TESIS
PEMBERIAN KOMPLEKS BUAH BERRY MENURUNKAN STRES OKSIDATIF DAN MENINGKATKAN PERTAHANAN OKSIDATIF PADA PEROKOK AKTIF
JOPY WIKANA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
TESIS
PEMBERIAN KOMPLEKS BUAH BERRY MENURUNKAN STRES OKSIDATIF DAN MENINGKATKAN PERTAHANAN OKSIDATIF PADA PEROKOK AKTIF
JOPY WIKANA NIM: 0890761016
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
PEMBERIAN KOMPLEKS BUAH BERRY MENURUNKAN STRES OKSIDATIF DAN MENINGKATKAN PERTAHANAN OKSIDATIF PADA PEROKOK AKTIF
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
JOPY WIKANA NIM: 0890761016
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 13 Juli 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And, FAACS NIP 194612131971071001
Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And NIP 19442011964091001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof.Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And, FAACS NIP 194612131971071001
Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal : 13 Juli 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No. : 1125/UN14.4/HK/ 2011 Tanggal : 22 Juni 2011
Ketua
: Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS
Anggota
:
1. Prof. Dr.dr.J.Alex Pangkahila, M.Sc.Sp.And 2. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp.BIOK 3. Prof. Dr.dr. Nyoman Adiputra, MOH 4. Prof. Dr. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menempuh Program Magister Ilmu Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine dan menyelesaikan tesis ini. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And., FAACS, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan petunjuk dan pengarahan serta bimbingan dalam penyusunan tesis ini. 2. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And., selaku pembimbing kedua yang
telah banyak memberikan masukan, pengetahuan dan
bimbingan dalam menyelesaikan tesis ini. 3. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp.BIOK., Prof. Dr. dr. Nyoman Adiputra, MOH., dan Prof. dr. Ketut Tirtayasa, M.S., AIF, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta masukan yang sangat bermanfaat dalam tesis ini. 4. Seluruh dosen Program Pascasarjana Ilmu Biomedik Universitas Udayana, khususnya Bapak Ketut Tunas, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingannya kepada penulis selama menempuh pendidikan ini. 5. Teman-teman kuliah seangkatan khususnya
dr. Yurika
Litamos,
M.Biomed. yang senantiasa mendorong dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan tesis.
6. PT. Inti Utama Sehat, Surabaya, yang telah banyak membantu dalam penyediaan produk Phyto-berries bagi penulis. Terutama kepada Bapak Dani Karuniawan yang banyak membantu kelancaran penelitian dengan mengkoordinasi para responden. 7. Miracle Aesthetic and Anti Aging Clinic, khususnya Dr. Lanny Juniarti sebagai Presiden Direktur yang telah membantu dalam penyediaan fasilitas tempat dan peralatan bagi terlaksananya penelitian ini. 8. Saudara Isaac Irvan dari Teknologi Informasi Miracle Aesthetic and Anti Aging Clinic yang telah membantu dalam bidang IT dan editing. 9. Istriku tercinta Lena Hardjono atas doa, pengorbanan dan kesabaran yang luar biasa dalam memberikan dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan tesis ini. 10. Anak-anakku Ivan Adhitya Kurniawan dan Jasmine Fellicia Kurniawan, yang memotivasi dan menyemangati penulis menyelesaikan studi dan tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelasaian tesis ini.
ABSTRAK PEMBERIAN KOMPLEKS BUAH BERRY MENURUNKAN STRES OKSIDATIF DAN MENINGKATKAN PERTAHANAN OKSIDATIF PADA PEROKOK AKTIF
Penuaan merupakan suatu proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh makhluk hidup. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab terjadinya proses penuaan karena mengakibatkan timbulnya stres dan kerusakan oksidatif. Salah satu penyebab stres oksidatif adalah rokok yang mengandung banyak sekali radikal bebas. Keadaan ini dapat dicegah dan dikurangi dengan asupan antioksidan yang optimal ke dalam tubuh. Terdapat berbagai jenis antioksidan, baik internal maupun eksternal. Antioksidan eksternal seperti vitamin A, C, E, selenium, dan berbagai polyphenol, flavonoid, anthocyanin dan carotenoid yang terdapat di dalam berbagai sayur mayur dan buah-buahan termasuk buah berry. Saat ini terdapat kompleks buah berry (phytoberries) yang terbuat dari campuran 9 macam buah berry organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kompleks buah berry dalam penurunan stres oksidatif dan peningkatan pertahanan oksidatif pada perokok aktif. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan pre-test post-test control group design. Penelitian dilakukan selama 28 hari dengan melibatkan 24 orang pria perokok aktif yang berumur antara 30 – 50 tahun sebagai sampel. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (placebo: sirup rasa Strawberry), kelompok perlakuan I (Phyto-Berries 8000 ORAC), dan kelompok perlakuan II (Phyto-Berries 16000 ORAC). Sebelum dan sesudah perlakuan darah kapiler sampel diambil untuk dilakukan pemeriksaan Free Oxygen Radicals Testing (FORT) dan Free Oxygen Radicals Defence (FORD). Hasil analisis menunjukkan bahwa sesudah diberikan Phyto-Berries, terjadi penurunan nilai FORT secara bermakna (p < 0,05). Hasil analisis terhadap pertahanan oksidatif juga memperlihatkan terjadinya peningkatan nilai FORD secara bermakna (p < 0,05) sesudah perlakuan. Disimpulkan bahwa pemberian Kompleks buah berry (Phyto-Berries) dapat menurunkan stres oksidatif perokok aktif sebesar 12,71% dan meningkatkan pertahanan oksidatif perokok aktif sebesar 23,82%. Phyto-Berries dosis 16.000 ORAC lebih efektif 1,5 kali dalam menurunkan stres oksidatif dan 1,9 kali dalam meningkatkan pertahanan oksidatif dibandingkan dosis 8.000 ORAC. Selama penelitian ini, Phyto-berries dapat ditoleransi dengan baik, tidak ditemukan keluhan negatif. Phyto-Berries dapat direkomendasikan sebagai suplemen antioksidan alami untuk mengurangi dampak negatif dari radikal bebas. Kata kunci: perokok aktif, stres oksidatif, pertahanan oksidatif, Phyto-Berries.
ABSTRACT BERRY COMPLEX SUPPLEMENTATION DECREASES THE OXIDATIVE STRESS AND INCREASES THE OXIDATIVE DEFENCE IN ACTIVE SMOKERS
Aging is a physiological process that happens in all living organism. Free radical is one of the cause of aging, because it induces stress oxidative and oxidative damage. Cigarette is one of the cause of stress oxidative because it contains a lot of free radicals. This condition can be prevented and reduced by optimal antioxidant intake. There are many kinds antioxidants; internal and external. External antioxidants consist of vitamin A, C, E, selenium, and many kinds of polyphenol, flavonoid, anthocyanin and carotenoid in vegetables and fruits including berries. Phyto-Berries is a Berry Complex consists of 9 kinds of organic berries. The goal of this study is to find out the role of berry complex in decreasing oxidative stress and increasing oxidative defence in active smokers. This experimental study was designed as randomized pre-test post-test control group design. This study has involved 24 active smokers in range 30-50 year old men as samples for 28 days. Samples were divided into 3 groups (placebo: strawberry flavoured syrup), treatment group 1 (phyto-berries 8.000 ORAC), and treatment group 2 (phyto-Berries 16.000 ORAC). Capillary blood was withdrawn from sample finger tip before and after the treatment for Free Oxygen Radicals Testing (FORT) and Free Oxygen Radicals Defence (FORD) Test. Analysis results of the study have shown that after given Phyto-Berries, there was a significant decrease in the FORT value (p<0,05). The analysis results of the oxidative defence had also shown a significant increase of the FORD value (p<0,05) after Phyto-Berries treatment. It is concluded that berry complex (Phyto-berries) can decrease the oxidative stress in active smokers to 12.71% and increase the oxidative defence to 23.82%. Compared to Phyto-berries 8.000 ORAC, Phyto-Berries 16.000 ORAC was 1.5 times more effective in decreasing the oxidative stress and 1.9 times more effective in increasing the oxidative defence. During this study, Phyto-Berries was well tolerated, no negative complains were found. Phyto-Berries can be recommended as natural antioxidant supplement to reduce the negative effects of free radicals. Keywords : active smokers, oxidative stress, oxidative defence, Phyto-berries.
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM................................................................................
i
PRASYARAT GELAR........................................................................ .
ii
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI......................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................
v
ABSTRAK.............................................................................................
vii
ABSTRACT...........................................................................................
viii
DAFTAR ISI ......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................ .
xiii
DAFTAR TABEL............................................................................ .....
xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.......................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................
9
1.3.1 Tujuan Umum ...........................................................................
9
1.3.2 Tujuan Khusus ...........................................................................
9
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................
10
1.4.1 Manfaat Akademis ....................................................................
10
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penuaan................................................................. ...........................
11
2.1.1 The Wear and Tear Theory.........................................................
11
2.1.2 The Neuroendocrine Theory.......................................................
11
2.1.3 The Genetic Control Theory .......................................................
12
2.1.4 The Free Radical Theory ............................................................
12
2.2 Rokok...... .....................................................................................
13
2.2.1 Anatomi Rokok.............................................................................
14
2.2.2 Kandungan Kimia Asap Rokok....................................................
16
2.3 Radikal Bebas........ .......................................................................
17
2.3.1 Definisi Radikal Bebas ...............................................................
17
2.3.2 Sumber Radikal Bebas..................................................................
17
2.3.3 Sifat Radikal Bebas ....................................................................
18
2.4 Stres Oksidatif......... ......................................................................
19
2.4.1 Rokok dan Stres Oksidatif ..........................................................
21
2.4.2 Pengukuran Stres Oksidatif...................................................... ....
22
2.4.3 Pengukuran Pertahanan Oksidatif ...............................................
25
2.5 Antioksidan .......... .......................................................................
26
2.5.1 Jenis Antioksidan..........................................................................
29
2.5.2 Mekanisme Kerja Antioksidan.....................................................
29
2.5.3 Polifenol........................................................................................
30
2.5.4 Flavonoid..................................................................................... .
31
2.5.5 Anthocyanin..................................................................................
32
2.6 Oxygen Radical Absorbance Capacity (ORAC) ............................
33
2.7 Buah Berry......... ...........................................................................
35
2.8 Kompleks Buah Berry (Phytoberries) sebagai Antioksidan.... .......
38
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ............ ............................................................
40
3.2 Konsep Penelitian ........................................................................
43
3.3 Hipotesis Penelitian........... ............................................................
44
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ........ ..........................................................
45
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......... ..............................................
46
4.3 Penentuan Sumber Data...................................................................
46
4.3.1 Kriteria Subjek..............................................................................
46
4.3.2 Besaran Sampel.............................................................................
47
4.4 Variabel Penelitian........ ................................................................
48
4.4.1 Klasifikasi Variabel.......................................................................
48
4.4.2 Definisi Operasional ..................................................................
48
4.5 Hubungan Antar Variabel................................................................
49
4.6 Bahan Penelitian.................................................. ...........................
49
4.6.1 Bahan Kompleks Buah Berry .....................................................
49
4.6.2 Alat dan Bahan Penelitian Pemeriksaan Tingkat Stres Oksidatif dan Pertahanan Oksidatif ...........................................................
50
4.7 Prosedur Penelitian................................................. ........................
51
4.7.1 Teknik Pengambilan Sampel .....................................................
51
4.7.2 Prosedur Pemerikasaan FORT ...................................................
51
4.7.3 Prosedur Pemerikasaan FORD ..................................................
52
4.7.4 Pemberian Perlakuan dan Pengumpulan Data ............................
53
4.8 Analisis Data ................................................................................
55
BAB V HASIL PENELITIAN..............................................................
56
5.1 Analisis Deskriptif Subjek Penelitian ............................................
56
5.2 Uji Normalitas Data Karakteristik Subjek, Nilai FORT, dan FORD .........................................................................................
56
5.3 Uji Homogenitas Varians Karakteristik Subjek, FORT, dan FORD Antar Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan ............
57
5.4 Uji Komparabilitas Karakteristik Subjek .......................................
58
5.5 Stres Oksidatif (Nilai FORT) ........................................................
59
5.5.1 Uji Komparabilitas nilai FORT ..................................................
59
5.5.2 Analisis Efek Pemberian Phyto-Berries antar Kelompok Terhadap Nilai FORT ................................................................
60
5.6 Pertahanan Oksidatif (Nilai FORD)..............................................
63
5.6.1 Uji Komparabilitas nilai FORD ..................................................
63
5.6.2 Analisis Efek Pemberian Phyto-Berries antar Kelompok Terhadap Nilai FORD ................................................................
64
BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................
67
6.1 Komparabilitas Nilai FORT dan FORD Sebelum Perlakuan ..........
67
6.2 Komparabilitas Nilai FORT dan FORD Sesudah Perlakuan .................... 68
6.3 Least Significant Difference (LSD) Test Nilai FORT dan FORD ............ 70 6.4 Prosentase Penurunan FORT dan Kenaikan FORD ................................. 75 6.5 Temuan Efek Lain Phyto-Berries ............................................................. 76 6.6 Peranan Kompleks Buah Berry (Phyto-Berries) Dalam Anti Aging Medicine ..................................................................................................... 77
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................
79
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
81
LAMPIRAN .......................................................................................
86
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Anatomi Rokok .. ............................................................
15
Gambar 2.2 Prinsip Pemeriksaan ORAC .............................................
34
Gambar 2.3 Kurva Penghitungan Nilai ORAC ....................................
35
Gambar 2.4 Berbagai Jenis Buah Berry .. ............................................
36
Bagan 3.1 Konsep Penelitian ..............................................................
43
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian.. .........................................
45
Bagan 4.2 Kerangka Hubungan Antar Variabel .. ................................
49
Bagan 4.3 Skema Alur Penelitian....................................................... ...
54
Gambar 5.1 Rerata Nilai FORT pada Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan ............................................................
62
Gambar 5.2 Rerata Nilai FORD pada Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan . ..........................................................
66
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Komponen dan Kandungan Phyto-Berries .. ........................
39
Tabel 5.1 Data Deskriptif Subjek Penelitian ( n = 24 )..........................
56
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Karakteristik Subjek.............................
57
Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Nilai FORT dan FORD Sebelum dan Sesudah Perlakuan ..............................................................
57
Tabel 5.4 Homogenitas Karakteristik Subjek, FORT, dan FORD antar Kelompok Perlakuan ...........................................................
58
Tabel 5.5 Uji Perbedaan Karakteristik Subjek antar Kelompok............
58
Tabel 5.6 Rerata Nilai FORT antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan ............................................................................
59
Tabel 5.7 Rerata Penurunan Nilai FORT antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan ...........................................................
60
Tabel 5.8 Beda Nyata Terkecil penurunan Nilai FORT Sesudah Diberikan Phyto-Berries antar Dua Kelompok ....................
61
Tabel 5.9 Rerata Nilai FORD antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan ............................................................................
63
Tabel 5.10 Rerata Peningkatan Nilai FORD antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan ...........................................................
64
Tabel 5.11 Beda Nyata Terkecil Peningkatan Nilai FORD Sesudah Diberikan Phyto-Berries antar Dua Kelompok ....................
65
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN CHX
:
2-cyclohexene -1-one
CO
:
Carbon Monoxyde
DNA
:
Deoxyribonucleic Acid
FORD
:
Free Oxygen Radicals Defence
FORT
:
Free Oxygen Radicals Testing
Hb
:
Haemoglobin
IARC
:
International Agency for Research on Cancer
ORAC
:
Oxygen Radical Absorbance Capacity
PAHs
:
Polynuclear Aromatic Hydrocarbons
Ppm
:
Part per million
PUFA
:
Poly Unsaturated Fatty Acid
RDA
:
Recommended Daily Allowance
RNA
:
Ribonucleic Acid
ROS
:
Reactive Oxygen Species
SOD
:
Superoxide Dismutase
US EPA
:
United States Environmental Protection Agency
UV
:
Ultra Violet
WHO
:
World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed Consent .............................................................
86
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian .. .....................................................
88
Lampiran 3 Daftar Makanan Berdasarkan Kandungan ORAC .............
90
Lampiran 4 Foto-foto Prosedur Penelitian ............................................
91
Lampiran 5 Data Hasil Pemeriksaan FORT dan FORD Sebelum dan Sesudah Perlakuan............................................................
93
Lampiran 6 Hasil Analisis Data.............................................................
94
Lampiran 6.1 Uji Normalitas Data Umur, Jumlah Rokok, Nilai FORT Pre, Nilai FORD Pre, Penurunan Nilai FORT, Peningkatan Nilai FORD .............................................
94
Lampiran 6.2 Uji One Way ANOVA Variabel Umur dan Jumlah Rokok yang Dihisap per Hari .......................................
96
Lampiran 6.3 Uji One Way ANOVA Data Nilai FORT dan Nilai FORD antar Kelompok Perlakuan ...............................
98
Lampiran 7 Ethical Clearance ...........................................................
101
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penuaan (aging) merupakan suatu proses fisiologis yang akan dialami oleh
seluruh makhluk hidup. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses penuaan dapat berasal dari luar (eksternal) dan dalam tubuh (internal). Faktor eksternal penyebab penuaan antara lain diet yang tidak sehat, gaya hidup, dan kebiasaan yang salah seperti misalnya merokok dan minum alkohol, pengaruh lingkungan misalnya pencemaran lingkungan dan paparan sinar matahari, pemakaian obat yang tidak terkontrol serta kemiskinan. Sedangkan faktor internal yaitu faktor stres psikis, genetik dan organik terutama hormonal. Proses penuaan atau aging sangat erat kaitannya dengan radikal bebas (Goldman dan Klatz, 2007; Pangkahila, 2007). Radikal bebas terbentuk baik dari proses metabolisme normal di dalam tubuh, ataupun dari kondisi patologis serta dari sumber-sumber eksternal seperti asap rokok, polusi udara, radiasi sinar X, sinar ultraviolet, pestisida, dan lain lain (Devasagayam dkk, 2004). Pembentukan radikal bebas di dalam sel terjadi secara terus menerus sebagai konsekuensi dari reaksi enzimatik maupun non-enzimatik. Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan kumpulan radikal bebas yang berasal dari oksigen seperti radikal superoxide, hydroxyl, hydroperoxyl, lipid peroxyl, dan lain lain (Devasagayam dkk, 2004). Radikal bebas dapat merusak integritas sel baik secara struktural maupun fungsional yang dengan demikian dapat meningkatkan tingkat stres dan kerusakan oksidatif sehingga mempercepat proses penuaan (Devasagayam dkk, 2004; Goldman dan Klatz, 2007; Pangkahila, 2007). 1
Kebiasaan merokok sebagai sumber radikal bebas yang besar sudah melekat dan menjadi bagian dari gaya hidup bagi sebagian masyarakat, meskipun hampir semua orang mengetahui bahwa merokok merupakan suatu hal yang merugikan, baik dari segi ekonomi, kesehatan, lingkungan maupun sosial. Dari segi ekonomi, fakta dan statistik tentang merokok masih menunjukkan angka yang “mencemaskan”. Sampai saat ini terdapat sekitar 1,1 – 1,3 miliar perokok di seluruh dunia, dan apabila tren ini terus berkelanjutan, maka diperkirakan akan terdapat 1,6 – 1,7 miliar perokok pada tahun 2025 mendatang. Di seluruh dunia terdapat 80.000 – 100.000 anak yang mulai merokok setiap hari di mana setengah dari padanya hidup di Asia (Martin, 2004; Winstanley dan White, 2008). Perilaku merokok menguras banyak sekali dana masyarakat. Di seluruh dunia, sekitar 10 juta batang rokok terjual setiap menit atau 15 miliar batang rokok setiap hari (Martin, 2004). Di Amerika Serikat selama tahun 19951999, rokok telah menyebabkan gangguan kesehatan yang menimbulkan kerugian finansial sebesar US$157 miliar per tahun (Fellows dkk, 2002). Di samping itu, para perokok memiliki produktivitas kerja yang lebih rendah dari pada orang yang bukan perokok, karena para perokok lebih sering absen dari tempat kerja dan lebih sering menderita sakit (Martin, 2004). Dari segi kesehatan, rokok juga meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit, terutama penyakit paru, kardiovaskular maupun kanker. Asap rokok merupakan campuran senyawa yang mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia di mana 200 lebih bahan bersifat racun, dan 40 lebih bahan kimia dapat menyebabkan penyakit kanker atau karsinogen (Fowles, 2000). Dibandingkan
dengan orang yang tidak merokok, seorang laki laki perokok akan mengalami risiko 23 kali lebih besar untuk terkena kanker paru paru, sedangkan wanita perokok sekitar 13 kali lebih besar (Martin, 2004; Davies, 2009). Penyakit yang terkait dengan rokok telah menyebabkan meninggalnya satu di antara sepuluh orang dewasa, atau menyebabkan 4-5 juta kematian setiap tahunnya (Davies, 2009). Dari segi lingkungan, jelas bahwa asap rokok merupakan salah satu sumber polusi. Polusi yang disebabkan oleh rokok tidak hanya berhenti di dalam tubuh atau udara, tetapi juga mempengaruhi tanah dan air. Bermiliar-miliar puntung rokok dibuang ke tanah setiap hari dan mungkin berakhir di sungai atau danau dimana ikan dan hewan lain makan puntung rokok itu dengan tidak sengaja dan kadang mati karenanya. Sisa puntung rokok lainnya tertinggal di dalam tanah dan untuk menguraikan akan membutuhkan waktu 25 tahun, sementara itu zat-zat kimia dan zat aditif lainnya masuk ke dalam
tanah,
mencemari tanah dan
tanaman (Cassan, 2007). Dari segi sosial, didapatkan bahwa ada keterkaitan erat antara rokok dan kemiskinan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa keluarga-keluarga miskin di negara yang berpenghasilan rendah, sekitar 10% dari total pengeluarannya dipakai untuk membeli rokok. Hal ini berarti dana keluarga-keluarga tersebut akan berkurang untuk keperluan lain yang lebih penting seperti makanan, pendidikan dan perawatan kesehatan (McLaren, 2007). Untuk mencegah, memperlambat dan meredam dampak negatif dari radikal bebas (electron acceptor) tersebut, dibutuhkan adanya suatu antioksidan
(electron donor).
Antioksidan adalah substansi atau molekul yang dapat
memperlambat atau mencegah kerusakan akibat oksidasi dari molekul lain seperti radikal bebas (Devasagayam dkk, 2004). Pada umumnya, antioksidan sebagai bahan pereduksi (senyawa pemberi elektron) mencegah kerusakan sel dengan cara mencegah pembentukan ROS, dengan menghentikan (deaktivasi, detoksifikasi) radikal bebas yang sudah terbentuk sebelum mereka merusak lebih lanjut komponen penting dari sel-sel tubuh (Devasagayam dkk, 2004). Antioksidan ada yang berasal dari dalam tubuh dan ada pula yang berasal dari luar tubuh. Antioksidan yang berasal dari dalam tubuh misalnya adalah superoxide dismutase (SOD), catalase, peroxidase dan glutathione. Sedangkan yang berasal dari luar tubuh seperti vitamin A, C, E, selenium, dan berbagai carotenoid, flavonoid dan polyphenol, anthocyanin yang terdapat di dalam berbagai sayur mayur dan buahbuahan (Devasagayam dkk, 2004). Tubuh memiliki pertahanan oksidatif melalui pembentukan antioksidan. Apabila jumlah radikal bebas atau ROS yang bersifat sebagai oksidan melebihi jumlah dari antioksidan, maka akan mengakibatkan terjadinya stres oksidatif, yang selanjutnya dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan oksidatif terhadap satu atau beberapa biomolekul seperti RNA (Ribonucleic Acid), DNA (Deoxyribonucleic Acid), protein dan lipid, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kematian sel (Devasagayam dkk, 2004; Martin, 2004). Radikal bebas dan stres oksidatif tidak hanya berkaitan dengan proses penuaan saja, melainkan juga dengan penyakit yang berhubungan dengan usia lanjut seperti aterosklerosis,
penyakit Parkinson, Alzheimer, dan gangguan fungsi kekebalan tubuh (Goldman dan Klatz, 2007; Pangkahila, 2007). Dengan berkembangnya teori anti aging mengenai radikal bebas, banyak penelitian mengenai antioksidan, baik yang sintetik seperti vitamin A, C, E, selenium maupun yang alami seperti beta karoten, dan lain lain (Martin, 2004). Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antioksidan sintetik tidak banyak membantu dalam pencegahan maupun pengobatan beberapa penyakit, seperti hasil penelitian Howard dkk (2010) yang menyatakan bahwa baik suplemen vitamin C maupun E tidak mampu menghambat risiko timbulnya penyakit kardiovaskular. Lebih lanjut dinyatakan bahwa data hasil penelitiannya tidak mendukung penggunaan suplemen vitamin C dan E untuk mencegah timbulnya penyakit kardiovaskular pada orang tua. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Christopher (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan suplemen multivitamin, vitamin C, vitamin E, dan asam folat dalam kurun waktu yang lama tidak menyebabkan turunnya risiko kanker paru, malah penggunaan suplemen vitamin E berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kanker. Hasil penelitian yang hampir sama, menyatakan bahwa selenium atau vitamin E yang digunakan dalam dosis dan formulasi tersendiri maupun kombinasi tidak dapat mencengah kanker prostat (Scott, 2009). Lebih mengejutkan lagi, hasil penelitian Goran (2007) menunjukkan bahwa pemberian beta karoten, vitamin A, dan vitamin E dapat meningkatkan kematian. Sebaliknya dinyatakan bahwa mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran yang banyak mengandung polifenol mempunyai efek positip terhadap kesehatan (Manach, 2004). Di samping itu, Julie
dkk (2005) menyatakan bahwa kandungan polifenol seperti anthocyanin yang banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran jika dikonsumsi dapat meningkatkan kesehatan. Sayur mayur dan buah-buahan mengandung banyak antioksidan alami. Buah berry seperti strawberry, blueberry, blackberry, bilberry, cranberry dan lain lain adalah makanan yang kaya dengan kandungan vitamin dan antioksidan. Buah berry selalu termasuk dalam peringkat atas dari buah-buahan yang mengandung kadar antioksidan yang tinggi (Mateljan, 2007). Antioksidan utama dalam buah berry adalah anthocyanin/proanthocyanidin, carotenoid, dan flavonoid (Mateljan, 2007). Blueberry, raspberry dan blackberry kaya akan proanthocyanidin, sedangkan strawberry, raspberry dan blackberry kaya akan ellagic acid yang dapat melawan karsinogen (Mateljan, 2007). Gabungan bermacam-macam buah berry (kompleks buah berry) tentu akan saling melengkapi kandungan berbagai vitamin, antioksidan dan zat-zat bermanfaat lainnya. Kapasitas atau kekuatan antioksidan dari buah-buahan dan sayuran diukur dengan satuan ORAC atau Oxygen Radical Absorbance Capacity (Prior, 2003). Buah-buahan seperti Acai, prunes, raisins, blueberries, pomegranates, black raspberries memiliki nilai ORAC yang sangat tinggi. Makanan sehari-hari rata-rata hanya mengandung 1.200 – 1.500 ORAC, yaitu hanya sepertiga dari antioksidan yang seharusnya dibutuhkan oleh tubuh (3.000 – 5.000 ORAC), sesuai dengan Recommended Daily Allowence (RDA) (Cao dkk, 1998).
Saat ini terdapat suatu kompleks (campuran) dari sembilan macam berries organik yaitu strawberries, blackberries, black raspberries, boysenberries, bilberries, red raspberries, blueberries, red cherries, mulberries (Phyto-Berries). Phyto-Berries berbentuk serbuk yang mengandung 2.000 ORAC per gram atau 8.000 ORAC per sachet berisi 4 gram. Phyto-Berries dibuat dari buah berries organik yang berasal dari lahan-lahan berries organik pilihan di Amerika Serikat seperti Pacific Gold Farm dan Kozlowski Farm (California), Zimmerman Farm (North Carolina), dan Merrill Blueberry Farm (Maine) tanpa bahan pengawet, pewarna maupun perasa. Untuk konsumsi sehari-hari dianjurkan dosis sebesar 1 sachet per hari dilarutkan dalam 1 gelas air minum. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan manfaat buah berry sebagai antioksidan seperti hasil penelitian Min dkk (2006) menyatakan bahwa suplemen blackberry dapat menurunkan stress oksidatif dan dapat mencegah kerusakan oksidatif sel. Demikian juga hasil penelitian Gary dkk (2008) yang menyatakan bahwa buah berry yang mengandung polyphenols (flavonoids, proanthocyanidins, ellagitannins, gallotannins, phenolic acids) dapat mencegah kanker, menghambat perkembangan sel tumor, disamping itu diet buah berry yang teratur dapat menurunkan stres oksidatif. Ronald (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa anthocyanin, quercetin, flavonols, flavonoids, dan cyanidin yang terdapat dalam buah berry dapat berperan sebagai antioksidan dalam mencegah kerusakan oksidatif sel.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, Phyto-Berries dapat dipertimbangkan sebagai suplemen alternatif yang alami untuk memenuhi kebutuhan antioksidan yang berasal dari buah-buahan. Namun sejauh pengetahuan penulis, sampai saat ini belum terdapat penelitian yang meneliti tentang efek antioksidan dari 9 macam buah berry terhadap tingkat stres oksidatif dan pertahanan oksidatif pada perokok aktif. Dalam penelitian ini akan digunakan kompleks buah berry (Phyto-Berries) sebagai sumber antioksidan alami, untuk mengetahui sejauh mana kompleks buah berry (Phyto-Berries) dapat menurunkan tingkat stres oksidatif dan meningkatkan pertahanan oksidatif pada perokok aktif. Adapun dosis yang digunakan adalah 8.000 ORAC (1 sachet) dan 16.000 ORAC (2 sachet) mengingat banyaknya paparan radikal bebas pada perokok aktif. Pemeriksaan tingkat stres oksidatif dan pertahanan oksidatif akan diukur dengan FORT (Free Oxygen Radical Test) dan FORD (Free Oxygen Radical Defence) test yang dilakukan dengan alat FORMplus analyzer. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada Anti Aging Medicine dalam menunda proses penuaan.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah pemberian kompleks buah berry 8.000 dan 16.000 ORAC menurunkan stres oksidatif pada perokok aktif ?
2. Apakah pemberian kompleks buah berry 8.000 dan 16.000 ORAC meningkatkan pertahanan oksidatif pada perokok aktif ? 3. Apakah ada perbedaan tingkat stres oksidatif antara pemberian kompleks buah berry dengan dosis 8.000 ORAC dan 16.000 ORAC ? 4. Apakah ada perbedaan pertahanan oksidatif antara pemberian kompleks buah berry dosis 8.000 ORAC dan 16.000 ORAC ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui apakah pemberian kompleks buah berry dapat menurunkan tingkat stres oksidatif dan meningkatkan pertahanan oksidatif pada perokok aktif.
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui penurunan stres oksidatif pada perokok aktif yang diberi kompleks buah berry dengan dosis 8.000 dan 16.000 ORAC. 2. Mengetahui peningkatan pertahanan oksidatif pada perokok aktif yang diberi kompleks buah berry dengan dosis 8.000 dan 16.000 ORAC. 3. Mengetahui besarnya dosis efektif kompleks buah berry yang dapat menurunkan stres oksidatif pada perokok aktif. 4. Mengetahui besarnya dosis efektif kompleks buah berry yang dapat meningkatkan pertahanan oksidatif pada perokok aktif.
1.4. Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat akademis Memberikan informasi ilmiah mengenai peran pemberian kompleks buah berry dalam menurunkan stres oksidatif dan meningkatkan pertahanan oksidatif serta berapa dosis efektifnya pada perokok aktif. 1.4.2 Manfaat praktis Sebagai referensi dalam pemberian kompleks buah berry (phytoberries) sebagai suplemen antioksidan alami yang bermanfaat dalam mengurangi dampak negatif dari radikal bebas. Selain itu, juga sebagai dasar penelitian yang membuka peluang bagi penelitian-penelitian lebih lanjut.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penuaan Setiap manusia akan melalui suatu proses kehidupan, dimulai dari pembuahan, kelahiran, tumbuh kembang anak, pencapaian usia dewasa, mengalami proses penuaan, menjadi tua dan berakhir dengan kematian. Penuaan merupakan suatu proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh makhluk hidup (Wibowo, 2003). Para ahli mengemukakan banyak teori mengapa kita menjadi tua. Namun tidak satupun teori yang dapat menjelaskan secara tuntas. Goldman dan Klatz (2007) mengemukakan empat prinsip teori penuaan berikut ini. 2.1.1 The wear and tear theory Menurut teori ini, tubuh dan sel-selnya rusak
karena banyak dipakai
secara berlebihan (overuse) dan disalahgunakan (abuse). Proses penuaan yang lebih cepat berkaitan dengan adanya toksin dalam diet dan lingkungan; mengkonsumsi makanan yang banyak lemak, gula, kafein, alkohol, nikotin, paparan sinar ultraviolet dan stres emosional. 2.1.2 The neuroendocrine theory Teori ini menekankan sistem neuroendokrin sebagai jaringan biokimia rumit yang merupakan elemen vital tubuh. Hormon sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh. Bila produksi hormon menurun akan
11
mengakibatkan penuaan, maka kemampuan tubuh untuk memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh juga turun. 2.1.3 The genetic control theory Teori ini berfokus pada program genetik DNA dan disebut juga ”genetic clock theory”. Menurut teori ini penuaan dan lama usia hidup telah terprogram dan diwariskan secara genetik untuk tiap-tiap spesies. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila berhenti berputar. Jadi kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang mematikan (Darmojo, 2009). Selain itu, berbagai studi menunjukkan bahwa mekanisme epigenetik mempunyai peran yang besar di dalam proses aging (aging epigenetics). Aging adalah suatu proses interaksi antara faktor genetik dan epigenetik pada semua tingkatan biologis dimana faktor epigenetik mempunyai fungsi penting dalam penentuan perbedaan fenotip yang terjadi. Epigenetics adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang perubahan - perubahan ekspresi gen (phenotype) yang terjadi tanpa disertai oleh perubahan dalam urutan DNA (genotype). Misalnya metilasi DNA dan modifikasi histon yang dapat mempengaruhi penuaan dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan seperti penyakit Alzheimer dan autoimun (Wissenschaft, 2009; Rodero, 2010; Springer, 2010). 2.1.4 The free radical theory Radikal bebas ialah suatu atom atau molekul yang mempunyai susunan elektron tidak berpasangan sehingga bersifat amat tidak stabil. Untuk menjadi
stabil, radikal bebas menyerang sel-sel untuk mendapatkan elektron pasangannya dan terjadilah reaksi berantai yang menyebabkan kerusakan jaringan yang luas (Halliwell dan Gutteridge, 2007; Wihandani, 2007). Berbagai faktor yang dapat mempercepat penuaan dapat berasal dari luar (eksternal) dan dalam tubuh (internal). Faktor eksternal penyebab penuaan antara lain diet yang tidak sehat, gaya hidup, dan kebiasaan yang salah seperti misalnya merokok dan minum alkohol, pengaruh lingkungan misalnya pencemaran lingkungan dan paparan sinar matahari, pemakaian obat yang tidak terkontrol serta kemiskinan. Seluruh faktor eksternal tersebut dapat mempengaruhi faktor internal. Sedangkan faktor internal yaitu faktor stres psikis, faktor genetik dan faktor organik terutama hormonal (Wibowo,2003; Pangkahila, 2007). Begitu banyak penelitian yang menemukan kaitan antara kebiasaan merokok dengan gangguan kesehatan, seperti kanker paru, penyakit paru obstruktif menahun, penyakit jantung koroner, gastritis kronis, kanker mulut, farings esofagus yang dengan demikian dapat menyebabkan penuaan dini (Martin, 2005). 2.2. Rokok Rokok atau sigaret (cigarette) berasal dari bahasa Perancis cigar + -ette yang berarti “small cigar”, yaitu gulungan kecil dari daun tembakau yang sudah dipotong-potong halus yang dibungkus oleh kertas tipis sehingga berbentuk silinder untuk merokok. Istilah sigaret pada umumnya berarti rokok tembakau, walaupun dapat pula berarti mengandung bahan-bahan lain seperti cannabis. Sigaret (rokok) dibedakan dari cigar (cerutu) dari ukurannya yang lebih kecil,
menggunakan daun tembakau yang sudah diproses dan dibungkus kertas. Sedangkan cerutu terbuat dari daun tembakau secara keseluruhan (Fowles dan Bates, 2000). Luasnya orang merokok sigaret di dunia barat terutama merupakan fenomena dari abad ke 20. Di Amerika Serikat, pada awal dari abad ke 20, konsumsi rokok adalah 54 batang /kapita/tahun (kurang dari 0.5% dari populasi yang merokok lebih dari 100 batang per tahun). Kondisi ini terus meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1965 di mana konsumsi rokok adalah 4,259 batang/kapita/tahun dengan perbandingan 50% perokok pria dan 33% perokok wanita. Kemudian sejak tahun 2000, konsumsi rokok menurun menjadi 2,092 / kapita/tahun di mana 30% adalah perokok laki-laki dan 22% adalah perokok wanita yang merokok lebih dari 100 batang rokok per tahun. Tahun 2006, konsumsi rokok telah turun menjadi 1,691/kapita/tahun. Sementara konsumsi rokok di negara-negara sedang berkembang justru terus menunjukkan peningkatan (Martin dkk, 2004). 2.2.1. Anatomi Rokok Sepintas, sebatang rokok tampak begitu sederhana yaitu berupa gulungan kertas dengan tembakau di dalamnya. Namun demikian, sebenarnya di dalam sebatang rokok terkandung banyak sekali elemen yang telah disusun dengan maksud atau tujuan tertentu (Krock, 2000). Hanya sebagian kecil dari tembakau di dalam sebatang rokok berasal dari daun tembakau, sedangkan sebagian besar isi dari rokok modern saat ini berupa produk kertas yang disebut sebagai “reconstituted tobacco” atau “homogenized sheet tobacco” yaitu lembaran
homogen yang terbuat dari bubur batang tembakau yang sudah dilembutkan dan bagian bagian lain dari tembakau yang sudah tidak terpakai lagi. Kertas tembakau rekonstitusi tersebut selanjutnya disemprot dan diberi nikotin dan bahan bahan lain yang hilang selama proses produksi serta sekitar 600 bahan kimia aditif lain di antaranya adalah ammonia yang dapat membantu penyerapan nikotin dan coklat sebagai penambah aroma. Kemudian tembakau rekonstitusi tersebut dipotong- potong sehingga menyerupai irisan daun tembakau (Krock, 2000). Kertas pembungkus rokok terutama bertanggung jawab bagi kecepatan terbakarnya rokok, jumlah dan densitas dari asap rokok yang dihasilkan. Kertas pembungkus rokok mempunyai pola berupa garis garis lingkar konsentrik yang disebut sebagai “burn rings”. Burn rings menghubungkan dua ketebalan kertas yang berbeda dan berfungsi untuk mengontrol kecepatan terbakarnya rokok. Bila rokok tidak dihisap maka kecepatan terbakarnya menurun dan sebaliknya akan semakin meningkat bila dihisap. Walaupun tampaknya tidak berbahaya, kertas rokok sebenarnya mengandung banyak bahan kimia, diantaranya adalah titanium oksida yang mempercepat dan mempertahankan pembakaran rokok agar tidak padam dan asapnya merata pada setiap hisapan (Krock, 2000).
Gambar 2.1 Anatomi Rokok (dikutip dari Krock, 2000)
2.2.2. Kandungan Kimia Asap Rokok Asap rokok dibedakan menjadi dua, yaitu asap rokok utama dan asap rokok sampingan. Asap rokok utama adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok. Sedangkan asap rokok sampingan adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak terhirup oleh perokok (Fowles dan Bates, 2000). Asap rokok terdiri dari campuran bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan kimia non spesifik dari pembakaran bahan bahan organik (seperti acetaldehyde dan formaldehyde ) dan bahan kimia yang spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok (misal tobacco-specific nitrosamines) (Fowles dan Bates, 2000). Di dalam asap rokok telah diperkirakan terdapat lebih dari 4.000 bahan kimia di mana sekitar 400 bahan telah diukur dalam asap utama dan asap sampingan. Dari sekitar 400 senyawa tersebut, ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles dan Bates, 2000). Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 1999, terdapat 36 bahan kimia yang “diketahui menyebabkan kanker” (klasifikasi 1) pada manusia. Asap rokok mengandung sedikitnya 10 dari 36 senyawa kimia tersebut, ditambah masih banyak lagi senyawa
mutagenik
yang
termasuk
dalam
kategori
“sangat
mungkin
karsinogenik” (klasifikasi 2 A), “mungkin karsinogenik” (klasifikasi 2 B) atau “ belum dapat ditentukan sifat karsinogeniknya” (klasifikasi 3).
2.3 Radikal Bebas 2.3.1 Definisi Radikal Bebas Free radical atau radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron), sehingga menjadi komponen yang tidak stabil dan menjadi sangat reaktif. Radikal bebas memiliki sifat reaktifitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Halliwell dan Gutteridge, 2007). 2.3.2 Sumber Radikal Bebas Radikal bebas diproduksi secara endogen dan diperoleh pula secara eksogen. Secara endogen, radikal bebas diproduksi oleh mitokondria, membran plasma, lisosom, retikulum endoplasma, dan inti sel. Secara eksogen, radikal bebas berasal dari asap rokok, polutan, radiasi ultraviolet, obat-obatan, dan pestisida (Halliwell dan Gutteridge, 2007). Oksigen yang kita hirup akan dirubah oleh sel tubuh secara konstan menjadi senyawa yang sangat reaktif, dikenal sebagai senyawa oksigen reaktif atau Reactive Oxygen Species (ROS). Perisitiwa ini berlangsung saat proses sintesa energi oleh mitokondria atau proses detoksifikasi yang melibatkan enzim sitokrom P-450 di hati. Produksi ROS secara fisiologis ini merupakan konsekuensi logis dalam kehidupan aerobik (Halliwell dan Gutteridge, 2007). Sebagian ROS berasal dari proses fisiologis tersebut (ROS endogen) dan lainnya adalah ROS eksogen, seperti berbagai polutan lingkungan (emisi kendaraan bermotor dan industri, asbes, asap rokok, dan lain-lain), radiasi
ionisasi, infeksi bakteri, jamur dan virus, serta paparan zat kimia (termasuk obat) yang bersifat mengoksidasi. Ada berbagai jenis ROS, contohnya adalah superoksida anion, hidroksil, peroksil, hidrogen peroksida, singlet oksigen, dan lain sebagainya (Halliwell dan Gutteridge, 2007 ). 2.3.3 Sifat Radikal Bebas Sifat-sifat radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge, 2007), yaitu: 1. Reaktivitas tinggi, karena kecenderungannya menarik elektron. 2. Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal. Sifat
radikal
bebas
yang
mirip
dengan
oksidan
terletak
pada
kecenderungannya untuk menarik elektron. Jadi sama halnya dengan oksidan, radikal bebas adalah penerima elektron. Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran, radikal bebas digolongkan dalam oksidan. Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah oksidan, tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas. Radikal bebas lebih berbahaya dibanding dengan oksidan yang bukan radikal. Hal ini disebabkan oeh kedua sifat radikal bebas diatas, yaitu reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru, yang pada gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru lagi, sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction). Diantara senyawa-senyawa oksigen reaktif, radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge, 2007). Radikal bebas lazimnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh. Namun, bila radikal bebas sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda, maka
merupakan awal dari kerusakan kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan Gutteridge, 2007): 1. Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel. 2. Kerusakan membran sel. 3. Kerusakan protein. 4. Kerusakan lipid peroksida. 5. Proses penuaan. Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap perusakan oleh radikal bebas yang beragam, efisien dan tersebar di berbagai tempat dalam sel. Menurut konsep radikal bebas, kerusakan sel akibat molekul radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge, 2007).
2.4 Stres Oksidatif Stres oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan antioksidan di mana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisasinya sehingga secara potensial dapat menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif. Jadi, stres oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau destruksi oleh ROS seperti anion superoksida (O2-·), radikal hidroksil (OH·), hidrogen peroksida (H2O2), radikal nitrit oksida (NO·) dan peroksinitrit (ONOO-·). Ketidakseimbangan oksidanantioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid,
karbohidrat, asam amino, protein dan DNA, diikuti dengan kerusakan selular dan jaringan (Halliwell dan Gutteridge, 2007). Pada prinsipnya stres oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwell dan Gutteridge, 2007): 1. Berkurangnya antioksidan. Misalnya, mutasi yang menurunkan pertahanan antioksidan seperti GSH atau MnSOD; diet yang kurang akan antioksidan dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi, Zn, magnesium dan copper; defisiensi protein seperti kwashiorkor yang dapat menurunkan kadar GSH; dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin secara cukup. 2. Peningkatan produksi spesies reaktif. Misalnya, paparan terhadap oksigen yang meningkat; adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif; dan aktivasi berlebih dari sistem ”natural” penghasil spesies reaktif seperti aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit inflamasi kronis. Kondisi stres oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan proliferasi, adaptasi, kerusakan sel, penuaan (senescence), dan bahkan sampai pada kematian sel, dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan. Stres oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya berbagai penyakit kardiovaskular, neurologis, obesitas, diabetes, kanker dan juga inflamasi dari proses aging (Halliwell dan Gutteridge, 2007; Garelnabi dkk, 2008).
2.4.1. Rokok dan Stres Oksidatif Merokok adalah salah satu faktor utama gaya hidup yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi, ROS, dan karsinogen, yang dapat merusak genom, membran dan makromolekul sel-sel. Diperkirakan bahwa kompleks radikal quinone-hydroquinone dari rokok mengakibatkan siklus redoks yang menghasilkan radikal superoksid dari molekul oksigen dan mengakibatkan pembentukan hidrogen peroksida dan radikal hidroksil. Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan. Merokok menyebabkan ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stres oksidatif
yang dikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid,
kerusakan DNA oksidatif dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik. Sudah terbukti bahwa stres oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan penyakit seperti kanker paru, kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik (Burlakova dkk, 2010). Karena itu, stres oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan penyakit, sehingga pengukuran stres oksidatif kini menjadi sangat penting dalam kedokteran pencegahan, termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk, 2008; Palmieri dan Sblendorio, 2010).
2.4.2 Pengukuran Stres Oksidatif Lebih dari empat dekade ini telah banyak data terkumpul yang mendukung adanya hubungan langsung ataupun tidak langsung antara radikal bebas dan berbagai penyakit (Palmieri dan Sblendorio, 2010). Banyak penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kelebihan produksi ROS dan atau berkurangnya antioksidan yang menimbulkan stres oksidatif mempunyai peran yang penting dalam etiologi dari penyakit-penyakit aterosklerosis, kardiovaskular, neurodegeneratif, kanker, diabetes, obesitas, dan proses penuaan (Garelnabi dkk, 2008). Karena itu stres oksidatif sebenarnya merupakan signal yang vital dan mempunyai kepentingan yang mendasar dalam kedokteran preventif, termasuk kedokteran anti penuaan serta dalam terapi berbagai penyakit. Sayangnya, walaupun kesadaran atas pentingnya radikal bebas dan stres oksidatif ini terus meningkat, namun screening dan monitoring terhadapnya belum menjadi suatu praktek yang rutin dilakukan, sebab “celakanya” stres oksidatif tersebut tidak menimbulkan gejala. Bahkan pasien seringkali hanya dinasehati untuk minum suplemen antioksidan tanpa dilakukan tes untuk menilai apakah pasien tersebut berada dalam keadaan stres oksidatif ataukah kekurangan antioksidan (Palmieri dan Sblendorio, 2010). Sampai saat ini pengukuran stres oksidatif dan kapasitas antioksidan kebanyakan dilakukan di laboratorium-laboratorium khusus dan menggunakan metode-metode yang kompleks yang kurang praktis bagi aplikasi di klinik. Karena itu adanya metode penilaian stres oksidatif yang sederhana dan cepat
adalah penting bagi kedokteran pencegahan dan wellness, sehingga dapat dilakukan pemantauan terhadap tingkat stres oksidatif, terapi antioksidan, diet, dan efek samping terapi pada berbagai penyakit (Micro-medical International, PTE. LTD, 2005). Free Oxygen Radical Monitor (FORM) plus analyzer yang dikembangkan oleh Callegari S.p.A dari Itali merupakan sebuah alat fotometer yang secara khusus dibuat untuk mengevaluasi adanya serangan radikal bebas atau stres oksidatif ( Free Oxygen Radicals Testing atau FORT) dan kapasitas pertahanan antioksidan total (Free Oxygen Radicals Defence atau FORD) secara cepat, sederhana dan user-friendly melalui sampel darah kapiler dari pasien. Instrumen ini bekerja berdasarkan absorben cahaya monokromatik yang mengukur warna dari sampel darah yang diletakkan dalam sel pembaca (reading cell) yang dithermostat secara tepat. Alat ini telah banyak dipakai di rumah sakit, klinik, laboratorium dan dalam berbagai penelitian yang diakui dalam jurnal internasional. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Palmieri dan Sblendorio (2010) mengenai “ Current Status of Measuring Oxidative Stress “; penelitian Harris dkk (2007) mengenai “ Free Oxygen Radicals in Whole Blood Correlate Strongly with High Sensitivity CReactive Protein” dan penelitian Garelnabi dkk (2008) tentang “ Evaluation of A Novel Colorimetric Assay for Free Oxygen Radicals as Marker of Oxidative Stress”. Adapun prinsip dari uji FORT (Free Oxygen Radicals Testing) dapat dijelaskan sebagai berikut (Micro-medical International, PTE. LTD, 2005) :
FORT adalah uji kolorimetrik berdasarkan kemampuan dari logam-logam transisi (transition metals) seperti zat besi untuk mengkatalisa pemecahan dari hydroperoxides (ROOH) menjadi derivat-derivat radikal bebas sesuai dengan reaksi Fenton (lihat reaksi 1-2 berikut). Sekali mereka terbentuk dalam sel, ROOH tersebut mempertahankan reaktivitas kimiawi dan kapasitas oksidatifnya untuk membentuk radikal alkoxyl (RO·) dan peroxyl (ROO·). Radikal-radikal derivatif ini kemudian bereaksi dengan suatu aditif derivat amine (CrNH2) sebagai suatu buffered chromogen untuk membentuk suatu kation radikal berwarna yang dapat dideteksi secara spektrofotometri pada panjang gelombang 505 nm sebagai akibat dari reaksi kinetik linier ( lihat reaksi 3 berikut). Adapun intensitas dari warna yang terbentuk terkait secara langsung dengan jumlah dari senyawa radikalnya dan dengan konsentrasi dari hydroperoxides atau status oksidatif dari sampelnya. 1.
R-OOH + Fe2+
RO· + OH- + Fe3+
2.
R-OOH + Fe3+
ROO· + H++ Fe2+
3.
RO· + ROO· + 2 CrNH2
ROO- + RO- + [CrNH2+· ]
Pembacaan hasil dari uji FORT adalah berdasarkan reaksi kinetik linier yang dilakukan pada menit ketiga dan menit keenam. Hasilnya merupakan perbedaan di antara kedua pembacaan tersebut. Kemudian nilai absorbance secara otomatis dirubah menjadi unit konvensional yang disebut sebagai FORT units atau setara konsentrasi dari H2O2 berdasarkan kurva standar kalibrasi yang tersimpan dalam mikroprosesor alatnya. Satu FORT unit setara dengan 7.6 umol/l ( atau 0,26 mg/l) dari H2O2.
Dan sebagai nilai referensinya adalah sampai 310 FORT Units, yang setara dengan 2.36 mmol/l H2O2. Jadi, semakin tinggi hasil yang diperoleh, semakin tinggi tingkat hydroperoxides nya dan semakin tinggi pula kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radikal-radikal bebasnya. 2.4.3 Pengukuran Pertahanan Oksidatif Pemeriksaan Pertahanan Oksidatif dengan FORD (Free Oxygen Radicals Defence) menggunakan alat FORMplus analyzer mempunyai prinsip sebagai berikut (Micro-medical International, PTE. LTD, 2005) : FORD merupakan suatu uji kolorimetrik berdasarkan kemampuan dari antioksidan dalam plasma untuk mengurangi kation radikal yang sudah terbentuk. Dengan adanya bufer bersifat asam (pH =5.2) dan larutan oksidan yang sesuai (FeCl3), suatu derivat
amine sebagai chromogen, yaitu 4-Amino-N,N-
diethylaniline, akan membentuk suatu kation radikal berwarna dan stabil yang dapat dideteksi pada panjang gelombang 505 nm (lihat reaksi 1). Senyawa antioksidan (AOH) dalam sampel darah yang ditambahkan akan mengurangi kation radikal dari chromogen, melunturkan warna dan menghasilkan dekolorasi dari larutan yang proporsional dengan konsentrasi dari antioksidan tersebut (lihat reaksi 2). Reaksi: Reaksi 1. Chromogen (uncolored) + Fe3+ + H+ Reaksi 2. Chromogen·+ (purple) + AOH
Chromogen·+(purple) Chromogen+(uncoloured) + AO
Pembacaan hasil dari FORD adalah berdasarkan suatu pengurangan warna radikal yang proporsional dengan konsentrasi dari antioksidan dalam sampel darahnya. Pemeriksaan dilakukan pada menit keempat dan sekali lagi setelah dua menit kemudian. Hasilnya merupakan perbedaan dari kedua pembacaan tersebut. Nilai absorbance yang diperoleh dari sampel dibandingkan dengan kurva standard yang diperoleh dengan menggunakan trolox, suatu derivat vitamin E yang umum dipakai sebagai antioksidan yang poten, berdasarkan suatu kurva standard kalibrasi yang tersimpan dalam mikroprosesor dari alat tersebut. Sebagai nilai referensi adalah 1,07 – 1,53 mmol/l Trolox equivalent.
2.5 Antioksidan Antioksidan merupakan istilah yang banyak digunakan tetapi sulit untuk didefinisikan secara jelas. Bagi ahli polimer, antioksidan berarti pengontrol polimerisasi dalam pembuatan karet, plastik, cat dan lain-lain. Bagi industri makanan, istilah antioksidan digunakan sebagai pencegah, penghambat hilangnya bau dan busuknya makanan, terkait dengan proses lipid peroksidasi baik nonenzimatik maupun enzimatik. Sebaliknya, dalam tubuh manusia, kerusakan oksidatif terhadap protein dan DNA sama pentingnya dengan kerusakan lipid. Bahkan kerusakan oksidatif terhadap DNA mungkin merupakan sebuah faktor risiko utama terjadinya kanker, sehingga antioksidan dari makanan yang dapat menurunkan kerusakan tersebut diharapkan mempunyai efek antikanker (Cadenas dan Packer, 2002; Halliwell dan Gutteridge, 2007).
Bila spesies radikal terbentuk di dalam tubuh, maka banyak antioksidan yang akan datang berperan, tergantung jenis spesies radikalnya, dimana terbentuknya, bagaimana terbentuknya, dan apa target dari kerusakannya. Misalnya, jika cairan tubuh terpapar oleh O3 dan NO2·, maka urate merupakan antioksidan yang protektif. Sebaliknya, urate memberi sedikit sekali proteksi terhadap kerusakan plasma darah oleh HOCl (Halliwell dan Gutteridge, 2007). Untuk “mengatasi” berbagai kompleksitas di atas, antioksidan dapat didefinisikan secara luas sebagai setiap bahan yang ketika berada dalam konsentrasi yang rendah dibandingkan dengan konsentrasi dari bahan yang dapat teroksidasi (oxidizable substrate), secara bermakna dapat memperlambat atau mencegah oksidasi dari bahan tersebut (Cadenas dan Packer, 2002; Halliwell dan Gutteridge, 2007). Walaupun definisi ini telah menekankan pentingnya kerusakan dari target dan sumber dari spesies radikalnya, definisi ini masih belum sempurna, karena belum memperhatikan sistem perbaikan (repair system) ataupun penghambat dari pembentukan spesies radikal. Karena itu, kini definisi antioksidan lebih disederhanakan lagi sebagai setiap bahan yang memperlambat, mencegah atau menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target (Halliwell dan Gutteridge, 2007). Antioksidan dapat menghambat/memperlambat proses oksidasi. Oksidasi adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen, pelepasan hidrogen, atau pelepasan elektron. Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita (Halliwell dan Gutteridge, 2007).
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH·) maka tanpa adanya antioksidan, radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya. Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya lagi. Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakan. Berbeda halnya bila terdapat antioksidan, radikal bebas akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya. Reaksi pun berhenti sampai disini. Tanpa adanya antioksidan : Reaktan
Produk + OH·
OH· + (DNA,protein, lipid)
Produk + Radikal bebas yang lain
Radikal bebas yang lain akan memulai reaksi yang sama dengan molekul yang ada disekitarnya. Dengan adanya antioksidan : Reaktan
Produk + OH·
OH· + antioksidan
Produk yang stabil
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain. Jadi keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain. Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge, 2007). 2.5.1 Jenis Antioksidan Terdapat bermacam-macam pembagian antioksidan. Namun pada dasarnya antioksidan dapat dibagi sebagai berikut (Cadenas dan Packer, 2002; Halliwell dan Gutteridge, 2007): 1. Antioksidan internal atau endogen. Yaitu antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri. Antioksidan endogen dapat dibagi menjadi : a. Enzimatik, seperti Super Oxide Dismutase (SOD), Gluthation Peroxidase (GPx), Catalase (Cat) b. Non Enzimatik, seperti bilirubin, asam urat, melatonin. 2. Antioksidan eksternal atau eksogen. Yaitu antioksidan yang berasal dari luar tubuh atau makanan. Yang termasuk dalam antioksidan eksogen antara lain adalah Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, selenium, Karotenoid, Polifenol, Flavonoid, dan lain-lain. 2.5.2
Mekanisme Kerja Antioksidan Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan, maka
antioksi dan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray, 2009) : 2.5.2.1. Antioksidan Pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil, yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh. Yang termasuk dalam golongan ini adalah: 1. Super Oxide Dismutase (SOD) yang berada di dalam mitokondria (Mn SOD) dan dalam sitoplasma (Cu Zn SOD). 2. Catalase (Cat) dalam sitoplasma, dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O dan O2. Komponen Cat adalah Fe. 3. Bermacam-macam enzim peroksidase, seperti gluthation peroxidase yang dapat meredam H2O2 menjadi H2O melalui siklus redoks glutation. 4. Senyawa yang mengandung gugus sulfhidril (glutation, sistein, kaptopril) dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi H2O. 2.5.2.2 Antioksidan Pemutus Rantai (Chain Breaking) Adalah zat yang dapat memutus rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lemak yang dapat mengakibatkan kerusakan sel. Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi antioksidan endogen (glutation, sistein) dan eksogen (vitamin C, vitamin E dan beta karoten) (Widowati, 2010). 2.5.3. Polifenol Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam diet dan tanaman-tanaman obat. Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman-tanaman memiliki struktur polifenol (yaitu, adanya beberapa gugus
hidroksil pada cincin-cincin aromatik). Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi ultraviolet atau agresi dari patogen-patogen (Manach dkk, 2004). Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin tersebut satu sama lain, yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acids), flavonoids, stillbenes, dan lignans (Manach dkk, 2004). Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap kesehatan, antara lain sebagai antioksidan, anti alergi, anti inflamasi, anti virus, anti neurodegenerasi, dan anti karsinogenik, sehingga berperan dalam pencegahan terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun penyakit kanker. Di samping itu, polifenol juga berperan dalam memodulasi aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach dkk, 2004; Ghosh dkk, 2007). 2.5.4 Flavonoid Flavonoid adalah salah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam berbagai tanaman termasuk buah-buahan, sayuran, tanaman herbal, teh, anggur, kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior, 2003; Manach dkk, 2004). Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols, flavones, isoflavones,
flavanones,
anthocyanidins,
dan
proanthocyanidins) (Manach dkk, 2004; Prior, 2004).
flavanols
(catechins
dan
Secara in vitro, senyawa flavonoids telah terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat. Sebagai antioksidan, flavonoids dapat menghambat penggumpalan keping-keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang dapat
melebarkan
(relaksasi)
pembuluh
darah,
dan
juga
menghambat
pertumbuhan sel kanker. Di samping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal bebas (free radical scavenger), flavonoids juga memiliki beberapa sifat seperti hepatoprotektif, anti trombotik, anti inflamasi, anti mikroba, anti virus dan anti tumor (Prior, 2003). 2.5.5. Anthocyanin Anthocyanin merupakan senyawa polifenolik yang kaya akan pigmen, berwarna cerah dan bertanggung jawab bagi terbentuknya warna merah, ungu dan biru dari berbagai buah dan tumbuh-tumbuhan. Anthocyanin merupakan metabolit sekunder dalam tanaman dan terutama berada sebagai glycoside dari anthocyanidin (bentuk aglycone) yang bersangkutan. Jadi, anthocyanin adalah bentuk konjugasi dari anthocyanidin. Terdapat enam jenis anthocyanidin aglycone yang umum yaitu cyanidin, delphinidin, malvidin, pelargonidin, peonidin, dan petunidin Anthocyanidin ini berkonjugasi dengan sejumlah gula seperti glukosa, galaktosa, arabinosa, dan lain-lain (Prior, 2003; Beattie dkk, 2005; Carkeet, 2008). Anthocyanin banyak ditemukan dalam buah-buahan. Di samping itu juga ditemukan dalam anggur merah, cereals, dan sayur mayur seperti cabbage, bawang, kacang-kacangan, dan lain-lain (Manach, 2004). Buah berry juga merupakan sumber makanan yang kaya akan anthocyanin (Beattie dkk, 2005).
Seperti halnya dengan flavonoids yang lain, anthocyanin juga memiliki berbagai potensi dan manfaat bagi kesehatan seperti antioksidan, anti inflamasi, anti mikroba, anti virus, pengurangan risiko terhadap terjadinya berbagai penyakit kardiovaskular dan kanker (Prior, 2003; Beattie dkk, 2005).
2.6 Oxygen Radical Absorbance Capacity (ORAC) ORAC atau Oxygen Radical Absorbance Capacity merupakan satuan untuk mengukur kapasitas atau kekuatan antioksidan dari buah-buahan, sayuran, produk nutraceutical dan pharmaceutical (Huang dkk, 2002; Prior, 2003). Semua metode yang dikembangkan untuk mengukur kapasitas antioksidan total dari sampel biologis, melibatkan oksidan atau zat yang dapat mengoksidasi yang dapat menerima elektron dari reduktor, yaitu yang danggap sebagai antioksidan yang diukur. Berdasarkan pada zat oksidan yang digunakan, metode pengukuran dapat dibedakan menjadi 2 kelompok : menggunakan oksidan yang bukan pro-oksidan dan yang menggunakan oksidan yang merupakan pro-oksidan seperti halnya pemeriksaan ORAC (Cadenas dan Packer, 2002). Pemeriksaan ORAC pada prinsipnya tergantung pada kerusakan oleh radikal bebas terhadap bahan fluoresen (fluorescent probe) melalui perubahan intensitas fluoresensi dari bahan tersebut. Perubahan intensitas fluorensen tersebut merupakan suatu indeks dari derajat kerusakan oleh radikal bebas. Dengan adanya antioksidan, penghambatan kerusakan dari radikal bebas oleh antioksidan tersebut, yang ditunjukkan sebagai proteksi tehadap perubahan fluoresensi dari
bahan tersebut adalah suatu ukuran dari kapasitas antioksidan terhadap radikal bebas (Huang dkk, 2002).
Secara skematik hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.
Gambar 2.2 Prinsip Pemeriksaan ORAC (dikutip dari Huang dkk, 2002).
Adapun penghitungan nilai ORAC ditunjukkan sebagai Area Under the Curve (AUC) yang merupakan selisih antara nilai AUC Antioksidan dan AUC blank. Semakin tinggi nilai ORAC suatu bahan, semakin tinggi pula kandungan antioksidannya (Huang dkk, 2002).
Gambar 2.3 Kurva Penghitungan Nilai ORAC (dikutip dari Huang dkk, 2002).
Sedangkan kandungan ORAC dari berbagai macam bahan makanan dapat dilihat pada lampiran 3.
2.7 Buah Berry Berry adalah istilah umum bagi buah-buahan yang biasanya berukuran kecil, bulat, lunak dengan biji-biji yang tertanam dalam daging buahnya yang segar berair. Banyak sekali buah-buahan yang termasuk dalam famili botanikal ini (Rizza dan Harrison, 2002). Bahkan dari strawberries saja terdapat lebih dari 600 varian yang berbeda-beda dalam rasa, ukuran dan teksturnya (Mateljan, 2007). Sejak jaman dahulu, selain merupakan makanan kesukaan banyak penduduk dunia, berry juga digunakan sebagai obat-obatan. Penelitian menunjukkan bahwa cranberry dan blueberry dapat menolong dalam pencegahan infeksi saluran kencing (Rizza dan Harrison, 2002). Buah berry adalah makanan yang kaya dengan kandungan vitamin dan antioksidan dan selalu termasuk dalam peringkat atas dari buah- buahan yang mengandung kadar antioksidan yang tinggi
(Mateljan,
2007).
Antioksidan
utama
dalam
buah
berry
adalah
anthocyanin/proanthocyanidin, carotenoid, dan flavonoid (Mateljan, 2007). Blueberry, raspberry,dan blackberry kaya akan proanthocyanidin, sedangkan Boysenberry, blackcurrant, strawberry, raspberry dan blackberry kaya akan ellagic acid yang dapat melawan karsinogen (Julie dkk, 2005; Ghosh dkk, 2007). Gabungan bermacam-macam buah berry (kompleks buah berry) tentu akan saling melengkapi kandungan berbagai vitamin, antioksidan dan zat-zat bermanfaat lainnya.
Gambar 2.4 Berbagai Jenis Buah berry.
Di samping hal tersebut, beberapa penelitian mengenai manfaat buah berry sebagai antioksidan sudah banyak dipublikasikan, seperti hasil penelitian Min dkk (2006) menyatakan bahwa suplemen blueberry dapat menurunkan stress oksidatif. Demikian juga hasil penelitian Gary dkk (2008) yang menyatakan bahwa buah berry yang mengandung polyphenols (flavonoids, proanthocyanidins, ellagitannins, gallotannins, phenolic acids) dapat mencegah kanker, menghambat perkembangan sel tumor, disamping itu diet buah berry yang teratur dapat menurunkan stres oksidatif. Melihat kompleksnya kandungan micronutrients dan phytochemicals yang ada di dalam buah berry, maka adalah sulit sekali dalam menunjuk satu nutrient khusus mana dalam buah berry yang berperan utama dalam memberi manfaat bagi kesehatan (Voutilainen dkk, 2006). Secara umum dapat dirangkumkan bahwa buah berry memiliki manfaat-manfaat sebagai berikut (Jacob dkk, 2003; Prior, 2003; Beattie, 2005; Joseph dkk, 2005; Voutilainen dkk, 2006; Min dkk, 2006; Basu dkk, 2009 ): - sebagai antioksidan, mencegah stres oksidatif dan kerusakan oksidatif - sebagai antiinflamasi - dalam regulasi tekanan darah, penghambatan agregasi platelet dan pembentukan trombus - dalam menjaga kesehatan kardiovaskular, menurunkan mortalitas penyakit jantung koroner (cardioprotective dan anti-atherogenic) - memperbaiki profil lipid dan peroksidasi lipid
- sebagai anti bakterial dan antivirus - dalam meningkatkan system kekebalan tubuh, dan ketahanan terhadap penyakit - dalam pencegahan dan penurunan risiko penyakit kanker (anticarcinogenic) - dalam proses detoksifikasi enzim-enzim - dalam sintesis kolagen - dalam pencegahan infeksi saluran kemih. - Dapat menurunkan asam urat dalam plasma (efek anti penyakit gout). - Dapat memproteksi dan bahkan “membalikkan” penurunan fungsi-fungsi otak yang terkait dengan usia, seperti proses belajar, daya ingat, kinerja motorik serta transduksi signal neuronal. - Pencegahan dalam proses penuaan.
2.8 Kompleks Buah Berry (Phyto-Berries) Sebagai Antioksidan Saat ini terdapat suatu kompleks (campuran) dari sembilan macam berries organik yaitu strawberries, blueberries, blackberries, black raspberries, red raspberries, mulberries, red cherries, cranberries, dan boysenberries (produk Phyto-Berries) yang mengandung 2.000 ORAC per gram atau 8.000 ORAC per sachet berisi 4 gram. Phyto-Berries dibuat dari buah berries organik yang berasal dari lahan lahan berries organik pilihan di Amerika Serikat seperti Pacific Gold Farm dan Kozlowski Farm (California), Zimmerman Farm (North Carolina), dan
Merrill Blueberry Farm (Maine) tanpa bahan pengawet, pewarna maupun perasa. Secara lengkap kandungan dalam Phytoberries disajikan pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Komponen dan Kandungan Phyto-Berries (dikutip dari Certificate of Ingredients Phytoberries, 2010) Product Name Product Code Product Type Serving Size Servings / Container Container weight
: Phyto - Berries : VP5295-09 INDON : Powder Expiry : 4 grams : 28 servings : 112 grams
Items of Inspection
Part Used
Factory Spectifications
Weight Limits
Test Results
Strawberry Powder Blueberry Powder BlackBerry Powder Black Raspberry Powder Red Raspberry Powder Mulberry Powder Red Cherry Powder Cranberry Powder Boysenberry Powder Lecithin Tri Calcium Phosphate
Fruit Fruit Fruit Fruit Fruit Fruit Fruit Fruit Fruit
1513.33 Mg ( 38%w/w) 900.00 Mg ( 23%w/w) 386.67 Mg ( 10%w/w) 333.33 Mg ( 8%w/w) 266.67 Mg ( 6%w/w) 266.67 Mg ( 6%w/w) 133.32 Mg ( 3%w/w) 100.00 Mg ( 3%w/w) 33.34 Mg ( 1%w/w) 33.34 Mg ( 1%w/w) 33.33 Mg ( 1%w/w)
1513.33mg±10% 900.00mg±10% 386.67mg±10% 333.33mg±10% 266.67mg±10% 266.67mg±10% 133.32mg±10% 100.00mg±10% 33.34mg±10% 33.34mg±10% 33.33mg±10%
1586.85 PASS 909.40 PASS 347.40 PASS 340.32 PASS 252.10 PASS 273.35 PASS 128.86 PASS 112.56 PASS 34.50 PASS 33.50 PASS 35.96 PASS
-
Production Batch No. : NMORAC 0808 Manufacturing Date : 12 05 2010 Date : 12 05 2013 Shelf Life : 3 years Indication : Nutritional Supplement
TOTAL 4,000 Mg (100%w/w) 4,000mg ±10% 4,054mg ( PASS )
Sumber: Certificate of Ingredients Phytoberries, 2010
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Pada organisme aerob, produksi dari radikal bebas yang merupakan prooksidan akan diimbangi oleh sistem pertahanan antioksidan. Akan tetapi keseimbangan tersebut tidak sempurna, sehingga secara kontinu akan terjadi kerusakan-kerusakan karena radikal bebas. Stres oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan antioksidan di mana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif. Keadaan stress oksidatif dapat diinduksi oleh berbagai faktor, antara lain kurangnya antioksidan atau kelebihan produksi radikal bebas. Radikal bebas dapat diproduksi secara fisiologis oleh sel sebagai konsekuensi logis pada reaksi biokimia dalam kehidupan aerobik. Jika radikal bebas berlebihan dan antioksidan seluler tetap jumlahnya atau lebih sedikit, maka kelebihan radikal bebas ini tidak bisa dinetralkan dan akan berakibat pada kerusakan sel itu sendiri. Misalnya, adanya ROS seperti anion superoksida (O2-·), radikal hidroksil (OH·), hidrogen peroksida (H2O2), radikal nitrit oksida (NO·) dan peroksinitrit (ONOO-·) dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid, karbohidrat, asam amino, protein dan DNA, diikuti dengan kerusakan selular dan jaringan baik secara struktural maupun fungsional yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel.
40
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi, ROS, dan karsinogen, yang dapat merusak genom, membran dan makromolekul sel-sel. Diperkirakan bahwa kompleks radikal quinone-hydroquinone
dari
rokok
mengakibatkan
siklus
redoks
yang
menghasilkan radikal superoksid dari molekul oksigen dan mengakibatkan pembentukan hidrogen peroksida dan radikal hidroksil. Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan. Disebabkan oleh merokok, ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan meningkatkan stres oksidatif
yang dikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid,
kerusakan DNA oksidatif dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik. Stres dan kerusakan oksidatif adalah salah satu penyebab utama penuaan dini dan timbulnya penyakit kronis seperti kanker, penyakit jantung, alzheimer, dan lain-lain. Keadaan ini dapat dicegah dan dikurangi dengan asupan antioksidan yang cukup dan optimal ke dalam tubuh. Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat, mencegah atau menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target. Antioksidan dapat menghambat/memperlambat proses oksidasi. Oksidasi adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen, pelepasan hidrogen, atau pelepasan elektron. Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita. Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH·) maka tanpa adanya antioksidan, radikal bebas ini akan
menyerang molekul-molekul lain disekitarnya. Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya lagi. Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakan. Berbeda halnya bila terdapat antioksidan, radikal bebas akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya. Reaksi pun berhenti sampai disini. Inilah sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai pertahanan oksidatif. Dikenal berbagai jenis anitoksidan, baik internal maupun ekternal. Antioksidan internal misalnya adalah superoxide dismutase (SOD), catalase, peroxidase dan glutathione. Sedangkan antioksidan ekternal seperti vitamin A, C, E, selenium, dan berbagai carotenoid, flavonoid dan polyphenol, anthocyanin yang terdapat di dalam berbagai sayur mayur dan buah-buahan. Buah berry adalah makanan yang kaya dengan kandungan vitamin dan antioksidan dan selalu termasuk dalam peringkat atas dari buah-buahan yang mengandung kadar antioksidan yang tinggi. Antioksidan utama dalam buah berry adalah anthocyanin, proanthocyanidin, carotenoids, dan flavonoids. Blueberry, raspberry dan blackberry kaya akan proanthocyanidin, sedangkan Boysenberry, blackcurrant, strawberry, raspberry dan blackberry kaya akan ellagic acid yang dapat melawan karsinogen. Gabungan bermacam-macam buah berry (kompleks buah berry) tentu akan saling melengkapi kandungan berbagai vitamin, antioksidan dan zat-zat bermanfaat lainnya. Kompleks buah berry (produk phytoberries) adalah campuran 9 macam buah berry, yang mengandung 2.000 ORAC per gram atau 8.000 ORAC per
sachet berisi 4 gram. Phytoberries dibuat dari buah berries organik yang berasal dari lahan-lahan berries organik pilihan di Amerika Serikat seperti Pacific Gold Farm dan Kozlowski Farm (California), Zimmerman Farm (North Carolina), dan Merrill Blueberry Farm (Maine) tanpa bahan pengawet, pewarna maupun perasa. Phytoberries merupakan suplemen yang berfungsi sebagai antioksidan.
3.2 Konsep Penelitian KOMPLEKS BUAH BERRY
FAKTOR INTERNAL
Genetik Hormonal Metabolisme Tubuh Daya Tahan Tubuh
FAKTOR EKSTERNAL
Gaya Hidup Polusi Lingkungan Status Gizi Stres Rokok
PEROKOK AKTIF
*STRES OKSIDATIF ↓ * PERTAHANAN OKSIDATIF ↑
Bagan 3.1 Konsep Penelitian
3.3.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep dan landasan teori di atas, dapat disusun
suatu hipótesis penelitian sebagai berikut: 1. Pemberian Kompleks buah berry 8.000 dan 16.000 ORAC dapat menurunkan stres oksidatif pada perokok aktif. 2. Pemberian Kompleks buah berry 8.000 dan 16.000 ORAC dapat meningkatkan pertahanan oksidatif pada perokok aktif. 3. Kompleks buah berry dosis 16.000 ORAC lebih efektif dibandingkan 8.000 ORAC dalam menurunkan stres oksidatif pada perokok aktif. 4. Kompleks buah berry dosis 16.000 ORAC lebih efektif dibandingkan 8.000 ORAC dalam meningkatkan pertahanan oksidatif pada perokok aktif.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan pre-testpost-test control group design (Pocock, 2008). Skema rancangan penelitian adalah sebagai berikut :
Po O1 P
S
O2 P1
O3
O4 P2
O5
O6
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian Keterangan : P = Populasi S = Sampel R = Random O1, O3, O5 = Observasi pre test sebelum perlakuan (kelompok pre-test). O2 = Observasi post test kelompok kontrol (kelompok plasebo). O4 = Obsevasi post test kelompok perlakuan 1 (kelompok post test 1). O6 = Observasi post test kelompok perlakuan 2 (kelompok post test 2). Po = Plasebo dengan pemberian sirup rasa strawberry 300 cc per oral per hari. P1 = Perlakuan dengan pemberianKompleks buah berry 8.000 ORAC/ 300 cc per oral per hari yang diminum sekaligus selama 28 hari.
P2 = Perlakuan dengan pemberian Kompleks buah berry 16.000 ORAC/ 300 cc per oral per hari yang diminum sekaligus selama 28 hari.
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
45
4.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Miracle Aesthetic and Anti Aging Clinic, Jln. M.H. Thamrin no.40, Surabaya. 4.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 28 hari padapertengahan Mei – Juni 2011. Lama perlakuan berdasarkan penelitian terdahulu mengenai pemberian serbuk freeze-dried strawberry terhadap perbaikan profil lipid dan lipid peroksidasi pada wanita dengan metabolik sindrom selama 28 hari (Basu dkk, 2009).
4.3 Penentuan Sumber Data 4.3.1 Kriteria Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah pria perokok aktif yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut : Kriteria Inklusi Bersedia menjadi subyek penelitian dan menandatangani inform consent. Pria sehat Umur 30-50 tahun. Perokok aktif : merokok lebih dari 12 batang setiap hari. Berdomisili di Surabaya. Kriteria Eksklusi :
Sedang menjalani terapi atau minum obat / antioksidan lain.
Kriteria Drop Out :
Mengundurkan diri selama penelitian dilaksanakan.
Tidak menjalani perlakuan selama 3 hari baik secara acak atau berturutturut.
Penelitian dilakukan pada laki-laki perokok usia 30 tahun sampai 50 tahun karena pada usia 30 tahun biasanya sudah didapatkan penurunan fungsi metabolisme tubuh dikarenakan mulai menurunnya kadar hormon-hormon dalam tubuh dan sudah mulai terjadi proses degeneratif (Pangkahila, 2007). 4.3.2.Besaran Sampel Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008).
n
2 2
2 1 2
x f ( , )
Keterangan : n µ2 µ1 α ƒ(α,β)
= = = = =
Besar sampel Rerata hasil pada kelompok perlakuan Rerata hasil pada kelompok kontrol Simpangan baku kontrol Besarnya dilihat pada Tabel Pocock
Berdasarkan penelitian pendahuluan terhadap 3 sampel pada kelompok perlakuan dengan pemberian 2 sachet phyto-berries per hari selama 28 hari diperoleh rerata sebelum perlakuan = 257,33 dan SD = 13,75, rerata sesudah perlakuan = 233,33 (Wikana, 2011). Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini mengunakan α = 0,05 dan β = 0,10 sehingga diperoleh sampel minimal = 6,8 orang. Untuk mengantisipasi adanya sampel yang dropout ditambah 10%, sehingga sampel menjadi 8 per kelompok.
Berdasarkan hasil tersebut, jumlah sampel dalam penelitian ini menjadi 3 x 8 = 24 orang.
4.4 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas, variabel tergantung, dan variabel kendali. 4.4.1 Klasifikasi Variabel 1. Variabel bebas(independent variable)
: dosis kompleks buah berry
2. Variabel tergantung (dependent variable) : tingkat stres oksidatif dan pertahanan oksidatif tubuh. 3.Variabel Kendali
: usia, jenis kelamin.
4.4.2 Definisi Operasional 1. Kompleks buah berry adalah serbuk campuran 9 macam buah berry, dengan merk Phyto-Berries, dengan dosis 8.000 ORAC (1 sachet) atau 16.000 ORAC (2 sachet) yang dilarutkan dalam 300 cc aqua, yang diberikan per oral diminum sekaligus setiap hari selama 28 hari. 2. Perokok aktif adalah seseorang yang mengisap rokok lebih dari 12 batang per hari. 3. Tingkat stres oksidatif adalah nilai yang diukur dengan pemeriksaan FORT (Free Oxygen Radical Test) menggunakan alat FORMplus (Free Oxygen Radicals monitors plus), dengan satuan FORT Units atau mmol / l H2O2. Nilai normal FORT : < 310 FORT Units atau sama dengan 2,36 mmol/ H2O2. Tingkat stres oksidatif diukur pada saat sebelum dan sesudah 28 hari sampel mendapatkan perlakuan.
4. Tingkat Pertahanan oksidatif tubuh adalah nilai yang diukur dengan pemeriksaan FORD (Free Oxygen Radical Defence) menggunakan alat FORMplus (Free Oxygen Radicals Monitors plus), dengan satuan mmol / l Trolox. Nilai normal FORD : 1,07-1,53 mmol/ l Trolox. Tingkat pertahanan oksidatif diukur pada saat sebelum dan sesudah 28 hari sampel mendapatkan perlakuan.
4.5 Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS ______________________
VARIABEL TERGANTUNG __________________________ -
Pemberian Kompleks buah berry
Tingkat Stres Oksidatif Tingkat Pertahanan Oksidatif
VARIABEL KENDALI _________________________ Umur Jenis kelamin
Bagan 4.2 Kerangka Hubungan Antar Variabel 4.6 Bahan Penelitian 4.6.1 Bahan Kompleks Buah Berry Kompleks buah berry yang diproduksi oleh VesPro Life Sciences, LLC Nama Produk
: Phyto - Berries
Produksi
: VesPro Life Sciences, LLC
Production Batch No. : NMORAC 0808 Product Code
: VP5295-09 INDON
Product Type
: Powder
Serving Size
: 4 gram/ sachet
Dosis I Manusia dewasa dianjurkan mengkonsumsi kompleks buah berry 1 sachet yang berisi 8.000 ORAC per hari. Cara pembuatannya : satu sachet kompleks buah berry dilarutkan dalam 300 cc aqua dengan cara diaduk sampai merata. Dosis II Cara pembuatannya : dua sachet yang berisi 16.000 ORAC kompleks buah berry dilarutkan dalam 300 cc aqua dengan cara diaduk sampai merata.
4.6.2
Alat dan Bahan Penelitian Pemeriksaan Tingkat Stres Oksidatif dan Pertahanan Oksidatif Alat pemeriksaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah FORMplus analyzer dengan kelengkapan sebagai berikut : 1. FORMplus (Free Oxygen Radicals Monitors) 2. Centrifuge 3. Pipet Kapiler dan penjepitnya. 4. Kapas dan alkohol 70% 5. Couvette 6. Blood Lancet kecil (merah) dan besar (biru) 7. Pipet Pengambil Serum Adapun bahan-bahan yang dipakai adalah : 1. Darah kapiler 2. Reagen R1 (kromogen padat yang berada di dalam cuvette disposibel berdasar persegi).
3. Reagen R2 (bufer dengan pH 4.8 yang distabilkan dan diawetkan dalam tabung eppendorf disposibel). 4. Reagen S1 (bufer yang berada dalam tabung eppendorf disposibel). 5. Reagen S2 (bufer dengan pH 5.2 yang telah distabilkan dan diawetkan dalam tabung eppendorf berwarna yang disposibel). 6. Reagen S3 dalam botol (oksidan). 7. Reagen C1 (kromogen padat yang berada dalam cuvette berdasar persegi yang disposibel). 4.7 Prosedur Penelitian : 4.7.1
Tehnik Pengambilan Sampel Semua sampel yang memenuhi kriteria penelitian (yang memenuhi kriteria
eligibilitas) dimasukkan dalam sampel penelitian (Campbel, 1968), selanjutnya dikelompokkan secara random menjadi 3 kelompok, satu kelompok sebagai kelompok kontrol yang diberikan sirup rasa stroberi sebagai plasebo karena mempunyai warna dan rasa yang hampir sama dengan Phyto-Berries. Dan dua kelompok lainnya sebagai kelompok perlakuan, yang satu diberikan kompleks buah berry 8000 ORAC/ 300 cc aqua yang diminum sekaligus dan kelompok yang lainnya diberi 16.000 ORAC/ 300 cc aqua yang juga diminum sekaligus. Sebelum perlakuan dimulai dilakukan pemeriksaan FORT dan FORD pada semua sampel sebagai data pre test. 4.7.2 Prosedur pemeriksaan FORT : 1. Darah diambil dari ujung jari memakai Lancet kecil (merah) steril dan di masukkan ke pipet kapiler 20 ul. Bersihkan kelebihan darah yang ada di sekitar pipet kapiler.
2. Darah yang sudah di dalam pipet kapiler dimasukkan dalam tabung reagen R2, kemudian dikocok perlahan sampai isi pipet kapiler kosong atau habis dan homogen. 3. Larutan darah yang sudah homogen tersebut dimasukkan di dalam cuvette reagen R1. Reagen R1 (kromogen padat yang berada di dalam cuvette disposibel berdasar persegi). 4. Cuvette tidak boleh dipegang pada bagian barcode supaya tidak mengganggu pembacaannya. Kocok selama beberapa detik. 5. Cuvette dimasukkan pada alat sentrifuge, lalu diproses sentrifuge selama 1 menit dengan kecepatan 3.500 rpm. 6. Setelah selesai sentrifuge, cairan darah yang sudah terpisah tidak boleh dikocok, segera dimasukkan dalam sel pembaca (reading cell) dan pemeriksaan akan dimulai secara otomatis. 7. Hasil akan tertera setelah 6 menit dan akan tersimpan secara otomatis serta dapat langsung dicetak. 4.7.3. Prosedur pemeriksaan FORD : 4.7.3.1 Preparasi sampel darah (Supernatant) 1. Darah diambil dari ujung jari dengan memakai Lancet Besar (Biru). 2. Kumpulkan darah dengan pipet 50 ul 3. Masukkan darah ke dalam tabung S1 dan campurlah dengan hati-hati 4. Putar dengan sentrifuge selama 1 menit dengan kecepatan 3.500 rpm 5. Cairan jernih di bagian atas disebut sebagai supernatant yang akan digunakan sebagai sampel.
4.7.3.2 Pembacaan pertama (Chromogen Absorbance) 6. Campurkan isi dari S2 ke dalam sebuah cuvette baru kromogen C1 dan tambahkan 50 ul reagen S3 dengan menggunakan pipet. 7. Kocok perlahan-lahan selama beberapa detik 8. Letakkan cuvette ke dalam sel pembaca (reading cell) dan pemeriksaan akan dimulai secara otomatis. 9. Pembacaan pertama dilakukan setelah 4 menit 10. Ambillah cuvette tersebut 4.7.3.3 Pembacaan kedua (Sample Absorbance) 11. Ambil dengan pipet 50 ul sampel supernatant (yang diperoleh dari fase A) sebanyak dua kali, masukkan ke dalam cuvette C1 (yang telah dibaca selama fase B). 12. Kocok perlahan-lahan selama beberapa kali. 13. Segera letakkan cuvette tersebut ke dalam sel pembaca dan sekarang pemeriksaan akan berlanjut secara otomatis. 14. Pembacaan kedua dilakukan setelah 2 menit. 15. Hasil pemeriksaan akan tertera dan tersimpan secara otomatis serta dapat dicetak. 4.7.4 Pemberian perlakuan dan pengumpulan Data Lalu diberikan perlakuan, satu kelompok sebagai kelompok kontrol yang diberikan sirup rasa stroberi, dua kelompok sebagai kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan satu diberikan kompleks buah berry 8.000 ORAC/300 cc aqua per oral per hari yang diminum sekaligus selama 28 hari. Sedangkan
kelompok perlakuan kedua diberi 16.000 ORAC/ 300 cc aqua per oral per hari yang diminum sekaligus selama 28 hari. Setelah perlakuan selesai, dilakukan pemeriksaan FORT dan FORD ulang dengan alat FORMplus sebagai data post test. Populasi Target (Semua Perokok Aktif)
Kriteria Inklusi
Kriteria Ekslusi Populasi Terjangkau (Perokok Aktif di Sekitar Klinik) Sampel terpilih
Diambil darah sebagai Pretest Pengukuran: Stres oksidatif (FORT) pertahanan oksidatif tubuh (FORD)
Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan I
Kelompok Perlakuan II
Plasebo Sirup rasa Strawberry 28 hari
Pemberian Phyto-Berries 8.000 ORAC 28 hari
Pemberian Phyto-Berries 16.000 ORAC 28 hari
Diambil darah sebagai Posttest
Diambil darah sebagai Posttest
Diambil darah sebagai Posttest
Pengukuran: Stres oksidatif (FORT) pertahanan oksidatif tubuh (FORD)
Pengukuran: Stres oksidatif (FORT) pertahanan oksidatif tubuh (FORD)
ANALISIS DATA
Pengukuran: Stres oksidatif (FORT) pertahanan oksidatif tubuh (FORD)
Bagan 4.3 Skema Alur Penelitian 4.8 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: 4.8.1
Analisis deskriptif.
4.8.2
Analisis normalitas data dengan Uji Shapiro-Wilk test
4.8.3
Analisis Homogenitas data dengan Levene’s test.
4.8.4
Analisis komparasi, meliputi: Data menyebar normal dan homogen sehingga digunakan Uji One Way ANOVA pada taraf kemaknaan α = 0,05 untuk mengetahui efek pemberian kompleks buah berry (Phyto-berries) 8.000 ORAC dan 16.000 ORAC terhadap tingkat stres oksidatif dan pertahanan oksidatif tubuh, dan dilanjutkan dengan Least Significant Difference (LSD) test untuk mengetahui kelompok-kelompok yang berbeda.
4.8.5
Taraf kepercayaan dalam penelitian ini adalah 95% (α = 0,05). Ho ditolak jika p < 0,05. Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Deskriptif Subjek Penelitian Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 24 perokok aktif yang berumur antara 30 – 50 tahun berjenis kelamin laki-laki sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing berjumlah 8 orang, yaitu kelompok kontrol (plasebo: sirup rasa Strawberry), kelompok perlakuan I (Phyto-Berries 8.000 ORAC), dan kelompok perlakuan II (Phyto-Berries 16.000 ORAC). Data Deskriptif subjek disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Data Deskriptif Subjek Penelitian ( n = 24 ) Sirup rasa Strawberry
Phyto-Berries 8.000 ORAC
Umur (th)
34,88±9,57
39,13±6,10
39,13±5,33
30 -50
Jumlah Rokok (bt)
15,38±2,50
16,00±4,66
14,75±2,96
12 - 24
Variabel
Phyto-Berries Rentangan 16.000 ORAC
Selanjutnya dalam bab ini diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.2 Uji Normalitas Data Karakteristik Subjek, Nilai FORT dan FORD Data karakteristik subjek, nilai FORT (untuk mengukur stress oksidatif), dan FORD (untuk mengukur pertahanan oksidatif) diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil analisis menunjukkan bahwa data tersebut 56
berdistribusi normal (p > 0,05) dan disajikan pada Tabel 5.2 dan 5.3. Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Karaktersitik Subjek Kelompok Subjek
n
p
Keterangan
Umur Kontrol (Sirup rasa Strawberry) Umur (Phyto-Berries 8.000 ORAC) Umur (Phyto-Berries 16.000 ORAC) Jumlah rokok Kontrol (Sirup rasa Strawberry) Jumlah rokok (Phyto-Berries 8.000 ORAC) Jumlah rokok (Phyto-Berries 16.000 ORAC)
8 8 8 8 8 8
0,064 0,073 0,488 0,067 0,079 0,155
Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Nilai FORT dan FORD Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelompok Subjek
n
FORT pre (Sirup rasa Strawberry) FORT pre (Phyto-Berries 8.000 ORAC) FORT pre (Phyto-Berries 16.000 ORAC) FORD pre (Sirup rasa Strawberry) FORD pre (Phyto-Berries 8.000 ORAC) FORD pre (Phyto-Berries 16.000 ORAC) Selisih FORT (Sirup rasa Strawberry) Selisih FORT (Phyto-Berries 8.000 ORAC) Selisih FORT (Phyto-Berries 16.000 ORAC) Selisih FORD (Sirup rasa Strawberry) Selisih FORD (Phyto-Berries 8.000 ORAC) Selisih FORD (Phyto-Berries 16.000 ORAC)
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
p 0,687 0,992 0,822 0,787 0,511 0,498 0,215 0,376 0,249 0,762 0,332 0,591
Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
5.3 Uji Homogenitas Varians Karakteristik Subjek, FORT dan FORD Antar Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan Data karakteristik subjek, FORT dan FORD diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasil analisis menunjukkan bahwa varians data
antar kelompok adalah homogen (p > 0,05) dan disajikan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Homogenitas Karakteristik Subjek, FORT, dan FORD antar Kelompok Perlakuan Kelompok Subjek
F
p
Keterangan
Umur
1.,94
0,323
Homogen
Jumlah Rokok
1,517
0,248
Homogen
FORT pre
1,010
0,381
Homogen
FORD pre
1,779
0,193
Homogen
Selisih FORT
0,449
0,644
Homogen
Selisih FORD
2,228
0,133
Homogen
5.4 Uji Komparabilitas Karakteristik Subjek Uji Komparabilitas bertujuan untuk mengetahui perbedaan rerata karakteristik subjek antar kelompok. Berdasarkan hasil analisis normalitas data, diketahui bahwa data berdistribusi normal sehingga uji statistik inferensial yang dipergunakan untuk uji komparabilitas adalah uji One Way Anova yang disajikan pada Tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5 Uji Perbedaan Karakteristik Subjek antar Kelompok Sirup rasa Strawberry
Phyto-Berries 8.000 ORAC
Phyto-Berries 16.000 ORAC
p
Umur (th)
34,88±9,57
39,13±6,10
39,13±5,33
0,414
Jumlah Rokok (bt)
15,38±2,50
16,00±4,66
14,75±2,96
0,777
Variabel
Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa rerata umur kelompok kontrol (Sirup rasa Strawbery )
adalah 34,88 ± 9,57 tahun, rerata umur kelompok
perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) adalah 39,13 ± 6,10 tahun, dan rerata umur kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC) adalah 39,13 ± 5,33 tahun. Sedangkan rerata jumlah rokok yang dihisap setiap hari oleh kelompok kontrol (Sirup rasa Strawbery ) adalah 15,38 ± 2,50 batang, rerata kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) adalah 16,00 ± 4,66 batang, dan rerata kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC) adalah 14,75 ± 2,96 batang. Berdasarkan hasil analisis dengan uji One Way ANOVA didapatkan bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna karakteristik subjek yang meliputi umur dan jumlah rokok yang dihisap setiap hari (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa karakteristik subjek antar kelompok adalah sama, sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan.
5.5 Stres Oksidatif (Nilai FORT) 5.5.1 Uji Komparabilitas nilai FORT Uji Komparabilitas nilai stres oksidatif bertujuan untuk membandingkan stres oksidatif yang diukur berdasarkan rerata nilai FORT antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa phyto-berries. Hasil analisis dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.6 berikut. Tabel 5.6 Rerata Nilai FORT antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan Kelompok Subjek
N
Rerata Nilai FORT
SB
F
p
Kontrol (sirup rasa Strawberry)
8
313,50
95,23
Phyto-Berries 8.000 ORAC
8
268,50
54,37
Phyto-Berries 16.000 ORAC
8
287,88
76,39
0,69
0,515
Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa rerata FORT kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) adalah 313,50 95,23, rerata kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) adalah 268,50 54,37, dan rerata kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC) adalah 287,88 76,39. Analisis dengan uji One Way Anova didapatkan nilai F = 0,69 dan nilai p = 0,515. Hal ini berarti bahwa semua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata nilai FORT tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). 5.5.2 Analisis Efek Pemberian Phyto-Berries antar Kelompok Terhadap Nilai FORT Analisis efek pemberian Phyto-Berries diuji berdasarkan rerata penurunan nilai FORT antar kelompok. Hasil analisis dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.7 berikut. Tabel 5.7 Rerata Penurunan Nilai FORT antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek
Kontrol (sirup rasa Strawberry) Phyto-Berries 8.000 ORAC Phyto-Berries 16.000 ORAC
N
Rerata Penurunan Nilai FORT
SB
8
11,75
19,03
8
34,13
12,06
8
52,50
16,30
F
p
12,92
0,001
Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa rerata penurunan nilai FORT kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) adalah 11,75 19,03, rerata kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) adalah 34,13 12,06, dan rerata kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC) adalah 52,50 16,30. Analisis dengan uji One Way Anova didapatkan nilai F = 12,92 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata penurunan nilai FORT nya berbeda secara bermakna (p < 0,05). Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) perlu dilakukan uji lanjut dengan Least Significant Difference (LSD) test. Hasil analisis Post Hoc disajikan pada Tabel 5.8 di bawah ini. Tabel 5.8 Beda Nyata Terkecil Penurunan Nilai FORT Sesudah Diberikan Phyto-Berries antar Dua Kelompok Kelompok Kontrol (sirup rasa Strawberry) dan Phyto-
Beda Rerata
p
Interpretasi
22,38
0,011
Berbeda
40,75
0,001
Berbeda
18,37
0,033
Berbeda
Berries 8.000 ORAC Kontrol (sirup rasa Strawberry) dan PhytoBerries 16.000 ORAC Phyto-Berries 8.000 ORAC dan 16.000 ORAC
Berdasarkan hasil uji lanjutan (Post Hoc Test) dengan uji Least Significant Difference (LSD) test di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Rerata penurunan nilai FORT kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC).
Rerata penurunan nilai FORT kelompok kontrol (sirup rasa
Strawberry) lebih kecil daripada rerata kelompok perlakuan 1 (PhytoBerries 8.000 ORAC). 2. Rerata penurunan nilai FORT kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC).
Rerata penurunan nilai FORT kelompok kontrol (sirup
Strawberry) lebih kecil daripada rerata kelompok perlakuan 2 (PhytoBerries 16.000 ORAC). 3. Rerata penurunan nilai FORT kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC). Rerata penurunan nilai FORT kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) lebih kecil daripada rerata kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC).
Gambar 5.1 Rerata Nilai FORT pada Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan
5.6 Pertahanan Oksidatif (Nilai FORD) 5.6.1 Uji Komparabilitas nilai FORD Uji komparabilitas pertahanan oksidatif bertujuan untuk membandingkan pertahanan oksidatif yang diukur berdasarkan rerata nilai FORD antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa phyto-berries. Hasil analisis dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.9 berikut.
Tabel 5.9 Rerata Nilai FORD antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan Kelompok Subjek Kontrol (sirup rasa Strawberry) Phyto-Berries 8.000 ORAC Phyto-Berries 16.000 ORAC
N
Rerata Nilai FORD
SB
8
1,30
0,38
8
1,01
0,33
8
1,06
0,18
F
p
2,01
0,159
Tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa rerata FORD kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) adalah 1,30 0,38, rerata kelompok perlakuan 1 (PhytoBerries 8.000 ORAC) adalah 1,01 0,33, dan rerata kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC) adalah 1,06 0,18. Analisis dengan uji One Way Anova didapatkan nilai F = 2,01 dan nilai p = 0,159. Hal ini berarti bahwa semua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata nilai FORD tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).
5.6.2 Analisis Efek Pemberian Phyto-Berries antar Kelompok Terhadap Nilai FORD Analisis
efek
pemberian
Phyto-Berries
diuji berdasarkan
rerata
peningkatan nilai FORD antar kelompok. Hasil analisis dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.10 berikut.
Tabel 5.10 Rerata Peningkatan Nilai FORD antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek
Kontrol (sirup rasa Strawberry) Phyto-Berries 8.000 ORAC Phyto-Berries 16.000 ORAC
N
Rerata Peningkatan Nilai FORD
SB
8
0,01
0,16
8
0,24
0,09
8
0,45
0,10
F
p
27,96
0,001
Tabel 5.10 di atas menunjukkan bahwa rerata peningkatan nilai FORD kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) adalah 0,01 0,16, rerata kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) adalah 0,24 0,09, dan rerata kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC) adalah 0,45 0,10. Analisis dengan uji One Way Anova didapatkan nilai F = 27,96 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa PhytoBerries, rerata peningkatan nilai FORD-nya berbeda secara bermakna (p < 0,05).
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference (LSD) test. Hasil analisis Post Hoc disajikan pada Tabel 5.11 di bawah ini. Tabel 5.11 Beda Nyata Terkecil Peningkatan Nilai FORD Sesudah Diberikan PhytoBerries antar Dua Kelompok Kelompok Kontrol (sirup rasa Strawberry) dan Phyto-
Beda Rerata
p
Interpretasi
0,24
0,001
Berbeda
0,44
0,001
Berbeda
0,20
0,002
Berbeda
Berries 8.000 ORAC Kontrol (sirup rasa Strawberry) dan PhytoBerries 16.000 ORAC Phyto-Berries 8.000 ORAC dan 16.000 ORAC
Berdasarkan hasil uji lanjutan (Post Hoc Test) dengan uji Least Significant Difference–test (LSD) di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Rerata peningkatan nilai FORD kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC). Rerata peningkatan nilai FORD kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) lebih kecil daripada rerata kelompok 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC). 2. Rerata peningkatan nilai FORD kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) berbeda bermakna dengan kelompok 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC). Rerata peningkatan nilai FORD kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry)
lebih kecil daripada rerata kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 16.000 ORAC). 3. Rerata peningkatan nilai FORD kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (PhytoBerries 16.000 ORAC). Rerata peningkatan nilai FORD kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) lebih kecil daripada rerata kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC).
Gambar 5.2 Rerata Nilai FORD pada Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Komparabilitas Nilai FORT dan FORD Sebelum Perlakuan. Secara Internasional telah dibuat pedoman nilai dalam pengukuran radikal bebas atau stres oksidatif sebagai berikut (Micro-medical, 2005) : - Baik
: sampai 230 FORT units
- Borderline
: 230 – 310 FORT units
- Stres oksidatif
: 310 – 400 FORT units
- Stres oksidatif tinggi : lebih dari 400 FORT units Berdasarkan hasil analisis uji komparabilitas stres oksidatif pada perokok aktif seperti yang tercantum dalam Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa rerata FORT kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) adalah 313,50, rerata kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) adalah 268,50 dan rerata kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC) adalah 287,88. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa rerata FORT sebelum perlakuan pada kelompok kontrol termasuk dalam taraf stres oksidatif. Sedangkan kedua kelompok perlakuan termasuk dalam taraf borderline. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bahwa nilai FORT yang merupakan cermin dari hasil pengukuran tingkat stress okidatif rata-rata di atas 230, yang berarti bahwa merokok memang sangat mungkin dapat meningkatkan stres oksidatif.
67
Analisis dengan uji One Way Anova didapatkan nilai F = 0,69 dan nilai p = 0,515. Hal ini berarti bahwa ketiga kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata nilai FORT tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Di samping analisis terhadap tingkat stress oksidatif juga dilakukan analisis terhadap pertahanan oksidatif perokok aktif. Hasil analisis uji komparabilitas pertahanan oksidatif pada Tabel 5.9 didapatkan bahwa rerata FORD kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) adalah 1,30, rerata kelompok 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) adalah 1,01 dan rerata kelompok 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC) adalah 1,06. Sebagaimana telah diketahui bahwa nilai referensi FORD dikatakan optimal antara 1,07 – 1,53 mmol/l Trolox equivalent. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa rerata FORD sebelum perlakuan pada kelompok kontrol termasuk dalam taraf optimal. Sedangkan kedua kelompok perlakuan termasuk dalam taraf kurang. Analisis dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa ketiga kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata nilai FORD tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Dari hasil analisis terhadap nilai FORT dan FORD tersebut di atas menunjukkan bahwa sampel yang dipakai pada penelitian ini mempunyai tingkat stres oksidatif dan pertahanan oksidatif yang relatif sama sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian selanjutnya dapat diabaikan. 6.2 Komparabilitas Nilai FORT dan FORD Sesudah Perlakuan. Berdasarkan hasil analisis uji komparabilitas stres oksidatif pada perokok aktif sesudah perlakuan menunjukkan bahwa rerata FORT kelompok kontrol
(sirup rasa Strawberry) adalah 301,75, rerata kelompok perlakuan 1 (PhytoBerries 8.000 ORAC) adalah 234,38 dan rerata kelompok perlakuan 2 (PhytoBerries 16.000 ORAC) adalah 240,25. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata FORT sesudah perlakuan menurun pada semua kelompok. Pada kelompok kontrol berubah dari taraf stres oksidatif menjadi borderline. Sedangkan pada kedua kelompok perlakuan tetap berada dalam taraf borderline, walaupun jika ditinjau dari besaran nilainya menunjukkan adanya tren ke arah kategori baik. Hal ini terjadi karena stres oksidatif dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain selain rokok. Di samping itu mungkin juga pemberian Phyto-berries selama 28 hari dalam penelitian ini kurang cukup lama untuk membuat nilai FORT berada dalam kategori baik. Berdasarkan hasil analisis efek pemberian Phyto-berries terhadap stres oksidatif perokok aktif pada Tabel 5.7, didapatkan rerata penurunan nilai FORT kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) adalah 11,75 19,03, rerata kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) adalah 34,13 12,06, dan rerata kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC) adalah 52,50 16,30. Analisis dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan, rerata penurunan nilai FORT berbeda secara bermakna (p < 0,05). Berdasarkan hasil analisis uji komparabilitas pertahanan oksidatif sesudah perlakuan didapatkan bahwa rerata FORD kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) adalah 1,15, rerata kelompok 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) adalah
1,34 dan rerata kelompok 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC) adalah 1,36 ( lihat Lampiran 6.3). Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata FORD sesudah perlakuan pada kelompok kontrol tetap dalam taraf optimal. Sedangkan kedua kelompok perlakuan berubah dari taraf kurang menjadi optimal. Sedangkan hasil analisis efek pemberian Phyto-Berries terhadap pertahanan oksidatif perokok aktif pada Tabel 5.10, didapatkan rerata peningkatan nilai FORD kelompok kontrol (sirup Strawberry) adalah 0,01 0,16, rerata kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) adalah 0,24 0,09, dan rerata kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC) adalah 0,45 0,10. Hasil analisis dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan, rerata peningkatan nilai FORD nya berbeda secara bermakna (p < 0,05). Pada kelompok kontrol yang didapatkan perbedaan signifikan antara pretest dan post-test, bisa jadi ini disebabkan oleh kuatnya faktor sugesti (efek plasebo) dari sampel. Atau bisa jadi dikarenakan perubahan pola hidup dan pola makan sampel setelah menerima pengarahan-pengarahan dari peneliti tentang bahaya rokok, radikal bebas dan manfaat antioksidan. 6.3 Least Significant Difference (LSD) Test Nilai FORT dan FORD. Berdasarkan Tabel 5.8 hasil uji lanjutan (Post Hoc Test) dengan uji Least Significant Difference (LSD) test di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Rerata penurunan nilai FORT kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000
ORAC). Rerata penurunan nilai FORT kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) lebih kecil daripada rerata kelompok perlakuan 1 (PhytoBerries 8.000 ORAC). 2. Rerata penurunan nilai FORT kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC). Rerata penurunan nilai FORT kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) lebih kecil daripada rerata kelompok perlakuan 2 (PhytoBerries 16.000 ORAC). 3. Rerata penurunan nilai FORT kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC). Rerata penurunan nilai FORT kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) lebih kecil daripada rerata kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC). Begitu pula dengan uji FORD, berdasarkan Tabel 5.11, hasil uji lanjutan (Post Hoc Test) dengan uji Least Significant Difference (LSD) test dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Rerata peningkatan nilai FORD kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC). Rerata peningkatan nilai FORD kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) lebih kecil daripada rerata kelompok 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC). 2. Rerata peningkatan nilai FORD kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) berbeda bermakna dengan kelompok 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC).
Rerata peningkatan nilai FORD kelompok kontrol (sirup rasa Strawberry) lebih kecil daripada rerata kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 16.000 ORAC). 3. Rerata peningkatan nilai FORD kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (PhytoBerries 16.000 ORAC). Rerata peningkatan nilai FORD kelompok perlakuan 1 (Phyto-Berries 8.000 ORAC) lebih kecil daripada rerata kelompok perlakuan 2 (Phyto-Berries 16.000 ORAC). Dari hasil analisis ini dapat ditarik simpulan bahwa dengan pemberian 1 sachet Phyto-Berries yang mengandung 8.000 ORAC pada perokok aktif selama 28 hari cukup efektif dalam menurunkan stres oksidatif
dan meningkatkan
pertahanan oksidatif secara bermakna. Meskipun didapatkan hasil yang lebih signifikan lagi dengan dosis 16.000 ORAC. Terjadinya penurunan stres oksidatif dan peningkatan pertahanan oksidatif perokok aktif setelah diberikan Phyto-Berries disebabkan karena buah Berry adalah makanan yang kaya akan antioksidan. Antioksidan utama dalam buah berry
adalah
jenis
polyphenols
seperti
flavonoids,
anthocyanin,
proanthocyanidins, ellagitannins, gallotannins, dan phenolic acids, lignans serta carotenoids (Mateljan, 2007; Gary, 2008). Dalam menurunkan stres oksidatif dan meningkatkan pertahanan oksidatif, Phyto-Berries yang merupakan antioksidan eksternal bekerja sebagai antioksidan pemutus rantai pembentukan radikal bebas (chain breaking). Phyto-Berries adalah campuran dari sembilan macam berries organik yaitu strawberries, blackberries, black raspberries, boysenberries,
bilberries, red raspberries, blueberries, red cherries, mulberries. Gabungan bermacam-macam buah berry ini tentu akan saling melengkapi kandungan berbagai vitamin, antioksidan dan zat-zat bermanfaat lainnya. Phyto-Berries yang berbentuk serbuk mengandung 2.000 ORAC per gram atau 8.000 ORAC per sachet berisi 4 gram. Makanan sehari-hari rata-rata hanya mengandung 1.200 – 1.500 ORAC, yaitu hanya sepertiga dari antioksidan yang seharusnya dibutuhkan oleh tubuh (3.000 – 5.000 ORAC), sesuai dengan Recommended Daily Allowence (RDA) (Cao dkk, 1998). Secara otomatis untuk memenuhi kekurangan ini dibutuhkan tambahan suplemen antioksidan. Apalagi bagi para perokok yang terpapar oleh lebih banyak radikal bebas, tentunya dibutuhkan antioksidan dengan jumlah yang lebih besar. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Min dkk (2006) yang menyatakan bahwa suplemen blackberry dapat menurunkan stress oksidatif dan dapat mencegah kerusakan oksidatif sel. Demikian juga hasil penelitian Gary dkk (2008) yang menyatakan bahwa buah berry yang mengandung polyphenols (flavonoids, proanthocyanidins, ellagitannins, gallotannins, phenolic acids) dapat mencegah kanker, menghambat perkembangan sel tumor, disamping itu diet buah berry yang teratur dapat menurunkan stres oksidatif. Ronald (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa anthocyanin, quercetin, flavonols, flavonoids, dan cyanidin yang terdapat dalam buah berry dapat berperan sebagai antioksidan dalam mencegah kerusakan oksidatif sel. Stres oksidatif dapat diakibatkan oleh berkurangnya antioksidan. Misalnya, mutasi yang menurunkan pertahanan antioksidan seperti GSH atau
MnSOD; diet yang kurang akan antioksidan dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi, Zn, magnesium dan copper; defisiensi protein seperti kwashiorkor yang dapat menurunkan kadar GSH; dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin secara cukup (Halliwell dan Gutteridge, 2007). Di samping itu dapat juga diakibatkan karena meningkatnya produksi spesies reaktif. Misalnya, paparan terhadap oksigen yang meningkat; adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif; dan aktivasi berlebih dari sistem ”natural” penghasil spesies reaktif seperti aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakitpenyakit inflamasi kronis (Halliwell dan Gutteridge, 2007). Kondisi stres oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan proliferasi, adaptasi, kerusakan sel, penuaan (senescence), dan bahkan sampai pada kematian sel, dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan. Stres oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya berbagai penyakit kardiovaskular, neurologis, obesitas, diabetes, kanker dan juga inflamasi dari proses aging (Halliwell dan Gutteridge, 2007; Garelnabi dkk, 2008). Hasil penelitian Burlakova dkk (2010) menyatakan bahwa merokok dapat meningkatkan stres oksidatif. Lebih lanjut dinyatakan peningkatan stress oksidatif bukan hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan. Merokok menyebabkan ketidak seimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stres oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid, kerusakan oksidatif dari DNA dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik.
Sudah terbukti bahwa stres oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan penyakit seperti kanker paru, kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik (Burlakova dkk, 2010). Karena itu, stres oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan penyakit, sehingga pengukuran stres oksidatif kini menjadi sangat penting dalam kedokteran pencegahan, termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk, 2008; Palmieri dan Sblendorio, 2010). Adanya kerusakan oksidatif terhadap DNA mungkin merupakan sebuah faktor risiko utama terjadinya kanker, sehingga antioksidan dari makanan yang dapat menurunkan kerusakan tersebut diharapkan mempunyai efek anti kanker (Cadenas dan Packer, 2002; Halliwell dan Gutteridge, 2007). Dalam berbagai penelitian seperti yang dilakukan Gramignano dkk (2006) dan Cella dkk (2008) ditemukan bahwa ada keterkaitan antara stres oksidatif dan tingkat kualitas hidup pada pasien yang sedang mendapatkan terapi kanker, dimana jika stres oksidatif menurun maka tingkat kualitas hidupnya akan bertambah, begitu juga sebaliknya. Maka dari itu pencegahan terhadap stres oksidatif dengan menjaga keseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan menjadi amat penting untuk meningkatkan kualitas hidup. 6.4 Prosentase Penurunan FORT dan Kenaikan FORD. Lebih lanjut pada penelitian ini didapatkan terjadinya penurunan tingkat stress oksidatif pada perokok aktif yang mengkonsumsi Phyto-Berries 8.000 ORAC perhari selama 28 hari sebesar 12,71% dan perokok aktif yang mengkonsumsi Phyto-Berries 16.000 ORAC per hari selama 28 hari tingkat stress oksidatifnya mengalami penurunan sebesar 18,24%. Dibandingkan kelompok
Phyto-Berries 8.000 ORAC, perokok aktif yang mengkonsumsi Phyto-Berries 16.000 ORAC mengalami penurunan tingkat stres oksidatif sebesar 1,5 kalinya. Dibandingkan dengan kontrol, terjadi peningkatan pertahanan oksidatif secara bermakna pada kelompok perokok aktif yang mengkonsumsi Phyto-Berries 8.000 ORAC maupun Phyto-Berries 16.000 ORAC setiap hari selama 28 hari. Peningkatan
pertahanan
oksidatif
pada
kelompok
perokok
aktif
yang
mengkonsumsi Phyto-Berries 8.000 ORAC sebesar 23,82%, sedangkan pada kelompok perokok aktif yang mengkonsumsi Phyto-Berries 16.000 ORAC peningkatannya sebesar 42,03%. Dibandingkan kelompok perokok aktif yang mengkonsumsi Phyto-Berries 8.000 ORAC, perokok aktif yang mengkonsumsi Phyto-Berries 16.000 ORAC mengalami peningkatan
pertahanan oksidatif
sebesar 1,9 kalinya. Mengacu pada hasil analisis ini, dalam aplikasi klinis pada manusia, Phyto-Berries
dapat
diberikan
untuk
menurunkan
stres
oksidatif
dan
meningkatkan pertahanan oksidatif dengan dosis 16.000 ORAC per hari sebagai terapi pada stres oksidatif berat dan sebagai initial dose pada stres oksidatif ringan. Sedangkan dosis 8.000 ORAC dapat diberikan sebagai terapi pada stres oksidatif ringan atau sebagai maintenance dose dalam pencegahan terjadinya stres oksidatif. 6.5 Temuan Efek Lain Phyto-Berries. Selama penelitian ini Phyto-Berries dapat ditoleransi dengan baik dan tidak ditemukan adanya keluhan negatif dari sampel. Sebaliknya, ditemukan
beberapa efek positif lain dari suplementasi Phyto-Berries. Beberapa sampel (33,33%) mengemukakan adanya hal-hal sebagai berikut : - merokok terasa
tidak enak lagi karena rasa rokok berubah. Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya faktor sugesti pada sampel setelah peneliti memberikan pengarahan-pengarahan selama penelitian tentang bahaya merokok terhadap kesehatan. - dahak / lendir dari tenggorokan lebih encer dan mudah keluar, nafsu makan dan berat badan yang bertambah. Hal – hal tersebut mungkin dikarenakan Phyto-Berries mengandung berbagai antioksidan yang berperan sebagai anti inflamasi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan ketahanan terhadap penyakit, berperan dalam proses detoksifikasi enzimenzim, dan sebagai anti bakterial dan anti virus. Implikasi pemberian Phyto-Berries sebagai antioksidan selain dapat menurunkan stres oksidatif dan meningkatkan pertahanan oksidatif, juga dapat meningkatkan kondisi kesehatan secara umum.
6.6 Peranan Kompleks Buah Berry (Phyto-Berries) Dalam Anti Aging Medicine Sebagaimana diketahui bahwa salah satu teori penyebab penuaan adalah teori radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang mempunyai susunan elektron tidak berpasangan sehingga amat tidak stabil. Untuk menjadi stabil, radikal bebas menyerang sel-sel untuk mendapatkan elektron pasangannya dan terjadilah reaksi berantai yang menyebabkan terjadinya
kerusakan selular dan jaringan yang dikenal sebagai stres oksidatif dan kerusakan oksidatif. Kerusakan oleh radikal bebas inilah diyakini sebagai salah satu penyebab dari proses penuaan, berbagai penyakit degeneratif dan akhirnya kematian (Goldman dan Klatz, 2007; Halliwell dan Gutteridge, 2007; Pangkahila, 2007). Pemberian kompleks buah berry (Phyto-Berries) sebagai suplemen antioksidan alami telah terbukti dapat menurunkan stres oksidatif dan meningkatkan pertahanan oksidatif. Dengan demikian pemberian kompleks buah berry (Phyto-Berries) dapat berkontribusi dalam pencegahan dan terapi untuk menunda proses penuaan dalam kaitannya dengan anti aging medicine.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 7.1 Simpulan 5. Pemberian Kompleks buah berry (Phyto-Berries) 8.000 ORAC per hari selama 28 hari pada perokok aktif dapat menurunkan stres oksidatif sebesar 12,71% . Sedangkan Phyto-Berries dengan dosis 16.000 ORAC per hari dapat menurunkan stres oksidatif sebesar 18,24%. Secara klinis, Phyto-Berries dapat dikatakan efektif sebagai suplemen antioksidan dalam menurunkan stres oksidatif. 6. Pemberian Kompleks buah berry (Phyto-Berries) 8.000 ORAC per hari selama 28 hari pada perokok aktif dapat meningkatkan pertahanan oksidatif sebesar 23,82%. Sedangkan Phyto-Berries dengan dosis 16.000 ORAC per hari dapat meningkatkan pertahanan oksidatif sebesar 42,03%. Secara klinis, Phyto-Berries dapat dikatakan efektif sebagai suplemen antioksidan dalam meningkatkan pertahanan oksidatif. 7. Kompleks buah berry (Phyto-Berries) dosis 16.000 ORAC lebih efektif 1,5 kali dibandingkan dosis 8.000 ORAC dalam menurunkan stres oksidatif pada perokok aktif . 8. Kompleks buah berry (Phyto-Berries) dosis 16.000 ORAC lebih efektif 1,9 kali dibandingkan dosis 8.000 ORAC dalam meningkatkan pertahanan oksidatif pada perokok aktif.
79
7.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jenis-jenis antioksidan apa di dalam Phyto-Berries yang paling berperan dalam menurunkan stres oksidatif dan meningkatkan pertahanan oksidatif. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai berapa dosis optimal Phyto-Berries sebagai suplemen tambahan dalam membantu pencegahan dan pengobatan penyakit-penyakit degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan serta penyakit kanker. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai lamanya waktu pemberian Phyto-Berries pada orang-orang dengan stres oksidatif sampai tercapai tingkat stres oksidatif dalam kategori baik. 4. Phyto-berries
dapat
direkomendasikan
untuk
dikonsumsi
sebagai
suplemen antioksidan alami untuk mengurangi dampak negatif dari radikal bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Armitage, P.A., Berry, G., Matthews, J.N.S. 2002. Statistical Methods in MedicalResearch. Fourth Edition, Blackwell. Oxford. Badan
Pusat Statistik, 2000. Available from : http:// openlibrary. org/books/OL3542198M/Katalog_Publikasi_2000_Badan_Pusat_Statisti k. Diunduh tanggal 2 Mei 2011.
Basu, A., Wilkinson, M., Penugonda, K., Simmons, B. Betts, N.M.. 2009. Freeze Dried Strawberry Powder Improves Lipid Profile and Lipid Peroxidation in Women with Metabolic Syndrome : Baseline and PostIntervention Effects. Oklahoma. Nutrition Journal Vol. 8, No. 43. p.1-7. Beattie, J., Crozier, A., Duthie, G.G. 2005. Potential Health Benefits of Beries. UK. J. Current Nutrition and Food Science. Vol. 1. p. 71-86. Burlakova, E.B., Zhizhina, G.P., Gurevich, S.M., Fatkullina, L.D. 2010. Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients. Russia. J. Cancer Res. Ther. Vol. 6. p. 47-53 Cadenas, E., Marteen, A., Joel, R. 2002. Superoxide Activates Mitochondrial Uncoupling Proteins.Nature.415: 96-99. Cao, G.,Robert, M.R., Neal, L., and Ronald, L.P. 1998. Serum Antioxidant Capacity Is Increased by Consumption of Strawberries, Spinach, Red Wine or Vitamin C in Elderly Women.The Journal of Nutrition.Vol. 58: 657-669. Carkeet, C., Clevidence, B.A., Novotny, J.A.. 2008. Anthocyanin Excretion by Human Increases Linearly with Increasing Strawberry Dose. Beltsville. The Journal of Nutrition Vol. 138. p. 897-902. Christopher, G.S., Littman, A.J., Au, D.H., Satia, J.A.. 2008. Long Term Use of Supplemental Multivitamins, Vitamin C, Vitamin E, and Folate Does Not Reduce the Risk of Lung Cancer. J. Respir. Crit. Care Med. Vol. 177. p. 524-530. Davies,
2009, Cigarette Smoking in Pregnancy: Associations with MaternalWeight Gain and Fetal Growth. The Lancet, Volume 307, Issue 7956: 385-387.
Devasagayam, T.P.A. 2004. Free radicals and antioxidants in human health:Current Status and Future Prospects. J Assoc Physicians India.Vol. 52:794-804. Cassan, J.T. 2007. How Smoking Affects Our Environment. Available from : // http: www.aboutmyplanet.com/environment/smoking-affects. Diunduh tanggal 6 Juli 2011. Cella,
F.; Chiavenna,G.; Nichelatti,M.; Ragni,G.; Ronzani,G. 2008. A Multicentric Prospective Open Trial on The Quality of Life and Oxidative Stress in Patients Affected by Head and Neck Cancer Treated with A New Benzoquinone-Rich Product derived From Fermented Wheat Germ (Avemar). 2008. Italy. Mediterranean Journal of Nutrition and Metabolism. Vol.I.p.37-42.
Fellows, M., Brian, P., Benson, G. 2002. Annual Smoking-Attributable Mortality, Years of Potential Life Lost, and Economic Costs --- United States, 1995-1999. Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/ preview/ mmwrhtml/mm5114a2.htm. Diunduh tanggal 10 November 2010. Fowles, J. dan Bates,M., 2000, the Chemical Constituensts in Cigarettes and Cigarettes Smoke : Prirites for Harm Reduction Epidemiology andToxicology.Group ESR; Kenepuru Science Center, Porirua New Zealand. Gary,D.S., Wang, L.S., Casto, B.C. 2008. Laboratory and Clinical Studies of Cancer Chemoprevention by Antioxidants in Berries. Carcinogenesis. Vol.29;9:1665–1674. Garelnabi, M.O., Brown, W.V., Le, N.A.. 2008. Evaluation of A Novel Colorimetric Assay For Free Oxygen Radicals As A Marker of Oxidative Stress. Atlanta. J. Clinical Biochemistry. Vo. 41. P. 12501254. Ghosh, D.,Tony, K.M., Derek, R.F., and James, A.J. 2007. Cytoprotective effects of anthocyanins and other phenolic fractions of Boysenberry and blackcurrant on dopamine and amyloid β-induced oxidative stress in transfected COS-7 cells. Journal of the Science of Food and Agriculture J Sci Food Agric 87:2061–2067. Goldman, R.& Klatz, R. 2007. Anti-aging Therapeutics volume X. American Academic of anti-aging medicine.A4M Publications. Goran, B., Nikolova, D., Gluud, L.L., Simonetti, R.G. 2007. Mortality in Randomized Trials of Antioxidant Supplements for Primary and
Secondary Prevention. Systematic Review and Meta-analysis. Serbia. JAMA Vol. 297. No.8. p. 842-857.
Gramignano, G.;Lusso, M.R.; Madeddu, C.; Massa,E.; Serpe, R.; Deiana, L. 2006. Efficacy of L-Carnitine Administration on Fatique, Nutrtional Status, Oxidative Stress, and Related Quality of Life in 12 Advanced Cancer Patients Undergoing Anticancer Therapy. Italy. Journal of Nutrition Vol.22. p. 136-145. Halliwell, B. and Gutteridge, J.M.C., 2007. Free Radicals in Biology and Medicine. Fourth edition, Oxford University Press, New York. Harris M.T.; Davis,W.W.; Austin G.E. 2007. Free Oxygen Radicals in Whole Blood Correlate Strongly with High Sensitivity C-Reactive Protein. Journal of Clinical Lipidology Vol.I.p.593-598. Howard, D.S., Buring, J.E., Christen, W,G., Kurth, T. 2010. Vitamins E and C in the Prevention of Cardiovascular Disease in Men. The Physicians Health Study II Randomized Controlled Trial. Massachusetts. JAMA Vol. 300. No. 18. p. 2123-2133. Huang, D., Ou, B., Flanagan, J.,Woodill, M., Prior, R. 2002. High-Troughput Assay of Oxygen Radical Absorbance Capacity (ORAC) Using a Multichannel Liquid Handling System Coupled with a Microplate Fluorescence Reader in 96-Well Format. Arkansas. J.Agric.Food.Chem. no. 50. p. 4437-4444. Jacob, R.A., Spinozzi, G.M., Simon, V.A., Kelley, D.S. 2003. Consumption of Cherries Lowers Plasma Urate in Healthy Women. California. J. American Society for Nutritional Sciences. Vol. 133. P. 1826-1829. Joseph, J.A., Hale, B.S., Casadesus, G. 2005. Reversing the Deleterious Effects of Aging on Neuronal Communication and Behavior : Beneficial Properties of Fruit Polyphenolic Compounds. Boston. Am. J. Clin. Nutr. Vol. 81. p.313S-6S. Julie, B., Alan, C., and Garry, G. D. 2005. Potential Health Benefits of Berries Current Nutrition & Food Science, Bentham Science Publishers Ltd. 1, 71-86 Krock,
L,. 2000. Anatomy of cigarette, Available http://www.Pbs.org./nova/cigarette/anatomy.html. Accessed 28,2007.
from: Oct
Manach C., Scalbert, A., Morand, C., Remesy, C., Jimenez, L. 2004. Polyphenols : Food Sources and Bioavailability. France. Am. J. Clin. Nutr. Vol. 79. p. 727-747.
Martin, T. 2005. Cancer Statistic. Available at http://quitsmoking. about. com/od/tobaccostatistics/A/cancerstats.htm. Diunduh tanggal 2 Mei 2011. Martin, R. S., Anna, G.D., Pouladi, M.A., Clinton, S.R., Goncharova, S.I., and Kianpour, S. 2004. Impact of Cigarette Smoke on Clearance and Inflammation following Pseudomonas aeruginosa Infection. Am. J. Respir. Crit. Care Med.,Vol:170,11;1164-1171 Mateljan, G. 2007. The World’s Healthiest Foods. Essential Guide for The Healthiest Way of Eating.1 st edition.Canada. GMF Publishing.p. 735799. McLaren, W. 2007. Smoking : Environmental and Social Impact. Available from http://www.treehugger.com/files/2007/02/smoking_environ.php. Diunduh tanggal 6 Juli 2011. Micro-medical International, PTE. LTD, 2005.FORM Plus. Instruction Manual. Version 1.0. Malaysia. p. 13-16. Min, D., Feng, R., Shiow,Y.W., Linda, B., Yongju, L., Yong, Q., Vincent, C.,Bing-Hua, J., and Xianglin, S. 2006. Cyanidin-3-glucoside, a Natural Product Derived from Blackberry, Exhibits Chemopreventiveand Chemotherapeutic Activity.The Journal of Biological Chemistry. Vol. 281, No. 25: 17359–17368. Murray,R.K. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry. USA. Mac Graw Hill Company 28: 101, 2009. Palmieri dan Sblendorio. 2010. Current Status of Measuring Oxidative Stress. Humana Press.p. 1-16. Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. hal: 8-17. Pocock,S. J., 2008. The Size of a Clinical trial, Clinical trials a Practical Approach. John Wiley Sons.Chichester, p.123-127. Prior, R. 2003. Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular oxidative Damage. Arkansas. Am. J. Clin. Nutr. Vol. 78. p. 570S-8S. Rizza dan Harrison, 2002. The Encyclopedia of Foods : A Guide to Healthy Nutrition. First Edition. Academic Press. San Diego. p. 159.
Rodero, S.R. 2010. Epigenetic Regulation of Aging. Available from : http://www.discoverymedicine.com/Sandra-Rodriguez-Rodero/2010. Diunduh tanggal 30 Juni 2011. Ronald, L.P. 2003. Fruits and vegetables in the prevention of cellular oxidative damage.Am J Clin Nutr. Vol. 78 Scott, M.L., Klein, E.A., Goodman, P.J., Lucia, M.S., Thompson, I.M. 2009. Effect of Selenium and Vitamin E on Risk of Prostate Cancer and Other Cancers, The Selenium and Vitamin E Cancer Prevention Trial. Cleveland. JAMA Vol. 301. No.1. p. 39-51. Springer.
2010. Epigenetics of Aging. Available from http://www.springer.com/biomed/human+genetics/book/978-1-4419. Diunduh tanggal 30 Juni 2011.
:
Vespro Life Science, LLC. 2010. Phyto-Berries, Organic Wild Berries Fruit Complex. Kansas. p. 1-6. Voutilainen, S., Nurmi, T., Mursu, J., Rissanen, T.H. 2006. Carotenoids and Cardiovascular Health.Finland. Am. J. Clin.Nutr. Vol. 83. p. 12651271. Wibowo, 2003. The Concepts of Anti Aging and How To Make Without Disorder. Jakarta : FKUI. hal.11-17. Widowati, H. 2010. “Pemberian Ozon Medis Mayor (Major Auto Haemotherapy) Menurunkan Kadar Total Radikaal Bebas dan MDA pada Perokok Berat” (tesis). Denpasar : Universitas Udayana. Wikana, J. 2011. Penelitian Pendahuluan Pemberian Phyto-Berries terhadap Kelompok Perlakuan untuk Mendapatkan Besar Sampel Penelitian. Unpublished. Wikipedia. 2011. Oxygen Radical Absorbance Capacity. Available at : http:// en.wikipedia.org/wiki/Oxygen_radical_absorbance_capacity. Diunduh tanggal 7 Mei 2011. Winstanley, M.dan White, V. 2008.Trends in the prevalence of smoking. Avalaible from [http://www.tobaccoinaustralia.org.au] webcite: In Tobacco in Australia: Factsand issues Third edition. Eds: Scollo MM, Winstanley MH. Melbourne: CancerCouncil Victoria. Diunduh tanggal 23 Oktober 2010.
Wissenschaft. 2009. Aging by Epigenetics. Available at http:// lightsabre87.blogspot.com/2009/09/aging-by-epigenetics.html. Diunduh tanggal 30 Juni 2011. LAMPIRAN Lampiran 1. Informed Consent PEMBERIAN KOMPLEKS BUAH BERRY MENURUNKAN STRES OKSIDATIF DAN MENINGKATKAN PERTAHANAN OKSIDATIF PADA PEROKOK AKTIF Para Bapak yang terhormat, Rokok dapat meningkatkan resiko terkena berbagai penyakit, terutama penyakit paru, jantung maupun kanker. Dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, seorang laki laki perokok akan mengalami resiko 23 kali lebih besar untuk terkena kanker paruparu. Penyakit yang terkait dengan rokok telah menyebabkan meninggalnya satu di antara sepuluh orang dewasa, atau menyebabkan 4 -5 juta kematian setiap tahunnya. Dari segi ekonomi, perilaku merokok menguras banyak sekali dana masyarakat. Di seluruh dunia, sekitar 10 juta batang rokok terjual setiap menit atau 15 miliar batang rokok setiap hari. Asap rokok merupakan campuran senyawa yang mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia di mana 200 lebih bahan bersifat racun, dan 40 lebih bahan kimia dapat menyebabkan penyakit kanker atau karsinogen. Rokok merupakan salah satu sumber dari radikal bebas yang besar sekali.Radikal bebas dapat merusak integritas sel baik secara struktural maupun fungsional. Untuk mencegah, memperlambat dan meredam dampak negatif dari radikal bebas tersebut, antara lain dibutuhkan adanya suatu anti oksidan. Anti oksidan adalah substansi atau molekul yang dapat memperlambat atau mencegah kerusakan akibat oksidasi dari molekul lain seperti radikal bebas. Anti oksidan yang berasal dari luar tubuh seperti vitamin A, C, E, selenium, dan berbagai carotenoid, flavonoid dan polyphenol, serta anthocyanin yang terdapat di dalam berbagai sayur mayur dan buah buahan. Sayur mayur dan buah buahan mengandung banyak antioksidan alami. Buah berri seperti strawberry, blueberry, blackberry, bilberry, cranberry dan lain lain adalah makanan yang kaya dengan kandungan vitamin dan anti oksidan. Buah berry selalu termasuk dalam peringkat atas dari buah buahan yang mengandung kadar antioksidan yang tinggi. Saat ini terdapat suatu kompleks (campuran) dari sembilan macam berries organik yaitu strawberries, blackberries, black raspberries, boysenberries, bilberries, red raspberries, blueberries, red cherries, mulberries (produk Phyto-Berries) yang mengandung 2.000 ORAC per gram atau 8.000 ORAC per sachet berisi 4 gram.Sedangkan Recommended Daily Allowen (RDA ) adalah 3,500 – 5,000 ORAC per hari. Phytoberries dibuat dari buah berries organik yang berasal dari lahan lahan berries organik pilihan di Amerika Serikat seperti Pacific Gold Farm dan Kozlowski Farm (California), Zimmerman Farm (North Carolina), dan Merrill Blueberry Farm (Maine) tanpa bahan pengawet, pewarna maupun perasa. Dengan mengkonsumsi Phytoberries secara teratur, diharapkan tingkat stres oksidatif dalam tubuh dapat dikurangi dan tingkat pertahanan oksidatif tubuh akan meningkat, sehingga tubuh menjadi lebih sehat dan terhindar dari pengaruh buruk radikal bebas. Demikianlah penjelasan ini kami sampaikan, dan atas kesedian bapak ikut serta menjadi sampel/responden dalam penelitian ini, kami sampaikan terima kasih. Bila ada hal-hal yang belum jelas, bapak-bapak dapat menghubungi kami. Salam Sehat Selalu.
Hormat Saya dr. Jopy Wikana (Peneliti)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
Yang bertandatangan di bawah ini : Nama Umur Jenis kelamin Alamat
: .......................................................... : .......................................................... : .......................................................... : ..........................................................
Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud, tujuan, dan manfaat dari penelitian dengan judul: PEMBERIAN KOMPLEKS BUAH BERRY MENURUNKAN STRES OKSIDATIF DAN MENINGKATKAN PERTAHANAN OKSIDATIF PADA PEROKOK AKTIF Menyatakan bersedia ikut serta sebagai sampel/responden dalam penelitian dan mengikuti prosedur penelitian seperti yang telah disampaikan diatas. Dan berhak menarik diri bila merasa terganggu dengan mengikuti penelitian ini.
Surabaya, ..................................... 2011
Saksi
Responden
(________________)
(________________)
Peneliti
(Dr. Jopy Wikana)
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN
Maksud dan Tujuan: Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penurunan stres oksidatif dan peningkatan pertahanan oksidatif tubuh setelah pemberian kompleks buah berry pada para perokok aktif. Petunjuk: Isi dan lingkarilah jawaban yang dianggap sesuai dengan pilihan Anda. A. IDENTITAS 1. Nama
: ……………………………………
2. Tempat/Tanggal Lahir
: ……………………………………
3. Jenis Kelamin
: ……………………………………
4. Umur
: ……………………………………
5. Alamat
: ……………………………………
6. Telp./HP
: ……………………………………
B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Berat badan
: ................................... kg
2. Tinggi Badan
: ................................... cm
3. BMI
: ....................................
C. HASIL PEMERIKSAAN FORMplus PENELITIAN PENDAHULUAN PRE
FORT
FORD
FORT
FORD
Post 28 Hari PENELITIAN
PRE POST 28 Hari D. KEBIASAAN MEROKOK 1. Jenis Rokok: a. Rokok Kretek dengan Merek
:
b. Rokok putih dengan merek
:
c. Rokok Mild dengan merek
:
d. Rokok Jenis lain
: …………………
2. Sampai saat ini sudah berapa tahun Anda merokok? …………. tahun 3. Berapa batang rokok Anda habiskan (hisap) dalam satu hari? a. ≤ 12 batang b. > 12 batang 4. Apakah Anda mengalami gejala-gejala seperti berikut? A. Batuk terus menerus lebih dari 3 bulan a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Sering sekali B. Batuk darah a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Sering sekali C. Sesak nafas a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Sering sekali
$$$$$$$$$$Selamat Mengisi & Terima Kasih$$$$$$$$$$$
Lampiran 3. Daftar Makanan Berdasarkan Kandungan ORAC (dikutip dari Wikipedia, 2011).
Food
Serving Size
Antioxidant capacity per serving size. Units are Total Antioxidant Capacity per serving in units of micromoles of Trolox equivalents.
Raw unprocessed Cacao Small Red Bean Wild Blueberry Red Kidney Bean Pinto Bean Blueberry Cranberry Artichoke Hearts Blackberry
100 gram
28.000
½ cup dried beans 1 cup ½ cup dried beans ½ cup 1 cup (cultivated berries) 1 cup (whole berries) 1 cup (cooked) 1 cup ( cultivated berries) ½ cup 1 cup 1 cup 1 apple
13727 13427 13259 11864 9019
Prune Raspberry Strawberry Red Delicious Apple Granny Smith Apple 1 apple Pecan 1 oz Sweet Cherry 1 cup Black Plum 1 plum Russet Potato 1, cooked Black Bean ½ cup dried beans Plum 1 plum Gala Apple 1 apple
8983 7904 7701 7291 6058 5938 5900 5381 5095 4873 4844 4649 4181 4118 3903
Lampiran 4. FOTO-FOTO PROSEDUR PENELITIAN
Gambar 1. Mengukur Tinggi, Berat Badan dan Tanda Vital.
Gambar 2. Pengambilan Darah Kapiler.
Gambar 3. Pemeriksaan FORT dan FORD.
Gambar 4. Pencatatan Hasil Penelitian.
Lampiran 5. Data Hasil Pemeriksaan FORT dan FORD Sebelum dan Sesudah Perlakuan. No
Umur
Jml Rokok
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
49 23 50 30 34 31 30 32 43 44 32 38 32 33 45 46 34 32 45 43 46 35 37 41
12 15 18 15 15 18 18 12 18 12 12 12 18 20 24 12 15 12 12 18 20 12 14 15
Placebo Placebo Placebo Placebo Placebo Placebo Placebo Placebo 8000 ORAC 8000 ORAC 8000 ORAC 8000 ORAC 8000 ORAC 8000 ORAC 8000 ORAC 8000 ORAC 16000 ORAC 16000 ORAC 16000 ORAC 16000 ORAC 16000 ORAC 16000 ORAC 16000 ORAC 16000 ORAC
FORT Pre 364 292 183 493 377 265 283 251 274 197 170 328 404 292 346 292 296 278 233 265 174 238 314 350
FORT Post 193 280 202 367 350 247 250 265 229 174 135 287 247 206 193 251 160 238 211 245 160 206 193 292
FORD Pre 1,41 1,47 1,16 0,61 1.71 1,76 0,98 1,29 1,04 1,09 0,92 1,37 0,91 1,03 1,27 0,84 1,41 1,47 1,16 0,61 1,71 1,76 0,98 1,29
FORD Post 0,87 1,35 0,94 1,03 2,04 1,11 1,1 0,76 1,29 1,35 1,35 1,63 1,24 1,01 1,8 1,2 1,45 1,36 1,05 1,48 1,58 0,94 1,55 1,33
Lampiran 6. Hasil Analisis Data Lampiran 6.1 Uji Normalitas Data Umur, Jumlah Rokok, Nilai FORT Pre, Nilai FORD Pre, Penurunan Nilai FORT, Peningkatan Nilai FORD Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok Umur
Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Placebo
.286
8
.052
.833
8
.064
8000 ORAC
.237
8
.200 *
.839
8
.073
16000 ORAC
.156
8
.200 *
.927
8
.488
.228
8
.200 *
.835
8
.067
.305
8
.088
.822
8
.079
.216
8
.200 *
.871
8
.155
Jumlah rokok Placebo per hari 8000 ORAC 16000 ORAC
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok FORT_pre
Placebo 8000 ORAC
Statistic .214 .132
16000 ORAC .178 Placebo .116 8000 ORAC .143 16000 ORAC .182 Selisih_FORT Placebo .234 8000 ORAC .197 16000 ORAC .177 Selisih_FORD Placebo .163 8000 ORAC .296 16000 ORAC .173 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. FORD_pre
df
Shapiro-Wilk
Sig. 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Statistic
df
Sig.
.200
*
.948
8
.687
.200
*
.988
8
.992
*
.961 .958 .929 .928 .886 .913 .893 .955 .805 .938
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
.822 .787 .511 .498 .215 .376 .249 .762 .332 .591
.200 .200 * .200 * .200 * .200 * .200 * .200 * .200 * .137 .200 *
Lampiran 6.2 Uji One Way ANOVA Variabel Umur dan Jumlah Rokok yang Dihisap per Hari Descriptives 95% Confidence Interval for Mean Std.
N Mean Umur
Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Mini Maxi mum mum
Placebo
8 34.8750 9.56836 3.38293 26.8756 42.8744 30.00 50.00
8000 ORAC
8 39.1250 6.10474 2.15835 34.0213 44.2287 32.00 46.00
16000 ORAC 8 39.1250 5.33017 1.88450 34.6689 43.5811 32.00 46.00 Total
2 37.7083 7.21399 1.47255 34.6621 40.7545 30.00 50.00 4
Jumlah Placebo 8 15.3750 2.50357 .88515 13.2820 17.4680 12.00 18.00 rokok 8000 ORAC 8 16.0000 4.65986 1.64751 12.1043 19.8957 12.00 24.00 per hari 16000 ORAC 8 14.7500 2.96407 1.04796 12.2720 17.2280 12.00 20.00 Total
2 15.3750 3.38555 4
.69107 13.9454 16.8046 12.00 24.00
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Umur
1.194
2
21
.323
Jumlah rokok per hari
1.517
2
21
.248
ANOVA Sum of Squares Umur
Between Groups
Mean Square
Df
96.333
2
48.167
Within Groups
1100.625
21
52.411
Total
1196.958
23
6.250
2
3.125
257.375
21
12.256
263.625
23
Jumlah rokok per Between Groups hari Within Groups Total
F
Sig.
.919
.414
.255
.777
Lampiran 6.3 Uji One Way ANOVA Data Nilai FORT dan Nilai FORD antar Kelompok Perlakuan 95% Confidence Interval for Mean N FORT_pre Placebo 8000 ORAC 16000 ORAC
Lower Bound
Upper Bound
Minimum Maximum
8 3.1350E2 95.23205 33.66961 233.8840
393.1160
183.00
493.00
8 2.6850E2 54.36911 19.22238 223.0463
313.9537
174.00
350.00
8 2.8788E2 76.39454 27.00955 224.0076
351.7424
170.00
404.00
322.0905
170.00
493.00
8 3.0175E2 84.27125 29.79438 231.2975
372.2025
202.00
467.00
8000 ORAC
8 2.3438E2 41.06767 14.51961 200.0416
268.7084
160.00
292.00
16000 ORAC
8 2.4025E2 68.91558 24.36534 182.6351
297.8649
135.00
347.00
24 2.5879E2 71.33691 14.56159 228.6687
288.9146
135.00
467.00
FORT_post Placebo
Total FORD_pre Placebo 8000 ORAC 16000 ORAC
8
1.2988
.38152
.13489
.9798
1.6177
.61
1.76
8
1.0075
.33182
.11732
.7301
1.2849
.53
1.40
8
1.0588
.18240
.06449
.9063
1.2112
.84
1.37
24
1.1217
.32366
.06607
.9850
1.2583
.53
1.76
8
1.1500
.40093
.14175
.8148
1.4852
.76
2.04
8000 ORAC
8
1.3400
.23262
.08225
1.1455
1.5345
.94
1.58
16000 ORAC
8
1.3588
.24902
.08804
1.1506
1.5669
1.01
1.80
24
1.2829
.30585
.06243
1.1538
1.4121
.76
2.04
Total FORD_post Placebo
Total Placebo
8
11.7500 19.03193
6.72880
-4.1611
27.6611
-19.00
33.00
8000 ORAC
8
34.1250 12.06456
4.26547
24.0388
44.2112
20.00
51.00
16000 ORAC
8
52.5000 16.30074
5.76318
38.8722
66.1278
35.00
86.00
24
32.7917 22.91569
Total Selisih_FORD
Std. Deviation Std. Error
24 2.8996E2 76.09518 15.53286 257.8262
Total
Selisih_FORT
Mean
4.67764
23.1152
42.4681
-19.00
86.00
Placebo
8
.0040
.15520
.05487
-.1258
.1338
-.22
.23
8000 ORAC
8
.2400
.08586
.03036
.1682
.3118
.05
.32
8
.4450
.10170
.03596
.3600
.5300
.33
.63
24
.2297
.21587
.04406
.1385
.3208
-.22
.63
16000 ORAC Total
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic FORT_pre FORT_post FORD_pre FORD_post Selisih_FORT Selisih_FORD
1.010 1.845 1.779 .589 .449 2.228
df1
df2 2 2 2 2 2 2
Sig. 21 21 21 21 21 21
.381 .183 .193 .564 .644 .133
df
Mean Square
ANOVA Sum of Squares FORT_pre
FORT_post
Between Groups
8152.083
2
4076.042
Within Groups
125028.875
21
5953.756
Total
133180.958
23
Between Groups
22283.083
2
Within Groups
94762.875
21
117045.958
23
Between Groups Within Groups
.387 2.023
2 21
Total
2.409
23
.213
2
Within Groups
1.938
21
Total
2.151
23
6663.583 5414.375
2 21
12077.958
23
Between Groups
.779
2
Within Groups
.293
21
1.072
23
Total FORD_pre
FORD_post
Selisih_FORT
Between Groups
Between Groups Within Groups Total
Selisih_FORD
Total
F
Sig.
.685
.515
11141.542 2.469
.109
4512.518 .193 2.008 .096
.159
.107 1.156
.334
.092 3331.792 12.923 257.827
.000
.390 27.960
.000
.014
Post Hoc Tests Multiple Comparisons LSD Mean Dependent (I) (J) Difference Std. Variable Kelompok Kelompok (I-J) Error Selisih Placebo 8000 ORAC -22.37500* 8.02850 _FORT 16000 -40.75000* 8.02850 ORAC 8000 Placebo 22.37500* 8.02850 ORAC 16000 -18.37500* 8.02850 ORAC 16000 ORAC
Placebo 8000 ORAC
95% Confidence Interval Lower Upper Sig. Bound Bound .011 -39.0712 -5.6788 .000 -57.4462 -24.0538 .011
5.6788 39.0712
.033 -35.0712
40.75000* 8.02850 .000 18.37500* 8.02850 .033
-1.6788
24.0538 57.4462 1.6788 35.0712
-.23600*
.05902 .001
-.3587
-.1133
16000 ORAC Placebo
-.44100*
.05902 .000
-.5637
-.3183
.23600*
.05902 .001
.1133
.3587
16000 ORAC
-.20500*
.05902 .002
-.3277
-.0823
Placebo
.44100*
.05902 .000
.3183
.5637
8000 ORAC .20500 .05902 .002 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
.0823
.3277
Selisih _FORD
Placebo 8000 ORAC
8000 ORAC
16000 ORAC
*
Lampiran 7 Ethical Clearance