1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki ± 17.000 pulau dengan panjang pantai ± 81.000 km yang potensial dikembangkan untuk kawasan wisata bahari. Industri pariwisata adalah salah satu sumber penting penghasil devisa yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi khususnya di bidang pengadaan lapangan kerja. Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia setiap tahun dari tahun 1987 s/d 1993 (sebelum masa krisis ekonomi) menunjukkan peningkatan sebesar 21,6 %. Pada tahun 1993, empat tahun sebelum Indonesia mengalami masa krisis ekonomi, jumlah wisatawan mancanegara di Indonesia sebanyak 3.427.194 orang. Dari jumlah tersebut terdapat 1.107.956 orang atau sekitar 33 % datang ke Indonesia melalui Jakarta (Dirjen Pariwisata, 1995). Istilah pariwisata populer tahun 1958 setelah diselenggarakannya musyawarah Nasional Tourism II. Namun secara resmi istilah pariwisata dikenal secara luas setelah pengertian kata “Tourism” menjadi kata pariwisata yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960. Perubahan tersebut ditandai dengan perubahan istilah Dewan Tourism Indonesia menjadi Dewan Pariwisata Indonesia (DEPARI) (Yoeti; 1985:1). Mulai tahun-tahun terakhir inilah proyek-proyek pembangunan hotel-hotel pariwisata bertaraf internasional dibangun seperti Bali Beach Hotel. Adanya kemajuan fisik ini adalah merupakan merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan. Tetapi bila pembangunan tersebut tidak dibarengi dengan kemajuan kemajuan mental spiritual akan mengakibatkan kesengsaraan.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan suatu pembangunan pariwisata telah terbukti mampu memberi dampak positif dengan adanya perubahan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Secara ekonomi pariwisata memang memberi dampak dalam perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja, peningkatan income per kapita dan peningkatan devisa negara. Dalam bidang kehidupan sosial terjadi interaksi sosial budaya antara pendatang dan penduduk setempat sehingga dapat menyebabkan perubahan dalam way of life masyarakat serta terjadinya integrasi sosial. Rodernberg (1980) mengatakan bahwa pemerintah melalui para perencanaannya hendaknya mulai mengkoordinasikan investasi dalam bidang infrastruktur dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini akan menyebabkan usaha-usaha pariwisata berskala kecil dapat berkembang dengan menekankan bahwa untuk dapat berkembang dengan baik secara spesifik. Tafari (1989) menekankan bahwa untuk dapat meminimasi dampak negatif sosial budaya kegiatan pariwisata domestik harus diperkuat agar masyarakat lebih mengenal pariwisata dan berperan secara aktif di dalamnya. Menurut TAP MPR No. II/ 1993 Tentang GBHN, antara lain yang mengamanatkan bahwa pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor lain yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, dan pendapatan Negara serta penerimaan devisa meningkat melalui pembangunan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan nasional.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi saat ini yang menjadi fenomena ditengah maraknya pembangunan objek wisata di setiap daerah yang membawa pengaruh positif terhadap penghasilan masyarakat setempat. Akan tetapi yang terjadi pada masyarakat yang merupakan pedagang di objek wisata Pantai Cermin adalah sebaliknya yaitu dengan kehadiran objek wisata Ancol Theme Park di objek wisata Pantai Cermin instansi yang diuntungkan hanyalah Pemerintah, karena pada dasarnya yang dirasakan pedagang di objek wisata Pantai Cermin yang lebih dahulu berusaha disana terjadinya pengurangan pendapatan mereka setelah hadirnya Theme Park di sana terlebih lagi saat Pemda memberlakukan berbagai jenis kutipan setiap harinnya kepada pengelola yang membuat beban mereka semakin bertambah. Tantangan menuntut penanganan oleh pemda agar pembangunan sarana dan prasarana pariwisata tidak mengakibatkan tergusurnya kepentingan masyarakat setempat, serta mengakibatkan pendapatan pariwisata lebih banyak dinikmati oleh investor asing daripada oleh masyarakat. Untuk itu perlu dicegah kemungkinan tentang lebih banyaknya penghasilan (nilai-tambah) yang kembali ke pemilik modal asing daripada kepada masyarakat, dimana bagi masyarakat hanya sedikit tertinggal kerja rendahan, bukan pada tingkat manajerial. Manajemen yang masih dominan dipegang oleh ahli asing akan menyebabkan bangsa kita masih tetap dalam posisi sebagai “pekerja”, bukan sebagai pengambil keputusan, sehingga hanya akan menjadi partisipan pasif saja terhadap berbagai kebijakan pengembangan yang diambil 1.
1
Lihat: (http://www.bappenas.go.id/2009/dampak pembangunan pariwisata oleh investor asing).
Universitas Sumatera Utara
Latar belakang ini sedikit menyinggung rona awal kondisi lingkungan sosial ekonomi/keadaan sebelum hadirnya objek wisata Ancol Theme Park di Pantai Cermin. Sebelumnya masyarakat pengelola objek wisata Pantai Cermin hidup dengan tentram dan tanpa merasa ada gangguan dalam usaha yang sedang mereka lakukan, tetapi setelah hadirnya objek wisata Ancol Theme Park yang terletak di satu lokasi dengan objek wisata Pantai Cermin dalam kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi lebih mengarah ke dampak negatif. Di mana sebelumnya penghasilan masyarakat Pantai Cermin melebihi dari sekedar untung, tetapi saat ini yang dirasakan masyarakat adalah sebaliknya. Sedangkan pengaruh dari sudut sosial yang saya lihat dan dirasakan masyarakat adalah berkurangnya nilai-nilai sosial pada masyarakat maupun pengunjung serta gaya hidup masyarakat yang terlihat kebarat-baratan. Dari wacana yang telah tercantum di atas maka penulis tertarik untuk membahas masalah dampak yang terjadi terhadap masyarakat yang merupakan pedagang di objek wisata alam Pantai Cermin yang diakibatkan oleh kehadiran objek wisata Ancol Theme Park. Karena penulis melihat disatu lokasi yang sama sekarang terdapat dua objek wisata yaitu, Pantai Cermin yang dari dahulu telah menjadi tempat wisata alam bagi wisatawan dan objek wisata Ancol Theme Park. Dari situlah penulis mencoba untuk menyimpulkan serta ingin mengkaji lebih dalam bahwa benarkah anggapan bahwa berkembangnya pembangunan objek wisata disuatu daerah otomatis akan membawa pengaruh baik itu pengaruh positif maupun negatif terhadap masyarakat. Setelah melakukan observasi (pengamatan) secara berulang-ulang untuk dapat mengetahui apakah ada bentuk nyata dari dampak yang dirasakan masyarakat setelah hadirnya objek wisata Ancol Theme Park di Pantai Cermin. Sebagaimana sering kita
Universitas Sumatera Utara
ketahui bahwasannya hadirnya objek wisata di suatu daerah akan membawa dampak keuntungan tersendiri bagi semua pihak (pemerintah maupun masyarakat) yang tinggal di sekitar objek wisata yang sedang berkembang tersebut, tetapi dalam hal ini kenyataannya berbedalah yang terjadi. Menurut data yang diperoleh oleh penulis pada saat melakukan observasi dan wawancara awal kepada pengelola Pantai Cermin yang nantinya dapat menjadi pegangan yang kuat bagi penulis dalam proses pembuatan skripsi, dimana pemilik objek wisata Ancol Theme Park yang baru beberapa tahun hadir di sana telah membawa pengaruh yang buruk terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya objek wisata Pantai Cermin, yakni dimana pemilik objek wisata ancol Theme Park tersebut menjadi penentu peraturan yang diberlakukan dalam berlangsugnya kegiatan pariwisata. Oleh sebab itulah penulis lebih tertarik lagi untuk mencoba mengkaji lebih dalam masalah-masalah apa saja yang mengarah ke kondisi sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh hadirnya objek wisata Ancol Theme Park di Pantai Cermin. Sejalan dengan pernyataan diatas Selo Soemardjan (1988;9) mengatakan bahwa setiap orang bisa saja memiliki kekuasaan. Dengan pengertian itu sekaligus kita dihadapkan dengan pada salah satu kemungkinan salah paham yang paling berbahaya. Apabila kekuasaan itu disalahgunakan pada tempatnya menurut kitab Undang-undang Hukum Perdata, milik adalah hak atas pemilikan dan pemilikan berarti wewenang untuk menggunakannya. Setiap orang boleh mendirikan sebuah bangunan dimanapun. Seperti yang terjadi di Kecamatan Pantai Cermin terdapat bangunan objek wisata ancol yang diberi nama Theme Park dimana bangunan tersebut adalah milik investor dari Malaysia yang mendapatkan izin dari bapak HT. Erry Nuradi yang tak lain merupakan Bupati di
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Serdang Bedagai untuk membuka usaha mendirikan bangunan objek wisata bertaraf internasional di Pantai Cermin yang diberi nama Theme Park. Demikian pula dengan kekuasaan dalam tingkat yang masih jauh lebih kuat. Kita tidak boleh berbuat dengan kekuasaan sebagaimana kita kehendaki. Semua kekuasaan menciptakan tanggung jawab terhadap pihak lain. Karena itu kekuasaan manusia tidak pernah lebih dari pada mandat. Yang memiliki kekuasaan hanyalah kelompok. Setiap kekuasaan memiliki kekuasaan, tetapi tidak setiap kelompok mempunyai kekuasaan yang sama besarnya. Besarnya kekuasaan itu ditentukan oleh besarnya kelompok, kemampuan teknis dan organisasi, dan pemilikannya atas sarana untuk membuat kekuasaan itu efektif. Suatu kelompok bisa merupakan bagian dari suatu kelompok yang lebih besar, yang menyebabkan kekuasaannya menjadi terbatas, dan tidak lebih daripada suatu fungsi dari kekuasaan kelompok yang lebih besar itu. Di sisi lain untuk menyokong investasi diperlukan peranan lembaga perizinan. digunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mengendalikan dengan selektif, lebih tertib terhadap semua tingkah laku atau aktifitas yang berhubungan dengan masyarakat. Di dalam suatu izin tertentu secara spesifik membuat ketentuan-ketentuan, larangan, pembatasan atau kewajiban lain di dalam sistem perizinan. Sering kita membayangkan hadirnya objek wisata di suatu daerah nantinya menjadi salah satu sumber pendapatan. Ternyata kenyataan berkata lain dengan dikembangkannya pembangunan objek wisata Pantai Cermin hasilnya lebih besar dinikmati oleh investor dari Negara tetangga, yaitu dengan memiliki modal yang cukup besar serta desains melaksanakan pembangunan objek wisata bertaraf internasional. Theme Park objek wisata ancol yang menarik, yang membuat bangunan modern mereka
Universitas Sumatera Utara
lebih dikenal di Kabupaten Serdang Bedagai. Akan tetapi dengan lambat laun masyarakat menyadari dan merasakan bahwa mereka telah berada dibawah kekuasaan orang luar yang telah mengeksploitasi kekayaan alam kita yang seharusnya menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar. Seperti yang terjadi di daerah lain, terjadi peningkatan perekonomian dengan hadirnya objek wisata di suatu tempat dengan dibutuhkannya masyarakat sebagai tenaga kerja di daerah wisata, serta devisa Negara terbesar. Tetapi pada kenyataannya yang terjadi bukanlah seperti yang diharapkan oleh kebanyakan masyarakat yang tinggal di daerah objek wisata. Terbukti dengan adanya objek wisata Ancol Theme Park membuat penghasilan pedagang objek wisata panti cermin yang sebelumnya terlebih dahulu membuka usaha masing-masing di pantai cermin tersebut menjadi sangat jauh berkurang dibandingkan sebelum hadirnya proyek pembangunan objek wisata Ancol Theme Park di sana. Bukti kecil dari kekuasaan yang tengah dirasakan masyarakat terlebih pedagang di lokasi objek wisata Pantai Cermin yaitu pada saat-saat tertentu misalnya hari besar Cina disebut Capgomeh yang pada umumnya dirayakan pada malam hari. Masyarakat harus mengikuti peraturan yang ditentukan oleh pihak Theme Park milik investor Malaysia tersebut, yaitu dengan menutup pintu gerbang utama masuk. Apabila terdapat pengunjung yang hendak masuk petugas dari pihak Theme Park akan melakukan penyeleksian terhadap pengunjung dengan cara menghentikan pengunjung lalu bertanya “apakah pengunjung hanya ingin sekedar menikmati keindahan pantai saja atau berkunjung serta menginap di hotel milik pengusaha Theme Park”. Apabila pengunjung tersebut hanya ingin sekedar menikmati keindahan pinggir Pantai Cermin saja mereka
Universitas Sumatera Utara
tidak akan memberikan izin masuk pengunjung wisata tersebut, tetapi apabila pengunjung ingin berkunjung bahkan menginap di hotel milik pengusaha Theme Park penjaga pintu masuk tersebut akan dengan senang hati memberikan izin masuk kepada pengunjung wisata tersebut. Dari hal-hal kecil di atas yang telah dirasakan oleh masyarakat terkhusus masyarakat yang membuka usaha/ berdagang di objek wisata Pantai Cermin yang merasakan secara langsung bagaimana dampak dari kehadiran objek wisata Ancol Theme Park di sana. Penulis tertarik untuk menggali informasi tentang hal-hal serta mencoba menuangkannya ke dalam bentuk karya tulis yang nantinya akan disebut dengan Skripsi.
1.2. Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini lebih difokuskan ke dalam satu bentuk pertanyaan saja adalah sebagai berikut: 1. Apa dampak yang dirasakan oleh masyarakat yang merupakan pedagang di objek wisata Pantai Cermin yang telah lebih dahulu membuka usaha disana setelah kehadiran objek wisata Ancol Theme Park dalam hal ini difokuskan terhadap kondisi sosial dan ekonomi mereka?
1.3. Lokasi Penelitian Sejalan dengan dengan kebutuhan data dari lapangan, penulis memilih lokasi untuk penelitian adalah daerah objek wisata Pantai Cermin yang terdapat di Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara. Alasan untuk memilih daerah ini sebagai lokasi penelitian, karena daerah ini merupakan salah satu daerah tujuan wisata dan merupakan salah satu daerah kebanggaan Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki potensi merupakan kawasan objek wisata. Di daerah inilah objek wisata Ancol Theme Park milik investor asing yang menurut masyarakat yang merupakan pedagang berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi mereka yang mengalami penurunan pendapatan, padahal baru beberapa tahun saja hadir di sana. Selain itu sarana jalan yang juga sangat mendukung. Letak objek wisata ini sangat strategis dan mudah dijangkau tanpa banyak mengeluarkan biaya bagi peneliti menuju tempat daerah tersebut, yang bertujuan untuk mencari data melalui informasi yang diberikan oleh informan.
1.4. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini pada hakekatnya adalah untuk mengetahui perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas sebelumnya. Yakni bertujuan untuk mengetahui masalah dampak yang ditimbulkan oleh hadirnya objek wisata Ancol Theme Park di lokasi objek wisata Pantai Cermin yang ternyata membawa dampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pengelola Pantai Cermin yang lebih dahulu membuka usahanya di sana yang ternyata penghasilan mereka yang semakin berkurang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memperkaya literatur atau menambah sumber pengetahuan pada mahasiswa Antropologi mengenai masalah-masalah yang ditimbulkan oleh hadirnya objek pariwisata di suatu daerah. Masalah ini perlu disosialisasikan secara luas, hasil penelitian ini sesungguhnya mencoba memberikan kontribusi dan masukan kepada masyarakat dan instansi-instansi
Universitas Sumatera Utara
yang terkait agar pengelolaannya dapat berkelanjutan secara optimal dan membuahkan hasil yang memuaskan tanpa ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Khususnya dalam rangka menekan dampak negatif dan meningkatkan dampak positif kegiatan operasional fasilitas rekreasi di objek wisata Pantai Cermin.
1.5. Tinjauan Pustaka Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kepada kita alam yang indah serta isi yang dikandung di dalamnya yang diupayakan untuk dimanfaatkan untuk kemajuan dan kemakmuran umat manusia. Dalam mengusahakan dan mengelola alam ini manusia saling ketergantungan antara satu dengan yang lain, baik, tumbuhan, air, dan lainnya kesemuanya saling memiliki (Koentjaraningrat 1987;74). Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pelajaran pariwisata adalah suatu pelajaran untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi dari keberadaan ekonomi, fisik dan kesejahteraan sosial wisatawan yang akan melakukan kegiatan wisata (Happy Marpaung 2002:13). Daerah yang potensial menjadi daerah tujuan wisata dalam pengembangannya harus memperhatikan unsur-unsur pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata diantaranya adalah obyek wisata sebagai daya tarik wisata (seperti lansekap pantai), dan prasarana wisata (seperti hotel, rumah makan, dan fasilitas permainan laut). Pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakat
Universitas Sumatera Utara
tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi saja tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk di dalamnya kebutuhan akan rekreasi. Salah satu kebutuhan akan rekreasi adalah melakukan kunjungan ke obyek wisata yang salah satunya adalah obyek wisata bahari. Pembangunan
merupakan
suatu
usaha
responsif
manusia
terhadap
lingkungannya. Apakah itu lingkungan sosial, ekonomi, ataupun lingkungan alamnya. Pembangunan itu berarti juga sebagai usaha yang dilakukan secara sadar dan mendasar untuk menciptakan kondisi yang lebih baik. Esensi dari pembangunan itu adalah menciptakan (sesuatu yang berguna) yang belum ada menjadi ada meningkatkan yang telah ada. Dan tujuan akhir dari pembangunan itu adalah bagi manusia karena manusia ialah subjek dan objek pembangunan tersebut (Astrid, 1984). Dari tujuan akhir pembangunan yang diperuntukkan bagi manusia tersebut sangat berkaitan dalam rangka meningkatkan status sosial. Status sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraningrat 1977:35-36). Sosial ekonomi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara luas. Untuk melihatnya dapat dijadikan indikator seperti: penghasilan, pendidikan, sandang, pangan dan sebagainya disesuaikan dengan keperluan suatu konsep penelitian yang dilakukan. Adanya pembangunan pariwisata pada beberapa daerah berarti sumber-sumber yang biasanya digunakan oleh penduduk setempat sekarang harus dibagi dengan para wisatawan, hingga situasi demikian ini tidak dapat menimbulkan benih-benih sakit hati,
Universitas Sumatera Utara
khususnya pada masyarakat setempat yang merasa tidak diuntungkan secara langsung oleh adanya kegiatan pariwisata itu. Meningkatnya benih-benih dendam tersebut dapat terjadi pada penduduk setempat pada saat sumber-sumber yang disebut sebagai sumber milik umum (common resources) harus dibagi atau sepenuhnya tidak bisa digunakan oleh penduduk setempat Butler R.W (dalam J. James Spilane) Keselarasan antara alam dan lingkungan sangat dibutuhkan antara satu dengan yang lain, dimana di dalamnya terkandung sistem nilai yang disebut kebudayaan, yang mana budaya merupakan hasil pola pikir manusia yang dituangkan ke dalam tingkah lakunya sehari-hari yang menjadi pedoman bagi dirinya yang berasumsikan larangan dan peraturan yang memberikan sangsi bila dilanggar, yang kesemuanya diwujudkan dalam mengelola lingkungan mereka (Spreadly 1972: 38). Interakasi perjalanan yang dikatagorikan sebagai pariwisata yang tidak lepas dari unsur-unsur manusia yang saling berhubungan ataua berinteraksi satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan adanya prasarana-prasarana yang memungkinkan manusia saling berinterkasi secara intensif sehingga menimbulkan kontak-kontak budaya. Oleh karena itu pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan seseorang atau sekelompok orang dari daerah asalnya yang akan menimbulkan adanya interaksi berlangsung ditempat tujuan. Interkasi yang berlangsung di suatu tempat sudah tentu melibatkan para warga baik secara individu maupun kelompok yang merupakan interaksi yang langsung diwujudkan dalam berbagai cara yang merupakan seperangkat ciri-ciri yang dimiliki oleh para anggotanya yang diwujudkan dalam berbagai tindakan melalui kebudayaan. Menurut Suparlan (1986:78) kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan manusia yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan. Happy Manurung (2002:19) sesuai perkembangan, kepariwisataan seharusnya bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui kuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam tambahan, perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada. Dari uraian di atas dapat dilihat dampak sosial budaya muncul ketika terdapat aktivitas proyek yang akan diterapkan pada suatu masyarkat. Bentuk interkasi ini mempengaruhi keseimbangan pada suatu sistem. Pengaruh itu bisa positif bisa pula negatif, hal ini dapat diuji dari kebiasaan masyarakat yang bersangkutan. Dapat disimpulkan bahwa dampak sosial merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat akibat aktivitas pembangunan atau menurut PP 27/1999 disebut sebagai rencana kegiatan atau usaha yang termasuk di dalamnya cara hidup (way of life). Kepercayaan dan unsur lain masyarakat (Hamdani, 1999).
Universitas Sumatera Utara
Sebuah penelitian yang dilakukan pengembangan pariwisata di Yogyakarta itu tentunya akan membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat, terutama masyarakat di sekitar objek-objek wisata. Dampak yang mungkin muncul ini merupakan konsekuensi dari pengembangan atau pembangunan pariwisata yang membawa pengaruh pada perubahan-perubahan sosial ekonomi. Dampak yang muncul ini mungkin menguntungkan (positif) dan mungkin juga merugikan (negatif). Selain itu juga sebuah penelitian yang dilakukan Erawan di Bali, yang mana pembangunan objek wisata di Bali dengan tujuan khusus agar menciptakan pemerataan kesejahteraan masyarakat Bali. Namun disisi lain pengembangan objek wisata di Bali juga mendatangkan keuntungan maupun kerugian tersendiri yang dapat dilihat dalam tiga kategori yaitu: pengaruh ekonomis, pengaruh sosial, pengaruh lingkungan. I Nyoman Erawan (1994:30-31) keuntungan dan kerugian pariwisata dalam arti sempit hanya mengambil kenikmatan perjalanan dan kunjungan sebagai motivasinya, sedangkan dalam arti luas mencakup segala macam motivasi tersebut adalah sangat luas dan bervarisasi, karena pariwisata ini mempunyai pengaruh pada berbagai segi kehidupan orang dan masyarakat, baik pada bidang sosial-ekonomi yang besifat kuantitatif maupun kualitatif, pada bidang politik, kebudayaan maupun lingkungan hidup. Pada hakikatnya ada dua bidang pokok yang sangat dipengaruhi yaitu bidangbidang ekonomi, dan sosial dimana masing-masing bidang ini dapat dirinci lebih lanjut dalam beberapa kategori.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Ekonomis Pariwisata juga memiliki efek penyebaran (spread effect) pada sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian, sektor pengolahan bahan pangan, kerajinan tangan, sektor bangunan dan lain-lain. Namun masalah khusus dapat timbul dalam sektor terakhir ini yakni ketika pembangunan besar-besaran (construction booms) berakhir maka akan timbul penganggguran. Maksudnya ialah pada saat pembangunan hotel-hotel dan sebagainya maka tenaga kerja yang diperlukan meningkat dengan cepat, namun setelah pembangunan ini selesai timbul pengangguran yang besar pula bagi tenaga kerja tersebut Emmanuel de Kadt (dalam I Nyoman Erawan, 1994).
Pengaruh Sosial Pengaruh pariwisata dalam bidang sosial yang terpenting ialah pada gaya hidup masyarakatnya atau penduduk di daerah penerima wisatawan tersebut sebagai akibat adanya kontak langsung secara terus-menerus antara penduduk setempat dengan para wisatawan tersebut.
Keadaan seperti ini disebut
sebagai efek
demonstratif
(Demonstration Effect) yang dalam hal ini bila diartikan dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu perubahan sikap, gaya hidup, nilai-nilai atau tingkah laku yang diakibatkan hanya karena sering-seringnya masyarakat setempat bergaul dengan melihat pola hidup wisatawan tersebut di daerah yang dikunjungi. Sebagai contoh Emanuel de Kadt, 1979;65 (dalam I Nyoman Erawan,1994) pengaruhnya yang paling mudah dan sering-sering terlihat adalah pola konsumsi masyarakat lokal yang cenderung berubah dan meniru pola konsumsi para wisatawan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh hadirnya objek wisata di suatu daerah Parsudi Suparlan (1985; 107) menyatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial saling berhubungan dalam menciptakan tindakan-tindakan terhadap lingkungannya. Brown (1965)
dan
Malinowski (1933)
dalam
Koentjaraningrat
menjelaskan
bahwa
perkembangan kajian ekologi manusia keseluruhan berkaitan dengan hal material, dimana dijelaskan dan dilihat keberagaman yang ada saling terintegrasi yang saling menyesuaikan antara satu dengan yang lainnya sehingga terbentuk perubahan yang kompleks secara fungsional.
1.6. Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode holistik. Cara menganalisa suatu kebudayaan tidak hanya dilakukan dengan berbagai cara merincinya ke dalam unsurunsur yang lebih kecil yang dipelajari secara mendetail saja, tetapi juga dengan memahami kaitan antara setiap unsur kecil tersebut serta kaitan antara unsur-unsur kecil itu dengan keseluruhannya. Istilah “holistik” adalah untuk menggambarkan metode pendekatan yang dilakukan terhadap suatu kebudayaan sebagai suautu kesatuan yang integral. (Koentjaraningrat 1996: 85). Bagi para peneliti ilmu-ilmu sosial, khususnnya ilmu Antropologi pada umumnya menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Dalam hal ini penelitian ini yang bersifat deskriptif yaitu bertujuan untuk mencoba mencari tahu dampak dari kehadiran Theme Park di objek wisata Pantai Cermin terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang saat ini tengah dirasakan oleh masyarakat. Dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitian kualitatif, data-data yang didapatkan dari lapangan bisa berupa kata-kata maupun dari tindakan yang terlihat dari pedagang di objek wisata Pantai Cermin yang kadang kala menunjukkan raut wajah penuh dengan kekecewaan. Data yang berupa kata-kata tersebut diperoleh melalui wawancara sedangkan data yang berupa tindakan diperoleh dari hasil observasi. Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam pencarian data-data di lapangan antara lain:
Metode Observasi Teknik observasi ini dilakukan untuk melihat serta mengamati secara langsung fenomena-fenomena yang terjadi di daerah objek wisata Pantai Cermin yang bertujuan untuk memperoleh pengamatan apa saja yang dirasakan oleh masyarakat sekitar objek wisata Pantai Cermin yang juga merupakan pengelola di objek wisata tersebut setelah kehadiran wisata Ancol Theme Park disana.
Wawancara Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap penelitian. Tanpa wawancara, penelitian tidak akan memperoleh informasi yang sesuai dengan diinginkan karena hanya dengan wawancara akan diperoleh data yang dibutuhkan yaitu dengan jalan bertanya langsung kepada informan. Dalam penelitian ini penulis memilih 15 orang informan dalam proses wawancara, alasan pemilihan karena dari para informan inilah penulis memperoleh informasi yang banyak dan ketika diuji kepastiannya dengan menanyakan kepada informan yang lain informasi merekalah yang paling mudah dipahami penulis. Di dukung juga para informan tersebut adalah orang-orang yang
Universitas Sumatera Utara
terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata, misalnya para pedagang yang ada di sana. Wawancara akan terfokus kepada apa saja bentuk dampak yang dirasakan oleh masyarakat terkhusus pedagang setelah kehadiran Theme Park di objek wisata Pantai Cermin. Dalam wawancara digunakan pedoman wawancara yang disebut dengan interview guide yang telah disusun dalam bentuk daftar pertanyaan. Dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini penulis lebih mengklasifikasikan kepada informan kunci, yaitu kepada pedagang/ pengelola, dan pengunjung objek wisata Pantai Cermin dengan jumlah 15 orang informan. Wawancara ini dilakukan kapan saja bila informan memiliki kesempatan, dimana yang menjadi informan kunci peneliti adalah pedagang dan seperti yang kita ketahui bahwa pedagang di sebuah objek wisata sibuk dengan usahanya karena
menyangkut dengan penghasilan mereka. Oleh sebab itu
kadang kala peneliti berlaku seperti pengunjung yang datang dan membeli dagangan mereka agar informan dengan senang hati dapat menerima peneliti.
Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan untuk melengkapi data yang didapat dari lapangan yaitu dengan menggunakan data kepustakaan berupa buku-buku, skripsi, jurnal, Koran, internet, majalah dan artikel yang berkenaan masalah penelitian. Informasi dan data yang diperoleh dari sumber kepustakaan ini sifatnya sekunder yang berguna untuk melengkapi data primer yang diperoleh dari lapangan yang dilakukan melalui wawancara langsung kepada informan.
Universitas Sumatera Utara
1.7. Analisa Data Anlisis data merupakan proses mengurut-urutkan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton, 1980:268 dalam Moleong, 2002:103). Data yang terkumpul yang berasal dari hasil wawancara dengan informan serta dari hasil observasi akan diperiksa kembali kelengkapannya, apakah data yang diperoleh sudah lengkap. Data-data yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisis secara kualitatif. Langkah berikutnya adalah mengkategorikan data tersebut berdasarkan fokus pertanyaan penelitian, kemudian diurutkan hingga menjadi sebagai suatu susunan atau rangkaian yang saling berhubungan dan sistematis. Kemudian dalam penulisan laporan disesuaikan dengan data yang diperoleh. Data-data yang akan ditulis akan diperkuat dengan data kepustakaan yang berupa teoriteori. Dalam menulis dan menganalisis, peneliti juga menambahkan data-data berupa hasil obsevasi yang peneliti dapatkan pada saat berada di lapangan sebagai penguat data hasil wawancara yang telah diklasifikasikan sebelumnya.
1.8. Rangkaian Pengalaman di Lapangan Peneliti memulai pencarian data langsung ke lapangan mulai pada bulan Februari 2010. Sebagai langkah awal peneliti melapor kepada kantor Camat Pantai Cermin setelah itu baru ke kantor Kepala Desa setempat dan menyerahkan surat pengantar (Surat Izin Penelitian) yang dibawa dari Universitas Sumatera Utara. Setelah memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan keberadaan penulis untuk melakukan penelitian di kawasan Pantai Cermin Kanan lebih tepatnya merupakan letak beradanya objek wisata Ancol Theme Park yang baru beberapa tahun hadir di sana. Dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
penulis diterima dengan baik oleh para pegawai, baik itu para pegawai di kantor Camat maupun pegawai yang berada di kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan. Hari itu juga penulis diberi surat jalan selama penelitian dan juga diperuntukkan agar ditunjukkan ke Kepala Dusun I karena lokasi objek wisata Pantai Cermin berada di dusun I. Surat jalan yang diberikan oleh pegawai yang bertugas di kantor Kepala Desa tersebut berguna dengan isi surat yang menyatakan agar apabila penulis menghadapi kendala serta gangguan dari masyarakat setempat maupun pihak lain mendapatkan perlindungan, sebaliknya apabila penulis melakukan bentuk keributan maka akan diberikan sanksi. Langkah berikutnya yang dilakukan oleh penulis, esok harinya yaitu langsung memulai kegiatan wawancara dengan masyarakat khususnya para pedagang di objek wisata Pantai Cermin juga kepada masyarakat setempat khususnya yang tinggal di dusun I Pantai Cermin Kanan. Secara keseluruhan, para informan yang diwawancarai sangat komunikatif dan ramah dalam melayani penulis selama proses wawancara berlangsung. Walaupun kadang kala terdapat informan yang memberikan informasi salah, dimana informasi yang ia berikan dengan yang informasi diberikan informan yang lain sama sekali tidak memiliki kesamaan. Ditambah lagi ketika penulis melakukan kegiatan wawancara dengan satpam yang bertugas di pintu masuk objek wisata Pantai Cermin, ada seorang satpam yang menghampiri informan dan penulis berkata “kami tidak berani memberikan informasi takutnya tidak akurat, sebaiknya kalian masuk saja dan bertemu langsung saja dengan Manager pengeloala Theme Park “hal tersebut sangat membuat penulis sangat kecewa padahal saat itu pertanyaan penulis sangat sederhana”.
Universitas Sumatera Utara
Namun karena wawancara dilakukan dengan tidak terlalu formal dimana pembicaraan dilakukan seperti pembicaraan biasa dengan sama sekali tidak menggunakan alat bantu seperti alat perekam dan kuesioner yang nantinya membuat informan takut. Akhirnya mereka mau memberikan informasi mengenai dampak yang dirasakan masyarakat setelah kehadiran objek wisata Ancol Theme Park di objek wisata Pantai Cermin. Menurut penulis faktor yang mendukung kelancaran saat melakukan wawancara dipengaruhi oleh keadaan, dimana penulis merupakan salah seorang warga yang masih tinggal di Kecamatan Pantai Cermin yang membuat para informan bisa menerima penulis dengan baik karena penulis dianggap puteri daerah dan masih satu wilayah kecamatan dengan mereka. Berikutnya kendala yang dihadapi oleh penulis yaitu saat memperoleh informasi mengenai sejarah Desa Pantai Cermin Kanan. Beberapa hari berturut-turut penulis mencoba bertanya kepada masyarakat tidak ada yang tahu. Kemudian penulis mencoba kembali mendatangi kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan, disana penulis bertemu dengan Sekretaris Desa dan menanyakan tentang sejarah desa serta siapa saja tokohtokoh yang berperan. Dengan jawaban yang menyatakan beliau tidak tahu dan tokotokohnya pun sudah meninggal sehinggga membuat penulis kembali kecewa.
Universitas Sumatera Utara