1
PELAKSANAAN PERKULIAHAN BIOLOGI SEL MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE CONSTRUKTIVISTIK Jailani (Staf Pengajar Prodi Pendidikan Biologi FKIP USM Banda Aceh) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mahasiswa dengan penerapan pembelajaran cooperative construktivistik dalam perkuliahan biologi sel pada semester ganjil tahun akademik 2010/2011, menentukan kualitas proses perkuliahan, dan mendeskripsikan respon mahasiswa terhadap penerapan model belajar cooperative construktivistik. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi FKIP USM Banda Aceh semester ganjil 2010/2011, yang mengikuti kuliah biologi sel, sebanyak 50 orang mahasiswa. Penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus, selama 12 kali pertemuan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes, observasi, angket, dan wawancara. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar mahasiswa dari siklus pertama ke siklus kedua, ditandai dari nilai rata-rata 66,40 pada UTS-I menjadi 78,50 pada UTS-II. Berdasarkan hasil evaluasi dari kegiatan belajar mahasiswa, maka terdapat 6,00 % mahasiswa bernilai A; 46,00 % bernilai B; 38,00% bernilai C; 8,00% bernilai D dan 2,00% bernilai E. Proses perkuliahan biologi sel berlangsung secara optimal, yang dicirikan dengan terjadinya interaksi yang kondusif baik antara mahasiswa dengan dosen maupun dengan materi pelajaran, dan mahasiswa tampak aktif berdiskusi baik diskusi kelompok, maupun diskusi kelas. Hasil deskripsi menunjukkan bahwa mahasiswa merespon secara positif terhadap penerapan model belajar cooperative construktivistik dalam perkuliahan biologi sel. Kata kunci: cooperative construktivistik, hasil belajar.
Mata kuliah biologi sel merupakan salah satu mata kuliah di Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi yang diprogramkan oleh mahasiswa pada pelaksaan semester ganjil tahun akademik 2010/2011. Mata kuliah ini memiliki bobot 3 sks dan mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah ini diharuskan telah pernah mengikuti kuliah biologi dasar, biokimia, dan anatomi. Matakuliah ini juga merupakan matakuliah pra syarat untuk memahami materi perkuliahan fisiologi, microbiologi, dan biomolekul lainnya, maka perlu dipikirkan suatu pola perkuliahan melalui suatu strategi yang mampu memberikan proses dan hasil yang optimal. Adapun mode perkuliahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang lebih banyak menekankan aspek-aspek kolaboratif di ruang kelas. Model perkuliahan yang memiliki aspek kolaborasi relatif tinggi adalah pembelajaran cooperative construktivistik melalui cooperative problem solving (Slavin, 1995). Perkuliahan dengan menerapkan model cooperative construktivistik yang mengacu pada pembelajaran problem solving yang lebih banyak menekankan aspek kolaborasi untuk menghasilkan sinergi optimal dalam pembelajarannya belum banyak diterapkan di Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh.
2
Model pembelajaran cooperative merupakan model pembelajaran yang akhir-akhir ini sangat popular, termasuk dalam bidang studi biologi. Beberapa ahli mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative tidak hanya unggul dalam membantu mahasiswa memahami konsepkonsep biologi yang sulit tetapi sangat membantu mahasiswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis, kemampuan membantu teman kelompok dan sebagainya, (Waston, S.B. 1999). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka diajukan rumusan masalah, yang diupayakan pemecahannya dalam penelitian ini, adalah: 1. Apakah penerapan pembelajaran cooperative construktivistik dalam perkuliahan biologi sel pada semester ganjil tahun akademik 2010/2011 dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa ? 2. Apakah penerapan pembelajaran cooperative construktivistik dalam perkuliahan biologi sel pada semester ganjil tahun akademik 2010/2011 dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran ? 3. Bagaimana respon mahasiswa terhadap penerapan pembelajaran cooperative construktivistik dalam perkuliahan biologi sel pada semester ganjil tahun akademik 2010/2011 ? Beranjak dari rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mahasiswa dengan penerapan pembelajaran cooperative construktivistik dalam perkuliahan biologi sel pada semester ganjil tahun akademik 2010/2011. 2. Untuk mengetahui sejauhmana peningkatan aktifitas pembelajaran mahasiswa dengan penerapan pembelajaran cooperative construktivistik dalam perkuliahan biologi sel pada semester ganjil tahun akademik 2010/2011. 3. Untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap penerapan pembelajaran cooperative construktivistik dalam perkuliahan biologi sel pada semester ganjil tahun akademik 2010/2011. LANDASAN TEORI Pembelajaran cooperative merupakan ide lama semenjak abad pertama setelah Masehi, para filosof telah mengemukakan bahwa: “Agar seseorang belajar, dia harus memiliki teman belajar.” Menurut teori ini, dalam pembelajaran cooperative siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dalam mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya (Slavin, 1995). Dalam kehidupan sehari-hari orang selalu menjumpai masalah masalah. Untuk menyelesaikan masalah-masalah itu perlu mengadakan pendekatan yang tepat dengan mengatur arus pikiran diri sendiri. Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengadakan analisa terhadap masalah, melalui analisa itu sampailah kepada suatu pemecahan. Di dalam kelas cooperative mahasiswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang sederajat tetapi hiterogen seperti campuran siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah, jenis kelamin dan ras serta saling membantu satu sama lain (Jailani, 2001). Selama belajar secara cooperative siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan
3
baik di dalam kelompoknya. Seperti menjadi pendengar yang baik, memberi penjelasan kepada temannya sekelompok dengan baik, berdiskusi dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik siswa diberikan latihan-latihan yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang diajarkan dosen dan saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasannya. Model pembelajaran cooperative memiliki kaitan yang sangan erat dengan model belajar construktivistik. Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran cooperative bertolak dari suatu asumsi bahwa mahasiswa akan lebih mudah mengkonstruksi pengetahuannya, lebih mudah menemukan dan memahami pemecahan konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah yang dihadapinya dengan temannya (Nur, 1996). Dalam pembelajaran cooperative, tujuan dibentuknya kelompok kecil adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Beberapa ciri dari pembelajaran cooperative adalah: a. Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara para siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya. d. Dosen membantu para siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok. e. Dosen hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Metode pembelajaran cooperative memanfaatkan kecenderungan mahasiswa untuk berinteraksi dan memiliki dampak positif terhadap mahasiswa yang rendah hasil belajarnya (Nur, 1996). Selanjutnya Slavin (1995) menyatakan bahwa penerapan model belajar cooperative construktivistik dapat menghasilkan pemikiran dan tantangan pengubahan miskonsepsi mahasiswa. Menurut Piaget (dalam Arend, 2007) perkembangan sebagian besar bergantung pada seberapa jauh pebelajar aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan berasal dari tindakan. Sedangkan adaptasi lingkungan dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dalam pembelajaran cooperative, dimana upaya-upaya berorietasi tujuan, tiap individu menyumbang pencapaian tujuan individu lain. Mahasiswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan hanya jika mahasiswa lain mencapai tujuan tersebut. Pembelajaran kooperative ini mengharapkan munculnya aktivitas kolaboratif yang dicirikan oleh munculnya positive interdependence untuk mewujudkan individual accountability dan face to face interaction. Oleh sebab itu, pembelajaran cooperative mewujudkan keterampilan kolaboratif termasuk di dalamnya positive interdependence, individual accountability, dan face to face interaction secara berturut-turut melalui teknik-teknik cooperative gole, cooperative incentive, dan cooperative task. Model pembelajaran cooperative dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajran nyang penting, yakni prestasi akademik, penerimaan akan kenekaragaman dan pengembangan keterampilan sosial (Arends, 2007). a. Prestasi Akademik Meskipun pembelajaran cooperative mencakup berbagai tujuan sosial, namun pembelajaran cooperative dapat juga digunakan untuk meningkatkan prestasi akademik. Para pengembang pembelajaran cooperative telah menunjukkan bahwa struktur cooperative dapat
4
meningkatkan nilai yang diperoleh mahasiswa dan mengubah norma-norma yang sesuai dengan prestasi tersebut. b. Penerimaan akan keanekaragaman Tujuan lain dari model pembelajaran cooperative adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Pembelajaran cooperative memberikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling tergantung dengan tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan cooperative akan belajar saling menghargai satu sama lain. c. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan ketiga dari pembelajaran cooperative adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan bekerjasama. METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini berjumlah 50 orang mahasiswa Jurusan PMIPA Program Studi Pendidikan Biologi, yang memprogramkan mata kuliah biologi sel pada semester ganjil tahun akademik 2010/2011. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan selama 6 minggu efektif yang dijalankan menjadi dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan tahapan refleksi. Pada siklus pertama diajarkan konsep struktur dan fungsi organella sel yang memerlukan tatap muka enam kali pertemuan. Pada tahap perencanaan, langkah-langkah yang dilakukan adalah: a. menyusun materi ajar biologi sel yang berkaitan dengan struktur dan fungsi organella sel, b. peneliti menyiapkan paket latihan soal, materi kuis, materi post-test, angket respon mahasiswa, dan lembaran observasi aktivitas belajar mahasiswa, c. menyiapkan rancangan pembelajaran dan lembaran kerja mahasiswa sebagai model cooperative construktivistik problem solving, dan d. menyiapkan alternatif kunci jawaban untuk semua jenis tes dalam rangka memberikan feedback atau umpan balik secara sistematis kepada mahasiswa yang dijadikan subjek penelitian. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan melalui langkah-langkah: a membuat kelompok mahasiswa yang terdiri atas 4-5 orang perkelompok, b. membagi materi ajar kepada mahasiswa sebelum pelaksanaan perkuliahan, c. Menyampaikan kepada mahasiswa tentang isi materi ajar dan teknik pembelajarannya, d. melaksanakan program pembelajaran struktur dan fungsi organella sel dengan metode cooperative construktivistik serta membagikan lembaran kerja mahasiswa, e. pada setiap akhir pembelajaran, kepada mahasiswa diberikan tugas-tugas latihan soal, dan memberikan kuis, dan g. hasil pekerjaan latihan soal dan kuis setelah dikoreksi, dikembalikan lagi kepada mahasiswa. Selanjutnya pada setiap tapan pembelajaran dilakukan observasi. Observasi dilakukan untuk memperoleh data aktivitas mahasiswa dalam bekerjasama memecahkan masalah belajar dengan menggunakan indikator-indikator, yaitu: 1. interaksi mahasiswa dengan dosen, 2. interaksi mahasiswa dengan materi pelajaran, 3. interaksi antar mahasiswa, 4. kualitas pertanyaan, dan kualitas jawaban dari mahasiswa. Pada tahap berikutnya dilakukan evaluasi pada setiap kali pemberian materi pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mendapatkan data hasil belajar mahasiswa baik pada kuis maupun pada latihan mengerjakan soal setelah penerapan pembelajaran.
5
Pada akhir siklus dilakukan refleksi terhadap semua kegiatan pembelajaran yang telah diobservasi, maupun yang telah dievaluasi. Refleksi dilakukan atas dasar hasil tes, hasil observasi, dan hasil interviu terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan pada tahap pertama. Selanjutnya didasarkan pada hasil refleksi tahap pertama maka dilakukan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dari penelitian ini. Pada siklus kedua, diajarkan konsep pembelahan sel dan proses sintesis protein yang juga memerlukan tatap muka sebanyak enam kali pertemuan sesuai dengan silabus. Rincian kegiatan meliputi perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, observasi dan refleksi. Secara umum masingmasing tahap penelitian pada siklus kedua ini, hampir sama dengan kegiatan pada siklus pertama penelitian. Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian tindakan ini dilakukan dengan cara: 1. tes untuk mengumpulkan data hasil belajar setiap unit dan setiap siklus pelajaran, 2. observasi untuk mengumpulkan data aktivitas mahasiswa, dan 3. angket untuk mengumpulkan data respon mahasiswa terhadap model pembelajaran yang digunakan. Analisis Data Adapun data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Aktivitas perkuliahan berpusat pada mahasiswa selama memecahkan masalah secara cooperative dengan interaksi belajar secara multiarah dan dinamis dijadikan dasar untuk menganalisis tingkat keberhasilan proses perkuliahan. Keberhasilan belajar mahasiswa didasarkan pada persentase mahasiswa yang memperoleh nilai A dan nilai B lebih besar daripada persentase mahasiswa yang memperoleh nilai C, nilai D, dan nilai E. Selanjutnya kriteria kelayakan pelaksanaan pembelajaran diacu pada persentase jumlah mahasiswa yang memiliki respon positif lebih besar dibandingkan dengan persentase jumlah mahasiswa yang memiliki respon negatif terhadap model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tindakan Siklus Pertama Hasil analisis deskriptif data hasil belajar mahasiswa pada siklus pertama yang meliputi hasil kuis dan tes akhir siklus pertama (ujian tengah semester/UTS-I) disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Belajar Mahasiswa pada Siklus Pertama Persentase Jumlah Nilai Mahasiswa Hasil Tes Nilai Rata-rata A B C D E Kuis ke-1 51,50 0,00 18,00 40,00 22,00 20,00 Kuis ke-2 63,20 2,00 18,00 38,00 24,00 16,00 UTS-I 66,40 2,00 24,00 42,00 20,00 12,00
6
Berdasarkan data dari tabel 1 bahwa nilai rata-rata kuis pertama dan kedua adalah 51,50 dan 63,20; keduanya berada pada kategori cukup dan persentase mahasiswa yang berprestasi rendah dengan memperoleh nilai C, D, dan E adalah 82,00% pada kuis pertama dan 78,00% pada kuis kedua yang berarti kriteria keberhasilan belajar mahasiswa masih menunjukkan belum tercapai (lebih banyak mahasiswa bernilai rendah). Pada pertemuan berikutnya terjadi peningkatan proses pembelajaran dan meningkatnya kadar aktivitas belajar mahasiswa. Peningkatan proses pembelajaran ini terjadi pula peningkatan hasil belajar walaupun belum signifikan. Hasil tes akhir siklus pertama (UTS-I) tampak terjadi peningkatan walaupun masih berkategori cukup, dengan nilai rata-rata 66,40. Selanjutnya persentase jumlah mahasiswa memperoleh nilai A dan B sebesar 26,00% yang berarti masih berada di bawah kriteria keberhasilan, dan nilai C,D,E sebesar 74,00%. Hasil pengamatan pada awal-awal siklus pertama ini, mahasiswa menyatakan kurang bisa mengikuti pembelajaran cooperative problem solving, namun setelah pertemuan-pertemuan ketiga, dan berikut-berikutnya, tampak bahwa mahasiswa mulai menunjukkan respon yang positif tentang pembelajaran ini. Mereka mulai merasakan makna belajar yang sesungguhnya dan mahasiswa merasa termotivasi untuk menyiapkan diri untuk berdiskusi secara kondusif selama pembelajaran. Observasi terhadap aktivitas mahasiswa meliputi 4 indikator, yaitu interaksi individu dengan dosen, interaksi individu dengan materi pelajaran, interaksi antar individu, serta kualitas pertanyaan, dan kualitas jawaban mahasiswa. Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa pada siklus pertama khususnya pada pertemuan pertama sanpai pertemuan ketiga, terlihat bahwa kualitas kolaborasi, baik dengan dosen maupun sesama mahasiswa masih rendah, mahasiswa lebih terfokus pada interaksinya dengan materi pelajaran, mahasiswa yang mengajukan pertanyaan dan menjawab permasalahan belum kelihatan. Selanjutnya pada pertemuan keempat, peneliti menganjurkan mahasiswa melakukan persiapan yang lebih terfokus untuk melakukan diskusi berikutnya yang lebih efektif, peneliti juga menjelaskan metode pembelajaran yang dimaksud. Pada pertemuan ke empat dan seterusnya, telah terlihat aktivitas mahasiswa yang meningkat ditandai dengan munculnya interaksi yang lebih kondusif antar sesama mahasiswa maupun dengan dosen. Pengamatan pada pertemuan kelima dan keenam, aktivitas mahasiswa lebih meningkat lagi. Hal ini ditandai dari banyaknya jumlah mahasiswa mengajukan pertanyaan dalam diskusi sesama mahasiswa dan jawaban-jawaban mahasiswa yang lebih berkualitas dalam memecahkan masalah, maupun pertanyaan yang diajukan kepada dosen. Dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas mahasiswa secara kondusif telah mulai tampak pada pertemuanpertemuan keempat, dan seterusnya pada siklus pertama. Namun, aktivitas kolaboratif mereka masih kurang dan diharapkan lebih meningkat pada siklus kedua. Hasil Tindakan Siklus Kedua Analisis deskriptif data hasil belajar mahasiswa pada siklus kedua yang meliputi hasil kuis dan tes akhir tindakan disajikan pada tabel 2 berikut ini.
7
Tabel 2. Hasil Belajar Mahasiswa pada Siklus Kedua Hasil Tes
Nilai rata-rata
Kuis ke-3 Kuis ke-4 UTS-II
70,50 74,20 78,70
Persentase Jumlah Nilai Mahasiswa A B C D E 2,00 30,00 38,00 20,00 10,00 4,00 32,00 40,00 16,00 8,00 6,00 46,00 38,00 8,00 2,00
Berdasarkan data tabel 2 menunjukkan rata-rata hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa pada kuis ketiga 70,50 dengan kategori baik dan pada kuis keempat adalah 74,20 juga dengan kategori baik. Jumlah mahasiswa yang memperoleh nilai A dan B pada kuis ketiga dan kuis keempat pada siklus kedua ini berada pada kriteria cukup. Nilai rata-rata tes akhir siklus (UTS-II) adalah sebesar 78,70 dengan kategori baik dan persentase jumlah mahasiswa yang memperoleh nilai A dan B pada UTS-II ini adalah 52%, jauh lebih meningkat dibandingkan nilai UTS-I pada siklus pertama yaitu 26 %. Fokus utama tindakan pada siklus kedua ini adalah mewujudkan keterampilan kolaboratif mahasiswa. Hasil observasi pada sisklus kedua tampak secara berangsur-angsur muncul keterampilan-keterampilan mahasiswa dalam memecahkan masalah secara kolaboratif. Proses pembelajaran semacam itu tentunya akan bermuara pada hasil belajar yang optimal. Peranan dosen sebagai teman kolaborasi mahasiswa utamanya dalam melayani interaksi mereka, baik secara individual maupun secara kelompok masih tetap diperlukan dalam pembelajaran ini. Berdasarkan respon yang diberikan mahasiswa terhadap pembelajaran cooperative construktivistik ini adalah sebahagian besar mahasiswa merasa senang dan suka terhadap model pembelajaran tersebut. Pernyataan senang mahasiswa dinyatakan sebagaiberikut: 1. Terdorong untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum mengikuti perkuliahan, serta merasa ditantang untuk belajar dengan penuh tanggung jawab. 2. Merasakan interaksi dengan orang lain sangat berguna dalam kehidupan 3. Belajar menjadi lebih ringan sebagai akibat kolaborasi, tanpa terasa masalah dapat terselesaikan secara cepat 4. Mermotivasi menjadi meningkat, terdorong berlatih meningkatkan penguasaan konsep, pemahaman materi menjadi lebih terfokus, dan terasa santai dalam proses pembelajaran di kelas.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penerapan model pembelajaran cooperative construktivistik dalam perkuliahan biologi sel di Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Serambi Mekkah pada semester ganjil tahun akademik 2010/2011 dapat mengoptimalkan hasil belajar mahasiswa.
8
Terdapat peningkatan aktivitas mahasiswa yang cukup baik dalam pembelajaran biologi sel dengan penerapan model pembelajaran cooperative construktivistik. Dengan demikian dapat mengoptimalkan proses perkuliahan biologi sel pada semester ganjil tahun akademik 2010/2011. Respon yang diberikan mahasiswa sangat positif terhadap model pembelajaran cooperative construktivistik yang diterapkan dalam perkuliahan biologi sel di Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Serambi Mekkah pada semester ganjil tahun akademik 2010/2011. Saran-Saran Dalam penerapan model pembelajaran cooperative construktivistik hendaknya disusun perencanaan, terutama berkaitan dengan lembar kerja mahasiswa agar dapat disusun secara komprehensif. Tingkat efektifitan pembelajaran masih memerlukan kehadiran dosen sebagai fasilitator, dan pembimbing, oleh karenanya hendaknya menjadi perhatian dosen yang mengajar.
DAFTAR RUJUKAN Anderson, R.P. 1988. Collaborative Learning in Biology Debating Ethicsof Recombinant DNA Technology. The Americant Biology Teacher. 53 (7): 203-205. Arend. 2007. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya. University Press. Asmawi Zainul dan Noehi Nasution. 1993. Penilaian Hasil Belajar. Ditjen Dikti. Depdikbud, Jakarta. Bennett, B. 1999. Cooperative learning: Where, what, meet and mind. New York: Holt Rinehart & Winstone. Degeng, I Nyoman Sudana. 1997. Strategi pembelajaran mengorganisasi isi dengan model elaborasi, Malang: IKIP Malang & IPTPI. Degeng, I Nyoman Sudana. 2000. Paradigma baru pendidikan memasuki era demokrasi belajar. Makalah. Disajikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknologi Pembelajaran V, 7 Oktober 2000, di Universitas Negeri Malang. Hadi, S. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi.
9
Jailani. 2001. Pengaruh Strategi belajar dengan Peta Konsep Melalui Kerja kelompok Terhadap hasil Belajar biologi Pada SMU Diponegoro Tumpang Malang. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Nur, M. 1996. Pembelajaran cooperative dalam kelas IPA (terjemahan dari Linda Loungren 1994: cooperative learning in the science classroom) Makalah. Disampaikan dalam penyegaran dan pelatihan penelitian bagi guru-guru Pembina KIR SMU, 26 Agustus s.d 7 September 1996, di IKIP Surabaya. Putnam, W.J. 1995,. Cooperative learning and strategies for conclusion: Celeberating diversity in classroom, New York: Holt Rinehart & Winstone. Slavin. R.E. 1995. Cooperative learning, 2nd edition, Boston: Alyn & Bacon. Wahyu Widada. 1998. Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika SMU yang berorientasi model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. Makalah komprehensif Program Pascasarjana IKIP Surabaya.
Wasto, S.B. and Marshal, J.E.1991. Cooperative Incentive and Group Education modules. Effect on Cognitive Achievement of High School Biology student. Journal of Reaserch in Science teaching. 28 (2); 141-146. Wijastuti, Asri (2000), Model Pembelajaran Diskusi Kelas Strategi Think-Pair-Share, Unesa Wiyanto, Asul (2000), Seri Terampil Diskusi, Penerbit PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Yamin, M. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pembelajaran. Jakarta: Gaung Parsada Press.
41
Abstract: The aim of this study were to improving the students’ achievement, to find the quality of sel biology learning process by conducting the constructivist cooperative learning model, and describing the students’ response concerning the implementation of the instructional program. This study was a classroom action research which involver 50 students of Departemen of Mathematics and Sciences Education, Biology Departement, Teacher Training and Education Faculty, Serambi Mekkah University Banda Aceh in the gasal semester in academic year 2010/2011. The action was conducted in two cycles. The data were collected by using test, observation, questionnaire, and interview. The results of this study indicated that, the students’ achievement increased from the first cycle to the second cycle, from the everege scores of the middle test of achievement, the students who have score A 6,00%, score B 46,00%, score C 38,00%, score D 8,00%, and score E 2,00%. The process was sel biology intruction was optimal. The was a condusive interaction and the students appeared active in group discussion and class discussion as well. The application of the constructivist cooperative learning model in sel biology instruction, the students’ response was positive. Keywords: cooperative constructivist, achievement