PELATIHAN PEMBUATAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU BIDANG STUDI IPS Oleh Sjafiatul Mardliyah, Erny Roesminingsih, Ali Yusuf, Widodo, Wiwin Yulianingsih, dan Heryanto Susilo Abstrak Tujuan kegiatan ini adalah mendorong guru bidang studi IPS di SMAN 13 Surabaya untuk meningkatkan profesionalisme dengan mengikuti pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran melalui Pendekatan Lesson Study untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran guru bidang studi IPS. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini mencakup: (1) Melakukan angket bagi calon peserta guru mengenai minat mengikuti pelatihan untuk menentukan peserta yang akan dilatih, (2) Melakukan pelatihan yang terdiri dari praktek pembuatan perangkat pendidikan dan praktek simulasi microteaching di kelas. Implikasi sosial yang muncul setelah kegiatan ini berjalan adalah: (1) Timbulnya kesadaran pihak guru bahwa perangkat pembelajaran berbasis Lesson Study, memiliki dampak positif karena dipandang memiliki aspek kontrol yang ketat terhadap proses pembelajaran. Bagi guru, dengan menggunakan pendekatan ini jelas sekali bahwa profesionalisme guru akan semakin baik. Bagi siswa, proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini bisa lebih termotivasi untuk memahami materi pelajaran. Anggapan murid bahwa belajar ilmu sosial sama dengan menghafal dan hanya membaca saja secara berangsur-angsur dipastikan akan hilang, yang muncul adalah kesadaran bahwa belajar ilmu sosial sama menariknya dengan belajar ilmu eksak, (2) Adanya kerjasama antar kelompok guru pengampu mata pelajaran ilmu sosial di sekolah. Kalau selama ini kerjasama tersebut diwadahi dalam MGMP, maka dengan pendekatan pembelajaran berbasis Lesson Study kerjasama lintas disiplin ilmu menjadi kebutuhan demi kelancaran proses pembelajaran, dan (3) Munculnya respon yang postif dari kepala sekolah terhadap meningkatnya pemahaman guru yang lebih baik untuk meningkatkan profesionalisme pembelajaran. Kata Kunci: Kompetensi, Lesson Study, Perangkat Pembelajaran
PENDAHULUAN Guru yang baik adalah guru yang memiliki kemampuan profesional dan juga memiliki kemampuan kepribadian dan sosial yang prima pula. Sebagaimana dipersyaratkan dalam Standar Pendidikan Nasional (2005) yang mempersyaratkan empat kompetensi bagi seorang guru, yaitu kemampuan: (1) kepribadian, (2) profesional, (3) kependidikan, dan (4) sosial (Arikunto, 2006:1). Keempat kemampuan tersebut merupakan ukuran produktivitas guru yang dinilai oleh kepala sekolah, rekan sesama guru, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Jika kinerja guru baik, maka produk yang akan dihasilkannya tentu juga akan baik. Produktivitas kerja guru, sebenarnya sangat dipengaruhi oleh kompetensi guru yang bersangkutan. Jika kompetensi guru baik maka dapat dipastikan bahwa produktivitas
*) Dosen di FIP, Unesa
kerjanya akan baik pula. Pada hakikatnya guru akan dianggap menjadi pribadi yang menarik jika guru mampu menghasilkan produk yang berkualitas. Hasil penelitian yang dilakukan Yusuf, dkk. (2009) mengungkapkan bahwa guru yang memegang mata pelajaran sosiologi di SMAN 13 Surabaya, dalam melaksanakan tugasnya di kelas masih didominasi dengan pemakaian cara mengajar gaya konvensional. Modifikasi yang dilakukan para guru selama melaksanakan tugas pembelajarannya, lebih banyak mengarah pada mengandalkan pemanfaatan media modern, seperti mengumpulkan kliping yang diambil dari internet dan jarang yang menggunakan metode, strategi maupun tehnik-tehnik pembelajaran yang telah banyak berkembang. Para guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran sehari-hari nampak berjalan secara rutinitas belaka tanpa muncul adanya inovasiinovasi untuk memperbaharui kualitas pembelajaran. Tidak mengherankan, jika siswa beranggapan bahwa belajar IPS dianggap “mudah dipahami”, atau dipahami sebagai mata pelajaran hafalan karena hanya berdasarkan penalaran belaka. Sementara itu, fakta lain menunjukkan bahwa umumnya para guru memang tidak dipersiapkan untuk menyusun kurikulum, sehingga mereka tidak cukup memiliki kompetensi dan kreativitas dalam menyiapkan kurikulum dan segenap perangkat pembelajaran. Belum lagi masih ada tuntutan ujian nasional di tengah disparitas mutu, kualitas guru, dan sarana prasarana belajar yang sangat tajam antar daerah. Oleh karena itu, terkait dengan permasalaahan ini maka tujuan kegiatan ini adalah mendorong guru bidang studi IPS di SMAN 13 Surabaya untuk meningkatkan profesionalisme dengan mengikuti pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran melalui Pendekatan Lesson Study untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran guru bidang studi IPS. KEMAMPUAN MENGAJAR GURU Untuk memperoleh keberhasilan belajar sebagai seorang guru, kita haruslah dapat memperhatikan karekteristik-karekteristik dalam belajar. Cara mengajar guru haruslah mengena pada ketercapaian sasaran berupa efektifitas dan efesiensi dalam mengajar. Guru yang melaksanakan proses pembelajaran tentu menggali potensipotensi yang ada pada siswa, dengan merangsang dari luar dan tentu juga dibutuhkan kemampuan seorang guru untuk melakukannya secara kontinu. Disisi lain, dalam proses belajar yang berlangsung secara terus menerus harus melibatkan siswa secara aktif dan bahan pelajaran hendaknya diorganisasi dengan baik sehingga mengandung makna bagi siswa. Terkait dengan kompetensi profesionalisme seorang guru, Soedijarto (1993) menuliskan sejumlah indikator yang termasuk dalam tugas profesional guru, yaitu: 1. Menyusun rencana strategis kegiatan belajar mengajar 2. Melaksanakan dan mengelola proses belajar secara dinamis dan taktis 3. Mendiagnosis masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar 4. Menilai kemajuan belajar dan memanfaatkannya untuk membantu dan mendorong siswa untuk mengikuti proses belajar selanjutnya dengan sistem evaluasi yang adekuit (memadai). 5. Memilih alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan belajar mengajar.
*) Dosen di FIP, Unesa
Berdasarkan dari beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menciptakan suatu sistem lingkungan belajar yang kondusif, guru dipersyaratkan memiliki kemampuan dalam melaksanakan proses belajar mengajar yaitu: (1) kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (2) kemampuan mengelola proses belajar mengajar, dan (3) kemampuan melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut. SATUAN PEMBELAJARAN Penyelengaraan proses pembelajaran dari waktu ke waktu (dalam unit semesteran, bulanan, mingguan, dan harian) disusun dan dikemas ke dalam serangkaian satuan pembelajaran. Dalam satu satuan pembelajaran tercantum secara nyata mengenai: (1) Materi pembelajaran beserta sumbernya yang terkait, (2) Tujuan pembelajaran, (3) Waktu pembelajaran, (4) Bentuk pembelajaran dan alatalat bantu pembelajaran, dan (5) Program penilaian. Terkait dengan program pendidikan secara menyeluruh pada satuan-satuan pendidikan formal dapat diidentifikasi tiga jenis satuan pembelajaran, yaitu: 1. Satuan pembelajaran melalui pengajaran bidang studi yang diselenggarakan oleh guru 2. Satuan pembelajaran melalui pelayanan konseling yang diselenggarakan oleh konselor 3. Satuan pembelajaran melalui kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan oleh pembina khusus yang berwenang Kaidah-kaidah keilmuan pendidikan dan perangkat pembelajaran untuk ketiga jenis satuan pembelajaran di atas adalah sama. Perbedaan dari ketiga jenis satuan pembelajaran sesungguhnya terletak pada substansi pembelajaran dan modus operasional penyelenggaraanya masing-masing. Masing-masing satuan pembelajaran itu dapat disebut Rencana Proses Pembelajaran (RPP) dengan kekhususan bagi guru, konselor dan pembina kegiatan ekstra kurikuler. Sementara itu menurut Raka Joni (dalam Indratno, 2008), ketersampaian dan ketercapaian materi yang sudah diamanatkan oleh kurikulum tergantung pada cara guru memyampaikan pesan (the process is the content, the medium is the message). Dampak proses penyampaian pesan itulah yang dimanfaatkan guru untuk menyampaikan sisi-sisi pesan pendidikan yang lain seperti humanisme, kerakyatan, nasionalisme, kebangsaan yang juga penting dalam kerangka tujuan utuh pendidikan. Oleh karena itu, perlu diupayakan sebuah pendekatan tertentu yang mampu memaksimalkan dalam menyampaikan materi ajar, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal. Beberapa Dasar Pemikiran Penyusunan Perangkat Pembelajaran dalam Lesson Study Berikut ini dipaparkan beberapa dasar pemikiran yang harus diperhatikan di dalam penyusunan perangkat pembelajaran dalam kegiatan lesson study: 1. Kompetensi dasar yang akan dikembangkan Dalam kurikulum KTSP guru dituntut untuk mempunyai kreativitas lebih dalam merancang pembelajaran, agar kompetensi dasar yang telah ditetapkan dapat tercapai. Ada tiga aspek dalam kompetensi dasar untuk siswa SMP yang harus dicapai, yaitu kompetensi akademik meliputi penguasaan konsep dan metode keilmuan, kompetensi pribadi yang menyangkut perkembangan etika dan moral, *) Dosen di FIP, Unesa
serta kompetensi sosial. Ketiga kompetensi ini dikembangkan dalam proses pembelajaran, oleh karena itu harus nampak dalam perangkat pembelajaran, mulai dari rencana proses pembelajaran sampai evaluasi proses pembelajaran. 2. Karakteristik materi pelajaran Setiap materi pelajaran mempunyai sifat dan karakteristik masing-masing. Materi IPA akan berbeda dengan matematika atau bahasa. Matematika dengan sifat dan karakteristik materinya yang abstrak memerlukan perangkat pembelajaran yang mampu membuat lebih konkrit. Materi IPA yang umumnya gejalanya dapat diindera, memerlukan perangkat pembelajaran yang membuat anak mampu mengungkap gejala alam yang ada dan menganalisisnya menjadi suatu pengertian atau konsep yang utuh. Perangkat pembelajaran dalam rangka konkritisasi persoalan maupun dalam rangka konseptualisasi fakta perlu disusun dengan mempertimbangkan kaidah keilmuan masing-masing agar hasil belajar yang akan diperoleh siswa tidak menyimpang dari kaidah keilmuan yang berlaku. Dalam rangka kegiatan lesson study hendaknya guru mampu memilih, mengorganisasi, dan mengemas suatu materi pelajaran menjadi bahan ajar sebagai salah satu perangkat pembelajaran. Dalam hal ini guru hendaknya tahu persis esensi dari materi pelajaran tersebut agar tidak mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran. 3. Karakteristik subyek didik Subyek didik dalam proses pembelajaran pada hakekatnya adalah pribadi yang kompleks yang berbeda antara satu dengan lainnya. Walaupun mereka ada dalam kelas yang sama, namun kenyataannya dalam banyak hal mereka sangatlah berbeda. Variabel subyek didik yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah: (1) tingkat perkembangan kognitifnya, (2) gaya belajarnya, (3) lingkungan sosial budayanya, (4) keterampilan motoriknya, dan (5) dan lain-lain. Seringkali perangkat pembelajaran yang dibuat atau disusun guru tidak dapat dipergunakan secara optimal karena saat membuatnya, guru seringkali mengabaikan karakteristik subyek didik. Dalam pembelajaran untuk lesson study perubahan perilaku siswa menjadi fokus perhatian. Seorang guru model dalam tahap refleksi (see) sesudah pembelajaran akan menguraikan/menyampaikan tentang semua kondisi yang dia ciptakan untuk membelajarkan siswa sesuai dengan program pengembangan yang direncanakan. Hal ini sangat penting karena refleksi para observer tidak ditujukan kepada penampilan guru (subyektif), tetapi lebih tertuju pada cara guru mengelola kegiatan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa (obyektif). 4. Pemilihan model pembelajaran Setiap model pembelajaran yang dipilih dalam perencanaan pembelajaran mencerminkan urutan pembelajaran yang terjadi. Urutan pembelajaran model deduktif misalnya akan berbeda dengan urutan pembelajaran model induktif, model kooperatif, atau model pembelajaran langsung. Demikian juga dengan model-model pembelajaran yang lain, maka pilihan model pembelajaran ini akan mewarnai penyusunan perangkat pembelajaran, terutama dalam penyusunan skenario pembelajaran dan penyusunan lembar kegiatan siswa. Dalam pelaksanaan lesson study penetapan model pembelajaran, terutama yang inovatif diharapkan mampu *) Dosen di FIP, Unesa
mengubah paradigma pembelajaran dari pola pembelajaran yang terpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan murid, baik dalam mengeksplorasi gejala, memecahkan masalah maupun dalam proses pembangunan konsep, secara kooperatif di dalam kelompok, maupun secara individu. 5. Karakteristik lingkungan sekitar sekolah Lingkungan sekolah sebenarnya sangat potensial sebagai sumber belajar. Banyak hal yang dapat dipelajari siswa dari lingkungannya, baik yang terkait dengan matematika, bahasa, IPA maupun mata pelajaran lainnya. Kemampuan anak mengeksplorasi lingkungan merupakan bekal penting untuk dapat memecahkan masalah yang timbul di masyarakat, terutama jika kita memilih pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pengembangan kecakapan hidup bagi siswa SMP dapat dimulai dari lingkungan sekolah. Perangkat pembelajaran yang memungkinkan anak belajar di luar kelas tentu mempunyai karakteristik yang agak berbeda dengan perangkat pembelajaran di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran di luar kelas siswa lebih leluasa mengekpresikan dirinya, sehingga perangkat evaluasi pembelajaran terutama evaluasi afektif lebih mudah untuk diimplementasikan. 6. Alokasi Waktu Alokasi waktu yang tersedia untuk kegiatan lesson study juga penting untuk diperhatikan dalam perencanaan yang dituangkan dalam perangkat pembelajaran agar pelaksanaannya benar-benar efektif dan tidak berakibat sebaliknya. Perlu diingat bahwa bgaimanapun waktu merupakan salah satu faktor pembatas utama dalam PBM (Hendrayana, dkk. 2007).
METODE PELAKSANAAN Pendekatan untuk pemecahan masalah yang digunakan untuk melakukan kegiatan ini mencakup: (1) Pendidikan yang meliputi paradigma penelitian tindakan kelas dan metode atau teknik yang digunakan dalam pembelajaran, (2) Pelatihan yang meliputi praktek pembuatan perangkat pembelajaran dan simulasi microteaching, (3) Partisipatori, dan (4) Penugasan. Sasaran kegiatan dalam pengabdian pada masyarakat ini adalah guru bidang studi IPS di SMAN 13 Surabaya yang mempunyai kemauan/minat besar dalam mengembangkan profesionalisme pembelajaran melalui pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran guru bidang studi IPS melalui Pendekatan Lesson Study. Adapun tahapan melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini mencakup dua kegiatan utama: (1) Melakukan angket bagi calon peserta guru mengenai minat mengikuti pelatihan untuk menentukan peserta yang akan dilatih. Dalam kegiatan pertama ini, faktor-faktor pendukung pelaksanaan pelatihan seperti tempat pembelajaran dan bahan pembelajaran diusahakan telah siap untuk digunakan, (2) Melakukan pelatihan yang terdiri dari praktek pembuatan perangkat pendidikan dan praktek simulasi microteaching di kelas. Jenis evaluasi yang digunakan dalam program pengabdian kepada masyarakat ini adalah menggunakan bentuk: (1) Pre-test, yaitu apersepsi tentang perangkat pembelajaran, (2) Post-test, yaitu mengevaluasi guru tentang materi *) Dosen di FIP, Unesa
pelatihan melalui praktek pembuatan perangkat pembelajaran, dan (3) Evaluasi proses, yaitu digunakan untuk mengetahui penguasaan guru terhadap perangkat pembelajaran yang berkualitas. 1. Tahapan Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini meliputi: 1. Tahap Identifikasi. Pada tahap identifikasi ini telah melaksanakan analisis situasi dan telah mempunyai gambaran mengenai khalayak sasaran yang akan menjadi garapan kegiatan PKM. Disamping itu, juga telah diidentifikasi mengenai faktor-faktor pendukung serta fasilitas-fasilitas dan bahan yang tersedia berkenaan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. 2. Tahap Pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan sesuai dengan metode pelaksanaan dan jadwal kerja yang telah disusun selama 4 bulan, dan 3. Tahap pelaporan. Tahap akhir kegiatan, yaitu menulis draft laporan, melakukan kegiatan seminar, dan revisi dan finalisasi laporan. 2. Alokasi Waktu Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan dua kali dalam seminggu selama 4 bulan dengan rincian sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Alokasi Waktu Dan Jenis Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat Pertemuan ke1
Materi Perkenalan
Latihan dasar I
Metode
Out put/ out come
Mampu memahami tentang pentingnya Brainstroming perangkat pembelajaran melalui Pendekatan Lesson Study Mampu membuat perangkat pembelajaran melalui Pendekatan Praktek Lesson Study
2–3
6
Latihan dasar II
Praktek
Presentasi
Diskusi
Mampu mengimplementasikan perangkat pembelajaran melalui pendekatan Lesson Study Mampu mepresentasikan perangkat pembelajaran melalui Pendekatan Lesson Study yang berkualitas baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran melalui pendekatan lesson study untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran guru bidang studi IPS. Kegiatan ini diharapkan mampu memenuhi target guru mampu membuat perangkat pembelajaran berbasis lesson study. Proses selama kegiatan berlangsung selengkapnya dapat dibaca pada tabel berikut ini: Tabel 2. Proses Kegiatan Pelatihan No
Materi
*) Dosen di FIP, Unesa
Out put
Jumlah peserta (orang)
1
Memahami konsep dan prinsip Lesson Study
Mampu memahami Lesson Study
20
2
Perangkat Pembelajaran Berbasis Lesson Study
Mampu memahami perangkat pembelajaran berbasis Lesson Study
20
3
Merancang perangkat pembelajaran berbasis Lesson Study
Membuat perangkat pembelajaran berbasis Lesson Study
20
Adapun implikasi sosial yang muncul setelah kegiatan ini berjalan adalah sebagai berikut: 1. Timbulnya kesadaran pihak guru bahwa perangkat pembelajaran berbasis Lesson Study, memiliki dampak positif karena dipandang memiliki aspek kontrol yang ketat terhadap proses pembelajaran. Bagi guru, dengan menggunakan pendekatan ini jelas sekali bahwa profesionalisme guru akan semakin baik. Bagi siswa, proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini bisa lebih termotivasi untuk memahami materi pelajaran. Anggapan murid bahwa belajar ilmu sosial sama dengan menghafal dan hanya membaca saja secara berangsurangsur dipastikan akan hilang, yang muncul adalah kesadaran bahwa belajar ilmu sosial sama menariknya dengan belajar ilmu eksak. 2. Adanya kerjasama antar kelompok guru pengampu mata pelajaran ilmu sosial di sekolah. Kalau selama ini kerjasama tersebut diwadahi dalam MGMP, maka dengan pendekatan pembelajaran berbasis Lesson Study kerjasama lintas disiplin ilmu menjadi kebutuhan demi kelancaran proses pembelajaran. 3. Munculnya respon yang postif dari kepala sekolah terhadap meningkatnya pemahaman guru yang lebih baik untuk meningkatkan profesionalisme pembelajaran. FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENUNJANG Selama kegiatan ini berlangsung mulai jam 08.00-12.00 WIB di lokasi SMAN 13 Surabaya, dan beberapa faktor penghambat selama pelaksanaan pelatihan yang dijumpai adalah: 1. Pelatihan yang diselenggarakan selama kurang lebih 4 jam, dirasa masih kurang waktunya. Materi yang disampaikan hanya terbatas pada persiapan pembuatan perangkat pembelajaran berupa pembuatan RPP berbasis Lesson Study dan lembar observasi. 2. Faktor penghambat lain yang tidak bisa diabaikan adalah kesibukan guru yang luar biasa di luar jam mengajar. Aktivitas rutin yang menyita waktu, jelas mengurangi minat guru untuk melaksanakan proses pembelajaran berbasis Lesson Study. 3. Sementara itu, referensi yang dimiliki guru tentang pemahaman proses pembelajaran yang menyangkut metode atau model pembelajaran masih minim sekali. Karena selama ini yang lebih sering mendapatkan kesempatan adalah para guru dari mata pelajaran eksak. Faktor penunjang yang memberikan dampak positif terkait dengan hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah: 1. Adanya motivasi yang cukup tinggi dari bidang studi ilmu sosial untuk mengikuti pelatihan bordir *) Dosen di FIP, Unesa
2. Adanya dukungan positif dari pihak kepala sekolah SMAN 13 Surabaya 3. Dukungan yang positif dari pihak pemimpin desa (RT) dan tokoh masyarakat setempat dalam menyukseskan program ini. Sesuai dengan pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran melalui pendekatan lesson study untuk meningkatkan kompetensi guru bidang studi IPS, para guru mampu memahami materi tersebut dengan baik. Pendekatan Lesson Study terbukti menarik perhatian guru bidang studi ilmu sosial untuk menguasai tidak hanya pada proses pembelajaran saja tetapi juga pendalaman materi. Dengan demikian profesionalisme guru sebagai seorang pendidik bisa memenuhi harapan semua kalangan masyarakat. Di sisi lain berdasarkan pengamatan, para guru bisa menyerap pengetahuan dengan baik dan hasilnya sangat memuaskan. Ini semua karena antusias dan kebersamaan para kuat yang kuat untuk memperoleh pengetahuan. SIMPULAN DAN SARAN Melihat hasil kegiatan dan dampak dari pengabdian kepada masyarakat di atas, dapat disimpulkan: 1) Telah terbentuk kesadaran bahwa profesionalisme seorang pendidik menjadi lebih baik dengan menggunakan pendekatan Lesson Study. Karena pendekatan ini menuntut kondisi keterbukaan yang bertujuan membangun kesadaran untuk selalu berubah menjaid lebih baik, 2) Kepala Sekolah SMAN 13 memberika respon positif terhadap pelatihan ini, karena menambah wawasan tentang pendekatan proses pembelajaran Lesson Study yang selama ini belum dikenal, dan 3) Secara teknis masih perlu bimbingan secara langsung kepada pihak sasaran dalam upaya merealisasikan pembelajaran Lesson Study di kelas. Sementara itu, saran yang dapat diajukan terkait dengan hasil pelaksanaan kegiatan tersebut adalah: 1) Perlu adanya program lanjutan berupa pendampingan praktek Lesson Study di kelas dan 2) Kepala Sekolah diharapkan memberikan kontribusi penyelengaraan Lesson Study di SMAN 13 Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA Hendayana, Sumar dkk, (2007). Pedoman Implementasi Lesson Study. Penerbit : FMIPA UPI Bandung, UNY Yogyakarta, UN Malang, dan Direktorat Pembinaan Diklat Jakarta. Indratno, A. Ferry T. (ed). (2008). Kurikulum Yang Mencerdaskan: Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Prayitno.(2008) Dasar Teori dan Praksisi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Hal: 355. Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka. Yusuf, Ali, dkk. (2009). Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Guru Sosiologi Melalui Metode Lesson Study. Surabaya : Lemlit.
*) Dosen di FIP, Unesa
*) Dosen di FIP, Unesa