Pemantauan dan Sosialisasi Erupsi, G. Semeru, Mei-Juni 2008 (Kristianto, dkk)
PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI – JUNI 2008 KRISTIANTO, HANIK HUMAIDA, KUSHENDRATNO, SAPARI DWIYONO Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Jl. Diponegoro No. 57 Bandung, 40122
Sari Gunung Semeru termasuk salah satu gunungapi paling aktif di Indonesia. Gunungapi ini dapat dikatakan gunungapi yang tidak pernah istirahat, karena selalu meletus, berupa erupsi abu yang rata-rata terjadi setiap 20– 30 menit. Produk erupsi G. Semeru berupa awan panas yang terjadi sepanjang tahun 2003 hingga 2007 umumnya mengarah ke Besuk Bang dan Besuk Kembar dengan jarak luncur antara 1000–3000m dari pusat kegiatan. Aktivitas awan panas di G. Semeru kembali terjadi pada tanggal 15 Mei 2008. Aktivitas awan panas ini didahului oleh erupsi dari Kawah Jonggring Seloko sebagai pusat kegiatan saat ini. Puncak dari aktivitas awan panas terjadi pada 21 Mei 2008 pada pukul 06.24 WIB, diawali oleh suatu erupsi dengan jarak luncur sejauh 3000m menuju ke Besuk Bang dan Besuk Kobokan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada tanggal 21 Mei 2008 pukul 20:00 WIB status kegiatan G. Semeru dinaikkan menjadi “Siaga”. Hasil pemantauan secara visual dan seismik hingga akhir Mei 2008 aktivitas vulkanik khususnya awan panas dan guguran cenderung menurun. Langkah-langkah koordinasi dengan instansi terkait dan Pemda setempat (SATLAK PB Kabupaten Lumajang dan SATKORLAK PB Propinsi Jawa Timur) dilakukan sebagai bagian dari usaha mitigasi bencana gunungapi. Kata kunci ; Erupsi, Awan Panas, Pemantauan Visual, Pemantauan Seismik.
Pendahuluan Gunungapi Semeru merupakan salah satu dari gunungapi yang sangat giat di Indonesia, karena selalu menunjukkan aktivitas erupsi abu rata-rata setiap 20–30 menit (Dana dkk, 1995). Gunungapi yang memiliki tipe strato ini secara geografi terletak pada posisi 08o06,5' Lintang Selatan dan 112o55’ Bujur Timur (Gambar 1), dan secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur. Kota di Jawa Timur yang terdekat dari G. Semeru yaitu Probolinggo. G. Semeru memiliki puncak tertinggi di Pulau Jawa yang disebut sebagai Puncak Mahameru dengan ketinggian 3676m di atas permukaan laut (dpl). (Kusumadinata dkk,1979)
Aktivitas G. Semeru saat ini terdapat di Kawah Jonggring Seloko yang terletak di sebelah tenggara Puncak Mahameru yang terbentuk pada tahun 1913. Sejak tahun 1946 hingga saat ini, aktivitas erupsinya tidak pernah berhenti, dengan interval antara 15 menit hingga 1 jam, dan tinggi asap erupsi berkisar antara 400–800m. Jumlah rata-rata gempa erupsi per hari 90 kali kejadian. Erupsi G.Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian, yang biasanya diikuti dengan pembentukan kubah dan lidah lava baru. Erupsi eksplosif biasanya dikuti oleh terjadinya awan panas yang mengalir ke lembah-lembah yang lebih rendah dan arah alirannya sesuai dengan bukaan kawah dan lembah-lembah di G.Semeru.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 : 1-11
Hal :1
Pemantauan dan Sosialisasi Erupsi, G. Semeru, Mei-Juni 2008 (Kristianto, dkk)
Gambar 1. Lokasi G. Semeru di Jawa Timur yang masuk ke dalam 3 wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Lumajang, Malang, dan Probolinggo.
Produk erupsi G. Semeru berupa awan panas yang terjadi sepanjang tahun 2003 hingga 2007 umumnya mengarah ke Besuk Bang dan Besuk Kembar dengan jarak luncur antara 1000–3000m dari pusat kegiatan erupsi. Kronologi awan panas bulan Mei 2008 Awan panas mulai terjadi pada tanggal 15 Mei 2008 pada jam 06.30 sepanjang 2500m ke arah Besuk Bang. Setelah itu awan panas terjadi lagi pada 17 Mei 2008, pukul 08.53.17 WIB dengan jarak luncur sejauh 2000m ke arah Besuk Bang, dan pada malam harinya lava pijar teramati. Awan panas ini diawali dengan sebuah erupsi dengan amplituda maksimum sebesar 2mm selama 149 detik, rekaman analog seperti dalam Gambar 2.
Awan
Gambar 2. Rekaman Gempa Awan panas yang diawali dengan erupsi terjadi pada tanggal 17 Mei 2008 Hal :2
Awan panas ini terus terjadi dengan jumlah yang meningkat pada hari berikutnya, yaitu tanggal 18 Mei 2008 terjadi awan panas sebanyak 3 kali. Amplituda maksimum awan panas ini sebesar 2 sampai 4mm dengan lama gempa 65 hingga 134 detik. Adapun jarak luncur berkisar 500 sampai 2500m ke arah Besuk Bang. Awan panas pada tanggal 18 Mei ini terjadi pada pukul 06.14 WIB (Gambar 3). Pada tanggal 19 Mei 2008 terjadi lagi awan panas dengan amplituda maksimum 4mm selama 165 detik. Awan panas ini terjadi pada pukul 04.03 WIB dini hari, sehingga tidak teramati arah dan jarak luncur karena tertutup kabut. Pada tanggal 21 Mei 2008 terjadi awan panas pada pukul 06.24 WIB, dengan amplituda maksimum 4mm selama 140 detik. Awan panas ini tidak diawali oleh suatu erupsi dengan jarak luncur sejauh 3000m menuju ke Besuk Bang dan Besuk Kobokan (Gambar 3). Awan panas ini disusul oleh awan panas berikutnya dengan waktu lebih lama, yaitu 300 detik. Tiga puluh lima (35) menit kemudian terjadi lagi awan panas selama 70 detik dengan jarak luncur 1000m ke arah Besuk Kembar. Secara keseluruhan kejadian awan panas ini berlangsung selama 960 detik (16 menit).
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 : 2-11
Pemantauan dan Sosialisasi Erupsi, G. Semeru, Mei-Juni 2008 (Kristianto, dkk)
Gambar 3. Awan panas yang terjadi pada tanggal 21 Mei 2008 pukul 06.26 WIB (foto: Liswanto).
Sehubungan dengan terjadinya peningkatan kegiatan vulkanik G. Semeru yang ditandai oleh erupsi dan diikuti luncuran awan panas dengan jarak luncur yang makin jauh, maka pada tanggal 21 Mei 2008 pukul 20:00 WIB status Gunung Semeru dinaikkan menjadi “Siaga” (Level 3). Kegiatan lain yang dilakukan dalam kondisi status ”Siaga” adalah melakukan sosialisasi / koordinasi dengan beberapa instasi terkait (SATLAK PB, SATKORLAK PB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman erupsi G.Semeru. Data Pemantauan aktivitas vulkanik G. Semeru saat ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metoda, yaitu secara visual dan seismik. Kedua metoda tersebut sangat efektif, karena dapat dilakukan dari lokasi yang jauh dari pusat kegiatan erupsi. Pemantauan Visual Aktivitas vulkanik G. Semeru diamati secara visual setiap hari dari Pos PGA Gunungsawur di Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, yang berjarak 11,5km dari pusat erupsi.
Secara visual aktivitas vulkanik G. Semeru selama bulan Mei menunjukkan jumlah erupsi dan jarak luncur awan panas yang semakin meningkat. Aktivitas erupsi teramati dengan interval rata-rata antara 20–30 menit berupa erupsi abu yang mencapai ketinggian antara 200–600m di atas puncak Semeru. Asap erupsi umumnya berwarna keabu-abuan dan terbawa angin ke arah selatan–barat. Pada 2 Juni 2008 dilakukan penyelidikan lapangan pada area terbuka, yaitu di Besuk Kobokan dan Besuk Kembar. Penyelidikan ini dilakukan untuk mengamati sejauh mana kemungkinan arah atau potensi awan panas akan melanda daerah yang ada di sekitar G.Semeru. Awan panas Semeru terjadi karena gugurnya lidah lava yang masih membara, oleh karena lereng yang terjal sehingga tidak stabil maka lidah lava tersebut gugur, sehingga terbentuk awan panas guguran. Awan panas erupsi juga dapat terjadi di Semeru karena lubang kepundan tidak tegak lurus, sehingga bila akumulasi gas cukup besar terjadi awan panas berupa erupsi terarah (ke samping) atau directed blast menuruni lereng. Awan panas ini keluar mengikuti aliran sungai, akan tetapi apabila awan panas mempunyai massa yang sangat besar maka dapat melompati bukit. Sehingga apabila terjadi awan panas maka area yang berpotensi terlanda awan panas adalah
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 : 3-11
Hal :3
Pemantauan dan Sosialisasi Erupsi, G. Semeru, Mei-Juni 2008 (Kristianto, dkk)
aliran sungai yang berada pada area bukaan dari pusat erupsi. Area bukaan pusat erupsi G. Semeru mengarah ke tenggara. Sungai yang ada di wilayah ini adalah Besuk Kobokan, Besuk Kembar, Besuk Bang, dan Besuk Sarat, (Gambar 5). Sehingga potensi aliran awan panas akan terjadi pada aliran sungai-sungai tersebut. Aliran awan panas dipengaruhi oleh gaya berat dari massa awan panas yang tertransportasi. Material yang berukuran besar dan berat akan terendapkan di bawah sedangkan material yang lebih ringan akan berada di atas. Faktor lain yang mempengaruhi arah aliran awan panas adalah tekanan atau arah dorongan material, morfologi/arah bukaan kawah, dan morfologi aliran yang dilewati. Apabila dilihat
dari faktor-faktor tersebut maka potensi terbesar awan panas akan mengalir ke Besuk Kobokan, (Gambar 6). Secara visual teramati adanya bagian puncak yang berpotensi terjadi longsoran. Kemungkinan faktor yang menyebabkan terjadinya longsor adalah apabila terjadi erupsi yang agak besar, morfologi area/bagian tersebut merupakan area/bagian yang tidak stabil. Area tersebut terletak di dinding barat Kawah Jonggring Seloko. Dilihat dari Besuk Kembar dan dari Puncak Mahameru, (Gambar 5) terlihat dengan jelas bahwa dinding kawah bagian barat merupakan dinding tipis yang tidak stabil. Potensi longsoran bagian dinding ini mengarah ke Kali Glidik dan Kali Manjing.
Gambar 4. Potensi sebaran awan panas yang ada di G. Semeru
Hal :4
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 : 4-11
Pemantauan dan Sosialisasi Erupsi, G. Semeru, Mei-Juni 2008 (Kristianto, dkk)
Gambar 5. Potensi awan panas terbesar mengarah ke Besuk Kobokan.
Pemantauan Kegempaan Kegempaan G. Semeru dipantau dari 5 (lima) stasiun seismik, yaitu stasiun Leker (LEK), Tretes (TRS), Puncak (PCK), Kepolo (KPL), dan stasiun Besuk Bang (BAN) (Tabel 2 dan Gambar 7). Stasiun seismik yang masih dapat beroperasi dengan baik, adalah St. LEK, St. TRS, dan St. BAN, sedangkan St. PCK dan St. KPL tidak beroperasi karena mengalami kerusakan. Untuk membantu mengamati
terjadinya awan panas, maka dalam kondisi tanggap darurat ini dipasang satu stasiun seismik temporer yang ditempatkan di bangunan penanggulangan lahar (Debris Flow Warning System) G. Semeru di Besuk Kembar. Stasiun seismik ini dioperasikan menggunakan sistem radio pancar dengan sistem penerima signal dipusatkan di Pos PGA utama di Gunungsawur.
Tabel 2. Lokasi jaringan seismik pemantau G. Semeru No.
Nama Stasiun
Lintang
Bujur
Ketinggian (m)
Keterangan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Leker (LEK) Tretes (TRS) Bsk. Bang (BAN) Puncak (PCK) Kepolo (KPL) Bsk. Kembar (KBR)
-8o8’14.8” -8o8’54.5” -8o10’50.0” -8o6’26.3” -8o5’02.7” -8o10’42.8”
112o59’09.4” 112o57’50.3” 112o57’09.2” 112o55’26.7” 112o55’13.0” 112o57’52.3”
1060 1208 917 3657 2764 926
Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Temporer
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 : 5-11
Hal :5
Pemantauan dan Sosialisasi Erupsi, G. Semeru, Mei-Juni 2008 (Kristianto, dkk)
Gambar 6. Distribusi lokasi stasiun seismik yang memantau kegiatan vulkanik G. Semeru.
Letusan
Awan Panas Gambar 7. Contoh rekaman analog Gempa Letusan dan Awan Panas tanggal 21 Mei 2008 yang direkam oleh St. LEK.
Hal :6
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 : 6-11
Pemantauan dan Sosialisasi Erupsi, G. Semeru, Mei-Juni 2008 (Kristianto, dkk)
Beberapa jenis gempa yang umum terekam oleh seismograf di Pos PGA Gunungsawur antara lain; Gempa Vulkanik-Dalam (VA), Vulkanik-Dangkal (VB), Tektonik-Lokal (TL), Tektonik-Jauh (TJ), Letusan, Guguran, Awan Panas, Tremor Vulkanik, dan gempa banjir. Dalam bulan Mei 2008 ini kegempaan di G.Semeru didominasi oleh jenis Gempa Letusan, Guguran, dan Awan panas (Gambar
8). Tingkat kejadian Gempa Letusan berkisar antara 68–107 kejadian per hari atau rata-rata 90 kejadian per hari. Gempa guguran terekam antara maksimum 9 kejadian per hari, yaitu pada tanggal 21 dan 23 Mei 2008. Gempa awan panas mulai terekam pada tanggal 17 Mei 2008 sebanyak 1 (satu) kejadian dan maksimum terekam 6 kejadian pada tanggal 23 Mei 2008 (Gambar 9).
Gambar 8. Rekaman kegempaan G. Semeru selama Januari - Mei 2008, dari atas ke bawah secara berurutan Gempa Guguran, Letusan, Awan Panas, Vulkanik-Dangkal (VB), dan Vulkanik-Dalam (VA).
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 : 7-11
Hal :7
Pemantauan dan Sosialisasi Erupsi, G. Semeru, Mei-Juni 2008 (Kristianto, dkk)
Sosialisasi/Koordinasi Dengan dinaikkan tingkat status aktivitas G. Semeru dari ”Waspada” (level II) menjadi ”Siaga” (level III) pada 21 Mei 2008, maka diturunkan satu Tim Tanggap Darurat G.Semeru untuk mengevaluasi tingkat aktivitas G. Semeru dari waktu ke waktu. Selain mengevaluasi data teknis aktivitas G. Semeru, Tim Tanggap Darurat juga melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang. Koordinasi ini dilakukan dari tanggal 27 Mei sampai dengan 29 Mei 2008. Pada tanggal 27 Mei 2008 koordinasi dilakukan dengan Kesbanglinmas Kabupaten Lumajang untuk menyamakan persepsi dan persiapan kunjungan kerja dari Tim Interdep dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Rapat koordinasi dihadiri oleh semua bagian yang terkait dalam penanganan masalah kebencanaan (Gambar 9). Semua bagian memaparkan kesiapan masing-masing dan langkah-langkah yang dilakukan dalam menangani bencana akibat aktivitas G. Semeru. Selain itu rapat koordinasi juga membahas rencana lokasi kunjungan ke lapangan di daerah yang berpotensi terkena bahaya akibat aktivitas G. Semeru, yaitu di Dusun Supit, Kecamatan Pronojiwo. Pada tanggal 28 Mei 2009 dilakukan kunjungan lapangan di Dusun Supit, Desa Pronojiwo Kecamatan Pronojiwo sejauh mana kemungkinan material bahaya vulkanik baik primer seperti awan panas maupun bahaya sekunder seperti lahar dapat menimpa masyarakat.
Gambar 9. Rapat Koordinasi Kesbanglinmas Kabupaten (foto:Kristianto) Hal :8
terbatas di Lumajang,
Kunjungan diikuti oleh semua instansi yang terkait dengan masalah kebencanaan di lingkungan Kabupaten Lumajang, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kunjungan dilakukan di area endapan awan panas tahun 2002 yang terletak pada jarak 9km dari pusat erupsi. Posisi geografi kunjungan lapangan adalah 08o 11’ 15.3’’ Lintang Selatan, 112o 57’ 11.4’’ Bujur Timur dan ketinggian 821m. Area ini merupakan area yang terletak antara Besuk Bang dan Besuk Sarat (Gambar 10 dan 11). Kunjungan lapangan dilanjutkan ke Pos Pengamatan G. Semeru yang terletak di Gunungsawur. Peserta melihat fasilitas peralatan pemantauan di pos pengamatan. (Gambar 12).
Gambar 10. Peta Kawasan Rawan Bencana G.Semeru (Bronto, dkk., 1996) dan lokasi kunjungan di lapangan di Dusun Supit yang terletak antara Besuk Bang dan Besuk Sarat (tanda panah kuning).
Gambar 11. Rombongan koordinasi menuju ke lokasi kunjungan lapangan di Dusun Supit Desa Pronojiwo Kecamatan Pronojiwo (foto: Kristianto)
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 : 8-11
Pemantauan dan Sosialisasi Erupsi, G. Semeru, Mei-Juni 2008 (Kristianto, dkk)
Gambar 12. Kunjungan koordinasi BNPB dengan Tim Interdep dan Satlak PB Kabupaten ke Pos Pengamatan G. Semeru di Gunungsawur (foto: Sapari Dwiyono).
Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana di Kabupaten Lumajang dengan Satlak PB dan Tim Interdep Badan Nasional Penanggulangan Bencana dilakukan pada tanggal 29 Mei 2008. Pemaparan pada rapat koordinasi dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Proyek Semeru-Direktorat Sungai Danau dan Waduk-Departemen Pekerjaan Umum, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pemerintah Kabupaten Lumajang memaparkan gambaran umum wilayah Lumajang ditinjau dari geografi dan kependudukan, potensi daerah rawan bencana, sarana dan prasarana yang tersedia di daerah rawan bencana, persiapan peralatan dan bahan kedaruratan penanggulanangan bencana, serta sarana dan prasarana di bidang kesehatan. Untuk antisipasi masalah informasi kepada masyarakat dengan benar maka disampaikan pula tentang mekanisme penyampaian berita, serta hal yang paling penting untuk disampaikan adalah prosedur pengungsian serta langkah-langkah penanganan bencana beserta organisasi yang terkait. Aktivitas Gunung Semeru pada status Siaga disampaikan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Materi yang disampaikan berupa bahaya akibat erupsi gunungapi dan lebih spesifik bahaya akibat erupsi G. Semeru. Potensi bencana serta wilayah yang terancam bahaya akibat erupsi disampaikan secara detail serta sistem pemantauan dan fasilitas-fasilitas yang
digunakan dalam pemantauan aktivitas G.Semeru. Proyek Semeru-Direktorat Sungai Danau dan Waduk-Departemen Pekerjaan Umum memaparkan bahaya primer dan sekunder akibat aktivitas G. Semeru dengan titik berat kepada bahaya sekunder berupa lahar. Pemaparan ini meliputi alur-alur bahaya tersebut, daerah yang terancam, aliran sungai yang harus dihindari, antisipasi bahaya sekunder dengan mempersiapkan semua fasilitas yang ada baik sistem pemantauan, alatalat berat, serta jaringan komunikasi yang tersedia. Pedoman umum penanganan aktivitas G. Semeru dipaparkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Evaluasi Kegiatan vulkanik G. Semeru selama bulan Mei 2008 yang teramati dari Pos PGA Gunungsawur didominasi oleh aktivitas erupsi. Tinggi erupsi berkisar antara 200 hingga 600m di atas puncak. Dibandingkan dengan kegiatan bulan-bulan sebelumnya, tidak tampak adanya perbedaan yang mencolok terhadap fenomena asap erupsi yang dikeluarkan (warna dan ketinggian relatif tidak berubah). Pada malam hari erupsi abu ini sering terlihat disertai oleh semburan lava pijar. Karakter erupsi tersebut merupakan karakteristik keseharian aktivitas G.Semeru dalam status Waspada. Selama bulan Mei 2008 rata-rata Gempa Letusan terjadi sebanyak 90 kejadian perhari. Gempa Letusan ini memiliki amplituda maksimum antara 2– 32mm dan lama gempa 34–110 detik. Gempagempa Letusan yang terekam hingga akhir Mei 2008 umumnya berada pada kisaran amplituda maksimum dan lama gempa yang sama dengan bulan sebelumnya. Selama periode status Siaga ini tidak pernah terekam Gempa Letusan yang memiliki lama gempa lebih dari 110 detik. Hal ini menunjukkan kekuatan Gempa Letusan masih dalam kisaran karakteristik keseharian aktivitas Semeru dalam status Waspada.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 : 9-11
Hal :9
Pemantauan dan Sosialisasi Erupsi, G. Semeru, Mei-Juni 2008 (Kristianto, dkk)
Perubahan yang menonjol tampak dari aktivitas awan panas jika dibanding bulan-bulan sebelumnya, mulai teramati sejak tanggal 15 Mei 2008 dengan jarak luncur mencapai 2500m memasuki Besuk Bang. Awan panas yang terjadi tanggal 17–21 Mei 2008 teramati memiliki jarak luncur berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat dari 500 hingga 3000m. Jarak terjauh teramati pada kejadian awan panas tanggal 21 Mei 2008 pukul 06:25 WIB meluncur ke Besuk Bang dengan jarak luncur 3000m dari kawah aktif. Rekaman kegempaan menunjukkan bahwa awan panas ini memiliki amplituda maksimum 4mm dan lama gempa 960 detik (16 menit). Sehingga status kegiatan G. Semeru dinaikkan dari status ”Waspada” menjadi ”Siaga” pada pukul 20:00 WIB. Tanggal 22 Mei 2008 teramati 4 (empat) kejadian awan panas dengan jarak luncur masing-masing 2500m memasuki Besuk Kobokan. Dari rekaman seismograf analog gempa ini memiliki amplituda maksimum 5-10 dan lama gempa 233,5-900 detik. Kejadian awan panas tanggal 23 Mei 2008 tidak dapat teramati secara visual karena gunung tertutup kabut. Sehingga kejadian awan panas tersebut hanya terpantau secara intrumen melalui rekaman seismograf, yaitu terekam sebanyak 6 kejadian. Dari rekaman gempa awan panas diketahui gempa-gempa tersebut memiliki amplituda maksimum antara 2–11mm dan lama gempa 99–315 detik. Gempa awan panas pada tanggal 24 Mei terekam sebanyak 2 (dua) kejadian, yaitu pada pukul 05:55 memiliki amplituda maksimum 10mm dengan lama gempa 110 detik, dan pukul 14:31 WIB memiliki amplituda maksimum 8mm dan lama gempa 195 detik. Secara visual kejadian awan panas ini tidak dapat teramati karena gunung tertutup kabut. Pada tanggal 29 Mei terekam 2 kali gempa awan panas dengan amplituda maksimum 3mm dan lama gempa 51 dan 146 detik. Hal :10
Dengan membandingkan kejadian awan panas yang terjadi pada tanggal 21, 22, 23 dan 24 Mei 2008 dari pengamatan visual maupun kegempaan, terjadi penurunan tingkat kegiatan. Pengamatan secara visual menunjukkan bahwa jarak luncur maksimum awan panas menurun secara bertahap dari 3000m menjadi 2500m pada 22 Mei, sedangkan awan panas yang terjadi pada 23, 24 dan 29 Mei tidak teramati karena gunung tertutup. Dari rekaman gempa awan panas menunjukkan terjadi penurunan lama gempa secara bertahap, lama gempa maksimum awan panas tanggal 21 Mei sebesar 960 detik, tanggal 22 Mei sebesar 900 detik, tanggal 23 Mei sebesar 315 detik, 24 Mei sebesar 195 detik dan tanggal 29 Mei sebesar 146 detik. Aktivitas guguran dilihat dari sumbernya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pertama guguran yang materialnya bersumber dari dinding lereng yang gugur atau jatuh dan memasuki daerah aliran sungai, kedua guguran yang materialnya bersumber dari pusat kegiatan vulkanik, yaitu Kawah Jonggring Seloko. Kejadian guguran dari kedua sumber tersebut dapat terekam dengan baik oleh seismograf, sedangkan guguran yang dapat teramati secara visual saat gunung tampak jelas adalah guguran yang bersumber dari Kawah Jonggring Seloko. Secara visual guguran material kawah yang teramati umumnya mengarah ke Besuk Kembar sejauh 300m pada 18 Mei dan 200m pada 19 Mei. Sedangkan dari rekaman kegempaan tampak adanya kesamaan pola pada peningkatan jumlah gempa selama Mei 2008. Sejak tanggal 22 Mei jumlah gempa guguran secara berfluktuatif menunjukkan kecenderungan penurunan. Sehingga diduga material yang gugur dari Kawah Jonggring Seloko hingga saat ini cenderung menurun. Dari hasil rekaman Gempa VulkanikDalam (VA) dan Gempa Vulkanik-Dangkal (VB) selama bulan Mei 2008 tidak menunjukkan adanya korelasi dengan peningkatan kegiatan vulkanik seperti yang
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 : 10-11
Pemantauan dan Sosialisasi Erupsi, G. Semeru, Mei-Juni 2008 (Kristianto, dkk)
ditunjukkan oleh jenis Gempa Guguran dan Awan Panas. Mungkin hal ini disebabkan oleh sistem suplai magma ke permukaan sudah terbuka (open system) seperti yang ditunjukkan oleh terjadinya aktivitas erupsi setiap 20–30 menit. Dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan aparat dan masyarakat dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi G. Semeru, telah dilakukan langkah-langkah koordinasi antara Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beserta Tim Interdep, SATLAK PB Kabupaten Lumajang, pengelola Taman Wisata Bromo, Tengger, dan Semeru (TNBTS) yang dilaksanakan pada 27– 29 Mei 2008. Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan oleh Tim Tanggap Darurat G. Semeru antara lain : • Aktivitas vulkanik G. Semeru yang tampak di permukaan berupa erupsi, hingga saat ini tidak mengalami perubahan pola yang signifikan baik tingkat kejadiannya rata-rata 90 kejadian perhari maupun ketinggian kolom erupsi antara 200–600m. Perubahan yang signifikan tampak pada tingkat kejadian guguran dan awan panas, sejak tanggal 22 Mei 2008 kejadiannya cenderung mengalami penurunan. • Dalam status Siaga, aktivitas awan panas G.Semeru terdapat kecenderungan arah luncuran menuju ke Besuk Kobokan.
• Selama status Siaga, langkah-langkah koordinasi dengan instansi terkait sudah dilaksanakan, sehingga kesiapsiagaan aparat dan masyarakat dalam menghadapi ancaman erupsi G. Semeru sudah baik. • Dari pemantauan secara visual, seismik dan observasi ke lapangan oleh Tim Tanggap Darurat erupsi G. Semeru, dapat disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik G. Semeru cenderung menurun. Oleh karena itu tingkat kegiatan G. Semeru diturunkan dari ”Siaga” (Level III) ke ”Waspada” (Level II). Daftar Pustaka Bronto. S., Hamidi. S, Martono. A. 1996. Peta Kawasan Rawan Bencana G.Semeru. Direktorat Vulkanologi. Dana. I.N, dkk. 1995. Panduan Aktivitas G.Semeru. Direktorat Vulkanologi.. Tidak dipublikasikan. Kusumadinata, K. dkk, 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 : 11-11
Hal :11