PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN
YOHANES ARIYANTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Pemberdayaan Komunitas Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul Melalui Pengembangan Kelembagaan Permodalan adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor,
Nopember 2005
YOHANES ARIYANTO NIM. A. 154040225
ABSTRAK
YOHANES ARIYANTO, Pemberdayaan Komunitas Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul Melalui Pengembangan Kelembagaan Permodalan. Dibimbing oleh NURAINI W. PRASODJO sebagai ketua, YUSMAN SYAUKAT sebagai anggota komisi pembimbing. Pasar Tradisional adalah tempat dimana para petani mendistribusikan surplus hasil-hasil pertaniannya. Potensi ekonomi lokal di tingkat komunitas bakul pasar tradisional desa Bantul merupakan salah satu kelembagaan ekonomi informal yang berbasis pada realitas kekuatan ekonomi rakyat dan terbukti mampu bertahan, serta memberikan peluang kerja dan pendapatan yang cukup signifikan dalam kehidupan masyarakat desa. Namun demikian komunitas bakul pasar tradisional memiliki banyak keterbatasan, diantaranya: (1) terbatasnya faktor-faktor permodalan; (2) minimnya pengetahuan bakul pasar; (3) kurangya ketrampilan dalam mengelola usaha sehingga memperkecil kemungkinan untuk melakukan diversifikasi usaha dan cenderung bertahan pada rutinitasnya saja. Permasalahan yang ada pada komunitas bakul pasar yang paling dominan adalah faktor-faktor permodalan dan hadirnya kelembagaankelembagaan keuangan baik formal maupun informal (“bank plecit”) yang kurang memihak kepada komunitas bakul pasar. Bahkan kelembagaan keuangan informal “bank plecit” sering mendapat predikat negatif sebagai lintah darat meskipun pada realitanya di lapangan, “bank plecit” tetap eksis dan mampu untuk selalu beradaptasi secara sistemik mulai dari jaman penjajahan, orde baru hingga saat ini. Sedangkan kelembagaan keuangan formal seperti bank pasar cenderung mengandalkan logika-logika efisiensi perbankan yang lebih memilih untuk melayani sedikit nasabah dengan nominal kredit besar daripada banyak nasabah dengan kredit kecil-kecil. Tujuan kajian ini adalah (1)Menilai mekanisme kerja kelembagaan keuangan bank pasar dan “bank plecit”; (2)menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal kelembagaan keuangan bank pasar, “bank plecit” dan bakul pasar; (3)menyusun program pemberdayaan komunitas bakul pasar tradisional desa Bantul. Pendekatan kajian yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data kualitatif yang digunakan dalam kajian yaitu pengamatan berperan serta, wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD). FGD dilakukan untuk membahas hasi l analisis SWOT bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar. Sedangkan teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk mengolah data hasil kuesioner analisis SWOT, dan merumuskan strategi pemberdayaan bakul pasar. Penyusunan program pemberdayaan bakul pasar dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar. Selanjutnya ditentukan beberapa alternatif strategi pemberdayaan komunitas bakul pasar sebagai berikut: (1) Pengembangan kelembagaan permodalan dengan mengintegrasi kan kelembagaan permodalan yang ada; (2) Peningkatan kemampuan manajemen usaha komunitas bakul pasar; (3) Pengembangan kerjasama dengan pelaku ekonomi yang lebih kuat; (4) Peningkatan peran organisasi paguyuban bakul pasar.
@ Hak cipta milik Yohanes Ariyanto, tahun 2005 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, mikrofilm dan sebagainya
PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN
YOHANES ARIYANTO
Kajian Pengembangan Masyarakat Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Judul Tugas Akhir
:
Pemberdayaan Komunitas Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul Melalui Pengembangan Kelembagaan Permodalan
Nama
:
Yohanes Ariyanto
NIM
:
A. 154040225
Disetujui Komisi Pembimbing
Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS Ketua
Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. Anggota
Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Djuara P.Lubis, MS
Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.
Tanggal Ujian : 10 Nopember 2005
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur sedalam-dalamnya pengkaji persembahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Kajian Penge mbangan Masyarakat ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam Kajian Pengembangan Masyarakat ialah "Pemberdayaan Komunitas Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul Melalui Pengembangan Kelembagaan Permodalan”. Pada kesempatan ini pengkaji ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas dukungan moral dan material mulai sejak pengkajian sampai penulisan laporan ini, kepada yang terhormat : Ibu Ir. Nuraini W. Prasodjo,MS dan Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, MEc selaku komisi pembimbing, serta Dr. Titik Sumarti selaku Penguji Luar Komisi yang telah memberikan saran. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Departemen Sosial RI yang telah memberikan kesempatan kepada pengkaji untuk menempuh studi pada sekolah pascasarjana. Disamping itu, penghargaan pengkaji sampaikan kepada Bapak dan Ibu Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul, atas kesediaannya untuk memberikan berbagai informasi yang sangat berharga dalam kajian ini. Selanjutnya terimakasih yang tulus juga pengkaji sampaikan untuk keluarga tercinta, Yohana Aris Setyaningsih istriku tercinta serta buah hatiku tersayang, Gregorius
Purusatama
Ritang
Pinandhito,
yang
senantiasa
memberikan
semangat, perhatian, curahan kasih sayang dan doa yang tiada henti, sehingga akhirnya pengkaji dapat menyelesaikan pe ndidikan ini. Semoga kajian ini dapat memberikan sumbangan kepada pihak-pihak yang akan meneliti lebih lanjut dan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor,
Nopember 2005
Yohanes Ariyanto A 154040225
RIWAYAT HIDUP
Pengkaji dilahir kan di Kota Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 26 Pebruari 1974 dari pasangan FX. Mugiman dan Y.Sihyem. Pada tahun 2000 pengkaji menikah dengan Yohana Aris Setyaningsih dan telah dikaruniai seorang putr a bernama Gregorius Purusatama Ritang Pinandhito. Pengkaji menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Kanisius pada tahun 19 86 di Kota Bantul. Selanjutnya pada tahun 1989 pengkaji menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 di Kota Bantul. Pada tahun 1992 pengkaji menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bantul. Pada tahun 1993 pengkaji bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di BP-7 Kabupaten Bantul. Kemudian pada tahun 1995 memutuskan untuk melanjutkan studi dengan mengambil kelas reguler dan atas biaya sendiri dengan fasilitas ijin belajar dari instansi pada jenjang D3 STIE “Yogyakarta” program studi Akuntansi dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama pengkaji melanjutkan studi pada jenjang S1 pada STIE “Yogyakarta” dan menyelesaikan studi pada tahun 2002. Setelah adanya Reformasi, instansi pemerintah yang pertama kali dilikuidasi adalah Kantor BP-7 Pusat dan ditindaklanjuti sampai ke daerah. Pada tahun 1999 pengkaji dimutasi ke Sub. Bag. Protokol Bagian Umum Kabupaten Bantul sampai sekaran g. Pada tahun 2004 pengkaji mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor pada Sekolah Pascasarjana dengan program studi Pengembangan Masyarakat dan menyelesaikannya pada tahun
2005.
Beasiswa
pendidikan
Departemen Sosial Republik Indonesia.
pascasarjana
ini
diperoleh
dari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….
xi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….
xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….
Xiii
I.
II.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………………………………………………….
1
1.2. Perumusan Masalah …………………………………………...
6
1.3. Tujuan Kajian ……………………………………………………
8
1.4. Kegunaan Kajian ………………………………………………..
9
TINJAUAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka …….…………………….……………………
10
2.2. Analisis SWOT Pengembangan Kelembagaan Keuangan
III.
IV.
V.
yang Berorientasikan kepada Bakul Pasar …..……..……..…
18
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis …..……….………………...……
23
2.4. Kerangka Pemikiran Operasional ……..….………………...…
23
METODE KAJIAN 3.1. Lokasi, Waktu & Komunitas Subyek Kajian …….……………
25
3.2. Data & Metode Pengumpulannya …….………………….…..
26
3.3. Tahap-Tahap Penyusunan Program …..…………….………..
28
PEMETAAN SOSIAL 4.1. Lokasi ……………....…….…………………………….…………
30
4.2. Kependudukan ………………..………………………..……….
32
4.3. Sistem Ekonomi …………..……………………………………..
34
4.4. Sumberdaya Lokal ………………………………………………
35
4.5. Kondisi Sosial Budaya ………………………………………….
35
PROFIL USAHA BAKUL PASAR 5.1. Karakteristik Bakul Pasar …………..…………………………… 37 5.2. Tinjauan Modal Sosial dan Gerakan Sosial yang berkembang Di Pasar Bantul ………………..………………………………… 43
5.3. Analisis Rugi Laba Usaha …………..…………………………..
VI.
48
PROGRAM KREDIT BANK PASAR DAN “BANK PLECIT” BAGI BAKUL PASAR 6.1.
Mekanisme Kerja Bank Pasar …………….…………..……… 52
6.2.
Mekanisme Kerja "Bank Plecit" …........……………….……..
6.3.
Perbandingan Kelembagaan Keuangan “Bank Plecit” dan
54
Bank Pasar …………………………………….…………….... 57
VII.
HASIL DAN ANALISIS 7.1.
Resiprositas antara Bakul Pasar dan “Bank Plecit” ……..…
61
7.2.
Resiprositas antara Bakul Pasar dan Bank Pasar .…..……
69
7.3.
Analisis SWOT …………………………………………..…….. 69
VIII. STRATEGI PEMBERDAYAAN BAKUL PASAR,
IX.
8.1.
Perumusan Strategi Pemberdayaan Bakul Pasar …………. 77
8.2.
Rancangan Program Tindakan …………….……….…….….. 80
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.1.
Kesimpulan ……………………………………..............……… 84
9.2.
Rekomendasi Kebijakan ………………...…………………….. 85
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….
86
Lampiran-Lampiran ………………………………………………………….
89
DAFTAR TABEL Halaman 1. Stakeholder dan ke pentingannya ……………………………………..
19
2. Interaksi SWOT ………………………………………………………….
21
3. Klasifikasi issue ………………………………………………………….
22
4. Klarifikasi issue …………………………………………………………..
22
5. Tujuan, metode pengumpulan data, data yang diambil dan sumber data ……………………………………………………………….
27
6. Tahap-tahap penyusunan program …………………………………….
28
7. Kelembagaan Finansial Formal Yang Ada Di Pasar Bantul …………
43
8. Tipologi Gerakan Sosial menurut Orientasi Perubahan yg dikehendaki 48 9. Pendapatan per bulan Bakul Pasar …………………………………….. 49 10. Kalkulasi Saldo Rugi-Laba Bakul Pasar Per Hari ............................... 50 11. Keuntungan dan kerugian “bank plecit” dan bank pasar dari Perspektif Sosial ………………………………………………………….. 51 12. Perbandingan "Bank Plecit" dan Bank Pasar ……………………….... 58 13. Profil “Bank Plecit” ………………………………………………………..
62
14. Latar Belakang Pekerjaan “Bank Ple cit” ……………………………….. 63 15. Pendapatan per bulan “Bank Plecit” ……..……………………………..
64
16. Interaksi SWOT ……………………………………………………….…..
71
17. Matriks SWOT Bakul Pasar …………………………………………….. 72 18. Matriks SWOT “Bank Plecit” ……...…………………………………….. 73 19. Matriks SWOT Bank Pasar ……….…………………………………….. 74 20. Strategi Pemberdayaan Bakul Pasar …………………………………..
75
21. Rencana Kegiatan dalam Rangka Pemberdayaan Bakul Pasar Tradisi onal Desa Bantul …….………………………………………….
83
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Hubungan antar konsep …………………………………………………
5
2. Kerangka Pemikiran Pemberdayaan Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul ……………………………………………………………………..
24
3. Prosentase Komposisi Penggunaan Lahan di Desa Bantul ..............
30
4. Peta Desa Bantul ...............................................................................
31
5. Piramida Penduduk Desa Bantul .......................................................
32
6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............................
34
7. Komposisi Penduduk Menurut mata pencaharian .............................. 34 8. Pelapisan Sosial yg ada di pasar Bantul Menurut Jenis Dagangan Dan Tempat Berjualan .......................................................................
38
9. Komposisi Bakul Pasar berdasarkan Tempat berjualan dan Jumlah Retribusi .................................................................................. 39 10. Interview dengan Lurah Pasar Bantul Sebagai informan …………….. 40 11. Jejaring Sosial Komunitas Bakul Pasar Bantul ……………………….. 41 12. Karyawan Bank Pasar Me layani Nasabah ……………………………... 53 13. “Bank Plecit” sedang mengambil cicilan …………………………….….. 55 14. Bagan alir Mekanisme Pencairan Kredit "Bank Plecit" dan Bank Pasar ………………………………………………………………... 60 15. Wawancara Dengan Salah Satu Responden Bakul Pasar ..…...…… 61 16. Tukang parkir yang menjadi “entry point” dalam mengumpulkan data “bank plecit” …………………………………………………..……..
63
17. Seorang “Bank Plecit” Sedang Bertransaksi Dengan Nasabah Bakul Pasar ……………………………………………………………..... 65 18. Wawancara Dengan Ketua Paguyuban Bakul Pasar ………….……... 70 19. Kerangka Alur Pemberdayaan Komunitas Bakul Pasar Tradisional ... 82
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Panduan Melakukan Analisis SWOT …………………………………
89
2. Rata-Rata Jawaban Analisis Faktor Internal Bakul Pasar …………..
95
3. Rata-Rata Jawaban Analisis Faktor Eksternal Bakul Pasar ….……..
96
4. Rata-Rata Jawaban Analisis Faktor Internal “Bank Plecit” …..……..
97
5. Rata-Rata Jawaban Analisis Faktor Eksternal “Bank Plecit” ………..
98
6. Rata-Rata Jawaban Analisis Faktor Internal Karyawan Bank Pasar..
99
7. Rata-Rata Jawaban Analisis Faktor Eksternal Karyawan Bank Pasar 100 8. Pedoman Pelaksanaan Focus Group Discussion ……………………
101
9. Langkah-langkah penerapan FGD ……………………………………..
103
10. Daftar Pertanyaan untuk Bakul Pasar ………………………………….
104
11. Daftar Pertanyaan untuk “Bank Plecit” …………………………………
108
12. Daftar Pertanyaan untuk Kepala Unit Bank Pasar ……………………
113
13. Pedoman Wawancara untuk Informan …………………………………
118
14. Pedoman untuk Pengamatan Berperanserta ……………………….…
120
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dalam perspektif sosiologi, pasar tradisional lebih dimaknai sebagai suatu
kelembagaan sosial daripada arti sempitnya yang sekedar sebagai tempat bertemu antara penjual dan pembeli seperti arti populer dalam pengertian ekonomi. Pasar tradisional dalam kesehariannya adalah tempat dimana masyarakat lokal melakukan aktivitas jual beli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dimana proses jual beli dilakukan dengan proses tawar menawar. Melalui pola interaksi jual beli yang ter jadi setiap hari itulah yang telah melahirkan peraturan dan norma -norma baru yang mengatur antar hubungan dan antar aksi, yakni suatu proses strukturalisasi antar hubungan melalui enkulturasi konsepkonsep kebudayaan baru, misalnya nilai-nilai dan norma-norma baru, proses ini selanjutnya
disebut
institutionalization
atau
pelembagaan
(Nasdian
&
Dharmawan, 2004). Kelembagaan sebagai sosial institution menunjuk pada adanya unsurunsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Koentjaraningrat (1964) mengarti kan social institution sebagai pranata sosial yaitu suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas
untuk
memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Ciri-ciri pokok yang membedakan kelembagaan dengan konsepsi-konsepsi lain seperti grup, asosiasi, organisasi adalah sebagai berikut (Soekanto, 1990): (1) merupakan pengorganisasian pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya; (2) memiliki kekekalan tertentu: kelembagaan suatu norma memerlukan waktu yang lama karena itu cenderung dipertahankan; (3) mempunyai satu atau lebih tujuan tertentu; (4) mempunyai lambang-lambang yang secara simbolik menggambarkan tujuan; (5) mempunyai alat untuk mencapai tujuan tertentu; dan (6) mempunyai tradisi tertulis atau tidak tertulis. Oleh karena itu, di dalam pasar tradisional banyak terdapat kelembagaan formal maupun kelembagaan informal yang hidup berdampingan, saling mengabaikan, saling berinteraksi, atau eksploitatif . Kelembagaan finansial adalah
kelembagaan yang paling banyak dan
paling mudah ditemui di komunitas pasar tradisional. Kelembagaan finansial ini tersegmentasi
ke
dalam
kelembagaan
finansial
formal
dan
informal.
1
2 Kelembagaan finansial informal sangat populer di dalam komunitas pedesaan, karena fungsi mereka sesuai dengan kebiasaan sosial. Karakteristik utama dari kelembagaan ini meliputi: prosedur-prosedur yang sederhana untuk memperoleh pinjaman tanpa jaminan apapun, berdasarkan pada hubungan interpersonal. Kelembagaan finansial informal yang ditemukan di pasar Bantul meliputi: “bank plecit” 1, pegadaian informal, komisi pinjaman, pinjaman tuan tanah, pinjaman teman dan kerabat, arisan, tabungan berotasi, perkumpulan simpan pinjam, pinjaman toko, “mindrink”
2
atau tukang kredit, dan sebagainya. Kelembagaan
finansial yang kedua adalah kelembagaan finansial formal, pada saat ini terdapat tujuh kelembagaan finansial formal, yaitu: Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Pasar Bantul, BRI, Bank Danamon, KUD, Pegadaian Resmi dan BMT Loh Jinawi. Aktivitas ekonomi lokal di tingkat komunitas bakul pasar tradisional desa Bantul merupakan salah satu kelembagaan ekonomi informal yang berbasis pada realitas kekuatan ekonomi rakyat yang telah terbukti mampu bertahan, serta berpotensi memberikan peluang kerja dan pendapatan yang cukup signifikan dalam kehidupan masyarakat desa. Namun demikian komunitas bakul pasar tradisional memiliki banyak ke lemahan, diantaranya: (1) terbatasnya faktorfaktor
permodalan,
mengembangkan
sehingga
skala
menghambat
usahanya
menjadi
para lebih
bakul
pasar
besar;
(2)
untuk
minimnya
pengetahuan bakul pasar, sehingga semakin membawa mereka pada posisi yang termarginalkan pada situasi perekonomian yang semakin kapitalis; (3) kurangya
ketrampilan
dalam
mengelola
usaha
sehingga
memperkecil
kemungkinan untuk melakukan diversivikasi usaha dan cenderung bertahan pada rutinitasnya saja (Nugroho,2001). Keterbatasan-keterbatasan
bakul
pasar
inilah
yang
agaknya
dimanfaatkan oleh pelaku “bank plecit” yang mempunyai kemampuan analisa sosial-ekonomi dan entrepreneurship jauh lebih baik dari para bakul pasar ini. Dengan segenap kemampuan permodalan yang dimiliki, mereka masuk ke sistem ekonomi bakul pasar dengan menawarkan pinjaman, meskipun tingkat bunga yang ditawarkan cukup tinggi yaitu sekitar 20% sampai dengan 30% per periode namun
1
2
dengan
mengandalkan
pendekatan-pendekatan
personal,
=Rentenir=”Bank Thitil”= Orang yang menawarkan kredit mikro jangka pendek tanpa jaminan dengan bunga cukup tinggi sekitar 20% per periode dan biasanya berupa kredit harian. Mereka juga berusaha menjaga hubungan kredit dengan nasabah-nasabahnya melalui hubungan interpersonal maupun sosio-kultural (Nugroho, 2001). Tukang kredit barang dengan bunga antara 30% sampai dengan 50% nilai barang apabila dijual secara tunai
3 kekeluargaan dan kultural mereka berhasil membuat para bakul pasar sangat tergantung kepada “bank plecit” untuk memenuhi kebutuhan uang tunai. Melihat kenyataan itu, Pemerintah Kabupaten Bantul tidak tinggal diam dan berupaya mengurangi praktek-praktek “bank plecit” dengan meluncurkan program kredit murah bagi bakul pasar. Program pengucuran kredit ini pelaksanaannya dilakukan oleh PD BPR B ank Pasar Bantul. Adapun paket kredit anti rentenir yang ditawarkan pemerintah kabupaten Bantul adalah kredit tanpa agunan yang bisa diangsur secara harian, pasaran
3
, mingguan atau bulanan
dengan maksimal pinjaman sebesar Rp. 10 juta. Disamping itu bunga kredit yang ditawarkan juga sangat kompetitif yaitu sekitar 18 % per tahun (atau 1,5% per bulan). Teknis pembayaran cicilan pokok pinjaman maupun bunganya dirancang sedemikian rupa sehingga kelihatan sederhana dan mudah dimengerti oleh para bakul pasar. Sebagai contoh, apabila seorang bakul pasar hendak meminjam Rp.120.000 selama 1 tahun dan diangsur secara bulanan, maka ia akan dikenakan bunganya di depan yaitu sebesar Rp. 21.600 sehingga uang yang diterima adalah Rp. 98.400, dan selanjutnya setiap bulan mengangsur sebesar Rp. 10.000 selama 12 bulan. Secara matematis bunga tersebut jauh lebih ringan dibandingkan bunga yang ditetapkan oleh bank plecit yaitu sekitar 20% per periode pinjaman. Pada tahap pertama diluncurkannya program, Pemerintah Kabupaten Bantul melalui APBD nya telah menyiapkan dana Rp. 9 milliar dan telah disalurkan sejak bulan Maret 2002. Pada tahap berikutnya ditingkatkan menjadi Rp. 15 miliar lagi untuk kredit tahap kedua dan ditawarkan mulai bulan Maret 2004. Keseriusan Pemerintah Kabupaten Bantul ini telah mendorong beberapa bank swasta untuk memberikan pinjaman dana kepada PD BPR Bank Pasar Bantul, seperti Bank Permodalan Mandiri, Bank Mandiri, dan Bank Niaga. Beberapa pinjaman telah diproses bahkan Bank Mandiri menjanjikan pinjaman Rp. 100 miliar untuk program kredit anti rentenir ini 4. Setelah kredit turun, Pemerintah
Kabupaten
Bantul mengklaim
telah
berhasil
menyelamatkan
pedagang dari ketergantungan kepada “bank plecit”. Pernyataan ini didasarkan pada penurunan omset “bank plecit” yang sebelumnya mencapai Rp. 27 miliar, setelah adanya program kredit anti rentenir selanjutnya tinggal Rp. 9 milliar5. 3
Penannggalan jawa yang terdiri dari lima hari dalam setiap pasaran yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon . Pasar Tradisional di Bantul, sebagian besar mengambil hari pasaran tertentu dalam menentukan puncak aktivitas jual-belinya 4 Aristini Sriyatun, Direktur PD BPR Bank Pasar Bantul. 5 Kompas, edisi Rabu 4 Juni 2003
4 Pada komunitas pedesaan Jawa, hutang sebenarnya merupakan tindakan sosial yang memiliki konotasi negatif dan cenderung tabu dibicarakan. Hutang bisa menjadi indikasi ketidakmampuan finansial seseorang 6, sehingga semakin banyak orang berhutang akan semakin rendah status sosialnya. Oleh karena itu hutang akan dilakukan secara diam-diam, agar tidak diketahui orang lain, khususnya para tetangga. Dalam konteks budaya seperti ini, hutang digambarkan sebagai sebuah kondisi yang dihindari dan sekaligus menjadi kontrol sosial yang menghindarkan orang untuk meminjam uang. Namun dalam realita yang terjadi saat ini, transaksi yang melibatkan peminjaman uang terjadi di komunitas-komunitas pedesa an dan transaksi tersebut dilakukan dalam institusiinstitusi finansial informal yang bervariasi seperti “bank plecit” dan mindrink. Menurut sosiolog James C. Scott (1976), bunga yang tinggi dalam pasar kredit informal di desa-desa Jawa sering diinterpretasikan sebagai ekspresi keterbelakangan. Pada komunitas-komunitas seperti inilah praktek-praktek “bank plecit” tumbuh subur. Situasi yang sengaja diciptakan oleh “bank plecit” adalah dengan cara memelihara ketergantungan nasabah terhadapnya, sehingga ia dapat membawa nasabah pada perangkap hutang. Cara untuk menjamin ketergantungan ini adalah melalui strategi ”Interest forever, Capital
never”
(Lipton,1976), berarti bunga diwajibkan dibayar dalam setiap cicilan, pokok kredit dibayar belakangan. Dengan cara demikian, hubungan keduanya bersifat eksploitatif. Berdasarkan teori-teori tersebut, hubungan antar variabel dan konsep yang ada pada komunitas bakul pasar dapat digambarkan dalam kerangka sebagaimana disajikan dalam Gambar 1.
6
Jenifer Alexander, “Batas Minimum Kredit Pedagang Kecil“ dalam Prisma, No 7, Juli 1987, hal 49-60
5
Gambar 1 Hubungan antar Konsep
Bank Plecit
Bank Pasar
Bakul Pasar
Keterangan Gambar: : tata hubungan dua arah antar kelembagaan
Dalam Gambar 1 menjelaskan bahwa di pasar Bantul institusi -institusi permodalan tersegmentasi ke dalam dua kategori, yaitu institusi finansial formal yang diwakili Bank Pasar dan institusi finansial informal yang diwakili oleh “bank plecit”. Namun dalam prakteknya kedua kategori tersebut tidak terpisah secara kaku dalam memperebutkan pangsa pasar kredit mikro di pasar Bantul, tetapi ada indikasi mereka memiliki tata hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Bank Pasar memberikan pinjamannya kepada “bank plecit” untuk menambah modal dan selanjutnya dipecah menjadi kredit kecil untuk dipinjamkan secara kredit harian atau pasaran (35 hari) kepada bakul pasar dengan bunga yang lebih tinggi. Dalam hal ini bakul pasar bisa mendapat fasilitas kredit dari dua institusi yang bebeda karakter yaitu bank pasar sebagai institusi finansial formal dan “bank plecit” sebagai institusi finansial informal. Tata hubungan antar institusi inilah yang perlu dilakukan kajian lebih lanjut sampai dimana tata hubungan dan pertukaran yang terjadi apakah bersifat eksploitatif atau tidak ? Hal lain yang juga menarik dan layak menjadi sebuah kajian adalah, adanya indikasi dimana bakul pasar memperoleh bagian keuntungan (profit margin) yang jauh lebih kecil dibandingkan bunga cicilan yang harus dibayarkan kepada pemilik modal “Bank Plecit”. Kelembagaan keuangan yang efektif dan berorientasi kepada bakul pa sar yang dimaksud adalah kelembagaan keuangan yang berpihak kepada bakul pasar namun tetap memberikan manfaat dan keuntungan bagi “bank plecit” dan
6 bank pasar. Bagi “bank plecit” akan memberikan manfaat dalam penyediaan modal, sedangkan bagi bank pasar akan memberikan manfaat dengan berkurangnya biaya transaksi dan adanya jaminan pengembalian kredit dari pemerintah lokal. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, pengkaji tertarik untuk melakukan kajian lebih dalam mengenai fenomena bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar dengan harapan untuk dapat memberikan referensi kerangka pemberdayaan bakul pasar tradisional, maka pertanyaan kajian ini adalah “bagaimanakah mengembangkan kelembagaan keuangan yang efektif dan berpihak kepada bakul pasar ?”
1.2.
Perumusan Masalah Aktivitas pertukaran antara penjual dan pembeli dalam konteks pedesaan
tidak hanya dimotivasi oleh tujuan-tujuan ekonomi semata, seperti optimalisasi profit, tetapi juga oleh nilai-nilai sosial tradisional yang masih dijaga sebagai basis interaksi hingga saat ini. Hal ini tercermin misalnya, negosiasi antara penjual dan pembeli mengenai kesepakatan harga tidak hanya ditentukan oleh kalkulasi ekonomi saja tetapi juga tingkat kedekatan yang menjadi ciri hubungan antara kedua individu. Seringkali seorang pedagang yang secara personal mengenal langganannya akan menyetujui harga yang lebih rendah daripada yang akan ia tawarkan kepada orang lain yang belum pernah dikenal sebelumnya. Hal ini dapat dipahami karena para pedagang secara umum akan menghindari, memperoleh reputasi sebagai “pencari untung yang serakah”. Sebaliknya mereka memilih untuk memberikan kesan, berperilaku dengan cara yang bertanggungjawab secara sosial terhadap pelanggannya. Demikan pula hal yang terjadi pada praktek pelepasan uang oleh “bank plecit” kepada bakul pasar. Seorang nasabah yang belum pernah dikenalnya, harus menerima kondisikondisi yang kurang menyenangkan seperti menyediakan jaminan, membayar bunga yang lebih tinggi, dan harus selalu tepat waktu dalam membayar cicilan. Kontrol sosial masih berfungsi cukup efektif di masyarakat Bantul. Hal ini tidak hanya ditemui dalam pergaulan sehari-hari, tetapi bahkan juga dalam aktivitas ekonomi seperti pinjam meminjam uang. Seorang bakul pasar yang tidak dapat mengembalikan pinjamannya (ngemplang) akan merasa bersalah dan tidak lagi nyaman untuk hidup di lingkungannya. Perasaan ini tidak hanya
7 berasal dari fakta bahwa para tetangga akan mulai membicarakannya sebagai orang yang tidak tahu diri. Menurut norma sosial di Bantul, seseorang yang menerima bantuan dari orang lain, seharusnya tahu akan tanggungjawabnya. Begitu pula seorang “bank plecit” juga akan berusaha untuk tidak terlalu keras terhadap nasabahnya, sehingga orang tidak akan menyebutnya sebagai serakah dan tidak peduli terhadap kesulitan orang lain. Hadirnya “Bank Plecit” dalam komunitas bakul pasar tradisional semakin memberikan kompleksitas permasalahan yang ada pada komunitas bakul pasar disamping sisi -sisi positif yang lain. Untuk mengungkap fenomena empiris yang terjadi dilihat dari aspek produksi maupun interaksi dan untuk menjawab kontroversi apakah “bank plecit” telah mengikat bakul pasar secara eksploitatif atau justru sebagai “penolong” bakul pasar yang mengalami kesulitan mendapatkan uang tunai, maka permasalahan yang akan dibahas adalah: “Bagaimana menilai aktivitas “bank plecit” dalam melepas uang kepada nasabah bakul pasar di pasar Bantul ?” Berbagai studi tentang keberadaan “bank plecit” dalam masyarakat, menunjukkan praktek mereka tidak pernah surut, hal ini dikarenakan “bank plecit” mampu melakukan adaptasi sistemik dari zaman tradisional, penjajahan, hingga pasar bebas. Ketika Orde Baru melakukan perang melawan “bank plecit” dengan kebijakan kredit bunga murah untuk lapisan bawah, seperti Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Candak Kulak (KCK) untuk pedagang kecil, hingga program IDT (Inpres Desa Tertinggal), “bank plecit” tetap saja beroperasi secara ekspansif. Sejumlah fakta juga menunjukkan bahwa, program ekspansi bank pemerintah dan swasta di pedesaan, seperti pembukaan cabang BRI, BNI, atau bank lain justru memperkuat praktek “bank plecit”. Terdapat indikasi yang menunjukkan, beberapa “bank plecit” ketika menghadapi kekurangan modal meminjam kredit di bank dengan bunga yang rendah. Kredit itu dipecah menjadi kredit kecil untuk dipinjamkan pada nasabahnya dengan bunga yang tinggi. Ini merupakan logika dan sekaligus strategi pembagian risiko (sharing of risk) dari bank pemerintah ke “bank plecit” dan dari “bank plecit” ke nasabah. Pertanyaan penting yang seharusnya dijawab oleh institusi pemerintah adalah “mengapa kredit yang ditawarkan “bank plecit” selalu lebih populer daripada yang ditawarkan bank pemerintah?”. Sebagai sebuah kelembagaan formal dan informal, “Bank Plecit” dan Bank Pasar tentu saja mempunyai mekanisme kerja yang sangat berbeda. Bank Pasar sebagai institusi formal dibatasi oleh peraturan perundang-undangan
8 yang berlaku dan mengikuti sebuah sistem yang kuat, teratur dan dikendalikan oleh sistem kelembagaan lain yang lebih tinggi dalam melakukan operasional usahanya. “Bank Plecit” menjalankan usahanya memanfaatkan institusi sosiokultural bahkan religius untuk menjaring nasabahnya serta melakukan adaptasiadaptasi sistemik untuk memelihara keterikatan nasabah kepadanya. Untuk mendapatkan informasi lebih dalam tentang kelembagaan formal dan informal ini, masalah kajian berikutnya adalah “Bagaimana mekanisme kerja yang diterapkan oleh bank pasar dan bank plecit dalam memperebutkan market share kredit mikro pada komunitas bakul pasar tradisional?” Hubungan ketiga kelembagaan bakul pasar, ”bank plecit” dan bank pasar ini memang sangat diperlukan, tentu saja dengan tetap mempertahankan cara kerja informal atau non konvensional dalam menjangkau bakul pasar. Asumsi ini berdasarkan pengalaman bahwa komunitas bakul pasar tidak memiliki akses kredit dari lembaga keuangan formal karena tidak mampu menyediakan agunan, skala kredit yang diperlukan terlalu kecil untuk bank komersial, jarak lembaga keuangan formal tersebut terlalu jauh dengan masyarakat dan mata pencaharian tidak menjamin kepastian pengembalian atau beresiko tinggi. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas dari model kelembagaan keuangan yang berorientasi kepada bakul pasar adalah: faktor internal dan faktor eksternal dari masing-masing kelembagaan bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar. Apabila faktor-faktor ini dapat dikembangkan ke arah yang lebih positif, maka diharapkan kelembagaan keuangan yang berorientasi kepada bakul pasar benarbenar efektif dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi bakul
pasar.
Berdasarkan
fenomena
empirik
mengenai
kelebihan
dan
kekurangan kelembagaan keuangan “bank plecit” dan bank pasar tersebut, permasalahan berikutnya adalah “ Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang berpengaruh terhadap pemberdayaan komunitas bakul pasar bakul pasar ?”
1.3.
Tujuan Kajian Setelah melalui pembahasan-pembahasan di atas, dapat disimpulkan
tujuan umum Kajian ini adalah menyusun program pemberdayaan komunitas bakul pasar tradisional Desa Bantul, sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut perlu terlebih dahulu menjawab tujuan-tujuan khusus sebagai berikut:
9 1. Mengidentifikasi pola hubungan pertukaran yang terjadi pada praktek bank plecit dalam melepas uang kepada nasabah khususnya bakul pasar tradisional desa Bantul. 2. Memahami dan menganalisis mekanisme kerja kelembagaan keuangan bank pasar dan “bank plecit” yang berkembang di komunitas bakul pasar. 3. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal kelembagaan keuangan bank pasar, “bank plecit” dan bakul pasar.
1.4.
Kegunaan Kajian Setelah selesainya rangkaian praktek lapangan, kajian dan penulisan
Kajian ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi :
1.4.1. Komunitas Bakul Pasar Tradisional 1. Membuka wawasan dan pola pikir bakul pasar tradisional agar lebih mandiri yang sebagian besar masih terjebak pola pembinaan dan penyuluhan yang datang dari atas. 2. Mendorong aktivitas di antara anggota komunitas dalam wadah organisasi mandiri yang lebih efektif dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam komunitas 1.4.2. Pemerintah Kabupaten Bantul 1. Memberikan
referensi
ilmiah
berupa
Kajian
Masyarakat dan dapat dipergunakan sebagai
Pengembangan
bahan pengambilan
kebijakan-kebijakan yang akan menyentuh komunitas bakul pasar tradisional. 2. Memberikan input-input mengenai kondisi riil komunitas bakul pasar tradisional yang cukup memprihatinkan dan perlu pemberdayaan dengan intervensi dari pemerintah utamanya dalam me reduksi praktek-praktek “Bank Plecit”. 1.4.3. Pengkaji 1. Memberikan pengalaman “Learning by doing “ diman a penyelesaian penulisan adalah berdasarkan kondisi riil di lapangan dan hasil kajian yang dilakukan sendiri. 2. Mengasah
kemampuan
analitis
pengkaji
dalam
menyikapi
permasalahan-permasalahan sosial & dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
II. TINJAUAN TEORITIS
2.1.
Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan membawa konotasi pemberian derajat kewenangan yang lebih tinggi kepada komunitas untuk melakukan pilihan-pilihan ekonomi, meningkatkan kapasitas dalam penguasaan sumberdaya ekonomi, memberikan posisi dan kewenangan lebih besar dalam menentukan sesuatu yang pada akhirnya akan mengembangkan hidupnya. Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan) dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung
(disadvantaged)
"Empowerment aims to increase the power of disadventaged. Dengan demikian pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan kekuasaan politik, melainkan kekuasaan atau penguasaan atas pilihan-pilihan personal dan kesempatan hidup, pendefinisian kebutuhan, ide atau gagasan, lembaga-lembaga, sumbersumber, aktivitas ekonomi dan reproduksi. Sementara kelompok lemah atau tidak beruntung meliputi kelompok lemah secara struktural, kelompok lemah secara khusus dan kelompok lemah secara personal (Ife, 2002). Menurut Parsons, pemberdayaan adalah sebuah proses di mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian
serta
lembaga-lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya. Beragam definisi pemberdayaan menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian
kegiatan
untuk
memperkuat
kekuasaan
dan
keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan, menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yakni masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan, atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memilik kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2004).
10
11 Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu berhubungan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Dengan demikian, konsep pemberdayaan adalah upaya untuk menempatkan seluruh masyarakat dalam posisi sentral dalam pembangunan (people
centre
melaksanakan
development) sendiri
sehingga
berbagai
memiliki
aktivitas
kemampuan
pembangunan
untuk dengan
memanfaatkan sumber daya yang sudah ada dalam masyarakat itu sendiri (Hikmat, 2001). Hal ini selaras dengan konsep pengembangan masyarakat (community development) sebagai suatu pendekatan pembangunan yang diartikan sebagai suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas (Adi, 2003). Dari
pemahaman
di
atas
dalam
pengembangan
masyarakat,
pemberdayaan menitikberatkan pada pengembangan komunitas sebagai bagian dari perubahan berencana yang dimanifestasikan sebagai suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat. Dengan demikian
dalam
pengembangan
komunitas,
inisiatif
dan
partisipasi
masyarakat memperoleh ruang yang sang at penting dalam memenuhi kebutuhan komunitasnya (Brokensha dan Hodge, 1970). Demikian pula konsep pemberdayaan bagi bakul pasar tradisional desa Bantul, menitikberatkan pada pengembangan kelembagaan ekonomi yang lahir dan dikembangkan dengan memberikan derajat kewenangan yang tinggi bagi inisiatif dan partisipasi aktif serta berorientasi pada bakul pasar sendiri.
2.1.2. Pengertian Komunitas Komunitas (community)
dalam
perspektif
sosiologi
adalah
warga
setempat yang dapat dibedakan dari masyarakat lebih luas (society) melalui kedalaman perhatian bersama ( a community of interest ) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi (an attachment community ). Para anggota komunitas mempunyai kebutuhan bersama (common needs) jika tidak ada kebutuhan bersama maka bukan komunitas (Ife, 1995).
12 Makna komunitas menurut Christenson dan Robinson (1989) ada empat komponen utama dalam memahami “komunitas” yaitu: (1) masyarakat; (2) tempat atau wilayah; (3) interaksi sosial; dan (4) adanya ikatan psikologis. Pemahaman luas tentang “komunitas” ialah suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama (communities of common interest), baik yang bersifat fungsional maupun yang mempunyai teritorial (Nasdian & Dharmawan, 2004). Istilah komunitas dalam batas-batas tertentu dapat menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Apabila suatu kelompok, baik kelompok besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka dapat disebut komunitas.
2.1.3. Pengertian Bakul Pasar Bakul pasar (Pedagang Informal) adalah pedagang skala kecil baik dari sisi aset
maupun modal kerja, yang mengembangkan pengetahuannya
berdagang berdasarkan pengalaman tanpa dibekali ilmu yang memadai. Dalam keputusan menteri perindustrian dan perdagangan nomor: 23/MPP/Kep/1/1998, bakul pasar tradisional termasuk dalam kategori pedagang informal, yaitu perorangan yang tidak memiliki badan usaha yang melakukan kegiatan perdagangan barang dan/ atau jasa dalam skala kecil yang dijalankan oleh pengusahanya sendiri berdasarkan azas kekeluargaan. Dalam ayat (2), pasal 4, dari keputusan menperindag tersebut juga dijelaskan: pedagang informal harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. memiliki modal usaha di luar tanah dan bangunan tempat usaha tidak lebih dari Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah); 2. dikerjakan sendiri atau oleh beberapa orang; 3. jenis kegiatan usaha yang dijalankan umumnya tidak tetap. Pada komunitas
bakul pasar Bantul terdapat stratifikasi berdasarkan
jenis dagangan, asset yang dimiliki dan lokasi berjualan. Tempat berdagang di pasar Bantul terbagi dalam empat lapisan. Lapisan teratas adalah para pedagang yang menempati kios-kios di dalam maupun di luar pasar. Lapisan ini menempati posisi teratas dengan asumsi bahwa pedagang yang menempati kios biasanya memiliki omset penjualan yang lebih besar dari pada pedagang lain
13 yang tidak menempati kios. Pelapisan kedua adalah bakul pasar yang menempati los, dari sisi jumlah bakul pasa r yang menempati los adalah yang terbesar. Pelapisan di bawahnya adalah bakul pasar yang hanya menempati tlasaran dalam menggelar dagangannya. Pelapisan terakhir adalah bakul ideran 8 yaitu bakul pasar yang menjajakan dagangannya dengan berkeliling pasar dan tidak memiliki tempat yang tetap. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi serta bergulirnya era perdagangan bebas yang ditopang dengan kemajuan teknologi perdagangan, semakin meningkatkan volume dan arus distribusi barang dan jasa. Hal ini menjadi sebuah tantangan baru bagi para pelaku usaha perdagangan di dalam negeri sekaligus menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk berpartisipasi dalam dunia perdagangan. Peluang ini menjadikan dunia perdagangan berkembang sangat pesat. Kondisi ini membuat pelaku dunia perdagangan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu: (1) Pelaku bisnis ritel besar yang tercakup dalam kegiatan pasar modern; dan (2) Pedagang kecil dan menengah sebagai unit usaha (pelaku usaha) yang mengembangkan pasar tradisional. Prospek bisnis ritel besar dalam kegiatan pasar modern dilakukan oleh pemodal-pemodal kuat dan jaringan rantai perdagangan yang kuat pula mulai dari hulu sampai dengan hilir. Kegiatan pasar modern ini pada saat sekarang menunjukkan indikasi yang semakin cerah, sejalan dengan per tumbuhan daya beli masyarakat
yang semakin baik juga, sedangkan pedagang kecil yang
mempunyai peran sebagai penggerak ekonomi masyarakat kecil, pada umumnya kurang berkembang sebagaimana laju pebisnis ritel besar. Guna menciptakan sinergi antara pengusaha besar dengan pedagang kecil menengah, koperasi serta pasar tradisional, pemerintah telah menetapkan keputusan bersama Menteri Perindustrian dan Perdagangan dengan Menteri Dalam Negeri Nomor: 145/MPP/Kep/S/97 dan Nomor: 57 Tahun 1997 tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan. Tujuan utama dari peraturan ini adalah untuk melindungi usaha kecil dan menengah serta koperasi dan pengendalian pasar modal. Kegiatannya diwujudkan dalam bentuk: (1) penataan lokasi dan pembangunan pasar dan pertokoan; (2) mengatur, membina dan mengembangkan kegiatan usaha perdagangan di pasar dan pertokoan sekaligus; dan (3) memperkuat kemampuan pedagang kecil dan menengah, dan 8
Bakul Ideran, pedagang tidak tetap yang menjajakan dagangan dengan jalan berkeliling pasar, bila sampai pada waktunya pasar sudah bubar, tidak jarang bakul ideran menjajakan dagangan sampai ke kampung-kampung sekitar pasar.
14 koperasi serta pasar tradisional agar dapat berkembang menjadi usaha yang tangguh (Pedoman Pengelo laan Pasar, 2003). Dengan berlakunya UndangUndang Nomor: 22 Tahun 1999 maka kewenangan untuk mengatur dan mengendalikan pasar berada sepenuhnya di tangan Pemerintah Daerah.
2.1.4. Pengertian Pasar Tradisional Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor: 91 Tahun 1991
tentang Pasar Desa, pengertian pasar adalah tempat bertemunya antara pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi jual beli. Pengertian pasar tradisional menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Swasta, Koperasi atau Swadaya Masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan Menengah, dan Koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar menawar 9. Sejalan dengan pengertian tersebut maka kegiatan pasar tradisional sangat erat dengan kehidupan masyarakat kecil. Pasar tradisional merupakan basis perekonomian bagi rakyat kecil. Sisi lain dari pasar tradisional adalah mampu menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran, sebagai tumpuan pencarian nafkah dan penghidupan bagi rakyat kecil. Dampak positif yang berantai timbul dari pasar terhadap masyarakat adalah adanya sekelompok masyarakat lain yang mendapatkan manfaat nafkah dari pasar. Kelompok ini antara lain tukang sapu, tukang sampah, tukang angkut barang (jawa: engket), juru parkir, tukang becak, dan lain sebagainya. Aspek lain dari adanya kegiatan jual beli di pasar adalah masuknya retribusi
bagi
pendapatan kas daerah, uang kebersihan, jimpitan uang keamanan ronda, retibusi parkir (mokoginta, 1999). Pasar juga merupakan tempat penampungan bagi pedagang, yaitu tempat bagi para pedagang berkarya dan menghasilkan perputaran uang puluhan bahkan ratusan juta rupiah per hari. Di tempat inilah rakyat kecil bekerja mencari nafkah dan menggantungkan hidupnya. Dari pasar tradisional ribuan rakyat
berhasil mempertahankan hidupnya, bahkan dalam
badai krisis ekonomi yang berkepanjangan sekalipun.
9
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan , Nomor: 23/MPP/Kep/1/1998 tentang Lembaga Lembaga Usaha Perdagangan
15 2.1.5. Pengertian Kelembagaan Permodalan Kelembagaan keuangan informal “Bank Plecit”, adalah Badan Usaha Perseorangan yang bergerak di perkreditan tingkat mikro dengan bunga yang cukup tinggi dan biasanya berupa kredit harian. Maraknya operasi “bank plecit” di Pasar Bantul, secara aspek ekonomi sangat membebani perputaran uang bakul pasar. Mereka begitu ekspansif dan memikat, karena telah mengikat bakul pasar dengan iming-iming pinjaman mudah, dan dengan pendekatan kultural meskipun berbunga sangat tinggi yaitu 15% sampai dengan 20% per bulan. Nugroho (2001) memberikan argumen yang mendasari terjadinya realitas bahwa “bank plecit” selalu lebih populer daripada bank pemerintah adalah: (1)kurang atraktifnya lembaga finansial formal dalam berpraktek mencari nasabah daripada lembaga finansial informal. “Bank Plecit” lebih fleksibel dalam menjalankan prakteknya bahkan mengembangkan hubungan personal dengan nasabahnya sementara bank-bank resmi lebih bersifat “rasional” di mata para nasabah bakul pasar. Fleksibilitas merupakan hal penting dalam rangka menjaga hubungan “bank plecit” dan bakul pasar, misalnya adanya upaya “bank plecit” untuk memahami kondisi keuangan bakul pasar sehingga tidak jarang memberikan kesempatan menunda pembayaran hutang; (2) tidak adanya kepercayaan antara bank formal dan bakul pasar. Bank resmi selalu mengedepankan hal-hal yang formal, sedangkan ”Bank Plecit” menggali berbagai informasi dari orang-orang sekitar untuk mengetahui reputasi bakul pasar yang menjadi calon nasabahnya. Atas dasar ini transaksi hutang piutang dilakukan oleh kedua belah pihak atas dasar kepercayaan. Strategi lain yang diterapkan “bank plecit” adalah dengan merayu calon nasabah dengan pernyataan “lupakan cicilan yang penting bayar dulu bunganya” atau “bayarlah dengan apa saja apabila ti dak mampu”. Seorang pedagang tempe yang tidak mampu membayar cicilan dapat membayar bunganya saja. Kalau ia tidak mampu membayar cicilan, karena tidak memiliki uang tunai, dapat membayar dengan tempenya sebesar nilai cicilan yang diwajibkan “bank plecit”. PD BPR Bank Pasar Bantul adalah Badan Usaha Milik Daerah, dimana ketua Badan Pengawas dijabat oleh Sekretaris Kabupaten Bantul. Sejak kepemimpinan Bupati Bantul Drs.HM. Idham Samawi, BUMD ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ini bisa dilihat dari jumlah nasabah yang meningkat tajam maupun dari jumlah modal yang disetor oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Prestasi lain yang perlu dicatat adalah dikembangkannya
16 Kantor-kantor unit yang ada di 16 pasar di 17 Kecamatan di seluruh Kabupaten Bantul, sehingga tinggal 1 kecamatan dengan 1 pasar tradisional saja yang belum terlayani secara langsung oleh kantor unit yaitu Kecamatan Sedayu. Kelembagaan keuangan yang hadir pada komunitas bakul pasar baik bank pasar maupun “bank plecit”, mempunyai strategi yang berbeda dalam memperoleh nasabah. Bank pasar sebagai kelembagaan keuangan formal selalu memakai logika efisiensi dalam menjaring dan melayani nasabahnya. Dalam menjalankan operasinya bank pasar akan lebih memilih melayani sejumlah kecil nasabah dengan nomina l kredit yang tinggi daripada melayani kredit berskala kecil dengan jumlah nasabah yang banyak. Asumsi yang mendasari logika ini adalah bahwa melayani banyak nasabah dengan kredit kecil-kecil akan merepotkan bank atas kontrol terhadap nasabahnya sekaligus membebani administrasinya. Sebaliknya, bagi “bank plecit” melayani kredit berskala kecil dengan jumlah nasabah yang banyak lebih menguntungkan secara ekonomi daripada seperti apa yang dilakukan bank formal. Dengan melakukan hal seperti itu sebenarnya “bank plecit” telah mendistribusikan resiko kredit macet dengan cara yang sangat probabilistik. Kalau nasabah “bank plecit” hanya sedikit, kemudian kreditnya macet maka akan menderita kerugian besar, sedangkan bila nasabahnya banyak dengan kredit kecil sesuai dengan kemampuan finansial lapisan bawah, maka kemungkinan macet akan lebih kecil. Perhitungan “bank plecit” adalah seandainya ada kredit yang macet dan tidak mampu lagi membayar maka kerugian itu masih bisa ditutup oleh kelancaran pembayaran cicilan oleh nasabah yang lain. Ini merupakan strategi distribusi resiko yang dilakukan oleh “bank plecit”. Gambaran proses transformasi atau perkawinan antara lembaga dan cara kerja keuangan mikro berbentuk formal dan informal bisa dilukiskan melalui tiga pilihan prose s berikut (Bosch, 2002): 1. Upgrading,
Kelembagaan
Informal
yang
sudah
mulai
melaksanakan
pelayanan keuangan mikro mengembangkan kapasitas dan kelembagaannya sedemikian rupa sehingga menjadi kelembagaan keuangan. 2. Downgrading,
yaitu
konvensionalnya
apabila
sebagai
bank
bank
pengusaha mikro kalangan bawah.
formal
komersial
meninggalkan dan
mulai
pendekatan
melayani
klien
17 3. Modelling, menciptakan lembaga keuangan baru seperti yang dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional tertentu di negara lain sesuai dengan keinginan komunitas lokal. Contoh kasus seperti ini dilakukan oleh beberapa lembaga: CARE, CRS, Action Aid, FINCA, PLAN dll.
2.1.6. Teori Pertukaran Barang dan Jasa Pola pertukaran langsung antara dua pihak seperti “bank plecit” dengan bakul pasar, dimana kedua belah pihak terlibat dalam suatu hubungan timbal balik, cenderung untuk menekankan keseimbangan atau persamaan. Juga sering terdapat keterlibatan emosional yang mendalam pada kedua belah pihak terhadap satu sama lain (Levi -Strauss,1969) Menurut Sahlin (1974), terdapat tiga macam resiprositas, yaitu : resiprositas umum ( generalized reciprocity), resiprositas sebanding (balanced reciprocity ), dan resiprositas negatif (negative reciprocity ).
Dalam resiprositas
umum, individu atau kelompok memberikan barang atau jasa kepada individu atau kelompok lain tanpa menentukan batas waktu pengembalian sehingga masing-masing pihak percaya bahwa mereka akan saling memberi dan percaya bahwa barang atau jasa yang diberikan akan dibalas entah kapan waktunya. Resiprositas sebanding adalah pola pertukaran yang menghendaki barang atau jasa yang dipertukarkan mempunyai nilai yang sebanding. Resiprositas negatif adalah bentuk transformasi pertukaran yang ditunjukkan dalam masyarakat heterogen yang telah mengenal ekonomi uang atau biasa disebut sebagai pertukaran pasar. Ukuran keadilan menurut komunitas bakul pasar yang masih berada pada masyarakat petani, terdapat empat tingkatan (Scott,1976): (1) Taraf Hidup, bahwa pandangan penyewa mengenai keadilan dalam hubungan pertukarannya dengan tuan tanah bisa merupakan suatu pencerminan yang langsung dari taraf hidup
penyewa
itu.
Dengan
demikian
bila
suatu
sistem
sewa
yang
memungkinkan petani hidup relatif berkecukupan akan dianggap sebagai sistem yang baik sedangkan sistem yang hampir-hampir tak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan minimalnya akan dianggap eksploitatif; (2) Alternatif terbaik berikutnya, cara lain untuk menilai legitimasi tata hubungan penyewa dengan tuan tanah adalah dengan pertanyaan, kerugian apa yang akan diderita oleh penyewa apabila hubungan itu berakhir. Sampai dimana alternatif terbaik
18 berikutnya bagi dia akan lebih buruk ?; (3) Resiprositas atau pertukaran yang sepadan, tata hubungan antara penyewa dan tuan tanah akan dinilai eksploitatif atau tidak tergantung kepada soal apakah tata hubungan itu memenuhi norma resiprositas (Gouldner,1960). Pada hakekatnya ide moral yang terkandung di dalamnya adalah bahwa orang harus membalas “kebaikan atas dasar terimakasih sehingga pertukaran yang sepadan mendefinisikan suatu tata hubungan yang layak “. Menurut pandangan ini, hubungan tuan tanah–penyewa yang ditandai oleh resiprositas yang seimbang menimbulkan perasaan-perasaan terimakasih dan legitimasi sedangkan pertukaran yang tidak sepadan dan menguntungkan
tuan
tanah
akan
men imbulkan
kemarahan
moral
dan
ketidakadilan; (4) Harga yang adil dan Legitimasi (Blau,1961), konsep ini membedakan antara kurs pertukaran yang berlaku dan norma-norma mengenai nilai yang layak. Jarak antara keduanya merupakan kriteria untuk mengukur kelayakan atau ketidakadilan suatu tata hubungan. Suatu surplus di atas nilai yang layak dalam pertukaran menimbulkan respons yang mengabsahkan, suatu defisit mencetuskan perasaan dieksploitasi.
2.2.
Analisis
SWOT
Pengemb angan
Kelembagaan
Keuangan
yang
berorientasikan kepada Bakul Pasar Kelembagaan keuangan yang efektif dan berorientasi kepada bakul pasar yang dimaksud adalah kelembagaan keuangan yang berpihak kepada bakul pasar namun tetap memberikan manfaat dan keuntungan bagi “bank plecit” dan bank pasar. Bagi “bank plecit” akan memberikan manfaat dalam penyediaan modal, sedangkan bagi bank pasar akan memberikan manfaat dengan berkurangnya biaya transaksi dan adanya jaminan pengembalian kredit dari pemerintah lokal. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor internal maupun eksternal secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang
(opportunity),
namun
secara
bersamaan
dapat
meminimalkan
kelemahan (weakness) dan ancaman (threath). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi. Dengan demikian perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor
strategis
kelembagaan
(kekuatan,
kelemahan,
peluang
ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal inilah yang disebut
dan
dengan
19 analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti,1997). Prosedur untuk melakukan analisis SWOT dengan pendekatan kualitatif meliputi langkah-langkah sebagai berikut (Soesilo, 2002): 1. Identifikasi stakeholder utama Sebelum menjabarkan analisis SWOT dengan langkah-langkahnya maka yang paling utama harus diputuskan adalah siapakah yang menjadi stakeholder utama. Penentuan ini sangat penting untuk mencegah adanya konflik kepentingan dari masing-masing stakeholder, karena terdapat lebih dari satu stakeholder. Dalam tabel.1 berikut ini disajikan identifikasi stakeholder dalam kepentingannya masing -masing (Nugroho,2001). Tabe l.1 Stakeholder dan kepentingannya Stakeholder Bakul Pasar
Bank Pasar
“Bank Plecit”
Kepentingan dan Pengaruh Menjalankan aktivitas perdagangan dengan mengutamakan apa yang dianggap aman (safety first) dan dapat diandalkan daripada keuntungan yang dapat diperoleh dalam jangka pan jang. Mendapatkan dan melayani nasabah dengan memakai logika efisiensi yaitu dalam menjalankan operasinya bank pasar akan lebih memilih melayani sejumlah kecil nasabah dengan nominal kredit yang tinggi daripada melayani kredit berskala kecil dengan jumlah nasabah yang banyak. Mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya untuk kepentingan distribusi resiko dan optimalisasi profit.
2. Identifikasi lingkungan eksternal EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) merupakan faktor-faktor di luar kelembagaan yang merupakan peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats), yang memiliki elemen-elemen yang meliputi (Soesilo, 2002): §
Lingkungan sosial, yaitu: politik, ekonomi, sosial, teknologi yang merupakan faktor makro dan trend makro yang tidak hanya mengenai organisasi tetapi juga berlaku bagi tiap orang.
§
Lingkungan tugas termasuk faktor/trend yang berkait langsung dengan misi organisasi yaitu: kompetisi, produk baru/ proses, perubahan kekuatan/ kebutuhan stakeholder.
20 Proses untuk menganalisa lingkungan eksternal (Soesilo, 2002): a. Memeriksa lingkungan: fokus mengumpulkan investigasi. b. Perencanaan skenario dalam rangka memfokuskan diri mencari informasi terbaik untuk merumuskan strategi. Dalam memeriksa lingkungan dapat dicapai beberapa manfaat: §
Memberikan masukan tentang lingkungan kompetitif yang memberi informasi strategik dan memberi panduan perumusan strategi.
§
Menantang asumsi umum tentang lingkungan kompetitif
§
Membuat ramalan perkembangan masa depan dalam lingkungan kompetitif
§
Mengidentifikasikan dan mengkompensasikan kelemahan kompetitif yang terbuka
§
Menentukan kapan strategi tak dapat dipertahankan atau dilanjutkan
§
Memberi indikasi kapan dan bagaimana strategi harus disesuaikan terhadap lingkungan kompetitif yang berubah. Adapun
sumber informasi yang dapat dipakai dalam investigasi
lingkungan yaitu: § §
Informasi yg telah dikumpulkan oleh orang-orang Koran lokal
§
Informasi dari pemerintah
§ § §
Data Base Informasi pelanggan & pemasok Informasi tentang pesaing
3. Identifikasi lingkungan internal IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary ) merupakan faktor-faktor di dalam kelembagaan yang merupakan kekuatan (Strength) yang memberikan daya dukung pengembangan kelembagaan maupun kelemahan (Weakness) yang menjadi penghambat (Rangkuti, 1997). Dalam sektor publik maupun swasta, analisis internal memiliki elemen-elemen yang berhubungan dengan: produk organisasi, pelayanan, struktur, sumberdaya (keuangan, tenaga kerja, teknologi dan informasi), prosedur, budaya, strategi saat ini (Soesilo, 2002). Pada saat membuat analisis internal lazim dipakai pembobotan, yang bermaksud menilai berat tidaknya permasalahan yang dihadapi stakeholder. Makin besar nilai bobot, berarti
makin
berat
permasalahan
yang
harus
diselesaikan.
Untuk
21 menentukan besarnya nilai bobot dapat dilakukan melalui survey dengan kuesioner atau dengan brainstorming secara terencana. Total bobot analisis internal adalah 1,00 karena dianggap sebagai satu kesatuan yang utuh dan sudah dilakukan upaya standarisasi. Selain bobot, faktor -faktor internal juga diukur tingkat urgensinya. Hal ini untuk menentukan penting atau tidaknya permasalahan dari segi waktu penanganannya. Makin segera harus ditangani maka tingkat urgensinya semakin besar. 4. Memetakan interaksi SWOT Setelah analisis faktor internal dan eksternal, langkah selanjutnya adalah memetakannya dengan cara mengawinkan elemen internal dengan eksternal sehingga didadaptkan empat alternatif strategi sepeti ditampilkan tabel berikut: Tabel.2 Interaksi SWOT EFAS
O
T
S
Strategi SO
Strategi ST
W
Strategi WO
Strategi WT
IFAS
a. Strategi SO Strategi ini adalah yang paling murah karena dengan bekal yang paling sedikit
dapat
didorong
kekuatan
yang
sudah
ada
untuk
maju
(mengandalkan kekuatan komparatif). Pertimbangan yang dipakai adalah pendekatan utilitarian yang berupaya memaksimalkan utility atau tingkat institusi
dari
kekuatan
dan
kesempatan
yang
telah
ada
untuk
pertumbuhan. b. Strategi ST Strategi ini agak lebih mahal karena dengan bekal yang paling sedikit dapat diatasi ancaman yang ada untuk maju sehingga harus dilakukan mobilisasi. Mobilisasi issue menghadapi 2 pilihan yaitu: §
Melawan ancaman, memelihara status quo (tak begeming)
§
Merubah ancaman menjadi kesempatan atau merubah status quo
c. Strategi WO Adalah strategi investasi (pemerataan) atau divestasi (subsidi) yang lebih sulit karena orientasinya adalah memihak pada kondisi yang paling lemah
22 tetapi dimanfaatkan untuk menangkap peluang. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan pertumbuhan tetapi dari yang ter lemah. Dalam hal investasi/divestasi memiliki 3 pilihan yaitu : §
Melakukan investasi di program yang menjadi titik lemah yaitu dengan cara merubahnya menjadi kuat sehingga memiliki keunggulan komparatif.
§
Divestasi (tidak melakukan investasi) sehingga kesempatan tersebut menjadi hilang.
§
Status quo , menunggu sampai situasi membaik.
d. Strategi WT Adalah strategi yang paling sulit, karena orientasinya adalah memihak pada kondisi yang paling lemah atau paling terancam sehingga yang dilakukan adalah mengontrol kerusakan agar tidak semakin parah (defensif). Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan pertahanan yaitu bahwa ada upaya institusi untuk meminimalkan sesuatu yang membawa kerugian akibat adanya kelemahan dan ancaman. 5. Klasifikasi issue Dalam membuat klasifikasi issue terdapat empat strategi umum seperti tampak pada tabel berikut. Tabel.3 Klasifikasi issue EFAS IFAS
O
T
S
Keunggulan Komparatif
Mobilisasi
W
Investasi/ Divestasi
Kontrol kerusakan
6. Klarifikasi issue Setelah berbagai issue diklasifikasikan langkah selanjutnya adalah mengklarifikasikannya seperti disajikan dalam tabel berikut. Tabel.4 Klarifikasi issue O S Kekuatan kini (amat pasti) Kekuatan potensial (kurang pasti)
Paling pasti (menjanjikan)
Kurang pasti
Keunggulan komparatif tertinggi
Lebih diperlukan analisa kesempatan Keunggulan komparatif terendah
Diperlukan analisis investasi
23 7. Urgensi prioritas issue Langkah ini perlu dilakukan karena kita tidak bisa mengerjakan semua pekerjaan sekaligus sehingga per lu dianalisis dalam SWOT. Ini penting karena kita harus memilih dengan memakai kriteria apakah memiliki elemen sebagai berikut: § § § §
2.3.
Sentral Penting Kemampuan kontrol Biaya
§ § § §
Pandangan umum Pervasif Dampak nilai dasar Apa yang dilakukan pesaing
Kerangka Pemikiran Teoritis Hubungan ketiga kelembagaan bakul pasar, ”bank plecit” dan bank pasar
ini memang sangat diperlukan, tentu saja dengan tetap mempertahankan cara kerja informal atau non konvensional dalam menjangkau bakul pasar. Asumsi ini berdasarkan pengalaman bahwa komunitas bakul pasar tidak memiliki akses kredit dari lembaga keuangan formal karena tidak mampu menyediakan agunan, skala kredit yang diperlukan terlalu kecil untuk bank komersial, dan jarak lembaga keuangan formal tersebut terlalu jauh dengan masyarakat dan mata pencaharian tidak menjamin kepastian pengembalian atau beresiko tinggi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas dari model kelembagaan keuangan yang berorientasi kepada bakul pasar adalah: faktor internal dan fakto r eksternal dari masing-masing kelembagaan bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar. Apabila faktor-faktor ini dapat dikembangkan ke arah yang lebih positif, maka diharapkan kelembagaan keuangan yang berorientasi kepada bakul pasar benar-benar efektif dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi bakul pasar.
2.4.
Kerangka Pemikiran Operasional Sebelum melakukan berbagai kegiatan pengembangan bakul pasar,
terlebih dahulu akan dilakukan penelitian mengenai praktek “bank plecit” di pasar Bantul. Hubungan sosial ekonomi seperti apa yang begitu kuat terjadi antara bakul pasar dengan “bank plecit” dalam transaksi pinjam meminjam uang? Faktor-faktor sosial budaya apa yang mendukung pelembagaan praktek “bank plecit” di pasar Bantul ? Metode apa yang digunakan oleh para “bank plecit”
24 untuk memikat bakul pasar menjadi nasabahnya? Benarkah “bank plecit” berperilaku sebagai lintah darat atau mereka justru sebagai “helpers in need” kebutuhan bakul pasar akan uang tunai secara instan yang tidak bisa dipenuhi oleh institusi finansial formal? Setelah
pertanyaan-pertanyaan
di
atas
terjawab
melalui
metode
penelitian survey, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal diantara ketiga stakeholder dan selanjutnya dilakukan analisis dengan metode SWOT. Berdasarkan data dari responden secara individual dan hasil analisis SWOT tersebut, akan dipilih strategi pengembangannya. Penjabaran dari strategi tersebut selanjutnya didiskusikan oleh ketiga stakeholder dengan metode FGD (Focus Group Discussion) untuk merumuskan program pemberdayaan bakul pasar tradisional desa Bantul. Secara skematis kerangka pemikiran teoritis dan operasional seperti disajikan dalam gambar 2. Gambar 2 Kerangka Pemikiran Pemberdayaan Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul Transformasi Kelembagaan Keuangan
FAKTOR INTERNAL
ANALISIS SWOT
Tidak Efektif
Tidak Efektif
Bank Pasar
TUJUAN
“Bank Plecit” - Profit Sharing tidak adil - Bunga yg terlalu tinggi
Program Pengembangan Kelembagaan Keuangan Yang EFEKTIF dan BERORIENTASI kepada Bakul Pasar
Bakul Pasar Tidak Berdaya F GD
FAKTOR EKS TERNAL
Keterangan Gambar: : tata hubungan dua arah antar kelembagaan : proses kajian : faktor pengaruh
PEMBERDAYAAN BAKUL PASAR
III. METODE KAJIAN
3.1.
Lokasi, Waktu & Komunitas Subyek Kajian
3.1.1. Lokasi Lokasi kajian dilaksanakan di Pasar Bantul, Desa Bantul, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Lokasi ini dipilih karena beberapa alasan sebagai berikut: 1. Maraknya praktek “Bank Plecit” di Pasar Bantul dengan jumlah sekitar 25 pengusaha (300 “Bank Plecit” di pasar-pasar tradisional seluruh Kabupaten Bantul10) dan dana yang berputar sekitar Rp 27 Miliar selama tahun 200211. 2. Pasar Bantul adalah pasar terbesar baik secara kuantitas maupun kualita s barang yang diperjualbelikan dan Bantul merupakan salah satu penyangga aktivitas sosial, ekonomi dan budaya antara Yogyakarta dan KecamatanKecamatan di Kabupaten Bantul. 3. Pemerintah Kabupaten Bantul telah menaruh perhatian pada nasib para baku l pasar namun baru sebatas pemberian kredit dengan bunga jauh lebih ringan dari “Bank Plecit” dan belum melakukan kajian-kajian lebih dalam permasalahan bakul pasar tradisional. Alasan-alasan tersebut diharapkan agar kajian membawa implikasi terhadap hasil kajian agar dapat digeneralisasikan pada lokasi lain yang mempunyai karakteristik lokasi hampir sama.
3.1.2. Waktu Waktu Penyusunan Kajian Pengembangan Masyarakat dilaksanakan pada Bulan Juni s/d Agustus 2005. Penentuan Waktu didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1. Pada bulan-bulan tersebut adalah mulai tahun ajaran baru dimana keuangan para bakul pasar pada posisi paling sulit bukan karena sepi pembeli namun karena harus membiayai anak-anak masuk sekolah. 2. Di
sisi
lain
bulan
tersebut
jug a
masa
dimana
anak-anak
sekolah
berdarmawisata sehingga biasanya juga akan mendongkrak penjualan bahan 10 11
Kompas, Jum’at 5 Maret 2004 Drs. HM. Idham Samawi, Kompas, edisi Sabtu, 10 Mei 2003
25
26 makan yang menuntut ketersediaan barang dagangan lebih banyak dari biasanya maka diperlukan tambahan modal usaha untuk berjualan.
3.1.3. Komunitas Subyek Kajian Komunitas Komunitas subyek kajian adalah komunitas bakul pasar tradisional yang menggantungkan hidupnya di pasar Bantul, dengan ka rakteristik sebagai berikut: (1)Pedagang informal skala kecil baik dari sisi aset maupun modal kerja, yang mengembangkan pengetahuannya berdagang berdasarkan pengalaman tanpa dibekali ilmu yang memadai; (2)Tidak memiliki badan usaha dan melakukan kegiatan perdagangan barang dan/ atau jasa dalam skala kecil yang dijalankan oleh pengusahanya sendiri berdasarkan azas keke luargaan; (3)Memiliki modal usaha di luar tanah dan bangunan tempat usaha tidak lebih dari Rp. 5.000.000,(lima juta rupiah);
3.2.
Data & Metode Pengumpulannya
3.2.1. Jenis Data Kelanjutan dari kegiatan praktek lapangan I (Pemetaan sosial) dan praktek la pangan II (Evaluasi program pengembangan masyarakat)
adalah
kajian lapangan. Data yang digunakan dalam kajian lapangan merupakan sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer merupakan data yang diperoleh melalui; responden: bakul pasar, bank pasar dan ”bank plecit”, informan: Lurah Pasar dan Lurah Desa Bantul. Data yang diperlukan dari bakul pasar antara lain: profil bakul pasar, ukuran keadilan dan nilai pertukaran, informasi tentang jumlah bakul pasar yang kreditnya macet. Data yang diperlukan dari Bank Pasar antara lain: data tentang program kredit anti rentenir, syarat pemberian kredit, jangkauan program kredit anti rentenir. Data yang diperlukan dari ”bank plecit” antara lain: aturan main pemberian kredit oleh ”bank plecit”, etika yang berlaku antar ”bank plecit” yang beroperasi di pasar Bantul. Sumber data sekunder seperti dokumen desa diperoleh dari kepala desa, seketaris desa, dan ketua paguyuban bakul pasar. Data yang diperlukan antara lain; peta desa, jumlah penduduk, pendidikan warga, jenis mata pencaharian, statistik tentang bakul pasar. Kegiatan yang dilakukan dalam prose s kajian lapangan antara lain: pengamatan berperanserta merupakan proses mengamati
27 perilaku anggota komunitas bakul pasar menunjuk pada kegiatan yang diteliti dan berperan sebagai anggota komunitas. Tabel 5 Tujuan, Metode Pengumpulan Data, Data yang Diambil, dan Sumber Data. No.
Tujuan
1.
Mengidentifikasi pola hubungan pertukaran yg terjadi pd praktek “bank plecit” Memahami & menganalisis mekanisme kerja kelembagaan keuangan bank pasar & “bank plecit”
2.
3.
4.
Data Yang Diperlukan
§ § § § §
Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal kelembagaan keuangan bank pasar, “bank plecit” dan bakul pasar.
§
Menyusun program pemberdayaan bakul pasar tradisional Desa Bantul
§ § §
Sumber
Profil bakul pasar & “bank plecit” Ukuran keadilan dan nilai pertukaran
Bakul Pasar “Bank Plecit” Bank Pasar
Syarat -syarat untuk mendapatkan kredit Kelemahan dan kelebihan fasilitas kredit Toleransi dan kebijaksanaan pembayaran angsuran
§ §
Hasil wawancara individual mengenai Faktor Internal dan Faktor Eksternal masing-masing stakeholder
Bank Pasar “Bank Plecit” Bakul Pasar
Strategi pengembangan Solusi dan penanganan masalah Kriteria dan cara kerja penanganan masalah
Bank Pasar “Bank Plecit” Bakul Pasar
§ §
Bakul Pasar Pelaku “Bank Plecit” Karyawan Bank Pasar Lurah Pasar
§ §
Metode
Rekaman
Wawancara Mendalam Observasi
Catatan harian
Wawancara Mendalam (Data Primer)
§ Wawancara §
mendalam Analisis SWOT
FGD berdasarkan hasil analisis SWOT
Catatan harian
Catatan harian
Catatan harian
3.2.2. Teknik Analisis Data Dalam menyusun kajian lapangan pengkaji menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data kuantitatif dilakukan dengan Analisis SWOT dan Focus Group Discussion sedangkan data kualitatif dilakukan dengan cara : 1. Reduksi data merupakan data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Laporan tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, disusun lebih si tematis, sehingga mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1995). Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah pengkaji untuk mencari kembali data yang diperlukan.
28 2. Penyajian data merupakan sekumpulan data dan informasi, untuk melihat gambaran keseluruhannya atau bagian-bagian tertentu dari kajian tersebut, maka dibuat matriks, grafik, jaringan dan bagan, dengan demikian pengkaji dapat menguasai data. 3. Kesimpulan merupakan proses menemukan makna data, mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya.
Ketiga macam kegiatan analisis yang disebut diatas saling berhubungan dan berlangsung terus selama kajian dilakukan.
3.3.
Tahap-Tahap Penyusunan Program Untuk menjabarkan tahap-tahap pelaksanaan penelitian dan kegiatan
pengembangan komunitas bakul pasar mulai dari wawancara individual sampai dengan
penyusunan
program
secara
partisipatif
maka
disusun
matriks
sebagaimana tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6 Tahap-Tahap Penyusunan Program NO 1.
KEGIATAN & METODE Penelitian pola hubungan yg terjadi antara bakul pasar dan “bank plecit”
SASARAN a. Bakul Pasar
KRITERIA
§
Metode : wawancara mendalam secara individual
§ §
b. “Bank Plecit”
a. “Ban k Plecit”
Orang yang menawarkan kredit mikro jangka pendek tanpa jaminan dengan bunga sekitar 20% per periode dan biasanya berupa kredit harian kepada bakul pasar § Jumlah responden 10% dari populasi Karyawan Bank Pasar yang melayani nasabah bakul pasar Bantul Sama dengan di atas
b. Bank Pasar c. Bakul Pasar d. Lurah Pasar
Pimpinan unit bank pasar Bantul Sama dengan di atas Kepala manajemen pasar Bantul
c. Bank Pasar 2.
Penelitian Mekanisme kerja “bank plecit” dan bank pasar Metode : wawancara mendalam secara individual
§ §
Pedagang informal di pasar Bantul dengan keterbatasan aset maupun modal kerja, yang mengembangkan pengetahuannya berdasarkan pengalaman tanpa dibekali ilmu yang memadai Tidak memiliki badan usaha dijalankan oleh pengusahanya sendiri berdasarkan azas kekeluargaan Memiliki modal usaha di luar tanah dan bangunan tempat usaha tidak lebih dari Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) Jumlah responden 10% dari populasi
29
3.
4.
Identifikasi faktor-faktor Internal dan Eksternal Metode : a) wawancara mendalam secara individual untuk melakukan analisis SWOT b) Diskusi kelompok untuk menentukan bobot dan ranking hasil analisis SWOT secara individual c) FGD, untuk merumuskan strategi pengembangannya Menyusun program pemberdayaan bakul pasar tradisional secara partisipatif Metode: FGD
a. Bakul Pasar b. “Bank Plecit” c. Karyawan Bank Pasar
Dipilih yang telah mengikuti tahap -tahap sebelumnya
a. Bakul Pasar b. “Bank Plecit” c. Karyawan Bank Pasar d. Lurah Pasar
Dipilih yang telah mengikuti tahap -tahap sebelumnya
IV. PEMETAAN SOSIAL
4.1.
Lokasi Lokasi yang dipilih sebagai tempat melakukan studi Kajian Komunitas
adalah Pasar Tradisional Desa Bantul Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul dengan alasan: Desa Bantul merupakan jantung kota Bantul dimana merupakan pusat berbagai kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Sehingga diharapkan mampu mencerminkan aktivitas ekonomi dan pemerintahan yang mewakili setiap wilayah lain di Kabupaten Bantul. Desa Bantul merupakan salah satu desa di wilayah administrasi Kecamatan Bantul yang ter dekat, memiliki Kondisi Geografis luas wilayah desa ± 524.000 Ha dengan topografi tanah secara keseluruhan adalah dataran rendah dan suhu udara rata-rata 32ºC. Komposisi penggunaan lahan terbagi atas sawah dan ladang 51,87 % (269,837 Ha), selanjutnya pemukiman 33,76 % (175,606 Ha), kemudian jalan 8,60 % (44,72 Ha), bangunan umum 3,93 % (20,45 Ha) dan lain-lain (pekuburan, jalur hijau, dsb) 1,84 % atau 9,58 Ha.
Gambar 3 Prosentase Komposisi Penggunaan Lahan di Desa Bantul Tahun 2003
Komposisi Penggunaan Lahan
Jalan 9%
Bangunan Umum 4%
Pemukiman 34%
Sawah & Ladang Jalan Pekuburan, Jalur Hijau dll
Pekuburan, Jalur Hijau dll 2% Sawah & Ladang 51%
Pemukiman Bangunan Umum
Sumber: Data Monografi Desa Bantul Tahun 2003
30
31 Batas Teritorial Desa Bantul meliputi; sebelah utara berbatasan dengan Desa Pendowoharjo; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Palbapang dan Desa Ringinharjo; sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ringinharjo dan Guwosari serta se belah Timur berbatasan dengan Desa Trirenggo dan desa Pendowoharjo. Secara lengkap, peta desa Bantul seperti disajikan dalam gambar 4 berikut ini.
Gambar 4 Peta Desa Bantul Tahun 2003
* Tegal Dowo
Utara * Grujugan
* Kali Gawe * Geblag
DESA GUWOSARI
* Kersen
* Melikan Lor
* Teruman * Babadan
DESA PENDOWOHARJO
* Bantul Warung
* Kuwiran * Gandekan * Kurahan
DESA RINGINHARJO
* Pedak * Nyangkringan
* Bantul Krajan * Badegan
DESA TRIRENGGO
* Bejen * Karang Anom * Karang Gayam
DESA PALBAPANG SKALA 1:20.000
Sumber: Data Monografi Desa Bantul Tahun 2003
* Jebugan * Serayu
32 Jarak Fisik Desa Bantul dari Ibukota Kecamatan hanya 100 m, dari Ibukota Kabupaten hanya 1 km dan dari Ibukota Propinsi hanya ± 15 km dengan waktu tempuh kurang dari 30 menit dengan kendaraan umum. Jarak fisik antara Desa Bantul dengan ibukota Propinsi cukup dengan biaya kira—kira Rp. 2.500. Ciri fisik lain yang menjadi ciri khas dari Kota Bantul adalah aktivitas masyarakat pada pagi hari dan sore hari. Pada pagi hari, masyarakat Bantul berduyun-duyun berangkat sekolah, bekerja dan melakukan aktivitas yang lain sebagian be sar dilakukan ke arah utara yaitu wilayah kota Yogyakarta dengan menggunakan alat transportasi paling dominan adalah sepeda, sebagian sepeda motor dan sebagian kecil kendaraan roda empat. Kepadatan lalu lintas ini akan kembali terjadi pada saat sore hari dimana para penglaju ini kembali ke rumah masingmasing setelah seharian melakukan aktivitas di Kota Yogyakarta dan sekitarnya.
4.2.
Kependudukan Berdasarkan data Monografi Desa Bantul, komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin dapat dilihat seperti gambar Piramida Penduduk berikut ini. Gambar 5 Piramida Penduduk Desa Bantul Tahun 2003
75 + 70 - 74 65 - 69 60 - 64
?
?
55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1
2
3
4
Penduduk dalam 100 Sumber : Monografi desa Bantul Tahun 2003
5
6
7
8
33 Dilihat dari Gambar 5 nampak bahwa jumlah penduduk usia 0-4 tahun cukup tinggi yaitu 1.433 orang dari jumlah penduduk seluruhnya 14.820 orang pada tahun 2003. Bentuk piramida penduduk Desa Bantul masuk pada bentuk piramida tipe 5 (Thompson, 1965) yang mengindikasikan turunnya reit kelahiran disamping mengalami juga reit kematian yang rendah. Tingkat
Rasio
Beban
Tanggungan
penduduk
produktif
terhadap
masyarakat Desa Bantul adalah 47,39%. Hal ini mengindikasikan setiap 100 orang penduduk Desa Bantul ditanggung oleh 47 orang usia produktif. Namun pada realitanya di lapangan dari 7023 orang usia produktif yang masuk angkatan kerja dan mendapat pekerjaan ada lah 5468 orang dan terdapat pengangguran sejumlah 960 orang sehingga penduduk bukan angkatan kerja 595 orang. Maka Reit Partisipasi angkatan kerja dapat ditentukan yaitu sejumlah 56,03 %. Jumlah pengangguran yang cukup tinggi yaitu hampir 1000 orang sudah pasti menimbulkan masalah tersendiri. Sebagian besar diantaranya terjun sebagai buruh musiman atau harian baik itu buruh tani atau bekerja di sektor informal di kota Yogyakarta. Jumlah Penduduk tertinggi adalah usia produktif yaitu 25-29 tahun ini dimungkinkan karena lokasi Desa Bantul yang terletak di pusat kota Bantul sehingga lebih banyak terjadi Migrasi Masuk daripada Migrasi Keluar. Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk Desa Bantul cukup tinggi dengan prosestase terbesar adalah penduduk yang lulus SLTA sebesar 39 %, selanjutnya lulus SLTP 32%, kemudian Sekolah Dasar 21%, akademi 5 % dan bahkan terdapat 3 % diantaranya telah mencapai jenjang kesarjanaan mulai dari S1 sampai dengan S3. Dari sisi ketersediaan sumberdaya manusia, tentusaja sudah sangat memadai, yang masih menjadi masalah adalah bagaimana memberdayakan sumberdaya manusia yang ada agar dapat memberikan kontribusi yang positif dalam rangka pelaksanaan proses pembangunan.
34 Gambar 6 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bantul Tahun 2003
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2003 S1-S3 206 3%
D1-D3 350 5%
SD 1440 21%
SLTA 2650 39%
SLTP 2202 32%
Sumber: Data Monografi Desa Bantul Tahun 2003
4.3.
Sistem Ekonomi Meskipun Desa Bantul terdapat di pusat kota Bantul, namun sebagian
besar penduduknya masih menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian seperti terlihat pada grafik berikut ini.
Gambar 7 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bantul Tahun 2003
KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN Pensiunan 157 3%
Jasa 200 4%
PNS 381 7%
TNI 456 8%
Karyawan Swasta 127 2% W.swastawan 317 6%
Buruh Tani 2150 39% Tukang 250 5%
Sumber: Data Monografi Desa Bantul Tahun 2003
Petani 1430 26%
35 Dari Gambar 7 nampak jelas bahwa sektor pertanian masih memainkan peran yang penting dalam mendukung perekonomian sebagian besar rumah tangga di Desa Bantul, meskipun produktivitas dari sektor ini cenderung stagnan. Hal ini menunjukkan pula bahwa keberadaan sektor informal relevan dengan pengembangan perekonomian lokal. Aktivitas informal ini termasuk di dalamnya adalah aktivitas perdagangan di Pasar Bantul (Nugroho, 2001).
4.4.
Sumberdaya Lokal Apabila dilihat dari sisi luas lahan, sebenarnya Desa Bantul memiliki
lahan sawah dan ladang yang cukup dapat diandalkan ke suburan dan pengairannya. Namun seiring berjalannya waktu sawah-sawah tersebut beralih statusnya menjadi pekarangan dan selanjutnya dalam waktu yang tidak lama akan didirikan bangunan-bangunan di atasnya. Akselerasi Pembangunan Desa Bantul semakin hari semakin kentara meninggalkan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada sektor pertanian. Ini tentu saja membawa dampak perubahan status lahan-lahan pertanian menjadi lahan-lahan pemukiman. Bahkan tanah sawah kas Desa yang semula ditanami padi pun berubah fungsi menjadi bangunan-bangunan ruko yang secara ekonomis lebih menguntungkan dan mendatangkan hasil finansial lebih cepat daripada untuk pertanian.
4.5.
Kondisi Sosial Budaya Aktivitas sosial ekonomi di desa Bantul menunjukkan bahwa dualisme
budaya masih cukup berpengaruh. Hal ini tercermin dalam pembagian aktivitas subsisten dan aktivitas komersial. Aktivitas subsisten diwakili dengan pertanian rakyat desa Bantul, sedangkan aktivitas komersial menjelma pada institusiinstitusi finansial, perdagangan dan kegiatan bisnis lainnya. Dalam se ktor permodalan, institusi-institusi finansial juga tersegmentasi dalam dua kategori, yaitu institusi finansial formal dan institusi finansial informal. Kedua institusi ini dalam prakteknya kedua kelembagaan tersebut tidak terpisah secara kaku, tetapi kadang-kadang memiliki hubungan yang secara timbal balik saling menguntungkan, misalnya: bank pasar memberikan pinjaman kepada “bank plecit”. Hal ini berarti bahwa mereka membagi keuntungan melalui pembagian tingkat bunga.
36 Ada kecenderungan, bahwa institusi finansial formal digunakan oleh sebagian besar anggota komunitas yang berasal dari pelapisan menengah ke atas, sedangkan institusi finansial informal lebih sering digunakan oleh kelas bawah. Hal ini sejalan dengan pernyataan ibu Parti (45 tahun) pedagang pakaian di pasar Bantul sebagai berikut. Menawi “bank plecit” sak menika kantun ngladosi bakul pasar ingkang alit-alit mas. Amargi bakul pasar ingkang sampun pengalaman langkung remen pados sambutan wonten bank ingkang resmi kados bank pasar menika. Njih kejawi bunganipun langkung ringan ugi langkung terjamin mas. Pada saat ini “bank plecit” tinggal melayani bakul pasar yang kecil-kecil, karena bakul pasar yang sudah berpengalaman akan memilih bank-bank formal seperti bank pasar. Kecuali karena bunganya lebih murah juga karena lebih terjamin. Seperti sudah dibahas di awal, masyarakat Bantul sebenarnya sedang mengalami proses transisi dari masyarakat petani yang berorientasi subsisten ke arah masyarakat yang semakin berorientasi komersial atau mencari keuntungan. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa selain nilai-nilai tradisional yang tetap ada dan dijaga kelestariannya berdampingan dengan oreintasiorientasi budaya baru. Max Weber (1978) mengungkapkannya dalam Teori Modernisasi bahwa masyarakat tradisional adalah masyarakat komunal dan masyarakat modern adalah masyarakat individualis. Masyarakat tradisional berorientasi pada “rasionalitas nilai” sedangkan masyarakat modern berorientasi pada “rasionalitas instrumen”. Dalam masyarakat transisional Ban tul, yang semakin ditarik ke dalam ekonomi pasar, kedua tipe rasionalitas tersebut tetap ada dan sangat menentukan dalam setiap proses interaksi sosial.
V. PROFIL USAHA BAKUL PASAR
5.1.
Karakteristik Bakul Pasar Meskipun sebagian besar masyarakat Desa Bantul, yaitu sekitar 65%
tergantung pada sektor pertanian, sektor perdagangan memainkan peranan yang cukup penting dalam penyerapan surplus tenaga kerja dan hasil pertanian baik dari dalam maupun luar desa Bantul. Realita ini dapat disimpulkan dari frekuensi aktivitas perdagangan yang tinggi di pasar Bantul. Selain itu, ada 29 pasar tradisional di seluruh Kabupaten Bantul. Sedangkan pasar sentral yang berada di pusat kota Bantul ini memiliki aktivitas yang berlangsung setiap hari, dari pukul 02.00 WIB dinihari sampai dengan pukul 17.00 WIB dan mengalami puncak keramaian pada pasaran Kliwon. Beberapa bakul pasar memiliki tempat permanen di pasar yaitu sebuah "kios", "los" atau "tlasaran", tetapi ada juga yang hanya menggunakan kotakkotak gerobak untuk menyimpan barang dagangan yang diinapkan di dalam pasar atau di rumah penduduk sekitar pasar. Komoditi yang dijajakan tidak melulu hasil pertanian namun juga pro duk-produk industri. Disamping itu juga dapat ditemukan para pedagang kecil yang datang hanya dengan berjalan kaki atau naik sepeda. Mereka setiap hari pulang pergi, tidak menyimpan barang dagangannya ke dalam kotak dan diinapkan karena menganggap biayanya terlalu mahal bagi mereka. Oleh karena itu mereka harus membawa barang dagangannya setiap hari ke pasar dan membawa pulang sisanya pada sore hari. Tipe pelanggan bakul pasar dapat dikategorikan menjadi dua tipe. Tipe pertama mereka yang datang hanya dengan berjalan kaki atau kendaraan pribadi untuk berbelanja bagi keperluan pribadi saja. Tipe kedua adalah pelanggan yang datang membeli barang dagangan untuk dijual lagi (kulakan) di rumah atau pasar lain di desa-desa. Di kalangan bakul pasar, pelapisan sosi al yang ada adalah berdasarkan jenis dagangan, asset yang dimiliki dan lokasi tempat berjualan. Dengan demikian berdasarkan lokasi berjualan, maka pedagang daging di los daging mendapat posisi pelapisan yang lebih tinggi dibanding sesama pedagang daging yang hanya menempati tlasaran dengan asumsi, pedagang yang menempati los atau kios biasanya memiliki omset penjualan yang lebih besar daripada yang hanya menempati tlasaran.
37
38 Gambar 8 Pelapisan Sosial yang ada di pasar bantul menurut tempat berjualan Kios
1 2
Los
Tlasaran
3 4
Ideran
Sumber: Data Penelitian
Seperti nampak dalam gambar 8 , pelapisan terbawah ditempati bakul ideran, pedagang yang satu ini tidak memiliki tempat berjualan yang tetap di dalam pasar. Di samping jenis dagangannya yang biasanya berupa makanan atau minuman, dari sisi jumlah barang yang diperdagangkan biasanya hanya sedikit dikarenakan ia harus berjalan berkeliling dari satu sudut pasar ke sudut yang lain. Pelapisan di atasnya adalah bakul yang menempati tlasaran baik di dalam pasar atau di luar pasar. Jumlah barang yang diperdagangkan lebih banyak daripada bakul ideran sehingga harus mengambil tempat di dalam maupun di luar pasar untuk menggelar dagangannya. Jenis barang dagangan yang diperjualbelikan biasanya adalah buah-buahan, sayur mayur, jajan pasar tradi sional, daging ayam, ikan, dsb. Bakul pasar berikutnya, yang paling mendominasi dari sisi jumlahnya adalah bakul yang menempati los-los di dalam pasar. Pedagang ini sudah mengenal persediaan atau stok barang di tempat berjualan. Dari sisi permodalan, sudah pasti bakul ini membutuhkan lebih banyak modal untuk membeli persediaan barang. Jenis dagangan sangat beraneka mulai dari kelontong, tekstil, pakaian jadi, alat rumah tangga, sembako, sayur mayur, buah-buahan, bumbu dapur dsb. Komunitas bakul yang menempati pelapisan teratas adalah yang menempati kios-kios di sekeliling pasar. Jenis dagangan yang diperjualbelikan lebih terbatas antara lain kelontong, hasil pertanian, tekstil, sepeda, dan sarana pertanian. Pedagang disini harus mengeluarkan modal yang lebih besar lagi.
39 Dikarenakan mereka harus membeli kios pada waktu renovasi pasar sekitar tahun 1992 yaitu berkisar Rp. 25 juta sampai dengan Rp. 35 juta untuk kios ukuran 4 X 4 meter. Disamping masih harus membayar retribusi pasar yang dibayarkan setiap bulan. Adapun komposisi bakul pasar dan jumlah retribusi yang harus dibayar untuk masing-masing lapisan adalah sebagai berikut.
Gambar 9 Komposisi Bakul Pasar Berdasarkan Tempat Berjualan Dan Jumlah Retribusi Tahun 2004 Komposisi Bakul Pasar Berdasarkan Tempat Berjualan Los & Jumlah Retribusi
Kios Rp. 175 /m2 per hari 185 org 15%
Rp. 125/m2 per hari 842 org 67%
Plataran Rp. 40/m2 per hari 221 org 18%
Unsur utama pelapisan sosial di komunitas bakul pasar adalah seperti telah dikemukakan di muka yaitu jenis dagangan, asset yang dimiliki dan lokasi tempat berjualan. Selain itu, unsur-unsur lain yang juga menjadi pertimbangan dan turut menentukan posisi sosial bakul pasar antara lain adalah ideologi, agama, suku, ras, politik/kepartaian, usia dan jenis kelamin. Dari berbagai unsur tersebut, yang paling dominan adalah unsur keagamaan. Sebagai contoh : Mbah Kaji yang berpredikat Haji lebih disegani diantara pedagang beras dan pedagang-pedagang lain. Selain itu, di lingkungan pasar juga terdapat beberapa pedagang dari suku bangsa keturunan Arab yang memiliki toko-toko besar dan menguasai tanah-tanah dan ruko di sekitar pasar. Satu hal yang agak unik adalah hanya terdapat satu pedagang ketur unan Cina yang berdagang emas di dalam pasar. Unsur yang lainnya adalah berdasarkan ketokohan, antara lain tokoh formal (tokoh agama dan perangkat desa) dengan tokoh informal yang biasa
40 dilekatkan pada tokoh komunitas yang kharismatik dan memiliki kepekaan dalam bidang kemasyarakatan. Tokoh inilah yang biasanya mewakili komunitas pada forum-forum di tingkat Kecamatan atau Kabupaten. Kepemimpinan yang muncul di kalangan bakul pasar tradisional adalah berdasarkan pada lapisan mana tokoh tersebut berada, posisi yang dijabat seseorang disamping perannya sebagai bakul pasar, dukungan-dukungan pada ketokohannya dan yang paling menentukan adalah aset yang dia miliki sebagai bakul pasar tradisional. Disamping itu juga jejaring yang ia bangun dalam mengembangkan
usahanya
di
pasar,
baik
dengan
suplier,
pelanggan,
pemerintah dan manajemen pasar. Dari latar belakang tersebut, munculah tokoh-tokoh pemimpin pada komunitas bakul pasar diantaranya adalah : •
Tokoh Formal (Kepala Dipenda, Lurah Pasar, Lurah Desa Bantul)
•
Tokoh Agama (Mbah Kaji, ustadz, kyai)
•
Tokoh Bakul Pasar (muncul di setiap sub komunitas bakul berdasarkan jenis dagangan)
Gambar 10. Interview Dengan Lurah Pasar Bantul
Unsur trust memang terlihat jelas sekali pada para bakul pasar terhadap pemimpinnya. Hamp ir setiap kebijakan yang diambil manajemen pasar secara sadar dan ikhlas dilaksanakan para bakul. Suatu ketika memang pernah terjadi konflik sewaktu dilaksanakannya renovasi bangunan pasar bagian barat yang
41 merupakan bekas makam kampung. Bahkan para bakul sempat berunjuk rasa ke kantor Bupati Bantul untuk mencari keadilan. Konflik terjadi karena adanya dugaan pungutan liar yang dilakukan oknum Pemerintah Kabupaten dalam memasarkan kios yang lebih berpihak kepada pemilik modal daripada para bakul yang merintis usahanya dari nol di pasar. Pihak Pemerintah Kabupaten yang pada waktu itu Bupati dijabat oleh Drs. HM. Idham Samawi segera merespon keluhan masyarakat dengan mengambil langkah-langkah strategis yang sangat memihak rakyat kecil di komunitas bakul pasar Bantul. Warga komunitas pun menyambut dengan gembira dan lega karena kebijakan yang diambil sampai di tingkat manajemen pasar benar-benar memihak mereka sesuai dengan komitmen Pemerintah Kabupaten. Dari berbagai pelaku yang ikut berperan dalam aktivitas-aktivitas bakul pasar, serta dalam merespon setiap perubahan kebijakan, baik yang datang dari Pemerintah Kabupaten, Dinas Pendapatan Daerah, Manajemen Pasar atau bahkan pihak-pihak lain di luar komunitas, dapat dikemukakan jejaring sosial yang ada dalam komunitas sebagai berikut :
Gambar 11 Jejaring sosial Komunitas Bakul Pasar Bantul
Pemerintah Kabupaten Bantul Manajemen Pasar
Dipenda
Paguyuban Bakul Pasar
Pelanggan
Suplier
Keterangan: Lingkaran berwarna menunjukkan stakeholder yang terlibat Anak panah menunjukkan pola interaksi Lingkaran yang bersinggungan juga menunjukkan pola interaksi Sumber : Wawancara dengan stakeholder.
Berdasar ilustrasi di atas, peran Trilogi : Pemerintah Kabupaten Bantul, Dinas Pendapatan Daerah, dan Manajemen Pasar menempati peran teratas dan
42 terpenting dalam rangka Pemberdayaan Bakul Pasar, khususnya dalam mengembangkan kelembagaan keuangan yang berorientasi kepada bakul pasar. Sedangkan peran pelanggan dan suplier untuk sementara ini adalah sebatas peran ekonomi pasar saja. Di komunitas bakul pasar telah terbangun berbagai bentuk kelembagaan, baik yang sudah terorganisasi maupun yang belum terorganisasi, diantaranya yang dapat terekam adalah : 1. “Kepercayaan” dan “tolong menolong” di antara bakul pasar Merasa sebagai rakyat kecil para bakul pasar ini mengembangkan sikap solidaritas yang cukup bisa diandalkan,
terutama
dalam
mengalami
permasalahan-permasalahan baik yang ada hubungannya dalam kegiatan mencari nafkah atau bahkan dalam permasalahan sosial lainnya. Dalam perannya sebagai pencari nafkah di pasar, seringkali pinjam meminjam uang atau barang dagangan hanya berdasarkan trust tanpa catatan sedikitpun. Meskipun demikian, pihak yang berhutang dengan sadar akan mengembalikan kewajibannya sampai pada batas waktu tertentu meskipun pihak yang memberikan hutang sudah melupakan utang piutang tersebut. Pola hubungan saling membantu seperti ini hampir terjadi di setiap lapisan dalam komunitas dan jarang sekali muncul sebagai masalah. 2. Lembaga arisan (tabungan) di antara bakul pasar Untuk menghimpun dana dan memperkuat permodalan, di dalam paguyuban juga diselenggarakan arisan mulai dari yang kecil sampai dengan nominal yang cukup besar. Dari jenis barang/uang yang dijadikan Arisan pun bervariasi mulai dari arisan uang Rp. 1000 setiap hari sampai dengan Rp. 100.000 per hari, arisan emas sampai dengan arisan sepeda motor, dan sebagainya. Hasil dari arisan inilah yang diandalkan para bakul pasar untuk mipik12 , atau untuk keperluan-keperluan besar yang lainnya di kemudian hari, misalnya hajatan. 3. Organisasi Kematian (Paguyuban Pangrukti Laya) Lembaga Kemasyaraka tan yang telah mengarah ke Organisasi diantaranya adalah Paguyuban Pangrukti Laya, yaitu paguyuban yang mengurusi masalah kematian. Setiap anggota diwajibkan mengumpulkan iuran bulanan yang relatif ringan sebagai semacam social insurrance apabila diantara 12
Bahasa Jawa : membeli barang-barang berharga, misalnya perhiasan, televisi, sepeda motor, sapi, kambing dsb
43 anggota atau keluarganya meninggal dunia maka secara otomatis, segala macam urusan sudah pasti terselesaikan dengan rapi, sejak dari pengurusan jenazah sampai pemakamannya.
5.2.
Tinjauan Modal Sosial dan Gerakan Sosial yang berkembang di Pasar Bantul Sebe lum mengkaji lebih jauh tentang pengembangan Modal Sosial dan
Gerakan Sosial, terlebih dahulu akan dianalisis kelembagaan yang sudah ada dan
tumbuh
di
lingkungan
komunitas
pasar
Bantul,
utamanya
adalah
kelembagaan finansial. Dalam komunitas Pasar Bantul, Kelembagaan keuangan yang ada tersegmentasi ke dalam dua kategori, yaitu : (1). Kelembagaan Finansial Formal dan (2). Kelembagaan Finansial Informal. Kelembagaan Finansial Formal yang ada pada Komunitas Pasar Bantul, adalah : Tabel 7 Kelembagaan finansial formal yang ada di pasar Bantul No
Kelembagaan Formal
Sumber Modal
Partisipan • Calon Nasabah • Lurah Pasar • Ka. Paguyuban Bakul Pasar • Lurah Pasar • Calon Nasabah • Lurah Pasar • Calon Nasabah
1.
PD BPR Bank Pasar Bantul
Pem. Kab. Bantul
2.
Pelayanan Kas Bank Danamon
3.
Bank BPD DIY Cabang Bantul
Bank Umum Swasta Pem. Prop. DIY
4.
Bank BRI Cabang Bantul
Bank Umum Pemerintah
• Lurah Pasar • Calon Nasabah
5.
BMT Loh Jinawi
BPR Syariah
6.
KUD
Koperasi
7.
Pegadaian
Pemerintah
• • • • • •
Lurah Pasar Calon Nasabah Lurah Pasar Calon Nasabah Lurah Pasar Calon Nasabah
Kelembagaan Finansial Informal yang berhasil
Jangkauan • Bakul Pasar • Komunitas Pasar Bantul • PNS • Bakul Pasar • Bakul Pasar • Masyarakat Umum • PNS • Bakul Pasar • Masyarakat Umum • PNS • Bakul Pasar • • • •
Bakul Pasar Petani Bakul Pasar Masyarakat Umum
diidentifikasi
pada
Komunitas Pasar Bantul : 1. “Bank plecit” Profesi “bank plecit” sangat populer di lingkungan komunitas bakul pasar. Mereka menawarkan kredit jangka pendek tanpa jaminan namun bunga yang diterapkan sangat tinggi yaitu 20% setiap periode kredit. Dalam prakteknya
44 mereka berusaha memelihara ketergantungan nasabahnya melalui hubungan interpersonal, kultural bahkan keagamaan. Dari perspektif sosiologis, ada sejumlah partisipan yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam konstruksi sosial realitas hutang piutang uang di pasar Bantul. “bank plecit” dan bakul pasar adalah partisipan yang terlibat langsung dalam hutang piutang tersebut. Sedangkan partisipan yang tidak terlibat secara langsung adalah penduduk sekitar yang mengetahui seluk be luk praktek pinjam meminjam uang tersebut. 2. Mindrink Adalah tak ubahnya “bank plecit” yang menawarkan pinjaman namun dalam bentuk barang dengan mengunjungi nasabah dari pintu ke pintu. Wilayah operasinya mulai dari pasar-pasar desa sampai ke pemukiman penduduk setempat. Bunga yang diterapkan mindrink cukup bervariasi tapi tidak kurang dari 20% setiap 10 kali cicilan, bahkan ada yang sampai 40% dari nilai barang yang dikreditkan. 3. Pegadaian Informal Kelembagaan ini merupakan bisnis informal, manajemennya sama sekali tidak berdasarkan regulasi formal. Bisnis ini dikelola oleh individu sebagai pemilik bisnis tersebut. Orang yang berharap mendapatkan pinjaman sejumlah uang harus menyerahkan barang pribadinya sebagai sebuah jaminan. Pemilik bisnis ini memiliki informasi mengenai tentang harga-harga properti yang sedang berlaku sehingga memungkinkan mereka untuk menaksir barang-barang yang akan digadaikan kepada mereka. Tingkat bungan yang ditetapkan biasanya 20% dalam setiap periode tertentu. 4. Komisi Pinjaman Adalah orang yang berlaku sebagai loan broker dimana ia berlaku sebagai seseorang yang menyediakan informasi dan membantu nasabah dalam memperoleh pinjaman baik dari institusi formal maupun informal. Komisi sebagai imbalan jasa biasanya ditetapkan sebesar 2,5% dari total kredit nasabah. Orang-orang yang berprofesi sebagai loan broker
ini biasanya
beroperasi di depan pegadaian formal atau bank. Namun di lain kesempatan komisi pinjaman juga berpraktek sebagai negosiator antara nasabah dengan institusi kredit informal.
45
5. Pinjaman Tuan Tanah Tuan tanah adalah orang yang memiliki tanah pertanian yang luas dan pada saat yang sama menawarkan pinjaman kepada para petani maupun buruh tani. Pinjaman yang diperoleh tidak dikembalikan berupa uang tunai melainkan dalam bentuk “bahu” atau tenaga dengan bekerja kepada tuan tanah. 6. Tengkulak Profesi ini menawarkan pinjaman kepada petani kecil atau buruh tani dengan sistem ijon. Pinjaman ditawarkan sebelum panen bahkan di saat tanaman padi masih hijau (maka disebut sistem ijon) dengan harapan dapat menguasai panen dengan menetapkan harga serendah mungkin dan petani tidak lagi memiliki hak atas panenan mereka. 7. Pinjaman Teman dan Kerabat Ini merupakan sistem tabungan dan kredit tanpa bunga yang dilakukan atas hubungan teman dan kerabat yang biasanya berdasarkan pada kepercayaan. Seseorang individu yang meminjamkan uang kepada temannya memiliki harapan bahwa suatu saat nanti temannya tersebut akan melakukan hal yang sama apabila ia mengalami kesulitan dalam hal keuangan. Hal semacam ini dianggap sebagai suatu social security tradisional 8. Asosiasi Tabungan dan Kredit Berotasi Yang membedakan institusi ini dengan institusi-institusi sebelumnya adalah bahwa institusi ini memiliki pola rotasi yang pasti untuk deposito dan penarikan kredit. Sebagian besar bakul pasar Bantul telah bergabung dengan ‘Arisan Pedagang Pasar Bantul’ . Asosiasi ini beranggotakan sekitar 250 anggota. Uang disimpan secara terus menerus dan setiap hari dua anggota akan menerima pinjaman melalui seleksi random. Penerima kredit diwajibkan membayar 5% dari total pinjaman sebagai biaya administrasi. Para bakul pasar mempergunakan pinjaman ini sebagai modal tambahan modal mereka. 9. Arisan Dasa Wisma Institusi ini merupakan asosiasi ketetanggaan informal. Setiap sepuluh rumah tangga memiliki sebuah organisasi yang berusaha untuk memperbaiki situasi finansial dari para anggotanya. Arisan Dasa Wisma adalah salah satu
46 asosiasi tabungan dan kredit berotasi. Selain menawarkan fasilitas tabungan dan kredit, institusi ini juga memberikan sumbangan pada komunikasi antar tetangga, aktivitas budaya dan kesehatan informal. Dalam mengakumulasi kapital, institusi ini mewajibkan anggotanya untuk menyerahkan iuran reguler dan setelah satu tahun operasional akan membuka interest dari hasil jasa pin jaman sebagai sisa hasil usaha yang dibagikan kepada anggota menurut komposisi tabungan yang diserahkan. Bunga yang ditetapkan sekitar 10% per paket, dan anggota sering diperbolehkan mengembalikan cicilan secara tidak teratur tergantung pada kemampuan finansial masing-masing. Satu hal yang menyebabkan institusi ini tidak mampu bersaing dengan “bank plecit” adalah karena tidak menguasai cukup modal. 10. Pinjaman Toko Yaitu pinjaman yang diberikan oleh seorang pemilik toko bukan karena kebaikannya melainkannya karena nasabah membutuhkannya. Praktek ini biasa dilakukan oleh orang-orang keturunan Arab yang memiliki toko di jalanjalan protokol dan sekitar pasar Bantul. Bunga yang diterapkan adalah sebesar 20%
dalam setiap paket kredit. Jika calon pembeli tidak
menemukan barang di toko tersebut, dia diperbolehkan meminta pinjaman agar dapat membeli barang yang diinginkannya dari toko lain.
Mengamati temuan institusi-institusi finansial di pasar Bantul tersebut dan mengkajinya dari nilai-nilai yang terdapat dalam modal sosial komunitas maka dapat ditemukan unsur-unsur dan sifat modal sosial (Nasdian & Utomo, 2003 ), yaitu : 1. Sifat saling menguntungkan paling sedikit antara 2 orang (institusi finansial formal/informal dan bakul pasar), kelompok, kolektivitas, atau kategori sosial atau manusia pada umumnya. Ini terdapat pada program kredit bagi bakul pasar, institusi Pinjaman Teman dan Kerabat, Asosiasi Tabungan dan Kredit Berotasi dan institusi Arisan Dasa Wisma ; 2. Diperoleh melalui proses sosial, interaksi, sosialisa si, institusionalisasi. Ini terdapat pada program kredit bagi bakul pasar, institusi Pinjaman Toko, Arisan Dasa Wisma, Asosiasi Tabungan dan Kredit Berotasi, Pinjaman Teman dan Kerabat dan Pegadaian Informal ;
47 3. Sifat atau konsep yang berhubungan dengan rasa percaya (trust), resiprositas, jejaring sosial. Ini terdapat pada program kredit bagi bakul pasar, Pinjaman Toko, Arisan Dasa Wisma, Asosiasi Tabungan dan Kredit Berotasi, Pinjaman Teman dan Kerabat, Komisi Pinjaman, Pegadaian Informal.
Kelembagaan lain di luar kelembagaan finansial yang juga cukup dominan sebagai modal sosial dan gerakan sosial antara lain adalah : motivasi, kepercayaan, pola hubungan, relasi, kejujuran, kepolosan serta kekerabatan antar bakul pasar. Kelembagaan inilah yang lebih memper kuat dan menjadi dasar berkembangnya pasar tradisional desa Bantul, lebih dari sekedar kelembagaan-kelembagaan finansial yang ada. Tanpa kelembagaan sosial tersebut, kelembagaan finansial tidak akan pernah berkembang dengan baik. Modal sosial adalah satu hal yang menjadi “roh” yang membuat pasar tradisional dapat tetap tumbuh dan semakin berkembang serta menjadi besar seperti saat ini. Kondisi ini kemudian didukung pula oleh kelembagaankelembagaan sosial yang ada pada masyarakat sekitar pasar Bantul. Aspe k psikologi sosial dari pengembangan modal sosial dan gerakan sosial ini adalah bagaimana komunitas bakul pasar memaknai uang dan hutang piutang. Secara umum komunitas memaknai uang adalah sebagai instrumen ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun demikian kebutuhan hidup disini tidak hanya menunjuk pada bidang ekonomi saja seperti sandang, pangan, papan tetapi juga kebutuhan-kebutuhan sosial, politik, budaya dan psikologis (Nugroho, 2001). Barang-barang sosial yang bisa diperoleh dengan membayar uang antara lain, pendidikan, status sosial, atau produk konsumsi prestise lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang disebut cultural capital (Bourdieu, 1988) yang berarti bahwa tingkat status sosial menentukan pola hubungan politik dan ekonomi dalam masyarakat. Selain itu orang juga mempergunakan uang untuk membayar kewajiban-kewajiban sosial, simpati sosial dan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya. Sebagian besar individu dalam komunitas mengekspresikan uang itu mirip dengan kekuasaan, atau dengan pepatah jawa yang terus digunakan sampai saat ini ”dhuwit iku kuwoso”. Uang adalah penjelmaan kekuasaan sosial, karena ia mentransformasikan aktivitas sosial, ekonomi dan politik ke dalam sistem numerik. Jika orang memiliki uang banyak ia juga akan memiliki banyak
48 kekuasaan. Sedangkan persepsi komunitas bakul pasar terhadap hutang adalah bahwa hutang merupakan tindakan sosial yang memiliki konotasi negatif dan cenderung
tabu
dibicarakan.
Sebab
hutang
bisa
mengindikasikan
ketidakmampuan finansial seseorang, oleh karena itu sangat berpengaruh terhadap status sosial seseorang. Tipologi Gerakan Sosial menurut Orientasi Perubahan yang dikehendaki.
Tabel 8 Tipologi Gerakan Sosial menurut Orientasi Perubahan yg dikehendaki Ciri Orientasi Orientasi Nilai
Pumpunan Utama Perubahan dalam nilainilai budaya, norma dan sistem kepercayaan. Lazimnya melalui persuasi, propaganda, pendidikan
Contoh Kasus Gerakan melawan ketergantungan kepada “bank plecit” dengan persuasi dan propaganda kredit bunga murah Hutang yang sebelumnya dianggap tabu akhirnya menjadi biasa dilakukan oleh orang jawa kepada institusi finansial formal dan informal
Sedangkan Tipologi Gerakan Sosial menurut skala dan aras perubahan yang dikehendaki: Gerakan Reformatif, perubahan sebagian fungsi /nilai sosial dalam masyarakat. Contoh Kasus : Kredit Bagi bakul pasar.
5.3.
Analisis Rugi Laba Usaha Berdasarkan hasil wawancara, terdapat kecenderungan bahwa bakul
pasar memanfaatkan kredit dari “bank plecit” untuk dua macam tujuan, tergantung pada stratifikasi bakul pasar dan jangkauan aktivitas usahanya. Para bakul pasar pada stratifikasi atas sering menginvestasikan pinjaman tersebut untuk memperluas skala usaha atau untuk melakukan diversivikasi usaha. Sedangkan
untuk
bakul
pasar
dengan
skala
usaha
yang
lebih
kecil
memanfaatkannya untuk menutupi biaya operasional sampai untuk mencukupi kebutuhannya
sehari-hari.
Bakul
pasar
pada
lapisan inilah yang perlu
mendapatkan perhatian dan diberdayakan. Bagi bakul pasar yang memiliki skala usaha lebih besar, kredit informal semacam ini dirasakan sangat sesuai digunakan untuk memenuhi kebutuhannya akan barang dagangan dengan jumlah besar dalam jangka waktu yang pendek.
49 Namun lain halnya dengan bakul pasar strata bawah, selain untuk tujuan produksi mereka memanfaatkan kredit tersebut bahkan untuk konsumsi seharihari, sebuah realita yang semakin membuat mereka tergantung kepada “bank plecit”. Secara umum dapat disimpulkan, komunitas bakul pasar terbesar yang memanfaatkan jasa “bank plecit” adalah mereka dari strata pendapatan yang rendah. Pendapatan mereka seringkali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga harus ditutup dengan pinjaman dari kredit informal. Tabel 9 Pendapatan Per Bulan Bakul Pasar
Pelapisan Bakul Pasar Ideran Tlasaran Los Kios
Pendapatan Per Bulan (Rp.) 0,300.000,499.999,s.d. s.d. s.d. 299.999,499.000,n (Rendah) (Sedang) (Tinggi) 66.67% 33.33% 0.00% 40.00% 0.00% 60.00% 25.00% 58.33% 16.67% 0.00% 20.00% 80.00%
Jumlah TOTAL Responden 3 10 12 5 Jumlah : 30
100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Sumber: Data Penelitian
Dalam mengelola usahanya, para bakul pasar sangat minimal dalam mempergunakan
instrumen
administrasi
seperti
catatan-catatan
apalagi
pembukuan yang rapi. Realitas yang lebih sering dijumpai adalah, me reka hanya memanfaatkan kemampuan intuisinya dalam mengatur arus kas, manajemen keuangan, perhitungan laba-rugi dan memecahkan kalkulasi-kalkulasi aritmetik dagang. Guna memahami kondisi kredit “bank plecit”, perlu membedakan beberapa tipe-tipe kredit yang ditawarkannya di pasar Bantul. Kredit rolasan adalah paket pinjaman yang harus dikembalikan dalam jangka waktu dua belas hari cicilan dan biasa disebut kredit harian. Kemudian Kredit patlikuran, telungpuluhan dan suidakan adalah paket kredit harian yang lain dengan jangka waktu pengembalian dua puluh empat, tiga puluh dan enam puluh hari. Bunga yang ditetapkan untuk masing-masing kredit harian adalah dua puluh persen untuk setiap periode tersebut. Sedangkan kredit dengan jumlah di atas Rp. 500.000,- diberikan dengan paket kredit setahunan dengan bunga bervariasi
50 mulai dari 15 persen sampai dengan 20 persen tergantung pola hubungan nasabah dengan “bank plecit”. Untuk melihat sejauh mana kredit dari "bank plecit" dan bank pasar dapat memberikan profit dan me ngembangkan usaha bagi bakul pasar, berikut disajikan prediksi kalkulasi rugi laba bakul pasar per hari berdasarkan wawancara dengan responden.
Tabel 10 Kalkulasi Saldo Rugi-Laba Bakul Pasar Per Hari
Pelapisan Bakul Pasar Ideran Tlasaran Los Kios
Profit Margin Prediksi Rugi Laba Kredit "Bank Plecit" Kredit Kotor 12-an 24-an 30-an 60-an setahunan Bank Pasar Per Transaksi i= 1,67% i= 0,83% i= 0,67% i= 0,33% i= 0,06% i= 0,05% 3% 1.33% 2.17% 2.33% 2.67% 2.94% 2.95% 5% 3.33% 4.17% 4.33% 4.67% 4.94% 4.95% 5% 3.33% 4.17% 4.33% 4.67% 4.94% 4.95% 10% 8.33% 9.17% 9.33% 9.67% 9.94% 9.95%
Keterangan : • i = interest = bunga kredit • Bunga dari setiap paket kredit dikonversikan ke bunga harian • 12-an=rolasan, 24-an=patlikuran, 30-an=telungpuluhan, 60-an=suidakan.
Dengan melihat prediksi rugi laba bakul pasar tersebut, posisi yang paling tidak menguntungkan adalah bakul ideran yang mengambil kredi t rolasan dari “bank plecit”. Hampir setengah dari pendapatan kotornya dalam sehari dipergunakan untuk membayar bunga pinjaman kepada “bank plecit” dengan asumsi dagangannya laris dan habis terjual. Kondisi akan menjadi sulit bagi bakul ideran apabila barang dagangannya kurang laku sehingga harus mencari pinjaman dari “bank plecit” yang lain untuk membayar hutang sebelumnya atau dapat diibaratkan “gali lubang tutup lubang”. Dengan situasi seperti itu cepat atau lambat seorang bakul ideran akan segera mengalami kebangkrutan. Sebaliknya, situasi paling menguntungkan terjadi pada bakul yang menempati kios dan mengambil kredit dari bank pasar. Setiap hari bakul kios cukup menyisihkan 0,05% dari setiap pendapatan kotor per harinya. Sebagai ilustrasi, seorang baku l sepeda yang menjual satu unit sepeda dalam satu hari seharga Rp. 100.000,- cukup menyisihkan Rp. 500 dari keuntungan Rp. 10.000,yang ia peroleh sehingga ia masih mendapat keuntungan kotor sekitar Rp. 9.500,-
51 Di samping kalkulasi rugi laba ekonomi, masing-masing kelembagaan finansial “bank plecit” dan bank pasar juga memberikan keuntungan-kerugian dari perspektif sosial. Berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapangan dapat diidentifikasi keuntungan maupun kerugian dari perspektif sosial sebagai berikut.
Tabel 11. Keuntungan dan kerugian “bank plecit” dan bank pasar dari perspektif sosial No
Komponen
1.
Syarat
2.
Biaya Sosial
3.
Manfaat Sosial
“Bank Plecit”
Bank Pasar
Relatif Mudah tergantung pada: • Pola hubungan antara nasabah-“bank plecit” • Reputasi calon nasabah diantara sesama bakul pasar Murah, karena cukup diselesaikan di tempat
Berbelit-belit, harus melewati prosedur: • Administratif • Hasil analisis kredit oleh karyawan • Harus dipenuhi pada saat pengajuan kredit Mahal, karena harus meninggalkan dagangan yang berarti kehilangan kesempatan meraih keuntungan berdagang Tidak memberikan manfaat sosial
Sangat memberikan manfaat sosial antara lain: • Sumbangan sosial apabila nasabah menderita musibah, sakit, hajatan. • Penundaan pembayaran cicilan apabila pasar sedang sepi pembeli
Seperti diuraikan dalam tabel 11, dapat diidentifikasi bahwa dari sisi persayaratan, biaya sosial dan manfaat sosial “bank plecit” lebih banyak memberikan keuntungan karena pendekatan yang mereka lakukan secara personal kepada nasabah bakul pasar. Lain halnya dengan bank pasar, tidak ubahnya
seperti
bank-bank konvensional lainnya yang hanya mengejar
keuntungan berdasarkan logika efisiensi tanpa memperdulikan kondisi personal dan sosial dari nasabah-nasabahnya.
VI. PROGRAM KREDIT BANK PASAR DAN “BANK PLECIT” BAGI BAKUL PASAR
6.1.
Mekanisme Kerja Bank Pasar Salah satu institusi finansial formal yang beroperasi di pasar Bantul
adalah PD BPR Bank Pasar Bantul. Perusahaan daerah ini adalah milik Pemerintah Kabupaten Bantul dimana Sekretaris Kabupaten Bantul duduk sebagai ketua Dewan Pengawas. Bank Pasar berpusat di Kota Bantul dan memiliki kantor unit di 16 pasar sentral setiap kecamatan di Kabupaten Bantul. Tinggal satu kecamatan yang belum terjangkau bank pasar yai tu Kecamatan Sedayu yang berada di ujung barat wilayah Kabupaten Bantul. Tugas utama Institusi ini adalah melayani pinjaman-pinjaman dengan bunga murah yaitu 18% per tahun dan tanpa jaminan. Jumlah bakul pasar yang menjadi nasabah adalah baru sekitar 150 orang dengan jumlah krecit yang macet 1 orang karena yang bersangkutan meninggal dunia. Program pengucuran kredit bagi bakul pasar adalah program yang di rancang oleh Pemerintah Kabupaten Bantul yang pelaksanaannya dilakukan oleh PD BPR Bank Pasar Bantul. Program ini dirasa penting setelah melihat kondisi masyarakat Bantul, khususnya bakul pasar tradisional yang telah terlanjur mengandalkan “bank plecit” untuk mencukupi kekurangan modal, sehingga program ini secara tegas bertujuan untuk mengurangi praktek “bank plecit”. Pada tahap pertama diluncurkannya program, Pemerintah Kabupaten Bantul melalui APBD nya telah menyiapkan dana Rp. 9 milliar dan telah disalurkan sejak bulan Maret 2002. Selanjutnya ditingkatkan menjadi Rp. 15 miliar lagi untuk kredit tahap kedua dan ditawarkan mulai bulan Maret 2004. Keseriusan Pemerintah Kabupaten Bantul ini telah mendorong beberapa bank swasta untuk memberikan pinjaman dana kepada PD BPR Bank Pasar Bantul, seperti Bank Permodalan Mandiri, Bank Mandiri, dan Bank Niaga. Beberapa pinjaman telah diproses bahkan Bank Mandiri menjanjikan pinjaman Rp. 100 miliar untuk program kredit bagi bakul pasar ini. Adapun paket kredit bagi bakul pasar yang ditawarkan pemerintah kabupaten Bantul adalah kredit tanpa agunan yang bisa diangsur secara harian,
52
53 pasaran
13
, mingguan atau bulanan dengan maksimal pinjaman sebesar 10 juta
rupiah. Disamping itu bunga kredit yang ditawarkan juga sangat kompetitif yaitu sekitar 18 % per tahun (atau 1,5% per bulan). Sedangkan teknis pembayaran cicilan pokok pinjaman maupun bunganya dirancang sedemikian rupa sehingga kelihatan sederhana dan mudah dimengerti oleh para bakul pasar. Sebagai contoh, apabila seorang bakul pasar hendak meminjam Rp.120.000 selama 1 tahun dan diangsur secara bulanan, maka ia akan dikenakan bunganya di depan yaitu sebesar Rp. 21.600 sehingga uang yang diterima adalah Rp. 98.400, dan selanjutnya setiap bulan mengangsur sebesar Rp. 10.000 selama 12 bulan. Secara matematis bunga tersebut jauh lebih ringan dibandingkan bunga yang ditetapkan oleh “bank plecit” yaitu sekitar 20% per bulan.
Gambar 12 Karyawan Bank Pasar Melayani Nasabah
Bila dilihat dari latar belakang munculnya inisiatif program, jelas terlihat program ini bersifat top down approach karena datang dari pemerintah dan bersifat reaktif karena muncul setelah adanya marjinalisasi kaum lemah secara ekonomi oleh kaum yang lebih kuat. Menurut responden, masalah yang perlu mendapat perhatian adalah karena tidak adanya karyawan yang secara khusus menangani kredit bagi bakul pasar. Dengan jumlah karyawan yang hanya 4 orang, 1 orang kepala unit, 1 13
Penannggalan jawa yang terdiri dari lima hari dalam setiap pasaran yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon. Pasar Tradisional di Bantul, sebagian besar mengambil hari pasaran tertentu dalam menentukan puncak aktivitas jual-belinya
54 orang teller, 1 orang operator komputer dan 1 orang collector, praktis membuat pelayanan kepada bakul pasar belum optimal. Golongan Partisipan Kegiatan ini adalah : 1. Lurah Pasar Bantul Berperan sebagai pihak yang memberikan rekomendasi kepada institusi penyalur kredit mengenai status pemohon kredit apakah benar-benar bakul pasar Bantul dengan status kepemilikan tempat usaha sebagai pemilik kios, los, tlasaran atau sekedar bakul pasar ideran (tidak tetap) di pasar Bantul. 2. Ketua Paguyuban bakul pasar Adalah pihak yang memberikan keterangan (lisan) perihal reputasi dan informasi mengenai pemohon kredit. 3. Bakul Pasar Adalah subyek yang menjadi sasaran program, bakul pasar yang tergabung dalam satu paguyuban berperan pula dalam memberikan “jaminan” bagi turunnya
suatu
nominal
kredit
bagi
anggota
paguyuban
tersebut.
Rekomendasi yang diberikan sesama bakul pasar adalah rujukan yang paling diakui baik oleh bank maupun institusi finansial formal yang lain. Ini bisa dipahami karena begitu kentalnya kekerabatan dan keterikatan emosional sesama bakul pasar.
6.2.
Mekanisme Kerja “Bank Plecit” Sebelum memulai kariernya, seorang “bank plecit” biasanya telah
memiliki latar belakang profesi, pada umumnya adalah bakul pasar. Dari sembilan orang responden yang berhasil ditemui, enam orang diantaranya berlatarbelakang sebagai bakul pasar, satu orang pensiunan militer, satu orang pensiunan PNS dan satu orang mantan kolektor dari BPR swasta. Mereka yang profesi sebelumny a bukan pedagang memiliki kecenderungan lebih tinggi mengalami kebangkrutan karena memulai profesinya dengan mengandalkan intuisi dan trial and error. Hambatan-hambatan yang mereka temui antara lain adalah kesulitan memperoleh modal, peta tentang arus kredit bakul pasar dan masalah-masalah dalam memahami perilaku nasabah. Beberapa orang “bank plecit” mengemukakan penyebab kebangkrutan sebagian diantara mereka adalah
karena
adanya
kredit
yang
macet
dan
ini
mengindikasikan
55 ketidakmampuan mereka dalam membangun hubungan-hubungan pribadi dengan nasabah. Sebagaimana diceritakan oleh Ibu I, sosok “bank plecit” yang paling senior di komunitas bakul pasar. Ia menceritakan seorang “bank plecit” yang bangkrut karena nasabah bakul pasar yang tidak mau membayar cicilan lagi (ngemplang) sehingga menyebabkan bisnisnya jatuh. Ia kehabisan akal dan tidak tahu lagi bagaimana membuat nasabahnya mau melunasi pinjamannya. Kasus ini menunjukkan bahwa ia telah gagal membangun hubungan-hubungan dengan nasabahnya baik secara kultura l maupun personal. Cicilan yang terhenti ini menyebabkan sirkulasi modal menjadi terganggu. Padahal modal yang digunakan adalah berasal dari pinjaman dari “bank plecit” lain yang lebih kuat secara modal yang tentunya juga harus dilunasi. Situasi ini menyebabkan temanteman seprofesinya enggan memberikan lagi pinjaman kepadanya, karena cepat atau lambat bisnisnya akan segera jatuh.
Gambar 13 “Bank Plecit” Sedang Mengambil Cicilan
Berdasarkan wawancara dengan responden, terungkap ada beberapa pola akumulasi modal yang dibangun oleh “bank plecit”. Pola pertama, modal berasal dari akumulasi profit yang diperoleh dari berdagang. Sebagian responden yang berlatarbelakang sebagai bakul pasar memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah memahami kondisi pribadi dari masing-masing
56 bakul pasar, mengetahui informasi mengenai arus kredit dan kebutuhan kredit bakul pasar, dapat mengakumulasi keuntungan berdagang dan selanjutnya akan menginvestasikannya kembali dalam bisnis potang (pinjam meminjam uang). Ada pendapat diantara mereka bahwa tabungan yang tidak diputar lagi ke dalam usaha-usaha yang lain mempresentasikan hilangnya peluang-peluang yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi. Atau dengan kata lain uang adalah sebuah komoditi yang harus dapat menciptakan profit. Pola yang kedua, “bank plecit” yang tidak bekerja sebagai bakul pasar menyimpan sebagian pendapatan yang mereka peroleh dari profesi sebelumnya. Dan setelah dirasa cukup jumlahnya, tabungan tersebut menjadi modal awal untuk terjun sebagai “bank plecit”. Motivasi mereka pada awalnya adalah untuk mendapatkan penghasilan tambahan guna mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan papan.
Namun
setelah
mencapai
kesuksesan sebagai “bank plecit”, orientasi mulai bergeser menjadi profit oriented. Pola ketiga, untuk mengawali profesi sebagai “bank plecit” mereka berusaha mendapatkan modal awal dari institusi formal seperti bank atau dari “bank plecit” lain yang sudah kuat secara modal. Untuk memperoleh fasilitas kredit ini dari bank tentu saja mereka harus memenuhi beberapa persyaratan administratif dan apabila mereka mendapatkan modal tersebut dari “bank plecit” lain maka kesepakatan mengenai profit sharing harus disepakati bersama-sama di awal kerjasama. Ada satu kasus “bank plecit” yang cukup spesifik dalam mengembangkan bisnisnya. Ibu G adalah mantan karyawan sebuah BPR swasta. Selama bekerja sekitar empat tahun sebagai kolektor kredit ia telah menjalin hubungan dengan nasabah-nasabah di pasar Bantul. Dengan bermodal hubungan baik dan pengetahuan-pengetahuan yang mendalam seputar karakter bakul pasar dan pasar kredit mikro di pasar Bantul, ia mulai berpikir untuk mengembangkan bisnisnya sendiri sebagai “bank plecit”. Keputusan ini tentu saja mempunyai alasan yang kuat diantaranya adalah ibu G tidak mungkin dapat mencukupi kebutuhan keluarganya hanya dengan bekerja sebagai kolektor kredit BPR swasta.
57 6.3.
Perbandingan Kelembagaan Keuangan “Bank Plecit” dan Bank Pasar Kompetisi yang terjadi antara “bank plecit” dan bank pasar tidak
membawa pada jatuhnya salah satu pihak yang bersaing. Kemunculan bank pasar pada realita di lapangan memang belum menurunkan aktivitas “bank plecit” secara berarti. Akan tetapi yang terlihat justru fasilitas kredit murah dari bank pasar secara tidak langsung meny ediakan dukungan dalam bentuk modal kepada “bank plecit”. Pelepas uang informal “bank plecit” berfungsi sebagai penengah yang menghubungkan bank formal dengan masyarakat kelas bawah. Sekitar pukul 09.00 pagi, aktivitas para “bank plecit” dimulai. Ini bisa dilihat dengan munculnya sosok laki-laki maupun perempuan yang selalu membawa catatan kecil di tangan dan menenteng tas. Kadang-kadang tidak mudah untuk mengidentifikasi “bank plecit” ini karena mereka tidak hanya meminjamkan uang tetapi juga memberikan kredit kepada bakul pasar mulai dari peralatan rumah tangga, emas sampai televisi. Komunitas bakul pasar lebih sering menyebutnya sebagai mindrink. Dalam situasi yang lain “bank plecit” bisa memiliki pekerjaan kamuflase seperti layaknya bakul pasar juga. Di pojok belakang pasar Bantul terdapat warung makan dan tempat parkir yang dimanfaatkan penulis sebagai entry point, dalam rangka mendapatkan informasi tentang hutang piutang yang dijalankan “bank plecit”. Di tempat inilah para pelaku finansial informal
ini melakukan diskusi-diskusi mengenai target-target
mereka untuk hari itu. Pada jam 08.30 pagi, loket Bank Pasar mulai dibuka. Bank Pasar selalu terletak di pasar sentral dari setiap kecamatan di kabupaten Bantul. Kantor unit Bank Pasar memiliki empat orang pegawai. Tugas utama bank pasar adalah menyediakan kredit kepada bakul pasar untuk melindungi mereka dari ketergantungan kepada “bank plecit”, meskipun dalam prakteknya Bank Pasar lebih banyak melayani kredit kepada pegawai negeri (sekitar 70%). Prosedur administratif yang ditetapkan oleh Bank Pasar sebenarnya sudah dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan bakul pasar. Meskipun tingkat bunga yang diberikan jauh di bawah “bank plecit” (sekitar 1,5 % per bulan), namun ada indikasi bank tidak pernah bisa bersaing dengan jasa “bank plecit”. “Bank Plecit” selalu mengembangkan berbagai aktivitas untuk menarik nasabah, sementara para pegawai bank pasar hanya duduk menunggu orang datang ke kantornya. “bank plecit” dan nasabah melakukan transaksi dalam
58 konteks hubungan-hubungan personal yang sangat kontras bila dibandingkan hubungan formal yang terjalin antara pegawai Bank Pasar dengan bakul pasar. Secara umum dapat disimpulkan bahwa bank-bank pemerintah sering gagal untuk mengembangkan hubungan interpersonal dengan nasabahnya, bukan hanya karena prosedur birokratisnya tetapi juga disebabkan oleh otoritas kepegawaian yang selalu ditunjukkan oleh pegawai tersebut. Untuk melihat gambaran perbandingan-perbandingan yang mendasar antara pelepas uang “bank plecit” dan bank pasar, berikut disajikan tabel komparasi mengenai komponen-komponen prosedur pencairan kredit melalui kedua kelembagaan keuangan sebagai berikut.
Tabel 12. Perbandingan "Bank Plecit" dan Bank Pasar No
Komponen
1.
Suku Bunga Pinjaman
2.
Agunan/ Jaminan
3. 4.
Plafon Kredit Fleksibilitas Angsuran
5.
Persyaratan
6.
Kontribusi sosial bagi bakul pasar**
7.
Periode pencairan kredit
“Bank Plecit” • 20% - 30% per periode* sampai dengan 60 hari • 6% - 10% per bulan untuk periode setahunan Tanpa Jaminan sampai dengan periode 30 hari Rp. 100 juta Fleksibel, tergantung pola hubungan antara nasabah“bank plecit” • Tergantung pola hubungan antara nasabah-“bank plecit” • Reputasi calon nasabah diantara sesama bakul pasar • Apabila nasabah menderita musibah • sakit • hajatan • Langsung cair untuk periode pinjaman sampai dengan 60 hari • 1 sampai dengan 3 hari untuk kredit satu tahunan.
Bank Pasar 18% per tahun
Tanpa Jaminan untuk kredit s.d. Rp. 500.000,Rp. 10 juta Disiplin, diambil oleh petugas • Administratif dan hasil analisis kredit oleh karyawan • Bersifat kaku, harus dipenuhi pada saat pengajuan kredit • Tidak ada kontribusi sosial
1 sampai dengan 3 hari
*periode pinjaman : 12 hari (rolasan) , 24 hari (patlikuran), 30 hari (telungpuluhan), 60 hari (suidakan), 1 tahun (setahunan) **besarnya kontribusi sosial tergantung seberapa besar nasabah pernah meminjam uang kepada “bank plecit” serta kedekatan dan pola hubungan nasabah bakul pasar dengan “bank plecit” sumber: data penelitian
59 Apabila dilihat dari segi manfaat dalam mengembangkan ekonomi lokal, program kredit murah dari bank pasar sangat membantu para bakul pasar memperoleh dana segar untuk kelangsungan usahanya, sebagaimana hasil wawancara berikut dengan salah satu bakul pasar, ibu Murjiah (53 tahun).
“Kula remen saestu mas, pikantuk sambutan setunggal yuta, artanipun ingkang Rp. 300.000 kagem bayar utang. Lajeng tirahanipun saged kagem kilakan dagangan palawija malih. Njih Syukur Alhamdullilah, rezekinipun saged langkung sae sekedik mas…..” “Saya senang dapat pinjaman Rp 1 juta setahun lalu. Uang itu saya pakai untuk bayar utang Rp 300.000. Sisanya buat beli dagangan palawija lagi. Syukurlah, pendapatan saya sekarang jadi naik sedikit." Wanita itu mengaku mendapat keuntungan sekitar Rp 10.000 dalam sehari. Dengan modal dari kredit itu, dia menambah dagangannya sehingga bisa menjual lebih banyak. Jika sedang ramai, ia memperoleh Rp 20.000 sehari. Dia tidak keberatan bayar cicilan Rp 100.000 selama 12 bulan. Dari wawancara tersebut juga terungkap bahwa program ini telah berhasil mengembangkan ekonomi lokal, paling tidak untuk responden, dengan meningkatnya modal sehingga ia mampu menjual barang dagangan lebih banyak dan tentu saja akan memberikan keuntungan yang lebih banyak pula. Potensi lokal lain yang ikut berkembang sebagai multi player effect dilaksanakannya program tersebut antara lain adalah, usaha transportasi angkudes (angkutan desa), warung nasi di sudut pasar sebelah barat pasar yang beroperasional selama 24 jam, tukang parkir, penitipan gerobak dorong, warung lesehan dan sebagainya. Adapun keterkaitanny a dengan pasar yang lebih luas, setelah dilaksanakannya program tersebut, beberapa bakul pasar terlihat meningkat
intensitas
usahanya.
Baik
komoditi
maupun
volume
barang
dagangannya. Bahkan diantaranya mulai membu ka jaringan usaha dengan pasar-pasar desa yang lebih kecil sebagai target pasar baru dan menjalin hubungan dengan suplier-suplier dari luar kecamatan bahkan di luar kabupaten Bantul.
60 Gambar 14 Bagan alir Mekanisme Pencairan Kredit "Bank Plecit" & Bank Pasar
Seperti nampak dalam Gambar 14 mekanisme pencairan kredit bagi “bank plecit” semua cukup diselesaikan ditempat dan uang bisa cair pada saat itu juga namun dibalik kemudahan tersebut “bank plecit” mengambil bunga pinjaman yang sangat tinggi untuk menebus segala resiko kredit dan kemudahankemudahan tersebut. Selanjutnya mekanisme pencairan kredit kepada bank pasar tak ubahnya seperti
bank-bank
konvensional
lainnya.
Apabila
seorang
bakul
pasar
menginginkan mendapat kredit dari bank pasar, harus memulainya dengan meminta blangko kredit kepada teller untuk diisi kemudian melengkapi syaratsyarat administratif berupa foto copy KTP dan rekomendasi dari Lurah Pasar. Setelah blangko kredit diisi dan dilengkapi dengan syarat-syarat administratif tersebut kemudian dikembalikan ke Kantor Unit Bank Pasar untuk dilakukan pemrosesan kredit yang memakan waktu 1 sampai dengan 2 hari. Setelah permohonan disetujui barulah permohonan kredit bisa cair.
VII. HASIL DAN ANALISIS
7.1.
Resiprositas antara Bakul Pasar dan “Bank Plecit” Partisipan utama dalam aktivitas pinjam meminjam uang atau hutang
piutang secara informal di pasar Bantul adalah bakul pasar dan “bank plecit”, namun demikian realita di lapangan praktek “bank plecit” sudah masuk ke kampung-kampung.
Ada
indikasi
hal
ini
disebabkan
karena
gencarnya
kelembagaan keuangan formal yang masuk ke komunitas bakul pasar tradisional. Seorang “bank plecit” biasanya protektif terhadap orang yang baru dikena lnya apalagi berasal dari luar komunitas bakul pasar. Sebelum melakukan pendekatan kepada “bank plecit”, pengkaji telah melakukan sosialisasi dan pengamatan sejak Praktek Lapang I melalui perkenalan dengan seorang tukang parkir yang sehari-harinya bekerja di pasar Bantul. Tukang parkir inilah yang dijadikan entry point dalam rangka mendapatkan informasi tentang pinjam meminjam uang melalui kelembagaan keuangan informal.
Gambar 15 Wawancara Dengan Salah Satu Responden Bakul Pasar
Aktivitas “Bank plecit” dilakukan setiap hari dengan mengunjungi nasabah-nasabah satu demi satu untuk mengambil cicilan dan mencari nasabah-
61
62 nasabah baru untuk melakukan ekspansi usaha. Setelah berusaha menemui nasabah satu per satu pada pagi hari, sisa waktu pada siang hari ia a l njutkan untuk menemui nasabah di kampung-kampung sekitar pasar dan pada sore hari akan kembali ke pasar mencari nasabah yang belum ditemuinya pada pagi hari. Rutinitas ini akan berakhir bersamaan dengan berakhirnya aktivitas pasar pada sore hari. Namun demikian adapula “bank plecit” yang juga melayani bakul “ratengan” (makanan dan lauk pauk) yang berjualan di sekitar pasar hingga larut malam. Profil “bank plecit” yang berhasil ditemui pengkaji adalah sebagai berikut.
Tabel 13 Profil “bank plecit” No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Ibu A Ibu B Pak C Ibu D Pak E Ibu F Ibu G Ibu H Ibu I
Umur 48 45 36 51 34 40 29 50 52
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Status Kawin Kawin Belum Janda Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin
Pendidikan SMA SMP SMA SD SMP SMA SD SD SD
Sumber : Hasil Penelitian
Dari sudut pandang gender, “bank plecit” didominasi oleh perempuan yaitu 7 orang atau 77,78% dan yang berjenis kelamin laki -laki hanya 2 orang atau 22,22%. Komposisi gender “bank plecit” ada indikasi masih dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial dalam komunitas Jawa, bahwa perempuan adalah pengambil keputusan dalam manajemen keuangan sebuah keluarga sedangkan para suami bertanggungjawab memberikan nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sehingga perempuan dianggap lebih memiliki kemampuan dan berpengalaman dalam menggunakan uang. Pernyataan lain yang mendukung kecenderungan perempuan lebih mendominasi dalam profesi “bank plecit” adalah sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Asep penjual kain gordyn di pasar Bantul berikut ini. “Kewajiban saya selaku kepala rumah tangga adalah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya sehari-hari. Selanjutnya uang hasil berdagang sebagaian besar saya serahkan kepada istri untuk sepenuhnya mengatur penggunaannya. Apabila tidak cukup saya akan berusaha mencari punjaman kepada kerabat, atau sumber-sumber lain.
63 Jika sudah tidak memungkinkan lagi mendapat pinjaman saya akan berhubungan dengan “bank plecit” untuk mendapatkan hutang.” Tabel 14 Latar Belakang Pekerjaan “Bank Plecit” No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Ibu A Ibu B Pak C Ibu D Pak E Ibu F Ibu G Ibu H Ibu I
Latar Belakang Pekerjaan Bakul Pasar Bakul Pasar Bakul Pasar Bakul Pasar Bakul Pasar Bakul Pasar Mantan Karyawan BPR Bakul Pasar Pensiunan PNS
Pekerjaan Utama “Bank Plecit” “Bank Plecit” “Bank Plecit” Bakul Pasar “Bank Plecit” “Bank Plecit” “Bank Plecit” “Bank Plecit” “Bank Plecit”
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 16 Tukang Parkir Yang Menjadi “Entry Point” Dalam Mengumpulkan Data “Bank Plecit”
Berdasarkan pengamatan di lapangan, beberapa “bank plecit” ternyata juga berprofesi sebagai bakul di pasar Bantul. Ada dua macam dugaan yang melatarbelakangi perilaku “bank plecit” yang berprofesi ganda ini. Pertama, kegiatan berdagang di pasar Bantul dilakukan hanyalah sebagai kamuflase saja sehingga aktivitas utama mereka sebagai “bank plecit” tidak kelihatan mencolok, dan untuk mengantisipasi kecurigaan dari aparat. Kedua, aktivitas sebagai bakul
64 pasar dijalankan adalah sebagai diversifikasi usaha dan untuk membangun jejaring
perdagangan
yang
lebih
luas
sehingga
diharapkan
juga
akan
memperluas skala usahanya baik sebagai “bank plecit” maupun sebagai bakul pasar. Usia para pelaku “bank plecit” adalah berkisar antara 29 hingga 52 tahun, dari sudut pandang demografi, kelompok umur ini adalah termasuk dalam usia produktif secara ekonomi. Dan mereka memulai aktivitas hutang piutang ini setelah menikah, hanya 1 orang saja yang masih berstatus bujangan yaitu pak C. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, 3 orang “bank plecit” berpendidikan sampai tingkat SMA, 2 orang SMP dan 4 orang hanya tamat Sekolah Dasar. Sesuai realita di lapangan, tidak ada korelasi antara kesuksesan “bank plecit” dengan tingkat pendidikannya. Praktek hutang piutang informal lebih didasarkan pada “jam terbang” dan pengalaman berinteraksi dengan nasabah daripada pengetahuan yang bersifat akademis.
Tabel 15 Penerimaan Per Bulan “Bank Plecit” No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Ibu A Ibu B Pak C Ibu D Pak E Ibu F Ibu G Ibu H Ibu I
Penerimaan Kotor (Rp) 800.000,1.000.000,750.000,1.000.000,1.500.000,900.000,1.500.000,600.000,2.000.000,-
Penerimaan Suami/Istri (Rp) 750.000,600.000,1.500.000,900.000,1.200.000,850.000,1.000.000,-
Penerimaan Total (Rp) 1.550.000,1.600.000,750.000,1.000.000,3.000.000,1.800.000,2.700.000,1.450.000,3.000.000,-
Sumber : Hasil Penelitian
Menurut pengakuan dari para pelaku kredit informal ini, seperti dikatakan pak E bahwa omzet mereka dalam satu bulan adalah berkisar Rp. 1,5 juta sampai dengan Rp. 5 juta. Namun pengkaji mengalami kesulitan untuk mengungkap secara pasti berapa sebenarnya omzet dan modal yang diputar. Angka tersebut hanya sebuah nilai kasar tentang jangkauan aktivitas komersial mereka. Sehingga dapat diperkirakan penghasilan mereka dalam sebulan adalah berkisar antara Rp. 500.000, - sampai dengan Rp. Rp. 2.000.000,- dengan asumsi bunga yang diambil dari setiap pinjaman adalah sebesar 30%. Penerimaan sebesar itu di kalangan komunitas bakul pasar Bantul sudak masuk
65 dalam strata ekonomi menengah. Informasi mengenai penerimaan “bank plecit” ini tentu saja hanya sebagian dari kenyataan. Berdasarkan dari pengamatan dan wawancara dengan para nasabah bakul pasar, ada indikasi penerimaan mereka jauh lebih tinggi dari apa yang mereka sampaikan dalam wawancara.
Gambar 17 Seorang “Bank Plecit” Sedang Bertransaksi Dengan Nasabah Bakul Pasar
Profesi nasabah “bank plecit” yang terbesar adalah bakul pasar, ini bisa dilihat dari aktivitas mereka yang lebih banyak menghabiskan waktu dalam sehari untuk mengunjungi nasabah-nasabahnya di pasar Bantul pada pagi hari dan sore hari. Sedangkan sisa waktu pada sela-sela istirahat siang dipergunakan untuk mengunjungi nasabah-nasabah di luar pasar yaitu penduduk di sekitar pasar Bantul. Disamping itu hasil wawancara dengan beberapa “bank plecit” juga membenarkan pernyataan tersebut. Adapun yang menjadi alasan mereka lebih memilih bakul pasar menjadi nasabahnya adalah karena bakul pasar hampir dapat dipastikan kehadirannya setiap hari di pasar, selain itu profesi ini selalu memegang uang cash dari hasil berdagang (cash flow tinggi). Pernyataan yang mendukung pendapat ini adalah seperti disampaikan oleh Ibu G pada suatu kesempatan, sebagai berikut : “Secara umum saya percaya pada kejujuran para bakul pasar dan mereka bisa dipercaya menjadi nasabah saya. Tentu saja, ada satu dua
66 beberapa yang terlambat dengan cicilannya dan hampir tidak ada yang sampai ngemplang sama sekali tidak mengembalikan. Ketika hal ini terjadi, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Jika hal ini saya laporkan polisi, akan semakin menyulitkan usaha saya, karena aktivitas saya adalah ilegal dan tidak disukai pemerintah. Dari Pengalaman saya selama menjadi “bank plecit” di pasar Bantul, saya bisa mengatakan bahwa 95% nasabah mengembalikan pinjaman pada waktunya, sisanya 4% sering bermasalah. Ini saya anggap sebagai resiko yang harus ditanggung. Dan kurang dari 1% tidak mengembalikan pinjaman alias ngemplang.“ Dari perspektif bakul pasar sendiri, sebenarnya berhubungan dengan “bank plecit” adalah karena kondisinya yang tidak mungkin lagi berhubungan dengan kelembagaan keuangan formal seperti bank formal, dan “bank plecit” merupakan pilihan terakhir apabila sumber-sumber lain tidak mungkin lagi memberinya pinjaman. Hal ini menunjukkan adanya unsur keterpaksaan karena tidak dimilikinya akses kepada kelembagaan keuangan formal yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, ada pendapat di kalangan bakul pasar bahwa berhubungan dengan bank formal adalah suatu hal yang tidak mungkin dijangkau oleh kalangan bawah seperti bakul pasar. Kedua, syarat-syarat administratif yang ditetapkan oleh bank formal cukup membuat bakul pasar berpikir dua kali untuk meminjam uang di bank formal. Ketiga, tidak adanya petugas khusus dari bank formal yang menangani kredit murah tanpa agunan bagi bakul pasar dan memilih pasif menunggu di belakang meja teller. Dari sudut pandang yang berbeda yaitu dari perspektif “bank plecit”, bahwa orang yang telah menerima bantuan dari “bank plecit” akan merasa hutang budi sehingga wajib mengembalikan bantuan tersebut suatu saat. Hal ini sesuai dengan pepatah Jawa bahwa hutang uang bisa dilunasi, hutang budi dibawa mati. Secara tidak langsung, budaya ini diterjemahkan oleh para “bank plecit” untuk mendukung operasi mereka dan meningkatkan optimalisasi profit. Pola hubungan yang terjadi antara “bank plecit” dan nasabah adalah faktor utama yang paling menentukan kemudahan-kemudahan atau fasilitas yang akan diberikan “bank plecit” kepada nasabahnya. Nasabah yang mempunyai “hubungan baik” atau reputasi yang baik sebelumnya akan mendapat kemudahan -kemudahan misalnya akan memperoleh kredit dalam jumlah besar dan jangka panjang, bunga rendah dan tidak perlu menyediakan jaminan. Sebaliknya, nasabah yang belum memiliki akses terhadap tipe hubungan tersebut harus menerima konsekuensi-konsekuensi yang kurang menyenangkan pada saat mereka hendak meminjam uang kepada "bank plecit".
67 Seperti harus menyediakan jaminan barang yang senilai dengan pinjamannya dan akan segera dijualnya apabila ternyata nasabah tidak mampu lagi membayar cicilan. Ketika ditanyakan perihal Kontribusi Sosial ini, pendapat lain disampaikan oleh Mbah Kaji, salah satu tokoh religius yang menjadi panutan di kalangan bakul pasar Bantul, sebagai berikut: “Seorang muslim sudah diwajibkan untuk membayar zakat, zakat fitrah ataupun sedekah. Adapun besarnya zakat, zakat fitrah dan sedekah sudah ditentukan yaitu sebesar 2,5 persen dari penghasilan sebulan. Selain itu orang-orang muslim yang memiliki barang-barang berharga seperti emas dan permata juga wajib membayar 2,5 persen dari hartanya tersebut sebagai zakat per tahun. Sedangkan zakat fitrah adalah berbentuk barang-barang natura seperti beras dan dibayarkan setiap tahun pada akhir Ramadhan. Disamping itu jika seorang muslim tidak dapat menjalankan puasa selama Ramadhan karena berhalangan semisal sakit, hamil, atau sedang menempuh perjalanan jauh maka ia juga harus menyumbangkan sejumlah uang kepada orang miskin sesuai dengan jumlah hari dimana ia tidak dapat menjalankan puasanya. Sedekah adalah kontribusi finansial sukarela untuk membantu anggota masyarakat yang miskin dengan jumlah tergantung kebaikan hati orang tersebut.” Berdasarkan data dari Kecamatan Bantul, sebagian besar masyarakat Bantul (94,6%) adalah muslim sehingga norma-norma agama sangat kental dan mewarnai segala bidang kehidupan masyarakat Bantul. Untuk menjaga hubungan baik dengan nasabah, “bank plecit” kerap kali melakukannya
dengan
empati
yang
ditunjukkan
dengan
bentuk-bentuk
kepedulian sosial. Misalnya ada nasabah yang sedang mempunyai hajatan atau sedang ditimpa musibah ia akan datang untuk memberikan sumbangan uang. Bagi “bank plecit”, uang sejumlah Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 20.000,adalah buka n jumlah yang berarti, karena sebenarnya nilai tersebut sudah masuk dalam kalkulasi nilai yang bisa diperolehnya dari nasabah yang bersangkutan. Jadi nilai tersebut bukanlah uang yang akan hilang. Akan tetapi sebaliknya, “bank plecit” akan memperoleh beberapa manfaat. Pertama, nasabah akan semakin tergantung dan tidak mungkin meninggalkanya. Kedua, nilai tersebut adalah termasuk dalam komponen biaya sosial yang harus dibayar untuk memperbaiki stereotype “bank plecit” sebagai lintah darat. Dengan demikian “bank plecit” menyadari betul bahwa sumbangan-sumbangan tadi bukan hanya semata -mata untuk menunjukkan kepedulian sosialnya, akan tetapi
68 lebih dari itu juga memiliki efek samping ekonomi yang positif yaitu sebagai instrumen konsolidasi hubungan pinjam meminjam uang. Pak Tarno adalah seorang bakul gudeg yang asli Bantul memiliki sebuah los kecil khusus makanan di tengah pasar. Ia telah berkeluarga dan mengelola warung bersama isterinya. Pak Tarno berpendapat bahwa: “Menawi babagan mbang-sinumbang punika sampun dados adat tradisi mas, lan pun jagi dumugi sepriki malah asring sanget blonjo kagem nyumbang langkung ageng tinimbang blonjo dapur. Amargi kados makaten menika mujudaken raos peduli dateng sesami lan dados lambang pasederekan ing antawisipun bakul pasar wonten mriki.” “Masalah sumbangan-sumbangan di antara bakul pasar memang sudah menjadi tradisi dan tetap terjaga hingga saat ini dan seringkali anggaran untuk sumbangan sosial ini lebih besar daripada anggaran dapur seharihari. Karena hal seperti itu menunjukkan kepedulian dan persaudaraan di antara bakul pasar.” Hubungan
personal
antara
“bank
plecit”
dan
bakul
pasar
mempresentasikan sebuah kontrol sosial. Ini terlihat pada saat bakul pasar belum bisa mengembalikan cicilan akan ditunggu sampai punya uang, untuk menghindari cap serakah yg akan diberikan kepada “bank plecit” apabila terlalu menekan nasabah. Sedang Nasabah juga akan selalu berusaha untuk tidak `ngemplang` supaya tidak mendapat sangsi sosial berupa black list oleh “bank plecit”, dan rasa tidak nyaman lagi di lingkungannya karena dikucilkan sesama bakul pasar. Disamping itu “bank plecit” selalu berusaha membantu nasabah yang punya hajat dengan ikut `nyumbang`, sehingga ini mencerminkan simbol modal budaya karena untuk tujuan memperkuat hubung an dengan nasabah. Keberadaan Bank Formal dengan bunga rendah, disamping membantu para bakul pasar, ternyata juga menyediakan tambahan modal bagi praktek “bank plecit”. Proses ekonomi tersebut dideskripsikan sebagai pembagian keuntungan dan resiko antara bank formal dengan “bank plecit”. Dapat ditarik kesimpulan dari pola hubungan ini bahwa antara bank formal dan “bank plecit” terjadi kompetisi dalam hal nasabah namun ada kerjasama dalam hal distribusi kredit di pasar Bantul.
69 7.2.
Resiprositas antara Bakul Pasar dan Bank Pasar Sebagai sebuah kelembagaan keuangan milik Pemerintah Kabupaten,
Bank Pasar memiliki tugas utama untuk melayani kredit skala mikro bagi bakul pasar. Meskipun demikian pada kenyataannya Bank Pasar lebih banyak melayani kredit bagi Pegawai Negeri Sipil, disamping juga melayani kredit dari masyarakat strata bawah yang juga bekerja di pasar seperti para buruh, tukang becak dan sebagainya. Keunggulan yang ditawarkan oleh Bank Pasar adalah tingkat bunga yang rendah (1,5% per bulan). Secara umum dapat disimpulkan bahwa bank-bank formal selalu gagal untuk mengembangkan pola-pola hubungan personal dengan nasabah bakul pasar, bukan hanya karena prosedurprosedur birokratisnya saja tetapi juga disebabkan oleh otoritas kepegawaian yang ditunjukkan oleh karyawan bank pasar. Pendekatan yang diterapkan oleh bank pasar dalam mensosialisasikan kreditnya adalah pendekatan yang bersifat kaku dan berdasarkan pada rasionalitas ekonomi bank. Bank Pasar dalam operasinya sangat dipengaruhi logika-logika efisiensi sebuah bank dimana mereka lebih memilih untuk melayani debitur dalam jumlah kecil namun dalam nominal kredit yang besar daripada nasabah dalam jumlah besar namun nominal kreditnya kecil-kecil. Sehingga kredit bank biasanya terbatas pada minoritas nasabah strata atas dan menengah yang lebih bisa menerima prosedur bank yang berbelit-belit.
7.3.
Analisis SWOT Dari ketiga stakeholder yaitu bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar
masing-masing telah dilakukan wawancara individual dan diberikan kuesioner isian untuk menggali informasi mengenai faktor internal dan eksternal. Teknik wawancara dilakukan karena analisis SWOT hampir selalu dibuat berdasarkan pendapat
responden
yang
jumlahnya
cukup
proporsional.
Sedangkan
pembuatan kuesioner adalah terutama untuk menentukan bobot dan urgensinya. Faktor-faktor tersebut selanjutnya akan dianalisis secara kuantitatif. Pembobotan disini
bermaksud
menilai
berat
tidaknya
permasalahan
yang
dihadapi
stakeholder. Semakin besar nilai bobot, berarti makin berat permasalahan yang harus diselesaikan. Total bobot analisis internal adalah 1,00 karena dianggap sebagai satu kesatuan yang utuh dan sudah dilakukan upaya standarisasi. Selain bobot, faktor-faktor internal dan eksternal juga diukur tingkat urgensinya.
70 Hal ini untuk menentukan penting atau tidaknya permasalahan dari segi waktu penanganannya. Semakin segera harus ditangani maka tingkat urgensinya semakin besar. Untuk menentukan mana kategori yang masuk Strength, dipilih bila ratarata baris lebih besar dari rata-rata kolom untuk kuesioner faktor internal. Untuk menentukan Weakness, dipilih yang rata-rata baris lebih kecil dari rata-rata kolom untuk kuesioner internal. Hal yang sama berlaku untuk analisis eksternal. Untuk menentukan mana yang tergolong opportunity, maka dipilih yang rata-rata baris lebih besar dari rata-rata kolom pada kuesioner eksternal. Berikutnya untuk menentukan threat, dipilih yang rata -rata barisnya lebih kecil dari rata -rata kolom untuk kuesioner eksternal. Pada waktu dilakukan pembobotan
yang diolah
kemudian , maka bobot rata-rata baris ini dikurangi dengan rata-rata kolom (distandarisasikan) dalam harga mutlak sehingga tidak ada nilai yang negatif. Kemudian bobot ini dikalikan dengan urgensinya.
Gambar 18 Wawancara Dengan Ketua Paguyuban Bakul Pasar
Metode pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif adalah melalui wawancara dan pembagian kuesioner bagi responden bakul pasar dilakukan di berbagai lokasi, mulai dari tempat berjualan, warung makan, tempat parkir atau rumah responden. Pengkaji berhasil mewawancarai 30 orang responden bakul
71 pasar dari berbagai pelapisan mulai dari bakul yang menempati kios, los, tlasaran maupun bakul ideran. Sesuai jawaban responden yang diberikan pada saat pengisian kuesioner, maka dapat disimpulkan strategi dari masing-masing stakeholder sebagai berikut.
Tabel.16 Interaksi SWOT Stakeholder Bakul Pasar “Bank Plecit” Bank Pasar Bakul Pasar “Bank Plecit” Bank Pasar
Strategi SO
Strategi ST
SO = 193,05 SO = 373,37 SO = 252,69
ST = 269,04 ST = 332,50 ST = 255,33
Strategi WO WO = 170,14
Strategi WT WT = 246,14
WO = 250,86 WO = 211,04
WT = 209,99 WT = 213,68
Sumber: Hasil pendapat responden
Strategi ST terpilih untuk stakeholder bakul pasar dan bank pasar sedangkan strategi SO terpilih untuk stakeholder “bank plecit” . Strategi SO adalah strategi yang paling murah karena dengan bekal yang paling sedikit dapat didorong kekuatan yang sudah ada untuk maju (mengandalkan keunggulan komparatif). Atau dengan kata lain, strategi ini memanfaatkan kekuatan yang ada untuk menangkap peluang, strategi ini disebut juga strategi yang agresif. Strategi ST agak lebih mahal karena dengan bekal yang paling sedikit untuk mengatasi ancaman yang sudah ada untuk maju sehingga harus dilakukan mobilisasi. Strategi ini disebut juga strateg i diversivikasi. Mobilisasi menghadapi dua pilihan yaitu: 1. Melawan ancaman, memelihara status quo (tak bergeming). 2. Merubah ancaman, jadi kesempatan atau merubah status quo.
Setelah dipilih strategi dengan mengawinkan elemen internal dan eksternal, langkah berikutnya adalah menentukan alternatif strategi berdasarkan nilai pembobotan IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (External Factor Analysis Summary) seperti disajikan dalam tabel berikut ini.
72 Tabel.17 Matriks SWOT Bakul Pasar
1. 2. 3. 4. EFAS
2. 3.
Potensi pengembangan ekonomi berbasis lokal Potensi dan pertumbuhan investasi Keberpihakan pemerintah lokal kepada bakul pasar
1. 2.
3.
2. 3. 4.
Hadirnya kompetitor sektor informal karena terbatasnya lapangan kerja di sektor formal Kemampuan berkompetisi dengan pemain-pemain baru Ekspansi pasar pemodal kuat Kompetisi yang semata-mata mengandalkan mekanisme pasar
1. 2. 3.
4.
Mengakses program dari instansi Pemerintah Memperluas akses terhadap kelembagaan keuangan formal Menjalin kemitraan dengan pengusaha besar
1.
2. 3.
2. 3. 4.
Mengembangkan solidaritas sesama bakul pasar Melakukan diversivikasi produk dan usaha Memperkuat kelembagaan Keuangan yang sudah ada Melakukan akumulasi modal secara mandiri dalam lingkup komunitas
Mengembangkan kemitraan dengan sumber-sumber permodalan Meningkatkan ketrampilan dasar berwirausaha Mengembangkan jejaring dengan stakeholder
Strategi WT 1.
1.
Kondisi permodalan bakul pasar Pengetahuan dan ketrampilan dalam berdagang Kemampuan memanfaat ilmu yg memadai untuk mengembangkan usaha Kemampuan melakukan diversifikasi usaha
Strategi W O
STRATEGI TERPILIH S-T
Threat 1.
Kejujuran dan kepolosan bakul pasar Motivasi dalam mengembalikan pinjaman Kekerabatan & kekeluargaan Sikap subsisten yang mendahulukan selamat dan aman daripada keinginan jangka panjang
Strategi SO
Opportunity 1.
Weakness
Strength
IFAS
2. 3. 4.
Meningkatkan kepercayaan dari pelanggan Meningkatkan kualitas produk agar lebih kompetitif Efisiensi biaya produksi Menjaga kepercayaan suplier
73 Tabel.18 Matriks SWOT “Bank Plecit”
1. 2.
EFAS
3. 4. 5. 6. 7.
2. 3.
4. 5.
Kepercayaan nasabah bakul pasar kepada ”bank plecit” Hubungan sosio-kultural yang terjalin dengan bakul pasar Market share kalangan bawah yg tidak terjangka u oleh kelembagaan keuangan formal Prosedur informal ”bank plecit” Kemampuan keuangan kalangan bawah untuk menjangkau kredit besar dari bank formal
Threat 1. 2. 3. 4. 5.
Regulasi pemerintah terhadap praktek perkreditan ilegal Populasi ”bank plecit” di pasar Bantul Kompetisi antara pelaku ”bank plecit” Kecukupan modal Stereotype terhadap ”bank plecit”
Agresifitas dalam mencari nasabah Kemampuan melakukan pendekatan personal, kultural atau bahkan keagamaan dalam mendapatkan nasabah Fleksibilitas pembayaran cicilan kredit Fleksibilitas agunan Menjaga hubungan dan kepercayaan dengan nasabah Profit taking dari bunga cicilan (20% per periode) Profit oriented
STRATEGI TERPILIH S-O
Opportunity 1.
Weakness
Strength
IFAS
1.
2. 3. 4. 5.
Memperkuat pola hubungan yang sudah baik dengan bakul pasar Efisiensi biaya o perasional Membangun pangsa pasar baru di luar bakul pasar Memperbaiki image negatif dalam masyarakat Mengembangkan pendekatanpendekatan sosio-kultural
Strategi ST 1. Membentuk organisasi yang solid dan mempunyai kekuatan rebut tawar untuk memenangkan kompetisi 2. Menjaga populasi “bank plecit” di pasar Bantul 3. Rasionalisasi bunga kredit 4. Mengembangkan jejaring dengan sumber-sumber pinjaman modal
1.
2.
3. 4.
Pendekatan informal dalam manajemen dan administrasi nasabah Kemampuan beradaptasi dengan perkembangan situasi pereko nomian Legalitas usaha Pemahaman terhadap keterbatasan nasabah bakul pasar
Strategi WO 1. Meningkatkan efisiensi biaya operasional 2. Memperbaiki image negatif di masyarakat 3. Meningk atkan pengetahuan ttg manajemen hutang piutang 4. Meningkatkan kepedulian kepada bakul pasar 5. Memfokuskan kegiatan pada kredit skala sangat mikro
Strategi WT 1. Membentuk organisasi yang solid dan mempunyai kekuatan rebut tawar untuk memenangkan kompetisi 2. Menjaga populasi “bank
74 Tabel.19 Matriks SWOT Bank Pasar
1.
EFAS
2. 3. 4. 5. 6. 7.
2. 3.
Kepercayaan dan dukungan permodalan dari pemerintah lokal Pangsa pasar kredit mikro Regulasi dari pemerintah
1. Optimalisasi Jaringan Kerja 2. Mengembangkan pola hubungan dengan nasabah bakul pasar 3. Menambah karyawan yang khusus menangani kredit bakul pasar
2. 3.
Demand akan kredit murah dan mudah bagi bakul pasar Populasi BPR swasta Populasi kelembagaan keuangan informal
1. 2.
3. 4. 5.
1.
2. 3.
2.
3.
Meningkatkan sosialisasi produk kredit murah Memperkuat keunggulan komparatif untuk memenangkan kompetisi Menyederhanakan prosedur administratif kredit bagi bakul pasar
Meningkatkan agresifitas dalam mencari nasabah bakul pasar dg pendekatan sosio-kultural Mengembangkan kontribusi sosial kepada bakul pasar Meningkatkan nasabah bakul pasar
Strategi WT 1.
1.
Agresifitas dalam mencari nasabah Pendekatan informal dalam manajemen dan administrasi nasabah Fleksibilitas pembayaran cicilan kredit Menjaga hubungan dan kepercayaan dengan nasabah Kemampuan beradaptasi dengan perkembangan situasi perekonomian
Strategi WO
STRATEGI TERPILIH S-T
Threat 1.
Kemampuan melakukan pendekatan personal, kultural atau bahkan keagamaan dalam mendapatkan nasabah Fleksibilitas agunan Profit oriented Legalitas usaha Kecukupan modal Jaringan kerja Bunga kredit
Strategi SO
Opportunity 1.
Weak ness
Strength
IFAS
2.
3.
Memfokuskan diri untuk lebih melayani bakul pasar. Meningkatkan efisiensi biaya untuk memenangkan persaingan kredit mikro Mengembangkan diversivikasi produk kredit mikro
Tabel 20 Strategi Pemberdayaan Bakul Pasar
Strategi S-O
Strategi S-T
Strategi W-O
Strategi W-T
Strategi Masing-Masing Stakeholder
Stakeholder
Strategi Bakul Pasar 1. Mengakses program dari instansi Pemerintah 2. Memperluas akses terhadap kelembagaan keuangan formal 3. Menjalin kemitraan dengan pengusaha besar
1. Mengembangkan solidaritas sesama bakul pasar 2. Melakukan diversivikasi produk dan usaha 3. Memperkuat kelembagaan Keuangan yang sudah ada 4. Melakukan akumulasi modal secara mandiri dalam lingkup komunitas 1. Mengembangkan kemitraan dengan sumber-sumber permodalan 2. Meningkatkan ketrampilan dasar berwirausaha 3. Mengembangkan jejaring dengan stakeholder
1. Meningkatkan kepercayaan dari pelanggan 2. Meningkatkan kualitas produk agar lebih kompetitif 3. Efisiensi biaya produksi 4. Menjaga kepercayaan suplier
“Bank Plecit” 1. Memperkuat pola hubungan yang sudah baik dengan bakul pasar 2. Efisiensi biaya operasional 3. Membangun pangsa pasar baru di luar bakul pasar 4. Memperbaiki image negatif dalam masyarakat 5. Mengembangkan pendekatan pendekatan sosio -kultural 1. Membentuk organisasi yang solid dan mempunyai kekuatan rebut tawar untuk memenangkan kompetisi 2. Menjaga populasi “bank plecit” di pasar Bantul 3. Rasionalisasi bunga kredit 4. Mengembangkan jejaring dengan sumber-sumber pinjaman modal 1. Meningkatkan efisiensi biaya operasional 2. Memperbaiki image negatif di masyarakat 3. Meningkatkan pengetahuan ttg manajemen hutang piutang 4. Meningkatkan kepedulian kepada bakul pasar 5. Memfokuskan kegiatan pada kredit skala sangat mikro 1. Membentuk organisasi yang solid dan mempunyai kekuatan rebut tawar untuk memenangkan kompetisi 2. Menjaga populasi “bank
Bank Pasar 1. Optimalisasi Jaringan Kerja 2. Mengembangkan pola hubungan dengan nasabah bakul pasar 3. Menambah karyawan yang khusus menangani kredit bakul pasar 1. Meningkatkan sosialisasi produk kredit murah 2. Memperkua t keunggulan komparatif untuk memenangkan kompetisi 3. Menyederhanakan prosedur administratif kredit bagi bakul pasar
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1. 2.
1. Meningkatkan agresifitas dalam mencari nasabah bakul pasar dg pendekatan sosio-kultural 2. Mengembangkan kontribusi sosial kepada bakul pasar 3. Meningkatkan nasabah bakul pasar 1. Memfokuskan diri untuk lebih melayani bakul pasar. 2. Meningkatkan e fisiensi biaya untuk m emenangkan persaingan kredit mikro 3. Mengembangkan diversivikasi produk kredit mikro
3. 4. 5. 6.
1. 2. 3. 4. 5.
Strategi Bakul Pasar Membangun Organisasi yg efektif Membangun jejaring dg stakeholder lain Mengembangkan solidaritas sesama bakul pasar Melakukan diversivikasi produk dan usaha Memperkuat kelembagaan Keuangan yang sudah ada Melakukan akumulasi modal secara mandiri dalam lingkup komunitas Meningkatkan kemampuan manajemen usaha Strategi "Bank Plecit" Mengembangkan organisasi antar pelaku ”bank plecit” Memperkuat pola hubungan yg sudah baik dg bakul pasar Efisiensi biaya operasional Membangun jejaring untuk memperluas pangsa pasar Memperbaiki image negatif dalam masyarakat Mengembangkan pendekatanpendekatan sosio-kultural
Strategi Pemberdayaan Bakul Pasar 1. Pengembangan kelembagaan permodalan dengan mengintegrasikan kelembagaan permodalan yang ada 2. Peningkatan kemampuan manajemen usaha komunitas bakul pasar 3. Pengembangan kerjasama dengan pelaku ekonomi yang lebih kuat 4. Peningkatan peran organisasi paguyuban bakul pasar.
Strategi Bank Pasar Meningkatkan sosialisasi produk kredit murah Memperkuat keunggulan komparatif untuk memenangkan kompetisi Mereduksi prosedur administratif kredit bagi bakul pasar Mengembangkan kontribusi sosial bagi bakul pasar Optimalisasi Jaringan Kerja
75
Kegiatan selanjutnya setelah analisis data kuantitatif hasil kuesioner adalah pelaksanaan FGD untuk menentukan alternatif strategi yang paling sesuai untuk memberdayakan bakul pasar sebagai stakeholder utama. FGD melibatkan perwakilan dari setiap stakeholder agar memberikan manfaat yang paling optimum dan prioritas bagi bakul pasar, namun tetap memberikan manfaat dan keuntungan bagi “bank plecit” da n bank pasar. Bagi “bank plecit” akan memberikan manfaat dalam penyediaan modal, sedangkan bagi bank pasar akan memberikan manfaat dengan berkurangnya biaya transaksi dan adanya jaminan pengembalian kredit dari pemerintah lokal.
76
VIII. STRATEGI PEMBERDAYAAN BAKUL PASAR
8.1.
Perumusan Strategi Pemberdayaan Bakul Pasar Sektor informal khususnya yang berada di pasar tradisional merupakan
sektor yang memainkan peranan penting dalam perekonomian daerah baik saat ini maupun di masa mendatang karena sifatnya yang mudah dimasuki (easy to entry). Secara mikro pentingnya peranan sektor informal dapat diamati dari beberapa alasan sebagai berikut : 1. Menciptakan peluang kerja dan usaha 2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat 3. Menjangkau daya beli berbagai lapisan masyarakat 4. Meningkatkan pendapatan asli daerah 5. Mengembangkan semangat kewira-usahaan 6. Mendukung pariwisata Namun demikian, Berdasarkan wawancara mendalam dan FGD bersama dengan stakeholder, dapat dirangkum permasalahan yang ada pada komunitas bakul pasar tradisional diantaranya: (1)rendahnya keberpihakan kelembagaan permodalan formal dan informal kepada bakul pasar, sehingga para bakul pasar kesulitan untuk mendapatkan modal dengan bunga rendah dan mudah diperoleh untuk mengembangkan skala usahanya menjadi lebih besar; (2)minimnya pengetahuan dan ketrampilan bakul pasar, sehingga semakin membawa mereka pada posisi yang termarginalkan pada situasi perekonomian yang semakin kapitalis; (3)lemahnya jejaring antara bakul pasar dengan suplier dan pelaku ekonomi lapisan atas sehingga bakul pasar sulit melakukan ekspansi usaha; (4)lemahnya
peran
organisasi
dan
kelembagaan
bakul
pasar
sehingga
menyebabkan posisi rebut tawar (bargaining position) sesama bakul pasar kurang menguntungkan. Untuk menganalisis lebih jauh mengenai permasalahan dan potensi bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar maka dilakukan pengamatan, wawancara mendalam dan focus group discussion. Dalam kegiatan penelitian ini sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat hal yang menjadi prioritas adalah mengutamakan kesetaraan, kemandirian, partisipasi dan sedapat mungkin prakarsa dari bawah. Melalui wawancara mendalam dan kuesioner yang dibagikan, stakeholder dapat menyampaikan berbagai permasalahan,
77
78 inisiatif dan harapan masing-masing secara bebas tanpa tekanan dari pihak manapun.
Data
yang
telah
diperoleh
tersebut
selanjutnya
dianalisis
menggunakan alat analisis SWOT untuk menentukan strategi pemberdayaan bagi bakul pasar sebagai stakeholder utama. Adapun penentuan strategi dilaksanakan dengan metode FGD yang melibatkan perwakilan dari masingmasing stakeholder. Setelah melalui proses identifikasi permasalahan dan potensi masingmasing
stakeholder,
langkah
selanjutnya
adalah
merumuskan
strategi
pemberdayaan bakul pasar tradisional dengan melibatkan perwakilan dari masing-masing stakeholder yaitu bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar dan difasilitasi oleh Lurah Pasar. Berdasarkan matriks SWOT, perumusan strategi dilakukan dengan metode FGD untuk menentukan prioritas dan urgensitas dari setiap permasalahan bakul pasar tradisional. Peserta diskusi sebagian besar berpendapat bahwa prioritas permasalahan ada pada terbatasnya faktor-faktor permodalan, sehingga menghambat para bakul pasar untuk mengembangkan skala usahanya menjadi lebih besar. Kelembagaan keuangan yang ada baik formal dalam hal ini adalah bank pasar dan informal dalam hal ini adalah “bank plecit” belum berorientasi kepada bakul pasar. Sehingga bakul pasar seringkali jatuh dan bangkrut karena terjerat hutang kepada kelembagaan keuangan informal sedangkan akses kepada kelembagaan keuangan formal kurang baik. Permasalahan berikutnya adalah minimnya pengetahuan dan ketrampilan bakul pasar dalam mengelola usaha perdagangannya, sehingga semakin membawa mereka pada posisi yang termarginalkan pada situasi perekonomian yang semakin kapitalis. Bakul pasar yang berada pada pelapisan sosial terbawah dalam komunitasnya, dalam rantai distribusi barang dan jasa adalah posisi paling lemah sehingga komunitas ini selalu mendapat profit sharing yang paling minimal. Selain itu, kurangya ketrampilan dalam mengelola usaha sehingga memperkecil kemungkinan untuk melakukan diversivikasi usaha dan cenderung bertahan pada rutinitasnya saja. Dalam perspektif sosiologi hal ini menunjukkan sikap subsisten bakul pasar yang berangkat dari masyarakat petani masih cukup kuat. Sikap subsisten ini juga di ekspresikan oleh para bakul pasar dalam menjalankan usahanya sehingga mereka sudah merasa aman dan cukup apabila sudah memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya pada hari itu. Namun demikian berdasarkan pendapat dari ketua paguyuban bakul pasar, terdapat sebagian kecil anggota komunitas utamanya yang berada pada lapisan
79 atas stratifikasi sosial dalam komunitas bakul pasar, sudah bersikap komersial. Kelompok kecil ini adalah mereka yang memiliki usaha dalam skala besar, institusi-institusi finansial dan kegiatan bisnis lainnya. Permasalahan selanjutnya adalah lemahnya jejaring antara bakul pasar dengan suplier dan pelaku ekonomi lapisan atas sehingga bakul pasar sulit melakukan ekspansi usaha. Pertumbuhan ekonomi di tingkat daerah dan lokal yang terjadi serta bergulirnya era perdagangan bebas dalam skala nasional dan internasional yang ditopang dengan kemajuan teknologi perdagangan, semakin meningkatkan volume dan arus distribusi barang dan jasa. Hal ini menjadi sebuah tantangan baru bagi para pelaku usaha perdagangan di dalam negeri sekaligus menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk berpartisipasi dalam dunia perdagangan. Peluang ini menjadikan dunia perdagangan berkembang sangat pesat. Kondisi ini membuat pelaku dunia perdagangan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu: (1) Pelaku bisnis ritel besar yang tercakup dalam kegiatan pasar modern; dan (2) Pedagang kecil dan menengah sebagai unit usaha (pelaku usaha) yang mengembangkan pasar tradisional. Prospek bisnis ritel besar dalam kegiatan pasar modern dilakukan oleh pemodal-pemodal kuat dan jaringan rantai perdagangan yang kuat pula mulai dari hulu sampai dengan hilir. Kegiatan pasar modern ini pada saat sekarang menunjukkan indikasi yang semakin cerah, sejalan dengan pertumbuhan daya beli masyarakat
yang
semakin baik juga, sedangkan pedagang kecil yang berada di pasar-pasar tradisional mempunyai peran sebagai penggerak ekonomi masyarakat ke cil, pada umumnya kurang berkembang sebagaimana laju pebisnis ritel besar. Guna menciptakan sinergi antara pengusaha besar dengan pedagang kecil menengah, koperasi serta pasar tradisional, sudah saatnya dijalin kerjasama dalam format kemitraan antara pedagang besar dan pedagang kecil seperti bakul pasar. Hal ini sejalan dengan keputusan bersama Menteri Perindustrian dan Perdagangan dengan Menteri Dalam Negeri Nomor: 145/MPP/Kep/S/97 dan Nomor: 57 Tahun 1997 tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan. Prioritas masalah yang terakhir adalah lemahnya peran organisasi dan kelembagaan komunitas bakul pasar sehingga menyebabkan posisi rebut tawar (bargaining position) dalam situasi yang kurang menguntungkan. Manfaat kelembagaan dan kekuatan organisasi da lam menyelesaikan masalah belum sepenuhnya disadari oleh komunitas bakul pasar sehingga perlu diberdayakan secara lebih optimal.
80 Dari kelima prioritas masalah yang telah dirumuskan menurut prioritas dan pertimbangan urgensitas, pembahasan berikutnya adalah merumuskan strategi pemberdayaan. Pada awal diskusi pengkaji menawarkan beberapa alternatif
strategi
berdasarkan
analisis
SWOT
yang
telah
dirumuskan
sebelumnya dan berdasarkan hasil diskusi terpilih beberapa alternatif strategi pemberdayaan komunitas bakul pasar sebagai berikut: (1) Pengembangan kelembagaan permodalan dengan mengintegrasikan kelembagaan permodalan yang ada; (2) Peningkatan kemampuan manajemen usaha komunitas bakul pasar; (3) Pengembangan kerjasama dengan pelaku ekonomi yang lebih kuat; (4) Peningkatan peran organisasi paguyuban bakul pasar.
8.2.
Rancangan Program Tindakan
8.2.1. Strategi
Pengembangan
Kelembagaan
Keuangan
dengan
mengintegrasikan kelembagaan permodalan yang ada Berdasarkan
hasil FGD, dimana para peserta diskusi mayoritas
berpendapat bahwa masalah yang paling urgent dan harus mendapat prioritas utama dalam pengembangan bakul pasar adalah diber dayakannya kelembagaan keuangan yang berorientasi kepada bakul pasar dengan mengintegrasikan kelembagaan permodalan “bank plecit” dan bank pasar. Dengan berpedoman pada analisis SWOT bagi bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar, diharapkan dapat dibangun sebuah kelembagaan permodalan yang berorientasi kepada bakul pasar dengan mengintegrasikan kelembagaan permodalan yang ada, sehingga disepaka ti strategi pengembangannya sebagai berikut: 1. Me mbangun kelembagaan permodalan dengan mengintegrasikan bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar secara sinergi 2. Membuat kesepakatan dan aturan main di antara bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar 3. Mengopti malkan peran pemerintah lokal sebagai regulator
8.2.2. Strategi Peningkatan Kemampuan Manajemen Usaha Pelatihan secara partisipatif bagi bakul pasar dengan kerjasama antara LSM, PT, Koperasi untuk mengembangkan sikap dan derajat entrepreneurship pelaku sektor informal, misalnya sikap optimisme, kejelasan tujuan dan strategi serta pendekatan untuk mencapai tujuan, dan memanfaatkan peluang dan
81 sumberdaya yang mereka miliki. Selain hal itu dalam melakukan kegiatannya, bakul
pasar
kurang
memahami
dasar-dasar
pengelolaan
usaha
(basic
management skills ) dan juga tentang pemasaran. Beberapa alternatif yang dipilih dalam diskusi untuk mengatasi masalah tersebut antara lain: 1. Pelatihan pengelolaan usaha 2. Pelatihan perencanaan partisipatif 3. Studi banding pada komunitas lain y ang lebih berhasil
8.2.3. Strategi Pengembangan Kerjasama Keterkaitan dan kemitraan antara pelaku sektor informal dan usaha formal yang bersifat transformatif dalam hal meningkatkan kemampuan pengelolaan usaha, penciptaan peluang dan risiko usaha, transaksi usaha dan perluasan pasar sangat diperlukan untuk mengembangkan sumber daya lokal. Pengembangan dapat dilakukan dengan penyuluhan, penyebaran informasi seputar kegiatan usaha, pengembangan wawasan, penggalakan pembukuan dalam usaha, yang semua itu dapat dilakukan lewat pendidikan atau pelatihan. Beberapa alternatif strategi yang disepakati bersama adalah: 1. Pendampingan 2. Menjalin komunikasi dengan stakeholders
8.2.4. Strategi Peningkatan Peran Organisasi Paguyuban Bakul Pasar Strategi untuk meningkatkan peran organisasi paguyuban bakul pasar : 1. Memperkuat organisasi paguyuban bakul pasar 2. Menciptakan kegiatan variatif seperti arisan, olah raga, pengajian dll 3. Menyelenggarakan rembug warga komunitas secara rutin
Gambar 1 9 Kerangka Alur Pemberdayaan Komunitas Bakul Pasar Tradisional
MASALAH
STRATEGI
PROGRAM PEMBERDAYAAN
HASIL
1. Rendahnya keberpihakan kelembagaan permodalan formal & informal kepada bakul pasar
1. Pengembangan Kelembagaan Keuangan dengan mengintegrasikan kelembagaan permodalan yg ada
1. Penguatan Economic Capital
1. Profit sharing yang adil
2. Minimnya pengetahuan dan ketrampilan
2. Peningkatan
2. Penguatan Human Capital
2. Meningkatnya skala usaha dan diversivikasi usaha bakul pasar
kemampuan manajemen usaha komunitas bakul pasar tradisional
3. Lemahnya Jejaring dalam sistem perekonomian
3. Pengembangan kerjasama dengan pelaku ekonomi yang lebih kuat
3. Penguatan Kemitraan
3. Efisiensi biaya dan meningkatkan daya saing.
4. Lemahnya peran organisasi dan kelembagaan bakul pasar
4. Peningkatan
4. Penguatan Social Capital
4. Meningkatnya daya saing usaha
peran organisasi paguyuban bakul pasar
Peningkatan Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi Bakul Pasar
82
Tabel 21 Rencana Kegiatan dalam Rangka Pemberdayaan Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul
No
Program
Tujuan
1.
Penguatan Economic Capital
Menyediakan modal yg murah & mudah diperoleh bagi bakul pasar untuk mengembangkan usaha
2.
Penguatan Human Capital
3.
Penguatan Kemitraan
Mendorong peningkatan kualitas pengetahuan dan ketrampilan dalam manajemen usaha Keberlanjutan komunitas bakul pasar
4.
Penguatan Social Capital
Memperkuat wadah paguyuban bakul pasar sebagai sarana komunikasi antar anggota komunitas
Kegiatan
Indikator
Waktu
Sumber
• bakul pasar • “bank plecit” • bank pasar
• bakul pasar • “bank plecit” • bank pasar
Desember 2005
Swadaya masyarakat
• Trampil dan ambil • Anggota bagian dalam komunitas rencana usaha bakul pasar • Trampil dalam • Pengurus mengelola paguyuban komunitas bakul pasar
• BKM Pendamping
Mulai Oktober 2005
• Swadaya Komunitas • Bantuan pihak lain
Pengusaha Besar Pihak Lain
•
Oktober 2005
Swadaya Masyarakat
• Anggota komunitas bakul pasar • Pengurus paguyuban bakul pasar
• •
setiap waktu mulai Sept 2005
•
Swadaya Masyarakat
•
Swadaya Masyarakat
• Membangun kelembagaan permodalan dg mengintegrasikan bakul pasar, “bank plecit” & bank pasar • Membuat kesepakatan aturan main • Mengoptimalkan peran pemerintah lokal sebagai regulator • Pelatihan pengelolaan usaha • Pelatihan perencanaan partisipatif • Studi banding pada komunitas lain yang lebih berhasil
• Tersedianya modal dg bunga murah dan mudah diperoleh • Pola hubungan yang sinergi di antara stakeholder
• Pendampingan • Menjalin komunikasi dengan stakeholders
Jumlah Lembaga dan Tokoh Masyarakat yang terkait • Anggota komunitas & pengurus paguyuban lebih aktif dlm kegiatan • Jumlah anggota komunitas yg hadir
• Memperkuat organisasi paguyuban bakul pasar • Menciptakan kegiatan variatif seperti arisan, olah raga, pengajian dll • Menyelenggarakan rembug warga komunitas secara rutin
Sasaran
• •
Pelaksana
•
• •
Tokoh Masyarakat Anggota Komunitas BKM Ang.Komunit as Ang.Komunit as Pengurus KSM
83
IX. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
9.1.
Kesimpulan Dalam mengidentifikasi pola kerjasama yang terjadi antara bakul pasar
dan “bank plecit” dapat dilihat dari perspektif maing-masing stakeholder. Dari perspektif bakul pasar, berhubungan dengan “bank plecit” adalah merupakan pilihan terakhir apabila kondisinya yang tidak mungkin lagi berhubungan dengan kelembagaan keuangan formal seperti bank pasar. Hal ini menunjukkan adanya unsur keterpaksaan dalam mekanisme pertukaran antara bakul pasar dan “bank plecit”. Kemudian apabila dipandang dari perspektif “bank plecit”. Aktivitas melepas uang di pasar Bantul dijalankan sebagai upaya akumulasi modal yang telah diinvestasikan dengan kecenderungan keberhasilan yang lebih baik dibandingkan dengan profesi sebelumnya. Sehingga profesi ini merupakan salah satu pilihan yang menjanjikan percepatan perolehan profit. Berdasarkan kedua perspektif tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini bakul pasar adalah pihak yang tersubordinasi dan “bank plecit adalah pihak yang mendominasi. Hal yang memperkuat kesimpulan ini adalah tidak adanya ide moral yang terkandung di dalam pertukaran tersebut yang menimbulkan perasaan-perasaan terimakasih bakul pasar dan legitimasi sedangkan pertukaran yang tidak sepadan tersebut menguntungkan “bank plecit” dan tidak mengekspresikan keadilan. Berdasarkan wawancara dengan responden, terungkap ada beberapa mekanisme kerja “bank plecit” dalam mengakumulasi modal. Untuk mengawali aktivitasnya modal berasal dari akumulasi profit yang diperoleh dari berdagang atau simpanan sebagian pendapatan yang mereka peroleh dari profesi sebelumnya. Setelah dirasa cukup jumlahnya, tabungan tersebut menjadi modal awal untuk terjun sebagai “bank plecit”. Selain itu untuk mengawali profesi sebagian “bank plecit” berusaha mendapatkan modal awal dari institusi formal seperti bank formal atau dari “bank plecit” lain yang sudah kuat secara modal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu sumber yang memberikan modal kepada “bank plecit” adalah bank formal dan salah satunya Bank Pasar Bantul. Kesimpulan ini juga tidak dibantah oleh karyawan Bank Pasar pada waktu dilaksanakan wawancara mendalam. Program kredit murah tanpa agunan yang didesain untuk menolong bakul pasar terbukti tidak sepenuhnya dimanfaatkan oleh bakul pasar. Karena bank formal tidak membedakan tipe nasabah yang berbeda, semua diperlakukan sama baik nasabah biasa maupun pengusaha.
84
85 Kompetisi bank formal dan “bank plecit” tidak pernah membawa pada jatuhnya salah satu pihak yang bersaing. Hadirnya program-program kredit murah yang ditawarkan bank formal secara tidak langsung justru memberikan dukungan dalam bentuk modal kepada “bank plecit” untuk meningkatkan skala usahanya. Realita yang terjadi adalah “bank plecit” adalah penghubung antara bank formal dengan masyarakat strata bawah.
9.2.
Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan hasil-hasil kajian yang diperoleh di lapangan maka
diperlukan upaya-upaya positif untuk memberdayakan komunitas bakul pasar tradisional sesuai dengan aspirasi anggota komunitas sendiri dan diperlukan dukungan dari pemerintah lokal sebagai berikut.
Pemerintah Kabupaten Bantul 1. Memberikan jaminan dan perlindungan bagi bakul pasar untuk dapat membuka akses kepada bank-bank formal. 2. Menjalankan fungsi sebagai regulator bagi praktek kredit mikro di kalangan bakul pasar. 3. Menjadi mediator dalam upaya membuka link atau jalur antara pengusaha besar (sektor formal) dengan bakul pasar (sektor informal) agar dapat memperoleh barang dagangan dengan harga yang lebih kompetitif 4. Merangsang bakul pasar untuk menjadi anggota koperasi. 5. Membantu pemasaran barang
dagangan dilakukan dengan memberi
kesempatan bakul pasar untuk mengikuti pameran perdagangan dengan fasilitasi dari Pemerintah. 6. Melakukan profesionalisasi bakul pasar. Dengan cara memberikan pinjaman modal, penata an dan dikelola secara profesional agar tercipta suasana berdagang yang kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
________, 1998, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. Nomor: 23/MPP/Kep/1/1998. tentang Lembaga -lembaga Usaha Perdagangan. Jakarta. 1998. Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Lembaga Penerbit FE-UI. Jakarta. Blau, Peter. Exchange and Power in Social Life, New York: Wiley. 1961 Bosch, Ellie. 2002. Micro-finance: New Wine in A New Bottle Brokensha, David, P. Hodge Chandler. Community Development: An Interpretion. Chandler, USA: 1970. Bourdieu,Pierre, Homo Academicus, Polity Press, London, 1988 Christenson,J.A and RobinsonJr,JW.1989. Community Development Perspective.Iowa State University Pres.Ames Ditjen Per dagangan Dalam Negeri. 1997. Pedoman Pengelolaan Pasar
in
Geertz,Clifford. Peddlers and Princes. Chicago: Chicago University Press.1973 Gouldner, Alvin. W. The Norm of Reciprocity: A Preliminary Statement, American Sociological Review 25:2 (April 1960) Gunardi dan Sarwititi. 2003. Pengantar Pengembangan Masyarakat. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Granoveter,Mark & Richard Swedberg (eds). The Sociology of Economic Life”. Boulder San Fransisco-Oxford:Westview Press. 1992 Hikmat, Harry . 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press. Bandung. Ibrahim, Jabal T. 2003. Sosiologi Pedesaan. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang. Ife, Jim. 2002. Community Development: Community Based Alternatives in an Age of Globalization. Pearson Education. Australia. Ife,Jim.1995. Community Development: Creating community alternatives -vision, analysis, and practice. Melbourne: Longman. Israel, Arturo. 1990. Pengembangan Kelembagaan Pengalaman proyek -proyek Bank Dunia. LP3ES. Jakarta. Jary, David & Julia Jary. Dictionary of Sociology, Glasgow:Harper Collins Publisher. 1991 Jenifer, Alexander. “Batas Minimum Kredit Pedagang Kecil“ dalam Prisma. No 7. Juli 1987. Koentjaraningrat, 1964. Masyarakat Desa di Indonesia Masa Ini. Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kolopaking, Lala dan Fredian Tonny. 2003. Sosiologi untuk Pengembangan Masyarakat. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Levi -Strauss, Claude.The Elementary Structures of Kinship.Boston. Beacon Press.1969
86
87 Lipton, Michael, “Agricultural Finance and Rural Credit in Poor Countries ” dalam World Development Vol 4 No.7. 1976 Mikkelsen, Britha. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Mokoginta, Lukman. 1999. Jakarta
Jakarta untuk Rakyat. Pustaka Sinar Harapan.
Muhajir, Noeng. Metodologi penelitian Kualitatif. Rake Sarasin. Yogyakarta. 2002. Nasdian & Dharmawan. Sosiologi untuk Pengembangan Masyarakat. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.2004 Nugroho, Heru. Negara Pasar dan Keadilan Sosial. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2001. Nugroho, Heru. Uang, Rentenir, dan Hutang Piutang di Jawa. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2001. Nuryana, Mu’man. 2002. Peranan Social Capital Sebagai Piranti Sosial Komunitas Dilihat dari dimensi Teoritis dan Empiris. dalam majalah Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial. Volume 7 No. 2. Puslit PKS Balatbangsos. Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis -Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.1997 Scott, James. C. The Moral Economy of The Peasant. Rebellion and Subsistence in Southeast Asia. Yale University Press. Ltd. New Haven and London. 1976 Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta .1995. Soekanto, Soerjono.1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :Manajemen PT Raja Grafindo Persada. Soesilo, Nining.I. Manajemen Strategik di Sektor Publik (Pendekatan Praktis) Buku II. Magister Perencanaan & Kebijakan Publik. FEUI. Tahun 2002 Sumardjo dan Saharuddin. 2004. Metode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat. Tajuk Modul. Bogor: Jurusan Ilmu -ilmu sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Program Pasca Sarjana IPB. Sumarti, Titik dan Yusman Syaukat dan Mu'man Nuryana. 2003. Ekonomi Lokal, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suharto, Edi. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran, Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS). 1997 Syaukat,Y dan Hendrakusumaatmadja, S. 2003. Pembangunan Ekonomi Berbasis Lokal. Magister Profesional Pengembangan Masyarakat. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. Tonny dan Bambang S.Utomo. 2003. Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
88 Thompson , WS. dan DT Lewis, Population Problems , New York: McGraw Hill, 1965 Weber, Max, Economy and Society , Berkeley: University of California Press, 1978 YIN, Robert.K. Studi Kasus Desain dan Metode. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta . 2003
PANDUAN MELAKUKAN
ANALISIS SWOT Tujuan SWOT
: Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal kelembagaan keuangan bank pasar, “bank plecit” dan komunitas bakul pasar.
Peserta: 1.
Bakul pasar yang memanfaatkan fasilitas kredit bank pasar & ”bank plecit”
2.
Pelaku ”Bank Plecit”
3.
Karyawan kantor bank pasar Bantul
Pembukaan : Perkenalan Singkat Tentang Program Kredit Anti Rentenir, Tentang Evaluasi, Tujuan Evalusi dan Tujuan Analisis SWOT. Nama
: .............................................
Pekerja an
:
Bakul Pasar ”Bank Plecit” Karyawan Bank Pasar
Keterangan pengisian kuesioner §
Lingkarilah satu angka saja Untuk penilaian : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 buruk sekali < ----------------------------------------> baik sekali
§
Untuk urgensi penanganan: Huruf a = penting sekali b = penting c = kurang penting d = tidak penting
87
88
BAKUL PASAR
Faktor INTERNAL 1. Kejujuran dan kepolosan bakul pasar 2. Motivasi dalam mengembalikan pinjaman 3. Kekerabatan dan kekeluargaan 4. Sikap subsisten yang mendahulukan selamat dan aman daripada keinginan jangka panjang 5. Kondisi permodalan bakul pasar 6. Pengetahuan dan ketrampilan dalam berdagang 7. Kemampuan memanfaat ilmu yg memadai untuk mengembangkan usaha 8. Kemampuan melakukan diversifikasi usaha 9. Lainnya ................................ ..............................................
Faktor EKSTERNAL 1. Potensi pengembangan ekonomi berbasis lokal 2. Potensi dan pertumbuhan investasi 3. Keberpihakan pemerintah lokal kepada bakul pasar 4. Hadirnya kompetitor sektor informal karena terbatasnya lapangan kerja di sektor formal 5. Kemampuan berkompetisi dengan pemain-pemain baru 6. Ekspansi pasar pemodal kuat 7. Kompetisi yang semata -mata mengandalkan mekanisme pasar 10. Lainnya ................................ ..............................................
Penilaian Responden Sampai Harapan di dengan saat masa yang ini akan datang 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10
Urgensi penanganan a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
1 6 1 6
2 7 2 7
3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6
2 7 2 7
3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
Penilaian Responden Sampai Harapan di dengan saat masa yang ini akan datang 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urgensi penanganan a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a
b
c
d
1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8
89
“BANK PLECIT”
Faktor INTERNAL 1. Agresifitas dalam mencari nasabah 2. Kemampuan melakukan pendekatan personal, kultural atau bahkan keagamaan dalam mendapatkan nasabah 3. Pendekatan informal dalam manajemen dan administrasi nasabah 4. Fleksibilitas pembayaran cicilan kredit 5. Fleksibilitas agunan 6. Menjaga hubungan dan kepercayaan dengan nasabah 7. Kemampuan beradaptasi dengan perkembangan situasi perekonomian 8. Profit taking dari bunga cicilan (20% per periode) 9. Profit oriented 10. Legalitas usaha 11. Pemahaman terhadap keterbatasan nasabah bakul pasar 12. Lainnya ................................ .............................................. 13. Lainnya ................................ ..............................................
Faktor EKSTERNAL
Penilaian Responden Sampai Harapan di dengan saat masa yang ini akan datang 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10
Urgensi penanganan a
b
c
d
a
b
c
d
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a
b
c
d
1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
1 6 1 6
2 7 2 7
3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6
2 7 2 7
3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
Penilaian Responden Sampai Harapan di dengan saat masa yang ini akan datang 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10
1. Kepercayaan nasabah bakul pasar kepada ”bank plecit” 2. Hubungan sosio-kultural yang terjalin dengan bakul pasar 3. Market share kalangan bawah yg tidak terjangkau oleh kelembagaan keuangan formal 4. Prosedur informal ”bank plecit” 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urgensi penanganan a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
90 5. Kemampuan keuangan kalangan bawah untuk menjangkau kredit besar dari bank formal 6. Regulasi pemerintah terhadap praktek perkreditan ilegal 7. Populasi ”bank plecit” di pasar Bantul 8. Kompetisi antara pelaku ”bank plecit” 9. Kecukupan modal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a
b
c
d
2 7 2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
10. Stereotype terhadap ”bank plecit”
1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
a
b
c
d
11. Lainnya ................................ .............................................. 12. Lainnya ................................ ..............................................
1 6 1 6
2 7 2 7
3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6
2 7 2 7
3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
91
BANK PASAR
Faktor INTERNAL 1. Agresifitas dalam mencari nasabah 2. Kemampuan melakukan pendekatan personal, kultural atau bahkan keagamaan dalam mendapatkan nasabah 3. Pendekatan informal dalam manajemen dan administrasi nasabah 4. Fleksibilitas pembayaran cicilan kredit 5. Fleksibilitas agunan 6. Menjaga hubungan dan kepercayaan dengan nasabah 7. Kemampuan beradaptasi dengan perkembangan situasi perekonomian 8. Profit oriented 9. Legalitas usaha 10. Kecukupan modal 11. Jaringan kerja 12. Bunga kredit 13. Lainnya ................................ .............................................. 14. Lainnya ................................ .............................................. 15. Lainnya ................................ ..............................................
Faktor EKSTERNAL 1. Kepercayaan dan dukungan permodalan dari pemerintah lokal 2. Demand akan kredit murah dan mudah bagi bakul pasar
Penilaian Resp onden Sampai Harapan di dengan saat masa yang ini akan datang 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10
Urgensi penanganan a
b
c
d
a
b
c
d
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a
b
c
d
1 6 1 6 1 6
1 6 1 6 1 6
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a
b
c
d
1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
2 7 2 7 2 7
2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8
3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
2 7 2 7 2 7
2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8
3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
Penilaian Responden Sampai Harapan di dengan saat masa yang ini akan datang 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urgensi penanganan a
b
c
d
a
b
c
d
92 3. Pangsa pasar kredit mikro 4. Regulasi dari pemerintah 5. Populasi BPR swasta 6. Populasi kelembagaan keuangan informal 7. Lainnya ................................ .............................................. 8. Lainnya ................................ .............................................. 9. Lainnya ................................ .............................................. 10. Lainnya ................................ ..............................................
1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
PANDUAN MELAKUKAN
ANALISIS SWOT Tujuan SWOT
: Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal kelembagaan keuangan bank pasar, “bank plecit” dan komunitas bakul pasar.
Peserta: 1.
Bakul pasar yang memanfaatkan fasilitas kredit bank pasar & ”bank plecit”
2.
Pelaku ”Bank Plecit”
3.
Karyawan kantor bank pasar Bantul
Pembukaan : Perkenalan Singkat Tentang Program Kredit Anti Rentenir, Tentang Evaluasi, Tujuan Evalusi dan Tujuan Analisis SWOT. Nama
: .............................................
Pekerja an
:
Bakul Pasar ”Bank Plecit” Karyawan Bank Pasar
Keterangan pengisian kuesioner §
Lingkarilah satu angka saja Untuk penilaian : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 buruk sekali < ----------------------------------------> baik sekali
§
Untuk urgensi penanganan: Huruf a = penting sekali b = penting c = kurang penting d = tidak penting
89
90
BAKUL PASAR
Faktor INTERNAL 1. Kejujuran dan kepolosan bakul pasar 2. Motivasi dalam mengembalikan pinjaman 3. Kekerabatan dan kekeluargaan 4. Sikap subsisten yang mendahulukan selamat dan aman daripada keinginan jangka panjang 5. Kondisi permodalan bakul pasar 6. Pengetahuan dan ketrampilan dalam berdagang 7. Kemampuan memanfaat ilmu yg memadai untuk mengembangkan usaha 8. Kemampuan melakukan diversifikasi usaha 9. Lainnya ................................ ..............................................
Faktor EKSTERNAL 1. Potensi pengembangan ekonomi berbasis lokal 2. Potensi dan pertumbuhan investasi 3. Keberpihakan pemerintah lokal kepada bakul pasar 4. Hadirnya kompetitor sektor informal karena terbatasnya lapangan kerja di sektor formal 5. Kemampuan berkompetisi dengan pemain-pemain baru 6. Ekspansi pasar pemodal kuat 7. Kompetisi yang semata -mata mengandalkan mekanisme pasar 10. Lainnya ................................ ..............................................
Penilaian Responden Sampai Harapan di dengan saat masa yang ini akan datang 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10
Urgensi penanganan a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
1 6 1 6
2 7 2 7
3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6
2 7 2 7
3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
Penilaian Responden Sampai Harapan di dengan saat masa yang ini akan datang 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urgensi penanganan a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a
b
c
d
1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8
91
“BANK PLECIT”
Faktor INTERNAL 1. Agresifitas dalam mencari nasabah 2. Kemampuan melakukan pendekatan personal, kultural atau bahkan keagamaan dalam mendapatkan nasabah 3. Pendekatan informal dalam manajemen dan administrasi nasabah 4. Fleksibilitas pembayaran cicilan kredit 5. Fleksibilitas agunan 6. Menjaga hubungan dan kepercayaan dengan nasabah 7. Kemampuan beradaptasi dengan perkembangan situasi perekonomian 8. Profit taking dari bunga cicilan (20% per periode) 9. Profit oriented 10. Legalitas usaha 11. Pemahaman terhadap keterbatasan nasabah bakul pasar 12. Lainnya ................................ .............................................. 13. Lainnya ................................ ..............................................
Faktor EKSTERNAL
Penilaian Responden Sampai Harapan di dengan saat masa yang ini akan datang 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10
Urgensi penanganan a
b
c
d
a
b
c
d
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a
b
c
d
1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
1 6 1 6
2 7 2 7
3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6
2 7 2 7
3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
Penilaian Responden Sampai Harapan di dengan saat masa yang ini akan datang 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10
1. Kepercayaan nasabah bakul pasar kepada ”bank plecit” 2. Hubungan sosio-kultural yang terjalin dengan bakul pasar 3. Market share kalangan bawah yg tidak terjangkau oleh kelembagaan keuangan formal 4. Prosedur informal ”bank plecit” 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urgensi penanganan a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
92 5. Kemampuan keuangan kalangan bawah untuk menjangkau kredit besar dari bank formal 6. Regulasi pemerintah terhadap praktek perkreditan ilegal 7. Populasi ”bank plecit” di pasar Bantul 8. Kompetisi antara pelaku ”bank plecit” 9. Kecukupan modal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a
b
c
d
2 7 2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
10. Stereotype terhadap ”bank plecit”
1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
a
b
c
d
11. Lainnya ................................ .............................................. 12. Lainnya ................................ ..............................................
1 6 1 6
2 7 2 7
3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6
2 7 2 7
3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
93
BANK PASAR
Faktor INTERNAL 1. Agresifitas dalam mencari nasabah 2. Kemampuan melakukan pendekatan personal, kultural atau bahkan keagamaan dalam mendapatkan nasabah 3. Pendekatan informal dalam manajemen dan administrasi nasabah 4. Fleksibilitas pembayaran cicilan kredit 5. Fleksibilitas agunan 6. Menjaga hubungan dan kepercayaan dengan nasabah 7. Kemampuan beradaptasi dengan perkembangan situasi perekonomian 8. Profit oriented 9. Legalitas usaha 10. Kecukupan modal 11. Jaringan kerja 12. Bunga kredit 13. Lainnya ................................ .............................................. 14. Lainnya ................................ .............................................. 15. Lainnya ................................ ..............................................
Faktor EKSTERNAL 1. Kepercayaan dan dukungan permodalan dari pemerintah lokal 2. Demand akan kredit murah dan mudah bagi bakul pasar
Penilaian Resp onden Sampai Harapan di dengan saat masa yang ini akan datang 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10
Urgensi penanganan a
b
c
d
a
b
c
d
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a
b
c
d
1 6 1 6 1 6
1 6 1 6 1 6
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a
b
c
d
1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
2 7 2 7 2 7
2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8
3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
2 7 2 7 2 7
2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8
3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
Penilaian Responden Sampai Harapan di dengan saat masa yang ini akan datang 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urgensi penanganan a
b
c
d
a
b
c
d
94 3. Pangsa pasar kredit mikro 4. Regulasi dari pemerintah 5. Populasi BPR swasta 6. Populasi kelembagaan keuangan informal 7. Lainnya ................................ .............................................. 8. Lainnya ................................ .............................................. 9. Lainnya ................................ .............................................. 10. Lainnya ................................ ..............................................
1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7
3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10 4 5 9 10
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
Rata-rata jawaban faktor Internal Bakul Pasar
RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN BAKUL PASAR No. Pert Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8
No. Pert Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 10 8 7 9 8 9 6 8 8 9 8 7 10 10 9 10 10 10 10 9 10 8 8 9 7 8 8 8 9 7 4 3 3 5 2 4 3 2 9 7 6 3 9 4 3 3 2 3 3 4 1 5 2 4 2 4 2 1 4 2 4 3 6.1 6.8 6.1 6.0 6.1 6.0 6.1 5.8 Rata-rata kolom
9 10 11 10 8 9 10 8 7 9 9 10 10 7 7 6 3 8 2 5 9 2 1 4 3 2 5 6.5 5.4 7.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 4 4 4 3 3 4 3 4 2 2 3 3 4 2 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 2 2 3 4 3 2 2 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 2 2 3 4 2 2 2 3 2 3 2 4 3 2 4 4 4 3 1 2 3 3 3.4 3.3 3.0 3.6 3.1 3.4 3.1 3.1 3.1 2.9 3.3 Rata-rata kolom
Sumber : Hasil jawaban responden S: Strength, W:Weakness, O:Oportunity, T:Threat
Bobot Penilaian Responden Rata Bobot (Rata-rata Rata Ket Responden kolom dikurangi 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 baris rata-rata baris) * 7 9 9 10 10 9 9 8 8 9 9 8 10 7 9 7 9 10 8 8.73 S 8.73 9 10 6 10 10 9 10 8 10 7 9 9 10 8 8 8 10 9 9 8.67 S 8.67 9 10 10 9 9 8 8 10 9 10 9 9 10 9 9 9 9 9 10 9.30 S 9.30 8 9 8 6 7 7 8 8 9 7 9 10 6 7 6 8 9 8 8 7.87 S 7.87 2 2 1 3 4 3 2 2 5 2 3 4 8 4 9 3 3 2 2 3.57 W 10-¦3,57-6,2¦ 7.36 3 10 6 3 8 7 5 3 4 4 5 8 7 7 9 4 6 5 3 5.57 W 10-¦5,57-6,2¦ 9.36 2 4 3 3 2 5 9 2 1 4 2 4 3 4 1 5 2 1 4 3.07 W 10-¦3,07-6,2¦ 6.86 9 2 3 3 4 1 5 2 4 2 1 2 2 1 3 4 3 2 2 2.90 W 10-¦2,90-6,2¦ 6.69 6.1 7.0 5.8 5.9 6.8 6.1 7.0 5.4 6.3 5.6 5.9 6.8 7.0 5.9 6.8 6.0 6.4 5.8 5.8 6.2 Bobot Penilaian Responden Rata-rata Bobot Responden Baris x 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Urgensi Urgensi 4 3 4 2 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3.43 29.98 4 3 4 3 4 3 4 2 4 4 3 4 3 4 2 4 4 3 3 3.40 29.47 3 4 3 4 2 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3.47 32.24 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3.13 24.65 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3.53 26.00 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3.47 32.44 3 4 2 2 3 2 3 2 3 2 3 1 2 3 2 3 4 2 2 2.50 17.15 3 4 3 3 1 2 3 2 3 4 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2.67 17.84 3.4 3.5 3.5 3.0 3.0 2.6 3.6 3.0 3.4 3.5 3.0 2.9 3.3 3.3 2.9 3.1 3.4 3.3 3.3 Total S = 116.34 3.20 Total W = 93.43 Keterangan: Untuk W dan T yang bobotnya
Sumber: Hasil rata-rata pendapat responden
95
Rata-rata jawaban faktor Eksternal Bakul Pasar
RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN BAKUL PASAR No. Pert Faktor Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 9 9 9 10 8 10 8 9 8 10 7 2 10 7 8 8 7 8 6 6 9 9 5 3 8 9 9 8 7 8 9 9 8 9 6 4 6 7 7 8 7 6 6 5 8 8 6 5 7 8 8 4 4 4 5 4 5 6 3 6 5 6 6 4 3 2 3 3 3 4 4 7 6 7 5 5 6 6 7 8 7 8 5 7.3 7.6 7.4 6.7 6.0 6.3 6.3 6.3 6.9 7.7 5.1 Rata-rata kolom No. Pert Faktor Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 4 3 3 4 3 4 2 4 4 2 3 2 3 2 3 1 3 2 2 1 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 5 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 6 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 4 7 2 3 3 3 3 3 2 3 4 4 2 3.4 3.1 3.3 3.4 3.3 3.4 2.7 2.9 3.3 3.1 3.0 Rata-rata kolom Setelah interaksi SWOT maka Strategi SO = 116,34 + 76,71 = ST = 116,34 + 152,70 =
193.05 269.04
Bobot Penilaian Responden Responden 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 8 9 9 10 10 9 8 10 9 9 9 9 8 9 6 7 7 6 6 5 6 6 7 8 9 9 8 8 6 5 9 10 8 9 9 9 7 9 10 8 9 9 6 5 5 4 4 5 5 3 6 5 5 4 3 4 3 5 4 3 5 6 7 8 5 5 4 6 6 4 5 8 8 4 7 6 5 6 6 4 4 5 6 8 6 8 6 5 7 7 6 6 5 6 6 4 6 5 5.7 6.7 6.9 6.0 6.7 6.7 6.6 6.9 6.4 6.6 6.7 6.4 6.6 6.7
26 10 9 10 3 5 8 6 7.3
27 28 29 30 10 9 10 9 8 7 8 9 10 10 9 8 3 5 3 3 5 3 3 3 8 6 6 6 7 8 4 5 7.3 6.9 6.1 6.1
Bobot Penilaian Responden Responden 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 4 3 4 3 4 2 2 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 4 4 2 3 1 1 2 2 1 3 2 3 2 2 3 2 4 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 2 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 2 3.3 3.0 3.3 3.0 3.9 3.7 3.0 3.1 3.1 3.3 3.3 3.1 3.3 3.6 3.1 3.3 3.1 3.3 3.3
Rata rata baris 9.03 7.40 8.47 5.17 4.93 5.30 6.10
Ket
6.63 Rata rata Urgensi 3.37 2.37 3.40 3.60 3.50 3.47 2.97 3.24
WO = 93,43 + 76,71 WT = 93,43 + 152,70
= =
O O O T T T T
Bobot (Rata-rata kolom dikurangi rata-rata baris) * 9.03 7.40 8.47 10-¦5,17-6,63¦ 11.46 10-¦4,93-6,63¦ 11.70 10-¦5,30-6,63¦ 11.33 10-¦6,10-6,63¦ 10.53
Bobot x Urgensi
Total O = Total T =
30.41 17.51 28.79 41.26 40.93 39.27 31.23 76.71 152.70
170.14 246.14
Jadi yang dipilih adalah strategi ST Yang bobotnya terbesar
Sumber: Hasil rata-rata pendapat responden
96
Rata-rata jawaban faktor Internal “Bank Plecit”
RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN "BANK PLECIT" No. Pert Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bobot Penilaian Responden Responden 3 4 5 6 7 9 8 9 10 10 10 10 9 10 8 9 10 8 9 10 9 9 9 8 9 10 10 9 10 10 8 9 10 10 9 6 9 9 9 8 9 8 8 10 9 9 9 8 10 8 8 8 6 7 6 9 10 6 6 10
8
9
7 10 8 10 9 10 9 9 8 7 9
9 9 9 10 9 9 9 10 10 6 8
Rata rata Baris 9.00 9.44 8.78 9.22 9.67 9.44 8.22 9.00 9.00 6.56 8.56
8.9 8.8 8.7 9.1 8.3 9.0 8.8 8.7 8.9 Rata-rata kolom
8.81
1 10 9 8 9 10 10 7 9 10 6 10
2 9 10 8 10 10 10 8 9 9 5 9
Sumber : Hasil jawaban responden S: Strength, W:Weakness, O:Oportunity, T:Threat
Ket S S W S S S W S S W W
Bobot (Rata-rata kolom dikurangi rata-rata baris) 9.00 9.44 10-¦8,81-8,78¦ 9.97 9.22 9.67 9.44 10-¦8,81-8,22¦ 9.41 9.00 9.00 10-¦8,81-6,56¦ 7.75 10-¦8,81-8,56¦ 9.75
1
2 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4
4 4 2 3 3 3 4 4 4 2 3
Urgensi Penanganan Responden 3 4 5 6 7 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 3 2 2 3 4 2 3 3
8
9 4 4 3 3 2 4 3 3 3 2 4
4 4 3 3 3 3 2 4 4 2 4
Rata2 Baris Urgensi 3.78 3.89 3.11 3.56 3.00 3.78 3.00 3.89 3.33 2.44 3.33
3.6 3.3 3.4 3.5 3.2 3.5 3.5 3.2 3.3
Bobot x Urgensi 34.00 36.73 31.02 32.79 29.00 35.68 28.24 35.00 30.00 18.94 32.49 Total S = Total W =
233.20 110.69
Keterangan: Untuk W dan T yang bobotnya
Sumber: Hasil rata-rata pendapat responden
97
Rata -rata jawaban faktor Eksternal “Bank Plecit”
RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN "BANK PLECIT" No. Pert Bobot Penilaian Responden Rata Bobot Urgensi Penanganan Responden (Rata-rata kolom Responden Faktor rata Ket Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Baris dikurangi rata-rata baris) 1 2 3 4 5 6 7 1 9 9 10 10 10 10 8 8 9 9.22 O 9.22 3 4 4 4 4 3 4 2 10 10 10 9 9 9 9 10 9 9.44 O 9.44 3 3 3 3 4 4 4 3 7 8 8 9 9 8 8 9 9 8.33 O 8.33 2 3 3 4 3 3 2 4 9 9 9 10 10 10 9 9 9 9.33 O 9.33 3 4 4 4 2 2 3 5 7 7 7 8 6 6 5 5 4 6.11 O 6.11 4 4 4 4 3 3 3 6 4 3 3 3 3 3 2 1 2 2.67 T 10-¦5,84-2,67¦ 6.82 2 2 2 1 2 2 1 7 4 1 2 3 3 3 4 2 1 2.56 T 10-¦5,84-2,56¦ 6.71 3 4 4 4 2 1 2 8 3 3 4 4 4 2 2 2 3 3.00 T 10-¦5,84-3,00¦ 7.16 4 4 4 2 4 3 1 9 5 3 6 4 8 3 3 9 2 4.78 T 10-¦5,84-4,78¦ 8.93 3 4 4 4 4 4 3 10 4 5 5 3 3 1 1 2 3 3.00 T 10-¦5,84-3,00¦ 7.16 2 2 2 1 1 4 4 6.2 5.8 6.4 6.3 6.5 5.5 5.1 5.7 5.1 Rata-rata kolom Rata-rata kolom 5.84 Setelah interaksi SWOT maka SO = 233,20 + 140,17 Strategi ST = 233,20 + 99,30
= =
373.37 332.50
WO WT
= =
110,69 + 140,17 110,69 + 99,30
= =
8
9 4 4 4 3 2 3 2 2 3 2
4 3 2 3 2 1 3 2 4 1
Rata2 Baris Urgensi 3.78 3.44 2.89 3.11 3.22 1.78 2.78 2.89 3.67 2.11
Bobot x Urgensi
Total O = Total T =
34.84 32.53 24.07 29.04 19.69 12.13 18.64 20.67 32.76 15.11 140.17 99.30
250.86 209.99
Jadi yang dipilih adalah strategi SO Yang bobotnya terbesar
Sumber: Hasil rata-rata pendapat responden
98
Rata -rata jawaban faktor Internal Karyawan Bank Pasar
RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN BANK PASAR No. Pert Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bobot Bobot Penilaian Responden Responden (Rata-rata kolom Rata-Rata Ket 1 2 3 4 Baris dikurangi rata-rata baris) 5 7 6 5 5.75 W 10-¦7.42-5.75¦ 10 8 9 4 7.75 S 9 8 5 2 6.00 W 10-¦7.42-6.00¦ 8 9 6 5 7.00 W 10-¦7.42-7.00¦ 9 7 8 6 7.50 S 10 8 6 5 7.25 W 10-¦7.42-7.25¦ 8 6 5 9 7.00 W 10-¦7.42-7.00¦ 9 7 10 8 8.50 S 8 6 10 10 8.50 S 10 9 7 8 8.50 S 8 7 6 10 7.75 S 6 5 10 9 7.50 S 8.33 7.25 7.33 6.75 Rata-rata kolom 7.42
Sumber : Hasil jawaban responden S: Strength, W:Weakness, O:Oportunity, T:Threat
8.33 7.75 8.58 9.58 7.50 9.83 9.58 8.50 8.50 8.50 7.75 7.50
Urgensi Penanganan Bobot Responden x Rata-rata Baris 1 2 3 4 Urgensi Urgensi 3 2 4 3 3.00 3 3 4 2 3.00 3 3 4 3 3.25 4 2 3 1 2.50 4 4 3 2 3.25 4 2 2 2 2.50 3 3 3 2 2.75 3 4 2 1 2.50 3 4 4 2 3.25 4 3 3 1 2.75 3 4 2 4 3.25 4 3 2 4 3.25 3.42 3.08 3 2.25 Total S = Total W =
25.00 23.25 27.90 23.96 24.38 24.58 26.35 21.25 27.63 23.38 25.19 24.38 169.44 127.79
Keterangan: Untuk W dan T yang bobotnya
Sumber: Hasil rata-rata pendapat responden
99
Rata-rata jawaban fakt or Eksternal Karyawan Bank Pasar
RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN BANK PASAR No. Pert Faktor Eksternal 1 2 3 4 5 6
Bobot Penilaian Responden Rata-Rata Responden 1 2 3 4 Baris 8 9 7 10 8.50 8 9 6 9 8.00 10 9 9 10 9.50 9 10 9 8 9.00 9 7 8 4 7.00 9 7 8 5 7.25 8.83 8.5 7.83 7.67 Rata-rata kolom
Ket O T O O T T
Bobot (Rata-rata kolom dikurangi rata-rata baris) 10-¦7.42-5.75¦ 8.50 9.79 10-¦7.42-6.00¦ 9.50 10-¦7.42-7.00¦ 9.00 8.79 10-¦7.42-7.25¦ 9.04
Urgensi Penanganan Rata-rata Baris Responden 1 2 3 4 Urgensi 4 3 2 4 3.25 3 4 4 4 3.75 3 3 3 4 3.25 3 3 2 3 2.75 3 2 2 2 2.25 3 3 3 4 3.25 3.17
3 2.67
3.5
252.69 255.33
WO = WT =
27.63 36.72 30.88 24.75 19.78 29.39 Total O = Total T =
8.21
Setelah interaksi SWOT maka Strategi SO = 169,44 + 83,25 = ST = 169,44 + 85,89 =
Bobot x Urgensi
127,79 + 83,25 = 127,79 + 85,89 =
83.25 85.89
211.04 213.68
Jadi yang dipilih adalah strategi ST Yang bobotnya terbesar
Sumber: Hasil rata-rata pendapat responden
100
PEDOMAN PELAKSANAAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Tema FGD
: Membahas faktor-faktor internal dan eksternal hasil analisis SWOT
Peserta: 1. Bakul pasar 2. Karyawan kantor unit bank pasar Bantul 3. Pelaku Bank Plecit Pertanyaan Diskusi : Perkenalan Singkat Tentang kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya yaitu analisis SWOT secara individual. PERTANYAAN PENDAHULUAN: Tolong sebutkan nama saudara. MODERATOR MENGUNGKAPKAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL SEBAGAI HASIL WAWANCARA SECARA INDIVIDUAL 1. Apakah menurut saudara masih perlu sekali lagi menganalisis faktor-faktor internal dan eksternall yang mungkin belum terungkap selama wawancara secara individual ? 2. Setelah kita masing-masing berdiskusi mengenai faktor-faktor internal dan eksternal dari masing-masing kelembagaan marilah kita mencoba secara bersama-sama menyusun sebuah program pengembangan kelembagaan keuangan yang berpihak kepada bakul pasar. 3. Keberlanjutan program pengembangan kelembagaan yang berorientasi kepada bakul pasar
JIKA PROGRAM PENGEMBANGAN BAKUL PASAR MASIH BERJALAN a. Mengapa program masih berjalan? Bagaimana memeliharanya? b. Apa upaya pemeliharaan yang dilakukan? Apa saja upaya dari komunitas bakul pasar? Apa saja upaya dari pemerintah desa? Apa saja upaya dari manajemen pasar? Bagaim ana caranya? JIKA PROGRAM PENGEMBANGAN BAKUL PASAR BERHENTI a. Mengapa program berhenti ? Bagaimana bisa terjadi? b. Apa upaya antisipasi yang dilakukan? Apa saja upaya dari komunitas bakul pasar? Apa saja upaya dari pemerintah desa? Apa saja upaya dari manajemen pasar? Bagaimana caranya? JIKA BANTUAN PEMERINTAH KABUPATEN DIHENTIKAN a. Bagaimana apabila bantuan pemerintah kabupaten dihentikan? b. Apa saja langkah-langkah antisipasi yang dilakukan apabila program pengembangan bakul pasar menemui kendala atau bahkan macet karena dihentikannya bantuan dari pemerintah kabupaten Bantul? Siapa yang melakukan ? Apa saja upaya dari komunitas bakul pasar? Apa saja upaya dari manajemen pasar ? Bagaimana caranya ?
101
102 JIKA PROGRAM PERLU DIKEMBANGKAN a. Mengapa program perlu dikembangkan? Bagaimana caranya ? b.
Apa upaya pengembangan program yang dilakukan? Apa saja upaya dari komunitas bakul pasar ? Apa saja upaya dari pemerintah desa? Apa saja upaya dari manajemen pasar? Bagaimana caranya ?
4. TOPIK PERBANDINGAN DENGAN PROGRAM PENGEMBANGAN/ PEMBERDAYAAN YANG LAIN a. Apakah ada program lain dari pemerintah /inisiatif komunitas selama program pengembangan bakul pasar berjalan ? b. Dimana program itu dilakukan, apakah sama, berdekatan, atau berjauhan dari program pengembangan bakul pasar ? c.
Apakah komunitas bakul pasar berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program tersebut?
d. Apa sajakah manfaat yang muncul dari program itu? Siapa yang memanfaatkan? Kapan dimanfatkan ? Mengapa demikian ? e. Manakah yang lebih berguna antara program pengembangan bakul pasar dan program lainnya tersebut ? f.
Apa sajakah akibat/pengaruh yang muncul dari program tersebut? Siapa yang memperoleh akibat teresebut? Dimana akibat/pengaruh itu muncul? Kapan akibat manfaat dimanfaatkan ? Mengapa demikian ?
g. Siapa yang memperoleh akibat/pengaruh kerugian? Dimana akibat/pengaruh kerugian itu muncul? Kapan dampak negatif ditanggulangi? Mengapa demikian? h. Manakah yang lebih berguna antara manfaat program pengembangan bakul pasar dan program lainnya ? MODERATOR MENYAMPAIKAN RANGKUMAN DISKUSI SELAMA 2 MENIT. MODERATOR BERTANYA: APAKAH RANGKUMAN INI SUDAH LENGKAP? APAKAH SAUDARA SETUJU RANGKUMAN INI? ATAU SAUDARA MEMILIKI TAMBAHAN ATAU USULAN PERUBAHAN? 5. Tujuan pertemuan kita adalah untuk memahami manfaat dan akibat/pengaruh program pengembangan bakul pasar ? Apakah ada hal penting yang terlewatkan ? 6. Apakah saudara mempunyai usulan/masukan dalam menyusun program pengembangan bakul pasar ?
103
LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) 1. Persiapan a.
Berdasarkan data yang dimiliki dan diperoleh, tema yang akan didiskusikan diperbaiki kembali.
b.
Menyusun daftar peserta yang akan diundang dalam FGD.
c.
Mencari informasi karakteristik calon peserta FGD, sehingga peserta FGD mencerminkan kelompokkelompok kepentingan atau latar belakang yang sama-sama penerima program . Hal ini dimaksudkan agar pembahasan tema diskusi dapat dilakukan dengan berbagai perspektif.
d.
Menata ruang diskusi melingkar sehingga memungkinkan terjadinya diskusi banyak arah.
2. Menyusun formasi diskusi a.
Diskusi dipandu oleh seorang moderator dan dibantu oleh satu orang notulen.
b.
Untuk menciptakan suasana FGD yang hidup ditentukan formasi setengah lingkaran mengadap ke objek display.
c.
Moderator dan fasilitator berada diantara para peserta sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang intim di antara peserta dan fasilitator/moderator.
3. Memfasilitasi proses diskusi a.
Moderator membuka diskusi dengan suara yang jelas dan mudah dimengerti oleh peserta.
b.
Moderator memperkenalkan diri sebelum diskusi dimulai.
c.
Menjelaskan prosedur diskusi yang akan berlangsung, masalah yang akan dibahas, bagaimana dan berapa lama proses diskusi akan berlangsung.
d.
Menjelaskan bahwa isu atau aspek yang ditawarkan penting untuk didiskusikan dan tindak lanjut.
104
A
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK BAKUL PASAR
Pembuka Perkenalkan saya: Nama Alamat Pekerjaan KTP No
: Y. ARIYANTO : Kurahan Bantul : Mahasiswa Pasca Sarjana IPB : ....................................................................................................
Adalah pewawancara untuk penelitian tentang : § PANDANGAN HUBUNGAN PERTUKARAN YG ADIL ANTAR RESPONDEN DENGAN “BANK PLECIT” . § PANDANGAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN USAHA § PANDANGAN DUKUNGAN YANG MENDESAK DIPERLUKAN UNTUK MENDORONG KELANCARAN USAHA.
Adapun tujuan saya kemari adalah untuk meminta kesediaaan Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini. Maksud dan tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran tentang ketiga hal dimaksud dan manfaat Program ANTI RENTENIR terhadap usaha Bapak/Ibu. Beberapa pertanyaan tentang perbandingan sebelum dan semasa program dengan saat ini, sehingga kami mohon sudi kiranya untuk mengingat keadaan sampai masa sebelum program dilaksanakan. Semua data yang kami peroleh, hanya diperuntukan bagi kepentingan ilmiah. Identitas dan jawaban yang Bapak/Ibu berikan, saya jamin kerahasiaannya. Atas perhatian, kesediaan, bantuan dan kerja sama Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Y. Ariyanto
105
A
KUESIONER UNTUK
BAKUL PASAR 1. IDENTITAS RESPONDEN 1.1 No Kuesioner 1.2 Nama Responden 1.3 Umur (th) 1.4 Jenis kelamin 1.5 Lama berjualan di pasar (th)
.............................................................. .............................................................. .............................................................. 1. Laki-laki 2. Perempuan ..............................................................
2. ANALISA RUGI LABA USAHA DAGANG 2.1 Berapa modal untuk membeli dagangan dalam sehari ? 2.2 Berapa modal yang dibutuhkan untuk operasional sehari ? 2.3 Untuk keperluan apa saja ? 2.4 Berapa pendapatan kotor dalam sehari ? 2.5 Darimana diperoleh uang untuk modal tersebut ? 3. PANDANGAN HUBUNGAN PERTUKARAN YANG ADIL
No 3.1
Apakah Bapak/Ibu saat ini meminjam uang kepada “bank plecit” ?
Pertanyaan
3.2
Berapa jumlah pinjamannya ?
3.3
Berapa harus mengembalikan cicilannya ?
3.4
Berapa lama periode pinjaman ?
2. Tidak ________ke 3.8
1.Ya
Ribu rupiah Ribu rupiah
3.5
1. Pasaran
2. Mingguan 3. Bulanan
4. Selapanan
Apakah Bapak/Ibu merasa rela membayar bunga pinjaman tersebut ?
1. Rela ________ke 3.7
2. Tidak Rela
3.6
Menurut Bapak/Ibu berapa persen se harusnya bunga yang wajar dan adil ?
3.7
Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu rela membayar cicilan sesuai ketentuan yang dibuat “bank plecit” ?
persen 1. 2. 3. 4.
Tidak punya akses pinjaman kepada pihak lain Hubungan “baik” dengan “bank plecit” Kemudahan dan fleksibilitas cicilan Lainnya ............................................................................ .........................................................................................
106
3.8
Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tidak tertarik meminjam uang kepada “bank plecit” ? 1. Bunga yang tinggi 2. Lebih suka meminjam uang kepada bank formal 3. Lainnya ........................................................................................
............................................................................................ 3.9
Komentar tentang hubungan pertukaran yang adil ?
4. PANDANGAN FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI KELANCARAN USAHA
No 4.1
Pertanyaan Apakah faktor yang paling berpengaruh trerhadap kelancaran usaha bapak/ibu ?
1. Modal______________________ ke 4.2 2. Prasarana __________________ke 4.4 3. Lain-lain ___________________ ke 4 .5 4.2
Darimana ibu mendapatkan tambahan modal untuk usaha ? 1. “Bank Plecit” __________________ ke 4.3 2. Bank Pasar __________________ ke 4.3 3. lain-lain
4.3
Berapa besar bapak ibu mendapatkan tambahan modal dari kelembagaan keuangan ?
1. < Rp. 100.000 2. Rp. 100.000 sd Rp.500.000 3. > Rp. 500.000
107
4.4
4.5
4.6
Prasarana apasaja yang m empengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu?
1. Transportasi/ angkutan 2. Lain-lain Faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu ?
Komentar tentang fakttor yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu ?
5. PANDANGAN DUKUNGAN YANG MENDESAK UNTUK MENDORONG KELANCARAN USAHA
No 5.1
Pertanyaan Dukungan seperti apa yang paling mendesak yang diharapkan bapak/ibu untuk mendorong kelancaran usaha ?
1.Kelembagaan ________________ke 5.2 2. Lain-lain ____________________ke 5.3 5.2
Jenis kelembagaan apa yang dimaksud ? 1. Keuangan/ Ekonomi 2. Sektor Publik/ Pemerintah 3. Sektor Private/Swasta 4. Sektor Partisipatory/ NGO/ LSM
5.3
Komentar bapak/ibu tentang harapan akan dukungan-dukungan tersebut ?
108
B
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK “BANK PLECIT”
Pembuka Perkenalkan saya: Nama Alamat Pekerjaan KTP No
: Y. ARIYANTO : Kurahan Bantul : Mahasiswa Pasca Sarjana IPB : .....................................................................................................
Adalah pewawancara untuk penelitian tentang § PANDANGAN HUBUNGAN PERTUKARAN YG ADIL ANTAR RESPONDEN DENGAN “BANK PLECIT” . § PANDANGAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN USAHA § PANDANGAN DUKUNGAN YANG MENDESAK DIPERLUKAN UNTUK MENDORONG KELANCARAN USAHA.
Adapun tujuan saya kemari adalah untuk meminta kesediaaan Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini. Maksud dan tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran tentang ketiga hal dimaksud dan manfaat Program ANTI RENTENIR terhadap usaha Bapak/Ibu. Beberapa pertanyaan akan kami ajukan dan kami mohon sudi kiranya bapak/ibu menjawab dengan jujur. Semua data yang kami peroleh, hanya diperuntukan bagi kepentingan ilmiah. Identitas dan jawaban yang Bapak/Ibu berikan, saya jamin kerahasiaannya. Atas perhatian, kesediaan, bantuan dan kerja sama Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Y. Ariyanto
109
KUESIONER UNTUK
B
“BANK PLECIT” 1. IDENTITAS RESPONDEN 1.1 No Kuesioner 1.2 Nama Responden 1.3 Umur (th) 1.4 Jenis kelamin 1.5 Lama berjualan di pasar (th)
.............................................................. .............................................................. .............................................................. 1. Laki-laki 2. Perempuan ..............................................................
2. ANALISA RUGI LABA USAHA JASA KREDIT 2.1 Berapa modal untuk MELEPAS UANG dalam sehari ? 2.2 Berapa modal yang dibutuhkan untuk operasional sehari ? 2.3 Untuk keperluan apa saja ? 2.4 Berapa pendapatan kotor dalam sehari ? 2.5 Darimana diperoleh uang untuk modal tersebut ? 3. PANDANGAN HUBUNGAN PERTUKARAN YANG ADIL
No 3.1
Pertanyaan Berapa jumlah pinjaman maksimal yang bisa diberikan kepada bakul pasar ?
Ribu rupiah 3.2
Berapa harus mengembalikan cicilannya ?
3.3
Berapa lama periode pinjaman ?
3.4
Berapa besar bunga yang disepakati ?
3.4
Apakah Bapak/Ibu saat ini sudah merasa cukup adil antara usaha/pekerjaan yang dilakukan dengan pendapatan yang diterima?
3.5
Menurut Bapak/Ibu berapa persen seharusnya bunga yang wajar dan adil ?
3.7
Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu menentukan tingkat bunga sebesar itu ?
Ribu rupiah 1. Pasaran
2. Mingguan 3. Bulanan
4. Selapanan
persen
1.Ya ________ke 3.9
2. Tidak persen
1. Resiko kredit macet yang tinggi 2. Biaya operasional yang tinggi 3. Lainnya ............................................................................ .........................................................................................
110
3.8
Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tertarik menekuni usaha ini? 1. Pendapatan yang tinggi 2. Tidak memiliki pekerjaan lain 3. Lainnya ........................................................................................
............................................................................................ 3.9
Komentar tentang hubungan pertukaran yang adil ?
4. PANDANGAN FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI KELANCARAN USAHA
No 4.1
Pertanyaan
Apakah faktor yang paling berpengaruh trerhadap kelancaran usaha bapak/ibu ?
1. Modal______________________ ke 4 .2 2. Prasarana __________________ke 4.6 3. Lain-lain ___________________ ke 4.7 4.2
Darimana ibu mendapatkan tambahan modal untuk usaha ? 1. Bank Pasar ____________________ ke 4.3 2. SumberLain _______________ ____ ke 4.4 3. Bank Pasar dan Sumber Lain ______ ke 4.5
4.3
Berapa besar bapak ibu mendapatkan tambahan modal dari Bank Pasar ?
1. < Rp. 1 .000.000 2. Rp. 1.000.000 sd Rp.5.000.000 3. > Rp. 5 .000.000 4.4
Berapa besar bapak ibu mendapatkan tambahan modal dari Sumber Lain ?
1. < Rp. 1.000.000 2. Rp. 1.000.000 sd Rp.5.000.000 3. > Rp. 5.000.000 4.5
Berapa besar bapak ibu mendapatkan tambahan modal dari Bank Pasar dan Sumber Lain ?
1. < Rp. 1.000.000 2. Rp. 1.000.000 sd Rp.5.000.000 3. > Rp. 5.000.000 4.6
Prasarana apasaja yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu?
1. Transportasi/ angkutan 2. Lain-lain
111
4.7
Faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu ?
4.8
Komentar tentang fakttor yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu ?
112 5. PANDANGAN DUKUNGAN YANG MENDESAK UNTUK MENDORONG KELANCARAN USAHA
No 5.1
Pertanyaan Dukungan seperti apa yang paling mendesak yang diharapkan bapak/ibu untuk mendorong kelancaran usaha ?
1.Kelembagaan ________________ke 5.2 2. Lain-lain ____________________ke 5.3 5.2
Jenis kelembagaan apa yang dimaksud ? 1. Keuangan/ Ekonomi 2. Sektor Publik/ Pemerintah 3. Sektor Private/Swasta 4. Sektor Partisipatory/ NGO/ LSM
5.3
Komentar bapak/ibu tentang harapan akan dukungan-dukungan tersebut ?
113
C
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK KEPALA UNIT BANK PASAR
Pembuka Perkenalkan saya: Nama Alamat Pekerjaan KTP No
: Y. ARIYANTO : Kurahan Bantul : Mahasiswa Pasca Sarjana IPB : ................................................................................................................
Adalah pewawancara untuk penelitian tentang : § PANDANGAN HUBUNGAN PERTUKARAN YG ADIL ANTAR RESPONDEN DENGAN NASABAH § PANDANGAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PROGRAM § PANDANGAN DUKUNGAN YANG MENDESAK DIPERLUKAN UNTUK MENDORONG KELANCARAN PROGRAM
Adapun tujuan saya kemari adalah untuk meminta kesediaaan Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini. Maksud dan tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran tentang ketiga hal dimaksud. Beberapa pertanyaan akan kami ajukan dan kami mohon sudi kiranya bapak/ibu menjawab dengan jujur. Semua data yang kami peroleh, hanya diperuntukan bagi kepentingan ilmiah. Identitas dan jawaban yang Bapak/Ibu berikan, saya jamin kerahasiaannya. Atas perhatian, kesediaan, bantuan dan kerja sama Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Y. Ariyanto
114
KUESIONER UNTUK
C
KEPALA UNIT BANK PASAR 1. IDENTITAS RESPONDEN 1.1 No Kuesioner 1.2 Nama Responden 1.3 Umur (th) 1.4 Jenis kelamin 1.5 Lama berjualan di pasar (th)
.............................................................. .............................................................. .............................................................. 1. Laki-laki 2. Perempuan ..............................................................
2. PANDANGAN EFEKTIVITAS PROGRAM KREDIT ANTI RENTENIR
No 2.1
Pertanyaan Berapa modal yang disediakan Pem.Kab untuk Program Kredit Anti Rentenir ? Milyar rupiah
2.2
Berapa Jumlah Bakul Pasar yang dapat dijangkau program tersebut?
2.3
Berapa Kredit Bakul Pasar yang macet ?
2.4
Kemudahan apa saja yang ditawarkan dalam program kredit ?
Orang Orang
115 3. PANDANGAN FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI KELANCARAN PROGRAM
No 3.1
Pertanyaan
Apakah faktor yang paling berpengaruh trerhadap kelancaran Program Kredit Anti Rentenir ?
1. Modal______________________ ke 3.2 2. Prasarana __________________ke 3.4 3. Lain-lain ___________________ ke 3 .5 3.2
Darimana Bank Pasar mendapatkan tambahan modal untuk usaha ? 1. Pemerintah Kabupaten Bantul 2. Bank Lain 3. Sumber Lain
3.3
Berapa besar Bank Pasar mendapatkan tambahan modal dari pihak lain ?
3.4
Prasarana apasaja yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu?
Milyar Rupiah 1. Fluktuasi suku bungan kredit 2. Lain-lain 3.5
Faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu ?
116
3.6
Komentar tentang fakttor yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu ?
117 4. PANDANGAN DUKUNGAN YANG MENDESAK UNTUK MENDORONG KELANCARAN PROGRAM
No 4.1
Pertanyaan Dukungan seperti apa yang paling mendesak yang diharapkan bapak/ibu untuk mendorong kelancaran PROGRAM ?
1.Kelembagaan ________________ke 2.2 2. Lain-lain ____________________ke 2.3
4.2
Jenis kelembagaan apa yang dimaksud ? 1. Keuangan/ Ekonomi 2. Sektor Publik/ Pemerintah 3. Sektor Private/Swasta 4. Sektor Partisipatory/ NGO/ LSM
4.3
Komentar bapak/ibu tentang harapan akan dukungan-dukungan tersebut ?
118
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN
A.
IDENTITAS INFORMAN 1. Nama, Usia, Status Keluarga dan Perkawinan 2. Pekerjaan : 3. Tempat lahir : 4. Pendidikan : 5. Lama tinggal : 6. Jumlah anggota keluarga ( r ):
jiwa.
7. Kedudukan dalam masyarakat :
B.
LURAH PASAR BANTUL 1. Apakah komunitas bakul pasar turut serta dalam perencanaan program kredit anti rentenir? Bagaimana proses perencanaan dilakukan? 2. Apakah masyarakat turut serta dalam pelaksanaan program? Bagaimana proses pelaksanaan program? 3.
Apakah manfaat yang diterima masyarakat dari program? Siapa saja yang memperoleh manfaatnya? Siapa saja yang tidak?
4.
Bagaimana cara bakul pasar mendapatkan failitas kredit dari bank pasar? Mengapa demikian?
5.
Apa peran bapak dalam memotivasi warga untuk memanfaatkan
bantuan
program? Bagaimana caranya? 6. Apa peran bapak dalam pelaksanaan program kredit antik rentenir ? Bagaimana bapak melakukannya? 7. Apakah program kredit anti rentenir sesuai dengan kebutuhan komunitas bakul pasar? Mengapa demikian? 8.
Apa kendala yang bapak temui dalam pelaksanaan program kredit anti rentenir? Apa yang bapak lakukan?
9. Bagaimana keadaan bakul pasar sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan kredit? Apa saja harapan mereka? 10. Apa harapan bapak terhadap program kredit anti rentenir di masa yang akan datang? Apa saran bapak terhadap program tersebut?
119
C.
LURAH DESA BANTUL 1. Bagaimana kegiatan program kredit anti rentenir yang dilakukan di pasar Bantul? Mengapa demikian? 2. Bagaimana bapak memfasilitasi bakul pasar dalam program tersebut? 3. Apa yang bapak lakukan dalam memotivasi warga komunitas untuk berpartisiasi dalam program kredit anti rentenir? Bagaimana caranya? 4. Apa kendala yang ditemui dalam memotivasi warga komunitas? Bagaimana bapak mengatasinya? 5. Bagaimana penerimaan komunitas terhadap kredit yang diberikan? Siapa saja yang menerima? Siapa saja yang tidak menerima? 6. Bagaimana hubungan anggota keluarga dan kerabatnya setelah menerima bantuan kredit? Apa keuntungan dan kerugiannya? 7. Bagaimana pengaruh kredit yang diberikan terhadap usaha masyarakat? Apakah mereka masih terlibat utang piutang dengan institusi informal selain institusi formal ? 8. Apakah warga memanfaatkan bantuan kredit yang diberikan? Mengapa demikian? 9. Bagaimana keadaan bakul pasar sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan? 10. Apa harapan bapak terhadap program kredit anti rentenir di masa yang akan datang? Apa saran bapak terhadap program tersebut?
120
PEDOMAN UNTUK PENGAMATAN BERPERAN SERTA
1.
Mengamati perilaku anggota responden dalam kegiatan berdagang di pasar Bantul.
2.
Mengamati perilaku anggota responden melayani pembeli
3.
Mengamati kegiatan komunitas bakul pasar dalam lingkungan pasar Bantul
4.
Mengamati pola hubungan kekerabatan responden.
5.
Mengamati situasi dan kondisi kehidupan komunitas bakul pasar sehari-hari.
6.
Mengamati responden dalam berinteraksi dengan bank plecit
7.
Mengamati kejadian-kejadian yang terjadi di pasar Bantul dalam kegiatan jual beli dan berinteraksi dengan institusi finansial formal maupun informal
Rata-rata jawaban faktor Internal Bakul Pasar
RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN BAKUL PASAR No. Pert Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8
No. Pert Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 10 8 7 9 8 9 6 8 8 9 8 7 10 10 9 10 10 10 10 9 10 8 8 9 7 8 8 8 9 7 4 3 3 5 2 4 3 2 9 7 6 3 9 4 3 3 2 3 3 4 1 5 2 4 2 4 2 1 4 2 4 3 6.1 6.8 6.1 6.0 6.1 6.0 6.1 5.8 Rata-rata kolom
9 10 11 10 8 9 10 8 7 9 9 10 10 7 7 6 3 8 2 5 9 2 1 4 3 2 5 6.5 5.4 7.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 4 4 4 3 3 4 3 4 2 2 3 3 4 2 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 2 2 3 4 3 2 2 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 2 2 3 4 2 2 2 3 2 3 2 4 3 2 4 4 4 3 1 2 3 3 3.4 3.3 3.0 3.6 3.1 3.4 3.1 3.1 3.1 2.9 3.3 Rata-rata kolom
Sumber : Hasil jawaban responden S: Strength, W:Weakness, O:Oportunity, T:Threat
Bobot Penilaian Responden Rata Bobot (Rata-rata Rata Ket Responden kolom dikurangi 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 baris rata-rata baris) * 7 9 9 10 10 9 9 8 8 9 9 8 10 7 9 7 9 10 8 8.73 S 8.73 9 10 6 10 10 9 10 8 10 7 9 9 10 8 8 8 10 9 9 8.67 S 8.67 9 10 10 9 9 8 8 10 9 10 9 9 10 9 9 9 9 9 10 9.30 S 9.30 8 9 8 6 7 7 8 8 9 7 9 10 6 7 6 8 9 8 8 7.87 S 7.87 2 2 1 3 4 3 2 2 5 2 3 4 8 4 9 3 3 2 2 3.57 W 10-¦3,57-6,2¦ 7.36 3 10 6 3 8 7 5 3 4 4 5 8 7 7 9 4 6 5 3 5.57 W 10-¦5,57-6,2¦ 9.36 2 4 3 3 2 5 9 2 1 4 2 4 3 4 1 5 2 1 4 3.07 W 10-¦3,07-6,2¦ 6.86 9 2 3 3 4 1 5 2 4 2 1 2 2 1 3 4 3 2 2 2.90 W 10-¦2,90-6,2¦ 6.69 6.1 7.0 5.8 5.9 6.8 6.1 7.0 5.4 6.3 5.6 5.9 6.8 7.0 5.9 6.8 6.0 6.4 5.8 5.8 6.2 Bobot Penilaian Responden Rata-rata Bobot Responden Baris x 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Urgensi Urgensi 4 3 4 2 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3.43 29.98 4 3 4 3 4 3 4 2 4 4 3 4 3 4 2 4 4 3 3 3.40 29.47 3 4 3 4 2 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3.47 32.24 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3.13 24.65 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3.53 26.00 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3.47 32.44 3 4 2 2 3 2 3 2 3 2 3 1 2 3 2 3 4 2 2 2.50 17.15 3 4 3 3 1 2 3 2 3 4 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2.67 17.84 3.4 3.5 3.5 3.0 3.0 2.6 3.6 3.0 3.4 3.5 3.0 2.9 3.3 3.3 2.9 3.1 3.4 3.3 3.3 Total S = 116.34 3.20 Total W = 93.43 Keterangan: Untuk W dan T yang bobotnya
Sumber: Hasil rata-rata pendapat responden
93
Rata-rata jawaban faktor Eksternal Bakul Pasar
RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN BAKUL PASAR No. Pert Faktor Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 9 9 9 10 8 10 8 9 8 10 7 2 10 7 8 8 7 8 6 6 9 9 5 3 8 9 9 8 7 8 9 9 8 9 6 4 6 7 7 8 7 6 6 5 8 8 6 5 7 8 8 4 4 4 5 4 5 6 3 6 5 6 6 4 3 2 3 3 3 4 4 7 6 7 5 5 6 6 7 8 7 8 5 7.3 7.6 7.4 6.7 6.0 6.3 6.3 6.3 6.9 7.7 5.1 Rata-rata kolom No. Pert Faktor Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 4 3 3 4 3 4 2 4 4 2 3 2 3 2 3 1 3 2 2 1 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 5 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 6 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 4 7 2 3 3 3 3 3 2 3 4 4 2 3.4 3.1 3.3 3.4 3.3 3.4 2.7 2.9 3.3 3.1 3.0 Rata-rata kolom Setelah interaksi SWOT maka Strategi SO = 116,34 + 76,71 = ST = 116,34 + 152,70 =
193.05 269.04
Bobot Penilaian Responden Responden 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 8 9 9 10 10 9 8 10 9 9 9 9 8 9 6 7 7 6 6 5 6 6 7 8 9 9 8 8 6 5 9 10 8 9 9 9 7 9 10 8 9 9 6 5 5 4 4 5 5 3 6 5 5 4 3 4 3 5 4 3 5 6 7 8 5 5 4 6 6 4 5 8 8 4 7 6 5 6 6 4 4 5 6 8 6 8 6 5 7 7 6 6 5 6 6 4 6 5 5.7 6.7 6.9 6.0 6.7 6.7 6.6 6.9 6.4 6.6 6.7 6.4 6.6 6.7
26 10 9 10 3 5 8 6 7.3
27 28 29 30 10 9 10 9 8 7 8 9 10 10 9 8 3 5 3 3 5 3 3 3 8 6 6 6 7 8 4 5 7.3 6.9 6.1 6.1
Bobot Penilaian Responden Responden 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 4 3 4 3 4 2 2 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 4 4 2 3 1 1 2 2 1 3 2 3 2 2 3 2 4 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 2 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 2 3.3 3.0 3.3 3.0 3.9 3.7 3.0 3.1 3.1 3.3 3.3 3.1 3.3 3.6 3.1 3.3 3.1 3.3 3.3
Rata rata baris 9.03 7.40 8.47 5.17 4.93 5.30 6.10
Ket
6.63 Rata rata Urgensi 3.37 2.37 3.40 3.60 3.50 3.47 2.97 3.24
WO = 93,43 + 76,71 WT = 93,43 + 152,70
= =
O O O T T T T
Bobot (Rata-rata kolom dikurangi rata-rata baris) * 9.03 7.40 8.47 10-¦5,17-6,63¦ 11.46 10-¦4,93-6,63¦ 11.70 10-¦5,30-6,63¦ 11.33 10-¦6,10-6,63¦ 10.53
Bobot x Urgensi
Total O = Total T =
30.41 17.51 28.79 41.26 40.93 39.27 31.23 76.71 152.70
170.14 246.14
Jadi yang dipilih adalah strategi ST Yang bobotnya terbesar
Sumber: Hasil rata-rata pendapat responden
94
Rata-rata jawaban faktor Internal “Bank Plecit”
RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN "BANK PLECIT" No. Pert Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
8
9
7 10 8 10 9 10 9 9 8 7 9
9 9 9 10 9 9 9 10 10 6 8
Rata rata Baris 9.00 9.44 8.78 9.22 9.67 9.44 8.22 9.00 9.00 6.56 8.56
8.9 8.8 8.7 9.1 8.3 9.0 8.8 8.7 8.9 Rata-rata kolom
8.81
1 10 9 8 9 10 10 7 9 10 6 10
2 9 10 8 10 10 10 8 9 9 5 9
Bobot Penilaian Responden Responden 3 4 5 6 7 9 8 9 10 10 10 10 9 10 8 9 10 8 9 10 9 9 9 8 9 10 10 9 10 10 8 9 10 10 9 6 9 9 9 8 9 8 8 10 9 9 9 8 10 8 8 8 6 7 6 9 10 6 6 10
Sumber : Hasil jawaban responden S: Strength, W:Weakness, O:Oportunity, T:Threat
Ket S S W S S S W S S W W
Bobot (Rata-rata kolom dikurangi rata-rata baris) 9.00 9.44 10-¦8,81-8,78¦ 9.97 9.22 9.67 9.44 10-¦8,81-8,22¦ 9.41 9.00 9.00 10-¦8,81-6,56¦ 7.75 10-¦8,81-8,56¦ 9.75
1
2 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4
4 4 2 3 3 3 4 4 4 2 3
Urgensi Penanganan Responden 3 4 5 6 7 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 3 2 2 3 4 2 3 3
8
9 4 4 3 3 2 4 3 3 3 2 4
4 4 3 3 3 3 2 4 4 2 4
Rata2 Baris Urgensi 3.78 3.89 3.11 3.56 3.00 3.78 3.00 3.89 3.33 2.44 3.33
3.6 3.3 3.4 3.5 3.2 3.5 3.5 3.2 3.3
Bobot x Urgensi 34.00 36.73 31.02 32.79 29.00 35.68 28.24 35.00 30.00 18.94 32.49 Total S = Total W =
233.20 110.69
Keterangan: Untuk W dan T yang bobotnya
Sumber: Hasil rata-rata pendapat responden
95
Rata -rata jawaban faktor Eksternal “Bank Plecit”
RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN "BANK PLECIT" No. Pert Bobot Penilaian Responden Rata Bobot Urgensi Penanganan Responden Ket (Rata-rata kolom Responden Faktor rata Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Baris dikurangi rata-rata baris) 1 2 3 4 5 6 7 1 9 9 10 10 10 10 8 8 9 9.22 O 9.22 3 4 4 4 4 3 4 2 10 10 10 9 9 9 9 10 9 9.44 O 9.44 3 3 3 3 4 4 4 3 7 8 8 9 9 8 8 9 9 8.33 O 8.33 2 3 3 4 3 3 2 4 9 9 9 10 10 10 9 9 9 9.33 O 9.33 3 4 4 4 2 2 3 5 7 7 7 8 6 6 5 5 4 6.11 O 6.11 4 4 4 4 3 3 3 6 4 3 3 3 3 3 2 1 2 2.67 T 10-¦5,84-2,67¦ 6.82 2 2 2 1 2 2 1 7 4 1 2 3 3 3 4 2 1 2.56 T 10-¦5,84-2,56¦ 6.71 3 4 4 4 2 1 2 8 3 3 4 4 4 2 2 2 3 3.00 T 10-¦5,84-3,00¦ 7.16 4 4 4 2 4 3 1 9 5 3 6 4 8 3 3 9 2 4.78 T 10-¦5,84-4,78¦ 8.93 3 4 4 4 4 4 3 10 4 5 5 3 3 1 1 2 3 3.00 T 10-¦5,84-3,00¦ 7.16 2 2 2 1 1 4 4 6.2 5.8 6.4 6.3 6.5 5.5 5.1 5.7 5.1 Rata-rata kolom Rata-rata kolom 5.84 Setelah interaksi SWOT maka SO = 233,20 + 140,17 Strategi ST = 233,20 + 99,30
= =
373.37 332.50
WO WT
= =
110,69 + 140,17 110,69 + 99,30
= =
8
9 4 4 4 3 2 3 2 2 3 2
4 3 2 3 2 1 3 2 4 1
Rata2 Baris Urgensi 3.78 3.44 2.89 3.11 3.22 1.78 2.78 2.89 3.67 2.11
Bobot x Urgensi
Total O = Total T =
34.84 32.53 24.07 29.04 19.69 12.13 18.64 20.67 32.76 15.11 140.17 99.30
250.86 209.99
Jadi yang dipilih adalah strategi SO Yang bobotnya terbesar
Sumber: Hasil rata-rata pendapat responden Rata -rata jawaban faktor Internal Karyawan Bank Pasar
96
RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN BANK PASAR No. Pert Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bobot Bobot Penilaian Responden Responden (Rata-rata kolom Rata-Rata Ket 1 2 3 4 Baris dikurangi rata-rata baris) 5 7 6 5 5.75 W 10-¦7.42-5.75¦ 10 8 9 4 7.75 S 9 8 5 2 6.00 W 10-¦7.42-6.00¦ 8 9 6 5 7.00 W 10-¦7.42-7.00¦ 9 7 8 6 7.50 S 10 8 6 5 7.25 W 10-¦7.42-7.25¦ 8 6 5 9 7.00 W 10-¦7.42-7.00¦ 9 7 10 8 8.50 S 8 6 10 10 8.50 S 10 9 7 8 8.50 S 8 7 6 10 7.75 S 6 5 10 9 7.50 S 8.33 7.25 7.33 6.75 Rata-rata kolom 7.42
Sumber : Hasil jawaban responden S: Strength, W:Weakness, O:Oportunity, T:Threat
8.33 7.75 8.58 9.58 7.50 9.83 9.58 8.50 8.50 8.50 7.75 7.50
Urgensi Penanganan Bobot Responden x Rata-rata Baris 1 2 3 4 Urgensi Urgensi 3 2 4 3 3.00 3 3 4 2 3.00 3 3 4 3 3.25 4 2 3 1 2.50 4 4 3 2 3.25 4 2 2 2 2.50 3 3 3 2 2.75 3 4 2 1 2.50 3 4 4 2 3.25 4 3 3 1 2.75 3 4 2 4 3.25 4 3 2 4 3.25 3.42 3.08 3 2.25 Total S = Total W =
25.00 23.25 27.90 23.96 24.38 24.58 26.35 21.25 27.63 23.38 25.19 24.38 169.44 127.79
Keterangan: Untuk W dan T yang bobotnya
Sumber: Hasil rata-rata pendapat responden Rata-rata jawaban faktor Eksternal Karyawan Bank Pasar
97
RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN BANK PASAR No. Pert Faktor Eksternal 1 2 3 4 5 6
Bobot Penilaian Responden Rata-Rata Responden 1 2 3 4 Baris 8 9 7 10 8.50 8 9 6 9 8.00 10 9 9 10 9.50 9 10 9 8 9.00 9 7 8 4 7.00 9 7 8 5 7.25 8.83 8.5 7.83 7.67 Rata-rata kolom
Ket O T O O T T
Bobot (Rata-rata kolom dikurangi rata-rata baris) 10-¦7.42-5.75¦ 8.50 9.79 10-¦7.42-6.00¦ 9.50 10-¦7.42-7.00¦ 9.00 8.79 10-¦7.42-7.25¦ 9.04
Urgensi Penanganan Rata-rata Baris Responden 1 2 3 4 Urgensi 4 3 2 4 3.25 3 4 4 4 3.75 3 3 3 4 3.25 3 3 2 3 2.75 3 2 2 2 2.25 3 3 3 4 3.25 3.17
3 2.67
3.5
252.69 255.33
WO = WT =
27.63 36.72 30.88 24.75 19.78 29.39 Total O = Total T =
8.21
Setelah interaksi SWOT maka Strategi SO = 169,44 + 83,25 = ST = 169,44 + 85,89 =
Bobot x Urgensi
127,79 + 83,25 = 127,79 + 85,89 =
83.25 85.89
211.04 213.68
Jadi yang dipilih adalah strategi ST Yang bobotnya terbesar
Sumber: Hasil rata-rata pendapat respond
98
PEDOMAN PELAKSANAAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Tema FGD
: Membahas faktor-faktor internal dan eksternal hasil analisis SWOT
Peserta: 1. Bakul pasar 2. Karyawan kantor unit bank pasar Bantul 3. Pelaku Bank Plecit Pertanyaan Diskusi : Perkenalan Singkat Tentang kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya yaitu analisis SWOT secara individual. PERTANYAAN PENDAHULUAN: Tolong sebutkan nama saudara. MODERATOR MENGUNGKAPKAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL SEBAGAI HASIL WAWANCARA SECARA INDIVIDUAL 1. Apakah menurut saudara masih perlu sekali lagi menganalisis faktor-faktor internal dan eksternall yang mungkin belum terungkap selama wawancara secara individual ? 2. Setelah kita masing-masing berdiskusi mengenai faktor-faktor internal dan eksternal dari masing-masing kelembagaan marilah kita mencoba secara bersama-sama menyusun sebuah program pengembangan kelembagaan keuangan yang berpihak kepada bakul pasar. 3. Keberlanjutan program pengembangan kelembagaan yang berorientasi kepada bakul pasar
JIKA PROGRAM PENGEMBANGAN BAKUL PASAR MASIH BERJALAN a. Mengapa program masih berjalan? Bagaimana memeliharanya? b. Apa upaya pemeliharaan yang dilakukan? Apa saja upaya dari komunitas bakul pasar? Apa saja upaya dari pemerintah desa? Apa saja upaya dari manajemen pasar? Bagaim ana caranya? JIKA PROGRAM PENGEMBANGAN BAKUL PASAR BERHENTI a. Mengapa program berhenti ? Bagaimana bisa terjadi? b. Apa upaya antisipasi yang dilakukan? Apa saja upaya dari komunitas bakul pasar? Apa saja upaya dari pemerintah desa? Apa saja upaya dari manajemen pasar? Bagaimana caranya? JIKA BANTUAN PEMERINTAH KABUPATEN DIHENTIKAN a. Bagaimana apabila bantuan pemerintah kabupaten dihentikan? b. Apa saja langkah-langkah antisipasi yang dilakukan apabila program pengembangan bakul pasar menemui kendala atau bahkan macet karena dihentikannya bantuan dari pemerintah kabupaten Bantul? Siapa yang melakukan ? Apa saja upaya dari komunitas bakul pasar? Apa saja upaya dari manajemen pasar ? Bagaimana caranya ?
99
100 JIKA PROGRAM PERLU DIKEMBANGKAN a. Mengapa program perlu dikembangkan? Bagaimana caranya ? b.
Apa upaya pengembangan program yang dilakukan? Apa saja upaya dari komunitas bakul pasar ? Apa saja upaya dari pemerintah desa? Apa saja upaya dari manajemen pasar? Bagaimana caranya ?
4. TOPIK PERBANDINGAN DENGAN PROGRAM PENGEMBANGAN/ PEMBERDAYAAN YANG LAIN a. Apakah ada program lain dari pemerintah /inisiatif komunitas selama program pengembangan bakul pasar berjalan ? b. Dimana program itu dilakukan, apakah sama, berdekatan, atau berjauhan dari program pengembangan bakul pasar ? c.
Apakah komunitas bakul pasar berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program tersebut?
d. Apa sajakah manfaat yang muncul dari program itu? Siapa yang memanfaatkan? Kapan dimanfatkan ? Mengapa demikian ? e. Manakah yang lebih berguna antara program pengembangan bakul pasar dan program lainnya tersebut ? f.
Apa sajakah akibat/pengaruh yang muncul dari program tersebut? Siapa yang memperoleh akibat teresebut? Dimana akibat/pengaruh itu muncul? Kapan akibat manfaat dimanfaatkan ? Mengapa demikian ?
g. Siapa yang memperoleh akibat/pengaruh kerugian? Dimana akibat/pengaruh kerugian itu muncul? Kapan dampak negatif ditanggulangi? Mengapa demikian? h. Manakah yang lebih berguna antara manfaat program pengembangan bakul pasar dan program lainnya ? MODERATOR MENYAMPAIKAN RANGKUMAN DISKUSI SELAMA 2 MENIT. MODERATOR BERTANYA: APAKAH RANGKUMAN INI SUDAH LENGKAP? APAKAH SAUDARA SETUJU RANGKUMAN INI? ATAU SAUDARA MEMILIKI TAMBAHAN ATAU USULAN PERUBAHAN? 5. Tujuan pertemuan kita adalah untuk memahami manfaat dan akibat/pengaruh program pengembangan bakul pasar ? Apakah ada hal penting yang terlewatkan ? 6. Apakah saudara mempunyai usulan/masukan dalam menyusun program pengembangan bakul pasar ?
101
LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) 1. Persiapan a.
Berdasarkan data yang dimiliki dan diperoleh, tema yang akan didiskusikan diperbaiki kembali.
b.
Menyusun daftar peserta yang akan diundang dalam FGD.
c.
Mencari informasi karakteristik calon peserta FGD, sehingga peserta FGD mencerminkan kelompokkelompok kepentingan atau latar belakang yang sama-sama penerima program . Hal ini dimaksudkan agar pembahasan tema diskusi dapat dilakukan dengan berbagai perspektif.
d.
Menata ruang diskusi melingkar sehingga memungkinkan terjadinya diskusi banyak arah.
2. Menyusun formasi diskusi a.
Diskusi dipandu oleh seorang moderator dan dibantu oleh satu orang notulen.
b.
Untuk menciptakan suasana FGD yang hidup ditentukan formasi setengah lingkaran mengadap ke objek display.
c.
Moderator dan fasilitator berada diantara para peserta sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang intim di antara peserta dan fasilitator/moderator.
3. Memfasilitasi proses diskusi a.
Moderator membuka diskusi dengan suara yang jelas dan mudah dimengerti oleh peserta.
b.
Moderator memperkenalkan diri sebelum diskusi dimulai.
c.
Menjelaskan prosedur diskusi yang akan berlangsung, masalah yang akan dibahas, bagaimana dan berapa lama proses diskusi akan berlangsung.
d.
Menjelaskan bahwa isu atau aspek yang ditawarkan penting untuk didiskusikan dan tindak lanjut.
102
A
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK BAKUL PASAR
Pembuka Perkenalkan saya: Nama Alamat Pekerjaan KTP No
: Y. ARIYANTO : Kurahan Bantul : Mahasiswa Pasca Sarjana IPB : ....................................................................................................
Adalah pewawancara untuk penelitian tentang : § PANDANGAN HUBUNGAN PERTUKARAN YG ADIL ANTAR RESPONDEN DENGAN “BANK PLECIT” . § PANDANGAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN USAHA § PANDANGAN DUKUNGAN YANG MENDESAK DIPERLUKAN UNTUK MENDORONG KELANCARAN USAHA.
Adapun tujuan saya kemari adalah untuk meminta kesediaaan Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini. Maksud dan tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran tentang ketiga hal dimaksud dan manfaat Program ANTI RENTENIR terhadap usaha Bapak/Ibu. Beberapa pertanyaan tentang perbandingan sebelum dan semasa program dengan saat ini, sehingga kami mohon sudi kiranya untuk mengingat keadaan sampai masa sebelum program dilaksanakan. Semua data yang kami peroleh, hanya diperuntukan bagi kepentingan ilmiah. Identitas dan jawaban yang Bapak/Ibu berikan, saya jamin kerahasiaannya. Atas perhatian, kesediaan, bantuan dan kerja sama Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Y. Ariyanto
103
A
KUESIONER UNTUK
BAKUL PASAR 1. IDENTITAS RESPONDEN 1.1 No Kuesioner 1.2 Nama Responden 1.3 Umur (th) 1.4 Jenis kelamin 1.5 Lama berjualan di pasar (th)
.............................................................. .............................................................. .............................................................. 1. Laki-laki 2. Perempuan ..............................................................
2. ANALISA RUGI LABA USAHA DAGANG 2.1 Berapa modal untuk membeli dagangan dalam sehari ? 2.2 Berapa modal yang dibutuhkan untuk operasional sehari ? 2.3 Untuk keperluan apa saja ? 2.4 Berapa pendapatan kotor dalam sehari ? 2.5 Darimana diperoleh uang untuk modal tersebut ? 3. PANDANGAN HUBUNGAN PERTUKARAN YANG ADIL
No 3.1
Apakah Bapak/Ibu saat ini meminjam uang kepada “bank plecit” ?
Pertanyaan
3.2
Berapa jumlah pinjamannya ?
3.3
Berapa harus mengembalikan cicilannya ?
3.4
Berapa lama periode pinjaman ?
2. Tidak ________ke 3.8
1.Ya
Ribu rupiah Ribu rupiah
3.5
1. Pasaran
2. Mingguan 3. Bulanan
4. Selapanan
Apakah Bapak/Ibu merasa rela membayar bunga pinjaman tersebut ?
1. Rela ________ke 3.7
2. Tidak Rela
3.6
Menurut Bapak/Ibu berapa persen se harusnya bunga yang wajar dan adil ?
3.7
Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu rela membayar cicilan sesuai ketentuan yang dibuat “bank plecit” ?
persen 1. 2. 3. 4.
Tidak punya akses pinjaman kepada pihak lain Hubungan “baik” dengan “bank plecit” Kemudahan dan fleksibilitas cicilan Lainnya ............................................................................ .........................................................................................
104
3.8
Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tidak tertarik meminjam uang kepada “bank plecit” ? 1. Bunga yang tinggi 2. Lebih suka meminjam uang kepada bank formal 3. Lainnya ........................................................................................
............................................................................................ 3.9
Komentar tentang hubungan pertukaran yang adil ?
4. PANDANGAN FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI KELANCARAN USAHA
No 4.1
Pertanyaan Apakah faktor yang paling berpengaruh trerhadap kelancaran usaha bapak/ibu ?
1. Modal______________________ ke 4.2 2. Prasarana __________________ke 4.4 3. Lain-lain ___________________ ke 4 .5 4.2
Darimana ibu mendapatkan tambahan modal untuk usaha ? 1. “Bank Plecit” __________________ ke 4.3 2. Bank Pasar __________________ ke 4.3 3. lain-lain
4.3
Berapa besar bapak ibu mendapatkan tambahan modal dari kelembagaan keuangan ?
1. < Rp. 100.000 2. Rp. 100.000 sd Rp.500.000 3. > Rp. 500.000
105
4.4
4.5
4.6
Prasarana apasaja yang m empengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu?
1. Transportasi/ angkutan 2. Lain-lain Faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu ?
Komentar tentang fakttor yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu ?
5. PANDANGAN DUKUNGAN YANG MENDESAK UNTUK MENDORONG KELANCARAN USAHA
No 5.1
Pertanyaan Dukungan seperti apa yang paling mendesak yang diharapkan bapak/ibu untuk mendorong kelancaran usaha ?
1.Kelembagaan ________________ke 5.2 2. Lain-lain ____________________ke 5.3 5.2
Jenis kelembagaan apa yang dimaksud ? 1. Keuangan/ Ekonomi 2. Sektor Publik/ Pemerintah 3. Sektor Private/Swasta 4. Sektor Partisipatory/ NGO/ LSM
5.3
Komentar bapak/ibu tentang harapan akan dukungan-dukungan tersebut ?
106
B
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK “BANK PLECIT”
Pembuka Perkenalkan saya: Nama Alamat Pekerjaan KTP No
: Y. ARIYANTO : Kurahan Bantul : Mahasiswa Pasca Sarjana IPB : .....................................................................................................
Adalah pewawancara untuk penelitian tentang § PANDANGAN HUBUNGAN PERTUKARAN YG ADIL ANTAR RESPONDEN DENGAN “BANK PLECIT” . § PANDANGAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN USAHA § PANDANGAN DUKUNGAN YANG MENDESAK DIPERLUKAN UNTUK MENDORONG KELANCARAN USAHA.
Adapun tujuan saya kemari adalah untuk meminta kesediaaan Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini. Maksud dan tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran tentang ketiga hal dimaksud dan manfaat Program ANTI RENTENIR terhadap usaha Bapak/Ibu. Beberapa pertanyaan akan kami ajukan dan kami mohon sudi kiranya bapak/ibu menjawab dengan jujur. Semua data yang kami peroleh, hanya diperuntukan bagi kepentingan ilmiah. Identitas dan jawaban yang Bapak/Ibu berikan, saya jamin kerahasiaannya. Atas perhatian, kesediaan, bantuan dan kerja sama Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Y. Ariyanto
107
KUESIONER UNTUK
B
“BANK PLECIT” 1. IDENTITAS RESPONDEN 1.1 No Kuesioner 1.2 Nama Responden 1.3 Umur (th) 1.4 Jenis kelamin 1.5 Lama berjualan di pasar (th)
.............................................................. .............................................................. .............................................................. 1. Laki-laki 2. Perempuan ..............................................................
2. ANALISA RUGI LABA USAHA JASA KREDIT 2.1 Berapa modal untuk MELEPAS UANG dalam sehari ? 2.2 Berapa modal yang dibutuhkan untuk operasional sehari ? 2.3 Untuk keperluan apa saja ? 2.4 Berapa pendapatan kotor dalam sehari ? 2.5 Darimana diperoleh uang untuk modal tersebut ? 3. PANDANGAN HUBUNGAN PERTUKARAN YANG ADIL
No 3.1
Pertanyaan Berapa jumlah pinjaman maksimal yang bisa diberikan kepada bakul pasar ?
Ribu rupiah 3.2
Berapa harus mengembalikan cicilannya ?
3.3
Berapa lama periode pinjaman ?
3.4
Berapa besar bunga yang disepakati ?
3.4
Apakah Bapak/Ibu saat ini sudah merasa cukup adil antara usaha/pekerjaan yang dilakukan dengan pendapatan yang diterima?
3.5
Menurut Bapak/Ibu berapa persen seharusnya bunga yang wajar dan adil ?
3.7
Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu menentukan tingkat bunga sebesar itu ?
Ribu rupiah 1. Pasaran
2. Mingguan 3. Bulanan
4. Selapanan
persen
1.Ya ________ke 3.9
2. Tidak persen
1. Resiko kredit macet yang tinggi 2. Biaya operasional yang tinggi 3. Lainnya ............................................................................ .........................................................................................
108
3.8
Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tertarik menekuni usaha ini? 1. Pendapatan yang tinggi 2. Tidak memiliki pekerjaan lain 3. Lainnya ........................................................................................
............................................................................................ 3.9
Komentar tentang hubungan pertukaran yang adil ?
4. PANDANGAN FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI KELANCARAN USAHA
No 4.1
Pertanyaan
Apakah faktor yang paling berpengaruh trerhadap kelancaran usaha bapak/ibu ?
1. Modal______________________ ke 4 .2 2. Prasarana __________________ke 4.6 3. Lain-lain ___________________ ke 4.7 4.2
Darimana ibu mendapatkan tambahan modal untuk usaha ? 1. Bank Pasar ____________________ ke 4.3 2. SumberLain _______________ ____ ke 4.4 3. Bank Pasar dan Sumber Lain ______ ke 4.5
4.3
Berapa besar bapak ibu mendapatkan tambahan modal dari Bank Pasar ?
1. < Rp. 1 .000.000 2. Rp. 1.000.000 sd Rp.5.000.000 3. > Rp. 5 .000.000 4.4
Berapa besar bapak ibu mendapatkan tambahan modal dari Sumber Lain ?
1. < Rp. 1.000.000 2. Rp. 1.000.000 sd Rp.5.000.000 3. > Rp. 5.000.000 4.5
Berapa besar bapak ibu mendapatkan tambahan modal dari Bank Pasar dan Sumber Lain ?
1. < Rp. 1.000.000 2. Rp. 1.000.000 sd Rp.5.000.000 3. > Rp. 5.000.000 4.6
Prasarana apasaja yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu?
1. Transportasi/ angkutan 2. Lain-lain
109
4.7
Faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu ?
4.8
Komentar tentang fakttor yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu ?
110 5. PANDANGAN DUKUNGAN YANG MENDESAK UNTUK MENDORONG KELANCARAN USAHA
No 5.1
Pertanyaan Dukungan seperti apa yang paling mendesak yang diharapkan bapak/ibu untuk mendorong kelancaran usaha ?
1.Kelembagaan ________________ke 5.2 2. Lain-lain ____________________ke 5.3 5.2
Jenis kelembagaan apa yang dimaksud ? 1. Keuangan/ Ekonomi 2. Sektor Publik/ Pemerintah 3. Sektor Private/Swasta 4. Sektor Partisipatory/ NGO/ LSM
5.3
Komentar bapak/ibu tentang harapan akan dukungan-dukungan tersebut ?
111
C
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK KEPALA UNIT BANK PASAR
Pembuka Perkenalkan saya: Nama Alamat Pekerjaan KTP No
: Y. ARIYANTO : Kurahan Bantul : Mahasiswa Pasca Sarjana IPB : ................................................................................................................
Adalah pewawancara untuk penelitian tentang : § PANDANGAN HUBUNGAN PERTUKARAN YG ADIL ANTAR RESPONDEN DENGAN NASABAH § PANDANGAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PROGRAM § PANDANGAN DUKUNGAN YANG MENDESAK DIPERLUKAN UNTUK MENDORONG KELANCARAN PROGRAM
Adapun tujuan saya kemari adalah untuk meminta kesediaaan Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini. Maksud dan tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran tentang ketiga hal dimaksud. Beberapa pertanyaan akan kami ajukan dan kami mohon sudi kiranya bapak/ibu menjawab dengan jujur. Semua data yang kami peroleh, hanya diperuntukan bagi kepentingan ilmiah. Identitas dan jawaban yang Bapak/Ibu berikan, saya jamin kerahasiaannya. Atas perhatian, kesediaan, bantuan dan kerja sama Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Y. Ariyanto
112
KUESIONER UNTUK
C
KEPALA UNIT BANK PASAR 1. IDENTITAS RESPONDEN 1.1 No Kuesioner 1.2 Nama Responden 1.3 Umur (th) 1.4 Jenis kelamin 1.5 Lama berjualan di pasar (th)
.............................................................. .............................................................. .............................................................. 1. Laki-laki 2. Perempuan ..............................................................
2. PANDANGAN EFEKTIVITAS PROGRAM KREDIT ANTI RENTENIR
No 2.1
Pertanyaan Berapa modal yang disediakan Pem.Kab untuk Program Kredit Anti Rentenir ? Milyar rupiah
2.2
Berapa Jumlah Bakul Pasar yang dapat dijangkau program tersebut?
2.3
Berapa Kredit Bakul Pasar yang macet ?
2.4
Kemudahan apa saja yang ditawarkan dalam program kredit ?
Orang Orang
113 3. PANDANGAN FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI KELANCARAN PROGRAM
No 3.1
Pertanyaan
Apakah faktor yang paling berpengaruh trerhadap kelancaran Program Kredit Anti Rentenir ?
1. Modal______________________ ke 3.2 2. Prasarana __________________ke 3.4 3. Lain-lain ___________________ ke 3 .5 3.2
Darimana Bank Pasar mendapatkan tambahan modal untuk usaha ? 1. Pemerintah Kabupaten Bantul 2. Bank Lain 3. Sumber Lain
3.3
Berapa besar Bank Pasar mendapatkan tambahan modal dari pihak lain ?
3.4
Prasarana apasaja yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu?
Milyar Rupiah 1. Fluktuasi suku bungan kredit 2. Lain-lain 3.5
Faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu ?
114
3.6
Komentar tentang fakttor yang mempengaruhi kelancaran usaha bapak/ibu ?
115 4. PANDANGAN DUKUNGAN YANG MENDESAK UNTUK MENDORONG KELANCARAN PROGRAM
No 4.1
Pertanyaan Dukungan seperti apa yang paling mendesak yang diharapkan bapak/ibu untuk mendorong kelancaran PROGRAM ?
1.Kelembagaan ________________ke 2.2 2. Lain-lain ____________________ke 2.3
4.2
Jenis kelembagaan apa yang dimaksud ? 1. Keuangan/ Ekonomi 2. Sektor Publik/ Pemerintah 3. Sektor Private/Swasta 4. Sektor Partisipatory/ NGO/ LSM
4.3
Komentar bapak/ibu tentang harapan akan dukungan-dukungan tersebut ?
116
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN
A.
IDENTITAS INFORMAN 1. Nama, Usia, Status Keluarga dan Perkawinan 2. Pekerjaan : 3. Tempat lahir : 4. Pendidikan : 5. Lama tinggal : 6. Jumlah anggota keluarga ( r ):
jiwa.
7. Kedudukan dalam masyarakat :
B.
LURAH PASAR BANTUL 1. Apakah komunitas bakul pasar turut serta dalam perencanaan program kredit anti rentenir? Bagaimana proses perencanaan dilakukan? 2. Apakah masyarakat turut serta dalam pelaksanaan program? Bagaimana proses pelaksanaan program? 3.
Apakah manfaat yang diterima masyarakat dari program? Siapa saja yang memperoleh manfaatnya? Siapa saja yang tidak?
4.
Bagaimana cara bakul pasar mendapatkan failitas kredit dari bank pasar? Mengapa demikian?
5.
Apa peran bapak dalam memotivasi warga untuk memanfaatkan
bantuan
program? Bagaimana caranya? 6. Apa peran bapak dalam pelaksanaan program kredit antik rentenir ? Bagaimana bapak melakukannya? 7. Apakah program kredit anti rentenir sesuai dengan kebutuhan komunitas bakul pasar? Mengapa demikian? 8.
Apa kendala yang bapak temui dalam pelaksanaan program kredit anti rentenir? Apa yang bapak lakukan?
9. Bagaimana keadaan bakul pasar sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan kredit? Apa saja harapan mereka? 10. Apa harapan bapak terhadap program kredit anti rentenir di masa yang akan datang? Apa saran bapak terhadap program tersebut?
117
C.
LURAH DESA BANTUL 1. Bagaimana kegiatan program kredit anti rentenir yang dilakukan di pasar Bantul? Mengapa demikian? 2. Bagaimana bapak memfasilitasi bakul pasar dalam program tersebut? 3. Apa yang bapak lakukan dalam memotivasi warga komunitas untuk berpartisiasi dalam program kredit anti rentenir? Bagaimana caranya? 4. Apa kendala yang ditemui dalam memotivasi warga komunitas? Bagaimana bapak mengatasinya? 5. Bagaimana penerimaan komunitas terhadap kredit yang diberikan? Siapa saja yang menerima? Siapa saja yang tidak menerima? 6. Bagaimana hubungan anggota keluarga dan kerabatnya setelah menerima bantuan kredit? Apa keuntungan dan kerugiannya? 7. Bagaimana pengaruh kredit yang diberikan terhadap usaha masyarakat? Apakah mereka masih terlibat utang piutang dengan institusi informal selain institusi formal ? 8. Apakah warga memanfaatkan bantuan kredit yang diberikan? Mengapa demikian? 9. Bagaimana keadaan bakul pasar sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan? 10. Apa harapan bapak terhadap program kredit anti rentenir di masa yang akan datang? Apa saran bapak terhadap program tersebut?
118
PEDOMAN UNTUK PENGAMATAN BERPERAN SERTA
1.
Mengamati perilaku anggota responden dalam kegiatan berdagang di pasar Bantul.
2.
Mengamati perilaku anggota responden melayani pembeli
3.
Mengamati kegiatan komunitas bakul pasar dalam lingkungan pasar Bantul
4.
Mengamati pola hubungan kekerabatan responden.
5.
Mengamati situasi dan kondisi kehidupan komunitas bakul pasar sehari-hari.
6.
Mengamati responden dalam berinteraksi dengan bank plecit
7.
Mengamati kejadian-kejadian yang terjadi di pasar Bantul dalam kegiatan jual beli dan berinteraksi dengan institusi finansial formal maupun informal