PELAKSANAAN PEMBINAAN ROHANI ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KEAGAMAAN PEGAWAI DI KANTOR PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM JAKARTA RAYA (PDAM JAYA)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Di susun oleh: SITI RIFQIATUT TAQIAH NIM. 105052001768
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H. / 2009 M.
PELAKSANAAN PEMBINAAN ROHANI ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KEAGAMAAN PEGAWAI DI KANTOR PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM JAKARTA RAYA (PDAM JAYA)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh SITI RIFQIATUT TAQIAH NIM. 105052001768
Dosen Pembimbing,
Drs. M. Luthfi Jamal, M. Ag. NIP. 19671006 199403 1 006
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H. / 2009 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi dengan judul “Pembinaan Rohani Islam dalam Meningkatkan Motivasi Keagamaan Pegawai di Kantor Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Raya (PDAM Jaya)” telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tangggal 03 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) pada Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 09 Juni 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua
Sekretaris
Dr. H. Arief Subhan, MA. NIP. 19660110 199303 1 004
Dra. Nasichah, MA. NIP. 19671126 199603 2 001
Penguji I
Penguji II
Dra. Hj. Elidar Hussein, MA. NIP. 19451125 197106 2 001
Nurul Hidayati, S. Ag., M.Pd. NIP. 19690322 199603 2 001
Pembimbing
Drs. M. Luthfi Jamal, M. Ag. NIP. 19671006 199403 1 006
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperolah gelar strata I (SI) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Mei 2009
Siti Rifqiatut Taqiah NIM. 105052001768
ABSTRAK
Siti Rifqiatut Taqiah Pelaksanaan Pembinaan Rohani Islam dalam Meningkatkan Motivasi Keagamaan Pegawai di Kantor Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Raya (PDAM Jaya)
Agama merupakan kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. Agama juga dapat menjadi harapan bagi pelakunya terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang gaib (supranatural). Dan harapan dapat mendorong seseorang untuk berperilaku jujur, menepati janji, menjaga amanat dan sebagainya. Untuk mengarahkan manusia kepada agama diperlukannya motivasi (dorongan). Dengan adanya motivasi tersebut seseorang akan lebih terfokus dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Begitupun pada perusahaan PDAM Jaya, selain memiliki motivasi kerja para pegawai juga diharapkan memiliki motivasi keagamaan karena bahwasanya motivasi keagamaan merupakan suatu dorongan timbul baik dari dalam diri manusia itu sendiri maupun dari luar diri manusia (lingkungan), untuk memberikan bimbingan dalam hidup, menolong dalam menghadapi kesukaran dan menentramkan batin. Sehingga para pegawai diharapkan memiliki ketahanan spiritual dan akhlak mulia yang dapat diwujudkannya dalam penyelenggaraan pembangunan, pemberdayaan dan pelayanan masyarakat serta pelaksanaan tugas dan kewajiban seorang pegawai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai di kantor PDAM Jaya. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survei dengan jenis penelitian deskriptif serta pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu keadaan tertentu yang ada pada masa sekarang kemudian dijelaskan, dianalisis dan disajikan sedemikian rupa sehingga merupakan suatu gambaran yang sistematis. Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi, angket, wawancara serta dokumen yang tersedia diketahui bahwa pembinaan rohani Islam memberikan peran yang cukup besar dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai PDAM Jaya. Dengan mengikuti program-program pembinaan rohani yang diadakan oleh pembinaan rohani Islam, para pegawai sadar bahwa selain harus mengerjakan tugas pekerjaan dengan baik mereka juga harus mengerjakan ibadah sebagaimana mestinya.
KATA PENGANTAR
Sagala puji dan syukur yang tulus, penulis panjatkan kepada Allah SWT., Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa, raga serta yang lainnya untuk tegaknya syiar Islam. Ketika kemalasan dan keraguan muncul pada diri penulis, tumbuhlah semangat dan keyakinan untuk menyelesaikan skripsi ini. Allah telah melimpahkan orang-orang terbaik buat penulis. Mereka telah memberikan bantuan, baik moril maupun material yang sangat berarti sekali bagi penulis. Alhamdulillah, berkat dorongan dari semua pihak, maka skripsi yang berjudul “Pembinaan Rohani Islam dalam Meningkatkan Motivasi Keagamaan Pegawai di Kantor Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Raya (PDAM Jaya)” dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama kepada: 1. Bapak Dr. Murodi, M.A., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II dan Pembantu Dekan III. 2. Bapak Drs. M. Luthfi Jamal, M.Ag., selaku ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam serta selaku Dosen pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan dan pelajaran melalui nasehat-nasehatnya yang berharga, penulis mengucapkan terima kasih atas kesabarannya dalam membimbing.
3. Ibu Dra. Nasichah, M.A., selaku sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan perhatiannya demi peningkatan kualitas penulis sebagai mahasiswi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah mentransfer segala pengalaman keilmuannya kepada penulis. 5. Pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk mendapatkan referensi dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak Ust. H. M. Tadjudin selaku ketua pembinaan rohani Islam dan segenap staffnya yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan membantu dalam memperoleh informasi yang penulis butuhkan dalam skripsi, serta seluruh pegawai yang telah membantu penulis dalam memperlancar pengumpulan informasi. 7. Abi dan Ummi selaku orangtua tercinta yang sudah merawat dan membesarkan serta menyekolahkan penulis hingga saat ini, dan tidak jenuh-jenuhnya memberi dukungan baik moril maupun materil kepada penulis demi terselesainya skripsi ini, beribu-ribu terima kasih penulis ucapkan kepada mereka. 8. Mu’alim H. Alwi selaku kakek beserta cang-cing yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya, namun mudah-mudahan tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada mereka, penulis ucapkan terima kasih kepada mereka telah memberikan motivasi kepada penulis agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan cepat, baik dan benar.
9. Adik penulis, Sirli dan Robi serta sepupu penulis, kakak Yuli, dan sepupu penulis yang lainnya yang tidak pernah luput memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman BPI angkatan 2005 yang telah menemani penulis dalam perkuliahan dan telah memberikan semangat kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar, khususnya Feby, Fahmi, Smile Club, Yuni dan Riri. 11. Dan tidak lupa pula, penulis ucapkan terima kasih kepada Hibatullah yang telah meluangkan waktu dan tenaganya serta telah memberikan dukungan baik moril maupun mataril kepada penulis demi terselesainya skripsi ini sesuai dengan harapan penulis. Akhirnya dengan segala keterbatasan, penulis hanya dapat mengembalikan segalanya kepada Allah SWT., untuk membalas kebaikan mereka yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, dan mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Jakarta, 25 Mei 2009
Siti Rifqiatut Taqiah NIM. 105052001768
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….......
v
DAFTAR TABEL …………………………………………………...........
vii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………….
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………….
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………..........
5
D. Tinjauan Pustaka …………………………………........
6
E. Metodologi Penelitian ……………………………........
7
F. Sistematika Penulisan ……………………....................
12
TINJAUAN TEORI A. Pembinaan Rohani Islam ………………………...........
14
1. Pengertian Pembinaan Rohani Islam ……………...
14
2. Bentuk Pembinaan Rohani Islam ………………….
15
3. Metode Pembinaan Rohani Islam …………………
16
B. Motivasi Keagamaan …………………………………..
18
1. Pengertian Motivasi Keagamaan ………………......
18
2. Perkembangan Motivasi Keagamaan ………………
20
3. Metode Peningkatan Motivasi Keagamaan ………..
23
BAB III
GAMBARAN UMUM PEMBINAAN ROHANI ISLAM PDAM JAYA
BAB IV
A. Sejarah dan Latar Belakang ………………………........
25
B. Visi, Misi dan Tujuan ………………………………….
26
C. Struktur Organisasi dan Pengelolaan ………………….
28
D. Sarana dan Prasarana ………………………………….
38
PEMBINAAN ROHANI ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KEAGAMAAN PEGAWAI A. Deskripsi Responden ………………………………….
39
B. Bentuk Pembinaan Rohani Islam ………………....... ...
42
C. Metode Pembinaan Rohani Islam ………………..........
46
D. Analisis Hasil Pembinaan Rohani Islam dalam Meningkatkan Motivasi Keagamaan Pegawai …........... BAB V
46
PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………........
61
B. Saran ………………………………………………......
62
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….
64
LAMPIRAN ……………………………………………………………….
66
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Berdasarkan Jenis Kelamin ..……………………………....
39
Tabel 2
Berdasarkan Perbedaan Usia ................................................
40
Tabel 3
Berdasarkan Pendidikan Responden ……….………...........
41
Tabel 4
Berdasarkan Pekerjaan Responden .…..……………….......
42
Tabel 5
Materi dalam Kegiatan Pembinaan Rohani Islam ....…........
47
Tabel 6
Materi yang diminati Responden dalam Pembinaan Rohani Islam ……………………………..……
Tabel 7
Metode yang disukai Responden dalam Pembinaan Rohani Islam ………………………….…….…
Tabel 8
53
Kesesuaian Waktu Pembinaan Rohani Islam dengan Keinginan Responden ……….…………………….
Tabel 13
52
Waktu Pelaksanaan Pembinaan Rohani Islam dalam Bekerja dan Beristirahat ………..………….……….
Tabel 12
51
Pendapat Responden tentang Kegiatan Pembinaan Rohani Islam …….………………………….…
Tabel 11
50
Pengetahuan Pembina Mengenai Materi yang dibawakan ……………………………………………
Tabel 10
49
Cara Penyampaian Pembina dalam Menyajikan Materi Pembinaan Rohani Islam .………………………………….
Tabel 9
48
53
Pendapat Responden tentang Alasan Pegawai yang Tidak Mengikuti Pembinaan Rohani Islam ………………….…...
55
Tabel 14
Peningkatan Pengetahuan Responden ……..………………
56
Tabel 15
Peningkatan Pemahaman Responden ..…………….………
57
Tabel 16
Hubungan Antar Pegawai Setelah Mengikuti Pembinaan Rohani Islam ………………………………….
58
Tabel 17
Kesadaran Responden dalam Melaksanakan Shalat …........
59
Tabel 18
Pengamalan Keagamaan Responden ..…………………….
60
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di dalam menjalani rutinitas kehidupan, manusia sebaiknya tidak hanya memenuhi kebutuhan jasmaninya saja, namun juga perlu memenuhi kebutuhan rohaninya, salah satunya dengan beragama. Agama merupakan pegangan hidup manusia, karena mereka merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Yang Maha Kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Hal semacam ini terjadi pada seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat modern, pramodern, maupun masyarakat primitif. Mereka akan merasakan ketenangan dan ketentraman di kala mereka mendekatkan diri dan mengabdi kepada Yang Maha Kuasa. Perasaan ini lebih lanjut akan menjadi pendorong bagi manusia dalam berbuat dan agama dalam kehidupan manusia selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan. Agama berpengruh sebagai motivasi dalam mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian serta ketaatan. Dengan motivasi seseorang terdorong untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun berkorban. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya, sehinggga dapat
1
mendorong seseorang untuk berlaku jujur, menepati janji, menjaga amanat dan sebagainya. Agama juga dapat menjadi harapan bagi pelakunya karena seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang gaib (supranatural) dan harapan dapat mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas, menerima cobaan yang berat ataupun berdoa. Menurut Prof. Dr. H. Jalaluddin bahwa “ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan mendorong seseorang atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik. Pengamalan ajaran agama tercermin dari pribadi yang berprestasi dalam peningkatan mutu kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang berlebihan. Keyakinan akan balasan Tuhan terhadap perbuatan baik telah mampu memberikan ganjaran batin yang akan mempengaruhi seseorang untuk berbuat tanpa imbalan material. Balasan dari Tuhan berupa pahala bagi kehidupan di hari Akhirat lebih didambakan oleh penganut agama yang taat. Melalui motivasi keagamaan seseorang terdorong untuk berkorban baik dalam bentuk materi maupun tenaga atau pemikiran. Pengorbanan seperti ini merupakan aset yang potensial dalam pembangunan.”1 Melihat betapa pentingnya kehidupan agama dalam kehidupan individu, maka dalam sebuah asosiasi seperti perusahaan, lembaga dan sebagainya, berusaha untuk memberikan fasilitas-fasilitas keagamaan individu. Selain sebagai tempat bekerja atau mencari rizki, perusahaan juga dapat menjadi lapangan dalam membentuk ketahanan spiritual dan akhlak mulia. Karena
1
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 288-289.
menurut Musa Asyari “terbentuknya kepribadian yang baik tidak hanya ditentukan oleh kualitas pendidikan dan prestasi yang berhubungan dengan propesi dan dunia kerja, akan tetapi ditentukan juga oleh faktor-faktor yang berhubungan erat dengan inner life-nya, suasana batin dan semangat hidup yang bersumber kepada iman. Oleh karena itu, salah satu hal yang dicari sebagai sumber untuk menumbuhkan etos kerja adalah agama.”2 Kepedulian perusahaan terhadap agama salah satunya dibuktikan dengan dibentuknya pembinaan rohani yang diharapkan dapat membina para pegawai di bidang keagamaan sehinggga memiliki ketahanan spiritual dan akhlak mulia yang dapat diwujudkan dalam penyelenggaraan pembangunan, pemberdayaan dan pelayanan masyarakat serta pelaksanaan tugas dan kewajiban seorang pegawai. Pembinaan rohani ini diberikan untuk semua pegawai baik yang beragama Islam maupun agama selain Islam, seperti Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Dan untuk memenuhi kebutuhan rohani pegawai, maka pembinaan rohani mengadakan berbagai kegiatan, seperti mengadakan pengajian, menyediakan fasilitas ibadah untuk para pegawai dan kegiatan lainnya. Pembentukan pembinaan rohani ini juga dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Raya (PDAM Jaya) dengan menaruh harapan yang tidak jauh berbeda dengan perusahaan-perusahaan lain, yaitu mempunyai pegawai yang memiliki ketahanan spiritual dan akhlak mulia sehingga dapat membantu dalam pembangunan dan perkembangan perusahaan. Berdasarkan latar belakang dan pokok pikiran di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam dan sekaligus dijadikan pembahasan 2
1, h. 35.
Musa Asyari, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Lesfi, 1997), cet. ke-
skripsi dengan judul “Pembinaan Rohani Islam dalam Meningkatkan Motivasi Keagamaan Pegawai di Kantor Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Raya (PDAM Jaya).”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah maka penulis membatasi masalah pada pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai di kantor PDAM Jaya. Dan karena yang ingin penulis teliti adalah pembinaan rohani Islam, maka di sini penulis hanya meneliti pembinaan yang diberikan kepada pegawai di lingkungan kantor PDAM Jaya yang beragama Islam saja. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana pelaksnaan pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai di kantor PDAM Jaya ? b. Metode bimbingan apa yang digunakan dalam pembinaan rohani Islam di kantor PDAM Jaya bagi peningkatan motivasi keagamaan pegawai? c. Bagaimana respon pegawai terhadap pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin penulis capai adalah: a. Ingin mengidentifikasi dan menganalisis mengenai pelaksanaan pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai di kantor PDAM Jaya. b. Ingin mengetahui metode yang digunakan dalam pembinaan rohani Islam di kantor PDAM Jaya dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai. c. Ingin mendapatkan data dan informasi mengenai respon pegawai terhadap pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai di kantor PDAM Jaya. 2. Manfaat Penelitian Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, maka manfaat yang hendak diambil ialah: a. Manfaat Akademis, yaitu agar dapat lebih memahami dan mendalami ilmu pengetahuan penulis di bidang dakwah dan komunikasi khususnya dalam hal bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai pembinaan rohani Islam di lingkungan perusahaan. b. Manfaat Praktis, yaitu dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang akan menjadi bahan masukkan kepada PDAM Jaya dalam melakukan kegiatan pembinaan rohani Islam sehingga para pegawai lebih termotivasi dalam menjalani rutinitas keagamaan.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut, perlu penulis kemukakan suatu tinjauan pustaka sebagai langkah awal dalam penyusunan skripsi yang akan penulis buat terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan secara judul untuk menghindari bentuk plagiat. Tinjauan pustaka pertama yang penulis telusuri adalah skripsi yang berjudul “Pembinaan Keagamaan Terhadap Karyawan Pabrik Slab Baja PT. Krakatau Steel Persero Melalui Bimbingan Rohani Islam (Studi Kasus di Pabrik Slab Baja PT. Krakatau Steel Persero Cilegon)” yang disusun oleh Safturoh Nisa, 102052025663, Mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2006. Penelitian dalam skripsi ini berfokus pada bentuk dan pendekatan bimbingan rohani Islam dalam pembinaan keagamaan di kalangan karyawan. Penelusuran skripsi yang kedua penulis lakukan terhadap skripsi yang berjudul “Peran Pembinaan Rohani Islam Terhadap Peningkatan Etos Kerja Karyawan di PT. Bridgestone Tire Indonesia Bungur-Bekasi” yang disusun oleh Dahriyah, 0052019779, Mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2004. Skripsi ini berfokus pada etos kerja karyawan dan cara meningkatkannya. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka penulis mengambil judul skripsi tentang Pembinaan Rohani Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Keagamaan Pegawai di Kantor PDAM Jaya yang berfokus pada cara meningkatkan motivasi keagamaan pegawai.
E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu keadaan tertentu yang ada pada masa sekarang kemudian dijelaskan, dianalisis dan disajikan sedemikian rupa sehingga merupakan suatu gambaran yang sistematis. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor PDAM Jaya Jln. Penjernihan II Pejompongan Jakarta Pusat. Adapun alasan penulis melakukan penelitian di tempat tersebut yaitu: a. Bardasarkan informasi yang penulis dapatkan dari salah seorang pegawai HRD PDAM Jaya, bahwa kegiatan pembinaan rohani Islam di PDAM Jaya aktif dalam memberikan fasilitas-fasilitas keagamaan bagi para pegawai di lingkungan kantor PDAM Jaya. b. Dengan adanya pegawai HRD PDAM Jaya yang penulis kenal, maka dapat mempermudah
penulis
dalam
memperoleh
informasi
serta
dapat
menghemat waktu, tenaga dan biaya penulis dalam pengumpulan data guna memperlancar penulis dalam penulisan skripsi. Sedangkan penelitian yang di akhiri dengan penyebaran angket, penulis melakukannya berlangsung selama tiga bulan, terhitung dari awal September hingga akhir November 2008. 3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini menggunakan populasi dan sampel. Adapun populasi dan sampel yang dimaksud yaitu:
i. Populasi Menurut Suharsimi Arikonto, “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.”3 Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk memperoleh gambaran tentang pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai di kantor PDAM Jaya, maka ditetapkan populasi yakni pegawai muslim baik laki-laki maupun perempuan yang mengikuti pengajian di Masjid Al-Hikmah di PDAM Jaya. Dan telah diketahui dari hasil observasi awal bahwa populasinya berjumlah 30 pegawai.
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekata Praktik, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), edisi revisi V, h.108.
ii. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang ingin diteliti.4 Untuk keperluan penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto : “Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penalitiannya merupakan penelitian populasi”.5 Perlu diketahui bahwa jumlah pegawai yang mengikuti pengajian mingguan ini tidak selalu berjumlah 30 pegawai sebagaimana halnya jumlah populasi di atas, adakalanya berjumlah lebih dari 30 pegawai dan terkadang pula jumlahnya kurang dari 30 pegawai. Namun peneliti menetapkan berdasarkan observasi awal, jumlah yang mengikuti pengajian tersebut berkisar sekitar 30 pagawai. Berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto dan fakta di lapangan seperti yang disebutkan di atas, maka untuk memperoleh sampel yang lebih objektif dan refresentatif, peneliti mengambil sampel penelitian dari jumlah populasi yang ada yaitu berjumlah 30 pegawai. b. Objek Penelitian Sedangkan objek pada penelitian ini adalah pelaksanaan pembinaan rohani Islam yaitu pengajian mingguan yang diadakan di Masjid AlHikmah di PDAM Jaya yang dimaksudkan dapat meningkatkan motivasi keagamaan pegawai di lingkungan kantor PDAM Jaya.
4 5
Ibid., h. 109. Ibid., h. 112.
4. Metode dan Instrumen Penelitian a. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang dimaksudkan dapat menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau ditentukan. b. Instrumen Penelitian Berdasarkan metode di atas, maka instrumen yang peneliti pilih untuk memperoleh data yang diharapkan adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner yang berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan, maka penulis menggunakan komunikasi langsung dan tidak langsung dalam pengumpulan data. Dan untuk menunjang dalam pengumpulan data-data tersebut maka penulis menggunakan data pengumpulan sebagai berikut: a. Angket. Dalam hal ini penulis menyerbarkan daftar pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada responden (pegawai yang mengikuti pembinaan rohani Islam) untuk diisi. Sedangkan skala yang penulis gunakan pada angket ini adalah skala Guttman, disebut juga skala komulatif atau scalogram terdiri atas pernyataan-pernyataan
yang
mempunyai
intensitas
berbeda-beda.
Pernyataan disusun berdasarkan intensitasnya, yaitu mulai dari yang paling kuat secara bertahap sampai dengan yang paling lemah. b. Studi Dokumentasi yaitu berupa dukumen tentang pelaksanaan program pembinaan rohani Islam di kantor PDAM Jaya serta data pegawai yang ikut serta dalam program pembinaan rohani Islam. 6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Setelah penulis mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan, maka selanjutnya penulis melakukan proses pengolahan dan analisis data yang merupakan suatu langkah yang sangat penting dan sangat mutlak harus dilakukan agar data yang diperoleh memiliki makna sehingga penelitian yang dilakukan memberikan kesimpulan yang benar. Adapun yang dimaksud dengan teknik analisa data menurut Sofyan Efendi adalah proses penyederhanaan data yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Setelah terkumpul data-data yang di perlukan melalui penyebaran angket dan wawancara kemudian data tersebut dianalisa atau diolah, maka peneliti mengolah data melalui beberapa tahap, yaitu editing dan tabulating. Editing adalah meneliti dan menyusun kembali jawaban-jawaban responden ke dalam bentuk tabel yang kemudian diberikan prosentasinya selanjutnya di tafsirkan. Untuk menentukan prosentase digunakanlah rumusan sebagai berikut:
P =F/N x 100 Keterangan: P = Besarnya prosentase F = Jumlah jawaban dari data instrumen N = Skor Total 7. Sumber Data Sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi, maka yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut: a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui penelitian lapangan berupa wawancara dan angket. b. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan untuk mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah dan penulisan skripsi ini seperti buku-buku, diktat, surat kabar serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah dalam penulisan skripsi ini. 8. Teknik Penulisan Untuk lebih memudahkan penulisan ini maka penulis menggunakan teknik penulisan berdasarkan pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press Tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis membagi pembahasan skripsi ke dalam lima bab dengan sistematika, di
mana pada bagian bab pertama berisikan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Sedangkan bab ke dua berisikan tinjauan teori yang membahas tentang pengertian pembinaan rohani Islam, bentuk serta metodenya dan dilengkapi pula dengan pengertian tentang motivasi keagamaan, perkembangan serta metode peningkatan motivasi keagamaan. Dan pada bab ke tiga, merupakan gambaran umum tentang pembinaan rohani Islam PDAM Jaya yang meliputi: sejarah dan latar belakang, visi, misi dan tujuan berdirinya pembinaan rohani Islam, struktur organisasi dan pengelolaan serta sarana dan prasarana pembinaan rohani Islam di kantor PDAM Jaya. Serta pada bab ke empat membahas tentang pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan motivasi keagamaan yang di awali dengan pembahasan tentang deskripsi responden, bentuk serta metode pembinaan rohani Islam dan di akhiri dengan analisis hasil pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai. Selanjutnya pada bagian terakhir, yaitu bab ke lima penulis menguraikan bahasan tentang penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Secara keseluruhan skripsi ini di awali dengan abstrak, kata pengantar, daftar isi, tabel serta di akhiri dengan daftar pustaka dan lampiran.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pembinaan Rohani Islam 1. Pengertian Pembinaan Rohani Islam Kata pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti bangun; bentuk.1 Jika mendapat awalan me- menjadi “membina” yang mempunyai arti membangun; mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik. Sedangkan pembinaan itu sendiri berarti “usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.”2 Pembinaan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah “proses membina, membangun atau menyempurnakan, upaya mendapat hasil yang lebih baik.”3 Selanjutnya pengertian rohani secara etimologi, kata “rohani” dalam kamus bahasa Indonesia berarti: 1. roh, 2. berupa roh yang bertalian dengan yang tidak berbadan jasmani.4 Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer dijelaskan rohani adalah “kondisi kejiwaan seseorang di mana terbentuk dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam budi pekerti seseorang serta melalui hubungan manusia dengan sesama manusia dengan ajaran agama yang dianutnya.”5
1
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991), h. 13. 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia 1998, dalam Ibid., h. 13. 3 Salim dan Yenny, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, h. 205. 4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke tiga, (Jakarta: Balai Pustaka, t.t), h. 152. 5 Salim dan Yenny, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, h. 12-13.
14
Dan Prof. DR. Harun Nasution menyatakan, Islam agama yang ajaranajarannya diwahyukan Tuhan untuk masyarakat manusia kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaranajaran yang bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu ialah al-Qur’an dan Hadits.6 Dari pengertian di atas maka dapat didefinisikan bahwa arti dari pembinaan rohani Islam adalah segala upaya atau tindakan yang mewujudkan kegiatan dalam memperbaiki, mengarahkan serta meningkatkan kondisi atas keadaan jiwa seseorang berdasarkan al-Qur’an dan Hadits. 2. Bentuk Pembinaan Rohani Islam Berdasarkan pengertian dari pembinaan rohani Islam itu sendiri, maka menurut Ainur Rahim Faqih, pembinaan atau bimbingan rohani Islam dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu sebagai berikut:6 a. Bimbingan Langsung Yaitu komunikasi langsung di mana pembimbing dan klien langsung bertatap muka. Dalam bimbingan langsung, pembimbing dapat menggunakan teknik: i. Individual, cara ini memungkinkan pembimbing dan klien berbicara langsung empat mata. Hal ini dapat dilakukan pada saat percakapan pribadi, kunjungan ke rumah, kunjungan dan obserfasi kerja klien.
6 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1987), cet. ke-5, Jilid. 1, h. 24. 6 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), cet. ke-2, h. 55.
ii. Kelompok, pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok. Hal yang dapat diterapkan dalam bimbingan kelompok adalah diskusi kelompok, karyawisata, sosiodarma, dan group teaching. b. Bimbingan Tidak Langsung Adalah bimbingan yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Bimbingan tidak langsung dapat pula dilakukan secara individual maupun kelompok. Teknik yang digunakan adalah: i. Individual, dilakukan melalui surat, telepon, fax, email dan lain sebagainya. ii. Kelompok, dapat dilakukan melalui papan bimbingan, surat kabar atau majalah, brosur, radio atau televisi. 3. Metode Pembinaan Rohani Islam Metode berasal dari bahasa Jerman “methodica” artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani, “metode” berasal dari bahasa “methodos” artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut “thoriq”. Metode yaitu cara yang telah teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya).7 Secara sematik “metode” berarti cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.8 Dengan demikian metode pembinaan rohani Islam adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk tercapainya suatu tujuan pembinaan rohani Islam yang efektif dan efesien.
7
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. ke-1, h. 35. 8 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 99.
Pada uraian berikut ini penulis akan menguraikan secara singkat beberapa metode yang digunakan dalam kegiatan pembinaan rohani Islam pada umumnya. a. Metode Ceramah9 Yaitu suatu teknik atau metode pembinaan yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara seorang pembina pada aktivitas pembinaan. Ceramah dapat pula bersifat berpidato (retorika), khutbah, mengajar dan sebagainya. Kelebihan dari metode ceramah ini adalah sifatnya yang fleksibel, mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta waktu yang tersedia, jika waktunya terbatas, bahan atau materinya dapat dipersingkat. Dan sebaliknya jika waktunya memungkinkan (banyak) dapat disampaikan materi yang sebanyak-banyaknya dan lebih mendalam. Sedangkan kelemahannya adalah kurang efektifnya pemahaman materi oleh objek pembinaan / pendengar, karena komunikasinya hanya bersifat satu arah. b. Metode Tanya Jawab / Dialog10 Yaitu penyampaian materi pembinaan dengan cara mendorong audience (peserta pengajian) agar lebih aktif dan bersungguh-sungguh memperhatikan materi yang diberikan. Sehingga dengan metode ini audience akan langsung memahami persoalan-persoalan yang dihadapinya. Disamping itu kelebihan lain dari metode ini yaitu sangat berguna untuk mengurangi
kesalahfahaman objek
pembinaan,
menjelaskan
perbedaan-perbedaan pandangan dalam memahami ajaran-ajaran agama 9
Ibid., h. 104-107. Ibid., h. 124.
10
dan menerangkan suatu persoalan yang belum pernah dimengerti, yang kesemuanya itu dapat secara jelas dengan langsung dijelaskan kepada objek pembinaan. Dalam metode ini tedapat komunikasi dua arah maka penyampaian materi akan dengan efektif
dapat difahami oleh objek
pembinaan. Sehingga pokok-pokok persoalan agama dapat lebih luas dan lebih dalam diketahui oleh audience. Jadi dapat difahami bahwa yang dimaksud dengan metode pembinaan rohani Islam adalah suatu cara yang ditempuh dalam rangka mengoptimalkan kemampuan atau potensi keimanan dan ketakwaan seseorang untuk mengatasi segala kesulitan yang dialami terbimbing.
B. Motivasi Keagamaan 1. Pengertian Motivasi Keagamaan Motivasi dapat ditafsirkan dan diartikan berbeda oleh setiap orang sesuai tempat dan keadaan daripada masing-masing orang itu. Salah satu diantara penggunaan istilah dan konsep
motivasi ini adalah untuk
menggambarkan hubungan antara harapan dengan tujuan. Konsep motivasi berkaitan erat dengan konsep “sintality”. Dengan “sintality” atau sitalitas diartikan “pencapaian” atau “pemuasan tujuan”.11 Konsep lain yang bertalian dengan motivasi adalah “konsep yang biasanya diutarakan dengan istilah “needs” atau kebutuhan dan istilah “insentive” atau perangsang.”12
11 Raymond B. Cattel, “Determining Syntality Dimension as a Basis for Morale and Leadership measurement”, terdapat dalam buku Harold Guetzkow, Group, Leadership and Men 1951 dalam Buchari Zainun, Manajemen dan Motivasi, (Jakarta: Balai Aksara, 1989), cet. ke-5, h. 18. 12 Buchari Zainun, Manajemen dan Motivasi, (Jakarta: Balai Aksara, 1989), cet. ke-5, h. 19.
Dalam Himpunan Istilah Psikologi, motivasi menunjukan kepada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong; dalam arti dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari pada gerakan atau perbuatan.13 Keagamaan berasal dari kata “agama” yang telah diberi awalan (ke) dan akhiran (an). Kata agama berasal dari bahasa sangsekerta. Satu pendapat mengatakan bahwa agama terdiri dari dua suku kata, yaitu “a” yang berarti tidak dan “gam” yang berarti pergi. Jadi, agama berarti tidak pergi, tetapi ditempat atau diwarisi turun temurun. Pendapat lain mengatakan bahwa agama berarti “teks atau kitab suci, karena setiap agama mempunyai kitab suci. Ada juga yang mengatakan bahwa agama berarti tuntunan, karena mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.”14 Berdasarkan uraian di atas maka dapat difahami bahwasanya motivasi keagamaan merupakan suatu dorongan yang timbul baik dari dalam diri manusia itu sendiri maupun dari luar diri manusia (lingkungan), untuk memberikan bimbingan dalam hidup, menolong dalam menghadapi kesukaran dan menentramkan batin. 2. Perkembangan Motivasi Keagamaan Setelah penulis mendefinisikan pengertian motivasi keagamaan, maka penulis akan menggambaran secara garis besar tentang perkembangan motivasi keagamaan itu sendiri, mulai dari masa anak-anak hingga masa dewasa dengan bekal pendidikan agama. Karena pendidikan agama yang diberikan kepada anak akan mempengaruhi motivasi anak dalam beragama. 13
M. Noor HS, Himpunan Istilah Psikologi, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet. ke-4,
h. 123. 14
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 9.
Untuk memudahkan seseorang dalam memberikan pendidikan agama, maka para ahli membuat bermacam-macam cara pembagian pertumbuhan berdasarkan tahap umurnya, tapi pada umumnya perbedaaan yang terdapat pada mereka tidaklah dalam hal-hal yang pokok. Dalam skripsi ini penulis akan mengambil salah satu pendapat yang membagi umur anak kepada masa kanakkanak (± 0-12 tahun), masa remaja (± 13-21 tahun) dan masa dewasa di atas umur 21 tahun.15 a. Perkembangan Motivasi Keagamaan pada Anak-anak16 Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun. Seorang anak yang pada masa kanak-kanak tidak mendapat pendidikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama. Seyogyanya agama masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan pertumbuhan pribadinya, yaitu sejak lahir, bahkan lebih dari itu, sejak dalam kandungan. Karena dalam pengamatan ahli jiwa terhadap orangorang yang mengalami kesukaran kejiwaan, tampak bahwa keadaan dan sikap orang tua ketika si anak dalam kandungan telah mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan jiwa si anak di kemudian hari. Si anak mulai mengenal Tuhan melalui orang tua dan lingkungan keluarganya. Kata-kata, sikap, tindakan dan perbuatan orang tua, sangat mempengaruhi perkembangan agama pada anak. Sebelum anak dapat 15 16
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet. ke-17, h. 126. Ibid., h. 69-70.
bicara, dia telah dapat melihat dan mendengar kata-kata yang barangkali belum mempunyai arti apa-apa baginya. Namun pertumbuhan agama telah mulai ketika itu. Kata “Allah” akan mempunyai arti sendiri bagi anak, sesuai
dengan
pengamatannya
terhadap
orang
tuanya
ketika
mengucapkannya. Allah akan berarti Maha Kuasa, Maha Penyayang atau lainnya, sesuai dengan hubungan kata Allah itu dengan air muka dan sikap orang tua ketika menyebutnya. Kata “Allah” yang tadinya tidak mempunyai arti apa-apa bagi anak, mulai mempunyai makna sesuai dengan apa yang ditanggapinya dari orang tuannya. Demikianlah seterusnya terhadap semua sikap, tindakan dan cara hidup orang tuanya. Demikianlah seterusnya terhadap semua sikap, tindakan dan cara hidup orang tua yang dialami oleh anak-anak dalam umurnya yang pertama itu. b. Perkembangan Motivasi Keagamaan pada Remaja17 Dapat kita ringkaskan bahwa pengertian remaja akan pokok-pokok keyakinan dalam agama dipengaruhi oleh perkembangan pikirannya pada umur remaja. Dan gambaran remaja tentang Tuhan merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam ini. Hubungannya dengan Tuhan bukanlah hubungan yang sederhana antara dia dengan Tuhan. Akan tetapi kompleks dan terjalin melalui alam ini, hubungan di sini adalah antara dia, alam dan Tuhan. Perasaannya terhadap Tuhan, adalah pantulan dari sikap jiwanya terhadap alam luar. Maka agama remaja adalah hubungan antara dia, Tuhan dan alam semesta yang terjadi dari peristiwa-peristiwa dan pengalamanpengalaman masa lalu dan yang sedang dialami oleh remaja itu. Atau
17
Ibid., h. 88.
dengan kata lain dapat diringkaskan bahwa agama remaja adalah hasil dari inter-aksi antara dia dan lingkungannya. Sedang gambarannya tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya dipengaruhi oleh kondisi perasaan dan sifat remaja itu sendiri. c. Perkembangan Motivasi Keagamaan pada Orang Dewasa Dengan
berakhirnya
masa
remaja,
maka
berakhir
pulalah
kegoncangan-kegoncangan jiwa yang menyertai pertumbuhan remaja itu. Yang berarti bahwa orang yang telah melewati usia remaja mempunyai ketentraman jiwa, ketetapan hati dan kepercayaan yang tegas baik dalam bentuk positif maupun negatif. Kendatipun demikian, dalam kenyataan hidup sehari-hari masih banyak orang yang merasakan kegoncangan jiwa pada usia dewasa. Bahkan perubahan-perubahan kepercayaan dan keyakinan kadang-kadang masih terjadi saja. Keadaan dan kejadian-kajadian itu sangat menarik perhatian para ahli agama, sehingga mereka berusaha terus-manerus mengajak orang untuk beriman kepada Allah dan berusaha memberikan pengertianpengertian tentang agama. 3. Metode Peningkatan Motivasi Keagamaan Bertitik tolak dari pengertian serta perkembangan motivasi itu sendiri, maka adapun metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai, antara lain:18 a. Menstimulasi Motivasi dengan Janji (Targhib) dan Ancaman (Tarhib)
18
164-170.
Muhammmad Utsman Najati, Ilmu Jiwa dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), h.
Manusia
cenderung
melakukan
perbuatan
yang
membuatnya
mendapat pahala, seperti shalat, puasa, zakat dan lain sebagainya. Dan menjauhi perbuatan yang membuatnya mendapat dosa, seperti mencuri, membunuh, durhaka kepada ke dua orang tua dan lain sebagainya. Banyak eksperimen yang dilakukan oleh para ahli jiwa modern tentang keadaan ini. Ayat-ayat targhib yang berbicara tentang kenikmatan surga akan membangkitkan cita-cita umat Islam untuk mendapatkan kenikmatan ini dan mendorong mereka untuk berpegang teguh pada takwa dan ikhlas dalam melaksanakan ibadah, amal shalih dan jihad di jalan Allah. Sedangkan ayat-ayat tarhib yang berbicara tentang siksa neraka Jahanam akan membuat mereka menjauhi perbuatan dosa. b. Menstimulasi Motivasi dengan Kisah-kisah Sejak
zaman
dahulu
para pendidik
menggunakannya
untuk
membangkitkan semangat anak didiknya dan mengajarkan masyarakat tentang teladan yang baik, nilai-nilai keagamaan serta nilai-nilai etis. Kisah tentang peristiwa
yang dahsyat
akan membuat para
pendengarnya merasa ikut serta –secara batiniyah- dalam peristiwa tersebut. Akal dan jiwa mereka akan berbalik pada kandungan kisah yang berisi hikmah, nasihat, pengalaman dan nilai-nilai etis. c. Menstimulasi Motivasi dengan Peristiwa-peristiwa Penting Peristiwa-peristiwa dan masalah penting merupakan salah satu faktor yang dapat membangkitkan motivasi dan batin, manggugah perhatian serta menggoncangkan hati. Al-Qur’an telah menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang dilalui oleh umat Islam terdahulu dan solusi yang ditempuh
dalam menyikapinya. Hal itu diharapkan dapat membuat manusia lebih siap dalam menerima segala peristiwa yang menimpanya, lalu menelaah hikmah dari peristiwa tersebut.
BAB III GAMBARAN UMUM PEMBINAAN ROHANI ISLAM PDAM JAYA
A. Sejarah dan Latar Belakang Sebelum menguraikan sejarah terbentuknya pembinaan rohani Islam di kantor PDAM Jaya, maka penulis akan memaparkan secara garis besar tentang sejarah berdirinya kantor PDAM Jaya itu sendiri, karena tim pembinaan rohani Islam berada dalam lingkungan kepengurusan kantor PDAM Jaya. Menurut salah seorang staf HRD PDAM Jaya yang telah bekerja kurang lebih 30 tahun, bahwa “pada mulanya PDAM Jaya bernama PAM yang didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1928. Setelah merdeka, yaitu tahun 1945 PAM dikelolah oleh PEMDA DKI Jakarta di bawah Suku Dinas Pekerjaan Umum (Sudin PU) dengan nama “Dinas Pengairan”. Kemudian sekitar tahun 1970-an diberikan odritas dan berubah nama menjadi PDAM Jaya (Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Raya). Selanjutnya sekitar tahun 1997, PDAM Jaya di Privatisasikan (di Swastakan) dan dibagi menjadi dua perusaaan dengan sungai Ciliwung sebagai pembatas. Di sebelah Barat sungai Ciliwung dikelolah oleh perusahaan Lyonis dari Prancis dan bernama PT. PAM LYONIS Jaya (PT. PALYJA). Dan di sebelah Timur sungai Ciliwung dikelolah oleh Perusahaan Thames dari Inggris dan bernama PT. THAMES PAM Jaya (PT. TPJ) yang kemudian di awal tahun 2008, tepatnya Januari 2008 berubah nama menjadi PT. AERTA.”1
1
Wawancara Pribadi dengan Ramli (Staf HRD PDAM Jaya), Jakarta, 12 Oktober 2008.
25
Adapun sejarah berdirinya pembinaan rohani Islam di kantor PDAM Jaya menurut Ust. H. M. Tadjudin selaku ketua pembinaan rohani Islam, bahwa “terbentuknya pembinaan rohani pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan berdirinya PDAM Jaya, yaitu sekitar tahun 1965. Pada waktu itu semua kegiatan dikelolah oleh PDAM Jaya termasuk kegiatan kerohanian. Ketika tahun 2001 hingga saat ini, pembinaan rohani telah memiliki program yang terarah, ada program pelaksanaan kemudian ada sistem anggaran sehingga jelas program itu ketika dituangkan kepada keuangan untuk pelaksanaan, di sinilah yang menjadi dasar pembinaan rohani. Dahulu aktifitas pembinaan rohani terbatas dengan struktural dan masuk di dalam bidang kepegawaian sehingga yang merencanakan segala kegiatan kerohanian adalah bidang kepegawaian. Namun, walaupun saat ini pembinaan rohani berada di bawah naungan PDAM Jaya akan tetapi segala kegiatan kerohanian dikelolah oleh pembinaan rohani itu sendiri.”2
B. Visi, Misi dan Tujuan Sama halnya dengan lembaga lain yang memiliki visi, misi dan tujuan dalam menjalankan tugasnya, maka pembinaan rohani Islam PDAM Jaya pun memiliki visi, misi dan tujuan dalam menjalankan tugasnya. Adapun visi, misi dan tujuan pembinaan rohani Islam PDAM Jaya antara lain:
2
Wawancara Pribadi dengan M. Tadjudin (Ketua Pembinaan Rohani Islam), Jakarta, 08 September 2008.
a. Visi3 Visi pembinaan rohani Islam PDAM Jaya adalah membina etika dan moral pegawai sehinga berkualitas dengan pemahaman aqidah islamiyah yang baik agar dapat mendorong dalam peningkatan keimanan, ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah SWT., yang lebih baik. b. Misi4 Di samping visi, pembinaan rohani Islam PDAM Jaya juga memiliki misi-misi sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan pegawai PDAM Jaya terhadap Allah SWT. 2. Menggalangkan kagiatan penerangan agama. 3. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan sarta pembinaan rohani. c. Tujuan5 Adapun tujuan dibentuknya pembinaan rohani Islam di kantor PDAM Jaya adalah untuk memperluas wawasan keagamaan, mempertinggi keimanan dan ketakwaan, guna memiliki ketahanan spiritual, akhlak mulia dan mewujudkannya dalam penyelenggaraan pembangunan, pemberdayaan dan pelayanan masyarakat, serta pelaksanan tugas dan kewajiban masing-masing.
3
Tim Binroh Islam PAM Jaya, Induction Program Tim Binroh Islam PAM Jaya 9 Juli2008, (Jakarta: PDAM Jaya, 2008). 4 Ibid. 5 Surat Keputusan Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Provinsi DKI Jakarta nomor 2, Struktur Organisasi dan Susunan Tim Pelaksana Pembinaan Rohani Pegawai Perusahaan Daerah Air minum Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta, (Jakarta: PDAM Jaya, 2007).
C. Struktur Organisasi dan Pengelolaan Struktur organisasi adalah suatu gambaran yang menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi.6 Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisah kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lainnya dan struktur organisasi juga menunjukan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Bagan atau struktur organisasi mutlak harus dibuat dan diinformasikan secara jelas kepada semua pegawai, karena dengan struktur inilah dapat diketahui garis wewenang dan tanggung jawab, membantu menjelaskan arti dan status dari bermacam-macam unit organisasi serta memperbaiki hubungan-hubungan yang ada. Dengan adanya pembagian kerja serta adanya tujuan organisasi yang berupa kebijakan-kebijakan organisasi maka perlu dibentuknya suatu badan pengelolaan organisasi yang bersifat kerjasama antar manusia agar sumber tenaga manusia dan bahan-bahan material maupun non material dapat digunakan secara efektif dalam rangka mencapai tujuan yang direncanakan. Di bawah ini adalah pembagian tugas dan struktur organisasi tim pembinaan rohani di kantor PDAM Jaya berdasarkan surat keputusan Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Provinsi DKI Jakarta nomor 2 tahun 2007 yang disusun sedemikian rupa berdasarkan tujuan organisasi (kelembagaan) yang berfokus pada visi dan misi pembinaan rohani PDAM Jaya dalam mencapai tujuan 6
Melayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h. 128.
yaitu mempunyai pegawai yang memiliki ketahanan spiritual dan akhlak mulia sehingga dapat membantu dalam pembangunan dan perkembangan perusahaan. Adapun tugas dan tanggung jawab tim pelaksana pembinaan rohani adalah sebagai berikut:7 1. Tugas Ketua: a. Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 keputusan ini; b. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Sekretaris dan Urusan Keuangan. 2. Tugas Sekretaris: a. Melaksanakan kegiatan kesekretarian berkaitan dengan kegiatan Tim Pelaksana Pembinaan Rohani; b. Melaksanakan
kegiatan
mengelolah
administrasi
berkaitan dengan
ketatausahaan; c. Mendistribusikan surat-surat berhubungan dengan dengan kegiatan Tim Pelaksana Pembinaan Rohani; d. Melaksanakan kegiatan kearsipan; e. Menyelenggarakan kegiatan protokoler; dan f.
Mengadakan koordinasi dengan seksi-seksi di lingkungan Tim Pelaksana Pembinaan Rohani.
Sekretaris dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ketua.
7
Surat Keputusan Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Provinsi DKI Jakarta nomor 2, Struktur Organisasi dan Susunan Tim Pelaksana Pembinaan Rohani Pegawai Perusahaan Daerah Air minum Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta, (Jakarta: PDAM Jaya, 2007).
3. Tugas Wakil Ketua: a. Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 keputusan ini apabila Ketua berhalangan; b. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Urusan (kecuali Urusan Keuangan), koordinator, dan DKM Al-Hikmah. Wakil Ketua dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ketua. 4. Tugas Urusan Keuangan: a. Menyusun anggaran kegiatan pelaksanaan program Tim Pelaksana Pembinaan Rohani; b. Pengelolah keuangan sesuai dengan kegiatan Tim Pelaksana Pembinaan Rohani; c. Pengelolah keuangan infaq dan shodaqoh pegawai PAM JAYA; d. Melaksanakan pembukuan setiap penerimaan maupun pengeluaran, baik transfer atau tunai uang infaq dan shodaqoh maupun yang lainnya yang berkaitan dengan kegiatan Tim Pelaksana Pembinaan Rohani; e. Menandatangani bersama dengan Ketua, cek pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan Tim Pelaksana Pembinaan Rohani; f. Membbuat laporan bulanan dan laporan akhir tahun; dan g. Melaksanakan audit atas laporankeuangan tahunan. Urusan Keuangan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua. 5. Tugas Urusan Bina Program: a. Melaksanakan penyusunan kurikulum dan teknik pembinaan rohani pegawai.
b. Melaksanakan, menyusun pedoman teknis penyelenggaraan peringatan hari-hari besar keagamaan. c. Melaksanakan
program
kaderisasi
dalam
rangka
kesinambungan
kepengurusan tim pembinaan rohani. d. Melaksanakan kegiatan seleksi calon haji yang dibiayai oleh PDAM Jaya, PT. PALYJA dan PT. TPJ. 6. Tugas Urusan Syiar dan Dakwah: a. Menyelenggarakan Safari Dakwah, Mabit pegawai dan pengurus, menerbnitkan bulletin tim pembinaan rohani. b. Menyelenggarakan peringatan hari-hari besar Islam. c. Melaksanakan pemotongan hewan qurban yang diamanatkan oleh PDAM Jaya, Koperasi Karya Tirta, PT. PALYJA, dan PT. TPJ serta amanat hewan qurban dari perorangan. d. Melaksanakan kegiatan-kegiatan Ramadhan, buka puasa dan terawih bersama, Nuzulul Qur’an, santunan anak yatim, dan janda PDAM Jaya serta pemberian beasiswa. e. Menyelenggarakan paket-paket bimbingan dan pelatihan keagamaan bagi pegawai di lingkungan PDAM Jaya, PT. PALYJA, PT. TPJ beserta keluarganya. 7. Tugas Urusan Kajian: a. Menyelenggarakan paket-paket bimbingan dan pelatihan pemahaman AlQur’an. b. Menyelenggarakan kajian bagi pegawai di lingkungan PDAM Jaya, PT. PALYJA dan PT. TPJ.
8. Tugas Urusan Wirausaha, yaitu melaksanakan wirausaha dalam rangka memenuhi kebutuhan bagi pegawai di lingkungan PAM Jaya, PT. PALYJA dan PT. TPJ. 9. Tugas Urusan Pembianaan Rohani Pegawai Protesten, Katholik, Hindu dan Budha: a. menyelenggarakan pembinaan rohani pegawai, pensiunan dan keluarganya b. menyelenggarakan pengkajian pembangunan dan penerapan nilai-nilai keagamaan c. menyelenggarakan bimbingan peribadatan bagi para pegawai dan keluarganya d. menyelenggarakan bimbingan pemahaman kitab suci e. menyelenggarakan peribadatan f. menyelenggakan peringatan hari-hari besar keagamaan 10. Tugas Koordinator Binroh PAM Jaya, Binroh PT. PALYJA, Binroh PT. TPJ: a. melaksanakan pembinaan rohani pegawai di lingkngan kerja masingmasing b. melaksanakan koordinasi dengan tim pembinaan rohani pegawai PAM JAYA dalam segala kegiatan pembinaan rohani c. mengelolah sarana dan prasarana pribadatan dilingkungan kerja msingmasing.
11. Tugas DKM AL-Hikmah: a. menyelenggarakan
segala
kegiatan
keagamaan
dalam
rangka
memakmurkan masjid Al Hikmah b. mengelolah perpustakaan masjid c. mengelolah sarana dan prasarana Masjid Al Hikmah. 12. Tugas Koordinator Binroh Unit Penghubung Pelayanan, Kantor Hubungan Pelanggan, Technical Centre, Kantor Unit Pelayanan Pelanggan: a. melaksanakan pembinaan rohani pegawai di lingkungan kerja masingmasing b. melaksanakan koorddinasi dengan tim pelaksana pembinaan rohani PAM JAYA dalam segala kegiatan pembinana rohani c. mengelolah sarana dan prasarana pribadatan di lingkungan masing-masing. Setelah penulis menguraikan pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tim pelaksana pembinaan rohani maka selanjutnya di bawah ini penulis akan menggambarkan struktur organisasi tim pembinaan rohani PDAM Jaya sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI TIM PEMBINAAN ROHANI8
PEMBINA PENASIHAT KETUA WAKIL KETUA
KEUANGAN
URUSAN BINA PROGRAM
KOORD. BINROH PAM
SEKRETARIS
URUSAN SYIAR & DAKWAH
KOORD. PALYJA
URUSAN KAJIAN
URUSAN DANA USAHA
KOORD. TPJ
KOORD. BINROH DI UPP, KHP, TC, KPP
8
Ibid.
URUSAN PEMBINAAN ROHANI PROGRAM PROTESTEN, KATOLIK, HINDU, BUDHA
DKM AL HIKMAH
Adapun personalia tim pelaksana pembinaan rohani PDAM Jaya periode tahun 2007-2009 adalah sebagai berikut:9 I. Pembina II. Penasihat
: Direksi PDAM Jaya : H. Usman Zain H. Marsudin
III. Ketua
: H.M. Tadjudin
IV. Wakil Ketua
: H. Endar Fauzi
V. Sekretaris
: H. Yudha Rahendra H. Darwin Simamora H. Endarwan Rekajaya
VI. Urusan-urusan 1. Urusan Keuangan
: Hatie Warti
2. Urusan Bina Program Ka. Urusan
: H. Lili Djauhari
Angggota
: 1. Irwan Nugraha 2. Budi Iskandar 3. Marissa 4. Sitasari
3. Urusan Syiar dan Dakwah Ka. Urusan
: H. Ocid Ma’mun Rosid
Anggota
: 1. Yuyun Syariful Anwar 2. Mohammad Faizal 3. Yunita Hastuti
9
Ibid.
4. Hj. Hening Trinastuti 5. Mochamad Hatta S. 6. Sukma Unggul Alamin 7. Uswatun Sunayah 8. Arswendi Aminudin 9. Muh. Asrofi 4. Urusan Kajian Anggota Ka. Urusan
: M. Fatah Riska
Anggota
: 1. Fauzi 2. M. Zaki Fadillah 3. Ariza Eka Putra 4. Yudi Fathoni
5. Urusan Wira Usaha Ka. Urusan
: H. Sucipto
Anggota
: 1. HM. Yusuf 2. Rudatin Windraswara 3. Ngadiyanto 4. Intan Pratiwi 5. Emmi W 6. Irma 7. Lona
6. Pembinaan Rohani Pegawai Protestan Katolik, Hindu, Budha Ka. Urusan
: Barce M. Simartama
Anggota
: 1. Elly Dermawati 2. Colbert Siburian
7. Koordinator Binroh PAM Jaya : H. Akhmad Damanhuri Anggota
: 1. Wawan Setiawan 2. Alamsjah Pandjaitan
8. Koordinator Binroh PALYJA : Ir. H. Saharso Anggota
: 1. Brny Hidayat 2. Edward Tampubolon
9. Koordinator Binroh TPJ Anggota
: H. Bambang Purnomo : 1. H. Yahya 2. Edi Prasetio
10. Dewan Kemakmuran Masjid Al-Hikmah PDAM Jaya Ketua
: H. Eko Supranoyo
Anggota
: 1. Wawan Hulaimi 2. H. Endang Sutrisna 3. Imam Ikhwamudin 4. Lukmanudin
D. Sarana dan Prasarana a. Sarana Adapun sarana pembinaan rohani Islam dalam kegiatan pengajian mingguan, antara lain tersedianya Masjid yaitu Masjid Al-Hikmah yang terletak di kantor PDAM Jaya yang dapat digunakan selain sebagai tempat beribadah juga digunakan sebagai tempat pembinaan rohani Islam, salah satunya yaitu pengajian mingguan. Kemudian tersedianya tempat wudhu pria dan wanita yang dilengkapi dengan toilet. Selanjutnya terdapat pula perpustakaan yang berada di dalam Masjid tersebut, serta tersedianya mikrofon, lekar dan alat perekam yang dapat digunakan dalam pengajian mingguan. Selain Masjid, tersedia pula ruang pembinaan rohani Islam yang dapat digunakan sebagai tempat konsultasi bagi para pegawai yang ingin sharring atau bertukar pikiran dengan tim pembinaan rohani Islam baik masalah keagamaan maupun masalah pekerjaan. b. Prasarana Dengan melihat sarana yang telah ada, maka tim pembinaan rohani Islam mempunyai prasarana berupa buku bagi para jama’ah yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, yaitu kitab Bulughul Marrom serta foto copy materi untuk para jama’ah.
BAB IV PELAKSANAAN PEMBINAAN ROHANI ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KEAGAMAAN PEGAWAI
A. Deskripsi Responden Berdasarkan observasi dan pernyataan pada hasil angket, maka peneliti mencoba
mendeskripsikan
atau
menggambarkan
responden
dan
mengelompokannya berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan responden yang semua itu dapat dilihat pada hasil-hasil tabel di bawah ini: Tabel 1 Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Prosentase (%)
Laki – laki
21
70
Perempuan
9
30
30
100
Jumlah
Berdasarkan tabel 1, maka dapat diketahui bahwa identitas responden berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki berjumlah 21 responden (70 %), sedangkan responden perempuan sebanyak 9 responden (30 %). Dengan data tersebut maka dapat diketahui bahwa responden laki-laki merupakan jumlah responden terbanyak dari beberapa responden yang mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam.
39
Setelah melihat prosentase
responden berdasarkan
jenis
kelamin,
selanjutnya peneliti menanyakan responden melalui angket berdasarkan perbedaan usia yang dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Berdasarkan Perbedaan Usia Usia Responden
Frekuensi
Prosentase (%)
20-29 Tahun
4
13,33
30-39 Tahun
6
20
40-49 Tahun
9
30
≥ 50 Tahun
11
36,67
30
100
Jumlah
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang berusia ≥50 tahun sebanyak 11 responden (36,67 %), usia ini mengindikasikan bahwa pada saat-saat itulah manusia biasanya lebih bersemangat untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengingat usia tersebut mendekati kepada ajal. Sementara responden yang berusia 40-49 tahun jumlahnya sebanyak 9 responden (30 %), sisanya berusia 30-39 tahun sebanyak 6 responden (20 %), dan yang berusia 20-29 tahun hanya berjumlah 4 responden (13,33 %). Selanjutnya hasil angket berdasarkan pendidikan responden dapat dilihat melalui tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3 Berdasarkan Pendidikan Responden Pendidikan Responden
Frekuensi
Prosentase (%)
SLTP
15
50
SLTA
9
30
Diploma
2
6,67
S1 / S2 / S3
4
13,33
30
100
Jumlah
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan responden mayoritas adalah SLTP yaitu sebanyak 15 responden (50 %), jumlah ini sesuai dengan usia responden yang mayoritas ≥50 tahun, hal ini di sebabkan karena dahulu PDAM Jaya membutuhkan pegawai dengan pendidikan SLTP. Sedangkan jumlah responden yang berpendidikan SLTA adalah 9 responden (30 %), dan yang Sarjana sebanyak 4 responden (13,33 %) serta yang berpendidikan Diploma sebanyak 2 responden (6,67 %). Kemudian data responden juga dapat dilihat berdasarkan pekerjaan. Adapun datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Berdasarkan Pekerjaan Responden Pekerjaan Responden
Frekuensi
Prosentase (%)
Pegawai Direck (PAM)
11
36,67
Pegawai Secondet (Mitra Swasta)
16
53,33
Pegawai Kontrak
3
10
30
100
Jumlah
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa responden yang terbanyak yang mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam adalah responden yang bekerja sebagai pegawai Secondet (Mitra Swasta) yaitu sebanyak 16 responden (53,33 %), dan yang bekerja sebagai pegawai Direck (PAM) sebanyak 11 responden, sedangkan sisanya sebanyak 3 responden (10 %) adalah pegawai kontrak.
B. Bentuk Pembinaan Rohani Islam Selain mengadakan pengajian mingguan masih banyak lagi kegiatan yang diadakan oleh pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan motivasi keagamaan bagi pegawai di lingkungan kantor PDAM Jaya, diantaranya:1 1. Santunan Yatin, Janda dan Silaturahmi dengan pensiunan yang dilaksanakan satu kali dalam satu tahun, yaitu pada peringatan Nuzulul Qur’an di bulan Ramadhan pada saat buka Puasa bersama.
1
Tim Binroh Islam PAM Jaya, Induction Program Tim Binroh Islam PAM Jaya 9 Juli2008, (Jakarta: PDAM Jaya, 2008).
2. Pemotongan hewan qurban yang dilakukan di berbagai tempat, yaitu di Masjid Al-Hikmah PDAM Jaya, di Pulau Seribu, di Pulau Kelapa dan Harapan, di Pulau Kidung, dan di Pulan Panggang. 3. Seleksi calon haji yang terdiri dari seleksi administrasi, seleksi tertulis dan seleksi wawancara. 4. Manasik haji yang dilaksanakan di Masjid Al-Hikmah di PDAM Jaya yang berlangsung selama tiga hari. 5. Pelepasan calon haji yang dilaksanakan di Masjid Al-Hikmah di PDAM Jaya. 6. Pengajian bulanan yang dilaksanakan setiap bulan di Masjid Al-Hikmah di PDAM Jaya. 7. Menyelenggarakan PHBI yang dilaksanakan di Masjid Al-Hikmah di PDAM Jaya. 8. Kegiatan bulan Ramadhan yang terdiri dari buka puasa bersama, santunan Yatim, Janda dan silaturahmi pensiunan, serta I’tiqaf sepuluh hari pada akhir bulan Ramadhan. 9. Kultum yang dilaksanakan di Masjid Al-Hikmah di PDAM Jaya setiap hari Rabu setelah (ba’da) zuhur. 10. Beasiswa yang diberikan kepada anak Yatim, putra-putri pegawai yang tidak mampu, anak pensiunan PDAM Jaya. 11. Pesantren kilat bagi putra-putri pegawai PDAM Jaya yang diselenggarakan pada hari libur sekolah dan peserta terdiri dari putra-putri pegawai PDAM Jaya tingkat SMP dan SMA.
12. Religius outbond training yang diselenggarakan bersamaan waktunya dengan penyelenggaraan Sanlat dan kegiatan ini diadakan bagi para pengurus tim pembinaan rohani dan pagawai. 13. Induction program tim pembinaan rohani Islam PDAM Jaya, yaitu pengenalan program tim pembinaan rohani Islam kepada pegawai baru dari TPJ, PALYJA dan PDAM Jaya. Begitu banyak kegiatan yang diadakan oleh pembinaan rohani Islam dalam usahanya meningkatkan motivasi keagamaan bagi para pegawai di lingkungan kantor PDAM Jaya, namun kegiatan pembinaan rohani Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan pengajian mingguan yang diadakan oleh PDAM Jaya yang bertempat di Masjid Al-Hikmah di kantor PDAM Jaya setiap hari senin dan rabu setelah (ba’da) dzuhur. Adapun jumlah jama’ah yang mengikuti pembinaan rohani Islam ini tidak tetap, yaitu jama’ah laki-laki antara 15-25 pegawai dan jama’ah perempuan antara 5-15 pegawai. Sedangkan jumlah rata-rata jama’ah laki-laki dan perempuan bila dijumlahkan sekitar 30 pegawai. Hal ini tergantung pada materi yang dibawakan oleh Pembina serta kemampuan Pembina tersebut dalam mengemas dan menyajikan bahasan materinya. Sedangkan materi-materi dalam pembinaan rohani Islam tersebut diantaranya adalah:2 1) Materi Fiqih: Materi ini bersifat praktis, seperti tuntunan shalat, puasa, zakat, haji, qurban dan lain sebagainya yang berhubungan tentang tata cara ibadah manusia. 2
Wawancara Pribadi dengan Leni Kurniawati (Staff Administrasi Pembinaan Rohani Islam), Jakarta, 5 Oktober 2008.
2) Materi Hadits: Pada pembahasan ini dibahas tentang tuntunan agama menurut Nabi Muhammad SAW. 3) Materi Tauhid / Aqidah: Diarahkan untuk membawa pegawai kearah pengenalan diri, yaitu bahwa dirinya adalah hamba Allah, ciptaan Allah yang harus memiliki kecintaan dan keyakinan kepada Allah. 4) Materi Akhlak: Materi ini membahas tentang sifat dan sikap yang seharusnya dimiliki oleh umat Islam. 5) Materi Tafsir Al-Qur’an: Menitik beratkan pada pemahaman isi atau kandungan dari ayat-ayat Al-Qur’an. Kegiatan pembinaan rohani Islam dalam pengajian mingguan ini terdiri dari dua orang Pembina yang ke duanya itu berasal dari luar perusahaan atau bukan pegawai PDAM Jaya yang sengaja di datangkan untuk memberikan pembinaan kepada pegawai. Ke dua Pembina tersebut adalah: 3 1) Ust. M. Faisal MA., sebagai Pembina materi Fiqih dan Hadits. Beliau menggunakan kitab Bulughul Marrom sebagai pedoman dalam membina para jama’ah pada hari senin. 2) Ust. Fauzan A. Royani sebagai Pembina materi Tafsir Al-Qur’an dan Aqidah Akhlak pada hari rabu. Beliau memberikan selembaran kertas foto copy-an yang berisikan materi yang akan disampaikan kepada para jama’ah. Pelaksanaan pembinaan dilakukan berdasarkan jadwal yang telah dibuat dan ditetapkan oleh pihak DKM Al-Hikmah PDAM Jaya, yaitu Bpk. H. Eko Supranoyo. C. Metode Pembinaan Rohani Islam
3
Ibid.
Sebagaimana diketahui bahwa metode merupakan cara yang telah teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya). 4 Merujuk dari pengertian di atas maka pada kegiatan pembinaan rohani Islam, yaitu pengajian mingguan di Masjid Al-Hikmah PDAM Jaya menurut H. M. Tadjudin “metode yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab atau dialog. Pada kegiatan ini tim pembinaan rohani Islam mencoba mendatangkan beberapa Ustadz untuk memimpin pengajian, baik itu pengajian mingguan maupun pengajian bulanan. Dengan diadakannya pengajian ini, maka jama’ah diharapkan dapat memahami materi agama yang disampaikan”.5
D. Analisis Respon Pegawai terhadap Pelaksanaan Pembinaan Rohani Islam dalam Meningkatkan Motivasi Keagamaan Pegawai Dalam menganalisa bagaimana pelaksanaan pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai, penulis mengadakan penelitian terhadap pegawai di lingkungan kantor PDAM Jaya yang mengikuti pembinaan rohani Islam di Masjid Al-Hikmah di PDAM Jaya, yaitu pengajian mingguan setiap hari senin dan rabu setelah dzuhur. Dalam hal ini penulis menyebarkan angket yang terdiri dari 18 pertanyaan kepada 30 responden yang menjadi sampel penelitian dan dituangkan dalam sebuah tabel. Pertanyaan yang mengawali dari isi angket adalah mengenai deskripsi responden sebagaimana telah dipaparkan di atas, selanjutnya adalah mengenai
4 Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. ke-1, h. 35. 5 Wawancara Pribadi dengan M. Tadjudin (Ketua Pembinaan Rohani Islam), Jakarta, 17 September 2008.
pelaksanaan dan manfaat pembinaan rohani Islam bagi jama’ah, yaitu sebagai berikut: a. Pelaksanaan Pembinaan Rohani Islam 1) Tanggapan Responden terhadap Materi Pembinaan Rohani Islam Tabel 5 Materi dalam Kegiatan Pembinaan Rohani Islam Materi
Frekuensi
Prosentase (%)
Baik Sekali
18
60
Baik
10
33,33
Cukup Baik
2
6,67
Kurang Baik
-
-
30
100
Jumlah
Data di atas menunjukan bahwa responden menyukai materi yang diberikan pada kegiatan pembinaan rohani Islam. Pernyataan ini terlihat dari jawaban responden yang mayoritas menjawab materi yang diberikan “baik sekali”, yaitu sebanyak 18 responden (60 %), dan yang menjawab “baik”, sebanyak 10 responden (33,33 %), sisanya yaitu sebanyak 2 responden (6,67 %) menjawab “cukup baik”. Setelah mengetahui bahwa responden menyukai materi yang diberikan, maka peneliti juga ingin mengetahui materi apa yang diminati oleh responden. Oleh karena itu dalam angket peneliti juga menanyakan materi apa yang diminati responden dan hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 6
Materi yang diminati Responden dalam Pembinaan Rohani Islam Materi yang diminati
Frekuensi
Prosentase (%)
Fiqih
3
10
Hadits
2
6,67
Aqidah Akhlak
2
6,67
Tafsir Al-Qur’an
2
6,67
Semua
21
70
30
100
Jumlah
Dari hasil prosentase di atas, maka dapat dikatakan bahwa hampir semua responden menyukai semua materi yang diberikan, yaitu materi Fiqih, Hadits, Aqidah Akhlah, dan Tafsir Al-Qur’an. Ini terbukti dari jawaban responden yang tertera pada tabel 10, yaitu sebanyak 21 responden (70 %) menjawab menyukai semua materi yang diberikan oleh Pembina. Sedangkan responden yang hanya menyukai materi Fiqih yaitu sebanyak 3 responden (10 %), responden yang hanya menyukai materi Hadits sebanyak 2 responden (6,67 %), dan responden yang hanya menyukai materi Aqidah Akhlah sebanyak 2 responden pula (6,67 %), serta responden yang hanya menyukai materi Tafsir Al-Qur’an sama dengan jumlah responden yang hanya menyukai materi Hadits dan materi Aqidah Akhlak, yaitu sebanyak 2 responden (6,67 %). Berdasarkan hasil jawaban responden yang tertera pada table 10 di atas, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa materi yang disampaikan oleh Pembina dalam kegiatan pembinaan rohani Islam adalah materi yang
memang dibutuhkan oleh responden, hal ini sesuai dengan prosentase responden yang hampir semua responden menjawab menyukai semua materi yang disampaikan oleh Pembina. 2) Tanggapan Responden terhadap Metode Pembinaan Rohani Islam Tabel 7 Metode yang disukai Responden dalam Pembinaan Rohani Islam Metode yang disukai
Frekuensi
Prosentase (%)
Ceramah
8
26,67
Diskusi
5
16,67
Ceramah dan Tanya Jawab
17
56,67
Jumlah
30
100
Tabel di atas menunjukan bahwa metode ceramah dan tanya jawab sangat diminati oleh responden, yaitu sebanyak 17 responden (56,67 %). Dan 8 responden (26,67 %) menyukai metode ceramah saja, sisanya sebanyak 5 responden (16,67 %) yang menyukai metode diskusi saja. 3) Tanggapan Responden terhadap Pembina dalam Pembinaan Rohani Islam Tabel 8 Cara Penyampaian Pembina dalam Menyajikan Materi Pembinaan Rohani Islam Penyampaian Pembina
Frekuensi
Prosentase (%)
Sangat Baik
22
73,33
Baik
6
20
Cukup Baik
2
6,67
Kurang Baik
-
-
Jumlah
30
100
Data tersebut menyatakan bahwa 22 responden (73,33 %) mengatakan bahwa cara Pembina menyampaikan materi sangat baik. Adapun yang menjawab “baik” sebanyak 6 responden (20 %), dan yang menjawab “cukup baik”, sebanyak 2 responden (6,67 %). Dari hasil prosentase jawaban responden di atas, maka dapat dikatakan bahwa hampir semua responden menyukai cara Pembina dalam menyampaikan materi pada kegiatan pembinaan rohani Islam. Selanjutnya
akan
di
paparkan
pendapat
responden
tentang
pengetahuan Pembina mengenai materi yang dibawakan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 9 Pengetahuan Pembina Mengenai Materi yang dibawakan Pengetahuan Pembina
Frekuensi
Prosentase (%)
Menguasai
26
86,67
Cukup Menguasai
4
13,33
Kurang Menguasai
-
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menyatakan bahwa 26 responden (86,67 %) mengatakan Pembina “menguasai” materi yang akan disampaikan. Dan sisanya, yaitu 4 responden (13,33 %) mengatakan Pembina “cukup menguasai” materi yang akan disampaikan. Perbedaan penilaian ini, dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: a) Pembina dalam kegiatan pembinaan rohani Islam terdiri dari beberapa Pembina, di mana setiap Pembina
memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing b) Tingkat pengetahuan responden yang berlainan sehingga memiliki standar penilaian masing-masing. c) Tingkat keseriusan responden dalam mengikuti pembinaan yang berbeda, sehingga dalam penilaian terhadap penyampaian Pembina akan berlainan. d) Dan yang terakhir, perbedaan ini dipengaruhi oleh kondisi fisik serta psikis responden itu sendiri. 4) Tanggapan Responden tentang Kegiatan Pembinaan Rohani Islam
Tabel 10 Pendapat Responden tentang Kegiatan Pembinaan Rohani Islam Pendapat Responden
Frekuensi Prosentase (%)
Perlu sekali
28
93,33
Perlu
2
6,67
Tidak Perlu
-
-
30
100
Jumlah
Dari data tersebut, dapat diketahui bahwasannya kegiatan pembinaan rohani Islam sangat di perlukan. Hal ini telihat jelas dari jawaban responden yang 28 responden (93,33 %) menjawab “perlu sekali”, serta 2 responden menjawab “perlu”. Dan tidak ada responden yang menjawab “tidak perlu”. Setelah responden menjawab sangat perlu di adakannya kegiatan pembinaan rohani Islam, maka peneliti ingin mengetahui apakah responden merasa waktu kerja / waktu istirahatnya terganggu karena adanya kegiatan pembinaan rohani Islam. Berikut ini adalah hasil jawaban responden melalui angket yang peneliti berikan kepada mereka.
Tabel 11 Waktu Pelaksanaan Pembinaan Rohani Islam dalam Bekerja dan Beristirahat Tanggapan Responden
Frekuensi
Prosentase (%)
-
-
30
100
30
100
Mengganggu Tidak Jumlah
Berdasarkan data di atas, dapat di ketahui bahwa semua responden, yaitu 30 responden (100 %) tidak merasa terganggu dengan adanya kegian pembinaan rohani Islam. Selanjutnya akan di paparkan tentang pendapat responden mengenai waktu berlangsungnya kegiatan pembinan rohani Islam, yaitu sebagai berikut: Tabel 12 Kesesuaian Waktu Pembinaan Rohani Islam dengan Keinginan Responden Kesesuaian Waktu
Frekuensi
Prosentase (%)
30
100
Terlalu Lama
-
-
Terlalu Singkat
-
-
30
100
Sesuai
Jumlah
Semua responden, yaitu 30 responden (100 %) merasa waktu pelaksanaan pembinaan rohani Islam sudah sesuai dengan keinginan
mereka, tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat. Laporan ini dapat dilihat pada table 16 di atas. Walaupun waktu di adakannya kegiatan pembinaan rohani Islam dirasa responden telah sesuai, akan tetapi perlu diingat bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pegawai yang memang mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam, dan dari hasil observasi diperkirakan populasi atau jumlah semua yang mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam ini berkisar antara 25-40 orang saja. Sedangkan seperti diketahui bahwa jumlah pegawai di lingkungan kantor PDAM Jaya bila di jumlahkan seluruhnya dapat mencapai kurang lebih 3000 pegawai. Sedangkan pegawai muslimnya sekitar 90% atau 2700 pegawai. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mengapa pegawai muslim lainnya tidak mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam di Masjid AlHikmah PDAM Jaya ?. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan ternyata masalah utamanya ialah dari para pegawai itu sendiri yang tidak terbiasa mengikuti pengajian dan terlalu sibuk bekerja serta menganggap bahwa pengajian bukanlah suatu kebutuhan yang pokok. Masalah ini sangat disesali oleh tim pembinaan rohani Islam. Kendala ini juga diakui oleh responden yang menyatakan hal tersebut melalui poin pernyataan berikut:
Tabel 13 Pendapat Responden tentang Alasan Pegawai yang Tidak Mengikuti Pembinaan Rohani Islam Pendapat Responden
Frekuensi
Prosentase (%)
Sibuk dengan Pekerjaan
10
33,33
Tidak Biasa Ikut Pengajian
16
53,33
Menganggap Pengajian bukan sabagai
4
13,33
30
100
Kebutuhan yang Pokok Jumlah
Dari hasil tabel di atas dapat dilihat prosentase responden yang berpendapat bahwa pegawai yang tidak bisa mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam karena tidak biasa mengikuti pengajian yaitu sebanyak 16 responden (53,33 %), dan responden yang berpendapat bahwa pegawai yang tidak bisa mengikuti pembinaan rohani Islam karena sibuk dengan pekerjaannya, yaitu berjumlah 10 responden (33,33 %), dan sisanya sebanyak 4 responden (13,33 %) menyatakan bahwa alasan para pegawai tidak bisa mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam tersebut karena tidak menganggap sebagai kebutuhan yang pokok. b. Manfaat Pembinaan Rohani Islam Setelah mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam, maka para pegawai diharapkan mendapatkan manfaat yang besar agar kegiatan pembinaan rohani Islam yang diadakan tidaklah sia-sia.
Manfaat pembinaan rohani Islam ini dapat dirasakan oleh seseorang melalui tahapan pengetahuan akan materi pembinaan, pemahaman tentang materi pembinaan, sampai kepada kesadaran diri untuk menjalankan pesan dari materi yang disampaikan dalam pembinaan rohani Islam tersebut. Berikut akan dipaparkan manfaat-manfaat yang dirasakan oleh para pegawai setelah mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam. 1) Manfaat Pembinaan Rohani Islam terhadap Pengetahuan (Kognitif) Responden Pengetahuan yang dimaksud ialah pengetahuan keagamaan atau pengetahuan
tentang
kehidupan
dari
sudut
keagamaan.
Adapun
pengetahuan reaponden setelah mengikuti pembinaan rohani Islam dapat dilihat melalui table 18 berikut ini: Tabel 14 Peningkatan Pengetahuan Responden Pengetahuan Responden
Frekuensi
Prosentase (%)
Banyak Bertambah
23
76,67
Bertambah
7
23,33
Sedikit Bertambah
-
-
Sama saja
-
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa setelah mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam, responden merasa pengetahuan mereka tentang keagamaan bertambah. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden
sebanyak 23 (76,67 %) responden yang menjawab pengetahuan mereka tentang keagamaan “banyak bertambah”. Dan sisanya, yaitu 7 (23,33%) responden
yang menyatakan bahwa
pengetahuan mereka
tentang
keagamaan “bertambah”. 2) Manfaat Pembinaan Rohani Islam terhadap Pemahaman (Afektif) Responden Manfaat dari segi pemahaman ini dapat diketahui dari seberapa besar perilaku responden yang dipengaruhi oleh pemahamannya yang diperoleh dari pembinaan rohani Islam. Ini dapat dilihat dari pernyataan responden pada tabel berikut: Tabel 15 Peningkatan Pemahaman Responden Pemahaman Responden
Frekuensi
Prosentase (%)
Banyak Bertambah
24
80
Bertambah
6
20
Biasa Saja
-
-
30
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa responden yang merasa pemahamannya “banyak bertambah” yaitu berjumlah 24 responden (80 %), dan responden yang merasa pemahamanya “bertambah” yaitu berjumlah 6 responden (20 %). Dari pernyataan tersebut, menandakan bahwa kegiatan pembinaan rohani Islam yang diadakan telah mempengaruhi perilaku pegawai terutama
pegawai yang mengikuti pembinaan rohani Islam di PDAM Jaya ini. Perilaku di sini tentunya perilaku yang terpuji yang dapat bermanfaat untuk orang lain, perusahaan, serta lingkungan, dan pada akhirnya akan berakibat positif pula bagi pegawai tersebut. 3) Manfaat Pembinaan Rohani Islam terhadap Sikap Responden Untuk mengetahui seberapa besar respon pegawai mengenai manfaat pembinaan rohani Islam terhadap sikap responden, dapat diketahui melalui tabel berikut: Tabel 16 Hubungan Antar Pegawai Setelah Mengikuti Pembinaan Rohani Islam Hubungan Antar Pegawai
Frekuensi
Prosentase (%)
Bertambah Baik
24
80
Baik
6
20
Biasa Saja
-
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas, menunjukan bahwa 24 responden (80 %) merasa bahwa setelah mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam maka hubungan mereka dengan para pegawai lainnya “bertambah baik”. Dan 6 responden (20 %) menyatakan bahwa hubungan mereka dengan para pegewai lainnya menjadi “baik” setelah mereka mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam. Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana kesadaran para responden dalam melaksanakan shalat setelah mengikuti kegiatan
pembinaan rohani Islam. Hasil pernyataan tersebut dapat dilihat melalui tabel di bawah ini: Tabel 17 Kesadaran Responden dalam Melaksanakan Shalat Kesadaran Responden
Frekuensi
Prosentase (%)
30
100
Mengakhirkan Shalat
-
-
Tidak Shalat
-
-
30
100
Segera Shalat
Jumlah
Data tersebut menunjukan bahwa setelah mengikuti pembinaan rohani Islam, maka 30 responden (100 %) merasa sadar untuk menyegerakan waktu shalat. Setelah pernyataan responden tentang pengaruh pembinaan rohani Islam terhadap sikap responden yang dapat dilihat melalui tabel-tebel di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana pengamalan keagamaan responden yang dapat dilihat melalui poin pernyataan berikut ini:
Tabel 18 Pengamalan Keagamaan Responden Pengamalan
Frekuensi
Prosentase (%)
Sangat Bertambah
27
90
Bertambah
3
10
Sedikit Bertambah
-
-
Sama Saja
-
-
30
100
Jumlah
Setelah mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam, maka 27 responden (90 %) merasa pengamalannya tentang agama “sangat bertambah”, dan sisanya sebanyak 3 responden (10 %) merasa pengamalan mereka terhadap agama “bertambah” setelah mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam. ini sesuai dengan jawaban mereka yang tertera pada tabel 22. Dari hasil data-data di atas mengenai respon pegawai terhadap manfaat yang dirasakan para pegawai setelah mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam, maka dapat dikatakan bahwa pegawai sangat merespon kegiatan pembinaan rohani Islam karena mereka merasa kegiatan pambinaan rohani Islam sangat bermanfaat dan mempengaruhi baik pengetahuan tentang agama Islam, pemahaman, sikap, mempererat hubungan antar pegawai, kesadaran dalam melaksanakan shalat serta pengamalan responden dalam hal keagamaan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada para pegawai muslim di lingkungan kantor PDAM Jaya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembinaan rohani Islam memberikan peran yang cukup besar dalam meningkatkan motivasi keagamaan pegawai di lingkungan kantor PDAM Jaya, yaitu dengan mengadakan berbagai macam kegiatan keagamaan seperti santunan Yatim, Janda dan silahturahmi dengan pensiunan, pemotongan hewan qurban, pemberangkatan haji, pengajian bulanan, pengajian mingguan, penyelenggaraan PHBI, kegiatan bulan Ramadhan, kultum, beasiswa untuk anak Yatim, putra-putri pegawai yang tidak mampu dan anak pensiunan PDAM Jaya, serta mengadakan pesantren kilat bagi putra-putri pegawai PDAM Jaya. Namun dalam skripsi ini penulis hanya membahas salah satu dari kegiatan pembinaan rohani Islam tersebut yaitu pengajian mingguan di Masjid AlHikmah di PDAM Jaya yang diadakan setiap hari senin dan rabu setelah dzuhur. 2. Metode yang digunakan pada kegiatan pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan motivasi keagamaan bagi para pegawai PDAM Jaya adalah metode bimbingan baik langsung maupun tidak langsung yang terdiri dari bimbingan individual, seperti kunjungan tim pembinan rohani Islam ke rumah pegawai, menyediakan fasilitas surat-menyurat, telepon, fax, email dan lain
61
sebagainya. Sedangkan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh pembinaan rohani Islam, seperti diskusi kelompok, karyawisata, sosiodarma dan lain sebagainya. Adapun metode yang digunakan pada pengajian mingguan di Masjid Al-Hikmah di PDAM Jaya adalah metode ceramah dan tanya jawab atau diskusi. 3. Walaupun ada beberapa para pegawai yang tidak dapat mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam yaitu pengajian minguan namun para pegawai yang mengikuti kegiatan tersebut sangat merespon dan mereka merasa dengan mengikuti program-program kegiatan keagamaan yang diadakan oleh pembinaan rohani Islam salah satunya dengan pengajian mingguan, para pegawai sadar bahwa selain harus mengerjakan tugas pekerjaan dengan baik mereka juga harus mengerjakan ibadah sebagaimana mestinya. Hal ini dapat terlihat pada pernyataan pegawai dalam angket yang tertera pada table-tabel di atas mengenai manfaat yang dirasakan oleh para pegawai setelah mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam yang diukur melalui unsur-unsur dalam meningkatkan motivasi keagamaan, yaitu unsur kognitif (pengetahuan), afektif (pemahaman) dan psikomotorik (tingkah laku). Dari semua manfaat yang dirasakan oleh para pegawai yang mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam, maka seyogyanya banyak para pegawai lain yang tetarik untuk mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam tersebut. Namun faktanya dari sekian banyak pegawai muslim, yaitu sekitar 2700 pegawai yang berada di lingkungan kantor PDAM Jaya hanya berkisar antara 25-40 pegawai (11,5 %) saja yang mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam atau pengajian mingguan yang diadakan di Masjid Al-Hikmah di PDAM Jaya.
B. Saran Dari
hasil
penelitian
tentang
“Pembinaan
Rohani
Islam
dalam
Meningkatkan Motivasi Keagamaan Pegawai di Kantor PDAM Jaya”, maka adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan kepada tim pembinaan rohani Islam yaitu: 1. Pembinaan rohani Islam harus mempertahankan kualitas pembinaannya, atau mungkin lebih meningkatkan usaha-usaha yang telah ada agar para pegawai lebih tertarik mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam. 2. Perlunya kesadaran dari para pegawai untuk mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam agar manfaat yang dirasakan oleh para pegawai yang mengikuti kegiatan tersebut dapat dirasakan pula oleh para pegawai yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekata Praktik. Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989. Asyari, Musa. Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: Lesfi, 1997. Cattel, B. Raymond, “Determining Syntality Dimension as a Basis for Morale and Leadership measurement.” Dalam Guetzkow, Harold, “Group, Leadership and Men 1951.” Dalam Buchari Zainun. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara, 1989. Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 2005. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia 1998.” Dalam Peter Salim dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English, 1991. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, t.t. Hasanuddin. Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Hasibuan, Melayu S.P. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001. HS, M. Noor. Himpunan Istilah Psikologi. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997. Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1987. Rahim Faqih, Ainur. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press, 2001. Salim, Peter dan Salim, Yenny. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English, 1991. Surat Keputusan Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Provinsi DKI Jakarta nomor 2. Struktur Organisasi dan Susunan Tim Pelaksana Pembinaan Rohani Pegawai Perusahaan Daerah Air minum Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta. Jakarta: PDAM Jaya, 2007. Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.
Tim Binroh Islam PAM Jaya. Induction Program Tim Binroh Islam PAM Jaya 9 Juli2008. Jakarta: PDAM Jaya, 2008. Utsman Najati, Muhammmad. Ilmu Jiwa dalam Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Azzam, 2006. Zainun, Buchari. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara, 1989.
Daftar Kuesioner
Pendahuluan Dengan ini, saya salah satu mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Nama
: Siti Rifqiatut Taqiyah
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 31 Maret 1987
Semester
: VII (Tujuh) Bermaksud menyebarkan kuesioner penelitian sebagai bahan untuk
menyusun Skripsi dengan judul “Pembinaan Rohani Islam dalam Meningkatkan Motivasi Keagamaan Pegawai di Kantor Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Raya (PDAM Jaya)”. Sehubungan dengan itu, saya memohon kepada Bapak / Ibu kiranya berkenan mengisi pertanyaan-pertanyaan kuesioner ini dengan benar dan dalam keadaan sadar. Atas perhatian dan kerjasama Bapak / Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Catatan: 1. Penelitian ini semata-mata untuk Karya Ilmiyah / Skripsi. 2. Data mengenai diri Bapak / Ibu akan saya rahasiakan. 3. Kuesioner ini tidak berpengaruh terhadap Kondite Bapak / Ibu di kantor PDAM Jaya.
I. Petunjuk Pengisian: Berilah tanda Silang (X) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan kondisi yang Anda rasakan. II. Pertanyaan-Pertanyaan:
A. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki 3. Usia : a. 20-29 Tahun b. 30-39 Tahun 4. Pendidikan Terakhir : a. SLTP b. SLTA 5. Status Pekerjaan : a. Pegawai Direck (PAM) b. Pegawai Secondet (Mitra Swasta)
b. Perempuan c. 40-49 Tahun d. ≥ 50 Tahun c. Diploma d. SI / S2 / S3 c. Pegawai Kontrak
B. Tanggapan Anda Terhadap Materi Pembinaan Rohani Islam 1. Selama Mengikuti Pengajian Mingguan di Masjid Al-Hikmah PDAM Jaya ini, Bagaimana Tanggapan Anda Terhadap Materi yang disampaikan oleh Pembina ? a. Baik Sekali c. Cukup Baik b. Baik d. Kurang Baik 2. Materi Apa yang Paling Anda Sukai dalam Pengajian Mingguan ini ? a. Fiqih d. Tafsir Al-Qur’an b. Hadits e. Semua c. Aqidah Akhlak C. Tanggapan Anda terhadap Metode Pembinaan Rohani Islam 1. Metode Apa yang Paling Anda Sukai dari Pembina dalam Menyampaikan Pengajian Mingguan ? a. Ceramah c. Ceramah dan Tanya Jawab b. Diskusi d. Lainnya (Sebutkan)________ D. Tanggapan Anda Terhadap Pembina dalam Pembinaan Rohani Islam 1. Menurut Anda, Bagaimana Cara Penyampaian Pembina dalam Proses Pengajian Mingguan ? a. Sangat Baik c. Cukup Baik b. Baik d. Kurang Baik 2. Bagaimana Pengetahuan Pembina akan Materi yang disampaikan ? a. Menguasai c. Kurang Menguasai b. Cukup Menguasai E. Tanggapan Responden tentang Pelaksanaan Pembinaan Rohani Islam 1. Menurut Anda Perlukah Kegiatan Pengajian Mingguan di Masjid ini diadakan ? a. Perlu Sekali c. Tidak Perlu b. Perlu
2. Apakah Waktu Pelaksanaan Pengajian Mingguan Mengganggu Waktu Bekerja / Istirahat Anda ? a. Mengganggu b. Tidak 3. Apakah Waktu Pelaksanaan Pengajian Mingguan ini telah Sesuai dengan Keinginan Anda ? a. Sesuai c. Terlalu Singkat b. Terlalu Lama 4. Ketika Pengajian Mingguan Berlangsung Ada Sebagian Pegawai yang Tidak Mengikutinya, Menurut Anda Apa Penyebabnya ? a. Sibuk dengan Pekerjaan c. Menganggap Pengajian bukan b. Tidak Biasa Ikut Pengajian sebagai Kebutuhan yang Pokok F. Manfaat Pembinaan Rohani Islam terhadap Pengetahuan (Kognitif) Responden 1. Bagaimana Tingkat Pengetahuan Anda Setelah Mengikuti Pembinaan Rohani Islam dalam Pengajian Mingguan ? a. Banyak Bertambah c. Sedikit Bertambah b. Bertambah d. Sama Saja G. Manfaat Pembinaan Rohani Islam terhadap Pemahaman (Afektif) Responden 1. Bagaimana Pemahaman Anda Setelah Mengikuti Pengajian Mingguan ? a. Banyak Bertambah c. Biasa Saja b. Bertambah H. Manfaat Pembinaan Rohani Islam terhadap Sikap Responden 1. Bagaimana Hubungan Anda dengan Sesama Pegawai Lainnya Setelah Mengikuti Pengajian Mingguan di Masjid ini ? a. Bertambah Baik c. Biasa Saja b. Baik 2. Bagaimana Sikap Anda Jika sedang Melakukan Suatu Kegiatan Kemudian Waktu Shalat Tiba ? a. Segera Shalat c. Tidak Shalat b. Mengakhirkan Shalat d. Lainnya (Sebutkan)________ 3. Bagaimana Pengamalan Keagamaan Anda Setelah Mengikuti Pengajian Mingguan di Masjid ini ? a. Sangat Bertambah c. Sedikit Bertambah b. Bertambah d. Sama Saja
HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA PEMBINAAN ROHANI ISLAM PDAM JAYA
Pewawancara
: Siti Rifqiah. T
Responden
: Ust. H. M. Tadjudin (Ketua Pembinaan Rohani Islam PDAM
Jaya) Tanggal Wawancara : 08 & 17 September 2008
1. Kapan terbentuknya pembinaan rohani di PDAM Jaya ? Jawab: Terbentuknya pembinaan rohani pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan berdirinya PDAM Jaya, yaitu sekitar tahun 1965. Pada waktu itu semua kegiatan dikelolah oleh PDAM Jaya termasuk kegiatan kerohanian. Ketika tahun 2001 hingga saat ini, pembinaan rohani telah memiliki program yang terarah, ada program pelaksanaan kemudian ada sistem anggaran sehingga jelas program itu ketika dituangkan kepada keuangan untuk pelaksanaan, di sinilah yang menjadi dasar pembinaan rohani. Dahulu aktifitas pembinaan rohani terbatas dengan struktural dan masuk di dalam bidang kepegawaian sehingga yang merencanakan segala kegiatan kerohanian adalah bidang kepegawaian. Namun, walaupun saat ini pembinaan rohani berada di bawah naungan PDAM Jaya akan tetapi segala kegiatan kerohanian dikelolah oleh pembinaan rohani itu sendiri. 2. Apa tujuan dibentuknya pembinaan rohani di PDAM Jaya ? Jawab: Tujuan dibentuknya pembinaan rohani adalah untuk memperluas wawasan keagamaan para pegawai agar mereka memiliki akhlak yang mulia yang dapat menunjang dalam proses pembangunan serta pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagai pegawai. 3. Jenis kegiatan apa saja yang diadakan oleh pembinaan rohani Islam di PDAM Jaya? Jawab:
Sebelum tahun 2001 kegiatan tim pembinaan rohani terkait dengan struktural namun saat ini tim pembinaan rohani di bawah naungan PDAM Jaya hanya saja aktifitasnya tersendiri. Dahulu struktural pembinaan
rohani masuk dalam bidang kepegawaian jadi pelaksanaan oprasionalnya di tim pembinaan rohani. Dahulu yang merencanakan program keagamaan adalah bidang kepegawaian namun saat ini tim pembinaan rohanni sendirilah yang menyusun program kegiatan keagamaan, seperti seleksi haji, sanlat (pesantren kilat) serta yang lainnya yang dapat dilihat pada lembar program tim pembinaan rohani.
4. Bagaimana proses pelaksanaan dari kegiatan pembinaan rohani Islam ? Jawab: Jika kita lihat pada program tim pembinaan rohani, maka kegiatan yang diadakan oleh pembinaan rohani bukan hanya kegiatan keagamaan saja namun tim pembinaan rohani juga sebagai perpanjangan tangan dari Bazis untuk mengumpulkan infaq dan shodaqoh, sementara ini pembinaan rohani hanya sebatas kepada infaq dan shodaqoh saja belum sampai pada zakat. Dana tersebut diperoleh dari para pegawai PAM baik pegawai PAM yang ada di PAM pusat, PAM Jaya maupun para pegawai PAM Jaya yang diperbantukan di swasta, di AETRA maupun PALYJA. Dan pelaksanaan pengumpulannya dilakukan melalui pemotongan gaji yang kemudian distorkan ke rekening tim pembinaan rohani yang selanjutnya distorkan ke Bazis DKI. Di mana sebagian besar dana digunakan untuk oprasional tim pembinaan rohani untuk kegiatankegiatan keagamaan yang dibiayai oleh tim pembinaan rohani. Sedangkan program lain, seperti haji pesantren kilat dibiayai oleh masing-masing unit kerja, dan kegiatan PHBI dibiayai oleh PAM Jaya. 5. Di mana lokasi atau tempat yang biasa digunakan dalam kegiatan pembinaan rohani Islam? Jawab: Ada satu perubahan yang cukup signifikan dalam kegiatan tim pembinaan rohani yang dimulai dari tahun 2001. Dahulu pengajian terpusat di PAM Jaya di Masjid Al-Hikmah jadi semua cabang ngajinya di PAM Jaya, namun setelah adanya swastanisasi, masing-masing unit memiliki manajemen sandiri sehingga kegiatan pengajian tetap diadakan di pusat tetapi tim pembinaan rohani juga mengembangkan dengan adanya safari dakwah yang artinya diadakan juga di masing-masing unit kerja. 6. Seperti apakah metode yang digunakan dalam pembinaan rohani Islam ? Jawab: Metode yang digunakan tim pembinaan rohani pada pengajian mingguan adalah metode ceramah dan tanya jawab atau dialog. Pada kegiatan ini tim pembinaan rohani Islam mencoba mendatangkan beberapa Ustadz untuk memimpin pengajian, baik itu pengajian mingguan maupun pengajian bulanan. Dengan diadakannya pengajian ini, maka jama’ah diharapkan dapat memahami materi agama yang disampaikan
7. Siapa saja yang dibina oleh pembinaan rohani ? Jawab: Sebenarnya pembinaan rohani yang ada di PAM Jaya ini bukan hanya tim pembinaan rohani Islam saja namun ada juga tim prmbinaan rohani untuk pegawai yang non muslim, seperti tim pembinaan rohani Protestan, Katolik, Budha dan Hindu. Karena kita adalah tim pembinaan rohani Islam, maka jama’ah yang mengikuti pengajian adalah pegawai yang beragama Islam saja. 8. Apa faktor pendukung serta penghambat dalam melaksanakan kegiatan pembinaan rohani di PDAM Jaya ? Jawab:
Sebenarnya semua unit baik PAM Jaya, AETRA maupun PALYJA mendukung adanya tim pembinaan rohani. Hal ini terlihat dari bantuan dana yang diberikan oleh masing-masing unit untuk keperluan kegiatan tim pembinaan rohani baik kegiatan haji, sanlat maupun kegiatan safari dakwah. Namun ada juga hambatan dari pihak swasta yang lebih menekankan kepada kredibilitas kerja sehingga lebih menanamkan kepada hasil ril yang harus diberlakukan kepada pagawai. Pihak swasta lebih mengutamakan pekerjaan sehingga para pagawai tidak leluasa untuk mendapatkan pembinaan rohani.
HASIL WAWANCARA DENGAN STAF ADMINISTRASI PEMBINAAN ROHANI ISLAM PDAM JAYA
Pewawancara
: Siti Rifqiah. T
Responden
: Leni Kurniawati (Staf Administrasi Pembinaan Rohani Islam PDAM Jaya)
Tanggal Wawancara : 05 Oktober 2008
1. Bagaimana proses pelaksanaan dari kegiatan pembinaan rohani Islam di PDAM Jaya? Jawab: Jadwal pelaksanaan pengajian telah ditetapkan oleh pembinaan rohani Islam jadi tinggal dikonfirmasikan saja kepada Pembina dan para jama’ah. Adapun pengajian mingguan diadakan dua kali dalam seminggu, yaitu hari senin dan hari rabu setelah (ba’da) dzuhur. Sedangkan untuk pengajian bulanan biasanya diadakan satu bulan sekali, yaitu pada minggu ke tiga tiap bulan. 2. Di mana lokasi atau tempat yang biasa digunakan dalam kegiatan pembinaan rohani Islam? Jawab: Sebenarnya kegiatan pembinaan rohani Islam ini diadakan di masingmasing unit namun terpusat di PDAM Jaya yaitu di Masjid Al-Hikmah. 3. Siapakah yang menjadi Pembina pada kegiatan pembinaan rohani Islam di PDAM Jaya? Jawab:
Dalam pengajian mingguan, biasanya tim pembinaan rohani menggunakan ustadz tetap yang sengaja dipanggil untuk mengisi pengajian, yaitu Ust. Faisal pada hari senin, dan Ust. Fauzan pada hari rabu.
4. Materi apa yang disampaikan oleh Pembina pada kegiatan pembinaan rohani Islam di PDAM Jaya ? Jawab: Materi yang disampaikan dalam pengajian mingguan adalah fiqih dan hadits dengan berpedoman kepada kitab Bulughul Marrom yang disampaikan oleh Ust.Faisal dan membahas tentang tuntunan agama
dalam thoharoh, walimah, puasa dan sebagainya. Selain materi fiqih dan hadits, dalam pengajian mingguan juga disampaikan materi tafsir alqur’an dan aqidah akhlak pada hari rabu oleh Ust. Fauzan. Beliau memberikan selembaran kertas foto copy-an yang berisikan materi yang akan disampaikan kepada para jama’ah.
5. Berapa jumlah jama’ah yang mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam di PDAM Jaya ? Jawab: Jumlah jama’ah pada pengajian mingguan tidak dapat dipastikan karena jama’ah yang mengikuti pengajian jumlahnya tidak tetap. Sedangkan untuk pengajian bulanan dapat diperkirakan yaitu sekitar 300 jama’ah yang terdiri dari pegawai PDAM Jaya, pegawai AETRA dan pegawai PALYJA.
HASIL WAWANCARA DENGAN STAF HRD PDAM JAYA
Pewawancara
: Siti Rifqiah. T
Responden
: Bpk. H. Ramli (Staf HRD PDAM Jaya)
Tanggal Wawancara : 12 Oktober 2008
1. Bagaimana sejarah berdirinya PDAM Jaya ? Jawab:
Pada mulanya PDAM Jaya bernama PAM yang didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1928. Setelah merdeka, yaitu tahun 1945 PAM dikelolah oleh PEMDA DKI Jakarta di bawah Suku Dinas Pekerjaan Umum (Sudin PU) dengan nama “Dinas Pengairan”. Kemudian sekitar tahun 1970-an diberikan odritas dan berubah nama menjadi PDAM Jaya (Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Raya). Selanjutnya sekitar tahun 1997, PDAM Jaya di Privatisasikan (di Swastakan) dan dibagi menjadi dua perusaaan dengan sungai Ciliwung sebagai pembatas. Di sebelah Barat sungai Ciliwung dikelolah oleh perusahaan Lyonis dari Prancis dan bernama PT. PAM LYONIS Jaya (PT. PALYJA). Dan di sebelah Timur sungai Ciliwung dikelolah oleh Perusahaan Thames dari Inggris dan bernama PT. THAMES PAM Jaya (PT. TPJ) yang kemudian di awal tahun 2008, tepatnya Januari 2008 berubah nama menjadi PT. AERTA.
2. Apakah Anda mengetahui adanya pengajian yang diadakan oleh pembinaan rohani Islam di Masjid Al-Hikmah di PDAM Jaya ? Jawab: Iya saya tahu. Di Masjid Al-Hikmah ini telah diadakan pengajian baik pengajian mingguan yang diadakan setelah dzuhur pada hari senin dan rabu, maupun pengajian bulanan uang diadakan pada minggu ke tiga setiap bulannya. 3. Kegiatan apa saja yang diadakan oleh pembinaan rohani Islam ? Jawab: Kegiatan yang diadakan oleh pembinaan rohani Islam cukup banyak, seperti pengajian mungguan, pengajian bulanan, sanlat, safari dakwah, haji, santunan yatim, dan lain-lain.
4. Di mana lokasi atau tempat yang biasa digunakan dalam kegiatan pembinaan rohani Islam? Jawab:
Biasanya hampir semua kegiatan dilakukan di Masjid Al-Hikmah di PDAM Jaya, namun ada juga yang dilakukan di masing-masing unit serti pengajian mingguan dan safari dakwah.
5. Seperti apakah metode yang digunakan dalam pembinaan rohani Islam ? Jawab: Metode yang biasa digunakan pada kegiatan pengajian mingguan adalah metode ceramah dan tanya jawab.