PENYUSUN Dra. Hj. Sri Suntari, M.Si.
Istiqomah, S.Sos., M.Pd.
( PPPPTK PKn DAN IPS )
( PPPPTK PKn DAN IPS )
Susvi Tantoro, S.Sos.
Lilik Tahmidaten, S.Sos., M.A.
( PPPPTK PKn DAN IPS )
( PPPPTK PKn DAN IPS )
PEMBAHAS Drs. FX Sri Sadewo, M.Si. ( Universitas Negeri Surabaya )
MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
MATA PELAJARAN
SOSIOLOGI SMA KELOMPOK KOMPETENSI 9 PENYUSUN Dra. Hj. Sri Suntari, M.Si. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Istiqomah, S.Sos., M.Pd. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Susvi Tantoro, S.Sos. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
Lilik Tahmidaten, S.Sos., M.A. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
PEMBAHAS Drs. FX Sri Sadewo, M.Si. ( Universitas Negeri Surabaya )
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PPPPTK PKn DAN IPS 2015
Sosiologi SMA K-9
i
PENGANTAR
Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan dalam buku modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran.
PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
di lingkungan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam Kelompok Kompetensi 1 sampai dengan 10. Dengan adanya modul
ini, diharapkan semua kegiatan pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksan
dengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telah disusun ini.
Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS.
Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985032001
Sosiologi SMA K-9
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................ KATA PENGANTAR............................................................................. DAFTAR ISI .........................................................................................
i ii iii
PENDAHULUAN ............................................................................ A. Latar Belakang ......................................................................... B. Tujuan ...................................................................................... C. Peta Kompetensi .................................................................... D. Ruang Lingkup......................................................................... E. Saran Cara Penggunaan Modul ………………………………..
1 1 2 2 2 2
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: Problematika Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Mata Pelajaran Sosiologi A. Tujuan....................................................................................... B. Indikator Pencapaian Kompetensi……………………………… C. Uraian Materi ........................................................................... D. Aktivitas Pembelajaran............................................................. E. Latihan/Kasus/Tugas…………………………………………….. F. Rangkuman.............................................................................. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut…………………………………. H. Kunci Jawaban ……………………………………………………
3 3 3 3 28 29 29 30 30
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) A. Tujuan .................................................................................... B. Indikator Pencapaian Kompetensi .......................................... C. Uraian Materi .......................................................................... D. Aktivitas Pembelajaran............................................................ E. Latihan/ Kasus/Tugas .........……………………………………. F. Rangkuman ............................................................................ G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut………………………………... H. Kunci Jawaban……………………………………………………
32
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: Pelaporan Penilaian Pembelajaran A. Tujuan .................................................................................... B. Indikator Pencapaian Kompetensi .......................................... C. Uraian Materi .......................................................................... D. Aktivitas Pembelajaran............................................................ E. Latihan/ Kasus/Tugas .........……………………………………. F. Rangkuman ............................................................................ G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut………………………………... H. Kunci Jawaban……………………………………………………
53
Sosiologi SMA K-9
32 32 32 50 51 51 52 52
53 53 53 66 66 69 69 69
iii
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: Karya Tulis Ilmiah A. Tujuan .................................................................................... B. Indikator Pencapaian Kompetensi .......................................... C. Uraian Materi .......................................................................... D. Aktivitas Pembelajaran............................................................ E. Latihan/ Kasus/Tugas .........……………………………………. F. Rangkuman ............................................................................ G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut………………………………... H. Kunci Jawaban……………………………………………………
71 71 71 71 89 89 90 91 91
KEGIATAN PEMBELAJARAN 5: Stratifikasi Sosial dan Konsekuensinya A. Tujuan .................................................................................... B. Indikator Pencapaian Kompetensi .......................................... C. Uraian Materi .......................................................................... D. Aktivitas Pembelajaran............................................................ E. Latihan/ Kasus/Tugas .........……………………………………. F. Rangkuman ............................................................................ G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut………………………………... H. Kunci Jawaban……………………………………………………
94 94 94 94 108 108 108 109 109
DAFTAR GAMBAR 1. Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai ciliwung ...............................................................43 2. Seseorang yang sedang mengibarkan bendera merah putih......................................................... 44 3. Gedung tinggi ..................................................... 44 DAFTAR TABEL 1. Contoh penerapan pendekatan pembelajaran saintifik yang kurang tepat...................................20 2. Contoh penerapan pendekatan pembelajaran saintifik yang benar .............................................21 3. Kegiatan pembelajaran .......................................42 4. Penelaahan rencana pelaksanaan Pembelajaran.......................................................48 5. Analisis penilaian hasil pekerjaan peserta didik ............................................................................ 54 6. Konversi skor dan predikat hasil belajar untuk setiap ranah ....................................................... 55
Sosiologi SMA K-9
iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan gurudan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikanmampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkankompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK, salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul tersebut merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru Sosiologi SMA.Modul ini berisi materi, metode, batasan-batasan, tugas dan latihan serta petunjukcara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : 1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.
2)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
3)
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
4)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Sosiologi SMA K-9
1
5)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK.
B. Tujuan 1.
Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai Standar Kompetensi yang ditetapkan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
2.
Memenuhi kebutuhan guru dalam peningkatan kompetensi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3.
Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
C. Peta Kompetensi Melalui modul PKB diharapkan peserta diklat dapat meningkatkan kompetensi antara lain : 1. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran sosiologi 2. Menunjukkan manfaat mata pelajaran sosiologi 3. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik penilaian dalam pembelajaran sosiologi
D. Ruang Lingkup 1. Problematika Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Mata Pelajaran Sosiologi 2. Pelaporan Penilaian Pembelajaran 3. Analisis RPP 4. Karya Tulis Ilmiah 5. Stratifikasi Sosial dan Konsekuensinya
E. Saran Cara Penggunaan Modul 1. Bacalah modul dengan seksama sehingga bisa dipahami 2. Kerjakan latihan tugas 3. Selesaikan kasus/permasalahan pada kegiatan belajar kemudian buatlah kesimpulkan
Sosiologi SMA K-9
2
Kegiatan Belajar 1: PROBLEMATIKA PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MATA PELAJARAN SOSIOLOGI A. Tujuan Setelah menyelesaikan kegiatan belajar
ini, peserta diklat mampu
memahami
sosiologi
permasalahan
pembelajaran
dan
solusi
atas
permasalahan pembelajaran sosiologi dengan menerapkan pendekatan saintifik sesuai kurikulum 2013.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1.
Memahami problematika pembelajaran sosiologi
2.
Memahami solusi atas permasalahan pembelajaran sosiologi
3.
Memahami berbagai masalah atau problematika dalam menerapkan pendekatan saintifik
C. Uraian Materi Pendahuluan Mata pelajaran Sosiologi merupakan salah satu bagian dalam ranah mata pelajaran Ilmu Sosial yang dipelajari di tingkat sekolah menengah atas (SMA). Menurut sejarahnya, Kurikulum 1984 merupakan awal mula kurikulum yang menjadikan Sosiologi sebagai disiplin ilmu yang diajarkan secara formal di sekolah menengah atas sebagai mata pelajaran dalam program atau kelompok ilmu sosial di Indonesia. Dalam Kurikulum 1984, tersebut mata pelajaran Sosiologi masih digabung dengan mata pelajaran Antropologi. Melalui mata pelajaran Sosiologi ada harapan tersendiri yang dimungkinkan untuk tercapai pada tataran siswa SMA. Kelompok mata pelajaran ilmu sosial termasuk sosiologi diharapkan mampu mengantarkan siswa SMA dalam prosesnya untuk menjadi manusia terdidik. Dengan kata lain mengantarkan siswa SMA dalam memperoleh pengertian yang lebih sempurna mengenai sosialitas serta membantu mereka untuk menjadi manusia yang sadar diri atas peran dan posisinya sebagai bagian dari masyarakat. Sosiologi SMA K-9
3
Melalui pengalaman belajar (learning experience) yang didapatkan siswa dalam mata pelajaran Sosiologi, diharapkan bisa membentuk siswa SMA yang mampu melakukan refleksi atas semua peristiwa-peristiwa sosial yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Ini pula yang sesungguhnya menjadi nilai plus yang dimiliki mata pelajaran sosiologi dimana hal-hal yang dipelajari merupakan hal-hal yang nyata ada di sekeliling kehidupan siswa dimanapun ia berada. Oleh karena itu maka harapan besar melalui mata pelajaran sosiologi adalah dalam proses pembelajaran sosiologi di SMA bisa menjadi jembatan bagi siswa untuk mempertajam rasa keingintahuannya, mempertajam analisis sosial, serta memperluas pandangan siswa dalam menjalani dan terlibat dalam kehidupan kesehariannya dalam bermasyarakat.
Namun demikian penulis beranggapan bahwa terdapat permasalahan mendasar dalam proses pembelajaran mata pelajaran sosiologi di tingkat SMA saat ini. Permasalahan tersebut adalah sebagian besar proses pembelajaran sosiologi yang
dipraktekkan
guru-guru
sosiologi
di
kelas-kelas
SMA
cenderung
mengajarkan doktrin berupa norma, moral bahkan etika yang sesungguhnya bukan ranah mata pelajaran sosiologi. Lebih miris lagi, sebagian besar pembelajaran sosiologi menyampaikan mater-materi pembelajaran secara teoritis dengan mengacu pada buku teks atau buku pelajaran (teks book). Konsepkonsep sosiologi hanya dipelajari sebagai sebuah hafalan tentang pengertian, tujuan dan manfaat semata tanpa tahu apa makna yang terkandung dalam konsep tersebut, apalagi sampai jauh mempelajari tentang implikasi dari mempelajari konsep tersebut bagi diri siswa ketika berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Proses pembelajaran dengan paradigma seperti di atas membawa dampak yang signifikan bahkan secara langsung baik pada proses pembelajaran itu sendiri maupun pada isi materi pembelajaran. Proses pembelajaran yang cenderung pada hafalan teori dan konsep mendorong pada terjadinya pembelajaran sosiologi yang pasif di kelas-kelas SMA. Interaksi satu arah dari guru ke siswa menjadi hal yang dominan. Guru menjadi satu-satunya sumber belajar sementara siswanya dijejali dengan teori dan konsep yang harus dihafal tanpa Sosiologi SMA K-9
4
tahu maknanya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika mata pelajaran sosiologi menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang diminati karena cenderung disampaikan secara membosankan.
Dengan proses pembelajaran seperti di atas pula mengakibatkan materi-materi pelajaran sosiologi dianggap menjadi materi yang bersifat abstrak. Konsep dan teori-teori dipelajari oleh siswa hanya dimaknai sebagai sebuah materi pelajaran yang harus dihafal tanpa tahu kontekstualnya dalam kehidupan mereka. Siswa hanya diajak melakukan justifikasi berdasarkan penilaian normatif bukannya dilatih melakukan analisa dan refleksi atas fenomena-fenomena dan berbagai permasalahan sosial di masyarakat berdasarkan pada konsep sosiologi yang telah dipelajarinya di kelas. Ironisnya hal tersebut dilakukan hanya dengan mengacu pada buku pelajaran semata sebab menjadi kecenderungan pula bahwa selama ini para guru mata pelajaran sosiologi mengajarkan materi-materi sosiologi SMA dengan hanya berdasar pada buku pelajaran. Jadi pelajaran sosiologi benar-benar hanya mengajarkan apa yang ada di buku tanpa mengkaji apa makna dan kontekstualnya bagi kehidupan siswa. Padahal buku-buku mata pelajaran sosiologi yang digunakan acuan masih memiliki banyak kelemahan.
Penelitian
Robet
(2014)
menyimpulkan
bahwa
melalui
penelusuran
hermeneuitika terhadap buku-buku sekolah elektronik mata pelajaran Sosiologi kelas X hingga kelas XII ditemukan banyak hal diantaranya adalah 1) dilihat dari rumusan tujuannya semua buku-buku sosiologi merumuskan tujuan yang kabur dan keliru dari Sosiologi, 2) dilihat dari segi materi yang dibahas semua bukubuku sosiologi memiliki bias pandangan mengenai struktur, sosiologi dan masyarakat dijelaskan nyaris semata-mata sebagai struktur dengan penekanan pada nilai, norma dan tertib sosial dan 3) yang terlihat sangat kurang dalam hampir semua buku pelajaran sosiologi yang dikaji dalam penelitian ini adalah absennya pelajaran mengenai peran actor baik secara teoritis maupun secara empiris sehingga penjelasan mengenai struktur dalam pelajaran Sosiologi menjadi kering dan tidak memiliki akar yang kokoh dalam pengalaman Indonesia. Maka tak heran jika selanjutnya Robet (2014) mengungkapkan bahwa selama ini mata pelajaran sosiologi di SMA belum mampu memberikan semacam alat sederhana yang bisa dipakai menjelaskan dengan fakta dan moral public. Sosiologi SMA K-9
5
Ketidakmampuannya bahkan menyebabkan rendahnya kemampuan siswa mengamati dan mentrasformasi persoalan-persoalan dalam masyarakat. Sebab yang dipelajari siswa SMA melalui mata pelajaran sosiologi hanya berupa hafalan konsep secara teoritis dan tekstual semata.
Namun demikian,
sesungguhnya Kurikulum 2013 telah memberi pencerahan
atas permasalahan mendasar dalam pembelajaran sosiologi di tingkat SMA sehingga penulis memandang ada semangat perubahan mendasar dalam Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran sosiologi di SMA. Robet (2015) dalam tulisannya mengungkapkan bahwa Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran sosiologi, memiliki pandangan dasar yang baik, beberapa alasannya antara lain: 1) mata pelajaran sosiologi mengakomodasi pandangan-pandangan baru dalam disiplin sosiologi. Di masa lalu sosiologi lebih diposisikan sebagai disiplin ilmu yang kaku yang hanya menekankan harmoni serta dianggap sebagai disiplin yang identik dengan hukum, maka di dalam kurikulum 2013, sosiologi diposisikan sebagai ilmu yang bersifat kritis dan reflektif. 2) mata pelajaran Sosiologi pada kurikulum 2013 memiliki dimensi konseptual (kognitif), melatih ketrampilan (berorientasi pada pemahaman dan pengalaman sosial serta praktik), dan memperkuat komitmen public siswa (melalui proyek-proyek keterlibatan sosial siswa). Tinggal permasalahan selanjutnya adalah bagaimana implementasinya di lapangan, sebab berdasarkan pengalaman penulis selama mendampingi guruguru SMA mata pelajaran sosiologi baik sebagai narasumber maupun instruktur nasional implementasi Kurikulum 2013, tidaklah mudah merubah paradigma yang sudah terlanjur mengakar dan berlangsung lama pada guru sosiologi SMA. Untuk itulah tulisan ini akan berusaha mengkaji bagaimana menanamkan paradigma mengajarkan sosiologi yang seharusnya di SMA sesuai dengan semangat perubahan dalam Kurikulum 2013 khususnya pada mata pelajaran sosiologi di tingkat SMA.
Hakikat & Tujuan Pembelajaran Sosiologi Di SMA Hakekat Pembelajaran Sosiologi Di SMA Materi-materi yang di pelajari dalam pembelajaran sosiologi sangat kaya informasi/konsep sebab fokusnya adalah masyarakat dengan budayanya. Selain Sosiologi SMA K-9
6
itu pengetahuan sosiologi memiliki karakteristik tersendiri, seperti yang dijelaskan oleh Hanum (2011:15) bahwapengetahuan sosiologi memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Mengembangkan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan produk hubungan tersebut; 2. Mempelajari perilaku, interaksi perilaku, interaksi kelompok, budaya dan menganalisis pengaruhnya; 3. Tematema esensial dalam sosiologi dipilih dan bersumber dari kajian tentang masyarakat dan perilaku manusia dengan meneliti kelompok/institusi yang dibangunnya, seperti keluarga, suku bangsa, komunitas, organisasi sosial, agama, politik, bisnis, pemerintahan, dan lain-lain; 4. Materi sosiologi dikembangkan sebagai pengetahuan ilmiah dengan mengembangkan teori yang didasarkan pada observasi ilmiah dan penelitian ilmiah.
Untuk itu pembelajaran sosiologi diberikan di SMA dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan para siswa SMA tentang pemahaman fenomena kehidupan masyarakat dengan segala problematikanya yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka. Materi pelajaran sosiologi mencakup konsepkonsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata di masyarakat. Sehingga idealnya pembelajaran sosiologi di SMA tidak hanya mengajarkan
tentang
konsep-konsep,
namun
sampai
pada
bagaimana
menggunakan konsep-konsep dasar sosiologi, pendekatan, metode dan teknik analisis untuk mengkaji berbagai fenomena dan permasalahan yang dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari mereka di masayarakat. Ketika para siswa menjumpai permasalahan di masyarakat dimana ia tinggal maka mereka mampu menganalisisnya dan ia mampu menempatkan diri atau menyikapinya, bahkan diharapkan mampu tergerak untuk menjadi bagian dari solusi sesuai dengan taraf kemampuan dan kedudukannya.
Santosa (2009) menegaskan bahwa pembelajaran sosiologi hendaknya tidak berhenti pada domain mengajarkan tentang pengetahuan, pemahaman konsep semata, namun hendaknya meliputi tiga domain: orthodoksi (pemahaman), orthopathi (sikap), dan orthopraxi (pembiasaan hidup/habituasi). Pemahaman yang benar (orthodoksi) akan menumbuhkan yang namanya sikap yang benar (orthopathi) dan kemudian akan bertumbuh lagi ke arah tindakan yang benar Sosiologi SMA K-9
7
(orthopraksis) Jadi, materi-materi yang di berikan dalam pembelajaran sosiologi di SMA dipahami siswa bukan sebagai materi yang harus dihafal semata namun sebagai sarana refleksi kritis atas realitas sosial atau masalah sosial di sekitar mereka dan berdasarkan hasil refleksi tersebut mereka diharapkan mampu tergerak melakukan tindakan-tindakan berupa resolusi sosial (pemecahan masalah yang sifatnya idealis pragmatis). Tentu saja resolusi sosial yang mereka lakukan sebatas dengan kemampuan dan kedudukan mereka sebagai anggota masyarakat yang masih memiliki banyak keterbatasan. Tujuan Pembelajaran Sosiologi Di SMA Pembelajaran sosiologi di SMA sesungguhnya memiliki peran yang strategis. Melalui mata pelajaran sosiologi diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa SMA untuk mengaktualisasikan potensi-potensi diri mereka dalam mengambil dan mengungkapkan status serta peran masing-masing dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat dimana mereka tinggal yang tentu saja terus mengalami perubahan dari masa ke masa.
Bersumber dari dokumen Kurikulum 2013, Mata pelajaran Sosiologi diajarkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus sebagai berikut; (1) Meningkatkan penguasaan pengetahuan Sosiologi di kalangan peserta didik yang berorientasi pada pemecahan masalah dan pemberdayaan sosial; (2) Mengembangkan pengetahuan Sosiologi dalam praktek atau praktek pengetahuan Sosiologi untuk meningkatkan keterampilan sosial peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah sosial; (3) Menumbuhkan sikap religius dan etika sosial yang tinggi di kalangan peserta
didik
sehingga
memiliki
kepekaaan,
kepedulian
dan
tanggungjawab memecahkan masalah-masalah sosial;
Untuk mencapai tujuan tersebut, materi-materi pembelajaran yang dibelajarkan berorientasi pada penumbuhan kesadaran individual dan sosial (kelas X), kepekaan dan kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan tanggungjawab pemecahan masalah sosial (kelas XI), dan kemampuan untuk melakukan pemberdayaan sosial (kelas XII). Sosiologi SMA K-9
8
Pendekatan Pembelajaran Sosiologi di SMA Pembelajaran sosiologi berkaitan dengan proses mencari tahu segala hal tentang
masyarakat
dan
budayanya,
sehingga
sosiologi
bukan
hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga mempelajari tentang gejala, fenomena sosial. Hanum (2005) mengaskan hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sosiologi adalah bahwa pembelajaran sosiologi bukanlah hafalan tetapi lebih pada pemahaman dan analisis sehingga siswa harus lebih banyak terlibat dalam menemukan kenyataan yang sebenarnya. Pembelajaran sosiologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan masyarakat sekitar juga bahkan gejala alam yang mempengaruhi masyarakat sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran sosiologi menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami masyarakat sekitar secara ilmiah. Dengan demikian pembelajaran sosiologi diarahkan untuk melakukan inkuiri dan melakukan pengamatan kehidupan masyarakat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang masyarakat dimana mereka tinggal.
Telah diuraikan pada bagian awal tulisan ini bahwa salah satu harapan ideal yang ingin dicapai dalam pembelajaran sosiologi di tingkat SMA adalah ketika para siswa SMA menjumpai permasalahan sosial di masyarakat dimana ia tinggal, maka mereka mampu menganalisisnya dan ia mampu menempatkan diri atau menyikapinya, bahkan diharapkan mampu tergerak untuk menjadi bagian dari solusi sesuai dengan taraf kemampuan dan kedudukannya. Untuk mencapai harapan ideal tersebut, selain diperlukan sosok guru sosiologi yang mampu mengajar, mendidik, menginspirasi dan menggerakkan, maka mutlak diperlukan pula sebuah pendekatan pembelajaran sosiologi yang mampu memberikan pengalaman-pengalaman belajar (learning experiences) kepada siswa dan pada akhirnya membentuk kompetensi-kompetensi sesuai dengan harapan ideal tersebut. Berdasarkan pemikiran-pemikiran itu maka penulis berpendapat bahwa sudah tepat kiranya jika pembelajaran sosiologi di SMA menggunakan
Sosiologi SMA K-9
9
pendekatan
pembelajaran
ilmiah
(scientific
approach)
pada
proses
pembelajarannya sesuai yang ditekankan oleh Kurikulum 2013.
Pendekatan
ilmiah
termasuk
pembelajaran
inkuiri
yang
bernafaskan
konstruktivisme. Sasaran pembelajaran dengan pendekatan ilmiah mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses) psikologis yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sementara itu, keterampilan diperoleh melalui aktivitas: mengamati, menanya, menalar, menyaji, dan mencipta (Permendikbud nomor 65 tahun 2013). Lebih lanjut McCollum (2009) menjelaskan
bahwa
komponen-komponen
penting
dalam
mengajar
menggunakan pendekatanilmiah adalah guru harus menyajikan pembelajaran yang dapat: 1) meningkatkan rasa keingintahuan, 2) meningkatkan keterampilan mengamati, 3) melakukan analisis dan 4) berkomunikasi.
Melalui Permendikbud no 81A Tahun 2013 telah ditegaskan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mengumpulkan informasi, 4) mengasosiasi dan 5) mengomunikasikan. Adapun model pembelajaran yang mendukung pembelajaran
penerapan
pendekatan
saintifik
diantaranya
adalah
model
Berbasis Penemuan (Inquiry Learning), model pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning), dan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning).Praktek pembelajaran dengan pendekatan ilmiah tersebut mengharuskan guru Sosiologi melakukan pembelajaran yang benar-benar kontekstual dengan melakukan kontekstualisasi pengetahuan yang dipelajari dalam masyarakat atau kehidupan sosial sekitar dan menemukan relevansinya untuk menjawab masalah-masalah sosial secara riil yang dihadapi masyarakat. Selain itu, juga perlu ditekankan pentingnya pembelajaran bersifat induktif, dimulai dari mengamati kasus-kasus riil untuk kemudian dianalisis hingga menemukan solusi alternative pemecahan masalah atas kasus riil yang diangkat. Dengan pendekatan ilmiah yang menekankan pada pendekatan Sosiologi SMA K-9
10
induktif dan pembelajara kontekstual tersebut maka pembelajaran sosiologi sangat tidak tepat jika masih berfokus pada penguasaan konsep-konsep pengetahuan sosiologi dan hanya mencari contoh atas konsep-konsep yang parsial tersebut pada kehidupan nyata.
Mengubah Paradigma Guru Dalam Mengajarkan Sosiologi di Tingkat SMA Guru masa kini dituntut untuk peka dan mampu menyesuaikan dengan cepat perubahan-perubahan yang terjadi. Selain karena perubahan yang ada semakin masif terjadi, penyesuaian dengan perubahan-perubahan positif juga menjadi tuntutan bagi profesi keguruan. Seperti misalnya, guru dengan segala perangkat pembelajarannya menyelaraskan
dituntut dengan
untuk
segera
semangat
melakukan
perubahan
sinkronisasi
dan
dan
penyempurnaan-
penyempurnaan sesuai dengan semangat perubahan dalam Kurikulum 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah telah menegaskan bahwa Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: 1. pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama 2. pola
pembelajaran
satu
arah
(interaksi
guru-peserta
didik)
menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya) 3. pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet) 4. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif
mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran
pendekatan sains) 5. pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim) 6. pola pembelajaran alat
tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia
Sosiologi SMA K-9
11
7. pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik 8. pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines) 9. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Ketika penyempurnaan pola pikir yang diharapkan Kurikulum 2013 telah terwujud, maka diharapkan terjadi pula perubahan proses pembelajaran yang terjadi di semua mata pelajaran termasuk pada mata pelajaran sosiologi SMA. Namun demikian sesuai dengan pengalaman dan pengamatan penulis selama mendampingi guru-guru SMA mata pelajaran sosiologi dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 sejak tahun 2014 sampai sekarang, tidaklah semudah membalikan telapak tangan untuk merubah pola pikir (paradigma) guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran dengan segala dokumennya, apalagi sampai pada melakukan implementasi proses pembelajaran sesuai harapan Kurikulum 2013 dengan segala perubahan dan penyempurnaannya.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama mendampingi guruguru SMA mata pelajaran Sosiologi dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, penulis berpendapat bahwa penerapan Kurikulum 2013 yang sudah berjalan di tahun ketiga ini khususnya untuk mata pelajaran sosiologi, kenyataan di lapangan masih menunjukkan implementasi yang jauh dari harapan. Hal tersebut terjadi selain karena sosialisasi dan pendampingan yang masih minim, juga karena sulitnya merubah paradigma guru dalam pembelajaran sosiologi. Guru yang menjadi Instruktur Nasional (IN) bahkan guru yang menjadi Nara Sumber (NS) dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 pada kenyataannya masih
banyak
yang
berorientasi
pada
pembelajaran
tentang
konsep
pengetahuan sosiologi. Selain itu kontekstualisasi materi-materi dalam mata pelajaran sosiologi hanya dimaknai sebatas pada menyajikan contoh-contoh atas konsep-konsep yang dipelajari dalam kehidupan nyata semata. Demikian pula pada penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran yang dimaknai sebatas pada kegiatan procedural melakukan kegiatan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan) Sosiologi SMA K-9
12
dan terkesan “utak atik gatuk”. Padahal langkah-langkah 5M sudah jelas merupakan representasi dari prosedur ilmiah atau cara berfikir ilmiah. Implementasi yang masih jauh dari harapan tersebut terjadi karena pola pikir guru sosiologi yang masih sulit berpindah dari zona nyaman mereka yang terbiasa memandang pembelajaran sosiologi adalah mengajarkan materi-materi sosiologi beserta contohnya dengan membagi menjadi sub-sub materi dan menjadi beberapa pertemuan.
Berdasarkan pengalaman di atas maka penulis berpendapat bahwa untuk mampu merubah paradigma guru SMA mata pelajaran sosiologi ada tahapan mendasar yang harus mereka lalui sebelum mereka mampu merubah pola pikir dan kebiasaan mereka lalu mampu secara kreatif dan inovatif mempersiapkan dan melakukan proses pembelajaran sosiologi yang seharusnya (ideal) dan selaras dengan harapan Kurikulum 2013. Tahapan mendasar tersebut adalah menanamkan pemahaman yang benar dan menyeluruh tentang:
1. Hakekat & Tujuan Pembelajaran Sosiologi Pemahaman tentang hakikat dan tujuan pembelajaran sosiologi harus ditekankan pada guru sosiologi secara menyeluruh dan benar. Pemahaman tersebut akan menentukan “bagaimana guru mengajarkan sosiologi” di kelas. Paradigma yang keliru dalam mengajarkan sosiologi di SMA selama ini merupakan akibat dari pemahaman yang rendah, tidak utuh bahkan salah tentang hakekat dan tujuan pembelajaran sosiologi di SMA. Menurut pandangan penulis, beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya pemahaman guru sosiologi SMA atas hakekat dan tujuan tersebut adalah: a. Kurangnya kesadaran Guru untuk membaca dan memahami secara utuh dokumen kurikulum pembelajaran pada bagian hakekat dan tujuan pembelajaran sosiologi. Pemahaman hakekat dan tujuan dianggap bukan hal penting dan hanya fokus pada materi pembelajaran. Penelusuran penulis atas dokumen-dokumen kurikulum menemukan bahwa sejak pertama kali mata pelajaran sosiologi masuk dalam kurikulum pendidikan tingkat SMA (Kurikulum 1984) hingga kurikulum terbaru (Kurikulum 2013), hakikat dan tujuan pembelajaran sosiologi sudah dirumuskan dengan baik dan benar sesuai keilmuan sosiologi. Namun kenyataannya di lapangan guru banyak yang tidak memahami secara benar hakikat dan tujuan pembelajaran Sosiologi SMA K-9
13
sosiologi, maka tidak mengherankan jika proses pembelajaran sosiologi tidak sesuai yang diharapkan seperti yang terjadi sekarang ini. b. Guru-guru sosiologi SMA di seluruh Indonesia saat ini masih didominasi oleh mereka yang tidak memiliki latar belakang sosiologi baik sosiologi murni maupun pendidikan sosiologi. Hal ini mengakibatkan mereka kesulitan untuk memahami hakekat dan tujuan pembelajaran sosiologi secara benar dan menyeluruh karena dasar keilmuan mereka yang tidak sinkron, seperti misalnya mata pelajaran sosiologi yang diajarkan oleh guru berlatar belakang PPKn, sejarah, seni bahkan geografi. c. Kondisi pada point a) dan point b) di atas kemudian mengakibatkan cara mengajar guru sosiologi di SMA tidak mampu menumbuhkan imajinasi sosiologi pada siswa yang diajarnya. Padahal WrightMills dalam Robet (2014)
menegaskan
bahwa
tujuan
belajar
sosiologi
adalah
untuk
mendapatkan imajinasi sosiologi. Dengan memiliki imajinasi sosiologis, seseorang yang belajar sosiologi bisa memahami setiap gejala sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat. Dengan memahami gejala sosial yang terjadi maka seseorang akan memiliki kesadaran individual dan sosial, memiliki kepekaan dan kepedulian sosial, peka dan peduli terhadap masalah-masalah sosial dan tanggungjawab pemecahannya dan memiliki kesadaran bahkan tergerak untuk melakukan pemberdayaan sosial. Hal-hal tersebut pulalah yang sesungguhnya menjadi hakikat orientasi pembelajaran sosiologi SMA dalam kurikulum 2013.
Dengan demikian maka pemahaman hakikat dan tujuan pembelajaran sosiologi mutlak harus tertanam pada jiwa setiap guru sosiologi di SMA. Ketika hal tersebut
sudah terwujud maka harapannya guru sosiologi SMA
akan
mengajarkan materi sosiologi yang benar dengan cara yang benar pula sehingga akan tumbuh kepekaan dan kepedulian sosial pada siswa SMA sebagai nurturent effect
pembelajaran sosiologi SMA.
Maka dengan kondisi seperti itu,
sesungguhnya guru sosiologi SMA tidak akan mengalami kesulitan untuk mengaitkan bahkan mengaplikasikan pendidikan karakter bangsa dalam pembelajarannya atau dalam konsep Kurikulum 2013 direpresentasikan pada KI 1 dan KI 2 mata pelajaran sosiologi. Dalam dokumen Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa KI 1 dan KI 2 yaitu keterampilan sosial dan menumbuhkan sikap religius Sosiologi SMA K-9
14
dan etika sosial yang merupakan indirect teaching yang menyertai setiap kegiatan pembelajaran sangat selaras dengan hakikat dan tujuan pembelajaran sosiologi.
2. Kompetensi Yang Akan Dicapai Melalui Pembelajaran Sosiologi Kompetensi yang akan dicapai melalui pembelajaran sosiologi di SMA dijabarkan dalam Kompetensi Dasar Pelajaran Sosiologi SMA di kelas X, XI, dan XII (penjelasan ada pada lampiran). Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis saat mendampingi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Guru SMA mata pelajaran sosiologi, mayoritas guru membaca dan memaknai kalimat KD secara parsial, bukan secara utuh sebagai satu kalimat KD yang memiliki makna dan tujuan. Berikut merupakan salah satu contohnya.
Kompetensi Dasar kls X 3.3 Menganalisis berbagai gejala sosial dengan menggunakan konsep-konsep dasar Sosiologi untuk memahami hubungan sosial di masyarakat 4.3 Melakukan kajian, diskusi dan mengaitkan konsep-konsep dasar Sosiologi untuk mengenali berbagai gejala sosial dalam memahami hubungan sosial di masyarakat
Ketika mengartikan KD tersebutdi atas secara parsial yaitu hanya mengambil konsep
gejala
sosial,
kemudian
penekanan
pembelajaran
yang
akan
dilaksanakan adalah terbatas mencari pengertian gejala sosial, bentuk-bentuk gejala sosial, factor-faktor yang melatar belakangi terjadinya gejala sosial dsb. Kata kerja operasional “Menganalisis” seolah dikesampingkan, demikian pula dengan konsep dasar sosiologi yang harusnya melekat dengan gejala sosial justru diabaikan. Kesalahan dalam membaca KD 3.3 ini berpengaruh pada ketidakjelasan dan ketidaksistematisan materi yang diberikan pada peserta didik. Materi-materi yang diajarkan pada kelas X merupakan materi sosiologi yang dikaji dari sudut pandang mikro, sehingga gejala sosial dalam KD 3.3 ini seharusnya dianalisis dari sudut pandang mikro yaitu menggunakan konsep dasar sosiologi yang sudah diajarkan pada KD sebelumnya terkait interaksi sosial, nilai dan norma sosial, sosialisasi dan pembentukan kepribadian. Sosiologi SMA K-9
15
Mayoritas guru membaca KD 3.3 ini hanya menekankan pada gejala sosial semata dan mengabaikan konsep dasar sosiologi, sehingga guru mengajarkan gejala sosial dengan menyampaikan materi kriminalitas, kemiskinan, kejahatan, konflik, dsb yang seharusnya baru akan dibelajarkan di kls XI atau kelas XII yang lebih memfokuskan pada kajian sosiologi makro.
Hal di atas terjadi karena kecenderungan guru-guru sosiologi SMA masih berorientasi pada materi semata. Kondisi seperti itu akan berimplikasi panjang, mulai dari penyusunan indikator pencapaian kompetensi (IPK) yang kurang tepat, penerapan metode pembelajaran dan pemilihan teknik penilaian yang tidak sesuai serta secara keseluruhan pembelajaran menjadi tidak sesuai dengan tujuan
yang
diharapkan
KD.
Berikut
ini
ilustrasi
perbandingan
dalam
merumuskan Kompetensi Dasar menjadi IPK.
Kelas XII KD 3.1. Menganalisis perubahan sosialdan akibat yang ditimbulkannya dalam kehidupan masyarakat 4.1. melakukan kajian, pengamatan dan diskusi dalam perubahan sosial dan akibat yang ditimbulkannya
IPK KOLOM A 3.1.1. Menjelaskan pengertian perubahan sosial 3.1.2.Mengidentifikasi teori-teori perubahan sosial sesuai tokoh pengembangnya 3.1.3.Mengidentifikasi fenomena sosial yang menunjukan perubahan sosial berdasarkan pengamatan lingkungan 3.1.4. Mengidentifikasi tiga faktor yang mempengaruhi perubahan sosial 3.1.5. Mengidentifikasi faktor pendorong perubahan sosial 3.1.6.Mengidentifikasi faktor penghambat perubahan sosial Sosiologi SMA K-9
KOLOM B 3.1.1 Menemutunjukkan perubahan social yang terjadi di lingkungan masyarakat 3.1.2 Mengidentifikasi mengapa terjadi perubahan sosial di lingkungan masyarakat 3.1.3 Menganalisa akibat perubahan social di lingkungan masyarakat 3.1.4 Menganalisis kesesuaian teori Perubahan Sosial dengan realitas sosial 4.1.1 Melakukan pengamatan, Di lingkungan masyarakat 4.1.2 Melakukan diskusi perubahanan social di 16
4.1.1. Membuat tulisan tentang fenomena sosial yang menunjukan terjadinya dampak positif atau negatif perubahan sosial untuk masyarakat berdasarkan pengamatan sosial , sesuai salah satu teori perubahan sosial
lingkungan masyarakat 4.1.3 Melaporkan hasil diskusi perubahanan social di lingkungan masyarakat
Rumusan IPK dalam Kolom A di atas menunjukkan IPK yang hanya berorientasi pada penuntasan materi atau pengetahuan yang terdapat dalam buku. IPK disusun berdasarkan susunan sub-sub materi atau sub-bab dalam buku pelajaran, sehingga “menganalisis akibat perubahan sosial” yang menjadi tuntutan utama dalam KD justru tidak ditemukan dalam rumusan IPK ini. Rumusan IPK yang kurang tepat dan cenderung berfokus pada penuntasan materi dalam buku pelajaran akan sulit diterapkan dengan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran induktif yang ditekankan Kurikulum 2013. Rumusan IPK yang berorientasi penuntasan konsep materi seperti yang tercantum dalam buku pelajaran membawa dampak yaitu guru tidak akan melakukan perubahan paradigmanya dalam mengajarkan sosiologi di SMA. Dalam setiap pertemuan pembelajaran di kelas, mereka selalu fokus pada penuntasan KD dengan cara membagi IPK yang disusun menjadi beberapa kali pertemuan dan mengabaikan keterkaitan dan kesatuan antar IPK.
Sedangkan rumusan IPK dalam Kolom B menunjukkan IPK yang benar-benar berorientasi dan mencerminkan ketercapaian KD. IPK yang dikembangkan seperti itu akan mendorong pada pembelajaran kontekstual dan pembelajaran induktif yang diawali dengan kegiatan belajar mengamati kasus-kasus riil atau fakta sosial menuju ke konseptualisasi-konseptualiasi serta gagasan untuk mengatasinya. Melalui IPK yang kontekstual maka praktek pengetahuan sosiologi akan mudah dilaksanakan dalam setiap tatap muka, karena guru tidak hanya berfokus menuntaskan penguasaan konsep-konsep materi. Dengan demikian aktivitas pembelajaran akan cenderung variatif, menyenangkan dan mampu menumbuhkan sikap kritis dan daya anlisis siswa. Selain itu, IPK yang mendorong penerapan pembelajaran kontekstual akan mengarahkan guru dalam menyusun indikator soal berupa soal-soal yang high order thinking seperti soalSosiologi SMA K-9
17
soal penerapan, analisis dan sintesis. Dengan demikian akan meminimalisir soalsoal pengetahuan yang sifatnya hafalan semata.
3. Pemahaman tentang
Pendekatan dan Model
Pembelajaran
Sosiologi Permendiknas No 59 tahun 2013 tentang kurikulum SMA pada lampiran III pedoman guru mata pelajaran sosiologi menegaskan bahwa Kurikulum 2013 memiliki orientasi untuk membentuk karakter peserta didik bersikap religius dan memiliki etika sosial bersumber dari praktek pengetahuan yang dimiliki. Orientasi ini merujuk pada KD sebagaimana diharapkan dalam kaitan antara KD-3 dan KD4 dengan KD-1 dan KD-2 dalam proses pembelajaran. Maka jika mengikuti orientasi ini, proses pembelajaran hendaknya dijalankan menekankan pentingnya kaitan antara pengetahuan, ketrampilan dan sikap religius dan etika sosial. Pembelajaran dalam mata pelajaran Sosiologi hendaknya lebih menekankan praktek pengetahuan Sosiologi, daripada Sosiologi sebagai pengetahuan semata.
proses
pembelajaran
dijalankan
tidak
hanya
memperkenalkan
pengetahuan Sosiologi dalam konsepsi-konsepsi atau teori-teorinya yang abstrak dan bersifat hafalan. Melainkan, lebih menekankan dimensi afeksi, atau kepedulian dan keterikatan peserta didik terhadap permasalahan sosial yang dihadapi dan itu didorong dengan menggunakan pengetahuan Sosiologi untuk memecahkan masalah sosial. Orientasi pembelajaran kurikulum 2013 menuntut guru benar-benar menerapkan pembelajaran kontekstual.
Berdasarkan pengamatan dan analisis penulis, kemampuan memahami penerapan pendekatan pembelajaran saintifik masih terbatas yang jika dirunut penyebabnya adalah kembali lagi ke masalah awal yakni rendahnya pemahaman hakekat dan tujuan serta membaca dan memahami KD secara benar. Berikut ini salah satu contoh penerapan pendekatan pembelajaran saintifik yang kurang tepat
Tahapan Pembelajaran Mengamati
Sosiologi SMA K-9
Kegiatan Mengamati gambar peristiwa sosial yang menunjukan terjadinya perubahan sosial seperti perubahan peralatan pertanian yang tradisional seperti cangkul, dibandingkan
18
dengan peralatan pertanian yang sudah modern berupa traktor . Menanya
2. 3. 4. 5. 6.
Mengumpulkan informasi
Sosiologi SMA K-9
Siswa setelah mengamati gambar menumbuhkan rasa keingintahuan lebih lanjut dengan mengajukan berbagai pertanyaan tentang kehidupan masyarakat saat kejadian dalam gambar tersebut seperti: 1. Apakah menggunakan cangkul dapat menyelesaikan pekerjaan petani dengan baik? Apakah menggunakan traktor dapat menyelesaikan pekerjaan pertanian lebih baik? Mengapa petani beralih menggunakan mesin traktor? Bagaimanakah petani menggunakan mesin traktor untuk membajak sawahnya? Apakah berpengaruh terhadap perilaku petani setelah berubah menggunakan traktor? Perubahan dengan menggunakan traktor menunjukan ke arah yang lebih membaik atau memburuk hasil pertanianya? Siswa mencari berbagai informasi melalui kerja kelompok untuk mengumpulkan informasi. Data -data yang dibahas tentang: Perubahan peralatan pertanian yang mengakibatkan perubahan sosial masyarakat. Perubahan sosial menjadi perhatian ahli sosiologi, sehingga membuat definisi tentang perubahan sosial. Tokoh-tokoh sosiologi mengembangkan teori perubahan sosial. Teori siklus dan contohnya dalam perubahan sosial Teori perembangan dalam perubahan sosial Teori sosialmenurut teori klasik dalam perubahan sosial Teori ketergantungan dalam perubahan sosial Teori sistem dunia dalam perubahan sosial Perubahan sosial disebabkan oleh : pertambahan jumlah penduduk. Penemuan baru Konflik sosial Pemberontakan dan revolusi Pengaruh lingkungan alam Peperangan Pengaruh kebudayaan masyarakat lain Faktor pendorong perubahan sosial Kontak dengan kebudayaan lain Sistem pendidikan formal yang maju Sikap menghargai karya seseorang dan keinginan untuk maju. Toleransi
19
Sistem terbuka lapisan masyarakat Penduduk yang hiterogen Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu. Orientasi ke masa depan Nilai bahwa manusia harus selalu berihtiar untk memperbaiki hidupnya. Faktor penghambat perubahan sosial Kurang hubungan dengan masyarakat lain. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat Sikap masyarakat yang sangat tradisional Vested interests Rasa takut terhadap kegoyahan pada integrasi kebudayaan. Mengasosiasik Data-data yang diperoleh dari mengumpulkan informasi di an atas, dihubung-hubungkan sehingga memperoleh kesimpulansebagai berikut: Pengertian perubahan sosial Teori-teori perubahan sosial Faktor penyebab perubahan sosial dalam masyarakat Faktor pendorong perubahan sosial dalam masyarakat Faktor penghambat perubahan sosial dalam masyarakat. Mengomunikasi Membuat laporan secara tertulis dan melaporkan hasilnya kan pada diskusi kelas. Dalam laporan ini secara terbuka menerima masukan-masukan penyempurnaan. Tabel 1: contoh penerapan pendekatan pembelajaran saintifik yang kurang tepat
Penerapan pendekatan saintifik di atas kurang tepat karena antara apa yang diamati dan ditanya oleh peserta didik tidak menunjukkan kesinambungan dengan informasi yang harus dikumpulkan, kemudian di asosiasi dan dikomunikasikan. Fakta yang diamati dan ditanya sudah menunjukkan kontekstual yaitu perubahan sosial yang terjadi dengan adanya perubahan penggunaan alat pertanian tradisional menjadi modern, akan tetapi informasi yang harus dikumpulkan, diasosiasi, dan dikomunikasikan oleh peserta didik adalah data dan informasi berupa konsep-konsep materi yang sesungguhnya sudah lengkap dan jelas di buku pelajaran. Sederhananya, siswa didorong mengumpulkan suatu data dan informasi yang sesungguhnya sudah jelas di buku pelajaran mereka, jadi tinggal menyalin. Dari pertemuan ke pertemuan peserta didik kembali dijejali dengan konsep-konsep materi yang abstrak yaitu berupa Pengertian perubahan sosial, Teori-teori perubahan sosial, Faktor penyebab perubahan sosial dalam masyarakat, Faktor pendorong perubahan Sosiologi SMA K-9
20
sosial dalam masyarakat, Faktor penghambat perubahan sosial dalam masyarakat, serta Teori-teori perubahan sosial yang begitu banyak. Dengan pembelajaran yang demikian justru guru mengesampingkan pengalaman belajar siswa yang mendorong siswa untuk berlatih mengkritisi tentang terjadinya perubahan sosial berupa perubahan pengunaan alat pertanian tradisional menjadi modern, apalagi sampai melatih siswa untuk menganalisisnya.
Untuk
itu berikut
ini adalah perbaikan contoh penerapan pendekatan
pembelajaran saintifik di atas. Tahapan Pembelajaran Mengamati
Kegiatan
Mengamati gambar peristiwa sosial yang menunjukan terjadinya perubahan sosial seperti perubahan peralatan pertanian yang tradisional seperti cangkul, dibandingkan dengan peralatan pertanian yang sudah modern berupa traktor . Menanya Peserta didik mengajukan pertanyaan sebagai permasalahan yang akan dibahas pada pertemuan tersebut antara lain: 1. Mengapa petani beralih menggunakantraktor? 2. Akibat atau dampak apa saja yang ditimbulkan setelah petani beralih menggunakan traktor? Mengumpulkan peserta didik didorong melakukan pengumpulan data atau informasi informasi, interpretasi data, analisis data, dan berdasarkan analisis data itu ditarik kesimpulan-kesimpulan umum atas permasalahan 1. Mengapa petani beralih mengunakan traktor? 2. Akibat atau dampak apasaja yang ditimbulkan setelah petani beralih menggunakan traktor? Kemudian peserta didik menganalisis menggunakan teori yang relevan berdasarkan sumber yang ia miliki misal buku pelajaran, internet dll. Mengasosiasikan peserta didik didorong menggunakan hasil analisis dalam kaitan dengan konseptualisasi-konseptualisasi dan gagasangagasan, serta mengajukan pendapat atau argumen dari kesimpulan yang diperoleh Mengomunikasikan peserta didik membuat laporan tertulis dan mempresentasikan Tabel 2 : contoh penerapan pendekatan pembelajaran saintifik yang benar Berdasarkan langkah tersebut maka proses dan hasil pembelajaran sosiologi di SMA dapat berjalan sesuai dengan hakekat dan tujuan pembelajaran sosiologi di SMA. Robet (2014) menegaskan bahwa pembelajaran sosiologi hendaknya melatih siswa SMA untuk memahami dan membedakan persoalan-persoalan
Sosiologi SMA K-9
21
subyektif dengan persoalan public sehingga dapat mendorong keterlibatan sosial siswa dalam masyarakatnya. Selain itu, pembelajaran sosiologi di SMA tidak hanya bertujuan meningkatkan pengetahuan, namun mampu meningkatkan rasa ingin tahu, mempertajam analisis sosial, serta memperluas pandangan siswa dalam
menjalani
dan
terlibat
dalam
kehidupan
kesehariannya
dalam
bermasyarakat.
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa tujuan belajar sosiologi adalah untuk mendapatkan imajinasi sosiologi, sehingga seseorang yang belajar sosiologi bisa memahami setiap gejala sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat. Upaya memahami setiap gejala sosial akan dapat tercapai jika seseorang tersebut melakukan pengamatan, pengumpulan data dan informasi, analisis data dan sebagainya.
Untuk
itu
penulis
berpendapat
bahwa
tepat
kiranya
jika
pembelajaran sosiologi di SMA menekankan pada pendekatan pembelajaran saintifik. Namun demikian pendekatan saintifik yang meliputi 5 langkah yaitu mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi,
mengasosiasi,
dan
mengkomunikasikan harus diterapkan secara benar agar hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan.
Langkah-langkah
dalam
5M
harus
menunjukkan
kesinambungan dan menunjukkan cara berfikir ilmiah, sehingga apa yang diamati harus berkorelasi dengan apa yang akan ditanya, dikumpulkan informasi, diasosiasi dan dikomunikasikan. Hal ini perlu ditanamkan secara benar dan menyeluruh kepada guru sosiologi SMA. Penerapannya guru dapat memilih model-model pembelajaran yang sesuai dengan Kompetensi Dasar dan selaras dengan pendekatan saintifik diantaranya adalah: a. Model Pembelajaran Berbasis Keingintahuan (Inquire-Based Learning) Model ini dipergunakan agar peserta didik terbiasa belajar dan hidup dalam masyarakat informasi dan menggunakan sumber-sumber informasi yang kaya untuk keperluan belajar. Berbasis pada berbagai sumber informasi itu, peserta didik didorong rasa ingin tahunya, dan didorong untuk mendapatkan jawaban atas keingintahuan mereka itu serta meningkatkan dan memperluas pemahaman dan wawasan mereka terhadap sesuatu isu, topik atau masalah-masalah sosial. Model pembelajaran berbasis keingintahuan ini tidak hanya menekankan perolehan atau penemuan jawaban-jawaban atas keingintahuan peserta didik saja. Melainkan, lebih dari itu, juga mendorong aktivitas peserta didik melakukan Sosiologi SMA K-9
22
penelusuran, pencarian (searching), penemuan, penelitian dan pengembangan studi atau kajian dan analisis sosial lebih lanjut.
Selain itu, model pembelajaran ini juga tidak hanya berdiri sendiri dan semata untuk keperluan belajar peserta didik, atau hanya berkaitan dengan implementasi silabus atau pembelajaran terkait materi-materi pokok tertentu saja. Tetapi, lebih dari itu, juga untuk menghubungkan atau menjadi media bagi peserta didik berhubungan dengan dunia luar, atau dengan isu-isu atau masalah sosial yang berkembang di masyarakat. Hal itu selain secara individual akan mendorong rasa ingin tahu, kreativitas dan aktivitas peserta didik dalam pencarian informasi, di sisi lain juga akan mendorong peserta didik terlibat aktif dalam komunitas belajar di luar kelas dan dalam aktivitas sosial lebih luas di masyarakat.
Berdasarkan pengamatan selama ini, model pembelajaran inkuiri ini dipahami guru secara terbatas yaitu pada pertemuan pertama dalam setiap KD aktivitas belajarnya adalah menemukan konsep-konsep materi yang ada di buku atau pada sumber-sumber referensi semata. Mereka menganggap proses menguasai pengetahuan melalui menemukan konsep-konsep materi dari berbagai referensi yang kemudian disalin ke kertas kerja siswa adalah pembelajaran dengan inkuiri. Padahal pembelajaran inkuiri yang seharusnya diterapkan dalam model pembelajaran sosiologi adalah menemukan konsep atau materi yang terkandung dalam KD di kehidupan nyata siswa, sehingga dengan menemukan hal tersebut siswa mampu mengkaitkan konsep atau materi yang sedang dipelajari dengan contoh nyata dalam kehidupan mereka.
Contoh : KD 3.1 Menganalisis perubahan sosial dan akibat yang ditimbulkannya dalam kehidupan masyarakat 4.1 Melakukan kajian, pengamatan dan diskusi tentang perubahan sosial dan akibat yang ditimbulkannya
Inquiry based learning yang sesuai adalah ketika dihadirkan kasus-kasus dan siswa diajak menemukan perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya, Sosiologi SMA K-9
23
kemudian mencari tahu mengapa perubahan sosial itu terjadi, dan apa saja akibat atau dampak yang ditimbulkan setelah adanya perubahan sosial tersebut. Jadi bukannya inkuiri adalah menemukan dari berbagai referensi tentang pengertian perubahan sosial, factor pendorong dan penghambat perubahan sosial, bentuk-bentuk perubahan sosial, teori-teori perubahan sosial.
b. Model Pembelajaran Berbasis-Masalah (Problem-Based Learning) Model pembelajaran ini secara khusus diselenggarakan berbasis masalah yang ada di masyarakat (problem-based learning). Berpijak pada masalah-masalah yang ada, peserta didik didorong untuk mengamati, meneliti, dan mengkaji serta memecahkan masalah-masalah tersebut sehingga memperkaya pemahaman dan pengetahuan mereka. Selain bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan khusus terkait dengan masalah yang ada, model ini juga dikembangkan untuk menumbuhkan kepedulian dan rasa tanggungjawab siswa terhadap pemecahan masalah sosial (problem-solving approach). Ketika menerapkan Pembelajaran kontekstual dan induktif maka masalah yang diangkat dalam pembelajaran harus spesifik. Sebagai contoh masalah sosial kemiskinan, maka tidak bisa ketika guru mengangkat masalah kemiskinan secara umum, kemudian bentuk-bentuk kemiskinan, penyebab kemiskinan dsb. Dengan menggunakan problem based learning, maka masalah sosial kemiskinan yang diangkat dalam pembelajaran seharusnya spesifik, misalnya kemiskinan di kota Jakarta, kemiskinan pada petani, kemiskinan pada nelayan. Sebaiknya lebih spesifik lagi dengan mengangkat masalah kemiskinan-kemiskinan tersebut dengan mengambil locus daerah-daerah tertentu. Dengan kasus yang spesifik maka siswa diajak berfikir kritis mengenai mengapa kemiskinan tersebut terjadi, bagaimana dampaknya, dan ujungnya adalah bagaimana solusi alternatif atas masalah tersebut. Tentu saja solusi alternatif disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki siswa yang masih duduk di tingkat SMA. Dengan kasus yang spesifik maka peserta didik akan menemukan latar belakang masalah yang berbeda sesuai kontekstual yang diamati, selain itu masingmasing masalah akan mempunyai solusi alternatif yang berbeda tentunya.
c. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning).
Sosiologi SMA K-9
24
Model pembelajaran berbasis proyek menekankan pentingnya keterlibatan peserta didik dalam kegiatan proyek atau aktivitas pembangunan. Melalui keterlibatan itu, peserta didik akan mendapatkan hikmah pembelajaran (lesson learned) atas praktek yang dilakukan. Selain hal itu menumbuhkan kepedulian peserta didik terhadap masalah-masalah sosial di sekitarnya, juga akan memberikan hikmah pembelajaran tersendiri terhadap peserta didik dalam proses belajar. Berbeda dengan model pembelajaran berbasis masalah yang hanya menekankan pada pemahaman atas masalah tertentu, model ini lebih menekankan pentingnya hikmah pembelajaran dari kegiatan proyek yang dilakukan.
Jika model pembelajaran berbasis proyek dipahami sebatas pada praktek penelitian sosial, maka dalam Kurikulum 2013 terdapat penerapan model pembelajaran berbasis proyek yang terbilang baru bagi guru sosiologi yaitu praktek dan evaluasi pemberdayaan komunitas. Hal tersebut tercantum pada KD 3.4 dan 3.5 di kelas XII. Selama proses implementasi Kurikulum 2013, masih banyak guru yang belum memahami KD ini sebagai aksi sosial dan penelitian sosial partisipatori. Sesungguhnya semangat yang terkandung dalam KD ini adalah mendorong guru untuk memberikan pengalaman belajar pada siswa untuk merencanakan aksi nyata melalui praktek dan evaluasi pemberdayaan komunitas. Melalui rencana dan aksi pemberdayaan komunitas yang dilakukan peserta didik berdasarkan permasalahan sosial yang terdapat di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka, merupakan bentuk aksi nyata kepedulian sosial yang bisa dilakukan peserta didik. Guru sosiologi benar-benar bisa menjadi guru yang tidak hanya mengajar, mendidik dan menginspirasi, akan tetapi guru sosiologi sudah mampu menjadi guru yang menggerakkan siswanya untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat sesuai dengan kemampuannya sebagai siswa SMA. Namun demikian. pemilihan dan penggunaan model-model pembelajaran yang telah diuraikan di atas, harus benar-benar disesuaikan atau diselaraskan dengan kompetensi dasar (KD). Misal ketika KD fokus pada pengembangan pemahaman maka penggunaan inquiry based learning akan sesuai untuk digunakan guru. Kemudian ketika KD menekankan analisis suatu masalah seperti masalah sosial, konflik, ketimpangan, maka problem based learning merupakan model yang Sosiologi SMA K-9
25
sesuai untuk digunakan guru dan ketika KD menuntut suatu aktivitas di lapangan maka model project based learning yang akan sesuai digunakan dalam pembelajaran. Lagi-lagi ini membutuhkan kemampuan guru sosiologi dalam memahami secara benar dan menyeluruh tentang kompetensi dasar (KD) mata pelajaran sosiologi di tingkat SMA.
4. Kreativitas Guru Dalam Mengajar Sosiologi Pada akhirnya ketika guru telah benar-benar memahami hakekat dan tujuan pembelajaran
sosiologi,
kompetensi-kompetensi
yang
akan
dicapai
dan
pendekatan serta model pembelajaran sosiologi, akan mendorong tumbuhnya daya kerativitas dan inovasi guru dalam mengajarkan materi-materi sosiologi. Tidak hanya semata-mata tujuannya untuk meningkatkan hasil belajar, namun yang lebih utama adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman-pengalaman belajar sesuai hakikat & tujuan pembelajarn sosiologi. Penulis meyakini bahwa kreativitas dan inovasi yang tumbuh dalam mengajarkan sosiologi akan berdampak pada minat dan motivasi siswa yang selama ini menjadi masalah. Sebagai ilustrasi adalah contoh kreativitas dan inovasi seorang guru sosiologi di SMA di Kota Semarang. Dalam artikelnya berjudul “Pembelajaran Sosiologi Yang Menggugah Minat Siswa” Insriani (2011) dengan sangat gamblang menceritakan pengalamanpengalamannya selama mengajarkan materi-materi sosiologi di SMA. Apa yang dilakukan Insriani sesungguhnya cerminan dari harapan dan tujuan pembelajaran sosiologi dalam Kurikulum 2013. Dengan kata lain semangat perubahan mata pelajaran sosiologi dalam Kurikulum yang keluar tahun 2013 telah ia terapkan di tahun 2010 bahkan mungkin sebelumnya.
Kesadaran Insriani untuk melakukan perubahan dalam mengajarkan sosiologi di SMA bermula dari rendahnya minat belajar sosiologi. Jika dianalisis, maka sumber permasalahannya adalah hampir sama dengan permasalahan mendasar pembelajaran sosiologi yang penulis uraikan di awal tulisan ini. Dengan kreativitas dan inovasinya,guru menerapkan strategi yang kreatif dan inovatif dalam mengajarkan sosiologi di kelasnya antara lain dengan membiasakan mengajukan pertanyaan kritis, eksplorasi artikel dan gambar/foto, eksplorasi film, penelitian sederhana dan meyusun catatan harian. Sosiologi SMA K-9
26
Lebih lanjut Insriani (2011) menjelaskan bahwa melalui strategi ini, pembelajaran yang bersifat konstruktivisme lebih mudah dioperasionalkan. Cara ini lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pembelajaran secara mandiri dan menjadikan siswa lebih dekat memahami kenyataan sosial sebagai bagian dari kehidupannya sekaligus sebagai materi pembelajaran sosiologi. Inspirasi dari pengalaman tersebut di atas adalah bahwa kreativitas dan inovasi guru dalam melaksanakan pembelajaran sosiologi sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam mengajarkan sosiologi di tingkat SMA dan sangat dimungkinkan untuk dilaksanakan oleh para guru SMA mata pelajaran sosiologi. Untuk menumbuhkan jiwa kreatif dan inovatif membutuhkan pemahaman yang benar dan menyeluruh tentang pembelajaran sosiologi yang dibarengi dengan kesadaran guru untuk melakukan refleksi serta perubahan dalam melaksanakan pembelajaran sosiologi di SMA.
Penutup Permasalahan dalam pembelajaran sosiologi yang mengemuka ternyata tidak sesederhana pada rendahnya minat dan motivasi siswa SMA semata dalam mengikuti pembelajaran sosiologi yang mereka anggap membosankan. Namun sesungguhnya terdapat beberapa permasalahan mendasar baik permasalahan yang terkait dengan guru, bahan ajar maupun proses pembelajarannya itu sendiri. Perbaikan dan penyempurnaan yang ada di setiap pergantian kurikulum ternyata kenyataan dilapangan belum mampu mengatasi permasalahan dalam pembelajaran sosiologi tersebut. Berdasakan pengamatan dan analisis penulis, perbaikan dan penyempurnaan masih sebatas pada dokumen kurikulum saja namun belum menyentuh langsung pada kondisi proses pembelajaran di kelas, bahkan kurikulum terbaru atau Kurikulum 2013 yang sudah hampir 3 tahun berjalan sekalipun.
Untuk itu perlu langkah nyata memperbaiki kondisi tersebut, menurut pendapat penulis diawali dari meningkatkan kompetensi guru sosiologi sebagai ujung tombak pelaksanaan perubahan kurikulum. Meskipun berdasarkan pengalaman penulis, adalah hal yang tidak semudah membalikan telapak tangan untuk melakukan perubahan seperti yang diinginkan kurikulum. Perlu perubahan Sosiologi SMA K-9
27
paradigma atau pola pikir yang benar dan konsisten pada diri setiap guru sosiologi SMA sehingga mereka mampu menterjemahkan perubahan-perubahan yang diinginkan kurikulum ke dalam aktivitas pembelajaran mereka di kelas. Maka untuk merubah paradigma lama yang sudah terlanjur mengakar pada mereka, perlu usaha keras berbagai pihak yang terkait dengan peningkatan kompetensi guru sosiologi SMA, diantaranya adalah menanamkan kembali pemahaman yang benar dan menyeluruh tentang: 1) hakekat dan tujuan pembelajaran sosiologi, 2) kompetensi dasar pembelajaran sosiologi, 3) pendekatan dan model pembelajaran sosiologi dan 4) menumbuhkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengajar sosiologi. Tentu saja langkah tersebut tidak berarti akan menyelesaikan problematika pembelajaran sosiologi secara tuntas. Perlu dibarengi dengan peningkatan dari aspek lain, misalnya saja perbaikan kualitas buku teks pembelajaran sosiologi, perubahan dan peningkatan kualifikasi guru sosiologi SMA yang kini mayoritas masih berlatar belakang bukan sosiologi atau pendidikan sosiologi.
D. Aktivitas Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan andragogi lebih mengutamakan
pengungkapan
kembali
pengalaman
peserta
diklat
menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenamgkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 1.
Aktivitas individu, meliputi : a.
Memahmai dan mencermati materi diklat
b.
Mengerjakan latihan tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar, menyimpulkan
c. 2.
Melakukan refleksi
Aktivitas kelompok, meliputi : a.
mendiskusikan materi pelathan
b.
bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan penyelesaian masalah /kasus
c.
Sosiologi SMA K-9
melaksanakan refleksi
28
E. Latihan/ Kasus /Tugas Uraikan permasalahan atau problematika pembelajaran sosiologi yang anda hadapi dan uraikan alternatif solusinya!
F. Rangkuman Permasalahan mendasar pembelajaran sosiologi di tingkat SMA saat ini adalah proses pembelajaran sosiologi cenderung mengajarkan doktrin norma, moral, etika yang disampaikan secara teoritis dengan acuan buku pelajaran. Proses
pembelajaran
dengan
paradigma
seperti
itu
tidak
hanya
mengakibatkan materi pelajaran sosiologi menjadi membosankan, namun menjadi materi yang bersifat abstrak dan cenderung mempelajari konsep atau materi hafalan isi buku pelajaran semata. Siswa hanya diajak melakukan justifikasi berdasarkan penilaian normatif bukannya dilatih melakukan analisa dan refleksi atas fenomena permasalahan di masyarakat. Mata pelajaran sosiologi di SMA belum mampu memberikan semacam alat sederhana yang bisa
dipakai
menjelaskan
dengan
fakta
dan
moral
public.
Ketidakmampuannya bahkan menyebabkan rendahnya kemampuan siswa mengamati dan mentrasformasi persoalan-persoalan dalam masyarakat. Sesungguhnya Kurikulum 2013 telah mengakomodir permasalahan tersebut dengan berusaha merubah paradigma dalam mengajarkan sosiologi di SMA. Namun menjadi hal yang tidak mudah mengingat paradigma lama telah mengakar pada para guru mata pelajaran sosiologi SMA. Permasalahan mendasar adalah bagaimana menanamkan paradigma mengajarkan sosiologi yang seharusnya di SMA sesuai semangat perubahan dalam Kurikulum 2013.
Berdasarkan kajian teori dan pengalaman penulis dalam mendampingi implementasi Kurikulum 2013, maka langkah yang mendesak dilakukan dalam merubah paradigma mengajarkan sosiologi di SMA adalah memberi pemahaman yang benar dan menyeluruh kepada setiap guru mata pelajaran sosiologi SMA tentang: 1) hakekat dan tujuan materi pembelajaran sosiologi di SMA, 2) kompetensi dasar mata pelajaran sosiologi di SMA serta 3) penerapan pendekatan dan model pembelajaran sosiologi yang benar. Berdasarkan langkah tersebut maka proses pembelajaran sosiologi di SMA
Sosiologi SMA K-9
29
dapat berjalan sesuai tujuannya yakni melatih siswa SMA untuk memahami dan membedakan persoalan-persoalan subyektif dengan persoalan public sehingga dapat mendorong keterlibatan sosial siswa dalam masyarakatnya. Selain itu, pembelajaran sosiologi di SMA tidak hanya bertujuan meningkatkan pengetahuan, namun mampu meningkatkan rasa ingin tahu, mempertajam analisis sosial, serta memperluas pandangan siswa dalam menjalani dan terlibat dalam kehidupan kesehariannya dalam bermasyarakat.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1. Apa yang anda pahami setelah mempelajari materi permasalahan pembelajaran sosiologi? 2. Apa rencana tindak lanjut anda setelah kegiatan pelatihan ini ? DAFTAR PUSTAKA Hanum, Farida. 2011. Konsep, Materi Dan Pembelajaran Sosiologi. Makalah pada Seminar Regional Pembelajaran dan Pendidikan Karakter Mapel Sosiologi di UNS ……….2005. Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Sosiologi Berbasis Kompetensi. Makalah Semiloka Dosen dan Guru-Guru Sosiologi di IKP Singaraja Bali Insriani, Hezti. 2011. Pembelajaran Sosiologi Yang Menggugah Minat Siswa. Jurnal Komunitas 3 (1)
tahun 2011 halaman 92-102. Semarang:
Universitas Negeri Semarang Mc Colum (2009) A scientific approach to teaching. http://kamccollum.wordpress.com/2009/08/01/a-scientific-approach-toteaching/ diunduh pada 30 Juli 2015 Robet, Robertus. 2014. Harmoni dan Struktur Yang Statis: Wajah Sosiologi dalam Buku Pelajaran Sosiologi SMA. Makalah yang tidak dipublikasikan. ……….2015. ArahPerbaikan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sosiologi. Makalah yang tidak dipublikasikan.
Sosiologi SMA K-9
30
Santosa,
Agus.
2009.
Pembelajaran
Sosiologi
di
SMA
https://agsasman3yk.wordpress.com/2009/07/13/sosiologi-sma/
diunduh
pada 30 Juli 2015 Tim Penyusun, 2015. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2015 Mata Pelajaran Sosiologi. Jakarta: Kemdikbud
Sosiologi SMA K-9
31
KEGIATAN BELAJAR 2: Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) A. Tujuan Tujuan pembelajaran ini, peserta diklat mampu: 1. menjelaskan karakteristik RPP 2. mengidentifikasi perencanaan pembelajaran
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. mendifinisikan karakteristik RPP 2. mendifinisikan perencanaan pembelajaran 3. menjelaskan prinsip penyusunan RPP 4. menjelaskan pelaksanaan pembelajaran 5. membuat contoh rencana perencanaan pembelajaran 6. Menelaah RPP
C. Uraian Materi 1. Karakteristik Pembelajaran Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis,
mengevaluasi,
dan
mencipta”.
Keterampilan
diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan
Sosiologi SMA K-9
32
turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry
learning).
Untuk
mendorong
kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun
kelompok
maka
sangat
disarankan
menggunakan
pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dari tingkat rendah sampai tinggi sebagai berikut: Sikap
Pengetahuan
Keterampilan
Menerima
Mengingat
Mengamati
Menjalankan
Memahami
Menanya
Menghargai
Menerapkan
Mencoba
Menghayati,
Menganalisis
Menalar
Mengamalkan
Mengevaluasi
Menyaji
-
Mencipta
Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Misalnya, pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A disesuaikan dengan
tingkat
perkembangan
peserta
didik.
Proses
pembelajaran
di
SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan karakteristik kompetensi yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan IPS. Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan. Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut capaianpembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sosiologi SMA K-9
33
telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusansikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya.Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
2. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi.Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabusdan RPP disesuaikanpendekatan pembelajaran yang digunakan.
a.
Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus jenjang SMA paling sedikit memuat: 1)
Identitas mata pelajaran
2)
Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
3)
Kompetensi inti,merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,kelas dan mata pelajaran;
4)
kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
5)
materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
6)
pembelajaran,yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
Sosiologi SMA K-9
34
7)
penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
8)
alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
9)
sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.
b.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
adalah
rencana
kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.RPP disusun berdasarkan KD atau sub tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas: 1)
identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan
2)
identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
3)
kelas/semester;
4)
materipokok;
5)
alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
6)
kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
7)
materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi;
Sosiologi SMA K-9
35
8)
metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
9)
media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran;
10) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan; 11) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; 12) penilaian hasil pembelajaran.
3. Prinsip Penyusunan RPP Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Perbedaan individual peserta didikantara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. b. Partisipasi aktif peserta didik. c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. d. Pengembangan budaya membaca dan menulisyang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjutRPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. f.
Penekanan
pada
keterkaitan
dan
keterpaduanantara
KD,
materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. h. Penerapan
teknologi
informasi
dan
komunikasisecara
terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Sosiologi SMA K-9
36
4. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup: 1). Kegiatan Pendahuluan Sosiologi SMA K-9
37
Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional; mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang
mengaitkan
pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
2). Kegiatan Inti Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik
terpadu
dan/atau
saintifik
dan/atauinkuiri
dan
penyingkapan
(discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. a. Sikap Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah
proses
afeksi
mulai
menjalankan,menghargai,menghayati,hingga
dari
menerima,
mengamalkan.
Seluruh
aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut. b. Pengetahuan Pengetahuan
dimiliki
melalui
aktivitas
mengetahui,
memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik sangat disarankan untuk menerapkan Sosiologi SMA K-9
38
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk
mendorong
peserta
didik
menghasilkan
karya
kreatif
dan
kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c. Keterampilan Keterampilandiperolehmelaluikegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topic dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk
melakukan
proses
pengamatan
hingga
penciptaan.
Untuk
mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan
modus
belajar
berbasis
penyingkapan/penelitian
(discovery/inquirylearning)dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
3). Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi: a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung; b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
Sosiologi SMA K-9
39
5. Contoh RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
: SMA …. Kota Batu
Mata pelajaran
: Sosiologi
Kelas/Semester
: X/1
Alokasi Waktu
: 3x45 Menit
A. Kompetensi Inti (KI) KI 1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2
: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3
: Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KI 4
: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan B. Kompetensi Dasar 1.1 Memperdalam nilai agama yang dianutnya dan menghormati agama lain. 2.1
Mensyukuri keberadaan diri dan keberagaman sosial sebagai anugerahTuhan Yang Maha Kuasa.
2.2 Merespon secara positif berbagai gejala sosial di lingkungan sekitar.
Sosiologi SMA K-9
40
3.1 Mendeskripsikan fungsi Sosiologi dalam mengkaji berbagai gejala sosial yang terjadi di masyarakat. 4.1 Melakukan kajian, diskusi dan menyimpulkan fungsi Sosiologi dalam memahami berbagai gejala sosial yang terjadi di masyarakat.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menunjukkan sikap menghormati teman yang beragama lain 2. Menunjukkan rasa syukur terhadap anugerah Tuhan Yang Maha Esa akan keberagaman agama dalam kehidupan sosial dan kebudayaan.
3. Menunjukkan respon positif terhadap berbagai permasalahan yang dialami bangsa.
4. Menghargai keberagaman sosial dan budaya yang ada dimasyarakat. 5. Menjelaskan
fungsi
sosiologi
sebagai
pengkaji
gejala
sosial
dimasyarakat
D. Materi Pembelajaran Fungsi sosiologi untuk mengenali gejala sosial di masyarakat. E. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Pendahuluan
Inti
Sosiologi SMA K-9
Deskripsi
Alokasi Waktu
1. Guru masuk dengan mengucapkan salam 2. Guru beserta peserta didik berdo’a bersama 3. Guru melakukan presensi dan mengecek kesiapan belajar siswa. 4. Guru melakukan stimulus pada peserta didik dan bertanya tentang “apakah mereka sudah mengenal tentang sosiologi?” Berdasarkan penugasan yang telah diberikan minggu sebelumnya untuk membaca referensi tentang pengertian, sejarah,dan tokoh-tokoh perintis sosiologi. 5. Guru menyuruh seluruh peserta didik untuk berdiri. 1. Peserta didik mendapatkan arahan dari guru untuk membentuk kelompok, ketika proses membentuk kelompok guru memutarkan lagu dangdut. 2. Setiap siswa bergoyang sambil mencari kelompok secara acak. 3. Peserta didik membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4-5 orang. 4. Peserta didik mengamati tayangan gambar dan cuplikan berita seputar penduduk yang tinggal di bantaran sungai
10’
100’
41
Penutup
ciliwung secara berkelompok (mengamati). 5. Dalam kelompok, peserta didik mengajukan pertanyaan seputar cuplikan berita yang telah diberikan oleh guru (menanya) 6. Dalam kelompok, peserta didik mendapatkan lembar proses yang berisi sebagian dari pertanyaan-pertanyaan: a. Apa hubungan sosiologi dengan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai tersebut? b. Mengapa diperlukan sosiologi dalam relokasi tersebut? c. Apa yang dilakukan sosiolog dalam contoh kasus tersebut? d. Simpulkan fungsi sosiologi dalam contoh kasus tersebut! 7. Dalam kelompok, peserta didik berdiskusi mengumpulan informasi dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan dalam lembar proses (mengumpulkan informasi) 8. Dalam kelompok, peserta berdiskusi untuk mengolah data yang telah dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan dalam lembar proses (mengasosiasi) 9. Peserta didik berdiskusi hasil pengolahan data dan memverifikasi hasil pengolahan dengan data-data pada buku sumber 10. Peserta didik menyimpulkan dan mempresentasikan hasil diskusi atas pertanyaan pada lembar proses.(mengkomunikasikan) 11. Peserta didik mendengarkan penguatan dan pemahaman dari guru, tentang sosiologi sebagai pengaji gejala sosial di masyarakat. 1. Peserta didik secara bergantian merefleksikan pembelajaran yang sudah mereka lakukan. 2. Peserta didik secara bersamaan meneriakkan kata “HOREEEE” menandai berakhinya pelajaran. 3. Guru menutup pembelajaran, dengan memberi tugas rumah pada peserta didik.
25’
Tabel 3 . Kegiatan Pembelajaran F. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan 1. Teknik penilaian: tes dan observasi 2. Instrumen penilaian: tes dan non-tes 3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan 1) Bentuk instrument dan 2) Instrument pedoman penskoran G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar 1. Media/alat: Tayangan gambar dan cuplikan berita tentang program pemerintah propinsi DKI Jakarta dalam program relokasi warga yang tinggal di sekitar waduk pluit. 2. Bahan : Power point, LCD, Laptop.
Sosiologi SMA K-9
42
3. Sumber Belajar : Buku Sosiologi Kemdikbud 2013 dan buku sosiologi lain yang relevan dan ber-ISBN dan internet.
Lampiran : 1. Lembar proses
Gambar 1 .Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai ciliwung
Sosiologi SMA K-9
43
Gambar 2 . Seseorang yang sedang mengibarkan bendera merah putih
Gambar 3 . Gedung tinggi
Gambar-gambar proses relokasi masyarakat yang tinggal di sekitar waduk pluit ke rumah susun.
Sosiologi SMA K-9
44
Mengetahui,
Kota Batu, November 2015
Kepala Sekolah,
Guru Mapel Sosiologi
…………………………..
…………………………………
NIP.
NIP
LAMPIRAN RUBRIK & KRITERIA PENILAIAN
LAMPIRAN PENILAIAN A. Tes Tulis: Jawab pertanyaan berikut ini dengan jelas dan singkat! 1. Apa yang dimaksud gejala sosial itu? 2. Apa fungsi sosiologi dalam mengkaji gejala sosialdi masyarakat! Petunjuk Penskoran : Soal no 1 : - sempurna 10 - kurang sempurna 7 - tidak sempurna 3 - salah 0 Skor Maksimum adalah 20 Skor perolehan Nilai = Skor Maksimum
Nilai =
Soal no 2 - sempurna 10 - kurang sempurna 7 - tidak sempurna 3 - salah 0
X 100
Nilai perolehan X 4 100
Predikat Nilai Pengetahuan Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Keterampilan Rentang Angka Huruf 3,85 - 4,00 A 3,51 - 3,84 A3,18 - 3,50 B+ 2,85 - 3,17 B 2,51 - 2,84 B2,18 - 2,50 C+ 1,85 - 2,17 C
Sosiologi SMA K-9
45
1,51 - 1,84 1,18 - 1,50 1,00 - 1,17
CD+ D
B. PENILAIAN NON TES a. Penilaian Sikap Rubrik Penilaian Sikap Kegiatan Pengamatan, Pengukuran dan Diskusi No.
Nama Peserta didik
Jumlah Skor
Aspek yang dinilai Kedisiplinan
Keaktifan
Nilai
Kerjasama
Keterangan: Aspek Kedisiplinan Skor
3
=mengerjakan tugas sesuai prosedur dan tepat waktu
2
=mengerjakan tugas sesuai prosedur/tepat waktu
1
=tidak mengerjakan tugas sesuai prosedur dan tidak tepat waktu
Aspek Keaktifan Skor
3
= melakukan pengukuran, pencatatan dan urun pendapat/solusi
2
= melakukan pengukuran/pencatatan/urun pendapat atau solusi
1 = tidak melakukan pengukuran, pencatatan dan tidak urun pendapat/solusi Aspek Kerjasama: Skor 3 =melakukan pengamatan, pencatatan dan penyelesaian tugas secara bersama 2=melakukan pengamatan/pencatatan/penyelesaian tugas secara bersama 1=melakukan pengamatan/pencatatan/penyelesaian tugas secara individual Skor Maksimum adalah 3 x 3 = 9
Nilai
=
Skor perolehan X 100 Skor Maksimum
Nilai perolehan Nilai Konversi= X 4 100
Sosiologi SMA K-9
46
Predikat Nilai Sikap Nilai 4 3,66 3,33 3,00 2,66 2,33 2 1,66 1,33 1
Predikat SB
B
C K
A. Rubrik Penilaian Sikap
Rubrik kegiatan Diskusi No.
Nama Siswa
Kerja sama
Aspek Pengamatan Mengkomunika Toleransi Keaktifan sikan pendapat
Menghargai pendapat teman
Jumlah Skor
Nilai
Keterangan Skor : Masing-masing kolom diisi dengan kriteria 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang ∑ Skor perolehan Nilai = X 100 Skor Maksimal (20) Kriteria Nilai A B C D
=80 – 100 :Baik Sekali =70 – 79 :Baik =60 – 69 :Cukup =‹ 60 :Kurang
Sosiologi SMA K-9
47
Ket.
Rubrik Penilaian Presentasi Aspek Penilaian No.
Nama Siswa
Komuni kasi
Sistemati ka penyam Paian
Wa wa San
Kebera nian
Antusias
Gesture dan penampila n
Jum Skor
Nilai
6. Telaah RPP FORMAT PENELAAHAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Materi Pelajaran: ___________________________ Topik/Tema: _______________________________ Berilah tanda cek ( V) pada kolom skor (1, 2, 3 ) sesuai dengan kriteria yang tertera pada kolom tersebut! Berikan catatan atau saran untuk perbaikan RPP sesuai penilaian Anda! No
Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
A.
Identitas Mata Pelajaran
1.
B.
Satuan pendidikan,Mata pelajaran/tema,kelas/ semester dan Alokasi waktu. Pemilihan Kompetensi
1. 2.
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
C.
Perumusan Indikator
1. 2.
Kesesuaian dengan KD. Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur. Kesesuaian dengan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3.
D. 1. 2. 3. E.
Pemilihan Materi Pembelajaran
Hasil Penelaahan dan Skor 1 2 3 Tidak Kurang Sudah Ada Lengkap Lengkap
Tidak Ada
Kurang Lengkap
Sudah Lengkap
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagia n
Sesuai Seluruhny a
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagia n
Sesuai Seluruhny a
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagia
Sesuai Seluruhny
Catatan
Kesesuaian dengan KD Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik. Kesesuaian dengan alokasi waktu. Pemilihan Sumber Belajar
Sosiologi SMA K-9
48
Ket.
No 1. 2. 3.
F. 1. 2. 3. 4. 5.
G. 1. 2. 3. 4. 5.
H. 1. 2. 3. I.
1. 2. J.
Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil Penelaahan dan Skor 1 2 3 n a
Catatan
Kesesuaian dengan KI dan KD. Kesesuaian dengan materi pembelajaran dan pendekatansaintifik. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik. Kegiatan Pembelajaran
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagia n
Sesuai Seluruhny a
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagia n
Sesuai Seluruhny a
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagia n
Sesuai Seluruhny a
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagia n
Sesuai Seluruhny a
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagia n
Sesuai Seluruhny a
Menampilkan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan jelas. Kesesuaian kegiatan dengan pendekatan saintifik. Kesesuaian dengan sintak model pembelajaran yang dipilih Kesesuaian penyajian dengan sistematika materi. Kesesuaian alokasi waktu dengan cakupan materi.
Penilaian Kesesuaian dengan teknik penilaian autentik. Kesesuaian dengan instrumen penilaian autentik Kesesuaian soal dengan dengan indikator pencapaian kompetensi. Kesesuaian kunci jawaban dengan soal. Kesesuaian pedoman penskoran dengan soal. Pemilihan Media Belajar Kesesuaian dengan materi pembelajaran Kesesuaian dengan kegiatan pada pendekatansaintifik. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik. Pemilihan Bahan Pembelajaran
Kesesuaian dengan materi pembelajaran Kesesuaian dengan kegiatan pada pendekatansaintifik. Pemilihan Sumber Pembelajaran
Sosiologi SMA K-9
49
No 1. 2. 3.
Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kesesuaian dengan materi pembelajaran Kesesuaian dengan kegiatan pada pendekatansaintifik. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.
Hasil Penelaahan dan Skor 1 2 3
Catatan
Jumlah
Tabel 4 . Penelaahan rencana pelaksanaan Pembelajaran Komentar/Rekomendasi terhadap RPP secara umum. ................................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................................. ......
D. Aktifitas Pembelajaran : Pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan
pendekatan
andragogi
lebih
mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta diklat menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 3. Aktivitas individu, meliputi : d. Memahami dan mencermati materi diklat e. Mengerjakan latihan/tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan f.
Melakukan refleksi
4. Aktivitas kelompok, meliputi : d. mendiskusikan materi pelatihan e. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan f.
penyelesaian masalah /kasus
D. Latihan/Kasus/tugas 1. Kegiatan apa yang tertuang dalam kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran? 2. Bagaimanakah rumusan penentuan indikator pencapaian kompetensi?
Sosiologi SMA K-9
50
E. Rangkuman RPP disusun untuk satu kali pertemuan atau beberapa kali pertemuan. Komponen RPP terdiri atas: 1)
identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan
2)
identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
3)
kelas/semester;
4)
materipokok;
5)
alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
6)
kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
7)
materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi;
8)
metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
9)
media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran;
10) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan; 11) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; 12) penilaian hasil pembelajaran. F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran, Anda dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Anda pahami setelah mempelajari materi RPP? 2. Pengalaman penting apa yang Anda peroleh setelah mempelajari materi RPP? 3. Apa manfaat materi RPP terhadap tugas Anda? Sosiologi SMA K-9
51
4. Apa rencana tindak lanjut yang Anda lakukan setelah kegiatan pelatihan ini? G. Kunci Jawaban 1. Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional; mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; danmenyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. 2. IPK dirumuskan dengan kata kerja operasional diikuti materi.
DAFTAR PUSTAKA Kemdikbud. 2013. Permendikbud 64 tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud. 2013. Permendikbud
65 tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud. 2013. Permendikbud 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. Permendikbud 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah
Menengah
Atas/Madrasah
Aliyah.
Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud. 2014. Permendikbud. 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Sosiologi SMA K-9
52
Kegiatan Pembelajaran 3:
Pelaporan Penilaian Pembelajaran A. Tujuan Dengan
membaca,
berdiskusi
dan
mengerjakan
tugas,
guru
dapat
melaporkan penilaian sosiologi
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menyusun laporan penilaian sikap 2. Menyusun laporan pengetahuan 3. Menyusun laporan ketrampilan
C. Uraian Materi Penilaian pencapaian kompetensi peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.Berikut ini uraian tentang pengolahan nilai dan bentuk laporan hasil pembelajaran. 1. Pengolahan Nilai untuk Program Remedial Penilaian setiap kompetensi hasil pembelajaran mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,
dan
keterampilan
dilakukan
secara
terpisah,
karena
karakternya berbeda. Namun demikian dapat menggunakan instrumen yang sama seperti tugas, portofolio, dan penilaian autentik lainnya. Hasil pekerjaan peserta didik harus segera dianalisis untuk menentukan tingkat pencapaian kompetensi yang diukur oleh instrumen tersebut sehingga diketahui apakah seorang peserta didik memerlukan atau tidak memerlukan pembelajaran remedial atau program pengayaan. Format berikut digunakan setelah suatu kegiatan penilaian dilakukan.
Sosiologi SMA K-9
53
Contoh: Format analisis penilaian hasil pekerjaan peserta didik. Indikator dalam satu RPP
Kesimpulan
tentang
pencapaian Nama No
kemampuan**
Peserta didik
1.
Ahmad
2.
Anisa
3.
Betharia
4.
Budiman
5.
Chandra
dst
..........
1*
2*
3*
4*
5*
6*
7*
dst
yang
yang
sudah
belum
dikuasai
dikuasai
Tabel 5 . Analisis penilaian hasil pekerjaan peserta didik * kolom ditulis dengan indikator yang dinilai (rincian sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Kolom di bawahnya diisi dengan skor yang diperoleh peserta didik terkait kemampuan tersebut. **
kolom yang menyatakan kemampuan yang belum dan sudah dikuasai seorang peserta didik untuk menentukan ada tidaknya perlakuan (remedial/pengayaan)
2. Skor dan Nilai Kurikulum 2013 menggunakan skala skor penilaian 4,00 – 1,00 dalam menyekor pekerjaan peserta didik untuk setiap kegiatan penilaian (ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, tugas-tugas, ujian sekolah). Penilaian kompetensi hasil belajar mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan dapat secara terpisah tetapi dapat juga melalui suatu kegiatan atau peristiwa penilaian dengan instrumen penilaian yang sama. Untuk masing-masing ranah (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) digunakan penyekoran dan pemberian predikat yang berbeda sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.
Sosiologi SMA K-9
54
Tabel konversi skor dan predikat hasil belajar untuk setiap ranah Sikap Modus
Pengetahuan Predikat SB
4,00
Skor Rerata
(Sangat 3,85 – 4,00
B (Baik)
2,00
C (Cukup)
K (Kurang) 1,00
Huruf
Capaian
Huruf
Optimum
A
3,85 – 4,00
A
3,51 – 3,84
A-
3,51 – 3,84
A-
3,18 – 3,50
B+
3,18 – 3,50
B+
2,85 – 3,17
B
2,85 – 3,17
B
2,51 – 2,84
B-
2,51 – 2,84
B-
2,18 – 2,50
C+
2,18 – 2,50
C+
1,85 – 2,17
C
1,85 – 2,17
C
1,51 – 1,84
C-
1,51 – 1,84
C-
1,18 – 1,50
D+
1,18 – 1,50
D+
1,00 – 1,17
D
1,00 – 1,17
D
Baik)
3,00
Keterampilan
Tabel 6 . Konversi skor dan predikat hasil belajar untuk setiap ranah Nilai akhir yang diperoleh untuk ranah sikap diambil dari nilai modus (nilai yang terbanyak muncul). Nilai akhir untuk ranah pengetahuan diambil dari nilai rerata. Nilai akhir untuk ranah keterampilan diambil dari nilai optimal (nilai tertinggi yang dicapai). 3. Pengolahan Nilai Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap untuk LCK. Hasil penilaian oleh pendidik setiap semester perlu diolah untuk dimasukkan kedalam laporan capaian kompetensi (LCK atau rapor). LCK merupakan gambaran
pencapaian
kompetensi
peserta
didik
dalam
setiap
semester.Pengolahan yang dimaksud dengan cara input data nilai kedalam formula
yang
dibuat
dan
dikembangkan
oleh
masing-masing
sekolah
berdasarkan peraturan yang berlaku. 1. Capaian Kompetensi Pengetahuan
Sosiologi SMA K-9
55
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam pengolahan capaian kopetensi pengetahuan , yaitu: a. Penilaian Pengetahuan dilakukanoleh Guru matap elajaran, nilai terdiri atas: nilai proses (NilaiHarian) = NH; nilaiUlangan Tengah Semester = NTS; dan Nilai Ulangan Akhir Semester = NAS. b. NilaiHarian (NH) dapat dilakukan melalui testulis, observasi pada diskusi, tanya jawab dan percakapan, atau penugasan setiap kompetensi dasar (KD) sesuai dengan karakteristik KD tersebut. c. RerataNilaiHarian (RNH) diperoleh dari rerata hasil tes tulis,observasi pada diskusi, tanya jawab dan percakapan, dan Penugasan setiap Kompetensi Dasar (KD). d. Capaian Kompetensi Pengetahuan merupakan rerata atau menggunakan bobot dari
data RNH, NTS, dan NAS. Penentuan besarnya bobot
padamasing-masing RNH, NTS, dan NAS merupakan kebijakan satuan pendidikan yang dirumuskan bersama dengan dewan guru. Beberapahal yang dapat menjadi pertimbangan bagi satuan pendidikan dalam menentukan besarnya bobot adalah: a). tingkat cakupan kompetensi yang diukur;
b).
Konsistensi
dan
kontinuitas
pengukuran
pencapaian
kompetensi; c). Keakuratan pengukuran pelaksanaan masing-masing ulangan;
dan d).
Pemenuhan kompetensi secara bertahap dan
menyeluruh ContohPengisian Format PengolahanCapaianKompetensiPengetahuan Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas/Semester : XII/1 N
NamaPeserta
NilaiHarian
o
Didik
KD
KD
KD
dst
R
3.1
3.2
3.3
…
NH TS
AS
3.0
3.3
3.0
…
3.1
3.0
2.6
2.9
0
3
0
1
0
6
2
1
Alif
2
Annisa
3
…..
LCK( rapor) N
N
NA
Ang
Predi
ka
kat
2,92
B
Keterangan:
Sosiologi SMA K-9
56
RNH diperoleh darirerata NH NilaiAkhir( NA) diperoleh dengan rumus = Nilai Akhir 2.92 dikonversi dengan data padatabel, maka nilai LCK Sosiologi adalah 3.00 dengan Predikat B. 2. Capaian Kompetensi Keterampilan Penilaian Keterampilan dilakukanoleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik), nilai terdiriatas: Nilai Praktik, NilaiProyek, dan Nilai Portofolio. Nilai akhir untuk ranah keterampilan diambil dari nilai optimal (nilai tertinggi yang dicapai). Dalam LCK, capaian kompetensi keterampilan diisi angka menggunakan skala 1 – 4, dengan dua angka dibelakang koma dan diberi predikat D s.d A dengan menggunakan interval yang sama dengan kompetensi pengetahuan Contoh
Pengisian
Format
Pengolahan
Capaian
Kompetensi
Keterampilan Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas/Semester : XII/1 3. Capaian Kompetensi Keterampilan Penilaian kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik, penilaian produk, penilaian proyek, penilaian portofolio dan penilaian tertulis. Nilaiakhiruntukranahketerampilandiambildarinilai optimal
(nilaitertinggi
yang
dicapai).Dalam
capaiankompetensiketerampilandiisiangkamenggunakanskala
1
LCK, –
4,
denganduaangkadinelakangkomadandiberipredikat D s.dAdenganmenggunakan interval yang samadengankompetensipengetahuan. Kompetensi keterampilan dinyatakan dalam deskripsi kemahiran berdasarkan rerata dari capaian optimum. (Permendikbud nomor 104 tahun 2014 pasal 6 ayat (5)) Contoh: Mata Pelajaran : Sosiologi
Sosiologi SMA K-9
57
Kelas/Semester : XII/I No
1
Nama
NilaiKeterampilan
Pesert
Praktik, Produk, Proyek, Tertulis
aDidik
KD.
KD.
KD.
KD
KD.
KD.
Portofoli
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
......
o
2,60
3,3
3,3
3,00
3,00
.....
3,00
3
3
Ahmad
2
Anisa
3
…..
LCK ( rapor) NA Angka
3,2
3,20
Predika t B+
0
Keterangan: -
Nilai-nilai keterampilan pada setiap KD adalah nilai optimal dari jenis keterampilan yang dinilai pada KD tersebut
-
Nilaiakhirdiperolehdari
rerata
capaian
optimumnilaiketerampilanpadasatu semester -
Nilaiakhir LCK adalah3.20 denganpredikatB+
4. Capaian KompetensiSikap Sikap (spiritual dansosial) untuk Laporan Capaian Kompetensi (LCK) atau rapor terdiri atas sikap dalam mata pelajaran dan sikap antar mata pelajaran. Capaian kompetensi sikap dalam mata pelajaran diisi oleh setiap guru mata pelajaran, yang merupakan profil secara umum berdasarkan rangkuman hasil pengamatan guru, penilaian diri, penilaian antar pesertadidik, dan jurnal, selama satu semester, diisi secara kualitatif dengan predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), atau Kurang (K). Nilai akhir yang diperoleh untuk ranah sikap diambil dari nilai modus (nilai yang terbanyak muncul). Contoh Pengisian Format Pengolahan Capaian Kompetensi Sikap Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas/Semester : XII/1 No
Nama
Hasil Observasi Sikap
Peserta
Disipli
Sosiologi SMA K-9
Tanggun
Teliti
...
Profil
SikapBerdasarkan
Sikap
Penila
Penilai
LCK Jurn
58
rapor)
(
Didik
n
g Jawab
...
Secara
ian
anantar
Umum
Diri
Peserta
Spriritu
Didik
aldan
hasil
al
Observasi
Sikap
SikapS osial
1
Ahmad
2
Anisa
3
…..
B
B
C
…
B
B
B
Keterangan: Jika nilai sikap observasi cukup banyak, maka nilai akhir sikap observasi dapat ditentukan berdasarkan modus pada nilai observasi (disiplin,tanggung jawab,peduli, dll). Misalnya nilai yang sering muncul pada penilaian pada table tersebut adalah B, maka nilai akhir sikap pada LCK adalah B. Contoh deskripsi capaian kompetensi sikap pada mata pelajaran Sosiologi adalah:
sudah menunjukkan perilaku
disiplin,tanggung jawab,namun
perilaku teliti dalam kegiatan belajar Sosiologi masih perlu ditingkatkan. 5. Capaian kompetensi sikap antar mata pelajaran Capaian kompetensi sikap antar mata pelajaran diisi oleh wali kelas setelah berdiskusi dengan semua guru mat apelajaran, disimpulkan secara utuh dan dinyatakan secara deskripsi koherensi. Rambu-rambu penilaian sikap antar mata pelajaran: a. Penilaian Sikap antar Mata Pelajaran adalah kesimpulan dari sikap keseluruhan dalam mata pelajaran yang diputuskan melalui rapat koordinasi bersama dengan guru mapel dan wali kelas b. Deskripsi memuat uraian secara naratif pencapaian kompetensi sikap sesuai dengan KI dan KD setiap mata pelajaran c. Deskripsi sikap pada setiap mata pelajaran menguraikan kelebihan sikap peserta didik, dan sikap yang masih perlu ditingkatkan.
Sosiologi SMA K-9
59
B
Deskripsi sikap antarmata pelajaran menjadi tanggung jawab wali kelas melaluianalisis nilai sikap setiap mata pelajaran dan diskusi secara periodik dengan guru mapel Tahapan pengolahan nilai sikap antarmata pelajaran: a. Penilaian dilakukan oleh seluruh guru mapel dan dikoordinasi oleh wali kelas b. Proses penilaian dilakukan melalui analisis sikap setiap mapel dan didiskusikansecara berkala antar guru c. Guru mata pelajaran menyerahkan skor akhir (nilai kualitatif dan deskripsi sikap)pada wali kelas d. Wali kelas melakukan analisa untuk mendapatkan kesimpulan nilai sikap antamatapelajaran dalam bentuk deskripsi. 5. Ketuntasan Belajar Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan. Ketuntasan Belajar dalam satu semester adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi dari sejumlah mata pelajaran yang diikutinya dalam satu semester. Ketuntasan Belajar dalam setiap tahun ajaran adalah keberhasilan peserta didik pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran. Ketuntasan dalam tingkat satuan pendidikan adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi seluruh mata pelajaran dalam suatu satuan pendidikan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) , Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2) ditetapkan dengan predikat Baik (B).
Sosiologi SMA K-9
60
Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni 4,00 – 1,00 untuk angka yang ekuivalen dengan huruf A sampai dengan D sebagaimana tertera pada tabel berikut. Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Keterampilan Rentang Angka
Huruf
3,85 – 4,00
A
3,51 – 3,84
A-
3,18 – 3,50
B+
2,85 – 3,17
B
2,51 – 2,84
B-
2,18 – 2,50
C+
1,85 – 2,17
C
1,51 – 1,84
C-
1,18 – 1,50
D+
1,00 – 1,17
D
Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata 2,67 untuk keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 2,67. 4. Format Rapor Sekolah Menengah Atas 1. Capaian Pengetahuan
Keterampilan
Sikap
Sosial
dan
Spiritual
No Mata Pelajaran
Nilai
Huruf
Nilai
Huruf
Dalam
Antar
Mapel
Mapel
Kelo mpok A (Umum) 1
Pendidikan Agama dan Diisi
Diisi
Diisi
Diisi
SB, B, C, K Disimpulka
Budi Pekerti
dengan
deng-
dengan
deng-
(diisi
(Nama guru)
angka
an nilai angka
4,00 1,00*) 2
Pendidikan
Sosiologi SMA K-9
– A-D
4,00
oleh n
an nilai guru – A-D
secara
utuh
Mapel)
dari
sikap
1,00*)
peserta didik dalam
Pancasila
61
3
4
5
6
dan Kewarganegaraan
Mapel
(Nama guru)
(Deskripsi
Bahasa Indonesia
Koherensi
(Nama guru)
diisi
Matematika
Wali Kelas
(Nama guru)
berdasarka
Sejarah Indonesia
n
(Nama guru)
diskusi
Bahasa Inggris
dengan
(Nama guru)
semua
Seni Budaya
terkait)
(Nama
guru) 2
Pendidikan
Jasmani,
Olahraga,
dan
Kesehatan (Nama guru) 3
Prakarya
dan
Kewirausahaan (Nama guru) Kelo mpok C (Peminatan) I. Pe minatan (Diisi sesuai dengan minat siswa) 1
Mata Pelajaran (Nama guru)
2
Mata Pelajaran (Nama guru)
3
Mata Pelajaran (Nama guru)
4
Mata Pelajaran (Nama guru)
II. Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat (Diisi sesuai dengan minat siswa) 1
Mata Pelajaran (Nama guru)
2
Mata Pelajaran
Sosiologi SMA K-9
hasil
guru kelas
Kelo mpok B (Umum) 1
oleh
62
(Nama guru) 3
Mata Pelajaran (Nama guru)
4
Mata Pelajaran (Nama guru)
Catatan: SB: Sangat Baik; B: Baik; C: Cukup; K: Kurang. * : Angka real yang diperoleh siswa 2. Deskripsi No.
Mata Pelajaran
Kompetensi
Catatan
Kelompok A (Umum) 1
Pendidikan Agama dan Budi
Sikap
sosial
Pekerti
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan 2
Pendidikan
Pancasila
dan
Sikap
sosial
Kewarganegaraan
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan 3
Bahasa
Sikap
sosial
Indonesia
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan 4
Matematika
Sikap
(Nama guru)
spiritual
sosial
dan
Pengetahuan Keterampilan 5
Sejarah
Sikap
sosial
Indonesia
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan
Sosiologi SMA K-9
63
6
Bahasa
Sikap
sosial
Inggris
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan Kelompok B (Umum) 1
2
Seni
Sikap
Budaya
spiritual
(Nama
Pengetahuan
guru)
Keterampilan
Pendidikan
Jasmani,
Sikap
sosial
sosial
Olahraga, dan Kesehatan
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
dan
Keterampilan 3
Prakarya
dan
Sikap
sosial
Kewirausahaan
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan Kelo mpok C (Peminatan) I. Peminatan (Diisi sesuai dengan minat siswa) 1
Mata
Sikap
sosial
Pelajaran
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan 2
Mata
Sikap
sosial
Pelajaran
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan 3
Mata
Sikap
sosial
Pelajaran
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan 4
Mata
Sikap
Pelajaran
spiritual
Sosiologi SMA K-9
sosial
dan
64
(Nama guru)
Pengetahuan Keterampilan
II. Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat (Diisi sesuai dengan minat siswa) 1
Mata
Sikap
sosial
Pelajaran
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan 2
Mata
Sikap
sosial
Pelajaran
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan 3
Mata
Sikap
sosial
Pelajaran
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan 4
Mata
Sikap
sosial
Pelajaran
spiritual
(Nama guru)
Pengetahuan
dan
Keterampilan
Catatan: 1. Untuk mata pelajaran yang belum tuntas pada semester berjalan, dituntaskan melalui pembelajaran remedi sebelum memasuki semester berikutnya. 2. Dinyatakan tidak naik kelas bila terdapat 3 mata pelajaran atau lebih, pada kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap belum tuntas/belum baik. 5. Contoh Pengisian Rapor 1. Pengisian Capaian
No
Mata Pelajaran
Pengetahuan
Keterampilan
Sikap Sosial dan Spiritual
Nilai
Nilai
Huru
Dalam
f
Mapel
Huruf
Antar Mapel
Kelompok C (Peminatan) 3
...............
Sosiologi SMA K-9
65
4
Sosiologi
2.92
B
3,00
B
B
(Istiqomah)
2. Pengisiian Deskripsi No
Mata
Kompet
.
Pelajaran
ensi
Catatan
Kelompok C (Peminatan) I. Peminatan (Diisi sesuai dengan minat siswa) -
3
......
4
Sosiologi
Sikap
sudah menunjukkan perilaku disiplin,tanggung jawab,
(Istiqomah)
sosial
peduli lingkungan dst.. namunperilaku teliti dalam
dan
kegiatan belajar sosiologiperluditingkatkan.
spiritual Penget
sudah memahami konsep-konsep sosiologi,
namun
ahuan
belum dapat menganalisis fakta social perubahan social dengan menggunakan teori perubahan social secara mendalam.
Ketera
....
mpilan
D. Aktivitas Pembelajaran Pelajari modul di atas, jika Anda merasa kesulitan silahkan diskusi dengan teman sejawat.
E. Latihan/ Kasus /Tugas Pelaporan Hasil Belajar Tujuan Kegiatan:
Melalui
diskusi
kelompok
peserta
mampu
mengolahhasilpenilaian proses dan hasil belajar dan membuat laporan pencapaian kompetensi peserta didik Langkah Kegiatan:
Sosiologi SMA K-9
66
1. Pelajari contoh pelaporan pencapaian kompetensi pada modul pelatihan dan format pengolahan hasilpenilaian proses dan hasil belajar 2. Siapkan dokumen Permendikbud nomor 104 tahun 2015dan dan Naskah Pedoman Penilaian dari Direktorat Pembinaan SMA 3. Rancanglah pengolahan nilai sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan contoh yang tersedia dengan cara : - membuat data nilai sikap, pengetahuan dan keterampilan
seorang
siswa - mengolah data nilai tersebut sampai menjadi nilai untuk rapor -
cantumkan nilai pada format capaian kompetensi
-
buatlah deskripsi untuk masing-masing capaian kompetensi siswa tersebut
4. Presentasikan hasil rancangan kelompok Anda 5. Perbaiki hasil kerja kelompok Anda jika ada masukan dari kelompok lain Format Rancangan Pelaporan Hasil Belajar A. Pengolahan Capaian Kompetensi 1.
Capaian Kompetensi Pengetahuan
Mata Pelajaran :______________ Kelas/Semester :______________
No
Nama
Nilai Harian
Peserta KD
KD
KD
Didik
3.1
3.2
3.3
1
.....
....
.....
...
2
....
Sosiologi SMA K-9
LCK( rapor) dst… R …
N
N
NH
TS
AS
....
.....
....
NA
Angka Predikat
....
…..
.....
67
2. Capaian Kompetensi Keterampilan Mata Pelajaran :Sosiologi Kelas/Semester :______________ No
Nama
Nilai Keterampilan
Pesert
Praktik, Proyek, Porto Folio
a Didik
KD.
KD.
KD.
...
KD.
KD.
4.1
4.2
4.3
..
4.8
4.9
2.60
3.33
3.00
… 3.00
1
Ahmad
2
Anisa
3
…..
LCK ( rapor)
3.33
NA
Angka
Predikat
3.33
3.33
B+
Keterangan: -
Nilai-nilai pada KD keterampilan adalah optimum
-
Nilai akhir adalah rerata dari optimum
-
Kemudian nilai 3,33 dikonversi, maka nilai akhir LCK adalah 3,33 dengan predikat B+
3. Capaian Kompetensi Sikap Mata Pelajaran :_______________ Kelas/Semester :_______________ No
Nama
Hasil Observasi Sikap
Peserta
Disipli
Tanggun
Didik
n
g Jawab
Teliti
Profil
Sikap Berdasarkan
LCK(
...
Sikap
Penila
Penilai
Jurn
rapor)S
...
Secara
ian
an
al
ikap
Umum
Diri
antar
Spriritu
hasil
Peserta
al
Observasi
Didik
Sikap
dan
Sosial 1
.....
2
......
....
Sosiologi SMA K-9
.....
...
… ....
.....
....
....
68
.....
B. Pengisian Rapor 1. Pengisian Capaian
Mata
No
Pelajaran
Pengetahuan
Keterampilan
Sikap Sosial dan Spiritual
Nilai
Nilai
Huru
Dalam
f
Mapel
Huruf
Antar Mapel
Kelompok C (Peminatan) ............... .... 2. Pengisiian Deskripsi No.
Mata
Kompetensi
Catatan
Pelajaran Kelompok C (Peminatan) I. Peminatan (Diisi sesuai dengan minat siswa) .....
Sikap sosial .................. dan spiritual
Pengetahuan
.................
Keterampilan
..........................
F. Rangkuman Laporan
penilaian
disusun
berdasarkan
pedoman
yang
harus
dilaksanakan oleh guru sosiologi
G.Umpan Balik dan Tindak Lanjut Apakah Anda merasa telah memperoleh pengetahuan baru?. Setelah ini apa yang ingin Anda pelajari tentang penilaian?
H. Kunci Jawaban
Sosiologi SMA K-9
69
DAFTAR PUSTAKA Ali Lukman dkk, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud Balai Pustaka. Arikunto, Suharsini. 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas,2006. Bahan sosialisasi KTSP di LPMP Semarang Tahun 2006 Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung: PT. Ganesindo. BERMUTU PROGRAM, 2010. BBM Suplemen /Penilaian Hasil Belajar Gafur, Abdul, dkk. 2003. Pedoman Umum Pola Induk Siswa Pengujian Hasil KBM Berbasis Kemampuan Dasar Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Dit. PMU, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas. Hayati, Sri. 2004. Bahan Pelatihan PS-S2 Penilaian Pembelajaran Pengetahuan Sosial Bahan Pelatihan Terintegrasi Guru SMP. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Kemdikbud Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan ------------------------------------,
nomor 69 tahun 2013 tentang KD dan Struktur
Kurikulum Puskur. 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas. Siswanto,dkk. 1993. Penilaian sosiologi
dan PPKn. Bahan Sajian Untuk
Penataran Instruktur. Malang: Proyek PPPG IPS dan PMP Malang. Siswanto, dkk. 1998. Penilaian Ilmu Pengetahuan Sosial. Edisi review. Malang: Proyek PPPG IPS dan PMP Malang. Soetopo , 1994. Penilaian Sejarah SMA, Malang: Proyek PPPG IPS dan PMP Malang. Subiyanto. 1988. Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan
Lembaga
Tenaga
Kependidikan,
Ditjen
Dikti,
Depdikbud. Subiyanto. 1993. Beberapa Masalah Evaluasi Pendidikan. Malang: PPPG IPS dan PMP, Ditjen Dikdasmen, Depdikbud. Sudaryono,2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Graha Ilmu.
Sosiologi SMA K-9
70
Kegiatan Pembelajaran 4:
Karya Tulis Ilmiah A. Tujuan Melalui mendengarkanpenjelasan, diskusi dan mengerjakan lembar kerja, guru mampu menhidentifikasi jenis- jenis Karya Tulis Ilmiah (KTI)
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1.
Menjelaskan pengertian Karya Tulis Ilmiah (KTI)
2.
Menjelaskan tujuan KTI
3.
Menjelaskan fngsi KTI
4.
Menjelaskan manfaat KTI
5.
Menjelaskan ciri-ciri KTI
6.
Menjelaskan syarat KTI
7.
Mengidentifikasi jenis-jenis KTI
C. Uraian Materi 1.
Pengertian Karya Tulis Ilmiah dapat disingkat karya ilmiah atau dalam bahas Inggrisnya scientific paper. Istilah itu muncul karena karya ilmiah lebih sering ditulis. Robert Day and Barbara Gastel dalam Barnawi & Arifin (2015: 18-19) menyatakan bahwa “ a saintific paper is a written and published report describing original search results”. Karya Ilmiah adalah laporan yang ditulis dan dipublikasikan yang menggambarkan hasil temuan yang sebenarnya. Karya Ilmiah harus ditulis dengan cara tertentu sesuai dengan tradisi,etikailmiah, dan prosedur penerbitan. Perlu diketahui bahwa sekarang telah berkembang paradigm baru yang menyatakan bahwa karya tulis ilmiah tidak hanya didasarkan penelitian saja, tetapi dapat pula didasarkan didasarkan atas kajian masalah oleh ahlinya. Hernowo mengungkapkan dua rumusan yang berhubungan dengan suatu karya ilmiah sebagai berikut:
Sosiologi SMA K-9
71
a.
Suatu karya ilmiah harus memenuhi cara-cara berkomunikasi yang sudah dibakukan
dan dalam menganalisis suatu
permasalahan harus menggunakan prinsip-prinsip keilmuan. b.
Suatu tulisan bisa juga masuk dalam kategori karya ilmiah tanpa memenuhi kaidah-kaidah sebagaimana disebutkan pada runusan pertama, asal di dalamnya terdapat “metode baru dalam menelaah suatu permasalahan dan kebaruan
suatu
permasalahanya”. Karya Ilmiah merupakan karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar . Karangan disajikan berupa fakta-fakta apa adanya yang didukung dengan bukti-bukti empirik. Dengan kata lain muatan karangan haruslah memuat kebenaran ilmiah. Sesuatu dapat dikatakan benar secara ilmiah apabila sesuatu itu konsisten dengan apa yang dianggap benar sebelumnya, sesuatu itu sesuai dengan apa yang ada di lapangan, dan sesuatu itu memiliki nilai fungsi pada tataran praktis. Selain itu ,penulisan karangan ilmu pengetahuan harus menggunakan bahasa yang bakudan disusun secara sistematis sesuai dengan kesepakatan para ilmuwan. Struktur sajianterdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian isi (pokok pembahasan),
dan bagian
penutupan(kesimpulan dan rekomendasi (Arifin Zainal, 2008) Karya Tulis ilmiah adalah laporan tertulis tentang (hasil) kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah itu sendiri merupakan kegiatan untuk menyelesaikan masalah melalui pendekatan alur berfikir ilmiah. Sikap penulis dalam menulis karya ilmiah harus objektif. Langkah-langkah pengorganisasiannya
harus
mengikuti
garis
konseptual
dan
procedural yang menjadi kesepakatan para ilmuwan. Dengan kata lain, karya ilmiah menggunakan dasar,sistematika, dan penyusunan yang sesuai dengan kaidah ilmiah (Suhardjono,2010: 2). Karangan dari hasil penelitian, pengamatan, atau peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut:
Sosiologi SMA K-9
72
a. Penulisannya berdasarkan hasil penelitian ilmiah. b. Pembahasan masalahnya menguji teori atau menyusun suatu teori, c. Karangan
itu
mengandung
masalah
yang
sedang
dicarikan
pemecahannya. d. Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu. e. Bahasanya harus lugas, terperinci,teratur, dan cermat. f. Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa yang baku. Bahasa baku cenderung bersifat tetap, tisak menutup kemungkinan mengalami
perubahan
sesuai
dengan
perkembangan
zaman.
Meskipun mengalami perubahan, tidak sembarangan, tetapi lebih teratur dan tersistem. (M.Hariwijaya , 2007:11) Karya Tulis Ilniah merupakan karya tulis yang isinya memaparkan sesuatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh penulis atau peneliti. Penulis atau peneliti menyajikan gagasan secara sistematik, objektif, yang didukung oleh fakta atu bukti-bukti empirik, dengan menggunakan
teori
sehingga
karya
ilmiah
akurat,
dapat
dipertanggungjawabkan (Dalman.2015:5-6) Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Karya Tulis Ilmiah adalah pembahasan secara ilmiah dalam bentuk tulisan tentang fakta yang ditulis dengan menggunakan metode tertentu, sistematis, dengan menggunakan teori tertentu dalam rangka memecahkan masalah tertentu.
2. Tujuan Memberitahukan secara logis dan sistematis, hasil dari mencari jawaban
mengenai
permasalahan
yang
ingin
diketahui
kebenarannya, serta untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan.
Sosiologi SMA K-9
73
3. Fungsi Karya Tulis Ilmiah memiliki banyak fungsi seperti meningkatkan ketrampilan membaca dan
menulis, berlatih mengintegrasikan
berbagai gagasan dalam penyajian secara sistematis, memperluas wawasan, dan pengalaman ketrampilan menulis secara sistematis. Menurut Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Dalman, 2015: 20-21), karya tulis ilmiah hasil peneitian berfungsi mengomunikasikan ikhwal gagasan atau hasil penelitian yang telah dilakukan, khususnya : a. Gagasan : apa yang menjadi permasalahan, dan bagaimana gagasan yang dikemukakan dalam memecahkan masalah. b. Penelitian : apa yang diteliti, mengapa penelitian dilakukan, apa yang menjadi fokusnya, apa yang menjadi acuan konseptual, bagaimana desainya, bagaimana data dikumpulkan dan dianalisis, temuan apa yang diperoleh, apa kesimpulan akhirnya, dan apa rekomendasi ang dinyatakan berdasarkan temuan tersebut bagi kepentingan praktisi dan pengembangan ilmu. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa seorang penulis dituntut untuk berfikir secara ilmiah dalam mencari solusi atas masalah yang muncul baik yang diperoleh dari data empiris maupun yang berasal dari kajian pustaka. Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai karya tulis ilmiah yang memiliki manfaat bagi orang banyak. Dengan demikian, karya tulis ilmiah berfungsi untuk memublikasikan gagasan seseorang atau kelompok orang berupa hasil penelitian dan hasil pemikiran
(kajian
pustaka)
yang
bertujuan untuk
meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman pembaca. Dalam hal ini, menulis karua tulis ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan membaca dan menulis, mengintegrasikan berbagai gagasandan menyajikan secara sistematis, memperluas wawasan atau cakrawala pengetahuan serta member member kepuasan intelektual bagi penulis.
Sosiologi SMA K-9
74
4. Manfaat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Zainal Arifin, (2008:4) menyatakan sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis ilmiah, yaitu : a. Terlatih karena
mengembangkan ketrampilan membaca yang efektif sebelum
menulis
karya
ilmiah
didahului
membaca
kepustakaan yang relevan dengan topic yang akan ditulis. b. Terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai buku sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ketingkat pemikiran yang lebih matang. c. Terbiasa melakukan
kegiatan di
kepustakaan seperti mencatat
bahan bacaan dalam catalog pengarang atau katalog judul buku. d. Meningkatkan ketrampilan pengorganisasian fakta secara jelas dan sistematis. e. Memperoleh kepuasan intelektual f. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat. Dalman (2015:32-33) menyatakan enam manfaat menulis karya ilmiah meliputi : a. Melatih mengembangkan ketrampilan membaca yang efektif. b. Melatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber. c. Mengenalkan kegiatan kepustakaan d. Meningkatkan pengorganisasian fakta secara jelas dan sistematis. e. Memperoleh kepuasan intelektual f.
Memperoleh cakrawala ilmu pengetahuan.
Antoni Ludfi Arifin (2012: 22) menyatakan tiga manfaat menulis karya ilmiah : a. Beken . setidaknya bila tulisan sudah diterbitkan, jejak-jejak buku dan penulis dapat ditelusuri. Dengan karya penulisan baik buku, artikel, opini, atau jurnal dapat membuat seorang penulis menjadi popular dan dipandang memiliki citra yang baik. b. Ilmu
bertambah.
Penulis
dalam
proses
penulisan
akan
memperkaya tulisannya dengan membaca sumber buku referensi sehingga akan menambah pengetahuan penulis itu sendiri. Sosiologi SMA K-9
75
Membaca merupakan jendela ilmu, banyak informasi dan pengetahuan yang didapatkan dari membaca. c. Mendapatkan penghasilan tambahan dari royalti. The
Liang
Gie
dalam
Jamal
Ma’mur
Asmani
(2012:
184-186)
mengungkapkan manfaat menulis dalam enam dimensi nilai sebagai berikut : a. Nilai kecerdasan Dengan sering menulis , akan dituntut untuk menghubungkan buah pikiran yang satu dengan yang lain, merencanakan uraian yang sistematis dan logis, menimbang suatu perkataan yang tepat, dan selalu mengamati dan menganalisis realitas social yang selalu
berubah
menambah
secara
daya
dinamis.
pikirnya,
Aktivitas
ini
kemampuan
akan
imajinasi
selalu dan
kreativitasnya, serta memori dan kecerdasannya. b. Nilai kependidikan Penulis pemula yang terus menulis walaupun naskahnya belum berhasil diterbitkan atau tulisan berkali-kali ditolak, sesungguhnya itu bagian dari kependidikan dalam konteks melatih diri menjadi tabah, ulet, dan tekun sehingga akhirnya pada saatnya nanti akan berhasil. Bila telah sukses, dirinya akan terus termotivasi untuk berkarya lebih bagus lagi. c. Nilai kejiwaan Penulis dituntut untuk ulet, menulis terus yang akhirnya akan dimuat dikoran atau majalah yang terkenal atau diterbitkan sebagai buku. Hasilnya membuat kepuasan batin, kebanggaan pribadi, dan kepercayaan diri. d. Nilai kemasyarakatan. Seorang penulis yang sukses, tulisannya akan dibaca masyarakat banyak, diapresiasi, menjadi sumber inspirasi, dan akhirnya menjadi rujukan masyarakat. Sehingga penulis memperoleh penghargaan dari masyarakat. e. Nilai keuangan
Sosiologi SMA K-9
76
Tulisan yang dimuat di media cetak akan mendapatkan imbalan uang dari fihak penerbit. Makin maju sebuah Negara makin cerah masa depan penulis. f.
Nilai kefilsafatan. Salah satu gagasan besar ahli pikir adalah keabadian. Jasad orang arif tidak pernah abadi, tetapi buah pikirannya diabadikan melalui karya tulisnya.
5. Ciri-Ciri Karya Tulis Ilmiah Menurut Dalman (2015: 12-14), cirri-ciri karya ilmiah meliputi : a. Objektif Keobjektifan dalam Karya Ilmiah dapat dilihat fakta dan data yang diungkapkan tidak dimanipulasi, benar-benar berdasarkan data lapangan , dan setiap penyataan atau simpulan berdasarkan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga data tersebut dapat dicek kebenarannya (diverifikasi) oleh siapapun. b. Netral Netral dalam arti bebas dari kepentinganindividu, kelompok, maupun fihak tertentu yang mempunyai kepentingan sendiri. Sehingga pernyataan yang bersifat mengajak, mempengaruhi, mengarahkan
pembaca
untuk
mensukseskan
kepentingan
tertentu dapat dihindari. c. Sistematis Karya
Ilmiah
yang
sistematis
berarti
mengikuti
pola
pengembangan tertentu yang telah disepakati oleh pakar ilmiah, sehingga pembaca dapat mengikuti alur karya ilmiah secara mudah. d. Logis Berarti secara nalar dapat diterima dan masuk akal. Pola nalar dapat
dikembangkan
secara
induktif
maupun
deduktif.
Kebanyakan karya ilmiah yanh bermaksud menyimpulkan suatu fakta, maka penalaranya dikembangkan secara induktif, tetapi jika bermaksud
membuktikan
suati
teori
atau
hipotesis,
yang
digunakan pola dueduktif. Sosiologi SMA K-9
77
e. Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan) Pernyataan atau simpulan dalam karya ilmiah harus factual, sehingga tidak dinyatakan secara emosional. f.
Tidak Pleonastis Pleonatis adalah penggunaan kata-kata yang berlebihan, dan berbelit-belit. Sehingga tidak pleonatis berarti tidak berlebihan, tidak berbelit-belit. Tidak berputar-putar tanpa ujung dan pangkal yang jelas.
g. Bahasa yang digunakan ragam formal Menggunakan bahasa Indonesia yang formal , kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sedangkan Nurudin, ( 2010: 124).menyampaikan sepuluh ciri karangan ilmiah yaitu: a. Menyajikan fakta. b. Cermat dan jujur (accurate and truthful) c. Tak memihak (disinterested). d. Sistematis e. Tak bersifat haru (not emotive) f.
Mengesampingkan pendapat yang tak mendasar (unsupported opinion)
g. Sungguh-sungguh (sincere) h. Tak bercorak argumentative (not argumentative) i.
Tak bernada persuasive secara langsung (not directly persuasive)
j.
Tak melebih-lebihkan
Harianto dkk (2000: 7-8) mengemukakan perbedaan cirri-ciri karya ilmiah dan non ilmiah, sebagai berikut: a. Cirri-ciri karya tulis ilmiah : 1) Menyajikan fakta objektif secara sistematis 2) Pernyataannya cernat, tepat, tulus, dan benar, serta tidak memuat tekanan. 3) Penulisnya tidak mengejar keuntungan pribadi
Sosiologi SMA K-9
78
4) Penyusunannya
dilaksanakan
secara
sistematis,
konseptual, dan procedural. 5) Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan fakta. 6) Tidak emosional menonjolkan perasaan. 7) Tidak
bersifat
argumentative,
tetapi
kesimpulannya
terbentuk atas dasar fakta. b. Cirri-ciri karya tulis non ilmiah. 1) Penyajiannya lebih bersifat subjektif 2) Mengandung usulan dengan efek dan kesimpulan yang diharapkan penulis 3) Bersifat persuasive, sesuai dengan keyakinan penulis yang mengajak pembaca untuk berubah pendapat. 4) Pandangan
yang dikemukakan penulis tidak didukung
fakta umum, 5) Motivasinya lebih mementingkan diri sendiri karena itu isinya bisa melebih-lebihkan sesuatu. 6) Kesimpulan penulis lebih bersifat argumentatifbsehingga kurang atau tidak membiarkan fakta berbicara sendiri. Eddy Wibowo, dkk (2006: 1-2) menjelaskan perbedaan antara karya tulis ilmiah dan karya tulis non ilmiah sebagai berikut: a. Cirri-ciri karya tulis ilmiah (scientific): 1) Nontechnical Concreete Explanation. Tidak terdapat motif yang tersembunyi dan non teknis. Karya tulis ilmiah diawali dengan generalisasi yang tidak meliputi judgement apapun dan tidak terikat pada format tertentu. 2) Semitechnical Generalizet Explanation Karya tulis yang
tdak mengandung motif tertentu, bersifat
formal, dan tidak memuat judgement tertentu. 3) Generalized Technical Writing, informativeand formal Sebelum
membaca
karya
ilmiah
jenis
ini,
pembaca
diperkirakan sudah mengetahui teknik yang digunakan, yaitu pada awal digunakan pertanyaan retoris dan tergeneralisasi. Sosiologi SMA K-9
79
4) Generalized Abstract Exposition. Karya ilmiah
menggunakan batasan yang jelas dan
merupakan abstraksi keilmuan sebagai hasil analisis fakta tertentu, tetapi kurang informative karena sering kali terlalu rinci dan abstrak sehingga seringkali tidak menarik. b. Cirri- cirri karya tulis non ilmiah 1) Emotive Advertising Jenis karya
tulis
yang
menampilkan iklan yang memuat
informasi singkat dengan motif memberikan gambaran yang sesuai
dengan
pemahaman
hasil,
dan
bahkan
dapat
memberika
tentang cara hidup yang lebih nyaman
menggunakan kata-kata emotif dengan tujuan orang mau membeli produk yang diiklankan. 2) Personal, Subjective Writing Karya tulis
berupa hasil laporan tanpa variabrl fakta, yang
ditulis berdasarkan berdasarkan feeling dan thought penulis. Karya ilmiah ini juga menggunakan kata-kata emotif, tetapi mencoba tidak mempengaruhi pembaca. Karya ilmiah ditulis secara umum tanpa memberikan dukungan secara rinci dan bahkan tidak jarang diselingi dengan kalimat humor. 3) Slanted Criticm Kritik yang berupa satir, ironi. Tulisan berupa pendapat dan judgement yang ditulis menggunakan pola ejekan, sindiran, atau kritik pedas. Karya tulis ini tidak bertujuan mempengaruhi pendapat pembaca tetapi sedikit mengandung informasi yang bersifat informal dan pribadi. 4) Informative Advertising Karya ilmiah berupa iklan yang memberikan banyak informasi berdasarkan fakta yang tidak langsung memberikan motif kepada pembaca dan sangat persuasive. 6. Syarat – Syarat Karya Tulis Ilmiah Karangan dari hasil penelitian , pengamatan, ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat : a. Penulisannya berdasarkan hasil penelitian ilmiah. Sosiologi SMA K-9
80
b. Pembahasan masalahnya menguji teori atau menyusun suatu teori c. Karangan itu mengandung masalah yang sedang dijarikan pemecahannya. d. Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu. e. Bahasanya harus lugas, terperinci, teratur, dan cermat. f.
Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir.
7. Jenis- jenis Karya Tulis Ilmiah. Karya Tulis Ilmiah memiliki banyak ragamnya. Pengelompokannya tergantung dari cara pandang orang yang melihatnya. Apabila dilihat dari cara penulisannya karya tulis ilmiah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu karya ilmiah murni, dan karya ilmiah popular. Karya ilmiah murni biasanya
digunakan untuk kalangan cendekiawan,
sedangkan
karya ilmiah popular digunakan untuk masyarakat umum ataupun masyarakat awam. Ditinjau dari segi penulisannya, karya tulis ilmiah dapat dibedakan menjadi tiga : laporan kasus, laporan penelitian, dan studi kepustakaan. Nurudin (2010:56) membedakan karya tulis ilmiah menjadi dua, karya tulis kependidikan dan karya tulis penelitian, karya tulis kependidikan ada yang digunakan untuk kepentingan kesarjanaan, misalnya paper/makalah, skripsi, dan tesis.
Karya ilmiah untuk
kepentingan didaktik , misalnya buku pelajaran dan buku pengayaan. Sedangkan karya ilmiah untuk kepentingan referensi misalnya kamus dan ensiklopedi . karya ilmiah penelitian misalnya artikel jurnal ilmiah, makalah seminar, dan naskah penelitian. Lebih lanjut Barnawi dan M Arifin (2015:26-32) membedakan jenis-jenis karya ilmiah sebagai berikut : a. Paper /makalah Makalah merupakan karya tuls ilmiah tentang masalah atau topic tertentu berdasarkan data di lapangan yang ditulis secara sistematis dengan analisis logis dan objektif. Cara berfikir yang digunakan dapat berupa dedaktif maupun induktif. Pembuatan makalah dapat berdasar kajian literature/ dan atau berdasarkan laporan di lapangan. Agar Sosiologi SMA K-9
81
makalah yang dibuat baik, diperlukan kemampuan untuk menganalisis, mensintesis, serta mengevaluasi masalah yang dibahas. Jumlah halaman berkisar antara 10- 15 halaman. Sistematika makalah yang sederhana berisi : pendahuluan, pembahasan, dan kesimpulan. Makalah dibagi menjadi dua yaitu: 1) Makalah biasa (common paper) adalah makalah yang dibuat untuk menjelaskan atau mendeskripsikan permasalahan yang dibahas. Isinya memuat pembahasan masalah dari bernagai sudut pandang. Penulis juga mengemukakan pendapat atas masalah yang disajikan baik berupa saran maupun kritik. 2)
Makalah
posisi ( position paper) adalah
makalah yang
secara teoritis memosisikan diri dalam suatu kajian masalah. Makalah ini menunjukkan penguasaan pengetahuan , juga menunjukkan posisi penulis juga didukung teori dan bukti-bukti yang relevan. Makalah posisi dibuat dengan berbagai pandangan dan sumber yang berbeda. Lebih kuat lagi jika makalah
posisi
menyajikan
berbagai
pandangan
yang
bertentangan dimana penulis dapat menarik kesimpulan untuk menunjukkan posisi yang paling tepat atau paling benar. b. Artikel Ada dua macam : 1) Artikel ilmiah adalah makalah yang mempunyai variasi dan adaptasi
gtertentu
berdasarkan
aturan
menerbitkannya, tanpa meninggalkan prinsip
media
yang
dari struktur,
format, sistematika, dan isi makalah ilmiah. Dengan kata lain artikel ilmiah merupakan sebutan lain dari makalah yang mengalami variasi dan adaptasi untuk mengikuti aturan media penerbit. Masalah yang diangkat dalam artikel ilmiah biasanya masalah actual yang disertai alternative pemecahannya atau menyertakan harapan dan saran kepada pembaca. Artikel ilmiah dibagi menjadi dua yaitu : a) Artikel hasil penelitian adalah artikel ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil atau temuan kegiatan penelitian.
Sosiologi SMA K-9
82
b) Artikel
konseptual
adalah
artikel
yang
ditulis
berdasarkan hasil pemikiran yang berupa gagasan atau telaah dan analisis kritis. 2) Artikel ilmiah populer adalah artikel ilmiah yang ditulis dengan gaya bahasa popular untuk dimuat di media massa (surat kabar, majalah, dan tabloid). Tujuan penulisannya untuk konsumsi
public
atau
masyarakat
luas.
Dapat
dibuat
berdasarkan hasil penelitian dengan sajian yang lebih ringkas dan lugas. Artikel ilmiah juga dapat ditulis berdasarkan proses dedaktif atau induktif, atau gabungan keduanya. Dalam pembahasan sebuah artikel ilmiah dapat dikemas dengan opini pribadi penulis. c. Skripsi Skripsi adalah karya tulis ilmiah hasil penelitian yang dibuat secara sistematis berdasarkan metode ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa Si di bawah pengawasan pembimbingnya, yang merupakan salah satu syarat agar mahasiswa memperoleh gelar sarjana. d. Tesis Tesis adalah karya tulis ilmiah hasil penelitian yang dibuat secara sistematis dan mandiri berdasarkan metode ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa
S2
di
bawah
pengawasan
pembimbingnya.
Tesis
merupakan salah satu syarat akademik yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar strata S2. Tesis dibuat berdasarkan hasil penelitian yang kajiannya lebih luas dibandingkan dengan skripsi. e. Desertasi Deserasi adalah karya tulis ilmiah hasil penelitian yang lebih mendalam yang dibuat secara sistematis dan mandiri berdasarkan metode ilmiah dalam memberikan sumbangan baru dari penemuan baru untuk perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni, yang dilakukan oleh calon doctor di bawah pengawasan promotornya. Disertasi disusun berdasarkan kerangka pemikiran baru diformulasikan sendiri, namun harus mengacu pada teori-teori yang sudah ada. Menggunakan analisis data yang lebih kompleks, dan merupakan temuan penulis yang orisinal. Sosiologi SMA K-9
83
f. Buku pelajaran dan buku pengayaan. Buku merupakan sumber informasi tersistematis dalam bidang tertentu yang cukup lengkap bagi pembaca. Buku peajaran adalah buku yang memuat bahan ajar dari suatu mata pelajaran untuk kepentingan pembelajaran siswa pada tingkat dan jenis pendidikan tertentu. Dalman (2015: 36-44) membagi jenis-jenis karya tulis ilmiah sebagai berikut : 1) Makalah Makalah dalam tradisi akademik adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling soft dari jenis karya ilmiah lainnya, walaupun bobot akademik atau bahasa keilmuannya kadang lebih tinggi, misalnya makalah yang dibuat oleh ilmuwan disbanding skripsi mahasiswa. Makalah lazim dibuat berdasarkan kenyataan kemudian dikembangkan secara teoritis. Pemakalah dapat menggabungkan cara berfikir dedaktif Makalah lazimnya disusun untuk
atau induktif.
disajikan dalam pertemuan
formal tertentu misalnya dalam forum seminar. Dilihat dari cara berfikir, makalah dibedakan menjadi dua : a) Makalah hasil berfikir deduktif, membahas masalah atas dasar kajian teori tertentu. Dengan kata lain makalah jenis ini menerapkan teori tertentu untuk memecahkan masalah yang dipilih. Penulisan makalah jenis ini berangkat dari teori tertentu dan diterapkan dalam pembahasan masalah. b) Makalah hasil berfikir induktif, membahas masalah dengan menyajikan deskripsi gejala, fakta dan data dari pengamatan di lapangan. Gejala fakta dan data tersebut dibahas sesuai dengan masalah yang dipilh , kemudian disimpulkan. 2) Skripsi Skripsi adalah karya tulis ilmiah untuk mahasiswa melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Dosen pembimbing berperan “mengawal” dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankan ujian skripsi. Skripsi menunjukkan
kemampuan
akademik
mahasiswa
dalam
merancang , melaksanakan dan menyusun laporan bidang studi, Sosiologi SMA K-9
84
baik
pendidikan
maupun
nonkependidikan.
Skripsi
ditulis
berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris objektif , baik berdasarkan penelitian langsung, observasi lapangan atau penelitian di laboratorium, maupun studi kepustakaan.
Skripsi menuntut
kecermatan metodologis hingga sumbangan berupa penemuan baru. 3) Tesis Tesis mempunyai tingkat pembahasan lebih dalam dari pada skripsi. Pernyataan-pernyataan dan teori dalam tesis didukung oleh argument yang lebih kuat, jika dibandingkan dengan skripsi. Tesis ditulis dengan bimbingan seorang dosen senior yang bertanggung jawab dalam bidang studi tertentu. Tesis berasal dari kata Thesis yang berarti pernyataan atau kesimpulan teoritis yang diajukan serta ditunjang oleh argumentasi ilmiah dan referensi yang diakui secara ilmiah, yang dibuat oleh kandidat Magister pada masa akhir studi dan merupakan salah satu syarat mencapai gelar Magister. Dalam penulisan tesis, penulis dituntut memiliki kemampuan dalam menggunakan istilah teknis, dari istilah sampai table, dari
abstrak sampai bibliografi. Sehingga diperlukan
kemampuan mandiri sekalipun dipandu dosen pembimbing. 4) Disertasi Disertasi adalah karya ilmiah yang diajukan untuk mencapai gelar doktor yaitu gelar tertinggi yang diberikan oleh perguruan tinggi.. penulisan disertasi di bawah bimbingan promotor atau dosen yang berpangkat professor, dan isinya pembahasan masalah yang lebih kompleks dan lebih mendalan daripada persoalan dalam tesis. Gelar
Doktor
(Ph.D.)
dicapai
apabila
mahasiswa
S3telah
mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau doctor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukakan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta yang valid dengan analisis terinci.
Sosiologi SMA K-9
85
Disertasi
ditulis
berdasarkan
metodologi
penelitian
yang
mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahasiswa S3 harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah, berkemampuan berfikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru yang filosofis, teknik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi. 5) Artikel Ilmiah Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal ilmiah atau buku kumpulan artikel ilmiah yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah. Artikel ilmiah dapat berupa hasil penelitian ataupun gagasan
ilmiah.
(review).
Hasil
penelitian
ataupun
gagasan/pemikiran ilmiah bermanfaat bila telah diaplikasikan ataupun disampaikan kepada public. Jurnal
ilmiah merupakan
sarana yang efektif untuk mempublikasikan hasil penelitian bagi kalangan yang lebih luas atau publik. Artikel ilmiah dirancang dengan menyesuaikan petunjuk penulisan jurnal yang dituju. Hamper semua jurnal ilmiah mengeluarkan petunjuk/ patokan yang harus diikuti jika ingin naskahnya diterima. Jumlah halaman artikel dalam jurnal biasanya dibatasi yang umumnya tidak lebih dari 15 halaman, sudah termasuk gambar dan tabel. Dengan demikian , hanya yang sangat perlu saja yang dimuat. Kebanyakan jurnal tidak menghendaki tinjauan pustaka (literature review). Hal-hal yang berkaitan dengan survey pustaka dipadukan dalam pendahuluan ( Introduction Background). 6) Artikel Ilmiah Populer Artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Dinamakan ilmiah popular karena ditulis tidak untuk keperluan akademik, tetapi untuk menjangkau khalayak umum. Artikel ilmiah popular biasanya dimuat dalam surat kabar atau majalah. Artikel ilmiah popular dibuat berdasarkan berfikir dedaktif atau induktif atau gabungan antara keduanya yang diramu dengan opini penulis. Sosiologi SMA K-9
86
7) Kertas Kerja Kertas
kerja
pada
prinsipnya
sama
dengan
makalah,
dipresentasikan dalam forum seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri ilmuwan. Kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu . 8) Resensi Resensi ialah karya tulis yang berisi hasil penimbangan, pengulasan, atau penilaian sebuah buku. Disebut juga timbangan buku atau book review sering disampaikan kepada siding pembaca melalui surat kabar atau majalah. Tujuan resensi adalah member pertimbangan dan penilaian secara objektif, sehingga masyarakat mengetahui apakah buku yang diulas patut dibaca atau tidak. 9) Kritik Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiai, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Kritik berasal dari bahasa Yunani yaitu kritikos yang berarti hakim.kritik sebagai bentuk karangan berisi karangan baik buruknya suatu karya secara objektif. Kritik tidak hanya mencari kesalahan atau cacat suatu karya, tetapi juga menampilkan kelebihan atau keunggulan karya seperti apa adanya. 10) Esai Esai adalah suatu tulisan yang menggambarkan opini penulis tentang subjek tertentu yang dicoba untuk dinilai. Esai semacam kritik
yang
lebih bersifat
subjektif.
Maksudnya apa
yang
dikemukakan dalam esai lebih merupakan pendapat pribadi. 11) Laporan Laporan ialah bentuk karangan yang berisi rekaman kegiatan tentang sesuatu yang sedang dikerjakan, dikerjakan secara teliti, atau diamati, dan mengandung saran-saran untuk dilaksanakan.
8. Struktur Artikel Ilmiah untuk Jurnal
Sosiologi SMA K-9
87
Belt, Mottonenand & Harkonen dalam Barnawi & M. Arifin (2015: 144155) menjelaskan ada banyak literature yang memberikan saran terhadap struktut artikel jurnal ilmiah. Tetapi tidak ada struktur artikel ilmiah yang berlaku umum untuk semua jurnal. Setiap jurnal memiliki aturan tersendiri, yang terpenting adalah memahami esensi dari unsur-unsur kuncinya. Untuk memudahkan memahami struktur artikel jurnal dan laporan ilmiah dapat dilihat di bawah ini:
Laporan penelitian
Artikel Jurnal
Judul
Judul
Abstrak
Abstrak
Pendahuluan
Pendahuluan
Metode
Metode
Hasil
Hasil
Pembahasan
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Ucapan Terima Kasih
Lampiran
Lampiran
Elemen –elemen tersebut hendaknya memiliki proporsi yang rasional. Antara abstrak, pendahuluan, metode, hasil, dan pembahasan serta ucapan terima kasih memiliki volume kata yang ideal. Proporsi Artikel Jurnal Ilmiah JUDUL ARTIKEL Nama Penulis Unit Kerja, Alamat
Sosiologi SMA K-9
88
Abstrak
Hasil
Kata Kunci
Latar Belakang Pembahasan, Kesimpulan, Saran
Metode
Ucapan terima kasih
Daftar Pustaka
D. Aktivitas Pembelajaran 1.
Memperhatikan penjelasan fasilitator
2.
Memperhatikan petunjuk kegiatan di modul
3.
Pelajari hand out dengan seksama
4.
Mengerjakan latihan/Kasus/Tugas
E. Latihan/ Kasus /Tugas 1.
Jelaskan yang dimaksud dengan Karya Tulis Ilmiah!
2.
Jelaskan syarat karya tulis hasil penelitian dikatakan ilmiah.
3.
Apakah tujuan penulisan karya ilmiah?
4.
Jelaskan manfaat karya tulis ilmiah !.
5.
Jelaskan jenis-jenis karya tulis ilmiah menurut Dalman.
Sosiologi SMA K-9
89
F. Rangkuman 1.
Pengertian
Karya
Ilmiah
adalah
laporan
yang
ditulis
dan
dipublikasikan yang menggambarkan hasil temuan yang sebenarnya. Karya Ilmiah harus ditulis dengan cara tertentu sesuai dengan tradisi,etikailmiah, dan prosedur penerbitan. 2.
Syarat karya tulis hasil penelitian dikatakan ilmiah apabila: a) Penulisannya berdasarkan hasil penelitian ilmiah. b) Pembahasan masalahnya menguji teori atau menyusun suatu teori, c) Karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya. d) Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu. e) Bahasanya harus lugas, terperinci,teratur, dan cermat. f)
Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir
3.
Tujuan penulisan karya ilmiah adalah memberitahukan secara logis dan sistematis, hasil dari mencari jawaban mengenai permasalahan yang ingin diketahui kebenarannya, serta untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan.
4.
Manfaat a. Terlatih
mengembangkan ketrampilan membaca yang efektif
karena sebelum menulis karya ilmiah didahului membaca kepustakaan yang relevan dengan topic yang akan ditulis. b. Terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai buku sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ketingkat pemikiran yang lebih matang. c. Terbiasa melakukan kegiatan di kepustakaan seperti mencatat bahan bacaan dalam catalog pengarang atau katalog judul buku. d. Meningkatkan ketrampilan pengorganisasian fakta secara jelas dan sistematis. e. Memperoleh kepuasan intelektual f.
Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
Sosiologi SMA K-9
90
5.
Jenis-jenis karya tulis ilmiah menrut Dalman: a. Makalah b. Skripsi c. Tesis d. Desertasi e. Artikel ilmiah f.
Artikel ilmiah populer
g. Kertas kerja h. Resensi i.
Kritik
j.
Esai
k. laporan
G.Umpan Balik dan Tindak Lanjut 1. Setelah mempelajari PTK, apakah Anda memperoleh informasi baru?. 2. Apakah Anda ingin lebih mendalami PTK, utamanya teori siklus yang menjadi ciri khusus PTK?
H. Kunci Jawaban 1.
Pengertian Karya Ilmiah adalah laporan yang ditulis dan
dipublikasikan yang menggambarkan hasil temuan yang sebenarnya. Karya Ilmiah harus ditulis dengan cara tertentu sesuai dengan tradisi,etikailmiah, dan prosedur penerbitan. 2. Syarat karya tulis hasil penelitian dikatakan ilmiah apabila: a. Penulisannya berdasarkan hasil penelitian ilmiah. b. Pembahasan masalahnya menguji teori atau menyusun suatu teori, c. Karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya. d. Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu. e. Bahasanya harus lugas, terperinci,teratur, dan cermat.
Sosiologi SMA K-9
91
f.
Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir
3. Tujuan penulisan karya ilmiah adalah memberitahukan secara logis dan sistematis, hasil dari mencari jawaban mengenai permasalahan yang ingin diketahui kebenarannya, serta untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. 4.
Manfaat a. Terlatih
mengembangkan ketrampilan membaca yang efektif
karena sebelum menulis karya ilmiah didahului membaca kepustakaan yang relevan dengan topic yang akan ditulis. b. Terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai buku sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ketingkat pemikiran yang lebih matang. c. Terbiasa melakukan kegiatan di kepustakaan seperti mencatat bahan bacaan dalam catalog pengarang atau katalog judul buku. d. Meningkatkan ketrampilan pengorganisasian fakta secara jelas dan sistematis. e. Memperoleh kepuasan intelektual f. 5.
Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
Jenis-jenis karya tulis ilmiah menrut Dalman: a. Makalah b. Skripsi c. Tesis d. Desertasi e. Artikel ilmiah f.
Artikel ilmiah populer
g. Kertas kerja h. Resensi i.
Kritik
j.
Esai
k. laporan
Sosiologi SMA K-9
92
DAFTAR PUSTAKA A.Triani Retno, 2009. 25 Curhat Calon Penulis Beken : Buku Buat Kamu yang InginSukses Cari Duit dari Nulis! Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Abdullah, Mikrajuddin. 2011. Tuntunan PraktisMenulis Makalah untk Jurnal Ilmiah Internasional. Hand Out tidak dipublikasikan. Adnan, Zifirdaus & Zifirdaus,I. 2005. Merebut Hati Audience Internasional: Strategi Ampuh Meraih Publikasi di Jurnal Ilmiah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Arifin, Antoni Ludfi.2012. Be A Writer : Orang Sibuk Juga Bisa Nulis! Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Arifin, Syamsul & Kusrianto, Adi. 2009. Sukses MenulisBuku Ajar dan Referensi : Teknik dan Strategi Menjadikan Tulisan Anda Layak Diterbitkan . Jakarta : Grasindo . Arifin Zainal, 2008. Dasar-Dasar Penulisan Karya ILmiah (Ed. 4). Jakarta :Grasindo. Asmani, Jamal Ma’mur.2012. Tip Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta : DIVA Press. Barnawi, & M. Arifin.2015. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Jogjakarta : Arruzz Media. Dalman , 2015. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Eddy Wibowo, Mungin,dkk. 2006. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Unnes. Haryanto dkk.2000. MetodePenulisan dan Penyajian Karya Ilmiah: Buku Ajar Untuk Mahasiswa. Jakarta : EGC. Nurudin , 2010. Dasar-Dasar Penulisan . Malang: UMM Press. M, Hariwijaya. 2007. Metodologi dan Teknologi Penulisan Skripsi, Tesis, & Desertasi. Yogyakarta: Elmatera Publishing. Suhardjono,2010. Tanya Jawab di Sekitar Karya Tulis Ilmiah dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Guru Pembaharu: http//gurupembaharu.com/home/download/.
Sosiologi SMA K-9
93
Kegiatan Pembelajaran 5: STRATIFIKASI SOSIAL DAN KONSEKUENSINYA
A. Tujuan Melalui modul ini, peserta diklat guru Sosiologi SMA diharapkan mampu mengidentifikasi stratifikasi sosial beserta konsekuensinya.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Mendeskripsikan konsep stratifikasi sosial 2. Mengidentifikasibentuk-bentuk stratifikasi sosial 3. Mengidentifikasi konsekuensi stratifikasi sosial
C. Uraian Materi 1. Konsep Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial dan kelas sosial adalah dua hal yang berbeda, namun sering digunakan secara bergantian hingga dalam berbagai bagian menjadi rancu (Suyanto dan Narwoko, 2004:169). Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pembagian sekelompok orang ke dalam tingkatan (strata) yang berjenjang secara vertikal. Jadi, ketika dibahas tentang stratifikasi sosial, biasanya akan lebih banyak mengkaji tentang posisi yang tidak sederajat antar orang per orang atau kelompok dalam masyarakat. Secara umum, stratifikasi sosial juga sering dikaitkan dengan persoalan kesenjangan sosial atau polarisasi sosial. Kelas sosial sebenarnya lebih sempit dari stratifikasi sosial. Istilah kelas sosial lebih merujuk pada satu tingkatan (strata) tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Kelas sosial, cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggotanya memiliki orientasi politik, nilai budaya, sikap, dan perilaku sosial yang secara umum bersifat sama. Masyarakat kelas menengah ke atas, dalam banyak hal memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat kelas bawah. Secara sederhana, perbedaan kelas sosial dapat dilihat dari perbedaan faktor ekonomi seseorang. Namun, seperti yang dikatakan Horton dan Hunt
Sosiologi SMA K-9
94
(1999:7-8) bahwa terbentuknya stratifikasi dan kelas-kelas sosial tidak hanya berkaitan dengan uang. Para anggota suatu strata sosial tertentu memiliki jumlah penghasilan atau uang yang relatif sama, sehingga mereka cenderung memiliki sikap, nilai-nilai, dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah kedudukan seseorang
di
dalam
stratifikasi
sosial,
biasanya
semakin
sedikit
pula
perkumpulan dan hubungan sosialnya. Orang-orang dari lapisan sosial kelas bawah lebih sedikit berpartisipasi dalam jenis organisasi (klub), organisasi sosial, lembaga formal atau bahkan lembaga keamanan daripada orang-orang strata menengah dan atas. Ada kecenderungan kuat, lapisan masyarakat bawah umumnya lebih menarik diri dari tata krama umum, mereka mengembangkan subkultur tersendiri yang sering berlawanan dengan subkultur kelas sosial di atasnya. Menurut Soerjono Soekanto (2002:228), di dalam setiap masyarakat di manapun selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai di masyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu pengetahuan, status haji, status “darah biru” atau keturunan dari keluarga tertentu yang terhormat, atau apapun yang bernilai ekonomis. Di berbagai masyarakat sesuatu yang dihargai tidaklah selalu sama. Di lingkungan masyarakat pedesaan, tanah sewa dan hewan ternak sering dianggap jauh lebih berharga daripada gelar akademis. Sementara itu, di lingkungan masyarakat kota yang lebih kompleks, yang terjadi pendidikan (gelar akademis) lebih penting dari perhiasan emas. Sebagian pakar meyakini bahwa stratifikasi masyarakat sesungguhnya mulai ada sejak masyarakat mengenal kehidupan bersama. Di dalam masyarakat yang masih sederhana lapisan-lapisan masyarakat pada awalnya didasarkan pada perbedaan seks, perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, perbedaan umur, bahkan perbedaan yang berdasar pada kekayaan. Pada masyarakat yang demikian perbedaan kedudukan dan peran bersifat sederhana, karena warganya masih sedikit dan pembagian kerja belum terspesialisasi. Sebaliknya, semakin kompleks suatu masyarakat, semakin kompleks pula sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat. Pitirim A. Sorokin (Soekanto, 2002:227) mengemukakan bahwa sistem stratifikasi dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup dengan teratur. Mereka yang memiliki barang atau sesuatu yang berharga dalam jumlah yang banyak akan menduduki lapisan atas Sosiologi SMA K-9
95
dan sebaliknya mereka yang memiliki sesuatu yang relatif berharga dalam jumlah yang relatif sedikit akan menduduki lapisan bawah. Lebih lanjut dikemukakan bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya disebutkan bahwa dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakat. Menurut Henslin (2006:178), stratifikasi sosial diartikan sebagai suatu sistem dimana kelompok manusia terbagi dalam lapisan-lapisan sesuai dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relatif mereka. Penting untuk dipahami bahwa stratifikasi sosial tidak merujuk pada individu. Stratifikasi sosial merupakan cara untuk menggolongkan sejumlah besar kelompok manusia ke dalam suatu hirarki sesuai dengan hak-hak istimewa relatif mereka. Adapun stratifikasi pada zaman kuno, menurut Aristoteles (Suyanto dan Narwoko, 2004:153), di dalam tiap negara setidaknya terdapat tiga unsur yaitu, mereka yang kaya sekali, mereka yang miskin, dan mereka yang ada di tengahtengahnya. Hal itu menunjukkan bahwa pada zaman dahulu orang telah mengenal dan mengakui adanya sistem stratifikasi dalam masyarakat sebagai akibat adanya sesuatu yang mereka anggap berharga, sehingga ada yang mempunyai kedudukan di atas ada pula yang di bawah.Pada umumnya mereka yang menduduki lapisan atas tidak hanya memiliki satu macam saja dari sesuatu yang dihargai oleh masyarakat, akan tetapi lapisan atas tersebut bersifat kumulatif. Artinya mereka yang mempunyai uang banyak, misalnya, akan mudah mendapatkan
tanah,
kekuasaan,
ilmu
pengetahuan,
bahkan
mungkin
kehormatan tertentu. Konsep stratifikasi sosial (social stratification) berbeda dengan konsep ketidaksamaan
sosial
(social
inequality)
(Sanderson,
2003:145-146).
Ketidaksamaan sosial umumnya lebih berkaitan dengan adanya perbedaan derajat dalam pengaruh atau prestise sosial antar individu dalam suatu masyarakat tertentu. Ada dua ciri penting yang menandai ketidaksamaan sosial, yaitu: pertama, ketidaksamaan sosial hanya mengenai perbedaan prestise atau pengaruh antar individu satu terhadap individu lainnya. Jadi, ketidaksamaan Sosiologi SMA K-9
96
sosial
bukan
berkenaan
dengan
derajat
kekuasaan
atau
kekayaan.
Ketidaksamaan sosial ada dan dapat terjadi dalam masyarakat yang relatif homogen. Kedua, ketidaksamaan sosial mengimplikasikan ketidaksamaan antar individu, bukan antar kelompok yang berlainan. Stratifikasi sosial lebih berkenaan dengan adanya dua atau labih kelompok-kelompok bertingkat dalam suatu masyarakat tertentu, yang anggotaanggotanya mempunyai kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise yang tidak sama pula. Inti dari stratifikasi sosial adalah perbedaan akses golongan satu dengan golongan masyarakat lain dalam memanfaatkan sumber daya. Jadi, dalam stratifikasi sosial, tingkat kekuasaan, hak istimewa dan pretise individu tergantung pada keanggotaannya dalam kelompok sosial, bukan pada karakteristik personalnya.
2. Bentuk-Bentuk Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial terjadi dari kebiasaan hubungan antar manusia, yang kemudian ditingkatkan menjadi sebuah simbol sosial. Menurut Raymon Firth, pembentukan stratifikasi awalnya didasarkan pada perbedaan usia dan jenis kelamin (Susanto, 1979:93). Dengan kemajuan dan perkembangan ekonomi, maka terbentuklah stratifikasi ekonomi. Di dalam kehidupan politik dikenal adanya jarak politik, sehingga terjadilah stratifikasi politik. Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat selalu mengenal bentuk dasar stratifikasi, yaitu stratifikasi ekonomi, stratifikasi pendidikan/pekerjaan, dan stratifikasi politik (Susanto, 1979:94). Biasanya ketiga bentuk stratifikasi ini tidak berhimpit, kecuali dalam negara totaliter. Justru perbedaan stratifikasi ini menjadi inti dari mobilitas sosial dan alam demokrasi. 1)
Stratifikasi Ekonomi Jika dalam suatu masyarakat, faktor ekonomi merupakan salah satu hal yang dihargai maka memungkinkan terjadinya pelapisan atau stratifikasi sosial di bidang ekonomi. Orang-orang yang mampu memperoleh kekayaan akan menduduki lapisan atas. Istilah kaya identik dengan orang-orang yang memiliki banyak benda-benda bernilai ekonomi. Sebaliknya, mereka yang kurang atau tidak mampu akan menduduki lapisan bawah. Pelapisan ekonomi dapat dilihat dari segi pendapatan, kekayaan dan pekerjaan. Kemampuan ekonomi yang berbeda-beda dapat menyebabkan
Sosiologi SMA K-9
97
terjadinya stratifikasi ekonomi. Orang-orang yang berpendapatan sangat kecil dan tidak memiliki harta benda akan menduduki lapisan bawah. Lapisan atas, misalnya konglomerat, pengusaha besar, pejabat dan pekerja profesional
yang
berpenghasilan
tinggi.
Lapisan
bawah,
misalnya
gelandangan, pemulung, buruh tani dan orang-orang miskin lainnya. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa stratifikasi sosial dalam bidang ekonomi ini bersifat terbuka, jadi perpindahan antar kelas dapat terjadi secara bebas sesuai dengan kemampuan seseorang. Seseorang dari golongan pekerja kasar, yang karena keuletannya berhasil mengumpulkan harta kekayaan, secara ekonomis telah merubah statusnya menjadi kelas yang lebih tinggi. Akan tetapi dari sisi perilaku dan kebiasaan, dia tampak tertinggal untuk mengimbangi anggota kelas atas. Berikut pendapat para ahli mengenai stratifikasi ekonomi: a) Aristoteles, membagi masyarakat secara ekonomi menjadi kelas atau golongan (Suyanto dan Narwoko, 2004:153): Golongan masyarakat.
sangat
kaya;
Mereka
merupakan
terdiri
dari
kelompok
pengusaha,
terkecil
tuan
dalam
tanah
dan
bangsawan. Golongan kaya, merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang, dan lain-lain. Golongan miskin, merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa. b) Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi dua golongan (Johnson, 1986: 120-159), yakni: Golongan kapitalis atau borjuis, adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi. Golongan proletar, adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. c)
Pada masyarakat Amerika Serikat, pelapisan masyarakat dibagi menjadi enam kelas yakni (Horton dan Hunt, 1999:6; Susanto, 1979:106): Kelas sosial atas lapisan atas (Upper-upper class) meliputi keluargakeluarga yang telah lama kaya
Sosiologi SMA K-9
98
Kelas sosial atas lapisan bawah (Lower-upper class) terdiri dari kelompok yang belum lama menjadi kaya Kelas sosial menengah lapisan atas (Upper-middle class) meliputi pengusaha, kaum profesional Kelas sosial menengah lapisan bawah (Lower-middle class) meliputi pegawai pemerintah, kaum semi profesional, supervisor, pengrajin terkemuka Kelas sosial bawah lapisan atas (Upper lower class) meliputi pekerja tetap atau golongan pekerja Kelas sosial lapisan sosial bawah-lapisan bawah (Lower-lower class) meliputi para pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang bergantung pada tunjangan. 2) Stratifikasi Pendidikan/Pekerjaan Dalam bidang pendidikan dapat dijumpai stratifikasi sosial yang tersusun berdasarkan tingkat pendidikan sebagai berikut: a) Pendidikan sangat tinggi (profesor, doktor) b) Pendidikan tinggi (sarjana) c) Pendidikan menengah (SMA) d) Pendidikan rendah (SD dan SMP) e) Tidak berpendidikan (buta huruf) Stratifikasi di bidang pendidikan dan pekerjaan ini bersifat terbuka, artinya seseorang dapat naik pada lapisan pendidikan yang lebih tinggi jika mampu berprestasi. Pelapisan yang berbentuk pelapisan sosial dapat ditemukan pula dalam bidang pekerjaan. Pelapisan sosial berdasarkan bidang pekerjaan berpatokan pada keahlian, kecakapan dan keterampilan. Menurut
klasifikasi
Morell
(Susanto,
1979:108-110)
pelapisan
sosial
berdasarkan ukuran pekerjaan adalah sebagai berikut: a) Elit, adalah orang kaya dan orang-orang yang menempati kedudukan yang oleh masyarakat sangat dihargai b) Profesional, orang yang berijazah serta bergelar di dunia pendidikan yang berhasil c) Semi-profesional,
seperti
pegawai
kantor,
pedagang,
teknisi
berpendidikan menengah dan mereka yang tidak berhasil mencapai gelar
Sosiologi SMA K-9
99
d) Tenaga terampil, misalnya orang-orang yang mempunyai keterampilan mekanik, pekerja pabrik yang terampil dan pemangkas rambut e) Tenaga semi terampil, misalnya pekerja pabrik tanpa keterampilan, dan pelayan restoran f)
Tenaga tidak terlatih atau tidak terdidik, misalnya pembantu rumah tangga, tukang kebun dan penyapu jalan. Sedangkan pada masa lalu, stratifikasi sosial di desa-desa yang
umumnya merupakan masyarakat petani terutama didasarkan pada hak milik atas tanah, sawah, kebun dan rumah. Pada masyarakat Jawa Tengah terdapat stratifikasi didasarkan pada kepemilikan tanah. Stratifikasi itu adalah sebagai berikut (Susanto, 1979:102): a) Golongan priyayi, yaitu golongan pegawai pemerintah desa atau para pemimpin formal di desa b) Golongan kuli kenceng, yaitu golongan pemilik sawah yang juga berperan sebagai pedagang perantara c) Golongan kuli gundul, yaitu golongan penggarap sawah dengan sistem maro (bagi hasil) d) Golongan kuli karang kopek, yaitu golongan buruh tani yang mempunyai tempat tinggal dan pekarangan saja, mereka tidak mempunyai tanah pertanian sendiri. 3) Stratifikasi Politik Stratifikasi dalam bidang politik dilihat dari faktor kekuasaan. Mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar akan menempati lapisan teratas. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki kekuasaan sama sekali menduduki lapisan politik terbawah. Kekuasaan dalam suatu masyarakat biasanya dijalankan oleh segolongan kecil masyarakat. Golongan tersebut dinamakan the ruling class atau golongan yang berkuasa. Mereka ini menduduki lapisan tertinggi dalam stratifikasi politik sebagai elit politik. Mereka inilah yang memegang dan menjalankan kekuasaan dalam suatu negara. Stratifikasi politik atau pelapisan sosial berdasarkan kekuasaan bersifat bertingkat-tingkat (hierarki) yang menyerupai suatu piramida. Menurut Mac Iver, ada tiga tipe umum dalam sistem dan lapisan kekuasaan
Sosiologi SMA K-9
100
atau piramida kekuasaan, yaitu tipe kasta, tipe oligarki dan tipe demokrati (Keesing, 1999:80-85). a) Tipe Kasta, adalah sistem pelapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan kaku. Tipe ini biasanya terdapat pada masyarakat yang menganut sistem kasta, dimana hampir tidak terjadi mobilitas vertikal. Garis pemisah antara masing-masing lapisan hampir tak mungkin ditembus b) Tipe Oligarki adalah sistem lapisan kekuasaan yang masih mempunyai garis pemisah tegas, tapi dasar pembedaan kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat, terutama kesempatan bagi para warga masyarakat unuk memperoleh kekuasaan tertentu. Bedanya dengan tipe kasta adalah walaupun kedudukan warga masih didasarkan pada kelahiran, individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan. c) Tipe Demokratis. Pada tipe demokratis, garis-garis pemisah antarlapisan sifatnya fleksibel dan tidak kaku. Kelahiran tidak menentukan kedudukan dalam lapisan-lapisan, yang terpenting adalah kemampuan dan kadangkadang juga faktor keberuntungan, misalnya anggota organisasi dalam suatu masyarakat demokratis yang dapat mencapai kedudukan tertentu melalui organisasi politiknya. Seperti dikatakan Jeffries dan Ransford (Sunarto, 2004; Suyanto dan Narwoko, 2004:171), di dalam masyarakat pada dasarnya bisa dibedakan tiga macam stratifikasi sosial, yaitu: 1)Hierarki kelas, yang didasarkan pada penguasaan atas barang dan jasa; 2)Hierarki kekuasaan, yang didasarkan pada kekuasaan; 3) Hierarki status, yang didasarkan atas pembagian kehormatan dan status sosial.
1) Hierarki Kelas (Class Hierarchies) Indikator yang digunakan untuk membagi stratifikasi atas dasar dimensi ekonomi relatif bermacam-macam. Pada masyarakat tradisional, kekayaan dalam beberapa bentuk, seperti tanah, umumnya lebih berharga ketimbang kekayaan dalam bentuk lain, seperti uang. Dan, warisan kekayaan lebih bernilai daripada kekayaan yang diperoleh dari kegiatan perdagangan atau bisnis. Sedangkan dalam masyarakat modern, dasar bagi terbentuknya kelas ekonomi agak berbeda.
Sosiologi SMA K-9
101
Karl Marx, membagi stratifikasi pada masyarakat industri atas dasar kepemilikan alat-alat produksi. Tesis utama Marx adalah strutur internal sistem ekonomi terdiri dari kelas-kelas sosial yang muncul dari perbedaan dalam kesempatan memiliki alat produksi serta ketidaksesuaian yang dihasilkan dalam kepentingan ekonomi. Di dalam bukunya yang terkenal Das Kapital, Marx menyatakan bahwa kehancuran feodalisme yang diikuti dengan berkembangnya kapitalisme dan sektor industri modern telah mengakibatkan terpecahnya masyarakat ke dalam
dua
kelas
ekstrem,
yaitu
kelas
borjuis
yang
memiliki
dan
mengendalikan alat produksi dan kelas proletar yang tidak memiliki alat produksi (Johnson, 1986:120-159). Di mata ekonomi yang konvervatif, sepintas hubungan antara kelas borjuis dan kelas proletar dalam dunia industri memang akan terlihat satu sama lain saling mengisi atau membutuhkan. Tetapi, menurut Marx yang sebenarnya terjadi adalah hubungan yang eksploitatif dan merugikan kelas proletar. Marx menyatakan bahwa seluruh sejarah dinyatakan sebagai sejarah perjuangan atau pertentangan antar kelas. Menurut Marx perubahan sosial selalu bersumber dari revolusi kelas. Konflik antara kaum kapitalis dan buruh bermula dari adanya bentuk produksi kapitalis yang tidak adil, yang kemudian memicu revolusi kaum proletar menuju masyarakat sosialis baru yang lebih baik dan adil. Walaupun tesis Marx tidak terbukti di lapangan, gagasan dan pembagian kelas yang dikemukakan Marx telah memberi ilham bagi penelitipeneliti ilmu sosial sesudahnya, hingga dewasa ini. Hanya saja, di dalam masyarakat industri yang makin modern dan kompleks, pemilihan kelas versi Marx yang hanya membagi masyarakat dalam dua kelompok ekstrem (kaum borjuis dan proletar) telah banyak dipersoalkan, dan dinilai tidak lagi relevan. Stratifikasi ekonomi yang didasarkan pada pemilikan alat produksi dinilai sifatnya terlalu khusus dan cenderung hanya bisa dipergunakan untuk menjelaskan hubungan antara majikan dengan kaum buruh perusahaan saja. Di dalam komunitas yang makin kompleks, indikator pemilahan kelas ekonomi yang sifatnya lebih umum adalah pemilikan kekayaan dan penghasilan, termasuk pemilikan aset produksi. Yang dimaksud penghasilan adalah
Sosiologi SMA K-9
102
pemasukan atau pendapatan bersih yang diperoleh seseorang atau keluarga, baik rutin atau tidak. Di
Indonesia
salah
satu
patokan
yang
dipergunakan
untuk
menentukan apakah seseorang dikategorikan miskin atau tidak adalah dengan mengacu pada kriteria yang dikeluarkan Biro Pusat Statistik (BPS). BPS, setiap tahun biasanya selalu mengeluarkan batasan pendapatan per kapita per tahun, dan dibedakan antara wilayah pedesaan dengan perkotaan. Sementara itu, yang dimaksud dengan kekayaan adalah menyangkut pemilikan benda-benda berharga atau aset produksi seseorang atau keluarga. Di kalangan masyarakat desa, yang termasuk benda-benda berharga bisa berupa tanah, perhiasan, mesin perahu, rumah, dan sebagainya. Sementara itu, untuk masyarakat perkotaan, sesuatu yang termasuk berharga selain tanah biasanya adalah pemilikan barang-barang elektronik, pemilikan kendaraan bermotor, rumah, deposito, dan sebagainya. Di wilayah pedesaan agraris di Pulau Jawa, Sajogyo (1978), misalnya membagi masyarakat petani atas dasar luas pemilikan tanah, seseorang disebut sebagai petani cukup apabila memiliki tanah diatas 0,5 hektar, disebut sebagai petani miskin apabila luas tanahnya antara 0,25-0,5 hektar, dan dikelompokkan sebagai petani miskin sekali apabila luas tanahnya di bawah 0,25 hektar atau kelompok buruh tani yang tidak memiliki tanah. Di lingkungan masyarakat pesisir, terbentuknya stratifikasi sosial berbeda dengan masyarakat petani. Penggolongan kelas sosial masyarakat nelayan biasanya dapat dilihat dari tiga sudut pandang. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu, jaring, dan perlengkapan lainnya). Struktur masyarakat ini terbagi menjadi kategori nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh yang tidak memiliki alat-alat produksi dan dalam kegiatan produksi sebuah unit perahu, nelayan buruh hanya menyumbangkan jasa tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang sangat terbatas. Kedua, dari skala investasi modal usahanya, struktur masyarakat nelayan terbagi menjadi nelayan besar dimana jumlah modal yang diinvestasikan dalam usaha perikanan relatif banyak, dan nelayan kecil justru sebaliknya. Ketiga, dari tingkat teknologi peralatan tangkap ikan, yang terbagi menjadi nelayan modern yaitu nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dari nelayan tradisional. Perbedaan ini Sosiologi SMA K-9
103
membawa implikasi pada tingkat pendapatan dan kemampuan atau kesejahteraan sosial-ekonomi. Di dalam stratifikasi yang ada dibandingkan nelayan pemilik, tingkat kehidupan sosial-ekonomi nelayan buruh sangat rendah dan bahkan dapat dikatakan sebagai lapisan sosial yang paling miskin di desa-desa pesisir (Kusnadi, 2002:2-3).
2) Hierarki Kekuasaan (Power Hierarchies) Indikator yang dipergunakan untuk memilah masyarakat atas dasar dimensi politik adalah distribusi kekuasaan. Kekuasaan berbeda dengan kewenangan. Seseorang yang berkuasa tidak selalu memiliki kewenangan atau menduduki jabatan formal. Yang dimaksud dengan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi individu-individu lain dan mempengaruhi pembuatan keputusan kolektif. Putnam (Suyanto dan Narwoko, 2007:174) mengatakan bahwa kekuasaan adalah probabilitas untuk mempengaruhi alokasi nilai-nilai otoritatif. Sementara itu, menurut Weber (Suyanto dan Narwoko, 2007: 174), yang dimaksud dengan kekuasaan adalah peluang bagi seseorang atau sejumlah orang untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui suatu tindakan komunal meski pun mengalami tentangan dari orang lain yang ikut serta dalam tindakan komunal itu. Sejak berabad-abad sudah menjadi dalil pemikiran politik bahwa kekuasaan dalam masyarakat selalu didistribusikan dengan tidak merata. Seperti dikatakan Mosca (Suyanto dan Narwoko, 2007:174), dalam setiap masyarakat selalu terdapat dua kelas penduduk: satu kelas yang menguasai dan satu kelas yang dikuasai. Kelas penguasa, menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan itu, sedangkan kelas yang dikuasai, diatur dan dikendalikan oleh kelas penguasa itu. Menurut Pareto, Mosca, dan Micheis (Suyanto dan Narwoko, 2007:174), beberapa asas umum yang menjadi dasar bagi terbentuknya stratifikasi sosial, khususnya yang berkaitan dengan kekuasaan politik adalah: (1) Kekuasaan politik, seperti halnya barang-barang sosial lain didistribusikan dengan tidak merata; (2) Pada hakekatnya orang hanya dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu mereka yang memiliki kekuasaan politik “penting” dan mereka yang “tidak memilikinya” Sosiologi SMA K-9
104
(3) Secara internal, elit itu bersifat homogen, bersatu dan memiliki kesadaran kelompok; (4) Elit itu mengatur sendiri kelangsungan hidupnya dan keanggotaannya berasal dari lapisan masyarakat yang sangat terbatas; dan (5) Kelompok elit pada hakekatnya bersifat otonom, kebal akan gugatan dari siapa pun di luar kelompoknya mengenai keputusan-keputusan yang dibuatnya. Di dalam masyarakat yang demokratis, pembagian dikotomis antara kelas yang berkuasa dan dikuasai tentu sudah tidak lagi sesederhana sebagaimana dikemukakan Mosca di atas. Kendati kelas yang berkuasa jumlahnya selalu sedikit, tetapi dalam masyrakat yang demokratis biasanya distribusi kekuasaan lebih terfragmentasi ke berbagai kelompok. Dalam pemerintahan yang diktator, mungkin benar kekuasaan mutlak berada di tangan pihak yang berkuasa. Tetapi, di negara yang demokratis, siapa pun yang berkuasa biasanya akan selalu dikontrol oleh kelompok-kelompok yang ada di luar sistem, dan jumlahnya lebih dari satu.
3) Hierarki Status (Status Hierarchies) Menurut Weber, manusia dikelompokkan dalam kelompok-kelompok status atas dasar ukuran kehormatan. Kelompok status ini, didefinisikan Weber sebagai kelompok yang anggotanya memiliki gaya hidup tertentu dan mempunyai tingkat penghargaan sosial dan kehormatan sosial tertentu pula (Sanderson, 1993:283). Dalam bentuk sederhana, stratifikasi atas dasar status ini membagi masyarakat ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok masyarakat yang disegani atau terhormat dan kelompok masyarakat biasa. Kelompok masyarakat yang terhormat ini, mereka biasanya selalu menekankan arti penting akar sejarah yang dijadikan dasar untuk membenarkan kenapa mereka pantas memiliki kedudukan istimewa di masyarakat. Sebagai contoh, seorang keturunan bangsawan, akan selalu tampil terhormat di masyarakat, dan dalam beberapa hal enggan masuk atau dimasuki kelompok rakyat biasa karena
ada
keinginan
untuk
mempertahankan
kemurnian
darah
kebangsawanannya. Di Inggris dan Jepang, misalnya, terdapat pembedaan antara kelompok bangsawan dan rakyat jelata. Di wilayah Jawa ada
Sosiologi SMA K-9
105
pembedaan antara Kaum Priyayi dan Wong Cilik. Sedangkan di Sumba terdapat pembedaan antara Maramba dan Ata. Kelompok masyarakat yang menduduki posisi terhormat, biasanya memiliki gaya hidup yang eksklusif. Dalam pergaulan hidup sehari-hari bisa diwujudkan dalam bentuk pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang berstatus lebih rendah. Para anggota suatu kelompok status cenderung menjalankan endogami dan menghindari pernikahan dengan kelompok yang statusnya lebih rendah (Sunarto, 2004:113). Di lingkungan keluarga kerajaan atau kelompok bangsawan yang “berdarah biru” lazimnya menganggap hal menyimpang bila ada salah satu anggota keluarganya yang menikah dengan orang biasa. Di Inggris, sempat terjadi polemik ketika Pangeran William, putra mahkota pewaris tahta kerajaan Inggris memilih menikah dengan Kate Middleton yang berasal dari kalangan rakyat biasa. Di Jepang, hal yang sama juga terjadi ketika Putra Mahkota Naruhito (putra pertama Kaisar Akihito) memilih dengan Putri Masako yang bukan berasal dari keluarga bangsawan. Kelompok masyarakat yang dihormati ini tidak selalu mutlak harus dari mereka kaum bangsawan atau keluarga raja. Di lingkungan masyarakat yang masih tradisional, kelompok yang disegani bisa berupa tokoh-tokoh agama atau orang-orang tertentu yang dianggap sesepuh desa, atau mereka yang dianggap telah banyak berjasa pada usaha pembangunan masyarakat tersebut. Di lingkungan masyarakat Madura, figur Kiyai umumnya sangat disegani masyarakat setempat dan menjadi tempat untuk bertanya, dan sekaligus menjadi patron yang dihormati serta dituruti setiap tutur katanya.
3. Konsekuensi stratifikasi sosial Dalam kehidupan bermasyarakat stratifikasi sosial yang dipengaruhi oleh perbedaan pendidikan, kekayaan,
atau kekuasaan membawa beberapa
konsekuensi, antara lain (Horton & Hunt, 1987): a. Gaya hidup dan tindakan Orang-orang dari kelas atas cenderung mengembangkan gaya hidup yang eksklusif untuk membedakan dirinya dengan kelas sosial yang lain.Orang kelas menengah atas sehari-hari bepergian kemanapun dengan mobil pribadi, makan di restoran terkenal bersama keluarga, model berpakaianpun selalu rapi, bersih, dan bermerk. Hal ini jauh Sosiologi SMA K-9
106
berbeda dengan kelas bawah, apalagi yang tergolong miskin, bepergian dengan sepeda motor yang kepanasan , kehujanan, berdebu, atau naik angkutan umum yang berdesakan dengan bau badan orang yang jelas membikin tidak nyaman. Makanpun hanya seadanya dengan masak sendiri, beli hanya sekali-kali itupun di warung biasa-biasa saja. b. Peluang hidup dan kesehatan Orang
dari
kelas
atas
dalam
memenuhi
kebutuhan
makan
memperhatikan gizi dan bias memilih apa yang akan dimakan. Kondisi sangat berbeda dengan kelas bawah atau miskin, mereka makan hanya untuk memenuhi perut kenyang, jenis makananpun tidak banyak variasi karena keterbatasan ekonomi. Dengan pola konsumsi yang semacam itu, maka kelas bawah lebih banyak yang rentan terhadap gangguan kesehatan, sehingga peluang hidupnya semakin kecil dibandingkan kelas atas. c. Peluang bekerja dan berusaha Kelas atas dengan pendidikan yang cukup tinggi dan mudah dalam memperoleh
berbagai
keterampilan/keahlian
yang
dimiliki,
maka
memberikan peluang untuk bekerja lebih besar dan untuk membuka usaha semakin besar kesempatannya. d. Respon terhadap perubahan Kelas bawah yang rata-rata pendidikannya rendah atau cukup, ketika ada perubahan yang ada di masyarakat susah mengikutinya atau setidaknya butuh waktu yang lebih lama menerima perubahan yang terjadi. e. Pola sosialisasi dalam keluarga Tindak kekerasan dalam keluarga probabilitasnya akan cenderung lebih besar dialami oleh keluarga yang serba susah (Horton & Hunt, 1987). f.
Perilaku politik Untuk kalangan yang berpendidikan tinggi, khususnya kelas menengah, tingkat partisipasi politiknya lebih tinggi dibandingkan kalangan yang berpendidikan lebih rendah. Hal ini dikarenakan pendidikan yang tinggi semakin tumbuhnya sikap kritisnya terhadap kehidupan sosial di sekitarnya.
Sosiologi SMA K-9
107
D. Aktivitas Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan andragogi lebih mengutamakan
pengungkapan
kembali
pengalaman
peserta
diklat
menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenamgkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 5.
Aktivitas individu, meliputi : g.
Memahmai dan mencermati materi diklat
h.
Mengerjakan latihan tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar, menyimpulkan
i. 6.
Melakukan refleksi
Aktivitas kelompok, meliputi : g.
mendiskusikan materi pelathan
h.
bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan penyelesaian masalah /kasus
i.
melaksanakan refleksi
E. Latihan/kasus/tugas 1. Jelaskan yang dimaksud stratifikasi sosial? 2. Jelaskan konsekuensi dari stratifikasi sosial? F. Rangkuman Stratifikasi sosial diartikan sebagai suatu sistem dimana kelompok manusia terbagi dalam lapisan-lapisan sesuai dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relative mereka. Konsekuensi dari stratifikasi sosial: a. Gaya hidup dan tindakan b. Peluang hidup dan kesehatan c. Peluang bekerja dan berusaha d. Respon terhadap perubahan e. Pola sosialisasi dalam keluarga f.
Perilaku politik
Sosiologi SMA K-9
108
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran, Anda dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1. Apa yang Anda pahami setelah mempelajari materi stratifikasi sosial dan konsekuensinya? 2. Pengalaman penting apa yang Anda peroleh setelah mempelajari materi stratifikasi sosial dan konsekuensinya? 3. Apa manfaat materi stratifikasi sosial dan konsekuensinya terhadap tugas Anda? 4. Apa rencana tindak lanjut Andasetelah kegiatan pelatihan ini? H. Kunci jawaban 1. Stratifikasi sosial diartikan sebagai suatu sistem dimana kelompok manusia terbagi dalam lapisan-lapisan sesuai dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relative mereka. a. Konsekuensi dari stratifikasi sosial: perbedaan gaya hidup dan tindakan, oeluang hidup dan kesehatan, peluang bekerja dan berusaha, respon terhadap perubahan, pola sosialisasi dalam keluarga, dan perilaku politik.
Sosiologi SMA K-9
109
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arief. 1992. Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta: Gramedia. Dahrendorf, Ralph. 1989. Konflik dan Konflik Kelas dalam Masyarakat Industri. Jakarta: CV. Radjawali Press. Hendropuspito, OC. D. 1989. Sosiologi Sistemik. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga Horton, Paul B. & Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Johnson, Doyle. Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 2. Jakarta : PT. Gramedia Kanto, Sanggar. 2007. Mobilitas Sosial. Makalah disajikan dalam Diklat Berjenjang Mata Pelajaran Sosiologi SMA Jenjang Dasar, PPPG IPS dan PMP, Malang, 6-19 Juni. Keesing, Roger M. 1999. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer, Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga. Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi Jilid I. Jakarta: Rineka Cipta Kuper, Adam dan Jesica Kuper. 2000.Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rajawali Press. Kusnadi. 2004. Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Alam. Yogyakarta: LKiS Lawang, Robert. 1985. Sistem Sosial di Indonesia. Jakarta: Karunika UT Nasikun. 2004. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sadiyo. 1996. Sosiologi Indonesia. Malang: IKIP Malang Sajogyodan Pujiwati Sajogyo. 1978. PengantarSosiologi Pedesaan dan Pertanian Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada Press. Sanderson, Stephen K. 2003. SosiologiMakro:Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial. Edisi II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Shadily, Hasan. 1984. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. Sihbudi, Riza dan Moch. Nurhasim. 2001. Kerusuhan Sosial di Indonesia: Studi Kasus Kupang, Mataram, dan Sambas. Jakarta: Gramedia. Soekanto, Soerjono. 1985. Kamus Sosiologi. Jakarta: Erlangga Sosiologi SMA K-9
110
____________. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. Susanto, Astrid S. 1979. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Penerbit Binacipta Suyanto, Bagong dan J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Suyanto, Bagong dan Karnaji. 2005. Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial: Ketika Pembangunan Tak Berpihak Kepada Rakyat Miskin. Surabaya: Airlangga University Press. Svalastoga, Kaare. 1989. Diferensiasi Sosial. Jakarta: Bina Aksara. Syarbani, SyahrialdanRusdiyanta. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu Wiliams Jr., Robin. 1960. American Society. New York: A Fred A Knopf
Sosiologi SMA K-9
111
Sosiologi SMA K-9
112
Sosiologi SMA K-9
113