Pemakaian Deiksis Persona dalam Bahasa Indonesia Oleh : Harits Utama1
Abstrak Pronomina persona dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi tiga bentuk, pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga yang masing-masing dibedakan pula dalam bentuk tunggal dan jamak. Pemakaian pronomina atau kata ganti orang ini acapkali keluar dari kaidah yang semestinya. Skripsi ini bertujuan meneliti pemakaian pronomina persona dalam bahasa Indonesia serta bentuk pemakaian pronomina persona yang menyimpang dari kaidah mengaturnya. Penggunaan kata ganti diri diatur dalam aspek kesantunan berkomunikasi. Ada kalanya penutur menggunakan kata ganti diri yang menunjukkan kesopanan jika berhadapan dengan lawan tutur yang lebih tua dan ada kalanya penutur menggunakan kata ganti diri yang menunjukkan keakraban jika berhadapan dengan lawan tutur yang sebaya atau lebih muda. Penggunaan bahasa semacam ini memperhatikan aspek sosiolinguistik dalam tindak komunikasi. Selain itu, hasil penelitian ini juga membuktikan adanya pembalikan dalam pemakaian kata ganti persona. Namun, pembalikan ini merupakan suatu hal yang lazim dilakukan oleh penutur bahasa Indonesia. Kata Kunci : Deiksis, Pronomina, Pembalikan, Sosiolinguistik, Referen, Rujukan
Pendahuluan Dalam kegiatan berbahasa, sering digunakan kata-kata atau frasa-frasa yang rujukannya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi pembicara, saat atau waktu tindak tutur terjadi dan tempat dituturkannya kata-kata itu. Dalam bidang 1inguistik terdapat pula istilah rujukan atau sering disebut referensi, yaitu kata atau frase yang menunjuk kepada kata, frase atau ungkapan yang akan diberikan. Rujukan semacam itu oleh Nababan (1987:40) disebut deiksis. Pengertian deiksis menurut pandangan tradisional dibedakan dengan pengertian katafora dan anafora. Deiksis katafora diartikan sebagai tuturan luar. Menurut pandangan yang menjadi pusat orientasi si penuturnya, deiksis katafora mengacu pada hal-hal yang berada si luar konteks wacana, sedangkan anafora merujuk di dalam tuturan, baik yang mengacu pada kata yang berada di belakang maupun yang merujuk pada kata yang berada di depan (Lyons, 1977:638). Sementara Nansi (1983:181) memberikan definisi 1
Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, 2012
deiksis sebagai rujukan suatu kata yang berpindah dan bergantung pada siapa yang berbicara, di mana pembicara atau pendengar dan waktu dituturkannya katakata tersebut. Berdasarkan jenisnya, deiksis dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu, deiksis persona, deiksis waktu, dan deiksis ruang. Deiksis persona menyangkut kata ganti persona di dalamnya, deiksis waktu berhubungan dengan pemakaian waktu (temporal), sedangkan deiksis ruang berhubungan dengan kata ganti tunjuk (demonstrativa). Komunikasi yang peserta tindak ujarannya berpijak pada ruang dan waktu yang sama ini bersifat egosentris (berpusat pada penutur), atau menurut Lyons (1977, dalam Kaswanti Purwo, 1984:156), si pembicara berada pada titik nol; segala sesuatu diarahkan pada sudut pandang penutur. Penutur atau pembicara yang pada umumnya menjadi acuan kata ganti dapat berganti peran dalam tindak komunikasi tertentu. Penunjukan yang bertitik labuh pada si pembicara dan tidak egosentris disebut pembalikan deiksis. Pembalikan deiksis adalah penciptaan dasar deiktis bukan dalam persona penutur, tempat penutur, atau saat penutur melainkan dalam persona lain penutur beridentifikasi dengannya (Verhaar, 2008: 410). Lyons (dalam Kaswanti Purwo, 1984: 156) membicarakan apa yang disebutnya “situasi tuturan yang kanonik” (the canonical situation of utterance). Dalam situasi tuturan kanonik ini semua peserta tindak ujaran hadir dalam dimensi ruang dan waktu yang sama; masingmasing dapat melihat satu sama lain, dapat mempergunakan panca indranya untuk menangkap hal-hal yang paralingual (seperti gerak-gerik, isyarat tangan, mata). Selain mengacu pada referennya, penggunaan kata ganti diri juga memperhatikan aspek sosial. Deiksis persona dalam bahasa Indonesia memiliki beragam bentuk dan macamnya. Seperti dua bentuk kata ganti persona pertama: aku dan saya, masing-masing memiliki perbedaan dalam pemakaiannya. Kata aku hanya dapat dipakai dalam situasi informal, misalnya di antara dua peserta tindak ujaran yang saling mengenal atau sudah akrab hubungannya. Kata saya digunakan dalam situasi formal (misalnya, dalam suatu ceramah, perkuliahan,atau di antara dua peserta tindak ujaran yang belum saling menganal). Namun, selain itu, kata
saya dapat pula dipakai dalam situasi informal atau dengan kata lain kata saya dapat digunakan dalam konteks pemakaian yang sama dengan kata aku. Berbeda dengan kata saya, kata ganti persona pertama aku tidak terkesan sopan jika digunakan kepada orang yang lebih tua.
Pembahasan Menurut Kaswanti Purwo (1984: 1) sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila rujukannya berpindah-pindah atau berganti-ganti, bergantung siapa yang menjadi pembicara, saat dan tempat dituturkannya kata-kata itu. Dalam bidang linguistik terdapat pula istilah rujukan atau sering disebut referensi, yaitu kata atau frase yang menunjuk kata, frase atau ungkapan yang akan diberikan. Sistem deiksis bahasa yang satu dengan bahasa yang lain adalah berbeda. Hal ini dimungkinkan karena tiap-tiap bahasa memiliki kaidah bahasa dan latar belakang budaya tersendiri yang berbeda dengan kaidah latar belakang budaya bahasa yang lain. Perbedaan ini membawa konsekuensi tersendiri bagi orang yang akan mempelajari atau mendalami dan menggunakannya dalam tindak komunikasi. Pronomina Persona Pertama Dalam Bahasa Indonesia, pronomina persona pertama tunggal adalah saya dan aku. Bentuk saya, biasanya digunakan dalam tulisan atau ujaran yang resmi. Bentuk saya, dapat juga dipakai untuk menyatakan hubungan pemilikan dan diletakkan di belakang nomina yang dimilikinya, misalnya: rumah saya, paman saya. Pronomina persona pertama aku, lebih banyak digunakan dalam situasi nonformal dan lebih banyak menunjukkan keakraban antara pembicara/penulis dan pendengar/pembaca. Pronomina persona aku mempunyai variasi bentuk, yaitu –ku dan ku–. Pronomina Persona Pertama Tunggal ‘saya’ Pada pronomina persona pertama tunggal bentuk saya digunakan pembicara untuk menunjuk dirinya sendiri. Biasanya bentuk ini dipakai dalam situasi yang formal, misalnya seperti dalam sebuah wawancara. Untuk pronomina persona pertama tunggal saya ditemukan data:
(1) “Memperluas jaringan internasional yang akan bermanfaat untuk karier masa depan saya. (K/ Selasa, 27 Maret 2012/ 35). Pronomina Persona Pertama Tunggal ‘aku’ Pada pronomina persona pertama tunggal bentuk aku digunakan pembicara untuk menunjuk dirinya sendiri. Berbeda dengan bentuk saya, bentuk aku biasanya dipakai dalam situasi yang tidak formal, misalnya seperti pada percakapan biasa antar-teman. (2) “Permainan kita belum berakhir, Mir. Aku mungkin takkan pernah mendapat teman sepertimu lagi!” (B/ Kamis, 17 November 2011/ 25). Bentuk pronomina persona pertama tunggal aku merupakan kata ganti orang pertama yang asli. Bentuk pronomina persona pertama tungal saya merupakan kata ganti persona pinjaman dari bentuk sahaya. Bentuk pronomina persona pertama tunggal aku memiliki dua variasi bentuk, yakni –ku dan ku–. Berdasarkan distribusi sintaksisnya, bentuk –ku merupakan bentuk lekat kanan, sedangkan bentuk ku– merupakan bentuk lekat kiri. Bentuk lekat kanan seperti itu dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai dalam konstruksi posesif dan dalam konstruksi posesif bentuk persona senantiasa lekat kanan. (3) “Pinjam uangku saja!” bisik Udin tiba-tiba. (B/ Kamis, 5 Januari 2012/ 47). Di samping digunakan dalam kostruksi posesif, bentuk –ku dapat pula menduduki fungsi objek dan berperan objektif. (4) “Kamu memandangku setelah mengamati pas fotoku.” (Nov/ BKMD/ 2). Selain menduduki fungsi objek dan berperan objektif, bentuk –ku dapat pula menduduki fungsi subjek dan berperan subjektif. (5) Pak Sanchez marah. “Hei Gomez! Keluar dari kiosku sekarang juga!” (B/ Kamis, 17 November 2011/ 18). Bentuk ku– sebagai bentuk lekat kiri dalam hal pemakaiannya sama sekali berbeda dengan bentuk –ku. Bentuk ku– umumnya diletakkan pada kata yang terletak disebelah kirinya, dalam rangkaian verba dan mengisi kostituen pelaku. Perhatikan beberapa data berkut.
(6) “Mengapa kutemukan ini di bulan Februari?” (Nov/ BKMD/ 111). (7) “Kujemput kamu besok pagi?” (Nov/ BKMD/ 90). Kedua bentuk kata ganti persona tersebut masing-masing memiliki perbedaan dalam pemakaian. Kata aku hanya dapat dipakai dalam situasi informal, misalnya di antara dua peserta tindak ujaran yang saling mengenal atau sudah akrab hubungannya. Kata saya biasanya digunakan dalam situasi formal, misalnya dalam suatu ceramah, kuliah, atau di antara dua peserta tindak ujaran yang belum saling mengenal. Akan tetapi, kata saya juga dapat dipakai dalam situasi informal. Kata saya bisa dipergunakan dalam konteks pemakaian yang sama dengan halnya kata aku. Selain pronomina persona pertama tunggal, bahasa Indonesia mengenal pronomina persona pertama jamak, yakni kami dan kita. Pronomina Persona Pertama Jamak ‘kami’ Pronomina persona pertama jamak bentuk kami bersifat eksklusif; artinya, pronomina itu mencakupi pembicara/penulis dan orang lain dipihaknya, tetapi tidak mencakupi orang lain dipihak pendengar/pembacanya. (8)
Kami akan beangkat pukul enam pagi.
Implikasi kalimat (8) adalah bahwa hanya pihak pembicara/orang pertama yang turut serta dalam keberangkatan pukul enam pagi tersebut sedangkan pendengar/lawan bicara tidak. Pronomina persona pertama jamak bentuk kami juga dipakai dengan pengertian tunggal untuk mengacu pada penbicara/ penulis dalam situasi yang formal. Perhatikan data berikut: (9)
“Saya bangga dengan penyelenggaraan HNMUN 2012 karena bisa membuktikan bahwa kami sebagai generasi muda yang peduli dengan berbagai permasalahan global. Kami ingin menyumbangkan ide atau gagasan melalui HNMUN 2012 yang diikuti lebih dari 3000 peserta,” kata Dominik P. Nieszporowski, Secretary General Harvard National Model United Nations 2012. (K/ Selasa, 27 Maret 2012/ 35).
Pronomina Persona Pertama Jamak ‘kita’
Pronomina persona pertama jamak bentuk kita bersifat inklusif; artinya, pronomina itu mencakupi tidak saja pembicara/penulis, tetapi juga pendengar/pembaca, dan mungkin pula pihak lain. (10) Kita akan berangkat pukul enam pagi. Implikasi kalimat (10) adalah bahwa bukan hanya pembicara/orang pertama saja yang turut serta dalam keberangkatan pada pukul enam pagi tersebut, tetapi juga pendengar/ lawan tutur akan ikut. Perhatikan data lainnya: (11) Mbak Anya Dwinov, bisa kita kerja sama di bidang agen perjalanan dan sebagainya? (K/ Selasa, 27 Maret 2012/ 33). (12) Paman Kikuk mengajak Husin, Asta, dan Bibi Ndari makan di restoran apung. “Di sini, kita bisa makan sambil mincing, lo!” ujar Paman Kikuk. (B/ Kamis, 27 Oktober 2011/ 24). Pronomina Persona Kedua Pronomina persona kedua tunggal mempunyai beberapa wujud, yakni engkau, kamu, Anda, kau– dan –mu. Beriikut ini adalah data pemakaiannya. Pronomina Persona Kedua Tunggal ‘engkau’ dan ‘kamu’ Bentuk pronomina persona kedua tunggal adalah engkau dan kamu. Kedua bentuk kata ganti persona kedua tunggal tersebut masing-masing mempunyai bentuk variasi kau– dan mu –. Bentuk persona ini biasanya dipergunakan oleh: a) Orang tua terhadap orang yang lebih muda yang telah dikenal dengan baik dan lama. b) Orang yang mempunyai status sosial yang lebih tinggi untuk menyapa lawan bicara yang statusnya lebih rendah. c) Orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa memandang umur atau stastus sosial. Perhatikan beberapa data berikut. (13) “Arya, kamu itu justru spesial, karena kamu cadel. Jadi, tidak ada gunanya sedih atau marah!” Mama menenangkan Arya. (B/ Kamis, 22 Desember 2011/ 18). (14) “Engkau mau bertempur? Berapa kali Ayah sudah melarang. Engkau jangan campur-campur dengan bertempur-tempur! Apa
engkau pikir engkau bisa menang dengan pistol kecil itu?” (Nov/ JTAU/ 19). (15) “Tapi, omong-omong, dari mana tantemu dapat ide tentang gelang manik itu?” (B/ Kamis, 29 September 2011/ 19). Seperti halnya kata ganti persona pertama, bentuk variasi dari kata ganti persona kedua tunggal, yakni –mu dan kau– juga memiliki tugas masing-masing. Berdasarkan distribusi sintaksisnya bentuk –mu merupakan bentuk lekat kanan, sedangkan bentuk kau– merupakan bentuk lekat kiri. Bentuk lekat kanan pada kata ganti persona kedua dapat kita jumpai dalam kostruksi poseseif. Perhatikan data berikut. (16) “Ya, Tuhan! Angsa putihmu pecah? Siapa yang melakukan?” (Nov/ BKMD/ 9). (17) “Semalam Papa masuk kamarmu dan mendengar suara jangkrik di bawah tempat tidurmu. Kenapa ada jangkrik di sana, Dio?” tanya Papa lembut. (B/ Kamis, 5 Januari 2012/ 37). Di samping digunakan dalam konstruksi posesif, bentuk –mu dapat juga menduduki fungsi objek dan berperan objektif. (18) “Jangan menyalahkan diri sendiri. Kamu tinggal mencari titik untuk bangkit kembali. Aku akan membantumu.” (Nov/ BKMD/ 115). Bentuk kau– sebagai bentuk lekat kiri dalam hal pemakaiannya sama sekali berbeda dengan bentuk –mu. Bentuk kau– umumnya diletakkan pada kata yang terletak di sebelah kirinya sebagai pengisi konstituen pelaku. (19) “. . . Kalau kau mau kakimu sembuh, mintalah pada ratu pantai selatan ini,” (B/ Kamis, 5 Januari 2012/ 10). Pronomina Persona Kedua Tunggal ‘Anda’ Pronomina persona kedua tunggal Anda dimaksudkan untuk menetralkan hubungan, seperti halnya kata you dalam bahasa Inggris. Meskipun kata itu telah banyak dipakai, struktur nilai sosial budaya kita masih membatasi pemakaian pronomina itu. Pronomina Anda dipakai pada saat: 1. Dalam hubungan yang takpribadi sehingga Anda tidak diarahkan pada satu orang khusus.
2. Dalam hubungan tatap muka tetapi pembicaranya tidak ingin terlalu formal ataupun terlalu akrab. Lihat beberapa data berikut: (20) “Anda tidak akan menemukan telepon fixed line di meja-meja kantor kami,” ungkap dia. (MI/ Senin, 2 April 2012/ 19) (21) “Kiat-kiat apa yang Anda lakukan dalam berinvestasi? Apakah perrnah mengalami kerugian?” (K/ Selasa, 27 Maret 2012/ 33) Pronomina Persona Kedua Jamak ‘kalian’ Bentuk persona kedua di samping mempunyai bentuk tunggal seperti tersebut di atas juga memiliki bentuk jamaknya, yaitu kalian dan bentuk persona kedua tunggal yang ditambah dengan kata sekalian, seperti anda sekalian, kamu sekalian, dan sebagainya. Meskipun bentuk kalian tidak terikat pada tata krama sosial, yang status sosialnya lebih rendah umumnya tidak memakai bentuk itu terhadap orang yang lebih tua atau orang yang berstatus sosial lebih tinggi. (22) “Kenapa kalian murung? Apa yang terjadi?” (B/ Kamis, 17 November 2011/ 11). (23) “Benar kata Andi dan Lucki. Kalian sama keras kepalanya!” (Nov/ BKMD/ 150). Pronomina Persona Ketiga Pronomina persona ketiga tunggal terdiri atas ia, dia, –nya dan beliau. Dalam posisi sebagai subjek, atau di depan verba, ia dan dia sama-sama dapat dipakai. Akan tetapi, jika berfungsi sebagai objek, atau terletak di sebelah kanan dari yang diterangkan, hanya bentuk dia dan –nya yang dapat muncul. Pronomina persona ketiga tunggal beliau digunakan untuk menyatakan rasa hormat, yakni dipakai oleh orang yang lebih muda atau berstatus sosial lebih rendah daripada orang yang dibicarakan. Dari keempat pronomina tersebut, hanya dia, –nya dan beliau yang dapat digunakan untuk menyatakan milik. Pronomina Persona Ketiga Tunggal ‘ia’ Pronomina persona ketiga tunggal ia menunjuk pada persona di luar percakpan antara pembicara dan pendengar. Pada penggunaannya dalam kalimat, bentuk kata ganti persona ketiga tuggal ia hanya bisa berfungsi sebagai subjek.
(24) Kuma sangat gembira. Ia malah kini mempunyai banyak sahabat sejati. (B/ Kamis, 3 November 2011/ 11). Pronomina Persona Ketiga Tunggal ‘dia’ Pronomina persona ketiga tunggal ia dan dia dalam banyak hal berfungsi sama. Akan tetapi, jika bentuk ia hanya dapat berfungsi sebagai subjek, bentuk dia dapat pula berfungsi sebagai objek. Data bentuk dia sebagai subjek: (25) Pipi sangat sedih. Dia memang berbeda dengan teman-teman kurcacinya. (B/ Kamis, 20 Oktober 2011/ 46). Data bentuk dia sebagai objek: (26) Sejak saat itu, Kuma tidak terkenal lagi. Ia hanya menjadi ayam biasa. Banyak ayam lain yang sudah bisa berkokok indah seperti dia. (B/ Kamis, 3 November 2011/ 11). Pronomina Persona Ketiga Tunggal ‘–nya’ Pronomina persona ketiga tunggal –nya menunjuk pada persona di luar percakpan antara pembicara dan pendengar. Pada penggunaannya dalam kalimat, bentuk kata ganti persona ketiga tuggal –nya hanya bisa berfungsi sebagai objek. Perhatikan data berikut: (27) Sebenarnya Rosa baik. Aku senang berteman dengannya. (B/ Kamis, 3 November 2011/ 32). (28) Akan tetapi, kali ini, Amir benar-benar keterlaluan. Sudah beberapa hari, Angga gagal mencarinya. (B/ Kamis, 17 November 2011/ 24). Pronomina Persona Ketiga Tunggal ‘beliau’ Pronomina persona ketiga tunggal beliau digunakan untuk menyatakan rasa hormat. Oleh karena itu, beliau dipakai oleh orang yang lebih muda atau berstatus sosial lebih rendah dari pada orang yang dibicarakan. (29) “Siapa to yang tidak kenal HB IX. Beliau raja yang mau turun dan menyapa rakyat kecil.” ucap Suwarto. (K/ Senin, 21 Mei 2012/ 1). Pronomina Persona Ketiga Jamak ‘mereka’ Pronomina persona ketiga jamak adalah mereka. Pada umumnya mereka hanya dipakai untuk insan. Benda atau konsep yang jamak dinyatakan dengan
cara yang lain; misalnya dengan mengulang nomina tersebut (reduplikasi) atau dengan mengubah sintaksisnya. Mereka tidak mempunyai variasi bentuk sehingga dalam posisi mana pun hanya bentuk itulah yang dipakai, misalnya usul mereka, rumah mereka. (30) “Tidak apa-apa kami mencoba pakaian Tira?” Li-El dan Dania bertanya khawatir. Akhirnya mereka bertiga mencoba berbagai penampilan. Suasana makin seru saat ketiganya berjalan-jalan di kamar, bergaya bak peragawati. Ada peragaan busana mendadak di kamar Tira. (B/ Kamis, 13 Oktober 2011/ 10). Pembalikan Deiksis Persona dalam Bahasa Indonesia Dalam penggunaannya, kata yang bersifat deiktis adalah kata yang referen atau acuannya dapat berpindah-pindah. Kefleksibelan kata-kata atau leksemleksem deiktis acapkali berpengaruh pada makna kata dan maksud penutur. Hal ini merupakan fenomena-fenomena tindak tutur yang bukan pada tempatnya katakata itu digunakan. Kata ganti persona terdiri dari bentuk persona pertama, persona kedua dan persona ketiga. Di dalam bahasa Indonesia, bentuk ini masih dibedakan atas bentuk tunggal dan bentuk jamak. Pemakaian ketiga bentuk kata ganti ini dalam percakapan dapat keluar dari aturan yang ada. Pembalikan Deiksis Persona Bentuk Persona Pertama untuk Persona Kedua Pada kasus pembalikan deiksis persona bentuk persona pertama menunjuk persona kedua ditemukan data sebagai berikut: (31) Jadi sekarang Li-El bersiap-siap tanpa semangat. “Senangnya kalau aku tidak ikut,” ujar mama dari pintu kamar. Ah, Mama mengatakan isi pikiran Li-El dengan tepat. Mama melangkah masuk, tersenyum geli memandang barang-barang Li-El yang masih berantakan. (B/ Kamis, 29 September 2011/ 10). Pada data (31), kata aku adalah salah satu dari bentuk persona pertama, tetapi digunakan untuk menunjuk atau berreferen pada si lawan bicara atau
persona kedua. Bentuk pembalikan deiksis persona pertama menjadi persona kedua seperti pada data di atas diucapkan Mama untuk menyindir Li-El. Hal ini dipertegas oleh pernyataan selanjutnya sebagai berikut: “Mama mengatakan isi pikiran Li-El dengan tepat.” Data lainnya: (32) “Tapi, bukan berarti aku melarangmu belajar meniup flute,” tiba-tiba kamu memberi harapan. (Nov/ BKMD/ 5). Kata aku dalam kalimat (32) di atas diucapkan oleh persona kedua (kamu). Makna dari kata ganti aku tetap sebagai kata ganti orang pertama, tetapi referennya berpindah menunjuk orang kedua. Deiksis persona ini mengalami pembalikan deiksis. Pembalikan Deiksis Persona Bentuk Persona Pertama untuk Menunjuk Persona Ketiga Pada kasus pembalikan deiksis persona bentuk persona pertama menunjuk persona ketiga ditemukan data sebagai berikut: (33) Pernahkah terlintas dalam pikiranmu, tentang seseorang yang hadir di beranda dan berkata, “Kartu Valentine itu dariku.” (Nov/ BKMD/ 111). Pada data (33) di atas, seseorang adalah pelaku dari kalimat terebut yang merupakan orang ketiga. Namun, dalam data ini ia berganti menjadi orang pertama yang berubah menjadi bentuk –ku pada kalimat “Kartu Valentine itu dariku”. Pembalikan deiksis dari persona ketiga yang ditandai oleh kata seseorang berubah posisi acuannya menjadi persona pertama yang dipertegas oleh kata ganti –ku. Kemudian ditemukan data lainnya seperti: (34) Pernahkah engkau benar-benar merasa takjub, ketika sekali lagi ia mengatakan, “Burung kolibri merah dadu itu kuterbangkan dari hatiku, sungguh, hanya untukmu. Sungguh.” (Nov/ BKMD/ 112). Pada contoh (34) di atas, kata ganti ia yang berperan menunjuk kata ganti orang ketiga berubah fungsi menunjuk persona pertama. “… ketika sekali lagi ia mengatakan, “Burung kolibri merah dadu itu kuterbangkan dari hatiku …”” Kata
ganti persona ketiga ia, memosisikan acuannya sebagai kata ganti orang pertama menjadi ku– dan –ku. Pembalikan Deiksis Persona Bentuk Persona Kedua untuk Menunjuk Persona Pertama Pada kasus pembalikan deiksis persona bentuk persona kedua menunjuk persona pertama ditemukan data sebagai berikut: (35) Arga yang baik, aku tahu engkau akan datang sore ini. Aku kangen, seperti juga sahabat-sahabatmu lainnya yang lama tak berjumpa. Kamu mungkin ingin bertanya setelah menyatakan cinta padaku, “Apakah kamu mencintaiku?” Akan kujawab dengan setulus hati, “Ya”. (Nov/ BKMD/ 91). Deiksis persona kamu adalah kata ganti orang kedua, tapi tidak pada contoh (35) di atas. Kata kamu di atas diucapkan oleh persona pertama untuk menunjuk dirinya sendiri. “Kamu mungkin ingin bertanya setelah menyatakan cinta padaku,” Deiksis persona kamu di sini masih berreferen pada orang kedua karena kalimat ini disebutkan oleh orang pertama. Akan tetapi, pada kalimat selanjutnya “Apakah kamu mencintaiku?”, diucapkan oleh orang pertama yang seolah-olah dia adalah orang kedua sehingga kata kamu di sini tidak lagi mengacu pada orang kedua melainkan menunjuk orang pertama. Pembalikan Deiksis Persona Bentuk Persona Kedua untuk Persona Ketiga Pada kasus pembalikan deiksis persona bentuk persona kedua menunjuk persona ketiga ditemukan data sebagai berikut: (36) “Yang disangkakan, yang Anda (wartawan) muat di koran, TV, yakni penerimaan uang oleh Chandra tidak terbukti. Pertemuan Nazaruddin dengan CMH (Chandra), secara tempus (waktu) juga dilakukan saat Nazar belum jadi apa-apa, jadi pertemuannya tidak relevan,” ujar Bibit. (MI/ Kamis, 6 Oktober 2011/ 1). Kata anda (36) sebagai bentuk persona kedua juga dapat dipergunakan dalam pembalikan deiksis seperti ini. Kata anda pada contoh di atas menunjuk pada wartawan, bukan pembaca. Jika pada situasi seperti pemberitaan koran
tersebut posisi persona kedua terletak pada pembaca, kata anda itu mengalami pembalikan deiksis terhadap referennya. 3.1.1
Pembalikan Deiksis Persona Bentuk Persona Ketiga untuk Persona Pertama Pada kasus pembalikan deiksis persona bentuk persona ketiga menunjuk
persona pertama ditemukan data sebagai berikut: (37) Seperti yang sudah penulis sebutkan di atas [ . . . ] Pada kalimat (37) di atas bentuk penulis dipakai untuk menunjuk pada persona pertama. Kata tersebut digunakan oleh para pengarang buku untuk menghindari penyebutan bentuk persona pertama (untuk menyebut dirinya sendiri). Data lainnya: (38) “Berapa nomor handphone kamu?” Oh, nih, nomornya 085714619600, disave ya,” Pada data (38) di atas bentuk –nya bukan menunjuk pada orang ketiga melainkan menunjuk diri si pembicara/orang pertama. Dalam data tersebut terjadi pembalikan fungsi deiksis dari orang ketiga menjadi orang pertama. Pembalikan Deiksis Persona Bentuk Persona Ketiga untuk Persona Kedua Pada kasus pembalikan deiksis persona bentuk persona ketiga menunjuk persona kedua ditemukan data sebagai berikut: (39) Akhirnya, setelah perjalanan empat meter yang terasa satu kilometer, Bintang sampai di depan meja yang dituju, tempat seorang perempuan berponi pagar dengan rambut dikuncir duduk sendirian. Takseperti anak-anak lain di kelas tersebut yang mulai bersosialisasi dengan penghuni bangku tetangga, perempuan cantik berponi itu hanya duduk diam dan memandang yang lainnya dengan bosan. “Sorry, kursi sebelahnya kosong?” tanya Bintang. Perempuan berponi pagar pengalihkan pandangannya pada Bintang. (Nov/ H&T/ 11).
Pada data (39), bentuk persona ketiga (–nya) pada contok kalimat “Sorry, kursi sebelahnya kosong?” dipergunakan untuk menunjuk persona kedua. Pembalikan deiksis seperti ini hanya dapat terjadi pada bentuk terikat –nya, dan tidak pada bentuk bebas seperti ia, dia, beliau. Bentuk –nya yang dapat dipakai dalam pembalikan deiksis hanyalah bentuk yang berada di dalam konstruksi posesif; bentuk –nya dalam konstruksi seperti membelinya dan dibelinya tidak dapat dipergunakan dalam pembalikan deiksis. Pembalikan deiksis seperti ini hanya dapat terjadi pada bentuk terikat – nya, dan tidak pada bentuk bebas seperti ia, dia, beliau. Bentuk –nya yang dapat dipakai dalam pembalikan deiksis hanyalah bentuk yang berada di dalam konstruksi posesif; bentuk –nya dalam konstruksi seperti membelinya dan dibelinya tidak dapat dipergunakan dalam pembalikan deiksis. Yang dapat pula disebut dengan peristiwa pembalikan deiksis adalah apa yang lazim disebut “tuturan berbalik”. Perhatikan data tuturan berbalik dalam bahasa Indonesia berikut: (40) A : Wah, saya tidak bisa. Ada beberapa kemungkinan tanggapan (respon) pada pernyataan (49) tersebut. a. B : Jangan mengatakan saya tidak bisa sebelum kamu sendiri mencobanya. b. B : Jangan mengatakan tidak bisa sebelum kamu sendiri mencobanya. c. B : Jangan mengatakan kamu tidak bisa sebelum kamu sendiri mencobanya. Dalam bahasa Indonesia ada tiga kemungkinan konstruksi untuk menanggapi pernyataan si A (40). Di antara ketiga konstruksi itu hanya jawaban (40a) yang memperlihatkan peristiwa pembalikan deiksis.
Simpulan Kata ganti persona pertama; adalah katagorisasi rujukan pembicara pada dirinya sendiri atau dengan kata lain kata ganti persona pertama merujuk pada orang yang sedang berbicara. Kata ganti persona pertama dibagi menjadi dua, yaitu tunggal dan jamak. Kata ganti persona pertama tunggal memiliki dua bentuk, aku yang merupakan bentuk akrab/nonformal dan saya yang merupakan
bentuk formal, sedangkan kata ganti persona pertama jamak memiliki bentuk kami yang merupakan bentuk eksklusif dan kita yang merupakan bentuk inklusif. Kata ganti persona kedua; adalah kategorisasi rujukan pembicara kepada lawan bicara. Kata ganti persona kedua memiliki bentuk engkau dan kamu yang merupakan bentuk akrab/informal dan bentuk anda yang merupakan bentuk formal. Kata ganti persona kedua juga memiliki bentuk jamak, yaitu kalian. Kata ganti persona ketiga; adalah katagorisasi rujukan pembicara kepada orang yang berada di luar tindak komunikasi, atau dengan kata lain bentuk kata ganti persona ketiga merujuk orang yang tidak berada baik pada pihak pembicara maupun pada pihak lawan bicara. Bentuk tunggal kata ganti orang ketiga adalah ia dan dia. Selain kedua bentuk tersebut dikenal juga bentuk ketakziman beperti bentuk beliau. Bentuk jamak dari kata ganti orang ketiga adalah mereka. Seiring dengan penggunaannya dalam tindak komunikasi, deiksis kini tidak lagi menunjuk sesuai aturan yang berlaku. Deiksis persona tidak lagi bergantung pada apa yang disebut dengan kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga. Berdasarkan referen yang diacunya, deiksis persona bisa dengan bebas memilih sebagai bentuk kata ganti persona ke berapa ia memosisikan keberadaanya dalam konteks. Dalam bahasa Indonesia penggunaan sistem deiksis persona merujuk pada penggunaan sistem bentuk kata ganti persona yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda. Hal ini disebut dengan pembalikan deksis.
Daftar Sumber Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta Kaswanti Purwo, Bambang. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.