47
PEMBAHASAN
Aspek Teknis PT. Gula Putih Mataram menggunakan sistem mekanisasi dalam kegiatan pengolahan lahan, hal ini menyebabkan dalam pelaksanaan pengolahan tanah sangat tergantung pada kondisi tanah. Kondisi tanah yang ideal dalam kegiatan pengolahan tanah yaitu pada kondisi lapang atau tanah dalam keadaan lembab. Pengolahan tanah pada saat kondisi basah menyebabkan kerusakan pada traktor beserta implemennya selain itu juga mempengaruhi kualitas hasil pengolahan tanahnya. Penyemprotan pre emergence dilakukan untuk mengendalikan gulma setelah tanaman utama tumbuh namun gulma belum tumbuh, hal ini dilakukan untuk mencegah perkecambahan gulma. Penyemprotan pre emergence di PT. Gula Putih Mataram menggunakan pertisida sistemik dengan bahan aktif diuron, ametrin dan 2,4 D. Penggunaan 2,4 D dinilai tidak efektif karena mengingat penyemprotan pre emergence dilakukan sebelum tebu dan gulma tumbuh, sedangkan 2,4 D merupakan herbisida yang yang digunakan untuk mengendalikan gulma pasca tumbuh dan berdaun lebah. Rippenner merupakan kegiatan pemberian zat pemacu kemasakan atau hormon untuk mempercepat pemanenan. ZPK (zat pemacu kemasakan merupakan zat yang termasuk zat penghambat tumbuh sistesis yang berfungsi sebagai pengatur tumbuh tanaman. ZPK yang digunakan pada saat rippenner berbahan aktif sulfosat yang merupakan salah satu jenis herbisida yang bersifat sistemik. Penggunaan
sulfosat
sebagai
ZPK
memberikan
dampak
terhambatnya
pertumbuhan tanaman keprasan, hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman ratoon di PT. Gula Putih Mataram tidak seragam dan presentase tanaman tebu ulang sama dengan tanaman tebu keprasan.
48
Aspek Khusus Sistem Irigasi Sistem irigasi yang dilakukan di PT. Gula Putih Mataram adalah sistem irigasi curah (sprinkler). Irigasi curah (sprinkle irrigation) disebut juga overhead irrigation karena pemberian air dilakukan dari bagian atas tanaman terpancar menyerupai curah hujan (Prastowo, 2002). Komponen irigasi curah terdiri dari: (a) pompa dengan tenaga penggerak sebagai sumber tekanan, (b) pipa utama, (c) pipa lateral, (d) pipa peninggi (riser), dan (e) kepala sprinkler (sprinkler head). Kapasitas kerja mesin kecil adalah 2.5 ha/hari dan untuk mesin besar adalah 4 ha/hari dengan jam kerja mesin maksimum 18 jam. Dalam perancangan sistem irigasi digunakan debit hisap sekitar 40 l/s dengan overlap semprotan lebih dari 10 %. Instalasi pipa untuk membentuk teknik irigasi disesuaikan dengan lokasi yang akan diirigasi. Tiap kali penyemprotan digunakan dua gun sprayer. Jangkauan semproran dari gun sprayer sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin, bila angin berhembus kencang pada siang hari maka jarak antar pipa dengan gun dikurang agar overlap dapat terjadi dan jangkauan gun semakin jauh sehingga areal dapat tersiram secara merata. Lamanya penyiraman setiap titik dilakukan selama 2 jam dengan asumsi selama dua jam kedalaman air irigasi mencapai 15 cm dari permukaan tanah atau setara dengan curah hujan 5.76 mm/cm2. Jika 2 titik selama 2 jam mampu mengirigasi seluas 0.5 ha dalam waktu 10 jam 2.5 ha lahan tebu dapat diirigasi.
Penetapan areal irigasi Penetapan areal irigasi dilakukan sebelum areal diirigasi. Sumber air yang digunakan adalah lebung yang memiliki cadangan air yang cukup dan dekat dengan areal. Jumlah lebung yang terdapat di PT. Gula Putih Mataram rata-rata untuk satu blok (1 blok rata-rata seluas 10 ha) berjumlah 5 lebung. Penetapan areal irigasi diprioritaskan pada areal yang akan di tanam ulang atau areal yang keprasannya dipelihara. Penetapan areal yang akan diirigasi juga didasarkan dari data hasil pengukuran kelembaban tanah.
49
Pengukuran Kelembaban Tanah Pengukuran kelembaban tanah dilakukan untuk mengetahui kadar air tanah yang tersedian di dalam tanah dan dapat diserap oleh perakaran tanaman. Kelembaban air di dalam tanah diukur sehari dua hari sekali dengan menggunakan Diviner 2000 yaitu suatu alat ukur kelembaban tanah yang terdiri dari probe, complete tube, dan display. Probe terdiri dari grey sensor head berfungsi sebagai sensor untuk mengukur kelembaban tanah, kabel dan stick diviner. Complete tube ditanamkan ke dalam tanah, dua buah complete tube mewakili 1 blok areal. Display berfungsi untuk menyimpan data hasil pengukuran. Setiap
melakukan pengukuran, stick diviner yang panjangnya 1 m
dimasukkan ke dalam complete tube, hasil pengukurannya disimpan secara otomatis di dalam display. Daerah di luar prioritas berarti jumlah air didalam tanah masih mencukupi. Bila kandungan air di dalam tanah mendekati red point lahan harus segera diirigasi, bila tidak tanaman tebu akan mati. Sedangkan bila kandungan air berada pada yellow point menunjukan bahwa tanaman dalam kondisi siaga tetapi masih aman dan tiadak perlu di berikan irigasi. Green point menunjukkan bahwa tanaman dalam kondisi aman, artinya kandungan air didalam tanah mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Namun demikian hasil dari program diviner juga harus dibandingkan dengan hasil nyata di lapangan karena sering kali ditemukan kasus
dimana berdasarkan data
pembacaan
display
diviner
menunjukkan bahwa tanaman berada pada red point atau tanaman menunjukkan kondi kekurangan air namun penampakan di lapang menunjukkan tanaman dalam keadaan normal. Tabel 7. Penggolongan ketersediaan air tanah Kategori Cukup Sedang Kurang
Kadar air tanah (%) > 60 40 - 60 < 40
Sumber : Laporan tahunan MIS Plantation PT. GPM, 2010
Penggolongan ketersediaan air tanah yang tercantum pada tabel 6 didasarkan pada kadar air tanah pada kedalaman jelajah perakaran tebu. Tebu memerlukan curah hujan yang merata sepanjang masa pertumbuhannya, idealnya antara 1.500 – 2.000 mm per tahun dengan hari hujan antara 150- 200 hari per
50
tahun dengan musim kemarau pada saat tebang. Pada kondisi lapang penyiraman selama 2 jam diperoleh kedalaman air irigasi mencapai 15 cm dari permukaan tanah atau setara dengan curah hujan 5.76 mm/cm2 Pemberian air irigasi meningkatkan kadar air tanah lebih dari 60% sehingga kadar air tanah cukup tersedia bagi perakaran tanaman.
Aplikasi Irigasi Aplikasi irigasi harus dilakukan pada waktu yang tetap mengingat biaya yang dikeluarkan cukup tinggi, penentuan waktu aplikasi yang tepat dimaksudkan untuk mencapai efisiensi irigasi. Pada tanaman RPC irigasi dilakukan pada saat pengeceran atau pencacahan bibit dan setelah penutupan bibit. Sedangkan pemberian air irigasi untuk selanjutnya disesuaikan dengan umur tanaman dan kondisi kelembaban tanah. Pada tanaman RC pemberian irigasi hanya dilakukan sekali saja yaitu sebelum kegiatan pre emergence. Pemberian irigasi diprioritaskan pada tanaman RPC dibandingkan tanaman RC dikarenakan nilai ekonomis tanaman RPC lebih tinggi dibandingkan tanaman RC, dan kondisi perakaran tanaman RPC lebih sensitive terhadap kekurangan air dibandingkan tanaman RC sebab tanaman RC memiliki perakaran yang lebih kuat dibandingkan tanaman RPC.
Tabel 8. Volume air tertampung pada alat ukur Panjang curahan (m)
1500 rpm
1800 rpm
Volume (ml) Volume (ml) ** 5.8 171.36 189.20** 11.6 242.40** 240.24** 17.4 174.24** 169.84** 23.2 124.80** 128.04** 29.0 86.40** 91.96** Total 799.20 ** 819.28** Keterangan : Tanda (**) menunjukkan hasil berbeda sangat nyata pada hasil perhitungan uji T pada taraf 5 %. Berdasarkan tabel 7 volume curahan terbesar tertampung pada jarak 11.6 m dari gun sprayer, sedangkan volume terkecil terjadi pada jarak 29 m baik pada mesin
51
dengan putaran 1500 rpm maupun 1800 rpm. Volume curahan terbanyak terdapat pada mesin 1800 rpm yaitu mencapai 819.28 ml.
Gambar 211. Hubungan prosentase curahan irigasi dengan panjang curahan sprinkler Berdasarkan gambar 22 volume curahan terbesar tertampung pada panjang curahan 11.6 m dan 17.4 m hal ini yang dijadikan pertimbangan oleh perusahaan dalam penempatan posisi gun sprayer. Setiap satu titik penyiraman, perusahaan menggunakan dua gun sprayer dengan jarak antara gun sprayer sejauh 46.4 m dengan overlap siraman 10%.
Tabel 9. Lebar semprotan dan waktu putaran gun sprayer RPM 1500 1800
Lebar semprotan (m) 34.8 40.6
Waktu putaran (s) 324 298
Berdasarkan tabel 9 lebaran semprotan pada mesin pompa dengaan putaran 1800 rpm lebih jauh dibandingkan dengan mesin pompa dengan putaran 1500 rpm, namun untuk waktu putaran sprayer, menunjukkan hal yang sebaliknya. Pada kondisi normal, dimana sumber air yang tersedia cukup, kecepatan angin normal serta suhu harian tidak terlalu tinggi, sebaiknya mesin pompa diset dengan putaran 1500 rpm,
hal ini dilakukan guna mengurangi
besarnya penggunaan bahan bakar. Semakin besar putaran pada pompa menyebabkan penggunaan bahan bakar semakin tinggi. Konsumsi bahan bakar
52
pada mesin dengan putaran 1500 rpm rata-rata menghabiskan solar sekitar 12 l/jam, sedangkan pada mesin dengan putaran 1500 rpm rata-rata menghabiskan solar sekitar 18 l/jam. Konsumsi bahan bakar pada mesin dengan putaran 1500 rpm rata-rata menghabiskan solar sekitar 12 l/jam, sedangkan pada mesin dengan putaran 1500 rpm rata-rata menghabiskan solar sekitar 18 l/jam.
Waktu dan Frekuensi Irigasi Pemberian irigasi pada tanaman ratoon selain bertujuan untuk menambah kelembaban tanah juga bertujuan untuk menghilangkan pengaruh dari ZPK yang diaplikasikan sebelum tanaman sebelumnya sehingga diharapkan pertumbuhan ratoonnya seragam. Karena perakaran tanaman ratoon sudah kuat dibandingkan tanaman RPC maka penyiraman pada tanaman ratoon biasanya hanya dilakukan satu kali yaitu pada sebelum dilakukan pre emergence hal ini dikarenakan keterbatasan jumlah engine pump, terbatasnya tenaga kerja serta besarnya biaya yang dikeluarkan, sehingga penyiraman lebih diprioritaskan pada tanaman RPC.
Tabel 10. Frekuensi irigasi di Divisi 3 PT. Gula Putih Mataram tahun 2009 Kategori
Luas areal (ha)
RPC
2321.00
Luas areal yang di irigasi Irigasi I Irigasi II Irigasi III Irigasi IV 1780.86 1199.42 609.66 186.59
R1
2119.18
1435.66
734.42
183.84
33.33
R2
388.55
234.27
181.72
68.56
48.77
Sumber : Laporan tahunan MIS Plantation PT. GPM, 2010 dengan pengolahan Berdasarkan tabel 10 pemberian irigasi bisa mencapai empat kali dalam satu musim tanam. Frekuensi pemberian irigasi terbesar terdapat pada tanaman RPC, hal ini dapat dilihat dari besarnya luasan areal yang diirigasi pada tanaman RPC dibandingkan tanaman RC. Banyaknya frekuensi pemberian irigasi diluar pemberian wajib didasarkan pada
kondisi
tanaman di lapangan dan hasil
pengukuran kelembaban tanah. Pemberian irigasi juga tergantung pada pertumbuhan tanaman, bila tinggi tanaman
terlalu tinggi , maka dapat
menyulitkan dalam pemasangan peralatan irigasi di lapangan selain itu tajuk tanaman yang mulai rapat menyebabkan sebagian besar air menguap karena sebagian besar air mengenai tajuk dan tidak sampai membasahi tanah.
53
Sistem ketenagakerjaan Sistem pelaksanaan irigasi di PT. Gula Putih Mataram dilakukan oleh tenaga kerja harian musiman dengan sistem borongan dimana setiap rombongan terdiri dari tiga orang yang masing-masing bertugas untuk menjaga engine serta pemasangan instalasi pipa dan gun di areal. Selama masa kontrak, tenaga kerja bertempat tinggal di areal pertanaman tebu. Lamanya aplikasi pemberian irigasi untuk setiap titik adalah 2 jam dengan luasan areal yang disirami 0.5 ha. Dalam satu hari setiap mesin maksimal dapat beroperasi selama 10 jam, sehingga didapat luasan areal yang diirigasi per rombongan adalah 2.5 ha.