PENYUSUN Dra. Hj. Sri Suntari, M.Si. Istiqomah, S.Sos., M.Pd. ( PPPPTK PKn DAN IPS )
( PPPPTK PKn DAN IPS )
Susvi Tantoro, S.Sos.
Lilik Tahmidaten, S.Sos., M.A.
( PPPPTK PKn DAN IPS )
( PPPPTK PKn DAN IPS )
Drs. Nurhadi, M.Pd., M.Si.
Dr. Sugeng Harianto, M.Si.
( Universitas Negeri Malang )
( Universitas Negeri Surabaya )
PEMBAHAS Drs. FX Sri Sadewo, M.Si. ( Universitas Negeri Surabaya )
MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
MATA PELAJARAN
SOSIOLOGI SMA KELOMPOK KOMPETENSI 10 PENYUSUN Dra. Hj. Sri Suntari, M.Si. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Istiqomah, S.Sos., M.Pd. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Susvi Tantoro, S.Sos. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Lilik Tahmidaten, S.Sos., M.A. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Drs. Nurhadi, M.Pd., M.Si. ( Universitas Negeri Malang ) Dr. Sugeng Harianto, M.Si. ( Universitas Negeri Surabaya )
PEMBAHAS Drs. FX Sri Sadewo, M.Si. ( Universitas Negeri Surabaya )
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PPPPTK PKn DAN IPS 2015 Sosiologi SMA – K 10
i
Sosiologi SMA – K 10
ii
PENGANTAR
Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan dalam buku modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran.
PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
di lingkungan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam Kelompok Kompetensi 1 sampai dengan 10. Dengan adanya modul ini, diharapkan semua kegiatan pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksan dengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telah disusun ini.
Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS.
Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985032001
Sosiologi SMA – K 10
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………... KATA PENGANTAR............................................................................. DAFTAR ISI ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. DAFTAR TABEL………………………………………………………….. DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………
i ii iii v v v
PENDAHULUAN ............................................................................ A. Latar Belakang ......................................................................... B. Tujuan ...................................................................................... C. Peta Kompetensi .................................................................... D. Ruang Lingkup......................................................................... E. Saran Cara Penggunaan Modul ………………………………..
1 1 2 2 2 3
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: Analisis Butir Soal A. Tujuan....................................................................................... B. Indikator Pencapaian Kompetensi……………………………… C. Uraian Materi ........................................................................... D. Aktivitas Pembelajaran............................................................. E. Latihan/Kasus/Tugas…………………………………………….. F. Rangkuman.............................................................................. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut…………………………………. H. Kunci Jawaban ……………………………………………………
4 4 4 4 19 20 20 22 22
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: Analisis Data Kuantitatif dan Kulaitatif
23
A. B. C. D. E. F. G.
23 23 23 45 45 46 47
Tujuan .................................................................................... Indikator Pencapaian Kompetensi .......................................... Uraian Materi .......................................................................... Aktivitas Pembelajaran............................................................ Latihan/ Kasus/Tugas .........……………………………………. Rangkuman ............................................................................ Umpan Balik Dan Tindak Lanjut………………………………...
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: Karya Ilmiah A. B. C. D. E. F. G. H.
Tujuan .................................................................................... Indikator Pencapaian Kompetensi .......................................... Uraian Materi .......................................................................... Aktivitas Pembelajaran............................................................ Latihan/ Kasus/Tugas .........……………………………………. Rangkuman ............................................................................ Umpan Balik Dan Tindak Lanjut………………………………... Kunci Jawaban……………………………………………………
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: Teknik Penulisan Karya Ilmiah A. Tujuan .................................................................................... B. Indikator Pencapaian Kompetensi .......................................... C. Uraian Materi .......................................................................... D. Aktivitas Pembelajaran............................................................ Sosiologi SMA – K 10
49 49 49 49 61 61 62 62 62 65 65 65 65 80 iv
E. Latihan/ Kasus/Tugas .........……………………………………. F. Rangkuman ............................................................................ G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut………………………………...
KEGIATAN PEMBELAJARAN 5: Penulisan Jurnal
80 80 81
Tujuan .................................................................................... Indikator Pencapaian Kompetensi .......................................... Uraian Materi .......................................................................... Aktivitas Pembelajaran............................................................ Latihan/ Kasus/Tugas .........……………………………………. Rangkuman ............................................................................ Umpan Balik Dan Tindak Lanjut………………………………... Kunci Jawaban……………………………………………………
82 82 82 82 110 111 111 111 112
KEGIATAN PEMBELAJARAN 6: Laporan PTK A. Tujuan .................................................................................... B. Indikator Pencapaian Kompetensi .......................................... C. Uraian Materi .......................................................................... D. Aktivitas Pembelajaran............................................................ E. Latihan/ Kasus/Tugas .........……………………………………. F. Rangkuman ............................................................................ G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut………………………………... H. Kunci Jawaban……………………………………………………
114 114 114 114 140 140 140 141 141
A. B. C. D. E. F. G. H.
Sosiologi SMA – K 10
v
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kesimpulan dan Tindak Lanjut…………………………………………….
19
Gamber 2. Perbedaan Aksioma Dasar, Metode Kuantitattif, dan Kualitatif………..
27
Sosiologi SMA – K 10
vi
DAFTAR TABEL Tabel 1. Kesimpulan dan Tindak Lanjut………………………………………………..
19
Tabel 2. Perbedaan Aksioma Dasar, Metode Kuantitattif, dan Kualitatif……………
27
Tabel 3. Contoh Formart buku kode manual…………………………………………..
37
Tabel 4. Tingkat data dan Statistik……………………………………………………...
42
Sosiologi SMA – K 10
vii
DAFTAR DIAGRAM Diagram 1. skema Wallace………………………………………………………………
25
Diagram 3. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif………………….
44
Sosiologi SMA – K 10
viii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan gurudan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikanmampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkankompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK, salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul tersebut merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru Sosiologi SMA.Modul ini berisi materi, metode, batasan-batasan, tugas dan latihan serta petunjukcara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : 1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.
2)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
3)
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Sosiologi SMA – K 10
1
4)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
5)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK.
B. Tujuan
1. Meningkatkan
kompetensi
guru
untuk
mencapai
Standar
Kompetensi yang ditetapkan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 2. Memenuhi kebutuhan guru dalam peningkatan kompetensi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 3. Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. C. Peta Kompetensi Melalui modul PKB diharapkan peserta diklat dapat meningkatkan kompetensi antara lain :
1. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran sosiologi 2. Menunjukkan manfaat mata pelajaran sosiologi 3. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik penilaian dalam pembelajaran sosiologi D. Ruang Lingkup 1. Analisis Butir Soal 2. Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif 3. Karya Ilmiah 4. Teknik Penulisan Laporan Ilmiah 5. Penulisan Jurnal 6. Menyusun Laporan PTK
Sosiologi SMA – K 10
2
E. Saran Cara Penggunaan Modul
1. Bacalah modul dengan seksama sehingga bisa dipahami 2. Kerjakan latihan tugas 3. Selesaikan kasus/permasalahan pada kegiatan belajar kemudian buatlah kesimpulkan 4. Lakukan refleksi
Sosiologi SMA – K 10
3
Kegiatan Pembelajaran 1 : Analisis Butir Soal A. TUJUAN Setelah menyelasikan kegiatan pembelajaran ini, peserta diklat mampu melakukan analisis butir soal dengan menggunakan ITEMAN
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Memahami kegunaan analisis butir 2. Mengenal macam-macam analisis butir soal 3. Memahami iteman sebagai salah satu bentuk analisis butir soal 4. Melakukan analisis butir soal menggunakan ITEMAN
C. URAIAN MATERI 1. Pendahuluan Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban peserta didik untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian (Nitko, 1996: 308). Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan. Di samping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada peserta didik apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan (Aiken, 1994: 63). Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat‐tepatnya sesuai dengan tujuannya di antaranya dapat menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan guru.
Tujuan utama analisis butir soal dalam sebuah tes yang dibuat guru adalah untuk menguji validitas dan reliabilitas soal dalam tes atau dalam pembelajaran (Anastasi dan Urbina, 1997:184). Berdasarkan tujuan ini, maka kegiatan analisis
Sosiologi SMA – K 10
4
butir soal memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah: (1) dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk peserta didik di kelas, (3) mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas.
Berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa tujuan analisis butir soal adalah: (1) untuk menentukan soal‐soal yang cacat atau tidak berfungsi penggunaannya; (2) untuk meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh soal. 2.
Pelaksanaan Analisis Butir Soal
Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi dan Urbina, 1997: 172). Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal yang termasuk validitas soal dan reliabilitasnya.
Jadi, ada dua cara yang dapat
digunakan dalam penelaahan butir soal yaitu penelaahan soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini masing‐masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu teknik terbaik adalah menggunakan keduanya (penggabungan).
a. Analisis Butir Soal Secara Kualitatif Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan. Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu mempersiapkan bahan‐bahan penunjang seperti: (1) kisi‐kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia. Adapun teknik yang dapat
Sosiologi SMA – K 10
5
digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama sama dengan beberapa ahli seperti guru yang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun/pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa. Teknik ini sangat baik karena setiap butir soal dilihat secara bersama‐sama berdasarkan kaidah penulisannya. Di samping itu, para penelaah dipersilakan mengomentari/ memperbaiki berdasarkan ilmu yang dimilikinya. Setiap komentar/ masukan dari peserta diskusi dicatat oleh notulis. Setiap butir soal dapat dituntaskan
secara
bersama‐sama,
perbaikannya
seperti
apa.
Namun,
kelemahan teknik ini adalah memerlukan waktu lama untuk rnendiskusikan setiap satu butir soal.
Sementara itu teknik panel merupakan suatu teknik menelaah butir soal yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir soal, yaitu ditelaah
dari
segi materi, konstruksi,
bahasa/budaya,
kebenaran kunci
jawaban/pedoman penskorannya yang dilakukan oleh beberapa penelaah. Caranya adalah beberapa penelaah diberikan: butir‐butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaian/ penelaahannya. Pada tahap awal para penelaah diberikan pengarahan, kemudian tahap berikutnya para penelaah berkerja sendiri‐sendiri di tempat yang tidak sama. Para penelaah dipersilakan
memperbaiki
langsung
pada
teks
soal
dan
memberikan
komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya misal: sudah baik, perlu diperbaiki, atau harus diganti. Secara ideal penelaah butir soal di samping memiliki latar belakang materi yang diujikan, beberapa penelaah yang diminta untuk menelaah butir soal memiliki keterampilan, seperti guru yang mengajarkan materi itu, ahli materi, ahli pengembang kurikulum, ahli penilaian,, ahli bahasa, ahli kebijakan pendidikan, atau lainnya.
Sosiologi SMA – K 10
6
Aspek yang dinilai dalam analisis butir soal secara kualitatif ini antara lain: Aspek Materi
Butir Soal Uraian
Soal sesuai dengan
Soal sesuai dengan indikator
indikator (menuntut tes
(menuntut tes tertulis untuk
tertulis untuk bentuk
bentuk pilihan ganda
Uraian)
Butir Soal Pilihan Ganda
Materi yang ditanyakan
Batasan pertanyaan dan
sesuai dengan kompetensi
jawaban yang diharapkan
(urgensi, relevasi,
sudah sesuai
kontinyuitas, keterpakaian
Materi yang ditanyakan
sehari‐hari tinggi)
sesuai dengan
kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas,
Pilihan jawaban homogen dan logis
keterpakaian sehari‐hari
Hanya ada satu kunci jawaban
tinggi)
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas
Konstruksi
Menggunakan kata tanya
Pokok soal dirumuskan
atau perintah yang
dengan singkat, jelas, dan
menuntut jawaban uraian
tegas
Ada petunjuk yang jelas
Rumusan pokok soal dan
tentang cara
pilihan jawaban merupakan
mengerjakan soal
pernyataan yang diperlukan
Ada pedoman
saja
penskorannya
petunjuk kunci jawaban
Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang
Pokok soal tidak memberi
Pokok soal bebas dan
sejenisnya disajikan
pernyataan yang bersifat
dengan jelas dan terbaca
negatif ganda
Sosiologi SMA – K 10
Pilihan jawaban homogen
7
dan logis ditinjau dari segi materi
Gambar, grafik, tabel, diagram, atau
sejenisnya jelas dan berfungsi
Panjang pilihan jawaban relatif sama
Pilihan jawaban tidak menggunakan
pernyataan "semua jawaban di atas
salah/benar" dan sejenisnya
Pilihan jawaban yang berbentuk
angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya
Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
Bahasa
Rumusan kalimat soal
komunikatif
sesuai dengan kaidah
Butir soal menggunakan
bahasa Indonesia
bahasa Indonesia yang
baku
Tidak menggunakan
menimbulkan penafsiran
Tidak menggunakan
Sosiologi SMA – K 10
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
ganda atau salah pengertian
Menggunakan bahasa yang komunikatif
kata/ungkapan yang
Menggunakan bahasa yang
Pilihan jawaban tidak mengulang
kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan
8
bahasa yang berlaku
satu kesatuan pengertian
setempat/tabu
Rumusan soal tidak mengandung/ ungkapan yang menyinggung peserta didik
b. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif Penelaahan soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik ini diperoleh dari soal yan telah diujikan. Secara klasik, aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal adalah setiap butir soal ditelaah dari segi: 1)
Tingkat Kesukaran Butir
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkatkemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnyaberkisar 0,00 ‐ 1,00 (Aiken (1994: 66). Semakin besar indeks tingkat kesukaranyang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada peserta didik yang menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa peserta didik menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu.
Fungsi tingkat
kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.
Sosiologi SMA – K 10
9
Untuk soal obyektif atau pilihan ganda rumusnya adalah seperti berikut ini (Nitko, 1996: 310).
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini.
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dikategorikan seperti berikut ini.
0,00 ‐ 0,30 soal tergolong sukar
0,31 ‐ 0,70 soal tergolong sedang
0,71 ‐ 1,00 soal tergolong mudah
2) Daya Pembeda Butir Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara peserta didik yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan peserta didik yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini. 1) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak. 2) Untuk
mengetahui
seberapa
jauh
setiap
butir
soal
dapat
mendeteksi/membedakan kemampuan peserta didik, yaitu peserta didik yang telah memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru.
Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan peserta didik itu, maka butir soal itu dapat dicurigai "kemungkinannya" seperti berikut ini.
Sosiologi SMA – K 10
10
Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat
Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
Kompetensi yang diukur tidak jelas
Pengecoh tidak berfungsi
Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak peserta didik yang menebak
Sebagian besar peserta didik yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi dalam butir soalnya
Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan peserta didik yang telah memahami materi dengan
peserta didik yang belum memahami materi. Indeks daya pembeda
berkisar antara ‐1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda suatu soal, maka semakin kuat/baik soal itu. Jika daya pembeda negatif (<0) berarti lebih banyak kelompok bawah (peserta didik yang tidak memahami materi) menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas (peserta didik yang memahami materi yang diajarkan guru).
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus berikut ini.
DP
= daya pembeda soal,
BA
= jumlah jawaban benar pada kelompok atas,
BB
= jumlah jawaban benar pada kelompok bawah,
N
=jumlah peserta didik yang mengikuti tes.
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus berikut ini.
Sosiologi SMA – K 10
11
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah memahami materi yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak memahami materi yang diujikan. Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini (Crocker dan Algina, 1986: 315).
3)
0,40 ‐ 1,00 soal diterima baik
0,30 ‐ 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 ‐ 0,29 soal diperbaiki
0,19 ‐ 0,00 soal tidak dipakai/dibuang
Penyebaran Pilihan Jawaban
(untuk soal bentuk obyektif) atau
keberfungsian distraktor Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia. Suatu pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh: 1) paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes/peserta didik 2) lebih banyak dipilih oleh kelompok peserta didik yang belum paham materi
A. Analisis Butir Soal Dengan Komputer Analisis butir soal dengan komputer maksudnya adalah penelaahan butir soal secara kuantitatif yang penghitungannya menggunakan bantuan program komputer. Analisis data dengan menggunakan program komputer adalah sangat tepat. Karena tingkat keakuratan hitungan dengan menggunakan program komputer lebih tinggi bila dibandingkan dengan diolah secara manual atau menggunakan kalkulator/ tangan. Program komputer yang digunakan untuk menganalisis data modelnya bermacam‐macam tergantung tujuan dan maksud analisis yang diperlukan. Program yang sudah dikenal secara umum adalah EXCEL, SPSS (Statitistical Program for Social Science), atau program khusus seperti ITEMAN (analisis secara kiasik), RASCAL, ASCAL, dll. Dalam kesempatan kali ini hanya akan disajikan contoh program analisis data dengan menggunakan komputer program ITEMAN.
Sosiologi SMA – K 10
12
B.
Analisis Butir Soal Menggunakan Iteman
ITEMAN merupakan program komputer yang digunakan untuk menganalisis butir soal secara klasik. Program ini termasuk satu paket program dalam MicroCAT°n yang dikembangkan oleh Assessment Systems Corporation mulai tahun 1982 dan mengalami revisi pada tahun 1984, 1986, 1988, dan 1993; mulai dari versi 2.00 sampai dengan versi 3.50. Alamatnya adalah Assessment Systems Corporation, 2233 University Avenue, Suite 400, St Paul, Minesota 55114, United States of America Program ini dapat digunakan untuk: (1) menganalisis data file (format ASCII) jawaban butir soal yang dihasilkan melalui manual entry data atau dari mesin scanner; (2) menskor dan menganalisis data soal pilihan ganda dan skala Likert untuk 30.000 siswa dan 250 butir soal; (3) menganalisis sebuah tes yang terdiri dari 10 skala (subtes) dan memberikan informasi tentang validitas setiap butir (daya pembeda, tingkat kesukaran, proporsi jawaban pada setiap option), reliabilitas (KR-20/Alpha), standar error of measurement, mean, variance, standar deviasi, skew, kurtosis untuk jumlah skor pada jawaban benar, skor minimum dan maksimum, skor median, dan frekuensi distribusi skor.
Sebelum menggunakan program Iteman, bacalah manualnya/buku petunjuk pengoperasionalnya secara seksama. Sebagai contoh, tahap awal adalah membuat "file data" (control tile) yang berisi 5 komponen utama, yaitu: 1.
Baris pertama adalah baris pengontrol yang mendeskripsikan data.
2.
Baris kedua adalah daftar kunci jawaban setiap butir soal.
3.
Baris ketiga adalah daftar jumlah option untuk setiap butir coal.
4.
Baris keempat adalah daftar butir soal yang hendak dianalisis (jika butir yang akan dianalisis diberi tanda Y (yes), jika tidak diikutkan dalam analisis diberi tanda N (no).
5.
Baris kelima dan seterusnya adalah data siswa dan pilihan jawaban siswa.
Setiap pilihan jawaban siswa (untuk soal bentuk pilihan ganda) diketik dengan menggunakan huruf, misal ABCD atau angka 1234 untuk 4 pilihan jawaban atau ABCDE atau 12345 untuk 5 pilihan jawaban.
Sosiologi SMA – K 10
13
C. Langkah-Langkah Menggunakan Program ITEMAN Pertama, data diketik di DOS atau Windows. Cara termudah adalah menggunakan program Windows yaitu dengan mengetik data di tempat Notepad. Caranya adalah klik Start-Programs-Accessories-Notepad.
Gambar 1. Langkah – langkah program ITEM Lalu muncul tampilan notepad
Gambar 2. Tampilan Notepad Kedua, Masukan data dengan memperhatikan format penulisan sesuai program ITEMAN.
Sosiologi SMA – K 10
14
Jumlah butir soal Spasi Jawaban kosong Spasi Butir soal yang belum dikerjakan Spasi Jumlah ketukan penulisan identitas data siswa
Kunci jawab
Jumlah pilih
Soal dianali
Identitas da
Contoh pengetikan data untuk soal bentuk pilihan ganda:
Sosiologi SMA – K 10
15
Ketiga, data yang telah diketik disimpan dalam folder yang didalamnya sudah terisi program ITEMAN. Misal disimpan dengan nama file: SOAL1
Keempat, buka program Iteman untuk mulai melakukan analisis yaitu dengan mengklik icon file Iteman.
Tunggu sampai muncul tampilan berikut ini:
Sosiologi SMA – K 10
16
Kemudian isilah pertanyaan-pertanyaan yang muncul di layar computer seperti berikut.
Enter the name of the input file: SOALl.txt <enter> Enter the name of the output file: SOALlout.txt <enter> Do you want the scores written to a file? (Y/N) Y <enter> Enter the name of the score file: SOALlSCR.txt <enter> **ITEMAN ANALYSIS IS COMPLETE**
Kelima, membaca hasil analisis yaitu: 1) Buka kembali program notepad 2) Klik open 3) Klik file SOALlout (jika file SOALlout tidak muncul gantilah Text Documents dengan All Files) 4) Maka akan muncul tampilan data berikut ini:
Sosiologi SMA – K 10
17
Membaca data hasil analisis ITEMAN: 1. Untuk melihat tingkat kesulitan butir soal maka data yang dilihat adalah data pada kolom Prop.Correct 2. Untuk melihat daya beda option butir soal maka data yang dilihat adalah data pada kolom Point Biser 3. Untuk melihat keberfungsian distraktor maka data yang dilihat adalah data pada kolom Prop.Endorsing 4. Untuk melihat koefisien reliabilitas maka data yang dilihat adalah data Scale Statistics pada point Alpha 5. Untuk melihat rata-rata tingkat kesukaran/kesulitan semua butir soal maka data yang dilihat adalah data Scale Statistics pada point Mean P 6. Untuk melihat rata-rata daya beda semua butir soal maka data yang dilihat adalah data Scale Statistics pada point Mean Item-Tot.
Sosiologi SMA – K 10
18
Untuk menginterpretasikan data maka dapat dilihat rmbu-rambu penerimaan butir menurut beberpa ahli teori klasik berikut ini:
Kriteria baik tidaknya butir soal menurut Ebel dan Frisbie (1991) dalam Essentials of Educational Measurement halaman 232 adalah bila korelasi point biserial: >0.40
= butir soal sangat baik;
0.30 - 0.39
= soal baik, tetapi perlu perbaikan;
0.20 - 0.29
= soal dengan beberapa catatan, biasanya diperlukan perbaikan;
< 0. 19
= soal jelek, dibuang, atau diperbaiki melalui revisi.
Adapun tingkat kesukaran butir soal memiliki skala 0 - 1. Semakin mendekati 1 soal tergolong mudah dan mendekati 0 soal tergolong sukar. Menurut Dawson (1972) butir soal yang memiliki tingkat kesulitan 0,25 – 0,75 dikatakan baik.
Ebel (1972) mengatakan bahwa alat ukur yang memiliki koefisien reliabilitas 0,8 sudah baik. Feldt & Brehmman (1989) menyatakan soal pilihan ganda yang memiliki koefsien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,70 sudah dikatakan baik.
Menurut Ebel (1972) butir yang memiliki daya pembeda lebih besar atau sama dengan 0,41 dikatakan baik atau menurut Fernandes (1984) butir soal yang memiliki daya pembeda lebih besar dari 0,2 sudah bisa dikatakan baik.
Nitko (1996) menyatakan distraktor dikatakan berfungsi jika paling sedikit dipilih oleh satu orang peserta tes dari kelompok rendah. Menurut Fernandes (1984) distraktor butir soal dikatakan baik jika paling tidak dipilih oleh 2% dari seluruh peserta. Untuk mempermudah membuat kesimpulan dan tindak lanjut maka dapat dibuat tabel berikut ini:
Sosiologi SMA – K 10
19
Tingkat
Daya
Keberfungsian
Kesulitan
Beda
Distraktor
1
0,600
0,425
Semua pilihan ada yang memilih
….
….
….
12
0,800
-0,144
Pilihan D tidak ada yang memilih
revisi
13
0,700
0,360
Pilihan A dan D tidak ada yang memilih
revisi
No.butir
Keterangan
…..
diterima …..
Tabel 1. Kesimpulan dan Tindak Lanjut
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan andragogi lebih mengutamakan
pengungkapan
kembali
pengalaman
peserta
diklat
menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenamgkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 1.
Aktivitas individu, meliputi :
Memahmai dan mencermati materi diklat
Mengerjakan latihan tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar, menyimpulkan
2.
Melakukan refleksi
Aktivitas kelompok, meliputi :
mendiskusikan materi pelathan
bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan penyelesaian masalah /kasus
melaksanakan refleksi
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS Lakukan analisis butir soal dari data berikut dengan menggunakan program ITEMAN :
Sosiologi SMA – K 10
20
Tugas Untuk Latihan LTH, S.Sos.,M.A.
KUNCI: ABDCEBCEDAABEDCCBDBAEDCAB
Data hasil ujicoba soal UAS MA Mentari sebagai berikut: IWAN SUYAWAN ABDCEBCEDAABEDCEADBAEEECB TIKA HATIKAH ACCEEBCDBAABEECBBDBAEEAAB YENNY SUKHRAINI ABDDDBCEDAABCACCBDDBCDCAB WIJI PURWANTA ACBCEBCEDDCEEDCCAADAEDBBB HENNY LISTIANA ABDCECBDDAABDEACBDBBBECAB UJANG HERMAWAN CDDCEBCEDCDCEDCCBBCADDCAE NIKEN IRIANTI CDDCEBACDAABEBBCBDBAADAAB MIMIK RIATIN ABDDDBCEDAABCACCBDDBCDCAB NUR WAHYU ABDBCDCEDAABBCDCBDBAAACAB RURI SUSIYANTI AEDEEBCEDBBDEDCCBDCDBDCAB RYSA DWI ABCDEBCEDAABCACCBDBDEBCAB ANDRIKO ACDCEBCECBCBEDCADABAEBBCB JOKO SLAMET AAAABBBCCCDDEEAABBCCDDEEA LUKMAN NURHUDA ACDBEBCECDBBEDCCBBAAEDCBB OTAH PIANTO DBBCEBAECAABDCBCBDBAEAEAB AKHMAD SYAMSURIZAL ADDCEBCEDCBCDDCCBDBEEDCAB DENY TRI SETIAWAN ABCDABCEDABCBDCCBDEAEDCAB DEWI SETYOWATI ACCBEBCDCBABEDBCEDBDCBCAC ISMAIL SHOLEH ABDBCDCEDAABBCDCBDBAAACAB JEMI INTARYO ACCEEBCDBAABEECBBDBAEEAAB
ANALISIS BUTIR SOAL
F. RANGKUMAN Analisis butir soal merupakan kegiatan penelaahan butir soal dengan tujuan untuk setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu. Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepattepatnya. Tujuan
utama
analisis
butir
soal
adalah
untuk
mengidentifikasi
kekurangan‐kekurangan dalam tes atau dalam pembelajaran sehingga bisa dilakukan perbaikan pada pembelajaran atau pada soal itu sendiri Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi dan Urbina, 1997: 172). Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal yang termasuk validitas soal dan reliabilitasnya.
Jadi, ada dua cara yang dapat digunakan dalam
penelaahan butir soal yaitu penelaahan soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini masing‐masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu teknik terbaik adalah menggunakan keduanya (penggabungan).
Sosiologi SMA – K 10
21
ITEMAN
merupakan
program
komputer
yang
digunakan
untuk
menganalisis butir soal Program ini dapat digunakan untuk: 1.
menganalisis data file jawaban butir soal yang dihasilkan melalui manual entry data atau dari mesin scanner;
2.
menskor dan menganalisis data soal pilihan ganda dan skala Likert
3.
menganalisis sebuah tes dan memberikan informasi misal: validitas setiap butir, daya pembeda, tingkat kesukaran, dll.
4.
untuk melihat tingkat kesulitan butir soal lihat data pada kolom Prop.Correct Untuk melihat daya beda option butir soal lihat data pada kolom Point Biser
5.
Untuk Untuk melihat keberfungsian distraktor lihat data pada kolom Prop.Endorsing
6.
Untuk melihat koefisien reliabilitas lihat data Scale Statistics pada point Alpha
7.
Untuk melihat rata-rata tingkat kesukaran/kesulitan semua butir soal lihat data Scale Statistics pada point Mean P
8.
Untuk melihat rata-rata daya beda semua butir soal lihat data Scale Statistics pada point Mean Item-Tot.
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1. Apa yang anda pahami setelah mempelajari materi analisis butir soal? 2. Pengalaman penting apa yang anda peroleh setelah mempelajari materi analisis butir soal? 3. Apa manfaat materi analisis butir soal terhadap tugas anda ? 4. Apa rencana tindak lanjut anda setelah kegiatan pelatihan ini
H. KUNCI JAWABAN
Sosiologi SMA – K 10
22
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, Lewis R. (1994). Psychological Testing and Assessment,(Eight Edition), Boston: Allyn and Bacon. Anastasi. Anne and Urbina, Susana. (1997). Psicoholological Testing. (Seventh Edition). New Jersey:Prentice‐Hall, Inc. Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to Classical and Modern Test, Theory_. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Badrun Kartowagiran. 2005. Item and Test Analysis (ITEMAN); Makalah Penyegaran Metodologi Penelitian Pascasarjana UNY Yogyakarta 21-30 Mart 2005. Tim. 2008. Panduan Analisis Butir Soal, Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas
Kegiatan Pembelajaran 2 :
Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif A. Tujuan Setelah mempejari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat mampu melakukan analisis data penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan pengertian penelitian kualitatif 2. Menjelaskan pengertian penelitian kuantitatif 3. Membedakan karakteristik penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif 4. Menjelaskan kedudukan teori dalam penelitian kualitatif 5. Menjelaskan kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif 6. Menentukan teknik pengambilan sampel
Sosiologi SMA – K 10
23
7. Menentukan subjek penelitian 8. Melakukan pengolahan data 9. Melakukan analisis data penelitian kuantitatif 10. Melakukan analisis data penelitian kualitatif
C. Uraian Materi 1.
Pendahuluan Dalam Sosiologi dikenal dua metode penelitian yaitu metode penelitian
kuantitatif dan metode penelitian kualitatif.
Dua metode ini didasari oleh
paradigma yang berbeda. Paradigma fakta sosial yang menganggap realitas sosial itu bersifat tunggal, nyata, objektif, dan observable mendasari metode penelitian kuantitatif. Sementara itu, paradigma definisi sosial yang menganggap realitas sosial itu bersifat jamak dan subjektif mendasari metode penelitian kualitatif.
Oleh karena itu, dua metode itu mempunyai karakteristik yang
berbeda, bahkan keduanya berada dalam dua kutup yang berbeda. Kegiatan pembelajaran ini akan mengajak Anda untuk memahami perbedaan metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif, yang ditandai oleh adanya perbedaan pengertian, karakteristik, masalah sampel, masalah pengolahan data, dan masalah analisis data. 2.
Pengertian Baiklah saya akan mengajak Anda untuk memahami apa yang
dimaksudkan dengan penelitian dan tahapan-tahapan dalam penelitian. Secara sederhana penelitian dapat diartikan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara logis dan sistematis untuk menemukan kebenaran ilmiah dari sebuah masalah. Kebenaran ilmiah bukanlah kebenaran yang absolut sifatnya, melainkan kebenaran relatif. Artinya, kebenaran ilmiah bersifat sementara dan bisa diuji kembali oleh siapapun dan kapan pun. Kebenaran absolut hanya ada pada kebenaran ajaran agama. Tahapan apa saja yang ada dalam penelitian ilmiah? Pada dasarnya untuk memecahkan sebuah masalah dapat dilakukan dengan dua pendekatan ilmiah, yaitu pendekatan yang bersifat deduktif dan induktif. Pendekatan deduktif merupakan kegiatan penalaran yang bertitik tolak
Sosiologi SMA – K 10
24
dari suatu yang abstrak yang menghasilkan pengukuran konsep dan pengujian hipotesis, sedangkan pendekatan induktif adalah pengalaman atau pengamatan seseorang pada tingkat empiris untuk menghasilkan konsep, proposisi, atau teori. Anda munkin masih mengalami kebingunan dengan uraian di atas. Baiklah saya akan mengutip skema Wallace untuk memperjelas uraian di atas:
Sosiologi SMA – K 10
25
TEORI
Inferensi Penyusunan konsep Penyusunan proposisi
Logika
Deduksi Logika
Status Hipotesis HIPOTESIS
GENERALISASI
Pengujian Hipotesis Interprestasi Penyusunan Instrumen, Penyusunan Skala, Penentuan Sampel
Pengukuran penyederhanaan informasi Perkiraan parameter
OBSERVASI Diagram 1. skema Wallace Sumber: Dilah dari Singarimbun, Effendi, dan Tukiran (2012: 25)
Skema berpikir Wallace di atas sangat jelas bahwa untuk menjawab atau memecahkan masalah dapat dimulai dari teori sebagai unsur ilmiah yang paling abstrak. Melalui komponen metodologis logika deduksi sebuah masalah dapat dijawab secara teoritis atau sementara. Jawaban teoritis atau sementara terhadap suatu masalah itulah yang disebut dengan hipotesis. Agar menjadi kebenaran empirik harus dilakukan pengujian secara empirik di lapangan dengan terlebih dahulu peneliti menyusun skala dan instrumen penelitian, serta menentukan populasi dan sampel. Peneliti kemudian melakukan pengumpulan data di lapangan. Data yang telah dikumpulkan merupakan data mentah yang harus diolah terlebih dahulu, kemudian baru dilakukan analisis. Data yang telah dianalisis kemudian dilakukan generalisasi yang sebelumnya didahului dengan Sosiologi SMA – K 10
26
membandingkan kembali antara data dengan hipotesis. Membandingkan kembali antara data dengan hipotesis inilah yang disebut dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis biasanya menggunakan teknik statistic. Dari hasil uji statistik kemudian dilakukan apa yang disebut dengan inferensi logika. Apa yang dimaksudkan dengan inferensi logika? Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hasil uji statistik tersebut mempunyai implikasi terhadap teori. Hasil penelitian dapat menggugurkan atau merevisi teori-teori yang sudah ada, atau mungkin semakin memperkokoh teori-teori yang sudah ada. Peneliti kemudian menyusun konsep-konsep atau proposisi-proposisi. Mungkin Anda sudah mengenal dua jenis penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Cobalah perhatikan kembali skema berpikir Wallace! Dalam skema tersebut terlihat bahwa kegiatan dapat dimulai dari teori atau dari data. Penelitian yang dimulai dari teori disebut dengan penelitian kuantitatif, sedangkan yang dimulai dari data disebut dengan kualitatif. Saya akan menyegarkan kembali pengetahuan Anda tentang dua istilah yaitu metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Qualitative research methods is research techniques designed to obtain the subjective understanding, interpretation, and meaning of social behavior. Sementara itu, quantitative research methods is
research techniques designed to produce
numerical estimates of human behavior.
3.
Perbedaan Karakteristik Untuk memperdalam pemahaman tentang kedua jenis penelitian
tersebut, saya akan mengajak Anda untuk memahami karakteristik penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif serta perbedaan di antara keduanya. Di antara Anda mungkin sudah paham tentang karakteristik dua penelitian tersebut. Namun ada baiknya saya mengajak Anda untuk mengidentifikasi karakteristik sekaligus perbedaan di antara keduanya. Untuk itu perhatikan table di bawah ini:
Sosiologi SMA – K 10
27
PERBEDAAN AKSIOMA ANTARA PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
AKSIOMA DASAR
METODE KUANTITATIF
METODE KUALITATIF
Sifat realitas
Tunggal, konkrit,
Ganda, holistik, dinamis,
teramati
hasil konstruksi & pemahaman
Hubungan peneliti
Independen
Interaktif tidak dapat
dengan yang diteliti
dipisahkan
Hubungan variabel
Sebab-akibat/kausal
Timbal balik/interaktif
Kemungkinan
Cenderung membuat
Transferability/hanya
generalisasi
generalisasi
mungkin dalam ikatan konteks dan waktu
Peranan nilai
Cenderung bebas nilai
Terikat nilai
Tabel 2. Perbedaan Aksioma Dasar, Metode Kuantitattif, dan Kualitatif Sumber: Lexy Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. PERBEDAAN KARAKTERISTIK PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
ASPEK
METODE KUANTITATIF
METODE KUALITATIF
Desain
spesifik, jelas, rinci
Umum
Mantap sejak awal
Fleksibel
Menjadi pegangan langkah
Berkembang dan muncul
demi langkah
dalam prose penelitian
Menunjukkan hubungan antar
Menemukan pola hubungan
Tujuan
variabel Menguji teori Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif
yang bersifat interaktif Menggambarkan realitas yg kompleks Memperoleh pemahaman makna Menemukan teori
Sosiologi SMA – K 10
28
Teknik
Eksperimen, survey
Participant observation
Penelitian
Kuisioner
In depth interview
Observasi dan wawancara
Dokumentasi
terstruktur
Triangulasi
Instrumen
Test, angket, wawancara
Peneliti sebagai instrumen
penelitian
Instrumen yang telah standar
catatan, rekaman, kamera, handycam, dll
Data
Kuantitatif
Deskriptif
Hasil pengukuran variabel
Dokumen pribadi, catatan
yang dioperasionalkan
lapangan, ucapan dan
dengan menggunakan
tindakan responden,, dll
instrumen Sampel/
Besar
Kecil
Sumber
Representatif
Tidak representatif
Data
Sedapat mungkin random
Purposive
Ditentukan sejak awal
Berkembang selama proses penelitian
Analisis
Setelah selesai pengumpulan data
Terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian
Deduktif
Induktif
Menggunakan statistik
Mencari pola, model, tema, teori
Hubungan Dengan
Berjarak, bahkan sering tanpa kontak
Responden Peneliti merasa lebih tinggi
Empati, akrab Kedudukan sama bahkan sebagai guru/konsultan
Jangka pendek
Jangka lama
Usulan
Luas dan rinci
Singkat
Desain
Literatur berhubungan dengan
Literatur yang digunakan
masalah dan variabel yang
bersifat sementara, tidak
diteliti
menjadi pegangan utama
Sosiologi SMA – K 10
29
Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas
Prosedur bersifat umum Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan setelah studi pendahuluan Tidak dirumuskan hipotesis, karena justru akan menemukan hipotesis Fokus penelitian ditetapkan setelah diperoleh data awal dari lapangan
Sumber: Lexy Moleong. Metode Penelitian Kualitatif.
4.
Kedudukan Teori dalam Penelitian Kuantitatif dan Kulitatif Menurut Kerlinger (1979), teori merupapakn seperangkat konstruk
(variabel-variabel),
definisi-definisi,
dan
proposisi-proposisi
yang
saling
berhubungan yang mencerminkan pandangan sistematik atau suatu fenomena dengan cara memerinci hubungan antarvariabel yang ditujukan
untuk
menjelaskan fenomena alamiah. Sementara itu, menurut Singarimbun dan Effendi (1981), teori adalah rangkaian yang logis dari satu proposisi atau lebih. Sementara itu, proposisi
adalah pernyataan (statement) tentang sifat dari
realitas yang dapat diuji kebenarannya. Teori merupakan informasi ilmiah yang diperoleh dengan meningkatkan abstraksi pengertian-pengertian maupun hubungan-hubungan pada proposisi. Sementara itu, William Wiersma (dalam Sugiyono, 2010: 41) menjelaskan bahwa teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. Sugiyono (2010: 42) menyimpulkan bahwa teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian
ini
diperoleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya.
Sosiologi SMA – K 10
30
Menurut Hoy dan Miskel (dalam Sugiyono, 2010: 43), teori mempunyai fungsi untuk mengungkapkan , menjelaskan dan memprediksi memiliki
keteraturan,
juga
sebagai
stimulan
dan
perilaku yang
panduang
untuk
mengembangkan pengetahuan. Cooper dan Schindler (dalam Sugiyono, 2010: 44) mengidentifikasi beberapa fungsi teori dalam penelitian: 1. Theory narrows the range of fact we need to study 2. Theory suggest which research approaches are likely to yield the greatest meaning 3. Theory suggest a system for the research to impose on data in order to classify them in the most meaningfull way 4. Theory summarizes what is known about object of study and states the uniformities that lie beyond immediate observation 5. Theory can be used to predict further fact that should be found 6. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan antara populasi sampling dan populasi sasaran. Perbedaan populasi sampling dan populasi sasaran dapat dijelaskan melalui contoh sebagai berikut: bila sebuah penelitian menjadinya seluruh rumahtangga di sebuah desa sebagai populasi sampling, sedangkan yang diteliti adalah hanya anggota rumahtangga yang bekerja sebagai petani. Anggota rumahtangga yang bekerja sebagai petani yang disebut sebagai populasi sasaran. Dalam penelitian survey, misalnya, bila populasinya besar maka tidak mungkin meneliti seluruh anggota populasi, karena selain memakan biaya yang sangat besar, juga membutuhkan waktu lama. Secara metodologis dimungkinkan seorang peneliti meneliti sebagian dari anggota populasi. Itulah yang disebut dengan sampel. Dengan meneliti sebagian anggota populasi, kita mengharapkan bahwa hasil yang didapat akan dapat menggambarkan sifat populasi. Untuk mencapai tujuan itu, maka cara-cara pengambilan sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Sosiologi SMA – K 10
31
Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol. Itulah yang disebut sebagai sampel acak atau sampel random.
Selain itu, pengambilan sampel
secara acak haruslah menggunakan metode yang tepat sesuai dengan ciri-ciri populasi dan tujuan penelitian. Menurut Teken (dalam Singarimbun dan Effendi, 1981: 105-106)), metode pengambilan sampel yang ideal mempunyai sifatsifat sebagai berikut: 1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi; 2. Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan bagu (standar) dari taksiran yang diperoleh; 3. Sederhana sehingga mudah dilaksanakan; 4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendahrendahnya. Sebelum dijelaskan beberapa metode pengambilan sampel, terlebih dahulu akan dijelaskan bahwa pada dasarnya ada dua macam metode pengambilan sampel, yaitu pengambilan sampel secara acak yang disebut random sampling atau probability sampling, dan pengambilan sampel tidak acak, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertente, yang disebut dengan purposive sampling atau quota sampling. 5.
Pengambilan Sampel Acak
a.
Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling) Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian
rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Terpilihnya tiap satuan elementer ke dalam sampel harus benar-benar berdasarkan faktor kebetulan (chance), bebas dari subjektivitas si peneliti atau subjektivitas orang lain. Salah satu cara pengembilan sampel dengan metode sampel acak sederhana adalah dengan mengundi unsur-unsur atau satuan-satuan elementer dalam populasi. Cara ini seperti lazim dipratikkan dalam arisan, undian, dan sebagainya.
Sosiologi SMA – K 10
32
b.
Pengambilan Sampel Sistematis (Systematic Sampling) Apabila jumlah anggota populasi sangat besar, maka pengambilan
sampel acak sederhana sulit dilakukan. Dalam kondisi populasi seperti ini maka dibutuhkan metode pengambilan sampel yang tepat dan sesuai. Metode yang sesuai dengan kondisi populasi yang sangat besar adalah pengambilan sampel sistematis. Pengambilan sampel sistematis adalah suatu metode pengambilan sampel di mana hanya unsur sampel pertama dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur sampel berikutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu. Cara penggunaan metode ini sebagai berikut: misalnya jumlah satuansatuan elementer dalam populasi adalah N, dan besar sampel yang akan diambil adalah n, maka hasil bagi N/n dinamakan interval sampel dengan kode k, dan misalnya unsur sampel yang terpilih diberi kode s, maka unsur-unsur sampel selanjutnya dapat ditentukan sebagai berikut: Unusr pertama = s Unsur kedua
=s+k
Unsur ketiga
= s + 2k
Unsut keempat= s + 3k Dan seterusnya c.
Pengambilan Sampel Acak Distratifikasi (Stratified Random Sampling) Metode pengambilan sampel acak distratifikasi digunakan pada saat
karakteristik populasi tidak homogen. Makin heterogen suatu populasi, makin besar
perbedaan
sifat
antara
lapisan-lapisan
tersebut.
Untuk
dapat
menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata-strata) yang seragam, dan dari tiap lapisan dapat diambil sampel secara acak. Dalam sampel berlapis seperti ini, peluang untuk terpilih antara satu strata dengan yang lain mungkin sama, mungkin pula berbeda. Metode ini dapat digunakan bila dipenuhi tiga syarat: yaitu: Pertama, harus ada kriteria yang jelas yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk Sosiologi SMA – K 10
33
menstratifikasi
pupulasi ke dalam lapisan-lapisan. Kriteria itu, misalnya, luas
tanah, pendapatan, tingkat pendidikan, luas usaha, dan sebagainya; Kedua, harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang dipergunakan untuk menstratifikasi; dan Ketiga, harus diketahui dengan tepat jumlah satuansatuan elementer dari tiap lapisan (stratum) dalam populasi itu. Besarnya sampel yang diambil dari tiap-tiap stratum dapat berimbang dan dapat pula tidak berimbang. Dalam pengambilan sampel yang berimbang, unsur-unsur satuan yang diambil dari tiap stratum berbanding lurus dengan jumlah satuan-satuan elementer
dalam stratum yang bersangkutan. Sebagai
contoh, suatu populasi distratifikasikan seperti di bawah ini:
Stratum I,
jumlah satuan elementer
500
Stratum II,
jumlah satuan elementer
300
Stratum III,
jumlah satuan elementer
200
---------------------------------------------------------------Jumlah Populasi
1.000
Bila jumlah sampel yang akan diambil adalah 100 sampel, maka secara proporsional stratum I diwakili oleh 50 sampel, stratum II sebanyak 30 sampel, dan stratum III sebanyak 20 sampel. d.
Pengambilan Sampel Gugus Sederhana (Simple Cluster Sampling) Dalam pratik penelitian acapkali tidak tersedia daftar kerangka sampling
yang digunakan sebagai dasar pengambilan sampel. Bila membuat daftar kerangka sampling membutuhkan biaya sangat besar. Untuk mengatasi hal tersebut maka unit-unit analisis dalam suatu populasi digolongkan ke dalam gugus-gugus yang disebut cluster, dan cluster merupakan satuan-satuan darimana sampel akan diambil. Jumlah gugus yang diambil sebagai sampel harus dipilih secara acak. Kemudian unsur-unsur penelitian dalam gugus-gugus diteliti semua.
Sosiologi SMA – K 10
34
e.
Pengambilan Sampel Wilayah (Area Sampling) Cara lain pengambilan sampel bagi populasi yang tidak dapat dibuat
dalam daftar kerangka sampling ialah dengan pengambilan sampel wilayah. Metode ini membutuhkan peta atau potret udara yang cukup jelas dan terperinci dari wilayah yang akan diteliti. Seluruh wilayah yang akan diteliti dibagi ke dalam segmen-segmen wilayah yang mengandung jumlah unit penelitian. Bila jumlah unit penelitian dalam setiap segmen wilayah tidak dapat diketahui atau diduga, maka bisa menggunakan satuan-satuan blok perumahan, pertokoan, dan sebagainya. Batas dari blok-blok atau segmen-segmen wilayah ini harus tegas. Metode pengambilan sampel wilayah ini hampir sama dengan pengambilan sampek gugus. 6.
Pengambilan Sampel Tidak Acak
a.
Purposive Sampling atau Quota Sampling Metode ini memilih sampel dengan menggunakan pertimbangan-
pertimbangan tertentu , sedangkan pertimbangan yang diambil berdasatkan tujuan penelitian. Cara pengambilan sampel seperti ini adalah kita memilih sun grup dari populasi sedemikian rupa sehingga sampel yang dipilih mempunyai sifat yang sesuai dengan sifat-sifat populasi. Jadi dalam hal ini peneliti harus mengetahui terlebih dahulu sifat-sifat populasi tersebut dan sampel yang akan ditarik diusahakan supaya mempunyai sifat-sifat populasi tersebut. Ini berarti bahwa purposive sampling tidak akan dapat dilakukan dari populasi yang belum dikenal peneliti tentang sifat-sifatnya, atau yang masih harus dikenal terlebih dahulu. b. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan data
yang
memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian, jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar (Sugiyoni, 2010: 54).
Sosiologi SMA – K 10
35
7.
Pengolahan Data
a.
Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan melalui berbagai metode pengumpulan data,
tahap berikutnya adalah melakukan pengolahan data. Menurut Ulber Silalahi (2009: 319), data diolah untuk mendapatkan data yang siap untuk dianalisis (getting data ready for nalysis). Pada hakekatnya pengolahan data adalah mengubah data menjadi informasi. Hasil pengolahan data berupa data sheets akan memudahkan dalam melakukan analisis data. Kualitas pengolahan data menentukan kualitas data yang akan dianalisis dan menentukan kualitas analisis data. Karena demikian eratnya pengolahan data dengan analisis data, maka acapkali pengolahan data dimasukkan menjadi bagian dari analisis data. Oleh karena itu, analisis data memiliki arti sangat luas meliputi penyerdehanaan data dan penyajian data. Dalam proses analisis data, peneliti mengolah dan mengorganisasi data mentah ke dalam bentuk yang sesuai, terutama untuk diolah dengan menggunakan komputer, menyajikannya dalam berbagai bahan atau gambar untuk meringkas segi-segi atau ciri-ciri dan menginterpretasi atau memberi makna teoritis. Jadi analisis data berhubungan dengan pemilihan alat statistik yang akan digunakan dan penyajian temuan-temuan. Dengan
demikian
pengolahan
data
tidak
lain
adalah
proses
menstranformasikan (menyederhanakan dan mengorganisasi) data mentah ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan dipahami. Proses transformasi data dilakukan melalui kegiatan penyuntingan (editing), pengkodeaan (coding) dan penskoran (scoring), dan tabulasi (tabulation).
b.
Penyuntingan (Editing) Penyuntingan merupakan kegiatan memeriksa kualitas data dalam
instrumen. Dalam kegiatan ini peneliti memeriksa kembali kelengkapan, konsistensi, ketepatan, keseragaman, dan relevansi. Kelengkapan berkaitan dengan kelengkapan lembar kuesioner, identitas sumber data, dan kelengkapan pengisian kuesioner. Akurasi data berhubungan dengan kesesuaian antara pertanyaan yang diajukan dengan jawaban yang diperoleh. Konsistensi nerhubungan dengan kecocokan atau kesesuaian antara data atau jawaban
Sosiologi SMA – K 10
36
yang satu dengan yang lain. Keseragaman adalah data dicatat dalam satuansatuan yang seragam. Relevansi menunjuk pada kesesuaian, baik kedalaman maupun keluasan, antara data yang diperoleh dan hal yang dipertanyakan atau data yang dibutuhkan. Jika data yang dikumpulkan belum memenuhi syaratsyarat tersebut, maka harus dilakukan pengumpulan data ulang ke lapangan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan. Jika pengumpulan data ulang tidak dimungkinkan, karena berbagai alasan, maka instrumen tersebut harus didrop atau dibatalkan (Ulber Silalahi, 2009: 320).
c.
Pengkodean (Coding) dan Penskoran (Scoring) Menurut Ulber Silalahi (2009: 322), pengkodeaan adalah suatu proses
pengklarifikasian tanggapan atau jawaban menjadi kategori yang lebih bermakna. Mengkode berarti memberi angka pada tiap kategori pada tiap kategori jawaban
(response category) sehingga tiap jawaban memiliki kode
tersendiri berupa angka. Pemberian kode berupa angka perlu memperhatikan skala ukuran dari variabel. Untuk itu, kode berupa angka perlu diberi penjelasan makna apakah kuantitatif atau kualitatif atau apakah nominal, ordinal, interval atau rasio. Tutujuan utama coding adalah menyederhanakan penanganan banyak jawaban individual melalui pengklasifikasian mereka ke dalam satu jumlah kelompok lebih kecil, masing-masing meliputi jawaban-jawaban yang mirip dalam isi. Dalam proses pengolahan data pada penelitian kuantitatif, memberikan kode berupa angka ke setiap kategori jawaban yang berskala nominal disebut dengan coding. Misalnya, memberikan kode berupa angka pada jawaban atas pertanyaan agama yang dianut responden. Pemberian angka 1. Islam, 2. Katolik, 3. Kristen, 4. Hindu, dan 5. Budha pada kategori jawaban agama responden merupakan kode saja, karena skala data dalam kategori jawaban tersebut adalah nominal. Proses pemberian kode berupa angka tersebut disebut coding. Kode angka yang ada pada setiap kategori jawaban tidak menunjukkan adanya tingkatan. Angka 1 pada jawaban Islam tidak lebih kecil dari 2 pada jawaban Katolik dan seterusnya. Demikian sebaliknya angka 5 pada jawaban Budha bukan berarti 5 kali lebih besar dari angka 1 untuk jawaban Islam dan
Sosiologi SMA – K 10
37
seterusnya. Kategori jawaban atas pertanyaan agama menghasilkan data berskala nominal. Bila skala data meliputi ordinal, interval, dan rasio maka proses pemberian angka pada setiap kategori jawaban disebut dengan scoring. Scoring adalah
proses
pemberian
angka
pada
setiap
kategori
jawaban
yang
menunjukkan adanya perbedaan nilai atau perbedaan tingkatan. Misalnya, tingkat pendidikan responden merupakan data dengan skala ordinal. Penelitian memberi angkan 1 untuk tingkat pendidikan rendah (tidak sekolah s/d lulusan SMP), angka 2 untuk tingkat pendidikan menengah (lulusan SMA), dan angka 3 untuk tingkat pendidikan tinggi (sarjana muda ke atas). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa angka 1 lebih rendah dari angka 2 dan 3, demikian sebaliknya angka 3 lebih tinggi dari angka 1 dan 2. Dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa renponden yang lulus SD lebih rendah pendidikannya dibandingkan dengan responden yang lulus SMA dan sarjana. Demikian pula sebaliknya, responden yang berpendidikan sarjana lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang hanya lulus SD atau SMA. Namun, peneliti sebelum memberi kode dan skor hendajnya terlebih dahulu menyusun buku kode. Menurut Ulber Silalahi (2009: 329), buku kode adalah satu dokumen yang menggambarkan prosedur pengkodean atau pensekoran
dan lokasi data untuk variabel dalam satu format
yang dapat
menggunakan cara manual atau komputer. Buku kode akan memperkenalkan satu item atau nama variabel spesifik dari observasi dan nomor kode
yang
menandai gambaran masing-masing kategori yang dicakup dalam item tersebut. Berikut ini contoh format buku kode manual: Tabel 3. Contoh Formart buku kode manual Hal
No.
Nama
Kues
Pertany
Variabel
1
1
Jenis Kelamin
1
2
Sosiologi SMA – K 10
Agama
Kategori
Kode/S
No.
kor
Kotak 1
Laki-laki
1
Perempuan
2
Islam
1
Katolik
2
Kristen
3
2
38
1
3
Tingkat
Hindu
4
Budha
5
Rendah
Pendidikan
sekolah
1
(tidak s/d
3
lulus
SMP)
(lulus
2
Tinggi (sarmud ke
3
Menengah SMA)
atas) 2
4
2
5
Status
Bekerja
1
pekerjaan
Tidak bekerja
2
Tingkat
Rendah/kecil
1
pendapatan
4
5
(Rp. 5.00.000 s/d Rp 1.500.000)
2
Sedang (Rp. 1.501.000 s/d Rp 2.500.000)
3
Tinggi/besar (Rp. 2.501.000-)
Setelah melakukan pemberian kode atau skor, proses berikutnya adalah memasukkan kode atau skor ke dalam tabel induk. Menurut Ulber Silalahi (2009: 331), tabel induk adalah kolom yang memuat kasus, angka kode, dan indikator (coding sheet). Tabel induk berisi: nomor responden diurutkan secara vertikal atau menurut kolom; variabel independen dan variabel dependen (termasuk karakteristik responden jika ada) diurutkan secara horizontal atau menurut baris sesuai dengan urutan nomor kolom kode. Untuk lebih jelasnya, perhatian contoh di bawah ini: No.
Nama
Identitas Responden
Status Sosial
Responden
1
Ruslan
Sosiologi SMA – K 10
dst
Ekonomi 1
2
3
1
1
1
4
6
6
7
8
39
2
Paimo
1
1
3
3
Ponirah
2
1
1
4
Jingjing
2
5
2
dst
Nomor pada baris kedua 1,2,3,4,5,6,7,8, dst merupakan nomor indikator dalam variabel baik independen maupun dependen. Nomor 1, misalnya, merupakan nomor untuk indikator jenis kelamin, nomor 1 untuk laki-laki dan nomor 2 untuk perempuan. Nomor 2 mewakili indikator agama, nomor 1 untuk yang beragama Islam nomor 5 yang beragam Budha. Keterangan ini bisa dicocokkan dengan buku kode. d.
Tabulasi Menurut Ulber Silalahi (2009: 331), tabulasi adalah tabel yang menyajikan
hitungan frekuensi atau perkiraan numerik tentang distribusi dari satu hal. Oleh karena itu, tabulasi merupakan alat analisis atau sebagai alat untuk menyusun kategori ketika mengubah variabel mengubah variabel rasio atau interval menjadi nominal atau ordinal atau berdasarkan indeks. Tabulasi kemudian digunakan untuk menciptakan statistik deskriptif. Data yang ditabulasi adalah data yang telah tersusun sedemikian rupa dalam tabel induk. Melalui tabulasi data empiris akan tampak ringkas. Data ringkas yang tersusun dengan baik dalam tabel akan dapat dibaca dengan mudah dan dianalisis, misalnya, distribusi frekuensinya, sebarannya, dan variannya. Tabel dapat memuat data dari satu unsur pengamatan, misalnya satu variabel, atau dua atau lebih unsur
pengamatan (dua atau lebih variabel).
Menyusun data dalam satu tabel dari dua atau lebih unsur pengamatan disebut tabulasi silang, sedangkan menyusun data dalam satu tabel dari satu unsur pengataman disebut tabulasi sederhana. Menghitung dan menyusun data dalam tabel induk dapat dilakukan dengan cara manual atau komputer. Cara komputer telah banyak dilakukan, terutama jumkah data relatif banyak. Program yang dapat digunakan antara lain: micristat, Dbase, Lotus, Exel, dan SPSS. Data yang
Sosiologi SMA – K 10
40
tersusun (responden, subjek, atau kasus dan skor) dalam terminologi komputer dinamakan data records. Cara manual sudah jarang dilakukan meskipun jumlah datamnya relatif sedikit. Cara manual dilakukan dengan sistem tally atas data yang sudah tersusun dalam tabel induk. Menghitung frekuensi dilakukan dengan memberi tanda tally atau menghitung data dari seluruh data yang tersedia untuk tiap kategori atau kelompok skor tertentu. Proses tally dilakukan dalam proses pengolahan data padatahap tabulasi dan tidak disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi adalah data matang hasil penghitungan dengan menggunakan tally.
8.
Analisis Data Menurut Ulber Silalahi (2009: 332), analisis data adalah proses
penyederhanaan data dan penyajian data dengan pengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi. Analisis data mempunyai dua tujuan, yaitu: pertama, meringkas dan menggambarkan data (to summarize and describe the data); kedua, membuat inferensi dari data untuk populasi dari mana sampel ditarik (to make inferences from the data to the population from which sample was drawn). Dengan demikian, analisis data berarti kategorisasi, penataan, manipulasi, dan peningkatan data untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian. Sementara itu, kegunaan analisis data adalah mereduksi data menjadi perwujudan yang dapat dipahami
ndan ditafsir
dengan cara
tertentu sehingga relasi masalah penelitian dapat ditelaah dan diuji. Baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif, analisis data harus sudah dirancang
dengan sebaik-baiknya dalam rencana atau proposal penelitian.
Peneliti juga perlu memahami variasi variasi metode analisis data yang relevan digunakan untuk penelitian tertentu. Metode analisis data sangat ditentukan oleh tujuan penelitian, banyak variabel, dan sifat atau bentuk data. Berdasarkan tujuan penelitian, metode analisis data dapat dibedakan menjadi metode deskriptif dan metode korelasional. Berdasarkan banyak variabel yang dianalisis, dapat
dibedakan
Sosiologi SMA – K 10
menjadi
analisis
multivariat,
univariat,
dan
bivariat.
41
Berdasarkan sifat atau bentuk data, dapat dibedakan menjadi analisis kualitatif dan analisis kuantitatif (Ulber Silalahi, 2009: 332). a.
Analisis Kuantitatif Berdasarkan tujuan penelitian, metode analisis data dapat dibedakan
menjadi metode deskriptif dan mentode korelasional. Bila tujuan penelitian ingin mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena berdasarkan
data yang
terkumpul, maka analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Jika masalah dan hipotesis bersifat deskriptif, maka tabel yang disusun memuat satu variabel pengamatan saja. Kerangka tabel yang digunakan adalah tabel yang hanya memuat satu unsur pengataman atau satu variabel. Jika tujuan penelitian ingin mengetahui atau mencari hubungan antara dua fenomena, baik asosiasi (atau hubungan) sejajar (covariational relations) maupun hubungan kausal (causal relations), bentuk analisis datanya adalah analisis korelational. Artinya, apabila masalah dan hipotesis penelitian tentang adanya hubungan dua atau lebih variabel, maka kerangka analisisnya akan merujuk pada usaha menguji ada atau tidaknya hubungan antara dua atau lebih variabel. Kerangka tabel yang digunakan memuat dua atau lebih unsur pengamatan atau dua atau lebih variabel yang disusun dalam satu tabel yang disebut tabel silang atau tabel kontingensi (contingency table). Selain itu, ada atau tidaknya hubungan antara dua atau lebih variabel harus diketahui melalui analisis korelasional (correlational analysis) (Ulber Silalahi, 2009: 334). Biaik analisis deskriptif maupun analisis korelasional dapat menggunakan metode uji statistik. Dalam memilih teknik statistik sangat ditentukan ioleh tujuan atau jenis penelitian, tipe hipotesis, dan tipe atau sifat data. Berdasarkan tujuan penelitian, metode statistik yang digunakan dapat untuk tujuan deskripsi dan inferensi atau induktif. Metode yang pertama menunjuk pada statistik deskriptif (descriptive statistics), sedangkan yang kedua menunjuk pada statistik inferensial (inferential statistics) atau statistik induktif (inductive statistics). Berdasarkan tingkat data (levels of data) (apakah nominal, ordinal, interval atau rasio), data kualitatif dan kuantitatif, data diskrit atau kontinu, teknik statistik yang digunalan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Sosiologi SMA – K 10
42
Tingkat Data dan Uji Statistik Tingkat
Karakteristik Skala
Pengukuran
Metode Analisis
Ada
Dapat
Jarak
Nol
Deskripsi
Korelasi
Perbedaan
Diurut
Seimbang
Absolut
(Ukuran
(Uji
Tendensi
Signifikansi
Sentral)
)
Rasio
Ya
Ya
Ya
Ya
Mean
t, F
Interval
Ya
Ya
Ya
Tidak
Mean
t, F
Ordinal
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Median
Rho
Nominal
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Median
Tabel 4. Tingkat data dan Statistik Sumber: Uber Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Pemilihan uji statistik juga sangat ditentukan oleh tipe hipotesis. Ada dua tipe hipotesis, yaitu: hipotesis perbedaan (baik hipotesis antara sampel maupun hipotesis
asosiasi
(korelasi)
antara
variabel.
Tiap-tiap
tipe
hipotesis
menggunakan uji statistik tertentu. Sebagai contoh: menguji hipoteisis perbedaan menggunakan uji t (t test), sedangkan menguji hipotesis asosiasi menggunakan uji statistik korelasi, seperti Chi Square, Spearmen rho, dan Pearson r. b.
Analisis Kualitatif Menurut Ulber Silalahi (2009: 339), analisis data kualitatif digunakan
apabila data empiris yang diperoleh adalah data kualitatif berupa kata-kata dan bukan
rangkaian
angka
serta
tidak
dapat
disusun
dalam
kategori-
kategori/struktur klasifikasi. Data kualitatif mungkin dikumpulkan melalui berbegai metode seperti indepth interview, observasi, dokumen, dan sebagainya. Dalam analisis data kualitatif tidak menggunakan perhitungan matematis dan uji statistik sebagai alat bantu analisis. Menurut Miles dan Huberman (1992), kegiatan analisis terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Kegiatan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan kegiatan yang jalin menjalin pada sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data. Sosiologi SMA – K 10
43
1)
Reduksi Data Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Menurut Miles dan
Huberman (1992: 16; Silalahi, 2009: 339 -340)), reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dam transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kegiatan ini berlangsung secara terus menerus selama kegiatan pengumpukan data. Kegiatan reduksi data ini meliputi membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo. Pilihan-pilihan peneliti tentang bagian mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar, cerita-certia apa yang sedang berkembang, semuanya merupakan pilihan-pilihan analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan,
menggolongkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Proses reduksi data ini berlanjut hingga akhir penelitian (Ulber Silalahi, 2009: 340). 2)
Penyajian Data Menurut Miles dan Huberman (1992: 17; Emzir, 2011: 131 - 132),
penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, peneliti melihat dan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan
berdasarkan atas pemahaman yang
didapat dari penyajian-penyajian tersebut. Penyajian data yang pada lalu lazim dilakukan adalah dalam bentuk teks naratif dalam puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan halaman. Teks naratif dalam jumlah besar akan menyulitkan peneliti dalam menemukan pola-pola sederhana. Kemampuan manusia dalam memproses informasi terbatas.
Manusia
mempunyai
kecenderungan
yang besar jumlahnya
kognitf
menyederhanakan
informasi yang konpleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif atau konfigurasi yang mudah dipahami. Penyajian data dalam penelitian kualitatif sekarang ini dapat dilakukan dalam berbagai jenis
matriks, grafik,
jaringan, dan bagan. Hal itu dirancang untuk menggabungkan informasi yang
Sosiologi SMA – K 10
44
tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih (Miles dan Huberman, 1992; 17 – 18; Emzir, 2011: 131 - 132). 3)
Menarik Kesimpulan Menurut Miles dan Huberman (1992: 18 -19), langkah ketiga dari kegiatan
analisis data adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Pada saat pengumpulan data, seorang peneliti mencari makna sesuatu, mencata keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfogurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi-proposisi. Mula-mula kesimpulan belum jelas, namun lambat laun kian meningkat lebih terperinci. Kesimpulan-kesimpukan akhir mungkin tidak muncul hingga pengumpulan data berakhir, bergantung pada pada besarnya kumpulankumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ualng yang digunakan, dan kecakapan peneliti. Namun, acapkali kesimpulan telah dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun seorang peneliti menyatakan telah melanjutkannya secara induktif. Kesimpulan atau kesimpulan diverivikasi dilakukan selama penelitian berlangsung. Verifikasi merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin merupakan peninjauan kembali untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif. Singkat kata, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekukuhannya, dan kecocokannya, yaitu yang merupakan validitasnya (Miles dam Huberman, 1992: 18).
Pengumpulan Data
Kesimpulan-kelimpulan Penarikan/Verifikasi
Reduksi Data Penyajian Data
Diagram 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif Sumber: Miles dan Huberman, 1992: 20 Sosiologi SMA – K 10
45
D. Aktivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dalam modul ini bisa dilakukan secara individual dan kelompok. Secara individual, peserta diklat diharapkan membaca uraian materi dalam modul ini secara cermat dan berulang-ulang, kemudian mencatat hal-hal penting yang dituliskan ke dalam catatan-catatan.
Setelah membaca
uraian materi peserta diklat diharapkan secara sungguh-sungguh mengerjalan latihan/kasus/tugas
yang terletak setelah uraian aktivitas pembelajaran ini.
Dalam mengerjakan latihan/kasus/tugas peserta diklat dianjurkan membaca rangkuman. Bila peserta diklat mengalami kesulitan dalam memahami substansi materi dalam uraian materi, peserta diklat diharapkan mendiskusikan kesulitankesulitan tersebut dengan membentuk kelompok. Dalam kegiatan pembelajaran ini menyarankan agar peserta diklat belajar dalam kelompok. Dengan belajar dalam kelompok diharapkan akan terjadi tukar pengetahuan untuk memecahkan kesulitan-kesulitan atau masalah. Bila dalam kelompok belum bisa memecahkan kesulitan atau masalah, peserta diklat diharapkan berkonsultasi dengan para tutor atau widyaiswara. E. Latihan/ Kasus /Tugas Untuk memperdalam pemahaman Anda, selesaikan masalah di bawah ini! 1. Buatlah rumusan rancangan penelitian kuantitatif yang di dalamnya terdapat komponen: a. Rumusan masalah b. Rumusan teori c. Rumusan teknik pemilihan sampel d. Rumusan teknik analisis data 2. Buatlah rumusan rancangan penelitian kualitatif yang di dalamnya terdapat komponen: e. Rumusan masalah f.
Rumusan teori
g. Rumusan pemilihan subjek penelitian h. Rumusan analisis data
Sosiologi SMA – K 10
46
F.
Rangkuman Qualitative research methods is research techniques designed to obtain
the subjective understanding, interpretation, and meaning of social behavior. Sementara itu, quantitative research methods is research techniques designed to produce numerical estimates of human behavior. Metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif merupakan dua metode penelitian yang berbeda. Perbedaan dua metode ini dapat dilihat dari perbedaan aksioma. Perbedaan aksioma bisa dilihat dari perbedaan sifat realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variabel, generalisasi, dan peranan nilai. Dilihat dari karakteristiknya dua penelitian itu juga memiliki beberapa perbedaan antara lain dalam hal
desain, tujuan, teknik penelitian,
instrumen penelitian, sampel penelitian, analisis data, dan proposal penelitian. Dalam memilih dan menentukan sampel atau subjek penelitian, dua metode tersebut mempunyai perbedaan. Metode penelitian kuantitatif memilih sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling, systematic sampling, stratified random sampling, cluster sampling, area sampling. Sementara itu, metode penelitian kuaitatif memilih subjek penelitian secara tidak acak. Subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, di antaranya menggunakan teknik purposive dan snowball. Setelah dikumpulkan data diolah agar dapat dianalisis. Dalam penelitian kuantitatif data diolah melalui tahapan pmberian kode yang prosesnya dsebut dengan coding dan pemberian skor yang prosesnya disebut dengan scoring. Hasil pemberian kode dan skor dimasukkan ke dalam tabulasi. Data yang ada dalam tabulasi kemudian dipindahkan ke dalam tabel baik tabel frekuensi maupun tabel silang. Dalam metode penelitian kualitatif, pengolahan data dilakukan dengan melakukan telaah terhadap seluruh informasi yang terekam dalam catatan-catatan lapangan. Setelah ditelaah, data dipilah-pilah ke dalam kartu indeks. Dalam kartu indeks tema-tema yang sama dikelompok dalam satu kelompok, dan tema-tema yang berbeda disatukan dalam kelompok yang berbeda. Analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan teknik statistik. Dalam memilih teknik statistik sangat ditentukan oleh tujuan atau jenis penelitian,
Sosiologi SMA – K 10
47
tipe hipotesis, dan tipe atau sifat data. Berdasarkan tujuan penelitian, metode statistik
yang digunakan
dapat untuk tujuan
deskripsi dan inferensi atau
induktif. Metode yang pertama menunjuk pada statistik deskriptif (descriptive statistics), sedangkan yang kedua menunjuk pada statistik inferensial (inferential statistics) atau statistik induktif (inductive statistics). Sementara itu, analisis data dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan teknik statistik. Data dianalisis melalui tiga tahapan, yaitu: tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penarikan kesimpulan.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah membaca kegiatan pembelajaran dalam modul ini apakah Anda memperoleh pengetahuan baru, yang sebelumnya belum pernah Anda pahami, apakah materi yang diuraikan mempunyai manfaat dalam mengembangkan profesionalisme, apakah materi yang diuraikan mempunyai
kedalaman dan
keluasan yang Anda butuhkan sebagai guru. Setelah Anda membaca kegiatan pembejaran dalam modul ini rencana tindak lanjut apa yang akan Anda lakukan?
Daftar Pustaka Creswell, John W.. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Press. Kerlinger, F.N. 1979. Behavioral Research: A Conceptual Approach. New York: Holt, Rinehart & Winston. Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Miles, Matthew B.
dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Terjemahan. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Ritzer, George. 2002. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terjemahan. Jakarta: Rajawali Press. Silalahi, Uber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sosiologi SMA – K 10
48
Singarimbun, Masri, dkk.. Penyunting. 2012. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sosiologi SMA – K 10
49
Kegiatan Pembelajaran 3:
Karya Ilmiah
A. Tujuan Setelah Anda mempelajari modul ini Anda diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami pengertian karya ilmiah dan membedakannya dengan karya lainnya dengan tepat; 2. Mengidentikasi kegunaan karya ilmiah dengan tepat; 3. Merumuskan judul karya ilmiah secara menarik dan benar; 4. Mengidentifikasi jenis-jenis karya ilmiah dengan tepat; 5. Menerapkan kaidah-kaidah penyusunan karya ilmiah dengan benar; 6. Menyusun karya ilmiah secara benar.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Memahami pengertian karya ilmiah dan membedakannya dengan karya lainnya; 2. Mengidentikasi kegunaan karya ilmiah; 3. Merumuskan judul karya ilmiah; 4. Mengidentifikasi jenis-jenis karya ilmiah; 5. Menerapkan kaidah-kaidah penyusunan karya ilmiah; 6. Menyusun karya ilmiah.
C. Uraian Materi 1. Pendahuluan Anda
sebagai
seorang
guru
yang
profesional,
dituntut
bisa
menghasilkan karya ilmiah yang merupakan sebuah tuntutan profesi. Guru diharapkan mempunyai kemampuan dan keteramplan menulis baik dalam bentuk makalah, laporan buku, tesis, dan disertasi. Dalam menulis karya ilmiah Anda diharapkan mempunyai pemahaman terlebih dahulu tentang pengertian karya
Sosiologi SMA – K 10
50
ilmiah, kegunaan karya ilmiah, judul karya ilmiah, jenis karya ilmiah, dan kaidahkaidah penyusunan karya ilmiah. Kegiatan pembelajaran dalam modul ini akan membekali Anda tentang masalah-masalah itu.
2. Pengertian Karya Ilmiah Istilah karya ilmiah bagi Anda mungkin sudah tidak asing lagi. Bagi orang yang bekerja di lembaga pendidikan seperti guru dan dosen, istilah ini hampir setiap hari didengar, bahkan mungkin di antara Anda sudah banyak yang mempunyai pengalaman dan keterampilan menyusun karya ilmiah. Namun, mungkin di antara Anda ada juga yang belum memahami apa yang dimaksudkan dengan karya ilmiah, apakah kegunaan karya ilmiah, bagaimana merumuskan judul karya ilmiah, apa saja jenis karya ilmiah, dan apa saja kaidah-kaidah menulis karya ilmiah? Menyusun karya ilmiah bagi sebagian orang bukan merupakan pekerjaan yang sulit, namun bagi sebagian orang lainnya menganggap merupakan pekerjaan yang sulit. Tidak mudah memang menuangkan gagasan atau hasil pengamatan ke dalam tulisan. Setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyusun karya ilmiah. Mungkin di antara Anda mempunyai kemampuan mengkomunikasikan gagasan secara lisan, namun tidak mampu mengkomunikasikan secara tertulis. Sebaliknya, ada orang yang mempunyai kemampuan mengkomunikasikan gagasan dalam bentuk tulisan, namun lebah dalam komunikasi lisan.
Mungkin di antara Anda ada yang
mempunyai kemampuan mengkomunikasikan gagasan secara lisan sekaligus dalam tulisan. Modul ini bermaksud mengajak Anda untuk berlatih menyusun karya ilmiah. Isi modul ini dibagi ke dalam dua kegiatan belajar. Kegiatan belajar 1 akan mengajak Anda untuk memahami pengertian karya ilmiah, kegunaan karya ilmiah, merumuskan judul karya ilmiah, dan diakhiri dengan jenis-jenis karya ilmiah. Kegiatan belajar 2 akan mengajak Anda untuk memahami dan berlatih mengaplikasikan kaidah-kaidah penyusunan karya ilmiah. Untuk mewujudkan pemahaman dan kemampuan tersebut Anda tidak cukup hanya memahami modul ini secara kognitif, namun juga harus banyak berlatih dan membiasakan diri menyusun karya ilmiah. Bagi Anda yang belum pernah menyusun karya
Sosiologi SMA – K 10
51
ilmiah harus mencobanya mulai sekarang. Agar bisa menyusun karya ilmiah Anda harus mencoba dan jangan takut salah. Dalam kegiatan belajar ini terlebih dahulu saya akan mengajak Anda untuk memahami apakah yang dimaksudkan dengan karya ilmiah?
Baiklah
kegiatan belajar ini kita mulai dengan definisi karya ilmiah. Secara sederhana karya ilmiah dapat kita definisikan sebagai suatu tulisan yang membahas suatu masalah. Dengan demikian karya ilmiah adalah suatu tulisan, namun tidak sembarang tulisan. Karya ilmiah berangkat dari masalah, kemudian masalah tersebut dicoba untuk dipecahkan dengan menggunakan pemikiran yang logis dan sistematis atau mengguanakan metode ilmiah. Sampai di sini muncul persoalah apakah yang dimaksudkan dengan masalah dan metode ilmiah? Masalah dalam karya ilmiah mempunyai pengertian berbeda dengan masalah yang dihadapi oleh seseorang. Seseorang yang tidak mempunyai uang, sementara dia harus membayar buku pelajaran anaknya adalah sebuah masalah, namun bukan masalah ilmiah. Masalah tidak mempunyai uang tidak menuntut untuk dipecahkan secara ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah. Untuk memecahkan masalah tersebut orang tidak perlu menggunakan pendekatan ilmiah, melainkan cukup dengan bekerja keras, meminjam, menjual barang berharga miliknya, dan lain-lain. Namun, ketika sebagian besar orangtua murid tidak mampu membeli buku pelajaran yang diwajibkan oleh gurunya, masalah tersebut merupakan masalah ilmiah. Mengapa disebut sebagai masalah ilmiah? Untuk memecahkan masalah tersebut harus menggunakan metode ilmiah. Berdasarkan uraian pada paragraf di atas, menurut Anda, apakah yang dimaksudkan dengan masalah? Baiklah saya akan mengajak Anda untuk memahami apa itu masalah. Dalam berbagai kepustakaan metode penelitian yang dimaksudkan dengan masalah adalah sesuatu yang mengganggu atau sesuatu yang merisaukan, atau suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang senyatanya. Cobalah Anda melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas yang pernah atau sedang dilakukan. Sebagai guru mungkin Anda menerapkan metode ceramah dan Tanya jawab. Dua metode ini seharusnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, namun
Sosiologi SMA – K 10
52
ternyata
justru
semakin
menurun.
Pertanyaannya mengapa? Di sinilah muncul kesenjangan antara
apa yang
seharusnya
sebaliknya,
dengan
apa
prestasi
yang
belajar
senyatanya.
siswa
Masalah
tersebut
mungkin
membangkitkan rasa ingin tahu Anda untuk mengetahui masalah tersebut. Apa yang harus dilakukan guru untuk mengetahui masalah tersebut? Sebagai guru Anda harus menjawab masalah tersebut dengan melakukan kegiatan penelitian, meskipun penelitian dalam skala kecil dan terbatas, atau sebagai guru mungkin Anda mencoba memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas dengan menerapkan metode atau media pembelajaran yang lebih menarik, kemudian Anda melakukan serangkaian pengamatan. Uraian terakhir yang disebut dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Untuk materi PTK ini saya tidak akan membahasnya dalam modul ini karena sudah dijelaskan pada modul lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karya ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis dengan menggunakan metode penelitian untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya.
3. Kegunaan Karya Ilmiah Bagi akademisi penulisan karya ilmiah mempunyai kedudukan yang sangat penting dan merupakan bagian dari tuntutan formal akademik. Karya ilmiah menjadi cirri penting di lingkungan akademisi. Melalui karya ilmiah para akademisi
dapat
mengkomunikasi
gagasan-gagasan
atau
penemuan-
penemuannya secara sistematis dan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan. Secara umum dapat dikatakan bahwa gagasan dan penemuan baru tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun kita menemukan motivasi yang beragam dalam menulis karya ilmiah. Di lingkungan perguruan tinggi, misalnya, sebagian mahasiswa S1 menulis skripsi sekedar untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana, mahasiswa S2 sekedar untuk memperoleh gelar magister, sedangkan untuk mahasiswa S3 untuk memperoleh gelar doctor. Bagi orang yang bekerja di bidang pendidikan sebagai guru atau dosen, karya ilmiah menjadi bagian dari upayanya mendapatkan angka kredit untuk kenaikan pangkat. Bila Anda menulis karya ilmiah apakah sekedar
Sosiologi SMA – K 10
53
memperoleh kredit poin untuk kenaikan pangkat? Saya kira Anda tidak setuju dengan pendapat tersebut. Sebenarnya keguanaan karya ilmiah tidak hanya sekedar untuk memperoleh gelar atau angka kredit, namun yang lebih esensial adalah karya ilmiah untuk mendokumntasikan hasil-hasil penelitian yang berhasil menemukan kebenaran ilmiah. Mungkin yang membedakan antara penemuan kebenaran ilmiah satu dengan lainnya adalah derajad kebenaran ilmiah itu.
Derajad
kebenaran ilmiah yang dihasilkan dari penelitian disertasi, misalnya, idealnya lebih tinggi daripada kebenaran hasil penelitian tesis atau skripsi Kegunaan karya ilmiah hasil penelitian, misalnya, dapat kita bedakan menjadi
dua
yaitu:
pertama,
karya
ilmiah
dapat
dipergunakan
untuk
mengembangkan pengetahuan secara teoritis tanpa bermaksud menggunakan karya ilmiah itu untuk memecahkan masalah-masalah praktis; dan kedua, karya ilmiah dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah praktis. 4.
Judul Karya Ilmiah Setelah Anda memahami kegunaan karya ilmiah, selanjutnya marilah kita
berlatih belajar dengan berlatih merumuskan judul karya ilmiah. Sebuah karya ilmiah harus memiliki judul dan hendaknya sudah menggambarkan isi secara keseluruhan karya ilmiah itu. Banyak penulis memulai penulisan karya ilmiah dari judul, sebagian penulis lainnya merumuskan judul bersifat sementara dan fleksibel, setelah penyusunan karya ilmiah selesai penulis mengubah judul disesuaikan dengan isi tulisan secara keseluruhan. Tindakan penulis seperti itu secara ilmiah diperbolehkan. Menurut Anda judul karya ilmiah yang menarik seperti apa? Untuk menjawab pertanyaan ini perhatikan hal-hal berikut ini. Judul karya ilmiah hendaknya jangan terlalu umum. Perhatikan dan kritiklah contoh judul berikut ini: ―Pengaruh media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa.‖ Bagaimana pendapat dan kritik Anda terhadap judul ini. Judul seperti itu tentu dapat dikatakan terlalu umum. Judul yang terlalu umum tidak menggiring pembaca ke sisi tulisan. Judul tersebut dapat diubah menjadi judul yang lebih spesifik, misalnya, ―Pengaruh penggunaan media power point pada mataepelajaran Sosiologi terhadap prestasi belajar siswa Kelas 10 SMA Negeri 1 Surabaya.‖ Sosiologi SMA – K 10
54
Judul karya ilmiah juga tidak boleh terlalu panjang. Judul yang terlalu panjang mengakibatkan judul tidak fokus, membingungkan, dan kurang menarik. Perhatikan dan kritiklah contoh judul berikut ini: ―Pengaruh penggunaan media power point oleh guru pada matapelajaran Sosiologi terhadap konsentrasi siswa, nilai matapelajaran, dan kenaikan siswa Kelas 10 SMA Negeri 1 Surabaya.‖ Anda tentu sependapat dengan saya bahwa judul seperti itu terlalu panjang, tidak fokus, membingungkan, dan kurang menarik. Marilah kita sempurnakan judul tersebut menjadi berikut ini: Kata oleh guru kita hilangkan, kemudian kata konsentrasi siswa, nilai matapelajaran, dan kenaikan kelas kita ganti dengan prestasi belajar siswa. Judul yang panjang kita ubah menjadi ―Pengaruh penggunaan media power point pada mataepelajaran Sosiologi terhadap prestasi belajar siswa Kelas 10 SMA Negeri 1 Surabaya.‖ Selain itu, judul karya ilmiah juga tidak boleh mengandung singkatan. Perhatikanlah judul karya ilmiah berikut ini: ―Pengaruh penerapan ICT dalam pembelajaran Sosiologi terhadap prestasi belajar siswa Kelas 10 SMA Negeri 1 Surabaya.‖ Apa komentar Anda terhadap judul tersebut? Anda mungkin sependapat dengan saya bahwa tidak semua pembaca dapat memahami judul tersebut karena di dalamnya mengandung singkatan ICT. Sebaiknya judul eetersebut diperbaiki menjadi ―Pengaruh penerapan teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran Sosiologi terhadap prestasi belajar siswa Kelas 10 SMA Negeri 1 Surabaya.‖ Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa judul karya ilmiah merupakan bagian penting karena merupakan bagian yang akan dibuat indeks dan katalog. Yang harus Anda ingat adalah judul karya ilmiah sebaiknya tidak boleh terlalu umum, tidak terlalu panjang, tidak mengandung singkatan, dan sudah harus menggambarkan isi tulisan. A. Jenis-jenis Karya Ilmiah Marilah kita bersama-sama memahami dan mengidentifikasi apa saja yang termasuk dalam karya ilmiah? Anda tentu bisa membedakan antara karya ilmiah dengan karya lain yang tidak ilmiah, seperti karya fiksi, artikel popular untuk surat kabar, dan lain-lain. Saya tidak akan membahas lebih jauh tentang
Sosiologi SMA – K 10
55
karya non ilmiah. Dalam kegiatan belajar ini saya akan mengajak Anda untuk mengidentifikasi sekaligus memahami jenis-jenis karya ilmiah. Mungkin di antara Anda sudah pernah menulis karya berupa makalah, laporan buku atau bab, skripsi, tesis, dan disertasi. Bagi Anda yang menyandang gelar pendidikan sarjana, magister, atau doctor tentu sudaj tidak asing lagi dengan karya-karya tersebut. Selama Anda belajar di perguruan tinggi pada jenjang pendidikan apapun pastilah pernah ditugasi oleh dosen Anda untuk menyusun makalah atau laporan buku atau bab. Bagi Anda yang menyandang gelar sarjana, menulis skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar tersebut. Demikian juga, yang bergelar magister dan doctor, tentu menulis tesis dan disertasi juga merupakan persayaratan akademik yang harus dipenuhi. Makalah, laporan buku atau bab, skripsi, tesis, dan disertasi merupakan jenisejenis karya ilmiah. Baiklah pada bagian tulisan ini saya akan menguraikan satu per satu jenis-jenis karya ilmiah tersebut. a. Makalah Makalah adalah suatu tulisan ilmiah mengenai suatu topik tertentu. Di perguruan tinggi seorang mahasiswa menulis makalah untuk memenuhi tugastugas matakuliah. Seorang dosen menulis makalah untuk melakukan komunikasi ilmiah dengan sesama anggota komunitas ilmiah melalui diskusi, seminar, semiloka, dan lain-lain. Sebagai guru pernahkan Anda menulis makalah dan untuk kepentingan apa? Jawabannya tentu ada yang pernah dan ada yang belum pernah menulis makalah. Bagi Anda yang pernah menulis makalah tulisan ini sekedar untuk penyegaran, sedangkan Anda yang belum pernah menulis makalah, Anda dapat mempelajari dan berlatih untuk menghasilkan karya tulis ilmiah berupa makalah. Bagi guru menulis makalah merupakan keharusan akademik. Selain untuk kredit point untuk kenaikan pangkat, menulis makalah dapat dipakai sebagai wahana untuk melakukan komunikasi ilmiah. Melalui makalah kita dapat mengkomunikasikan gagasan-gagasan atau penemuanpenemuan hasil penelitian. Sebagai akademisi tentu kita tidak mendahulukan atau mementingkan kredit point, yang lebih penting adalah penulisan makalah untuk meningkatkan profesionalisme.
Sosiologi SMA – K 10
56
Anda mungkin sepakat dengan saya bahwa menulis makalah, terutama yang belum mempunyai pengalaman,
bukanlah perkerjaan yang mudah.
Sebagai salah satu karya ilmiah penulisan makalah haruslah memenuhi kaidahkaidah ilmiah. Selain itu, makalah yang baik haruslah memiliki cirri-ciri sebagai berikut: a. merupakan hasil kajian literature dan atau laporan hasil penelitian lapangan; b. mendemontrasikan pemahaman penulis tentang permasalahan teoritik yang dikaji atau kemampuan penulis dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip, atau teori; c. menunjukkan kemampuan penulis terhadap isi dari berbagai sumber yang digunakan; d. mendemontrasikan kemampuan meramu berbagai sumber informasi dalam satu kesatuan sintesis yang utuh. Unsur-unsur informasi apa saja yang harus ada dalam karya ilmiah makalah? Pada dasarnya makalah dapat ditulis dalam dua model, yaitu: penulisan seperti artikel atau penulisan seperti laporan penelitian. Makalah yang ditulis dalam bentuk artikel relative tidak terikat dengan sistematika. Sementara itu, makalah yang ditulis seperti laporan penelitian terikat oleh sistematika sebagai berikut: a. Bagian pendahuluan Pada bagian ini diuraikan: latar belakang masalah, masalah, prosedur pemecahan masalah, dan sistematika uraian b. Bagian isi Pada bagian ini penulis memaparkan kemampuan dia dalam menjawab masalah yang diajukan. c. Bagian penutup Bagian ini memaparkan kesimpulan. Dalam makalah kesimpulan bukanlah berisi tentang ringkasan isi, melainkan hasil pemaknaan yang dilakukan oleh penulis terhadap hasil diskusi atau uraian yang telah dilakukannya pada bagian isi. Hasil pemaknaan tersebut berupa jawaban terhadap masalah yang sedang dikajinya.
Sosiologi SMA – K 10
57
b. Laporan Buku atau Bab Di kalangan akademisi laporan buku atau laporan bab bukan sesuatu yang asing. Penulisan laporan buku atau bab ini dapat dikatakan menjadi bagian yang inheren dalam kegiatan ilmiah di kalangan akademisi. Sebagai guru tentu Anda pernah belajar di perguruan tinggi. Dosen-dosen Anda pernah memberikan tugas untuk melaporkan hasil bacaan terhadap buku atau bagian dari buku yang disebut dengan bab. Kegiatan menulis melaporkan hasil bacaan terhadap buku atau bab tersebut disebut dengan laporan buku atau laporan bab. Melalui penulisan ilmiah ini Anda dapat mendemonstrasikan pemahaman Anda terhadap isi buku atau bab dari buku itu. Kegiatan melaporkan saja isi buku atau bab hanya menggambarkan kemampuan pemahaman pembaca. Pembaca belum melakukan analisis dan evaluasi terhadap isi bacaan. Laporan buku atau bab dalam tingkatan yang lebih tinggi, selain melaporkan juga menganalisis dan mengevaluasi isi buku atau bab. Oleh karena itu, kegiatan menulis laporan buku atau bab tidak sekedar meringkas atau merangkum, melainkan melaporkan dengan mempergunakan bahasa penulis disertai analisis dan evaluasi. Laporan buku atau bab yang menyertakan analisis dan evaluasi menuntut penulis untuk merumuskan isi pokok pemikiran dan memberikan komentar serta kritik terhadap isi buku atau bab. Penulis laporan buku atau bab hendaknya merumuskan pokok-pokok isi buku yang meliputi permasalah yang diajukan, konsep atau teori yang dikembangkan, dan ciri khas pendapat pengarang. Berkaitan dengan laporan bab harus dilaporkan kedudukan bab yang dilaporkan dalam keseluruhan isi buku yang bersangkutan. Sampai di sini diharapkan Anda sudah mempunyai pemahaman tentang laporan buku atau laporan bab. Saya akan mengajak Anda untuk memahami sistematika penulisan laporan buku atau bab. Setiap karya ilmiah apapun jenisnya seharusnya disusun secara sistematis. Demikian juga laporan buku atau bab. Agar isi laporan buku atau tersusun secara sistematis dan koheren hendaknya disusun dengan sistematika sebagai berikut; a. Bagian pendahuluan Bagian pendahuluan ini berisi tentang gambaran keadaan buku atau bab yang dilaporkan seperti judul, pengarang, tahun terbit, penerbit serta alasan
Sosiologi SMA – K 10
58
pemilihan buku atau bab. Sebaiknya Anda tidak memberikan alasan yang sifatnya praktis seperti karena penugasan atau ketentuan tertentu. Alasan pemilihan buku hendaknya dikaitkan dengan permasalahan yang sedang dikaji. b. Bagian isi Bagian ini memberikan gambaran tentang isi dari buku atau bab yang dilaporkan sebagai bentuk pemahaman pembaca terhadap buku atau bab yang dilaporkan. Dalam melaporkan isi buku atau bab hendaknya bukan merupakan ringkasan atau rangkuman, melainkan dengan menggunakan bahasa sendiri pembaca melaporkan isi subtansial buku atau bab yang dibacanya. Dengan demikian dalam melaporkan isi buku atau bab bukan merupakan bahasa buku atau bab yang dilaporkan. Dalam melaporkan isi buku atau bab pembaca dituntut memahami pokok-pokok pikiran setiap bagian dan harus dapat menangkap bagian-bagian yang dipentingkan dalam baba tau buku yang dibacanya. c. Bagian komentar Bagian ini memberikan ruang kepada pembaca untuk memberikan komentar dari perspektif pembaca. Dalam memberikan komentar pembaca dapat mempeergunakan perspektif teori atau melakukan perbandingan dengan isi buku atau bab lain di luar buku yang sedang dilaporkannya. d. Bagian akhir Bagian ini memberikan ruang kepada pembaca untuk menyimpulkan secara keseluruhan buku atau bab yang dibaca dan implikasi terhadap studi yang dipelajarinya. Pada bagian ini pembaca melakukan penilaian terhadap isi buku atau bab secara keseluruhan, pendekatan pengarang, dan teknis penulisan ilmiahnya. Pembaca juga diberi ruang untuk mlakukan kritik dan penilaian terhadap buku atau bab yang dibacanya berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan, serta diberi ruang untuk menyampaikan saran kepada penulis buku atau bab. Dalam menyampaikan saran tidak bermaksud untuk mendikte, melainkan untuk memperbaiki kualitas buku atau bab yang sedang dibacanya.
Sosiologi SMA – K 10
59
Baiklah Anda sudah memahami sistematika laporan buku atau bab. Berikut ini saya akan mengajak Anda untuk memahami langkah-langkah penulisan laporan buku atau bab. Bila Anda akan menyusun laporan buku atau bab, Anda harus melakukan langkah-langkah berikut ini : a. Anda memilih atau menetapkan buku atau bab yang akan dilaporkan sesuai dengan kajian yang sedang dilakukan ; b. Membaca buku atau bab secara hati-hati dan cermat sehingga memberikan pemahaman ; c. Bila menemukan bagian-bagian penting dan pokok pikiran hendaknya ditulis terlebih dahulu, sehingga mudah membuat ringkasan atau rangkuman ; d. Kamus dapat dipergunakan bila mendapatkan kata-kata sulit atau tidak bisa dipahami sehingga bisa dipahami ; e. Penulisan ringkasan hendaknya bertitik tolak dari pandangan atau perspektif pengarang (point of view of the author), bukan hasil interpretasi ; f.
Ketika meringkas isi buku atau bab hendaknya menggunakan kata-kata sendiri, buka bahasa buku atau pengarang ;
g. Hendaknya tidak memberikan penambahan pendapat pembaca dalam meringkas isi buku atau bab ; h. Memberikan penilaian terhadap kekuatan dan kelemahan buku secara objektif.
c. Skripsi, Tesis, dan Disertasi Anda sudah belajar karya ilmiah berupa makalah dan laporan buku atau bab. Pada bagian ini saya akan mengajak Anda untuk memahami karya ilmiah lain berupa skripsi, tesis, dan disertasi. Tiga karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa S1, S2, dan S3 di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Mahasiswa menulis karya ilmiah berupa skripsi, tesis, dan disertasi merupakan persayaratan akademik untuk memperoleh gelar sarjana, magister, dan doktor pada bidang keilmuan. Masing-masing karya ilmiah mempunyai tingkat kesulitan dan kualitas yang berbeda. Disertasi tentu mempunyai tingkat kesulitan dan kualitas lebih tinggi dibandingkan tesis dan skripsi.
Sosiologi SMA – K 10
60
Baiklah kita mulai dengan memahami satu per satu karya ilmiah jenis ini.
Kita mulai dengan skripsi. Skripsi adalah karya ilmiah pendidikan yang
diperuntukkan sebagai persyaratan mahasiswa mendapatkan gelar sarjana. Skripsi merupakan karya ilmiah yang memberikan gambaran tentang suatu masalah yang dibahas dengan memaparkan data serta pustaka untuk menghasilkan kesimpulan. Sebagai karya ilmiah skripsi harus logis dan empiris. Alur berpikir dalam skripsi harus masuk akal dan datanya merupakan hasil pembuktian secara empiric di lapangan. Dengan demikian skripsi harus ditulis berdasarkan kajian ilmiah melalui penelitian ilmiah. Setelah Anda memahami skripsi, sekarang saya akan mengajak Anda untuk memahami tesis. Setelah berhasil menyandang gelar sarjana, bagi yang melanjutkan studinya pada jenjang program pascasarjana S2 mahasiswa diwajibkan secara akademik untuk membuat karya tulis yang disebut dengan tesis. Tesis merupakan karya ilmiah yang secara akademik menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister (dalam negeri) atau master (luar negeri). Secara teoritis penyusunan tesis sama dengan penyusunan skripsi, yaitu mendasarkan diri pada data dan pustaka. Bila skripsi bertujuan untuk mendeskripsikan ilmu, tesis mempunyai tujuan untuk mensintesiskan ilmu yang diperoleh di perguruan tinggi untuk memperluas kasanah ilmu. Tesis diharapkan lebih berkualitas dibandingkan dengan skripsi. Disertasi merupakan suatu karya tulis ilmiah yang bersumber utama dari penelitian di lapangan. Persyaratan penting yang tidak bisa ditawar adalah disertasi harus menghasilkan penemuan baru, bahkan melahirkan teori baru. Disertasi merupakan karya ilmiah yang dibebankan kepada seseorang yang sedang menempuh jenjang pendidikan S3 dengan tujuan untuk memperoleh gelar doctor. Disertasi tidak hanya menghasilkan penemuan-penemuan baru, melainkan juga harus menghasilkan teori baru dan sanggahan-sanggahan terhadap teori lama. Mahasiswa yang menulis disertasi disebut promovendus dalam menulis disertasi di bawah bimbingan seorang atau beberapa promoter. Bila seorang telah dinyatakan lulus dari program pendidikan S3, maka sebenarnya dia telah mencapai puncak karir di bidang akademik. Dengan kata lain, orang itu telah memperoleh gelar pendidikan paling tinggi.
Sosiologi SMA – K 10
61
Seperti pada karya tulis ilmiah berbentuk makalah dan laporan buku atau bab, skripsi, tesis dan disertasi juga harus mematuhi sistematika yang telah menjadi kesepakatan, baik di selingkung disiplin ilmu itu atau kesepakatan internasional. Sistematika penulisan ketiga karya ilmiah ini tidak akan dibicarakan dalam kegiatan belajar 1 ini. Sistematika penulisan skripsi, tesis, dan disertasi akan dipaparkan pada kegiatan belajar 2.
D. Aktivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dalam modul ini bisa dilakukan secara individual dan kelompok. Secara individual, peserta diklat diharapkan membaca uraian materi dalam modul ini secara cermat dan berulang-ulang, kemudian mencatat hal-hal penting yang dituliskan ke dalam catatan-catatan.
Setelah
membaca uraian materi peserta diklat diharapkan secara sungguh-sungguh mengerjalan latihan/kasus/tugas pembelajaran ini.
yang terletak setekah uraian aktivitas
Dalam mengerjakan latihan/kasus/tugas peserta diklat
dianjurkan membaca rangkuman. Bila peserta diklat mengalami kesulitan dalam memahami substansi materi dalam uraian materi, peserta diklat diharapkan mendiskusikan kesulitankesulitan tersebut dengan membentuk kelompok. Dalam kegiatan pembelajaran ini menyarankan agar peserta diklat belajar dalam kelompok. Dengan belajar dalam kelompok diharapkan akan terjadi tukar pengetahuan untuk memecahkan kesulitan-kesulitan atau masalah. Bila dalam kelompok belum bisa memecahkan kesulitan atau masalah, peserta diklat diharapkan berkonsultasi dengan para tutor atau widyaiswara. E.
Latihan/ Kasus /Tugas
Untuk melatih dan meningkatkan keterampilan Anda dalam menyusun karya ilmiah, buatlah karya ilmiah berupa makalah atau laporan buku atau laporan bab sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan pada kegiatan belajar 1. Anda dipersilakan mengerjakan latihan ini di rumah dengan ketentuan boleh ditulis tangan atau diketik manual atau computer setebal 4 – 5
Sosiologi SMA – K 10
62
halaman. Bila diketik manual atau computer dengan jarak 1,5 atau 2 spasi. Makalah atau laporan buku atau bab dikumpulkan ke panitia. F.
Rangkuman Karya ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan
hasil penelitian, yang sistematis dengan menggunakan metode penelitian untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya. Kegunaan karya ilmiah seperti hasil penelitian tidak hanya sekedar untuk memperoleh gelar atau angka kredit untuk kenaikan pangkat, namun karya ilmiah
merupakan
dokumentasi
hasil-hasil
penelitian
yang
menemukan
kebenaran ilmiah. Selain itu, karya ilmiah dapat dipakai untuk mengembangkan pengetahuan secara teoritis dan untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Judul karya ilmiah merupakan bagian penting karena merupakan bagian yang akan dibuat indeks dan katalog. Judul karya ilmiah sebaiknya tidak boleh terlalu umum, tidak terlalu panjang, tidak mengandung singkatan, dan sudah harus menggambarkan isi tulisan. Dilihat dari jenisnya karya ilmiah dapat berupa makalah, laporan buku atau bab, skripsi, tesis dan disertasi. Masing-masing karya ilmiah mempunyai tujuan dan sistematika yang berbeda. G.
Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah membaca kegiatan pembelajaran dalam modul ini apakah Anda
memperoleh pengetahuan baru, yang sebelumnya belum pernah Anda pahami, apakah materi yang diuraikan mempunyai manfaat dalam mengembangkan profesionalisme, apakah materi yang diuraikan mempunyai
kedalaman dan
keluasan yang Anda butuhkan sebagai guru. Setelah Anda membaca kegiatan pembejaran dalam modul ini rencana tindak lanjut apa yang akan Anda lakukan? H. Kunci Jawaban Petunjuk Kerjakanlah tes tulis di bawah ini secara individual : 1. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan karya ilmiah ! Mengapa sebuah karya tulis disebut sebagai karya ilmiah dan apa pula perbedaan dengan karya tulis biasa !
Sosiologi SMA – K 10
63
2. Jelaskan persamaan dan perbedaan karya ilmiah berupa skripsi, tesis, dan disertasi !
Petunjuk Penilaian 1. Bobot nilai pertanyaan butir 1 : 50 2. Bobot nilai pertanyaan butir 2 : 20
Tingkat Penguasaan Tingkat penguasaan yang Anda capai sebagai berikut : 90 – 100
= baik sekali
80 – 89
= baik
70 – 79
= cukup
<69
= kurang Apabila Anda mendapatkan skor tingkat pencapaian 80 atau lebih Anda
dapat meneruskan pada kegiatan belajar berikutnhya. Namun bila Anda mendapatkan skor di bawah 80 Anda sebaiknya mengulangi sekali lagi kegiatan belajar 1 terutama bagian yang belum Anda pahami.
Sosiologi SMA – K 10
64
DAFTAR PUSTAKA Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. 2002. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Djuharie, Setiawan dan Suherli. 2001. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama Widya. Harianto, Sugeng. dkk. 2004. Pedoman Penulisan Skripsi. Tidak Diterbitkan. Surabaya: Program Studi Sosiologi FIS Universitas Negeri Surabaya Indriati, Etty. 2005. Menulis Karya Ilmiah: Artikel, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Gramedia Pustka Utama. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2002. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Wahyu. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Winarto, Yunita T. Dkk. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sosiologi SMA – K 10
65
Kegiatan Pembelajaran 4:
Teknik Penulisan Karya Ilmiah A. Tujuan Setelah Anda mempelajari modul ini Anda diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut: 1. Menerapkan kaidah-kaidah penyusunan karya ilmiah dengan benar; 2. Menyusun karya ilmiah secara benar.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menerapkan kaidah-kaidah penyusunan karya ilmiah; 2. Menyusun karya ilmiah.
C. Uraian Materi Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya Anda sudah mempunyai pemahaman tentang pengertian karya ilmiah, kegunaan karya ilmiah, judul karya ilmiah, dan jenis-jenis karya ilmiah. Anda juga sudah berlatih menyusun karya ilmiah berupa makalah atau laporan buku atau bab. Pada kegiatan belajar 2 ini saya akan mngajak Anda untuk mendalami dan berlatih menulis karya ilmiah dengan memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah. Kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah tidak lain adalah tatacara penulisan karya ilmiah. Kegiatan pembelajaran ini akan berisi bahan dan ukuran karya ilmiah, kemudian dilanjutkan dengan berbagai macam teknik pengetikan, bahasa, dan penulisan sumber kutipan dan daftar pustaka. 1.
Tatacara Penulisan Karya Ilmiah
a.
Bahan dan Ukuran
1)
Naskah Naskah dibuat di atas kertas HVS 80g/m dan tidak bolak-balik
2)
Sampul Sampul dibuat dengan hard cover.
3)
Warna Sampul Warna sampul disesuaikan dengan warna fakultas ilmu sosial yaitu biru tua.
Sosiologi SMA – K 10
66
4)
Ukuran Ukuran naskah ialah: 21x29,7 cm
b.
Pengetikan
1)
Jenis Huruf Diketik dalam Microsoft Word, jenis huruf times new roman 12 karakter. Seluruh naskah harus menggunakan huruf yang sama, kecuali istilah dalam bahasa asing dan bahasa daerah dapat ditulis miring.
2)
Bilangan dan Satuan Bilangan diketik dengan angka, kecuali pada permulaan kalimat, misalnya 10 g bahan. Bilangan decimal ditandai dengan koma, bukan dengan titik, misalnya berat hasil panen tembakau 2,5 kg. Satuan dinyatakan dengan singkatan resminya tanpa titik di belakangnya, misalnya m, g, kg, cal.
3)
Jarak Baris Jarak antara 2 baris dibuat 2 spasi, kecuali intisari (abstrak), kutipan langsung, judul daftar (tabel) dan gambar yang lebih dari 1 baris, dan daftar pustaka, yang diketik dengan jarak 1 spasi ke bawah.
4)
Batas tepi Batas-batas pengetikan, ditinjau dari tepi kertas, diatur sebagai berikut:
5)
1) tepi atas
: 4cm
2) tepi bawah
: 3 cm
3) tepi kiri
: 4 cm
4) tepi kanan
: 3 cm
Pengisian ruang Ruang yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh, artinya pengetikan harus dari batas tepi kiri sampai ke batas tepi kanan, dan jangan sampai ada ruangan yang terbuang, kecuali apabila akan mulai dengan alinea baru, persamaan daftar, sub judul, atau hal-hal yang khusus.
6)
Alinea baru Alinea baru dimulai pada ketikan yang ke-6 dari batas tepi kiri. a) Permulaan kalimat
Sosiologi SMA – K 10
67
Bilangan, lambang, atau rumus kimia yang memulai suatu kalimat, harus dieja, misalnya: sepuluh ekor tikus. b) Penulisan judul skripsi, judul bab, dan subbab
Judul skripsi dan judul bab ditulis dengan huruf kapital semua.
Subjudul ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama tiap unsur kata depan/preposisi.
Kata depan ditulis dengan huruf kecil semua (di, ke, dari, pada, untuk, bagi, yang)
Huruf pertama pada perulangan (kedua) yang menjadi subjudul ditulis dengan huruf kecil (faktor-faktor…….,sumber-sumber……)
Penomoran bab menggunakan angka romawi: I, II, III, IV, V, dan seterusnya.
Penomoran subjudul dapat menggunakan angka arab atau campuran huruf dan angka.
c) Rincian ke bawah Jika pada penulisan naskah ada rincian yang harus disusun ke bawah, pakailah nomor urut dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat rincian. Penggunaan garis penghubung (-) yang ditempatkan di depan rincian tidaklah dibenarkan. d) Letak simetris Gambar, tabel (daftar), persamaan, judul, dan subjudul ditulis simetris terhadap tepi kiri dan kanan pengetikan. 7)
Penomoran a) Halaman
Bagian awal laporan, mulai dari halaman pengesahan menggunakan angka
romawi kecil.
Bagian utama dan bagian akhir, mulai dari BAB I sampai ke halaman terakhir, memakai angka arab sebagai nomor halaman.
Nomor halaman ditempatkan di sebelah kanan atas, kecuali kalau ada judul atau bab pada bagian atas halaman itu. Untuk halaman yang demikian nomornya ditulis di bawah tengah halaman.
Sosiologi SMA – K 10
68
Nomor halaman diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi bawah.
b) Tabel (daftar) Tabel (daftar) diberi nomor urut dengan angka arab c) Gambar Gambar dinomori dengan angka arab d) Tabel (daftar dan gambar)
Tabel
Nomor table (daftar) yang diikuti dengan judul ditempatkan simetris di atas table, tanpa diakhiri dengan titik
Tabel (daftar) tidak boleh dipenggal, kecuali kalau memang panjang, sehingga tidak mungkin diketik dalam satu halaman. Pada halaman lanjutan tabel (daftar) dicantumkan nomor tabel (daftar) dan kata lanjutan tanpa judul
Kolom-kolom diberi nama dan dijaga agar pemisahan antara yang satu dengan yang lain cukup tegas
Kalau table (daftar) lebih lebar dari ukuran kertas sehingga harus dibuat memanjang, maka bagian atas table harus diletakkan di sebelah kiri kertas
Tabel (daftar) yang terdiri dari dua (2) halaman atau lebih harus dilipat dan ditempatkan pada lampiran
Sumber tabel (apabila mengutip) ditulis pada bagian bawah table sebelah kiri dengan huruf times new romans ukuran 10 karakter
Gambar
Bagan, grafik, peta, dan foto semuanya disebut gambar (tidak dibedakan)
Nomor gambar yang diikuti dengan judulnya diletakkan simetris di bawah gambar tanpa diakhiri dengan titik
Gambar tidak boleh dipenggal
Keterangan gambar dituliskan pada tempat-tempat yang lowong di dalam gambar dan jangan pada halaman lain
Sosiologi SMA – K 10
69
Bila gambar dilukiskan melebar sepanjang tinggi kertas, maka bagian atas gambar harus diletakkan di sebelah kiri kertas
Ukuran gambar (lebar dan tingginya) diusahakan supaya sewajar-wajarnya (jangan terlalu kurus atau terlalu gemuk)
Letak gambar diatur simetris
c.
Bahasa
1)
Bahasa yang dipakai Bahasa yang dipakai ialah bahasa Indonesia yang baku.
2)
Nada formal dan objektif
Lazim bertitik tolak orang ketiga dan kalimat pasif
Bertitik pandang nahu (gramatik) konsisten
Berbeda dengan ragam bahasa sastra dan bahsa keseharian
Berada pada tingkat resmi, bukan tingkat keseharian (kolokial)
Berbentuk wacana pemaparan (ekspositori)
Pengungkapan dengan lengkap, jelas, ringkas, dan tepat
Terhindar dari unsur bahasa usang, kolot, dan basi
Terhindar dari ungkapan yang ekstrim dan emosional
Terhindar dari kata-kata yang mubazir
Sebagai alat komunikasi pikiran, bukan perasaan
Berukuran sedang dalam panjang kalimat
Menggunakan majas (gaya bahasa) yang sangat terbatas
Pengembangan gagasan ke dalam paragraph
Syarat: utuh, padu, dan terkembang.
Komponen: gagasan dasar (kalimat topik), dan gagasan pengembang (kalimat pengembang)
Gagasan: fakta, contoh, definisi, ilustrasi, eksplanasi, kualifikasi,
rincian, data statistik, analog, perbandingan, urutan kausalitas, dan urutan peristiwa
Struktur: induktif, deduktif, dan kombinasi
Sosiologi SMA – K 10
70
Pengungkapan visual: tabel, gambar, diagram, figurasi, polygon yang berfungsi sebagai suplemen pengungkapan verbal (dirujuk dalam teks)
3)
Istilah
Istilah
yang
dipakai
ialah
istilah
Indonesia
atau
yang
sudah
diindonesiakan
Jika terpaksa harus memakai istilah asing, digunakan italic (cetak miring)
4)
Kesalahan yang sering terjadi
Kata penghubung, seperti sehingga dan sedangkan, tidak boleh dipakai memulai suatu kalimat
Kata depan misalnya pada sering dipakai tidak pada tempatnya, misalnya di depan subyek
Kata di mana dan dari sering kurang tepat pemakaiannya, dan diperlakukan tepat seperti kata where dan of dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia bentuk yang demikian tidaklah baku dan tidak boleh dipakai
Awalan ke dan di harus dibedakan dengan kata depan ke dan di
d. Kutipan 1). Bentuk Kutipan
Kutipan langsung harus sama dengan aslinya, baik mengenai susunan kata- katanya, ejaannya maupun mengenai tanda bacanya. Kalau huruf aslinya kutipan yang bersangkutan bukan huruf Latin (Arab, Kanji, Jawa, dan lain-lain), harus diganti dengan huruf Latin.
Kutipan yang mempergunakan bahasa selain bahasa Inggris harus diterjemahkan
ke
dalam
bahasa
Indonesia.
Terjemahan
ini
ditempatkan di bawah kutipan dengan 2 (dua) spasi, dengan cara penulisan yang sama dengan cara menulis kutipan.
Kutipan yang panjangnya kurang dari lima (5) baris dimasukkan ke dalam teks biasa berspasi 2 (dua) dengan menggunakan tanda petik pada awal dan akhir kalimat kutipan. Kutipan yang
panjangnya 5
(lima) baris atau lebih diketik berspasi 1 (satu) dengan mengosongkan 4 (empat) karakter dari kiri dengan jarak 1 (satu) spasi.
Sosiologi SMA – K 10
71
Apabila dalam kutipan perlu dihilangkan beberapa bagian dari kalimat, maka pada bagian itu diberi titik sebanyak tiga buah Contoh:
―… peningkatan pendapatan petani sangat ditentukan oleh
sarana produksi yang disediakan … dan kualitas pupuk.‖1
Kalau dari suatu kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai pada akhir kalimat maka titik tersebut berjumlah 4 (empat). Contoh: ―… fungsi perencanaan dalam manajemen tidak dapat dilepaskan dari fungsi-fungsi lainnya ….‖2
Jika ditiadakan satu kalimat atau lebih dalam kutipan itu maka diketik titik-titik berspasi sepanjang 1 (satu) baris. Contoh: Demokrasi bagi bangsa kita bukanlah sesuatu yang baru. ―……………………………………………………………………………… … namun perlu memperluas wawasan.‖
2). Penulisan sumber kutipan a) Catatan kaki
Catatan kaki adalah catatan kaki halaman untuk menyatakan sumber sua-tu kutipan, pendapat, buah pikiran, fakta-fakta atau ikhtisar yang bersumber pada tulisan orang lain. Catatan kaki dapat
juga
berisi
komentar
mengenai
sesuatu
hal
yang
dikemukakan dalam teks.
Catatan kaki diberi nomor urut sesuai dengan nomor urut kutipan dan bila catatan kaki lebih dari 1 (satu) baris diketik 1 (satu) spasi
Catatan kaki harus ditempatkan pada halaman yang sama dengan kutipannya dan ditulis pada jarak 6 (enam) karakter pada baris tepi kiri, dalam hal
ruangan tidak mencukupi dapat diteruskan
pada halaman berikutnya.
Jarak catatan kaki dengan kalimat teks terakhir sejauh 4 (empat) spasi dengan disela garis pemisah sepanjang 5 cm, dimulai pada tepi kiri di tengah-tengah antara teks dengan catatan kakinya.
Sosiologi SMA – K 10
72
Catatan kaki dapat diambil dari sumber-sumber: arsip, buku, majalah, su-rat kabar, karangan yang tidak diterbitkan seperti Tesis, Disertasi, Ensiklopedi, nara sumber
Nomor catatan kaki dapat diangkat sedikit ke atas baris biasanya tetapi tidak sampai setinggi 1 (satu) spasi. Nomor tersebut jauhnya 6 (enam) karakter ketik dari garis tepi kiri, sama dengan permulaan alinea baru. Apabila suatu catatan kaki terdiri dari lebih dari dua baris maka baris kedua dan selanjutnya dimulai pada garis tepi teks biasa dengan 1 (satu) spasi. Contoh: 1Babbie, Earl. 1983. The Practice of Social Research. Helmont, California: Woodswarth Publishing Company, halaman:33 2Ananta, Aris. 1987. Landasan Ekonometrika. Jakarta: Gramedia, halaman:31
Apabila catatan kaki mengacu pada kumpulan tulisan yang berada pada suatu buku, maka penulisan catatan kaki seperti berikut ini Contoh: 3Loovas, O Ivar. 1996. ―The UCLA Young Autism Model of Service Delivery‖ dalam Catherine Maurice (Eds.), Behavioral Intervention for Young Children with Autism. Austin, Texas: 8700 Shoal Creek Boulevard, halaman:241-248 4Marwoto, Y. 2001. ―Seni dan Subversi‖ dalam Basis, Nomor 0910, Tahun ke-50, September-Oktober, halaman:32-37
Apabila catatan kaki mengacu pada buku terjemahan, maka nama pengarang
tetap
dituliskan
seperti
biasa
sedang
nama
penterjemah tidak perlu dituliskan. Contoh: 5Arndt, H.W. 1983. Pembangunan dan Pemerataan. Jakarta: LP3ES, halaman:8
Sosiologi SMA – K 10
73
Dalam catatan kaki, nama pengarang menurut urutan nama yang sewajarnya, sesuai dengan yang tercantum dalam buku yang diacu. Pangkat atau gelar seperti: Prof., Dr., Mr., dan sebagainya tidak perlu dicantumkan.
Keterangan-keterangan mengenai penerbit harus disusun dengan urutan Nama Tempat, Penerbit, nomor-nomor halaman yang bersangkutan.
Kalau buku yang bersangkutan dicetak berkali-kali,maka kalimat ―Cetakan ke …‖ ditulis langsung di belakang judul buku, dalam huruf miring. Antara judul buku dengan keterangan mengenai cetakannya itu, dipisahkan dengan koma (,). Contoh: 4Samuelson, Paul A. 1974. Economics, Tenth Edition. Tokyo: Mc Graw Hill Book Company, Inc., halaman:22
Buku yang berjilid, maka keterangan mengenai jilid itu diletakkan sebelum keterangan halaman. Contoh: 5Al-Rasjid, Harun. 1976. Membina Hari Esok. Surabaya: CV. Karunia, Jilid I, halaman:14
Apabila yang diacu adalah majalah, maka dapat dilihat seperti berikut: Contoh: 6Soepardo, Menginjak
Ambang
1957. Hari
―Lintasan Esok,‖
Keuangan
Suara
Guru
Masa I.
Lalu
Agustus,
halaman:25
Apabila tidak diketahui pengarang dari suatu artikel dalam majalah, maka nama ditiadakan, jadi catatan kaki dimulai dengan judul karangan. Contoh:
Sosiologi SMA – K 10
74
7‖Sekolah Percobaan di Yogyakarta,‖ Suara Guru II. September 1957, halaman:18-19,21
Apabila yang diacu adalah suarat kabar, maka penulisan catatan kaki adalah sebagai berikut: Contoh: 8Pikiran Rakyat, 25 Januari 1960, halaman:2
Apabila pengarang berjumlag 2 (dua) atau 3 (tiga) orang nama pengarang harus dicantumkan seluruhnya. Contoh: 9Woodwarth, Robert S. dan Donald G. Margues. 1947. Psychology. New York: henry Halt Company, halaman:56
Apabila pengarang terdiri dari lebih dari 3 (tiga) orang, maka yang dicantumkan hanya nama pengarang pertama dan belakangnya ditulis ―et al.‖ di antara tanda kurung (et al. artinya dengan orang lain)
Penulisan sumber arsip yang berupa surat pribadi, surat resmi, laporan yang tidak diterbitkan ditulis lengkap. Contoh:
Mempersingkat catatan kaki Catatan kaki tak usah selalu ditulis selengkapnya. Kalau suatu sumber telah pernah disebut dengan lengkap yakni pada pertama kalinya, maka catatan kaki itu selanjutnya dapat dipersingkat dengan menggunakan singkatan ibid., op. cit., dan loc. Cit. . Pemakaian ibid: Ibid., kependekan dari Ibidem = ―pada tempat yang sama‖ dipakai apabila suatu kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang langsung mendahului dengan tidak disela oleh sumber lain. Dalam hal ini boleh dipakai Ibid. walaupun di antara kedua kutipan itu terdapat beberapa halaman.
Sosiologi SMA – K 10
75
Ibid., tidak boleh dipakai kalau di antara sumber itu terdapat sumber yang lain. Dalam hal ini dipakai op. cit., dan loc. cit.. Pemakaian op. cit. Op. cit., kependekan dari opera citato yang artinya ―dalam karangan yang telah disebutkan,‖ dipakai untuk menunjuk kepada suatu buku yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap pada halaman lain dan telah diselingi oleh sumber-sumber lain. Jadi yang dicantumkan: Nama pengarang, op. cit. dan nomor halaman. Kalau dari seorang pengarang telah disebut ada dua macam buku atau lebih, maka ditambahkan nama buku untuk menghindarkan kekeliruan. Pemakaian loc. cit.: Loc. cit., kependekan dari Loco Citato yang artinya ―pada tempat yang telah disebut‖ dipergunakan kalau kita menunjuk pada halaman yang sama dari suatu sumber yang telah disebut. Jadi yang dicantumkan: Nama akhir pengarang loc. cit. Nomor halaman tidak perlu diberikan, sebab dengan sendirinya sama dengan halaman dalam buku yang telah disebutkan sebelumnya. Contoh: Pemakaian ibid., op. cit., dan loc. cit. 18Yamin, Muhammad. 1958. Proklamasi dan Konstitusi Indonesia, Jakarta: Djambatan, halaman:9 19Ibid., halaman:27 20Nasution, A.H. 1951. Pokok-pokok Gerilya, Jakarta: Pustaka Jaya, halaman:23 21Yamin, Muhammad. Op. cit., halaman:23 22Nasution, A.H. loc. cit., 23Yamin, Muhammad. Loc. cit.,
Sosiologi SMA – K 10
76
b) Sidenote/innote
Innote adalah catatan yang menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat, buah pikiran, fakta-fakta atau ikhtisar yang bersumber pada tulisan orang lain.
Penulisan innote diletakkan menjadi bagian dari paragrap yang mengandung kutipan.
Innote terdiri dari nama penulis, tahun, dan halaman.
Nama penulis hanya ditulis nama belakangnya Contoh: (Ritzer, 2002:12) (Singarimbun dan Effendi, 1985:17)
c) Backnote Penulisan backnote hampir sama dengan penulisan daftar pustaka, namun diletakkan pada bagian akhir setiap bab. Yang membedakan dengan daftar pustaka adalah penulisan backnote tidak berdasarkan alpabet. e. Penulisan Daftar Pustaka Daftar pustaka merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahanbahan yang dibaca tetapi tidak dikutip sebaiknya tidak dicantumkan dalam daftar pustaka, sedangkan semua bahan yang dikutip secara langsung ataupun tak langsung dalam teks harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Pada dasarnya, unsur yang ditulis dalam daftar pustaka secara berturut-turut meliputi: (1) nama pengarang ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik, (2) tahun penerbitan, (3) judul, termasuk subjudul, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit(.), kecuali antara kota tempat penerbit dan nama penerbit yang dipisahkan dengan tanda titik dua. 1)
Pustaka dari Buku Tahun penerbitan ditulis setelah nama pengarang diakhiri dengan tanda
titik, judul digarisbawahi per kata atau dicetak miring, dengan huruf besar pada awal kata, kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dan nama penerbit dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Baris pertama dimulai dari margin kiri, baris kedua dan seterusnya masuk enam ketuk. Jarak antara baris dalam satu
Sosiologi SMA – K 10
77
rujukan satu spasi, jarak antara rujukan yang satu ke yang lain dua spasi.. contoh:
Dekker,N. 1992.. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa: Dari Pilihan Satu-satunya ke Satu-satunya Azas. Malang: FPIPS IKIP MALANG.
Hairston, Maxine C. 1981. Succesful Writing: A Rhetoric for Advanced Composition. New York: W.W. Norton & Co. Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, penulisannya adalah tahun penerbitan diikuti dengan huruf a, b, c, dan seterusnya yang urutannya ditentukan secara kronologis atau berdasarkan abjad judul buku-bukunya. Contoh: Cornet, L. & K. Weeks. 1985a. Career Ladder Plans: Trends and Emerging Issues-1985. Atlanta: Career Ladder Clearinghouse. Cornet, L. & K. Weeks. 1985b. Planning Career Ladder: Lesson from the States. Atlanta: Career Ladder Clearinghouse. 2) Pustaka dari Buku yang Berisi Artikel ( Ada Editornya) Cara menulisnya sama dengan rujukan dari buku hanya ditambah dengan tulisan (Ed.) Jika hanya satu editor dan (Eds.) jika lebih dari satu editor. (Ed.) atau (Eds.) tersebut ditempatkan di antara nama pengarang dan tahun penerbitan. Contoh: Maurice, Chaterine (Eds.) 1996. Behavioral Intervention for Young Children with Autism: A Manual for Parents and Professionals. Austin, Texas: 8700 Shoal Creek Boulevard. Mintowati, Maria (Ed.). 1990. Butir-butir Pemerolehan Bahasa Kedua. Surabaya: Nasional.
Sosiologi SMA – K 10
78
3) Pustaka dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel (Ada editornya) Nama pengarang artikel ditulis di depan, diikuti tahun penerbitan. Judul artikel diapit tanda kutip, tidak perlu dicetak miring atau digarisbawahi per kata. Nama editor ditulis seperti urutan yang sebenarnya, diberi keterangan (Ed.) atau (Eds.). judul buku yang berisi kumpulan artikel dicetak miring atau digarisbawahi per kata, nomor halaman dituliskan dalam kurung. Contoh: Hasan, M.Z. 1990. ―Karakteristik Penelitian Kualitatif‖ dalam Aminudin (Ed.). Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra (hlm. 12--25). Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3. 4) Pustaka Artikel dalam Jurnal Nama penulis ditulis, diikuti tahun. Judul artikel diapit tanda kutip, judul jurnal dicetak miring atau digarisbawahi. Berikutnya jurnal tahun ke berapa, nomor berapa, dan halaman berapa. Contoh: Marwoto, Y. 2001. ―Seni dan Subversi‖ dalam Basis, Nomor 09-10, tahun ke-50, September-Oktober, (hlm. 32—37). 5) Pustaka dari Artikel dalam Koran atau Majalah Nama pengarang ditulis paling depan, diikuti tahun, tanggal, dan bulan. Judul artikel ditulis diantara tanda kutip, nama koran atau majalah dicetak miring atau digarisbawahi per kata. Contoh: Hidayat, Dedi N. 2004. ―Amerikanisasi Industri Kampanye Pemilu‖ dalam Kompas, Rabu, 11 Februari, (hlm.4). 6) Pustaka dari Koran Tanpa Pengarang Nama koran ditulis paling depan, dicetak miring atau digarisbawahi, tahun diikuti tanggal dan bulan, kemudian judul artikel diapit tanda kutip dan nomor halaman. Contoh: Kompas. 2004, 11 Februari. ―Makro-Ekonomi Mendekati 1997‖. (Hlm. 25). 7) Pustaka dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diterbitkan oleh Suatu Penerbit Tanpa Pengarang dan Tanpa Lembaga
Sosiologi SMA – K 10
79
Judul atau nama dokumen ditulis di bagian awal dengan cetak miring atau digarisbawahi, diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit dan nama penerbit. Contoh: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: Diperbanyak oleh PT. Armas Duta Jaya. 8) Pustaka dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama Lembaga Tersebut Nama lembaga penanggungjawab langsung ditulis paling depan, diikuti dengan tahun, judul karangan, nama tempat penerbitan, nama lembaga tertinggi yang bertanggungjawab atas penerbitan karangan tersebut. Contoh : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 9) Pustaka Berupa Karya Terjemahan Nama pengarang asli ditulis, diikuti tahun, judul terjemahan, nama penerjemah, tempat penerbit, nama penerbit. Contoh : Ary, D., L.C. Jacobs, & A. Razavieh. 1982. Pengantar Penelitian Pendidikan. (Penerjemah: Arif Furchan). Surabaya: Usaha Nasional. 10) Pustaka Berupa Skripsi, Tesis, atau Disertasi Penulisan rujukan ini adalah nama penyusun, diikuti tahun, judul disertai pernyataann skripsi, tesis, atau disertai tidak diterbitkan, nama kota, nama fakultas serta nama perguruan tinggi. Contoh: Suhartono, 2005. Implikatur Percakapan Dalam Tuturan Berbahasa Indonesia Lisan Formal Warga Masyarakat Tutur Mojokerto. Disertai tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. 11) Pustaka Berupa Makalah dalam Seminar Penulisannya adalah nama pengarang, tahun, jidul makalah, kemudian diikuti pernyataan ―Makalah disajikan dalam…, nama pertemuan, lembaga penyelenggara, dan tempat penyelenggara.‖ Contoh:
Sosiologi SMA – K 10
80
Sudikan, Setya Yuwana. 2004. ―Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra Perspektif Pluralisme Budaya‖. Makalah disajikan pada Seminar Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan seni, Universitas Negeri Surabaya, 17 Februari. Yang perlu diperhatikan lagi adalah sumber rujukan yang ditulis sesuai dengan kaidah di depan harus diurutkan sesuai abjad (setelah nama akhir pengarang ditulis paling depan, kecuali nama Cina), tanpa dinomori. Dari sejumlah contoh di atas, beginilah daftar rujukannya.
D. Aktivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dalam modul ini bisa dilakukan secara individual dan kelompok. Secara individual, peserta diklat diharapkan membaca uraian materi dalam modul ini secara cermat dan berulang-ulang, kemudian mencatat hal-hal penting yang dituliskan ke dalam catatan-catatan.
Setelah membaca
uraian materi peserta diklat diharapkan secara sungguh-sungguh mengerjalan latihan/kasus/tugas
yang terletak setekah uraian aktivitas pembelajaran ini.
Dalam mengerjakan latihan/kasus/tugas peserta diklat dianjurkan membaca rangkuman. Bila peserta diklat mengalami kesulitan dalam memahami substansi materi dalam uraian materi, peserta diklat diharapkan mendiskusikan kesulitankesulitan tersebut dengan membentuk kelompok. Dalam kegiatan pembelajaran ini menyarankan agar peserta diklat belajar dalam kelompok. Dengan belajar dalam kelompok diharapkan akan terjadi tukar pengetahuan untuk memecahkan kesulitan-kesulitan atau masalah. Bila dalam kelompok belum bisa memecahkan kesulitan atau masalah, peserta diklat diharapkan berkonsultasi dengan para tutor atau widyaiswara.
E. Latihan/ Kasus /Tugas Susunlah makalah setebal 4 – 5 halaman dengan memperhatikan tatacara penulisan. Makalah diketik komputer dan diserahkan pada panitia.
Sosiologi SMA – K 10
81
F. Rangkuman Penulisan karya ilmiah baik berupa makalah, laporan buku atau bab, skripsi, tesis, dan disertasi harus memperhatikan tatacara atau kaidah penulisan ilmiah mulai dari ukuran dan bahan, pengetikan, bahasa, dan penulisan sumber kutipan serta daftar pustaka. Selain itu, penulisan karya ilmiah juga harus memperhatikan tanda baca.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah membaca kegiatan pembelajaran dalam modul ini apakah Anda memperoleh pengetahuan baru, yang sebelumnya belum pernah Anda pahami, apakah materi yang diuraikan mempunyai manfaat dalam mengembangkan profesionalisme, apakah materi yang diuraikan mempunyai
kedalaman dan
keluasan yang Anda butuhkan sebagai guru. Setelah Anda membaca kegiatan pembejaran dalam modul ini rencana tindak lanjut apa yang akan Anda lakukan?
Daftar Pustaka Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. 2002. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Djuharie, Setiawan dan Suherli. 2001. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama Widya. Harianto, Sugeng. dkk. 2004. Pedoman Penulisan Skripsi. Tidak Diterbitkan. Surabaya: Program Studi Sosiologi FIS Universitas Negeri Surabaya Indriati, Etty. 2005. Menulis Karya Ilmiah: Artikel, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Gramedia Pustka Utama. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2002. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Wahyu. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Winarto, Yunita T. Dkk. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sosiologi SMA – K 10
82
Kegiatan Pembelajaran 5:
Penulisan Jurnal Ilmiah A. Tujuan Setelah menyelesaikan Kegiatan Pembelajaran 10, peserta Diklat mampu memahami konsep-konsep dan teori penulisan jurnal ilmiah dengan benar sehingga mampu menulis artikel ilmiah hasil pemikiran dan artikel dari hasil penelitian
B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menulis artikel ilmiah hasil pemikiran 2. Menulis artikel ilmiah hasil penelitian
C. Uraian Materi 1. Pendahuluan Penulisan menulis artikel yang akan dimuat di dalam sebuah jurnal ilmiah diperlukan beberapa syarat. Di antaranya yang paling utama adalah ketersediaan bahan tulisan dan pengetahuan tentang anatomi dan format artikel sebagaimana dikehendaki oleh redaksi jurnal yang bersangkutan. Sudah barang tentu seorang penulis juga membutuhkan pengetahuan dan kemampuan menulis dalam gaya penulisan ilmiah, dengan kaidah tatabahasa yang benar pula. Di dalam diktat iniakan dibahas dua hal utama tersebut, yaitu bahan tulisan, khususnya dari mana bahan tersebut dapat diperoleh, dan bagaimana mengemasnya di dalam format artikel yang sejalan dengan anatomi dan format artikel yang dikehendaki redaksi. 2. Sumber Bahan Tulisan Sumber utama bahan tulisan adalah pengalaman pribadi penulis/peneliti, dalam konteks profesi yang digeluti. Di dalam menggeluti profesinya, seorang
Sosiologi SMA – K 10
83
calon peneliti atau penulis tentu banyak menjumpai peristiwa-peristiwa yang menimbulkan pertanyaan, yang tidak sesuai dengan harapan, dan yang berbeda dengan kelaziman yang selama ini terjadi. Kejadian-kejadian ini dapat diangkat menjadi penelitian atau bahan tulisan. Dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan agar bahan-bahan ini terangkat menjadi bahan penelitian atau penulisan. Di samping itu yang penting adalah adanya kepedulian (commitment) dan kepekaan calon penulis/peneliti terhadap peristiwa-peristiwa atau fenomena-fenomena tersebut. Jika tidak dilandasi kepedulian dan kepekaan yang cukup semua kejadian ini akan lewat begitu saja, dan tidak melahirkan penelitian atau studi lebih lanjut, apalagi bermuara pada penulisan artikel. Wawasan yang luas dari hasil belajar masa lalu, akan sangat membantu calon peneliti/penulis untuk mengangkat kejadian-kejadian ini menjadi bahan tulisan yang menarik, karena calon peneliti/penulis mengetahui kedudukan permasalahan dalam konstalasi keilmuan yang relevan. Dapat juga bahan tulisan diangkat dari pengalaman, pendapat atau pandangan orang lain, seperti teman sejawat atau pakar dalam bidang yang relevan. Pengalaman menunjukkan banyak orang memiliki pemikiran dan pendapat yang baik tentang sesuatu hal tetapi tidak mampu menuangkannya dalam bentuk tulisan. Dalam hal seperti ini, calon penulis/peneliti terlebih dahulu harus menggali sedalam-dalamnya pendapat atau pemikiran orang tersebut. Akan lebih menarik dan lebih berbobot apabila yang menyampaikan pendapat adalah seorang pakar atau ahli dalam bidang tertentu. Apabila bahan tulisan yang berasal dari pengalaman pribadi atau pengalaman dan pendapat orang lain tidak cukup berbobot untuk diangkat menjadi sebuah artikel atau penelitian calon peneliti/penulis harus mencari dari sumber-sumber lain. Yang paling lazim adalah sumber-sumber yang telah dipublikasikan, baik dalam media cetak ataupun media elektronik. Menurut Howard dan Sharp (1986: 26), bahan-bahan tercetak dan yang diterbitkan dalam media elektronik dan sumber lain yang biasa dipakai sebagai ‘pemancing‘ penelitian atau tulisan baru, secara berurutan adalah: a. Skripsi/tesis/disertasi. b. Artikel jurnal. c. Laporan (penelitian). d. Buku dan tinjauan buku.
Sosiologi SMA – K 10
84
e. Makalah f.
Komunikasi dengan pakar bidang tertentu.
g. Perbincangan dengan users. h. Diskusi dengan sejawat. i.
Media lain.
3. Mengolah Bahan Berbagai bahan tulisan yang diangkat dari sumber-sumber tersebut di atas, terutama dari sumber tertulis, tidak dapat begitu saja diambil dan dijadikan artikel
jurnal.
Bahan-bahan
tersebut
bukanlah
bagian
utama
dari
tulisan/penelitian baru yang akan dikembangkan, tetapi sekedar inspirasi dan rujukan awal untuk tuisan/penelitian yang baru. Hanya karya sendiri, misalnya tesis/disertasi, laporan penelitian dan makalah sendiri yang dapat langsung diangkat menjadi artikel, dengan penataan sistematika atau format untuk memenuhi ‘gaya selingkung‘ jurnal di mana artikel tersebut akan dimuat. Beberapa langkah pengolahan, perbaikan dan penyesuaian harus dilakukan untuk bahan-bahan tulisan yang lain. Terdapat beberapa hal dalam hal ini yang perlu dilakukan penulis: a. penyesuaian atau perbaikan isi, b. up-dating dan pengayaan dengan sumber-sumber lain, c. penyesuaian format/sistematika, serta d. pengecekan bahasa.
Pertama, menyangkut penyesuaian atau perbaikan isi dilakukan terutama untuk menampung pemikiran penulis: hal-hal yang tidak sejalan dengan pemikiran penulis, atau yang kurang jelas dan tidak konsisten dengan sumbersumber yang lain harus diperbaiki/direvisi. Paling tidak harus dijadikan bahan pembahasan.
Kedua, Up-dating dan pengayaan dengan sumber lain dilakukan untuk mengakomodasikan perkembangan-perkembangan baru yang terjadi, baik yang diketahui penulis dari karya sendiri maupun dari karya orang lain. Hal ini diperlukan agar pendapat-pendapat yang lain atau yang lebih mutakhir dapat ikut dipertimbangkan.
Sosiologi SMA – K 10
85
Ketiga, penyesuaian format diperlukan agar tuisan yang baru (yang berupa artikel) bisa bersesuaian dengan gaya selingkung jurnal di mana artikel tersebut akan dimuat. Tata tulis, sistematika dan segala macam aturan yang diberlakukan oleh penyunting jurnal yang bersangkutan harus diikuti oleh penulis. Oleh karena itu penataan format ini kadang-kadang memerlukan kerja yang cukup komprehensif. Laporan penelitian misalnya, tidak dapat sekedar ‘dikerdilkan‘ untuk menjadi artikel jurnal. Artikel jurnal yang diangkat dari hasil penelitian misalnya, sistematikanya tidak sama dengan laporan penelitian, tetapi memiliki sistematika sendiri. Jadi, penulis harus menuliskannya kembali, dengan format dan sistematika yang baru, yang sesuai dengan gaya selingkung jurnal yang akan memuat artikel tersebut.
Menyangkut pengecekan bahasa diperlukan untuk memenuhi standar atau kaidah kebahasaan dan gaya bahasa. Kebenaran tatabahasa haus dipenuhi, pemilihan dan penggunaan istilah disesuaikan dengan sifat tulisan ilmiah yang cenderung formal, lugas dan bermakna jelas.
Artikel jurnal mempunyai format atau bentuk, struktur, dan sifat-sifat tertentu, yang berbeda dengan tulisan-tulisan ilmiah populer. Oleh karena itu, penulisannya juga harus mengikuti pola, teknik, dan kaidah-kaidah tertentu. Pola dan teknik penulisan artikel ilmiah ini relatif konsisten diikuti oleh penerbitan ilmiah pada umumnya yang biasa dikenal sebagai jurnal atau majalah ilmiah. Walaupun demikian, setiap masjalah ilmiah mungkin memiliki gaya selingkung yang dipertahankan secara konsisten sebagai penciri dan kriteria kualitas teknik dan penampilan majalah yang bersangkutan.
Jurnal adalah penerbitan ilmiah yang memuat informasi tentang kegiatan dan
hasil
kegiatan
bidang
IPTEKS
tertentu.
Fungsi
jurnal
adalah
mengkomunikasikan aktivitas dan hasil pengembangan IPTEKS. Jadi, jurnal adalah sarana komunikasi ilmiah di antara antara pihak yang terlibat di bidang IPTEKS yang sama atau sejenis. Karena jurnal adalah wahana komunikasi ilmiah isinya adalah juga tulisan yang bersifat ilmiah. Seperti diketahui, tulisan ilmiah mempunyai beberapa ciri: a. kritis, b. analitik, c. objektif, d. logis,
dan e.
sistematik.
Sosiologi SMA – K 10
86
Pertama, dengan sifat kritis dimaksudkan penulisan artikel didorong oleh rasa qurious (rasa ingin tahu) dan skeptis (keraguan, ketidakpastian) akan kebenaran suatu fenomena. Penulis belum merasa puas dengan penjelasan yang ada tentang fenomena tersebut. Oleh karena itu dia lalu melakukan studi atau penelitian lebih lanjut untuk memberikan penjelasan atau pembahasan yang dianggapnya lebih dapat diterima oleh pikirannya. Penjelasannya itu diwujudkan dalam bentuk artikel yang dimuat di dalam jurnal.
Kedua,
analitik
artinya
penjelasan
dikembangkan
dengan
melakukan
analisis
atau
pembahasan
terhadap
tersebut
unsur-unsur
yang
mempunyai kontribusi terhadap fenomena yang dikaji, dan hubungan atau interaksi antara unsur-unsur terkait. Ketiga, penulis artikel harus objektif penjelasan dan pembahasannya harus konsisten dengan bukti-bukti empirik yang ada, Keempat, harus logis: tidak bertentangan dengan kaidah kebenaran yang berlaku. Kelima, harus memenuhi ciri sistematik ditunjukkan oleh anatomi tulisan yang runtut dan jelas dalam menyampaikan pola pikir penulisnya, sehingga jalan pikiran yang disajikan dapat diikuti dengan mudah oleh pembaca. 4.
Anatomi dan Format Makalah a. Pendahuluan Terdapat banyak tujuan suatu makalah ditulis, salah satunya adalah
untuk meyakinkan kepada para pembaca bahwa topik yang ditulis itu perlu diketahui dan diperhatikan. Untuk itu suatu makalah perlu ditulis dengan menggunakan penalaran logis dan pengorganisasian yang sistematis.Makalah sebagai salah satu jenis karangan ilmiah memiliki ciri-ciri atau karakter yang tersendiri.Secara
umum,
ciri-ciri
makalah
terletak
pada
sifat
keilmiahannya.Artinya, sebagai karangan ilmiah, makalah memiliki sifat objektif, tidak memihak, berdasarkan fakta, sistematis, dan logis.Berdasarkan kriteria ini, baik tidaknya suatu makalah dapat diamati dari siqnifikansi masalah atau topik yang dibahas, kejelasan tujuan pembahasan, kelogisan pembahasan, dan kejelasan pengorganisasian pembahasannya. Atas dasar sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dapat dibedakan menjadi tiga macam: makalah deduktif, makalah induktif, dan makalah
Sosiologi SMA – K 10
87
campuran Universitas Negeri Malang, 2010). Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis (pustaka) yang relevan dengan masalah yang dibahas.Makalah induktif merupakan makalah yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh dari lapangan yang relevan dengan masalah yang dibahas.Makalah campuran merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis yang digabungkan dengan data
empiris
yang
relevan
dengan
masalah
yang
dibahas.Dalam
pelaksaaaaanaannya, jenis makalah pertama (deduktif) merupakan jenis makalah yang paling banyak digunakan.
b. Isi dan Sistematika Makalah Secara garis besar makalah terdiri atas tiga bagian: bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Isi ketiga bagian tersebut secara lengkap terdiri dari:
Bagian Awal: Halaman Sampul Daftar Isi Daftar Tabel dan Gambar (jika ada) Bagian Inti: Pendahuluan Latar Belakang Penulisan makalah Masalah atau Topic Bahasan Tujuan Penulisan Makalah Teks Utama Penutup Bagian Akhir: Daftar Rujukan Lampiran (jika ada) Masing-masing isi bagian makalah tersebut secara lengkap akan diberikan penjelasan di bawah ini: Isi bagian Awal:
Sosiologi SMA – K 10
88
1. Halaman Sampul Hal-hal yang harus ada pada bagian sampul adalah judul makalah, keperluan atau maksud ditulisnya makalah, nama penulis makalah, dan tempat serta waktu penulisan makalah. Keperluan atau maksud penulisan makalah dapat berup, misalnya, untuk dipresentasikan pada Konaspipsi-3, di UPI oleh Drs. Nur hadi, M.Pd, M.si.Tempat dan waktu yang dimaksud dapat berisi nama lembaga (Dinas Pendidikan Kota Malang, SD Purwodadi I), nama kota, serta bulan dan tahun. Contoh isi dan format sampul makalah:
UPACARA KASADA SEBAGAI PENDIDIKAN KEDAMAIAN DAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PADA KOMUNITAS TENGGER DI JAWA TIMUR
Makalah Disampaikan pada Konvensi Nasional Pendidikan IPS Indonesia Ke-3, di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung 11-12 Agustus 2015
Oleh: Nur Hadi
[email protected].
Sosiologi SMA – K 10
89
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang 2015
2. Daftar Isi Daftar isi berfungsi memberikan panduan dan gambaran tentang garis besar isi makalah. Melalui daftar isi, pembaca akan dapat dengan mudah menemukan bagian-bagian yang membangun suatu makalah. Selain itu, melalui daftar isi akan dapat diketahui sistematika penulisan makalah yang digunakan. Daftar isi dipandang perlu jika panjang makalah lebih dari 15 halaman. Penulisan daftar isi dilakukan dengan ketentuan: bagian makalah yang diberi judul ditulis dengan menggunakan huruf kecil (kecuali awal kata selain kata tugas ditulis dengan huruf besar), penulisan judul bagian dan judul subbagian yang dilengkapi dengan nomor halaman tempat pemuatannya dalam makalah. Penulisan daftar isi dilakukan dengan menggunakan spasi tunggal dengan jarak antarbab 2 spasi.
3. Daftar Tabel dan Gambar Penulisan daftar tabel dan gambar juga dimaksudkan untuk memudahkan pembaca menemukan tabel atau gambar yang terdapat dalam makalah. Penulisan daftar tabel dan gambar dilakukan dengan cara seperti berikut. Identitas tabel dan gambar (yang berupa nomor dan nama) dituliskan secara lengkap. Jika jumlah tabel dan gambar lebih dari satu, sebaiknya penulisan daftar tabel dan gambar dilakukan secara terpisah; tetapi jika dalam makalah hanya terdapat satu tabel atau gambar, sebaiknya daftar tabel atau gambar disatukan dengan daftar isi makalah.
Isi bagian Inti
Sosiologi SMA – K 10
90
Bagian inti terdiri atas tiga unsur pokok, yaitu pendahuluan, teks utama (pembahasan topik-topik), dan penutup. Terdapat tiga macam cara penulisan yang dapat digunakan dalam menulis makalah. Ketiga sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Penulisan dengan menggunakan angka (Romawi dan atau Arab). (2) Penulisan dengan menggunakan angka yang dikombinasikan dengan abjad. (3) Penulisan tanpa menggunakan angka maupun abjad.
1. Pendahuluan Bagian pendahuluan berisi penjelasan tentang latar belakang penulisan makalah, masalah atau topik bahasan beserta batasannya, dan tujuan penulisan makalah. Penulisan bagian pendahuluan dapat dilakukan dengan dua cara berikut: (1) Setiap unsur dari bagian pendahuluan ditonjolkan dan disajikan sebagai subbagian. Jika penulisan makalah dilakukan dengan menggunakan angka, maka dapat dijumpai judul subbagian seperti berikut: 1. Pendahuluan 1.1.
Latar Belakang
1.2.
Masalah atau Topik Bahasan
1.3.
Tujuan Pembahasan
(2) Semua unsur yang terdapat dalam bagian pendahuluan tidak dituliskan sebagai subbagian, sehingga tidak dijumpai adanya sub-subbagian dalam bagian pendahuluan. Untuk menandai pergantian unsur (misalnya, untuk membedakan antara paparan yang berisi latar belakang masalah dengan rumusan masalah) cukup dilakukan dengan pergantian paragraf. 2. Latar Belakang Butir-butir yang seharusnya ada dalam latar belakang penulisan makalah adalah hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah. Hal-hal yang dimaksud dapat berupa paparan teoretis ataupun paparan yang bersifat praktis, tetapi bukan alasan yang bersifat pribadi. Hal yang pokok, bagian ini harus dapat mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang dibahasdalam makalah dan menunjukkan bahwa masalah atau topik tersebut memang perlu dibahas. Penulisan bagian latar belakang dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya:
Sosiologi SMA – K 10
91
(1) Dimulai dengan sesuatu yang diketahui bersama (pengetahuan umum) atau teori yang relevan dengan masalah atau topik yang akan ditulis, selanjutnya diikuti dengan paparan yang menunjukkan bahwa tidak selamanya hal tersebut dapat terjadi. (2) Dimulai dengan suatu pertanyaan retoris yang diperkirakan dapat mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang akan dibahas dalam makalah; (3) Dimulai dengan suatu kutipan dari orang terkenal, ungkapan atau slogan, selanjutnya dihubungkan atau ditunjukkan relevansinya dengan masalah atau topik yang akan dibahas dalam makalah.
3. Masalah atau Topik Pembahasan Setelah bagian latar belakang dipaparkan, selanjutnya diutarakan masalah atau topik bahasan beserta batasannya. Masalah atau topik bahasan yang dimaksud adalah apa yang akan dibahas dalam makalah. Masalah atau topik bahasan tidak terbatas pada persoalan yang memerlukan pemecahan, tetapi juga mencakup persoalan yang memerlukan penjelasan lebih lanjut, persoalan yang memerlukan pendeskripsian, dan persoalan yang memerlukan penegasan lebih lanjut. Masalah dalam penulisan makalah seringkali disinonimkan dengan topik (meskipun kedua istilah ini tidak selalu memiliki pengertian yang sama). Masalah atau topik bahasan sebenarnya merupakan hal yang pertama kali harus ditetapkan dalam penulisan makalah. Artinya, kegiatan penulisan makalah diawali dengan penentuan masalah atau topik makalah, yang selanjutnya diikuti dengan penyusunan garis besarisi makalah (kerangka makalah), pengumpulan bahan penulisan makalah, dan penulisan draft makalah. Topik dapat ditentukan oleh orang lain (lembaga, panitia suatu pertemuan ilmiah), atau ditentukan sendiri. Lazimnya, topik makalah yang telah ditentukan bersifat sangat umum, sehingga perlu dilakukan spesifikasi atau pembatasan topik. Pembatasan topik makalah seringkali didasarkan pada pertimbangan
kemenarikan
dan
signifikansinya,
serta
pertimbangan
kemampuan dan kesempatan. Jika topik makalah ditentukan sendiri oleh penulis makalah, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
Sosiologi SMA – K 10
92
(1) Topik yang dipilih haruslah ada manfaatnya, baik dari segi praktis ataupun dari segi teoretis, dan layak untuk dibahas. (2) Topik yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan minat penulis. Dipilihnya topik yang menarik akan sangat membantu dalam proses penulisan makalah. Jika seseorang menulis makalah dengan topik yang tidak menarik, maka usaha yang dilakukan biasanya kurang serius. (3) Topik yang dipilih haruslah dikuasai, dalam artitidak terlalu asing atau terlalu baru bagi penulis.
(4) Bahan
yang
diperlukan
sehubungan
dengan
topik
tersebut
memungkinkan untuk diperoleh. Setelah topik dipilih, selanjutnya perlu dilakukan spesifikasi topik (pembatasan topik) aagar tidak terlalu luas. Jika topik yang diangkat terlalu luas, maka pembahasan topik tidak dapat dilakukan secara mendalam dan tuntas. Pembatasan topik makalah dapat dilakukan dengan cara seperti berikut: (1) Letakkan topik pada posisi sentral dan ajukan pertanyaan apakah topik masih dapat dirinci. (2) Daftarlah rincian-rincian topik itu dan pilihlah salah satu rincian topik tersebut untuk diangkat ke dalam makalah. (3) Ajukan pertanyaan apakah rincian topik yang telah dipilih itu dapat dirinci lagi. Topik sering disamakan dengan judul. Pada dasarnya topik tidak sama dengan judul. Topik merupakan masalah pokok yang dibicarakan atau dibahas dalam makalah; sedangkan judul merupakan label atau nama dari makalah yang ditulis. Dalam membuat judul makalah, beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan: (1) Judul harus mencermintkan isi makalah atau mencerminkan topik yang diangkat dalam makalah. (2) Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau klausa, bukan dalam bentuk kalimat. Itulah sebabnya judul makalah tidak diakhiri dengangtanda titik. (3) Judul makalah hendaknya singkat dan jelas. Sebaiknya judul makalah berkisar antara 5 sampai 15 kata.
Sosiologi SMA – K 10
93
(4) Judul hendaknya menarik perhatian pembaca untuk mengetahui isinya. Namun judul makalah harus tetap mencerminkan isi makalah. Contoh beberapa judul makalah: (1) Kilas balik Lintasan Sejarah di Kawasan Dataran Tinggi Malang: Masa Prasejarah Hingga Akhir Masa Kerajaan Singhasari (Blasius Suprapta). (2) Pelestarian Warisan Budaya: Studi Kasus pada Keraton Surakarta (Deny Yudo Wahyudi). (3) Local Genius dalam Konteks Perubahan Budaya di Asia Tenggara (M. Habib Mustopo) (4) Strategi mplementasi Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah (Nur Hadi) 4. Tujuan Penulisan Makalah Perumusan tujuan penulisan makalah dimaksudkan bukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh seseorang dan yang sejenis dengan itu, tetapi lebih mengarah pada apa yang ingin dicapai dengan penulisan makalah tersebut. Perumusan tujuan penulisan makalah memiliki fungsi ganda: bagi penulis makalah dan pembaca makalah. Bagi penulis makalah, dapat mengarahkan kegiatan yang harus dilakukan, khususnya dalam pengumpulan bahan penulisan. Bagi pembaca makalah, akan memberikan informasi tentang apa yang disampaikan dalam makalah tersebut. Oleh karena itu, rumusan tujuan yang disusun haruslah dapat memberikan gambaran tentang cara menguraikan atau membahas topik yang telah ditentukan. Dengan demikian rumusan tujuan dapat berfungsi sebagai pembatasan ruang lingkup makalah tersebut. Rumusan tujuan ini dapat berupa kalimat kompleks atau dapat dijabarkan dalam bentuk rinci. Contoh: makalah ini dimaksudkan untuk membahas sejumlah kekeliruan yang seringkali dilakukan guru dalam melakukan pembelajaran dengan metode Field Trip. 5. Teks Utama Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik makalah. Isi bagian teks utama sangat bervariasi, tergantung topik yang dibahas. Jika dalam makalah dibahas tiga topik, misalnya, maka ada tiga pembahasan dalam bagian teks utama.Penulisan bagian teks utama dapat dikatakan sebagai inti kegiatan
Sosiologi SMA – K 10
94
penulisan makalah. Kemampuan seseorang dalam menulis bagian teks utama makalah merupakan cerminan tinggi-rendahnya kualitas makalah yang disusun. Penulisan bagian ini yang baik adalah yang dapat membahas topik secara mendalam dan tuntas, dengan menggunakan gaya penulisan ringkas, lancar, dan langsung pada persoalan, serta menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pengertian mendalamdan tuntasini tidak selalu berarti panjang dan bertele-tele. Dalam penulisan teks utama, hindari penggunaan kata-kata tanpa makna dan cara penyampaian yang melingkar-lingkar. Hiundari juga penggunaan kata-kata seperti: dan sebagainya, dan lain-lain (yang lain itu apa?), yang sebesarbesarnya (seberapa besarnya?). Penulisan bagian teks utama makalah sangat bervariasi, tergantung pada jenis topik yang dibahas. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah membahas topik beserta subtopiknya sesuai dengan tujuan penulisan makalah. Hal ini dapat dilakukan dengan menata dan merangkai bahan yang telah dikumpulkan. Beberapa teknik perangkaian bahan untuk membahas topik beserta subtopiknya dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Mulailah dari ide/ hal yang bersifat sederhana/ khusus menujju hal yang bersifat kompleks/ umum, atau sebaliknya. (2) Gunakan teknik metafor, kiasaan, perumpamaan, penganalogian, dan perbandingan. (3) Gunakan teknik diagram dan klasifikasi (4) Gunakan teknik pemberian contoh Penulisan bagian teks utama makalah dapat dilakukan setelah bahan penulisan makalah berhasil dikumpulkan. Bahan tersebut dapat berupa bahan yang bersifat teoretis (yang diperoleh dari buku teks, laporan penelitian, jurnal, majalah, dan barang cetak lainnya) atau dapat juga dipadukan dengan bahan yang bersifat faktual-empiris (yang terdapat dalam kehidupan nyata). 6. Penutup Bagian penutup berisi kesimpulan atau rangkuman pembahasan dan saran-saran (jika memang dipandang perlu). Bagian penutup menandakan berakhirnya penulisan makalah. Penulisan bagian penutup dapat dilakukan dengan menggunakan teknik berikut:
Sosiologi SMA – K 10
95
(1) Penegasan kembali atau ringkasan dari pembahasan yang telah dilakukan, tanpa diikuti dengan kesimpulan. Hal ini dilakukan karena masih belum cukup bahan untuk memberikan kesimpulan terhadap masalah yang dibahas, atau dimaksudkan agar pembaca menarik kesimpulan sendiri. (2) Menarik kesimpulan dari apa yang telah dibahas pada teks utama makalah. Selain itu, pada bagian penutup juga dapat disertakan saran atau rekomendasi sehubungan dengan masalah yang telah dibahas. Apa yang disarankan. Saran harus relevan dengan apa yang telah dibahas. Selain itu, saran yang dibuat harus eksplisit, kepada siapa saran ditujukan, dan tindakan atau hal apa yang disaranakan.
Isi bagian Akhir Bagian akhir makalah berisi daftar rujukan dan lampiran-lampiran (jika ada). 1. Daftar Rujukan Daftar Rujukan dapat dilakukan dengan mendasarkan pada suatu pedoman tertentu (model Harvard, atau yang lain). Hal yang paling pokok menyangkut daftar rujukan adalah: setiap kutipan di makalah harus ditunjukkan bukti lengkapnya pada daftar rujukan, sebaliknya setiap daftar rujukan yang terdapat pada makalah harus ada pada narasi (bodyteks) makalah. Hal-hal pokok yang harus ada pada daftar rujukan adalah: nama penulis, tahun buku ditulis/ diterbitkan, judul tulisan, kota tempat buku diterbitkan, nama penerbit. Berikut beberapa contoh penulisan daftar rujukan: (1) Dimyati, M. 1989. Pengajaran Ilmu-Ilmu Sosial di Sekolah: bagian Integral Sistem Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK (2) Estvan J. F. 1968. Social Studies in a Changing World Curriculum and Instruction. New York: Harcourt Brace & World Inc. (3) Gellner, E. 1994. Encounters With Nationalism. Cambridge: I3alckweel. (4) Gross, E. R. 1978. Social studies for Our Time. New York: John Wiley & Sons.
Sosiologi SMA – K 10
96
(5) Haralambos M. and Holborn M.
2000. Sociology Themes and
Perspectives. Fifth edition. London: Harper Collins Publishers Limited. (6) Henning, G. D. 1979. To Days Elementary Social studies. Chicago: Nally College Publishing Company. (7) Ibrahim, I.S. 1997. Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam MasyarakatKomoditasIndonesia. Bandung: Mizan (8) Jarolimek, J. 1982. Social Studies in Elementary Education. Sixth Edition. New York: Macmillan Publishing Co. Inc. (9) Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia. 2. Lampiran Bagian lampiran berisi hal-hal yang bersifat pelengkap yang dimanfaatkan dalam proses penulisan makalah. Hal-hal yang dimaksud dapat berupa data (baik yang berupa angka-angkaataupun berupa deskripsi verbal) dan yang dipandang sangat penting tetapi tidak dimasukkan dalam batang tubuh makalah.Bagian lampiran hendaknya juga diberi nomor halaman. 5. Anatomi dan Format Artikel Jurnal Sesuai dengan arahan dari Direktorat P2M, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 2000 memberikan arahan bahwa pada umumnya jurnal memuat dua jenis artikel, yaitu artikel hasil pemikiran atau
artikel
konseptual dan artikel yang diangkat dari hasil penelitian. Selain itu, seringkali majalah ilmiah juga memuat resensi atau tinjauan buku baru, dan obituari, yaitu artikel tentang tokoh/ilmuwan terkenal (yang sudah meninggal) dan karyanya. Di dalam tulisan ini pembahasan hanya akan dibatasi pada struktur dan anatomi dua jenis artikel saja yaitu artikel hasil pemikiran dan artikel hasil penelitian. a. Artikel Hasil Pemikiran Artikel
konseptual
adalah
hasil
pemikiran
penulis
atas
suatu
permasalahan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Sebelum menghasilkan artikel jenis ini penulis terlebih dahulu mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan permasalahannya, baik yang sejalan maupun yang bertentangan dengan apa yang dipikirkan oleh penulis.
Sosiologi SMA – K 10
97
Bagian yang paling penting dari artikel hasil pemikiran adalah pendapat atau pendirian penulistentang hal yang dibahas, yang dikembangkan dari analisis kritis-objektif terhadap pikiran-pikiran mengenai masalah yang sama yang telah dipublikasikan sebelumnya. Jadi, artikel hasil pemikiran bukan sekadar kompilasi cuplikan-cuplikan dari sejumlah artikel, apalagi pemindahan tulisan dari sejumlah sumber, tetapi hasil pemikiran analitis dan kritis penulisnya. Pada umumnya artikel hasil pemikiran terdiri dari beberapa unsur pokok, yaitu: (1) Judul, (2) Nama penulis, (3) Abstrak dan kata kunci, (4) Pendahuluan, (5) Bagian inti atau pembahasan, (6) Penutup, dan (7) Daftar rujukan. 1. Judul Judul artikel hasil pemikiran mencerminkan dengan tepat masalah yang dibahas. Pilihan kata-kata harus tepat, mengandung unsur-unsur utama masalah, jelas, dan setelah disusun dalam bentuk judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi pembaca. Judul dapat ditulis dalam bentuk kalimat berita atau kalimat tanya. Salah satu ciri penting judul artikel hasil pemikiran adalah ‘provokatif‘, dalam arti merangsang pembaca untuk tertarik membaca artikel tersebut. Di bawah ini beberapa contoh judul artikel yang dikutip dari beberapa Jurnal Ilmiah:
Perilaku Adat Efektif Petani Sayur Tengger pada Lahan Miring di Kantong Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTS) (Jurnal Studi Sosial Tahun 5, No. 1)
Fenomena Korban Lumpur, Tindakan Kolektif, Produksi Identitas dan Fenomenologi (Sejarah dan Budaya, Jurnal Sejarah, Budaya dan Pengajarannya, Tahun Ketujuh, No. 1)
Mengelola Sampah, Mengelola Hati (Sejarah dan Budaya, Jurnal Sejarah, Budaya dan Pengajarannya, Tahun Ketujuh, No. 1)
2. Nama Penulis Nama
penulis
artikel
ditulis
tanpa
gelar
akademik
atau
gelar
profesional.Jika dikehendaki gelar kebangsawanan atau keagamaan boleh disertakan. Nama dan alamat atau alamat lembaga tempat penulis bekerja ditulis dibawah nama penulis, lengkap dengan alamat e-mailnya. Jika penulis lebih dari tiga orang, hanya nama penulis utama saja yang dicantumkan disertai tambahan dkk
(dan kawan-kawan). Nama penulis lain ditulis dalam catatan kaki atau
catatan akhir jika tempat catatan kaki tidak mencukupi.
Sosiologi SMA – K 10
98
3. Abstrak dan Kata Kunci Abstrak artikel hasil pemikiran adalah ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat; bukan komentar atau pengantar penulis.Panjang abstrak biasanya sekitar 50-75 kata yang disusun dalam satu paragraf, diketik dengan spasi tunggal.Format lebih sempit dari teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk beberapa ketukan). Abstrak disertai dengan 3-5 kata kunci, yaitu istilah-istilah yang mewakili ide-ide atau konsep-konsep dasar yang terkait dengan ranah permasalahan yang dibahas dalam artikel.Kata kunci tidak hanya dapat dipetik dari judul artikel, tetapi juga dari tubuh artikel walaupun ide-ide atau konsep-konsep yang diwakili tidak secara eksplisit dinyatakan atau dipaparkan di dalam judul atau tubuh artikel. Di bawa ini disertakan beberapa contoh abstrak dan kata-kata kunci: Abstract: Terunyan Comunity in several time was isolated in Terunyan village it is located inside of the crater of volcanoe,part of the crater become a Batur lake.
In the west side it is appear a
small volcanoe named batur mountain. Terunyan comunity is include of four Bali aga communities with the unique of funeral tradition. The nature arround Batur lake is very unique, everything completely small, therefore it looks like a world miniature as a reflection of big world. In that isolated physical environment, there was community of Bali Aga of village Terunyan alive with the everithing of their social implication, include their religion. As the community of the slope volcanoe, and also as the community of the Batur lake bank. They grow a different religion with the general people of Bali. Something unique and special from Trunyan is the proces of funeral that happen when one of their member of community passed away normaly. They didn‘t burried or cremated them, but they just maka a big hole due to the corpse can lie inside and they didn‘t cover them with the sand and under the open air. The corpse just cover white clothes and the fence from bamboo. It is called ―Mepasah‖. Becide that as a part of ―Bintang danu‖ villages which surround Batur lake, Trunyan peoples always do the certain rituals and sacralized certain places in the side of lake. Pura
Sosiologi SMA – K 10
99
Agung Ratu Sakti Pancering Jagat and Possesor of Danau Batur ratu ayu Dalam Dasar is the based if their religion. Key Word: Gunung Batur, Religion, Community Terunyan 4. Pendahuluan Bagian ini menguraikan hal-hal yang menarik perhatian pembaca dan memberikan acuan (konteks) bagi permasalahan yang akan dibahas, misalnya dengan menonjolkan hal-hal yang kontroversial atau belum tuntas dalam pembahasan permasalahan terkait dalam artikel-artikel atau naskah-naskah lain yang telah dipublikasikan terdahulu. Bagian pendahuluan ini hendaknya diakhiri dengan rumusan singkat (1-2 kalimat) tentang hal-hal pokok yang akan dibahas dan tujuan pembahasan.
5. Bagian Inti Isi bagian ini sangat bervariasi, lazimnya berisi kupasan, analisis, argumentasi, komparasi, keputusan dan pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang dibicarakan.Banyaknya sub-bagian juga tidak ditentukan, tergantung kepada kecukupan kebutuhan penulis untuk menyampaikan pikiranpikirannya.Di antara sifat-sifat artikel terpenting yang seharusnya ditampilkan di dalam bagian ini adalah kupasan yang argumentatif, analitik dan kritis dengan sistematika yang runtut dan logis, sejauh mungkin juga berciri komparatif dan menjauhi sifat tertutup dan instruktif. Perhatikan contoh berikut: Sesuatu yang sangat unik dan khas Trunyan adalah keberadaan prosesi pemakaman yang dilakukan ketika ada salah satu warganya meninggal dunia secara normal. Mereka tidak menguburkan atau membakar mayat tersebut, namun hanya menggali lubang yang cukup besar agar mayat bisa masuk ke dalamnya dan tidak ditutup dengan tanah serta di bawah udara terbuka. Jenazah hanya ditutup kain putih dan dilindungi dengan pagar dari belahan bambu. Cara penguburan ini disebut dengan nama ―Mepasah‖. Namun tidak semua orang Trunyan dapat dikuburkan dengan cara itu. Hanya anggota masyarakat yang pada waktu meninggal termasuk orang yang: telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujang dan anak kecil yang gigi susunya sudah tanggal yang dikubur dengan cara ―Mepasah‖ atau ―exposure‖. Di samping itu ada penguburan di dalam tanah yang ditujukan pada
Sosiologi SMA – K 10
100
mereka yang masuk kategori ―mati salah‖, teridiri dari: mereka yang cacat atau luka tubuhnya ketika meninggal, dibunuh atau bunuh diri, anak kecil yang belum tanggal gigi susunya. Warga Bali pada umumnya membakar jenazah, yang sering disebut dengan Ngaben. Tidak ada yang mengetahui dengan jelas mengapa prosesi pemakaman di Terunyan berbeda dengan warga Bali lainnya. Namun mitos yang berkembang dan mereka percayai, bahwa nenek moyang orang Terunyan turun dari langit ke desa ini, sehingga disebut juga sebagai Bali Aga atau Bali asli. Yang juga unik dari tradisi pemakaman ini adalah bahwa mayat yang hanya ditaruh begitu saja ternyata tidak berbau. Masyarakat Terunyan mempercayai bahwa adanya pohon Taru Menyan yang menyedot aroma anyir dari mayat tersebut. Pohon besar inilah yang dipercayai sebagai alat penting penguburan mereka, dan juga asal nama Terunyan, yaitu dari kata ―Taru‖ dan ―Menyan‖. Model penguburan tersebut adalah unik dan sangat menarik di tengah model penguburan yang dilakukan oleh komunitas Bali lainnya (Tnganan/ Pegringsingan) yang juga menarik, dengan cara memasukkan jenazah ke liang lahat dalam keadaan tengkurap dan telanjang. Hal itu berangkat dari suatu pandangan bahwa manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan telanjang dan kembali juga dalam keadaan telanjang. Keunikan itu sangat kontras dengan arus umum di Bali yang melakukan pengabenan (Hadi. N, 2013).
Di dalam contoh bagian inti artikel hasil pemikiran di atas dapat dilihat dengan jelas bagian yang paling vital dari jenis artikel ini yaitu posisi atau pendirian penulis, seperti terlihat di dalam kalimat-kalimat: Model penguburan tersebut adalah unik dan sangat menarik di tengah model penguburan yang dilakukan oleh komunitas Bali lainnya (Tnganan/ Pegringsingan) yang juga menarik, dengan cara memasukkan jenazah ke liang lahat dalam keadaan tengkurap dan telanjang. Hal itu berangkat dari suatu pandangan bahwa manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan telanjang dan kembali juga dalam keadaan telanjang. Keunikan itu sangat kontras dengan arus umum di Bali yang melakukan pengabenan
Sosiologi SMA – K 10
101
6. Penutup atau Kesimpulan Penutup biasanya diisi dengan kesimpulan atau penegasan pendirian penulis atas masalah yang dibahas pada bagian sebelumnya Contoh untuk bagian ini dapat dilihat pada berbagai artikel jurnal. Walaupun mungkin terdapat beberapa perbedaan gaya penyampaian, misi bagian akhir ini pada dasarnya sama: mengakhiri diskusi dengan suatu pendirian atau menyodorkan beberapa alternatif penyelesaian. Contoh : Kasada ceremony background was associated with efforts to maintain the integrity of Tengger community and related to ecological adaptation, local knowledge and life skills education in their youth. Kasada ceremony is held once a year, needs various instruments and
rituals,
with
ethnographic
background
as
mountain
communities. There are several activities conducted by Tengger people in Kasada ceremony, started by preparing offerings that will be floated and food that will be consumed in the course, melarung trip and asking the blessing from Shaman, then continued with throwing offering into the crater. At the peak of event, Ongkek is floated and at the same time Dhiksa Widi takes place. State religion penetration to Tengger has significant influence on Kasada ceremony existence. Some state religions asked the followers to leave Kasada ceremony and others changed the ceremony tradition by adapting to state religion teachings. The implication of this study is Kasada ceremony must be protected from state religious leaders‘ ambitions with restoring the identity of this ceremony in natural form (Hadi. N). Walaupun mungkin tidak akan bisa kembali seperti masamasa ketika upacara Kasada itu awal dilakukan oleh leluhur komunitas Tengger, namun jangan jadikan Tengger sebagai ajang perebutan hegemoni antar berbagai agama Negara, dengan akibat bahwa perpecahan dan permusuhan antar pengikut agama Negara dari luar di bawa masuk ke Tengger. Pilihan hidup komunitas ini untuk memiliki identitas sejarah masa lalu harus dihormati, demikian juga keinginan mereka menyerap modernitas harus
Sosiologi SMA – K 10
102
mendapatkan penghargaan yang tinggi. Semua pengikut agama Negara di Tengger supaya menghormati tradisi asli mereka, untuk tidak
memaksa
pengikutnya
yang
juga
orang
Tengger
meninggalkan upacara adat, khususnya Kasada. 7. Daftar Rujukan Bahan rujukan yang dimasukkan dalam daftar rujukan hanya yang benarbenar dirujuk di dalam tubuh artikel. Sebaliknya, semua rujukan yang telah disebutkan dalam tubuh artikel harus tercatat di dalam daftar rujukan. Penulisan daftar rujukan dilakukan pada halaman terakhir artikel, tidak pada halaman baru. Tata aturan penulisan daftar rujukan bervariasi, tergantung gaya selingkung yang dianut. Walaupun demikian, harus senantiasa diperhatikan bahwa tata aturan ini secara konsisten diikuti dalam setiap nomor penerbitan. b. Artikel Hasil Penelitian Artikel hasil penelitian bukan sekadar bentuk ringkas atau ‘pengkerdilan‘ dari laporan teknis, tetapi merupakan hasil kerja penulisan baru, yang dipersiapkan dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tetap menampilkan secara lengkap semua aspek penting penelitian, tetapi dalam format artikel yang jauh lebih kompak dan ringkas daripada laporan teknis aslinya. Bagian-bagian artikel hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal adalah sebagai berikut: (1) Judul, (2) Nama penulis, (3) Abstrak dan kata kunci, (4) Bagian pendahuluan, (5) Metode, (6) Hasil penelitiandan pembahasan, (7) Kesimpulan dan saran, dan (8) Daftar rujukan. 1. Judul Judul artikel hasil penelitian diharapkan dapat dengan cepat memberikan gambaran mengenai penelitian yang telah dilakukan. Variabel-variabel penelitian dan hubungan antar-variabel serta informasi lain yang dianggap penting hendaknya terlihat dalam judul artikel. Walaupun demikian, harus dijaga agar judul artikel tidak menjadi terlalu panjang.Sebagaimana judul penelitian, judul artikel umumnya terdiri dari 5-15 kata. Berikut adalah beberapa contoh.
Pola Budaya dan Kinerja Manajemen Organisasi Subak (Studi Kasus pada Subak Jati Luwih) (Jurnal Studi Sosial, Tahun 5, Nomor 1).
Sosiologi SMA – K 10
103
Bringing Back The Identity of Kasada Ceremony in The Middle of State Religious Penetration to The Tengger Community (UPIICSE, 2015)
Jika dibandingkan judul-judul di atas, akan segera tampak perbedaannya dengan judulartikel hasil pemikiran, terutama dengan terlihatnya variabel-variabel utama yang diteliti. 2. Nama Penulis Pedoman penulisan nama penulis untuk artikel hasil pemikiran juga berlaku di dalam penulisan artikel hasil penelitian. 3. Abstrak dan Kata Kunci Dalam artikel hasil penelitian abstrak secara ringkas memuat uraian mengenai masalah dan tujuan penelitian, metode yang digunakan dan hasil penelitian.Tekanan terutama diberikan kepada hasil penelitian. Panjang abstrak lebih kurang sama dengan abstrak artikel hasil pemikiran dan juga dilengkapi dengan kata-kata kunci (3-5 buah). Contoh abstrak: Abstrak:
Kajian
ini
menyangkut
bagaimanakah
identifikasi
kebudayaan komunitas Desa Kersik Tuo di kantong Taman Nasional Kerinci Seblat, keberadaan pendidikannya, serta jalinannya dengan modernisasi mewarnai budaya komunitas adat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif-etnografis model Spradley dengan alur maju bertahap mulai penetapan subjek penelitian, sampai temuan tema budaya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, secara fisik di Desa Kersik Tuo sudah tidak lagi nampak sesuatu yang bersifat
tradisional.
Satu-satunya
yang
terasa
terpencil
oleh
pendatang adalah desa ini terletak di kaki gunung Kerinci. Sejak lama daerah ini sudah terbuka, seiring dengan pembukaan kebun teh, dekat desa ini masih ada komunitas Suku Kubu yang hidup berpindah-pindah. Masyarakat Desa Kersik Tuo sendiri kini sudah maju, terutama dari bangunan fisik desa, mereka sebagai petani lahan kering, penjual jasa dan pemetik daun teh. Tradisi ritual yang mereka lakukan adalah meneruskan berbagai kebiasaan upacara yang mereka bawa sebagai pengalaman spiritual dari Jawa sebagai petani yang religius dan mencintai leluhurnya. Pendidikan formal
Sosiologi SMA – K 10
104
mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama sudah berlangsung dengan baik, dan terkait dengan wilayah yang terbuka karena destinasi wisata, serta kemajuan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. Pendidikan keluarga mendasari generasi muda dengan bekal tradisi sebagai masyarakat migran yang ulet dan gigih. Kata-kata
Kunci:
etnografi
pendidikan,
komunitas
adat
migran,
modernisasi. Contoh lain: Abstract–Kasada ceremony is an important tradition about how Tengger community interacts with natural mountain environment and social interactions among them. Beside provides identity and protection for commonality and togetherness preservation, this ceremony also maintain Tengger culture existence. The aim of this study: (1) to describe Kasada ceremony tradition background as a form of ecological adaptation, also as a form of local knowledge and life skills education in their youth; (2) to describe Kasada ceremony tradition implementation with ethnographic background; (3) to describe and analyze the effect of state religion penetration in Tengger with Kasada ceremony tradition existence. This research method is qualitative ethnography of Spradley models with exploratory research. The result showed: (1) Kasada ceremony background related to ecological adaptation, local knowledge and life skills education in youth; (2) Kasada ceremony is held once a year, needs various instruments and rituals, with ethnographic background as mountain communities; (3) state religion penetration to Tengger has significant influence on Kasada ceremony existence. The implication of this study is Kasada ceremony must be protected from state religious leaders‘ ambitions with restoring the identity of this ceremony in natural form. Keywords- Identity; Kasada Ceremony; State Religious Penetration; Tengger Community 4. Pendahuluan
Sosiologi SMA – K 10
105
Bagian ini berisi paparan tentang permasalahan penelitian, wawasan dan rencana penulis dalam kaitan dengan upaya pemecahan masalah, tujuan penelitian dan rangkuman kajian teoretik yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.Kajian pustaka atau kajian teori diserap pada bagian ini dan tidak ditulis dengan sub-heading tersendiri. 5. Metode Materi pokok bagian ini adalahrancangan atau desain penelitian, sasaran penelitian
(populasi,
sample,
objek
dan/atau
subjek
penelitian),
teknik
pengumpulan data dan pengembangan instrumen, dan teknik analisis data. Subsubbagian di atas umumnya (atau sebaiknya) disampaikan dalam format esei dan sesedikit mungkin menggunakan format enumeratif, misalnya: Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-etnografis. Untuk mengumpulkan data telah digunakan beberapa teknik: (1)observasi, (2)wawancara mendalam secara partisipatif hingga titik jenuh. Tema berkait dengan adat budaya sesuatu komunitas didalami dengan pendekatan etnografi dengan alur maju bertahap model Spradley (2010), yang meliputi: penetapan subjek penelitian/informan, wawancara, catatan etnografis, pertanyaan deskriptif, analisis wawancara, analisis domain, pertanyaan struktural, analisis taksonomik, pertanyaan kontras, analisis komponen, dan temuan tema budaya. (3)studi dokumentasi. Adapun sumber data utama dalam penelitian ini adalah pimpinan formal dan informal Desa Kersik Tuo, sebagian guru SDN 112/III Batang Sangir dan SMP Negeri 49 Kerinci, serta warga masyarakat. Mereka dipilih berdasar purposif sampling dalam upaya mendapat data yang lengkap, sesuai dengan tujuan penelitian (Nasution, 1998). Di samping digunakan
analisis etnografis model Spradley
(2010) untuk menganalisis data penelitian, juga telah digunakan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (2002). Analisis tersebut meliputi tiga tahap, yaitu: (1)reduksi data, (2)penyajian data, (3)menarik kesimpulan. Untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh selama kegiatan penelitian digunakan beberapa kriteria:(1)derajat kepercayaan, (2)keteralihan, (3)ketergantungan, dan (4)kepastian.
Sosiologi SMA – K 10
106
6. Hasil Penelitian Bagian ini memuat hasil penelitian, tepatnya hasil analisis data. Hasil yang disajikan adalah hasil bersih. Pengujian hipotesis dan penggunaan statistik tidak termasuk yang disajikan. Penyampaian hasil penelitian dapat dibantu dengan penggunaan tabel dan grafik (atau bentuk/format komunikasi yang lain). Grafik dan tabel harus dibahas dalam tubuh artikel tetapi tidak dengan cara pembahasan yang rinci satu-persatu. Penyajian hasil juga dapat dilakukan secara deskriptif dan agak panjang, yang dapat dibagi dalam beberapa subbagian. Demikian juga terdapat jurnal-jurnal yang meminta hasil penelitian dipisahkan dengan pembahasan, namun terdapat jurnal lain yang meminta hasil penelitian dan pembahasan dijadikan dalam satu subbab. Penyatuan antara hal dan pembahasan terdapat dalam contoh berikut:
III. RESULT AND DISCUSSION A.Kasada Ceremony Background Kasada ceremony has been done since a very long time. Tengger community is known as descendant of Majapahit Kingdom and having Hindu religion9. Because of Islam followers attack from Demak Islamic kingdom which newly established, they run away from their original place around Mojokerto, East Java, to go to the east. Tengger community is some of the escapees which travel through Panarukan and Malang town. They colonize at Bromo and Semeru Mount slopes. In the course of time they developed their own calendar system based on month trip. Just like Java community in general, they developed a calendar system within one year consists of 12 months and once in every five years that month will be back one month, which be conducted by Unan-Unan ceremony. The biggest ceremony in Tengger social life is Karo ceremony (at 2nd month) and Kasada ceremony (at 12th month). Especially for Kasada ceremony, it involves various community aspects of life in an integrated manner. Their legend is about universe formation with focus on Bromo and Semeru Mount, and also their origin as mountain community such as mentioned in of sacred story: Roro AnTeng and Joko Seger. Kasada ceremony is part of sacred story Sosiologi SMA – K 10
107
series, about the loss of their youngest child in Mount Bromo crater. Their ancestor memorial performed by reading the legend of their origins at Kasada ceremony culmination, and throwing offerings into Mount Bromo crater. It was done for generations as a moral education to their youth. Kasada ceremony background was associated with ceremonies for maintain their community integrity. Kasada ceremony also has socioeconomic proximity to the mountain community. Kasada ceremony is associated with ecological adaptation, local knowledge and life skills education for younger generation. The purpose of the ceremony is to remain grounded in the values of ancestral cultural traditions, by doing historical continuity and social integration.
A.Kasada Ceremony Implementation There are several activities by Tengger people to perform Kasada ceremony, which is conducted annually by the entire population of all villages in Tengger. Philosophically, the main purpose of this ceremony is to remain grounded and always remember the values of cultural tradition ancestor (by remembering and applying back of their collective memory as descendants of Mount Lord/Bromo), charitable and generous (by throwing ritual offerings), and important efforts to doing the historical continuity and social integration (held in conjunction with Dhiksa Widi/exam ceremonies and the inauguration of the new Shaman) were carried out totally. Kasada ceremony has formed the spirit of togetherness. The fading spirit in the course of time will always be revitalized through the implementation of a ceremony that is always repeated every year. The values of compassion, harmony and peace are the hope and desired goal of Tengger community. Trips made by each family when departing larung (throwing ritual offerings into the crater), starting with preparing the offerings that will be floated and food that will be consumed in the course. The owner of offerings gives prayer at house, after that with all family members they go to the crater. On the way there is a stop called Watu Shaman, where the offerings are given a mantra by the Shaman,
Sosiologi SMA – K 10
108
some food are opened to be eaten with family members and some are given to the Shaman and his aides. The journey continues towards Poten Temple for again offerings brought are treated with charms by the Shaman who has the duty at the Temple. The end of the individually procession ceremony is performed by incorporating offerings into the crater of Mount Bromo. The offerings will be contested by some people who have been ready on the slopes of the crater. Peak of Kasada ceremony conducted on the 14th night 15th Kasada months (the twelfth month of Tengger calendar), with throwing their crops and livestock. Every person from each family had throwing ritual offerings in the days ahead Kasada. At the peak of event the most things that was thrown is Ongkek (offerings from the earth that shaped like animals). Tengger villages are totaling about 30 villages, which is each of them make a Ongkek, except village where there are citizens who died in Kasada month. Along with peak Kasada ceremony there is also held the Dhiksa Widi ceremony (exam and at the same time inauguration of new Shaman). Unless leaders of Tengger Shaman, each Tengger village has Shaman, and Wong Sepuh and Pak Legen (helper Shaman) are appointed for life. If in a village there is a Shaman who died, then in that year Kasada ceremony from villages concerned there will be Shaman candidates who will follow Dhiksa Widi.
A.Impact of State Religion Penetration To Kasada Ceremony 1)State Religion Penetration and Religion Conversion in Tengger 7. Pembahasan
Penulis artikel dalam bagian ini berargumentasi atau membahas bagaimana
temuan-temuan penelitian menjawab pertanyaan penelitian
yang telah disusun. Argumentasi yang dikembangkan dikaitkan dengan teori-teori yang relevan, yang berhubungan logis dengan temuan dan permasalahan.
Peneliti
juga
menginterpretasikan
temuan,
dan
mengaitkan temuan dengan struktur pengetahuan yang telah mapan, dan
Sosiologi SMA – K 10
109
memunculkan "teori-teori" baru atau modifikasi teori yang telah ada. Pada contoh di atas dapat ditunjukkan beberapa contoh Kasada Ceremony Background Kasada ceremony has been done since a very long time. Tengger community is known as descendant of Majapahit Kingdom and having Hindu religion (Purnomo M, dkk 2010). Because of Islam followers attack from Demak Islamic kingdom which newly established, they run away from their original place around Mojokerto, East Java, to go to the east. Tengger community is some of the escapees which travel through Panarukan and Malang town. They colonize at Bromo and Semeru Mount slopes. In the course of time they developed their own calendar system based on month trip. Just like Java community in general, they developed a calendar system within one year consists of 12 months and once in every five years that month will be back one month, which be conducted by Unan-Unan ceremony (Sumartini, 2010, 15-6). Kasada ceremony background was associated with ceremonies for maintain their community integrity. Kasada ceremony also has socio-economic proximity to the mountain community. Kasada ceremony is associated with ecological adaptation, local knowledge and life skills education for younger generation. The purpose of the ceremony is to remain grounded in the values of ancestral cultural traditions, by doing historical continuity and social integration (Sutarto A, , 2008, 117-30). Trips made by each family when departing larung (throwing ritual offerings into the crater), starting with preparing the offerings that will be floated and food that will be consumed in the course. The owner of offerings gives prayer at house, after that with all family members they go to the crater. On the way there is a stop called Watu Shaman, where the offerings are given a mantra by the Shaman, some food are opened to be eaten with family members and some are given to the
Sosiologi SMA – K 10
110
Shaman and his aides. The journey continues towards Poten Temple for again offerings brought are treated with charms by the Shaman who has the duty at the Temple. The end of the individually procession ceremony is performed by incorporating offerings into the crater of Mount Bromo. The offerings will be contested by some people who have been ready on the slopes of the crater (P. Stange, 1994; 22:21029).
8. Penutup (Kesimpulan dan Saran) Kesimpulan menyajikan ringkasan dari uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang dihubungkan dengan rumusan masalah. Dari kedua hal ini dikembangkan pokok-pokok pikiran (baru) yang merupakan esensi dari temuan penelitian. Saran hendaknya dikembangkan berdasarkan temuan penelitian. Saran dapat mengacu kepada tindakan praktis, pengembangan teori baru, dan penelitian lanjutan. 9. Daftar Rujukan Daftar rujukan ditulis dengan menggunakan pedoman umum yang juga berlaku bagi penulis artikel hasil pemikiran.
10. PENUTUP
Penulisan artikel, seperti halnya penelitian, diawali dengan rasa ingin tahu atas suatu masalah tertentu. Penulis kemudian melakukan kajian lebih lanjut, dan melakukan penelitian jika dipandang perlu, kemudian menulis hasilnya dalam bentuk
arikel. Ciri-ciri tulisan ilmiah yaitu kritis, analitik, logis, objektif dan
sistematik harus tercermin dengan baik di dalam artikel. Penataan atau penyesuain format diperlukan agar dapat dimuat di dalam jurnal tertentu.
D. Aktivitas Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan andragogi lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta diklat menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenamgkan
Sosiologi SMA – K 10
111
dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup :
3. Aktivitas individu, meliputi :
Memahmai dan mencermati materi diklat
Mengerjakan latihan tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar, menyimpulkan
Melakukan refleksi
4. Aktivitas kelompok, meliputi :
mendiskusikan materi pelathan
bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan penyelesaian masalah /kasus
melaksanakan refleksi
E. Latihan/ Kasus /Tugas 1. Buatlah kerangka artikel kajian/ pemikiran 2. Buatlah kerangka artikel hasil penelitian 3. Tulislah artikel untuk kedua jenis penulisan artikel tersebut
F. Rangkuman Penulisan artikel untuk diterbitkan dalam jurnal ilmiah, sumber utama bahan tulisan adalah pengalaman pribadi penulis/peneliti, dalam konteks profesi yang digeluti. Di dalam menggeluti profesinya, seorang calon peneliti atau penulis
tentu
banyak
menjumpai
peristiwa-peristiwa
yang
menimbulkan
pertanyaan, yang tidak sesuai dengan harapan, dan yang berbeda dengan kelaziman yang selama ini terjadi. Kejadian-kejadian ini dapat diangkat menjadi penelitian atau bahan tulisan. Dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan agar bahan-bahan ini terangkat menjadi bahan penulisan. Dapat juga bahan tulisan diangkat dari pengalaman, pendapat atau pandangan orang lain, seperti teman sejawat atau pakar dalam bidang yang relevan. Pengalaman menunjukkan banyak orang memiliki pemikiran dan pendapat yang baik tentang sesuatu hal tetapi tidak mampu menuangkannya dalam bentuk tulisan. Dalam hal seperti ini, calon penulis/peneliti terlebih dahulu
Sosiologi SMA – K 10
112
harus menggali sedalam-dalamnya pendapat atau pemikiran orang tersebut. Akan lebih menarik dan lebih berbobot apabila yang menyampaikan pendapat adalah seorang pakar atau ahli dalam bidang tertentu. Di samping itu yang paling lazim dalam penulisan artikel ilmiah, sumber yang digunakan adalah hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 5. Apa yang anda pahami setelah mempelajari materi penulisan Jurnal Ilmiah? 6. Pengalaman penting apa yang anda peroleh setelah mempelajari materi penulisan Jurnal Ilmiah? 7. Apa manfaat materi penulisan Jurnal Ilmiah terhadap tugas anda ? 8. Apa rencana tindak lanjut anda setelah kegiatan pelatihan ini ?
H. Kunci Jawaban 1. Kerangka artikel kajian/ pemikiran 2. Kerangka artikel hasil penelitian 3. Artikel untuk kedua jenis penulisan
Sosiologi SMA – K 10
113
I. DAFTAR PUSTAKA Ditbinlitabmas Ditjen Dikti Depdikbud. 2000. Instrumen Evaluasi untuk Akreditasi Berkala Ilmiah. Jakarta: Ditbinlitabmas Dikti, LIPI, Ikapindo, dan Kantor Menristek. Driver, R., Newton P. & Osborne, J. 2000. Establishing the Norms of Scientific Argumentation in Class-room. Science Education. 84, 3:287-312. Howard, K. dan Sharp, J.A. The Management of a Student Research Project. Aldershots, Hants (Engld.): 1986. Osborne, J.F. 1996. Beyond Constructivism. Science Education 80, 1:53-82. P. Stange, ―Silences in Solonese Dance Production,‖ Journal of Southeast Asian Social Science, 1994; 22:210-29. Purnomo M, Binternagel N, Faust H, ―Transformation of Resource Management in Upland East-Java, Indonesia – From Directive Power to Social and Institutional Interactions,‖ Proceding
International Symposium
‗Sustainable Land Use and Rural Development in Mountainous Regions of Southeast Asia, Hanoi. 21-23 July 2010. Sutarto A, ‖Orang Tengger dan Tradisi Bekti Marang Guru Papat‖ in Pemetaan Kebudaayaan di Propinsi Jawa Timur, Sebuah Upaya Pencarian Nilai-Nilai Positif, A. Sutarto and S.Y. Sudikan, Eds. Surabaya: Biro Mental Spiritual Pemerintah Provinsi Jawa Timur Bekerja sama dengan Kompyawisda Jatim-Jember, 2008, pp.117-30. Ropers, H. B. 1997. Witnessing: Critical Inquiry in a Post Structural World. Baton Raouge, LA: Louisiana State University. Sumartini S and Hadi N, ―Pedoman Model Toleransi Kehidupan Beragama, dari pengalaman Sosial Budaya Komunitas Tengger, Desa Ngadas, Kabupaten Malang,‖Malang: Cakrawala Indonesia, 2010, pp.15-6. Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sosiologi SMA – K 10
114
Kegiatan Pembelajaran 6 : Laporan PTK A. Tujuan Setelah menyelesaikan Kegiatan Pembelajaran ini, peserta Diklat mampu memahami Laporan PTK dengan benar sehingga dapat mandiri untuk dapat melaksanakan PTK di waktu-waktu yang selanjutnya secara optimal.
B. Indikator Pencapaian Kompetsensi 3. Menjelaskan Laporan PTK dijelaskan sesuai dengan kajian teori 4. Menguraikan contoh contoh bagian Laporan PTK diidentfikasi sesuai dengan teori 5. Menyusun rencana Laporan PTK 6. Merancang Laporan PTKl
C. Uraian Materi 1. Pendahuluan Setelah para guru melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), hasil dari kegiatan tersebut perlu diketahui oleh berbagai pihak, di samping juga diperlukan oleh guru yang bersangkutan baik untuk tambahan berkas kenaikan pangkat, maupun untuk berbagai kegiatan akademik selanjutnya. Untuk keperluan penulisan jurnal ilmiah, laporan penelitian dapat menjadi salah satu sumber inspirasi. Karena keperluan-keperluan yang tidak hanya untuk dokumentasi pribadi, tapi juga diperlukan untuk pengembangan keilmuan yang diperlukan oleh banyak pihak, serta berbagai keperluan pragmatis, maka laporan penelitian tindakan kelas perlu ditulis dengan mengikuti kaidahkaidah ilmiah
Sosiologi SMA – K 10
115
2. Sitematika Laporan PTK Pada umumnya suatu laporan PTK, bagian utamanya terdiri dari tiga hal: a. Bagian Awal, b. Bagian Inti, dan c. Bagian Penunjang. Bagian Awal terdiri dari:
halaman judul
lembar pengesahan
Abstrak/Ringkasan
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar tabel
Daftar lampiran Bagian Inti terdiri dari:
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat BAB II: KAJIAN PUSTAKA BAB III: METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian B. Subjek Penelitian C. Instrumen Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data F. Lain-lain (Jadwal Penelitian, personalia Penelitian) BAB IV: HASIL PENELITIAN BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
Sosiologi SMA – K 10
116
Bagian Penunjang terdiri dari: A. Daftar Pustaka B. Lampiran
(Instrumen
penelitian
dan
lain-lain
yang
dianggap
perlu)Misalnya:
Silabus
RPP
Instrumen Tes (Soal)
Instrumen Non-tes (Pedoman Pengamatan, Pedoman Wawancara (untuk guru dan/atau siswa), Kuesioner, dll.)
Daftar nama dan nilai siswa
Surat Tugas Mengajar
Foto-foto kegiatan (pada saat pembelajaran berlangsung), dll.
3. Penjelasan Isi Laporan PTK Bagian Awal: a. Halaman Judul Halaman
judul
PTK mengambil
judul
dari penelitian/
Disain
Operasional penelitian yang sudah disepakati, contoh: 1. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IX MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DI SMP NEGERI 2 MALANG 2. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE TGT UNTUK MENINGKATKAN UNJUK KERJA DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X DI SMA NEGERI 5 PASURUAN b. lembar pengesahan Lembar Pengesahan digunakan manakala laporan PTK tersebut dipersyaratkan untuk beberapa keperluan seperti untuk berkas kenaikan pangkat atau untuk pemberi dana/ sponsor yang membiayai penelitian. Contoh Format Lembar Pengesahan:
Sosiologi SMA – K 10
117
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL
:
PENELITI : SISWANTO, S. Pd. NIP
: 510133896
Telah diperiksa dan disetujui oleh Kepala Sekolah untuk .........................
................., ................. 2015 Kepala Sekolah.................
Nama ................... NIP/ Pangkat
Sosiologi SMA – K 10
118
c. Abstrak/Ringkasan Abstrak/ ringkasan ditulis dengan spasi tunggal, diusahakan cukup untuk satu halaman, di dalamnya terdapat: (1) judul, (2) Kata kunci, (3) Latar belakang penelitian, (4) Tujuan penelitian, (5) Metode penelitian, (6) Hasil penelitian, (7) rekomendasi. Contoh Abstrak: ABSTRAK Estamala, Claufia Rosa. 2014. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Simultaneous Roundtable untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Siswa Kelas XI IPS-3 SMA Negeri 8 Malang. Kata Kunci: Simultaneous Roundtable, Motivasi belajar Sejarah, Prestasi Belajar Sejarah
Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh guru, instruktur, pembelajar dengan tujuan untuk membantu siswa agar ia belajar dengan mudah. Seorang guru harus mampu mengelola interaksi belajar mengajar. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biasanya dilakukan dengan cara mewajibkan guru untuk belajar lebih banyak pengetahuan dan model pembelajaran yang kreatif sehingga dapat diaplikasikan dalam penyampaian meteri kepada siswa. Penggunaan model pembelajaran yang kreatif dan mampu mengaktifkan siswa di kelas diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Motivasi belajar menunjukkan faktor-faktor yang memperkuat perilaku belajar siswa dan sangat erat hubungannya dengan perilaku anak didik pada saat proses belajar mengajar dilakukan. Pada penelitian ini aspek perilaku yang menunjukkan adanya motivasi belajar siswa dilihat berdasarkan penilaian aspek minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Prestasi belajar dalam penelitian ini dilihat berdasarkan nilai hasil tes 1 dan tes 2. Tes prestasi belajar tersebut memiliki peranan penting. Bagi guru, tes prestasi belajar dapat mencerminkan sejauh mana pelajaran dalam proses belajar dapat diikuti dan diserap oleh siswa. Bagi siswa tes prestasi belajar bermanfaat untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kemajuan prestasi belajar siswa.
Sosiologi SMA – K 10
119
Model
pembelajaran
kooperatif
Simultaneous
Roundtable
merupakanmodel pembelajaran yang cukup menarik untuk diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran di kelas, karena dapat melatih kerja sama antarsiswa mengambil keputusan yang terbaik dan mengolah informasi dalam interaksi kelompok, menciptakan kondisi yang menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, membuat siswa menjadi lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat. Penggunaan empat macam permasalahan yang harus diselesaikan secara diskusi tertulis dalam kelompok dapat membantu guru mengelola interaksi belajar mengajar untuk menjaga suasana belajar yang kondusif. Rumusan
masalah
dalam
penelitian
ini
adalah
1)
Bagaimana
pelaksanaan model pembelajaran Simultaneous Roundtable untuk meningkatkan motivasi dan prestasi siswa kelas XI IPS-3 SMAN 8 Malang pada standar kompetensi menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negaranegara tradisional; 2) Bagaimanakah motivasi siswa kelas XI IPS-3 SMAN 8 Malang padastandar kompetensi menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional setelah menggunakan model pembelajaran Simultaneous Roundtable; 3) Bagaimanakah prestasi siswa kelas XI IPS-3 SMAN 8 Malang padastandar kompetensi menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional setelah menggunakan model pembelajaran Simultaneous Roundtable. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan, masingmasing pertemuan dilaksanakan dengan durasi waktu 2x45 menit. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatifdeskriptif. Penetapan fokus penelitian didasarkan pada masalah yang dialami dalam kelas, kemudian dilakukan identifikasi masalah hingga mencapai rumusan masalah yang perlu diselesaikan. Peneliti bertindak sebagai guru model dan dibantu oleh kehadiran teman sejawat sebagai observer selama penelitian dilakukan. Subjek penelitian ini yakni kelas XI IPS-3 SMA Negeri 8 Malang. Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, tes formatif, catatan lapangan dan dokumentasi. Pengukuran keberhasilan tindakan dalam setiap siklus dilakukan melalui evaluasi terhadap motivasi dan prestasi belajar. Standar keberhasilan motivasi menggunakan indikator motivasi klasikal, yaitu dikatakan berhasil apabila mencapai persentase keberhasilan di atas minimal
Sosiologi SMA – K 10
120
60%. Standar keberhasilan prestasi berdasarkan pada nilai ketuntasan belajar klasikal, yaitu dianggap berhasil apabila 80% siswa dalam satu kelas mencapai standar ketuntasan minimum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif simultaneous roundtable telah terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar, ditandai dengan jumlah siswa yang mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh pada saat pra-PTK hanya mencapai presentase rata-rata sebesar 13,64%, kemudian skor rata-rata motivasi belajar mencapai 67,52% pada siklus I dan meningkat menjadi 89,94% pada siklus II. Dalam hal ini siswa mengalami peningkatan pada aspek minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan dalam proses pembelajaran di kelas dalam setiap siklus. Penggunaan model pembelajaran kooperatif simultaneous roundtable telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar, ditandai dengan meningkatnya ketuntasan belajar klasikal dari 18,18% (hasil ulangan harian) menjadi 78,79% pada siklus I dengan nilai rata-rata hasil tes 1 yaitu mencapai 82,58 dan meningkat menjadi 93,94% pada siklus II dengan nilai rata-rata hasil tes 2 mencapai 92,83. Ketuntasan belajar klasikal meningkat sebesar 15,15%. Peningkatan prestasi belajar didukung dengan rata-rata tingkat keberhasilan aktivitas siswa belajar mencapai 83,08% pada siklus I dan meningkat menjadi 93,38% pada siklus II. Dengan demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
penggunaan
model
Simultaneous
Roundtable dapat terlaksana dengan baik serta dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan bagi guru Sejarah untuk menggunakan model pembelajaran Simultaneous Roundtable sebagai variasi model pembelajaran karena dapat berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa di kelas. Bagi peneliti lain, penelitian ini hanya terbatas pada kompetensi dasar menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, HinduBudha, dan Islam di Indonesia, untuk itu disarankan untuk dilakukan pada materi yang lain maupun pada jenjang pendidikan yang lain. d. Bagian awal yang lain: 1. Kata pengantar berisi antara lain ungkapan syukur kepada Tuhan atas selesainya suatu kegiatan penting yaitu pelaksanaan PTK yang telah berlangsung dengan lancar. Demikian juga ucapan terima kasih dan penghargaan terhadap pihak-pihak yang telah
Sosiologi SMA – K 10
121
membantu selama penelitian, termasuk sponsor yang membantu dana (jika ada). Serta harapan akan arti kemanfaatan laporan tersebut untuk pihak-pihak terkait. 2. Daftar isi, Daftar tabel, dan Daftar lampiran disusun sesuai dengan keadaan isi draft laporan yang sudah ada. Bagian ini biasanya dibuat untuk terakhir kali dari penyelesaian laporan PTK.
Bagian Inti terdiri dari: BAB I: PENDAHULUAN Pada bagian Pendahuluan ini berisi tentang: a. Latar Belakang, b. Rumusan Masalah, c. Tujuan, dan e. Manfaat PTK Bagian ini biasanya tidak terlampau berbeda dengan proposal/ Disain Penelitian yang telah disusun sebelumnya. BAB II: KAJIAN PUSTAKA Seperti halnya pada bagian Pendahuluan, Kajian Pustaka hamper sepenuhnya mendasarkan pada proposal/ Disain Penelitian yang telah disusun sebelum PTK dilaksanakan. Pada bagian ini peneliti membahas dan menuliskan secara mendalam dan lengkap berbagai aspek yang terdapat
pada
keutuhan
tema,
seperti
permasalahan
utama
pembelajaran, biasanya menyangkut unjuk kerja siswa dalam belajar ataupun hasil belajar siswa, penggunaan instrument penting untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang dihadapi, seperti multi mediamulti
metode,
penggunaan
model-model
pembelajaran
PAIKEM
(Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan), serta psikologi belajar untuk tingkatan siswa diterapkan PTK (TK-SDSMP-SMA/SMK).
Perbedaan
tingkatan
pendidikan
tersebut
menginspirasikan perlakuan dan penerapan instrument pembelajaran yang berbeda.
Contoh: pada PTK dengan tema utuh: ―Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif
Simultaneous
Roundtable
untuk
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Siswa Kelas XI IPS-3 SMA Negeri 8 Malang‖, maka dalam Kajian Pustaka minimal harus terdapat
pembahasan
Sosiologi SMA – K 10
tentang:Model
Pembelajaran
Kooperatif
122
(Cooperative
Learning),
Model
Pembelajaran
Simultaneous
Roundtable, Motivasi Belajar Siswa, Prestasi Belajar Siswa, Hubungan Model Simultaneous Roundtable dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa, dan Perkembangan Psikologi Remaja (Setingkat anak SMA/SMK) BAB III: METODE PENELITIAN Pada bagian Metode Penelitian, hal yang paling pokok untuk dilaporkan adalah pendekatan metode penelitian beserta instrument penelitian, serta teknik pengumpulan dan analisis data yang benar-benar telah dilakukan. Dalam pelaksanaan PTK bisa terjadi apa yang dilakukan tidak sepenuhnya sama seperti dalam proposal/ disain PTK yang sudah disusun dan disepakati. Dalam pelaksanaan PTK bisa terjadi sesuatu yang berbeda, maka apa yang sesungguhnya digunakan dalam PTK itu yang dilaporkan. Pada bagian ini hal-hal yang perlu dilaporkan meliputi: a. Rancangan Penelitian, b. Subjek Penelitian, c.Instrumen Penelitian, d. Teknik Pengumpulan Data, dan e. Teknik Analisis Data dan pengecekan keabsahan data. Hal yang penting dari PTK dibandingkan dengan jenisjenis penelitian lainnya adalah digunakannya model siklus dalam pelaksanaan penelitian. Itu sebabnya penjelasan prosedur masingmasing siklus terkait dengan keempat tahap dalam siklus: planning, acting, obserfing, dan reflecting, perlu diberikan penjelasan yang lengkap. BAB IV: HASIL PENELITIAN Hasil-hasil penelitian dari pelaksanaan PTK perlu dijabarkan pada masing-masing siklus, bagaimana pelaksaan, hasil, dan tindak lanjut untuk siklus berikutnya. Hasil penelitian ibarat menjawab permasalahan PTK secara lebih detail dengan mendasarkan pada pelaksanaan yang sudah dilakukan dan pembahasan atas dasar referensi yang sudah disusun. Itu sebabnya pola penyusunan laporan hasil penelitian berurutan sesuai dengan urutan rumusan masalah BAB V: PENUTUP Bagianpenutupberisikesimpulandan
saran.Kesimpulan
menyajikan
ringkasan dari uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Dari
Sosiologi SMA – K 10
123
kedua hal ini dikembangkan pokok-pokok pikiran (baru) yang merupakan esensi
dari
temuan
penelitian.
Saran
hendaknya
dikembangkan
berdasarkan temuan penelitian. Saran dapat mengacu kepada tindakan praktis, pengembangan pendidikan, dan untuk peneliti yang selanjutnya.
Bagian Penunjang terdiri dari: Pada bagian Penunjang terdapat beberapa bagian yang perlu dilaporkan: a. Daftar Pustaka, b.Lampiran (Instrumen penelitian dan lain-lain yang dianggap perlu) Beberapa Lampiran yang perlu dicantumkan, antara lain: 1. Silabus, 2. RPP , 3.Instrumen Tes (Soal), 4. Instrumen Non-tes (Pedoman Pengamatan, Pedoman Wawancara (untuk guru dan/atau siswa), Kuesioner, dll.), 5. Daftar nama dan nilai siswa, 6. Surat Tugas Mengajar, 7. Foto-foto kegiatan (pada saat pembelajaran berlangsung), dll. Beberapa contoh Lampiran Instrumen:
Sosiologi SMA – K 10
124
Lampiran Instrumen 1 LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN STAD DAN JIGSAW Pokok Bahasan
: ………………………
Nama Guru
:
Tanggal
:
Pukul
:
……………………… Sub Pokok Bahasan
: ……………………… ………………………
Pertemuan ke
: ……………………… ………………………
Petunjuk : Daftar pengelolaan pembelajarn berikut ini berdasarkan pembelajaran kooperatif yang dilakukan guru di kelas. Berilah penilaian dengan menuliskan tanda cek () pada kolom yang tersedia. No
Aspek yang Diamati
I
PERSIAPAN
II
PELAKSANAAN
Turus
Penilaian 1
A. Pendahuluan 1. Membaca sholawat Badriyah 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran/Indikator 3. Memotivasi peserta didik 4. Menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa B. Kegiatan Inti 1. Mempresentasikan materi yang mendukung tugas belajar kelompok dengan cara demonstrasi atau teks 2. Mengatur peserta didik dalam kelompok belajar 3. Melatih keterampilan kooperatif Menghargai pendapat orang lain Membagi giliran dan berbagi tugas Mengundang orang lain untuk berbicara/berdiskusi Mendengarkan dengan aktif Kerjasama siswa dalam kelompok ahli dan atau kelompok asal Menyampaikan informasi/pendapat/jawaban
Sosiologi SMA – K 10
125
2
3
4
4. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran 5. Memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan 6. Mengatur diskusi dengan mengundi kartu soal 7. Membimbing siswa mengerjakan/membahas LKS dengan benar C. Penutup 1. Membimbing peserta didik membuat rangkuman materi 2. Mengumumkan pengakuan/penghargaan 3. Memberi tugas rumah 4. Membaca sholawat “Badriyah” III
PENGELOLAAN WAKTU
IV
TEKNIK BERTANYA GURU
V
SUASANA KELAS Berpusat pada peserta didik Pesera didik antusias Guru antusias
Keterangan: 1. Kurang baik
Pengamat
2. Cukup baik 3. Baik 4. Baik
sekali
…………………………… PD : Peserta Didik
Sosiologi SMA – K 10
NIP.
126
Instrumen 2
PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN (SIKLUS I), DST..
No
Satuan Pendidikan
:
Kelas
:
Mata Pelajaran
:
Pokok Bahasan
:
Sub Pokok Bahasan
:
Peneliti
:
Aspek yang Diamati
I
PERSIAPAN
II
PELAKSANAAN
RPP Siklus I (.. menit) P1
P2
Rata2
X
A. Pendahuluan 1. Membaca sholawat Badriyah 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran/Indikator 3. Memotivasi peserta didik 4. Menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa B. Kegiatan Inti 1. Mempresentasikan materi yang mendukung tugas belajar kelompok dengan cara demonstrasi atau teks 2. Mengatur peserta didik dalam kelompok belajar 3. Melatih keterampilan kooperatif Menghargai pendapat orang lain Membagi giliran dan berbagi tugas Mengundang orang lain untuk berbicara/berdiskusi Mendengarkan dengan aktif Kerjasama peserta didik dalam kelompok ahli dan atau kelompok asal Menyampaikan informasi/pendapat/jawaban 4. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran 5. Memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami Kesulitan
Sosiologi SMA – K 10
127
Kategori
6. Mengatur diskusi dengan mengundi kartu soal 7. Membimbing peserta didik mengerjakan/membahas LKS dengan benar C. Penutup 1. Membimbing sswa membuat rangkuman materi 2. Mengumumkan pengakuan/penghargaan 3. Memberi tugas rumah 4. Membaca sholawat Badriyah III
PENGELOLAAN WAKTU
IV
TEKNIK BERTANYA GURU
V
SUASANA KELAS Berpusat pada peserta didik Peserta didik antusias Guru antusias JUMLAH RELIABILITAS (R) dalam %
Keterangan: 1.
Tidak baik
3. Cukup baik
P1 = Pengamat pertama
2.
Kurang baik
4. Baik
P2 = Pengamat kedua X3 = Rata-rata tiap kategori selama
KBM
Sosiologi SMA – K 10
128
Instrumen 3 LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN Pokok Bahasan
: …………………………………
Nama Guru
:
Tanggal
:
Pukul
:
……………………… Sub Pokok Bahasan
: ………………………………… ………………………
Pertemuan ke
: ………………………………… ………………………
Petunjuk: 1. Amatilah aktivitas guru dan siswa yang dominan selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kemudian isilah lembar pengamatan dengan memberikan kode kategori yang sesuai. 2. Setiap 90 detik pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan dan 30 detik berikutnya pengamat menuliskan kode kategori pengamatan. 3. Pengamatan dilakukan pada perwakilan tiap-tiap kelompok yang dilakukan secara bergantian setiap periode 2 menit 4. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia. 5. Pengamatan terhadap guru dan siswa dilakukan bersamaan sejak kegiatan pembelajaran dimulai. Kategori Pengamatan: Aktivitas Guru:
Aktivitas Peserta Didik:
1. 1. 2. 2. 3. Dst.
Nama Guru:
1
2
Sosiologi SMA – K 10
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
129
Kelompok 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kelompok 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kelompok 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kelompok 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kelompok 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Sosiologi SMA – K 10
130
Instrumen 4 FREKUENSI AKTIVITAS GURU DAN SISWA DALAM KBMPEMBELAJARAN Satuan Pendidikan
:
Pokok Bahasan
Kelas/Semester
:
Sub Pokok Bahasan :
Mata Pelajaran
:
Peneliti
No
Nama (Guru-Siswa)
P
SIKLUS II (… menit)
: :
Jumlah
P1 P2 1
Rata-rata
X
Persentase
%
Reliabilitas
R
2
XR
Rata Reliabilitas
P1
1
P2 P1
2
P2 P1
3
P2 P1
4
P2 P1
5
P2 P1
6
P2 P1
7
P2 P1
8
P2 Jumlah Rata-rata
Sosiologi SMA – K 10
P1 P2 X
131
Persentase
%
Reliabilitas
R
Rata2 Reliabilitas
XR
Keterangan: P1 : Pengamat Pertama……..
P2 : Pengamat Kedua
Kategori Pengamatan: Aktivitas Guru
Aktivitas Peserta Didik
1. 1. 2. 2. dst
Lampiran 2d.
Sosiologi SMA – K 10
132
Instrumen 5 LEMBAR PENGAMATAN KETERAMPILAN KOOPERATIF SISWA Pokok Bahasan
: …………….………………… NamaGuru
:…………………..………
Sub Pokok Bahasan : …………………….………… Nama Pengamat : ..........……………...... Pertemuan ke
: …………………………….… Kelas
:………………………..…
Petunjuk : 1. Pengamat duduk ditempat yang strategis 2. Pengamat ditujukan pada semua kelompok 3. Pengamat dapat memberi tanda cek () pada baris keterampilan kooperatif yang muncul 4. Indikator-indikator penilaian keterampilan kooperatif peserta didik terlampir
No 1 2 3 4 5 6
Jenis Keterampilan Kooperatif
Keterampilan Kooperatif
Jumlah
Peserta Didik yang Muncul
Merespon pendapat orang lain Mengambil giliran dan berbagi tugas Memberi kesempatan orang lain berbicara Mendengarkan dengan aktif Kerjasama siswa dengan teman dalam kelompok Kemampuan siswa dalam menyampaikan informasi
Malang, …………………. 2015 Pengamat,
…………………………….. NIP.
Sosiologi SMA – K 10
133
Instrumen 6 PERHITUNGAN PERSENTASE DAN RELIABILITAS INSTRUMEN KETERAMPILAN KOOPERATIF SISWA SIKLUS
Pengamat
Frekuensi Keterampilan Kooperatif 1
2
3
4
5
Jumlah
6
P1 P2 Jumlah
I (.. menit)
Rata-rata Persentase Reliabilitas XR P1 P2 Jumlah
II (.. menit)
Rata-rata Persentase Reliabilitas XR P1 P2 Jumlah
III (.. menit)
Rata-rata Persentase Reliabilitas XR
Jumlah rata-rata Persentase rata-rata Rata-rata Reliabilitas
Keterangan: P
: Pengamat
Sosiologi SMA – K 10
134
P1 : Pengamat Pertama P2 : Pengamat Kedua 1
: Merespon pendapat orang lain
2
: Mengambil giliran dan berbagi tugas
3
: Memberi kesempatan orang lain berbicara
4
: Mendengarkan dengan aktif
5
: Kerjasama siswa dengan teman dalam kelompok
6
: Kemampuan siswa dalam menyampaikan informasi
Sosiologi SMA – K 10
135
Instrumen 7 KISI-KISI TES HASIL BELAJAR (THB) PRODUK
No
Indikator
No. Soal
Klasifikasi
Kunci
Skor Mak
Peserta didik dapat: 1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20 Jumlah soal pilihan ganda
Sosiologi SMA – K 10
136
Instrumen 8 ANGKET RESPON SISWA TERHADAP KEGIATAN PEMBELAJARAN
Petunjuk: Berilah tanda cek () sesuai dengan pilihan anda masing-masing!
NO 1 2
URAIAN
SENANG
TIDAK SENANG
Bagaimana perasaan Anda selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini? Bagaimana perasaan anda terhadap: a. Materi pelajaran? b. Buku siswa? c. Lembar kegiatan siswa? d. Evaluasi? e. Susana belajar di kelas? f. Cara penyajian oleh guru?
3 4
Bagaimana pendapat anda selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini? Bagaimana pendapat anda terhadap a. Materi pelajaran? b. Buku siswa? c. Lembar kegiatan siswa? d. Evaluasi? e. Susana belajar di kelas? f. Cara penyajian oleh guru?
5
Bagaimana tanggapan anda jika pokok bahasan selanjutnya menggunakan pembelajaran seperti ini? Alasan:
Sosiologi SMA – K 10
137
6
Bagaimana pendapat anda jika semua pokok bahasan diajarkan dengan menggunakan pembelajaran seperti ini? Alasan:
7
Bagaimana pendapat anda jika pembelajaran Fisika diselingi dengan bacaan sholawat? Alasan:
Sosiologi SMA – K 10
138
Instrumen 9
PERSENTASE RESPON SISWA TERHADAP KEGIATAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Kelas
:
Mata Pelajaran
:
Pokok Bahasan
:
Peneliti
:
RESPON PESERTA DIDIK No
2
1 S
a TS
S
b TS
S
c TS
S
d TS
S
e TS
S
3
f TS
S
TS
S
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sosiologi SMA – K 10
139
TS
21 22 23 24 25 Jumlah % X% S
Sosiologi SMA – K 10
140
I. Aktivitas Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan andragogi lebih mengutamakan
pengungkapan
kembali
pengalaman
peserta
diklat
menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenamgkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup :
5. Aktivitas individu, meliputi :
Memahmai dan mencermati materi diklat
Mengerjakan latihan tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar, menyimpulkan
Melakukan refleksi
6. Aktivitas kelompok, meliputi :
mendiskusikan materi pelathan
bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan penyelesaian masalah /kasus
melaksanakan refleksi
J. Latihan/ Kasus /Tugas 1. Buatlah contoh rencana/ out line Laporan PTK yang sudah dilakukan 2. Susunlah Laporan PTK
K. Rangkuman Setelah para guru melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), hasil dari kegiatan tersebut perlu diketahui oleh berbagai pihak, di samping juga diperlukan oleh guru yang bersangkutan baik untuk tambahan berkas kenaikan pangkat, maupun untuk berbagai kegiatan akademik selanjutnya. Untuk keperluan penulisan jurnal ilmiah, laporan penelitian dapat menjadi salah satu sumber inspirasi. Karena keperluan-keperluan yang tidak hanya untuk dokumentasi pribadi, tapi juga diperlukan untuk pengembangan keilmuan yang diperlukan oleh banyak
Sosiologi SMA – K 10
141
pihak, serta berbagai keperluan pragmatis, maka laporan penelitian tindakan kelas perlu ditulis dengan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah
L. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 9. Apa yang anda pahami setelah mempelajari materi laporan PTK? 10. Pengalaman penting apa yang anda peroleh setelah mempelajari materi Laporan PTK? 11. Apa manfaat materi Laporan PTK? 12. Apa rencana tindak lanjut anda setelah kegiatan pelatihan ini ?
M. Kunci Jawaban 1. Rencana/ out line Laporan PTK 2. Laporan PTK
DaftarPustaka Kartini.
2009.
Model
Malang:
PembelajaranInovatifuntukPenelitianTindakanKelas.
Cakrawala
Indonesia
Bekerjasamadengan
Tim
AkademisdanEvaluasi (Tim Akadasi) SMA Laboratorium UM. Estamala,
C.
R..
2014.
Penggunaan
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Simultaneous Roundtable untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Siswa Kelas XI IPS-3 SMA Negeri 8 Malang.
Sosiologi SMA – K 10
142
Sosiologi SMA – K 10
143