PEMBERIAN IMUNOSTIMULANT LEVAMISOLE DALAM MENINGKATKAN TITER ANTIBODI PASCA VAKSINASI AVIAN INFLUENZA PADA AYAM PETELUR Oleh : (Ulva Mohtar L., Toni Malvin, Irzal Irda)
THE PROVISION OF IMUNOSTIMULANT LEVAMISOLE FOR IMPROVING ANTIBODY TITER AVIAN INFLUENZA POST VACCINATION IN LAYING HENS ABSTRACT Nationally in 2004, losses due to avian influenza is estimated at 7.7 trillion rupiah of about 60 trillion rupiah velocity of money in the poultry business. Outbreaks of avian influenza with pandemic threat to humans seized the most attention from WHO, the Government of Indonesia and the Government of West Sumatra Province. In the Strategic Plan for Avian Influenza Control of West Sumatra in 2007-2010 in terms of vaccination measures listed the problems and obstacles of limited vaccine and the low coverage of vaccination in poultry. (Erinaldi,2007). Impact of AI disease that has not been completed, it can not be bargained AI again vaccination program should be accompanied by a new approach that is how the vaccination program can produce optimal results or successfully protect chickens from disease attack. One new finding is by providing reliable imunomodulasi settings or adjustments are made immune response so as to achieve the desire level.(Anonymous,2005). This research was conducted using Completely Randomized Design (RAL) with one treatment and three replications with each of the four samples of each replication, P1 (positive Control): feed without treatment and drinking water and electrolyte 1gram + Multivitamin / 2 liters of drinking water, P2 : Feed + levamisole 10 mg / kg body weight of chicken and drinking water without treatment. No significant difference post-vaccination antibody titers of avian influenza on the provision granting imunostimulant levamisole compared multivitamin + electrolytes (positive control). All control and treatment groups showed 100% by default protectivity OIE. Protectivity level of positive control and levamisole are same, which is 99.92% in sub-clinical avoid avian influenza. Keywords: Imunostimulant, Levamisole, Titer Antibody, Vaccination, Avian Influenza, laying hens.
1
PENDAHULUAN
Secara Nasional pada tahun 2004 kerugian akibat Avian Influenza diperkirakan mencapai 7,7 triliun rupiah dari sekitar 60 triliun rupiah perputaran uang di bisnis perunggasan. Hal ini dikuatkan dari data GAPPI(Gabungan Asosiasi Perusahaan Perunggasan Indonesia) secara Nasional kematian ayam pedaging 21.107 ekor dan ayam petelur 3.937.188 ekor(Kiswadi,D.2004). Penyakit avian influenza tidak hanya menyerang hewan saja tetapi juga bersifat zoonosis yaitu penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia. Satu tahun setelah diumumkan pemerintah, tepatnya tahun 2005 kita dikejutkan dengan pengumuman Menteri Kesehatan tentang kejadian positif flu burung pada manusia, dan hingga 18 Februari 2008 sudah 103 orang terjangkit flu burung, ini merupakan yang terbesar di Dunia(Anonim, 2008). Hingga September 2005 ada 5 Kabupaten dan 1 Kota di Sumatera Barat ditemukan kasus avian influenza.(Haswita, E.,2005). Dalam Rencana Strategis Pengendalian avian influenza Sumatera Barat tahun 2007-2010 dalam hal tindakan vaksinasi tercantum masalah dan hambatan yaitu keterbatasan vaksin dan rendahnya cakupan vaksinasi pada unggas.(Erinaldi, 2007). Pemerintah menetapkan bahwa kebijakan vaksinasi unggas bukan merupakan satu strategi yang berdiri sendiri, tetapi tetap berada dalam satu paket sembilan langkah strategi yang harus dijalankan secara simultan dengan strategistrategi lainnya. Rasional penerapan vaksinasi adalah karena vaksin mampu mengurangi tingkat kepekaan terhadap infeksi dan mengurangi keluarnya virus dari tubuh unggas(sheeding virus) baik dari segi waktu dan jumlah.(Naipospos, T.S., 2006). Tidak ada jalan lain bagi peternak ayam komersial di Indonesia saat ini selain langkah utama yang harus ditempuh yaitu biosekuriti termasuk vaksinasi. Langkah itu sebenarnya merupakan kebutuhan baku bagi industri peternakan unggas, namun selama ini di Indonesia hal itu sering dilalaikan dan dianggap pemborosan.(Anonim,2007). Pemerintah perlu mengevaluasi kembali dan meningkatkan program vaksinasi sektor 4(Peternakan rakyat), oleh karena hanya dilaksanakan secara sangat terbatas dan hampir tidak pernah dilakukan vaksinasi ulang mengingat kelemahan sistem dan fasilitas distribusi vaksin, 2
monitoring
yang tidak sistematis
dan biaya
operasional
vaksin
yang
rendah.(Naipospos,T.S.,2006). Aspek kontrol pasca vaksinasi yaitu melihat hasil vaksinasi melalui titer antibodi, banyak pihak yang belum melakukan secara optimal dan baik.(Anonim,2007). Kelemahan vaksinasi dimana virus masih bereplikasi dan keluar dari tubuh unggas dapat dicegah dengan memastikan bahwa monitoring pasca vaksinasi menunjukkan titer antibodi hasil vaksinasi populasi mencapai tingkat kekebalan protektif dan pelakasanaan biosekuriti menunjukkan bahwa tingkat pencemaran virus avian influenza di lingkungan sangat jauh berkurang.(Naipospos,T.S.,2006). Data lapangan menunjukkan pada 5 Oktober 2004 BPPV Regional I Medan melaporkan dari 102 sampel darah ayam dari peternakan di Deli Serdang, Kota Medan dan Langkat yang divaksinasi setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium di dapatkan hasil hanya 67 sampel memilki titer antibodi protektif( 24) atau 66%.(Anonim,2004). Wajar saja jika muncul anggapan dari beberapa peternak jika ayam divaksi AI maka pertumbuhan ayam akan terhambat, ayam menjadi kerdil, berat badan tidak tercapai dan produksi telur anjlok.(Zakir,2004). Anggapan ini muncul karena karena hasil vaksinasi belum memuaskan. Keberhasilan vaksinasi AI dapat diketahui dari tingkat kekebalan yang terbentuk , angka
kematian
beberapa
hari
post
vaksinasi
dan
muncul/tidaknya
penyakit.(Anonim,2006). Pemerintah Indonesia tahun 2007 mendapat bantuan 93juta dosis vaksin AI dari WHO dan Pemerintah China, sementara produksi vaksin dalam negeri sekitar 60 juta dosis dari total kebutuhan 600 juta dosis vaksin. Dari jumlah tersebut dengan biaya vaksin dan pelaksanaan vaksinasi sekitar Rp 300,- - Rp 500,-/dosis nilainya sekitar Rp 180 Miliar, maka peningkatan protektifitas keberhasilan vaksinasi akan sangat bermakna dalam penghematan biaya penanggulangan avian influenza di Indonesia. Kemampuan tubuh untuk bertahan terhadap serangan berbagai macam agen infeksi, partkel asing, toksin atau elemen neoplastik tergantung pada mekanisme kekebalan. Agen yang mempengaruhi tanggap kebal di bedakan sebagai : Imunosupresant yang berfungsi menekan kerja tanggap kebal dan
3
Imunostimulant yang berfungsi menstimulasi/merangsang bekerjanya tanggap kebal.(Ariyani,2004) Salah satu imunostimulant sintetik yang mudah didapat,aplikasi mudah dan harga relatif ekonomis adalah levamisole. Fungsi utama levamisole adalah sebagai antelmintika atau obat cacing(nematoda) pada berbagai spesies hewan telah dikenal luas peternak, namun fungsinya sebagai imunostimulant belum banyak diketahui dan dimanfaatkan oleh peternak. Berdasarkan hal tersebut diatas, terutama dampak penyakit AI yang belum tuntas, maka tidak bisa ditawar-tawar lagi program vaksinasi AI harus disertai pendekatan baru yaitu bagaimana program vaksinasi bisa membuahkan hasil atau berhasil optimal melindungi ayam-ayam dari sergapan penyakit. Salah satu temuan baru yang dapat diandalkan adalah dengan pemberian imunomodulasi yaitu melakukan pengaturan atau penyesuaian respon kekebalan sehingga mencapai tingkat yang dikehendaki.(Anonim,2005). Perlu diperhatikan saat vaksinasi adalah hendaknya pemberian multivitamin dan imunostimulant dalam rangka merangsang tubuh ayam agar memproduksi secara optimal zat kebal atau antibodi.(Anonim,2006). Mempertimbangkan dampak sosial ekonomi penyakit AI, kekhawatiran efek negatif tindakan vaksinasi dan mahalnya biaya vaksinasi maka perlu penelitian ”pengaruh pemberian imunostimulant levamisole dalam meningkatkan titer antibodi pasca vaksinasi avian influenza pada ayam petelur”agar vaksinasi berfungsi optimal dalam menanggulangi penyakit avian influenza. Perumusan Masalah Perumusan
masalah
dalam
penelitian
”pengaruh
pemberian
imunostimulant levamisole dalam meningkatkan titer antibodi pasca vaksinasi avian influenza pada ayam petelur”adalah :
4
1. Apakah terdapat perbedaan titer antibodi pasca vaksinasi avian influenza pada pemberian imunostimulant levamisole dibandingkan kontrol? Tujuan penelitian ”pengaruh pemberian imunostimulant levamisole dalam meningkatkan titer antibodi pasca vaksinasi avian influenza pada ayam petelur” adalah : 1.
Memberikan
informasi
tentang
pengaruh
pemberian
imunostimulant
levamisole terhadap peningkatan titer antibodi pasca vaksinasi avian influenza Penelitian ini diharapkan menghasilkan data ilmiah yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi peternak, pemerintah dan masyarakat dalam penentuan pemberian imunostimulant yang efektif, mudah diaplikasikan dan murah agar hasil vaksinasi avian influenza dapat ditingkatkan keberhasilannya dengan optimal baik dari segi penghematan biaya dan perannya dalam penanggulangan avian influenza terutama pada ayam petelur. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kandang ayam petelur milik Toni Malvin, S.Pt. Jl. Tan Malaka no.241 Napar Kota Payakumbuh dan Laboratorium Virologi BPPV(Badan Penyelidik Penyakit Veteriner) Baso Bukittinggi selama 6 bulan. Bahan Uji Titer Antibodi (HI) diLaboratorium : Antiserum darah ayam, Antigen Avian Influenza H5(PUSVETMA Surabaya), Suspensi eritrosit 5%, Larutan PZ/PBS. Alat Uji Titer Antibodi (HI) di Laboratorium: Tabung serum, Mikroplatev, Pipet dropper, Objek glass, Gelas ukur, mikrodiluter. Bahan Penelitian di Kandang: Anthelmentika, Vaksin ND aktif strain La Sotta, Vaksin ND,EDS dan IB inaktif, Multivitamin + electrolit, Desinfektan golongan Amonium kuartener, Pakan adukan grower, Levamisole, Alat Penelitian di Kandang : Kandang individu ayam petelur, Spuit steril 3ml, Injektor otomatis Soccorex 0,5ml, Hand sprayer, Mikro mixer sederhana(mixer kue dan kantong plastik), Blender dan timgangan.
Perlakuan pemberian imunostimulant levamisole, dan kontrol positif. Dalam penelitian ini akan dicobakan dua perlakuan dengan mencampurkan pada pakan dan kontol pada air minum adalah sebagai berikut :
5
P1 : Pakan tanpa perlakuan dan air minum + Multivitamin dan elektrolit 1gram/2 liter air minum P2 : Pakan + levamisole 10 mg/kg berat badan ayam dan air minum tanpa perlakuan Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
Rancangan
Acak
Lengkap(RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan dengan masing-masing 4 sampel tiap ulangan, guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DMRT 5%bila ada perbedaan antar perlakuan (Steel dan Torrie,1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Titer antibodi protektif avian influenza H5 Berdasarkan data hasil penelitian semua sampel kontrol dan perlakuan 100% memiliki titer antibodi protektif menurut standar lembaga kesehatan hewan dunia(OIE) yaitu 24 (dapat dilihat pada tabel 1). Hal ini dikarenakan faktor keberhasilan vaksinasi yaitu vaksin,teknik vaksinasi, adanya virus/bakteri/parasit sangat ganas dan kondisi ayam memenuhi standar. Tabel 1. Hasil Uji Antibodi dalam log2 Ulangan I II 8 11 8 7 Vitamin Elektrolit 9 8 11 8 8 8 8 9 Levamisole 7 9 10 9 * titer antibodi di bawah standar menghindari AI subklinis Perlakuan
III 7 8 11 6* 9 6* 9 9
Vaksin yang digunakan dalam penelitian ini adalah vaksin yang sudah terdaftar di DEPTAN, belum kedaluwarsa, tersegel dengan baik, subtipe H5N2(N28). Menurut Darminto(2008), syarat vaksin yang baik adalah yang mengandung virus AI subtipe H5, sedapat mungkin homolog atau memiliki tingkat homologi terhadap virus lapangan diatas 80% dan memiliki potensi 90%.
6
Vaksin dengan subtipe H5N2(N28) memiliki homologi dengan virus lapangan avian influenza di Indonesia sebesar 87%. Pelaksanaan
vaksinasi
dalam
penelitian
ini
menggunakan
Vaksinator(pelaksana vaksinasi) terampil dan yang sudah berpengalaman. Teknik vaksinasi yang baik adalah benar dan tepat, satu dosis penuh tiap ekor dan tidak ada yang lolos(tidak tervaksin)(Anonim,2006). Vaksinasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini dilakukan 2 kali dengan vaksin yang sama sehingga dapat menghasilkan titer antibodi yang lebih tinggi. Gambaran umum kekebalan hasil vaksinasi yang terbentuk : vaksinasi pertama, antibodi yang terbentuk rendah, vaksinasi kedua dengan vaksin yang serupa, antibodi yang terbentuk lebih banyak dan lebih cepat. Saat vaksinasi kedua sudah terbentuk sel memori berperan mengingat-ingat jenis antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh, sehingga jika antigen serupa masuk lagi ke sistem kekebalan akan berespon lebih cepat dan lebih bagus. (Anonim,2006) Kondisi kandang dan lingkungan dalam penelitian ini meskipun menggunakan kandang batery komersial namun sedapat mungkin memenuhi standar biosecurity peternakan sektor III, yaitu letak kandang berjauhan dengan pemukiman dan menjaga kebersihan dan sanitasi kandang. Virus/bakteri/parasit sangat ganas di kandang dan lingkungannya dapat dicegah dengan manajemen peternakan yang baik terutama biosecurity dan desinfeksi. Ayam yang digunakan dalam penelitian ini telah diseleksi dengan mengamati kondisi fisik ayam, penimbangan, pemeriksaan kesehatan dari recording dan pengacakan dalam kandang perlakuan. Selanjutnya dilakukan adaptasi kandang dan cleaning program jika perlu untuk mendapatkan kondisi ayam yang semaksimal mungkin seragam dan sehat. Menurut Anonim(2006), kondisi ayam harus sehat tidak dalam masa inkubasi penyakit atau carrier dan tidak
stress.
Masing-masing
perlakuan
dan
kontrol
pada
penelitian
ini(vitamin+elektrolit dan levamisol) secara umum memiliki pengaruh menjaga kondisi ayam. Mekanisme stress menyebabkan kelenjar adrenal ayam memproduksi hormon steroid secara berlebihan sehingga menyebabkan immunosuppressi (sistem kekebalan tubuh terdepresi)(Anonim,2008). Vitamin dan elektrolit dapat 7
mengurangi stress akibat perlakuan vaksinasi. Pemulihan stress pada ayam dapat dilakukan dengan pemberian vitamin dan elektrolit. Pemberian vitamin dapat mempertinggi ketahanan tubuh, sedangkan elektrolit diperlukan sebagai pengganti cairan
karena
dalam
keadaan
stress
ayam
biasanya
mengalami
dehidrasi(Dewi,2008). Kekebalan (antibodi) yang terbentuk pasca vaksinasi avian influenza dapat ditingkatkan dengan pemberian imunostimulant pasca vaksinasi. Levamisole sebagai imunostimulant sintetik akan merangsang fungsi kebal setelah terpapar oleh antigen yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh agen ifeksius (Aryani, R. 2004). Salah satu tindakan pengobatan penyakit avian influenza yang disarankan Tim ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia) Cabang Sumatera Barat adalah bisa diberikan obat-obat yang bersifat imunomodulator (meningkatkan kekebalan tubuh) (Anonim, 2008). Hasil studi Balai Besar Badan Penelitian Veteriner tahun 2008 (Darminto,2008): Standar titer antibodi yang dihasilkan setelah program vaksinasi hendaknya cukup tinggi (= 7log2 atau =27) untuk menghindari avian influenza sub klinis. Berdasarkan hal tersebut pada kontrol multivitamin+elektrolit (P1) tingkat protektifitasnya: 99,92% dan levamisole(P2) : 99,92% (dapat dilihat pada tabel 1). Keberhasilan pasca vaksinasi dapat diketahui dari : tingkat kekebalan yang terbentuk, angka kematian beberapa hari setelah vaksinasi dan muncul tidaknya serangan penyakit.(Anonim, 2006). Titer Antibodi rata-rata Hasil analisa statistik terhadap titer antibodi pasca vaksinasi avian influenza menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kontrol positif multivitamin+elektrolit (P1) dengan levamisole 10mg/kg berat badan (P2).(dapat dilihat pada tabel 2.)
8
Tabel 2. Rataan antibodi dalam log2 Ulangan
Perlakuan
Rataan
I
II
III
Vitamin Elektrolit
9,00
8,50
8,00
8,50
Levamisole
8,25
8,75
8,25
8,42
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara titer antibodi pasca vaksinasi
avian
influenza
pada
pemberian
imunostimulant
levamisole
dibandingkan kontrol. Hal ini dikarenakan kondisi kesehatan, umur, strain atau jenis, kondisi kandang, pekerja, tata laksana dalam kondisi baik dan relatif seragam.(Anonim,2006). Tidak terdapat perbedaan titer antibodi antar masing-masing perlakuan. Multivitamin+elektrolit meningkatkan kondisi tubuh dalam mengurangi dampak stress dan menjaga sistem kekebalan tubuh bekerja optimal (Anonim,2008). Levamisole merangsang sistem kebal pada semua fase tanggap kebal dengan mempengaruhi metabolisme rantai nukleotida. Levamisole mempengaruhi proliferasi respon limfosit, sintesa limfokin, produksi antibodi, kemotaksis, fagositosis dan reaksi intra seluler(makrofag dan granulosit).(Aryani,R.,2006). Pemberian
multivitamin+elektrolit,
levamisole
bertujuan
untuk
meningkatkan kekebalan tubuh pasca vaksinasi. Menurut Rantam dalam Anonim (2007), Perlu diperhatikan saat vaksinasi adalah hendaknya pemberian multivitamin dan immunostimulator. Baik itu immunostimulator ataupun multivitamin tidak lain dalam rangka merangsang tubuh ayam agar memproduksi secara optimal zat kebal atau antibodi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian dapat disimpulkan : 1. Tidak terdapat perbedaan titer antibodi pasca vaksinasi avian influenza pada pemberian imunostimulant levamisole dibandingkan kontrol positif.
9
2. Semua kontrol dan perlakuan menunjukkan hasil protektifitas 100% menurut standar OIE. 3. Tingkat protektifitas antara pemberian multivitamin dan elektrolit dan levamisole adalah sama yaitu 99,92% dalam menghindari avian influenza sub klinis. 4. Pemberian imunostimulant levamisole dapat menjadi alternatif pasca vaksinasi avian influenza pada ayam petelur selain pemberian multivitamin dan elektrolit Saran 1. Pemberian multivitamin+elektrolit pasca vaksinasi untuk meningkatkan titer antibodi pasca vaksinasi avian influenza. 2. Pemberian levamisole 10mg/kg berat badan ayam pasca vaksinasi untuk meningkatkan titer antibodi pasca vaksinasi avian influenza. 3. Penelitian lebih lanjut pada spesies unggas yang berbeda dan frekuensi vaksinasi avian influenza yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, H.R., 1995. Veterinary Pharmacology and Therapeutics 7th ed. Lowa State University Press. Anonim, 2004. Laporan Dua Mingguan Perkembangan Avian Influenza 2004.(15 Oktober 2004) WWW.Deptan.Go.Id Jakarta. Download 25 Februari 2008 Anonim, 2005. Pendekatan Baru Optimalkan Vaksinasi AI, Artikel Infovet Edisi Mei, PT Gallus Indonesia Utama. Jakarta Anonim, 2006. Vaksin dan Vaksinasi, Diklat Peternak Januari-Juni. PT Medion Bandung. Anonim, 2007. Fakta Lapangan: Ayam Potongpun Kini Rentan dengan AI, Artikel Infovet Edisi September. PT Gallus Indonesia Utama. Jakarta. Anonim, 2008. Periode Kritis Pemeliharaan ayam. www.KoranPDHI.com. PDHI JatimII. DIdownload, 1Desember 2008. Anonim,
2008. Media Indonesia Online, 20 Februari 2008. WWW.MediaIndonesiaonline.co.id Download 20 Februari 2008. Jakarta.
10
Anonim, 2008. Sekilas Mengingat Penyakit Ayam Petelur. ASOHI Sumbar. Payakumbuh. Aryani, R., 2004. Literatur Levamisole sebagai imunostimulant. PT Sanbe Farma Vet&Akua Bandung. Aryani, R., 2005. Kenali Avian Influenza. Warta Sanbe-Vet edisi September. PT Sanbe Farma Vet&Akua Bandung. Aprilia, S., dkk.,2005 Menguji Protektifitas Vaksin AI, Poultry Indonesia edisi Januari. GAPPI. Jakarta. Darminto, 2008. Perkembangan Teknologi Pengendalian Penyakit Avian Influenza. Balai Besar Penelitian Veteriner. Bogor. [http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/LOKA_DRT_22-05-08.pdf] Dewi, 2008. Kenali Stress pada Ayam Anda. www.poultryindonesia.com. Artikel. DIdownload, 1Desember 2008. Erinaldi, 2007. Renstra Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza) Sumatera Barat tahun 2007-2010. Buletin Informasi Keswan edisi Januari-Juni. Disnak Provinsi Sumbar. Padang. Erinaldi, 2005. Flu Burung, Anthrax, Rabies dan Manusia. Buletin Informasi Keswan edisi Juli-Desember. Disnak Provinsi Sumbar. Padang. Ernawati, R., 1996. Petunjuk Praktikum Penyakit Viral. Laboratorium Virologi dan Imunologi Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR. Surabaya. Haswita, E., 2005. Pelatihan Vaksinator Petugas Pengendalian Avian Influenza Sumatera Barat 2005. Buletin Informasi Keswan edisi Juli-Desember. Disnak Provinsi Sumbar. Padang. Haswita,E., 2006. Peran Berbagai Hewan Dalam Genesis Pandemi avian influenza. Buletin Informasi Keswan edisi Januari-Juni. Disnak Provinsi Sumbar. Padang. Indartono, A.S. dan Widodo, S. 2005. Panduan Vaksinasi Avian Influenza. Poultry Indonesia. GAPPI. Jakarta. Kiswadi, D. 2004. Dampak Wabah AI di Jawa Timur. Seminar Menyikapi Dampak Flu Burung, 14 Februari Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR Surabaya. Naipospos, T.S., 2006. Perangi Flu Burung dengan Vaksinasi Unggas. Artikel Kompas Gramedia edisi 24 April. Jakarta.
11
OIE. 2000. Manual Of Standards for diagnostic, Test and Vaccines. Office International des Epizooties. World Organization For Animal Health. Pusat Veterinaria Farma. 2006. Pengawasan dan Diagnosa Avian Influenza. Buletin Veterinaria Farma 3. Surabaya. PT Japfa Comfeed Indonesia. 2004. Standar pakan dan Produksi ayam petelur. MBAI. Jakarta. Rantam, A.R., 2004. Kinetika Molekuler Virus Avian Influenza dan Pengendalian di Masa Datang. Seminar Menyikapi Dampak Flu Burung. 14 Februari. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR. Surabaya. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Cetakan Ke 2. (Alihbahasa, Sumantri. B). Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. Zakir.Z. 2005. Pentingnya vaksinasi AI. Dalam Panduan Vaksinasi Avian Influenza. Poultry Indonesia. GAPPI. Jakarta.
12