PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
PEMERINTAH KABUPATEN SELAYAR DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
PROJECT MANAGEMENT UNIT CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM (COREMAP) TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
LAPORAN AKHIR
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT BENTENG, 29 – 31 AGUSTUS 2006
YAYASAN MATTIROTASI Jl. AP.Pettarani VIII No. 37 Makassar, Tlp. 0411446526 Sulawesi Selatan 90231
2006
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Budidaya laut adalah upaya manusia melalui masukan tenaga kerja dan energi, untuk meningkatkan produksi organisme laut ekonomis penting
dengan
memanipulasi
laju
pertumbuhan,
mortalitas
dan
reproduksi. Kegiatan budidaya telah dilakukan oleh manusia sejak dulu yaitu pemeliharaan dalam media air dengan pemberian makanan untuk organisme air yang dipelihara. Kekayaan potensi sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Selayar dengan 123 pulau merupakan potensi untuk pengembangan budidaya laut.
Budidaya laut dapat dikembangkan dan menjadi alternatif bagi
pekerjaan masyarakat. Salah satu jenis organisme laut yang mempunyai potensi besar adalah rumput laut dan teripang. Komoditas ini tersebar hampir di seluruh daerah tropis dan subtropis dan dapat dijumpai dalam berbagai macam spesies.
Meskipun budidaya laut di Indonesia telah
berkembang, namun perkembangannya belum optimal. Hal ini disebabkan belum menyebarnya pengetahuan mengenai komoditas organisme laut serta teknologi budidaya laut tersebut dikalangan masyarakat luas. Produksi rumput laut dan teripang dari pemanfaatan sumberdaya perairan laut sebagian besar masih berasal dari hasil pengambilan di alam. Keadaan ini dapat memperbesar tekanan terhadap sumberdaya perairan laut, dan dapat mempengaruhi kesinambungan produksi. Usaha budidaya laut merupakan suatu alternatif usaha untuk mengurangi ketergantungan kepada usaha pengambilan dari alam. Budidaya laut diusahakan untuk mencegah ketidakseimbangan ekosistem dengan mempelajari cara-cara dan sifat hidup pada habitat asli masing-masing
organisme
laut
agar
teknik
pemeliharaan
atau
pembesaran organisme yang dipelihara, dapat dimanipulasi pada lingkungan budidayanya, yaitu menyesuaikan sifat dan cara hidupnya. Usaha peningkatan produk laut melalui budidaya perlu mendapat perhatian karena budidaya merupakan kegiatan yang mempunyai sifat
2
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
pengelolaan yang berbeda dengan pola menangkap atau mengambil dari alam yang dibatasi oleh produk lestari.
Peningkatan produksi melalui
budidaya merupakan salah satu upaya peningkatan produksi yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan berkelanjutan.
Kegiatan
budidaya laut merupakan kegiatan yang sifatnya dapat memilih tempat yang sesuai serta memilih metode yang tepat dan komoditas
yang
diperlukan, sehingga dengan sifatnya yang luwes ini, pendistribusian produk
dapat
disesuaikan
dengan
permintaan
yang
ada
atau
pemanfaatannya Budidaya laut dengan segala aspek-aspeknya merupakan salah satu fokus kegiatan COREMAP II di Kabupaten Selayar.
Hal ini untuk
mendukung tujuan COREMAP yaitu untuk menjamin ketersediaan ikan karang dan kelestarian ekosistem terumbu karang melalui peningkatan kapasitas masyarakat, penguatan kelembagaan dan penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi sesuai kebutuhan masyarakat. Berdasarkan
latar
belakang
ini,
Yayasan
Mattirotasi
akan
melaksanakan salah satu kegiatan COREMAP II Kab. Selayar untuk membantu pencapaian tujuan COREMAP yaitu Pelatihan Budidaya Laut dengan
materi
pelatihan
yang
menekankan
pada
peningkatan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat serta memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi pembudidaya laut di Kab. Selayar, khususnya rumput laut dan teripang.
I.2. Tujuan Kegiatan 1. Memberikan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam teknik budidaya rumput laut dan teripang. 2. Memberikan
solusi
kepada
masyarakat
yang
menghadapi
permasalahan dalam budidaya rumput laut dan teripang. 3. Menyebarluaskan berbagai informasi tentang berbagai teknik budidaya laut yang ramah lingkungan namun tetap dapat memberikan nilai tambah pada masyarakat.
3
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
I.3. Keluaran (Output)
Peserta memiliki keterampilan dalam membudidayakan rumput laut dan teripang, serta memiliki pengetahuan secara umum mengenai cara budidaya laut.
Masyarakat dapat menangani permasalahan budidaya laut yang dihadapi, khususnya rumput laut dan teripang.
Informasi mengenai budidaya laut yang baik dapat diketahui oleh masyarakat yang lain.
I.4. Dampak (Outcome) o Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui usaha budidaya rumput laut dan teripang. o Budidaya rumput laut dan teripang akan menjadi salah satu mata pencaharian alternatif masyarakat, sehingga dapat mengurangi tekanan sumbedaya dari aktivitas penangkapan.
I.5. Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan meliputi :
Persiapan.
Penyusunan Schedule dan rencana kegiatan.
Penyusunan materi, bahan dan alat serta silabus pelatihan.
Penentuan syarat-syarat peserta pelatihan dan narasumber/ instruktur.
Koordinasi dengan pihak yang terkait dengan pelatihan (peserta, penyelenggara dan tempat pelatihan).
Pelaksanaan pelatihan budidaya laut.
Melaksanakan kunjungan lapangan ke lokasi budidaya laut.
Penyusunan laporan.
4
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Budidaya Laut Pada perairan wilayah pesisir yang terlindung merupakan potensi bagi kegiatan budidaya laut. Potensi ini sangat luas mencapai ratusan ribu hektar dan tersebar hampir di beberapa pulau besar maupun pulaupulau kecil. Jenis komoditas yang dapat dikembangkan antara lain beberapa jenis ikan konsumsi (kakap, kerapu dan sebagainya), ikan hias, ikan karang, crustaceae, rumput laut maupun beberapa jenis mollusca. Potensi sumberdaya hayati lainnya yang potensial untuk dikembangkan adalah usaha marikultur (mariculture), yang dikelompokkan menjadi dua jenis kegiatan yakni budidaya berbasis laut (marine-based aquaculture) dan budidaya tambak (land-based aquaculture). Potensi perikanan budidaya tambak mencapai luas 830.200 hektar (dahuri, dkk 1994). Produksi laut yang berasal dari sumberdaya perairan laut sebagian besar masih berasal dari hasil pengambilan di alam. Keadaan ini dapat memperbesar tekanan terhadap sumberdaya perairan laut, dan dapat mempengaruhi
kesinambungan
produksi.
Usaha
budidaya
laut
merupakan suatu alternatif usaha untuk mengurangi ketergantungan kepada usaha pengambilan dari alam (anonim, 2000). Perairan sekitar kepulauan di Indonesia sangat potensial untuk digunakan sebagai lokasi budidaya laut. Dengan pemilihan lokasi yang cermat memperhitungkan berbagai aspek teknis, sosial, ekonomi, maka sea farming di sepanjang kepualauan Indonesia dapat menjadi penggerak ekonomi pesisir yang berdampingan serasi dengan sektor pemanfaatan pesisir lainnya. Adanya kegiatan marikultur yang berhasil akan secara tidak langsung mengalihkan tekanan dari penangkapan di laut sehingga kelestrairan dapat terjaga (Nurdjana, M.L, 2001). Kegiatan budidaya laut semakin mendapatkan perhatian karena dari kegiatan penangkapan tidak lagi dapat diandalkan untuk memenuhi permintaan pasar yang membutuhkan pasokan semakin besar dan menginginkan standar kualitas lebih pasti.
5
Meningkatnya kemakmuran
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
dunia juga menuntut adanya variasi baru dari makanan laut, sehingga budaya untuk membeli hasil laut yang segar, bahkan dalam keadaan hidup, semakin besar (Cholik, Dr.F. 1995). Usaha peningkatan produk laut melalui budidaya perlu mendapat perhatian karena budidaya merupakan kegiatan yang mempunyai sifat pengelolaan yang berbeda dengan pola menangkap atau mengambil dari alam yang dibatasi oleh produk lestari.
Peningkatan produksi melalui
budidaya merupakan salah satu upaya peningkatan produksi yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan berkelanjutan.
Kegiatan
budidaya laut merupakan kegiatan yang sifatnya dapat memilih tempat yang sesuai serta memilih metode yang tepat dan komoditas
yang
diperlukan, sehingga dengan sifatnya yang luwes ini, pendistribusian produk
dapat
disesuaikan
dengan
permintaan
yang
ada
atau
pemanfaatannya (Sulistijo dan Nontji, A, 1995). Beberapa solusi dan pendekatan terhadap kekhawatiran yang mendalam akan hancurnya lingkungan perairan budidaya yang secara langsung mengakibatkan menurunnya produksi perikanan dunia maka sudah sepatutnya para ahli dan pemegang kebijakan perikanan untuk berusaha semaksimal mungkin mencari solusi pemecahannya.Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk menuju usaha budidaya yang berkelanjutan. 1) memperluas usaha budidaya ikan non karnivora; 2) mengurangi penggunaan tepung ikan dan minyak ikan dalam pakan dengan mencari sumber-sumber protein dan minyak selain ikan; 3) Usaha Mengurangi buangan limbah ke perairan melalui pengadaan pakan dan ikan ramah lingkungan (Kurnia, 2006) Pengembangan budidaya laut hingga saat ini belum menunjukkan kemajuan yang berarti oleh karena dihadapkan pada berbagai masalah seperti penurunan mutu lingkungan, sosial ekonomi, kelembagaan dan sumberdaya manusia. Diantara berbagai jenis kultivan telah diteliti dan dibudidayakan dalam skala percobaan atau uji coba sejak tahun 70-an, hanya beberapa jenis saja yang berhasil dikembangkan secara komersial seperti rumput laut, udang windu, kekerangan, bandeng, kakap putih,
6
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
kerapu lumpur dan beronang.
Beberapa jenis kultivan lainnya
diantaranya : berbagai jenis kerapu, kakap merah, napoleon, kepiting, ikan hias, teripang dan lobster, masih dalam taraf penelitian dan pengembangan.
Budidaya laut dan pantai dapat diklasifikasi menjadi
tiga bagian, yaitu : budidaya di tambak atau bak beton, budidaya dalam karamba jaring apung dan budidaya di dalam teluk atau perairan semi tertutup. Budidaya ikan dalam karamba dibagi lagi atas budidaya ikan dengan pemberian pakan dan tanpa pemberian pakan. Diantara ketiga jenis budidaya laut dan pantai tersebut, budidaya yang telah berkembang dengan baik adalah budidaya ikan di tambak dan jaring. Budidaya ikan yang dilakukan di teluk atau perairan semi tertutup belum dapat dilakukan, dan masih dalam tahap penelitian dan pengembangan, antara lain karena terhambat oleh konflik kepemilikan lahan dan penguasaan teknologinya, disamping terkait dengan kebutuhan investasi yang sangat besar (Dianthani, dkk. 2003) Kabupaten Selayar yang memiliki garis pantai yang mengelilingi wilayah administratif Kabupaten ini sangat potensial untuk pengembangan budidaya perikanan, baik budidaya perikanan darat maupun budidaya perikanan laut. Kegiatan Budidaya di di daerah ini terdiri dari Kegiatan Budidaya Laut dan Kegiatan Budidaya Air Payau (Tambak). Kegiatan Budidaya Laut umumnya belum dikembangkan secara maksimal, ini tergambar dari produksi yang masih sangat jauh dibandingkan dengan luas areal yang tersedia, Sehingga produksi hasil laut sangat didominasi oleh hasil tangkapan. Tabel 1.
No
Data Potensi Perikanan Budidaya Kabupaten Selayar Tahun 2006. Komoditas Tambak Rumput Laut 1.067 471
Data Dasar
1
Jumlah Pembudidaya (jiwa)
2
Luas Usaha (ha)
857,8
379,5
3
Jumlah Produksi (ton)
640,4
500,05
Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Selayar, 2006.
7
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
Berdasarkan data tersebut diatas, potensi perikanan budidaya masih tergolong besar dan belum di optimalkan sehingga proses pemberdayaan masyarakat masih perlu ditingkatkan. Dengan besarnya lahan dan ketersediaan sumberdaya manusia pembudidaya diharapkan tahun mendatang produksi di bidang budidaya perikanan makin meningkat (Anonim, 2006)
II.2. Rumput Laut Rumput laut memiliki prospek yang sangat bagus sebagai suatu komoditas perdagangan, baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pangsa pasar rumput laut di luar negeri adalah Hongkong, Perancis, Inggeris, Canada, Amerika Serikat, Jepang, serta negaranegara industri maju lainnya.
Terciptanya pasar eksor ini belum
sepenuhnya dimanfaatkan oleh petani maupun para pengusaha rumput laut di negara kita, baik berkaitan dengan kualitas, kuantitas, serta harga jual yang dapat bersaing di pasar internasional (Aslan 1998) Seiring dengan kebutuhan rumput laut yang semakin meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, sekaligus memperbesar devisa negara dari sektor nonmigas, maka cara terbaik untuk tidak selalu menggantungkan persediaan dari alam adalah dengan budidaya rumput laut. Secara umum, budidaya rumput laut di perairan pantai (laut) amat cocok diterapkan pada daerah yang memiliki lahan tanah sempit serta berpenduduk padat, sehingga diharapkan menjadi salah satu alternatif terbaik untuk membantu mengatasi kurangnya lapangan kerja (Aslan 1998) Istilah rumput laut yang dikenal masyarakat umum pada hakekatnya adalah makro algae yang tubuhnya berupa thallus, sehingga digolongkan ke dalam Thallophyta. Dalam bahasa Inggeris dikenal se weeds (gulma laut).
Berbeda dengan sea grass, yang lebih dikenal dengan lamun.
Sejak zaman dahulu, organisme ini telah banyak dimanfaatkan untuk bahan kue agar-agar. Di masa sekarang banyak ditemukan bahan kimia yang berguna untuk industri, obat-obatan dan kosmetika dari jenis-jenis
8
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
rumput laut tersebut. Sehingga kebutuhan akan komoditas ini semakin meningkat seiring dengan peningkatan industri. Ciri lokasi yang cocok untuk budidaya rumput laut antara alin substrat berpasir atau karang, jauh dari muara sungai, ada gerakan air yang tidak terlalu kuat. Kawasan ini adalah daerah intertidal dan subtidal.
Dengan teknik sederhana yang
menyediakan patok kayu dan tali, produksi dapat mencapai 2,5 ton kering per Ha dalam waktu 45 hari (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001). Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau dikenal dengan sebutan lain ganggang laut, seaweed atau atau agar-agar. Salah satu dari jenis rumput laut yang sudah dibudidayakan secara intensif adalah Eucheuma sp di wilayah perairan pantai.
Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan
rumput laut dalam berbagai industri, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan rumput laut Eucheuma sp sebagai bahan baku. Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar dalam negeri cukup penting karena selama ini industri pengolahan rumput laut sering mengeluh kekurangan bahan baku. Salah satu daerah Kabupaten yang memiliki potensi untuk budidaya rumput laut adalah Kabupaten Selayar. Rumput laut Euchema Spinosum dan Euchema cottonii telah dibudidayakan oleh masyarakat nelayan di Kabupaten Selayar. Metode yang digunakan adalah mertode tebar dasar dengan jalan menanam bibit rumput laut pada dasar perairan berbatu, dan metode rakit apung yaitu dengan cara mengikatkan bibit rumput laut pada tali yang dibentangkan pada rakit. Lokasi pengembangan budidaya rumput laut di perairan Kabupaten Selayar dapat dilhat pada tabel berikut: Tabel 2. Lokasi Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Selayar No 1 2 3 4
NAMA PULAU Selayar Polassi Tambolongan Kayuadi
LOKASI Perairan pantai Appatana Perairan sebelah utara dan selatan Perairan sebelah timur dan barat Perairan sebelah utara dan selatan
9
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jampea Kalao Bonerate Kalaotoa Madu Karompoang Rajuni Kecil Tarupa Kecil Jinato Latondu Besar Pasitallu Timur Pasitallu Barat
Yayasan Mattirotasi
Perairan sebelah utara dan selatan Perairan sebelah utara dan abarat Perairan sebelah uara, timur dan selatan Perairan sebelah timur dan selata Perairan sebelah selatan dan barat Perairan sebelah utara dan barat Perairan sebelah timur, barat dan barat laut Perairan bagian timur, barat dan barat laut Perairan sebelah barat Perairan sebelah utara dan selatan Perairan bagian selatan Perairan bagian timur
Sumber: Yayasan Mattirotasi, 2001
Budidaya rumput laut Eucheuma sp yang sudah biasa dilakukan oleh petani/nelayan adalah dengan menggunakan metode rakit apung (floating raft method) dan metode lepas dasar (off bottom method), metode ini sangat tepat diterapkan pada areal perairan antara interdal dan subtidal dimana pada saat air surut terendah dasar perairan masih terendam air serta lebih banyak memanfaatkan perairan yang relatif dangkal. Oleh karena itu untuk melakukan pengembangan budidaya rumput laut tersebut sangat terbatas apalagi beberapa lokasi perairan pantai di Indonesia pada waktu surut terendah dasar perairannya kering. Dengan demikian perlu adanya metode lain yang bisa memanfaatkan perairan-perairan yang relatif dalam yang selama ini kurang dimanfaatkan walaupun
sebenarnya
mempunyai
potensi
lebih
besar
dimanfaatkan secara optimal (Sujatmiko dan Angkasa, 2003)
10
apabila
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
II.3. Teripang Ekspor dan pasar dalam negeri komoditas teripang semakin meningkat.
Jika hanya mengandalkan stok alami yang terbatas,
kontinuitas produksi tidak dapat dijamin.
Untuk mengatasi kendala
tersebut, maka budidaya teripang cukup prospektif untuk dilakukan. Sampai saat ini, hasil budidaya teripang belum banyak memberikan kontribusi bagi devisa negara. Salah satu faktor yang dapat menjamin keberlangsungan budidaya teripang adalah tersedianya benih. Teknologi budidaya teripang relatif tidak memerlukan biaya tinggi sehingga masyarakat dapat melakukan (Martoyo, dkk, 1994). Teripang telah lama menjadi komoditas yang diperdagangkan. Nelayan tradisional banyak menangkap teripang ini di berbagai perairan, bahkan sampai ke Australia. Karena penangkapannya cukup intensif, dan tingkat pertumbuhan yang lambat, populasi teripang di beberapa daerah di Indonesia mulai menurun. untuk
dibudidayakan
Organisme ini memiliki prospek yang baik
karena
nilai
ekonomi
maupun
metode
pemeliharaannya. Teripang tergolong binatang tingkat rendah dari sub filum Echinodermata. Makanannya di laut berupa serasah dan lumpur yang mengandung sisa tumbuhan atau binatang.
Sehingga dalam
pemeliharaannya dapat diberi pupuk kandang seperti kotoran ayam. Binatang ini kurang bergerak sehingga sebagian besar energinya tersimpan untuk pertumbuhan (Cholik, 2001) Pemilihan lokasi budidaya teripang yaitu lokasi terlindung dari arus, gelombang dan angin besar, kedalaman air 0,5 – 1 meter, dasar perairan landai dan berpasir, ditumbuhi tanaman laut, perairan jernih, kualitas air suhu 24 – 30 C, 28 – 32 ppt, pH 6,5 – 8,5, serta adanya ketersediaan benih. Teripang dipelihara dalam kurungan pagar dengan konstruksi yang terdiri dari patok kayu, jaring dan papan, luasnya sekitar 20x20 – 40x20 meter persegi. Benih dapat diperoleh secara alami. Makanannya berupa hancuran tanaman laut dan dipelihara sekitar 5 – 6 bulan. Ukuran panen adalah 500 – 700 gram basah (Martoyo, dkk, 1994)
11
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
BAB III. METODOLOGI PELAKSANAAN
III.1. Waktu dan Tempat Kegiatan Rangkaian kegiatan dilakukan sekitar 3 bulan, mulai bulan Juli sampai Agustus.
Sedangkan pelatihan dilaksanakan selama tiga hari,
yaitu pada tanggal 29 – 31 Agustus 2006. Tempat pelatihan dilakukan di tempat yang representatif untuk suasana pelatihan serta dapat dijangkau oleh peserta dari pulau-pulau lokasi COREMAP II, dengan mengambil lokasi di Hotel Selayar Beach, Kota Benteng Kab. Selayar.
III.2. Pelaksana Kegiatan dan Kepanitiaan Pelatihan ini dilaksanakan oleh Yayasan Mattirotasi – Makassar dengan memandatir panitia pelaksana. Panitia terdiri dari panitia pusat, yaitu tim Yayasan Mattirotasi dan panitia lokal dari PMU COREMAP II Kabupaten Selayar. Panitia pusat terdiri dari 5 orang dan panitia lokal sebanyak 2 orang (nama-nama panitia terlampir).
Konsep dan
metodologi pelatihan serta persiapan kegiatan dan perumusan laporan dibantu oleh tenaga ahli dari staf pengajar Perikanan UNHAS. Pembagian kerja tim adalah panitia pusat mengurus administrasi kegiatan, mempersiapkan materi dan pemateri, bahan-bahan pembuatan budidaya laut, seminar kit dan moderator, serta perumusan dan pembuatan laporan. Sedangkan panitia lokal mempersiapkan akomodasi, tempat pelatihan, kepesertaan dan lokasi field trip.
Persiapan pelatihan
oleh panitia pusat dan panitia lokal senantiasa saling berkoordinasi.
III.3. Metode Pelatihan 1. Kegiatan In-door Kegiatan in-door merupakan pemberian materi dalam kelas yang dilakukan selama dua hari di dalam kelas. Kegiatan ini diawali dengan orientasi pelatihan oleh panitia/fasilitator pelatihan untuk memberikan pemahaman awal kepada peserta mengenai alur pelatihan yang akan
12
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
dijalankan.
Yayasan Mattirotasi
Adapun materi-materi yang diberikan dalam pelatihan ini
adalah komoditas laut yang memiliki nilai ekonomis penting dan mudah pembudidayaannya. Materi pelatihan terdiri dari: 1. Teknik budidaya Rumput Laut. 2. Teknik Budidaya teripang 3. Pengolahan Hasil Rumput Laut dan Teripang. 4. Pemasaran Rumput Laut dan Teripang. Penyampaian materi dilakukan dengan cara ceramah, diskusi dan demontrasi contoh alat dan bahan untuk budidaya rumput laut dan teripang. Dalam kegiatan ini, pendekatannya lebih banyak menggunakan metode diskusi dengan atau antar peserta karena dianggap peserta telah memiliki pengetahuan mengenai rumput laut dan teripang. Istilah-istilah yang digunakan akan disesuaikan dengan pemahaman peserta. Dalam penyampaian materi juga ditekankan pada pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pelestarian laut dan terumbu karang. Peserta yang mengikuti pelatihan ini diberikan buku panduan materi pelatihan serta dijelaskan dengan slide yang menggunakan fasilitas komputer (laptop) dan LCD, serta gambar-gambar yang lebih memudahkan pemahaman peserta. 2. Kegiatan Out-door Praktek lapang (field trip) adalah pemberian materi out-door yang merupakan rangkaian kegiatan melihat langsung lokasi yang cocok untuk budidaya rumput laut dan teripang serta cara budidaya laut oleh masyarakat.
Dalam field trip ini, peserta melihat langsung aktivitas
budidaya laut yang dilakukan oleh masyarakat. Lokasi yang dikunjungi dalam field trip ini adalah tempat yang dapat dijangkau dengan mudah serta representatif untuk budidaya rumput laut dan teripang. Tenaga ahli sebagai pemateri yang memiliki kepakaran di bidang budidaya rumput laut dan teripang memberikan pertunjuk-petunjuk praktis untuk meningkatkan hasil budidaya serta pengembangan pengelolaan budidaya yang dilakukan.
13
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
Masyarakat yang memiliki kesulitan dalam budidaya rumput laut dan teripang dapat berdiskusi langsung dengan pemateri sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Dalam field trip ini dapat dilihat langsung lokasi yang cocok untuk budidaya laut, pengadaan bibit, pemeliharaan dan pembesaran, panen serta penanganan pascapanen. III.4. Tahapan Kegiatan Kegiatan
ini
menerapkan
konsep
pelatihan
yang
dapat
memaksimalkan potensi peserta dalam melihat sumberdaya di sekitar lingkungannya.
Potensi peserta dan sumberdaya diformulasi dalam
pelatihan ini sehingga materi kelas dan field trip menghasilkan keterampilan
yang
langsung
dapat
diterapkan
oleh
peserta
dan
masyarakat. Pelatihan ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yang terstruktur dan disusun untuk mencapai tujuan dan output pelatihan secara optimal. 1. Persiapan Persiapan Panitia. Tahapan pertama setelah konsep pelatihan selesai dirumuskan adalah persiapan panitia.
Panitia dalam pelatihan ini bertugas secara
teknis untuk melancarkan jalannya pelatihan. Tugas-tugas teknis panitia ini meliputi persiapan bahan simulasi budidaya laut, materi dan pemateri, tempat pelatihan, field trip, kebutuhan peserta (seminar kit), akomodasi seluruh komponen pelatihan, serta koordinasi dengan semua pihak yang terkait dalam kegiatan ini. Kepanitiaan dibagi dalam dua tim yaitu panitia pusat dari Yayasan Mattirotasi dan panitia lokal dari pihak pengelola PMU COREMAP II Kabupaten Selayar. Pada tahapan persiapan ini, semua aktivitas teknis yang mendukung kelancaran pelatihan sudah dapat ditangani oleh panitia pusat dan lokal.
14
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
Persiapan Materi dan Pemateri. Materi
yang
dipilih
dalam
pelatihan
budidaya
laut
adalah
pertimbangan dari pihak-pihak terkait di Kabupaten Selayar dan sesuai dengan kebutuhan lokal. Materi pelatihan yang dipilih adalah budidaya rumput laut dan teripang, serta ditambah materi-materi pendukung seperti materi pengolahan hasil dan pemasaran hasil laut. Pemateri dalam pelatihan ini adalah para praktisi dan pakar dalam bidang budidaya laut.
Pemateri berasal dari staff pengajar Jurusan
Perikanan Universitas Hasanuddin serta praktisi dalam usaha dan bisnis perikanan.
Diharapkan dalam pelatihan budidaya laut, pengalaman
praktis di lapangan dalam budidaya rumput laut dan teripang, digabung dengan teori kelilmuan sehingga keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh peserta dapat diterapkan secara efektif di lapangan. 2. Survei Survei yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan pelatihan ini adalah survei tempat pelatihan dan survei lokasi Field Trip. Tempat pelatihan dilakukan di tempat yang representatif untuk suasana pelatihan serta dapat dijangkau oleh peserta dari pulau-pulau lokasi COREMAP II, dengan mengambil lokasi di Kota Benteng Kab. Selayar. Sedangkan survei field trip memilih lokasi yang dapat mewakili lokasi budidaya rumput laut dan teripang.
Survei untuk pemilihan lokasi ini
mempertimbangan pendapat dari pihak terkait dalam kegiatan ini. Lokasi yang dipilih diharapkan dapat memberikan gambaran secara jelas kepada peserta mengenai budidaya laut, serta dapat secara langsung membantu dan menemukan solusi dari permasalahan masyarakat pembudidaya laut (khususnya rumput laut dan teripang) 3. Kepesertaan Peserta dalam pelatihan ini adalah komponen paling penting karena merupakan subjek sekaligus objek pelatihan. Peserta adalah subjek yaitu sebagai komponen utama pelatihan, artinya bahwa hasil pelatihan
15
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
tergantung pada masukan yang diberikan oleh peserta atau masyarakat. Peserta adalah objek artinya bahwa peserta dilatih untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai budidaya rumput laut dan teripang. Peserta adalah masyarakat Kabupaten Selayar yang berasal dari pulau-pulau atau daratan Selayar yang masuk dalam lokasi COREMAP fase II. Peserta ditentukan oleh pihak Dinas Kelautan Perikanan (PMU COREMAP) Selayar. Peserta yang ikut dalam pelatihan ini akan diberikan fasilitas berupa akomodasi selama pelatihan, kompensasi uang pelatihan dan seminar kit. III.5. Fasilitas Pelatihan Fasilitas pelatihan merupakan komponen lain yang berfungsi untuk melancarkan jalannya pelatihan serta lebih mengefektifkan tujuan yang dicapai. Fasilitas pelatihan diperuntukkan bagi peserta yang terdiri dari penginapan selama 3 hari di hotel, konsumsi berupa makan dan snack, seminar kit (tas ransel, block note, id-card, materi pelatihan, ballpoint), sertifikat dan uang saku.
Fasilitas pelatihan yang lain adalah alat
dokumentasi kegiatan berupa kamera foto dan kamera video.
Semua
tahapan kegiatan didokumentasikan dalam bentuk foto dan video kegiatan.
16
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Kegiatan In-Door 1. Pembukaan Kegiatan dalam kelas diawali dengan acara pembukaan. Kegiatan ini dibuka oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Selayar, yang diwakili oleh Koordinator MCA (Marine Conservation Area), Drs. Patta Tonra. Dalam acara pembukaan ini, pihak panitia memberikan laporan pelaksanaan kegiatan pelatihan serta perkenalan tim panitia.
Panitia
menyampaikan bahwa Pelatihan Budidaya Laut dilaksanakan oleh Yayasan Mattirotasi, yang merupakan lembaga non-pemerintah atau LSM lokal dari Makassar. Concern Yayasan Mattirotasi adalah pengembangan pembangunan perikanan dan pesisir, dengan sumberdaya manusia adalah sarjana perikanan UNHAS. Kemudian dalam sambutan Dinas Perikanan Kelautan, dijelaskan bahwa COREMAP terdiri dari 4 fase yaitu fase I untuk inisiasi program, fase II untuk implementasi program, fase III untuk akselerasi program dan fase IV untuk pelembagaan.
COREMAP adalah program untuk
memperbaiki terumbu karang yang rusak dan pengelolaan yang sudah baik. Komponen COREMAP dilaksanakan melalui beberapa komponen yaitu CBM (Community based management), yaitu pengelolaan terumbu karang yang berbasis masyarakat, public awareness untuk penyadaran masyarakat, membuat MPA atau mata pencaharian alternatif, misalnya budidaya laut dan pengolahan hasil perikanan, serta kontrol dan pengembangan
pelaksanaan
controlling dan surveilance).
program
melalui
MCS
(monitoring,
Kemudian pelaksanaan program dalam
COREMAP harus disertai dengan penegakan hukum (law enforcement). 2. Orientasi Pelatihan Orientasi pelatihan adalah proses pengenalan dan pengantar mengenai kegiatan pelatihan yang akan dilakukan. Orientasi pelatihan ini dibawakan oleh Muhammad Yusuf, S.Pi. Pada sesi orientasi ini diberikan
17
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
gambaran proses pelatihan yang dilakukan dengan metode andragogi, atau metode pelatihan orang dewasa. partisipasi
peserta
untuk
Metode ini menekankan pada
memberikan
tanggapan
berdasarkan
pengalaman masing-masing dan didiskusikan dengan pemateri. Pemateri lebih banyak menggali informasi dari peserta, serta berdiskusi dan berusaha memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi peserta mengenai materi yang dibahas. Dalam orientasi ini, dilakukan pula perkenalan antar peserta dan panitia.
Hal ini bertujuan untuk mencairkan suasana (ice break) antar
semua komponen pelatihan.
Peserta diharapkan merasa rileks dalam
mengikuti pelatihan, dan tidak menganggap pemateri atau panitia lebih baik dari pada peserta.
Tetapi semua komponen pelatihan memiliki
tingkat kepentingan yang sama dan berinterkasi secara bebas sesuai dengan aturan yang disepakati. Aturan yang dibuat dalam pelatihan ini adalah tidak boleh ada aktivitas yang mengganggu jalannya pelatihan, atau mengganggu salah satu komponen dalam pelatihan. 3. Materi Kelas Adapun materi dan pemateri dalam pelatihan budidaya ini adalah : a. Teknik Budidaya Rumput Laut : Ir. Irfan Ambas, M.Sc. Materi budiaya rumput laut meliputi syarat lokasi dan persiapan lokasi untuk budidaya rumput laut. Lokasi budidaya memerlukan lokasi yang sesuai dengan habitat alami rumput laut. Hal ini bertujuan agar tidak diperlukan lagi rekayasa dan biaya yang terlalu besar untuk melakukan budidaya rumput laut ini. Yang perlu diperhatikan untuk lokasi adalah keterlindungan, lokasi, dasar perairan, kedalaman, salinitas, suhu, kecerahan, pH, keadaan angin dan arus. Setelah persiapan lokasi, hal lain yang mempengaruhi keberhasilan budidaya rumput laut adalah benih. Benih dapat diperoleh dari alam atau pembibitan.
Jenis rumput laut yang dapat dibudidayakan dan
memiliki nilai ekonomis tinggi adalah Euchema cottoni.
18
Setelah
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
pengadaan benih sudah siap, selanjutnya dipilih metode budidaya yang sesuai. Metode yang dapat dipilih adalah metode apung, metode melayang dan metode dasar. Semua metode harus dikontrol secara rutin untuk membersihkan dan menghindarkan rumput laut dari predator.
Rumput laut dipelihara sekitar 45 hari.
Panen dapat
dilakukan secara keseluruhan atau secara bertahap berdasarkan ukuran dan umur rumput laut.
Sebagian rumput laut yang sudah
dipanen dapat diambil sebagai bibit. Hasil Diskusi Pertanyaan peserta setelah menerima materi budidaya rumput laut adalah cara mengantisipasi penyakit, rumput laut yang kerdil, kematian rumput laut pada bulan tertentu, dan serangan predator. Jawaban pemateri adalah penyakit atau masalah pertumbuhan rumput laut umumnya disebabkan oleh kondisi perairan yang kurang berarus sehingga suplai nutrisi untuk rumput laut kurang serta pergerakan air yang tidak dapat membawa sedimen yang menempel pada rumput laut.
Kondisi perairan harus diperhatikan sebelum memilih lokasi
budidaya.
Kemudian kematian rumput laut pada bulan tertentu
disebabkan oleh musim hujan dan air laut yang tenang. Pada kondisi ini, waktu penanaman harus diperhatikan oleh petani rumput laut. Sedangkan serangan predator dapat diantisipasi melalui penanaman rumput laut dalam jumlah besar atau penggunaan waring untuk melindungi rumput laut. b. Teknik Budidaya Teripang : Ir. Rustam, M.Si Di Indonesia ditemukan tiga genus teripang, yaitu :
Holothuria,
Muelleria, dan Stichopus. Ketiga genus tersebut, jenis yang banyak dieksploitasi dan bernilai ekonomis adalah : H. scabra, H. edulis, H. argus, H. marmorata, H. vacabunda, M. lecanora, S. ananas, S. chloromatus, dan S. variegatus.
Dari semua jenis teripang yang
bernilai ekonomis ini, jenis yang berprospek untuk dibudidayakan adalah H. scabra atau lebih dikenal dengan nama teripang pasir atau
19
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
teripang putih atau teripang kapur (teripang susu). Teripang putih ini banyak ditemukan diperairan jernih dengan dasar berpasir, hancuran batu karang dan disekitar terumbu karang. Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu syarat yang cukup menentukan keberhasilan usaha budidaya. Hal ini disebabkan karena lokasi atau tempat pemeliharaan teripang adalah habitat yang secara langsung mempengaruhi kehidupan (laju pertumbuhan dan sintasan) dari organisme yang dipelihara.
Kriteria lokasi yang cocok untuk
budidaya teripang adalah Keterlindungan, Kondisi dasar perairan, Salinitas air laut, Kedalaman air, Ketersediaan benih, Kondisi lingkungan. Metode yang digunakan untuk membudidayakan teripang (ketimun laut) yaitu dengan menggunakan fasilitas penculture atau lebih dikenal dengan budidaya dengan hampang atau kandang. Penculture atau hampang adalah suatu usaha memelihara organisme perairan yang bersifat benthik atau hidup di dasar perairan dengan cara memagari atau membatasi areal perairan pantai dengan luasan tertentu (seluas kemampuan atau yang diinginkan) sehingga seolah-olah terisolasi dari wilayah sekitasnya. Kandang teripang dapat dibagi menjadi 3 bagian untuk
memisahkan
teripang
mempermudah panen.
berdasarkan
ukuran
serta
untuk
Teripang dapat dipanen setelah dipelihara
sekitar 6 – 7 bulan. Hasil Diskusi Pertanyaan peserta adalah konstruksi wadah budidaya, pengolahan hasil panen serta jenis teripang yang memiliki harga tinggi. Jawaban pemateri
adalah
memberikan
penjelasan
mengenai materi yang telah disampaikan.
kembali
secara
rinci
Kendala yang pernah
dihadapi oleh pembudidaya teripang adalah seringnya teripang hilang keluar dari wadah budidaya.
Hal ini dapat diantisipasi dengan
memperbaiki konstruksi bagian bawah wadah budidaya. Peserta juga telah mengerti mengenai pengolahan hasil sehingga teripang dapat dikirim ke pembeli dengan kondisi baik serta harga
20
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
tetap bagus. Sedangkan mengenai jenis teripang yang memiliki nilai ekonomis penting, umumnya peserta memiliki bahasa yang berbeda, sehingga pemateri menyampaikan lebih rinci ciri-ciri fisik setiap teripang dan siklus hidupnya, serta karakternya yang cocok untuk metode pembudidayaannya. c. Pengolahan Rumput Laut dan Teripang : Fahrul, S.Pi., M.Si Pengolahan produk laut seperti rumput laut merupakan salah satu cara untuk diversifikasi usaha perikanan yang dapat menyerap tenaga kerja serta dapat meningkatkan nilai jual produk.
Materi ini merupakan
materi tambahan untuk melengkapi referensi peserta mengenai budidaya laut dan pengolahannya sehingga dapat memberikan nilai tambah dari hasil budidaya yang dilakukan. Rumput laut dapat diolah menjadi beberapa produk yang dapat langsung dikonsumsi seperti es rumput laut, puding, cendol, dan lain-lain.
Pengolahan ini dapat
dilakukan oleh para wanita dan dapat menjadi kelompok usaha. Hasil Diskusi Pertanyaan
peserta
adalah
penanganan
pascapanen
untuk
memperbaiki mutu hasil perkanan sehingga harga dapat lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga segar. Jawaban pemateri adalah cara pengolahan hasil perikanan yang baik dan berdasarkan standar pasar atau konsumen dapat meningkatkan nilai jual.
Sebagian cara
mengolah hasil perikanan dapat diketahui melalui materi pelatihan ini, atau mengembangkan cara pengolahan masyarakat yang sudah ada berdasarkan prinsip-prinsip pengolahan hasil perikanan. d. Pemasaran Hasil Laut : Dr. Andi Amri, S.Pi,. M.Sc Nilai produk perikanan dapat dikatakan memiliki nilai ekonomis penting jika
sudah
memiliki
nilai
pasar.
Pasar
sangat
menentukan
keberhasilan budidaya karena semua hasil budidaya diorientasikan untuk dijual dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi sendiri. Rumput laut dan teripang adalah dua produk laut yang memiliki nilai
21
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
jual lebih tinggi jika dibandingkan dengan biaya budidaya. Pasar yang akan diperkenalkan kepada peserta adalah pasar lokal di Makassar, pasar nasional serta permintaan ekspor dari luar negeri. Olehnya itu dalam
pelatihan
ini,
materi
pemasaran
hasil
perikanan
juga
disampaikan kepada peserta untuk menunjang keberhasilan budidaya dan keberlanjutan usaha yang dilakukan. Hasil Diskusi Pertanyaan peserta adalah cara mengatasi keterbatasan akses informasi pemasaran dan strategi untuk meningkatkan kepercayaan investor. Jawaban pemateri adalah dengan adanya COREMAP II di Kabupaten Selayar dapat menjadi salah cara untuk membuka akses informasi
pemasaran.
Melalui
kegiatan-kegiatan
COREMAP,
kelembagaan dan manajemen usaha dapat diperbaiki sehingga investor
dapat
menanamkan
modalnya
karena
telah
memiliki
kepercayaan terhadap usaha yang dilakukan oleh masyarakat.
IV.2. Kegiatan Out-Door 1. Gambaran Umum Lokasi Field Trip Lokasi field trip adalah mengambil salah satu lokasi budidaya rumput laut dan cocok untuk budidaya teripang, yaitu di desa Parak. Desa Parak berjarak sekitar 4 Km dari kota benteng ke arah Utara.
Lokasi ini masuk
dalam wilayah Kecamatan Bontomanai dengan ibukota kecamatan adalah Polebunging. Budidaya rumput laut di desa ini dimulai sekitar tahun 2005 melalui program yang ditawarkan COREMAP II kepada masyarakat. Secara umum kondisi daerah pantai di lokasi ini relatif landai dengan substrat berpasir dan memiliki perairan yang tingkat kecerahannya cukup tinggi. Pada bulan antara Agustus – Desember kondisi arus di sekitar perairan desa parak relatif tenang sehingga kurang baik untuk melakukan budidaya, khususnya rumput laut. Sebaliknya pada bulan yang
lain
merupakan waktu yang baik untuk kegiatan budidaya karena arusnya
22
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
cukup kencang sehingga suplai makanan untuk organisme budidaya tersedia dengan baik. 2. Materi Field Trip Materi field trip di lokasi memberikan gambaran kepada peserta mengenai teknik budidaya rumput laut dan teripang serta berinteraksi dengan masyarakat secara langsung.
Konsep field trip ini adalah
mengevaluasi lokasi budidaya dan metode yang digunakan oleh masyarakat, kemudian memberikan penjelasan mengenai kesulitan masyarakat yang dihadapi dalam usaha budidaya laut, khususnya rumput laut dan teripang. Budidaya rumput laut yang dilakukan masyarakat di Desa Parak menghadapai kesulitan dalam pertumbuhan rumput lautnya. rumput
laut
menjelaskan
bahwa
bentangan
sebelah
Petani barat
pertumbuhannya lambat dan kerdil. Penempatan bentangan tegak lurus dengan arah arus sehingga bentangan sebelah timur menghalangi arus ke arah bentangan barat.
Solusi yang diberikan pemateri adalah petani
rumput laut harus mengetahui arah arus dan menempatkan bentangan searah dengan arus, sehingga arus air yang membawa makanan untuk rumput laut, dapat melewati bentangan.
Penjalasan dapat diterima
dengan baik oleh petani dan bersedia melaksanakan metode tersebut. Jumlah peserta yang ikut dalam pelatihan ini sebanyak 20 orang, yang berasal dari masyarakat pulau (nama-nama terlampir).
Peserta
ditentukan dan diundang oleh pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Selayar.
Peserta ditanggung akomodasinya selama 3 hari
oleh Yayasan Mattirotasi. Fasilitas lain yang diberikan kepada peserta adalah seminar kit yang berisi tas/ransel pelatihan, block note, pulpen dan id-card peserta.
Pada saat pelatihan berlangsung, peserta akan
mendapatkan materi atau modul pelatihan yang berisi tentang materi pelatihan.
23
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
3. Penutupan Kegiatan Penutupan dilaksanakan setelah field trip yang dilaksanakan di Desa Parak. Semua komponen pelatihan bertukar informasi dan kontak person untuk memperluas jaringan, utamanya untuk penyebar luasan informasi budidaya laut dan pemasaran. Dalam penutupan ini, beberapa fasilitator dan SETO hadir. Sambutan yang diberikan panitia dalam penutupan ini adalah ucapan terima kasih atas kerjasama dari semua komponen pelatihan serta permohonan maaf atas segala kekurangan yang terjadi selama pelatihan.
IV.3. Kendala, Harapan dan Peluang Setelah pelaksanaan pelatihan, diketahui bahwa semua peserta tertarik dengan budidaya laut sebagai alternatif pekerjaan, atau dapat menjadi pekerjaan utama. Kendala yang dihadapi oleh peserta adalah modal, keterampilan teknis dan pemasaran. melalui
COREMAP
II
ini
mendapatkan
modal
usaha
meningkatkan
pengetahuan
melakukan budidaya laut.
dapat
memfasilitasi
serta dan
Peserta mengharapkan masyarakat
untuk
pelatihan
untuk
masyarakat
untuk
memberikan
keterampilan
Dalam pelatihan ini, pemateri dan fasilitator
juga memberikan gambaran mengenai modal usaha budidaya laut, sehingga dengan modal yang tidak terlalu banyak, masyarakat dapat melakukan usaha budidaya laut serta mendapatkan hasil yang baik. Kondisi
tersebut
dianggap
peluang
oleh
peserta
untuk
mengembangkan usaha budidaya laut. COREMAP dapat memfasilitasi serta memberikan solusi untuk pengembangan budidaya laut.
Hasil
diskusi lain yang berkembang adalah peluang potensi ikan hias laut. Peserta sangat tertarik dengan usaha ini, karena dengan modal kecil serta masyarakat yang sudah memiliki keterampilan menangkap ikan, dapat menjalankan usaha ini. Yayasan Mattirotasi sebagi pelaksana kegiatan yang sudah berpengalaman dalam usaha penangkapan ikan hias laut, dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan usaha ini, mulai dari pengadaan alat sampai pemasarannya.
24
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan Setelah melaksanakan kegiatan pelatihan budidaya laut ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: -
Budidaya laut yang berkembang dengan baik dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya laut akibat penangkapan, serta menjaga keseimbangan ekosistem laut.
-
Dalam pelatihan ini, pemateri, peserta dan panitia serta komponen lain dari pelatihan ini dapat berinteraksi dengan baik dalam kegiatan indoor dan kegiatan out-door.
-
Pemateri dapat memberikan prinsip-perinsip budidaya laut, khususnya rumput laut dan teripang, dan berhasil menggali informasi dan permasalahan dari peserta sehingga dapat memberikan penjelasan sesuai keinginan peserta.
-
Peserta dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai teknik budidaya rumput laut dan teripang, serta pengolahan hasil perikanan dan pemasaran hasil-hasil laut.
-
Berdasarkan diskusi dan field trip, peserta memperoleh gambaran mengenai prospek yang lebih baik dari budidaya rumput laut dan teripang.
-
Peserta tertarik untuk menerapkan hasil pelatihan dan meluaskan jaringan pasar dengan Yayasan Mattirotasi, sehingga diharapkan dapat menjadi alternatif pekerjaan untuk masyarakat.
25
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
V.2. Saran Saran-saran yang dapat diberikan untuk lebih mengefektifkan hasil pelatihan ini adalah : -
Pelatihan ini harus dilaksanakan secara rutin atau dibuat per angkatan sehingga dapat mengcover lebih banyak masyarakat, serta disertai dengan percontohan dan pendampingan.
-
Peserta yang ditentukan oleh pihak Dinas Kelautan dan Perikanan harus mewakili semua lokasi atau zona dalam COREMAP dan senantiasa dikoordinasikan dengan SETO/fasilitator, aparat desa dan masyarakat secara langsung.
-
SETO dan Fasilitator diharapkan dapat diikutkan dalam pelatihan sebagai partisipan untuk memberikan bekal dalam pendampingan di masyarakat, sehingga tujuan pelatihan dapat dicapai lebih efektif.
26
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
PENUTUP
Wilayah pesisir dan laut memiliki arti strategis memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Namun, potensi dengan semua karakteristiknya ini belum sepenuhnya dapat dikelola dan berintegrasi secara terpadu. Kebijakan sektoral dan lebih mengarah ke daratan, akhirnya hanya menjadikan laut sebagai isu politik, atau mungkin tidak diperhatikan. Dari sisi sosial-ekonomi, pemanfaatan kekayaan laut masih terbatas pada kelompok pengusaha besar dan pengusaha asing. Nelayan sebagai jumlah terbesar merupakan kelompok profesi paling miskin di Indonesia. Pada sisi lain, kekayaan sumberdaya laut tersebut menimbulkan daya tarik bagi beberapa pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya dan berbagai
instansi
untuk
meregulasi
pemanfaatannya.
Kekayaan
sumberdaya pesisir, meliputi pulau-pulau besar dan kecil, yang dikelilingi ekosistem pesisir tropis, seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, berikut sumberdaya hayati dan non-hayati yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, beberapa bagian laut
dan pesisir
dieksploitasi
sedemikian rupa dan mulai mengalami kerusakan. Sejak awal tahun 1990an, fenomena degradasi
biogeofisik
sumberdaya
pesisir
semakin
berkembang dan meluas. Laju kerusakan sumberdaya pesisir telah mencapai
tingkat
yang
mengkhawatirkan.
Rusaknya
ekosistem
berimplikasi terhadap penurunan kualitas lingkungan untuk sumberdaya perikanan serta erosi pantai. Sehingga terjadi kerusakan tempat pemijahan dan daerah asuhan ikan, berkurangnya populasi benur, nener, dan produktivitas tangkap udang. Degradasi lingkungan tersebut adalah gejala yang terlihat dengan jelas. Persoalan yang mendasar adalah mekanisme pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tidak efektif untuk memberi kesempatan kepada sumberdaya hayati pesisir yang dimanfaatkan pulih kembali atau pemanfaatan sumberdaya non-hayati disubstitusi dengan sumberdaya
27
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
alam
lain
dan
kerusakannya.
Yayasan Mattirotasi
mengeliminir
faktor-faktor
yang
menyebabkan
Kondisi seperti ini dapat dijawab melalui intervensi ke
lingkungan laut melalui program yang memanfaatkan langsung ruang pesisir dan lautan sebagai media yang digunakan untuk mempertemukan kepentingan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Salah satu intervensi ke lingkungan perairan laut yang dapat dilakukan adalah budidaya laut (marikultur). Budidaya laut memiliki prospek yang masih potensial.
Hal dapat
dilihat adanya kecenderungan permintaan dan kebutuhan ikan dunia terus meningkat dari tahun ke tahun, akibat pertambahan penduduk dan perubahan konsumi masyarakat ke arah protein hewani yang lebih sehat. Sementara itu pasokan ikan dari hasil penangkapan cenderung semakin berkurang, dengan adanya kecenderungan semakin meningkatnya gejala kelebihan tangkap dan menurunnya kualitas lingkungan, terutama wilayah perairan tempat ikan memijah, mengasuh dan membesarkan anak. Pengembangan budidaya laut merupakan alternatif yang cukup memberikan harapan serta merupakan solusi untuk mengatasi masalah ini.
Hal ini juga didukung oleh potensi alam Indonesia yang memiliki
sekitar 81.000 km garis pantai dan penduduk yang telah terbiasa dengan budaya pantai dengan segala pernik-perniknya. Kegiatan budidaya laut berpeluang besar menjadi tumpuan bagi sumber pangan hewani di masa depan, karena peluang produksi perikanan tangkap yang terus menurun. Di beberapa daerah, kegiatan budidaya laut berkembang dengan berbagai sistem budidaya. Yayasan
Mattirotasi
sebagai
mitra
dukungan
berupaya
memposisikan diri sesuai visi dan misi lembaga untuk melakukan kemitraan terhadap semua pihak dalam rangka percepatan pembangunan perikanan melalui berbagai program bidang perikanan dan kelautan. Diharapkan program ini dapat membantu usaha mengakselerasi kapasitas dan kelembagaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil dalam upaya pengelolaan
sumberdaya
pesisir
dan
laut
secara
khususnya dalam COREMAP II di Kabupaten Selayar.
28
berkelanjutan,
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Data Awal Studi Pendugaan Potensi Sumberdaya Perikanan Kabupaten Selayar. Pusat Kajian Sumberdaya dan Wilayah Pesisir (PK-SWIP). Fakultas ilmu kelautan dan perikanan. Universitas hasanuddin. Makassar. Aslan, Ir, L.M. 1998. Yogyakarta.
Budidaya Rumput Laut, ed Revisi.
Kanisius,
Cholik, Dr. F. 2001. Prospoek Sea Farming di Indonesia – Teknologi Budidaya Laut dan Pengembangan Sea Farming di Indonesia. Kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency. DKP, Jakarta. Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Terpadu Wilayah Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor. Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001. Potensi Lingkungan Laut untuk Kegiatan Budidaya – Teknologi Budidaya Laut dan Pengembangan Sea Farming di Indonesia. Kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency. DKP, Jakarta. Dianthani, dkk. 2003. Pemberdayaan Industri Perikanan Nasional Melalui Pengembangan Budidaya Laut dan Pantai. Makalah Filsafat Sains, Program S-3 Institut Pertanian Bogor. Diakses tanggal 4 September 2006. Kurnia, A. 2006. Artikel Iptek - Bidang Biologi, Pangan, dan Kesehatan, Saatnya Indonesia Menerapkan Budidaya Ikan Ramah Lingkungan. Sumber: www.beritaiptek.com, diakses tanggal 4 September 2006 Martoyo, Ir. M., Aji, Ir. N., dan Winanto, T. B.Sc. 1994. Budidaya teripang, Penebar Swadaya, Jakarta. Nurdjana, M.L, 2001. Pemasyarakatan Teknologi Karamba Jaring Apung bagi Budidaya Laut. No. 38/PHP/KAN/1995. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta Pusat Penelitian dan pengembangan Perikanan, 1995. Prosiding, Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Karamba Jaring Apung bagi Budidaya Laut. No. 38/PHP/KAN/1995. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta. Sujatmiko, W dan Angkasa, W.I. 2003. Teknik Budidaya Rumput Laut Dengan Metode Tali Panjang. Sumber: : http://www.iptek.net.id/ttg/ artlkp/artikel18.htm. Diakses tanggal 4 September 2006.
29
PELATIHAN BUDIDAYA LAUT COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR
Yayasan Mattirotasi
Sulistijo dan Nontji, A, 1995. Pemasyarakatan Teknologi Karamba Jaring Apung bagi Budidaya Laut. No. 38/PHP/KAN/1995. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta. Yayasan Mattirotasi, 2001. Teknologi Budidaya Laut di Taman Nasional Laut Takabonerate Kabupaten Selayar, Proyek kerjasama dengan LIPI pada COREMAP Fase I. Makassar.
30