The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)
PEMBERDAYAAN HARTA WAKAF DAN PENINGKATAN EKONOMI UMMAT (Tawaran Model Pemberdayaan Harta Wakaf Di Kec Ampek Angkek dan IV Koto di Kab Agam) Oleh: Asyari,S.Ag.,M.Si
1. Latar Belakang Di Sumatera Barat, angka kemiskinan, seperti yang dilansir BPS jumlah penduduk miskin di Propinsi Sumatera Barat hanya 10 % dari total penduduk. Sedangkan data yang disampaikan oleh Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yaitu sebesar 14 %. Di Kabupaten Agam, jumlah angka kemiskinan diperoleh data bahwa tahun 2001 dan 2002 terdapat penurunan jumlah masyarakat miskin sebanyak 425 jiwa. Sedangkan dari 2002 sampai tahun 2005 terjadi peningkatan sebanyak 13.002 jiwa. Dari informasi yang diperoleh, penyebab kemiskinan tersebut adalah ketiadaan modal untuk bekerja1 . Banyak instrumen ajaran Islam yang memiliki misi dalam pengentasan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan umat, seperti, infak, shadakah, hibah, wakaf, zakat dan lainnya. Wakaf dapat dijadika sebagai generator ekonomi dan kesejahteraan umat. Hal ini tentunya akan terwujud jika wakaf tersebut mampu dikelola dengan baik dan profesional. Pengalaman beberapa negara Islam membuktikan hal tersebut. Secara umum, di Indonesia, jumlah harta wakaf sampai per- Maret 2006 berjumlah, 403.845 lokasi dengan luas,1.566.672.486. M2 yang tersebar di 30 propinsi2. Sedangkan di Sumatera Barat harta wakaf berjumlah, 654.648.800 M2, yang tersebar pada 10 Daerah Tk II Kabupaten dan 6 Daerah Tk II Kota3. Di Kab. Agam, harta wakaf berjumlah 1.206.371 M2 yang tersebar di 730 lokasi. Jumlah ini merupakan asset dan potensi yang mesti dikelola dengan baik. Namun kenyataannya, harta-harta wakaf tersebut secara garis besar belum dikelola dengan baik dan produktif. Secara fisik, harta wakaf masih banyak yang ditelantar dan belum menjadi nilai ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan umat. Padahal dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dinyatakan bahwa: (1) wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta bendanya miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/ atau kesejahteraan umum menurut aturan syariah (ketentuan umum dan pasal 2), (2), wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi perlu dikelola dengan efektif dan efesien untuk kepentingan ibadah dan kesejahteraan umum dan juga wakaf memiliki fungsi sebagai mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta wakaf untuk kepentingan ibadah dan keseajteraan umum. (3) Adapun tujuan dari perbuatan wakaf itu sendiri adalah berfungsi untuk mengali potensi ekonomi harta benda wakaf dan dimanfaatkan untuk kepentingan ibadah dan memajukan kesejahteraan umum. Pasal 22 dalam UU tersebut dinyatakan bahwa dalam tujuan dan fungsi wakaf, harta wakaf hanya dapat diperuntukan bagi: sarana dan kegiatan ibadah, sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan,bantuan kepada fakir dan miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa,kemajuan dan peningkatan ekonomi umat; dan/atau,kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan. Jika kemudian harta wakaf dikelola dengan baik dan lebih produktif dapat dijadikan instrumen peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, penetapan model pemberdayaan yang tepat terhadap harta wakaf menjadi penting dan urgen dilakukan. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan sebelumnya, main focus penelitian ini adalah: 1. Bagaimana bentuk-bentuk harta wakaf dan Pengelolaannya di Kec. Ampek Angkek dan IV Koto 2. Bagaimana model yang tepat dalam upaya memperdayakan harta wakaf sebagai instrumen peningkatan ekonomi umat 3. Kerangka Teoritik Dalam al-Quran, secara eksplisit tidak ditemukan ayat-ayat yang secara khusus menyebutkan wakaf. Namun sebagai perbuatan kebaikan yang berkaitan dengan harta (tasarruf tabarru’ ), ulama memahami beberapa ayat yang dapat dijadikan dasar dari wakaf, SQ.Ali Imran ayat: 92, al-Baqarah, ayat: 267. Hadist Nabi yang dijadikan dasar dari wakaf ini, yaitu hadist diriwayatkan oleh Abu Hurairah,” Apabila meninggal keturunan Adam As, putuslah sekalaian amalannya, kecuali tiga macam; sedakah jariyah, 1 2
3
Kompas, Kamis,8 Mei 2005 KH.Mundzir T.MA, Republika,17 Maret 2006 Data Harta Wakaf di Bagian Haji, Zakat dan Wakaf (Hazawa), Depag Sumbar, 2005
Surakarta, 2-5 November 2009
The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)
anak yang shaleh dan ilmu yang bermanfaat (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad Bin Hambal). Di Indonesia, wakaf ini telah diatur dalam beberapa bentuk regulasi yuridis, diantara4 : UU No. 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Hukum Agraria,PP Nomor 28 Tahun 1977, tentang Perwakafan Hak Milik,Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1977, Tentang Tata Pendaftaran Perwakafan Tanah Hak Milik, Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978, Peraturan Pelaksanan PP 28 Tahun 1977 Secara terminologi, kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian; kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif serta kemiskinan kultural. Seseorang termasuk kepada kemiskinan absolut jika pendapatannya di bawah garis kemiskinan, tidak cukup memenuhi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan dan pendidikan). Kemiskinan relatif, kehidupan seseorang yang sudah berada di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat masyarakat sekitarnya. Sedangkan kemiskinan kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau kelompok yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya. Dalam menetapkan kemiskinan itu sendiri, terdapat beberapa ukuran yang sering dipakai, diantaranya5; (1). Ukuran Sayogyo ; batas garis kemiskinan untuk masyarakat pedesaan setara dengan 20 kg beras per kapita perbulan dan bagi masyarakat perkotaan sama dengan 30 kg beras perkapita per bulan. (2). Batasan menurut Badan Pusat Statistik, menetapkan garis kemiskinan berdasarkan tingkat kecukupan konsumsi kalori yaitu 2.100 kalori per-kapita per hari. Suatu keluarga digolongkan miskin jika pendapatannya hanya mampu memenuhi kebutuhan minimum kalori yang ditetapkan, sedangkan bila pendapatannya selain mampu mencukupi kebutuhan kalorinya juga mampu memenuhi kebutuhan pokok lainnya seperti perumahan air, sandang dan pendidikan digolongkan sebagai keluarga miskin.(3). Ukuran Sam F Poli, batas garis kemiskinan di Indonesia bagi masyarakat pedesaan adalah sama dengan 27 kg ekuivalen beras perkapitas per bulan dan untuk masyarakat perkotaan sama dengan 40 kg beras per kapita per bulan.(4). Ukuran Bank Dunia, garis kemiskinan untuk Indonesia berdasarkan pendapatan perkapitanya kurang dari sepertiga rata-rata pendapatan perkapita nasional termasuk dalam kategori miskin.(5). Ukuran Islam mengenai kemiskinan merujuk kepada batas nisab dalam menetapkan kewajiban zakat. Orang yang memiliki harta kekayaan yang melebihi batas nisab dipandang sebagai orang yang mampu (kaya). Batasan wajib mengeluarkan zakat adalah setara dengan 94 gram emas murni dalam jangka waktu satu tahun. Menurut BPS, kantong kemiskinan umumnya bersumber pada sektor pertanian yang disebabkan ketimpangan kepemilikian lahan pertanian. Kepemilikan lahan pertanian sampai tahun 1993 mengalami penurunan 3,8 % dari 18,3 juta ha. Selain itu, kemiskinan juga disebabkan ketidakmerataan investasi. Bank Dunia (2003), mengeluarkan penyebab kemiskinan adalah (1) kegagalan kepemilikan terutama modal dan tanah, (2) terbatsnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana, (3) kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor, (4) adanya perbedaan kesempatan diantara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung, (5) adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan sektor ekonomi, (6) rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat, (7) budaya hidup yang dikaitan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkungan, (8) tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik, (9) pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan Departemen Agama RI, menawarkan suatu program pemberdayaan harta wakaf produktif strategis. Tujuannya adalah agar asset wakaf tersebut mendatangkan keuntungan baik melalui produk barang atau jasa. Tentu produk-produk yang ditawarkan adalah produk-produk yang memberikan keunggulan komparatif dengan produk sejenis yang telah ada di pasar. Selain itu, mesti juga dipastikan bahwa konsumen potensial adalah mereka-mereka yang benar-benar membutuhkan barang atau jasa yang ditawarkan, punya daya beli yang cukup dan mereka yang memiliki wewenang dalam mengambil keputusan untuk membeli. Pengelolaan asset wakaf seperti ini dimungkinkan jika Nazhir wakaf memiliki dana yang cukup dalam memproduktifkan harta wakaf atau dapat menjalin kerjasama dengan pihak lain sebagai penyandang dana. 4. Kajian Pustaka: Buku Ahmad Azhar Basyir MA (Alm) – Mantan Ketua PP Muhammadiyah -yang berjudul, Hukum Islam Tentang Wakaf, Ijarah dan Syirkah, merupakan kumpulan bahan kuliah tentang Hukum Islam di Universitas Gajah Mada dan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Hukum Islam Zakat dan Wakaf, buku karya Trio Dosen Fak. Hukum UI; Farida Prihatini, Uswatun Hasanah dan
4 5
Farida Prihatini,dkk, Hukum Islam, Wakaf dan Zakat, Jakarta: UI Press, Tahun 2005, hal : 160-22 Nugroho, 1995:30
Surakarta, 2-5 November 2009
The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)
Wirdaningsyih, juga tidak jauh beda dengan buku sebelumnya. Hukum Islam di Indonesia , karya, A. Rafiq, buku ini juga hanya membahas wakaf dari aspek teori fiqh. Beberapa penelitian seperti, Wakaf Tunai Dalam Pandangan Hukum Islam, Azra’i Rais, 2003, Wakaf Deposito, 2001, Hatmiah, Wakaf Hak Cipta Dalam Islam, Yelvi Kurniati,2000, Menarik Kembali Harta Wakaf Dalam Hukum Islam, Zulpardi, Mewakafkan Harta Pusaka Tinggi Dalam Islam, Novia Adri, 1991, semuanya adalah penelitian dalam bentuk thesis dan skripsi yang secara spesifik dan komprehensif tidak membahas model pemberdayaan harta wakaf sebagai instrumen peningkatan kesejahteraan ekonomi umat. 5.Metode Penelitian A. Sifat, Populasi dan Sampel serta Analisis Data Penelitian adalah penelitian lapangan murni (pure field) yang bersifat deskriptik analitik. Data diperoleh melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dengan KUA di dua daerah penelitian. Selain itu data juga diperoleh melalui literatur-literatur tentang wakaf, deskripsi dan data base wakaf yang tersedia di KUA. Populasi penelitian adalah keseluruhan individu yang mengelola harta wakaf (nazdir) dan para KUA di dua daerah tersebut. Khusus untuk nazdir diambil cuplikan (wakil) dari populasi yang berikutnya menjadi sampel. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan memakai teknik purposive sampling. Nadzir yang diwawancarai adalah mereka yang aktif menjalankan tugas. Pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Wawancara mendalam (in-depth interview) dengan pihak nazdir (pengelola wakaf), pihak KUA (Kantor Urusan Agama). Wawancara ini dilakukan dengan cara terstruktur dan tak terstruktur yang dapat dikembangkan oleh peneliti saat berada di lapangan. 2. Observasi dengan melihat langsung kondisi harta wakaf dan beberapa upaya yang telah dilakukan dalam rangka memperdayakannya. Dari data yang terhimpun, kemudian dilakukan pengelompokan bentuk –bentuk harta wakaf dan pengambaran kondisi riil di lapangan. Setelah itu ditawarkan pola pemberdayaan ( istilah Depag RI adalah model pengelolaan wakaf produktif) yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi daerah dan lahan harta wakaf berada. 6. Hasil Penelitian 6.1. Bentuk Wakaf dan Pengunaanya Di Kecamatan IV Angkek Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan IV Angkek, dalam penggunaan harta wakaf berupa tanah, dapat dipergunaan untuk beberapa keperluan. Sehubungan dalam penggunaan tanah wakaf di Kecamatan IV Angkek, dapat dilihat bentuk penggunaannya sesuai dengan nagari-nagari terdapatnya harta wakaf, sebagaimana dijelaskan di bawah ini:6 Di Nagari Ampang Gadang, digunakan untuk mesjid, mushalla, langgar, kolam/tambak ikan, MDA/TPA, lapangan, dan TK. Masing-masingnya terletak pada empat jorong. Di Nagari Biaro Gadang, digunakan untuk mesjid, mushalla, kolam/tambak ikan, MDA/TPA, lapanagn, dan TK. Di Nagari Balai Gurah juga terdiri dari, untuk mesjid, MDA/TPA, kantor Desa, SD, TK. dan panti asuhah.Di Nagari Batu Taba, juga terdiri dari untuk mesjid, mushalla, TK, dan pantiasuhan, semuanya ini terdapat di masingmasing jorong. Di Nagari Pasir, juga dapat digunakan untuk mesjid, MTI, dan Ruko, yang semuanya terdapat pada satu jorong di Nagari Pasir. Di Nagari Panampung, terdiri dari mesjid, mushalla, MIA, MTsN, dan MDA, yang masing-masingnya terdapat pada jorong-jorong di Nagari Panampung . Di Nagari Lambah, terdiri penggunaan untuk mesjid dan pendidikan, dimana terdapat dimasing-masing jorong di Nagari Lambah untuk mesjid sebanyak 4 unit, dan untuk pendidikan 1 unit.. Dimana masing-masingnya terletak di Jorong Koto Hilalang mesjid sebanyak 4 unit. Dan di Jorong Lambah terdapat 1 unit pasilitas pendidikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan IV Angkek, juga diperoleh data bahwa 38.067,80 m2 tanah wakaf yang terdaftar di BPN, yang ada di Kecamatan IV Angkek, yang terdiri untuk mesjid sebanyak 11.152 m2, atau 29%, untuk mushalla sebanyak 19 %, untuk langgar sebanyak 250 m2 , untuk keperluan mesjid sebesr 250 m2, untuk MDA/TPA sebanyak 7%, untuk Lapangan sebanyak 17%, untuk TK sebanyak 5%, untuk pantiasuhan sebanyak 11%, untuk Diniyah sebanyak 9%, untuk MTI sebanyak 481, dan untuk keperluan ruko sebanyak 117,80 m2.
6
Data harta wakaf di Kec.Ampek Angkek dan Wawacara dengan Mursal Asmir,S.Ag., KUA Ampek Angkek, Selasa, 18 Januari 2008
Surakarta, 2-5 November 2009
The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)
Dari hasil penelitian juga diperoleh data yang berkenaan dengan tanah wakaf produktif yang terdapat di Kecamatan IV Angkek bahwa ada beberapa tanah wakaf produktif yang terdapat di kecamatan IV Angkek terdiri dari 24 unit tanah produktif. Sebagian besarnya terdapat dijorong Ampang Gadang sebanyak 17 unit tanah produktif yang terdiri dari; untuk Kolam/tambak ikan 6 unit, untuk sawah sebanyak 6 unit, untuk pasar sebanyak 4 unit, dan untuk lapangan bola sebanyak satu unit. Kemudian secarara rinci tanah produktif untuk masing-masing jorong yang ada di Kecamatan IV Angkek sebagai berikut; di Jorong Ampang Gadang terdapat 6 unit tambak/kolam ikan, di Jorong Biaro Gadang terdapat 2 tambak/kolam ikan, di Jorong Balai Gurah terdapat 2 tambak/kolam ikan. Untuk dijadikan sawah, di Jorong Ampang Gadang terdapat 6 unit, dan di Jorong Lambah terdapat 1 unit sawah. Untuk pasar di Jorong Ampang Gadang terdapat 4 unit pasar. Kemudian untuk lapangan bola, di jorong Ampang Gadang 1 unit lapangan, di Jorong Biaro Gadang 1 unit lapang bola, dan 1 unit ruko di Jorong Pasir. 2. Harta Wakaf dan Pengunaanya di Kecamatan IV Koto Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan IV Koto diperoleh data menggenai penggunaan harta benda wakaf (tanah wakaf) untuk masing-masing nagari di Kecamatan IV Koto, sebagaimana disebutkan di bawah ini:7 Di Nagari Koto Tuo, terdiri dari mesjid, dan pantiasuhan, yang masing-masingnya terdapat pada jorong-jorong. Di Nagari Guguak Tabek Sarajo, terdiri dari mesjid, pekarang mesjid, MDA/MIS, perumahan Garin, sawah masjid, MTsN, dan Tambak Ikan, yang masing-masingnya terdapat pada jorongjorong. Di Nagari Koto Gadang, terdiri dari mesjid, dan mushalla, yang masing-masingnya terdapat pada jorong-jorong. Di Nagari Sianok VI Suku, terdiri dari mesjid, MDA/TPA, sawah untuk anak yatim, dan kantor Kepala Desa, yang masing-masingnya terdapat pada jorong-jorong. Di Nagari Koto Panjang, terdiri dari mesjid, mushalla, dan MTsN, yang masing-masingnya terdapat pada jorong-jorong. Di Nagari Balingka, terdiri dari untuk; mesjid, dan MTsN, yang masing-masingnya terdapat pada jorong-jorong.Di Nagari Sungai Landia, terdiri untuk mesjid, yang yang terdapat pada jorong-jorong. Di Nagari Malalak Utara, terdiri untuk mesjid. Dimana terletak di Jorong Siscan 1 unit mesjid. Di Nagari Malalak Timur, terdiri dari untuk mesjid, MIS/MDA, Madrasah, dan kolam ikan, yang masing-masingnya terdapat pada jorong-jorong. Di Nagari Malalak Barat, terdiri untuk mesjid yang ter dapat di jorong Hulu Banda, dan di Jorong Jalan Batiang. Dari Hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan IV Koto dilihat dari luas tanah wakaf yang ada pada kecamatan IV koto, cukup luas juga sekitar 49.571 m2. Dimana untuk masing-masing nagari; nagari Koto Tuo seluas 3.085 m2 terdapat pada 3 lokasi, nagari Guguak Tabek Sarojo seluas 8.196 m2, yang terdapat pada 10 lokasi, nagari Koto Gadang seluas 3.219 m2 yang terdapat pada 3 lokasi, nagari Sianok VI Suku seluas 7.580 m2 yang terdapat pada 7 lokasi, nagari Koto Panjang seluas 3.838 m2 yang terdapat pada 3 lokasi, nagari Balingka seluas 6.151 m2 yang terdapat pada 6 lokasi, nagari Sungai Landia seluas 7.692 m 2 yang terdapat pada 6 lokasi, nagari Malalak Timur seluas 5.779 m2, yang terdapat pada 11 lokasi, nagari Malalak Barat seluas 1.594 m2 yang terdapat pada 2 lokasi, nagari Malalak Utara seluas 760 m2 yang terdapat pada satu lokasi, dan nagari Malalak Selatan seluas 1.677 m2 yang terdapat pada satu lokasi. Dari seluas 49.571 m2 tanah wakaf yang ada di Kecamatan IV Koto, dipergunakan untuk bermacammacam penggunaan yaitu; untuk sarana ibadah berupa mesjid, dan mushalla sebesar 37.364 m2, merupakan penggunaan yang terbesar. Untuk pekarang mesjid sebesar 640 m 2 yang dapat digunakan untuk parkir, dan halaman mesjid. Untuk pendidikan berupa MDA/MIS, dan MTsN sebesar 7.361 m2. Untuk perumahan garin sebesar 126 m2, juga memberikan manfaat untuk tempat tinggal garin yang terpisah dengan mesjid. Disamping penggunaan sebagaimana di atas, tanah wakaf yang ada di Kecamatan IV Koto, ada juga digunakan kegiatan produktif seperti; sawah mesjid, tambak/kolam ikan, sawah untuk anak yatim, yang luasnya sebesar 1.330 m2. Diharapkan dari bentuk tanah wakaf produktif yang di Kecamatan IV Koto ini dapat memberikan hasil, yang dapat dipergunakan untuk keperluan sosial, mesjid dan anak yatim. Kemudian tanah wakaf yang ada di Kecamatan IV Koto digunakan untuk kantor Kepala Desa seluas 1.750 m2, cukup luas juga untuk ukuran kantor Kepala Desa. Sebaiknya tanah yang berlebih dari fisik bangunan kantor bisa di buat toko alat tulis, atau barang-barang kebutuhan harian penduduk, yang hasilnya dapat digunakan untuk kegiatan sosial, dan pembangunan desa. Penggunaan tanah wakaf untuk keperluan pantiasuhan seluas 1.000 m 2, ini dapat digunakan untuk menitipkan atau memelihara anak-anak yatim atau anak-anak terlantar, yang fungsi sosialnya lebih tinggi. 5. Model Pemberdayaan Harta Wakaf 5.1. Model Pemberdayaan Wakaf Di Kecamatan IV Angkek 7
Data harta wakaf di Kec IV Koto dan Wawancara dengan Abdul Aziz,S.Ag., KUA IV Koto , Tanggal 25 Januari 2008
Surakarta, 2-5 November 2009
The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)
Informasi tentang harta wakaf di masing nagari Kecamatan di atas, maka peneliti setelah melakukan kajian-kajian dari literatur Ekonomi Islam serta memperhatikan pedoman pengelolaan wakaf produktif dan wakaf tunai yang dikeluarkan oleh Departemen Agama RI8 menawarkan model yang berbeda-beda dalam pemberdayaan harta wakaf ( tanah) sesuai dengan kondisi nagari nagari dan jorong masing-masing. Nagari Ampang Gadang dengan nama jorong-jorongnya semua terletak dipinggir jalan raya yang ramai dilalui oleh kendaraan menuju daerah-daerah lain seperti, Payakumbuh, Batusangkar, Pekanbaru, dan lain-lain. Secara umum tanah wakaf dapat dimanfaatkan untuk bermacam-macam usaha produktif seperti: mendirikan SPBU, rumah makan, toko-toko yang menjual aneka makan, souvenir, dan took yang menjual bahan bangunan dan sebagainya. Nagari Panampung dimana secara umum jorong-jorong berada di tempat kediaman penduduk, dan rumah sekolah, yang disela-selai dengan lahan kering, dan sawah. Melihat kondisi ini dalam pengelolaan harta wakaf usaha yang cocok adalah membuat rumah yang akan disewakan, kemudian membuat kedaikedai yang menjual kebutuhan sekolah, kebutuhan sarana pertanian, dan kebutuhan harian. Disamping itu untuk usaha pertanian misalnya menanam padi, kacang-kacangan. jagung, kentang, cabe, ubi jalar, dan lain-lain sebagainya. Nagari Balai Gurah secara umum kodisinya banyak lahan kering dan sawah. Untuk lahan basah banyak ditanami padi, dan plawija lainnya. Melihat kondisi ini dalam pengelolaan tanah wakaf yang cocok adalah membuat kedai-kedai yang menyediakan kebutuhan pertanian dan harian penduduk. Kemudian juga bisa diproduktifkan untuk lahan pertanian seperti tanaman padi, tanam plawija dan sebagainya. Nagari Lambah secara umum memilik kondisi banyak terdapat lahan basah dan kering. Melihat kondisi ini yang cocok dalam pengelolaan harta atau tanah wakaf untuk usaha produktif adalah membuat perumahan penduduk, membuat sarana untuk peternakan, dan menanami sawah dengan padi, dan palawija lainnya. Nagari Biaro Gadang secara umum kondisinya ditempat agak padat rumah penduduk, dengan adanya beberapa buah perumahan yang sudah ditempat oleh masyarakat, disamping itu terdapat juga daerah persimpangan jalan yang ramai, dan sebuah pasar tradisional. Walaupun banyak juga terdapat sawah untuk ditanami. Melihat kondisi ini yang mungkin dikembangkan dalam pengelolaan harta wakaf adalah membuat ruko yang bisa sebagai tempat tinggal dan usaha menjual bermacam-macam barang kebutuhan, termasuk menjual alat-alat mobil dan sebagainya. Disamping itu juga sangat cocok untuk membuat rumah untuk ditempat sebagai kantor yang bisa dikontrakan kepada instansi atau perusahaan. Kemudian untuk lahan basah atau sawah bisa ditanami padi, dana tanaman muda lainnya. Khusus di Biaro sebagai ibu kecamatan disitu banyak kantor-kantor, dan ada pasar tradisional. Disini sangat cocok adanya toko, yang dapat menjual kebutuhan perkantoran, dan juga kebutuhan rumah tangga. Nagari Pasir, karena sebagian besar jumlah penduduk bergerak di sektor pengolahan bahan untuk pakaian (konvensi) dan perdagangan. Banyak sawah-sawah dan lahan yang menganggur yang tidak diolah dibiarkan begitu saja. Melihat kondisi ini dalam hal pengelolaan harta wakaf yang mungkin dikembangkan adalah usaha menyediakan sarana-sarana untuk konveksi, termasuk membuat rumah yang mungkin disewakan atau dikontrak untuk menjalani usaha konveksi tersebut. Disamping untuk memproduktifkan tanah yang menganggur, menanaminya dengan padi atau tanam muda lainnya, atau minimal membuat kolam atau tambak ikan. Nagari Batutaba yang secara umum banyak terdapat sawah yang bisa ditanam padi, dan tanaman muda serta irigasi yang cukup untuk mengairi sawah yang ada. Melihat kondisi ini harta wakaf cocok untuk dikembangkan ke bidang pertanian. 2. Model Pemberdayaan Harta Wakaf Di Kecamatan IV Koto Nagari Koto Gadang, dengan nama-nama jorongnya Gantiang, dan Sutijo. Kedua jorong ini juga terdapat banyak sawah-sawah, dan banyak rumah penduduk. Kebanyakan usaha penduduk disamping bertani ada juga yang berdagang, dan pengerajinan perak. Nagari Koto Gadang sering di datangi oleh toris-toris mancanegara, yang sengaja untuk melancong dan membeli souvenir berupa kerajinan yang terbuat dari perak. Melihat kondisi ini dalam pengelolaan tanah wakaf supaya mempunyai nilai ekonomi, dapat dilakukan untuk tanah basah, bisa digarap untuk ditanami padi, cabe, kacang tanah, kentang, tomat, dan sayuran-sayuran. Dan juga dapat di jadikan tambak/kolam ikan, karena air cukup banyak. Kemudian untuk tanah kering dapat ditanami dengan tanaman tua, seperti jeruk, pisang, ketela pohon, dan sebagainya. Disamping karena Nagari Koto Gadang sering di datangi toris, tanah wakaf juga bisa 8
Tim Depag, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, Jakarta: Depag RI, Tahun 2003, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Tahun 2003, Muhammad Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam ( terjemahan) , Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa , Tahun 1997, dan Sertifikat Wakaf Tunai; Sebuah Inovasi Keuangan Islam, Jakarta:CIBER dan PKTTI UI, Tahun 2002
Surakarta, 2-5 November 2009
The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)
didirikan toko-toko yang menjual souvenir yang terbuat dari perak, dan kedai-kedai minum, serta kedaikedai yang menjual kebutuhan harian, dan kebutuhan sarana pertanian. Nagari Sianok VI Suku, dengan nama-nama jorongnya, Jambak, Sianok, dan Lambah. Secara umum jorong-jorong ini terletak sepanjang jalan alternatif menuju Matur, dan Maninjau yang diapit oleh ngarai Sianok, memilik kondisi banyak terdapat lahan basah dan kering. Melihat kondisi ini yang cocok dalam pengelolaan tanah wakaf untuk usaha produktif adalah menanami sawah dengan padi, membuat kolam/tambak ikan karena banyak air. Untuk tanah kering juga dapat ditanam tanaman tua. Kemudian untuk tanah yang terdapat dipinggir jalan, dapat didirikan kedai-kedai minuman tempat orang untuk minum dan beristirahat sejenak. Karena nagari ini ramai dilalui setiap pagi hari oleh orang-orang yang sengaja olah raga berjalan kaki. Nagari Koto Panjang, nama jorongnya Sei Jaring. Secara umum kondisi jorong Sei Jaring berada sepanjang jalan arah ke Maninjau, dimana terdapat tanah lahan kering, sangat sedikit lahan basah yang bisa dijadikan sawah. Melihat kondisi ini yang mungkin dikembangkan dalam pengelolaan tanah wakaf adalah membuat kedai-kedai untuk menjual minuman dan kebutuhan harian, disamping itu tanah yang kosong bisa ditanami tanaman tua, seperti jeruk manis, pisang, alpokat, ketela pohon, kulit manis, saus, dan lain-lain tanaman komersial lainnya. Nagari Balingka nama jorongnya Pahambatan, Koto Hilalang, Balingka, dan Sabarang Balingka. Secara umum memiliki kondisi banyak rumah tempat tinggal khusus di pinggir menuju Maninjau dan Lubuk Basung, banyak sawah-sawah atau tanah, juga banyak terdapat sumber air, disamping itu juga terdapat lahan kering. Melihat kondisi ini dalam hal pengelolaan harta wakaf yang mungkin dikembangkan adalah bengkel kendaraan, pencucian mobil, toko menjual alat-alat mobil, toko menjual bahan bangunan, kedai menjual kebutuhan harian. Kemudian untuk tanah basah; dapat dijadikan sawah, dan tambak ikan, dan bisa juga untuk ditanami cabe, kacang, jagung, kentang, sayur-sayura, dan tanaman muda lainnya, karena tanahnya relatif subur. Nagari Sungai Landia, dengan nama-nama jorongnya; Kampung Ateh, Ateh Baruah, dan Ranah. Secara umum memiliki kondisi Jorong-jorongnya terletak di lereng-lereng perbukitan. Kondisi lahan sebagian besar lahan kering, dan sedikit lahan basah, yang bisa dijadikan sawah. Rumah penduduk banyak terdapat dilereng-lereng bukit yang merupakan perkampung, tetapi sangat sedikit yang berda dipinggir jalan menuju Maninjau dan Lubuk Basung. Melihat kondisi ini dalam hal pengelolaan tanah wakaf yang mungkin dikembangkan adalah untuk lahan kering ditanam tanaman tebu, karena tanaman tebu sangatat cocok di daerah ini, dan bisa juga ditanami dengan tanaman-lainnya seperti jahe, gardam ungu, kacang-kacangan, ketela pohon, ubi jalar, dan sebagainya. Kemudian juga bisa dijadikan tempat pengilangan tebu untuk diolah menjadi gula tebu (saka). Disamping itu tanah yang dipinggir jalan juga bisa dibuat panorama, tempat peristirahat, dan tempat minuman atau restoran. Kemudian untuk tanah basah bisa ditanami padi, cabe, kentang, dan tomat. Disamping itu ada batang air yang bisa dibuat kerambah ikan, atau tambak ikan. Nagari Malalak Utara, dengan nama-nama jorongnya Sisca. Secara umum Jorong Siscan sebagain tanah terletak di lereng perbukitan, dan sebagian besar ada di dataran rendah, yang banyak terdapat sawah-sawah, juga terdapat banyak rumah penduduk. Melihat kondisi ini dalam hal pengelolaan tanah wakaf yang mungkin dikembangkan adalah untuk lahan kering yang terdapat dilereng bukit bisa ditanami dengan tanaman-tanaman tua seperti kulit manis, kopi, coklat, dan tanaman tua lainnya. Kemudian untuk sawah-sawah bisa ditanami padi, cabe, tomat, kacang-kacangan, kentang, jagung, dan sebagainya. Kemudian untuk lahan dekat perkampungan bisa dibuat kedai-kedai yang menjual kebutuhan harian, dan sarana pertanian, mengingat nagari Malalak utara jauh dengan pasar. Disamping itu untuk lahan yang dekat dengan batang air bisa dijadikan tambak/kolam ikan. Nagari Malalak Timur, dengan nama-nama jorongnya; Toboh dan Limsas. Secara umum jorong Toboh dan Limsas ini, memiliki kondisi banyak terdapat sawah-sawah, dan ada juga lahan-lahan kering. Disamping itu juga terdapat perkampungan penduduk yang agak ramai dibandingkan dengan Siscan. Melihat kondisi ini dalam hal pengelolaan tanah wakaf yang mungkin dikembangkan untuk tanah basah bisa diolah menjadi sawah yang bisa ditanami dengan padi, cabe, kacang-kacangan, kentang, dan jagung. Untuk lahan kering bisa ditanami dengan jahe, gardam ungu, pisang, dan kulit manis. Karena kulit manis sangat cocok untuk di Nagari Malalak, dan merupakan produk andalan nagari Malalak. Kemudian untuk nagari Malalak Timur ini, perlu adanya pasar tradisonal yang dapat menampung hasilhasil pertanian, dan menjual bermacam-macam kebutuhan penduduk, baik kebutuhan harian maupun kebutuhan akan sana pertanian. Dalam pengembangan berikutnya kalau ada tanah wakaf bisa didirikan toko bahan bangunan, termasuk menjual kayu-kayu untuk bangunan. Nagari Malalak Selatan, dengan nama jorongnya Paladangan. Secara umum jorong Paladangan, memiliki banyak lahan kering, dan sangat sedikit lahan basah yang bisa dijadika sawah. Nagari Malalak Selatan ini, sekarang dilalui oleh proyek pembuatan jalan raya Padang Bukittinggi, yang Insya Allah rencana siap di tahun 2010 mendatang. Kalau dilihat selama ini kondisi daerah ini termasuk minus, karena lahan-lahan yang hanya bisa dtanami dengan tanaman tua seperti kulit manis, dan durian. Dan
Surakarta, 2-5 November 2009
The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)
sedikit sekali yang bisa ditanami padi, dan tanaman palawija lainnya. Melihat kondisi ini dalam hal pengelolaan tanah wakaf yang mungkin dikembangkan untuk lahan-lahan yang ada, tetap saja mempertahan untuk menanam kulit manis, dengan pengembangannya bentuk tanaman lain seperti kopi, coklat, jahe, cabe, kacang-kacangan, yang sifatnya tumpang sari. Kemudian untuk pengembangan kedepan kalau ada tanah wakaf yang terletak dipinggir jalan bisa dikembangkan kearah yang lebih produktif lagi seperti membuat toko yang menjual bahan bangunan, dan tempat menjual minyak ketengan. Nagari Malalak Barat, dengan nama jorong-jorongnya Hulu Banda, dan Jalan Bantiang. Secara umum jorong Hulu Banda dan Jalan Bantiang, memiliki lahan basah, dan lahan kering, sebagaimana halnya nagari Malalak Selatan, di Nagari Malalak Barat ini juga agak minus, cuma kelebihannya adanya lahan basah yang bisa dijadikan sawah.untuk ditanami padi, cabe, kacang-kacang, jagung, kentang, dan terunng. Melihat kondisi ini dalam hal pengelolaan tanah wakaf yang mungkin dilakukan untuk sawah bisa ditanami dengan padi, cabe, kentang, dan kacang-kacangan. Dismping itu bisa juga dijadikan kolam/tambak ikan. Sedangan untuk lahan keing bisa ditanami tanaman tua, seperti kulit manis, kopi, dan coklat. A.Kesimpulan Setelah melakukan dan membahas hasil penelitian, dapat dikemukakan kesimpulan bahwa : 1. Harta-harta wakaf yang terdapat di Kec.IV Angkek pada umummnya berbentuk sarana ibadah; masjid, mushalla dan langgar seluas 18.830 M2, tanah lapangan sebanyak 6.480 M2 dan lembaga pendidikan seluas 18.306 M2 . Sedangkan di Kec.IV Koto, digunakan untuk sarana ibadah seluas 37.364 M2, untuk parkarangan dan halaman masjid 640 M2, perumahan garin 126 M2 dan sarana pendidikan seluas 7.361 M2. Sebagian harta wakaf telah disertifikatkan di BPN Kab.Agam. 2. Harta wakaf tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu instrumen peningkatan ekonomi umat melalui model pemberdayaan, diantaranya memproduktifkannya sesuai kondisi: (a) Tanah wakaf yang berbentuk sawah, dapat ditanami padi, cabe, tomat, kentang, sayur-sayuran, dan palawija lainnya, (b) Tanah wakaf yang terdapat dekat sumber air, dapat dibuat sebagai kolam ikan, tambak ikan, tempat pencucian mobil dan karpet, (c) Tanah wakaf yang terletak di pemukiman penduduk, dapat dibuat sebagai, rumah tempat tinggal yang bisa dikontrakan, toko yang menjual kebutuhan harian dan pasar tradisional yang bisa menyediakan kebutuhan harian masyarakat dan menampung hasil pertanian, (d) Tanah wakaf yang terletak di dekat mesjid, dapat dibuat sebagai berikut, tempat potong rambut (barber shop),toko tempat menjual buku-buku, serta perleingkapan ibadah shalat, lembaga Keuangan Syariah (BMT), (e) Tanah wakaf yang terdapat di pinggir jalan raya, dapat dibuat, toko menjual bahan bangunan,ruko yang memiliki dwifungsi,toko yang menjual alat-alat kendaraan, membuat rumah untuk disewakan sebagai kantor instansi pemerintahan atau swasta, membuat tangki minyak/menjual minyak ketengan, (f) Tanah lapangan, bisa disewakan untuk kegiatankegiatan olah raga. B. Saran-saran Supaya tanah wakaf tersebut bisa diberdayakan dan bisa dijadikan sebagai instrumen ekonomi, maka disarankan: 1. Kepada Nazhir/ pengelola harta wakaf, supaya lebih inovatif dalam mengelola harta wakaf dalam rangka menjadikan harta wakaf sebagai instrumen ekonomi umat. 2. Lembaga terkait (MUNA, KUA dan Depag Kabupaten), supaya lebih intensif memberikan penyuluhan tentang pengelolaan harta wakaf yang baik dan menjadikan harta wakaf sebagai sebuah asset yang produktif. 3. Akademisi dan peneliti diharapkan aktif melakukan kajian ilmiah tentang wakaf terutama berkaitan dengan kelajutan penelitian ini seperti manajemen usaha produktif harta wakaf.
Surakarta, 2-5 November 2009