-~_.
.
,
PELAKSANAAN PEMBINAAN MANASIK CAlON .IEMAAH HAU YANG OISELENGGARAKAN OLEN YAYASAN· YAYASAN PERSAU DARAAN HAU 01 KOTAMADYA Or. II BANDUNG
SKRIPSI Oiajukan Sebagai Salah Satu svarst Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Tarbiyah Pada Jurusan Pendidikan ·Agama Islam
Oleh :
•AJAM MUSTAJAM Nomor Pokok ; 8730.01.086 NIMKO; 87.0999.A2.11
PEIlPUSTAIAAN UNISBA
_.
No. Induk:
:J:3 0907
t-./'rlf
l,/
;.;
FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 1414 H - 1994 M
-
/"{.;'~J l ' '
PElAKSANAAN PEMBINAANMANASIKCAlON JEMAAH HAU YANG OISElENGGARAKAN OLEH YAYASAN· YA VASAN PERSAU DARUM RAJ! 01 KOTAMADYA Or. II BANDUNG
Disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
( Drs. H. Odang Muchtar )
(Drs. H. U. Saefuddin ASM. ).
Mengetahui
Ketua
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung
'V----.-.-(D.
.
(Drs. H. Odang Muchtar)
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dirnunaqosahkan oleh team penguji pada hari Rabu Tanggal 30 Maret tahun 1994 dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Tarbiyah pada jurusan pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung.
Panitia Ujian Munaqos
(Drs. H.
O~ang
( Drs.
Muchtar)
n Sasmita ) Sekrctaris
Ketua
Team Penguji
-
(Drs. H. Odang Muchtar )
(Drs. H. Abdurrahman)
Penguji I
Penguji II
./
(Drs. H. Abdul Madjid )
(Drs. Munawar Rahmat, M.Pd. )
Penguji III
Penguji IV
A B S T R A K S I
,
Nama Nomor- Pokok
873001 .. 086
Nimko
87:
Fakultas
Tar-biyah (UNISBA)
Program Pendidikan
5ar-jana (51)
Judul
Pelaksanaan Pembinaan
5kr-ipsi
099
Jema'ah oleh
~
A2..
Haji
I I
yang
Yayasa.n-yayasan
r1anasik
Calon
Diselenggarak.~n
Per·;;auda r aan
Ha i .i ,
Latar belakang masalah ini, bertitik tolak keyakinan, bahwa ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang telah dipandang mampu 11istitha'B.h selain mampu da.ri segi pet-l u fisik, biaya dan keamanan.. Dan sang~t dipandang mengu2sai ilmu manasik haji dan ilmu lainnya yang kaitannya dengan pelaksanaan ibadah ho.ji .. Tujuan dari penelitian ini~ untuk mengetahui tujuan pelaksanaan pembinaan manasik calon jema'ah haji di yayasanyayasan pers2udaraan haji, untuk mengetahui materi pembinaan manasik haji calon jema'ah h2ji di Y2yasan-yayasan pers2udaraan haji dan untuk mengetahui metode pembinaan manasik haji yayasan-yayasan pe~saudaraan haji~ Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif, dengan teknik study dokLlmentasi dan angket, yang dibuktikan dengan perhitungan skala prose~t~se f yang kemudian ditafsirkan. X 100% ll
n
Berdasarkan hasil penelitian, sEsuai dGflgan permasalahan dan tujuan penelitian~ berhasil diungkap~ bahwa tujuan pembinaan manasik yang diselenggarakan oleh yayasan persaudaraan haji, adalah untuk membantu meringankan beban pemerintah dalam bidang manasik, membantu calon jema'ah haji da12cn menunaikan ibadah, menjalin dan memper-erat ukhuwah diantara calon jema'ah haji dan jama'at, haji. Adapurl pelaksanaannya dibina oleh para instruktur yDng kompeten dalam hal itu~ karena mereka berpendidikan pada L.lmumnya
pelaksanaannya dibina oleh para instruktur yang kompeten dalam hal itu, karena mereka berpendidikan pada umumnya Sarjana dan pondok Pesantren. Materi pembinaan disesuaikan dengan kebutuhan calon jema'ah haji dari mulai persiapan , pelaksanaan ibadah hinggga ke tanah Air. Dalam pemberian materi itu, digunakan metode yang bervariasi, sesuai dengan kondisi pembinaan antara lain latihan, praktek, ceramah, diskusi dan tanya jawab. 20 Sya'ban 1414 H Bandung, 30 Maret
1994 M
Penulis
(Ajam Mustajam)
Pembimbing I
(Drs. H. Odang Muchtar)
(Drs. H. U. Saefuddin ASH)
Hengetahui
Dekan Fakultas Tarbiyah "tas Islam Bandung
Odang Huchtar )
Team Penguji
Ketua
(Drs. H. Odang Muchtar )
Penguji I
Drs. H. Odang Muchtar
Penguji II
Drs. H. Abdurrahman
Penguji III
Drs. H. Abdul Madjid
Penguji IV
Munawan Rahman, M.Pd.
\
( Drs. H. Ramlan Sasmita )
~
...
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •• u
•••• u
•••••••••••••••
~~~-
... n
~..
DAFTAR TABEL Halanlan
Tabel
I. Tujuan Penyelenggaraan Pembinaan Manasik Haji
di Yayasan-yayasan
Pe~saudaraan
72
Haji
II. Pencapaian Tujuan Pembinaan Calon Jemaah Haji III. Lamanya Pelaksanaan Pembinaan Manasik Haji IV.
Instruktur Pembinaan Manasik Persaudaraan
v.
~Iaji
74
di Yayasan
74
~Iaji
Pendekatan Yang Diutamakan dalam
Pembinaan 75
Manasik VI. Latar BeIakang Pembinaan Manasik
Haji
75
VII. Tempat Tinggal Instruktur Pembinaan Manasik
76
Instruktur
VIII. Motivasi BelaJar Peserta Menurut Pembinaan Manasik
76
IX. Pengetahuan Peserta Pembinaan Manasik
x.
73
Haji
7 , 7 r
Tempat Tinggal Para Peserta Pembinaan Manasik 77
Haji XI. Pendidikan Terakhir
Para
Peserta
Pembin~an
Manasik Haji
78
XII. Pekerjaan Para Peserta Pembinaan Manasik Haji XIII. Status 805ia1 Pembinaan Manasik
~lBji
79 79
XIV. Penangan Kehertrogenitasan Peserta Pembinaarl 80
Manasik
xv.
Berapa Kall
Pese~"ta
Pembinaan Manasik Ibadah
Haji
80
XVI. Penekanan Pelnberian Ma"teri Pe;nbinaan Manasik Haji
81
XVII~ Sumber Materi Pembinaan Manasik Haji
XVIII. Kesulitan Pembinaa.n
Menyangkut r1anasik
Persoalan
F'sikologis 82
Haji
XIX. Penyampaian Materi yang Ada Pebedaan Pendapat Para U18.ma XX~
yang F'aling
Metode Pembinaan Pembinaan
r~1anas i
k
Efektif
dalam
Haji
XXI. Kelengkapan Alat Bantu Pembinaan Manasik Haji XXII. Perlunya Evaluasi Pembinaan Manasik Haji
85 85
DAFTAR lSI DAFTAAR lSI
..
,
.
"
"
i
I
BAS I A.
i
1
PENDAHULUAN Latar Belakanq Masalah
J.
B. Perumusan Masalah
3
c.
Alasan F'emilihan Masalah
5
D.
Tujuan Penelitian
b
E.
Kerangka
Pemi~~iran
7
F"
F'opulasi
dan wampel
.
~
It
..
"
a
..
"
"
"
..........
"
....
"
"
"
....
8
"
8
H.
Metode dan
~.
Lang~ah-Langkah
Tehni~~
Penelitian
Penelttian
j j
13
BAB II PROBLEMATIKA HAJI
f
A.
Pengertian Haji
B.
Kedudukan Ibadah Haji Dalam
-~
.I. ._'
,~
J ••-,
c.
Macam-Macam
D.
Syarat-Syarat Wajib
21
H~ji ~iaji
E. Rukun dan Kewajiban Haji F.
:;unnah Haji
G.
Kt-onologi Pelaksanaan I badah Ha j :i.
i
.24
ii
I~
t='e'
Hikmah Ibadah Haji
,-' ..._.1
BAB III PROSEDUR PERJALANAN IBADAH HAJI Dr 5 (LIMA) YAYASAN F'ERSAUDARAAN HAJI 57 ~.
Pemberangkatan
C. Di Pondok GEDE JAKARTA D~
..
~~
~
.
~.~
Menuju Jecldah Saudi Arabia
..................
E. Sampai di Jeddah
.....
i..:;.
Di
H.
Menu~u
~
~
~
~
ft~"
.
60
..
60 b4
F'enginapan
Mina Untuk
Malaku~{an
Haji
(tanggal 8 dzul-hijjah) 65
J.
WUqL\~
di Ara+ah
Ctanggal 9 dzul-hijjBMJ K~
Habit di
L.
Jumratul Aqabah
......... ......
Mu:cjali~ah
~
~~
... .... ~
b7
.;;;.7
(tanggal
o.
lel dzul-hijjah;
Habit dan Melontar l·loa Ctanqgal
1.1"
1~~
rj.3.n
.t··
JLlmr~h
d2lJ 1.--h1 j
.,IEdl '
iii
BAB IV PENGUMPULAN dan PENGOLAHAN DATA
,
.
--;" I
A. Pelaksanaan Pengumplllan Data
71
B.
Tujua~
7'2
c.
Analisis Hasil Penelitian
Pembinaan
Manasi~~
Haji
BAB V KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan
Dll ,~
"'CO
'-I
c.
F'enutup
Dce.-ft ar F'ust aka
<-'
KATA PENGANTAR
Bismillahhi~~ahmanni~~ahim
Segala
puji
alam,Solawat kita
Nabi
se~ta
semesta
salam semoga dilimpahkan kepada
pimpinan
Muhamad
menghapus
saw,
gelapnya
kebe~halaan
hingga
surya-surya
Tarbiyah
dengan dan
melalui
kelua~ga
ilmu
Dia
Allah
melenyapkan
kekutu~an,
mena~a
tauhid
dan sahabat-sahabatnya yang
kema'rifandan
para
pengikutnya
jaman.
Adapun
satu
yang
dan mengangkat setinggi-tingginya
akhi~
salah
milik
kebodohan
keimanan. Demikian pula laksana
Allah
Tuhan
hanya
pembuatan skripsi iniadalah
syarat
jurusan
mengambil judu!
ujian
sidang
Pendidikan
untuk
sarjana
Agama
melengkapi
Fakultas
pada
Islam,
penulis
maka
Ilpelaksanaan Pembinaan Manasik Calon
Haji Yang Diselenggarakan Oleh Yayasan-Yayasan
Jemaah
Persaudaraan
Haji Di Kota Madya DT II Bandung. Hasil dijadikan
penelitian masukan
in1
diharapkan
uri tuk
bermanfaat
lembaga
dalam mengembangkan
pendidikan
umum pada umumnya. Dalam da~i
penyusunan skr-ipsi
be~bagai
mo~il
pihak, baik
in1
banyak lTiendapat
maupun
mate~il.
itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
bantuan
Oleh
yang
sebab
sedalam-
dalamnya kepada: 1. Bapak pa~a
Dekan dosen
Fakultas yang
Ta~biyah
telah
UNISBA
membe~ikan
iv
bese~ta
stat
pengaja~an
dan
kepada
v
penulis dalam menuntut ilmu di Fakultas Tarbiyah UNISBA. 2. Bapak
Drs.
telah
H. Odang Muchtar selaku
membimbing
penulis dengan
pembimbing
segala
I
yang
kesabaran
dan
keiklasan sehingga tersusunlah skripsi ini.
3. Bapak Drs. H. U. Saifudin ASM sealaku pembimbing II telah
memberikan
waktu dan
pekerajaan
kepada
yang
penulis
sehingga dapat terwujudnya skripsi ini. 4. Ibunda, telah
Ayahanda, kakak-kakak serta adik tercinta, memberikan
dorongan
baik
moril
maupun
yang
materil
kepada penulis, sehingga selesainya skripsi ini. 5. Bapak petugas yang berada dilingkungan Kota Madya Bandung terutama
para
petugas
sebagian
refer-ensi
haji,
yang
buku-buku dalam
telah
member-iakan
penyusunan
skripsi
ini.
6. Rekan-rekan seperjuangan "The Skil of Kurawa", yang telah bersusah payah untuk membantu penulisan skripsi ini.
7. Petugas perpustakaan UNISBA yang tealah meminjamkan bukubuku
yang dibutuhkan penulis, hingga
tuntas
penyusunan
skripsi ini. Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermamfaat bagi perkembangan
ilmu pendidikan pad a umumnya,
untuk
mendor-ong
5umbangan terhadap peningkatan pendidikan agama.
Akhirnya
penulis berdoa kepada Allah SWT
semoga
yang telah mereka dilakukan menjadi amal soleh dan
apa
mendapat
ridho dan pahalanya dari Allah, Amin. Bandung, Maret 1994.
·
BAB I
PEN D A H U L U A N
A.
Belakanq Masalah
bata~
Ibadah haji adalah tiang kelima bangunan aI-Islam. Oleh individual me~eka
(fa~dlu
yang
ka~enanya
lima tiang
dalam
ibadah ini hukumnya
wajib
'ain) bagi setiap muslim
telah dipandang mampu
dan
dalam
hirarkis ditempatkan pada urutan "arkanu
kepada
aI-islam"
setiap
te~tentu,
memiliki
yakni
k~ite~ia
Itu sebabnya ibadah haji
I'istitha'ah 'l untuk melaksanakannya. secara
da~i
dan ibadah
(kelima)
terakhir
haji
in1
muslim yang telah mampu hanya
diwajibkan
sekali
dalam
seumur- hidup. Adapun
ciri
dari
Ilistitha'ah
yang
i '
mesti
setiap
calon
jema'ah haji kesiapan kemampuan
maupun
fisik,
kemampuan dalam biaya baik untuk
dimiliki
baik
mental
kepentingan
\
calon jema'ah sendiri maupun untuk keperluan biaya yang ditinggalkan, dan
kemampuan
keluarga
kemampuan dan keamanan dalam peraJalanan,
dalam menguasai ilmu manasik
dan
ilmu-ilmu
lainnya yang erat kaitannya dengan pelaksanaan ibadah haji. Dengan
memperhatikan
llistitha'ah U
ciri
itu,
dapat
diasumsikan bahwa ibahad haji merupakan ibadah yang bersifat
badaniyah
(fisik),
(mate~ial).
Tetapi
dipe~bandingkan
pelaksanaannya
(psi k is) ,
~ohaniyah
dalam
jiha
ketiga
sekala
dan
aspek
kuantitatif~
ibadah haji meruapakan yang
lebih
maliyah te~sebLlt
dalam be~sifat
2 '.
badaniyah.
Setiap
pelaksanaannya
rukun
yang
wajib
maupun
dalam ibadah itu. memerlukan
yang
sunat
dan
kemampuan
kekuatan fisik secara prima.
Syarat
"istitha'ah"
dalam
pelaksanaan
haji
ibadah
telah dijelaskan dalam Al-qur'an surat Ali-Imran ayat 97 , ":,
~
"' ....
(.;
~
.",...,
....
.P,,-"
~",
......
", ............... "
................
101' ..... ..; .... . . " , , ' \ . ,
L....\ .\,.~~ ~" I· . \,.)\ l..:.- ~ c...\cl.....; 0'""'" ....... ~-> VI" ~ ,. ........... v ( _ • .., ....• , .. ,.... \. '* ., -~\
..... t;jl L ./' .... \I
,.,
l,.)
"
.... '" ....
~v
. . . . " " . , , , , . . , '"
lJ...'. ;'~~V>", '>\. . . . ". ~\L",L: ./' v----
....
t\..... -:"
" J..I
., _ ' "
\\ L/ s:
·9~ '--' }~'L~ __ ... ~;",
,k
./ "....
......t
't
.....
. L.:.~-\) \ 0> Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (diantara~ya) makam Ibrahim. Dan barang siapa yang memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah. yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji). maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (Depag RI, 1986 , 92). adalah
Islam
sekaligus agama
praktis-operasional
Islam~
(ilmu)
teoritis-konsepsional
agama
(amal). Dalam
5etiap
ajar-an
tidak akan diJumpai satupun praktek ibadah baik
mahdhah maupun ghear mahdhah yang semata-mata berpijak
pada
praktis-dogmatikal
yang
rasional. teori
Oemikian
didasari oleh konsep
pula pelaksanaan
ibadah
teari
Dalam batas
membedakan
minimal~
banyak
haji~
(ilmu) manasik yang harus dikuasai oleh calon
haji.
sunat
tanpa
jema'ah
calon jema'ah haji harus
mana yang rukun mana yang wajib,
mampu
mana pula
dan bagaimana cara mengaplikasikannya. Dalam hal
menunjukkan langsung bingung,
bagi
ter j un
siapa
yang
mempraktekan
belum ibadah
paham haj i
manasik
bisa
yang ini
haji menjadi
sehingga amalan haji yang sedemikian akan jauh dari
kesempur-naan. Dalam
tentang dan
konteks
pengajar-an
Foih
Islam,
pelaksanaan ibadah haji sering kali
teor-i-teor-i
sulit
dicerna
diterapkan. Hal ini barang kali lebih disebabkan
ibadah
haji merupakan ibadaha yang lebih
bersifat
bahwa praktis
ditempat-tempat yang diagungkan Allah (Sya'ai-ril'lah)
yang
berada ditanah Haram. Disamping ibadah haji ini harus
lebih
bersifat lebih
praktis,
efektif
pengajar-an ibadah
apabila
dilakukan
haji
dalam
nampaknya
bentuk
akan
pembinaan
bimbingan paktis oleh mer-aka yang disamping menguasai secar-a
teoritik, juga telah berpengalaman dalam melaksanakannya. Per-timbangan itulah kir-anya yang kemudian yang menjadi
salah
satu
motivasi
persaudaraan
haji
lahirnya
beberapa
di Kotamadya Tingkat
yayasan-yayasan II
Bandung,
yang
secar-a khusus ber-ger-ak dalam bidang pembinaan dan
bimbingan
manasik
pembinaan
yang
bagi calon jema'ah haji,
telah
dilaksanakan
oleh
disamping upaya
pemerintah
cq.
Kesr-a
dan
Departemen Agama Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung.
B. Perumusan Masalah Munculnya
objektif dan
di
per-saudar-~an
haji
bukan bermaksud menyaingi apalagi mengambil
pekerjaan,
pemerintah
beber-apa yayasan
yang sedang dan
telah
dilaksanakan
cq. Departemen Agama seperti yang telah
Kotamadya
penyelenggar-a
Daerah ur-usan
Tingkat
II
haji Kotamadya
seacar-a
tug as pihak terjadi
Bandung.
Data
dar-i
Bandung
(PUH)
calon
4 te~us
jema'ah haji
meningkat,
pad a tahun 1988 berjumlah
dan tahun 1993 berJumlah 3268 orang, adanya
or-ang,
yayasan
ter-utama
persaudaraan haji justru akan membantu meringankan dalam
upaya
Inst.-uksi 1983
me-nangani pelayanan bagi calon
UPenyelenggaraan
ten tang
jema' Et.h
Bimas Islam dan Urusan Haji No.
Dirjen
Kur-sus
haj i,
tahun
7
dan
Manasik"
lainnya yang erat kaitannya dengan ibadah hajj
758
(Depag
ilmu Kodya
Bandung, 1986). Baik
upaya
yang
dilakukan
pemerintah
oleh
maupun
yayasan-yayasan persaudaraan haJi, pembinaan bagi para calon
jema'ah
haji
bimbingan
pad a
ber-tujuan
memberikan
untuk
lain
dalam pelaksanaan ibadah haji, namun disisi
kenyataannya
kurang
untuk
tujuannya
manasik
memuaskan).
jelas pembinaannya.
meningkatkan
ternyata
kemanasikkan,
bimbingan
dasar-nya
Maka
diteliti
secara
pembinaan
calon
yayasan-yayasan
hasilnya
Artinya
dar!
haji pada 5 (lima) yayasan dari itu, muncullah mendalam~
jema'ah
haji
persasudaraan
yaitu yang haji
bimbingan
pembinaan
(data
walaupun
masalah
ten tang
peserta
masih
belum
yang
periu
pelaksanaan
diselenggarakan
di
Kotamadya
oleh Dae.-ah
Tingkat II Bandung, untuk menjawab masalah itu perlu dirinci dalam bentuk
1. Apakah
pertanyaan-pertany~an sebagai
berikut
:
tujuan pembinaan manasik calon jema'ah haji
yang
dilaksanakan oleh yayasan-yayasan persaudaraan hajj ? 2. Bagaimana pelaksanaan pembinaan mansik calon jema'ah haji di yayasan-yayasan persaudaraan haji ?
5
, 3. Materi
apa
yang dilaksanakan
dalam
calon jema"ah haji di yayasan-yayasan 4. Metode
m~n~sik
pembinaan
persaudar~an
apa saja yang digunakan dalam
pembinaan
haji ?
manasik
calon jema"ah haji di yayasan-yayasan persaudaraan haji ?
C. Alasan Pemilihan Masalah Ditinjau dari urgensinya, penelitian terhadap
masalah
ini,4i pandang sangat penting di dalam konteks perkembangan pelaksanaan pembinaan manasik calon jema·ah haji di yayasan-
YaYasan persaudaraan haji Kotamadya ini,
karena
pengetahuan
wajib,dan
di
yang
me r-upe ke n
mendasar~
ibadah
yang
selain dari pada
memerlL\kan
rukun
pengatahuan-
Apalagi
tentang lokasi di Tanah Suci (makkah).
kaitkan dengan upaya-upaya yang
dilakukan
sekarang
syarat,
sunat haji. Kiranya perlu diberikan
pengetahuan jH;a
ibadah haj i
DT II Bandung
sedang
dan
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan
akan
terhadap
calon jema"ah haji.(sk. Walikotamadya, No/16657.Tahun 1993). adalah
Yayasan-yayasan
salah
satu
ben tuf:
wadah
pembinaan manasik calon jema'ah haji informal,yang apa
bila
berfungsi
maka
calon
secara tepat sesuai tujuan yang di harapkan
j eme ' ah
haj i
akan
mendapatkan
kemudahaan
dalam
pelaksanaannya, sehingga mencapai predikat haji mabrur.
Bertolak di I ak uk an
dari
penelitian
manasik calon jema'ah
aSLtmsi
terhadap haji~
pendidikan manasik haji.
di
atas!,
dipandang
yayasan-yayasan
yang merupakan sistem
perlu
pembinaan
pembinaan
6 '. Di samping itu, berdasarkan pengamatan secara sepintas di
bahwa
lapangan,
wadah
tersebut
pembiaan
tidsk
berfungsisecara tepat sesuai tujuan.
01eh terhadap
sebab itu, dipandang perlu dilakukan
penelitian
pene-litian
terhadap
tersebut, .
obyel~
permasalahan ini, PELAKSANAAN
Dan
penulis turunkan judul
PE~lBINAAN
DISELENGGARAKANOLEH
MANAS 1 K
CALON
YAYASAN-YAYASAN
KOTAMADYA DAERAH TINGKAT I I
: JEMA' AH
YANG
HAJ 1
PERSAUDARAN
HAJI
DI
BANDUNG.
D. Tuiuan penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian sebagaimana
dikemukakan,
maka
tuJuan
penelitian
telah
yaitu
ini,
untLik
mengetahui : 1. Mengetahui pelaksanaan pembinaan pendidikan manasik bagi
para
calon
jema'ah
haji
di
haji
yayasan-yayasan
persaudaraan haji. 2. Mengetahui
pelaksanaan pembinaan manasik
calon
jema"ah
ea Ion
j
haji di yayasan-yayasan persaudaraan haji.
3. t1engetahui
haji
dalam
materi
pel a~·;.sanaarl pembinaan
pendidikan manasik haji
di
ema' ah
yayasan-yayasan
persaudaraan haji. 4. Mengetahui
metode
pembinaan manasik
yayasan persaudaraan haji.
haji
di
yayasan-
7 '. E. Kerangka Pemikiran menu~ut a~ti
Haji
menurut
arti
dengan
atau
tertentu (Syeikh
definisi Ka"bah
mengunjungi
Har-am
syara ialah berkunjung ke Baitul
ibadah
menunaikan
sedangkan
lughawi ialah menyengaja,
yang
1348:26) •
al-Maraghy,
lebih
haj i
rinci,
berarti
kepada
dengan tujuan beribadah
dengan rukun-rukun, syrat-syarat tertentu yang
demi
Allah,
dilaksanakan
pada waktu tertentu (H.Moh. Rifa'i, 1978 : 371). Agar tuntunan
ibadah haji
pelaksanaan
jema~ah
Rosulullah saw, maka para calon
diberikan intensi f.
Tanpa
upaya semacam ini,
tidak ffiungkin benar dan mabrur. diberikan
dan
pengajaran,pembinaan
dengan
sesuai
benar,
secara
bimbingan
ibadah
perl
haji
haji
seseorang
terutama bimbingan itu per-Ill
kepada para calon jema'ah haji
yang
betul-betul
memer-likan bimbingan dan pembinaan.
Pembinaan manasik dapat diartikan bimbingan yang mengutamakan
praktis
segi-segi
haji. Metode yang sering bi~sanya
thawaf,
metode
dalam
digunakan dalam bimbingan
latihan
(drill).
siap
ibadah mana5ik
Seperti
latihan
bimbingan
manasik
sa'i,melontar dan 5ebagainya.
Pada mer-upakan
formal),
hakekatnya pr-oses
pembinaan
pendidikan
yakni suatu usaha
atau
khL\SLlS
5adar-~
sekolah
lLlar
ter-atur-
yang dilakukan oleh orang-orang yang untuk
pelaksanaan
lebih
dan
diser-~hi
memberikan pengetahuan ter-itis maupun
pelaksanaan ibadah haJi. dengan demikian
ma~a
(non
sistematis,
tanggungj a.,ab praktis
dalam
indikato~
dari
, pembinaan atau bimbingan manasik haji
a)
pembina
b)
metode pembinaan
c)
materi pembinaan
d)
tujuan pemblnaan
ini antara lain
e) alat-alat pembinaan
F'opulasi
penelitian
pengajar yayasan-yayasan pada 5 haji
di
Kotamadya DT II
an";; t
a.Galan
(lima)
Bandung~
yayasan
~~
u k t. U~·
persaudaraan
yang
""':!'oI ,_,
orang. Sedangkan perinciannya sebagai berikut : -Ketua yayasan persaudaraan haji 5 orang. 5
yang terbagi
Dcilam
(lima) yayasan.
-Instru~~tur
penqajar 39 orang terbagl dalam 5 yaY2san.
Adapun
vaitu
seluruh
sampel untuk kepet-luan dalam
anggota populasi.
Dengan
penelitian
kata
lain
i ni
sampel
total.
Yang menjadi sumber data dalam
yayasan pembinaan
i rrs t r ukt ur
terse bar di 5
peneliti~n
(lima)
yayasan
manasi~~
haji
berikut
1. -'t<3.yasan Uswaturn Hi3.sanah ,J1. I<ecubung No. 2.
ini
12
Yayasan qarnu!-manazll ,JIB Pe.jaqalan Bandunq
[-:;,.:;ndung
ada.1.ah van~
3.
Yayasan Istiqamah Jl.
Citarum Bandung
4.
Yayasan Muhamadiyah Jl. Sancang No.6 Bandung
5. Buku-Bu~~u penunjanq dalam masalah tni
Metode
yang digunakarl dalam penyusunan
deskripti~
penelitian
Secara
deS~:Tipti-f.
meta de
adalah
adalah penelitian yang bermaksLld
kejadian-kejadian (Sumedi
SuryaBrata~
penelitian
TUJuan
Llntuk
membuat
situasi-situas.i
menqanai
pencandr"aan
skripsi
1983:19).
deskriptif adalah
IJntuk
secara sistematis,~aktual.dan a~~urat
pencandt-aan
fakta-fakta dan
slfa~-si~at
poplJlasi
Menurut Sumedi SLlryabrata deskripti+ bet"tujL1an : medeta i 1 mencapai im~ormasi faktLlal yang merlcandra gejala yang ad~ Untuk mengindenti~i~~asi inasalah-masalah untuk mendapa"tkan justi+lkasi keadaan dan praktekpraktek vang sedang ber:langsung. Untuk membu13.t kompet"l3.=:"i dan e . . . ralu3si. Untuk mengetahLli apa yang ai~~erjakan oleh orang l~in d~lam manangani masalBh ataLI sitL1BSi yang keput.usan da.n penqambiJ.am SdiTIa. E(g>3.l-~-enca.n3 dimasa dep.3n~
Untuk o.
c. d.
Sesuai yang tidak
dengan
diharapkan~
hanya
Si~2t
m6sal~h
mak2 dengan
terbat~s
serta tujuan
m~nggLlna~~an
dan dia~pa~.
gejala atau pEristlwa
de~.k r
ipt i-f
pada mengetahiJl
sampal terhadap data yang
rnetode
penelitian
Dala~
~~ondisional
kal"tan "tentsng
lnl
i
nt.er-p~-Es-::.<.::;,sj
adalah
10
yayasan persaudaraan Realitas man~5ik
m~nasik
pendidikan haji
Adapun
anqket
haji~
dan
penget.::.huan
serta pengalamannya. tekllilik
stL\di
penelitian
dokumenta51~
Y~J1g
Alasan
'/2.1
menggunakan
tu
angket
ada.lah
a.
Dengan angket data yang diharapkan dapat terkumpul
dengan
cepat dan mudah diolah
b. Penyebaran angket dan pengumpulan angket dapa't dengan efektif C
G
Data
yang
dan
dilakukan
ef~sien~
dikumpulkan
merupakan
sehingga untuk di cek. F'enget-tian angket
a12.t
yang
s.up av a yang
baik
disLlsun untuk
N>A.
Ametembun
mengLlmpulk~n
ial';.ii "suatu
in-fDrmasl
mengETicil
maka dalam pengadaannya mengiku~i
telah
ber-ikut
fTIl?i"JUt"ui:
dengan
prosedLlr
:
1. Merumllskan tLljuan yang a~:an dicapai d~lam angket. 2. Mengidenti~ii~asi~~an variable y~ng akan dijadi~~an sasaran kuisioner. 0. Menjabar~~an setlap v~rlabie menjadi sub variable vang lebih spessi~i~' dan c~Jn;J~al. d2t~ dikumpulkCin sekaligL13 untu~~ nlenant:J~an ( 1 ;;'92 : :1 ':i':'; ). s.t uov
-±
11
t'raskit=~
mengenal hal-hal a t au v ara a bl e c ac a t s n, !TietJe.lan",
sebagainya.
(Suhat·simi Ar-ikunto.
1.
meliputi
F'er-siapan ..
Dan
1992 :
200
langkah-langkah
besar.
di
sUr-at
notulen
p~-asasti ~
dalam penelitian i n i ,
bu ku ,
b aq i
3
(tig3i. .i
penyusLlnan
pe~-siapan
dan
) ..
yang
d i tempuh
La riqka n va i t u proposal
penvusLlsnan
:
penel i t
i
a n,
kisi-kisi
penel it i a n,
Pengumpulan data yaitu kegiatan pengimpulan data
sesuai.
dengan peFmasalahn penelitian. ada02un pengUmpLllan
2 .. 1.
Kegiatan
awal penyampaian surat dan
untLlk
pemberitahL'an
membet" i kan
angket ..
Kegiatan akhir'l melakukan Analisa
pengllrusan surat pernyataan
tel ari
keglat~n.
pada
langkah
In1
di
lakLlk~,n
keg
1
atan--
kegiatan. dengan cara mentabLllasi
setiap data.
kemud12n menqhitung dan teJ.ah
di tentukan.
Rumus oengnltungan persentase
n
-
-
------- -,-------,----
-
'- __',C"
, Adapun Skala
x
100 60 "
~
1
,.
-/
, -r • ,. ,.
";
0 ./ .'.
penafsirannya adalah
=
Selu~-uhnya
99 ";,.
=
Seoc.g i an
-.
=
~eDay
,. 40 ./
=
Seoa.g i an
=
T i oak
=s
!~
bes~:.=tt-
"LB.n
-2
dCi.
kec i 1
BAB II PROBLEMATIKA HA.JI A. Pengertian Haii Haji Mekkah sa'i
menurut
syara adalah
mengunjungi
untuk melaksanakan ihram, wuquf di
dan
amalan-amalan lainnya pada
(ka'bah)
arafah,
bulan-bulan
demi memenuhi perintah Allah SWT. Serta menharap
di
thawaf, tertentu
keridhoan-
Nya (A. Nasir Yusuf, 1985:1). Moh.Rifa'i (1978:371) menyatakan sebagai berikut: Tentang pengertian haji ini dapat di tinjau dari dua segi, yaitu segi bahasa dan istilah. 1. Menurut bahasa. pengertian haji menurut bahasa berarti menyengaja untuk mengunjungi 2. Menurut para alim Ulama. Haji berarti mengunjungi Ka'bah untuk beribadah kepada Allah dengan rukun-rukun tertentu dan beberapa syarat tertentu serta beberapa kewajiban dan mengerjahannya pada waktu tertentu. Jadi haji itu dalam rukun islam yang he lima yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim, baik lakilaki maupun perempuan apa bila ia telah memenuhi syaratsyaratnya dan kewajiban naik haji itu bagi setiap muslim hanya sekali dalam seumur hidup, Dari
dua
disimpulkan
bahwa
yangdilaksanakan berupa
batasan
mengenai
haj i
diatas
Haji itu merupakan ibadah
di
tanah suci yaitu
d apa t.
kepada
Mekkah
Allah
al-mukaromah
ihram, wuqup dipadang Arafah, thawaf, sa'i dan
lain
sebagainya. ibadah haji terse but hanyaditunaikan oleh yang
telah
kemampuan ibadah
mampun baik secara ekonomis
secara
haji
non
merupakan
ekonomis ibadah
muslimattertentu (mustathi'un).
maupun
lainnya. khusus
orang-orang
Dengan
bagi
kemaropuandemikian
IDuslimin
dan
1'4' Implikasi kunjungan
dari
seseorangdala dengan
sekali
batasan
perbedaan,
pelaksanaan
kunjungan
Meski
pariwista,
dalam
tentang
dalam teknisnya
haji ibadah
diatas,bahwa
haji
perjalanan tidak
berbeda biasaatau
begitu
banyak
namun dalam perjalanan haji serat sekali
dengan
muatan-muatan aktifitas yang bernilai ibadah, karena
memang
haji
itu adalah perjalanan ibadah sejak berangkat dari
dan
kembali kerumah, Pada
dasarnya
secara
definitif
arti
haji
identik
dangan arti umrah. Sedikit perbedaannya hanya terletak
pada
waktu
pada
(timing) pelaksanaan, dimana umrah dilaksanakan
bulan-bulan
selain
bulan haji, dan
boleh
dilakukan
kapn
wo.ktu saj a. Untuk lebih jelasnya, pengertian haji dan umrah diperhatikan
pernyataan
Moch, Zainuddin
(1992:8)
dapat berikut
in i:
Arti haj i menurut bahasa dalam istilah J.-."'::;.-: __ '" ..-..• •....• ".,
,~~\.};~: Arti
\l cH ~\~~v.~~>;vW11,u t:!1
Haji menurut arti dalam bahasa adalah menyengaja sesuatu, sedangkan menu rut syara adalah: rnenyengaja mengunjungi Ka'bah untuk melaksanakan ibadah haji dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, Umrah menu rut bahasa dan istilah : .. "'/.J
,~O'.f\\-,";.1\~C-}_/~)~'·~)0t.;::.;;~~~,U&;fl ....
~
~/
....,..
-
-
Umrah menurut arti bahasa adalah: Ziarah sedangkan menurut syara adalah menjiarahi Ka'bah un t ukme Lak s an ak an ibadah umr ah d errg an syarat-syarat yang telah ditentukan,
J5 Baik Allah
pelaksanaan
SNT.
Lain
umrah
tidak. Oleh karenanya,
(1993:35),
adalah
haji
dijalankan
yang
haji maupun
kata
suatu kekeliruan besar berorientasi
tujuannya
pada
abd.
Wahid
bilamana
ibadah
peneaharian
pengejaran legitimasi publik, gengsi pada relasi yang -c
lebih
berhaji,
dulu
oriented)
dan
berorientasi
kepentingan lainnya
politik yang
pada
dan sudah
(polit ieal
bersifat
profan.
Sebab, orientasi yang bersifat profan ini yang di kontruksi, maka
yang
diperolehnya
adalah
haji
jabatan
dan
haj i
bumi,
yaitu
prestise. Tempat "Baitullah" merupakan
(Rumah/tempat tempat
tendensinya menuju
yang di tuju umat islam seantero
suei
berkomonikasi
(fithrah).
karen a
Allah)
d e rig an
itu
niat
juga harus difithrahkan,agar perjalanan
ketempatnya
itu tidak metafor yang
atau religi
tidak
bermakna
haji
merupakan
bagi bangunan islam. B. Ked"dnkan Ibadah tlaii dalam Syarj 'at Islam Seperti
kita
maklumi, bahwa
ibadah
rukun
islam
yang kelima. Bgi umat islam yang
telah
wajib
melaksanakannya sekali dalam seumur hidup.
mampu
Kewajiban
itu dijelaskan dalam AI-Qur'an surat Ali-Imran,97: Mengajakan ibadah haji merupakan kewajiban manusia terhadap Allah. yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan pejalanan ka Baitullah. Oan barang siapa mengingkari (kewajiban haji), IDaka sesungguhnya Allah maha kaya dari semesta alam (Oepag RI, 1986:92).
15 Rosulullah SAW bersabda sebagai berikut : Dari Ibnu Abas r.a dia berkata Rosulullah SAW bersabda : Sesunggunya Allah mewajibkan haji atas kamu sekalian. Lalu Agru bin Habis vertanya : Apakah setiap tahun wahai Rosulullah, beliau menjawab: seandainya saya j awab ..set iap tahun maka sunggu h waj ib set iap tahun. Haji itu hanya sekali. Mana-mana haji yang lebih dari sekali itu,maka haji itu menjadi sunat(HR>Al-shohih muslim dari abu hurairah. Penterjemah Abu Bakar Muhamad, (1991 : 723). tentang
kedudukan
ibadah haji dalam
syari'at
islam
telah cukup transparan. Dan ibadah haji menjadi begitu penting
dalam
pelakksanaan
syari'at
ibadah
islam,
haji bisa
mengingat membentuk
secara
efeksi
manusia
menjadi
manusia yang ber wawasan luas, keyakinan terhadap agama
semakin
solidaritas
kokoh, rasa sosialnya sosialnya
semakin
semakin
mantap
amat
kebenaran
tinggi
rasa d ap at
sehingga
melahirkan semangat ukhuah islamiyah yang hakiki. Sedemikian syari"at
islam,
merasaberkecukupan sesegera
pentingnya
kedudukan
sehingga dan
bagi
wajib
haji yang
seseorang
kemampuan
mungkin dan tidak boleh
ibadah
dalam telah
melaksanakannya
ditunda-tundalagi
(sayid
sabig, 1990 : 45) pendapat tersebut dilegitimasi oleh sebuah hadis
yang
b e r f ku t "
...
~ _
diriwayatkan
oleh imam
Ahmad,
yaitu
sebagai
: '7J / _ ,
.... .-
.........
~ ....-
..
>
....
J....
.........
........".,.,
.el,)~~ ~y~eJl\~u;J'_1L·-U;~0\~ , ....
-'
..... ,-'
,,-.....,..,
r 'c: ~~~ ~ r0
..JL-.P
.-'
.............
~10;l!
Dari Ibnu Abas, telah b~rsabda Mabi SAW hendaklah kamu bersegera mengerjakan haji, karena seseorang tidak mengetahui akan suatu rintangan yang ne r t n t ang i ?. (ri e p ag RI, 1989: 21).
,
,.,,,.,.,
-' --.P '
Juga d i du kung oleh had i s berikut ini : .P - .....
't_
";..J'
»<>
. . . ,.)". .. -"''' ....
~.; ~l ~-' ~)l' £.-..Pr_v\;" eJ',l ~ ~.ll >~A,~ '/,., ..., - ~.s::::;:" . ~l]., ,->,...- ~
;tI'llJ'r: ... ."
Siapa yang telah ingin (telah mempunyai kemampuan) melakksanakan ibadah haji, maka hendaklah ia segera mengerjakannya, karena kadang-kadang dia jatuh sakit, kendaraan berhalangan dan keperluan lain (sayid sabig, 1990 : 45). Ditinjau ibadah-ibadah
dari
segi superiorritas
lainnya,
ibadah
haji
ibadah
memiliki
haji
dari
keistimewan
sebagai berikut : a. Merupakan amalan yang paling utama. Hadis yang diterima dari abu hurairah. ra
......,.., . .?_,,- ,. _
-Jk
_" -'I
... ..,
~
:.
-rJ,.
~
",.
rj , Zs-t ~~-' ~~IJ..,.. ...~'_t~. -...)~ ./
".
~.P'
.....
#t
" - ' """"..".:;
J'"..,.
".".
,
...... ,. .....
~~\;~ ,r~ ~~/-i~~-'~lL>~~--l1;.Je;' ,. ""
~
"
",
.~;;-;t~(;~ \;L ~ ..J-~ AJ~~
,
,...
/lid\
.",
Rasulullah SAW, ditanya: amal(perbuatan) apakah yang paling utama ? maka jawabnya : yaitu "beriman kepada Allah dan Rasul-Nya" tanya orang itu Lag i "kemudian apa? Rasul menjawab: "kemudian Jihad (berjuang) d i J a Lan Allah". Ditanya pula: "Setelah itu haj i mabrur". Hadis yang diterima dari Aisyah ra.
18 Dari Aisya Ummul mukmin ra. ~ahwa dia pernah bertanya Ya Rasulullah . kami berpendapat jihad itu amal yang paling utama, apakah kami tidak boleh b e j i had ? beliau menjawab : "Tidak, tetapi jihad yang paling utama adalah haji yang mabrur (H.R.AlBukhori). (Peterjemaah Abu Bakar Muhamad). b. Sebagai pengapus dosa Keutamaan dari ibadah haji bahwa ibadah itu ibadah
merupakan
yang dapat melebur dosa-dosa yang melakukannya.
Hal
ini secara jelas dinyatakan dalam sebuah hadis yang diterima dari Abi Hurairah ra, bawasannya Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa mengejakan haji dan tidak meneampur pada waktu terlarang , sertapula tidak berbuat maksiat, maka ia akan kembali seperti saatia dilahirkan ibunya CHR Bukhori). CA. Nasir Yusuf, 1985 7). Ditanyakan pula dalam hadis lain : ~
....
..J
~
.f.J
n" _
~
..,.Pa_.I'
..-'
-
-
""., .....;
....
.,-
,-~;~)I h ~4J\-t~---.) ~d ~ ~I L;:j OJ:y\ ~ ~
~~./;i,'
i3; G~~ Ct :;~:Gil -:~i~\~\:-JC iZt \ .
/~
-v \
~- -"-I
-:» / \
sy~~
Dari Abi Hurairah ra, bawasannya Rasulullah bersabda : "Umr ah ke. umr ah i tu penghapusan dosa antara k edu anv a . Dan haji yang mabrur tidak lainganjaran baginya keeuali surga (muttafag alaihi) (penterjemah Abu Bakar Muhamad) . Ada menurut
beberapa sebagian
pendapat mengenaikriteria ulama mabrur itu ialah
haji
haji
yang
mabrur tidak
bercampur dosa sedikitpun. Pendapat ini diakui pula oleh Annawawy. haji
yang
nagbul. haji
--
'.. .'c,'''''. ','''',,-,',,,,.'
,.
ada pula yang berpendapat bahwa haji mabrur diterima (magbul). jadi
mabrur
Ada lagi yang mengaLakan bahwa haji
identik
dengan
mabrur
adalah
"perubahan t Lng k ah Laku " dari sifat-sifat
_
~------~---
adalah
yang
tidak
19 baik
menjadi
yang
lebih
baik dan dari sifat yang baik
baik lagi., setelah
seseorang
menjadi telah
sifat
bertitel
haj i. Ketiga
pendapat
diatas ..
esensinya
pendapat
yang
dikomprornikan secara
mengenai
adalah
identifikasi
sama,
karena
haji
masing-
secara lahiriysah nampak berbeda satu
cermat.
sama lain.
sarna
sekali
Bahkan tidak
mabrur
kalou
ada
masing
itu
dapat
diperhatikan
perbedaan
sebab
identifikasi haji mabrur rnenurut pendapat terakhir bisa juga merupakan
aktualisasi dari
yang
dikemukakan
tidak
bercampur
identifikasi-identifikasimabrur haj i
sebelumnya. dengan kata lain. dengan dosa itu
wujudnya
bisa
perubahaan
tingkah laku pada diri seseorang haji.
pula
maqbul itu indikasinya adalah
yang
adanya
yang
berbentuk Dernikian perubahan
sikap dalam diri seorang haji tersebut. c. Dalam ibadah haji akan terkabul segala permohonan. Al-Ghazali dalam asrarul hajj (t.t mengilusterasikan.
muqarrabin
pernah
terkasafkan bagaimana sesosok iblis dipadang Arafah.
Ketika
itu
adalah seorang ulama
14)
mewujud dalam bentuk manusia yang kurus dan
pucat
dan
dalarn keadaan menangis dan punggungnya bungkuk. "merig apa erig kau nen ang i s
i
wa ha i iblis ? tanya ulama
Aku menangis karena orang-orang rnengerjakan
ibadah
haj i d eng an n ia t ikhlas, t idak bercampur derig an kepent ingankepentingan menangis
kapitalistik aku
khawatir
dikabulkan jawab iblis".
apa segala
pun. Dan
yang
permohonan
membuat rnereka
aku akan
2d '.
Adalah maqbul (logis) bila permohona orang yang tengah melaksanakan
ibadah haji akan dikabulkan, sebab tanah
Mekkah terutama yang termasuk tanah haram merupakan tempat
yang
diagungkan
Allah
(sya'airill'lah)
suci
tempatsekaligus
merupakan tempat-tempat dimana Allah akan mengabulkan orangorang
yang
berdoa ditempat itu (makam
saja
tentu
banyak
waktu-waktu
ijabah),
disamping
dikabulkannya
segala
permohonan (sa'atul Ijabah), dengan demikian, adanya tempatijabah
tempat
di
tanah
suci
merupakan
kehususan
dan
keutamaan tersendiri dari Allah SWT. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda : ...".....
.,
J'
J
/
~
..... "
................",
3
""
J ........
",.,.r ...... .-P ~ .......
.,
~ LG\ ~.) L:.. V\,o .)~jJ '->-:.7 j.s:-,,<:\\I' vV-' .) \;~~ C' ' f1..J'
.J
"p ....
~
.,. /
.~/
........
.»
'7
........ '"
..
" .....
1'77......\ ........
~
..J1
~
J"
..
,/
• \
~ ~ ~Sj \~ ~-1';~) V~ \*'/" O!,,~'·>Y.£ Orang-orang yang sedang berhaji atau berumrah, adalah tamu-tamu Allah dan para penziarah rumahNya; Jika mereka meminta dari-Nya sesuatu niscaya Ia akan memberi kepada mereka memohon ampunan dariNya. niscaya Ia akan mengampuni mereka, Dan jika mereka berdoa kepada-Nya, niscaya Ia akan mengabulkan-Nya. Dan jika mereka bersafa'at (memintakan sesuatu untuk orang lain) kepada-Nya. niscaya Ia akan menerima syafa'at-Nya "(HR, Ibnu Majah), Berdasarkan keutamaan
dari
hadist
di atas semakin
pelaksanaa~
ibadah
jelaslah,
haji
adalah
bahwa mudah
dikabulkan segala permohonan (doa) lllanakaia disampaikan pada saat melaksanakan ibadah haji, Bahkan. barang kali dari
aspek
normatif
seperti
itu,
sehingga
ada
bertolak semacam
21 kebiasaan
di
kalangan orang-orang desa
menitif
doakan
kepada
orang-orang yang akan naik
jarang
nitip doa tersebut diembel-embeIi dengan
untuk
haji,
yang
haji
oleh Allah
bahwa
sesuatu untuk orang lain (syafa'at)dalam
disamping
boleh dan sah-sah saja juga
tak
penyerahan
uang, sebab memang , dalam had its itu juga dijelaskan memintakan
di
akan
ibadah
diterima
svr .
c. Macam-Macam Haii Dalam
mengedepankan
persoalam macam-macam
haji
ini
akan dilihat dari dua segi, yaitu : a. Menurut hukumnya : 1. Haji wajib ; yaitu pelaksanaan haji yang pertama
kali
atau karena nadzar. 2.
Haji
sunnah
kesempatan
; yaitu pelaksanaan
ibadah
berikutnya baik untuk yang
haji
kedua
pada
kalinya
atau selanjutnya, sesuai hadist yang diriwayatkan oleh Abu daud dan An-Nasa'iy dari Ibnu Abas ra,
"..
~.0J"~:'X·..Jti U<>t: C;' fC.;~\ ";){ ~ ..:v\~: C..;;\~ -'... ... - ' - ? -
"
~
...",.", r s> ,,- ......... """' ... -&-
........
~
... ""
"'-J.#':. "{'"
.e';,·-*'),;,,;~..A:";;;Y'.-J-·
~./
,"'"
~:;-.(
, ....
\.;:~~",OY.7 t'
J
~
J
.~
~
.... \"l.,.oO
.)~~~\
Dari Ibnu Abas ra, bawasannya agra bin Habis berkata : 1a Rasuiullah apakah haji itu wajib dikerjakan tiaptiap tahun, ataukah cukup satu kali saja? rASULULLAH saw menjawab : "Ya yang wajib hanya satu kali saja, maka barang siapa yang menambahnya , maka itu sunnah" (Moh. Rifs'i, 1978 :373). b.
Menurut cara mengerjakannya :
<.
1. Ifrad baru
; yaitu mengerjakan amalan haji kemudian mengerjakan umrah, tanpa
lebih
dahulu
membayar
dam
dengan
cara
(denda dengan menyembelih kurban;.
2. Tamattu
; yaitu mengerjakan ibadah haji
mengerjakan kemudian
ibadah
mengerjakan
umrah
ter
lebih
dahulubaru
amalan ibadah haji,
dan
harus
menyembelih hewan ( membayar dam) .. hal ini berdasarkan firma
Allah
dalam Al-Qur'an surat
AI-Baqarah,
ayat
196.
",' .Apabila kamu telah merasa aman, maka barang siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji sebelun waktu bulan haji, wajiblah menyembeli hewan kurban yang mudah didapat, tetapi jika ia tidak menemukan maka wajib berpuasa tiga hari dalam musim haji dan tujuh hari lagi setelah kembali kekampung, , ,"(Depag 1986 : 4),
RI,
Dalam ayat diatas menyatakan bahwa bahwa haji
tamattu
wajib membatar "al-hadyu", yaitu men y emb e Li h seekor
kamb i rig
atau
domba. Lain halnya dengan haji ifrad. Lalu apabila
mutamatti uang
(orang yang ber-tamattu) tersebut tidak
memiliki
untuk membeli domba, atau ia tidak menemukannya,
Alah dalam ayat (masih dalam ayat itu)memberikan dengan
kewajiban
sepuluh
membayar
kifarat,
yakni
si
maka
alternatif
puasa
hari dengan cara tiga hari di musim haji dan
selama tujuh
hari lagi setelah kembali ke tanah air, Niat yang diucapkan oleh orang yang ia
berada
ber-tamattuketika
di miqat makani (Bir Ali, Yalamlam
atau
tempat
miqat yang telah di tentukan bagi jema'ah haji), adalah :
<:> ;..11
23 ".., ; ;
--:".P .).
.8~~Cd::-~
"Ya Allah aku periuhi panggilan-Hu untuk menuneikan ibadah umr ah". (Dpag RI, 1989 : 20). Henurut pendapat Ibnu Abas dan imam Abu Hanifah, .
}
tamattu luar
itu hanya boleh di lakukan oleh jema'ah
p endudu k Makkah (Tanah Haram). Sed ang kan
Asy'syafi'i
dan
Imam Ahmad bin
Hambal
haji
dari
Emam
Halik,
berpendapat
bahwa
boleh saja orang Hakkah berhaji tamattu. Perbedaan
pendapat tersebut bermuara
pada
perbedaan
dalam menentukan musyar-iJajhj (yang diisyarati) oleh kalimat Lsva r a t
"dzalika" y an g ad a dalam firma Allah surat AI-Bagarah
ayat 196 yang berbunyi
.r:":.:1 \' -;\s:~ L"c;v'--f~ ~~~ ~~.6:.~ ~ l' .... ~
"Yang demikian itu, bagi yang keluarganya tidak ada di sekitar Hasjidil Haram". Ibnu ilajbi
Abas
dan
Imam Abu
Hanifah
menentukan
dzalika kepada haji tamattu. Sedangkan Imam
mllsyar Safi'i,
Halik danImam Ahmad bin Hambal menetapkan musyar ilaihi "dzalika"
itu
kepada wajibnya kurban
atau
berpuasa
dar b ag i
orang ber-tamattu. (Huebtar Adam, 1993 : 52). 3. Qiran; satu
yaitu mengerjakan ibadah haji dan umrab amalan
danniat, dan bagi dam. Dalam
yang
batasan
dalam
mengerjakannya
barus
membayar
praktisnya
giran
itu niat mengerjakan haji dan umrah
hari
sekaligus,
sedangkan earanya denga meneukupkan amalan baji. Dalam
pernyataan
senada
Sayid Sabig
(1990
memberikan batasan, bahwa yang disebut baji giram itu
104) ialah
, apabila makani
dirangkapkan
antara haji dengan umrah
(Bir Ali, yalamlam at au yang telah
j ema . ah haj
miqat
ditemtukan
bagi
i) .
Orang keadaan
dari
yang melaksanakan haji qiram harus tetap
ihram
hingga
selesai
amalan
haji
dalan
sebelum
ia
melakukan thawaf, ucapan niat dalam haji qiram adalah :
"Ya
Allah.
aku penuhi panggilan-Mu
untuk
melakukan
ibadah haj idan umr a h" (Moh. Za i.nud i.n, 1992 : 12).
Svarat-svarat Waiib tlaii
d.
Yang bergantung adanya
dimaksud kepada
dengan
syarat
sesuatu
yang
(masyrut).
Tidak
ialah
adanya yang disyarati
syarat, maka tidak adanya masyrut.
(muchtar
1983
:148). Syarat itu menurut AbdulWahab Khollaf
118)
keliar dari subtansi sesuatu yang
Hal
Yahya. (1968
disyarati(masyrut).
inilah yang membedakan antara RUkun dan syarat,
rukun
merupakan
bag ian integral
dari
subtansi
dimana
(hakikat)
masyrutnya.
Dengan wajib
haji itu ialah suatu keadaan yang
pelaksanaan Keadaan
demikian maka dapat dianalogikan bahwa
ibadah
tersebut
haji. dan bukan lebih
merupakan
tergantung
bagian aspek
syarat
dari
kepada
padanya.
subyaktif
bersifat kondisional psikologis maupun kapabilitas
yang
lainnya.
, Dengan
kata
lain,
maupun
ketentuan
syarat wajib haji
itu
yang harus dimiliki aleh
adalah
keadaan
seseorang
yang
261) menyebutkan
lima
hendak melakukan ibadah haji.
Sayyid Abi Bakr (t.t : juz II maCam syarat wajib haji, yaitu :
1. Mus lim.
2. Mukallaf; yaitu orang Yang sudah dewasa dan berakal. 3. Merdeka
dan
oleh karenanya tidak diwajibkan
bagi
anak
kecil, orang gila dan hamba sahaya. 4. Istitha"ah/mustathil. -5. Aman dalam perjalanan.
ad-. 1. Menurut pensyarah Fathul Mu"in (Sayid Abi Bakr,
tanpa
tahun juz II : 281), pada garis besarnya istitha'ah itu dua
macam, yaitu 1. Istitha'ah MubAsyarab, yakni
kemampuan
yang berhubungan dengan kondisi pisik dan meterial, dan Istil:ha"ah
ada
lll. inabati al-ghair"anhu, v a i t u kemampuan
2. han ya
berdasarkan pertimbangan meterial seruata-mata. Istitha"ah
dalam
jenis
pertama
sebagai berikut : a. Ada biaya untuk pulang pergi; b. Tersedia alat trasport;
c. Aman diperjalanan; d. Ada muhrim yang pergi bagi wan ita;
meliputi
halOhal
25 e. Ada atau cukup bekal untuk ke1uarga yang ditinggalkan; f. Khusus bagi yang buta tersedia qaid (penuntun). Mengenai
~
istitha'ah
jenis kedua
dapat
dilaksanakan
dengan meng-hajikan orang
yang sudah meninggal dunia dengan
kekayaan
dan ini
oleh
ahli
warisnya. Bila mana ia tidak meninggalkan harta pusaka
yang
cukup
peninggalannya.
dilaksanakan
perjalanan haji, maka sunat bagi ahli warisnya
untuk
meng-hajikannya, bahkan boleh juga dilakukan oleh orang lain (bukan ahli waris) walaupun tanpa izin ahli warisnya. Imam ulama
Syafi'i Ahmad bin Hambal, Imam Hanafi
Fiqh
lain seperti ats-tsauri, Ibnul
dan
mubarak,
serta sebagian sahabat seperti Ibnu Abas danZaid bin berpendapat dan
dikala
me1aksanakan
bahwa meng-hajikan yang sudah ia
masih
hidup
memiliki
para Ishak Tsabit
meninggal kemampuan
haji, maka hukumnya wajib, baik
dunia untuk
ia
berwasiat
maupun tidak, karena mereka menganalogikan kepada
kewajiban
membayar utang (A. Nasir Yusuf, 1985:24). Mereka beralasan kepada hadist dari Ibnu Abas ra, Sesungguhnya telah datang wanita dari (suku) Juhainah kepada Nabi SAW, seraya berkata "s e sun ggu hny a ibuku telah bernadzar untuk menunaikan ibadah haji, tetapi sebelum beliau sempat me1aksanakannya beliau wafat, Bolehkah saya meng-haj Lkan nya ? Nabi SAW bersabda: "Haj i k an lah dia olehmu, dan bagaimana pendapatmu seandainya ibumu mempunyai utang, bukankah kewajibanmu untuk membayarnya ? bayarlah olehmu karena hutang kepada Allah harus Iebih diutamakan untuk dibayar. (H.R.Bukhori dan an-Nasa'i). (A. Nasir Yusuf, 1885: 24) . Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa kebolehan menghajikan
orang
yang
telah
meninggal
itu
apabila
ia
27 '.
berwasiat
untuk
berwasiat,
maka
dihajikan,
sedangkan
tidak ada kewajiban atau
jika
tidak
ia
kebolehan
untuk
menghajikannya (An-Nawawi, t.t.juz VII :91-91).
Perlu
juga dikemukakan, bahwa
disamping
terdapatnya
para
ulama yang memperbolehkanmenghajikan orang
yang
masih hidup lantaran udzur maupun ia
dunia,
terdapat
lain
sudah
pula sebagian ulama ahli fiqh
memperbolehkan menghajikan orang lain, dengan
baik
meninggal yang
tidak
alasan-alasan
sebagai berikut : 1. Hadist-hadist
di
atas
viliditasnya
lemah,
di
k ar e n a
anggap bertentangan dengan nash-nash yang qath"i dari AIQur"an.
"Dan sesungguhnya tidak ada bagimu!manusia (pahala atau , dosa) kecuali apa-apa yang dia usahakan sendiri (QS,
Al-
Qur"an, 53 :39) .
... " ... Dan
tidaklah s e o r arig berbuat dosa meLa i nkan
kemudha
ratannya kembali kepada diri sendiri, dan tidaklah seseorang
menanggung
dosa
orang lain
.. ,"(QS
AI-An"s.n,
6
:164).
2. Nabi
SAW, telah menjelaskan secara tegas,
jika
manusia
meninggal dunia maka putuslah semua amalnya kecuali
tiga
perkara
(hal) saja, sebagai mana dalam'hadits
dari
Abi
Hurairah ra, ,/ ,/ ""
d..?..l.P
~ .
'
..,. -
•
<,.
uYl:" L-V>l'j) ~ /'
J1/""''''''
""
'-'''
.1';
• ...,. ..,. ~
r- ,
~\/' ('; LJ~uU~,""
I ,,-
~ L,-
. ~; ~ LL; );") -':J tT::';:;\
Mabi SAW, bersabda "apabila seorang anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara (hal) yaitu : shadaqah, jariah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang sahleh mendoakan kepada kedua orang tua nv a'", (HR. Muslim).
3. Jika
hadits
tentang kebolehan
menghajikan
orang
dianggap shaheh, maka hanya shahih senadnya saja kan
matanya
nash-nash Kemudian
lemah karen a dianggap
qath'i
baik
tsubut-nya
sedang-
bertentangan maupun
penjelasan yang dikemukakan
oleh
lain
dengan
d i La La hnva .
asy-syaukani
(tt, jilid IV : 319) dalam nailul autharnya. Menyinggung pendapat
dari
persoalan
istitha'ah
tersebut,disamping
Sayid Abi Bakr yang telah
penulis
paparkan
tadi ada dua pendapat lagi yangperlu penulis paparkan walaupun kedua pendapat berikut esenseinya tidaklah
tadi, berbeda
dengan pendapat tadi, yaitu sebagai berikut Imam
syfe'i
dan
Imam
Abu
Hanifah
menyederhanakan
batasan paradigma istitha'ah sebagai berikut I, Memiliki ongkos untuk ONH (ongkos naik haji) 2, Biaya untuk keluarga yang ditinggalkan dalam melaksanakan ibadah haj i 3. Biaya-biaya lain untuk sewa tempat tinggal @an keperluaan akomodasi lainnya (Abdurrahman Al-jaziri, jilid I
:632),
Semen tara itu Syaig bin Sabig (1990 : 531-532) takan
bahwa
istitha'ah
itu
sekurang-kurangnya
menya-
mempunyai
empat ketentuan, yaitu :
1. Sehat jasmani (kuat);
2, Perjalanannya
menjamin
keamanan jiwa
dan
harta
oalon
haj i; 3. cukup
bekal
(ongkos)
baik
untuk
kepentingan
dirinya
maupun keluarga yang ditinggalkan dan 4. memiliki ongkos naik haji.
E.
Rukun dan Kewa i iban li.aii. Biasanya.
perkataan
rUkun dan
wajib
sama
tetapi dalam pelaaksanaanya ibadah haji berbeda,
artinya. perbedaan-
nv a adalah : 1. Rukum v a i t u suatu perbuatan yang ap ab i la t idak d i Laaku kan
akan menyabakan tidak sah hajinya. Dan ketidak dilakukannya perbuatan itu tidak diganti dengan dam. 2. Wajib tetapi
dalam
ibadah haji adalah
yang
harus
dikerjakan
sahnya itu tidak tergantung atasnya karena
boleh
diganti dengan dam, yakni dengan menyembelih binatang.
a , Rukun li.aii. RUkun haji ada enam perkara. yaitu : 1. Ihram ; yaitu berpakaian ihram, dan niat ihram dan haji.
2. Wuquf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.
3U
, 3. Thawaf ; yaitu thawaf untuk haji (thawaf ifadah). 4. Sa"i
yaitu lari-lari kecil diantara Shafa
dan
Marwah
sebanyak 7 kali.
5. Tahallul
yaitu mencukur atau menggunting rambut
sedi-
kitnya tiga helai. 6. Tertib
; yaitu dari rukun ke rukun
dilaksanakan
secara
berurutan. (Moh. Rifa'i, 1978 : 387). b. Kewainban Haii Kewajiban haji
yang apabila tidak
dikerjakan
harus
diganti dengan dam, ada enam perkara yaitu 1. Ihram dari Miqat (tempat yang ditentukan untuk memulai haji). Maka barangsiapa yang melampaui miqat tanpa berihram, diwajibkan membayar dam (denda) seekor domba. 2. Melempar Jumrah. Barangsiapa yang tidak melakukannya diwajibkan membayar dam. 3. Meneruskan wukuf di Arafah sampai setelah matahari terbenam. 4. Menginap (mabit) di Muzdalifah. 5. Menginap (mabit) di Mina. 6. Thawaf Wada (Thawaf perpisahan sebelum meninggaalkan Mekkah) . F. Sunnah l::l..a.ii Ada delapan macam amalan yang termasuk sunnah haji yaitu 1. Ifrad ; yaitu mendahulukan urusan dahulu baru mengerjakan umrah. 2. Membaca Talbiyah sebagai berikut :
haji
terlebih
"Aku menyambut panggilan-Mu, aku meny ambu t. panggilan-Mu. Tidak sekutu bagi-Mu, aku menyambut panggilan-Mu, segala puji dan segala nikmat bagiHu , juga sekalian k e ku es aan tidak sekutu bagi-Mu". 3. Thawaf Qudum; yaitu thawaf yang dilakukan ketika datang permulaan di tanah suci. 4. Shalat sunat ihram 2 (dua) rakaat seusai wuquf. Lebih utama dibelakang makam Mabi Ibrahim as.
3][ 5. Bermalam di Hina pada tanggal 10·Dzul-Hijjah. 6. Thawaf Wada; yakni thawaf yang dikerjakan setelah selesai ibadah haji untuk memberi selamat tinggal bagi mereka yang keluar dari Hekkah. 7. Berpakaian ihram dan serba putih. 8. Berhenti di Masjidil Haram pada tanggal 10 DzuHijja.h (Moh. Rifa'i, 1978: 380). G.
Kronn)ogj Ef.;lBksafl8an IbadBh liaii.
Yang dimaksud pasal ini adalah mengenai prosesing cara-cara dengan
menunaikan ibadah wada pada jaman Rasulullah
para
sahabat dan istri, dari
sejak
memasuki
dan SAW kota
Hekkah hingga kembali. Kronologis pelaksanaan dan cara-cara menunaikan ibadah haji terangkum dalam hadist Mabi SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Jabir ra. sebagai berikut :
____, . _ c
_'.,
_·.''-h~_
_
.
-c
.~
· Dari Jabir bin Abdullah ra. sesungguhnya Nabi SAW, menunaikan ibadah haji, lalu kami keluar bersama beliau, sehingga tatkala kami tiba di Dzul-Hulaifah, maka Asma binti Umais melahirkan, lalu.beliau bersabda mandilah engkau dan pakailah cawat dengan selembar kainmu dan bersiramlah, kemudian beliau menaiki "Qaswah"nya (nama ontanya), sehingga tatkala beliau berada di Baida', maka beliau mengeraskan suara dengan nembac a "Talbiyah Tauhid" (yang ar t i nva ) : Saya penuhi panggilan Engkau ya Allah, saya penuhi panggilan Engkau, saya penuhi panggilan Engkau, tidak ada sekutu bagi Engkau, saya penuhi panggilan Engkau, tidak ada sekutu bagi Engkau, saya penuhi panggilan Engkau. Sesungghnya pujian nikmat itu dan kerajaan itu hanya milik Engkau. Tidak ada sekutu bagi Engkau. Sehingga setelah kami tiba di Baitullah maka beliau mengusap "Hajaru Aswad" (batu hitam). Lalu beliau lari-Iari anjing tiga kali dan berjalan empat kali (mengelilingi Baitullah). Kemudian beliau datang ke makam Ibrahim lalu beliau shalat; dan beliau kemali lagi ke Ka'bah lalu merigu s ap "Hajarul Aswad", kerrmdian beliau keluar dari pintu menuju Shafa itu, maka beliau membaca "Sesungguhnya Shafa dan Karawah itu bagian dari syiar-syi'ar Allah", Mulailah dari yang disebut lebih dahulu oleh Allah. Lalu beliau naik ke $hafa sehingga melihat Baitullah, lalu setelah beliau menghadap ke kiblat, maka beliau membaca kalimat tau hid dan takbir s e r ava men gu c ap k an : "Tuhan hanya Allah yang Esa, tidak sekutu bagi-Nya. Hanya bagi-Nya segala kerajaan, hanya bagi-Nya pujian itu dan Dia itu, atas segala sesuatu Maha Kuasa. Tuahan hanya Allah, Dia telah menepati janji-Nya, telaahmenolong hamba-nya dan telah membinasakan golongan-golongan musuh sendirin-Nya. Kemudian beliau berdoa antara itu tiga kali. Kemudian beliau turun dari Shafa menuju Karwah, sehingga tatkala kedua kakinya sudah menginjak tengah-tengah lembah itu, maka beliau bersa'i, sehingga tat kala beliau sudah naik, maka beliau berjalan menuju Karwah, Lalu beliau berbuat di atas Marwah itu sebagimana yang beliau lakukan di atas Shafa. Dari perawi hadist itu menyebutkan hadist itu selengkapnya, yang isinya Ketika tiba hari Tarwiyah, maka mereka berjalan menuju ke Kina, Nabi SAW menaiki kendaraannya lalu ditempat itu, beliau shalat dzuhur, ashar, magrib, isya dan shubuh. Kemudian beliau berhenti sebentar hingga matahari terbit, lalu beliau meneruskan perjalanannya hingga ke "Arafah", Lalu beliau dapati kemahnya yang sengaja dibuatkan baginya di Namira, Lalu beliau singgah disitu hingga tatkala matahari tergelincir, mak a beliau suruh s i ap kan "Qaswah" lalu kendaraan itu disediakan baginya, Lalu beliau datang ke tengah-
35 , tengah lembah itu dan berkhutbah ditengah-tengah manusia itu. Kemudian adzan dan iqamat"-·. lalu beliau shalat dzuhur. ·o·.Kemlld-ian setelah iqamat lagi lalu b~liau shalat ashar, dan beliau tidak shalat antara keduanya sedikitpun. Kemudian beliau naik kendaraan melanjutkan perjalanannya hingga beliau tiba ditempat "Wuquf". Lalu jadikan perut onta "Qaswah"nya itu merapat ke batu-batu bunggul, dan beliau jadikan penghubung bagi orang-orang yang jalan kaki dihadapannya, dan beliau menghadap Kiblat. Beliau senantiasa wuquf itu hingga terbenam matahari dan awan yang kuning hilang sedikit dan sempurnakan kendali ontanya, hingga kepala ontanya itu menyentuh tempat duduk kenderaan itu. Beliau memberi isyarat dengan tangan kanannya seraya berkata Wahai manusia perlahan-Iahan. Setiap sampai tempat bergunung, maka beliau kendorkan kendali kendaraannya sedikit, hingga ontanya jalan mendaki hingga beliau sampai di Muzdalifah, beliau shalat ditempat itu shalat maghrib dan isya, dengan sekali adzan dan dua iqamat.beliau tidak mengucapkan tasbih antara keduanya sedikitpun. kemudian beliau berbaring disitu hingga terbit fajar. Lalu beliau shalat shubuh tatkala sudah nampak waktu subuh dengan sekali adzan dan sekali iqamat. kemudian" beliau meneruskan perjalananya hingga tiba di Masy'ari-Haram. lalu beliau menghadap Qiblat, berdoa, bertakbir dan membaca talbiyah. Beliau tetap senantiasa berhenti ditempat itu hingga sudah terang sekali. Lalu beliau bertolak dari situ sebelum matahari terbit, hangga setelah beliau berada ditengah lembah "Muhasisr" . Lalu beliau percepat perjalanannya sedikit. Kemudian beliau menempuh jalan yang tengah yang menuju ke Jumratul kubra, haingga beliau datang ke jumrah didekat pohon, lalu beliau melempar jumrah itu dengan tujuh kali batu kecil ( kerikil), sambi I beliau takbir pada setiap kali melempar satu batu. Setip biji batu sebesasr kerikil lemparan biasa, yang beliau lemparkan dari tengah lembah itu, kemudian beliau berpindah ketempat sembelihan kurban, lalu beliau menyembelih kurban itu. Kemudian beliau naiki kendaraannya menuju Baitulah, lalu beliau shalat dzuhur di Hakkah. (penterjemah, Abu Bakar Muhamad, 1991 :775-780). berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Jabir ra, H.U
Saifudin ASH (t.t. diktat manasik haji),
kronologis
pejalanan ibadah haji wada yang
Rasulullah SAW, beserta sahabat dan istrinya.
menggambarkan dilakukan
oleh
56
Kronologis Perjalanan Ibadah Haji Wada Rasulullah Saw, Beserta Shahabat dan Istrinya
No.
Hari
1.
ke 1
Tanggal
Kegiatan
Tempat
Mengadakan perjalanan
Dari madi-
memakai Qaswah
nah menuju makkah
...,
~.
-".
Menunaikan Shalat se-
Dzul-Hulai
belum ihram
fah
Mulai miqat dengan
Baida (su-
membaca Talbiyah
atu tempat kawasan Dzul-Hulai fah) menuju Makkah
4.
Dalam perjalanan tidak
_11-
berhenti membaca Talbiyah berhenti ketika melihat ka'bah 5.
Masuk Masjidil Haram
Makkah
melalui BabAby-Syaibah 6.
Istilam dengan menja-
Masjidil-
mah Hajar Aswad
Haram Makkah
7.
Melaksanakan thawaf
_11-
8.
Selesai thawaf langSU-\
_11-
ng menuju maqam NabiIb~ahim
As, Sambil me-
mbaca
9.
Shalat dua
~akaat
di
belakang maqam NabiIb~ahim
Ill!.
Ha~am
Mak-
kah
As.
Istilam lagi kepada
_11_
Aswad
Haja~
11.
Masjidil
Kelua~ da~i
_u_
Masjidil
melalui Bab-Sha-
Ha~am
fa 12.
bukit Shafa meng- Suatu tem-
Nai~,
pat ka",asan Masjidil
Ha~am
DiBukit Shafa mengha- Suatu temdap Qiblat membaca ta- pat kawatahlik 7 kali
kbi~,
dan
14.
Sa Ii
15.
dil
be~do'a
Tu~un
san Masji-
untuk melakukan
Ha~am
_"_
menuj u MarvJah
Tatkala kakinya menginjak lembah
_"-
be~la~i
sampai ujung lembah. 16.
Naik ke Bukit dengan
ca~a
Ma~wah
sepe~ti.
-"-
, yang dilakLlkan menujLl
SLlatLl tem-
Shafa hal ini dilakLl-
pat kawa-
kan 7 kali, selesai
san Masji-
Sa'i ada shahabat yang dil haram diperintah TahalLll.
17.
1 Haji 8 DZLllHijah
MenLljLl Mina LlntLlk ma-
Mina
bit (bermalam) di sana shalat DZLlhLlr, Ashar, Maghrib,
Isya dan ShLl-
buh ,
18."
2 Haji 9 DZLllHijah
19.
_'1_
_11-
Setelah terbit mataha-
Antara
ri RasLll dan Shahabat
Mina dan
menLljLl Arafah
Arafah
Istirahat menLlnggLl
Namirah
tergelincir matahari. 20.
_11-
_11-
Memberikan khLltbah
Lembah Arafah
21.
_11-
_11-
Waktu DzuhLlr diadakan-
Arafah
adzan dan iqamat, Shat,
lat dZLlhLlr dan ashar di jama taqdin dan qashar. 22.
_11-
_"-
MenLljLl tempat wuqLlf
Arafah
hingga matahari terbe-
dekat Ja-
nam.
bal Rahmah
3Q 23.
3 Haji Masuk Ta-
nggal 10
24.
dalifah.
Anta.-a A.-afah dan Muzdali-
jah
fah
3 Haji 10 Dzil-
_11_
_11_
I
Dzul Hij-
HU j ah
25.
Be.-angkat menuju Muz-
Mabit (be.-malam) hing-
Muzdali-
ga waktu faja.-
fah
Melaksanakan shalat
Muzdali-
magh.-ib dan isya dija-
fah
ma takhi.-
26.
-"-
_II_
Be.-do'a takbi.- dan
Masy'a.-il
tahlil, pagi-pagi me-
Ha.-am
nuju Mina. 27. 28. 29 ..
_.. -
_If-
Melonta.- Jum.-ah
_11-
_"-
Aqabah
_"-
_11_
Menyembelih hew an
Mina
Mina
"Hadyu" 3(2).
_"-
_11-
Thao'af Ifadah dan sha-
Masjidil-
lat dzuhut""
Ha.-am Makkah.
Dalam hadits di at as tidak dite.-angkan tentang tahalul dan
jum.-ah,
Setelahnya shalat
tetapi .-asulullah
dzuhu.-,
dite.-angkan dalam Saw,
melakukan
dalam .-iwayat lain
hadits
yamh
thawaf
ifadah
dite.-angkan
lain. dan
Rasulullah
kembali ke Mina untuk mabit lagi dan jum.-ah Ula, wustha, dan Aqabah
tiap
ha.-i setelah dzuhu.- samapai tanggal
13
Dzul-
Hijjah. Dengan wada
yang
demikian,
kronologis perjalanan
dilakukan Rasulullah Saw, beserta
ibadah
haji
shahabat
dan
istrinya dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut : a.
Ihram Ihram dimulai pada hari tarwiyah, yaitu tanggal dilakukan
Dzul-Hijjah,
dari tempat-tempat
Miqat,
8
yang
telah ditentukan. b.
Wuquf di Arafah Pad a
tanggal
terbit
matahari,
terus
menerus
9
Dzul-Hijjah,
jema'ah berangkat ke membaca
talbiyah,
pad a hari itu (tanggal 9
matahari
tepatnya Numairah
sejak
setelah seraya
tergelincir
Dzul-Hijjah)
jema'ah
melaksanakan wuquf, dan harus memperbanyak membaca
do'a,
shalat dzuhur dan ashar dijama taqdim dan qashar. c. Mabit di Muzdalifah Setelah matahari terbenam (mulai masuk tanggal Dzul-Hijjah) , sahalat
lalu
maghrib
dijama
taqhir,
shalat
shubuh
Masy'aril
jema'ah
berangkat
ke
dan isya dilaksanakan
di
lalu mabit (bermalam) di sebelum
haram,
matahari
terbit
lalu menghadap qiblat
10
Muzdalifah, sana sana,
secara setelah
berangkat untuk
ke
berdo'a
takbir dan tahlil. d. Melempar Jumratul Aqabah
Setibanya tanggal
10
di t1ina setelah matahari terbit,
Dzul-Hijjah melempar
jumrah
Aqabah
yaitu dengan
4E rujuh
(kerikil )
batu
dan
membaca
Allahhu
Akbar.
Allahumaj'alhu hajjan nabruro wad zan ban maghfure. Setelah melempar
jumrah
lalu
tahalul
dan
menyembelih
qurban
(hadyu) . e. Ba'i
Melaksanakan sa'i di mulai dari bukit shafa menuju dilaksanakan
Marwah, menghadap
sebanyak 7 kali. 01
bukit
qiblat membaca takbir,' tahlil dan
sahafa
berdo'a
di
bukit Marwah sama melakukan seperti di bukit Shafa. f. Tahallul Awal Seusainya
jumrah
menggunting
yaitu
lalu melakukan
sebagaian
ram but
tahallul atau
mencukur
seluruhya (bagi laki-Iaki). Maka bebaslah semua ihram
kecuali
bergaul
dengan
tahallul
awal
istri,
dan
awal"
larangan
berakhirlah
bacaan talbiyah. g.
Ifadah
Tha~,af
Setelah lalu
(tanggal
10
Ozul-Hijjah)
berangkat ke Masjidil Haram untuk melakukan
thawaf
i f adah.
h. Melempar Tiga Jumrah dan Mabit di Mina Setelah kembali pad a
selesai melaksanakan thawaf
lagi ke Mina untuk mabit (brmalam di sana).
tanggal
melempar (kerikil).
tiga
11
Ozul-Hijjah
c.
_,
"""~
i'·"
setelah
jumrah masing-masing
setiap
selesai
melempar
berdo'a sambil menghadap qiblat.
-----_.~----
Ifadah
dzuhur
dengan jumrah
lalu Dan
barulah
tujuh
batu
ulawustha
i. Nafar Awal dan Tsani Yang
dimaksud nafar awal ialah pulang
melempar
Hijjah.
Sedangkan yang disebut nafar tsani ialah
Makkah
seusai
pada tanggal 13
melempar
tanggal
Dzul-Hijjah
mekkah
12
setelah
ke
ketiga jumrah pad a
ke
Dzulpulang
setelah
ketiga jumrah, karena pada
dzuhur
tanggal
12
Dzul-Hijjah tidal langsung pulang ke makkah. j. Thawaf Wada Setelah
selesai
melaksanakan ibadah
haji,
maka
bagi orang yang akan meninggalkan Tanah Suci Makkah harus melaksanakan
thawaf
wada
yaitu
perpisahan
thawaf
mengucapkan selamat tinggal. Caranya seperti thawaf biasa tanpa lari-lari dan tanpa sa'i dengan berpakaian biasa.
H. Masail
~
Fighivah dalam Ibadah haji
1. Masalah ihram sebelum miqat
Imam sebelum
Syafi'i
membolehkan
seseorang
beriman
miqat. Beliau mendasarkan pendapatnya
penafsiran
shahabat Ibnu Masud tentang ,..
S.,t.
.
kepada
Firman ,.".J
"'-",
.G~~
Allah
e' ~\
~."
4J"
'ISempurnakanlah ibadah haji dan umrah ".
Juga beliau menafsirkannya dengan :
.~i 0:';'; (y;~.) 0\",."~;; ~ :;-):rG~ ,. ,. \ ..... -'
"Kesempurnaan
haji dan umrah hendaklah kamu
dari rumah (negara) keluargamu". Dan berdasarkan pada hadits dari Ummus Salamah
berihram
~"
_ .... ., .
~~:.-Jct .-I••;;
,,::.
."
(y>:
':"":B c:
V,,('
"",-
'"
..
.."
."."
"."
\""-~
."
_~ . rcr ~..J!\ .-J.r->j ~'7' ~ .P..J _:1 9("~.,,;1\'-J1 / :~, - "l;-; ~;,
I
0>
~
c'
"Sesungguhnya bersabda :
-
.,
~
~ ~
~
\.
tZ-1o
.....Pr, ~~1~ .J"~t J-, ".;' ,\,,,,,.1. .-'." . ~ \ *\I ~J' oJ
"/
,./_l: L"
Rasulullah
Saw,
I'Barangsiapa berihram haji atau umrah
dia
telah
mendengar
dari
Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram, maka diampuni dosadosanya yang terdahulu dan berhak baginya balasan surga". (HR. Abu Daud) (A. Nasir Yusuf, 1985 : 37-38). Sedangkan
Imam Malik,
Ibnu Munzir
berpendapat
berihram sebelum miqat hukumnya makruh. (Asy-Syafi"i, t.t Juz 11 :189). 2. Masalah ihram sesudah miqat Dalam
masalah
ini
Az-Zuhaili
(1989:214-215)
menyatkan dua alternatif, yaitu : 2.1 Orang
yang
maksud
melewati
melaksanakan
miqat
tanpa
ihram
ibadah haji atau
dengan
umrah,
harus kembali lagi miqat untuk berihram haji
telah
atau
Bilamana ia tidak kembali lagi berarti
umrah.
meninggalkan kewajiban haji. ia
ulama,
disembelih
wajib di
membayar
Makkah
untuk
dam
Menurut
ia
ia para
dan
langsung
kemudian
diberikan
kepada fakir miskin di sana. 2.2 Orang
yang melewati miqat itu sama
sekali
tidak
mempunyai tujuan beribadah haji atau umrah.
Dalam
hal ini baginya tidak ada masalah. Dalam para
ulama
pada itu, terdapat perbedaan mujtahid tentang kewajiban
dikalangan
membayar
dan
bagi seseorang yang tidak melaksanakan ihram di miqat. Jumhur ulama termasuk Imam Syafi'i, Abu Hanifah, Jabir
bin
Zaid,
AI-Hasan, Sa'id bin
be~pendapat
bahwa
dan
be~ih~am,
tidak
apabila da~i
dan
Habi~
Ats-Tsau~i
yang melewati miqat makani
seseo~ang
te~kena
maka ia
dam,
sedangkan be~ih~am
ia kembali lagi ke tempat miqat dan
sana maka ia tidak
te~kena
Imam
Sedangkan
Malik,
dam. Ibnu
sebagian ulama pengikut Imam Syafi'i seseo~ang
be~haji
yang
tempat-tempat
miqat
dan
be~pendapat
un~ah
atau
tidak
dan
Muba~ok,
dikala
bahwa
melewati ia
baH:
be~ih~am,
kembali ke tempat miqat maupun tidak, maka tetap ia
te~kena
dam (A.
3. Masalah Wuquf di
Nasi~
saja
Yusuf, 1985:39).
A~afah
3.1. Hukum dan waktu wuquf ulama telah sepakat bahwa
Pa~a A~afah,
haji.
me~upakan
Be~dasa~kan
~L\kun
te~penting
hadits yang
dan Ashhabus-Sunan
da~i
wuquf
d ar-L
di~iwayatkan
Abdu~~ahman
'\J_;"AJ~·~"""·""
bin
di
ibadah Ahmad
Ya'mu~
:
~\e\
"Haji itu adalah wuquf di Adapun
pelaksanaan
te~masuk
golongan
Hanafiyah
be~pendapat
dimulai
da~i
sampai
te~bitnya
A~afah".
wuquf,
Syafi;iyah, bahwa
Malikiyah
waktu
te~gelinci~ mataha~i faja~
ha~i
jL\mhu~
wuquf
ulama dan itu,
(9 Dzul-Hijjah)
Nah~
(1121
Dzul-
Hijjah) . Sedangkan
golongan Hanabilah
be~pendapat
bahwa
waktu wuquf itu, dimulai
sejak
fajar
hari Arafah (9 Dzul-Hijjah).
terbitnya
(Penterjemah
Abu Bakar Muhamad, 1991 : 813). 3.2. Masalah melaksanakan wuquf dan meninggalkan wuquf di Arafah. Dalam
masalah ini, A. Nasir Yusuf
(1985
67-68)
mengemukakan tiga masalah wuquf, yaitu 3.2.1. Masalah melaksanakan wuquf sesudah matahari terbenam di hari Arafah (malam hari Nahr). Jumhur ulama berpendapat bahwa seseorang yang melaksanakan wuquf di Arafah, setelah matahari terbenam dihari Arafah (malam hari Narh). Maka wuqufnya sah (hajinya tetap sempurna). Berdasarkan keumuman dari firman Allah Swt seperti di bawah ini yang tidak menentukan siang hari ataupun malam hari.
,. Jika kamu telah bertolak dari Arafah ., (Qs. al-Baqarah, 2: 198). 3.2.2. Masalah orang yang wukuf meninggalkan Arafah sebelum matahari terbenam. Imam Syafi'i dan Malik berpendapat bahwa orang wukuf di Arafah, semenjak siang hari dan apabila meninggalkan Arafah sebelum matahari
terbenam
maka
dikenakan
dam,
tetapi apabila ia kembali lagi maka tidak terkena dam. Imam Abu Hanifah dan Ahmad berpendapat bahwa orang yang wukuf di Arafah semenjak siang hari dan apabila meninggalkan Arafah sebelum matahari
terbenam, baik ia kembali lagi atau tidak maka terkena dam. 3.2.3. Masalah wukufnya orang yang jatuh pingsan (hilang akal), Abu Hanifah dan Malik berpendapat bahwa seorang yang jatuh pinsan
dan
masih
belum
sadarkan
diri
sampai ia keluar dari Arafah, maka wukufnya tetap sah, karena mereka tidak menyaratkan berakal bagi orang yang wukuf. Sedangkan Imam Syafi'i Ahmad dan para
4-'0 ulama yang lainnya seperti Tsaur Ishaq dan Inbnul Mundzir berpendapat bahwa apabila seorang yanmg jatuh pingsan (hilang akal) dan sampai keluar dari arafah (habisnya waktu wuquf) belum sadarkan diri maka wuqufnya tidak sah Karena mereka yang menyaratkan berakal bagi mereka yang melaksanakan rukun-rukun haji. 4. Masalah Thawaf dengan berkendaraan atau tandu. Para ulama
keadaan
dalam
tela~
udzur
yang
konsesus bahwa seseorang
tidak
berjalan,
mampu
boleh
melakukan thawaf dengan berkendaraan, naik usung Hal
t.arrdu ,
ini berdasarkan sebuah hadits
Salamah
....., -
JI,J
~
..... 9 , . .
atau
dari
--
,..
Ummu
",..,..
"
~~ U~.:v· ~./'" C~". iY-y 4\ .-~;r(.. . "·f..... ~J \...........: . ",..... .....,,:-:- . . -::\ -r "'Ij" t _~~.) c>",u;>L '~J'; c.->::~ ","" ~-.-l~ \t-\--~.Y ~ ~\ v"'" ~\ >
Artinya ,
,"\....._ J'»,
#
:::.
"Sesungguhnya Ummu Salamah telah memasuki Makkah dalam keadaan sakit, dan hal ini telah disampaikan kepada Nabi Saw, maka Nabi bersabda ,"Thawaflah dari belakang orang.orang (di tempat yang tidak sesak) dan kamu -naik kendaraan (tandu)". (HR. Al-Jam'ah kecuali AT-Tirmidzi). .
Juga hadi ts dari Jabir ra.
,,~ _ "
.,- .... J
~
.....
./
>:
-'
....
'...l...., ~ ~\Lfl, ~0 .J.-- -: ~
r
.r: ,,.....,.-./ oj ~ °J;A~ .:",,"d':X ?-';;t\~:&,j ~ \-,' .." .-' ...,r e." . . . ~;)i: . ", (~\~ ".".- CL·~i~ . . . __
/"J-/-;'~.//""'~ • <7
A..;..s. U'"'"L:5'~,.1: ....
.T
Artinya
.J1(.. . .,- '-v~~ _ l~ t..r> l:j, o ~ 0~...... ~
., ..... _.,
.,.,,1 \_ ......,/'"
""-.,_J
~
• Rasulullah Saw, telah bersabda melakukan thawaf di Baitullah dan Sa"i antara Shafa dan Marwah di waktu haji wada dengan berkendaraan dan- .beliau telah menyapu Hajar Aswad dengan tonqkatnya agar kelihatan oleh orang-orang, dan agar ketinggian dan ditanyai orang karena oarang-orang itu akan mengerumuninya.
Imam hadi ts bagi
di
Syafi'i dan Ibnu Ruslam, atas dapat disimpulkan,
seseorang
berpendapat bahwa
untuk melakukan thawaf dan
bahwa
diperbolehkan sa'i
dengan
47
berkendaraan baik ketika udzur maupun tidak. Tetapi tentu saja
yang
lebih
melaksanakan
utama bagi
yang
tidak
udzur
adalah
dengan berjalan kaki (IbnuRusyd, 1946
I
: 321) .
5. Masalah Mabit di Muzdalifah/Mas'y aril Haram Para
ulama telah sepakat bahwasannya mabit
Nuzdalifah
merupakan wajib haji, dan bukan
di
merupakan
rukun haji. Adapun perbedaan pendapat para ulama dalam waktu (timming) pelaksanaannya. Imam Syafi'i dan Ahmad bahwa keberhasilan mabit di Muzdalifah itu, apabila seseorang tidak keluar dari muzdalifah kecuali tengah malam hari Nahr, dan apabila seseorang
tidak berada di muzdalifah
setelah
tengah
malam walaupun sebentar maka terkena dam. Menurut
Abu
Hanifah bahwa mabit di muzdalifah sampai terbit fajar, maka apabila seseorang meninggalkan Muzdalifah sebelum terbit
fajar maka terkana dam. Sedangkan
Imam
Malik
sah mabitnya diwaktu malam hari, walupun hanya sekedar dalam
perjalanan.
(Terjemah TK. Ismail Yakub, 1982
270) •
6. Bermalam (mabit) di Mina 6.1. Masalah
bermalam (mabit) di Mina pada
hari-hari
Tasyriq. Menurut
Imam-Imam
Madzhab
Syafi'iyah.
Malikiyah dan Hanfiah bahwa bermalam di Mina pada hari-hari Tasyriq itu, hukumnya wajib berdasarkan
/
.........
"
.r : -;:~1\ tf tQ!~ C1;"'~
.":. . . . . f ~~,
...._~
,'"
....
., ....
.. .:
....
... / J, 0 ~:JG
, " ' -.) . . ~\ ~.." ":.~ ~~({("",!'-'-."
o . . --s.~
'-'IG
/'
....
~ ~: "~I ~ -l;i:;:'~\ ~~~
.; ~ ~.. ~ ~b"\--'
/
.4 • r: \,\ t~ u:. ~~~ v-~ ~~vr
hadits dari Aisyah ra.
C\
~
lJI.,P
~
"Aisyah berkata : "Rasulullah Saw. telah melaksanakan thawaf ifadah di akhir hari Nahr dikala sesudah shalat dzuhur, kemudian beliau kembali ke Mina un tuk bermalam di hari-hari Tasyriqll .
(HR> Ahmad dan Abu Daud). Sedangkan menurut golongan Madzhab Hanfiah bermalam
di
Mina
hukumnya
sunnah~
pada
hari-hari
Tasyriq
berdasarkan hadits
dari
itu Ibnu
Abbas ra.
"Jika kamu melempar jumrah maka bermalamlah dimana saja yang kamu kehendaki" (HR. Ibdu AbiSyaibah). (Depag RI, 1986 :159). 6.2. Masalah meninggalkan (mabit) di Mina Para ulama telah sepakat bagi bahwa
orang
yang meninggalkan bermalam (mabit) di Mina,
pada
hari-hari
(uo aur-)
maka
dam (wajib menyembelih). Sedangkan
bagi
terkena
tasyriq
tanpa halangan
seseirang
yang
disebabkan
oleh sesuatu (halangan)
mendesak,
dan
diperbolehkan inibersumber ra.
berhalangan
untuk tidak
(udzur)
kepentingan bermalam
di
ataL,pun
urusan
yang
umum
maka
Mina.
dari sebuah hadits dari Ibnu
Hal Abbas
49 ....
~
,.
-'
, J ....
""
,.., .... ,
v .... L;~'
,,/..,,'
....
.,
.......
'"
..............
"
u:,\- -0 ,~\:l.);'~ 0\~ --:UJ; ~L; ._O~~ .-Ju/~~\ ~x;~;Q:"'~, ~" Vlr ...Jl0."... ..J ~
,..
,.,," --
-
'7
.;'
--
""
\ . --.
"Dari Ibnu Abbas berkata : Al-Abbas telah meminta iZin kepada Rasulullah untuk bermalam di Makkah pada malam hari-hari Tasyriq di Mina untuk keperluan tugas (mempersiapkan) sarana pengairan (siqayah), maka Tasulullah Baw, pun mengizinkan (HR. Ahmad dan Abudaud). (Mah. Rifa'i, 1978 :391-392). 6.3. Masalah
meninggalkan
kata
Mina
menuju
Makkah
(Nafar). Dalam bahwasannya
di
dengan
Allah Bwt, V
-:."\.:."
V>'
parta
ulama
menginginkan
untuk
kata Mina, setelah ia bermalam
hari tasyriq, maka
disebut
.....
ini, kesepakatan
bagi orang yang
meninggalkan hari
hal
(ini
diperbalehkan
Nafar awal).
Bebagimana
dua
Firman
(QB. AI-Baqarah :203), yaitu : ~
"" ,"'\ ..... t-"".,/C--t~ ~ ~., ....
'"
U_ v~--.-J ....
,~
- ~.
~~ , ... ,..,......".
..... o:t'
.~
9 ....
.
""",/"
L-~\0~~~~
"Barang siapa yang ingin cepat berangkat ( dari Mina ) sesudah dua hari, maka tidak dasa baginya. Dan barang siapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu) maka tidak ada desa pula baginya, bagi arang-arangyang taqwa (Depag, RI, 1986 : 159). 7. Masalah yang berhubungan dengan Ba'i 7.1. Hukum Ba'i Galangan Hanabilah sa'i
Syafi'iyah,
dalam suatu riwayat
ikiyah
dan
menyatakan
bahwa
~lal
itu, merupakan salah satu dari
haji, sehingga apabila seseorang yang
rukun-rukun menunaikan
ibadah
haji
batal
dan
penyembelihan
tidak
melakukannya,
tid a k
bisa
hewan
(dam).
J."'" .. '~'. ~
dari Syafiah binti Syaibah :
.,
maka
hajinya
diimbangi
dengan
Berdasarkan
hadits
?.11
.. - _
\
..P
_
..-l\ \ ~ ~ ._ \
L>~.
"Telah
diwajibkan sa'i atas kamu
bersa' ilah". Dalam
sekarian~
maka
(HR.Ahmad). hal ini, Abu
Hanafiah,
Ats-Tsauri
As-Sa'by dan aI-Hasan berpendapat, bahwa sa'i itu bukan
merupakan
haj i,
tetapi
salah satu rukun
merupakan salah
dari
satu
dari
haji, sehingga apabila seseorang yang ibadah
haji, tidak melakukan sa'i
inbadah wajib
menunaikan
maka
hajinya
tetap sah tetapi harus menyembelih hewan (dam). Sedangkan Ibnu Ma'ud, Ubay bin Qaab, Abba~,
sali
rukun
Annas itu
dan Ibnu Sirin
berpendapat
merupkan sunnah saja.
Bu k an
dan wajib haji, dan tidak pula
menyembelih hewan (dam).
(AI-Ghozali,
Ibnu bahwa
termasu,; diwajibkan 1993: 65).
7.2. Berkendaraan dalam melakukan sa'i
Para ulama Fiqih (fuqahq) telah bersepakat bahwa
seseoarang yang dalam keadaan
berhalangan
(udzur) ataupun tidak mampu untuk berjalan, diperbolehkan berkendar-aan,
untuk
melakukan
Sebagaimana kebolehan
dalam melakukan thawaf berkendaraan.
sa'i
bagi
maka dengan udzur
5JL Sedangkan yang menjadi para
yakni
ulama,
mampu
dan
halangan
ataupun
apabila
masih
diulangi, membaya~
apabila dam.
dengan
kenda~aan
diulangi lagi. 8. Masalah
tidak Abu
sa'i
Makkah
tidak
apabila maka
ada
Hanafiah
ber-kendar-aan,
sa'inya
diulangi
Imam Ahmad, bahwa
sehingga
be~jalan
di
tidak
harus
maka
o~ang
ia
ada
Syafi'i
Imam
be~jalan.
apabila
ada
tidak
berkendaraan
mampu
bahwa
be~pendapat
yang
o~ang
be~jlan.
sa'i
mempe~bolehkan
halangan
bagi
pendapat
pe~bedaan
harus
yang
mampu
melakukan
sa'i
sah
dan
harus
(Al-Ghojali, 1993 : 66).
Jum~ah
8.1. Hukum
melempa~ jum~ah
Imam melempar
haji
yang
jumrah itu,
bukan
seseo~ang
tetapi
empat
telah
termasuk salah
me~upakan ~ukun
haji.
yang meninggalkannya,
ia
sepakat satu
Sehingga
hadits
da~i
Jabi~
bagi
hajinya tetap sah
dikenakan dam (meyembelih
Berdasa~kan
wajib
hewan
).
~a.
/, -:' . . "15, ,o:: d\' /,:<~)\' 0'';, . ('IS"" ~<)' (v,,/,;".../ '" . , ::J
--.-J"'y:~",
I
;.
O~~ ~~~\~lS'J~>'SJ 8,0~1( - l.; ~ ~~U . . ./ c..:..... .. -- ~
/-'
"Saya
melihat
kenda~aannya,
Hendaklah
Nabi Saw, pada ha~i
melempa~
Nah~.
Lalu
jum~ah
da~i
sabdanya
kamu mencontoh upacara-upacara
haJimu
padaku, ka~ena aku tidak tahu apakah aku masih akan menunaikan ibadah haji lagi setelah haji ini". (HR.Ahmad, Muslim dan Nasa'i). da~i
8.2. Waktu
melempa~ jum~ah
Imam Malik, Abu Hanafiah dan Ibnul Mundzir diperbolehkan
seseorang melempar
jumrah
kecualisetelah
terbit
matahari dan
yang
jumrah
sebelum
melempar
Aqabah
bagi
terbit
tidak
orang
matahari
diharuskan mengulanginya kembali, juga
menghL.kum
makruh bagi seseorang yang mengakhirkan
melempar
jumrah
Aqabah
sampai
tergelincir
matahari.
Berdasarkan dari hadits Ibnu Abbas ra.
;fL-~ ~J~I~ }\~J-'J ;U-.JG·.~C
, ~\/~;;;~{~\.~;y
"Ibnu Abbas ra. berkata : ~~ulullah Saw, telah memerintahkan kepada kami untuk tidak melempar jumrah (Aqabah) sehingga terbit matahari". (HR.Al-Kausah) (Penterjemah Abubakar Muhamad, 1984 : 811).
A. Nasir Yusuf (1985 : 75-76). Imam Syafi; i, Ahmad Atha dan Tha~jus memperbolehkan seseorang untuk tidak melempar jumrah Aqabah setelah tengah malam hari Nahr dan menganggap apdhal dilaksanakan setelah terbit matahari. Sedangkan Imam Ar-Rifa'i salah seorang pengikut Syafi'i telah membagi waktu untuk melempar jumrah Aqabah itu atas 3 (tiga0 bagian yaitu : 1. Waktu utama (afdhal)dari terbitnya sampai tergelincirnya matahari.
matahari
2. Waktu
matahari
ihtiar,
yakni
dari
terbit
samapai terbenam matahari. 3. Waktu diperbolehkan (jawaj); yakni dari tengah malam hari Nahr sampai akhir hari tasyriq. Berdasarkan hadits dri Aisyah ra.
u: 1 ~~M~'~Ls0JI~L..) .dG
r- -.J \
{.;. j. - ..,.......... - ~""': ..... ~ ."... :::, . . . ,-,. ... "........ , L-':,';' t: (,;' v......0 ../.~v./,.y-I'· /e; ,:}' C'"J ~~\, ~ ;
/
~Aisyah
ra,
berkata :"Bahwa Nabi Saw,
hari Nahr (Idhul Adha menyuruh Ummi Salamah,
pada
malam
10 Dzul-hijjah) telah untuk melempar jumrah
Aqabah setelah sore hari", Ma~;a Nabi pun bersabda. Tidak ada kesempitan (tidak apa-apa) • (HR.Bukhari Muslim). 9. Masalah Tahallul 9.1. Pengertian Tahallul U ntuk lebih jelasnya terlebih dahulu akan membahas bahasa
ten tang
pengertian
"tahallul
Sedangkan
berarti
tahallul,
menurut
boleh/diperbolehkan.
ulama Fiqih (fuqaha)
"tahallul
ialah
diperbolehkannya seseorang dari larangan-Iarangan dengan
haji,
mencukur
atau
memo tong
ram but
kepalanya, setelah ia melaksanakan jumrah (disebut thawaf
tahallul awal) atau
setelah
dan Saoi (disebut tahallul
Aqabah
melakukan
tsani/kurba) •
(A. Nasir Yusuf, 1985 : 95). 9.2. Hukum Tahallul ulama
Jumhur kecuali
Syafi;iyah
(mencukur
termasuk
ulama
Madzhab
berpendapat
bahwa
tahallul
atau memo tong rambut),
haj i.
Sedangkan
menganggap
sebagai
Berdasarkan
firman
" ........
., ......
salah Allah
' • .,.,
satu
- / ,
,..
'7" ....'"
""
\
I
-'
~
.l,\ L/'~~ -c-> .........~..,
,
dalam
QS.
/'
AI-Fatah, ......",.-
" ........
:..> "'\f \';..M _",.1 -A.J
,u., L>~ ,.. f.. ",.... ~
haj i.
rukun
~. --,,.. "',.
..P
merupakan Syafi"iyah
golongan
..d ~ ~ ~ tJI ~__-J..;
48:27.
itu
'"I
, ..... - \"
-' ~
\..-,.s\
" . . , ..... -. \
~
1• e.--v:
~\ __ .....
.. ,..
Uf l;S:.:) c.y~'" ~
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada RasulNya ten tang kebenaran mimpinya, dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya-Allah dalam
keadaan aman dengan mencukur rambut kepala dan memotongnya, sedangkan kamu tidak meras takut I' (Depag~ RI. 1986 : 165). 9.3. Kadar mencukur atau memo tong rambut Adapun masalah
yang
tahallul,
menjadi
perbedaan
yakni mengenai
dalam
batas
ukuran
atau (kadar) memo tong atau mencukur rambut. Syafi'iyah
Imam bertahallul
(mencukur
,
berpendapat atau
seseorang
I
memotong~
rambut) •
Cukup hanya dengan tiga helai rambut kepala. Imam seseorang
Malik yang
dan Ahmad
berpendapat
bahwa
(mencukur
atau
bertahallul
memotong), rambut wajib mencukur semua rambut. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa seD rang bertahallul adalah
(mencukur
atau
memotong)
diwajibkan seperempat (1/4)
rambut
dari
rambut
yang di kepalanya. Adapula yang berpendapat seperti Abu Yusuf bahwa
bagi yang bertahallul diwajibkan
setidak-
tidaknya mencukur rambut yang ada di kepalanya. Sedangkan sediki t
atau
berpendapat; pisau
bagi kepala
yakni
yang botak,
disunnahkan
jumhur untuk
cukur di atas kepalanya, akan
Hanafiah berpendapat diwajibkan untuk pisau
cukur
diatas kepalanya
jarang
berambut
secara
ulama melewati
tetapi
Abu
melewatkan berulang-
ulang (penterjemah Abubakar Muhamad, 1984 : 831).
-
~ ~ "",~~---~ ---- - - - -
-
I. Hikmah Ibadah Haji
Ahmad
Syafi'i
memberikan maknanya yang
analisa
Ma'arif dalam
Abdul
bahwa ibadah haji
wahid
akan
(1993:36)
menjadi
bila ditempuh pada presfektif gerakan
jelas
kemanusiaan
mengibarkan lambang abadi dari egaliter sebagai
salah
satu manifestasi doktrin monoteisme warisan Nabi Ibrahim as, selaku Bapak spiritual dari seluruh agama Tauhid. Rukun-rukun
haji adalah suatu bang un an
itu
Manusia yang memasuki bangunan
humanisasi.
pada
eksitensi
muka
bumi, yaitu selain kepedulian terhadap juga
minallah, mempergauli
jati dirinya dan tugas
tidak
-
"·'N'·"-'·
etika
dan
diingatkan
kekhalifahannya esensi
mahmudah
sesamanya secara bijak, demokratis
egaliter (persamaan).
---
kehilangan
teologis
adil
di
hablum berupa serta
56 Memakai
pakaian
ih.-am
misalnya,aspek
egalite.-an
(pe.-samaan) dijadikan bajunya. Pe.-bedaan status sosial padas umumnya dapat dilihat pe.-tama kali da.-i jents yang
pakaian
dikenakan dihilangkan, penhga.-uh psikologin dan
be.-sifat
a.-ifisialis
da.-i pakaian
ha.-uslah
sehingga
semua dapat hidup dalam suasana
yang
dapat
ditinggalkan.
kebe.-samaan.
Dua
pakaian yang be.-wa.-na putih melambangka suatu kefit.-ahanyang ha.-us di mobilisasikan dalam p.-ilaku .-itual dan soaial. Dalan
thawaf,
manusia juga
diingatkan
bahwa
sttus
sosial tida dibe.-ikan kedudukan yang mapan disisi Allah SWT. Selama
manusia sendi.-i tidak memanfaatkan status
untuk be.-ibadah dan tidak mempe.-dulikan
sosialnya
s~samanya.
seo.-ang
wanita hitam legam, miskin dan menjadi
be.-nama
Haja.- ditempatkan seca.-a te.-ho.-mat (Hijil
ka.-ena yang
kwalitas ibadahnya kepada Allah tulus
kepada suami (Nabi Ib.-ahim
Te.-bukti
budak
yang
Ismail),
SWT,
pengabdiannya
as.)
dan
semangat
juangnya yang tinggi dalam memeliha.-a anak. Demikian dang
A.-afah,
pula dengam pelaksanaan .-itus wuquf di manusia dikumpulkan tanpa
sekat-sekat
sosial. Nilai pe.-sauda.-aan dan solida.-itas menjadi yang
memimpin
kesatuan aktivitas manusia
yang
Padtstus
panglima me~indukan
pe.-junpaan dengan Allah SWT. Melalui wuquf itu juga dipe.-ingatkan akan adanya mhsya.- ltempat be.-kumpulnya umat ) diakhi.-at nanti sebagai suatu tempat dimana segenap sia
menunggu
p~oses
introgasi dan hisaban amal
selaku Hakim Tunggal Yang Ahkamul Hakimin.
oleh
manusia manuAllah