ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
PELATIHAN LARI SIRKUIT HALUAN KIRI LEBIH BAIK DARIPADA HALUAN KANAN UNTUK MENINGKATKAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA SISWA SMK X DENPASAR Oleh: Daniel Womsiwor*, I Nengah Sandi** *Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih, **Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana ABSTRAK Kelincahan merupakan dasar gerak fisik atau aktifitas dari tubuh manusia yang perlu dilatih secara khusus. Sampai saat ini para pelatih belum menemukan tipe dan takaran pelatihan yang tepat untuk meningkatkan kelincahan pemain sepakbola, sehingga dicoba dua tipe pelatihan yaitu pelatihan lari sirkuit haluan kiri dan haluan kanan untuk meningkatkan kelincahan. Pelatihan dilakukan pada pagi hari di Stadion Ngurah Rai Denpasar Bali mulai pukul 07.30-09.30 Wita selama enam minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu. Sampel berjumlah 24 orang dipilih secara acak sederhana dari siswa kelas II SMK X Denpasar yang memenuhi syarat. Jumlah sampel masing-masing kelompok adalah 12 orang, kemudian diberikan pelatihan yang berbeda yaitu kelompok -1 diberikan pelatihan lari dengan sistem sirkuit haluan kiri dan kelompok-2 diberikan pelatihan lari dengan sistem sirkuit haluan kanan. Data berupa waktu tempuh yang lebih pendek secara bermakna (p< 0,05) pada kedua kelompok setelah pelatihan dan waktu tempuh pelatihan sirkuit dengan haluan kiri menunjukkan waktu tempuh yang lebih pendek secara bermakna (p< 0,05) dari pada pelatihan sirkuit haluan kanan.kelincahan sebelum dan sesudah perlakuan. Data yang diperoleh diuji dengan program SPSS, yang masing-masing dengan uji t berpasangan untuk mengetahui peningkatan hasil lari setiap kelompok perlakuan dan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui perlakuan yang lebih baik dalam meningkatkan hasil kelincahan. Batas kemaknaan yang dipakai adalah 0,05 (p< 0,05). Uji statistik didapatkan peningkatan yang bermakna pada pelatihan lari dengan sistem sirkuit haluan kiri (p < 0,05) dan pada pelatihan lari dengan sistem sirkuit haluan kanan (p < 0,05). Perbedaan hasil kelincahan sebelum pelatihan tidak dapat berbeda makna (p > 0,05) dan setelah pelatihan terdapat perbedaan yang bermakna (p <0,05). Ini berarti bahwa pelatihan lari dengan sistem sirkuit haluan kiri lebih meningkatkan kelincahan pada pemain sepak bola. Untuk itu diharapkan kepada para pelatih dan guru olahraga yang melatih sepak bola agar menerapkan pelatihan lari sirkuit haluan kiri dalam memberikan pelatihan. Kata Kunci : pelatihan, lari sirkuit haluan kiri, lari sirkuit haluan kanan, kelincahan RUNNING TRAINING WITH LEFT SIDE CIRCUIT SYSTEM IS BETTER THAN RIGHT SIDE TO ENHANCE AGILITY OF FOOTBALL PLAYER STUDENT SMK X DENPASAR ABSTRACT Agility is basic movement of physic or activity of human body required to be trained exclusively. Until today, all coaches not yet find excellent type and measurement of training to enhance agility of football player, so study is performed, tried two types and measurement of training, that are, running training with left and right side circuit system to enhance agility. 10
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
Training is conducted in the morning at Stadium Ngurah Rai Denpasar start from 7.30 am until 9.30 am. Duration is 6 weeks by frequency three times a week. Sample are 24 people chosen randomly simple from student grade II SMK X Denpasar comply terms. Total sample each are 12 people, then each groups are given different training, i.e. group 1 is given running training with left side circuit system and group 2 is given running training with right side circuit system. Data for agility before and after treatment. Data obtained is tested with program SPSS, each with couple T-test to know enhancement result of running of each treatment group and T-test uncouple to know better treatment in increasing agility result. Meaning limit used is 0,05 (p<0,05). Statistic test is obtained meaning increase on running training with left side circuit system (p<0,05) and running training with right side circuit system (p<0,05). Different result of agility can not meaning different (p>0,05) and after training, there are meaning differences (p<0,05). This means that running training with left side circuit system is more giving effect to increase of agility result to football player. Therefore it is expected to all coaches and sport teacher train football in order to apply left side circuit system in giving training. Key words : training, left side circuit running, right side circuit running, agility PENDAHULUAN Ilmu olahraga belakangan telah berubah
program pembinaan olahraga prestasi.
menjadi
(ilmiah,
Faktor tersebut adalah pendekatan secara
sistematis, dan logis). Beberapa penelitian
ilmiah dalam hal ini pemanfaatan ilmu dan
dari berbagai bidang turut memperkaya
teknologi.
teori dan metodologi kepelatihan. Di
dengan pesat tentunya harus dimanfaatkan
samping itu, berbagai disiplin ilmu yang
sebaik mungkin dalam usaha pembinaan
erat kaitannya dengan olahraga telah
olahraga
dilibatkan
prestasi.
ilmu
yang
untuk
eksak
mendukung
teori
kepelatihan. Setiap pelatih berusaha untuk
Ilmu
menuju
olahraga
pada
berkembang
peningkatan
Melatih cabang olahraga prestasi
meningkatkan prestasi atlitnya setinggi
adalah
mungkin.
dengan
fungsional tubuh sesuai dengan tuntutan
sendirinya berusaha untuk meningkatkan
penampilan cabang olahraga itu sampai ke
pengetahuannya di dalam teori dan metode
tingkat yang maksimal, baik pada aspek
latihannya 1.
kemampuan dasar (fisik) maupun pada
Untuk
Peningkatan
itu,
pelatih
olahraga
meningkatkan
kemampuan
prestasi
aspek keterampilan teknik (skill). Untuk
dewasa ini tidak lepas dari salah satu
meningkatkan fungsional raga hanya dapat
faktor yang menunjang pelaksanaan suatu
dilakukan dengan benar, baik, dan efisien 11
ISSN : 2302-688X
apabila
seorang
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
pelatih
memiliki
lainnya sehingga potensi para atlet kita
pengetahuan tentang mekanisme kerja dan
belum begitu
mekanisme respons organ-organ tubuh
serius. Kondisi ini memang sulit diterima
terhadap latihan pembebanan dan latihan
sebab dalam penampilan atlet sepak bola
keterampilan 2.
tanah air khususnya di daerah Bali
Perkembangan atlet sepak bola
mendapat perhatian yang
terutama di beberapa sekolah
termasuk
tingkat pelajar di tanah air, memang ada
SMK X Denpasar pada kenyataannya
peningkatan program pembinaan namun
demikian. Secara fisiologis kemampuan
belum berjalan secara intensif. Selanjutnya
fisik atlet Indonesia pada umumnya dan
untuk kemampuan bermain sepak bola
Bali khususnya tergolong kurang walaupun
(yunior) di daerah Bali diakui secara fisik
mereka memiliki teori serta keterampilan
masih kalah 3. Hal ini bisa dilihat pada
bermain sepak bola yang tinggi 3.
saat atlet mengikuti kompetisi baik di
Berdasarkan masalah tersebut di
daerah maupun di nasional, terlihat atlet-
atas, maka untuk meningkatkan prestasi di
atlet daerah Bali belum begitu populer di
bidang olahraga khususnya di cabang
tanah air bahkan di tim nasional PSSI
olahraga
masih didominasi atlet-atlet daerah lain
melalui pendekatan dan pemanfaatan ilmu
meskipun atlet yang terpilih masuk tim
dan teknologi. Salah satu metode untuk
nasional sampai saat ini belum mampu
meningkatkan kondisi fisik yang sudah
membawa Indonesia menjadi yang terbaik
dikenal dewasa ini adalah latihan yang
dan terhormat di tingkat Internasional.
menggunakan
Kualitas pemain Indonesia yang merumput
Karena
di kompetisi lokal, sepertinya, tidak bisa
persyaratan
lagi diharapkan untuk mengangkat prestasi
prestasi, maka diteliti salah satu unsur
tim nasional 4.
biomotorik yang sangat penting dalam
Dari segi pembinaan diakui PSSI
sepak
bola,
beban
kondisi
tentunya
atau fisik
harus
rintangan. merupakan
utama dalam meningkatkan
bermain sepak bola, yaitu kelincahan
dan Badan Tim Nasional cukup berhasil di
karena
daerah dalam melahirkan pemain-pemain
merupakan salah satu komponen kondisi
berbakat,
fisik
namun
karena
kurangnya
fasilitas latihan, dukungan dana dari
unsur
biomotorik
tersebut
yang dominan dalam permainan
sepak bola.
Pemerintah serta berbagai keterbatasan
Komponen kondisi fisik atau unsur 12
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
biomotorik merupakan kemampuan dasar
dan manipulatif (mengontrol benda). Dari
gerak fisik atau aktivitas dari tubuh
tiga dasar keterampilan tersebut, gerak
manusia.
Kemampuan
sebagian
besar
biomotorik
ini
lokomotor menjadi perhatian utama dalam
turunan
atau
penelitian ini karena salah satu dari pola
genetik. Dalam dunia olahraga dikenal
gerak dominan yang menjadi ciri khas dari
sebanyak 10 komponen
permainan sepak bola selain menendang
bersifat
atau unsur
biomotorik, yaitu : kekuatan, daya tahan,
adalah
daya
kelentukan,
mengikuti irama permainan 6. Sekalipun
reaksi,
ilmu kepelatihan itu semakin hari semakin
Lebih
canggih, namun sampai saat ini para
lanjut dijelaskan bahwa setiap cabang
pelatih kurang memanfaatkannya untuk
olahraga
melatih
menentukan tipe dan takaran pelatihan
komponen tersebut, tergantung dari peran
yang tepat dalam meningkatkan kelincahan
dan
pemain sepak bola.
ledak,
kecepatan
kelincahan,
ketepatan,
keseimbangan dan koordinasi 5.
tidak
beban
sama
kerjanya,
cara
gerak
lari
ke
berbagai
arah
sehingga
perlu
ditentukan komponen biomotorik
yang
Berdasarkan masalah tersebut di
dominan pada cabang olahraga yang
atas maka perlu dicari tipe dan takaran
dilatih termasuk cabang olahraga sepak
pelatihan yang sesuai dengan tuntunan
5
bola .
penampilan cabang olahraga itu, maka Kelincahan
adalah
kemampuan
dalam penelitian ini dicoba 2 (dua) tipe
tubuh atau bagian tubuh untuk mengubah
dan takaran pelatihan yang sama untuk
arah gerakan secara mendadak dalam
meningkatkan kelincahan pemain sepak
kecepatan tinggi 5. Sedangkan Harsono 1,
bola yaitu: (1) Pelatihan lari dengan sistem
mengartikan
sebagai
sirkuit haluan kiri, dimana pada lintasan
kemampuan tubuh untuk mengubah arah
lari sejauh 130 meter terdapat 9 pos
dengan cepat dan tepat pada waktu
(stations). Jarak antara satu pos dengan pos
bergerak, tanpa kehilangan posisi tubuh,
lainnya adalah 3 meter, sedangkan jarak
serta sadar akan posisi tubuh.
dari garis awal lintasan sirkuit ke pos 1 dan
kelincahan
Dalam permainan sepak bola
dari pos 9 ke garis akhir masing-masing 3
terdapat tiga dasar keterampilan gerak,
meter. Dalam pelaksanaannya atlit akan
yaitu gerak lokomotor (gerak berpindah
melakukan lari dalam satu sirkuit dengan
tempat), non lokomotor (gerak di tempat)
arah tujuan lari, yaitu memulainya (start) 13
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
dari arah kanan ke kiri (haluan kiri); suatu
sistem sirkuit haluan kiri meningkatkan
arah lintasan lari yang berlawanan dengan
kelincahan pemain sepak bola siswa kelas
arah jarum jam. (2) Pelatihan Iari dengan
II SMK X Denpasar? 2). Apakah pelatihan
sistem sirkuit haluan kanan, dimana pada
lari dengan sistem sirkuit haluan kanan
lintasan lari sejauh 130 meter terdapat 9
meningkatkan kelincahan pemain sepak
pos (stations). Jarak antara satu pos dengan
bola siswa kelas II SMK X Denpasar? 3).
pos lainnya adalah 3 meter, sedangkan
Apakah pelatihan lari dengan sistem sirkuit
jarak dari garis awal lintasan sirkuit ke pos
haluan kiri lebih baik dari pada haluan
1 dan dari pos 9 ke garis akhir masing-
kanan untuk meningkatkan kelincahan
masing 3 meter. Dalam pelaksanaannya
pemain sepak bola siswa kelas II SMK X
atlit akan melakukan lari dalam satu sirkuit
Denpasar?
dengan arah tujuan lari, yaitu memulainya
Tujuan dari penelitian ini adalah
dari arah kiri ke kanan (haluan kanan);
untuk mengetahui metode pelatihan yang
suatu arah lintasan lari yang mengikuti
lebih baik di antara metode yang diteliti
arah jarum jam.
dalam rangka meningkatkan kelincahan pemain sepak bola.
Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: 1). Apakah pelatihan lari dengan
pelatihan diobservasi.
MATERI DAN METODE A. Rancangan Penelitian Rancangan dipergunakan
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
penelitian
adalah
yang Untuk pelatihan lari dengan sistem
Experimental
sirkuit haluan kiri dan haluan kanan
Randomized Pre and Post test group design
7,8,9
dilaksanakan di Stadion Ngurah Rai
. Di mana subyek penelitian
Denpasar. Penelitian dilaksanakan selama
yang berjumlah 24 orang dibagi menjadi
6 minggu dengan frekuensi pelatihan 3 kali
dua kelompok yang dialokasikan secara
seminggu (Selasa, Kamis dan Sabtu), pada
acak sederhana, yang setiap kelompok berjumlah
12
orang.
pagi hari mulai pukul 07.30 (wita) sampai
Kelompok-1
09.00 (wita). Begitu pula tes awal dan tes
diberikan pelatihan lari sirkuit haluan kiri
akhir dilakukan di tempat yang sama,
dan kelompok-2 diberikan pelatihan lari
dengan alasan situasi pelatihan tidak
sirkuit haluan kanan. Sebelum dan sesudah 14
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
dipengaruhi oleh suhu udara dan pagi hari
dengan pos 1 dan pos 9 dengan garis
tidak mengganggu jam sekolah para siswa.
akhir (Finish) masing-masing 3 meter. Lari dimulai dari garis awal dengan
C. Populasi Dan Sampel Populasi
dalam
memutar dari kanan ke kiri atau dari penelitian
ini
arah tujuan lari yang berlawanan
adalah siswa/siswi SMK X Denpasar yang
dengan arah jarum jam sebanyak 3
berjumlah 300 orang, terdiri dari putra dan
kali perminggu, selama enam minggu.
putri yang terbagi dalam 6 kelas. Sampel
2.
Pelatihan lari sistem
sirkuit haluan
penelitian adalah di dapat dari populasi
kanan adalah pelatihan lari pada lintas
yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
sirkuit sepanjang 130 meter, dimana
jenis kelamin laki-laki, umur 15-18 tahun,
pada
tinggi badan 155-176 cm, berat badan 42-
dipasang alat-alat rintangan sebayak 9
72,7 kg, panjang anggota gerak bawah 76-
pos (stasions) yang berjarak 3 meter
94 cm, berbadan sehat
antar 1 pos dengan pos yang lain.
(berdasarkan
dan tidak catat
pemeriksaan
lintasan
lari
sirkuit
telah
dokter),
Selain itu jarak antara garis awal
kebugaran fisik dengan katerori sedang,
(start) dengan pos 1 dan pos 9 dengan
bersedia
tidak
garis akhir (finish) masing-masing 3
melakukan gerakan yang selalu salah
meter. Lari dimulai dari garis awal,
setelah diulang 3 kali, dan tidak sakit saat
memutar sesuai arah jarum jam.
mengikuti
pelatihan,
pelatihan atau pengambilan data.
3.
Kelincahan
(agility)
adalah
kemampuan untuk mengubah posisi
D. Cara Pengumpulan Data
tubuh atau arah
gerakan tubuh
Data yang dikumpulkan terdiri dari:
dengan cepat ketika sedang bergerak
1.
Pelatihan lari dengan sistem sirkuit
cepat, tanpa kehilangan keseimbangan
haluan kiri adalah pelatihan lari pada
atau
lintasan sirkuit sepanjang 130 meter,
posisi
di
ini
dengan lari bolak-balik jarak 8 meter
diletakkan rintangan sebanyak 9 pos
sebanyak 5 kali (shuttle run) dalam
(stasions) yang berjarak 3 meter antar
detik. Diukur sebelum pelatihan dan
satu pos dengan pos yang lain. Selain
setelah
itu
minggu.
mana
pada
lintasan
jarak antara garis
lari
awal (start) 15
kesadaran
orientasi
tubuh.
Kelincahan
pelatihan
selama
terhadap diukur
enam
ISSN : 2302-688X
4.
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
Tinggi badan adalah jarak vertikal dari
yang di kategorikan sedang. Kebugaran
lantai sampai kepala bagian atas
fisik ini diukur dengan stopwach
(ubun-ubun),
digital seico dengan ketelitian 0,01
Diperoleh
dengan
pengukuran dari lantai tanpa alas kaki
menit.
sampai vertek, diukur dengan sikap berdiri
tegak
dan
sikap
8. Suhu udara adalah temperatur sekitar
bersiap,
lapangan tempat pelatihan yaitu suhu
pandangan lurus ke depan dengan
kering dalam hitungan satuan derajat
kedua tumit, punggung dan belakang
Celcius, dengan thermometer digital
kepala posisinya lurus. Pengukuran
merek extec ketelitian 0,1° Celcius.
dengan menggunakan anthropometer
Suhu
super buatan Jepang ketelitian 0,1 cm.
pelatihan.
5. Berat Badan adalah bobot tubuh orang
lingkungan
diukur
setiap
9. Kelembaban relatif adalah presentase
coba yang di ukur dengan timbangan
uap
air
dalam
udara
tempat
badan digital merek ”Magic” buatan
pengambilan data yang dinyatakan
USA, ketelitian 0,1 kg dan batas ukur
dalam %°. Diukur dengan Higrometer
120 kg yang hanya memakai pakaian
digital merek extec ketelitian 1 %.
seminim mungkin.
Pengukuran dilakukan setiap pelatihan.
6. Panjang Anggota Gerak Bawah adalah jarak
vertikal
dari
lantai
E. Analisis Data
sampai
Data yang diperoleh dianalisis dengan:
panggul, yang sangat mempengaruhi kecepatan
lari.
Diperoleh
1. Statistik
dengan
mendeskripsikan
pengukuran dari lantai tanpa alas kaki sampai
panggul.
menggunakan
fisik
panjang tungkai, dan kebugaran fisik.
super
2. Uji Normalitas dengan Shapiro-wilk
buatan Jepang dengan ketelitian 0,1
untuk menguji distribusi data hasil tes
cm. 7. Kebugaran
fisik
adalah
lari bolak-balik 5 X 8 m baik sebelum
tingkat
maupun sesudah pelatihan dengan
kemampuan fisik melakukan tes lari
batas kemaknaan 0,05.
2,4 yang dinyatakan dalam waktu tempuh
karakteristik
untuk
umur, tinggi badan, berat badan,
Pengukuran
anthropometer
Deskriptif
(menit).
Selanjutnya
3. Uji Wilcoxon Signed Ranks
hasil
untuk
menguji beda rerata pada masing-
tersebut dikonversikan ke bentuk skor 16
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
masing kelompok yaitu antara tes awal
kelompok dengan batas kemaknaan
dan tes akhir dengan batas kemaknaan
0,05.
0,05. 4. Uji
5. Uji t–Indepedent
untuk
menguji
Mann-Whitney
perbedaan
setelah
untuk
menguji
pelatihan
antar
perbedaan tes awal antar ke dua
kelompok pelatihan lari dengan batas
kelompok dan untuk menguji selisih
kemaknaan 0,05.
antara tes awal dan tes akhir pada antar
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik umur, tinggi badan, berat badan, IMT, panjang anggota gerak bawah, dan kebugaran fisik sebelum pelatihan pada ke dua kelompok dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Kedua Kelompok Penelitian Rerata ± SB
Karakteristik Subjek
KLP 1 (N=12)
KLP 2 (N=12)
Umur (th)
16,40 ± 0,38
16,31 ± 0,48
Berat Badan (cm)
56,78 ± 9,21
55,91 ± 6,25
Tinggi Badan (kg)
166,92 ± 5,73
166,50 ± 7,29
Indek Massa Tubuh (kg/m2)
17,08 ± 2,15
16,92 ± 1,68
Panjang Anggota Gerak Bawah (cm)
83,25 ± 5,14
85,25 ± 5,14
Kebugaran Fisik (menit)
11,36 ± 1,02
11,62 ± 1,27
sepak bola sudah bisa diberikan pada anak
Umur subjek penelitian pada kelompok-1
yang berumur 11-13 tahun
antara 15,67 – 17,10 tahun, rerata 16,40
buruk terhadap struktur dan fungsi tubuh.
kelompok-2 antara 15,67 – 17,08 tahun,
Berat badan subjek penelitian pada
rerata 16,32 tahun dengan simpang baku
kelompok-1 antara 42,10-72,70 kg dengan
0,48 tahun. Dengan demikian antara
rerata 63,08 ± 1,01 kg dan pada kelompok-
kelompok-1 dan kelompok-2 mempunyai yang
hampir
sama.
. Sehingga
pelatihan yang diberikan tidak berpengaruh
tahun dengan simpang baku 0,38 tahun dan
umur
10
2 antara 59,30-66,25 kg dengan rerata
Pelatihan
62,52 ± 2,88 kg. Rerata berat badan ini
spesialisasinya untuk cabang olahraga 17
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
berada pada mal nutrisi ringan sampai
penelitian berada dalam kategori mal
normal untuk anak usia 15 -18 tahun yang
nutrisi ringan sampai normal 12.
diambil pada persentil ke-50 standar WHO 11
.
Panjang anggota gerak bawah pada
Dengan demikian maka ke dua
kelompok-1 berkisar antara 76,00-94,00
kelompok tidak ada kekurangan nutrisi
cm dengan rerata 83,25,24 ± 5,14 cm dan
yang berarti sehingga aktivitas pelatihan
rentang panjang anggota gerak bawah
dapat dilakukan dan dikembangkan dengan
kelompok-2 antara 77,00-93,00 cm dengan
baik.
rerata 85,25 ± 5,14 cm. Dilihat dari jumlah Rentang
tinggi
badan
subjek
rerata panjang lengan, kedua kelompok
penelitian pada kelompok-1 antara 157-
tidak jauh berbeda sehingga hasil akhir
176,00 dengan rerata 166,92 ± 5,73 cm dan
yang dipengaruhi oleh panjang lengan
pada kelompok-2, antara 155-174,00 cm
tidak
dengan rerata 166,50 ± 7,29 cm. Hal ini
tempuh lari bolak-balik 5 X 8 m.
menyebabkan
perbedaan
waktu
juga berada pada batas mal nutrisi ringan
Rentang waktu tempuh tes lari 2,4
sampai normal standar WHO yang berada
km subjek penelitian pada kelompok-1
pada persentil ke-50
11
. Dengan demikian
antara 9,55-12,52 menit dengan rerata
dari segi tinggi badan subjek tidak ada
11,36 ± 1,10 menit dan pada kelompok-2
kekurangan
dan
antara 9,56 – 13,13 dengan rerata 11,62 ±
pelatihan yang diterapkan aman dilakukan.
1,26 menit. Nilai rerata waktu tersebut
nutrisi
yang
berarti
Subjek penelitian ditinjau dari IMT (Indeks Massa Tubuh) pada
pada ke dua
kelompok menunjukkan
kelompok-1
bahwa kebugaran fisik subjek penelitian
berkisar antara 14,00-21,00 kg/m2 dengan
berada pada kategori sedang sampai baik
rerata 17,08 ± 2,15 kg/m2 dan kelompok-2
untuk usia 13-19 tahun
antara 14,00-20,00 kg/m2 dengan rerata
kebugaran
16,92 ± 1,68 kg/m2. IMT menggambarkan
mempengaruhi ketrampilan motorik
status gizi seseorang, dengan demikian
Kebugaran fisik kategori sedang
berdasarkan rerata indeks massa tubuh
dengan pertimbangan subjek penelitian
pada
diasumsikan mampu melakukan pelatihan
kedua
kelompok
pelatihan
menjelaskan bahwa status gizi subjek
yang
11
fisik
akan
12
. Tingkat
seseorang
sangat 2
.
dipilih
diterapkan.
ISSN : 2302-688X
2.
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
Lingkungan Penelitian Kondisi lingkungan yang diukur selama penelitian adalah suhu kering, kelembaban
relatif udara dan kecepatan angin. Hasilnya dicantumkan pada Tabel 2. Tabel 2. Data Deskriptif Suhu dan Kelembaban Relatif Udara Keadaan Lingkungan
Rerata ± SB
Minimum
Maximum
Suhu (°C)
24,54 ± 1,09
23,00
27,00
Kelembaban (%)
56,88 ± 3,53
52,00
61,00
Kecepatan Angin (m/dt)
0,41 ± 0,14
0,20
0,60
Pelatihan dilaksanakan di Stadion Ngurah
penelitian sehingga tidak
Rai Denpasar pada pukul 17.00 s/d 18.30
terhadap hasil penelitian.
berpengaruh
dengan variasi suhu antara 23-27oC dengan rerata 24,53 ± 1,09 oC dan kelembaban relatif
3. Normalitas Data
berada pada rentang 52 - 61%
Untuk
dengan rerata 56,89 ± 3,53%. Menurut Manuaba
13
dengan Shapiro-Wilk Test. Uji dilakukan terhadap data yang diperoleh pada kedua
pelatihan adalah pada kelembaban relatif berkisar
Berdasarkan
antara
data
70%
kelembaban
-
kelompok sebelum dan sesudah pelatihan.
80%.
Variabel yang diuji adalah kelincahan baik
relatif
sebelum maupun sesudah pelatihan pada
tempat pelatihan berlangsung ada yang
masing-masing kelompok, yang disajikan
berada di luar batas nyaman, tetapi kondisi
pada Tabel 3.
tersebut sudah dapat diadaptasi oleh subjek Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Kelincahan Subjek Penelitian p Uji Normalitas (Saphiro Wilk- Test)
Kelincahan
Sebelum Pelatihan
distribusi
sampel, maka dilakukan uji normalitas
, daerah yang nyaman bagi
orang Indonesia untuk melakukan aktivitas
yang
mengetahui
Kelompok-1
Kelompok-2
0,436
0,579
12
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
Sesudah Pelatihan
0,019
0,042
Selisih
0,097
0,529
Berdasarkan dengan
hasil uji normalitas data
Saphiro
Wilk-
Test
pada
4. Beda
kelincahan sesudah pelatihan pada ke dua
Rerata
Kelincahan
Antar
Kelompok Perlakuan
kelompok menunjukkan bahwa sebelum
Uji
pelatihan dan selisih pada kedua kelompok
t-independent
(tidak
berpasangan) dipakai untuk menganalisis
berdistribusi normal dengan nilai p lebih
rerata waktu tempuh sebelum pelatihan
besar dari 0,05 (p > 0,05). Oleh karena itu
dan selisih tempuh. Uji Mann Whitney
maka iji parametrik dapat dilanjutkan.
(tidak berpasangan), disajikan pada Tabel
Sedangkan data sesudah pelatihan ke dua
4.
kelompok tidak berdistribusi normal (p < 0,05),
sehingga
uji
statistik
yang
digunakan adalah non-parametrik. Tabel 4. Hasil Uji Beda Rerata Kelincahan Sebelum, Sesudah dan Selisih Antar Ke Dua Kelompok N
Kelompok-1
Kelompok-2
(dt)
(dt)
P
Sebelum pelatihan
12
14,91 ± 1,49
16,13 ± 1,25
0,040
Sesudah Pelatihan
12
11,66 ± 0,41
14,16 ± 0,78
0,000
Selisih
12
3,27 ± 1,57
1,98 ± 1,27
0,037
Perbedaan kelincahan sebelum pelatihan
(kelincahan) pada kelompok-1 lebih baik
antar ke dua kelompok menunjukkan nilai
dibandingkan dengan kelompok-2. Begitu
p lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05). Ini
juga dengan setelah pelatihan, terjadi
berarti rerata kelincahan sebelum pelatihan
perbedaan hasil kelincahan antar kedua
antar ke dua kelompok berbeda bermakna.
kelompok.
Dengan
menentukan perbedaan hasil pelatihan
demikian
waktu
tempuh 13
Oleh
karena
itu,
untuk
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
antar ke dua kelompok dianalisis beda dari
diterapkan untuk lari aluan kiri merupakan
selisih tes awal dan akhir pada masing-
suatu
masing kelompok.
sehingga
kebiasaan
dari
setelah
orang
coba
diberikan
5
,
pelatihan
Dilihat dari perbedaan selisih waktu
selama enam minggu kelompok perlakuan
tempuh antara pelatihan lari sirkuit haluan
lari sirkuit haluan kiri lebih baik dalam
kiri dengan haluan kanan menunjukkan
meningkatkan kelincahan dibandingkan
bahwa pelatihan lari sirkuit haluan kiri
dengan pelatihan lari sirkuit haluan kanan.
lebih baik dalam meningkatkan kelincahan dibandingkan
dengan
haluan
kanan,
5. Beda Rerata Kelincahan Sebelum
terbukti dari hasil tes uji statistik dengan
dan Sesudah Pelatihan
uji t tidak berpasangan didapatkan nilai p lebih
kecil
dari
0,05.
Yang
Uji
berarti
Wilcoxon
dipakai
untuk
mengetahui perbedaan rerata kelincahan
berbedaan antara keduanya secara statistik
antara sebelum dan sesudah
bermakna.
pelatihan
pada masing-masing kelompok dengan
Perbedaan
hasil
yang
didapat
batas kemaknaan α = 0,05, disajikan pada
mungkin disebabkan karena pelatihan yang
Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Beda Rerata Kelincahan Sebelum dan Sesudah Pelatihan Kelincahan Kelompok
Sebelum
Sesudah
Pelatihan
Pelatihan
Selisih
P
Kelompok-1
14,91 ± 1,49
11,66 ± 0,41
3,25
0,002
Kelompok-2
16,13 ± 1,25
14,16 ± 0,78
1,97
0,002
Berdasarkan data kelincahan dari
pelatihan pada kelompok-1 adalah 3,27 ±
tes awal dan tes akhir, didapatkan data
1,59 dt dan kelompok-2 sebesar 1,97 ±
rerata kelincahan sebelum pelatihan 14,91
1,27 dt.
± 1,49 dt dan sesudah pelatihan 11,66 ±
Dari hasil analisis
data tes lari
0,41 dt pada kelompok-1. Sedangkan pada
bolak-balik 5 X 8 m antara tes awal dan tes
kelompok-2 rerata kelincahan 16,13 ± 1,25
akhir
pada
dt dan sesudah pelatihan 14,19 ± 0,78 dt.
(Tabel
5),
Selisih waktu tempuh sebelum dan sesudah
kelincahan sebelum dan setelah pelatihan 14
masing-masing didapatkan
kelompok
bahwa
rerata
ISSN : 2302-688X
diperoleh
nilai
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
p
=
0,002.
Dengan
pembuluh darah kapiler, saraf tendon dan
demikian maka rerata kelincahan sebelum
ligamen,
dan sesudah pelatihan diperoleh nilai p
terutama
lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) pada ke
meningkat
dua kelompok perlakuan (jadi berbeda
Perubahan
secara bermakna). Dengan hasil ini, dapat
semuanya terjadi pada tingkat yang sama,
dikatakan bahwa ke dua tipe pelatihan
peningkatan yang lebih besar terjadi pada
yang
pengaruh
serabut otot putih (fast twitch) sehingga
pelatihan dalam meningkatkan kelincahan.
terjadi peningkatan kecepatan kontraksi
Penurunan waktu tempuh ini merupakan
otot
peningkatan kelincahan, sehingga bisa
serabut otot yang pada akhirnya akan
dikatakan bahwa ke dua tipe pelatihan
meningkatkan kecepatan kontraksi otot
dapat meningkatkan kelincahan.
sehingga
diterapkan
memiliki
Peningkatan
kelincahan
pada
16
minggu
dengan
tiga
protein
kontraktil
kontraktil
secara pada
total
miosin
proposional serabut
otot
14
.
tidak
. Sehingga meningkatnya ukuran
menyebabkan
Menurut McArdle
selama enam
frekuensi
jumlah
peningkatan
kelincahan.
masing-masing kelompok diakibatkan oleh pelatihan yang diterapkan
dan
16
, pelatihan
fisik yang diberikan secara teratur dan
kali
terukur dengan takaran dan waktu yang
seminggu. Pelatihan yang diberikan untuk
cukup,
pemula dalam jangka waktu 6 - 8 minggu
fisiologis yang mengarah pada kemampuan
dengan frekuensi tiga kali seminggu
menghasilkan energi yang lebih besar dan
mengakibatkan tubuh teradaptasi dengan
memperbaiki
pelatihan
menghasilkan
pelatihan fisik yang diberikan secara cepat
. Selanjutnya
dan kuat, akan memberikan perubahan
dan
akan
peningkatan yang berarti
14,5
akan
menyebabkan
penampilan
perubahan
fisik.
Jenis
Astrand dan Rodahl 15, menyatakan bahwa
yang
pelatihan fisik yang dilakukan secara
anareobik seperti ATP-PC, kreatin dan
sistematis, teratur dan berkesinambungan
glikogen serta peningkatan pada jumlah
akan meningkatkan kemampuan fisik.
dan aktivitas enzim.
meliputi
peningkatan
Pelatihan fisik yang teratur akan menyebabkan
terjadinya
hipertropi
SIMPULAN DAN SARAN
fisiologi otot, yang dikarenakan jumlah
Simpulan
miofibril, ukuran miofibril, kepadatan 15
subtrak
ISSN : 2302-688X
Dari
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
hasil
penelitian
dapat
disimpulkan sebagai berikutt: 1). Pelatihan
DAFTAR PUSTAKA
lari dengan sistem sirkuit haluan kiri dapat
1. Harsono. Coaching dan Aspek-
meningkatkan kelincahan pemain sepak
Aspek Psikologis Dalam Olahraga.
bola siswa kelas II SMK X Denpasar. 2).
Depdikbud Dirjen Dikti. Proyek
Pelatihan lari dengan sistem sirkuit haluan
Pengembangan
kanan dapat meningkatkan kelincahan
LPTK
Jakarta.
1988.
pemain sepak bola siswa kelas II SMK X 2. Giriwijoyo, S. Ilmu Faal Olahraga,
Denpasar. 3). Pelatihan lari dengan sistem
untuk Pembina Olahraga. UPI
sirkuit haluan kiri lebih baik daripada
Bandung. 2007
pelatihan lari dengan sistem sirkuit haluan
3. Mahayasa. Sportmania Radar Bali.
kanan untuk meningkatkan kelincahan
Jawa pos Group. 2010
pemain sepak bola siswa kelas II SMK X
4. Reald, Wolfgang. Basoes. Sportivo,
Denpasar.
Liga Indonesia. Jawa Pos Group, Denpasar Bali. 2010
Saran Berdasarkan simpulan penelitian,
5. Nala, I.G.N. Prinsip Pelatihan
disarankan beberapa hal yang berkaitan
Fisik
dengan
Denpasar:
peningkatan
hasil
kelincahan
pelatihan lari dengan sistem sirkuit haluan
Olahraga.
Denpasar:
Udayana
University
Press. 2011
kiri dapat digunakan untuk meningkatkan
6.
Sucipto,
Sutiyono,
Nuryadi.
kelincahan pemain sepak bola dengan
Sepak
jumlah repetisi dan set disesuaikan dengan
Dirjendikdasmen, Bagian
kemampuan subjek pelatihan, sehingga
Penataran Guru SLTP Setara D-III.
ntuk
Jakarta. 2000.
dapat
menghasilkan
peningkatan
kelincahan yang lebih besar dari hasil penelitian
ini
maka
perlu
7.
dilakukan
komponen
pelatihan
lain
Proyer
Poccok, S.J. Clinical Trial; A
Willey Medical Publication. 2008.
menggabungkan
biomotorik
Depdikbud.
practical Approach. New York;A
penelitian lanjutan dengan menggunakan metode
Bola.
8. Notoatmodjo,
yang
Penelitian
menunjang hasil kelincahan.
S.
Metodologi
Kesehatan.
Jakarta:
Penerbit PT Rineka Cipta. 2010. 16
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 10 – 17, Maret 2014
9.
10.
D ahlan, M.S. Besar Sampel dan
V.L.
Cara Pengambilan Sampel dalam
Nutrition, Energy, and Human
Penelitian
Performance.
Kedokteran
dan
Bompa,
T.O.
Teory
and
Performant.
Toronto:
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Jakarta:
Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2012. Adiatmika, I.P.G. Pemeriksaan Kebugaran Fisiologi
Fisik.
Magister
Olahraga
Universitas
Udayana. Denpasar : Udayana University Press. 2002. Manuaba.
Pendekatan
Ilmiah
dalam Olahraga. Yayasan Ilmu Faal Widhaya Laksana. UNUD Denpasar. 1983. Fox,
E.L.
Sport
Physiology.
United States of America: CBS College Publising. 1983. 15.
Edition.
and Wilkins. 2010.
Anak.
14.
Seventh
Salemba Medika. 2009.
Kendal/Hun Publising Co. 1994.
13.
Physiology:
Philadelphia: Lippincott Williams
Atletics
12.
Exercise
Kesehatan. Edisi kedua. Jakarta:
Metodology of Training; Dekey to
11.
16. McArdle, W.D, Katch, F.I, Katch,
Astrand, P.O.K. Rodahl.. Tex Book of Work Physiology. New York
:
Mc.Graw
Hill
Book
Company. 2011.
17