton identik dengan 72,00 ton, atau setara dengan, 157,28 lbs identik dengan 158,00 lbs. Maka dilakukan perubahan, dengan peningkatan kapasitas crane yang lebih besar kapasitas lifting-nya, crane yang akan digunakan adalah Crane 300 ton, lalu nilai beban, W, dan D, disesuaikan dengan lifting chart crane capacity. Pendekatan yang terdapat dalam lifting chart crane capacity, W = 58,00 ft adalah 60,00 ft, D = 165,00 ft adalah 170,00 ft . D = 170 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari kiri ke kanan, W = 60 feet, dari tabel Load capacity crane dibaca dari atas ke bawah, didapat nilai maksimal beban yang dapat di-lifting oleh crane tersebut, 169,80 lbs atau setara dengan 77,02 ton. Didapatkan, kemampuan crane lebih besar dari beban rencana,71,34 ton identik dengan 72,00 ton, atau setara dengan, 157,28 lbs identik dengan 158,00 lbs. Crane utama kapasitas 300 ton Manitowoc 2250
Crane tailing Kapasitas 150 ton,
Dapat menggunakan semua merk, karena crane di bawah 150 ton cenderung banyak dipasaran rental.
ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT UNTUK INSTALASI EQUIPMENT DEODORIZER (Priyo - Trijeti)
Kalkulasi #3, Lifting and air rising #1 Dari data-data yang telah di kumpulkan dan di kalkulasi, dapat dibuatkan tabel sebagai berikut,
49 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
50 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT UNTUK INSTALASI EQUIPMENT DEODORIZER (Priyo - Trijeti)
Kesimpulan
- Metode pelaksanaan pekerjaaan lifting equipment vessel column Parts 822QS lebih baik dan efisien dengan menggunakan Metode Kombinasi dibandingkan dengan Metode lifting and air rising ataupun dengan Metode ground assembling and lifting, ditinjau dari segi optimalisai crane ; Tetapi secara umum Metode Kombinasi, yaitu metode pengabungan Metode lifting and air rising dan Metode ground assembling and lifting, adalah yang terbaik untuk pekerjaan lifting equipment vessel column parts 8222 QS. - Pekerjaan persiapan, berupa heavy lifting plans, sangat diperlukan guna mendukung pelaksanaan pekerjaan. Dengan mempelajari semua masalah teknis dan non teknis dilapangan yang berhubungan langsung dengan pekerjaan, alat kerja, material, alat bantu kerja, man power dan keselamatan. Daftar Pustaka Noble Denton 2006, “Guidelines for Lifting Operations by Floating Crane Vessels”,Noble Denton International Ltd., Marine and
Engineering, Consultans and Surveyors. Susy Fatena Rostiyanti, Ir. Msc. 2002, “Alat Berat untuk Proyek Konstruksi”, Rineka Cipta, Jakarta, Edisi Kedua. The Betchel Equipment Operations Rigging Departement 2002, “Betchel Rigging Handbook”, Betchel Equipment Operations Inc., 2nd Edition, USA. Artikel 1.
Aris Setyowibowo, M.S. Pebruwidodo, “Rigging Plans Heavy Lifting, Proyek Palm Oil Refinery Complex, Pulau Laut 2500 MTPD”, Departemen Industrial Plant – DME , PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. 2. PT. Gemilang Karya Mandiri, “Dokumen Pulau Laut, Proyek Palm Oil Refinery Complex, Pulau Laut 2500 MTPD”, PT. Gemilang Karya Mandiri. 3. Susan Hardwood Training Grant, “Crane Safety on Construction Site, Supervision and Management of Crane Operations, Alternative Lifting Methode”, Construction Institute of ASCE. Brosur www.bigge.com
51 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Website http://www.heavyliftingspecialist.com/hea vey-lift-articles/lifting-pressure-vesselmain-lift-crane-tailcrane/
52 | K o n s t r u k s i a
EFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM (Hendri-Maliki)
EFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM Oleh : Henri Fredianto Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta Achmad Maliki Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta Email :
[email protected] ABSTRAK : Tujuan Penelitian ini adalah untuk merencanakan desain dan ukuran/dimensi tangki penampungan air hujan yang tepat yang berdasarkan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan air bulanan bangunan rumah tinggal serta untuk mengetahui seberapa besar biaya penghematan yang dapat dilakukan apabila dibandingkan dengan menggunakan sumber air dari PDAM. Analisis dari penelitian ini di perlukan data analisis potensi suplai air hujan yang di dapat dari data luas atap dan data hujan harian,bulanan,tahunan yang akan di hitung dengan analisis kebutuhan air baku rumah tinggal yang di dapat dari jumlah penghuni rumah tinggal dan rata-rata pemakain air berdasarkan SNI 03-70652005.Data tersebut untuk mendapatkan hasil perhitungan neraca air dan perhitungan dimensi tangki PAH (Penampungan Air Hujan) yang sesuai beserta perbandingan biaya dengan pemakaian air PDAM. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa desain tangki PAH (Penampungan Air Hujan) yang dihitung sebesar 14 m3 atau 14.000 liter dengan ukuran 3.5 x 2 x 2 m dengan volume suplai air hujan yang dapat dipanen dari atap rumah tinggal Bapak Kasino yaitu 77,4 m3/tahun dan kebutuhan rata-rata harian adalah 0,856 m3/hari, 25,68 m3/bulan, dan 308,16 m3/tahun. Dibandingkan dengan tangki PAH secara aktual di rumah tinggal Bapak Kasino dengan ukuran 3 x 3 x 3 m, sebesar 27 m3 sehingga menjadikan tanki PAH (Penampungan Air Hujan) ini menjadi kurang efisien dalam pemanfaatannya. Penghematan penggunaan air tahunan sebanyak 12.1 m3/tahun atau sebesar Rp. 30.250,-/tahun. Kata Kunci: Tanki PAH (Penampungan Air Hujan), sumber air, air. ABSTRAK : The purpose of this research is to devise of a design and size/dimension of rainwater cistern which is right and based on the parity between supply and monthly water needs for residential building also to find out how much the thrift cost can be done if it compared with using water source from PDAM. The analysis of this observation needs analysis data of potential supply of rainwater which is obtained from the data of roof area and the dataof daily, monthly and annual rainfall that will be calculated by analysis of standard water needs in residential house which is obtained from the number of residential house’s occupants and the average of water consumption based on SNI 03-7065-2005. These data is used to get the result of water balance calculation and the calculation of PAH tank (Rainwater Harvesting) dimension that appropriate along with a ratio of the expense and PDAM waters consumption. Based on the research, it can be concluded that the design of PAH tank (Rainwater Harvesting) which is counted 14 m3 or 14.000 liter by the measurement 3.5 x 2 x 2 m with the rainwater supply volume that can be obtained from the rooftop of Mr.Kasino’s house is 77,4 m3/year and the average of daily needs are 0,856 m3/day, 25,68 m3/month, and 308,16 m3/year.Compared by PAH tank (Rainwater Harvesting) in actuality in Mr.Kasino’s house with the measurement 3 x 3 x 3 m amout 27m3 so made the PAH (Rainwater Harvesting) becomes less efficient on it usages. The thrift of water usage every year is 12.1 m3/year or amount Rp. 30.250,-/year. Keywords: PAH Tank (Rainwater Harvesting), water source, water.
53 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Pendahuluan Air merupakan sumber daya yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Tidak ada satu makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Manusia hewan serta tumbuhan sangat memerlukan air dalam kehidupannya. Terutama bagi manusia, air merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap hari. Mengolah makanan, minum, mandi, mencuci tentu membutuhkan air. Dengan demikian air merupakan sumber kehidupan utama, maka menggunakan air harus kita lakukan dengan bijak dan sebaik-baiknya. Hampir setiap rumah di daerah Wonogiri Selatan memiliki bak-bak penampungan air yang digunakan untuk menyimpan air hujan dan digunakan saat kemarau tiba. Jika musim hujan tentu air masih cukup untuk kegiatan sehari-hari. Namun saat kemarau akan terjadi pemandangan yang berbeda. Jika tampungan tidak mencukupi maka warga akan membeli air tangki atau mendapat bantuan dari pemerintah. Dengan skripsi ini Penulis mencoba mengkaji lebih lanjut untuk menganalisa ukuran volume tangki yang sekarang ada terlalu besar dengan volume 27m3 jadi kurang efesien untuk menampung tangkapan air hujan dari atap dan Penulis juga menganalisa untuk penghematan yang didapat bila di bandingkan dengan penggunaan air dari PDAM. Pemanfaatan air hujan dengan tangki atau disingkat PAH (Penampungan Air Hujan) memperhitungkan suplay air hujan di wilayah Wonogiri dengan dipengaruhi luasan atap sebagai media menangkap air hujan yang akan di teruskan untuk menuju ke tangki PAH (Penampungan Air Hujan) yang air dalam tangki tersebut di gunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku (kebutuhan sehari-hari) pada skala bangunan rumah tinggal. Dengan ini Penulis berharap agar 54 | K o n s t r u k s i a
penelitian ini bisa dimanfaatkan oleh orang banyak dalam mendesain tangki pemanfaatan air hujan yang tepat dan lebih efisien sesuai dengan suplay air hujan. Identifikasi Masalah 1. Apa alternative lain dalam pengadaan persediaan air selain pemanfaatan air hujan? 2. Bagaimana ukuran/dimensi tangka PAH yang tepat berdasarkan keseimbangan supply (Vol. ketersediaan air hujan) dan demand (kebutuhan) air pada suatu bangunan rumah tinggal? 3. Berapa rupiah penghematan yang didapatkan apabila kita memanfaatakan air hujan dibandingkan dengan menggunakan air dari PDAM? Rumusan Masalah 1. Bagaimana ukuran/dimensi tangka PAH yang tepat berdasarkan keseimbangan supply (Vol. ketersediaan air hujan) dan demand (kebutuhan) air pada suatu bangunan rumah tinggal? 2. Berapa rupiah penghematan yang didapatkan apabila kita memanfaatakan air hujan dibandingkan dengan menggunakan air dari PDAM Batasan Masalah 1. Wilayah studi yang ditinjau adalah Bangunan Rumah tinggal, Desa Salak RT 06 RW 09, Kelurahan Petirsari, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. 2. Data curah hujan harian merupakan data dari stasiun hujan yang berada di daerah yang berdekatan dengan bangunan rumah tinggal yaitu sekitar kota Solo, Kab. Wonogiri dan Kab. Sukoharjo.
EFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM (Hendri-Maliki)
3. Dalam analisa perhitungan diasumsikan faktor penguapan dan faktor angin diabaikan. 4. Penampungan air hujan dilakukan dengan asumsi bahwa air hujan aman dipakai untuk mandi, mencuci, memasak/minum, wudhu, menyiram tanaman, ternak. 5. Perhitungan kebutuhan air hanya sebatas memenuhi kebutuhan air baku di dalam pekarangan rumah tinggal Pak Kasino. 6. Analisis tidak dilakukan terhadap perhitungan daya dukung tanah, tekanan tanah terhadap tangki, perhitungan pondasi tangki dan pengolahan air baku. 7. Perhitungan analisa luasan atap 140m3 yang di bangunan rumah utama Pak Kasino dan mengabaikan talang yang sudah ada. 8. Dalam perhitungan perbandingan pemanfaatkan air hujan dengan air PDAM penulis mengabaikan nilai pajak dan suku bunga. 9. Memakai perhitungan 25% dari total kebutuhan air baku. 10. Menggunakan daftar harga material pada tahun 2013. 11. Data kebutuhan air baku memakai Peraturan SNI 03-7065-2005, Permen Kesehatan RI No:986/Menkes/Per/IX/1992. 12. Data curah hujan memakai data BPSDA Solo Jawa Tengah.
2. Mengetahui seberapa besar biaya penghematan yang dapat dilakukan apabila dibandingkan dengan menggunakan sumber air dari PDAM. Manfaat Penelitian 1. Mengembangkan konsep drainase berkelanjutan dengan meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi lingkungan. 2. Hujan yang jatuh di atap dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dengan cara gratis dan modern. 3. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap air bersih dari PDAM dan sumur. 4. Mengurangi debit limpasan sehingga bisa mencegah terjadinya banjir akibat curah hujan yang tinggi. 5. Untuk menganalisa sejauh mana penghematan bisa dilakukan bila dibandingkan dengan menggunakan sumber air dari PDAM.
Tujuan Penelitian 1. Merencanakan desain dan ukuran/dimensi tangki penampungan air hujan yang tepat yang berdasarkan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan air bulanan bangunan rumah tinggal.
55 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Diagram Fish Bone
C. Hujan orografis
Hipotesis 1. Dimensi tangki PAH yang sekarang di gunakan Pak Kasino ukuran bak terlalu besar terhadap kebutuhan air baku/kebutuhan sehari-hari di keluarga Pak Kasino. 2. Adanya penghematan yang didapat apabila kita pemanfaatkan air hujan dengan menggunakan tangki PAH dari pada menggunakan PDAM. LANDASAN TEORI Hujan Hujan terjadi karena udara basah yang naik ke atmosfer mengalami pendinginan sehingga terjadi proses kondensasi. Naiknya udara ke atas dapat terjadi secara siklonik, orografik dan konvektif. Tipe hujan dibedakan menurut cara naiknya udara ke atas.(Bambang Triatmodjo,2008). A. Hujan konvektif B. Hujan siklonik 56 | K o n s t r u k s i a
Kebutuhan Air A. Kebutuhan tinggal).
air
domestik
(rumah
B. Kebutuhan air untuk perkantoran 25 liter/pegawai/hari (Direktorat Teh Teknik Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU) C. Kebutuhan air untuk rumah sakit 250 liter/ tempat tidur/hari (Direktorat Teknik Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU).
EFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM (Hendri-Maliki)
D. Kebutuhan air untuk pendidikan 25 liter/siswa/hari (Direktorat Teknik Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU). E. Kebutuhan air untuk rumah peribadatan 50 liter/hari/m2 (Direktorat Teknik Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU). F. Kebutuhan air untuk hotel 200 liter/tempat/hari (Direktorat Teknik Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU). G. Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai / penggelontoran.
H. Kebutuhan air untuk peternakan.
I.
J.
Kebutuhan air untuk industri 0.4 liter/detik/ha (Direktorat Teknik Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU). Kebutuhan air untuk lain-lain.
terhadap tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu alat penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut (Suripin, 2004). Dalam hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rerata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam atau di sekitar kawasan. Bambang Triatmodjo (2008) menerangkan bahwa perhitungan yang digunakan dalam menghitung hujan rerata kawasan, yaitu dengan Metode rerata aljabar. Metode rerata aljabar memberikan hasil yang baik apabila: a. Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS dalam jumlah yang cukup. b. Distribusi hujan relative merata pada seluruh DAS. Menghitung hujan rerata kawasan dengan Metode rerata aljabar dapat digunakan persamaan berikut : P= Dengan : P = Curah hujan daerah (mm). N = Jumlah titik stasiun pengamatan hujan. P1,P2,,Pn = Curah hujan di tiap titik pengamatan. Intensitas Hujan
Penentuan Hujan Kawasan
Intensitas hujan adalah laju hujan atau curah hujan atau tinggi air persatuan waktu. Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam, mm/menit, mm/hari (Suroso, 2006). Dalam menghitung intensitas hujan yang dipakai adalah hujan harian, mononobe (Suyono dan Takeda 1983) mengusulkan persamaan di bawah ini untuk menurunkan kurva IDF.
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan titik (point rainfall). Mengingat hujan sangat bervariasi 57 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Perhitungan Suplai Air
Koofisien Runoff Koofisien runoff atau koofisien C didefinisikan sebagai nisbah antara puncak aliran permukaan terhadap intensistas hujan. Faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Faktor utama yang mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau prosentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan. Permukaan kedap air, seperti perkerasan aspal dan atap bangunan, akan menghasilkan aliran hampir 100% setelah permukaan menjadi basah, seberapa pun kemiringannya (Suripin, 2004). Koofisien runoff nilainya diberikan dalam Tabel.
Untuk menghitung ketersediaan air atau volume air hujan yang jatuh di atap bangunan : V=R.A.k Dimana: V = Volume Air tertampung (m) R = Curah hujan (m/bulan) A = Luas daerah tangkapan (m) k = Koofisien Runoff (Tabel 2.5) Perhitungan Volume Penampungan Air Hujan
Tangki
Ukuran kapasitas tangki penampungan air hujan harus dapat memenuhi permintaan kebutuhan air sepanjang tahun atau minimal sepanjang musim hujan. Penentuan ukuran tangki dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Metode 1- Pendekatan dari segi kebutuhan air ( Vdemand = V tangki ) 2. Metode 2- Pendekatan dari ketersediaan air (VSuply = Vtangki )
segi
3. Metode 3- Perhitungan Neraca air. Perhitungan Debit Air Rata-rata Hujan v= A= A=
r2
d=2r d= Dimana: v = kecepatan aliran air pada talang tegak (m/detik) g = percepatan gravitasi (9,8 m/detik) h = tinggi jatuh air (m) A = luas atap sebagai bidang penangkap (m Q = debit air rata-rata hujan (m/detik) = 3,14
58 | K o n s t r u k s i a
EFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM (Hendri-Maliki)
Penelitian Terdahulu 1. Ahmad Zaki (2008) dalam Analisa Pemanfaatan Rain Barrel sebagai Alternatif Penyediaan Sumber Air di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. 2. Lismawati (2013) dalam Pemanfaatan Air Hujan dengan Bak Penampung untuk Memenuhi Kebutuhan air Rumah tinggal di Kawasan Shelter Pengungsi Merapi.
3. Tri Yayuk Susana (2012) dalam Analisa Pemanfaatan Potensi Air Hujan dengan Menggunakan Cistern Sebagai Alternatif Sumber Air Pertamanan pada Gedung Perkantoran Bank Indonesia. 4. Ahmad Saiful Fathi (2013) dalam Perancangan Sistem Rain Water Harvesting menjelaskan bahwa dapat disimpulkan bahwa air hujan memiliki potensi yang cukup besar untuk membantu memenuhi kebutuhan akan air bersih.
Lokasi Penelitian
Lokasi
METODOLOGI PENELITIAN
Wilayah studi yang ditinjau adalah Bangunan Rumah tinggal, Desa Salak RT 06 RW 09, Kelurahan Petirsari, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri
Flow Chart
59 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Hasil Penelitian Perhitungan Kebutuhan Air Baku Rumah Tinggal Jumlah kebutuhan air baku secara keseluruhan di rumah tinggal Bapak Kasino sebesar : jumlah kebutuhan air baku per hari dan kebutuhan air baku untuk ternak, sehingga 600 liter/hari + 256 liter/hari = 856 liter/hari. Kalau dalam sebulan 60 | K o n s t r u k s i a
keluarga Pak Kasino kebutuhan air baku 856 liter/hari x 30 hari = 25680 liter/bln atau 25,68 m³/bln. Perhitungan Suplay Air Hujan Metode yang digunakan menghitung hujan kawasan
untuk adalah
EFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM (Hendri-Maliki)
dengan metode rerata aritmatik. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun. Stasiun yang digunakan dalam hitungan adalah yang berada didalam DAS. Dalam penelitian ini, stasiun yang digunakan adalah Eromoko, Giriwoyo dan Pracimantoro yang semuanya berada berdekatan dengan Kecamatan Pracimantoro.
Gambar 1. Lokasi stasiun hujan untuk Kabupaten Wonogiri Tabel 2. Perhitungan curah hujan andalan berdasarkan data tahunan
Tabel 1. Perhitungan hujan kawasan dengan metode rerata aritmatika ( aljabar)
61 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Tabel 3. Curah hujan andalan
Gambar 2. Grafik curah hujan andalan
62 | K o n s t r u k s i a
EFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM (Hendri-Maliki)
Luas Atap Penutup atap Koofisien runoff
: 140 m² : Genteng tanah merah : 0.5
Gambar 3. Tampak atap rumah Pak Kasino Tabel 4. Perbandingan suplai air dengan kebutuhan air baku
63 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Gambar 4. Grafik perbandingan suplai air dengan kebutuhan total air baku
Perhitungan Volume Tangki PAH Berdasarkan perbandingan antara suplai air hujan dan kebutuhan air baku Vsuplay = Vdemand. Sehingga suplai air hujan dapat mencukupi untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan air baku ratarata bangunan rumah tinggal Pak Kasino. Jadi perhitungan volume tangki berdasarkan suplai andalan pada bulan Januari, Februari, Maret, April, November, Desember yang cenderung vol. ketersediaan suplai air hujan yang tinggi seperti pada Gambar :
Perhitungan Neraca Air untuk Tangki PAH Kapasitas 14 m3. Setelah menghitung kapasitas tangki PAH, neraca air bulanan dapat dihitung seperti pada Tabel :
64 | K o n s t r u k s i a
Jadi ada potensi penghematan sebesar 15.71% dari total kebutuhan air baku rumah tinggal Pak Kasino, atau dengan nilai ekonomi sebagai berikut :
EFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM (Hendri-Maliki)
Perhitungan Debit Air Rata-rata Hujan
Estimasi Biaya Konstruksi Tangki PAH Setelah Dari perhitungan RAB kontruksi tangki PAH didapat total biaya kontruksi tangki PAH sebesar Rp. 2.500.000 dengan tipe konstruksi tangki PAH dari pasangan bata. Pemilihan tangki PAH dari pasangan bata adalah dengan alasan lebih mudah materialnya dan sederhana dibandingkan tangki PAH dari jenis lain.
selisih dari lamanya pembuatan tangka PAH tersebut 2,9 tahun – 1,5 tahun = 1,4 tahun. KESIMPULAN 1.
Analisa Penghematan Biaya Analisis penghematan biaya dimaksudkan untuk mengetahui berapa rupiah penghematan yang didapatkan apabila Pak Kasino tetap memakai PAH yang sudah ada dan penghematan yang didapatkan apabila Pak Kasino memakai PAH hasil analisis. Tarif air PDAM Rp. 2.500/ m3 untuk kelas rumah tangga (PDAM Wonogiri per 1 Maret 2013 )
2.
Desain tangka PAH yang dihitung sebesar 14 m3 atau 14.000 liter dengan ukuran 3.5 x 2 x 2 m dengan volume suplai air hujan yang dapat dipanen dari atap rumah tinggal Bapak Kasino yaitu 77,4 m3/tahun dan kebutuhan rata-rata harian adalah 0,856 m3/hari, 25,68 m3/bulan, dan 308,16 m3/tahun. Dibandingkan dengan tangki PAH secara aktual di rumah tinggal Bapak Kasino dengan ukuran 3 x 3 x 3 m, sebesar 27 m3 sehingga menjadikan tanki PAH ini menjadi kurang efisien dalam pemanfaatannya. Penghematan penggunaan air tahunan 3 sebanyak 15.71 m /tahun atau sebesar Rp. 30.250,-/tahun.
DAFTAR PUSTAKA Asdak,C, 1995, Hidrologi dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta 65 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
Ahmad Zaki, 2008, Analisa Pemanfaatan Rain Barrel sebagai Alternatif Penyediaan Sumber Air di Fakultas Matematika dan I lmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Skripsi, FT. UI, Depok. Ahmad Saiful Fathi, 2013, Perancangan Sistem Rain Water Harvesting, Skripsi, Jurusan Fisika Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rainwater Tank Design and installation Handbook, Australian Government, Australia Permen PU, 2009, Modul Penampungan Air Hujan, Kementrian Pekerjaan Umum, Indonesia Sobriyah, 2012 , Model Hidrologi, Cetakan I, UNS Press, Surakarta.
Bambang Triatmodjo, Hidrologi Terapan (Beta Offset, 2008)., Cetakan Kedua, Beta Offset, Yogyakarta.
Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi Offset, Yogyakarta.
Badan Standarisasi Nasional, SNI 03-70652005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing, Indonesia
Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. Penerbit Alumni. Bandung.
Depkes RI, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/Per/IX/1990, Jakarta
Soemarto, C.D., 1987. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional, Surabaya.
Heather Kinkade - Levario, 2007, Design for water rainwater harvesting, stormwater catchment and alternate water reuse, New Society Publishers, Canada Lismawati, 2007, Pemanfaatan Air Hujan dengan Bak Penampung untuk Memenuhi Kebutuhan air Rumah Tangga di Kawasan Shelter Pengungsi Merapi, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. National
Water
66 | K o n s t r u k s i a
Commision,
2008,
Texas Water Development Board, 2006, Rainwater Harvesting Potential and Guidelines for Texas, Austin, Texas. Texas Water Development Board, 1997, Texas Guide to Rainwater Harvesting, Austin, Texas. Tri Yayuk susana, 2012, Analisa Pemanfaatan Potensi Air Hujan dengan Menggunakan Cistern sebagai Alternatif Sumber Air pertamanan pada Gedung Perkantoran Bank I ndonesia, Skripsi, FT. UI, Depok.
STUDY PENGARUH PENGGUNAAN AIR PAYAU DALAM DESAIN MIX BETON (Slamet – Nadia)
STUDI PENGARUH PENGGUNAAN AIR PAYAU DALAM MIX DESIGN BETON UNTUK PEMBUATAN KONSTRUKSI DERMAGA AKIBAT RENDAMAN AIR LAUT oleh : Slamet Budi Mulyono Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta Email :
[email protected] Nadia Prayitno Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta Email :
[email protected] Abstrak : Penggunaan air yang baik dan sesuai dengan peraturan beton ada kalanya tidak dapat dicapai diakibatkan keterbatasan sumber daya alam. Seperti pada area kepulauan di Kepulauan Seribu dimana air bersih sangat sulit didapat sehingga dalam konstruksi beton menggunakan air payau yang diperoleh dari sumur warga, sehingga diharapkan dapat mendekati standar air yang ada ditambah lagi dengan konstruksi dermaga sehingga diharapkan dapat dicapai umur rencana konstruksi yang maksimal. Dalam penelitian ini akan diuji penggunaan masing-masing variable penggunaan air PDAM dan air payau pada campuran beton dengan rendaman air laut dan diuji kuat tekannya pada umur beton 28 hari dan 56 hari, pada mutu beton rencana K-250 menggunakan benda uji beton kubus. Hasil penelitian diantaranya yaitu: penggunaan air payau hasil uji lebih tinggi 1,92% dibandingkan dengan kuat tekan rencana, sementara penggunaan air PDAM hasil uji lebih rendah 1.3% dari kuat tekan rencana pada umur 28 hari. Pada beton uji umur 56 hari penggunaan air PDAM hasil uji lebih tinggi 5,55% dibandingkan dengan kuat tekan rencana, sementara pada beton campuran air payau hasil uji mengalami penurunan atau lebih rendah 13,48% dari kuat tekan rencana. Dari gambar 5.3 Grafik perbandingan kuat tekan, didapat beton campuran air PDAM kuat tekannya mempunyai trend meningkat, sementara beton campuran air payau mempunyai trend menurun. Kata kunci : campuran beton normal, air payau, air laut dan kuat tekan. Abstract : Water use good and in accordance with regulation of concrete some cannot be achieved caused limited natural resources. As in the area of islands in the thousand islands where clean water is very difficult to get so in concrete construction using brackish water obtained from a residents well , so that is expected to approach water standard that is combined with a dock construction and hoped the plan construction could be achieved maximum age. In this research will be tested the use of the use of each side variables pdam and brackish water on a mixture of concrete with marinade sea water and tested strong tekannya concrete at the age of 28 days and 56 days on the quality of concrete plan k-250 test using objects concrete cube. The results are as follows: use brackish test results more powerful 1,92 % compared with the press plans, the testing companies use water PDAM 1.3 % lower than strong press plans at the age of 28 days. The age of 56 days on a concrete test their water PDAM use test 5,55 % higher compared with strong press the plan, in concrete a mixture of brackish water while the results of the decline or lower 13,48 % from strong press the plan. Of pictures 5.3 charts comparison strong press , concrete a mixture of water obtained PDAM strong trend of increase has complained bitterly , have concrete a mixture of brackish water while the trend of declining. Keywords : mixture of concrete normal, brackish, sea water, compressive strength
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu Negara sering dipengaruhi oleh perkembangan
infrastruktur di Negara tersebut maupun sebaliknya. Pada Negara yang sudah maju, meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan menambah infrastruktur di Negara
67 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
tersebut. Sebaliknya di Negara bekembang seperti Indonesia, meningkatnya jumlah infrastruktur akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sebagai contoh dengan dibukanya jembatan Suramadu maka arus pengangkutan orang maupun barang meningkat. Pada umumnya susunan material pembuat beton diambil dari bahan material yang baik, tetapi pada kenyataannya kondisi tersebut masih sulit ditemui. Di daerah kepulauan seribu dalam pembuatan beton tidak dapat menggunakan beton mutu tinggi dikarenakan tidak ada perusahaan penyedia beton siap pakai, sehingga hanya bisa dilakukan “site mix” dimana mutu beton tinggi sangat sulit dicapai. Di kepulauan seribu air bersih sangat sulit didapatkan mengingat luasan pulau ratarata hanya 10 hektar sehingga sulit menampung air tawar dari hujan, ditambah lagi dengan kondisi geografis yang relatif datar tidak ada bukit atau pegunungan, sehingga air hujan yang turun langsung menyerap ke dalam tanah dan bercampur air laut dalam tanah. Air tanah yang didapat umumnya mempunyai rasa payau, air inilah yang juga sering digunakan dalam pembuatan bangunan di pulau, termasuk pembuatan konstruksi dermaga Identifikasi Masalah Dan Perumusan Masalah Dapat dirumuskan permasalahan yang dapat diteliti, yaitu : 1. Benarkah kuat tekan beton campuran air payau lebih rendah dari pada campuran beton normal ? 2. Berapa besar perbedaan kuat tekan beton pada campuran beton air payau dan campuran beton normal pada umur 28 hari ?
68 | K o n s t r u k s i a
3. Berapa besar perbedaan kuat tekan beton pada campuran beton air payau dan campuran beton normal pada umur 56 hari ? 4. Berapa persen perbedaan masingmasing variabel kuat tekan beton tersebut ? Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan dengan batasan : 1.
Semen yang digunakan semen Tiga Roda (Type I). 2. Agregat halus (pasir) yang digunakan pasir ex. Bangka. 3. Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah dengan ukuran maksimum 40 mm ex. Serpong. 4. Air yang digunakan untuk campuran beton adalah air sumur atau air PDAM di sekitar Cempaka Putih, Jakarta dan air payau dari Pulau Karya Kepulauan Seribu, Jakarta. Untuk perendaman digunakan air laut dari Pulau Karya Kepulauan Seribu, Jakarta. 5. Penelitian air tidak dilakukan. 6. Untuk perhitungan Mix Design menggunakan ketentuan SK-SNI-T15-1990-03. 7. Adukan beton (mix desain) yang digunakan adalah setara K-250. 8. Nilai Slump 6 – 15 cm. 9. Benda uji berupa kubus ukuran 15x15x15 cm dengan jumlah benda uji untuk masing-masing perlakuan adalah 4 buah. 10. Perawatan terhadap benda uji beton dilaksanakan dengan cara merendam dalam bak berisi air laut selama 28 hari dan 56 hari. 11. Pengujian hanya memperhitungkan kuat tekan kubus saja. 12. Penelitian dilakukan di Laboratotium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
STUDY PENGARUH PENGGUNAAN AIR PAYAU DALAM DESAIN MIX BETON (Slamet – Nadia)
Tujuan Penelitian Hasil penelitian ini bertujuan adalah : 1. Untuk mengetahui perbedaan kuat tekan beton dengan variable campuran air bersih dan air payau. 2. Untuk mengetahui kuat tekan beton dengan variable campuran air bersih dan air payau pada umur beton 28 hari. 3. Untuk mengetahui kuat tekan beton dengan variable campuran air bersih dan air payau pada umur beton 56 hari. 4. Untuk mengetahui prosentase perbedaan kuat tekan beton dengan variable campuran air bersih dan air payau. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk dapat memberikan informasi yang jelas bagi pelaksanaan campuran beton dan pengaruh setiap variable campuran air beton terhadap kuat tekan beton tersebut. Hipotesis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil hipotesis bagi pelaksanaan pengerjaan campuran beton akibat pengaruh penggunaan air payau pada design mix beton untuk kontruksi dermaga ditinjau akibat rendaman air laut. LANDASAN TEORI Dermaga Dermaga adalah bagian bangunan dari pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat kapal bersandar di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang, dari dan ke atas kapal. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk keperluan kapal, seperti pengisian air bersih, bahan bakar, logistik
perjalanan dan pembuangan hasil limbah kapal yang nantinya akan diolah kembali di pelabuhan (Fauzan Akbar, 2011). Beton Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari medium campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari kualitas masing-masing material pembentuk. (Tjokrodimulyo,1992). Beton adalah suatu komposisi bahan yang terdiri terutama dari media pengikat yang di dalamnya tertanam partikel atau pigmen agregat. Pada beton dengan semen hidralus, pengikat terbentuk oleh campuran semen hidralus dan air. (Aji, Pujo dan Purwono, Rahmat. 2010) Beton adalah suatu campuran yang terbentuk dari campuran pasta semen (campuran semen dan air) dengan agregat (pasir dan kerikil), yang bisa ditambah suatu bahan additive dan admixture tertentu sesuai kebutuhan untuk mencapai kinerja (performance) yang diinginkan. Karena kondisi bahan campurannya yang sebagian besar bersifat alami sehingga tidak homogen, maka beton selalu merupakan suatu material yang bersifat homogen secara internal. (Supratono 2001) Semen Semen adalah jenis bahan pengikat hidrolis berbentuk butiran-butiran yang mengandung kapur (CaO), Silikat (SiO2), aluminia (A12O3) dan Besi (Fe2O3) yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu. Ketika unsur-unsur ini dicampurkan dengan air, akan bereaksi dan membentuk/ menghasilkan pasta 69 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
yang dapat memiliki kekuatan seperti batu ketika mengering.
pertemuan antara air sungai dan air laut biasanya merupakan air payau.
Agregat
Perancangan Beton (Mix Design) Metode Standar Nasional Indonesia (SK. SNI-03-2834-2002)
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Agregat ini menempati volume beton 60% - 80% untuk mendapatkan beton yang baik diperlukan agregat yang baik pula.
Departemen Pekerjaan Umum dan dimuat dalam Standar SNI. 03-2834-2002 ("Tata Cara Pembuatan Rencana campuran Beton Normal").
Agregat Kasar
Kuat Tekan Beton
Agregat kasar berupa pecahan batu, pecahan kerikil atau kerikil alami dengan ukuran butiran minimal 5 mm dan ukuran butiran maksimal 40 mm.
Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Walaupun dalam beton terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsikan bahwa semua tegangan tekan didukung oleh beton tersebut. (Tri Mulyono, 2004). Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Nilai kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Agregat Halus Untuk butir agregat yang kecil disebut agregat halus yang memiliki ukuran lebih kecil dari 4,8 mm. Air Fungsi air di dalam adukan beton adalah untuk memicu proses kimiawi semen sebagai bahan perekat dan melumasi agregat agar mudah dikerjakan. Air Laut Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni. Air Payau Air payau adalah campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Jika kadar garam yang dikandung dalam satu liter air adalah antara 0,5 sampai 30 gram, maka air ini disebut air payau contoh : muara 70 | K o n s t r u k s i a
f’c = Dimana : f’c = Kuat Tekan Beton (MPa) P = Beban runtuh/ gaya tekan (KN) A = Luas Penampang benda uji (mm2) (sumber : Jurnal Rifaldi Universitas Negeri Gorontalo)
Bahsoan,
Kerusakan Beton Beton pada pemakaian di lokasi tertentu ternyata rentan terhadap serangan kimia dan lingkungan. Seperti pada dermaga struktur beton bertulang yang telah lama dibangun, pada bagian pondasi yang terkena pasang-surut air laut, warna betonnya berubah menjadi putih. Hal ini menunjukkan telah terjadi kerusakan pada beton akibat pengaruh air laut.
STUDY PENGARUH PENGGUNAAN AIR PAYAU DALAM DESAIN MIX BETON (Slamet – Nadia)
Menurut Neville (1981) kerusakan beton di air laut disebabkan khlorida yang terkandung di air laut,yaitu NaCl dan MgCI. Senyawa ini bila bertemu senyawa semen menyebabkan gypsum dan kalsium sulphoaluminat (effinngite) dalam semen mudah larut. Analisis Statistik Dalam perencanaan, data dari sifat beton yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pada perencanaan maupun pemeriksaan kualitasnya dihitung dari harga yang mewakili sejumlah contoh yang diuji baik untuk beton segar maupun setelah mengeras. Untuk dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi, maka nilai yang mewakili sejumlah contoh yang diuji harus dianalisa berdasarkan dalildalil ilmu statistik. (sumber: Sjafei Amri, 2005) Uji T-Student Distribusi t digunakan sebagai hampiran untuk distribusi normal dengan ukuran sampel kecil (biasanya n ≤ 30) dan standar deviasi populasi (σ) tidak diketahui. Tabel Distribusi Student digunakan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel yang didapat dari tabel distribusi Student atau selanjutnya disebut tabel t. Hasil penelitian yang pernah dilakukan 1. Pengaruh mutu beton K-250 akibat terendam air laut dengan penambahan zat aditif Sikacim Concrete Additive kadar 0,6%. Juli Herwanto (2012). Dalam penelitian ini, direncanakan perbandingan mutu beton K-250 dengan campuran air PDAM/bersih
yang direndam dengan air tawar/bersih dan yang direndam air laut, dimana sampel diuji pada umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari dengan beda uji kubus ukuran 15x15x15 cm. Hasil penelitian menunjukkan, beton dengan campuran air bersih dengan rendaman air laut, kuat tekannya lebih rendah 7,53% dibandingkan dengan yang direndam dengan air tawar/bersih, tetapi karakteristiknya mampu mencapai mutu beton rencana K-250. 2. Studi pengaruh pembentukan Ion Chloride pada kekuatan beton akibat penggunaan air laut dan air payau. Victor/Dominicus (2002). Dalam penelitian ini, direncanakan perbandingan mutu beton K-225 dengan campuran air PDAM/bersih yang direndam dengan air tawar/bersih dan dengan campuran air payau yang direndam air tawar, dimana sampel diuji pada umur 3, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari dengan beda uji kubus ukuran 15x15x15 cm sebanyak 14 benda uji. Hasil penelitian menunjukkan, beton dengan campuran air payau kuat tekannya lebih tinggi 10,10% dibandingkan dengan campuran dengan air tawar/bersih sebesar 327.20 kg/cm2 pada umur 30 hari, pada umur 90 hari kuat tekan beton campuran air payau tetap lebih tinggi 10,88% dari pada beton campuran air bersih dengan kuat tekan 386 kg/cm2. Dari data tersebut ternyata kuat tekan beton mempunyai tren meningkat dari umur 30 hari ke umur 90 hari. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Metodologi yang kami lakukan adalah dengan cara melakukan penelitian benda 71 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
uji di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta, kemudian kami mengujinya dengan cara tekan dengan umur beton 28 hari dan 56 hari.
4. 5. 6.
Prosedur Penelitian 1.
Pemeriksaan/Analisa Gradasi agregat halus dan kasar: ASTM C-35, SK SNI M-08-9989-F. 2. Modulus Kehalusan agregat halus : ASTM C-33,SK SNI M-08-1989-F. 3. Pemeriksaan berat jenis agregat halus dan kasar; ASTM C-12, SK SNI M-091989-F Dan SK SNI M-10-1989-F. 4. Pemeriksaan berat isi agregat halus dan kasar. 5. Pemeriksaan Peresapan agregat halus dan kasar; Sk-SNI M-09-1989 Dan SK SNI M-10-1989-F. 6. Pemeriksaan Kadar Lumpur agregat halus dan kasar. 7. Pengujian keausan agregat kasar dengan Los Angeles Abration, SNI 03 M-04-1991. 8. Pemeriksaan berat isi beton;SK SNI M-13-1990-F 9. Pemeriksaan Slump; SK SNI M-121989-F. 10. Pembuatan dan pengujian contoh uji beton; SK SNI M-14-1989-F Tahap Perhitungan Rencana Campuran Beton Normal (Mix Design) Perhitungan rencana campuran beton normal ini meliputi persyaratan umum dan persyaratan teknis perencanaan proporsi campuran beton untuk digunakan dengan bahan acuan : 1. SNI-03-2834-2002, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. 2. SNI-03-1750-1990, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton. 3. SNI-15-2049-1994, Semen Portland. 72 | K o n s t r u k s i a
7.
8.
SNI-03-2914-1992, Spesifikasi Beton Tahan Sulfat. SNI-03-2915-1992, Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air. American Concrete Institute (ACI) – 1995, Building Code Requirements For Reinforced Concrete. British Standard Intitution (BSI) – 1973, Spesification Aggregates For Natural Sources For Concrete, (Including Granolithic), Part 2 Metric Units. Development of thr Environment (DOE) 1975, Design of Normal Concrete Mixes, Building Research Establisment.
Perawatan Benda Uji Perawatan benda uji ini bertujuan agar permukaan beton segar selalu lembab hingga beton dianggap cukup keras. Untuk penelitian ini dipakai benda uji pada umur 28 hari dan 56 hari dengan meletakkan beton segar dalam genangan air atau perendaman menggunakan air laut. Hal ini dimaksudkan agar menyerupai kondisi aslinya sebagai bahan konstruksi pembuatan dermaga yang bersentuhan dengan air laut. Pengujian Kuat Tekan Benda Uji Kuat tekan beton adalah ukuran maksimum beton menerima beban aksial. Kuat tekan beton yang direncanakan ditentukan dengan kuat tekan pada beton umur 28 hari. Dalam penelitian ini, setelah benda uji direndam selama 28 dan 56 hari kemudian benda uji dites dangan alat uji tekan beton Analisis Data Setelah melakukan pengujian benda uji, diperoleh data kasar dari hasil pengujian yang dipergunakan untuk dianalisis agar mendapatkan suatu kesimpulan yang
STUDY PENGARUH PENGGUNAAN AIR PAYAU DALAM DESAIN MIX BETON (Slamet – Nadia)
berhubungan dengan variabel-variabel di dalam penelitian yang dilakukan
perencanaan campuran beton, sebagai berikut:
Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh melalui pengujian meliputi beberapa tahap pengujian yaitu : Pengujian Berat Jenis SSD Agregat Kasar (Kerikil) Berdasarkan pelaksanaan pemeriksaan agregat kasar/kerikilyang berasal dari Serpong, Jawa Barat di Laboratorium Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta diperoleh hasil pemeriksaan dari hasil analisis material agregat kasar tersebut dapat ditentukan nilai Berat Jenis agregat kasar tersebut adalah 2,45 Pengujian Berat Jenis SSD Agregat Halus (Pasir) Dari hasil pemeriksaan berat isi agregat halus/pasiryang berasal dari Bangka, hasil analisis material agregat halus tersebut dapat ditentukan nilai Berat Jenis agregat halus tersebut adalah 2,59. Analisa Saringan (Kerikil)
Agregat
Kasar
Dari hasil pemeriksaan berat isi agregat kasar didapatkan nilai analisa saringan agregat kasar yang ditunjukkan didapat angka 2,54cm Analisa Saringan Agregat Halus (Pasir) Dari hasil pemeriksaan berat isi agregat halusdidapatkan nilai analisa saringan agregat halus yang masuk dalam gradasi zona 2. Campuran Mix Design Beton Normal Berdasarkan hasil pengujian agregat kasar dan halus diatas disusunlah daftar isian
Tabel 4.6 Data Campuran Mix Design Beton Normal Kebutuhan Proporsi No. Campuran
1 M3
4 Buah Kubus = 0,0135 m3
1 Kubus = 0,003375 m3
1.
Semen (kg)
369
6
1,5
2.
Air (ltr)
225
4
1
Agregat 729 12 Halus (kg) Agregat 4. 927 15 Kasar (kg) Sumber : hasil perhitungan Analisis Data Umum 3.
3 3,75
Hasil pengujian berupa data-data kasar yang selanjutnya dianalisis untuk pemilihan data dan analisis statistik untuk mengetahui pengaruh penggunaan air payau pada beton dengan rendaman air laut. Analisis Statistik Berdasarkan data-data hasil uji kubus beton yang telah dilakukan, dapat diambil nilai rata-rata hasil uji standard kurva t, sebagai berikut; Tabel 5.11 Rata-rata hasil uji yang diterima Umur Kuat No Campura Rendama Beto Tekan . n Air n n (kg/cm2 ) 7 Air 1. Air PDAM 265,81 hari PDAM 28 2. Air PDAM Air Laut 246,67 hari
73 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
28 Air Laut 252,22 hari 56 4. Air PDAM Air Laut 263,70 hari 56 5. Air Payau Air Laut 216,30 hari Sumber :Pengujian di Laboratorium Teknik Sipil UMJ 3.
Air Payau
Analisis Grafik
Gambar 5.3 Grafik Perbandingan kuat tekan hasil analisis Hasil Analisis Penelitian
28 hr AIR PDAM
56 hr AIR PAYAU
Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton Campuran Air PDAM dan Air Payau
Gambar 5.2 Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton Campuran Air PDAM dan Air Payau pada umur 28 hari
74 | K o n s t r u k s i a
Dari hasil analisis diatas dapat diambil rangkuman analisis sbb ; 1. Pada beton trial mix dengan campuran air PDAM dengan rendaman air PDAM mempunyai kuat tekan pada umur 7 hari dengan nilai konversi 28 hari (65%) didapat kuat tekan 265,81 kg/cm2 dan dapat memenuhi kuat tekan rencana 250 kg/cm2, atau lebih tinggi 6,32% dari kuat tekan rencana. 2. Pada umur 28 hari, beton campuran air PDAM dengan rendaman air laut dengan kuat tekan 246,67 kg/cm2 tidak dapat memenuhi kuat tekan rencana beton 250 kg/cm2, atau lebih rendah 1,33% dari kuat tekan rencana. 3. Pada umur 28 hari, beton campuran air payau dengan rendaman air laut dengan kuat tekan 252,22 kg/cm2 dapat memenuhi kuat tekan rencana beton 250 kg/cm2, atau lebih tinggi 1,92% dari kuat tekan rencana. 4. Pada umur 56 hari, beton campuran air PDAM dengan rendaman air laut mempunyai kuat tekan 263,70 kg/cm2 meningkat 6,9% dari kuat tekan umur 28 dan lebih tinggi 5,55% dari kuat tekan rencana.
STUDY PENGARUH PENGGUNAAN AIR PAYAU DALAM DESAIN MIX BETON (Slamet – Nadia)
5.
6.
7.
Pada umur 56 hari, beton campuran air payau dengan rendaman air laut mempunyai kuat tekan 216,30 kg/cm2 menurun 14,24% dari kuat tekan umur 28 dan lebih rendah 13,48% dari kuat tekan rencana. Pada gambar 5.3 Grafik perbandingan kuat tekan hasil analisis, pada beton campuran air PDAM dengan rendaman air laut mempunyai trend menguat 6,9% pada umur 56 hari, sedangkan pada beton campuran air payau dengan rendaman air laut mempunyai trend penurunan 14,24% pada umur 56 hari. Terhadap penelitian yang hampir sejenis sebelumnya dari Juli Herwanto, Politeknik Negeri Bengkalis dengan Judul Pengaruh Mutu Beton K-250 Terendam Air Laut Dengan Penambahan Zat Aditif Sikacim Concrete Additif Kadar 0,6% bahwa kuat tekan rata-rata beton campuran air tawar yang direndam air laut juga mengalami penurunan 7,53% dari beton direndam air biasa pada umur 28 hari.
4.
5.
6.
7.
Kesimpulan Berdasarkan hasil dari sejumlah pengujian, analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
2.
3.
Kuat tekan tertinggi didapat pada campuran beton air PDAM dengan rendaman air laut pada umur 56 hari yaitu sebesar 263,70 kg/cm2. Kuat tekan terendah didapat pada campuran beton air payau dengan rendaman air laut pada umur 56 hari yaitu sebesar 216,30 kg/cm2. Pada beton campuran air PDAM dengan rendaman air laut pada umur 28 hari, kuat tekannya tidak dapat memenuhi kuat tekan rencana
8.
9.
atau lebih rendah 1,33% dari kuat tekan rencana 250 kg/cm2. Pada beton campuran air payau dengan rendaman air laut pada umur 28 hari kuat tekannya dapat memenuhi kuat tekan rencana atau lebih tinggi 1,92% dari kuat tekan rencana 250 kg/cm2. Pada, beton campuran air PDAM dengan rendaman air laut pada umur 56 hari kuat tekannya memenuhi kuat tekan rencana atau lebih tinggi 5,55% dari kuat tekan rencana 250 kg/cm2. Pada, beton campuran air payau dengan rendaman air laut pada umur 56 hari kuat tekannya tidak dapat memenuhi kuat tekan rencana atau lebih rendah 13,48% dari kuat tekan rencana. Pada gambar 5.3 Grafik perbandingan kuat tekan hasil analisis, pada beton campuran air PDAM dengan rendaman air laut mempunyai trend menguat 6,9% pada umur 56 hari, sedangkan pada beton campuran air payau dengan rendaman air laut mempunyai trend penurunan 14,24% pada umur 56 hari. Terhadap penelitian yang hampir sejenis sebelumnya dari Juli Herwanto, Politeknik Negeri Bengkalis dengan Judul Pengaruh Mutu Beton K-250 Terendam Air Laut Dengan Penambahan Zat Aditif Sikacim Concrete Additif Kadar 0,6% mempunyai trend penurunan pada umur 28 hari sebesar 7,53% namun tidak diketahui trendnya pada umur 56 hari. Air payau tidak dapat digunakan pada konstruksi beton yang berhubungan dengan air laut disebabkan pada penelitian ini trend kuat tekannya adalah menurun pada umur 56 hari. 75 | K o n s t r u k s i a
KEBUTUHAN DAN TINJAUAN TEKNIS PELABUHAN TERHADAP KONDISI PERAIRAN (Aripurnomo – Haryo - Basit)
STUDI KEBUTUHAN PELABUHAN DAN TINJAUAN TEKNIS TERHADAP KONDISI PERAIRAN DAERAH KEPULAUAN ARU Aripurnomo Kartohardjono Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta email:
[email protected] Haryo Koco Buwono Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta email:
[email protected] Basit Al Hanif Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta email:
[email protected]
ABSTRAK: Kabupaten Kepulauan Aru merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2003 berdasarkan Undang-undang No 40 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat, Dan Kabupaten Kepulauan Aru Di Provinsi Maluku. Pada saat pembentukan kabupaten baru, wilayah ini terdiri dari 3 kecamatan, Kecamatan Pulau-pulau Aru, Kecamatan Aru Tengah dan Kecamatan Aru Selatan. Sarana dan prasarana angkutan penyeberangan yang beroperasi secara rutin seperti LCT/kapal fery dan dermaganya masih sangat terbatas. Sampai dengan saat ini Pemerintah Dearah telah memiliki 1 unit LCT dan 1 buah dermaga penyeberangan yang masih dalam tahap pembangunan. Saat ini, pergerakan melalui laut, baik untuk transportasi regional maupun lokal, dilayani oleh pelabuhan Dobo dan pelabuhan Benjina. Jumlah penumpang yang naik turun di pelabuhan Dobo pada tahun 2006 mencapai 19.947 orang, sedangkan jumlah barang yang dibongkar muat mencapai 1.469 ton. Secara lebih rinci mengenai angkutan penumpang dan barang pada lintas penyeberangan Dobo – Tual. Hasil pemilihan alternatif diperoleh alternatif 1 sebagai lokasi yang paling tepat sebagai lokasi rencana pelabuhan Batu Goyang namun dari evaluasi kelayakan didapati bahwa lokasi ini dikategorikan kurang layak dibangun mengingat tinggi gelombang, arus dan akses enunjang hinterland tidak terpenuhi. Kata Kunci: kelayakan, pelabuhan, kondisi perairan, Indonesia Timur ABSTRACT: Aru Islands are a result of the expansion of the Southeast Maluku district in 2003 by law No. 40 of 2003 concerning the establishment of the Eastern Seram Regency, a Regency of West SeramBagian And Aru Islands In Maluku province. At the time of the formation of the new County, the region is made up of 3 sub, sub Aru Islands, Aru and Aru Selatan Subdistrict. The crossing of the transport infrastructure and facilities that operate on a regular basis such as the LCT/ship and ferry pier is still very limited. Up to this time the Government Areas has had 1 unit of LCT and 1 piece of pedestrian Pier is still in the development stage. Currently, the movement by sea, either to local, regional and transportation is served by the port and harbour of Dobo Benjina. The number of passengers up and down in the harbor of Dobo in 2006 reached 19.947 people, while the number of goods unloaded fit reached 1.469 tons. In more detail about the transport of passengers and goods in Dobo – crossing traffic Tual. Alternative election results obtained alternative 1 as the most appropriate location as the location of Batu Goyang Port but the feasibility of the evaluation found that this location is zoned for less worthy built considering the high waves, currents and access enunjang hinterland are not met. Keywords: feasibility, the Harbour, the condition of the waters of Eastern Indonesia
77 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desemeber 2015
Umum Negara Republik Indonesia terdiri dari ribuan pulaudan banyak diantaranya merupakan daerah yang terisolir, terpencil, tertinggal dan belum berkembang serta belum terjangkau oleh sarana transportasi. Transportasi laut sebagai bagian darisistem transportasi nasional perlu dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan semua wilayah Indonesia, mengingat transportasi merupakan masalah yang vital dalam mendukung perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkatnya kualitas sistem dan jaringan transportasi, akan meningkat pula interaksi antar pelaku ekonomi di suatu wilayah yang pada kelanjutannya akan dapat meningkatkan perekonomian secara keseluruhan. Dari sisi legalitas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mengindikasikan perlunya penyediaan infrastruktur pelabuhan sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Pembangunan pelabuhan tersebut harus direncanakan secara tepat, memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian lingkungan, dan memperhatikan keterpaduan intra dan antar moda transportasi. Pembangunan pelabuhan dilaksanakan sebagai pengembangan dari fasilitas yang sudah ada untuk mendukung perkembangan ekonomi setempat, maupun pada lokasi baru untuk membuka jalanbagi kegiatan transportasi warga sehari-hari yang bersifat mendasar. Oleh karena itu, pembangunan pelabuhan di Indonesia dalam lingkup Sub Sektor Perhubungan akan terus dilaksanakan dalam rangka menunjang trasnportasi penumpang danbarang, dalam skema pelayaran yang bersifatkomersial maupun pelayaran perintis, pelayaran lokal ataupun pelayaran rakyat. Kabupaten Kepulauan Aru merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Maluku 78| K o n s t r u k s i a
Tenggara pada tahun 2003 berdasarkan Undang-undang No 40 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten SeramBagian Barat, Dan Kabupaten Kepulauan Aru Di Provinsi Maluku. Pada saat pembentukan kabupaten baru, wilayah ini terdiri dari 3 kecamatan, Kecamatan Pulau-pulau Aru, Kecamatan Aru Tengah dan Kecamatan Aru Selatan. Letak geografis Kabupaten Kepulauan Aru antara antara 5º sampai 8º Lintang Selatan dan 133,5º sampai 136,5º Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Aru adalah ± 55.270,22 Km2 dengan luas daratan ± 6.426,77 Km2. Kabupaten ini merupakan wilayah kepulauan dengan pulau-pulau berbagai ukuran dengan jumlah pulau sebanyak 187 pulau, dimana sekitar 89 pulauberhuni, dan sisanya masih kosong. Berdasarkan klasifikasi pulau, terdaat 5 bupah pulau yang berukuran relatif besar di Kabupaten Kepulauan Aru yakni Pulau Wokam, Kobror, Maekor, Trangan, dan Kola. Kota Dobo sebagai ibukota Kabupaten Kepulauan Aru berada di Pulau Warmar. Jaringan Transportasi Sistem transportasi di Kabupaten Kepulauan Aru meliputi sarana dan prasarana perhubungan laut, perhubungan darat, dan perhubungan udara. Ketersediaan prasarana transportasi yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru hingga kini masih tetap belum memadai bila dibanding dengan kondisi dan karakteristik fisik wilayah Kabupaten Kepulauan Aru yang sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan pesisir dan pulaupulau kecil serta berbatasan langsung dengan negara lain. Kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya aksebilitas antar pulau, antar desa, dusun dengan pusatpusat pertumbuhan yaitu ibukota Kecamatan dan ibukota Kabupaten.
KEBUTUHAN DAN TINJAUAN TEKNIS PELABUHAN TERHADAP KONDISI PERAIRAN (Aripurnomo – Haryo - Basit)
Gambar 1. Peta Maluku
Sistem Transportasi Darat Keberadaan jaringan darat relatif sangat terbatas, terutama di wilayah P.Warmardimana terdapat Kota Dobo sebagai Ibukota Kabupaten, sebagian lainnya terdapat di P.Trangan. Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Aru dapat di rinci menurut status dan panjang jalan sebagai berikut : 1. Jalan provinsi sepanjang 62,9 km dengan jenis perkerasan aspal 30 km, dimana sepanjang 36,4 km kondisinya sedang, 17 km kondisinya rusak,dan 9,5 km kondisinya rusak berat. 2. Jalan kabupaten sepanjang 71,1 km dengan kondisi jalan sepanjanang 16,5km kondisinya sedang, 34,9 km kondisinya rusak, dan 20 km kondisinya rusak berat. Secara lebih jelas mengenai panjang jalan di Kabupaten Kepulauan Aru. Sistem Transpotasi Penyeberangan
Laut
Dan
Sistem transportasi laut dan penyeberangan di kabupaten kepulauan aru, seperti pada umumnya sistem transportasi laut dan penyeberangan di wilayah lain diperairan maluku, dapat dibagi berdasarkan alur pelayarannya, yaitu : 1. Jalur pelayaran antarpulau dan desa yang dilayani oleh kapal motor tempel
2. Jalur kapal perintis yang menghubungkan antar gugusan pulau 3. Jalur kapal pelni yang menghubungkan maluku dengan wilayah lain 4. Jalur pelayaran dagang yang mengangkut kebutuhan pokok dari luar daerah, seperti Makassar, Bitung, dan Surabaya 5. Jalur pelayaran kapal asing untuk perikanan dengan jalur antar pulau Dari 10 (sepuluh) ibukota kecamatan di Kabupaten Kepulauan Aru, hanya 1(satu) di antaranya telah memiliki dermaga pelabuhan laut yang representatif yakni di Dobo (Kecamatan Pulau-Pulau Aru). Pelabuhan Dobo melayani pergerakan regional maupun lokal. Hingga kini sarana perhubungan laut yang menghubungkan kota kabupaten dengan kota-kota kecamatan sebagian besarmasih menggunakan jasa angkutan pelayanan rakyat, kecuali Dobo-Benjina dilayani oleh sebuah kapal ferry dengan trip 1 kali seminggu. Sarana dan prasarana angkutan penyeberangan yang beroperasi secara rutin seperti LCT/kapal fery dan dermaganya masih sangat terbatas. Sampai dengan saat ini Pemerintah Dearah telah memiliki 1 unit LCT dan 1 buah dermaga penyeberangan yang masih dalam tahap pembangunan. Saat ini, pergerakan melalui laut, baik untuk transportasi regional maupun lokal, dilayani oleh pelabuhan Dobo dan pelabuhan Benjina. Jumlah penumpang yang naik turun di pelabuhan Dobo pada tahun 2006 mencapai 19.947 orang, sedangkan jumlah barang yang dibongkar muat mencapai 1.469 ton. Secara lebih rinci mengenai angkutan penumpang dan barang pada lintas penyeberangan Dobo – Tual. Pengembangan Prasarana Transportasi 1. Transportasi Laut Untuk prasarana transportasi laut, pengembangan diarahkan pada dua hal pokok yaitu prasarana transportasi laut, dan jaringan transportasinya. Sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang 79 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desemeber 2015
ada, pengembangan sistem prasarana transportasi laut Maluku di tahap awal diarahkan pada pola “trade follow the ship” artinya pembangunan wilayah Maluku dipacu dengan terlebih dulu menyediakan sarana dan prasarana pendukung transprtasi laut. Diharapkan nantinya secara bertahap mengarah ke pola “ships follow the trade” yang lebih sesuai dengan hakekat fungsinya, yaitu sebagai faktor pendukung bagi pengembangan sosial-ekonomi wilayah. Pengembangan pelabuhan dan dermaga di Provinsi Maluku berdasarkan skenario optimum. Pada tahun ini Provinsi Maluku hanya memiliki 1 pelabuhan kelas I yaitu pelabuhan Ambon. Sesuai dengan proyeksi pengembangan seluruh kawasan, maka pada tahun 2016, jumlah pelabuhan kelas I perlu ditingkatkan menjadi 4 buah. Peningkatan kelas pelabuhan dari kelas III ke kelas I dilakukan pada Pelabuhan Banda ditingkatkan dalam rangka promosi pariwisata Pulau Banda. Sedangkan Pelabuhan Amahai dan Tual ditingkatkan sebagai upaya mendesentralisasikan pusat-pusat pelayanan, yaitu Wahai sebagai pusat pelayanan kawasan Maluku Tengah dan Tual sebagai pusat pelayanan kawasan Maluku Tenggara.
terutama pariwisata mancanegara, serta kegiatan industri di Maluku dalam rangka memacu pertumbuhan wilayah Maluku.
2. Transportasi Udara Pengembangan prasarana transportasi udara di Maluku diusahakan lebih diarahkan pada tujuan pemerataan antar wilayah utara dan selatan Maluku disamping meningkatkan pertumbuhan wilayah Maluku dengan penekanan pada komoditi Unggulan yaitu produk perikanan, dan pertanian, di samping mobilisasi penumpang. Hal ini berarti pengembangan layanan transportasi udara diarahkan untuk membuka potensi pemasaran produk unggulan dan jasa wilayah Maluku pada umumnya maupun wilayah terpencil di Maluku khususnya. Selain itu, pengembangan sistem prasarana transportasi udara juga ditujukan untuk menunjang pengembangan kegiatan pariwisata,
3. Transportasi Darat Sebagai wilayah yang paling terbelakang perkembangannya, maka pengembangan prasarana transportasi darat sangat penting dilakukan bagi wilayah ini. Di samping untuk memacu perkembangan wilayah, pengembangan prasarana transportasi juga penting peranannya untuk menghubungkan wilayah produksi dengan pusat pengumpul atau pusat pemasaran. Prioritas pengembangan prasarana transportasi jalan perlu dilakukan di Pulau Kei Besar yaitu antara Elat dengan hinterlandnya perlu dilakukan pembangunan jalan, serta peningkatan prasarana jalan di wilayah selatan.
80| K o n s t r u k s i a
Pengembangan bandar udara di Provinsi Maluku berdasarkan skenario pengembangan optimum kota Ambon sebagai pintu masuk eksternal Provinsi Maluku akan terus berkembang seiring dengan peningkatan kapasitas seluruh kawasan. Terkait dengan itu, peran bandar udara Pattimura akan semakin strategis. Sejumlah bandar udara perintis yang saat ini ada di Provinsi Maluku, perlu mengalami peningkatan kapasitas seiring dengan pengembangan wilayah. Bandar udara Wahai misalnya, saat ini masih tergolong sebagai bandar udara perintis. Jika pengembangan wilayah Seram Utara dapat berjalan sesuai skenario, maka kapasitas dan kelas bandara ini harus ditingkatkan menjadi bandara kelas IV pada tahun 2016. sedangkan Lapter-lapter perintis di kawasan Maluku Tenggara danMaluku Tenggara Barat ditingkatkan sesuai dengan peningkatan kebutuhan perjalanan pada kawasan-kawasan tersebut.
KEBUTUHAN DAN TINJAUAN TEKNIS PELABUHAN TERHADAP KONDISI PERAIRAN (Aripurnomo – Haryo - Basit)
Prioritas lainnya adalah antara Saumlaki dengan hinterlandnya di pesisir timur P.Yamdena, perlu diselesaikan prasaran jalan Saumlaki-Arma-Siwahan di ujung utara pulau. Dengan dikembangkannya perkebunan di pulau ini maka prasarana jalan juga perlu dikembangkan dari wilayah perkebunan sampai ke pelabuhan laut. Pembangunan jalan yang perlu diprioritaskan adalah di P. Wetar, antara Lurang dan Ilwaki dan daerah eksploitasi emas, serta daerah transmigrasi di ujung timur pulau. Kendala Pengembangan Kendala pengembangan pemanfaatan ruang Kabupaten Kepulauan Aru umumnya lahir dari kondisi wilayah yang bersifat kepulauan. Beberapa kendala pengembangan di wilayah antara lain sebagai berikut : 1. Dari aspek kerjasama regional, pengembagan wilayah terkendala oleh potensi SDA yang relatif terbatas dan bersifat umum. Sehingga komoditi yang dihasilkan kurang unik dan memiliki banyak daerah pesaing. Akibatnya permintaan terhadap komoditi yang dihasilkan tidak mampu tumbuh secara cepat. Konsekuensinya terhadap pengembangan sektor unggulan di wilayah ini menjadi terbatas. 2. Dalam konteks perekonomian nasional, produktivitas wilayah yang relatif rendah mengakibatkan Aru banyak tertinggal perkembangannya oleh wilayah lain. Kendala utama berupa infrastruktur dan SDM menjadi faktor penentu rendahnya kontribusi ekonomi wilayah dalam perekonomian nasional. Faktor lain yang juga menjadi kendala adalah tingkat spesalisasi ekonomi wilayah yang berada pada sektor-sektor yang secara nasional sedang menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Keuntungan lokasional beberapa sektor seperti perikanan laut di Kabupaten terkendala oleh mahalnya biaya transportasi dan rendahnya infrastruktur untuk memanfaatkan keuntungan lokasi tersebut.
3. Sedangkan kendala yang muncul dari perubahan kebijakan nasional antara lain berupa terbatasnya programprogram pembangunan nasional yang menjadikan Kabupaten sebagai daerah pelaksanaan program. Selain itu, kendala lain yang teridentifikasi adalah realisasidari perubahan kebijakan nasional yang relatif lambat. 4. Ketergantungan system transportasi regional terhadap kondisi gelombang dan cuaca mengakibatkan rendajnya aksesibilitas wilayah yang pada gilirannya mengakibatan rendahnya produktivitas wilayah Aru. Berdasarkan uraian tentang kendala pengembangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara eksternal, kendala pengembangan wilayah Arulahir dari keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Keterbatasan ini mengakibatkan interaksi yang terjadi antara dengan wilayah lain menjadi terbatas juga. Oleh karena itu, tantangan besar bagi pengembangan wilayah adalah bagaimana menciptakan kawasan-kawasan produktif yang mampu menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama dalam meningkatan produktivitas sektor di wilayah yang bersangkutan. Keadaan Fasilitas Pelabuhan Sistem transportasi di Kabupaten Kepulauan Aru meliputi sarana dan prasarana perhubungan laut, perhubungan darat, dan perhubungan udara. Ketersediaan prasarana transportasi yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru hingga kini masih tetap belum memadai bila dibanding dengan kondisi dan karakteristik fisik wilayah Kabupaten Kepulauan Aru yang sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan pesisir dan pulaupulau kecil serta berbatasan langsung dengan negara lain. Kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya aksebilitas antar pulau, antar desa, dusun dengan pusatpusat pertumbuhan yaitu ibukota Kecamatan dan ibukota Kabupaten.
81 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desemeber 2015
Letak geografis Kabupaten Kepulauan Aru antara antara 5º sampai 8º Lintang Selatan dan 133,5º sampai 136,5º Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Aru adalah ± 55.270,22 Km2 dengan luas daratan ± 6.426,77 Km². Kabupaten ini merupakan wilayah kepulauan dengan pulau-pulau berbagai ukuran dengan jumlah pulau sebanyak 187 pulau, dimana sekitar 89 pulau berhuni, dan sisanya masih kosong. Berdasarkan klasifikasi pulau, terdapat 5 buah pulau yang berukuran relatif besar di Kabupaten Kepulauan Aru yakni Pulau Wokam, Kobror, Maekor, Trangan, dan Kola. Kota Dobo sebagai ibukota Kabupaten Kepulauan Aru berada di Pulau Warmar. Berdasarkan daftar pulau-pulau kecil terluar Indonesia (Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulaupulau Kecil Terluar) diketahui terdapat 7 (tujuh) buah pulau kecil terluar yang terdapat di wilayah ini, yaitu Pulau Ararkula (P42), Pulau Karaweira (P43), Pulau Panambulai (P44), Pulau Kultubai Utara (P45), Pulau Kultubai Selatan (P46), Pulau Karang (P47) dan Pulau Enu (P48). Pulau-pulau kecil terluar ini dijadikan sebagai lokasi titik dasar garis pangkal acuan perbatasan laut NKRI. Secara geografis, wilayah Kabupaten Kepulauan Aru mempunyai batas-batas sebagai berikut : 1. sebelah utara berbatasan dengan Laut Aru dan Provinsi Papua; 2. sebelah timur berbatasan dengan Laut Aru dan Provinsi Papua 3. sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arafura, dan 4. sebelah barat berbatasan dengan Laut Banda dan Kabupaten Maluku Tenggara Fasilitas pelabuhan laut terdiri dari 3 (tiga) hierarki yaitu: 1. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal 82| K o n s t r u k s i a
tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi. 2. Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi. 3. Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi. Sistem transportasi laut dan penyeberangan di Kabupaten Kepulauan Aru, seperti pada umumnya sistem transportasi laut dan penyeberangan di wilayah lain di perairan maluku, dapat dibagi berdasarkan alur pelayarannya, yaitu : 1. Jalur pelayaran antarpulau dan desa yang dilayani oleh kapal motor tempel 2. Jalur kapal perintis yang menghubungkan antargugusan pulau 3. Jalur kapal pelni yang menghubungkan maluku dengan wilayah lain 4. Jalur pelayaran dagang yang mengangkut kebutuhan pokok dari luar daerah, seperti Makassar, Bitung, dan Surabaya 5. Jalur pelayaran kapal asing untuk perikanan dengan jalur antar pulau Keadaan Jaringan Pelayanan Transportasi Laut Untuk prasarana transportasi laut, pengembangan diarahkan pada dua hal pokok yaitu prasarana transportasi laut, dan jaringan transportasinya. Sesuai
KEBUTUHAN DAN TINJAUAN TEKNIS PELABUHAN TERHADAP KONDISI PERAIRAN (Aripurnomo – Haryo - Basit)
dengan kondisi dan permasalahan yang ada, pengembangan sistem prasarana transportasi laut Maluku di tahap awal diarahkan pada pola “trade follow the ship” artinya pembangunan wilayah Maluku dipacu dengan terlebih dulu menyediakan sarana dan prasarana pendukung transprtasi laut. Diharapkan nantinya secara bertahap mengarah ke pola “Ships follow the trade” yang lebih sesuai dengan hakekat fungsinya, yaitu sebagai faktor pendukung bagi pengembangan sosialekonomi wilayah. Pengembangan pelabuhan dan dermaga di Provinsi Maluku berdasarkan skenario optimum. Pada tahun ini Provinsi Maluku hanya memiliki 1 pelabuhan kelas I yaitu pelabuhan Ambon. Sesuai dengan proyeksi pengembangan seluruh kawasan, maka pada tahun 2016, jumlah pelabuhan kelas I perlu ditingkatkan menjadi 4 buah. Peningkatan kelas pelabuhan dari kelas III ke kelas I dilakukan pada Pelabuhan Banda ditingkatkan dalam rangka promosi pariwisata Pulau Banda. Sedangkan Pelabuhan Amahai dan Tual ditingkatkan sebagai upaya mendesentralisasikan pusatpusat pelayanan, yaitu Wahai sebagai pusat pelayanan kawasan Maluku Tengah dan Tual sebagai pusat pelayanan kawasan Maluku Tenggara. Survey Hydro-Oceanografi Survey Hydro-Oceanografi dilaksanakan guna untuk mengetahui kondisi perairan dilokasi alur pelayaran, mengenai: 1. Kedalaman laut; 2. Pasang Surut; 3. Kecepatan dan arah arus; dan 4. Kondisi ketinggian tanah daratan.
1. Pengukuran Kontrol Horizontal Posisi sounding dan kedalaman perairan ditentukan dengan menggunakan alat GPS; Garmin Type 178 dengan Frekuensi 200 KHZ; Untuk referensi selanjutnya, vertikal maupun horizontal, semua mengacu kepada BM milik dermaga Ferry sejak tahun 1992 (dikarenakan saat peninjauan, tim survey dilarang warga setempat untuk memasang BM bahkan melakukan topografi di tanah warga setempat) yang telah dikonversi dengan hasil pengamatan pasang surut yang dilakukan Bench Mark adalah berposisi di X (411.715) dan Y (9.233.977) atau 06o 55’46” LS dan 134o 12’ 03” BT, dengan ketinggian + 9.25 meter. Sketsa dan penjelesan-penjelasan BM tersebut terlampir; 2. Pengamatan Pasang Surut 1. Pengamatan pasang surut dilakukan selama 15 X 24 jam secara terus menerus agar bisa mengetahui kedudukan Palem terhadap 0,00 LWS, selama 15 hari; 2. Dari hasil perhitungan 15 Piantan, didapat nilai Duduk Tengah (ZO) yaitu: 70.5 dm sesuai dengan nilai Duduk Tengah yang tercantum pada Peta Laut daerah Kepulauan Aru.
Data-data yang diperoleh dari pekerjaan Survey Hidro-Oceanografi dan Topografi sebagaimana dimaksudkan diatas, akan menjadi bahan masukan dalam proses analisis pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Batu Goyang Kepulauan Aru. Adapun survey lokasi dilakukan pada dua lokasi, lokasi sebelah timur dan barat. 83 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desemeber 2015
Gambar 2. Hasil Pengamatan Pasang Surut selama 15 hari 3. Pengamatan Arus Pengamatan arus dilaksanakan untuk mengetahui kecepatan arus tertinggi pada waktu pasang maupun pada waktu surut. Pengukuran arus dilakukan dalam 2 posisi. Posisi pertama 06o55’50,0 LS dan 134o11’18,5 BT. Posisi kedua 06056’12.4 LS dan 134011’35.4 BT.
Analisis Kondisi Transportasi Dan Kondisi Lokasi 1. Berdasarkan informasi pelabuhan sekitar, kondisi penduduk. Kondisi pelayaran dan kondisi potensi sumberdaya alam di sekitar Batu Goyang, maka kebutuhan akan pelabuhan sangat kecil. Mempertimbangkan bahwa RIPN 414 tahun 2013, dinyatakan hirarki dari Batu Goyang adalah Pelabuhan Pengumpul, berdasarkan data yang ada, maka perlu koreksi untuk RIPN dari
Pelabuhan Pengumpul menjadi Pelabuhan Pengumpan Lokal. 2. Kondisi perairan dengan pasang surut dengan duduk tengah 70 dm, dan kedalaman perairan yang cukup untuk pelayaran, seharusnya memenuhi, bila dibangun fasilitas pelabuhan.Hal ini mengingat daerah Batu Goyang tidak memiliki Dermaga untuk kapal berlabuh/sandar. Pemilihan Alternatif Alternative 1 1. Kedalaman Perairan Kedalaman -4 mLWS per jarak ±300 m dari pantai. 2. Gelombang Arah gelombang selalu mengikuti arah angin, tinggi gelombang rata-rata antara 0,5 – 1,5 m. Gelombang terbanyak pada alternatif 1 adalah 4 bulan yaitu pada bulan Desember hingga Maret. 3. Dominasi Arah Angin
Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
2010
315
315
315
135
130
135
135
135
135
135
135
315
2011
315
325
315
135
135
130
130
130
130
130
130
130
2012
290
290
300
120
CALM
120
120
130
130
130
130
320
Dominasi arah angin adalah arah Tenggara, yaitu pada bulan April hingga bulan November (8 bulan), sedangkan angin Barat Laut adalah bulan Desember hingga bulan Maret (4 bulan). Pada alternatif 1 ini paling banyak menerima angin adalah selama 4 bulan. Jadi pada bulan Desember hingga Maret tidak ada kapal yang bisa sandar pada rencana dermaga. 4. Sedimen 84| K o n s t r u k s i a
Tidak terdapat sedimentasi pada lokasi alternative 1. 5. Luas Perairan Untuk Olah Gerak Kapal Lokasi perairan pada alternative 1 adalah perairan lepas.
KEBUTUHAN DAN TINJAUAN TEKNIS PELABUHAN TERHADAP KONDISI PERAIRAN (Aripurnomo – Haryo - Basit)
0,5 –5 m. Gelombang terbesar pada alternatif 2 adalah 8 bulan yaitu pada bulan April hingga November. Jadi selama musim angin, pelabuhan selama 8 bulan tidak bisa disinggahi.
Gambar Area Alternative 1 6. Arus Pada station 1 (alternative lokasi pelabuhan 1), Kecepatan arus tertinggi pada waktu pasang yaitu Kecepatan arus tertinggi pada saat pasang sekitar 1770. Kecepatan tertinggi sekitar + 0.9 m/detik sedangkan kecepatan pada saat surut sekitar 3470+ 0.9 m/detik.
3. Dominasi Arah Angin Dominasi arah angin adalah arah Tenggara, yaitu pada bulan April hingga bulan November (8 bulan), sedangkan angin Barat Laut adalah bulan Desember hingga bulan Maret (4 bulan). Pada alternatif 2 ini paling banyak menerima angin adalah selama 8 bulan. Jadi pada bulan April hingga November tidak ada kapal yang bisa sandar pada rencana dermaga. 4. Sedimen Tidak terdapat sedimen pada lokasi alternative3. 5. Luas Perairan Untuk Olah Gerak Kapal Lokasi perairan pada alternative 2 luas.
7. Pasang Surut Dari hasil perhitungan 15 Piantan, didapat nilai Duduk Tengah (ZO) yaitu: 70.5 dm sesuai dengan nilai Duduk Tengah yang tercantum pada Peta Laut daerah Kepulauan Aru. 8. Topografi Kondisi daratan / pantai sekitar sekitar alternatif 1 adalah landai dengan sudut kemiringan lahan dibawah 15o yaitu Kecuraman antara +2 mLWS sampai +4 mLWS. 9. Akses Infrastruktur Penunjang Tidak ada infrastruktur penunjang pelabuhan pada lokasi alternative 1. Alternative 2 1. Kedalaman Perairan Kedalaman -4 mLWS per jarak ±150 m dari pantai. 2.
Gelombang Arah gelombang selalu mengikuti arah angin, tinggi gelombang rata-rata antara
Gambar Area Alternative 2 6. Arus Pada station 2 (alternative lokasi pelabuhan 2), Kecepatan arus tertinggi pada waktu pasang yaitu Kecepatan arus tertinggi pada saat pasang sekitar 1740. Kecepatan tertinggi sekitar + 0.9 m/detik sedangkan kecepatan pada saat surut sekitar 3500+ 0.9 m/detik. 7. Pasang Surut Dari hasil perhitungan 15 Piantan, didapat nilai Duduk Tengah (ZO) yaitu: 85 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desemeber 2015
70.5 dm sesuai dengan nilai Duduk Tengah yang tercantum pada Peta Laut daerah Kepulauan Aru. 8. Topografi Pemantaian
No
Kriteria/subkriteria
a
Kedalaman Perairan
b
c d
e
f
g
h
i
Kondisi daratan / pantai sekitar sekitar alternatif 3 adalah sangat curam dan bertebing, dengan sudut kemiringan lahan diatas60o yaitu kecuraman antara +8 mLWS sampai +10 mLWS.
Parameter Penilaian
Kedalaman diatas desain kriteria kedalaman sesuai kriteria kedalaman dibawah kriteria Gelombang Tinggi gelombang < 1.0 m Tinggi gelombang 1.0 m sd. 1.5 m Tinggi gelombang > 1.5 m Dominasi arah angin Arah angin dominan < 4 bulan Arah angin dominan > 4 bulan Sedimen Tidak ada proses sedimen Sedimen ada dalam skala kecil Sedimen sangat tinggi Luas perairan untuk lebih besar dari kebutuhan olah gerak kapal turning basin (> 2 loa) Sesuai dengan kebutuhan turning basin (2 loa) tidak terpenuhi kebutuhan turning basin (< 2 loa) Arus Kecepatan < 0.2 m/detik kecepatan 0.2 sd. 0.5 m/detik kecepatan > 0.5 m/detik Pasang surut beda pasang surut < 1.5 m beda pasang surut 1.5 sd 2.5 m beda pasang surut > 2.5 m Topografi Pemantaian kemiringan < 5% Kemiringan 5% sd 15% kemiringan > 15% Akses dan infrastruktur terdapat akses jalan dan penunjang infrastruktur lengkap terdapat akses jalan namun infrastruktur kurang lengkap tidak ada akses jalan dan infrastruktur kurang lengkap
Hasil pemilihan alternatif diperoleh alternatif 1 sebagai lokasi yang paling tepat sebagai lokasi rencana pelabuhan Batu Goyang namun dari evaluasi kelayakan didapati bahwa lokasi ini dikategorikan kurang layak dibangun mengingat tinggi 86| K o n s t r u k s i a
Skor
Alt 1
Bobot
Alt 2
3 2 1 3 2 1 3 1 3 2 1
3
3
1
1
3
1 3
3
3
3
1 3
1 3
Bobot
3
2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
3 1
3 2 1
1 22 11.73%
1 18 9.60%
gelombang, arus dan akses penunjang hinterland tidak terpenuhi.
KEBUTUHAN DAN TINJAUAN TEKNIS PELABUHAN TERHADAP KONDISI PERAIRAN (Aripurnomo – Haryo - Basit)
Kesimpulan Secara teknis lokasi pelabuhan di Batu Goyang, Kepulauan Aru memenuhi persyaratan untuk dibangun fasilitas pelabuhan dimana parameter–parameter kelayakan teknis telah terpenuhi sebagai berikut: 1. Kedalaman Perairan 2. Gelombang 3. Dominasi Arah Angin 4. Sedimen 5. Luas Perairan Untuk Olah Gerak Kapal 6. Arus 7. Pasang Surut dan Arus 8. Topografi 9. Akses Infrastruktur Penunjang
Pembangunan Jangka 11. Rencana Menengah Daerah 2011-2015, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru, 2012.
Referensi 1. Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; 2. Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan; 3. Peraturan Pemerintah No.5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian; 4. Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan; 5. Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 201 0tentang Perlindungan Lingkungan Maritim; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten dan Kota; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pedoman Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan; 9. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional. 10. Kepulauan Aru Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Aru, 2014 87 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 1 | Desember 2015
ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA Kriteria Penulisan 1. Jurnal KONSTRUKSIA. Menerima naskah ilmiah dari ilmuwan/akademisi dan praktisi bidang teknik atau yang terkait, bias berupa hasil penelitian,studi kasus, pembahasan teori dan resensi buku, serta inovasi-inovasi baru yang belumpernah dipublikasikan. 2. Jurnal KONSTRUKSIA terbit berkala tiap semester, pada bulan Juni dan Desember. 3. Naskah ilmiah hendaknya ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris yang baik dan benar. Penulis setuju mengalihkan hak ciptanya ke Redaksi Jurnal KONSTRUKSIA Teknik Sipil UMJ, jika dan pada saat naskah diterima dan diterbitkan. 4. Naskah tidak akan dimuat, jika mengandung unsur SARA, politik, komersial, Subyektifitas yang berlebihan, penonjolan seseorang yang bersifat memuji ataupun merendahkan. 5. Naskah/tulisan hendaknya lengkap memuat : a. Judul b. Nama Penulis (tanpa gelar) dan alamat email c. Nama Lembaga atau institusi tempat penulis beraktifitas d. Abstrak dan kata kunci dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, panjang abstrak tidak lebih dari 200 kata e. Isi Naskah (pembahasan), penutup (kesimpulan), daftar pustaka dan lampiran (jika ada) 6. Naskah /artikel diketik pada kertas HVS ukuran A4 dan dengan format margin kiri, kanan, atas dan bawah 30 mm, serta harus diketik dengan jenis huruf Arial dengan font 10 pt (kecuali judul), satu spasi. Judul ditulis miring (italic), jumlah halaman 7-10. 7. Naskah dikirim ke redaksi dalam bentuk print out atau soft copy (CD) atau email ke
[email protected].
Alamat redaksi : Jurnal KONSTRUKSIA TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Jl. Cempaka Putih tengah 27 – Jakarta Pusat. Telp. 42882505, Fax. 42882505 Website: konstruksia.umj.ac.id Email:
[email protected]
ISSN 2086 - 7352