i
DISERTASI
SENAM HAMIL MENINGKATKAN ANTIOKSIDAN ENZIMATIK, KEKUATAN OTOT PANGGUL, KUALITAS JASMANI, DAN MENURUNKAN KERUSAKAN OKSIDATIF PADA WANITA HAMIL
F. W. WAGEY
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
i
DISERTASI
SENAM HAMIL MENINGKATKAN ANTIOKSIDAN ENZIMATIK, KEKUATAN OTOT PANGGUL, KUALITAS JASMANI, DAN MENURUNKAN KERUSAKAN OKSIDATIF PADA WANITA HAMIL
F. W. WAGEY NIM. 0690271015
PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
ii
SENAM HAMIL MENINGKATKAN ANTIOKSIDAN ENZIMATIK, KEKUATAN OTOT PANGGUL, KUALITAS JASMANI, DAN MENURUNKAN KERUSAKAN OKSIDATIF PADA WANITA HAMIL
Disertasi untuk memperoleh Gelar Doktor Pada Program Doktor, Program Studi Ilmu Kedokteran Program Pascasarjana Universitas Udayana
F. W. WAGEY NIM. 0690271015
PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PROMOTOR DAN KOPROMOTOR Lembar Pengesahan DISERTASI INI TELAH DISETUJUI PADA UJIAN TERBUKA TANGGAL : 15 Maret 2011
Promotor
Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc. Sp.And NIP : 19440201 196409 1 001.
Kopromotor I
Kopromotor II
Prof. Dr. dr. I Gede Putu Surya, SpOG-K NIP. 19431015 197008 1 001
Prof. dr. N. Agus Bagiada,Sp.BIOK NIP. 19410320 196801 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Program Pascasarjana Universitas Udayana
Dr. dr. I W. P. Sutirta Yasa MSi NIP.19570513 198601 1 001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, SpS(K) NIP. 195902151 198510 2 001
iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI DISERTASI
Disertasi ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal 15 Maret 2011
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No. 0568/H14.4/HK/2011 Tanggal : 10 Maret 2011
Panitia Penguji Disertasi adalah: Ketua: Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc. Sp.And Anggota 1. Prof. Dr. dr. I Gede Putu Surya, Sp.OG-K. 2. Prof. dr. Agus Bagiada, Sp.BIOK 3. Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And., FAACS. 4. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, M.OH. 5. Prof. Dr. N. T. Suryadhi, M.PH., Ph.D. 6. Prof. Dr. dr. A. A. Gede Sudewa Djelantik, Sp.PK (K) 7. Prof. Dr. dr. Obrien Tendean SpAnd
v
UCAPAN TERIMAKASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas karunia Nya, disertasi yang berjudul: ‖Senam Hamil Meningkatkan Antioksidan Enzimatik, Kekuatan OtotOtot Panggul, Kualitas Jasmani, dan Menurunkan Kerusakan Oksidatif pada Wanita Hamil” dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc. Sp.And., pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberi dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program doktor, khususnya dalam penyelesaian proposal disertasi ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula
kepada
Prof. Dr. dr. I Gede Putu Surya, Sp.OG-K pembimbing I dan Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp.BIOK pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama ditujukan kepada Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM), Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Doktor di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, SpS(K), Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis mengikuti Program Doktor di Universitas Udayana. Juga ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Asdir I, Prof.Dr. Made Budiarsa, M.A., dan Asdir II, Dr I Ketut Budi Susrusa, M.S., serta Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran, Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa M.Si. Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr dr. Nyoman Adiputra M.OH, mantan Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Universitas Udayana yang memberikan kesempatan kepada penulis menjadi mahasiswa Program Doktor Program Studi Ilmu Kedokteran angkatan tahun 2006. Terima kasih pula kepada Prof. Dr dr Wempie Pangkahila SpAnd FAACS sebagai Pembimbing Akademik penulis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis sejak diterima sebagai mahasiswa S3 sampai menyelesaikan Program Doktor ini.
vi
Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Prof. Dr Donald Rumokoy SH. MH Rektor Universitas Sam Ratulangi Manado dan Prof. Dr dr Sarah Warouw SpA(K), Dekan Fakultas Kedokteran Univesitas Sam Ratulangi Manado yang mengijinkan kepada penulis untuk mengikuti Program Doktor. Ungkapan rasa hormat dan terima kasih setinggi-tingginya penulis sampaikan pula kepada para penguji disertasi, yaitu Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc. Sp.And; Prof. Dr. dr. I Gede Putu Surya, SpOG-K; Prof. Dr. Agus Bagiada, Sp.BIOK; Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And., FAACS; Prof. Dr. dr. Nyoman Adiputra, M.OH., Prof. dr. N. T. Suryadhi, M.PH., Ph.D; Prof. Dr. dr. A. A. Gede Sudewa Djelantik, Sp.PK (K); Prof. Dr Drs I Made iv Sutajaya, M.Kes, dan Prof. Dr dr Obrien Tendean SpAnd yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga proposal disertasi ini dapat terwujud. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penyanggah external yaitu Prof Dr. dr. Biran Affandi SpOG(K) dan Prof. Dr. dr. Ketut Suwiyoga SpOG (K), dan kepada undangan penguji akademik yaitu Dr. dr. I W. P. Sutirta Yasa Msi, Prof. Dr. Ir. Putra Manuaba MPhil, Prof. dr, I Gusti Made Aman SpFK, Prof. dr Ketut Tirtayasa MS. AIF, Dr. dr. I Dewa Made Sukrama SpMk, yang telah memberikan saran, sanggahan dan koreksi kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Pendidikan Nasional melalui Tim Managemen Program Doktor yang telah memberikan bantuan finansial dalam bentuk BPPS sehingga meringankan beban penulis dalam mengikuti program ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Terima kasih pula
kepada seluruh staf Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi FK Unsrat/ BLU RSUP Prof RD Kandou Manado yaitu dr R.B Rattu SpOG dan Prof.dr Olga M.G Sanger SpOG(K), mantan kepala Bagian, Prof. Dr. Nan N Warouw, SpOG(K), dr Ronny A. A. Mewengkang, SpOG, Prof. Dr dr Eddy Suparman SpOG(K), Prof. Dr Hermi Tendean SpOG(K), dr Jefferson
vii
Rompas SpOG, dr Max Rarung SpOG(K), dr Maria Loho SpOG(K), dr John Wantania SpOG, dr Rudy Lengkong SpOG(K), dr Joice Kaeng SpOG, dr Joice Sondakh SpOG, dr Joel Laihad SpOG, dr Maya Mewengkang SpOG, dr Erna Suparman SpOG, dan para peserta didik PPDS I serta anggota kesekretariatan, yang telah membantu dan bekerja sama selama penulis mengikuti pendidikan Program Doktor baik secara moril maupun material. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Ayah Johan Emiel Wagey (almarhum) dan Ibunda Nontje Wuysang yang telah mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis sehingga bisa mencapai jenjang pendidikan akadenis tertinggi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Mertua Sintje Winokan dan Ayah Mertua Hans Johanis Legoh (almarhum) yang telah memberikan motivasi selama ini. Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada seluruh kakak penulis yaitu Prof Dr Mareyke Tairas Wagey MA, (saat ini dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya) atau Kel. Dr J Tairas Wagey Mdiv, Kel. Bertje Wagey T BA, Kel. Drs Frans Wagey Kotambunan serta keluarga
Vecky
Mewengkang Legoh di Manado, yang telah membantu dan telah memotivasi penulis baik secara material maupun spiritual sehingga penulis dapat mencapai tingkat tertinggi dalam gelar akademis ini.
.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih setinggi-tingginya kepada isteri tercinta Meaddy Diane Legoh yang dengan penuh perhatian, pengertian kesabaran mendampingi dan memberikan motivasi kepada penulis untuk penyelesaian pendidikan Program Doktor ini serta anak-anak dr Frank M M Wagey dan Frena M Y Wagey, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan naskah disertasi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian Program Doktor penulis.. IMANNUEL Denpasar, Mei, 2011
Penulis
viii
ABSTRAK
Kehamilan merupakan suatu kondisi rentan dengan segala macam ―stress‖ yang berakibat pada terjadinya perubahan fisiologi dan fungsi metabolik. Pada kehamilan juga terjadi peningkatan kebutuhan energi dan oksigen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan reaksi oksidatif pada kehamilan mulai umur kehamilan 20 minggu, akibat perlakuan senam hamil, dihubungkan dengan hasil perubahan biomarker proses stress oksidatif dan luaran klinis berupa kekuatan otot-otot panggul dan kualitas jasmani. Penelitian ini merupakan studi eksperimental menggunakan rancangan randomized pretest-posttest control group design, dicari perbedaan peningkatan kadar antioksidan enzimatik yaitu superoxide dismutase (SOD), gluthathion peroxidase (GSHPx), dan catalase (CAT) pada wanita hamil usia kehamilan 20 minggu sebagai respon oxidative stress akibat diberikan perlakuan senam hamil dibandingkan dengan yang tanpa senam hamil, juga dicari luaran klinis berupa peningkatan kekuatan otot panggul dan kualitas jasmani dan penurunan kadar MDA, 8-OHdG pada subjek dan perlakuan penelitian yang sama Pada penelitian ini didapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar antioksidan enzimatik superoxide dismutase (SOD), gluthathion peroxidase (GSHPx), dan catalase (CAT) lebih tinggi secara signifikan masing-masing sebesar 1,36 g/gHb; 1,14 IU/gHb; dan 0,97 IU/gHb, pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai p < 0,05. luaran klinis berupa kekuatan otot-otot panggul dan kualitas jasmani juga ditemukan lebih baik pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai p < 0,05. Penelitian ini juga memberikan hasil berupa penurunan kadar malondialdehid (MDA) dan 8-hydroxy-2-deoxy guanosin (8-OHdG) lebih tinggi secara signifikan sebesar 0,15 nmol/ml dan 0,08 ng/ml antara kelompok kontrol dan perlakuan (p < 0,05). Ini berarti bahwa perlakuan senam hamil pada wanita hamil yang usia kehamilannya memasuki umur 20 minggu memberikan peningkatan antioksidan enzimatik SOD, GSHPx, dan CAT dan penurunan MDA dan 8-OHdG lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan senam hamil. Kata kunci: stres oksidatif, malondialdehyd, 8-hydroxy-2-deoxy- guanosin, superoxide dismutase, glutathion peroxidase, catalase.
ix
ABSTRACT
Pregnancy is a stressful condition in which many physiological and metabolic functions are altered to a considerable extent. Increase of energy and oxygen demand occure during pregnancy. The aims of this research is to investigated oxidative reaction changes of 20 weeks pregnant women whome gained exercise corelated to biomarker changes and clinical outcome of strengten of pelvic muscle and quality of life. This is an experimental study with randomized pre-posttest control group design. In this study, the different between malondialdehyde (MDA) and 8hydroxy-2-deoxy-guanosine (8-OHdG) of 20 weeks pregnant women as an oxidative stress response due to exercise and without exercise were observed. Increase of enzymatic antioxidant and clinical outcome were also investigated. In this study, increase of SOD, GSHPx, and CAT levels were also significantly higher around 1.36 g/gHb; 1.14 IU/gHb; and 0.97 IU/gHb, amongst treatment and control groups (p < 0.05). Clinical outcomes, such as strengten of pelvic muscle and quality of life of treatment group were significantly better compared to control group (p < 0.05). This study we also found that decrease of (MDA) and 8-OHdG were significantly higher about 0.15 nmol/ml and 0.08 ng/ml, respectively, amongs treatment and control groups (p < 0.05). This means that exercise during pregnancy ages of 20 weeks increased SOD, GSHPx, and CAT and decrease MDA and 8-OHdG higher compare to control group without exercise. Keywords: oxidative stress, malondialdehyde, 8-hidroxy-2-deoxy-diguanosine, superoxide dismutase, glutahthion peroxidase, catalase.
x
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL DALAM…………………………………………………………. PRASARAT GELAR..................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN PROMOTOR DAN KOPROMOTOR.............. PENETAPAN PANITIA PENGUJI………………………………………... UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................ DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR GAMBAR...................................................................................... DAFTAR TABEL.......................................................................................... DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN.................................................
i ii iii iv v ix xii xiii xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….. 1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 1.3.1 Tujuan umum………………………………………………… 1.3.2 Tujuan khusus………………………………………………… 1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………….. 1.4.1 Manfaat akademik…………………………………………… 1.4.2 Manfaat praktis………………………………………………..
1 1 12 13 13 13 14 14 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA…….………………………………………… 2.1 Graviditas (Kehamilan)…………………………………………….. 2.1.1 Istilah-istilah dalam kehamilan ............................................... 2.1.1.1 Trimester pertama......................................................... 2.1.1.2 Trimester kedua ........................................................... 2.1.1.3 Trimester ketiga............................................................ 2.1.2 Karakteristik kehamilan............................................................ 2.1.3 Diagnosis................................................................................... 2.1.3.1 Dianggap hamil.............................................................. 2.1.3.2 Kemungkinan hamil....................................................... 2.1.3.3 Positif hamil................................................................... 2.1.4 Pemeriksaan kehamilan............................................................ 2.1.4.1 Anamnesis..................................................................... 2.1.4.2 Pemeriksaan fisik umum............................................... 2.2 Persalinan...........................................................................................
15 15 15 17 24 31 41 43 43 45 46 47 47 48 48
xi
2.3 Olahraga dan kehamilan…………………………………………..... 2.3.1 Sejarah kebugaran pada masa kehamilan................................ 2.3.2 Pengaruh olahraga pada wanita hamil...................................... 2.3.3 Fase-fase latihan olahraga......................................................... 2.3.3.1 Fase pemanasan dan peregangan.................................. 2.3.3.2 Fase latihan................................................................. 2.3.3.3 Fase pendinginan......................................................... 2.3.3.4 Latihan olahraga berlebihan........................................ 2.4 Olahraga, lipid peroksidasi, antioksidan enzimatik, dan kehamilan.......................................................................................... 2.5 Kehamilan dan stress oksidatif ……………………………………. 2.5.1 Radikal bebas……………………………………………….... 2.5.2 Reactive oxygen species/ROS……………………………….... 2.6 Antioksidan………………………………………………………..... 2.6.1 Antioksidan enzimatik…………………………………........... 2.6.2 Antioksidan nonenzimatik…………………………………….
49 49 51 57 57 58 59 61
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS……………………… 3.1 Kerangka Konsep…………………………………………………… 3.2 Hipotesis………………………………………………………….....
75 75 77
BAB IV METODE PENELITIAN………………………………………..... 4.1 Rancangan penelitian……………………………………………….. 4.2 Lokasi dan waktu penelitian……………………………………….. 4.3 Ruang lingkup penelitian…………………………………………... 4.4 Penentuan sumber data…………………………………………….. 4.4.1 Populasi sampel………………………………………………. 4.4.2 Kriteria inklusi, eksklusi, kriteria sampel, dan sumber sampel. 4.4.2.1 Kriteria inklusi………………………………............... 4.4.2.2 Kriteria eksklusi……………………………………….. 4.4.2.3 Kriteria sampel………………………………………... 4.4.2.4 Sumber sampel………………………………………... 4.4.3 Besar sampel penelitian……………………............................. 4.5 Variabel Penelitian………………………………………………….. 4.5.1 Klasifikasi dan identifikasi variabel………………………….. 4.5.2 Hubungan antar variabel…………………………………….... 4.5.3 Definisi operasional variabel………………………………..... 4.6 Bahan Penelitian…………………………………………………….. 4.6.1 Bahan sampel…………………………………………………
79 79 80 80 80 80 81 81 81 81 81 82 83 83 83 84 87 87
62 65 65 66 70 71 73
xii
4.6.2 Bahan kimia............................................................................... 4.7 Instrumen Penelitian............................................................................ 4.8 Prosedur Penelitian.............................................................................. 4.8.1 Tahap persiapan......................................................................... 4.8.2 Pelaksanaan penelitian............................................................... 4.8.2.1 Perlakuan tanpa senam hamil.......................................... 4.8.2.2 Perlakuan senam hamil................................................... 4.9 Alur penelitian ................................................................................... 4.10 Analisisis statistika data…………………………………………...
87 88 88 88 89 89 89 89 90
BAB V HASIL PENELITIAN....................................................................... 5.1 Karakteristik klinis subjek penelitian.............................................. 5.2 Penurunan kadar malondialdehid (MDA) dan 8-hidroksi guanosin (8-OHdG)...................................................................................... 5.3 Peningkatan Kadar Superoxide dismutase (SOD), Glutation peroksidase (GSHPx), dan Catalase (CAT).................................... 5.4 Peningkatan outcome klinis............................................................... 5.4.1 Kekuatan otot panggul................................................................ 5.4.2 Kualitas jasmani.....................................................................
93 93 94 96 100 100 101
BAB VI PEMBAHASAN......................................................................... 6.1 Karakteristik klinis subjek penelitian.............................................. 6.2 Penurunan kadar malondialdehid (MDA) dan 8-hidroksi guanosin (8-OHdG)....................................................................................... 6.3 Peningkatan Kadar Superoxide dismutase (SOD), Glutation peroksidase (GSHPx), dan Catalase (CAT).................................... 6.4 Outcome klinis.................................................................................... 6.4.1 Kekuatan otot panggul (KOP).................................................... 6.4.2 Kualitas jasmani......................................................................... 6.5 Kebaharuan penelitian (Novelty).....................................................
104 104
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN............................................................ 7.1 Simpulan ............................................................................................ 7.2 Saran...................................................................................................
117 117 118
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. LAMPIRAN...................................................................................................
120 132
105 109 112 112 113 115
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11.
2.12 2.13
2.14 2.15 2.16 2.17 2.18 2.19 3.1 4.1 4.2 4.3 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5
Periode waktu proses persalinan........................................................... Perkembangan janin intrauterin dan bentuk tubuh wanita hamil.......... Diagram perkembangan proses implantasi pada awal kehamilan......... Embrio pada umur kehamilan 6 minggu............................................... Perkembangan proses kehamilan pada trimester pertama…………… Bagan Mekanisme yang diduga penyebab terjadinya preeclampsia dan IUGR.............................................................................................. Gambaran kantong kehamilan pada akhir bulan kedua kehamilan (8–9 minggu)......................................................................................... Janin pada umur kehamilan 16 minggu................................................ Hasil USG pada janin berumur 20 minggu........................................... Hasil dari proses plasentasi dalam kehamilan ...................................... Diagram permukaan utero-plasenta pada trimester pertama dan akhir kehamilan, menunjukkan kurangnya sitotroploblast dan kurangnya perubahan pada a spiralis pada preeclampsia....................................... Proses timbulnya preeclampsia akibat poor placentaion ...................... Mekanisme terbentuknya radikal bebas dan hubungannya dengan terjadinya preeclampsia serta IUGR (AT1R autoantibody, angiotensin receptor-1 autoantibody)........................................................................ Variasi postur tubuh wanita hamil sesuai berat badan janin.................. Jalur yang menunjukkan peranan oxidative stress dalam perlangsungan proses persalinan............................................................ Kaskade rantai reaksi kerusakan sel………………………………...... Mekanisme terjadi ROS………………………………………………. Pembentukan ROS dalam proses ovulasi dan sterodogenesis............... Efek ROS di dalam perkembangan Janin.............................................. Bagan kerangka konsep………………………………………………. Bagan rancangan Pretest-Posttest Control Group Design…………… Bagan hubungan antar variabel............................................................. Skema alur penelitian............................................................................ Profil penurunan kadar MDA ............................................................... Profil penurunan kadar 8-OhdG ........................................................... Profil peningkatan kadar SOP .............................................................. Profil peningkatan kadar GSHPx ......................................................... Profil peningkatan kadar LAT ..............................................................
15 16 18 19 20 22 24 26 26 28
29 30
31 36 40 66 67 69 70 77 79 84 90 96 96 99 99 99
xiv
DAFTAR TABEL Halaman
2.1 Antioksidan enzimatik dan non-enzimatik ..........................................
71
5.1 Karakteristik subjek penelitian .............................................................
93
5.2 Data MDA dan 8-OHdG pada kelompok kontrol dan perlakuan……..
94
5.3 Resume Hasil Perbedaan Rata-rata Kadar MDA dan 8-OHdG post test Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan …………..
95
5.4 Data kadar SOD, GSHPx, dan CAT kelompok kontrol dan perlakuan
97
5.5 Resume hasil perbedaan rata-rata kadar SOD, GSHPx, dan CAT post test kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan …………......
98
5.6 Hasil analisis perbedaan kekuatan otot panggul (KOP) …………. .......
100
5.7 Data outcome klinis kualitas jasmani ………………………………….
101
5.8 Resume Hasil Perbedaan Rata-rata Luaran Klinis Kualitas Jasmani post test Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan…………….
103
xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
ACOG CAT DM ECSOD EDD GSHPx HPHT LMP LPO MDA PUFA ROS SDKI SHMP SKRT SOD TBC USG p
: American College of Obstetricians and Gynecologists : Catalase : Diabetes melitus : Extracell Superoxyde Dismutase : Expected date of delivery : Glutation peroksidase : hari pertama haid terakhir : Last menstrual period : Lipid Peroxidation : Malondialdehid : Polyunsaturated fatty acids : Reactive Oxygen Species : Survei Demografi Kesehatan Indonesia : Senam Hamil Metode Pilates : Survei Keseharan Rumah Tangga : Superoxide Dismutase : Tuberkolosis : Ultrasonografi : Signifikansi
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Proses kehamilan terjadi sejak pertemuan antara sperma dan ovum, yang dimulai pada trimester pertama sampai trimester ketiga kehamilan, ketika sang janin siap dilahirkan. Proses ini seringkali berjalan normal, tetapi terkadang terjadi komplikasi yang membahayakan terhadap ibu hamil maupun janinnya, dan dapat timbul sejak trimester pertama, trimester kedua, trimester ketiga atau akhir kehamilan, bahkan pada proses persalinan, bentuknya ringan atau sedang dan tidak membahayakan wanita hamil, tetapi kadang berat sehingga berbahaya bagi ibu hamil dan janinnya bahkan dapat menyebabkan kematian (Cunningham, dkk., 2005; Wiknjosastro, dkk., 2006). Timbulnya komplikasi dalam kehamilan bisa dimulai sejak hasil konsepsi berimplantasi di endometrium yang akan terus bertahan selama proses kehamilan berlangsung bahkan sampai persalinan, dan ditemukan sekitar 10-20% kehamilan disertai dengan komplikasi (Cunningham, dkk., 2005;Wiknjosastro, dkk., 2006; Curtis, 2008; Berkowitz and Goldstein, 2009). Pada trimester pertama, kelainan yang timbul umumnya adalah perdarahan, emesis gravidarum, hiperemesis gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, dan kelainan pada hasil konsepsi (Holmgren, dkk., 2008). Keluhan perdarahan yang terjadi pada trimester pertama ditemukan 15-25% kasus. (Weiss,dkk.,2004). Terjadinya perdarahan pada trimester pertama umumnya
1
2
berhubungan dengan kelainan pada hasil konsepsi seperti mola hidatidosa, kehamilan tidak berkembang baik seperti blighted ovum, (hanya kantong kehamilan yang terbentuk sedangkan embrionya tidak) dan salah satu komplikasi pada trimester pertama yang harus dilakukan tindakan operasi adalah kehamilan ektopik terganggu dan ditemukan 1 di antara 50 kehamilan (OSUMC, 2009). Keluhan perdarahan pada kehamilan trimester pertama sering harus diakhiri kehamilannya karena adanya blihgted ovum, dan mungkin pula sudah mulai terjadinya proses abortus atau proses keguguran kehamilan (Cunningham, dkk., 2005; Wiknjosastro,dkk., 2006; Berkowitz dan Goldstein, 2009). Abortus dapat timbul
akibat adanya situasi Reactive oxygen species.
Siboe, dkk., (2008) menemukan pada abortus spontan kadar superoxide dismutase lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan normal, juga pada kehamilan yang mengalami placenta oxidative stress berimplikasi terhadap terjadinya abortus spontan (Poston dan Raijmakers, 2004). Oxidative stress menyebabkan gangguan aliran darah pada daerah intervilous yang merupakan awal dari proses terjadinya abortus (Jauniaux, dkk., 2000; 2003). Abortus dapat juga disebabkan karena invasi trofoblast yang tidak adekuat pada endometrium akibat adanya trophoblastic oxidative stress menyebabkan hubungan hasil konsepsi dengan arteri spiralis tidak terjadi sempurna (Burton and Jauniaux, 2004; Webster, dkk., 2008). Untuk menghindari terjadinya komplikasi dalam kehamilan, maka diupayakan oksigen pada kehamilan muda harus rendah supaya bisa menghindari terbentuknya oxidative stress, yang akan mempengaruhi proses kehamilan (Burton, dkk., 2001).
3
Pada kehamilan trimester kedua (13 minggu - 27 minggu), komplikasi yang ditemukan lebih jarang dibandingkan trimester pertama (Michels and Tiu, 2007). Walaupun demikian kesulitan yang timbul perlu diperhatikan karena bisa mengakibatkan keadaan yang berbahaya bagi ibu dan janinnya (Michels and Tiu, 2007; OSUMC, 2009). Komplikasi kehamilan trimester kedua akan menurun sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Sebanyak 30-40% terjadi keguguran pada umur kehamilan 13-14 minggu, sedangkan umur kehamilan 1519 minggu, keguguran hanya 1-5%. Pada umur kehamilan 20-27 minggu sebanyak 0,3 % terjadi stillbirth atau lahir mati (Michels and Tiu., 2007). Umumnya kasus keguguran pada kehamilan trimester kedua diduga banyak disebabkan karena infeksi pada selaput amnion dan plasenta termasuk infeksi oleh Cytomegalovirus (Srinivas,dkk., 2005; Srinivas,dkk., 2007; Goldenberg, dkk., 2008; Romero and Garite, 2008). Penyebab lain terjadinya abortus pada kehamilan trimester kedua adalah inkompeten servix, yang ditemukan sebanyak 15 % – 20 % dari seluruh kasus abortus (Althuisius, dkk., 2000).
Komplikasi yang berhubungan dengan terbentuknya reactive oxygen spesies pada kehamilan trimester kedua adalah: persalinan prematur, hipertensi dalam kehamilan terutama preeklampsia, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, dan diabetes mellitus dalam kehamilan (Walker, 2000; Carol, dkk., 2000; Roberts and Lain., 2002; Casanueva and Viteri., 2003; Raijmakers, dkk., 2004; Redman and Sargent, 2008; Davies, 2009).
4
Hipertensi dalam kehamilan terutama preeklampsia merupakan salah satu komplikasi pada kehamilan yang mempunyai peranan penting pada terjadinya kematian maternal dan perinatal, ditemukan 5-10% pada wanita hamil di seluruh dunia (Roberts dan Cooper 2001; Tsatsaris, dkk., 2003; Cunningham, dkk., 2005; Wiknjosastro, dkk., 2006; Huppertz, 2008). Preeklampsia merupakan komplikasi yang berbahaya dalam kehamilan dan mulai timbul pada pertengahan kehamilan trimester kedua dan sindroma ini ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuri, dan kelainan sistemik lainnya (Morreti, dkk., 2004; Cunningham, dkk., 2005; Redman and Sargent, 2005). Reactive oxygen stress juga berperan terhadap terjadinya preeklampsia. Sebenarnya mekanisme timbulnya preeklampsia dihubungkan dengan reactive oxygen stress, sudah dimulai sejak kegagalan invasi trofoblast hasil konsepsi ke endometerium sehingga tidak terjadi hubungan yang lengkap antara sel trofoblas dengan arteri spiralis dalam endometrium (Jauniaux, dkk., 2000; 2003). Meningkatnya suasana reactive oxygen spesies pada umur kehamilan trimester kedua juga bisa mengakibatkan terjadinya ketuban pecah dini yang merupakan salah satu penyebab terjadinya persalinan prematur (Woods, 2001). Adanya oxidative stress akan menyebabkan pelepasan lipopolysacharidase (LPS), yang merangsang produksi sitokin dan prostanoids, terjadi proses inflamasi di daerah desidua plasenta. Akibat proses inflamasi diproduksi prostaglandin yang akan menyebabkan kontraksi uterus meningkat, yang bila tidak ditangani akan terjadi persalinan prematur (Malek, dkk., 2001).
5
Komplikasi lain pada umur kehamilan trimester kedua
dihubungkan
dengan reactive oxygen stress adalah diabetes mellitus dalam kehamilan. Setelah terbentuknya plasenta akan dihasilkan hormon-hormon yang meningkatkan metabolisme glukoneogenesis (Cunningham, dkk., 2005), selain itu plasenta mengandung banyak sekali mitokondria yang akan meningkatkan terjadinya metabolisme aerobik dan hal ini merupakan penyebab terbentuknya oxidative strees. Radikal bebas yang terbentuk akibat adanya oxidative stress salah satunya akan merusak sel-sel beta pada pankreas meyebabkan kekurangan produksi insulin yang berdampak pada timbulnya diabetes mellitus dalam kehamilan (Chen and Scholl, 2005).
Reactive oxygen species bila tidak teratasi mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, terutama pada umur kehamilan trimester kedua. Perkembangan janin yang terhambat atau intra uterine growth restriction (IUGR) ditemukan 3-10 % dari seluruh wanita hamil (Kamath, dkk., 2006). Oxidative stress dapat menghambat pertumbuhan janin dalam rahim, karena adanya peningkatan produksi carbonil. Produksi carbonil dapat menghancurkan protein yang dibutuhkan oleh sel dan DNA. Gangguan pada metabolism protein mengakibatkan kebutuhan protein oleh janin terganggu, sehingga berpengaruh pada pertumbuhan janin yang menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dalam rahim (IUGR) dan kerusakan DNA (Myatt and Cui, 2004; Hracsko, dkk., 2008). Memasuki umur kehamilan trimester ketiga (28-40 minggu), komplikasi yang timbul seringkali membahayakan kehidupan ibu dan janinnya, sehingga pada waktu ini dianjurkan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care lebih sering,
6
yaitu setiap 2 minggu sekali sampai umur kehamilan 37 minggu dan seminggu sekali sampai melahirkan (Cunningham dkk.,2005; Wiknjosastro,dkk., 2006). Pada kehamilan trimester ketiga, komplikasi yang sering ditemukan adalah preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat dalam rahim (IUGR), dan persalinan preterm yang penyebabnya banyak dihubungkan dengan adanya reactive oxygen stress pada seorang wanita hamil (Walker, 2000; Woods, 2001; Yoneyama, dkk., 2002; Morreti, dkk., 2004; Uboh, dkk., 2008). Selain komplikasi akibat adanya oxidative stress dalam kehamilan, dapat pula ditemukan keluhan subjektif yang terjadi akibat adanya beban psikis atau stress psikologis pada seorang wanita hamil dan keluhan ini dapat menyebabkan masalah dalam kehamilan. Di Amerika Serikat ditemukan 10 - 20% kehamilan muda diakhiri kehamilannya karena keluhan psikis (Neugebauer and Ritsher, 2002; Greenfield, 2009). Gangguan psikologi dapat timbul pada waktu kehamilan maupun pasca salin, tetapi frekwensinya lebih banyak dalam kehamilan trimester kedua yaitu sebanyak 29.2% dibandingkan pada pasca salin hanya 16.5% (Andersson, dkk., 2006). Beban psikologis berat pada wanita hamil, seringkali mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim dan kelainan yang timbul tergantung waktu timbulnya beban psikologis tersebut, apakah pada trimester pertama, trimester kedua atau trimester ketiga, malahan bila gangguan tersebut sejak kehamilan muda atau pada trimester pertama, dapat menyebabkan pertumbuhan janin dalam rahim terhambat atau intra uterin growth resiriction (IUGR) dan mempengaruhi
7
denyut jantung janin bila kehamilan tersebut sudah mendekati untuk melahirkan (Forlenza and Miller, 2006; Bayne, 2009). Keluhan akibat beban psikologis, dapat berupa keluhan fisik seperti sakit kepala, sakit dada, dan jantung berdebar. Selain itu keluhan dapat berupa keluhan mental, seperti kebingungan, tidak bisa konsentrasi, pelupa, dan ingin selalu tidur. Sedangkan keluhan emosional juga bisa terjadi yaitu adanya cemas tanpa alasan, pemarah, sering menangis, mengalami gangguan sosial yaitu ingin menyendiri, makan banyak atau makan hanya sedikit sebagai reaksi psikologisnya, sampai penggunaan obat penenang (OTIS, 2009). Komplikasi obstetrik sangat berperan terhadap kematian maternal. Masalah kematian maternal merupakan masalah yang kompleks menyangkut banyak faktor, seperti: derajat kesehatan termasuk status kesehatan reproduksi dan status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Komplikasi obstetrik terjadi pada 20% dari seluruh ibu hamil, namun kasus komplikasi obstetrik yang tertangani masih kurang dari 10% dari semua ibu hamil (Senewe dan Sulistyowati, 2004; PKMI, 2007). Kehamilan merupakan suatu kondisi yang rentan terhadap segala macam ―stress‖ berakibat pada terjadinya perubahan fisiologi maupun fungsi metabolik. Pada kehamilan juga terjadi peningkatan kebutuhan energi dan oksigen (Patil, dkk. 2006; 2007). Di samping itu, plasenta ternyata mengandung banyak mitokondria
yang
meningkatkan
proses
metabolisme
oxidative
untuk
menghasilkan energi. Proses metabolisme ini meningkatkan penggunaan oksigen dan apabila oksigen yang tersedia tidak digunakan maksimal menyebabkan
8
terbentuknya oxidative stress dan menghasilkan radikal bebas berlebihan yang akhirnya berpengaruh terhadap kelangsungan suatu proses kehamilan (Casanueva dan Viteri, 2003). Dewasa ini, peran penurunan antioksidan dan peningkatan oksidan atau radikal bebas pada wanita hamil telah banyak diteliti. Hal ini penting untuk mengikuti perkembangan kehamilan. Ketidakseimbangan antara antioksidan dan radikal bebas dalam kehamilan menimbulkan perubahan patologis yang dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan. Marker biokimia antioksidan dan oksidan semacam ini sangat berguna dalam mengamati komplikasi yang mungkin timbul dalam kehamilan (Carol, dkk., 2000; Argawal, dkk., 2005; Redman and Sargent, 2005; Patil, dkk., 2006; 2007). Komplikasi dalam kehamilan baik pada trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga bisa terjadi karena terbentuknya reactive oxidative species dan adanya beban psikologis yang didapat selama kehamilan. Komplikasi akibat kedua hal tersebut diatas dapat dikurangi ataupun dihilangkan dengan memberikan pengobatan dan aktivitas olahraga selama dalam kehamilan. Pengobatan yang diberikan diharapkan dapat menghilangkan keluhan yang timbul sedangkan aktivitas olahraga selama kehamilan dapat mencegah terbentuknya radikal bebas, tetapi olahraga harus diberikan sesuai dengan kemampuan wanita hamil (Kaiser, dkk.,2002; Fadillioglu, dkk., 2000; Kramer and McDonald , 2006; Mariani dan Nunik-Puspitasari, 2006; Wendy, dkk., 2008). Latihan fisik atau olahraga pada kehamilan dapat menjaga pertambahan berat badan berlebih, mencegah diabetes, hipertensi, dan memperpendek waktu
9
persalinan (Pivarnik, 2008). Olahraga untuk wanita hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam rahim (Melzer, dkk.,2009). Ketika seorang melakukan aktivitas olahraga harus disertai dengan persediaan energi yang memadai. Energi yang dibutuhkan tubuh ketika melakukan aktivitas olahraga diproduksi dalam mitokondria. Proses katabolisme, metabolisme serta reaksi oksidasi sel terjadi dalam mitokondria. Reaksi dalam mitokondria ini akan menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam melakukan aktivitasnya (Cooper, 2000; Bhushan, dkk.,2003;Boscaglla, dkk.,2003). Pada wanita hamil jumlah mitokondrianya bertambah banyak karena ketika plasenta mulai terbentuk, akan diikuti oleh bertambahnya pembentukan mitokondria sesuai perkembangan pembesaran plasenta. Bertambahnya jumlah mitokondria, menyebabkan reaksi oksidatif meningkat untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh wanita hamil. Reaksi oksidatif meningkat, akan meningkatkan pula kebutuhan oksigen, apabila penggunaan oksigen ini tidak maksimal dan tubuh tidak mampu untuk mengeliminer, maka terbentuklah stres oksidatif. Terbentuknya reactive oxygen species, akibat adanya stres oksidatif memicu terjadinya peroksidasi asam-asam lemak tidak jenuh jamak (lipid) membran sel maupun darah sehingga mempengaruhi fungsi sel. Beberapa reaksi oksidasi yang terjadi ini menghasilkan radikal bebas oksigen (Fadillioglu, dkk., 2000; Kobe, dkk., 2002; Honzika, dkk., 2006). Olahraga merupakan salah satu cara untuk menetralisir terbentuknya radikal bebas karena dengan melakukan aktivitas fisik, oksigen yang berlebihan dapat digunakan untuk menghasilkan energi (Plowman and Smith, 2003).
10
Intensitas maupun kerasnya olahraga yang dilakukan berpengaruh pada terbentuknya radikal bebas. Peningkatan radikal bebas ditandai dengan peningkatan marker biokimia malondialdehid (MDA). Adanya radikal bebas yang dihasilkan dalam tubuh sebenarnya merupakan proses fisiologi. Sel-sel menghasilkan sejumlah pertahanan dalam mengatasi hal ini, peristiwanya lebih dikenal sebagai counteracting antioxidant defences (Clarkson and Thompson, 2000; Patil, dkk., 2006; 2008). Mekanisme pertahanan ini dikelompokkan menjadi scavenging radikal bebas dan pemutus rantai reaksi oksidasi (oxidation chain reaction). Superoxide dismutase (SOD), Glutation peroksidase (GSHPx), dan katalase (CAT) merupakan antioksidan enzimatik pemutus rantai oksidasi sehingga dapat mengurangi radikal bebas pada sel dan mencegah kerusakan akibat oksidasi radikal bebas tersebut (Patil, dkk., 2006; 2008). Radikal bebas bersifat tidak stabil dan sulit diukur secara langsung. Kecenderungan membentuk peroksidasi lipid dapat digunakan secara tidak langsung untuk mendeteksi keberadaannya. Malondialdehid (MDA) yang merupakan salah satu hasil peroksidasi lipid dapat diukur untuk menentukan adanya stress oksidatif akibat perusakan oleh radikal bebas (Patil, dkk., 2006; 2008). Patil, dkk., (2006) mendapatkan bahwa kadar MDA pada wanita hamil lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Peningkatan kadar MDA sejalan dengan peningkatan usia kehamilan, dari trimester pertama, kedua, dan ketiga. Mereka juga mendapatkan bahwa terjadi penurunan antioksidan enzimatik, superoxide dismutae (SOD), glutation peroksidase (GSHPx), dan katalase (CAT) pada wanita hamil dibandingkan
11
dengan wanita tidak hamil. Peneliti lain juga mendapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar MDA yang signifikan disertai dengan penurunan antioksidan nonenzimatik, seperti Vitamin-E, Vitamin-C, dan Vitamin-A pada wanita hamil yang mengalami hipertensi (Kobe, dkk., 2002; Necip, dkk., 2002; Yoneyama, dkk., 2002; Patil, dkk., 2008; Uboh, dkk., 2008). Banyak penelitian mendapatkan bahwa berolahraga bagi ibu hamil pada saat kehamilan telah memberikan banyak manfaat, di antaranya meningkatkan kontrol glikemia pada wanita hamil yang menderita diabetes, di samping itu pula dapat mencegah terjadinya diabetes pada wanita hamil (deBarros, dkk., 2010; Brankston, dkk., 2004). Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa dengan berolahraga saat hamil dapat memberikan efek protektif terhadap serangan penyakit jantung, osteoporesis, hipertensi, mengurangi risiko kanker kolon dan payudara, serta dapat menurunkan lemak tubuh (Paisley, dkk., 2003). Keluhankeluhan umum saat kehamilan, seperti; fatigue, varicosities, swelling of extremities, insomnia, stress, anxiety, dan depresi juga dapat dikurangi dengan melakukan olahraga (Boscaglla, dkk.,2003; Bessinger, dkk.,2002; Barakat, dkk., 2011). Bukti ilmiah juga menunjukkan bahwa dengan berolahraga saat kehamilan dapat mengurangi waktu persalinan (length of labour) dan mengurangi komplikasi persalinan (Scott, 2006; Juhl, dkk., 2010; Paisley, 2003). Penelitian lain juga mendapatkan
bahwa
proses
persalinan
berhubungan
bermakna
dengan
pelaksanaan senam hamil, para ibu yang mengikuti senam hamil terbukti dapat melalui proses persalinannya dengan lancar dan lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak mengikuti senam hamil (Mariani dan Nunik-Puspitasari, 2006).
12
Penelitian mengenai peranan perubahan reaksi oksidatif pada kehamilan terutama sejak umur kehamilan 20 minggu, akibat perlakuan olahraga, dihubungkan dengan hasil perubahan biomarker proses stress oksidatif belum pernah dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan penelitian yang dapat dirumuskan adalah apakah senam hamil yang dilakukan wanita hamil sejak umur kehamilan 20 minggu : 1. Meningkatkan kadar superoxide dismutase (SOD) lebih
tinggi
dibandingkan dengan tanpa senam hamil? 2. Meningkatkan kadar glutation peroksidase (GSHPx) lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil? 3. Meningkatkan kadar katalase (CAT) lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil? 4. Meningkatkan kekuatan otot-otot panggul lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil? dan 5. Meningkatkan kualitas jasmani lebih baik dibandingkan dengan tanpa senam
hamil?
6. Menurunkan kadar MDA lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil? 7. Menurunkan senam hamil?
kadar 8-OHdG lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa
13
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa perlakuan senam hamil pada wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu dapat mengurangi atau menghilangkan komplikasi yang mungkin bisa timbul selama kehamilan dan persalinan.
1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui senam hamil yang dilakukan wanita hamil sejak umur kehamilan 20 minggu : 1.
Meningkatkan kadar superoxide dismutase (SOD) lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil;
2.
Meningkatkan
kadar glutation
peroksidase (GSHPx)
lebih
tinggi
dibandingkan dengan tanpa senam hamil; 3.
Meningkatkan kadar katalase (CAT) lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil;
4.
Meningkatkan kekuatan otot-otot panggul lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil; dan
5.
Meningkatkan kualitas jasmani lebih baik dibandingkan dengan tanpa senam hamil.
6.
Menurunkan kadar MDA lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil;
14
7.
Menurunkan kadar 8-OHdG lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat akademik Manfaat akademik yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia kedokteran mengenai pemberian perlakuan senam hamil pada wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu dibandingkan dengan tanpa senam hamil yang berimplikasi pada : 1. Peningkatan kadar SOD; 2. Peningkatan kadar GSHPx; 3. Peningkatan kadar CAT; 4. Peningkatan kekuattan otot panggul wanita hamil. 5. Peningkatkan kualitias jasmani .
6. Penurunan kadar MDA; 7. Penurunan kadar 8-OhdG
1.4.2 Manfaat praktis Hasil perlakuan senam hamil pada wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu ternyata memberi aplikasi klinik maupun outcome klinik lebih baik dibandingkan tanpa senam hamil. Sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam managemen penanganan wanita hamil agar dihasilkan persalinan normal dan secara langsung menurunkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian maternal akibat persalinan.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Graviditas (Kehamilan) 2.1.1 Istilah-istilah dalam kehamilan Kehamilan merupakan suatu proses yang dimulai sejak bertemunya sperma dan ovum di dalam rahim wanita. Pertemuan sperma dan ovum lebih dikenal dengan nama fertilisasi atau konsepsi yang membentuk zygote, berimplantasi ke dalam uterus dan berkembang sampai dilahirkan menjadi seorang bayi (Cunningham, dkk., 2005; Wiknjosastro, dkk., 2006). Lama kehamilan dimulai sejak bertemunya sperma dan ovum berlangsung selama 40 minggu seperti tergambar di bawah ini (Wikepedia).
PERINATAL MEDICINE
PRENATAL
POSTNATAL
Gambar 2.1 Periode waktu proses kehamilan
16
Hamil atau bahasa latinnya disebut sebagai graviditas adalah peristiwa terkandungnya satu atau lebih janin (embrio/fetus) di dalam uterus seorang wanita atau maternal (ibu hamil). Pada kehamilan bisa terjadi gestasi ganda seperti pada kasus kembar (twins) atau kembar tiga (triplets). Setiap proses kehamilan selalu diakhiri dengan peristiwa persalinan. Persalinan atau lahirnya seorang bayi biasanya terjadi pada 38 minggu dari saat pembuahan (fertilization) atau sekitar 40 minggu dari menstruasi terakhir, dengan demikian proses kehamilan sampai persalinan berkisar sekitar 9 bulan. Perkembangan janin sejak konsepsi sampai siap untuk dilahirkan dapat dilihat pada Gambar 2.2 (Wikepedia).
Embrio umur 4 minggu pasca fertilisasi
Fetus umur 8 minggu pasca fertilisasi
Fetus umur 18 minggu pasca fertilisasi
Fetus umur 38 minggu pasca fertilisasi
Bentuk tubuh wanita hamil pada bulan pertama
Bentuk tubuh wanita hamil pada 3 bulan
Bentuk tubuh wanita hamil pada 5 bulan
Bentuk tubuh wanita hamil pada aterm
Gambar 2.2.Perkembangan janin intrauterin dan bentuk tubuh wanita hamil.
Istilah ilmiah kehamilan adalah gravid dan ibu hamil sering disebut gravida, namun, kedua istilah ini jarang digunakan pada percakapan sehari-hari,
17
yang paling sering terdengar adalah kehamilan dan ibu hamil atau mengandung. Demikian juga dengan istilah parity atau disingkat para digunakan untuk menyatakan jumlah kelahiran hidup sebelumnya. Secara medis wanita yang belum pernah hamil disebut sebagai nulliparaous yang diartikan sebagai gravida 0 dan para 0, kehamilan pertama disebut primigravida yang artinya gravida 1 dan para 0, dan untuk kehamilan yang berulang-ulang disebut multigravida atau multiparaous. Dengan demikian ibu yang hamil kedua kalinya disebut gravida 2, para 1, dan setelah melahirkan disebut gravida 2 para 2. Kehamilan yang tidak sempurna atau terjadi aborsi, miscarriages atau stillbirths berpengaruh pada nilai paritas menjadi lebih kecil dari nilai gravida, sedangkan untuk persalinan yang berulang-ulang meningkatkan paritas. Istilah embrio digunakan menjelaskan perkembangan janin pada awal minggu kehamilan dan istilah fetus digunakan menjelaskan perkembangan janin pada dua bulan sampai kelahiran.
2.1.1.1 Trimester pertama. Periode
kehamilan
pada
trimester
pertama
adalah
mencakup
perkembangan kehamilan dari rentang waktu minggu ke 0 – 12. Periode kehamilan pada trimester pertama dibagi menjadi 3 periode yaitu: periode germinal (minggu 0 - 3) pada periode ini berlangsung proses pembuahan telur oleh sperma yang terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama menstruasi terakhir dan telur yang sudah dibuahi sperma, bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus (endometrium) (Gambar 2.3).
18
Gambar 2.3.
Diagram perkembangan proses implantasi pada awal kehamilan. (Huppertz, 2008)
Periode embrio pada minggu 3 – 8 umur kehamilan (Gambar 2.4), berlangsung proses perkembangan janin, seperti sistem saraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk, demikian juga mata, mulut dan lidah terbentuk, serta hati mulai memproduksi sel darah. Demikian cepatnya perkembangan hasil konsepsi ini sehingga dalam waktu hitungan jam dan hari akan terjadi perubahan-perubahan yang jelas dalam suatu hasil kehamilan, disamping itu pula adanya perkembangan yang cepat pada permulaan kehamilan ini, harus diingat bahwa pengaruh yang timbul apakah internal, maupun eksternal terhadap perkembangan kehamilan muda ini atau kehamilan yang masih berbentuk embrio, akan sangat mengganggu pertumbuhan selanjutnya sehingga hasil kehamilan bisa terjadi komplikasi yang membahayakan kehidupan ibu dan janin yang dikandungnya (Cunningham, dkk., 2005).
19
Gambar 2.4. Embrio pada umur kehamilan 6 minggu (Anonim, 2009).
Di samping itu pada periode trimester pertama juga terjadi perubahan janin dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar. Dan selanjutnya adalah periode fetus pada umur kehamilan minggu 9 – 12. Kepala yang menjadi lebih besar pada periode ini mungkin disebabkan adanya pertumbuhan sel-sel otak atau sel neuron yang begitu pesat sampai berjumlah jutaan, multiplikasi sel-sel otak yang cepat ini permenit bertambah ± 250 000 sel neuron, dan multiplikasi sel-sel neuron ini akan terus berlangsung sampai kehamilan berumur 16 minggu (Anonim, 2009). Bersamaan dengan perkembangan sel-sel otak yang begitu pesat, perkembangan alat-alat tubuh janin berkembang terus menjadi lengkap pada umur kehamilan 12 minggu. Alat-alat janin yang terbentuk sejak umur kehamilan dua bulan adalah ekstrimitas atas dan ekstremitas bawah, kepala, jantung, susunan saraf, tulang belakang dan pembuluh darah besar mulai dibentuk, bersamaan
20
terbentuknya pembuluh darah besar, jantung mulai memompakan darah kedalam sirkulasi tubuh janin dan sel-sel darah merah sudah mulai diproduksi. Adanya aktifitas jantung pada bulan kedua kehamilan dibuktikan dengan terdengarnya denyutan janin bila dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan dopler atau alat untuk mendeteksi bunyi jantung janin dan denyutan jantung janin dapat terlihat dengan menggunakan ultrasonografi. Selama umur kehamilan kedua dan menjelang umur kehamilan tiga bulan atau 12 minggu, jari-jari kaki dan lengan mulai terpisah, juga dalam masa ini akan
terbentuk lutut, tumit, siku dan
persendian-persendian pada kaki dan lengan serta semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkait, dan aktivitas otak sangat tinggi (Gambar 2.5).
Gambar 2.5. Perkembangan Proses Kehamilan pada Trimester Pertama (Minggu 0 – 12) (Dimitrova, dkk. 2007).
Pada trimester pertama umur kehamilan merupakan masa yang menentukan untuk perkembangan selanjutnya bagi ibu dan janin yang
21
dikandungnya, karena adanya gangguan penetrasi atau implantasi hasil konsepsi pada endometrium akan menyebabkan timbulnya kelainan-kelainan pada ibu maupun janin yang dikandungnya seperti persalinan preterm, preeclampsia dan perkembangan janin terhambat dalam rahim (Malek, 2001; Webster, dkk., 2008). Selain itu keluhan-keluhan psikologis juga akan timbul pada masa ini, wanita hamil akan mengeluhkan adanya gangguan subjektif seperti pusing, sakit kepala, morning sickness, mual sampai muntah, seringkali keluhan-keluhan ini sampai menyebabkan penderita harus masuk rumah sakit atau malah harus diakhiri kehamilannya karena membahayakan kehidupan wanita hamil bila kehamilannya dipertahankan (Cunningham, dkk., 2005 ; Wiknjosastro, dkk., 2006). Littleton, dkk (2007) menemukan bahwa gangguan psikologis pada wanita hamil berhubungan dengan masalah psiko-sosial terutama masalah ekonomi. Selain itu keluhan subjektif timbul akibat perasaan ketakutan berlebihan, seperti kurang perhatian keluarga terutama suami dan anggota keluarga lain. Hal ini menyebabkan
timbulnya beban
psikis
dengan
manifestasi
klinis
yang
membahayakan. Proses implantasi hasil konsepsi pada endometrium harus berlangsung baik. Secara normal ketika hasil konsepsi atau zygote berimplantasi ke dalam endometrium, sel sitotrofoblas (bagian zygote) berhubungan dengan a. spiralis dalam endometrium. Proses implantasi ini menyebabkan terjadi hubungan antara kehidupan zygote atau mudigah dengan kehidupan maternal, dimana secara normal a. spiralis akan terbuka kedalam zygote. Hubungan a. spiralis dengan zygote yang tidak sempurna akan menginisiasi gangguan perkembangan proses
22
kehamilan selanjutnya. Kelainan-kelainan tersebut adalah komplikasi hipertensi dalam kehamilan atau preeklampsia dan
pertumbuhan janin yang terhambat
seperti ditunjukan pada Gambar 2.6 (Redman and Sargent, 2005).
Gambar 2.6.
Bagan Mekanisme yang diduga penyebab terjadinya preeclampsia dan IUGR (Huppertz, 2008)
Cairan tubuh yang terdapat dalam sirkulasi secara normal mengandung microparticles sebagai hasil dari proses aktivasi sel dan proses nekrosis sel. Dalam kehamilan normal microparticles ini juga banyak ditemukan, tetapi bila jumlahnya melebihi ambang normal, maka diduga hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya preeklampsia (Redman and Sargent, 2008). Reactive Oxygen Species (ROS) yang terjadi dalam kehidupan manusia, secara normal akan di eliminer oleh tubuh, radikal bebas yang terbentuk akibat
23
metabolik aerobik dan hasil dari reaksi metabolik lainnya akan di netraliser. Udara atmosfir yang kaya akan oksigen sangat diperlukan untuk memproduksi energi yang dibutuhkan oleh manusia termasuk wanita hamil. Tetapi kurang lebih 3 % 4 %, oksigen (O2) yang tidak termetaboliser menjadi air dan energi merupakan sumber utama terjadinya Reactive Oxygen Species (ROS), terutama terbentuknya superoxide, hydroxyl, peroxyl, dan hydroperoxyl anions (Jauniaux, 2004; Catling, 2005). Selain itu meningkatnya radikal bebas dalam kehamilan trimester pertama mempunyai peranan utama terhadap terjadinya abortus. Kehamilan yang mengalami placenta oxidative stress juga berimplikasi terhadap terjadinya abortus spontan (Poston and Raijmakers, 2004). Oxidative stress menyebabkan terjadinya gangguan aliran darah pada daerah intervilous dan keadaan ini dapat merupakan awal dari proses terjadinya abortus (Jauniaux, dkk., 2000; 2003). Proses mulai terjadinya abortus juga disebabkan karena invasi trofoblast yang tidak adekuat sehingga terbentuknya trophoblastic oxidative stress menyebabkan hubungan hasil konsepsi dengan arteri spiralis tidak terjadi sempurna (Burton and Jauniaux, 2004; Webster 2008). Untuk menghindari terjadinya keguguran pada awal kehamilan, maka kebutuhan oxigen harus rendah pada kehamilan muda supaya mencegah terbentuknya oxidative stress, yang bisa merusak proses organogenesis sehingga menyebabkan kelainan janin (Burton, dkk., 2001). Secara normal hubungan antara hasil konsepsi dengan endometrium dari wanita hamil seperti pada Gambar 2.7.
24
.
Gambar 2.7 Gambaran kantong kehamilan pada akhir bulan kedua kehamilan (8–9 minggu) (Jauniaux, dkk.2004). Keterangan: miometrium (M), desidua (D), plasenta (P), ECC, Kantong amnion (AC), and secondary yolk sac (SYS). Tampak sirkulasi darah utero-plasenta, dimulai dari tepi plasenta (tanda panah)
1.1.1.2
Trimester kedua (minggu 13 – 27) Memasuki umur kehamilan trimester kedua, perubahan yang terjadi dalam
kehidupan seorang wanita hamil lebih baik lagi, kalau sebelumnya disertai dengan keluhan morning sickness, mual sampai muntah-muntah, akan berkurang atau
25
hilang sama sekali, keinginan untuk makan menjadi normal lagi atau malah bertambah bahkan menyebabkan pertambahan berat badan yang tidak terkontrol lagi, sehingga timbul kelainan seperti hipertensi dalam kehamilan atau preeklampsia dan diabetes mellitus (Cunningham, dkk., 2005). Kehamilan minggu ke-16 dalam masa kehamilan trimester kedua ini janin semakin bebas bergerak dalam rahim, karena kantong kehamilan semakin besar sedangkan perkembangan janin tidak bisa mengikutinya. Gerakan yang dilakukan oleh janin mulai dirasakan oleh ibu dan gerakan janin ini biasanya berputar secara 360 derajad sehingga sering menyebabkan terjadinya tali pusat melilit dileher janin. Adanya kelainan ini seringkali akan menyulitkan waktu janin itu dilahirkan, dimana proses persalinan berlangsung lama baik pada proses persalinan kala satu ataupun kala dua. Proses persalinan yang lama memegang peranan penting terhadap terjadinya komplikasi baik pada wanita hamil maupun janin yang dikandungnya. Walaupun kejadian ini sangat jarang terjadi, gerakan janin ini juga bisa menyebabkan terjadinya simpul pada tali pusat sehingga janin bisa meninggal tiba-tiba dalam rahim. Gerakan janin akan semakin dirasakan oleh ibu sesuai bertambahnya umur kehamilan janin tersebut.
26
Gambar 2.8. Janin pada umur kehamilan 16 mnggu (Anonim, 2009).
Pada minggu ke-18 dalam periode trimester kedua ini sudah bisa dilakukan ultrasongrafi untuk mengecek kesempurnaan janin dan posisi plasenta (Gambar 2.9).
Gambar 2.9. Hasil USG pada janin berumur 20 minggu (Anonim, 2009).
27
Jaringan kuku, kulit, dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke 20 – 21, demikian juga indera penglihatan dan pendengaran mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat membuka dan menutup, serta fetus mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm. Perhatian khusus perlu dilakukan pada umur kehamilan trimester kedua, karena pada waktu ini plasenta mulai terbentuk. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan mulai terbentuknya plasenta, maka metabolisme aerobik akan lebih meningkat lagi pada seorang wanita hamil, karena bila plasenta telah terbentuk jumlah mitokondria akan bertambah banyak, ini berhubungan dengan plasenta yang kaya akan mitokondria. Peningkatan metabolisme aerobik akan menyebabkan terjadinya pembentukan radikal bebas yang meningkat pula, karena bersamaan dengan itu penggunaan oksigen meningkat. (Carol, 2000; Casanueva and Viteri, 2003; Moretti, 2004; Burton and Jauniaux, 2004; Myatt and Cui, 2004). Ketika plasenta terbentuk penggunaan
oksigen
akan
meningkat,
menyebabkan juga peningkatan stress oksidatif, akibatnya produksi radikal bebas terjadi peningkatan. Untuk mengatasi keadaan ini tubuh akan berusaha menetraliser terbentuknya radikal bebas tersebut, tetapi bila tubuh tidak mampu menetraliser, maka peningkatan radikal bebas pada umur kehamilan awal trimester kedua akan mempengaruhi proses kehamilan selanjutnya, karena kelainan yang terjadi pada proses plasentasi ini bisa menyebabkan timbulnya komplikasi di antaranya adalah terjadinya
hipertensi dalam kehamilan atau
28
preeklampsia seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10 dan 2.11 (Chen dkk., 2003; Redman and Sargent, 2005).
Gambar. 2.10 Hasil dari proses plasentasi dalam kehamilan (Redman and Sargent, 2005).
29
Gambar. 2.11. Diagram permukaan utero-plasenta pada trimester pertama dan akhir kehamilan, menunjukkan kurangnya sitotroploblast dan kurangnya perubahan pada a spiralis pada preeclampsia (Jauniaux, dkk., 2006).
Proses implantasi yang kurang baik oleh hasil konsepsi atau zygote pada endometrium akan mempengaruhi pembentukan palsenta yang disebut sebagai poor placentation yang diduga merupakan salah satu penyebab terjadinya preeklampsia. (Gambar 2.12). Selain itu terbentuknya radikal bebas yang berlebihan pada awal kehamilan trimester kedua yang tidak bisa di netralis ir oleh tubuh menyebabkan terganggunya hubungan antara hasil konsepsi dengan a spiralis dalam
endometrium mengakibatkan keguguran. Radikal bebas yang
terbentuk akan merusak sel
sehingga perkembangan hasil konsepsi terganggu,
disamping itu pula kerusakan sel akan menyebabkan produksi hormon prostaglandin meningkat yang lebih mempercepat terjadinya proses keguguran (Poston and Raijmakers, 2004). Penelitian lain juga menemukan bahwa pada kasus-kasus terjadinya abortus spontan ditemukan kadar antioksidan rendah, sedangkan kadar radikal
30
bebas meningkat sehingga lipid peroksidasi juga meningkat ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehide (MDA), secara bermakna dibandingkan dengan kehamilan normal (Siboe,dkk., 2008).
Gambar 2.12. Proses timbulnya preeclampsia akibat poor placentaion (Redman and Sargent, 2005).
Komplikasi lain yang timbul akibat adanya reactive oxygen species adalah terjadinya perkembangan janin dalam rahim terhambat (IUGR) seperti terlihat dalam Gambar 2.13.
31
Gambar 2.13.
Mekanisme terbentuknya radikal bebas dan hubungannya dengan terjadinya preeclampsia serta IUGR (AT1R autoantibody, angiotensin receptor-1 autoantibody) (Poston and Raijmakers, 2004.).
2.1.1.3 Trimester ketiga Umur kehamilan trimester ketiga merupakan periode perkembangan kehamilan pada rentang waktu minggu 29 – 40 minggu dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir. Pada periode ini semua organ tumbuh sempurna, janin menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi (‗nendang‘, ‗nonjok‘) serta periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun. Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna. Pada bulan ke 8 fungsi pendengaran janin sudah terbentuk sehingga diduga suara-suara yang terjadi extra uterine terdengar oleh janin dan penelitian belum bisa membuktikan bahwa
32
apakah janin bisa menyimpan suara-suara yang didengarnya. Memang secara anatomis daun telinga janin telah sempurna terbentuk pada umur kehamilan 8 bulan (Anonim, 2009). Umur kehamilan 8 bulan atau 32 minggu fungsi rasa janin sudah sempurna dan pembentukan fungsi ini mulai terbentuk 5 bulan dan menjadi lengkap pada umur kehamilan 8 bulan termasuk berkembangnya fungsi rasa didaerah lidah, palatum dan daerah tenggorokan. Adanya fungsi rasa pada janin dapat dibuktikan bahwa setelah lahir bayi yang segera diberikan susu formula akan menolak bila diberikan air susu ibu atau ASI, hal ini mungkin disebabkan karena susu formula rasanya lebih manis dibandingkan dengan air susu ibu. Oleh sebab itu dianjurkan untuk mengsukseskan pemberian ASI eksklusif, tidak boleh memberikan susu formula segera bayi lahir karena bayi akan tidak mau meminum ASI lagi akibat adanya perbedaan rasa tersebut. Pertumbuhan janin intrauterin terus berkembang sesuai dengan bertambah umur kehamilannya baik pertumbuhan fisik, maupun pertumbuhan fungsi dari setiap organ janin. Wanita yang proses kehamilannya berlangsung normal, janin akan terus bertambah berat badannya sampai akhir trimester ketiga, rata-rata pertambahan berat badan janin selama trimester ketiga adalah 1,5 kg sampai 2 kg selama trimester ketiga. Pergerakan janin tetap dirasakan oleh ibu selama kehamilan trimester ketiga tetapi gerakannya akan berkurang dibandingkan pada kehamilan trimester kedua karena janin sudah mengisi seluruh ruangan dalam rahim kalau dalam
33
trimester kedua bisa sampai berputar, maka pada trimester ketiga gerakannya mungkin hanya menggerakan extremitas atas saja atau extremitas bawah. Pada bulan ke-9, normal janin mengambil posisi kepala di bawah yang disebut kepala sudah engage siap untuk dilahirkan. Berat bayi lahir berkisar antara 3 - 3,5 kg dengan panjang 50 cm dan biasanya berat badan bayi pria sedikit lebih berat dibandingkan berat badan bayi perempuan (Cunningham,dkk., 2005).
Selama kehamilan trimester ketiga wanita hamil akan tetap merasakan gejala-gejala seperti pada kehamilan trimester kedua dan gejala lain yang disebabkan karena bertambah besarnya uterus dan keluhan yang berhubungan dengan semakin dekatnya waktu untuk melahirkan. Karena bertambahnya berat badan bayi menyebabkan uterus semakin membesar dan semakin mengisi rongga perut sehingga akan menekan lambung, diaphragma dan organ yang berada didalam rongga toraks terutama jantung, paru-paru, timbul keluhan sesak nafas atau sakit di daerah dada. Keluhan nyeri lambung akan timbul bila makan berlebihan, oleh sebab itu dianjurkan sebaiknya makan banyak kali dengan porsi kecil, untuk menghindari terjadinya penekanan yang berlebihan didaerah lambung kalau makan berlebihan (Cunningham, dkk., 2005, Anonim, 2009).
Selain itu wanita hamil pada trimester ketiga akan mengalami keluhankeluhan udema terutama didaerah tumit, jari-jari dan udema didaerah wajah terutama pada pagi hari setelah bangun. Terjadinya udema disebabkan karena pembesaran uterus akan menekan pembuluh darah dan kelenjar limfe didaerah panggul atau adanya pelebaran pembuluh-pembuluh daerah didaerah extremitas
34
bawah sehingga terjadi pengumpulan cairan dan plasma didaerah tersebut dengan manifestasi kliniknya berupa udema, tetapi harus diperhatikan apabila udema yang terjadi disertai dengan pertambahan berat badan pada wanita hamil yang berlebihan, masih dianggap normal bila berat badan bertambah 1 kg per minggu dalam trimester ketiga, kalau pertambahan berat badan lebih, maka kemungkinan pada kehamilan tersebut akan disertai dengan komplikasi berupa hipertensi dalam kehamilan (Cunningham, dkk., 2005; Anonim, 2009).
Keluhan lain yang bisa dirasakan ketika mendekati waktu untuk melahirkan bersamaan masuknya kepala dalam pintu atas panggul yang disebut enggagement, akan mempengaruhi pada kandung kemih wanita hamil, karena secara anatomis kandung kemih berada didepan segmen bawah rahim sehingga bila kepala memasuki daerah ini akan
terjadi tekanan pada kandung kemih
menyebabkan wanita hamil akan sering buang air kecil (Cunningham, dkk., 2005, Mayo, 2007). Adanya keluhan sering buang air kecil, seorang wanita hamil pada akhir trimetser ketiga merupakan kejadian normal, tetapi bila keluhan ini disertai dengan keluhan nyeri, panas dan nyeri didaerah punggung, maka harus hati-hati karena mungkin sudah disertai dengan adanya infeksi pada traktus urinarius, sehingga perlu ditangani lebih serius (Mayo, 2007).
Peningkatan produksi hormon pada wanita hamil seiring berkembangnya suatu kehamilan, mengakibatkan timbulnya keluhan-keluhan persendian terutama nyeri tulang belakang, nyeri pada sendi didaerah panggul, karena hormon yang dihasilkan akan menyebabkan relaksasi pada tendon dan jaringan didaerah
35
persendian (Mayo, 2007). Perasaan nyeri yang ringan juga akan dirasakan oleh wanita hamil sejak memasuki umur kehamilan trimester ketiga karena adanya kontraksi uterus. Kontraksi ini yang dikenal dengan
Braxton Hicks contractions
akan berlangsung terus sampai tiba saatnya melahirkan. Sebenarnya kontraksi Braxton Hicks merupakan keadaan yang sangat bermanfaat dalam suatu proses kehamilan, karena adanya kontraksi ini menyebabkan bagian terendah janin dalam pintu atas panggul, apakah itu kepala atau bokong akan terdorng oleh kantraksi ini masuk dalam pintu atas panggul sehingga waktu tibanya proses persalinan akan berlangsung dengan baik (Mayo, 2007).
Perubahan lain yang juga bisa terjadi pada wanita hamil dalam umur kehamilan trimester ketiga, yaitu payudara semakin membesar, terasa berisi, menjadi semakin berat dan malahan beberapa wanita hamil merasakan adanya pengeluaran colostrum, semua perubahan ini gunanya mempersiapkan wanita hamil untuk menyusui anaknya setelah melahirkan (Cunningham, dkk., 2005, Wiknjosastro, dkk., 2006, Mayo, 2007).
Semakin membesarnya janin dalam rahim seorang wanita hamil akan mempengaruhi bentuk dan postur tubuh wanita tersebut dan hal ini juga dipengaruhi oleh berat badan janin dalam rahim seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini
36
Gambar 2.14. Variasi Postur tubuh wanita hamil sesuai berat badan jani. (UVHS 2009).
Bentuk
tubuh
akibat
keberadaan
janin
dalam
rahim
seringkali
mempengaruhi pada waktu proses persalinan. Bila bentuk tubuh yang disebut perut gantung atau pendulous, sering bagian terendah janin tidak masuk dalam pintu atas panggul atau tidak enggad, menyebabkan waktu memasuki persalinan proses persalinan tidak berlangsung baik, sehingga tidak bisa lahir pervaginam tetapi harus dilakukan seksio sesarea untuk melahirkan bayinya. Kelainan ini akan lebih banyak terjadi apabila berat badan janin besar atau lebih besar normal yang disebut makrosomia. Keadaan janin makrosomia bila berat janin berat badannya lebih besar 4000 gr (Cunningham, dkk., 2005; Wiknjosastro, dkk., 2006). Perubahan-perubahan yang terjadi secara anatomis dan fisiologis pada seorang wanita hamil dalam trimester ketiga umur kehamilan merupakan kejadian
37
yang berlangsung normal, tetapi seperti wanita hamil trimester pertama dan trimester kedua disertai komplikasi-komplikasi sering membahayakan wanita hamil maupun janin yang dikandungnnya, demikian pula wanita hamil trimester ketiga selalu disertai komplikasi-komplikasi yang kalau tidak ditangani dengan baik, akan bisa membahayakan terhadap wanita hamil tersebut maupun janin yang dikandungnya (Cunningham, dkk., 2005). Memasuki umur kehamilan trimester ketiga, yaitu umur kehamilan sejak 28 minggu sampai 40 minggu, komplikasi yang timbul pada wanita hamil seringkali membahayakan kehidupan ibu dan janin yang dikandungnya, oleh sebab itu dianjurkan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care harus lebih sering pada kehamilan trimester ketiga yaitu setiap 2 minggu sekali sampai umur kehamilan 37 minggu dan seminggu sekali sampai melahirkan (Cunningham, dkk., 2005; Wiknjosastro, dkk., 2006). Makin seringnya pemeriksaan kehamilan dilakukan pada trimester ketiga, karena pada saat ini komplikasi yang timbul lebih banyak dan berbahaya bagi kehidupan ibu dan bayi yang dikandungnya. seperti preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat dalam rahim (IUGR), persalinan preterm akibat adanya ketuban pecah dini dan diabetes mellitus dalam kehamilan (Cunningham, dkk., 2005). Komplikasi pada kehamilan trimester ketiga, dihubungkan dengan adanya stress oksidatif, sebenarnya sudah dimulai sejak umur kehamilan trimester pertama seperti telah dijelaskan sebelumnya. Tetapi karena tubuh mampu untuk mengeliminer radikal bebas yang terbentuk, sehingga kehamilan tersebut dapat dipertahankan sampai kehamilan trimester ketiga. Karena saat ini proses
38
metabolisme semakin meningkat, menyebabkan peningkatan produksi radikal bebas juga meningkat sehingga manfestasi klinik akan nampak akibat adanya peningkatan radikal bebas pada wanita hamil trimester ketigad (Walker, 2000; Woods, 2001; Yoneyama, dkk., 2002; Morreti, dkk., 2004; Uboh, dkk., 2008). Selain komplikasi yang timbul akibat adanya oxidative stress dalam kehamilan, juga bisa ditemukan keluhan yang bersifat subjektif berhubungan dengan beban psikis atau stress psikologis pada seorang wanita hamil dan keluhan ini tidak jarang menyebabkan masalah selama wanita tersebut hamil sejak trimester pertama, trimester kedua sampai trimester ketiga, malahan di Amerika Serikat, 10% – 20% kehamilan muda diakhiri dengan pengakhiran kehamilannya karena adanya keluhan psikis (Neugebaur and Ritsher, 2002; Greenfield, 2009). Beban psikologi pada seorang wanita hamil, lebih banyak terjadi pada umur kehamilan trimester ketiga dibandingkan pada trimester pertama dan trimester kedua (Buckwalter, and Simpson, 2002). Pada keadaan beban psikologi berat yang dialami oleh wanita hamil, seringkali bisa mempengaruhi kehidupan janin intrauterin dan kelainan yang timbul tergantung waktu terjadinya beban psikologis tersebut, apakah pada trimester pertama, trimester kedua atau trimester ketiga, malahan bila gangguan itu mulai timbul pada kehamilan muda bisa mempengaruhi terhadap pertumbuhan janin intrauterin sehingga menyebabkan pertumbuhan janin terhambat atau intra uterin growth restircition (IUGR), sampai gangguan denyut jantung janin bila kehamilan tersebut sudah mendekati untuk melahirkan (Clapp, dkk., 2002; Bayne, 2009).
39
Littleton, dkk., (2007) menemukan bahwa umumnya gangguan psikologis pada wanita hamil banyak berhubungan dengan masalah psiko-sosial terutama masalah ekonomi. Keluhan seorang wanita hamil akibat stress psikologis, dapat berupa keluhan fisik yaitu adanya sakit kepala, sakit dada, jantung berdebar dll. Selain itu keluhan dapat berupa keluhan mental berupa kebingungan, tidak bisa konsentrasi, pelupa, ingin selalu tidur dll, sedangkan keluhan emosional juga bisa terjadi yaitu adanya cemas tanpa alasan, pemarah sampai sering menangis, juga wanita hamil yang mengalami stress dalam kehamilan, akan mengalami gangguan sosial yaitu ingin menyendiri, makan banyak atau makan hanya sedikit sebagai reaksi psikologisnya, sampai penggunaan obat-obatan penenang (OTIS, 2009). Timbulnya kelainan-kelainan baik akibat adanya peningkatan oxidative stress selama kehamilan maupun karena beban psikologis yang terjadi pada wanita hamil, ternyata keadaan ini juga sangat mempengaruhi terhadap proses berlangsungnya persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Woods, dkk.,( 2002), menemukan bahwa kadar antioksidan non enzimatik yaitu Vitamin C dan E, dalam cairan ketuban, darah tali pusat janin dan darah ibu lebih rendah pada persalinan yang berlangsung lama dan berakhir dengan seksio sesarea dibandingkan dengan persalinan normal. Walaupun demikian mulainya proses persalinan dan lamanya waktu persalinan dipengaruhi oleh banyak faktor, oleh sebab itu sulit untuk menentukan penyebab terlambatnya suatu proses persalinan sehingga tidak bisa terjadi persalinan spontan atau persalinan pervaginam. Kompleksnya peranan berbagai faktor terhadap proses persalinan dapat terlihat pada gambar dibawah ini (Gambar 2.15).
40
Gambar 2.15.
Jalur yang menunjukkan peranan oxidative stress dalam perlangsungan proses persalinan (Davies, dkk., 2007).
Pada Gambar 2.15 terlihat banyak faktor mengatur dan mempenagruhi reaksi dalam sel dan jaringan. Davies, dkk (2007), menganalisa reaksi-reaksi yang terjadi tersebut menggunakan perangkat lunak yang disebut sebagai Ingenuity Pathway Analysis software. Ternyata pengaturan reaksi dalam sel dan jaringan dipenagruhi oleh peranan gen. Gambar 2.15 yang ditemukan oleh Davies, dkk (2007) menunjukkan bahwa beberapa trasnkrip encoding proteins, yang dihasilkan oleh aktivitas pada sel-sel endotel dalam suatu proses persalinan jelas berhubungan
dengan
placenta
growth factor
(PGF),
fms-like
tyrosine
41
kinase/VEGF-R1 (FLT1), von Willebrand factor (VWF), thrombospondin 1 (THBS1), dan integrin V (ITGAV).
2.1.2 Karakteristik kehamilan
Kehamilan terjadi akibat gamet perempuan atau oosit (sel telur) terpenetrasi oleh gamet laki-laki atau spermatozoa melalui proses ―fertilisasi‖ atau lebih dikenal sebagai proses ―konsepsi‖. Fusi gamet wanita dengan laki-laki terjadi melalui hubungan seksual atau juga dapat melalui proses aktivitas seksual non-penetratif yang lebih dikenal dengan inseminasi buatan. Walaupun kehamilan terjadi akibat implantasi, penghitungan terjadinya kehamilan adalah dihitung mulai hari pertama haid terakhir (HPHT) atau last menstrual period (LMP). Berawal dari perhitungan ini, selanjutnya waktu persalinan atau expected date of delivery (EDD) dapat ditentukan. Dihitung mulai dari HPHT, kehamilan biasanya berlangsung antara 37 sampai 42 minggu, dengan EDD 40 minggu atau 38 minggu setelah konsepsi (Norwitz and Erlol, 2007). Usia 40 minggu adalah setara dengan 9 bulan 6 hari yang dihitung sesuai dengan hukum Naegele untuk perkiraan persalinan. Kehamilan ditetapkan dalam suatu periode yang lebih dikenal sebagai 'at term' bila gestasi tepat 37 minggu dan kurang dari 42 minggu (atau berkisar antara 259 dan 294 hari sejak HPHT). Kehamilan sebelum mencapai usia tepat 37 minggu (259 hari) disebut sebagai pre-term, sedangkan yang berlangsung sampai minggu ke-42 (294 hari) disebut post-term. Bila kehamilan terjadi sampai 42 minggu (294 hari), risiko komplikasi pada ibu dan fetus meningkat secara signifikan (Norwitz dan Erlol, 2007). Jika hal ini terjadi
42
maka dokter
akan melakukan tindakan untuk menginduksi terjadinya proses
persalinan, dan biasanya hal ini dilakukan manakala kehamilan sudah memasuki usia antara 41 dan 42 minggu.
Dunia medis modern lebih menyukai menggunakan premature dan postmature dibandingkan pre-term dan post-term. Arti pre-term dan post-term sudah didefinisikan seperti di atas, sedangkan istilah premature dan postmature adalah lebih
menekankan
pada
ukuran
dan
perkembangan
janin
ketimbang
perkembangan kehamilannya (Rimawi, 2006). Lama waktu kehamilan adalah merupakan rata-rata selang waktu dari saat hamil sampai melahirkan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya kehamilan pertama akan berlangsung lebih lama dari kehamilan yang berulang-ulang.
Data menunjukkan bahwa hampir 10% persalinan terjadi pada waktunya (due date), 50%
terjadi seminggu sebelum waktunya, dan hampir 90 %
melahirkan pada dua minggu sebelum waktunya (Tracy, 2005). Akurasi penetapan lamanya kehamilan sangatlah penting untuk dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan beragam tes seperti
prenatal tests (dalam triple test). Sehingga,
keputusan untuk menginduksi kelahiran segera dapat diputuskan bila misalnya terjadi kasus kehamilan yang melebihi rentang waktunya (due date). Penetapan rentang waktu kehamilan berdasarkan pada HPHT, adalah sangat kompleks akibat dari tidak semua wanita mempunyai siklus menstruasi 28 hari dan demikian juga masa ovulasinya tidak persis sama pada 14 hari setelah menstruasi terakhir (Anonim, 2009).
43
2.1.3 Diagnosis Diagnosis kehamilan biasanya ditegakkan berdasarkan riwayat amenorhoe, pembesaran uterus, dan tes kehamilan (+). Mual dan mammae yang tegang juga sering muncul sebagai gejala. Manifestasi pada kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu dianggap hamil, kemungkinan hamil, dan positif hamil ( Broaddus and de-Vries, 2005).
2.1.3.1 Dianggap hamil Manifestasi
kehamilan
dengan
klasifikasi
dianggap
hamil,
bila
memberikan gejala-gejala berikut (Broaddus and de-Vries, 2005). 1. Amenorhoe berhentinya mentruasi disebabkan meningkatnya kadar estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh korpus luteum. Gejala ini hanya berlaku pada wanita dengan siklus menstruasi teratur. Tidak teraturnya menstruasi dapat disebabkan beberapa faktor seperti ketegangan emosi, penyakit kronik, pemakaian opium, dan pemakaian sediaan golongan dopaminergik, kelainan endokrin, dan beberapa tumor genitourinari. 2. Mual dan muntah merupakan gejala yang umum timbul pada 50% kehamilan dan sering muncul pada usia kehamilan 2-12 minggu. Umumnya yang berat terjadi pada pagi hari yang dikenal sebagai morning sickness, tetapi keluhan ini dapat terjadi kapan saja dan sering ditimbulkan oleh bau-bauan yang menyengat seperti parfum dan bumbu masakan. Apabila keluhan mual dan muntah berlebihan, maka keadaan ini sering berhubungan dengan
adanya
kehamilan ganda atau mola hidatidosa. Muntah yang berlebihan didiagnosis
44
sebagai hiperemesis gravidarum akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dan timbulnya ketonuria, bila keadaan ini berlangsung terus, merupakan indikasi pada penderita untuk dirawat nginap, karena kalau tidak dilakukan penanganan yang adekuat dapat membahayakan kehidupan penderita (Cunningham, dkk. 2005). 3. Mastodinia terjadi akibat mammae yang tegang sehingga dapat dirasakan mulai sensasi geli sampai nyeri yang disebabkan oleh respon hormon terhadap duktus mammary dan sistem alveoli. Peningkatan aliran darah merupakan efek dari penonjolan vena dan pembengkakan mammae. Pembesaran mammae ini gunanya mempersiapkan wanita hamil untuk menyusui bayinya setalah melahirkan. 4. Pembesaran kelenjar sebasea sirkumlaksial areola mammae terjadi pada usia kehamilan 6 – 8 minggu dan terjadi seiring akibat perubahan hormon. 5. Sekresi klostrum biasanya dimulai pada usia kehamilan 16 minggu. 6. Mammae sekunder ditandai dengan adanya penonjolan kelenjar aksila dan perubahan yang menyolok pada ukuran dan warna yang terjadi disekitar garis puting susu (asimptomatik). 7. Persepsi gerakan anak pertama kali biasanya pertama dirasakan pada usia kehamilan 18 – 20 minggu pada primigravida dan 14 – 16 minggu pada multigravida. 8. Iritasi vesika, frekuensi dan nokturia terjadi karena adanya peningkatan sirkulasi vesika urinaria dan tekanan dari pembesaran uterus. 9. Infeksi traktus urinarius biasanya insiden lebih tinggi pada wanita hamil.
45
Bila teridentifikasi ada tanda-tanda berikut maka dari manifestasi dianggap hamil dapat dikatakan menjadi positif hamil. Tanda-tanda yang dimaksudkan adalah: peningkatan suhu basal tubuh bila menetap > 3 minggu dapat diindikasikan hamil. Chloasma disebut juga topeng kehamilan, hiperpigmentasi di dahi, hidung atau pipi, biasanya terjadi setelah usia kehamilan 16 minggu. Linea nigra adalah hiperpigmentasi kulit daerah areola, puting susu, dan midline abdomen bawah dari umbilikus sampai pubis (hiperpigmentasi linea alba). Dasar perubahan ini akibat meningkatnya MSH (melanosit stimulating hormone) yang merangsang keluarnya melanosfor. Striae pada mammae dan abdomen yang disebabkan terpisahnya jaringan kolagen dan terlihat sebagai scar irregular. Telangiektasi adalah akibat tingginya kadar estrogen dalam sirkulasi dan berbentuk seperti jaring laba-laba (Broaddus and de-Vries, 2005).
2.1.3.2 Kemungkinan hamil Gejala-gejala manifestasi diagnosis kemungkinan hamil adalah sama dengan yang telah diuraikan di atas. Sedangkan tanda-tandanya adalah sebagai berikut: Tanda Chadwick adalah adanya bendungan vaskuler sehingga terlihat perubahan warna pada vagina dan serviks. Leukorrhea adalah peningkatan pelepasan sel epitel vagina dan musus serviks akibat stimulasi hormon. Jika dibuat apusan mukus serviks maka ada perubahan gambaran dari bentuk paku menjadi granuler/butiran-butiran kecil. Tanda hegar adalah melunaknya isthmus uteri pada usia kehamilan 6 – 8 minggu. Perubahan pada ligament dan tulang pelvis ditandai dengan relaksasi persendian simfisis pubis. Pembesaran abdomen agresif biasnya
46
terjadi pada 7 – 28 minggu. Kontraksi uterus terjadi seiring pembesaran uterus, umumnya terjadi pada 28 minggu dan meningkat perlahan-lahan dan menghilang dengan berjalan kaki, atau olahraga ringan. Pemeriksaan balottemen uterus dilakukan pada 16 – 20 minggu didapatkan balottemen mengindikasikan ada benda floating di dalam uterus pada pemeriksaan bimanual. Tanda ini tidak diagnostik tetapi berarti. Dapat juga sebagai tanda adanya leiomyoma uteri, ascites, atau kista ovarium (Broaddus and de-Vries, 2005).
2.1.3.3 Positif hamil Pemeriksaan denyut jantung janin pada usia kehamilan di atas 17 minggu, denyut jantung normalnya adalah 120 – 160 denyutan/menit. Periksa sambil meraba nadi ibu, dengan Doppler pada 8 minggu. Palpasi janin diperiksa pada usia kehamilan di atas 22 minggu melalui dinding abdomen ibu, biasanya lebih mudah digabung dengan vaginal touché. Ultrasonografi adalah salah satu alat yang paling berguna untuk diagnosis dan monitoring pada kehamilan. Pada 5 minggu sudah terlihat kutub janin dan pada 7 – 8 minggu DJJ dapat terlihat. Selama prenatal care dengan USG perkembangan tiap organ juga dapat dipantau dan begitu juga dengan aktivitas janin ( Broaddus and de-Vries, 2005).
2.1.4 Pemeriksaan kehamilan 2.1.4.1 Anamnesis 1. Identitas pasien termasuk nama, umur, pekerjaan, nama suami, agama alamat, identifikasi/mengenal pasien dan mengetahui status sosial ekonomi untuk
47
menentukan anjuran/pengobatan yang akan diberikan serta penentuan prognosa kehamilan setelah mengetahui umur pasien. 2. Keluhan-keluhan yang muncul pada pemeriksaan. 3. Riwayat menstruasi: menarche, teratur/tidak, lamanya, banyaknya darah, ada rasa nyeri atau tidak, menilai faal alat kandungan. HPHT adalah hari pertama haid terakhir untuk penentuan taksiran partus dengan hukum NAEGELE: (tanggal + 7) (bulan - 3) (tahun + 1). 4. Riwayat perkawinan apakah kawin/tidak, berapa kali, berapa lama (anak mahalkah?). 5. Riwayat kehamilan sebelumnya apakah pernah mengalami perdarahan, hiperemesis gravidarum. 6. Riwayat persalinan sebelumnya apakah spontan/buatan, aterm, perdarahan, siapa yang menolong. 7. Riwayat nifas sebelumnya apakah disertai demam, apakah terjadi perdarahan, diberikan ASI, semua ini gunanya untuk memprediksi kehamilan berikutnya. 8. Riwayat anak yang lahir, jenis kelamin, hidup , berat lahir, bagaimana keadaan sekarang (normal/cacat). 9. Riwayat kehamilan sekarang ; kapan merasakan gerak anak, waktu hamil muda disertai mual, muntah, sakit kepala, atau ada perdarahan, hamil tua disertai, edema kaki/muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang. 10. Riwayat penyakit keluarga adakah penyakit keturunan (DM, kelainan genetik), riwayat kembar, penyakit menular (TBC).
48
11. Riwayat kontrasepsi ; akseptor KB, apa metodenya, jenisnya, berapa lama, dan efek samping apa yang timbul.
2.1.4.2 Pemeriksaan fisik umum Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pemeriksaan fisik lengkap dari kepala sampai ujung kaki untuk menemukan apakah ada kelainan, termasuk status gizi, tinggi dan berat badan. Dan pemeriksaan tanda-tanda kehamilan meliputi wajah, dada, abdomen, dan genetalia eksterna dan interna, serta pemeriksaan panggul. Pemeriksaan fisik umum lainnya meliputi: Keadaan umum, gizi, bentuk tubuh, kesadaran, apakah ada anemia, sianosis, ikterus, dispneu, keadaan jantung dan paru, edema +/-, refleks terutama refleks lutut, berat badan harus diperhatikan perubahan berat badan setiap pemeriksaan, dan di catat tinggi badan (Broaddus and de-Vries, 2005).
2.2 Persalinan Persalinan/partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang viable (dapat hidup diluar uterus), dari dalam uterus melalui jalan lahir atau cara lain ke dunia luar. Partus normal adalah lahirnya bayi melalui jalan lahir dengan letak belakang kepala/ubun-ubun kecil didepan atau letak sungsang (letak bokong murni, letak kaki atau letak bokong kaki), tanpa memakai alat/pertolongan istimewa. Secara perlangsungsan persalinan dalam waktu kurang dari 18 jam. Sebaliknya partus abnormal atau disebut juga partus patologis adalah proses
49
persalinan dimana bayi lahir melalui jalan lahir dengan bantuan tindakan atau alat seperti ekstraksi bokong, ektraksi kaki , manual aid serta versi/ekstraksi untuk presentasi sungsang, sedangkan presentasi kepala dengan menggunakan cunam atau forceps, vakum, dan embriotomi apabila bayi sudah meninggal dalam rahim, atau lahir perabdominal dengan cara seksio sesarea (Cunningham, dkk., 2005; Ness, dkk., 2005; Wiknjosastro, dkk., 2006).
2.3 Olahraga dan Kehamilan 2.3.1 Sejarah Kebugaran pada Masa Kehamilan. Sebenarnya konsep bugar selama masa kehamilan merupakan hal yang baru dikembangkan sejak akhir abad ke 20, walaupun demikian upaya-upaya telah lama dan banyak dilakukan oleh wanita hamil supaya mereka tetap sehat selama masa kehamilannya. Perubahan pola hidup dalam masyarakat saat ini menyebabkan seorang wanita tetap aktif selama masa kehamilannya sampai dia melahirkan, apalagi telah tersedianya petunjuk-petunjuk untuk membantu para wanita menjaga kebugaran dan kesehatannya selama hamil. Adanya petunjuk bagaimana caranya menjaga kebugaran dan kesehatan wanita selama masa kehamilannya, menyebabkan banyak wanita yang mengikuti program kebugaran selama hamil (Di Fiori, 2005). Dahulu berdasarkan pengaruh sosio-kultural, di beberapa negara tidak dianjurkan pada wanita hamil melakukan olahraga, malahan bila sudah diketahui hamil aktivitas harus segera dikurangi dan kemudian aktivitas harus tidak dilakukan lagi selama hamil, anggapan ini berpendapat bahwa dengan melakukan
50
olahraga akan menyebabkan terjadinya persalinan preterm dan sirkulasi uteroplasenta akan terganggu (Koshino, 2003; Barakat, dkk., 2008; 2011). Setelah melalui penelitian-penelitian yang dilakukan, sejak tahun 1985, American
College of
Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) mulai
menganjurkan untuk melakukan olahraga selama kehamilan karena ternyata sangat bermanfaat bagi wanita hamil dan bayi yang dikandungnnya (Artal and Toole, 2003; Barakat, dkk., 2008; 2011; Lewis, dkk., 2008; Takito, dkk.,2009). Anjuran untuk melakukan olahraga selama hamil di revisi oleh American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tahun 1994 dan memberikan 2 macam syarat yang harus dilakukan yaitu : 1. Waktu melakukan olahraga, nadi tidak boleh lebih 140 x/menit. 2. Tidak boleh melakukan latihan olahraga yang mempengaruhi tulang belakang terutama setelah umur kehamilan trimester pertama. Sebelum adanya rekomendasi ini, olahraga pada wanita hamil
tidak
dianjurkan karena dengan berolahraga diduga akan menyebabkan perkembangan janin tidak baik, bila dilakukan olahraga lebih 20 menit janin akan kepanasan dan membutuhkan makanan serta oksigen yang lebih banyak dari plasenta, latihan pada dinding perut tidak boleh dilakukan setelah umur kehamilan trimester pertama. Juga wanita hamil takut melakukan olahraga karena anggapan waktu itu bahwa dengan berolahraga akan meningkatkan risiko terjadinya keguguran, cacat pada janin, persalinan prematur, kerusakan otak janin dan kemungkinan terjadinya cedera lebih besar.
51
Setelah rekomendasi yang dipublikasikan oleh
American College of
Obstetricians and Gynecologists (ACOG), aktivitas olahraga yang dilakukan oleh wanita hamil semakin banyak terutama di negara-negara maju. Clapp, dkk., 2000 menemukan bahwa wanita hamil yang berolahraga merasa lebih baik, kuat, bekerja lebih baik, janinnya menjadi lebih kuat, fisiologis dan neurologis berkembang baik, cenderung untuk kembali ke bentuk sebelum hamil setelah postpartum lebih cepat, merasa peningkatan energi, dan mengatasi stres lebih mudah.
2.3.2 Pengaruh olahraga pada wanita hamil Melakukan olahraga pada akhir kehamilan mengakibatkan pematangan porsio lebih cepat, mengatur aktivitas kontraksi uterus yang mempercepat mulainya persalinan dan memperpendek lamanya waktu proses persalinan. Aktivitas olahraga juga memperpendek lamanya fase aktif dalam kala satu proses persalinan sehingga dapat mengurangi komplikasi dalam kelahiran bayi (Clapp, dkk., 2002; Abdulla and Abdulla, 2004). Selain itu olahraga yang dilakukan meningkatkan volume dan berat plasenta. Perubahan plasenta ini mempengaruhi sirkulasi uteroplasenta menjadi lebih baik yang berefek pada kesejahteraan janin intrauterin semakin baik karena nutrisi dan oksigenasi janin meningkat ( Clapp, 2003). Olahraga sangat penting bagi wanita hamil mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar. Tergantung pada jenis dan lamanya olahraga yang dilakukan, hal ini merangsang fungsi neuroendokrin untuk memproduksi hormon yang dibutuhkan oleh tubuh. Aktivitas olahraga sedang atau submaximal exercise yang
52
menyebabkan suhu badan meningkat diduga merupakan salah satu penyebab terjadinya peningkatan pruduksi hormon prolaktin (PRL) dan penurunan produksi growth hormon ( Vigas, dkk., 2000). Pada masa kehamilan terjadi perubahan-perubahan anatomis dan fisiologis yang berpengaruh terhadap gangguan muskuloskeletal, hal ini menyebabkan timbulnya keluhan-keluhan sendi terutama sendi lutut dan sendi di daerah panggul. Keluhan muskuloskeletal juga bisa timbul karena adanya peningkatan produksi hormon terutama hormon estrogen dan relaksin yang mengganggu cairan pada persendian (Artal and Toole, 2003). Keluhan nyeri sendi ini dapat hilang dengan melakukan olahraga yang bertahap atau sedikit demi sedikit sampai tahapan yang dianjurkan tercapai dan diharapkan keluhan-keluhan sendi akan hilang. Selain itu aktivitas olahraga yang dilakukan akan meningkatkan aktivitas saraf simpatik menyebabkan peningkatan aliran darah uterus yang sangat berguna untuk pertumbuhan janin intrauterin (O'Hagan and Alberts, 2003). Apabila olahraga dilakukan pada umur kehamilan midtrimester dan akhir kehamilan meningkatkan kadar serum erithropoietin dan peningkatan ini lebih jelas terlihat bila pemeriksaan serum erithropoietin dilakukan segera setelah dilakukan aktivitas olahraga (Clapp, 2003). U.S. Department of Health and Human Services (2008), menganjurkan kepada wanita hamil melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang (moderate-intensity physical activity) sangat bermanfaat karena melakukan aktivitas fisik ini akan meningkatkan kesehatan kardiorespiratori. Selain itu berdasarkan penilitian olah para ilmuan ditemukan aktvitas fisik moderat yang
53
dilakukan oleh wanita hamil tidak akan meningkatkan risiko terjadinya keguguran atau. abortus, bayi low birth weight dan persalinan preterm. Juga diduga bahwa aktivitas fisik akan mengurangi terjadinya komplikasi seperti hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia), diabetes mellitus dalam kehamilan dan mengurangi lamanya waktu proses persalinan. Walaupun demikian perlu diperhatikan berat ringannya dan kontuinitas aktivtitas olahraga yang diberikan
karena terlalu beratnya beban fisik yang
diberikan pada kehamilan kemungkinan bisa menyebabkan terjadinya persalinan preterm, ini terbukti wanita hamil yang melakukan pekerjaan berat seperti ketika wanita tersebut tidak hamil, selama 3 jam atau lebih, menyebabkan peningkatan terjadinya persalinan preterm dibandingkan yang tidak melakukan pekerjaan yang lama (Croteau, dkk., 2007). Sebagai pedoman untuk melakukan aktivitas fisik, U.S. Department of Health and Human Services (2008), membaginya dalam Tabel 1 di bawah ini :
54
Tabel 1 Klasifikasi Jumlah Minggu Total Aktivitas Olahraga Levels of Physical Activity Inactive
Range of ModerateIntensity Minutes a Week No activity beyond baseline
Summary of Overall Health Benefits None
Comment
Low
Activity beyond baseline but fewer than 150 minutes a week
Some
Low levels of activity are clearly preferable to an inactive lifestyle.
Medium
150 minutes to 300 minutes a week
Substantial
Activity at the high end of this range has additional and more extensive health benefits than activity at the low end.
High
More than 300 minutes a week
Additional
Current science does not allow researchers to identify an upper limit of activity above which there are no additional health benefits.
Being inactive is unhealthy.
Sumber : U.S. Department of Health and Human Services (2008), Warner (2009), mengemukakan bahwa untuk mengukur berat ringannya aktivitas fisik diukur dengan menghitung jumlah langkah kaki yang dilakukan oleh seseorang. Bila seseorang dapat melangkah sebanyak 100 kali permenit atau 3000 langkah selama 30 menit itu digolongkan dalam olahraga sedang (moderate exercise). Sedangkan US Department of Health and Human Services (2008), seperti tabel di atas menganjurkan bahwa olahraga sedang bila melakukan kegiatan selama 150 menit per minggu untuk mencapai kesehatan yang optimal. Olahraga yang biasa dilakukan pada masa hamil adalah a) jalan santai, dan b) senam hamil. Senam hamil biasanya bisa mulai diberikan setelah keluhankeluhan yang biasa timbul pada periode kehamilan muda seperti mual sampai muntah, tidak ada perdarahan dalam kehamilan atau kehamilan sudah memasuki mid trimester, yaitu sekitar usia 20 minggu kehamilan, karena pada usia
55
kehamilan ini plasenta telah terbentuk sempurna sehingga kemungkinan untuk terjadinya ancaman keguguran lebih kecil (Cunningham, dkk., 2005).
Olahraga sedang yang dilakukan pada wanita hamil trimester ketiga juga akan mempengaruhi kekuatan otot-otot dasar panggul, sehingga hal ini akan memberikan hasil persalinan yang lebih baik pada wanita hamil dibandingkan dengan yang tidak melakukan latihan olahraga pada waktu hamil. Juga olahraga sedang atau senam hamil yang dilakukan oleh wanita hamil memberikan keuntungan sebagai berikut (Weiss, dkk., 2004):
Mengurangi keluhan-keluhan fisik Menurunkan berat badan ibu hamil Waktu proses persalinan menjadi lebih pendek Menurunkan komplikasi selama proses persalinan Pemulihan selama postpartum menjadi lebih cepat Menurunnya berat badan pada postpartum lebih cepat. Masa kehamilan pasti akan membawa perubahan fisik maupun mental. Perubahan fisik yang terjadi bahkan kadang memberikan ketidaknyamanan bagi ibu seperti sakit pada punggung, pegal-pegal pada kaki dan lain sebagainya. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ada baiknya ibu mempersiapkan segala hal yang bisa membantu selama masa hamil serta saat proses melahirkan, salah satunya adalah dengan melakukan Senam Hamil Metode Pilates (SHMP).
56
Senam dengan metode yang diciptakan oleh Joseph Pilates ini sebenarnya terdiri dari 34 gerakan dasar, dengan melakukan gerakan-gerakan ini, maka diharapkan akan terjadi sebagai berikut (Evariny, 2009) :
1.Membantu proses kelahiran dengan cara menguatkan otot yang terkait. 2.Membantu meningkatkan stamina. 3. Membentuk dan mempertahakan postur tubuh agar tulang belakang terhindar dari sakit. 4. Mencapai relaksasi untuk mendapatkan pola tidur yang baik serta meningkatkan energi. 5. Melancarkan sirkulasi darah dan mencegah keram serta varises di kaki. 6. Melatih pernafasan (salah satu hal yang harus di kuasai ibu hamil). 7. Membantu proses pemulihan pasca persalinan lebih cepat.
Selain untuk menjaga kebugaran, senam hamil juga diperlukan untuk meningkatkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama proses persalinan (Artal and Toole, 2003; Wadsworth, 2007). Berikut beberapa tujuan senam hamil: 1. Menguasai teknik pernapasan; latihan pernapasan sangat bermanfaat untuk mendapatkan oksigen, sedangkan teknik pernapasan dilatih agar ibu siap menghadapi persalinan; 2. Memperkuat elastisitas otot; memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, sehingga dapat mencegah atau mengatasi keluhan nyeri di bokong, di perut bagian bawah dan keluhan wasir;
57
3. Mengurangi keluhan; melatih sikap tubuh selama hamil sehingga mengurangi keluhan yang timbul akibat perubahan bentuk tubuh; 4. Melatih relaksasi; proses relaksasi akan sempurna dengan melakukan latihan kontraksi dan relaksasi yang diperlukan untuk mengatasi ketegangan atau rasa sakit saat proses persalinan; dan 5. Menghindari kesulitan; senam ini membantu persalinan sehingga ibu dapat melahirkan tanpa kesulitan, serta menjaga ibu dan bayi sehat setelah melahirkan.
2.3.3. Fase-fase latihan olahraga Sebelum melakukan kegiatan olahraga atau latihan kebugaran jasmani perlu dilakukan gerakan-gerakan pemanasan atau sering disebut sebagai warming up untuk mempersiapkan seorang wanita hamil sebelum melakukan kegiatan olahraga sedang atau senam hamil. Adapun aktivitas yang dianjurkan adalah sebagai berikut (Pangkahila, 1992) : 2.3.3.1. Fase Pemanasan dan peregangan Pemanasan dan peregangan harus dilakukan oleh semua orang yang akan melakukan latihan olahraga apapun jenis olahraga yang akan dilakukan, terutama mereka yang sudah berumur tua atau > 40 tahun (Pangkahila ,1992). Pemanasan dan peregangan bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke otot-otot, meningkatkan proses metabolisme dan mningkatkan suhu otot sehingga otot-otot lebih siap untuk melakukan kontraksi dengan lentur dan kemungkinan terjadinya cedera akan dikurang. Dianjurkan lamanya waktu yang diperlukan untuk
58
melakukan pemanasan dan peregangan ini adalah berkisar 5 – 15 menit atau denyut nadi meningkat antara 30 – 40 kali permenit dibandingkan dengan denyut nadi istirahat (Nala, 1986).Tujuannya adalah untuk mempersiapkan sistema organ tubuh supaya dapat bekerja dalam tingkat efisiensi yang tinggi sewaktu berlatih. Menurut Nala (2001), dengan aktivitas pemanasan ini, selain suhu tubuh terutama suhu otot skeletal akan meningkat dengan cepat, jumlah darah dan oksigen yang mengalir menuju otot juga akan meningkat. Kondisi ini akan mengaktifkan sumber energi di otot dan merangsang keluarnya hormon serta meningkatkan pula kerja enzim otot. Lebih lanjut Nala (2001) mengemukakan bahwa semua usaha tubuh ini amat bermanfaat bagi penunjang kinerja sel otot, jantung, paru dan pembuluh darah. Selain itu pemanasan akan merangsang aktivitas sistem saraf yang akan mengkoordinasikan kerja sistem organ tubuh lainnya sehingga menjadi lebih baik dan juga mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk merambatnya rangsangan melalui saraf motorik ke otot skeletal, sehingga mempercepat timbulnya reaksi motorik, meningkatkan refleks dan kontraksi otot dan meningkatkan koordinasinya. Selain itu efek psikis akan diperoleh melalui pemanasan berupa kesiapan mental untuk berlatih atau bertanding serta dapat mengurangi kemungkinan untuk menderita cedera sewaktu berlatih. 2.3.3.2. Fase Latihan Pada fase latihan, organ-organ tubuh khususnya jantung, paru-paru dan otot-otot sudah siap untuk melakukan aktivitas yang cukup berat dan denyut nadi sudah mencapai denyut nadi yang dianjurkan yaitu sekitar 72% - 87 % dari denyut
59
nadi maksimal. Ada pula yang menganjurkan bahwa denyut nadi dalam fase latihan berkisar antara 65% - 85% dari denyut nadi maksimal. ( Pangkahila 1992). Waktu yang diperlukan dalam lamanya melakukan latihan olahraga juga perlu dipertimbangkan karena apabila melakukan latihan olahraga melebihi waktu yang dianjurkan akan menyebabkan bahaya terhadap orang yang melakukan latihan olahraga (Nala, 2001). Adapun lamanya waktu yang dianjurkan untuk melakukan latihan olahraga adalah 15 – 60 menit untuk semua latihan olahraga (Nala,1986). Tetapi untuk latihan olahraga pada wanita hamil sebaiknya dan dianjurkan maksimal 30 menit mengingat kelelahan yang ditimbulkan akan berpengaruh terhadap kehamilannya. American College of Sport Medicine menganjurkan bahwa fase latihan ini dilakukan minimum 20 menit, disesuaikan dengan intensitas latihan bila intensitas latihan berat, maka waktu latihannya lebih pendek dan sebaliknya bila intensitas latihannya ringan, maka waktu latihannya lebih panjang. Untuk meningkatkan daya tahan (endurance) sebaiknya intensitas ringan dan sedang, tetapi dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama (Pangkahila,1992).
2.3.3.3. Fase Pendinginan Setiap melakukan latihan tidak boleh berhenti mendadak, tetapi harus secara bertahap ketika akan menghentikan latihan olahraga. Penghentian latihan olahraga secara bertahap ini dikenal sebagai fase pendinginan.(Pangkahila, 1992; Nala, 2001).
60
Pendinginan dilakukan untuk mengembalikan kondisi tubuh ke keadaan semula. Tujuan utama dari gerakan pendinginan adalah untuk menarik kembali secepatnya darah yang terkumpul di otot skeletal yang telah aktif sebelumnya ke peredaran darah sentral. Selain itu berfungsi pula untuk membersihkan darah dari sisa hasil metabolisme, berupa asam laktat yang berada di dalam otot dan darah (Nala, 2001). Alasan fisiologis sedikitnya ada dua hal tentang pentingnya pendinginan, yaitu bahwa : a. Tingkat asam laktat darah dan otot akan lebih cepat turun jika dilakukan pemulihan aktif. Jadi pendinginan membantu mempercepat pemulihan dari kelelahan. b. Selanjutnya dengan aktivitas ringan sesudah melakukan pelatihan yang berat merangsang kerja pompa otot sehingga mencegah penumpukan darah pada anggota tubuh, terutama di daerah tungkai. Lamanya pendinginan berkisar 10-20 menit (Plowman and Smith,.2003). Pada tahun 1941 dilaporkan bahwa timbulnya berbagai keluhan dari para penderita yang selesai melakukan pemeriksaan dengan jentera bermotor (treadmill). Adapun keluhan-keluhan tersebut berupa pusing-pusing, mual-mulal dan lemah ( Pangkahila, 1992). Ternyata hal ini terjadi disebabkan karena sesudah melakukaqn latihan mereka segera istirahat tanpa melakukan fase pendinginan. Pentingnya fase pendinginan setelah melakukan latihan olahraga karena setelah olahraga darah akan terkumpul didaerah yang aktif melakukan gerakan seperti daerah extremitas bawah, sehingga bila tidak ada fase pendinginan langsung istirahat, maka darah yang terkumpul di extremitas bawah akan sulit untuk kembali ke jantung dan otak menyebabkan suplai oksigen ke otak dan jantung
61
berkurang menyebabkan terjadinya pandangan gelap yang disebut kolaps atau black out (Pangkahila,1992). Untuk mengantisipasi terjadinya
keadaan yang bisa membahayakan
sesorang setelah melakukan latihan olahraga, maka dianjurkan pada mereka halhal sebagai berikut (Pangkahila,1992 ):
a.
Setelah melakukan latihan olahraga, dianjurkan tetap melakukan gerakangerakan ringan dan menghentikan gerakan-gerakan secara bertahap.
b.
Tidak boleh memasuki ruangan yang suhunya lebih hangat dan dilarang segara mandi air hangat. Lakukan istirahat sampai suhu tubuh tidak panas lagi dan tidak keluar keringat lagi, kemudian baru boleh mandi.
2.3.3.4. Latihan olahraga berlebihan. Dalam melakukan latihan olahraga tidak boleh terburu-buru dengan harapan supaya cepat mendapatkan hasil yang maksimal atau terlalu emosional untuk cepat berhasil. Seperti diketahui bahwa setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya terhadap latihan olahraga yang mereka lakukan dan hal ini tergantung pula dari berbagai faktor (Pangkahila, 1992) a.l umur dan berat ringannya latihan yang dilakukan. Oleh karena itu, maka tidak dianjurkan untuk melakukan semua jenis latihan olahraga termasuk latihan kebugaran jasmani yang merlampaui kemampuan tubuh, sebab latihan berlebihan akan menimbulkan beberapa dampak negatif.
62
Adapun gejala-gejala akibat latihan berlebihan tersebut (Pangkahila,1992), adalah sebagai berikut : a. Timbulnya tanda-tanda peringatan pada tubuh seperti, sakit kepala, nafsu makan berkurang, perasaan letih, malas, sering pilek, berat badan menurun secara drastis, pembesaran kelenjar linfe di daerah paha dan ketiak, sembilit, diare dan sampai amenore. b. Gangguan pada otot-otot seperti, nyeri otot, kaki terasa berat dan kaku secara terus menerus terutama sendi dan tendon. c. Gangguan emosional seperti, minat berlatih menurun, gugup, depresi, acuh tak acuh terhadap sekitar dan prestasi menurun.
Bila ditemukan gejala-gejala seperti tersebut di atas pada seserorang yang sedang melakukan latihan olahraga terutama pada wanita hamil, maka pertama harus dilakukan adalah dengan istirahat. Cara sederhana yang dianjurkan untutk bisa mengetahui apakah seseorang telah melakukan latihan yang berlebihan adalah dengan meraba nadi, bila kecepatan denyut nadi telah naik 7 atau lebih permenit daripada denyut nadi biasanya, maka berarti tubuh harus istirahat.
2.4. Olahraga, Lipid Peroksidasi, Antioksidan Enzimatik, dan Kehamilan Pada dasarnya dengan berolahraga dalam tubuh manusia dapat memicu aktivitas
neuron endokrin yang akan merangsang peningkatkan produksi
katekolamin. Perubahan aktivitas neuron endokrin yang berefek pada peningkatan produksi katekolamin ini menghasilkan energi. Aktivitas olahraga yang dilakukan
63
akan meningkatkan kebutuhan oksigen melalui pernafasan untuk menghasilkan energi. Oksigen yang tersedia tidak seluruhnya terpakai oleh tubuh untuk menghasilkan energi, sisa oksigen inilah yang berjumlah 4 – 5%, (Clarkson and Thompson, 2000) akan membentuk radikal
bebas
sehingga
terbentuklah
reactive oxygen species (ROS) dan situasi ini memicu terjadinya peroksidasi asam-asam lemak tidak jenuh jamak (polyun-saturated fatty acids) dari membran sel maupun darah sehingga mempengaruhi fungsi sel dan bisa merusak kehidupan sel (Clarkson and Thompson, 2000; Fadillioglu, dkk., 2000; Kobe, dkk., 2002). Selain itu stress oksidatif yaitu keadaan dimana oksidan atau radikal bebas lebih besar antioksidan yang merusak protein dan bahkan menyebabkan kelainan pada DNA. Adanya peningkatan lipid peroksidasi akibat peningkatan produksi radikal bebas pada manusia yang melakukan olahraga ditandai dengan peningkatan malondialdehida (MDA) yang merupakan pertanda untuk menilai radikal bebas dalam darah. Intensitas dan kerasnya olahraga yang dilakukan akan berpengaruh terhadap produksi malondialdehida (MDA), bila olahraga dilakukan secara rutin dan teratur, tidak akan merangsang peningkatan radikal bebas (Clarkson and Thompson, 2000). Adanya radikal bebas yang dihasilkan dalam tubuh dan terbentuknya reactive oxygen species, sebenarnya merupakan proses fisiologi. Bila terjadi peningkatan radikal bebas, tubuh akan berusaha untuk mengatasi situasi ini dengan memproduksi sejumlah antioksidan untuk pertahanan yang lebih dikenal sebagai counteracting antioxidant defences (Clarkson and Thompson, 2000; Patil, dkk., 2006; 2008). Mekanisme pertahanan ini dapat dikelompokkan menjadi
64
scavenging radikal bebas dan antioksidan pemutus rantai. Glutation tereduksi, tokoferol-, asam askorbat, dan retinol merupakan antioksidan nonenzimatik pemutus rantai oksidan yang dapat mengurangi radikal bebas pada sel dan dapat mencegah kerusakan akibat oksidasi radikal bebas tersebut (Patil, dkk., 2006; 2008). Radikal bebas sebenarnya bersifat tidak stabil sehingga sangatlah sulit untuk dapat mengukurnya secara langsung. Namun demikian, kecenderungannya membentuk peroksidasi lipid dapat digunakan mendeterminasi secara tidak langsung adanya radikal bebas tersebut. Marker peroksidasi lipid, seperti malondialdehid (MDA) dapat diukur untuk menentukan adanya perusakan oleh radikal bebas. (Clarkson and Thompson, 2000; Patil, dkk., 2006; 2008). Patil, dkk., (2006) mendapatkan bahwa kadar MDA pada wanita hamil lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Peningkatan kadar MDA meningkat sejalan dengan usia kehamilan, yaitu dari trimester pertama, kedua, dan ketiga, sebaliknya terdapat penurunan antioksidan SOD, GSHPx, dan Catalase pada wanita hamil dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Peneliti lain juga mendapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar MDA yang signifikan disertai dengan penurunan antioksidan nonenzimatik, seperti Vitamin-E, Vitamin-C, dan Vitamin-A pada wanita hamil yang mengalami hipertensi (Yoneyama, dkk., 2002; Necip, dkk., 2002; Kobe, dkk., 2002; Patil, dkk., 2008). Banyak penelitian mendapatkan bahwa berolahraga bagi ibu hamil pada saat kehamilan telah memberikan banyak manfaat, di antaranya meningkatkan kontrol glikemia pada wanita hamil yang menderita diabetes, di samping juga
65
dapat mencegah kasus diabetes pada wanita hamil (deBarros, dkk., 2010; Brankston, dkk., 2004). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dengan berolahraga dapat memberikan efek protektif terhadap serangan penyakit jantung, osteoporesis, dan hipertensi, mengurangi risiko kanker kolon, kanker payudara, serta dapat menurunkan lemak tubuh (Paieley, dkk., 2003). Keluhan-keluhan umum saat kehamilan, seperti; fatigue, varicosities, swelling of extremities, insomnia, stress, anxiety, dan depresi dapat dikurangi dengan melakukan olahraga (Buckwalter, and Simpson 2002; Pivarnik,2008). Bukti ilmiah juga menunjukkan bahwa dengan berolahraga saat kehamilan dapat mengurangi waktu persalinan (length of labour) dan mengurangi komplikasi persalinan. (Scott, 2006; Juhl, dkk., 2010; Paisley, 2003). Peningkatan antioksidan enzimatik seperti Superoxide dismutase (SOD), Glutathion Peroksidase (GPHPx) dan Catalase merupakan keadaan yang bisa terjadi bila sesorang melakukan olahraga, termasuk pada wanita hamil. Pentingnya ketiga jenis antioksidan enzimatik ini dalam tubuh, karena antioksidan enzimatik ini akan mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh terbentuknya radikal bebas (Jasinevicius, 2009).
2.5. Kehamilan dan Stress Oksidatif 2.5.1 Radikal bebas Spesies radikal bebas adalah tidak stabil dan sangat reaktif, akan menjadi stabil dengan mengambil elektron dari asam-asam nukleat, lipid, protein,
66
karbohidrat atau molekul tetangganya yang mengakibatkan kaskade rantai reaksi dan dapat memicu kerusakan sel dan penyakit (Gambar 2.16).
Gambar 2.16 Kaskade rantai reaksi kerusakan sel
2.5.2 Reactive oxygen species/ROS Pada dasarnya dikenal 3 tipe utama ROS, yaitu superoksida (O 2•-), hidrogen peroksida (H2O2), hidroksil (OH• ). Radikal superoksida terbentuk bila terjadi kehilangan elektron saat proses rantai transpor elektron. Dismutasi superoksida menghasilkan pembentukan hidrogen peroksida. Ion hidroksil bersifat sangat reaktif bereaksi dengan purin dan pirimidin menyebabkan penghancuran strand dan berakhir dengan kerusakan DNA.
67
ROS dapat memicu lebih dari 100 macam penyakit dan berpengaruh dalam patofisiologi reproduksi wanita, mencakup ovari, tuba falopi, dan embrio (Madamanchi, dkk. 2005). ROS juga berpengaruh terhadap modulasi lanjut fungsi fisiologi reproduksi seperti maturasi ookit, steroidogenesis ovari, fungsi luteal corpus, dan luteolisis. ROS dapat terjadi melalui beberapa mekanisme yang berbeda, seperti: reperfusi-iskemia, aktivasi neutrofil dan makrofag, kimia Fenton, endothelial cell xanthine oxidase, metabolisme asam lemak bebas dan prostaglandin, dan hipoksia seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.17 (Hiromichi, dkk. 2008).
Gambar 2.17 Mekanisme terjadinya ROS (Hiromichi, dkk. 2008). Umumnya proses kehamilan akan berlangsung normal sejak terjadi pembuahan atau konsepsi, sampai hasil konsepsi ini siap untuk dilahirkan. Tetapi pada perjalanannya hasil konsepsi itu sampai siap untuk dilahirkan sering disertai komplikasi-komplikasi yang bila tidak diatasi dapat membahayakan kehidupan
68
baik bagi wanita hamil maupun janin yang dikandungnya (Wiknjosatro, dkk. 2006; Cunningham, dkk., 2005). Ternyata komplikasi-komplikasi yang terjadi dalam kehamilan banyak dihubungkan dengan adanya peningkatan oxidative stress pada wanita hamil (Hracsko, dkk., 2008; Myatt and Cui, 2004).Sampai sini Pada kondisi tubuh sehat, ROS (reactive oxygen species) dan antioksidan berada dalam keseimbangan. Apabila keseimbangan ini terganggu dan bergeser dengan peningkatan ROS maka terjadi stress oksidatif (SO). SO berpengaruh dalam semua tahapan reproduksi seorang ibu bahkan setelah menopouse. SO terjadi akibat ketidakseimbangan antara prooksidan (free radical species) dan kemampuan skavanger tubuh (body's scavenging ability) atau antioksidan. ROS ibarat pisau bermata dua berperan sebagai molekul pemberi sinyal pada proses fisiologi, disamping itu juga dapat berperan dalam proses patologi termasuk proses reproduksi wanita. ROS mempengaruhi multi proses fisiologi dari maturasi ookit sampai fertilisasi, pertumbuhan embrio dan kehamilan (Agarwal, dkk. 2005). SO berperan dalam memodulasi penurunan fertilitas yang juga berhubungan dengan usia. SO juga sangat berpengaruh selama kehamilan, parturisi normal, dan inisiasi preterm persalinan. Kanker ovari terjadi pada permukaan epitel dan sebagai pemicunya adalah ovulasi yang berulang-ulang. Ovulasi menginduksi kerusakan DNA epitel ovari. Hal ini dapat dicegah dengan cara pemberian antioksidan. Pada saat hamil terjadi proses metabolisme yang tidak seperti dalam keadaan normal. Plasenta ditemukan sebagai sumber tempat terjadinya peroksidasi lipid karena terjadi peningkatan asam-asam lemak tidak jenuh jamak
69
(polyunsaturated fatty acids/PUFA). Peningkatan peroksidasi lipid ini sebagai akibat dari peningkatan sintesis prostaglandin di dalam plasenta. Kadar marker peroksidasi seperti lipid hidroperoksida dan malondialdehid (MDA) ditemukan meningkat pada wanita hamil dibandingkan dengan yang tidak hamil. Peroksidasi lipid akan meningkat pada trimester kedua, tapers off later in gestation , dan menurun setelah melahirkan. Pada proses ovulasi dan sterodogenesis di dalam korpus luteum yang sangat riskan terhadap adanya pengaruh stres oksidatif juga akan memicu terbentuknya ROS. Memperhatikan pula bahwa proses ovulasi sebenarnya dapat dipandang sebagai proses inflamasi, sehingga ROS kemungkinan terbentuk secara lokal yaitu biasanya selama rupture follicular ataupun juga dalam proses ovulasinya sendiri. ROS juga dihasilkan oleh korpus luteum melalui reaksi monooksigenase yang merupakan hasil reaksi samping dalam sintesis hormon steroid (Gambar 2.18).
Gambar 2.18. Pembentukan ROS dalam proses ovulasi dan sterodogenesis
70
Sejumlah tertentu ROS dapat mempercepat perkembangan embrio. ROS juga berperan dalam transduksi sinyal dengan memodulasi faktor transkripsi mencakup hypoxia-inducible factor (HIF-1) dan activated protein-1 (AP-1) yang mengontrol ekspresi mediator sel pertumbuhan. ROS juga mempengaruhi aktivasi pelepasan nuclear factor NFB, yaitu suatu sitokin pengatur yang penting dan sebagai ekspresi gen anti-apoptosis (Gambar 2.19). Namun demikian, produksi ROS berlebih juga dapat menghambat perkembangan janin.
Gambar 2.19 Efek ROS di dalam perkembangan Janin
2.6 Antioksidan Pada kondisi normal, molekul skavanger atau antioksidan berperan mengkonversi ROS menjadi H2O ubtuk mencegah produksi ROS yang berlebih. Di dalam tubuh terdapat dua kelompok antioksidan, yaitu antioksidan enzimatik dan nonenzimatik yang secara rinci diberikan pada Tabel 2.1 (Argawal, dkk., 2005, Hiromichi, dkk., 2008).
71
Tabel 2.1 Antioksidan Enzimatik dan Non-Enzimatik
2.6.1 Antioksidan enzimatik Antioksidan enzimatik juga dikenal sebagai antioksidan alami, antioksidan ini dapat menetralkan kelebihan ROS dan mencegah kerusakan struktur sel. Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2.1 antioksidan enzimatik terdiri dari superoxide dismutase, catalase, glutathione peroxidase dan glutathione reductase yang juga dapat mereduksi hidrogen peroksida menjadi air dan alkohol. Suatu studi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan MDA secara signifikan pada wanita hamil dibandingkan dengan yang tidak hamil. Peningkatan ini meningkat seiring dengan pejalanan proses kehamilan dari trimester-1 sampai trimester-3.
72
Sebaliknya, antioksidan enzimatik, SOD, GSHPx, GSHRx, dan CAT ditemukan menurun terutama pada kehamilan trimester-3. Peningkatan stress oksidatif dapat berakibat induksi aktivitas antioksidan enzimatik salah satunya adalah superoxyde dismutase (SOD), bila ditemukan pada mulainya enzimatik
proses kehamilan, maka
hal ini
aktivitas antioksidan
ini akan melindungi perkembangan embrio dari kerusakan akibat
radikal bebas (Wang, dkk., 2002). Hasil penelitian telah pula membuktikan bahwa aktivitas superoxyde dismutase (SOD), glutathion peroksidase dan catalase (CAT) menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan (Patil, dkk.,2006; 2008). Anion superoksida dihasilkan melalui reduksi senyawa-senyawa yang memiliki elektron tunggal terutama dari molekul oksigen dan selanjutnya akan menginisiasi pembentukan reaksi rantai radikal bebas. Didapatkan bahwa SOD dapat mengubah anion superoksida tersebut menjadi hidrogen peroksida dan reaksi ini sangat berperan dalam reaksi antioksidan enzimatik. Dikenal 3 isozim SOD yang diproduksi oleh mamalia, yaitu SOD1 dikodekan dengan Cu,Zn-SOD mengandung Cu dan Zn sebagai kofaktor logamnya dan bersifat sitosolik, SOD2 yang dikodekan dengan Mn-SOD merupakan isoform mitokondria mengandung logam Mn, dan SOD3 yang dikode dengan ECSOD (bentuk ekstrasel) yang mempunyai struktur serupa dengan CuZn-SOD dan juga mengandung kofaktor logam Cu dan Zn.
73
2.6.2 Antioksidan nonenzimatik Antioksidan non-enzimatik juga dikenal sebagai antioksidan sintetis atau supleman diet. Sistem antioksidan tubuh yang rumit dipengaruhi oleh asupan diet antioksidan yang dapat berupa vitamin atau mineral, seperti vitamin C, vitamin E, selenium, seng, taurin, hipotaurin, glutathion, beta karotin, dan karotin. Vitamin C adalah antioksidan pemutus rantai yang dapat menghentikan proses propagasi peroksidasi. Vitamin C juga dapat membantu siklus oksidasi vitamin E dan glutathion. Taurin, hipotaurin, dan transferin umumnya ditemukan di dalam cairan tuba dan folikular yang dapat melindungi embrio dari stres oksidatif. Glutathion ditemukan di dalam oosit dan cairan tuba dan berperan dalam peningkatan perkembangan zigot di luar morula atau tahapan blastocyst. Antioksidan baik non enzimatik maupun enzimatik berperan melawan efek toksik lipid peroksidasi dan radikal oksigen serta sekaligus dapat mengurangi jumlah lipid peroksida yang terbentuk. Riset membuktikan bahwa terjadi kecendrungan penurunan semua antioksidan non enzimatik, seperti glutathion tereduksi, vitamin E, vitamin C, dan vitamin A pada wanita hamil trimester ketiga dibandingkan dengan wanita tidak hamil (Patil,dkk.,2000).. Lipid peroksidasi dipandang sebagai marker pro-oksidan, sebaliknya glutathion tereduksi, vitamin, E, vitamin C, dan vitamin A dapat dipandang sebagai antioksidan. Radikal bebas akibat keberadaannya yang tidak stabil sangatlah sulit untuk diukur. Kecendrungannya untuk membentuk lipid peroksidasi dapat digunakan untuk mengukurnya secara tidak langsung. Marker lipid peroksidai (MDA) meningkat selama proses kehamilan. Adanya antioksidan
74
non-enzimatik ini berperan dalam melawan efek tosik radikal bebas, pada lingkungan yang lipofilik vitamin A berperan sebagai antioksidan pemutus rantai reaksi, vitamin C berperan sebagai skavenging superoksida, radikal bebas dan bermacam lipid hidroperoksida. Taurin, hipotaurin, dan tranferrin umumnya ditemukan di dalam fluida tuba dan follikular yang berperan melindungi embrio dari stress oksidatif.
75
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir dan Konsep Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka dikemukakan konsep penelitian sebagai dasar merumuskan hipotesis. Konsep
yang dimaksudkan
adalah; 1. Kehamilan merupakan suatu kondisi rentan ―stress‖ dan mengakibatkan perubahan fisiologis dan fungsi metabolik. Perubahan ini akan menyebabkan timbulnya reactive oxygen species. Keadaan ini kalau tidak diimbangi dengan produksi antioksidan yang memadai akan timbul stres oksidatif. 2. Kadar MDA pada wanita hamil lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tidak hamil (Patil, dkk.,2006). Peningkatan kadar MDA sejalan dengan usia kehamilan, meningkat dari trimester pertama, kedua, dan ketiga. Sebaliknya, terjadi
penurunan antioksidan enzimatik, seperti erythrocyte enzymes
superoxide dismutase (SOD), glutathion peroxidase (GSHPx), dan catalase (CAT) pada wanita hamil. 3. Kecenderungan Reactive oxygen species (ROS) membentuk peroksidasi lipid dan dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaannya secara tidak langsung. Marker peroksidasi lipid, seperti malondialdehid (MDA) dapat diukur untuk menentukan kerusakan oksidatif akibat adanya radikal bebas. 4. Peningkatan radikal bebas menyebabkan kerusakan DNA ditandai dengan peningkatan 8–OHdG.
76
5. Olahraga dapat memicu endokrin neuron meningkatkan produksi katekolamin sekaligus menghasilkan energi. Pembentukan energi ini mengakibatkan kebutuhan oksigen meningkat, bila oksigen yang berlebihan ini tidak seluruhnya dimetaboliser dapat menyebabkan terbentuknya reactive oxygen species (ROS). ROS merupakan radikal bebas dan menginduksi peroksidasi asam-asam lemak tidak jenuh jamak (PUFA) membran sel dan darah dan mempengaruhi fungsi sel. 6. Senam hamil yang merupakan salah satu bentuk olahraga sedang yang dilakukan wanita hamil sejak umur kehamilan mulai umur kehamilan 20 minggu akan mengurangi komplikasi kaena kebutuhan oksigen sesuai selama kehamilan dan mengurangi beban psikologis sehingga luaran klinik lebih baik. Berdasarkan kerangka berfikir di atas, selanjutnya dibuat bagan kerangka berfikir penelitian seperti disajikan pada Gambar 3.1.
77
SENAM HAMIL
Faktor eksternal Pendidikan, status sosial, usia perkawinan. Intensitas dan lamanya olahraga
WANITA HAMIL umur kehamilan 20 minggu
Faktor internal Hb, > 11 gr% Keadaan fisik dan mental
PENINGKATAN: SOD , GSHPx , CAT , . LUARAN KLINIS: PENINGKATAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL DAN KUALITAS JASMANI, PENURUNAN MDA dan 8-OhdG
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Berfikir Penelitian
3.1 Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat di rumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Senam hamil pada wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu; 1. Meningkatkan kadar antioksidan enzimatik: Superoxide dismutase (SOD) lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil; 2. Meningkatkan
kadar antioksidan
enzimatik:
glutation
peroksidase
(GSHPx) lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil; 3. Meningkatkan kadar antioksidan enzimatik katalase (CAT) lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil; 4. Meningkatkan kekuatan otot-otot panggul lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil;
78
5. Meningkatkan kualitas jasmani lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil; 6. Menurunkan kadar MDA lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil; dan 7. Menurunkan kadar 8-OHdG lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil;
79
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi eksperimental menggunakan rancangan randomized pretest-posttest control group design yang bagannya disajikan pada Gambar 4.1. Pada penelitian ini dicari peningkatan kadar antioksidan enzimatik dan kekuatan otot panggul dan kualitas jasmani, juga dicari perbedaan penurunan kadar MDA dan 8-OHdG pada wanita hamil sebagai respon oxidative stress
akibat diberikan perlakuan senam hamil dibandingkan tanpa
senam hamil sejak umur kehamilan ≥ 20 minggu. O1 P
S O3
P1 O2 P2
O4
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Pretest-Posttest Control Group Design untuk Mencari Perbedaan Kadar MDA, 8-OHdG dan Kadar Antioksidan Enzimatik (SOD, GSHPx, dan CAT) antara perlakuan senam hamil dan tanpa senam hamil pada wanita hamil umur kehamilan ≥ 20 minggu. Keterangan: P = Populasi, S = Sampel, O1 = pengamatan awal kelompok kontrol, P1 = perlakuan tanpa senam hamil (kontrol), O2 = pengamatan akhir kelompok kontrol, O3 = pengamatan awal kelompok perlakuan, P2 = perlakuan senam hamil, O4 = pengamatan setelah perlakuan senam hamil.
80
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universtas Sam Ratulangi/RSUP Prof. R. D. Kandou Manado dan beberapa Rumah Sakit yang ada di Manado. Pemeriksaan kadar antioksidan nonenzimatik SOD, GSHPx, CAT dan MDA, 8-OHdG dilakukan di Laboratorium terpusat yang sudah terakreditasi. Sejak protokol sampai penelitian selesai diperkirakan memerlukan waktu 6 bulan.
4.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah di bidang Ilmu Kedokteran Kesehatan khususnya bidang Kandungan (Obstetric and Gynecology). 4.4 Penentuan Sumber Data Penelitian 4.4.1 Populasi sampel Populasi target penelitian ini adalah semua wanita hamil yang berkunjung kei RS pemerintah di Manado. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah semua wanita hamil umur kehamilan ≥ 20 minggu yang riwayat kehamilan telah dipantau sejak awal kehamilan datang berobat di RS pemerintah Manado. Sampel dipilih dengan teknik consecutive sampling dari populasi terjangkau.
81
4.4.2 Kriteria inklusi, ekslusi, kriteria sampel, dan sumber sampel 4.4.2.1 Kriteria inklusi Sampel yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi yaitu: 1) wanita hamil umur kehamilan ≥ 20 minggu, 2) umur 20–29 tahun, 3) Hb 11 gr %, 4) primigravida, dan 3) bersedia ikut dalam penelitian dibuktikan dengan penanda tanganan informed consent.
4.4.2.2 Kriteria eksklusi Sampel yang diteliti adalah yang memenuhi kriteria inklusi seperti yang disebutkan di atas, sedangkan yang tidak diikutkan sebagai sampel adalah dengan kriteria eksklusi, yaitu: 1) wanita hamil dengan penyakit bawaan lain; 2) penderita kelainan jantung, asma atau masalah paru-paru kronik, tiroid, dan kegemukan.
4.4.2.3 Kriteria sampel Sampel adalah wanita hamil umur kehamilan ≥ 20 minggu sesuai dengan pemeriksaan klinis dan memenuhi kriteria inklusi seperti di atas.
4.4.2.4 Sumber sampel Sampel
berasal
dari
wanita
hamil
yang
datang
memeriksakan
kandungannya secara rutin ke Poliklinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universtas Sam Ratulangi/RSUP Prof. R. D. Kandou Manado dan beberapa Rumah Sakit yang ada di Manado serta memenuhi kriteria inklusi seperti di atas.
82
4.4.3 Besar sampel penelitian Perhitungan besar sampel diperkirakan berdasarkan kadar MDA, karena kadar MDA ditemukan yang paling besar pada wanita hamil, dibandingkan dengan kadar antioksidan enzimatik. Penghitungan besar sampel dihitung menggunakan formula Pocock (2008) seperti ditunjukkan dengan persamaan berikut: (z/2 + z)2 n = 2SD2
ƒ (,) (12)2
Besarnya (µ1 - µ2) merupakan efek perlakuan antara kelompok perlakuan dan kontrol dapat ditentukan dari data penelitian serupa. Kesalahan tipe 1 (α) ditetapkan sebesar 5 %, dengan demikian zα = 1,96; dan kesalahan tipe 2 (β) sebesar 10 %, maka zβ = 0,842. Kadar MDA pada wanita hamil trimester ketiga 1,79 mol/ml, dengan SD = 0,14 mol/ml, dan selisih kadar MDA antara kedua kelompok 95 % maka kadar MDA pada kelompok waniota hamil trimester ketiga adalah 1,72 mol/ml (Patil, dkk. 2006). Selisih kadar MDA antara kedua kelompok mencapai 5 %. Dengan memasukkan nilai-nilai tersebut pada persamaan di atas didapatkan nilai n = 30,73 ≈ 31 orang. Dengan asumsi terjadi drop out sebanyak 10 % maka sampel yang digunakan adalah sebanyak 33 orang. Jadi untuk 2 kelompok perlakuan jumlah sampel yang digunakan adalah 66 orang. Sesuai dengan uraian di atas penghitungan sampel di dasarkan pada penetapan kadar MDA, maka untuk penentuan besar sampel dalam penentuan
83
kadar antioksidan nonenzimatik diambil jumlah sampel yang sama sebanyak masing-masing 33 orang.
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Klasifikasi dan identifikasi variabel
Variabel-variabel
dalam
penelitian
ini
diidentifikasikan
dan
diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Variabel bebas adalah; senam hamil; 2. Variabel tergantung adalah; kadar MDA, 8-OHdG, dan kadar antioksidan enzimatik SOD, GSHPx, dan CAT; 3. Variabel yang dikontrol adalah; intensitas dan waktu senam hamil, usia ibu hamil, kadar Hb > 11g%, dan persalinan pertama; dan 4. Variabel rambang adalah; pendidikan, status sosial, dan usia perkawinan.
4.5.2 Hubungan antar variabel
Hubungan antar variabel dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2.
84
SENAM HAMIL
Intensitas dan lamanya senam hamil.
WANITA HAMIL DENGAN PENINGKATAN ANTIOKSIDAN ENZIMATIK (SOD, GSHPx, dan CAT) PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PANGGUL DAN KUALITAS JASMANI PENURUNAN MDA, 8-OHdG
Pendidikan, status sosial, usia perkawinan.
Variabel bebas Variabel tergantung
Variabel kontrol Variabel rambang
Gambar 4.2 Bagan Hubungan antar variabel
4.5.3 Definisi operasional variabel Untuk menghindari adanya kesalahan dalam pengumpulan data, berdasar identifikasi dan klasifikasi variabel, maka operasional variabel tersebut didefinisikan sebagai berikut; 1. Senam hamil adalah gerakan atau latihan yang dilakukan oleh wanita hamil dan di golongkan sebagai olahraga kategori sedang yang tidak sampai menyebabkan kelelahan pada wanita hamil yang melakukannya tetapi dapat memberikan manfaat bagi wanita hamil selama dalam masa kehamilan dan melahirkan. Disamping itu senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan otot dinding perut dan dasar panggul yang berhubungan
85
dengan proses persalinan (Mariani dan Nunik-Puspitasari, 2006; Evariny, 2009) (Lampiran Senam Hamil). 2. Umur kehamilan > 20 minggu adalah umur kehamilan yang dihitung sejak hari pertama menstruasi terakhir. 3. Kontrol adalah tanpa senam hamil yaitu subjek penelitian hanya melakukan aktivitas biasa sehariannya tanpa tekanan dan tidak menyebabkan terjadi kelelahan (Wendy, 2008). 4. Perlakuan senam hamil yaitu dilakukan pagi hari selama 30 menit setiap latihan, sebanyak 2 kali dalam seminggu. Senam hamil dilakukan mulai umur kehamilan 20 minggu sampai umur kehamilan mendekati aterm atau sampai menjelang melahirkan. 5. Kadar superoxide dismutase adalah kadar erythrocyte enzymes superoxide dismutase (SOD) yang merupakan marker antioksidan intrasel diukur menggunakan spektrofotometri menurut Flohe dan Otting (1984). 6. Kadar gluthatione peroxidase adalah jumlah gluthatione peroxidase (GSHPx) yang
merupakan
marker
antioksidan
intrasel
diukur
menggunakan
spektrofotometri menurut Flohe dan Gunzler (1984). 7. Kadar catalase adalah jumlah catalase (CAT) yang merupakan marker antioksidan intrasel diukur menurut Aebi (1984). 8. Kekuatan otot panggul adalah kemampuan otot yang diukur menggunakan perineometer dengan merek peritron/PFX2, buatan Australia. Pengukuran kekuatan otot dasar panggul dilakukan pada waktu umur kehamilan 20
86
minggu pada perlakuan senam hamil dan tanpa senam hamil dan
ketika
kehamilan sudah aterm. 9. Kualitas jasmani adalah hilangnya keluhan subjektif selama hamil diukur menggunakan kuasioner dengan menggunakan formulir SF-36 dilakukan pengumpulan informasi mulai umur kehamilan 20 minggu dan ketika memasuki umur kehamilan aterm, pada perlakuan senam hamil dan tanpa senam hamil (Kalantar-Zadeh, 2010;. Marsh, 2002). 10. Kadar MDA adalah kadar malondialdehid yang diukur dalam satuan mg/L serum akibat terjadi lipid peroksidasi diukur menggunakan metode Yagi (1982). 11. Kadar 8-OHdG adalah kadar 8-hidroksi-2-dioksiguanosin yang diukur dalam satuan mg/L serum menggunakan teknik ELISA (CellBiolabs, 2009). 12. Intensitas dan lama senam hamil adalah untuk yang tanpa senam hamil dilakukan sesuai dengan definisi operasional 2 dan untuk perlakuan senam hamil dilakukan sesuai dengan definisi operasional 3. 13. Pengambilan sampel darah pada subjek penelitian baik perlakuan dan kontrol dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada kehamilan 20 minggu dan ketika umur kehamilan memasuki aterm 14. Usia wanita hamil adalah ditentukan dari tanggal kelahiran yang tertera di KTP sampai pada saat dipakai sebagai sampel penelitian; 15. Kadar Hb adalah kadar hemoglobin di nyatakan dengan jumlah hemoglobin darah yang besarnya > 11 g% diukur ketika pengumpulan subjek penelitian.
87
16. Persalinan pertama adalah persalinan anak pertama dari wanita hamil yang digunakan sebagai subyek penelitian. 17. Pendidikan adalah pendidikan tertinggi yang dicapai oleh subyek penelitian. 18. Status sosial adalah tingkat kehidupan sosial subyek penelitian, bawah, menengah, dan atas. 19. Usia perkawinan adalah lama perkawinan berlangsung disesuaikan dengan surat keterangan nikah.
4.6 Bahan Penelitian
4.6.1 Bahan Sampel
Bahan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah serum darah yang diambil dari darah vena wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu yang diberi perlakuan senam hamil dan tanpa senam hamil.
4.6.2 Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan adalah: untuk analisis MDA diperlukan bahan-bahan berikut; asam sulfat, asam fosfotungstat 10 %, akuabides, reagen TBA (campuran 2-asam tiobarbiturat dengan asam aetat), dan n-butilalkohol. Bahan untuk analisis 8-OHdG, SOD, GSHPx, dan CAT adalah berupa KIT yang dibeli dari Alexis Biochemicals ABL-SOD-560-KI01-KIT untuk analisis SOD, Gluthatione Peroxidase ELISA KIT untuk gluthation, ABL-CAT-240-KI01 untuk
88
analisis katalase, dan STA-325: OxiSelect™ Oxidative RNA Damage ELISA Kit (8-OHG) untuk analisis 8-OHdG.
4.7 Instrumen Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah plate reader dengan filter 414 atau 405 nm, vial, pipet dengan pengatur volume, dan 96 well plate.
4.8 Prosedur Penelitian 4.8.1 Tahap persiapan Persiapan yang dilakukan untuk mulai penelitian adalah : 4.8.1.1 Menentukan tempat untuk pelaksanaan senam hamil dalam hal ini dicari ruangan yang berada di rumah sakit Prof RD Kandou Manado, supaya dekat dengan poliklinik kebidanan untuk menjaring subjek penelitian. 4.8.1.2. Mempersiapkan bahan atau alat laboratorium yang diperlukan ketika akan dilakukan penelitian seperti, tensimeter, disposible, tabung gelas, alkohol dan kapas . 4.8.1.3. Subjek penelitian dijaring
sesuai dengan batasan operasional yang
ditentukan. 4.8.1.4. Penelitian ini dapat dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan penelitian (ethical clearence) dari Komisi Etika Penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado dan Rumah Sakit Umum Pusat Prof.R.D. Kandou Manado. 4.8.1.5. Disiapkan informed consent sebagai persetujuan subjek penelitian untuk mengikuti penelitian ini. Persetujuan penelitian dapat dilihat pada
89
Lampiran 1. Sampel wanita hamil dipilih secara consecutive kemudian dipersiapkan untuk diberi perlakuan senam hamil dan tanpa senam hamil dimulai sejak umur kehamilan 20 minggu.
4.8.2 Pelaksanaan penelitian. 4.8.2.1 Perlakuan tanpa senam hamil Perlakuan tanpa senam hamil diberikan pada kelompok kontrol, subjek hanya melakukan pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan seperti biasa yang mereka lakukan sehari-hari (Wendy, 2008).
4.8.2.2 Perlakuan senam hamil Sebanyak 33 orang wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu yang selanjutnya disebut kelompok perlakuan diminta untuk melakukan senam hamil di pagi hari selama 30 menit setiap hari dan dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu sesuai dengan definisi operasional 3.
4.9 Alur Penelitian Untuk lebih mempermudah dalam pelaksanaan penelitian maka dibuat alur penelitian yang ditunjukkan dengan bagan alur penelitian pada Gambar 4.3.
90
KELOMPOK WANITA HAMIL 20 MINGGU
KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM MDA, 8-OhdG, SOD, GSHPx, DAN CAT (dilakukan sejak memasuki umur kehamilan 20 minggu)
TANPA SENAM HAMIL SEJAK UMUR KEHAMILAN 20 MINGGU
SENAM HAMIL SEJAK UMUR KEHAMILAN 20 MINGGU
PEMERIKSAAN LABORATORIUM MDA, 8-OHdG, SOD, GSHPx, dan CAT ( umur kehamilan aterm) PEMERIKSAAN LUARAN KLINIS
ANALISIS STATISTIKA DATA
Gambar 4.3 Skema Alur Penelitian 4.10 Analisis Statistika Data Semua data karakterisitik subyek penelitian yang didapat dideskripsikan. Untuk menganalisis perbedaan penurunan kadar MDA dan 8-OHdG, serta peningkatan SOD, GSHPx, dan CAT pada wanita hamil mulai umur kehamilan 20
91
minggu akibat perlakuan senam hamil dan tanpa senam hamil, dilakukan tahapantahapan analisis statistik data sebagai berikut: 1. Seleksi data yaitu editing, coding dan tabulasi dimasukkan pada file navigator program SPSS 15.0 for windows (Pramesti, 2007); 2. Uji normalitas data MDA, 8-OHdG, SOD, GSHPx, dan CAT kelompok senam hamil dan tanpa senam hamil antara sebelum dan sesudah perlakuan dianalisis menggunakan uji Shapiro Wilk pada 0,05. Hipotesis; Ho:
frekuensi
observasi = frekuensi ekspektasi, Ha: frekuensi observasi ≠ frekuensi ekspektasi. Ho diterima (data berdistribusi normal) bila p > , Ho ditolak (data tidak berdistribusi normal) bila p < ; 3. Analisis equality of variance; analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan equal variance pada kedua kelompok perlakuan dengan menggunakan Levene’s Test untuk Equality of Variance pada = 0,05. Hipotesis; Ho: 12 = 22 (varian kelompok senam hamil sama dengan varian kelompok tanpa senam hamil), Ha: 12 ≠ 22 (varian kelompok senam hamil berbeda dengan varian kelompok tanpa senam hamil). Ho diterima (varian pada kedua kelompok equal), bila p > Ho ditolak (varian pada kedua kelompok not equal), bila p < ; 4. Analisis komparabilitas; dilakukan terhadap nilai pre-test kelompok senam hamil dan tanpa senam hamil menggunakan uji-t independent ( = 0,05). Hipotesis; Ho: 1 = 2 (pre-test pada kelompok senam hamil sama dengan pre-test pada kelompok senam hamil ), Ha: 1 ≠ 2 (pre-test kelompok senam hamil berbeda dengan pre-test kelompok tanpa senam hamil). Ho diterima bila
92
p > ini berarti yang diuji adalah nilai post-test pada kelompok senam hamil dan pos-test pada kelompok tanpa senam hamil . Ho ditolak bila p < ini berarti yang diuji adalah penurunan antara pre-test dengan post-test; dan 5. Analisis perbedaan rata-rata; dengan asumsi varian pada kedua kelompok equal maka perbedaan rata-rata antara hasil pengukuran MDA, 8-OHdG, SOD, GSHPx, dan CAT pada kelompok senam hamil dengan kelompok tanpa senam hamil yang ditentukan berdasarkan nilai post-test antara kedua kelompok tersebut dianalisis dengan uji-t independent sample pada tingkat kemaknaan = 0,05. Hipotesis; Ho: 1 = 2 (rata-rata post-test kelompok senam hamil sama dengan rata-rata post-test kelompok tanpa senam hamil atau tidak ada perbedaan antara kedua perlakuan), Ha: 1 ≠ 2 (rata-rata posttest kelompok senam hamil berbeda dengan rata-rata post-test kelompok tanpa senam hamil atau ada perbedaan antar kedua perlakuan). Ho diterima (tidak ada perbedaan antara perlakuan senam hamil dengan tanpa senam hamil ) bila p > . Ho ditolak (ada perbedaan antara perlakuan senam hamil dengan tanpa senam hamil) bila p < . 6. Analisis
perbedaan
nonparametrik
karena
rata-rata besaran
data yang
luaran
klinis
didapat
menggunakan uji Mann-Whitney atau u-tes.
menggunakan
berupa
skala
uji
ordinal,
93
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Klinis Subjek Penelitian Pada penelitian ini diteliti sebanyak 83 orang ibu hamil umur kehamilan 20 minggu, subjek dialokasikan secara random, 38 orang sebagai kelompok tanpa senam hamil (kontrol) dan 45 orang dengan perlakuan senam hamil (kelompok perlakuan). Drop out
pada masing-masing kelompok adalah 8 orang pada
kelompok kontrol dan 9 orang pada kelompok perlakuan. Subjek yang benarbenar diteliti adalah 30 orang kelompok kontrol dan 36 orang kelompok perlakuan. Karakteristik subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik Klinis 1) Umur (tahun) 16-18 19-21 22-24 25-29 2) Pendidikan SD SLTP SLTA PT 3) Pekerjaan IRT Swasta PNS MHS 4) Hb (g/dL) Rata-rata Minimum Maksimum
Kelompok Perlakuan (n = 36)
Kelompok Kontrol (n = 30)
7 (19,4%) 10 (27,8%) 13 (36,1%) 6 (16,7%)
3 (10,0%) 11 (36,7%) 6 (20,0%) 10 (33,3%)
3 (10,0%) 6 (16,7%) 26 (72,2%) 1 (2,8%)
3 (10,0%) 2 (6,7%) 21 (70,0%) 4 (13,3%)
28 (77,8%) 6 (16,7%) 0 (0%) 2 (5,6%)
22 (73,3%) 6 (20,0%) 2 (6,7%) 0 (0%)
11,61 ± 0,93 11,00 15,00
11,89 ± 1,02 11,00 14,60
Keterangan: SD = Sekolah Dasar, SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat I, SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, PT = Perguruan Tinggi, IRT = Ibu Rumah Tangga, PNS = Pegawai Negeri Sipil, MHS = Mahasiswa.
94
5. 2 Peningkatan Kadar Superoxide dismutase (SOD), Glutation peroksidase (GSHPx), dan Catalase (CAT) Uji kenormalan distribusi dan kehomogenan data kadar SOD, GSHPx, dan CAT dilakukan menggunakan uji Shapiro Wilk dan Levene’s Test pada tingkat kemaknaan () sebesar 0,05. Hal ini dilakukan dengan menggunakan fasilitas explore pada program SPSS for windows. Berdasarkan kedua uji tersebut ditemukan bahwa semua data kadar SOD, GSHPx, dan CAT berdistribusi normal dan variannya homogen dengan nilai p>0,05. Hasil explore keseluruhan data disajikan pada Lampiran 6.Resume data yang didapatkan disajikan pada Tabel 5.2
Tabel 5.2 Data Kadar SOD, GSHPx, dan CAT Kelompok Kontrol dan Perlakuan Parameter SOD (g/gHb) Rata-rata Minimum Maksimum p normalitas p homogenitas GSHPx (IU/gHb) Rata-rata Minimum Maksimum p normalitas p homogenitas CAT (IU/gHb) Rata-rata Minimum Maksimum p normalitas p homogenitas
Kelompok Perlakuan (n=36) Pretest Posttest
Kelompok Kontrol (n=30) Pretest Posttest
104,30±0,62 105,53±0,66 103,15 104,14 105,23 106,95 0,780 0,249 0,668
104,54±0,59 104,17±0,55 103,09 103,09 105,91 105,29 0,060 0,416 0,166
20,32±0,63 19,06 22,16 0,095
21,57±0,81 19,79 22,90 0,062 0,185
20,53±0,81 20,42±0,59 18,88 19,20 22,08 22,13 0,122 0,297 0,124
6,18±0,66 5,06 7,81 0,237
7,18±0,53 6,25 7,99 0,065 0,715
6,38±0,57 5,15 7,85 0,220
6,22±0,49 5,01 7,51 0,131 0,236
Keterangan: Data berdistribusi normal dan variannya homogen dengan p > 0,05.
95
Untuk menganalisis perbedaan pengaruh perlakuan senam hamil dan tanpa senam hamil pada wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu terhadap peningkatan kadar SOD, GSHPx, dan CAT dapat dilakukan dengan menganalisis data post test kadar SOD, GSHPx, dan CAT kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hal ini dapat dilakukan apabila data pre test kadar SOD, GSHPx, dan CAT kedua kelompok adalah tidak berbeda secara signifikan (komparabel). Analisis komparabilitas data kadar SOD, GSHPx, dan CAT pre test kedua kelompok dilakukan menggunakan uji-t indipendent, didapatkan bahwa data kadar SOD, GSHPx, dan CAT pre test kelompok kontrol adalah tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok perlakuan ditunjukkan dengan nilai p>0,05 (Lampiran 6). Berdasarkan hal ini, analisis data pengaruh senam hamil pada wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu terhadap peningkatan kadar SOD, GSHPx, dan CAT dapat dilakukan hanya dengan membandingkan data post test kadar SOD, GSHPx, dan CAT kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Analisis data tersebut menggunakan uji-t independent pada tingkat kepercayaan 95%, hasil secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 6. Resume hasil analisisnya disajikan pada Tabel 5.3.
96
Tabel 5.3 Resume Hasil Perbedaan Rata-rata Kadar SOD, GSHPx, dan CAT post test Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Parameter SOD (g/gHb) post test Kontrol Perlakuan GSHPx (IU/gHb) post test Kontrol Perlakuan CAT (IU/gHb) post test Kontrol Perlakuan
Rata-rata
SD
p
Perbedaan Rata-rata
IK 95%
104,17 105,53
0,55 0,66
0,000
- 1,36
(-1,66) – (-1,06)
20,42 21,57
0,59 0,81
0,000
- 1,14
(-1,49) – (-0,78)
6,22 7,18
0,49 0,53
0,000
- 0,97
(-1,22) – (-0,71)
Signifikan p<0,05; SD = standar deviasi, IK = interval kepercayaan Profil besar peningkatan kadar SOD, GSHPx, dan CAT pre dan post
SOD mg/gHb
kelompok kontrol dan perlakuan disajikan pada Gambar 5.1, 5.2 dan 5.3.
105.53
104.54 104.17
104.3
pretest
posttest
Kontrol
Perlakuan
Gambar 5.1 Profil Peningkatan Kadar SOD pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan
97
GSHPx
21.57
20.53 20.42
pretest
20.32
postest
Kontrol
Perlakuan
Gambar 5.2 Profil Peningkatan Kadar GSHPx pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan
CAT (IU/gHb)
7.18
6.38 6.22
6.18
pretest postest
Kontrol
Perlakuan
Gambar 5.3 Profil Peningkatan Kadar CAT pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan
5.3 Peningkatan Luaran Klinis 5.3.1 Kekuatan otot panggul Kekuatan otot panggul diukur menggunakan perineometer sesuai skala MOS (Modified Oxford Scale). Pengukuran kekuatan otot panggul berdasarkan skala MOS dikelompokkan ke dalam 6 tingkatan yaitu tanpa kontraksi/no contraction (skala 0), kontraksi sangat lemah/flicker (skala 1), kontraksi lemah/weak (skala 2), kontraksi sedang/moderate (skala 3), kontraksi kuat/good
98
(skala 5), dan kontraksi sangat kuat/strong (skala 6). Secara menyeluruh data kekuatan otot panggul pre-post test kelompok kontrol dan perlakuan disajikan pada Lampiran 7. Resume hasil analisis disajikan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Hasil Analisis Perbedaan Kekuatan Otot Panggul (KOP) Kelompok Kontrol dan Perlakuan Data Posttest Kelompok (n) Luaran klinis KOP, n (%)
Perlakuan (36))
Kontrol (30
Tanpa kontraksi (skala 0)
0 (0%)
0 (0%)
Kontraksi sangat lemah
0 (0%)
2 (6,70%)
1 (2,80%)
20 (66,70%)
Kontraksi sedang (skala 3)
11 (30,50%)
8 (26,60%)
Kontraksi kuat (skala 4)
15 (41,70%)
0 (0%)
9 (25,00%)
0 (0%)
Z
p
- 6,384
0,000
(skala 1) Kontraksi lemah (skala 2)
Kontraksi sangat kuat (skala 5)
Hasil analisis perbedaan luaran klinis kekuatan otot panggul kelompok kontrol (tanpa senam hamil) dan kelompok perlakuan (dengan senam hamil) menggunakan uji Mann-Whitney atau U-test. Hasil analisis mendapatkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan otot panggul yang sangat bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ditunjukkan dengan nilai p < 0,05. Hasil analisis disajikan pada Lampiran 7.
5.3.2 Kualitas jasmani Kualitas jasmani adalah hilangnya keluhan subjektif selama hamil yang dianalisis berdasarkan modifikasi kuisioner Rand 36-Item Short Form Health
99
Survey (SF-36). Kuisioner secara lengkap disajikan pada Lampiran 3 (Forger, dkk., 2005). Pengukuran kualitas jasmani menggunakan sistem SF-36 sebenarnya terdiri dari 8 item pengukuran, meliputi: fungsi fisik, keterbatasan akibat kondisi fisik, keterbatasan akibat kondisi emosional, energi/fatigue, keadaan emosional, fungsi sosial, rasa sakit/pain, dan kesehatan. Pada penelitian ini dipilih 4 item yang bersesuaian untuk menentukan kualitas jasmani wanita hamil, yaitu: energi/fatigue, fungsi sosial, rasa sakit/pain, dan kesehatan. Data luaran klinis kualitas jasmani disajikan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Data Kasar Luaran Klinis Kualitas Jasmani Parameter Ernergi Rata-rata p normalitas p homogenitas Aktivitas sosial Rata-rata p normalitas p homogenitas Rasa sakit Rata-rata p normalitas p homogenitas Kesehatan Rata-rata p normalitas p homogenitas
Kelompok Perlakuan (n=36) Pretest Posttest 46,00±6,70 0,072
Kelompok Kontrol (n=30) Pretest Posttest
46,17±6,87 0,066 0,838
47,78±7,18 70,14±6,71 0,063 0,109 0,234
53,33±14,66 52,92±15,28 0,082 0,087 0,322
56,60±17,29 62,92±16,05 0,061 0,062 0,712
46,42±14,06 45,25±13,92 0,071 0,069 0,405
48,33±12,26 53,19±14,35 0,060 0,103 0,998
46,08±13,74 46,46±11,85 0,065 0,069 0,771
49,31±15,44 58,58±16,70 0,067 0,068 0,077
Keterangan: Data berdistribusi normal dan variannya homogen dengan p > 0,05. Untuk menganalisis perbedaan pengaruh perlakuan senam hamil dan tanpa senam hamil pada wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu
terhadap
peningkatan kualitas jasmani dapat dilakukan dengan menganalisis data post test kualitas jasmani kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hal ini dapat dilakukan apabila data pre test kualitas jasmani kedua kelompok adalah tidak
100
berbeda secara signifikan (komparabel). Analisis komparabilitas data kualitas jasmani pre test kedua kelompok dilakukan menggunakan uji-t indipendent, didapatkan bahwa kualitas pre test kelompok kontrol adalah tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok perlakuan ditunjukkan dengan nilai p>0,05 (Lampiran 8). Berdasarkan hal ini, analisis data pengaruh olahraga senam hamil pada wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu terhadap peningkatan luaran klinis kualitas jasmani dapat dilakukan hanya dengan membandingkan data post test kualitas jasmani kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Analisis data tersebut menggunakan uji-t independent pada tingkat kepercayaan 95 %, hasil secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 8. Resume hasil analisisnya disajikan pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Resume Hasil Perbedaan Rata-rata Luaran Klinis Kualitas Jasmani post test Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Luaran klinis Kualitas Jasmani
Data Posttest Kelompok (n)
t
p
Kontrol (30)
Perlakuan (36)
Energi/fatigue
46,17±6,87
70,14±6,71
- 14,30
0,000
Aktivitas sosial (social functioning) Rasa sakit (pain)
52,92±15,2
62,92±16,058
- 2,58
0,012
45,25±13,92
53,19±14,35
- 2,27
0,027
Kesehatan (General health)
46,46±11,85
58,58±16,70
- 3,33
0,001
Signifikan p < 0,005 Pada tabel 5.6 ini terlihat bahwa lauran klinis antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,005) pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol dan yang menonjol yaitu luaran energi/fatique, yang perbedaanya sangat signifikan antara kerlompok perlakuan dan kelompok kontrol (P< 0,000).
101
5. 4 Penurunan Kadar Malondialdehid (MDA) dan 8-Hidroksi 2-deoxyGuanosin (8-OHdG)
Data kadar MDA dan 8-OHdG pre-post test kelompok kontrol dan perlakuan setelah dieksplorasi dengan fasilitas explore SPSS for windows semuanya berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai p > 0,05. Demikian juga, didapatkan bahwa variannya homogen (p > 0,05). Analisis statistik secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 5. Resume data kadar MDA dan 8-OHdG kelompok kontrol dan perlakuan disajikan pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Data MDA dan 8-OHdG pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan Parameter MDA (nmol/ml) Rata-rata Minimum Maksimum p normalitas p homogenitas 8-OHdG (ng/ml) Rata-rata Minimum Maksimum p normalitas p homogenitas
Kelompok Perlakuan (n=36) Pretest Posttest 1,79±0,06 1,61 1,91 0,401
Kelompok Kontrol (n=30) Pretest Posttest
1,63±0,07 1,49 1,77 0,193
1,80±0,05 1,70 1,91 0,740
1,78±0,06 1,65 1,90 0,370 0,416
0,68±0,06 0,56 0,79 0,36
0,76±0,05 0,63 0,89 0,7702
0,76±0,29 0,71 0,82 0,080 0,072
0,347 0,76±0,05 0,66 0,91 0,094 0,497
Keterangan: Data berdistribusi normal dan variannya homogen dengan p > 0,05.
Untuk menganalisis perbedaan pengaruh perlakuan senam hamil dan tanpa senam hamil pada wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu terhadap penurunan kadar MDA dan 8-OHdG dapat dilakukan dengan menganalisis data post test kadar MDA dan 8-OHdG kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hal ini dapat dilakukan apabila data pre test kedua kelompok tersebut tidak
102
berbeda secara signifikan (komparabel). Analisis komparabilitas data kadar MDA dan 8-OHdG pre test kedua kelompok dilakukan menggunakan uji-t indipendent, didapatkan bahwa data MDA dan 8-OHdG pre test kelompok kontrol adalah tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok perlakuan ditunjukkan dengan nilai p > 0,05 (Lampiran 5). Berdasarkan hal ini, analisis data pengaruh senam hamil pada wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu dapat dilakukan hanya dengan membandingkan data post test
kadar MDA dan 8-OHdG kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan. Analisis data tersebut menggunakan uji-t independent pada tingkat kepercayaan 95%. Resume hasil analisisnya disajikan pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Resume Hasil Perbedaan Rata-rata Kadar MDA dan 8-OHdG post test Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Parameter MDA post test (nmol/ml) Kontrol Perlakuan 8-OhdG post test (ng/ml) Kontrol Perlakuan
Ratarata
SD
p
Rata-rata Perbedaan
IK 95%
1,78 1,63
0,06 0,07
0,00
0,15
0,10 - 0,19
0,76 0,68
0,29 0,06
0,00
0,08
0,06 - 0,10
Signifikan p < 0,05. Pada penelitian ini dihipotesiskan penurunan kadar MDA dan 8-OHdG pada kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Selanjutnya, juga dianalisis besar penurunan tersebut pada masing-masing kelompok. Profil besarnya penurunan kadar MDA dan 8-OHdG pre dan post kelompok kontrol dan perlakuan disajikan pada Gambar 5.4 dan 5.5.
103
1.8
1.79
kadar MDA(nmol/ml)
1.78
1.63
pre
post
kontrol
perlakuan
Gambar 5.4 Profil Penurunan Kadar MDA posttest Kelompok Kontrol dan Perlakuan
kadar 8-OHdG (ng/ml)
0.76
pre
0.76
0.76
0.68
post
kontrol
perlakuan
Gambar 5.5 Profil Penurunan Kadar 8-OHdG posttest Kelompok Kontrol dan Perlakuan Pada Gambar 5.4 dan 5.5 diatas terlihat penurunan kadar malondehaldehd (MDA) dan penurunan 8-hydroxyl-2-deoxy-guanosine (8OHdG) yang ditemukan pada perlakuan lebih tinggi dengan kontrol yaitu masing-masing 0,15 untuk malondialdehid (MDA) dan 0,08 untuk 8-hydroxyl-2-deoxy-guanosine (8OHdG) pada perlakuan dibandingkan dengan kontrol dan secara statistik perbedaan ini bermakna.
104
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Klinis Subjek Penelitian Sebanyak 83 orang ibu hamil umur kehamilan 20 minggu berperan serta dalam penelitian ini, kemudian pengalokasian dilakukan secara random dan didapatkan 38 orang sebagai kelompok kontrol (tanpa senam hamil) dan 45 orang kelompok perlakuan (dengan senam hamil). Drop out
pada masing-masing
kelompok adalah 8 orang pada kelompok kontrol dan 9 orang pada kelompok perlakuan. Hal ini sesuai dengan yang diprediksikan pada saat penghitungan besar sampel yaitu terjadi dropout sebesar 10%, sehingga tidak berpengaruh terhadap jumlah sampel yang benar-benar diteliti, yaitu 30 orang kelompok kontrol dan 36 orang kelompok perlakuan. Rentangan umur ibu hamil pada kedua kelompok adalah 16-29 tahun, rinciannya dapat dilihat pada Tabel 5.1. Rentangan usia ini memang direncanakan sedemikian rupa sehingga pada usia ini ibu-ibu tersebut sudah siap untuk mengatasi risiko yang mungkin timbul saat kehamilan, seperti persalinan preterm, preeklampsia, dan perkembangan janin terhambat dalam rahim (Malek, 2001; Webster, dkk., 2008). Selain itu juga pada usia ini ibu-ibu tersebut diharapkan dapat mengatasi munculnya keluhan-keluhan psikologis saat hamil, seperti pusing, sakit kepala, morning sickness, mual, dan muntah. Keluhan-keluhan ini terkadang menyebabkan penderita harus masuk rumah sakit atau malah harus diakhiri kehamilannya karena membahayakan kehidupan wanita hamil bila kehamilannya dipertahankan (Cunningham,dkk., 2005; Wiknjosastro, dkk.,2006).
105
Pada penelitian ini, pendidikan subjek penelitian pada kedua kelompok bervariasi, sekitar 10% subjek pada kedua kelompok berpendidikan Sekolah Dasar, pendidikan terbanyak adalah SLTA, 72,2% untuk kelompok perlakuan dan 70,0% untuk kelompok kontrol. Sedangkan, subjek penelitian yang berpendidikan Perguruan Tinggi 2,8% untuk kelompok kontrol dan 13,3% untuk kelompok kontrol, sisanya 16,7% berpendidikan SLTP untuk kelompok perlakuan dan 6,7% untuk kelompok kontrol. Memperhatikan variasi pendidikan subjek yang diteliti maka dalam pelaksanaan penelitian memang perlu dilakukan bimbinganbimbingan khusus terutama untuk subjek yang berpendidikan di bawah SLTP. Hal ini tidak menjadi kendala karena pada intinya ditanamkan prinsip kebersamaan dalam menghadapi risiko akibat kehamilan.
6.2 Peningkatan Kadar Superoxide dismutase (SOD), Glutation peroksidase (GSHPx), dan Catalase (CAT) Pada penelitian ini didapatkan bahwa kadar SODGSHPx, dan CAT pretest kelompok tanpa senam hamil (kontrol) adalah sebanding (comparable) dengan dengan kadar SOD, GSHPx, dan CAT pretest pada kelompok dengan senam hamil (perlakuan). Ini menunjukkan semua data SOD, GSHPx, dan CAT pretest tidak berbeda secara signifikan ditunjukkan dengan nilai p > 0,05 (Lampiran 6). Keseluruhan data dapat dilihat pada Tabel 5.2. Rata-rata kadar SOD pre dan posttest pada kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan masing-masing sebesar 104,54±0,59 dan 104,17±0,55 g/gHb; 104,30±0,62 dan 105,53±0,66 g/gHb, secara berurutan. Selanjutnya, rata-rata kadar GSHPx pre dan posttest
106
pada kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan masing-masing sebesar 20,53±0,81 dan 20,42±0,59 g/gHb; 20,32±0,63 dan 21,57±0,81 g/gHb, secara berurutan. Demikian juga dari tabel yang sama didapatkan rata-rata kadar CAT pre dan posttest kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan masing-masing adalah 6,38±0,57 dan 6,22±0,49 g/gHb; 6,18±0,66 dan 7,18±0,53 g/gHb, secara berurutan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat peningkatan kadar SOD, GSHPx, dan CAT pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peningkatan kadar SOD yang signifikan sebesar 1,36 g/gHb ditemukan pada kelompok yang mendapatkan senam hamil dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapat senam hamil, ditunjukkan dengan nilai p < 0,05. Keseluruhan data disajikan pada Tabel 5.3. Dari tabel tersebut ditemukan pula kenaikan kadar GSHPx dan CAT yang signifikan, yaitu masing-masing sebesar 1,14 dan 0,97 g/gHb, secara berurutan, ditunjukkan dengan nilai p < 0,05. Sebenarnya, ROS (reactive oxygen species) dan antioksidan berada dalam keseimbangan. Apabila keseimbangan ini terganggu dan bergeser dengan peningkatan ROS maka terjadi stress oksidatif (SO). SO berpengaruh dalam semua tahapan reproduksi seorang ibu bahkan setelah menopouse. SO terjadi akibat ketidakseimbangan antara prooksidan (free radical species) dan kemampuan skavanger tubuh (body's scavenging ability) atau antioksidan. ROS ibarat pisau bermata dua berperan sebagai molekul pemberi sinyal pada proses fisiologi, disamping itu juga dapat berperan dalam proses patologi termasuk proses reproduksi wanita. ROS mempengaruhi multi proses fisiologi dari maturasi
107
ookit sampai fertilisasi, pertumbuhan embrio dan kehamilan (Agarwal, dkk., 2005). SO berperan dalam memodulasi penurunan fertilitas yang juga berhubungan dengan usia. SO juga sangat berpengaruh selama kehamilan, parturisi normal, dan inisiasi preterm persalinan. Kanker ovari terjadi pada permukaan epitel dan sebagai pemicunya adalah ovulasi yang berulang-ulang. Ovulasi menginduksi kerusakan DNA epitel ovari. Hal ini dapat dicegah dengan cara pemberian antioksidan. Pada kondisi normal, molekul skavanger atau antioksidan berperan mengkonversi ROS menjadi H2O untuk mencegah produksi ROS yang berlebih. Di dalam tubuh terdapat dua kelompok antioksidan, yaitu antioksidan enzimatik dan nonenzimatik. Perjalanan proses kehamilan dari trimester-1 sampai trimester3 akan diiringi pula dengan penurunan antioksidan enzimatik, SOD, GSHPx, dan CAT. Hal ini sesuai dengan temuan Patil, dkk., (2007), yang mendapatkan bahwa terjadi penurunan kadar antioksidan enzimatik pada wanita hamil dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil (normal). Penurunan itu terjadi mulai dari usia kehamilan memasuki trimester ke-1, ke-2, ke-3, dan sampai melahirkan. Pada penelitian ini, ditemukan terjadi peningkatan kadar antioksidan enzimatik, SOD, GSHPx, dan CAT pada ibu hamil yang mendapatkan senam hamil sejak usia kehamilan memasuki usia 20 minggu. Hal ini diakibatkan oleh karena saat senam terjadi konsumsi oksigen sehingga oksigen sisa respirasi sedikit, sehingga antioksidan enzimatik tidak terlalu banyak digunakan untuk menyeimbangkan ROS (countervailling biologicmechanism) dan keadaan ini menunjukkan terjadi peningkatan relatif antioksidan.
108
6.3 Luaran klinis 6.3.1 Kekuatan otot panggul (KOP) Perbandingan luaran klinis berupa kekuatan otot panggul wanita hamil yang mendapatkan perlakuan senam hamil saat umur kehamilan memasuki 20 minggu dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan senam hamil secara menyeluruh dapat dilihat pada Tabel 5.4. Penelitian ini mengungkapkan bahwa pada kedua kelompok tersebut terjadi luaran klinis KOP yang berbeda secara bermakna, sesuai uji Mann-Whitney atau U-test ditunjukkan dengan nilai p < 0,05. Aktivitas senam hamil atau submaximal exercise yang menyebabkan suhu badan meningkat diduga merupakan salah satu penyebab terjadinya peningkatan produksi hormon prolaktin dan penurunan produksi growth hormon (Vigas, dkk., 2000). Penelitian ini membuktikan bahwa, senam hamil pada wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu meningkatkan kekuatan otot-otot dasar panggul lebih baik dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak melakukan senam hamil. Hal ini sejalan dengan apa yang dipostulatkan oleh (Weiss, 2009). Peningkatan kekuatan otot panggul akan memberikan hasil persalinan yang lebih baik.
6.3.2 Kualitas jasmani Kualitas jasmani pada penelitian ini diukur berdasarkan modifikasi kuisioner Rand 36-Item Short Form Health Survey (SF-36) (Mars, 2002; Kalantar-Zadeh, 2010). Sesuai model kuisioner SF-36 untuk menentukan kualitas
109
jasmani terdapat 8 parameter sebagai indikator untuk menentukan kualitas jasmani, namun pada penelitian ini dipilih 4 parameter yang bersesuaian dengan keadaan wanita hamil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas hidup wanita hamil yang lebih baik untuk kelompok perlakuan senam hamil pada wanita hamil mulai umur kehamilannya 20 minggu dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan senam hamil saat umur kehamilannya memasuki 20 minggu, ditunjukkan dengan nilai p < 0,05. Peningkatan ini terjadi untuk keempat parameter yang dipilih sebagai indikator kualitas jasmani wanita hamil. Keempat parameter yang diuji adalah energi, aktivitas sosial, rasa sakit, dan kesehatan yang mempunyai rata-rata skor 46,17±6,87; 52,92±15,28; 45,25±13,92; dan 46,46±11,85 secara berurutan untuk kelompok kontrol posttest, bandingkan dengan parameter yang sama untuk kelompok perlakuan posttest adalah 70,14±6,71; 62,92±16,05; 53,19±14,35; dan 58,58±16,70 secara berurutan. Implementasi dari skor-skor tersebut adalah, untuk kelompok kontrol parameter energi memiliki skor 46,17±6,87; memperhatikan skor keseluruhan 100 adalah skor energi tertinggi tanpa fatigue, sehingga nilai 46,17% mengindikasikan pasien mengalami kehilangan energi atau mengalami fatigue. Sebaliknya, untuk kelompok perlakuan posttest parameter energi memberikan skor 70,14±6,71, mengindikasikan nilai 70,14 % menyatakan pasien bernergi tinggi dan tidak mengalami fatigue. Hal yang serupa juga berlaku untuk parameter-parameter lainnya seperti digambarkan pada tabel 5.6. Banyak penelitian yang telah mengungkapkan kualitas jasmani wanita hamil, seperti yang dikemukakan oleh Forger, dkk. (2005) bahwa pada wanita
110
hamil terjadi penurunan fungsi fisik, tetapi tidak mempengaruhi mental atau emosional mereka. Forger, dkk. (2005) menggunakan SF-36 kuisioner untuk menilai kualitas jasmani wanita hamil. Selanjutnya, Couto, dkk (2009) mendapatkan bahwa wanita hamil dengan riwayat kehamilan jelek, seperti mengalami aborsi, fetus mati, dan lahir prematur ternyata kualitas jasmaninya lebih jelek dibandingkan dengan wanita hamil dengan riwayat kehamilan normal. Couto, dkk. (2009) juga menggunakan SF-36 untuk menentukan kualitas jasmani wanita hamil. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kualitas jasmani wanita hamil yang mendapatkan perlakuan senam hamil mulai
kehamilannya
20 minggu
adalah lebih baik dibandingkan dengan kelompok wanita hamil yang tidak mendapatkan senam hamil mulai kehamilannya 20 minggu. Hasil ini didapatkan berdasarkan 4 parameter yang telah disebutkan di atas, sebagai modifikasi SF-36. Telah diuraikan sebelumnya bahwa SF-36 terdiri dari 8 parameter yang mengindikasikan;
keterbatasan
aktivitas
fisik
akibat
masalah
kesehatan
(limitations in physical activities because of health problems); keterbatasan aktivitas normal akibat masalah fisik (limitations in usual role activities because of physical health problems); rasa sakit pada tubuh (bodily pain); persepsi kesehatan secara umum (general health perceptions); vitalitas (vitality; energy and fatigue); keterbatasan peran sosial akibat masalah emosional (limitations in social activities because of physical or emotional problems); keterbatasan aktivitas normal akibat masalah emosi (limitations in usual role activities because of emotional problems); dan kesehatan mental (mental health; psychological
111
distress and well-being). Kualitas jasmani bisa saja dipengaruhi oleh keseluruhan parameter-parameter yang disebutkan di atas, namun tidaklah disebutkan secara spesifik. Modifikasi SF-36 dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian lain yang juga memodifikasi SF-36 tersebut (Arsenault, dkk., 2002; Munch,dkk.,2011).
6.4 Peurunan Kadar Malondialdehid (MDA) dan 8-Hidroksi Guanosin (8-OHdG) Pada penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata kadar MDA wanita hamil yang mendapat perlakuan senam hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu (kelompok perlakuan) pre-post test secara berurutan adalah 1,79±0,096 dan 1,63±0,07 nmol/ml. Sedangkan untuk kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan senam hamil (kelompok kontrol) rata-rata kadar MDA pre-posttest secara berurutan adalah 1,80±0,05 dan 1,78±0,06 nmol/ml. Rata-rata kadar 8-OHdG pre-post test kelompok dengan senam hamil adalah 0,76±0,05 dan 0,68±0,06 nmol/ml, untuk kelompok tanpa senam hamil adalah 0,76±0,05 dan 0,76±0,29 nmol/ml. Secara menyeluruh data ini disajikan pada Tabel 5.7. Hasil analisis statistika data kadar MDA dan 8-OHdG wanita hamil dengan senam hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan senam hamil (p<0,05). Pada penelitian ini memang benar didapatkan bahwa terjadi penurunan kadar MDA dan 8-OHdG yang lebih besar pada
112
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol, masing-masing sebesar 0,15 nmol/ml dan 0,08 nmol/ml (Gambar 5.4 dan 5.5). Saat respirasi normal, tubuh menghasilkan radikal bebas oksigen. Apabila radikal bebas oksigen ini berinteraksi dengan asam-asam lemak tidak jenuh jamak pada membran sel atau liprotein maka terjadi proses lipid peroksidasi (LPO). Sesungguhnya, LPO secara alami dikontrol melalui mekanisme countervailling biologic, namun stres oksidatif yang kuat seperti pada proses kehamilan dapat menghasilkan radikal bebas oksigen lebih banyak dan terjadi induksi LPO yang tidak terkontrol. Mengingat penyusun utama membran sel adalah lipid, LPO yang tidak terkontrol berakibat pada kerusakan sel dan juga lisis melalui kerusakan DNA. Malondialdehyde (MDA) merupakan indikator adanya LPO membran sel dan biasanya mengalami peningkatan dengan adanya penyakit. Terjadinya peningkatan MDA pada penderita talassemia, gagal ginjal, dan kelainan pankreas. ROS pemicu oksidatif stress juga dapat menimbulkan kerusakan DNA. Seperti kita ketahui, deoksiguanosin (dG) merupakan salah satu penyusun DNA dan bila teroksidasi akan berubah menjadi 8-hydroksy 2-deoxy-guanosin (8-OHdG). Di samping dapat mengalami oksidasi, guanosin juga dapat mengalami hidroksilasi sebagai respon metabolisme normal ataupun akibat faktor lingkungan lainnya. Peningkatan kadar 8-OHdG berhubungan dengan proses penuaan dan juga kelainan
patologi, mencakup
depresi, kanker, diabetes,
dan
hipertensi
(Ruder,dkk.,2009; Moussa, 2010). Pada penelitian ini kedua marker stress oksidatif, MDA dan 8-OHdG ditemukan mengalami penurunan secara signifikan pada kelompok wanita hamil
113
dengan senam hamil dibandingkan dengan kelompok tanpa senam hamil. Perlakuan senam hamil dilakukan mulai pada umur kehamilan mencapai 20 minggu. Pada periode ini, keluhan-keluhan kehamilan muda seperti mual sampai muntah, adanya perdarahan sedikit dalam kehamilan sudah hilang, karena pada umur kehamilan ini plasenta telah terbentuk sempurna sehingga kemungkinan untuk terjadinya ancaman keguguran lebih kecil (Cunningham, dkk., 2005). Senam hamil (submaximal exercise) mempengaruhi fungsi neuroendokrin untuk merangsang pembentukan hormon dan menyebabkan suhu badan meningkat diduga merupakan salah satu penyebab terjadinya peningkatan produksi hormon prolaktin dan penurunan produksi growth hormon (Vigas, dkk., 2000). Sebaliknya, senam hamil yang berlebihan pada periode ini dapat memicu aktivitas neuron endokrin dan merangsang peningkatkan produksi katekolamin. Hal ini berimplikasi pada peningkatan kebutuhan oksigen untuk menghasilkan energi. Sebenarnya, oksigen yang tersedia tidak seluruhnya terpakai oleh tubuh untuk menghasilkan energi, sisanya sekitar 1-2%, dapat membentuk radikal bebas menghasilkan suasana oxidative stress atau reactive oxygen species/ROS (Clarkson dan Thompson, 2000). Situasi ini memicu terjadinya peroksidasi asamasam lemak tidak jenuh jamak (poly-unsaturated fatty acids) membran sel maupun darah sehingga mempengaruhi fungsi sel dan bisa merusak kehidupan sel (Clarkson dan Thompson, 2000; Fadillioglu, dkk., 2000; Kobe, dkk., 2002). Hal ini ditandai dengan peningkatan produksi malondialdehida (MDA) yang merupakan marker untuk menilai kerusakan oksidatif oleh radikal bebas dalam darah. Sebaliknya, bila senam hamil dilakukan secara rutin dan teratur, tidak akan
114
merangsang peningkatan radikal bebas yang ditandai adanya penurunan kadar malondialdehida (MDA) (Clarkson dan Thompson, 2000). Demikian juga pada subjek penelitian yang tanpa senam hamil, ditemukan kadar MDA nya relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok yang mendapat perlakuan senam hamil. Hal ini disebabkan oksigen yang ada tidak semuanya termanfaatkan untuk penghasilan energi, berarti lebih banyak yang tersisa sehingga penyebaran yang meluas dapat meningkatkan pembentukan radikal bebas dan menyebabkan kerusakan membran sel sehingga memicu peningkatan pembentukan MDA. Penelitian ini sejalan dengan temuan Kobe, dkk. (2002) mereka mendapatkan bahwa terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok ibu hamil yang mendapatkan olahraga sepanjang kehamilannya dibandingkan dengan yang kegiatan olahraganya terputus. Perbedaan dengan penelitian ini adalah perlakuan senam hamil hanya diberikan saat usia kehamilan memasuki usia 20 minggu. Ternyata, apa yang ditemukan dalam penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa perlakuan senam hamil pada ibu hamil dengan usia kehamilan 20 minggu juga memberikan penurunan kadar MDA, seperti juga perlakuan olahraga sepanjang masa kehamilan. Penelitian ini adalah yang pertama mengungkapkan hubungan antara kehamilan yang rentan terhadap stres oksidatif dengan 8-OHdG, marker kerusakan DNA. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara kadar 8-OHdG pasien normal dengan pasien depresi berat (Forlenza, dkk., 2006). Pada penelitian mereka didapatkan bahwa pasien depresi memberikan kadar 8-OHdG lebih tinggi sebesar 0,5 SD dibandingkan dengan
115
pasien normal. Lebih jauh juga didapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar 8OHdG yang berlanjut dengan berlanjutnya depresi. Hasil penelitian Forlenza, dkk. sejalan dengan temuan yang didapatkan dalam penelitian ini. Adanya faktor stres oksidatif pada wanita hamil ternyata menimbulkan kerusakan DNA ditandai dengan peningkatan kadar 8-OHdG (0,76±0,05 ng/mL) bandingkan dengan kadar 8-OHdG wanita tidak hamil sebesar 0,64±0,23 ng/mL (Forlenza dan Miller,2006).
6.5 Kebaharuan Penelitian (Novelty) Temuan-temuan baru yang ditemukan dalam penelitian ini adalah: 1. Memberikan bukti baru yang valid mengenai peningkatan kadar antioksidan enzimatik, SOD, GSHPx, dan CAT untuk ibu hamil dengan perlakuan senam hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu, sebelumnya belum ada data yang valid dilaporkan mengenai biomarker tersebut; dan 2. Validasi perbaikan luaran klinis perlakuan senam hamil pada ibu hamil, validasi ini dilakukan dengan mengacu metode penelitian baku terhadap hasil perlakuan berupa senam hamil yang diberikan mulai pada umur kehamilan 20 minggu. Luaran klinis berupa kekuatan otot panggul dan kualitas jasmani ternyata labih baik pada ibu hamil dengan perlakuan senam hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu dibandingkan pada ibu hamil tanpa senam hamil, sebelumnya tidak ada yang valid mengenai perbaikan klinis ini. 3. Memberikan bukti baru yang valid mengenai penurunan kadar MDA sebagai biomarker kerusakan membran sel dan 8-OHdG sebagai biomarker kerusakan DNA untuk perlakuan ibu hamil dengan perlakuan senam hamil mulai pada
116
umur kehamilan 20 minggu, sebelumnya belum ada data yang valid dilaporkan mengenai biomarker tersebut;
Dengan demikian penemuan penelitian ini memberikan bukti empirik mengenai keunggulan perlakuan senam hamil untuk ibu hamil yang dimulai sejak usia kehamilan memasuki umur 20 minggu, dibandingkan dengan tanpa senam hamil. Terbukti perlakuan senam hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu pada wanita hamil memberikan respon peningkatan antioksidan enzimatik, SOD, GSHPx, dan CAT lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita hamil tanpa senam hamil. Pada penelitian ini juga terbukti bahwa senam hamil pada wanita hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu memberikan respon penurunan kadar MDA dan 8-OHdG yang lebih tingi dibandingkan dengan tanpa senam hamil.
117
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan pembahasan pada penelitian perbandingan penerapan senam hamil dan tanpa senam hamil wanita hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu dapat disimpulkan hal-hal berikut ini. 1. Peningkatan kadar SOD pada wanita hamil dengan perlakuan senam hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu lebih tinggi secara signifikan sebesar 1,36 g/gHb dibandingkan dengan rata-rata peningkatan kadar SOD tanpa senam hamil (p < 0,05). 2. Peningkatan kadar GSHPx pada wanita hamil dengan perlakuan senam hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu lebih tinggi secara signifikan sebesar 1,14 IU/gHb dibandingkan dengan rata-rata peningkatan kadar GSHPx tanpa senam hamil (p < 0,05). 3. Peningkatan kadar CAT pada wanita hamil dengan perlakuan senam hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu lebih tinggi secara signifikan sebesar 0,97 IU/gHb dibandingkan dengan rata-rata peningkatan kadar CAT tanpa senam hamil (p < 0,05). 4. Luaran klinik berupa kekuatan otot-otot panggul pada wanita hamil dengan perlakuan senam hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu lebih baik dibandingkan kekuatan otot-otot panggul wanita hamil tanpa senam hamil ( p < 0,05).
118
5. Luaran klinik berupa kualitas jasmani pada wanita hamil dengan perlakuan senam hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu lebih baik dibandingkan kualitas jasmani wanita hamil tanpa senam hamil (p < 0,05) 6. Penurunan kadar MDA pada wanita hamil dengan perlakuan senam hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu lebih tinggi secara signifikan sebesar 0,15 nmol/ml dibandingkan dengan rata-rata penurunan kadar MDA tanpa senam hamil (p < 0,05). 7. Penurunan kadar 8-OHdG pada wanita hamil dengan perlakuan senam hamil mulai pada kehamilan 20 minggu lebih tinggi secara signifikan sebesar 0,08 ng/ml dibandingkan dengan rata-rata penurunan kadar 8-OHdG tanpa senam hamil (p < 0,05).
7.2 Saran Berdasarkan pada simpulan penelitian dapat disarankan beberapa hal yang berkaitan dengan perbandingan penerapan senam hamil dan tanpa senam dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas wanita hamil terhadap risiko kehamilan. 1. Penerapan senam hamil pada wanita hamil sebaiknya dilakukan mulai umur kehamilan
20 minggu sesuai dengan hasil penelitian ini, karena dalam
penelitian ini ditemukan secara laboratorium dan klinis hasilnya baik.
119
2. Pada penelitian ini hanya dievaluasi penurunan biomarker MDA dan 8-OHdG, yang berhubungan dengan stres oksidatif maka untuk lebih menunjang hasil ini perlu dilakukan evaluasi terhadap biomarker lainnya yang berhubungan dengan adanya kerusakan oksidatif.
120
DAFTAR PUSTAKA
Abdulla, A and Abdulla, F. 2004. Exercise and Pregnancy. Middle East Journal of Family Medicine.vol.2. Aebi, H. 1984. Catalase. Methods Enzymol. 105: p. 121-126. Althuisius,S. M., Gustaaf, A.D., van Geijn, H. P., Bekedam, D.J and Hummel, P. 2000. Cervical Incompetence Prevention Randomized Cerclage Trial (CIPRACT): Study design and preliminary results. Am J Obstet Gynecol. 183.4. p. 825 - 828 Andersson, L., Sundström-Poromaa, I., Wulff, M, Aström M and Bixo, M. 2006. Depression and anxiety during pregnancy and six months postpartum: a follow-up study. Acta Obstet Gynecol Scand. 85.8. p. 937-44.(Abstract). Anonim. 2009. Pregnancy week perweek. (cited 2009, Mei. 5). Available at. http://www. babiesonline.com/ pregnancy/ monthby month/Photomonth1.asp. Argawal, A., Gupta, S and Sharma, R. K. 2005. Role of Oxidative Stress in Female Reproduction. Reprod Biol Endecrinol. 3: p. 28-35. Arsenault, M.Y., Lane, C.A., MacKinnon, C.J., Bartellas, E., Cargill, Y.M., Klein, M.C., Martel, M.J., Sprague , A.E., Wilson, A.K. The management of nausea and vomiting of pregnancy.2002. J obstet gynaec Canada, 24(10):817-31. Artal, M and Toole, M. 2003. Guidelines of the American College of Obstetricians and Gynecologist for Exercise during Pregnancy and the Postpartum period. Br J Sports Med. 37: p. 6-12. Barakat, R., Stirling, J. R and Lucia, A. 2008. ORIGINAL ARTICLES. Does exercise training during pregnancy affect gestational age? A randomised controlled trial Br J Sports Med;42:674-678. Barakat, R., Pelaez, M., Montejo, R., Luaces, M and Zakynthinaki, M. 2011. Exercise during pregnancy improves maternal health perception: a randomized controlled trial. Am J Obstet Gynecol. 204.p.1198 –1207. Bayne, A., 2009. Stress during pregnancy can affect fetal heart rate. ( cited, 2009, Mei 10). Available from. http://www.eurekalert.org/pub_releases/200302/cfta-sdp020703.php.
121
Berkowitz, R. S., and Goldstein, D.P. 2009. Molar pregnancy. N Engl J Med. 360 : p.1639-1645. Bierhaus, A.,Wolf, J., Andrassy, M., Nicolas, R and Humpert, P.M. 2003. A mechanism converting psychosocial stress into mononuclear cell activation.(cited 2009, Nov.30).Available from. http://www. pnas.org/ content/100/4/ 1920. longiations. Boscaglla, N., Skouterls, H and Wertheim, E.H. 2003. Changes in body image satisfaction during pregnancy: A comparison of high exercising and low exercising women. Aust NZ J Obstet Gynaecol. ; 43: p. 41–45 Bessinger, R.C., McMurray, R.G and Hackney, A.C. 2002. Substrate utilization and hormonal responses to moderate intensity exercise during pregnancy and after delivery. Am J Obstet Gynecol. 186 : 757 - 64. Brankston, G. N., Mitchell, B. F., Ryan, Edmond, A and Okun, N. B. 2004. Resistance exercise decreases the need for insulin in overweight women with gestational diabetes mellitus. Am J Obstet Gynecol 190, Issue 1.p. 188-193. Broaddus, B and de-Vries, A. 2005. A Comparison of Methods for Early Pregnancy Diagnosis. Proceeding 2nd Florida Road Show. Florida: University of Florida. Buckwalter, J.G and Simpson, S.W. 2002. Psychological factors in the etiology and treatment of severe nausea and vomiting in pregnancy. Am J Obstet Gynecol. 186: S210-S214 Bhushan, S., Lefebvre, B., Ståhl, A., Wright, S. J., Bruce, B.D., Boutry, M and Glaser, E. 2003. Dual targeting and function of a protease in mitochondria and chloroplasts. Embo Rep 4, 11: p. 1073–1078. Burton, G. J., Hempstock, J and Jauniaux, E. 2001, NUTRITION, GENETICS AND PLACENTAL DEVELOPMENT. Nutrition of the Human Fetus during the First Trimester—A Review Placenta. 22, 15, p S70–S76. Burton, G. J and Jauniaux, E. 2004. Placental Oxidative Stres: From Miscarriage to Preeclampsia. J Soc Gynecol Invest, 11. 6, 342-352. (Abstract). Carol, J., Rhoda, W., Judith, R., Helen, M., McKillop, J.H and Walker, J.J. 2000. Antioxidant: Their Role in Pregnancy and Miscarriage. Antioxidants & Redox Signaling. September 1. 2(3): p. 623-628.
122
Carroll, E.M., Gianopoulos, J.G and Collins, P.L. 2001. abnormality of calcium channel inhibitor released from fetal membranes in preterm labor. Am J Obstet Gynecol, 184, (Issue 3), p. 356-362. Casanueva, R and Viteri, F.R. 2003. Iron and Oxidative Stress in Pregnancy. J. Nutr. 133:p. 1700S-1708S. Catling, D. C., Glein, C.R.., Zahnle, K..J and McKay, C. P. 2005. Why O2 Is Required by Complex Life on Habitable Planets and the Concept of Planetary "Oxygenation Time". Astrobiology. 5 (3): 415-438. Cell Biolabs. 2009. OxiSelec Oxidative DNA Damage ELISA Kit (8-OHdG Quantitation). Cell Biolabs. INC. Chen, X and Scholl, T.O. 2005. Oxidative stress : Change in Pregnancy and with Gestational Diabetes Milletus. Current Diabetes Report. (Abstract). Clapp III, J.F., Kim,H., Burciu, B and Lopez, B. 2000. Beginning regular exercise in early pregnancy: Effect on fetoplacental growth. Am J Obstet Gynecol.183. 1484-8. Clapp III, J.F. , Kim, H., Burciu, B., Schmidt, S., Petry, K and Lopez, B. 2002. Continuing regular exercise during pregnancy: Effect of exercise volume on fetoplacental growth. Am J Obstet Gynecol. 186: 142-7. Clapp III, J.F., Little, K. D and Widness, J. A. 2003. Effect of maternal exercise and fetoplacental growth rate on serum erythropoietin concentrations. Am J Obstet Gynecol 188, 4, p. 1021-1025. Clapp III, J.F. 2003. The effects of maternal exercise on fetal oxygenation and feto-placental growth Eur. J. Obstet. Gynecol. Reprod. Biol.22 ;110 Clarkson, P.M and Thompson, H. S. 2000. Antioxidants: what role do they play in physical activity and health? Am J Clin Nutr. 72. 2. p. 637S-646s. Cooper, G. M. 2000. Mitochondria. .(cited 2011, March.21). Available from. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/ NBK9896/#A1629 Couto, E. R., Couto, E, Zoraide Gregório, B. V., Nomura, M. L., Renata Zaccaria and Passini, R. 2009. Qualit y of life, depression and anxiety among pregnant women with previous adverse pregnancy outcomes. Sao Paulo Med J. 127.4.p. 185-9 Croteau, A., Marcoux, S and Brisson, Ch. 2007. Original conribution. Work Activity in Pregnancy, Preventive Measures, and the Risk of Preterm Delivery. Am J Epid 166 (8): 951-965.
123
Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, et al. 2005. Williams Obstetrics. 22nd Edition. McGraw-Hill Comp, USA. Curtis, M.G.2008. Preconception care: a clinical case of ―think globally, act locally‖. Am J Obstet Gynecol Supl. Dec.p.S 257 – 258. Davis, T. C. 2009. Gabor Than Award Lecture. 2008. Pre-eclampsia. From Placental Oxidative Stress to Maternal Endothelial Dysfunction. Placenta,5p.55 – 65. Davies, C., Yung, T.W., Jemma, J. J., Boskovic, O. S., Korolchuk, S., Jauniaux, E., Graham, J., Burton, G.J and Jones, D. S.C.2007. Oxidative Stress, Gene Expression, and Protein Changes Induced in the Human Placenta during Labor.Am J Pathol. 171, 1168 – 1179. deBarros, M. C., Lopes, M.A.B., Francisco, R.P.V. Sapienza, A.D and Zugaib, M. 2010. Resistance exercise and glycemic control in women with gestational diabetes mellitus. Am J Obstet Gynecol 203:556.p.e1-6. Di Fiori J.(2005). Pregnancy Fitness. Panduan Kebugaran selama Kehamilan. Prestasi Pustaka. Jakarta Dimitrove, V., Markov, D and Dimitrov, R. 2007. 3D and 4D ultrasonography in obstetrics in Bulgaria. Akush Ginekol (Sofiia). 46 (2): p. 31-40. Evariny,A. Senam Hamil Metode Pilates.(cited 2009, May,9). Avaialable from. http://www.hypno-birthing.web.id/?p=138.
Fadillioglu,E., Burhanettin,K., Uz, E., Hanifi-Emre, M., and Süheyla, Ü. 2000. Effects of Moderate Exercise on Mild Depressive Mood, Antioxidants and Lipid Peroxidation. Bull Clin Psychopharmacol. 10: p.194-200. Finaud, J., Lac, G and Filaire, E . 2008. Oxidative Stress. Relationship with Exercise and Training. (cited 2009, Nov.29). Available from. http://www.solid-gains.com/study/55-1-oxidative-stress.html. Flohe, L and Gunzler, W. A. 1984. Assays of Glutathione peroxides. Methods Enzymol. 105: p. 114-120. Flohe, L., and Otting, F. 1984. Superoxide dismutase assays. Methods Enzymol. 105: p. 93-104.
124
Forlenza, M. J., and Miller, G. E. 2006. Increased Serum Levels of 8-Hydroxy-2Deoxyguanosine in Clinical Depression. Psychosomatic Medicine. 68: 1–7. Förger, F., Østensen, M., Schumacher, and Villiger, P.M. 2005.Impact of pregnancy on health related quality of life evaluated prospectively in pregnant women with rheumatic diseases by the SF-36 health survey Ann Rheum Dis 64.p.1494-1499
Goldenberg, R.L., Andrews, W.W., Alice, R., Goepfert, A. R., Faye-Petersen., Suzanne, P., Cliver, S. P., Carlo, W. A., and Hauth, J. C.2008. The Alabama Preterm Birth Study: Umbilical cord blood Ureaplasma urealyticum and Mycoplasma hominis cultures in very preterm newborn infants. Am J Obstet Gynecol. 198,( Issue 1), P. 43.e1-43.e5. Greenfield, M. 2009. Stress and Pregnancy: What Are the Effects? .(cited ,2009. April 17). Available from. http://www.drspock.com/article/ 0,1510,6172, 00 html. Hambidge, S. 2007. Exercising While Your Pregnant: a pregnancy fitness guide. Baby fit. USA: Spark People Company. Hiromichi, S., Yuichiro, Y., and Berthold, K. 2008. Oxidative Stress and Antioxidants in The Perinatal Period. On Books of Oxidative Stress and Inflammatory Mechanism in Obesity, Diabetes, and The Metabolic Syndrome. Edited by Packer, L. and Helmut, S. CRC Press Taylor & Francis Group. Boca Raton. London. Holmgren, C., Aagaard-Tillery, K. M., and Silver, R. M., Porter, F., Varner, M. 2008. Hyperemesis in pregnancy: An evaluation of treatment strategies with maternal and neonatal outcomes. Am J Obstet Gynecol.198, Issue 1, p. 56.e1-56.e4. Honzıka, T., Drahotab, Z., Bohma, M., Jesinab, P., Mracekb, T., Paulb, J., Zemana, J., and Houstekb, J. 2006. Specific Properties of Heavy Fraction of Mitochondria from Human-term Placenta – Glycerophosphatedependent Hydrogen Peroxide Production. Placenta. 27. p. 348e - 356 Hracsko, Z., Orvos, H., Novak, Z., Pal, A., Varga, S.I. 2008. Evaluation of oxidative stress markers in neonates with intra-uterine growth retardation Redox Report.13,1, p 11 – 16. Huppertz, B. 2008. Placental Origins of Preeclampsia. Challenging the Current Hypothesis. Hypertension. 51: p. 970 – 975.
125
Jasinevicius, R.R. 2009. Glutathione and Glutathione Peroxidase Powerful Contenders in The Battle to Maintain Good Health. (Cited.2009. Mei 21). Availeble from. http://www. Natural productsmarketplace.com/ articles/911antio. html, 21 – 5 -. Jauniaux , E., Adrian, L., Watson, H. J., Ping Bao,Y. P., Jeremy, N., Skepper., and Burton, G. J. 2000. Onset of Maternal Arterial Blood Flow and Placental Oxidative Stress. A Possible Factor in Human Early Pregnancy Failure. Am J Pathol. 157: p. 2111-2122. Jauniaux, E., Hempstock, J., Greenwold, N., Burton, G. J. 2003. Trophoblastic oxidative stress in relation to temporal and regional differences in maternal placental blood flow in normal and abnormal early pregnancies. Am J Pathol. 2003;162:115–125. Jauniaux, E., Davies, T. C., Johns, J., Dunster, C., Hempstock, J., Kelly, F. J., and Burton, G. J. 2004. Distribution and Transfer Pathways of Antioxidant Molecules inside the First Trimester Human Gestational Sac. J Clin Endocrinol Metab. 89(3):1452–1458. Jauniaux, E., Poston, L., and Burton G.J. 2006. Placental-related diseases of pregnancy: involvement of oxidative stress and implications in human evolution. Hum Reprod. 12 (6) :747-755. Juhl, M., Olsen, J., Andersen, P.K., Nøhr E.A., Andersen, A.N. 2010. Physical exercise during pregnancy and fetal growth measures: a study within the Danish National Birth Cohort. Am J Obstet Gynecol. 202:63.p. e1-8. Kaiser, L. L., Allen, L., Lawler, M., Murtaugh, M., Hampl, J., Lewis, N., Dalidowitz, C. K., Wooldridge, N., Earl, R., Emmert, K., Lederman, S.A. 2002. Nutrition and lifestyle for a healthy pregnancy outcome. J AM Diet Assoc. 102. p. 1470-1490. Kalantar-Zadeh, K. Harbor-UCLA Nerphrology (Cited. 2010. Oct.25). Availeble from.http://www.nephrology.rei.edu/qol.htm Kamath, U., Rao, G., Kamath, U.S., and Rai, L. 2006. Maternal and Fetal indicators of Oxidatif stress during intrauterine Growth retardation (IUGR). J Obstet Gynecol India. 21 (1) : p. 111-115. Koshino, T. 2003. Management of Regular Exercise in Pregnant Women. J Nippon Med Sch.70. p. 124-128 (Abstract). Kobe, K., Nakai, A., Koshino, T., and Araki, T. 2002. Effect of Regular Maternal Exercise on Lipid Peroxidation Levels and Antioxidant Enzymatic Activities Before and After Delivery. J Nippon Med Sch. 69 (6): p. 542548.
126
Kramer, M.S., and McDonald, S.W. 2006. Cochrane Database of Systematic Reviews, Issue 3.( Intervention Review). Lewis, B., Avery, M., Jennings, E., Sherwood, N., Martinson B., Crain, L. A. 2008. The Effect of Exercise During Pregnancy on Maternal Outcomes: Practical Implications for Practice. Am J Lifestyle Med. 2 (5). p. 441-455 Littleton, H.L., Breitkopf, C.R., Berenson, A.B. 2007.Correlates of anxiety symptoms during pregnancy and association with perinatal outcomes: a meta-analysis. Vol.196, (Issue 5), p. 424-432. Madamanchi, N. R., Vendrov, A., and Runge, M.S. 2005. Oxidative Stress and Vascular disease. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 25: p. 29-38. Malek, A., Sager, R., and Schneider, H. 2001. Pathobiology: Oxidant, Stress, Angiogenesis and Neoplasia. Effect of Hypoxia, Oxidative Stress and Lipopolysaccharides on the Release of Prostaglandins and Cytokines from Human Term Placental Explants. Placenta 22,15, p. S45–S50. Mariani dan Nunik-Puspitasari. 2006. Praktik Senam Hamil . Hubungannya dengan Kelancaran Proses Persalinan. The Indonesian Journal of Public Health. 3 (1): p. 10-14. Marsh, M.J. 2002. The SF-36 Quality-of-Life Instrument: Updates and Strategies for Critical Care Research. Crit Care Nurse. 2002;22: 35-43 Mayo Clinic.2007. Pregnancy symptoms: What to expect during the third trimester. (Cited.2009. Mei 21). Available at; http://www.mayoclinic.com/health/pregnancy/PR00009. Melzer, K., Schutz, Y., Soehnchen, N., Othenin-Girard, V., Martinez de Tejada,B., Boulvain, M., and Kayser, B. 2009. Effects of recommended levels of physical activity on pregnancy outcomes. Am J Obstet Gynecol 220, p 266. e1 – 266. e6. Michels, T. C., and Tiu, A.Y. 2007. Second Trimester Pregnancy Loss. Am Fam Physician. 76 p. 1341-6, 1347-8. Moretti, M., Phillips, M., Abouzeid, A., Cataneo, R. N., Greenberg, J. 2004. Increased breath markers of oxidative stress in normal pregnancy and in preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 190, p.1184 – 90. Moussa, S.A. 2008. Oxidative Stress in Diabetes Mellitus. ROMANIAN J. BIOPHYS.,18. 3. p. 225–236.
127
Myatt, L., and Cui, X. 2004. Oxidative stress in the placenta. Histochem Cell Biol. 122:369–382. Nala, I. G. N. 1986. Kesegaran Jasmani. Yayasan Ilmu Faal Widhya Laksana; Denpasar. Nala, I.G.N. 2001. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Necip, I., Nevin, I., and Simsek, M. 2002. The changes of trace elements, malondialdehyde levels and superoxide dismutase activities in pregnancy with or without preeclampsia. Clinical Biochemistry. 35 (Issues 5): p. 393-397. Ness, A., Goldberg, J., and Berghella, V. 2005. Abnormalities of the First and Second Stages of Labor. Am J Obstet Gynecol. 32, Issue 2, p. 201-220. Neugebauer, R., and Ritsher, J. 2002. Depression and Grief Following Early Pregnancy Loss. IJCEVol. 20 No. 3- 21- 24. Norwitz., and Erol, R. 2007. Patient Information: Postterm Pregnancy. USA: Up To Date Inc. O'Hagan, K.P., and. Alberts, J. A. 2003. Uterine artery blood flow and renal sympathetic nerve activity during exercise in rabbit pregnancy Am J Physiol. 285: R1135 - R1144. Ohio State University Medical Center (OSUMC).2009. Complication of Pregnancy. (Cited.2009, April,19).Available from. http:// medical center. osu.edu/ patientcare/ healthcare_ services/ pregnancy_ childbirth/care/ complications/ Pages/ index.aspx. Organization of Teratology Information Specialists (OTIS). 2009. (Cited.2009, April,17). Strees and pregnancy. Available at. http//www.otispregnancy. org/pdf/stress.pdf. Pangkahila, A.1992.Latihan Kebugaran Jasmani, Latihan Seksual dan Otot-otot Dasar Panggul meningkatkan Potensi seksual. Disertasi. Pasca Sarjana. Umiversitas Airlangga. Surabaya. Paisley, T. S., Joy, E. A., and Price, R. J. 2003. Exercise during pregnancy: Apractical approach. Curr Sports Med Rep. 2: p. 325–330. Patil, S. B., Kodliwadmath, M. V., and Sheela, M. K. 2006. Lipid peroxidation and nonenzymatic antioxidants in normal pregnancy. J Obstet Gynecol India Vol. 56, No. 5 : p. 399-401.
128
Patil, S. B., Kodliwadmath, M. V., and Sheela, M. K. 2007. Study of Oxidative stress and Enzymatic Antioxidant in Normal Pregnancy. Indian Journal of Clinical Biochemistry. 22 (1): p. 135-137. Patil, S. B., Kodliwadmath, M. V., and Sheela, M. K. 2008. Correlation Between Lipid Peroxidation and Non-enzymatic Antioxidant in Pregnancy Induced Hypertension. Indian Journal of Clinical Biochemistry. 23 (1): p. 45-48. Pivarnik, J. 2008. Exercise During Pregnancy: Safe And Beneficial. http://www. medicalnewstoday.com/articles/101793.php. Available access. PKMI. 2007. Periode Kritis dalam Rentang Kehamilan, Persalinan, dan Nifas dan Penyediaan Berbagai Jenjang Pelayanan bagi upaya Penurunan Kematian Ibu, Bayi, dan Anak. Ed. George Adriaansz. Health Service Program – USAID. Pocock, S. J. 2008. Clinical Trials: A practical Approach. John Willey & Son, Ltd.Cheichester. Poston, L., and Raijmakers, M.T.M. 2004. Trophoblast Oxidative Stress, Antioxidants and Pregnancy Outcome—A Review. Plasenta.25.pS72 – S78. Plowman, S. A and Smith, D. L. 2003. Exercise Physiology : for Health, Fitness, and Performance. Second Edition. Pearson Education, Inc. Pramesti, G. 2007. Aplikasi SPSS 15.0 dalam Model Linier Statistka. edisi 1. Jakarta: Kelompok Gramedia PT Elex Media Komputindo. Raijmakers, M.T.M., Dechend, R., and Poston, L.2004. Oxidative Stress and Preeclampsia. Rationale for Antioxidant Clinical Trials. Hypertension. 44: p.374-380. Redman, C.W., and Sargent, I..L. 2008. Circulating Microparticles in Normal Pregnancy and Pre-Eclampsia. Placenta. 29, p 73-77. Redman, C. W., and. Sargent, I. L. 2005. Latest Advances in Understanding Preeclampsia. Science. 308 p.1592 – 1594. Rimawi, L. 2006. Premature Infant. USA: Discovery Communication, LLC. Roberts, J. M., and, Lain, K. Y. 2002. CURRENT TOPIC : Recent Insights into the Pathogenesis of Pre-eclampsia. Placenta 23, p. 359–372. Roberts J.M., and Cooper D.W. 2001. Pathogenesis and genetics of preeclampsia. Lancet.357, P 53 – 56.
129
Romero, R., and Garite, T.J. 2008. Twenty percent of very preterm neonates (2332 weeks of gestation) are born with bacteremia caused by genital Mycoplasmas. Am J Obstet Gynecol.198,Issue 1, p. 1 – 3. Ruder, E. H., Hartman, T. J., and Goldman, M. B. 2009. Impact of oxidative stress on female fertility. Curr Opin Obstet Gynecol. 21(3): 219–222. Scott, S. 2006. Exercise During Pregnancy. MEDICAL REPORT Copyright © Lippincott Williams & Wilkins. ACSM‘S Health& Fitness Journal 10,2.p.37 Senewe, F. P., dan Sulistyowati, N. 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan Tiga Tahun Terakhir di Indonesia (Analisis lanjut SKRT-Surkesnas 2001). Bul. Penel. Kesehatan. 32 (2): p. 83-91. Siboe, H. Y., Wagey, F. W., dan Wantania, J. 2008. Kadar Antioksidan Superoksid Dismutase pada Abortus Spontan. Thesis, PPDS I, FK Unsrat Manado. Soleymanlou, N., Jurisica, I., Nevo, O., Ietta, F., Zhang, X., Zamudio, S., Post, M., and Caniggia, I. 2005. Molecular Evidence of Placental Hypoxia in Preeclampsia. J Clin Endocrinol Metab, 90(7) .4299-4308. Srinivas, S.K., Sammel, M., Chou, D., McGrath, C., Parry, S., and Elovits, M. 2005. Are viral infections the cause of second trimester pregnancy loss?.Am J Ostet Gynecol.193(6).pS 33. Srinivas, S., Ernst, L., and Elovitz, M. 2007. Can placental pathology explain second trimester pregnancy loss?. Am J Ostet Gynecol.197(6).pS 87. Szeto, H. H. 2006. Cell-permeable, Mitochondrial-targeted, Peptide Antioxidants . The AAPS Journal, 8 (2) 32,p277 – 283. Takito, M.Y., D‘Aquino Benício M. H.,and de Cassya Lopes Neri, L. 2009. Physical activity by pregnant women and outcomes for newborns: a systematic review. Rev Saúde Pública. 43 (6) Tracy, S. 2005. Having a Great Birth in Australia. David Verhon edition. Australia: Australian College of Midwives. Tsatsaris, V., Goffin, F., Munaut, C., Brichant, J.F., Pignon, M. R., Noel, A., Schaaps, J. P., Cabrol, D., Frankenne, F., and Foidart J. M. 2003. Overexpression of the Soluble Vascular Endothelial Growth Factor
130
Receptor in Preeclamptic Patients: Pathophysiological Consequences. J Clinical Endocrinology & Metabolism Vol. 88, No. 11 5555-5563. Uboh, F.E., Ebong, P.E., Oton, E., Itam, I.H., and Barnaby, N. 2008. Antioxidant Vitamins and Free Radical Status in Nigerian Pre-Eclamptic Women. Res J Obstet Gynecol 1. (Issue: 1) p.30-33. University of Virginia Health System. 2009. (cited 2009, Mei 8). Available at. http://www. healthsystem.virginia.edu/uvahealth/peds_pregnant /third.cfm. U.S. Department of Health and Human Services. 2008. Physical Activity Guidelines for Americans.Be Active, Healthy, and Happy! (cited 2009, Nov.25). Available at.www.health.gov/paguidelines. Vigas, M., Celko, J., and Koska, J. 2000. Role of body temperature in exercise induced growth hormon and prolactin release in non-trained and physically fit subjects. Endocrine Regulation. 34, 175 – 180. Wadsworth, P. 2007. The Benefits of Exercise in Pregnancy. J Nurs Pract. 3: p. 333-339. Walker, J.J. 2000. Pre-eclampsia. Lancet 356,p 1260 – 1265. Wang, X ., Falcone, T., Attaran, M., Goldberg, J.M., Agarwal, A and Sharma, R.K. 2002. Vitamin C and Vitamin E supplementation reduce oxidative stress–induced embryo toxicity and improve the blastocyst development rate. Fertil Steril.78.p. 1272–1277 Warner, J. 2009. What Is Moderate Exercise? Recommended Moderate Exercise Equals About 100 Steps Per Minute. (cited.2009,Nov.24). Available from. http://www.webmd. com/fitness - exercise/news/20090317/what-ismoderate- exercise. Webster, R.P., Roberts, V.H.J., and Myatt, L. 2008. Protein Nitration in Placenta – Functional Significance. Placenta 29, ( Issue 12), p 985-994. Weiss, J.L., Malone, M.D., Vidaver, J., Nyberg, D.A., Comstock, CH., Hankins, G.D., Berkowitz, R.L., Gross, S.J., Dugoff, L., Timor-Tritsch, I..E., and D'Alton, M.E. 2004. Threatened abortion: a risk factor for poor pregnancy outcome, a population-based screening study. Am J Obstet Gynecol.190: P. 745-750. Wendy, B. 2008. Walking Through Pregnancy: your guide to walking. USA: The New York Time Company, Inc.
131
Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., dan Rachimhadhi, T. 2006. Ilmu Kebidanan. Ed. 3, cetakan ke 6 , Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta. Woods, J. R., Cavanaugh, J. L., Normkus, E. P., Plessinger, M.A., Miller, R.K. 2002. The effect of labor on maternal and fetal vitamins C and E. Am J Obstet Gynecol, 187:1179-1183. Woods, J.R. 2001. Pathobiology: Oxidant Stress, Angiogenesis, and Neoplasia Reactive Oxygen Species and Preterm Premature Rupture of Membranes—A Review. Placenta. 22 p S38–S44. Yagi, K. 1982. Assay for serum lipid peroxide level and its clinical significance. In: Yagi, K. ed. Lipid peroxide in biology and medicine. New York: Academic Press: p. 223-242. Yoneyama, Y., Rintaro, S., Suzuki, S., Daisuke, D., Yoneyama, K., Otsubo, Y., and Tsutomu, A. 2002. Relationship between plasma malondialdehyde levels and adenosine deaminase activities in preeclampsia. Clinica Chimica Acta. 322 (Issues 1-2): p. 169-173.
.
132
LAMPIRAN 1
INFORMASI PASIEN DAN FORMULIR PERSETUJUAN YANG DISAMPAIKAN KEPADA PASIEN SEBELUM MENANDA TANGANI FORMULIR PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (informed concent) Kami mengharapkan keikut-sertaan anda dalam penelitian yang akan dilaksanakan oleh dr. Freddy W. Wagey. Penelitian ini akan mengikut sertakan 60 orang ibu hamil termasuk anda. Bacalah informasi ini baik-baik sebelum anda memutuskan apakah anda setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini. Keikutertaan anda berarti ikut membantu pengembangan keilmuan dalam bagaimana meningkatkan kualitas jasmani ibu hamil. Apabila anda belum mengerti dan belum jelas mengenai informasi ini, janganlah anda ragu-ragu untuk bertanya. Seperti anda maklumi, sebagian besar kematian maternal terjadi pada trimester ketiga kehamilan, persalinan, dan minggu pertama setelah melahirkan. Di beberapa negara atau wilayah, insidens kematian sangat tinggi pada hari pertama atau kedua setelah melahirkan. Komplikasi obstetrik sangat berperan terhadap kematian maternal. Masalah kematian maternal merupakan masalah yang kompleks menyangkut banyak faktor, seperti: derajat kesehatan termasuk status kesehatan reproduksi dan status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Komplikasi obstetrik terjadi pada 20% dari seluruh ibu hamil, namun kasus komplikasi obstetrik yang tertangani masih kurang dari 10% dari semua ibu hamil. Olahraga dapat memicu endokrin neuron dan dapat meningkatkan produksi katekolamin. Perubahan endokrin neuron maupun peningkatan katekolamin menghasilkan energi. Energi ini mengakibatkan terlepasnya spesies oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS) yang memicu terjadinya peroksidasi asam-asam lemak tidak jenuh jamak (lipid) membran sel maupun darah sehingga mempengaruhi fungsi sel.
133
Perlakuan tanpa senam hamil diberikan pada 30 orang wanita hamil mulai umur kehamilan 20 minggu, subjek hanya melakukan pekerjaan sehariannya seperti biasa, sebagai kelompok kontrol. Perlakuan senam hamil dilakukan terhadap 30 orang wanita hamil mulai pada umur kehamilan 20 minggu yang selanjutnya disebut kelompok perlakuan diminta untuk melakukan olahraga berupa gerakan senam hamil yang dilakukan sesuai metode senam hamil. Berkaitan
dengan uraian tersebut di atas penelitian yang akan kami
lakukan ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan senam hamil dapat menurunkan kadar MDA lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa senam hamil. Demikian juga peningkatan kadar SOD, GSHPx, dan CAT lebih tinggi pada perlakuan senam hamil dibandingkan dengan tanpa senam hamil. Bila diketahui nantinya perlakuan senam hamil menghasilkan capaian seperti yang diuraikan di atas mungkin akan dianjurkan pada wanita hamil untuk melakukan senam hamil tepat saat memasuki umur kehamilan 20 minggu dan seterusnya sampai mendekati waktu untuk melahirkan. Prosedur yang berkenaan dengan penelitian ini terdiri dari: 1) Pengambilan contoh serum darah yang diambil dari darah vena untuk kedua kelompok. Darah yang diambil sebanyak 5 mL untuk pemeriksaan semua parameter yang diuji dan diambil saat memasuki umur kehamilan 20 minggu, serta setelah memasuki umur kehamilan atau saat proses ersalinan dan tidak dipungut biaya. 2) Pemeriksaan lainnya juga tidak dikenai biaya. Petugas laboratorium akan melaksanakan segala prosedur di atas dengan menjaga kerahasiaan data kesehatan anda sedemikian rupa agar penelitian ini dapat berjalan baik. Jika terjadi hal-hal yang tidak terduga dari hal 1 dan 2 di atas (komplikasi) akan menjadi tanggung jawab peneliti untuk mengantisipasinya sesuai protokol yang berlaku. Segala prosedur ini hanya dapat dilakukan bila telah mendapat ijin dari anda dan dengan menanda tangani pernyataan kesediaan (terlampir) setelah anda mengerti maksud, tujuan, manfaat dan prosedur penelitian ini.
134
Data dari hasil pemeriksaan dan wawancara ini akan dikumpulkan ke dalam komputer dengan kode nama untuk menjaga kerahasiaan identitas anda. Hanya dokter peneliti yang mengetahui data-data kesehatan anda yang berkaitan dengan penelitian ini. Namun bila anda ingin mengetahuinya anda dapat memperolehnya dari kami. Data ini mungkin akan dipublikasi tanpa mencantumkan identitas dari mana data tersebut diperoleh. Apabila selama keikut-sertaan anda dalam penelitian ini terdapat hal-hal yang dirasakan mengganggu dan merugikan anda dapat mengundurkan diri atau membatalkan keikut sertaan anda ini, tanpa prasarat apapun. Berkaitan dengan hal ini atau sewaktu-waktu anda memerlukan informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi dr. Freddy W. Wagey.
135
FORMULIR PERSETUJUAN TERTULIS Saya, yang bertanda tangan dibawah ini Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Pekerjaan
:
Telah membaca dengan seksama keterangan (terlampir) yang berkenaan dengan penelitian ini dan setelah mendapat penjelasan, saya mengerti dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Yang Menyetujui
Dokter/Petugas
Orang tua/wali pasien
Yang memberikan penjelasan
Tanda tangan
Tanda tangan
(
)
(
)
136
LAMPIRAN 2 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Lampiran 2.1 Pemeriksaan MDA Serum MDA dianalisis sesuai Yagi (1982) dan Wang, dkk. (1991). Prinsip analisis adalah pengukuran hasil reaksi asam tiobarbiturat dengan MDA ditandai dengan timbulnya warna yang serapannya diukur menggunakan spektrofotometer. Cara pengerjaannya adalah sebagai berikut: a) Pembuatan kurva baku Dibuat larutan baku malondialdehid dengan cara mereaksikan larutan TEP (1,1,3,3-tetraetoksi propana) dengan HCL 12 mol/L. Dimasukkan alikuot larutan 1,1,3,3-tetraetoksi propana yang setara dengan 1,25 µL malondialdehid, 1 mL HCl (12 mol/L), 12 mL larutan asam tiobarbiturat (0,03 mol/L) ke dalam labu ukur 25 mL dan diencerkan sampai garis batas dengan air demineralisasi. Sampel dipanaskan dengan suhu 60oC selama 60 menit pada penangas air yang dilengkapi dengan termostat, kemudian diamati serapannya pada
λ 530 nm. Dihitung
persamaan garis regresi yang menyatakan hubungan antara konsentrasi malondialdehid dengan serapan.
b) Deproteinasi Sebanyak 2,5 mL TCA (asam tribarbiturat) dicampur dengan 0,5 mL plasma dan dipusingkan selama 10 menit. Supernantan disaring dengan kertas saring (0,4 µL). Filtrat dibuang cuci dengan H2SO4 0,05N dipusingkan lagi selama 10 menit, filtrat dibuang + 2,50 mL H2O4 0,05 M
+ 3 mL TBA 200 mg
137
dipusingkan lagi selama 30 menit pada suhu 1000C kemudian didinginkan + 4 mL butanol dipusingkan, ukur serapannya dengan spektrofotometer pada λ 530 nm.
Lampiran 2.2 Pemeriksaan 8-OHdG Sampel yang mengandung 8-OHdG dan satandar dianalisis duplo. Jika diperkirakan kadar 8-OHdG nya tinggi maka lakukan pengenceran 10-20 kali. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: 1. Tambahkan sebanyak 50 L sampel yang akan dianalisis atau standar 8OHdG ke dalam plate 96 sumuran dan diinkubasikam pada temperatur kamar selama 10 menit di atas shaker. 2. Kemudian tambahkan 50 L antibodi anti-8-OHdG ke masing-masing sumuran dan dinkubasi selama 1 jam di atas shaker pada temperatur kamar. 3. Sumuran dicuci sebanyak 3 kali menggunakan 250 μL Buffer pencuci permasing-masing sumuran. Setelah pencucian terakhir kosongkan sumuran dengan cara membalikkan plate dan menyerapnya menggunakan kertas tisu. 4. Ke dalam masing-masing sumuran ditambah 100 μL diluted Secondary Antibody-Enzyme Conjugate dan diinkubasi pada temperatur kamar selama 1 jam di atas shaker. 5. Plate sumuran dicuci 3 kali sesuai langkah no. 4, kemudian biarkan mencapai temperatur kamar dan tambahkan 100 L larutan substrat yang
138
telah disiapkan sebelumnya, inkubasikan pada temperatur kamar selama 20-30 menit di atas shaker. 6. Reaksi enzim dihentikan dengan penambahan 100 L larutan penyetop ke dalam masing-masing sumuran. 7. Absorbansi masing-masing sumuran dibaca menggunakan plate reader pada panjang gelombang 450 nm.
Lampiran 2.3 Pemeriksaan SOD
Pemeriksaan SOD dilakukan menggunakan methode Flohe dan Otting (1984). Kecepatan reduksi sitokrom c oleh radikal superoksidase dimonitor pada 550 nm sesuai sistem xanthine-xanthine oksidase sebagai sumber SOD. SOD menyebabkan penurunan kecepatan reduksi sitokrom c. Satu unit SOD didefinisikan sebagai jumlah enzim yang mengakibatkan 50 % inhibisi kecepatan reduksi sitokrom c. Aktivitas SOD dinyatakan dalam satuan unit per gram hemoglobin (U/g Hb).
Lampiran 2.4 Pemeriksaan GSHPx
Glutathione
peroxidase
(GSHPx)
adalah
enzim
selenium
yang
mengkatalisis reduksi hidro peroksida (H2O2 dan ROOH). Perubahan konsentrasi GSHPx dalam plasma dapat mengindikasikan adanya disfungsi renal. Prinsip analisisnya adalah sampel plasma ataupun serum diinkubasikan pada microtiter plates yang sudah dilapisi antibodi plasma GSHPx yang spesifik. Selanjutnya ke
139
dalam microtiter plates tersebut ditambahkan senyawa antibodi poliklonal GSHPx. Kemudian ditambahkan streptavidin yang terkonyugasi dengan fosfat alkalin. Terakhir ditambah kromogen pNPP sehingga dihasilkan warna yang dapat diidentifikasi menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 405 nm.
Lampiran 2.5 Pemeriksaan CAT Katalase adalah enzim antioksidan yang terkandung pada sel-sel aerob. CAT berperan aktif dalam detoksifikasi hidrogen peroksida. Enzim ini mengkatalisis konversi dua molekul H2O2 menjadi dua molekul oksigen dan dua molekul air. Pemeriksaan CAT menggunakan KIT dengan prinsip reaksi enzim dengan metanol yang mengandung H2O2. Formaldehida yang dihasilkan dari reaksi ini dapat diidentifikasi secara kuantitatif secara spetrofotometri. Kromogen yang digunakan adalah 4-amino-3hidrazino-5-merkapto-1,2,4-triazol (Purpald) yang dapat mengubah formaldehid hasil reaksi dari tidak berwarna menjadi berwarna purpel.
140
LAMPIRAN 3 PEMERIKSAAN LUARAN KLINIS
Pemeriksaan luaran klinis berupa kekuatan otot-otot panggul dan kualitas jasmani dilakukan serupa dengan pemeriksaan parameter lain. Kekuatan otot panggul adalah :
kemampuan otot panggul yang diukur menggunakan
perineometer dinyatakan dalam satuan sesuai dengan Modified Oxford Scale (MOS). Skala MOS dikelompokkan ke dalam 6 tingkatan yaitu tanpa kontraksi/no contraction (skala 0), kontraksi sangat lemah/flicker (skala 1), kontraksi lemah/weak (skala 2), kontraksi sedang/moderate (skala 3), kontraksi kuat/good (skala 5), dan kontraksi sangat kuat/strong (skala 6)
Tabel 4.1 Skor Penilaian Kekuatan Otot Panggul dan Kualitas Jasmanai Aktivitas Kekuatan otot panggul
Respon Tanpa kontraksi
Skor 0
kontraksi sangat lemah kontraksi lemah kontraksi sedang kontraksi kuat kontraksi sangat kuat
1
pretest
posttest
keterangan
2 3 4 5
Kualitas jasmani adalah hilangnya keluhan subjektif selama hamil yang dianalisis berdasarkan kuisioner Rand 36-Item Short Form Health Survey (SF-36). Kusioner secara lengkap disajikan pada Tabel berikut.
141
Short Form Health Survey (SF-36) Nama Tanggal Alasan pemeriksaan Silahkan jawab pertanyaan-pertanyaan mengenai kesehatan anda berikut ini. Pilih hanya satu jawaban untuk setiap pertanyaan. 1.Secara umum, apa yang dapat anda rasakan mengenai kesehatan anda: 1. Prima 2. Sangat baik 3. Baik 4. Sedang-sedang 5. Tidak baik 2. Bandingkan dengan setahun yang lalu, bagaimana tingkat kesehatan anda secara umum sekarang? 1. Jauh lebih baik sekarang dibandingkan dengan setahun yang lalu 2. Sedikit lebih baik dari tahun yang lalu 3. Kira-kira sama dengan tahun yang lalu 4. Sedikit lebih jelek dibandingkan dengan setahun yang lalu 5. Jauh lebih jelek dibandingkan dengan setahun yang lalu 3. Apakah kondisi kesehatan anda sekarang membatasi aktivitas anda? Jika ya seberapa besarIf so, how much? Aktivitas tersebut mencakup: lari, mengangkat barang yang berat, partisipasi dalam kegiatan olahraga. 1.Ya sangat membatasi 2. Ya sedikit membatasi 3. Tidak, sama sekali tidak membatasi Item-item berikut adalah mengenai aktivitas yang mungkin anda lakukan saat hari-hari tertentu. Apakah kesehatan anda membatasi aktivitas tersebut? Jika ya, seberapa besar? 4. Apakah kesehatan anda sekarang membatasi aktivitas berikut yang anda lakukan? Jika ya, seberapa besar? Aktivitas sedang, seperti, menggeser meja, menyapu, mendorong vacuum cleaner. 1. Ya, sangat membatasi 2. Ya, sedikit membatasi 3. Tidak, samasekali tidak membatasi 5. Apakah kesehatan anda sekarang membatasi aktivitas berikut? Jika ya, seberapa besar? Aktivitasnya; mengangkat atau membawa groceries. 1. Ya, sangat membatasi 2. Ya, sedikit membatasi 3. Tidak, samasekali tidak membatasi 6. Apakah kesehatan anda sekarang membatasi aktivitas anda? Jika ya, seberapa besar? Aktivitas yang dimaksudkan adalah: menaiki beberapa anak tangga. 1. Ya, sangat membatasi 2. Ya, sedikit membatasi 3. Tidak, sama sekali tidak membatasi 7. Apakah kesehatan anda sekarang membatasi aktivitas anda? Jika ya, seberapa besar? Aktivitas yang dimaksudkan adalah menaiki satu anak tangga. 1. Ya, sangat membatasi 2. Ya, sedikit membatasi 3. Tidak, sama sekali tidak membatasi 8. Apakah kesehatan anda sekarang membatasi aktivitas anda? Jika ya, seberapa besar? Aktivitas yang dimaksudkan adalah menekuk, melipat, dan membungkuk. 1. Ya, sangat membatasi 2. Ya, sedikit membatasi 3. Tidak, sama sekali tidak membatasi
142
9. Apakah kesehatan anda sekarang membatasi aktivitas anda? Jika ya, seberapa besar? Aktivitas yang dimaksudkan adalah berjalan lebih dari 1 mil. 1. Ya, sangat membatasi 2. Ya, sedikit membatasi 3. Tidak, sama sekali tidak membatasi 10. Apakah kesehatan anda sekarang membatasi aktivitas anda? Jika ya, seberapa besar? Aktivitas yang dimaksudkan adalah berjalan beberapa blok. 1. Ya, sangat membatasi 2. Ya, sedikit membatasi 3. Tidak, sama sekali tidak membatasi 11. Apakah kesehatan anda sekarang membatasi aktivitas anda? Jika ya, seberapa besar? Aktivitas yang dimaksudkan adalah berjalan 1 blok. 1. Ya, sangat membatasi 2. Ya, sedikit membatasi 3. Tidak, sama sekali tidak membatasi 12 Apakah kesehatan anda sekarang membatasi aktivitas anda? Jika ya, seberapa besar? Aktivitas yang dimaksudkan adalah mandi dan berpakaian sendiri. 1. Ya, sangat membatasi 2. Ya, sedikit membatasi 3. Tidak, sama sekali tidak membatasi Dalam kurun waktu 4 minggu yang telah lewat, apakah ada masalah dengan masalah-masalah berikut; pekerjaan, aktivitas harian rutin akibat KESEHATAN FISIK ANDA? 13. Dalam kurun waktu 4 minggu yang telah lewat, apakah ada masalah dengan masalah-masalah berikut pekerjaan, aktivitas harian rutin akibat kesehatan fisik anda? Masalah yang dimaksudkan adalah mengurangi waktu yang diperlukan dalam pekerjaan atau aktivitas lainnya. 1. Ya 2. Tidak 14 Dalam kurun waktu 4 minggu yang telah lewat, apakah ada masalah dengan masalah-masalah berikut; pekerjaan, aktivitas harian rutin akibat kesehatan fisik anda? Masalah yang dimaksudkan adalah melakukan tidak sesuai dengan yang anda inginkan. 1. Ya 2. Tidak 15. Dalam kurun waktu 4 minggu yang telah lewat, apakah ada masalah dengan masalah-masalah berikut; pekerjaan, aktivitas harian rutin akibat kesehatan fisik anda? Masalah yang dimaksudkan adalah terbatas dalam hal pekerjaan dan aktivitas lainnya. 1. Ya 2. Tidak 16. Dalam kurun waktu 4 minggu yang telah lewat, apakah ada masalah dengan masalah-masalah berikut; pekerjaan, aktivitas harian rutin akibat kesehatan fisik anda? Masalah yang dimaksudkan adalah ada kesulitan dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas lainnya (sebagai contoh memerlukan usaha tambahan). 1. Ya 2. Tidak Dalam kurun waktu 4 minggu yang telah lewat, apakah ada masalah dengan masalah-masalah berikut; pekerjaan, aktivitas harian rutin akibat MASALAh EMOSI anda? (seperti depresi atau cemas)? 17. Dalam kurun waktu 4 minggu yang telah lewat, apakah ada masalah dengan masalah-masalah berikut; pekerjaan, aktivitas harian rutin akibat MASALAH EMOSI anda? (seperti depresi atau cemas)? mengurangi waktu yang diperlukan dalam pekerjaan atau aktivitas lainnya. 1. Ya 2. Tidak
143
18. Dalam kurun waktu 4 minggu yang telah lewat, apakah ada masalah dengan masalah-masalah berikut; pekerjaan, aktivitas harian rutin akibat MASALAH EMOSI anda? (seperti depresi atau cemas)? Masalah yang dimaksudkan adalah mengurangi waktu yang diperlukan dalam pekerjaan atau aktivitas lainnya. 1. Ya 2. Tidak 19. Dalam kurun waktu 4 minggu yang telah lewat, apakah ada masalah dengan masalah-masalah berikut; pekerjaan, aktivitas harian rutin akibat MASALAH EMOSI anda? (seperti depresi atau cemas)? Masalah yang dimaksud adalah melakukan pekerjaan atau aktivitas lain tidak sehati-hati seperti biasanya. 1. Ya 2. Tidak 20. Dalam kurun waktu 4 minggu yang telah lewat, seberapa besar kesehatan fisik atau masalah emosi anda mempengaruhi kebiasaan aktivitas sosial anda, seperti dengan keluarga, teman, tetangga, atau perkumpulan anda? 1. Tidak sama sekali 2. Sedikit 3. Sedang 4. Agak 5. Sangat 21. Seberapa besar tubuh anda merasa sakit dalam kurun waktu 4 minggu yang lewat? 1. Tidak 2. Sangat sedikit 3. Sedikit 4. Sedang 5. Menderita 6. Sangat menderita 22. Dalam kurun waktu 4 minggu yang telah lewat seberapa besar rasa perasaan sakit mempengaruhi aktivitas normal anda (mencakup pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan di luar)? 1. Tidak berpengaruh sama sekali 2. Sedikit berpengaruh 3. Berpengaruh sedang 4. Sangat berpengaruh 5. Amat sangat berpengaruh Pertanyaan-pertanyaan berikut mengenai bagaimana perasaan anda dan keadaan anda dalam kurun waktu 4 minggu yang lalu. Untuk masing-masing pertanyaan berikan satu jawaban yang anda anggap paling mendekati. 23. Apakah anda merasa sangat bersemangat? 1. Sepanjang waktu 2. Hampir sepanjang waktu 3. Saat tertentu saja 4. Hanya dalam beberapa waktu saja 5. Sedikit waktu saja 6. Tidak sama sekali 24. Apakah anda merasa sangat gugup? 1. Sepanjang waktu 2. Hampir sepanjang waktu 3. Saat tertentu saja 4. Hanya dalam beberapa waktu saja 5. Sedikit waktu saja 6. Tidak sama sekali 25. Apakah anda merasa sangat sedih dan tidak ada sesuatupun yang membuat anda senang? 1. Sepanjang waktu 2. Hampir sepanjang waktu 3. Saat tertentu saja 4. Hanya dalam beberapa waktu saja
144
5. Sedikit waktu saja 6. Tidak sama sekali 26. Seberapa lama anda merasa sangat tenang dan damai? 1. Sepanjang waktu 2. Hampir sepanjang waktu 3. Saat tertentu saja 4. Hanya dalam beberapa waktu saja 5. Sedikit waktu saja 6. Tidak sama sekali 27. Apakah anda memiliki banyak tenaga? 1. Sepanjang waktu 2. Hampir sepanjang waktu 3. Saat tertentu saja 4. Hanya dalam beberapa waktu saja 5. Sedikit waktu saja 6. Tidak sama sekali 28. Apakah anda merasa gundah dan tidak nyaman? 1. Sepanjang waktu 2. Hampir sepanjang waktu 3. Saat tertentu saja 4. Hanya dalam beberapa waktu saja 5. Sedikit waktu saja 6. Tidak sama sekali 29. Apakah anda merasa sedih? 1. Sepanjang waktu 2. Hampir sepanjang waktu 3. Saat tertentu saja 4. Hanya dalam beberapa waktu saja 5. Sedikit waktu saja 6. Tidak sama sekali 30. Apakah anda merasa sangat bahagia? 1. Sepanjang waktu 2. Hampir sepanjang waktu 3. Saat tertentu saja 4. Hanya dalam beberapa waktu saja 5. Sedikit waktu saja 6. Tidak sama sekali 31. Apakah anda merasa lelah? 1. Sepanjang waktu 2. Hampir sepanjang waktu 3. Saat tertentu saja 4. Hanya dalam beberapa waktu saja 5. Sedikit waktu saja 6. Tidak sama sekali 32. Dalam kurun waktu 4 minggu yang lewat, seberapa sering kesehatan fisik atau emosi anda berpengaruh terhadap aktivitas sosial anda (seperti berkunjung ke rumah teman, keluarga , dst)? 1. Sepanjang waktu 2. Sering 3. Kadang-kadang 4. Sedikit waktu 5. Tidak sama sekali
145
Seberapa benar atau salahkah pernyataan-pernyataan berikut mengenai diri anda? 33. Saya merasa lebih mudah terkena penyakit dibandingkan orang lain. 1. Sangat benar 2. Kebanyakan benar 3. Tidak tahu 4. Kebanyakan salah 5. Sangat salah 34. Saya sesehat orang-orang yang saya kenal. 1. Sangat benar 2. Kebanyakan benar 3. Tidak tahu 4. Kebanyakan salah 5. Sangat salah 35. Saya cemas kesehatan saya menjadi lebih buruk. 1. Sangat benar 2. Kebanyakan benar 3. Tidak tahu 4. Kebanyakan salah 5. Sangat salah 36. Kesehatan saya sangat prima. 1. Sangat benar 2. Kebanyakan benar 3. Tidak tahu 4. Kebanyakan salah 5. Sangat salah
146
How to Score the Rand SF-36 Questionnaire Langkah pertama: skoring pertanyaan-pertanyaan
147
Langkah kedua merata-ratakan item-item untuk menjadikan skala 8. SCALE Fungsi Fisik Keterbatasan akibat fungsi fisik Keterbatasan karena masalah emosi Energi/fatigue Emosional Peran sosial Perasaan sakit Kesehatan secara umum
NUMBER OF ITEMS 10 4
AFTER RECORDING AS PER TABLE 1, AVERAGE THE FOLLOWING ITEMS 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 13, 14, 15, 16
3
17, 18, 19
4 5 2 2 5
23, 27, 29, 31 24, 25, 26, 28, 30 20, 32 21, 22 1, 33, 34, 35, 36
Langkah ketiga mengevaluasi skor yang sudah terkumpul 1. Semua Pertanyaan dinilai (scored) berdasarkan skala 0 - 100, nilai 100 menggambarkan nilai tertinggi. 2. Nilai total disusun berdasarkan persentase total sesuai Tabel 1. 3. Nilai masing-masing pertanyaan untuk parameter kualitas jasmani (sesuai Langkah -2 pada tabel di atas ) dicari rata-ratanya, seperti rasa sakit, fungsi fisik, dst). Sebagai contoh, untuk mengukur tingkat energi/fatigue pasien, jumlahkan skor pertanyaan 23, 27, 29, dan 31. Jika pasien memilih jawaban no. 4 untuk pertanyaan no. 23, jawaban no. 3 untuk pertanyaan no. 27, jawaban no. 3 untuk pertanyaan no. 29, dan tidak memberikan jawaban pertanyaan no. 31, kesemuanya jawaban tersebut dapat diberikan skor sesuai Tabel 1. Jawaban no. 4 untuk pertanyaan no. 23 diberikan skor 40, jawaban no. 3 untuk pertanyaan no. 27 diberi skor 60, dan jawaban no. 3 untuk pertanyaan no. 29 skornya adalah 40, serta pertanyaan no. 31 diabaikan. Skor untuk keseluruhan menjadi 40+60+40 =140. Selanjutnya dibagi 3 dan hasilnya adalah 46,7. 4. Mengingat skor 100 menunjukkan energi tinggi (berenergi) tanpa fatigue, sehingga nilai 46,7% mengindikasikan pasien mengalami kehilangan energi atau mengalami fatigue. 5. Ke-7 kategori lainnya diberikan skor yang serupa, menggunakan kuisioner yangtelah disediakan dan dilakukan saat awal dan akhir perlakuan.
148
LAMPIRAN 4 KARAKTERISTIK KLINIS SUBYEK PENELITIAN
Kelompok Perlakuan No Inisial 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
LYM AA YRK KK YT WS VS JS FP SYT NA SSL IN N FK AMW JT YS MJP DH NB OS FK HW DP LA RS SS HD SY HD MR FM RUS SM FL
Umur (tahun) 20 27 16 21 17 20 26 21 20 24 22 19 22 27 22 22 19 25 29 18 22 22 18 23 18 20 18 24 24 20 29 20 24 23 18 19
Pekerjaan
Pendidikan
IRT IRT IRT IRT IRT Swasta mahasiswa IRT IRT IRT Swasta IRT Swasta IRT Swasta IRT IRT IRT IRT IRT Swasta Swasta IRT IRT IRT mahasiswa IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT
SLTP SLTP SLTA SLTA SD SLTP PT SLTA SD SLTA SLTA SLTA SLTA SLTP SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA SLTP SLTA SLTA SLTA SLTA SLTP SLTA SD SD SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA
Hb (g/dL) 11.1 11.4 11.4 11.0 11.0 11.0 11.0 11.5 14.1 11.7 11.6 11.0 11.0 11.0 13.2 11.0 11.8 11.4 11.7 11.6 11.0 11.5 12.3 11.0 11.0 11.1 11.0 15.0 13.4 11.9 11.3 11.8 11.6 11.6 11.0 11.0
149
Kelompok Kontrol No Inisial 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
RH NT OP SMT ISN KJ SS CT MS CB YI AS FG MT JG TO JSP TP OT VW NS YS CP MS SR MM JK FA EY DM
Umur (tahun) 19 19 18 25 19 25 23 20 18 17 21 21 20 23 20 20 28 29 27 27 24 22 21 26 27 19 28 23 22 27
Pekerjaan Pendidikan IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT swasta swasta IRT IRT IRT IRT Swasta PNS IRT PNS IRT IRT Swasta IRT IRT IRT IRT Swasta IRT Swasta
SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA SLTP SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA PT PT SLTA PT SD SLTA SLTA SLTP SD SLTA SD SLTA SLTA PT
Hb (g/dL) 12.8 11.0 12.2 12,9 11.0 11.0 11.0 12.0 11.4 12.2 11.9 14.5 14.6 12.6 11.0 11.9 11.6 11.2 12.9 12,3 11,5 11.0 11.1 11.0 12.0 13.2 11.0 11.0 11.2 13.4
150
Frequency Table Umur Kelompok Perlakuan Frequency Percent Valid 16-18 19-21 22-24 25-29 Total
7 10 13 6 36
19.4 27.8 36.1 16.7 100.0
Pekerjaan Kelompok Perlakuan Frequency Valid IRT Swasta mahasiswa Total
Percent
28 6 2 36
Pendidikan Kelompok Perlakuan Frequency Perce nt Valid SD 3 8.3 SLTP 6 16.7 SLTA 26 72.2 PT 1 2.8 Total 36 100.0 Umur Kelompok Kontrol Frequency Valid
Missing Total
16-18 19-21 22-24 25-29 Total System
3 11 6 10 30 6 36
Valid Percent 19.4 27.8 36.1 16.7 100.0
77.8 16.7 5.6 100.0
Cumulative Percent 19.4 47.2 83.3 100.0
Valid Percent 77.8 16.7 5.6 100.0
Valid Percent 8.3 16.7 72.2 2.8 100.0
Percent 8.3 30.6 16.7 27.8 83.3 16.7 100.0
Cumulative Percent 77.8 94.4 100.0
Cumulative Percent 8.3 25.0 97.2 100.0
Valid Percent 10.0 36.7 20.0 33.3 100.0
Cumulative Percent 10.0 46.7 66.7 100.0
151
Pekerjaan Kelompok Kontrol Frequency Valid
Missing Total
IRT Swasta PNS Total System
Percent
22 6 2 30 6 36
61.1 16.7 5.6 83.3 16.7 100.0
Pendidikan Kelompok Kontrol Frequency Valid
Missing Total
SD SLTP SLTA PT Total System
3 2 21 4 30 6 36
Descriptive Statistics N Hb Kel. Perlakuan Hb Kel. Kontrol Valid N (listwise)
Valid Percent 73.3 20.0 6.7 100.0
Percent 8.3 5.6 58.3 11.1 83.3 16.7 100.0
Valid Percent 10.0 6.7 70.0 13.3 100.0
Maximum
Cumulative Percent 10.0 16.7 86.7 100.0
36
11.00
15.00
11.6111
Std. Deviation .92668
30
11.00
14.60
11.8900
1.02666
30
Minimum
Cumulative Percent 73.3 93.3 100.0
Mean
152
LAMPIRAN 5 ANALISIS STATISTIKA DATA MDA DAN 8-OHdG Explore Descriptives KelompokKKKP MDA pretest
Kontrol
Statistic
Mean
1.8037
Kelompok Kontrol
95% Confidence Interval for
Lower Bound
1.7853
Kelompok
Mean
Upper Bound
1.8221
Perlakuan
5% Trimmed Mean
1.8033
Median
1.8000
Variance
.00900
.002
Std. Deviation
Perlakuan
Std. Error
.04930
Minimum
1.70
Maximum
1.91
Range
.21
Interquartile Range
.06
Skewness
.358
.427
Kurtosis
.038
.833
1.7936
.00988
Mean 95% Confidence Interval for
Lower Bound
1.7736
Mean
Upper Bound
1.8137
5% Trimmed Mean
1.7954
Median
1.7950
Variance Std. Deviation
.004 .05929
153
OHdGpreKKKP
Kontrol
Minimum
1.61
Maximum
1.91
Range
.30
Interquartile Range
.09
Skewness
-.492
.393
Kurtosis
1.280
.768
Mean
.7600
.00860
95% Confidence Interval for
Lower Bound
.7424
Mean
Upper Bound
.7776
5% Trimmed Mean
.7578
Median
.7550
Variance
.002
Std. Deviation
.04712
Minimum
.66
Maximum
.91
Range
.25
Interquartile Range
.06
Skewness
Perlakuan
.890
.427
Kurtosis
2.532
.833
Mean
.7611
.00876
95% Confidence Interval for
Lower Bound
.7433
Mean
Upper Bound
.7789
5% Trimmed Mean
.7607
Median
.7600
Variance
.003
154
Std. Deviation
MDAposKKKP
Kontrol
.05258
Minimum
.63
Maximum
.89
Range
.26
Interquartile Range
.09
Skewness
.136
.393
Kurtosis
.360
.768
1.7823
.02086
Mean 95% Confidence Interval for
Lower Bound
1.7397
Mean
Upper Bound
1.8250
5% Trimmed Mean
1.7872
Median
1.7850
Variance
.013
Std. Deviation
Perlakuan
.11428
Minimum
1.41
Maximum
2.01
Range
.60
Interquartile Range
.06
Skewness
-.745
.427
Kurtosis
3.495
.833
1.6325
.01185
Mean 95% Confidence Interval for
Lower Bound
1.6084
Mean
Upper Bound
1.6566
5% Trimmed Mean
1.6325
Median
1.6200
155
Variance
.005
Std. Deviation
.07109
Minimum
1.49
Maximum
1.77
Range
.28
Interquartile Range
.11
Skewness
OHdGposKKKP
Kontrol
.159
.393
Kurtosis
-.708
.768
Mean
.7580
.00524
95% Confidence Interval for
Lower Bound
.7473
Mean
Upper Bound
.7687
5% Trimmed Mean
.7574
Median
.7600
Variance
.001
Std. Deviation
.02870
Minimum
.71
Maximum
.82
Range
.11
Interquartile Range
.04
Skewness
Perlakuan
.102
.427
Kurtosis
-.398
.833
Mean
.6792
.00933
95% Confidence Interval for
Lower Bound
.6602
Mean
Upper Bound
.6981
5% Trimmed Mean
.6799
156
Median Variance Std. Deviation
.6950 .003 .05598
Minimum
.56
Maximum
.79
Range
.23
Interquartile Range
.08
Skewness
-.431
.393
Kurtosis
-.456
.768
157
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
KelompokK KKP MDApreKKKP
Statistic
Kontrol
.149
Perlakuan OHdGpreKKKP
MDAposKKKP
OHdGposKKKP
df
.086
Kontrol
.129
Shapiro-Wilk Sig.
Statistic
Sig.
30
.088
.965
30
.401
36
*
.959
36
.193
*
.941
30
.094
*
.200
30
.200
Perlakuan
.100
36
.200
.981
36
.770
Kontrol
.189
30
.008
.885
30
.074
Perlakuan
.125
36
.168
.968
36
.370
Kontrol
.124
30
.200*
.963
30
.362
Perlakuan
.216
36
.000
.946
36
.080
df2
Sig.
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic
df1
MDApreKKKP
.899
1
64
.347
OHdGpreKKKP
.467
1
64
.497
MDAposKKKP
.669
1
64
.416
14.962
1
64
.072
OHdGposKKKP
df
158
MDApreKKKP Normal Q-Q Plots
159
Detrended Normal Q-Q Plots
160
161
OHdGpreKKKP Normal Q-Q Plots
162
Detrended Normal Q-Q Plots
163
164
MDAposKKKP Normal Q-Q Plots
165
Detrended Normal Q-Q Plots
166
167
OHdGposKKKP Normal Q-Q Plots
168
Detrended Normal Q-Q Plots
169
170
T-Test Group Statistics KelompokK
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
KKP MDApreKKKP
OHdGpreKKKP
Kontrol
30
1.8037
.04930
.00900
Perlakuan
36
1.7936
.05929
.00988
Kontrol
30
.7600
.04712
.00860
Perlakuan
36
.7611
.05258
.00876
Independent Samples Test Levene's Test
t-test for Equality of Means
for Equality of Variances F
Sig.
t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
95% Confidence
tailed)
Difference
Difference
Interval of the Difference Lower
MDApreKKKP
Equal variances assumed
.899
.347
Equal variances not assumed OHdGpreKKKP
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.467
.497
Upper
.740
64
.462
.01006
.01359
-.01710
.03721
.752
64.000
.455
.01006
.01337
-.01665
.03676
-.090
64
.929
-.00111
.01240
-.02589
.02367
-.090
63.635
.928
-.00111
.01228
-.02565
.02342
171
T-Test Group Statistics KelompokK
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
KKP MDAposKKKP
OHdGposKKKP
Kontrol
30
1.7823
.11428
.02086
Perlakuan
36
1.6325
.07109
.01185
Kontrol
30
.7580
.02870
.00524
Perlakuan
36
.6792
.05598
.00933
Independent Samples Test Levene's Test for
t-test for Equality of Means
Equality of Variances F
Sig.
t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval
tailed)
Difference
Difference
of the Difference Lower
MDAposKKKP
Equal
Upper
.669
.416
6.505
64
.000
.14983
.02303
.10382
.19585
14.96
.072
6.981
64
.000
.07883
.01129
.05627
.10139
variances assumed OHdGposKKKP
Equal variances assumed
2
172
LAMPIRAN 6 ANALISIS STATISTIKA DATA SOD, GSHPx, dan CAT Explore Kelompok Kontrol dan Perlakuan Descriptives SOD pretest
SOD posttest
KelompokKKKP 1.Kel Kontrol Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis 2. Kel Mean Perlakuan 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis 1. Kel Kontrol Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis 2. Kel Mean Perlakuan 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Statistic 1.0430E2 1.0407E2 1.0453E2 1.0431E2 1.0428E2 .386 .62098 103.15 105.23 2.08 .81 -.396 -.812 1.0454E2 1.0434E2 1.0474E2 1.0454E2 1.0471E2 .348 .59020 103.09 105.91 2.82 .81 -.021 .686 1.0417E2 1.0396E2 1.0437E2 1.0417E2 1.0407E2 .298 .54577 103.09 105.29 2.20 .74 .128 -.163 1.0553E2 1.0531E2 1.0575E2 1.0553E2 1.0570E2 .432 .65706 104.14 106.95 2.81 .94 .116 .020
Std. Error .11338
.427 .833 .09837
.393 .768 .09964
.427 .833 .10951
.393 .768
173
GSHPx pretest
1. Kel Kontrol
2. Kel Perlakuan
GSHPx posttest
1. Kel Kontrol
2. Kel Perlakuan
CAT pretest
1. Kel Kontrol
Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
20.3157 20.0812 20.5502 20.3013 20.2200 .394 .62797 19.06 22.16 3.10 .73 .379 1.527 20.5289 20.2534 20.8044 20.5328 20.5750 .663 .81432 18.88 22.08 3.20 .91 -.143 .079 20.4217 20.1981 20.6452 20.4054 20.2350 .358 .59868 19.20 22.13 2.93 .83 .558 1.032 21.5650 21.2899 21.8401 21.5877 21.7750 .661 .81293 19.79 22.90 3.11 .93 -.264 -.206 6.1847 5.9368 6.4326 6.1706 6.1800 .441 .66391 5.06 7.81
.11465
.427 .833 .13572
.393 .768 .10930
.427 .833 .13549
.393 .768 .12121
174
2. Kel Perlakuan
CAT posttest
1. Kel Kontrol
2. Kel Perlakuan
Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
2.75 .87 .009 .045 6.3842 6.1912 6.5771 6.3873 6.2800 .325 .57019 5.15 7.85 2.70 .77 -.036 .286 6.2187 6.0341 6.4033 6.2180 6.1300 .244 .49437 5.01 7.51 2.50 .53 .185 1.547 7.1844 7.0046 7.3643 7.1896 7.0350 .283 .53166 6.25 7.99 1.74 .83 .013 -.993
Tests of Normality Parameter SOD pretest SOD posttest GSHPx pretest GSHPx posttest CAT pretest CAT posttest
Kelompok 1. Kontrol 2. Perlakuan 1. Kontrol 2. Perlakuan 1. Kontrol 2. Pelakuan 1. Kontrol 2. Perlakuan 1. Kontrol 2. Perlakuan 1. Kontrol 2. Perlakuan
Statistic .938 .942 .965 .962 .941 .952 .959 .943 .955 .960 .946 .935
Shapiro-Wilk df 30 36 30 36 30 36 30 36 30 36 30 36
Sig. .078 .060 .416 .249 .095 .122 .297 .062 .237 .220 .131 .065
.427 .833 .09503
.393 .768 .09026
.427 .833 .08861
.393 .768
175
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic SOD pretest KKKP .186 SODposKKKP 1.966 GSHPxpreKKKP 1.794 GSHPxposKKKP 2.432 CATpreKKKP .135 CATposKKKP 1.432
SODpreKKKP Normal Q-Q Plots
df1 1 1 1 1 1 1
df2 64 64 64 64 64 64
Sig. .668 .166 .185 .124 .715 .236
176
Detrended Normal Q-Q Plots
177
SODposKKKP Normal Q-Q Plots
178
Detrended Normal Q-Q Plots
179
180
GSHPxpreKKKP Normal Q-Q Plots
181
Detrended Normal Q-Q Plots
182
183
GSHPxposKKKP Normal Q-Q Plots
184
Detrended Normal Q-Q Plots
185
186
CATpreKKKP Normal Q-Q Plots
187
Detrended Normal Q-Q Plots
188
189
CATposKKKP Normal Q-Q Plots
190
Detrended Normal Q-Q Plots
191
192
T-Test Group Statistics Kelom
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
pok KK KP SODpreKKKP
SODposKKKP
GSHPxpreKKKP
GSHPxposKKKP
CATpreKKKP
CATposKKKP
1
30
1.0430E2
.62098
.11338
2
36
1.0454E2
.59020
.09837
1
30
1.0417E2
.54577
.09964
2
36
1.0553E2
.65706
.10951
1
30
20.3157
.62797
.11465
2
36
20.5289
.81432
.13572
1
30
20.4217
.59868
.10930
2
36
21.5650
.81293
.13549
1
30
6.1847
.66391
.12121
2
36
6.3842
.57019
.09503
1
30
6.2187
.49437
.09026
2
36
7.1844
.53166
.08861
193
Independent Samples Test Levene's Test
t-test for Equality of Means
for Equality of Variances F
Sig.
t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval of
tailed)
Difference
Difference
the Difference Lower
SODpreKKKP
SODposKKKP
GSHPxpreKK
.186
1.966
1.794
.668
.166
.185
KP GSHPxposKK
2.432
.124
KP CATpreKKKP
CATposKKKP
.135
1.432
.715
.236
Upper
-1.621
64
.110
-.24211
.14940
-.54057
.05634
-1.613
60.628
.112
-.24211
.15010
-.54229
.05807
-9.063
64
.000
-1.36472
.15059
-1.66556
-1.06389
-9.217
64.000
.000
-1.36472
.14806
-1.66050
-1.06894
-1.172
64
.245
-.21322
.18188
-.57658
.15013
-1.200
63.654
.235
-.21322
.17767
-.56819
.14174
-6.390
64
.000
-1.14333
.17892
-1.50076
-.78591
-6.568
63.117
.000
-1.14333
.17408
-1.49119
-.79547
-1.313
64
.194
-.19950
.15189
-.50294
.10394
-1.295
57.582
.200
-.19950
.15402
-.50786
.10886
-7.584
64
.000
-.96578
.12734
-1.22016
-.71139
-7.635
63.198
.000
-.96578
.12649
-1.21852
-.71303
194
LAMPIRAN 7 ANALISIS STATISTIKA DATA LUARAN KLINIS KOP
KOPKPPost
Valid
2 3 4
Missing
Frequency 1 11
Percent 1,5 16,7
Valid Percent 2,8 30,6
15 9 36
22,7 13,6 54,5
41,7 25,0 100,0
30 66
45,5 100,0
5 Total System
Total
Cumulative Percent 2,8 33,3 75,0 100,0
NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks KelKPKK KOPposKKKP
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KelKKontrol
30
17,57
527,00
KelKPerlakuan
36
46,78
1684,00
Total
66
Test Statistics(a) KOPposKKKP Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Grouping Variable: KelKPKK
62,000 527,000 -6,384 ,000
195
LAMPIRAN 8 ANALISIS STATISTIKA LUARAN KLINIS KUALITAS JASMANI Explore Perlakuan Descriptives Berenergi Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest
Perlakuan Kontrol
Perlakuan
AktivitasKPpre
Kontrol
Perlakuan
Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Statistic 46.0033 43.4999 48.5067 45.9296 46.7000 44.947 6.70427 35.00 60.00 25.00 10.00 .053 -.797 47.7806 45.3505 50.2106 47.6574 50.0000 51.581 7.18199 35.00 65.00 30.00 13.75 .005 -.275 53.3333 47.8607 58.8060 53.2407 50.0000 214.799 1.46560E1 25.00 87.50 62.50 15.62 .127 .051 56.5972 50.7467 62.4477 56.6358 56.2500 298.983 1.72911E1 25.00 87.50 62.50
Std. Error 1.22403
.427 .833 1.19700
.393 .768 2.67581
.427 .833 2.88185
196
RasaSakitKPpre
Kontrol
Perlakuan
KesehatanKPpre
Kontrol
Perlakuan
BerenergiKPpos
Kontrol
Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
21.88 -.027 -.578 46.4167 41.1662 51.6671 46.0185 45.0000 197.708 1.40609E1 25.00 75.00 50.00 22.50 .214 -.643 48.3333 44.1845 52.4822 48.1481 50.0000 150.357 1.22620E1 25.00 75.00 50.00 13.75 .011 -.095 46.0833 40.9530 51.2136 45.7407 43.7500 188.764 1.37392E1 25.00 75.00 50.00 15.00 .209 -.402 49.3056 44.0829 54.5282 48.9198 50.0000 238.254 1.54355E1 25.00 85.00 60.00 23.75 .339 -.357 46.1700 43.6057 48.7343 46.1148
.393 .768 2.56715
.427 .833 2.04367
.393 .768 2.50841
.427 .833 2.57258
.393 .768 1.25378
197
Perlakuan
AktivitasKPpos
Kontrol
Perlakuan
RasaSakitKPpos
Kontrol
Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
46.7000 47.159 6.86722 35.00 60.00 25.00 10.00 .048 -.919 70.1389 67.8697 72.4081 70.1543 70.0000 44.980 6.70672 55.00 85.00 30.00 10.00 -.053 -.099 52.9167 47.2088 58.6245 52.7778 50.0000 233.657 1.52858E1 25.00 87.50 62.50 25.00 .127 -.361 62.9167 57.4853 68.3480 63.3488 62.5000 257.679 1.60524E1 25.00 87.50 62.50 25.00 -.194 -.506 45.2500 40.0533 50.4467 44.9074 45.0000 193.685 1.39171E1 25.00 75.00 50.00 22.50
.427 .833 1.11779
.393 .768 2.79080
.427 .833 2.67539
.393 .768 2.54090
198
Perlakuan
KesehatanKPpos
Kontrol
Perlakuan
Tests of Normality Parameter BerenergiKPpre AktivitasKPpre RasaSakitKPpre KesehatanKPpre BerenergiKPpos AktivitasKPpos
Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
Shapiro-Wilk Statistic .936 .943 .938 .942 .936 .942 .935 .944 .935 .951 .939
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
Lower Bound Upper Bound
df 30 36 30 36 30 36 30 36 30 36 30
.116 -.925 53.1944 48.3390 58.0499 53.0247 52.5000 205.933 1.43503E1 25.00 90.00 65.00 15.00 .233 .506 46.4583 42.0318 50.8848 46.1574 43.7500 140.526 1.18544E1 25.00 75.00 50.00 11.25 .265 .650 58.5764 52.9245 64.2283 58.8503 62.5000 279.031 1.67042E1 25.00 85.00 60.00 25.00 -.108 -.845
Sig. .072 .063 .082 .061 .071 .060 .065 .067 .066 .109 .087
.427 .833 2.39172
.393 .768 2.16430
.427 .833 2.78404
.393 .768
199
Perlakuan Kontrol Perlakuan KesehatanKPpos Kontrol Perlakuan a. Lilliefors Significance Correction RasaSakitKPpos
.943 .935 .950 .936 .944
36 30 36 30 36
.062 .069 .103 .069 .068
Test of Homogeneity of Variance BerenergiKPpre AktivitasKPpre RasaSakitKPpre KesehatanKPpre BerenergiKPpos AktivitasKPpos RasaSakitKPpos KesehatanKPpos
Based on Mean Based on Mean Based on Mean Based on Mean Based on Mean Based on Mean Based on Mean Based on Mean
Levene Statistic .042 1.444 .998 .137 .703 .000 .085 7.646
df1 1 1 1 1 1 1 1 1
df2 64 64 64 64 64 64 64 64
Berenergi Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest Stem-and-Leaf Plots Berenergi Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest Stem-and-Leaf Plot for Perlakuan = Kontrol Frequency Stem & Leaf ,00 3. 3,00 3 . 555 8,00 4 . 00000000 6,00 4 . 555666 8,00 5 . 00000000 4,00 5 . 5555 1,00 6. 0 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s) Berenergi Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest Stem-and-Leaf Plot for Perlakuan = Perlakuan Frequency Stem & Leaf ,00 3. 3,00 3 . 555 7,00 4 . 0000000 6,00 4 . 555666 11,00 5 . 00000000000 7,00 5 . 5555555 1,00 6. 0 1,00 6. 5 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s)
Sig. .838 .234 .322 .712 .405 .998 .771 .077
200
Normal Q-Q Plots
Detrended Normal Q-Q Plots
201
Aktivitas Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest Stem-and-Leaf Plots Aktivitas Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest Stem-and-Leaf Plot for Perlakuan = Kontrol Frequency Stem & Leaf 2,00 Extremes (=<25) 5,00 3 . 77777 ,00 4. ,00 4. 11,00 5 . 00000000000 ,00 5. 8,00 6 . 22222222 ,00 6. ,00 7. 3,00 7 . 555 1,00 Extremes (>=88) Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s) Aktivitas Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest Stem-and-Leaf Plot for Perlakuan = Perlakuan Frequency Stem & Leaf 3,00 2 . 555 5,00 3 . 77777 ,00 4. 10,00 5 . 0000000000 9,00 6 . 222222222 6,00 7 . 555555 3,00 8 . 777 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s)
Normal Q-Q Plots
202
Detrended Normal Q-Q Plots
203
Rasa Sakit Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest Stem-and-Leaf Plots Rasa Sakit Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest Stem-and-Leaf Plot for Perlakuan = Kontrol Frequency Stem & Leaf 3,00 2 . 555 7,00 3 . 2222222 7,00 4 . 5555555 7,00 5 . 0555555 4,00 6 . 0005 2,00 7 . 55 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s) Rasa Sakit Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest Stem-and-Leaf Plot for perlakuan = Perlakuan Frequency Stem & Leaf 2,00 Extremes (=<25) 6,00 3 . 222222 ,00 3. ,00 4. 9,00 4 . 555555555 6,00 5 . 000000 4,00 5 . 5555 7,00 6 . 0000000 ,00 6. ,00 7. 2,00 7 . 55 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s)
204
Normal Q-Q Plots
Detrended Normal Q-Q Plots
205
Kesehatan Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest Stem-and-Leaf Plots Kesehatan Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest Stem-and-Leaf Plot for Perlakuan = Kontrol Frequency Stem & Leaf 5,00 2 . 55555 ,00 3. 13,00 4 . 0000000333333 6,00 5 . 000555 4,00 6 . 0555 2,00 7 . 05 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s) Kesehatan Kelompok Kontrol dan Perlakuan pretest Stem-and-Leaf Plot for perlakuan = Perlakuan Frequency Stem & Leaf 3,00 2 . 555 4,00 3 . 0000 8,00 4 . 00003333 11,00 5 . 00000000000 6,00 6 . 055555 3,00 7 . 555 1,00 8. 5 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s)
Normal Q-Q Plots
Detrended Normal Q-Q Plots
206
Berenergi Kelompok Kontrol dan Perlakuan posttest Stem-and-Leaf Plots Berenergi Kelompok Kontrol dan Perlakuan posttest Stem-and-Leaf Plot for Perlakuan = Kontrol Frequency Stem & Leaf ,00 3. 3,00 3 . 555 8,00 4 . 00000000 6,00 4 . 555666 7,00 5 . 0000000 5,00 5 . 55555 1,00 6. 0 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s) Berenergi Kelompok Kontrol dan Perlakuan posttest Stem-and-Leaf Plot for Perlakuan = Perlakuan Frequency Stem & Leaf ,00 5. 1,00 5. 5 4,00 6 . 0000 6,00 6 . 555555 13,00 7 . 0000000000000 7,00 7 . 5555555 4,00 8 . 0000 1,00 8. 5 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s)
207
Normal Q-Q Plots
Detrended Normal Q-Q Plots
208
Aktivitas Kelompok Kontrol dan Perlakuan posttest Stem-and-Leaf Plots Aktivitas sosial Kelompok Kontrol dan Perlakuan posttest Stem-and-Leaf Plot for Perlakuan = Kontrol Frequency Stem & Leaf 2,00 2 . 55 7,00 3 . 7777777 ,00 4. 8,00 5 . 00000000 9,00 6 . 222222222 3,00 7 . 555 1,00 8. 7 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s) Aktivitas sosial Kelompok Kontrol dan Perlakuan posttest Stem-and-Leaf Plot for perlakuan= Perlakuan Frequency Stem & Leaf 1,00 2. 5 2,00 3 . 77 3,00 4 . 555 6,00 5 . 000000 11,00 6 . 22222222222 8,00 7 . 55555577 5,00 8 . 77777 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s)
Normal Q-Q Plots
209
Detrended Normal Q-Q Plots
210
Rasa sakit Kelompok Kontrol dan Perlakuan posttest Stem-and-Leaf Plots Rasa Sakit Kelompok Kontrol dan Perlakuan posttest Stem-and-Leaf Plot for perlakuan = Kontrol Frequency Stem & Leaf 4,00 2 . 5555 7,00 3 . 2222222 6,00 4 . 555555 7,00 5 . 0055555 5,00 6 . 00055 1,00 7. 5 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s) Rasa Sakit Kelompok Kontrol dan Perlakuan posttest Stem-and-Leaf Plot for Perlakuan = Perlakuan Frequency Stem & Leaf ,00 2. 2,00 2 . 55 3,00 3 . 222 ,00 3. ,00 4. 7,00 4 . 5555555 6,00 5 . 000000 4,00 5 . 5555 9,00 6 . 000000000 ,00 6. ,00 7. 4,00 7 . 5557 1,00 Extremes (>=90) Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s)
Normal Q-Q Plots
211
Detrended Normal Q-Q Plots
Kesehatan Kelompok Kontrol dan Perlakuan posttest Stem-and-Leaf Plots Kesehatan Kelompok Kontrol dan Perlakuan posttest Stem-and-Leaf Plot for perlakuan = Kontrol Frequency Stem & Leaf ,00 2. 3,00 2 . 555 1,00 3. 0 ,00 3. 13,00 4 . 0000333333333 ,00 4. 6,00 5 . 000000 3,00 5 . 555 1,00 6. 0 1,00 6. 5 2,00 Extremes (>=70) Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s) Kesehatan Kelompok Kontrol dan Perlakuan posttest Stem-and-Leaf Plot for perlakuan = Perlakuan Frequency Stem & Leaf 1,00 2. 5 2,00 3 . 00 5,00 4 . 00003 9,00 5 . 000000000 9,00 6 . 055555555
212
6,00 7 . 555555 4,00 8 . 5555 Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s)
Normal Q-Q Plots
Detrended Normal Q-Q Plots
213
T-Test Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances Parameter
Aktivitas KPpre
RasaSakit KPpre
Kesehata nKPpre
Berenergi KPpos
Aktivitas KPpos
RasaSakit KPpos
-1.032
64
.306
-1.78
Std. Erro r Diff eren ce 1.72
-1.038
63.1 4
.303
-1.78
1.71
-5.19
1.64
-.818
64
.417
-3.26
3.99
-11.24
4.71
-.830
63.9 7
.410
-3.26
3.93
-11.12
4.59
-.592
64
.556
-1.92
3.24
-8.38
4.56
-.584
58.0 78
.561
-1.92
3.28
-8.48
4.65
-.887
64
.378
-3.22
3.63
-10.48
4.03
-.897
63.6 98
.373
-3.22
3.59
-10.40
3.96
14.30 1 14.27 0
64
.000
-23.96
1.68
-27.33
-20.62
61.3 22
.000
-23.96
1.68
-27.33
-20.61
-2.575
64
.012
-10.00
3.88
-17.76
-2.24
-2.587
62.8 2
.012
-10.00
3.86
-17.73
-2.27
-2.270
64
.027
-7.94
3.49
-14.93
-.95
-2.277
62.5 0
.026
-7.94
3.49
-14.91
-.97
Variances F
Berenergi KPpre
t-test for Equality of Means
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not
.042
1.44 4
.998
.137
.703
.000
.085
Sig.
.838
.234
.322
.712
.405
.998
.771
t
df
Sig.(2tailed)
Mean Differen ce
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-5.22
1.66
214
Kesehata nKPpos
assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
7.64 6
.007
-3.333
64
.001
-12.12
3.64
-19.38
-4.85
-3.436
62.5 2
.001
-12.12
3.52
-19.16
-5.07
215
Lampiran: Senam Hamil
Senam hamil adalah suatu bentuk latihan dimana wanita hamil melakukan gerakan yang tidak melelahkan, tetapi dapat membantu wanita tersebut untuk terhindar dari komplikasi yang mungkin timbul selama proses kehamilan maupun persalinan. Tujuan Senam Hamil Ketika akan melakukan senam hamil, maka diharapkan akan memberikan hasil yang baik kepada wanita hamil yang melakukan kegiatan ini. Oleh sebab itu tujuan dari senam hamil dijelaskan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum:
a. Melalui latihan senam hamil yang teratur untuk menyiapkan otot yang berhubungan dengan proses persalinan akan lebih baik sehingga proses persalinan diharapkan dapat berjalan normal atau pervaginam. b. Mempertinggi kesehatan fisik dan psikis wanita hamil selama masa kehamilan dan ketika akan memasuki proses perslainan. c. Membimbing wanita hamil menuju suatu persalinan yang fisiologis.
2. Tujuan Khusus: a. Menyiapkan
otot yang berperan dalam proses persalinan yaitu otot
dinding perut dan otot dasar panggul supaya persalinan dapat berlangsung pervaginam atau normal. b. Mengurangi komplikasi yang mungkin timbul selama kehamilan, karena dengan melakukan senam hamil akan meningkatkan daya tahan tubuh wanita hamil dalam menghadapi perubahan homonal, kekebalan, metabolisme yang meningkat dan kerusakan oksidatif yang timbul. c. Menghilangkan keluhan fisik dan psikologi selama kehamilan. d. Menguasai teknik-teknik pernafasan dalam persalinan.
216
Syarat Mengikuti Senam Hamil Pada waktu akan melakukan senam hamil, maka seorang wanita hamil harus sehat secara fisik maupun psikis antara lain: 1. Umur kehamilan sudah mencapai 20 minggu sesuai dengan riwayat haid pertama haid terakhir (HPHT). 2. Tidak ada riwayat hipertensi, penyakit jantung, penyakit tiroid, tindakan operasi sebelumnya penyakit paru dan penyakit sendi dan penyakit lain yang bisa membahayakan keadaan ibu hamil waktu akan melakukan senam hamil. 3. Tidak ada riwayat persalinan prematur dan atau riwayat kehamilan jelek sebelumnya. 4. Sebelum melakukan senam hamil hasil pemeriksaan laboratorium normal terutama kadar hemoglobin ≥ 11 gr %, dan pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. 5. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin, dalam batas kemampuan fisik ibu 6. Sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin dibawah pimpinan instruktur senam hamil dan pengawasan dokter 7. Ruangan tempat melakukan senam hamil cukup luas, udara segar, terang dan bersih. 8. Lantai dilapisi dengan busa (matras) yang tipis supaya aman, empuk, tidak menyebabkan sakit pada lutut waktu merangkak. 9.
Dinding ruangan dalam dilapis cermin secukupnya agar membantu ibu untuk konsentrasi dan memberi kesempatan untuk mengkoreksi gerakannya sendiri.
10. Ada iringan/alunan musik lembut untuk mengurangi ketegangan emosi.
Latihan Senam Hamil Senam hamil merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seorang wanita hamil yang terdiri dari berberapa gerakan yang akan membantu tubuh wanita hamil tersebut dalam melewati proses kehamilan dan persalinan. Dari beberapa
217
penelitian telah membuktikan bahwa senam hamil akan membantu wanita hamil untuk menhadapi perubahan yang terjadi baik secara psikis, fisik maupun perubahan sistemik lainnya yaitu perubahan hormonal, metabolisme, kekebalan dll. Adapun gerakan yang dilakukan ketika melakukan senam hamil tidak akan menyebabkan kelelahan pada wanita hamil yang melakukannya dan dilakukan secara santai seperti dijelaskan sebagai berikut : 1. Pemanasan dan pendinginan. Gerakan pada pemanasan ini dimaksudkan untuk mengantarkan semua otot dan jantung-paru dalam melayani gerakan senam selanjutnya. a. Pengaturan pernafasan Sambil jalan ditempat tarik nafas dari hidung dan keluarkan lewat mulut. Saat menarik nafas, tangan diangkat ke atas, waktu membuang nafas tangan diturunkan. b. Regang leher Tetap jalan ditempat, pegang perut dengan kedua tangan, tunduk tegakkan kepala
miring kekanan dan kekiri serta tengok kanan kiri.
c. Putar bahu kebelakang. Dengan posisi kangkang, dan lutut sedikit ditekuk, bahu diputar ke belakang bergantian kanan kiri. d. Peregangan otot samping. Dengan panggul ke kanan dan ke kiri, regang otot samping sambil menarik satu
tangan bergantian. Pada saat peregangan dipertahankan beberapa
detik. e. Peregangan lengan, punggung dan pinggang Dengan posisi membungkuk kita lempar-tarik lengan ke depan dan selanjutnya ke bawah untuk meregang pinggang. f. Regang kencang panggul Dengan satu kaki jinjit miring bergantian, rasakan peregangan panggul dan tarik dubur maupun perut bagian bawah ke dalam. g. Ayun tungkai kedepan disertai ayunan lengan.
218
2. Latihan Kebugaran Latihan ini bertujuan untuk memperbaiki kerja jantung, pembuluh darah dan paru dalam mengedarkan makanan dan oksigen ke seluruh tubuh. Prinsip gerakan dalam latihan ini adalah menggerakkan seluruh otot, terutama otot besar yang ada di kaki, punggung dan lengan, sehingga jantung terpacu berdenyut lebih cepat dan keras, frekuensi pernafasan meningkat dan tubuh mengeluarkan keringat. Gerakan dasar : jalan di tempat atau melangkahkan kaki ke depan, belakang dan samping dengan berbagai variasi gerakan tangan dan badan. Target: frekuensi denyut jantung 110-125 kali/menit. Gerakan pada fase ini antara lain: a. Langkah depan, lengan depan atas Dengan posisi berdiri tungkai kanan melangkah maju satu kali diikuti tungkai kiri merapat. Bersamaan dengan itu dorong kedua lengan lurus ke depan setinggi bahu, selanjutnya lakukan langkah mundur satu kali bersamaan dengan gerakan kedua lengan atas.
b. Langkah depan, lengan bawah samping Gerakan tungkai seperti latihan pertama, hanya kedua tangan diayun ke bawah pada saat langkah mundur keduatangan dibuka kesamping. c. Langkah samping, ayun lengan depan Gerakan tungkai melangkah ke kanan satu kali, dengan tungkai kiri merapat, bersamaan dengan itu kedua lengan diangkat lurus ke depan setinggi bahu dan diturunkan kembali, dilanjutkan gerakan dengan arah sebaliknya. d. Langkah samping, ayun lengan samping Langkah sama dengan langkah tiga, namun kedua lengan diayunkan ke samping kemudian diturunkan. e. Langkah kebelakang, lengan depan atas Gerakan sama dengan latihan pertama, hanya variasi langkah tungkai ke belakang.
219
f. Langkah belakang, lengan bawah samping Gerakan sama dengan latihan dua, hanya variasi langkah ke belakang. g. Langkah samping, tangan atas Langkahkan kaki ke kanan, dan ikuti dengan kaki kiri. Langkah ke kiri kembali ke posisi semula. Sambil melangkah, naikkan kedua lengan ke atas dan ke bawah. h. Langkah samping, tangan bawah Langkahkan kaki seperti patda latihan tujuh, namun lengan bawah diayun kebelakang-depan dengan posisi lengan atas ke belakang. i.
Langkah depan tegak anjur Langkahkan tungkai kanan ke depan, dan ikuti dengan langkah tungkai kiri posisi membuka (tegak-anjur). Ulangi langkah maju sekali lagi, dan teruskan dengan langkah mundur ke posisi semula. Lakukan gerakan lengan seperti memompa, baik pada saat maju maupun mundur. Teruskan dengan mengangkat kaki ke atas bergantian kanan dan kiri.
j. Langkah samping, putar lengan Lakukan gerakan dua langkah ke kanan dan ke kiri dengan satu lengan diputar bergantian. Kombinasikan dengan gerakan memutar kedua lengan dan membuka lengan pada posisi tekuk siku. Variasikan pula dengan gerakan kaki jinjit. 3. Latihan penguatan dan Peregangan Dalam latihan ini semua otot terutama yang berperan dalam persalinan dikuatkan dan diregang. Otot lain yang berperan dalam perbaikan postur tubuh ibu hamil juga dilatih dalam latihan ini. Otot perut dan otot dasar panggul menjadi sasaran utama, ditambah dengan otot leher, lengan, atau tubuh bagian atas, punggung, dan kaki atau tubuh bagian bawah. Latihan ini dilakukan pada posisi berdiri, duduk, merangkak, ataupun tidur. Gerakannya antara lain:
220
a. Penguatan otot leher Satu tangan menyangga kepala, yang lain berkacak pinggang. Dorongkan kepala ke tangan dan dorongkan tangan ke kepala. Lakukan bergantian dengan sisi yang lain. b. Penguatan otot bahu Tekuk satu tangan di atas bahu, dengan tangan lain lurus ke samping, lakukan gerakan ngeper baik pada tangan maupun kaki. Lakukan bergantian antara tangan kanan dan kiri. c. Penguatan otot lengan depan Tekuk kedua lengan di depan badan bersama-sama, sambil angkat dan tekuk kaki bergantian ke atas. d. Penguatan otot Kaitkan kedua lengan lurus dibelakang badan, gerakkan naik turun dengan posisi kaki berdiri tegak. e. Penguatan otot perut Dengan posisi kaki kangkang dan lutut sedikit ditekuk, gerakkan satu tangan lurus dan atas sampai kedepan badan bersamaan dengan mengkontraksikan otot peru maupun otot dasar panggul. f. Penguatan otot kaki Ambil posisi duduk dengan kedua tangan menyangga di belakang badan, luruskan kaki ke depan ke belakang bergantian dan teruskan dengan kedua kaki bersama-sama. Variasikan gerakan ini dengan gerakan kaki ke samping maupun memutar. g. Penguatan otot samping panggul Dengan posisi duduk seperti latihan enam, tarik satu tungkai menyilang tungkai yang lain, tarik kembali sehingga lurus dan ulangi gerakan ini beberapa kali, bergantian kanan dan kiri. h. Penguatan otot dasar panggul Dengan posisi duduk bersila, tekan lutut dengan kedua tangan, bungkukkan badan.
221
i. Penguatan otot bahu Dengan posisi duduk bersilang letakkan kedua tangan di atas bahu. Putar siku ke depan alas, belakang dan bawah berulang kali. j. Penguatan otot lengan Dengan posisi merangkak, julurkan satu lengan ke depan setinggi bahu. Lakukan gerakan ini bergantian kanan dan kiri. k. Penguatan otot punggung Dengan posisi merangkak naik turunkan punggug secara perlahan dan berulang kali. l. Penguatan otot panggul Dengan posisi merangkak, goyangkan panggul ke kanan dan ke kiri dengan gerakan ngeper. Ulangi gerakan ini beberapa kali. m. Penguatan otot lengan Dengan posisi merangkak ayunkan badan ke depan dan ke belakang, kemudian tahan pada posisi panggul di atas tumit beberapa saat. Ulangi gerakan ini beberapa kali. n. Penguatan otot belikat Dengan posisi tidur telentang kaitkan kedua tangan di belakang kepala. Tekan kedua lengan ke lantai tahan beberapa detik, kemudian kendorkan. Ulangi gerakan ini beberapa kali. o. Penguatan otot tubuh bagian atas Dengan posisi tidur telentang dan kedua lutut ditekuk angkat panggul sampai badan lurus membentuk segitiga antara kedua tungkai bawah dengan lantai. p. Penguatan otot perut bagian atas Dengan posisi tidur telentang tarik kedua kaki mendekati perut angkat kepala dan tahan beberapa saat untuk kemudian dikendorkan kembali. Pada saat mengangkat kepala nafas harus ditahan.
222
q. Penguatan otot panggul dan perut bagian bawah Dengan posisi tidur telentang tekuk kedua lutut dan kemudian gerakkan kedua lutut bersama-sama ke arah lantai, kembali ke posisi semula dan gerakkan kedua lutut kearah yang lain. Ulangi gerakan ini beberapa kali.
4. Latihan Relaksasi Sasaran utama dari latihan ini adalah relaksasi seluruh tubuh terutama otot dasar panggul. Relaksasi ini sangat bermanfaat untuk menghadapi kontraksi rahim kala I maupun kala II. Di samping itu relaksasi juga dapat mengurangi stress ibu saat kehamilan berlangsung. Relaksasi ini dapat dilakukan setiap saat. Gerakan relaksasi ini antara lain: a. Relaksasi otot muka Kerutkan otot muka, tahan 1 sampai 2 detik, kemudian lepaskan sehingga betul-betul terasa relaksasi. Ulangi latihan ini beberapa kali. Posisi tidur terlentang, lutut ditekuk. b. Relaksasi lengan-tangan Dengan posisi tidur terlentang angkat lengan bawah 900 dari lantai. Genggam tangan dan kerutkan lengan kuat-kuat pertahankan 1-2 detik, dan lepaskan kembali. Ulangi beberapa kali. c. Relaksasi otot perut dan dasar panggul Dengan posisi terlentang atau miring, kerutkan otot perut, tahan 1-2 detik, lalu lepaskan. Ulangi beberapa kali, tarik juga dan perut bawah ke dalam d. Relaksasi kaki dan tungkai Dengan posisi tidur terlentang atau miring luruskan ujung kaki menghadap ke bawah tahan beberapa detik kemudian lepaskan. e. Relaksasi seluruh tubuh Dengan posisi tidur terlentang atau miring, kontraksikan seluruh otot dan ambil nafas teratur, relaks. Bayangkan sesuatu yang menyenangkan dan nikmatilah relaksnya tubuh.
223
5. Latihan Pernafasan Latihan ini pada dasarnya melatih teknik pernafasan perut (diafragma) dan pernafasan dada. Sesuai dengan kebutuhannya untuk mengatasi nyeri selama persalinan, maka kedua teknik pernafasan di atas dapat digabung maupun dimodifikasi. Gerakannya antara lain: a. Pernafasan perut Dengan sikap berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping badan, dan relaks, letakkan tangan kiri di atas perut. Tarik nafas dalam melalui hidung, sampai perut menggelembung dan tangan kiri terangkat. Tahan sampai beberapa detik dan hembuskan nafas lewat mulut. Ulangi dengan frekuensi 8 kali per menit. Teknik pernafasan ini digunakan untuk mempercepat relaksasi, mengatasi stress dan mengatasi nyeri his palsu maupun his permulaan kala I. b. Pernafasan dada dalam Dengan sikap berbaring terlentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping badan dan relaks, letakkan tangan di atas dada. Tarik nafas dalam melalui hidung dengan mengembangkan dada sehingga tangan kanan terangkat. Tahan satu sampai dua detik, dan hembuskan nafas lewat celah bibir sehingga tangan kanan turun mengikuti surutnya badan. Frekuensi yang dianjurkan 8 kali per menit. Teknik pernafasan ini menggantikan pernafasan perut apabila nyeri his kala I sudah cukup c. Pernafasan dada cepat Dengan sikap berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping badan dan relaks tarik nafas cepat melalui hidung dan hembuskan cepat melalui mulut, mulailah dengan frekuensi 30 kali per menit yang makin lama makin dipercepat hingga 60 kali per menit, penrlambat lagi sedikit demi sedikit hingga kembali menjadi 30 kali per menit. d. Pernafasan kombinasi perut dan dada Dengan sikap berbaring terlentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping dada dan relaks, katubkan kedua tangan pada batas antara dada
224
dan perut. Lakukan pernafasan perut selama 30 detik. Teknik pernafasan ini digunakan untuk mengatasi nyeri his pertengahan kala I. e. Pernafasan kombinasi perut, dada dalam, dan dada cepat Dengan sikap berbaring terlentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping dada dan relaks. Lakukan pernafasan perut selama 15 detik, lanjutkan dengan pernafasan dada dalam 15 detik, kemudian pernafasan dada cepat yang makin lama makin dipercepat untuk kemudian diperlambat dan dilanjutkan pernafasan dada dalam dan diakhiri pernafasan perut Teknik pernafasan ini digunakan untuk mengatasi rasa nyeri his pertengahan dan akhir kala I dan juga mengatasi keinginan mengejan yang belum boleh dilakukan.