PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X IPS 2 SMA NEGERI 1 SUKOHARJOTAHUN AJARAN 2016/2017 Retno Mei Wulandari, Atik Catur Budiati, dan Nurhadi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas eguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta meiretno0.gmail.com ABSTRACT
This study was conducted with the aim of improving the achievement and learning outcomes of sociology subjects students grade X IPS 2 SMAN 1 Sukoharjo academic year 2016/2017 through the implementation model of learning cooperative type Student Teams Achievement Division (STAD). This research is a Classroom Action Research (PTK) which is implemented in two (2) cycles. Each cycle consists of planning, action execution, observation and reflection. The subject of the research is student in grade X IPS 2 SMAN 1 Sukoharjo academic year 2016/2017 as many as 35 students. The data source comes from teachers and students. The main techniques in the collection of data using observation and tests, while supporting techniques using interviews and documentation. Data analysis using qualitative and quantitative descriptive techniques..The results showed that the implementation of cooperative learning type Student Teams Achievement Division (STAD) can improve the activity and learning achievement of sociology subjects grade X IPS 2 SMAN 1 Sukoharjo Academic Year 2016/2017 starting from the achievement of pre-action students, cycle I, and cycle II, namely pre action The average of students' learning activity showed percentage of 37,42%, then increased to 52,92% in cycle I and on cycle II increased by 75,20%. Student achievement shows an increase of average grade value of 74,57 in pre-cycle action, increasing to 74,88 in cycle I and 88,59 in cycle II. Based on the results of this study, it can be concluded that with the implementation of cooperative learning model of Student Teams Achievement Division (STAD) type can increase the activity and learning result of sociology student grade X IPS 2 SMAN 1 Sukoharjo academic year 2016 / 2017. Keywords: Classroom Action Research, Student Teams Achievement Division (STAD), Activity and Learning Outcomes. ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2016/2017 melalui penerapan model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Penelitian ini merupakan Penelitian
vii
Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 35 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik utama dalam pengumpulan data menggunakan observasi dan tes, sementara teknik pendukung dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran Sosiologi pada siswa kelas X IPS 2 mulai dari pra siklus, siklus I sampai siklus II. Keaktifan siswa menunjukkan prosentase 37,42% pada tahap pra tindakan, meningkat menjadi 52,92% pada siklus I, dan kembali meningkat menjadi 75,20% pada siklus II. Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dari nilai rata-rata kelas 74,57 pada pra siklus, meningkat menjadi 74,88 pada siklus I, dan kembali meningkat 88,59 pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran Sosiologi pada siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2016/2017.
Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Student Teams Achievement Division (STAD), Keaktifan dan Hasil Belajar. PENDAHULUAN Dalam proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling utama dan paling pokok, hal ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak
tergantung
kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Untuk mencapai hasil pembelajaran
yang
optimal
dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai keinginan
terus-menerus
memperbaiki
dan
untuk
meningkatkan
mutu proses belajar mengajar di kelas, karena dengan peningkatan mutu
proses
belajar
mengajar
dikelas, mutu pendidikan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu upaya untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas harus dilakukan. Salah satu upaya tersebut adalah
vii
dengan
melaksanakan
penelitian
merupakan siswa yang aktif, namun
tindakan kelas.
sayangnya keaktifan siswa dalam kelas ini keluar dari konteks kegiatan
Pada penelitian tindakan kelas,
belajar mengajar, hal ini dibuktikan
peneliti mengadakan observasi awal
dari tidak sedikitnya siswa yang
di kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo
untuk
berbicara sendiri, saling bercanda
memperoleh
dengan
gambaran kondisi awal siswa pada
Peneliti
disaat
kegiatan belajar mengajar.
saat proses pembelajaran sosiologi berlangsung.
teman-temannya
telah
Pada awal peneliti masuk kelas
melakukan observasi awal selama
pada tanggal 29 Oktober 2016
empat hari di kelas X IPS 2 SMA
dimana
Negeri
Peneliti
menyampaikan materi pembelajaran
menemukan masalah pada setiap
tentang pengertian masyarakat dan
pembelajaran
unsur masyarakat, pada saat itu
1
Sukoharjo.
berlangsung.
pada
saat
terdapat
dilakukan
hari
Anggoro, Denis, Rizki, Dewi dan Icha,
pertama, kondisi kelas X IPS 2
mereka mengatakan bahwa dari
tergolong cukup panas dan cahaya
awal belum tertarik dengan mata
yang masuk ke dalam kelas juga
pelajaran Sosiologi, karena hal itulah
kurang memadai. Kelas X IPS 2 ini
mereka sering melamun, berbincang
cukup
dengan
memiliki
memadai, proyektor,
pada
fasilitas
ditunjukkan LCD,
penggaris
yang adanya
kegiatan
temannya
dan
yaitu
juga
menyandarkan kepalanya di bangku
kayu
meja
besar yang dapat digunakan untuk menunjang
siswa
guru
Berdasarkan observasi yang telah peneliti
beberapa
itu
ketika
guru
sedang
menjelaskan materi di depan kelas.
belajar
Pada
mengajar. Kelas yang berisi 35
tanggal
31
Oktober
peneliti juga mendapati beberapa
peserta didik ini tergolong kelas
siswa yaitu Fatta, Galuh, Mega,
yang ramai, karena 35 siswa yang
Nanda,
berada dalam kelas X IPS 2 ini viii
Denis,
dan
Rizki
tidak
berpartisipasi dalam proses belajar,
ternyata tidak bisa menjawab karena
hal ini diketahui pada saat guru
pada saat dijelaskan tidak fokus atau
memberikan suatu pertanyaan atau
memperhatikan.
tugas kelompok
tentang materi
pengertian masyarakat dan unsur didiskusikan
Pada Observasi terakhir yaitu
bersama kelompok, mereka tidak
tanggal 12 November 2016 ketika
terlalu
tugas
peneliti masuk kelas, pada saat itu
tersebut, ada yang bermain laptop,
guru mengadakan diskusi kelompok
membaca komik, dan ada pula yang
dengan materi Nilai Sosial dimana
bahkan bermain handphone dan
materi tersebut sudah dijelaskan
gitar.
oleh guru Sosiologi pada pertemuan
masyarakat
untuk
antusias
dengan
sebelumnya. Pada hari selanjutnya yaitu
Nanda, dan Anggoro cenderung
guru tentang materi Nilai Sosial, itu
peneliti
tidak berpartisispasi dalam kegiatan
juga
diskusi yang berlangsung, diantara
mendapati beberapa siswa yaitu Puspa,
Rifki, Riski,
Icha,
mereka masih banyak yang hanya
Fatta,
melamun
Febriana dan Dewi cenderung tidak memperhatikan
ketika
melamun,
mendengarkan
teman
yang lainnya diskusi. Adapula siswa
guru
yang hanya bermain-main ke tempat
menjelaskan di depan kelas mereka sering
diskusi
Denis, Icha, Galuh, Mega, Dewi,
itu siswa mendapat penjelasan dari
saat
saat
berlangsung beberapa siswa yaitu
tanggal 5 November 2016, pada saat
pada
Pada
kelompok
menaruh
lain
tetapi
tidak
membahas tentang materi diskusi
kepalanya di bangku dan sering
yang sedang berlangsung. Pada akhir
berbisik-bisik atau berbicara pelan
jam
dengan temannya namun ketika saat
pelajaran
kepada
itu guru menanyakan suatu hal
peneliti
beberapa
bertanya
siswas
dalam
diskusi tadi. Sebagian besar jawaban
tentang materi yang sudah dijelakan
mereka hampir sama yaitu mereka
tadi salah satu siswa tersebut, ix
merasa jenuh dan bosan karena
guru, sedangkan yang lainnya
hampir tiap kali pertemuan dalam
siswa hanya diam saja tidak
pembelajaran
mau
selalu
diskusi
berusaha
kelompok yang dimana diskusi ini
jawaban
tidak
diberi
pernah
ada
suatu
dari
mencari buku.
kesempatan
Jika untuk
bertanya hanya sebagian kecil
penghargaan,siswa selalu dituntut
yang
serius dalam pembelajran (Spaneng)
mau
mengacungkan
tangan untuk bertanya, dan
atau tidak pernah berganti model
sebagian besar lainnya hanya
pembelajaran misalnya saja dengan
berbisik-bisik kepada teman
games untuk meningkatkan antusias
sebangku,
bahkan
banyak
siswa dalam belajar agar tidak
yang diam saja tidak mau
merasa bosan atau jenuh dalam
berpartisipasi
setiap kegiatan belajar mengajar
Selain itu juga pada saat
berlangsung.
diskusi
dilakukan
dan
sekali.
presentasi
berlangsung hanya beberapa
Berdasarkan observasi yang telah
sama
dari siswa yang berperan
peneliti
aktif, hal ini dapat terlihat
mengidentifikasi beberapa masalah
bahwa hanya sebagian siswa
yang muncul saat Kegiatan Belajar
yang
Mengajar (KBM) diantaranya:
bertanya
menanggapi
diskusi
dan dan
presentasi tersebut, sebagian
1. Kurangnya partisipasi aktif mengikuti
siswa yang lainnya lebih
pembelajaran dikelas. Hal ini
banyak diam dan bahkan
bisa
berbincang dengan temannya
siswa
dalam dilihat
memberikan
ketika
guru
yang lain.
pertanyaan
2. Terdapat beberapa siswa yang
kepada siswa hanya sebagian dari jumlah siswa sekitar 10-
tidak
13 siswa dari 36 siswa yang
dalam proses pembelajaran.
ikut
untuk
Hal ini dapat dilihat ketika
dari
peneliti melakukan observasi
berpartisipasi
menjawab
pertanyaan
x
memperhatikan
guru
di dalam kelas masih ada
tuntas.
beberapa siswa yang tidak
Ketuntasan Minimum (KKM)
memperhatikan
mata
guru
mengajar, dapat dilihat ketika guru
menjelaskan
Adapun
Kriteria
pelajaran
Sosiologi
adalah 75.
materi,
Berdasarkan
identifikasi
beberapa siswa yang sibuk
masalah
melakukan aktifitas sendiri,
bahwa permasalahan yang dialami
ada
adalah kurangnya partisipasi aktif
yang
mencoret-coret
buku, ada yang mengobrol
dalam
dengan temannya, melamun dan
bahkan
dapat
proses
diketahui
pembelajaran
sehingga materi yang disampaikan
menaruh
oleh guru kurang dapat dipahami
kepalanya di. meja, dari 35
oleh siswa hal ini tentunya akan
siswa yang berada didalam
berdampak pada hasil belajar yang
kelas hanya 10-13 siswa yang benar-benar
diatas
rendah. Oleh karena itu diperlukan
memperhatikan
kearah guru yang sedang
suatu upaya untuk meningkatkan
memnyampaikan
keaktifan siswa dan hasil belajar
materi
siswa dengan menerapkan model
pembelajaran. 3. Hasil
belajar
siswa
pembelajaran
yang
yang
dapat
cukup rendah, hal ini dapat
melibatkan peran aktif dari siswa.
dibuktikan
Dalam kegiatan belajar, keaktifan
dari
hasil
perolehan nilai siswa pada
merupakan
ulangan
penggerak
harian
pertama
keseluruhan didalam
diketahui bahwa ada 14 siswa
menimbulkan
yang
Seseorang
tidak
ulangan
tuntas,
harian
ke
untuk dua
dan
pada
kurang
UTS
serta
pada
yang
belajar.
mempunyai
adanya
keaktifan
dalam
belajar. Pada pernyataan diatas,
terdapat 3 siswa yang tidak tuntas,
kegiatan
yang
kecerdasan tinggi bisa gagal karena
terdapat 2 siswa yang tidak tuntas,
diri
daya
siswa
UAS
merupakan
pembelajaran
terdapat 4 siswa yang tidak
xi
sedangkan
subjek guru
merupakan
fasilitator
dalam
Sukoharjo
tersebut
menjawab
pembelajaran maka siswa dituntut
bahwa beliau sudah menggunakan
aktif dalam segala kegiatan yang
berbagai macam metode dan model
berhubungan dengan proses belajar
agar siswa yang diajar tidak bosan
mengajar. Guru hanya bertugas
dengan
memfasilitasi peserta didik dalam
hasilnya masih tetap ada siswa yang
belajar hal-hal baru di sekolah bukan
kurang
sebagai objek dalam pembelajaran.
memperhatikan
Apabila siswa belum paham tentang
belajar mengajar sehingga ketika
materi pelajaran, guru bertugas
ulangan harian masih ada siswa yang
menjelaskan materi tersebut agar
nilainya kurang dari KKM.
siswa menjadi paham.
guru
mengajar,
tertarik
Peneliti
Berdasarkan hasil wawancara dengan
cara
mata
namun
dan
kurang
ketika
kegiatan
bersama
guru
melakukan sebuah refleksi terkait
pelajaran
beberapa
permasalahan
yang
sosiologi SMA Negeri 1 Sukoharjo
muncul dalam proses pembelajaran.
pada tanggal 14 November 2016
Peneliti
diketahui bahwa masih terdapat
bersepakat untuk mengubah model
siswa yang mengalami kesulitan
pembelajaran yang biasa dilakukan
dalam
pelajaran
guru dalam proses pembelajaran.
sosiologi. Hal ini dibuktikan dari data
Dalam hal ini peneliti bersama guru
nilai ulangan harian yang masih ada
berencana
sebagian siswa yang nilai kurang dari
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
kriteria ketuntasan minimal. Guru
Student Teams Achievement Division
sudah
(STAD).Pembelajaran
memahami
mencoba
menggunakan
dan
guru
untuk
akhirnya
menggunakan
kooperatif
berbagai metode dan model dalam
bernaung dalam teori konstruktivis.
kegiatan belajar mengajar. Ketika
Pembelajaran ini muncul dari konsep
peneliti bertanya tentang metode
bahwa siswa akan lebih mudah
apa saja yang telah digunakan guru,
menemukan dan memahami konsep
guru
yang
sosiologi
SMA
Negeri
1 xii
sulit
jika
mereka
saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa
kegiatan pembelajaran, perlu diikuti
secara rutin bekerja dalam kelompok
dengan
untuk
membantu
pembelajaran yang menarik minat
memecahkan masalah-masalah yang
siswa. Keefektifan bentuk model
kompleks. Jadi, hakikat sosial dan
pembelajaran tipe STAD bergantung
penggunaan
pada
menjadi
saling
kelompok
aspek
sejawat
utama
pembelajaran
partisipasi
tersebut
dalam pengelompokkan siswa yang heterogen
ini adanya suatu penghargaan yang
karena
proses
termotivasi
peneliti
tercipta memberikan
kelompok
interaksi
meningkatkan
masing-masing untuk
tim
mendapatkan
penghargaan yang akan diberikan oleh guru kepada masing-masing
STAD ini adalah bahwa dengan diskusi
dapat
peran serta dan keaktifan siswa
yang
menggunakan model pembelajaran
adanya
siswa
tipe STAD ini memudahkan guru di
mengemukakan
Alasan
kejenuhan
untuk
berlangsung. Model pembelajaran
pendapatnya karena dalam model
pembelajan.
dapat
selama proses belajar mengajar
dalam belajar serta memungkinkan
dalam
dimaksudkan
menghilangkan
siswa
siswa
berbicara
digunakan secara bervariasi. Hal
ini dilakukan sebagai upaya untuk
berpartisispasi
dalam
berbicara.Untuk itu, teknik-teknik pembelajaran
bagi
guru
kooperatif
Teams Achievement Division (STAD)
diberikan
kemampuan
proses
menggunakan teknik pembelajaran
Model pembelajaran Student
siswa untuk aktif
merancang
dalam
(Trianto,2010:56).
meningkatkan
cara
kelompok.
akan
Unsur
yang
paling
penting dari model STAD ini adalah
edukatif,
bagaimana memotivasi siswa dalam
pengajaran
kelompok agar mereka dapat saling
berargumentasi yang baik dan benar
membantu dalam memahami materi
kepada siswa agar mampu berbicara
pembelajaran. Selain itu, model ini
di depan kelas. Untuk melaksanakan
mengajak siswa untuk bekerja sama
berbagai teknik berbicara dalam xiii
dalam menyusun pengetahuan dan
itu
menyelesaikan
permasalahan-
mengajarkan
bersama
bekerjasama
atau
Pembelajaran
kooperatif
permasalahan temannya.Model Kooperatif
Tipe
Pembelajaran
kooperatif ketrampilan teamwork. sangat
Teams
menekankan tumbuhnya aktivitas
Achievement Division (STAD) ini
dan interaksi diantara siswa untuk
diterapkan di kelas X IPS 2 dengan
saling
harapan siswa tidak lagi bosan
membantu dalam menguasai materi
dengan adanya diskusi kelompok
pelajaran demi tercapainya prestasi
atau kerja kelompok yang diberikan
yang optimal. Gagasan utama di
oleh
belakang
guru,
Student
pembelajaran
dengan
adanya
memotivasi
STAD
dan
adalah
saling
memacu
penghargaan ini juga diharapkan
siswa agar saling mendorong dan
dapat menjadi penunjang dalam
membantu satu sama lain untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam
menguasai
proses belajar agar prestasi belajar
diajarkan
siswa semakin baik. Banyak ahli
mengiunginkan
berpendapat
memperoleh hadiah, mereka harus
bahwa
metode
guru.
pembelajaran kooperatif tipe STAD
membantu
memiliki
keunggulan
mereka
membantu
meningkatkan
untuk
aktif
dalam
keterampilan Jika
yang siswa
kelompok
teman dalam
sekelompok mempelajari
siswa
pelajaran.Mereka harus mendorong
mengemukakan
teman sekelompok untuk melakukan
pendapatnya dan juga meningkatkan
yang
partisispasi siswa dalam belajar.
norma-norma bahwa belajar itu
Pembelajaran koopertif juga dinilai
penting,
bisa
menyenangkan (Rusman, 2012:214).
menumbuhkan
sikap
multikultural dan sikap penerimaan terhadap status
perbedaan
sosial,
relevan
gender
memperlihatkan
berharga
Adapun
kecerdasan,
ekonomi,
terbaik,
yaitu
penelitian penelitian
dan
yang yang
dilakukan oleh Putri Rofi Perdani
budaya dan lain sebagainya. Selain
Universitas xiv
Muhammadiyah
Surakarta dengan judul Peneraan
BelajarMata
Strategi Student Teams Achievement
Pada Siswa Kelas X IPS 2 SMA
Divisions (STAD) Sebagai
Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran
Upaya
Pelajaran
Peningkatan Keaktifan Dan Motivasi
2016/2017”.Pada
Siswa
diharapkan,
Dalam
Pembelajaran
Matematika (PTK di SMP Negeri 1
metode
Teras Boyolali kelas VII Semester II),
tipe
dengan
memacu
hasil
bahwa
penerapan
memotivasi
pembelajaran matematika.
akhirnya
masalah
adalah
dan keaktifan siswa dalam mengikuti
Sosiologi.
pada dari
untuk
Tujuan rumusan
penelitian
ini,
penelitian
ini
meningkatkan
(STAD) mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 1
melakukan suatu penelitian tindakan
Sukoharjo
tahun
ajaran
2016/2017.
yang
Kajian Pustaka
berjudul“Penerapan
Penelitian tindakan kelas pada
ModelCooperative LearningTipeStudent
meningkatkan
student teams achievement division
belajar
karena itu paneliti tertarik ingin
(PTK)
juga
dan
model cooperative learning tipe
cara
siswa yang kurang bervariasi. Oleh
kelas
saling
keaktifan dan hasil belajar melalui
proses pembelajaran, yang salah
keaktifan
dan
diantarasiwa,
makatujuan
Sukoharjo yaitu kurangnya minat
meningkatkan
dapat
semangat,
PenelitianBerdasarkan
sosiologi
adalah
nantinya
membantu
mapelajaran
kelas X IPS 2 di SMA Negeri 1
penyebabnya
ini
kooperatif
keakifan dan prestasi belajar pada
Berdasarkan latar belakang
tersebut dapat diketahui bahwa
satu
penerapan
tumbuhnya
keaktifan dan motivasi siswa dalam
pembelajaran
melalui
STAD
saling
masalah
akhirnya
pembelajaran
strategi STAD dapat meningkatkan
C.
Sosiologi
dasarnya merupakan sebuah
Teams
bentuk penelitian yang harus
Achievement Division (STAD) Untuk
dilakukan oleh guru dalam
Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil xv
kaitannya dengan
benar, artinya sesuai dengan
peningkatan mutu kegiatan
kaidah-kaidah PTK. PTK
pembelajaran di kelas.
menawarkan peluang sebagai
Penelitian Tindakan Kelas
strategi pengembangan
(PTK) memiliki peranan yang
kinerja sebab pendekatan
sangat penting dan strategis
penelitian ini menempatkan
untuk meningkatkan mutu
guru sebagai peneliti, agen
pembelajaran apabila
perubahan yang pola
diimplementasikan dengan
kerjanya bersifat kolaboratif.
baik dan benar.
Penelitian tindakan
Diimplementasikan dengan
kelas ini juga merupakan
baik, artinya pihak yang
penelitian yang digunakan
terlibat dalam PTK (guru)
untuk melakukan perbaikan
mencoba dengan sadar
pembelajaran dimana hal ini
mengembangkan
sesuai dengan tujuan dari
kemampuan dalam
penelitian tindakan kelas itu
mendeteksi dan
sendiri menurut Muhadi
memecahkan masalah-
(2011:61) yaitu:
masalah yang terjadi dalam
1.
pembelajaran di kelas melalui
Tujuan utama pertama,
tindakan bermakna yang
melakukan perbaikan dan
diperhitungkan dapat
peningkatan
layanan
professional guru dalam
memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
menangani
proses
pembelajaran.
Tujuan
tersebut
dicapai
dapat
dengan
melakukan
refleksi
untuk
mendiagnosis
Diimplementasikan dengan
kemudian
xvi
kondisi, mencoba
secara
sistematis
berbagai
tidak
model
dalam
situasi
artificial, (3) produknya
pembelajaran alternative
adalah
yang
karena keilmiahan segi
diyakini
secara
sebuah
nilai,
teoritis dan praktis dapat
pelaksanaan
akan
memecahkan
masalah
didukung
oleh
pembelajaran.
Dengan
lingkungan.
kata
lain,
guru 3.
melakukan perencanaan,
Tujuan
sertaan,
menumbuh kembangkan
melaksanakan tindakan,
budaya
melakukan evaluasi, dan
meneliti
dikalangan Guru.
refleksi.
Tujuan penelitian 2.
Tujuan
utama
kedua,
tindakan kelas (PTK)
melakukan
tersebut di atas dapat
pengembangan
peneliti simpulkan
ketrampilan guru yang
sebagai berikut:
bertolak dari kebutuhan untuk
Penelitian tindakan kelas
menanggulangi
berbagai persoalan aktual
dilakukan dengan tujuan
yang dihadapinya terkait
untuk meningkatkan
dengan
profesionalitas guru dengan
pembelajaran.
Tujuan ini dilandasi oleh
cara guru melakukan
tiga
perencanaan, melaksanakan
hal
penting,
kebutuhan
(1)
pelaksanaan
tumbuh
dari
Guru
sendiri,
bukan
karena
tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi, hal ini dapat meningkatkan
ditugaskan oleh kepala sekolah,
(2)
proses
latihan
terjadi
secara
perbaikan pembelajaran dalam sebuah penelitian tindakan kelas. Didalam
hand-on dan mind-on,
penelitian tindakan kelas ini
xvii
juga bertujuan untuk
yang
berbeda.
mengembangkan budaya
Melalui
meneliti di kalangan guru,
triangulasi
data
sebagai tenaga professional
diharapkan
dapat
disini guru tidak seharusnya
memberikan
teknik
informasi
merasa berpuas diri dengan
yang
lebih tepat sesuai
apa yang dicapai sekarang
dengan
melainkan guru harus
keadaan
peserta didik kelas
memiliki komitmen untuk
X
mengembangkan
IPS
2
SMA
Negeri
1
keprofesionalitasan sebagai
Sukoharjo.
guru supaya dalam
Misalnya
pembelajaran di dalam kelas
membandingkan
mengalami perkembangan
hasil
yang lebih baik lagi. Agar
isi dokumen yang
hasil penelitian dapat
terkait yaitu: arsip
dipertanggungjawabkan
nilai,
kebenarannya, maka peneliti
lainnya
menggunakan teknik
berkaitan
triangulasi. Adapun dari
hasil belajar dan
triangulasi yang ada hanya
keaktifan
absen
dan yang
dalam
menggunakan dua teknik
dengan siswa kegiatan
belajar di kelas.
yaitu: 1.
pengamatan
Triangulasi Triangulasi (sumber),
data
metode,
dengan cara mengumpulkan
dengan
data
dengan
metode
cara
pengumpulan
mengumpulkan
informan yang berbeda, akan
data yang sejenis
tetapi mengarah pada sumber
dari sumber data
informasi
xviii
data
yang
dari
sama.
Misalnya hasil
membandingkan
pengamatan
memiliki bobot paling rendah
yang
angka
3
dan
angka
4
dilakukan observer dan hasil
memiliki bobot paling tinggi
pengamatan guru itu sendiri.
yang
Indikator
melakukan
ketercapaian
diukur
dengan pengamatan
ditentukan berdasarkan hasil
disetiap tindakan dan menilai
observasi
melalui
awal
peneliti
lembar
observasi
dengan tujuan untuk melihat
berdasarkan pada indikator
perbedaan
aspek yang telah ditentukan.
kondisi
dengan
kondisi
awal setelah
Indikator
dilaksanakan
prestasi
tindakan.Indikator
kinerja
keberhasilan
belajar
pembelajaran
dalam
cooperative
merupakan ketercapaian dari
learning tipe Student Teams
tujuan
Achievement
penelitian
yang
Division
dirumuskan secara realistis
dikatakan
dan dapat diukur. Selain itu,
mampu
penetapan
prestasi belajar, apabila nilai
indikator
ini
berhasil
meningkatkan
digunakan untuk membatasi
rata-rata
kapan tindakan akan berakhir
melampaui
dilaksanakan.
(Kriteria
Indikator
dan
peserta
didik
nilai
KKM
Ketuntasan
kinerja penelitian merupakan
Minimun) yaitu 75 dan 75%
rumusan kinerja yang akan
peserta didik mencapai nilai
dijadikan
batas
menentukan
acuan
dalam
keberhasilan
indikator merupakan
penelitian
(Kriteria
Ketuntasan Minimun) yang
atau keefektifan penelitian. Dalam
KKM
diperoleh melalui tes disetiap ini
akhir siklus tindakan demi
keberhasilannya
mengetahui
peningkatan
penguasaan materi.
keaktifan dan hasil belajar
Hasil Penelitian
peserta didik. Peserta didik dikategorikan aktif apabila
xix
cakupan
Berdasarkan pada Tabel 4.13
Berdasarkan nilai hasil belajar pada
peneliti jelaskan bahwa terdapat
Tabel 4.14 peneliti dapat
peningkatan keaktifan peserta didik
menjelaskan bahwa terdapat 3
dari mulai pra tindakan hingga siklus
peserta didik yaitu nomor 27, 29 dan
II dengan diterapkannnya model
35 yang mengalami penurunan nilai
pembelajaran Cooperative Learning
hasil belajar namun masih diatas
tipe Student Teams Achievement
nilai KKM mulai dari pratindakan
Division. Pada pra tindakan atau
sampai siklus II. Hal ini dikarenakan
sebelum diterapkannya model
mereka kurang menyiapkan diri
pembelajaran Cooperative Learning
secara maksimal dalam mengikuti
tipe Student Teams Achievement
posttest yang diselenggarakan dan
Division nilai rata-rata hanya 37,42%,
peserta didik nomor 29 pada siklus II
nilai ini sangat jauh sekali dari
tidak mengikuti karena ijin sekolah.
kriteria yang telah ditentukan.
Akan tetapi, secara keseluruhan nilai
Kemudian pada siklus I pertemuan I
hasil belajar peserta didik
dan II nilai rata-rata mulai naik yaitu
mengalami kenaikan atau perbaikan
51,13% dan 54,69%, walaupun nilai
setelah diterapkannya model
pada siklus ini naik akan tetapi nilai
pembelajaran Cooperative Learning
rata-rata belum memenuhi kriteria
tipe Student Teams Achievement
yang telah ditentukan yaitu 75%.
Division. Hal ini dapat terlihat pada
Selanjutnya pada siklus II pertemuan
nilai rata-rata pra tindakan yang
I nilai rata-rata sudah mencapai
masih dibawah KKM yaitu 74,57,
kriteria yang ditentukan yaitu
kemudian setelah penerapan model
77,79%. Peneliti melanjutkan
pembelajaran Cooperative Learning
penelitian pada pertemuan kedua
tipe Student Teams Achievement
untuk melihat hasil maksimal
Division nilai rata-rata mulai naik
peserta didik, dan pada akhirnya
meskipun belum secara signifikan
peserta didik dapat mencapai nilai
dan belum mencapai KKM yaitu
rata-rata maksimal yaitu 80,87%.
masih 74,88. Akan tetapi pada siklus
xx
kedua nilai rata-rata sudah naik
Learning tipe Student Teams
secara signifikan dan melebihi nilai
Achievement Division yang
KKM yaitu 88,59.
bertujuan untuk meningkatkan
Pembahasan
keaktifan dan hasil belajar
Penelitian tindakan kelas
peserta didik kelas X IPS SMA
ini dimulai dengan adanya
Negeri 1 Sukoharjo. Dalam
observasi awal yang dilakukan
pembelajaran kooperatif tipe
oleh peneliti, setelah
STAD guru berperan sebagai
dilakukannya observasi awal
fasilitator saja, sehingga
kemudian peneliti
pembelajaran terjadi tidak
mengidentifikasi beberapa
hanya berjalan satu arah saja
masalah yang terjadi dalam
melainkan terjadi
proses pembelajaran
pembelajaran dua arah yang
berlangsung diantaranya yaitu
menyebabkan peserta didik
peserta didik kurang
dituntut untuk aktif dalam
berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran di kelas.
mengikuti pembelajaran di
Sebelum penelitian
kelas, terdapat beberapa
dilaksanakan terlebih dahulu
peserta didik yang tidak
peneliti melakukan
memperhatikan guru dalam
perencanaan berkaitan dengan
proses pembelajaran, dan hasil
pelaksanaan siklus, peneliti
belajar peserta didik tergolong
melakukan diskusi dengan
masih rendah. Oleh karena itu,
kolaborator terkait dengan
peneliti bersama guru
waktu pelaksanaan dan materi
kolaborator memutuskan
yang digunakan dalam
untuk melakukan penelitian
penelitian. Setelah mencapai
tindakan kelas dengan
kesepakatan terkait hal
penerapan model
tersebut, kemudian peneliti
pembelajaran Cooperative
membuat RPP yang kemudian xxi
didiskusikan bersma
demikian peneliti dengan
kolaborator. Adapun
kolaborator bersepakat bahwa
pelaksanaan penelitian ini
penelitian dilaksanakan
dilakukan dengan 2 kali siklus,
dengan 2 kali siklus, dimana
dimana setiap siklus terdapat 3
setiap siklus terdapat 3 kali
kali pertemuan. Setiap
pertemuan. Pertemuan
pertemuan disini
pertama dilaksanakan diskusi,
menggunakan 1 jam pelajaran
pertemuan kedua yaitu
dengan waktu 45 menit, alasan
presentasi dan pertemuan
kenapa peneliti dengan
terakhir dengan dilaksanakan
kolaborator hanya
posttest, yang masing-masing
menggunakan satu jam
pertemuan menggunakan 1
pelajaran saja karena pada
jam pelajaran atau 45 menit.
kelas X IPS 2 ini banyak
Sebelum diterapkannya
mengalami ketertinggalan
model pembelajaran
materi dan juga pada watu itu
Cooperative Learning tipe
guru menghendaki untuk
Student Teams Achievement
mngejar materi yang sudah
Division, peneliti terlebih
tertinggal. Sebelumnya peneliti
dahulu melaksanakan pra
mengusulkan pendapat bahwa
tindakan yang menghasilkan
pada penelitian ini
data bahwa tingkat keaktifan
menggunakan materi
peserta didik masih tergolong
selanjutnya saja yaitu metode
sangat rendah yaitu hanya
penelitian sosial, akan tetapi
mencapai 37,42% dan nilai
guru kolaborator tidak
rata-rata hasil belajar juga
menghendaki menggunakan
belum mencapai ketuntasan
materi tersebut dengan alasan
yaitu masih 74,57, dimana
bahwa materi tersebut lebih
57,14% persta didik yang
banyak praktik. Dengan
sudah tuntas dan 42,85% xxii
peserta didik yang sudah
pada pertemuan ke-3 yang
tuntas. Pada tahap
menunjukkan bahwa nilai hasil
pelaksanaan siklus I, guru
belajar masih belum mencapai
memulai penerapan model
KKM yaitu 74,88. Kemudian
pembelajaran Cooperative
peneliti bersama kolaborator
Learning tipe Student Teams
melakukan refleksi terkait
Achievement Division, seperti
pembelajaran pada siklus I.
yang sudah dijelaskan diatas
Tujuan dari refleksi ini untuk
bahwa pada siklus ini
mengetahui kendala atau
dilaksanakan dengan 3 kali
masalah apa yang terjadi pada
pertemuan. Pada pertemuan
pelaksanaan siklus I yang
ke-1 dan ke-2 peneliti
membuat nilai kektifan dan
menghasilkan sebuah data
hasil belajar peserta didik
keaktifan peserta didik yang
masih belum mencapai kriteria
menunjukkan peningkatan
yang telah ditentukan.
keaktifan dengan
Simpulan dan Saran
diterapkannya model Penelitian
pembelajaran STAD meskipun
Tidakan
Kelas
peningkatan tersebut belum
(PTK) yang dilaksanakan di kelas
mencapai kriteria yyang telah
X
IPS
2
SMA
Negeri
1
Sukoharjo ini dilakukan dengan 2
ditentukan. Adapun pada
siklus. Setiap siklus meliputi 4
pertemuan ke-1 nilai rata-rata
tahap, yaitu: (1) Perencanaan, (2)
keaktifan yaitu 51,13%
Pelaksanaan, (3) Observasi, dan
sedangakan pada pertemuan
(4)
ke-2 naik menjadi 54,69%.
Analisis
dan
Refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian yang
Nilai rata-rata pada siklus I
telah dilakukan, maka peneliti
hanya mencapai 52,92%, selain
dapat
itu juga peneliti juga
sebagai berikut:
mendapatkan nilai hasil belajar
1. Penerapan
xxiii
menarik
kesimpulan model
pembelajaran kooperatif tipe
Berdasarkan penelitian
Student Teams Achievement
tindakan kelas yang telah
Division dapat meningkatkan
dilaksankan, maka peneliti dapat
keaktifan belajar siswa kelas
memberikan saran sebagai bahan
X IPS 2 SMA Negeri 1
pertimbangan, antara lain sebagai
Sukoharjo
tahun
ajaran
berikut:
2016/2017. Pada pra tindakan Dengan
diterapkannya
peserta didik yaitu 37,42%,
model
pembelajaran
kemudian
kooperatif
nilai
rata-rata
keaktifan
naik
menjadi
tipe
Student
52,92% pada siklus I, dan
Teams
mengalami peningkatan lagi
Division,
secara signifikan pada siklus
memberikan Reward atau
II yaitu 75,20%.
penghargaan
2. Penerapan
Achievement guru
proses
model
sebaiknya pada
saat
pembelajaran.
pembelajaran kooperatif tipe
Penghargaan ini tidak harus
Student Teams Achievement
berupa materi, akan tetapi
Division dapat meningkatkan
bisa berupa nilai tambahan
hasil belajar siswa kelas X
ataupun yang lainnya sesuai
IPS
dengan kreatifitas seorang
2
SMA
Sukoharjo
Negeri
tahun
1
guru
ajaran
dan
kesepakatan
2016/2017. Pada pra tindakan
peserta didik. Penghargaan
nilai rata-rata peserta didik
ini
yaitu 74,57. Kemudian pada
memotivasi peserta didik
siklus
rata-rata
supaya lebih semangat lagi
peserta didik naik, namun
dalam proses pembelajaran
belum secara signifikan yaitu
berlangsung.
I
nilai
74,88. Pada tindakan siklus II nilai rata-rata hasil belajar peserta didik naik menjadi 88,59.
xxiv
bermanfaat
untuk
Daftar Pustaka
Mengajar. Jakarta:
Muhadi, (2011). Penelitian Tindakan
Rajawali Pers.
Kelas.Yogyakarta: Shira
Sugiyanto, 2009). Model-Model
Media.
Pembelajaran Inovatif.
Putri, Rofi Perdani. (2010).
Surakarta: Panitia
Penerapan Strategi
Sertifikasi Guru Rayon 13
Student Teams –
FKIP UNS Surakarta.
Achievement Divisions
Supridjono,Agus.(2012). Cooperative
(STAD) Sebagai Upaya
Learning “Teori dan
Peningkatan Keaktifan
Aplikasi Paikem”.
Dan Motivasi Siswa Dalam
Yogyakarta:Pustaka
Pembelajaran Matematika
Pelajar.
(Ptk Di Smp Negeri 1 Supridjono,Agus.(2013). Problem
Teras, Boyolali Kelas Vii Semester Ii). Skripsi Thesis,
Based Learning dalam
Universitas
Penelitian Tindakan Kelas.
Muhammadiyah
Yogyakarta: Pustaka
Surakarta.
Pelajar. Trianto, (2009). Mendesain Model
Slavin E. Robert, (2008). Cooperative Learning Teori Riset dan
Pembelajaran Inovatif-
Praktik. Bandung: Nusa
Progresif. Jakarta:
Media.
Kencana Prenada Media Group.
Rusman.(2012). Model-Model
Trianto, (2010). Model Pembelajaran
Pembelajaran.Jakarta:
Terpadu. Jakarta: Bumi
Rajagrafindo Persada.
Aksara. Sardiman, (2014). Interaksi & http://etd.eprints.ums.ac.id/7225
Motivasi Belajar
xxv