H. Baehaqi
PEMBINAAN GENERASI MUDA DALAM RANGKA PENINGKATAN PENGAMALAN IBADAH REMAJA MASJID DI DESA TUMPAK KECAMATAN PUJUT - LOMBOK TENGAH H. Baehaqi1
Abstrak: Generasi muda memiliki peranan yang sangat penting sebagai aktor perubahan dalam segala level kehidupan, tidak terkecuali dalam hal aktivitas religius (ibadah). Di Indonesia, banyak ditemukan organisasi kemasyarakatan yang tumbuh di sekitar masjid. Salah satu yang menonjol adalah Himpunan Remaja Masjid dengan singkatan-singkatan nama yang menggelitik. Mereka melatih kemampuan berorganisasi dalam rangka melakukan kegiatan remaja yang positif, terarah dan membina kelompok mereka menjadi Muslim terdidik, berakhlak dan berkarakter, suatu kontribusi yang sangat berarti dalam upaya pembentukan masyarakat Muslim Madani masa depan. Pemberdayaan masjid dengan melibatkan langsung masyarakat sekitarnya dengan terlebih dahulu memberikan latihan bagi para remaja masjid akan lebih terasa manfaatnya. Ide-ide dari remaja masjid diharapkan mampu diterapkan dalam pemberdayaan masjid. Untuk itu, sangatlah tepat dilakukan sosialisasi dan langkah nyata dari pemberdayaan masjid, mulai memberikan motivasi, pendidikan pelatihan, dan kerja sama kemitraan. Kata Kunci: Generasi Muda, Remaja Masjid ISU DAN FOKUS PENGABDIAN Generasi muda memiliki peranan yang sangat penting sebagai aktor perubahan dalam segala level kehidupan, tidak terkecuali dalam hal aktivitas religius (ibadah). Salah satu ikatan generasi muda yang terkait dengan ibadah atau lebih spesifiknya masjid adalah remaja masjid. Dialah yang memiliki peran penting dalam menta’mirkan masjid. Pada masa Rasulullah SAW, masjid setidaknya memiliki empat fungsi yaitu: (1), sebagai tempat beribadah seperti shalat, zikir dan i'tikaf. (2), masjid berfungsi untuk menjalin ukhuwah Islamiyah, (3), masjid sebagai pusat dakwah dan pendidikan dan (4), masjid sebagai tempat pemberdayaan 1
Mataram
Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
umat dalam arti luas. Tidak mengherankan bila antusiasme masyarakat muslim hingga saat ini begitu besar dalam pembangunan masjid, lebih spesifik lagi di kalangan masyarakat Lombok NTB yang mayoritas beragama Islam. Tidak mengherankan bila Lombok dikenal dengan “pulau seribu masjid” . Namun, yang patut disayangkan adalah kuantitas masjid tersebut tidak dibarengi dengan kualitas aktivitas di dalamnya. Masjid semakin banyak, jama’ahnya semakin sedikit serta aktivitas religius di masjid secara umum berkurang.2 Masjid merupakan instrumen pemberdayaan umat yang memiliki peranan sangat strategis dalam upaya peningkatan kualitas masyarakat. Namun hal itu harus didukung oleh manajemen pengelolaan masjid yang baik dan terpadu. Masjid dilihat dari fungsinya tidak hanya sebagai tempat atau sarana bagi umat muslim untuk melaksanakan ibadah shalat, namun masjid juga berfungsi sebagai pusat empowering (pemberdayaan) berbagai aspek kehidupan masyarakat sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya. Menurut Nazarudin Umar, Rasulullah tidak hanya menjadikan masjid sebagai tempat untuk pelaksanaan ibadah khusus, namun dijadikan sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat seperti tempat untuk pembinaan dan penyebaran agama Islam, sebagai tempat untuk mengobati orang sakit, tempat untuk mendamaikan orang-orang yang bertikai, tempat untuk mengatur strategi dalam latihan perang (militer), tempat untuk menyampaikan pengumuman penting. Bahkan dalam masa keemasan Islam “ universitas ada di dalam masjid, sekarang masjid di dalam universitas”. Di Indonesia, banyak ditemukan organisasi kemasyarakatan yang tumbuh di sekitar masjid. Salah satu yang menonjol adalah Himpunan Remaja Masjid dengan singkatan-singkatan nama yang menggelitik. Mereka melatih kemampuan berorganisasi dalam rangka melakukan kegiatan remaja yang positif, terarah dan membina kelompok mereka menjadi Muslim terdidik, berakhlak dan berkarakter, suatu kontribusi yang sangat berarti dalam upaya pembentukan masyarakat Muslim Madani masa depan. Ilustrasi di atas memperlihatkan betapa masjid berperan selain sebagai tempat beribadah dan berzikir memuji asma Allah, juga merupakan tempat di mana keputusan penting diambil; dimana diskusi ilmiah tentang masalah masyarakat dan pendidikan dilakukan. Hampir seluruh aspek penghidupan bermasyarakat kaum Muslimin ditangani dari masjid. Pendekatan itu memberi pencerahan mengapa mensejahterakan masjid sangat dianjurkan oleh Islam. Masjid merupakan
2
Ahmad Yusry, M.Ag, Masjid dan Pemberdayaan Masyarakat, Buletin NH, 2013,
hlm.23
62
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Baehaqi
community center, pusat penanggulangan krisis yang dihadapi masyarakat sekitarnya. Community center merupakan program penting dalam membina masyarakat untuk membangun kesaling-terkaitan antar warga. Program optimalisasi masjid sebagai community center saat ini dianggap sebagai pendekatan modern karena berupaya menyatukan warga dalam satu komunitas dan mengembangkan kekuatan masyarakat terkait untuk berbagai tujuan sosial. Hal ini telah ditunjukkan Rasulullah sejak lebih dari 14 abad lalu. Meski negara kita masih dilanda krisis ekonomi, pembangunan "tempat bersujud" tak pernah surut. Pemberdayaan masjid dengan melibatkan langsung masyarakat sekitarnya dengan terlebih dahulu memberikan latihan bagi para remaja masjid akan lebih terasa manfaatnya. Ide-ide dari remaja masjid diharapkan mampu diterapkan dalam pemberdayaan masjid. Untuk itu, sangatlah tepat dilakukan sosialisasi dan langkah nyata dari pemberdayaan masjid, mulai memberikan motivasi, pendidikan pelatihan, dan kerja sama kemitraan. Dilaksanakannya pemberdayaan remaja Masjid sebagai upaya melakukan transformasi sosial untuk menjadikan masjid semakin hidup dan dibutuhkan masyarakat sekitarnya, selain berkaitan dengan kepentingan hubungan manusia dengan Tuhan-Nya (hablum minallah), juga dibutuhkan karena perannya dalam penguatan pemberdayaan ekonomi-sosial masyarakatnya (hablum minannas). ALASAN MEMILIH DAMPINGAN Berkaitan dengan apa yang dipaparkan di atas, alasan pemberdayaan Keluarga (masyarakat) berbasis masjid ini adalah: 1. Bekerja sama dengan masyarakat secara partisipatif dalam mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat itu sendiri 2. Bekerja sama dengan masyarakat secara partisipatif dalam mengenal masalah yang dihadapi oleh masyarakat 3. Bekerja sama dengan masyarakat secara partisipatif dalam menentukan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi 4. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi dirinya dengan bantuan pikiran (tidak mesti dalam bentuk dana) KONDISI SUBYEK DAMPINGAN SAAT INI Di lokasi tempat desa binaan dilakukan, masjid hanya ramai untuk urusan ibadah ritual semata khususnya shalat fardu dan sholat jum’at serta hari besar islam (PHBI) lainnya seperti maulid, Hari Raya saja. Sementara untuk kegiatan ibadah ghairu mahdah untuk kesejahteraan
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
umat seperti diskusi tentang bagaimana menjadikan masjid sebagai community center dalam hal kesejahteraan sosial sangat jarang dilakukan. KONDISI SUBYEK DAMPINGAN YANG DIHARAPKAN Berdasarkan berbagai berbagai masalah yang muncul tersebut maka terkait kondisi dampingan yang diharapkan adalah agar Masyarakat Desa (khususnya yang beragama Muslim dapat memberikan fungsi lebih atau nilai tambah bagi masjid sebagai mana penggunaan masjid dalam sejarah kemajuan islam masa lalu. Secara elaboratif, bentuk real-Kongkrit kondisi dampingan yang diharapkan terkait dengan model Posdaya ini adalah: 1. Optimalisasi Remaja masjid dalam menghidupkan aktivitas religius di masjid 2. Terbentuknya pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) berbasis masjid yang dilengkapi susunan pengurus, kader dan program kerja yang dimotori oleh remaja masjid. 3. Meningkatnya partisipasi warga sekitar masjid dalam kegiatan keagamaan dan sosial berbasis masjid. 4. Tersedianya sarana pendidikan antara lain pendidikan anak usia dini berbasis masjid dan TPQ (Taman Pendidikan al-Qur’an), kelompok pengajian (majlis ta’lim). 5. Adanya kerjasama yang kuat dengan pihak-pihak terkait yang mendukung posdaya berbasis masjid. STRATEGI PEMBERDAYAAN Pengabdian kepada masyarakat ini dapat membantu masyarakat (keluarga di masyarakat) dalam membentuk, mengisi dan mengembangkan Posdaya pada masyarakat secara sistematis. Posdaya yang dibentuk itu merupakan wadah keluarga dan masyarakat melalui media masjid, untuk bersama-sama membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi keluarga melalui kegiatan: wirausaha, pendidikan dan keterampilan, peningkatan kesehatan serta dukungan pelestarian lingkungan sebagai upaya memperbaiki kualitas sumber daya manusia. Langkah pertama yang dilakukan TIM adalah melakukan pengabdian pada masyarakat dengan membuka ruang konsultasi dan advokasi untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen para pejabat daerah, camat, kepala desa, instansi terkait serta ta’mir masjid akan pentingnya kebersamaan. Langkah selanjutnya, dilakukan pendataan dan observasi seluruh sasaran keluarga yang tinggal di wilayah masjid. Pendataan yang seksama itu bertujuan untuk mengidentifikasi dan menempatkan keluarga sasaran dan memetakannya dalam kondisi atau posisi sesuai dengan indikator yang dipergunakan, misalnya ditempatkan sebagai kelompok keluarga 64
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Baehaqi
prasejahtera, keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, III, dan III Plus. Untuk kelompok pra sejahtera dan sejahtera I dianalisis masalah dan kebutuhan mereka untuk meningkat pada posisi yang lebih baik. Kelompok keluarga sejahtera II sampai III Plus diajak ikut serta membantu keluarga yang kurang beruntung untuk mengatasi masalah melalui pendampingan. Untuk mencapai kondisi yang diharapkan perlu ditempuh beberapa strategi. Adapun strategi yang dimaksud meliputi: Pertama, yaitu melakukan mapping sosial dengan cara silaturrahmi atau kunjungan ke rumah-rumah, sehingga diketahui aktifitas sehari-hari mereka dan berbagai persoalan yang dihadapi didukung dengan transeks (telusur wilayah). Kemudian, bersama-sama komunitas , TIM PAR menemukan care problem dan main problem. Dari core problem ini akan muncul pemetaan problem mana yang mendesak yang harus ditindaklanjuti. Kedua, perencanaan program yaitu bersama-sama menentukan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang telah terumuskan; Ketiga pelaksanaan program yaitu mulai menjalankan programprogram yang sudah dirancang dalam tahap perencanaan Keempat, evaluasi program, yaitu mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan program dengan tujuan mendapatkan umpan balik sebagai bahan untuk dijadikan renungan, catatan dan pemikiran dalam rangka penyusunan program pemantapan dan sosialisasi hasil kepada pihak-pihak terkait. Strategi di atas memiliki satu keterkaitan yang tak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pendekatan merupakan strategi untuk menggali berbagai data dan informasi, hal ini berkaitan dengan perencanaan program apa saja yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan, sedangkan pelaksanaan program merupakan inti dari strategi ini, tak mungkin tercapai tujuan yang diharapkan bila tidak ada tindakan nyata, dan evaluasi berkaitan dengan bagaimana pelaksanaan program yang dijalankan, apakah pelaksanaan program sudah dilaksanakan secara optimal atau belum. Adapun Langkah-langkah operasional yang dilakukan dalam menjalankan strategi diatas meliputi: a. Identifikasi Masalah/Assessment Yang dilakukan pada tahap identifikasi antara lain: 1) melakukan analisis sosial, ekonomi, budaya, dan lainnya, untuk mengetahui kebutuhan, potensi, peluang serta permasalahan yang ada dengan menggunakan teknik FGD dan hasilnya terumuskan dalam analisis pohon masalah, dari hasil analisa pohon masalah kemudian dibuat
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
matrik rangking penyeselaian masalah ; 2) Melakukan analisis pihak terkait (Stake holders analysis) dengan teknik FGD dan hasilnya adalah diagram venn yang menunjukan hubungan kelembagaan; dan 3). Melakukan analisis keunggulan yaitu mengenali keunggulan yang dimiliki oleh komunitas. Dalam langkah ini peneliti mulai menemukan faktor apa yang bisa dikembangkan dengan melihat peluang-peluang yang ada pada masyarakat desa Tumpak Mawun. b. Perencanaan program/Disain Proyek Identifikasi dilanjutkan Setelah dilakukan identifikasi kebutuhan, permasalahan yang dihadapi serta kekuatan dan peluang yang dimiliki, maka langkah selanjutnya adalah mendisain program secara bersama-sama dengan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, disusunlah dalam bentuk program yang dilingkupi draft logical framework untuk bahan awal yang akan dibahas kembali dalam lokakarya yang melibatkan berbagai pihak terkait untuk merumuskan dan memutuskan sasaran (goal), tujuan antara (purpose), keluaran (out put) serta asumsi-asumsi penting, serta siapa pelaksana program ini. Perlu didentifikasi baik pengetahuan, ketrampilan, teknis, komitmennya dan bagaimana melakukan program tersebut. Dengan demikian rencana kerja secara spesifik perlu disusun berdasarkan keluaran program dan indikator keberhasilan sebagaimana yang tertuang dalam kerangka kerja logis dan strategi yang dilaksanakan. c. Pelaksanaan dan Pemetaan Program Dalam pelaksanaan program ada beberapa pokok kegiatan penting yaitu, 1) Mengadakan sosialisasi program kepada Masyarakat Subyek Pemberdayaan, 2) melakukan persiapan sosial, yaitu kegiatan sebagai tindak lanjut dari identifikasi awal melalui berbagai pertemuan untuk memperoleh persepsi yang sama. d. Evaluasi Program Evaluasi disini bertujuan mendapatkan informasi tentang seberapa jauh keberhasilan program yang dijalankan, kendala apa yang dihadapi serta upaya apa yang harus ditempuh. Selanjutnya, bentuk lain dari daur yang disebutkan di atas akan dikombinasikan dengan teknik PAR yang biasa diterapkan yaitu Alternatif lain yang digunakan dalam kegiatan Pendampingan Generasi Muda ini adalah: 1. Tahap pra persiapan. Tahapan ini adalah awal perencanaan program secara partisipatif dengan cara melakukan pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan generasi muda di wilayah sasaran, menetapkan sasaran masjid dan kelompok ummat berdasarkan data sekunder yang dikumpulkan dan dianalisa secara 66
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Baehaqi
kualitatif, melakukan observasi lapangan dan identifikasi sasaran yang dilakukan secara partisipatif dan selanjutnya menyusun matriks perencanaan program secara partisipatif berdasarkan observasi dan identifikasi lapangan. 2. Tahap persiapan untuk membangun dukungan dan partisipasi dari pihak-pihak terkait (asosiasi masjid, pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan sumber-sumber daya lainnya). Harapan besar dari tahapan ini adalah munculnya percepatan mobilisasi sumber daya. 3. Tahap pelaksanaan. Tahap ini dilakukan setelah persiapan minimal telah terpenuhi. Di sinilah inti dari proses pemberdayaan ummat dan disain program dibuktikan pada kerangka praktis. Pemupukan modal sosial sangat diperlukan pada tahapan ini agar energi ummat teraktualisasi. 4. Tahap pemandirian. Proses pada tahap ini diarahkan agar kelembagaan masyarakat dan kelompok-kelompok ummat mampu meneruskan aktivitas pemberdayaan secara mandiri. Ada 2 hal yang harus dipastikan tercapai pada tahapan ini, yaitu: a. kader pemberdayaan generasi muda siap mengambil peran dalam menjaga keberlanjutan program, keuangan dan kelembagaan. b. kelembagaan masjid sebagai agen pemberdayaan mempunyai kapasitas yang memadai untuk mengakses kerja sama dengan pihak-pihak terkait di luar komunitas (multi stakeholders). PIHAK YANG TERLIBAT DAN BENTUK KETERLIBATANNYA Agar dapat menjalankan fungsi dampingan secara mandiri tim akan melibatkan sejumlah pihak-pihak terkait secara emansipatoris. Oleh karena itu, pihak-pihak yang diharapkan terlibat intensif dalam dalam proses dampingan ini adalah: 1. Masyarakat Desa Tumpak yang menjadi subyek utama dampingan. Masyarakat diharapkan terlibat aktif dan intensif baik pada tataran perencanaan, aksi, sampai refleksi dan evaluasi dalam setiap program dampingan. Tim fasilitator yakin bahwa komunitas dampingan akan dapat berperan aktif mengingat isu-isu yang digarap merupakan lingkaran problematika mereka, yang dilahirkan oleh mereka sendiri dan akan dilaksanakan oleh mereka dengan keterlibatan pendamping sebagai fasilitator. 2. Elemen institusional terkait yang ada di lingkaran dampingan diharapkan juga turut mendukung aktif program dampingan, karena dapat memperkuat network bagi proses penguatan komunitas dampingan.
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
3. Remaja Masjid Desa Tumpak juga dilibatkan serta tokoh agama, adat dan tokoh masyarakatnya. Bentuk keterlibatannya adalah memberikan informasi tambahan berkaitan realitas dan kemungkinan solusi jenis program yang akan diadakan, ditiadakan (distop) atau ditambah. 4. Kepala Desa Tumpak. Bentuk keterlibatan yang diharapkan adalah memberikan motivasi serta upaya keberlanjutan program ini di masamasa yang akan datang PROSES KEGIATAN DAMPINGAN 1. Proses Penemuan Masalah Dalam menemukan masalah pada lokasi Desa Binaan ini, ada beberapa langkah yang digunakan yaitu: Pertama, observasi. Observasi dilakukan sejak tanggal 13 – 14 Juli 2013 sebagai bentuk dari observasi awal. Selanjutnya, observasi lebih lanjut dilakukan pada saat TIM LPM Mataram resmi dilakukan pada tanggal 16 Juli 2013 hingga seterusnya, Kedua, wawancara. Wawancara yang dimaksud disini adalah usaha memperoleh data dari narasumber dengan beberapa pertanyaan yang terarah maupun tidak terarah. Ada dua bentuk wawancara, wawancara formal dan wawancara nonformal. Wawancara formal adalah wawacara yang dilakukan kepada tokoh penting pada organisasi tertentu untuk mendapatkan informasi tertentu. Dalam hal ini, pejabat pemerintahan juga termasuk dalam tokoh penting dalam organisasi kepemerintahan. Pada wawancara formal, tokoh yang dilibatkan adalah Kepala Desa Tumpak, Sekretaris Desa Tumpak, Para Kepala Dusun Tumpak, dan staf-staf Desa lainnya. Sementara itu, wawancara nonformal adalah bentuk wawancara yang dilakukan kepada masyarakat dengan pertanyaan – pertanyaan yang tidak mengikat, tapi tetap terarah untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Wawancara nonformal dilakukan kepada masyarakat biasa yang tidak memiliki ikatan resmi dengan organisasi tertentu, Ketiga, Analisis. Analisis dilakukan setelah mendapatkan data-data penting dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan. Secara spesifik kegiatan yang dilakukan dalam proses analisis ini adalah sebagai berikut : a. Melakukan analisis sosial, ekonomi, teknis, dan kelembagaan yang melibatkan berbagai pihak yang berpengaruh (stakeholder) untuk mengetahui kebutuhan, potensi, peluang yang ada maupun permasalahan yang ada. b. Melakukan analisis pihak terkait (stakeholder analysis) untuk mengkaji tingkat partisipasi pihak terkait (stakeholder) yang dapat dipengaruhi. Keempat, evaluasi. Selanjutnya kami melakukan evaluasi terhadap 68
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Baehaqi
hasil observasi, wawancara, dan analisis, untuk kemudian menguji kebenaran data dan informasi yang diperoleh. 2. Partisipasi Masyarakat Dalam proses penemuan masalah ini, partisipasi masyarakat adalah mutlak karena untuk memproleh informasi dan data yang valid tidak mungkin didapatkan kecuali dengan partisipasi masyarakat. Adapun partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah, mereka menjadi narasumber untuk dimintai keterangan akan permasalahan dalam dusun mereka, dan menjadi pihak yang turut mengevaluasi data dan informasi yang kami proleh. Yakni salah satunya adalah orang yang paling berperan di dusunnya seperti kepala dusun, tokoh agama dan tokoh masyarakat. 3. Hasil Identifikasi (Observasi) Setelah memperoleh data dari berbagai sumber, baik itu melalui wawancara atau observasi. Kemudian melakukan analisis terhadap data tersebut. Setelah pengkajian dilakukan, kelompok kami menemukan beberapa hal sebagai hasil dari usaha dalam menemukan masalah. Masalah yang menjadi penekanan dalam ha ini adalah masalah pemberdayaan remaja masjid. Dari bidang pendidikan, secara umum masyarakat Desa Tumpak memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal ini terbukti dengan rata-rata tingkat pendidikan masyarakat Desa Tumpak hanya sampai pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kebanyakan memilih untuk pergi merantau, bekerja kasar, dan ada juga yang menganggur. Bahkan pada warga perempuannya, lebih memilih untuk menikah dini. Akan tetapi, tidak semua masyarakat seperti yang dijelaskan di atas. Masih ada warga masyarakat yang menyadari pentingnya pendidikan. Ini ditunjukkan dengan masih ada warga yang mengenyam bangku perguruan tinggi, bahkan ada pula yang warga yang berprofesi menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi. Hanya saja anak-anak yang masih bersekolah membutuhkan belajar tambahan agar mereka siap menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, mereka juga membutuhkan motivasi yang tinggi agar mereka terus berusaha untuk belajar. Alasan memilih dampingan adalah kondisi real yang terjadi di masyarakat (Desa Tumpak Kecamatan Pujut). Desa Tumpak merupakan desa wisata yang memerlukan dukungan dalam pembinaannya. Perhatian tersebut diwujudkan dalam bentuk mengenali masalah-masalah yang dihadapi, upaya mengatasinya serta bentuk kongkrit pemberdayaan yang diberikan. Berkaitan dengan apa yang dipaparkan di atas, alasan
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
pemberdayaan masyarakat ini adalah: a. Bekerja sama dengan masyarakat secara partisipatif dalam mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat itu sendiri, khususnya di bidang keagamaan b. Bekerja sama dengan masyarakat secara partisipatif dalam mengenal masalah yang dihadapi oleh masyarakat c. Bekerja sama dengan masyarakat secara partisipatif dalam menentukan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi d. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi dirinya dengan bantuan pikiran (tidak mesti dalam bentuk dana) Untuk mencapai kondisi yang diharapkan perlu ditempuh beberapa strategi. Adapun strategi yang dimaksud meliputi: Pertama, yaitu melakukan mapping sosial dengan cara silaturrahmi atau kunjungan ke rumah-rumah, sehingga diketahui aktifitas sehari-hari mereka dan berbagai persoalan yang dihadapi didukung dengan transeks (telusur wilayah). Kemudian, bersama-sama komunitas , TIM PAR menemukan care problem dan main problem. Dari core problem ini akan muncul pemetaan problem mana yang mendesak yang harus ditindaklanjuti, Kedua, perencanaan program yaitu bersama-sama menentukan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang telah terumuskan, Ketiga pelaksanaan program yaitu mulai menjalankan program-program yang sudah dirancang dalam tahap perencanaan, Keempat, evaluasi program, yaitu mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan program dengan tujuan mendapatkan umpan balik sebagai bahan untuk dijadikan renungan, catatan dan pemikiran dalam rangka penyusunan program pemantapan dan sosialisasi hasil kepada pihak-pihak terkait. Strategi di atas memiliki satu keterkaitan yang tak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pendekatan merupakan strategi untuk menggali berbagai data dan informasi, hal ini berkaitan dengan perencanaan program apa saja yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan, sedangkan pelaksanaan program merupakan inti dari strategi ini, tak mungkin tercapai tujuan yang diharapkan bila tidak ada tindakan nyata, dan evaluasi berkaitan dengan bagaimana pelaksanaan program yang dijalankan, apakah pelaksanaan program sudah dilaksanakan secara optimal atau belum. Adapun Penjelasan dari masing-masing Kegiatan yang dilakukan adalah:
70
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Baehaqi
1.
Identifikasi masalah Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di desa Tumpak ini merupakan salah satu bentuk implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Setiap tenaga pendidikan di kampus harus melakukan pengabdian kepada masyarakat guna memberikan efek positif kepada masyarakat, baik berupa pelatihan, pendampingan, maupun konsultasi. Agar pengabdian ini terlaksana dengan baik, perencanaan yang matang, aplikasi rencana secara sistematis, dan monitoring serta evaluasi yang terstruktur harus dilakukan agar dapat meraih hasil yang diinginkan. Pengabdian ini berbasis binaan/pendampingan. Maksudnya adalah bahwa pengabdian ini mengandalkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan sebelum diadakannya kegiatan pengabdian. Dengan strategi ini, kegiatan pengabdian yang dilakukan berorintasi kepada kebutuhan masyarakat yang pada akhirnya mampu memandirikan mereka untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan mereka.
2.
Perencanaan program/Disain Proyek Identifikasi dilanjutkan Adapun strategi yang digunakan dalam melakukan action research ini adalah menggunakan metode yang dikemukakan oleh O’Brien (2001).Dalam proses penelitian action research ini ada empat tahapan dalam melakukan penelitian ini, yaitu: a. Perencanaan (plan). Perencanaan ini dilakukan setelah memperhatikan kondisi riil di masyarakat dengan menggunakan analisis SWOT. Dalam menganalisis problematika di masyarakat dan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang mungkin terjadi di masyarakat ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat di Desa Tumpak. Perencanaan ini meliputi strategi dan metode dalam memecahkan problematika yang dihadapi oleh masyarakat Desa Tumpak. Khususnya dalam hal ibadah serta optimalisasi remaja masjid b. Tindakan (action). Setelah proses perencanaan dilakukan, masyarakat Desa Tumpak mengimplementasikan rencana yang telah dibuat tersebut dengan dibantu dan difasilitasi oleh peneliti. c. Pengamatan (observe). Pengamatan dilakukan untuk memperhatikan dan menganalisis keberhasilan, kelemahan, dan kekurangan strategi dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan problematika yang terjadi di masyarakat. d. Refleksi (reflect). Usaha-usaha yang telah dilakukan dalam memecahkan problematika di masyarakat Tumpak tersebut direfleksikan dan dievaluasi, baik kekurangan, kelemahan, dan keberhasilan strategi dan metode dalam memecahkan problematika masyarakat tersebut. Refleksi dan evaluasi ini berujung kepada
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
perencanaan (plan) seperti pada poin pertama untuk menuntaskan problematika masyarakat, baik yang belum tuntas pada tahap pertama atau untuk memecahkan problematika yang baru hingga tercapai masyarakat Tumpak yang damai, sejahtera, tentram dan sakinah. 3.
72
Pelaksanaan dan Pemetaan Program Pengabdian ini telah dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap di atas. Penjabarannya sebagai berikut: Tahap pertama: pendataan awal lokasi dan subyek dampingan. TIM Dampingan melakukan survei lapangan dan wawancara untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang dipilih sebagai lokasi pengabdian, yakni masyarakat Desa Tumpak. Dari informasi yang terkumpul, Tim Dampingan menyimpulkan bahwa masyarakat Desa Tumpak belum maksimal dalam menggunakan masjid sebagai aktivitas pemberdayaan. Tahap kedua: koordinasi dengan pihak pimpinan Desa Tumpak, untuk membina masyarakat agar menyadari pentingnya masjid sebagai pusat pemberdayaan, bukan hanya sebagai tempat ibadah, adapun bentuk dampingan yang dilakukan yaitu: 1. Menentukan bentuk kegiatan-kegiatan sebagai posdaya. 2. Menentukan waktu pembinaan serta bentuk pendekatan binaan berbasis pos daya yaitu kolektif dan individual Tahap ketiga: koordinasi dengan TIM dampingan untuk melaksanakan pendampingan baik secara individu dan Kelompok di atas. Dalam tahap pembinaan kolektif, yang dilakukan oleh Tim Dampingan adalah: a. mengumpulkan mereka di Masjid Desa Tumpak dan memberikan mereka pengarahan terkait dengan pentingnya masjid sebagai pos daya pemberdayaan. b. Menganalisis potensi yang dimiliki, misalnya tingkat patisipasi tinggi terhadap kegiatan-kegiatan yang berbasis masjid selama ini, tetapi belum diarahkan pada pemberdayaan selain ibadah. c. Memberikan bimbingan dan pelatihan yang relevan terkait dengan pemberdayaan generasi muda dalam peningkatan pengamalan beragama. Sedangkan dalam pendekatan individual, dilakukan wawancara personal serta angket untuk mengela potensi mereka. Berdasarkan ini, selanjutnya diketahui unsur utama yang menyebabkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas pemberdayaan masyarakat Desa Tumpak. Tahap empat, langkah kongkrit pembinaan masyarakat berdasarkan analisis potensi di Desa Tumpak. Untuk mengefektifkan Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Baehaqi
proses pendampingan, pihak yang dilibatkan adalah perangkat Desa dan Dusun di Desa Tumpak serta Lembaga Desa yang ada di Desa Tumpak. Salah satunya adalah Karang Taruna.. Secara rinci MasalahMasalah Yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid di Desa Tumpak adalah: 4.
Refleksi/Evaluasi Program Masjid merupakan instrumen pemberdayaan umat yang memiliki peranan sangat strategis dalam upaya peningkatan kualitas masyarakat. Namun hal itu harus didukung oleh manajemen pengelolaan masjid yang baik dan terpadu. Masjid dilihat dari fungsinya tidak hanya sebagai tempat atau sarana bagi umat muslim untuk melaksanakan ibadah shalat, namun masjid juga berfungsi sebagai pusat empowering (pemberdayaan) berbagai aspek kehidupan masyarakat sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya. Rasulullah tidak hanya menjadikan masjid sebagai tempat untuk pelaksanaan ibadah khusus, namun dijadikan sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat seperti tempat untuk pembinaan dan penyebaran agama Islam, sebagai tempat untuk mengobati orang sakit, tempat untuk mendamaikan orang-orang yang bertikai, tempat untuk mengatur strategi dalam latihan perang (militer), tempat untuk menyampaikan pengumuman penting.Adapun Keluaran konkret (output) yang dari program ini adalah: Terwujudnya masyarakat memiliki kesadaran untuk meningkatkan diri dalam hal keberagamaan baik ibadah mahdah maupun ghairu mahdah (pemberdayaan).
PENUTUP KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Seluruh kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan diharapkan mampu menjadi program yang berkelanjutan. Keluaran konkret (output) yang dari program ini adalah: Adapun Keluaran konkret (output) yang dari program ini adalah: 1. Terwujudnya generasi muda masyarakat yang memiliki kesadaran untuk meningkatkan diri dalam hal keberagamaan baik ibadah mahdah maupun ghairu mahdah (pemberdayaan) . 2. Terwujudnya masyarakat yang lebih mengoptimalkan fungsi masjid bukan hanyasebagai sarana ritual, tetapi juga sebagai pusat edukasi pemberdayaan melalui social capital berupa nilai-nilai jama’ah yang telah ada dan dikembangkan. 3. Adanya Gambaran umum pedoman kegiatan pemberdayaan berbasis masjid yang diberikan berupa:
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
a. Alasan religius dan historis masjid sebagai pusat kegiatan selain sebagai ibadah seperti yang dilakukan Rasulullah SAW b. Bentuk-bentuk kegiatan yang bisa diterapkan Generasi muda masyarakat Desa Tumpak dalam upaya meningkatkan pengamalan religiusnya. DAFTAR PUSTAKA UIN Malang, 2005. Program Pemberdayaan Masyarakat, Uin Press. STAIN Surakarta, 2008. Teknik Par Dalam Pemberdayan Masyarakat (Makalah Workshop PAR di Asrama Haji Narmada yang diadakan oleh IAIN Mataram). IAIN Mataram, 2012. Format Proposal Desa Binaan
74
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram