Jurnal Analisis Pendidikan Dasar dan Menengah Indonesia (JA-DIKDASMEN) e-ISSN: 2460-5905 Volume 1, Nomor (Isu) 3, September 2015, 147-159
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU IPS SMP DALAM MENGAPLIKASIKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MELALUI LESSON STUDY Dyah Ayundawati Pengawas SMP Kabupaten Blitar, Jawa Timur
Abstract In problem-based learning (PBL) courses, students work with classmates to solve complex and authentic problems that help develop content knowledge as well as problem-solving, reasoning, communication, and self-assessment skills. These problems also help to maintain student interest in course material because students realize that they are learning the skills needed to be successful in the field. Therefore social science teachers must master the ability to implement the learning strategy. Lesson Study is a Japanese model of teacher professional development in which small groups of teachers collaboratively plan, teach and revise a lesson to improve the quality of their teaching as well as to enrich students’ learning experiences. The objective of this action research is to improve the ability of social studies teachers at junior high school to practice or implementation of problem-based learning or instruction through lesson study. The result of this research shows that the social studies learning with problem based learning model through lesson study activity can help teachers to develop sets of learning equipment and give the better learning. It can be shown in the increasing observation result on pretest and performance test in before and after action research. Keywords: Problem-based learning, lesson study, social studies, junior high school teachers
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905 [Volume 1, Nomor (Isu) 3, September 2015] | 147
Meningkatkan Kemampuan Guru IPS SMP dalam Mengaplikasikan Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Lesson Study
PENDAHULUAN Tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus dalam setiap strategi pembelajaran apa pun cenderung mirip dan mungkin bisa sama, namun dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan translasi dari ProblemBased Instruction/Learning- isi dan struktur program berbeda. PBM dimulai dengan asumsi bahwa belajar dan pembelajaran adalah proses aktif, terpadu, dan konstruktif yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kontekstual (Barrows, 1996; Gijselaers, 1996). Berdasarkan kajian tentang literatur, Wilkerson & Gijselaers (1996: 101102), menyatakan bahwa PBM ditandai dengan pendekatan yang berpusat pada siswa, guru sebagai “fasilitator, bukan penyebar ilmu pengetahuan” dan membuka masalah yang “berfungsi sebagai stimulus awal dan kerangka kerja untuk belajar.” Pengajar juga berharap untuk mengembangkan kepentingan intrinsik siswa dalam materi pelajaran, menekankan belajar sebagai lawan mengingat, mempromosikan tugas kelompok, dan membantu siswa menjadi pembelajar mandiri. PBM “berpusat pada siswa” karena siswa diberi kebebasan untuk 148
mempelajari topik-topik yang menarik bagi mereka dan menentukan yang paling ingin mereka pelajari. Melalui PBM siswa berkewajiban mengidentifikasi kebutuhan belajar, rencana bantuan untuk kelas mereka, memimpin diskusi kelas, dan menilai pekerjaan mereka sendiri dan pekerjaan teman sekelas mereka (Gallagher, 1997). Siswa mengembangkan kesadaran yang lebih mendalam dan kepemilikan konsep penting dalam pelajaran dengan kegiatan bekerja, serta mengenali prinsip dasar pendekatan konstruktivis dalam belajar. Selain menekankan belajar dengan “melakukan,” PBM menuntut siswa untuk menyadari pembentukan metakognitif (Gijselaers, 1996). Artinya, siswa harus belajar untuk menjadi sadar akan apa informasi yang mereka sudah ketahui tentang suatu masalah, apa informasi yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah, strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah, dan dapat mengartikulasikan pikiran seperti membantu siswa menjadi lebih efektif memecahkan masalah secara mandiri. PBM adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengem-
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905
Dyah Ayundawati
bangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturandiri (Hmelo-Silver, 2004). Pembelajaran dengan PBM memiliki tiga karakteristik: (1) pelajaran berfokus pada memecahkan masalah. Pelajaran selalu berawal dari satu masalah dan memecahkannya adalah fokus pelajarannya sehingga memecahkan masalah adalah tujuan dari masing-masing pelajaran; (2) tanggung jawab untuk memecahkan masalah bertumpu pada siswa. Siswa bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan masalah, biasanya dilakukan secara berkelompok, yang cukup kecil (tidak lebih dari empat) sehingga semua siswa terlibat dalam proses itu; (3) dan Guru mendukung proses saat siswa mengerjakan masalah. Guru menuntun upaya siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan pengajaran lain saat siswa berusaha memecahkan masalah. Karakteristik ini penting dan menuntut keterampilan serta pertimbangan yang sangat profesional guna memastikan kesuksesan pelajaran. Jika guru tidak memberikan cukup bimbingan dan dukungan, siswa akan gagal, membuang waktu, dan mungkin memiliki konsepsi keliru. Jika gur u memberikan Volume 1, Nomor (Isu) 3, September 2015
terlalu berlebihan, siswa tidak akan mendapatkan banyak pengalaman pemecahan masalah. Menarik garis batas di tempat yang tepat menuntut pertimbangan profesional yang cermat (Eggen & Kauchak, 2012). Senada dengan pandangan di atas, pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBM setidaknya memenuhi beberapa karakteristik, diantaranya dalam proses pembelajaran harus dimulai dengan adanya permasalahan; isi dan pelaksanaan pembelajaran harus dapat menarik perhatian siswa, guru hanya bertindak sebagai pemandu dalam kelas, siswa diberi waktu untuk berfikir atau mencari informasi untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan dan dalam proses pembelajaran tersebut kekreatifan mereka dalam berfikir harus dapat didorong, menciptakan situasi belajar yang nyaman dan santai untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir dan mencari jawaban dari permasalahan secara mandiri (Akinoglu & Tandogan, 2007). Model PBM hasil karya John Dewey ini mendorong guru untuk melibatkan siswa diberbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki suatu
149
Meningkatkan Kemampuan Guru IPS SMP dalam Mengaplikasikan Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Lesson Study
permasalahan. Karakteristik PBM sebagaimana dikemukakan oleh Arends (2007), antara lain adanya pertanyaan atau masalah perangsang, pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran diseputar pertanyaaan dan masalah yang penting dan bermakna bagi siswa. Untuk menerapkan PBM di kelas, terutama dibidang ilmu pengetahuan sosial, kebanyakan guru mengalami kesulitan, karena dalam PBM guru harus menjadi instruktur atau tutor atau “pelatih kognitif.” Sedangkan diketahui, literatur yang bisa dipelajari lebih banyak di bidang sains (IPA) atau bidang kedokteran/kesehatan, awal mula strategi PBM ditemukan atau diterapkan. Hasil supervisi penulis terhadap sejumlah guru IPS di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menunjukkan betapa gagapnya para guru terhadap PBM. Atas dasar itulah penulis melakukan penelitian tindakan guna meningkatkan kemampuan para guru IPS SMP di Kabupaten Blitar dalam mengaplikasikan PBM melalui lesson study. Di dalam kelas, lesson study adalah suatu pendekatan pengembangan profesional untuk “belajar dari praktik.” Selama lesson study,
150
guru merumuskan tujuan jangka panjang untuk belajar dan pengembangan siswa; bekerja secara kolaboratif atas “riset pembelajaran” untuk membawa tujuan-tujuan hidup; mengamati dokumen dan membahas tanggapan siswa untuk pelajaran ini; serta merevisi pelajaran (dan pendekatan yang lebih luas untuk pengajaran) (Lewis, 2002; Stigler & Hiebert, 1999). Keempat kegiatan–perencanaan, mengamati, menganalisis belajar siswa, dan merevisi pembelajaran–merupakan siklus penyelidikan kolaboratif berpusat pada pembelajaran kelas, membuat proses lesson study konsisten dan lebih berkualitas. Lesson study merupakan model Jepang untuk pengembangan profesional guru di mana kelompokkelompok kecil dari guru secara kolaboratif merencanakan, mengajar dan merevisi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka serta untuk memperkaya pengalaman belajar siswa (Lewis & Tsuchida, 1998; Lewis, 2002). Para peneliti di AS menyarankan lesson study karena efektif untuk pengembangan profesional guru (DarlingHammond & McLaughlin, 1995; Putnam & Borko, 2000).
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905
Dyah Ayundawati
Berdasarkan pandangan tersebut, pada prinsipnya lesson study dapat dijadikan salah satu metode untuk guru dalam melakukan tukar pikiran dalam penyusunan dan pengembangan rencana pembelajaran IPS terpadu. Berbeda dengan lesson study di kelas, lesson study untuk guru merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan saling bekerjasama merencanakan kegiatan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa, serta akan menjadikan guru yang profesional dengan desain pelaksanaan yang baik (Mustikasari, 2008). Menurut Sudrajat (2008), lesson study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan. Lesson study relevan dilakukan karena upaya-upaya peningkatan kualitas kemampuan guru yang telah dilakukan pemerintah melalui berbagai program pelatihan guru, umumnya sebatas untuk peningkatan pemahaman materi pelajaran, sedangkan pengenalan metode pembelajaran dilakukan terpisah dari materi pelajaran. Lesson study yang diterapkan sebagai model bimbingan mahasiswa calon
Volume 1, Nomor (Isu) 3, September 2015
guru terbukti dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan strategi pembelajaran (Rustono, 2007). Di bawah kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan JICA-Jepang, tiga universitas (UPI Bandung, UNY Yogyakarta dan UM Malang) melakukan proyek yang disebut IMSTEP-JICA untuk meningkatkan praktik yang baik dibidang pembelajaran matematika (dan IPA) dengan memberdayakan dan mengembangkan pendidikan guru. Mulai tahun 1999 dan berlangsung hingga tahun 2005, piloting kegiatan proyek diperluas melalui lesson study tiga klaster di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hasil studi secara signifikan menunjukkan bahwa ada perbaikan dari praktek proses belajar mengajar matematika dalam hal metodologi pengajaran, kompetensi guru, prestasi siswa, evaluasi alternatif, sumber daya pembelajaran dan silabus (Marsigit, 2014; Karim, 2006). Tiga bagian utama dari lesson study adalah bagian pertama, yaitu identifikasi tema penelitian (research theme), bagian kedua pelaksanaan sejumlah research lesson yang akan mengeksplorasi research theme, dan
151
Meningkatkan Kemampuan Guru IPS SMP dalam Mengaplikasikan Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Lesson Study
bagian ketiga adalah refleksi proses pelaksanaan lesson study (Isoda, 2010). Melalui tiga tahapan yang ada dalam lesson study, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do) dan refleksi (see), guru yang berkolaborasi dalam penyusunan rencana pembelajaran dapat saling bertukar pikiran untuk mendapatkan solusi untuk permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan uraian dimuka dirumuskan masalah, bagaimanakah lesson study meningkatkan kemampuan guru IPS SMP dalam mengaplikasikan strategi pembelajaran berbasis masalah? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dengan demikian ialah meningkatkan kemampuan guru IPS SMP dalam mengaplikasikan pembelajaran berbasis masalah melalui lesson study. Adapun hipotesis tindakan dirumuskan “jika dilakukan lesson study secara benar dan intensif, maka kemampuan guru IPS SMP dalam mengaplikasikan strategi pembelajaran berbasis masalah akan meningkat.” METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode penelitian tindakan (Action Research), yang menur ut Mills (2011), adalah penelitian sistematis 152
apapun yang dilakukan oleh guru, administrator, konselor, pengawas, atau yang lain dengan maksud mengajar dan mempelajari proses atau lingkungan untuk tujuan mengumpulkan informasi tentang bagaimana sekolah mereka khususnya beroperasi, bagaimana mengajar, dan bagaimana siswa belajar. Penelitian tindakan dimulai dengan satu masalah atau topik sentral. Masalah dalam penelitian ini ialah kemampuan merencanakan dan melaksanakan PBM. Tercakup disini beberapa observasi atau pemantauan praktik-praktik terkini, diikuti dengan pengumpulan dan sintesis dari informasi dan data. Akhirnya, beberapa jenis tindakan diambil, yang kemudian berfungsi sebagai basis bagi tahap berikut dari penelitian tindakan. Subjek penelitian tindakan ini adalah para guru IPS SMP di wilayah Kabupaten Blitar, Jawa Timur dengan partisipan teranalisis sebanyak 25 orang guru. Penelitian dilaksanakan selama 4 minggu pada periode bulan Agustus-September 2015. Sebelum melaksanakan lesson study, dilakukan prates kemampuan mereka mengenai PBM, terutama dari segi kognitif. Dua minggu pertama adalah siklus I, dan dua
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905
Dyah Ayundawati
minggu berikutnya adalah siklus II. Selama pelaksanaan dilakukan observasi dan tes kinerja (performance test) di akhir siklus. Hasilnya digabung dan dikategorikan menjadi 5 kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang baik. Materi PBM yang ditritmenkan dalam penelitian ini adalah: (1) kemampuan merencanakan PBM yang meliputi kemampuan mengidentifikasi topik, kemampuan menentukan tujuan belajar, kemampuan mengidentifikasi masalah, dan kemampuan mengakses materi; (2) kemampuan menerapkan (mengaplikasikan) PBM yang meliputi: kemampuan mereview dan menyajikan masalah (menarik perhatian siswa dan menarik mereka ke dalam pelajaran, secara informal menilai kemampuan awal, memberikan fokus konkret untuk pelajaran), kemampuan menyusun strategi (memastikan sebisa mungkin bahwa siswa menggunakan pendekatan berguna untuk memecahkan masalah), kemampuan nenerapkan strategi (memberi siswa pengalaman untuk memecahkan masalah), dan kemampuan membahas dan mengevaluasi hasil (memberi
Volume 1, Nomor (Isu) 3, September 2015
siswa umpan balik tentang upaya mereka) (Eggen & Kauchak, 2012). Topik IPS yang dijadikan objek PBM bebas sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sepanjang pengalaman pembelajaran guru. Sebab lesson study mempersyaratkan adanya “pengalaman pembelajaran” (lesson research) sebagai bagian yang akan di-share (dibagi bersama) sebagai lesson study. Dalam pelaksanaannya, guru dibagi menjadi 5 kelompok dengan anggota antara 4-6 orang. Masingmasing kelompok melakukan aktivitas tiga tahapan yang ada dalam lesson study, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do) dan refleksi (see), guru yang berkolaborasi dalam penyusunan rencana pembelajaran dapat saling bertukar pikiran guna mendapatkan solusi bagi permasalahan yang dihadapi. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini merupakan ringkasan dari data observasi dan tes kinerja yang dilakukan peneliti. Data hasil penelitian dipaparkan dalam Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini.
153
Meningkatkan Kemampuan Guru IPS SMP dalam Mengaplikasikan Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Lesson Study
Tabel 1. Persentase Kemampuan Menguasai PBL pada Pra Siklus dan Siklus I
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Kemampuan
Jumlah Guru
Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Sangat kurang baik Jumlah
1 4 8 12 0 25
Pra Siklus (%) 4 16 32 48 0 100
Jumlah Siklus I Guru (%) 5 11 5 3 1 25
20 44 20 12 4 100
Tabel 2. Persentase Kemampuan Menguasai PBL pada Siklus I dan Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Kemampuan Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Sangat kurang baik Jumlah
frekuensi 5 11 5 3 1 25
Siklus I Siklus II frekuensi (%) (%) 20 17 68 44 5 20 20 1 4 12 2 8 4 0 0 100 25 100
Pembahasan Berdasarkan data sebagaimana dipaparkan pada Tabel 1 dan Tabel 2 nampak bahwa pelaksanaan lesson study efektif dalam meningkatkan kemampuan guru IPS SMP dalam melaksanakan PBM. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat, sebelum dilakukan perlakuan (tahap pra siklus), guru yang berkemampuan sangat baik dibidang PBM hanya 1 (satu) orang. Pada akhir siklus I
154
meningkat menjadi 5 orang. Guru yang berkemampuan Baik dibidang PBM sebelum siklus I hanya 4 orang dan meningkat menjadi 11 orang pada akhir siklus I. Guru yang berkemampuan Cukup Baik dibidang PBM sebelum siklus I ada 8 orang dan berkurang menjadi 5 orang pada akhir siklus I. Guru yang berkemampuan Kurang Baik dibidang PBM sebelum siklus I ada 12 orang
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905
Dyah Ayundawati
dan berkurang menjadi 3 orang pada akhir siklus I. Namun yang menarik, di pra siklus yang sebelumnya tidak ada guru yang berkemampuan Sangat Kurang Baik, justeru di akhir siklus I ada 1 guru yang ber-
kemampuan Sangat Kurang Baik. Secara lebih lengkap barangkali perlu diperhatikan hasil pada Tabel 2 yang membandingkan hasil antara siklus I dan siklus II. Hal itu digambarkan dalam grafik berikut ini.
Gambar 1. Grafik Perbandingan Kemampuan PBM Guru pada Siklus I dan II Keterangan:
1 = Sangat Baik 2 = Baik 3 = Cukup Baik 4 = Kurang Baik 5 = Sangat Kurang Baik
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 1 di atas nampak jelas perbedaan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan PBM. Sesuai dengan tabel dan gambar tersebut dapat dilihat, guru yang berkemampuan Sangat Baik diVolume 1, Nomor (Isu) 3, September 2015
bidang PBM yang pada siklus I adalah 5 orang, meningkat menjadi 17 orang pada akhir siklus II. Guru yang berkemampuan Baik dibidang PBM pada siklus I sebanyak 11 orang, berkurang menjadi 5 orang pada akhir siklus II. Guru yang 155
Meningkatkan Kemampuan Guru IPS SMP dalam Mengaplikasikan Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Lesson Study
berkemampuan Cukup Baik dibidang PBM pada siklus I ada 5 orang, berkurang menjadi 1 orang pada akhir siklus II. Guru yang berkemampuan Kurang Baik dibidang PBM pada siklus I ada 3 orang, berkurang menjadi 2 orang pada akhir siklus II. Dan di akhir siklus II tidak ada guru yang berkemampuan PBM Sangat Kurang Baik. Hasil tersebut masuk akal karena adanya perbedaan daya serap guru. Hal yang tidak diungkapkan dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan tersebut bisa bertahan lama ataukah tidak. Tentu hal itu memerlukan studi lebih lanjut untuk mendalaminya. Refleksi Tindakan Di kalangan guru-guru IPS, lesson study tergolong cara baru ketika melaksanakan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Teknik tersebut lebih sering dilakukan untuk guru Matematika dan Sains. Dari tiga tahapan yang ada dalam lesson study, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do) dan refleksi (see), kesulitan paling menonjol pada siklus satu adalah pelaksanaan dan refleksi. Pada tahap perencanaan relatif sebagian besar mengua-
156
sai. Sedangkan pada siklus kedua, kesulitan tersebut bisa diatasi. Di antara materi PBM yang dipandang sulit oleh sebagian besar peserta lesson study adalah kemampuan menyusun strategi, yakni memastikan sebisa mungkin bahwa siswa menggunakan pendekatan berguna untuk memecahkan masalah dan kemampuan nenerapkan strategi, yakni memberi siswa pengalaman untuk memecahkan masalah. Barangkali hal ini disebabkan karena permasalahan yang terjadi dibidang sosial jauh lebih rumit dibandingkan permasalahan yang bisa ditemukan dibidang Matematika atau Sains. Sebagai suatu contoh, ketika guru membahas masalah “permintaan dan persediaan barang” dalam konsep ekonomi, terjadi perdebatan panjang karena secara teoritis social studies tidak memberikan penjelasan yang memadai. Ada yang mengetengahkan segi harga, mafia dagang, kualitas barang produksi, hingga faktor gaji tenaga kerja; sedangkan diketahui hal itu berbeda antarnegara dan satu sama lain argumen tersebut nampak saling terkait.
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905
Dyah Ayundawati
Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar yang memberikan izin pelaksanaan penelitian dan kegiatan ini, para Kepala SMP Negeri dan swasta se-Kabupaten Blitar, dan lebih-lebih para guru partisipan yang tergabung dalam MGMP. SIMPULAN DAN SARAN Melalui pembelajaran berbasis masalah (PBM), siswa bekerja dengan teman sekelas untuk memecahkan masalah yang kompleks dan otentik yang membantu mengembangkan pengetahuan konten serta pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan keterampilan menilai diri sendiri. Masalah-masalah ini juga membantu untuk mempertahankan minat siswa dalam materi pelajaran karena siswa menyadari bahwa mereka belajar keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi sukses di lapangan. Untuk itulah guru harus menguasai bagaimana teknik merencanakan PBM dan bagaimana melaksanakan atau mempraktikkan PBM. Sedangkan lesson study merupakan model Jepang untuk pengembangan profesional guru di mana Volume 1, Nomor (Isu) 3, September 2015
kelompok-kelompok kecil dari guru secara kolaboratif merencanakan, mengajar dan merevisi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka serta untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Teknik lesson study yang dilaksanakan melalui MGMP untuk meningkatkan kemampuan guru IPS SMP di Kabupaten Blitar dalam merencanakan dan mempraktikkan PBM terbukti efektif. Oleh karena itu disarankan agar teknik sejenis bisa diterapkan dalam MGMP bidang yang lain. Namun demikian perlu diteliti lebih lanjut apakah kemampuan tersebut masih tetap ada (retensi) ketika para guru sudah selesai menjalani lesson study, yakni ketika mereka telah kembali dan mengajar di kelas IPS. DAFTAR RUJUKAN Akinoglu, O. & Tandogan, R.O. 2007. The Effects of Problem Bbased Learning in Science Education on Students Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Sciense & Technology Education, 3 (1): 71-81. Arends, R. I. 2007. Learning to Teach. New York: The McGraw Hill Company. 157
Meningkatkan Kemampuan Guru IPS SMP dalam Mengaplikasikan Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Lesson Study
Barrows, H. S. 1996. ProblemBased Learning in Medicine and Beyond: A Brief Overview. Dalam L. Wilkerson & W. H. Gijselaers (Eds.), Bringing Problem-Based Learning to Higher Education: Theory and Practice. Hlm. 3-12. San Francisco: Jossey- Bass. Darling-Hammond, L., & McLaughlin, M. W. 1995. Policies that Support Professional Development in an Era of Reform. Phi Delta Kappan, 8(76): 597-604. Eggen, P. & Kauchak, D. 2012. Strategic and Models for Teachers: Teaching Content and Teaching Skills. Boston: Pearson Education, Inc. Gallagher, S. A. 1997. ProblemBased Learning: Where Did It Come From, What Does It Do, and Where Is It Going?” Journal for the Education of the Gifted, 20 (4): 332-362. Gijselaers, W. H. 1996. Connecting Problem-Based Practices with Educational Theory. Dalam L. Wilkerson & W. H. Gijselaers (Eds.), Bringing Problem-Based Learning to Higher Education: Theory and Practice. Hlm. 13-21. San Francisco: Jossey- Bass. Hmelo-Silver, C.E. 2004. ProblemBased Learning: What and How Do Students Learn? Educational
158
Psychology Review, 16(3): 236266. Isoda, M. 2010. Lesson Study: Problem Solving Approaches in Mathematics Education as a Japanese Experience. Procedia Social and Behavioral Sciences, 8 (2010): 17–27. Karim, A.M. 2006. Implementation of Lesson Study for Improving the Quality of Mathematics Instruction in Malang. Tsukuba Journal of Educational Study in Mathematics, 25: 67-73. Lewis, C. & Tsuchida, I. 1998. A Lesson is Like a Swiftly Flowing River: Research Lessons and the Improvement of Japanese Education. American Educator, 14-17 & 50-52. Lewis, C. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-led Instructional Improvement. Philadelphia: Research for Better Schools, Inc. Marsigit, S., Sumardi, Y., Kadarisman, N., Mahmudi, A., & I Made Sukarna. 2014. The Teacher Professional Development Through Lesson Study In Indonesia: a Success Story from Yogyakarta. Yogyakarta: International Congress for School Effectiveness and Impovement, Yogyakarta State University. Mills, G.E. 2011. Action Research: A Guide for the Teacher Researcher.
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905
Dyah Ayundawati
Forth Edition. Boston: Pearson Education, Inc. Mustikasari, A. 2008. Menuju Guru Yang Profesional Melalui Lesson Study. Online. http://eduarticles.com/menuju-guru-yangprofesional-melaui-lesson-study/ .Diunduh 14 Juni 2014. Perry, R., & Lewis, C. 2008. What is Successful Adaptation of Lesson Study in the U.S.? Journal of Educational Change, DOI 10.1007/s10833-1000819069-10837. Putnam, R. T., & Borko, H. 2000. What do New Views of Knowledge and Thinking Have to Say about Research on Teacher Learning? Educational Researcher, 29(1): 4-15. Rustono, E.H.M. & Abdul Muin. 2007. Lesson Study Sebagai Model Bimbingan Mahasiswa PGSD Pada Program Pengalaman Lapangan Di Sekolah Dasar. Peneli-
Volume 1, Nomor (Isu) 3, September 2015
tian Pembinaan. Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Stigler, J. W., & Hiebert, J. 1999. The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s Teachers for Improving Education in the Classroom. New York: The Free Press. Sudrajat, A. 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran. Online. http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/02/22/lesson-study-untukmeningkatkan-proses-dan-hasilpembelajaran/. Diunduh 14 Juni 2014. Wilkerson, L., & Gijselaers, W. H. 1996. Concluding Comments. Dalam L. Wilkerson & W. H. Gijselaers (Eds.), Bringing Problem-Based Learning to Higher Education: Theory and Practice. Hlm. 101-104. San Francisco: Jossey- Bass.
159
intentionally blank