PEMBANGUNAN PUSAT DISTRIBUSI PRODUK KAWASAN BERIKAT NUSANTARA DI MARUNDA Michael Jonathan, Michael Tedja, Vivien Himmayani Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Jakarta Barat 11480 Telp (62-21) 5345830, Email :
[email protected]
ABSTRACT This study was conducted as study planner for facilities of the distribution of goods as an effort to develop and increase services to facilities of the distribution of goods of approach producers. Location KBN is the area in goods industry in north jakarta which have an important role very important for the regions and even inter-island and exports foreign, by having value the potential of production, a warehouse, distribution and access. This study have research methodology qualitative using analysis broadbent ( 1973 ): analysis environment, human and building, the results to be achieved is central of the distribution of goods in Marunda. Output of this study was conducted as a suggestion the concept of which can be used in the design facilities distribution, especially dikawasan KBN. ( MJ ) Keywords : Warehousing, Distribution, Kawasan Berikat Nusantara (KBN).
ABSTRAK Kajian ini merupakan kajian perencana pada fasilitas distribusi barang sebagai upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan pelayanan pada fasilitas distribusi barang yang mendekatkan produsen. Lokasi KBN merupakan kawasan industri barang di Jakarta Utara yang memiliki peran cukup penting bagi daerah dan bahkan antar pulau dan ekspor luar negeri, dengan memiliki nilai potensi sumber produksi, pergudangan, distribusi dan akses. Kajian ini mempergunakan metode penelitian kualitatif dengan mempergunakan analisa Broadbent (1973) yaitu: analisa lingkungan, manusia dan bangunan, hasil yang ingin dicapai adalah pusat distribusi barang di Marunda. Keluaran dari kajian ini merupakan sebuah usulan konsep yang dapat dipergunakan dalam perancangan fasilitas distribusi, khususnya dikawasan KBN.(MJ) Kata kunci: Pergudangan, Distribusi, Kawasan Berikat Nusantara (KBN).
PENDAHULUAN Kota-kota secara tradisional menjabat sebagai pusat ekonomi dan menjadi tempat penyedia utama layanan transaksi barang jual beli, sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dan jaringan yang mendukung kegiatan ekonomi terletak didaerah pinggiran kota dan sekitarnya. Untuk mengembangkan dan memelihara efisien dan terjangkau transportasi, informasi dan hubungan dengan pusat-pusat perkotaan lainnya dengan mencari pola yang cukup seimbang pembangunan baik secara geografis dan ekonomis. (Sumber:http://un-documents.net/). Di Jakarta khususnya diwilayah Jakarta Utara terdapat kawasan yang berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota yaitu kawasan Marunda dimana lokasi kawasan ini dijadikan salah satu tempat lokasi Kawasan Berikat Nusantara (KBN) diwilayah Jakarta Utara Cilincing.Terdapat pula arahan draft RTRW provinsi DKI Jakarta 2030 serta rencana Tata Ruang dan Peraturan Zonasi akan prospek pembangunan pelabuhan 1
Marunda diwilayah Kawasan Berikat Nusantara Marunda, dimana target pelabuhan Marunda ini dikhususkan untuk komoditi perdagangan domestik (antar pulau). Untuk pengembangan penataan kawasan di Marunda pembangunan pelabuhan Marunda ini memiliki tujuan kedepan yaitu menjadikan pusat akses distribusi barang bahan baku barang lalu diolah menjadi barang jadi didalam produsen KBN dan selanjutnya didistribusikan keseluruh pelosok Indonesia.Pada kondisi dilapangan terjadi aktivitas kontainer pengangkut barang sebanyak ±1.000 kontainer/hari (sumber: wawancara kantor KBN) sehingga melihat kondisi tersebut memiliki potensi yang mendukung dalam mendesain tempat distribusi barang jadi yang diolah dalam KBN sehingga didalamnya merupakan transaksi jual beli barang kepada para konsumen yang berada diseluruh pelosok Indonesia, konsep pusat distribusi produk barang impor yang berada di kawasan KEK Marunda yaitu KBN (Kawasan Berikat Nusantara) yang diadaptasi dengan potensi ekonomi yang ada di lingkungan sekitar KBN. Proyek kawasan bangunan yang dipilih penulis adalah Pembangunan Pusat Distribusi Produk Kawasan Berikat Nusantara yang berlokasi di jalan Marunda Makmur, kelurahan Marunda, kecamatan Cilincing, dan kota administrasi Jakarta Utara. Sehingga hasil rancangan bangunan arsitektur ini dapat menunjang peningkatan perekonomian kota serta secara paralel mengembangkan sumber daya manusia disekitar lahan tapak. Dan masyarakat sekitar memiliki ruang-ruang lapangan usaha yang sesuai dengan peruntukkan dan nilai lahan yang ada sehingga dapat menjadi kesatuan desain yang harmonis dan tertata.
Supply chain management SCM merupakan metode atau pendekatan integratif untuk mengelola aliran produk, informasi, dan uang secara terintergrasi yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu kehilir yang terdiri dari pemasok, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistik (Pujawan, 2005, p22). SCM adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai pengintergrasian yang efisien dari pemasok, manufaktur, distributor, retailer (pengecer), dan konsumen. Artinya barang diproduksi dalam jumlah yang tepat, pada saat yang tepat, dan pada tempat yang tepat dengan tujuan mencapai biaya dari sistem secara keseluruhan yang minimum dan juga mencapai tingkatan jasa (level of service) yang diinginkan (simchi-levi, 2003, p1).
Sistem distribusi Kegiatan distribusi menurut M.N. Nasution (2008 :22 dan 23) 1. Pergudangan (Warehouse) Pergudangan dalam pabrik (in-plant warehousing) tergantung pada sistem distribusi yang digunakan. Pergudangan tidak selalu ada dalam distribusi fisik, apalagi kalau barang jadinya langsung dikirim kepusat distribusi dipasar melalui saluran distribusi. 2. Pengemasan Pengemasan melibatkan pengemasan volume besar (bulk packing), mempalet, kontainerisasi (containerization) dan segala macam pengemasan untuk distribusi yang aman dan ekonomi. Jenis pengemasan tergantung pada penggunaan alat transportasi. 3. Pengangkutan keluar (Outbond transportation) Pengangkutan keluar melibatkan pemindahan barang jadi dari pabrik atau penjual kepusat distribusi, atau dari pusat distribusi kepada pelanggan. 4. Pengiriman Pengiriman merupaka pengurusan tahap akhir atas barang (produk) telah meninggalkan pabrik. 5. Pelayanan pelanggan (Service to customer) Pelayanan pelanggan merupakan fungsi yang bertanggung jawab dalam menangani kontak dengan pelanggan. Tugasnya adalah melayani pelanggan dalam menjawab pertanyaan atau perubahan pesanan. Tanggung jawabnya mencakup monitoring tingkat pelayanan pada pelanggan dalam distibusi fisik pada pelanggan.
2
Electric Cargo Conveyor (ECCO) system Kebutuhan transportasi dalam hal kapasitas berat dan padat merupakan salah satu permasalahan yang terjadi dalam pendistibusian pada umumnya, sehingga dibutuhkannya sebuah sistem dalam menangani permasalahan tersebut. Sistem Electrical Cargo conveyor (ECCO) merupakan sistem pendistribusian barang dalam bentuk kargo yang berjalan dalam sistem track conveyor, fungsi sistem ini untuk membantu mengurangi kepadatan pengangkutan barang. Sistem cargo conveyor (ECCO) ini didasarkan pada sistem permanen magnet, sistem ini dapat bermanuver disegala bidang, mendaki pada tanjakan curam, memiliki biaya pemeliharaan yang murah, dan dapat dioperasikan pada segala kondisi cuaca.(General Atomics, 2006)
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan sistem penelitian kualitatif, aspek-aspek yang harus diperhatikan adalah permasalahan yang terjadi di lokasi studi. Berikut metode yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: • Tahap persiapan Untuk menghasilkan data yang lengkap dan akurat, dibutuhkan persiapan antara lain perumusan masalah, penentuan lokasi studi, pengumpulan lokasi studi, pengumpulan data-data yang ada, pengumpulan studi pustaka dan pelaksanaan observasi. • Tahap pengumpulan data a. Data primer terdiri dari : - Keadaan tapak melalui observasi lapangan dan studi literatur. - Aktifitas dan data perjalanan lokasi studi kawasan pasar grosir pusat logistik di Marunda melalui observasi lapangan dan wawancara dengan masyarakat setempat. - Jumlah perusahaan dalam KBN melalui wawancara. b. Data sekunder terdiri dari: - Jumlah banyaknya pemasukan barang dipelabuhan Tanjung Priok melalui studi literatur. - Rencana tata guna lahan, panjang, dan desain geometrik jalan kawasan melalui studi dokumen dengan sumber Dinas Tata Kota Jakarta. - Peta kawasan melalui studi dokumen dengan sumber Google Maps. - Teori-teori mengenasi konsep desain dengan sumber internet. • Tahap analisa data Analisis data menggunakan teori Geoffrey Broadbent dalam buku “Design in Architecture” (1973), yaitu mengenai aspek lingkungan, aspek manusia, dan aspek bangunan. Berdasarkan hasil analisis dari ketiga aspek ini akan dijadikan sebagai konsep studi. Pada aspek lingkungan didalamnya dapat mengetahui permasalahan kegiatan disekitar tapak yang berdampak pada desain bangunan dalam pengelompokkan zonasi.
HASIL DAN BAHASAN Studi Banding Studi banding yang merupakan tinjauan dari kawasan pusat distribusi, yaitu Moran industries area pusat distribusi di Mechanicsburg Amerika Serikat. Kawasan pusat distribusi ini dipilih karena memiliki persamaan dengan objek laporan tugas akhir, yang terletak dikota besar. Moran industries memiliki luas lahan sebesar 504.321 m2 yang terletak di Harrisburg pasar distribusi. Fungsi utama dari bangunan ini untuk mendistribusikan barang-barang kepada konsumen dengan difasilitasi 130 ruang parkir truk trailer, kantor pengelola, 38 pintu loading barang, dan area gudang.
3
Gambar 17. Loading Barang Moran Industries (sumber: : moranlogistics.com, diakses 20 Maret 2015). Studi banding yang kedua adalah DFO Moorabbin (Direct Factory Outlets Moorabbin) yang merupakan ritel pusat perbelanjaan yang menyediakan berbagai macam barang garmen yang terdiri dari 123 ritel. Lokasi yang terletak di Melbourne Australia, luas lahan 24.715m2. Fasilitas yang disediakan customer service, parkir, ATM, toilet, telepon, disabled toilets, parents rooms, ruang display dengan luasan 130-180m2.
Gambar 19. Sirkulasi Ritel DFO Moorabbin (sumber: : www.dfo.com.au)
Analisa supply chain management Analisa Supply Chain Management (SCM) terhadap pengaplikasian sistem Electric Cargo Conveyor (ECCO). Implementasi dalam perancangan dan desain kawasan distribusi Kawasan Berikat Nusantara tidak memiliki sistem terpadu dalam menjual produk barang. Sehingga dibutuhkannya SCM dalam mengelola pendistribusian produk barang KBN (Kawasan Berikat Nusantara) secara terpadu, seperti berikut:
Gambar 26. Skema Pemikiran Pusat Distribusi
Gambar 27. Solusi Pemikiran Pusat Distribusi 4
Distribusi barang ke konsumen menggunakan sistem SCM yang mengatur seluruh kegiatan transakasi jual beli barang, sedangkan dalam pendistribusiannya menggunakan jalur darat (kontainer), sedangkan untuk pemasokan barang menuju pusat distribusi menggunakan sistem ECCO (Electric Cargo Conveyor) untuk membantu kecepatan dalam pendistribusian barang.
Analisa Aspek Lingkungan Hubungan Lingkungan dengan Fungsi Tapak Dalam melakukan analisa lingkungan, dibutuhkan data mengenai lokasi tapak secara fisik sebagai berikut: Kedudukan administrasi tapak Provinsi : DKI Jakarta Kota madya : Jakarta Utara Kecamatan : Cilincing Kelurahan : Marunda Jalan : Jalan Marunda Makmur no 1 Batas tapak Utara : STIP / AIP Marunda (pendidikan pelayaran). Timur : Jalan Marunda Makmur. Barat : Sungai Titram. Selatan : Jalan Marunda Tim. Luas tapak : 8,16 ha= 81.600m2 Topografi kontur tapak relatif datar. Kondisi pasang surut kawasan Jakarta Utara: - High Water Level (HWL)= +1.2m - Mean Sea Level (MSL) = +0.6m - Low Water Level (LWL) = +0.0m Peraturan pemerintah Peruntukkan zonasi tanah Marunda : sub zona perdagangan dan jasa. Pemanfaatan guna lahan : penyaluran grosir, pasar induk, pasar tradisional,pusat perbelanjaan, dermaga penyeberangan, restaurant, parkir kendaraan bermotor, pusat jajan, resort, pertokoan, toko, kantor/bisnis professional, hypermarket, supermarket, mini market. Peraturan Tata Ruang DKI Jakarta untuk kelurahan Marunda: Tipe bangunan : tunggal GSS : 30 meter GSB : sisi selatan tapak = 10 meter :sisi utara tapak = 8 meter :sisi timur tapak = 8 meter Ketinggian bangunan : 10 lantai KDH : 35% KTB : 50% KDB : 60% Luas lantai dasar yang boleh dibangun : 60% x 81.600 = 48.960 m2 KLB :6 Bangunan yang boleh dibangun : 6 x 81.600 = 489.600 m2
Sirkulasi di Sekitar Tapak dan dalam Tapak Perletakkan jalur entrance pada tapak dipengaruhi oleh sirkulasi jenis kendaraan yaitu kendaraan pengangkut barang dan kendaraan kecil (konsumen) / area servis kecil lainnya serta jalur pejalan kaki. Sehingga didapatkan entrance didalam tapak menjadi 2 jenis antara entrance kendaraan dan pejalan kaki.
5
Gambar 36. Analisa Entrance kedalam Tapak
Analisa jaringan jalan Pada kondisi eksisting sekitar tapak memiliki infrastruktur jalan primer dengan lebar 24 meter yang terdiri 2 arah sebagaimana jalan primer ini merupakan jalan utama sirkulasi kendaraan pengangkut barang dari pelabuhan Tanjung Priok menuju KBN (kontainer atau truk) dan lingkungan sekunder yang bervariasi 11-15m yang terdiri dari badan jalan, jalur pejalan kaki, riol kota dan beberapa vegetasi, sementara untuk lebar sungai yang terletak ditepi tapak memiliki lebar 25m. berdasarkan narasumber KBN sungai yang terletak ditepi tapak sudah tidak menjadi sarana pengangkutan barang melalui jalur sungai, dikarenakan seluruh kegiatan distribusi bahan baku impor harus didatangkan kepelabuhan Tanjung Priok dan diangkut kembali dengan kontainer melalui jalur darat.
Analisa Aspek Manusia Pelaku Kegiatan dalam Tapak Didalam kegiatan pusat distribusi terbagi menjadi 4 pelaku yang terlibat didalamnya, yaitu: • Badan pengelola pusat distibusi • Karyawan produsen KBN • Pedagang pujaseera • Konsumen
Jenis dan Waktu Kegiatan Aktifitas yang berlangsung pada kawasan terjadi dalam 24 jam, namun tidak semua serempak berlangsung. Ada aktivitas yang bergantian waktu seperti tempat pemasokan barang, waktu jam operasional kegiatan distribusi.
Luasan Ruang Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, untuk luasan pusat distribusi yang dibutuhkan sebagai ruang display yang didapat sebesar 99,47m2 untuk setiap perusahaan produsen KBN, dengan jumlah perusahaan 127 produsen garmen maka total luasan ruang display sebesar 12.633m2 dan luas gudang sebesar 21.200m2. Sehingga perbandingan antara ruang display : gudang = 1 : 1,5 Luas lahan = 81.600m2 Luas lahan yang boleh dibangun = 48.960m2 Luas lantai yang boleh dibangun = 6 x 81.600 = 489.600m2 Luas bangunan minimal pada tapak = 41897,6 m2
Kebutuhan Parkir A. Kebutuhan Parkir Mobil 6
Perhitungan dibawah ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan parkir para konsumen dalam berbelanja barang impor, dengan standar rasio parkir untuk Berdasarkan standar Hampshire County Council untuk perdagangan memiliki rasio parkir 1/303m2 (Max.parking limit). Luas tanah tapak =8,16m2 = 81.600m2 Luas total lantai bangunan = 59.097m2 Rasio parkir = 1 mobil : 303 orang Jumlah kebutuhan parkir = 59.097:303= 195,03mobil=196 mobil Luas kebutuhan parkir luar = 196 mobil x 28,75m2 = 5635m2 Jadi, jumlah parkir mobil yang disediakan untuk pengunjung adalah 196 lot mobil dengan luas lahan 5635 m2. B. Kebutuhan parkir motor Jumlah parkir motor dalam tapak dihitung berdasarkan rasio pengunjung yang hanya melihat tanpa membeli. Perhitungan parkir motor sebagai berikut: Total luas lahan parkir karyawan=268+1016+70m2 = 1354m2 Sedangkan asumsi pengunjung yang menggunakan motor 10% dari total luas karyawan= 136 m2 Rasio parkir =1 motor : 2 m2 Jumlah kebutuhan parkir = 136 : 2= 68 motor Jadi, jumlah parkir motor yang disediakan untuk pengunjung adalah 66 lot motor dengan luas lahan 136 m2.
Hubungan Ruang
Gambar 53. Bubble Hubungan Antar Ruang 7
Analisa Aspek Bangunan Gubahan Massa Bangunan Berdasarkan pertimbangan dari berbagai aspek-aspek diatas, khususnya bentuk dasar diambil sesuai dengan pertimbangan kondisi bentuk dasar tapak yaitu persegi panjang, serta bentuk dasar ini berfungsi untuk memaksimalkan luas lahan yang ada.
Pada massa berwarna biru (area servis pengangkutan dan distribusi barang), berdasarkan luasan sirkulasi terhadap pendistibusian dan pemasokan barang di area servis membutuhkan luasan yang cukup besar, maka pada massa bewarna biru (area servis) dimajukan untuk menambahkan luasan tersebut. Berdasarkan area pemasok barang membutuhkan ruang terakses langsung dengan area penyimpanan barang, maka pada massa berawarna biru dihilangkan pada sisi bagian tengah, dan pada massa pada bagian kiri bawah ditempatkannya area badan pengelola untuk dapat mengontrol langsung dengan area pendistribusian dan pemasokan barang.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil simpulan dalam laporan ini merupakan hasil dari analisa pada bab sebelumnya yaitu analisa supply chain management, analisa lingkungan dan tapak, analisa manusia, dan analisa bangunan. Dalam perancangan bangunan yang akan dihasilkan dari kebutuhan ruang, luasan ruangan dan hubungan antar ruang yang pada akhirnya menghasilkan zoning pada karakter sifat ruang tersebut, kemudian dengan analisa aspek lingkungan dan bangunan membantu untuk menghasilkan bentukan massa bangunan yang sesuai dengan kondisi dari potensi tapak itu sendiri. Perancangan bangunan pusat distribusi ini menerapkan konsep sistem supply chain management (SCM), yang merupakan metode pendekatan yang intergratif untuk mengelola sebuah aliran produk yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu kehilir dalam distribusi barang. Sehingga dapat memabantu para konsumen dari berbagai pelosok Indonesia untuk mendapatkan barang-barang dagang yang berasal dari KBN. Berdasarkan analisa lingkungan dan tapak dari aktivitas dari sekitar tapak, sirkulasi dalam pencapaian tapak dan zonasi entrance untuk menuju tapak didapat dari analisa lingkungan dan tapak, sebagai berikut:
8
Gambar 64. Pencapaian, Sirkulasi Dalam Tapak Secara garis besar tapak dibagi menjadi 2 zonasi berdasarkan 2 kegiatan utama didalamnya, yaitu zonasi servis dalam pemasokan dengan menggunakan conveyor belt dan pendistribusian barang melalui kendaraan truk dengan zonasi untuk kegiatan aktivitas konsumen dan pekerja didalam tapak, dan pada jalur entrance kendaraan dibagi menjadi 2 jenis yaitu untuk kendaraan dan pejalan kaki. Bertujuan untuk tidak terjadinya crossing kendaraan dengan pejalan kaki. Berdasarkan analisa manusiadidapatkan hasil dari keseluruhan analisa manusia adalah hubungan ruang dalam tapak sebagai berikut:
Gambar 65. Organisasi Ruang Dalam Tapak 9
Dalam simpulan dari analisa manusia dimulai dari identifikasi pelaku, jenis dan waktu kegiatan dari para pelaku dalam tapak, selanjutnya didapatkan kebutuhan ruang-ruang yang dibutuhkan bagi para pelaku kegiatan dan dikelompokkan pada sifat ruang serta hubungan antar ruang. Luasan diperoleh dari studi pustaka terhadap ukuran ruang-ruang, berdasarkan hasil luasan program ruang maka didapatkan luas lantai bangunan yang dibutuhkan yaitu 59.097m2. Kebutuhan parkir mobil berdasarkan saleable area adalah sebanyak 196 lot mobil dengan luas lahan parkir 5635m2. Sementara untuk kebutuhan parkir motor yang disediakan untuk pengunjung sebanyak 66 lot motor dengan luas lahan parkir 136m2. Berdasarkan dari analisa bangunan keseluruhan analisa bangunan didapatkan bentuk bangunan yang didasarkan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada fungsi dari bangunan, sifat kegiatan dari ruang, kondisi potensi sekitar tapak, beberapa pengembangan dalam desain dan berdasarkan analisa-analisa sebelumnya. Sehingga bentukan dasar yang dipilih adalah pesergi panjang yang bertujuan untuk memaksimalkan bentuk lahan.
Gambar 66. Gubahan Massa Sedangkan untuk struktur conveyor menggunakaan pondasi tiang pancang hidrolis ditambahkan dengan sistem beton tanggul/retaining wall. Serta dalam memberikan estetika bangunan dipasangkan cladding sebagai pembungkus kulit bangunan ini.
Gambar 67. Cladding façade Material yang dipilih adalah dinding bata ringan, atap dak beton serta atap zincalume dan kusen aluminium. Struktur bangunan menggunakan pondasi tiang pancang hidrolis, sistem struktur balok-plat yang dilapisi oleh wiremesh untuk bagian non bentang lebar, dan sistem struktur baja untuk bangunan yang membutuhkan bentangan sangat panjang. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran untuk penelitian berikutnya, antara lain: a. Merancang bangunan pusat distribusi dengan mengedepankan kecepatan dalam distribusi kepada pihak konsumen. b. Dalam mendesain sebaiknya tidak menghilangkan dari fungsi kondisi eksisting tapak, hubungan kegiatan manusia dengan aktivitas sekitar kawasan.
10
c. Memanfaatkan waktu untuk melakukan penelitian dan penyusunan data sehingga mendapatkan hasil yang optimal. d. Fokus terhadap perumusan masalah yang diangkat serta penyelesaiaannya dalam segi desain.
REFERENSI Buku: Winardi, 2000, Azas-azas Marketing, penerbit Liberty Juwana, Jimmy. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga Broadbent, Geoffrey. (1973). Design in Architecture:Architecture and the Human Sciences. (Edisi 1). New York: John Wiley&Sons. Ching, F.D.K. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. (Edisi 2). Jakarta: Erlangga. San Pedro (2006). Conceptual Design Study For The Electric Cargo Conveyor (ECCO) System.Los Angeles General Atomics Jurnal Parenrengi Syarifuddin M. et al. (2011). Analisis Risiko Supply Chain Management Dalam Membangun Ketangguhan Perusahaan Dengan Metode Failure Mode Effect And Analysis (FMEA). Jurnal Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Volume 5, diakses 14 februari 2015 Osman Wiwik Wahidah. Et al. (2013). Pola Penggunaan Lahan Pada Kawasan Pesisir Kota Makassar. Jurnal Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Volume 7, diakses 14 februari 2015 Pradhan Rudra Prakash (2010). Transport Infrastructure, Energy Consumption and Growth Triangle in India: Cointegration and Causality Analysis. Journal of Sustainable Development. Volume 3, No. 2, diakses 14 februari 2015 Leachman C Robert. (2011). Transport Research Part E. Journal of Industrial Engineering. Volume 47, No. 6, diakses 14 februari 2015 Hsieh Chuming (2012). Climate Sensitive Urban Design Measures for Improving the Wind Environment for Pedestrians in a Transit Oriented Development Area. Journal of Sustainable Development. Volume 5, No. 4: 46-58, diakses 14 februari 2015 Peraturan Pemerintah: Peraturan menteri perdagangan R.I (2013). Nomor: 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang pengelolaan pasar modern, diakses 14 februari 2015 Tesis Ariani Desi. (2013). Analisis Pengaruh Supply Chain Management Terhadap Kinerja Perusahaan Sumatra Barat. Hasil penelitian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro, diakses 14 februari 2015 dari http://undip.ac.id
Website: Peta Kawasan Jakarta Utara (2015). Diperoleh 14 februari 2015 dari www.googlemaps.com Peta Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok (2013). Diperoleh 14 februari 2015 dari www.academia.edu Nilai Ekpor Menurut Pelabuhan Utama (2010-2013). Diperoleh 14 februari 2015 dari www.bps.go.id Nilai Impor Menurut Pelabuhan Utama (2010-2013). Diperoleh 14 februari 2015 dari www.bps.go.id 11
Peta Rencana Kawasan Marunda Jakarta Utara (2013). Diperoleh 14 februari 2015 dari www.slideshare.net Moran Industries (2015). Diperoleh 20 maret 2015 dari www.moranlogistics.com DFO Moorabbin (2015). Diperoleh 20 maret 2015 dari www.dfo.com
RIWAYAT PENULIS Michael Jonathan lahir di Jakarta pada tanggal 14 Agustus tahun 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang arsitektur pada tahun 2015.
12