ORASI PENGUKUHAN PROFESOR RISET BIDANG METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI
PEMAHAMAN DINAMIKA IKLIM DI NEGARA KEPULAUAN INDONESIA SEBAGAI MODALITAS KETAHANAN BANGSA
Oleh
EDVIN ALDRIAN
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JAKARTA, 2 Juli 2014
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Edvin Aldrian Pemahaman dinamika iklim di negara kepulauan Indonesia sebagai modalitas ketahanan bangsa: Orasi pengukuhan Profesor Riset Bidang Meteorologi dan Klimatologi/Edvin Aldrian,-Jakarta : Puslitbang BMKG, 2014 66 + vi hlm, 21 cm
ISBN 978-979-3733-45-6
1.
Monsoon, perubahan iklim
I. Judul
Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang All Right Reserved
Diterbitkan pertama kali oleh Puslitbang-BMKG, Jakarta 2014 Sekretariat Puslitbang-BMKG Jl. Angkasa I No 2, Kemayoran, Jakarta 10720 Telp (021) 4246321 Ext 1901; Fax. (021) 65866238 Email :
[email protected] [email protected]
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penulis
© BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA, 2014 ii
RIWAYAT HIDUP Edvin Aldrian dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Agustus 1969. Putra kedua dari Drs. Darwin Ramly (alm) dan Hj. Erma Darwin. Menikah dengan Hj. Stela Filia Dien Muhammad SPsi. Dikaruniai 4 anak yaitu Mirai Annabila Dien Muhammad, Edela Uswah Dien Muhammad, Tara Naziha Dien Muhammad dan Yusuf Kenzie Aldrian. Menamatkan Sekolah Dasar di SD St Maria, Cirebon lulus tahun 1982. Sekolah Menengah Pertama di SMP St Maria, Cirebon lulus tahun 1985. Sekolah Menengah Atas di SMAN 34 Jakarta lulus tahun 1988. Pendidikan sarjana teknik fisika di McMaster University Kanada lulus tahun 1993. Pendidikan magister sains ilmu kebumian di Nagoya University Jepang lulus tahun 1998. Pendidikan doktor sains bidang pemodelan iklim di Max Planck Institute for Meteorology Jerman lulus tahun 2003. Mengikuti beberapa pelatihan teknis yang terkait dengan bidang kompetensinya antara lain: Meteorologi, Universitas Indonesia (UI) (1995); Wind Profiler Radar data analysis training in RASC, Kyoto University, Japan (1995); Training dasar Sistim Informasi Geografi, UI (1996); International Hydrology Programme Training Course topics on Ice and Snow Hydrology, IHAS, Nagoya University and UNESCO (1998); Advanced course: climate change in the Mediterranean region, The Abdus Salam International Center for Theoretical Physics (ICTP), Trieste, Italy (2001); Meteorological Course, Predictability, diagnostics and seasonal forecasting, European Center for Medium Range Weather Forecast (ECMWF), Reading, UK (2001); PRISM/COACh Summer School on Climate Modelling, Max Planck Institut fur Meteorologie- KNMI, Les Diablerets, Switzerland (2001); School on the physics of the Equatorial Atmosphere, ICTP Trieste, Italy (2001); Seminar on Predictability of Weather and Climate, ECMWF, Reading, UK. (2002); Advanced Workshop and Training on Water and Carbon iii
Issues in Southeast Asia Region, SARCS, Chung Li and Kaohsiung, Taiwan (2005); Asia Pro Eco Networking Meeting, EU Commission, Bangkok, Thailand (2006); Development of Grant Proposals and Development of Manuscript for Publications, BCAS-IFS, BCDM, Gazipur, Bangladesh (2007); The institute on “The Asian Monsoon System: Prediction of Change and Variability,” East West Center Honolulu Hawaii, USA (2008). Pernah menduduki Jabatan Struktural sebagai: Kepala Pusat Litbang BMKG (sejak Februari 2014) dan Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG (Mei 2009 – Februari 2014) Karir dalam jabatan fungsional peneliti ditempuh dalam 5,5 tahun dimulai sebagai Ajun Peneliti Madya (TMT 1 September 2004), Peneliti Madya (TMT 1 September 2005), Peneliti Madya (1 April 2007), Peneliti Utama (1 Desember 2008), Ahli Peneliti Utama (1 April 2010). Pengangkatan sebagai Peneliti Utama berdasarkan Keppres 81/M 2009 tertanggal 11 Agustus 2009. Publikasi ilmiah yang telah dihasilkan terdiri dari 12 artikel jurnal ilmiah internasional, 38 artikel jurnal ilmiah nasional, 11 artikel ilmiah populer di media masa, 14 buku atau bagian dari buku yang diterbitkan tingkat nasional dan internasional, 54 kali pembicara tingkat nasional dan 52 kali pembicara tingkat internasional. Bimbingan mahasiswa telah meluluskan 11 sarjana, 16 magister dan 2 doktor. Staf pengajar pada Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor. Menjadi anggota Lead Author pada IPCC Assessment Report V. Editor 3 jurnal ilmiah nasional dan science referee 8 jurnal ilmiah internasional. Penerima dana riset hibah internasional dari START, IFS, DFG dan EU Framework 6. Aktif dalam Organisasi Profesi sebagai Kepala Bidang Kerjasama Dalam dan Luar Negeri Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI) sejak 15 Januari 2008 dan Ketua 1 Masyarakat Hidrologi Indonesia, sejak Desember 2013. Penghargaan yang telah diperoleh beasiswa STMDP BPPT beasiswa sarjana di Canada, beasiswa master dari Japanese Government Monbusho, beasiswa doktor German Government DAAD, START International Young Scientist Award 2004, Satyalancana Karya Satya X tahun pada 1999, Satyalancana Karya Satya XX tahun pada 2010. iv
DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP .................................................................................iii DAFTAR ISI ...........................................................................................v PRAKATA PENGUKUHAN .................................................................... 1 I. PENDAHULUAN ............................................................................. 3 II. MONSOON INDONESIA ................................................................. 4 II.1
Definisi Monsoon ............................................................ 4
II.2
Penelitian Monsoon Indonesia ....................................... 4
II.3
Monsoon dan arus lintas Indonesia ............................... 5
III. PEMANASAN GLOBAL .................................................................... 6 III.1
Proses Pemanasan Global .......................................... 6
III.2
Data Pemanasan Global di Indonesia ......................... 7
III.3
Peran Manusia dalam Pemanasan Global .................. 9
IV. PERUBAHAN IKLIM ...................................................................... 11 IV.1 Mengapa pemanasan global menyebabkan perubahan iklim ............................................................................ 11 IV.2
Akibat Perubahan Iklim di Indonesia ........................ 12
IV.3
Tanda tanda perubahan iklim di Indonesia .............. 13
V. PROYEKSI IKLIM INDONESIA KE DEPAN ....................................... 15 VI. KONTEKSTUAL PERMASALAHAN MONSOON DAN PERUBAHAN IKLIM SEBAGAI MODALITAS KETAHANAN BANGSA ......................... 18 VII.
KESIMPULAN......................................................................... 22
VIII.
PENUTUP .............................................................................. 23
IX. UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................... 23 Daftar pustaka .................................................................................. 25 Daftar publikasi ilmiah ...................................................................... 30 v
Keikutsertaan sebagai pembicara dalam kegiatan ilmiah ................ 37 Editor majalah prosiding................................................................... 49 Pembinaan kader ilmiah ................................................................... 50 Aktivitas di organisasi profesi ........................................................... 52 Riwayat kegiatan Penelitian dana riset LN ....................................... 53 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. 56
vi
PRAKATA PENGUKUHAN Bismillahirrahmanirrahim Yang saya hormati: Ketua dan Anggota Majelis Profesor Riset Bapak Kepala BMKG Para Pejabat Eselon I di lingkungan BMKG Para Peneliti, Perekayasa, dan Pejabat Fungsional di BMKG Para Tamu Undangan Para Hadirin Sekalian Assalamu `alaikum warohmatullahi wabarokatuh, Salam sejahtera untuk kita semua Pertama-tama kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul untuk menghadiri orasi ilmiah dalam rangka pengukuhan saya sebagai Professor Riset di Bidang Meteorologi dan Klimatologi. Salah satu potensi sumber daya alam kita yang melekat pada bumi benua maritim adalah kekhasan atau karakter iklim yang mempengaruhi pola kehidupan masyarakat Indonesia sejak ribuan tahun silam. Kemampuan untuk mengenali, memahami dan mengolah karakter iklim dapat memberi bangsa ini daya saing dalam hal antara lain ketahanan pangan, energi dan keunggulan pariwisata. Dengan sifat iklim yang teratur masyarakat kita menganut kebijakan lokal seperti pranata mongso dalam memandu kegiatan agraris dan kelautan berdasar musim atau monsoon. Negara benua maritim ini terdiri dari pulau pulau besar dan kecil dimana hubungan maritim antar pulau membutuhkan informasi cuaca dan iklim untuk optimalisasi aktivitas.
1
Dalam geopolitik internasional saat ini, salah satu topik yang paling hangat diperdebatkan adalah isu pemanasan global dan akibatnya yaitu perubahan iklim. Dalam kancah perubahan iklim maka berbagai kebijakan lokal seakan sudah tidak berlaku dan masyarakat dihadapkan pada berbagai perubahan pola perilaku musim akibat pengaruh global yang terjadi. Tidak ada satu bangsapun yang kebal akan dampak perubahan iklim. Bentuk pengaruhnya secara lokal yang perlu dipahami karena tergantung pada pola dan sifat lokal yang inheren dimiliki. Saat ini Indonesia sedang mengalami demam pembentukan lembaga kajian perubahan iklim dalam hal tinjauan sektoral, kewilayahan maupun kepentingan praktis. Diperlukan sinergi kelembagaan dalam melihat dan menangani permasalahan perubahan iklim nasional guna menghindari pembagian beban kerja yang tidak tumpang tindih. Pada saat ini sangat mendesak untuk memahami proses yang mendasari pola monsoon pada benua maritim serta bagaimana proses tersebut dipengaruhi oleh karakter dinamika iklim global. Pemahaman proses dilihat dari kajian karakter secara historis untuk dapat diproyeksikan ke masa depan. Dengan dipahaminya karakter perubahan yang terjadi akan dapat menjadi modalitas ketahanan bangsa dalam upaya adaptasi dan meningkatkan daya tahan masyarakat terhadap perubahan iklim. Dengan berbagai alasan tersebut, pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan orasi pengukuhan profesor riset dengan judul: “PEMAHAMAN DINAMIKA IKLIM DI NEGARA KEPULAUAN INDONESIA SEBAGAI MODALITAS KETAHANAN BANGSA”
2
I.
PENDAHULUAN
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati
Benua maritim Indonesia adalah wilayah yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia terletak daerah tropis diantara dua benua dan dua samudera. Dengan tata letak demikian maka benua maritim adalah salah satu pusat kendali sistim iklim dunia.1 Akibatnya kejadian perubahan iklim yang terjadi di wilayah ini akan memberi pengaruh terhadap kondisi iklim global.2 Dalam fungsi sebaliknya, perubahan yang terjadi secara global juga akan memberi pengaruh terhadap benua maritim. Beberapa ciri khas yang dimiliki oleh benua maritim dalam efek timbal balik terhadap perubahan iklim dunia: -
Sistim sirkulasi atmosfer barat timuran (zonal) Walker dan sistim sirkulasi utara selatan (meridional) Hadley yang salah satu pusat aksinya berada di benua maritim Sistim sirkulasi arus laut global yang melalui perairan Indonesia yaitu arus lintas Indonesia (Arlindo) Tingkat kelembaban tinggi daerah tropis serta fungsi hutan tropis sebagai paru paru dunia Peran pulau pulau kecil benua maritim dan interaksi aktif darat laut dan atmosfer wilayah Indonesia sebagai sumber energi laten wilayah tropis dan subtropis.
Permasalahan pokok dari monsoon dan perubahan iklim adalah: -
bagaimana mengenali karakter utama dari monsoon Indonesia yang dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim global dan bagaimana proyeksi iklim Indonesia ke depan, mengenali tanda-tanda pemanasan global dan perubahan iklim yang sudah terjadi di Indonesia serta implikasi langsung atau tidak langsung pada sistim monsoon, kebijakan institusi penanganan isu perubahan iklim.
3
II.
MONSOON INDONESIA
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati
II.1 Definisi Monsoon Kata monsoon berasal dari bahasa Arab “musim” yang berarti pergantian pola angin yang berakibat pada pergantian pola iklim yang ditandai dengan perubahan pola hujan. Monsoon memiliki perioda setengah tahunan dan di Indonesia dikenal sebagai musim kemarau dan musim hujan. Faktor utama pengendali monsoon adalah: a) sirkulasi pergerakan utara selatan dari garis equinoks matahari akibat sistim rotasi dan evolusi peredaran bumi terhadap matahari. Akibat sistim ini terjadi pergeseran pusat radiasi maksimum yang mendorong perubahan lokasi tekanan rendah dan memicu aliran angin. b) Posisi benua dan samudera sebagai penyedia uap air (laut) dan penyedia pusat tekanan rendah (daratan). Fenomena ini pada skala lokal ditandai dengan peristiwa angin darat dan laut pada malam dan siang hari. Saat datangnya musim mulai dari barat laut ke arah tenggara melintas benua Maritim Indonesia dipengaruhi oleh letak Benua Asia dan Australia dan Samudra Pasifik dan Hindia.3 Kerumitan karakter benua maritim juga ditandai dengan banyaknya pulau kecil, Arlindo dan interaksi laut atmosfer yang kompleks menyebabkan beberapa jenis pola monsoon. II.2 Penelitian Monsoon Indonesia Peneliti Belanda bernama Braak4 menunjukkan sifat monsoon di Indonesia dengan argumennya bahwa variasi iklim Indonesia sangat kompleks dan lebih dipengaruhi oleh monsoon, efek pegunungan lokal dan tata letak daratan pulau dan lautnya. Braak dan dilanjutkan oleh Preedy5 membuat pembagian tipe iklim dengan berdasar kepada pola curah hujan
4
rerata dengan basis pulau pulau kecil yang dikelilingi oleh beberapa pulau besar. Selanjutnya Wyrtki6 menghasilkan 9 tipe pola musim berdasarkan pembagian wilayah laut. Hasil validasi model global ECHAM4 (European CenterHamburg) dengan data curah hujan wilayah Indonesia menghasilkan 5 pola musim yang berbeda.7,8 Penelitian tersebut kemudian disederhanakan dengan menghasilkan tiga tipe pola musim.9 Delineasi tipe pola monsoon yang dihasilkan tersebut serupa dengan definisi umum yang dipegang oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yaitu tipe monsoonal, tipe ekuatorial dan tipe lokal sebagaimana Gambar 1. Berbeda dengan tipe monsoonal selatan maka tipe lokal memiliki puncak curah hujan di tengah tahun dan dipengaruhi oleh sirkulasi Arlindo.10,11,12 II.3 Monsoon dan arus lintas Indonesia Pengaruh Arlindo dalam sistim monsoon Indonesia terutama pada pembentukan pola iklim lokal di wilayah Maluku dan Sulawesi Tengah.10 Arlindo mengalirkan air dari samudera Pasifik ke samudera Indonesia karena efek geostrofis (aliran arus akibat tekanan). Aliran tersebut berasal dari daerah kolam hangat (warm pool) di Pasifik barat dan utara Papua yang terbentuk akibat kumpulan aliran arus permukaan daerah tropis Pasifik.11 Pada saat musim kemarau dibantu angin passat tenggara, arus laut wilayah Indonesia yang mengarah ke barat mendukung aliran dari Pasifik menuju lautan Indonesia. Sebaliknya pada musim hujan, dengan angin passat timur laut dan arus di wilayah Indonesia mengarah ke timur menyebabkan aliran laut di Maluku mengarah keluar ke wilayah Pasifik. Akhirnya di tengah tahun terjadi konveksi berlebih yang berbeda waktunya dari tipe monsoonal umumnya.8 Pada efek sebaliknya, monsoon mempengaruhi Arlindo terutama untuk lapisan permukaan laut sehingga memberikan 5
batasan pengaruh dari fenomena iklim di samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Konsekuensinya dampak dari El Niño dan La Niña yang terjadi di samudera Pasifik hanya terjadi waktu tertentu yaitu musim kemarau11,13 karena Arlindo membawa dampak fenomena di Pasifik masuk wilayah Indonesia. Sedangkan pada puncak musim hujan hampir tidak mungkin terjadi gangguan dari fenomena di Pasifik, atau dalam hal ini musim hujan dapat tetap berlangsung karena arus permukaan laut di wilayah Indonesia justru terdorong ke wilayah Pasifik. III.
PEMANASAN GLOBAL
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati
III.1 Proses Pemanasan Global Seringkali terjadi salah persepsi antara hubungan pemanasan global dan perubahan iklim serta sebab akibat dari keduanya. Perubahan iklim disebabkan oleh pemanasan global yang utamanya terjadi karena peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer.14 Salah satu faktor utama pemanasan global di Indonesia adalah perubahan tata guna lahan yang menghilangkan daya serap GRK. Konsentrasi GRK, peningkatan suhu muka bumi dan peningkatan paras muka laut adalah parameter utama pemanasan global yang merupakan sebab akibat langsung dari proses tersebut. Indikasi telah terjadinya pemanasan global di Indonesia terlihat dari hasil pengamatan parameter tersebut.14 GRK yang terbuang di atmosfer berfungsi sebagai penyerap energi radiasi matahari, kemudian melepaskannya di atmosfer dari yang seharusnya dipancarkan kembali ke ruang angkasa. Fungsi tersebut dikenal sebagai efek rumah kaca dimana terjadi pengumpulan energi terkungkung di atmosfer. Contoh yang sederhana adalah bagaimana kabin kendaraan tertutup di siang
6
hari menjadi panas akibat panas radiasi yang masuk melalui jendela kaca tidak dapat keluar kabin. Pada skala mikro, proses penyerapan terjadi pada panjang gelombang radiasi matahari yang bersesuaian dengan panjang gelombang eksitasi antar atom pada molekul GRK, dimana ikatan antar atom bereksitasi (bergetar) akibat menyerap energi radiasi yang terpapar. Semakin banyak jumlah molekul GRK yang terdapat di atmosfer maka akan semakin kuat daya serap atmosfer karena jumlah energi radiasi yang masuk atmosfer bumi relatif konstan. Masalahnya, umur hidup GRK tersebut di atmosfer sangat panjang dan selama jangka waktu tersebut, maka molekul gas berpotensi untuk terus menyerap energi radiasi di atmosfer dan akumulasinya lambat laun akan memberikan efek pemanasan global. Dalam perdebatan dan negosiasi politis pemanasan global, negara maju yang ditengarai telah mengemisikan GRK sejak 1,5 abad yang lalu dituduh sebagai biang keladi penyebabnya. Hal ini didasarkan pada waktu hidup beberapa jenis GRK di atmosphere yang mencapai hingga 1,5 – 2,0 abad.14 GRK terdiri dari gas-gas hasil buangan pembakaran industri, rumah tangga dan transportasi. Berdasar kesepakatan Kyoto Annex A gas-gas adalah15 adalah CO2 (karbon dioksida), CH4 (methane), N2O (nitrous oxide), HFCs (Hydrofluoro-carbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexa-fluoride). Proses akumulasi gas-gas tersebut diatmosfer dimulai sejak adanya revolusi industri seiring usaha manusia melakukan mekanisasi sejak pertengahan abad 19.14 III.2 Data Pemanasan Global di Indonesia Data dari stasiun pemantau atmosfer global (GAW) BMKG di Bukit Koto Tabang Sumatera menunjukkan peningkatan konsentrasi CO2 dan CH4 dengan pola siklus tahunan. Nilai kecenderungan peningkatan konsentrasi GRK tahunan (2004 – 7
2010) di stasiun Bukit Koto Tabang adalah CO2 sebesar 1,50 ppm, CH4 2,70ppb, N2O 0,795 ppb dan SF6 0,265 ppt. Hingga akhir 2010, konsentrasi berbagai spesies GRK tersebut sudah mencapai CO2~ 385 ppm, CH4 ~ 1880 ppb, N2O ~ 324 ppb dan SF6 ~ 7,15 ppt.14 Nilai-nilai tersebut merupakan gambaran nilai ambien GRK di Indonesia. Stasiun GAW Koto Tabang adalah satu dari 28 stasiun serupa yang mengukur konsentrasi GRK ambien di dunia dan sudah mendapatkan registrasi dari World Meteorological Organization (WMO). Hasil pengukuran dari stasiun GAW Koto Tabang diperiksa di laboratorium National Ocean and Atmosphere Administration (NOAA) di Boulder USA sehingga angka nilai tersebut telah divalidasi dengan standar internasional, sebanding dengan hasil dari stasiun GAW lainnya. Nilai konsentrasi GRK ambien terpengaruh oleh berbagai aktivitas manusia seperti pembakaran hutan, industri rumah tangga dan lain-lain. Sebagai catatan bahwa dalam sidang United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), target konsentrasi CO2 yang masih didiskusikan adalah sekitar 450 ppm sehingga untuk Indonesia masih ada tenggang waktu 43 tahun atau hingga tahun 2053. Data konsentrasi CO2 dari stasiun Koto Tabang menunjukkan bahwa konsentrasi GRK Indonesia jauh dibawah konsentrasi di Mauna Loa, Hawaii USA dan juga dibawah rata rata dunia. Bukti ini menepis berbagai tuduhan Indonesia sebagai negara emiter ketiga dunia pada 2007.16 Selain itu data peningkatan suhu muka bumi di beberapa kota besar Indonesia antara lain di Jakarta, antara 1,04 – 1,4°C/100 tahun, Cilacap antara 3,38 – 3,41°C/100 tahun, Medan antara 1,55 – 1,98°C/100 tahun, Surabaya antara 1,46 – 3,29°C/100 tahun, Bau Bau hingga 3,63°C/100 tahun dan Makassar antara 1,84 – 2,83°C/100 tahun.14 Data peningkatan paras muka laut tercatat diantaranya di Cilacap 1,3 mm/tahun, Belawan 7,8 mm/tahun,
8
Jakarta 4,38 – 7,00 mm/tahun, Semarang 5,00 – 9,37 mm/tahun, Surabaya 1,00 mm/tahun, timur Sumatera 5,47 mm/tahun dan Lampung 4,15 mm/tahun.14 III.3 Peran Manusia dalam Pemanasan Global Setelah mengetahui betapa besar perubahan yang ditimbulkan oleh pemanasan global terhadap iklim, kita perlu mengetahui bagaimana aktivitas manusia menyebabkan penumpukan GRK yang akhirnya mengubah iklim bumi. Perkembangan yang pesat dari populasi spesies “Homo sapiens” menyebabkan peningkatan GRK alami yaitu uap air akibat respirasi sehari hari. Populasi manusia juga menambah peningkatan GRK lainnya akibat kebutuhan akan konsumsi dan energi. Proses industrialisasi dan perkembangan teknologi membutuhkan sumber energi yang besar dan penumpukan limbah hasil industri yang sedemikian besar ke alam. Hampir semua proses industri primer tidak lepas dari pasokan energi yang disediakan terutama dari sumber energi bahan bakar fosil. Konsumsi utama manusia yaitu karbohidrat, lemak dan protein yang semuanya merupakan suatu rantai karbon. Tubuh manusia dari tingkat genetika hingga struktur morfologi (dari rambut hingga ujung kaki) mengandung unsur karbon. Mineral yang paling berharga (intan berlian) adalah senyawa karbon murni. Konsumsi energi manusia berasal dari senyawa karbon (hidrokarbon). Sehingga kita melihat bahwa karbon adalah pemberi warna kehidupan di bumi, mengapa? Karena unsur karbon memiliki sifat ikatan yang kuat dan netral dengan unsur lainnya. Era sebelum industrialisasi adalah era “God created nature” dimana manusia menerima atau mengambil berkah dari alam sebagai hasil kreasi Tuhan. Pola pekerjaan manusia saat tersebut antara lain adalah pertanian, perkebunan, perburuan, penangkapan ikan, pertambangan dan peternakan. Era industrialisasi adalah era “man made nature” yaitu ketika akal 9
pikiran manusia berupaya menaklukkan alam. Perkembangan teknologi pada era inilah yang menyebabkan benturan manusia dengan alam, karena produk teknologi yang dihasilkan tidak selaras dengan dinamika alam. Manusia harus berinovasi untuk menghindari kepunahannya. Era ke depan ini adalah era “God engineered nature” yaitu teknologi yang kita buat harus selaras mengikuti prinsip dinamika alam dan teknologi yang melekat (embedded) didalamnya, dimanfaatkan untuk kebutuhan umat manusia. Era masa depan adalah era bio-engineering yaitu teknologi hijau untuk energi dan daur ulang. Dengan menyadari perkembangan peradaban manusia dan hubungan dengan karbon beserta siklusnya dimana telah terjadi penumpukan GRK di atmosfer, maka saat ini karbon menjadi salah satu komoditas peradaban. Atmosfer menjadi komoditas terakhir setelah lahan dan air yang diperdagangkan. Anggapan bahwa atmosfer adalah tempat buangan yang akan mendaur ulang sendiri sulit diterima. Padahal atmosfer sudah jenuh dengan polusi dan berdampak pada perubahan iklim. Saat ini manusia sudah berdagang atmosfer sebagai perwujudan harga akan atmosfer yang harus bersih atau langit biru dalam bentuk carbon trading. Perdagangan udara yang dilegalkan oleh Kyoto Protokol, meski sifat tidak seperti perdagangan tanah dan air yang dilakukan oleh individu, tetapi dilakukan oleh komunitas antar perusahaan dan antar negara dan dalam bentuk insentif perdagangan karbon dan pajak udara. Pada akhirnya manusia menyaksikan perubahan fungsi karbon yang dieksplorasi yang menumpuk sebagai sampah di atmosfer. Sampah di atmosfer kini menjadi salah satu barang dagangan utama dunia bahkan disebut sebagai mata uang baru dunia. Proses penumpukan GRK sebagian besar dikarenakan oleh pemakaian energi fosil dan perubahan tata guna lahan. Karbon yang berasal dari perut bumi dieksplotasi dalam bentuk
10
energi yang kemudian dibuang di atmosfer. Karbon yang terbuang tersebut sebagian besar berupa gas CO2. CO2 merupakan GRK dan mengubah komposisi atmosfer dan mengakibatkan efek balik terhadap iklim bumi dan umat manusia. IV.
PERUBAHAN IKLIM
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati
IV.1 Mengapa pemanasan global menyebabkan perubahan iklim Seperti sudah disampaikan diatas bahwa penumpukan GRK akan menyebabkan penumpukan energi radiasi di atmosfer. Dalam hukum fisika tentang kekekalan energi maka energi yang terkumpul di atmosfer tersebut akan tetap bertahan dan hanya berubah bentuk menjadi jenis energi lainnya seperti: a) energi panas/kalor dalam bentuk peningkatan suhu bumi, mencairnya es di daratan yang menyebabkan peningkatan muka air laut; b) energi gerak/kinetis dalam bentuk angin puting beliung, badai, topan dan siklon tropis serta; c) energi berat/potensial dalam bentuk turunnya hujan air dan es yang lebih deras. Apabila dicermati maka gejala akibat dari perubahan bentuk energi tersebut adalah perubahan dari berbagai parameter iklim yaitu suhu, angin dan hujan atau perubahan siklus air di muka bumi. Selain ketiga parameter tersebut turut berubah pula parameter penguapan, kelembaban dan tutupan awan.14 Salah satu hasil riset17 menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada pola siklus air di muka bumi dengan menuju pada percepatan siklus air dan pemusatan siklus air pada pusat aktivitas konveksi dan penguapan. Daerah yang menjadi pusat konveksi akan bertambah basah sedangkan yang menjadi pusat penguap-
11
an akan bertambah kering. Percepatan siklus air ditandai dengan meningkatnya frekuensi bencana cuaca dan iklim ekstrim erat kaitannya dengan faktor kelebihan energi di atmosfer. IV.2 Akibat Perubahan Iklim di Indonesia Tanda telah terjadinya perubahan iklim di Indonesia dapat dilihat dari hasil pengamatan parameter utama perubahan iklim tersebut yaitu perubahan pada pola dan intensitas tujuh parameter iklim utama yaitu suhu, curah hujan, arah angin, kecepatan angin, penguapan, kelembaban dan tutupan awan.14 Data terjadinya perubahan iklim di Indonesia dilaporkan dari hasil pengamatan BMKG bahwa terjadinya perubahan pola musim dengan per zona musim pada pulau Jawa dan Sumatera. Berikut ini adalah beberapa akibat yang ditimbulkan dari perubahan iklim untuk daerah tropis (Table 1). Berubahnya pola iklim dan curah hujan dengan meningkatnya GRK membawa beberapa konsekuensi11 seperti: a) Peningkatan laju penguapan yang memicu peningkatan curah hujan, kemarau basah18 dan cuaca ekstrim. b) Peningkatan suhu permukaan juga terjadi di daerah tropis meski tidak sekuat laju permukaan di lintang tinggi. c) Daerah pesisir akan mengalami peningkatan suhu walau tidak setinggi peningkatan di daerah pegunungan. d) Curah hujan di daerah tropis meningkat. e) Salinitas di daerah tropis menurun akibat penambahan curah hujan. f) Sirkulasi laut global menurun akibat kurangnya dorongan akibat perbedaan thermohaline. g) Sirkulasi angin global menurun akibat turunnya perbedaan suhu permukaan antara daerah tropis dengan lintang tinggi. h) Jumlah hari hujan di ekuator berkurang akibat uap air yang berjumlah tetap namun terbagi antara daerah tropis dan tropis baru. 12
i) Meningkatnya keasaman di laut dan atmosfer akibat penambahan curah hujan (sirkulasi di tropis) yang mengikat karbon di atmosfer, kemudian turun sebagai hujan asam. IV.3 Tanda tanda perubahan iklim di Indonesia Peningkatan nilai suhu permukaan laut (SPL) di beberapa wilayah Indonesia terlihat dari hasil kajian data dan pemodelan.14 Data SPL keluaran NCEP menunjukkan peningkatan suhu sebesar 2,08°C dalam seratus tahun untuk wilayah selatan laut Cina Selatan. Sedangkan hasil kajian model laut34 menunjukkan peningkatan SPL pada jalur Arlindo sebesar 2,68°C, 0,84°C, 0,08°C, 1,8°C, 0,84°C dan 1,48°C dalam seratus tahun pada berturut-turut selat Makassar, Lifamatola, Halmahera, Lombok, Ombai dan Timor. Perbedaan besar kenaikan pada Selat Makassar yang mencapai hingga 3 kali lipat kenaikan pada Selat Lifamatola dikarenakan arus di selat Makassar berasal dari Pasifik utara atau daerah lintang tinggi dengan peningkatan SPL yang tinggi. Sedangkan arus yang melalui selat Lifamatola dan selat Halmahera berasal dari daerah samudera Pasifik ekuatorial (kolam hangat) yang sesungguhnya sudah mendekati nilai kritisnya. Data dari hasil simulasi model iklim laut MPI-OM36 menunjukkan pelemahan Arlindo di selat Makassar37 terutama dibawah lapisan thermocline. Perubahan iklim juga membawa konsekuensi pada perubahan pola curah hujan di beberapa tempat. Dari hasil analisa litbang BMKG memakai data bangkitan keluaran Climate Research Unit Inggris untuk satu abad terakhir ditemukan perubahan probabilitas kejadian hujan ekstrim 500 mm/bulan dari sekitar 3% menjadi 13% antara 1900-1929 dengan 1960-1989 di Jawa Barat. Analisa serupa untuk wilayah Nusa Tenggara menunjukkan perubahan probabilitas kejadian hujan ekstrim 650 mm/bulan dari 6% menjadi 21% antara 1900-1929 dengan 1970-1999.14
13
Selanjutnya hasil penelitian data curah hujan tahunan38 menunjukkan indikasi penurunan di hampir seluruh 63 stasiun pengamatan BMKG. Penurunan terbesar terjadi di kota Bengkulu dan Ketapang. Dengan menghitung proyeksi ketersediaan air dari penurunan curah hujan tahunan tersebut maka diproyeksikan penurunan ketersediaan air tahunan terbesar terjadi di pulau Kalimantan (10755 juta m3) diikuti oleh Sumatera (7652 juta m3) dan Papua Indonesia (7391 juta m3). Selanjutnya penelitian terhadap data 5 dasa warsa dari DAS Brantas di Jawa Timur menunjukkan perubahan iklim yang terjadi.34,39 Secara rata rata terdapat perluasan daerah kering di Jawa Timur dari tahun 1955 hingga 2005. Pola musim yang normalnya mencurahkan sekitar 80% air di musim penghujan juga mengalami peningkatan yang menunjukkan lebih banyak porsi air hanya jatuh di musim hujan. Temuan selanjutnya menunjukkan pelemahan sinyal monsoon atau tahunan dan memperkuat sinyal frekuensi tinggi yang menunjukkan kuatnya peningkatan potensi curah hujan ekstrim.39 Secara umum ada peningkatan potensi kekeringan di musim kemarau dan potensi banjir di musim hujan.34 Masyarakat Indonesia merasakan bagaimana perubahan iklim nyata terjadi pada tahun 2010. Kemarau basah sepanjang tahun 2010 yang pada akhirnya menutup tahun tanpa kemarau40 adalah gambaran nyata bagaimana iklim telah benar benar berubah. Situasi La Niña moderat di samudera Pasifik dan tingginya SPL sepanjang tahun di lautan Indonesia menjadi penyebab utama dari tahun tanpa kemarau 2010. Siklus tahunan monsoon yang mengikuti pola garis edar ekuinoks matahari ternyata tidak berlaku pada tahun 2010 sehingga panas di lautan tetap bertahan di benua maritim.40 Iklim 2010 menunjukkan betapa pentingnya penguasaan dinamika iklim maritim karena penyebab dasar dari selalu tingginya SPL di benua maritim
14
masih belum dipahami. Hingga saat ini dalam operasional prediksi iklim, unsur dari iklim maritim belum banyak disentuh dan dipakai sebagai acuan dalam melakukan prediksi kemuka. Selain itu, belum ada institusi di Indonesia yang mengoperasikan model simulasi iklim laut yang memahami dinamika laut secara utuh. Perubahan iklim 2010 juga menunjukkan betapa rentannya Indonesia terhadap perubahan iklim yang mengganggu berbagai sektor yang sebenarnya membutuhkan kehadiran musim kemarau yang seharusnya datang secara periodik. V.
PROYEKSI IKLIM INDONESIA KE DEPAN
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati
Untuk dapat membuat proyeksi iklim ke depan, kita perlu mengetahui karakteristik inheren dari iklim wilayah Indonesia. Dengan kondisi geografis yang lebih dari dua pertiga wilayah adalah lautan, maka analisa perlu dilakukan untuk parameter iklim di atmosfer dan di lautan. Analisa komponen iklim utama memberikan hasil berikut. Karakter iklim dari data hujan memakai hasil kajian data Jawa Timur34 a) Dominasi terkuat sistim iklim Indonesia adalah monsoon yang memiliki nilai varians 72% artinya monsoon memberi sekitar 72% karakter iklim Indonesia. b) ENSO merupakan karakter iklim kedua yang mendominasi dengan nilai varians 49,9%. Bukti selanjutnya menunjukkan nilai korelasi yang tinggi antara karakter ENSO iklim Indonesia dengan indeks NINO3 di wilayah samudera Pasifik dengan nilai R=0,365 (p< 0,01), terlebih lagi pada periode khusus antara 1963 dan 1982 nilai korelasi R mencapai 0,79 (p < 0,001).
15
c) Variasi dekadal merupakan variabilitas iklim dari data hujan berikutnya yang mendominasi iklim wilayah Indonesia dengan nilai varians mencapai 8,29%. Selanjutnya kajian karakter iklim dari data SPL wilayah Indonesia (15LU – 15LS, 90 – 140BT) dari tahun 1957 - 2003 a) Dominasi terkuat adalah fenomena pemanasan global yang ditunjukkan dengan peningkatan gradien SPL sebesar 0,00768°C. Dominasi kekuatan global warming memiliki nilai varians sebesar 45,1%. Sebagai pembanding laporan kajian Inter-governmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan peningkatan SPL global sebesar 0,74°C antara 1906 dan 2005.41 b) ENSO adalah fenomena iklim dominan kedua yang memberikan konstribusi nilai varians sebesar 11,7%. Bukti selanjutnya menunjukkan nilai korelasi yang nyata antara karakter ENSO lautan Indonesia dengan indeks NINO34 bulan Desember di wilayah samudera Pasifik dengan nilai R=0,52 (p<0,0001). c) Indian Ocean Dipole (IOD) sebuah fenomena iklim di samudera Indonesia merupakan fenomena iklim dominan berikutnya dengan kontribusi varians sebesar 9,2%. Melihat dari karakter iklim wilayah Indonesia sebagaimana ditunjukkan oleh hasil kajian diatas maka dapat dilihat bahwa antara monsoon (hasil kajian atmosfer) akan berkompetisi dengan faktor pemanasan global dan ENSO. Hasil kajian data laut menunjukkan bahwa faktor pemanasan global memiliki kontribusi diatas tiga kali faktor ENSO. Hal ini dapat dimengerti karena dari dua fenomena ENSO yang terjadi yaitu El Niño dan La Niña, hanya El Niño yang memberikan dampak negatif terhadap pengaruh pemanasan global di Indonesia. Sehingga dibutuhkan suatu fenomena El Niño kuat untuk dapat mengalahkan pengaruh faktor pemanasan global tersebut. 16
Sebagaimana diutarakan sebelumnya bahwa terdapat kestabilan pola musim hujan dibandingkan dengan pola musim kemarau, maka perubahan kuat akan lebih terjadi pada musim kemarau dimana pengaruh pemanasan global memperlihatkan kecenderungan ke arah fenomena kemarau basah.18 Pada saat pengaruh ENSO kuat yang terjadi pada tahun El Niño kuat maka musim kemarau dapat menjadi sangat kering. Apabila tidak terjadi pengaruh El Niño kuat maka masa depan kemarau akan lebih di dominasi oleh kemarau basah atau bahkan kehilangan kemarau sama sekali seperti kasus 2010 dimana ada kombinasi antara fenomena La Niña di samudera Pasifik dan peningkatan SPL di wilayah Indonesia. Secara umum masa depan iklim Indonesia terutama di musim kemarau akan menjadi tahun mirip El Niño atau “El Niño like”dan apabila tidak ada El Niño kuat akan dipengaruhi oleh global warming. Salah satu dampak utama dari El Niño untuk wilayah Indonesia adalah kekeringan panjang dan episode kebakaran hutan.24 Selanjutnya untuk kajian sifat monsoonal kewilayahan perlu dipahami bahwa ada 3 pola monsoon dominan untuk wilayah Indonesia yaitu tipe monsoonal di wilayah selatan, tipe ekuatorial dan tipe lokal. Dari ketiga tipe pola monsoon tersebut, maka hanya pola ekuatorial yang tidak memiliki sifat musim kemarau. Karena tidak adanya ancaman kekeringan maka wilayah dengan tipe ekuatorial justru mendapat pengaruh dari kemarau basah atau ada kecendrungan peningkatan curah hujan pada iklim mendatang. Sedangkan wilayah dengan tipe pola monsoonal dan tipe lokal akan lebih mendapat ancaman kekeringan akibat dampak tahun tahun El Niño. Kedua hipotesa tersebut dibuktikan oleh gambaran hasil prediksi dari kerjasama antara BMKG dengan Meteorological Research Institute (MRI) Jepang tentang simulasi iklim masa mendatang dan berbagai hasil pemodelan iklim global lainnya.
17
Wilayah selatan Indonesia khususnya dari Bengkulu hingga Nusa Tenggara akan mengalami defisit curah hujan sedangkan wilayah ekuatorial akan mengalami surplus. Dengan hasil kajian iklim lampau dan konteks yang relevan dari hasil simulasi iklim mendatang untuk wilayah Indonesia maka dapat dilihat bahwa perlu melakukan penataan kewilayahan khususnya untuk sektor sektor yang terpengaruh oleh perubahan pola ketersediaan air baik air permukaan maupun secara meteorologis. Hasil kajian kerjasama BMKG dan MRI telah di overlay dengan peta danau dan waduk untuk melihat potensi pengurangan sumber daya air permukaan (Gambar 2). VI.
KONTEKSTUAL PERMASALAHAN MONSOON DAN PERUBAHAN IKLIM SEBAGAI MODALITAS KETAHANAN BANGSA
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati
Pola monsoon dan pergantian musim merupakan sebuah pola periodik yang sudah terpatri dalam alam pemikiran masyarakat. Hampir seluruh sektor kehidupan terbentuk dengan didasari oleh pola musim yang berbeda, sehingga perubahan yang cukup berarti pada pola musim akan berpengaruh pada berbagai sektor. Sektor pertanian, sumber daya air dan kelautan adalah sektor utama yang terpengaruh oleh perubahan pola musim. Selain itu sektor kesehatan, energi, pariwisata, kehutanan, infra struktur dan transportasi akan terpengaruh. Secara keseluruhan maka sembilan sektor diatas perlu mendapat perhatian dalam penanganan dampak perubahan iklim. Upaya yang dilakukan tersebut dinamakan adaptasi sektoral. Sebagai contoh adalah pengaruh iklim terhadap pola hasil tangkapan nelayan di pantai sekitar pulau Jawa.42
18
Untuk lebih memahami kontekstual faktor iklim dalam adaptasi ke sektoral perlu lebih diperkuat perkembangan iptek iklim Indonesia dalam hal pengembangan teori, observasi dan pemodelan iklim. Dengan karakter benua maritim maka perlu pendekatan unik dalam pemodelan iklim. Hasil pemodelan iklim Indonesia menunjukkan peran dinamika laut dalam peningkatan keakuratan hasil simulasi.36,43 Selain iptek iklim, perlu juga pengembangan pada wilayah riset perubahan iklim yang mengacu kepada hampir seluruh aspek ilmu pengetahuan dengan fokus utama pada ilmu kebumian. Untuk wilayah Indonesia, perlu dilakukan kajian: a. Siklus air dan karbon untuk pemahaman faktor gejala pemanasan global dan perubahan iklim. Beberapa hasil riset karbon wilayah perairan darat membuktikan peran anthropogenik dalam siklus karbon.44,45 b. Proses dan deteksi perubahan iklim. Beberapa hasil riset perubahan parameter iklim di Indonesia dilakukan pada daerah pulau Jawa.34,46 c. Rekonstruksi iklim masa lampau (paleoclimate) seperti program riset es Jayawijaya kerjasama BMKG, Ohio State University and Lamont Doherty Earth Observatory. d. Pemodelan iklim mendatang dengan resolusi super tinggi. Hingga kini hasil riset untuk tipe ini masih memakai hasil simulasi global yang kemudian di downscale untuk wilayah Indonesia secara statistik dan dinamis. Dalam konteks pemberdayaan institusi penanganan isu perubahan iklim, maka perlu dilakukan pembagian beban kerja yang memadai dan komprehensif. Pembagian penanganan dapat mengacu pada struktur yang sudah ada di tingkat internasional seperti IPCC dan UNFCCC. Kedua badan internasional yang lahir dari pelaksanaan Konferensi Iklim Dunia (World Climate Conference) pertama tahun 1979 dan kedua tahun 1990 19
yang dibidani oleh WMO dan UNEP memiliki prinsip kerja yang berbeda. IPCC lebih pada aspek ilmiah sedangkan UNFCCC pada aspek politik dan kebijakan. Selaras dengan fungsi IPCC pada tingkat internasional yang menetapkan dasar ilmiah bagi perubahan iklim serta upaya adaptasi dan mitigasinya, maka pada tingkat nasional perlu diupayakan untuk mendapatkan lebih banyak lagi hasil penelitian sebagai dasar ilmiah terjadinya perubahan iklim pada skala lokal sebagai basis untuk kebijakan adaptasi dan mitigasi. Dalam hal ini pembagian beban kerja menurut IPCC terdiri dari dasar ilmiah, adaptasi dan mitigasi, sedangkan menurut UNFCCC terdiri dari pendanaan, alih teknologi, adaptasi, REDD kehutanan, program adaptasi lainnya. Salah satu tonggak sejarah IPCC adalah menerima Nobel perdamaian tahun 2007.47 Dalam konteks nasional diperlukan adanya penguatan pada institusi yang dapat memberikan bukti-bukti lokal bagaimana terjadinya perubahan iklim pada skala lokal berikut deteksi dan prosesnya. Dengan mengacu parameter utama pemanasan global dan perubahan iklim diatas maka institusi BMKG untuk parameter iklim dasar, Bakosurtanal untuk perubahan paras muka laut dan KKP untuk perubahan suhu dan dinamika laut mendapat peran penting karena memiliki data primer atas terjadinya perubahan iklim pada skala nasional untuk menjadi acuan bagi penelitian pemanasan global dan perubahan iklim. Sementara itu Kementrian Riset dan Teknologi melakukan koordinasi riset pemanasan global dan perubahan iklim. Riset pemanasan global pada mitigasi pemanasan global sedangkan riset perubahan iklim pada adaptasi perubahan iklim. Tujuan riset mitigasi pemanasan global adalah mendayagunakan upaya peningkatan daya serap karbon nasional atau mencegah ekses emisi karbon nasional. Selain itu memetakan kondisi riil neraca karbon nasional di darat, laut dan udara. 20
Perlu penguatan institusi dalam hal observasi, pengukuran dan monitoring GRK nasional dan memasukkan GRK dalam satuan kondisi kualitas udara nasional. Sedangkan tujuan riset adaptasi perubahan iklim adalah melihat kapasitas adaptasi masyarakat, memetakan unsur kerentanan terhadap perubahan iklim dan memetakan dampak perubahan iklim. Tujuan tersebut dapat didekati dengan melihat faktor perubahan iklim historis atau proyeksi yang akan datang. Perubahan historis dikenali dengan memakai data primer atau hasil pemodelan, sedangkan untuk proyeksi mendatang dilakukan dengan memakai model yang mengacu pada beberapa skenario model yang telah ditetapkan IPCC. Diperlukan dukungan data primer perubahan iklim lokal sebagai verifikasi dan validasi yang handal karena hasil pemodelan iklim global harus diverifikasi pada kondisi lokal. Dalam hal ini juga diperlukan peningkatan kapasitas nasional dalam pemodelan iklim. Dalam hal hubungan antara masalah monsoon dan perubahan iklim, kita sadari bahwa perubahan pola monsoon dampak perubahan iklim telah mengganggu berbagai sektor kehidupan masyarakat. Perlu upaya adaptasi lebih nyata. Dalam hal ini perlu koreksi dalam hal manajemen perubahan iklim nasional.48 Berkaitan dengan persepsi pemanasan global dan perubahan iklim, pendekatan pemanasan global dan aspeknya seperti mitigasi karbon bukanlah prioritas pembangunan saat ini terutama karena Indonesia bukan negara Annex 1 yang wajib melakukan mitigasi emisi karbon sesuai konvensi Kyoto Protocol15 dan tidak wajib menurunkan emisi serta melaporkan. Dengan posisi demikian seharusnya perhatian nasional lebih ditekankan pada aspek perubahan iklim dan pemahaman gejala perubahan parameter iklim serta upaya adaptasi sektoral.
21
Sebagai kesalahan konsep dan manajemen, perubahan iklim bukan berarti permasalahan karbon yang sesungguhnya adalah permasalahan pemanasan global, sehingga kebijakan nasional perlu lebih berpihak pada penanganan dampak perubahan iklim. Perlu pemisahan strategis peran berbagai institusi dalam konteks perubahan iklim. VII.
KESIMPULAN
Menyimak uraian diatas maka masa depan monsoon Indonesia dalam perubahan iklim adalah sebagai berikut:
Kemarau basah apabila El Niño tidak kuat (kompetisi El Niño (dingin, kering) dan pemanasan global (hangat, basah) dan akibat menguatnya siklus air global menyebabkan daerah tropis semakin basah dan sub tropis mengering. Intensitas El Niño meningkat seiring pemanasan global yang menyebabkan secara periodik Indonesia akan diterpa El Niño ekstrim Selatan Indonesia berisiko penambahan periode kering Arlindo melemah terutama di selat Makassar karena aliran dari Pasifik Utara melemah
Tanda-tanda pemanasan global sudah nyata dari hasil pengukuran konsentrasi GRK, SPL dan peningkatan paras muka laut, sedangkan indikasi perubahan iklim di Indonesia juga sudah nampak nyata dari pola perubahan terutama parameter hujan dan suhu. Perlu ada perubahan tata kelola institusi dalam penanganan isu perubahan iklim dengan mengedepankan pendekatan adaptasi daripada mitigasi sebagai modal ketahanan bangsa kedepan. Pemberdayaan institusi riset untuk lebih mengenali dan memahami perubahan dan dampaknya pada sektor terkait.
22
Dengan demikian diharapkan mampu menghadapi perubahan iklim yang tanda tanda kehadirannya semakin nyata. VIII.
PENUTUP
Demikianlah disampaikan orasi pengukuhan Prof Riset saya di bidang Meteorologi dan Klimatologi. Semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan iptek dan kebijakan di bidang tersebut. IX.
UCAPAN TERIMA KASIH
Sebelum saya mengakhiri orasi pengukuhan ini, izinkanlah saya sekali lagi menyampaikan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, islam dan kesempatan pada saya sehingga dapat mencapai jenjang Profesor Riset. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono atas penetapan saya menjadi Peneliti Utama tanggal 1 Desember 2008 berdasarkan Keputusan Presiden No 81/M Tahun 2009. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Kepala BPPT Dr. Ir. Unggul Priyanto, Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya serta kepada Ketua LIPI, Majelis Pengukuhan Profesor Riset yang telah memberi-kan kepercayaan dan kesempatan saya untuk ditetapkan sebagai Profesor Riset. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. Suyanto Pawiroharsono, Prof. Dr. Wahyu S Hantoro, Prof. Hery Harjono serta Panitia Penyelenggara Orasi Pengukuhan atas jerih payah serta dukungannya dalam menyelenggarakan acara Pengukuhan Peneliti Utama BPPT sebagai Profesor Riset pada hari ini. Kepada Tim Penilai Orasi ilmiah BPPT, Tim Penilai LIPI, Tim Penilai Orasi Ilmiah Nasional dan Kapusbindiklat
23
Peneliti LIPI pada kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Kepada teman teman UPT Hujan Buatan BPPT dan Pusat PIKU dan Litbang BMKG. Para guru dari TK, SD, SMP, SMA yang telah mendidik saya. Para pengajar di berbagai perguruan tinggi yang pernah saya ikuti baik pendidikan formal dan non formal. Semua pihak yang telah memberikan kepercayaan baik dalam kesempatan, dana riset maupun sumbang saran dalam pembentukan karakter pribadi saya. Kepada warga di 36 negara yang telah berkesempatan saya kunjungi serta sahabat, teman dan mentor lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, saya mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya. Kepada almarhum papa Bapak Drs. Darwin Ramly dan Mama tercinta Ibu Hj. Erma Darwin, juga kepada Bapak H. M. Fikri dan Ibu Hj. Darmawati Yusuf, ananda menghaturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih atas segala jerih payahnya membesarkan, mendidik serta mendoakan putramu sehingga menjadi seperti sekarang ini. Khusus kepada istri tercinta Hj. Stela Filia Dien Muhammad SPsi. yang telah sangat sabar, tulus dan ikhlas menjadi pendamping serta sahabat hidup, anak anakku Mirai, Edela, Tara dan Kenzie, papa sampaikan terima kasih atas perhatian, dukungan, doa dan kasih sayang kalian. Terakhir, perkenankan saya memohon maaf apabila dalam penyajian materi ini terdapat kekurangan dan kekeliruan sehingga tidak berkenan di hati Bapak dan Ibu dan Saudara sekalian. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan, perlindungan dan kesejahteraan bagi kita semua. Aamin ya Robbal alamiin. Wabilahi taufik wal hidayah. Wassalamu alaikum warohmatullohi wabarakatuh.
24
Daftar pustaka 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Robertson, A, V Moron, J Qian, CP Chang, F Tangang, E Aldrian, TY Koh, and L Juneng. 2011. The Maritime Continent Monsoon, in The Global Monsoon System: Research and Forecast, 2nd Ed. Eds. CP Chang, Y Ding, NC Lau, RH Johnson, B Wang and T Yasunari, World Scientific Series on Asia-Pacific Weather and Climate, Vol. 5, World Scientific Publication Company, 608 pp Wang, Z, CP Chang, B Wang and FF Jin. 2005. Teleconnections from Tropics to northern extratropics through a southerly conveyor. J. Atmos. Sci., 62, 4057–4070 Chang, CP, Z Wang, J McBride and CH Liu. 2005. Annual cycle of Southeast Asia-Maritime Continent rainfall and the asymmetric monsoon transition. J. Climate, 18,287-301 Braak, C. 1921-29. Het Climaat van Nederlandsch Indie, Magnet. Meteor. Obser, Batavia, Verhand, No 8 Preedy, BH. 1966. Far East Air Force Climatology. Headquarters, Far East Air Force, Singapore Wyrtki, K. 1956. The Rainfall over the Indonesian waters. Kementrian Perhubungan Lembaga Meteorologi dan Geofisik, Verhand. No 49 Aldrian, E. 1999. Division of Climate Type in Indonesia based on Rainfall Pattern, Oceanica - J. of Marine Sci. and Tech, BPPT, 5, 165-171 Aldrian, E. 2000. Pola hujan rata-rata bulanan wilayah Indonesia; Tinjauan hasil kontur data penakar dengan resolusi ECHAM T-42, Jurnal Sains and Teknologi modifikasi Cuaca, BPPT, 1, no 2, 113-123 Aldrian, E and RD Susanto. 2003. Identification of three dominant rainfall regions within Indonesia and their relationship to sea surface temperature, International Journal of Climatology, 23, 1435-1452
25
10
Aldrian, E. 2002a. An indication of sea-air interaction that affect the climate pattern over the Moluccan Sea, J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, BPPT, 3, 125 – 133 11 Aldrian, E. 2008. Meteorologi Laut Indonesia, ISBN 978979-1241-19-9, Puslitbang BMG 12 Oktivia, R. 2008. studi interaksi laut-atmosfer menggunakan skenario model coupled, Master ThesisInstitut Teknologi Bandung 13 Aldrian, E. 2002b. Tidak ada dampak El Niño pada puncak musim hujan, Kompas 5 November 2002 14 Aldrian E, M Karmini, Budiman, 2011, Adaptasi dan Miti-gasi Perubahan Iklim di Indonesia, Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG, ISBN-978-602-19508-0-7, 179pp 15 UNFCCC. 1997. Kyoto Protocol to the United Nation Framework Convention on Climate Change 16 Aldrian, E. 2007c. Telaah – Indonesia, Emiter Karbon ketiga, Antara, 19 November 2007 17 Durack, PJ and SE Wijffels. 2010. Fifty-Year Trends in Global Ocean Salinities and Their Relationship to BroadScale Warming. J. Climate, 23, 4342–4362 18 Aldrian, E. 2007a. (Perubahan iklim) Kemarau basah akibat La Niña, Kompas 13 Augustus 2007 19 Pike, AC. 1971. Intertropicalconvergence zone studied with aninteracting atmosphere and ocean model. Monthly Weather Review, 99, 469-477 20 Waliser, DA and RCJ Sommerville. 1994. Preferred latitudes of theintertropicalconvergence zone, J. Atmos. Sci, 15, 1619-1639 21 Gordon, A, J Sprintall, H van Aken, RD Susanto, S Wijffels, R Molcard, A Ffield and W Pranowo.2010. The Indonesian Throughflow during 2004-2006 as observed by the INSTANT program, Dynamics of Atmospheres and Oceans, 50, Issue 2, 115-128
26
22
Hautala, SL, J Sprintall, J Potemra, JCC Chong, W Pandoe, N Bray and AG Ilahude. 2001. Velocity structure and transport of the Indonesian throughflow in the major straits restricting flow into the Indian Ocean. Journal of Geophysical Research 106: 19,527-19,546 23 Tillinger, D and AL Gordon. 2009. Fifty years of the Indonesian Throughflow. J. Climate, 22, 6342-6355 24 Heil, A, B Langmann and E Aldrian. 2007. Indonesian peat and vegetation fire emissions: Factors influencing largescale smoke-haze dispersion, Mitigation and Adaptation Strategy for Global Change, 12, No 1, 113-133 25 Aldrian, E and Asril. 2005. Influences of Indian Ocean Dipole and ENSO on variability of summer inflow of several dams and lakes in Indonesia. Alami, BPPT, 10, 19-26 26 Harijono, SWB. 2008. Interaksi fenomena El Niño dan Dipole Mode secara simultan serta monsun musim panas India terhadap variabilitas curah hujan di Sumatera Utara, Disertasi Doktoral ITB 27 Aldrian, E and GSA Utama. 2007. Identifikasi dan karakteristik seruak dingin (Cold Surge) tahun 1995-2003. J. Sains Dirgantara, 4, No 2, 107-127 28 Chang, CP, Z Wang and H Hendon. 2006. The Asian winter monsoon, Chapter 3 inThe Asian monsoon. Ed. B. Wang. Praxis Publishing, 89-128 29 Waliser, DE, W Stern, S Schubert and KM Lau. 2003. Dynamic predictability of intraseasonal variability associated with the Asian summer monsoon. Quart. J. Royal Meteor. Soc., 129, 2897-2925 30 Hendon, HH. 2003. Indonesian rainfall variability: impacts of ENSO and local air–sea interaction. Journal of Climate 16: 1775–1790 31 Hadi, TW, T Horinouchi, T Tsuda, H Hashiguchi and S Fukao. 2002. Sea-Breeze Circulation over Jakarta,
27
Indonesia: A Climatology Based on Boundary Layer Radar Observations. Mon. Wea. Rev., 130, 2153–2166 32 Mustika, A. 2008. Karakteristik Siklon Tropis sekitar Indonesia, Skripsi Sarjana Institut Pertanian Bogor 33 Hood, LL and BE Soukharev. 2003. Quasi-decadal variability of the tropical lower stratosphere: The role of extratropical wave forcing. Journal of the atmospheric sciences, 60 No 19. 2389-2403 34 Aldrian, E and YS Djamil. 2008. Spatio-temporal climatic change of rainfall in East Java Indonesia, International Journal of Climatology, 28, Issue 4, 435 – 448 35 Arifian, J. 2008. Variabilitas Thermohaline dan Arus Laut di Jalur Utama Arlindo, Master Thesis Universitas Indonesia 36 Aldrian, E, D Sein, D Jacob, L Dümenil-Gates and R Podzun. 2005. Modelling Indonesian Rainfall with a Coupled Regional Model, Climate Dynamics, 25, 1-17 37 Aldrian, E. 2010c.Peluang dan Tantangan Perubahan Iklim di Indonesia, Diskusi Ilmiah Nasional Potensi dan Mitigasi Bencana Alam di Indonesia, Himpunan Ahli Geofisika Indonesia, Bandung 11 Desember 2010 38 Aldrian, E. 2006. Decreasing trends in annual rainfalls over Indonesia: A threat for the national water resource? J. Meteorologi dan Geofisika, BMG, 7, No 2, 40-49 39 Aldrian, E, F Ismaini and Y Koesmaryono. 2007. The Daily Statistical shift during the half century over the Brantas catchment, East Java, J. Agromet Indonesia, 21, Juni, 1-11 40 Aldrian, E. 2010b. Telaah – Kemarau basah bukti pemanasan global, Antara, 23 Juni 2010 41 IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change). 2007. ClimateChange 2007: The Physical Science Basis. Contribution of WorkingGroup I to the Fourth Assessment Report of the Inter-governmental Panel on Climate Change, Solomon S, Qin D Manning M Chen Z,Marquis M, Averyt
28
KB, Tignor M, Miller HL (eds.). CambridgeUniversity Press: Cambridge, UK; New York, NY, USA 42 Hendiarti N, Suwarso, E Aldrian, RA Ambarini, SI Sachoemar, IB Wahyono and K Amri. 2005. Seasonal Variation of Coastal Processes and Pelagic Fish Catch around the Java, Oceanography, 18, No 4, 112-123 43 Aldrian, E, LD Gates, D Jacob, R Podzun and D Gunawan. 2004. Long term simulation of the Indonesian rainfall with the MPI Regional Model, Climate Dynamics, 22, 8, 794-814 44 Pawitan, H, E. Aldrian and SP Nugroho. 2007. Carbon, Nutrient and Sediment Fluxes of the Java Major Rivers, Journal of Hydrologic Environment, 3, No 1, 9-20 45 Aldrian, E, CTA Chen, S Adi, Prihartanto, N Sudiana and SP Nugroho. 2008. Spatial and seasonal dynamics of riverine carbon fluxes of the Brantas catchment in East Java, J. Geophys. Res. Biogeosciences, 113, G03029 46 Manton, MJ, PMDella-Marta, MR Haylock, KJ Hennessy, N Nicholls, LE Chambers, DA Collins, G Daw, A Finet, D Gunawan, K Inaoe, H Isobe, TS Kestin, P Lefale, CH Leyu, T Lwin, L Maitrepierre, N Ouprasitwong, CM Page, J Pahalad, N Plummer, MJ Salinger, R Suppiah, VL Tran, B Trewin, I Tibig, and D Yee. 2001. Trends in extreme daily rainfall and temperature in Southeast Asia and the South Pacific: 1961-1998. Inter. J. Climatol., 21, 269-284 47 Aldrian, E. 2007b. Nobel bagi perdamaian iklim, Kompas 18 October 2007 48 Harijono, SWB and E Aldrian. 2009. Strengthening the role of science into the Policy Aspect of Climate Change, Proceeding of WMO Inter-regional Workshop on Policy Aspects of Climate Change, Petaling Jaya, Malaysia, 19-21 April 2010, WMO – Elsevier Publishing
29
Daftar publikasi ilmiah Buku: 1. Rachmawati, R., E. Aldrian, N. Hendiarti, I. Tejakusuma, 2004, Proceeding of DAAD Marine Bilateral Workshop on coastal resources exploration and conservation: Indo – German experiences. Bali, October 13-15, 2004, ISBN 7973592052, BPPT - Marine and Fisheries Research Agency of Indonesia. Editors: Rita Rachmawati, Edvin Aldrian, Nani Hendiarti, Iwan Tejakusuma 2. Aldrian, E., 2007, Indonesian Rainfall (with hierarchy of climate models). 2007, ISBN: 978-3-8364-0913-1, VDM Verlag Dr. Müller Germany, 3. Boer R., et al, 2007, Indonesia Country Report: Climate Variability and climate changes, and their implication. 2007, Boer R., Sutardi and Hilman D., Lead Authors: … Edvin Aldrian, …, Ministry of Environment, 68pp. ISBN 878-878-8362-82-1 4. Boer, R., et al., 2007, Rencana Aksi Nasional dalam menghadapi Perubahan Iklim (National action Plan to coupe Climate Change, 2007, Tim Pendukung: … Edvin Aldrian, …, Ministry of Environment, 108pp. 5. Aldrian E, 2008, Meteorologi Laut Indonesia, ISBN 978-9791241-19-9, Puslitbang BMG 6. Winanti, WS., et al, 2011, Technology Need Assessment (TNA) Indonesia Mitigation of Climate Change, 2009, Lead Authors 7. Aldrian E, M Karmini, Budiman, 2011, Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia, Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG, ISBN-978-602-19508-0-7, 179pp 8. Aldrian E, 2011, Komik: Iklim semakin tidak menentu, dari Pemanasan Global ke Perubahan Iklim, Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG, ISBN-978-602-19508-1-4, 25pp 9. Deny Hidayati, Aldrian E, 2012, Perubahan Iklim: Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Adaptasi Petani dan Nelayan melalui Radio, ISBN-978-979-1291-39-2
30
Bagian dari Buku: 1. Aldrian, E, 2006, Dinamika Laut dan Atmosfer. 2006, Chapter: Proses Interaksi Laut dan Atmosfer, Author Edvin Aldrian, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2006, ISBN 979-3768-11-3 2. Aldrian, E, 2006, Dinamika Laut dan Atmosfer. 2006, Chapter: Masalah interaksi laut atmosfer bagi kepulauan maritime Indonesia, Author Edvin Aldrian, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2006, ISBN 979-3768-11-3 3. Harijono, S.W.B., E. Aldrian, 2009, Beyond the tropical archipelago: the provision of climate services in Indonesia, in Climate Sense, Author Sri Woro B Harijono and Edvin Aldrian, World Meteorological Organization, 2009, ISBN 978-92-6311043-5 4. Robertson, A., V. Moron, J. Qian, C.P. Chang, F. Tangang, E. Aldrian, T.Y. Koh, and L. Juneng, 2011, The Maritime Continent Monsoon, in The Global Monsoon System: Research and Forecast, 2nd Ed. Eds. C.P. Chang, Y. Ding, N.C. Lau, R.H. Johnson, B. Wang and T. Yasunari, World Scientific Series on Asia-Pacific Weather and Climate, Vol. 5, World Scientific Publication Company, 608 pp. 5. Ward, P.J., M. A. Marfai, Poerbandono, E. Aldrian, 2011, Climate adaptation in the city of Jakarta, in Climate Adaptation and Flood Risk in Coastal Cities, Eds. Jeroen Aerts, Wouter Botzen, Malcolm Bowman, Philip Ward and Piet Dircke. Routledge Earthscan. ISBN 978-1-84971-346-7, 352 pp Karya Tulis Ilmiah Internasional (citations per Agustus 2013) : 1.Aldrian, E., L. D. Gates, F. H. Widodo, 2003, Variability of Indonesian Rainfall and the Influence of ENSO and Resolution in ECHAM4 simulations and in the Reanalyses, MPI Report 346, 30pp [Available from Max Planck-Institut für Meteorologie, Bundesstr. 55, D-20146, Hamburg, Germany.], 5 citations 2. Aldrian, E., R. D. Susanto, 2003, Identification of three dominant rainfall regions within Indonesia and their relationship to sea surface temperature, International Journal of Climatology, 23,
31
1435-1452 DOI: 10.1002/joc.950, 171 citations, 63 web of science 3. Aldrian, E., L. D. Gates, D. Jacob, R. Podzun, D. Gunawan, 2004, Long term simulation of the Indonesian rainfall with the MPI Regional Model, Climate Dynamics, 22, 8, 794-814, DOI 10.1007/s00382-004-0418-9, 24 citations, 13 web of science 4. Aldrian, E., D. Sein, D. Jacob, L. Dümenil-Gates, R. Podzun, 2005, Modelling Indonesian Rainfall with a Coupled Regional Model, Climate Dynamics, 31, 1-17, DOI: 10.1007/s00382-0040483-0, 32 citations, 16 web of science 5. Hendiarti N., Suwarso, E. Aldrian, R. A Ambarini, S. I. Sachoemar, I. B. Wahyono, K. Amri, 2005, Seasonal Variation of Coastal Processes and Pelagic Fish Catch around the Java, Oceanography, 18, No 4, 112-123, 6 citations, 1 scopus 6. Heil, A., B. Langmann, E. Aldrian, 2007, Indonesian peat and vegetation fire emissions: Factors influencing large-scale smokehaze dispersion, Mitigation and Adaptation Strategy for Global Change, 12, No 1, 113-133, DOI 10.1007/s11027-006-9045-6, 46 citations, 20 web of science 7. Aldrian, E:, L. D. Gates, F. H. Widodo, 2007, Seasonal Variability of Indonesian Rainfall in ECHAM4 Simulations and in the Reanalyses: Roles of ENSO, Theoretical and Applied Climatology, 87, no 1-4, 41-59, DOI: 10.1007/s00704-006-02188, 25 citations, 10 web of science 8. Aldrian, E., Y. S. Djamil, 2008, Spatio-temporal climatic change of rainfall in East Java Indonesia, International Journal of Climatology, 28, Issue 4, 435 – 448, DOI 10.1002/joc.1543, 28 citations, 7 web of science 9. Aldrian, E., C. A. Chen, S. Adi, Prihartanto, N. Sudiana, and S. P. Nugroho, 2008, Spatial and seasonal dynamics of riverine carbon fluxes of the Brantas catchment in East Java, J. Geophys. Res. Biogeosciences, 113, G03029, doi:10.1029/2007JG000626, 14 citation, 13 web of science 10. Pawitan, H. E. Aldrian, S. P. Nugroho, 2007, Carbon, Nutrient and Sediment Fluxes of the Java Major Rivers, Journal of Hydrologic Environment, 3, No 1, 9-20
32
11. E. Aldrian, C. Oludhe, B.J. Garanganga, J. Pahalad, M. Rojas Corradi, M.S. Boulahya, L. Dubus, J. Ebinger, M. Fischer, 2010, Regional Climate Information for Risk Management, Procedia Environmental Sciences, Volume 1, 2010, Pages 369–383, http://dx.doi.org/10.1016/j.proenv.2010.09.024, 1 citation 12. Vernimmen, R. R. E., Hooijer, A., Mamenun, and Aldrian, E., 2012, Evaluation and bias correction of satellite rainfall data for drought monitoring in Indonesia, Hydrol. Earth Syst. Sci., 16, 133–146, doi: 10.5194/hess-16-133-2012, 15 citation, 2 web of science Karya Tulis Ilmiah Nasional : 1.Karmini, M., E. Aldrian, H. Widodo, M. Husni, S.W. Budiati, R. B Yahya, 1995: Summary on Potential Cloud Monitoring Programs on Central Java (Resume program pemantauan awan potensi di Jawa Tengah) 10-23 August 1994, BPP Teknologi Magazine No LXIV/1995 2. Aldrian, E., 1998: Review of Rain Remote Sensing Technologies (Teknologi Inderaja Hujan), J. Iptek Iklim dan Cuaca - BPP Teknologi, 2, 133-138 3. Aldrian, E., 1998: Polarization Radar Observation of Chaff and Rain, submitted to IEICE transactions on Communications, 4. Aldrian, E., 1999: Division of Climate Type in Indonesia based on Rainfall Pattern, Oceanica - J. of Marine Sci. and Tech, BPPT, 5, 165-171 5. Aldrian, E., 1999: Some rainfall characteristics observed with weather radar and rain gauge; Study case of Semarang December 1998 - January 1999, Buletin Meteorologi dan Geofisika, 2, 70-79 6. Aldrian, E., 2000: Pola hujan rata-rata bulanan wilayah indonesia; Tinjauan hasil kontur data penakar dengan resolusi ECHAM T42, Jurnal Sains and Teknologi modifikasi Cuaca, 1, no 2, 113123 7. Aldrian, E., 2001: Pembagian Iklim Indonesia berdasarkan pola curah hujan dengan metoda “double correlation”, J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, 2,11-18
33
8. Aldrian, E., 2002: Spatial Patterns of ENSO impact on Indonesian Rainfall, J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, 3, 5-15 9. Aldrian, E., 2002: The spectrum threshold filter method for chaff and rain, J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, 3, 29-37 10. Aldrian, E., 2002, The simulation of Co- and Cross-Polar Characters of Rainfall Droplets and Chaff, J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, 3, 105 – 114 11. Aldrian, E., 2002, An indication of sea-air interaction that affect the climate pattern over the Moluccan Sea, J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, 3, 125 – 133 12. Aldrian, E., 2003, Regional model simulation of Indonesian rainfall driven by ECMWF ERA15 reanalysis. Jurnal Meteorology dan Geofisika, 4, No 2, 57- 64, BMG Jakarta, 13. Aldrian, E., 2003, The Indonesian Rainfall Predictability Experiment with a Regional Climate Model. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 4, No 3, 51 – 62, BMG Jakarta 14. Aldrian, E., 2003, Melting Layer Observation With An Airborne Radar And In-Situ Laser Probe With The Double Sphere Model Approximation. J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, 4, 29-39 15. Aldrian, E., 2003, The Role Of Ocean In Simulating Indonesian Rainfall Variability. J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, 4, 41-53 16. Suwarman, R., E. Aldrian, 2004, Sensitivitas variabilitas hujan di Pulau Jawa terhadap suhu muka laut dan evaporasi di sekitarnya: Studi model iklim kasus tahun 1979 – 1983, J. Meteorologi dan Geofisika, BMG, 5, No 3, 1-15 17. Aldrian, E., S. P. Nugroho, 2004, Peran cuaca dan lahan terhadap bencana banjir banding Bohorok. J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, 5, 21 – 28 18. Aldrian, E., Asril, 2005, Influences of Indian Ocean Dipole and ENSO on variability of summer inflow of several dams and lakes in Indonesia. Alami, 10, 19-26 19. Aldrian, E., 2005, Perubahan Iklim Global, Tragedi Lion Air dan Banjir di Blitar, Year Book Mitigasi Bencana 2004, TPSLK BPPT 20. Aldrian, E., Y. S. Djamil, 2006, Long Term Spatial And Temporal Analysis Of The Rainfall Trend In The Brantas Catchment Area,
34
East Java, The Indonesian Journal of Geography, June 2006, 38, 26-40 21. Kadarsah, E. Aldrian., 2005, Simulasi Asap Kebakaran Hutan Menggunakan Model Regional (REMO), J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, 6, 87-94 22. Kadarsah, E. Aldrian., 2005, Aplikasi Sistem Informasi Meteorologi Terhadap Indeks Kekeringan dengan Ketersediaan Air Tanah, J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, 6, 95-102 23. Aldrian, E., 2006, Karakteristik Hujan Jam-jaman, Harian, Bulanan dan Tahunan DAS Larona, Soroako Sulawesi Selatan, J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, 7, 43-53 24. Aldrian, E., 2006, Decreasing trends in annual rainfalls over Indonesia: A threat for the national water resource? J. Meteorologi dan Geofisika, BMG, 7, No 2, 40-49 25. Aldrian, E., U. Haryanto, 2006, Penelitian sifat kelarutan, eksotermis, hidrofilik dan higroskopik, 12 jenis bahan semai awan hangat, J. Sains & Tek. Mod. Cuaca, 7, 21-29 26. Aldrian, E. and G S A Utama, 2007, Identifikasi dan karakteristik seruak dingin (Cold Surge) tahun 1995-2003. J. Sains Dirgantara, 4, No 2, 107-127 27. Aldrian, E., Y. S. Djamil, 2007, Application of Multivariate ANFIS for Daily Rainfall Prediction: Influences of Training Data Size, Journal Geofisika, 2007, No 2, 32-39 28. Aldrian, E., F. Ismaini, Y. Koesmaryono, 2007, The Daily Statistical shift during the half century over the Brantas catchment, East Java, Jurnal Agromet Indonesia, 21, Juni, 1-11 29. Estiningtyas, W., F. Ramadhani, E. Aldrian, 2007, Analisis Korelasi Curah Hujan dan Suhu Permukaan Laut Wilayah Indonesia, serta implikasinya untuk prakiraan curah hujan: Studi Kasus Kabupaten Cilacap, Jurnal Agromet Indonesia, 21, Desember, 47-61 30. Aldrian, E., 2008, Simulation of Landcover Change Influences for Water Availability Using a Regional Atmospheric Model, J. Meteorologi dan Geofisika, BMG, 8, 1-13 31. Aldrian, E., 2008, PEAT Carbon, Fire and Climate Interactions, J Hidrosfir Indonesia, 3, 23-32
35
32. Aldrian, E., 2008, Dominant factors of Jakarta’s three largest floods, J Hidrosfir Indonesia, 3, 107 – 114 33. Kusumawati Y, S Effendy, E Aldrian, 2008, Variasi spasial dan temporal hujan konvektif di Pulau Jawa berdasarkan citra satelit (Spatial and temporal variation of convective rain in Java Island based on citra images), Jurnal Agromet Indonesia, Vol 22, No 1 34. Aldrian, E., 2009, Meteorological Conditions During Jakarta’s Three Largest Floods, Prosiding Seminar Scientific Jurnal Club Tahun 2009, BMKG 35. Aldrian, E., J. Arifian, 2009, Prediction of southern oscillation using the Indonesian throughflow variability, Marine Research Indonesia, Vol 34, 1-9, April 2009 36. Nugroho, S.P., Pawitan, H., Riany, E., and Aldrian E., 2009, Prediksi Fluks Karbon Organik terlarut dari Sungai Sungai Utama di Jawa ke laut”, Jurnal Teknologi Lingkungan Edisi Khusus, 1322, ISSN 1441-318X. 37. Aldrian, E., 2010, Climate change and monsoon interplay in the maritime continent, proceeding the International Symposium on Equatorial Monsoon System, July 28-29 2010, Jakarta, ISBN 978979-15549-7-8 38. Supari S, J Ettema, E Aldrian, 2012, Spatio temporal characteristics of Extreme rainfall events over. Java Island, INDONESIA, Indonesian Journal of Geography, Vol 44, 62-86 Artikel di media masa : 1. Multiple language operating system on Macintosh, Info Komputer Magazine, June 1994 2. Tidak ada dampak El Niño pada puncak musim hujan, Kompas 5 November 2002 3. Potensi tersembunyi “Marine Carbon sink” benua maritime Indonesia, Kompas 18 April 2005 4. Bencana Iklim akibat Perubahan Iklim Global, Kompas 29 March 2006 5. (Perubahan iklim) Kemarau basah akibat La Niña, Kompas 13 Augustus 2007 6. Nobel bagi perdamaian iklim, Kompas 18 October 2007
36
7. Telaah – Indonesia, Emiter Karbon ketiga, Antara, 19 November 2007 8. Periskop: Indonesia dan Rencana Layanan Iklim Global, Koran Tempo, 9 Februari 2010 9. Telaah – Kemarau basah bukti pemanasan global, Antara, 23 Juni 2010 10. Opini - Membumikan basis ilmiah IPCC, Kompas Siang, 8 Januari 2014 11. Opini – Jangan Menggantang Asap, Kompas, 19 Maret 2014 Biography 1. Edvin Aldrian, Topan sekarang jauh lebih kuat, Pakar, Kontan pp 33, 16 January 2006 2. Edvin Aldrian, SDM Indonesia tidak melek teknologi karena minimnya budaya ingin tahu dan mencari, Buku Maha Karya Profil Tokoh , Pengusaha eksekutif, Profesional dan Pendidik Indonesia Emas 2007, pp 350 – 355, 2007 3. Edvin Aldrian, Bencana besar itu datang perlahan tanpa kita sadari, Tatap Muka, Tarbawi, 20 Desember 2007 4. Edvin Aldrian, Meneliti Iklim dengan hati, Sosok, Media Indonesia, pp 11, 5 May 2009 5. Edvin Aldrian, Perubahan iklim di depan mata, Tamu, Koran Tempo Minggu, A10-A11, 3 Oktober 2010
Keikutsertaan sebagai pembicara dalam kegiatan ilmiah Presentasi dan Pembicara even Dalam Negeri : 1. Aldrian, E. and M. Kudsy, 1995: Indonesian Atmospheric Society Network, National Seminar of Atmosphere, Bandung Institute of Technology, 11 September 2. Aldrian, E., 1995: The use of GIS in Environmental Planning, Bina Nusantara School of Informatique and Computer Management, 9 October 1995 3. Aldrian, E., 1997: Review of the Role of Droplet Size Distribution in Cloud Physics Research, National Symposium on Atmospheric Dynamics, March, BPP Teknologi
37
4. Aldrian, E., and F. H. Widodo, 1999: Validasi Model Iklim Global Echam-4 T-42, Nasional Symposium on Climate Variability, BPPT 5. Aldrian, E., 1999: Sensitivitas Curah Hujan Indonesia Terhadap Suhu Permukaan Daerah Nino3, Proceeding Symposium Nasional Energi dan Sumber Daya Alam (ESDAL), BPPT. 6. Aldrian, E., 2002: The characteristics and the prospect of modelling of the Indonesian rainfall, with its implication to monsoon, ENSO and the Indonesian Throughflow, GM ITB seminar presentation, 25 January 2002. 7. Aldrian, E., 2003, Ocean atmosphere aspects of the ENSO impact on Indonesian rainfall and its predictability, Proceeding of the 32nd IAGI and the 28th HAGI annual Convention, Jakarta, 15-17 Dec. 2003 8. Aldrian, E., 2004, Dasar dan Pengenalan Model Iklim, Pelatihan Dosen Perguruan Tinggi se Indonesia Bagian Timur dalam bidang Pemodelan dan Simulasi Pertanian, IPB – BPPK-SDM Dikti, Cisarua, 16 Agustus 2004 9. Aldrian, E., 2004, Several Factors Affecting Monthly to Seasonal Predictability of Indonesian Climate by Climate Models, Temu Ilmiah Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Nasional 2004, LAPAN, Bandung 18 Agustus 2004 10. Aldrian, E., 2004, Modeling Climate on South China Sea with a Coupled Ocean Atmosphere Model, Regional Seminar on Malacca Strait and South China Sea Resources Management: Prospects and Challenges, PKSPL – IPB, 27 September 2004 11. Aldrian, E., 2004, Perkembangan Dan Aplikasi Teknologi Simulasi Dan Komputasi Iklim Dan Kelautan Di Indonesia, Semiloka Teknologi Komputasi dan Simulasi, BPPT, Nov 2004. 12. Aldrian, E., 2005, Strategi Kerjasama Riset Dengan Mitra Eropa dari Dana Hibah Uni Eropa, Workshop Teknik Penulisan Proposal Riset, DRPM FMIPA UI 14 Maret 2005 13. Aldrian, E., 2005, Local impact of the global climate change, Graduate Program of Sriwijaya University, 11 April 2005
38
14. Aldrian, E., Kadarsah, 2005, Simulation of meteorological importance on the distribution of smoke haze distribution over Indonesia, Semiloka Komputasi dan Simulasi, BPPT Nov. 2005 15. Aldrian, E., 2006, Recent advances in Ocean Atmospheric modeling and dynamics in Indonesia: Case study of INSIDE and LITHMOS Projects, Workshop INSTANT 2006, ”Menguak Arus Lintas Indonesia”, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 11 September 2006 16. Aldrian, E. 2006, Pengenalan model iklim numeris dan Modul tahapan menjalankan model iklim MM5, Pelatihan Dosen Perguruan Tinggi se Sumatera dan Kalimantan dalam bidang Pemodelan dan Simulasi Pertanian, IPB – BPPK-SDM Dikti, Cisarua, 12 September 2006 17. Aldrian, E. 2006, Simulating influences of ocean atmosphere fluxes on the smoke haze distribution using a coupled ocean atmosphere model, Semiloka Komputasi dan Simulasi, BPPT Nov 19. 2006 18. Aldrian, E., 2007, Peluang dan Tantangan Research and Development Teknologi Modifikasi Cuaca, Workshop Teknologi Modifikasi Cuaca, UPTHB – BPPT, Jakarta, 13 Maret 2007 19. Aldrian, E., 2007, Peat Carbon, Fire And Climate Interactions, Symposium Nasional Himpunan Gambut Indonesia (HGI) Jogjakarta, 30-31 August 2007 20. Aldrian, E., R. Oktivia, Sea-Air interaction over Molucca Sea, Workshop INSTANT, 5 November 2007, Biotrop Training and Information Center, BRKP 21. Aldrian, E., 2007, Fire and Climate Interaction Affecting Peat Carbon Emission, 20 November 2007, One Day Seminar on Avoided Deforestation and Carbon emissions with Sustainable Benefits (ADSB) in Indonesia’s Forest Mosaics and Peatlands, CIFOR, ICRAF Bogor, Indonesia 22. Aldrian, E., 2007, Strategi Penulisan Proposal Riset, Workshop penulisan proposal riset FMIPA UI, DRPM FMIPA UI, 17 December 2007, Depok Indonesia 23. Aldrian, E., Pemanasan global, posisi Indonesia terkini, Humanika, 29 November 2007, Jakarta Media Center, Jakarta
39
24. Aldrian, E., Perubahan iklim dan implikasi terhadap benua maritime Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah, 4 Maret 2008, Sekjen DPD, Jakarta 25. Aldrian, E., 2008, “Quo vadis” Pemanasan Global: “vis-a-vis” Konflik Antara Manusia Dengan Alam, Seminar Nasional tentang “Peran Sumber Daya Manusia Dalam Mencegah dan Menanggulangi Pemanasan Global dan Perubahan Iklim”, 24 April 2008, STTL-BMG-ESDM-KLH, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan Jogjakarta. 26. Aldrian, E., 2008, Ancaman Pemanasan Global terhadap Siklus Air Jabodetabek, Conference and Exhibition The Jakarta Initiative to Fight Climate Change through Community-based Mitigation and Adaptation in Urban Areas, Jakarta Convention Center, May 30 – June 1, 2008, BPLHD DKI, Swiss Contact. 27. Aldrian, E., 2008, Ocean – Land – Atmosphere Interactions and their Impacts to the South East Asia Climatological Dynamics, The 2nd Workshop on ASEAN Regional Climate Model Validation, Yogyakarta 7 – 9 July 2008, BMG. 28. Aldrian, E., 2008, Predicting Precipitation Intensity (for national vulnerability assessment), A Round Table Discussion on Developing a Methodology and Information Sharing for Vulnerability Assessment to Climate Change in Indonesia, KLH – GTZ, 10 July 2008, Jakarta 29. Aldrian, E., J. Arifian, 2008, Prediction of Southern Oscillation Using the Indonesian Throughflow Variability, Pertemuan Ilmiah Tahunan V Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (PIT-ISOI) Bandung11 November 2008 30. Aldrian, E., 2008, Kuliah Meteorologi Laut I & II, Pelatihan Meteorologi Maritim, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Cisarua, 20 November 2008. 31. Aldrian,E., 2008, Variasi Perubahan Iklim, Fenomena El Niño dan Lal Niña serta Dampaknya terhadap Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau kecil, Workshop Adaptasi dan Mitigasi Kenaikan Paras Muka Air Laut Akibat Perubahan Iklim terhadap Pesisir dan Pulau pulau Kecil. DKP, Jakarta, 28 November 2008
40
32. Aldrian, E., 2009, Utilization of Meteorological satellite Data, Focus Group Discussion: Optimalisasi Satelit Observasi Bumi untuk Perlindungan Lingkungan dan Maritime Surveillance guna Peningkatan Kesejahteraan Bangsa Indonesia, Rabu 7 January 2009, Kongsberg Spacetec AS 33. Aldrian, E., 2009, Perubahan Iklim: kaitannya dengan laut, Pertemuan Ilmiah ISOI Dua Bulanan “Laut dan Perubahan Iklim” Rabu 15 April 2009, ISOI – BRKP 34. Aldrian, E., 2009, Peran dan dukungan Litbang dalam menyikapi Perubahan Iklim, Workshop Nasional Alih Teknologi, Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim, Ristek 35. Aldrian, E., 2009, Proyeksi Iklim Indonesia 2010-2014, Seminar Nasional Proyeksi Iklim dan Kualitas Udara 2010 – 2014, Lapan Perhimpi, Bandung 28 – 29 July 2009 36. Aldrian, E., 2009, Variabilitas dan Perubahan Iklim: kaitannya dengan laut, Seminar nasional Kelautan, BRKP PKSPL, Hotel Salak Bogor, 4 August 2009 37. Aldrian,E., 2009, Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Peningkatan Frekuensi Bencana Banjir di Indonesia, Depkes Evaluasi Penanganan Tanggap Darurat dan Pemulihan Krisis Kesehatan Akibat Bencana, Depkes, Hotel Saphire Jogjakarta, 9 – 11 September 2009 38. Aldrian, E., 2009, Does Climate Change?, Litbang BMG Surabaya 39. Aldrian, E., 2009, Perubahan Iklim: kaitannya dengan laut, Climate Hearing, Oxfam – WWF - Greenpeace, 2 November 2009, Jakarta 40. Aldrian, E., 2009, Capacity in Political and Scientific Framework of Marine Climate Change Policy in Indonesia, Pertemuan Ilmiah Tahunan ISOI, Bogor 16 November 2009 41. Aldrian, E., 2009, Peran standarisasi nasional dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta 18 November 2009 42. Aldrian, E., 2009, Kesiapan Riset Indonesia dalam menghadapi Perubahan Iklim, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta 19 November 2009
41
43. Aldrian, E., 2010, Sosialisasi Perubahan Iklim di Indonesia, Bau Bau 10 April 2010 44. Aldrian, E., 2010, Perilaku Gas Rumah Kacca dalam Mekanisme Pemanasan Global Permukaan Bumi dan Pengaruh Emisi dari Kebakaran Hutan, Sosialisasi Kebakaran hutan dan Perubahan Iklim, Kemenkesra, Jambi, 20 July 2010 45. Aldrian, E., 2010, Prospek Iptek Biogeokimia Perairan Darat dalam Mitigasi Perubahan Iklim Nasional, Seminar Nasional Prospek Ekosistem Perairan Darat Indonesia: Mitigasi Bencana dan Peran Masyarakat, Bogor, 28 Juli 2010 46. Aldrian, E., 2010, Kuliah umum: Perubahan Iklim Global dan dampaknya di sektor kehutanan, Fakultas Kehutanan UGM, 24 September 2010 47. Aldrian, E., 2010, Grand Talk Show: Global Warming vs Global Cooling, Khatulistiwa 2010, 2 Oktober 2010 48. Aldrian, E., 2010, Global warming and Seawater: SST, Current and Precipitation, Tropical Marine Ecology Special Training Course (MEST-2010) Impact of Climate Change and Marine Ecosystem Dynamics Center for Coral Reef Research Hasanuddin University, Makassar 1-15 November 2010 49. Aldrian, E., 2010, Antisipasi Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian, Sosialisasi dan Penanganan THL-TB Penyuluh Pertanian tahun 2010, Kementrian Pertanian, Depok 13 Nopember 2010 50. Aldrian, E., 2010, Peluang dan Tantangan Perubahan Iklim di Indonesia, Diskusi Ilmiah Nasional Potensi dan Mitigasi Bencana Alam di Indonesia, Himpunan Ahli Geofisika Indonesia, Bandung 11 Desember 2010 51. Aldrian, E., 2010, Membangun Infrastruktur Riset Perubahan Iklim di Indonesia, Lokakarya Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia “Menggagas Infrastruktur Penelitian Perubahan Iklim” 22 Desember 2010, Bogor 52. Aldrian, E., 2011, Perkembangan Sains dan Teknologi di bidang penanganan iklim BMKG, Lokakarya Akademik Program Sarjana Meteorologi Terapan dan Pasca Sarjana Klimatologi Terapan, IPB, Bogor, 10 Februari 2011
42
53. Aldrian, E., 2011, Evaluasi Bencana Hydrometeorologi 2010, Tahun tanpa kemarau, Talkshow Meteorological Day 2011 Atmosphaira untuk Nusantara, HMMA ITB, 23 Maret 2011 54. Aldrian, E., 2011, Pengaruh pemanasan global terhadap trend iklim Indonesia, Seminar Sehari Pendekatan Teknologi Pertanian dalam Mengantisipasi Perubahan Iklim di Indonesia, 13 Oktober 2011, Cibinong LIPI 55. Aldrian, E., 2011, Konsepsi Perubahan Iklim dan Manajemennya di Indonesia, Seminar Nasional Sains Atmosfer dan Antariksa, LAPAN, Serpong Banten, 22 Nopember 2011 57. Aldrian, E., 2011, Penanganan sumber daya air terkait Perubahan Iklim, seminar Masyarakat Penulis Iptek, 23 Desember 2011, BPPT Mapiptek Jakarta Presentasi dan Pembicara even Internasional : 1. Aldrian, E. and K. Nakamura, 1997: Co-Polar and Cross-Polar observation on chaff and rain with Airborne 14 GHz radar (CAMPR), Scientific Meeting of Japan Meteorological Society, Sapporo, 8-10 October. 2. Georgetta, M.A., E. Aldrian, F. H. Widodo, 1999: Characteristics of monsoon rains over Indonesia, Proceedings 2nd International Conference on science and technology for the assessment of global climate change and its impacts on Indonesian maritime continent, 29 Nov – 1 Dec 1999, BPPT Jakarta 3. Aldrian, E., F. H. Widodo and L. D. Gates, 1999: Characteristics of Indonesian Monsoon Rainfall, Proceeding International Symposium on Climate Variability, Max Planck Institut für Meteorologie, 14-19 Sept., 4. Aldrian, E. and H. Grassl, 2003, The mechanism of ENSO impact on Indonesian rainfall, Proceeding EGS, EUG, AGU Joint assembly Conference, Nice – France, 7 – 11 April 2003 5. Aldrian, E., L. D. Gates, D. Jacob, U. Mikolajewicz, R. Podzun, 2003, The anti-monsoonal pattern of the Molucca Sea, outlooks from ECHAM4, a regional climate model and a global ocean model, Proceeding EGS, EUG, AGU Joint assembly Conference, Nice – France, 7 – 11 April 2003
43
6. Aldrian, E., D. Jacob, D. Sein, 2003, Implications of a Coupling between an Atmospheric Regional Climate Model and a Global Ocean Model to the Indonesian Rainfall Variability, Proceeding of International Conference on Earth System Modelling, Max Planck Institute for Meteorology, Hamburg, 15-19 Sept. 2003 7. Aldrian, E., 2003, On the Predictability of the Indonesian Rainfall, Proceeding of International Conference on Earth System Modelling, Max Planck Institute for Meteorology, Hamburg, 1519 Sept. 2003 8. Aldrian, E., 2003, Why anti-monsoonal climate over Maluku: An ocean atmosphere model approach, Proceeding of the International Marine and Fisheries Seminar, Jakarta, 15-16 Dec. 9. Aldrian, E., 2004, Future model development of the Indonesian Throughflow Simulation within the Makassar Strait, Proceeding of DAAD Marine Bilateral Workshop on coastal resources exploration and conservation: Indo – German experiences. Bali, October 13-15, 2004, ISBN 7973592052, BPPT - Marine and Fisheries Research Agency of Indonesia. 10. Aldrian, E., 2005, The influence of marine climate to the smoke haze distribution, International One Day Seminar on Indonesian Smoke Induced by Drought Episode, BPPT, 6 April 2005 11. Langmann B., E.Aldrian, H.F.Graf, A.Heil, E.Marmer, F.Nober, M.Pfeffer, 2005, Indonesian smoke induced by drought events (INSIDE), Third International Symposium on Air Quality Management at Urban, Regional and Global Scales & 14 th IUAPPA Regional Conference 26-30 September 2005, Istanbul 12. Aldrian, E., A. Heil, B. Langmann, 2006, Modeling regional smoke haze distribution due to peat and vegetation fire emissions (The Indonesian Smoke Induced by Drought Episode (INSIDE) Project), Workshop on Vulnerability of Carbon Pools of Tropical Peatlands in Asia, Pekanbaru, Riau, Sumatra, Indonesia, 24-26 January 2006, CIFOR, GCP, GEC. 13. Aldrian, E., Living as Scientist, Why not!, Hamburg, Germany, 26 March 2006, IASI 14. Aldrian, E., G.S.A. Utama, 2006, Influence of Asian Cold Surge on Indonesian boreal winter monsoon, Symposium on Asian
44
Winter Monsoon Experiment (WMONEX), A quarter Century and Beyond, Kuala Lumpur, Malaysia, 4-7 April 2006, Malaysian Met. Department. 15. Djamil, Y.S., E. Aldrian, S. Hartati, 2006, Climatic Change of the boreal winter monsoon in Brantas catchment area East Java, Symposium on Asian Winter Monsoon Experiment (WMONEX), A quarter Century and Beyond, Kuala Lumpur, Malaysia, 4-7 April 2006, Malaysian Met. Department. (Poster session) 16. Aldrian, E., 2006, Chaotic Order of the Indonesian Seasonal Rainfall Predictability, Asia Oceania Geosciences Society 3rd Annual Meeting (AOGS 2006), Singapore 10-14 July, 2006 17. Aldrian, E., 2006, Variability of Climate Over Molucca Determined from the Local Ocean Circulation and Air Sea Interaction, Asia Oceania Geosciences Society 3rd Annual Meeting (AOGS 2006), Singapore 10-14 July, 2006 18. Adi S., E. Aldrian, 2006, Spatio – Temporal Carbon Flux in the Brantas River Basin, East Java, Indonesia, Workshop on River Basin Dynamics in the Humid Tropics, Dept. of Geography, National Univ. of Singapore, Singapore, 15-16 July 2006 19. Aldrian, E., 2006, The Brantas Water and Carbon Cycle, SARCS Regional Meeting, SARCS and Dept. of Geography, National Univ. of Singapore, Singapore 17 July 2006 20. Aldrian, E., 2006, Simulating Influences of Ocean Atmosphere Fluxes on The Smoke Haze Distribution Using a Coupled Ocean Atmosphere Model, Semiloka Komputasi dan Simulasi, BPPT 19 September 2006. 21. Aldrian, E., S. Adi. Prihartanto, N. Sudiana, S. P. Nugroho, 2006, Water and Carbon fluxes over the Brantas River, East Java, ESSP Open Science Conference, Beijing, 9-12 November (Poster). 22. Aldrian, E. and Yudhya Sudarmadi, 2007, Regional Climate Phenomena in Western Maritime Continent and Flood in Jakarta, International Symposium on Coupling Processes over the Equatorial Atmosphere, Kyoto University, 20-23 March 2007 23. Aldrian, E., 2007, Interannual to decadal variabilities of the maritime continent monsoon from modeling and observation
45
perspective, Asian Monsoon Year 2008 (AMY08) International Workshop, Beijing, 23-25 April 2007. 24. Aldrian, E., S. P. Nugroho, H. Pawitan, 2007, Carbon, Nutrient and Water Fluxes of River Basins of Java Island, International Geomorphology Conference, Kota Kinabalu, 25-28 June 2007. 25. Aldrian, E., Indonesia Country Report on Climate Variability and Climate Changes and their implications, Parallel Event COP13 (Indonesia’s Progress on Climate Change Adaptation: The way forward, UNDP, GTZ, WASAP, Embassy of the Netherland, Aston Nusa Dua Bali 8 December 2007. 26. Aldrian, E., Chaotic predictability and long term variability of the maritime continent climate, International Seminar on Climate Variability, Change and Extreme Weather Events, 26 – 27 February 2008, Universiti Kebangsaan Malaysia 27. Aldrian, E., Report on Findings of Studies of Climate Change in Indonesia, National Consultation on A Regional Review of the Economics of Climate Change in Southeast Asia (RRECCS), 2324 May 2008, Jakarta, Asian Development Bank. 28. Chang, CP, Lu, MM, Tangang, F, Aldrian, E, Koh, TY, Juneng, L, The east asian Winter Monsoon and Maritime Continent Monsoon, WWRP-WMO 4th WMO International Workshop on Monsoon (IWM-IV), Beijing China, 20-25 October 2008 29. Aldrian, E., Water & Carbon Cycle of Musi River Basin , SARCS 2008 Carbon & Water Project Review Meeting, 4 November 2008, Phuket Thailand 30. Aldrian, E., 2008, Climate variability and climate change over the Maritime Continent, Invited Public Talk, Universiti Kebangsaan Malaysia, 16 December 2008, Bangli-UKM. 31. Aldrian, E., 2009, Climate anomaly influences for dam inflow and river discharge for hydropower generation, International Workshop “Climate Information Services in Supporting Mitigation and Adaptation to Climate Change in Energy and Water Sectors” Jakarta, 24-25 March 2009 32. Aldrian, E. and Oktivia R., 2009, Sea Air Interaction Study over the Major Indonesian Throughflow Passage, World Ocean Conference (WOC) Symposium, 13 May 2009, Manado
46
33. Aldrian, E., 2009, Carbon Nutrient coastal fluxes over Java and the possible impacts to global climatic changes, International Symposium on Effects of Climate Change on Coastal Zone Management, 18-20 May 2009, APN Capable and Labmath Indonesia, Bandung 34. Cahyarini S.Y., E. Aldrian, M. Pfeiffer, The connection of Indian Ocean to the Indonesia Regional Climate: Record from d18O coral, Proceedings International Conference on Marine Ecosystem, Langkawi 26-29 May, ISBN 978-967-2975-51-9 35. Aldrian, E., 2009, Carbon nutrient coastal fluxes over Java and the possible impacts to global climatic changes, International SYMPOSIUM Effects of Climate Change On Coastal Zone Management,18 ‐ 20 May 2009, Bandung 36. Aldrian, E., 2009, Regional climate information for risk management – Needs, World Climate Conference 3, 31 August – 4 Sept 2009, WMO Geneva 37. Budiati, S.W.B., Aldrian, E., 2009, Recent Advancement of climate services in Indonesia, Nations and Region session - World Climate Conference 3, 31 August – 4 Sept 2009, WMO Geneva 38. Aldrian, E., 2009, El Niño and Lal Niña and Other Climate variability over Southeast Asia, Training Workshop on Climate Applications in ASEAN, Malaysian Meteorological Department on October 5 – 9, 2009, Petaling Jaya, Malaysia 39. Aldrian, E., 2009, Impact of ENSO on ASEAN, Training Workshop on Climate Applications in ASEAN, Malaysian Meteorological Department on October 5 – 9, 2009, Petaling Jaya, Malaysia 40. Aldrian, E., 2009, Climate change and global warming confronting the economies of asean region, Training Workshop on Climate Applications in ASEAN, Malaysian Meteorological Department on October 5 – 9, 2009, Petaling Jaya, Malaysia 41. Aldrian, E., 2009, Climate models, long range Forecasting and climate Predictability, Training Workshop on Climate Applications in ASEAN, Malaysian Meteorological Department on October 5 – 9, 2009, Petaling Jaya, Malaysia
47
42. Aldrian, E., 2009, Climate Change and Variability at South China Sea: Implication on Global Carbon budget, the Fifth Working Group Meeting on the study of Tides and Sea Level Change and their impact on coastal environment in the South China Sea (SCS) affected by potential climate change, 12-14 November 2009, Makassar 43. Aldrian, E., 2009, Simulation of Deforestation in the Tropical and Maritime Climate: Implication to Global Climatic Changes, International Seminar Perhimpi, Bogor 17 November 2009 44. Aldrian, E., 2009, Climate Change Adaptation Framework and Role of Disaster Risk Reduction, International PhD Workshop: Disaster Risk Reduction and Climate Change “Scientific Concepts and Strategies for Disaster Risk Reduction in Climate Change Context in the Coastal Areas in South and Southeast Asia, DAAD – UN University – PSBA UGM, Jogja 26 November 2009 45. Aldrian, E., 2010, Climate Change Adaptation Policy and Experience in BMKG, the International Workshop Methods and Tools for Water-related Adaptation to Climate Change and Climate Proofing, Bandung, 8-9 March 2010 46. Aldrian, E., 2010, Climate models, long range Forecasting and climate Predictability, the International Workshop Methods and Tools for Water-related Adaptation to Climate Change and Climate Proofing, Bandung, 8-9 March 2010 47. Aldrian, E., 2010, Needs for enforcement of monitoring atmosphere and GHG, The Fourth GEOSS Asia-Pacific Symposium, 10 – 12 March 2010 Denpasar Bali 48. Aldrian, E., 2010, Climate Change and Coastal Vulnerability: Scientific and Institutional Challenges in Indonesia, Climate Information Services in Supporting Mitigation and Adaptation to Climate Change in Infrastructure and Health Sectors, 29-30 March 2010, BMKG, Jakarta 49. Aldrian, E., 2010, Factors Influencing the Response of the Maritime Continent Climate to ENSO, Invited Scientific Lecture, WMO RA V - XV Session, Denpasar, 30 April – 6 May 2010
48
50. Aldrian, E., 2010, Climate Change and monsoon interplay in the maritime continent, The International Symposium on Equatorial Monsoon System Jakarta, BMKG, 29 July 2010 51.Aldrian, E., 2011, Climate Change Detection and Evidences over the Maritime Continent, Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) International Forum “Climate Change in Monsoon Asia”, 6 – 7 January 2011, Bangkok, Thailand 52. Aldrian, E., AM. Ulfa, Mammenun, 2011, Vulnerability of Paddy and Maize against the El Nino Impact and the Development of Drought Early Warning System, Climate Information Services in Supporting Mitigation and Adaptation to Climate Change in Agriculture and Forestry Sectors, 27-28 July 2011, BMKG, Jakarta 55. Aldrian, E., 2011, Contribution of the global atmospheric watch station at Bukit Koto Tabang to climate change and air quality sciences in indonesia, The International Symposium on 10th anniversary of the Equatorial Atmosphere Radar, 22-23 September 2011, LAPAN, Jakarta 56. Aldrian, E., 2011, Extreem Changes over Southeast Asia, World Delta Summit session Regional Climate Change & Extreme Climate over the Maritime Continent, 21-24 November 2011, Jakarta
Editor majalah prosiding 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Jurnal Sains Teknologi Modifikasi Cuaca, BPPT, editor Jurnal Meteorologi dan Geofisika, BMKG, editor Jurnal Segara, BRKP, editor International Journal of Climatology, scientific referee Climate Dynamics, scientific referee Atmospheric Environment, scientific referee Climate Research, scientific referee Geophysical Research Letter, scientific referee Advance in Geoscience, scientific referee Journal of Climate, scientific referee Journal of Geophysical Research Atmosphere, scientific referee
49
Pembinaan kader ilmiah Dosen : 1. Menjadi Dosen Luar Biasa Program magister Kelautan Universitas Indonesia Mata Kuliah Meteorologi Laut 2004 - 2014 2. Menjadi Dosen Luar Biasa Program Magister Agroklimatologi dan Klimatologi Terapan IPB Mata Kuliah Analisis Perubahan Iklim Global, Mata Kuliah Modifikasi Iklim dan Cuaca, Mata Kuliah Hidrometeorologi Lanjut 2006 - 2014 Mahasiswa – Sarjana : 1. Rusmawan Suwarman, ITB 2004, Sensitivitas ketersediaan air terhadap SST berdasarkan curah hujan dan evaporasi di Pulau Jawa. 2. Yudha Setiawan Djamil, ITB 2005, Analisa Spasial, temporal dan trend iklim DAS Brantas. 3. Gilang Satria Adhi Utama, ITB 2005, Studi seruak dingin (Cold Surge) selama periode musim dingin belahan bumi utara tahun 1995-2003 4. Fanida Ismaini, IPB 2006; Pergeseran Statistik Curah Hujan Ekstrim di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Jawa Timur 5. Sofyan Agus Salim, IPB 2007, Analisis Dampak Perubahan Tutupan Lahan Hutan Terhadap 4 Unsur Iklim di Kalimantan Menggunakan Model Iklim Regional REMO. 6. An-An Mustika, IPB 2008, Karakteristik Siklon Tropis sekitar Indonesia 7. Yetti Kusumayanti, IPB 2008, Variasi Spasial dan Temporal Hujan Konvektif di Pulau Jawa 8. Yanuar Murianto, IPB 2008, Sensitivitas Curah Hujan di Jawa Barat terhadap Suhu Permukaan Laut di Sekitarnya Menggunakan Model Iklim Regional 9. Radhita Purwaningtyas, IPB 2009, Analisis korelasi parsial Indian Ocean Dipole Mode (IODN) dan El Niño Southern Oscillation (ENSO) dengan curah hujan Indonesia 10. Wulan Seizarwati, ITB 2009, Simulasi Pengaruh Deforestasi dan Reforestasi Terhadap Perubahan Parameter Iklim Menggunakan Regional Model (REMO) (Studi Kasus: Pulau Kalimantan)
50
11. Muhshonati Syahidah, ITB 2012, Keterkaitan Borneo Vortex terhadap curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah Mahasiswa – Master : 1. Kadarsah, ITB 2006, Studi pengaruh El Niño dan La Niña pada penyebaran asap kebakaran hutan 2. Arna Yulis, ITB 2006, Studi peran temperature permukaan laut terhadap penyebaran asap kebakaran hutan Indonesia 3. Jon Arifian, UI 2008, Variabilitas Thermohaline dan Arus Laut di Jalur Utama Arlindo 4. Ressy Oktivia, ITB 2008, Studi interaksi laut-atmosfer menggunakan skenario model coupled 5. Pudji Setyani, IPB 2011, Analisis indeks dan tren curah hujan secara spasial dan temporal di pulau Jawa 6. Iksan Budi Wahyono, UI, 2011, Kajian Biogeokimia perairan Selat Sunda dan Barat Sumatera ditinjau dari pertukaran gas Carbondioksida (CO2) antara laut dan udara 7. Alifi Maria Ulfa, ITB 2011, Identifikasi dampak El Nino terhadap tanaman pangan padi dan jagung di Indonesia 8. Ahmad Fachri Radjab, UI, 2011, Kolam hangat di Samudera Pasifik Barat dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Siklon Tropis 9. Ida Pramudawardhani, UI, 2012, Kajian El Nino modoki terhadap kejadian siklon tropis di samudera Pasifik Barat (120°–160°E, Ekuator – 20°N) 10. Mia Khusnul Khotimah, UI, 2012, Validasi model gelombang Windwave-5 dengan menggunakan hasil pengamatan satelit altimetri multimisi 11. Agustina Rachmawardani, UI, 2012, Perancangan Anemometer berbasis Mikrokontroller Atmega untuk pengukuran Turbulensi dan Analisa Potensi Angin 12. Supari, UGM, 2012, Spatiotemporal Characteristics of Extreme Rainfall Events over Java Island, Indonesia
51
13. Yopie Ilhamsyah, IPB, 2013, Study of Thermal Characteristics and Dynamics of Tropical Cyclone over Western North Pacific Ocean: Case Study of Typhoon Songda (Chedeng) 2011 14. Dewi Surinati, UI, 2013, Telekoneksi suhu permukaan laut perairan Indonesia dengan data buoy di Samudera Pasifik 15. Adi Ripadi, ITB 2013, Kajian Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kesesuaian Agroklimat dan Produktivitas Tanaman Padi di Provinsi NTB Periode(2040-2069 Dan 2070-2099). 16.Yosafat Donni Haryanto, ITB 2014, Analisis perubahan awal musim hujan berdasarkan prediksi curah hujan untuk penentuan masa tanam dan produktivitas padi sawah tadah hujan di kabupaten Cianjur Mahasiswa – Doktor : 1. Sutopo Purwo Nugroho, IPB 2010, Karakteristik Fluks Karbon sungai utama di Jawa 2. Yayan Apriyana, IPB, 2011, Penetapan kalender tanam padi berdasarkan fenomena ENSO (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) di wilayah monsunal dan equatorial
Aktivitas di organisasi profesi 1. 1993 November – 13 Feb 2009: staff UPT Hujan Buatan, BPP Teknologi. 2. Kelompok Kerja Anomali Iklim Departemen Pertanian, Kep Menteri Pertanian 402/Kpts/OT.160/6/2006 tgl 6 Juni 2006 3. Kelompok Kerja Penyusunan Rancangan Undang Undang Meteorologi dan Geofisika, Keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika SK.121/HK.601/KB/BMG-2007 tgl 5 Januari 2007 4. Kelompok Kerja Variabilitas dan Perubahan Iklim Pada Sektor Pertanian, Kep Meteri Pertanian 649/Kpts/OT.160/5/2008 tgl 26 Mei 2008 5. Kepala Bidang Kerjasama Dalam dan Luar Negeri Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI) 15 Januari 2008 6. Tim Pelaksana Kegiatan Konsorsium Penelitian dan Pengembangan Dampak Perubahan Iklim Global terhadap sector
52
7.
8. 9. 10.
pertanian, SK Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, No 321/OT.160/I.6/3/2008 tgl 6 Maret 2008 Tim Penyusun Pedoman Penilaian Risiko Bencana Alam, Keputusan Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana No SK.26/BNPB/VII/2008 tgl 10 Juli 2008 2009: Koordinator riset percepatan Iptek Perubahan Iklim Kementrian Riset dan Teknologi Ketua 1 Masyarakat Hidrologi Indonesia, Desember 2013 IPCC AR V Lead Author on WG I Chapter 14: “Climate Phenomena and their Relevance for Future Regional Climate Change”
Riwayat kegiatan Penelitian dana riset LN (sebagai Project PI jika tidak disebut nama PI lainnya) : 1. 1999 January-March and 1999 July-September: visiting scientist in Max Planck Institut fur Meteorologie, Germany, ECHAM-4 model validation on Indonesian rainfall data. Funding: the German Ministry of Research and Education (BMBF) Project No: INO-009-98 in collaboration with BPP Teknologi, Indonesia. Ref: Dr. L. Dümenil Gates. 2. March 20-June 18, 2004: visiting scientist in Institut für Meereskunde – Uni Hamburg, Germany, Further run with ocean atmospheric model for coupling processes preparation between a global and a regional ocean model for Indonesian area. Funding: Deutsche Forschungsgemeinschaft (DFG) Project No: GZ: 446 INS 112/1/04. Ref: Prof. Dr. J. Sündermann. 3. May 2004-May 2006. Indonesian smoke induced by drought episodes (INSIDE). Funding: the European Commision, Framework 6 ECO-ASIA Project No: ASIA Pro ECO-ASI/B7301/2598/20-2004/79071 joint research between BPPT Indonesia, Max Planck Institut für Meteorologie of Germany and Univ. Cambridge UK. Ref: Prof. Dr. Hans Graf, Dr. Bärbel Langmann.
53
4. May 2005-September 2006. The Brantas Catchment Water and Carbon Cycle, Funding: Southeast Asia Regional Committee START, Project No: 94/01/CW-001.Ref: Prof. Chou Han Liu, 5. July 2006 – June 2009. LITHMOS (Long-term Indonesian THroughflow MOdel Simulation). Funding: Deutsche Forschung Gemeinschaft / Bundes Ministrium fur Zusammenarbeit (DFG/BMZ) Project No: DA 773/3-1, Ref: Dr. Peter Damm, 6. May 2006 – October 2007: Nutrient, sediment and water fluxes of Java river basins, Funding: Southeast Asia Regional Committee START, Project No: 95/01/CW-002. Ref: Prof. Cheng-Tung Arthur Chen, Prof. Hidayat Pawitan (Project PI) 7. May 2007 – October 2008: Water and Carbon Cycle under intensive Human and Peat influenced of Musi River, Funding: Southeast Asia Regional Committee START, Project No: 96/01/CW-003. Ref: Prof. Cheng-Tung Arthur Chen, 8. January 2007-December 2007. Study dampak perubahan iklim regional dan perubahan lingkungan di daratan terhadap lingkungan laut: wilayah studi perairan laut Jakarta, Funding: Program Kompetitif Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) DAS JABOPUNCUR, Project No: 134.C/IPK.3/KS/2007. Ref: Dr. Yudawati Cahyarini (Project PI), 9. January 2008 – December 2008: The Musi River carbon, nutrient and sediment fluxes, Funding: International Foundation of Science, Project No: W/4375-1. Ref: Prof. CTA Chen, 10. Indonesian Toray Science Foundation research grant 2007, Project tittle: The Indian Ocean role to the Indonesian regional climate paleo-perspective (co-researcher), Research grant of Competitive program Indonesian Institute of Sciences (LIPI) No: 11.03/SK/KPPI/ /2007. Ref: Dr. Yudawati Cahyarini (Project PI), Visiting Scientist – Post Doctoral : 1. 1 January-31 March 1999 and 1 July-20 September 1999: visiting scientist in Max Planck Institut fur Meteorologie, Germany, ECHAM-4 model validation on Indonesian rainfall data. 2. 20 March-June 18, 2004: visiting scientist in Institut für Meereskunde – Uni Hamburg, Germany, Ocean atmospheric
54
3. 4. 5. 6.
model for coupling processes preparation between a global and a regional ocean model for Indonesian area. 18 May– 19 June 2004: INSIDE visiting scientist in Max Planck Institut für Meteorologie 28 June– 4 September 2005: INSIDE visiting scientist in Max Planck Institut für Meteorologie 18 February- 31 March 2006: INSIDE visiting scientist in Max Planck Institut fur Meteorologie 3 Desember 2006-18 January 2007: visiting scientist in College of Marine Science, National Sun Yat Sen University, Kaohsiung Taiwan
55
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama NIP Pangkat & Golongan Tempat/tanggal lahir Jenis kelamin Agama Unit Kerja
Dr. H. Edvin Aldrian BEng. MSc. 196908021988121001 Pembina Utama Madya IVd Jakarta, 2 Agustus 1969 Laki laki Islam Pusat Penelitian dan Pengembangan, BMKG Jabatan Fungsional Ahli Peneliti Utama Meteorologi dan Klimatologi Alamat Kantor Jl. Angkasa I No 2, Kemayoran Jakarta 10720 Telp +62-21 424 6321 ext 1901/1900 Fax +62-21 654 0214 Keluarga Drs. Darwin Ramly alm. (bapak) Hj. Erma Darwin (ibu) Hj. Stela Filia Dien Muhammad SPsi. (istri) Mirai Annabila Dien Muhammad (anak) Edela Uswah Dien Muhammad (anak) Tara Naziha Dien Muhammad (anak) Yusuf Kenzie Aldrian (anak) Penghargaan dan beasiswa 1. 1989 – 1993 : STMDP BPPT beasiswa sarjana di Canada 2. 1996 – 1998: beasiswa master dari Japanese Government Monbusho di IHAS, Nagoya University. 3. 1999 – 2003: beasiswa doktor German Government DAAD di Max Planck Institut für Meteorologie. 4. 2004: START International Young Scientist Award 2004 atas publikasi berjudul“Modeling Indonesian Rainfall with a Coupled Regional Model”, 5. 1999: Satyalancana Karya Satya X tahun, 6. One among ONLY three Indonesian scientists whose international scientific publications have been cited by IPCC report 2007 who won the Nobel peace price 2007 (3 citations).
56
7. 2010: Satyalancana Karya Satya XX tahun Pendidikan Pendidikan Formal SD kelas 1-2 : 1976-1978 SD KATOLIK KUITANG VI, Jakarta kelas 3-5 : 1978-1981 SD XAVERIUS II, Palembang kelas 6: 1981-1982 SD St Maria, Cirebon SMP : 1982-1985 SMP St Maria, Cirebon SMA : 1985-1988 SMAN 34 Jakarta 1988 July – 1988 October: jurusan T Fisika, ITB, 1989 September – 1990 April: First year Bachelor degree, Univ. of Manitoba, Winnipeg, Canada. 1990 April – 1993 October: Finishing Bachelor degree on Dept. of Eng. Physics, McMaster University, Canada. 1996 October – 1998 October: Master Program in Institute for Hydrospheric and Atmospheric Science (IHAS), Nagoya University, Japan. 2000 February – July 2003: Doctoral Program in Max Planck Institut für Meteorologie / Uni. Hamburg, Germany. Dissertation: “Simulations of Indonesian Rainfall with a Hierarchy of Climate Models” Pendidikan non formal/kursus teknis 1. 1988 September – 1989 June: STMDP – BPPT Preparation Programme 2. 1989 July – 1989 August: English training in Univ. of British Columbia, Vancouver, Canada 3. 1995 March – Short Course on Meteorology, Univ. of Indonesia 4. 1995 November – 1995 December: Wind Profiler Radar data analysis training in Radio Atmospheric Science Center, Kyoto University, Japan 5. 1996 June: Basic training on Geographic Information System, Dept of Geography, University of Indonesia
57
6. 1998 March: International Hydrology Programme Training Course topics on Ice and Snow Hydrology, IHAS, Nagoya University and UNESCO 7. 2001 March (12-16): Advanced course: climate change in the Mediterranean region – part I: physical aspects, The Abdus Salam International Center for Theoretical Physics, Trieste, Italy 8. 2001 April (23-27): Meteorological Course, Predictability, diagnostics and seasonal forecasting, European Center for Medium Range Weather Forecast (ECMWF), Reading, UK 9. 2001 June (25-29): PRISM/COACh Summer School on Climate Modelling, Max Planck Institut fur Meteorologie- KNMI, Les Diablerets, Switzerland, 10. 2001 24 September – 5 October: School on the physics of the Equatorial Atmosphere, The Abdus Salam International Center for Theoretical Physics, Trieste, Italy 11.2002, 9 – 13 September. Seminar on Predictability of Weather and Climate, ECMWF, Reading, UK. 12.2005, 15 – 28 November: Advanced Workshop and Training on Water and Carbon Issues in Southeast Asia Region, SARCS, Chung Li and Kaohsiung, Taiwan 13.2006, 26-27 April: Asia Pro Eco Networking Meeting, EU Commission, Bangkok, Thailand 14.2007, 21-25 October: Development of Grant Proposals and Development of Manuscript for Publications, BCAS-IFS, BCDM, Gazipur, Bangladesh 15.2008, 2-12 January: The institute on “The Asian Monsoon System: Prediction of Change and Variability,” East West Center Honolulu Hawaii, USA 16. 2011, 12 September – 22 November: Diklat Sespim Tingkat II Angkatan XXXII kelas A, Jakarta Riwayat Pekerjaan Jabatan Struktural Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara, Eselon IIa TMT 01-05-2009
58
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan, Eselon IIa TMT 24-02-2014 Jabatan Fungsional 1. 2. 3. 4.
Ajun Peneliti Madya IIId 01-09-2004 Peneliti Madya IVb 01-09-2005 Peneliti Madya IVc 01-04-2007 Peneliti Utama IVd 01-12-2008 Keppres 81/M 2009, 11-8-2009 5. Ahli Peneliti Utama IVe 01-04-2010
PAK PAK PAK PAK
397.2 606.4 743.0 937.9
PAK
1071.9
Penugasan sebagai Pakar IPCC (Inter Governmental Panel on Climate Change) • 13-17 July 2009: IPCC Expert Group meeting on AR5 scoping meeting, Venice, Italy • 14 – 16 September 2009: IPCC Expert Group meeting on Detection and Attribution of Anthropogenic Climate Change, Geneva • 26-29 October 2009: Official member of Indonesian Delegation to IPCC 31st Session, Bali, Head of Delegation • 8-11 November 2010: IPCC AR5 WG I First Lead Author Meeting, Kunming China 18-22July 2011: IPCC AR5 WG I Second Lead Author Meeting, Brest France 16-20 April 2012: IPCC AR5 WG I Third Lead Author Meeting, Marrakech Marocco 13-18 January 2013: IPCC AR5 WG I Fourth Lead Author Meeting, Hobart Australia Penugasan Luar Negeri non teknis ilmiah • 3-14 December 2007: Official member of Indonesian Delegation to the UNFCCC Climate Change Conference COP13 in Bali. • 18-27 June 2008: Official member of Indonesian Delegation to WMO EC LX session, Geneva • 3-5 September 2008: Official member of Indonesian Delegation to WMO WCC-3 WIOC2, Geneva
59
• 16-18 March 2009: Official member of Indonesian Delegation to WMO WCC-3 WIOC3, Bonn • 19-21 March 2009: Official member of Indonesian Delegation to WMO EC-WG DRR, Geneva • 8-10 April 2009; Head of Indonesian Delegation to the 31st meeting of the ASEAN Sub-committee on Meteorology and Geophysics, Bangkok • 20-24 April 2009; Official member of Indonesian Delegation to Technical Meeting of Regional Association V, WMO, Kuala Lumpur, Malaysia • 11-15 May 2009; Official member of Indonesian Delegation to the Senior Officer Meeting (SOM) World Ocean Conference, Manado Indonesia (negotiator) • 1-2 June 2009: Official member of Indonesian Delegation to WMO FINAC 28th session, Geneva • 3-12 June 2009: Official member of Indonesian Delegation to WMO EC LXI session, Geneva • 31 August – 4 September 2009: World Climate Conference 3, Geneva • 7-18 December 2009: Official member of Indonesian Delegation to UNFCCC Climate Change Conference COP15 in Copenhagen, Lead Negotiator for SBSTA • 11-12 January 2010: Official member of Indonesian Delegation to Intergovernmental meeting for the High Level Taskforce on the Global Framework for Climate Services in Geneva, • 24-26 February 2010: Official member of Indonesian Delegation to the WMO EC-WG on Disaster Risk Reduction and Service Delivery, • 19-21 April 2010: WMO Inter-regional Workshop on Policy Aspects of Climate Change, Petaling Jaya, Selangor, • 30 April – 6 May 2010:WMO XV Session RA V, Denpasar, Indonesia, Chairman of the Organizing Commiitee • 10-12 May 2010: Indonesian Delegation to the 31st meeting of the ASEAN Sub-committee on Meteorology and Geophysics, Da Nang, Viet Nam
60
• 6-7 June 2010: Official member of Indonesian Delegation to WMO FINAC 29th session, Geneva • 8-12 June 2010: Official member of Indonesian Delegation to WMO EC LXII session, Geneva • 2-4 August 2010: Official member of Indonesian Delegation to WMO HLT 3 session, Geneva (Adviser to Prof. Emil Salim) • 23-27 August 2010: Head of BMKG Delegation to NOAA for bilateral talk agreement meeting • 20-22 September 2010: Official member of Indonesian Delegation to WMO RA V Management meeting session 5, Citeko Indonesia • 25-29 October 2010: Chairman of Organizing Committee of the Eleventh WMO Symposium on Education and Training, Symet XI, Citeko Indonesia • 29 November - 4 December 2010: Official member of Indonesian Delegation to UNFCCC Climate Change Conference COP16 in Cancun Mexico, • 13-15 December 2010: Official member of Indonesian Delegation to WMO HLT 5 session, Geneva (Adviser to Prof. Emil Salim) • 21-23 January 2011: Official member of Indonesian Delegation to bilateral talk with National Weather Service NOAA for signing of Letter of Intent between BMKG and NWS NOAA, Seattle USA • 24-26 January 2011: Official member of Indonesian Delegation to bilateral talk with Ministry of Earth Science and Indian Meteorological Institute for signing of MoU between BMKG and the Ministry of Earth Science of India, New Delhi India • 14-15May2011: Official member of Indonesian Delegation to WMO FINAC 30th session, Geneva • 16 May-3 June 2011: Alternate to Principal Delegate of Indonesian Delegation to WMO XVI Congress, Geneva, • 6-9 June 2011: Official member of Indonesian Delegation to WMO EC LXIII session, Geneva • 28 Nop-4 December 2011: Official member of Indonesian Delegation to UNFCCC Climate Change Conference COP17 in Durban South Africa, • 30 Jan – 3 Feb 2012: Official member of Indonesian Delegation to WMO President Regional Association Meeting 2012, President
61
• • • • • • • • • • • • •
62
Regional association and President Technical Commission Meeting, Bureau Meeting, Geneva 4-7 Feb 2012: Official member of Indonesian Delegation to bilateral talk with Sudan Meteorological Authority, Khartoum, Sudan 4-5 June 2012: ADB Meeting on Asia Pacific Water Forum Steering Group on Water and Climate Change, Manila, Phillipine 22 June 2012: Official member of Indonesian Delegation to KNMI for signing of MoU between BMKG and and KNMI, Utrech the Netherland 23-24 June 2012: Official member of Indonesian Delegation to WMO FINAC 31th session, Geneva 25-29 June 2012: Official member of Indonesian Delegation to WMO EC LXIV session, Geneva 15-19 October 2012: Official member of Indonesian Delegation to WMO CBS session, Jakarta 29-31 October 2012: Official member of Indonesian Delegation to WMO Extra Ordinary Congress session, Geneva, alternate Head Delegation 26 Nop-2 December 2012: Official member of Indonesian Delegation to UNFCCC Climate Change Conference COP18 in Doha Qatar, 1 December 2012: Official member of Indonesian Delegation to bilateral talk with Qatar Meteorological Authority, Doha, Qatar 3-4 December 2012: Official member of Indonesian Delegation to bilateral talk with Presidency of Meteorology and Environment Kingdom of Saudi Arabia, Jeddah, Saudi Arabia 13-14 May 2013: Official member of Indonesian Delegation to WMO FINAC 32th session, Geneva 15-23 May 2013: Official member of Indonesian Delegation to WMO EC LXV session, Geneva (Alternate to Mrs SWB Harijono) 10-11 June 2013: Official member of Indonesian Delegation to bilateral talk with NASA JPL and California Tech Institute
• 27-28 June 2013: Inception Workshop: ADB Technical Assisstance for Regional Climate Projections Consortium and Data Facility for Asia and the Pacific, Bangkok, Thailand • 1-5 July 2013: Official member of Indonesian Delegation to Intergovernmental Board on Climate Services IBCS 1 session, Geneva • 25-27 September 2013: Official member of Indonesian Delegation to the Thirteen session of the Scientific Advisory Committee on the EANET, Xiamen China • 14-18October 2013: Official member of Indonesian Delegation to the 37th Plenary Session of IPCC, Batumi, Georgia (Head of Delegation)
63
Lampiran
Gambar 1. Tipe iklim monsoonal (A), tipe iklim ekuatorial (B) dan tipe iklim lokal (C).7
64
Gambar 2. Perbedaan curah hujan iklim 2075 – 2099 terhadap saat ini 1979 – 2000 (dalam persen). Terjadi defisit air hujan di dan/danau (kotak) di wilayah monsoonal (biru) dan peningkatan air hujan di wilayah ekuatorial (kuning).14 Table 1: Dampak perubahan iklim pada fenomena iklim Fenomena Iklim
Konsekuensi iklim ekstrim
Durasi
Indeks
Pergerakan Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), 19,20 Arus lintas Indonesia Arlindo,
Tdk ada, iklim normal
Tahunan
Belum ada untuk benua maritim
Suhu laut dingin, penguapan rendah
Musim kemarau
Suhu muka laut (SPL) atau paras muka laut di Maluku dan selat Makassar SPL daerah NINO danindeks SOI yaitu beda tekanan antara Darwin dan Tahiti Indeks Indian Ocean Dipole
21,22,23
Aktivitas ENSO (El Niño Southern Oscillation, El Niño dan La Niña), 7,24,12
Kekeringan dan 1.5 tahun kebakaran hutan
Aktivitas Indian Ocean Dipole, 25
Kekeringan di Jawa, Lampung, Sumsel Kekeringan di Aceh, Sumut
Monsoon India, 26
Seruak dingin (Cold surge) dan aliran adveksi lintas ekuator, 27,28
Kekeringan di Riau, Jambi, Kalbar dengan kebakaran hutan, banjir di Jawa
3 bulanan
Selama musim kemarau mingguan
Indeks All Indian Rainfall Monsoon Tekanan permukaan turun di Hongkong mencapai 10 mb dalam 5 hari
Akibat pemanasan global Iklim lembab dan hangat, kemarau basah Pelemahan Arlindo
Peningkatan frekuensi dan intensitas
Mengikuti El Niño akan lebih kuat dan sering Belum diketahui Pelemahan arus lintas ekuatorial
65
Variabilitas antar musiman (MJO), gelombang Kelvin timur dan jet tropis, 29 Proses adveksi dan konveksi lokal, 30
Bervariasi mengikuti sifat normal, basah dan kering musim dan tahun ENSO Tidak ada, aktivitas lokal
Variabilitas diurnal Tidak ada, aktivitas lokal angin darat dan laut, 31
Siklon tropis, 32,11
50 harian
Jam jaman diurnal
Ekor siklon mingguan membawa cuaca ekstrim tetapi daerah yang jauh mengalami kekeringan dan kebakaran hutan Periode variabi- Diatas 30 Variabilitas tahun frekuensi lain: quasi litas dekadal biennial oscillation hingga > 30 tahun) mendodan variabilitas decadal, 33,34 rong penguapan dan iklim basah
66
Indeks MJO yang dikeluarkan oleh Bureau of Meteorology Australia Tdk ada
Tdk ada
Nama siklon ditetapkan dan diberi kategori
Tidak ada
Lebih intensif/ menguat
Lebih ekstrim karena iklim basah Melemah karena berkurangnya perbedaan suhu darat dan laut Tidak berubah untuk Pasifik barat karena tempat pembentukan diluar zona ENSO atau kolam hangat Belum diketahui