PELAYANAN SOSIAL ANAK JALANAN BERBASIS PANTI SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN HAK ANAK (Studi Kasus di Social Development Center for Street Children, Bambu Apus, Cipayung,Jakarta Timur)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.i)
Oleh Ipul Suharma NIM. 104054102115
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PELAYANAN SOSIAL ANAK JALAN BERBASIS PANTI SEBAGAI WUJUD PERLIDUNGAN HAK ANAK (STUDI KASUS DI SOCIAL DEVELOPMENT CENTER FOR STREET CHILDREN BAMBU APUS, JAKARTA TIMUR) telah diujikan dalam siding munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 23 April 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.i) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial. Jakarta, 30 April 2009 Sidang Munaqosyah,
Ketua Merangkap Angota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Arief Subhan,MA NIP. 150 262 442
Muallimin Ibrahim, S.Pd.I NIP. 150 219 565
Penguji I,
Penguji II,
Wati Nilamsari, M.Si NIP. 150 293 223
Ismet Firdaus, M.Si
Pembimbing,
Nurhayati, M.Si
ABSTRAK Anak Jalanan merupakan salah satu permasalahan sosial yang sering dihadapi oleh tiap Negara di dunia. Anak jalanan terbagi menjadi dua, yaitu: anak jalan yang hidup, tinggal, dan mencari kebutuhan ekonominya di jalan (children on the street), dan anak jalanan yang hanya sekedar mencari kebutuhan ekonominya di jalan (children of the street). Banyak pelbagai masalah yang menyebabkan anak turun ke jalan. Dari permasalahan disfungsi keluarga, kurangnya partisipasi anak pada kepentingan untuk sekolah sampai dengan permasalahan kemiskinan. Berbagai pendekatan digunakan untuk mengentaskan permasalahan anak jalanan, dari pendekatan yang bersifat preventif seperti pemberdayaan keluarga sampai dengan pendekatan yang bersifat rehabilitatif seperti pengunaan panti asuhan anak atau lebih dikenal dengan istilah panti sosial anak. Penelitian ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana pelayanan sosial terhadap anak jalanan dalam bentuk pendekatan rehabilitatif atau panti (center based program). Melalui proses wawancara serta dengan observasi, dapat diketahui bahwa pelayanan sosial terhadap anak jalanan terdapat alur pelayanan atau lebih dikenal tahapan pelayanan yang didalamnya terdapat jenis-jenis pelayanan serta terdapat faktor yang mendukung dan menghambat proses pelayanan tersebut. Dengan memilih informan yang dipilih secara sengaja (purposive sampling) dapat diketahui bahwa tahapan pelayanan sosial terdapat beberapa tahapan diantaranya adalah: tahapan pendekatan awal yang didalamnya terdapat kegiatan sosialisasi; identifikas; adaptasi; registrasi dan kontrak, berlanjut pda tahapan asesmen: asesmen social; asesmen psikologis; asesmen social;, tahapan perencanaan dibahasi pada rapat CC, tahapan pelaksanaan: bimbingan social; bimbingan keterampilan; bimbingan pendidikan;, dan tahapan pengakhiran layanan atau terminasi: yaitu penyaluran kerja, kembali ke keluarga. Serta dapat diketahui mengenai jenis pelayanan yang di dapatkan anak di panti SDC tersebut dan faktor yang mendukung dan menghambat proses layanan.
KATA PENGANTAR Puji serta syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah memberikan nikmat yang tiada terhingga, terutama nikmat sehat wal afiat sehingga peneliti dapat merampungkan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, penghulu para nabi, suri tauladan bagi umatnya yang membawa ajaran islam sebagai rahmatan lil alamin. Peneliti menyadari sepenuh hati bahwa penulisasn skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan bagik dari segala materi, maupun pembahasan, maupun tata bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan peneliti yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritikan dan saran yang bertujuan membangun sungguh merupakan masukan bagi peneliti demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya peneliti mengucapakan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Murodi, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta Pembantu Dekan I,II,dan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Helmy Rustandi, MA selaku ketua jurusan Kessos, dan Bapak Ismet Firdaus,M.Si selaku ketua jurusan Kessos. 3. Ibu Nurhayati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan serta motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing peneliti selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Rahmat Kusnadi, M.Si selaku ketua panti Social Development Center for Street Children (SDC) yang telah memberikan izin dan informasi kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SDC.. 6. Bapak Drs. Cup Santo, M.Si selaku koordinator Tata Usaha yang telah membantu peneliti dalam perizinan dan informasi mengenai SDC. 7. Bapak Ahmad Riefqi Hidayat,S.Psi, dan ibu Vivi Marlina,S.Sos yang telah memberikan informasi dan data-data mengenai panti SDC. 8. Dan terima kasih kepada teman-teman di panti SDC yang mau di wawancarai oleh peneliti. 9. Terima kasih kepada Abah dan Ummi yang penuh kasih sayang dan kesabarannya dan perhatiannya telah memberikan dorongan moril dan materil, serta doa yang senantiasa dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita peneliti. 10. Terima kasih kepada teman-teman peneliti Musthofa, Hafidz, Wahid, Ijul, Dedi, Yudha, Safrudin, Hamzah, Apif, Wahyudi, di Kessos 04 yang selalu memberikan motivasi bagi peneliti agar secepatnya menyelesaikan skripsi. 11. Dan terima kasih kepada teman-teman peneliti di kampung halaman yang telah memberikan dukungan melalui sms agar segera menyelesaikan skripsi.
Sebagai kata terakhir peneliti hanya dapat berharap agar skripsi Konsentrasi Kesejahteraan Sosial dapat bermanfaat bagi peneliti dan semua pembaca pada umumnya. Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penelti, semoga apa yang telah diberikan menjadi amal sholeh disisi Allah SWT. Amieen
Jakarta, 19 Maret 2009
Ipul Suharma Peneliti
DAFTAR ISI ABSTRAK ……………………………………………………………………………
i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….
v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………….
ix
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………………...................
1
B. Pembatasan Masalah …………………………………………………..
6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………....................
7
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik …………………………………………………
7
2. Manfaat Praktis …………………………………………………….
8
E. Metodologi Penelitian
BAB II
1. Pendekatan Penelitian ……………………………………………...
8
2. Jenis Penelitian ……………………………………………………..
9
3. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………...
9
4. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………
10
5. Teknik Pengumpulan Informan …………………………………….
11
6. Sumber Data ………………………………………………………..
11
7. Analisa Data ………………………………………………………..
12
F. Keabsahan data ……………….………………………………………..
13
G. Teknik Penulisan ……………………………………………………….
15
H. Tinjauan Pustaka ………………………………………………………..
15
I. Sistematika Penulisan …………………………………………………..
16
KERANGKA TEORI A. Definisi Pelayanan Sosial ……………………………………………...
17
B. Definisi Panti Sosial …………………………………………………...
19
C. Pelayanan Sosial Berbasis Panti …………………………………..........
20
D. Anak dan Anak Jalanan
BAB III
1. Anak ………………………………………………………………..
22
2. Anak Jalanan ………………………………………………….........
28
E. Faktor Anak Turun Ke Jalan …………………………………………...
29
GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Berdiri SDC …………………………………………………...
32
B. Visi dan Misi …………………………………………………………...
34
C. Fungsi …………………………………………………………………..
34
D. Tujuan Pelayanan 1. Tujuan Umum ……………………………………………………...
35
2. Tujuan Khusus……………………………………………………...
35
E. Sasaran Penerima Pelayanan …………………………………………...
35
F. Prinsip-prinsip Pelayanan 1. Prinsip Non Diskriminasi …………………………………………..
36
2. Prinsip Kepentingan Terbaik Anak ………………………………...
37
3. Prinsip Menghormati Pandangan Anak ……………………………
37
4. Menumbuhkan Hak Hidup, Kelangsungan Hidup, dan Tumbuh Kembang Anak …………………………………………………….
38
5. Prinsip Kerahasiaan ………………………………………………..
38
G. Fasilitas Sarana dan Prasarana dan Pendanaan Sumber Daya Manusia
BAB IV
1. Fasilitas Sarana dan Prasarana ……………………………………..
39
2. Sumber Pendanaan …………………………………………………
40
H. Jaringan Kerja Pelayanan ………………………………………………
40
I. Data Anak ……………………………………………………………...
41
J. Kepegawaian …………………………………………………………...
42
K. Struktur Organisasi …………………………………………………….
44
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA A. Tahapan Pelayanan 1. Tahapan Pendekatan Awal ………………………………………….
45
2. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah/Asesmen ………………..
49
3. Rencana Pemecahan Masalah/Rencana Intervensi ………………....
52
4. Pelaksanaan Pemecahaan Masalah (Intervensi)/Masa Pelayanan .....
53
5.a. Pengakhiran Pelayanan (terminasi) 1) Wirausaha ………………………………………………………
60
2) Anak Melanjutkan Sekolah ……………………………………..
60
3) Kerja …………………………………………………………….
60
5.b. Perujukan …………………………………………………………..
62
5.c. Evaluasi …………………………………………………………….
63
B. Jenis Pelayanan
BAB V
1. Jenis Pelayanaan Pengasramaan …………………………………...
64
2. Jenis Pelayanaan Kebutuhan Pangan ………………………………
65
3. Pelayanan Konseling ………………………………………………..
65
4. Pelayanan Kesehatan ……………………………………………....
67
5. Pelayanan Pendidikan ………………………………………….......
67
6. Pelayanan Keterampilan ……………………………………………
68
7. Pelayanan Bimbingan Mental ……………………………………....
68
8. Pelayanan Rekreasi dan Hiburan …………………………………...
69
PENUTUP A. Kesimpulan
71
B. Saran
74
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. LAMPIRAN-LAMPIRAN
75
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Data Anak Berdasarkan jenis Kelamin …………………………………
39
Tabel 3.2 Data Anak Berdasarkan Minat dan Bakat ………………………………
39
Tabel 3.3 Data Pegawai SDC berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan ……….
40
Tabel 3.4 Data Pegawai SDC berdasarkan Tugas …………………………………
40
Tabel 4.1 Daftar Klien yang ikut Berwirausaha …………………………………...
52
Tabel 4.2 Daftar siswa yang mengikuti bimbingan keterampilan …………………
53
Tabel 4.3 Jumlah Klien yang mengikuti kegiatan pendidikan formal dan informal
56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sebuah pembangunan, anak
merupakan aset negara,
tunas potensi, dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang harus dijaga dan dilindungi, maka anak memiliki peran strategis bagi kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa mendatang. Krisis ekonomi yang dialami Bangsa Indonesia pada tahun 1997 berdampak terhadap meningkatnya permasalahan sosial di negeri ini, tidak terkecuali juga permasalahan anak. Pada umumnya permasalahan anak dikategorikan menjadi tiga yaitu: perlakuan salah terhadap anak atau PSTA (child abuse atau child maltreatment), penelantaran anak (Child neglect), dan eksploitasi anak (child exploitation). Konsep tersebut mengalami perubahan seiring dengan permasalahan anak yang berkembang, permasalahan tersebut diantaranya adalah 1: 1. Anak yang mengalami pengabaian (child neglect) dan ekploitasi anak (child explotation) seperti anak jalanan (street children) dan pekerja anak (child labour) yang bekerja pada sektor industri formal yang berbahaya dan ekploitatif.
1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), hal. 160
2. Anak yang berada dalam kondisi darurat, seperti anak dalam pengungsian, bencana alam, konflik bersenjata, kerusuhan sosial. 3. Anak
yang
diperdagangkan
(child
trafficking),
baik
untuk
pelacuran (anak yang dilacurkan atau AYLA dan pornografi), adopsi illegal, maupun untuk pembantu rumah tangga, anak kelompok minoritas, dan anak komunitas adat terpencil. 1 4. Anak yang terlibat kriminalitas atau berkonflik dengan hukum. 5. Anak yang terlibat dalam produksi dan perdagangan obat terlarang, termasuk anak korban penyalahgunaan NAPZA. 6. Anak korban HIV/AIDS 7. Anak korban diskriminasi sosial. Permasalahan anak yang sering ditemui di setiap negara adalah permasalahan anak jalanan. Tidak hanya negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia hal tersebut terjadi, juga terjadi pada negara-negara
yang
sangat
maju
seperti
Amerika,
Inggris,
dan
sebagainya2. Di Indonesia permasalahan anak jalanan bertambah secara kuantitas setiap tahunnya, hal ini terbukti pada data hasil survey Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kessos) tahun 2004 jumlah anak jalanan adalah 98.113 orang, jumlah tersebut tersebar di 30 provinsi. Survey terakhir lembaga tersebut menyebutkan bahwa pada tahun 2006 jumlah anak jalanan sebesar 114.889 orang. Hal tersebut
2
T. Sumarnonugroho, Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial.1991, h.17
menunjukan bahwa dalam 2 (dua) tahun jumlah anak jalanan meningkat sebesar 16.776 orang anak atau sekitar 17,1 %.3 Ada kecenderungan peningkatan permasalahan anak jalanan bukan hanya meningkat dari segi kuantitas tetapi juga dari segi kualitas, hal
ini
terbukti
dengan
perilaku
mereka
yang
sudah
mulai
mengkhawatirkan para pengguna fasilitas umum, misalnya perilaku tindak kriminal seperti mencuri spion mobil di jalan, malak (meminta uang dengan paksa), dan berlari-lari dijalanan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Selain itu, munculnya fenomena anak jalanan ini juga merupakan bukti tidak terpenuhinya sebagian besar hak-hak mereka sebagai seorang anak seperti yang tercantum dalam konvensi hak-hak anak PBB. Karena berbagai alasan itulah, masalah ini perlu dengan segera ditangani. Anak jalanan merupakan bagian dari anak terlantar yang seharusnya menurut Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) pasal 34 ayat 1, yang menyatakan bahwa “orang-orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan.
3
Depsos RI, Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti,(Jakarta:Depsos RI,2006), h.1
Dalam
perjalanan
hidupnya
menuju
kedewasaan,
anak
mendapatkan banyak tantangan, baik dalam bentuk fisik, mental, maupun sosial, oleh karena itu, anak perlu mendapatkan perlindungan. Seperti tercantum dalam UU RI No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak BAB II pasal 2 dikatakan bahwa : “Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang secara wajar4”. Pada dasarnya anak jalanan merupakan “korban” dari kehidupan ekonomi kota-kota besar yang berlangsung dibawah sistem kompetisi yang keras sehingga kurang memberikan peluang kepada golongan masyarakat lemah. Di samping itu, ada beberapa hal lain yang menyumbangkan eksistensi anak jalanan di kota besar, diantaranya adalah kesulitan ekonomi keluarga, menyebabkan anak yang berasal dari keluarga tersebut tidak mendapatkan fasilitas yang memadai bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Anak jalanan juga tidak mendapatkan fasilitas untuk mendapatkan informasi yang berguna sehingga menambah dan meluaskan pengetahuan mereka. Mereka tidak memperoleh fasilitas rekreasi dan kebutuhan pokok, seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal tidak juga mereka dapatkan, justru hanya dapat mereka dapatkan dengan cara memasuki sektor ekonomi non formal, khsusnya ekonomi jalanan yang pada dasarnya
4
UU No. 4/1997 Tentang kesejahteraan anak
dunia orang dewasa. Kondisi anak jalanan yang demikian jelas jauh dari terpenuhinya hak-haknya sebagai seorang anak sebagaimana yang tertera dalam konvensi hak-hak anak yaitu hak kelangsungan hidup, untuk dilindungi, hak memperoleh pendidikan dan hak untuk tumbuh kembang. Anak jalanan merupakan masalah sosial, dimana keberadaan mereka sering dirasakan sangat tidak menyenangkan oleh banyak orang. Di mata masyarakat, keberadaan anak jalanan hingga kini masih dianggap sebagai bagian dari masalah sosial yang harus disingkirkan. Hal ini sesuai dengan definisi masalah sosial itu sendiri menurut Horton dan Leslie (1982),5 adalah suatu kondisi yang dirasakan banyak orang tidak menyenangkan serta menuntut pemecahaan aksi sosial secara kolektif. Masalah sosial berbeda dengan masalah individual. Masalah individual dapat diatasi secara individual, tetapi masalah sosial hanya dapat diatasi melalui
rekayasa
perencanaan
sosial
sosial,
seperti
karena
aksi
sosial,
penyebab
kebijakan
dan
sosial
akibatnya
atau
bersifat
multidemensional dan menyangkut banyak orang. Kekerasaan, eksploitasi seksual, dan ekonomi oleh berbagai pihak, sesama anak jalanan maupun oleh orang dewasa lainnya, tetap mewarnai kehidupan jalanan. Sudah menjadi hukum rimba jalanan, siapa yang kuat merekalah yang menang. Pengalaman yang mereka peroleh
5
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT REFIKA ADITAMA,2005), hal.83
di jalanan adalah bagian terbesar dari proses belajar mereka. Mereka belajar tentang bagaimana cara mempertahankan hidup. Banyak latar belakang yang menyebabkan anak turun ke jalan. Namun diantara sekian banyak penyebab tersebut, yang dipandang sebagai penyebab utama adalah faktor kemiskinan yang menyebabkan mengapa orang tua bersikap eksploitatif terhadap anak-anaknya. Tetapi kemiskinan bukanlah satu-satunya yang menyebabkan anak-anak hidup dan mencari nafkah di jalanan. Menurut Heru Prasadja, anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada di jalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi kerena pergaulan, pelarian, tekanan orang tua, atau atas dasar pilihannya sendiri6. Latar belakang kedua yang juga dominan menurut Nafsiah, adalah ketiadaan pengertian dan kesadaran pada diri orang tua dan kelompok orang dewasa dalam masyarakat bahwa anak dan remaja juga memiliki serangkaian hak. Hak-hak yang diatur dalam Konvensi Hakhak anak, antara lain hak untuk tumbuh berkembang, berpendapat, mendapatkan pendidikan, memperoleh rasa aman, perlindungan dari eksploitasi, indentitas dan kewarganegaraan. Dalam beberapa kasus faktor lain ketiga yang juga memicu anak untuk memilih dunia jalanan
6
Heru Prasadja dan Murni Ati Agustian, Anak Jalanan dan Kekerasan (PKPM Unika Atma Jaya, Jakarta,2000)
dibandingkan
dengan
keluarga
sendiri
adalah
ketidakharmonisan
keluarga, misalnya orang tua bercerai7. Pemerintah sebagai institusi yang mempunyai kuasa dalam penanganan anak jalanan telah mengupayakan permasalahan sosial anak jalanan antara lain melalui: rumah singgah, mobil sahabat anak, panti persinggahan, rumah perlindungan sosial anak, program Bandung Raya bebas anak jalanan, dan program-program lainnya. Departemen Sosial sebagai instasi pemerintah yang berkompeten terhadap
penanganan
permasalahan
sosial
anak
jalanan
mengembangkan suatu konsep pelayanan yang komprehensip dan berkelanjutan bagi anak jalanan. Perwujudan dari konsep tersebut adalah Social Development Center for Street Children selanjutnya disingkat dengan nama SDC. SDC merupakan salah satu lembaga yang memberikan pelayanan sosial kepada anak jalanan dengan sistem boarding house atau pengasramaan. Dalam hal ini SDC merupakan salah satu panti anak yang fokus kepada pelayanan terhadap anak jalanan.
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah
7
Dokumenter YKAI, Anto Prabowo, Masalah Anak-Anak Jalanan, Masalah Kita, Suara Merdeka, Selasa 5 Mei 1998, hal.6
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa penanganan masalah anak jalanan perlu penanganan yang lebih khusus, antara lain dengan mendirikan panti untuk anak jalanan yaitu SDC. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti membatasi permasalahan pada: a. Tahapan pelayanan yang diberikan panti terhadap anak jalanan di Social Development Center. b. Jenis-jenis Pelayanan yang ada di Social Development Center. 2. Rumusan Masalah Agar dapat difahami dan terarah peneliti merumuskan permasalahan pada: a. Seperti apakah alur Tahapan Pelayanan yang diberikan panti terhadap anak jalanan di Social Development Center? b. Jenis pelayanan seperti apa yang diberikan oleh panti kepada anak jalanan di Social Development Center? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1. Menggambarkan tahapan pelayanan dan jenis pelayanan anak jalanan di Social Development Center. 2. Menggambarkan faktor-faktor pendukung dan penghambat dari proses pelaksanaan pelayanan terhadap anak jalanan di Social Development Center.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Akademik a. Menambah informasi bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial di bidang pelayanan anak, khususnya anak jalanan. b. Memberikan sumber pengetahuan bagi kompentesi pekerja sosial khususnya yang berkerja di bidang pelayanan sosial khususnya anak jalanan. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan masukan bagi panti Social Development Center (SDC) dalam pemberian pelayanan terhadap anak jalanan. b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan kesejahteraan sosial khususnya berkaitan dengan pelayanan sosial berbasis panti bagi anak jalanan. c. Merupakan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya di pekerjaan sosial.
E. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab permasalahan yang diselidiki. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk untuk menentukan data valid, akurat, dan signifikan dengan
permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan permasalahan yang diteliti8.
1. Pendekatan Penelitian Dalam khazanah metodologi, sebuah pendekatan diakui selain mengandung sejumlah keunggulan, juga memiliki beberapa kelemahan tertentu. Hal ini adalah sesuatu yang wajar dan universal adanya. Karena itu memang harus disadari sejak awal. Meskipun demikian, tidak berarti sebuah pendekatan menjadi tidak sah atau tidak penting untuk digunakan. Sebab, persoalannya tidak terletak pada bagaimana menggunakan dan menempatkan sebuah pendekatan (dengan keunggulan dan kelemahan yang melekat padanya) dalam suatu studi dengan masalah yang relevan ditelaah menurut logika pendekatan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati9. Pendekatan ini digunakan karena peneliti ingin mendeskripsikan tentang pelayanan sosial untuk anak jalanan di panti Social Development Center for Street Children (SDC).
8
Lexy J. Moleong, Metodologi Peneltian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1998),
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Peneltian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1998),
2. Jenis Penelitian Jenis
penelitian
memecahkan
deskriptif
masalah
yaitu
suatu
yang
metode
diselidiki
untuk
dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat sekarang
berdasarkan
dan
fakta-fakta
lain-lain)
yang
pada
tampak
saat atau
sebagaimana adanya10. 3. Waktu dan Tempat Penelitian Peneliti melakukan peneltian di daerah Jakarta timur karena tempat penelitian
itu merupakan
tempat praktikum
sebelum melakukan penelitian ini, yaitu bertempat di
peneliti
Jln. PPSA,
Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Waktu penelitan dilakukan pada bulan Desember 2008 sampai dengan februari 2009. 4. Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data
diperlukan untuk mendapatkan
data dan informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian ini. Tehnik pengumpulan data ini dilakukan dengan : a. Observasi
atau
mengadakan
pengamatan.
pengamatan
Dalam
langsung
hal
ini
terhadap
peneliti lembaga
tersebut, kegiatan anak jalanan di panti Social Development
10
ibid,
Center, dari
proses penjangkauan hingga pada proses
penyaluran serta mengamati jenis pelayanan yang ada di Panti Social Development Center. b. Wawancara, yaitu peneliti mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dengan pihak pegawai panti, siswa, dan pekerja sosial yang menangani klien tersebut. c. Dokumentasi, yaitu adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Peneliti berusaha mendapatkan data-data dokumentasi yang ada di Panti Social Development Center seperti berkas-berkas serta arsip-arsip yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. d. Studi Pustaka, studi kepustakaan dilakukan guna mendapatkan teorik yang akan digunakan sebagai analisis hasil penelitian sosial dalam penanganan anak jalanan.
5. Teknik Pemilihan Informan Berkenaan
dengan
tujuan
penelitian,
maka
pemilihan
informan menentukan informan kunci (key informan) tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian.
Untuk memilih sampel (dalam hal ini informan kunci) lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya, bilamana dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informasi, maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru, proses pengumpulan informasi sudah selesai. Untuk itu peneliti menggambarkan dengan tabel sebagai berikut Tabel 1 Theorythical Sampling Informasi Yang Dicari a. Tahapan Pelayanan
Informan Ketua
Jumlah
Panti, Kordinator 3 orang
PAS, Kordinator Rehsos
b. Jenis Pelayanan c. Faktor
pendukung
dan penghambat Kegiatan di panti SDC
2 orang anak di panti dan
1
3 orang
orang
pendamping
6. Sumber Data Bila dilihat dari sumbernya, tehnik pengumpulan data terbagi dua bagian, yaitu : a. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan yang ada di panti pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh melalui pengamatan dan wawancara. Informan
dalam
data
primer
ini
adalah
Kepala
Panti,
Kordinator PAS, Kordinator Rehsos, Pembimbing anak, dan anak dip anti. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui sumbersumber informasi tidak langsung, seperti perpustakaan, pusat pengelolahan
data,
pusat
penelitian,
departemen
dan
sebagainya. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan. 7. Analisa Data Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah – langkah sebagai berikut : a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilah data yang relevan dengan proses layanan sosial berbasis panti bagi anak jalanan serta hambatan-hambatannya. b. Penyajian data, setelah data mengenai proses layanan sosial berbasis panti bagi anak jalanan dan jenis pelayanan diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.
c.
Penyimpulan
atas
apa
yang
disajikan.
Pengambilan
kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut, sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan. F. Keabasahan Data Dalam penelitian kualitatif serigkali dinyatakan tidak ilmiah sehingga kurang bias dipertanggungjawabkan dari berbagai segi. Dengan alasan itulah dalam penelitian kualitatif perlu dilaksanakan pemeriksaan keabsahan data sebagai usaha untuk meningkatkan derajat kepercayaan data. Pemeriksaan keabasahaan data terdiri dari berbagai criteria: 1. Kepercayaan (credibility). Dalam penerapan criteria ini ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan, yaitu: a. Perpanjangan
keikutsertaan,
dimana
penelliti
tinggal
dilapangan sampai kejenuhan penelitan data tercapai dan dapat menghasilkan data yang maksimal sesuai kenyataan dilapangan.
Dalam
penelitian
ini
peneliti
mengadakan
perpanjangan keikutsertaan dilapangan. b. Ketekunan dan keajegan Ketekunan atau keajegan pengamatan
berarti
mencari
secara konsisten interprestasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara
cermat, teliti dan hati-hati secara berkesinambungan terhadap sikap orang tua dalam menghadapi anak autis. c. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang sudah ada d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dilakukan dengan cara mengekspos hasi sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Dalam penelitian ini peneliti mengadakan diskusi dengan teman, dosen pengajar yang memiliki pengetahun tentang konteks yang akan diteliti 2. Kepastian (Confirmbalitiy) Dalam konteks ini yang harus diperhatikan adalah uraian rinci (thick description). Yaitu peneliti melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti mungkin dan secermat mungkin. Dalam penelitian ini peneliti membuat uraian rinci dalam bentuk sebuah laporan akhir yang disebut skripsi. 3. Kebergantungan (dependability) Kriteria yang ketiga ini adalah kebergantungan (dependability) untuk memeriksa kepastian data. Hal ini dilakukan dengan penelusuran audit (audit trail). sebagai berikut :
Dalam hal ini audit dilakukan
a. Pra-entri merupakan pertemuan sejumlah auditor dan auditi (peneliti)
dan
berakhir
pada
usaha
meneruskan
dan
mengubah seperlunya. Dalam peneltian hasi auditing pra-entri didapat bahwa peneliti harus meneruskan penelitian dengan perubahan beberapa bagian. b. Kesepakatan formal antara auditor dengan auditi tentang aturan yang akan dipakai dalam proses auditing serta konsekuensinya. c. Penentuan keabsahan yang meliputi: pemeriksaan kepastian dan ketergantungan dengan cara menarik sampel kemudian ditelusuri jejak audit pada data mentah, catatan wawancara dan
dokumen
tertulis.
Kemudian
melakukan
penilaian
terhadap derajat ketelitian peneliti dengan memperhatikan terminology peneliti, apakah menggunakan teori dari dasar atau apriori d. Mengakhiri auditing dengan cara auditor member laporan hasil audit kepada auditi dan memberikan evaluasi dimana ada kekurangan dan kesalahan yang harus dibenahi dan diperbaiki.
G. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan dan trasliterasi yang digunakan berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,
dan Disertasi) yang disusun oleh TIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan oleh UIN Jakarta, 2007, cet. Ke.2
H. Tinjauan Pustaka Untuk membandingkan maka peneliti memaparkan skripsi peneliti dengan skripsi yang berjudul: “Pelayanan Sosial Disusun oleh : Aan Saputra Fakultas
: Dakwah dan Komunikasi/Kesejahteraan Sosial
Lulusan
: 1429/2008
Skripsi ini jelas berbeda dengan skripsi saya, adapun letak perbedaanya antara lain: a. Subyek : Yatim piatu dip anti non pemerintah b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsi adalah,
I.
Sistematika Penulisan Dalam Penulisan pada penelitian ini dibagi menjadi lima bab : Bab I Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang
masalah,
batasan
masalah,
tujuan
penelitian,
penelitian,metodologi peneilitian , dan sistematika penulisan
kegunaan
Bab II Kerangka Teori. Merupakan bab yang melandasi pemikiran dalam menganalisa dari data-data yng telah dikumpulkan. Kerangka pemikiran yang digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan pelayanan sosial, definisi panti, anak dan anak jalanan, faktor yang menyebabkan anak turun ke jalan. Bab III adalah Gambaran Umum Lembaga. Dalam bab ini menggambarkan sejarah berdirinya panti, visi dan misi panti, struktur organisasi panti, pendapatan dana, dan yang berkaitan dengan kelembagaan . Bab IV adalah Hasil Penelitian dan Analisa. Merupakan gabungan dari
hasil
pengumpulan
data
dengan
beberapa
konsep
yang
dipergunakan dalam penelitian ini Bab V adalah Bab Penutup merupakan simpulan dari penellitian tentang pelayanan anak dip anti SDC dan saran-saran untuk perbaikan ke depan bagi panti, peneliti, fakultas atau jurusan.
BAB II KERANGKA TEORI A. Definisi Pelayanan Sosial Dalam ilmu kesejahteraan sosial pelayanan sosial didefinisikan sebagai usaha, aktivitas, dan kegiatan. Pelayanan sosial adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun non materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri11. The Social Work Dictionary (1999), menyebutkan sebagai berikut: “pelayanan sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan profesi lain dalam
rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah
ketergantungan,
memperkuat
relasi
keluarga,
memperbaiki
keberfungsian sosial, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.”12 Dalam konteks pelayanan kesejahteraan sosial Khan (1969:179) merumuskan
pelayanan
sosial
sebagai:
“program-program
yang
disediakan oleh selain kriteria pasar untuk menjamin pemenuhan suatu tingkat kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, untuk meningkatkan kehidupan komunal dan keberfungsian sosial, untuk memfasilitasi akses terhadap pelayanan-pelayanan dan lembaga-
11
Departemen Sosial R.I., Badan Penelitian dan Pengembangan, istilah Usaha kesejahteraan Sosia,l (Jakarta:1997), h.179 12 Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dalam Pelayanan Sosial, dalam isu-isu tematik pembangunan Sosial, (Jakarta:1997), h.119
lembaga pada umumnya, dan untuk membantu mereka dalam kesulitan dan pemenuhan kebutuhan.13” Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa pelayanan sosial adalah proses kegiatan pelayanan yang ditujukan untuk membantu individu,
keluarga,
kelompok,
organisasi,
dan
masyarakat
yang
membutuhkan atau mengalami permasalahan sosial, baik yang bersifat pencegahaan, rehabilitasi
perlindungan,
sosial,
pemberdayaan,
pelayanan
dan
maupun
pengembangan guna mengatasi 17 permasalahan yang dihadapi dan atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosial. Dalam kegiatannya terdapat beberapa tahapan dalam pelayanan sosial adalah14 : 1. Tahapan
pendekatan
awal
yaitu
suatu
proses
kegiatan
penjajagan awal, konsultasi dengan pihak terkait, sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon penerimaan pelayanan, pemberian
motivasi,
seleksi,
perumusan
kesepakatan,
dan
penempatan calon penerima pelayanan, serta identifikasi sarana dan prasarana pelayanan. 2. Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment) adalah suatu proses kegiatan pengumpulan dan analisis data untuk
13 14
Mohamad Suud, 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial,(Jakarta:Prestasi Pustaka, 2006),Cet. , h.9 Buku Saku Pekerja Sosial, (Jakarta: Depsos, 2004) h. 3
mengungkapkan dan memahami masalah, kebutuhan, dan sistem sumber penerima klien. 3. Perencanaan pemecahaan masalah (Planning) adalah suatu proses perumusan tujuan dan kegiatan pemecahan masalah, serta penetapan berbagai sumber daya (manusia, biaya, metodeteknik, peralatan, sarana-prasarana, dan waktu) yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Pelaksanaan pemecahaan masalah (intervention) yaitu suatu proses penerapan rencana pemecahan masalah yang telah dirumuskan.
Kegiatan
pemecahan
masalah
yang
telah
dirumuskan. Kegiatan pemecahan masalah yang dilaksanakan adalah
melakukan
pemeliharaan, pemberian motivasi,
dan
pendampingan kepada penerima pelayanan dalam bimbingan dan bimbingan pembinaan lanjutan. a. Bimbingan yaitu suatu proses kegiatatan pelayanan yang diberikan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan mental, jiwa, dan raga si klien. Bimbingan ini terdiri dari fisik, keterampilan, psikososial, sosial, resosialisasi, pengembangan masyarakat, dan advokasi. b. Bimbingan dan pembinaan lanjutan adalah suatu proses pemberdayaan
dan
pengembangan
agar
penerima
pelayanan dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan lingkungan sosialnya. 5. Evaluasi, terminasi, dan rujukan
a. Evaluasi adalah suatu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan masalah
dan
efisiensi atau
pencapaian tujuan pemecahan indikator-indikator
keberhasilan
pemecahaan masalah. b. Terminasi adalah suatu proses kegiatan pemutusan hubungan pelayanan/pertolongan
antara
lembaga
dan
penerima
pelayanan (klien). c. Rujukan adalah suatu kegiatan merancang, melaksanakan, mensupervisi, mengevaluasi, dan menyusun laporan kegiatan rujukan penerima program pelayanan kesejahteraan sosial.
B. Definisi Panti Sosial Secara estimologi panti sosial berarti rumah, tempat (kediaman), yang diberlakukan untuk kemasyarakatan. Secara konseptual dapat dikemukakan bahwa panti sosial adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak jalanan, memberikan pelayanan pengganti/perwalian dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memeperoleh kesempatan yang luas dan dapat memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan
sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang aktif di dalam pembangungan sosial15. Dari pengertian diatas terlihat bahwa panti sosial merupakan tempat yang menyelenggarakan bimbingan usaha kesejahteraan sosial bagi anak-anak jalanan guna memperoleh kesempatan yang sama dengan yang lainnya bagi perkembangan sebagai bagian dari generasi bangsa ke arah pembangunan.
C. Pelayanan Sosial Berbasis Panti Dari definisi diatas mengenai istilah pelayanan sosial dan panti dapat peneliti
rumuskan bahwa pelayanan
sosial
berbasis
panti
merupakan jenis pelayanan yang bersifat rehabilitatif, dalam arti bahwa anak jalanan dipandang sebagai anak yang berada dalam kondisi ketidakmampuan, ditelantarkan, dirugikan, sehingga intervensi yang dilakukan adalah dengan melindungi dan merehabilitasi. Di dalam kalangan pekerja sosial istilah ini lebih dikenal dengan center based program (penanganan yang berbasiskan panti). Secara empirik lembaga pelayanan sosial sebagai salah satu wujud
organisasi
pelayanan
manusia, mempunyai
berbagai
jenis
pelayanan sosial yang diberikan kepada kliennya. Jenis pelayanan yang
15
Depsos RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan dan pengentasan anak terlantar melalui panti asuhan anak, (Jakarta: Binkesos, 1989) h.3
diberikan dalam pelayanan berbasis panti bagi anak jalanan sebagai berikut16 : 1. Pelayanan pengasramaan yaitu pelayanan pemberian tempat tinggal sementara kepada klien. 2. Pelayanan kebutuhan pangan yaitu pelayanan pemberian makan minum dengan berbagai menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi klien terjamin kualitasnya. 3. Pelayanan
konseling
yaitu
pelayanan
bimbingan
untuk
meningkatkan kemauan dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menjalankan peran sosial, memenuhi kebutuhan, dan memecahkan masalah. 4. Pelayanan
kesehatan
yaitu
pelayanan
pengontrolan
dan
pengecekan kesehatan klien oleh tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan klien. 5. Pelayanan pendidikan yaitu pelayanan pemberian kesempatan kepada klien untuk mengikuti pendidikan formal. 6. Pelayanan keterampilan yaitu pelayanan bimbingan keterampilan kerja,
seperti
petukangan,
perbengkelan, kerajinan
tangan,
komputer, dan sebagainya. 7. Pelayanan
bimbingan
mental
yaitu
pelayanan
bimbingan
keagamaan dengan menjalankan aktivitas agama masing – masing klien dan mengikuti ceramah-ceramah keagamaan.
16
Sukoco, Kemitraan dalam pelayanan sosial, h.106-107
8. Pelayanan Rekreasi dan hiburan yaitu pelayanan yang ditunjukan untuk memberikan rasa gembira dan senang melalui permainan, musik, media, dan kunjungan ke suatu tempat rekreasi. Tidak semua jenis pelayanan yang diatas tersebut mampu diberikan oleh lembaga pelayanan sosial, hal tersebut disebabkan oleh faktor keuangan, kekurangan pegawai dan faktor
lainnya yang
menghambat pelayanan sosial.
D. Anak dan Anak Jalanan 1. Anak Anak merupakan buah hati kedua orang tuanya yang dapat menyenangkan hati, dan memberikan kebahagian serta sebagai perhiasan pada kehidupan rumah tangga karena sudahlah lengkap
kebahagian
dengan
hadirnya
buah
hati
(anak)
sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Furqon ayat 74:
!"#$ %&' '13' ./0, ()+,- 1356☺4 4,# ;<= 9 : Artinya: “Dan orang orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
Konsep anak didefinisikan dan difahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, anak adalah seorang yang berusia di bawah 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut UU. No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum beruisa 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Dalam proses perkembangannya menuju dewasa anak mengalami suatu masa yang menurut Rouseau ada empat tahap diantaranya; masa bayi (0-2 tahun) anak hidup sebagai binatang, masa kanak-kanak (2-12 tahun) anak hidup sebagai manusia biadab, masa remaja awal (12-15 tahun) anak hidup sebagai petualang, masa remaja sesungguhnya (12-24 tahun) individu hidup sebagai manusia beradab, pertumbuhan kelamin, sosial17 Dari pengertian diatas untuk memudahkan penelitian ini peneliti mengambil pengertian bahwa anak adalah seseorang yang berumur antara 5-18 tahun. a. Hak Anak
17
Elfi Yuliani Rochmah, M.Pd.I, “Psikologi Perkembangan”, (Yogyakarta:Teras,2005), cet.1,h.50
Dalam Undang-undang RI Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, menyatakan bahwa: “tanpa terkecuali, siapapun
yang
termasuk
dalam
kategori
anak
berhak
mendapatkan hak-haknya sebagai anak”. Dalam UU tersebut hak-hak anak tercantum pada bab III dengan beberapa pasal sebagai berikut18: Pasal 4, setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat
dan
martabat
kemanusian,
serta
mendapat
perlindungan dari kekerasan diskriminasi. Pasal tersebut mencerminkan bahwa anak memiliki hak untuk tumbuh kembang secara wajar. Pada kenyataannya masih banyak anak yang belum mendapatkan hak mendasar tersebut. Aspek yang terkait dengan kebutuhan tersebut adalah bahwa anak juga memiliki harkat martabat sebagai manusia. Ketika seseorang anak mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya, maka proses tumbuh kembang tersebut dapat mengabaikan harkat dan martabat sebagai mahluk manusia. Untuk itulah anak manusia yang belum mempunyai daya ini perlu dilindungi dari diskriminasi.
18
T. Sumarnonugroho, “Sistem Intervensi Kesejahteraan” Sosial.1991, h.36
Hak lainnya yang juga perlu mendapat perhatian adalah hak mendapatkan kesehatan. Jaminan ini seperti tercantum dalam pasal 8, setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial. Masih
banyak
anak
di
Indonesia
yang
belum
mendapatkan hak atas kesehatannya. Berbagai faktor seperti di atas juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan munculnya kondisi ini. Beberapa pasal di bawah ini juga melengkapi hak anak lainnya, seperti pasal 9, setiap anak berhak
memperoleh
rangka
pendidikan
pengembangan
dan
pengajaran dalam
pribadinya
dan
tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Pada
anak
jalanan
persoalaan
pendidikan
mereka
merupakan hal yang seringkali terabaikan. Ada yang sama sekali tidak sekolah, putus sekolah, bahkan meskipun sekolah, mereka tidak dapat maksimal mengikutinya, karena harus turun ke jalan dan mencari uang. Pasal 10, setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan kecerdasaan dan usianya dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatuhan.
Pasal
11,
setiap
anak
berhak
untuk
istirahat
dan
memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat,
bakat,
dan
tingkat
kecerdasannya
demi
pengembangan diri. Anak jalanan memang memiliki waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi, tetapi substansi yang
mereka
dapatkan
tidak
sesuai
dengan
periode
perkembangan jiwanya. Kondisi ini akan berimplikasi negatif pada proses tumbuh kembang anak. Jika seseorang anak tengah mendapatkan pengasuhan, seperti misalnya dalam program pendampingan anak jalanan, maka mereka harus dilindungi dari diskriminasi, eksploitasi, penelantaran,
kekejaman,
kekerasan,
penganiyaan,
dan
ketidakadilan. Hal tersebut tercantum dalam pasal 13. Pandangan Islam terhadap anak manusia sebagai mahluk yang sangat terhormat, karena manusia merupakan mahluk Allah yang terbaik. Anak dalam Islam memiliki hak-hak baik sebelum maupun setelah lahir. Hak-hak anak sebelum lahir, antara lain, adalah19:
19
Ibid, h.39
1) Hak untuk hidup, karena itu aborsi dilarang oleh Islam kecuali jika ada alasan yang dapat dibenarkan. 2) Hak untuk mendapat perlindungan dari bahaya-bahaya medis dan psikis selama dalam kandungan. 3) Hak untuk mempunyai ibu yang baik. 4) Hak untuk dido’akan agar terhindar dari godaan setan ketika kedua orang tuanya berhubungan seks. Sedangkan hak-hak anak setelah lahir menurut Islam adalah20: 1) Hak untuk didengarkan adzan dan iqamah kepadanya selepas lahir. 2) Hak untuk mendapatkan nama yang baik. 3) Hak untuk diakikahi. 4) Hak untuk dipotong rambutnya saat akikah 5) Hak untuk dikhitan. 6) Hak untuk mendapatkan ASI. 7) Hak untuk tumbuh dan berkembang (pola asuh) dengan sehat dan penuh kasih sayang. 8) Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil. 9) Hak untuk mendapatkan nafkah (penghidupan) yang halal, baik, dan layak. 10) Hak untuk mendapatkan perwalian.
20
Ibid,
11) Hak untuk dinikahkan dengan mempelai yang terbaik. 12) Hak untuk mendapatkan warisan dari kedua orang tuanya. b. Kewajiban Anak Di samping hak-haknya, agar seseorang anak dapat tumbuh kembang dengan baik dan menjadi manusia yang bermartabat, maka seseorang anak juga mempunyai sejumlah kewajiban, diantaranya adalah seperti yang tercantum dalam UU RI No. 23 tentang Perlindungan Anak: 1) menghormati orang tua, wali, dan guru. 2) Mencintai keluarga, masyarakat, dan teman. 3) Mencinta tanah air, bangsa, dan negara. 4) Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. 5) Melaksanakan etika dan ahlak yang mulia. Islam
menetapkan
beberapa
kewajiban
yang
harus
dilaksanakan anak21: 1) Berbakti dan taat kepada orang tua, selama orang tua tidak memerintahkan kemaksiatan. 2) Bersikap tawadhu dengan bertutur kata yang sopan dan tidak menyakiti hati kedua orang tuanya. 3) Berterima kasih kepada orang tua. 4) Mengutamakan
berbakti
berjihad fisabilillah.
21
Ibid, H.40
kepada
keduanya
daripada
5) Tidak boleh mencaci maki dan menghardik kedua orang tuanya. 6) Mendoakan kedua orang tua agar mendapat ampunan dan kasih sayang dari Allah. 7) Melaksanakan wasiat yang diamanahkan kepadanya. 8) Melunasi utang orang tuanya jika kedua orang tuanya berhutang pada saat meninggal dunia. 9) Melanggengkan tali silaturahmi dengan kerabat orang tua dan teman-temannya. Dari beberapa hak anak tersebut, pandangan Islam tentang kewajiban anak dapat lebih melengkapi UU yang ada, terutama dari pembinaan ahlak.
2. Anak Jalanan Pengertian anak jalanan dan definis anak jalanan diantara pakar-pakar hingga saat ini belum ada kesamaan pendapat. Secara umum mereka yang dikategorikan sebagai anak jalanan yaitu anak berusia kurang dari 16 tahun, berada dijalan untuk hidup maupun bekerja dengan memasuki kegiatan ekonomi di jalan, seperti pedagang asongan, semir sepatu, pedagang koran, pengamen, mengelap kaca mobil, menyewakan payung diwaktu hujan, dan sebagainya.
UNICEF memberikan batasan anak jalanan sebagai berikut22: “Street children are those who have abandoned their homes, schools and immediate communities before they are sixteen years of age, and have driftedinto a non madic street life.” (anak jalanan merupakan anak-anak yang berumur di bawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya).
Soedijar, dalam bukunya memberikan batasan anak jalanan adalah anak-anak usia 7-15 tahun yang bekerja di jalan raya dan tempat umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang lain serta membahayakan keselamatan dirinya. Panji Putranto, mendefinisikan anak jalanan adalah mereka yang berusia 6-16 tahun yang tidak bersekolah dan tinggal tidak bersama orang tua mereka, dan bekerja seharian untuk memperoleh penghasilan di jalanan, persimpangan, dan tempat-tempat tinggal. Sedangkan Sunusi Makmur mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya di jalanan baik bekerja maupun tidak bekerja, mempunyai ikatan dengan keluarganya maupun tidak mempunyai ikatan dan mempunyai strategi untuk mempertahankan hidupnya23.
22
Soedijar A, Profil Anak Jalanan Di DKI Jakarta, (Media Informatika,1989), h.6 Sunusi Makmur, Beberapa Temuan Lapangan Survei Anak Jalanan dan Rencana Pananganan di Jakarta dan Surabaya (Jakarta:Depsos) 23
Secara umum anak jalanan terbagi dua jenis, Yaitu24 : c. Children of the street adalah anak-anak yang tumbuh dari jalanan dan seluruh waktunya dihabiskan di jalanan. Ciri dari anak-anak ini biasanya tinggal dan bekerja di jalanan (living and
working
on
the
street),
tidak
mempunyai
rumah
(homeless), dan jarang atau bahkan tidak pernah kontak dengan keluarganya. Mereka umumnya dari keluarga yang berkonflik. Mereka lebih bisa bergerak bebas, berpindah dari satu
tempat
ke
tempat
lainnya, karena
mereka
tidak
mempunyai tempat tinggal yang tetap. d. Children on the street, adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya untuk bekerja dan penghasilannya digunakan untuk
membantu
keluarganya,
anak-anak
tersebut
mempunyai kegiatan ekonomi (sebagai pekerja anak) di jalan dan masih berhubungan kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya.
3. Faktor-faktor anak turun ke jalan Fenomena
anak
jalanan
di
Indonesia
dan
negara
berkembang lainnya berbeda dengan negara maju. Anak jalanan
24
Tata Sudrajat, Anak Jalanan: Dari Masalah, h.151-152
di negara maju berkaitan erat dengan kenakalan dan keluarga yang broken home, orang tua pengangguran, penyalahgunaan obat dan minuman keras. Di negara berkembang berkaitan erat dengan kemiskinan. Anak-anak tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya, tidak bisa bersekolah, lalu bekerja membantu orang tuanya dan diri sendiri. Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak turun ke jalan, faktor tersebut adalah 25: a. Kemiskinan Kemiskinan dianggap sebagai penyebab munculnya anak jalanan.
Kemiskinan
juga
selalu
disosialisasikan
dengan
munculnya berbagai gejala sosial yang dianggap patalogis oleh masyarakat seperti gelandangan, pelacuran, tindak kriminal, dan lain-lain. Sulitnya akses pada sumber daya dasar (sandang, pangan, dan papan) menyebabkan sekelompok masyarakat harus melakukan tindakan non normatif (tidak sesuai prosedur) untuk memperoleh sumber daya tersebut. Cara lain yang dipergunakan oleh keluarga-keluarga miskin adalah
dengan
mengerahkan
semua
sumber
manusianya untuk menambah penghasilan keluarga. b. Disfungsi Keluarga
25
Tata Irwanto, “Anak-anak Jalanan Anak-anak Kita Sendiri”
daya
Penelitian yang khusus mengacu pada anak-anak yang dikategorikan sebagai children of the street oleh UNICEF, menunjukan bahwa motivasi mereka di jalanan bukanlah sekedar
ekonomi.
Kekerasan
dan
keretakan
keluarga
merupakan salah satu faktor penyebab mereka turun ke jalan. Bagi anak-anak kehidupan di jalanan yang keras lebih memberikan
alternatif
dibanding
dengan
hidup
dalam
keluarganya yang penuh dengan dengan kekerasan. Jika di jalanan mereka dapat lari, di rumah mereka seringkali harus menerima saja saat dipukuli oleh orang-orang dewasa sekitarnya.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Berdiri SDC Permasalahan kurangnya
yang
pemenuhan
dihadapi
anak
jalanan
diantaranya
kebutuhan
dasar
seperti
pendidikan,
perlindungan, kasih sayang kesehatan, makanan, minuman dan pakaian. Akhir-akhir ini dijumpai masalah yang lebih serius seperti tracfiking, ekploitasi seks komersial, dan berbagai tindakan kekerasan. Jika ditelusuri secara mendalam, fenomena anak jalanan secara garis besar akibat dari dua hal mendasar; pertama; problema sosial (sosiologis) karena orang tua yang kurang perhatian kepada anakanaknya sehingga mereka para anak mencari perhatian di luar rumah yakni jalanan sebagai bentuk pelarian atau kompensasinya. Kedua; problema sosial ekonomi yang didominasi oleh masalah kemiskinan, sehingga banyak menyediakan
orang
kebutuhan
tua
atau
dasar
keluarga yang tidak
anak
termasuk
mampu
kebutuhan
untuk
mendapat pendidikan secara layak, kurang/tidak tersedianya fasilitas bermain bagi anak-anak di tempat tinggal yang padat dan kumuh. Sebagai
instansi
permasalahan anak
yang
bertanggung
jalanan, pemerintah
jawab
Departemen
terhadap Sosial
dan
Pemerintah Daerah melakukan upaya dengan beberapa program diantaranya Mobil Sahabat Anak (MSA), Rumah Singgah (RSG), Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA), Boarding House (Rumah Terbuka) dan Panti
persinggahan.
Berbagai
program
tersebut
telah
berhasil
memecahkan permasalahan anak jalanan, akan tetapi belum maksimal. Untuk meningkatkan keberhasilan dalam pemecahan masalah baik secara kualitas maupun kuantitas, maka disusunlah program baru dalam bentuk Social Development Centre for Street Children.26 Program kegiatan dalam Social Development Centre for Street Children (SDC) dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan yang melibatkan berbagai pihak dalam sebuah jaringan kerja. Sarana gedung SDC dibangun atas kerjasama Departemen Sosial dengan United Nations – Woods Programme UN – WFP. Sebagai pusat rujukan, SDC anak jalanan berfungsi sebagai fasilitator yang mampu menyalurkan kebutuhan pelayanan anak jalanan sesuai dengan permasalahannya. Oleh karena itu SDC Anak jalanan membutuhkan jaringan kerjasama yang baik, dengan berbagai pihak termasuk dengan lembaga pelayanan sosial lainnya sebagai mitra kerja dalam penanganan anak jalanan. Sebagai pusat pelayanan, SDC anak jalanan idealnya mampu memberikan
26
pelayanan
yang
terbaik
buat
anak,
Leafet Social Development Center for Street Children, Departemen Sosial RI
juga
mampu
memberikan alternatif pelayanan sosial anak yang memungkinkan dapat diakses oleh berbagai
kalangan
yang membutuhkan
pelayanan,
sehingga SDC anak jalanan selain mampu memberikan alternatif pelayanan juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengurangi jumlah populasi anak jalanan. SDC anak jalanan dimasa depan, tidak hanya berfungsi sebagai boarding house bagi anak jalanan tapi dapat memberi manfaat dan memiliki program jaringan penelitian serta pendidikan dan pelatihan tenaga bidang pelayanan sosial anak jalanan.
B. Visi, dan Misi27 1. Visi “Menjadikan anak jalanan Indonesia yang mandiri dan normative secara sosial dan ekonomi”. 2. Misi a. Melakukan penerimaan calon klien. b. Menyelenggarakan perlindungan untuk anak. c. Menyelenggarakan
bimbingan
fisik,
mental,
pelatihan keterampilan seta pendidikan. d. Resosialisasi dan penyaluran (sistem rujukan) dan
27
Leafet Social Developmen Center For Street Children
sosial,
dan
e. Melakukan bimbingan dan pembinaan lanjutan bagi anak yang sudah kembali ke keluarga atau bekerja.
C. Fungsi28 1. Melanjutkan proses pelayanan yang telah diberikan oleh rumah singgah (rujukan rumah singgah). 2. Mengembangkan perilaku adaftif anak. 3. Mengembangkan minat dan bakat anak. 4. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keterampilan. 5. Reintegrasi anak dengan orang tua/keluarganya.
D. Tujuan Pelayanan29 1. Tujuan Umum Tujuan pelayanan sosial anak jalanan yaitu untuk melindungi anak-anak dari situasi terburuk yang dihadapi anak di jalanan kepada
situasi
yang
memungkinkan
anak
berpartisipasi dan dapat tumbuh kembang wajar.
28 29
Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti, Ibid,
dapat
hidup,
2. Tujuan Khusus a. Pulihnya kondisi fisik, mental spritual, psikologi, sosial dan keterampilan serta fungsi sosial anak jalanan sehingga mereka dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar di masyarakat serta menjadi sumber daya manusia (SDM), yang berguna, produktif dan berkualitas dan berahlak mulia. b. Hilangnya label (stigma) masyarakat yang negatif terhadap anak jalanan yang menghambat tumbuh kembang mereka untuk berpartisipasi dalam hidup dan kehidupan masyarakat.
E. Sasaran Penerima Pelayanan30. Sasaranan pelayanan pada dasarnya ditujukan kepada seluruh anak jalanan. Secara khusus sasaran garapan penerima pelayanan sesuai dengan kapasitas tampung Asrama Pelayanan Sosial Anak Jalanan yang tersedia yaitu: 1. Anak jalanan 2. Anak jalanan yang menjadi pengemis dan pemulung 3. Anak jalanan yang diekploitasi secara ekonomi (anak yang dipekerjakan) 4. Sistem-sistem sumber (guru-guru, komunitas dimana anak tersebut tinggal)
30
Wawancara ARH
5. Orang tua/keluarga serta pihak-pihak lain yang mendukung program pelayanan sosial anak jalanan. Dengan persyaratan sebagai berikut : 1. Laki-laki dan perempuan 2. Usia di bawah 18 tahun 3. Rujukan dari Rumah Singgah, Rumah Asuh Sementara, LSM, Kepolisian, Pekerja Sosial Masyarakat, keluarga yang berdasarkan assesment awal dapat atau layak diterima sebagai klien Panti Pelayanan Sosial Anak Jalanan (SDC For Street Children). 4. Menyatakan
kesanggupan
mengikuti
semua
program
yang
diselenggarakan oleh Panti Pelayanan Sosial Anak Jalanan (SDC for street Children). 5. Anak tidak lagi melakukan aktivitas di jalanan.
F. Prinsip-prinsip Pelayanan Pelayanan yang diberikan bagi anak di pusat pengembangan Pelayanan Sosial Anak (SDC) berlandaskan pada prinsip-prinsip konvensi tentang hak-hak anak (KHA) dan pekerjaan sosial, yaitu : 1. Prinsip Non Diskriminasi a. setiap anak berhak memperoleh pelayanan secara manusiawi dan adil tanpa membeda-bedakan dari segi jenis kelamin, agama, suku, kebangsaan, dan status sosial budaya lainnya.
b. Menghargai anak sebagai manusia seutuhnya yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. c. Menerima keberadaan anak apa adanya sebagai individu yang
mempunayi
harga
diri,
potensi,
kelebihan
dan
kemampuan serta mempunyai sikap empati. d. Menghadapi anak sebagai individu yang berbeda dengan yang lainnya/unik dari segi potensi, bakat, minat, ciri-ciri, latar belakang, kondisinya saat ini, cita-cita dan harapan masa depannya. 2. Prinsip Kepentingan Terbaik Anak a. Mengupayakan semua keputusan, kegiatan, dan dukungan dari
berbagai
hak
(kepolisian,
pengadilan,
dan
institusi
pemerintah lainnya, organisasi internasional dan nasional serta masyarakat
untuk
membantu
anak
yang
membutuhkan
perlindungan dan semata untuk kepentingan terbaik anak. b. Mengupayakan yang terbaik bagi anak yang membutuhkan perlindungan
untuk
dapat
hidup,
berkembang
dan
memperoleh masa depan mereka secara lebih baik. 3. Prinsip Menghormati Pandangan Anak a. Pandangan anak perlu didengar dan diperhatikan sesuai dengan usia dan kematangan mereka di dalam setiap proses pembahasan dan pengambilan keputusan setiap kegiatan. b. Mendorong, memberikan kesempatan dan melibatkan anak seluas-luasnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
yang telah direncanakan serta menumbuhkan tanggung jawab dan keterlibatan anak dalam upaya pemecahan masalahnya
dan
menghidarkan
ketergantungan
pada
pelayanan. c. Menghormati hak anak untuk menentukan keputusan bagi dirinya sendiri dan memberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengambil keputusannya tersebut. d. Menumbuhkan dan memelihara komunikasi yang efektif dan jelas dengan anak dalam rangka membantu mencapai tujuan yang ditetapkan bersama. 4. Mengutamakan Hak Hidup, Kelangsungan Hidup, dan Tumbuh Kembang Anak a. Kegiatan disusun untuk meningkatkan perkembangan anak berdasarkan kemampuan dan tugas-tugas perkembangannya. b. Menghargai
setiap anak mempunyai
kemampuan untuk
mengembangkan diri. 5. Prinsip Kerahasian Memperlakukan semua informasi anak sebagai dokumen yang rahasia dan tidak dapat menceritakan semua informasi tentang anak pada forum-forum dan orang-orang lain kecuali untuk kepentingan anak.
G. Fasilitas Sarana dan Prasarana dan Pendanaan Sumber Daya Manusia31 1. Sarana dan Prasarana Agar semua kegiatan dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien maka disediakan dan prasarana sebagai fasilitas penunjang untuk sebagai berikut : a. Fasilitas bangunan terdiri dari 1) Ruang kantor 2) Ruang Case Conference/ruang konsultasi 3) Asrama putra 4) Asrama putri 5) Ruang belajar 6) Ruang pelatihan keterampilan/Lab. komputer 7) Ruang makan dan dapur 8) Perpustakaan 9) Poliklinik 10) Aula 11) Ruang Ibadah 12) Gudang 13) MCK 14) Lapangan olahraga/upacara 15) Fasilitas Listrik dan Air b. Sejumlah peralatan seperti peralatan asrama, dapur, kantor, peralatan
pelatihan
keterampilan,
peralatan
bermain,
kesenian, olah raga, ibadah, belajar dan lain-lain. c. Sejumlah personil yang memiliki kapabilitas dan kompetensi yang tinggi seperti pekerja sosial, psikolog, perawat kesehatan, instruktur
keterampilan,
pembimbing
pembimbing kesenian, pelatih olahraga.
31
Leafet Social Development Center, dan Obeservasi 5 Februari 2009
agama
(ustadz),
2. Sumber pendanaan Sumber pendanaan Panti Pelayanan Sosial Anak Jalanan diperoleh dari: a. APBN/APBD b. Kerjasama dengan pihak donor dari dalam maupun luar negeri c. Sumber-sumber lain yang sah/tidak mengikat
H. Jaringan Kerja Pelayanan 1. Internal a. Lintas
program
antar
Direktorat
Jenderal
di
lingkungan
Departemen Sosial RI sebagaimana tertera dalam surat edaran Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial No. 113/PRS/III/2005 b. Jaringan antar unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Sosial RI 2. Eksternal a. Antar instansi terkait baik pemerintah atau swasta (rumah sakit, kepolisian, Koramil, Depnakernas, LSM, dan Organisasi Sosial lainnya)
b. Dengan dunia usaha dalam usaha menciptakan lapangan kerja bagi anak setelah mendapatkan pelatihan keterampilan kerja di SDC. c. Pihak Luar negeri.
I.
Data anak di SDC Di bawah ini merupakan table mengenai anak yang berada di
SDC berdasark jenis kelamin, sebagai berikut: Tabel 3.1 Data Anak Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Jumlah
1.
Perempuan
87 orang
2.
Laki-laki
113 orang
Data anak berdasarkan minat, bakat, dan program keterampilan pada tahun 2007-2008 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Data Anak Berdasarkan Minat dan Bakat Periode 2007 dan 2008
No.
Minat dan Bakat
2007
2008
1.
Kejar Paket A
13
5
2.
Kejar Paket B
20
5
3.
Kejar Paket C
12
11
4.
Pendidikan Formal SD
3
1
5.
Pendidikan Formal SMP
13
10
6.
Pendidikan Formal SMA
6
6
7.
Keterampilan Las
17
9
8.
Keterampilan Komputer
7
18
9.
Keterampilan Salon
8
6
10.
Keterampilan Elektronika
6
1
11.
Keterampilan Montir Motor
16
7
12.
Keterampilan Montir Mobil
9
-
13.
Keterampilan Pendingin/AC
6
2
14
Keterampilan Menjahit
19
1
15.
Wirausaha Agen Telur dan Daging Bakso
-
3
16.
Wirausaha Agen Telur
-
2
17.
Wirausaha Berjualan Voucher
-
2
18.
Wirausaha Bengkel Motor
-
1
19.
Wirausaha Warung
-
1
Jumlah
155
91
J. Kepegawaian (Sumber Daya Manusia) Di bawah ini merupakan data tabel pegawai SDC berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan, sebagai berikut: Tabel 3.3 Data Pegawai SDC Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan
No.
Jenis Kelamin
Pendidikan terakhir Laki-laki
Perempuan
1.
S2
2 orang
-
2.
S1
7 orang
7 orang
3.
DIV
1 orang
1 orang
4.
D3
-
1 orang
5.
SPK
-
1 orang
6.
SMA
5 orang
3 orang
7.
SMK
1 orang
2 orang
8.
SMPS
1 orang
-
9.
SD
1 orang
JUMLAH
18 orang
15 orang
Tabel di bawah ini merupakan data mengenai pegawai SDC yang berdasarkan tugas, sebagai berikut:
Tabel 3.4 Data Pegawai SDC Berdasarkan Tugas
No.
Tugas
Jumlah
1.
Ketua Panti
1 orang
2.
Kordinator Tata Usaha
1 orang
3.
Kordinator keuangan
1 orang
4.
Administrasi kepegawaian
1 orang
5.
Kordinator kerumahtanggaan
1 orang
6.
Kordinator
Pelayanan
Rehabilitasi
Sosial 1 orang
(Yanrehsos) 7.
Sie. Yanrehsos
3 orang
8.
Kordinator Program dan Advokasi Sosial (PAS)
1 orang
9.
Sie. PAS
3 orang
10.
Pembimbing Psikologis
1 orang
11.
Paramedis
2 orang
12.
Pembimbing Rohani
3 orang
13.
Pendamping keterampilan
1 orang
14.
Pendamping Pendidikan formal
1 orang
15.
Pendamping kejar paket
1 orang
16.
Juru masak
2 orang
17.
Pramu Kantor
1 orang
18.
Kebersihan
3 orang
19.
Satpam
2 orang
20.
Pengemudi
1 orang
21.
Pekerja Sosial Fungsional (tenaga ahli dari Depsos)
2 orang
Jumlah
33 orang
K. Struktur Organisasi Di bawah ini merupakan bagan struktur keorganisasian yang ada di SDC yang terdiri dari Ketua panti, Kordinator Tata Usaha, Kordinator PAS, Kordinator Rehsos, Jabatan fungsional, dan instalansi produksi.
KETUA PANTI
Rahmat Kusnadi,M.Si
KOOR. TATA USAHA
Drs. Cup Santo, M.Si
KOOR. REHSOS
KOOR. PAS
Vivi Marlina,S.Sos
Ahmad Rifqie Hidayat, S.Psi
JABATAN FUNGSIONAL
INSTALANSI PRODUKSI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA A. Tahapan Pelayanan Dalam pelayanan kesejahteraan sosial ada yang berbasis panti dan ada yang non panti. Berbasis panti mempunyai sifat pelayan berbentuk pencegahaan, perlindungan, pemberdayaan, pelayanan dan rehabilitasi
sosial,
maupun
pengembangan
guna
mengatasi
permasalahan yang dihadapi dan atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosial. Model pelayanan dalam penanganan yang dilakukan oleh SDC adalah model pelayanan berbasis panti atau center based yang bersifat rehabilitatif.. “..ya, model pendekatan yang berbasis panti sebab model pendekatan dalam penangan anak jalanan ada yang berbasis panti dan ada yang non panti… (Informan,RK,7 Jan 09)”
Dalam memberikan pelayanan kepada anak jalanan, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Diantaranya :
1. Tahapan Pendekatan Awal Pendekatan awal merupakan suatu proses kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan sosial yang ada di SDC. Kegiatan yang dilakukan oleh SDC adalah dengan penyampaian informasi program pelayanan sosial kepada masyarakat, instasi terkait,
serta
organisasi
sosial/LSM
guna
terkait
memperoleh
dukungan dan data awal calon klien untuk dapat diseleksi dan ditetapkan secara definitif sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan32. Langkah-langkah dalam pendekatan awal ini adalah : “Jadi, begini pak, untuk pendekatan awal yang dilakukan panti yaitu yang pertama adalah sosialisasi mengenai panti SDC terus menerangkan tindakan yang dilakukan SDC, ketika anak itu datang ke sini” 45
a. Sosialisasi Sosialisasi merupakan langkah awal dari proses pelayanan sosial yang ada di SDC. “pendekatan awal yang dilakukan sosialisasi”(Informan ARH,7 Jan 09)
panti
adalah
Pada tahap ini, SDC melakukan penyampaian informasi program pelayanan. Metode yang diapakai untuk sosialisasi adalah seminar, kunjungan, silahturahmi, surat menyurat, dan penjelasan langsung kepada anak jalanan.
32
Depsos RI, Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti,(Jakarta:Depsos RI,2006)
“Sosialisasi tersebut dilakukan ke rumah-rumah singgah, untuk sementara ini rumah-rumah singgah yang ada di jabodetabek dulu. Selain ke rumah singgah dulu. Selain ke rumah singgah sosialisasi dilakukan ke instansi yang berkaitan tentang perlindungan anak, seperti dinas kesejahteraan yang di pemerintah, kepolisian panti-panti anak yang ada di seluruh Indonesia sementara ini baru daerah Bandung, Bogor, dan Sukabumi yang baru di ajak koordinasi” (informan ARH, 7 Januari 2009)”
Sasaran dalam sosialisasi disini adalah33: 1) anak jalanan, dengan mendatangkan pada kantungkantung anak jalanan berada seperti daerah-daerah perempatan lampu merah, terminal, dan stasiun. “kantung-kantung anak jalanan itu seperti di daerah terminal, perempatan lampu merah, dan stasiun” (informan ARH, 7 Januari 09)
2) Yayasan/rumah singgah yang terdiri dari : “saya punya data tentang kerjasama dari beberapa rumah singgah dan RPA yang ada di Jabodetabek dan Bandung untuk tahun 2009 ini”(Informan RK, 7 Jan 09)
33
Depsos RI, Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti,(Jakarta:Depsos RI,2006),
a) Yayasan Al-Furqan b) Yayasan Citra Dharma c) Yayasan Pelita d) Yayasan Sekar e) Yayasan Sekam f) Yayasan Balarenik g) Yayasan Swara h) Yayasan Insan Mandiri i)
Yayasan Cut Nyak Dien
j)
Yayasan Permata
k) Yayasan An-Nur l)
Yayasan IABRI bandung
m) Yayasan Tjiliwoeng n) PSBR o) Yayasan Kurnia Jakut p) RPA Gank Bandung q) RPA Pintar 3) Kepolisian 4) Dinas Sosial Kabupaten/kota/Propinsi yang diantaranya: Kab. Sukabumi, Purwakarta, Karawang, Cirebon, Bandung, dan Jabodetabek. “Selain ke rumah singgah sosialisasi dilakukan ke instansi yang berkaitan tentang perlindungan anak, seperti dinas kesejahteraan yang di pemerintah, kepolisian panti-panti anak yang ada di seluruh Indonesia sementara ini baru daerah Bandung, Bogor, dan Sukabumi yang baru di ajak koordinasi.”(informan ARH, 7 Januari 2009)
b. Proses Identifikasi Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan informasi awal calon penerima pelayanan, melalui wawancara yang menanyakan
mengenai keluarga, kegitan sebelum masuk
panti atau tentang pernah atau tidak dia terlibat dalam narkoba, pengisian kuesioner, dan data awal dari instansi perujuk. Data yang dicari terutama berkaitan dengan kondisi individu calon klien dan kondisi keluarga. “masuk ke dalam proses penerimaan dalam masa ini kami pihak panti melakukan tindakan proses registrasi yang pertama adalah proses identifikasi. Kegiatan dalam identifikasi ini adalah wawancara mengenai keluarga, kegiatan sebelum masuk panti,dan pernah atau tidak dia terlibat dalam narkoba ya…segitu aja dan pengisian kuesioner yang isinya bisa bapak lihat sendiri ini…….. dan membadingkan data yang diterima dari instansi perujuk dengan data yang diterima dari calon penerima pelayanan”(informan ARH, 7 Jan 09)
Hasil dari identifikasi adalah seleksi, dimana calon penerima pelayanan harus memenuhi kriteria sebagai anak jalanan yang tidak mampu, dan yang terutama adalah anak jalanan dibawah usia 18 tahun dan berasal dari keluarga tidak mampu. “dalam proses indentifikasi dan seleksi si anak diharuskan di bawah umur 18 tahun untuk sekarang 2009”(informan ARH, 7 Jan 09)
c. Adaptasi Adaptasi merupakan proses penyusaian diri anak dengan lingkungan SDC, kegiatan yang ada di SDC, tata tertib di SDC dan mengenal para pegawai yang ada. Pada proses ini, pihak SDC berusaha menumbuhkan kemauan dan kemampuan anak untuk menjadi klien SDC. Proses kegiatan ini berlangsung selama satu minggu. “setelah itu masuk proses adaptasi yang diberikan oleh kami selama 1 minggu saja, untuk memberikan waktu kepada klien mengenal lingkungan panti dan untuk mengetahui para pegawai yang ada di panti.”(informan ARH, 7 Jan 09)
d. Registrasi dan Kontrak Registrasi
dilakukan
apabila
calon
klien
menunjukan
keinginan menjalani proses pelayanan yang ada di SDC. Apabila calon klien tidak menunjukan keinginan untuk menjadi klien di SDC, maka hal tersebut akan dirujuk kembali kepada instasi, rumah singgah, yayasan atau keluarga si calon klien tersebut. “setelah itu melakukan registrasi dan kontrak apabila si klien setuju untuk tinggal disini selama kurun waktu yang telah ditentukan selama 6 bulan untuk program regular atau 1 tahun untuk program sekolah”(informan ARH, 7 Jan 09)
Registrasi sendiri merupakan proses pengesahan calon klien menjadi klien resmi SDC. Pada proses ini, anak mendapatkan nomor registrasi, satu berkas perkembangan anak, dan satu orang pendamping untuk anak. Sedangkan
kontrak
merupakan
pengisian
surat
kesepakatan antara klien dengan pihak SDC. Surat tersebut menyatakan bahwa klien masuk SDC tanpa paksaan dan bersedia mengikuti program
pelayanan dengan sungguh-
sunguh. 2. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Asesmen) Dalam mengungkap dan memahami masalah yang ada pada anak jalanan dilakukan dengan cara memahami kebutuhan dan potensi klein sebagai dasar penyusunan rencana intervensi serta mengadakan kajian terhadap berbagai informasi yang diperoleh pada saat pendekatan awal. Untuk mengungkap itu semua, SDC melakukan proses asesmen sebagai berikut: a. Asesmen Sosial Asesmen sosial adalah proses pengungkapan masalah, kemampuan, dan sistem sumber yang ada, berhubungan dengan relasi sosial, ekonomi, dan lingkungan tempat tingal si klien.
“….asesmen yang dilakukan kami ada 3 yang pertama yaitu asesmen sosial, tujuannya apa? yaitu untuk mengetahui permasalahan mereka, biasanya kami melakukan idetifikasi lingkungan mereka berada apakah ada sumber-sumber yang menghasilkan setelah mereka keluar dari SDC ini. Dan taklupa juga kami juga menanyakan mengenai teman-teman klien kepada keluarga klien. Serta keadaan ekonomi keluarga dan lingkunga yang ada di sekitar rumah klien.”(informan ARH, 7 Jan 09)
b. Asesmen Psikologis (Penulusuran Minat dan Potensi Intelegensi) Asesmen psikologis adalah proses pengungkapan minat, potensi sikap kerja, potensi kemampuan untuk belajar, dan potensi intelegensi. Hasil dari asesmen ini digunakan sebagai salah
satu
acuan
penjurusan
bimbingan
keterampilan,
program kejar paket A,B, C, dan program sekolah formal. “…diteruskan dengan asesmen psikologis dilakukan pada saat wawancara dengan menayakan tentang minat keterampilan yang akan diambil di SDC ini, serta kesungguhannya mengambil hal tersebut dan potensi intelegensi. Gunanya dari asesmen ini untuk acuan penjurusan bimbingan keterampilan, program paket, dan sekolah formal.”(informan ARH, 7 Jan 09)
Dalam asesmen penentuan bimbingan keterampilan atau program sekolah dan kejar paket ditentukan oleh pegawai SDC yang dirapatkan dalam CC (case conference)34. Hal itu dilakukan untuk kepentingan anak di masa yang akan
34
Leafet SDC for Street Children Bambu Apus, Jakarta Timur
datang.
Permasalahan
yang
terjadi
dalam
penentuan
bimbingan keterampilan ini adalah pertentangan keinginan si anak dengan keinginan panti, sebagai contoh keinginan anak untuk mengambil bimbingan keterampilan otomotif (bengkel mobil) tiba-tiba dialihkan kepada bimbingan menyetir mobil. Hal tersebut dilakukan karena sumber potensi (peluang usaha) tidak ada, tetapi untuk menyetir mobil sumber peluang usahanya cukup besar dikarenakan ayah dan saudarasaudaranya adalah seorang supir. ”Banyak yang tidak sesuai dengan keingan si anak. Misalnya si anak ingin mengambil kurus komputer tapi kami jurukan kepada kursus otomotif itu dikarenakan di daerah si anak banyak yang sumber seperti bengkel motor begitu pak”
c. Asesmen Kesehatan Asesmen kesehatan adalah pemeriksaan kondisi fisik dan kesehatan.
Pemeriksaan tentang penyakit-penyakit yang
menular. Hal ini dilakukan supaya tidak berdampak lebih jauh lagi terhadap klien-klien yang ada di SDC. “..dan terakhir yaitu asesmen kesehatan itu dilakukan ketika proses penerimaan dip anti…”(informan ARH,7 Jan 09)
3. Rencana Pemecahan Masalah/Rencana Intervensi Rencana intervensi diambil berdasarkan hasil asesmen secara menyuluruh.
Rencana intervensi
bertujuan
untuk
menentukan
pelayanan bagi klien setelah dirapatkan dalam sidang CC. “..masuk pada rencana intervensi. Nah, ini diambil dari proses asesmen yang telah kami lakukan tadi secara menyeluruh yang dirapatkan di CC tujuannya menentukan pelayanan bagi si klien. Bagaimana caranya bapak bisa lihat di buku pedoman ini….”(informan ARH, 7 Jan 09)
Langkah-langkah yang dilakukan dalam rencana intervensi ini adalah 35: a. Mendiskripsikan hasil asesmen, berbagai masalah, sumber dan kebutuhan anak jalanan. b. Mengadakan penghitungan terhadap sumber dana yang dibutuhkan dan yang tersedia. c.
Mengadakan penghitungan terhadap sumber daya manusia yang dibutuhkan, termasuk kualifikasi yang dibutuhkan.
35
Depsos RI, Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti,(Jakarta:Depsos RI,2006),
d. Menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan, termasuk di dalamnya menetapkan tujuan dan hasil yang ingin dicapai, serta jadwal kegiatannya. Rencana intervensi bisa jangka pendek, maupun panjang yang bersifat individual yang meliputi penempatan di asrama, jenis dan sifat bimbingan fisik, mental, spritual, sosial, intelektual, vokasional yang diperlukan anak.
4. Pelaksanaan Pemecahan Masalah (intervensi)/masa pelayanan Dalam masa pelayanan ini anak mengikuti kegiatan yang besifat pelayanan, mendidik, pendampingan, hiburan, olahraga, ataupun yang bersifat kerjasama kelompok. “..sekarang pada masa pelayanan di dalamnya ada program bimbingan sosial, keterampilan, dan program pendidikan.”(informan ARH,7 Jan 09)
Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah: a. Bimbingan sosial Bimbingan sosial merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh semua klien SDC. Pemberian materi bimbingan sosial bertujuan untuk mengembangkan sikap dan perilaku normatif
anak. Kegiatan ini diberikan kepada klien 2 materi dalam sehari. Adapun materi yang diberikan ketika bimbingan sosial adalah aspek : “Bimsos berguna untuk mengubah sikap perilaku si kelayan tentang sikap normatifnya, terus tentang dunia kerja, masa depannya, serta kemandriannya.”
1) Psikologis Kegiatan Bimbingan sosial psikologis diisi dengan materi bagaimana menata masa depan lebih baik, dan diisi dengan bagaimana dapat mengendalikan emosi. “Kegiatan Bimsos psikologis diisi dengan materi tentang cara menata masa depan lebih baik seperti bagaimana memprioritaskan sesuatu hal yang penting dalam hidupnya serta diisi dengan bagaimana mengendalikan emosi agar dapat berpikir jernih ketika menghadapi permasalahan” (Informan ARH, 7 Januari 2009)
2) Mental spritual Bimbingan Sosial mental spiritual diisi dengan kegiatan lebih kepada kegiatan keagamaan seperti baca dan tulis AlQur’an,
Ceramah Magrib, kuliah
berjamaah.
Subuh,
serta
shalat
“untuk kegiatan mental spritula lebih diisi dengan kegiatan keagamaan seperti mengaji dan tulis Al-Qur’an, Ceramah magrib dan kuliah subuh, serta shalat berjamaah yang dibimbing oleh 3 guru agama yang menurtu kami berkompeten dibidangnya masing-masing, seperti ustad Andi dari UIN, Ustad, Syafrudin dari PT IIQ, dan Ustad Annas dari IAIN Jakarta” (Informan ARH, 7 Januari 2009)
3) Fisik Kegiatan fisik lebih diisi dengan kegiatan olahraga seperti main futsal, senam setiap Jum’at pagi.36 4) Kesehatan Materi
kesehatan
kesehatan
dan
lebih
diisi
keselamatan
dengan dalam
materi dunia
seputar kerja,
penyalahgunaan Narkoba.37 5) Kewirausahaan “….materi yang kami berikan pada program bimbingan sosial yaitu psikologis, mental spiritual atau agama karena sesuatu masalah kunci penyelesaiannya di agama ditambah dengan fisik, dan bimbingan sosial wirausah. Dalam sehari diberikan 2 materi sekaligus”(informan ARH, 7 Jan 09)
Kewirausahaan
diberikan
untuk
klien
yang
akan
berwirausaha dan umurnya telah melebihi umur anak-anak.
36 37
Observasi tgl 6 Februari 2009 Observasi tgl 3 dan 6 Februari 2009
Klien yang akan berwirausaha berikut usaha yang akan dijalaninya, diantaranya adalah: “bimbingan sosial wirausaha. Untuk wirausaha diberikan pada kelayan yang sudah melebihi umur 18 tahun ke atas”
Tabel 4.1 Daftar klien yang ikut berwirausaha No
Nama
Usaha yang akan dijalani
1.
Budi Firmansyah
Jualan Bakso
2.
Heru Ramdhani
Jualan Bakso
3.
Sobari
Jualan Bakso
4.
Rafliandiman Putra
Jualan Voucher HP
5.
Apriyadi
Jualan Kerupuk
6.
Rasbudi
Jualan Voucher HP
7.
Imron Cahyadi
Distro
8.
Juliansyah
Distro
9.
Kanapi
Distro
10. Arya Eko S
Bengkel motor
11. M. Hasan
Agen penyalur telur
b. Bimbingan Keterampilan
SDC menyediakan beberapa jenis bimbingan keterampilan. Bimbingan keterampilan ini diikuti oleh 52 klien. Bimbingan tersebut diantaranya adalah: “….untuk bimbingan keterampilan ada 7 diantaranya: komputer, otomotif motor, teknik pendingin AC, Elektronika, Teknik Las, jahit, dan salon.”(informan ARH,7 Jan 09)
Tabel 4.2 Daftar Siswa yang mengikuti Bimbingan Keterampilan No.
Nama
Usia
Keterampilan Kom
1.
Alin Siti Masitoh
17
√
2.
Etin Priatin
19
√
3.
Candra Ismail
19
√
4.
Herdi Ferdiansyah
16
√
5.
Jamaludin
17
√
6.
M.Alwiyudin
18
√
7.
Novita sari
19
√
8.
Anjar Asmara
19
√
Oto
AC
Elk
Las
Jah
Sal
Sup
9.
Didi Aji Sentosa
19
√
10.
M. Thamrin
19
√
11.
M. Bayu A.T
18
√
12.
Rizka Amelia
17
√
13.
Asep Murodi
18
√
14.
Afrizal
19
√
15.
M. Nasrul
18
√
16.
Iskandar Dinata
18
√
17.
Hari Suhendar
19
√
18.
Asep Yunus
17
√
19.
Ilham Candra
17
√
20.
Adi Mulyadi
15
√
21.
Riansyah
17
√
22.
Apri Nurdiansyah
17
√
23.
Wahyudi
17
√
24.
Nur Andre
18
√
25.
M. Bayu A.T
18
√
26.
Tison Bajari
18
√
27.
Bahtiar Intan
14
√
28.
Candra Ismail
19
√
29.
M. Lukman Zein
17
√
30.
Adjie Pangestu
18
31.
Mistoro
16
√
32.
Yusuf
17
√
33.
M. Yayan
17
√
34.
Ahmad Triyadi
18
√
35.
Ridwan Soleh
18
√
36.
Deni Julianda
18
√
37.
Abdullah Solehudin
19
√
38.
Romi Syahputra
19
√
39.
Dwi Purwo Nugroho
19
√
40.
Heri Ja Heri
19
√
41.
Ai Yuliati
17
42.
Nur Halimah T.
15
√
43.
Siti Romlah
15
√
44.
Novita Anjayani
15
√
45.
Erni Suharmi
15
√
46.
Rahayu Pujiyanti
16
√
47.
Ida Yuliani
18
√
48.
Arifin
√
√
√
49.
Indra Setiawan
√
50.
A. Rizki Van Neval
√
51.
Andi Jamaludin
√
Ket.: Kom.= komputer, Oto.= otomotif motor, AC = teknik pendingin, Elk = teknik elektronika, LAS= teknik LAS, Jah= kursus menjahit, Sal = kursus salon, Sup= kursus menyetir
c. Bimbingan Pendidikan Di SDC terdapat dua pendidikan yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal ditujukan bagi klien yang memenuhi syarat pendidikan seperti lulus SD tetapi dan tidak dapat melanjutkan pendidkan selama 2 tahun. “…bimbingan pendidikan dibagi 2 yaitu pendidikan formal bagi klien yang memenuhi syarat administrasi pendidikan seperti lulus SD dan tidak dapat melanjutkan pendidikan selama 2 tahun. Selain itu juga pendidikan informal ini diberikan kepada klien yang tidak memenuhi syarat adminstrasi pendidikan.”(informan ARH,7 Jan 09)
Di bawah ini merupakan tabel jumlah klien yang mengikuti pendidikan formal dan informal yang ada di SDC.
Tabel 4.3 Jumlah klien mengikuti kegiatan pendidikan formal dan Informal
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1.
SD
1
2.
SLTP
10
3.
SLTA
6
1.
Kejar Paket A
5
2.
Kejar Paket B
5
3.
Kejar Paket C
11
d. Pembinaan Lanjutan Proses
ini
merupakan
tahapan
dimana
klien
sudah
mendapat pelayanan sosial selama dalam panti kemudian disalurkan (kepada masyarakat, keluarga, sekolah dan lainlain). Dalam kegiatan ini terdapat langkah- langkah sebagai berikut38 : 1) Dalam
penyelenggaraan
dilakukan
pemulangan
klien
kepada orang tua atau wali, disalurkan ke sekolah, maupun
perusahaan-perusahaan
dalam
rangka
penempatan kerja 2) Pembinaan lanjutan dilakkukan secara berkala ditunjukan kepada eks klien agar tidak mengulangi perbuatannya kepada lingkungan keluarga sekolah dan tempat kerja eks
38
Leafet dari VM 5 februari 09
klien agar dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi eks klien. e. Workshop Psikoligis Persiapan Dunia Kerja Sebelum pelaksanaan magang, SDC melakukan workshop persiapan dunia kerja. Disamping itu SDC mengudang para ahli dalam dunia kerja untuk memberikan pembekalan kepada para klien. Hal ini bertujuan agar anak siap saat magang dan memasuki dunia kerja. f.
Kunjungan Industri Kunjugan industri memiliki tujuan untuk memperkenalkan dunia kerja kepada klien yang siap kerja dan menjalin relasi dengan pemilik usaha. Dengan adanya relasi diharapkan
dapat
membuka
peluang
tersebut,
magang
dan
penyaluran kerja bagi klien yang telah siap kerja. “…kunjungan industri malahan kami pernah mengundang pakar industri tuk datang ke sini..”(informan ARH,7 Jan 09)
g. Magang Kerja Setelah klien mendapat keterampilan yang cukup, dan disertai perubahan sikap yang baik, klien siap dimagangkan. Dalam proses pemagangan, klien diberi kesempatan mencari tempat magang sendiri dengan pendampingan. Hal ini bertujuan untuk membentuk kemandirian pada diri si klien.
Apabila klien tidak mendapatkan tempat magang sendiri maka pihak panti telah menentukan tempat magang bagi si klien. “magang kerja setelah anak cukup mendapat pembekalan dari proses bimbingan keterampilan….”(informan ARH,7 Jan 09)
Selama magang berlangsung, dilakukan suatu tindakan monitoring guna memantau perkembangan sikap, tingkah laku, dan kemampuan keterampilan klien.
h. Kegiatan Pemberian Motivasi dan Pendampingan39 1) Pemberdayaan Keluarga Pemberdayaan
keluarga
adalah
pemberian
modal
usaha kepada orang tua klien yang usahanya sudah berjalan. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan usaha. Dengan meningkatnya taraf ekonomi keluarga, diharapkan klien tidak kembali ke jalanan.40 Selama
proses
pemberdayaan
keluarga,
dilakukan
pendampingan oleh petugas dari SDC dan pihak rumah singgah tempat dirujuknya si klien.
39 40
Program kerja SDC tahun 2008 Depsos RI, Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti,(Jakarta:Depsos RI,2006),
2) Kunjungan Keluarga (home visit) Kunjungan
keluarga
dilakukan
untuk
beberapa
kepentingan, diantaranya untuk kebutuhan pada saat proses asesmen, saat klien menghadapi masalah dan untuk memperat tali silaturahmi antara pihak SDC dengan keluarga klien, serta menyamakan persepsi pelayanan dan penanganan klien selama di SDC. Kegiatan ini berlangsung dua kali dalam proses tahapan pelayanan. 3) Pembahasan Kasus (case conference) Pembahasan kasus adalah suatu kegiatan pembahasan mengenai perkembangan anak selama di panti serta pengambilan
keputusan
yang
berhubungan
dengan
kepentingan klien yang dibahas dalam rapat CC.
4) Reunifikasi di dalam Masa Pelayanan41 Reunifikasi di dalam masa pelayanan merupakan upaya penyatuan klien dengan keluarga. Langkah ini diambil ketika klien memiliki keluarga sebagai sistem sumber yang mendukung kebutuhan anak.
41
Depsos RI, Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti,(Jakarta:Depsos RI,2006),
Di dalam reunifikasi pihak SDC mengudang pihak keluarga anak untuk datang langsung ke SDC. Hal ini dimaksudkan
untuk
memberikan
penjelasan
terhadap
keluarga tentang kegiatan-kegiatan anak di SDC, forum silaturahmi keluarga anak dengan keluarga anak yang lain, meberikan kesempatan keluarga untuk bertanya mengenai anaknya di SDC. i.
Resosialisasi Resosialisasi merupakan proses persiapan kondisi jiwa dan mental anak yang akan segera kembali ke keluarga dan masyarakat. Tahapan ini meliputi42 : 1) Pembekalan klien yang kembali ke lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat tempat tinggal anak. 2) Menghubungi keluarga klien serta lingkungan tempat tinggalnya 3) Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan melanjutkan sekolah 4) Menghubungi pengguna tenaga kerja dalam rangka penempatan kerja klien.
5.a Pengakhiran Pelayanan (terminasi)
42
Ibid,
Pengakhiran pelayana merupakan pemutusan pelayanan yang telah diberikan kepada si klien dalam jangka waktu yang telah disepakati antara klien dan pemberi pelyanan yaitu pihak panti. Kegiatan yang ada dalam masa pengakhiran layanan (terminasi) adalalah sebagai berikut:
“….dilanjutkan dengan proses terminasi atau pemutusan masa pelayanan dan setelah itu kami merujuk mereka ke rumah singgah, ke keluarga, atau kerja bagi yang mendapatkan kerja.”(informan ARH,7 Jan 09)
1) Wirausaha Wirausaha
merupakan
pemberian
bantuan
modal
usaha kepada klien yang memiliki minat membuka usaha, baik
perseorangan
mendapatkan
ataupun
bantuan
berkelompok.
modal,
klien
Sebelum mendapat
pembekalan materi bimbingan kewirausahaan. Bimbingan kewirausahaan dan pemberian bantuan modal usaha diberikan kepada klien yang akan masuk usia 18 tahun. 2) Anak melanjutkan sekolah Setelah tamat sekolah atau orang tua telah memiliki kesanggupan dan kemampuan untuk membiayai anaknya sekolah, maka akan dirujuk kembali kepada keluarga untuk melanjutkan sekolah.
3) Kerja Bagi anak yang mengikuti bimbingan keterampilan, bila dianggap sudah siap, akan dibantu untuk mencari peluang kerja.
5.b. Perujukan43 Perujukan dilakukan kepada (Bab II,h.16): 1) Keluarga Perujukan kepada keluarga merupakan upaya reunifikasi. Hal ini dilakukan terhadap anak yang telah menyelesaikan proses pelayanan di SDC. 2) Keluarga Pengganti Anak yang tidak jelas keberadaan keluarganya, setelah pihak SDC mengupayakan penelusuran keluarga (tracing) tetapi masih belum dapat ditemukan, maka akan dicarikan keluarga pengganti atau dirujuk pada lembaga lain yang kompeten dalam pengasuhan anak, atau tetap diberikan pelayanan di SDC. 43
Leavet dari VM
5.c. Evaluasi44 1) Evaluasi Awal kegiatan yang dilakukan oleh pihak SDC dalam
menilai
terhadap
kesiapan
program/kegiatan
pelayanan sosial anak terhadap anak jalanan pada awal kegiatan dilaksananakan 2) Evaluasi Normatif merupakan penilaian terhadap hasil-hasil yang telah dicapai selama proses kegiatan pelayanan sosial anak
terhadap
anak
jalanan
dilaksanakan.
Waktu
pelaksanaan secara rutin (perbulan, triwulan, semester, dan atau tahunan) sesuai dengan kebutuhan informasi hasil penilaian. 3) Evaluasi Summatif yaitu penilaian hasil-hasil yang telah dicapai secara keseluruhan dari awal program/kegiatan. Waktu pelaksanaan kegitan/program sesuai dengan jangka waktu program dilaksanakan. Untuk program yang berakhir enam bulan, maka evaluasi sumatif dilaksanakan menjelang akhir bulan ke-6. Untuk evaluasi yang menilai dampak program/kegiatan
dapat
dilaksanakan
setelah
program/kegiatan berakhir dan diperhitungkan dampaknya sudah terlihat nyata atau belum.
44
Depsos RI, Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti,(Jakarta:Depsos RI,2006),
B. Jenis Pelayanan Jenis pelayanan yang ada di SDC disesuaikan denga hak-hak anak yang telah diatur dalam konvensi anak. Jenis-jenis pelayanan yang ada di SDC diantaranya adalah 1. Jenis pelayanan Pengasramaan Jenis pelayanan pengasramaan sesuai dengan undangundang RI Nomor 23 tentang perlindungan anak pada pasal 4 yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh berkembang, secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta
mendapat
perlindungan
dari
kekerasan diskriminasi. Pelayanan pengasramaan yang diberikan oleh panti SDC telah menyediakan 20 kamar yang luas, yang difasilitasi dengan satu buah kipas angin dan bisa terisi sebanyak 8 orang anak berserta kasur dan lemari baju.
2. Jenis Pelayanan Kebutuhan Pangan Pada pasal 4 dijelaskan bahwa anak memiliki hak untuk hidup dan tumbuh kembang secara wajar. Dalam penjelasan tersebut, SDC memberikan suatu pelayanan kebutuhan pangan sebagai pemenuhan terhadap hak-hak anak.
Pelayanan
kebutuhan
pangan
merupakan
pelayanan
pemberian makan kepada anak jalanan atau siswa yang ada di SDC. Dalam memberikan makan SDC dilakukan 3 kali dalam sehari, diantaranya pada waktu pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB, dan 19.00 WIB dengan berbagai menu yang bervariasi45. Untuk mendukung hal tersebut disediakan sebuah ruang makan dan dapur berserta dua orang juru masaknya. 3. Pelayanan Konseling Pelayanan konseling yang ada di SDC terdapat dua pelayanan konseling diantaranya adalah: “….selain itu juga dalam masa pelayanan ada pelayanan individu seperti proses pendampingan oleh para pegawai sebagai sarana curhat-curhatan, pelayanan kesehatan, dan koseling untuk memecahkan masalah yang terjadi pada si anak..”(informan ARH,7 Jan 09)
a. Pelayanan Individu46 Pelayanan individu yang disediakan SDC adalah: 1) Konseling dan Konsultasi Psikologis Konseling dan konsultasi psikologis diberikan kepada klien yang merasakan atau mengalami ketidakseimbangan kondisi psikologis. Konseling dan konsultasi yang dilakukan
45 46
Observasi 7 Januari 2009 Leafet dari VM 5 februari 2009
anak dibicarakan kepada para pendamping anak-anak tersebut. “biasanya mereka bila konsultasi atau konseling ceritanya ke para pendamping mereka. Kan 1 orang pendamping itu mendampingi 10 orang anak gitu pak….” (informan VM, 9 Februari 2009)
2) Pendampingan Anak Setiap anak yang menjadi klien di SDC, mendapat pendamping untuk memantau perkembangan anak. Satu orang pendamping mempunyai dampingan sepuluh orang anak. b. Pelayanan Kelompok47 SDC menyediakan beberapa pelayanan kelompok, yaitu: 1) Terapi dan Konseling kelompok Terapi
dan
konseling
kelompok
diberikan
untuk
meminimalisir terjadinya konflik antar kelompok ataupun konflik yang terjadi di dalam kelompok. Terapi yang diberikan biasanya yaitu berupa dinamika kelompok, kerjasama kelompok, role play (penggantian peran), dan pemecahan permasalahan secara bersama-sama. Terapi dan konseling ini diberikan oleh pendamping tiap-tiap kelompok.
47
Leafet dari VM, 5 Februari 09
“Terapi kelompok biasanya kami meberikan suatu permainan seperti dinamika kelompok…….. tahu gak mas dinamika kelompok ya…….. semaca kaya disuruh bikin iyeliyel gitu. Terus kerja sama kelompok seperti permaninan memasukan paku ke dalam botol dengan bantuan semua orang, role play, dan kerja sama memecahkan masalah bersama-sama.”
2) Pendampingan kelompok Pendampingan
kelompok
dilakukan
agar
adanya
pengontrolan di tiap-tiap kelompok, sebagai penengah di dalam kelompok apabila dalam pembagian tugas terjadi konflik, dan membantu klein untuk bisa diajak bekerjsama dalam kelompok. 4. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan di SDC diberikan sebagai wujud dari pemenuhan hak anak untuk memperoleh kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebuthan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak Pasal 8. Pelayanan kesehatan yang tersedia di SDC adalah pelayanan pencegahan
terhadap
penyakit
terutama
penyakit-penyakit
menular, pemeriksaan kesehatan bagi klien yang mengalami sakit, serta perujukan dan pengobatan ke rumah sakit bagi klien yang menderita sakit yang parah. Untuk hal tersebut SDC telah
menyediakan satu buah ruang klinik beserta obat-obatnya dan dua orang paramedis yang bekerja setiap hari di SDC48. 5. Pelayanan Pendidikan Pendidikan merupakan suatu yang sangat penting, untuk hal tesebut pemerintah telah membebaskan biaya untuk pendidikan 9 tahun atau lebih dikenal dengan wajib belajar 9 tahun. Untuk pemenuhan
hak
anak
mengenai
pendidikan
SDC
telah
menyiapkan program pendidikan formal dan informal bagi klien hal
ini
dilakukan
untuk
pemenuhan
hak
anak
mengenai
pendidikan yang terdapat dalam pasal 9. Untuk mempelancar pelayanan pendidikan
yang dilakukan
pada program pendidikan baik formal maupun informal maka disediakan satu buah perpustakaan dengan buku-buku pelajaran yang merupakan sumbangan dari perpustakaan daerah serta donatur SDC.49 “Untuk buku-buku ini kami dapatkan dari perpustakaan daerah serta donator SDC”
6. Pelayanan Keterampilan Dalam pemenuhak hak anak yang terdapat dalam pasal 9 SDC membuka program keterampilan yang diperuntukan untuk
48 49
Leafet dari VM, 5 februari 09 Observasi 9 Februai 09 dan Informan VM
anak yang tidak memenuhi kriteria untuk masuk sekolah formal. Kegiatan keterampilan ini disesuaikan dengan minat dan bakat si klien. Pelayanan
ini
disediakan
untuk
memberikan
suatu
keterampilan kepada anak jalanan, maka untuk itu SDC telah melakukan
kerjasama
dengan
berbagai
pihak
untuk
mempelancar pelayanan keterampilan. Dan untuk mempelancar keterampilan mereka dan menambah keterampilan yang mereka miliki maka disediakan sebuah laboratorium komputer berserta pembimbingnya dari pegawai SDC50. 7. Pelayanan Bimbingan Mental Pelayanan Bimbingan mental merupakan bentuk pemenuhan hak-hak anak yang terdapat dalam pasal 8 yang menyatakan setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial. Pelayanan ini disediakan untuk pemenuhan spiritual pada anak jalanan dan mengubah sikap normatif mereka agar lebih baik. Kegiatan bimbingan mental merupakan kegiatan yang wajib bagi semua anak yang ada di SDC. Untuk mempelancar kegiatan ini telah disediakan tiga orang ustadz yang berkompenten dalam
50
Observasi pada tgl 5 Februari 2009
bidangnya. Seperti bapak Anas yang mengajar mengenai fiqih islam, bapak Syafrudin yang mengajar ilmu Tajwid, dan bapak Andi yang mengajar ketauhidan. 8. Pelayanan Rekreasi dan Hiburan Kegiatan rekreasi dan hiburan diberikan kepada klien agar tidak terjadi kejenuhan ketika klien dalam masa pelayanan, dan juga hal tersebut dilakukan sesuai denga pemenuhan hak-hak anak pasal 11, bahwa setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasaannya demi pengembangan diri. a. Outbond dan Widyawisata Kegiatan Outbond dilakukan guna membangun kerjasama antara klien dan menambah kepercayaan diri si klien. Sedangkan widaywisata bertujuan untuk penyegaran kembali klien, setelah melakukan rutinitas pelayanan di SDC. “…selain itu juga ada kegiatan outbond itu dilaksanakan di luar panti seperti kemah anak jalanan di Cibubur…..”(informan ARH, 7 Jan 09)
b. Pengisian Waktu Luang Merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengisi waktu senggang ketika berada dalam masa pelayanan di
SDC. Kegiatan yang dilakukan dalam pengisian waktu luang seperti: bermain musik di ruang band, belajar komputer di lab komputer, keterampilan, berolahraga futsal ataupun basket. “…….saya paling suka kegiatan ngeband ama anak-anak terus ama main futsal..”(informan AG,7 Jan 09)
Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengusir kejenuhan dan menghilangkan stress yang terjadi pada anak-anak yang berada di panti SDC. c. Cuti Rutin Klien Cuti rutin diberikan satu bulan sekali, yang bertujuan memberikan kesempatan kepada klien untuk bertemu dengan keluarga. Selain itu pula sebagai bentuk pemberian hak anak untuk mendapatkan kasih sayang dari keluarga51.
51
Leafet dari VM, 5 Februari 09
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan yang telah dikemukakan dalam uraian pada bab hasil penelitian dan analisa dapat peneliti simpulkan bahwa pelayanan sosial berbasis panti yang ada di Social Development Center (SDC) terdapat alur pelayanan atau lebih dikenal dengan tahapan pelayana sosial yang di dalamnya terdapat jenis-jenis pelayanan. Adapun tahapan pelayanan sosial adalah sebagai berikut: 1. Tahapan pendekatan awal merupakan proses awal dari kegiatan layanan sosial terhadap anak jalalan. Dalam tahapan ini pihak panti melakukan sosialisasi kepada instansi-instansi daerah yang fokus terhadap masalah anak jalanan, kepolisian, rumah singgah, dan anak jalanan itu sendiri. Setelah mendapatkan sumber klien pihak panti pada tahapan ini melaukan proses identifikasi, adaptasi, registrasi dan kontrak.
2. Tahapan pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment) adalah
kegiatan
yang
gunannya
untuk
mengetahui
tentang
permasalahan yang terjadi pada diri si anak. Pada tahapan ini pihak panti melakukan 3 (tiga) asesmen. Pertama, assessment sosial yang berguna untuk mengetahui hubungan anak dengan lingkungan sosial, dan mengetahui ekonomi keluarga, dan lingkungan tempat tingal anak seperti tetangga, teman si anak, dan kegiatan si anak di lingkungan tersebut. Kegiatan seperti itu dapat diketahui dengan cara melakukan home visit. Kedua, asesmen psikolgis ini dilakukan untuk mengetahui mengenai minat dan bakat yang dimiliki oleh si anak. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah dalam penentuan bidang 71 keterampilan yang dirapatkan dalam rapat Case Conference (CC). Ketiga, asesmen kesehatan adalah upaya untuk mengetahui tentang kesehatan si anak sebelum menjadi klien SDC. Kegiatan ini dilakukan oleh paramedis yang ada di SDC. 3. Tahapan Rencana Pemecahan Masalah/Rencana Intervensi, adalah kegiatan mendeskripsiskan masalah anak dalam rapat CC. hal ini dilakukan untuk menentukan kepentingan yang terbaik untuk si anak. Dan untuk menentukan sumber dana, waktu, maupun sumber daya manusianya. 4. Tahapan Pelaksanaan Pemecahan Masalah/Intervensi merupakan kegiatan masa pelayanan yang didalamnya terdapat bimbingan sosial (bimsos), bimbingan keterampilan, bimbingan pendidikan, workshop psikologis persiapan dunia kerja, kunjungan industri, magang
kerja, pembinaan lanjutan, kegiatan
pemberian
motivasi
dan
pendampingan, dan kegiatan resosialisasi. 5. Tahapan pengakhiran pelayanan (terminasi) merupakan kegiatan penghentian pemberian layanan terahadap anak hal dilakukan karena waktu anak di SDC telah habis, dan memberikan kesempatan terhadap anak jalanan yang lain. Dalam terminasi juga terdapat kegiatan rujukan
atau
pengembalian
anak
kepada keluarga,
ataupun keluarga pengganti seperti rumah singgah, atau adopsi anak, serta dilakukan kegiatan evaluasi terhadap program-program yang telah dilakukan oleh si anak, untuk menguji keefektifan dan keefisianan program tersebut. Selain tahapan layanan terdapat juga jenis pelayanan sosial, yang diantaranya adalah:
1. Jenis pelayanan pengasraman 2. Jenis pelayanan kebutuhan pangan 3. Jenis pelayanan konseling 4. Jenis pelayanan kesehatan 5. Jenis pelayanan keterampilan 6. Jenis pelayanan pendidikan 7. Jenis pelayanan bimbingan mental 8. Jenis pelayanan hiburan dan rekreasi Dalam proses pelayanan tersebut terdapat faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses pelayanan, diantaranya adalah
1. Faktor pendukung a. Faktor sarana dan prasarana yang ada di SDC yang mendukung seperti kamar tidur, kantor, kamar mandi, dapur, lab. Komputer, dan lain-lain. b. Faktor sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang kesejahteraan sosial c. Faktor dana yang diberikan langsung oleh pemerintah pusat yaitu Depsos. d. Faktor keluarga anak jalanan yang mendukung penuh mereka untuk bisa tinggal disini karena tanpa hal tersebut pelayanan di SDC tidak bisa berjalan dengan lancar. e. Faktor keinginan anak untuk bertekad ingin selalu berubah lebih baik lagi. 2. Faktor Penghambat a. Faktor anak yang sering malas untuk mengikuti kegiatan yang ada di panti. b. Faktor waktu karena untuk mengubah sikap normatik anak jalanan tidaklah mudah, maka dibutuhkan waktu yang sangat lama.
B. Saran Demi memajukan kualitas proses layanan dan setelah peneliti melakukan penelitian selama 3 bulan yang terhitung dari bulan Desember sampai dengan februari 2009, maka peneliti mempunyai saran-saran diantaranya:
1. Agar diperketat atau dipertegas kembali mengenai aturan dan sanksi untuk anak. 2. Menambah kembali bimbingan keterampilan untuk anak, seperti desain gravis dikarenakan anak yang di SDC ada yang mempunyai bakat gravity. 3. Menambah fasilitas buku-buku perpustakaan dan memperbaiki fasilitas seperti alat musik yang sudah rusak ada di ruang band. 4. Memperbaiki kembali kinerja para pegawai SDC agar para pegawai terbiasa untuk memberikan pelayana terbaik untuk anak jalanan.
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto, Tata, “Anak-Anak Jalanan kita Sendiri”, 2004 RI, Depsos, “Buku Saku Pekerja Sosial”,2003 Adi,
Isbandir
Rukminto,
“Pemikiran-pemikiran
dalam
Pembangunan
Kesejahteraan”, Jakarta:UI Press,2002 Sumanonugroho,T, “Sistem Kesejahteraan Sosial”, 1990 Rusmana, Aep, Tesis, “Pemberdayaan anak Jalanan”, 2001 Moleong, Lexy,J. “Metode Penelitian Kualitatif”, Bandung:Rosdakarya, 2008 Bungin, Burhan, “Metode Penelitian Kualitatif (aktualisasi metodologi kearah ragam varian kontemporer), Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007 Faisal, Sunafiah, “Format-format Penelitian Sosial”, Jakarta:PT Rajagrafindo, edisi 1, 2007 Nawawi, Hadari, “Metode Penelitian Bidang Sosial”, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 2003 “Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah”, Jakarta:Ceqda, 2000 RI, Depsos, Direktorat Jenderal Pelayanna dan Rehabilitasi Sosial, “Buku Pedoman Pelayanan Sosial Berbasis Panti”, Jakarta, 2007 R.Robert, Albert, dkk. “Buku Pintar Pekerja Sosial (Social Worker’s Desk Reference)”, Jakarta:PT BPK Gunung Mulia, 2002
Prasadja, Heru dan Murni Tri Agustin, “Anak Jalanan dan Kekerasan”, Jakarta:PKPM Unika Atma Jaya, 2000 Suharto, Edi, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, Bandung:PT Refika Aditama, 2005 75 Prabowo, Anto, “Masalah anak-anak jalanan, masalah kita”, Suara Merdeka, Selasa 5 Mei 1998, hal. 16 RI, Depsos, “Badan Penelitian dan Pengembangan Istilah Usaha Kesejahteraan Sosial”, Jakarta:1997 Heru, Dwi Sukoco, “Kemitraan dalam Pelayanan Sosial, dalam isu-isu teraptik pembangunan sosial”, Jakarta:1997 Suud, Muhammad, “3 Orientasi Kesejahteraan Sosial”, Jakarta:Prestasi Pustaka,2006 Ri Depsos, “Petunjuk Teknis Pelaksanaan dan Pengentasan anak terlantar melalui Panti Asuhan Anak”, Jakarta:Binkesos, 1989 A, Soedijar, “Profil Anak Jalanan di DKI Jakarta”, Jakarta:Media Informatika, 1989 Adi, Isbandi Rukminto, “Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial”, Jakarta:UI Press, 2005
DATA ANAK SDC PER DESEMBER 2008
Nama
No.
Nama
1.
Arip Sugiyanto
101. Tofan Andriansyah
2.
Amarudin Komarudin
102. Rena Wanti
4.
Aji Ayat Saudi
103. Ayu Fauziah
5.
Etik Kurniasih
104. Julianti Rahmah
6.
Ade Soliati
105. Novi Yani
7.
Ira Oktaviani
106. Siti Nurhasanah
8.
Junaedi
107. Dedi Rusmayadi
9.
Amir Meriadi
108. Muhammad Yasin
10.
Puput Andika Putri
109. Allika Nindia Putri
11.
Rahmat Bayu Permana
110. Dianita Apriliani
12.
Yana Suryana
111. Herlin Matha Cristina
13.
Yenny Suparman
112. Jonah
14.
Sugiyanto (toto)
113. Sella Wati
15.
Aulia Prihantono
114. A. Rizki Van Neval
16.
Alto Darlianto
115. Abdullah
17.
Ahmad Syaiful Bahri
116. Adi Mulyadi
18.
Rahmat Ilahi
117. Afrizal
19.
Saiful Bahri
118. Ahmad Triyadi
20.
Yulianto
119. Aji Pangestu
21.
Nurfitriah
120. Amarudin
22.
Abdi Nurhakim
121. Andi Jamaludin
23.
Endang
122. Andri Andrian
24.
Aldin Lamasi Moluku
123. Anjar Asmara
25.
Abdul Muzakir
124. Apri Nurdiansyah
26.
Anwar Sani
125. Apriyadi
27.
Firman Ibrahim Aziz
126. Arif Nandi
28.
Ipan Permanan
127. Arifin
29.
Kasanuri
128. Arya Eko Suryanto
30.
Kisem
129. Asep Muradi
31.
Muhammad Yunus
130. Avif Sarifudin
32.
Muamar Manan Sangaji
131. Bahtiar Insan
33.
Nana Supriatna
132. Bayu Pramana P
34.
Oding
133. Budi Firmansyah
35.
Rahmat Santosa
134. Chandra Ismail
36.
Roma Ismail Lahani
135. Deki Heriyadi Yusuf
37.
Rusdiadi
136. Deni Ahmad
38.
Tami Sulastri
137. Deni Julianda
39.
Achmad Suhada
138. Didi Aji Santosa
40.
Achmad Solehudin
139. Doharma Barasa
41.
Ahmad Baharudin
140. Dwi Purwo
42.
Endri Saputra
141. Hari Suhendar
43.
Hendrik Muhamad Soleh
142. Herdi Ferdiansyah
44.
Irpan Maulana
143. Heri Joheri
45.
Ismail
144. Heru Ramdani
46.
Iqbal Saleh
145. Ilham Candra
47.
Mario Kalentoro
146. Imron Cahyadi
48.
Septian Saputra
147. Indra Setiawan
49.
Syaiful Usman
148. Iskandar Dinata
50.
Suryadi
149. Jamaludin
51.
Nurrokhmah
150. Juliansyah
52
Widdi Manggupa Putra
151. M. Alwiyudin
53.
Yulianto
152. M. Bayu Agustino
54.
Anggi Dwi Putri
153. M. Hasan
55.
Aat Syaefudin
154. M. Kanapi
56.
Angga Septian
155. M. Lukman Z
57.
Sebastian Frenky
156. M. Nasrul
58.
Fitri Yani
157. M. Thamrin
59.
Galuh Pratama Putra
158. M. Yasin
60.
Jaka Andrian
159. Mistoro
61.
Katnezar Kusuma
160. Munawir
62.
Dominggus
161. Nur Andre
63.
Muhamad Suradi
162. Rafliandimanputra
64.
Nantoro
163. Rasbudi
65.
Pudin
164. Rian Afandi
66.
Rita Ariyani
165. Riansyah
67.
Suparlan
166. Ridwan Soleh
68.
Teguh Sutarmo
167. Riko Yakub
69.
Ahmad Saroji
168. Romi Syah Putra
70.
Burhan
169. Saeful Bahri A
71.
Farid Saputra
170. Sobari
72.
Maryadi
171. Tison Bajari
73.
Muhammad Soleh Herman Paulina
172. Toto
74.
Munawir Gojali
173. Wahyudi
75
Muhammad Ishak
174. Wisnu Wardhana
76.
Saefudin
175. Yana Suryana
77.
Saidin Abdullah
176. Yayan
78.
Satori
177. Ai Yuliati
79.
Supardi
178. Alin Siti Masitoh
80.
Sahdikin
179. Apriyanti
81.
Ahmad Ilyas
180. Erni Suharmi
82.
Asep Saefudin
181. Etin Prihatin
83.
Acep Wahyudin
182. Halimah Tusadiah
84.
Cece Wahyudin
183. Ida Yuliani
85.
Deni
184. Novita Anjayani
86.
Imam Safi’i
185. Novita Sari
87.
Itang Sumirat
186. Rahayu Pujianti
88.
Jajang Rohendi
187. Rani Ramadhani
89.
Abdul Rohim
188. Rizka Amelia
90.
Randi Efendi
189. Siti Romlah
91.
Aang Maulana
190. Susilawati
92.
Cucu Suparsih
191. Tetty Pramita Sari
93.
Dias Gunawan
192. Nining
94.
Gunawan
193. Nurlenawati
95.
Juni Abdilah
194. Solihin
96.
Moersandi
195. Yeyen
97.
Mellani Indah Permatasari
196. Irma Purnama Sari
98.
Novan Saiful Iskandar
197. M. Kaznul Akbar
99.
Oyat Supriyatna
198. Firman Taufik
100. Susi Setiawati
199. Sadin 200. Agnes Junita Sari
DATA PEGAWAI SDC DESEMBER 2008
No. Nama
Pendidikan Terakhir
Jabatan
1.
Rahmat Kusnadi, M.Si
Ketua Panti
2.
Drs. Cup Santo, M.Si
S2 Psikologi terapan UI
Koord. TU
3.
Nurhayati Suci Ningrum
SMA
Koord. Keuangan
4.
Sri Haryanti, S.Sos
S1 Komunikasi Masa
Adm. Kepegawaian
5.
Rara Sulistyana Dewi,S.E
S1 Ekonomi UII
Koord. Kerumahtanggaan
6.
Vivi Marlina, A.Ks
D IV STKS
Koord. Yanrehsos
7.
Leni Sukowati, S.Sos
S1 Kesos UI
Sie Yanrehsos
8.
Diana Apriliza,S.Sos
S1 Kesos UI
Sie Yanrehsos
9.
Febraldi,S.Sos
S1 Kesos Unpad
Sie Yanrehsos
10.
Ahmad Riefqi Hidayat,S.Psi
S1 Psikologi Unisba
Koord. PAS
11.
Tomi Hariyanto,S.Sos
S1 STKS
Sie PAS
12.
Rahmasari,S.Sos
S1 STKS
Sie PAS
13.
Nurhamid
SMPS
Sie PAS
14.
Susi Nugroho Widyati,S.Psi
S1 Psikologi YAI
Pembibimbing Psikologis
15.
Suci Utama Rahayu, A.MK
DIII Akper Sismadi
Paramedis
16.
Sri Widiastuti
SPK
Paramedis
17.
Nasrudin,S.Ag
S1 IAIN
Pembimbing Rohani
18.
Andi Maulana Yusuf
SMA
Pembimbing Rohani
19.
Syafrudin,S.Ag
S1 IIQ
Pembimbing Rohani
20.
Lina Astiria
SMA
Pendamping Keterampilan
21.
Pria Tri Atmojo,A.KS
DIV STKS
Pendamping
Pend.
Formal 22.
Hardiyanto,S.Sos
S1 Kesos
Pendamping paket
23.
Putri Aprilia
SMK
Juru Masak
24.
Yuyun Yuniarsih
SMK
Juru Masak
25.
Salifah Zulha
SMA
Pramu Kantor
26.
Sarifudin
SMEA
Kebersihan
27
Ahmad Suhada
SMA
Kebersihan
28.
Andi Jamaludin
29.
Erwin
SMA
Satpam
30.
Ahmad Royani
SMA
Satpam
31.
Bambang Supriayanto
SMA
Pengemudi
Kebersihan
Tenaga Ahli Dari Depsos 32.
Dra. F. Sri Sulastri
S1
Pekerja Sosial
33.
Drs. Abu Thalib
S1
Pekerja Sosial
Kejar
Informan
:ARH
Umur
: 34 Tahun
Tgl
: 7 Januari 2009
I. 1.
Tahapan Pelayanan Bagaimana Tahapan layanan yang ada di SDC? Jadi, begini pak, untuk pendekatan awal yang dilakukan panti yaitu yang pertama adalah sosialisasi mengenai panti SDC, terus menerangkan tindakan yang dilakukan SDC, ketika anak itu datang ke sini. Sosialisasi tersebut dilakukan ke rumah-rumah singgah, untuk sementara ini rumah-rumah singgah yang ada di jabodetabek dulu. Selain ke rumah singgah dulu. Selain ke rumah singgah sosialisasi dilakukan ke instansi yang berkaitan tentang perlindungan anak, seperti dinas kesejahteraan yang di pemerintah, kepolisian panti-panti anak yang ada di seluruh Indonesia sementara ini baru daerah Bandung, Bogor, dan Sukabumi yang baru di ajak koordinasi. Masuk pada proses penjangkauan dalam tahapan ini panti menjemput klien-klien di rumah-rumah singgahnya. Ada juga penjemputan klien secara paksa dilakukan apabila si klien tersebut membutuhkan perlindungan khusus seperti korban kekerasan, korban eksploitasi seksual, pengambilan secara paksa dilakukan oleh tim reaksi cepat. Masuk kedalam proses penerimaan dalam masa ini kami pihak panti melakukan tindakan
proses registrasi diantaranya: proses identifikasi dan seleksi dalam proses ini panti melakukan wawancara, pengisian data dari instansi perujuk.
2.
Wawancara Seperti apa yang dilakukan pihak panti? Kami bertanya mengenai hal tentang kegiatan mereka selama ini diluar dan pekerjaan keluarga, dan biasanya kam juga bertanya mengenai apak mereka pernah terlibat dengan masalah Narkoba. Terus dilanjutkan dengan motivasi mereka ingin tinggal disini dan akam mengambil program apa yang kami tawarkan. Seperti ikut program bimbingan keterampilan apa, atau program kerja paket, atau program sekolah. Dalam proses identifikasi dan seleksi si anak diharuskan berumur 18 tahun untuk sekarang 2009. Setalah itu masuk proses adaptasi yang diberikan oleh kami selama 1 minggu saj, untuk memberikan waktu kepada si klien mengenal lingkungan panti, dan untuk mengetahui para pegawai yang ada dip anti ini. Setelah itu melakukan registrasi dan kontrak apabila si klien setuju untuk tingal disini selama kurun waktu yang telah ditentukan selam 6 bulan untuk program regular atau 1 tahun untuk program sekolah. Setelah itu kami melakukan assesment. Biasanya hal tersebut bisa dilakukan di awal ketika si anak ini datang pada proses adaptasi juga bisa. Assesment yang kami lakukan itu ada 3 yang pertama yaitu assesment sosial, tujuannya apa? yaitu untuk mengetahui permasalahan mereka biasanya kami melakukan home visit, dengan menanyakan kepada keluarga mereka tentang masalah mereka bisa turun ke jalan. Sekaligus kami melakukan identifikasi lingkungan mereka berada apakah ada sumber-sumber yang menghasilkan setelah mereka keluar dari panti ini. Dan taklupa juga kami menanyakan mengenai teman-teman klien kepada keluarga klien. Serta keadaan ekonomi kelurga dan lingkungan yang ada disekitar rumah si klien. Diteruskan dengan assesment psikologis dilakukan pada saat wawancara dengan menanyakan tentang minat keterampilan yang akan dia ambil di SDC ini, serta kesungguhannya mengambil hal tersebut dan potensi intelegensi. Gunanya dari assesment ini untuk acuan penjurusan bimbingan keterampilan, prgogram paket, dan sekolah formal. Banyak yang tidak sesuai dengan keingan si anak. Misalnya si anak ingin mengambil kurus komputer tapi kami jurukan kepada kursus otomotif itu dikarenakan di daerah si anak
banyak yang sumber seperti
bengkel motor begiu pak. Dan terakhir yaitu assesment
kesehatan itu dilakukan ketika prose penerimaan di panti SDC ini. Masuk pada masa orientasi disini diadakan suatu kegiatan perkenalan secara formal kepada klien. Kegiatan ini mencakup pengenalan lingkungan SDC, sarana dan prasarana, pegawai, serta tentang pelayanan yang disediakan. Seperti kalau mereka sakit silakan menghubungi ibu Suci. Kegiatan ini dilakukan hanya dalam waktu satu hari saja. Masuk pada rencana intervensi. Nah, ini diambil dari proses assesment yang telah kami lakukan tadi secara menyeluruh yang dirapatkan di CC (Case Conference) tujuanny untuk menentukan pelayanan bagi si klien. Sekarang pada Masa Pelayanan didalamnya ada program bimbingan sosial, keterampilan, dan program pendidikan. Bimsos berguna untuk mengubah sikap perilaku si kelayan tentang sikap normatifnya, terus tentang dunia kerja, masa depannya, serta kemandriannya. Materi yang kami berikan pada program bimsos yaitu psikologis, mental spritula atau agama karena segala sesuatu masalah kuncinya penyelesiannya di agama, fisik, kesehatan, dan bimbingan sosial wirausaha. Untuk wirausaha diberikan pada kelayan yang sudah melebihi umur 18 tahun ke atas Untuk bimbingan keterampilan ada 7 diantaranya:komputer, otomotif motor, teknik pendingin dan AC, elektronika, teknik LAS, jahit, dan salon. Pendidikan informal ini diberikan kepada klein yang tidak memenuhi syarat administrasi pendidikan. Selain itu juga dalam masa pelayanan ada pelayanan individu seperti proses pendampingan oleh para pegawai sebagai saran curhat-curhatan, pelayanan kesehatan, dan konseling untuk memecahkan masalah yang terjadi pada si anak. Selain itu juga ada kegiatan outbond itu dilaksanakan di luar panti seperti kemah anak jalanan di cibubur kunjungan industri malahan kami pernah mengundang pakar industry untuk datang kesini Magang kerja dilakukan setelah anak cukup mendapat pembekalan dari proses bimbingan keterampilan. Dilanjutkan dengan proses terminasi atau pemutusan masa pelayanan dan setelah itu kami merujuk mereka ke rumah singgah, ke keluarga, atau kerja bagi yang mendapatkan kerja.
II. 1.
Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor pendukung dan penghambat seperti apa yang dialam panti SDC selama proses layanan terhadap anak jalanan? Faktor yang mendukung adalah tentunya sarana yang ada di panti ini, dan faktor paling utama adalah keluarga klien yang mendukung anaknya dan si anak juga. Dan untuk faktor penghambat adalah diri anak, susah untuk bisa diarahkan karena berpikir kesini untu senang-senang saja dan itu masih menyulitkan.
III. 1.
Penjalinan Kerja Sama Adakah Kerjasama dengan pihak-pihak yang ada di luar panti? Untuk kerja sama kami telah melakukan dengan banyak instansi, baik itu aparat kepolisian, dinas ketertiban kota, dan dinas pendidikan seperti BSI yang memberikan kursus komputer untuk anak-anak ini.
DEPARTEMEN AGAMA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412
Telp. 7432728
FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA KE 76 TAHUN AKADEMIK 2008/2009
1. Nama
: Ipul Suharma
2. Tempat/Tanggal Lahir
: Lebak, 23 Mei 1985
3. Nomor Pokok
: 104054102115
4. Fakultas
: Dakwah dan Komunikasi
5. Jurusan
: Kesejahteraan Sosial
6. Program
: S1
7. Judul Skripsi
:Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis
Panti dalam Pemenuhan Hak-Hak Anak di Social Development Center for Street Children (SDC) Bambu Apus, Jakarta Timur. 8. Tanggal Lulus
: 30 April 2009
9. No. Ijazah
:
………………………………………………………… 10. Indeks Prestasi
: 3,39
Yudisium : Amat Baik
11. Alamat
: Jl. Maulana Yusuf Km.2 No. 21 L
Rt.01/Rw. 01, Kp. Aweh, Ds. Aweh, Kalanganyar, Lebak, Banten 42315 12. Nama Ayah
: Nurhadi
13. Pendidikan Ayah
: Sekolah Teknik Pertama
14. Pekerjaan Ayah
: Pensiunan PNS DKI Jakarta
15. Nama Ibu
: Ulfah
16. Pendidikan Ibu
: Sekolah Rakyat (SR)
17. Pekerjaan Ibu
: Ibu Rumah Tangga Jakarta, 5 Juni 2009
Ipul Suharma