MODEL PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK AUTIS DI SLBN UNGARAN (Studi Kasus pada Pembelajaran di Kelas Awal) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam ilmu Pendidikan Islam
Oleh: ZULIA KUSUMAWATI NIM: 073111151
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM Jurusan / Program Studi
: Zulia Kusumawati : 073111151 : Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 18 November 2011 Saya yang menyatakan,
Zulia Kusumawati NIM: 073111151
ii
KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax 7615387 PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul
: PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK AUTIS DI SLBN UNGARAN (Studi Kasus pada Pembelajaran di Kelas Awal) Nama : Zulia Kusumawati NIM : 073111151 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang,
Desember 2011
DEWAN PENGUJI Ketua,
Sekretaris,
Dr. Hj. Sukasih, M.Pd. NIP: 19681212 199403 1003
Ridwan, M.Ag. NIP: 19630106 199703 1001
Penguji I,
Penguji II,
Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag. NIP: 19600615 199103 1004
Dra. Ani Hidayati, M.Pd. NIP: 19611205 199303 2001
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Abdul Wahid, M.Ag. NIP: 19691114 199403 1003
Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag. NIP: 19720928 199703 2001
iii
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 17 November 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: MODEL PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK AUTIS DI SLBN UNGARAN (Studi Kasus pada Pembelajaran di Kelas Awal) Nama : Zulia Kusumawati NIM : 073111151 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Drs. Abdul Wahid, M.Ag. NIP. 19691114 199403 1003
iv
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 18 November 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: MODEL PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK AUTIS DI SLBN UNGARAN (Studi Kasus pada Pembelajaran di Kelas Awal) Nama : Zulia Kusumawati NIM : 073111151 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing II
Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag. NIP. 19720928 199703 2001
v
ABSTRAK
Judul
: Model Pembelajaran PAI Bagi Anak Autis di SLB Negeri Ungaran (Studi Kasus Pembelajaran di Kelas Awal) Penulis : Zulia kusumawati NIM : 073111151
Skripsi ini membahas tentang model pembelajaran pai bagi anak autis di SLBN Ungaran kajiannya dilatarbelakangi keadaan psikis anak autis yang berbeda dengan anak normal pada umumnya. Studi ini di maksudkan untuk menjawab permasalahan:(1)Bagaimana model pembelajaran PAI bagi anak autis di SLB Negeri Ungaran pada pembelajaran di kelas awal permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di SLB Negeri Ungaran. Datanya diperoleh dengan cara wawancara terstruktur observasi dan studi dokumentasi. Semua data analisis dengan pendekatan fenomenologi dan analisis deskriptif. Kajian ini menunjukkan bahwa : (1) model pembelajaran PAI bagi anak autis di SLB Negeri Ungaran pada pembelajaran di kelas awal yang meliputi pendekatan, strategi, metode, teknik, media, Pendekatan yang digunakan disini antara lain menggunakan pendekatan klasikal individual dan pendekatan individu. Kedua pendekatan ini mempermudah guru dalam menyampaikan materi pada peserta didik karena pendekatan pembelajaran ini mengarah pada pendekatan klasik dimana peran guru cukup dominan dan guru memegang kendali kelas dengan memberikan perhatian kepada setiap peserta didik dan memahami satu per satu kebutuhan mereka. Sedangkan Strategi pembelajaran PAI yang diterapkan di SLB Negeri Ungaran ada dua macam antara lain strategi pembelajaran ekspositori dan strategi komunikasi efektif. Ekspositori merupakan strategi yang menekankan proses memori anak, serta peran guru yang signifikan dalam segala proses belajar anak. Sedangkan strategi komunikasi efektif menekankan pada keefektifan guru dalam berkomunikasi dengan siswa. Dan beberapa metode pembelajaran PAI yang diterapkan di SLB Negeri Ungaran untuk anak autis antara lain Metode Drill, Metode Karya Wisata, dan Metode Demonstrasi. Teknik yang digunakan guru PAI di SLB Negeri Ungaran adalah bervariasi mengikuti keadaan peserta didik. Sedangkan beberapa media yang digunakan dalam pembelajaran tersebut antara lain poster, MP3, puzzle, dan sebagainya.
vi
TRANSLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya. a
t}
b
z}
t
‘
s|
Gh
j
F
h}
Q
kh
K
d
L
z|
M
r
N
z
W
s
H
sy
’
s}
Y
d} Bacaan madd:
Bacaan diftong:
a> = a panjang
= au
i>
=a
= I panjang
u> = u panjang
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana. Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa risalah yang penuh dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih ini terutama penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. H. Nasiruddin, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 3. Drs. Abdul Wahid, M.Ag. selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 4. Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag. selaku wali studi sekaligus dosen pembimbing II, dan segenap bapak ibu dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membimbing penulis selama kuliah di IAIN Walisongo Semarang serta Bapak dan Ibu pegawai di lingkungan IAIN Walisongo yang telah membantu penulis dalam memberikan pelayanan sebagai mahasiswa di IAIN Walisongo Semarang. 6. Pengelola perpustakaan Fakultas Tarbiyah beserta karyawan yang telah memberikan fasilitas dan layanan peminjaman sumber referensi;
viii
7. H. Asngari, S.Pd selaku Kepala Sekolah beserta para guru SLB Negeri Ungaran yang telah memberikan izin penelitian. 8. Ayahanda dan ibunda tercinta serta adik- adikku tercinta yang selalu memberikan dukungan, doa dan arahan yang selalu menyertai dalam penulisan skripsi ini. 9. Teman-teman seperjuangan PAI D angkatan 2007
yang selalu memberikan
motivasi dan kerjasamanya selama masa studi, dan 10. Teman-temanku paket D yang jelek, crewet, tapi so sweete banget (syapatun, cocor, kelek(lely), megol, mbak nurul, rijeki) 11. Teman-teman PPL (syafak, syafik, said, aji, mas huda, indra, uun, dewi, afroh(kemproh), ima, ema, zee) 12. Teman-teman KKN (arip, fahrul(mas brow), bang kod, bang munir, fatur, titur, paijah, betti, fela, aida, pak lurah, bu lurah, dek ayuk) posko 66 dan masyarakat gedong yang memberikan dorongan dan semangat 13. Teman –teman KOS (kowen (wiwit), markothem (eva), baby hui (agus), mentel (anis), ooh (anisa), paijah (izza), intong (iin), bos eka (mbak eka), boa lia (mbak lia), 14. Semua pihak yang turut serta membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas jasa-jasanya dengan balasan yang setimpal. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun demikian penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, serta pembaca semua yang budiman. Semoga kita mendapatkan ridho Allah SWT. Amin.
Semarang, 18 November 2011 Penulis,
Zulia Kusumawati NIM.073111151
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................
ii
PENGESAHAN .........................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ..............................................................................
iv
ABSTRAK .................................................................................................
v
TRANSLITERASI .....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................
4
BAB II : TINJAUAN UMUM ANAK AUTIS DAN PEMBELAJARAN PAI A. Kajian Pustaka .........................................................................
6
B. Kerangka Teoritik ...................................................................
7
1. Pengertian atau Konsep Autis ...........................................
7
a. Ciri-ciri gangguan autis ..............................................
8
b. Gambaran Unik atau Karakteristik Anak Autis ..........
12
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam............................
14
a. Pengertian Pembelajaran PAI .....................................
15
b. Tujuan Pembelajaran PAI Pada Anak Autis ...............
19
3. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis ..................................................................................
21
a. Pengertian Model Pembelajaran .................................
21
b. Ruang lingkup .............................................................
24
c. Komponen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis...................................................................
x
26
1) Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis ............................................................................
26
2) Guru.............................................................................
28
3) Siswa ...........................................................................
31
4) Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis ............................................................................ 5) Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis
32 32
6) Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis ............................................................................
34
7) Media pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis .............................................................................
37
8) Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis...................................................................
38
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................
40
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
40
C. Sumber Data ............................................................................
41
D. Fokus Penelitian ......................................................................
41
E. Tehnik Pengumpulan Data ......................................................
41
F. Tehnik Analisis Data ...............................................................
43
BAB IV : MODEL PEMBELAJARAN PAI DI SLBN UNGARAN A. Sekilas tentang SLB Negeri Ungaran .....................................
46
1. Sejarah SLB Negeri Ungaran ............................................
46
2. Visi Misi SLB Negeri Ungaran .........................................
47
3. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan...................
48
4. Keadaan Peserta Didik ......................................................
48
5. Struktur Organisasi............................................................
49
6. Pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak autis di SDLB Negeri Ungaran .............................................................................
xi
50
B. Kurikulum PAI untuk anak Autis ...........................................
51
1. Kurikulum PAI di SDLB Negeri Ungaran ........................
51
2. Kurikulum PAI bagi anak autis di SDLB Negeri Ungaran
52
C. Model Pembelajaran PAI bagi Anak Autis di SLBN Ungaran
54
1. Pendekatan ........................................................................
54
a. Pendekatan Klasikal ....................................................
54
b. Pendekatan Individu ....................................................
55
2. Strategi ..............................................................................
56
a. Strategi pembelajaran ekspositori ...............................
56
b. Strategi komunikasi efektif .........................................
57
3. Metode...............................................................................
57
a. Metode Drill ................................................................
57
b. Metode Karya Wisata ..................................................
58
c. Metode Demonstrasi ...................................................
58
4. Teknik Pembelajaran.........................................................
58
5. Media.................................................................................
59
6. Evaluasi ............................................................................
59
D. Kendala dan Hambatan Pembelajaran PAI Bagi Anak Autis .
60
BAB V : KESIMPULAN A. Kesimpulan .............................................................................
61
B. Saran-Saran ............................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Proses pendidikan dijalankan untuk memberikan bekal intelektual bagi masyarakat dalam mengarungi kehidupan yang semakin kompetitif. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan nasional diarahkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan yang dimilikinya, maka diharapkan akan terwujud manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. 1 Peranan dan tugas orang tua sangat
membantu dalam
membina
perkembangan mental dan menentukan perjalanan kehidupan anak dimasa yang akan datang .setiap orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan agama bukanlah sekedar mengajarkan pengetahuan agama saja tetapi juga melatih anak dalam melaksanakan ketrampilan anak dalam melaksanakan ibadah, akan tetapi pendidikan agama jauh lebih luas lagi.2 Dalam ajaran islam, setiap manusia diwajibkan beribadah. Kewajiban ini diwajibkan kepada manusia yang dalam keadaan sadar, artinya mampu menggunakan akal dan hatinya untuk membedakan baik dan buruk. Begitu pula penyandang autis tetap diwajibkan untuk beribadah kepada tuhan selagi masih dalam keadaan sadar dan tentunya disesuaikan dengan kemampuan mereka. Dalam surat Al- Baqarah ayat 3 di nyatakan oleh Allah SWT sebagai berikut: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.3 1
Muhammad Rikza, Starategi Pembelajaran Ekspositori Bagi Tuna Grahita, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2011), hlm. 1. 2
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Semarang: As-Syifa’), hlm. 149. 3
Soenarjo, Al- Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: t.p., 2001 ), hlm. 39.
1
Ayat ini mengatakan, orang-orang yang bertakwa selain beriman kepada yang gaib, mereka juga mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dengan shalat yang merupakan zikrullah, mereka memenuhi tuntutan-tuntutan rohani. Dengan demikian, shalat akan mendatangkan manfaat di dalam masyarakat dan inilah posisi yang sebenarnya dari shalat. Berkenaan dengan masalah sedekah pun, Islam tidak menganjurkan pemberian bantuan-bantuan material saja lalu selesai. Akan tetapi yang ditegaskan di dalam Al-Qur’an untuk diberikan kepada orang lain ialah "Mim Ma Razaqna". Yaitu, apa saja yang telah Allah berikan, meliputi kekayaan harta, kekuatan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, segala fasilitas, kelebihan, dan kekurangan yang merupakan pemberian Allah swt. Oleh karena itu kita sebagai orang tua yang beriman harus bisa menerima apa yang telah diberikan Allah kepada kita, karena anak merupakan titipan yang harus dijaga dan diarahkan ke jalan yang benar. Seperti anak autis meskipun anak tersebut beda dengan anak yang lainnya kita sebagai orang tua tetap menyayangi dan menjaganya dengan baik. Mengingat pembelajaran PAI ini sangat penting bagi petunjuk hidup dan kehidupan anak didik, maka guru PAI berupaya untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan
metode-metode
pembelajaran
yang
memungkinkan
dapat
membantu kemudahan, kecepatan, kebiasaan, dan kesenangan anak didik untuk mempelajari PAI, serta sebisa mungkin proses pembelajaran PAI dari anak didik, sehingga dapat menarik minat anak didik untuk mempelajarinya. Permasalahan tentang model pembelajaran apa yang akan di terapkan, muncul karena ada perbedaan antara pembelajaran anak normal dengan anak yang berkelainan/memiliki cacat tubuh dan mental. Problem yang terjadi di lapangan dalam pembelajaran PAI seorang pendidik memerlukan model pembelajaran khusus untuk mengimplementasikan PAI, terlebih lagi bagi mereka penyandang autis.4 Di samping metode ada juga faktor-faktor lain yang saling mempengaruhi dalam pembelajaran Agama Islam pada anak autis. Diantaranya guru, sarana prasarana serta lingkungan internal maupun eksternal. 4
M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
hlm. 45.
2
Islam sebagai agama tauhid yang merupakan sumber pedoman, pandangan dan tata nilai kehidupan manusia. mengatur secara detail berbagai konsep mengenai berbagai terapi penyakit mental. manusia dalam pandangan Al-Ghazali tidak mungkin terlepas sama sekali dari penyakit dan kekurangan. sehingga jiwa selamat dari bahaya penyakit dan dapat hidup dengan tenang dan bahagia, manusia harus mengobati jiwa dan memperbaiki dirinya dengan ajaran agama. Pendidikan agama mengandung pengertian memberi makan kepada jiwa sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah.5 Kembali ke permasalahan anak autis dan pembelajaran pendidikan agama islam, anak adalah anugerah dari tuhan, karena itu kita sebagai orang tua harus menerima anak apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan, dan segala upaya menghantarkannya ke masa depan yang lebih baik. Tidak adil rasanya kalau kita terus menerus membicarakan anak-anak normal, sementara
anak-anak yang mengalami gangguan autism jarang mendapatkan
perhatian khusus. Mereka juga merupakan bagian keluarga yang berhak atas pendidikan dan pengajaran yang sama atas anak-anak normal. Meskipun kita tidak bias mengharap lebih, tetapi mereka tetap membutuhkan bimbingan dan dukungan lebih dari orang tua dan lingkungannya untuk tumbuh dan berkembang agar dapat hidup normal hingga dewasa bahkan membina keluarga kelak6 Jika anak mengalami gangguan autisme, segera tanggulangi jangan menunggu keadaan menjadi bertambah parah. Gejala ini dapat dikurangi bahkan di hilangkan sehingga anak bias bergaul secara normal, tumbuh seperti orang dewasa yang sehat, berkarya. Hal ini karena ada penanganan dini dari pihak orang tua dan keluarga, sehingga sel-sel otak baru terangsang untuk tumbuh dan menggantikan selsel otak yang telah rusak sebelumnya. Persoalannya sekarang adalah apakah kita sebagai orang tua merasa pesimis melihat kondisi anak yang divonis sebagai anak abnormal? Atau berupaya dengan segala cara agar anak nya bisa tumbuh normal seperti anak-anak yang lain?7 5
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 32.
6
D.S. Prasetyono, Membedah Psikologi Bermain Anak, ( Yogyakarta: Think, 2007), hlm. 225.
7
D.S. Prasetyono, Membedah Psikologi Bermain Anak: (Yogyakarta: Think, 2007), hlm. 235.
3
Penyandang autis sama sekali tidak berbeda dengan anak lainnya. Mereka hanya membutuhkan bimbingan dan dukungan ekstra dari orang tua dan lingkungannya untuk tumbuh dan berkembang agar dapat hidup mandiri. Jadi autisme adalah suatu gangguan perilaku yang membuat penyandangnya lebih suka menyendiri. Dalam bentuk ringan dapat diketahui melalui perilaku yang agak aneh. Tapi jangan salah, banyak pula dari penyandang autis itu yang menjadi ilmuwan, artis, atau seniman besar. Hal itu dimungkinkan terjadi karena justru dalam penyendirian itulah mereka dapat berkonsentrasi total pada sesuatu yang menarik perhatiannya dan dari situlah mereka mampu menghasilkan karya-karya besar.8 SLBN Ungaran merupakan sekolah bagi anak-anak penyandang cacat. Di sana terdapat anak-anak tunagrahita, tuna rungu, tuna daksa, cacat fisik, dan dua anak autis. Di sekolah tersebut, anak autis dikelompokkan dengan anak-anak tunagrahita. Dua anak autis yang ada di SLBN Ungaran terdapat di kelas awal. Model pembelajaran yang diterapkan pada anak-anak autis di sekolah tersebut bervariasi, tergantung pada kebutuhan. Berdasarkan pendeskripsian masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana model pembelajaran PAI yang diterapkan di sekolah tersebut, terutama pada kelas awal.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah: Bagaimana model pembelajaran PAI bagi anak autis di SLBN Ungaran pada pembelajaran kelas awal?
C. Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran PAI bagi anak Autis di SLBN Ungaran pada pembelajaran kelas awal. Sedangkan manfaat dalam penelitian ini adalah:
8
D.S.Prasetyono, Serba-Serbi Anak Autis, ( Jogjakarta: DIVA Press, 2008), hlm. 5.
4
1. Bagi penulis merupakan wahana untuk menambah wawasan ilmu serta menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat pada perkuliahan terutama yang berkaitan dengan masalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tidak normal termasuk anak autis. 2. Bagi sekolah SLBN Ungaran sebagai feedback dan bahan informasi bagi para guru secara umum dan khususnya bagi guru yang membelajarkan Pendidikan Agama Islam pada anak autis. 3. Bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk menambah khazanah kepustakaan guna mengembangkan karya-karya ilmiah lebih lanjut.
5
BAB II TINJAUAN UMUM ANAK AUTIS DAN PEMBELAJARAN PAI
A. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian-kajian terhadap penemuan-penemuan terdahulu, baik buku– buku. Skripsi, atau sumber lain yang relevan terhadap penelitian yang sedang di laksanakan. Adapun kajian pustaka yang berkaitan dengan “MODEL PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK AUTIS DI SLBN UNGARAN (Studi kasus Pada
pembelajaran di kelas awal)
1. Skripsi dari Anika Rahmawati yang berjudul “Implementasi Pembelajaran PAI Pada Anak Autis Di SLB Karang Tengah Kendal”. Dalam karya tersebut dibahas mengenai kehidupan anak autis yang meliputi : mulai dari pengertian autis, faktor penyebab munculnya autis, metode dan materi pembelajaran agama Islam pada anak autis, dan fungsi pembelajaran agama Islam pada anak autis. 2. Buku yang berjudul “Serba- Serbi Anak Autis” oleh D.S. Prasetyono yang mana dalam buku tersebut menerangkan bahwa autism merupakan suatu kumpulan sindrom yang mengganggu saraf. Penyakit ini mengganggu perkembangan anak, diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala yang tampak dan ditunjukkan dengan adanya penyimpangan perkembangan. 3. Skripsi dari Emmy Fathonah Wati yang berjudul “Problematika Pembelajaran Agama Islam pada Anak Autis di Sekolah Putra Mandiri Semarang”. Dalam skripsinya penulis membahas tentang gambaran umum hingga seluk beluk mengenai anak autis yang khususnya terkait dengan problematika pembelajaran agama Islam. Dari sinilah ditemukan solusi untuk mengatasi problematika tersebut adanya evaluasi yang dilakukan para guru terapis dan kepala sekolah tiap hari sabtu, adanya evaluasi bagi siswa berupa tes IQ setiap semester untuk mengetahui perkembangan siswa sehingga guru dapat menyesuaikan metode dan media yang digunakan, adanya supervisi pembelajaran dari kepala sekolah yang dilakukan hamper setiap hari, dan adanya laporan bagi orang tua sebagai bentuk evaluasi setiap harinya.
6
4. Dalam buku “ Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak ” karya Faizal Yatim berisi tentang penjelasan mengenai autisme. Bagaimana mengenal anak autis sedini mungkin dan pertolongan oleh seorang ahli bisa segera dilakukan, sehingga anak bisa bersosialisasi dan berperilaku mendekati normal.1 Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian kali ini lebih memfokuskan pada model pembelajaran yang meliputi materi, metode, dan media.
B. Kerangka Teoritik 1. Pengertian atau Konsep Autis Istilah autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, meskipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau. Leo Kanner (seorang pakar spesialis penyakit jiwa) melaporkan bahwa ia telah mendiagnosa dan mengobati pasien dengan sindroma autisme. Untuk menghormatinya autisme disebut juga sindroma Kanner.2 Istilah autisme berasal dari bahasa yunani yaitu autos yang berarti sendiri, sedangkan isme yang berarti aliran.3 Jadi autisme adalah suatu paham yang tertarik pada dunianya sendiri, sehingga penderita autis hanya tertarik dunianya sendiri. Faisal Yatim menegaskan dalam bukunya yang berjudul Autism Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak, autism bukan suatu gejala penyakit tetapi sindroma (kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap dunia sekitar, sehingga anak autis seperti hidup dalam dunianya sendiri. Autisme tidak termasuk golongan penyakit tetapi suatu kumpulan segala kelainan perilaku dan kemajuan perkembangan. 4 Autis merupakan kelainan emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasif). Penderita autis tidak
1
Faisal Yatim, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak, (Jakarta: Pustaka popular, 2003 ), cet. V11 2
Y. Handojo, Autisme, (Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2006), cet ke4, hlm. 12
3
Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran dan Terapi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Kata Hati, 2010), hlm.56 4
Faisal Yatim, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak, (Jakarta: Pusaka Pelajar Obob, 2002), hlm.10
7
mampu mengekspresikan perasaan maupun keinginannya namun autis bukan bentuk penyakit mental. Secara singkat autis merupakan suatu kumpulan sindrom akibat kerusakan mental.5 Kerusakan saraf tersebut terdapat di beberapa tempat di dalam otak autis. Anak autis mengalami pengecilan otak kecil, terutama pada lobus6 VI-VII. Seharusnya di lobus VI-VII banyak terdapat sel purkinje.7 Namun pada anak autis jumlah sel purkinje sangat kurang, akibatnya produksi serotonim8 kurang, penyebabnya kacaunya proses pengaturan informasi di dalam otak sehingga emosi anak autis sering terganggu. 9 Penderita autis memiliki gaya pemahaman yang berbeda, karena pada dasarnya otak mereka memproses informasi dengan cara berbeda. Mereka mendengar, melihat dan merasa tetapi otak mereka memerlukan informasi ini dengan cara berbeda. Adanya proses informasi yang berbeda tersebut menyebabkan gangguan pada bidang komunikasi, bahasa, pemahaman sosial dan pemahaman pervasive (kemauan). Autisme atau biasa disebut dengan ASD (autis ticspectrum disorder) merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang kompleks dan sangat bervariasi (spektrum). Biasanya, gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan kemampuan berimajinasi. Dari data para ahli, diketahui bahwa penyandang ASD anak lelaki empat kali lebih banyak dibandingkan penyandang ASD anak perempuan. Dengan kata lain, anak laki-laki lebih rentan menyandang sindrom autism dibandingkan anak perempuan.10 a. Ciri-ciri gangguan autis Anak autis masih dianggap sebagai aib atau bencana bagi sebagian keluarga. Mereka terkadang di perlakukan berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Perhatian dan kasih sayang orang tua pada anak autis tidak lebih dari pada 5
Bonny Danuatmaja, Terapi Anak Autis Di Rumah, (Jakarta: Pusaka Swara, 2003), hlm.3.
6
Lobus adalah bagian dari otak kecil.
7
Sel purkinje adalah sebuah sel saraf besar yang memiliki banyak cabang dendrit. Sel ini dapat ditemukan di otak kecil. 8
Senyawa yang terdapat dalam trombosit, mastosit dan basofil.
9
Bonny Danuatmaja, Terapi Anak Autis Di Rumah , hlm.5.
10
D. S. Prasetyono, Serba-serbi Anak Autis, (Yogyakarta: Diva Pers, 2008), hlm.24.
8
mereka yang normal mereka jarang mendapatkan perhatian khusus, padahal mereka juga merupakan bagian dari keluarga yang berhak atas pendidikan dan pengajaran yang sama dengan anak-anak normal. Kita tidak bisa mengharapkan lebih, tetapi mereka tetap membutuhkan bimbingan dan dukungan lebih dari orang tua dan lingkungannya, agar ia dapat tumbuh dan berkembang serta dapat hidup normal hingga dewasa, hingga membina keluarga kelak. Dari seluruh gangguan perkembangan yang ada, retardasi mental adalah yang terbanyak, kemudian disusul oleh gangguan spectrum autism. Meskipun seluruh kumpulan gejalanya luas, akibatnya bisa sangat ringan atau berat. Akan tetapi, semuanya menunjukkan gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Gangguan ini sangat kompleks dan diagnosisnya tergantung dari kemampuan dan pengalaman klinis pemeriksa karena instrument yang bisa mengukur autisme untuk bayi belum ada. Saat ini para peneliti Kanada membuat instrumen tersebut dan disebut sebagai autism observation scale for infants (OASI). Instrument ini mengukur perkembangan bayi pada umur 6 bulan dan mencari 16 ciri-ciri yang menimbulkan resiko timbulnya autisme, misalnya : 1) Tidak mau tersenyum bila di ajak senyum.11 2) Tidak bereaksi bila dililing atau dipanggil namanya. 12 3) Temperamen yang pasif pada umur 6 bulan dan diikuti dengan iritabilitas yang tinggi. 4) Cenderung sangat terpukau atau berlebihan pada suatu benda tertentu. 5) Meskipun jatuh tidak peka terhadap rasa sakit.13 6) Lebih suka menyendiri, sifatnya agak menjauhkan diri. 7) Tidak suka dipeluk atau menyayangi. 8) Kesulitan dalam mengutarakan kebutuhannya, suka menggunakan isyarat atau menunjuk dengan tangan dari pada kata-kata.
11
D. S. Prasetyono, Serba-serbi Anak Autis, hlm. 23.
12
A. Supratiknya, Mengenal Prilaku Abnormal,( Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm.87.
13
D. S. Prasetyono, Serba-serbi Anak Autis, hlm.22.
9
9) Hiperaktif atau melakukan kegiatan fisik secara berlebihan atau malah tidak melakukan apapun ( terlalu pendiam). 10) Echolalia ( mengulangi kata atau kalimat, tidak berbahasa biasa ). 11) Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata.14 12) Ekspresi muka yang kurang hidup pada saat mendekati umur dua belas tahun.15 13) Tantrums (suka mengamuk atau memperlihatkan kesedihan tanpa alasan yang jelas). 14) Tidak tanggap terhadap isyarat kata-kata, bersikap seperti orang tuli. 15) Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya. 16) Menekuni permainan dengan cara aneh dalam waktu lama.16 Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, diagnosisnya bisa dilakukan sejak awal, dan intervensi bisa dimulai lebih dini. Karena hal ini akan mempengaruhi masa depan anak tersebut. Ciri-ciri tersebut merupakan ciri-ciri dini dari autisme atau merupakan prilaku yang menyebabkan berkurangnya kemampuan bersosialisasi sehingga timbul gangguan perkembangan seperti autisme. Bagaimanapun hasil penelitian diatas akan membuat kita lebih mengerti kapan autisme pada seorang anak akan timbul. Oleh karena itu sebagai orang tua dituntut untuk sedini mungkin tanggap akan perilaku anak. Bahkan dari setiap tindakan anak yang dianggap remeh sekalipun. Sampai sekarang ini sebab-sebab munculnya autis masih belum jelas walaupun sebagian besar ahli mendukung bahwa autis disebabkan gangguan organik otak.17 Teori-teori tentang penyebab autisme belum dapat diketahui dengan pasti. Ada sebagian ilmuwan berpendapat autisme terjadi karena faktor genetika. Tetapi, mengetahui penyebab pasti autisme memang sulit karena otak manusia itu sangat rumit. 14
Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran dan Terapi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus, hlm.61. 15
Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, hlm. 62.
16
D.S. Prasetyono, Serba-serbi Anak Autis ,hlm. 23.
17
Faisal yatim, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak, (Jakarta: Pustaka Pelajar Obor, 2002 ), cet. 7, hlm. 20.
10
Otak berisi lebih dari 100 miliar sel saraf yang di sebut neuron. Setiap neuron dapat memiliki ratusan atau ribuan sambungan yang membawa pesan ke sel saraf lain di otak dan tubuh. Dengan adanya sambungan-sambungan dan zatzat kimia pembawa pesan (neurotransmiter) itulah
kita dapat melihat,
merasakan, bergerak, mengingat, dan bekerja sama seperti seharusnya. Karena beberapa alasan, beberapa sel dan sambungan di otak anak autisme, terutama pada wilayah yang mengatur: komunikasi, emosi, dan indrawi tidak berkembang dengan baik atau bahkan rusak.18 Para ilmuwan masih mencoba memahami bagaimana dan mengapa hal ini dapat terjadi. Penyebab autisme belum dapat dipahami dengan pasti. para ilmuwan menemukan adanya problem kompleks neurobiologis (biologis otak), yang berbasis genetika, seperti halnya pada kondisi lain yang disebabkan oleh adanya kelainan pada kromosom yang diwarisi seorang anak. Sementara beberapa studi lain menduga autisme timbul karena berbagai penyebab, termasuk: 1) Alergi makanan 2) Akibat pemberian vaksin tertentu 3) Adanya penumpukan ragi (yeast) dalam saluran pencernaan 4) Terpapar racun-racun dari lingkungan Tetapi teori-teori tersebut belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Penelitian terkini membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara pemberian vaksin dan timbulnya autis. Penting juga untuk diingat bahwa autisme timbul bukan karena parenting yang buruk atau karena pengalaman traumatis.19 Selain itu kelainan prilaku dan kepribadian anak autis juga dapat disebabkan oleh kecelakaan, misalnya (jatuh dan terpukul) , karena demam panas tinggi atau keracunan makanan, minuman dan atau obat-obatan.
18
Andri Priyatna, Amazing Autism Memahami. Mengasuh, Dan Mendidik Anak Autis, (Jakarta: PT Gramedia, 2010), hlm. 20. 19
Andri Priyatna, Amazing Autism Memahami. Mengasuh, Dan Mendidik Anak Autis, hlm. 21.
11
b. Gambaran Unik atau Karakteristik Anak Autis Sebagai sindrom autis dapat menimpa seluruh anak dari berbagai tingkat sosial dan kultur. Hanya sering terdapat pada anak laki-laki , bisa sampai 3-4 kali dibanding anak perempuan, mungkin ada hubungan genetik. Sebagian besar penderita autis biasanya mengalami gangguan berbahasa. Kejadian autis di Negara maju sekitar 5-15/10.000 penduduk. Ciri yang sangat menonjol pada penderita autis adalah tidak adanya atau sangat kurangnya kontak mata dengan orang lain. Penderita autis bersikap acuh tak acuh bila di ajak bicara atau bergurau. Ia seakan akan menolak semua usaha interaksi dari orang lain termasuk dari ibunya. Ia lebih suka dibiarkan main sendiri dan melakukan suatu perbuatan yang tidak lazim secara berulang-ulang. Pada dasarnya anak autis mempunyai masalah atau gangguan dalam beberapa bidang: 1) Komunikasi a) Perkembangan bahasa lamban atau sama sekali tidak ada b) Anak tampak seperti tuli, atau sulit bicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna c) Kadang kata-kata yang di gunakan tidak sesuai dengan artinya. d) Mengoceh tanpa arti berulang- ulang, dengan bahasa tidak dapat di mengerti orang. e) Berbicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. f) Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya g) Senang meniru atau membeo( echolalia) h) Sebagian dari anak autis tidak berbicara( non verbal) atau sedikit berbicara ( kurang verbal) sampai usia dewasa. i) Senang menarik narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu. 2) Interaksi sosial a) Penyandang autisme lebih suka menyendiri. b) Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk bertatapan
12
c) Tidak tertarik bermain bersama teman. d) Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh. 3) Gangguan sensoris a) Saat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk. b) Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. c) Senang mencium, menjilat mainan atau benda-benda d) Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. 4) Pola bermain a) Tidak bermain seperti anak-anak lainnya. b) Tidak suka bermain dengan anak sebayanya. c) Tidak kreatif, tidak imajinatif. d) Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar-putar e) Sedang akan benda-benda berputar, seperti kipas angin, roda sepeda f) Dapat sangat dekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana g) Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif) h) Memperhatikan prilaku stimulasi diri seperti bergoyang- goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat televisi, lari atau berjalan bolak- balik, melakukan gerakan yang berulang-ulang. i) Tidak suka para perubahan. j) Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong. 5) Emosi a) Sering marah-marah tanpa alas an yang jelas, tertawa- tawa menangis tanpa alasan. b) Temper tantrum (mengamuk tidak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya kadang suka merusak dan menyerang. c) Kadang- kadang berperilaku menyakiti diri sendiri.
13
d) Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain20 Kadang-kadang penderita autis dapat berkembang normal namun pada usia tertentu terjadi gangguan perkembangan dan akhirnya mengalami kemunduran. Kebanyakan inteligensia anak autis rendah. Namun 20% dari anak autis masih mempunyai IQ> 70. Kemampuan khusus, seperti membaca, berhitung, menggambar, melihat penanggalan, atau mengingat jalanan yang banyak likalikunya kurang bisa mengimbangi anak sebayanya. Tetapi tidak seperti anak Down Syandrome yang idiot, atau anak yang gerakan ototnya kaku, pada anak dengan kelainan jaringan otak.21 Perilaku autisme digolongkan menjadi dua jenis yaitu: 1) Perilaku Eksesif( berlebihan) Perilaku eksesif ditandai hiperaktif dan tantrum( mengamuk) berupa menjerit, mengepak, menggigit, memukul, dan sebagainya. Terkadang dalam perilaku eksesif terjadi anak menyakiti diri sendiri( self abuse). 2) Perilaku Defisit( berkekurangan) Perilaku defisit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai( naik ke pangkuan ibu bukan untuk kasih sayang tetapi untuk meraih kue), defisit sensoris sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat misalnya tertawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab dan melamun.22
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kata-kata pendidikan
Islam tampak menunjukkan kepada muatan atau isi
pendidikan yang harus disampaikan kepada peserta didik. Pada tataran ini pendidikan Islam biasa disebut dengan pendidikan agama Islam (PAI); sebuah mata pelajaran
20
Dikdasmen Depdiknas, http://dikdasmendipdiknas. Dikdasmen depdiknas/kajian-pendidikan-anak-autis.
Putra
kembara.com/education/
21
Faisal Yatim, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak, hlm. 12.
22
Y. Handojo, Autisme, hlm, 13.
14
wajib yang disampaikan di sekolah atau madrasah sampai perguruan tinggi di Indonesia.23 Tidak ada pengecualian bagi seseorang yang ingin mengenyam pendidikan, Semua orang mendapatkan hak yang sama untuk melestarikan pendidikan sesuai kemampuan dan karakteristik individu masing-masing. Baik individu normal pada umumnya maupun individu yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus. Hal ini sebagaimana didasari oleh Undang- Undang dan peraturan pemerintah, bahwa individu yang mengalami kecacatan tubuh maupun mental (autisme) berhak memperoleh pendidikan, adalah sebagai berikut: Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 2 yang berbunyi: “Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.24 Dan juga dalam peraturan pemerintah pasal 19 ayat 1 yang berbunyi: “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup prakarya, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.25 a. Pengertian Pembelajaran PAI Adapun pendidikan merupakan usaha- usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. Islam mengarahkan gerakan pendidikan dan belajar pada tujuan moral yang baik. Karenanya, diusahakan agar proses pendidikan berpengaruh terhadap pembinaan individu dan masyarakat.26 Dari pengertian diatas, maka dapat diartikan bahwa pendidikan Islam adalah sebagai pusat- pusat pemelihara dan pengembangan nilai- nilai moral yang 23
Hery Noer Aly Dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), hlm. 5. 24
Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Bp. Cipta Jaya), hlm 8. 25
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Semarang : CV. Duta Nusindo , 2005), hlm. 21. 26
Hery Noer Aly Dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, hlm. 169.
15
berdasarkan agama Islam. Dan Islam telah menyumbangkan hal-hal sebagai pengimbang dari pendidikan yang tidak berdasar kan agama atau keagamaan. Dari situ pendidikan Islam dapat berfungsi sebagai the guardian of religious and moral values. Dan juga pendidikan Islam mempunyai nilai futuristis dalam arti mempersiapkan nilai-nilai abadi yaitu nilai- nilai ketuhanan.27 Menurut Ahmad Syar’i, pendidikan agama Islam ialah ikhtiar yang dilakukan oleh si pendidik dan atau terdidik dalam rangka terbentuknya kedewasaan jasmani dan rohani (kognitif, psikologis, dan efektif) terdidik sesuai dengan tuntunan ajaran Islam dalam rangka kebahagiaan hidup di duniawi, dan ukhrawi.28 Penyelenggaraan pendidikan dikatakan pendidikan agama Islam paling tidak harus memenuhi dua kriteria yaitu materi dan tujuan serta personil dan lembaga pengelolaannya harus Islami. Sedangkan menurut Achmadi, Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang lebih khusus ditekankan
untuk
mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu memahami menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Implikasi dari pengertian ini, pendidikan Islam merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan
Islam.29
Pendidikan
agama
Islam
berfungsi
sebagai
jalur
pengintegrasian wawasan Islam dengan bidang-bidang studi (pendidikan) yang lain. Jadi pengertian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk mengembangkan fitrah keberagamaan peserta didik agar mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
27
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2000), hlm. 15. 28
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam , (Jakarta Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 127.
29
Achmadi, Islam Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2005), hlm. 127.
16
Dalam pembelajaran PAI tidak terlepas dari persiapan, proses, dan evaluasi pembelajaran hal tersebut merupakan satu kesatuan pembelajaran yang terkait dan berkesinambungan. Maka, dari persiapan seorang guru harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah di modifikasi sesuai keadaan tempat dan karakteristik anak didik, sedangkan dalam prosesnya seorang guru dituntut untuk memberikan suasana yang menyenangkan dan ilmu yang bermakna terhadap anak didiknya, serta berkewajiban mengevaluasi hasil belajar anak didik yang bisa dilakukan secara tertulis, lisan atau praktek. Sehingga ketetapan metode dan kreasi guru sangat dikedepankan. Mengenai proses tata urutan pembelajaran mulai dari persiapan, proses dan tahapan evaluasi, lebih lanjut akan dipaparkan pada bab selanjutnya mengacu pada pelaksanaan model pembelajaran yang digunakan di SLBN Ungaran Semarang. Pendidik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada dasarnya merupakan motor penggerak yang harus mempunyai pribadi yang berakhlak, dengan indikatornya antara lain mempunyai disiplin yang tinggi, berwibawa, cerdas, gemar belajar, menguasai metode pengajaran dan memiliki jiwa kepemimpinan. Artinya, ia harus menunjukkan keteladanan sebagai sosok beragama yang baik dengan melaksanakan ibadah dan berakhlak luhur.30 Sebagaimana dalam AlQur’an surat An- Nahl ayat 125: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.( Q.S. An-Nahl: 125)31 Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa yang di upayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan maksud dan tujuan. Oleh karenanya segala kegiatan interaksi, metode, dan
30
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003), hlm 133. 31
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro), hlm. 235.
17
kondisi pembelajaran yang dikehendaki.32 Menurut pandangan E Mulyasa tentang teori pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perilaku ke arah yang lebih baik. 33 Dalam pembelajaran terdapat proses berinteraksi antara guru dengan siswa. Dan proses interaksi tersebut diharapkan akan terjadi perubahan perilaku pada diri siswa ke arah yang lebih baik. Pembelajaran yang dimaksud E. Mulyasa hampir sama dengan UU SISDIKNAS pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.34 Secara implisit, dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Jadi pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar sehingga terjadi perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran tidak hanya proses terjadinya perilaku ke arah yang lebih baik melainkan juga terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang inginkan. Belajar mengacu pada hasil apa yang ingin dicapai sedang pembelajaran adalah proses dari belajar. Dari berbagai uraian di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah proses interaksi siswa dengan pendidik
dan
sumber
belajar
pada
suatu
lingkungan
belajar
untuk
mengembangkan fitrah keberagaman siswa agar mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperhatikan
32
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 184. 33
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.
34
UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 6.
100.
18
tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. b. Tujuan Pembelajaran PAI Pada Anak Autis. Secara etimologi, tujuan adalah “arah, maksud, atau haluan”. Dalam bahasa arab, tujuan diistilahkan dengan “ghayal, ahdaf, atau maqosid”. Sementara dalam bahasa inggris diistilahkan dengan “goal, purpose, objectives atau aim”. Secara terminologi, tujuan berarti “sesuatu yang di harapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.”35 Tujuan dari pelaksanaan pendidikan agama Islam yang efektif dalam berbagai bidang, paling tidak, akan mengantarkan peserta didik memiliki ahlakul karimah. Ahlakul karimah inilah yang diharapkan akan membentuk peserta didik menjadi anak sholeh dalam kehidupannya, baik di sekolah, keluarga, maupun dalam lingkungan masyarakat.36 Dalam kaitan ini, pendidikan agama Islam diharapkan dapat concern terhadap upaya pembentukan kepribadian peserta didik dengan kecacatan neorobiologis yang didukung oleh lingkungan masyarakatnya, artinya nilai-nilai yang di tanamkan melalui PAI di sekolah hendaknya dijaga supaya tidak sampai berbenturan dengan nilai-nilai yang dianut diluar sekolah. Pendidikan agama Islam memang mempunyai peranan sangat penting dalam mewujudkan peserta didik yang tidak memiliki kepribadian, moral, sikap, dan intelektual tinggi. Secara umum, kepribadian dapat dibentuk melalui pendidikan di sekolah. Namun sekolah bukan satu-satunya yang berperan dalam mewujudkan anak yang sholeh. Upaya pendidikan agama Islam untuk mewujudkan kepribadian anak yang kokoh, mantap da dinamis dan tidak akan pernah maksimal manakala nilai-nilai diajarkan di sekolah tidak didukung dengan nilai-nilai di luar sekolah.37
35
Armai Arif , Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2000), hlm. 15. 36 37
Hery Noer Aly dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, hlm. 69. Hery Noer Aly dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, hlm. 5.
19
Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam terhadap anak autis adalah memberikan kemampuan dasar kepada anak tentang agama Islam, untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT serta berakhlak mulia sebagai insane pribadi, anggota masyarakat dan lingkungan sekitar. Tetap menjadi umat yang semangat berjuang tanpa patah arang, meskipun menyadari bahwasanya seseorang penuh dengan segala kekurangan. Watak pendidikan Islam jika dilihat dari filsafatnya adalah bersumber dari Al qur’an dan Hadist. Filsafat inilah yang akan melandasi proses operasional pendidikan Islam. Norma-norma yang dihasilkan dan cara pandangnya akan menjadi pedoman dalam menentukan isi, metode dan komponen-komponen sistem pendidikan Islam lainnya.38 Pendidikan merupakan proses yang suci untuk mewujudkan tujuan asasi hidup, yaitu beribadah kepada Allah dengan segala maknanya yang luas. Dengan demikian pendidikan merupakan bentuk ibadah tertinggi dalam Islam, dengan alam sebagai lapangannya manusia sebagai pusatnya dan hidup beriman sebagai tujuannya.39 Melalui agama, meskipun terhadap anak cacat, dapat ditemukan nilai-nilai universal yang dapat berfungsi memberikan jawaban tentang tujuan hidup hakiki umat manusia di dunia ini dan dapat menjadi pengendali, pengarah, serta kontrol, terhadap perkembangan sistem budaya dan peradaban moderen atau sekurangkurangnya mempunyai efek pengerem.40 Jarang orang menyadari bahwa kunci pendidikan terletak pada pendidikan agama di sekolah, dan kunci pendidikan agama di sekolah terletak pada pendidikan rumah tangga. Kunci pendidikan agama dalam rumah tangga adalah
37
Hery Noer Aly dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, hlm. 55.
39
Hery Noer Aly dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, hlm. 55.
40
Marno (ed), Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), Cet.1,
hlm. 63.
20
mendidik anak untuk menghormati Allah, orang tua, dan guru. Kunci menghormati Allah, orang tua dan guru terletak dalam iman kepada Allah.41 Pendidikan agama di sekolah bersifat membantu, terutama membantu dalam menambah pengetahuan agama anak. Memang sekolah juga di harapkan dapat menanamkan iman dalam hati anak- anak didiknya, tetapi kemungkinan berhasilnya sangat kecil. Oleh karena itu sekali lagi kerjasama sekolah dengan keluarga amat perlu.42 Pembelajaran agama Islam, pada anak autis di desain untuk memberikan pembelajaran yang terarah pada tujuan khusus, yaitu suatu pembelajaran yang tidak dapat diperoleh peserta didik tanpa melalui pendidikan sekolah. Dengan demikian, outcomes peserta didik dari pembelajaran yang direncanakan berisi pengalaman pendidikan yang menunjukkan bahwa berbagai jenis kapabilitas memungkinkan peserta didik untuk diakui keberadaannya.
3. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis a. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. 43 Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi
41
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 187. 42
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, hlm. 189.
43
Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 5.
21
tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.44 Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran. 45 Adapun pengertian dari pendekatan pembelajaran adalah suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pendekatan pembelajaran yang berdasarkan masalah dengan cara guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok kecil untuk bekerjasama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) groupindividual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Sedangkan metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
44
http//ahmadsudrajat.word press.com/2008/09/12/pendekatan, strategi, metode, tehnik-tehnik model pembelajaran di akses tanggal 18 Agustus jam 09.00 WIB. 45
Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 5.
22
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.46 Untuk lebih jelasnya, posisi hirarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar 1. Skema Desain Pembelajaran Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan 46
http//ahmadsudrajat.word press.com/2008/09/12/pendekatan, strategi, metode, tehnik-tehnik model pembelajaran di akses tanggal 18 Agustus jam 09.00 WIB.
23
pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan
dan
urutan-urutan
langkah
konstruksinya,
maupun
kriteria
penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun. Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan
yang
memadai
dalam
mengembangkan
berbagai
model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menemukan sumber-sumber literaturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada. b. Ruang lingkup Menurut pendapat Arends (1997: 7) yang dikutip oleh Trianto, S.pd, M.Pd, “The term teaching models refers to a particular approach to instruction that
24
includes its goals, syntax, environment, and management system.”, yang artinya istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. 47 Jadi, ruang lingkup model pembelajaran antara lain: 1) Pendekatan pembelajaran Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses dan sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.48 2) Tujuan pembelajaran Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa
yang hendak dicapai dan
dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.49
47
Trianto, S.Pd, M.Pd, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), hlm. 5-6 48
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 127. 49
http://m2hdewi.blogspot.com/2008/12/tutujuan-belajar-dan-pembelajaran.html di akses tanggal 19 Agustus 2011 jam 16.50.
25
3) Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran Sintaks adalah pola yang menggambarkan pola urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks atau pola urutan dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks atau pola berurutan dari bermacammacam model pembelajaran memiliki kumpulan-kumpulan yang sama, contohnya: setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. 4) Lingkungan pembelajaran Lingkungan pembelajaran dapat di artikan sebagai tempat dilakukannya suatu pembelajaran. Lingkungan pembelajaran meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Suatu kenyataan yang terjadi dalam kehidupan pembelajaran dewasa ini bahwa hasil pembelajaran banyak dipengaruhi oleh proses pembelajaran siswa, perencanaan pembelajaran, dan penataan lingkungan baik belajar maupun sosial dalam kelas, yang selanjutnya akan berdampak pada kualitas hasil belajar siswa 5) Sistem pengelolaan pembelajaran Sistem pengelolaan pembelajaran adalah suatu cara dan upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk menyukseskan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Pengelolaan pembelajaran dapat ditata atau di desain oleh guru itu sendiri. c. Komponen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis Sebagai suatu sistem, dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam terdapat beberapa komponen. Beberapa komponen tersebut yaitu tujuan, guru, siswa, materi, kurikulum, metode, media dan evaluasi. 1) Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis Tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis sebagaimana firman Allah surat A1-Baqarah ayat 31 yaitu:
26
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” (QS. AI-Baqarah: 31).50 Ayat diatas menafsirkan kewajiban manusia untuk mengupayakan dan menyelenggarakan
pendidikan
termasuk
Pendidikan
Agama
Islam.
Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidup manusia dan untuk mengembangkan potensi diri guna memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendali diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Islam memandang bahwa setiap manusia diciptakan untuk beribadah pada Allah SWT. Kewajiban ini mutlak adanya dan berlaku untuk semuanya selagi mereka tetap dalam keadaan sadar, dalam arti mampu menggunakan akal dan hatinya untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Kewajiban manusia dalam membutuhkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk pedoman hidup sehingga agama merupakan standardisasi nilai-nilai sosial dimasyarakat
dan
untuk
melestarikannya,
maka
sangat
diperlukan
penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Secara psikologis, agama sangat urgen diperlukan untuk memberikan bimbingan, arahan dan pengajaran bagi setiap muslim agar dapat beribadah dan bermuamalah dengan ajaran Islam. Kewajiban tersebut diatas tidak hanya berlaku bagi orang norma saja tetapi juga berlaku bagi orang yang terbelakang (autisme) atau cacat mental walaupun mereka mempunyai kelainan pada saluran saraf tertentu atau kelainan mental. Karena tujuan manusia hidup dunia hanya untuk beribadah dan menyembah Allah SWT. Sehingga untuk menjalankan syariat agama dengan benar seseorang harus memperoleh pengetahuan tentang hal tersebut 50
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, (Semarang: CV Alwaah, 1993), hlm. 14.
27
di atas. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Demikian pula dengan anak cacat mental atau terbelakang (autisme). Sedangkan tujuan akhir pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis adalah mengubah sikap mental dan perilaku tertentu yang dalam konteks Islam adalah agar menjadi seorang muslim yang terbina seluruh potensi dirinya sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah dalam rangka beribadah pada Allah, namun dalam proses menuju arah tersebut diperlukan adanya pendidikan.51 2) Guru Guru adalah pendidik, secara etimologi dalam bahasa arab identik dengan mualim ( )معلمdari kata allama ( )علمatau mudarris ( )مدرسdari kata darrasa ( )درسyang berarti mengajar, juga kata mu’addib ( )مؤدبdari kata addaba ( )ادبberarti mengajar dan murabbi ( )مربىdari kata raab ( )ربberarti mengasuh atau mendidik.52 Sedangkan secara terminologi pengertian guru menurut Syafruddin Nurdin adalah seseorang yang bukan hanya pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, akan tetapi dia seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis, dan menyimpulkan masalah yang dihadapinya.53 Seorang guru hendaknya bercita-cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta berprikemanusiaan yang mendalam. Seorang guru hendaknya memiliki kemampuan dasar atau kompetensi guru. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab.54 51
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.
169. 52
Aw. Munawir, Kamus al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: PP Yogyakarta, 1984), hlm. 504. 53
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), hlm. 8. 54
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm. 15.
28
Dalam UU no. 14 tahun 2005 Bab IV tentang guru dan dosen, kompetensi guru meliputi: a)
Kompetensi Pedagogik. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.55 Guru hendaknya memiliki kemampuan mengelola pembelajaran siswa. Kemampuan mengelola pembelajaran siswa harus dikuasai guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang kondusif dan efektif sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai.
b) Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.56 Seorang guru harus siap dan sedia terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya siap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, siap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaan. Seorang guru harus mencintai profesinya. Dengan mencintai profesinya maka ia akan berusaha untuk membentuk pribadi yang baik (berkepribadian) dan berakhlak baik. Berkepribadian matang dan berkembang memungkinkan ia dapat membimbing peserta didik dalam tahap perkembangannya, mempunyai ciri-ciri kepribadian yang kuat dan seimbang, mempunyai visi tentang etika tingkah laku manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat, kemandirian pendidik dapat 55
Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 tahun 2005) Bab 28 Pasal 28 Ayat 3 huruf a.
56
Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 tahun 2005) Bab 28 Pasal 28 Ayat 3 huruf b.
29
dilihat dan kemampuan dan kekuatannya serta keutuhannya dan keharmonisan sebagai pribadi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa.57 c)
Kompetensi Profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.58 Guru profesional hendaknya memiliki kemampuan penguasaan materi pembelajaran yang kuat dan luas. Pengetahuan ini perlu memberikan makna pada arah perkembangan siswa dan berubah melainkan berkembang menurut jenis pengalaman atau apapun yang dihayatinya. Sehingga guru autis akan lebih mudah dalam memahami peserta didik. Dan dengan menguasai IPTEK maka peserta didik dapat dibimbing untuk dapat mengikuti perkembangan IPTEK agar peserta didik tidak GAPTEK (gagap teknologi). Penguasaan IPTEK bagi seorang guru profesional bukanlah pengetahuan yang setengah-setengah, tetapi harus pengetahuan IPTEK yang tuntas, karena IPTEK itu sendiri berkembang dengan cepat. Guru yang tidak mempunyai dasar ilmu pengetahuan yang kuat akan tercecer dan tidak akan dapat mengikuti perkembangannya.59 Dari penjelasan tersebut di atas, haruslah terealisasi dalam bentuk ijazah. Dengan mempunyai ijazah seorang guru akan diakui tingkat kecerdasannya.
d) Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dan masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan 57
M. Mochtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Misaka Paksa, 2003), hlm. 100.
58
Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 tahun 2005) Bab 28 Pasal 28 Ayat 3 huruf c.
59
HAR Tilar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, (Magelang: Tera Indonesia, 1999), hlm. 293.
30
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.60 Seorang guru harus memiliki kompetensi sosial karena guru sebagai bagian dan masyarakat dan juga sebagai makhluk sosial yang membutuhkan komunikasi dan pergaulan. Komunikasi dan pergaulan dalam pembelajaran digunakan untuk menciptakan hubungan emosional antara guru dan peserta didik. Hubungan emosional yang baik antara guru dan peseta didik untuk memberi bimbingan, mengenal dan membangkitkan minat peserta didik terhadap ilmu, sehingga siswa benarbenar mengalami pembelajaran yang menyeluruh dan integral sesuai dengan tingkat perkembangan minat, bakat dan kecakapannya. Selain itu guru juga harus menjalin komunikasi dan pergaulan yang efektif terhadap sera pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa dan masyarakat sekitar guna mendukung jalannya proses belajar mengajar agar tujuan pendidikan tercapai. Dari keempat kompetensi di atas sudah barang tentu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lainnya. Keempat bidang tersebut mempunyai hubungan hirarkis, artinya saling mendasari satu sama yang lain, antara kompetensi yang satu mendasari kompetensi yang lainnya. 3) Siswa Siswa atau shaby ( )صبىberarti kanak-kanak sedangkan muta’aiim ()متعلم berarti orang yang belajar , thalib al-ulum ( )طلب العلمberarti orang yang mencari ilmu.61 Siswa adalah seseorang yang mencari ilmu. Siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena adanya faktor usia, intelektual dan lain-lain. Ciri yang sangat menonjol pada penderita autis adalah tidak adanya atau sangat kurangnya kontak mata dengan orang lain. Jadi, siswa autis bersikap acuh tak acuh bila di ajak bicara atau bergurau. Ia seakan akan menolak 60
Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 tahun 2005) Bab 28 Pasal 28 Ayat 3 huruf d.
61
AW. Munawir, Kamus al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, hlm. 645.
31
semua usaha interaksi dari orang lain termasuk dari ibunya. Ia lebih suka dibiarkan main sendiri dan melakukan suatu perbuatan yang tidak lazim secara berulang-ulang. Hal inilah yang membuat siswa autis perlu mendapatkan perhatian dan model pembelajaran yang khusus dalam melakukan proses pembelajaran. 4) Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis Kegiatan utama pendidikan yaitu dalam rangka menyampaikan materi, sehingga materi merupakan bagian terpenting dari pendidikan. Sedangkan materi yang diajarkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis meliputi sub bidang studi yaitu akidah akhlak, fiqih, al-qur’an hadist, sejarah Islam dan bahasa arab. Materi yang disampaikan pada siswa terangkum dalam kurikulum. 5) Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis Kurikulum adalah bahan-bahan Pendidikan Agama Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan saja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama Islam.62 Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam yang tertuang dalam KTSP yaitu meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dengan kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.63 Dalam hal ini, kurikulum pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis dapat dipilih, dimodifikasi dan dikembangkan oleh guru dengan bertitik tolak pada kebutuhan masing-masing anak autis berdasarkan hasil identifikasi. Hal ini dilakukan karena anak autis memiliki kemampuan yang berbeda serta proses perkembangan dan tingkat pencapaian program juga tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Pemilihan dan modifikasi
62
Zuhairini,et.al., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm.
59. 63
http://www.slbnsingkawang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=55&Itemid =76 selasa, 27 september 2011.
32
kurikulum juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan anak dan ketidakmampuannya, usia anak serta memperhatikan sumber daya lingkungan yang ada.64 Pelayanan pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis yang dimulai sejak dini (intervensi dini) dalam mengembangkan kurikulum mengacu pada: a) Program Pengembangan Ke1ompok Bermain (Usia 2-3 tahun) b) Program Taman Kanak-kanak (Usia 4-5 tahun) c) Kurikulum Sekolah Dasar d) Kurikulum SLB Tuna Rungu e) Kurikulum SLB Tuna Grahita Penyusunan program layanan Pendidikan Agama Islam dan pengajaran diambil dari kurikulum tersebut, dengan mempertimbangkan kemampuan dan ketidakmampuan (kebutuhan) anak dengan modifikasi.65 Sebelum menentukan materi Pendidikan Agama Islam, pertama-tama tim yang terdiri dari psikolog, psikiatri, dan terapi akan melakukan assessment observasi untuk mengetahui letak kekurangan anak. Bagi anak autis pertama-tama dilihat SDA atau skala derajat autis-nya, ditambah serangkaian tes sebagai langkah formal untuk mengumpulkan informasi, seperti melihat IQ anak, memeriksa persepsi visualnya dengan melihat kemampuan anak dengan membeda-bedakan bentuk, koordinasi motoriknya, serta ada-tidaknya gangguan konsentrasi.66 Namun tidak hanya anak, orang tua pun menjadi bahan observasi, misalnya psikolog, akan melihat apakah orang tua melatih anak secara teratur. Jadi lebih banyak informasi tentang profil belajar anak, lebih mudah pula perencanaan pendidikannya.
64
Putra
kembara.com/education/
65
Putra
kembara.com/education/
Dikdasmen Depdiknas, http://dikdasmendipdiknas. Dikdasmen depdiknas/kajian-pendidikan-anak-autis. Dikdasmen Depdiknas, http://dikdasmendipdiknas. Dikdasmen depdiknas/kajian-pendidikan-anak-autis. 66
Bonny Danuatmaja, Terapi Anak Autis Di Rumah, hlm. 176.
33
Adapun beberapa tahapan untuk mencapai ide, gagasan, pemecahan masalah, cara kerja, produk baru dan sebagainya dalam menentukan tujuan, kurikulum, metode dan materi Pendidikan Agama Islam yaitu: a) Tahap persiapan (preparation) ialah meletakkan dasar. Mempelajari latar belakang perkara, seluk beluk dan problematika. b) Tahap konsentrasi (concentration) ialah sepenuhnya memikirkan, masuk luluh, terserap dalam perkara yang dihadapi. c) Tahap inkubasi (incubation)
ialah tahap mengambil waktu untuk
meninggalkan perkara, istirahat, waktu santai. Mencari kegiatan-kegiatan yang melepaskan diri dari kesibukan pikiran mengenai perkara yang sedang dihadapi. d) Tahap iluminasi (illumination) ialah tahap AHA, mendapatkan ide gagasan, pemecahan, penyesuaian, cara kerja, jawaban baru. e) Tahap verifikasi/produksi (verifications/production) ialah menghadapi dan
memecahkan
masalah-masalah
praktis
sehubungan
dengan
perwujudan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, jawaban baru. Seperti menghubungi, meyakinkan, dan mengajak orang, menyusun rencana kerja dan melaksanakannya. 67 6) Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis Perkembangan mental siswa di sekolah antara lain meliputi kemampuan untuk bekerja secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam hendaknya memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi. Pembelajaran hendaknya memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik.68 Penggunaan metode yang tepat akan menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga metode pembelajaran
67
David Campbell, Mengembangkan Kreatifitas oleh A. M. Mangunharjana, (Yogyakarta, Kanisius, 2005), Cet. 17, hlm. 15 68
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 107.
34
Pendidikan Agama Islam hendaknya dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis disesuaikan dengan usia anak, kemampuan, serta hambatan yang dimiliki anak saat belajar dan gaya belajar atau learning style masing-masing anak.69 Berikut beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru. a) Metode Drill Drill
atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh
ketangkasan atau keterampilan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disembuhkan dan disiap-siagakan.70 Dengan metode drill maka akan terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut akan menjadi baik dan buruk tergantung proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru. b) Metode Karya Wisata Metode karya wisata adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan mengajak para siswa keluar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa atau tempat yang ada kaitannya dengan pokok pembahasan.71 Metode ini akan memberikan pengetahuan yang luas terhadap pokok masalah atau pembahasan dengan melihat atau menunjukkan benda atau lokasi yang sebenarnya. Selain itu metode ini dapat melatih siswa bersikap terbuka, objektif dan memiliki pandangan yang luas terhadap dunia. Metode ini baik untuk mengembangkan sosialisasi siswa terhadap lingkungan sekitar. c) Metode Ganjaran dan Hukuman Metode ganjaran atau hukuman adalah metode yang digunakan alQur’an guna memberikan ancaman hukuman atau sanksi terhadap 69
Anak Autis Juga Bisa Belajar, http://Puterakembara.com/puterakembara/anak-autis-jugabisa-belajar/, diakses tanggal 18 Januari 2011. 70
Busyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. 1, hlm. 53. 71
Busyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, hlm. 55.
35
mereka yang melakukan perbuatan jahat/kesalahan.72 Metode ini menghendaki guru memberi hukuman atau sanksi siswa apabila siswa berbuat tidak baik dan guru memberikan ganjaran atau hadiah apabila siswa berbuat baik sebagai wujud kepedulian guru terhadap siswa. Namun pemberian ganjaran dan hukuman harus disesuaikan dengan kualifikasi perilaku siswa, baik tingkat kebaikan atau prestasi yang mereka capai maupun kesalahan yang mereka perbuat. d) Metode Demonstrasi Metode demonstrasi ialah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.73 Metode ini menghendaki guru lebih aktif. Guru yang memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau cara kerja suatu benda kepada peserta didik. Demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sekedar memberikan pengetahuan yang sudah diterima begitu saja oleh peserta didik, sampai pada cara agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah.74 Dari beberapa metode di atas tidak banyak metode yang dikembangkan bagi anak autis. Karena anak autis tidak faham apabila diterapkan metode seperti anak normal. Dari beberapa di atas, metode drill dinilai sangat efektif untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis jika penerapannya pada siswa yang berusia kecil (autis infantile). Karena anak kecil memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis, metode pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam
72
Ahmad Syar’i, Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam. hlm. 75.
73
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 201. 74
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, hlm. 107.
36
menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa siswa. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Al-Lukman ayat 18 dan 19: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.75 7) Media pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis Secara menyeluruh, pola media pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis terdiri dari: a) Bahan-bahan atau membaca (supplementary materialis) Misalnya, buku, komik, koran, majalah, buletin, folder, periodical, pamflet, dan lain-lain. b) Alat-alat audio visual, alat-alat yang tergolong ini seperti: (1) Media pendidikan tanpa proyeksi misalnya papan tulis, papan temple, papan planel, bagan diagram, grafik, karton, komik, gambar. (2) Media pendidikan ada tiga dimensi, misalnya pada benda asli dan benda tiruan contoh, diorama, boneka dan lain-lain. (3) Media yang menggunakan teknik atau maksimal Alat-alat yang tergolong dalam kategori ini meliputi film strip, film, radio, televisi, laboratorium elektro perkakas atau instruktif, ruang kelas otomotif, sistem interkomunikasi dan komputer.
75
Anak Autis Juga Bisa Belajar, http://Puterakembara.com/puterakembara/anak-autis-jugabisa-belajar/, diakses tanggal 18 Januari 20011.
37
(4) Sumber-sumber masyarakat. Berupa obyek-obyek peninggalan sejarah, dokumentasi bahanbahan masalah-masalah dan sebagainya. (5) Kumpulan benda-benda Berupa benda-benda yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari misalnya potongan kaca, benih, bibit, bahan kimia, darah dan lain-lain. (6) Contoh-contoh yang diberikan oleh guru Meliputi semua contoh yang dipertunjukkan oleh guru waktu mengajar, misalnya dengan tangan, kaki, gerakan badan, mimik dan lain-lain.76 Adapun bahan pertimbangan dalam menentukan media yang tepat untuk anak autis didasarkan pada: a) Tujuan instruksional yang telah ditetapkan. b) Isi materi yang disajikan. c) Kemampuan guru untuk menggunakan media tertentu. Sebelum menggunakannya, guru harus menguasai penggunaannya dengan sebaik-baiknya. d) Tersedianya waktu untuk menggunakannya. Dengan tersedianya waktu menjadikan media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung. e) Media pembelajaran yang dipakai sesuai dengan taraf berfikir siswa.77 8) Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis Evaluasi merupakan cara pemberian penilai terhadap hasil belajar siswa. Evaluasi dalam Pendidikan Agama Islam digunakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya dalam proses belajar mengajar. Evaluasi yang digunakan secara teratur dengan tujuan agar dapat melihat kemajuan atau perkembangan siswa. 76
Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: RaSAIL, 2005), hlm. 132.
77
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 2, hlm. 150-151.
38
Dalam melakukan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis, melibatkan 3 aspek pokok selain perilaku sasaran, yaitu: a) Kondisi sebelumnya yang melatarbelakangi perilaku nonadaptif atau maladjustment. b) Karakteristik khusus dari siswa yang bersangkutan yang bersifat pribadi. c) Konsekuensi
yang akan diterima setelah dilakukannya program
pembelajaran individual.78
78
Bandi Delphie, Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm. 7.
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Dalam penulisan skripsi ini digunakan jenis penelitian lapangan (field research), yaitu riset yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala.1 Di sini peneliti mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, disebut kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.2 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian.3 Penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Pembicaraan yang sebenarnya, isyarat dan tindakan sosial lainnya adalah bahan mental untuk analisis kualitatif.4 Oleh karena itu penelitian ini tidak melibatkan perhitungan, maka hasil yang diperoleh berupa data yang berwujud katakata tertulis atau lisan orang yang diamati.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini adalah SLB Negeri Ungaran dan dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2011- 11 September 2011. Dengan melakukan wawancara dengan guru yang bersangkutan yaitu guru mata pelajaran PAI untuk mendapatkan informasi tentang model pembelajaran yang digunakan pada SLBN Ungaran tersebut.
1
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM, 1997), hlm. 11. 2
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
8. 3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 6. 4
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 150.
40
C. Sumber Data Sumber data adalah subyek di mana data dapat diperoleh.5 Data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber data yaitu primer dan sekunder. 1. Data Primer Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.6 Sumber data yang akan dijadikan bahan penulisan skripsi di antaranya adalah orang-orang kunci (key person) yang meliputi: guru, kepala sekolah, dan staf sekolah. Peneliti beranggapan bahwa orang-orang kunci tersebut di atas adalah orang-orang yang dirasa lebih mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah sumber data yang didapat tidak langsung, yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip atau arsip resmi maupun buku-buku yang ditulis orang lain yang berkaitan dengan judul yang penulis teliti.7 Yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah data yang mendukung baik berasal dari buku, dokumentasi, arsip, maupun informasi lain yang relevan dengan penelitian ini.
D. Fokus Penelitian Adapun fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran PAI yang meliputi materi, metode, media bagi anak autis di SLBN Ungaran (studi kasus pada pembelajaran di kelas awal).
E. Tehnik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan dua macam metode yaitu:
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 213. 6
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
7
Azwar Saifuddin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset IKAPI, 1998), hlm.
225. 91.
41
1. Library Research Salah satu yang perlu dilakukan dalam persiapan penelitian adalah menggunakan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dan juga informasi yang tersedia. Pemanfaatan perpustakaan ini di perlukan baik untuk penelitian lapangan maupun penelitian bahan dokumentasi. Tidak mungkin suatu penelitian dapat dilakukan dengan baik tanpa orientasi pendahuluan di perpustakaan.8 Dalam hal ini penulis akan memanfaatkan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan yang berupa buku-buku ilmiah, majalah, skripsi, dan lain sebagainya yang berkaitan tentang anak autis dan pembelajaran PAI bagi anak autis. 2. Field Research Metode yang kedua field research
yaitu data yang diambil dari lapangan
dengan menggunakan beberapa metode diantaranya yaitu: a. Metode Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan data dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki dengan menggunakan indra (mata) yang langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi.9 Jadi penelitian dengan observasi langsung, yakni pengamatan yang dilakukan terhadap gejala yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung oleh observer. Metode
ini
peneliti
gunakan untuk mengamati
bagaimana
model
pembelajaran PAI terhadap anak autis di SLBN Ungaran. b. Metode Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur
8
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES 2001 ), Cet 1, hlm.70.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007). Hlm. 213.
42
dimana dalam pelaksanaannya bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.10 Metode ini digunakan dalam mengambil data yang belum tercatat dalam dokumentasi di SLBN sehubungan dengan proses pembelajaran yang berlangsung. Kepala sekolah, para guru-guru, staf –staf lainnya. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.11 Metode ini peneliti pergunakan untuk mengambil data tentang keadaan geografis SLBN (letak, bangunan, fasilitas-fasilitas pembelajaran, dan sarana dan prasarana dan lain sebagainya yang ada di SLBN terkait).
F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unitunit, menyusun ke dalam pola, memilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.12 Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan teknik deskripsi analitik, yaitu data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumusan statistika, namun data tersebut dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan sesuai kenyataan realita yang ada di lapangan. Hasil analisa berupa pemaparan gambaran mengenai 10
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung Alfabeta, 2008), hlm. 66.
11
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 240.
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm. 244.
43
situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Uraian pemaparan harus sistematik dan menyeluruh sebagai satu kesatuan dalam konteks lingkungannya juga sistematik dalam penggunaannya sehingga urutan pemaparannya logis dan mudah diikuti maknanya. Jadi analisis ini meneliti tentang model pembelajaran PAI bagi anak autis di SLBN Ungaran (Studi Kasus pada Pembelajaran di Kelas Awal). Adapun langkah-langkah analisis data kualitatif deskriptif sebagai berikut: 1. Data Reduction (reduksi data) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.13 2. Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pie card, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm. 247.
44
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.14 3. Kesimpulan (Conclusion) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 15 Jadi setelah peneliti mencari, mereduksi dan mendisplay data tentang model pembelajaran PAI bagi anak autis di SLBN Ungaran, kemudian langkah selanjutnya adalah memberikan kesimpulan dari data-data yang sudah didisplai tersebut, yang setidaknya dapat menjawab rumusan masalah yang ada mulai dari mendapatkan gambaran tentang perkembangan-perkembangan yang terjadi sampai menemukan faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan itu terjadi.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 249.
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 252.
45
BAB IV MODEL PEMBELAJARAN PAI DI SLBN UNGARAN
A. Sekilas tentang SLB Negeri Ungaran 1. Sejarah SLB Negeri Ungaran Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Ungaran merupakan satu satuan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1983. Sebelum menjadi Sekolah Luar Biasa (SLB) yang membawahi jenjang dasar hingga menengah, sekolah ini hanyalah Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) saja. Pertama kali terbentuk sebagai SDLB adalah karena program pemerintah yang bernama Sekolah Dasar Inpres Khusus 1983 dengan tujuan menuntaskan wajib belajar bagi para penyandang cacat di Kabupaten Semarang. Meskipun SDLB tersebut sudah berdiri, namun keberadaan siswa masih belum maksimal pada waktu itu. Belum ada orangtua yang mendaftarkan anak-anak mereka yang mempunyai kebutuhan khusus dalam pendidikan. Hingga pada akhirnya proses jemput bola dilakukan oleh sekolah. Setelah pengangkatan guru pendidikan luar biasa pada tanggal 1 April 1983, barulah guru-guru tersebut melakukan pencarian anak berkebutuhan khusus, tentu saja melalui kerja sama dengan Pamong Desa. Guru-guru sudah berusaha mengunjungi tiap-tiap rumah yang mempunyai anak berkebutuhan khusus, namun mereka hanya berhasil menjaring 10 anak saja dengan dua macam kelainan, yaitu tunarungu dan tunagrahita. Sepuluh siswa tersebut ditangani oleh empat orang guru tanpa seorang Kepala Sekolah. Meskipun begitu sekolah berjalan dalam pengawasan langsung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Ungaran. Setelah satu tahun berjalan, jumlah siswa di SLB tersebut semakin bertambah. Hingga pada akhirnya tepat pada tanggal 17 Februari 1984 Sekolah Luar Biasa Negeri Ungaran tersebut diresmikan oleh Bupati Semarang, Ir. Susmono. Waktu itu baru ada empat ruang kelas dengan jumlah guru sebanyak 8 orang. Kepala Sekolah mulai ada sejak awal tahun 1985, akan tetapi kepala sekolah tersebut masih belum mempunyai kapasitas yang sama dengan pendidikan luar biasa. Hingga proses pembelajaran yang berlangsung pun masih banyak menemui kendala. Pelayanan
46
yang seharusnya lebih banyak karena menangani anak berkebutuhan khusus belum maksimal. Selama SDLB mulai berdiri hingga sekarang sudah mengalami empat kali pergantian Kepala Sekolah, yaitu: a. Tahun 1985 Bapak Ag. Trimanto b. Tahun 1991 Bapak Sutrisno c. Tahun 1992 Bapak Indarso d. Tahun 1996 Bapak Asngari, S. Pd (berpendidikan S1 PLB) Pada akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Nomor. 421.8124689 yang ditetapkan di Semarang tanggal 25 Juni 2007 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) tersebut berubah fungsi menjadi SLB yang membawahi jenjang pendidikan mulai dari Taman KanakKanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Jenis pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di SLB Negeri Ungaran Kabupaten Semarang saat ini, yaitu pendidikan bagi: a. Tunanetra (A) dari TKLB sampai SMALB b. Tunarungu (B) dari TKLB sampai dengan SMALB c. Tunagrahita ringan (C) dari TKLB sampai dengan SMALB d. Tunagrahita sedang (C1) dari TKLB sampai dengan SMALB e. Tunadaksa ringan (D) dari TKLB sampai dengan SMALB f. Tunadaksa sedang (D1) dari TKLB sampai dengan SMALB g. Tunaganda h. Autis dan terapinya
2. Visi Misi SLB Negeri Ungaran SLB Negeri Ungaran mempunyai visi: “Terwujudnya pelayanan yang optimal bagi anak berkebutuhan khusus agar mandiri dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat yang dilandasi Iman dan Taqwa”. Visi tersebut mencerminkan citacita sekolah yang berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi yang dimiliki anak, untuk dikembangkan sesuai dengan norma dan harapan masyarakat.
47
Sedangkan untuk mewujudkan visi tersebut, SLB Negeri Ungaran menentukan langkah-langkah strategis yang terkandung dalam misi sebagai berikut: a. Membentuk kepribadian anak yang berbudi luhur, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki secara optimal. c. Memberikan pelatihan dan ketrampilan sebagai bekal hidup mandiri di tengah masyarakat.
3. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Jumlah guru dan tenaga pendidik ada 22 orang dengan pendidikan sarjana sebanyak 18 orang, PLB setara dengan D2 sebanyak 4 orang, seorang Kepala Sekolah dengan pendidikan Sarjana Pendidikan Luar Biasa. Jumlah tenaga administrasi sebanyak 5 orang dengan jenjang pendidikan seorang Sarjana Administrasi Negara, seorang D1 Akuntansi, seorang D3 Administrasi Perkantoran, dan 2 orang lulusan SLTA.
4. Keadaan Peserta Didik Jumlah seluruh siswa menurut data bulan Juli 2011 siswa SDLB sebanyak 118 siswa dengan klasifikasi ketunaan A (tunanetra) sebanyak 2 anak, B (tunawicara / rungu) sebanyak 41, C (tunagrahita ringan) sebanyak 79 anak, C1 (tunagrahita sedang) sebanyak 43, D (tunadaksa ringan) sebanyak 7 anak, D1 (tunadaksa sedang) sebanyak 3 anak, E (tunalaras) 0, seorang anak autis, dan 2 anak tunaganda. Sedangkan menurut jenjang pendidikannya 9 anak di TKLB, 118 SDLB, 47 di SMPLB, dan 12 di SMALB. Adapun prestasi yang pernah diraih siswa SLB Negeri Ungaran antara lain: a. Juara II Seni Rupa dan Juara I lari 100 M Pekan Seni dan Olahraga Tingkat Karesidenan Semarang. b. Juara I Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Harapan III tingkat Nasional Lomba Kreativitas Anak Luar Biasa.
48
c. Juara I Kreativitas Seni Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Juara III untuk jenis lomba Cerdas Cermat Pertamuan Pramuka Luar Biasa. d. Juara II Tingkat Provinsi Jawa Tengah Lomba POSENI PLB untuk jenis lomba meniti Balok.
5. Struktur Organisasi Struktur organisasi di SLB Negeri Ungaran terdiri dari seorang kepala sekolah yang memimpin semua jenjang pendidikan baik TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Kemudian kepala sekolah dibantu oleh Wakasek Kurikulum, Wakasek Sarpras, Wakasek Humas, dan Wakasek Kesiswaan. Di semua jenjang hanya ada penanggungjawab kelas yang dilimpahkan kepada seorang wali kelas. Akan tetapi karena melihat jumlah siswa yang relatif, wali kelas sebagian merangkap dua atau bahkan tiga kelas. Adapun untuk guru agama sekarang ini sudah berdiri sendiri, artinya sudah ada guru khusus PAI, meskipun itu hanya untuk Pendidikan Agama Islam saja. Sedangkan untuk agama lain masih menggunakan guru kelas yang beragama sama, seperti Katolik dan Kristen. SLB Negeri Ungaran mempunyai komite sekolah yang diambilkan dari salah satu wali murid. Fungsinya adalah sebagai pengawas dan pengevaluasi seluruh kegiatan operasional sekolah. Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut: Kepala Sekolah
: Asngari, S. Pd
Waka Kurikulum
: Ahmad, S. Pd
Waka Sarpras
: Lilik Widyawati, S. Ip
Waka Humas
: Puryanta, S. Pd
Waka Kesiswaan
: M. Kuri, S. Pd
Komite Sekolah
: Sudarto
Wali Kelas
: Guru kelas masing-masing.
Berikut adalah Wali Kelas untuk jenjang SDLB jurusan C dan C1:
49
Tabel. 1 Daftar Walikelas SDLB Jurusan C dan C1 JURUSAN
KELAS
I II III IV V VI
C
C1
Herlina Nuryati S. Hartini, S. Pd Siti Suminah Siti Suminah Siti Suminah Suharto
Lin Apriyana, S. Pd Suyati, S. Pd Suyati, S. Pd Wiwik Dwi Hepiningsih Wiwik Dwi Hepiningsih Sri Dwisa Yuniati, S. Pd
6. Pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak autis di SDLB Negeri Ungaran Pelaksanaan pembelajaran PAI di SDLB Negeri Ungaran diampu oleh dua guru PAI yaitu Fauzul Adzim, S. Pd. I dan Fitriningsih, S. Pd. I. Pembelajaran PAI yang sudah terlaksana di SDLB Negeri Ungaran selama ini tidak jauh berbeda dengan pembelajaran pada umumnya, akan tetapi ada beberapa teknik khusus dalam menyampaikan materi pada anak berkebutuhan khusus salah satunya anak autis. Di SDLB Negeri Ungaran, pembelajaran anak autis pada kelas awal dilaksanakan satu kelas dengan anak tunagrahita pada kelas C1. Materi PAI diajarkan dua jam dalam satu minggu. Materi yang disampaikan pada pembelajaran PAI pada anak autis, menekankan pada tanggung jawab pribadi peserta didik dalam menjalankan ibadah, misalnya shalat dan doa-doa harian. Beberapa metode yang diterapkan dalam pembelajaran PAI diantaranya adalah metode ceramah dan latihan hafalan. Guru PAI selalu membimbing peserta didik untuk menghafal surat-surat pendek pada setiap pertemuan. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara guru membimbing peserta didik untuk latihan hafalan sebelum memulai ceramah materi pelajaran PAI.1 Pada pembelajaran materi baca tulis A1-Qur’an (BTQ), anak autis di kelas awal (C1) mulai diperkenalkan huruf-huruf hijaiyah mulai dari huruf alif sampai huruf ya. Kitab yang menjadi pegangan adalah kitab Yanbu’a. Dalam memperkenalkan dari setiap huruf hijaiyah tersebut, guru menggunakan metode drill yaitu dengan membimbing peserta didik untuk membaca secara berulang-ulang huruf hijaiyah yang diajarkan. 1
Dokumen RPP Mata Pelajaran Agama Islam SLB Negeri Ungaran Tahun 2010-211.
50
B. Kurikulum PAI untuk anak Autis 1. Kurikulum PAI di SDLB Negeri Ungaran Mata pelajaran PAI termasuk dalam kelompok mata pelajaran agama dan ahklak mulia. Kelompok mata pelajaran agama dan ahklak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik dan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa serta berbudi luhur, mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Ungaran khususnya di SDLB C,C1,D1,dan G mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Menumbuh
kembangkan
aqidah
melalui
pemberian,
pemupukan,
da
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, penbiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya terhadap Allah SWT. b. Mewujudkan manusia indonesia yang taat beragama dan berahklak mulia yaitu manusia yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, serta menjaga harmoni seacara personal dan sosial. Kurikulum PAI bagi anak-anak autis di SLB Negeri Ungaran cenderung sama dengan kurukulum sekolah umum, hanya saja ada penurunan kelas. Artinya kurikulum PAI yang diterapkan adalah hasil modifasi dari kurikulum PAI yang ada. Sebab sejauh ini, belum ada kurikulum PAI khusus bagi SLB. Salah satu contoh pelaksanaan kurikulum dengan model penurunan kelas adalah kurikulum untuk anak SD kelas enam menggunakan kurikulum anak kelas 4 SD. Hal iti dikarunakan tingkat kecerdasan yang mememng tidak bisa dipaksakan untuk anak-anak autis tersebut. Materi kurikulum yang palinh ditekankan adalah hafalan surat- surat pendek serta bacaan sehari-hari. Karena hanya itulah yang dapat digunakan oleh siswa dalam rangka mempersiapkan kehidupan yang mandiri bagi mereka . materi yang lain memang perlu, seperti menulis bahasa arab dan latin atau membaca. Akan tetapi efektifitas melatih mereka menulis dan amembaca itu lebih kecil dibanding mengajari meraka sholat.
51
Kurikulum buka mata pelajaran PAI, kurikulum buku untuk pelajaran PAI bagi sekolah bagi sekolah luar biasa memang belum ada. Jadi di SLB tersebut para guru PAI hanya menggunakan materi-materi dari kurikuum umum saja.
2. Kurikulum PAI bagi anak autis di SDLB Negeri Ungaran Kurikulum yang dipergunakan dalam pembelajaran PAI bagi anak autis di SDLB Negeri Ungaran Semarang masih mengikuti pola kurikulum yang dipergunakan untuk anak-anak tunagrahita. Hal ini disebabkan belum ada kurikulum khusus yang mengacu pada anak-anak autis. Sehingga kurukulum tunagrahita harus disederhanakan oleh guru masing-masing yang sebisa mungkin dirancang dan diterapkan sesuai dengan kebutuhan anak. Sebagai akibatnya, terkadang terjadi perbedaan penyusunan dan penerapan kurikulum antara sekolah satu dengan yang lain meskipun sama-sama menghadapi anak autis. Hal tersebut dipengaruhi oleh keterampilan dan kekreatifan tiap-tiap guru dalam kemampuannya mengembangkan kurukulum yang telah disederhanakan. Kurikulum tunagrahita digunakan karena kecocokan yang disandang oleh anak tunagrahita hampir sama dengan kelainan yang diderita oleh anak autis. Berdasarkan asumsi masyarakat, suatu kelainan yang disandang oleh anak autis lebih berat jika dibanding anak tunagrahita. Namun selama dalam pengamatan penulis, kurukulum yang diterapkan dalam pada anak-anak autis di SDLB Negeri Ungaran Semarang ini sudah cukup baik. Karena guru sudah terus berupaya memilihkan standar materi yang cocok untuk anak didiknya. 2 Pada dasarnya, kurikulum dan silabus SDLB atau sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung, serta kemampuan berkomunikasi. Adapun draft Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk pembelajaran PAI bagi anak autis pada kelas awal adalah sebagai berikut:3
2
Wawancara dengan bapak Ahmad, selaku wakil kepala sekolah pada tanggal 31 Oktober
3
Dokumentasi Kurikulum SLBN Ungaran.
2011.
52
Kelas I, Semester 1 Standar Kompetensi Al Qur’an 1. Melafalkan Al Qur’an surat pendek pilihan
Kompetensi Dasar 1.1 Menirukan QS Al-Ashr 1.2 Menirukan kembali lafal QS Al-Ashr dengan lancar
Aqidah 2. Menyebutkan Rukun Iman Ahlak 3. Membiasakan perilaku terpuji
Fiqih 4. Mengenal tatacara bersuci (thaharah)
2.1 Menunjukkan ciptaan Allah SW 2.2 Menyebutkan enam Rukun Iman
3.1 Menunjukkan perilaku jujur 3.2 Menunjukkan perilaku tertib 3.3 Melakukan perilaku tertib
4.1 Menyebutkan arti bersuci 4.2 Mencontoh tatacara bersuci
Kelas I, Semester 2 Standar Kompetensi Al Qur’an 5. Melafalkan Al Qur’an suratsurat pendek pilihan Aqidah 6. Melafalkan dua kalimat syahadat Akhlak 7. Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi Dasar 5.1 Mencontoh QS Al Ikhlas 5.2 Menirukan kembali QS Al Ikhlas dengan lancar
6.1 Mencontoh bacaan syahadat tauhid dan syahadat rasul 6.2 Menirukan kembali dua kalimat syahadat 7.1 Menampilkan perilaku hormat terhadap orang tua dan guru 7.2 Menampilkan adab makan dan minum
53
Fiqih 8. Membiasakan bersuci (thaharah)
8.1 Mencontoh tatacara bersuci 8.2 Mencontoh berwudlu dengan tertib
Dari SKKD tersebut, guru PAI kemudian membuat silabus dan beberapa rencana pelaksanaan pembelajaran pada anak autis dengan materi pokok yang berbeda-beda misalnya, materi rukun iman, rukun islam, membaca dan menulis alqur’an, doa-doa harian, surat-surat pendek, sholat, dan wudhu. Semua telah memuat materi yang sudah sangat disederhanakan yang telah diatur dalam tiap pertemuan. Hal ini dilihat dari pembatasan pemunculan poin-poin materi yang akan diajarkan. Misalnya, tentang tema huruf hijaiyah, maka tidak semua huruf-huruf hijaiyah itu diajarkan seluruhnya, tapi hanya disajikan mulai huruf alif sampai ra’. Dalam tema sholat, disitu lebih ditekankan rukun fi’liyahnya dari pada rukun qauliyahnya, sehingga dalam prakteknya rukun fi’liyah lebih diutamakan. Dalam tema wudhupun juga lebih ditekankan pada tata urutan gerakan yang ditampilkan dan bisa dipraktekan secara langsung oleh siswa.
C. Model Pembelajaran PAI bagi Anak Autis di SLBN Ungaran Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Adapun model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik, media dan evaluasi pembelajaran. 1. Pendekatan Adapun beberapa pendekatan yang digunakan pada pembelajaran anak autis di SDLB Negeri Ungaran, antaralain : a. Pendekatan Klasikal Pembelajaran PAI di SDLB Negeri Ungaran dilaksanakan dengan model khusus, diantaranya yaitu klasikal individual. Klasikal individual merupakan bentuk pendekatan pembelajaran dimana pembelajaran ini mengarah pada pendekatan klasik dan individual, guru memegang peran yang cukup dominan
54
dalam mengendalikan kelas, akan tetapi hal tersebut disertai dengan perhatian penuh kepada setiap peserta didik dan memahami satu persatu kebutuhan mereka. Di sekolah-sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus, guru perlu memberikan perhatian khusus pada satu per satu peserta didik yang mana dalam hal ini penulis menghususkan pada penderita autis. Penderita autis memiliki gaya pemahaman yang berbeda, karena pada dasarnya otak mereka memproses informasi dengan cara berbeda. Mereka mendengar, melihat dan merasa tetapi otak mereka memerlukan informasi ini dengan cara berbeda. Adanya proses informasi yang berbeda tersebut menyebabkan gangguan pada bidang komunikasi, bahasa, pemahaman sosial dan pemahaman pervasive (kemauan). Jadi, guru dituntut untuk dapat mengetahui bagaimana caranya agar dapat memberikan pemahaman kepada setiap peserta didik. Anak autis ditempatkan satu kelas dengan anak tunagrahita yang mana dalam hal ini guru-guru PAI di sekolahan tersebut menekankan proses hafalan pada surat-surat pendek dan doa-doa harian. Menekankan proses mengingat gerakan shalat, wudhu, dan sebagainya. b. Pendekatan Individu Guru PAI perlu memberikan perhatian penuh kepada semua anak, yaitu dengan menatap langsung mata mereka serta menuruti kemauan mereka satu per satu. Dalam menyampaikan materi bacaan do’a harian misalnya, guru juga perlu melakukan pendekatan individu ini dengan mengajari pelan-pelan bacaan do’anya yang menggunakan bahasa Arab, sehingga bacaan siswa betul-betul benar. Dengan kedekatan guru dan murid dalam pembelajaran agama ini, posisi guru seperti orangtua dan siswa sebagai anak. Atau dapat juga seperti kakak adik yang membuat minat siswa autis belajar semakin meningkat. Jadi, dalam hal ini pendekatan individu sangat diperlukan. Dapat dikatakan bahwa anak autis memiliki dunia sendiri, mereka memiliki gaya pemahaman yang berbeda yang mana otak mereka memproses informasi dengan cara berbeda, hal ini menyebabkan fokus dalam memberikan perintah juga merupakan hal yang penting dilakukan. Seorang anak tidak bisa begitu saja
55
bereaksi jika hanya diperintahkan sekali atau dua kali. Oleh karena itu harus diberikan perintah yang berulang-ulang. Pendekatan individu juga harus dilakukan di luar kelas, seperti pada saat istirahat. Memberikan pemahaman tentang suatu hal pada saat di kantin atau di perpustakaan. Jadi, pendekatan individu ini menjadi bagian yang sangat urgen dalam rangka mendekati kejiwaan siswa yang memang mempunyai kelainan fisik dan mental.4
2. Strategi Beberapa strategi pembelajaran PAI yang diterapkan di SLBN Ungaran, antaralain strategi pembelajaran ekspositori dan strategi komunikasi efektif. a. Strategi pembelajaran ekspositori Ekspositori merupakan strategi yang menekankan proses memori anak, serta peran guru yang signifikan dalam segala proses belajar anak. Anak hanya dituntut untuk mengingat dan mengerjakan sesuatu yang mereka ingat. Guru adalah pusat untuk memberikan pengertian, menjadi model, dan membuat kondisi nyaman semua siswa. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah adi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang. Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diungkapkan. Strategi pembelajaran ekspositori ini diterapkan juga di SLB Negeri Ungaran. Dalam pengajaran materi rukun Islam misalnya, guru menjelaskan satu per satu dengan teknis menyiapkan bahan kemudian mempresentasikan dan kemudian memberikan umpan balik kepada siswa. Namun demikian, pusat utama pemahaman keilmuan dan wawasan materi itu terpusat pada guru. Antar teman sejawat belum dapat memberikan informasi yang benar.
4
Wawancara dengan Fitriningsih sebagai guru PAI pada tanggal 29 Oktober 2011.
56
b. Strategi komunikasi efektif Strategi pembelajaran merupakan cara khusus yang dilakukan guru untuk dapat memberikan pemahaman pada siswa sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa faktor yang bisa menjadi pendukung untuk guru dalam merencanakan strategi pembelajaran. Pertama adalah kondisi siswa, penderita autis bersikap acuh tak acuh bila di ajak bicara atau bergurau, ia seakan akan menolak semua usaha interaksi dari orang lain termasuk dari gurunya, ia lebih suka dibiarkan main sendiri dan melakukan suatu perbuatan yang tidak lazim secara berulang-ulang. Hal ini menjadi cara yang efektif untuk menemukan strategi khusus dalam pembelajaran di kelas. Strategi komunikasi efektif sangat diperlukan dalam menangani anak autis karena pada umumnya anak autis memiliki gangguan dalam hal komunikasi diantaranya anak tampak seperti tuli, atau sulit bicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna, serta senang meniru atau membeo. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di SDLB Negeri Ungaran, guru-guru PAI untuk anak autis yang ada di sekolah tersebut selalu mengulangulang kata-kata yang diajarkan, misalnya dalam mengajarkan huruf-huruf hijaiyah, guru PAI mengajarkan anak untuk menirukan huruf alif secara berulangkali. 3. Metode Dalam pembelajaran PAI di kelas, guru PAI menggunakan beberapa model pendekatan kepada siswanya. Adapun beberapa metode pembelajaran PAI yang diterapkan di SDLB Negeri Ungaran untuk anak autis antara lain: Berikut beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru. a. Metode Drill Metode drill merupakan metode latihan untuk memperoleh pembiasaan sebuah keterampilan atau kemampuan. Metode ini digunakan oleh guru PAI bagi anak autis di SDLB Negeri Ungaran pada saat guru PAI melatih peserta didik untuk mengenal huruf hijaiyah dan menghafal surat-surat pendek. Dalam mengajarkan anak autis menghafalkan surat-surat pendek, guru PAI menggunakan
57
media MP3 sehingga anak lebih semangat dan mudah merangsang anak agar lebih mudah menghafal. Metode ini cukup efektif diterapkan pada anak autis kelas awal (C1) karena metode ini memang lebih cocok diterapkan pada anak autis yang berusia kecil (autis infantile) karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. b. Metode Karya Wisata Metode karya wisata jarang dilakukan oleh guru PAI. Metode ini dapat membantu anak autis dalam mengenal lingkungan sekitar mengingat salah satu gangguan pada anak autis adalah pada pola sosial dan pola bermain. Dalam melaksanakan metode ini, guru perlu memberikan perhatian yang super ekstra karena pembelajaran dilaksanakan di luar kelas yang mana anak lebih sulit untuk dapat dikontrol.5 c. Metode Demonstrasi Metode
demonstrasi
ialah
suatu
metode
yang
digunakan
untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.6 Metode ini digunakan oleh guru PAI dalam mengajarkan materi wudlu. Dalam mempraktekkannya, guru memberikan contoh kepada anak autis bagaimana cara berwudlu secara berulang-ulang. 4. Teknik Pembelajaran Teknik pembelajaran yang tepat sangat diperlukan dalam pembelajaran pada anak autis. Teknik yang akan diterapkan tentunya harus spesifik, individual, serta unik agar metode pembelajaran dapat diterapkan secara spesifik. Misalkan, dalam menerapkan metode drill pada anak autis, guru PAI di SDLB Negeri Ungaran menggunakan teknik secara bervariasi mengikuti keadaan peserta didik. Teknik penanganan secara klasikal pada saat melatih anak autis dan
5
Wawancara dengan Ibu Herlina nurhayati sitompul pada tanggal 31 Oktober 2011.
6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 201.
58
tunagrahita (ditempatkan satu kelas di SDLB Negeri Ungaran) untuk melafalkan atau menghafalkan surat pendek divariasikan dengan teknik penanganan secara individual karena anak autis cenderung selalu berada dalam dunianya sendiri sehingga teknik penanganan secara individual sangat dibutuhkan. 5. Media Beberapa permasalahan yang dimiliki oleh anak autis diantaranya yaitu gangguan komunikasi, gangguan sensoris, pola bermain, pola sosial, dan emosi. Penyandang autisme lebih suka menyendiri, tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk bertatapan. Hal tersebut dapat diantisipasi oleh guru PAI dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan perantara media untuk meningkatkan motivasi, merangsang anak untuk belajar dengan baik serta menarik titik fokus anak dalam belajar. Misalnya, dalam pembelajaran sholat, anak perempuan diharuskan menggunakan mukena dan anak laki-laki menggunakan peci. Hal lainnya yaitu guru PAI menggunakan media MP3 dalam melatih anak untuk menghafalkan surat-surat pendek, salah satu kekurangan anak autis dalam hal komunikasi adalah anak senang meniru atau membeo (echolalia), mereka dapat hafal betul kata-kata tanpa mengerti artinya. Hal tersebut dapat menjadi peluang bagi guru PAI untuk melaksanakan hal ini. Di samping itu, anak juga diberikan kesempatan untuk mendengarkan suara teman-temannya atau suaranya sendiri dengan cara merekamnya melalui HP atau media yang lain. 6. Evaluasi Evaluasi terhadap pembelajaran PAI pada anak autis di SDLB Negeri ungaran merupakan suatu upaya sekolah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan kemajuan potensi anak didik dalam menerima atau daya serap atas materi yang diajarkan dikelas selama jangka waktu yang ditentukan. Sehingga dengan evaluasi dimaksudkan dapat membantu guru-guru yang bersangkutan dalam membuat dan menentukan langkah selanjutnya yang sesuai dengan kebutuhan anak didik. Karena dengan evaluasi dapat ditentukan mengenai kelemahan maupun kekurangan dalam proses pembelajaran PAI yang telah berlangsung.
59
Adapun cara mengevaluasi pembelajaran PAI pada anak autis adalah dengan pertanyaan serta perintah guru kepada siswa untuk mengulang-ulang materi yang telah disampaikan oleh guru karana dengan mengulang-ulang materi akan mengingatkan siswa minimal apa yang telah diajarkan dalam waktu satu jam yang telah lewat. Evaluasi juga dilakukan dengan mendekati setiap anak dalam kelas satu persatu. Hal ini mengantisipasi hilangnya materi yang baru saja diajarkan. D. Kendala dan Hambatan Pembelajaran PAI Bagi Anak Autis Beberapa kendala yang dialami oleh SDLB Negeri Ungaran diantaranya berada pada sarana prasarana, keadaan peserta didik, serta klasifikasi tenaga pendidik. Sarana prasarana yang dimiliki SDLB Negeri Ungaran sebagai penunjang kegiatan pembelajaran seperti bahan ajar, media pembelajaran adalah sangat minim. Di samping itu, keadaan peserta didik yang memang perlu diberikan pelayanan secara khusus juga menjadi kendala pada kelancaran kegiatan pembelajaran. Penderita autis seolah memiliki dunia sendiri, mereka tidak memiliki atau sangat kurang kontak mata dengan orang lain, mereka bersikap acuh tak acuh bila di ajak bicara atau bergurau. Ia seakan akan menolak semua usaha interaksi dari orang lain termasuk dari ibunya. Ia lebih suka dibiarkan main sendiri dan melakukan suatu perbuatan yang tidak lazim secara berulang-ulang. Hal tersebut membuat guru PAI untuk dituntut secara kreatif dalam mengelola pembelajaran karena tentunya perencanaan pembelajaran yang telah dibuat akan menyimpang dari praktek pembelajaran secara nyata. Hal lain yang menjadi kendala atau hambatan pembelajaran PAI bagi anak autis yang lain yaitu tenaga pendidik yang belum memiliki pendidikan secara khusus dalam pendidikan luar biasa. Sejak tahun 2008, pembelajaran PAI sudah dipegang khusus oleh guru PAI, akan tetapi mereka bukan lulusan dari Pendidikan Guru Luar Biasa (PGLB), mengingat sampai saat ini belum ada guru khusus PAI dari PGLB. Akan tetapi, untuk mengatasi hal tersebut, guru-guru PAI di SDLB Negeri Ungaran sering mengikuti pelatihan-pelatihan untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus.7 7
Wawancara dengan Fauzul Andim selaku guru PAI pada tanggal 31 Oktober 2011.
60
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Model pembelajaran PAI pada anak autis di SDLB Negeri Ungaran meliputi pendekatan, strategi, metode, teknik, media, evaluasi dan kurikulum. Pendekatan yang digunakan oleh guru PAI di SDLB Negeri Ungaran antara lain pendekatan klasikal individual dan pendekatan individu. Pendekatan klasikal individual merupakan bentuk pendekatan pembelajaran dimana pembelajaran ini mengarah pada pendekatan klasik dan individual sedangkan dalam pendekatan individu guru memberikan perhatian penuh kepada semua anak yaitu dengan menatap langsung mata mereka serta menuruti kemauan mereka satu per satu. Strategi pembelajaran PAI yang diterapkan di SLBN Ungaran, antara lain strategi pembelajaran ekspositori dan strategi komunikasi efektif. Ekspositori merupakan strategi yang menekankan proses memori anak, serta peran guru yang signifikan dalam segala proses belajar anak. Sedangkan strategi komunikasi efektif menekankan pada keefektifan guru dalam berkomunikasi dengan siswa. Beberapa metode pembelajaran PAI yang diterapkan di SDLB Negeri Ungaran untuk anak autis antara lain Metode Drill, Metode Karya Wisata, dan Metode Demonstrasi. Teknik yang digunakan guru PAI di SLB Negeri Ungaran adalah bervariasi mengikuti keadaan peserta didik. Sedangkan beberapa media yang digunakan dalam pembelajaran tersebut antara lain poster, MP3, puzzle, dan sebagainya.
B. SARAN- SARAN Anak autis yang diterjunkan dalam lingkungan pembelajaran sebaiknya mereka mendapatkan penimbangan pelayanan yang lain, seperti diimbangi dengan layanan terapi, baik di sekolah maupun di rumah. Karena terapi tersebut menunjang dalam
61
kegiatan pembelajaran mereka. Hal ini dapat di usahakan oleh orang tua antara lain dengan : 1. Terapi Wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut anak sehingga membantu anak berbicara lebih baik. 2. Terapi bermain : mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain. 3. Terapi Akupasi : untuk melatih motorik halus anak. 4. Terapi obat-obatan : dengan memberikan obat-obatan oleh dokter yang berwenang. Untuk mengoptimalkan usaha pembelajaran, orang tua sebaiknya mengusahakan anak autisnya untuk didampingi oleh guru pembimbing khusus dan atau guru pembimbing khusus adalah ortopedagog (tenaga ahli) yang bertugas sebagai : konsultan yang menangani anak autis, ikut serta dalam merencanakan program pembelajaran, memonitor pelaksanaan program pembelajaran dan mengevaluasi pelaksanaan program pembelajaran. Sedangkan guru pendamping adalah seorang yang dapat membantu guru kelas dalam mendampingi anak autis pada saat diperlukan sehingga proses pengajaran dapat berjalan lancer tanpa gangguan. Kalau hal tersebut tidak memungkinkan karena alas an keterbatasan ekonomi, orang tua harus tetap menjadi pendamping bagi anak autisnya dan tetap berusaha dengan sungguh-sungguh dan terpenting orang tua harus bisa membagi waktu dengan anak. Untuk pihak sekolah dan pengurus yayasan, supaya memperbaiki sarana dan prasarana seperti melengkapi alat-alat peraga, menambahi koleksi buku-buku perpustakaan yang bersifat keagamaan dan media pendidikan yang lain serta memperbaiki kualitas SDM. Kepada guru sebagai figur pendidikan hendaknya lebih bisa kreatif dalam upaya transfer of knowledge dan transfer of value kepada anak didik, dan lebih sadar bertanggung jawab terhadap tugasnya. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
62
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Islam Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 2005. Aly, Hery Noer, Dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2003. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Arief, Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2000. Arifin, H.M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Campbell, David, Mengembangkan Kreatifitas oleh A. M. Mangunharjana, Yogyakarta, Kanisius, 2005, Cet. 17. Danuatmaja, Bonny, Terapi Anak Autis Di Rumah, Jakarta: Pusaka Swara, 2003. Delphie, Bandi, Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung: Refika Aditama, 2006. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Diponegoro. Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Semarang: CV Alwaah, 1993. Dikdasmen Depdiknas, http://dikdasmendipdiknas. Putra kembara.com/education/ Dikdasmen depdiknas/kajian-pendidikan-anak-autis Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet. 2. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Dokumen RPP Mata Pelajaran Agama Islam SLB Negeri Ungaran Tahun 2010-211 Dokumentasi Kurikulum SLBN Ungaran Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM, 1997. Handojo, Y., Autisme, Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2006. Marno ed, Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Prenada Media, 2005, Cet. 1
1
Mochtar, M., Desain Pembelajaran PAI, Jakarta: Misaka Paksa, 2003. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003. Mulyana,Deddy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005. Munawir, Aw., Kamus al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: PP Yogyakarta, 1984. Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press, 2003. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Semarang : CV. Duta Nusindo , 2005. Prasetyono, D. S., Serba-serbi Anak Autis, Yogyakarta: Diva Pers, 2008. Prasetyono, D.S., Membedah Psikologi Bermain Anak, Yogyakarta: Think, 2007. Priyatna, Andri, Amazing Autism Memahami. Mengasuh, Dan Mendidik Anak Autis, Jakarta: PT Gramedia, 2010. Rikza, Muhammad , Starategi Pembelajaran Ekspositori Bagi Tuna Grahita, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2011 Saifuddin, Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset IKAPI, 1998. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007. Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES 2001 , Cet 1.
Smart, Aqila, Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran dan Terapi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta: Kata Hati, 2010. Soenarjo, Al- Quran dan Terjemahnya, Jakarta: t.p., 2001 . Standar Nasional Pendidikan PP RI No. 19 tahun 2005 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung Alfabeta, 2008. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2007. Supratiknya, A., Mengenal Prilaku Abnormal, Yogyakarta: Kanisius, 1995. Syar’i, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam , Jakarta Pustaka Firdaus, 2005. Syukur, Fatah, Teknologi Pendidikan, Semarang: RaSAIL, 2005. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Tilar, HAR, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Magelang: Tera Indonesia, 1999. Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007. Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, . 5 Ulwan, Abdullah Nashih, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Semarang: AsSyifa’, . 149. Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Bp. Cipta Jaya. Usman, Busyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, Cet. 1. Usman, Moh Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosdakarya, 2006. UU Sisdiknas no 20 tahun 2003, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Yatim, Faisal, Autisme Suatu Gangguan jiwa pada anak-anak, Jakarta: Pustaka Pelajar Obor,2002 , cet. 7. Y. Handojo, Autisme, Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2006, cet ke4.
Zuhairini,et.al., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1981. Anak Autis Juga Bisa Belajar, http://Puterakembara.com/puterakembara/anak-autisjuga-bisa-belajar/, diakses tanggal 18 Januari 20011 http//ahmadsudrajat.word press.com/2008/09/12/pendekatan, strategi, metode, tehnik-tehnik model pembelajaran di akses tanggal 18 Agustus jam 09.00 WIB http://m2hdewi.blogspot.com/2008/12/tutujuan-belajar-dan-pembelajaran.html akses tanggal 19 Agustus 2011 jam 16.50
di
http://www.slbnsingkawang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=55 &Itemid=76 selasa, 27 september 2011
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Identitas mata pelajaran Kelas / semester Alokasi waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
: PAI : I C1 / I : 2 x 30 menit : Melafalkan Al Qur’an surat pendek pilihan : Menirukan Qur’an surat Al Fatihah ayat 1 dan 2 : Menirukan bacaan surat al Fatihah ayat 1 dan 2 Menunjukkan perilaku yang mencerminkan sikap religius, kreatif, rasa ingin tahu, toleransi, tanggung jawab, bersahabat/komunikatif, menghargai prestasi.
I. Tujuan Pembelajaran - Siswa dapat menirukan bacaan surat Al Fatihah ayat 1 dan 2 -Mengembangkan perilaku siswa yang mencerminkan sikap religius, kreatif, rasa ingin tahu, toleransi, tanggung jawab, bersahabat/komunikatif, menghargai prestasi. II. Materi ajar -Surat Al Fatihah ayat 1 dan 2 III. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Demonstrasi IV. Langkah-langkah pembelajaran 1. Kegiatan awal Apersepsi : Salam dan Do’a (Religius) Menunjukkan Al Qur’an Juz Amma (Kreatif) 2. Kegiatan inti a. Eksplorasi - Guru membaca Al Qur’an surat Al Fatihah ayat 1 dan 2 dan siswa mendengarkan(Rasa ingin tahu dan toleransi) b. Elaborasi - guru membacakan Al Qur’an surat al Fatihah ayat 1 dan 2 dan murid menirukan(Tanggung Jawab) c. Konfirmasi - Guru bersama siswa melafalkan Al Qur’an surat al Fatihah ayat 1 dan 2 (Bersahabat/komunikatif) - Guru memberikan reward (acungan jempol) kepada siswa (menghargai prestasi) 3. Kegiatan penutup - Melafalkan ulang Qur’an surat Al Fatihah ayat 1 dan 2 dan murid menirukan secara klasikal(tanggung jawab) V. Sarana dan Sumber belajar - Al Qur’an juz Amma - Buku paket PAI Kelas I
VI. Penilaian 1.Tes lisan Melengkapi ayat akhir a. Bismillahirrahma ….. b. Alhamdulillahirobbil …..
LEMBAR PENILAIAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER
Mata Pelajaran
:
Kelas
:
Hari/tanggal
: Rasa
No
Nama Siswa
Religius Disiplin
Ingin tahu
Menghargai
Gemar
Kreatif Cermat
Prestasi
Membaca
Keterangan : BT MT MB MK
: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator). : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tandatanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten). : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten). : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
Teknik Penilaian : -
hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan. ..............................., ..............................2011
Mengetahui,
Guru Kelas
Kepala
...............................................
........................................................
Lampiran 2
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi No
Kompetensi Dasar
1 1.1 Menirukan Lafdzul Jalalah “Allah”
: : : :
SLB Negeri Ungaran PAI D1 /C Semester I 1. Melafalkan Al Qur‟an Kalimah/Bacaan pendek pilihan Materi pokok
Kegiatan Pembelajaran
Menirukan lafadz jalallah ”Allah”
Menyebutkan 2 puasa sunnah mingguan Menyebutkan 2 puasa sunnah bulanan Menyebutkan 2 puasa sunnah tahuann
Indikator
Menyebutkan 2 puasa sunnah mingguan Menyebutkan 2 puasa sunnah bulanan Menyebutkan 2 puasa sunnah tahuann
Pendidikan berkarakter bangsa Kejujuran disiplin
Semarang, 21 Juli 2010 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Asngari, S.Pd NIP.
Faudzul Adzim, S.Pd.I. NIP.
Penilaian
Lisan Partisipa si aktif
Alokasi waktu 2 X 30 menit
Sumber Belajar Buku paket PAI kelas 6
kara kter
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi No
Kompetensi Dasar
1
: : PAI : D1 /C Semesester I : 1. Melafalkan Al Qur‟an Kalimah/Bacaan pendek pilihan Materi pokok
Kegiatan Pembelajaran
Lafadz jalallah ”Allah”
1.1 Menirukan Lafdzul Jalalah “Allah”
Menirukan lafadz ”Allah” Menirukan lafadz Ta‟awudz Menirukan lafadz Basmalah
Indikator
Dapat menyebutkan lafad ”Allah” Dapat menyebut Lafadz Ta‟awudz Dapat menyebut Lafadz basmalah
Pendidikan berkarakter bangsa
Relegius Disiplin Kerja keras Gemar membaca
………..l, 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Lisan
Alokasi waktu 2 X 30 menit
Sumber Belajar Buku paket PAI kelas 1
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi No
2
Kompetensi Dasar
Menunjukkan ciptaan Allah SWT
: : PAI : D1 /C Semesester I : Menyebutkan Rukun Iman (Aqidah) Materi pokok
Rukun Iman
Kegiatan Pembelajaran Menjelaskan jumlah rukun iman Menyebutkan jumlah rukun iman
Indikator Dapat menyebutkan ciptaan Allah di sekitar kita Dapat menyebutkan jumlah rukun iman
Pendidikan berkarakter bangsa Religius Disiplin Rasa ingain tahu Peduli lingkungan Cinta tanah air ………..l, 11 juli 2011
Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Lisan
Alokasi waktu
Sumber Belajar
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 1
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi No
Kompetensi Dasar
3 3.1 Menunjukkan perilaku jujur
3.2 Menghafal enam Rukun Iman
: : PAI : D1 /C Semesester I : 3. Membiasakan perilaku terpuji ( Akhlak ) Materi pokok
Kegiatan Pembelajaran
prilaku jujur
Rukun Iman
menirukan prilaku jujur mempraktekkan perilaku jujur Mengidentifikasi prilaku terpuji
Mendengarkan penjelasan rukun iman Menyebutkan jumlah rukun iman Menghafal enam Rukun Iman
Indikator
Dapat menirukan prilaku jujur Dapat mempraktekkan prilaku jujur
Dapat menjelaskan kembali rukun iman Dapat menyebutkan rukun iman Dapat menghafal rukun iman
Pendidikan berkarakter bangsa
Relegius Disiplin Teliti Tanggung jawab
Relegius Teliti Tanggung jawab
……11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Praktek
Lisan Tertulis
Alokasi waktu
Sumber Belajar
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 1
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 1
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi No 1
Kompetensi Dasar Mengenal tata cara bersuci Mencontoh tatacara membersihkan kubul dan dubur setelah buang air Membiasakan diri membersihkan kubul dan dubur setelah buang air
: : PAI : D1 /C Semesester I : . Mengenal tatacara bersuci (thaharah) Materi pokok
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Thaharah
Menjelaskan tatacara bersuci
Thaharah
Mempraktekkan membersihkan kubul dan dubur
Dapat menjelaskan pengertian bersuci Dapat menyebutkan tatacara bersuci Dapat mempraktekkan membersihkan kubul dan dubur
Thaharah
Memepraktekkan membersihkan kubul dan dubur
Dapat mempraktekkan membersihkan kubul dan dubur
Pendidikan berkarakter bangsa
Penilaian
Alokasi waktu
Disiplin Cermat Mandiri
lisan
2 x 30
Buku paket PAI kelas 1
Disiplin Cermat Mandiri
praktek
2 x 30
Buku paket PAI kelas 1
Disiplin Cermat Mandiri Tanggung jawab
praktek
2 x 30
Buku paket PAI kelas 1
………, 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Sumber Belajar
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D2/C Semesester I
Standar Kompetensi
: 1. Melafalkan Al Qur‟an surat-surat pendek pilihan
No 1
Kompetensi Dasar
Materi pokok
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Pendidikan berkarakter bangsa
Mencontoh Q S Al – pengucapan bacaan Ikhlas QS Al-Ikhlas
Mendengarkan lafadz Al Ikhlas Dapat menirukan QS Al Ikhlas Menirukan lafadz Al Ikhlas Dapat melafalkan QS Al Ikhlas
Relegius Disiplin Cermat
Q S Al – Menirukan Ikhlas kembali bacaan QS Al-Ikhlas
Melafadzkan QS Al Ikhlas
Relegius Disiplin Cermat
Dapat melafadzkan kembali QS Al Ikhlas
…….., 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian Lisan
Praktek
Alokasi waktu
Sumber Belajar
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 2
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 2
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi No 2
: : PAI : D2 /C Semesester I : . Mengenal Asmaul Husna
Kompetensi Dasar
Materi pokok
2.1 Menirukan bacaan tiga dari Asmaul Husna (Arrahman, Arrahim, Al Malik
Asmaul Husna
2.2 Menyebutkan kembali tiga dari Asmaul Husna(Arrahman, Arrahim, Al Malik)
Kegiatan Pembelajaran Mendengarkan Asmaul husna Menirukan Asmaul husna Melafadzkan Asmaul husna
Mendengarkan Asmaul husna Menirukan Asmaul husna Melafadzkan Asmaul husna
Indikator Dapat menirukan tiga asmaul husna Dapat melafalkan tiga asmaul husna
Pendidikan berkarakter bangsa
Relegius Disiplin Keyakinan
Dapat menirukan tiga asmaul husna Dapat melafalkan tiga asmaul husna
2.3 )
……..11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Lisan
Alokasi waktu 2 X 30 menit
Sumber Belajar Buku paket PAI kelas 2
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi No
Kompetensi Dasar
1 3.1
: : PAI : D2/C Semesester I : Mencontoh perilaku terpuji (Akhlak) Kegiatan Pembelajaran
Hidup sederhana
Mendengarkan penjelasan hidup sederhana Mencontoh prilaku hidup sederhana Mempraktekkan prilaku hidup sederhana
Dapat menirukan prilaku hidup sederhana Dapat mempraktekkan prilaku hidup sederhana
Relegius Disiplin Peduli social Mandiri
Rendah hati
Mendengarkan penjelasan rendah hati Mencontoh prilaku hidup rendah hati Mempraktekkan prilaku hidup rendah hati
Dapat menirukan prilaku rendah hati Dapat mempraktekkan prilaku rendah hati
Relegius Disiplin Peduli social
Menerapkan perilaku hidup sederhana
3.2 Menerapkan perilaku rendah hati 3.3
Indikator
Pendidikan berkarakter bangsa
Materi pokok
………., 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber Belajar
pengama tan
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 2
pengama tan
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 2
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi No
4
Kompetensi Dasar
Mengenal tatacara wudhu
Menirukan tata cara wudhu
: : PAI : D2/C Semesester I : Mengenal tatacara wudhu Materi pokok
wudhu
wudhu
Kegiatan Pembelajaran Menjelaskan pengertian wudhu Menjelaskan tatacara urutan wudhu Mencontoh gerakan wudhu
Mencontoh gerakan wudhu Mempraktekkan gerakan wudhu
Indikator Dapat menjelaskan pengertian wudhu Dapat menjelaskan tatacara urutan wudhu Dapat mencontoh gerakan wudhu Dapat menirukan gerakan wudhu Dapat mempraktekkan gerakan wudhu
Pendidikan berkarakter bangsa
Relegius Disiplin Mandiri
Relegius Disiplin Mandiri
5
6
………., 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Teori Praktek
Teori Praktek
Alokasi waktu
Sumber Belajar
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 2
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 2
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D2/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Mengenal shalat lima waktu.
No
Kompetensi Dasar
Mengenal shalat lima waktu.
Materi pokok
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Shalat fardhu
Menjelaskan pengertian shalat fardhu Menjelaskan macam-macam shalat fardhu Menirukan gerakan shalat fardhu Mempraktekkan gerakan shalat fardhu
Dapat menjelaskan pengertian shalat fardhu Dapat menjelaskan macammacam shalat fardhu Dapat menirukan gerakan shalat fardhu Dapat mempraktekkan gerakan shalat fardhu
Pendidikan berkarakter bangsa Relegius Disiplin Mandiri Tanggung jawab
………., 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber Belajar
Teori Praktek
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 2
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D3/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Mengenal huruf-huruf Al Qur‟an
No
1
Kompetensi Dasar 1.1 Mengenal huruf hijaiyah dari Alif s.d. Ya
1.2 Melafalkan huruf hijaiyah dari Alif s.d. Ya
Materi pokok
Huruf hijaiyyah
Huruf hijaiyyah
Kegiatan Pembelajaran
Menyebutkan huruf hijaiyyah
Mencontoh huruf hijaiyyah Menirukan huruf hijaiyyah Mengucapkan huruf hijaiyyah
Indikator
Dapat menyebutkan huruf hijaiyyah Dapat mencontoh huruf hijaiyyah Dapat menirukan huruf hijaiyyah Dapat mengucapkan huruf hijaiyyah
Pendidikan berkarakter bangsa Relegius Gemar membaca Rasa ingin tahu Kerja keras Tanggung jawab Relegius Gemar membaca Rasa ingin tahu Kerja keras Tanggung jawab
………., 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian Praktek Lisan Tanya jawab Drill Praktek Lisan Tanya jawab Drill
Alokasi waktu
Sumber Belajar
2 X 30 menit
Buku iqro jilid 1
2 X 30 menit
Buku iqro jilid 1
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D3/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Mengenal sifat wajib Allah
No
Kompetensi Dasar
2
Menyebutkan tiga sifat wajib bagi Allah (wujud, qidam, baqa‟) Menyebutkan tiga sifat wajib bagi Allah dengan lancar (wujud, qidam, baqa‟)
Materi pokok
Sifat wajib bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Menyebutkan sifat wajib bagi Allah Menjelaskan sifat wajib bagi Allah
Dapat menyebutkan tiga sifat wajib bagi Allah (wujud, qidam, baqa‟) Dapat menjelaskan tiga sifat wajib bagi Allah
Menyebutkan sifat wajib bagi Allah dengan lancar Menjelaskan sifat wajib bagi Allah dengan lancar
Dapat menyebutkan tiga sifat wajib bagi Allah (wujud, qidam, baqa‟) dengan lancar Dapat menjelaskan tiga sifat wajib bagi Allah dengan lancar
Pendidikan berkarakter bangsa Relegius Mandiri Rasa ingin tahu
Relegius Mandiri Rasa ingin tahu
………., 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Alokasi waktu
Sumber Belajar
Lisan tertulis
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 2
Lisan tertulis
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 2
Penilaian
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D3/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Membiasakan perilaku terpuji
No
3
Kompetensi Dasar
Menerapkan perilaku percaya diri
Materi pokok
Percaya diri
Kegiatan Pembelajaran Menyebutkan pengertian percaya diri Memberikan contoh percaya diri Menerapkan perilaku percaya diri di sekolah
Menerapkan perilaku tekun
Menerapkan perilaku hemat
Tekun
Menyebutkan pengertian tekun Memberikan contoh tekun Menerapkan perilaku tekun
Hemat
Indikator Dapat menyebutkan pengertian percaya diri Dapat memberikan contoh percaya diri Dapat menerapkan perilaku
Pendidikan berkarakter bangsa Relegius Mandiri Peduli lingkungan Peduli social Tanggung jawab
Alokasi waktu
Sumber Belajar
Lisan Pengamatan
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 2
Lisan Pengamatan
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 2
Lisan Pengamatan
2 X 30 menit
Buku paket PAI kelas 2
Penilaian
percaya diri di sekolah Dapat menyebutkan pengertian tekun Dapat memberikan contoh tekun Dapat menerapkan perilaku tekun
Dapat menyebutkan pengertian hemat Menyebutkan pengertian hemat Dapat memberikan contoh Memberikan contoh hemat hemat Menerapkan perilaku hemat Dapat menerapkan perilaku hemat
Relegius Mandiri Peduli lingkungan Peduli social Tanggung jawab Kerja keras Relegius Mandiri Peduli lingkungan Peduli social Tanggung jawab Kerja keras Kreatif
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D3/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Membiasakan shalat secara tertib
No
4
Kompetensi Dasar
Materi pokok
Kegiatan Pembelajaran
Mencontoh gerakan shalat
Gerakan Shalat
Menirukan gerakan shalat Mempraktekkan gerakan shalat
Menampilkan gerakan shalat secara tertib
Mempraktekkan gerakan shalat Gerakan Shalat dengan tertib
Indikator Dapat menirukan gerakan shalat Dapat mempraktekkan gerakan shalat Dapat mempraktekkan gerakan shalat dengan tertib
Pendidikan berkarakter bangsa Relegius Disiplin Tanggung jawab
Relegius Disiplin Tanggung jawab
………., 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber Belajar
praktek
2 X 30 menit
Buku tuntunan shalat
praktek
2 X 30 menit
Buku tuntunan shalat
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D4/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Mengenal bacaan huruf Al Qur‟an berharakat (Al Qur‟an)
No
1
Kompetensi Dasar
1.1 Mengenal harakat (tanda baca)
1.2 Membaca 2 s.d. 4 huruf Hijaiyyah yang berharakat
Materi pokok
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Tanda baca (fathah, kasroh, dhummah)
Mengenalkan harakat (tanda baca) Menirukan harakat (tanda baca) Menirukan harakt (tanda baca) Melafalkan harakt (tanda baca)
Dapat mengenalkan harakat (tanda baca) Dapat menirukan harakat (tanda baca) Dapat menirukan harakt (tanda baca) Dapat melafalkan harakt (tandabaca)
Membaca huruf hijaiyyah Membaca huruf hijaiyyah berharakat
Dapat membaca huruf hijaiyyah Dapat membaca huruf hijaiyyah berharakat
Huruf hijaiyyah berharakat 2 sampai dengan 4 huruf
Pendidikan berkarakter bangsa Relegius Gemar membaca Rasa ingin tahu Tanggung jawab
Relegius Gemar membaca Rasa ingin tahu Tanggung jawab
1.3 ………., 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Alokasi waktu
Lisan Tertulis praktek
2 X 30 menit
Lisan Tertulis praktek
2 X 30 menit
Sumber Belajar
Buku iqro jilid 1
Buku iqro jilid 2
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D4/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Mengenal sifat jaiz Allah SWT (Aqidah)
No
2
Kompetensi Dasar
Menyebutkan sifat jaiz Allah SWT
Materi pokok
Sifat jaiz bagi Allah
Kegiatan Pembelajaran Menyebutkan sifat jaiz bagi Allah Menjelaskan sifat jaiz bagi Allah
Indikator Dapat menyebutkan sifat jaiz bagi Allah Dapat menjelaskan sifat jaiz bagi Allah
Pendidikan berkarakter bangsa Relegius Gemar membaca Rasa ingin tahu Tanggung jawab ………., 11 juli 2011
Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber Belajar
Lisan Tertulis praktek
2 X 30 menit
Buku PAI Kelas IV
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D4/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Membiasakan perilaku terpuji (Akhlak)
No
3
Kompetensi Dasar
Materi pokok
Mendengarkan cerita kelahiran Nabi Muhammad SAW
Kisah kelahiran Nabi Muhammad saw
Mendengarkan cerita perilaku masa kanakkanak Nabi Muhammad SAW
Kisah perilaku masa kanakkanak Nabi Muhammad saw
Kegiatan Pembelajaran
Mendengarkan cerita kelahiran Nabi Muhammad SAW
Indikator
Dapat menceritakan kembali kisah kelahiran Nabi Muhammad saw
Mendengarkan cerita perilaku masa kanak-kanak Nabi Muhammad SAW
Kisah perilaku masa kanakkanak Nabi Muhammad saw
Pendidikan berkarakter bangsa Relegius Rasa ingin tahu Mandiri Bersahabat/komunikat if Relegius Rasa ingin tahu Mandiri Bersahabat/komunikat if ………., 11 juli 2011
Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber Belajar
Lisan
2 X 30 menit
Buku PAI Kelas IV
Lisan
2 X 30 menit
Buku PAI Kelas IV
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D4/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Melakukan shalat fardhu (Fiqih)
No
4
Kompetensi Dasar
Menirukan tatacara shalat fardhu
Mempraktikkan shalat fardhu dengan tertib
Membiasakan shalat fardhu dengan berjamaah
Materi pokok
Tata cara shalat fardhu
Kegiatan Pembelajaran Mencontoh tatacara shalat fardhu Menirukan tata cara shalat fardhu
Praktek shalat fardhu
Menirukan tata cara shalat fardhu Mempraktikkan shalat fardhu
Shalat berjamaah
Menirukan tata cara shalat fardhu berjamaah Mempraktikkan shalat fardhu berjamaah Membiasakan shalat fardhu berjamaah
Indikator
Pendidikan berkarakter bangsa
Dapat mencontoh tatacara shalat fardhu Dapat menirukan tata cara shalat fardhu
Relegius Mandiri Disiplin Tanggung jawab
Dapat menirukan tata cara shalat fardhu Dapat mempraktikkan shalat fardhu Dapat menirukan tata cara shalat fardhu berjamaah Dapat mempraktikkan shalat fardhu berjamaah Dapat membiasakan shalat fardhu berjamaah
Relegius Mandiri Disiplin Tanggung jawab Relegius Mandiri Disiplin Tanggung jawab
………., 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber Belajar
Praktek
2 X 30 menit
Buku tuntunan shalat
Praktek
2 X 30 menit
Buku tuntunan shalat
Praktek
2 X 30 menit
Buku tuntunan shalat
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D5/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Membaca Al Qur‟an surat-surat pendek pilihan (Al qur‟an)
No
Kompetensi Dasar
Materi pokok
1
Menirukan bacaan QS Al „Ashr dan Al Kautsar
QS Al „Ashr dan Al Kautsar
Melafalkan sendiri QS Al „Ashr dan Al Kautsar
QS Al „Ashr dan Al Kautsar
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Mendengarkan bacaan QS Al „Ashr dan Al Kautsar Menirukan bacaan QS Al „Ashr dan Al Kautsar
Dapat mendengarkan bacaan QS Al „Ashr dan Al Kautsar Dapat menirukan bacaan QS Al „Ashr dan Al Kautsar
Menirukan bacaan QS Al „Ashr dan Al Kautsar Melafalkan sendiri QS Al „Ashr dan Al Kautsar
Dapat menirukan bacaan QS Al „Ashr dan Al Kautsar Dapat melafalkan sendiri QS Al „Ashr dan Al Kautsar
Pendidikan berkarakter bangsa Relegius Gemar membaca Mandiri Disiplin Tanggung jawab Relegius Gemar membaca Mandiri Tanggung jawab ………., 11 juli 2011
Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Alokasi waktu
Lisan
2 X 30 menit
Lisan
2 X 30 menit
Sumber Belajar Al qur‟an dan terjemah dan buku PAI Kls V Al qur‟an dan terjemah dan buku PAI Kls V
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D5/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Mengenal kitab-kitab Allah SWT (Aqidah)
No
2
Kompetensi Dasar
Menyebutkan nama kitab-kitab Allah
Menyebutkan nama para Rasul yang menerima kitab Allah SWT
Materi pokok
Kitab-kitab Allah
Rosul penerima kitab Allah
Kegiatan Pembelajaran Mendengarkan penjelasan nama kitab-kitab Allah Menyebutkan nama kitab-kitab Allah Mendengarkan penjelasan nama rasul penerima kitabkitab Allah
Indikator
Pendidikan berkarakter bangsa
Relegius Gemar membaca Dapat menyebutkan nama Mandiri kitab-kitab Allah Rasa ingin tahu Tanggung jawab Relegius Mandiri Dapat menyebutkan nama rasul Rasa ingin tahu Tanggung jawab penerima kitab-kitab Allah
Menyebutkan nama rasul penerima kitab-kitab Allah ………., 11 juli 2011
Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Lisan Tertulis
Lisan Tertulis
Alokasi waktu
Sumber Belajar
2 X 30 menit
Buku PAI Kelas V
2 X 30 menit
Buku PAI Kelas V
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D5/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Membiasakan perilaku terpuji (Akhlak)
No
3
Kompetensi Dasar
Mendengarkan kisah Nabi Ayub A.S
Meneladani kesabaran Nabi Ayub A.S
Materi pokok
Kisah Nabi Ayub A.S
Kisah Nabi Ayub A.S
Kegiatan Pembelajaran Mendengarkan kisah Nabi Ayub A.S
Indikator
Dapat menceritakan kembali kisah Nabi Ayub A.S
Mendengarkan kisah Nabi Ayub A.S
Dapat menceritakan kembali kisah Nabi Ayub A.S
Meneladani kesabaran Nabi Ayub A.S
Dapat meneladani kesabaran Nabi Ayub A.S
Pendidikan berkarakter bangsa Relegius Mandiri Rasa ingin tahu Bersahabat Peduli social Relegius Mandiri Rasa ingin tahu Bersahabat Peduli social ………., 11 juli 2011
Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber Belajar
Lisan Tertulis
2 X 30 menit
Buku PAI Kelas V
Lisan Tertulis
2 X 30 menit
Buku PAI Kelas V
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D5/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Melaksanakan dzikir dan do‟a (Fiqih)
No
4
Kompetensi Dasar
Melakukan dzikir setelah shalat Membaca do‟a setelah shalat
Materi pokok
Kegiatan Pembelajaran
Dzikir dan doa
Menirukan lafal dzikir setelah shalat Melakukan dzikir setelah shalat
Dzikir dan doa
Membaca doa setelah shalat Melakukan doa setelah shalat
Indikator
Pendidikan berkarakter bangsa
Dapat menirukan lafal dzikir setelah shalat Dapat melakukan dzikir setelah shalat Dapat membaca doa setelah shalat Dapat melakukan doa setelah shalat
Reiligus Disiplin Mandiri Gemar membaca Reiligus Disiplin Mandiri Gemar membaca ………., 11 juli 2011
Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Alokasi waktu
Sumber Belajar
Lisan
2 X 30 menit
Buku PAI Kelas V
Lisan Tertulis
2 X 30 menit
Buku PAI Kelas V
Penilaian
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D6/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Memahami isi Al Qur‟an surat-surat pendek pilihan (Al qur‟an)
No
1
Kompetensi Dasar
Menirukan bacaan QS Al-Fatihah dengan fasih
Menghafal bacaan QS Al-Fatihah dengan lancar
Materi pokok
QS Al-Fatihah
QS Al-Fatihah
Kegiatan Pembelajaran Mendengarkan bacaan QS AlFatihah baik Melafalkan bacaan QS AlFatihah fasih Menirukan bacaan QS AlFatihah fasih Mendengarkan bacaan QS AlFatihah baik Melafalkan bacaan QS AlFatihah fasih Menirukan bacaan QS AlFatihah fasih Menghafal bacaan QS AlFatihah dengan lancar
Indikator
Dapat melafalkan bacaan QS Al-Fatihah fasih Dapat menirukan bacaan QS Al-Fatihah fasih Dapat melafalkan bacaan QS Al-Fatihah fasih Dapat menirukan bacaan QS Al-Fatihah fasih Dapat menghafal bacaan QS Al-Fatihah dengan lancar
Pendidikan berkarakter bangsa Reiligus Disiplin Mandiri Gemar membaca
Reiligus Disiplin Mandiri Gemar membaca
………., 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Lisan
Lisan
Alokasi waktu
Sumber Belajar
2 X 30 menit
Al qur‟an dan terjemah dan buku PAI kelas VI
2 X 30 menit
Al qur‟an dan terjemah dan buku PAI kelas VI
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D6/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Meyakini adanya Hari Akhir (Aqidah)
No
2
Kompetensi Dasar
Menyebutkan namanama Hari Akhir Menyebutkan tanda tanda Hari Akhir
Materi pokok
Nama-nama Hari Akhir
Tanda-tanda hari Akhir
Kegiatan Pembelajaran Mendengarkan penjelasan nama-nama Hari Akhir Menyebutkan nama-nama Hari Akhir Mendengarkan penjelasan tanda-tanda Hari Akhir Menyebutkan tanda-tanda Hari Akhir
Indikator Dapat menjelaskan kembali nama-nama Hari Akhir Dapat menyebutkan namanama Hari Akhir Dapat menjelaskan kembali tanda-tanda Hari Akhir Dapat menyebutkan tandatanda Hari Akhir
Pendidikan berkarakter bangsa Reiligus Disiplin Mandiri Tanggung jawab Reiligus Disiplin Mandiri Tanggung jawab ………., 11 juli 2011
Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber Belajar
Lisan Tertulis
2 X 30 menit
Buku PAI kelas VI
Lisan Tertulis
2 X 30 menit
Buku PAI kelas VI
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D6/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Menghindari perilaku tercela (Akhlak)
No
3
Kompetensi Dasar
Mendengarkan kisah Abu Lahab
Menghindari perilaku dengki seperti kisah Abu Lahab
Materi pokok
Kisah Abu Lahab
Kisah Abu Lahab
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Mendengarkan kisah Abu Lahab
Dapat menceritakan kembali kisah Abu Lahab
Mendengarkan kisah Abu Lahab
Dapat menceritakan kembali kisah Abu Lahab Dapat menghindari perilaku dengki seperti kisah Abu Lahab
Pendidikan berkarakter bangsa Reiligus Jujur Peduli social Toleransai Reiligus Jujur Peduli social Toleransai ………., 11 juli 2011
Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber Belajar
Lisan Tertulis
2 X 30 menit
Buku PAI kelas VI
Lisan Tertulis
2 X 30 menit
Buku PAI kelas VI
Ket
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : PAI : D6/C Semesester I
Standar Kompetensi
: Mengenal Ibadah puasa (Fiqih)
No
4
Kompetensi Dasar
Menyebutkan ketentuan-ketentuan puasa
Menyebutkan macammacam puasa
Materi pokok
Ketentuanketentuan puasa
Macammacam puasa
Kegiatan Pembelajaran Mendengarkan penjelasan ketentuan-ketentuan puasa Menyebutkan ketentuan puasa
Indikator Dapat menjelaskan kembali ketentuan-ketentuan puasa
Dapat menyebutkan ketentuanketentuanketentuan puasa
Mendengarkan penjelasan macam-macam puasa Menyebutkan macam-macam puasa
Dapat menjelaskan kembali macam-macam puasa Dapat menyebutkan macammacam puasa
Pendidikan berkarakter bangsa
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber Belajar
Reiligus Disiplin Peduli social Toleransai Tanggung jawab
Lisan Tertulis
2 X 30 menit
Buku PAI kelas VI
Reiligus Disiplin Peduli social Toleransai Tanggung jawab
Lisan Tertulis
2 X 30 menit
Buku PAI kelas VI
………., 11 juli 2011 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Guru Mapel PAI
Ket