PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA PADA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIK BINA HUSADA PALEMBANG Oleh Sari Misnaini ABSTRAK Character education is a deliberate attempt to help people understand, care about and act according to ethical values. Since 2003 the character education is expected to be implemented by all educational units are integrated in classroom learning and school culture. Character education in schools need basic principles are easy to understand and be understood by students and each individual. In the implementation of character education includes three bases, that is class-based, culture-based and community-based campus. Ten characters are quite dominant implemented in STIK Bina Husada, namely religious, honest, discipline, tolerance, responsibility, creative, independent, caring social, democratic, and recognize excellence. Pendidikan karakter adalah suatu usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli dan bertindak menurut nilai-nilai etika.Sejak tahun 2003 pendidikan karakter diharapkan agar diterapkan oleh semua satuan pendidikan secara terintegrasi dalam pembelajaran di kelas dan kultur sekolah. Pendidikan karakter di sekolah memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami oleh mahasiswa dan setiap individu. Dalam pelaksanaannya pendidikan karakter meliputi tiga basis, yaitu berbasis kelas, berbasis kultur kampus dan berbasis komunitas. Sepuluh karakter yang cukup dominan diterapkan di STIK Bina Husada, yaitu religius, jujur, disiplin, toleransi, tanggung jawab, kreatif, mandiri, peduli sosial, demokratis, dan menghargai prestasi.
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
1. Pendahuluan
negara yang demokratis serta bertanggung Fungsi dan tujuan pendidikan nasional
jawab.
sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang
Pendidikan
karakter diharapkan agar diterapkan oleh
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II
semua satuan pendidikan secara terintegrasi
Pasal
dalam pembelajaran di kelas dan kultur
3
nasional
Sistem
Sejak tahun 2003 pendidikan
berbunyi berfungsi
bahwa
pendidikan
mengembangkan
sekolah.
Senada
dengan
komitmen
kemampuan dan membentuk watak serta
pemerintah di atas, Koesoema (2010:116)
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
menegaskan bahwa pendidikan karakter
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bisa
bertujuan untuk berkembangnya potensi
pembudayaan dan pemanusiaan. Peran
peserta didik agar menjadi manusia yang
pendidikan karakter bukan saja bersifat
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
integratif, dalam arti mengukuhkan moral
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
intelektual subjek didik, melainkan juga
menjadi
salah
satu
sarana
1
bersifat
kuratif,
baik
secara
personal
penuturan
ketua
STIK
Bina
Husada
maupun sosial, yakni bisa menjadi salah
Palembang melalui pertemuan-pertemuan
satu sarana penyembuh penyakit sosial.
formal maupun informal yang dilakukan
Pemberitaan
peneliti. Ketua STIK menegaskan bahwa
media
tentang
tawuran antarpelajar atau mahasiswa
di
STIK Bina Husada adalah sekolah tinggi
Indonesia semakin marak, terutama pada
yang
sepanjang
karakter.
tahun
Nasional
2012-2013.
Komisi
Perlindungan Anak
sangat
mencatat
menekankan
Di
pendidikan
tengah-tengah
upaya
sudah terjadi 147 kasus tawuran dengan
mengimplementasikan pendidikan karakter
korban
di sekolah ini, terdapat beberapa persoalan
jiwa
sebanyak
(www.megapolitan.com, 2012).
Tawuran
mahasiswa
82
21
Desember
antarpelajar
merupakan
anak
persoalan
mendasar,
yaitu
pertama,
mahasiswa
atau
berasal dari lingkungan keluarga yang
yang
berbeda-beda
karakter.
Sehingga,
cukup kompleks, belum lagi seks bebas
kompensasi yang cenderung ke arah negatif
yang
seperti absensi, keterlambatan, tugas yang
sekarang
menjadi
trend
remaja
perkotaan.
tidak tepat waktu, sering dilakukan oleh Masalah tawuran antarpelajar,
para mahasiswa sekadar untuk mencari
narkoba, pergaulan bebas, dan miras telah
perhatian. Kedua, STIK Bina Husada
sangat memiriskan bagi banyak pihak.
sekolah
Berhadapan dengan pelbagai persoalan di
Kebidanan
atas,
pendidikan
Kebersamaan dengan mahasiswa di sekolah
karakter menjadi semakin urgen. Karena
tidak berlangsung 1x24 jam seperti di
itulah menarik untuk mempertanyakan dan
sekolah berasrama. Sehingga
menelusuri sejauh mana sekolah sebagai
untuk
lembaga pendidikan formal menjalankan
karakter secara integral-holistik cukup sulit
perannya mengimplementasikan kebijakan
diterapkan.
maka
implementasi
nonasrama, pada
menjaga
pendidikan karakter.
tahun
peluang pendidikan
tulisan
mengungkapkan
Prodi pertama.
kontinuitas
Dalam
Bertitik tolak dari fenomena di
kecuali
ini
akan
bagaimanakah
atas, peneliti memilih satuan pendidikan
pelaksanaan pendidikan karakter pada STIK
PSIK STIK Bina Husada sebagai obyek
Bina Husada dan implimentasinya dalam
penelitian. Sekolah tinggi ini memiliki
kehidupan mahasiswa sehari-hari.
komitmen
2. Pendidikan Karakter
yang
kuat
mengimplementasikan
untuk pendidikan
a.
Pengertian Pendidikan Karakter
karakater. Sekolah ini mendidik dan melatih para
mahasiswa
untuk
memiliki
Elkind Kemendiknas,
dan
Sweet
2010:13)
(dalam
menyebutkan
pengetahuan dan keterampilan di bidang
pendidikan
karakter
dimaknai
sebagai
keperawatan dan kewirausahaan. Hasil
berikut:
“character
education
is
observasi awal di atas dikuatkan oleh
deliberate effort to help people understand,
the 2
care about, and act upon core ethical
yang
values”. Pendidikan karakter adalah suatu
semacam
usaha sengaja untuk membantu orang
pengalaman kontingen yang selalu berubah.
memahami, peduli dan bertindak menurut
Dari kematangan karakter inilah kualitas
nilai-nilai etika. Sementara itu menurut
seorang
Ramli (dalam Kemendiknas, 2010:13),
Foerster menyebutkan kekuatan karakter
pendidikan karakter memiliki esensi dan
seseorang
makna yang sama dengan pendidikan moral
fundamental
dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah
Kematangan keempat ciri fundamental
membentuk pribadi anak, supaya menjadi
karakter
inilah
manusia yang baik, warga masyarakat, dan
manusia
melewati
warga negara yang baik.
menuju personalitas.
Pendidikan moral dan pendidikan karakter
tidaklah
sama.
Perbedaannya
dimilikinya. identitas
pribadi
yang
diukur.
tampak
mana
menjadi mengatasi
Lebih
dalam
yang
lanjut
empat
mesti
yang
Pertama, melalui
Karakter
ciri
dimiliki.
memungkinkan
tahap
individualitas
keteraturan setiap
interior
tindakan
terletak pada ruang lingkup dan lingkungan
berdasarkan
yang membantu individu dalam mengambil
terbentuk melalui sebuah kesediaan dan
keputusan. Dalam pendidikan moral, ruang
keterbukaan
lingkupnya adalah kondisi batin seseorang.
ketidakteraturan menuju keteraturan nilai.
Sedangkan
dalam
untuk
nilai.
Karakter
mengubah
dari
karakter
Kedua, koherensi yang memberikan
ruang lingkupnya selain terdapat dalam diri
keberanian melalui mana seseorang dapat
individu,
konsekuensi
mengakarkan diri teguh pada prinsip, tidak
kelembagaan, yang keputusannya tampil
mudah terombang-ambing pada situasi baru
dalam kinerja dan kebijakan lembaga
atau takut risiko. Koherensi merupakan
pendidikan (Koesoema, 2010:198).
dasar yang membangun rasa percaya satu
juga
pendidikan
hierarki
diukur
memiliki
Koesoema (2010:42) menyebutkan bahwa pendidikan karakter sebenarnya dicetuskan pertama kali oleh pedagog Jerman Lahirnya
F.W.
Foerster
pendidikan
(1869-1966). karakter
sama lain. Kredilibitas seseorang akan runtuh apabila tidak ada koherensi. Ketiga, otonomi atau kemampuan seseorang
untuk
menginternalisasikan
bisa
aturan dari luar sehingga menjadi nilai-nilai
dikatakan sebagai sebuah usaha untuk
bagi pribadi. Hal ini tampak dari penilaian
menghidupkan kembali pedagogi ideal-
keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau
spiritual yang sempat hilang diterjang arus
desakan dari pihak lain.
positivisme yang dipelopori oleh filsuf dan
Keempat, keteguhan dan kesetiaan.
sosiolog Perancis Auguste Comte (1798-
Keteguhan
merupakan
1857). Tujuan pendidikan menurut Foerster
seseorang untuk mengingini apa yang
adalah untuk pembentukan karakter yang
dipandang
terwujud dalam kesatuan esensial antara si
merupakan dasar bagi penghormatan atas
subjek dengan perilaku dan sikap hidup
komitmen yang dipilih.
baik,
daya
sedangkan
tahan
kesetiaan
3
Lebih lanjut, Koesoema sendiri (2010:193-190)
pendidikan
sifatnya intensional dan proaktif untuk
karakter sebagai keseluruhan dinamika
menanamkan dalam diri para siswa nilai-
relasional antarpribadi dengan berbagai
nilai oral inti, seperti perhatian dan
macam dimensi, baik dari dalam maupun
perawatan (caring), kejujuran, keadilan
dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin
(fairness), tanggung jawab dan rasa hormat
dapat menghayati kebebasannya sehingga ia
terhadap diri dan orang lain.
dapat
melihat
sekolah, distrik, dan Negara bagian yang
semakin
atas
Sementara itu Asosiasi Supervisi
sebagai
dan Pengembangan Kurikulum di Amerika
peribadi dan perkembangan orang lain
Serikat (dalam Koesoema, 2012:57-58),
dalam hidup mereka. Pendidikan karakter
mendefinisikan bahwa pendidikan karakter
memiliki dua dimensi sekaligus, yakni
merupakan
dimensi individual dan dimensi sosio-
kepada
struktural. Dimensi individual berkaitan
kemanusiaan dasar, termasuk di dalamnya
erat
kejujuran,
pertumbuhan
bertanggungjawab
dirinya
dengan
sendiri
pendidikan
nilai
dan
sebuah
anak-anak
proses
pengajaran
tentang
nilai-nilai
keramahtamahan,
kemurahan
pendidikan moral seseorang. Sedangkan
hati, keberanian, kebebasan, persamaan,
dimensi
melihat
dan rasa hormat. Tujuannya adalah untuk
bagaimana menciptakan sebuah sistem
menumbuhkan diri siswa sebagai warga
sosial yang kondusif bagi pertumbuhan
Negara
individu.
secara moral dan memiliki disiplin diri.
sosio-kultural
Tidak
hanya
lebih
di
Indonesia,
yang
dapat
Pendidikan
bertanggungjawab
karakter
baik
di
pendidikan karakter juga menjadi perhatian
Indonesia, maupun di Amerika memuat
di belahan dunia lain, seperti di Amerika.
nilai-nilai yang kurang lebih sama. Dalam
Character Education Partnership (CEP)
konteks Indonesia, Kemendiknas secara
(dalam
sebuah
detail (2011) menyebutkan delapan belas
program nasional pendidikan karakter di
nilai dalam pendidikan karakter, yaitu
Amerika Serikat, mendefinisikan bahwa
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
pendidikan karakter adalah sebuah gerakan
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
nasional untuk mengembangkan sekolah-
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
sekolah agar dapat menumbuhkan dan
tanah
memelihara nilai-nilai etis, tanggung jawab
bersahabat/komunikatif, gemar membaca,
dan kemauan untuk merawat satu sama lain
peduli lingkungan, dan peduli sosial, serta
dalam
Koesoema,
diri
2012:57),
menghargai
prestasi,
muda,
melalui
tanggung jawab. Koesoema (2010:208-
pengajaran
tentang
2011) mengambil garis besarnya saja
cara
dengan menyebutkan delapan nilai, yakni
memberikan penekanan pada nilai-nilai
keutamaan, keindahan, kerja, cinta tanah
universal
air, demokrasi, kesatuan, menghidupi nilai
keteladanan karakter
anak-anak
air,
dan
yang
yang
baik,
diterima
dengan
oleh
semua.
Gerakan ini merupakan usaha-usaha dari
moral, dan kemanusiaan. 4
Pendidikan karakter yang efektif b. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Karakter Koesoema
dan utuh menyertakan tiga basis desain dalam pemrogramannya. Tiga basis yang
(2010:218-220)
dimaksud adalah basis kelas, basis kultur
mengemukakan bahwa pendidikan karakter
sekolah dan basis komunitas. Berikut
di
intisari desain pendidikan karakter menurut
sekolah memerlukan prinsip-prinsip
dasar yang mudah dimengerti dan dipahami
Koesoema (2012:105-153).
oleh siswa dan setiap individu yang bekerja
1) Pendidikan karakter berbasis kelas
dalam lingkup pendidikan itu sendiri.
Kelas
yang
dimaksud
bukan
Beberapa prinsip dasar itu antara lain
terutama bangunan fisik, melainkan lebih
sebagai berikut.
pada corak relasional yang terjadi antara
1) Karaktermu ditentukan oleh apa yang
guru dan murid dalam proses pendidikan.
kamu lakukan, bukan apa yang kamu
Untuk itu pendidikan karakter berbasis
katakan atau kamu yakini.
kelas membahas lebih tentang bagaimana
2) Setiap keputusan yang kamu ambil
lembaga pendidikan dapat memaksimalkan
menentukan akan menjadi orang macam
corak relasional yang terjadi dalam kelas
apa dirimu.
agar
3) Karakter yang bai mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-
masing-masing
individu
dapat
bertumbuh secara sehat, dewasa, dan bertanggung jawab.
cara yang baik, bahkan seandainya pun
Desain
kurikulum
pendidikan
kamu harus membayarnya secara mahal,
karakter berbasis kelas terjadi melalui dua
sebab mengandung risiko.
ranah
4) Jangan
pernah
mengambil
yang
berjalan
seiring,
yaitu
perilaku
intstruksional dan non-instruksional. Ranah
buruk yang dilakukan oleh orang lain
instruksional terkait secara langsung dengan
sebagai patokan bagi dirimu. Kamu
tindakan pembelajaran dan pengajaran di
dapat memilih patokan yang lebih baik
dalam kelas, yakni proses pembelajaran
dari mereka.
bersama terhadap materi kurikulum yang
5) Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna
dan
transformatif.
Seorang
individu bisa mengubah dunia.
baik adalah bahwa
Sedangkan
ranah
non-
instruksional mengacu pada unsur-unsur di luar dinamika belajar mengajar di dalam
6) Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter
diajarkan.
kelas,
seperti
motivasi,
keterlibatan,
kamu
manajemen kelas, pembuatan norma, aturan
menjadi pribadi yang lebih baik, dan ini
dan prosedur, komitmen bersama, dan
akan membuat dunia menjadi tempat
lingkungan fisik.
yang lebih baik untuk dihuni.
c. Desain Pendidikan Karakter a) Ranah Instruksional 5
Desain
karakter
dan mengajarkan pembentukan karkater
sifatnya
karena dengan model ini pembentukan
instruksional dapat terjadi melalui dua
karakter yang dilakukan terintegrasi
cara, yaitu bersifat pengajaran tematis
melalui kurikulum yang ada dalam
dan non-tematis. Pertama, pendidikan
setiap
karakter berbasis kelas instruksional
mempergunakan proses belajar mengajar
tematis
materi
sesuai dengan mata pelajaran yang
tentang
diampunya untuk menanamkan nilai-
berbasis
pendidikan
kelas
adalah
pembelajaran pendidikan
yang
diberikannya tertentu
karakter
melalui
proses
mata
nilai
pelajaran.
tertentu.
Sebagai
contoh
diminta
membuat
belajar mengajar. Pendidik memilih satu
konkretnya,
tema tertentu untuk dibahas bersama.
silabus, yang di dalamnya dimasukkan
Sekolah mengalokasikan waktu khusus
kolom ‘karakter’. Sehingga, di dalam
untuk
Rencana
pengembangan
karkater,
baik
pembentukan
melalui
pengajaran
guru
Guru
Pelaksanaan
(RPP),
beberapa
tradisional, dialogis, diskusi kelompok,
dibentuk,
maupun
pada
pembuatan
proyek
pembelajaran
bersama.
Sifat
pendidikan
karakter
Pembelajaran
nilai
diajarkan mesti
yang
bisa
dalam
proses
disebut
secara
eksplisit.
berbasis kelas instruksional tematis ini
b) Ranah Noninstruksional
adalah parsial selektif. Artinya, program
Ranah
noninstruksional
pendidikan karakter yang dilaksanakan
pendidikan
sungguh membidik satu tema khusus
tertuju
atau memilih tema tertentu tentang nilai
belajar yang nyaman dan kondusif bagi
yang dipilih dan akan dibahas dalam
pembentukkan
pendidikan karakter.
karakter siswa. Penciptaan lingkungan
Kedua,
pada
berbasis
penciptaan
atau
kelas
lingkungan
pengembangan
karakter
yang dimaksud meliputi manajemen
berbasis kelas instruksional non-tematis.
kelas, pendampingan perwalian, dan
Ini adalah sebuah model pendekatan
membangun konsensus kelas.
pembelajaran karakter
pendidikan
karakter
bagi
bagi
dengan
momen-momen
pembentukan mempergunakan
manajemen
kelas
berarti menciptakan dan menjaga sebuah
yang
lingkungan
pembelajaran
yang
sifatnya terintegrasi dalam kurikulum,
mendukung
pengajaran
dan
proses pembelajaran dan terkait secara
meningkatkan prestasi siswa. Guru dan
inheren dalam materi pembelajaran.
siswa berhadapan dan berdialog secara
Dalam
langsung
proses
pembelajaran
Pertama,
pengajarannya
tidak
sebagai
pribadi.
ditentukan ada tema khusus yang mau
bersama-sama
dibahas,
dengan
komunitas belajar. Perjumpaan dalam
materi yang telah ada. Selain itu, tidak
kelas terjadi secara terencana dan teratur
ada alokasi waktu khusus untuk melatih
melalui penjadwalan mata pelajaran
tetapi
terintegrasi
mereka
Secara
membentuk
6
yang diorganisir dan diarahkan agar
proses belajar mengajar menjadi lancar.
tujuan pembelajara dapat tercapai, yaitu
Dalam
penguasaan materi, keterampilan teknis,
kelas, keterlibatan setiap anggota kelas
pengayaan
sangatlah diperlukan. Kesepakatan kelas
pribadi
tentang
objek
pembelajaran tertentu.
mengembangkan
konsensus
mesti dipahami, disetujui dan disepakati
Kedua,
pendampingan
oleh anggota komunitas kelas.
perwalian. Momen pembinaan wali
Pada
pendidikan
kelas sesungguhnya menjadi tempat
berbasis
penting bagi penanaman nilai dan
disimpulkan beberapa karakteristik yang
pembentukan karakter siswa. Siswa di
menjadi
ajak
pengembangan
berkumpul
bersama
melalui
kelas
karakter
tersebut,
cara
bertindak pendidikan
berbagai macam cara. Di dalamnya
berbasis kelas, antara lain:
warga kelas mengevaluasi dinamika
- Dosen
kelas
mereka,
mengembangkan
dinamika kelompok, mencoba mencari cara-cara penyelesaian konflik secara damai. Nilai-nilai
yang ditanamkan
dalam program perwalian kelas antara lain, saling menghormati, tanggung jawab bersama, saling membantu dalam proses belajar, pembelajaran demokrasi dengan mengajak siswa menentukan tujuan kelas secara bersama beserta cara-cara praktis untuk mencapai tujuan,
dapat
sebagai
dalam karakter
fasilitator
pembelajaran. - Dosen
sebagai
motivator
pembelajaran. - Dosen sebagai desainer program. - Dosen
sebagai
pembimbing
dan
sumber keteladanan. - Isi kurikulum menjadi sumber bagi pembentukan karakter. - Metode pengajaran dialog bukan monolog. - Mempergunakan
metode
keterbukaan dan persahabatan. Tujuan
pembelajaran melalui kerja sama
utama
(collaborative learning).
pendampingan
kelas
adalah
membangun kesepakatan bersama kelas demi kemajuan dan keberhasilan mereka sebagai komunitas kelas yang belajar. Ketiga, membangun konsensus
- Partisipasi komunitas kelas dalam pembelajaran. - Penciptaan kelas sebagai komunitas moral.
kelas. Dasar dari pengembangan ini
- Penegakkan disiplin moral.
adalah hubungan timbale balik satu
- Penciptaan lingkungan kelas yang
sama
lain
berdasarkan
kepercayaan
(trust), rasa hormat (respect), dan saling menumbuhkan dan merawat (caring). Kelas
yang
baik
memiliki
aturan
bersama yang dipahami oleh setiap anggota
komunitas
kelas
demokratis. - Membangun sebuah ‘rasa tanggung jawab bagi pembentukan diri’. - Pengelolaan konflik moral melalui pengajaran.
sehingga 7
- Solusi konflik secara adil dan tanpa kekerasan.
dan administrasi sekolah. Momen struktural ini di antaranya adalah proses pembentukan kesepakatan
2) Pendidikan karakter berbasis kultur
kerja,
peraturan
yayasan,
peraturan sekolah, job description setiap jabatan dan kedudukan.
kampus Dalam konteks pendidikan, kultur
Momen pendidikan yang bersifat
sekolah merupakan sebuah pola perilaku
polisional adalah kebijakan pendidikan on
dan cara bertindak yang telah terbentuk
the spot yang dilaksanakan secara rutin dan
secara otomatis menjadi bagian yang hidup
sifatnya tradisional. Kebijakan yang bersifat
dalam sebuah komunitas pendidikan. Dasar
rutin
pola perilaku dan cara bertidaknya adalah
tindakan yang diambil dalam kerangka
norma
dan
pengembangan mutu sekolah. Misalnya,
kebijakan pendidikan di tingkat lokal. Oleh
kebijakan tentang penerimaan siswa baru,
karena itu kultur kampus dapat dikatakan
ujian sekolah, pengaturan jadwal pelajaran,
seperti kurikulum tersembunyi (hidden
kegiatan ekstrakurikuler, perwalian dan
curriculum)
pengembagan
sosial,
memengaruhi berpikir
peraturan
yang pola
seluruh
sekolah,
lebih perilaku anggota
efektif dan
cara
komunitas
adalah
berbagai
keputusan
professional
dan
guru.
Sedangkan, yang bersifat tradisional adalah kebijakan
rutin
dalam
rangka
sekolah. Kultur kampus berjiwa pendidikan
pengembangan pendidikan yang senantiasa
karakter terbentuk ketika dalam merancang
berulang setiap tahun, seperti rapat-rapat
sebuah program, setiap individu dapat
kerja,
bekerja sama satu sama lain melaksanakan
penerimaan rapor, dan lain-lain.
visi dan misi sekolah melalui berbagai macam kegiatan.
pertemuan
orang
tua
murid,
Momen pendidikan yang bersifat eventual
adalah
peristiwa-peristiwa
Pada pendidikan karakter berbasis
pendidikan yang terjadi secara khas dan
kultur sekolah terdapat integrasi antara
muncul karena terjadinya peristiwa tertentu
idealisme lembaga pendidikan, yakni visi
yang merupakan tanggapan nyata sekolah
dan misi, dengan berbagai macam struktur
atas peristiwa di luar lembaga pendidikan,
yang
dan
melalui
mendefinisikan cakupan
Dalam
kinerja
tanggung
mengembangkan
individu jawabnya. pendidikan
memengaruhi
kinerja
lembaga
pendidikan. Momen pendidikan eventual ini tidak
dapat
diprediksi,
namun
karakter berbasis kultur sekolah, berbagai
membutuhkan keputusan dan tanggapan
macam momen dalam dunia pendidikan
langsung
dapat
menyikapinya.
menjadi
titik
temu.
Momen
pendidikan ini dapat bersifat struktural, polisional,
dan
eventual.
dari
Sasaran
pihak
sekolah
pertama
untuk
pendidikan
Momen
karakter berbasis kultur sekolah mengarah
pendidikan yang struktural adalah peristiwa
pada pertumbuhan lembaga pendidikan
yang berkaitan erat dengan proses regulasi
sebagai komunitas moral. Prinsip-prinsip 8
moral dasar semestinya menjadi dasar
ilmiah, seni teater, menggambar, dan
bertindak
lain-lain.
dan pengambilan
Prinsip-prinsip
yang
berbuat
jangan
baik,
keputusan.
dimaksud merusak,
adalah setiap
individu berharga di dalam dirinya, dan prinsip
moral
dasar
tersebut
mesti
senantiasa diingat oleh para pendidik dan pengambil keputusan.
demokratis
dalam
lingkungan
sekolah merupakan salah satu strategi pengembangan
natalis
kampus,
pendidikan
karkater
atau
syukuran
kelulusan. - Apresiasi dan pengakuan akan prestasi orang lain. - Orientasi
Di samping itu, menumbuhkan kultur
- Momen perayaan dan kekeluargaan, dies
Pengnenalan
Kampus
(OSPEK) - Pemilihan para pengurus SEMA, Dewan Mahasiswa, Presidium. - Kebijakan pendidikan.
berbasis kultur sekolah. Mengembangkan
- Kolegialitas antardosen.
kultur demokratis di sekolah tidak berarti
- Pengembangan professional dosen.
menghapus otoritas yang dimiliki guru.
- Merawat tradisi kampus.
Intinya adalah bagaimana setiap individu,
- Asosiasi dosen-orang tua.
terutama guru, menghayati tanggung jawab moral yang diembannya secara akuntabel
3) Pendidikan
dan transparan dalam kebersamaan dengan
Komunitas
Karakter
Berbasis
komunitas. Kehidupan bersama adalah
Lembaga pendidikan tidak berdiri
tanggung jawab bersama dan melibatkan
sendiri, melainkan memiliki ikatan yang
seluruh anggota untuk membangunnya.
erat dengan komunitas-komunitas lain, baik
Dialog, komunikasi, kesediaan untuk saling
yang terlibat secara langsung atau tidak
mendengarkan dan menghargai perbedaan
langsug. Komunitas-komunitas itu antara
adalah ciri medasar sebuah komunitas
lain:
demokratis. Beberapa momen yang dapat
-
Komunitas
sekolah:
menjadi praksis strategis pengembangan
mahasiswa, dosen, karyawan,
kultur demokratis di sekolah, misalnya:
staf kampus, pengurus yayasan,
proses pemilihan ketua kelas, ketua SEMA,
dll.
dan kepengurusan lain atau evaluasi atas
-
kehidupan bersama. Adapun
Komunitas keluarga: orang tua dan wali siswa.
momen-momen
dalam
-
Komunitas masyarakat: LSM,
dunia pendidikan yang dapat dijadikan
pengusaha,
sebagai
perkumpulan sosial, dll.
pengembangan
kultur
sekolah
antara lain: - Momen pengembangan diri sepertu kelompok diskusi, jurnalistik, karya
-
berbagai
Komunitas
politik:
pejabat
birokrasi
negara
bidang
pendidikan, mulai dari pejabat di tingkat dinas pendidikan 9
sampai kementrian pendidikan
pengorganisasian,
nasional.
evaluasi.
Pendidikan
kepada
berbasis
6) Masih ada beberapa karakter yang
komunitas berusaha merancang berbagai
belum populer, seperti kerja keras, rasa
macam corak kerja sama dan keterlibatan
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
antara
tanah
lembaga
karakter
sampai
pendidikan
dengan
air,
menghargai
komunitas-komunitas dalam masyarakat.
bersahabat/komunikatif,
Tujuannya adalah agar kehadiran lembaga
membaca, peduli sosial.
pendidikan
semakin
bermakna
prestasi, gemar
dan
Dilihat dari rana pengembangan
bermutu, mampu menjawab aspirasi setiap
karakternya, ketiga rana pengembangan
anggota komunitas tentang harapan mereka,
karakter sudah mulai berkembang, baik
fungsi, dan peran lembaga pendidikan
pendidikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
pendidikan karakter berbasis komunitas,
karakter
maupun 3. Pendidikan Karakter di STIK Bina Husada
ada
kelas,
pendidikan karakter berbasis
komunitas. Pendidikan Karakter Berbasis Kelas
Berdasarkan hasil anallisis data di atas
berbasis
bebrapa
hal
yang
dapat
Ranah instruksional terkait secara langsung dengan tindakan pembelajaran
dirumuskan.
dan pengajaran di dalam kelas, yakni proses
1)
Pendidikan karakter bangsa di STIK
pembelajaran bersama
Bina Husada telah terprogram dalam
kurikulum yang diajarkan. Sedangkan ranah
program lembaga, bahkan ada karakter
non-instruksional mengacu pada unsur-
yang menjadi mata kuliah seperti
unsur di luar dinamika belajar mengajar di
interpreneur dan keprofesian.
dalam kelas, seperti motivasi, keterlibatan,
Lembaga telah mengakomodasi semua
manajemen kelas, pembuatan norma, aturan
karakter untuk dikembangkan dengan
dan prosedur, komitmen bersama, dan
penyedian
lingkungan
2)
3)
4)
berbagai
fasilitas
dan
fisik
terhadap materi
sudah
terlihat.
Ada
pembiasaan.
beberapa hal yang menunjukkan hal ini
Suasana perkuliahan di STIK Bina
sudah
berkembang.
Husada disiplin, aktif, dan kreatif.
Studi
Ilmu
Sepuluh karakter yang cukup dominan
program pendidikan S-1, namun dalam
diterapkan
pelaksanaan
adalah
religius,
jujur,
Pertama,
Keperawatan
Program merupakan
pembelajarannya
disiplin, toleransi, tanggung jawab ,
mahasiswa
kreatif, mandiri, peduli sosial
tenaga-tenaga frofesional seperti
,
demokratis, menghargai prestasi 5) Pendidikan karakter sudah terprogram dengan baik mulai dari perencanaan,
sudah
diarahkan
para menjadi aturan
berpakaian, perencanaan kurkulum yang harus
ditempuh,
pembelajarannya. Kedua,
dan
sistem
dari sisi non-
instruksional tata tertib, aturan, komitmen10
komitmen yang selalu diikrarkan para
- Merawat tradisi kampus sduah tumbuh
mahasiswa, organisasi kelas sudah terjadi
baik di kalangan mahasiswa maupun
pembiasaan untuk dilaksanakan.
sivitas akademikanya.
Pendidikan
Karakter
Berbasis
Kultur
melalui
Kampus Pendidikan karakter berbasis kultur sekolah pada proram PSIK STIK Bina Husada
- Asosiasi
telah
memanfaatkan
guru-orang kerjasama
terbentuk
bimbingan
dan
pengembangnan. Pendidikan Karakter Berbasis Komunitas
momen-
Pendidikan berbasis komunitas
momen penting dalam dunia pendidikan
lebih
untuk
frofesionalitas
dijadikan sebagai pengembangan
tua
diarahkan
kepada
komunitas
keperawatan.
Lembaga
kultur sekolah.
berusaha merancang berbagai macam corak
- Momen pengembangan diri sepertu
kerja sama dan keterlibatan antara lembaga
kelompok diskusi, jurnalistik, karya
pendidikan dengan komunitas-komunitas
ilmiah, seni teater, menggambar, dan
dalam
sebagainya telah mendapat fasilitas yang
pendidikan di tingkat SLTA, lembaga
baik dari pihak kampus.
pendidikkan sederajat, maupun perguruan
masyarakat,
seperti
lembaga
- Momen perayaan dan kekeluargaan, dies
tinggi. Bahkan kerja sama juga dilakukan
natalis kampus, atau syukuran kelulusan
terhadap masyarakat sekitar dan kantin-
sudah menjadi kebiasaan rutin kampus.
kantin sehat sekitar kampus. Hal ini
- Apresiasi dan pengakuan akan prestasi orang
lain
sudah
dilakukan
baik
dilakukan pendidikan
agar
kehadiran
semakin
lembaga
bermakna
dan
terhadap mahasiswa maupun tenaga
bermutu, mampu menjawab aspirasi setiap
pengajar atau pegawai.
anggota komunitas tentang harapan mereka,
- Orientasi
Pengnenalan
Kampus
(OSPEK) dilaksanakan rutin di awal tahun
akademik
dengan
ciri
fungsi, dan peran lembaga pendidikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
khas
OSPEK religius.
4. Penutup
- Pemilihan para pengurus SEMA, Dewan Mahasiswa,
Presidium
telah
dilaksanakan secara demokratis. - Kebijakan
pendidikan
telah
- Kolegialitas antardosen telah tumbuh dengan baik.
di
atas
dapat
Bina
Husada
telah
mendapat
perhatian dengan baik dari pihak lembaga atau kampus. Karakter-karakter yang ada sudah
mulai
berkembang,
terutama
relligius, religius, jujur, disiplin, toleransi,
- Pengembangan profesional dosen diberi
peningkatan
uraian
disimpulkan bahwa pendidikan karakter di STIK
memperhatikan kebutuhan mahasiswa.
kesempatan
Dari
seluas-luasnya pendidikan,
tanggung jawab, kreatif, mandiri, peduli
baik
sosial, demokratis, dan menghargai prestasi.
pelatihan,
Bahkan ada karakter yang dijadikan sebagai
penelitian dan pengembangan. 11
mata kuliah yaitu kewirausahaan atau interpreneur dan keprofesian. Namun
demikian
masih
ada
beberapa karakter yang belum berkembang, seperti
kerja
keras,
rasa
ingin
tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi,
bersahabat/komunikatif, gemar membaca,
Koesoema, Doni A. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. ________________ 2012. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius. Kusdi, 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika.
dan peduli sosial. Di samping itu Masih terlihat mahasiswa yang datang terlambat, fasilitas musholah masih terlalu minim, lapangan
parkir
terlalu
sempit
bila
dibandingkan dengan jumlah kendaraan mahasiswa, akses jalan yang terlalu sempit
Megapolitan, Tawuran Antarpelajar, [Online] (http://www.megapolitan.com, diakses 21 Desember 2012). Moleong, Lexy J., 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
dan lingkungan pendududuk yang terlalu padat sekitar kampus Berdasarkan uraian di atas ada beberapa saran yang perlu disampaikan melalui tulisan ini: a. Beberapa
karakter
yang
belum
Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
berkembang perlu mendapat perhatian kampus, apalagi terkait kerja keras, rasa ingin tahu, bersahabat, dan gemar membaca karena karakter ini sangat terkait dengan prestasi mahasiswa. b. Perlu ada upaya tertentu pendisiplinan siswa yang datang terlambat. c. Karena mayoritas mahasiswa beragama islam, perlu adanya perluasan musholah. d. Akses
jalan
yang
sempit,
dapat
dilakukan dengan sistem jalan satu arah.
DAFTAR PUSTAKA
Kambey, Daniel C. 2006. Landasan Teori Administrasi/Manajemen. Manado: Tri Ganesha Nusantara.
Ratag, Mezak A. & Korompis, Ronald, 2009. Kurikulum Berbasis Kehidupan: Pandangan tentang Pendidikan Menurut Ronald Korompis. Tomohon: Yayasan Pendidikan Lokon. Sagala, Syaiful, 2010. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sule, Ernie Tisnawati dan Saefullah, Kurniawan, 2010. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana. Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 12
Usman, Husaini, 2011. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wikipedia Indonesia, Manajemen, [Online] (http://id.wikipedia.org/wiki/Indone sia.manajemen, diakses 5 April 2013).
Penulis adalah staf dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang Alamat Rumah Alamat Kantor
: Jl. Ogan RT 38 RW 12 Nomor 1082 Bukit Besar Palembang : Jl. Syech Abdul Somad No 28 Kel. 22 Ilir Palembang 13
14