PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAW
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh: Saiful Achmad NIM: 1110034000033
PROGRAM STUDI ILMU Al-QURAN DAN HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H. / 2017 M.
PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAW
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh: Saiful Achmad NIM: 1110034000033
Pembimbing,
Maulana, M.Ag NIP 195702231992031001
PROGRAM STUDI ILMU Al-QURAN DAN HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H./2017 M. ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI
Oleh: Saiful Achmad 1110034000033 Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal (29 Maret 2017). Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag.) pada Program Studi Ilmu Al-Quran Dan Hadis. Jakarta, 29 Maret 2017 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Bustamin, SE M.Si NIP: 19600908 198903 1 005
Dra. Banun Binaningrum, M.Pd NIP: 19680618 199903 2 001 Anggota,
Penguji I
Penguji II
Dr. M. Isa HA. Salam, M.Ag NIP: 19531231 198603 1 010
Hasanuddin Sinaga, S.Ag, MA NIP: 19701115 199703 1 002
Pembimbing
Maulana, M.Ag NIP: 19570223 199203 1 001 iii
ABSTRAK
Saiful Achmad
PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAW
Jual beli dalam Al-quran merupakan bagian dari ungkapan perdagangan. Syariah Islam memberikan keleluasaan, dan keluasan ruang gerak bagi kegiatan usaha umat Islam. Disadari atau tidak, dalam hidup bermasyarakat manusia selalu berhubungan satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya masa ketika seseorang memiliki sesuatu yang dibutuhkan orang lain sedangkan ia memiliki sesuatu yang orang lain butuhkan, sehingga terjadilah hubungan saling memberi dan menerima. Perdagangan atau jual beli dapat dilakukan dengan langsung dan dapat pula dengan lelang. Cara jual beli dengan sistem lelang dalam fiqih disebut Muzayyadah. Kajian secara komprehensif mengenai jual beli lelang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dari kalangan peneliti. Hal ini disebabkan oleh tiga faktor, sumber-sumber yang membahas tetang lelang masilah sangat terbatas, jual beli dengan sistem lelang masih sangat jarang terjadi dikalangan masyarakat bawah dan pelaksanan lelang itu sangat terikat pada sebuah peraturan. Terlebih dengan adanya sebuah hadis yang menyatakan bahwa seorang muslim dilarang menawar barang yang sedang dalam penawaran orang lain. Melihat permasalahan di atas, penulis mencoba menjawab permasalahan di dalam skripsi ini,mengenai bagaimana menyikapi perbedaan antara hadis yang memperbolehkan lelang dan yang melarang menawar barang yang sedang dalam penawaran orang lain.
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan ’═ء
═رr
═ غgh
═بb
═زz
═فf
═تt
═سs
═قq
═ ثth
═ شsh
═كk
═جj
═صṢ
═لl
═حḥ
═ضḍ
═مm
═ خkh
═طṭ
═نn
═دd
═ظẓ
═وw
═ ذdh
( ‘ ═ عnya)
ه/ ═ ةh
═يy B. Vokal dan Diftong okal Pendek
Vokal Panjang
Diftong
َ◌ ═ a
═ ◌َ —اā/â
◌ِ ═ i
═ ِ◌—ىá
═ ◌َ وaw
◌ُ ═ u
═ ُ◌—وū
═ ◌َ يay
x
═ ◌َ ىīy
C. Keterangan Tambahan 1. Kata sandang ( الalif lam ma’rifah) ditransliterasi dengan al-, misalnya ( )اﻟ ِﺠ ْﺰﯾَﮫal-jizyah, ( )اﻻَﺛَﺎرal-âthâr dan ( )اﻟ ِﺬ ﱠﻣﮫal-dhimmah. Kata sandang ini menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal kalimat. 2. Tashdîd atau shaddah dilambangkan dengan huruf ganda, misalnya almuwaṭṭa’. 3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur’an, hadis dan lainnya.
D. Singkatan SWT
= Subḥānahu wa ta’ālā
As
= ‘Alaihi al-Salām
M
= Masehi
QS
= al-Qur’an Surah
SAW
= Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam
H
= Hijriyah
r.a
= Raḍiya Allāh ‘anhu
w
= Wafat
h
= Halaman
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan pada Allah swt. atas segala nikmat dan pertolongan yang telah dan akan selalu Ia berikan kepada penulis. Ialah yang memberikan petunjuk dan saat penulis kehilangan kata untuk diketik, data untuk diolah, dan ide untuk dikembangkan. Kepada-Nya penulis mengadu saat hati dan pikiran mulai lelah dan frustrasi untuk menyelesaikan penelitian ini. Dari-Nya penulis dapatkan inspirasi untuk menuliskan kata demi kata hingga menjadi sekumpulan bab-bab yang dibundel menjadi sebuah skripsi ini. Salawat beserta salam tak lupa kami hulurkan kepada pembawa risalahNya Nabi Muhammad Saw, para keluarga, sahabat, dan mereka semua yang telah berjuang untuk menegakkan kalimat tauhid diatas muka bumi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih banyak kekurangan dan kelemahan yang di miliki pada diri penulis. Namun berkat bantuan dan dorongan dari semua pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, besar atau kecil dan tidak ada kata lain untuk mereka adalah terima kasih semoga Allah Swt membalas semua jasa-jasa mereka sehingga akhirnya peenulisan skripsi ini dapat di selesaikan. Penulis mengungkapkan ucapan terima kasih kepada:
x
1. Kedua orang tua tercinta, Ponen dan Yoyoh Rokayah, yang karena motivasi dan bimbingan mereka penulis tercatat sebagai mahasiswa UIN Jakarta dan sebab doa merekalah penulis dapat bertahan sampai saat ini. 2. Bapak Maulana, MA sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran serta keikhlasan hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.Ag., selaku ketua jurusan Ilmu alQur’an dan Tafsir, beserta Ibu Banun Binaningrum, MA., selaku sekjur Ilmu al-Qur’an dan Tafsir 4. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan berlangsung. Semoga Allah Swt memberikan imbalan serta pahala yang berlipat ganda atas ilmu yang telah diberikan selama ini, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi diri penulis. 5. Teman-teman seperjuangan TH A dan Angkatan 2010 TH atas semangat kekompakan, solidaritasnya selama perkuliahan di kampus. 6. Tempat persinggahan selama perkulihan dan teman-teman ngopi— Jamasari, Ahmad Rifai, Abdurahman, TB, Sunny, Dani, Arief, M. Rifki, Angga Marzuki, Faris, Ais, dan rekan lainnya yang menghidupkan suasana canda tawa di tengah kejenuhan penulisan skripsi. Semoga yang belum sidang cepat menyusul. Akhirnya penulis menyadari dengan wawasan keilmuan penulis yang masih sedikit, referensi dan rujukan-rujukan lain-lain yang belum terbaca, menjadikan x
penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis telah berupaya menyelesaikan skripsi
ini dengan semaksimal mungkin sesuai
dengan
kemampuan. Dengan segala kerendahan hati yang penulis miliki, penulis ingin menyampaikan harapan yang begitu besar semoga skripsi ini bermanfaat buat sekalian pembaca. Amin.
x
DAFTAR ISI JUDUL ......................................................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv ABSTRAK .................................................................................................................. v PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................................. vi KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4 C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 5 D. Rumusan Masalah ................................................................................ 5 E. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ............................................................ 6 a. Tujuan Penulisan ........................................................................... 6 b. Manfaat Penulisan ......................................................................... 6 F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6 G. Metode Penelitian ................................................................................. 7 a. Jenis Penelitian .............................................................................. 7 b. Sumber Data .................................................................................. 7 H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 8 xi
BAB II:JUAL BELI DENGAN CARA LELANG MENURUT PANDANGAN ULAMA .................................................................................................. 11 A. Pengertian Jual Beli Dalam Islam ...................................................... 11 B. Pengertian Lelang Menurut Ulama Islam........................................... 13 C. Sistematika Lelang Dalam Islam ........................................................ 14 a. Lelang Dengan Lisan................................................................... 16 b. Lelang Dengan Tulisan ............................................................... 16 D. Syarat-Syarat Lelang Dalam Islam ..................................................... 17 E. Macam-Macam Lelang ....................................................................... 19 a. Lelang Turun ............................................................................... 20 b. Lelang Naik ................................................................................. 20
BAB III:HADIS TENTANG LELANG DAN LARANGAN MENAWAR BARANG YANG TELAH DI TAWAR OLEH MUSLIM LAINNYA ................................................................................................................. 21 A. Hadis Nabi Yang Membahas Tentang Pelelangan ............................. 23 a. Teks Hadis ................................................................................... 23 b. Takhrij Hadis ............................................................................... 25 B. Hadis Nabi Tentang Larangan Menawar Barang Yang Telah Ditawar Muslim Lainnya.................................................................................. 32 a. Teks Hadis ................................................................................... 32 b. Takhrij Hadis ............................................................................... 33 xii
C. Penjelasan Hadis Dari Skema Sanad .................................................. 37
BAB
IV :
PENJELASAN
MENGENAI
PERBEDAAN
HADIS
NABI
(IKHTILAF HADIS IMAM SYAFI’) ............................................ 39 A. Ikhtilaf Hadis Mengenai Jual Beli Lelang .......................................... 41 B. Pandangan Ulama Dalam Menyikapi Perbedaan Hadis ..................... 47 BAB V:PENUTUP ................................................................................................... 49 A. Kesimpulan ......................................................................................... 49 B. Saran ................................................................................................... 51 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Jual beli dalam Al-Quran merupakan bagian dari ungkapan perdagangan atau dapat juga disamakan dengan perdagangan.Syariah Islam memberikan keleluasaan, dankeluasan ruang gerak bagi kegiatan usaha umat Islam. Disadari atau tidak, dalam hidup bermasyarakat manusia selalu berhubungan satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanyamasa ketika seseorang memiliki sesuatu yang dibutuhkan orang lain sedangkan ia memiliki sesuatu yang orang lain butuhkan, sehingga terjadilah hubungan saling memberi dan menerima
˺
“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksaNya 2. Dalam kehidupan bermasyarakat, penulis menemukan sebuah pertanyaan yang menggerakan hati untuk membahasnya dan dijadikan sebuah karya ilmiah (skripsi). Bermula dalam sebuah diskusi sederhana,
1
Q,S Al-Maidah Ayat 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat Pojok), Kudus: Menara Kudus, hal.106 2
1
2
timbul pertanyaan mengenai jual beli lelang dalam islam itu bagaimana dan adakah dalil mengenai lelang. Kegiatan jual beli adalah salah satu sarana komunikasi antara individu dengan sebuah komunitas atau dengan individu lainnya. Jual beli secara umum adalah suatu perjanjian, dengan perjanjian itu kedua belah pihak mengatakan dirinya untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang dan pihak yang lain membayar harga yang telah dijanjikan. Cara jual beli dengan sistem lelang dalam fiqih disebut Muzayyadah 3. Bay’ muzayyadah atau yang lebih terkenal dengan jual beli lelang merupakan suatu bentuk penawaran barang dagangan di tengah-tengah keramaian kepada penawar yang pada awalnya membuka lelang dengan harga rendah kemudian semakain naik sampai pada akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan harga tertinggi 4. Dalam sejarah tercatat tentang munculnya jual beli lelang yaitu saat seorang fakir yang kelaparan, tidak lagi memiliki makanan, dan tidak mempunyai uang untuk membeli makanan. Saat itu rasῡlullah datang menghampiri dan bertanya kepadanya seperti yang terdapat pada kandungan hadis dibawah ini;
ِ ٍِ ِ ََﻋ ْﻦ أَﻧ ُﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَ ْﺴﺄَﻟُﻪ َ ﺎء إِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ َ ْﺲ ﺑْ ِﻦ َﻣﺎﻟﻚ أَ ﱠن َر ُﺟ ًﻼ ﻣ ْﻦ ْاﻷَﻧ َ ﺼﺎ ِر َﺟ ِ ِ ِ ﻀﻪُ وﻗَ َﺪح ﻧَ ْﺸﺮ ﺎء َ َﻚ َﺷ ْﻲءٌ ﻗ َ ﻓَـ َﻘ ُﺴ َ ﺲ ﺑَـ ْﻌ َ َِﻚ ﻓِﻲ ﺑَـ ْﻴﺘ َ ﺎل ﻟ ُ َ ٌ َ َ ﻂ ﺑَـ ْﻌ َ ب ﻓﻴﻪ اﻟ َْﻤ ُ ﻀﻪُ َوﻧَـ ْﺒ ٌ ﺎل ﺑَـﻠَﻰ ﺣﻠ ُ َْﺲ ﻧَـﻠْﺒ ِ ُ َﺧ َﺬﻫﻤﺎ رﺳ ﺎل َﻣ ْﻦ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑِﻴَ ِﺪﻩِ ﺛُ ﱠﻢ ﻗ َ َﺎل اﺋْﺘِﻨِﻲ ﺑِ ِﻬ َﻤﺎ ﻗ َ َﻗ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ َ َ ُ َ ﺎل ﻓَﺄَﺗَﺎﻩُ ﺑِ ِﻬ َﻤﺎ ﻓَﺄ 3
Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam Juz. III, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1995, hal.
23 4
Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib Al-Arba’ah Juz. II, Beirut Libanon, 1992, hal. 257
3
ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ َ َﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ِﺰﻳ ُﺪ َﻋﻠَﻰ ِد ْرَﻫ ٍﻢ َﻣ ﱠﺮﺗَـ ْﻴ ِﻦ أ َْو ﺛََﻼﺛًﺎ ﻗ َ َآﺧ ُﺬ ُﻫ َﻤﺎ ﺑِ ِﺪ ْرَﻫ ٍﻢ ﻗ َ ﻳَ ْﺸﺘَ ِﺮي َﻫ َﺬﻳْ ِﻦ ﻓَـ َﻘ ُ ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ أَﻧَﺎ ِ ّ◌ي َ ﺎﻫ َﻤﺎ إِﻳﱠﺎﻩُ َوأ ُ أَﻧَﺎ ُ َﱢرَﻫ َﻤ ْﻴ ِﻦ ﻓَﺄَ ْﻋﻄ ُ َآﺧ ُﺬ ُﻫ َﻤﺎ ﺑِﺪ ْرَﻫ َﻤ ْﻴ ِﻦ ﻓَﺄَ ْﻋﻄ َ ْﺎﻫ َﻤﺎ ْاﻷَﻧ ْ َﺧ َﺬ اﻟﺪ َ ﺼﺎ ِر Dari Anas bin Mᾱlik ra bahwa ada seorang lelaki Anṣar yang datang menemui Nabi saw dan dia meminta sesuatu kepada Nabi saw. Nabi saw bertanya kepadanya, “Apakah di rumahmu tidak ada sesuatu?” Lelaki itu menjawab “Ada. sepotong kain, yang satu dikenakan dan yang lain untuk alas duduk, serta cangkir untuk meminum air.” Nabi saw berkata “Kalau begitu, bawalah kedua barang itu kepadaku.” Lelaki itu datang membawanya. Nabi saw bertanya, “Siapa yang mau membeli barang ini?” Salah seorang sahabat beliau menjawab, “Saya mau membelinya dengan harga satu dirham.” Nabi saw bertanya lagi, “Ada yang mau membelinya dengan harga lebih mahal?” Nabi saw menawarkannya hingga dua atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang sahabat beliau berkata, “Aku mau membelinya dengan harga dua dirham.” Maka Nabi saw memberikan dua barang itu kepadanya dan beliau mengambil uang dua dirham itu dan memberikannya kepada lelaki Anṣar tersebut 5. Kajian secara komprehensif mengenai jual beli lelang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dari kalangan peneliti 6. Hal ini disebabkan oleh tiga faktor, sumber-sumber yang membahas tetang lelang masilah sangat terbatas,jual beli dengan sistem lelang masih sangat jarang terjadi dikalangan masyarakat bawah (dewasa ini lelang hanya terjadi pada sebuah instansi maupun lembaga tertentu saja), dan pelaksanan lelang itu sangat terikat pada sebuah peraturan seperti pelelangan harus dilakukan dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara resmi oleh instansiresmi yang diakui oleh undang undang. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang lelang menimbulkan berbagai macam pertanyaan mulai dari adakah system lelang dalam islam, 5
At Tirmidzi, Al-Jami’ Al-Shohih, Beirut Libanon: Darul Al-Fikr, 1988, Hadist No. 908. Tinjauan historis rekontruksi pemahaman peraturan lelang di Indonesia, drs. H. aiyub ahmad fiqh lelang xxix. 2007 hlm. 66 6
4
kesahihan hadis, asbᾱb wῡrῡd hadis sampai pada perbandingan terhadap hadis lain yang melarang seseorang untuk menawar barang yang telah ditawar oleh orang lain. Adanya hadis ini menambah polemik yang sudah ada pada lelang itu sendiri, kesahihan hadis satu diantara keduanya mulai dipertanyakan dari berbagai kalangan. Di sini penulis merasa perlu menjabarkan secara ilmu hadis tentang kesahihan matan hadis. Melalui ikhtilah syafi’ penulis mencoba mencari sebuah jalan keluar menyikapi masalah ini, yaitu bagaimana cara menyikapi hadis tentang lelang yang ada, dengan hadis yang melarang adanya lelang.
B. Identifikasi Masalah Jual beli dalam kehidupan sehari- hari merupakan saran untuk berkomunikasi, tak jarag disanalah tempat sosialisasi terbesar umat manusia. Dalam jual belipun beragam cara, ada yang secara langsung maupun tersembunyi, ada yang dengan cara sitem barter dan juga dengan system berbayar uang (seperti pada umumnya) Jual beli lelang dalam kehidupan umum memang banyak menimbulkan pertanyaan, terlebih lagi belakangan ini muncul beberapa macam metode lelang. Pertanyaan-pertanyaan bermunculan seputar lelang, mulai dari masalah hukum, dalil tentang lelang, cara islam dalam lelang, bagaimana pendapat ulama mengenai lelang jabatan dan lelang secara online. Begitu banyak masalah yang keluar dari wacana mengenai lelang,
5
penulis mencoba mengambil satu masalah yang akan diangkat menjadi tema dalam penulisan karya ilmiah (skripsi).
C. Pembatasan Masalah Dari wacana yang terpapar di atas, berbagai permasalahan baru mulai bermunculan. Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka dalam penelitian ini penulis membatasi penelitiannya pada dua hadis yang bertentangan (antara sebuah hadis yang mebolehkan tawar menawar dengan hadis yang melarang untuk tawar menawar), serta sisi lain dari maksud kedua hadis tersebut. Bila kedua hadis ini sahih, maka penulis akan mencari maksud yang tersirat dari kedua hadis tersebut. Namun bila terbukti adanya hadis yang tidak sahih, maka penulis akan membeberkan dimana letak ketidaksahihannya.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan batasan masalah yang sudah ada,dapat diketahui begitu banyak ragam masalah yang tersajadi dalam jual beli lelang, pada akhirnya penulis menentukan sebuah rumusan masalah untuk dijadikan sebuah pembahasan dalam skripsi ini. Bagaimana
pemahaman
terhadap
hadis
Nabi
yang
membahastentang lelang dan hadis Nabi yang melarang seseorang untuk menawar barang yang telah ditawar oleh muslim lainnya?
6
E. Tujuan Dan Manfaat Penulisan a. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman ulama terhadap hadis Nabi yang membahas tentang lelang dan hadis Nabi yang melarang seseorang untuk menawar barang yang telah ditawar oleh muslim lainnya. b. Manfaat Penelitian 1. Bagi Saya Selaku Peneliti Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan tentang lelang dalam pandangan hadis Nabi. 2. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi tambahan bagi pihak-pihak yang tertarik atau ingin meneliti lebih lanjut tentang lelang.
F. Tinjauan Pustaka Dalam dunia pendidikan, lelang sudah banyak sekali diangkat menjadi sebuah pembahasan. Beberapa pembahasannya adalah sebagai berikut. 1. “Persfektif Masyarakat Terhadap Proses Lelang Barang Jaminan Pada Pt.Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi Medan” oleh Sri Suspa Hotmaidah Sarumpaet. Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara 2012.
7
2. “Konsep Harga Lelang Persfektif Islam” oleh Zumrotul Malikah. Mahasiswa Fakultas Syariah, Institute Agama Islam Negeri Walisongo. Sejauh penulusuran penulis, belum ditemukan sebuah karya maupun penelitian mengenai judul yang saya angkat sebagai bahan tugas akhir perkuliahan (skripsi). Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk melanjutkan riset dengan variasi judul baru guna melengkapi tema pembahasan yang sudah tersaji.
G. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian Untuk mendapatkan data maka ditempuhlah teknik-teknik tertentu di antaranya yang paling utama ialah research,yakni mengumpulkan bahan dengan membaca buku-buku, jurnal,dan bentukbentuk bahan lain atau yang lazim disebut dengan penyelidikan kepustakaan (library research 7). b. Sumber Data Sumber data ialah tempat atau orang dimana data diperoleh 8. Dalam penelitian ini, data yang diperlukan dapat diperoleh melalui penelitian pustaka (library research). Bahan-bahan yang terkait dengan penelitian dikumpulkan, diseleksi, dandiklasifikasikan menurut pokok-pokok pembahasan. Sumber-sumber data tersebutterdiri atas: 7
Sutrino Hadi, Metode Penelitian Research, Yogyakarta : Andi Offset, 1990, hlm. 42 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm. 45. 8
8
1. Data primer Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kitab induk hadis yang menjadi sumber pengumpulan hadis mengenai lelang, Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi (Cet, 5, Bandung: Karisma, 1997). Abu Abdullah Muhamad Idris AlSyafi’,
Kitab
Ikhtilaf
Al-Hadis,
(Beirut:
Dar
Al-Fikr,
1403H/1973M). 2. Data sekunder Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan cara mengkaji literatur-literaturrelevan yang berkaitan dengan objek penelitian. Skripsi ini akan mengolah kembali data-data sekunder yang terdapat dalam skripsi-skripsi sebelumnya ataupun bukubuku yang ada dengan pembahasan tentang pemikiran Ekonomi Islam, seperti: Halal Dan Haram Dalam Islam oleh Dr. Yusuf Qordhawi, Manajemen Pemasaran oleh Philip Kotler, Fiqih Perlindungan Konsumen oleh Johan Arifin, Fikih Lelang oleh DRS. H. Aiyub Ahmad, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam oleh Ir. H.Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P.
H. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi empat bab utama dan satu bab terakhir yaitu bab kesimpulan. Dalam bab pertama
9
melalui latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Kemudian dilanjutkan pada bab kedua yang di dalamnya membahas tentang pemaknaan jual beli tersendiri dan pemaknaan jual beli lelang dalam aspek sejarah dan bahasa, rukun dan syarat jual beli lelang, dan macam-macam lelang. Pada bab ketiga penulis mencoba memaparkan hadis-hadis yang membahas lelang.Baik yang mengenai diperbolehkannya lelang dan yang melarang akan jual beli lelang. Kemudian dilanjutkan dengan mentakhrij hadis baik dari sanad maupun matan hadis. Dibab keempat adalah bab dimana penulis memaparkan berbagai aspek dari konteks lelang.Pada bab ini penulis merasa perlu menjabarkan secara lebih terperinci menggunakan ilmu hadis tentang keshahian hadis melalui penelitian (penilaian) sanad maupun matan hadis. Melalui ikhtilah syafi’ penulis mencoba mencari sebuah jalan keluar menyikapi masalah ini, yaitu bagaimana cara menyikapi hadis tentang lelang yang ada dengan hadis yang melarang adanya lelang. Bab kelima yang berarti bab terakhir dalampenelitian ini, berisi kesimpulan dan saran-saran. Setelah mencoba memaparkan berbagai pernyataan secara panjang lebar, penulis mencoba meringkas agar pembaca lebih mudah menangkap dan memahami maksud dari apa yang disampaikan. Serta penulis mencantumkan beberapa saran yang mudah-
10
mudahan dapat berguna kelak untuk penulis maupun pembaca sekalian dengan tanpa bermaksud menggurui.
BAB II JUAL BELI DENGAN CARA LELANGAN MENURUT PANDANGAN ULAMA
Dengan berkembangnya teknologi, telah mendorong masyarakat untuk mengadakan spesialisasi produksi. Dalam tingkatan ini orang tidak lagi memproduksi untuk dirinya sendiri, melainkan mereka memproduksi untuk pasar. Dalam hal ini muncul peranan jual beli atau perdagangan 1. A. Pengertian Jual Beli Dalam Islam Jual beli secara bahasa berasal dari kata ( )اﻟﺒَـ ْﻴ ُﻊyang artinya penjualan, 2 lawan kata dari lafadz اء َ اﻟyang berarti pembelian . Begitu juga dalam kamus َ ﺸ َﺮ
Al-‘ashri 3 diartikan dengan penjualan, bentuk jamaknya (plural) adalah ع ُ ﺑُـﻴُـ ْﻮ. Dalam terjemahan al-qur’an al-karim yang diterbitkan oleh Mujamma AlMalik Fahd, kata al-bai’ diartikan jual beli 4, begitu juga Quraish Shihab 5, P1F
P
P12F
P
sedangkan Hamka dalam tafsirnya menterjemahkan dengan sinonim kata jual
1
A. M. Syaefuddin, Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, Jakarta: Dirjen Lembaga Islam Depag Ri,1997, Hlm. 93 2 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustka Progressif, 1997), Hlm. 24 3 Atabik ‘Ali Dan Ahmad Zuhdi Muhdor, Kamus Kotemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, TT), Hlm. 374 4 Mujamma Al-Malik Fahd, Al-Qur’an Al-Karῑm Wa Tarjamah Ma’ᾱnῑhi Ilal Lughati Indunisiyyah, 1418 H), Hlm 69 5 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000), Hlm 549
11
12
beli. Dalam fiqh muamalat ( )اﻟﺒَـ ْﻴ ُﻊbermakna ( ﺸ ْﻴ ِﺊ َ ِ ) ُﻣ َﻘﺎﺑَـﻠَﺔُ َﺷ ْﻴ ُﺊ ﺑartinya ialah menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain 6. P13F
P
Secara umum jual beli dapat didefinisikan dengan berbagai pendapat, diantaranya; seperti yang diungkapkan oleh ulama Hanafiah, jual beli adalah
ِ ﺎدﻟَﺔُ َﻣﺎﻟَﺒِﻤ ﺎل َﻋﻠَﻰ َو ْﺟ ِﻪ َ َُﻣﺒ َ “yang dapat diartikan dengan saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu”, atau
ِ ِ ِ ِ ﺎدﻟَﺔُ َﺷﺊ ﻣﺮﻏُﻮ ص ُ ب ﻓ ْﻴﻪ َﻋﻠَﻰ َو ْﺟﻪ ُﻣﻔ ْﻴ ُﺪ َﻣ ْﺤ ُ ْ ْ َ ْ َ َُﻣﺒ َ ﺼ ْﻮ
“yaitu tukar menukar sesuatu yang diinginkan dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat 7”.
Unsur-unsur definisi yang dikemukakan oleh ulama hanfiah tersebut adalah yang dimaksud dengan cara yang khusus adalah ijab dan kabul atau biasa juga melalui saling memberikan barang dan menetapkan harga antara penjual dan pembeli 8.
Selain itu harta yang diperjualbelikan itu harus
bermanfaat bagi manusia, seperti penjual bangkai dan darah tidak dibenarkan. Dalam definisi di atas ditekankan kepada “hak milik dan kepemilikan”, sebab ada tukar menukar harta yang sifatnya tidak harus dimiliki seperti sewa penyewa. Kemudian dalam kaitannya dengan harta terdapat pula perbedaan pendapat antara mazhab Hanafi dengan jumhur ulama.
6
Prof. Dr. Minhajuddin, Ma. Hikmah Dan Filsafat Fiqh Muamalah Dalam Islam, Hal. 99 Prof. Dr. Minhajuddin, Ma Hikmah Dan Filsafat Fikih Mu’amalah Dalam Islam, Hal. 110-115. 8 M. Ali Hasan. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Hal.113 7
13
Menurut jumhur ulama yang dimaksud harta adalah materi dan manfaat. Oleh sebab itu, manfaat dari suatu benda dapat dimanfaatkan (diperjualbelikan). Sedangkan ulama mazhab Hanafi berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan harta adalah sesuatu yang mempunyai nilai. Oleh sebab itu manfaat dan hak-hak, tidak dapat dijadikan objek jual beli. Pada masyarakat primitif, jual beli biasanya dilakukan dengan tukar menukar barang (harta), tidak dengan uang seperti yang berlaku dalam masyarakat pada umumnya. Mereka umpamanya, menukar rotan (hasil hutan) dengan pakaian, garam dan sebagainya yang menjadi keperluan pokok mereka sehari hari 9. Mereka belum menggunakan uang sebagai alat tukar namun, pada saat ini orang yang tertinggal dipedalaman sudah mengenal uang sebagai alat tukar yang sah.
B. Pengertian Lelang Menurut Ulama Islam Di dalam kosa kata bahasa arab (ُ ) ُﻣ َﺰﻳَ َﺪةberasal dari kata
- اد َ َز
ﻳَ ِﺰﻳْ ُﺪsedangkan dalam literatur fiqh, lelang dikenal dengan istilah muzayadah (ُ) ُﻣ َﺰاﻳَ َﺪة, maka muzayadah berarti saling menambahi. Maksudnya, orang-orang saling menambahi harga atas suatu barang.
9
M. Ali Hasan .Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Hal.113
14
Sedangkan dalam kamus Al-Mu’jam Al-Wasith, kata muzayadah diartikan sebagai:
ِ ِ ُ اﻟﺘَـﻨَﺎﻓartinya adalah ﺿﺔُ ﻟِ ْﻠﺒَـ ْﻴ ُﻊ َ اﻟﻤ ْﻌ ُﺮْو َ َﺲ ﻓِ ْﻲ ِزﻳ َ ُﺎدةُ ﺛَ َﻤ ُﻦ اﻟﺴﻠ َْﻌﺔ
persaingan dalam menambah harga suatu barang yang ditawarkan untuk dijual. Secara istilah, lelang atau muzayadah dapat didefinisikan sebagai berikut
ِ ِ ِ ﻀ ُﻬ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻌ ْﺧ َﺬ َﻫﺎ ُ ﺾ َﺣﺘَﻰ ﺗُـ َﻘ ُ ﺎس ﻓِ ْﻴـ َﻬﺎ ﺑَـ ْﻌ ُ ﻒ َﻋﻠَﻰ اَ َﺧ ِﺮ َزاﺋِ ُﺪ ﻓِ ْﻴـ َﻬﺎ ﻓَـﻴَﺄ ُ َأَ ْن ﻳُـﻨَﺎدى َﻋﻠَﻰ اﻟﺴﻠ َْﻌﺔُ َوﻳَ ِﺰﻳْ ُﺪ اﻟﻨ “mengajak orang membeli suatu barang, dimana para calon pembelinya saling menambahi nilai tawar harga, hungga penawaran berhenti pada harga tertimggi” 10. Dan sebagaimana kita ketahui, dalam prakteknya sebuah penjualan lelang, penjual menawarkan barang kepada beberapa calon pembeli 11. Kemudian para calon pembeli itu saling mengajukan harga yang mereka inginkan. Sehingga terjadilah semacam saling tawar dengan satu harga 12.
C. Sistematika Lelang Dalam Islam Dalam sistematika lelang, penjual tidak diperkenankan terlebih dahulu menyebutkan harga barang yang dilelang, karena dikhawatirkan ada yang mendengar dari jauh dan mengira barang itu dihargai dengan nominal tersebut. Para pembeli dikumpulkan terlebih dahulu, lalu satu persatu ditanyai mengenai berapa harga yang selanjutnya atau siapa yang ingin membeli dengan 10
Al-Kalbi. Ibn Juzayy, Al-Qawanin al-Fiqhiyyah fi Talkhis Madhhab al-Malikiyyah, Hal
413 11
Aiyub Ahmad, Fikih Lelang Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif, Jakarta: Kiswah, 2004, Hal.34 12 Suhendi, Hendi, 2002, Fiqh Muamalat, Jakarta: Rajawali Pers. Hal. 86-87
15
harga yang lebih tinggi. Naik dan terus naik tinggi harga sampai pada penawar terakhir dan jatuhlah barang tersebut kepada sipenawar terakhir dengan harga yang ia kemukakan 13. Al-lajnah ad-daimah menjelaskan “seseorang yang menambahi harga barang yang dilelang padahal dia tidak bermaksud untuk membelinya, tindakan tersebut adalah haram, karena mengandung unsur penipuan terhadap pembeli lainnya. Sebab pembeli akan mengira atau meyakini bahwa orang tersebut tidak akan berani menambah harga melainkan karena memang barang tersebut seharga tersebut, padahal tidak demikian. Inilah yang disebut najsy yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam dengan larangan haram. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh ibnu ‘umar radhiyallahu ‘anhuma:
ِ ِ ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠَ َﻢ ﻧَـ َﻬﻰ َﻋ ِﻦ اﻟﻨَ ْﺠ ﺶ َ أَ َن َر ُﺳ ْﻮ َل اﷲ “bahwasannya Rasῡlullah Shallallahu ‘alaihi wa salam melarang najsy” (muttafaqun ‘alaihi) Juga dirwayatkan dalam hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, pada perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam
ِ ﺎﺿﺮ ﻟِﺒ ﺎد ُ ﺎﺟ ُ اﻟﺮْﻛﺒَﺎ ُن َوَﻻﻳَﺒِ ْﻊ ﺑَـ ْﻌ ُ ﻀ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻴ ُﻊ ﺑَـ ْﻌ َ ُ َ ﺸ ْﻮا َﺣ َ َﺾ َوَﻻﺗَـﻨ ُ َﻻﺗَـ ْﻠ ُﻘ ِﻮا “janganlah kalian mencegah khalifah dagang sebelum masuk pasar. Jangan pula sebagian kalian membeli apa yang sedang dibeli orang lain. Jangan pula kalian saling najsy. Dan orang kota tidak boleh menjualkan barang orang dusun”. (muttafaqun ‘alaihi) 14.
13
Fatwa Al-Lajnah Ad-Da’imah, 13/120-121, Dan Syarhul Buyu’ Hal:53 Hadis riwayat bukhari. No.2006
14
16
Bila dilihat dari segi penawarannya, dalam lelang dikenal dengan dua sistem, yaitu sistem penawaran dengan lisan dan sistem penawaran secara tertulis 15. a. Lelang Dengan Cara Lisan Sistem pelelangan dengan cara lisan ini terbagi dalam dua katagori yaitu yang pertama pada jenjang penawaran turun dan yang satu lagi jelas adalah jenjang penawaran naik. Dalam system penawaran berjenjang naik, juru lelang menyuarakan sebuah harga dengan lantang di depan para peminat/pembeli. Juri lelang membuka harga(kotler 1976)(soeharno 2007)(punomo 2005) terendah dan kemudian naik seiring dengan suara yang diajukan oleh para penawar. Sedangkan dalam sisitem penawaran dengan jenjang rendah adalah juru lelang menawarkan harga barang dengan harga tertinggi kemudian menghitung mundur sampai pada hitungan tertentu, bila tidak ada yang tertarik maka harga diturunkan sampai ada penawar yang tertarik menawar barang tersebut 16. b. Lelang Dengan Cara Tertulis Sistem lelang dengan cara ini biasanya sang juri atau instansi yang berkaitan membagikan sebuah amplop yang berisi surat penawaran kepada para penawar. Dalam surat tersubut para penawar menuliskan identitas diri mereka, bertindak untuk diri sendiri atau sebagai kuasa menuliskan berapa banyak harga yang ia tawarkan atas 15
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran (Edisi Kesebelas) Jilid 2, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, Hal. 752 16 Soeharrno, Ekonomi Manajerial, Yogyakarta: Cv. Anda Offset, 2007, Hal. 42
17
sebuah barang dan berapa banyak barang yang ia tawar atas sebuah harga 17. Pada akhirnya semua amplop tersebut dikumpulkan pada suatu tempat dan dibacakan isi dari penawaran para penawar atau pembeli. Kemudian dewan juri atau dewan penyelenggara memanggil penawar dengan penawaran tertinggi atau terendah sebagai peminat atau pembeli. Bila terjadi persamaan harga didalam penawaran maka diadakan sebuah undian atau sebuah perundingan untuk menentukan siapa yang berhak atas barang tersebut 18.
D. Syarat-Syarat Lelang Dalam Islam Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan secara rinci bahwa lelang merupakan salah satu transaksi jual beli, walaupun dengan cara yang berbeda dan tetap mempunyai kesamaan dalam rukun dan syarat-syaratnya sebagaiman diatur dalam jual beli secara umum. Dalam lelang, rukun dan syarat-syarat dapat diaplikasikan dalam panduan dan kriteria umum sebagai pedoman pokok yaitu diantaranya: a. Transaksi dilakukan oleh pihak yang cakap hukum atas dasar saling sukarela (‘an taradhin). b. Objek lelang harus halal dan bermanfaat. c. Kepemilikan / kuasa penuh pada barang yang dijual 17 18
Soeharrno, Ekonomi Manajerial, Yogyakarta: Cv. Anda Offset, 2007, Hal. 43 Soeharrno, Ekonomi Manajerial, Yogyakarta: Cv. Anda Offset, 2007. hal. 49
18
d. Kejelasan dan transparansi barang yang dilelang tanpa adanya manipulasi e. Kesanggupan penyerahan barang dari penjual, f. Kejelasan dan kepastian harga yang disepakati tanpa berpotensi menimbulkan perselisihan. g. Tidak menggunakan cara yang menjurus kepada kolusi dan suap untuk memenangkan tawaran. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pelelangan adalah sebagai berikut: a. Bukti diri pemohon lelang b. Bukti pemilikan atas barang c. Keadaan fisik dari barang Bukti diri dari pemohon lelang ini diperlukan untuk mengetahui bahwa pemohon lelang tersebut benar-benar orang yang berhak untuk melakukan pelelangan atas barang yang dimaksud. Apabila pemohon lelang tersebut bertindak sebagai kuasa, maka harus membawa surat bukti dari pemberi kuasa. Jika pelelangan tersebut atas permintaan hakim atau panitia urusan piutang negara, harus ada surat penetapan dari pengadilan negeri atau panitia urusan piutang negara. Kemudian, bukti kepemilikan atas barang diperlukan untuk mengetahui bahwa pemohon lelang tersebut merupakan orang yang berhak atas barang yang dimaksud. Bukti pemilikan misalnya, tanda pembayaran, surat bukti hak
19
atas tanah (sertifikat), dan lainnya. Di samping itu, keadaan fisik dari barang yang dilelang juga perlu untuk diketahui keadaan sebenarnya. Untuk barang bergerak, harus ditunjukkan mana barang yang akan dilelang, sedangkan untuk barang tetap seperti tanah, harus ditunjukkan sertifikatnya apabila tanah tersebut sudah didaftarkan atau dibukukan. Adapun, tanah yang belum didaftarkan/dibukukan harus diketahui dimana letak tanah tersebut dan bagaimana keadaan tanahnya, dengan disertai keterangan dari pejabat setempat 19.
E. Macam-Macam Lelang Pada umumya lelang hanya ada dua macam yaitu lelang turun dan lelang naik. Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut; a. Lelang Turun Lelang turun adalah suatu penawaran yang pada mulanya membuka lelang dengan harga tinggi, kemudian semakin turun sampai akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan tawaran tertinggi yang disepakati penjual melalui juru lelang (auctioneer) sebagai kuasa si penjual untuk melakukan lelang dan biasanya ditandai dengan ketukan. b. Lelang Naik Sedangkan penawaran barang tertentu kepada penawar yang pada mulanya membuka lelang dengan harga rendah, kemudian semakin 19
Aiyub, Ahmad.H. Fikih Lelang (Pesfektif Hukum Islam Dan Hukum Positif). Jakarta: Kiswah, 110 XI Viii, 2004. Hal.79-80
20
naik sampai akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan harga tertinggi, sebagaimana lelang ala Belanda (Dutch Auction) dan disebut dengan lelang naik 20.
20
Didit Purnomo, Buku Pegangan Kuliah Kebijakan Harga (Pendekatan Agricultural), Surakarta: FE-UMS, 2005, Hal. 302
BAB III HADIS TENTANG LELANG DAN LARANGAN MENAWAR BARANG YANG TELAH DI TAWAR OLEH MUSLIM LAINNYA
Hadis sebagai penjelas Al-Quran merupakan fungsi hadis yang paling utama, namun terkadang hadis juga diperlukan dalam menetapkan suatu hukum sendiri yang tidak terdapat dalam Al-Quran. Sebagai sumber ajaran, hadis menjangkau seluruh aspek ajaran Islam yang meliputi akidah, ibadah, mu`amalah dan akhlak. Sebagai contoh adalah hadis mengenai lelang, dalam Al-Quran tidak dijelaskan apa itu lelang atau dalam bahasa arabnya adalah ُاﻟ ُﻤ َﺰاﯾَ َﺪة, diperlukan peranan hadis untuk menjelaskan hal ini. Demikian adalah sebagian kecil contoh peranan hadis sebagai penjelas Al-quran 1. Namun, dalam beberapa hadis di anggap cacat dalam sanad. Oleh karena itu diperlukan sebuah studi takhrij, tujuannya tidak lain adalah untuk mengetahui apakah para perawi itu dapat dipercaya ataukah tidak 2. Dalam kegiatan takhrij hadis, penelusuran tentang riwayat hidup para perawi dalam rangkaian sanad hadis dapat mendatangkan manfaat ganda. Pertama, kegiatan ini akan memberikan informasi mengenai kitab-kitab mana saja yang memuat hadis yang sedang ditelusuri berikut jalur-jalur sanad yang dimilikinya. Kedua, kegiatan ini akan memberikan pengetahuan mengenai bersambung tidaknya sanad hadis tersebut. Ketiga, melalui kegiatan ini akan 1
Badri Khaeruman, Ulum Al Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Hal. 46. Zuhri. Muh, Hadis Nabi: Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta, Tiara Wacana, 1997, hlm. 150 2
21
22
diketahui tigkat kepercayaan, termasuk ada tidaknya cacat dalam diri para periwayat yang terdapat dalam rangkaian sanad dari hadis tersebut. Pada akhirnya manfaat terbesar yang didapat dari kegiatan takhrij hadis ini adalah diperolehnya pengetahuan tentang kualitas sebuah hadis. Ini disebut manfaat terbesar karena dari sinilah umat Islam dapat mengetahui apakah hadis yang ditelusuri tersebut dapat diterima sebagai dalil (maqbul) ataukah tidak (mardud). Sekilas mengenai apa itu Takhrij al-Hadist secara bahasa kata takhrij 3 adalah bentuk mashdar dari kata ج َ َﺧ ﱠﺮ- ج ُ ﻳُ ْﺨ ّﺮ- ﺗَ ْﺨ ِﺮﻳْ ًﺠﺎ, yang berarti mengeluarkan .
Kata tersebut juga dapat diartikan dengan makna "ط ُ " ِاﻻ ْﺳﺘِْﻨﺒَﺎ, (mengeluarkan) 4, 5 ِ atau ,"ﺐ ُ ْ( "اﻟﺘَ ْﺪ ِرﻳmeneliti), dan "ُ"اﻟﺘَـ َﻮﺟ ْﻴﻪ, (menerangkan) . Secara terminologi, P32 F
P
takhrij menurut ahli hadis adalah bagaimana seseorang menyebutkan hadis dengan sanadnya sendiri dalam kitab yang dikarangnya 6. Misalnya, Imam Bukhari P3 F
P
mengeluarkan hadis berikut sanad-sanadnya dari kitab yang dikarangnya. Dalam konteks ini tokoh hadis tersebut bertindak sebagai mukharrij. Adapun metode – metode yang digunakan untuk meneliti kualitas hadis, Pertama adalahTakhrij melalui Lafadh Pertama dari Matan Hadis, kedua adalah Takhrij melalui Salah Satu Lafadh yang Terdapat dalam Matan Hadis, ketiga 3
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsir al-Qur’an, 1973, hlm. 115. 4 A. J. Wensink, Qamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-I`lam, Beirut, Maktabah alSyarqiyah, 1986, hlm. 172. 5 Mahmud al-Tahhan, Ushul al-Takhrij wa al-Dirasah al-Asanid, Penerjemah: Ridwan Nasir, Surabaya, Bina Ilmu 1995, hlm. 2 6 Abdul Qadir ibn Abdul Hadi, Thuruq al-Takhrij al-Hadits Rasulullah, Penerjemah: Said Aqil Husain al Munawwar, Semarang, Dina Utama, 1994, hlm. 2
23
adalah Takhrij Hadis melalui Periwayat Pertama, keempat adalah Takhrij melalui Tema Hadis dan kelima adalah Takhrij Berdasarkan Status Hadis 7. Para pentakhrij hadis pada umumnya melakukan kegiatan takhrij dengan menggunakan metode ini, karena cukup mudah untuk dilakukan. Salah satu kitab terbaik yang dapat dipakai sebagai pedoman atau panduan dalam melakukan takhrij hadis dengan menggunakan metode ini adalah al- Mu`jam al-Mufahras li Alfadh al-Hadits Nabawi. Kitab ini ditulis oleh A. J. Wensink, seorang orientalis yang sekaligus guru besar Bahasa Arab di Universitas Leiden. Kitab ini menghimpun potongan-potongan hadis yang terdapat di sembilan kitab hadis induk, yaitu: Shahih al- Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan al-Turmudzi, Sunan al-Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi, alMuwaththa` Malik bin Anas, dan dan Musnad Ahmad bin Hanbal 8. A. Hadis Nabi Yang Membahas Tentang Lelang 1. Teks Hadis Dan Maknanya
ِ ِ ُﺴﻰ ﺑﻦ ﻳُـ ْﻮﻧ ﻀ ُﺮ ﺑﻦ ُﻋ ْﺠ َﻼ ِن َﻋ ْﻦ أَﺑُـ ْﻮﻳَ َﻜ َﺮ اﻟ َﺨﻨَ ِﻔﻲ َ ﺲ َﻋ ْﻦ ﻷَ ْﺧ َ َﺣ َﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ اﷲ ﻳﻦ َﻣ ْﺴﻠَ َﻤﻪُ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ ﻋ ْﻴ ِ ِِ ِ ََﻋ ْﻦ أَﻧ َﻚ ﻓِﻲ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَ ْﺴﺄَﻟُﻪُ ﻓَـ َﻘ َ ﺎل ﻟ َ ﺎء إِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ َ ْﺲ ﺑْ ِﻦ َﻣﺎﻟﻚأَ ﱠن َر ُﺟ ًﻼ ﻣ ْﻦ ْاﻷَﻧ َ ﺼﺎ ِر َﺟ ِ ِ ِ ﻀﻪُ وﻗَ َﺪح ﻧَ ْﺸﺮ ﺎل اﺋْﺘِﻨِﻲ ﺑِ ِﻬ َﻤﺎ َ َﺎء ﻗ َ َﻚ َﺷ ْﻲءٌ ﻗ ُﺴ َ ﺲ ﺑَـ ْﻌ َ ِﺑَـ ْﻴﺘ ُ َ ٌ َ َ ﻂ ﺑَـ ْﻌ َ ب ﻓﻴﻪ اﻟ َْﻤ ُ ﻀﻪُ َوﻧَـ ْﺒ ٌ ﺎل ﺑَـﻠَﻰ ﺣﻠ ُ َْﺲ ﻧَـﻠْﺒ ِ ُ َﺧ َﺬﻫﻤﺎ رﺳ ﺎل َ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ْﺸﺘَ ِﺮي َﻫ َﺬﻳْ ِﻦ ﻓَـ َﻘ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑِﻴَ ِﺪﻩِ ﺛُ ﱠﻢ ﻗ َ َﻗ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ َ َ ُ َ ﺎل ﻓَﺄَﺗَﺎﻩُ ﺑِ ِﻬ َﻤﺎ ﻓَﺄ آﺧ ُﺬ ُﻫ َﻤﺎ ﺑِ ِﺪ ْرَﻫ َﻤ ْﻴ ِﻦ َ َﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ِﺰﻳ ُﺪ َﻋﻠَﻰ ِد ْرَﻫ ٍﻢ َﻣ ﱠﺮﺗَـ ْﻴ ِﻦ أ َْو ﺛََﻼﺛًﺎ ﻗ َ َآﺧ ُﺬ ُﻫ َﻤﺎ ﺑِ ِﺪ ْرَﻫ ٍﻢ ﻗ ُ ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ أَﻧَﺎ ُ َر ُﺟ ٌﻞ أَﻧَﺎ ي ﺼﺎ ِر ﱠ َ ﺎﻫ َﻤﺎ إِﻳﱠﺎﻩُ َوأ ُ َﱢرَﻫ َﻤ ْﻴ ِﻦ ﻓَﺄَ ْﻋﻄ ُ َﻓَﺄَ ْﻋﻄ َ ْﺎﻫ َﻤﺎ ْاﻷَﻧ ْ َﺧ َﺬ اﻟﺪ
7
Muhamad Abu Zahu, al-hadits wa al-Muhadditsun, Mesir, Dar al- Fikr al-`Araby, tth., hlm. 448; Lihat pula: Mahmud al-Thahhan, Ushul al- Takhrij, Op. Cit., hlm. 41 8 Bahrudin.Takhrij sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadits Ahad.Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 4 No. 13 Januari-Juni 2009 hlm. 453
24
“Telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Maslamah 9, telah mengabarkan kepada Kami Isa bin Yunus 10 dari Al Akhdhar bin 'Ajlan11 dari Abu Bakr Al Hanafi 12dari Annas berkata: Ada seorang laki-laki dari Anshar datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia bertanya kepadanya: “Apakah kamu punya sesuatu di rumahmu?” Laki-laki itu menjawab, “Ya, sebuah kain sarung yang sebagian kami pakai buat selimut tidur sebagiannya buat alasnya, dan sebuah cangkir yang saya pakai buat minum.” Beliau bersabda: “Bawakan kepadaku keduanya.” Lalu saya membawakan kedua barang itu kepadanya, dan dia mengambil dengan tangannya, dan bersabda: “Siapa yang mau beli dua benda ini?” Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membeli keduanya dengan satu dirham.” Beliau bersabda: “Siapa yang menambahkan satu dirham ini?” Beliau mengulangnya dua atau tiga kali. Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membelinya dengan dua dirham.” Maka Nabi memberikan kedua benda itu kepadanya dan mengambil dua dirham itu dan memberikannya kepada laki-laki Anshar tersebut.” Dari teks hadis di atas dapat diambil empat kata sebagai berikut pertamaﺸﺘَ ِﺮى ْ َﻳ
- اِ ْﺷﺘَـ َﺮىkedua ﻳُـ ْﻌ ِﻄ ْﻲ-ﻂ َ أَ ْﻋketigaاد–ﻳَ ِﺰﻳْ ُﺪ َ َزkeempat
- َﺧ َﺬ َأ
ْﺧ ُﺬ ُ ﻳَﺄ.Melalui kelima kata di atas akan dimulai pencarian hadis mengenai lelang dalam sembilan kitab induk hadis.
9
Tentang Abdullah bin Maslamah, Imam Abu Hatim mengatakan: tsiqah hujjah - bisa dipercaya dan sebagai hujjah. (Imam Abul Walid Sulaiman bin Khalaf Al Baji, At Ta’dil wat Tajrih, 2/926. Al Hafizh Ibnu Abi Hatim, Al Jarh wat Ta’dil, 5/181), Imam Al’Ijli juga mentsiqahkan. (Ats Tsiqat, 2/61). Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: tsiqah.(Taqribut Tahdzib, Hal. 547, No. 3620) 10 Imam Abu Zur’ah mengatakan: “Haafizh –seorang hafizh.” Imam Abu Hatim mengatakan: “tsiqah.” (At Ta’dil wat Tajrih, 3/1146).Imam Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqaat. (7/238, No. 9857). Al Hafizh Al ‘Ijli juga menyebutnya: tsiqah. (Ma’rifah Atsiqaat, 2/200) 11 Al Akhdhar bin ‘Ajlan, Imam Ibnu Ma’in mengatakan: “tsiqah.” (Tarikh Ibnu Ma’inRiwayah Ad Dauri, 4/306), Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Shaduuq - jujur.” (Taqribut Tahdzib, Hal. 121, Hal. 291) ‘Abbas mengatakan: “Dia tidak apa-apa.” Al Azdi mendhaifkannya. (Imam Abu Muhammad Badruddin Al ‘Aini, Mughani Al Akhyar, 1/32) 12 Abu Bakr Al Hanafi Nama aslinya adalah Abdullah. Imam Adz Dzahabi mengatakan: “tidak dikenal.”(Al Mughni Fi Adh Dhua’afa, No. 3440)
25
2. Takhrij Hadis Dengan merujuk pada kitab kamus al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadist al-Nabawi karya A. J. Wensinck. Kata pertama yang digunakan untuk mencari hadis-hadis mengenai lelang adalah ﺸﺘَ ِﺮى ْ َ ﻳfi’il 13 mudhari’ yang berasal dari kata ﺸﺘَ ِﺮى ْ َﻳ- اِ ْﺷﺘَـ َﺮىyang berarti membeli :
Dalam melakukan kegitan takhrij hadist, saya menggunakan metode bi al-lafazh {metode melalui lafal}.dari matan hadist yang dapat, bila di tempuh dengan metode takhrij hadist bi al-lafazh penggalan kata yang saya dapat adalah : - اِ ْﺷﺘَـ َﺮى-ُﻓَﺄَ ْﻋﻄَﺎﻩ
- ْﺧ ُﺬﻳَ ِﺰﻳْ ُﺪ ُ ﻳَﺄ. Adapun data yang
saya dapat pada kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadist alNabawi melalui penelusuran kata اﺷﺘﺮىadalah sebagai berikut: Dari keseluruhan kata yang dicari terdapat 4 hadis yang berkaitan langsung dengan tema pelelangan di antaranya adalah diriwayatkan dalam kitab hadis Imam Ahmad (Musnad, III/100 & 114), Abu Dawud, no. 1398; an-Nasa`i, VII/259, at-Tirmidzi, hadits no. 1218) 14.
ِ أﺧﻴ ِﻪ و َﻻﻳﺴﻮم ﻋﻠَﻰ ﺳﻮِم أ ِ ِ "َﺧ ْﻴ ِﻪ َﺣﺘَﻰ ﻳُﺄَ َذ ُن َ َﺒﺎب ُ ﻓ ْﻲ اﻟ: اﻟﺒُ َﺨﺎ ِرى ْ َ َ َ ْ ُ َ َ ْ ﻴﻊ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻴ ِﻊ ُ َ"ﻻ ﺑ ١٩٩٥.١٩٩٦ ِ اﻟﺨﻄْﺒ ِﺔ ﻋﻠَﻰ ِﺧﻄْﺒ ِﺔ أ ِ ِ ٢٥٣٠ "َﺧ ْﻴ ِﻪ َﺣﺘَﻰ ﻳُﺄَذَﻧُﺄ َْوﻳَـ ْﺘـ ُﺮ َك َ َ ِ ﺎب "ﺗَ ْﺤ ِﺮﻳْ ُﻢ ُ َ ﻓ ْﻲ اﻟﺒ: ُﻣ ْﺴﻠ ُﻢ َ 13
A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustka Progressif, 1997), Hlm.42 14 Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, Juz III/23; Abdullah al-Mushlih & Shalah ashShawi, hal. 111
26
ِ ﻓِﻲ اﻟﺒﺎب "ُﻣﺎﺟﺎء ﻓِﻲ اﻟﻨـﻬ ِﻲ ﻋ ِﻦ اﻟﺒـﻴﻊ ﻋﻠَﻰ ﺑـﻴ ِﻊ أ: اﻟﺘِﺮِﻣﻴ ِﺬى ١٢١٣ "َﺧ ْﻴ ِﻪ َْ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ ْ ْْ ِ ﻓِﻲ اﻟﺒﺎب "ﻓِﻲ ﻛِﺮاﻫﻴ ِﺔ أَ ْن ﻳ ْﺨﻄُﺐ اﻟﺮﺟﻞ ﻋﻠَﻰ ِﺧﻄْﺒ ِﺔ أ: أﺑـﻮداود ١٧٨٢ "َﺧ ْﻴ ِﻪ َ َ ُ ُ َ َ ََ َ ُ َ ْ َ ُ َ ُْ َ ِ ﻓِﻲ اﻟﺒﺎب "اﻟﻨـﻬﻰ أَ ْن ﻳ ْﺨﻄُﺐ اﻟﺮﺟﻞ ﻋﻠَﻰ ِﺧﻄْﺒ ِﺔ أ: اﻟﻨﺴﺎ ِئ ٣١٨٧ "َﺧ ْﻴ ِﻪ َ َ َُ َ َ ََ ُ َ ْ َ ََ ِ ِ ِ ِ ٢١٦٢ "ﺴ ُﻮ ُم َﻋﻠَﻰ َﺳ ْﻮِﻣ ِﻪ ُ َ ﻓ ْﻲ اﻟﺒ: ُﺎﺟﻪ َ اﺑْ ُﻦ َﻣ ُ َﺎب "ﻷ ﺑَـ ْﻴ ُﻊ اﻟ َُﺮ َﺟﻞ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻴ ِﻊ أَﺧ ْﻴﻪ َوَﻻ ﻳ Adapun teks hadis dari masing-masing periwayatnya adalah sebagai berikut: Susunan hadis yang mukharrijnya adalah Imam Ahmad bin Hanbal;
ِ ﻀ ِﺮ ﺑ ِﻦ َﻋﺠ َﻼ َن ﺣ ﱠﺪﺛَﻨِﻲ أَﺑﻮ ﺑ ْﻜ ٍﺮ اﻟ ٍِ ٍ ِﺲ ﺑْ ِﻦ ﻣﺎﻟ ﻚ ْ ْ َ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻳَ ْﺤﻴَﻰ ﺑْ ُﻦ َﺳﻌﻴﺪ َﻋ ْﻦ ْاﻷَ ْﺧ َ ِ َْﺤﻨَﻔ ﱡﻲ َﻋ ْﻦ أَﻧ َ َ ُ َ ِ ِ ﺎل ﻟَﻪُ اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ ﺎﺟﺔَ ﻓَـ َﻘ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓ َ ﺼﺎ ِر أَﺗَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻲ َ ْأَ ﱠن َر ُﺟ ًﻼ ﻣ ْﻦ ْاﻷَﻧ َ ْﺤ َ ﺸ َﻜﺎ إِﻟ َْﻴﻪ اﻟ ٍ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻣﺎ ِﻋ ْﻨ َﺪ َك َﺷ ْﻲءٌ ﻓَﺄَﺗَﺎﻩُ ﺑِ ِﺤﻠ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ َْﺲ َوﻗَ َﺪ ٍح َوﻗ َ ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ ِ ﺖ اﻟْ َﻘ ْﻮ ُم َ َآﺧ ُﺬ ُﻫ َﻤﺎ ﺑِ ِﺪ ْرَﻫ ٍﻢ ﻗ َ َﻣ ْﻦ ﻳَ ْﺸﺘَ ِﺮي َﻫ َﺬا ﻓَـ َﻘ َ ﺴ َﻜ ُ ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ أَﻧَﺎ َ َﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ِﺰﻳ ُﺪ َﻋﻠَﻰ د ْرَﻫ ٍﻢ ﻓ ﺎل إِ ﱠن َ ََﻚ ﺛُ ﱠﻢ ﻗ َ َآﺧ ُﺬ ُﻫ َﻤﺎ ﺑِ ِﺪ ْرَﻫ َﻤ ْﻴ ِﻦ ﻗ َ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ِﺰﻳ ُﺪ َﻋﻠَﻰ ِد ْرَﻫ ٍﻢ ﻓَـ َﻘ َ ﻓَـ َﻘ َ ﺎل ُﻫ َﻤﺎ ﻟ ُ ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ أَﻧَﺎ ِ ث ِذي َدٍم ﻣ ٍ اﻟْﻤﺴﺄَﻟَﺔَ َﻻ ﺗَ ِﺤ ﱡﻞ إِﱠﻻ ِﻷَﺣ ِﺪ ﺛََﻼ ﻮﺟ ٍﻊ أ َْو ﻏُ ْﺮٍم ُﻣ ْﻔ ِﻈ ٍﻊ أ َْو ﻓَـ ْﻘ ٍﺮ ُﻣ ْﺪﻗِﻊ ُ َ َْ “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Al Akhdhar bin 'Ajlan berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Bakr Al Hanafi dari Anas bin Malik; bahwa seorang laki-laki dari kaum Anshar datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengeluhkan kebutuhan hidupnya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun bertanya kepadanya: "Apakah engkau tidak mempunyai sesuatupun?" beliau lalu membawa alas pelana kuda dan sebuah gelas, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda: "Siapa yang ingin membeli ini?" seorang laki-laki berkata; "Aku berani membeli keduanya dengan satu dirham, " beliau bersabda: "Siapa yang ingin menambah?" orang-orang semuanya terdiam, beliau bersabda lagi: "Siapa yang ingin menambah?" seorang laki-laki berkata; "Aku akan membeli keduanya dengan dua dirham, " lalu beliau bersabda kepada laki-
27
laki yang meminta sedekah tersebut: "Kedua dirham itu untukmu." Setelah itu beliau bersabda: "Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali tiga golongan; orang yang mendapat tanggungan membayar tebusan pembunuhan (dan ia tidak mempunyai kemampuan), orang yang terlilit hutang dan orang yang teramat fakir 15." Susunan Hadis yang mukharrijnya adalah Imam Abu Daud :
ِ ِﱠ ﻀ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﺠ َﻼ َن َ ﺲ َﻋ ْﻦ ْاﻷَ ْﺧ َ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﻠﻪ ﺑْ ُﻦ َﻣ ْﺴﻠَ َﻤﺔَ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ ﻋ َ ُﻴﺴﻰ ﺑْ ُﻦ ﻳُﻮﻧ ِ ٍِ ِ َْﺤﻨَ ِﻔ ﱢﻲ َﻋ ْﻦ أَﻧ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َ ﺼﺎ ِر أَﺗَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻲ َ ْﺲ ﺑْ ِﻦ َﻣﺎﻟﻚ أَ ﱠن َر ُﺟ ًﻼ ﻣ ْﻦ ْاﻷَﻧ َ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻲ ﺑَ ْﻜ ٍﺮ اﻟ ِ َ َﻚ َﺷ ْﻲءٌ ﻗ َ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَ ْﺴﺄَﻟُﻪُ ﻓَـ َﻘ ُﺴ َ ﻂ ﺑَـ ْﻌ َ ﺲ ﺑَـ ْﻌ َ ِﺎل أ ََﻣﺎ ﻓِﻲ ﺑَـ ْﻴﺘ ُﻀﻪ ُ ﻀﻪُ َوﻧَـ ْﺒ ٌ ﺎل ﺑَـﻠَﻰ ﺣﻠ ُ َْﺲ ﻧَـﻠْﺒ ِ ُ َﺧ َﺬﻫﻤﺎ رﺳ ﺻﻠﱠﻰ َ َﺎل اﺋْﺘِﻨِﻲ ﺑِ ِﻬ َﻤﺎ ﻗ َ َب ﻓِ ِﻴﻪ ِﻣ ْﻦ اﻟ َْﻤ ِﺎء ﻗ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ ﺐ ﻧَ ْﺸ َﺮ ُ َ َ ُ َ ﺎل ﻓَﺄَﺗَﺎﻩُ ﺑِ ِﻬ َﻤﺎ ﻓَﺄ ٌ َوﻗَـ ْﻌ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ِﺰﻳ ُﺪ َ َآﺧ ُﺬ ُﻫ َﻤﺎ ﺑِ ِﺪ ْرَﻫ ٍﻢ ﻗ َ َﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ْﺸﺘَ ِﺮي َﻫ َﺬﻳْ ِﻦ ﻗ َ َاﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑِﻴَ ِﺪﻩِ َوﻗ ُ ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ أَﻧَﺎ ِ َﺧ َﺬ َ ََﻋﻠَﻰ ِد ْرَﻫ ٍﻢ َﻣ ﱠﺮﺗَـ ْﻴ ِﻦ أ َْو ﺛََﻼﺛًﺎ ﻗ َ ﺎﻫ َﻤﺎ إِﻳﱠﺎﻩُ َوأ ُ ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ أَﻧَﺎ ُ َآﺧ ُﺬ ُﻫ َﻤﺎ ﺑِﺪ ْرَﻫ َﻤ ْﻴ ِﻦ ﻓَﺄَ ْﻋﻄ ﻚ َوا ْﺷﺘَ ِﺮ َ َي َوﻗ ﺼﺎ ِر ﱠ َ َِﺣ ِﺪ ِﻫ َﻤﺎ ﻃَ َﻌ ًﺎﻣﺎ ﻓَﺎﻧْﺒِ ْﺬﻩُ إِﻟَﻰ أ َْﻫﻠ ُ َﱢرَﻫ َﻤ ْﻴ ِﻦ َوأَ ْﻋﻄ َ ْﺎﻫ َﻤﺎ ْاﻷَﻧ َ ﺎل ا ْﺷﺘَ ِﺮ ﺑِﺄ ْ اﻟﺪ ِ ُ ﺸ ﱠﺪ ﻓِ ِﻴﻪ رﺳ ﻮدا ﺑِﻴَ ِﺪﻩِ ﺛُ ﱠﻢ َ َوﻣﺎ ﻓَﺄْﺗِﻨِﻲ ﺑِ ِﻪ ﻓَﺄَﺗَﺎﻩُ ﺑِ ِﻪ ﻓ ً ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ُﻋ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ً ﺑِ ْﺎﻵ َﺧ ِﺮ ﻗَ ُﺪ َُ ِ ِ َﺎل ﻟَﻪ ا ْذﻫﺐ ﻓ ﻴﻊ َ ﺴﺔَ َﻋ َ ﺐ َوﺑِ ْﻊ َوَﻻ أ ََرﻳَـﻨ ْ ْ َ ُ َ َﻗ ُ ِﺐ َوﻳَﺒ ْ ﺎﺣﺘَﻄ ُ ﺐ اﻟ ﱠﺮ ُﺟ ُﻞ ﻳَ ْﺤﺘَﻄ َ ﺸ َﺮ ﻳَـ ْﻮًﻣﺎ ﻓَ َﺬ َﻫ َ ﱠﻚ َﺧ ْﻤ ِ ِ ﻀﻬﺎ ﺛَـﻮﺑﺎ وﺑِﺒـ ْﻌ ِ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ُ ﺎل َر ُﺳ َ ﻀ َﻬﺎ ﻃَ َﻌ ًﺎﻣﺎ ﻓَـ َﻘ َ ﺎء َوﻗَ ْﺪ أ َ َﺻ َ َ ً ْ َ ﺎب َﻋ ْﺸ َﺮةَ َد َراﻫ َﻢ ﻓَﺎ ْﺷﺘَـ َﺮى ﺑِﺒَـ ْﻌ َ ﻓَ َﺠ ِ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻫ َﺬا َﺧﻴـﺮ ﻟ ِ ﻚ ﻳَـ ْﻮ َم اﻟ ِْﻘﻴَ َﺎﻣ ِﺔ َ ﻲء اﻟ َْﻤ ْﺴﺄَﻟَﺔُ ﻧُ ْﻜﺘَﺔً ﻓِﻲ َو ْﺟ ِﻬ َ ٌْ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َﻚ ﻣ ْﻦ أَ ْن ﺗَﺠ ﺼﻠُ ُﺢ إِﱠﻻ ﻟِﺜَ َﻼﺛٍَﺔ ﻟِ ِﺬي ﻓَـ ْﻘ ٍﺮ ُﻣ ْﺪﻗِ ٍﻊ أ َْو ﻟِ ِﺬي ﻏُ ْﺮم ُﻣ ْﻔ ِﻈ ٍﻊ أ َْو ﻟِ ِﺬي َدٍم ُﻣﻮج ْ َإِ ﱠن اﻟ َْﻤ ْﺴﺄَﻟَﺔَ َﻻ ﺗ
“Telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Maslamah, telah mengabarkan kepada Kami Isa bin Yunus dari Al Akhdhar bin 'Ajlan dari Abu Bakr Al Hanafi dari Anas bin Malik bahwa seorang laki-laki dari kalangan Anshar datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meminta kepada beliau, kemudian beliau bertanya: "Apakah di rumahmu terdapat sesuatu?" Ia berkata; ya, alas pelana yang Kami pakai sebagiannya dan Kami hamparkan sebagiannya, serta gelas besar yang gunakan untuk minum air. Beliau berkata: "Bawalah keduanya kepadaku." Anas berkata; kemudian ia membawanya kepada beliau, lalu Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam mengambilnya dengan tangan beliau dan berkata; 15
Hadis syarh Imam Ahmad. Bab. Musnad Imam Ahmad, Maktab Al-lami III/100 & 114,
no. 11691
28
"Siapakah yang mau membeli kedua barang ini?" seorang laki-laki berkata; saya membelinya dengan satu dirham. Beliau berkata: "Siapa yang menambah lebih dari satu dirham?" Beliau mengatakannya dua atau tiga kali. Seorang laki-laki berkata; saya membelinya dengan dua dirham. Kemudian beliau memberikannya kepada orang tersebut, dan mengambil uang dua dirham. Beliau memberikan uang tersebut kepada orang anshar tersebut dan berkata: "Belilah makanan dengan satu dirham kemudian berikan kepada keluargamu, dan belilah kapak kemudian bawalah kepadaku." Kemudian orang tersebut membawanya kepada beliau, lalu Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam mengikatkan kayu pada kapak tersebut dengan tangannya kemudian berkata kepadanya: "Pergilah kemudian carilah kayu dan juAllah. Jangan sampai aku melihatmu selama lima belas hari." Kemudian orang tersebut pergi dan mencari kayu serta menjualnya, lalu datang dan ia telah memperoleh uang sepuluh dirham. Kemudian ia membeli pakaian dengan sebagiannya dan makanan dengan sebagiannya. Kemudian Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Ini lebih baik bagimu daripada sikap meminta-minta datang sebagai noktah di wajahmu pada Hari Kiamat. Sesungguhnya sikap meminta-minta tidak layak kecuali untuk tiga orang, yaitu untuk orang fakir dan miskin, atau orang yang memiliki hutang sangat berat, atau orang yang menanggung diyah (sementara ia tidak mampu membayarnya 16)." Susunan Hadis yang mukharrijnya adalah Imam Tirmidzi :
ﻀ ُﺮ ﺑْ ُﻦ َ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺣ َﻤ ْﻴ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﻣ ْﺴ َﻌ َﺪةَ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ ﻋُﺒَـ ْﻴ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ُﻦ ُﺷ َﻤ ْﻴ ِﻂ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﺠ َﻼ َن َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ْاﻷَ ْﺧ ِ َﻋﺠ َﻼ َن َﻋﻦ َﻋﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟ ِ َ ﻚ أَ ﱠن رﺳ ٍ ِﺲ ﺑْ ِﻦ ﻣﺎﻟ ﺎع َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑ ْ ْ ْ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ ِ َْﺤﻨَﻔ َﻴﻌ ْﻦ أَﻧ َ َُ ِ ِ ﺎل َ َﺧ ْﺬﺗُـ ُﻬ َﻤﺎ ﺑِ ِﺪ ْرَﻫ ٍﻢ ﻓَـ َﻘ َ ح ﻓَـ َﻘ َ َْﺴﺎ َوﻗَ َﺪ ًﺣﺎ َوﻗ َ ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ أ َ ْﺲ َواﻟْ َﻘ َﺪ ً ﺣﻠ َ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ْﺸﺘَ ِﺮي َﻫ َﺬا اﻟْﺤﻠ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻣ ْﻦ ﻳَ ِﺰﻳ ُﺪ َﻋﻠَﻰ ِد ْرَﻫ ٍﻢ َﻣ ْﻦ ﻳَ ِﺰﻳ ُﺪ َﻋﻠَﻰ ِد ْرَﻫ ٍﻢ ﻓَﺄَ ْﻋﻄَﺎﻩُ َر ُﺟ ٌﻞ ِد ْرَﻫ َﻤ ْﻴ ِﻦ َ اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ ِ ِ ِ ﻳﺚ ﺣﺴﻦ َﻻ ﻧَـ ْﻌ ِﺮﻓُﻪُ إِﱠﻻ ِﻣﻦ ﺣ ِﺪ ﻀ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َ َﺎﻋ ُﻬ َﻤﺎ ِﻣ ْﻨﻪُ ﻗ َ ﻳﺚ ْاﻷَ ْﺧ َ َﻓَـﺒ َ ْ ٌ َ َ ٌ ﻴﺴﻰ َﻫ َﺬا َﺣﺪ َ ﺎل أَﺑُﻮ ﻋ ِ ٍ َْﺤﻨَ ِﻔ ﱡﻲ اﻟﱠ ِﺬي َرَوى َﻋ ْﻦ أَﻧ ْﺤﻨَ ِﻔ ﱡﻲ َواﻟ َْﻌ َﻤ ُﻞ َﻋﻠَﻰ َﻫ َﺬا َ ﺲ ُﻫ َﻮ أَﺑُﻮ ﺑَ ْﻜ ٍﺮ اﻟ َ َﻋ ْﺠ َﻼ َن َو َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪ اﻟ ِ ﺾ أ َْﻫ ِﻞ اﻟ ِْﻌﻠ ِْﻢ ﻟَﻢ ﻳـﺮوا ﺑﺄْﺳﺎ ﺑِﺒـ ْﻴ ِﻊ ﻣﻦ ﻳ ِﺰﻳ ُﺪ ﻓِﻲ اﻟْﻐَﻨَﺎﺋِ ِﻢ واﻟْﻤﻮا ِر ِ ِﻋ ْﻨ َﺪ ﺑَـ ْﻌ ﻳﺚ َوﻗَ ْﺪ َرَوى َﻫ َﺬا َ ْ َ َ ً َ ْ ََ ْ ََ َ ِ ﻳﺚ اﻟْﻤﻌﺘ ِﻤﺮ ﺑﻦ ﺳﻠَﻴﻤﺎﻧَـﻮﻏَﻴـﺮ و ِ اﻟ ِ اﺣ ٍﺪ ِﻣ ْﻦ ﻛِﺒَﺎ ِر اﻟﻨ ﻀ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﺠ َﻼ َن َ ﱠﺎس َﻋ ْﻦ ْاﻷَ ْﺧ َ َ ُ ْ َ َ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ ُ َ ْﺤﺪ 16
Syarh Imam Abu Daud, Dar Kitab al-Ilmiyah Jilid, VI, no. 1398 hal: 269
29
“Telah menceritakan kepada kami Humaid bin Ma'adah telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Syumaith bin 'Ajlan telah menceritakan kepada kami Al Akhdhar bin 'Ajlan dari Abdullah bin Al Hanafi dari Anas bin Abdul Malik bin Amru bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menjual alas pelana dan gelas, lalu beliau menawarkan: "Siapa yang akan membeli alas pelana dan gelas ini?" Seseorang berkata; Saya akan membelinya seharga satu dirham, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menawarkan lagi: "Siapa yang mau membelinya lebih dari satu dirham?" Lalu seorang laki-laki memberinya dua dirham, beliau pun menjual kepadanya. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Al Akhdhar bin 'Ajlan dan Abdullah Al Hanafi yang meriwayatkan dari Anas, ia adalah Abu Bakr Al Hanafi. Hadits ini menjadi pedoman amal menurut sebagian ulama, mereka berpendapat bolehnya menjual harta rampasan perang dan warisan kepada orang yang membeli dengan harga yang lebih tinggi. Dan hadits ini telah diriwayatkan oleh Al Mu'tamir bin Sulaiman dan banyak dari kalangan ulama besar kaum muslimin dari Al Akhdhar bin 'Ajlan 17. Berikut merupakan hadis yang ditakhrijkan oleh imam An nasai’:
ِ ﻀ ُﺮ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﺠ َﻼ َن َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑُﻮ ﺑَ ْﻜ ٍﺮ َ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ِﻫ َ ﺲ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ْاﻷَ ْﺧ ُﺸ َ ﺎم ﺑْ ُﻦ َﻋ ﱠﻤﺎ ٍر َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻋ َ ُﻴﺴﻰ ﺑْ ُﻦ ﻳُﻮﻧ ِ ِ ِ َْﺤﻨَ ِﻔ ﱡﻲ َﻋ ْﻦ أَﻧ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ ﺎء إِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ َ ْﺲ ﺑْ ِﻦ َﻣﺎﻟﻚ أَ ﱠن َر ُﺟ ًﻼ ﻣ ْﻦ ْاﻷَﻧ َ اﻟ َ ﺼﺎ ِر َﺟ ِ ب َ َﻚ َﺷ ْﻲءٌ ﻗ َ ﻳَ ْﺴﺄَﻟُﻪُ ﻓَـ َﻘ ُﺴ َ ﻂ ﺑَـ ْﻌ َ ﺲ ﺑَـ ْﻌ َ َِﻚ ﻓِﻲ ﺑَـ ْﻴﺘ َ ﺎل ﻟ ُ ح ﻧَ ْﺸ َﺮ ٌ ﻀﻪُ َوﻗَ َﺪ ُ ﻀﻪُ َوﻧَـ ْﺒ ٌ ﺎل ﺑَـﻠَﻰ ﺣﻠ ُ َْﺲ ﻧَـﻠْﺒ ِﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﺑِﻴ ِﺪﻩ ِِ ُ َﺧ َﺬ ُﻫ َﻤﺎ َر ُﺳ َ َﺎل اﺋْﺘِﻨِﻲ ﺑِ ِﻬ َﻤﺎ ﻗ َ َﺎء ﻗ َ ﺎل ﻓَﺄَﺗَﺎﻩُ ﺑِ ِﻬ َﻤﺎ ﻓَﺄ َ َ َ ََ َْ ُ َ ﻓﻴﻪ اﻟ َْﻤ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ِﺰﻳ ُﺪ َﻋﻠَﻰ ِد ْرَﻫ ٍﻢ َﻣ ﱠﺮﺗَـ ْﻴ ِﻦ أ َْو َ َآﺧ ُﺬ ُﻫ َﻤﺎ ﺑِ ِﺪ ْرَﻫ ٍﻢ ﻗ َ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ْﺸﺘَ ِﺮي َﻫ َﺬﻳْ ِﻦ ﻓَـ َﻘ َ َﺛُ ﱠﻢ ﻗ ُ ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ أَﻧَﺎ ِ ي َ َﺛََﻼﺛًﺎ ﻗ ﺼﺎ ِر ﱠ َ ﺎﻫ َﻤﺎ إِﻳﱠﺎﻩُ َوأ ُ ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ أَﻧَﺎ ُ َﱢرَﻫ َﻤ ْﻴ ِﻦ ﻓَﺄَ ْﻋﻄ ُ َآﺧ ُﺬ ُﻫ َﻤﺎ ﺑِﺪ ْرَﻫ َﻤ ْﻴ ِﻦ ﻓَﺄَ ْﻋﻄ َ ْﺎﻫ َﻤﺎ ْاﻷَﻧ ْ َﺧ َﺬ اﻟﺪ َ ََوﻗ َ َِﺣ ِﺪ ِﻫ َﻤﺎ ﻃَ َﻌ ًﺎﻣﺎ ﻓَﺎﻧْﺒِ ْﺬﻩُ إِﻟَﻰ أ َْﻫﻠ َ وﻣﺎ ﻓَﺄْﺗِﻨِﻲ ﺑِ ِﻪ ﻓَـ َﻔ َﻌ َﻞ ﻓَﺄ َُﺧ َﺬﻩ ً ﻚ َوا ْﺷﺘَ ِﺮ ﺑِ ْﺎﻵ َﺧ ِﺮ ﻗَ ُﺪ َ ﺎل ا ْﺷﺘَ ِﺮ ﺑِﺄ ِ َﺎل ا ْذﻫﺐ ﻓ ِِ ِ ُ رﺳ اك َ ﺐ َوَﻻ أ ََر َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓ ً ﺸ ﱠﺪ ﻓِ ِﻴﻪ ُﻋ ْ ْ َ َ َﻮدا ﺑِﻴَﺪﻩ َوﻗ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ْ ﺎﺣﺘَﻄ َُ ِ ﺎل ا ْﺷﺘَ ِﺮ َ ﺎب َﻋ ْﺸ َﺮةَ َد َر ِاﻫ َﻢ ﻓَـ َﻘ َ ﺴﺔَ َﻋ َ ﺎء َوﻗَ ْﺪ أ َ َﺻ ُ ِﺐ َوﻳَﺒ َ ﻴﻊ ﻓَ َﺠ ُ ﺸ َﺮ ﻳَـ ْﻮًﻣﺎ ﻓَ َﺠ َﻌ َﻞ ﻳَ ْﺤﺘَﻄ َ َﺧ ْﻤ ِ َ ﺎل ﻫ َﺬا َﺧﻴـﺮ ﻟ ِ ِ ِ ِ ِ ﻚ َ ﻲء َواﻟ َْﻤ ْﺴﺄَﻟَﺔُ ﻧُ ْﻜﺘَﺔٌ ﻓِﻲ َو ْﺟ ِﻬ ٌ ْ َ َ َﺑﺒَـ ْﻌﻀ َﻬﺎ ﻃَ َﻌ ًﺎﻣﺎ َوﺑﺒَـ ْﻌﻀ َﻬﺎ ﺛَـ ْﻮﺑًﺎ ﺛُ ﱠﻢ ﻗ َ َﻚ ﻣ ْﻦ أَ ْن ﺗَﺠ ِ ِ ﺼﻠُ ُﺢ إِﱠﻻ ﻟِ ِﺬي ﻓَـ ْﻘ ٍﺮ ُﻣ ْﺪﻗِ ٍﻊ أ َْو ﻟِ ِﺬي ﻏُ ْﺮٍم ُﻣ ْﻔ ِﻈ ٍﻊ ْ َﻳَـ ْﻮ َم اﻟْﻘﻴَ َﺎﻣﺔ إِ ﱠن اﻟ َْﻤ ْﺴﺄَﻟَﺔ َﻻ ﺗ 17
Syarh Imam Tirmidzi, Dar Fikri,bab jual beli. Jilid IV, hal 356
30
“Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus berkata, telah menceritakan kepada kami Al Akhdlar bin Ajlan berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Al Hanafi dari Anas bin Malik berkata, "Seorang lelaki Anshar datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan meminta kepada Beliau. Maka beliau pun bertanya kepadanya: "Apakah di rumahmu ada sesuatu?" Ia menjawab, "Ya. Sebuah alas pelana yang sebagian kami pakai dan sebagian lagi kami bentangkan, serta sebuah gelas yang kami gunakan untuk minum air." Beliau bersabda: "Berikanlah keduanya itu untukku." Anas berkata, "Orang itu lantas membawa keduanya hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengambilnya dengan tangannya, kemudian bersabda: "Siapa yang mau membeli dua barang ini?" Seorang laki-laki berkata, "Saya mau membelinya dengan satu dirham! " Beliau bertanya lagi: "Siapa yang mau menambahnya?" Beliau ulangi pertanyaan itu dua atau tiga kali. Lalu seorang laki-laki berkata, "Saya akan membelinya dengan dua dirham." Lalu Beliau memberikan barang tersebut kepadanya, kemudian meminta uang pembayarannya seraya memberikannya kepada sahabat Anshar tadi. Beliau kemudian bersabda: "Belilah makanan dengan satu dirham untuk keluargamu, dan sisanya belikanlah sebuah kapak. Setelah itu bawalah kapak itu kepadaku." Laki-laki itu pun melakukannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian mengambil kapak dan memasang kayu sebagai gagangnya. Beliau lalu bersabda: "Pergi dan carilah kayu bakar, dan selama lima belas hari ini aku tidak ingin melihatmu." Setelah itu, laki-laki tersebut pergi mencari kayu bakar dan menjualnya. Kemudian ia datang menemui Nabi setelah menghasilkan sepuluh dirham, beliau lalu bersabda: "Belilah makanan dengan separuh uangmu dan belilah pakaian dengan separuh yang lain." Kemudian beliau bersabda: "Ini lebih baik bagimu daripada kamu datang dan meminta-minta. Pada hari kiamat kelak meminta-minta akan menjadi titik hitam di wajahmu, maka tidak boleh meminta-minta kecuali bagi orang yang sangat fakir, atau orang yang terlilit hutang, atau darah yang menyakitkan (untuk membayar denda karena membunuh orang) 18."
18
Syarh Imam Ibnu Majah, Dar Kotob al-Ilmiyah, Jilid II, hal. 1315
31
;Susunan hadis yang mukharrijnya adalah Imam Bukhari
ٍ ِ ِ ﺎح ﺐ َﻋ ْﻦ َﻋﻄَ ِﺎء ﺑْ ِﻦ أَﺑِﻲ َرﺑَ ٍ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﺑِ ْﺸ ُﺮ ﺑْ ُﻦ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ اﻟ ُ ﺴ ْﻴ ُﻦ اﻟ ُْﻤ ْﻜﺘ ُ ْﺤ َ ِ ِ ِ ﺎج ﻓَﺄ َ َﺧ َﺬﻩُ َﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﺒﺪ اﻟﻠﱠﻪ َرﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ْﻨـ ُﻬ َﻤﺎأَ ﱠن َر ُﺟ ًﻼ أَ ْﻋﺘَ َﻖ ﻏُ َﻼ ًﻣﺎ ﻟَﻪُ َﻋ ْﻦ ُدﺑُ ٍﺮ ﻓَ ْ ﺎﺣﺘَ َ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ْﺸﺘَ ِﺮ ِﻳﻪ ِﻣﻨﱢﻲ ﻓَﺎ ْﺷﺘَـ َﺮاﻩُ ﻧـُ َﻌ ْﻴ ُﻢ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑِ َﻜ َﺬا َوَﻛ َﺬا ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ َﻮ َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَـ َﻘ َ اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ َ ﻓَ َﺪﻓَـ َﻌﻪُ إِﻟ َْﻴﻪ Telah menceritakan kepada kami Bisyir bin Muhammad telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah telah mengabarkan kepada kami Al Husain Al Muktib dari 'Atho' bin Abu Ribah dari Jabir bin 'Abdullah radliallahu 'anhu bahwa ada seorang laki-laki membebaskan seorang budak dengan syarat asalkan dirnya telah meninggal (mudabbar),. Maka budak tersebut diambil oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu Beliau berkata: "Siapa yang mau membeli dariku". Maka budak itu kemudian dibeli oleh Nu'aim bin 'Abdullah seharga segini segini lalu Beliau memberikan uang itu kepada orang laki-laki tadi 19".
Susunan hadis yang mukharrijnya adalah Imam Muslim:
ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻗُـﺘـﻴﺒﺔُ ﺑﻦ ﺳ ِﻌ ٍ ﺚ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻲ اﻟ ﱡﺰﺑَـ ْﻴ ِﺮ َﻋ ْﻦ ﻴﺪ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻟ َْﻴ ٌ ﺚ ح و َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ُرْﻣ ٍﺢ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ اﻟﻠﱠْﻴ ُ َ َ َْ ْ ُ َ ِ ﻚ رﺳ َ ِ ِ ِ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ َﺟﺎﺑِ ٍﺮ ﻗَ َﺎﻷَ ْﻋﺘَ َﻖ َر ُﺟ ٌﻞ ﻣ ْﻦ ﺑَﻨﻲ ﻋُ ْﺬ َرةَ َﻋ ْﺒ ًﺪا ﻟَﻪُ َﻋ ْﻦ ُدﺑُ ٍﺮ ﻓَـﺒَـﻠَ َﻎ ذَﻟ َ َ ُ ِِ ِ ِ ي ﺑِﺜَﻤ ِ َﻚ َﻣ ٌ ﺎن ﺎل َﻻﻓَـ َﻘ َ ﺎل ﻏَْﻴـ ُﺮﻩُ ﻓَـ َﻘ َ ﻓَـ َﻘ َ ﺎل أَﻟ َ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ْﺸﺘَ ِﺮﻳﻪ ﻣﻨﱢﻲ ﻓَﺎ ْﺷﺘَـ َﺮاﻩُ ﻧـُ َﻌ ْﻴ ُﻢ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﺒﺪ اﻟﻠﱠﻪ اﻟ َْﻌ َﺪ ِو ﱡ َ ِﻣﺎﺋَ ِﺔ ِدرﻫ ٍﻢ ﻓَﺠﺎء ﺑِﻬﺎ رﺳ َ ِ ﱠق ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻤ َﻔ َﺪﻓَـ َﻌ َﻬﺎ إِﻟ َْﻴ ِﻪ ﺛُ ﱠﻢ ﻗَ َ ﺼﺪ ْ ﺎل اﺑْ َﺪأْ ﺑِﻨَـ ْﻔ ِﺴ َ ﻚ ﻓَـﺘَ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ َْ َ َ َ َ ُ ﻀ َﻞ َﻋ ْﻦ ِذي ﻚ َﺷ ْﻲءٌ ﻓَﻠِ ِﺬي ﻗَـ َﺮاﺑَﺘِ َﻜ َﻔِﺈ ْن ﻓَ َ ﻀ َﻞ َﻋ ْﻦ أ َْﻫﻠِ َ ﻚ ﻓَِﺈ ْن ﻓَ َ ﻀ َﻞ َﺷ ْﻲءٌ ﻓَِﻸ َْﻫﻠِ َ َﻋﻠَْﻴـ َﻬﺎ ﻓَِﺈ ْن ﻓَ َ ِ ِ ِ ﻮب ﺑْ ُﻦ ﻚ َﺷ ْﻲءٌ ﻓَـ َﻬ َﻜ َﺬا َو َﻫ َﻜ َﺬا ﻳَـ ُﻘ ُ ﻚ َو َﻋ ْﻦ ﻳَ ِﻤﻴﻨِ َ ﻮل ﻓَـﺒَـ ْﻴ َﻦ ﻳَ َﺪﻳْ َ ﻗَـ َﺮاﺑَﺘِ َ ﻚ َو َﻋ ْﻦ ﺷ َﻤﺎﻟ َﻜﻮ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨﻲ ﻳَـ ْﻌ ُﻘ ُ إِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ اﻟﺪ ِ ِ ِ ِ ﻮب َﻋ ْﻦ أَﺑِﻲ اﻟ ﱡﺰﺑَـ ْﻴ ِﺮ َﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ٍﺮ أَ ﱠن َر ُﺟ ًﻼ ﻴﻞ ﻳَـ ْﻌﻨﻲ اﺑْ َﻦ ﻋُﻠَﻴﱠﺔَ َﻋ ْﻦ أَﻳﱡ َ َْ َ ْ ﱠوَرﻗ ﱡﻲ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ إ ْﺳ َﻤﻌ ُ ِ ﻳﺚ ﺑِ َﻤ ْﻌﻨَﻰ ﺎل ﻟَﻪُ أَﺑُﻮ َﻣ ْﺬ ُﻛﻮٍر أَ ْﻋﺘَ َﻖ ﻏُ َﻼ ًﻣﺎ ﻟَﻪُ َﻋ ْﻦ ُدﺑُ ٍﺮ ﻳُـ َﻘ ُ ﺼﺎ ِر ﻳُـ َﻘ ُ ْﺤ ِﺪ َ ﻣ ْﻨ ْﺎﻷَﻧْ َ ﺎل ﻟَﻪُ ﻳَـ ْﻌ ُﻘ ُ ﻮب َو َﺳﺎ َق اﻟ َ ﻳﺚ اﻟﻠﱠْﻴ ِ ﺣ ِﺪ ِ ﺚ َ Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id Telah menceritakan kepada kami Al Laits -dalam jalur lain- Dan Telah Syarh ImamBukhari, Dar Kotob al-Ilmiyah, Jilid II, bab jual beli. No: 1997
19
32
menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah mengabarkan kepada kami Laits dari Abu Zubair dari Jabir ia berkata; Seorang lakilaki dari Bani Udzrah memerdekakan hamba sahayanya dengan tebusan. Berita itu sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bertanya kepada pemilik budak itu: "Masih adakah hartamu selain budak itu?" orang itu menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Siapakah yang mau membeli budak itu daripadaku?" Akhirnya budak itu pun dibeli oleh Nu'aim bin Abdullah Al Adawi, dengan harga delapan ratus dirham yang diserahkannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau meneruskannya kepada pemilik hamba sahaya itu. Kemudian beiau bersabda kepadanya: "Manfaatkanlah uang ini untuk dirimu sendiri, bila ada sisanya maka untuk keluargamu, jika masih tersisa, maka untuk kerabatmu, dan jika masih tersisa, maka untuk orang-orang disekitarmu." Dan telah menceritakan kepadaku Ya'qub bin Ibrahim Ad Dauraqi Telah menceritakan kepada kami Isma`il yakni Ibnu Ulayyah, dari Ayyub dari Abu Zubair dari Jabir bahwa seorang laki-laki dari Anshar yang biasa dipanggil Abu Madzkur, memerdekakan hamba sahaya miliknya yang namanya Ya'qub dengan tebusan. Ia pun menuturkan hadits yang semakna dengan haditsnya Laits 20.
B. Hadis Nabi Tentang Larangan Menawar Barang Yang Telah Ditawar Muslim Lainnya a) Teks Hadis Seperti pada pencarian hadis pertama mengenai jual beli pelelangan dengan menggunakan metode yang berdasarkan pada penggalan kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja dalam bahasa arab dikenal dengan metodeTakhrij al-Hadist bi al-Lafz. Adapun teks hadis yang akan dicari adalah
20
Syarh ImamMuslim, Dar Kitab al-Ilmiyahbab jual beli, no. 1663. hal: 269
33
ِ ِ ﺖ ُ َﺴ ِﻤ ْﻌ ْ ﺴ ٌﻦ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ اﺑْ ُﻦ ﻟَ ِﻬ َﻴﻌﺔَ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﻋﺒَـ ْﻴ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪ ﺑْ ُﻦ أَﺑِﻲ َﺟ ْﻌ َﻔ ٍﺮ َﻋ ْﻦ َزﻳْﺪ ﺑْ ِﻦ أ َ َﺳﻠَ َﻢ ﻗَﺎﻟ َ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﺣ ِ ِ ُ ﺎل اﺑﻦ ﻋُﻤﺮ ﻧَـﻬﻰ رﺳ ِ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ َر ُﺟ ًﻼ َﺳﺄ ََل َﻋ ْﺒ َﺪ اﻟﻠﱠﻪ ﺑْ َﻦ ﻋُ َﻤ َﺮ َﻋ ْﻦ ﺑَـ ْﻴ ِﻊ اﻟ ُْﻤ َﺰاﻳَ َﺪة ﻓَـ َﻘ ِ وﺳﻠﱠﻢ أَ ْن ﻳﺒِﻴﻊ أَﺣ ُﺪ ُﻛﻢ ﻋﻠَﻰ ﺑـﻴ ِﻊ أ ﻳﺚ َ َﺧ ِﻴﻪ إِﱠﻻ اﻟْﻐَﻨَﺎﺋِ َﻢ َواﻟ َْﻤ َﻮا ِر َْ َ ْ َ َ َ َ َ َ Berkata kepada kami Hasan, berkata kepada kami Ibnu Luhai’ah, berkata kepada kami Ubaidillah bin Abi Ja’far, dari Zaid bin Aslam, dia berkata: Aku mendengar seorang laki-laki bertanya kepada Abdullah bin Umar tentang membeli dengan cara lelang. Dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang kalian membeli barang belian saudaranya kecuali pada harta rampasan perang dan warisan 21.” b) Takhrij hadis Dengan merujuk pada kitab kamus al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadist al-Nabawi karya A. J. Wensinck. Kata pertama yang digunakan untuk mencari hadis-hadis mengenai lelang adalah kata ﺑَﺎ َع ﯾَﺒِ ْﯿ ُﻊ-yang berarti menjual 22 : Dalam melakukan kegitan takhrij hadist, saya menggunakan metode bi al-lafazh {metode melalui lafal}.dari matan hadist yang dapat, bila di tempuh dengan metode takhrij hadist bi al-lafazh penggalan kata yang saya dapat adalah :
ِ اد ﺖ ُ َﺳ ِﻤ ْﻌ َ َﺻﻠُﻪُ َز ْ َﺻﻠُﻪُﺑَﺎ َع\اﻟ ُْﻤ َﺰاﻳَ َﺪةأ ْ أﺻﻠﻪ َﺳ ِﻤ ْﻊ\ ﺑَـ ْﻴ ِﻊأ . Adapun data yang saya dapat pada kitab mu’jamal-Mu’jam alMufahras
li
Alfaz
al-Hadist
al-Nabawi
melalui
penelusuran
kataزادterdapat 6 hadis yang berkaitan langsung dengan tema
21
Hadis syarh Imam Ahmad.Maktab Al-lami III/100 & 114, no. 5398
22
A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustka Progressif, 1997), Hlm.56
34
pelelangan di antaranya adalah diriwayatkan dalam kitab hadis Imam Bukharidan at-Tirmidzi.
ِ ١٩٩٧ "َﺒﺎب "اﻟﺒَـ ْﻴ ُﻊ ُ ﻓ ْﻲ اﻟ: اﻟﺒُ َﺨﺎ ِرى ِ ِ ١٦٦٣ "ﺎب "اﻟﺒَـ ْﻴ ُﻊ ُ َﻓ ْﻲ اﻟﺒ: ُﻣ ْﺴﻠ ُﻢ ِ ِ ِِ ١١٣٩ "ﺎء ﻓِ ْﻲ ﺑَـ ْﻴ ُﻊ َﻣ ْﻦ ﻳَ ِﺰﻳْ ُﺪ ُ َﻓ ْﻲ اﻟﺒ: اﻟﺘ ْﺮﻣ ْﻴﺬى َ ﺎب َ "ﻣﺎ َﺟ ِ ١٣٩٨ "َاﻟﻤ ْﺴﺄَﻟَﺔ ُ َﻓ ْﻲ اﻟﺒ: أﺑُـ ْﻮ َد ُاو َد َ ﺎب " َﻣﺎ ﺗَ َﺠ َﻮُز ِ ِﻓِﻲ اﻟﺒﺎب "ﻣﺴﻨَ ُﺪ أَﻧَ ِﺴﻰ ﺑْﻦ ﻣﺎﻟ: َﺣﻤ ُﺪ ١١٦٩١ "ﻚ َُ ْ ُ ُ َ ْ َْأ ِ ِ ٢١٨٩ "ُﺎب "ﺑَـ ْﻴ ُﻊ اﻟ ُْﻤ َﺰﻳَ َﺪة ُ َ ﻓ ْﻲ اﻟﺒ: ُﺎﺟﻪ َ اﺑْـﻨُ َﻤ Adapun teks hadisdari masing-masing periwayat adalah sebagai berikut: Susunan hadis dengan mukharrij Imam Bukhari :
ِ ِ ِ ِ َ َﺎﻋﻴﻞ ﻗ ِ ﻚ َﻋﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ َﻋﻦ َﻋﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑ ِﻦ ُﻋﻤﺮ ر ﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ْﻨـ ُﻬ َﻤﺎ ْ ْ ْ ٌ ﺎل َﺣ ﱠﺪﺛَﻨﻲ َﻣﺎﻟ َ ََ ْ ُ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ إ ْﺳ َﻤ ِ ﻀ ُﻜﻢ ﻋﻠَﻰ ﺑـﻴ ِﻊ أ ِ َ أَ ﱠن رﺳ َﺧ ِﻴﻪ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ ْ َ َ ْ ُ ﻴﻊ ﺑَـ ْﻌ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ ِﺎل َﻻ ﻳَﺒ َُ Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah menceritakan kepada saya Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah sebagian dari kalian membeli apa yang dibeli (sedang ditawar) oleh saudaranya 23". Susunan hadis dengan mukharij Imam Muslim:
ٍ ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻗُـﺘـﻴﺒﺔُ ﺑﻦ ﺳ ِﻌ ﺚ َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ َﻋ ْﻦ اﺑْ ِﻦ ٌ ﻴﺪ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻟ َْﻴ ُ ﺚ ح و َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ اﺑْ ُﻦ ُرْﻣ ٍﺢ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ اﻟﻠﱠْﻴ َ َ ُ ْ َْ َ
23
Hadis syarh imam Bukhari. Kitab jual beli, bab. Larang membeli barang diatas belian sodaranya no. 1995
35
ٍ ﻀ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻴ ِﻊ ﺑَـ ْﻌ ﺐ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ ُ ﺎل َﻻ ﻳَﺒِ ْﻊ ﺑَـ ْﻌ َ ُﻋ َﻤﺮ َﻋ ْﻦ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ ْ ُﺾ َوَﻻ ﻳَ ْﺨﻄ ٍ ﻀ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ِﺧﻄْﺒَ ِﺔ ﺑَـ ْﻌ ﺾ ُ ﺑَـ ْﻌ Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Al Laits. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Ibnu Rumh telah mengabarkan kepada kami Al Laits dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Janganlah sebagian kalian membeli barang yang telah ditawar, dan janganlah sebagian kalian meminang wanita yang telah dipinang." Susunan hadis dengan mukharij Imam Abu Daud:
ﺴ ُﻦ ﺑْ ُﻦ َﻋﻠِ ﱟﻲ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ُﻦ ﻧُ َﻤ ْﻴ ٍﺮ َﻋ ْﻦ ُﻋﺒَـ ْﻴ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ َﻋ ْﻦ اﺑْ ِﻦ ُﻋ َﻤ َﺮ ﻗَﺎل َ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ اﻟ َ ْﺤ ِ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ َﻻ ﻳ ْﺨﻄُﺐ أَﺣ ُﺪ ُﻛﻢ ﻋﻠَﻰ ِﺧﻄْﺒ ِﺔ أ َﺧﻴ ِﻬ َﻮَﻻ ﻳَﺒِ ْﻊ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻴ ِﻊ ُ ﺎل َر ُﺳ َ َﻗ َ ْ َ ْ َ َ ََ َْ ُ َ َ ِأ َﺧ ِﻴﻪ إِﱠﻻ ﺑِِﺈ ْذﻧِِﻪ Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari 'Ubaidullah dari Nafi' dari Ibnu Umar, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang diantara kalian meminang pinangan saudaranya, dan janganlah ia menjual sesuatu yang sedang dalam penawaran saudaranya kecuali dengan seizinnya 24." Susunan hadis dengan mukharrij Imam At-Tirmidzi:
ِ ﺎل َﻻ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻤ َﻘ ُ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻗُـﺘَـ ْﻴﺒَﺔُ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ اﻟﻠﱠْﻴ َ ﺚ َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓ ٍﻊ َﻋ ْﻦ اﺑْ ِﻦ ُﻋ َﻤ َﺮ َﻋ ْﻦ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ ٍ ﻀ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ِﺧﻄْﺒَ ِﺔ ﺑَـ ْﻌ ٍ ﻀ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻴ ِﻊ ﺑَـ ْﻌ ﺎل َوﻓِﻲ اﻟْﺒَﺎب َ َﺾ ﻗ ُ ﺐ ﺑَـ ْﻌ ُ ﻳَﺒِ ْﻊ ﺑَـ ْﻌ ْ ُﺾ َوَﻻ ﻳَ ْﺨﻄ ِ ِ ِ ﻳﺚ ﺣﺴﻦ ي َ ََﻋ ْﻦ أَﺑِﻲ ُﻫ َﺮﻳْـ َﺮةَ َو َﺳ ُﻤ َﺮةَ ﻗ ُ ﻴﺴﻰ َﺣ ِﺪ َ ٌ َ َ ٌ ﻳﺚ اﺑْ ِﻦ ُﻋ َﻤ َﺮ َﺣﺪ ٌ ﺻﺤ َ ﻴﺢ َوﻗَ ْﺪ ُر ِو َ ﺎل أَﺑُﻮ ﻋ ِ ﺎل َﻻ ﻳﺴﻮم اﻟ ﱠﺮﺟﻞ ﻋﻠَﻰ ﺳﻮِم أ ِ َﺧ ِﻴﻪ َوَﻣ ْﻌﻨَﻰ اﻟْﺒَـ ْﻴ ِﻊ َ َﻋ ْﻦ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ ْ َ َ ُ ُ ُ ُ َ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَﻧﱠﻪُ ﻗ ﻓِﻲ َﻫ َﺬا
24
Hadis syarh imam Muslim. Kitab jual beli, bab. Diharamkan mengkhitbah di atas khitbah sodaranya no. 2530
36
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Janganlah sebagian kalian menjual barang yang sedang ditawar oleh sebagian dari kalian, dan janganlah sebagian dari kalian meminang wanita yang ada dalam pinangan sebagian dari kalian." Ia mengatakan; Dalam hal ini ada hadits serupa dari Abu Hurairah dan Samurah. Abu Isa berkata; Hadits Ibnu Umar adalah hadits hasan shahih dan telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: "Seseorang tidak boleh menawar barang yang sedang ditawar saudaranya." Dan menurut para ulama, makna menjual dalam hadits ini dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah menawar 25. Susunan hadis dengan mukharij An-Nasai’:
ي ﺼﻮٍر َو َﺳ ِﻌﻴ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﻗَ َﺎﻻ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺳ ْﻔﻴَﺎ ُن َﻋ ْﻦ اﻟ ﱡﺰْﻫ ِﺮ ﱢ ُ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﻣ ْﻨ ٍِ ِ ُ ﺎل رﺳ ﺎل ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٌﺪ َﻋ ْﻦ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َوﻗ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ َ َ ََﻋ ْﻦ َﺳﻌﻴﺪ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻲ ُﻫ َﺮﻳْـ َﺮةَ ﻗَﺎل ﻗ ِ ﺎد وَﻻ ﻳﺒِﻊ اﻟ ﱠﺮﺟﻞ ﻋﻠَﻰ ﺑـﻴ ِﻊ أ ٍ ِ ِ ِ َﺧ ِﻴﻪ َوَﻻ ُ ﺎﺟ ْ َ َ ُ ُ ْ َ َ َﺸﻮا َوَﻻ ﻳَﺒِ ْﻊ َﺣﺎﺿ ٌﺮ ﻟﺒ َ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻻ ﺗَـﻨ ِ ﻳ ْﺨﻄُﺐ ﻋﻠَﻰ ِﺧﻄْﺒ ِﺔ أ َﺧ ِﻴﻪ َوَﻻ ﺗَ ْﺴﺄ َْل اﻟ َْﻤ ْﺮأَةُ ﻃَ َﻼ َق أُ ْﺧﺘِ َﻬﺎ ﻟِﺘَ ْﻜﺘَ ِﻔ َﺊ َﻣﺎ ﻓِﻲ إِﻧَﺎﺋِ َﻬﺎ َ ْ َ َ Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Manshur dan Sa'id bin Abdur Rahman mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhri dari Sa'id dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Dan (dari redaksi Muhammad, ia berkata) dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Janganlah saling menawar agar orang lain memberikan penawaran, janganlah orang kota menjualkan untuk orang desa, janganlah seseorang menjual diatas jual beli saudaranya, dan janganlah meminang diatas pinangan saudaranya. Dan janganlah seorang wanita meminta cerai saudaranya agar ia dapat menguasai bagian saudaranya tersebut 26." Susunan hadis dengan mukharij Imam Ibnu Majah:
ٍ ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﺳﻮﻳ ُﺪ ﺑﻦ ﺳ ِﻌ ٍ َﻚ ﺑْ ُﻦ أَﻧ ﺲ َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ َﻋ ْﻦ اﺑْ ِﻦ ُﻋ َﻤ َﺮ ُ ِﻴﺪ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻣﺎﻟ َ َ ُ ْ َُْ 25
Sunan at-tirmidzi kitab jual beli bab larangan membeli yang telah dibeli saudaranya no. hadis 1213 26 Hadis syarh sunan An-Nasai’. Kitab nikah, bab. Larang mengkhitbah si atas khitbah orang lain no. 3187
37
ِ َ أَ ﱠن رﺳ ٍ ﻀ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻴ ِﻊ ﺑَـ ْﻌ ﺾ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ ُ ﻴﻊ ﺑَـ ْﻌ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ ِﺎل َﻻ ﻳَﺒ َُ Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id berkata, telah menceritakan kepada kami Malik bin Anas dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian bertrasasaksi atas transaksi saudaranya 27." Susunan hadis dengan mukharijnyaImam ibnu majah
ٍ ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﺳﻮﻳ ُﺪ ﺑﻦ ﺳ ِﻌ ِ َ ﺲ َﻋﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ َﻋﻦ اﺑ ِﻦ ُﻋﻤﺮ أَ ﱠن رﺳ ُ ِﻴﺪ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻣﺎﻟ ُﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ْ ٍ َﻚ ﺑْ ُﻦ أَﻧ َ ُ َ ََ ْ ْ َ ُ ْ َُْ ٍ ﻀ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻴ ِﻊ ﺑَـ ْﻌ ﺾ َ ََﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ ُ ﻴﻊ ﺑَـ ْﻌ ُ ِﺎل َﻻ ﻳَﺒ
Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id berkata, telah menceritakan kepada kami Malik bin Anas dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian bertrasasaksi atas transaksi saudaranya 28." C. Penjelasan Hadis Dari Skema Sanad Merujuk kepada sebuah kitab takhrij hadis Tahzib At- Tahzib karangan Syihab ad-Din Abi al Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Asqalani 29, penulis mencoba meneliti drajat dari perawi masing-masing hadis tersebut. Periwat-periwayat dalam hadis pertama (lelang) yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (dalam bab jual beli, no. 1398), Imam Tirmidzi ( dalam bab jual beli, no. 1139), Imam Ibnu Madjah (dalam bab jual beli ziadah, no. 2189), Imam Ahmad (dalam musnad ‘Anas bin Malik, no.11691) 30. Periwayat-periwayat dalam hadis kedua (larangan membeli di atas belian muslim lainnya) yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (dalam bab
27
Hadis syarh sunan ibnu majah. Kitab jual beli, bab. Larang membeli barang diatas belian sodaranya no. 2162 28 Hadis syarh sunan ibnu majah. Kitab jual beli, bab. Larang membeli barang diatas belian sodaranya no. 2163 29 Syihab ad-Din Abi al-Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Asqalani lahir di Mesir 12 Sya’ban 773 H dan wafat tahun 852 H 30 Terlampir pada halaman terakhir skripsi.
38
janganlah membeli di atas belian sodaramu, no. 1995 dan 1996), Imam Muslim (dalam bab diharamkan mengkhitbah di atas khitbah orang lin, no.2530), Imam Tirmdzi (dalam bab telah datang larang untuk membeli di atas belian orang lain, no. 1213), Imam Abu Daud (dalam bab khitbah, no. 1782), Imam An-Nasa’I (dalam bab larangan menkhitbah di atas khitbah laki laki lain, no. 3187), Imam Ibnu Madjah (dalam bab jual beli, no. 2162 dan 2163) 31.
31
Terlampir pada halaman terakhir skripsi.
BAB IV PENJELASAN MENGENAI PERBEDAAN HADIS NABI (IKHTILAF HADIS IMAM SYAFI’) Sepintas bila didengar, lelang memang bukanlah hal baru dan aneh diranah perdangangan era modern saat ini. Sebuah praktik jual beli dengan cara publik ini mengikutsertakan banyak pihak, mulai dari pemilik barang, peserta lelang, panitia lelang, juri lelang, dan pembawa acara lelang 1. Dalam identifikasi maslaah telah dijelaskan begitu banyak problematika dalam hal lelang ini, mulai dari sudut pandang hukum, kajian-kajian kitab fiqh sampai pada ranah kebenaran adnaya dalil akan lelang ini. Dalam kesempatan ini penulis mencoba mengambil sebuah masalah yang akan dibahas dalam redaksi di bawah. Sebelum penjelasan lebih jauh, penulis ingin menjelaskan sedikit mengenai biografi salah seorang pesohor agama yang akan menjadi penengah dalam masalah perbedaan hadis antara hadis mengenai tawar menawar (lelang) dengan hadis yang melarang adanya tawar menawar. Beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin Syaafi' bin As-Saaib bin 'Ubaid bin 'Abd Yaziid bin Haasyim bin Al-Muthollib bin 'Abdi Manaaf, sehingga nasab beliau bermuara kepada Abdu Manaaf kakek buyut Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam 2. Al-Muthollib adalah saudaranya Hasyim ayahnya Abdul Muthholib kakek Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.Dan kepada Syafi' bin As-Saaib penisbatan Al-
1
Vendue Reglement (V.R.): Peraturan Lelang Stb. 1908 No.189 Jo Peraturan Menteri Keuangan No. 40/PMK.07/2006 2 Siyar A'laam An-Nubalaa, jilid10. Hal: 5-6 dan Tobaqoot Asy-Syaafi'iyah Al-Kubro jilid 2. Hal: 71-72
39
40
Imam Asy-Syafi'i rahimahullah.Meskipun nenek moyang beliau suku Quraisy di Mekah akan tetapi beliau tidak lahir di Mekah, karena ayah beliau Idris merantau di Palestina. Sehingga beliau dilahirkan di Ghozza (Palestina) dan ada yang mengatakan bahwa beliau lahir di 'Asqolan pada tahun 150 Hijriah, tahun dimana wafatnya Al-Imam Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsaabit Al-Kuufi rahimahullah, bahkan ada pendapat yang menyatakan di hari wafatnya Al-Imam Abu Hanifah 3. Ayah beliau Idris meninggal dalam keadaan masih muda, hingga akhirnya Imam Asy-Syafi'i dibesarkan oleh ibunya dalam kondisi yatim. Karena khawatir terhadap anaknya maka sang ibu membawa beliau yang masih berumur 2 tahunke kampung halaman aslinya yaitu Mekah, sehingga beliau tumbuh berkembang di Mekah dalam kondisi yatim. Beliau menghafal Al-Qur'an tatkala berusia 7 tahun, dan menghafal kitab Al-Muwattho' karya Imam Malik tatkala umur beliau 10 tahun.Ini menunjukkan betapa cerdasnya Al-Imam Asy-Syafi'i. Beliaupun belajar dari para ulama Mekah, diantaranya Muslim bin Kholid Az-Zanji Al-Makky yang telah memberi ijazah kepada Al-Imam Asy-Syafi'i untuk boleh berfatwa padahal umur beliau masih 15 tahun. Lalu setelah itu beliau bersafar ke Madinah dan berguru bertahun-tahun kepada Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah. Pada tahun 195 H beliau pergi ke Baghdad, dan beliau mengajar di sana sehingga banyak ulama yang berputar haluan dari madzhab ahli ro'yu menuju madzhab Syafi'i. di Baghdad beliau banyak menulis buku-buku lama beliau, setelah itu beliaupun kembali ke Mekah. Pada tahun 198 beliau kembali lagi ke
3
Al-Bahr Al-Muhiith fi Ushuul Al-Fiqh li Az-Zarkasyi jilid: 2, hal: 15-16
41
Baghdad dan menetap di sana selama sebulan lalu beliau pergi ke Mesir dan menetap di sana meneruskan dakwah beliau hingga akhirnya beliau sakit bawasir yang menyebabkan beliau meninggal dunia pada tahu 204 Hijriyah, rahimahullah rahmatan waasi'ah. A. Ikhtilaf Hadis Mengenai Jual Beli Lelang Sepintas mengutkan ingatak kita, penulis akan menerangkan sedikit tentang apa itu ikhtilaf hadis. Ikhtilaf adalah perbedaan metodologi para ulama dalam mengistinbatkan hukum Islam (pengambilan hukum) dari teksteks Al-Qur’an dan Al-Hadits Rasulullah s.a.w. Ikhtilaf tidak selalu identik dengan perselisihan.Ikhtilah adalah perbedaan yang didasarkan pada Nash AlQur’an dan Al-Hadits dalam rangka mencari kebenaran 4.Sedangkan perselisihan tidak semuanya didasarkan pada Nash Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan tidak semuanya dalam rangka mencapai kebenaran. Sangat banyak perselisihan dalam Islam tanpa didasarkan pada nash, tetapi pada hawa nafsu dan kecendrungan dan keinginan masing-masing 5. Ikhtilaf (perbedaan) bisa dibedakan menjadi dua. Pertama, ikhtilaful qulub (perbedaan dan perselisihan hati) yang termasuk kategori tafarruq (perpecahan) dan oleh karenanya ia tertolak dan tidak ditolerir. Dan ini mencakup serta meliputi semua jenis perbedaan dan perselisihan yang terjadi antar ummat manusia, tanpa membedakan tingkatan, topik masalah, faktor penyebab, unsur pelaku, dan lain-lain.Yang jelas jika suatu perselisihan telah memasuki wilayah hati, sehingga memunculkan rasa 4
Ahmad Umar Hasyim, Qawa’ id Ushul al-Hadits (Beirut: Alimul Kutub, 1997), hal: 203. M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya (Jakarta:Gema Insani Press, 1995), hal: 110. 5
42
kebencian, permusuhan, sikap wala’-bara’, dan semacamnya, maka berarti itu termasuk tafarruq (perpecahan) yang tertolak dan tidak ditolerir. Kedua, ikhtilaful ‘uqul wal afkar (perbedaan dan perselisihan dalam hal pemikiran dan pemahaman), yang masih bisa dibagi lagi menjadi dua: Pertama Ikhtilaf dalam masalah-masalah ushul (prinsip). Ini jelas termasuk kategori tafarruq atauiftiraq(perpecahan) dan oleh karenanya ia tertolak dan tidak ditolerir. Maka pembahasannya tidak termasuk dalam materi fiqhul ikhtilaf, melainkan dalam materi aqidah, yang biasa saya sebut dan istilahkan dengan fiqhul iftiraq (fiqih perpecahan) 6. Dan perselisihan jenis inilah yang melahirkan kelompok-kelompok sempalan dan menyimpang di dalam Islam yang biasa dikenal dengan sebutan firaq daallah (firqah-firqah sesat) danahlul bida’ wal ahwaa’ (ahli bid’ah aqidah dan mengikut hawa nafsu), seperti Khawarij, Rawafidh (Syi’ah), Qadariyah (Mu’tazilah dan Jabriyah), Jahmiyah, Murji-ah, dan lainlain. Kedua
Ikhtilaf dalam
masalah-masalah furu’ (cabang,
non
prinsip).Inilah perbedaan dan perselisihan yang secara umum termasuk kategori ikhtilafut tanawwu’ (perbedaan keragaman) yang diterima dan ditolerir, selama tidak berubah menjadi perbedaan dan perselisihan hati.Dan ikhtilaf jenis inilah yang menjadi bahasan utama dalam materifiqhul ikhtilaf pada umumnya, dan dalam tulisan ini pada khususnya 7.
6
Yusuf Qardlawi, Studi Krtis As-Sunnah,(Bandung:Trigenda Karya, 1995), hal: 140-142. Nafiz Husain Hammad, Mukhtalif al-Hadits Baina al-Fuqaha’ wa al-Muhadditsin, (Mesir: Darul Wafa;, 1993),hal: 26. 7
43
Kembali pada materi bahwa dalam sejarah lelang terjadi di mana pada waktu itu ada seorang lelaki miskin yang kelaparan dan tidak memiliki apapun untuk dimakan. Saat itu lelaki tersebut datang kepada Rasulullah dan mengadukan kondisinya, kemudian Rasulullah berkata “adakah suatu barang di rumahmu” sang lelaki menjawab “ada ya Rasul, senuah pelana dan kain untuk alas meja. Rasul kembali berkata “ambillah barang tersebut dan bawalah kesini”. Kemudian lelaki itu pulang dan mengambil kedua barang tersebut. “ya Rasullullah “ini kedua barang kepunyaanku”, kemudian Rasulullah bersorak dihadapan para sahabat dan masyarakat “adakah dari kalia yang ini membeli kedua barang ini dengan harga satu dirham. Setelah itu salah seorang mengangkat tangan dan bersedia membeli barang tersebut dengan harga satu dirham. Kemudian Rasulullah kembali bersorak dihadapan para sahabat dan masyarakat “adakah dari kalia yang ini membeli kedua barang ini dengan harga dua dirham, kemudian salah seorang lainnya mengangkat tangan dan bersedia membeli dengan harga yang disorakan oleh Rasulullah. Setalah beberapa saat tidak ada yang kembali mengangkat tangan dengan maksud membeli dengan harga tinggi, Rasulullah menyatakan bahwa barang tersebut terjual dengan harga dua dirham. Adapun hadis yang meriwayatkan mengenai jual beli lelang seperti tertera dibawah ini, sebuah hadis dari diriwayatkan oleh Malik:
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ اﷲ ﻳﻦ ﻣﺴﻠﻤﻪ أﺣﺒﺮﻧﺎ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﻳﻮﻧﺲ ﻋﻦ ﻷﺧﻀﺮ ﺑﻦ ﻋﺠﻼن ﻋﻦ أﺑﻮﻳﻜﺮ اﻟﺨﻨﻔﻲ ِ َﻚ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَ ْﺴﺄَﻟُﻪُ ﻓَـ َﻘ َ ﺎل ﻟ َ ﺎء إِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ َ ْﻋﻦ أﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ أَ ﱠن َر ُﺟ ًﻼ ﻣ ْﻦ ْاﻷَﻧ َ ﺼﺎ ِر َﺟ ِ ِ ِ ﻀﻪُ وﻗَ َﺪح ﻧَ ْﺸﺮ ﺎل اﺋْﺘِﻨِﻲ َ َﺎء ﻗ َ َﻚ َﺷ ْﻲءٌ ﻗ ُﺴ َ ﺲ ﺑَـ ْﻌ َ ِﻓِﻲ ﺑَـ ْﻴﺘ ُ َ ٌ َ َ ﻂ ﺑَـ ْﻌ َ ب ﻓﻴﻪ اﻟ َْﻤ ُ ﻀﻪُ َوﻧَـ ْﺒ ٌ ﺎل ﺑَـﻠَﻰ ﺣﻠ ُ َْﺲ ﻧَـﻠْﺒ
44
ِ ُ َﺧ َﺬﻫﻤﺎ رﺳ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ْﺸﺘَ ِﺮي َﻫ َﺬﻳْ ِﻦ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑِﻴَ ِﺪﻩِ ﺛُ ﱠﻢ ﻗ َ َﺑِ ِﻬ َﻤﺎ ﻗ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ َ َ ُ َ ﺎل ﻓَﺄَﺗَﺎﻩُ ﺑِ ِﻬ َﻤﺎ ﻓَﺄ آﺧ ُﺬ ُﻫ َﻤﺎ َ َﺎل َﻣ ْﻦ ﻳَ ِﺰﻳ ُﺪ َﻋﻠَﻰ ِد ْرَﻫ ٍﻢ َﻣ ﱠﺮﺗَـ ْﻴ ِﻦ أ َْو ﺛََﻼﺛًﺎ ﻗ َ َآﺧ ُﺬ ُﻫ َﻤﺎ ﺑِ ِﺪ ْرَﻫ ٍﻢ ﻗ َ ﻓَـ َﻘ ُ ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ أَﻧَﺎ ُ ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ أَﻧَﺎ ِ ي ﺼﺎ ِر ﱠ َ ﺎﻫ َﻤﺎ إِﻳﱠﺎﻩُ َوأ ُ َﱢرَﻫ َﻤ ْﻴ ِﻦ ﻓَﺄَ ْﻋﻄ ُ َﺑِﺪ ْرَﻫ َﻤ ْﻴ ِﻦ ﻓَﺄَ ْﻋﻄ َ ْﺎﻫ َﻤﺎ ْاﻷَﻧ ْ َﺧ َﺬ اﻟﺪ
“Telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Maslamah 8, telah mengabarkan kepada Kami Isa bin Yunus 9 dari Al Akhdhar bin 'Ajlan10 dari Abu Bakr Al Hanafi 11dari Annas berkata: Ada seorang laki-laki dari Anshar datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia bertanya kepadanya: “Apakah kamu punya sesuatu di rumahmu?” Laki-laki itu menjawab, “Ya, sebuah kain sarung yang sebagian kami pakai buat selimut tidur sebagiannya buat alasnya, dan sebuah cangkir yang saya pakai buat minum.” Beliau bersabda: “Bawakan kepadaku keduanya.” Lalu saya membawakan kedua barang itu kepadanya, dan dia mengambil dengan tangannya, dan bersabda: “Siapa yang mau beli dua benda ini?” Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membeli keduanya dengan satu dirham.” Beliau bersabda: “Siapa yang menambahkan satu dirham ini?” Beliau mengulangnya dua atau tiga kali. Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membelinya dengan dua dirham.” Maka Nabi memberikan kedua benda itu kepadanya dan mengambil dua dirham itu dan memberikannya kepada laki-laki Anshar tersebut.” Pertentangan dalam hadis ini adalah dengan sebuah hadis mengenai janganlah kalian seorang muslim menawar barang yang telah ditawar oleh sodara muslim lainya. Adapun hadis tersebut sebgai mana yang tertera di bawah ini, sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ibn ‘Umar Ra:
8
Tentang Abdullah bin Maslamah, Imam Abu Hatim mengatakan: tsiqah hujjah - bisa dipercaya dan sebagai hujjah. (Imam Abul Walid Sulaiman bin Khalaf Al Baji, At Ta’dil wat Tajrih, 2/926. Al Hafizh Ibnu Abi Hatim, Al Jarh wat Ta’dil, 5/181), Imam Al’Ijli juga mentsiqahkan. (Ats Tsiqat, 2/61). Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: tsiqah.(Taqribut Tahdzib, Hal. 547, No. 3620) 9 Imam Abu Zur’ah mengatakan: “Haafizh –seorang hafizh.” Imam Abu Hatim mengatakan: “tsiqah.” (At Ta’dil wat Tajrih, 3/1146).Imam Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqaat. (7/238, No. 9857). Al Hafizh Al ‘Ijli juga menyebutnya: tsiqah. (Ma’rifah Atsiqaat, 2/200) 10 Al Akhdhar bin ‘Ajlan, Imam Ibnu Ma’in mengatakan: “tsiqah.” (Tarikh Ibnu Ma’inRiwayah Ad Dauri, 4/306), Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Shaduuq - jujur.” (Taqribut Tahdzib, Hal. 121, Hal. 291) ‘Abbas mengatakan: “Dia tidak apa-apa.” Al Azdi mendhaifkannya. (Imam Abu Muhammad Badruddin Al ‘Aini, Mughani Al Akhyar, 1/32) 11 Abu Bakr Al Hanafi Nama aslinya adalah Abdullah. Imam Adz Dzahabi mengatakan: “tidak dikenal.”(Al Mughni Fi Adh Dhua’afa, No. 3440)
45
ِ ِ ِ ِ َ َﺎﻋﻴﻞ ﻗ ِ ﻚ َﻋﻦ ﻧَﺎﻓِ ٍﻊ َﻋﻦ َﻋﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑ ِﻦ ُﻋﻤﺮ ر ﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ْﻨـ ُﻬ َﻤﺎ ْ ْ ْ ٌ ﺎل َﺣ ﱠﺪﺛَﻨﻲ َﻣﺎﻟ َ ََ ْ ُ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ إ ْﺳ َﻤ ِ ﻀ ُﻜﻢ ﻋﻠَﻰ ﺑـﻴ ِﻊ أ ِ َ أَ ﱠن رﺳ َﺧ ِﻴﻪ َ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ ْ َ َ ْ ُ ﻴﻊ ﺑَـ ْﻌ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ ُ ِﺎل َﻻ ﻳَﺒ َُ Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah menceritakan kepada saya Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah sebagian dari kalian membeli apa yang dibeli (sedang ditawar) oleh saudaranya 12". Dalam kitab ihktilaf hadis dari imam Syafi’ dijelaskan bahwasanya pertentangan kedua hadis ini terjadi pada kurun waktu yang berbeda. Dalam hadis yang pertama diriwayatkan bahwasanya Nabi memberikan penawaran kepada orang lain ketika barang tersebut sudah di tawar dengan harga satu dirham. Penawaran ini terjadi ketika memang belum ada mufakat atau ijab dan qabul antara si pemilik barang, Nabi dan penawar pertama. Ketika harga mencapai dua riham tidak ada yang menawar kembali dan akhirnya Nabi menyatakan barang ini terjual dengan harga dua dirham dan terjadi ijan dan qabul antara penjual dan pembeli. Sedangkan dalam hadis yang kedua di terangkan tentang dilarangnya kita membeli di atas belian sodara lainnya, membeli di sini diartikan ketika memang barang tersebut telah disepakati harganya antara penjual dan pembeli. Oleh karena itulah kegiatan itu dilarang oleh Nabi dikarenakan sudah terjadi kesepakatan di awal antara penjual dan pembeli 13.Dalam 12
Hadis syarh imam Bukhari. Kitab jual beli, bab. Larangan membeli barang di atas belian sodaranya no. 1995 13 Ihktilaf imam Syafi, kitab kesepuluh. Bab janganlah membeli di atas belian soda muslim lainnya. Hal 145-157
46
kasus ini, pembahasan diterangkan oleh salah seorang ulama besar islam. Imam Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad bin Salamah bin Abdil Malik alAzdy al-Mishri Ath-Thahawi menjelaskan dari salah satu riwayat Mujahid 14, mujahid mengatakan ;
ِ ِ ِ ﻓَﺄ ََﻣﺎ اِذَا َﺧ َﻼ ﺑِ ِﻪ, ﺴ ْﻮ َم َﻫ َﺬا َو َﻫ َﺬا َ اﻟﺮ ُﺟ َﻞ اذَا َﻛﺎ َن ﻓ ْﻲ َ ﺴ ْﻮ َم َ " َﻻ ﺑَﺄ ُ َ ﻳ, اﻟﺴ ْﻮق َ ﺻ ْﺤ ُﻦ ُ َْس أَ ْن ﻳ "ﺴ ْﻮ ُم َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ُ َ ﻓَ َﻼ ﻳ, َر ُﺟ ُﻞ Tidak masalah seorang menawar barang yang sedang (sudah) ditawar oleh orang lain jika pasar masih terbuka (selama lelang belum tutup dan belum ketuk palu oleh juri lelang). Dan jika barang sudah dibawa oleh pemenang lelang, tidak boleh untuk ditawar kembali 15. Pendapat ini diperkuat juga oleh seorang ulama kontenmporer dalam kitabnya Raudhatu At-Thalibin, Namun jika lelang belum ditutup, bukan termasuk dalam larangan menawar barang yang telah ditawar oleh orang lain, karena satu sama lain telah memahamibahwa penawaran masih terbuka. Penjelasan seperti ini juga telah disampaikan oleh an-Nawawi dalam kitabnya Raudhatut Thalibin.
ٍ ِ ٍ ٍ ٍ ُ َﻓَﺄَﻣﺎ ﻣﺎ ﻳﻄ َواِﻧَ َﻤﺎ ﻳُ َﺤ ِﺮُم. ﺎدةُ ﻓِ ْﻴ ِﻪ َ َﺐ ﻓَـﻠَﻐَْﻴ ٍﺮﻩ اﻟ ُﺪ ُﺧ ْﻮ َل َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َواﻟ ِﺰﻳ ُ َ َ ُ ﺎف ﺑﻪ ﻓ ْﻴ َﻤ ْﻦ ﻳَ ِﺰﻳْ ُﺪ َوﻃَﻠَﺒَﻪٌ ﻃَﺎﻟ ِ ِ .ﺤﺎ َ ﺼ َﻞ اﻟﺘَـ َﺮاﺿﻲ َ اذَا َﺣ ً ْﺻ ِﺮﻳ Barang yang masih ditawarkan untuk pembeli yang berani memberi harga lebih, yang lain boleh ikut bergabung dan memberikan tambahan harga, meskipun sudah ada yang menawar. Yang dilawang adalah ketika sudah terjadi sebuah kesepakatan antar penjual dan pembeli 16.
14
Ulama Tabiin, Murid Dari Ibnu Abbas, W. 104 H Abu Ja’far Ahmad.Syarh Ma’ani Al Atsar. Baerut jilid.3 bab.7 hal:3 16 Raudhatuth Thalibin, Imam An-Nawawi.(tahqiq : fuad bin siraj ‘abdul ghafar ) Jilid 3. Hlm. 415 15
47
B. Pandangan Ulama Dalam Menyikapi Perbedaan Hadis Dalam menyikapi berbedaan makna kedua hadis ini terletak pada kata larangan menawar barang, karena pada hadis pertama jelas terjadi tawar menawar karena berada pada porsi pelelangan. Sedangkan hadis yang kedua adalah hadis dimana menawar itu dilarang (tidak dianjurkan). Beberapa
ulama
kontemporer
ikut
mengeluarkan
suaranya
menanggapi permasalah ini, diantaranya ; 1. Syaikh Wahbah Az Zuhaili Hafizhahullah mengatakan:
ِ ﻒ ﻋﻠَﻰ ِ ِ ِ ﻀ ُﻬ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ﺑَـ ْﻌ آﺧ ِﺮ ُ ﺎس ﻓِ ْﻴـ َﻬﺎ ﺑَـ ْﻌ َ َ ﺾ َﺣﺘَﻰ ﺗَـ َﻘ ُ َ َوﻳَ ِﺰﻳْ ُﺪ اﻟﻨ،َُو ُﻫ َﻮ أَ ْن ﻳُـﻨَﺎد ْي َﻋﻠَﻰ اﻟﺴﻠ َْﻌﺔ .ﺿ َﺮَر ﻓِ ْﻴ ِﻪ َ ﺻ ِﺤ ْﻴ ِﺢ َﺟﺎﺋُِﺰ َﻻ ُ َزاﺋِ ُﺪ ﻓِ ْﻴـ َﻬﺎ ﻓَﻴﺄ َ ﻓَـ ُﻬ َﻮ ﺑَـ ْﻴ ُﻊ،ْﺧ َﺬ َﻫﺎ Lelang adalah menawarkan dengan seruan terhadap sebuah barang, dan manusia satu sama lain menambahkan harganya sampai berhenti, maka yang akhir yang berhak mengambilnya. Ini adalah jual beli yang sah dan boleh, dan tidak ada masalah di dalamnya 17.
2.
Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah Beliau mengatakan:
ِ ْو َﻫ َﺬا اْﻟﺤ ِﺪﻳ َوأَﻧَﻪُ َﻻ ﻳَ ْﺪ ُﺧ ُﻞ ﻓِ ْﻲ اﻟﻨِ َﻬ َﻲ َﻋ ِﻦ اْﻟﺒَـ ْﻴ ِﻊ َﻋﻠَﻰ،ُﺚ ﻳَ ُﺪ َل َﻋﻠَﻰ َﺟ َﻮا ِز اﻟﺒَـ ْﻴ ُﻊ ﺑِﺎﻟ ُْﻤ َﺰاﻳَ َﺪة َ َ ِ ِ ِ ً َوﻳَ ُﻜ ْﻮ ُن ﻓِ ْﻲ ُﻣ َﺪة،ﺎم اْﻟﺒَﻴِ َﻊ ُ ﻷَ َن اﻟﻨَـ ْﻬ ُﻲ َﻋ ِﻦ اْﻟﺒَـ ْﻴ ُﻊ َﻋﻠَﻰ اْﻟﺒَـ ْﻴ َﻊ ﻳَ ُﻜ ْﻮ ُن إِذَا َو َﺟ َﺪ اﻻ ْﺳﺘ ْﻘ َﺮ ُار َوﺗَ َﻤ،اْﻟﺒَـ ْﻴ َﻊ ِ ْس ﺑِ ِﮫ َ ﺛُ َﻢ ﻳَ ِﺰﻳْ ُﺪ، أَﻧَﺎ ﺑِ َﻜ َﺬا: َﻣ ْﻦ ﻳَ ْﺸﺘَ ِﺮ ْي َﻫ َﺬا؟ ﻓَـﻴَـ ُﻘ ْﻮ ُل َر ُﺟ َﻞ: َوأ ََﻣﺎ أَ ْن ﻳَـ ُﻘ ْﻮ ُل،ﺎر ُ َﺧﻴ َ آﺧ ُﺮ ﻓَـ َﻬ َﺬا َﻻ ﺑَﺄ Hadits ini menunjukkan kebolehan membeli dengan cara lelang, dan itu tidak termasuk dalam lingkup larangan membeli sesuatu terhadap barang yang sudah pesan orang lain, karena larangan membeli terhadap barang yang sudah dibeli baru terjadi jika sudah ada ketetapan sempurna terhadap barang belian tersebut, yang dengan itu membuatnya mengambil pilihan. Ada pun orang mengatakan: “Siapa yang mau membeli ini?” ada orang menjawab: “Saya membeli
17
Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, jilid 4, Hal. 592
48
sekian,” lalu yang lainnya menambahkan harga, maka itu tidak apaapa 18. 3. Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih Hafizhahullah Beliau mengatakan:
ِ ِ َﻛﻤﺎ ﺻﺮ،وﻫ َﺬا ﺑـﻴﻊ ﺟﺎﺋِﺰ ﺑِِﺈﺟﻤ ِﺎع اﻟْﻤﺴﻠِ ِﻤﻴﻦ ُ َوﻗَـ ْﻴ َﺪﻩ،َُﻢ ﻳُ ْﻜ َﺮُﻫ ْﻮﻩ َ َاﻟﺤﻨَﺎﺑِﻠَﺔ ﻓ َ ح ﺑِﻪ ْ ﺼ َﺤ ُﺤ ْﻮﻩُ َوﻟ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ َ ْ ُ َ ُ َْ َ َ ِ ْ ﺸﺮ ِاء وإَِﻻ ﺣﺮﻣ ِ وﺑِِﺈر،ﺿﺮار ﺑِﺄَﺣ َﺪ ِِ ُﺎدة َ اﻟ َ َﺖ اﻟﺰﻳ َ َ َ َ ُ َ ْ ﺼ َﺪ ِاﻹ َ َ أَ ْن َﻻ ﻳَ ُﻜ ْﻮ َن ﻓ ْﻴﻪ ﻗ:ﺸﺎﻓَـ َﻌﻴَﺔُ ﺑِﺄ َْﻣ َﺮﻳْ ِﻦ َ َ َ َ َ َ ادة اﻟ ِ ِﻹَﻧَـ َﻬﺎ ِﻣ َﻦ اﻟﻨَ ْﺠ .ﺶ Ini adalah jual beli yang dibolehkan berdasarkan ijma’ kaum muslimin, sebagaimana yang dijelaskan kalangan Hanabilah (Hambali) mereka men-sah-kannya dan tidak memakruhkannya. Kalangan Syafi’iyah memberikan dua syarat: Tidak boleh ada maksud melakukan dharar(kerusakan) kepada seseorang, dan hendaknya dia berkehendak membelinya, jika tidak maka itu tambahan (harga) yang diharamkan, karena itu termasukAn Najasy(semata-mata untuk menyingkirkan orang lain 19.
18
Syarh Sunan Abi Daud,jilid 9, hal: 61 Fatawa Asy Syabkah Al Islamiyah, No fatwa. 17455
19
BAB V PENUTUP Bila dilihat dari awal penulisan,terlihat betapa besarnya ilmu islam. Segala macam permasalahan sudah sangat rapi terbalut dengan solusinya. Mulai dari hal terkecil hingga pada sebuah permasalahan besar mengenai konflik dan perbedaan hadis, sudah terangkum penjelasaanya. Jauh sebelum manusia memikirkan akan pertanyaan mengenai sebuah permasalahan, maka Allah SWT sudah dengan jelas menjawabnya baik dalam ayat maupun hadis Rasulullah. A. Kesimpulan Dari penjelasan yang tertulis di atas dapat disimpulkan yaitu; Pada hadis pertama diperbolehkannya menawar barang adalah saat di mana belum adanya mufakat antar penawar dan pemilik barang (penjual), sedangkan dalam hadis kedua yang dinyatakan dalam hadis, bahwa seorang muslim dimenawar atas tawaran muslim lainnya adalah saat di mana sudah terjadi mufakat antar pembeli dan penjual (pemilik barang). B. Saran Ini hanyalah sebagian kecil mengenai penjelasan akan sebuah ikhtilaf yang terjadi dalam perkataan Rasulullah, masih banyak hadis yang perlu kita kaji untuk mengetahui maksud dari sebuah perbedaan. Dalam hal ini lelang memang sebuah wacana kecil namun diperlukan sebuah perhatian besar pada hadis mengenai larangan menawar suatu
barang yang telah ditawar oleh orang lain, karena proses sebuah tawar menawar selalu terjadi kapanpun dan dimanapun. Dalam hal ini penulis mencoba mengajak para pembaca untuk terus mengkaji maksud dan tujuan sebuah hadis Nabi dan perbedaanya antara satu dan lainya. Dalam hal ini tidak banyak yang penulis utarakan, masih banyak pendapat dari ulama lain yang harus kita cari tahu dan kita kembangkan. Jangan pernah puas akan sebuah keberhasilan galilah terus keberhasilan selanjutnya agar menjadi sebuah kebanggan untuk anak dan penerus muslim lainnya.
ﻋﺑدﷲ ﺑن ﻣﺳﻠﻣﮫ
ﺣﻣﯾد ﺑن ﻣﺳﻌدة
ھﺷﺎم ﺑن ﻋﻣﺎر
ﻋﯾﺳﻰ ﺑن ﯾوﻧس
ﻋﺑﯾد ﷲ ﺷﻣﯾﮫ
اﻷﺧﺿر ﺑن ﻋﺟﻼن
أﺑﻲ ﺑﻛر اﻟﺣﻧﻔﻲ
أﻧس ﺑن ﻣﺎﻟك
أﺑوداود
ﻣﺳﻠم
أﺣﻣد
ﺗرﻣﯾذ
ﯾﺣﻲ ﺑن ﺳﻌﯾد
ﻋﻠﻲ ﺑن ﻋﺑد ﷲ ﺑن ﺟﻌﻔر
ﺻﻔﯾﺎن ﺑن ﻋوﺑﻧﺔ
ﻣﺣﻣد ﺑن ﻣﺳﻠم ﺑن ﻋﺑﯾد ﷲ
ﺳﻌﯾد ﺑن اﻟﻣﺳﻠﻣﺔ
ﻋﺑد اﻟرﺣﻣن ﺑن ﺷﻛر
ﺑﺧﺎرى ﻣﺳﻠم أﺑوداود أﻧﺳﺎئ
اﺳﻣﺎﻋﯾل ﺑن ﻋﺑد ﷲ
ﺳوﯾد ﺑن ﺳﻌﯾد ﯾن ﺳﮭل
ﻣﺎﻟك ﺑن أﻧس ﺑن ﻣﺎﻟك
ﻗﺗﯾﺑﺔ ﺑن ﺳﻌﯾد
اﻟﺣﺳن ﺑن ﻋﻠﻲ ﺑن ﻣﺣﻣد
ﻟﺑت ﺑن ﺳﻌﯾد ﻋﺑد اﻟرﺣﻣن
ﻋﺑدﷲ ﺑن ﻧﻣﯾر
ﻋﺑﯾدﷲ ﺑن ﻋﻣر ﺑن ﺣﻔس
ﻧﺎﻓﻊ ﻣول اﺑن ﻋﻣر
ﻋﺑد ﷲ ﺑن ﻋﻣر
DAFTAR PUSTAKA Al Quran Al Karim Dan Terjemahan Bahasa Indonesia. Kudus: Departemen Agama RI, 2006. Abdul Qadir ibn Abdul Hadi, Thuruq al-Takhrij al-Hadits Rasulullah, Penerjemah: Said Aqil Husain al Munawwar, Semarang, Dina Utama, 1994 Aiyub, Ahmad.H. Fikih Lelang (Pesfektif Hukum Islam Dan Hukum Positif). Jakarta: Kiswah,110 XI Viii, 2004. A. J. Wensink, Qamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-I`lam, Beirut, Maktabah alSyarqiyah, 1986
Arikunto, Suharmi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustka Progressif, 1997). Bahrudin.Takhrij sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadits Ahad. Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 4 No. 13 Januari-Juni 2009 Fahd, Al Malik. Al Quran Al Karim Wa Ma'anihi Ilal Lughati Indunisiyyah. 1418 H. Fauzan, Shalih. Perbedaan Jual Beli Dan Riba Dalam Syariat Islam. Jakarta: Balai Pustaka, 2001. Halabi, Musthafa. Abu Daud, Imam, Sunan Abu Daud. Mesir, 1952.\ Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalm Islam. Bandung: Grafika, 2004.
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Beirut Libanon,1992). Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1995). Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia. (No. 304/KM K.01/2002). Khaeruman, Badri. Ulum Al Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 2009. Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Balai Putaka, 1976. M. Azami, Mustafa.Historisitas Hadis Journal of Qur’an and HadithStudies – Vol. 3, No. 1, (2014). Mahmud al-Tahhan, Ushul al-Takhrij wa al-Dirasah al-Asanid, Penerjemah: Ridwan Nasir, Surabaya, Bina Ilmu 1995 Mizzy, Jamal al-Din Abi al-Hajjaj Yusuf, Tahzrib al- Kamal fi Asma al-Rijal. Juz IV, Dar al Fikr, tth. Mohd. Rifai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: CV. Toha Putra, t.th). Muh. Zuhri, Hadis Nabi: Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta, Tiara Wacana, 1997 Muhamad Abu Zahu, al-hadits wa al-Muhadditsun, Mesir, Dar al- Fikr al-`Araby, 1998 Muhdor, Atabik 'Ali Dan Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2001. Munawwir, A. W. Kamus Al Munawwir Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997. Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indoesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1976.
Prof. Dr/ Minhajudiin, Ma. Hikmah Dan Filsafat Fiqh Muamalat Dala Islam. Surabaya: Lentera, 1999. Prof.DR.Shalah, Al-Muslih. Prof.DR.Abdulullah Dan. Jual Beli Dan HukumHukumnya. Badung: Ersco, 1998. Punomo, Didit. Buku Pegangan Kebijakan Harga (Pendekatan Agricultural). Surakarta: Fe-Ums, 2005. Rochmat, Soemitro. Peraturan Dan Instruksi Lelang. Bandung: PT. Ersco, 1987. Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah, Jilid IV, (Bandung, 2006). Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2000. Soeharno. Ekonomi Manajerial. Yogyakarta: Cv. Anda Offset, 2007. Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalat. Jakarta: Rajawali Pers, 2002. Syaefuddin, A. M. Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi . Jakarta: Dirjen Lembaga Islam Depag RI, 1997. Syaukani, Asy. Nailul Authar Juz V. Bairut Libanon, 1986. Yunus.Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsir al-Qur’an, 1973