Pembangunan Perumahan dan Permukiman sebagai Instrumen untuk Mengarahkan Distribusi Spasial dari Populasi Oleh: Pindo Tutuko1 Abstrak Perumahan sebagai suatu mikrocosm implikasinya luas dalam investasi pemukiman bagi perekonomian nasional suatu negara-negara dalam tahap pengembangan yang berbeda, dan dalam konteks yang beragam. Konstruksi perumahan dan pemukiman memberikan efek-efek pada penyerapan tenaga kerja, income dan tabungan, harga dan kesimbangan pembayaran. Ada juga yang percaya pada konsekuensi investasi perumahan bagi tiap agregat perekonomian ini. Perumahan dan pemukiman dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengarahkan distribusi spasial dari populasi dan penanda pada aspek politis perumahan. Investasi pada perumahan dengan biaya rendah menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi mereka dengan skill yang terbatas. Generator lapangan kerja tertinggi adalah pemukiman keluarga besar dengan biaya rendah, ini merupakan kategori yang juga meminimalkan biaya lahan dengan membutuhkan jumlah terendah bagi penutupan permukaan per unit. Di sisi lain, program pembangunan perumahan berhubungan dengan pengembangan perekonomian regional atau pada kebijakan industrialisasi. Perumahan merupakan pembantu yang penting bagi pengembangan industri. Kota Sidoarjo sebagai yang berbatasan dengan kota besar seperti Surabaya mendapatkan pengaruh yang besar dalam pembangunan perumahan. Perkembangan perumahan dilihat dari segi banyaknya unit rumah, serta perubahan secara fisik terhadap unit bangunan yang direnovasi baik tampilan dan perubahan fungsi bangunannya merupakan gejala “penetrasi” yaitu terjadinya penerobosan fungsi baru kedalam suatu fungsi yang homogen, yang dalam hal ini adalah “penetrasi” terhadap fungsi perumahan Penetrasi ini dapat kita masukan juga sebagai pengaruh berkembangnya wilayah kota terhadap perkembangan wilayah permukiman, dan sebaliknya. Hal ini memberikan indikasi bahwa perkembangan perumahan dan perkembangan wilayah kota merupakan dua hal yang mempengaruhi satu sama lain. Kata kunci: Distribusi Sapsial, Penetrasi Fungsi Perumahan, Pembangunan Perumahan dan Permukiman 1. PENDAHULUAN Di negara-negara berkembang pertumbuhan industri menawarkan lapangan kerja dan peluang perdagangan bagi orang-oarng desa yang sedang menghadapi penurunan standar kehidupan karena kurangnya lahan, menyusutnya lingkungan pedesaan, atau industrialisasi pertanian. Namun peningkatan urbanisasi muncul tanpa adanya peluang yang signifikan bagi para transmigran. Para pendatang baru di kota, jika mereka beruntung, memiliki peluang tinggal dan cenderung mencoba tinggal sedekatnya dengan sumber penghasilan, seperti pekerja pabrik, pedagang, atau pegawai sebuah kantor. Untuk mewadahi itu semua diperlukan suatu perumahan yang setidaknya dapat meminimalkan masalah terhadap kebutuhan akan tempat tinggal. Pada akhirnya ruang-ruang dan populasi lah yang dijadikan pertimbangan dalam menetukan kebijakan dalam pembangunan perumahan dan permukiman oleh pihak pemerintah kota maupun pihak swasta. Lebih lanjut perumahan sebagai suatu mikrocosm memberikan implikasi lebih luas pada investasi pemukiman bagi perekonomian.Penilaian keuntungan perumahan memberikan implikasiimplikasi antara lain pada : a. Efek-efek konstruksi pemukiman pada penyerapan tenaga kerja b. Income dan tabungan c. Efeknya pada Level Harga
1
Disampaikan pada Seminar Rekayasa Teknik Sipil UPN-Surabaya, 2004
a. Efek-Efek pada Lapangan Kerja Dikarakteristikkan berdasar tuntutan skill terendah, konstruksi rumah memainkan peran kunci sebagai “gerbang masuk” menuju pasar tenaga kerja urban. Pembangun rumah banyak yang menggunakan angkatan dual kerja. Sekelompok pekerja berskill atau supervisor kerja, dan pekerja pindahan yang dilatih bila diperlukan. b. Efeknya pada Income dan Tabungan Pengalaman mengindikasikan bahwa hasrat untuk membeli atau memperbaharui rumah adalah perangsang potensial bagi tabungan konsumen. Tabungan yang dihasilkan dari antisipasi pembelian rumah menampilkan tambahan bersih untuk total dana yang tersedia bagi investasi, tabungan dapat membantu menurunkan konsumsi saat itu dan oleh karenanya terjadi peningkatan dalam harga konsumen. Pada akhirnya kepemilikan rumah yang dipublikasikan dapat merangsang penabungan. Metode yang sangat efektif dalam memanfaatkan hasrat kepemilikan rumah yang sering dilakukan saat ini untuk mendorong penabungan adalah perlakuan preferensi tabungan yang ditujukan pada pembelian rumah. c. Efeknya pada Level Harga Ekspansi konstruksi pemukiman dipercayai sebagai penyebab inflasi, atau setidaknya merangsang kenaikan harga tertinggi dibanding dengan investasi lainnya. Ekspansi konstruksi ini juga merupakan kontribusi bagi problem keseimbangan pembayaran. Peningkatan pada permintaan untuk barang apapun tidak akan hanya mempengaruhi harga barang tersebut saja melainkan juga pada harga barang dan jasa yang terkait dengan permintaan. 2. ASPEK SPASIAL Pertimbangan spasial (keruangan) yang mencolok masuk kedalam keputusan pengembangan dari perumahan, yaitu distribusi regional untuk bangunan permukiman di dalam negara dan distribusi lokasional (peletakan) perumahan didalam area urban. Kebijakan perumahan bisa digunakan sebagai suatu instrumen untuk mempengaruhi pola pemukiman dari satu negara atau kota. Tidak ada klaim yang diajukan untuk kekuatan suatu rumah dengan kualitas yang cukup baik dan dengan biaya cukup rendah untuk membujuk tenaga kerja agar tetap bertahan di lapangan. Walaupun demikian, ketersediaan kualitas perumahan, dengan sendirinya, menentukan keputusan untuk migrasi atau tidak, dengan demikian destinasi migrasi akan tetap diverifikasi. Ada pendapat yang memandang perumahan sebagai suatu kondisi dan bukannya sebagai determinan dari migrasi. Program perumahan harus dikenakan pada pengembangan perekonomian regional atau pada kebijakan industrialisasi. Karena perumahan merupakan pembantu yang penting bagi pengembangan industri, maka problemnya tidak hanya pilihan antara perumahan dan jenis investasi lainnya; melainkan problem terletak pada berapa banyak perumahan yang harus ada agar dapat menghasilkan pemasukan dari investasi lainnya. Jika industri baru ditarik ke daerah pengembangan, maka angkatan tenaga kerjanya harus ditarik pula dan perumahan diperlukan bagi para migrator. Namun perumahan memberikan akomodasi dan bukannya mendorong mobilitas pekerja. Berpindah akan dilakukan jika perubahan dalam kesejahteraan nyata dari bermigrasi ternyata melebihi jika dibandingkan dengan tidak bermigrasi. Kesejahteraan nyata, sebaliknya, akan diekspresikan sebagai nilai kini dari biaya yang kurang menguntungkan terhadap kehidupan seseorang. Perumahan hanya menampilkan satu komponen dari kesejahteraan nyata, dan kepentingannya terkait dengan komponen tunggal yakni sebagai determinan berpindah yang kurang pasti. Kecenderungan untuk berpindah akan lebih besar jika kondisi perumahan ternyata lebih baik di tempat lain. 3. IMPLIKASI POLITIS Politisi sangat sadar akan tampilan perumahan dan efek-efek sikap dari kepemilikan rumah. Di lain pihak, para politisi yang berkuasa dapat menunjukkan dengan bangganya, proyek perumahan bantuan publik sebagai alat ukur kepedulian mereka terhadap orang-orang dan kepedulian sosial mereka. Politisi sebagai pengatur, memiliki insting bagi solusi terbaik terhadap problem perumahan kaum miskin, kurang visible, dan kurang atraktif dibanding proyek standar. Keberadaan perumahan adalah stabilitas politik. Pemerintah yang berkuasa bisa mengadopsi intervensi perumahan, karena para pembuat keputusan percaya bahwa kebijakan ini dapat
menanggulangi sistem sosial dan politik yang tengah memburuk. Dengan cara ini, kemungkinan untuk memakai perumahan sebagai instrumen menstabilisasi kelompok yang tidak teratur, terasing, dan berbahaya, bisa jadi cukup substansial. 4. BERAGAM TUJUAN DARI KEBIJAKAN PUBLIK Program-program perumahan merupakan komponen dengan lingkup luas dari kebijakan publik yang memiliki banyak tujuan. Maka tidak mengejutkan, objektif-objektif beragam terkadang mengalami konflik. Konflik kebijakan muncul bilamana lembaga publik atau semi publik dibebani dengan misi untuk membantu pendanaan pemukiman yang ternyata terkena dampak hambatan kredit perumahan yang merugikan. Dengan demikian, mereka akan memperlemah keefektifan dari kebijakan stabilisasi umum atau menambah beban mereka akan sektor non-perumahan dari perekonomian. Meskipun dukungan pemerintah untuk konstruksi pemukiman membuahkan dampak stabilitas yang baik pada sektor perumahan itu sendiri masih mengambang. Beragamnya tujuan dari kebijakan publik bisa juga mempengaruhi posisi perumahan diantara prioritas sosial. Bilamana objek baru untuk kepentingan sosioekonomi muncul di permukaan, maka program-program perumahan bisa ditujukan untuk alokasi sumber daya pada rangking terendah. Di beberapa negara, contohnya saja, pengembangan sumber daya energi domestik dan pengukuran untuk meningkatkan lingkungan sudah menjadi objektif prioritas utama, dan keduanya menuntut input modal yang besar dari sektor publik maupun swasta. Nampaknya pergeseran dalam tujuan nasional ini akan membuat program perumahan menjadi tidak terpengaruhi. Di negara-negara tengah berkembang, tentu saja, problem prioritas sosial khususnya sangat akut karena kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi sangat banyak dan mendesak. 5. PERKEMBANGAN DAN SEJARAH PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG DIAMATI Perumahan dan permukiman yang disurvey berada di wilayah Kota Sidoarjo. Perumahan Pondok jati dan desa Pagerwojo dipilih karena berada pada daerah yang menjadi pusat pengembangan area perumahan . Daerah tersebut juga berada dekat dengan gerbang Tol Malang-Surabaya. Dengan demikian pengaruh perkembangan kota semakin cepat mempengaruhi arah kebijakan pembangunan perumahan dan perumukiman serta distribusi spasial populasi masyarakat Sidoarjo. A. Sejarah Perkembangan perumahan Pondok Jati Sejarah lahan perumahan Lahan perumahan Pondok Jati dulunya adalah area persawahan, kemudian dibeli secara bertahap. Proses pembebasan lahan dimulai sejak tahun 1987 sampai dengan tahun 1997. area persawahan ini adalah milik warga sekitar kecamatan Buduran dan Sidoarjo yang tergolong produktif karena ditunjang oleh adanya sungai pucang yang membelah kelurahan Pagerwojo. Setelah adanya stadion Sidoarjo, maka dibuat jalan tembus ke jalan A.Yani yang akhirnya memisahkan sebagian wilayah Pondok Jati yang dibangun pada tahap II. Adanya jalan ini semakin meningkatkan keunggulan pencapaian Pondok Jati ke pusat kota dibanding perumahan lain yang ada disekitarnya. Perkembangan pembangunan Awal pembangunan (tahap I) perumahan Pondok Jati adalah pada tahun 1989, tahap II dilanjutkan sekitar tahun 1993, tahap III dilaksanakan tahun 1996, dan tahap IV resmi dimulai setelah turunnya SK Bupati Sidoarjo No. 188/419/404.1.1.3/2002 tanggal 25 Juni 2002, dengan luas lahan 62.045 m2. (sumber: Bappekot Sidoarjo). Pada pembangunan tahap I dan II diutamakan pembangunan rumah dengan tipe kecil dan menengah (27, 36 dan 45), sedangkan pada tahap III dan IV baru dilaksanakan prioritas pembangunan rumah dengan tipe sedang dan besar (36,45,54,57,70,82,85,91,150 dan 190). (Sumber: Blok Plan dan Brosur Pondok Jati) Perkembangan tampilan bangunan Seiring perjalanan waktu, pembangunan bertahap menghasilkan perubahan tampilan bangunan, hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya selera dan daya beli masyarakat serta kemampuan modal pengembang. Pengaruh lain adalah persaingan antar developer yang letaknya sangat berdekatan di Kecamatan Sidoarjo. Perkembangan pemasaran
Penurunan pemasaran mulai dirasakan sejak tahun 1997 yakni masa krismon sampai sekitar tahun 1999, setelah itu penjualan rumah Pondok Jati kembali membaik sampai saat ini. Perkembangan Fisik perumahan yang dilakukan warga Lokasi yang strategis dari perumahan Pondok Jati membawa pengaruh terhadap perubahan fungsi bangunan dimana banyak rumah mulai dijadikan tempat usaha seperti apotik, salon, wartel, kantor dan gudang. Khusus pada jalan utama perumahan, bentuk rumah awal hampir tidak dapat kita jumpai lagi karena para penghuni telah melakukan renovasi dengan menambah jumlah lantai dan tampilan bangunan yang semakin ekslusif. Banyaknya fungsi rumah yang berubah menjadi tempat usaha dan kantor juga mendorong masuknya PKL ke dalam kompleks perumahan. B. Perkembangan Dan Sejarah Permukiman Desa Pagerwojo Keberadaan Awal Keberadaan desa Pagerwojo sudah sangat lama meskipun belum pasti kapan keberadaan awal dan siapa yang merintis perkampungan tersebut. Diperkirakan keberadaan kampung tersebut bersamaan dengan adanya kampung yang berada di sebelah barat alun-alun. Berdasarkan sumber dari wawancara yang kami dapatkan, kampung Pagerwojo termasuk kampung yang paling lama, selain itu ada juga kampung yang lama yang berada di di sisi baratnya yaitu kampung Ental Sewu. Karena Desa Pagerwojo berada di bagian tepi dari Sidoarjo, maka ada semacam olok-olok bagi desa Pagerwojo dan desa Ental Sewu sebagai “ndeso”nya orang Sidoarjo. Akses menuju kampung Pada jaman dahulu, sebelum adanya jalan Tol dan Gedung Gelora Delta Sidoarjo ada, akses menuju desa Pagerwojo hanya berupa jalan kecil. Dengan kondisi yang demikian menyebabkan desa tersebut menjadi tidak atau sulit berkembang. Sesuai dengan perkembangan jaman, ditambah dengan dibukanya jalan baru yang melewati Gedung Gelora Delta Sidoarjo, menyebabkan desa tersebut menjadi “terbuka”. Terbuka disini berarti desa tersebut menerima segala pengaruh yang berada dari luar desa, sebaliknya jalan menerima kedatangan reaksi dari aksi perkembangan kota Sidoarjo. Perkembangan Desa Kalau ditinjau dari kewilayahan, maka desa Pagerwojo tidak mengalami pemekaran atau penyusutan wilayah. Hal ini disebabkan karena posisi desa tersebut yang sulit untuk berkembang, ditambah dengan keberadaan sungai dan jalan kereta api yang membujur ke Utara-Selatan. Perkembangan yang terjadi adalah perkembangan dari sektor perumahannya. Yang dimaksudkan disini adalah jumlah rumah dan variasi dari rumah yang mengalami perkembangan. Perkembangan ini tidak lepas dari pengaruh perkembangan kota dan perumahan yang berada di sekelilingnya. 6. PERKEMBANGAN PERUMAHAN PERKEMBANGAN WILAYAH KOTA
DAN
PERMUKIMAN
DITINJAU
DARI
A. Perumahan Pondok Jati Perumahan Pondok Jati yang terletak di bagian Barat kota Sidoarjo adalah salah satu perumahan yang mengikuti arahan perkembangan wilayah kota yang di buat dalam RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota) Kota Sidoarjo. Didalam RDTRK yang dibuat tahun 1992/1993 dan direncanakan sampai dengan tahun 2013/2014, disebutkan bahwa pengarahan pengembangan kota kearah luasan lahan yang memungkinkan pengembangannya adalah kearah Barat kota Sidoarjo. Hal ini dikarenakan pengembangan kearah Timur mengalami keterbatasan dengan adanya selat Madura yang berpotensi sebagai daerah pengembangan lahan perikanan/tambak, sedangkan ke arah Utara – Selatan luas lahan semakin terbatas akibat potensi jalan inter-regional Malang-Surabaya (sumber: RDTRK kota Sidoarjo 1992/19932013/2014). Perkembangan perumahan Pondok Jati selain dipengaruhi oleh kemampuan finansial dari pengembangnya, sebenarnya juga banyak dipengaruhi arahan pengembangan wilayah kota yang dilakukan pemerintah kota Sidoarjo. Diarahkannya pengembangan kearah Barat yang kemudian diikuti pengembangan fasilitas umum dan sarana/prasarana kota dengan tujuan mengurangi sentralisasi letak fasilitas umum dan sarana prasarana di pusat kota Sidoarjo (sumber RDTRK kota Sidoarjo 1992/19932013/2014), mempercepat tumbuhnya kawasan sekitar perumahan Pondok Jati tersebut yang berdampak semakin strategisnya posisi perumahan Pondok Jati terhadap aspek pemenuhan kebutuhan fasilitas umum kota. Pengaruh meningkatnya area lingkungan seperti diatas dapat kita anggap sebagai pengaruh tidak langsung yang diterima oleh Perumahan Pondok Jati, sedangkan pengaruh langsung dari perkembangan
wilayah kota terhadap perkembangan perumahan tersebut adalah dibukanya jalan yang menghubungkan jalan Pahlawan yang tembus ke jalan poros A.Yani dan jalur Tol, yang mana jalur keluar Tol ke arah kota Sidoarjo tepat berada di bagian depan perumahan Pondok Jati. Perkembangan perumahan Pondok Jati dilihat dari segi banyaknya perubahan secara fisik terhadap unit bangunan yang direnovasi baik tampilan dan perubahan fungsi bangunannya merupakan gejala “penetrasi” yaitu terjadinya penerobosan fungsi baru kedalam suatu fungsi yang homogen, yang dalam hal ini adalah “penetrasi” terhadap fungsi perumahan (materi kuliah Ragam perkembangan kota). Penetrasi ini dapat kita masukan juga sebagai pengaruh berkembangnya wilayah kota terhadap perkembangan wilayah permukiman, dan sebaliknya. Pernyataan-pernyataan diatas memberikan indikasi bahwa perkembangan perumahan Pondok Jati dan perkembangan wilayah kota merupakan dua hal yang mempengaruhi satu sama lain.
Peruntukan perumahan oleh PT. Pantesenta – Perum Pondok Jati
Desa Pagerwojo
RIK Sidoarjo Tahun 1985-2004
B. Perkembangan Desa Pagerwojo Ditinjau Dari Perkembangan Wilayah Kota Sidoarjo Berdasarkan RIK sampai dengan tahun 2004, peruntukan desa Pagerwojo tetap sebagai permukiman, dalam hal ini permukiman kampung lama yang dipertahankan. Kalau kita lihat peta peruntukan diatas, maka sebenarnya lahan yang berada di sisi selatan sudah jelas diperuntukkan sebagai perumahan. Perumahan yang dibangun tentunya adalah dari sektor private atau pengembang. Kemajuan bidang transportasi menjadikan salah satu faktor penyebab dari perkembangan kota Sidoarjo selain sektor industri yang sekarang sedang marak-maraknya dan menjadi tulang punggung perekonomian di Sidoarjo. Mulut jalan Tol yang berada di dekat desa Pegerwojo dan perumahan Pondok jati menjadikan adanya pertimbangan dalam perluasan jaringan transportasi yang ada di kota Sidoarjo.. Perkembangan yang ada sekarang menunjukkan perkembangan yang tidak begitu revolusioner atau terkesan evolusi. Suasana desa masih nampak dan tipe-tipe dari kampung muncul dalam keramaian perkembangan kota. Hal ini menyebabkan terlihat kontras dengan permukiman yang lain. Sehingga terkesan belum siap dengan adanya perkembangan tersebut. Jika dilihat dari luasan lahan yang ada, dan keterbatasan gerak perkembangan desa tersebut, maka upaya yang bisa dilakukan ditinjau dari dari perkembangan wilayah kota antara lain: 1. Kegiatan penjualan tanah oleh warga desa itu sendiri, hal ini tidak menutup kemungkinan karena harga tanah menjadi mahal oleh karena adanya jalan, yang sebenarnya masih murah bagi anggapan orang berduit. 2. Mempertahankan tanah, karena termasuk kampung lama, maka penghuninya relatif sudah mengalami alih generasi entah sampai berapa kali. 3. Pembangunan rumah baru. Pembangunan rumah baru dilakukan oleh penghuni sendiri yang membeli tanah tetangga mereka atau orang lain dari luar desa yang ingin membangun rumah di desa itu. 4. Usaha perluasan ruang kegiatan. Berhubung harga tanah mahal dan warga kampung ada yang mempertahankan rumah mereka, maka salah satu usaha yang mereka lakukan adalah dengan menambah ruang kegiatan dalam rumah dengan cara menambah jumlah lantai.
7. UPAYA PENGADAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN A. Perumahan Pondok Jati Upaya pengembang perumahan pondok jati (PT. Panca Teja sentana) untuk pengadaan perumahan murah pada tahap IV sekarang ini sangatlah sulit disebabkan oleh : § Semakin tingginya harga lahan § Pengembangan model bangunan yang harus lebih ekslusif untuk menyesuaikan lokasi perumahan yang berada di wilayah kota serta selera masyarakat, membawa konsekuensi terhadap penggunaan material yang lebih berkualitas dan tenaga ahli yang lebih terampil sehingga biaya untuk produksi semakin tinggi. § Persaingan citra dengan pengembang yang berada disekitar perumahan Pondok Jati seperti Pondok Mutiara dan Pondok Pinang. Sulitnya menekan harga di lokasi Perumahan Pondok Jati ini memberikan alternatif kepada pengembang untuk membangun perumahan Taman Pondok Jati yang berlokasi lebih kepinggir kota yakni di Kec. Taman dimana harga lahan lebih rendah dan dengan model yang lebih sederhana sehingga harganya lebih murah. Meskipun harga rumah di perumahan pondok jati pada Tahap IV ini tergolong tinggi, pengembang tetap berupaya agar dapat lebih mudah dijangkau oleh masyarakat umum dengan jalan : § Uang muka dapat dicicil sampai selesainya unit rumah yang dipilih. Hal ini diharapkan bahwa calon penghuni tidak terlalu diberatkan oleh uang muka. § Calon penghuni dapat dibantu oleh pengembang dalam mengurus KPR BTN Kenyataan ini memberikan gambaran kepada kita bahwa beberapa persoalan pengadaan perumahan murah masih sangat sulit teratasi khususnya pada wilayah kota yang telah berkembang seperti wilayah yang ditempati oleh perumahan pondok jati tersebut. Tingginya harga lahan dan harga bangunan semakin membuat sulit serta terpinggirnya golongan ekonomi menengah kebawah ke daerah pinggiran kota yang berdampak jauhnya akses ketempat kerja mereka. Keadaan ini masih terus berlangsung tanpa dapat dicari solusinya secara nyata oleh pengembang dan pemerintah. Konsep penggunaan material lokal sangat sulit diterapkan karena tuntutan model dan persaingan citra serta perolehan keuntungan untuk pengembang lebih menjadi prioritas dibanding tujuan mengadakan rumah yang lebih murah untuk masyarakat kota. B. Desa Pagerwojo Upaya masyarakat desa Pagerwojo untuk pengadaan perumahan sekarang ini dipengaruhi oleh : § Perkembangan perumahan dari sektor swasta yang berada di sekitar desa Pagerwojo. § Semakin sedikitnya lahan-lahan untuk membangun rumah § Semakin mahalnya harga tanah akibat imbas dari perumahan dan akses jalan yang ada disekitar Desa Pagerwojo § Banyaknya para pendatang yang ingin memiliki tanah atau rumah yang berada di desa Pagerwojo. § Persaingan antara warga sendiri dalam pembangunan rumah, baik yang renovasi ataupun yang membangun baru. 8. UPAYA PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN A. Perumahan Pondok Jati Upaya Pemerintah Upaya pemerintah yang dilakukan dalam pengembangan perumahan secara khusus di perumahan Pondok Jati dapat kita lihat dengan adanya aturan-aturan secara administrasi yang dilakukan dibawah tanggung jawab Bappekot Sidoarjo berkaitan dengan ijin dan secara teknis yang dilakukan di bawah tanggungjawab Kimpraswil kota Sidoarjo, aturan menyangkut pembangunan perumahan dan pengembangannya dapat kita temui dalam RDTRK kota Sidoarjo 1992/1993 – 2013/2014.. Swasta Pihak swasta dalam hal ini adalah pengembang perumahan Pondok Jati (PT. Panca Teja Sentana), dari awal pengembangan perumahannya telah mematuhi aturan administrasi menyangkut ijin dan teknis pembangunan perumahannya. Prosedur ijin dan gambar telah diperiksa oleh Bapekot dan Kimpraswil yang kemudian mendapat persetujuan pembangunan oleh Bupati kabupaten Sidoarjo. Masyarakat Upaya masyarakat dalam pengembangan perumahan Pondok Jati, pada masa awal pembangunan tentu saja belum ada, akan tetapi pada masa penghunian dimana bangunan diserahkan sepenuhnya kepada
pemilik, penghuni sebagai masyarakat tentu saja memiliki peluang seluas luasnya untuk mengembangkan rumahnya dan pemeliharaan lingkungan. Untuk pengembangan luasan dan bentuk rumah sangat tergantung dari kebutuhan dan kemampuan masing-masing penghuni, dari pengamatan dilapangan nampak bahwa pengembangan luasan unit bangunan umumnya mengalami perluasan ke belakang, kesamping dan keatas. Tampilan bangunan pada unit bangunan yang telah mengalami renovasi total sangat berbeda dengan bentuk awal, sedangkan unit bangunan yang hanya mengalami renovasi sebagian yakni hanya penambahan ruang masih memperlihatkan bentuk dan tampilan awal.
9. KESIMPULAN 1.
2. 3. 4. 5. 6.
Konsep perkembangan permukiman bersama-sama dengan perkembangan wilayah di desa Pagerwojo dan perumahan Pondok Jati tergantung dari pelaku, karena pelaku inilah yang paling berperan dalam usaha perkembangan permukiman. Pelaku disini meliputi pemerintah, swasta, komunitas bersama, dan perseorangan. Upaya masyarakat untuk pengadaan perumahan sekarang ini dipengaruhi oleh Perkembangan perumahan dari sektor swasta, semakin sedikitnya lahan-lahan untuk membangun rumah, semakin mahalnya harga tanah, inilah yang menyebabkan penetrasi perumahan hadir. Pendekatan Perumkim dan Wilayah dengan Pendekatan Komersial muncul disebabkan adanya peluang-peluang dari segi ekonomi yang ada pada suatu daerah yang dilirik oleh para pelaku bisnis. Terjadi distribusi spasial pada polulasi masyarakat, antara masyarakat penduduk asli Sidoarjo dengan pendatang yang menempati lahan yang sebain besar dulunya dipergunakan untuk areal persawahan. Adanya perubahan peruntukkan yang semula untuk permukiman kampung dengan areal persawahan menjadi permukiman untuk pembangunan perumahan oleh pihak developer atas kebijakan pemerintah kota. Dengan adanya fasilitas kredit kepemilikian rumah yang diberlakukan dalam pembelian rumah, menyebabkan sebagian investasi dilakukan memalui fisik rumah sebagai objek tabungan.
10. DAFTAR PUSTAKA Ever, H. D. & Korf, R., 2002, Urbanisme di Asia Tenggara, Makna dan kekuasaan dalam Ruang-Ruang Sosial; Yayasan Obor Indonesia; Jakarta 2002 Girardet, H., 1992, The Gaia Atlas of Cities - New directions for sustainable urban living, Chapter3: The Expanding City, Sick Cities, Sick World, Gaia Books Ltd, 20 High Street, Stroud, Glos, GL5 1AS. ISBN. 1-85675-065-5 Burns L. S, and Grebler, L., 1977, The Housing of Nation, The Macmillan Press Ltd, New York Girardet, H., 1992, The Gaia Atlas of Cities - New directions for sustainable urban living, Chapter3: The Expanding City, Sick Cities, Sick World, Gaia Books Ltd, 20 High Street, Stroud, Glos, GL5 1AS. ISBN. 1-85675-065-5 Gugler, J, 1988, The Urbanization of The Third World, Oxford University Press, Walton Street, Oxford Mangin, William P. And John F. C. Turner. 1969. Benavides and the Barriada Movement. In Shelter and Society, F.A Praeger, New York Roy, P and Gupta, S D, Ed, 1995, Urbanization and Slums, International Development Research Centre and Norwegian Agency for Development Co-operation New Delhi, Har-Anand Publications, Chirag Delhi, New Delhi ----- Rencana Induk Kota Sidoarjo tahun 1984-2004 ----- Rencana Detail Tata Ruang Kota Sidoarjo tahun 1992/1993-tahun 2013/2014