Peduli Pengidap Epilepsi, Mahasiswa MM Gelar Charity Fest UNAIR NEWS – Program Studi Magister Manajemen (MM) tidak pernah miskin kreativitas untuk membuat acara yang menarik dan edukatif. Pada Sabtu (17/12) lalu, Himpunan Mahasiswa (Hima) MM mengadakan event Charity Fest 2016, bertajuk Support Epilepsy Awareness: “Break the Stigma”. Kegiatan itu dilaksanakan di area wisata pelabuhan North Quay, Surabaya. Tak kurang dari 40 ODE (orang dengan epilepsi) dan keluarga yang hadir. Selain mendapat suguhan aneka kuliner, mereka juga memperoleh pelatihan bisnis. Antara lain dari Bagus finalis “Masterchef Indonesia” yang memberikan pengetahuan tentang seluk-beluk kuliner, dan Laras “Lazada”. Juga, para pembicara dari mahasiswa MM sendiri seperti Annisa “Jajanlondo” dan Ema “Henmate” untuk menyampaikan ilmu dan suka dukanya menjalankan bisnis online. Kaprodi MM Dr. Gancar Candra Premananto, SE., M.Si, menuturkan, kampus tidak hanya ingin mahasiswa memiliki wawasan bisnis. Namun juga, mengharapkan para mahasiswa memiliki empati dan kepedulian yang tinggi. “Hima MM menggagas ide luar biasa. Di mata kuliah Etika Bisnis dan CSR, mereka membuat acara dengan tema utama berbagi kebahagiaan bersama para penderita Epilepsi,” ungkap dia. Pada gelaran itu, terdapat banyak rangkaian acara. Antara lain, food and good competition, traditional dance, dan coaching clinic tentang entrepreneurship. “Kami ingin membaur dengan para pengidap epilepsi atau ODE. Masyarakat harus menghancurkan stigma soal penderita epilepsi,” ujar Satria Witaradya, mahasiswa MM yang juga ketua panitia kegiatan ini.
Dr. Dr. Kurnia selaku pembina ODE menyatakan bahwa ada seorang guru SD yang tidak paham, bahkan melarang muridnya belanja makanan dari penderita epilepsi, karena takut tertular. “Ketidaktahuan masyarakat itulah yang harus berusaha kita hilangkan,” kata dia. (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila
Jalan Sehat dan Senam Sivitas di Penghujung 2016 UNAIR NEWS – Jalan sehat dan senam bersama sivitas akademika Universitas Airlangga merupakan kegiatan rutin yang digelar setiap bulan sekali. Acara yang dihelat di halaman Kantor Manajemen UNAIR pada hari Minggu (18/12), digawangi oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Hadir di tengah acara tersebut Dekan FISIP UNAIR Dr. Falih Suaedi, Drs., M.Si. untuk memberikan sambutan kepada peserta yang terdiri dari sivitas akademika UNAIR dan warga sekitar. Dalam sambutannya, Falih menuturkan bahwa acara jalan sehat dan senam bersama di penghujung tahun 2016 ini bagian dari Dies Natalis FISIP ke-39. “Semoga acara ini penuh barokah. Terima kasih kepada masyarakat yang hadir. Jalan sehat dan senam ini semoga bisa menyehatkan jasmani dan rohani,” terang Falih. Tak ketinggalan, di sela acara tersebut juga disajikan penampilan musik patrol yang meramaikan acara. Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., yang juga turut serta dalam acara tersebut memberikan pemaparan bahwa kegiatan
rutin tersebut adalah bagian dari upaya UNAIR mengajak masyarakat untuk hidup sehat. “Ini adalah media kita untuk kumpul. Selamat Dies Natalis ke-39. Saya yakin FISIP ke depannya akan terus berkontribusi dan lebih baik lagi,” papar Prof. Nasih sembari memekikkan jargon dies FISIP tahun ini. “FISIP, kritis, kreatif dan kompetitif,” tegasnya. Selepas senam dan jalan sehat di area Kampus C, Rektor bersama jajaran pimpinan yang hadir dalam acara tersebut bersama-sama menuju danau kampus C untuk menabur benih ikan dan disaksikan langsung oleh seluruh masyarakat. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Sebarkan Sastra Lisan, Eggy Fajar Andalas Lulus Terbaik S2 FIB UNAIR UNAIR NEWS – Di awal masa perkuliahan, Eggy Fajar Andalas sempat menghadapi “shock” dengan mata kuliah di Program Magister Kajian Sastra dan Budaya FIB Universitas Airlangga. Pasalnya, dalam perkuliahan terhitung jarang membahas mengenai bidang yang ia gemari: sastra lisan. Keadaan itu membuat Eggy harus belajar sendiri melalui beberapa bacaan. Karena kegemarannya menelisik sastra lisan, ia merelakan waktu tidurnya untuk membaca buku-buku yang membahas sastra lisan. Berkat kerja kerasnya itu, Eggy Fajar Andalan, SS., M.Hum berhasil meraih predikat wisudawan terbaik pada periode Wisuda
Desember 2016. Dalam tesis yang berjudul “Sastra Lisan Lakon Lahire Panji pada Pertunjukan Wayang Topeng Malang Padepokan Mangun Dharma”, Eggy mengulas mengenai Cerita Panji yang disebarkan secara lisan dan saat ini tetap hidup di kalangan masyarakat maupun seni pertunjukan tradisional. “Oleh karenanya, penelitian saya berfokus membahas mengenai Cerita Panji lisan dalam pertunjukan Wayang Topeng Malangan, karena pertunjukan tersebut merupakan salah satu sarana tradisi untuk melestarikan, menyimpan, dan merekam Cerita Panji,” jelas Eggy. Meskipun harus mencari dan belajar sendiri tentang sastra lisan, tak membuatnya patah arang untuk tetap menyelesaikan tesisnya. Kegemarannya membaca buku-buku sastra lisan, membuat Eggy mudah untuk mencari referensi untuk data dalam tesisnya. “Bagi saya membaca merupakan sebuah investasi. Kumpulan pengetahuan yang telah kita baca akan berguna, meski tidak saat itu juga, tapi di kemudian hari,” katanya. Di lingkup keluarganya, Eggy merupakan salah satu anak yang tergolong beda. Ia selalu memiliki nilai pas-pasan dibanding dengan saudara yang lain. Orang tuanya sempat khawatir akan masa depannya, tapi hal itu kini bisa dipatahkan dengan prestasi Egy menjadi lulus terbaik dengan IPK 3.90. “Saya percaya bahwa kesuksesan tidak ditakdirkan untuk seseorang yang ber-IQ tinggi, tetapi kemauan dan kerja keras merupakan faktor pembeda antara satu individu dengan individu yang lain dalam kesuksesan,” paparnya. Hal yang terpenting yang membuatnya termotivasi menjalani kuliah ialah kedua orang tuanya. Eggy mengaku semangatnya timbul ketika melihat senyum kedua orang tuanya. “Melalui halhal sederhana yang saya lakukan, seperti memasang foto mereka di layar laptop, menyimpan fotonya di dompet saya, dan menempelnya di dinding kamar kos, menjadikan saya terpacu saat rasa malas menghampiri saya untuk belajar dan berkarya. Ya
dengan melihat foto mereka,” terangnya. Selain membaca, Eggy juga gemar menulis. Ia menuangkan pemikirannya mengenai sastra lisan ini dalam sebuah buku. Buku tersebut kini sudah masuk percetakan di sebuah penerbit dan siap dipasarkan tahun 2017 mendatang.(*) Penulis : Faridah Hari Editor : Nuri Hermawan.
Meneliti HIV-AIDS, Imelda Manurung Lulus Terbaik S-3 FKM UNAIR UNAIR NEWS – Tren kasus HIV dan AIDS masih terus meningkat di seluruh wilayah di Indonesia, termasuk di seluruh kabupaten di Provinsi NTT. Data tahun 2015 menunjukkan, distribusi kasus HIV dan AIDS berdasarkan pekerjaan pengidapnya, paling tinggi berasal dari ibu rumah tangga. Hal inilah yang mendorong Imelda Februati Ester Manurung, SKM., M.Kes, mengangkat topik penelitian disertasi dengan judul “Model Pemberdayaan Hamba Tuhan dalam Mendukung Individu Berisiko HIV dan AIDS untuk Melakukan Voluntary Counselling Testing (VCT) di Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Tesis itu ikut mengantarkan wanita kelahiran Laras, 20 Februari 1979, meraih predikat wisudawan terbaik dengan IPK hampir sempurna, 3,98. Pelaksanaan penelitian diawali dengan pengusulan izin penelitian mulai di tingkat provinsi, lalu ke tingkat Kabupaten dan Kota Kupang, sampai akhirnya ke Kantor Sinode GMIT untuk memperoleh data di setiap gereja GMIT di Kota
Kupang. Kemudian pada tahap kedua, ia melihat pengaruh pelatihan pemberdayaan HIV terhadap health literacy (pengetahuan tentang HIV dan AIDS, keterampilan mengidentifikasi individu berisiko HIV dan keterampilan memberikan dukungan VCT) hamba Tuhan. “Dari hasil pelatihan menunjukkan terdapat peningkatan yang bermakna tingkat health literacy pada hamba Tuhan bila dibandingkan sebelum dan sesudah pelatihan,” katanya. Selanjutnya, penelitian Imelda diakhiri dengan koordinasi bersama hamba Tuhan pada kelompok intervensi, yaitu yang mengikuti pelatihan. Selama melakukan penelitian, perempuan yang juga dosen di Universitas Udayana (Undana) Kupang ini mengaku mengalami sedikit kendala. “Awalnya ada stigma yang berasal dari hamba Tuhan, namun dengan sharing yang lebih dalam berkaitan penelitian, mendorong hamba Tuhan bersedia berpartisipasi,” tutur Imelda. Ke depan, wanita penggemar nonton dan membaca ini berharap agar pemerintah melaksanakan program pencegahan HIV berbasis masyarakat dengan memberdayakan hamba Tuhan. Cara yang disarankan, dengan melakukan intervensi terhadap faktor kepemimpinan melayani health literacy dan trust. Khusus pada faktor health literacy, pemerintah dapat melakukan intervensi dengan menggunakan modul pelatihan dari hasil penelitian ini. Pemerintah juga dapat melibatkan hamba Tuhan yang sudah dilatih pada penelitian ini untuk kegiatan dukungan VCT di masyarakat. “Hamba Tuhan yang sudah dilatih agar tetap memberikan dukungan pada individu berisiko HIV dan AIDS untuk melakukan VCT dan tetap terlibat mensosialisasikan isu HIV dan AIDS untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,” pungkasnya. Sebagai wisudawan terbaik, pesan dan motivasi dari Imelda untuk mahasiswa UNAIR yang masih studi, bahwa berdoa dan
bekerja adalah kunci keberhasilannya. “Tetap semangat dan jangan mudah menyerah. Meskipun ide kita masih ditolak pembimbing, revisi masih banyak, jadikanlah semua itu sumber semangat untuk lebih banyak belajar mencapai yang terbaik,” katanya. (*) Penulis: Lovita Marta Fabella Editor: Dilan Salsabila.
Airlangga Health Science Institute Siap Bersinergi dengan Pemerintah dan Swasta UNAIR NEWS – Airlangga Health Sciences Institute (AHSI) dibentuk pada 27 November 2015 melalui Surat Keputusan Rektor. AHSI dikepalai oleh Prof. Dr. Nasronudin., dr., Sp.PD-KPTI., dengan sekretaris Dr. Achmad Chusnu Romdhoni, dr.,Sp.THTKL(K). Sejak saat itu, AHSI berupaya melaksanakan tugas utamanya. Yakni, menjadi pilar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan kedokteran. Selain itu, AHSI juga bertujuan untuk melaksanakan pelayanan, pelatihan, dan penelitian yang maksimal dan bermanfaat kongkret di masyarakat. Pengembangan ilmu pengetahuan di AHSI tidak kepalang tanggung. Mulai dari hulu hingga hilir. Penelitian dilaksanakan mulai dari meja laboratorium dengan sampel hewan, yang kemudian melalui banyak tahapan, hingga akhirnya memformulasi obat, perangkat medis, maupun pelayanan yang menyentuh langsung pada kehidupan manusia.
“Terlebih, modal dasar atau potensi yang dimiliki juga memadai. Baik dari segi SDM, maupun fasilitas penunjang. AHSI memiliki laboratorium yang ada di unit-unit pendukung. Juga, memiliki sarana layanan umum yang langsung berinteraksi dengan masyarakat. Di sisi lain, keberadaan AHSI juga merupakan mandat Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi,” tutur Prof. Nasron. Dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat ini pula, kata Prof. Nasron, pihaknya berani dan percaya diri untuk melangkah maju. Apalagi, UNAIR memang digadang-gadang menjadi salah satu pusat penelitian terbaik di tanah air. Melalui AHSI, cita-cita itu akan diraih, tentunya bersama dukungan semua pihak di internal maupun eksternal kampus. “Untuk mewujudkan AHSI yang terdepan dalam pelayanan, pelatihan, dan penelitian, butuh kerjasama dari banyak pihak. Yakni, A (academic), B (Bussiness), G (Government), dan Community (Masyarakat). Para akademisi adalah tonggak utama untuk menjalankan AHSI dengan baik. Wawasan dan pengetahuan merupakan modal penting untuk melangsungkan bahtera ini. Pemikiran yang jernih dan gagasan menarik merupakan kunci pokok,” imbuh Direktur Utama AHSI. Sementara itu, kalangan bisnis diperlukan sebagai mitra kerjasama. Khususnya, dalam upaya melakukan aplikasi atau penerapan hasil-hasil penelitian maupun layanan ke masyarakat. Para pebisnis bisa menjadi katalisator dalam pengembangan imu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, melalui dukungan finansial yang saling memberikan manfaat tiap pihak. Asalkan, sejak awal tidak ada tendensi untuk saling merugikan, dan tolok ukur utamanya tetap kesejahteraan masyarakat. Lantas, bagaimana peran government atau pemerintah? Sudah barang tentu, pemerintah sebagai regulator memiliki posisi sentral di semua lini. Adanya kesepahaman dalam memandang satu persoalan, akan membuat pemerintah objektif dalam membuat kebijakan. Baik yang berkenaan dengan anggaran, melalui hibah
maupun dukungan dana, maupun yang terkait dengan persyaratan kerjasama yang ringkas dan menguntungkan semua pihak. Adapun peran Community atau masyarakat dalam pengembangan AHSI adalah berkaitan dengan perlunya pengawalan publik. Kontrol sosial sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas pelayanan yang disuguhkan. Keterbukaan pada masyarakat adalah cermin bahwa suatu institusi sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar. (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor: Defrina Sukma S
Sinden UNAIR Berlaga Muslimah Award 2016
di
UNAIR NEWS – Kurnia Puspa Yuliani, mahasiswa Prodi Hubungan Internasional (HI) UNAIR ini berhasil menjadi finalis di ajang Muslimah Award 2016, pada Sabtu (17/12) di Gedung Islamic Center Pamekasan, Madura. Meskipun belum mendapat predikat juara, namun Kurnia berhasil masuk dalam 20 besar dalam ajang tersebut. Ajang ini diikuti oleh kurang lebih 81 peserta dari seluruh Jawa Timur. Layaknya penyeleksian kontes kecantikan pada umumnya, peserta Muslimah Award diseleksi dengan mengumpulkan foto dan data diri. Jika dinyatakan lolos seleksi awal, bisa melanjutkan ke tahap berikutnya yakni karantina. Melalui tahap karantina ini, terpilih 20 Finalis yang akan dibimbing selama tiga hari dan mendapatkan materi seperti Public Speaking, pengetahuan seputar agama, dan juga kunjungan di beberapa objek wisata di Madura.
“Di karantina itu, kita diseleksi. Mulai membaca Al Quran, interview, dan bagaimana caranya kita syiar. Namun selama kita karantina, segala perilaku kita, kedisiplinan, keaktifan, dan bagaimana sikap kita terhadap finalis lain juga menjadi penilaian,” jelas mahasiswa yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Karawitan sebagai Sinden (penyanyi Jawa perempuan dalam karawitan). Sebelum proses karantina, Kurnia mengungkapkan, ia sempat jatuh sakit dan membuatnya sempat down untuk bisa mengikuti proses karantina. Namun, berkat motivasi dari orang tuanya yang terus mendoakannya, ia kembali bersemangat dalam mengikuti segala tahapan selama proses karantina dengan baik. “Saya ingat orang tua saya yang selalu mendoakan saya di rumah meskipun mereka tidak bisa lihat saya secara langsung. Jadi ketika sebelum memulai apapun kaya interview dan grand final, saya selalu telepon mereka,” kenang perwakilan Trenggalek di ajang tersebut. Selain sempat sakit, Kurnia juga harus mengalami kendala lain, salah satunya lintasan Catwalk yang kurang sempurna saat malam Grand Final. Sehingga membuat Kurnia gugup dan harus ekstra berhati hati. “Nah, di sini saya sedikit terganggu, soalnya lintasan untuk catwalk-nya nggak enak. Dan salah satu teman saya ada yang sampai jatuh ketika melintas. Tapi Alhamdulillah waktu saya jalan, saya nggak kenapa – kenapa,” ujarnya. Meskipun belum bisa membawa pulang juara, namun Kurnia sudah cukup senang karena sudah mendapatkan hasil yang memuaskan bagi dirinya, baik secara religi maupun penampilan. “Meskipun saya tidak juara minimal saya sudah bawa nama UNAIR di 20 Besar,” pungkasnya mengakhiri. (*) Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila
Menuju WCU, UNAIR Ajak Dosen Aktivasi Akun Penelitian UNAIR NEWS – Dalam meraih predikat bergengsi perguruan tinggi berkelas dunia (World Class University), diperlukan sinergi dengan semua pihak terutama lingkungan internal untuk mensukseskan langkah tersebut. Sivitas akademika menjadi elemen utama dalam mendukung perguruan tinggi menuju WCU. Memulai perbaikan dari dalam atau starts on the inside. Program itulah yang kini tengah digiatkan oleh tim Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Universitas Airlangga (UNAIR). Dalam kampanye starts on the inside, sivitas akademika khususnya dosen dan mahasiswa, difasilitasi untuk melakukan aktivasi akun resmi yang berkaitan dengan media sosial penelitian. Mengapa aktivasi akun resmi? Ketua BPP Badri Munir Sukoco, Ph.D, mengungkapkan, aktivasi akun resmi itu dilakukan untuk meningkatkan awareness pihak luar terhadap kepakaran sumber daya manusia di UNAIR. “Kita ingin semua pihak terlibat dengan program-program WCU yang kita inisiasi. Jadi, tugas untuk mencapai 500 besar, atau Webometrics nomor (peringkat) berapa, itu tidak hanya tugas pimpinan, rektorat, dekan, atau KPS (koordinator program studi), tetapi semua dosen dan mahasiswa itu harus terlibat,” tutur Badri. Di pihak pengajar, dosen akan difasilitasi untuk mengaktifkan akun Google Scholar, Research Gate, academia.edu, Mendeley, dan Orcid. Akun-akun tersebut digunakan untuk memublikasikan penelitian dosen yang sudah dimuat dalam jurnal. Bila pengguna (dosen) telah memublikasikan penelitian di media tersebut,
data statistik mengenai jumlah sitasi akan mudah diakses.
Badri Munir Sukoco., Ph.D ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan Universitas Airlangga (Foto: UNAIR NEWS) “Kita ingin nge-boosting (meningkatkan) citation (sitasi). Selama ini dosen kita bila memiliki publikasi cenderung tidak ditampilkan. Kedua, untuk ranking QS, jangan lupa bahwa 20 persen berasal dari citation. Bagaimana (penelitian) kita bisa tersitasi kalau kita sendiri tidak pernah menyampaikan ke orang bahwa kita punya tulisan tentang itu,” imbuh Ketua BPP. Selain dosen, mahasiswa juga perlu membangun kebiasaan menulis di media sosial, seperti blog. Mahasiswa bisa menulis mengenai tugas kuliah, atau pengalaman lainnya. Harapannya, setelah mahasiswa terbiasa menulis di blog, maka menulis jenis artikel seperti makalah, laporan, hingga tugas akhir bisa lebih mudah. Keuntungan lain yang bisa didapatkan dari publikasi penelitian di media sosial adalah bisa memperluas jejaring dan melakukan kolaborasi penelitian. “Secara pribadi, kalau saya mempunyai tulisan di akun socmed (media sosial), tulisan saya diminta. Hi, Badri, please send
me your article. Nanti tulisan saya disitasi. Kedua, kalau kita bisa diskusi secara konstan, kita bisa melakukan kerja sama penelitian. Eh kayaknya penelitianmu cocok deh sama aku, kita joint research dong,” ujar pengajar di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNAIR itu. Badri melanjutkan, bila seluruh dosen UNAIR yang berjumlah sekitar 1.800 orang melakukan hal yang sama, bukan tak mungkin langkah menuju perguruan tinggi kelas dunia tak mengalami tantangan berarti. Sejak Jumat lalu (16/12) sampai Selasa (27/12) mendatang, tim BPP akan mendatangi dosen ke fakultas-fakultas untuk membantu aktivasi akun e-mail resmi dan media sosial akademisi UNAIR. Jumat lalu, roadshow telah dilangsungkan di Fakultas Perikanan dan Kelautan, dan Fakultas Vokasi. Senin (19/12), tim mendatangi akademisi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Fakultas Hukum. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor
: Binti Q. Masruroh
KM PDD UNAIR Banyuwangi Adakan ’Student Executive Board Training’ UNAIR NEWS – Dalam rangka menigkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di kampus PDD Universitas Airlangga Banyuwangi, organisasi Keluarga Mahasiswa (KM) mengadakan kegiatan Student Executive Board Training (STUNNING), Senin (12/12) lalu di Banyuwangi.
Menurut Hendri Arya Fernando, ketua KM PDD UNAIR Banyuwangi, mahasiswa sebagai agent of changes merupakan pioner dan tonggak dari sebuah perubahan, sehingga kelak diharapkan mampu menjadi penerus bangsa untuk merubah wajah dunia. Karena itu, mahasiswa perlu dibekali dengan berbagai keahlian seperti dalam bidang organisasi, manajemen dan kepemipinan (leadership). ”Mahasiswa adalah kaum intelektual yang mampu berpikir kritis terhadap segala permasalahan yang ada. Mahasiswa juga berkaitan erat dengan organisasi dan keterampilan. Untuk itu perlu suatu kegiatan yang dapat melatih dan membimbing mereka menjadi pemimpin-pemimpin hebat, stunning inilah salah satu jalannya,” kata Hendri. Menurut Teguh Dwi Sholihuddin, Ketua Pelaksana kegiatan, STUNNING merupakan sebuah kegiatan latihan dasar kepemimpinan yang menghadirkan pemateri antara lain Febryan Kiswanto, Ketua BEM UNAIR 2015, dan Abdul Ony Setiawan Menteri Kaderisasi Mahasiswa BEM UNAIR 2014. Acara ini diikuti oleh perwakilan mahasiswa angkatan 2014, 2015 dan 2016 PDD UNAIR Banyuwangi. ”Sebagai Kawah Candradimuka, organisasi kampus merupakan basis sekaligus sumber potensi intelektual yang nantinya akan menentukan kemana arah bangsa ini. Menjadi sebuah organisasi yang hebat tidaklah mudah, sebab itu memberikan pelatihan softskill sejak dini merupakan upaya terbaik,” tutur Abdul Ony Setiawan. Menurut Ayu Purwanti, mahasiswa prodi Kesehatan Masyarakat, salah satu peserta, menilai bahwa kegiatan ini telah memotivasinya untuk melakukan perubahan, memulai lebih dulu dan melakukan perbaikan. “Saya merasa lebih percaya diri dan ingin berkontribusi lebih banyak,” katanya kepada UNAIR.news. (*) Penulis: Siti Mufaida Editor: Bambang ES
Kuliah Umum Pakde Karwo di PDD UNAIR Banyuwangi UNAIR NEWS – Hari Kamis (15/12) kemarin, Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo, SH., M.Hum atau yang populer disapa Pakde Karwo, bersama dengan rombongannya mengunjungi kampus PDD Universitas Airlangga di Banyuwangi. “Saya kesini ingin menengok perkembangan adik-adik mahasiswa dan juga seluruh warga PDD Universitas Airlangga di Banyuwangi yang baru berdiri selama tiga tahun ini. Mumpung ada kegiatan di Banyuwangi, sekalian saya mampir,” kata Pakde Karwo mengawali. Pakde lantas bercerita masa lalu ketika pertama menjadi mahasiswa baru, bahwa jaket almamater dari UNAIR selalu dipakainya kemana-mana. “Biar tetangga saya tahu kalau saya seorang mahasiswa. Dan ketika saya lulus tahun 1970, jaket itu masih saya simpan sampai sekarang,” lanjutnya. Kunjungan rombongan Gubernur Jawa Timur ini dikemas dalam bentuk kuliah umum dengan mengangkat tema ”Arah Pembangunan Jawa Timur dengan Penguatan Daya Saing dalam Perekonomian Global”. Kegiatan ini melibatkan sekitar 620 mahasiswa dari 10 provinsi berbeda, Bupati Banyuwangi dan jajarannya, seluruh staf akademika dan jajaran dosen PDD UNAIR Banyuwangi, perwakilan dosen dan Pimpinan UNAIR Surabaya, tokoh masyarakat. Sebelum memulai kuliah, rombongan disambut dengan penampilan “Tari Gandrung” dan iring-iringan musik gamelan khas Banyuwangi. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh alumni Fakultas Hukum UNAIR ini.
GUBERNUR Jatim Soekarwo ketika menyampaikan materi kuliah umum di PDD UNAIR Banyuwangi. (Foto: Rona Taufiqul R.) ”Ini sebuah kehormatan besar bagi kami selaku keluarga besar PDD UNAIR di Banyuwangi atas inisiatif dari Pak Gubernur untuk berkunjung di kampus ini. Beliau menyempatkan mampir di kampus ini untuk berbagi ilmu dengan mengisi kuliah umum ditengah kesibukannya,” tutur A. A. Gde Satia Utama, Sekretaris Koordinator, mewakili Koordinator PDD UNAIR Banyuwangi. Menurut Hendri Arya Fernando, ketua Keluarga Mahasiswa PDD UNAIR Banyuwangi, kuliah umum dari Gubernur Jatim ini menjadi pemacu semangat yang luar biasa bagi mahasiswa, terlebih ia juga alumni UNAIR. Ia berharap tidak hanya berhenti sampai disini, tetapi kedepan ada kunjungan serupa lagi untuk mahasiswa baru di tahun-tahun berikutnya. Erdiya Vega Restiyatingrum, mahasiswa prodi akuntansi angkatan 2015, menambahkan, ia dan kawan-kawan mengaku sangat senang. Bisa mengikuti kuliah dan bertemu langsung dengan Gubernur Jatim menjadi kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa. ”Saya sungguh tidak menyangka dengan acara ini. Kami berharap
Pakde Karwo bisa menjadi teladan bagi teman-teman, juga diri saya, sehingga bisa menjaga nama baik almamater dan dengan bangga untuk tidak akan melupakan almamater sampai kapanpun,” kata Erdiya. (*) Penulis: Siti Mufaida Editor : Bambang Bes
BEM UNAIR Kunjungi Universitas Terbaik di Singapura UNAIR NEWS – Sebanyak tujuh anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga (UNAIR) melakukan kunjungan ke institusi-institusi berpengaruh di Singapura. Kunjungan yang mereka namai “Airlangga Global Movement” (AGM) itu dilangsungkan pada tanggal 5-6 Desember 2016 lalu. Delegasi BEM UNAIR yang berkunjung ke Singapura adalah ketua, wakil ketua, dan anggota divisi hubungan luar. Dalam kegiatan AGM itu, delegasi BEM UNAIR berkunjung ke Nanyang Technological University (NTU), National University of Singapore (NUS), Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Singapura, dan Asia Pacific Economic Corporation (APEC). Kunjungan ini dilakukan dalam rangka mendukung universitas menuju perguruan tinggi kelas dunia (World Class University). Hasil kunjungan yang didapat akan digunakan sebagai bahan evaluasi BEM UNAIR khususnya dalam bidang sistem pemerintahan mahasiswa, pembelajaran, jejaring, dan promosi. “Berkaca dari posisi NTU dan NUS yang sekarang sudah menempati
posisi 12 dan 13 pada perankingan universitas di dunia. Kami harus belajar banyak dengan mereka mulai dari manajemen organisasi, aktivitas perkuliahan, organisasi dan tidak lupa kami promote UNAIR sebagai langkah dalam membangun jejaring ke universitas terkemuka di dunia,” jelas Indra Farizqi selaku Koordinator Hubungan Luar BEM UNAIR 2016. Selain di kampus, mereka juga berkunjung ke APEC. Di APEC, mereka belajar banyak mengenai integrasi ekonomi dari perwakilan APEC yang menerima kunjungan delegasi BEM UNAIR. “Kami belajar bagaimana mengintegrasikan ekonomi global, mengatasi dimensi sosial globalisasi dan membangun pariwisata yang berkelanjutan dari kelompok kerja dengan mengetahui regulasi APEC,” tutur Farizqi. Dengan adanya kunjungan ini, diharapkan mahasiswa UNAIR bisa tergerak untuk mencetuskan program-program baru yang berkualitas selayaknya universitas terkemuka di dunia. “Hasil dari kunjungan kemarin akan kami sampaikan ke tementemen mahasiswa terutama aktivis kampus bagaimana sistem manajerial organisasi di sana, mulai dari pengembangan mahasiswanya dan bagaimana menggerakkan mahasiswa disana. Aktivis mahasiswa di sana lebih fokus dalam hal service dan entrepreneur mahasiswa,” jelasnya. (*) Penulis: Disih Sugianti Editor: Defrina Sukma S