PEMBELAJARAN MIKRO DAN KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR (MICRO TEACHING)
Oleh
Asmuni
Diterbitkan oleh Unit Program Pengalaman Lapangan (UPPL) STKIP PGRI JOMBANG Pebruari 2001
Micro-teaching
1
BAB I KONSEP DASAR PEMBELAJARAN MIKRO 1.1. Latar belakang Mengajar sebagai tugas pokok guru sementara ini masih banyak dianggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan sejumlah pengetahuan (transfer of knowledge). Pandang-an semacam ini masih umum digunakan oleh para guru. Padahal kini konsep mengajar tersebut telah ditinggalkan seiring dengan perubahan paradigma pendidikan, yaitu dari konsep “meng-ajar” menjadi “membelajarkan”. Memang esensinya sama, yaitu mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, namun dalam eksennya tentu berbeda. Mengajar, aktivitasnya terfokus pada guru dan siswa cenderung pasif. Sedangkan “membelajarkan”, aktivitasnya terfokus pada siswa dan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan mediator. Pengertian mengajar –dalam artian membelajarkan, menurut pengertian yang mutakhir adalah merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Maksudnya adalah penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran. Adapun komponen-komponen dalam perbuatan mengajar itu adalah: 1. Mengajar sebagai ilmu (teaching as a science); Yaitu mengacu pada adanya suatu sistem eksplanasi dan prediksi yang mendasarinya. 2. Mengajar sebagai teknologi (teaching as a technology); Yaitu dilihat sebagai prosedur kerja dengan mekanisme dan perangkat alat yang dapat dan harus diuji secara empirik. 3. Mengajar sebagai suatu seni (teaching as an art); Hakekat seninya terwujud dalam kenyataan bahwa aplikasi prinsip, mekanisme dan alat yang termaksud terjadi secara unik, memerlukan pertimbangan-pertimbangan situasional, bahkan penyesuaian-penyesuaian traksaksional, yang banyak dituntut oleh perasaan dan naluri (jadi tidak semata-mata bertolak dari sekumpulan dalil dan rumus yang bersifat indidividual). 4. Pilihan nilai (wawasan kependidikan) yang dianut guru; Yang dimaksud adalah terpulang pada tujuan utuh pendidikan yang mencakup aspek filoso- fis dan aspek totalitas kepribadian. 5. Mengajar sebagai ketrampilan (teaching as a skills); Yaitu suatu proses penggunaan seperangkat ketrampilan mengajar secara terpadu. Oleh karena itu efektifitas mengajar tidak bisa dinyatakan hanya dengan tolok ukur pe-nampilan guru belaka, tetapi harus dilihat dari sisi pencapaian tujuan dan hasil belajar yang tinggi. Untuk mencapai tingkat efektifitas mengajar yang tinggi guru harus menguasai perbuatan mengajar yang kompleks tersebut, tetapi untuk menguasai perbuatan yang komplek tentu tidak dapat dikuasai secara langsung tanpa adanya latihan atau penguasaan sejumlah ketrampilan dasar mengajar secara terpisah, atau yang dikenal dengan sebutan
Micro-teaching
2
latihan mengajar dengan pendekatan microteaching (pembelajaran mikro). Mengapa?, karena ada beberapa asumsi dasar yang men-jadi alasannya, yaitu: 1. Pada umumnya guru tidak dilahirkan, melainkan dibentuk terlebih dahulu; 2. Keberhasilan seseorang menguasai hal-hal yang lebih kompleks sangat ditentukan oleh keberhasilannya dalam menguasai hal-hal yang lebih sederhana sisfatnya; 3. Dengan menyederhanakan situasi latihan, maka perhatian dapat dipusatkan sepenuhnya kepada pembinaan ketrampilan dasar mengajar tertentu; 4. Dalam latihan yang sangat terbatas guru lebih mudah mengontrol tingkahlakunya dibanding mengajar secara global yang bersifat kompleks, disamping itu sangat memungkinkan untuk mengadakan observasi yang sistematis dan obyektif.
1.2. Pengertian Pembelajaran Mikro Microteaching (pembelajaran mikro) adalah suatu kegiatan latihan belajar mengajar dalam situasi laboratoris. Artinya, microteaching sebenarnya juga merupakan real teaching tetapi dalam bentuk mini (skala kecil) yang dimaksudkan sebagai salah satu pendekatan yang digunakan untuk melatih, membekali serta memperbaiki ketrampilan mengajar (teaching skill) bagi guru/calon guru. Microteaching (pembelajaran mikro) memiliki ciri-ciri pokok sebagai berikut: Pembelajaran Makro 30 – 40 orang 30 – 45 menit Luas Ketrampilan yang terintegrasi dengan materi pelajaran -
Faktor Siswa Waktu
Pembelajaran Mikro 5 – 10 orang 10 – 15 menit Sempit (terbatas pada aspek yang Materi pelajaran sederhana) Terisolasi pada ketrampilan dasar Fokus mengajar dan bukan pada materi pelajaran Umpan balik Lembar observasi, VTR, ATR
1.3. Tujuan Pembelajaran Mikro Menurut Dwight Allen dalam Y.Y. Hasibuan (1994:13) tujuan pembelajaran mikro ada-lah sebagai berikut: a. Bagi mahasiswa calon guru 1. memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah dasar ketrampilan meng-ajar secara terpisah 2. calon guru dapat mengembangkan ketrampilan mengajarnya sebelum mereka terjun ke kelas yang sebenarnya 3. memberikan kemungkinan bagi calon guruuntuk mendapatkan bermacam-macam ketrampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana ketrampilan itu diterapkan.
Micro-teaching
3
a. Bagi guru 1. memberikan menyegaean dalam program pendidikan 2. guru mendapatkan pengalaman mengajar yang bersifat individual demi perkembangan profesinya 3. mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan yang berlangsung di pranatan pendidikan.
1.4. Pelaksanaan Pembelajaran Mikro Pada dasarnya ada tiga tahapan yang dapat ditempuh dalam membekali ketrampilan mengajar, yaitu: a. Tahap kognitif; yaitu pengenalan dan pemahaman tentang apa itu ketrampilan mengajar yang spesifik, mengapa diperlukan, dan bagaimana melatihkan. b. Tahap latihan (mengajar dalam skala kecil); yaitu mulai membuat persiapan sampai berlatih. c. Tahap balikan; yaitu untuk mengetahui ketrampilan mana yang sudah efektif dan mana yang masih perlu perbaikan. Adapun siklus atau langkah pelaksanaannya dapat dipahami pada bagan yang diusulkan oleh Mapasso dan La Solo sebagai berikut: Pengenalan Microteaching
Penyajian model dan diskusi Persiapan Microteaching Observasi/Perekama n Praktek Microteaching Diskusi/Umpan balik Persiapan Microteaching Ulang Observasi/Perekaman Ulang Praktek Microteaching Ulang Diskusi/Umpan balik Ulang
Micro-teaching
4
1.4. Manfaat Pembelajaran Mikro Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh guru/calon guru melalui pembelajaran mikro, yaitu antara lain: 1. menimbulkan, mengembangkan, dan membina ketrampilan-ketrampilan tertentu 2. ketrampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan 3. balikan yang cepat dan tepat dapat segera diperoleh 4. latihan memungkinkan komponen ketrampilan mengajar secara lebih baik 5. dalam situasi latihan, calon guru/guru dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen ketrampilan yang obyektif 6. menuntut dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan obyektif 7. mempertinggi efisiensi dan efektifitas penggunaan sekolah pada waktu praktek mengajar yang relatif singkat.
1.5. Ketrampilan Dasar Mengajar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ada 8 (delapan) ketrampilan dasar mengajar yang diutamakan, yaitu: Ketrampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Ketrampilan Menjelaskan Ketrampilan Bertanya Ketrampilan Menggunakan Variasi Ketrampilan memberi Penguatan Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan Ketrampilan Mengelola Kelas Ketrampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Micro-teaching
5
BAB II KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR
MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN 2.1. Latar Belakang Setelah melakukan tugas rutin seperti menenangkan, mengisi daftar hadir, menyuruh siswa menyiapkan alat-alat pelajaran, Guru langsung aja masuk ke inti pelajaran. Demikian pula setelah pelajaran usai guru berkata, “anak-anak karena waktunya sudah habis, pelajaran saya akhiri sampai disini, Selamat siang“. Prosudur semacam itu tidak memungkinkan siswa siap mental untuk memasuki bahan yang akan dibicarakan dan pada akhirnya dia tidak dapat merang-kum apa isi pelajaran yang telah diberikan. Tingkah laku guru seperti disebut di depan tidak menggambarkan kegiatan membuka dan menutup pelajaran. 2.2. Pengertian Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada apa yang telah dipelajari. Menutup Pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Maksudnya adalah memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. 2.3. Tujuan a. b. c. d. e. f.
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran mempunyai tujuan : Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas-tugas yang akan dihadapi. Menmungkinkan siswa mengetahui batas-batas tugasnya yang akan dikerjakan. Siswa dapat mengetahui pendekatan-pendekatan yang akan digunakan dalam mempelajari bagian-bagian pelajaran. Memungkinkan siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dia dipelajari. Memberikan kemungkinan kepada siswa untuk menghubungkan fakta-fakta, ketrampilan-ketrampilan, konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa. Memungkinkan siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam pelajaran.
2.4. Prinsip-prinsip Penggunaan Beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleg guru adalah: a. Kebermaknaan; dalam usaha menarik perhatian siswa atau motivasi siswa guru harus memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. b. Berurutan dan Berkesinambungan; Micro-teaching
6
Aktivitas yang ditempuh guru dalam mengenalkan dan merangkum kembali pokokpokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian yang utuh (merupakan suatu kebulatan). Kaitan antara bagian satu dengan bagian lain atau dengan pengalaman siswa harus jelas.
2.5. Komponen Ketrampilan 2.5.1. Membuka Pelajaran a.
b.
c.
d.
Komponen dan aspek-aspek yang berkaitan dengan membuka pelajaran adalah: Menarik perhatian siswa; Beberapa cara yang digunakan guru untuk menarik perhatian siswa antara lain: gaya meng-ajar, penggunaan alat-alat bantu mengajar, pola interaksi yang bervariasi. Menimbulkan motivasi; Untuk menimbulkan motivasi dapat dikerjakan dengan cara menunjukkan kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide-ide yang bertentangan, serta memperhatikan minat siswa. Memberikan acuan; Acuan merupakan usaha untuk memberikan gambaran yang jelas kepada siswa mengenai hal-hal yang akan dipelajari dengan cara mengemukan secara spesifik dan singkat serang-kaian alternatif-alternatif yang relevan. Usaha-usaha yang biasa dikerjakan guru antara lain: mengemukakan tujuan dan batas tugas, menyarankan langkah-langklah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan pertanyaan. Membuat kaitan; Bahan pengait sangat penting digunakan bila guru ingin memulai pelajaran baru. Beberapa usaha guru untuk membuat bahan pengait antara lain: membuat kaitan antara aspek-aspek yang relevan dari materi pelajaran yang dikenal siswa, guru membandingkan atau memper-tentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui siswa atau guru menjelaskan konsepnya terlebih dahulu baru kemudian uraian secara terperinci.
2.5.2. Menutup Pelajaran Untuk memperoleh gambaran secara utuh pada waktu akhir kegiatan, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran, yaitu: a. Meninjau kembali; dengan cara merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan. b. Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya mendemonstrasikan ketrampilan, meminta siswa mengaplikasikan ide baru dalam situasi yang lain, mengekspresikan pendapat siswa sendiri dan memberikan soal-soal tertulis.
Micro-teaching
7
BAB III KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR
MENJELASKAN
3.1. Latar belakang Memberikan penjelasan merupakan salah satu aspek yang penting dalam perbuatan guru. Bebeerapa alasan mengapa ketrampilan menjelaskan perlu dikuasai adalah: a. Pada umumnya interaksi komunikasi lisan dalam kelas “didominasi” guru. b. Sebagian besar kegiatan guru adalah informasi. Untuk itu efektifitas pembicaraan perlu ditingkatkan. c. Penjelasan yang diberikan guru sering kali tidak jelas bagi siswa dan hanya jelas bagi guru sendiri. d. Tidak semua siswa dapat menggali sendiri informasi yang diperoleh dari buku. Pernyataan ini menuntut guru untuk memberikan penjelasan kepada siswa tentang hal-hal tertentu. e. Sumber informasi yang tersedia yang dapat dimanfaat siswa sendiri seringkali sangat terbatas. f. Guru sering kali tidak dapat membedakan antara menceritakan dan memberikan penjelasan.
3.2. Pengertian Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa dan bukan indoktrinasi.
3.3. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan a. Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam pertemuan tergantung keperluan. b. Penjelasan dapat diselingi tanya jawab. c. Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran d. Penjelasan dapat diberikan bila ada pertanyaan dari siswa atau direncanakan oleh guru e. Materi penjelasan harus bermakna bagi siswa. f. Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa.
3.4. Komponen Ketrampilan Dalam garis besarnya komponen ketrampilan menjelaskan meliputi: 3.4.1. Merencanakan pelajaran;
Micro-teaching
8
Dalam perencanaan penjelasan perlu diperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dan penerima pesan (siswa dengan segala kesiapannya) 3.4.2. Menyajikan penjelasan; Beberapa komponen yang perlu diperhatikan adalah: a. Kejelasan. Kejelasan tujuan, bahasa dan proses penjelasan merupakan kunci dalam memberikan penjelasan. b. Penggunaan contoh dan illustrasi. Contoh dan illustrasi akan mempermudah siswa yang sulit menerima konsep yang abstrak. Biasanya pola umum untuk menghubungan contoh dan dalil adalah pola induktif dan deduktif. c. Memberikan Penekanan. Penekanan dapat dikerjakan dengan cara mengadakan variasi dalam gaya mengajar (variasi dalam suara, mimik) dan membuat struktuir sajian, yaitu memberikan informasi yang menunjukkan arah atau tujuan utama sajian (dapat dikerjakan dengan memberikan ikhtisar, pengulangan atau memberi tanda). d. Pengorganisasian. Pengorganisasi dapat dikerjakan dengan cara: membuat hubungan antara contoh dan dalil menjadi jelas dan memberi ikhtisar butir-butir yang penting selama ataupun pada akhir sajian. e. Balikan. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa balikan dapat diperoleh dengan cara: memperhatikan tingkah laku siswa, memberikan kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan guru dan meminta pendapat siswa apakah penjelasan yang diberikan bersifat bermakna atau tidak. Tingkah laku menjelaskan merupakan ketrampilan mengajar yang sangat ditentukan oleh pengetahuan dan kreativitas guru. Tidak ada dua orang guru yang mengetrapkan ketrampilan menjelaskan secara persis sama.
Micro-teaching
9
BAB IV KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR
BERTANYA
4.1. Latar Belakang Mengajukan pertanyaan dengan baik adalah mengajar yang baik. Oleh karena itu kiat dalam bertanya adalah kiat dalam membimbing siswa belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya guru tidak berhasil menggunakan teknik bertanya yang efektif. Ketrampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang mengatakan “berpikir itu sendiri adalah bertanya”.
4.2. Pengertian Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat beruapa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimuluis efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
4.3. Tujuan a. b. c. d.
Merangsang kemampuan berpikir siswa Membantu siswa dalam belajar Mengarahkan kepada siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri Meningkatkan kema[uan berpikir siswa dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi e. Membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan
4.4. Komponen Ketrampilan 4.4.1. Ketrampilan dasar Komponen-komponen yang termasuk dalam ketrampilan dasar bertanya meliputi: a. Pengungkapan pertanyaan jelas dan singkat b. Pemberian acuan, supaya siswa dapat menjawab dengan tepat, dalam mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan informasi-informasi yang menjadi acuan pertanyaan c. Pemusatan ke arah jawaban yang diminta. Pemusatan dapat dikerjakan dengan cara: memberikan pertanyaan yang luas (terbuka) yang kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.
Micro-teaching
10
d. Pemindahan giliran menjawab. Pemindahan giliran menjawab dapat dikerjakan dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. e. Penyebaran pertanyaan. Untuk maksud tertentu guyru dapat melemparkan pertanyaan kepada siswa tertentu, atau menyebarkan respon siswa ke siswa yang lain. f. Pemberian waktu berpikir. Dalam mengajukan pertanyaan guru harus berdiam diri sesaat sebelum menunjuk siswa merspon pertanyaannya. Apa gunanya? g. Pemberian tuntunan. Bagi siswa yang mengalami kesukaran dalam menjawab pertanyaan strategi pemberian tuntunan perlu dikerjakan. Strategi itu meliputi: pengungkapan pertanyaan dengan bentuk atau cara lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana, atau mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.
4.4.2. Ketrampilan lanjutan a.
b. c.
d.
Komponen-komponen yang termasuk dalam ketrampilan bertanya lanjut adalah: Pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan. Untuk mengembangkan kemampuan ber-pikir siswa diperlukan pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi). Urutan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan haruslah memiliki urutan yang logis. Melacak. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, ketrampilan melacak perlu dipunyai guru. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta siswa untuk memberikan penjelasan tentang jawabannya, memberikan alasan, memberikan contoh yang relevan, dan sebagainya. Ketrampilan mendorong terjadinya interaksi antar siswa.
4.5. Hal-hal yang harus dihindari: a. b. c. d.
Menjawab pertanyaan sendiri Mengulang jawaban siswa Mengulang-ulang pertanyaan sendiri Mengajukan pertanyaan yang memberikan jawaban serentak
Micro-teaching
11
BAB V KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR
MENGGUNAKAN VARIASI 5.1. Latar Belakang Faktor kebosanan yang disebabkan adanya penyajian kegiatan belajar yang begitubegitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru dan sekolah menurun. Untuk itu diperlukan adanya keanekaragaman dalam penyajian kegiatan belajar.
5.2. Pengertian Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif.
5.3. Kegunaan dalam Kelas a. Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek belajar b. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi. c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah d. Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberikan kemudahan belajar. e. Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan/pengalaman belajar yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.
5.4. Prinsip-prinsip yang perlu dipahami a. Perubahan yang diginakan harus bersifat efektif. b. Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat c. Penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan terencana sebelumnya d. Penggunaan komponen variasi harus luwes dan spontan berdasarkan balikan dari siswa
5.5. Komponen Ketrampilan 5.5.1. Variasi dalam gaya mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru meliputi komponen-komponen: a. Variasi suara: keras-lemah, cepat-lamban, tinggi-rendah, besar-kecil suara. Micro-teaching
12
b. Pemusatan perhatian; dapat dikerjakan secara verbal, isyarat atau dengan menggunakan model. c. Kesenyapan; Pada saat guru menerangkan sering kali diperlukan kegiatan berhenti sejenak secara tiba-tiba. Kesenyapan ini bertujuan untuk meminta perhatian siswa. Adakalanya kesenyapan dikerjakan bila guru akan berpindah dari segmen mengajar satu ke sigmen mengajar yang lain. Jika hal ini dikerjakan tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menge-dapkan pengetahuan yang baru diperoleh sebelum pindah ke segmen berikutnya. a. Kontak pandang. Untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindarkan hal-hal yang bersuifat impersonal, maka kontak pandang pwerlu dikerjakan selama proses pembelajaran. b. Gerakan badan dan mimik. Perubahan ekspresi wajah, gerakan kepala badan, sangat penting dalam proses komunikasi. c. Perubahan posisi guru. Perhatian siswa dapat ditingkatkan melalui perubahan posisi guru dalam proses interaksi komunikasi.
5.5.2. Variasi Penggunaan Media dan Bahan Pelajaran Ditinjau dari reseptor penerima rangsangan yang disampaikan, maka media dan bahan pelajaran dapat digolongkan menjadi: a. Media dan bahan pelajaran yang dapat didengar (oral) b. Media dan bahan pelajaran yang dapat dilihat (visual) c. Media dan bahan pelajaran yang dapat disentuh, diraba atau dimanipulasikan (media taktil) Variasi dalam setiap jenis media atau variasi antar media perlu diperhatikan dalam prose pembelajaran.
5.5.3. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa Rentangan interaksi dapat bergerak diantara dua kutub yang ekstrim, yakni guru sebagai pusat kegiatan dan siswa sebagai pusat kegiatan. Perubahan interaksi diantara dua kutub tadi akan berakibat pada pola kegiatan yang dialami siswa. Jelas ketrampilan menggunakan variasi bersifat lebih luas jika dibandingkan dengan ketrampilan memberi penguatan dan ketrampilan bertanya.
Micro-teaching
13
BAB VI KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR
MEMBERIKAN PENGUATAN 6.1. Latar Belakang Penghargaan mempunyai pengaruh positif dalam kehidupan manusia sehari-hari, yaitu mendorong seseorang memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatannya atau usahanya. Kegiatan memberikan penghargaan atau penguatan dalam proses pembelajaran jarang sekali dilaksanakan oleh guru.
6.2. Pengertian Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentui siswa yang memungkinkan tingkahlaku siswa tersebut timbu kembali.
6.3. Tujuan a. b. c. d.
Meningkatkan perhatian siswa Melancarkan/memudahkan proses belajar Membangkitkan dan mempertahankan motivasi Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang produktif e. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar f. Mengarahkan pada cara berpikir yang baik/divergent dan inisiatif pribadi.
6.4. Saat Pemberian Penguatan a. b. c. d. e. f.
Perhatian kepada guru, kawan, atau obyek diskusi Tingkah laku belajar, membaca, pekerjaan di papan tulis. Penyelesaian hasil pekerjaan rumah Kualitas pekerjaan/tugas (kerapian, keindahan) Perbaikan/penyempurnaan tugas Tugas-tugas mandiri
6.5. Komponen Ketrampilan Penggunaan komponen ketrampilan penguatan dalam kelas harus bersifat selektif, hati-hati, disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar belakang, tujuan dan sifat tugas. Pemberian penguatan harus bermakna bagi siswa. Beberapa komponen ketrampilan memberi penguatan adalah:
Micro-teaching
14
a. Penguatan verbal Penguatan verbal dapat berupa kata-kata atau kalimat yang diucapkan guru. Contoh, baik, bagus, tepat, saya sangat menghargai pendapatmu, pikiranmy sangat cerdas, dan lain-lain. b. Penguatan gestural. Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya, mengangkat alis, tersenyum, kelingan mata, tepuk tangan, anggukan tanda setuju, menaikkan ibu jari tanda jempolan, dan lainlain c. Penguatan dengan mendekati. Penguatan ini dikerjakan dengan mendekati siswa untuk menyatakan perhatian guru terhadap pekerjaan, tingkah laku atau penampilan siswa. Misalnya, guru duduk dalam kelompok diskusi, berdiri disamping siswa, seringkali gerakan guru mendekati siswa diberikan untuk memperkuat penguatan yang bersifat verbal. d. Penguatan dengan sentuhan Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat tangan siswa. Sering kali untuk anak-anak yang masih kecil guiru mengusap rambut kepala siswa. e. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan. Penguatan ini dapat berupa meminta siswa untuk membanrtu temannya bila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, siswa diminta memimpin kegiatan, dan lain-lain f. Penguatan dengan tanda atau benda Penguatan bentuk ini merupakan usaha guru dalam menggunakan bermacam-macam simbol penguatan untuk menunjang tingkah laku siswa yang positif. Bentuk penguatan ini antara lain, komentar tertulis pada buku pekerjaan, pemberian perangko, mata uang koleksi, bintang, permen dan sebagainya.
6.6. Prinsip Penggunaan a. b. c. d.
Penuh kehangatan dan keantusiasan Menghindaeri penggunaan respon negatif Bermakna bagi siswa Dapat bersifat pribadi atau kelompok
6.7. Cara Menggunakan Komponen a. Dalam menggunakan komponen harus bervariasi b. Pemberian penguatan lebih baik diberikan secara langsung dan segera
Micro-teaching
15
c. Untuk keperluan tertentu penggunaan penguatan secara tidak penuh dapat diberikan. Misalnyakepada siswa yang menjawab salah, penguatan diberikan kepada usaha siswa dalam menjawab dan bukan pada kualitas jawaban. Perbuatan guru segera dilanjutkan dengan meminta siswa pertama untuk menirukan jawaban atau memberikan pertimbangan kepada jawaban temannya. Memberikan penguatan merupakan tingkah laku yang mudah untuk diucapkan dan sukar dilakukan. Oleh karena itu latihan-latihan yang intensif perlu dikerjakan oleh calon guru.
Micro-teaching
16
BAB VII KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR
MENGELOLA KELAS 7.1. Latar Belakang Tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi yang optimal dapat dicapai, jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajara. Pengaturan yang berkaitan dengan menyampaian pesan pengajaran (intruksional), atau dapat pula berkaitan dengan penyediaan kondisi belajar (pengelolaan kelas). Bila pengaturan kondisi dapat dikerjakan secara optimal, maka proses belajar akan berlangsung secara optimal pula. Tetapi bila tidak bisa disediakan secara optimal tentu saja akan menimbulkan gangguan terhadap belajar mengajar. Gangguan dapat berupa sementara, sehingga perlu dikembalikan lagi ke dalam iklim belajar yang serasi (kemapuan mendisiplinkan), akan tetapi gangguan dapat pula bersifat cukup serius dan terus menerus, sehingga diperlukan kemampuan meremidial. Disiplin itu sendiri sebenarnya merupakan akibat dari pengelolaan kelas yang efektif.
7.2. Pengertian Ketrampilan mengelola kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan dan me-melihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan baik dengan cara mendisiplinkan atau melakukan kegiatan remedial.
7.3. Penggunaan dalam Kelas Penggunaan komponen dalam kelas memiliki beberapa tujuan, yang antara lain ialah: a. Mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu terhadap tingkah lakunya. b. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan. c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
7.4. Prinsip Penggunaan Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan komponen ketrampilan mengelola kelas adalah: a. Kehangatan dan keantusiasan Micro-teaching
17
b. Penggunaan bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah belajar siswa. c. Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, gaya mengajar dan pola interaksi. d. Diperlukan keluwesan tingka laku guru dalam merubah strategi mengajarnya untuk mencegah gangguan-gangguan yang timbul;. e. Penekanan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal negatif f. Mendorong siswa mengembangkan disiplin diri sendiri, dengan cara menggunakan contoh dalam perbuatan guru sehari-hari.
7.5. Komponen Ketrampilan Ketrampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 7.5.1. Ketrampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal: a. Menunjukkan sikap tanggap. Melalui perbuatan sikap tanggap ini siswa merasakan bahwa “guru hadir bersama mereka” dan “tahu apa yang mereka perbuat”. Kesan ini dapat ditunjukkan dengan cara, memandang secara seksama kelas, gerakan mendekati, memberikan pernyataan dan memberikan reaksi terhadap gangguan serta kekacauan siswa. b. Membagi perhatian Pengelolaan kelas yang efektif ditandai dengan pembagian perhatian yang efektif pula. Perbuatan membagi perhatian dapat dikerjakan secara visual dan verbal. c. Memusatkan perhatian kelompok Perbuatan ini penting untuk mempertahankan perhatian siswa dari waktu ke waktu dan dapat dilaksanakan dengan cara menyiagakan siswa, menuntut tanggungjawab siswa. d. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas e. Menegur Teguran verbal yang efektif harus memenuhi persyaratan antara lain, (1) tegas, jelas tertuju pada siswa yang mengganggu dan tingkah laku yang harus dihentikan, (2) menghindari peringatan yang kasar atau yang mengandung penghinaan, (3) menghindari ocehan yang berkepanjangan. f. Memberi penguatan Pemberian penguatan dapat diberikan kepada siswa yang suka mengganggu, jika pada suatu saat dia “tertangkap” melakukan perbuatan yang positif. Dapat pula kepada siswa yang bertingkah laku wajar sebagai contoh.
Micro-teaching
18
7.5.2. Ketrampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal Ketrampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Beberapa strategi yang dapat digunakan: a. Memodifikasi tingkah laku Beberapa langkah yang dapat dipergunakan untuk mengorganisir tingkah laku: (1) Memerinci tingkah laku yang menimbulkan gangguan (2) Memilih norma yang realistik untuk tingkah laku yang menjadi tujuan dalam program remedial (3) Bekerja sama dengan rekan atau konselor (4) Memilih tingkah laku yang akan diperbaiki, dan (5) Memvariasikan pola penguatan yang tesedia. b. Pengelolaan kelompok Pendekatan pemecahan masalah kelompok dapat dikerjakan guru sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah-masalah pengelolaan kelas. c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
7.6. Hal-hal yang perlu dihindari a. b. c. d. e. f.
Campur tangan yang berlebihan Kesenyapan (wajah frustasi guru karena kegagalannya) Ketidak tepatan memulai dan mengakhiri kegiatan Penyimpangan Bertele-tele Pengulangan penjelasan yang tidak perlu
Micro-teaching
19