Pembelajaran Matematika Bagi .... (Aditya Gita Prasetya) 1284
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI ANAK AUTIS KELAS III DI SEKOLAH DASAR TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA MATHEMATICS LEARNING FOR AUTISTIC STUDENT IN GRADE 3rd TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN ELEMENTARY SCHOOL OF YOGYAKARTA Oleh: Aditya Gita Prasetya, Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pelaksanaan pembelajaran matematika bagi anak autis kelas III di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta; (2) Faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran matematika anak autis; (3) Prestasi belajar matematika anak autis. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas, guru pendamping khusus (GPK), dan guru pendamping (shadow teacher). Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknis analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini memperoleh hasil: (1) Proses pembelajaran matematika bagi anak autis dilaksanakan di kelas inklusif oleh guru kelas yang dibantu GPK dan shadow teacher. Tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran yang digunakan sama antara siswa reguler dan siswa autis. Pada proses pembelajaran matematika anak autis didampingi oleh shadow teacher dan menggunakan pendekatan secara individual. Evaluasi yang digunakan adalah tes secara tertulis dan lisan yang disesuaikan dengan kemampuan anak. (2) Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran matematika anak autis terdiri dari faktor anak, guru, dan lingkungan. (3) Prestasi belajar anak autis masih kurang optimal, hal tersebut dilihat dari segi pengetahuan dan pemahaman anak autis yang masih memerlukan pendampingan dari GPK dan shadow teacher. Kata kunci: pembelajaran matematika, anak autis, inklusif Abstract This study aims to investigate: (1) the implementation of mathematics learning for autistic children in Grade III Taman Muda Ibu Pawiyatan Elementary School of Yogyakarta, (2) the facilitating and inhibiting factors in mathematics learning for autistic children, and (3) autistic children’s mathematics learning achievement. This was a qualitative study. The research subjects were the classroom teacher, special shadow teacher, and shadow teacher. The data were collected through observations, interviews, and documentation. The data analysis technique consisted of data reduction, data display, and conclusion drawing. The data trustworthiness was enhanced by the source triangulation. The results of the study are as follows. (1) The mathematics learning process for the autistic children is implemented in the inclusive class by the class teacher, special shadow teacher, and shadow teacher. The learning objectives and materials for the autistic students are the same as those for the regular students. In the mathematics learning process, the autistic children are accompanied by the shadow teacher by using an individual approach. The evaluation employs oral and written tests adjusted to the children’s abilities. (2) The facilitating and inhibiting factors are those of the children, teachers, and environment. (3) The autistic children’s learning achievement is not maximal; this is indicated by their knowledge and comprehension which still need to be fostered by the special shadow teacher and shadow teacher. Keywords: mathematics learning, children with autism, inclusive class
1285 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 12 Tahun 2016
mengakibatkan
PENDAHULUAN Pendidikan
Inklusif
merupakan
usaha
keterlambatan
pada
bidang
akademiknya.
menyatukan anak-anak yang memiliki hambatan
Pembelajaran bagi anak autis di sekolah
dengan cara-cara yang realistis dan komprehensif
inklusi harus menyesuaikan dengan kebutuhan anak
dalam kehidupan pendidikan yang menyeluruh.
sesuai dengan hambatan yang dialami. Pada
Disamping itu, pendidikan ini juga memiliki tujuan
pembelajaran akademik ini dapat digunakan sebagai
bagi
pada
sarana untuk menggali kemampuan diri anak,
keterlibatan yang sebenarnya dari tiap anak dalam
sehingga pembelajaran tersebut bersifat fleksibel dan
kehidupan sekolah yang menyeluruh disertai dengan
dapat
penerimaan anak yang memiliki hambatan ke dalam
kebutuhan setiap anak. Pembelajaran akademik
kurikulum, lingkungan, interaksi sosial, dan konsep
didalamnya banyak terdapat mata pelajaran, salah
diri (visi-misi) sekolah (J. David Smith, 2012:45).
satunya adalah matematika.
siswa
yang
memiliki
hambatan
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan inklusif merupakan kebebasan
disesuaikan
dengan
kemampuan
dan
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang selalu diajarkan disetiap jenjang pendidikan
hak anak dalam memperoleh pendidikan dengan
dasar dan menengah. Materi yang diajarkan dalam
menerapkan pendidikan untuk semua (education for
pelajaran
all), dengan mengakomodasi setiap anak dengan
kemampuan peserta didik pada setiap jenjang
mengesampingkan adanya diskriminasi atas dasar
pendidikan.
dari kondisi fisik, intelektual, sosial atau kondisi
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
lainnya. Pelaksanaan pendidikan ini diselenggarakan
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
di sekolah-sekolah reguler yang sudah diakui atau
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis
dipercaya oleh pemerintah untuk menjalankan
dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Bruner
sekolah
(Ruseffendi,
inklusif.
Pendidikan
inklusif
ini
di
matematika
Mata
mengemukakan
salah satunya adalah anak autis.
matematika,
Anak autis adalah anak yang mengalami
berbagai
pelajaran
1991)
peruntukkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus,
disesuaikan
dalam
bahwa
siswa
harus
pengetahuan
dengan
matematika
Heruman dalam
(2007:4)
pembelajaran
menemukan yang
perlu
sendiri
diperlukan.
gangguan perkembangan fungsi otak yang ditandai
’Menemukan’ disini terutama adalah ‘menemukan
dengan adanya kesulitan pada kemampuan interaksi
lagi’ (discovery), atau dapat juga menemukan yang
sosial, komunikasi dengan lingkungan, perilaku dan
sama sekali baru (invention). Oleh karena itu,
adanya
akademis
kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk
(Pamuji, 2007:2). Hal tersebut berpengaruh pada
akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya.
setiap perkembangan anak. Ciri-ciri perkembangan
Pelaksanaan pembelajaran, guru harus lebih banyak
terutama pada ketiga aspek yaitu interaksi sosial,
berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai
komunikasi, dan perilaku, bahkan cenderung lambat
pemberitahu. Mata pelajaran matematika merupakan
belajar di bandingkan dengan anak pada umumnya,
mata pelajaran yang cenderung sulit untuk diberikan
keterlambatan
pada
bidang
kepada anak yang mengalami autis, karena anak ini
Pembelajaran Matematika Bagi .... (Aditya Gita Prasetya) 1286
mengalami hambatan atau kesulitan dalam hal
perencanaan pembelajaran,
komunikasi dan interaksi sosialnya. Misalnya pada
dalam
mata pelajaran matematika berisikan materi yang
kurangnya guru pendamping khusus bagi peserta
bersifat abstrak. Contoh untuk mengilustrasikan
didik berkebutuhan khusus. Penelitian tersebut
keabstrakan pada materi matematika salah satunya
memberikan
dapat ditemukan pada konsep bilangan dan bangun
pembelajaran di sekolah inklusi, namun belum
datar. Hal ini sangat kontras dengan cara berpikir
memberikan
dari kebanyakan siswa yang sudah terbiasa berpikir
pembelajaran pada mata pelajaran matematika
tentang objek-objek yang konkret. Oleh karena itu,
khususnya bagi anak dengan hambatan autis.
penyampaian
guru kurang inovatif
materi
gambaran
gambaran
pembelajaran
secara
umum
mengenai
dan
tentang
pelaksanaan
Berdasarkan hasil observasi di salah satu
konsep-konsep matematika yang abstrak tidak dapat bentuk
sekolah inklusif yaitu SD Taman Muda Ibu
kumpulan informasi kepada siswa. Misalnya anak
Pawijatan Yogyakarta, pembelajaran matematika
autis yang belum atau baru pertama kali mengenal
yang diberikan di sekolah ini khususnya di kelas III,
konsep bilangan. Sehingga untuk mengenal konsep
tidak membedakan anak autis dengan siswa lainnya.
bilangan tidak bisa hanya dengan mengucapkan
Menurut keterangan dari salah satu guru kelas tidak
bilangan
ada pemisahan kompetensi yang dicapai karena
sekadar
ditransfer
secara
begitu
lisan,
saja
dalam
namun
perlu
dengan
mengacu pada standar sekolah pada umumnya. Pada
visualisasi yang konkret. Lelly
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas, semua
Anggraini tahun 2014 tentang “Proses Pembelajaran
siswa di berikan kesempatan yang sama, misalnya
Inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
kelas
Yogyakarta”
guru. Namun, dari segi evaluasi pembelajaran dalam
mendapatkan hasil proses pembelajaran inklusi di
penilaiannya dibedakan antara anak normal dengan
kelas VA dilaksanakan di dalam kelas penuh,
anak berkebutuhan khusus. Di sisi lain, pelaksanaan
peserta didik berkebutuhan khusus disatukan dengan
pembelajaran matematika dibantu oleh satu orang
peserta didik normal lainnya di bawah pengawasan
guru pembimbing khusus dan tiga guru pendamping
guru kelas atau guru mata pelajaran dan guru
atau
pendamping
pendampingan
pendamping (shadow teacher) ini diperuntukkan
pembelajaran yang dilakukan guru pendamping
bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) maupun
khusus kepada peserta didik berkebutuhan khusus
siswa yang mempunyai kesulitan dalam mengikuti
menggunakan
pembelajaran di kelas.
Penelitian
V
Disamping
yang
SD
dilakukan
Negeri
Giwangan
khusus.
model
itu,
Rindi
Proses
pembelajaran
proses
individual.
pembelajaran
shadow
teacher.
Namun, untuk guru
Berdasarkan pemaparan hasil observasi
tersebut
mengalami hambatan terhadap adanya lingkungan
atas,
yang kurang kondusif, guru kurang memahami
menggambarkan
kebutuhan
matematika bagi anak autis di Sekolah Dasar Taman
dan
keberagaman
peserta
didik
berkebutuhan khusus, guru tidak membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan silabus dalam
perlu
dilakukan
suatu
pelaksanaan
Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta.
penelitian
di
untuk
pembelajaran
1287 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 12 Tahun 2016
METODE PENELTIAN
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Jenis Penelitian
a. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Kelas
Penelitian
ini
menggunakan
penelitian
III di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta
kualitatif.
Tujuan
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester I (gasal), pada tahun ajaran 2016/2017 dari bulan pertengahan Juli 2016 sampai pertengahan Agustus 2016 yang dilakukan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan
Yogayakarta.
Sekolah
tersebut
beralamatkan di Jalan Taman Siswa No 25
matematika
utama di
mengembangkan
dalam
sekolah
ini
dan
pembelajaran adalah
untuk
menumbuhkan
keterampilan berhitung siswa dalam kehidupan siswa (sebagai latihan) dan untuk kemandirian bagi
anak
berkebutuhan
khusus
(autis).
Berdasarkan hasil penelitian, tujuan pembelajaran yang dibuat disesuaikan kepada anak baik siswa
Wirobinangun Mergangsan Yogyakarta.
reguler maupun siswa ABK (autis). Oleh karena
Subjek Penelitian
itu, tujuan pembelajaran tersebut dirancang untuk Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas, guru pendamping khusus (GPK), dan guru pendamping (shadow teacher).
memfasilitasi anak dalam keterampilan berhitung dan disesuaikan dengan kemampuan anak autis yang berkaitan dengan kemandirian anak.
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Materi
pembelajaran
matematika
yang
Teknik pengumpulan data yang digunakan
diberikan bagi siswa reguler dan siswa ABK
yaitu observasi untuk mengamati pelaksanaan
(autis) adalah sama. Hal tersebut dilihat dari
pembelajaran matematika, selanjutnya wawancara
materi
secara langsung dengan guru untuk mengetahui
matematika di sekolah ini hanya disusun oleh
tentang
matematika,
guru kelas saja. Sementara itu, GPK dan shadow
pada
saat
teacher tidak membuat memodifikasi materi yang
yang dilihat
disampaikan, melainkan menjelaskan kembali
pelaksanaan
kesulitan-kesulitan
pembelajaran yang
muncul
pembelajaran, kemampuan siswa
yang diberikan dalam pembelajaran
berdasarkan prestasi belajar anak khususnya pada
materi
pelajaran matematika serta upaya yang digunakan
sebelumnya. Disisi lain, GPK maupun shadow
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang terjadi
teacher hanya memberikan masukan atau saran
sebelumnya dan dokumentasi yang digunakan dalam
kepada guru kelas tentang pencapaian indikator
penelitian ini adalah raport atau hasil belajar anak
yang dapat dicapai sesuai dengan kemampuan
dan hasil evaluasi yang di lakukan oleh guru.
anak autis.
Sedangkan instrumen yang digunakan panduan
yang disampaikan oleh guru kelas
Berkaitan
dengan
pelaksanaan
observasi dan panduan wawancara.
pembelajaran matematika di kelas inklusif,
Teknik Analisis Data
berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
Teknik diantaranya
analisis
reduksi
data
data,
yang
display
mengambil kesimpulan dan verifikasi.
digunakan
pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas
data,
inklusif secara umum sama dengan pelaksanaan
dan
Pembelajaran Matematika Bagi .... (Aditya Gita Prasetya) 1288
pembelajaran matematika di kelas reguler, mulai
Namun, GPK dan shadow teacher sebelum proses
dari pendahuluan, inti sampai penutup. Hal yang
pembelajaran tidak menyiapkan RPP karena sudah
berbeda pada proses pembelajaran matematika ini
disiapkan oleh guru kelas. GPK dan shadow
adalah
matematika
teacher hanya memberikan masukan atau saran
dilaksanakan di kelas inklusif oleh guru kelas
kepada guru kelas terkait dengan materi yang dapat
yang dibantu GPK, maupun shadow teacher.
dicapai oleh anak sesuai dengan kemampuannya
Keadaan tersebut sama seperti yang diungkapkan
baik saat pembuatan RPP maupun saat proses
oleh
pembelajaran berlangsung.
proses
Stainback
pembelajaran
(Mudjito,
2012:38)
yang
menyatakan bahwa sekolah penyelenggaraan pendidikan
inklusif
adalah
sekolah
yang
menampung semua murid di kelas yang sama. Pada proses pembelajaran di Sekolah Taman Muda Ibu Pawiyatan,
Pada proses pembelajaran di kelas, siswa ABK (autis) mendapatkan bantuan ataupun arahan-arahan dari shadow teacher yang selalu mendampingi
anak
saat
melakukan
proses
anak autis dalam
pembelajaran maupun tidak ketika anak berada di
mengikuti pembelajaran matematika di kelas selalu
sekolah. Disisi lain, GPK hanya sesekali untuk
didampingi oleh shadow teacher. Pada saat
masuk kelas mendamping secara langsung anak
pembelajaran berlangsung yang biasanya diawali
dan GPK lebih melihat dari segi perkembangan
dengan guru kelas yang menjelaskan materi di
anak melalui laporan dari guru kelas maupun
depan kelas, kemudian dalam waktu yang hampir
shadow teacher.
bersamaan, shadow teacher juga ikut menjelaskan
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian
materi yang sama pada anak autis dengan bahasa
dapat diketahui bahwa GPK dan shadow teacher
yang lebih mudah dipahami. Pembelajaran ini
menggunakan
didukung juga dengan posisi guru pendamping
dalam mengelola pembelajaran matematika di
yang duduk bersama dengan anak, sehingga
kelas inklusi. Pemilihan pendekatan individual
shadow teacher secara bebas dapat menjelaskan
yang dilakukan oleh GPK dan shadow teacher
materi yang disampaikan oleh guru kelas.
menurut peneliti sudah tepat. Karena tidak seperti
Sebelum dimulai kegiatan pembelajaran, kesiapan
guru
individual
anak pada umumnya yang bisa diajari dengan berbagai pendekatan maupun metode, sebab
dimulainya pembelajaran. Persiapan guru yang
pembelajaran bagi anak autis bersifat individual.
paling
Hal ini dikarenakan karakteristik dan gejala autis
adalah
diperlukan
secara
sebelum
penting
sangat
pendekatan
menyiapkan
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP
yang
yang timbul berbeda-beda dibandingkan anak
digunakan bagi anak autis sama dengan anak
pada umumnya, sehingga menuntut perhatian
reguler, namun untuk anak autis sendiri terdapat
khusus dari GPK dan shadow teacher maupun
pencapaian indikator atau beban yang disesuaikan
juga guru kelas. Berdasarkan hasil deskripsi baik
dengan kemampuan anak. Disisi lain, indikator
wawancara
yang disesuaikan tidak dicantumkan dalam RPP
menggunakan pendekatan individual dari GPK
melainkan ditulis di buku catatan guru kelas.
dan shadow teacher, karena ini merupakan kelas
maupun
observasi,
selain
1289 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 12 Tahun 2016
inklusi, ada metode lainnya yang digunakan oleh
dapat
guru kelas pada proses pembelajaran yaitu
pembelajaran. Pada kegiatan tindak lanjut dalam
metode ceramah, pemberian tugas mandiri dan
berbentuk
pekerjaan rumah. Metode merupakan salah satu
pengayaan, memberikan penanganan kepada
komponen yang diperlukan untuk mencapai
anak ABK (autis) yang mengalami kesulitan
tujuan. Seperti yang diungkapkan oleh Hamzah
dengan dibantu oleh GPK maupun shadow
B.Uno (2008:2) yang mendefinisikan metode
teacher. Berdasarkan hasil wawancara, ada dua
pembelajaran sebagai cara yang digunakan guru
jenis
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
digunakan
Media merupakan segala sesuata yang dapat
digunakan
keseluruhan
pembelajaran
evaluasi
yang
remidi,
berbentuk
proses
program
tes
yang
yaitu tes secara tertulis
yang
diperuntukan bagi semua anak baik siswa reguler maupun siswa ABK (autis). Pada tes
menyampaikan materi. Media yang digunakan
tertulis ini, adanya modifikasi soal yang
dalam pembelajaran matematika adalah puzzel,
diberikan kepada anak autis maupun anak
sedotan
pembelajaran
reguler sesuai dengan kemampuan anak, yaitu
matematika tidak semua materi menggunakan
dengan membedakan soal a untuk anak autis
media, melainkan disesuaikan dengan materi
dan soal b untuk anak reguler ataupun
yang akan disampaikan dan kemampuan anak
sebaliknya. Sedangkan tes secara lisan yang
yang cukup beragam di kelas inklusif. Oleh
biasanya digunakan untuk ABK terutama anak
sebab itu, adanya media khusus yang disiapkan
autis dengan memerhatikan dari perkembangan
oleh GPK dan shadow teacher, contohnya alat
siswa ABK baik dari bahasa, perilakunya.
permainan
dengan
Menurut Muhibbin Syah (2003:141) evaluasi
semenarik mungkin dan media yang diberikan
adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan
oleh GPK dan shadow teacher maupun guru
siswa untuk mencapai tujuan yang telah
kelas adalah media yang konkret. Penggunaan
ditetapkan dalam sebuah program. Jadi tingkat
media tersebut sesuai dengan pendapat Yosfan
keberhasilan siswa di SD Taman Muda dilihat
Azwandi (2007:165) media pembelajaran yang
dari pencapaian standart KKM. Remidi untuk
diperlukan oleh guru pendamping anak autis
siswa dilakukan jika belum mencapai KKM
merupakan media yang akan membantu proses
yang
pembelajaran
pembentukan
diungkapkan oleh Polloway & Patton dalam
konsep pengertian secara konkret bagi anak
Parwoto (2007:191) ada dua bentuk remidial
autis. Hal ini diharapkan dengan adanya media
dalam
pembelajaran
Corre ctive
lidi.
edukatif,
dan
yang
perantara
dari
untuk
atau
sebagai
dipisahkan
Pada
yang
dibuat
membantu
konkret,
materi
yang
telah
ditentukan.
pengajaran
Seperti
matematika
Mathematics
disampaikan dapat diserap dengan baik oleh
Orientation.
Salah
siswa ABK (autis).
Orientation
merupakan
diantaranya
dan
satunya
yang
Eclectic Eclective
pendekatan
yang
Evaluasi dalam proses pembelajaran
menggunakan kombinasi sejumlah teknik yang
merupakan komponen yang penting dan tidak
digunakan (buku teks, project math dan buku
Pembelajaran Matematika Bagi .... (Aditya Gita Prasetya) 1290
autis
shadow
oleh
teacher,
kerja) di mana memungkinkan penyediaan
anak
bantuan secara maksimal untuk keberhasilan
lingkungan
program pembelajaran matematika.
tempat duduk yang dilakukan seminggu sekali
diantaranya
adanya
faktor
pengaturan
Remidi bagi ABK (autis) disesuaikan
setiap hari senin. Sedangkan untuk faktor
dengan kemampuan anak, contohnya ada 3 soal
penghambatnya, dari faktor siswa diantaranya
untuk satu indikator, dan yang bisa kira dijawab
mood anak yang sering berubah-ubah dan anak
oleh siswa 2 soal maka siswa memenuhi
memiliki
indikator tersebut. Namun untuk penilaian akan
pemahaman materi matematika yang abstrak,
menjadi berbeda dari segi angkanya, contohnya
tingkat konsentrasi yang sering berubah, dan
nilai 7 bagi siswa reguler berbeda dengan nilai 7
emosi anak yang cenderung kurang stabil, faktor
bagi siswa ABK. Selanjutnya ada pengayaan
guru diantaranya kurangnya wawasan guru
yang diberikan kepada siswa yang sudah
terhadap materi tertentu khususnya dalam
mencapai KKM dengan mengerjakan soal
pembelajaran
dengan tingkat kesulitan yang lebih. Kemudian
kurang dalam kemampuan menjelaskan kepada
adanya penanganan bagi ABK (autis) oleh GPK
siswa dengan bahasa yang anak pahami.
maupun shadow teacher dengan memberikan motivasi
anak
yang
yang
cenderung
matematika,
lemah,
terkadang
guru
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
mengalami
bahwa kesulitan/hambatan pemahaman materi
gangguan pada tingkah lakunya, diberikan
matematika yang abstrak, hal ini karena anak
semacam
yang
autis memiliki kesulitan dalam pengabstrakan
teacher
pada pembelajaran khususnya pembelajaran
mencatatkan semua kegiataan anak autis pada
matematika. Oleh karena itu, GPK maupun
buku
shadow
sederhana.
ataupun
fisik
gerakan-gerakan Selain
itu,
penghubungnya,
massage shadow
yang
didalamnya
teacher
mempunyai
berisikan semua akivitas yang anak lakukan
pembelajaran
pada saat itu, seperti pekerjaan rumah, dan apa
benda-benda
saja yang di bawa keesokan harinya, sehingga
membantu
orang tua dapat memantau dari buku tersebut.
menjelaskan suatu materi kepada anak autis
b. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
tidak cukup hanya sekali melainkan dilakukan
Pembelajaran Matematika bagi Anak Autis Faktor pendukung dalam pembelajaran matematika adalah dari faktor siswa diantaranya anak sudah mampu duduk tenang, anak sudah
dengan yang
dalam
selalu
penyelesaian
riil
atau
penjelasaan
menggunakan nyata
untuk
dan
dalam
secara berulang-ulang dengan bahasa yang sederhana dan dilakukan secara bertahap. c. Prestasi Belajar Matematika Anak Autis Kemampuan anak autis untuk mengikuti
mampu diajak berkomunikasi dengan bahasa
pembelajaran
yang sederhana, anak sudah mampu mengikuti
beragam, dengan berbagai hambatan yang
atau
guru
kompleks pada diri anak. Menurut Wina
diantaranya guru kelas yang menerima keadaaan
Sanjaya (2012: 54) menjelaskan bahwa proses
siswa ABK (autis), dan adanya pendampingan
pembelajaran
memahami
intruksi,
faktor
matematika
dapat
di
kelas
dipengaruhi
sangat
oleh
1291 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 12 Tahun 2016
perkembangan anak yang tidak sama, disamping
teacher. Sehingga membutuhkan pendampingan
karakteristik yang melekat pada anak. Pada
yang lebih ekstra dari pada siswa yang reguler.
pelaksanaan pembelajaran di kelas, anak dapat
SIMPULAN DAN SARAN
tenang saat mengikuti pembelajaran bersama
Simpulan
teman-teman sebayanya. Akan tetapi, sesekali
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
anak menunjukkan perilaku yang berbeda yang
tentang pembelajaran matematika kelas III bagi anak
membuatnya
autis di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan,
tidak
dapat
fokus
pada
pembelajaran yang ada di kelas. Hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa :
berpengaruh dengan pemahamam materi yang
1. Proses pembelajaran matematika di kelas III
disampaikan, memerlukan waktu yang lebih
dilaksanakan di kelas inklusi, oleh guru kelas
dari teman-temannya.
yang dibantu GPK dan shadow teacher. Tujuan
Menurut Muhibbin Syah (2010: 132)
pembelajaran dan materi pembelajaran yang
prestasi belajar pada dasarnya merupakan hasil
digunakan sama antara siswa reguler dan siswa
belajar atau hasil penelitian secara menyeluruh,
ABK (autis). GPK maupun shadow teacher
yang meliputi tiga hal, salah satunya prestasi
menggunakan
belajar dalam bentuk kemampuan pengetahuan
pembelajaran yang tentunya disesuaikan dengan
dan
ingatan,
materinya. Hal-hal yang menunjukkan perbedaan
pemahaman, penegasan, sintesa, analisa, dan
dalam pembelajaran matematika di sekolah ini
evaluasi.
adalah setiap anak berkebutuhan khusus dalam
pengertian.
kemampuan
Hal
ini
Berdasarkan anak
autis
meliputi
hasil
penelitian
khususnya
pada
media
khusus
dalam
proses
proses pembelajarannya memiliki shadow teacher
akademiknya cenderung kurang, hal tersebut
dan
dilihat dari segi pengetahuan, pada kemampuan
menggunakan pendekatan individual. Evaluasi
mengingat anak autis ini lemah, hal tersebut
yang digunakan adalah tes secara tertulis yang
dibuktikan, shadow teacher mencoba mengulang
disesuaikan dengan kemampuan anak dan tes
materi yag sebelumnya, ternyata anak belum
secara lisan.
mampu menjawabnya, dilihat segi pemahaman,
pelaksanaan
2. Faktor
pendukung
pembelajaran
dalam
yang
pelaksanaan
saat menerima materi anak autis memerlukan
pembelajaran matematika di kelas III yaitu anak
waktu yang lebih dari teman-temannya. Bahkan
sudah mampu duduk tenang, anak sudah mampu
harus dilakukan pengulangan yang tidak hanya
diajak
sekali dan secara perlahan-lahan. Akan tetapi,
sederhana, anak sudah mampu mengikuti atau
anak ini masih dapat mengikuti pembelajaran
memahami intruksi, penerimaan guru kelas, dan
dengan teman-temannya, dan pada aplikasinya,
adanya pendampingan anak autis oleh shadow
anak autis biasanya ikut berbelanja dikantin saat
teacher.
jam istirahat bersama teman sebayanya. Akan
pengaturan
tetapi, anak autis tetap didampingi oleh shadow
seminggu sekali
berkomunikasi
Faktor
dengan
lingkungan
tempat
duduk
bahasa
yaitu yang
setiap hari
yang
adanya dilakukan
senin.
Faktor
penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran Matematika Bagi .... (Aditya Gita Prasetya) 1292
matematika di kelas III yaitu kurangnya wawasan
dengan sharing kepada sesama guru di sekolah
guru kelas terhadap materi tertentu khususnya
khususnya pada mata pelajaran matematika
dalam pembelajaran matematika, terkadang guru
dan guru kelas juga menambah pengetahuan
kelas kurang dalam kemampuan menjelaskan
tentang
kepada siswa dengan bahasa yang anak pahami,
khusus misalnya melalui seminar tentang ABK
anak autis memiliki mood yang sering berubah-
maupun informasi dari orang tua anak tentang
ubah, anak memiliki fisik yang cenderung lemah,
keseharian anak di rumah.
dan anak autis kurang dalam pemahaman materi
karakteristik
anak
berkebutuhan
2. GPK dan shadow teacher
matematika yang abstrak. Dengan berbagai
Sebagai GPK membuat perencanaan
kesulitan atau hambatan yang dihadapi, guru
program pembelajaran individual (PPI) bagi
kelas, GPK, dan shadow teacher mempunyai
peserta didik berkebutuhan khusus dengan
upaya penyelesaian untuk kendala-kendala yang
program pembelajaran untuk kelas reguler
dialami anak autis adalah pembelajaran selalu
yang dimodifikasi menjadi pembelajaran di
menggunakan benda-benda yang riil atau nyata
kelas inklusif dan pada pelaksanaan program
untuk membantu dalam penjelasaan dan dalam
pembelajaran individual (PPI), GPK bekerja
menjelaskan suatu materi kepada anak autis tidak
sama
cukup hanya sekali melainkan dilakukan secara
berkenaan dengan penyusunan PPI, GPK yang
berulang-ulang
dapat
dibantu shadow teacher juga melakukan
dipahami anak serta dengan pemberian reward
penanganan maupun terapi secara berkala
(dalam bentuk pujian atau hadiah).
kepada ABK untuk permasalahan emosi dan
dengan
bahasa
yang
3. Prestasi belajar anak autis masih kurang optimal, hal tersebut dilihat dari segi pengetahuan dan pemahaman anak autis yang masih memerlukan
shadow
dengan
teacher.
Selain
perilaku dalam proses pembelajaran. 3. Sekolah a. Menambah
ruangan
khusus
untuk
pendampingan dari GPK dan shadow teacher.
menangani ABK, ketika ABK mengalami
Pada prestasi belajar anak autis disesuaikan
gangguan perilakunya, contohnya tantrum
dengan indikator yang dicapai sesuai dengan
maupun
kemampuan anak sehingga dalam pencapaian dari
pembelajaran di kelasnya serta dapat
suatu materi anak autis tidak harus mencapai
digunakan
semua indikator seperti siswa reguler.
pembelajaran bagi ABK.
kesulitan
b. Memberikan
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka peneliti mengemukakan beberapa saran : 1. Guru Kelas Sebagai
guru
kelas
menambah
wawasannya terhadap materi pembelajaran
menambah
untuk
dalam
mengikuti
menyimpan
alokasi media
khususnya bagi ABK.
dana
media
untuk
pembelajaran
1293 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 12 Tahun 2016
DAFTAR PUSTAKA A.K. Mudjito. (2012). Pendidikan Inklusif. Jakarta: Baduose Media. Hamzah B. Uno. (2008). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Pamuji. (2007). Model Terapi Terpadu bagi Anak Autisme. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan PendidikanTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Parwoto. (2007). Stra tegi Pembelajaran Anak Berkebuthan Khsusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dan Ketenagakerjaan. Rindi Lelly Anggraini. (2014). Proses Pembelajaran Inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) kelas V SD Negeri Giwangan Yogyakart a. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Smith, David J. (2012). Sekolah Inklusif : Konsep dan Penerapan Pembelajaran . Bandung: Nuansa. Wina Sanjaya. (2012). Strat egi Pembelajar an Berori entasi pada Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Yozfan Azwandi. (2007). Media P embelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dan Ketenagaan.