PELESTARIAN NASKAH DI PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh: Hikmah Nasution NIM. 108025000045
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2015 M
ABSTRAK Hikmah Nasution (108025000045) Pelestarian Naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Di bawah bimbingan Alfida, MLIS. Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Jakarta Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015 Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui kebijakan pelestarian naskah, proses pelaksanaan kegiatan pelestarian naskah dan kegiatan penyebaran informasi setelah proses pelestarian naskah dilakukan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara dan observasi. Data yang diperoleh dikaji dan dianalisa secara komprehensif kemudian disajikan dalam bentuk narasi untuk mendapatkan kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa kebijakan pelestarian naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tercantum di dalam buku Pokok-pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Perpustakaan (BP) dan Naskah Kuno 2015-2019. Kebijakan yang tercantum menyangkut kewajiban dan tanggung jawab Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam rangka pelestarian naskah melalui kegiatan pengecekan, penyediaan dana untuk pencegahan dan perbaikan, perawatan serta pemeliharaan. Selanjutnya, usaha pencegahan dan perbaikan yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah dengan cara fumigasi, penggunaan alat dehumidifier, dan penggunaan Air Conditioner 24 jam. Perbaikan kerusakan naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dilakukan melalui metode deasidifikasi, enkapsulasi, laminasi, penambalan dan penyambungan serta alih media bentuk dan penjilidan. Hasil penelitian lainnya adalah terkait dengan kegiatan penyebaran informasi yang dilakukan melalui penggunaan catalog buku, catalog website di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan memamerkan naskah. Kata Kunci : Pelestarian, Naskah, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Penyebaran Informasi
v
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan lahir batin kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul‘’Pelestarian Naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia”. Dalam proses penyusunan skripsi ini, Saya mendapatkan bantuan, petunjuk, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya penulisan skripsi ini, diantaranya yaitu kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Syukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan pembimbing akademik. Terimakasih atas perhatian yang telah bapak berikan.
3.
Bapak
Mukmin
Suprayogi,
M.Si,
selaku
Sekretaris
Jurusan
Ilmu
Perpustakaan. Terimakasih atas perhatian yang telah bapak berikan. 4.
Ibu Alfida, MLIS, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu penulis dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.
5.
Ibu Dra. Mulatsih Susilorini, M.Si, selaku Kepala Bidang Konservasi Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan wawancara yang berhubungan dengan skripsi penulis.
6.
Ibu Made Ayu Wirayati, Bapak Agus Suyono, Bapak Teguh. Bapak Muhammad Kodir, staff Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Terimakasih telah banyak memberikan bimbingan dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.
7.
Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora Khususnya Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan ilmunya kepada mahasiswa mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat.
8.
Kedua Orang tuaku Ayahanda Kamaluddin Nasution dan ibunda tercinta Arniyati Lubis, serta abangku Muhammad Gusti Nasution, Achmad Efendi
vi
Nasution, terima kasih untuk setiap untaian doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat, dan motivasi yang besar serta bantuan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9.
Teman-teman seperjuanganku pada Jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan 2008, Ekbud, Lanna, Zihan, El, Doni, Idub, Masud, Bombom, Hakim, Radit, Danang, Mila, Rika, Yayu, Utiq, Rima, Etika, Desi. Terimakasih untuk supportnya!
10. Sahabat-sahabatku Titania Nurrahim, Tita Miftahul Jannah, Melly Kartika Adelia, Neneng Afriyanti, Indah Mustika, Rani Prayudha Bahkti, Eva Bai Syarifah yang selalu menghibur dan memberikan dukungan kepada penulis. Kalian yang terbaik, Sukses terus ya! 11. Keluarga Mama Yati, Ayah, Ovah, terrimakasih atas supportnya yang tulus. Maaf sudah banyak merepotkan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 12. Keluarga Kosan Griya Aini teruntuk Erna, Dian, Nita, Tanti, Dinda, Upi, Desi, Findri, Icha, Eka, Desty, Gina, Jamet, Reza, Nabyla, Nadia, Rida. Terimakasih untuk celotehan dan gelak tawa kalian semua. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan terimakasih yang dapat penulis sampaikan, semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Aamiin
Jakarta, Juli 2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................. iv ABSTRAK ....................................................................................................... v KATA PENGANTAR. .................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... viii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang..........................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
5
D. Definisi Istilah. .........................................................................
5
E. Sistematika Penulisan. ..............................................................
8
TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Nasional 1. Definisi Perpustakaan Nasional ...........................................
10
2. Fungsi Perpustakaan Nasional .............................................
10
3. Tugas Perpustakaan Nasional ..............................................
10
B. Pelestarian Bahan Pustaka 1. Kebijakan Pelestarian Naskah .............................................
11
2. Definisi Pelestarian Bahan Pustaka .....................................
12
3. Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka .......................................
14
4. Unsur-unsur Pelestarian Bahan Pustaka ..............................
15
C. Pengertian Naskah ....................................................................
16
D. Faktor Penyebab Kerusakan Naskah ........................................
18
1. Faktor Biologi ......................................................................
18
2. Faktor Fisika ........................................................................
21
3. Faktor Kimia ........................................................................
23
4. Faktor Manusia dan Faktor Lain..........................................
24
E. Pencegahan Kerusakan Naskah ................................................
26
1. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Biologi .....
27
viii
2. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Fisika .......
28
3. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Kimia .......
29
4. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Manusia dan Faktor Lain. ..........................................................................
30
F. Usaha Perbaikan Naskah ..........................................................
31
1. Menambal dan Menyambung Kertas ...................................
32
2. Laminasi. .............................................................................
33
3. Enkapsulasi ..........................................................................
33
4. Deasidifikasi ........................................................................
34
5. Alih Media / Bentuk ............................................................
35
6. Penjilidan ............................................................................
36
G. Penyebaran Informasi ...............................................................
36
H. Penelitian Terdahulu .................................................................
39
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................
41
B. Sumber Data ..............................................................................
41
C. Pemilihan Informan ...................................................................
42
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
43
E. Teknik Analisis Data ................................................................. . 44 F. Jadwal Penelitian .......................................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Objek Penelitian ..............................................................
46
1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Nasional..........................
46
2. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional ..................................
48
3. Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional ........................
49
4. Koleksi Perpustakaan Nasional ...........................................
50
5. Layanan Perpustakaan Nasional ..........................................
53
6. Fasilitas Perpustakaan Nasional ..........................................
56
B. Hasil Penelitian ..........................................................................
57
1. Kebijakan Pelestarian Naskah…. .........................................
57
ix
2. Pelaksanaan Kegiatan Pelestarian Naskah ............................
60
a. Usaha Pencegahan Kerusakan Naskah .........................
60
b. Usaha Perbaikan Kerusakan Naskah .............................
61
3. Penyebaran Informasi Naskah. .............................................
64
C. Pembahasan ...............................................................................
65
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. . 74 B. Saran. ..........................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
77
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan lembaga informasi, berfungsi mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh pemustaka secara efektif dan efisien. Agar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, diperlukan suatu penanganan agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya diperlambat proses kerusakannya. Demikianlah, memelihara kandungan informasi itu membutuhkan kesungguhan di mana upaya pelestarian (preservasi)
merupakan
sebuah
keniscayaan
mengingat
hakikatnya
perpustakaan dipandang sebagai wahana pelestarian bahan pustaka. Koleksi bahan pustaka merupakan komponen penting dalam sebuah sistem perpustakaan, selain faktor ruangan atau gedung, peralatan atau perabot, tenaga dan anggaran. Bahan pustaka tersebut perlu dilestarikan, mengingat nilainya yang mahal dan penting untuk itulah mengapa bahan pustaka perlu dirawat dan dilestarikan agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkandung didalamnya dapat diwariskan ke generasi yang akan datang. Dua hal penting dalam pelestarian yaitu pelestarian bentuk fisik dokumen dan pelestarian nilai informasi dokumen dengan alih bentuk. Pada umumnya perpustakaan memiliki koleksi yang terbuat dari kertas baik dalam bentuk buku, surat kabar, serial, naskah, peta gambar, dokumen dan bahan cetak lainnya. Menyimpan dan memelihara bahan pustaka harus dilakukan dalam
1
2
kondisi yang baik, yang merupakan syarat terpenting untuk mencegah kerusakannya.1 Kelestarian bahan pustaka tergantung pada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakannya, diantarannya mutu bahan dasar, lingkungan penyimpanan, serta faktor-faktor lain seperti hewan, insekta, jamur serta manusia. Jadi, kerusakan bahan pustaka dapat terjadi dalam skala besar bila ada bencana alam (misalnya banjir, kebakaran dan lain-lain).2 Usaha-usaha untuk menyelamatkan bahan pustaka dari kerusakan dan bahkan dari kehancuran meliputi tiga kegiatan yaitu pelestarian, pengawetan dan perbaikan.3 Adapun pencegahan kerusakan bahan pustaka terutama bertujuan agar kerusakan yang lebih parah lagi dapat dihindarkan sehingga bahan pustaka dapat diselamatkan. Artinya, kelestarian fisik buku dan informasi yang terkandung di dalam bahan pustaka dapat terjaga. Tujuan utama dari pelestarian bahan pustaka adalah untuk melestarikan, baik pelestarian dalam bentuk fisik dengan mempertahankan bentuk asli maupun pelestarian informasi dengan alih media dalam bentuk mikro dan digital yang merupakan hasil budaya cipta manusia. Uraian diatas menunjukan bahwa bahan pustaka seperti koleksi naskah perlu dilestarikan, mengingat banyak penyebab kerusakan secara langsung yang dilakukan oleh beberapa hal seperti hewan, insekta, jamur dan suhu kelembaban udara. Sejauh yang penulis ketahui salah satu perpustakaan
1
Muhammadin Razak,Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip(Yayasan Ford oleh Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 1 2 MartoadmodjoKarmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999),h.2 3 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerjanya (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 71
3
yang melaksanakan pelestarian (preservasi) adalah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang menurut undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, bahwa Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintahan non-departemen yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, rujukan, deposit, penelitian, pelestarian dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara. Untuk memenuhi kebutuhan informasinya, maka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia harus mampu memilih, mengolah, mengoleksi, merawat, melayankan koleksi atau bahan pustaka yang dimilikinya kepada para pemustaka yang membutuhkannya. Selain mengumpulkan dan mengorganisir segala informasi yang tersimpan dalam buku dan bahan pustaka lainnya yang merupakan pelestarian ilmu pengetahuan, dapat pula dilakukan dengan merawat fisik maupun mengalih mediakan ke dalam bentuk digital bahan pustaka tersebut. Mengingat banyaknya bahan pustaka yang dilestarikan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia baik yang berupa tercetak maupun terekam (elektro). Salah satu bahan pustaka yang dilestarikan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah koleksi naskah, pada perpustakaan banyak terdapat naskah yang rusak. Koleksi naskah merupakan koleksi yang unik, karena koleksi ini dianggap merupakan suatu benda budaya yang tak ternilai bagi bangsa yang memilikinya. Merupakan peninggalan tertulis yang dapat memberikan penjelasan mengenai sejarah dan kebudayaan bangsa indonesia. Sehingga pelestarian bahan pustaka khususnya
4
koleksi naskah menjadi sangat penting mengingat tujuan dilakukannya pelestarian bahan pustaka adalah untuk menjaga keaslian bentuk fisiknya maupun dari segi informasinya digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama dan kebutuhan informasi untuk generasi berikutnya. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mendalami pengetahuan dengan menulis skripsi yang berjudul ‘’Pelestarian Naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia’’
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar penulisan penelitian ini dapat dilaksanakan dengan terarah dan sesuai koridor pembahasan serta mendapatkan hasil yang tepat, maka penelitian ini dibatasi pada masalah pelestarian naskah yang dilihat dari aspek: 1. Kebijakan pelestarian naskah di Perpustakaan Nasional. 2. Pelaksanaan kegiatan pelestarian naskah di Perpustakaan Nasional. 3. Penyebaran informasi naskah setelah proses pelestarian di Perpustakaan Nasional. Sedangkan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut antara lain: 1. Bagaimana kebijakan pelestarian naskah di Perpustakaan Nasional? 2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pelestarian naskah di Perpustakaan Nasional? 3. Bagaimana penyebaran informasi naskah setelah proses pelestarian di Perpustakaan Nasional?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Untuk memperjelas sasaran yang akan dicapai melalui penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kebijakan pelestarian naskah di Perpustakaan Nasional. 2. Untuk
mengetahui
pelaksanaan
kegiatan
pelestarian
naskah
di
Perpustakaan Nasional. 3. Untuk mengetahui penyebaran informasi naskah setelah proses pelestarian di Perpustakaan Nasional. Selain itu, adapun manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua, antara lain: 1. Bagi penulis, dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan tentang pelestarian naskah di Perpustakaan Nasional. 2. Memberikan kontribusi pemikiran kepada Perpustakaan Nasional dalam melestarikan koleksi-koleksinya agar tidak cepat mengalami kerusakan baik dari segi bentuk fisik dokumen maupun dari segi informasi yang terkandung agar dapat dimanfaatkan oleh para pemustaka dan usaha-usaha yang dilakukan dalam menanggulangi berbagai kerusakan pada naskah. 3. Dapat memperkarya khasanah pengetahuan ilmu perpustakaan dan informasi dalam kaitannya dengan kajian pelestarian bahan pustaka.
6
D. Definisi Istilah 1. Perpustakaan Nasional Dalam UU No. 43 tahun 2007 Bab VII Pasal 21 ayat 1 menyatakan bahwa Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintahan non departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang peprustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan Pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring peprustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara. 2. Pelestarian Bahan Pustaka Pelestarian (preservation) mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip, termasuk didalamnya kebijakan pengelolaan, keuangan, sumber daya manusia, metode, dan teknik penyimpanannya. Tujuan pelestarian bahan pustaka dan arsip adalah melestarikan kandungan informasi bahan pustaka dengan menggunakan media lain atau melestarikan bentuk aslinya selengkap mungkin untuk dapat digunakan secara optimal.4 3. Koleksi Naskah Manuskrip merupakan bahan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan rasa dan pikiran hasil budaya masa lampau, tetapi juga memuat unsur historis.5Semua dokumen tertulis yang tidak dicetakatau tidak diperbanyak dengan cara lain, baik yang berada di dalam negeri
4
Sulistyo-Basuki.Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 271 5 Pudjiastuti Titik, Analisa Unsur Sejarah Dalam Sumber Tertulis Cirebon (Depok: FSUI, 1996), h. 9
7
maupun di luar negeri yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, dan mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah dan ilmu pengetahuan.
E. Sistematika Penulisan Bab I
Pendahuluan Pada bab ini menguraikan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan
Bab II
Tinjauan literatur Dalam bab ini peneliti menguraikan definisi perpustakaan nasional, fungsi dan tugas perpustakaan nasional. Mengenai pengertian pelestarian bahan pustaka, kebijakan pelestarian naskah, fungsi pelestarian bahan pustaka, unsur-unsur pelestarian bahan pustaka. Mengenai pengertian naskah, factor penyebab kerusakan naskah, cara pencegahan kerusakan naskah serta perbaikan naskah dan penyebaran informasi.
Bab III
Metode Penelitian Pada bab ini penulis menguraikan tentang jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, pemilihan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan jadwal penelitian.
8
Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini penulis menguraikan tentang sejarah singkat perpustakaan, visi dan misinya, struktur organisasi, koleksi, layanan serta fasilitas. Dalam bab ini juga menerangkan tentang hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V
Penutup Dalam bab ini Dalam bab ini penulis menyimpulkan isi untuk menjawab rumusan masalah dari keseluruhan pembahasan dan memberikan saran-saran yang merupakan masukan dan sumbangan pemikiran penulis berdasarkan hasil penelitian di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Nasional 1. Definisi Perpustakaan Nasional Di dalam UU No. 43 Tahun 2007 Bab VII Pasal 21 ayat 1 menjelaskan bahwa Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan
pelestarian
dan
pusat
jejaring
perpustakaan,
serta
berkedudukan di ibukota negara. 6 Pada tahun 1970, dalam konferensi umumnya yang ke 16, UNESCO mengeluarkan Recomendations Concerning the International Standarizations of Library Statistics yang memuat definisi Perpustakaan Nasional adalah sebagai berikut: “Perpustakaan Nasional adalah perpustakaan yang bertanggung jawab atas akuisisi dan pelestarian kopi semua terbitan yang signifikan yang diterbitkan di sebuah negara dan berfungsi sebagai „‟deposit‟‟, baik berdasarkan undang-undang maupun kesepakatan lain, dengan tidak memandang nama perpustakaan. Perpustakaan Nasional juga umumnya menjalankan fungsi sebagai berikut: menyusun bibliografi nasional, menyimpan dan memuktakhirkan koleksi asing yang bernilai tinggi dan representatif termasuk buku mengenai negara yang bersangkutan, bertindak sebagai pusat bibliografi nasional, menyusun katalog induk, menerbitkan bibliografi nsaional retrospektif. Perpustakaan yang menyebut dirinya sebagai perpustakaan “nasional” namun fungsinya tidak sesuai dengan definisi di atas tidak dapat dimasukkan ke kategori “Perpustakaan Nasional.”
6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan.
9
10
2. Fungsi Perpustakaan Nasional Fungsi utama perpustakaan nasional adalah menyimpan semua bahan pustaka yang tercetak dan terekam yang diterbitkan di suatu negara. Adapun fungsi Perpustakaan Nasional ialah: a. Menyimpan setiap bahan pustaka yang diterbitkan di sebuah negara. b. Mengumpulkan atau memilih bahan pustaka terbitan negara lain mengenai negara yang bersangkutan. c. Menyusun bibliografi nasional artinya daftar buku yang diterbitkan di sebuah negara. d. Menjadi pusat informasi negara yang bersangkutan. Biasanya jasa ini diberikan atas jasa permintaan. e. Berfungsi sebagai pusat antar pinjam perpustakaan di negara yang bersangkutan serta antara negara yang bersangkutan dengan negara lain. Umumnya perpustakaan nasional tidak meminjamkan buku langsung ke pembaca melainkan harus melalui perpustakaan. f. Sebagai tugas tambahan biasanya perpustakaan nasional memberikan jasa penerjemahan, latihan kerja bagi pustakawan, menacatat hak cipta atas buku, dan sebagainya.7 3. Tugas Perpustakaan Nasional Menurut
ketentuan
perundang-undang,
tugas
Perpustakaan
Nasional adalah sebagai berikut. a. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan pendayagunaan bahan pustaka yang diterbitkan di Indonesia sebagai koleksi deposit nasional. 7
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993) , h. 44-46
11
b. Melaksanakan
pengumpulan,
pengolahan,
pengembangan,
serta
pendayagunaan bahan pustaka dengan mengutamakan terbitan asing. c. Melaksanakan penyusunan dan penerbitan bibliografi nasional. d. Melaksanakan tugas sebagai pusat kerjasama antar perpustakaan di dalam negeri maupun luar negeri. e. Memberikan jasa referensi studi, jasa bibliografi, dan informasi ilmiah. f. Melaksanakan urutan tata usaha Perpustakaan Nasional.8
B. Pelestarian Bahan Pustaka 1. Kebijakan Pelestarian Naskah Perpustakaan sebagai sebuah organisasi dalam mengelola koleksi, agar kegiatan tersebut dapat berjalan efektif dan efisien sangat berkaitan dengan adanya kebijakan. Kebijakan berasal dari kata dasar bijak yang berarti selalu menggunakan akal budi-nya; pandai; mahir, sedangkan kebijakan diartikan sebagai pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk mencapai sasaran; garis haluan.9 Dalam hal perpustakaan Sutarno berpendapat bahwa kebijakan perpustkaan adalah pembentukan sejumlah dasar, pedoman aturan dan tata tertib dalam rangka penyelenggaraan perpustakaan agar segala sesuatunya berjalan dengan baik.10 Kebijakan perpustakaan melandasi semua aspek kegiatan yang berada di perpustakaan. Dalam kegiatan pelestarian naskah perpustakaan 8
Ibid., h. 45-46 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 198 10 Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi (Jakarta: Panta Rei, 2005), h. 118 9
12
mempunyai mekanisme, prosedur, dan tata aturan tertentu agar dapat berjalan dengan baik. Menurutnya “... untuk dapat mewujudkan suatu sistem kerja yang baik, maka perlu disusun sistem kerja yang mudah, sederhana dan dapat dijalankan...”11 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pelestarian naskah merupakan pembentukan sejumlah dasar, pedoman aturan dan tata tertib kegiatan pelestarian naskah dengan suatu sistem kerja yang mudah, sederhana dapat dijalankan dengan baik. 2. Definisi Pelestarian Bahan Pustaka Pengertian pelestarian menurut definisi dari Sutarno NS dalam bukunya yaitu Tanggung Jawab Perpustakaan menyatakan bahwa: “Lestari dapat diartikan selamat, panjang umur, tetap-permanen dan abadi dan terus berguna bagi kehidupan manusia. Sebuah perpustakaan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pelestarian atas sumber informasi yang dikelolanya, disamping memberdayakan kepada masyarakat luas. Hal itu berkaitan dengan penyediaan sumber penelitian, rujukan, dan dasar pengembangan ilmu pengetahuan menurut metode ilmiah yang sudah diakui kalangan ilmuwan.”12 Pelestarian
menurut
International
Federation
of
Library
Association (IFLA), adalah mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip. Termasuk didalamnya kebijakan pengelolaan, keuangan, ketenagaan, metode dan teknik serta penyimpanannya.13 Sedangkan menurut M.J.S. Poerwardaminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, member penjelasan bahawa pelestarian adalah menjadikan
11
Ibid., h. 121 Sutarno NS, Tanggung jawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi (Jakarta: Panta Rei, 2005), h. 109 13 Sudarsono Blasius, Antologi Kepustakawanan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 314 12
13
(membiarkan) tetap tak berubah.Pelestarian bahan pustaka artinya melindungi bahan pustaka dari kemusnahan dan kerusakan.14 Perpustakaan berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan koleksi bukunya agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama, dapat dijaga kondisinya minimal mampu memperlambat terjadinya kerusakan bahan pustaka serta menjaga kandungan informasi yang terdapat didalamnya, kesemuanya itu terangkum dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka. Kegiatan pelestarian bahan pustaka pada hakikatnya mencakup dua segi,yaitu melestarikan kandungan informasi, dan melestarikan fisik dokumen atau bahan pustaka yang bersangkutan.15 Pelestarian
bahan
pustaka
menjadi
salah
satu
tujuan
penyelenggaraan perpustakaan, karena tugas pokok perpustakaan adalah mengumpulkan dokumentasi tertulis dari masa lalu hingga masa sekarang, serta menyimpannya untuk keperluan pemustaka kini dan masa datang. Sangat sukar untuk memperkirakan kebutuhan pemustaka pada masa yang akan datang, sehingga akan sukar pula menyusun kebijakan yang diperlukan untuk melestarikan bahan-bahan tersebut. Memang setiap perpustakaan dengan sifat kekhususan masing-masing akan berbeda tanggapan dan kebutuhannya dalam masalah ini. Namun bagi perpustakaan deposit, pelestarian merupakan salah satu tugas utama.
14
M.J.S. Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2006),h. 698 15 Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 11
14
3. Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka Fungsi pelestarian adalah untuk menjaga agar koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan jahil, serangga , atau jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan di ruang yang lembab. Maka pelestarian memiliki beberapa fungsi antara lain: a. Fungsi Melindungi. Bahan pustaka dilindungi dari serangan manusia, serangga-serangga, jamur, panas matahari, air dan sebagainya. Dengan pelestarian yang baik serangga dan binatang kecil tidak akan dapat menyentuh dokumen. Manusia tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka. Jamur tidak akan sempat tumbuh, dan sinar matahari serta kelembaban udara di perpustakaan akan mudah dikontrol. b. Fungsi Pengawetan. Dengan dirawat secara baik, bahan pustaka menjadi awet, lebih lama dipakai, dan diharapkan lebih banyak pembaca dapat mempergunakan bahan pustaka tersebut. c. Fungsi Kesehatan. Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi bersih, bebas dari debu, jamur, binatang perusak, sumber dan sarang dari berbagai penyakit, sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca lebih bergairah membaca dan mengunjungi perpustakaan. d. Fungsi Pendidikan. Pemakai dan pustakawan sendiri harus belajar bagaimana cara memakai dan merawat dokumen. Mereka juga harus menjaga disiplin,
15
tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, tidak mengotori bahan pustaka maupun ruang perpustakaan. Mendidik pemakai dan pustakawan sendiri untuk berdisiplin tinggi dan menghargai kebersihan. e. Fungsi Kesabaran. Fungsi ini menguji pustakawan untuk bersikap lebih sabar dengan cara menambal buku berlubang, membersihkan kotoran binatang kecil dengan baik. Semua itu ibarat merawat bahan pustaka seperti merawat bayi. f. Fungsi Sosial. Pelestarian ini tidak hanya dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan harus mengikut sertakan pembaca perpustakaan untuk merawat bahan pustaka dan perpustakaan. g. Fungsi Ekonomi. Dengan pelestarian yang baik, bahna pustaka menjadi lebih awet. Keuangan dapat dihemat. h. Fungsi Keindahan. Dengan pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang rapih, perpustakaan tampak menjadi semakin indah, sehingga menambah daya tarik pembacanya.16 4. Unsur-unsur Pelestarian Bahan Pustaka Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka adalah sebagai berikut: 16
Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 6-7
16
a. Manajemennya, perlu diperhatikan siapa yang bertanggungjawab dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur pelestarian yang harus diikuti. Bahan pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja kerusakannya, apa saja alat perlu disiapkan dan bahan kimia yang diperlukan dan sebagainya. b. Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki. Mereka yang mengajarkan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu atau keahlian/keterampilan dalam bidang ini. Paling tidak mereka sudah pernah mengikuti penataran dalam bidang pelestarian dokumen. c. Laboratorium, suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan yang diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk fumigasi, berbagai sikat untuk membersihkan debu “vacuum cleaner” dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki ruang laboratorium sebagai „bengkel‟‟ atau gudang buat bahan pustaka yang perlu dirawat atau diperbaiki. d. Dana untuk keperluan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami gangguan. Pendanaan ini tergantung dari lembaga tempat perpustakaan bernaung.17
17
Ibid, h.7
17
C. Pengertian Naskah Naskah kuno atau naskah lama mengandung dua pengertian yaitu “naskah” dan “kuno atau lama” naskah dalam bahasa inggris manuscripts, dalam bahasa latin manuscriptum dan dalam bahasa belanda Handschrift. Manuskrip merupakan bahan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan rasa dan pikiran hasil budaya masa lampau, tetapi juga memuat unsur historis.18 Manuskrip adalah semua bahan tulisan tangan peninggalan nenek moyang yang tertulis pada kertas, kulit kayu, dan rotan. Berita tentang hasil budaya yang diungkapkan oleh teks klasik dapat dibaca dalam peninggalan-peninggalan berupa tulisan yang disebut manuskrip.19 Naskah merupakan semua bentuk tulisan tangan berupa ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa pada masa lampau.20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan pada Pasal 1 Ayat 4 menyatakan bahwa naskah kuno adalah semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak diperbanyak dengan cara lain, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, dan mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah dan ilmu pengetahuan.21 Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan naskah kuno atau manuskrip adalah dokumen dalam bentuk apapun yang ditulis
18
Pudjiastuti, Titik Analisa Unsur Sejarah Dalam Sumber Tertulis Cirebon (Depok: FSUI, 1996), h. 9 19 Ibid, h. 4 20 Baried Siti Baroroh, Pengantar Teori Filologi (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994), h. 12 21 Perpustakaan Nasional RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2008), h. 3
18
dengan tangan atau diketik yang belum dicetak atau dijadikan buku tercetak yang berumur 50 tahun lebih.
D. Faktor Penyebab Kerusakan Naskah Pemeliharaan dan pelestarian bahan pustaka adalah bukanlah tugas yang mudah bagi para pustakawan. Apalagi di negara tropis seperti Indonesia, maka dihadapkan pada berbagai musuh dalam menjaga kelestarian bahan pustaka seperti manusia, tikus, serangga, mikroorganisme serta berbagai bencan alam. Bahan-bahan pustaka pada umumnya merupakan bahan yang terbuat dari kertas merupakan bahan yang mudah terbakar, mudah sobek, mudah terkena noda dan sebagainya. Penyebab kerusakan naskah tidak jauh beda dengan kerusakan bahan pustaka lainnya. 1. Faktor Biologi a. Fungi (Jamur) Jamur atau fungi merupakan mikroorganisme yang tidak berklorophyl. Jamur mengambil makanan dari makhluk lain sebagai parasit atau mengambil bahan makanan dari bahan organik mati sebagai saphrophit. Sebagai saphrophit, mereka merupakan penyebab kerusakan yang berperan besar pada obyek yang mengandung selulosa seperti kertas. Bahan pustaka yang sudah menderita penyakit jamuran biasanya warna kertasnya berubah menjadi kuning karena memang jamur bisa menyebabkan berubahnya warna kertas, di samping itu jamur bisa menyebabkan kertas lengket satu dengan yang lain sehingga halaman buku
19
tersebut tidak bisa dibuka, bilamana hal ini dipaksa besar kemungkinan kertas tersebut akan robek sehingga bahan pustaka tersebut menjadi rusak. Jamur juga memproduksi beberapa macam asam organik seperti: asam oksalat, asam fumorik dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi rapuh.22 b. Serangga dan binatang pengerat 1. Rayap Rayap merupakan jenis serangga yang tidak asing lagi, yang selalu dikaitkan dengan ”si perusak”. Keberadaannya sangat menyeramkan
dan
dengan
gerakan
komunitasnya
dapat
meruntuhkan sebuah bangunan atau gedung. Serangga ini berukuran kecil struktur tubuhnya lunak serta berwarna pucat (tidak berwarna putih), tampak seperti semut, dan hidupnya berkelompok dengan sistem kasta yang berkembang sempurna.23
2. Kecoa Kecoa merupakan binatang yang sering terdapat di luar atau didalam rumah atau perpustakaan. Tempat-tempat ini bagi mereka merupakan tempat yang memiliki banyak makanan menurut mereka, dan bisa juga dijadikan sarang oleh mereka. Struktur tubuh kecoa adalah merupakan hal yang paling membedakan kecoa dengan makhluk serangga lainnya. Kecoa yang menyebabkan kerusakan diperpustakaan ini dibagi dalam
22
Muhammadin Razak, Pedoman Teknis Fumigasi (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1998), h.13 23 Ibid h. 6
20
empat jenis, semuanya mempunyaibentuk mulut besar dan sangat suka memakan kanji dan perekatsampul buku. 3. Ikan perak (silver fish) Hewan yang ini mempunyai banyak nama dari beberapa spiesies, tetapi yang umum dan sering dijumpai di bahan pustaka adalah Lapisma Saccharina dan Thermobia Aegyptiaca.24 Serangga ini memiliki sifat nokturnal yaitu aktif pada malam hari. Habitatnya cenderung di tempat yang lembab dan gelap, sehingga perkembangbiakannya sangat cepat. Hewan ini dapat berlari dengan cepat dan bentuknya sangat kecil serta tidak memiliki sayap, biasanya ikan perak terdapat di belakang buku, arsip, rak, laci, lemari, dan di celah-celah jilidan. Makanan yang disukainya adalah perekat, pati kertas dan jilidan buku. 4. Kutu Buku Kutu buku disebut juga psocids, panjangnya sekitar 1 - 2 mm dan tidak berwarna sehingga tidak kelihatan. Hama ini sangat kecil sehingga disebut juga kutu debu (dust lice), kebanyakan tidak bersayap. Kepalanya cukup besar dan memiliki rahang bawah yang cukup kuat. Kutu buku betina dapat bertelur sekitar 20 sampai 100 butir terletak secara tersebar atau berkelompok. Serangga ini sering menyerang buku terutama bagian punggung buku dan pinggirnya, serta mengikis permukaan kertas sehingga huruf-hurufnya dapat hilang.25 Makanan utama yang paling disukai oleh kutu buku adalah perekat, glue, dan kertas-kertas 24
Ibid., h. 5 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), h.
25
38-39
21
yang ditumbuhi jamur. Biasanya kehadiran kutu buku dapat diketahui dari telur yang ditinggalkan atau sisa bangkai yang menempel di dekat jilidan atau bagian pada kertas. 5. Tikus Hewan yang terkenal sangat rakus ini tidak hanya berbahaya bagi para petani pemilik ladang dan sawah, tetapi juga bagi rumah dan perpustakaan. Ada berbagai jenis tikus, tapi tidak semua jenis tikus dikenal sebagai perusak buku. Binatang ini biasanya memakan buku-buku yang disimpan dalam gudang dan kadang-kadang kertas disobek-sobek dan dikumpulkan untuk dijadikan sarang 26
2. Faktor Fisika Selain faktor biologi seperti: jamur, serangga dan binatang pengerat dan sebagainya, masih ada perusak bahan pustaka yang hebat yaitu faktor fisika di antaranya, yaitu: a. Debu Debu dapat masuk secara mudah ke dalam ruang perpustakaan melalui pintu, jendela, atau lubang-lubang angin perpustakaan. Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang meninggikan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Disamping itu, keadaan ruangan perpustakaan yang lembab, debu yang bercampur dengan air yang lembab akan
26
Muhammadin Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 24
22
menimbulkan jamur pada buku.27 Debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu dari knalpot kendaraan mempunyai daya rusak yang paling tinggi. b. Cahaya Cahaya
yang
digunakan
untuk
menerangi
ruangan
perpustakaan dan arsip adalah bentuk energi elektromagnetik yang berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Sinar-sinar yang terdapat dalam cahaya dapat dibagi menjadi tiga kelompok menurut panjang gelombangnya, yaitu sinar ultraviolet dengan panjang gelombang antara 300-400 milimikron, sinar-sinar dalam cahaya tampak (merah, hijau, kuning) dengan panjang gelombang antara 400760 miliikron dan sinar inframerah dengan panjang gelombang lebih besar dari 760 milimikron. Makin kecil gelombang suatu sinar, makin besar energi yang dihasilkan. Sinar yang panjang gelombangnya kecil seperti ultraviolet inilah yang berperan dalam merusak kertas. Kerusakan yang terjadi karena pengaruh sinar ultraviolet adalah memudarnya tulisan, sampul buku, warna bahan cetakan, dan peta, juga mengakibatkan kertas menjadi rapuh dan kehilangan kekuatan. Kerusakan ini disebabkan karena aksi dari energi, adanya bahan tambahan dan residu bahan pemutih pada saat proses pembuatan kertas, adanya partikel-partikel logam dalam kertas serta adanya uap air dan oksigen di sekitar kertas.
27
Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993),h. 44
23
c. Suhu dan Kelembaban Udara Suhu dan kelembaban udara merupakan faktor perusak yang sangat berpengaruh bagi bahan pustaka. Kombinasi antara kelembaban yang tinggi dengan suhu (temperatur) yang tinggi akan menyuburkan pertumbuhan jamur dan serangga. Semakin rendah suhu penyimpanan dan
kelembaban
udara,
makin
lama
bahan
kertas
dapat
mempertahankan kekuatan fisiknya. Sebaliknya apabila suhu udara tinggi dapat mengakibatkan kertas menjadi rapuh dan warna kertas menjadi kuning. Udara yang lembab dibarengi dengan suhu udara yang cukup tinggi menyebabkan asam yang ada pada kertas terhidrolisa, bereaksi dengan partikel logam dan memutuskan rantai ikatan kimia pada polimer selulosa. Perubahan suhu pada saat kertas mengandung banyak air iniyang menyebabkan struktur kertas menjadi lemah.28 Jika suhu udara naik, kelembaban udara akan turun dan air yang ada dalam kertas dilepas, sehingga kertas menjadi kering dan volumenya menyusut.29 3. Faktor Kimia Kertas tersusun dari senyawa-senyawa kimia, yang lambat laun akan terurai, dan akhirnya kertas menjadi rusak. Peruraian tersebut disebabkan oleh reaksi-reaksi oksidasi dan hidrolisis, yang dipengaruhi pula oleh suhu cahaya.30 Oksidasi pada kertas yang terjadi karena adanya
28
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 92 29 Kris Adri Styarto, “Kerusakan Pada Bahan Pustaka dan Cara Pencegahannya”, Media Pustakawan, no.1 (2001), h. 24 30 Muhammadin Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 17
24
oksigen dari udara menyebabkan jumlah gugusan karbonat dan korboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya warna kertas. Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H20). Reaksi hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat. Akibatnya, kekuatan kertas berkurang dan kertas menjadi rapuh. Kandungan asam dalam kertas akan mempercepat kerusakan kertas karena asam akan mempercepat reaksi hidrolisis. Tinta merupakan salah satu sumber terbentuknya asam pada kertas, karena tinta dibuat dengan mencampurkan asam tanat dan garam besi serta ditambah dengan asam sulfat atau asam hidroklorida agar tetesan dapat melekat dengan baik. Oleh karena itu asam merupakan zat berbahaya bagi kertas yang harus dihilangkan. 4. Faktor Manusia dan Faktor Lain a. Manusia Manusia memegang peranan penting dalam penggunaan dan penanganan bahan pustaka. Apabila manusia melakukan kesalahan dalam melakukan peran, maka manusia dapat tergolong sebagai perusak bahan pustaka. Bahan pustaka dapat rusak karena pemakaian yang berlebihan dalam memegangnya. Menurut Dureau and Clements, bahan pustaka di ruang baca dapat rusak karena kecerobohan pembaca. b. Bencana Alam Banyak yang tidak menduga bahwa bencana alam adalah salah satu faktor penyebab rusaknya bahan pustaka. Bencana alam
25
seperti banjir, gempa bumi, atau kebakaran dapat mengakibatkan kerusakan koleksi bahan pustaka dalam jumlah yang sangat banyak dan terjadi secara seketika. Meskipun bencana alam tidak terjadi secara periodik, namun hal ini perlu diantisipasi sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kerusakan yang terjadi akibat kebanjiran akan menimbulkan noda dan kotoran sehingga jamur dapat berkembang biak dan berakar di sela-sela serat kertas
31
Demikian
pula bahaya api (kebakaran) sangat berbahaya, api dapat merusak bahan
pustaka,
bahkan
memusnahkannya.
Untuk
mencegah
kerusakan-kerusakan yang lebih parah lagi perlu adanya suatu tindakan preventif, seperti : 1. Kabel listrik harus diperiksa secara berkala 2.
Bahan yang mudah terbakar seperti varnish dan bahan –bahan kimia yang mudah menguap harus diletakkan di luar bangunan utama.
3. Larangan keras merokok di dalam atau di luar bangunangedung. 4. Alarm seperti smoke detector harus dipasang di tempat yangstrategis untuk mengetahui dengan cepat adanya kebakaran. Fungsi alat ini harus diperiksa secara berkala. 5. Pemakaian peralatan listrik harus hati-hati
c. Air Walaupun kemungkinan kecil bahan pustaka akan terkena air,ada baiknya mewaspadai bahaya bila kertas terkena air. Selain dapat menimbulkan kerusakan langsung pada buku, air juga dapat 31
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 95
26
meningkatkan prosentase kelembaban didalam ruangan perpustakaan, sehingga buku dan bahan pustaka lainnya dapatmenjadi lembab dan mudah terserang jamur atau hama lainnya.Faktor ini dapat ditimbulkan berbagai sebab, misal: atap genting perpustakaan yang bocor, ataupun terkena musibah banjir, air buangan pipa pemanasan sentral, alat pendingin udara, rembesan dinding, jendela terbuka dan sebagainya. d. Api Api bagi manusia mempunyai dua sifat yaitu menguntungkan dan merugikan. Misalnya dalam kehidupan sehari-hariibu rumah tangga, api sangat berguna untuk aktifitas memasak. Api dianggap merugikan apabila adanya kelalaian dalam penggunaannya, salah satu akibatnya yaitu menimbulkan kebakaran. Dalam dunia perpustakaan, api juga merupakan bahaya utama.32 Banyak koleksi bahan pustaka berharga dan fasilitas perpustakaan yang tidak murah harganya mengalami kerusakan berat atau bahkan kepunahan dikarenakan kebakaran. Perlindungan terhadap bahaya ini bisa dicegah dengan dimulai dari desain arsitek dan perbaikan bahan bangunan. Ruangan yang terbuka lebar, tangga hias yang diperkirakan akan menjadi cerobong penyebaran api harus dihindari.33 Hal ini dimaksudkan agar api tidak menyebar.
32
Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990), h. 14 33 Agnes Karya Wijayanti, “Pemeliharaan Pustaka Untuk Menjaga Kelestariannya.” Warta Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, vol. 3 no.3, (Desember 1995): h. 4
27
E. Pencegahan Kerusakan Naskah Usaha melakukan pencegahan kerusakan naskah yang dilakukan sejak dini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih tepat daripada melakukan perbaikan bahan pustaka yang telah parah keadaannya. Koleksi naskah yang belum rusak supaya tidak terkontamiasi dengan perusak koleksi tersebut dapat dicegah dengan melakukan kegitan pencegahan. Sedangkan untuk bahan pustaka yang sudah mengalami kerusakan perlu dilakukan perbaikan agar kerusakan tidak menjadi parah, sehingga proses kerusakan terhenti. Usaha-usaha untuk melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh beberapa faktor dapat dilakukan dengan cara-cara berikut: 1. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Biologi Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi biasanya disebabkan oleh jamur, serangga dan binatang pengerat. Mencegah kerusakan yang disebabkan pada jamur, ada beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dalam usaha pencegahan kehadiran jamur, yaitu melakukan pemeriksaan dalam kelembaban ruangan atau tempat penyimpanan bahan pustaka, pemberian obat anti jamur pada sampul buku, menjaga kebersihan buku dari kotoran, menjaga bahan pustaka dari kehadiran debu, tidak menggunakan perekat yang mengandung omlyum untuk menjilid, sebaiknya untuk menjilid digunakan bahan sistesis seperti polyvinyl acetat dan suhu ruangan diatur sedemikian rupa sehingga jamur tidak berkembang biak di dalam buku.34
34
Lasa, HS, Manajemen Perpustakaan Sekolah (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), h. 161
28
Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh serangga ada beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dalam usaha pencegahan kehadiran serangga yaitu melalui penyemprotan dengan menggunakan bahan insektisidan (bahan pembasmi serangga), penggunaan sistem pengumpanan, penuangan larutan racun ke dalam lubang, dan penaburan kapur barus pada rak-rak buku secara berkala.35 2.
Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Fisika Temperatur dan kelembaban yang ideal bagi bahan pustaka dan arsip adalah 20-24ºC. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kondisi yang ideal adalah memasang suhu pengatur udara Air Conditioner (AC). Oleh karena iu, diperlukan usaha-usaha pencegahan agar bahanbahan pustaka tidak terlalu mengalami kerusakan dengan cara penggunaan AC harus dilakukan dalam 24 jam yang ruangannya harus selalu tertutup.36 Jika AC dipasang hanya setengah hari saja, maka kelembaban akan berubah-ubah. Untuk mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh temperatur dan kelembaban udara adalah dengan membuat ventilasi yang sempurna. Jika terjadi kelembaban udara yang tinggi, dapat diturunkan dengan dehumidifier atau silicagel. Dehumidifier digunakan untuk menurunkan kelembaban udara dalam ruangan tertutup sedangkan silicagel untuk menurunkan kelembaban udara dalam lemari atau filing cabinet.37
35
Suwija Nyoman, Laporan Penelitian: Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Udayana (Denpasar: Universitas Udayana, 1995), h. 95 36 Perpustakaan Nasional, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (Jakarta: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Nasional, 2002), h. 28-29 37 Muhammadin Razak, Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1995), h. 30
29
Cara lain yang perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan lebih bagi bahan pustaka yang sudah terkena debu bisa diadakan dengan membersihkan buku dari debu. Cara pembersihannya bisa dengan kuas, vacuum cleaner, karet busa (spon), atau bulu ayam. Serta merawat gedung dan seluruh ruangannya dengan baik untuk mencegah uap air selama musim hujan. Dan untuk bangunan gedung perpustakaan seharusnya
dirancang sedemikian rupa
sehingga
memenuhi persyaratan pengawetan. 38 Ada dua macam cahaya yang digunakan untuk penerangan perpustakaan, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Dalam cahaya ini mengandung sinar ultra violet yang dapat merusak bahan pustaka. Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, baik yang langsung atau pantulan harus dihalangi dengan kain gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultraviolet.39 3. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Kimia Sumber keasaman yang berasal dari dalam kertas antara lain residu dari bahan-bahan kimia yang digunakan pada waktu pembuatan kertas serta tinta sebagai alat tulis ternyata juga mengandung asam, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada kertas.40 Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dan perbaikan yang telah mengalami kerusakan, seperti menetralkan asam yang terkandung dalam kertas 38
Halim Sobri dan M.Syafe‟i,”Peranan Pelestarian Koleksi Bahan Pustaka Berbasis Kertas. Tinjauan Penyimpanan Sebagai Bahan dari Pelestarian”, Jurnal Kepustakawanan dan Masyarakat Membaca, vol. 22, no. 2 (Juli-Desember 2006): 39 39 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 45 40 Muhammadin Razak,Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 17
30
dengan deasidifikasi atau memberi bahan penahan (buffer).Cara lainnya yaitu menyimpan dan menata kertas dan buku dalam lemari kaca atau untuk kertas lembaran disimpan dalam kotak-kotak karton bebas asam, dan dengan memilih bahan pustaka yang baik dengan teliti perlu dilihat jelas jenis kertas dan tulisan.41 4. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Manusia dan Faktor Lainnya. a. Manusia Banyak yang tidak menduga bahwa kerusakan bahan pustaka tidak hanya dirusak oleh faktor biota, fisika dan faktor lainnya. Manusia merupakan perusak utama yang sangat berbahaya dan hal ini tidak disadari oleh pemustaka maupun pustakawan. Kerusakan memberi
informasi mengenai cara-cara memperlakukan bahan
pustaka, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, dilarang mencoret-coret atau melipat buku secara sembarangan pustaka.42Selain
serta itu
dipasang banyaknya
peraturan pemustaka
penggunaan yang
bahan
berkunjung
menyebabkan adanya kemungkinan yang lebih besar dari kerusakan naskah asli. Hal ini cenderung menyebabkan kerusakan naskah secara fisik karena naskah di akses oleh pemustaka dari tangan ke tangan. Upaya pencegahannya perpustakaan sebaiknya menyediakan copy
41
Daryono, “Pemeliharaan Bahan Pustaka di Perpustakaan”. http://daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-di-perpustakaan. (Diakses pada tanggal 10 November 2014 jam 11.00 WIB) 42 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1992), h. 46
31
naskah asli untuk dibaca oleh pemustaka.43 Selanjutnya jalan keluar untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia, misalnya: memberi saran tentang perbaikan mutu kertas kepada pabrik kertas, memberi penyuluhan kepada staf perpustakaan, penyempurnaan teknik penjilidian dan membatasi penggunaan bahan pustaka yang langka dan bernilai tinggi.44
b. Faktor lain Pada hakikatnya faktor lain seperti bencana alam bukanlah faktor yang utama yang dapat menyebabkan rusaknya bahan pustaka, namun perlu diantisipasi terjadinya hal tersebut. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan: kesiapan menghadapi bencana alam bermula dari perencanaan yang matang terhadap lokasi perpustakaan, artinya bahwa gedung perpustakaan tidak didirikan pada tempat yang selalu banjir, lingkungan perumahan yang padat, terhindar dari jangkauan letusan gunung berapi disamping itu pula hindari mendirikan perpustakaan yang letaknya dekat dari bibir pantai. Untuk mencegah terjadinya kebakaran dapat diambil tindakan, seperti: periksa jaringan kabel listrik terhadap gedung secara berkala, siapkan alat pemadam kebakaran, dilarang merokok di ruang perpustakaan serta siapkan sirene dan smoke detector di setiap ruang perpustakaan.45
43
M. Ali Nurhasan Islamy, “Preservation of Ancient Manuscripts Radya Pustaka Museum”, Congress of Southeast Asian Librarians (CONSAL XVI, 2015): h. 7 44 MuhammadinRazak, “Penentuan Skala Prioritas Dalam Pelestarian Bahan Pustaka” Kongres VII Ikatan Pustakawan Indonesia dan Seminar Ilmiah Nasional Tanggal 20-23 November 1995, h. 6 45 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 78-79
32
F. Usaha Perbaikan Naskah Untuk memperbaiki koleksi bahan pustaka yang rusak diperlukan suatu usaha atau tindakan perbaikan, usaha tersebut diantaranya sebagai berikut : 1. Menambal dan Menyambung Kertas Salah satu usaha untuk memperbaiki bahan pustaka yang rusak yaitu menambal dan menyambung kertas. Kegiatan ini bermanfaat untuk mengisi lubang-lubang, dan bagian-bagian yang dihilangkan pada kertas atau menyatukan kembali kertas yang robek akibat bermacam-macam faktor perusak.46 Kerusakan tersebut dapat diperbaiki denganmenambalnya. Ada dua jenis penambalan bahan pustaka diantaranya, yaitu: penambalan kertas karena berlubang dan penambalan kertas karena robek memanjang. Kertas berlubang yang disebabkan oleh larva kutu buku, jika terlalu parah dapat dilakukan dengan menutup lubang-lubang tersebut dengan bubur kertas. Sedangkan penambalan kertas yang robek memanjang dapat dilakukan dengan cara penambalan menggunakan kertas Jepang (sejenis kertas untuk laminasi), dan penambalan dengan kertas tisu (heat tissuepaper). Menambal dengan kertas Jepang dilakukan jika ada halaman bukuyang robek, baik robeknya lurus maupun tidak lurus. Sedangkanpenambalan dengan kertas tisu (heat tissue paper), apabila kertas yang diperbaiki mengkilap. Kertas tisu ini tampilannya sudah “nerawang” ada lemnya yang hanya dapat menempel jika dipanasi.47 Kertas tisu (heat tissue paper) ini sudah tidak digunakan lagi, karena mengandung keasaman yang sangat tinggi. Kertas yang umumnya 46
MuhammadinRazak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 50 47 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka ( Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.53
33
sekarang digunakan adalah kertas tisu washi (dari Jepang) atau kertas buatan tangan (handmade paper), dari Indonesia daluang yang kini sudah dapat diproduksi dalam negri.
2. Laminasi Laminasi adalah suatu kegiatan melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet.48 Proses keasaman terjadi pada kertas dapat dihentikan oleh pelapis kertas yang terdiri dari film oplas kertas cromton atau kertas pelapis lainnya. Pelapis kertas ini menahan polusi debu yang menempel di bahan pustaka, sehingga tidak beroksidasi dengan pollutan. Biasanya kertas atau dokumen yang dilaminasi adalah kertas yang sudah tua, berwarna kuning, berwarna cokelat, berbau apek, kotor, berdebu.49 Oleh karena itu laminasi sangatlah penting guna melindungi kertas dari kerusakan yang lebih parah. Beberapa jenis laminasi, yaitu teknik laminasi dengan tangan biasa disebut kath palia process, laminasi dengan mesin dengan cara panas, laminasi dengan manual. 50 Dalam melaminasi kertas perlu ketelitian dan kehati-hatian yang sangat extra dan tidak boleh sembarangan, harus dipikirkan bagaimana caranya agar kertas tidak menjadi rusak oleh bahan pelapis.
48
Ibid., h. 111 Muhammadin Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h.54 50 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 112 49
34
3. Enkapsulasi Salah satu usaha perbaikan bahan pustaka selain laminasi ialah enkapsulasi.51 Enkapsulasi adalah cara melindungi kertas dari kerusakan yang bersifat fisik. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya di antara dua lembar plastik yang transparan, sehingga tulisannya tetap dapat dibaca dari luar.52 Jenis-jenis kertas yang akan dienkapsulasi ini adalah kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam proses ini adalah guntung kecil atau besar, alas dari plastic tebal yang dilengkapi dengan garis-garis yang berpotongan tegak lurus untuk mempermudah pekerjaan, sikat halus film plastik polyester, pisau, pemotong (cutter), double sided tape 3M, pemberat, kertas, penyerap bebas asam dan lembaran kaca.53 4. Deasidifikasi Deasidifikasi adalah kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan cara menghentikan proses keasaman yang terdapat pada kertas. Dalam proses pembuatan kertas, ada campuran zat kimia yang apabila zat tersebut terkena udara luar, membuat kertas menjadi asam.54 Proses deasidifikasi ini merupakan cara yang hanya dapat menghilangkan asam yang sudah ada dan melindungi kertas dari kontaminasi asam dari berbagai sumber, deasidifikasi tidak dapat 51
Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h.113 52 Muhammadin Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1999), h. 56 53 Ibid., h. 58 54 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 104
35
memperkuat kertas yang sudah rapuh.Alat-alat yang disebutkan di atas diperlukan untuk menentukan sifat asam atau basa suatu bahan, dengan memakai ukuran derajat keasaman yang disingkat pH. Asam mempunyai pH antara 0-7 dan basa antara 7-14, pH7 adalah normal atau netral. Kalau pHkertas lebih dari 7, berarti kertas tersebut sudah bersifat asam, jika pH kertas berada antara 4-5, ini menunjukkan kondisi kertas itu sudah parah. Untuk mengetahui derajat keasaman pada suatu kertas, satu titik pada permukaan kertas dibasahi dengan air suling, kemudian pHnya diukur dengan pH meter atau kertas pH. Dalam melakukan deasidifikasi, kita harus hati-hati karena deasidifikasi terlalu besar akan menyebabkan kertas menjadi rusak.55 5. Alih Media/Bentuk Dalam mengatasi kekurangan tempat atau ruangan di perpustakaan dan juga melestarikan informasi dari buku-buku yang sudah lapuk, maka diperlukan alih bentuk dokumen. Cara perawatan dengan alih bentuk yaitu pada buku-buku yang telah rapuh. Dan buku itu amat berharga, buku itu hanya ada satu kopi, sedangkan dipasaran sudah tidak mungkin didapat seperti Undang-Undang Dasar Naskah asli, buku-buku langka, dan lain-lain yang bernilai sejarah. Maka dengan menyelamatkannya dengan cara alih bentuk.56 Pelestarian koleksi perpustakaan melalui pengalihan ke dalam bentuk mikrofilm ataupun CD bertujuan selain untuk penyelamatan,
55
Muhammadin Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 43 56 Muhamad Djuhro, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002), h. 16
36
pengamatan, juga ternyata dapat menghemat tempat, waktu dan tenaga, menghemat biaya pemeliharaan dan penyebaran, serta mempermudah pencarian kembali.57 Alih bentuk yang terkenal adalah bentuk mikro atau lazim disebut dengan mikrofilm. Mikrofilm ini merupakan bentuk lain dari bahan tercetak seperti buku, majalah atau surat kabar. Bentuk mikro dapat berupa gulungan mikrofilm, mikrofis, aperture card, ultrafis, dan mikroopaque. 6. Penjilidan Untuk buku-buku yang telah mengalami kerusakan, perlu segera dilakukan penjilidan ulang, agar nilai informasi yang ada didalamnya tidak hilang, sehingga buku yang telah diperbaiki dengan penjilidan ulang tersebut dapat dimanfaatkan kembali oleh pengguna perpustakaan. Pada dasarnya penjilidan merupakan pekerjaan menghimpun menggabungkan lembaran-lembaran yang lepas menjadi satu, yang dilindungi ban atau sampul.58 Agar penjilidan dapat awet terhadap penggunaan yang tinggi di perpustakaan, diperlukan struktur penjilidan yang kokoh dan kuat agar bahan pustaka tidak mudah cepat rusak. Oleh karena itu untuk kepentingan bahan pustaka selain struktur jilidan yang kuat juga diperlukan bahanbahan jilidan yang berkualitas baik atau permanen.
57
Tjetjep S. Surilaga, dkk, “Pelestarian Koleksi Perpustakaan”, Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol II no. 2 (2002): 56 58 Martoadmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 123
37
G. Penyebaran Informasi Setelah naskah diadakan dan diolah, kegiatan teknis pelestarian selanjutnya adalah pendistribusian atau penyebaran isi kandungan informasi yang terdapat dalam naskah. Pendistribusian berasal dari kata distribusi yang berarti penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat.59 Melengkapi itu Martono menyebutkan kegiatan dalam pendistribusian naskah yaitu menyebarluaskan indeks informasi, abstrak, indeks abstrak atau informasi adanya dokumen baru dan lain-lain.60 Dari pernyataan tersebut berarti hasil dari pelestarian naskah dapat didistribusikan untuk menyebarkan kandungan informasi isi naskah kepada para pemustaka. Disamping itu, Sulistyo-Basuki menyebutkan beberapa kegiatan penyebaran dokumentasi, diantaranya: a. Majalah paling mutakhir dipamerkan; b. Mengedarkan majalah; c. Mengedarkan daftar sarikarangan, seperti: 1) Menyebarkan fotokopi daftar isi majalah, 2) Menyebarkan daftar isi majalah yang dibuat sendiri, dan 3) Menyebarkan daftar indeks majalah; d. Mengedarkan majalah sarikarangan, baik keluaran penerbit swasta ataupun buatan sendiri; e. Mengedarkan daftar tambahan dokumen (accession list); f. Mengedarkan bulletin berita;
59
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h.360 60 E. Martono, Pengetahuan Dokumentasi dan Perpustakaan: Sebagai Pusat Informasi (Jakarta: Karya Utama, 1990), h.21
38
g. Penyebaran informasi terpilih (current awareness).61 Selain itu, Sulistyo-Basuki juga menjelaskan metode untuk kegiatan rutin yang dapat dilakukan dalam penyebaran isi kandungan informasi, yaitu: a. Memamerkan majalah paling mutakhir; b. Mengedarkan daftar isi majalah atau fotokopi isi majalah kepada pemustaka; c. Mengedarkan majalah abstrak, baik majalah abstrak terbitan pemerintah swasta maupun majalah terbitan sendiri; d. Mengedarkan daftar tambahan majalah (accession list) kepada pemustaka; e. Mengedarkan buletin kepada pemustaka; f. Pemencaran informasi terpilih, seperti memberitahukan artikel majalah yang sesuai dengan profil pemustaka.62 Disamping
kegiatan-kegiatan
tersebut,Sulistyo-Basuki
pun
menyatakan penyebaran informasi dapat dilakukan secara lisan yaitu dari satu pemakai ke pemakai lain (misalnya mulut, telepon, wawancara) atau melalui kelompok tertentu (kuliah, pertemuan, kursus, lokakarya).63 Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendistribusian atau penyebaran informasi naskah dapat dilakukan dengan cara: a. Memamerkan naskah paling mutakhir; 61
Sulistyo-Basuki, Pengantar Dokumentasi Ilmiah (Jakarta: Kesaint Blanc, 1989), h. 122-
133 62
Sulistyo-Basuki, Pengantar Dokumentasi (Jakarta: Rekayasa Sains, 2004), h. 383-385 Sulistyo-Basuki, Teknik dan Jasa Dokumentasi(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 164 63
39
b. Mengedarkan daftar sarikarangan, seperti: 1) Menyebarkan fotokopi daftar isi naskah, 2) Menyebarkan daftar isi naskah yang dibuat sendiri, 3) Menyebarkan daftar indeks naskah; c. Mengedarkan majalah abstrak, baik majalah abstrak terbitan pemerintah swasta maupun majalah terbitan sendiri; d. Mengedarkan daftar tambahan naskah (accession list) kepada pemustaka; e. Mengedarkan buletin kepada pemustaka; f. Pemencaran informasi terpilih, seperti memberitahukan artikel naskah yang sesuai dengan profil pemustaka; dan g. Menyebarkan secara lisan seperti meyampaikan informasi dari mulut ke mulut baik bertatapan langsung maupun melalui media (telpon).
H. Penelitian Terdahulu Dalam sub-bab ini, peneliti memberikan penjabaran beberapa penelitian terdahulu mengenai pelestarian bahan pustaka. pencantuman penelitian di bawah ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan penelitian terhadap penelitian-penelitian sebelumnya dengan topik yang sama. Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan adalah sebagai berikut: 1.
Pelestarian Bahan Pustaka pada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini diajukan oleh Desi Sofyani mahasiswa
40
Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2009. Skripsi ini memiliki perbedaan jenis perpustakaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Perpustakaan Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan penulis melakukan penelitian di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pembatasan Masalah. Pada skripsi ini, masalah yang diangkat adalah pelestarian bahan pustaka. Sedangkan penulis akan melakukan penelitian tentang pelestarian naskah. 2. Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. Skripsi ini diajukan oleh Achmad Nawawi mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2010. Skripsi ini memiliki perbedaaan jenis perpustakaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. Sedangkan penulis melakukan penelitian di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 3. Tinjauan Kebijakan Konservasi Bahan Pustaka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Skripsi ini diajukan oleh Sudiro Sudjoko, mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia pada tahun 2007. Skripsi ini memiliki kesamaan tempat penelitian yakni bertempat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan metode penelitian. Namun memiliki perbedaan tema yaitu tentang Kebijakan Konservasi Bahan Pustaka sedangkan peneliti memfokuskan kepada Pelestarian Naskah
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.64 Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistic dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus terjun di lapangan.65
B. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara atau langsung dari sumbernya.66 Data ini diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu wawancara dengan para pustakawan yang bekerja menangani pelestarian dan melakukan observasi dengan melakukan penelitian langsung di lapangan untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
64
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula (Jakarta: STIA-LAN Press, 2004), h.60 65 Muhammad Nazir, Metode Penelitian (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), h. 159. 66 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, h. 86
41
42
b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbenya.67 Data ini bersumber dari kepustakaan, yang terdiri dari literatur-literatur dan artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
C. Pemilihan Informan Penentuan informan
ditentukan dengan mencari pihak
yang
memahami objek penelitian. Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang keadaan latar penelitian.68 Informan dalam penelitian kualitatif menggunakan teknik purposive sampling,
yaitu
teknik
pengambilan
sampel
sumber
data
dengan
pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau situasi social yang akan diteliti.69 Dalam penelitian ini, pemelihan informan didasarkan kriteria dengan urutan sebagai berikut: 1. Dra. Mulatsih Susilorini sebagai Kepala Konservasi Bahan Pustaka 2. Kepala Sub Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka 3. Staf Pada Sub Bidang Penjilidan 4. Kepala Bidang Transformasi Digital 5. Kepala Bidang Layanan Koleksi Khusus 67
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian,h. 87 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 132 69 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 219 68
43
Informan yang dipilih adalah orang-orang yang berhubungan langsung dengan topik yang diteliti dan yang paling memahami objek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara satu persatu terhadap informan, dan wawancara terhadap informan akan dihentikan apabila jawaban peneliti telah dianggap sangat puas.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah dengan observasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, wawancara serta studi pustaka. a. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner (selalu berkomunikasi dengan orang). Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan denga perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan dta, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi non partisipan.Dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan pelestarian naskah.
44
b. Wawancara Kegiatan ini merupakan percakapan dan tanya jawab untuk memperoleh pemahaman yang sama atau tujuan tertentu.70 Wawancara ini dilakukan dengan pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk memperoleh data yang relevan dengan persoalan yang akan diteliti. c. Kajian kepustakaan Peneliti akan mengambil data utama atau seluruhnya dari kepustakaan.
E. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap datadata non-angka seperti, hasil wawancara atau catatan laporan bacaan dari buku-buku, artikel dan juga termasuk non-tulisan seperti foto, gambar, atau film. Data akan diolah dengan tiga tahapan yaitu: a. Reduksi data, data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan kajian kepustakaan dicatat dengan rinci, mengelompokkan/memilah dan memfokuskan pada hal yang penting. b. Penyajian data, setelah data direduksi penulis akan melakukan penyajian dalam bentuk teks bersifat naratif, tabel dan skema.
70
Putu Laxman Pendit, Merajut Makna Penelitian Kualitatif Bidang Perpustakaan dan Informasi (Jakarta: Citra Karya Mandiri, 2009), h. 73
45
c. Penarikan kesimpulan, data yang terangkum kemudian dijabarkan dalam bentuk naratif yang mana penulis buatkan sebagai kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah.
F. Jadwal Penelitian Mengawali penelitian ini, penulis meninjau langsung terlebih dahulu ke lapangan untuk mengamati kegiatan pelaksanaan pelestarian naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tanggal 9 Maret – 27 Maret 2015. Kemudian untuk menjawab permasalahan yang terjadi dalam pelestarian naskah, penulis melakukan wawancara sebanyak 4 kali kepada pihak terkait yaitu Kepala Konservasi Bahan Pustaka, Kepala Sub Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka, Staf Pada Sub Bidang Penjilidan, Kepala Bidang Transformasi Digital, Kepala Bidang Layanan Koleksi Khusus.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Nasional Perpustakaan Nasional adalah perpustakaan yang dikelola oleh pemerintah pada tingkat nasional yang berfungsi sebagai perpustakaan nasional. Penambah penjelasan „‟yang berfungsi sebagai perpustakaan yang tidak dinyatakan secara resmi sebagai perpustakaan nasional, namum berfungsi sebagai perpustakaan nasional. Contohnya, Library of Congres di Amerika Serikat dan Koninklijk Bibliotheek di Belanda. Perpustakaan Nasional baru didirikan pada tanggal 17 Mei 1980, melalui Keputusan Menteri P dan K No. 0164/1980, dengan status sebagai salah satu UPT dari Ditjen Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pendirian Perpustakaan Nasional merupakan gabungan dari
empat
perpustakaan
yang
telah
ada
sebelumnya,.
Yaitu
PerpustakaanMuseum Nasional (semula Bataviaasch Genosstschap van Kunsten Wetenschapen) pada tanggal 24 April 1778, Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial, (semula perpustakaan Situsa), Kantor Bibliografi Nasional; dan Perpustakaan Wilayah (Negara) Jakarta. Pada tahun 1989, status Perpustakaan Nasional berubah menjadi Lembaga Pemerintah non-Departemen (LPND), melalui Keputusan Presiden RI No. 11 Tahun 1989. Dengan Keputusan Presiden ini, Perpustakaan Nasional menjadi lembaga yang berdiri sendiri dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Implikasi dari perubahan
46
47
status ini, antara lain adalah Perpustakaan Wilayah yang semula di bawah Pusat
Pembinaan
Perpustakaan,
berubah
menjadi
bagaian
dari
Perpustakaan Nasional. Sejak saat itu, pembinaan dan pengembangan kegiatan perpustakaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia merupakan bagian dari tugas dan kewenangannya di bidang perpustakaan. Selanjutnya, pada tahun 2007 Undang-Undang (UU) No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan ditetapkan, yang lebih memperkuat status dan kedudukan Perpustakaan Nasional secara hukum. Keberadaan Kepres nomor 11 Tahun 1989 dinilai kurang efektif lagi, terutama bila dilakukan dengan telah diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kebijakan otonomi daerah dianggap telah mengakibatkan ketidak jelasan kewenangan pusat dan daerah dalam bidang perpustakaan. UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan memberi definisi perpustakaan sebagai institusi penelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka (pengguna perpustakaan). Sementara itu, masih menurut UU Perpustakaan menyebut Perpustakaan Nasional sebagai Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.
48
Dalam UU No. 43 Tahun 2007 Pasal 3, fungsi perpustakaan termasuk di dalamnya Perpustakaan Nasional adalah sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi. Sebagai konsekuensi dari tugas khusus yang diembannya, maka Perpustakaan Nasional mempunyai fungsi khusus sebagai perpustakaan pembina dari berbagai jenis perpustakan lainnya di seluruh Indonesia, seperti perpustakan daerah, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus, dan perpustakaan masyarakat. 2. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Perpustakaan Nasional menetapkan visi dan misi.71 Visi Perpustakaan Nasional yaitu: Pemberdayaan potensi perpustakaan dalam meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Sedangkan Misi Perpustakaan Nasional yaitu: a. Membina, mengembangkan dan mendayagunakan semua jenis perpustakaan. b. Membina, mengembangkan dan meningkatkan kebiasaan membaca masyarakat. c. Melestarikan bahan pustaka (karya cetak dan karya rekam) sebagai hasil budaya bangsa. d. Menyelenggarakan layanan perpustakaan.
71
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 42-43
49
3. Strukrur Organisasi Perpustakaan Nasional Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Pusat Preservasi maka diperlukan suatu susunan atau struktur organisasi, agar setiap tugas yang ada di pusat preservasi dapat berjalan dengan baik. Stuktur Organisasi di Pusat Preservasi
KEPALA PRESERVASI Dra. Sri Sumekar, M.Ikom
BID. KONSERVASI Ir. Mulatsih Sosilorin, M.Si
SUB. BID. PERAWATAN DAN PERBAIKAN BAHAN PUSTAKA Dra. M. Ayu wirayati, M. Ikom
BID. TRANSFORMASI DIGITAL Teguh Purwanto, M.Si
SUB. BID PENJILIDAN Agus Suyono, S.Sos
BID. REPROGRAFI Dra. Sarwidiati, M. Si
SUB. BID. MIKRO FILM M. Kodir, S.Sos. M.Si
SUB. BID REPRODUKSI Pristiawati, S.E
Dari Staf organisasi Pusat Preservasi di Perpustakaan Nasional, maka ada pula staf yang menaungi kegiatan preservasi di Perpustakaan Nasional. Berikut nama-nama staf yang ada di Pusat Preservasi” a. Elis Sekar Ayu, S.Pd b. Cecep Nurjanjah, S.Sos c. Toto Sugiwanto
50
d. Hamida Ernawati, Ad e. Leni Sudiarti, S.Si f. Wahyu Cahyo, S g. Edi Suryono h. M. Yusuf i. Mulya 4. Koleksi Perpustakaan Nasional Terdapat jenis koleksi bahan pustaka yang dilayankan oleh Perpustakaan Nasional yaitu antara lain: a. Koleksi Buku Koleksi buku mempunyai pelayanan bahan pustaka dan referensi (rujukan) kepada pemustaka, baik untuk anggota maupun pengunjung perpsutakaan biasa (non anggota). Koleksi buku atau monograf mencakup terbitan tahun 1556 sampai yang paling mutakhir, yang terdiri atas buku-buku teks, laporan penelitian, skripsi, tesis dan buku rujukan. b. Koleksi Surat Kabar Koleksi surat kabar terjilid Perpustakaan Nasional terdiri atas terbitan masa kolonial Belanda, zaman pendukung Jepang, masa awal kemerdekaan, periode 1950an sampai dengan terbitan tiga tahun lalu. Tersedia lebih dari 1.000 judul koleksi surat kabar terjilid, terbitan dalam dan luar negeri dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah, bahasa asing seperti Bahasa Be;anda, Inggris, Perancis, Arab, Cina,
51
san Jepang. Selain terbitan LKBN antara, Perpustakaan Nasional memiliki surat kabar tua terbitan tahun 1812 yang merupakan koleksi unggulan Perpustakaan Nasional. c. Koleksi Majalah Meliputi terbitan sebelum perang Dunia II, zaman pendudukan Jepang, periode kemerdekaan sampai yang diterbitkan tiga tahun terakhir. Majalah tertua Perpustakaan Nasional terbit tahun 1731, majalah luar negeri tahun 1779, dan majalah dalam negeri berbahasa Indonesia tahun 1903. d. Koleksi Kliping Koleksi kliping ini mencakup kumpulan gunting berita dan artikel berbagai surat kabar khususnya terbiatan tiga tahun terakhir tentang berbagai subyek. e. Koleksi Peta Koleksi peta yang tersedia terbitan dari tahun 1609 sampai dengan sekarang. Peta Batavia merupakan koleksi tertua yang diterbitkan tahun 1669. Jenis koleksi peta yang tersedia meliputi peta topografi, geologi, kemampuan tanah, pertambangan, pertanian, dan sejarah. Media yang digunakan berupa kain, kertas, dan plastik.
52
f. Koleksi Lukisan Untuk koleksi ini sebagian besar merupakan reproduksi lukisan arkeologi Indonesia sperti candi, petung, keris, dan sebagainya. Reproduksi lukisan tersebut merupakan hadiah dari The British Library kepada Perpustakaan Nasional pada tahun 1995 yang aslinya masih disimpan disana. Koleksi lukisan unggulan lainnya adalah karya pelukis berkebangsaan Belanda di masa colonial yang bernama Johannes Rach. g. Koleksi Audio Visual Koleksi audio visual disebut juga koleksi pandang dengar. Terdiri atas mikrofilm, mikrofis, foto, video, dan kaset yang berisi tentang film dokumenter seni dan berbagai koleksi Perpustakaan Nasional dalam format mikrofilm, mikrofis, maupun digital. h. Koleksi Manuskrip/ Naskah Nusantara Koleksi-koleksi yang tersedia sebagian besar diantaranya hasil pengumpulan kolektor seperti Pigeaud, Brandes, Coben Stuart, Von de Wall, Van der Tuuk dan Artati Soedirjo, serta Gusdur. Jumlah koleksi naskah sekitar ±10.000 judul dan koleksi ini berusia ±100 tahun, dan yang sudah dialih media ke bentuk mikrofilm sekitar ±80% dari jumlah koleksi. Dan yang dialih media dalam bentuk layanan digital baru sekitar 300-an judul naskah.
53
i. Koleksi Buku Langka Koleksi buku langka berjumlah 80.000 judul atau 120.000 eksemplar. Pada awalnya merupakan koleksi perpustakaan Museum Nasional. Buku-buku ini mencakup terbitan zaman kolonial sejak tahun 1556-1985. Koleksi varia (lembaran) berjumlah 2.854 entri berupa ilustrasi yang terdapat pada lembaran-lembaran lepas yang terkumpul dalam portopel dan kotak karton, terdiri dari surat kabar, gambar, peta, piagam, lukisan asli dan naskah. Koleksi ster berjumlah 1.000 entri koleksi ini berupa majalah yang memuat tentang sejarah indonesia. Koleksi braile berjumlah 300 entri. Koleksi deposit tahun 1924-1989 berjumlah 68.940 eksemplar terdiri atas tebitan Indonesia pada masa itu. 5. Layanan Perpustakaan Nasional Layanan yang diberikan kepada pemustaka antara lain adalah sebagai berikut: a. Sistem Layanan Perpustakaan Nasional menerapkan sistem layanan tertutup, artinya pemustaka tidak dapat mencari dan mengambil sendiri bahan pustaka langsung ke rak, melainkan harus meminta bahan pustaka yang diinginkan melalui petugas, selain itu bahan pustaka tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang, tapi hanya untuk dibaca diruang baca yang tersedia.
54
b. Jam Layanan Layanan perpustakaan dibuka pada setiap hari, kecuali pada hari libur dan minggu, dengan jadwal sebagai berikut: HARI
JAM LAYANAN
ISTIRAHAT
Senin- Kamis
09.00 – 18.00
12.00 – 13.00
Jum’at
09.00 – 18.00
11.00 – 13.30
Sabtu
09.00 – 16.00
------------------
Minggu&LiburResmi
Tutup
------------------
c. Jenis Layanan Jenis layanan yang disediakan Perpustakaan Nasional antara lain: 1) Layanan Keanggotaan Dibuka untuk masyarakat umum baik berada di Ibu kota maupun di seluruh wilayah indonesia berhak menjadi anggota dan menggunakan fasilitas Perpustakaan Nasional apabila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan. 2) Layanan Penelusuran Informasi Ilmiah Layanan ini menelusur literatur melalui berbagai sumber koleksi nasional dan asing serta internet, secara langsung maupun lewat surat, fax, telepon atau e-mail.
55
3) Layanan Konsultasi Memberikan konsultasi perorangan maupun instansi yang berkaitan dengan penyelenggaraan layanan perpustakaan, secara langsung maupun melalui surat, fax, telepon atau e-mail. 4) Layanan Pembuatan Kliping Melayani permintaan pembuatan kliping artikel surat kabar atau majalah terbaru koleksi Perpustakaan Nasional dengan topik khusus. 5) Layanan Reproduksi dan Alih Media Melayani reproduksi dan alih media bahan pustaka langka, baik berupa buku, majalah, surat kabar, dan peta ke dalam bentuk mikrofilm atau mikrofis maupun ke format digital melalui media fotografi, foto copy dan mikro pinter. 6) Layanan Indeks Beranotasi Melayani indek beranotasi dari artikel surat kabar dan majalah terbitan sebelum perang dunia II sampai dengan terbitan terbaru dengan topik-topik khusus. 7) Layanan Transliterasi Oleh karena sebagian besar koleksi naskah ditulis dalam berbagai jenis bahasa dan aksara yang tidak selalui dipahami oleh semua pembaca, perpustakaan nasional melayani penterjemahan dalam transliterasi daerah ke aksara latin
56
8) Layanan Internet Dengan
kecepatan
256kbps,
Perpustakaan
Nasional
melayani penelususran informasi melalui internet ke berbagai sumber di berbagai bahan dunia, berhubungan via e-mail dan pencetakan hasil penelusuran. 9) Layanan Fotocopy Karena bahan pustaka tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang, pemakai
yang memerlukannya disediakan layanan
fotocopy. d. Fasilitas Perpustakaan Nasional Perpustakaan Nasional menyediakan fasilitas untuk para pemustaka yaitu antara lain: 1. Layanan internet gratis dengan WIFI dan hotspot. 2. Perpustakaan Nasional menerima hibah bahan pustaka. 3. Layanan Perpustakaan Elektronik keliling (PUSTELING), mobil PUSTELING mengunjungi SMP dan SMA di wilayah jabodetabek. 4. Bantuan bahan pustaka: bantuan bahan pustaka ini diberikan kepada perpustakaan-perpustakaan yang membutuhkan. 5. Membina dan mengembangkan berbagai jenis perpustakaan.
57
B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan 3 metode, yaitu observasi, wawancara serta kajian pustaka. Metode observasi dilakukan dengan teknik check list, metode wawancara dilakukan dengan semi-terstruktur yaitu menggunakan pedoman wawancara dimana pertanyaan yang diajukan secara lepas kepada informan sehingga dapat dilakukan penyempitan atau perluasan topik, metode kajian pustaka penulis meninjau literatur-literatur yang terkait dengan objek penelitian. Maka pada bab ini akan dijabarkan hasil dari penelitian yang dilakukan beserta pembahasannya. 1. Kebijakan Pelestarian Naskah Naskah merupakan satu dari berbagai macam jenis bahan pustaka yang
biasa
terdapat
di
perpustakaan
termasuk
Perpustakaan
Nasional.Bahan pustaka itu sendiri merupakan elemen yang krusial dalam sistem perpustakaan.Secara praktis, naskah juga menjadi salah satu unsur pembangun keanekaragaman bahan pustaka di perpustakaan. Tingginya frekuensi penggunaan bahan pustaka yang disertai dengan minimnya fasilitas pemeliharaan dapat menyebabkan kerusakan, terlebih lagi apabila tidak ada upaya pencegahan yang dilakukan.Upaya pemeliharaan dan pencegahan dirasakan perlu dilakukan sedini mungkin mengingat bahwa biaya yang diperlukan untuk kegiatan tersebut tidaklah sedikit. Pemeliharaan dan pelestarian bahan pustaka oleh Perpustakaan Nasional ini tidak hanya ditujukan bagi bahan pustaka yang sudah usang atau tua, tetapi juga di prioritaskan untuk bahan pustaka baru agar terhindar dari kerusakan.
58
Proses pencegahan dan perbaikan bahan pustaka menjadi kajian substantif penelitian ini. Diperlukan adanya aturan tertulis yang menjadi pedoman berlangsungnya kegiatan pemeliharaan serta pelestarian bahan pustaka.Hal ini juga menjadi perhatian pemerintah sehingga terbentuklah peraturan tertulis yang biasa disebut sebagai kebijakan pelestarian naskah. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil wawancara dengan narasumber 1 yaitu tentang kebijakan pelestarian naskah yang dilakukan pada 27 Maret 2015, mengatakan bahwa : “Kebijakan pelestarian naskah ada dalam buku “Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Perpustakaan (BP) dan Naskah Kuno”.Kebijakan pelestarian naskah ini melibatkan pejabat pusat preservasi dalam membuat surat keputusan (SK) tentang kegiatan pembuatan kebijakan ini kemudian mengajukan nomor SK kepada Kepala Perpustakaan. Implementasi kebijakan ini harus berlaku untuk semua perpustakaan di Indonesia, kekurangan kita itu, kan kadang tidak mengetahui kondisi perpustakaan di masing-masing daerah. Tetapi tentu saja penerapan ini jelas penting karena setiap kebijakan itu kan buat acuan dan pedoman kita”.72 Berdasarkan hasil tersebut, peraturan serta pedoman kegiatan pelestarian naskah sudah dibukukan sebagai bentuk kebijakan yang aplikatif bagi seluruh perpustakaan di Indonesia.Kebijakan ini berkenaan dengan perpurstakaan dan lembaga yang memliki naskah kuno baik daerah maupun pusat memiliki kewajiban melestarikan naskah. Untuk melakukan pelestarian ini diperlukan perhitungan yang matang berkaitan dengan anggaran yang harus dialokasikan sesuai kebutuhan, pembekalan sumber daya manusia, dan penggunaan standar yang baku dalam pelaksanannya pelestariannya. Kebijakan ini meliputi tindakan pencegahan kerusakan (preventif) dan perbaikan kerusakan 72
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bidang Konservasi, Jakarta, 27 Maret 2015
59
(kuratif) yang dalam pelaksanannya dilakukan berdasarkan naskah yang prioritas terlebih dahulu.Bahan pustaka dan naskah kuno yang rusak menjadi prioritas utama dibanding dengan BP dan naskah kuno yang murah dan mengalami kerusakan karena masih dapat dilakukan pengadaan baru. Kebijakan pelestarian naskah diformulasikan oleh bagian yang berwenang dan memiliki otoritas dalam hal pelestarian naskah tersebut. Pejabat pusat preservasi tentunya sudah sedemikian rupa melakukan adaptasi dan pengamatan terhadap kerusakan bahan pustaka sehingga mampu membuat kebijakan pelestarian meskipun bersifat pengajuan kepada Kepala Perpustakaan.Langkah yang dilakukan oleh pejabat pusat preservasi ini merupakan titik tolak adanya upaya untuk melestarikan bahan pustaka berupa naskah di Perpustakaan Nasional. Namun demikian, proses implementasi kebijakan pelestarian naskah ini tetap mengalami hambatan karena pihak Perpustakaan Nasional tidak secara akurat mengetahui kondisi masing-masing perpustakaan di setiap daerah sehingga proses implementasi kebijakan ini dirasakan sulit untuk di serap oleh perpustakaan daerah. Implementasi kebijakan ini tidak hanya fokus dilakukan oleh Perpustakaan Nasional saja, tetapi secara umum juga diberlakukan bagi seluruh perpustakaan di Indonesia. Mengingat bahwa kebijakan ini bersifat sebagai pedoman bagi kegiatan pelestarian naskah yang menjadi satu standar umum bagi seluruh perpustakaan di Indonesia.
60
Kebijakan pelestarian naskah ini juga diperkuat oleh adanya Undang-undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Rekam menyebutkan bahwa Perpustakaan Nasional mempunyai tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan dan mendayagunakan semua karya cetak dan karya rekam termasuk naskah kuno yang dihasilkan di wilayah
Republik
Indonesia.
Undang-Undang
ini
secara
jelas
menyerahkan tanggung jawab kepada Perpustakaan Nasional untuk memelihara,
mendayagunakan
dan
melestarikan
naskah
termasuk
membuat kebijakan agar kegiatan tersebut berlangsung secara sistematis. 2. Pelaksanaan Kegiatan Pelestarian Naskah Koleksi naskah yang belum rusak supaya tidak terkontaminasi dengan perusak koleksi tersebut dapat dicegah dengan melakukan kegiatan pencegahan. Sedangkan untuk naskah yang sudah mengalami kerusakan perlu dilakukan perbaikan agar kerusakan tidak menjadi parah, sehingga proses kerusakan terhenti. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan narasumber 2, didapatkan hasil bahwa kegiatan pelestarian naskah terbagi menjadi dua yaitu usaha pencegahan kerusakan naskah dan usaha perbaikan kerusakan naskah. a. Usaha Pencegahan Kerusakan Naskah Narasumber 2 menjelaskan mengenai kegiatan pencegahan kerusakan naskah yaitu sebagai berikut: “Fumigasi, dilakukan setahun sekali, lalu kalau enam bulan ada serangga lakukan fumigasi lagi. Fumigasi dilakukan 2x24 jam minimal. Kalau debu kan otomatis di cek minimal setiap tahun sekali, jika kita
61
menemukan debu maka kita akan sedot debu tersebut dengan vacuum cleaner. Pakai gorden, untuk ruangan naskah menggunakan saringan ultraviolet berupa kaca film. Kalau untuk cahaya di dalam ruangan menggunakan lampu neon. Naskah wajib 24 jam dengan temperatur 21-24C, karena agar naskah tetap berada pada suhu dan kelembaban untuk menghindari naskah dari kerusakan. Boleh memakai AC setengah hari dengan temperature harus stabil antara 26-28C dengan syarat memakai bantuan kipas angin.Alat pengukurnya ada dehumidifier.untuk itu ada bimbingan pemakai setiap tahun di meja nya ada tulisan kecil “tidak boleh melipat, menekan”.Untuk antisipasi kebakaran kita pasang alat hidran sprinkledan smoke detector. Untuk memadamkan api kita mnggunakan hidran dengan busa lebih baik untuk kertas dan naskah. Naskah sudah di sumpan dalam “Cold Storage” dari baja jika terjadi bencana akan terselamatkan, selain itupun kami memasang dilarang merokok di setiap ruangan.”73 Kegiatan pencegahan kerusakan naskah ini dipaparkan oleh narasumber 2. Langkah konkrit pencegahan kerusakan yang dilakukan di Perpustakaan Nasional ini dilakukan secara teratur. Perlu adanya komitmen yang kuat agar kegiatan ini berlangsung secara stabil sehingga kegiatan pelestarian ini akan menjadi budaya bagi kalanagan pemustaka. Kegiatan pencegahan kerusakan naskah ini dilakukan secara optimal dengan menggunakan peralatan-peralatan yang berkualitas. Kegiatan pencegahan keruskaan naskah ini bukan hanya sebagai tindakan pencegahan yang pada umumnya bersifat opsional, tetapi menjadi tanggung jawab bagi seluruh pustakawan juga pihak Perpustakaan Nasional. b. Usaha Perbaikan Kerusakan Naskah Perpustakaan Nasional melakukan beberapa usaha perbaikan naskah diantaranya menambal dan menyambung kertas, laminasi, 73
Wawancara Pribadi dengan Staff Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka, Jakarta, 09 Maret 2015
62
enkapsulasi, deasidifikasi, penjilidan, alih media bentuk. Usaha perbaikan kerusakan naskah ini menjadi bagian dalam proses pelestarian naskah karena kegiatan ini ditujukan bagi naskah-naskah yang sudah terlampau mengalami kerusakan, usang dan tua. Naskahnaskah yang telah mengalami kerusakan tidak serta merta dibiarkan dan tidak didayagunakan kembali. Perlu ada tindakan perbaikan agar naskah atau bahan pustaka lainnya masih tetap memberikan manfaat meskipun telah mengalami kerusakan. Narasumber 2 menjelaskan dalam wawancara yang dilakukan mengenai usaha perbaikan kerusakan naskah ini, sebagai berikut : “Kita melakukan kegiatan laminasi ini dengan melapisi dua sisi dokumen dengan memakai tisu jepang. Selain itu,proses menambal juga dilakukan untuk merekatkan bagian yang robek atau patah karena lipatan pada kertas, sedangkan untuk kegiatan menyambung ada dua cara yaitu secara manual dan mesin. Untuk proses manual ini dengan menggunakan tisu jepang tetapi caradengan mesin tidak dilakukan, misalkan ada naskah yang robek, ambil tisu jepang secukupnya sebesar area yang robek, di lem dan ditempel di naskah yang robek. Kemudian perbaikan selanjutnya enkapsulasi untuk melindungi naskah dari kerusakan fisik.Usaha perbaikan lainnya deasidifikasi kertas untuk mengurangi kandungan asam pada naskah.”74 Untuk tahapan perbaikan kerusakan naskah melalui enkapsulasi, narasumber tidak menjabarkan satu persatu, tetapi narasumber memberikan rujukan bahan pustaka yang di dalamnya menjelaskan tahapan enkapsulasi tersebut, tahap-tahap itu adalah sebagai berikut: Pertama, meletakkan plastik mylar di atas meja untuk dilakukan pengeleman pada naskah dengan menggunakan double side tape bebas asam. Tahapan ini dilakukan secara berulang sebanyak dua kali 74
Ibid
63
pengulangan. Kedua, melepaskan double side tape yang bebas asam secara perlahan, dan melakukan perekatan naskah yang sudah ditempeli oleh double side tape. Ketiga, menggosok permukaan naskah yang direkatkan oleh double side tape agar penempelan lebih kokoh. Keempat, merapikan plastik mylar yang tersisa dari bagian naskah yang direkatkan. Perbaikan kerusakan naskah yang dilakukan selanjutnya adalah Deasidifikasi adalah proses menetralkan asam pada kertas. Sebelum dilakukan tahap deasidifikasi maka langkah yang dilakukan yaitu proses
bleaching.
Langkah-langkahnya
adalah sebagai
berikut:
Pertama, memberikan penomoran pada naskah yang akan di perbaiki dan melepaskan penjilidan naskah dengan hati-hati. Kedua, merendam naskah dalam air kran, kemudian merendam naskah kembali dengan larutan PK 25 gram. Ketiga, mengangkat rendaman naskah dan membersihkan kandungan larutan PK 25 yang tersisa pada naskah untuk kemudian naskah kembali direndam dengan larutan asam oksalat dan kemudian dibersihkan dengan melakukan pembilasan. Keempat, memulai proses deasidifikasi dengan larutan campuran Magnesium Hidro Karbonat dengan CO2. Proses ini bertujuan untuk melakukan penteralan pH pada kertas.75 Setelah 4 kegiatan perbaikan kerusakan naskah tersebut, terdapat usaha perbaikan kerusakan naskah yang dijelaskan narasumber 5 yaitu sebagai berikut:
75
Ibid., h. 51-66
64
“Naskah dipisah yang masih bisa dijilid apa engga, kalau naskah engga bisa dijilid dibuat portopel. Naskah yang masih bisa dijilid dibersihin debunya sebelum masuk ke tahap berikutnya. Kalau pinggiran naskah yang rusak ditambal atau disambung menggunakan tissue jepang. Cutter dan sampul dilepas terlebih dahulu, baru jilidannya dibongkar. Sampulnya dibikin ulang dengan menggunakan bahan buckram itu board bebas asam. Kalo misalnya ada sisa judul, judul yang masih melekat di board itu direndam di air lalu dijemur. Setelah itu judulnya dilekatkan kembali ke sampul yang baru. Lalu di pres serta alat yang digunakan untuk penjilidan itu lem, kuas dan gunting.” Usaha perbaikan kerusakan naskah yang terakhir adalah alih media. Seperti yang dikatakan narasumber 4: “iya, naskah juga dialihmediakan salah satunya dalam bentuk digital guna menjaga informasinya agar dapat digunakan oleh para pengguna”.76 Alih media bentuk yang dilakukan pada Perpustakaan Nasional yaitu proses digitalisasi naskah. Transformasi digital melakukan kegiatan alih media digital sebagai upaya menyelamatkan kandungan isi informasi yang terdapat didalam naskah agar isinya dapat dimanfaatkan untuk selama-lamanya. Dalam melaksanakan kegiatan transformasi digital menetapkan prosedur atau alur kerja alih media digital. Hal ini bertujuan supaya kegiatan alih media digital bekerja secara sistematik dan terkontrol. Alur kerja bidang transformasi digital terdapat dalam Lampiran 1. 3. Penyebaran Informasi Naskah. Kegiatan
penyebaran
informasi
naskah
merupakan
upaya
menyebarluaskan isi naskah kepada para pemustaka. Upaya penyebaran
76
Wawancara Pribadi dengan Kepala Transformasi Digital, Jakarta, 16 Maret 2015
65
informasi naskah pada Perpustakaan Nasional meliputi pembuatan katalog naskah. Hal ini diutarakan oleh narasumber 5 sebagai berikut: “Memamerkan naskah ke daerah-daerah dan juga seluruh naskah telah dibuatkan katalog kemudian katalog tersebut telah kami bukukan. katalog naskah biasanya digunakan para peneliti. peneliti menelusur naskah melalui katalog tersebut. Katalog naskah belum online seluruhnya, baru 30% dari keseluruhan yang sudah dipublikasikan di website Perpustakaan Nasional”.77 Penyebaran informasi ini dapat dikatakan sebagai upaya sosialisasi atau promosi informasi yang ada pada naskah agar diketahui khalayak umum. Proses penyebaran informasi biasanya melalui forum festival nusantara ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkenalkan informasi yang ada dalam naskah sebagai pengetahuan umum khususnya untuk masyarakat yang mengakses perpustakaan di daerah. Selain itu, kegiatan penyebaran informasi ini memberikan kemudahan untuk pemustaka mengakses bahan pustaka yang berjenis naskah.
C. Pembahasan 1. Kebijakan Pelestarian Naskah Perpustakaan Nasional sudah memiliki kebijakan tertulis tentang pelestarian naskah yang tertuang dalam buku “Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Pustaka (BP) dan Naskah Kuno”. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan, Perpustakaan Nasional memperinci kebijakan tersebut dalam bentuk buku yaitu buku “Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Pustaka (BP) dan Naskah Kuno”. Acuan kebijakan 77
Maret 2015
Wawancara Pribadi dengan Kepala Layanan Naskah dan Transliterasi, Jakarta, 23
66
buku tersebut diantaranya Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1990, Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2014 dan Standar Nasional Perpustakaan. Dalam hal ini Perpustakaan Nasional merumuskan kebijakan pelestarian naskah seperti yang dikatakan Sutarno bahwa kebijakan perpustakaan adalah pembentukan sejumlah dasar, pedoman aturan dan tata tertib dalam rangka penyelenggaraan perpustakaan agar segala sesuatunya berjalan dengan baik.78 Berdasarkan pengamatan penulis terhadap buku “Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Perpustakaan (BP) dan Naskah Kuno”. Buku tersebut sudah dirancang secara sedemikian rupa oleh Perpustakaan Nasional sehingga pembacanya dapat memahami dengan mudah kebijakan yang dibuat. Kebijakan pelestarian naskah mempunyai mekanisme, prosedur, dan tata aturan tertentu agar dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini perpustakaan telah mewujudkan kebijakan pelestarian naskah secara sederhana, sistematis dan mudah dipahami, seperti yang dikatakan Sutarno “... untuk dapat mewujudkan suatu sistem kerja yang baik, maka perlu disusun sistem kerja yang mudah, sederhana dan dapat dijalankan...”79
78
Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi (Jakarta: Panta Rei, 2005), h. 118 79 Ibid., h. 121
67
2. Pelaksanaan Kegiatan Pelestarian Naskah a. Usaha Pencegahan Kerusakan Naskah Salah satu tugas Perpustakaan Nasional yang tertuang dalam UU No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan yaitu Perpustakaan Nasional bertugas sebagai pelestarian bahan pustaka. Dalam hal ini pelestarian mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip.80 Pelestarian bahan pustaka di Perpustakaan Nasional dihadapkan pada berbagai faktor kerusakan diantaranya: 1) Faktor Biota Berdasarkan
pengamatan
penulis
salah
satu
faktor
kerusakan yang dihadapi Perpustakaan Nasional adalah faktor biota yang disebabkan oleh serangga. Upaya Perpustakaan Nasional dalam mengantisipasi hal ini yaitu dengan melakukan fumigasi selama enam (6) bulan sampai satu (1) tahun sekali dengan waktu pengasapan 2x24 jam. Dalam hal ini Perpustakaan Nasional telah melakukan salah satu upaya untuk menghilangkan serangga dari beberapa upaya yang sering kali digunakan diantaranya penyemprotan dengan menggunakan bahan insektisidan (bahan pembasmi serangga), penggunaan sistem pengumpanan, penuangan larutan racun ke dalam lubang, dan penaburan kapur barus pada rak-rak buku secara berkala.81
80
h. 314
81
Sudarsono Blasius, Antologi Kepustakawanan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006),
Suwija Nyoman, Laporan Penelitian: Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Udayana (Denpasar: Universitas Udayana, 1995), h. 95
68
2) Faktor Fisika Berdasarkan hasil pengamatan penulis penyebab kerusakan yang diakibatkan oleh faktor fisika pada Perpustakaan Nasional yaitu disebabkan oleh debu, cahaya serta kelembaban udara. Perpustakaan Nasional memeriksa debu secara berkala minimal satu tahun sekali, dan kemudian membersihkannya dengan vacuum cleaner. Perpustakaan Nasional sudah modern dengan menggunakan vacuum cleaner dalam membersihkan debu. Sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan untuk membersihkan debu tersebut diantaranya dengan menggunakan
kuas, vacuum
cleaner, karet busa (spon), atau bulu ayam.82 Perpustakaan Nasional memasang gorden atau saringan ultraviolet berupa kaca film (jika diperlukan) untuk menghalangi sinar matahari masuk ke ruangan naskah.Cahaya matahari yang masuk
ke
dalam
ruangan,
baik
yang
langsung
atau
pantulandihalangi dengan kain gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultra violet.83 Perpustakaan Nasional memasang Air Conditioner (AC) di ruangan naskah selama 24 jam tanpa henti. Seperti yang dinyatakan oleh Halim Sobri dan M.Syafe‟i, usaha pencegahan agar naskah tidak terlalu mengalami kerusakan dengan cara
82
Halim Sobri dan M.Syafe‟i, “Peranan Pelestarian Koleksi Bahan Pustaka Berbasis Kertas. Tinjauan Penyimpanan Sebagai Bahan dari Pelestarian “, Jurnal Kepustakawanan dan Masyarakat Membaca, vol. 22, no. 2 (Juli-Desember 2006): 39 83 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 45
69
penggunaan AC harus dilakukan dalam 24 jam yang ruangannya harus selalu tertutup.84 Perpustakaan Nasional menggunakan dehumdifier untuk menurunkan
kelembaban
perpustakaan.
Dehumidifier
udara
pada
digunakan
ruangan untuk
koleksi
menurunkan
kelembaban udara dalam ruangan tertutup sedangkan silicagel untuk menurunkan kelembaban udara dalam lemari atau filing cabinet.85 3) Faktor Eksternal Berdasarkan hasil pengamatan penulis, manusia dan api menjadi faktor eksternal yang diantisipasi dapat menyebabkan kerusakan naskah di Perpustakaan Nasional. Perpustakaan Nasional mengantisipasi kerusakan yang disebabkan oleh manusia dengan cara membuat tata tertib yang diletakkan di meja pembaca. Hal ini seperti dinyatakan oleh Martoatmodjo Karmidi yang menjelaskan bahwa manusia menjadi sumber kerusakan, cara mencegah kerusakan ini dengan memberi informasi mengenai cara-cara memperlakukan bahan pustaka, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, dilarang mencoret-coret atau melipat buku secara sembarangan serta dipasang peraturan penggunaan bahan pustaka.86Selain itu pun, selama satu
84
Perpustakaan Nasional, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (Jakarta: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Nasional, 2002), h. 28-29 85 Muhammadin Razak, Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1995), h.30 86 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1992), h. 46
70
tahun sekali Perpustakaan Nasional membuat kegiatan bimbingan pemakai kepada para pemustaka. Perpustakaan Nasional mengantisipasi kerusakan yang disebabkan oleh api yaitu dengan memasang peraturan larangan merokok, alat hydrant, springkal dan smoke detector. Hal ini sama seperti yang dinyatakan Martoatmodjo Karmidi: “Mencegah terjadinya kebakaran dapat diambil tindakan, seperti: periksa jaringan kabel listrik terhadap gedung secara berkala, siapkan alat pemadam kebakaran, dilarang merokok di ruang perpustakaan serta siapkan sirene dan smoke detector di setiap ruang perpustakaan.”87 b. Usaha Perbaikan Kerusakan Naskah 1) Menambal dan Menyambung Kertas Berdasarkan hasil pengamatan penulis, Perpustakaan Nasional melakukan usaha perbaikan dengan cara menambal dan menyambung.
Perpustakaan
Nasional
melakukan
kegiatan
menambal dan menyambung menggunakan tissue jepang, tujuan kegiatan ini yaitu untuk menutupi bagian naskah yang bolong atau merekatkan naskah yang patah. Seperti yang dinyatakan oleh Muhammadin Razak, kegiatan ini bermanfaat untuk mengisilubanglubang,
dan
bagian-bagian
yang
dihilangkan
pada
kertas
ataumenyatukan kembali kertas yang robek akibat bermacam-macam faktorperusak.88
87
MartoatmodjoKarmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 78-79 88 MuhammadinRazak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip(Jakarta: ProgramPelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 50
71
2) Laminasi Berdasarkan hasil pengamatan penulis, laminasi menjadi salah satu usaha perbaikan naskah yang dilakukan oleh Perpustakaan
Nasional.
Perpustakaan
Nasional
melakukan
kegiatan laminasi dengan cara melapisi dua sisi naskah yang mulai rapuh dengan menggunakan tissue jepang. Menurut Martoatmodjo Karmidi laminasi merupakan suatu kegiatan melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet.89 Dalam hal ini kertas khusus yang dipakai Perpustakaan Nasional adalah tissue jepang. 3) Enkapsulasi Berdasarkan hasil pengamatan penulis, selain laminasi Perpustakaan
Nasional
melakukan
kegiatan
enkapsulasi.
Perpustakaan Nasional menggunakan mylar, pemberat, double side tape dan cutter. Semua perlengkapan ini disebutkan oleh Muhammadin Razak: “Peralatan dan bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan enkapsulasi ialah gunting, alas dari pelastik tebal yang dilengkapi dengan garis-garis yang berpotongan tegak lurus untuk mempermudah pekerjaan, sikat halus, film plastik polyester, pisau, pemotong (cutter), double sided tape 3M, pemberat, kertas, penyerap bebas asam dan lembaran kaca.”90
89
Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka ( Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.53 90 Muhammadin Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1999), h. 58
72
4) Deasidifikasi Berdasarkan
hasil
pengamatan
penulis
Perpustakaan
Nasional melakukan deasidifikasi untuk menghilangkan asam pada
naskah.
Perpustakaan
Sebelum Nasional
melakukan melakukan
proses bleaching
deasidifikasi, atau
proses
pembersihan kertas dari noda-noda terlebih dahulu. Dalam kegiatan deasidifikasi Perpustakaan Nasional menggunakan beberapa bahan zat kimia diantaranya asam oksalat, magnesium hidro karbonat dan CO2. 5) Penjilidan Berdasarkan
hasil
pengamatan
penulis
Perpustakaan
Nasional melakukan kegiatan penjilidan, yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi naskah seperti aslinya dengan membuat ulang sampul naskah dari bahan buckram board bebas asam. Tidak semua naskah pada Perpustakaan Nasional bisa dijilid, portopel akan dibuatkan untuk naskah-naskah yang tidak bisa dijilid. Penjelasan ini sesuai dengan definisi Martoatmodjo Karmidi bahwa penjilidan merupakan pekerjaan menghimpun menggabungkan lembaran-lembaran yang lepas menjadi satu, yang dilindungi ban atau sampul.91 6) Alih media Berdasarkan hasil pengamatan penulis, Proses digitalisasi atau alih media yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional sudah 91
Martoadmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 123
73
dilakukan
dengan
baik.
Tujuan
kegiatan
digitalisasi
ini
merupakan upaya menyelamatkan kandungan isi informasi yang terdapat didalam naskah agar isinya dapat dimanfaatkan untuk selama-lamanya. Tujuan ini pun dinayatakan oleh Tjetjep S. Surilaga
bahwaPelestarian
koleksi
perpustakaan
melalui
pengalihan ke dalam bentuk mikrofilmataupun CD bertujuan selain untuk penyelamatan, pengamatan, juga ternyata dapat menghemat tempat, waktu dan tenaga, menghemat biaya pemeliharaan dan penyebaran, serta mempermudah pencarian kembali.92 3. Penyebaran Informasi Naskah Berdasarkan hasil pengamatan penulis, Perpustakaan Nasional melakukan
kegiatan
penyebaran
informasi
naskah
sudah
cukup.
Perpustakaan Nasional baru melakukan dua kegiatan penyebaran informasi yaitu melalui pameran naskah dan pembuatan katalog.Kegiatan memamerkan naskah yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional ini dilakukan ke daerah-daerah guna menunjang kelengkapan informasi di perpustakaan daerah itu sendiri.Selanjutnya, penyebaran informasi lainnya adalah pembuatan katalog naskah yang dapat diakses melalui website Perpustakaan Nasional. Sampai saat ini, semua naskah yang terdapat pada Perpustakaan Nasional telah dikatalogkan dan dibuatkan buku, sekitar 30% diantaranya sudah dapat diakses secara online untuk pemustaka dan umum melalui website Perpustakaan Nasional. 92
Tjetjep S. Surialaga, dkk, Pelestarian Koleksi Perpustakaan, Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol. II no. 2 (2002): h. 56
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan tentang Pelestarian Naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia diantaranya: 1.
Perpustakaan Nasional sudah memiliki kebijakan tertulis tentang kegiatan pelestarian naskah yang tertuang dalam buku Pokok-Pokok Kebijakan Pelestarian Bahan Pustaka (BP) Dan Naskah Kuno 20152019.Kebijakan meliputi tindakan pencegahan kerusakan (preventif) dan perbaikan kerusakan (kuratif) yang dalam pelaksanaannya dilakukan berdasarkan naskah yang prioritas terlebih dahulu. Bahan pustaka dan naskah kuno dalam kondisi rusak menjadi prioritas utama dibanding dengan BP dan naskah kuno yang murah dan mengalami kerusakan karena masih dapat dilakukan pengadaan baru.
2.
Kegiatan pencegahan kerusakan dilakukan melalui fumigasi satu tahun sekali, menggunakan vacuum cleanner , Air Conditioner (AC), alat dehumdifier serta memasang gorden, pengadaan kegiatan bimbingan pemakai, membuat tata tertib, serta memasang alat smoke detector,springkal
dan
hydrant.Selain
kegiatan
pencegahan,
Perpustakaan Nasional melakukan kegiatan perbaikan naskah diantaranya menambal dan menyambung, laminasi, enkapsulasi, deasidifikasi, penjilidan serta alih media bentuk.
74
75
3.
Perpustakaan Nasional sudah melakukan penyebaran informasi naskah melalui katalog web Perpustakaan Nasionaldan membuat katalog buku terakhir dilakukan pada tahun 2004. Selain itu memamerkan naskah ke daerah-daerah dalam forum festival naskah nusantara.
B. Saran Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk Perpustakaan Nasional di bagian Preservasi Bahan Pustaka dalam usahanya melestarikan baik fisik maupun kandungan informasi dari suatu bahan pustaka terutama naskah adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya ketegasan mengenai kebijakan, seperti yang ditulis di dalam Pokok-Pokok Kebijakan Pelestarian Bahan Pustaka (BP) dan Naskah Kuno, belum jelas untuk perpustakaan apa saja hal itu diberlakukan. Meskipun kadang Perpustakaan Nasional mengeluarkan kebijakan untuk semua jenis perpustakaan namun tetap perlu disebutkan kebijakan ini berlaku untuk perpustakaan apa. 2. Pelaksanaan kegiatan di Perpustakaan Nasional sudah sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang ada. Hanya perlu ditekankan mengenai waktu rutin dalam melakukan tahap demi tahap pelaksanaan tersebut. Agar tidak ada kelalaian waktu yang mengakibatkan naskah menjadi cepat rusak, karena waktu untuk melakukan tahapan pelestarian sangat berpengaruh
terhadap
kualitas
naskah
kaitannya
dengan
penggunaannya oleh pemustaka. Keterangan waktu tersebut juga perlu di masukkan dalam kebijakan yang ada.
76
3. Perpustakaan
Nasional
perlu
mengadakan
optimalisasi
upaya
penyebaran informasi. Hal ini sebaiknya dilakukan tidak hanya melalui katalog web Perpustakaan Nasional, katalog buku dan pameran naskah tetapi bisa juga dilakukan melalui penyebaran fotocopy naskah atau bulletin. 4. Perlu adanya peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia baik di bagian layanan koleksi naskah maupun di bagian preservasi bahan pustaka, supaya penanganan kerusakan dapat lebih terkendali.
DAFTAR PUSTAKA Agnes Karya Wijayanti, “Pemeliharaan Pustaka Untuk Menjaga Kelestariannya.” Warta Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, vol. 3 no.3, (Desember 1995): h. 4. Baried Siti Baroroh, Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994. Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo, 2007. Daryono. “Pemeliharaan Bahan Pustaka di PPerpustakaan”. http://daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-diperpustakaan. (Diakses pada tanggal 10 November 2014 jam 11.00 WIB) Durea J.M dan D.W.G Clement. Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990. E. Martono. Pengetahuan Dokumentasi dan Perpustakaan: Sebagai Pusat Informasi. Jakarta: Karya Utama, 1990. Halim Sobri dan M. Syafe‟i,“Peranan Pelestarian Koleksi Bahan Pustaka Berbasis Kertas. Tinjauan Penyimpanan Sebagai Bahan dari Pelestarian”,Jurnal Kepustakawanan dan Masyarakat Membaca, vol. 22, no. 2 (Juli-Desember 2006): h. 39 Harvey Ross. Preservation in Libraries: Principles, Strategies, and Practices for Librarians. London: Bowker Saur, 1993. Hernandono. Perpustakaan dan Kepustakawanan. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta: STIA-LAN, 2004. Lasa, HS. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007. Lexy J. Moeleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. M. Ali Nurhasan Islamy, “Preservation of Ancient Manuscripts Radya Pustaka Museum”, Congress of Southeast Asian Librarians (CONSAL XVI, 2015): h. 7.
77
78
Martoatmodjo, Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. Muhamad Djuhro. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002. Perpustakaan Nasional RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2008. Pudjiastuti, Titik. Analisa Unsur Sejarah Dalam Sumber Tertulis Cirebon. Depok: FSUI, 1996. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Putu Laxman Pendit. Merajut Makna Penelitian Kualitatif Bidang Perpustakaan dan Informasi. Jakarta: Citra Karya Mandiri, 2009. Razak, Muhammadin. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Yayasan Ford oleh Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992. . . Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta:Program . Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1999. . . Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1995. Soeratno dan Arsyad, Lincolin.Metodologi Penelitian: untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1998 Styarto, Kris Adri. “Kerusakan Pada Bahan Pustaka dan Cara Pencegahannya”, Media Pustakawan, No. 1 (2001): h. 24 Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006. Sulistyo-Basuki. Pengantar Dokumentasi Ilmiah. Jakarta: Kesaint Blanc, 1989. . 1993.
. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
. . Teknik dan Jasa Dokumentasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992. . Pengantar Dokumentasi. Jakarta: Rekayasa Sains, 2004. Sutarno NS. Tanggung Jawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi. Jakarta: Panta Rei, 2005.
79
Suwija Nyoman. Laporan Penelitian: Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Udayana. Denpasar: Universitas Udayana, 1995. Tjetjep S. Surialaga, dkk. Pelestarian Koleksi Perpustakaan, Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol. II no. 2 (2002): h. 55-57. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2010/2011. Jakarta: Biro Administrasi dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
LAMPIRAN
PANDUAN OBSERVASI NO
KEGIATAN OBSERVASI
YA
1.
Mengunjungi website Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
2.
Mengunjungi OPAC Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
3.
Mengamati koleksi naskah
4.
Melihat kegiatan pembersihan koleksi naskah yang terkena debu
5.
Melihat kegiatan menambal dan menyambung pada naskah
6.
Melihat kegiatan penjilidan pada naskah
7.
Melihat kegiatan enkapsulasi pada naskah
8.
Melihat katalog naskah
9.
Megamati lingkungan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berkenaan dengan pelestarian naskah
Melakukan wawancara dengan staf perpustakaan
10.
TIDAK
Hasil Wawancara Kepala Bidang Preservasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 1. Adakah kebijakan pelestarian naskah secara tertulis? a. Jika ya, seperti apa dan bagaimana isinya? b. Jika tidak, mengapa? Jawab: “Kebijakan pelestarian naskah ada dalam buku Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Perpustakaan (BP) dan Naskah Kuno.” 2. Siapa sajakah yang terlibat dalam menentukan kebijakan tersebut? Jawab: “Pejabat pusat preservasi membuat surat keputusan (SK) tentang kegiatan pembuatan peraturan ini kemudian mengajukan nomor SK kepada Kepala Perpustakaan.” 3. Adakah kendala dalam merumuskan kebijakan tersebut? Jawab: “Kebijakan ini harus berlaku untuk semua perpustakaan di indonesia, kekurangan kita itu, kan kita kadang-kadang tidak mengetahui kondisi perpustakaan masing-masing daerah.” 4. Menurut
Bapak/ibu,
seberapa
penting
kebijakan
dalam
kegiatan
pelestarian naskah? Jawab: “Jelas, Penting! Setiap kebijakan itu kan buat acuan dan pedoman kita.” 5. Apakah kebijakan pelestarian naskah sudah berjalan? Apakah sudah berjalan dengan baik? Jawab: “Eeehm.. secara interen sudah. Tapi untuk sosialisasinya harus ada pengesahan dulu, jadi kita belum sosialisasi ke daerah-daerah, kita hanya perkenalan aja. Ada di daerah Jakarta Pusat sudah menggunakan yaitu di Perpustakaan Museum Nasional daerah Monas.”
Hasil Wawancara Staff Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kerusakan pada naskah? Jawab:“Ehmmm..... ada faktor manusia, bencana, faktor biota, cahaya.” 2. Jenis-jenis kerusakan apa saja yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut? Jawab:“Banyak, ehmmm berlubang, serangga, naskah ya? Korosi tinta, perubahan warna kertas.” 3. Bagaimana usaha pencegahan kerusakan naskah yang dilakukan oleh faktor biologi? Jawab:“Fumigasi, lakukan fumigasi satu tahun sekali, lalu kalu 6 bulan ada serangga lakukan fumigasi lagi. Fum igasi 2x24 jam minimal.” 4. Bagaimana usaha pencegahan kerusakan naskah yang dilakukan oleh faktor fisika? Jawab:“kalau debu kan otomatis dicek minimal setiap tahun sekali jika kita menemukan debu maka akan kita sedot debu tersebut dengan vacuum cleaner. Kalau cahaya pakai gorden, masukkan dalam box lemarinya ada tutupnya, ehmm untuk ruangan naskah meemakai saringan ultraviolet berupa kaca film. Kalau untuk cahaya didalam ruangan menggunakan lampu neon.Nah kalau suhu naskah wajib 24 jam dengan temperatur 2124ºC karena agar naskah tetap berada pada suhu dan kelembaban untuk menghindari naskah dari kerusakan. Boleh memakai ac setengah hari dengan temperatur harus stabil antara 26 -28 dengan syarat memakai bantuan
kipas
angin, untuk menyerap
kelembaban udara
kita
menggunakan alat dehumidifier.” 5. Bagaimana usaha pencegahan kerusakan naskah yang dilakukan oleh faktor manusia dan faktor lain? Jawab: “Faktor manusia ya? Untuk itu ada bimbingan pemakai setiap tahun, dimejanya ada tulisan kecil tidak boleh melipat menekan. “ehhm untuk antisipasi kebakaran kita pasang alat hydrant, springkal dan smoke
detector. Untuk memadamkan api kita memakai hydrant dengan busa bukan air karena busa lebih baik untuk kertas dan naskah. Manuskrip sudah disimpan didalam kusturis dari baja jika terjadi bencana akan terselamatkan. Selain itu pun kami memasang larangan merokok di setiap ruangan”.1 6. Apa saja cara yang dilakukan untuk memperbaiki naskah-naskah yang rusak? Jelaskan! Jawab:“Langkah yang pertama itu survei kondisi kerusakan pada naskah, langkah yang kedua mendokumentasikan naskah yang mengalami kerusakan, selanjutnya yang ketiga yaitu memperbaiki naskah-naskah yang rusak dengan cara menghilangkan noda, menetralkan asam, laminasi, penjilidan.” 7. Bagaimana cara menambal atau menyambung naskah-naskah yang sudah mengalami kerusakan? Jawab:“Menambal dilakukan untuk merekatkan bagian yang robek atau patah karena lipatan pada kertas sedangkan untuk kegiatan menyambung ada dua cara yaitu dengan cara manual dan mesin. kalo dengan cara manual menggunakan tissue jepang, tapi cara dengan mesin ga dilakukan. misalkan ada naskah yang robek, ambil tissue jepang secukupnya sebesar area yang robek, dilem lalu ditempel dinaskah yang robek.” 8. Alat-alat apa saja yang diperlukan untuk melakukan kegiatan ini? Jawab:“Mesin potong manual, gunting, pisau potong.” 9. Apakah pihak perpustakaan pernah melakukan kegiatan laminasi dan enkapsulasi?
1
Ibid
Jawab:“Iya pernah kita melakukan kegiatan laminasi dan enkapsulasi.” 10. Bagaimana cara melakukan kegiatan laminasi pada naskah? Jawab: “iya kita melakukan kegiatan laminasi, kami melakukan kegiatan laminasi ini dengan melapisi dua sisi dokumen dengan memakai tissue jepang.” 11. Bagaimana cara melakukan kegiatan laminasi pada naskah? Jawab: “Biar lengkap kamu bisa langsung liat di buku Perpustakaan Nasional aja.” 12. Apakah pernah dilakukan kegiatan deasidifikasi kertas guna mengurangi kandungan asam kertas terhadap naskah? Jawab: “iya pernah melakukan kegiatan deasidifikasi kertas untuk mengurangi kandungan asam pada naskah.”
Hasil Wawancara Staff Bidang Penjilidan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 1. Bagaimana tahapan-tahapan dalam penjilidan? Jawab:“Kalo naskah itu biasanya yang masih bisa kita jilid, hanya jilidannya yang rusak kita jilid ulang tanpa keperawatan, itu biasanya masih ada koleksi yang bagus jadi ga usah ke lantai 3. Langkahlangkahnya: Naskah dipisah yang masih bisa dijilid apa engga, kalau naskah engga bisa dijilid dibuat portopel. Naskah yang masih bisa dijilid dibersihin debunya sebelum masuk ke tahap berikutnya. Kalau pinggiran naskah yang rusak ditambal atau disambung menggunakan tissue jepang. Cutter dan sampul dilepas terlebih dahulu, baru jilidannya dibongkar. Sampulnya dibikin ulang dengan menggunakan bahan buckram itu board bebas asam. Kalo misalnya ada sisa judul, judul yang masih melekat di board itu direndam di air lalu dijemur. Setelah itu judulnya dilekatkan kembali ke sampul yang baru. Lalu di pres.” 2. Alat-alat apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan ini? Jawab:“Alat yang digunakan untuk penjilidan itu lem, kuas, gunting, cutter, jarum, benang dan alat pres.
Hasil Wawancara Kepala Bidang Transformasi Digital Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 1. Dalam usaha pelestarian naskah, apakah naskah juga di alih mediakan? “Iya, naskah juga dialihmediakan salah satunya dalam bentuk digital guna menjaga informasinya agar dapat digunakan oleh para pengguna.
Hasil Wawancara Kepala Layanan Naskah dan Transliterasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 1. Adakah kegiatan penyebaran informasi (isi kandungan) naskah yang dilakukan? a. Jika ada, jelaskan? b. Jika tidak, mengapa? Jawab:“ Iya ada, dikemas dalam bentuk cd, lalu kita olah dalam bentuk cd kita buat katalognya, kita upload ke wibesitenya. 2. Adakah proses penyebaran informasi (isi kandungan) naskah yang berbentuk katalog? a. Jika ada, jelaskan? b. Jika tidak, mengapa? Jawab:“Seluruh naskah telah dibuatkan katalog kemudian katalog tersebut telah kami bukukan. katalog naskah biasanya diguanakan para peneliti. peneliti menelusur naskah melalui katalog tersebut. Katalog naskah belum online seluruhnya, baru 30% dari keseluruhan yang sudah dipublikasikan di website Perpustakaan Nasional.” 3. Adakah proses penyebaran informasi lain yang dilakukan selain pembuatan katalog? Jawab: “iya ada, perpustakaan memamerkan naskah ke daerah-daerah.
MESIN POTONG/ SISIR
ALAT PRES/ PENEKAN
MESIN POTONG MANUAL
ALAT PEMINDAH JAITAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Hikmah Nasution lahir di Jakarta, 16 Juli 1990 merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Kamaluddin Nasution dan Ibu Arniyati Lubis. Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Islam. Kini penulis beralamat di Jl. Tipar Cakung Gg. Swadaya RT 004 RW 002, Kecamatan: Cilincing, Kelurahan: Sukapura, Provinsi: DKI Jakarta Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu pada tahun 19972002 lulus dari SDI Manbaul Hikmah. Pada tahun 2003-2005 lulus dari SMP Negeri 231 Jakarta dan melanjutkan ke SMA Negeri 83 Jakarta Utara, lulus tahun 2006-2008. Setelah itu kuliah mengambil Jurusan Ilmu Perpustakaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008-2015 dan menyelesaikan pendidikannya dengan menulis skripsi yang berjudul “Pelestarian Naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia”. Selama masa kuliah, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Perpustakaan sebagai Litbang periode 2009-2010. Melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukamaju, Sukabumi pada tahun (2010-2011) dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perpustakaan Kejaksaan Agung Republik Indonesia pada tahun (2011-2012).