BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Pemakaian bahasa dalam komunitas backpacker Indonesia memiliki keunikan. Hal unik dalam istilah-istilah yang digunakan oleh komunitas backpacker ini adalah banyaknya bahasa-bahasa asing yang diserap, padahal beberapa istilah dalam bahasa Indonesia sebagian sudah ada padanan katanya. Istilah-istilah berbahasa asing tersebut dipertahankan pemakaiannya karena alasan-alasan tertentu, seperti alasan efektifitas, dan pemenuhan konsep, prestise. Dari data yang diperoleh, istilah-istilah dalam register komunitas backpacker umumnya merupakan istilah berbahasa Inggris. Sebanyak 57% istilah yang digunakan oleh komunitas backpacker merupakan istilah berbahasa Inggris. Sebagian lain merupakan istilah serapan yang telah disesuaikan dengan ejaan, blending, istilah berbahasa Indonesia, Belanda, Melayu, Prancis kuno, dan Sunda. Dari hal tersebut diketahui bahwa telah terjadi fenomena campur kode dalam register komunitas backpacker di Indonesia. Dalam komunitas backpacker Indonesia ini, campur kode yang terjadi adalah campur kode keluar dan campur kode ke dalam. Akan tetapi, campur kode ke dalam hanya sedikit sekali. Adanya istilah-istilah serapan serta campur kode ini telah memengaruhi fungsi pemakaian bahasa dalam komunitas backpacker. Fungsi bahasa yang terdapat dalam
68
69
register ini kemudian dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial sehingga terjadi pergeseran fungsi bahasa menjadi fungsi sosial. Fungsi bahasa dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, di antaranya adalah status sosial (status yang disandang oleh masyarakat yang termasuk dalam golongan masyarakat tertentu), latar belakang pendidikan, gender (yang dipengaruhi oleh halhal yang bersifat martabati), pekerjaan dan hobi, usia (yang akan memengaruhi gaya dan variasi bahasa), dan letak geografis. Fungsi bahasa yang kemudian terpengaruh oleh faktor-faktor sosial tersebut mengalami pergeseran fungsi menjadi fungsi sosial. Terdapat lima fungsi sosial pemakaian bahasa dalam komunitas backpacker¸ yaitu : 1) fungsi pemberi informasi berkaitan dengan berbagai informasi yang ingin disampaikan oleh seorang anggota komunitas backpacker dengan anggota lainnya. Fungsi pemberian informasi yang dimaksud adalah informasi-informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dunia backpacker, baik informasi mengenai tempat, sarana perjalanan, alat, maupun tips dalam melakukan kegiatan backpacking. 2) fungsi persuasif merupakan fungsi yang mengajak seseorang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal backpacking. Fungsi persuasif ini bisa juga dijadikan sebagai sarana promosi tempat-tempat wisata terntentu agar anggota komunitas lain mengunjungi tempat wisata yang diceritakan oleh seseorang tersebut. 3) Fungsi efisiensi bertujuan untuk memperlancar komunikasi suatu kelompok masyarakat dalam menyampaikan suatu maksud tertentu terhadap sesamanya. 4) Fungsi ekspresi bertujuan untuk mengungkapkan ekspresi seorang backpacker dalam melakukan
70
kegiatan
backpackingnya.
5)
Fungsi
pengakraban
yang
bertujuan
untuk
mengakrabkan antaranggota komunitas backpakcker secara internal. Dari rangkuman tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. a. Pemakaian bahasa dalam komunitas backpacker Indonesia memiliki istilahistilah yang khas dalam penggambaran konsep perjalanan. Istilah-istilah yang digunakan dalam komunitas backpacker tidak hanya berasal dari bahasa Inggris, tetapi bahasa-bahasa asing lainnya. Istilah tersebut memiliki perbedaan dengan istilah-istilah yang digunakan masyarakat pada umumnya. Hal tersebut terjadi karena adanya penyesuaian istilah yang digunakan dalam komunitas
dengan
konsep
perjalanan
yang
dimaksudkan.
Hal
ini
menyebabkan adanya variasi bahasa yang terjadi karena perbedaan penutur. b. Dari delapan puluh satu istilah khas yang digunakan sebagai media komunikasi dalam komunitas backpacker di Indonesia, 57% merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris. Hal itu terjadi karena komunitas backpacker lebih banyak menyerap istilah berbahasa asing dari pada istilah berbahasa daerah. Backpacker pertama kali muncul dari daratan Eropa sehingga istilah-istilah yang digunakan pun merupakan istilah yang sebagian besar merupakan istilah berbahasa Inggris dan bahasa-bahasa di daratan Eropa lainnya. c. Terdapat campur kode ke luar dan ke dalam dalam pemakaian bahasa komunitas backpacker di Indonesia. Campur kode ke luar lebih banyak muncul dibandingkan dengan campur kode ke dalam. Backpacker jarang
71
menggunakan istilah berbahasa daerah karena diindikasi akan sulit dihapalkan oleh anggota backpacker yang berasal dari berbagai daerah sehingga menyebabkan sedikitnya peluang campur kode ke dalam muncul. Hal tersebut justru akan menghambat komunikasi antaranggota. Istilah berbahasa asing, khususnya istilah berbahasa Inggris diduga akan lebih mudah diingat oleh anggota backpacker karena bahasa Inggris sebagai bahasa internasional telah diajarkan di tingkat sekolah dasar, sedangkan bahasa daerah tertentu hanya diajarkan untuk siswa daerah tertentu saja. Misalnya, bahasa Sunda hanya akan diajarkan untuk siswa yang sekolah di Jawa Barat. Siswa yang bersekolah di Yogyakarta tidak diajarkan pelajaran bahasa Jawa. Hal itulah yang menyebabkan kemampuan orang berbahasa daerah terbatas sehingga menimbulkan dampak pada pemakaian bahasa. d. Faktor-faktor sosial pemakaian bahasa yang muncul dalam komunitas backpacker Indonesia semakin menguatkan fakta bahwa variasi bahasa memiliki korelasi dengan berbagai aspek sosial, seperti yang telah banyak diteliti oleh peneliti bahasa. Korelasi antara variasi bahasa dan aspek sosial itu ditunjukkan dengan ciri khas atau karakter anggota komunitas backpacker dalam melakukan tuturan.
72
5.2 Saran Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, peneliti memberikan saran kepada para peneliti lainnya agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. a. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data secara langsung ke lapangan agar data yang diperoleh lebih lengkap dan valid. b. Data yang berasal dari tulisan media cetak maupun media online digunakan sebagai acuan, bukan sumber pemerolehan data primer. c. Penelitian terhadap pembentukan kata dan perubahan makna dilakukan. d. Adanya batasan penelitian yang jelas. e. Formulasi bahasa dikemas secara sistematis.