BM 108
SIMPOSIUM FISIKA NASIONAL 2014 (SFN XXVII), 16-17 Oktober 2014,Denpasar-Bali
Pemanfaatan Biomagnetik Untuk Menghambat Pertumbuhan Sel Bakteri ETEC (Enterotoxigenic Escherichia coli) Anak Agung Ngurah Gunawan1), Retno Kawuri1), I Ketut Suata2) 1
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana (Jl. Gunung Lawu 11 A Denpasar) Email :
[email protected] 2 Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana (Jl.Gunung Sanghyang 40 Denpasar) Email :
[email protected]
Abstrak Penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) merupakan masalah kesehatan di Negara berkembang. Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti telah mengembangkan berbagai jenis pengobatan penyakit diare. Diantaranya menggunakan antibiotik dan pengobatan herbal. Pada penelitian ini kami menggunakan biomagnetik sebagai pengobatan alternative. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan kelompok yang memiliki tenaga biomagnetik terlatih dapat menghambat pertumbuhan bakteri ETEC. Rancangan penelitian yang kami gunakan adalah observasional dan eksprerimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomagnetik mampu menghambat pertumbuhan sel bakteri ETEC 75,2 %. Kata kunci : ETEC, biomagnetik.
Abstract Diarrheal disease caused by the bacterium ETEC is a health problem in developing countries. To overcome this problem, researchers have developed various types of treatment of diarrheal diseases. Among them on antibiotics and herbal remedies. In this study we use Biomagnetics as an alternative treatment. The purpose of this study is to prove that the group has Biomagnetics trained personnel can inhibit the growth of bacteria ETEC. The research design that we use is obserfasional and eksprerimental. The results showed that Biomagneticsable to inhibit the growth of bacterial cells ETEC 75.2%. Keywords : ETEC, biomagnetic.
bakteri atau menghambat pertumbuhan bakteri yang sudah ada di dalam tubuh [6, 7, 8].
1. PENDAHULUAN Penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri ETEC merupakan masalah kesehatan di negara berkembang. Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti telah mengembangkan berbagai jenis pengobatan penyakit diare. Diantaranya menggunakan antibiotik [1, 2, 3, 4] dan pengobatan herbal [5] Penggunaan antibiotic yang tidak sesuai dengan anjuran dokter akan mengakibatkan efek samping, begitu juga dengan pengobatan herbal yang tidak sesuai dengan aturan Depkes akan mengakibatkan efek samping. Belum ada yang meneliti penggunaan biomagnetik untuk menghambat pertumbuhan sel bakteri ETEC. Maka dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan biomagnetik untuk menghambat pertumbuhan sel bakteri ETEC. Prinsip kerja biomagnetik berdasarkan pengoptimalan fungsi dari seluruh sel-sel tubuh dan memfokuskan atau menyatukan kekuatan tersebut sehingga dapat menangkal masuknya
2. KAJIAN LITERATUR Ada beberapa aspek-aspek fisika dalam biomagnetik seperti medan magnet, pancaran gelombang elektromagnetik, medan energi, arus listrik, potensial listrik, frekuensi, dan lain-lain [6]. Biomagnetik dihasilkan oleh olah raga pernapasan. Darah terdiri dari molekul hemoglobin. Hemoglobin merupakan rantai protein yang mengandung atom besi (Fe) melalui ikatan tertentu. Atom besi ini berfungsi dalam mengikat oksigen yang diserap oleh darah ketika melalaui paru-paru dan melepaskanya disel-sel organ tubuh. Struktur melekul hemoglobin merupakan suatu struktur memanjang dimana atom besi terpisah dengan rantai protein. Dalam keadaan napas ditahan, darah akan mengambil posisi serial (berbaris) dengan urutan ; atom besi – rantai protein – atom besi 540
SIMPOSIUM FISIKA NASIONAL 2014 (SFN XXVII), 16-17 Oktober 2014,Denpasar-Bali
– rantai protein – dan seterusnya, seperti pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.
3.1.2. Eksperimental Penelitian ini dirancang untuk melihat besaran Amplitudo dan kekuatan Energi serta Hambatan pertumbuhan bakteri. Untuk Identifikasi bakteri memakai pedoman dari [10]. Pewarnaan gram memakai pedoman dari [11]. Uji hambatan pertumbuhan bakteri memakai Plating metode [12]. Kerangka rancangan penelitian untuk menentukan energi : P1 O1
Gambar 2.1. Struktur Hemoglobin [9].
Sebagai akibatnya darah dalam pembuluh darah akan membentuk barisan simetris. Posisi ini akan memudahkan proses pengikatan oksigen dan melepaskan oksigen (oksidasi), sehingga metabolisme penggantian sel-sel yang rusak menjadi lancar.
Sampel
P2
O2
P3 O3 Keterangan : P1 = kontrol, dengan tenaga biomagnetik tidak terlatih. P2 = sampel dengan tenaga biomagnetik terlatih tingkat PP. P3 = sampel dengan tenaga biomagnetik terlatih tingkat BP O1 = observasi kontrol O2 = observasi P2 O3 = observasi P3. Kerangka rancangan penelitian untuk menentukan hambatan pertumbuhan ETEC P1 O1
Gambar 2.2. Struktur Hemoglobin lanjut [9]
3. METODE PENELITIAN Sampel
3.1 Rancangan Penelitian. Rancangan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasional dan eksprerimental.
P2
O2
P3 O3 Keterangan : P1 = kontrol, dengan tenaga biomagnetik tidak terlatih. P2 = perlakuan, dengan tenaga biomagnetik terlatih tingkat PP. P3 = perlakuan, dengan tenaga biomagnetik terlatih tingkat BP. O1 = observasi kontrol O2 = observasi PP O3 = observasi BP
3.1.1 Observasional. Rancangan observasional dipakai untuk melihat bentuk gelombang, dari kelompok dengan tenaga biomagnetik terlatih tingkat Persiapan Payung (PP) dan Bayu Pamungkas (BP) dibandingkan dengan kelompok dengan tenaga biomagnetik tidak terlatih. Sampel diambil secara acak sederhana. Kreteria inkulsi: 1) Kelompok dengan tenaga biomagnetik tidak terlatih dan kelompok dengan tenaga biomagnetik terlatih tingkat PP dan BP dari Lembaga Beladiri Perguruan Sinar Putih . 2) Bersedia ikut dalam penelitian ini (Informed Consent) Kreteria ekslusi: Kelompok yang dalam keadaan sakit fisik maupun mental
3.2 Jumlah Sampel Jumlah minimal sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus : (n-1)(t-1) ≥ 15 Dimana : n = jumlah sampel minimum masing-masing kelompok. t = perlakuan = 3, maka didapat n = 9.
541
SIMPOSIUM FISIKA NASIONAL 2014 (SFN XXVII), 16-17 Oktober 2014,Denpasar-Bali
3.3. Definisi Operasional 1) Bioenergi adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh mereka yang mempunyai tenaga biomagnetik yang dapat dihitung dengan nilai frekuensi yang didapat dari foto kirlian 2) Bentuk gelombang adalah gelombang energi pada mereka yang mempunyai tenaga biomagnetik yang dapat dilihat dengan osiloskop 3) Amplitudo adalah amplitudo gelombang yang diukur dengan alat osiloskop. 4) Tingkatan Persipan Payung (PP) adalah tingkatan kemampuan tenaga biomagnetik dari mereka yang mengikuti latihan selama 60 bulan (5 tahun) pada Lembaga Beladiri Sinar Putih. 5) Tingkatan Bayu Pamungkas (BP) adalah tingkatan kemampuan tenaga biomagnetik dari mereka yang sudah latihan selama 132 bulan (11 tahun) pada Lembaga Beladiri Sinar Putih. 6) Transfer energi adalah energi yang ditransfer oleh mereka kepermukaan plat agar yang sudah diinokulasi dengan bakteri ETEC, yang dalam penelitian ini dilakukan selama 1 menit. 7) ETEC adalah bakteri ETEC strain B2432 yang dipakai dalam penelitian ini, diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Denpasar. 8) Kontrol yang dipakai dalam penelitian ini adalah kelompok dengan tenaga biomagnetik yang tidak terlatih (tidak pernah mengikuti latihan pemusatan tenaga biomagnetik) 9) Perlakuan adalah kelompok yang telah mengikuti latihan sampai tingkat PP dan BP.
Gambar 3.1. Diagram Alir Percobaan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari 30 orang sampel yang diperiksa (masing-masing sepuluh orang dari kontrol, PP dan BP). Didapatkan hasil sebagai berikut: 4.1. Bentuk dan Amplitudo Gelombang. Dengan menggunakan osiloskop dapat dilihat perbedaan biomagnetik antara kelompok sampel yang tidak terlatih dengan yang terlatih, seperti Gambar 4.1. Dari gambar tersebut tampak dengan jelas perbedaan bentuk, terutama amplitude gelombangnya. Amplitudo gelombang dari ketiga kelompok PP, BP, dan kontrol terlihat seperti pada Tabel 4.1.
3.4 Alur Penelitian Alur penelitian adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1. Bentuk Gelombang, dari kelompok kontrol, PP, dan BP . A, kontrol; B, PP; dan C, BP.
542
SIMPOSIUM FISIKA NASIONAL 2014 (SFN XXVII), 16-17 Oktober 2014,Denpasar-Bali
Tabel 4.1. Amplitudo gelombang (volt) ketiga kelompok percobaan.
No. kasus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PP 11,30 12,10 12,20 10,40 10,50 12,20 10,10 10,20 10,40 10,10
Total Rerata
109,50 10,95
Disamping itu faktor bakat dari masingmasing peserta kemungkinan mempunyai peranan dalam olah tenaga biomagnetik.
Kelompok Percobaan BP Kontrol 12,350 5,20 13,40 5,30 15,10 4,90 11,30 5,10 19,10 5,10 11,40 4,80 13,20 4,70 14,10 5,20 15,20 5,10 14,30 5,10 139,60 13,96
4.2. Kekuatan energi. Kekuatan energi dari ketiga kelompok percobaan PP, BP,dan kontrol disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Kekuatan energi dalam Joule ketiga kelompok percobaan.
50,50 5,05
Uji normalitas menunjukkan data berdistribusi normal dimana nilai statistik Shapiro-Wilk kelompok PP, BP, dan kontrol adalah 0,791, 0,902, dan 0,898 secara berturutan dengan nilai p>0,05. Sedangkan uji homogenitas menunjukkan ketiga kelompok percobaan tidak homogen dimana nilai statistik Levene sebesar 6,615 dengan p<0,01. Untuk menguji perbedaan rerata diantara ketiga kelompok dilakukan analisis multiple comparassion dengan uji Tamhane. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok percobaan PP dan BP menghasilan amplitudo berturut-turut 5,90 dan 8,91 volt lebih besar dari kontrol. Perbedaan ini secara statistik bermakna dengan nilai p<0,01. Demikian pula dengan amplitudo kelompok BP menunjukkan 3,01 vot lebih besar dari kelompok PP dan secara statistik berbeda bermakna dengan p<0,01, seperti disajikan pada Tabel 4.2 dibawah ini.
Data kekuatan energi dari ketiga kelompok percobaan yaitu PP, BP, dan kontrol berdistribusi tidak normal untuk kelompok BP dan kontrol. Nilai statistik Shapiro-Wilk dari kedua kelompok tersebut adalah 0,839 dan 0,594 secara berturutan dengan nilai p < 0,05. Demikian pula dengan homogenitas varian data kekuatan energi yang dihasilkan dari ketiga kelompok percobaan diuji dengan Levene Test (nilai statistik Levene test 14,684) didapatkan bahwa ketiga kelompok percobaan tidak homogen dengan p< 0,01. Analisis perbedaan energi yang dihasilkan masing-masing kelompok dilakukan dengan uji Tamhane. Hasil analisis menunjukan bahwa perlakuan PP menghasilkan energi 4,204 Joule lebih besar dari kontrol dan perlakuan BP menghasilkan energi 8,573 Joule lebih besar dari kontrol. Perbedaan tersebut secra sttaistik bermakna dengan nilai p < 0,05. Sedangkan energi yang dihasilkan kelompok PP dan BP tidak berbeda secara bermakna dimana hasil analisis menunjukan nilai p > 0,05. (Tabel 4.4).
Tabel 4.2. Hasil analisis perbedaan rerata amplitudo antara ketiga kelompok percobaan Kelompok Yang dibanding kan ControlPP ControlBP PP-BP
Beda rerata
Std. Error
Nilai p
CI 95 % Batas bawah
Batas atas
-5,90 -8,91 -3,01
0,293 0,718 0,770
0,000 0,000 0,006
-6,741 -11,00 -5,149
-5,06 -6,82 -0,87
Tabel 4.4 Hasil analisis perbedaan rerata kekuatan energi antara kelompok percobaan.
Dari Gambar 4.1. terlihat bahwa diantara kontrol, PP dan BP bentuk gelombangnya berbeda yang mana ditentukan oleh perbedaan besarnya amplitudo, yang secara satistik berbeda bermagna ( P< 0.01). Keadaan ini kemungkinan ditentukan oleh tingkatan kelas yang ditentukan oleh intensitas latihan.
Kelompok Yang dibanding kan Control-PP Control-BP PP-BP
543
Beda rerata
Std. Error
Nilai p
CI 95 % Batas bawah
Batas atas
-4,20 -8,57 4,37
0,965 2,425 2,498
0,00 2 0,01 6 0,29 0
-6,783 -15,52 -2,647
-1,62 -1,62 11,38
SIMPOSIUM FISIKA NASIONAL 2014 (SFN XXVII), 16-17 Oktober 2014,Denpasar-Bali
Dari data diatas terlihat bahwa kekuatan energi antara PP dan BP berbeda bermakna dibandingkan dengan kontrol, tetapi antara PP dan BP ternyata tidak berbeda bermakna. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor latihan dari kelompok PP dan BP, dimana latihan yang intensif dapat menghasilkan kekuatan energi yang lebih tinggi. Walaupun tingkat atau kelas lebih rendah tetapi bila frekuensi latihannya lebih sering dan lebih teratur maka kemungkinan kekuatan energinya akan meningkat. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut.
rerata jumlah koloni pada perlakuan PP. Perbedaan tersebut secara statistik juga sangat bermakna dimana perbedaan tersebut memiliki nilai p < 0,01. (Table. 4.6)
4.3. Hambatan pertumbuhan bakteri ETEC
Bila diperhatikan pertumbuhan koloni bakteri ETEC pada Nutrien Agar (NA) setelah terpapar tenaga biomagnetik akan terlihat bahwa pertumbuhan koloni lebih sedikit pada PP dan BP dibandingkan dengan kontrol, demikian pula pertumbuhan pada BP lebih sedikit dibandingkan dengan PP (Gambar 4.2). Disamping itu bentuk koloni juga tampak berbeda pada kelompok kontrol , PP dan BP (Gambar 4.2).
Tabel 4.6. Hasil analisis Post Hoc perbedaan rerata jumlah koloni Antara perlakuan
Jumlah koloni bakteri ETEC yang tumbuh dari ketiga percobaan disajikan pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada ketiga kelompok percobaan
Uji normalitas data pertumbuhan koloni bakteri dari ketiga kelompok percobaan yaitu PP, BP, dan kontrol berdistribusi normal dimana nilai statistik Shapiro-Wilk secara berturutan adalah 0,846, 0,940, dan 0,863 dengan nilai p > 0,05. Sedangkan homogenitas varian data jumlah koloni bakteri dari ketiga kelompok percobaan diuji dengan Levene Test didapatkan varian data jumlah koloni yang tumbuh di ketiga kelompok percobaan tidak homogen. Hasil uji satistik Levene sebesar 18,795 dengan nilai p < 0.01. Hasil analisis multiple comparassion dengan uji Tamhane didapatkan bahwa perlakuan PP dan BP memiliki rerata pertumbuhan koloni 174,16 dan 220,50 lebih kecil dari kontrol secara berturutan atau dalam kata lain PP dapat menghambat pertumbuhan koloni sekitar 59,4 % dan perlakuan BP sekitar 75,2 % dibandingkan kelompok kontrol. Perbedaan tersebut secara statistik sangat bermakna dengan nilai p < 0,01. Rerata pertumbuhan koloni pada perlakuan BP 46,33 (38,97%) lebih sedikit dibandingkan dengan
Gambar 4.2 . Pertumbuhan bakteri ETEC pada NA setelah terpapar tenaga Biomagnetik dari kelompok Kontrol (A);. PP (B) dan.BP (C).
Hasil penelitian menunjukan bahwa kekuatan energi antara kelompok PP dan BP tidak berbeda bermakna, sedangkan hambatan pertumbuhan bakteri ETEC pada media NA pada antara kelompok PP dan BP berbeda bermakna (BP daya hambatnya lebih besar dari PP). Hal ini menunjukan bahwa hambatan pertumbuhan bakteri ETEC tidak hanya ditentukan oleh kekuatan energi, kemungkinan masih ada faktor lain. Dilaporkan bahwa seseorang dengan tingkat yang lebih tinggi (BP) pancaran energinya berbentuk gasing, sedangkan tingkat yang lebih rendah (PP) pancaran energinya berbentuk lurus. Pancaran energi yang berbentuk gasing diduga mempunyai daya hambat pertumbuhan bakteri lebih kuat dibandingkan pancaran energi yang lurus [9]. Disamping itu pancaran energi yang 544
SIMPOSIUM FISIKA NASIONAL 2014 (SFN XXVII), 16-17 Oktober 2014,Denpasar-Bali
berbentuk gasing dapat merubah bentuk koloni bakteri yang tumbuh pada NA. Apakah bentuk pancaran energi memang ikut berperan dalam menghambat pertumbuhan dan merubah bentuk koloni bakteri ETEC yang tumbuh pada media NA masih perlu diteliti lebih lanjut.
4.
5. KESIMPULAN
5.
Bentuk gelombang tampak berbeda antara kelompok kontrol, PP dan BP. 1. Amplitudo gelombang dari kelompok terlatih (PP dan BP ) lebih besar dari kelompok yang tidak terlatih (Kontrol) dengan p< 0,01. 2. Energi yang dipancarkan oleh kelompok yang terlatih (PP dan BP) lebih besar dari pada kelompok yang tidak terlatih (Kontrol) dengan p < 0,05, tetapi antara kelompok PP dan BP tidak berbeda bermakna ( p>0,05). 3. Hambatan terhadap pertumbuhan koloni bakteri ETEC oleh kelompok yang terlatih (PP dan BP) lebih besar secara bermakna (p< 0,01) dari pada kelompok yang tidak terlatih (Kontrol), demikian pula antara kelompok BP lebih besar secara bermakna dari PP ( p< 0,01).
6. 7. 8.
9. 10.
11.
12.
6. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada LBD. Sinar Putih Cabang Bali, yang telah ikut serta dalam penelitian ini dalam memberikan energy biomagnetik (tenaga dalam). 7. REFERENSI 1. David H. Francis, PhD, Enterotoxigenic Escherichia coli infection in pigs and its diagnosis, Journal of Swine Health and Production, Volume 10, Number 4, pp.171-175 (2002). 2. Ann-Mari Svennerholm, From cholera to Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) vaccine development, Indian J. Med. Res. 133, pp. 188-194 (2011). 3. Matilda Nicklasson, John Klena, Claudia Rodas, August Louis Bourgeois, Olga Torres, Ann-Mari Svennerholm, and Åsa Sjöling, Enterotoxigenic Escherichia coli
545
Multilocus Sequence Types in Guatemala and Mexico,Emerging Infectious Diseases, Vol. 16, No.1, pp.143-146, 2010. Béla Nagy, Péter Zs. Fekete, Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) in farm animals, Inra/Elsevier, Paris, vet, Res.30, pp. 259-284, 1999. Netty Febriyanti Sugianto, Uji Anti Diare, FMIPA UI, 2008, Hal.4-16. Andrews T,Melihat dan Membaca AURA, Gramedia Utama, Jakarta, 2005. Smith M.,Melihat AURA Dalam Waktu 60 Detik,Gramedia Utama, Jakarta, 2006. Lilik H,Memahami Tenaga Dalam Sinar Putih Sebagai Tenaga Medan Biomagnetik dan BioElektromagnetik, 2008. Lilik H, Amrinsyah Nasution, Ilmu Pernafasan, Yogjakarta, 2007. Holt G. J, Bergy’s Manual of Determinative Bacteriology Ninth Edition, Lippincott Williams dan Wilkins, 1994. Prescot M. L, Microbiology Second Edition, Wm. C Brown Publishers. London, Inggris, 1993. Brock, TD and Madigan, MT, Biology of Microorganisms, Prentice Hall International Inc. Englewood Cliffts, New Jersey, 1998, Pp 60-112.