PELAKSANAAN PROGRAM KERJA HUMAS DALAM MENINGKATKAN JUMLAH SISWA SMK 11 MARET JAKARTA UTARA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: Muhammad Sholeh 106018200766 JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS TARBIYAHDAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK
Muhammad Sholeh (108018200766). Pelaksanaan Program Kerja Humas dalam Meningkatkan Jumlah Siswa SMK 11 Maret Jakarta Utara. Skripsi di bawah bimbingan Ibu, Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd. Jurusan Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan program kerja humas melalui kegiatan penyebaran brosur, spanduk dan poster untuk meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret Jakarta Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2013 - Januari 2014 di SMK 11 Maret Jakarta Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dan wawancara. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa program humas SMK 11 Maret turut memberikan andil yang signifikan terhadap perkembangan jumlah siswa. Program humas tersebut meliputi penyebaran media iklan sekolah melalui brosur, pemasangan spanduk, dan pemasangan poster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor pelaksanaan program humas melalui penyebaran brosur efektif dengan skor 3,40, program pemasangan spanduk cukup efektif dengan skor 2,94 dan program pemasangan poster cukup efektif dengan skor 3,21. Dengan demikian dari ketiga program tersebut dimensi penyebaran brosur adalah program paling efektif yang dibuat oleh humas SMK 11 Maret Jakarta Utara, sedangkan program pemasangan spanduk dan poster perlu dikembangkan lagi.
Kata Kunci: Program Humas, Efektivitas Pemasaran
i
KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirraahiim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T yang tak pernah berhenti melimpahkan rahmat ridla-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Shalawat teriring salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, sahabat, tabi’in, dan para pengikut beliau yang setia menjalankan ajaran-ajarannya hingga akhir zaman. Skripsi ini merupakan kewajiban yang harus penulis tunaikan sebagai mahasiswa untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Disamping itu, skripsi ini merupakan tanggung jawab moral dan sosial sebagai putra daerah yang harus penulis tuangkan dalam sebuah karya tulis di akhir masa kuliah. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan kepada penulis baik semasa penulis berkuliah maupun semasa penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis menghaturkan terima kasih kepada: 1. Ibu Nurlena Rifai Ph.D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bapak Dr. Hasyim Asy’ari M. Pd, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan dan Ibu Iffah Zahriyani, S.Pd, Staf Jurusan KI-MP yang telah memberikan layanan akademik selama penulis menempuh perkuliahan 3. Ibu Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan di tengah kesibukan beliau selama penulis menjalani penulisan skripsi ii
4. Bapak Drs. Muarif, M. Pd yang tidak henti-hentinya banyak memberikan nasehat kepada kami. 5. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah mendidik dan membimbing penulis dengan ketulusan, profesionalisme, dan dedikasi yang tinggi 6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 7. Bapak Drs. Totok Sutikno Kepala Sekolah SMK 11 Maret Jakarta dan Samsul Spd. Wakasek bidang humas 8. Bapak H. Ahmad Sana’i Imron dan Ibu Hj. Hasiyah, orang tua penulis yang selalu mendidik, membimbing, memberikan nasehat dan dukungan tanpa lelah, serta do’a dalam kehidupan yang penulis jalani 9. Kawan Karib sekaligus sosok yang menginspirasi penulis dalam menyusun karya ilmiah ini Muhammad Jakfar Spd. dan Kawan-kawan KOMFAKMAD, Gus Yudhi, Retno Farqi, Muh Aja deh, Fajri A, kalian saudara yang baik, tetap solid selama di perantauan 12.Teman-teman penulis, kelas A dan terutama kelas B Jurusan Kependidikan Islam-Manajemen Pendidikan (KI-MP) angkatan 2006 dan 2007. Dan kalian menjadi teman diskusi yang menyenangkan selama penulis disini
Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang menggeluti bidang manajemen pendidikan, minimal bagi penulis. Akhirnya hanya kepada Allah segala sesuatu penulis kembalikan.
Ciputat, 13 Februari 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i KATA PENGANTAR .............................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................. iv DAFTAR TABEL .................................................................................... vi BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................... 6 C. Pembatasan Masalah .................................................. 7 D. Rumusan Masalah ...................................................... 7 E. Manfaat Penelitian ...................................................... 7
BAB II
: KAJIAN TEORI A. Humas dan Pemasaran Jasa Pendidikan ..................... 8 1. Marketing Public Relations ..................................... 8 2. Konsep Pemasaran Jasa Pendidikan ........................ 11 3. Marketing Mix Jasa Pendidikan .............................. 13 4. Promosi Sekolah ..................................................... 17 5. Bauran Promosi Sekolah ......................................... 20 6. Periklanan Jasa Pendidikan. ..................................... 22 a. Pengertian Periklanan .......................................... 22 b. Unsur-unsur Periklanan. ...................................... 23 c. Tujuan Periklanan. ............................................... 24 d. Media Periklanan................................................. 25 7. Efektivitas Komunikasi Pemasaran . ........................ 27 B. Kerangka Berfikir..…………………………………… 29
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN iv
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................... 31 B. Tujuan Penelitian ......................................................... 31 C. Metode Penelitian ....................................................... 31 D. Populasi dan Sampel ................................................... 32 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 32 F. Instrumen Penelitian ................................................... 33 G. Teknik Analisa Data ................................................... 37
BAB IV
: HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK 11 Maret Jakarta Utara ......... 40 1. Profil Singkat SMK 11 Maret ................................. 40 2. Data Siswa .............................................................. 41 B. Deskripsi dan Interpretasi Data ................................... 41 1. Proses Pelaksanaan Program Kerja Humas dalam Meningkatkan Jumlah Siswa SMK 11 Maret .......... 42 2. Efektivitas Pelaksanaan Program Kerja Humas dalam Meningkatkan Jumlah Siswa ......................... 45 a. Efektivitas Penyebaran Brosur ........................... 45 b. Efektivitas Pemasangan Spanduk ........................ 51 c. Efektivitas Pemasangan Poster............................. 57
BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................ 64 B. Saran ........................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 67 LAMPIRAN ............................................................................................... 69
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Data Populasi Penelitian .......................................................... 32 Tabel 3.2 : Kisi-kisi Angket Penelitian...................................................... 34 Tabel 4.1 : Data Siswa 5 Tahun Terakhir ................................................. 40 Tabel 4.2 : Empati Penyebaran Brosur ...................................................... 45 Tabel 4.3 : Persuasi Penyebaran Brosur ................................................... 46 Tabel 4.4 : Impact Penyebaran Brosur ..................................................... 47 Tabel 4.5 : Komunikasi Penyebaran Brosur ............................................. 49 Tabel 4.6 : Empati Dimensi Pemasangan Spanduk .................................. 52 Tabel 4.7 : Persuasi Pemasangan Spanduk ............................................... 53 Tabel 4.8 : Impact Pemasangan Spanduk ................................................. 55 Tabel 4.9 : Komunikasi Pemasangan Spanduk ......................................... 57 Tabel 4.10 : Empati Dimensi Pemasangan Poster .................................... 58 Tabel 4.11 : Persuasi Pemasangan Poster ................................................. 60 Tabel 4.12 : Impact Pemasangan Poster ................................................... 61 Tabel 4.13 : Komunikasi Pemasanga Poster ............................................. 62
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengakibatkan segala informasi dapat diketahui dengan mudah oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa batas ruang dan waktu. Hal itu juga berdampak terhadap sekolah sebagai lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) di setiap negara. Sekolah atau lembaga pendidikan merupakan sebuah sistem sosial yang memiliki banyak hubungan dengan lingkungan internal maupun dengan lingkungan eksternalnya. Sehingga setiap aktifitas atau terjadinya sebuah peristiwa yang menyangkut dengan sekolah dapat secara cepat diketahui dan mendapat perhatian dari semua pihak yang berhubungan, terutama kelompok masyarakat atau individu yang terlibat atau memiliki kepentingan dan pengaruh bagi sekolah. Oleh karena itu, kecepatan arus informasi saat ini dapat memberikan dampak positif atau negatif terhadap perkembangan dan perjalanan sebuah lembaga pendidikan untuk mencapai tujuannya.
8
2
Kurang cepatnya respon dan penangan yang baik oleh sekolah dalam mengahadapi permasalahan yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi menjadi awal terbentuknya opini publik. Opini publik bisa berpengaruh terhadap citra sekolah. Jika informasi yang diterima publik adalah opini negatif, maka citra sekolah di mata masyarakat akan menurun, sedangkan citra sekolah yang kurang baik akan mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pendidikan, yang akan berakibat lagi terhadap eksistensi sekolah. Sebaliknya, jika opini yang terbentuk adalah bersifat positif di mata publik, maka citra sekolah juga akan meningkat. Dengan demikian, perlu sebuah pengelolaan atau manajemen komunikasi di sekolah supaya arus informasi dan komunikasi, bahkan opini yang terbentuk publik dapat dikendalikan. Agar lembaga pendidikan dapat mengelola berbagai macam persoalan yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi, khususnya dalam mengantisipasi berbagai opini negatif atau untuk membangun citra positifnya, Maka diperlukan fungsi public relations (humas) sebagai alat manajemen pendidikan yang mengatur arus informasi dan komunikasi. Untuk mengelola berbagai macam persoalan tersebut, fungsi humas dalam lembaga pendidikan harus bersifat melekat pada manajemen organisasi. Jelasnya bagaimana humas dapat menyelenggarakan atau menjembatani komunikasi dua arah (timbal balik) antara lembaga pendidikan yang diwakilinya dengan public. Sehingga dapat membantu manajemen sekolah dalam mencapai tujuannya. Perkembangan IPTEK pada era globalisasi ini juga mengakibatkan timbul banyaknya persaingan dari segala aspek usaha. Demikian juga persaingan antarlembaga pendidikan yang
selalu ingin lebih maju dan berkembang
dibandingkan dengan lembaga pendidikan yang lain. Kondisi ini bisa dialami oleh lembaga pendidikan manapun baik yang berstatus negeri maupun swasta, tingkat dasar atau menengah bahkan hingga perguruan tinggi. Untuk dapat tetap eksis dan berkembang dalam persaingan dunia jasa pendidikan, maka lembaga pendidikan dituntut memiliki nilai keunggulan yang bersifat berkelanjutan. Akan tetapi, usaha untuk menuju ke arah tersebut sekolah harus berupaya untuk selalu meningkatkan
3
kualitas, baik institusi, proses, maupun outcome yang dilakukan secara berkelanjutan. Dan upaya tersebut akan dapat berjalan secara maksimal apabila didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Di samping itu, dalam era persaingan dan
pasar bebas keunggulan-
keunggulan yang dimiliki oleh sekolah harus bisa ditunjukkan dan ditampilkan kepada public agar sekolah bisa mendapatkan perhatian dan dukungan dari masyarakat, artinya adalah bagaimana sekolah mampu berupaya memasarkan jasa pendidikannya. Oleh karena itu fungsi manajemen yang tepat bagi sekolah dan yang memiliki kapasitas dalam menangani permasalahan tersebut adalah fungsi humas sekolah. Organisasi humas di sekolah, selain berfungsi sebagai pengelola hubungan dengan masyarakatnya dapat juga berfungsi sebagai pelaksana untuk mempromosikan atau mengenalkan keunggulan lembaga pendidikan yang belum diketahui oleh publik supaya diketahui dan dikenal secara luas. Di kota-kota besar seperti di Jakarta, fenomena kegiatan promosi yang dilakukan pihak-pihak sekolah sudah lazim digunakan. Seperti Penggunaan brosur, spanduk, iklan di media massa, cetak atau elektronik hingga mendatangi langsung ke target calon siswa. Namun dikarenakan sekolah adalah sebuah organisasi sosial dan bukan organisasi yang mengutamakan laba, maka dalam melakukan promosi pemasaran perlu dilakukan secara hati-hati. Karena jika promosi yang dilakukan berlebihan tidak sesuai dengan kenyataan, maka akan menjadi bumerang bagi sekolah karena apa yang diperoleh konsumen tidak sesuai dengan kenyataan. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas sebagai pemasar jasa pendidikan. SMK 11 Maret Jakarta Utara merupakan sekolah swasta yang mampu bersaing hingga kini dan masih mendapatkan kepercayaan serta dukungan dari masyarakat untuk terus berkembang sebagai penyedia jasa pendidikan. meski demikian SMK 11 Maret juga tak luput dari dampak globalisasi dan perkembangan IPTEK, seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa sekolah harus mampu mempromosikan lembaganya agar bisa berkembang dan mampu
4
menghadapi segala persaingan dengan lembaga pendidikan yang lain. Maka sekolah harus memiliki sebuah program kerja yang secara spesifik menangani pemasaran sekolah. Dalam melakukan promosi jasa pendidikan, SMK 11 Maret Jakarta Utara menggunakan organisasi humas sebagai pelaksana. Kegiatan atau program promosi bertujuan untuk mengenalkan, menginformasikan, serta membujuk publik
internal dan eksternalnya agar tetap memberikan dukungan terhadap
sekolah, sehingga dapat memberikan efek terhadap peningkatan jumlah siswa. Pada saat ini keterlibatan humas dalam kegiatan sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah siswa memiliki peran yang sangat penting. Peran humas di sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pembuat surat lalu mengantarkannya atau hanya berfungsi sebagai panitia acara-acara tertentu saja di sekolah, tetapi peran humas sebagai fungsi manajemen sekolah harus mampu menjadi perancang program atau konseptor yang memiliki ide-ide baru serta kreativitas yang dapat membantu manajemen sekolah dalam bidang kegiatan yang berkenaan dengan informasi dan komunikasi. Sedangkan
dalam kaitannya tentang program
peningkatan jumlah siswa, humas selayaknya memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang konsep pemasaran jasa pendidikan. Humas SMK 11 Maret setiap tahun rutin menjalankan program humas dalam meningkatkan jumlah siswa. Program tersebut terdiri dari kegiatan promosi seperti periklanan, sales promotion, personal selling, dan publisitas. Kegiatan promosi itu ditandai dengan terlihatnya beberapa media promosi yang digunakan pada saat masa penerimaan siswa baru, seperti spanduk, poster dan brosur. Sayangnya media promosi tersebut penggunaannya masih terkesan minim dan belum maksimal, misalnya dalam segi jumlah spanduk dan poster yang terlihat tidak begitu banyak, namun hal tersebut bisa saja terjadi karena biaya atau anggaran sekolah yang tidak memadai, dimana untuk membuat program promosi yang baik dibutuhkan anggaran yang cukup besar dan besar kecilnya biaya
5
promosi biasanya memiliki pengaruh terhadap peningkatan penjualan dari sebuah produk. Strategi promosi yang baik juga dapat memberikan dampak terhadap peningkatan jumlah siswa. Pada saat masa penerimaan siswa baru biasanya banyak sekali ditemukan berbagai media periklanan sekolah yang terlihat hampir di setiap jalanan yang berjarak tidak jauh dari sekolah atau tempat-tempat strategis berkumpulnya calon siswa, namun tidak sedikit brosur sekolah yang dibuang dan berceceran di jalan karena dibuang pemiliknya, sehingga efektif tidaknya media promosi itu tergantung baik tidaknya strategi promosi yang dibuat sekolah. Fenomena perang promosi antarsekolah sebenarnya menandakan bahwa persaingan dalam usaha jasa pendidikan saat ini sangat begitu ketat, sekolah yang memiliki mutu pendidikan yang baik, sarana yang lengkap, tenaga pengajar yang berkualitas, tempat yang strategis, kemudian sekolah gencar melakukan promosi pasti akan memberikan efek yang signifikan terhadap peningkatan jumlah siswa. Adapun kegiatan promosi sebenarnya tidak cukup hanya dengan program periklanan, komunikasi langsung atau personal selling. Pentingnya publikasi atau pemberitaan tentang kegiatan-kegiatan sekolah yang dapat membangun citra sekolah di mata masyarakat juga penting dilakukan. Unsur bauran promosi seperti program publikasi ini jarang dilakukan di SMK 11 Maret, padahal alat publikasi tidak harus melalui majalah atau koran yang memerlukan biaya besar. Pemanfaatan media internet sebenarnya bisa dilakukan oleh sekolah sebagai media publikasi. Selain berbiaya murah, media internet pasti lebih efektif karena hampir setiap hari orang mengaksesnya terutama kalangan remaja. Internet sebagai media publikasi kegiatan sekolah dapat membawa dampak terhadap peningkatan citra positif di mata masyarakat dan memiliki tingkat jangkauan yang luas. Namun, ketika dilakukan searching (pencarian) di internet tentang kegiatan yang dilakukan sekolah ternyata masih sedikit sekali informasi yang di peroleh, hal ini bisa saja terjadi karena humas sekolah tidak memiliki waktu dalam melakukan publikasi. Selain sebagai alat publikasi, internet juga berfungsi sebagai
6
alat atau media dokumentasi. Humas dapat menyimpannya diinternet, seperti filefile penting seperti gambar, foto, bahkan softcopy surat-surat. Dari beberapa penjelasan masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan humas di SMK 11 Maret terutama kegiatan humas sekolah yang membantu mempromosikan sekolah terhadap calon peserta didik terkesan biasa saja dan hampir sama dengan promosi sekolah lain, akan tetapi faktanya SMK 11 Maret merupakan sekolah yang mampu bersaing dengan sekolah lain dan mampu mencari dan menarik minat calon siswa setiap tahunnya. Sehingga timbul dugaan bahwa kegiatan atau program promosi yang dilaksanakan humas SMK 11 Maret tidak signifikan dengan peningkatan jumlah siswa. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul
“PELAKSANAAN
PROGAM
KERJA
HUMAS
DALAM
MENINGKATKAN JUMLAH SISWA SMK 11 MARET JAKARTA UTARA”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah penelitian pada aspek berikut: 1. Tingginya tingkat persaingan antarsekolah untuk mendapatkan calon siswa. 2. Kurang maksimalnya penggunaan media komunikasi humas dalam mempromosikan jasa pendidikan. 3. Kurangnya
komunikasi
dalam
mempublikasikan
kegiatan-kegiatan
sekolah. 4. Kegiatan promosi yang dilakukan humas sekolah tidak signifikan dengan peningkatan jumlah siswa.
7
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah tentang pelaksanaan program kerja humas melalui media iklan brosur, spanduk dan poster untuk meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret Jakarta Utara. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diajukan, maka rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian skripsi ini yaitu, seberapa efektif pelaksanaan program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret Jakarta Utara? E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis, sekolah dan akademik antara lain: 1. Bagi penulis, dapat bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan khususnya tentang kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh humas sekolah di SMK 11 Maret Jakarta Utara 2. Bagi sekolah, dapat bermanfaat sebagai alat ukur pelaksanaan program humas yang telah dijalankan di SMK 11 Maret, sehingga dapat dijadikan masukan untuk membuat kebijakan program humas yang lebih efektif untuk meningkatkan jumlah siswanya di masa mendatang.
BAB II KAJIAN TEORI A. Humas dan Pemasaran Jasa Pendidikan 1. Marketing Public Relations Secara sederhana pengertian Humas (Hubungan Masyarakat) atau disebut juga PR (Public Relations) adalah fungsi manajemen yang membantu mengelola komunikasi antara organisasi atau lembaga dengan khalayaknya, supaya terjadi hubungan baik, saling pengertian dan mendukung antara organisasi atau lembaga dengan publiknya. Adapun pengertian PR secara definitif hingga saat ini belum terdapat konsensus mutlak di antara ahli/professional PR. Cutlip dan Center mengartikan Public Relations sebagai suatu kegiatan komunikasi dan penafsiran, serta komunikasi-komunikasi dan gagasan-gagasan dari suatu lembaga kepada publiknya, dan pengkomunikasian informasi, gagasangagasan, serta pendapatnya dari publiknya itu kepada lembaga tadi dalam usaha yang jujur untuk menumbuhkan kepentingan bersama sehingga dapat tercipta suatu persesuaian yang harmonis dari lembaga itu dengan
8
9
masyarakatnya.1 Adanya ketidaksepakatan pengertian humas antara pakar PR dikarenakan perbedaan sudut pandang, latarbelakang, dan adanya indikasi baik teoritis maupun praktis bahwa kegiatan PR itu bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan dinamika masyarakat yang mengikuti kemajuan zaman. Meskipun demikian, prinsip tentang definisi humas yang dikemukakan oleh banyak ahli PR adalah sama dan dari sekian banyak itu terdapat beberapa definisi yang dapat dijadikan sebagai acuan definisi, yaitu definisi Humas yang diambli dari The British Institute of Public Relations, berbunyi: a. “Public Relations activity is management of communications between an organization and its publics”. (Aktivitas Public Relations adalah mengelola komunikasi antara organisasi dengan publiknya) b. “Public Relations practice is deliberate, planned and sustain effort to establish and maintain mutual understanding between an organization and its public.” (Praktik Public Relations adalah memikirkan, merencanakan dan mencurahakan daya untuk membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi dan publiknya)2 Humas dan pemasaran merupakan sama-sama fungsi manajemen keduanya bisa saling mendukung dan menguatkan karena aktivitas dan cara kerja keduanya adalah sama-sama aktivitas mengelola komunikasi yang merupakan turunan dari ilmu publisistic atau komunikasi massa.3 Jadi Humas dapat berfungsi dan berperan melaksanakan tugas dan kegiatan pemasaran di sebuah organisasi non profit seperti sekolah atau di sebuah perusahaan. Sedangkan konsep perpaduan humas dan ilmu pemasaran diperkenalkan pertama kali oleh Philip Kotler dengan konsep Mega Marketing yaitu integrasi aktivitas PR dengan Marketing Mix. Kemudian muncullah istilah Marketing Public Relations. Marketing Public Relations adalah sebuah proses perencanaan dan pengevaluasian program yang merangsang penjualan dan 1
Kustadi Suhandang, Studi dan Penerapan Public Relations: Pedoman kerja Perusahaan, (Bandung: Nuansa Cendikia, 2012), Cet.II, h.45. 2 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), Cet.XI, h.15. 3 Buchari Alma, Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan: Fokus Pada Mutu dan Layanan Prima, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet.II, h.51.
10
pelanggan. Hal tersebut dilakukan melalui pengkomunikasian informasi yang kredibel dan kesan-kesan yang dapat menghubungkan organisasi/perusahaan, produk dengan kebutuhan serta perhatian pelanggan.4 Adapun secara garis besar aktivitas utama humas berperan sebagai berikut: a. Communicator, artinya kemampuan sebagai komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui media cetak/elektronik dan lisan atau tatap muka dan sebagainya. Di samping itu juga bertindak sebagai mediator. b. Relationship, ialah kemampuan peran PR membangun hubungan yang positif antara lembaga yang diwakilinya dengan publik internal dan eksternal. juga, berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerja sama dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut. c. Back up Management, melaksanakan dukungan manajemen atau menunjang kegiatan lain, seperti manajemen promosi, pemasaran, operasional, personalia dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka tujuan pokok perusahaan/organisasi. d. Good Image Maker, ialah menciptakan citra atau publikasi yang positif merupakan prestasi, reputasi, dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi aktivitas PR dalam melaksanakan manajemen kehumasan membangun citra atau nama baik lembaga/organisasi dan produk yang diwakilinya.5 Jika ditinjau dari peran humas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peran humas dalam sebuah organisasi/perusahaan dapat mendukung dalam meningkatkan citra atau meningkatkan dan merangsang penjualan. Peran tersebut tentu melalui kegiatan komunikasi marketing/promosi dengan cara menginformasikan, membujuk, atau mengenalkan sebuah produk kepada konsumen.
4 5
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi…, h.245. Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi…, h.15.
11
2. Konsep Pemasaran Jasa Pendidikan Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran.6 Konsep dasar yang melandasi adanya pemasaran adalah karena adanya kebutuhan manusia akan produk barang atau jasa, kemudian adanya keinginan atau hasrat dan timbul permintaan, sehingga terjadi petukaran nilai yang saling memuaskan baik antara individu dan kelompok. Sedangkan pengertian pemasaran tidaklah konstan, tetapi mengalami evolusi sesuai dengan perkembangan zaman. Meskipun pada awalnya istilah pemasaran banyak digunakan dalam dunia bisnis yang berorientasi terhadap laba, namun pada saat ini istilah marketing juga banyak digunakan di organisasi nirlaba atau (non profit organization) misalnya pemasaran yang dilakukan lembaga pendidikan. Adapun pengertian jasa menurut Philip Kotler adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun.7 Sedangkan Pendidikan secara definitif diartikan oleh para tokoh pendidikan, sebagai berikut: a. John Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. b. Menurut Ki Hajar Dewantara mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. c. Sedangkan dalam GBHN pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.8
6
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip Dan Aplikasi Dalam Mengelola Sekolah Dan Madrasah, (Yogyakarta : PT Kaukaba, 2012) Cet. 1 h. 223 7 Danang Sunyoto, Dasar-dasar Manajemen Pemasaran Konsep, Strategi dan Kasus, (Yogyakarta: Caps, 2012) Cet. 1 h. 187 8 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), Cet.II, h. 70
12
Poin penting dari proses pendidikan adalah peningkatan mutu peserta didik atau mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Sedangkan proses pendidikan pada umumnya dilakukan di lembaga pendidikan formal. Pendidikan formal yaitu pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Selain itu, terdapat juga lembaga pendidikan non-formal dan informal. Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran jasa pendidikan adalah adalah usaha lembaga pendidikan atau sekolah untuk meciptakan pertukaran nilai antara sekolah dan pelanggan pendidikan melalui berbagai penawaran layanan/jasa pendidikan dalam meningkatkan mutu SDM peserta didik. Sehingga timbul permintaan karena adanya kebutuhan dan keinginan atau hasrat dari pelanggan atau calon peserta didik. Untuk lebih menguatkan pemahaman tentang pengertian pemasaran jasa pendidikan, maka di bawah ini adalah pengertian yang diberikan oleh beberapa ahli pendidikan, sebagai berikut: a) David Wijaya mengartikan pemasaran jasa pendidikan sebagai keterampilan perencanaan dan pengelolaan hubungan pertukaran antara sekolah dan kelompok masyarakat dan aktivitas pemasaran jasa pendidikan lebih dari aktivitas penjualan, periklanan, dan promosi untuk menciptakan permintaan jasa pendidikan. 9 b) Barnawi dan Mohammad Arifin memberikan pengertian yang hampir sama yaitu sebagai proses pengelolaan sekolah dalam kegiatan pertukaran nilai-nilai untuk memenuhi kepentingan sekolah dan kepentingan peserta didik berdasarkan harapan dan kebutuhan stakeholder.10
9
David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan, (Jakarta: Salemba Empat, 2012) h. 17 Barnawi dan Mohammad arifin, Buku Pintar Mengelola Sekolah Swasta, (Jogjakarta: Arruz Media, 2012) Cet. 1, h.14 10
13
c) Ara Hidayat dan Imam Macahli, pengertian pemasaran dalam konteks jasa pendidikan adalah sebuah proses sosial dan manjerial untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan (creation) penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain dalam bidang pendidikan.11 Penggunaan konsep pemasaran jasa dalam dunia pendidikan sama halnya dengan penggunaan konsep pemasaran jasa dalam dunia usaha. Jika dalam dunia usaha dikenal dengan istilah marketing mix, maka sekolah juga menggunakan marketing mix. Perbedaannya adalah konsep pemasaran dalam dunia usaha biasanya lebih cenderung untuk meningkatkan profit atau lebih bertujuan untuk meningkatkan profit/laba perusahaan. Sedangkan pemasaran jasa dalam dunia pendidikan tidak demikian, mereka lebih cenderung bertujuan meningkatkan jumlah siswanya agar bisa berkembang dan maju, namun bukan berarti meningkatkan profit sekolah karena lembaga pendidikan merupakan lembaga sosial bukan lembaga komersial.
3. Marketing Mix (Bauran Pemasaran) Jasa Pendidikan Dalam kontek pendidikan, bauran pemasaran (marketing mix) adalah unsur-unsur yang sangat penting dan dapat dipadukan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk memenangkan persaingan.12 Unsur-unsur yang terdapat dalam bauran pemasaran jasa ada tujuh hal yang biasa disingkat dengan 7P yaitu terdiri dari 4P tradisional yang digunakan dalam pemasaran barang dan 3P sebagai perluasan bauran pemasaran. Unsur 4P adalah product (produk) jasa seperti apa yang ditawarkan, price (harga) strategi penentuan harganya, place (lokasi/tempat) dimana tempat jasa pendidikan, promotion (promosi) bagaimana promosi dilakukan. Sedangkan unsur 3P adalah people (SDM); kualitas, kualifikasi, dan kompetensi yang dimiliki oleh orang yang terlibat dalam pemberian jasa, physical evidence 11 12
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan… , hal.229 Ara Hidayat, Pengelolaan Pendidikan…, h. 238
14
(bukti fisik); sarana-prasarana seperti apa yang dimiliki, process; manajemen layanan pembelajaran yang diberikan. Ketujuh komponen bauran pemasaran adalah sebuah sistem yang bertujuan untuk memenangkan persaingan. Ketujuh komponen tersebut memiliki keterkaitan dan saling mendukung antara satu dengan yang lain. Jika komponen produk, harga, tempat, sarana, SDM, dan proses tidak didukung oleh promosi sebagai sarana untuk menyampaikan keberadaan komponen produk, harga dan yang lainnya, maka tentu pemasar tidak bisa mencapai target pasar. ketujuh unsur bauran pemasaran tersebut dalam konteks pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Konsep Produk Dalam Dunia Pendidikan Produk dalam konteks jasa pendidikan adalah jasa yang ditawarkan kepada pelanggan berupa reputasi, prospek, dan variasi pilihan. Lembaga pendidikan yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan jasa pendidikan adalah lembaga yang dapat menawarkan reputasi, prospek, mutu pendidikan yang baik, prospek dan peluang yang cerah bagi para siswa untuk menentukan pilihan-pilihan yang diinginkannya.13 Selain itu, konsep produk dalam dunia pendidikan ialah bagaimana kualitas lulusannya. Sekolah yang dapat menghasilkan produk yang baik tercermin dari profil lulusannya yang sukses melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi dan sukses dalam beraktualisasi di tengah masyarakat. Lulusan yang sukses ialah lulusan yang mampu melanjutkan ke sekolah-sekolah yang terbaik. Mereka mampu menembus seleksi yang ketat dan dapat bersaing dengan para lulusan dari sekolah lain. Selain itu, lulusan yang dapat dikatakan sukses ialah lulusan yang dapat terjun ke tengah masyarakat dengan mengambil salah satu atau beberapa peran sosial secara terhormat dan memiliki kesejahteraan yang layak.
13
Ara Hidayat, Pengelolaan Pendidikan…, hal.238
15
b) Harga/Biaya Jasa Pendidikan Dalam dunia pendidikan, Pusdiklat Depdiknas (2008) mendefinisikan harga jasa pendidikan sebagai biaya pendidikan. Biaya pendidikan adalah “nilai rupiah dari semua sumber daya (input) dalam bentuk natura (barang), pengorbanan, dan uang yang dikeluarkan untuk seluruh aktivitas pendidikan.14 Aktivitas penentuan harga jasa pendidikan terkait dengan pendapatan yang akan diterima sekolah, oleh karena itu aktivitas penentuan harga memiliki peran penting dalam proses bauran pemasaran pendidikan. Harga untuk jasa pendidikan ini sangat dipengaruhi oleh mutu dari produk yang ditawarkan. Jika mutu produk tinggi, maka calon pelanggan pun tidak akan segan-segan untuk membayar lebih mahal, selama masih berada dalam batas keterjangkauan. c) Tempat/Lokasi Tempat/lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan jasa pendidikan harus bermarkas dan melakukan aktivitas kegiatannya. Dalam konteks jasa pendidikan place atau tempat adalah lokasi sekolah berada.15 Penentuan lokasi sekolah akan mempengaruhi preferensi calon pelanggan
dalam
menentukan
pilihannya.
Lokasi
sekolah
perlu
mempertimbangkan lingkungan dimana lokasi itu berada (dekat dengan pusat kota atau perumahan, lingkungan belajar yang kondusif dan transportasi atau akses menuju sekolah tersebut). d) Orang (SDM) Jasa Pendidikan Orang dalam konteks pendidikan adalah orang-orang yang telibat dalam proses penyampaian jasa pendidikan seperti Tata Usaha (TU), kepala sekolah, guru, dan karyawan (pendidik dan tenaga kependidikan).16 Adapun masalah orang yang telibat untuk menyediakan jasa pendidikan tidak semua karyawan sekolah dapat menyampaikan pesan yang sama ke orang tua siswa dan kelompok lain di luar sekolah. hal ini 14
David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan…, hal. 106 Ara Hidayat, Pengelolaan Pendidikan…, hal.239 16 Ara Hidayat, Pengelolaan Pendidikan…, hal.240 15
16
terkait budaya sekolah yang tidak sepenuhnya mengambil pendekatan yang berorientasi pada pasar. e) Physical evidence (Sarana Fisik) Sarana fisik merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Physical evidence dalam kontek SNP Standar Sarana dan Prasarana yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.17 Terdapat dua macam bukti fisik yaitu pertama, bukti essential evidence yang dapat berupa desain ruang kelas, gedung sekolah, perpustakaan, lapangan olah raga dan lain-lain. Kedua, bukti pendukung dalam kontek lembaga pendidikan bisa berupa raport per semester, catatan prestasi siswa dan lain-lain. f) Proses jasa Pendidikan Proses dalam kontek jasa pendidikan adalah segala kegiatan yang mendukung terselenggaranya proses kegiatan belajar mengajar guna ternbentuknya produk/lulusan (output) yang diinginkan. Sedangkan menurut David wijaya Proses berarti sistem operasi sekolah untuk mengatur pemasaran jasa pendidikan dengan dampak yang jelas terhadap penempatan karyawan sekolah dalam hal pembagian tanggung jawab untuk mengoordinasikan dan mencari sumber daya bagi strategi pemasaran jasa pendidikan. 18 g) Promosi Jasa Pendidikan Adapun pengertian promosi jasa pendidikan menurut Alma adalah bentuk komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran untuk menyebarkan informasi, memengaruhi, membujuk, atau mengingatkan pasar sasaran tentang produk jasa pendidikan agar bersedia menerima, 17 18
Ara Hidayat, Pengelolaan Pendidikan…, hal.240 David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan…,Hal 78
17
membeli dan setia pada lembaga pendidikan yang bersangkutan.19 Promosi jasa pendidikan meliputi aktivitas dan materi yang digunakan sekolah untuk menjangkau khalayak sekolah, membangun lingkungan internal sekolah yang peduli, serta menciptakan kesadaran dari upaya sekolah untuk memenuhi keinginan dan harapan masyarakat.20 Kegiatan promosi yang dapat dilakukan adalah dengan cara advertising (iklan) melalui media TV, radio, surat kabar, bulletin, majalah, baliho, brosur dan lain-lain. Promosi penjualan seperti pameran pendidikan, bazaar pendidikan, dan invitasi. Melakukan kontak langsung dengan calon siswa dan melakukan kegiatan hubungan dengan masyarakat. Dari ketujuh unsur bauran pemasaran jasa pendidikan seluruhnya merupakan hal penting dalam proses pencapaian tujuan pemasaran jasa pendidikan. Unsur atau komponen pemasaran tersebut memiliki fungsi, strategi serta penekanan yang berbeda-beda yang nantinya akan menguatkan satu variabel dengan variabel lainnya dan menjadi sebuah sistem. 4. Promosi Sekolah Promosi secara bahasa barasal dari bahasa inggris, yaitu promote, yang diadopsi dari bahasa yunani, yaitu promovere. Secara sederhana promosi dapat diartikan sebagai upaya menyampaikan suatu pesan tentang hal yang kurang dikenal sehingga menjadi lebih dikenal oleh publik.21 Promosi pada hakekatnya adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran dengan
cara
menyebar
informasi,
mempengaruhi/membujuk,
dan
mengingatkan pasar sasaran dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan.perhatian, dan selanjutnya member pengaruh meningkatnya penjualan.
19
Buchari Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus Pada Mutu dan Layanan…, h. 162 20 David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan…, h. 156 21 Didih Suryadi, Promosi Efektif Menggugah Minat dan Loyalitas Pelanggan, (Jakarta: Oryza, 2011) hal. 61
18
Untuk menciptakan komunikasi yang efektif dalam melakukan promosi, agar khalayak dapat tertarik, berminat, dan berhasil memengaruhi, maka pemasar perlu memahami kegiatan marketing communication sebagai sebuah proses komunikasi. Menurut Shannon dan Weaver komunikasi termasuk di dalamnya semua prosedur yang dengannya pikiran seseorang dapat memengaruhi pikiran orang lainnya. Hal ini tentu saja tidak hanya meliputi kata-kata lisan maupun tulisan, tapi juga musik, gambar, teater, pertunjukan balet, dan bahkan sesungguhnya seluruh perilaku manusia. Lebih jauh berikut sketsa teori mereka mengenai proses komunikasi. Signal
Information source
Received Signal
Transmitter
Chanel
Receiver
Information Source
Noise Source
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa konsep kunci yang terdapat dalam model komunikasi ini. a. Information Source. Adalah pembuat keputusan yang memutuskan pesan mana yang akan dikirim dari serangkaian pilihan pesan yang tersedia. Information Source dalam proses komunikasi adalah komunikator seperti perancang program marketing communication yang membuat, memilih, dan mengirimkan pesan kepada khalayak sasaarannya. b. Transmitter. Adalah perangkat yang mengubah pesan dari bentuk asal menjadi sinyal yang dapat dikirimkan. Pada komunikasi bermedia, misalnya telepon. Transmitter pada komunikasi interpersonal adalah mulut kita sendiri yang mengubah pesan menjadi gelombang suara untuk dikirimkan kepada pendengar. Sedangkan pada kegiatan marketing communication, transmitter dapat berupa pihak yang
19
menerjemahkan pesan komunikasi pemasaran dalam bentuk produk komunikasi yang dapat disampaikan kepada konsumen. Transmitter dalam sebuah program kampanye marketing communication dengan demikian dapat berupa pihak agensi yang memproduksi iklan atau produk marketing communication lainnya. c. Signal. Adalah bentuk pesan yang telah disandi sehingga dapat dikirimkan melalui saluran komunikasi yang digunakan. Pada komunikasi tatap muka, signal adalah gelombang suara yang dirambatkan melalui udara. Dalam konteks marketing communication, signal berarti berbagai produk marketing communication (iklan, event, atau
materi-materi
promosi
lainnya)
yang
ditawarkan
kepada
konsumen. d. Channel. Adalah saluran yang digunakan untuk mengirimkan signal dari information source ke destination. Secara sederhana saluran dapat berbentuk sambungan kabel ataupun udara. Untuk konteks komunikasi massa (termasuk didalamnya marketing communication), konsep channel juga dapat diperluas menjadi semua saluran komunikasi yang dapat digunakan untuk mengirimkan pesan. Sehingga hal ini mencakup berbagai jenis media (cetak, elektronik) yang dapat dipilih untuk mengantarkan pesan. e. Receiver. Adalah perangkat yang digunakan destination atau penerima pesan untuk menangkap signal yang dikirimkan information source. Pada kegiatan marketing communication, receiver adalah semua perangkat yang digunakan konsumen untuk menerima produk komuniasi pemasaran yang dikirimkan pemasar, seperti misalnya pesawat televise dan lain-lainnya. f. Destination. Adalah pihak penerima pesan atau informasi yang hendak dituju oleh information source. Di sinilah konsumen berada dalam kegiatan marketing communication. g. Noise. Adalah gangguan pada channel yang dapat mendistorsi isi pesan yang dikirimkan. Noise dalam marketing communication dapat berupa
20
pesan komunikasi pemasaran lain yang menjejali saluran komunikasi, sehingga mengalihkan perhatian konsumen dari pesan yang tengah dikirimkan. Menurut Shannon-Weaver noise adalah faktor yang menghambat efektivitas saluran komunikasi sehingga harus diperangi dengan berbagai strategi.
5. Bauran Promosi Sekolah Adapun kegiatan program promosi dapat dilakukan dengan beberapa cara yang disebut bauran promosi atau promotion mix. Bauran promosi adalah unsur dalam
bauran
pemasaran
perusahaan
yang
didayagunakan
untuk
memberitahukan, membujuk, dan mengingatkan tentang produk perusahaan.22 Bauran promosi jasa pendidikan memiliki unsur-unsur lebih luas dan rumit dibanding bauran promosi produk maufaktur yang pada umumnya hanya terdiri atas variabel-variabel bauran promosi seperti periklanan, penjualan pribadi, publisitas,
dan promosi
penjualan. Akan tetapi,
unsur-unsur materi
instruksioanl (instructional materials) dan desain organisasi (corporate design) merupakan unsur penting dalam bauran promosi jasa pendidikan karena sifat dan karakteristik jasa pendidikan membutuhkan bentuk komunikasi yang dapat menonjolkan keberwujudan jasa pendidikan. a) Komunikasi pribadi (personal communication), yaitu komunikasi secara langsung antara pemasar jasa pendidikan dan pelanggan jasa pendidikan yang melibatkan dialog dua arah, seperti percakapan tatap muka, panggilan telepon, dan surat elektronik (surel), yang meliputi penjualan pribadi (personal selling) jasa pendidikan, telemarketing jasa pendidikan, layanan pelanggan (costumer service) jasa pendidikan, serta komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth) pemasaran jasa pendidikan. b) Periklanan (advertising), yaitu bentuk-bentuk komunikasi bukan pribadi yang dilakukan pemasar jasa pendidikan untuk menginformasikan, 22
Danang Sunyoto, Dasar-dasar Manajemen Pemasaran…, h.156
21
mengevaluasi, atau membujuk khalayak pasar sasaran jasa pendidikan, yang meliputi siaran radio (broadcast), materi tercetak (print), internet, papan reklame (outdoor advertising), dan surat langsung (direct mail). Adapun tujuan periklanan menurut Hamdani yaitu; memberikan informasi, membujuk, sebagai pengingat, dan pemantapan untuk meyakinkan pembeli.23 c) Promosi penjualan (sales promotion), yaitu bentuk insentif jangka pendek yang ditawarkan kepada pelanggan jasa pendidikan dan perantara jasa pendidikan untuk merangsang pembelian produk jasa pendidikan, atau penjualan secara tatap muka yang diberikan pula iming-iming yang menguntungkan pembeli yang meliputi pengambilan sampel (sampling) produk jasa pendidikan, kupon (coupon) produk jasa pendidikan, diskon (discount) produk jasa pendidikan, tawaran pengembalian tunai (sign-up rebate) produk jasa pendidikan, hadiah (gift), dan promosi berhadiah (prize promotion). d) Publisitas (publicity) atau hubungan masyarakat (humas), yaitu upaya yang dilakukan pemasar jasa pendidikan untuk memicu minat positif terhadap sekolah dan produk jasa pendidikan melalui penyebaran berita baru, membuat konferensi pers, menyelenggarakan peristiwa istimewa, dan mendanai aktivitas yang patut dijadikan berita oleh pihak ketiga sekolah, yang meliputi hubungan pers (press realease/kits) sekolah, konferensi pers (press comference) sekolah, peristiwa istimewa (special event) sekolah, pekan raya dan pameran kegiatan (trade show exhibition) sekolah, serta kegiatan sponsor (sponsorship) yang dilakukan sekolah. e) Materi instruksional (instructional materials), yaitu materi promosi untuk mempromosikan produk jasa pendidikan baru atau atribut produk jasa pendidikan apabila pelanggan jasa pendidikan tidak memahami produk jasa pendidikan, yang meliputi situs web sekolah, buku panduan 23
h. 158
Danang Sunyoto, Dasar-dasar Manajemen Pemasaran Konsep, Strategi, dan Kasus…,
22
(manual) sekolah, brosur (brochure) sekolah, video dan kaset (videoaudio cassette) sekolah, perangkat lunak dan CD (software and CDROM) sekolah, serta kotak suara (voice mail) sekolah. f) Desain organisasi (corporate design), yaitu aplikasi warna, symbol, dan kop surat yang berbeda-beda sehingga memberikan kemudahan bagi sekolah untuk mengakui identitasnya, yang meliputi papan merek (signage) sekolah, dekorasi bagian dalam (vehicle) sekolah, peralatan (equipment) sekolah, alat tulis (stationery) sekolah, dan seragam (uniform) sekolah.
6. Periklanan Jasa Pendidikan a. Pengertian Periklanan Secara sederhana iklan dapat diartikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk untuk ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Iklan merupakan salah satu bagian dari bauran promotion. Menurut Kustadi Suhandang periklanan adalah salah satu metode untuk memperkenalkan barang, jasa, atau gagasan kepada publik.24 Maksud dari memperkenalkan
di
sini
adalah memberitahukan tentang
keberadaan sebuah sekolah sekaligus menawarkan produk jasa pendidikan sehingga publik berminat untuk membeli atau memilih menjadi konsumen pendidikan (peserta didik). Periklanan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi impersonal yang digunakan oleh lembaga pendidikan. periklanan merupakan aktivitas pemasaran jasa pendidikan yang paling mudah diamati karena periklanan jasa pendidikan adalah salah satu bentuk promosi jasa pendidikan yang paling banyak digunakan sekolah dalam mempromosikan produk jasa pendidikan. Periklanan merupakan aktivitas promosi yang memanfaatkan media promosi. media yang mampu menjangkau segmen pasar yang lebih luas, 24
Kustadi Suhandang, Studi dan Penerapan Public Relations: Pedoman Kerja Perusahaan…, h.91.
23
baik berupa media cetak atau elektronik.25 Jika ditinjau dari segi jangkauannya, maka advertising lebih luas dari variabel promosi lainnya. Mengingat fungsi dari media komunikasi pemasaran adalah memberikan informasi kepada masyarakat, maka sisi manfaat dari kegiatan periklanan tentu memberi informasi keberadaan produk. Aktivitas periklanan juga memiliki segi kelemahan, di antaranya tidak dapat membedakan segmen pasar. Kurangnya informasi keberadaan produk mengingat keterbatasan ruang dan waktu. Serta periode tampilan periklanan relatif singkat. Media yang dapat dipergunakan dalam periklanan di antaranya, koran, brosur, reklame, spanduk, e-mail, jejaring sosial internet, televisi, dan alat komunikasi elektronik lainnya. Iklan adalah semua bentuk pembayaran untuk menampilkan serta mempromosikan barang atau jasa bukan secara pribadi oleh sponsor, sedangkan periklanan adalah seluruh proses yang terdiri atas penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan iklan. Menurut Kotler dan Fox, periklanan jasa pendidikan dapat meliputi media, seperti majalah dan surat kabar, radio dan televisi, media luar (poster, simbol, papan reklame, dan tulisan di atap). Periklanan jasa pendidikan dapat digunakan untuk membangun citra sekolah dalam jangka panjang dan reputasi sekolah atau program tertentu, memberikan informasi tentang program atau peristiwa istimewa, dan berbagai tujuan lainnya26. b. Unsur-unsur Periklanan Menurut Didih Suryadi, periklanan pada dasarnya memiliki 5 unsur pokok, sebagai berikut: 1) Adanya suatu pesan yang akan ditransfer kepada orang lain. Pesan di sini bisa berbentuk verbal maupun non verbal bergantung dari media dan tekhnik pelaksanaan iklannya. 2) Terdapat komunikator yang menyampaikan pesan dan memiliki kepentingan 25 26
tertentu
dalam
kegiatan
penyampaian
Nirwana, Pemasaran Jasa, (Malang: Alta Pustaka, 2012), Cet.I, h.94. David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan…,h.173
iklan.
24
Komunikator iklan bisa jadi merupakan lembaga bisnis, sosial, atau pemerintah, bahkan boleh jadi merupakan perorangan. 3) Adanya media iklan yang ditujukan bukan kepada satu komunikan, oleh karenanya penyampaian iklan membutuhkan media tertentu agar proses transfer gagasannya lebih efektif. Media iklan terbagi atas dua jenis, yaitu above the line (media lini atas). Media ini antara lain televisi, radio, koran majalah, film, dll. Above the line bersifat massal, yaitu dalam waktu yang bersamaan iklan dapat diterima oleh banyak orang. Jenis kedua ialah bellow the line (media
lini
bawah).
Karakteristik
media
lini
bawah
ini
jangkauannya terbatas secara jumlah dan wilayah, juga tidak serempak. Sekalipun demikian, media ini mampu menjangkau yang tidak dapat dijangkau above the line. Termasuk dalam media ini antara lain, poster, leflet, billboard, spanduk, direct mail, bus panel, point of purchase, dan lain-lain. 4) Adanya komunikan atau khalayak yang menjadi sasaran (audiens) atas kegiatan iklan. Dalam dunia bisnis kita akrab sekali dengan istilah segment, yaitu kelompok sasaran pemasaran berdasarkan identitas tertentu. Oleh karenanya komunikan iklan ialah khalayak yang terlebih dahulu sudah disegmentasikan. 5) Terjadi dampak iklan. Dampak iklan adalah efek atau akibat peningkatan
jumlah
penjualan
yang
disebabkan
proses
penyampaian pesan oleh komunikator terhadap komunikan atau khalayak. c. Tujuan Periklanan Adapun tujuan periklanan diantaranya, yaitu: 1) Iklan yang bersifat memberikan informasi, yaitu iklan yang secara panjang lebar menerangkan jasa pendidikan dalam tahap rintisan (perkenalan) untuk menciptakan permintaan atas produk jasa tersebut.
25
2) Iklan membujuk, yaitu iklan menjadi penting dalam situasi persaingan
di
mana
sasaran
sekolah
adalah
menciptakan
permintaan yang selektif akan sekolah-sekolah yang dipandang berkualitas. 3) Iklan pengingat, yaitu iklan ini akan sangat penting dalam tahap kedewasaan
atau lembaga pendidikan
yang sudah
sangat
berpengalaman dan cukup lama eksis dalam menyediakan jasa pendidikan untuk menjaga agar konsumen pendidikan selalu ingat akan sekolah tersebut. 4) Iklan pemantapan, yaitu iklan yang berusaha meyakinkan para konsumen pendidikan bahwa mereka telah mengambil pilihan yang tepat memilih sekolah. Misalkan memilih alternatif d. Media Periklanan Adapun media periklanan jasa pendidikan yang lumrah digunakan oleh sekolah terutama ketika masa penerimaan siswa baru sebagai berikut: 1) Brosur atau Pamflet Brosur adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Brosur merupakan periklanan dalam bentuk cetak. Secara umum brosur merupakan sarana beriklan yang informatif. Brosur dapat berisi informasi dari produk atau jasa yang tengah ditawarkan. Design brosur yang menarik dan komunikatif mampu menarik konsumen. 2) Poster Poster adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan di temple di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata (eye-catching) sekuat mungkin. Oleh karena itulah poster biasanya dibuat dengan warnawarna kontras dan kuat.
26
Poster bisa menjadi saran iklan, pendidikan, propaganda, dan dekorasi. Dapat dicetak dalam apapun dan secara massal menjadi kelebihan dari sebuah poster.27 3) Spanduk Spanduk adalah media informasi yang dibuat dari bahan kain yang umumnya memiliki ukuran 8 s/d 10 meter persegi panjang. Isi pesannya bisa untuk menginformasikan jenis jurusan, program studi, atau tanggal pendaftaran penerimaan siswa baru, dan sebagainya. Media ini ditempatkan di jalan masuk sekitar lingkungan lembaga pendidikan, khususnya jalan yang strategi atau bisa juga ditempatkan di depan gedung.28 4) Internet Situs web pemasaran dirancang untuk membawa pelanggan atau calon pelanggan sedekat mungkin dengan pembelian atau hasil pemasaran lain. Isi web pemasaran biasanya mencakup katalog, kupon, atau yang lain. Dalam penggunaannya sebagai media promosi web site pemasaran dapat dibagi menjadi tiga model, tergantung pada tingkat interaksi yang ada pada web site tersebut, yaitu: Publishing sites, Pada dasarnya, web site ini berfungsi sebagai brosur, katalog, koran, majalah atau ensiklopedi elektronik, yang informasinya diperbarui secara teratur, sesuai keinginan sekolah atau perusahaan. Informasi yang ditawarkan seragam pada semua pengunjung, seupa dengan penyampaian informasi pada mendia penyiaran. Meski berisi berbagai topic, gambar, atau grafis, namun dialog antara pengunjung dengan pengelola web site sangat terbatas. Database and forms Web site,
ini adalah kombinasi dari
kemampuan menyiarkan informasi dan mesin pencari sehingga memungkikan pengunjung untuk memperoleh informasi sesuai yang 27
Dendy Triadi dan Addy Sukma Bharata, Ayo Bikin Iklan! Memahami Teori dan Praktek Iklan Media Lini Bawah, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), h.7. 28 Zulkarnaen Nasution, Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan: Konsep, Fenomena dan Aplikasinya, (Malang: UMM Press, 2010), Cet.II, h.116.
27
mereka inginkan. Istus model ini menawarkan interaktivitas, dialog, dan beberapa kemampuan pemasaran, seperti dan memesan produk yang diinginkan. Personalisation, model ini dapat menciptakan halaman web yang spesifik untuk pengunjungnya. Komunikasi yang terjadi tak hanya sebatas interaksi bertanya jawab, tetapi sudah terjadi dialog, di mana pengelola
mengantisipasi
pilihan
pengunjung
web
site
dan
menawarkan alternatif. Pengunjung juga harus siap member informasi tentang identitas mereka, agar bisa disesuaikan dengan keinginannya. Web site ini mengharuskan adanya update informasi. 6. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Tahap terakhir dari proses komunikasi pemasaran adalah evaluasi. untuk mengetahui hasil evaluasi komunikasi pemasaran dapat dilakukan dengan cara membandingkan sebelum dan setelah dilakukan komunikasi.29 Efek yang dihasilkan dari sebuah kegiatan komunikasi pemasaran, dapat dikatakan bergantung pada performa unsur-unsur proses komunikasi. Performa unsurunsur elemen itu meliputi kemampuan komunikator dalam memformulasikan pesan, kejernihan dan kemenarikan pesan yang disampaikan, serta ketepatan waktu serta saluran komunikasi yang digunakan. Efek komunikasi pemasaran dapat dilihat dari tahapan yang dilalui pesan hingga ia memiliki efek pada diri khalayak. Seperti akan terlihat, efek yang diharapkan dari komunikasi pemasaran, seperti misalnya pembelian, tidak terjadi secara sederhana. Ada rangkaian tahapan yang dilalui, dari mulai perhatian, pengetahuan, hingga tahap tindakan. Sering kali bahkan efek kegiatan komunikasi pemasaran berhenti pada tahap pengetahuan atau bahkan perhatian.
Sehingga,
mengaharapkan
sebuah
kampanye
marketing
communication akan segera berefek pada tindakan pembelian merupakan sesuatu yang dapat dianggap naïf. Untuk mengetahui efektivitas sebuah program komunikasi pemasaran, maka perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran efektifitas program promosi 29
Nirwana, Pemasaran Jasa…, hal. 100
28
melalui media iklan salah satunya dapat dilakukakan dengan menggunakan metode EPIC model. Epic model adalah metode pengukuran program promosi yang dikembangkan oleh AC Nielsen, salah satu perusahaan peneliti terkemuka di dunia, EPIC model mencakup empat dimensi, yaitu empati, persuasi, dampak dan komunikasi.30 Dimensi Emphaty, Empati melibatkan afeksi dan kognisi konsumen, menurut J.Paul Peter dan Jerry C afeksi dan kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan internal psikologis yang dimiliki konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang berlangsung. Dalam bahasa yang lebih sederhana, afeksi melibatkan perasaan, sementara kognisi melibatkan pemikiran, variasi tanggapan afektif dapat berupa penilaian positif, negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, dan konsumen dapat merasakan empat jenis tanggapan afektif yaitu emosi, perasaan khusus, suasana hati dan evaluasi yang berbeda dalam tingkat intensitas dan daya improvisasinya. Dimensi Persuation, Dimensi persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu iklan untuk peningkatan atau penguatan karakter suatu merek, sehingga pemasang iklan memperoleh pemahaman tentang dampak iklan terhadap keinginan konsumen untuk membeli serta memperoleh kemampuan suatu iklan dalam mengembangkan daya tarik suatu merek. Persuasi (persuation) adalah perubahan kepercayaan, sikap, dan keinginan berperilaku yang disebabkan satu komunikasi promosi. Proses komunikasi persuasi akan ditentukan dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk. Dimensi Impact, Dimensi Impact menunjukkan, apakah suatu merek dapat terlihat menonjol dibandingkan merek lain pada kategori yang serupa dan apakah suatu iklan mampu melibatkan konsumen dalam pesan yang di sampaikan. Dampak (impact) yang diinginkan dari hasil iklan adalah jumlah pengetahuan produk (product knowledge) yang dicapai konsumen melalui tingkat keterlibatan (involvement) konsumen dengan produk dan atau proses 30
Freddy Rangkuti, Mengukur Efektivitas Program Promosi dan Analisis Kasus Menggunakan SPSS, Jakarta (PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), hal.193
29
pemilihan. Konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk (levels of product knowledge) yang berbedabeda, yang dapat digunakan untuk menerjemahkan informasi baru dan membuat pilihan pembelian. Dimensi Communication,
Dimensi komunikasi memberikan informasi
tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang ditinggalkan pesan
tersebut.
mengembangkan
Perspektif strategi
pemrosesan
pemasaran
kognitif
yang
adalah
berhasil
inti
yang
untuk
merupakan
permasalahan komunikasi.
B. Kerangka Teori Sekolah adalah sebuah organisasi sosial yang menyediakan jasa pendidikan. Sebagai penyedia jasa pendidikan sekolah membutuhkan konsumen demi keberlangsungan proses pendidikan. Demikian juga konsumen membutuhkan jasa pendidikan agar berpendidikan. Untuk menjembatani hubungan antara sekolah dan masyarakat sebagai konsumen pendidikan, maka dibutuhkan manajemen komunikasi yang dapat menghubungkan antara sekolah dengan masyarakat. Manajemen komunikasi di sekolah ditangani oleh humas sebagai subsistem manajemen yang berfungsi membantu komunikasi dengan masyarakat. Salah satu fungsi humas adalah membantu memasarkan sekolah, tujuannya agar eksistensi sekolah tetap berlanjut dan tidak ditinggalkan masyarakatnya. Humas sekolah dalam melakukan komunikasi pemasaran menggunakan promosi. Diantara program promosi humas adalah dengan menggunakan iklan sebagai bauran promosi. Dalam mengiklankan sekolah, humas menggunakan program iklan seperti penyebaran brosur, pemasangan spanduk, dan pemasangan poster, tujuannya adalah untuk menyampaikan pesan, menginformasikan, membujuk, dan mengenalkan sekolah kepada masyarakat. Efektif atau tidaknya program iklan yang dibuat humas sekolah, dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi. Evaluasi program humas dilakukan dengan
30
mengukur sampai tidaknya pesan yang disampaikan kepada konsumen. Adapun metode pengukuran bisa dilakukan melalui pendapat atau persepsi masyarakat terhadap program yang telah dijalankan. Metode pengukuran tersebut dapat menggunkan metode EPIC (Emphaty, Pesuation, Impact, Comunication).
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK 11 Maret Jakarta Utara. Jl Raya Bekasi Km 20, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading dan dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai dengan Januari 2014. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Efektifitas
media
periklanan sebagai program kerja humas SMK 11 Maret Jakarta Utara dalam meningkatkan jumlah siswa. C. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk memberi uraian
mengenai
fenomena
atau
gejala
sosial
yang
diteliti
dengan
mendeskripsikan tentang nilai variabel mandiri (satu variabel) berdasarkan indikator-indikator dari variabel.31 Dalam hal ini penulis mendeskripsikan tentang pelaksanaan program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret Jakarta Utara.
31
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013), cet. Ke-5,
h.62
31
32
D. Populasi dan Sample Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK 11 Maret Jakarta Utara pada tahun ajaran 2013-2014 yang berjumlah 253.
E. Tabel 3.1 Data Populasi Penelitian No
Kelas
Jumlah
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Keseluruhan
1
X AK 1
11
12
23
2
X AK 2
9
14
23
3
X AP 1
13
10
23
4
X AP 2
9
15
24
42
51
93
Jumlah
Sumber data siswa SMK 11 Maret Jakarta Utara TA 2013-2014 Namun karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki penulis maka penelitian ini hanya dibatasi pada populasi terjangkau yaitu siswa kelas X yang berjumlah 93 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dari populasi yang ada.32 Menurut tabel sampel Krejcie bahwa angka populasi 96100 jumlah sampelnya sebanyak 80 responden.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket Angket atau kuesioner adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara logis, sistematis tentang konsep kegiatan promosi periklanan sebagai program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret. Adapun jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket berstruktur. Disini responden hanya diminta untuk mencek atau memilih skala-skala atau lajur-lajur pertanyaan mengenai 32
Iskandar, Metodologi Penelitian Pndidikan dan Sosial,… hal. 71
33
dimensi program kerja humas melalui kegiatan penyebaran brosur, spanduk dan poster.33 Dalam setiap pertanyaan telah disediakan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Biasa (B), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS) 2. Wawancara Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang proses pelaksanaan program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret Jakarta Utara. Adapun dalam wawancara ini yanag menjadi responden adalah tenaga kependidikan bidang humas SMK 11 Maret Jakarta Utara. F. Instrumen Penelitian 1.
Definisi Konseptual Secara
konseptual
pelaksanaan
program
kerja
humas
dalam
meningkatkan jumlah siswa adalah upaya humas sebagai fungsi manajemen sekolah untuk melakukan komunikasi pemasaran kepada calon siswa. Program kegiatan humas dalam melakukan upaya pemasaran kepada konsumen ialah melalui kegiatan promosi. Kegiatan promosi humas di sekolah untuk meningkatkan jumlah siswa dilakukan dengan penyebaran brosur sekolah, pemasangan spanduk, dan pemasangan poster. Kegiatan tersebut adalah untuk mengenalkan atau menginformasikan sekolah kepada calon siswa. 2. Definisi Operasional Secara
operasional
pelaksanaan
program
kerja
humas
dalam
meningkatkan jumlah siswa adalah kemampuan sebuah program yang dirancang dan dijalankan oleh humas sekolah dapat memberikan dampak terhadap peningkatan jumlah siswa. Dampak atau efektifitas program humas terhadap peningkatan jumlah siswa (program pemasaran) adalah dengan mengukur efektifitas media iklan yang terdiri dari penyebaran brosur,
33
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen dalam Negeri dan Otonomi Daerah Rebpublik Indonesia, Metode Penelitian Sosial (Terapan dan Kebijaksanaan), Tahun 2000, hal.70
34
pemasangan spanduk, dan pemasangan pamflet melalui alat ukur EPIC Models. EPIC Models terdiri dari 4 dimensi yaitu: a. Empati Empati adalah keadaan konsumen terhadap kegiatan promosi, apakah konsumen menyukai atau tidak dan menggambarkan bagaimana konsumen melihat hubungan antara promosi dengan pribadi mereka. b. Peruasi Dimensi persuasi adalah tentang apa yang didapat konsumen dari kegiatan promosi yang dapat mempengaruhi sikap dan keinginan konsumen untuk berhubungan lebih lanjut dan mendorong untuk melakukan transaksi. c. Dampak Dimensi dampak menunjukkan suatu merek dapat terlihat lebih menonjol disbanding merek lainnya pada kategori serupa, serta memberikan informasi seberapa besar keterlibatan konsumen dalam pesan yang disampaikan. d. Komunikasi Dimensi komunikasi menunjukkan kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang ditinggalkan oleh pesan tersebut. Sedangkan pengukuran untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program humas melalui media promosi iklan dengan menggunakan skala likert yaitu sangat tidak setuju (bobot 1), tidak setuju (bobot 2), biasa saja (bobot 3), setuju (bobot 4), dan sangat setuju (bobot 5). 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tabel 3.2 Kisi-kisi Pelaksanaan Program Kerja Humas dalam Meningkatkan Jumlah Siswa. No
Dimensi
Indikator
Sub Indikator EPIC
1.
Penyebaran
a. Empati
a. Brosur didapatkan calon 1
Brosur
siswa.
Item
35
b. Brosur
disukai
calon 2
menarik
untuk 3
siswa. b. Persuasi
a. Brosur
dilihat dan dibaca calon siswa b. Brosur menjadikan calon 4 siswa
ingin
masuk
lebih
kreatif 5
sekolah. c. Dampak
a. Brosur
dibandingkan
brosur
sekolah lain. b. Brosur menjadikan calon 6 siswa mengetahui sekolah. d. Komunikasi
a. Brosur memberi informasi 7 yang jelas pada calon siswa. b. Brosur pesan
menyampaikan 8 yang
dapat
dimengerti calon siswa.
2.
Pemasangan
a. Empati
spanduk
a. Spanduk
terlihat
oleh 9
disukai
oleh 10
calon siswa b. Spanduk
calon siswa. b. Persuasi
a. Spanduk
menarik 11
perhatian calon siswa. b. Spanduk
menjadikan 12
calon siswa ingin masuk sekolah. c. Dampak
a. Spanduk
lebih
dibandingkan
kreatif 13 spanduk
36
sekolah lain. b. Spanduk
menjadikan 14
calon siswa mengeatahui sekolah. d. Komunikasi
a. Spanduk
memberi 15
informasi
yang
jelas
kepada calon siswa. b. Spanduk pesan
menyampaikan 16 yang
dapat
dimengerti calon siswa.
3.
Pemasangan
a. Empati
Poster
a. Poster terlihat oleh calon 17 siswa. b. Poster disukai oleh calon 18 siswa.
b. Persuasi
a. Poster menarik perhatian 19 calon siswa. b. Poster menjadikan calon 20 siswa ingin masuk sekolah
c. Dampak
a. Poster
lebih
dibandingkan
menarik 21 poster
sekolah lain.
22
b. Poster menjadikan calon siswa mengetahui sekolah. d. Komunikasi
a. Poster memberi informasi 23 yang jelas kepada calon siswa. b. Poster pesan
menyampaikan 24 yang
dapat
dimengerti calon siswa.
37
G. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan untuk mengetahui efektifitas program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret melalui media promosi brosur, spanduk dan poster, maka peneliti menganalisa data hasil angket dengan merata-ratakan hasil skor jawaban responden perelemen dimensi, kemudian hasil perelemen tersebut dicari skor EPIC Rate dengan merata-ratakan hasil perelemen dimensi program setelah diberikan bobot sesuai jawaban responden. Berikut adalah tahapan analisa data: 1. Skor Rata-Rata Setiap jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan kepada konsumen, kemudian diberikan bobot. Cara menghitung skor rata-rata adalah dengan menjumlahkan seluruh hasil kali nilai masing-masing bobotnya dibagi dengan jumlah total frekuensi. X= Dimana : X = rata-rata berbobot Fi = frekuensi Wi= bobot
2. Menentukan Skor EPIC Rate Langkah terakhir adalah menentukan nilai EPIC Rate dengan rumus sebagai berikut :
EPIC = Hasil EPIC Rate akan menggambarkan posisi promosi suatu produk dalam persepsi responden, sesuai dengan rentang skala yang telah ditentukan diatas. Adapun berikut:
skala penilaiannya menggunakan skala Likert, sebagai
38
a. Sangat tidak efektif, Jika rentang skala berada pada nilai 1,00 -1,80. b. Tidak efektif, jika rentang skala berada pada nilai, 1,81 – 2,6. c. Cukup Efektif, jika rentang skala berada pada nilai, 2,61 – 3,40. d. Efektif, jika rentang skala berada pada nilai, 3,41 – 4, 20. e. Sangat efektif, jika rentang skala berada pada nilai, 4,21 – 5,00.34
34
Freddy Rangkuti, Mengukur Efektivitas Program Promosi dan Analisis Kasus Menggunakan SPSS,… hal.193
39
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK 11 Maret Jakarta 1.
Profil Singkat SMK 11 Maret Jakarta
SMK 11 berdiri sejak tahun 1994 merupakan sekolah menengah kejuruan yang beralamat di Jl. Raya Bekasi Km. 20 Jakarta, tepatnya di RT/03/RW04 Kelurahan Pegangsaan Dua Kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara. SMK 11 Maret saat ini dikepalai oleh Bpk. Totok Sutikno dan memiliki dua program keahlian yaitu: Akuntansi Keuangan dan Administrasi Perkantoran. Sekolah yang memiliki motto “Empowering and Competency” ini memiliki Visi dan Misi sebagai berikut: a. Visi
” Menciptakan lulusan yang terampil dan mampu bersaing”
b. Misi
Menyediakan sarana dan prasarana sesuai standar (SNP) Standar Nasional Pendidikan
Melaksanakan proses pembelajaran yang efektif
Mewujudkan lulusan yang siap kerja
2. Data Siswa Lima Tahun Terahir Berdasarkan data jumlah siswa SMK 11 Maret Jakarta Utara selama lima tahun terakhir, jumlah siswanya mengalami fluktuatif, berikut adalah tabel jumlah siswa SMK 11 Maret lima tahun terhakhir.
40
Tabel 4.1 Data Siswa 5 Tahun Terakhir Kelas No
Tahun
1
2009 – 2010
35
39
32
40
A K XI I 33
2
2010 – 2011
38
40
30
38
35
40
221
3
2011 – 2012
38
40
36
39
30
40
223
4
2012 – 2013
40
42
39
40
35
38
235
5
2013 – 2014
47
46
38
41
39
42
253
A K X
AP X
A K XI
AP XI
AP XI I
Jumlah
40
219
B. Deskripsi dan Interpretasi Data Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka dalam penelitian ini penulis memperoleh data dan informasi melalui wawancara denga pihak SMK 11 Maret Jakarta untuk memperoleh gambaran data mengenai proses pelaksanaan program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswanya. Selain data wawancara penliti juga menggunakan angket kepada siswa untuk memperoleh data mengenai penilaian mereka sebagai konsumen SMK 11 Maret Jakarta mengenai efektifitas pelaksanaan program kerja humas melalui media penyebaran brosur, spanduk, dan poster atau pamflet. Berikut adalah deskripsi hasil data yang diperoleh peniliti berdasarkan fakta dan kondisi yang sebenarnya: 1. Proses Pelaksanaan Program Kerja Humas dalam Meningkatkan Jumlah Siswa 11 Maret Jakarta Utara. Proses pelaksanaan program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret Jakarta Utara merupakan kegiatan rutin sekolah yang dilakukan setiap tahun. Kegiatan tersebut memiliki beberapa program, salah-satunya adalah program penerimaan siswa baru. Dalam kegiatan itu, terdapat media komunikasi pemasaran yang digunakan
39
41
dengan tujuan untuk menginformasikan keberadaan sekolah kepada publik. Pada saat masa penerimaan siswa baru sekolah menyediakan brosur, memasang spanduk dan menyebarkan poster sebagai media komunikasi pemasaran kepada calon siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang humas SMK 11 Maret Jakarta Samsul Khudari mengatakan, bahwa sekolah menggunakan brosur, spanduk, serta poster sebagai media publikasi kepada calon siswa sejak dulu, biasanya pada saat masa penerimaan siswa baru.35 Adapun tahapan kegiatan humas terdiri dari kegiatan penelitian, perencanaan, pengkomunikasian/pelaksanaan dan evaluasi. Berikut adalah deskripsi data berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang humas: a.
Analisa Lingkungan Internal dan Eksternal Sekolah
Penelitian merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam proses kegiatan humas yang merupakan tindakan pengumpulan data dan pengkajian fakta. Penelitan dalam humas dilakukan untuk mendukung berjalannya proses dan mencari penghambat yang dapat mengganggu pelaksanaan. Humas SMK 11 Maret melakukan penelitian menggunakan hasil analisis SWOT sebelum menyusun program kerja humas. Dari hasil analisis SWOT dapat diperoleh data atau informasi yang dijadikan pertimbangan atau strategi yang akan diimplementasikan pada sebuah program. Dalam proses penyusunan program peningkatan jumlah siswa, pihak sekolah membuat program khusus, yaitu program kerja penerimaan siswa baru. Dalam program tersebut terdapat kegiatan penggunaan media promosi, seperti penyebaran brosur, pemasangan spanduk dan poster. Wakasek humas mengemukakan, bahwa dari hasil analisis SWOT dapat dipetakan masalahnya, kelemahan SMK 11 Maret adalah lokasinya yang agak tersembunyi berada di gang kecil dan belakang gedung-gedung, sehingga dengan dibuatnya media brosur, spanduk serta poster sekolah bisa diketahui dan dikenal oleh masyarakat. b. Perencanaan Pada tahap kedua proses kegiatan humas adalah perencanaan, yaitu membuat langkah kegiatan yang akan dikerjakan nantinya. Perencanaan pada hakikatnya adalah penetapan sasaran yang ingin 35
Hasil wawncara dengan wakasek bidang humas tanggal 14 Januari 2014
42
dicapai, serta tindakan yang harus dilakukan untuk mencapainya. Salah-satu sasaran yang ingin dicapai dan dibahas pada tahap perencanaan humas adalah program peningakatan jumlah siswa. Untuk meningkatkan jumlah siswa adalah dengan melakukan kegiatan promosi yaitu menginformasikan, mengenalkan serta membujuk masyarakat agar bisa mengetahui sekolah dan berminat untuk menjadi peserta didiknya. Caranya adalah dengan menggunakan media brosur, spanduk serta poster yang memuat informasi tentang sekolah. Dalam membuat media promosi perlu terlebih dahulu dilakukan perencanaan agar media yang digunakan dapat berjalan efektif dan mencapai tujuan. Perencanaan dilakukan humas SMK 11 Maret beserta kepala sekolah dan pihak lainnya ketika rapat program kerja tahunan. Dalam rapat itu dibahas mengenai anggaran yang akan dihabiskan dalam pelaksanaan program promosi. Pembahasan lainnya adalah mengenai waktu pelaksanaan dan orang-orang yang dilibatkan dalam program. Dalam tahapan perencanaan pembuatan media brosur, spanduk, kepala sekolah berserta wakil kepala sekolah bidang humas akan menentukan guru-guru yang berkompeten dalam membuat atau mendesain bentuk serta pesan kata-kata yang akan dimuat dalam media promosi. berikut adalah hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang humas SMK 11 Maret Jakarta: “…. Tahapan proses perencanaan pembuatan media promosi yang tujuannya adalah untuk menginformasikan sekolah kepada calon peserta didik saat masa penerimaan siswa baru dilakukan dengan memilih atau menentukan guru yang berkompeten dalam membuat dan mendesain media promosi seperti pembuatan brosur, spanduk dan poster. Kemudian sebelum dicetak guru tersebut harus melaporkan hasilnya terlebih dahulu kepada kepala sekolah dan jika media tersebut sudah dianggap bagus dan sesuai dengan tujuan program yang akan dicapai, maka ya dicetak dan kemudian dipasang sesuai kebutuhan…”36 Dari hasi wawancara di atas diperoleh keterangan, bahwa pihak SMK 11 Maret khususnya bidang humas membuat program kegiatan dengan melakukan perencanaan agar kegiatan yang dilakukan dapat efektif dan mencapai tujuan. c. 36
Pelaksanaan
Hasil wawncara dengan wakasek bidang humas tanggal 14 Januari 2014
43
Tahapan pelaksanaan kegiatan humas sebenarnya merupakan parameter untuk melihat terlaksananya kegiatan atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Agar proses pelaksanaan program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswa SMK 11 maret berhasil, maka kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang humas memerintah guru yang sudah ditentukan pada saat perencanaan untuk melakukan koordinasi. Pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan jadwal dan tempat yang telah ditentukan saat proses perencanaan. Berikut adalah hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang humas SMK 11 Maret Jakarta: “….pelaksanaan kegiatan penyediaan dan penyebaran brosur itu dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah kami lakukan. Dan kepala sekolah memerintahkan untuk melakukan koordinasi, misalkan membuat media brosur, spanduk dan poster …”37 d. Evaluasi Proses terakhir dalam kegiatan humas adalah dengan melakukan evaluasi. evaluasi atau penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauhmana hasil dari program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswa SMK 11 tersebut dapat berjalan sesuai dengan hasil yang diinginkan. Pada tahapan ini sekolah melakukan evaluasi setelah proses masa penerimaan siswa baru selesai dan membandingkan dengan kegiatan tahun sebelumnya, jika siswa yang menjadi peserta didikan mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, maka program promosi sekolah berjalan sesuai dengan harapan. Disamping itu, hasil dari tahapan evaluasi ini akan dijadikan feedback oleh sekolah untuk menentukan program kerja yang lebih baik lagi kedepannya. Berikut adalah hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang humas SMK 11 Maret Jakarta: “….untuk proses evaluasi program kerja penerimaan siswa baru, sekolah melakukan evaluasi ketika masa penerimaan siswa baru telah selesai. Cara evaluasinya dengan membandingkan jumlah peserta didik yang diterima dengan jumlah peserta didik tahun sebelumnya. Jika peserta didik yang sekarang lebih maka proses pelaksanaan progam kerja itu berjalan sesuai dengan baik, dari hasil evaluasi itu nantinya juga akan dibuat program yang lebih baik…”38
37 38
Hasil wawncara dengan wakasek bidang humas tanggal 14 Januari 2014 Hasil wawncara dengan wakasek bidang humas tanggal 14 Januari 2014
44
2. Efektivitas
Pelaksanaan
Program
Kerja
Humas
dalam
Meningkatkan Jumlah Siswa a. Efektivitas Penyebaran Brosur 1) Dimensi Empati Pada dimensi empati penyebaran brosur terdapat dua tabel data, pertama adalah tabel mengenai sampainya brosur SMK 11 Maret kepada calon siswa dan yang kedua adalah keadaan apakah brosur yang dibuat SMK 11 Maret disukai oleh calon siswa.
Alternatif Jawaban STS
Tabel 4.2 Empati Penyebaran Brosur Frekuensi Mean Frekuensi Bobot E1 Skor E1 E2 1 3 3 8
Mean Skor E2 8
TS
2
6
12
10
20
B
3
26
78
24
72
S
4
25
100
30
120
ST
5
20
100
8
40
Total
80
80 = 3,66
= 3,25
Berdasarkan hasil analisa data di atas, maka dapat diketahui: a) Elemen empati satu (E1), bahwa brosur yang disebarkan atau disediakan sekolah dapat didapatkan atau diperoleh calon siswa. Berdasarkan analisa data di atas konsumen yang mendapatkan atau memperoleh brosur sekolah memiliki skor 3,66 yang berarti efektif. b) Elemen empati dua (E2) yaitu calon siswa menyukai brosur yang dibuat SMK 11 Maret dan memiliki skor sebesar 3,25 yang berarti cukup efektif. Secara keseluruhan dimensi Empati pada pelaksanaan program humas melalui penyebaran brosur adalah dengan menjumlahkan
45
hasil rata-rata keduanya E1 (3,66) dan E2 (3,25), maka hasilnya adalah 6,91. Kemudian hasil tersebut dibagi dua, sehingga diperoleh skor 3,45. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “efektif”. 2) Persuasi Dalam dimensi persuasi terdapat dua informasi data yang dapat diperoleh, pertama adalah informasi mengenai ketertarikan siswa kepada sekolah setelah melihat isi brosur dan kedua adalah siswa ingin masuk ke SMK 11 Maret setelah mendapatkan brosurnya.
Alternatif Jawaban STS
Tabel 4.3 Persuasi Penyebaran Brosur Frekuensi Mean Frekuensi Mean Bobot P1 P1 P2 P2 1 10 10 2 2
TS
2
7
14
6
12
B
3
28
84
16
48
S
4
26
104
31
124
SS
5
9
45
25
125
Total
80
80 ,2
=3,88
Berdasarkan hasil analisa data di atas, maka dapat diketahui bahwa: a) Elemen P1, yaitu mengenai ketertarikan calon siswa terhadap SMK 11 Maret setelah mendapatkan brosur diperoleh skor rata-rata 3,21. Skor tersebut berarti berada pada rentang skala “cukup efektif”. b) Elemen P2, yaitu mengenai keinginan siswa untuk masuk sebagai peserta didik SMK 11 Maret setelah mendapat brosur memperoleh skor 3,88 yang berarti skor tersebut berada pada rentang skala “efektif’. Untuk mengetahui skor rata-rata keseluruhan dimensi persuasi pada efektifitas penyebaran brosur, maka nilai rata-rata P1 (3,21)
46
ditambah dengan nilai P2 (3,88), hasilnya adalah 7,09. Hasil skor (7,09) kemudian dibagi dua, sehingga diperoleh skor 3,54. Dengan demikian, maka pelaksanaan program penyebaran brosur pada dimensi persuasi, secara keseluruhan berada pada rentang skalah masih efektif”. 3) Impact Pada dimensi impact atau dampak terdapat dua informasi data yang dapat diperoleh dari responden, pertama adalah data tentang penilaian siswa terhadap brosur, apakah brosur yang dibuat SMK 11 Maret lebih kreatif dibandingkan dengan brosur yang dibuat sekolah lain. Kedua adalah apakah dengan brosur menjadikan siswa mengetahui keberadaan SMK 11 Maret. Tabel 4.3 Impact Penyebaran Brosur Alternatif Bobot Jawaban STS 1
Frekuensi Mean D1 D1 7 7
Frekuensi Mean D2 D2 4 4
TS
2
4
8
7
14
B
3
38
114
16
48
S
4
25
100
40
160
SS
5
6
30
13
65
Total
80
80 ,2
=3,63
Berdasarkan hasil analisa data di atas, maka dapat diketahui bahwa: a) Elemen D1 (Dampak 1), efektifitas pelaksanaan program kerja humas menggunakan
brosur diperoleh data, bahwa
brosur yang dibuat SMK 11 Maret lebih kreatif dibandingkan dengan brosur sekolah lain dan mendapatkan skor 3,23. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif”. b) Elemen D2 (Dampak 2) mendapatkan skor 3, 63 yang berarti “efektif”. Hasil tersebut menyatakan bahwa pelaksanaan
47
program
kerja
humas
melalui
penyebaran
brosur
mengakibatkan calon siswa dapat mengetahui SMK 11 Maret. Untuk mengetahui secara keseluruhan tingkat efektifitas pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran brosur pada dimensi dampak dapat diketahui dengan menjumlahkan skor ratarata D1 (3,23) dengan D2 (3,63) dan penjumlahan tersebut mendapatkan nilai 6,86. Kemudian nilai 6,39 dibagi dua, sehingga diperoleh skor rata-rata 3,43. Dengan hasil skor 3,43, maka dinyatakan “efektif”. 4) Komunikasi Pada data Dimensi komunikasi juga terdapat dua informasi yang dapat diketahui, pertama brosur SMK 11 Maret dapat memberikan informasi yang jelas kepada calon siswa. Kedua adalah calon siswa dapat mengerti pesan yang disampaikan dalam brosur SMK 11 Maret. Tabel 4.4 Komunikasi Penyebaran Brosur Alternatif Frekuensi Mean Frekuensi Mean Bobot Jawaban C1 C1 C2 C2 STS 1 7 7 3 3 TS
2
12
24
5
10
B
3
32
94
28
84
S
4
19
76
34
136
SS
5
10
50
10
50
Total
80
80 ,
=3,53
Berdasarkan hasil analisa data di atas maka dapat diketahui: a) Elemen C1 (Communications 1), bahwa brosur yang dibuat SMK 11 Maret dapat memberikan informasi yang jelas kepada calon siswa mendapatkan skor rata-rata 3,13. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif”.
48
b) Elemen C2 (Communication 2), bahwa calon siswa mengerti pesan yang disampaikan brosur SMK 11 Maret memperoleh skor rata-rata 3,53. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “efektif”. Secara keseluruhan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program humas melalui penyebaran brosur pada dimensi komunikasi dengan menjumlahkan hasil skor rata-rata C1 (3,13) dengan skor C2 (3,53), sehingga diperoleh nilai 6,66. Kemudian nilai 6,66 dibagi dua dan diperoleh skor rata-rata secara keseluruhan 3,33. Berarti skor dimensi komunikasi pada program penyebaran brosur SMK 11 Maret berada pada rentang skala “cukup efektif”. Berdasarkan hasil analisa data model EPIC di atas, maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran brosur untuk meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret, bahwa dimensi Empati efektif dengan skor 3,45. Dimensi Persuasi efektif dengan skor 3,54. Dimensi Impact atau Dampak efektif dengan skor 3,43. Dimensi Komunikasi cukup efektif dengan skor 3,33. Untuk mempermudah penjelasan kesimpulan, berikut adalah grafik hasil efektifitas perelemen dimensi pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran brosur untuk meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret. Gambar 4.1 Grafik Perelemen Dimensi Penyebaran Brosur 5
Skala Likert
4.2 3.4
3.45
3.54
3.43
3.33
2.6 1.8 1 Empati
Persuasi Dampak Dimensi Indikator EPIC
Komunikasi
49
Berdasarkan data di atas, maka dapat di ambil kesimpulan efektifitas penyebaran brosur ialah dengan merata-ratakan hasil seluruh dimensi EPIC penyebaran brosur, yaitu: 3,45 + 3,54 + 3,43 + 3,33 = 13,62 kemudian dibagi empat, sehingga diperoleh skor EPIC 3,40. Dengan demikian skor efektifitas pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran brosur untuk meningkatkan jumlah siswa SMK Maret Jakarta berada pada rentang skala “efektif”. b. Efektivitas Pemasangan Spanduk 1) Dimensi Empati Pada dimensi empati penyebaran dan pemasangan spanduk terdapat dua tabel data, pertama adalah tabel mengenai terlihatnya spanduk yang dipasang dibeberapa tempat oleh humas SMK 11 Maret dan yang kedua adalah pendapat siswa apakah spanduk yang dibuat SMK 11 Maret disukai oleh calon siswa. Tabel 4.5 Empati Dimensi Pemasangan Spanduk Alternatif Frekuensi Mean Bobot Jawaban C1 C1 STS 1 3 3
Frekuensi Mean C2 C2 8 8
TS
2
15
30
17
34
B
3
24
72
22
66
S
4
30
120
27
108
SS
5
8
40
6
30
Total
80
80
=3,07 , Berdasarkan hasil analisa data di atas, maka dapat diketahui: a) Elemen empati satu (E1), bahwa spanduk yang disebarkan dan dipasang oleh SMK 11 Maret dapat terlihat oleh calon siswa memperoleh skor rata-rata 3,31. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif”. b) Elemen empati dua (E2) yaitu calon siswa menyukai spanduk yang dipasang oleh SMK 11 Maret dan memiliki
50
skor rata-rata
, 7. Skor tersebut bisa dikatakan “cukup
efektif’. Secara keseluruhan dimensi Empati pada pelaksanaan program humas melalui penyebaran dan pemasangan spanduk adalah dengan menjumlahkan hasil rata-rata keduanya E1 (3,31) dan E2 (3,07), maka hasilnya adalah 6,38. Kemudian hasil tersebut dibagi dua, sehingga diperoleh skor 3,19. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif”. 2) Persuasi Pada dimensi persuasi penyebaran dan pemasangan spanduk terdapat dua informasi data yang dapat diperoleh, pertama adalah informasi mengenai ketertarikan siswa kepada sekolah setelah melihat pesan dalam spanduk dan kedua adalah siswa ingin masuk menjadi peserta didik SMK 11 Maret setelah melihat spanduk SMK 11 Maret. Tabel 4.6 Persuasi Dimensi Pemasangan Spanduk Alternatif Frekuensi Mean Bobot Jawaban P1 P1 STS TS B S SS
1 2 3 4 5
Total
33 17 16 11 3
33 34 48 44 15
Frekuensi Mean P2 P2 21 13 26 15 5
21 26 78 60 25
80
80 2, 7
=2,62
Berdasarkan hasil analisa data di atas, maka dapat diketahui bahwa: a) Elemen P1, yaitu mengenai ketertarikan calon siswa terhadap SMK 11 Maret setelah melihat spanduk diperoleh skor rata-rata 2,17. Skor tersebut berarti berada pada rentang skala “tidak efektif”. b) Elemen P2, yaitu mengenai keinginan siswa untuk masuk sebagai peserta didik SMK 11 Maret setelah melihat
51
spanduk mendapatkan skor 2,62 yang berarti skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif’. Skor rata-rata keseluruhan dimensi persuasi pada efektifitas penyebaran dan pemasangan spanduk dengam menjumlahkan nilai rata-rata P1 (2,17) ditambah dengan nilai P2 (2,62), hasilnya adalah 5,4. Hasil skor (5,4) kemudian dibagi dua, sehingga diperoleh skor 2,39. Dengan demikian, maka pelaksanaan program penyebaran dan pemasangan spanduk pada dimensi persuasi, secara keseluruhan berada pada rentang skalah “tidak efektif”. 3) Impact Pada dimensi impact atau dampak terdapat dua informasi data yang dapat diperoleh dari responden, pertama adalah data tentang penilaian siswa terhadap spanduk SMK 11 Maret, apakah lebih kreatif dibandingkan dengan spanduk yang dibuat sekolah lain. Kedua adalah apakah dengan media spanduk menjadikan siswa mengetahui keberadaan SMK 11 Maret. Tabel 4.7 Impact Pemasangan Spanduk Alternatif Frekuensi Mean Bobot Jawaban D1 D1 STS TS B S SS
1 2 3 4 5
Total
7 10 39 21 3
7 20 117 84 15
Frekuensi Mean D2 D2 2 11 30 27 10
80
2 22 90 108 50
80 ,
=3,4
Berdasarkan hasil analisa data di atas, maka dapat diketahui bahwa: a) Elemen D1 (Dampak 1), efektifitas pelaksanaan program melalui penyebaran dan pemasangan spanduk diperoleh data, bahwa spanduk yang dibuat SMK 11 Maret lebih kreatif dibandingkan dengan spanduk sekolah lain dan
52
mendapatkan skor 3,03. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif”. b) Elemen D2 (Dampak 2) mendapatkan skor 3,4 yang berarti “cukup
efektif”.
Hasil
tersebut
menyatakan
bahwa
pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran dan pemasangan spanduk mengakibatkan calon siswa dapat mengetahui SMK 11 Maret. Untuk mengetahui secara keseluruhan tingkat efektifitas pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran dan pemasangan spanduk pada dimensi dampak, yaitu dengan menjumlahkan skor rata-rata D1 (3,03) dengan D2 (3,4) dan penjumlahan tersebut mendapatkan nilai 6,43. Kemudian nilai 6,43 dibagi dua, sehingga diperoleh skor rata-rata 3,21. Dengan demikian skor tersebut, dinyatakan “cukup efektif”. 4) Komunikasi Pada data Dimensi komunikasi juga terdapat dua informasi yang dapat diketahui, pertama penyebaran dan pemasangan spanduk SMK 11 Maret dapat memberikan informasi yang jelas kepada calon siswa. Kedua adalah calon siswa dapat mengerti pesan yang disampaikan dalam spanduk SMK 11 Maret.
Tabel 4.8 Komunikasi Pemasangan Spanduk Alternatif Frekuensi Mean Bobot Jawaban C1 C1 STS 1 15 15
Frekuensi Mean C2 C2 2 2
TS
2
18
36
19
38
B
3
23
69
36
108
S
4
14
56
12
48
SS
5
10
50
11
55
53
Total
80
80 2, 2
=3,13
Berdasarkan hasil analisa data di atas maka dapat diketahui: a) Elemen C1 (Communications 1), bahwa spanduk yang dibuat SMK 11 Maret dapat memberikan informasi yang jelas kepada calon siswa mendapatkan skor rata-rata 2,82. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif”. 2) Elemen C2 (Communication 2), bahwa calon siswa mengerti pesan yang disampaikan dalam spanduk SMK 11 Maret memperoleh skor rata-rata 3,13. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif”. Secara keseluruhan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program humas melalui penyebaran dan pemasangan spanduk pada dimensi komunikasi, yaitu dengan menjumlahkan hasil skor rata-rata C1 (2,82) dengan skor C2 (3,13), sehingga diperoleh nilai 5,95. Kemudian nilai 6,4 dibagi dua dan diperoleh skor rata-rata secara keseluruhan 2,97. Berarti skor dimensi komunikasi pada program penyebaran brosur SMK 11 Maret berada pada rentang skala “cukup efektif”. Berdasarkan hasil analisa data model EPIC di atas, maka dapat disimpulkan skor efektifitas pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran dan pemasangan spanduk untuk meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret, yaitu: dimensi Empati cukup efektif dengan skor 3,19. Dimensi Persuasi cukup efektif dengan skor 2,39. Dimensi Impact atau Dampak cukup efektif dengan skor 3,21. Dimensi Komunikasi cukup efektif dengan skor 2,97. Untuk mempermudah penjelasan kesimpulan, berikut adalah grafik hasil efektifitas perelemen dimensi pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran dan pemasangan spanduk untuk meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret.
54
Gambar 4.2 Grafik Perelemen Dimensi Pemasangan Spanduk 5
Skala Likert
4.2 3.4 2.6
3.21
3.19
2.97
2.39
1.8 1 Empati
Persuasi
Dampak
Komunikasi
Dimensi Indikator EPIC
Secara keseluruhan efektifitas penyebaran dan pemasangan spanduk dengan merata-ratakan hasil seluruh dimensi EPIC penyebaran spanduk, yaitu: 3,19 + 2,39 + 3,21 + 2,97 = 11,76 kemudian dibagi empat, sehingga diperoleh skor EPIC 2,94. Dengan demikian skor efektifitas pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran dan pemasangan spanduk untuk meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret Jakarta berada pada rentang skala “cukup efektif”. c. Efektivitas Pemasangan Poster 1) Dimensi Empati Pada dimensi empati penyebaran dan pemasangan poster terdapat dua tabel data yang diperoleh dari hasil angket, pertama adalah tabel mengenai terlihatnya pamflet atau poster yang dipasang di beberapa tempat oleh humas SMK 11 Maret dan yang kedua adalah pendapat siswa mengenai poster, apakah poster yang dibuat SMK 11 Maret disukai oleh calon siswa. Tabel 4.9 Empati Dimensi Poster Alternatif Frekuensi Mean Bobot Jawaban C1 C1
Frekuensi Mean C2 C2
55
STS
1
4
4
9
9
TS
2
14
28
12
24
B
3
27
81
36
108
S
4
29
116
20
80
SS
5
6
30
3
15
Total
80
80 ,2
=2,95
Berdasarkan hasil analisa data di atas, maka dapat diketahui: a) Elemen empati satu (E1), bahwa poster yang disebarkan dan dipasang oleh SMK 11 Maret dapat terlihat oleh calon siswa dan memperoleh skor rata-rata 3,23. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif”. b) Elemen empati dua (E2) yaitu calon siswa menyukai poster yang dipasang oleh SMK 11 Maret dan memiliki skor ratarata 2,95. Skor tersebut bisa dikatakan “cukup efektif’. Secara keseluruhan dimensi Empati pada pelaksanaan program humas melalui penyebaran dan pemasangan poster adalah dengan menjumlahkan hasil rata-rata keduanya E1 (3,23) dan E2 (2,95), maka hasilnya adalah 6,18. Kemudian hasil tersebut dibagi dua, sehingga diperoleh skor 3,09. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif”. 2) Persuasi Dalam dimensi persuasi penyebaran dan pemasangan poster terdapat dua informasi data yang dapat diperoleh, pertama adalah informasi mengenai ketertarikan siswa kepada sekolah setelah melihat pesan dalam poster dan kedua adalah siswa ingin masuk menjadi peserta didik SMK 11 Maret setelah melihat pamflet atau poster SMK 11 Maret. Tabel 4.10 Persuasi Dimensi Pemasangan Poster Alternatif Frekuensi Mean Bobot Jawaban P1 P1
Frekuensi Mean P2 P2
56
STS
1
11
11
4
4
TS
2
6
12
13
26
B
3
23
78
35
105
S
4
31
124
15
60
SS
5
9
45
13
65
Total
80
80 , 7
=3,25
Berdasarkan hasil analisa data di atas, maka dapat diketahui bahwa: a) Elemen P1, yaitu mengenai ketertarikan calon siswa terhadap SMK 11 Maret setelah melihat poster diperoleh skor rata-rata 3,37. Skor tersebut berarti berada pada rentang skala “cukup efektif”. b) Elemen P2, yaitu mengenai keinginan siswa untuk masuk sebagai peserta didik SMK 11 Maret setelah melihat poster mendapatkan skor 3,25 yang berarti skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif’. Untuk mengetahui skor rata-rata keseluruhan dimensi persuasi pada efektifitas penyebaran dan pemasangan poster, maka nilai rata-rata P1 (3,37) ditambah dengan nilai P2 (3,25), hasilnya adalah 6,62. Hasil skor (5,4) kemudian dibagi dua, sehingga diperoleh skor 3,31. Dengan demikian, pelaksanaan program penyebaran dan pemasangan poster pada dimensi persuasi, secara keseluruhan berada pada rentang skalah “cukup efektif”. 3) Impact Pada dimensi impact atau dampak terdapat dua informasi data yang dapat diperoleh dari responden, pertama adalah data tentang penilaian siswa terhadap pamflet atau poster SMK 11 Maret, pertama adalah poster yang dibuat SMK 11 Maret, apakah lebih
57
kreatif dibandingkan dengan spanduk yang dibuat sekolah lain. Kedua, apakah dengan media poster menjadikan calon siswa mengetahui keberadaan SMK 11 Maret. Tabel 4.11 Impact Dimensi Pemasangan Poster Alternatif Frekuensi Mean Frekuensi Mean Bobot Jawaban D1 D1 D2 D2 STS 1 13 13 8 8 TS
2
19
38
14
28
B
3
28
84
32
96
S
4
15
60
16
64
SS
5
5
25
10
50
Total
80
80 2,75
=3,07
Berdasarkan hasil analisa data di atas, maka dapat diketahui bahwa: a) Elemen D1 (Dampak 1), efektifitas pelaksanaan program melalui penyebaran dan pemasangan poster diperoleh data, bahwa poster yang dibuat SMK 11 Maret lebih kreatif dibandingkan dengan poster sekolah lain mendapatkan skor 2,75. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif”. b) Elemen D2 (Dampak 2) mendapatkan skor 3,07 yang berarti “cukup
efektif”.
Hasil
tersebut
menyatakan
bahwa
pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran dan pemasangan poster mengakibatkan calon siswa dapat mengetahui SMK 11 Maret. Untuk mengetahui secara keseluruhan tingkat efektifitas pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran dan pemasangan poster pada dimensi dampak, yaitu dengan menjumlahkan skor rata-rata D1 (2,75) dengan D2 (3,07) dan penjumlahan tersebut mendapatkan nilai 5,82. Kemudian nilai 5,82
58
dibagi dua, sehingga diperoleh skor rata-rata 3,91. Dengan demikian skor tersebut, dinyatakan “efektif”. 4) Komunikasi Pada data dimensi komunikasi juga terdapat dua informasi yang dapat diketahui, pertama penyebaran dan pemasangan poster SMK 11 Maret dapat memberikan informasi yang jelas kepada calon siswa. Kedua adalah calon siswa dapat mengerti pesan yang disampaikan dalam poster SMK 11 Maret. Tabel 4.12 Komunikasi Dimensi Pemasangan Poster Alternatif Frekuensi Mean Bobot Jawaban C1 C1 STS 1 8 8
Frekuensi Mean C2 C2 13 26
TS
2
18
36
19
38
B
3
21
63
30
90
S
4
19
76
12
48
SS
5
14
70
6
30
Total
80
80 ,
=2,9
Berdasarkan hasil analisa data di atas maka dapat diketahui: a) Elemen C1 (Communications 1), bahwa poster yang dibuat SMK 11 Maret dapat memberikan informasi yang jelas kepada calon siswa mendapatkan skor rata-rata 3,16. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif”. b) Elemen C2 (Communication 2), bahwa calon siswa mengerti pesan yang disampaikan poster SMK 11 Maret memperoleh skor rata-rata 2,9. Dengan demikian skor tersebut berada pada rentang skala “cukup efektif”. Secara keseluruhan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program humas melalui penyebaran dan pemasangan
59
poster pada elemen komunikasi, yaitu dengan menjumlahkan hasil skor rata-rata C1 (3,16) dengan skor C2 (2,9), sehingga diperoleh nilai 6,06. Kemudian nilai 6,06 dibagi dua dan diperoleh skor ratarata secara keseluruhan 3,03. Berarti skor dimensi komunikasi pada program penyebaran dan pemasangan poster SMK 11 Maret berada pada rentang skala “cukup efektif”. Berdasarkan hasil analisa data model EPIC di atas, maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran poster untuk meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret, yaitu: dimensi empati cukup efektif dengan skor 3,09. Dimensi persuasi cukup efektif dengan skor 3,31. Dimensi Impact efektif dengan skor 3,91. Dimensi komunikasi cukup efektif dengan skor 2,90. Untuk mempermudah penjelasan data tersebut, berikut adalah grafik hasil efektivitas perelemen dimensi pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran dan pemasangan poster untuk meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret Gambar 4.3 Grafik Perelemen Dimensi Pemasangan Poster 5
Skala Likert
4.2 3.91
3.4 2.6
3.09
3.31 2.9
1.8 1 Empati
Persuasi
Dampak
Komunikasi
Dimensi Indikator EPIC
Berdasarkan gambaran data di atas, maka dapat diambil kesimpulan efektifitas penyebaran dan pemasangan poster, yaitu dengan merata-ratakan hasil seluruh perdimensi EPIC penyebaran poster, yaitu: 3,09 + 3,31 + 3,91 + 2,9 = 13,21 kemudian dibagi empat, sehingga diperoleh skor EPIC 3,30. Dengan demikian skor efektifitas pelaksanaan program kerja humas melalui penyebaran dan pemasangan poster untuk meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret Jakarta berada pada rentang skala “cukup efektif”.
60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan tentang pelaksanaan program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret Jakarta Utara dapat disimpulkan bahwa: Bidang humas turut memberikan andil yang signifikan terhadap perkembangan jumlah siswa di sekolah tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan jumlah siswa dari tahun ke-tahun. Bidang humas di sekolah tersebut mempunyai program yang jelas dalam membantu pihak sekolah khususnya mempublikasikan sekolah kepada masyarakat. Adapun program humas yang dilaksanakan untuk meningkatkan jumlah siswa adalah dengan penyebaran brosur, pemasangan spanduk dan penyebaran poster sekolah. Penyebaran brosur dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di sekitar SMK 11 Maret Jakarta Utara. Adapun spanduk di pasang di tempat-tempat strategis yang mudah terlihat oleh masyarakat. Sedangkan poster juga ditempel di keramaian dan papan informasi yang berdekatan dengan SMP dan MTs yang ada di sekitar SMK 11 Maret.
61
Berdasarkan hasil analisa data, efektifitas program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret, bahwa penyebaran brosur mendapatkan skor EPIC rate sebesar 3,40. Skor tersebut dalam penelitian dinyatakan efektif. Jika berdasarkan skor per-elemen EPIC dimensi penyebaran brosur, maka elemen persuasi yang paling dominan memperoleh nilai tertinggi dengan skor 3,54 yang berarti efektif. Hal tersebut menyatakan bahwa efektifitas penyebaran brosur sekolah lebih dominan di elemen persuasi mengenai ketertarikan siswa terhadap sekolah dan ingin menjadi siswa dibandingkan dengan elemen lainnya. Adapun program pemasangan spanduk mendapatkan skor EPIC rate 2,94. Skor tersebut berarti cukup efektif. Skor tertinggi elemen EPIC pemasangan spanduk adalah elemen impact yang berada di tingkatan cukup efektif dengan skor 3,21. Sehingga efektifitas pemasangan spanduk lebih dominan di segi kreatifitas spanduk dan menjadikan calon siswa mengetahui keberadaan SMK 11 Maret dibandingkan dengan elemen lainnya. Sedangkan efektifitas pemasangan dan penyebaran poster memperoleh skor EPIC rate 3,30. Skor tersebut berarti cukup efektif. Skor tertinggi berada di elemen EPIC Impact yang berada di tingkatan cukup efektif dengan skor 3,21. Sehingga efektifitas pemasangan spanduk lebih dominan di segi kreatifitas spanduk dan menjadikan calon siswa mengetahui keberadaan SMK 11 Maret dibandingkan dengan elemen lainnya. Dari ketiga pelaksanaan program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret, maka dapat diketahui bahwa program penyebaran brosur mendapatkan skor EPIC tertinggi dengan skor 3, 43 yang berarti efektif dibandingkan kedua program lainnya yang masih pada rentang skala cukup efektif.
62
B. Saran-saran Adapun
saran-saran
yang
dapat
dijadikan
bahan
masukan
dan
pertimbangan bagi sekolah terutama wakasek bidang humas SMK 11 Maret Jakarta berkaitan dengan program kerja humas dalam meningkatkan jumlah siswa SMK 11 Maret adalah sebagai berikut: 1. Memperluas jangkauan media iklan brosur, spanduk, dan poster SMK 11 Maret. 2. Melakukan memudahkan
promosi calon
melalui siswa
website, dan
orang
media
sosial
sehingga
tua/masyarakat
untuk
mendapatkan informasi tentang sekolah tersebut. 3. Meningkatkan desain dan bahasa di dalam brosur, spanduk dan poster sehingga masyarakat dan calon siswa lebih tertarik untuk mencari informasi lanjutan tentang SMK 11 Maret Jakarta Utara. 4. Menjaga kerja sama dan komunikasi yang baik dengan SMP dan MTs yang berada di sekitar sekolah untuk penyebaran brosur, spanduk dan poster. 5. Meningkatkan anggaran promosi untuk memperbanyak media iklan promosi secara maksimal sesuai dengan kemampuan SMK 11 Maret Jakarta Utara.
63
DAFTAR PUSTAKA
Eka, Ag Wenats dkk, Integrated Marketing Communications Komunikasi Pemasaran di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012. Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, cet. Ke-2, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001. Alma, Buchari. Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan: Fokus Pada Mutu dan Layanan Prima, cet. Ke-2, Bandung: Alfabeta, 2009. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen dalam Negeri dan Otonomi Daerah Rebpublik Indonesia, Metode Penelitian Sosial (Terapan dan Kebijaksanaan), Tahun 2000. Barnawi dan Mohammad arifin, Buku Pintar Mengelola Sekolah Swasta, Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2012 Bungin, M. Burhan. Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2009 Gozali, Dodi M. Communication Measurement: Konsep dan Aplikasi Pengukuran Kinerja Public Relations, Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2005. Hidayat, Ara dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip Dan Aplikasi Dalam Mengelola Sekolah Dan Madrasah, Yogyakarta : PT Kaukaba, 2012. Iskandar, Dr. M.Pd. Metodologi Penelitian Pndidikan dan Sosial, Cet. Ke-5 Jakarta, Referensi, 2013 Nasution, Zulkarnaen. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan: Konsep, Fenomena dan Aplikasinya, cet. Ke-2, Malang: UMM Press, 2010. Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT Indeks, 2009. Rangkuti, Freddy. Mengukur Efektivitas Program Promosi: Analisis Kasus Menggunakan SPSS, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009
64
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, cet. Ke-11, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012. Suryosubroto, Hubungan Sekolah dengan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta, 2012 Suhandang, Kustadi. Studi dan Penerapan Public Relations: Pedoman kerja Perusahaan, cet-2, Bandung: Nuansa Cendikia, 2012. Sunyoto, Danang. Dasar-dasar Manajemen Pemasaran Konsep, Strategi dan Kasus, Yogyakarta: Caps, 2012. Suryadi, Didih. Promosi Efektif Menggugah Minat dan Loyalitas Pelanggan, Jakarta: Oryza, 2011. Triadi, Dendy dan Addy Sukma Bharata, Ayo Bikin Iklan! Memahami Teori dan Praktek Iklan Media Lini Bawah, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010. Wijaya, David. Pemasaran Jasa Pendidikan, Jakarta: Salemba Empat, 2012.